Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Selasa, 10 September 2013

Hikayat-Hikayat Mistis Surahwardi

Saudara-saudara sejati, bukan merupakan suatu kejutan jika para malaikat tidak berbuat dosa atau jika binatang-binatang melakukan tindakan-tindakan yang memalukan, sebab para malaikat tidak memiliki sarana untuk merusak dan binatang-bintang tidak memiliki alat berpikir.
HIKAYAT-HIKAYAT MISTIS

Syaikh Al-Isyraq “Syihabuddin Yahya As-Surahwardi
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penerbit : Mizan – Bandung
Tahun 1992
Penyadur : Pujo Prayitno



MUKADIMAH

Syihabuddin Yahya ibn Habasy ibn Amirak dari Surahward (dekat Zanjan di Iran barat laut), dalam tradisi filosofis dan mistik (tasawuf) di dunia Islam timur, dikenal sebagai Syaikh Al-Isyraq (“Guru Pencerah”) menyusul aliran Isyraqiyyah dalam teosofi dan filsafat di mana dia dianggap sebagai pendirinya. Dipenjara di Alepo atas perintah putra Shaladin, Al-Malik Azh-Zhahir, dan dihukum mati pada 1191 dalam usia 38 tahun, dan karena inilah di dikenal sebagai Suhrawardi Maqtul (yang dihukum mati), untuk membedakannya dari beberapa Suharawardi terkenal lainnya.
Sedikit yang kita ketahui tentang kehidupannya berasal dari penjelasan Syahruzuri, pengikutnya, mengenai dirinya, yang dari situ kami mengutip :
Pada masa mudanya dia berkenala, untuk mencari pengetahuan dan hikmah, ke Maraghah, di mana di belajar bersama Majduddin Al-Jili, dan ke Isphahan, di mana, sebagaimana yang penah saya dengar, dia membaca karya Ibn Sahlan As-Sawi, Bash’ir, dengan Azh-Zhahir dari Fars. Sesungguhnyalah, buku-bukunya menunjukan bahwa dia banyak merrenungkan Bash’ir.
Dia berkelana ke banayk bagian negeri, dan kebanayakan bersama orang-orang sufi. Dari mereka inilah dia mendapatkan manfaat. Setelah dapat berpikir dan ber-‘uzlah (menyepi) dengan leluasa, dia berusaha menguasai hawa nafsunya dengan menjalani praktik-praktik eskatis (kezuhudan), mengasingkan diri dan bermeditasi (bertafakur) sampai mencapai maqam tertinggi para arif dan wahyu-wahyu para nabi.
Sedangkan dalam filsafat praktis, dia seperti orang-orang kuno di masa lampau, dan sifatnya seperti darwisy kelana. Dia menjalankan praktik-praktik asketis yang tidak akan mampu dilkaukan oleh orang-orang masa kini. Dia berbuka puasa hanya sekali seminggu, dan nafkahnya tidak pernah lebih dari lima puluh dirham. Jika kita lihat secara umum peringkat-peringkat filosof, maka akan jarang sekali ditemukan orang yang lebih zuhud dan lebih unggul darinya.
Ibn Raqiqah berkata : “Aku sedang berjalan bersama Syihabuddin di masjid di Mayyafariqin; dia mengenakan tunik pendek biru. Di kepalanya melingkar sehelai kain, dan dikakinya sepassang selop. Seorang teman melihatku dan, setelah mendekat, bertanya, “Mengapa engkau berjalan bersama kusir keledai ini?” “Hati-hatilah dengan perkataanmu,” sahutku, “sebab, inilah tokoh abad ini, Syihabuddin dari Surahward!” Dia nampak terkejut mendengar ini, lalu pergi”
Syihabuddin tidak peduli pada dunia, yang tidak pernah diperhatikannya; dia tidak begitu memikirkan makanan atau pakaian, dan tidak silau oleh keududukan tinggi. Kadang-kadang mengenakan jubah dan kopiah panjang berwarna merah; kadang-kadang memakai baju bertambal dengan sepotong kain melilit di kepalanya; kadang-kadang berpakaian seperti orang sufi. Dia biasa berpuasa, berjaga di waktu malam dan merenungkan masalah-masalah teosofis. Dia tidak memperhatikan orang-orang ‘beradab’, dan lebih suka menutup mulut, sibuk dengan dirinya sendiri. Dia menyukai sama’ (Sama, adalah sidang yang diadakan oleh para sufi di mana musik, tarian dan resitasi (recitation) digunakan untuk mencapai ekstase) dan musik; dia amenunjukan mukjizat-mukjizat dan perbuatan-perbuatan yang luar biasa. Saya pernah mendengar ada ‘ulama dan orang-orang yang tidak mengenal sama sekali pengethauan tentang realitas mengatakan bahwa dia menguasai alkimia (Ilmu kimia Abad pertengahan, yang tujuan utamanya adalah mencari tahu bagaimana cara mengubah logam biasa menjadi emas). Sebagian dari mereka bahkan menyatakan bahwa dia seorang ahli sihir, tetapi semua itu hanyalah pernyataan tak berdasar, dan menunjukan ketidak tahuan tentang tingkatan-tingkatan dalam Ikhwan At-Tajrid (Persaudaraan Abstraksi/Pemisahan, merupakan salah satu cap yang selalu digunakan oleh Surahwardi bagi persaudaraan sufi/ahli mistik, yaitu mereka yang ‘terpisahkan’ dari dunia ini) yang puncaknya telah berhasil dicapainya. (Dalam Ikhwan At-Tajrid ada suatu tingkatan di mana mereka mampu mewujudkan setiap bentuk yang mereka kehendaki, dan tingkatan itu berhasil dicapai oleh Abu Yazid Al-Bisthami, Al-Husyn ibn Manshur Al-Hallaj, dan lain-lainnya. Saya telah mempercayai tingkatan ini jauh sebelum Tuhan memberikan kemampuan kepada saya untuk mengenalnya dengan keyakinan penuh). Meskipun ini merupakan salah satu misteri yang harus tetap dirahasiakan, saya telah menyebutkan sesuatu yang menyangkut keadaannya.
Dia senang hidup di Diyar Bakr, dan tinggal sebentar di Syria dan juga Anatolia.
Alasan mengapa di dihukum mati, sebagaimana yang kami dengar, adalah ketika meninggalkan Anatolia menuju Syria dia berkunjung ke Aleppo, yang pada masa itu diperintah oleh Al-Malik Azh-Zhahir, putra Shalahuddin Yusuf, penguasa Mesir, Yaman dan Syria. Al-Malik menyukai sang guru (Syihabuddin Yahya As.Surahwardi) dan percaya kepadanya. Waktu itu ada sekelompok ‘Ulama di Aleppo yang biasa berkumpul untuk mendengarkan ceramahnya. Dengan bersikap terus terang dalam ceramahnya, untuk mempertahankan keyakinan para filosof, Surahwardi menunjukan betapa tololnya pendapat-pendapat para penentangnya, bertengkar mulut dengan mereka, dan menghina mereka di depan umum. Selain itu, ada hal-hal ajaib yang diperlihatkannya melalui kekuatan ruh suci. Oleh karena itu, didorong rasa iri hati, mereka bersatu suara untuk menyetekan bahwa Surahwardi adalah kafir dan patut dihukum mati; mereka juga menyatakan dirinya sebagai pelaku kejahatan-kejahatan besar dan bahwa dia menyebut dirinya nabi, meskipun dia jelas tidak melakukan semua itu! (Dan Tuhan tahu siapa orang yang iri). Mereka mendesak sultan untuk menjatuhkan hukuman mati kepadanya, tetapi sultan menolak. Maka mereka menulis surat kepada ayahnya, Shalahuddin, dan antara lain mengatakan bahwa jika dibiarkan hidup, maka Surahwardi akan merusak iman. Ketika (Shalahuddin) menyurati (Al-Malik Azh-zhahir), yang memerintahkan untuk menghukum mati (Surahwardi), Al-Malik tidak mematuhinya. Lalu Shalahuddin menyurati lagi dan bahkan mengancam akan melepaskan Al-Malik dari kedudukannya dalam pemerintahan di Aleppo jika tidak patuh.
Orang saling berbeda pendapat mengenai cara kematiannya. Sebagian menyatakan bahwa Surahwardi dipenjara dan tidak diberi makanan; yang lain mengatakan bahwa dia mogok makan sampai meninggal. Sebagian mengatakan bahwa dia dicekik dengan tali, sementara yang lain mengatakan bahwa dia dibunuh dengan pedang. Diceritakan bahwa (tubuhnya) dijatuhkan dari benteng dan dibakar. Dalam suatu mimpi, Syaikh Jamaluddin Al-Hanbali melihat Rasulullah sedang mengumpulkan tulang-belulang dan menempatkannya di dalam sebuah lubang (atau, yang juga banyak dikisahkan, di dalam kantung) dan berkata, “Semua ini adalah tulang belulang Syihabuddin.’ Saya pernah mendengar bahwa sebagian sahabat Surahwardi biasa memanggil dirinya Abul Futuh (Futuh, dalam termologi sufi, adalah penampakan ajaib ata munculnya sesuatu dari “dunia lain” ‘Abul Futuh’ bapak’ atau pemilik penampaka-penampakan semacam itu )dan Tuhan-lah yang peling tahu tentang kebenaran kisah ini.
Surahwardi bersahabat dengan Fakhruddin Al-Mardini, yang tinggal di Mardin, dan biasa menemuinya. Fakhr mengatakan kepada sahabat-sahabatnya, “Betapa pandainya pemuda ini (Surahwardi) dan betapa fasihnya! Di zaman kita ini, aku belum pernah menemukan tandingannya, namun aku khawatir ketakpedulian dan keberaniannya yang berlebihan akan mendatangkan kehancuran padanya.’
Ketika meninggalkan kami dan pergi ke Aleppo, Surahwardi berselisih paham dengan fuqha, yang tidak dapat menandinginnya; dan banyak fitnah ditujukan kepadanya. Al-Malik Azh-z\Zhahir mengundangnya bersama beberapa ahli hukum besar dan alim-alim piawai untuk mendengar perdebatan di antara mereka. Surahwardi banyak berdialog dengan mereka, dan karena sangat cerdas dan berpengetahuan luas, dia dianggap bermanfaat sekali oleh Azh-Zhahir dan menjadi kawan dekatnya. Karena itulah kecemasan terhadapnya semakin gencar, dan sidang-sidang pengadilan diselenggarakan untuk menyatakan dirinya kafir. Hasilnya diserahkan kepada Shalahuddin di Damaskus, dan mereka mengatakan bahwa jika dibiarkan hidup, Surahwardi akan merusak iman Al-Malik, dan jika dibuang dia akan merusak setiap tampat yang didatanginya. Ini hanya sebagian dari apa yang mereka katakan. Maka (Shalahuddin), berbekal saran dari hakim Al-Fadhil, menyurati Azh-Zhahir, dengan mengatakan bahwa Shihab (Surahwardi) ini harus dihukum mati, dan tidak ahnyak cukup dibuang ke pengasingan saja. Ketika Syihabuddin menyadari gawatnya situasi, dia memilih untuk mengunci diri di suatu ruangan dan menolak makanan dan minuman sampai dia bertemu dengan Tuhannya. Dan inilah yang dilakukan terhadapnya. Selanjutnya Azh-Zhahir membalas dendam kepada (para pelaku kejahatan itu), yang dimasukannya ke penjara dan sebagian besar hartanya disita.
Usianya, menurut beberapa riwayat, adalah 38 tahun, meskipun angka 50 juga disebut-sebut. Surahwardi bertubuh sedang, memelihara jenggot dan berwajah sehat kemerah-merahan. Dia banyak berkelana dengan berjalan kaki. Jika kami menceritakan mukjizat-mukjizat yang kami dengar dia miliki, akan terlalu panjang nantinya, dan sebagian orang yang bodoh akan menganggapnya bualan semata. Hukuman mati atasnya dijalankan pada akhir tahun 586 Hijri (1191 Masehi) atau 588 Hijri (1192 Masehi). Dia menguasi mazhab Syafi’i dan menguasi Fiqh, hadits dan ushul.
Dia luar biasa pandainya. Saya pernah mendengar bahwa ketika ditanya tentang Fakhruddin Ar-Razi, dia berkata, “Pikirannya tidak pantas untuk banyak dipuji.” Fakhruddin ditanya tentangnya dan berkata, “Di dalam otaknya menyala kecerdasan dan bakat alam.”
Saya pernah mendengar Surahwardi ditanya, “Siapakah di antara kalian yang lebih unggul, kamu atau Ibn Sina?’ Dia menyahut, “Kami mungkin setara, atau aku mungkin sdikit lebih baik daripadanya dalam soal diskursif, tetapi pasti aku melampauinya dalam soal wahyu dan intuisi.”

Karya-karya Surahwardi dapat dikelompokan ke dalam empat kategori besar. Yang paling penting adalah karya-karya Filosofi utamanya, yang sekaligus mewakili perkembangan doktrin Israqiyyanya : At-Talwihat (Kedekatan), Al-Muqawwamat (Tambahan), Al-Masyari’ wal-Mutharahat (Jalan-jalan dan tempat-tempat berlabuh) dan karya monumentalnya, Hikmat Al-Isyraq (Filsafat Pencerahan). Kategori kedua terdiri atas sembilan hikayat yang bersifat filosofis. Kategori ketiga adalah sepuluh hikayat simbolis pendek yang bersifat mistis dan sekaligus filosofisns, tetapi dari kesemuanya itu hanya satu yang diberrikan terjemahannya dalam buku ini. Dan yang terakhir, ada sekumpulan doa dan permohonan, yang sangat mungkindihimpun dari dikta Surahwadi oleh para murid dan dikenal sebagai Al-Waridat wat-Taqdisat.


HIKAYAT : 1
HIKAYAT BURUNG-BURUNG


1
Suatu terjemahan dari Lidah Kebenaran, yang berupa Hikayat Burung-burung, disusun oleh sang pemimpin dunia, ilmuwan di zamannya, yang terdepan di antara para sarjana dari filosof, Syeikh Syihabuddin Surahwardi, semoga Tuhan mengasihinya.
2
Adakah di antara saudara-saudaraku yang bersedia mendengarkan sebentar agar dapat kusampaikan kesedihanku, sehingga mungkin dia dapat ikut merasakan kesedihan-kesedihan ini dengan penuh rasa persahabatan dan persaudaraan? Persahabatan tidak ada yang murni kecuali jika dijaga agar tidak tercemar oleh kekotoran. Di mana aku dapat menemukan seorang sahabat yang setulus itu? Persahabatan akhir-akhir ini telah menjadi seperti barang : Jika kebutuhan akan sahabat timbul, maka orang berusaha menjalin persahabatan, tetapi jika tidak ada lagi tuntutan kebutuhan itu, maka mereka memutuskan hubungan dengan sahabat-sahabat mereka. Kecuali persaudaraan dari para sahabat yang ikatannya adalah kedekatan Ilahi. Kerukunan mereka tercipta akibat kedekatan samawi, masing-masing memandang pada hati satu sama lainnya dengan mata sejati, dan mereka mengikis noda-noda keraguan dan ketidakpastian dari diri mereka sendiri. Kelompok ini hanya dapat dikumpulkan dengan bentara (pewarta) Tuhan; dan jika mereka telah berkumpul, mereka akan menerima wasiat ini.
3
Saudara-saudara sejati, jagalah dirimu sebagaimana seekor landak menjaga dirinya. Yaitu, melindungi bagian bawah dengan tanah dan menutupi punggungnya (dengan bulu-bulu durinya), agar, demi Allah bagian dalammu terlindungi dan bagian luar mu tertutupi.
4
Saudara-saudara sejati, lepaskan kulitmu laksana ular, dan berjalanlah seperti semut, sehingga tak seorang pun akan mendengar langkah-langkah kakimu. Jadilah seperti kalajengking, dengan senjatamu selalu siap di belakangmu, sebab setan itu mendekati dari belakang. Minumlah racun agar kamu dapat hidup dalam kesejahteraan, dan cintailah kematian agar kamu tetap hidup. Selalulah terbang dan jangan tinggal dalam sarang tertentu, sebab semua burung dapat ditangkap di dalam sarang mereka. Jika kamu tidak mempunyai sayap-sayap untuk terbang, maka merangkaklah di atas tanah, agar kamu dapat selalu berpindah tempat. Jadilah seperti burung kasuari, yang menelan batu-batu hangat, dan seperti burung hering, yang memakan tulang-belulang keras. Jadilah seperti salamander, yang selalu berada di tengah api, agar hari esok tidak akan mencelakakan mu. Jadilah seperti kelelawar, yang tidak mau keluar pada siang hari, agar kamu terjaga dari musuh-musuhmu.
5
Saudara-saudara sejati, bukan merupakan suatu kejutan jika para malaikat tidak berbuat dosa atau jika binatang-binatang melakukan tindakan-tindakan yang memalukan, sebab para malaikat tidak memiliki sarana untuk merusak dan binatang-binatang tidak memiliki alat berpikir. Yang mengejutkan adalah apa yag dilakukan manusia meskipun dia berakal, ketika dia menuruti hasrat jasmaniah dan menghambakan dirinya pada nafsu. Demi keagungan Istana Tuhan, orang yang berdiri kukuh dalam menghadapi godaan nafsu itu lebih mulia daripada para malaikat. Sebaliknya, orang yang dikendalikan oleh nafsu itu lebih rendah daripada binatang.
6
Kini marilah kita kembali pada pembicaraan dan kujelaskan kesedihanku. Ketahuilah, saudara-saudaraku yang sejati, bahwa sekelompok pemburu mendatangi sebuah padang, di mana mereka meletakkan dan mengumpulkan perangkap serta memasang orang-orangan dan menyembunyikan diri mereka di balik timbunan rumput kering. Aku mendekati tempat itu bersama sekawanan burung. Ketika pra pemburu itu melihat kami, mereka membuat bunyi-bunyian yang begitu menarik sehingga kamu terpukau. Kami mencari-cari dan menemukan sebuah tempat yang indah dan menyenangkan. Tidak alasan untuk mencurigainya; tidak ada bayangan keraguan yang mencegah kami memasuki padang itu. Kami langsung menuju perangkap itu dan terjerat. Kami memandang berkeliling dan melihat ikalan jaring itu melilit leher kami dan tali-tali jerat mengikat kaki kami. Dengan harapan dapat melepaskan diri dari bencana itu, kami semua berusaha untuk bergerak; tetapi semakin keras kami berusaha, semakin ketat tali-tali itu mengikat kami. Karena itu kami mempersiapkan diri untuk menerima kematian dan menyerah pada nasib. Kami begitu sibuk dengan penderitaan masing-masing, sehingga tidak ada yang peduli satu sama lainnya. Kemudian kami berusaha memikirkan suatu muslihat agar kami dapat menyelamatkan diri, tetapi kami tetap saja dalam keadaan yang sama, demikian lamanya, sehingga akhirnya kami jadi terbiasa dan melupakan keadaan kami. Kami menghentikan upaya melepaskan diri dari belenggu dan membiarkan diri terkurung dalam kandang.
7
Suatu hari kami memandang keluar dari kandang, dan melihat sekumpulan kawan kami berhasil mengeluarkan kepala dan sayap mereka dari jaring-jaring kandang yang sempit dan bersiap-siap untuk terbang. Pada kaki mereka masing-masing masih terpasang cabikan orang-orangan dan belenggu, tetapi hal itu tidak menghambat mereka untuk terbang. Mereka tetap gembira meskipun belenggu masih menempel. Ketika melihat ini, aku ingat bagaimana keadaanku dan betapa aku telah melupakan diriku sendiri. Aku menjadi benci dengan keadaanku yang telah terbiasa aku jalani selama ini. Aku merasa begitu malu, sampai-sampai ingin mati saja; dan jika mereka pergi, aku ingin jiwaku meninggalkan tubuhku. Aku menjerit keras memanggil mereka memohon mereka agar datang padaku dan menuntunku agar dapat membebaskan diri dan menaruh belas kasihan pada penderitaanku, sebab aku telah berada di ambang pintu kematian. Ketika teringat tipu muslihat para pemburu, mereka menjadi takut dan terbang menjauh. Aku bersumpah kepada mereka demi persahabatan lama kami, yang belum pernah ternoda oleh apapun juga. Namun, mekipun mendengar sumpahku, mereka tidak dapat melepaskan diri dari kecurigaan, dan dalam hati mereka [un tidak ada kemauan yan cukup besar untuk menolongku.
Sekali lagi aku berbicara tentang persahabatan kami sebelumnya dan menunjukan ketidakberdayaanku. Mereka mendekatiku, lalu aku bertanya mana mungkin mereka berhasil melepaskan diri dan dapat terbebas dari belenggu. Kemudian, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya, mereka membantuku untuk mengeluarkan leher dan sayapku dari jerat dan selanjutnya membuka pintu kandang.
Ketika aku telah keluar, mereka berkata, Manfaatkanlah kebebasanmu ini sebaik-baiknya!’ Aku minta mereka melepaskan belenggu dari kakiku, tetapi mereka berkata, ‘Kalau kami mampu melakukan hal itu, kami pasti telah terlebih dahulu melepaskannya dari kaki kami sendiri.  Tak seorangpun mencari pengobatan dari dokter yang sakit; dan sekalipun orang itu menerima obat darinya, hal itu tidak berpengaruh apa-apa.
Kemudian aku terbang bersama mereka. Mereka berkata padaku, ‘Kita masih harus menghadapi jalan panjang di hadapan kita yang sulit dan menakutkan, dimana tak seorang pun dapat merasa aman. Kita mungkin akan kehilangan kebebasan kita ini dan terperangkap lagi dlam kesulitan seperti sebelumnya. Karena itu kita harus kuat menghadapi bencana sebesar apa pun agar kita dapat membebaskan diri selamanya dari lubang-lubang perangkap dan selanjutnya berjalan di jalan yang benar.
8
Kmi mengambil jalan di antara dua jalan besar, melalui sebuah lembah yang ada mata air dan tumbuh-tumbuhannya. Kami terbang cepat, sampai kami bebas dari padang jebakan itu. Kami tidak menengok ketika mendengar panggilan sang pemburu. Kami tiba di sebuah puncak gunung, lalu memandang berkeliling. Di depan kami ada delapan gunung lagi, begitu tingginya, sehingga puncak-puncaknya tidak tampak. Kami berkata di antara kami sendiri, “Untuk hinggap, sama sekali tidak mungkin, dan kita tidak akan selamat sebelum berhasil mengarungi gunung-gunung ini, sebab pada setiap gunung ada saja yang yang ingin menangkap kita. Jika kita diganggu oleh mereka dan tergoda oleh kegembiraan dan kesenangan dii tempat-tempat itu, kita tidak akan dapat sampai ke tujuan,’ Maka kami menahan kelelahan yang amat sangat, sampai akhirnya kami berhasil melampaui enam dari gunung-gunung itu, dan sampai pada gunung yang ke tujuh.
‘Sudah waktunya kita beristirahat,’ kata sebagian dari kami. ‘Kita tidak kuat terbang lagi. Musuh-musuh dan pemburu-pemburu kita semuanya ada di belakang kita, dan masih panjang jalan yang harus kita tempuh. Satu jam istirahat akan memungkinkan kita  untuk mencapai tujuan kita. Kalau kita terkena bencana lagi, kita akan musnah.
Karena itu kami hinggap di atas gunung itu, di situ kami melihat taman-taman yang dihias sangat indah dengan bangunan-bangunan besar, paviliun-paviliun, pohon-pohon yang sarat dengan buah, dan air yang mengalir. Tempat itu demikian indahnya, sehingga dapat mengelabui mata dan menggoda pikiran. Nyanyian burung-burung di situ tidak ada bandingannya dengan yang pernah kami dengar sebelumnya, dan aroma serta keharumannya belum pernah kami cium. Kami makan buah-buahan dan minum air, dan tinggal di situ seolah-olah kami akan tinggal selamanya, tetapi segera muncul suara yang mengatakan bahwa kami harus bersiap-sia untuk pergi, sebab tidak ada keamanan tanpa kewaspadaan, dan tidak ada benteng yang lebih kuat daripada kesangsian. Menunda lebih lama, berarti menyia-nyiakan hidup, dan musuh-musuh terus mengikuti jejak kami serta mengejar-ngejar kami tanpa henti.
9
Selanjutnya kami pergi menuju gunung ke delapan. Ia begitu tinggi sehingga puncaknya menggapai langit. Ketika mendekat, kami mendengar nyanyian burung-burung, begitu merdunya suara itu sehingga kami memperlambat terbang kami dan turun. Kami melihat segala macam hal yang indah : Kami melihat bentuk-bentuk yan begitu menyenangkan, sehingga tak seorang pun dapat memalingkan muka darinya. Kami turun. Mereka begitu ramah dan baik terhadap kami, sehingga mustahil ada makhluk yang dapat melukiskannya.
10
Ketika penguasa tempat itu memperlakukan kami dengan baik, lalu kami membuka diri serta menceritakan padanya tentang penderitaan kami dan semua hal yang telah menimpa kami. Dia sangat terluka, dan menunjukan bahwa dia dengan tulus bersimpati pada kami. Kemudian dia berkata, ‘Ada sebuah kota di puncak gunung ini, tempat tinggal sang raja. Jika berkenan, dia akan membantu siapa saja yang menderita karena ketidakadilan. Pergilah menemuinya, dan percayalah padanya. Apa pun yang dapat saya katakan tentangnya, tidak akan cukup untuk melukiskan dirinya.’
Kami merasa lega mendengar kata-kata ini, lalu, mengikuti petunjuk-petunjuknya, berangkat menuju istana raja. Tetapi, sebelum kami datang, penjaga di luar telah memberi tahu raja, dan raja memerintahkan agar para pendatang baru itu di bawa menghadap sang raja. Kami melihat sebuah paviliun dan halaman istana yang sangat luas, sehingga kami tidak dapat menatap keseluruhannya. Setelah kami lewat, sebuah tirai disingsingkan, dan tampaklah halaman istana yang lain, jauh lebih indah dan luas, sehingga yang sebelumnya tampak tidak berarti jika diperbandingkan. Selanjutnya kami tiba di sebuah kamar, dan begitu kaki kami melangkah masuk, terlihat dari jauh keagungan sang raja. Mata kami menjadi silau oleh keagungan itu, kepala kami pusing, lalu kami kehilangan kesadaran. (Sang Raja) dengan ramah menyadarkan kami, lalu membuat kami merasa nyaman untuk berbicara. Kami beritahukan padanya tentang ujian-ujian serta kesulitan-kesulitan yang telah kami hadapi. Kami minta padanya agar melepaskan sisa-sisa belenggu dari kaki kami agar kami dapat mengabdi di istananya, tetapi dia menjawab, ‘Hanya dia yang memasangkan belenggu itu di kaki kalian yang dapat melepaskannya. Aku akan mengirim seorang utusan bersama kalian untuk meyakinkan mereka agar melepaskan ikatan kalian.
Kawan-kawan kami menangis keras karena kami harus kembali, lalu kami tinggalkan sang raja dan pergi bersama utusan raja.
11
Sebagian kawanku memintaku untuk melukiskan ketampanan dan keagungan sang raja. Meskipun kami tidak dapat melukiskannya dengan tepat, akan kami berikan gambaran seperti apa sang raja itu. Jika kamu dapat membayangkan suatu keindahan yang tidak akan dapat tersentuh oleh keburukan,dan suatu kesempurnaan yang tidak akan pernah dapat didekati oleh ketidaksempurnaan, kamu akan menemukannya di sana, selama semua keindahan memang dimiliki olehnya. Dia kadang-kadang merupakan sumber ketampanan dari setiap wajah, kadang-kadang menjadi sumber kedermawanan dari setiap tangan. Barang siapa mengabdi padanya, akan menemukan kebahagiaan abadi, dan barangsiapa berpaling darinya, akan ‘kehilangan baik dunia maupun akhirat’ (QS.22:11).
Banyak kawan, setelah mendengar kisah ini, berkata, ‘Kukira kamu telah tersihir oleh peri atau dirasuki setan. Demi tuhan, kamu belum pernah terbang ke mana pun. Pikiranmu lah yang telah terbang. Tak seorang pun pernah memburu mu. Rasonalitas kamulah yang telah terjerat. Bagaimana mungkin seorang manusia bisa terbang? Bagaimana mungkin seekor burung bisa berbicara? Tampaknya kamu menderita melankolia ata kegilaan telah merusak otakmu. Kamu harus minum obat epithymon, pergi ke kamar  mandi, kucurkan air hangat ke kepalamu, gosoklah tubuhmu dengan minyak dari bunga bakung, makanlah makanan-makanan ringan, dan jangan begadang terlalu lama (Kemanjuran epithymon (suatu parasit yang tumbuh pada tanaman thyme, cucuta Ephityhymuni), minyak bunga bakung dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk menyembuhkan penyakit melankolia dan gangguan-gangguan pikiran lainnya, disebutkan epithymon menghilangkan melankolia, dan bekerja sebagai obat perangsang muntah bagi orang-orang yang menderita ekses empedu kuning dalam sistem pencernaan; minyak bunga bakung dinyatakan sebagai obat penenang untuk megrim demam dan kolera). Juga, jangan terlalu banyak berpikir. Sebelum ini kami selalu menganggapmu sebagai orang yang rasional dan waras, dan karena Tuhan menjadi saksimu, kami merasa sedih melihat arah yang telah kamu ambil dan kegilaan yang telah kamu derita.’
Demikianlah mereka berbicara, namun kami tidak mendengarkannya. Kata-kata yang paling buruk adalah yang terbuang percuma dan hilang tanpa memberi pengaruh apa-apa. Harapanku hanya ku tujukan kepada Tuhan, dan barang siapa tidak memperhatikan apa yang telah ku katakan, maka dia itu bodoh.
“Dan orang-orang yang zalim itu nanti akan mengetahui ke tampat mana mereka akan kembali (QS.26:227).

HIKAYAT : 02
SUARA  SAYAP  JIBRIL

Bismillahirrahmanirrahim

1
Sudah selayaknya kita memuliakan Yang Mahaada lagi Mahakuasa, bukan yang lain. Benarlah langkah kita memuji dan mengagungkan Tuhan yang Mahakusa dengan tiada henti. Puji syukur hanya teruntuk Yang Mahasuci, yang dari jati-diri-Nya lahirlah jati-diri semua makhluk yang dapat dinamai, dan yang dari wujud-Nya mewujudlah semua makhluk hidup. Penghormatan dan doa tertuju kepada ruh Tuan kita *Rasulullah saw.*, yang sinar kesuciannya menerangi dunia dan yang wahyunya menyinari cakrawala di barat dan timur, dan juga kepada para Sahabat dan Pembantunya.
2
Selama beberapa hari terakhir ini salah seorang dari mereka, yang kebersihan visinya telah dikotori oleh pandangan fanatisme, mengungkapkan omong kosong tentang guru-guru dari generasi-generasi yang telah lewat, untuk meninggikan kedudukan para pemuka dan guru tarekat (jalan pencarian spiritualnya para sufi). Di tengah kata-kata kemarahannya, untuk menekankan keberatan-keberatannya yang amat sangat, dia mencemoohkan istilah-istilah teknis dari orang-orang modern. Kemudian dia menyisipkan sebuah lelucon tentang Sang Guru Abu ‘Ali Farmadi, yang ditanya mengapa Pemakai Pakaian Biru (para sufi) menamakan suara-suara tertentu sebagai ‘suara sayap Jibril.’ Dia menjawab, ‘Hampir semua yang dapat ditangkap inderamu berasal dari suara sayap Jibril.’ Dan kepada orang yang telah mengajukan pertanyaan itu dia berkata, ‘Kami adalah salah satu suara sayap Jibril.’
Pencemooh yang terlalu bersemangat itu menyerukan kefanatikannya yang sia-sia, ‘Apakah artinya kata-kata ini? Satu-satunya kesimpulan adalah bahwa semua itu hanyalah ocehan orang gila.’
3
Ketika keberaniannya telah mencapai tingkat sedemikian rupa, aku mulai berusaha membawanya turun setingkat  dua tingkat. Dengan melemparkan jubah balas dendam yang ada di bahuku, dan menggulung lengan baju kesabaran, aku duduk bersandar di atas roda-roda ketajaman pikiran, dan mulai mengutuk serta menggunakan kata-kata kasar. ‘Baiklah,’ kataku, ‘ Aku akan langsung mengajakmu membicarakan tentang suara sayap Jibril. Jika kamu seorang laki-laki dan mengetahui segala sesuatu menyangkut kejantanan, sebaiknya kamu pahami ini.’
Aku telah menamai hikayat ini, “Suara Sayap Jibril”

Cerita  Dimulai

4
Pada hari-hari ketika aku pertama kali keluar dari kamar-kamar wanita, setelah aku terbebas dari masa kanak-kanak ku, suatu malam sewaktu kesuraman melingkupi ceruk dari lingkaran kobalt (nama logam), dan kegelapan yang merupakan tangan kanan dari saudara non-eksistensi merajai dunia yang lebih rendah, aku dikuasai oleh rasa putus asa  yang berasal dari pengaruh suatu mimpi. Karena merasa tertekan, aku mengambil sepotong lilin dan berjalan menuju bagian untuk pria yang ada di rumah kami, dan di situ aku berkeliling menghabiskan malam sampai datangnya fajar. Setelah itu aku berkeinginan untuk memasuki Khanaqah ayahku (Khanaqah adalah tempat pertemuan para sufi).
Khanaqah itu mempunyai dua pintu, yang satu menuju ke kota, dan satunya lagi menuju ke ladang dan ke kebun buah-buahan. Aku masuk dan menutup rapat-rapat pintu yang menuju kota. Setelah aku menutupnya, aku pergi untuk membuka pintu yang menuju ladang. Ketika melongok ke luar, aku melihat sepuluh orang tua dengan wajah rupawan sedang duduk di atas sebuah bangku. Aku begitu terpukau oleh keagungan mereka dan terkejut melihat tahta mereka, kerupawanan mereka, putihnya rambut mereka, pakaian mereka, serta hiasan-hiasan pakaian mereka, sehingga aku tidak dapat berkata-kata.
5
Dalam kekagetan dan penuh kebingungan, aku melangkahkan satu kaki di depanku dan satunya lagi di belakangku. Kataku, ‘Semoga aku cukup berani dan mendapatkan kebahagiaan untuk menemui mereka, apapun yang mungkin terjadi.’ Aku berjingkat ke depan, dan baru mau menyapa orang tua yang duduk di ujung bangku itu ketika – harus ku akui dengan segenap kejujuran – dia lebih dulu menyapaku dengan cara yang paling ramah seraya menyunggingkan senyuman yang begitu hangat sehingga gigi-giginya berkilauan di mataku. Meskipun aku menyadari kebaikan orang itu, rasa takutku terhadapnya masih tetap ada.
‘Permisi, pak,’ kataku,’darimana Bapak-bapak ini datang?’
Orang tua yang duduk di ujung bangku menyahutku, ‘Kami adalah sekelompok orang yang menarik diri dari dunia, datang dari Nakuja abad (negeri antah berantah).
Nama itu tidak punya arti apa-apa bagiku. ‘Di daerah manakah itu?
‘Di daerah yang tidak dapat kamu tunjuk dengan jarimu,’ katanya, dan aku menyadari bahwa orang tua ini sangat pandai.
‘Kalau berkenan,’ kataku,’tolong katakan padaku di mana Bapak menghabiskan sebagian besar waktu Bapak.’
‘Pekerjaan kami adalah menjahit,’ katanya. ‘Kami semua hafal Firman Tuhan, dan kami adalah pengelana.’
‘Mengapa orang-orang yang lebih tua yang duduk di atas Bapak berdiam diri?’ aku bertanya.
‘Sebab orang-orang sepertimu tidak cukup pantas untuk mendekati mereka,’ katanya.’ Aku bertindak sebagai lidah mereka, sebab mereka tidak akan berkenan berbicara dengan orang-orang sepertimu.’
6
Di halaman aku melihat sebuah kolam dengan sebelas lapisan. Di dalamnya ada sedikit air, dan di dasar air itu ada sedikit pasir yang halus, yang di sekitar tepiannya beberapa binatang berkelompok. Tingkatan kedua mempunyai banyak kancing di atasnya, meniru gaya selempang surban Maghribi yang dikenakan kaum sufi, sedangkan tingkatan yang pertama tidak memakai kancing samak sekali. Pada masing-masing (yaitu ke tujuh tingkatan lainnya) dari sembilan tingkatan di atas kolam itu ditutupkan sebuah kancing. Dengan semua ini, kolam itu menjadi  lebih bundar daripada bola, dan tidak mempunyai pembuka. Tidak ada retak maupun celah pada permukaannya.
Ke sebelas tingkatan itu tidak mempunyai warna dan begitu transparan sehingga dapat dilihat dengan jelas apa yang ada di dalam rongganya. Meskipun tidak dapat dibuat lubang menembus ke sembilan tingkatan di atasnya, kita dapat dengan mudah mengintip lewat tingkatan yang paling rendah.
7
 Aku bertanya kepada orang tua itu apakah kolam ini?
‘Lapisan pertama,’ katanya,’ yang badannya lebih besar di banding semua lapisan lainnya, diatur dan disatukan oleh orang tua yang duduk pada tingkatan tertinggi. Yang kedua dilakukan oleh orang yang kedua. Yang ketiga oleh orang yang ketiga, dan seterusnya sampai kepadaku. Ke sembilan kawan dan sahabt ini membuat sembilan lapisan dengan tenaga dan ketrampilan mereka sendiri. Ke dua tingkatan terbawah, dengan sedikit air dan pasir di dalamnya, dibuat olehku. Karena fondasinya lebih kuat, hasil kerja mereka tidak dapat dikoyak atau di tembus, sedangkan yang aku buat dapat.’
8
‘Bagaimana hubungan orang-orang tua ini dengan Bapak?’ aku bertanya.
‘Orang tua yang permadaninya ada di tempat tertinggi adalah guru utama dan pengajar orang tua kedua, yang duduk di sampingnya. Dialah yang memberikan kekuasaan (investiture) pada orang yang kedua, orang yang kedua memberikan kepada yang ketiga, orang ketiga memberikan pada yang keempat, dan seterusnya sampai padaku. Orang kesembilan memberikan kekuasaan padaku, memberikan pakaian dinasku, dan memberi pengarahan padaku.’
9
‘Apakah Bapak mempunyai anak, harta kekayaan an benda-benda semacam itu? Tanyaku.
‘Kami tidak mempunyai istri,’ katanya,’ tapi kami masing-masing mempunyai seorang putra. Kami masing-masing juga mempunyai sebuah pemintal, dan kami telah menunjuk putra-putra kami untuk mengawasi pemintal itu. Kami tidak pernah melihat pemintal-pemintal itu sejak kami membuatnya, tetapi putra-putra kami menjaganya agar alat-alat tersebut bekerja dengan baik, dengan jalan mengarahkan satu mata untuk menjaga pemintal itu, dan satu mata yang lainnya memperhatikan bapak-bapak mereka. Pemintalku terdiri atas empat tingkatan,dan putra-putraku terlalu banyak untuk dihitung, bahkan oleh orang yang paling pandai sekalipun. Setiap kali aku mendapatkan beberapa anak lagi, aku kirimkan mereka ke pemintalku, dan memberi mereka tugas di situ untuk jangka waktu tertentu. Ketika waktunya telah habis, mereka datang kepadaku dan tidak pernah berpisah dariku lagi. Anak-anak alain ku dapatkan sejak aku pergi ke sana, dan seterusnya. Karena pemintalku berada di tempat yang menyedihkan, penuh bahaya serta lubang jebakan, tak seorangpun anakku yang telah menghabiskan waktunya di tempat itu mau kembali. Orang-orang tua yang lain masing-masing hanya mempunyai seorang putra, dan dia bertanggung jawab terhadap pemintal itu, dan terus menerus disibukkan oleh pekerjaannya. Masing-masing putra mereka lebih kuat dibanding semua anakku. Pemintalku serta putra-putraku dibantu oleh pemintal-pemintal mereka serta putra-putra mereka.’
10
‘Bagaimana berlangsungnya regenerasi Bapak?’ tanyaku.
‘Keadaanku tidak pernah berubah,’ katanya, ‘dan aku tidak mempunyai istri, tetapi aku memang mempunyai seorang gadis budak Habasyah (Etiopia). Aku tidak pernah melihat padanya ata membuat gerakan apa pun, tetapi dia ditempatkan di tengah-tengah pemintal-pemintal, dan pandangannya terpusat pada pemintal serta gerakan alat tersbut. Ketika batu-batu itu berputar, gerakannya tampak pada bola matanya. Setiap kali, selama terjadinya gerakan berputar itu, pandangan matanya tertuju ke arahku dari tempat yang berseberangan, seorang anak dariku tumbuh di rahimnya, tanpa ada gerakan atau perubahan terjadi padaku.’
‘Bagaimana bentuk pertukaran pandangan antara Bapak dengan gadis itu?’ tanyaku.
‘Yang aku maksudkan dengan kata-kata ini adalah tidak lebih dari kompatibilitas (keseuaian) dan reseptivitas (penerimaan),’ katanya.
‘Bagaimana Bapak turun ke khanaqah ini,’ aku bertanya pada orang tua itu,’ Sedangkan Bapak mengatakan tidak pernah bergerak atau berbah?
‘Anak bodoh,’ katanya,’ matahari selalu berada pada garis edarnya. Sekalipun demikian, jika seorang buta tidak dapat merasakan atau melihat sikap matahari itu, tidak dimilikinya olehnya sensasi itu bukan lantas berarti bahwa matahari itu tidak ada atau tidak berada di tempatnya. Jika cacat orang itu sembuh, dia tidak berhak mencaci matahari karena sebelumnya tidak terbit di dunia atau tidak menyinari dirinya sebelumnya, sebab gerakan matahari selalu tetap. Perubahan yang terjadi adalah pada orang itu, bukan pada mataharinya. Demikian pula, kami selalu berada di atas bangku ini : kenyataan bahwa kamu tidak melihat kami, bukan berarti bahwa kami tidak berada di sini, bukan pula berarti bahwa kami telah berubah atau bergerak. Perubahan yang terjadi adalah pada dirimu.
11
‘Apakah Bapak menyembah Tuhan?’ aku bertanya.
‘Tidak,’ katanya,’ Kesibukan kami sepenuhnya dalam penyaksian akan eksistensi (syuhud) membuat kami tidak mempunyai waktu luang untuk menyembah. Jika kami ingin menyembah, maka itu kami lakukan bukan dengan mulut, melainkan dengan anggota badan yang tidak mengenal gerakan.’
12
‘Ajarilah aku menjahit,’ kataku.
Dia tersenyum dan berkata, ‘Astaga! Ini tidak dapat dilakukan oleh orang-orang sepertimu. Pengetahuan ini tidak mungkin dikuasai oleh makhluk sejenismu, sebab pekerjaan kami menjahit tidak dapat diterjemahkan ke dalam tindakan. Sekalipun begitu, kamu dapat diajari agar cukup mengenal ilmu menjahit, sehingga jika baju atau jubahmu perlu ditambal, maka kamu akan dapat melakukannya.’ Dan diajarilah aku ilmu itu.
13
‘Ajarkanlah padaku Kalimat Tuhan,’ kataku.
‘Tampaknya mustahil kamu dapat memperlajari banyak Kalimat Tuhan sementara kamu masih tinggal di kota ini, tetapi aku akan memberikan pengarahan padamu sebanyak mungkin.’ Dengan cepat dia mengambil bukuku dan mengajarkan padaku suatu abjad yang aneh yang dengan itu aku akan mampu mempelajari bab mana pun yang aku inginkan. ‘Tanpa pemahaman akan abjad ini,’ katanya,’ tak seorangpun dapat memecahkan misteri-misteri dari Kalimat Tuhan sebagaimana seharusnya. Barangsiapa mengenal cara kerja abjad ini, akan memperoleh keunggulan dan daya tahan.’
Setelah itu aku mempelajari ilmu numerologi alfabetis. Setelah menguasainya aku mengisi bukuku dengan sebanyak mungkin Kalimat Tuhan yang dapat ku tangkap dan ku pahami. Lebih banyak hal-hal ajaib yang kulihat, daripada yang dapat diucapkan dengan kata-kata. Setiap kali suatu masalah yang tak terduga timbul, maka aku mengemukakannya kepada orang tua itu, dan melalui penjelasannya masalah itu dapat terpecahkan. Sekali waktu kami membahas tentang ‘tiupan ruh’ (nafkh-i ruh). Orang tua itu mengatakan bahwa hal tersebut dapat dicapai melalui Ruh Kudus.
14
Muncul sebuah pertanyaan mengenai aspek keterkaitan (wajh-i munasabat). Ketika menjawab, dia menunjukan bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam empat sudut dari dunia yang lebih rendah, berasal dari Sayap Jibril. Aku minta padanya untuk menerangkan hal ini. Dia berkata, ‘Tuhan mempunyai beberapa kalimat Agung, yang bersinar dari Keindahan Wajah Agung-Nya, dan sebagian lebih tinggi dibanding yang lain. Cahaya pertama adalah Kalimat Tertinggi, yang ketinggiannya tidak ada yang melebihi. Hubungannya dengan kalimat-kalimat lainnya dalam hal kecerahannya adalah seperti matahari dengan bintang-bintang. Inilah yang dimaksudkan oleh Nabi saw. Ketika bersabda, “Bahkan jika selubung matahari di buka, ia tidak dapat melebihi (kecemerlangan) Tuhan.” Dari cahaya kalimat ini muncul kalimat lainnya, dan begitu seterusnya, sampai tercapai jumlah yang sempurna. Kalimat-kalimat inilah yang disebut Inkoheren.
15
‘Yang terakhir dari kalimat-kalimat ini dalah Jibril dan Ruh dari semua manusia berasal dari kalimat ini, sebagaimana yang dikatakan Nabi saw. Dalam sebuah kisah panjang tentang hakikat manusia, “Tuhan mengirimkan seorang malaikat yang meniupkan ruh  ke dalamnya.” Dalam Kalimat Ilahi dikatakan :
Yang menciptakan segala sesuatu dengan indahnya dan Dia memulia penciptaan manusia dari unsur tanah. Seterusnya Dia jadikan keturunannya dari cairan yang sangat pelik. Lalu disempurnakan-Nya kejadiannya, ditiupkan-Nya ruh ciptaan-Nya kepada tubuhnya. (QS.32:7-9).
Mengenai Maryam dikatakan : Kami tiupkan ruh ke dalam tubuhnya, (QS.19:17), dan inilah kalimat Jibril. Nabi Isa dinamakan “ruh Tuhan” dan juga :kalimat” :”
Sesungguhnya Al-masih putra Maryam itu adalah rasul Allah, dan terjadinya adalah dengan Kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam dengan perantaraan ruh sesuai dengan perintah-Nya (QS.4:171).
Karena dia dinamakan “kalimat” dan juga “ruh” dan karena umat manusia semua berasal dari satu jenis, maka siapapun yang mempunyai nyawa, mempunyai kalimat, meskipun kedua nama itu adalah untuk satu realitas, karena saling berkaitan dengan begitu eratnya.’
16
‘Dari Kalimat Agung terakhir timbullah kalimat-kalimat yang lebih kecil yang tidak lagi dapat dihitung, sebagaimana yang disinggung-singgung dalam Kitab Ilahi :
Seandainya semua pohon di bumi ini dijadikan pena, dan lautan menjadi tintanya, sesudah kering ditambah lagi dengan tujuh lautan, semuanya akan kering, namun tak akan habis-habisnya Kalam Allah dituliskan. (QS.31:27).
Dan. ...
Sekiranya air laut itu dijadikan tinta untuk menuliskan kalimat-kalimat Tuhanku, niscaya ia akan kering lebih dulu, sebelum habis kalimat-kalimat Tuhanku dituliskan (QS.18:109).
Semua ini diciptakan dari cahaya Kaimat Agung, yaitu yag pertama di antara yang besar, sebagaimana dikatakan dalam Taurat : Aku ciptakan dari cahaya Ku ruh-ruh mereka yang merindu. Cahaya ini adalah Ruh Kudus. Apa yang dikatakan tentang Sulaiman Tamimi sama saja : ketika seseorang menuduhnya sebagai ahli sihir, dia berkata : Aku bukan seorang ahli sihir, tetapi lebih tepat adalah salah satu kalimat Tuhan.”
17
‘Tuhan memiliki kalimat-kalimat menengah juga. Kalimat Agung adalah kalimat yang dinamakan “Mereka yang mendahului, dan mereka yang mengatur urusan alam (QS.79:4-5) Dalam Kitab Ilahi. “Mereka yang mendahului” adalah Kalimat Agung, dan “mereka yang mengatur urusan alam” adalah para Malaikat yang menggerakan sfera-sfera, yaitu kalimat-kalimat menengah. “Kami sesungguhnya berbaris-baris dalam menunaikan perintah Allah; (QS.37:165) adalah suatu ibarat untuk Kalimat Agung : “dan kami bertasbih memuji Tuhan” (QS.37:166) adalah suatu ibarat untuk kalimat menegah. Karena alasan ini, dalam Al Quran yang mulia mereka yang “berbaris-baris dalam menunaikan perintah Allah” selalu berada di depan, sebagaimana ‘rombongan  malaikat yang berbaris teratur megah, yang menentang kemungkaran dengan gigih dan gagah” (QS.37-1-2). Ini terlalu luas untuk dibahas di sini. “Kalimat” dalam Al Quran mempunyai makna lain yang terselubung, seperti dalam “ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat” (QS.1-124), yang akan dijelaskan di tempat lain.
18
‘Ceritakan padaku tentang sayap Jibril,’ kataku.
“Jibril mempunyai dua sayap,’ jawabnya. ‘Sayap kanan adalah cahaya murni, yang keseluruhannya merupakan abstraksi (pemisahan) hubungan antara wujudnya dengan Tuhan. Sayap kiri mempunyai ciri-ciri kegelapan, seperti titik-titik hitam pada permukaan bulan yang menyerupai kaki ayam merak. Itulah suatu tanda bahwa wujudnya mempunyai satu sisi ke arah bukan wujud. Jika kamu melihat hubungan antara wujudnya dengan wujud Tuhan, ia mempunyai sifat dari wujud-Nya. Jika kamu melihat realisasi esensinya (istih qaq-i dzat), ia merupakan realisasi dari non-eksisten dan menyertai eksistensi yang mungkin (lazim-i syayad-bud). Kedua makna hakiki ini berada pada tingkat kedua sayap itu : hubungan dengan Tuhan di sebelah kanan, dan kedudukan mental dari realisasi itu ( (i’tibar-i istihqaq) di dalam jiwa di sebelah kiri., sebagaimana difirmankan oleh Tuhan : “Allah menjadikan Malaikat sebagai pesuruh bersayap dua-dua, tiga-tiga dan empat-empat” (QS.35:1). Angka dua disebut pertama-tama, karena 2 adalah yang paling dekat dengan 1, lalu 3, lalu 4. Dengan demikian, mempunyai dua sayap itu lebih mulia daripada mempunyai tiga atau empat. Yang serasi dari hal ini dalam ilmu-ilmu mengenai realitas dan wahyu tidak dapat dipahami oleh sebagian besar manusia.’
19
‘Ketika suatu cahaya jatuh dari Ruh Kudus, itu merupakan jenis kalimat yang dinamakan kalimat yang lebih kecil. Tidakkah kamu tahu bahwa Tuhan telah berfirman : “Allah merendahkan kalimat orang-orang kafir dan meninggikan kalimat-kalimat-Nya”? (QS.9:40). Bahkan orang-orang kafir pun mempunyai kalimat, sebab mereka mempunyai jiwa, tetapi kalimat mereka tercampur dengan suara.
‘Dari sayap kirinya, yang mengandung sedikit kegelapan, jatuh sebuah bayangan. Dunia keangkuhan berasal dari sana, sebagaimana dikatakan oleh Nabi, “Tuhan menciptakan makhluk dalam kegelapan, dan kemudian memancarkan seberkas Cahaya-Nya pada mereka.” Kata-kata “menciptakan makhluk dalam kegelapan” mengacu pada seberkas Caha-Nya pada mereka” mengacu pada sinar dari sayap kanan. Dalam Kitab yang Mulia, Tuhan berfirman : “Dia telah mengadakan gelap dan terang” (QS.6:1). Kegelapan yang dikaitkan dengan kata-kata “mengadakan”, adalah dunia keangkuhan, dan “terang” yang datang setelah kegelapan, adalah sinar dari sayap kanan, sebab setiap sinar yang jatuh ke dalam keangkuhan berasal dari Cahaya-Nya.
Kemudian Dia memercikan sebagian dari cahaya-Nya pada mereka,” dan “Kepadanya tertuju kata-kata yang baik” (QS.35:10). Cahaya ini pun berasal dari sinar itu. Kata-kata “suatu perumpamaan yang melukiskan kata-kata yang baik” (QS.14:24) mengandung arti bahwa kalimat yang lebih kecil itu bercahaya. Jika kalimat yang lebih kecil itu tidak ada, bagaimana mungkin seseorang bisa naik ke hadirat Tuhan? Suat indikasi mengenai fatwa bahwa “kalimat” dan “jiwa” dua-duanya mempunyai makna yang sama, terdapat dalam ayat : “Kepada Dia-lah menjulang setiap ucapan yang baik” (QS.35:10) dan “malaikat-malaikat naik menghadap tuhannya, dan juga ruh” (QS.70:4), Keduanya kembali “kepada-Nya,” yaitu kepada Tuhan.
:Jiwa yang tenang” mengandung arti yang sama, seperti dalam ayat : “kembalilah kepada Tuhan-mu, wahai jiwa-jiwa yang tenang, dengan senang dan disenangi” (QS.89:28).
‘Karena dunia keangkuhan yang mempunyai suara dan bayangan adalah Sayap Jibril, yaitu sayap kirinya, sementara jiwa-jiwa yang diterangi berasal dari sayap kanannya. Dri sayap kanannya muncul realitas-realitas yang dimasukan ke dalam jiwa yang sadar (khawathir), seperti dalam ayat : “keimanan telah ditetapkan Tuhan dalam hatinya, serta diperkokoh pula dengan kemantapan jiwa”(QS.58:22), penetapan suci, seperti dalam ayat “sesungguhnya telah engkau penuhi tuntutan mimpi (visi) itu; begitulah Kami berikan balasan kepada orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS.37:105), dan hal-hal lainnya. Kemurkaan, Jeritan Yang Menyayat dan kejadian-kejadian (pada Hari Kiamat) berasal dari sayap kiri.
20
Aku bertanya pada orang itu, ‘Bagaimana bentuk Sayap Jibril itu?
‘Anakku yang bodoh,’ katanya, ‘tidakkah kamu tahu bahwa semua ini hanyalah perlambang? Jika diambil arti harfiahnya, semua inkoheren ini tidak menghasilkan apa-apa.’
‘Tidak adakah kata-kata yang mempunyai persamaan dengan malam dan siang? Tanyaku.
‘Anakku yang kurang pengetahuan,’ katanya, ‘tidakkah kamu tahu bahwa kata-kata yang beik menjulang ke hadirat Tuhan, seperti yang Dia firmankan :kepada Dia-lah menjulang setiap ucapan yang baik”? “ Di hadapan Tuhan tidak ada siang ataupun malam.” Di hadapan Ilahi tidak ada (rangkaian) waktu.’
‘Apakah yang dimaksud dengan kota yang telah dikatakan oleh Tuhan dalam Kitab-Nya, “Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari kota yang zalim penduduknya ini”? (QS.4:75).
‘Itulah dunia keangkuhan, yang merupakan kekuasaan dari kalimat yang lebih kecil. Kalimat yang lebih kecil itu pun merupakan kota tersendiri, sebab Tuhan telah berfirman : “Itulah beberapa kisah tentang kota-kota yang Kami sampaikan kepadamu. Di antaranya ada yang masih terdapat bekas-bekasnya, dan ada pula yang sudah musnah. (QS.11:100).
‘Yang masih ada bekas-bekasnya adalah Kalimat itu, dan yang telah musnah adalah kuil dari Kalimat itu, yang dapat dihancurkan. Segala sesuatu yang teka tersentuh oleh waktu, tak akan tersentuh pula oleh tempat, dan apa yang ada di luar keduanya adalah Kalimat-kalimat Tuhan yang Lebih Besar dan Lebih Kecil.’
21
 Lalu, ketika fajar menyingsing di khanaqah ayahku, pintu yang luar ditutup, dan pintu yang menuju kota dibuka. Pada saat para pedagang mulai lewat, kelompok orang tua itu lenyap dari pandangan ku. Dalam kebingungan dan penyesalan karena kehilangan mereka, aku mendesah dan mengeluh. Tetapi semua itu tidak ada gunanya.

HIKAYAT. 03
Hikayat INI diberi judul “akal merah”


Bismillahirrahmanirrahim

1
Puji syukur hanya tertuju pada sang Raja yang menguasai dua dunia. Eksistensi dari segala yang telah ada, yang kini ada dan yang akan ada, semuanya berasal dari-Nya. ‘Dia adalah yang Pertama dan Terakhir, dan yang Lahir serta yang Batin. Dia Maha Mengetahui segala-galanya’ (QS.57:3). Dana Shalawat serta Salam hanya untuk para Rasul-Nya, terutama Muhammad yang Terpilih, Nabi terakhir, dan untuk para Sahabat serta kaum ulama, semoga Allah memberkati mereka semua.
2
Salah seorang kawan dekatku bertanya kepada ku apakah burung-burung dapat memahami bahasa satu sama lainnya.
‘Ya, mereka dapat,’ jawabku.
,Bagaimana kamu tahu?’ dia bertanya.
‘Pada mulanya,’ kataku, ‘ketika Yang Awal ingin membawaku pada dunia nyata, Dia menciptakan dalam bentuk seekor burung elang. Di lingkungan tempatku berada itu telah banyak burung elang lainnya, dan kami berbicara bersama dan memahami kata-kata satu sama lainnya.’
‘Bagaimana kamu sampai jadi begini sekarang?’ dia bertanya.
Aku menjawab bahwa suatu hari para pemburu, Nasib dan Takdir, memasang perangkap dan mengisinya dengan benih Kehendak, dan dengan cara ini mereka berhasil menangkapku. Kemudian mereka membawaku dari lingkungan tempat sarangku berada menuju ke lingkungan lain, di mana mereka menjahit mataku agar tertutup, memasang empat ikatan yang berbeda-beda atas tubuhku dan menunjuk sepuluh penjaga untuk mengawasiku. Lima di antara mereka menghadapiku dengan punggung mereka mengarah ke luar, sementara lima lainnya berdiri menghadap keluar dengan punggung mereka mengarah padaku. Kelima penjaga yang menghadapiku membuatku terkungkung dalam dunia kebingungan sehingga aku melupakan sarangku, lingkunganku dan segala hal yang telah ku kenal. Aku mengira bahwa aku memang selalu dalam keadaan seperti sebelumnya.
3
Setelah sesaat berlalu dalam keadaan begini, mataku terbuka sedikit. Aku memandang dengan mata yang sedikit terbuka itu dan melihat hal-hal yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Aku kaget. Setiap hari mataku lambat laun terbuka lebih lebar, dan aku melihat hal-hal yang membuatku heran. Akhirnya mataku terbuka sepenuhnya, dan aku melihat dunia sebagaimana adanya. Aku memandang pada ikatan dan belenggu yang telah mereka pasangkan di tubuhku, dan pada para penjaga. ‘Apakah keempat belenggu yng tidak menyenangkan ini akan dilepaskan dariku? Aku bertanya pada diriku sendiri. ‘Apakah para penjaga ini akan dijauhkan dariku? Apakah sayap-sayapku akan dibebaskan sehingga aku dapat terbang sejenak di udara dan terbebas dari ikatanku?
4
Setelah sesaat, aku melihat pada suatu hari bahwa para penjaga tidak menaruh perhatian padaku. Aku berkata pada diriku sendiri, maka aku merangkak ke sebuah sudut dan, meskipun masih terbelenggu, melarikan diri dalam keadaan lemah menuju belantara.
Di sana aku melihat seorang datang mendekat. Aku melangkah ke depan dan menyalaminya. Dia menyahutku dengan sangat sopan. Ketika aku memandang pada orang itu, aku menyadari bahwa air muka dan kulitnya berwana merah. Karena mengira dia masih muda, aku menyapa, ‘Orang muda, darimana asalmu?’
‘Anakku,’ sahutnya, ‘kamu telah keliru menyapaku. Aku adalah putra ciptaan yang pertama. Kamu panggil aku muda?!.
‘Mengapa air mukamu tidak putih?’ aku bertanya.
‘Air muka putih, ‘katanya, Aku adalah seorang tua yang mendapat cahaya. Tetapi orang yang menangkapmu dalam perangkap dan memasang belenggu yang tidak menyenangkan pada tubuhnmu dan menunjuk penjaga-penjaga untuk mengawasimu itu dulu mendorongku jatuh ke dalam sebuah lubang hitam. Warna kulitku ini, yang tampak merah di matamu, adalah akibat itu. Jika tidak, maka kulitku berwarna putih dan bercahaya. Setiap benda putih yang dihubungkan dengan sinar akan tampak merah jika dicampur dengan hitam, seperti tenggelamnya matahari pada sore hari atau pada akhir fajar, yang berwarna putih jika dihubungkan dengan cahaya matahari. Satu sisi dirinya menuju siang, yang berwarna putih, sedangkan sisi satunya menuju malam, yang berwarna hitam. Oleh sebab itu ia tampak merah. Ketika bulan sabitterbit, meskipun sinarnya berasal dari sumber lain, ia tetap disebut cahaya. Karena satu sisinya menuju ke arah siang dan sisi lainnya menuju malam, ia tampak merah. Nyala api mempunyai sifat yang sama. Di bawahnya adalah putih dan di atasnya asap hitam. Di antara api dan asap, yang tampak adalah merah. Ada banyak lagi contoh-contoh semacam itu.’
5
Lalu aku berkata, ‘ dari mana Bapak berasal?’
Dia menjawab, ‘Dari balik Gunung Qaf, tempat tinggalku. (Gunung Qaf, gunung legendaris yang mengelilingi bumi; bagi Surahwardi ia menandai akhir eksistensi inderawi duniawi dan alam raya material) Sarangmu pun ada di sana, tapi kamu telah melupakannya.’
‘Apa yang Bapak lakukan di sini? Aku bertanya.
‘Aku seorang pengelana,’ katanya. ‘Aku terus menerus berkelana di seluruh dunia, dan melihat hal-hal yang menakjubkan.’
‘Keajaiban-keajaiban apa yang telah Bapak lihat di dunia?’ tanyaku.
“Tujuh hal,’ jawwabnya, ‘Pertama, Gunung Qaf, yaitu lingkungan kita; kedua, Mutiara yang bersinar di malam hari; ketiga, pohon Tuba; keempat, Dua belas Bengkel; kelima, surat berantai Dawud; keenam, Pedang Balarak; ketujuh, Mata Iar Kehidupan.’
‘Ceritakan tentang semua itu,’ kataku.
‘Pertama-tama,’ dia mulai, ‘Gunung Qaf mengelilingi dunia, dan terdiri atas sebelas pegunungan. Jika kamu telah terbebas dari ikatanmu, kamu akan pergi ke sana, sebab kamu telah dibawa dari sana, dan pada akhirnya segala sesuatu yang ada akan kembali pada bentuknya yang semula.’
Aku bertanya, bagaimana caranya agar bisa ke sana?
‘Jalannya sulit,’ katanya. ‘Mula-mula ada dua pegunungan yang menghalangi, yang satu panas dan satu lagi dingin. Panas dan dinginnya kedua gunung tersebut tak ada taranya.’
‘Itu mudah,’ kataku. ‘Aku akan mengarungi gunung yang panas pada musim dingin, dan melintasi gunung yang dingin pada musim panas.’
‘Kamu salah,’ katanya, ‘sebab iklim di temepat itu tidak pernah berubah.’
‘Seberapa jauh jarak gunung itu?’ tanyaku.
‘Dengan cara apa pun kamu pergi,’ jawabnya, ‘kamu hanya akan bisa mencapai tahap pertama --- seperti sebuah kompas, yang satu jarumnya berada pada pusat lingkaran dan jarum satunya pada garis lingkarannya. Berapa kalipun ia berputar, ia akan tetap kembali pada tempat asalnya.’
6
‘Bisakah seseorang membuat sebuah lubang menembus pegunungan ini, dan kemudian berjalan melalui lubang itu?’ tanyaku.
‘Tidak mungkin membuat sebuah lubang,’ katanya. ‘Tetapi, orang yang mempunyai kecerdasan dapat, tanpa membuat sebuah lubang, lewat dengan cepat seperti minyak balsem, yang akan mengalir dari telapak tangan ke punggung tangan jika ia dihadapkan ke arah matahari sampai ia menjadi hangat. Ini dapat dilakukannya karena adanya kualitas tertentu yang dimilikinya. Jika kamu memiliki kemampuan untuk melintasi pegunungan, kamu dapat melewati kedua gunung itu dalam sekejap.’
‘Bagaimana aku bisa memperoleh kualitas ini?’ aku bertanya.
‘Aku akan memberitahumu sementara aku bercerita – jika kamu dapat memahami.’
‘Jika aku telah melewati kedua gunung itu,’ tanyaku, ‘apakah selanjutnya akan mudah atau tidak?’
‘Akan mudah, tetapi hanya biila kamu tahu caranya. Sebagian orang tetap menjadi tawanan abadi di kedua gunung ini; yang lain-lainnya berhasil mencapai gunung ketiga dan terpaku di sna. Yang lain-lainnya sampai ke gunung ke empat, kelima, dan seterusnya, sampai ke sebelas. Semakin pandai burung itu, semakin jauh terbangnya.’
7
‘Kini setelah menceritakan tentang Gunung Qaf, kisahkanlah tentang Mutiara yang bersinar di malam hari,’ kataku.
‘Mutiara yang bersianr di malam hari juga ada di Gunung Qaf,’ katanya, ‘tetapi ia berada di gunung yang ke tiga. Dengan adanya mutiara itu, malam yang paling gelap pun menjadi terang, tetapi ia tidak selalu dalam keadaan yang sama. Kecemerlangannya berasal dari pohon Tuba. Jika ia ada di seberang pohon Tuba, sisi tempatmu berada tampak cemerlang bagaikan belerang yang menyala. Jika ia berada sedikit mengarah ke pohon Tuba, sebagian kecil dari cakramnya tampak hitam, meskipun selebihnya tetap cemerlang. Semakin dekat ia pada pohon Tuba, semakin jelas kecemerlangannya tampak hitam pada sisi tempatmu berada. Sekalipun demikian, setengah lingkaran yang menghadap ke pohon Tuba selalu cemerlang. Jia ia tepat berada di depan pohon Tuba, seluruh sisi menghadap kepadamu tampak hitam, meskipun sisi yang mengarah ke pohon itu tetap cemerlang. Lagi-lagi, ketika ia menjauh dari pohon, sebagian kecilnya tampak cemerlang; dan semakin jauh ia dari pohon, semakin cemerlang sisi yang menghadap padamu. Bukan karena cahanya bertambah, melainkan karen badannya menerima lebih banyak cahaya, dan warna hitam itu pun mengecil. Dan begitu seterusnya hingga ia berada tepat berseberangan dengannya, ketika sluruh badannya menerima cahaya.
‘Inilah contoh cara kerjanya. Buatlah sebuah lubang di tengah-tengah bola, dan lewatkanlah sesuatu melalui lubang itu. Kemudian isilah sebuah baskom dengan air, dan taruhlah bola itu di dalam baskom, sehingga separuh darinya berada di dalam air. Nah, dalam sekejap seluruh permukaan bola akan tersentuh sepuluh kali oleh air, tetapi orang yang melihatnya dari bawah air akan selalu melihat separuh dari bola itu di dalam air. Jika orang yang melihatnya secara langsung dari bawah pertengahan baskom itu melihat sedikit ke satu sisi dari pertengahan itu, dia tidak akan dapat melihat separuh bola yang berada di dala air, sebab ketika ddia bergerak dari pusat baskom ke arah tepiannya, bagian bola yang tidak berada tepat di depan mata yang melihatnya tidak akan dapat dilihat. Sebagai gantinya, dia akan dapat melihat sedikit bagian bola yang ada di luar air. Semakin jauh ke tepi baskom asal pandangan orang itu, semakin sedikit bagian bola di dalam air yang bisa dilihatnya, dan semakin banyak ddia melihatnya di luar air. Jika ia melihatnya secara langsung dari tepi baskom, dia akan melihat separuh bola di dalam air dan separuhnya lagi di luar air. Jika ia melihat dari atas tepian baskom, dia akan melihat lebih sedikit bola yang ada di dalam air dan lebih banyak di luar air, dan begitu seterusnya sampai akhirnya dia melihat bola yang ada di luar air. ‘Nah, jika ada orang mengatakan bahwa kita tidak dapat melihat air maupun bola dari bawah baskom, kami akan menjawab bahwa kita tentu saja dapat melihatnya jika baskom itu terbuat dari krisstal atau sesuatu yang tembus pandang.
‘Nah, kita biarkan orang itu melihat berkeliling di mana bola dan baskom itu berada, sehingga dia dapat melihat mereka dengancara ini.
Mutiara yang bersinar di malam hari dan pohon Tuba berputar dengan carabegini mengelilingi orang yang melihatnya.’
8
‘Apakah pohon Tuba itu, dan di mana adanya?’ (Nama Tuba berasal dari Al-quran, 13:29 : “Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, untuk mereka kebahagiaan dan tempt kembali yang terbaik di akhirat (Thuba).’ Kata Thuba ditafsirkan mengandung arti sebuah pohon di Surga)
‘Pohon Tuba adalah sebuah pohon yang besar, ‘katanya. ‘Setiap orang akan dapat melihatnya jika ia masuk ke surga. Di tengah ke sebelas gunung yang aku ceritakan tadi ada satu gunung, dan di gunung itulah pohon Tuba tumbuh.’
‘Apakah ia berbuah?’ tanyaku.
‘Setiap jenis buah yang kamu lihat di dunia ini, ada di pohon itu. Buah-buahan ini, yang kamu peroleh di sini, berasal darinya. Jika bukan karena pohonitu, maka kamu tidak akan mengenal buah-buahan, pohon-pohonan, tanaman obat-obatan maupun tumbuh-tumbuhan lain.’
‘Apakah hubungan pohon itu dengan buah, pohon dengan tanaman obat-obatan?’ tanyaku.
‘Simurgh membangun sarangnya di puncak pohon Tuba. Di waktu fajar, Simurgh meninggalkan sarangnya mengembangkan sayapnya di atas bumi. Dari pengaruh sayapnya, maka buah-buahan muncul di pepohonan, dan tumbuh-tumbuhan hidup di atas bumi.’
9
Aku berkata pada orang tua itu, ‘Aku pernah mendengar bahwa Zal dibesarkan oleh Simurgh, dan bahwa Rustam mampu membunuh Isfandiar dengan bantuan Simurgh.’
‘Ya, ‘orang tua itu berkata, “itu benar.’
‘Bagaimana kejadiannya?’ aku bertanya.
‘Ketika Zal dilahirkan, rambut dan wajahnya putih. Ayahnya, Sam, memerintahkannya untuk masuk ke hutan belantara, dan ibunya, yang menderita kesakitan ketika melahirkannya, setuju ketika melihat putranya sangat mengerikan untuk dipandang. Maka Zal masuk ke dalam hutan belantara. Saat itu musim dingin dan udara menusuk tulang, dan tak seorangpun berharap dia dapat hidup lama, tetapi setelah beberpa hari, ibunya sembuh dari sakit, dan mulai merasa kasih sasyang terhadap putranya. Dia berkata, ‘Biarkan aku pergi segera ke hutan belantara, dilihatnya putranya hidup di bawah sayap Simurgh. Ketika melihat ibunya, dia tersenyum, dan ibunya merangkaulnya ke dalam gendongannya, dan menyusuinya. Ketika hendak membawa putranya pulang, sang ibu berkata, “Aku tidak dapat pulang ke rumah hari ini.” Dia mengembalikan putranya lagi ke tempatnya semula di bawah sayap Simurgh, dan kemudian menyembunyikan diri di dekat situ. Ketika malam tiba dan Simurgh meninggalkan hutan belantara, seekor rusa betina mendatangi Zal, dan menyusuinya. Setelah anak itu kenyang, binatang tersebut melindunginya dengan tubuhnya sendiri, agar Zal terbebas dari bahaya. Ibunya bangkit, mengambil putranya dari binatang itu, dan membawwanya pulang,’
‘Rahasia apa yang ada di balik kisah itu?’ aku bertanya.
‘Aku mengajukan pertanyaan yang sama pada Simurgh,’ kata orang tua itu. ‘Ia berkata, “Zal dilahirkan di bawah tatapan mata Tuba. Kami tidak dapat membiarkannya musnah. Kami berikan anak rusa pada si pemburu, dan menanamkan kasih sayang di dalam hati binatang itu, sehingga binatang itu akan merawatnya pada malam hari, sementara di siang harinya aku menempatkannya di bawah sayapku.”
10
‘Bagaimana dengan Rustam dan Isfandiar?’ tanyaku.
‘Rustam tidak mampu mengalahkan Isfandiar, ‘jawabnya, ‘Ketika di kembali ke rumah dalam keadaan terluka, ayahnya, Zal, merendahkan dirinya di hadapan Simurgh. Nah, Simurgh mempunyai sifat seperti ini : Bila sebuah kaca atau sesuatu yang semacam itu dihadapkan padanya, setiap mata yang memandang ke arah kaca itu akan menjadi silau. Maka Zal membuat sebuah rompi yang terbuat dari besi yang digosok mengkilat. Benda itu dipakaikan kepda Rustam, dan dikepalanya dikenakan helm yang mengkilat pula. Dia pun menyelubungi kudanya dengan kaca-kaca. Kemudian dikirmnya Rustam ke medan perang di tempat yang berseberangan dengan Simurgh. Isfandiar terpaksa datang berhadapan muka dengan Rustam, dan ketika dia mendekat, cahaya daari Simurgh jatuh ke atas rompi dan kaca-kaca itu, yang pantulannya kemudian menusuk mata Isfandiar dan menyilaukannya. Dia tidak dapat melihat apa-apa. Karena tidak pernah mengalami hal yang semacam itu sebelumnya, dia membayangkan bahwa dirinya telah mengalami luka-luka di kedua matanya, jatuh dari kudanya dan mati di tangan Rustam.
“Dua tangkai berbulu” yang mereka bicarakan itu, pasti adalah kedua sayap Simurgh.’
11
Aku bertnya pada orang tua itu apakah dia beranggapan bahwa hanya ada satu Simurgh di dunia.
‘Orang yang tidak mengetahuinya akan menganggapnya demikian,’ katanya. ‘Jika tidak, maka setiap kali ada satu Simurgh yang muncul dari pohon Tuba ke atas bumi, maka yang telah ada di bumi pasti segera lenyap. Maksudnya, setiap kali satu Simurgh muncul, maka yang ada di sini menghilang : seperti jika yang satu datang ke bumi, maka yang lain pergi dari Tuba menuju Dua belas Bengkel.’
12
‘Orang tua,’ kataku, ‘apakah Dua belas Bengkel itu?’
‘Mula-mula ketahuilah,’ katanya, ‘bahwa ketika raja kita ingin membuat kerajaannya makmur, maka dia membuat leingkungan kita makmur lebih dulu. Lalu dia menyuruh kita untuk bekerja, dan memerintahkan supaya dibuat fondasi bagi Dua belas Bengkel. Dalam setiap bengkel, dia menyediakan beberapa cantrik. Lalu dia membuat cantrik-cantrik itu bekerja untuk menciptakan bengkel lain di bawah yang duabelas tersebut, dan dalam bengkel ini dia menunjuk seorang pemimpin. Pemimpin itu disuruhnya untuk bekerja membuat bengkel lain di bawah yang pertama. Lalu dia menyuruh pemimpin yang kedua untuk bekerja membuat bengkel lain, dan pemimpin yang lain ditunjuk di bawah bengkel kedua, dan begitu seterusnya sampai ada tujuh bengkel dengan masing-masing seorang pemimpin.
‘Lalu dia memberikan selembar jubah kehormatan untuk masing-masing cantrik di dalam Duabelas Bengkel. Pada pemimpin yang pertama dia juga memberikan selembar jubah kehormatan, dan dua dari dua belas Bengkel di atas diserahkannya di bawah penanganannya. Pemimpin yang kedua juga diberi jubah kehormatan, dan ddua dari dua belas Bengkel dipercayakan padanya. Begitu pula, pemimpin yang  ke tiga dan keempat diberi jubah kehormatan, tetapi pemimpin yang keempat diberi sebuah jubah yang terbuat dari kain brokat yang lebih indah daripada yang lain-lainnya, dan hanya satu dari Dua belas Bengkel yang dipercayakan kepadanya, dan dia diperintahkan untuk mengawasi kedua belas bengkel tersebut. Pemimpin yang ke lima dan ke enam diberi seperti apa yang diberikan pada pemimpin yang pertama, kedua dan ketiga. Ketika sampai giliran yang ke tujuh, hanya tinggal satu bengkel. Bengkel itu diberikan padanya, tetpai dia tidak diberi jubah kehormatan. (Tujuh benda palanet, tujuh ahli kias, berkaitan dengan tanda-tanda zodiak sebagai berikut : Saturnus : Capricornus, dan Aquarius, Yupiter : Sagitarius dan Pisces; Mars : scorpio dan Aries; Venus: Libra dan Taurus; Merkurius : Virgo dan Gemini; Matahari : Leo; bulan : Cancer. Kiasan jubah kehirmatan adalah kilau cahaya, yang tidak dimiliki oleh benda ke tujuh, yaitu bulan). Pemimpin yang ke tujuh berteriak keras, “Setiap pemimpin diberi du bengkel, dan aku hanya satu. Mereka semua mendapatkan jubah kehormatan, sedangkan aku tidak” (Sang Raja) mememrintahkan agar didirikan dua bengkel tambahan di bawah satu bengkelnya, dan dia diberi kepercayaan untuk menanganinya.
‘Di bawah semua bengkel dibuat sebuah ladang, ‘dan penanganan ladang itu dipercayakan pada pemimpin yang ke tujuh. Juga diputuskan bahwa dari kain brokat pakaian pemimpin yang keempat, separuhnya harus diberikan pada pemimpin yang ke tujuh sebagai penghasilan tambahan, dan bahwa yang lain-lainnya harus mendapatkan pakaian baru setiap saat, seperti Simurgh yang kita bicarakan tadi.’
‘Orang tua.’ Kataku,’ apa yang mereke tenun di bengkel-bengkel ini?’
“Terutama kain brokat,’katanya, ‘ dan juga segala sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh siapapun. Mereka juga menenun baju baja Dawud di bengkel-bengkel ini.
13
‘Apakah baju baja Dawud itu?’ aku bertanya. (Dawud sang Nabi, dikenal dalam dongeng Islam sebagia pembuat baju baja).
‘Berbagai belenggu yang dipasangkan ke tubuhmu ini adalah baju baja Dawud,’katanya.
‘Bagaimana ia dibuat? Tanyaku.
‘Dalam setiap tiga dari Dua belas Bengkel di atas mereka membuat satu cincin. Maka dalam dua belas bengkel itu dapat dibuat empat cincin, tapi belum sempurna. Setelah mereka masing-masing membuat itu, hasilnya ditunjukan pada pemimpin yang ke tujuh. Ketika sampai di tangannya, cincin-cincin itu dikirimkan ke ladang, dan dibiarkan tidak sempurna selama beberap waktu. Lalu keempat cincin itu dilebur menjadi satu cincin, dan semua cincin itu ditusuk. Kemudian mereka menangkap seekor burung elang sepertimu, dan memasangkan baju baja itu pada lehernya dengan maksud untuk menyempurnakannya.’
‘Berapa banyak cincin yang ada pada setirp baju baja itu?’tanyaku.
‘Jika kamu bisa memberitahuku berapa tetes air yang ada di lautan, maka aku akan dapat mengatakan padamu berapa banyak cincin yang ada dalam sebuah baju baja.’
‘Bagaimana kita bisa melepaskan baju baja itu?’ aku bertanya.
‘Dengan pedang Balarak,’katanya.
‘Di mana kita dapat menemukan pedang Balarak?’ tanyaku.
‘Di lingkungan kita ada seorang algojo,’ katanya. ‘Pedang itu ada di tangannya. Jika setiap Baju Baja itu sudah sampai waktunya, maka si algojo akan menebasnya dengan pedang, sehingga semua cincin yang membentuk baju baja itu akan berjatuhan.’
‘Apakah hal itu akan mempengaruhi orang yang mengenakan baju baja itu jika baju itu ditebas pedang?’aku bertanya.
‘Memang,’ katanya, ‘sebagian orang terluka begitu parahnya, sehingga jika ada orang yang hidup selama seratus tahun dan selama hidupnya itu dia tidak berbuat lain kecuali memikirkan tentang luka paling menyakitkan yang pernah dirasainya, maka dia tidak akan dapat membayangkan rasa sakit yang diakibatkan oleh pedang Balarak. Untuk orang-orang lainnya bisa lebih ringan.’
14
‘Apa yang harus aku lakukan agar rasa sakit itu terasa ringan bagi ku?’ aku bertanya.
‘Temukanlah Mata Air Kehidupan,’ jawabnya. ‘Dan kucurkan air dari mata air itu ke seluruh kepalamu, sehingga baju baja itu dapat lolos dari tubuhmu, dan kamu terhindar dari tebasan pedang, sebab air itu dapat membuat baju bajamu lepas. Jika sudah lepas, maka tebasan pedang akan terasa ringan.’
Di manakah Mata Air Kehiduna itu? Tanyaku.
‘Dalam kegelapan,’ katanya. ‘Jika kamu mencarinya, talikanlah sepatumu sebagaimana Khidhr, dan ambillah jalan kepercayaan agar kamu dapat sampai ke Kegelapan.’
‘Ke arah manakah jalannya?,’ tanyaku.
‘Ke arah mana pun kamu pergi,’ katanya. ‘Kalaukamu pergi, kamu akan ssampai.’
‘Apakah tandanya kegelapan itu?’ tanyaku.
‘Kehitaman,’ katanya. ‘Dan kamu sendiri berada dalam Kegelapan, tetapi kamu tidak mengetahuinya. Orang yang perrgi, ketika menyadari dirinya berada dalam Kegelapan, mengetahui bahwa dia berada dalam Kegelapan sebelum itu, dan bahwa dia tidak pernah melihat cahaya. Maka langkah pertama bagi mereka yang hendak pergi adalah ini, dan dari sini dia dapat melangkah maju. Nah, jika orang itu telah mencapai tahap ini, dia akan dapat melanjutkannya dari situ. Seorang pencari Mata Iar Kehidupan harus banyak berkelana dulu di ddalam Kegelapan. Jika dia pantas mendapatkan mata air itu, pada akhirnya dia akan melihat cahaya setelah kegelapan. Maka dia tidak perlu mengikuti cahaya itu, sebab asalnya dari surga, dan ia berada di atas Mata Air kehidupan. Jika dia bepergian dan mandi di dalam mata air itu, maka dia akan selamat dari tebassan pedang Balarak.
“Matilah karena tebasan pedang cinta, agar kamu dapat mencapai kehidupan abadi, sebab, tidak ada jejak kehidupan yang tampak dalam pedang Bu-Yahya.
Barang siapa mandi di mata air itu, tidak akan ternoda. Barangsiapa menemukan makna realitas, akan dpat mencapai mata air. Barangsiapa kaluar dari mata air itu akan memperoleh kemampuan seperti minyak balsem, yang, jika kamu hadapkan tanganmu ke matahari dan meletakkan setetes minyak itu di telapak tanganmu, maka minyak itu akan muncul di punggung tanganmu. Jika kamu menjadi Khdhr, maka kamu akan dapat melintas Gunung Waf dengan mudah.’
15
Ketika aku ceritakan petualangan ini pada kawan akrabku, dia berkata, ‘Kamukah burung elang yang tertangkap, dan kini berburu? Sini, iktkan aku pada pelanamu, sebab aku bukan mangsa yang buruk.’
Aku adalah burung elang yang setiap saat dicari para pemburu di dunia.
Mangsaku adalah rusa betina bermata hitam yang mengalirkan kearifan dari mata mereka bagaikan air mata.
Jika kami hadir, mereka tidak dapat mengucapkan kata-kata seperti ini; Jika dekat kami, mereka meraut makna-makna seperti ini.

HIKAYA : 04
SUATU HARI BERSAMA SEKELOMPOK SUFI



Bismillahirrahmanirrahim

1
Suatu hari aku duduk bersama sekelompok sufi, dalam sebuah khaqah. Setiap orang di antara kami sedang membaca kuliah dari guru. Ketika tiba giliranku, aku berkata bahwa sewaktu aku didepan guru, aku berkata padanya, ‘Hari ini aku lewat di jalan desa para pemahat, dan melihat seorang pemahat dengan sebuah roda di depannya dan sebuah permata di tangannya. Dari permata itu dia membaut sebuah manik-manik dalam bentuk bola yang bulat. Aku berpikir, “jika roda ini, yang berputar secara vertika, diubah agar perputar secara horizontal ke tanah seperti batu gerinda, dan si pemahat menempatkan sebuah manik-manik di atas roda itu, lalu menjauhkan tangannya, apakah manik-manik itu akan bergerak akibat gerakan roda, atau tidak?” Aku tidak mampu memahami rahasia ini.’
Guruku berkata, ‘Manik-manik di atas roda itu akan berputar melawan putaran roda, sehingga jika roda itu berputar dari kiri ke kanan, aka manik-manik itu akan berputar dari kanan ke kiri. Itu seperti ketika kamu mengambil sebilah papan dan menempatkan sebuah bola di atasnya, dan kemudian merenggutkan papan itu ke arah dirimu. Papan itu akan jatuh mendekatimu, tetapi bolanya bergerak menjauh dan menggelinding ke ujung yang lebih jauh dari papan itu.’
2
‘Jika ada sepuluh atau lebih manik-manik di atas roda, apakah gerakan mereka akan sama atau tidak?’ aku bertanya.
Dia menjawab, ‘Jika kamu menarik sepuluh garis di atas roda, sehingga garis itu menjadi jalur bagi perputarnya manik-manik tersebut, dan jika manik-manik itu tidak mau keluar dari jalur-jalurnya, lalu jika kamu menempatkan sebuah manik-manik pada setiap jalur dan memutar roda, maka manik-manik yang berada paling dengan dengan pusatnya akan kembali paling cepat ke titik dari mana ia beranjak. Semakin jauh manik-manik itu dari pusat, semakin lambat kembalinya. Hal ini terjadi asalkan manik-manik itu ukurannya sama, sebab manik-manik yang lebih kecil akan lebih lambat kembalinya dibanding yang besar, sebab manik-manik yang, katakanlah, sepuluh kali lebih kecil dibanding yang besar akan berputar sepuluh kali untuk sekali putaran manik-manik yang besar.’
Aku berkata pada guruku, ‘Ketrampilan pemahat itu menakjubkan,’
‘Ada suatu kisah termasyhur mengenai ketrampilan mereka,’ guruku berkata, ‘tetapi tak seorangpun mengisahkannya sampai selesai, dan tak seorangpun mengetahui maknanya.’
‘Bagaimana kisah itu> tanyaku.’
3
‘Konon ada seorang pemahat yang mempunyai sbutir permata. Dia ingin menunjukan ketrampilannya pada permata itu. Maka benda itu dibuatnya sebuah tempurung bulat seperti sebuah bola. Lalu, dari sisa yang tertinggal di tengah tempurung itu dibuatnya tempurung lain di dalam yang pertama. Lagi-lagi, dari sisa yang kedua dibuatnya yang ketiga, dan begitu seterusnya, hingga dia membuat sembilan tempurung. Setelah itu, daris sisa tempurung-tempurung ini dia membuat sebuah permata, yang dibungkusnya dengan sepotong kain, yang satu tidak berwarna, dan yang lain berwarna keputih-putihan. Semua ini ditempatkannya di tengah tempurung-tempurung itu. Kemudian dia mengecat tempurung yang pertama, dan memahat beberap medali pada tempurung yang kedua, dan menyepuhnya. Pada tempurung ke tiga, keempat, dan seterusnya hingga tempurung yang kesembilan , dia memahatkan masing-masing satu medali, dan dia menyepuh semuanya kecuali medali tempurung yang kesembilan. Kemudian dia menaruh tempurung-tempurung yang telah di cat ke atas sebuah peralatan yang berputar. Peralatan itu berputar dari kiri ke kanan, dan medali-medali pada tempurung-tempurung itu gergerak dari kanan ke kiri. Dan gerakan itu sedemikian rupa sehingga jika seseorang memandang dari luar tempurung yang ke sembilan, dia akan melihatnya langsung pada yang pertama, dan beranggapan bahwa yang ada hanya satu tempurung, dan bahwa semua medali itu dipahat pada satu tempurung saja. Akibat gerakan sangat kuat tempurung-tempurung itu, maka permata yang ada di dalam potongan kain di tengah tempurung-tempurung itu dapat tetap berada di tempatnya, karena ditunjang sedemikian rupa sehingga jaraknya dari semua arah di dalam tempurung itu sama.’
4
‘Ketika aku mendengar ini dari guruku, aku berkata, ‘Tampaknya aku juga berada di dalam tempurung itu. Sekalipun demikian, aku tidak mengerti apa yang ingin Guru sampaikan padaku. Katakanlah dengan jelas agar aku dapat sepenuhnya mengambil manfaat dari situ.’
Guruku berkata, “Ketika Sang Pencipta menciptakan sfera-sfera ini, Dia mengirimkan suatu cahaya pada sfera yang pertama, sebagai hiasan. Sfera pertama terlalu halus untuk menerimanya, sebab sebuah sfera merupakan penengah di antara wujud dan bukan wujud. Di satu pihak, ia menjadi batas eksistensi, sementara di lain pihak ia berdampingan dengan non eksistensi. Karena itu, antara eksisntensi dan non-eksistensi ada sesuatu yang, jika melihat bentuknya, hampir tidak ada apa-apanya, tetapi jika melihat pada atributnya, ial lebih “sesuatu” dibanding yang manapun juga. Itu agaknya seperti udara, yang tidak memiliki kekuatan untuk mengangkat sepotong atom pun.
‘Sfera yang pertama, karena sangat dekat pada ketiadaan, uaitu dunia lain, dan lebih halus dari apapun juga, tidak mampu menerima cahaya dikarenakan oleh kehalusannya itu, dan karenanya cahaya itu mencapai sfera yang kedua, yang mampu menerimanya. Cahay itu terpecah ketika menerjang sfera kedua, dan setiap bagiannya menjadi sebuah bintang. Yang tersisa dari bintang-bintang ini sampai pada sfera ketiga, dan dari sisa itu muncullah Saturnus. Lagi-lagi, yang tersisa dari Saturnus sampai pada sfera keempat, dan muncullah Yupiter. Dan bagitu seterusnya, Mars dari sisa Yupiter, Matahari dari sisa Mars, Venus dari sisa Matahari, Mekurius dari sisa Venus, dan dari sisa Merkurius adalah bulan.’
5
‘Mengapa Matahari lebih besar dan lebih bercahaya daripada bintang-bintang lainnya?’ aku bertanya.
‘Karena ia berada di tengah-tengah,’ katanya. ‘Jika kamu menghitung ketujuh planet, maka Matahari berada di tengah-tengah. Dan sebagaimana ada dua sfera di atas yang tujuh itu, ada dua sfera lagi di bawah mereka, ether dan zamharir. (Eter (atsir) berasal dari pemikiran Yunani; Zamhariri (sangat dingin) berasal dari QS.76:13)). Karena itu, dengan perhitungan apapun, Matahari berada di tengah-tengah. Jika air yang mengalir di atas suatu dataran tidak dapat bergerak ke suatu arah tertentu, akibat adanya sebuah batu atau tanah yang keras, jika kedua sisi air itu didesak, maka kedalaman air itu akan bertambah, sebab ada tekanan. Dan dimana ada tekanan, maka disitulah ada kekuatan. Karena alasan inilah maka Matahari itu lebih besar dan lebih bercaha.’
6
‘Mengapa bintang-bintanf di sfera kedua tidak begitu bercahaya,’ aku bertanya, ‘sedangkan ada banyak bintang di sana? Di sanalah tempat yang (pertama-tama) dicapai oleh cahaya, dan semua bintang lain berasal dari sisa-sia bintangbintang itu.’
‘Sfera yang kedua itu dekat dengan sfera yang pertama,’ katanya. ‘Ia pun tidak memiliki banyak kekuatan. Suatu contoh dari sfera-sfera itu adalah sebagai berikut : Katakanlah seseorang inging menggambar setengah lingkaran dalam bentuk sfera-sfera langit. Pertama-tama dia membuat sebuah titik. Entah itu biru, merah, hijau atau warna apapun yang diinginkannya. Kita anggap saja warna biru. Setelah membuat titik, dia mencampurkan sedikit warna putih ke dalam warna biru, dan menggambar garis di atas yang pertama, dan setiap kali ia menggambar garis, dia menambahkan warna putih sampai warna birunya hilang sams sekali. Dengan demikian sedikit demi sedikit warna itu berubah dari biru menjadi putih. Nah, misalkan bumi itu adalah (titik) biru, dan setiap sfera dalam urutan ke atas menjadi semakin putih, sampai akhirnya sfera yang pertama menjadi sedikit sekali warna birunya, sehingga garis di atasnya akan sepenuhnya berwarna putih.
‘Yang kami maksudkan dengan “putih” adalah kehalusan, bukan warna. Sfera kedua, karena dekat dengan yang pertama, masih halus; dan bintang-bintangnya juga halus seperti air, yang mengambil warna dari setiap wadah tempat ia dituangkan. Karena sfera kedua hanya mempunyai kekuatan sanhat kecil, maka bintang-bintangnya juga tidak begitu kuat.’
7
Aku bertanya pada guruku, ‘Mengapa ada banyak bintang pada sfera kedua, dan hanya satu pada setiap sfera lainnya?’
Dia menjawab, Jika kamu mengambil sebuah piring besar dan meletakkan beberapa genggam air raksa di atasnya, kemudian temukan pusat piring itu dan letakkan sesuatu di bawahnya sehingga ia dapat diputar, maka air raksa itu akan terpecah menjadi potongan-potongan kecil. Jika kemudian kamu meletakkan potongan-potongan kecil itu di atas sebuah piring kecil dan memutarnya, maka potongan-potongan itu akan menyatu melalui gerakan piring kecil itu. Begitu pula halnya dengan (sfera-sfera). Sfera kedua menerima cahaya dari sfera pertama, dan karena tempatnya luas, maka cahaya itu dengan sendirinya terpecah. Luas masing-masing sfera semakin ke bawah semakin berkurang, dan cahayanya pun berkurang, maka dengan sendirinya ia menyatu.’
8
‘Mengapa Bulan tidak mempunyai cahaya? Aku bertanya pada guruku.
‘Setiap bintang yang ada, posisinya adalah di antara dua sfera.’ Katanya, ‘dan cahay bintang-bintang itu diperkuat oleh sfera-sfera tersebut. Sebuah bintang pada suatu sfera adalah seperti kekuatan vital yang ada dalam tubuh manusia, yaitu kekuatan vital itu ditunjang oleh kekuatan tubuh, dan begitu sebaliknya. Tetapi, sisi Bulan yang mengarah ke bumi, tidak sfera. Dua sfera yang ada hubungan dengan dunia elemental. Sebagaimana kehalusan menonjol di sfera pertama dan kedua, gaya beratlah yang menonjol pada yang dua ini, mengikuti contoh dari setengah lingkaran langit yang baru saja kita bicarakan : dalam urutan ke bawah, kedua sfera ini mempunyai hubungan yang lebih besar dengan biru daripada dengan putih, sementara sfera pertama dan kedua mempunyai hubungan yang lebih besar dengan putih daripada dengan bitu. Yang kita maksudkan dengan putih dan biru adalah kehalusan dan gaya berat. Karena sfera Matahari berada di tengah, yang merupakan posisi yang seimbang antara kehalusan dan gaya berat, maka Matahari menerima sepenuhnya cahaya itu, dan bulan sama sekali tidak menerimanya.’
‘Jika Bulan bukan merupakan psuat (locus) cahaya,’ kataku, ‘lalu mengapa cahaya Matahari dapat dilihat didalamnya?’
‘Jika sinar Matahari menimpa sebuah kaca, bola kristal atau semacamnya,’ katanya,’ cahayanya tampak jelas dan dipancarkan seperti Bola Matahari. Nah, semua ini merupakan locus dan wadah bagai cahaya Matahari; begitu pula Bulan, hanya lebih lagi.’
9
Setelah tanya jawab seperti itu di antara kami, guruku berkata, ‘Semua pertanyaan ini melenceng dari masalah utamanya. Tidaklah penting bagi seseorang untuk menanyakan mengapa sebuah bintang memberikan sinar, dan yang lain tidak, atau mengapa ada banyak cahaya di satu tempat, dan hanya sedikit di tempat lain. Barangsiapa telah melangkah sejauh ini, akan menanyakan mengapa sfera=sfera itu jumlahnya bukan lima belas atau sebelas, atau mengapa mereka berputar, atau mengapa mereka tidak musnah. Dia akan diberitahu bahwa memang demikianlah keadannya, yaitu tidak perlulah rahasia itu disingkapkan. Dia yang mengetahuinya, akan tahu dengan sendirinya.’’
10
‘Bagaimana kita bisa tahu?’ aku bertanya.
‘Orang-orang yang memandang langit dan bintang, dapat dibagi menjadi tiga kelompok,’ katanya. ‘Kelompok pertama memandang dengan mata fisik, dan melihat suatu bidang biru dengan beberap titik putih. Mereka ini adalah orang-orang jelata, dan binatang pun mempunyai kemampuan untuk memandang seperti itu.
‘Kelompok kedua memandang langit melalui mata langit. Mereka adalah para ahli astrolosi. Mata langit adalah bintang-bintang, dan melalui bintang-bintang itu mereka memperhatikan langit. Mereka mengatakan bahwa hari ini bintang anu akan berada pada kedudukan anu; dan bahwa pengaruhnya akan begini dan begitu. Pada kedudukan anu; terjadi rangkaian anu. Kedudukan itu merupakan tanda udara, atau tanda bumi, atau tanda api; itu merupakan rangkaian pertama; udara yang dominan atau air yang kuat. Pada tahun anu Matahari memasuki Aries; tanda anu tampak yang kuasa pada tahun itu adalah anu. Ketika si Anu dilahirkan, suatu konstelasi anu timbul, dan itu merupakan kekuasaannya. Dia dikuasai oleh planet anu, yang bekerja untuk memberinya kehidupan yang baik. Pada waktu anu ujung ekor naga berdiri di depan Matahari atau di depan Bulan. Matahari atau Bulan berubah menjadi hitam. Mereka menghitung bintang-bintang, mereka melihat langit melalui mata langit.
‘Akhirnya, orang0orang yang melihat rahasia langit dan bintang-bintang bukan dengan mata fisik atau melalui mata langit, melainkan melalui mata logika, mereka adalah orang-orang yang mengenal realitas.’
11
‘Aku belum sampai ke tempat yang menguntungkan itu,’ kataku. ‘Apa yang harus ku lakukan?’
‘Kamu terlalu kenyang,’ katanya. ‘Mulailah berpuasa selama empat puluh hari. Setelah itu ambil obat pencahar untuk mengosongkan dirimu. Barangkali matamu akan terbuka.’
‘Bagaimana resep obat pencahar itu? Aku bertanya.
‘Bahan-bahan berasal dari dirimu sendiri; jawabnya.
‘Apakah bahan-bahan itu? Tanyaku.
‘Apapun yang kamu sukai,’ katanya, ‘ harta, kekayaan, benda-benda materi, kesenangan-kesenangan psikologis dan duniawi – semua itu merupakan bahan-bahan bagi obat pencahar ini. Mulailah memuaskan dirimu selama empat puluh hari dengan sedikit makanan yang sesuai untukmu yang tidak meragukan (karena mengandung kotoran) dan yang bukan milik orang lain. Lalu letakkan bahan-bahan ini di atas lumpang kepasrahan, dan gilaslah dengan alu nafsu. Jadikanlah itu obat pencahar, dan telanlah dengan sekali teguk. Jika kamu merasa ingin segera ke kamar mandi, itu berarti obat tersebut manjur, dan matamu akan segera terbuka. Jika kamu tidak merasa ingin pergi, artinya obat itu tidak berpengaruh. Mulailah berpuasa selama empat puluh hari lagi, dan ambil obat pencahar yang sama lagi. Mudah-mudahan kali ini hasilnya baik. Jika tidak, teruslah makan obat itu lagi, dan lagi sampai khasiatnya kamu rasakan. Tetapi, jika ada orang yang bertindak seperti seekor anjing, memakan kembali kotorannya sendiri dan mengambil lagi bahan-bahan yang sama yang dibuat untuk obat pencahar itu dan yang, karena khasiatnya, berubah menjadi kotoran, maka orang itu akan kambuh lagi, dan rasa sakitnya akan muncul lagi. Dan untuk ini tidak ada dokter yang sanggup menyembuhkan.
12
Aku bertanya pada guruku, ‘Jika mata sudah terbuka, apa yang akan dilihat?’
‘Jika mata batin sudah terbuka, mata jasmaniah harus ditutup dari segalanya, bibir harus ditutup untuk segalanya; dan kelima indera jasmaniah harus tidak digunakan lagi, dan indera-indera batin digunakan untuk menggantikannya, sedemikian rupa sehingga jika orang itu ingin memegang sesuatu, dia harus memegangnya dengan tangan batinnya, jika dia ingin melihat sesuatu, dia harus melihatnya dengan mata batinnya, jika dia ingin mendengar sesuatu, dia harus mendengarnya dengan telinga batiinnya, jika ingin mencium sesuatu, dia harus menciumnya dengan hidung batinnya, dan indera perasanya harus berasal dari perasa batinnya. Begitu hal ini dapat dilakukannya, dia dapat terus memahami rahasia langit, dan setiap saat mendapatkan pengetahuan dari dunia gaib. Kamu tadi menanyakan apa yang akan dilihat. Dia akan melihat apa yang dilihatnya dan yang seharusnya dilihat. Dia tidak akan mampu melukiskan apa-apa yang terpampang di depan penglihatnnya, tetapi dia akan mampu memahami hal-hal tersebut melalui pengalaman intuisinya sendiri. Hanya sedikit orang yang berhasil mencapai tingkatan ini, sebab memang sulit bagi orang yang tidak bernilai untuk meninggalkan dunia ini, sedangkan yang bernilai hanya ada sedikit. Seorang pemabuk terbangun setiap hari dari dunia kemabukannya, karena ia memerlukan minuman. Kuatnya pengaruh anggur melemahkan otaknya, dan orang yang otaknya lemah akan terlalu takut untuk melakukan sesuatu. Dia mungkin menyangkal apa yang telah dilakukannya, dan mengatakan pada dirinya sendiri, “Aku harus meninggalkan kebobrokan ini dan kembali ke jalan Tuhan, sebab di sanalah (adanya keberuntungan) baik di dunia maupun di dunia nanti.” Nah, gagasannya memang benar, tetapi ketika malam tiba dia akan tergoda tanpa sadar menuju kedai minuman, dan jatuh mabuk lagi. Dalam kemabukannya dia berkata, “Apa yang aku pikirkan pagi ini omong kosong belaka. Dunia ini adalah tempat mabuk. “untuk meninggalkan dunia, memang seperti itu. Kecerobohan akan menjegal dan tidak akan membiarkan seseorang mengambil jalan yang benar; ia akan terus mendorong orang-orang yang cinta dunia agar mabuk dengan anggur kepuasan-diri.
“Tetapi jika orang menyadari kenikmatan penarikan diri menuju pengasingan dan menukar bukan wujud dengan wujud, maka dia akan dapat memiliki kuda perenungan dan menunganginnya menuju ladang pengetahuan tentang yang gaib. Dia akan menjadi begitu suka akan hal-hal yang gaib, sehingga dia tidak akan mampu melukiskan keadaannya dan akan meninggalkan keadaan menusiawinya. Orang yang gila menganggap orang seperti gila. (Jika dia datang mendekatimu, maka) kamupun akan menganggap (seperti anggapannya). Tetapi dia tidak akan terganggu oleh pendapatmu, sebab di mana pun dia berada, dia tidak menaruh parhatian padamu.’
13
Setelah aku mengucapkan kata-kata guruku ini kepada kelompok itu, kemudian mereka berkata, ‘Kamu mempunyai guru yang hebat. Begitu sayang dia kepadamu, sehingga dia tidak menutup satu rahasia pun terhadapmu.’
‘Dia tidak menutup apa-apa terhadapku, ‘kataku, ‘tetapi apa yang dikatakannya, tidak dapat kuulangi.’
Jika aku berbicara, itu berarti pedang atau tiang gantungan.
Jika aku tidak berbicara, aku tertinggal di celah keputusasaan.

Hikayat  : 5
Masa  kanak-kanak
1
Suatu kali, ketika masih kanak-kanak, ketika sedang bermain di jalan, seperti yang dilakukan anak-anak lain, aku melihat beberapa anak berkelompok, dan terpukau oleh mereka. Aku menghampiri mereka, dan bertanya ke mana mereka akan pergi. Mereka akan pergi ke sekolah, kata mereka, untuk mendapatkan pengetahuan. Aku bertanya, apakah pengetahuan itu.
‘Kami tidak mengetahui jawabnya,’ kata mereka. ‘Kamu harus menanyakannya kepada guru kami.’ Setelah mengatakan ini, mereka meninggalkan aku.
2
Setelah sesaat aku berkata pada diriku sendiri, ‘Apakah pengetahuan itu gerangan? Mengapa aku tidak pergi bersama mereka dan mempelajari pengetahuan?’ Aku berusaha mencari naka-anak itu, tetapi tidak dapat menemukan mereka. Ketika melihat seorang tua berdiri di tengah belantara, aku mendekat dan menyapanya. Dia menyahut, dan dengan ramah sekali memanggilku untuk mendekat.
‘Aku melihat sekelompok anak yang pergi ke sekolah,’kataku. ‘Aku bertanya pada mereka apakah tujuannya pergi ke sekolah. Mereka menyuruhku menanyakan hal itu pada guru mereka. Pada waktu itu aku tidak begitu memperhatikannya, dan mereka pergi meninggalkan ku. Tapi kemudian timbul hasrat dalm diriku, dan karenanya aku mencari mereka. Aku belum berhasil menemukan mereka, dan masih mencari mereka sampai sekarang. Jika Bapak tahu tentang mereka, ceritakan kepadaku mengenai guru mereka.’
‘Aku guru mereka,’ kata orang tua itu.
‘Bapak harus mengajarkan pengetahuan kepadaku,’ kataku.
Dia mengambil sebuah buku, menuliskan ABC di atasnya, dan mengajarkannya kepadaku.
‘Kita cukupkan ini untuk hari ini,’katanya. ‘Besok aku mengajar mu sesuatu yang lain. Aku akan mengajrmu sedikit demi sedikit setiap hari, sasmpai kamu menjadi seorang cendekiawan.’
Aku pulang, dan mengulang pelajaran ABC itu sepanjang hari berikutnya. Pada hari selanjutnya aku menemuinya untuk mendapatkan pelajaran lain. Aku berhasil menguasai yang itu juga.Lalu aku mulai menemuinya sepuluh kali sehari, dan setiap kali aku mempelajari sesuatu. Akhirnya seluruh waktuku ku habiskan bersama orang tua itu, dan aku mendapatkan banyak pengetahuan.
3
Pada suatu hari, ketika aku pergi untuk menemui guruku, seorang teman yang nakal ikut bersamaku, dan tidak ada yang dapat kulakukan agar aku terbebas darinya. Sewaktu aku bertemu guruku, dia mengangkat buku itu dari jauh agar dapat ku lihat. Aku memandangnya, dan melihat sesuatu tertulis di atas buku itu yang membuatku begitu penasaran untuk mengetahui rahasia apa yang ada padanya sehingga kepalaku mulai pusing. Aku kehilangan kendali diri, dan mulai membaca keras-keras kepda kawanku apa yang aku lihat pada buku itu. Kawan itu memang nakal, dia menertawaknku, dan mengolok-olokku. Dia mulai bersikap sangat menjengkelkan, menarik tangannya ke belakang, dan menamparku.
‘Apakah kamu sudah gila?’ katanya, “Tidak ada orang waras yang mengatakan hal-hal semacam itu! Rasa sakit mulai menyejukan hasratku. Aku menyuruh kawanku supaya tetap berada di tempatnya sementara aku maju ke depan, tetapi guruku tidak lagi berada di tempatnya yang biasa. Kekhawatiranku meningkat sedemikian rupa, sampai aku tidak bisa berkata apa-apa. Beberapa lama aku menjelajahi dunia, tetapi aku tidak dapat menemukan guruku di manapun.
4

Suatu hari ketika aku memasuki sebuah khaqah, aku melihat di ujung ruangan itu seorang tua sedang duduk, mengenakan pakaian yang separuhnya berwarna hitam dan separuhnya lagi putih. Aku menyapany, dia menyahut. Aku ceritakan padanya tentang keadaanku.
‘Gurumu benar,’ katanya, ‘Jika kamu mengatakan pada seseorang yang tidak mengetahui perbedaan siang dan malam, suatu rahasia yang membuat ruh-ruh mereka yang telah meninggal menari sampai mencapai ekstase di surga, maka kamu akan ditampar, dan gurumu tidak akan mau menemuimu lagi.’
‘Aku sedang tidak sadar waktu itu,’ kataku. ‘Yang aku katakan adalah di luar kendaliku. Bapak harus bersuaha membelaku, dan lewat kebaikan Bapak mudah-mudahan aku dapat menemukan guruku.’
Orang tua itu menuntunku menemui guruku, yang ketika melihatku berkata, ‘Belum pernahkah kamu mendengar cerita tentang salamander (sejenis kadal) yang pergi bertamu ke rumah seekor bebek? Saat itu musim gugur, dan udara terlalu dingin bagi salamander, tetapi si bebek tidak mengetahui apa-apa tentang keadannya, dan terus menerus mengatakan padanya betapa menyenangkannya air yang dingin itu, dan betapa indah air di kolam pada musim dingin. Salamder itu menjadi marah, dan menantang si bebek dengan berkata, “Jika bukan karena aku menjadi tamu di rumahmu, dan jika aku tidak memikirkan anak-anakmu, aku pasti sudah membunuhmu!” Dan seraya berkata demikian, dia pergi.
‘Tidakkah kamu tahu ketika kamu berbicara dengan anak nakal itu kammu akan ditampar? Mereka akan menganggap kata-kata yang tidak mereka pahami sebagai perkataan orang kafir – di antaranya. Seribu hal lain yang lebih buruk dari itu juga akan timbul.’
Aku berkata pada guruku, ‘Jika iman dan kepercayaanku murni, mengapa aku mesti memikirkan si anak nakal itu?
‘Adalah suatu kesalahan untuk mengucapkan hal-hal tertentu di tempat-tempat tertentu,’ katanya. ‘Juga merupakan suatu kesalahan untuk menanyakan hal-hal tertentu pada orang –orang tertentu. Kata-kata memang tidak perlu ditahan bagi orang-orang yang baik, tetpai orang-orang yang rendah akan merasa jengkel mendengar kata-kata manusia sejati. Hati orang-orang yang rendah dan mereka yang terasing dari realitas adalah seperti sumbu yang telah dicelupkan ke dalam air dan bukan minyak. Seberapa besarpun api yang kamu sulutkan pada sumbu itu, ia tidak akan terbakar.
‘Hati orang yang bersimpati adalah seperti lilin yang menarik api ke arahnya dan terbakar. Nah, kata-kata seseorang yang mempunyai sesuatu untuk diucapkan itu, bukannya tanpa cahaya; dan cahaya itu akan menyulut lilin, bukan sumbu yang basah. Ketika hati dari lilin itu terbakar, badannya melepuh, dan ketika lilinnya habis, maka habis pula apinya. Orang-orang yang mengenal Makna Hakiki, juga mengorbankan tubuh mereka di lautan api hati mereka; tetapi, ketika tubuh mereka sudah tak tersisa lagi, kecemerlangan itu meningkat dan berubah menjadi simpati.
5
‘Adakah kemungkinan bagi hati seseorang yang terasing untuk berubah menjadi penuh perhatian?’ aku bertanya.
Dia menjawab, ‘Orang yang terasing akan dapat melihat, jika dia menyadari bahwa hatinya buta. Dia itu seperti orang sakit yang suka mengigau. Selama masih menjadi tawanan penyakitnya, maka dia tidak mengetahui apa-apa mengenai dirinya atau penyakitnya, maka ddia tidak mengetahui apa-apa mengenai dirinya atau penyakitnya, sebab keadaannya yang kegila-gilaan mempengaruhi otaknya dan melemahkannya.
Karena fakultas pemahaman itu hampir seluruhnya terletak di dalam otak, sedangkan otak berada dalam keadaan tidak normal, maka si penderita menjadi tidak sadar. Jika kemudian dia terbangun dan sadar bahwa dia sedang sakit, itu berarti dia sudah mulai sembuh, sebab otaknya sudah bisa bekerja. Kalau tidak, maka dia tidak akan menyadari apa-apa. Orang yang hatinya terasing, adalah seperti itu. Ketika dia menyadari bahwa hatinya buta, itu berarti dia telah dapat sedikit melihat.
‘Nah baik orang yang sakit tubuhnya maupun yang sakit hatinya, harus pergi ke dokter. (Bagi orang yang sakit tubuhnya) dokter akan meresepkan obat yang sesuai dengan keadaan dirinya, sedangkan dokter yang menangani orang yang ssakit hatinya, akan meresepkan obat yang mengandung makna hakiki sampai pasien itu kembali sehat lagi. Jika sudah sembuh, dia harus memperhatikan sendiri fakultas-fakultasnya. Kedua jenis pasien itu dapat menyehatkan kembali fakultas-fakultasnya melalui tiga tahap.’
6
‘Orang yangsaskit tubuhnya akan disuruh oleh dokter, pertama-tama, agar minum jelai; pada tahap kedua dia disuruh makan bubur susu; pada tahap ketiga dia disuruh makan daging. Pada tahap ini semua masih tergantung pada dokternya, sedangkan sesudah itu si pasien sendiri harus mengetahui apa yang paling cocok untuk makanannya.
‘Untuk orang yang sakit hatinya, dokter akan menyuruhnya pergi ke hutan belantara dan mencari sejenis cacing tertentu yang tidak pernah keluar dari liangnya pada siang hari. Ia mempunyai keistimewaan, yaitu jika ia bernafas pada malah hari maka suatu cahaya dapat dilihat pada nafasnya itu, seperti secercah pai di antara besi dan geretan. Dengan cahaya itu cacing tersebut mencari makan di hutan. Cacing ini pernah ditanya mengapa ia tidak pernah pergi ke ladang pada siang hari. Ia berkata, “Cahayaku berasal dari nafasku sendiri. Mengapa aku harus minta tolong pada Matahari dan cahayanya untuk melihat dunia?” Binatang itu terlalu piicik untuk menyadari bahwa cahaya dari nafasnya berasal dari matahari juga.
Jika orang yang sakit hatinya itu telah menangkap cacing ini, hendaklah dia melihat dengan bantuan cahaya cacing itu makanan apa yang dimakannya, dan hendaklah dia makan makanan yang ssama selama jangka wantu tertentu, sampai dia pun memperoleh keistimewaan yang sama, dan cahay timbul pada nafasnya. Ini adalah tahap pertama.
Selanjutnya, hendaklah dia pergi ke Samudera Besar dan duduk dengan sabar di pantai. Di laut ada seekor sapi yang datang ke pantai pada malam hari, dan merumput di nawah cahaya Mutiara –Yang Bersinar di Malam hari. Sapi ini memendam dendam yang hebat kepada matahari, sebab ia menelan Mutiara itu pada siang hari, dan membuat cahayanya redup. Binatang malam itu tidak tahu bahwa segala sesuatu yang bercahaya itu dibantu oleh matahari.
Pasien itu hendaknya mencari, dengan bantuan cahaya Mutiara tersebut, tanaman yang dimakan sapi itu. Hendaklah dia makan makanan yang sama, sampai kecintaan akan Mutiara itu timbul dalam hatinya. Ini adalah tahap kedua.
Dari sana dia harus pergi ke Gunung Qaf, dimana terdapat sebuah pohon yang di atasnya Simurgh membangun ssarangnya. Hendaklah dia memegang pohon itu, dan makan buahnya. Inilah tahap ke tiga.
Setelah itu dia tidak akan membutuhkan dokter lagi, sebab dia sendiri sudah menjadi dokter.
7
Aku bertanya pada guruku, ‘Apakah Matahari itu memiliki kekuatan sedemikian rupa sehingga cahaya di dalam Mutiara Yang Berssinar di Malam hari dapat muncul darinya?’
‘Ia dmempunyai kekuatan semacam itu, ‘katanya. ‘Seluruh dunia tergantung padanya, tetapi tak seorang pun mau mengakui ketergantungannya. Jika seseorang mempunyai sebuah kebun dan memberi seorang pengemis segenggam anggur dari kebun itu, sepanjang hidupnya pengemis itu akan terus merasa berutang padanya. Setiap tahun matahari mengisi kebunnya dengan anggur dan buah-buahan lain, tetapi penggarap kebun itu tidak pernah merasa dirinya berutang pada matahari. Adakah sesuatu dimana matahari tidak ikut berperan? Jika seorang anak dibesarkan dalam sebuah rumah yang gelap sehingga dia tumbuh tanpa pernah melihat matahari, dan jika matahari ditunjukan padanya ketika dia sudah mampu membeda-bedakan sesuatu, maka anak seperti itu mungkin akan dapat menghargai jassanya.’
8
‘Baiklah ketika bulan sabit maupun ketika matahari dan bulan berada pada kedudukan yang berseberangan, jelaslah bahwa bumi berada di antara keduanya,’ kataku. ‘Mengapa bumi tidak menutupi cahaya yang ada di antara matahari dan bulan, seperti yang dilakukan ekor naga ketika ia berada di depan matahari atau bulan?
‘Pemikiranmu salah,’ katanya. ‘Jika kamu ingin tahu bentuknya, gambarlah sebuah lingkaran sebegitu rupa sehingga dari pusat ke tepi jaraknya adalah 50½ inci. Lalu, dari pusat lingkaran besar gambarlah lingkaran lain ½ inci radiusnya. Kini tariklah sebuah garis melalui pusat itu sehingga kedua lingkaran tersebut terbagi dua. Kamu akan mendapatkan empat titik, dua pada lingkaran besar dan dua pada lingkaran kecil, yaitu satu pada setiap ujung garis dan dua pada tepian lingkaran kecil.
‘Kini gambarlah dua lingkaran lagi, satu di seputara masing-masing dari kedua titik pada lingkaran luar, dan buatlah radius dari masing-masing ini 2 inci. Kini anggaplah lingkaran besar itu lingkaran langit, yang kecil bumi dan dua yang lainnya adalah matahari dan bulan.
‘Kini tariklah sebuah garis dari pusat lingkaran bulan bersinggungan dengan sisi kanan bumi. Tarik garis lain dengan cara yang sama ke sisi kiri bumi. Nah, tempat berawalnya kedua garis ini adalah sebuah titik dan tidak ada jarak di antara mereka, tetapi di antara ujung-ujung dari kedua garis ini ada 1 inci. Jika kamu memanjangkan kedua garis itu, kamu berarti telah menarik dari bumi ke lingkaran langit, jarak antara keduanya akan jadi 2 inci di tempat kedudukan matahari. Kita tentukan bahwa matahari berdiameter 4 inci. Karena itu, 2 inci dari tubuh matahariberada di luar garis-garis itu, 1 inci pada masing-masing sisi. Jika dalam jarak 1 inci ada cahaya matahari jatuh ke titik pertama di atas bulan, cahaya itu akan bertemu dalam bayang-bayang pada kedua sisi dari tempat di mana bumi berada, yaitu pada malam hari. Yang ada di antara garis-garis ini dari bumi sampai titi-titik selebihnya (di atas bulan) itu terkena cahaya.
‘Jangan beranggapan, berdasarkan analogi dari apa yang telah kami uraikan, bahwa proporsi bumi terhadap langit, matahari dan bulan, adalah seperti itu, sebab hubungan antara langit dan bintang-bintang dengan bumi itu lebih dari seratus ribu kali contoh yang telah kami berikan.’
9
‘Bulatan bumi itu ada 96.000 parasang, dan bagian yang didiami adalah 24.000 parasang, sedangkan satu parasang adalah 1.000 cubit. (Cubit adalah ukuran alam untuk panjang 1 cubit = 18 hingga 22 inci, atau 45 hingga 56 cm). Luas bumi itu tidak lebih dari ini. Kini pikirkanlah berapa banyak raja yang hidup di atas bagian bumi yang berpenghuni itu. Sebagian dari mereka memerintah seluruh daerah beriklim; mereka menyatakan bahwa dirinya menguasai satu kerajaan. Kalau saja mereka mengetahui kesejatian segala sesuatu, maka mereka pasti akan merasa malu dengan pernyataan seperti itu. Abu Yazid mendapatkan keberuntungan (untuk menyadari hal ini), dan dia meninggalkan segala sesuatu yang dimilikinya, dan sebagai konsekuensinya, seketika itu juga dia berhasil mencapai semua itu.
‘Kemewahan, kedudukan dan harta kekayaan merupakan penghalang perjalanan manusia. Selama hati manusia masih disibukkan dengan hal-hal semacam ini, maka ia tidak akan sampai ke mana-mana. Barang siapa dapat menjadi seperti Darwisy kelana, dan melepaskan dirinya dari ikatan hiasan-hiasan dan kesombongan duniawi, akan bisa mencapai dunia kesucian.’
10
‘Adakah seseorang yang dapat melepaskan dirinya dari ikatan harta kekayaan yang dimilikinya?’ aku bertanya.
‘Orang seperti itulah yang disebut manusia sejati,’ jawabnya,
Kau bertanya, ‘Kalau dia tidak memiliki sesuatu, bagaimana dia bisa hidup?’
‘Barangsiapa yang mengkhawatirkan hal ini, tidak akan mau melepaskan apa pun, katanya. Sebaliknya, barang siapa yang mau melepaskan segala sesuatu, tidak akan mengkhawatirkan hal itu. Dunia kepasrahan merupakan dunia yang sangat menyenangkan, tetapi tidak semua orang menghasratkannya,’
11
‘Konon ada seorang hartawan yang memiliki kekayaan melimpah. Dia berhasrat membangun istana seindah-indahnya. Dia memanggil para pengrajin termsyhur dari seluruh penjuru bumi. Mereka bekerja sesuai dengan bayaran yang mereka terima, dan mulai membaut fondasi serta kerangka bangunan. Ketika bangunan itu separuh selessai, orang-orang datang dari berbagai tempat untuk melihatnya. Tembok-tembok menjulang tinggi, dengan lukissan-lukisan indah digantungkan padanya, atapnya menyaingi karya Mani, dan serambinya membuat Arch of Chosroes tampak buruk. Istana belum selesai dibuat ketika pemiliknya terserrang penyakit yang tak tersembuhkan. Ketika dia berada di ambang kematian, Malaikat Maut datang ke pembaringannya. Dia mengerti apa artinya ini. “Tidak adakah kemungkinan untuk memberiku penundaan agar aku dapat menyelesaikan istanaku?” dia bertanya. “Hanya satu keinginan inilah yang aku miliki.” Malaikat Maut menjawab, “Bila batas waktu yang dijanjikan untuk mereka itu telah datang, mereka tidak dapat mengundurkannya sesasat pun, dan tidak juga dapat mempercepatnya.” (QS.16:61).
‘Hal mustahil, tetu saja. Tetapi, misalnya kamu diberi kesempatan untuk menyelesaikan istana itu sebelum menyerahkan nyawamu, takkan kamu akan lebih berat meninggalkan istana itu, sebab kamu telah berusaha payah membangunnya dan ia akan dapat memberi kehidupan bagi banyak orang lain? Sekalipun demikian; karena istana itu belum selessai, ia tidak akan pernah terselesaikan, sebab, karena tidak ada kemungkinan untuk menunda kematian, dia menyerahkan jiwanya. Pada saat itu pembangunan istana dihentikan, meskipun menurut niatan pemiliknya pembanguna  itu belum selesai, ddan tidak akan pernah selesai seperti yang diinginkannya.
12
‘Apakah kerangka pikiran yang baik, yang paling dekat dengan ketakwaan, yang patut kita miliki?’ aku bertanya.
‘Sebagaimana dikisahkan dalam dongeng, katanya, ada seorang pedagang yang kaya raya. Dia ingin pergi naik kapal dari kota tempat tinggalnya ke kota lain untuk berdagang. Ketika tiba di laut, dia memasukan seluruh kekayaannya ke atas sebuah kapal, dan pergi berlayar. Para pelaut mengemudikan kapal itu hingga berjalan lancar, tetapi ketika sampai di tengah laut datang angin badai yang menyerte kapal itu ku pusaran ait. Para pelaut membuang seluruh permata (para pedagang) ke laut, dan para pedagang itu lumpuh ketakutan. Sementara itu si pedagang kaya berdiri di dekat mereka tanpa daya, mengkhawatirkan sesuatu yang lain setiap saat, dan tidak dapat memahami kemarahan. Mula-mula dia mengkhawatirkan harta kekayaannya, kemudian mengkhawatirkan nyawa dan anggota-anggota badannya. Karena tidak mampu mengatasi keadaan, dan juga tidak dapat melepaskan dirinya, akhirnya dia menjadi benar-benar putus asa. Hidup menjadi begitu pahit dirasaknnya setelah dia kehilangan segala kesenangannya memiliki harta kekayaan yang melimpah.
‘Akhirnya angin mereda, kapal itu berjalan lancar kembali dan selamat tiba di pantai. Ketika pedagang itu menyadari dirinya telah berada di pantai, di merogoh (saku-sakunya) dan membuang segala sesuatunya ke dalam air. Orang-orang berkata padanya, “Apakah kamu gila? Sungguh luar biasa yang kamu lakukan ini! Ketika tercekam rasa takut tenggelam dan mati kamu tidak melakukan hal semacam itu. Kini setelah kamu selamat, mengapa kamu lakukan itu?’’’
‘Si pedagang berkata, “Pada saat itu tidak akan ada bedanya apakah aku meleparkan kekayaanku ke laut atau tidak, sebab kalau memang kapal itu akan selamat, baik hartaku maupun nyawaku akan tetap selamat. Kalau kapal itu tenggelam, baik harta maupun nyawa tidak akan bisa diselamatkan. Karenanya, hal itu tidak akan menimbulkan perbedaan.
“Kini setelah tiba dengan selamat di pantai, aku menyadari bahwa kau tidak menderita luka atau megalami kehilangan harta. Setelah tiba dengan selamat, aku bayangkan bahwa aku memang selamat selama ini. Aku bayangkan bahwa jika aku dapat melupakan rasa sakit begitu cepatnya, jika aku dapat melupakan segala hal yang menyiksa dengan demikian mudahnya, maka pada saat yang lain kessakitan yang jauh lebih hebat tidak akan mengganggu piikiranku pula, dan aku akan menyadari adanya keuntungan duniawi yang besar sekali melalui hartaku. Jika, mudah-mudahan Tuhan menjauhkan hal ini, sekali lagi aku menyeberang laut dan mengalami bencana itu lagi, kali ini mungkin akan merupakan kehancuran bagiku. Nyawa lebih berharga daripada harta. Aku meninggalkan semua kekayaanku sehingga, karena tidak memiliki apa-apa, aku tidak perlu naik kapal atau berdagang, yang semua itu ku lakukan demi harta. Aku akan bekerja dengan cara yang lain untuk mendapatkan makanan sehari-hari, sebab makan sepotong roti dalam keadaan sehat itu lebih nikmat daripada mempunyai kekayaan yang melimpah atau menjadi raja sekalipun.”
13
‘Dia berjalan dalam realitas,’ guruku berkata. ‘Barangsiapa berpegang kuat pada kepastian ini, sesungguhnya akan sampai ke suatu tempat. Barang siapa mampu mencapai sesuatu di dunia nanti, di dunia ini ia akan terbebas dari ikatan sesuatu. Jika seseorng memimpikan bahwa sesuatu yang dimilikinya akan bertambah, maka si penafsir mimpi akan mengatakan bahwa sesuatu itu akan berkurang. Jika dia bermimpi bahwa sesuatu itu berkurang, maka si penafsir mimpi akan mengatakan bahwa sesuatu itu bertambah. Banyak hal yang terjadi begini. ‘Ini adalah suatu prinsip yang abadi, sebab jiwa itulah yang bermimpi, dan dia melihat ke dalam dunia lain, yang dari situ segala sesuatu menjadi berkuranng jika di dunia ini bertambah. Begitu pula, jika seseorang bermimpi bahwa seorang anak dilahirkan, itu berarti bahwa seseorang akan mati, sebagaimana impian bahwa seseorang telah mati mengandung arti bahwa seoranganak akan lahir. Jika seseorang bermimpi bahwa seseorang telah mati, penafsirannya adalah bahwa sebagian besar kehidupan orang itu ditinggalkan untuk tetap hidup, sebab ia masih datang dari sana ke sni. Ini jelas.
‘Nah, barang siapa benar-benar meninggalkan sesuatu di dunia ini demi kehidupan mendatang, akan mendapatkan sesuatu di dunia nanti. Ini dapat dilihat pada diri seseorang yang membuang segala sesuatu yang dia miliki. Karena keadannya adalah dia diberi sesuatu dari dunia lain, dia terus membuang sesuatu dari dunia ini ssampai lambat laun dia tidak menaggung beban lagi. Dengan jalan sedikit demi sedikit membuang segala sesuatunya di sini, memperolehnya di sana.’
14
Aku meminta guruku agar menceritakan padaku sebuah kisah tentang seorang manusia sejati.
‘Itu tidak dapat diceritakan,’ aktanya.
‘Dulu,’ kataku, ‘katika aku melihat pada buku yang Bapak angkat untuk diperlihatkan pdaku, aku belum mempunyai banyak pengalaman tentang segala sesuatu, tetapi kini jika aku mengingatnya, aku menjadi begitu terpengaruh sehingga aku hampir tidak tahu lagi apa yang sedang aku lakukan.’
‘Kamu masih belum matang pada waktu itu,’katanya. ‘Sedangkan sekarang kamu sudah matang. Dulu kamu seperti seorang manusia yang belum dewasa, yang belum bisa menikmati hubungan intim. Jika dia sudah dewasa, dan sedang mengakan hubungan intim, dia begitu menikmatinya, sehingga jika ada orang, sekalipun itu kawan karibnya sendiri, mengganggunya pada saat ejakulasi, dia akan menganggapnya sebagai bukti permusuhan, sehingga kenikmatanyya berkurang. Nah, jika kenikmatan itu diceritakan pada seorang pria impoten, hal itu tidak akan berarti apa-apa, sbab suatu pengalaman hanya dapat diketahui melalui pengalaman, dan pengalaman dalam hal itu tidak dimiliki seorang pria impoten,
‘Yang sedang aku bicarakan bukanlah kenikmatan itu. Kenikmatan sejati menyentuh jiwa pria sejati. Dulu kamu masih mentah di dunia lain; kamu belum mengalami kenikmatan itu; kamu bahkan belum tahu makna pengalaman itu. Kini kamu telah matang. Seorang pria yang telah matang dapat menjangkau spesiesnya sendiri jika dia menginginkan, dan orang yang mempunyai jangkauan tak terbatas dapat memasuki dunia gaib. Dan dapa t bercengkerama dengan yang gaib dari dunia itu dari balik selubung rahasia. Lihat betapa bedanya antara kenikmatan itu dan pengalaman ini!’
15
‘Pada waktu sama.’(sama (audisi) adalah suatu sidang hafalan(rectation), musik dan/atau nyanyian, yang selama sidang itu keadaan spiritual digugah melalui indera pendengaran) seorang sufi sampa pada suatu keadaan.’ Kataku. ‘ Darimana datangnya itu?’
‘Nada-nada pertama yang sedih dimainkan pada instrumen-instrumen musik yang indah seperti drum, suling dan semacamnya. Sesudah itu seorang penyanyi menyanyikan sebuah lagu yang indah, dimana kata-kata dilagukan agar sesuai dengan perasaan di pendengar. (‘Keadaan jiwa” untuk waqi’ah secara klasik suatu istilah teknis bagi suatu pemikiran yang stabil atau kejadian apda otak, lawan dari khatir, yang fana suatu gerakan di hati nurani yang tidak mantap) Jika seorang pria yang mampu mendengar nada yang pilu, dia melihat bentuk dari perasannya sendiri. Seperti India yang masuk ke dalam pikiran seekor gajah (Ingatan gajah akan India, merupakan suatu ungkapan peribahasa bagi pengingatan akan asal-usul. Ingatan jiwa akan asal-usulnya dibahas secara perlambang dalam Hikayat 1 dan 2, Premis bahwa segala sesuatu pada ahirnya kembali kepada asal-usulnya diberikan dalam 7, babI) Jiwa diingatkan pada keadannya sendiri tetapi ia mendengarkan di dunia lain, dimana bukan merupakan tugas telinga.’
16
‘Apa yang membautnya menari?’aku bertanya.
‘Jiwa mulai naik, ‘jawab guruku,’ seperti burung yang ingin melarikan dirinya dari sangkar. Sangkar tubuh adalah halangan, maka burung dari jiwa mengeluarkan tenaganya dan mengangkat sangkar dari tubuh itu ke atas. Jika burung itu mempunyai cukup kekuatan, maka ia akan dapat merusakan sangkar dan merikan diri; jika tidak, dalam kemarahannya ia akan membuat sangkar itu bergerak bersamanya.
‘Maka pula (berkenaan dengan para sufi) makna yang hakiki menang, dan jiwa burung itu berusaha naik. Jika tidak dapat keluar dari sangkar, ia akan menggerakan sangkar itu bersamanya. Namun, seberapa kuat pun ia berusaha, ia tidak dapat mengangkat sangkar itu lebih dari sejengkal sebelum sangkar itu jatuh kembali ke bumi.’
17
‘Mengapa mereka melambai-lambaikan tangan?’ aku bertanya.
‘Sebagaian orang mengatakan bahwa itu berarti menepiskan segala sesuatu yang dimiliki, seolah-olah dia berkata, “Kami telah memperoleh sesuatu dari dunia lain; aku melepaskan segala sesuatu yang kami miliki di sini dan menarik diri.” Itu berarti bahwa tubuh tidak dapat mengangkat kaki lebih dari sejengkal, makanya ia berkata pada tangan, “Bergeraklah kamu satu cubit lebih tinggi. Mungkin kami dapat maju setahap lebih jauh.”
‘Mengapa mereka melemparkan baju mereka?’
‘Itu seolah-oleh berkata, “kami menyadari adanya tampat lain, maka lemparkan sesuatu dari tempat ini.” Tetapi orang yang melemparkan bajunya hanya untuk mengenakannya lagi agar dapat melambai-lambaikan lengannya, itu berarti dia hanya “menyimpan kembali” lengannya.’
18
‘Jika seorang sufi memasuki sebuah lingkaran di atas bumi, kelompok itu “mendedanya” dan mengendalikannya sepenuhnya. Entah itu untuk menyanyi, memohon, atau apapun yang mereka inginkan, mereka dapat membuatnya melakukan apa yang mereka kehendaki,’ kataku. ‘Dalam hal ini apakah rahasianya?’
‘Begitu orang-orang sejati memasuki sebuah lingkaran di atas bumi, maka mereka tidak akan pernah lagi meninggalkannya. Burung itu telah tumbuh kuat, mendobrak sangkarnya, dan terbang tinggi. Nah, “mayat” itu berada di bawah kekuasaan kelompoknya. Entah mereka memandikannya sekarang atau lain waktu, entah mereka membungusnya dengan kain kafan putih atau biru, entah mereka menguburnya di kuburan atau di tempat lain, hal itu ditentukan oleh kelompoknya, yang berarti seseorang itu dikendalikan oleh yang lain.’
19
‘Seseorang dapat bangkit dan mencapai ekstase dalam tariannya, kataku. ‘Mengapa begini?’
‘Itu adalah cara untuk menunjukan perssahabatan dan keakraban.’
‘Setelah keadaan ekstase, orang yang berekstase itu bangkit, melipat tangannya, dan tidak berkata apa-apa,’ kataku.
‘Karena dia tidak berkata apa-apa, maka seluruh badannya menjadi lidah baginya. Karena keadaan itu tidak dapat diungkapkan dengan ucapan yang dapat dimengerti, maka dia melukiskan keadannya dengan lidah ekstase. Sebaliknya, orang yang hanya mengalami suatu perasaan, akan mengetahui apa yang dikatakannya.’
20
‘Jika sama’ itu telah selesai, mereka minum air, kataku. ‘Apa artinya itu?’
‘Mereka mengatakan bahwa sisa-sisa pai cinta tertinggal di hati, dan tarian itu membuat perut kosong. Jika mereka tidak mengucurkan air padanya, ia akan terbakar. Mereka sendiri tidak merasakan lapar. Mereka yang sadar untuk tidak menghentikan puasa, bukanlah sufi. Ada banyak penunggak keledai yng bangun seperti para sufi, yang memasuki ladang untuk berlomba-lomba dengan manusia-manusia sejati, tetapi hanya dengan tebasan pertama para prajurit Jalan Realisasi-lah, hakikat eksistensimereka batal. Berjuang adalah tugas manusia-manusia sejati; melambai-lambaikan lengan adalah pekerjaan sufi; tidak semua orang yang mengenakan baju biru itu sufi, seperti telah dikatakan : Di antara para pemakai baju biru, yang banyak sekali jumlahnya, sebagian ada yang memiliki ciri-ciri sufi : Yang pertama itu semata-mata badan, tanpa jiwa; yang terakhir itu badan, hanya tampaknya saja, seluruhnya jiwa.

Hikayat  : 6
REALITAS  CINTA
Atau
Pelipur lara bagi para kekasih

Bismillahirrahmanirrahim

1
Kami kisahkan kepadamu sebuah sejarah yang paling indah, dengan mewahyukan Al-Quran ini, yang sebelumnya kamu termasuk orang yang lalai. (QS. 12:3)

Jika bukan karena kamu, kami tidak akan mengenal nafsu;
Jika bukan karena nafsu, kami tidak akan mengenalmu.

Jika tiak ada cinta, dan tidak ada kesedihan karena cinta,
Siapa yang akan mendengarkan utaian kata-kata indah yang kamu ucapkan?
Jika tidak ada angin yang menerbangkan rambut wanita...
Siapa yang akan menunjukan pada kekasihnya kelembutan pipinya?

BAB  1

2
‘Ketahuilah bahwa benda pertama yang diciptakan Tuhan adalah mutiara yang cemerlang yang dinamai-Nya “AKAL” (‘Aql).
Benda pertama yang diciptakan Tuhan adalah akal
Mutiara ini diberinya tiga sifat, yaitu kemampuan untuk mengenal Tuhan, kemampuan untuk mengenal diri sendiri, dan kemampuan untuk mengetahui apa yang belum ada dan kemudian ada. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan, muncul Husn, yang dinamakan KEINDAHAN; dan dari kemampuan untuk mengenal dirinya sendiri, muncul ‘Isyq, yang dinamakan CINTA. Dari kemampuanuntuk mengetahui apa yang belum ada kemudian ada, muncullah huzn, yang dinamakan KESEDIHAN. Dari ketiganya ini, yang timbul dari ssatu sumber dan bersaudara satu sama lain, Keindahan adalah yang paling dulu memandang dirinya dan mengetahui bahwa dia benar-benar baik. Suatu cahaya muncul dalam dirinya dan dia tersenyum. Dari senyum itu bermunculan beribu-ribu kerubim (Kerubim – Cherubim- adalah untuk menunjuk malaikat yang peringkatnya setingkat di bawah peringkat malaikat tertinggi). Cinta saudara tengah, begitu denkat dengan keindahan, sehingga dia tidak dapat melepaskan pandangan darinya dan selalu berada di sampingnya. Jika keindahan tersenyum, kelumpuhan menimpa Cinta, yang menjadi begitu gelisah sehingga dia ingin bergerak. Kesedihan, yang paling muda, bergantung kepadanya, dan dari kebergantungannya inilah langit dan bumi muncul.

BAB  2

3
Ketika Adam diciptakan dari tanah, bergema seruan di seluruh alam raya bahwa seorang khalifah telah diciptakan dari empat bahan yang berbeda. Tiba-tiba perancang nasib menempatkan pedoman pengaturan pada loh bumi : muncul sebuah bentuk yang indah. Keempat Alam, yang berlawanan satu sama lainnya, ditahan oleh Tujuh Kelana, yang mengepalai golongan tertinggi, dan dimasukan ke dalam penjara dari enam arah.
Ketika Jamsyid Matahari telah mengelilingi pusatnya empat puluh kali, ketika ‘empat puluh pagi (hari)’ telah berlalu, pakaian kemanusiaan itu disampirkan ke pundak mereka, dan yang empat bagian itu menjadi satu.
Berita tentang Adam disiarkan di kerajaan surga, dan rakyat mengatakan pada raja Keindahan bahwa mereka ingin melihatnya. Keindahan berkata, ‘Aku akan pergi labih dulu tanpa dikawal. Jika itu menyenangkan aku, maka aku akan tinggal di sana selama beberapa hari. Kalian boleh mengikutiku ke sana.’
Raja keindahan menaiki kuda kebesaran, dan berangkat menuju lingkungan eksistensi Adam. Dia mendapati tempat itu sangat menarik dan meneyenangkan. Dia turun dari kudanya. Dipeluknya Adam sehingga dia sepenuhnya menyelimutinya.
Ketika cinta mengetahui bahwa Keindahan telah pergi, dia merangkul bahu Kesedihan, dan berangkat pergi untuk mencari Keindahan. Rakyat kerajaan surga mengetahui hal ini, dan mereka semua segera lari mengejarnya.
Cinta sampai di lingkungan Adam, dan melihat Keindahan mengenakan mahkota keagungan mutlak, dan duduk di atas tahta eksistensi Adam. Dia ingin mencari temepat diri sendirinya, tetapi dahinya terantuk dinding kekagetan, dan dia kehilangan keseimbangan. Kesedihan menangkap tangannya.
Ketika Cinta membuka matanya dan melihat rakyat kerajaan surga berkerumun, dia berpaling pada mereka. Mereka membungkuk dan mengakui kekuasaannya atas mereka. Mereka sumua kemudian berangkat menuju kerajaan Keindahan, dan memerintahkan semua orang untuk mencium tanah dari jauh, sebab mereka tidak akan mampu menahankedekatan yang lebih rapat dengannya. Ketika mata rakyat kerajaan surga menatap Keindahan, mereka semua membungkuk dan mencium tanah.
Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya (QS. 15:30).
4
Telah lama sejak Keindahan berkemas dan meninggalkan kota eksistensi Adam dan kembali ke dunianya sendiri. Dia sedang menanti isyarat dari sebuah tempat yang pantas baginya untuk menegakkan kekuasaannya. Ketika tiba giliran Yusuf, Keindahan diberitahu. Dengan segera dia berangkat. Cinta menarik lengan Kesedihan dan pergi mengejar Keindahan. Ketika mendekat, dai melihat Keindahan telah begitu menyatu dengan Yusuf, sehingga tidak ada perbedaan lagi di antara mereka berdua. Cinta memerintahkan kesedihan untuk menarik rantai kerendahan hati. Dari istana keindahan, sebuah suara berseru, ‘Sapa itu? ‘Cinta menjawab dengan lidah ekstase :
Abdimu kembali ke hadiratmu dalam keadaan terluka. Insan yang tak berdaya ini berangkat dengan berjalan kaki tetapi kembali dengan merangkak.
 Keindahan menempatkan tangan ketidakacuhan di atas dada permohonan. Dengan suara yang menyedihkan Cinta membaca puisi ini :
Demi kenyataan bahwa aku tidak memiliki siapa-siapa kecuali engkau, janganlah berlaku kejam.
Aku tak sanggup menahan kekejamanmu.
Ketika Keindahan mendengar kata-kata ini, dia menjawab dengan penuh penghinaan :
Wahai cinta, rasa senangku padamu telah berakhir. Kini aku tidak ingat padamu.
Karena Cinta menjadi putus asa, dia menarik tangan Kesedihan dan berangkat pergi menuju belantara kegundahan, dengan menggumamkan kata-kata ini :
Semoga tidak ada yang berhasil menyatu denganmu; semoga tidak ada sesuatu pun di samping jiwaku yang terbakar duka cita karena mu.
Kini setelah hari yang kuharapkan tiba, aku berlalu. Semoga tidak ada seorang pun mengalami hari seperti ini!.

BAB  3

5
Kini setelah Kesedihan terpisah dari Keindahan, dia berkata pada Cinta. ‘Dulu kita selalu bersama-sama mengabdi Keindahan. Kita telah menganggap diri kita sebagai muridnya, dan dia guru kita. Sekarang setelah kita disingkirkan, rencananya adalah bahwa kita masing-masing harus pergi kearah yang berbeda dan melakukan perjalanan dengan penuh kedisiplinan. Marilah kita berdiri tegak melawan pukulan-pukulan keras keberuntungan, mari kita menarik diri dalam kepatuhan, dan mari kita bersujud di atas sajadah takdir dan nasib. Semoga, dengan campur tangan kebaikan tujuh pertapa tua yag menjadi pembimbing dunia kelahiran dan kerusakan, kita akan dapat kembali mengandi guru kita.’ Lalu Kesedihan berangkat menuju tanah Kanaan, sedangkan Cinta mengambil jalan ke Mesir.

BAB  4

6
Perjalanan Kesedihan tidak jauh, dan dalam satu kesempatan dia sampai di Kanaan. Dia memasuki gerbang kota dan mencari seorang tua untuk melewatkan beberapa hari bersamanya. Dia diberitahu tentang Ya’qub dari Kanaan, yang secaraPakan. (nakuja-abad = Negeri Natah berantah; Pakan = yang suci).
Dengan tangan kerendahan hati, Ya’kub menebarkan sajadah kesabaran, dan duduklah Kesedihan di atasnya. Dia sendiri duduk di sampingnya. Setelah beberapa hari berlalu, Ya’kub menjadi begitu akrab dengan kesedihan, sehingga dia tidak dapat berada jauh darinya sekejap pun. Kepada Kesedihan dia memberikan segala miliknya : pertama-tama dia menyerahkan matanya :
Dan amtanya memutih karena mengidap duka cita. (QS. 12:84).
Dan kemudian dia menamakan selnya Rumah Kesedihan, dan menyerahkan pengelolaanya kepadanya.
Ketakutan apa yang kumiliki terhadap musuh-musuh itu, jika engkau menjadi sahabat atau pelipur ku dalam duka cita karena perpisahan?
Katakan apda musuhku agar memakan habis jantungnya, sebab sebagaimana yang aku inginkan, engkau ada dalam pelukanku.

BAB  5

7
Sementara itu, Cinta yang putus asa berangkat ke Mesir, memakan waktu dua kali lipat, sampai dia tiba di kota itu, dan memasuki pasar yang tertutup oleh debu jalanan.
Cinta muncul di pasar zaman itu. Gumaman akan keelokan keindahan itu menggema,
Kini apa alasannya cinta berjalan masuk dengan pongahnya? Apakah kesabaran itu kini, ketika sang kekasih muncul!?
Setelah bertahun-tahun hilang, muncul nama hatiku dari lubang seikat rambut yang berbau wangi kesturi.
Muncul kegegeran besar di negeri Mesir. Rakyat terperangkap kekacauan. Cinta, bagaikan seorang darwisy kelana, dengan wajah tanpa selubung, melintasi setiap tempat terkemuka dan memandang setiap pemuda rupawan serta mencari kekasihnya di setiap ssudut. Tak seorangpun cocok dengannya. Dia menanyakan arah jalan menuju rumah si Kapten, dan kepalanya terantuk di kamar Zulaikha. Keteika melihat ini, wanita itu bangkit, berpaling pada Cinta dan berkata, ‘Semoga seratus ribu jiwa yang mulia dikorbankan untuk Anda! Dari mana Andda datang? Ke mana  Anda akan pergi? Siapa nama Anda?
Cinta menjawab, ‘Aku berasal dari Rumah Suci, dari wilayah Ruh-abad dari jalan Husn. (Ruh-abad =negeri jiwa; Husn = keindahan). Rumahku berada di sebelah rumah Kesedihan. Pekerjaanku adalah berkelana. Aku seorang pengemis yang menarik diri (dari dunia). Setiap saat aku pergi ke arah yang berbeda. Setiap hari aku berada di tempat yang berlainan. Setiap malam aku tidur di penginapan yang tidak sama. Jika aku berada di antara bangsa Arab, mereka memanggilku Isyq; di kalangan bangsa Persia, aku dikenal sebagai Mehr. Di surga aku dinamakan si Penggerak; di ataas bumi aku dikenal sebagai  si Pengatur Keseimbangan. Meskipun umurku sudah banyak, aku masih muda. Meskipun aku tidak memiliki apa-apa, aku berasal dari keluarga terhormat. Kisahku panjang!.
Ceritaku panjang dan kamu akan jemu mendengarkannya.
‘Kami tiga bersaudara, dibesarkan di tengah kemewahan, dan tidak pernah mengenal keburukan. Jika aku caeritakan padamu tentang daerah ku, dan aku gambarkan tentang keajaiban-keajaiban yang ada di sana, kamu tidak akan mengerti atau memahaminya. Bagaimanapun juga, itu adalah daerah yang terakhir di antara daerah-daerah kami. Seseorang yang tahu jalnnya, akan dapat mencapinya melalui sembilan tahap dari duniamu. Aku akan menceritakan tentang daerah itu dengan cara sedemikian rupa sehingga kamu dapat memahaminya.

BAB  6
Cerita Cinta

8
Ketahuilah bahwa di atas paviliun sembilan lantai ini ada sebuah kubah yang dinamakan Kota Jiwa. Ia mempunyai benteng yang sangat kuat, dan parit yang sangat besar. Di gerbang kota itu ditempatkan seorang pria tua yang msih muda bernama Jawed Khirad (kearifan abadi). Dia terus menerus berkeliling dengan cara sebegitu rupa sehingga dia tidak pernah berpindah dari tempatnya. Dia adalah seorang penjaga yang baik. Dia tahu caranya membaca Kitab Ilahi, dan sangat fasih, tetapi dia bisu. Melihat umurnya, dia sudah tua, tetapi dia tidak pernah melihat berlalunya waktu. Dia sangat, sangat tua, tetapi sama sekali tidak jompo.
Barangsiapa mau mencapai kota itu, harus memotong enam tali dari empat gapura (arch), membuat pakain kuda dari cinta, menempatkan pelana pengalaman intuitif di atas punggung kuda kerinduan, mengecat matanya dengan cat kesadaran dan dengan kuas kelaparan,  membawa pedang pengetahuan di tangan, dan mencari jalan menuju mikrokosmos. Biarkan dia datang dari arah utara dan mencari daerah yang berpenghuni. Jika telah sampai di kota itu, dia akan melihat sebuah paviliun tiga lantai.
9
Tingkat pertama berisi dua kamar. Di dalam kamar yang pertama ada sebuah dipan yan ditempatkan di atas air, dan di atasnya berbaringlah seseorang yang sifatnya cenderung pada kelembaban. Dia sangat pandai, tetapi cirinya yang menonjol adalah alpa. Dia dapat memecahkan setiap persoalan dalam sekejap mata, tetapi dia tidak pernah ingat sesuatu pun.
Di sampingnya,di dalam kamar kedua, ada sebuah dipan yang ditempatkan di atas api, yang diatasnya berbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada kekeringan. Dia sangat gesit dan cekatan, tetapi jorok. Dia membutuhkan waktu lama untuk menemukan kiasan-kaisan, tetapi begitu memahaminya dia tidak akan pernah melupakannya. Jika (si pencari) melihatnya, dia akan memulia berbicara dengan lembut dan berusaha merayunya dengan berbagai hal. Setiap saat dia akan menampakkan dirinya dalam samaran yang berbeda. Hendaklah (si pencari) tidak memperhatikannya dan menjauh, dan memerintahkan pada kudanya untuk pergi ke lantai kedua.
10
Di sana pun dia akan melihat dua kamar. Di dalam kamar yang pertama ada sebuah dipan udara yang di atasnya terbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada kedinginan. Dia senang berbohong, membingungkan, berbicara pada yang tidak-tidak, mencegat dan membunuh. Dia selalu memberikan penilaian-penilaian tentang hal-hal yang tidak diketahuinya sama sekali.
Di sampingnya, di dalam kamar yang kedua, ada sebuah dipan uap air, yang di atasnya terbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada kepanasan. Dia telah banyak melihat kebaikan dan kejahatan. Kadang-kadang dia tampak seperti malaikat, dan kadang-kadang seperti setan. Hal-hal yang aneh dapat ditemukan dalam kehadirannya. Dia menguasai ilmu sihir, dan telah mempelajari ilmu sulap. Jika dia melihat (si pencari), dia akan mulai bersikap menjilat terhadapnya. Dia akan menangkap tali-tali kekang, dan berusaha menghancurkannya, tetapi biarkan dia mengacungkan pedang di hadapan mereka dan mengancam mereka sampai mereka lari.
11
Ketika sampai di lantai ke tiga, dia akan melihat sebuah kamar yang menyenangkan, di dalamnya terdapat sebuah dipan dari tanah murni, yang di atasnya berbaring seseorang yang sifatnya cenderung pada keseimbangan di sekelilingnya, dan dia tidak pernah menghianati kepercayaan setiap orang kepadanya. Keuntungan apa pun yang dihasilkan dari barang-barang ini, dipercayakan padanya, sehingga dapat dimanfaatkan lagi. Ketika (si pencari) meninggalkan tempat itu, dia akan berhadapan dengan lima pintu gerbang.
12
Pintu gerbang pertama mempunyai dua pintu untuk keluar masuk, yang di dalam masing-masing terdapat sebuah tahta bujur yang berbentuk seperti buah badam dengan dua gorden, yang satu hitam dan yang satu lagi putih, tergantung di depannya. Ada banyak tali yang diikatkan pada gerbang itu. Di atas masing-masing tahta itu duduk seseorang yang bertugas sebagai penjaga. Dia dapat melihat apa yang terjadi dalam beberapa tahun yang lalu atau yang akan datang, dan biasanya sedang melakukan perjalanan. Dengan bergerak dari tempatnya, dalam sekejap mata dia dapat sampai ke tempat manapun yang ingin dikunjunginya, tidak soal seberapa jauh pun jaraknya. Jika (si pencari) datang, hendaklah dia memerintahkannya untuk tidak membiarkan seorang pun masuk melalui pintu gerbang itu, dan jika ada celah muncul di mana pun juga, dia hendaknya diberitahu dengan segera.
13
Melangkah ke pinu gerbang kedua, dia akan menemukan dua pintu untuk keluar masuk, yang dibalik masing-masing pintu itu ada sebuah lorong yang panjang, berliku-lku, dan ditutup dengan mantra-mantra. Di ujung setiap lorong itu ada sebuah tahta yang bulat, dan di atas kedua tahta itu duduk seorang penguasa berita informasi. Dia mempunyai kurir-kurir yang terus menerus bepergian untuk menangkap setiap bunyi yang muncul yang kemudian menyampaikannya pada penguasanya itu, yang dapat memahaminya. Hendaknya (sipencari) memerintahkannya untuk mengembalikan segala sesuatu yang didengarnya dan tidak membiarkan dirinya dipengaruhi setiap suara atau disesatkan setiap bunyi.
14
Dari situ dia akan sampai ke pintu gerbang ketiga. Di sini pun terdapat dua pintu untuk keluar masuk. Dari setiap pintu itu dia akan melewati sebuah lorong panjag sampai dia tiba di sebuah kamar dimana terdapat dua tempat duduk, yang masing-masing diduduki seseorang. Dia mempunyai seorang pelayan bernama Udara, yang pergi ke sekeliling dunia setiap hari dan membawa sepotong dari setiap kebaikan dan keburukan yang dilihatnya. Semua ini diambilnya, lalu disebarkan. Hendaklah (si pencari) melarangnya terlibat dalam banyak perdagangan dan melarangnya berhubungan dengan orang-orang yang tidak berguna.
15
Dari sana dia akan sampai ke pintu gerbang ke empat. Yang ini lebih lebar dibanding tiga yang lainnya. Di dalamnya ada sebuah mata air yang indah yang dikelilingi sebidang tembok dari mutiara. Di tengah mata air itu ada sbuah dipan yang bergerak, dan di atasnya duduk seseorang yang dinamakan si Pencicip. Dia membedakan empat hal yang berbeda, yang dapat dibagi-bagi dan digolong-golongkan. Siang dan malam disibukkan oleh pekerjaan itu. Hendaklah (si pencari) memerintahkannya untuk meneruskan pekerjaannya hanya seperlunya saja.
16
Lalu dia akan sampai pada pintu gerbang kelima, yang mengelilingi kota. Segala sesuatu yang ada di dalam kota itu berada dalam lingkup pintu gerbang ini, yang di seputarnya selembar permadani dditebarkan, dan di atas permadani itu dipenuhi oleh tubuhnya. Dia menguasai delapan hal yang berlainan, dan membeda-bedakan di antara yang delapan itu. Tak sekejap pun dia mengabaikan pekerjaannya. Dia dinamakan Si Pembeda. Hendaklah (si pencari) memerintahkan agar permadani itu digulung dan pintu gerbang ditutup.
17
Setelah melewati kelima pintu gerbang itu, dia akan tiba di kota. Hendaklah dia menuju ke hutan kota. Setelah tiba di sana, dia akan melihat api yang menyala dan seseorang duduk memasak sesuatu di atas api itu. Satu orang sedang mengipasi apinnya, sementara yang lain menunggu dengan harap-harap cemas pada saat makanan dimasak. Orang yang lain memisahkan bagian yang lebih sedikit yang masih mendidih yang merupakan sisa-sisa di dasar panci, dan membagikannya kepada seluruh penduduk kota. Bagian yang lebih sedikit diberikannya kepada orang yang lembut, dan yang lebih banyak kepada orang-orang yang kasar. Orang lain yang sangat tinggi berdiri di dekat situ dan menarik telinga mereka yang telah selesai makan, dan mengangkatnya. Seekor singa dan seekor babi menunggu di dalam hutan : yang pertama setiap siang dan malam sibuk membunuh dan mencabik-cabik, sementara yang terakhir sibuk mencuri, makan dan minum. Hendaklah (si pencari) melepaskan tali laso dari pelananya dan menjeratkannya ke leher mereka, mengikat keduanya erat-erat, dan melemparkan mereka di tempat itu. Hendaklah ia memasangkan kendali pada kudanya dan berteriak padanya, dan dengan satu lompatan ia akan dapat melompati sembilan penghalang dan berdiri di depan pintu gerbang Kota Jiwa. Dengan segera orang tua itu akan menyapanya, memeluknya dan mengajaknya berjalan. Di situ ada sebuah mata air yang dinamakan Air Kehidupan, dan dia akan diperintah untuk mandi di dalamnya. Setelah mendapatkan imortalitas, dia akan diajari Kitab Ilahi.
18
Di atas kota ini ada beberapa kota lain. Dia akan ditunjukan jalannya ke setiap kota itu, dan diberitahu bagaimana mengenalinya. Jika aku ceritakan padamu tentang kota-kota itu, kamu tidak akan dapat memahaminya. Dalam ketidakpercayaanmu terhadapku, kamu akan tenggelam ke dalam lautan ketakjubkan. Cukuplah sedikit cerita ini saja untukmu, sebab jika kamu bisa memahami apa yang telah aku katakan, hal itu sudah cukup bagimu untuk sampai di sana dengan selamat.

BAB . 7

19
Ketika Cinta telah selesai dengan ceritanya, Zulaikha bertanya mengapa dia datang ke negeri ini.
‘Kami tiga bersaudara.’ Katanya. ‘Yang tertua dinamakan Keindahan, dan dialah yang membesarkan kami. Yang termuda yang bernama Kesedihan, dan dia hampir sepenuhnya ku layani. Kami bertiga sebelumnya bahagia. Tiba-tiba sebuah suara berseru di alam kami bahwa di atas bumi ada seseorng yang akan membawa kami menuju eksisntensi, sesuatu yang sangat mencengangkan, baik di surga maupun di dunia, baikm secara jasmaniah maupun ruhaniah. Bukan hanya sisi yang lain itu diberikan padanya, melainkan sebagian dari alam kami juga. Semua orang yang tinggal di lingkungan kami ingin melihatnya. Mereka semua datang padaku untuk meminta nasihatku. Aku menjelaskan keadaan ini pada Keindahan, yang menjadi pemimpin kami. Dia berkata, ‘Kalian harus bersabar sampai aku pergi dan melihatnya. Jika itu menyenangkanku, aku akan memanggilmu.’ Kami semua berkata baha kami akan patuh.
20
Keindahan tiba di kota Adam dalam sekejap. Dia mendapati tempat itu menyenangkan, lalu tinggal di sana. Kami mengikutinya. Ketika kami mendekat, kami tidak mampu menyatu dengannya, maka kami semua kehilangan pijakan, dan masing-masing jatuh ke sebuah sudut. (Maka demikianlah kami) sampai sekarang, ketika giliran Yusuf tiba dan ketika suatu tanda Keindahan kami dapati dalam diri Yusuf. Aku dan adikku, yang bernama Kesedihan, berangkat menuju ke arah itu. Ketika kami tiba, Keindahan telah menjadi lebih besar daripada yang kami kenal sebelumnya. Dia tidak membenarkan kami mendekat, dan semakin keras kami meratap, semakin keras pula dia menolak kami.
Teruslah demikian, sebab kekejaman menjadi dirimu. Taruslah membunuh, sebab kesalahan menjadi dirimu.
Kamu kini jauh lebih baik dibanding dahulu : tidak menemui kami tidak akan mengganggumu.
Teruslah berjuang dengan air mata dan keluhan putus asa, sebab air dan udara seperti itu tidak akan mengganggummu.
21
Ketika kami menydari bahwa dia tidak memperdulikan kami lagi, kami masing-masing berangkat ke arah yang berbeda. Kesedihan pergi menuju Kanaan, dan aku mengambil jalan ke Mesir.
Setelah Zulaikha mendengar kata-kata itu, dia membuat sebuah rumah untuk Cinta, dan lebih menghormatinya ketimbang menghormati hidupnya sendiri, sampai tiba saatnya ketika Yusuf muncul di Mesir. Rakyat Mesir menjadi lumpuh, dan berita ini ke telinga Zulaikha. Dia menceritakan hal ini pada Cinta. Dia menarik kerah bajunya, dan pergilah mereka menemui Yusuf. Ketika Zulakha memandangnya, dia ingin maju ke depan, tetapi kaki hatinya terantuk batu ketakjuban, dan dia jatuh dari lingkaran kesabaran. Dia mengembangkan tangan kesalahan dan melepas slubung kesucian dari dirinya, dan dalam sekejap mata berubah murung. Rakyat Mesir menyerbu bajunya; dan dia, di samping dirinya sendiri, mengutip baris-baris ini :
Sesuatu yang melukai seseorang, sehingga dia membocorkan (semua) rahasia, bukanlah seperti apa yang menjadi tujuan kerjaku; ia tiak dapat disembunyikan.
Mereka menyatakan bahwa aku mencintaimu, tetapi hasratku yang amat besar melebihi apa yang mereka nyatakan.

BAB . 8

22
Ketika Yusuf menjadi maharaj di Mesir, beritanya sampai ke Kanaan. Ya’qub dicekam kerinduan. Ini dikatakannya pada Kesedihan, yang beranggapan bahwa sebaiknya Ya’qub membawa putra-putranya pergi ke Mesir. Ya’qub mewakili Kesedihan dan berangkat ke Mesir bersama putra-putranya. Ketika sampai di Mesir, dai masuk melalui pintu gerbang istana maharaja. Tiba-tia dia melihat Yusuf duduk bersama Zulaikha di atas singgasana kerajaan. Dia memberi tanda pada Kesedihan. Keetika Kesedihan melihat Cinta, dia berlutut sebagai tanda pengabdian kepada Keindahan, dan menempatkan wajahnya di atas tanah. Ya’qub dan putra-putranya menempatkan wajah mereka di atas tanah. Yusuf berpaling pada Ya’qub dan berkata, ‘Ayah, inilah tasir impianku yang aku ceritakan kepadamu :
Aku melihat dalam mimpiku sebelas bintang, Matahari dan bulan; aku lihat mereka bersujud padaku’ (QS.12:4).

BAB . 9

23
Ketahuilah bahwa dari semua nama Keindahan, yang satu adalah Jamal (keindahan), dan ssatunya lagi Kamal (kesempurnaan). Ini diceritakan dalam hadis Nabi : Tuhan itu Indah dan mencintai keindahan.
Segala sesuatu yang ada, baik jasmaniah amupun ruhaniah, mencari kesempurnaan. Kamu tidak akan pernah melihat seseorang yang tidak cenderung kepada keindahan. Dengan demikian, setiap orang adalah pencari keindahan, dan berusaha mendapatkannya.
Tetapi, sulit mendapatkan Keindahan, yang merupakan sasaran keinginan semua orang, sebab persatuan dengannya hanya mungkin melalui perantaraan Cinta. Dan dia tidak membiarkan seorang pun untuk mendekatinya sendiri. Dia tidak tinggal di sembarang tempat, dan tidak menunjukan wajahnya pada sembarang mata. Jika secara kebetulan menemukan seseorang yang pantas memperoleh kebahagiaan itu, dia mengirim Kesedihan si penjaga pintu gerbang untuk membersihkan rumahnya, dan dia tidak mengizinkan seorang pun memasuki rumah itu.
Pada saat kedatangan Sulaiman  Cinta muncul seruan : Hai semut-semut! Masuklah ke sarangnmu supaya tidak terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, tanpa disadari mereka (QS.27:18) Maksudnya, hendaklah masing-masing “semut” dari indera eksternal dan internal berlindung di dalam rumah masing-masing supaya terhindar dari bahaya yang ditimbulkan oleh pasukan Cinta, agar kekacauan tidak dapat memasuki otak.
Maka cinta harus mengelilingi rumah itu, dan memeriksa segala sesuatunya sebelum masuk ke dalam ruangan hati, yang sebagiannyadihancurkannya, dan sebagian yang lain dibuatnya berkembang dengan jalan menetapkan kembali aturan pokoknya. Diperlukan beberap hari untuk melakukan hal ini. Kemudian dia berjalan menuju gerbang Keindahan.
Jika sudah diketahui bahwa Cintalah yang menyebabkan si pencari mendapatkan apa yang dicarinya, dia harus berusaha mempersiapkan dirinya untuk mengenal Cinta, untuk mengetahui tahap-tahap dan jenjang-jenjang para akekasih, menyerahkan dirinya kepada Cinta, dan setelah itu melihat keajaiban-keajaiban.
Buanglah duka lara kehampaan dari kepalamu.
Kurangilah kebanggaanmu dan tambahlah kebutuhanmu.
Tuanmu adalah Cinta : Jika kamu telah mendapatkannya, dia sendiri akan mengatakan padamu bagaimana bertindak dengan lebih ekstase.

BAB . 10

24
Jika kasih sayang telah mencapai batasnya, maka ia dinamakan Cinta.
Cinta adalah kasih sayang yang melimpah.
Cinta juga lebih istimewa dibanding kasih sayang, sebab setiap cinta sma dengan kasih sayang, tetapi tidak semua kasih sayang sama dengan cinta. Kasih sayang itu lebih istimewa dibanding pengetahuan kognitif, sebab semua kasih sayang sama dengan pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan adalah kasih sayang. Dari pengetahuan, lahir dua hal yang bertentangan, yaiu kasih sayang dan ketidak senangan, sebab kasih sayang berarti keinginan untuk bersama dengan sesuatu yang sesuai dena cocok, baik jasmaniah maupun ruhaniah, yang dinamakan Kebaikan murni dan Kesempurnaan Mutlak. Jiwa manusia beusaha dan ingin mendapatkan kesempurnaan. Sebaliknya, ia tidak ingin bersama sesuatu yang tidak cocok atau berharga, entah itu secara jasmaniah maupun ruhaniah, yang dinamakan Kejahatan Murni dan Kekurangan Mutlak. Jiwa manusia selalu menjauhi ini, dan dengan demikian menimbulkan suatu penolakan alamiah. Kasih sayang berasal dari situasi pertama, dan ketidaksenangan dari yang kedua.
Oleh karena itu, pertama-tama adalah jenjang pengetahuan, kedua jenjang kasih sayang, dan ketiga jenjang cinta. Kita tidak dapat mencapai dunia cinta, yang berada di atas semua yang  lain, tanpa membuat tangga pengetahuan dan kasih sayang, yang merupakan makna jalinan kata-kata ‘dua langkah dan kamu sampai di sana.’ Begitulah pula, dunia cinta adalah ujung dari dunia pengetahuan dan kasih sayang : orang yang tiba di sana, telah mencapai batasan sebagai alim yang teguh dan filosof yang saleh. Karena itu dikatakan :
Cinta ada bukan untuk satu makhluk pun : keadaan sebagai seorang kekasih timbul tak lain adalah untuk mereka yang telah sampai di sana.

BAB . 11

25
Kata ‘isyq (cinta) berasal dari ‘asyiqa semacam tanaman anggur yang tumbuh di dasar pepohonan. Pertama-tama ia menjaga akar-akarnya di tanah, lelu ia merambat dan bergantung pada pohon itu. Ia terus tumbuh sampai dapat mengambil alih seluruh pohon itu dan mengisapnya hingga tidak tersisa lagi kadar air pada urat-urat pohon itu. Semua makanan yang mencapai pohon itu meelalui air dan udara diserapnya hingga pohon itu layu.
Begitu pula di dunia manusia, yang merupakan mikrokosmos dari penciptaan, ada sebatang pohon yang berdiri tegak dan dihubungkan dengan benih yang ada dalam hati, yang tumbuh di tanah kerajaan surga. Segala sesuatu yang ada di sana mempunyai jiwa, sebagaimana dikatakan :
Segala sesuatu yang berada di tempat itu berdiri di atas bebatuan dan tanah jiwa.
26
Benih-benih adalah benih yang ditanam tukan kebun Pra- dan Pasca-Kekekalan dari gudang ‘ruh-ruh yang dibariskan berjajar-jajar’ di dalam taman kerajaan surganya “Jiwa yang menjadi urusan Tuhan” (QS.17:85) Dia melukiskannya sendiri.
Hati manusia itu berada di antara dua jari Yang Maha Pengasih. Dia membalik-balikan mereka sekehendak-Nya.
Ketika air pengetahuan “segala sesuatu hidup melalui air” (QS.21:30), bersama dengan angin “hembusan nafas Tuhan pada hari-hari sepanjang masa hidupnya” yang berasal dari kebahagiaan tangan kanan Tuhan, mencapai benih hati ini, beratus-ratus ribu cabang ruh menyebar darinya. Kesegaran dan kehijauan itu terkandung dalam kata-kata, ‘aku merasakan nafas yang Yang Maha Pengasih dari arah Yaman.’ Karena itu, benih hati, yang dinamakan “kalimat yang baik” merupakan cerminan pohon ini di dunia kelahiran dan kerusakan, yang disebut “bayangan” dan “badan” serta pohon yang berdiri tegak.’ Ketika pohon yang baik ini mulai tumbuh tinggi dan dan mencapai kesempurnaan, cintaa megintip dari sebuah sudut dan berglung mengelilingi hingga ia mencapai titik di mana tidak ada tersisa lagi kelembaban manusia. Semakin ketat cinta membelit pohon ini, cerminan itu yaitu pohon yang berdiri tegak, semakin lemah dan pucat, hingga serta merta kaitan itu pun putus. Maka pohon itu menjadi jiwa yang mutlak dan pantas mengambil tempatnya di taman Ilahi.
Masuklah dalam kalangan para hamba-Ku; dan masuklah ke dalam surga-Ku (QS. 89:30f.)
Karena kepantasan ini akan diperoleh melalui cinta, maka itu berarti bahwa cinta merupakan hasil kessalehan, karena ia menyebabkan seseorang mencapai tingkat di mana :
Kepada Dia-lah menjulang setiap ucapan yang baik, sedang setiap perbuatan kebajikan menunjangnya. (QS 35 : 10).
Kesalehan berarti kemampuan menerima tahap ini. Jika dikatakan bahwa si Anu seorang yang “Saleh”, yang dimaksud adalah bahwa dia bisa menerima. Kemudian, meskipun harus mengorbankan jiwa demi dunia kekekalan, cinta akan membawa badan kembali ke dunia fana, sebab di dunia kelahiran dan kerusakan ini tidak ada sesuatu pun yang dapat menahan beban cinta. Seorang guru besar pernah berkata mengenai masalah ini :
Semoga musuh yang nafsunya telah menyatu denganmu tidak akan memperoleh kesenangan barang sekejap pun.
Tidak, tidak, aku tidak mengutuknya dengan ini : bahkan jika musuh itu terbuat dari besi, cinta bagimu sudah cukup (untuk membinasakannya).

BAB . 11

27
Cinta adalah budak rumah tangga yang dibesarkan di kota kekekalan, dan kepadanya sang Sultan dunia Pra-Kekekalan dan Pasca-Kekekalan telah memberikan kedudukan sebagai Penguasa Kedua Dunia. Penguasa ini merondai arah yang berbeda setiap saat, dan mengawasi daerah yang berbeda setiap waktu. Dalam aturan kekuasaannya dituliskan bahwa setiap kota yang didatangi harus diberitahu (tentang kehadirannya) dan seekor sapi dikorbankan untuknya.
Tuhan memerintahkan padamu untuk mengorbankan seekor sapi (QS. 2:67)
Kecuali sapi jiwa itu dibunuh. Dia tidak akan menginjakkan kakinya di kota itu. Tubuh manusia adalah seperti sebuah kota : anggota-anggota tubuhnya adalah jalan-jalannya, dan urat-uratnya adalah saluran-saluran airnya yang mengalir melalui jalan-jalan itu; indera-inderanya adalah para pekerjanya, yang masing-masing sibuk dengan pekerjaan yang berbeda-beda.
28
Jiwa Jasmaniah adalah seekor spi yang menimbulkan kekacauan di dalam kota. Ia mempunyai dua tanduk, yang satu adalah ketamakan, dan satunya lagi nafsu. Ia mempunyai warna yng bagus, kuning cerah dan menarik. Barangsiapa melihatnya, akan merasa puas.
Sapi itu berwarna kuning tua, dan sedap dipandang mata. (QS. 2:69).
Ia belum terlalu tua, sehingga, sesuai dengan peribahasa ‘rahmat bersama kakak-kakakmu.’ Ia bisa diminta rahmat, dan juga tidak terlalu muda sehingga, sejalan dengan pepatah ‘kemudaan adalah cabang kegilaan,’ pena tanggung jawab dapat dijauhkan darinya. Ia tidak merindukan surga, dan tidak takut neraka.
Sapi betina itu tidak tua dan tidak pula terlalu muda, tetapi pertengahan (QS. 2:68).
Tidak berpengetahuan, tidak mau belajar, bukan realitas, bukan pula kepastian: bagaimana seorang darwisy-kafir, tidak mempedulikan dunia ini maupun agama.
Ia tidak membajak tanah badan dengan mata bajak disiplin asketik, sehingga ia dapat bersiap-siap menerima benih tugas-tugas untuk ditaburkan, dan ia tidak menimba air pengetahuan dengan ember perenungan dari sumur deduksi sehingga ia dapat mencapai yang tidak diketahui melalui yang diketahuinya. Ia terus menerus berkelana di ladang ketidak teraturan dengan tali kekang yang putus.
Sapi betina itu adalah sapi yang belum pernah dipekerjakan untuk membajak tanah dan mengairi tanaman, mulus tidak ada cacatnya dan tidak ada belangnya (QS. 2:71).
Tidak semua sapi patutu untuk pengorbanan ini ; tidak di semua kota sapi seperti itu dapat ditemukan; tidak semua orang berani mengorbankan ssapi ini; keberhasilan ini tidak setiap saat diberikan.
Dierlukan waktu bertahun-tahun bagi sebuah batu biasa untuk diubah oleh matahari menjadi batu mirah di Badakhsyan atau batu carnelia di Yaman. (Badakhsyan dalam peribahasa adalah sumber batu mirah, sedangkan Yaman sumber batu karnelia. Permata dianggap sebagi hasil pengaruh Sinar Matahari pada bebatuan biasa, yang dieramkan (diinkubasikan) di dalam gunung.)






Hikayat  : 7
BAHASA  SEMUT

Bismillahirrahmanirrahim
Ya Allah tambahilah pengetahuanku (QS. 20:114).

1
Puji syukur hanya untuk Sang Pemula, sebab sesungguhnya dengan jalan menyaksikan eksistensi segala yang ada itu pantas diakui sebagai hal-hal yang eksistensi. Dan shalawat tertuju pada Pimpinan Umat Manusia Muhammad saw. Yang Terpilih, semoga Allah memberinya kedamaian, juga pada keluarganya dan arwah mereka.
2
Salah seorang sahabtku yang sangat menyayangi aku yang hina ini telah memintaku untuk menulis beberapa patah kata mengenai rahasia tarikat dengan syarat dia mau menjauhkannya dari orang-orang yang tidak ikut mengetahuinya, atas perkenan Allah. Aku menamakannya “Bahasa Semut”. Dan keberhasilan hanya datang dari Allah.

BAB . 1
Semut-semut dan Embun

3
Beberapa semut, yang siap bekerja, bergegas-gegas dari kedalaman yang gelap tempat persembunyian mereka, berangkat ke ladang untuk mencari makanan mereka. Kebetulan beberapa tangkai tanaman tertangkap pandangan mereka; dan karena masih sangat pagi, tetes-tetes embun tampak menutupi permukaan tangkai-tangkai itu. ‘Apakah itu? Tanya salah seekor semut. Yang satu berkata bahwa tetes-tetes itu berasal dari bumi; yang lain berkata tetes-tetes itu berasal dari laut. Dab mereka pun mulai bertikai mengenai masalah itu.
Pemimpin mereka berkata, ‘Bersabarlah sebentar, kita lihat dulu ke arah mana ia condong, karena segala sesuatu akan ditarik ke arah asal mulanya, yaitu bahwa segala sesuatu akan selalu merindukan tempat asal mulanya. Segala sesuatu akan tertarik ke akarnya sendiri. Tidakkah kalian lihat bahwa meskipun segenggam tanah dapat dilemparkan ke udara, tetapi karena asalnya lebih rendah dan pernyataan bahwa segala sesuatu kembali pada asal-mulanya itu mempunyai dasar yang kuat, pada akhirnya tanah itu akan jatuh? Asal-mula segala sesuatu yang kembali ke kegelapan murni adalah kegelapan itu sendiri. Dalam kaitannya dengan Cahaya Ilahi, masalahnya bukan lebih jelas lagi bagi esensi yang mulia. Tuhan melarang persangkaan akann penyatuan (substansial), tetapi apapun yang mencari cahaya, berasal dari caha pula.
4
Semut-semut itupun sibuk ketika matahari mulai menghangat dan embun mulai menghilang dari tangkai tanaman, dan mereka menyadari bahwa ia bukan berasal dari tanah. Karena ia berasal dari udara, maka ia pun kembali ke udara.
Cahaya demi cahaya berlapis-lapis (QS.24:35).

BAB . 2
Kura-kura  menilai  seekor  burung

5
Beberapa kura-kura mempunyai sarang di pantai. Suatu kali, ketika sedang menikmati pemandangan laut, mereka melihat seekor burung yang berwana-warni sedang bermain di atas air sebagaimana yang sering dilakukan burung-burung. Kadang-kadang ia menyelam ke bawah air, dan kadang-kadang terbang naik lagi.
‘Apakah bentuk yang indah ini hewan air atau hewan udara? Tanya salah seekor kura-kura.
‘Kalau bukan hewan air, apa yang dilakukan di dalam air? Jawab kura-kura yang lain.
‘Jika ia hewan air,’ kata yang ketiga, ‘maka ia tidak dapat hidup tanpa air.’
Pada saat itu seorang hakimm yang jujur berkata, ‘Perhatikan dan pikirkanlah keadaannya dengan saksama. Jika ia bisa hidup tanpa air, berarti ia bukan hewan air atau tergantung pada air. Buktinya di sini adalah ikan, yang, jika dipisahkan dari air, tidak dapat hidup.’
Tiba-tiba timbul hembusan angin yang kuat dan menggoyang air. Burung itu terbang tinggi ke udara. Kepada sang hakim kura-kura itu berkata, ‘Penjelasan Anda telah terbukti, dan telah menyelesaikan masalah kami,’
Hakim itu mengutip kata-kata Abu Thalib akki, ketika menulis mengenai Nabi kita dalam bab tentang ekstase dan rasa takut :
Ketika Dida memberika pakaian padanya, Dia menyebabkan tatanan akal terlepas darinya dan juga menjauhkannya dari eksistensi ruang dan waktu.
Mkasudnya, dia mengatakan bahwa dalam keadaan ekstase, batasan ruang dan waktu dilepaskan dari Nabi. Dan Makki mengatakan lebih jauh mengenai Hasan ibn Shaaleh dalam tulisannya mengenai cinta dalam tahap persahabatan. Makki mengatakan bahwa ‘bayangan itu muncul di hadapannya, ruag dan waktu “digulung” baginya,’ Para guru yang pandai telah menganggap nasu, waktu, tempat serta badan, sebagai benda-benda yang menghalangi akal, Husayn ibn Manshur berkata mengenai Nabi bahwa ‘beliau menutup matanya terhadap “dimana.” Dia juga mengatakan, ‘Sufi itu ada di luar segala eksistensi dan di atas semua dunia.’ Semuanya setuju bahwa, sampai selubung itu dibuka, pengamatan yang benar tidak dapat dilakukan, dan ‘esensi’ (dzat) yang dapat diamati ini adalah ciptaan dan bersifat temporal.
Semmua kura-kura itu berseru, ‘Bagaimana mungkin suatu esensi yang terikat ruang bisa keluar dari ruang? Bagaimana mungkin ia ditarik dari segala arah?”
‘Karena alasan inilah maka aku menceritakan kisah ini secara panjang lebar,’ kata hakim itu.
‘Kami mengusirmu keluar!’ seru para kura-kura itu. ‘Kamu diusir!’ Dan mereka pun menendang pasir hingga menegenai matanya, lalu kembali ke sarang mereka.

BAB. 3
Sulaiman  dan Burung  Bul-bul

6
Semua burung hadir di istana Sulaiman, kecuali burung bul-bul. Sulaiman menunjuk salah seekor burung itu untuk membawa pesan, ‘Penting bagimu dan aku untuk bertemu satu sama lain.’
Ketika pesan Sulaiman telah disampaikan, burung bul-bul itu tidak juga meninggalkan sarangnya. Berpaling pada kawan-kawannya, ia berkata, ‘Itulah perintah Sulaiman, dan dia tidak bohong. Dia telah menjanjikan suatu pertemuan, tetapi tidak mungkin akan terjadi pertemuan jika dia berada di luarsarang sedangkan kita di dalam; dan dia tidak mungkin cocok berada di dalam sarang kita. Tidak ada pilihan lain.’
Saat itu datang seorang tua di tengah-tengah mereka yang berseru, ‘Jika janji yang terucap dalam kata-kata ‘Suatu hari mereka bertemu dengan-Nya” (QS. 9:77) itu benar, dan jika makna kata-kata “Mereka semua tanpa kecuali akan dikumpulkan di hadapan kami.” (QS. 36:32) “Kepada kamilah mereka akan kembali.” (QS. 88:25) dan “Di tempat yang mulia di sisi Tuhan Yang Berkuasa.” (QS. 54:55) itu benar, maka pemecahannya adalah begini : Karena Raja Sulaiman tidak akan cocok berada di dalam sarang kita, maka kita harus meninggalkan saran ini dan pergi menemuinya. Jika tidak, maka pertemua itu tidak mungkin berlangsung.’
Ketika ditanya apakah tasawuf itu? Junayd menjawab dengan puisi ini:
Dia bernyanyi untukku melalui hatinya, dan aku bernyanyi selagi dia bernyanyi.
Dan kami berada di mana pun mereka berada, dan mereka berada dimana pun kami berada.

BAB. 4
Piala  Pembuka  Dunia Milik  Kay-Khusraw

7
Kay-khusraw mempunyai sebuah piala yang menunjukan seluruh dunia; di dalamnya dia dapat melihat apa pun yang diinginkannya, diberitahu tentang segala sesuatu, dan mendapat pengetahuan tentang hal-hal yang gaib. Diceritakan bahwa piala itu mempunyai sarung penutup dari kulit yang dibuat dalam bentuk kerucut, dan ada sepuluh tali pengikat di seputarnya. Jika ingin meliaht salah satu hal yang gaib, dia tinggal meletakkannya di atas peralatan yang berputar. Jika semua tali pengikat dibuka, ia tidak akan terlepas, tetapi jika semuanya ditutup, ia akan melepaskan instrumen pemutarnya. Lalu, jika matahari sedng tinggi, dia akan memegang pila itu menghadap (matahari), dan ketika cahaya matahari jatuh ke aatasnya, semua jalur dan bentuk dunia akan muncul di dalamnya.
Dan bila bumi sudah diratakan, dilemparkan semua isinya sampai licin tanda, karena patuh melaksanakan Kodrat Tuhannya, sebab sudah semestinya begitu. Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras untuk menuju kepada Tuhanmu, pastilah kamu akan menemukan-Nya (QS. 84:3-6)
Tidak satupun dari keadaanmu yang tesebunyi (QS. 69:18)
Barulah setiap orang mengetahui perbuatan apa yang telah dikerrjakannya, dan perbuatan apa pula yang dilalaikannya (QS. 82:5).
Ketika aku mendengar dari sang guru tentang gambaran piala Jamsyid akulah sesungguhnya piala pembuka dunia Jamsyid itu.
 Maka menyebutkan tentang piala pembuka dunia. Piala yang terkubur lama itu adalah baju wol kami.
Baris ini adalah ciptaan Junayd :
Kilasan-kilasan cahaya terbayang ketika mereka muncul, dan yang tersembunyi jadi terbuka, dan mengissahkan tentang penyatuan.

BAB. 5
Orang  yang Ingin Melihat Raja Jin

8
Seorang pria bersahabat dengan salah satu raja jin. Dia berkata kepada raja jin,’ Bagaimana aku bisa melihatmu?’
‘Jika kamu ingin mendapat kesempatan untuk menemui kami.’ Dia menjawab,’ taburkanlah sedikit kemenyan di atas api, dan buanglah segala sesuatu di dalam rumah yang terbuat dari besi, yang berasal dari tujuh benda itu atau yang menimbulkan suara berisik.
Bersihkanlah pakaianmu (QS.74:4)
Kemudian buanglah segala sesuatu yang menimbullkan suara berisik, jiak dalam keadaan tak bergerak.
Menyingkirlah dari mereka, dan katakan, ‘Salam sejahtera (QS. 43:89)
Kemudian duduklah di dalam sebuah lingkaran, dan setelah membakar kemenyan, lihatlah keluar jendela, maka kamu akanmelihatku.
Sebab selain mereka adalah serupa dengan kejahatan.
Junayd ditanya apaka tasawuf itu. Dia berkata, ‘Mereka adalah orang-orang dari sebuah rumah yang tak seorang pun dapat memasukinya bersama mereka.’
Khwaja Abu Sa’id Kharraza berkata :
Sifat-sifatku menghilang seluruhnya demi sang raja, dan sifat-sifat ku menghilang ketika aku lenyap dari penjara.
Dan dia menghilang, yang demi dia aku menghilang.
Demikianlah alasanku lenyap; maka mengertilah, wahai putra-putra yang berrperasaan. Sebagai jawwab untuk ini, seseorang berkata :
Aku bingung, terlalu bingung untuk mengetahui siapa aku kecuali apa yang dikatakan orang-orang tentang diriku dan sahabat-sahabat ku.
9
Salah seorang guru berkata : “putuskanlah hubunganmu dengan cinta, dan jauhkanlah dirimu dari beban-beban, supaya kamu dapat menyaksikan Tuhan Sang Pencipta.’ Dia menambahkan : ‘Jika kita melakukan ini dan memenuhi semua persyaratan,
Bumi menjadi terang benderang disinari cahaya Tuhan. Buku catatan amal diberikan kepada masing-masing yang bersangkutan, para nabi dan saksi-saksi ditampilkan di muka sidang, lalu dijatuhkanlah keputusan terhadap mereka dengan adil (QS. 39:69).
Juga dikatakan : ‘Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam raya. Kedamaian bersama mereka yang menemukan tampat-tempat; mereka adalah jalan pendekatan ke air dan ssaluran-saluran angin utaraku.’

BAB. 6
Bunglon  dan  Kelelawar

10
Suatu kali pernah timbul pertentangan antara beberapa ekor kelelawar dan seekor bunglon. Perkelahian antara mereka sudah sedemikian sengitnya, sehingga pertentangan itu sudah melampaui batas. Para kelelawar setuju bahwa jika saat petang menjelang malam telah menyebar melalui ceruk lingkaran langit, dan matahari telah turun di hadapan bintang-bintang menuju lingkup terbenamnya matahari, mereka akan bersama-sama menyerang si bunglon dan, setelah menjadikannya tawanan mereka, menghukumnya sesuka hati dan melampiaskan dendam. Ketika saat yang dinantikan tiba, mereka menyerang dengan tiba-tiba, dan semuanya bersama-ssama menyeret bunglon yang malang dan tak berdaya itu ke dalam sarang mereka. Dan malam itu mereka memenjarakannya.
Ketika ffajar tiba, mereka bertanya-tanya apakah sebaiknya bunglon itu disiksa saja. Mereka semua setuju bahwa dia harus dibunuh, tetapi mereka masih merencanakan bagaimana cara terbaik untuk melaksanakan pembunuhan itu. Akhirnya mereka memutuskan bahwa siksaan yang paling menyakitkan adalah dihadapkan pada matahari. Tentu saja, mereka sendiri tahu bahwa tidak ada siksaan yang lebih menyakitkan, selain berada dekat dengan matahari; dan dengan membuat analogi dengan keadaan mereka sendiri, mereka mengancam supaya dia memandang matahari. Bunglon itu sudah pasti, tidak mengharapkan yang lebih baik lagi. ‘Penghukuman’ semacam  itu persisi seperti yang diinginkannya, sebagaimana dikatakan oleh Husayn Manshur,
Bunuhlah aku, kawan-kawanku, sebab dengan terbunuhnya diriku, aku akan hidup. Hidupku ada dalam kematianku, dan kematianku ada dalam hidupku.
Maka ketik matahari terbit, mereka membawanya akeluar dari rumah mereka yang menyedihkan agar dia tersiksa oleh cahaya matahari, siksaan yang sesungguhnya merupakan jalan keselamatan baginya.
Janganlah kamu mengira orang-orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah itu mati. Tidak! Bahkan mereka hidup. Mereka mendapatkan rizki dari Tuhannya (QS. 3:169).
Kalau saja para kelelawar itu tahu betapa murah hati tindakan mereka terhadap bunglon itu, dan betapa mereka telah berbuat keliru, karena mereka justru memberinya kesenangan, mereka pasti akan mati sedih.
Bu-Sulayman Darani berkata, ‘Jika orang-orangyang lalai itu tahu betapa mereka telah mengabaikan kesenangan orang-orang yang sadar, mereka pasti akan mati karena kecewa.

BAB. 7
Burung Hoope dan Burung Hantu

11
Suatu kali ketika sedang terbang, burung hoope tiba di lingkungan beberapa burung hantu, lalu mampir di sarang mereka.  Nah, sebagaimana yang dikenal baik oleh masyarakat Arab, burung hoope termasyhur karena ketajaman matanya, sementara burung-burung hantu itu pada siang hari buta. Burung hoope melewatkan malam itu bersama burung-burung hantu di dalam sarang mereka, dan mereka menanyainya tentang segala macam hal. Pada waktu fajar, ketika burung hoope berkemas dan siap untuk pergi, burung-burung hantu itu berkata, ‘Kawanku yang malang!  Sungguh aneh, apa yang akan kam?
‘Ini mengherankan,’ kata si hoope, ‘Semua pekerjaan berlangsung pada siang hari.’
‘Apakah kamu gila? Burung-burung hantu itu bertanya. ‘Pada siang hari, dengan ketidak jelasan yagn disebarkan matahari atas kegelapan malam, bagaimana kita bisa melihat?
‘Justru sebaliknya,’ kata si hoope, ‘Semua cahaya di dunia ini tergantng pada cahaya matahari, dan darinyalah segala sesuatu yang bersinar itu mendapatkan cahayanya. Sesungguhnya ia dinamakan “mata dari hari”, sebab ia merupakan sumber cahaya.
Tetapi burung-burung hantu itu mengira dapat megalahkan logika-nya dengan menanyakan mengapa tak seorang pun dapat melihat pada siang hari.
‘Jangan beranggapan bahwa lewat analogi dengan diri kalian sendiri setiap orang itu seperti kalian. Semua yang lain dapat melihat pada siang hari. Lihatlah aku. Aku dapat melihat, aku berada di dunia yang dapat dilihat, dapat diamati. Ketidakjelasan itu telah hilang, dan aku dapat mengenali permukaan yang cemerlang dengan ajaln menyingkapkannya tanpa gangguan keragu-raguan.’
Ketika burung-burung hantu mendengar ini, mereka menjadi ribut menjerit-jerit dan, sambil bertengkar ssatu sama lainnya, mereka berkata, ‘Burung ini berbicara tentang kemampuan melihat pada siang hari, ketika kita terserang kebutaan.’ Dengan segera mereka menyerang si hoope dan melukainya dengan paruh dan cakar mereka. Mereka mengutuknya dengan memanggilnya “si melek siang hari”; sebab, kebutaan pada siang hari merupakan kewajaran di kalangan mereka. ‘Jika kamu tidak menarik kembali perkataanmu,’ mereka berkata, ‘kamu akan di bunuh!’.
‘Jika aku tidak membuat diriku buta,’ pikir si hoope, ‘mereka akan membunuhku. Karena mereka merasakan kessakitan terutama pada mata mereka, kebutaan dan kematian akan terjadi secara serentak.’
Dan kemudian, diilhami oleh pepatah, ‘Berbicaralah dengan orang-orang sesuai dengan tingkar kecerdasan mereka,’ dia menutup matanya dan berkata,’ Lihat! Aku menjadi buta seperti kalian!.’
Melihat memang demikianlah halnya, mereka berhenti memukul dan melukai si burung hoope, yang menyadari bahwa mengungkap rahasia Ilahi di kalangan orang-orang yang tidak percaya, sama saja dengan menyebarkan rahasia kekafiran mereka. Dan karenanya, sampai tiba waktu perpisahan, secara susah payah di bertahan dengan berpura-pura buta dan berkata :
Berkali-kali aku mengatakan bahwa aku akan menyingkapkan semua rahasia di dunia yang fana ini.
Tetapi, karena takut akan pedang dan adanya hasrat untuk menyelamatkan diriku, (aku telah mengunci) bibirku dengan seribu paku.
Dia mengeluh dalam-dalam dan berkat, ‘Dalam diriku ada banyak pengetahuan; Jika aku melepaskannya, aku akan terbunuh.
Jika selubung itu di angkat, aku tidak akan menjadi lebih yakin.
‘Agar mereka menyembah Allah yang mengungkapkan segala yang terpendam di langit dan di bumi serta mengetahui apa-apa yang disembunyikan dan dinyatakan (QS.27:25).
‘Jelaslah, tidak sesuatu pun yang tidak dari kami perbendaharaannya. Dan kami tidak mengaruniakan semua kebutuhan itu, kecuali dengan kadar yang serba tertentu (QS. 15:21).

BAB. 8
Burung  Merak  Raja  di Bawah  Keranjang

12
Seorang raja mempunyai sebuah taman, yang sepanjang empat musim selalu ditumbuhi tanam-tanaman yang wangi, hijau subur dan menyenangkan. Air mengalir berlimpah-limpah melaluinya, dan segala macam burung bernyanyi dari dahan-dahan pohon. Setiap hal yang baik dan indah yang dapat kita bayangkan terdapat di dalam taman itu. Dan di antara semuanya itu ada sekelompok burung merak yang cantik.
Sekali waktu sang raja mengambil salah seekor burung merak, dan memerintahkannya agar ia dimasukan ke dalam kantung kulit supaya bulu-bulunya tidak dapat dilihat, sehingga ia tidak dapat mengagumi keindahannya sendiri dengan cara apa pun. Dia juga memerintahkan agar  burung merak itu ditempatkan di bawah sebuah keranjang yang hanya mempunyai satu lubang, melalui lubang itu sedikit biji-bijian dapat dituangkan ke dalamnya untuk makanannya.
Lama berlalu. Burung merak itu lupa pada dirinya sendiri, sang raja taman, dan burung-burung merak lainnya. Ia melihat pada dirinya sendiri. Burung tersebut tidak melihat apa-apa kecuali kantung kulit yang kotor itu. Ia mulai menyukai tempat tinggalnya yang gelap dan jelek; ia percaya di dalam hatinya bahwa tidak mungkin ada tempat yang lebih besar dari ruangan di dalam keranjang itu, sedemikian rupa sehingga ia menganggap sebagai keyakinan bahwa jika ada orang menyatakan tentang suatu kehidupan, tempat tinggal atau kesempurnaan di luar yang ia ketahui, maka ia menganggapnya sebagai kekafiran mutlak, omong kosong besar dan kebodohan yang murni.
Sekalipun demikian, setiap kali angin segar berhembus, dan harumnya bunga-bunga dan pepohonan, violet, melati dan tumbuhan rempah-rempah sampai ke hidung burung itu, ia merasakan kesenangan yang mengejutkan melalui lubang itu. Timbul kekhawatiran di dalam hatinya. Ia merasakan adanya hasrat untuk pergi dan kerinduan batin, tetapi ia tidak tau darimana kerinduan itu berasal, sebab, kecuali kantung kulit itu, ia tidak mengetahui apa-apa; selain keranjang itu, tidak ada dunia lain; selain biji-bijian itu, tidak ada makanan lain; Ia telah melupakan semuanya. Ketika sekali-sekaliia mendengar suara burung-burung merak bernyanyi; dan burung-burung lain berlagu, kerinduan dan hasratnya timbul; tetapi ia tidak terbangunkan oleh suara-suara burug-burung itu atau hembusan angin. Pernah ia bergairah memikirkan sarangnya,
Angin sepoi-sepoi bertiup menyentuh ku dan hampir mengucapkan kata-kata, ‘Aku adalah kurir untuk mu dari kekasih mu.’
13
Lama sekali ia memikirkan apa sesungguhnya angin yang harum itu, dan dari manakah buni-bunyian yang indah itu datang.
Wahai kilat yang menyambar, dari perlindungan siapa engkau muncu!?
Tetapi ia tidak sadar-sadar juga, meskipun sepanjang masa itu kesenangan tetap tinggal di hatinya.
Ah, Kalau saja Laila sekali saja mengirimkan salam karunianya, meskipun di antara kami terbentang debu dan bebatuan besar.
Salam kegembiraan ku akan merupakan jawabnya, atau akan menjeritkan kepadanya si burung hantu, burung ssakit yang memekik di tengah keremangan kuburan.
Burung merak itu bodoh, karena ia telah lupa kepada dirinya dan juga tanah airnya.
.... Janaganlah hendaknya kamu bertingkah seperti orang yang melupakan Allah, yang mengakibatkan Allah membuat mereka lupa diri pula. (QS. 59:19).
Setiap kali hembusan angin atau suara-suara datang dari taman, timbul hasrat dalam diri si burung merak tanpa mengetahui mengapa demikian.
Kedua baris ini adalah karya seorang penyair :
Kilat Ma’arra bergerak di tengah malam, ia melewati malam di Rama yang melukiskan kebosanannya.
Ia benar-benar menyedihkan para penunggang, kuda-kudanya, unta-unta, dan terus bertambah menyedihkan, hingga ia hampir menyedihkan pelana-pelana.
14
Ia tetap kebingunan selama beberapa waktu, sampai suatu hari sang raja memerintahkan agar burung itu dilepaskan dari keranjang dan kantung kulitnya untuk dibawa menghadapnya.
Peristiwa kebangkitan itu terjadi hanya dengan satu kali tiupan sangkakala saja. (QS. 37 : 19).
Apakah dia tidak mengetahui, apa bila nanti sudah dibangkitkan segala isi kubur? Dan telah terungkap segala isi kalbu? Sesungguhnya Tuhan mereka pada hari itu maha mengetahui keadaannya. (QS.100 : 9 -11).
Ketika burung keluar dari penutupnya, burung merak itu melihat dirinya berada di tengah-tengah taman. Ketika memandang bulu-bulunya sendiri, dan melihat taman beserta aneka ragam bunganya, atmosfir dunia, kesempatan untuk berjalan ke sana ke mari dan terbang tinggi, serta semua suara, irama, bentuk dan berbagai benda yang ada, ia berdiri mendesah seakan-akan tak sadarkan diri.?
Wahai, sungguh aku menyesali kelalaianku dalam memenuhi kewajiban kepada Allah (QS.39:56).
Lalu kami singkapkan tabir yang menutupi matamu, maka pandangan mu menjadi lepas-jelas. (QS.50:22).
Mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan, padahal ketika itu kamu melihat orang yang sedang melepaskan nyawanya itu, sedangkan Kami lebih dekat lagi kepadanya daripada kamu, namun kamu tidak melihat? (QS.56:83 – 85).
Jangan berbuat begitu, kelak kamu akan tahu akibatnya. Sekali lagi jangan berbuat begitu, kelak kamu akan tahu juga akibatnya. (QS.102 : 3-4).

BAB. 9
Idris  dan Bulan

15
Semua bintang dan benda angkasa berbicara dengan Idris, yang bertanya pada bulan, “Mengapa cahayamu kadang-kadang lebih banyak, dan kadang-kadang lebih sedikit?.
‘Hendaklah kamu ketahui,’ jawab bulan, ‘bahwa badanku ini murni, terpoles, dan hitam. Aku sendiri tidak mempunyai cahaya, tetapi jika aku berada di seberang matahari, kesamaan cahayanya muncul pada cermin badanku yang proporsinya sesuai dengan derajat oposisinya, sebagaimana bentuk-bentuk ragawi lainnya muncul di dalam cermin. Ketika derajat opoisisnya bertambah, aku beranjak dari nadir sebagai bulan sabit, ke zenit sebagai bulan purnama.’
Idris bertanya pada bulan sejauh mana persashabatannya dengan matahari.
Ia menjawab, ‘Sedemikian rupa sehingga setiap kali aku memandang diriku sendiri, kaetika kami berhadapan satu sama lain, aku melihat matahari, karena kesamaan cahaya matahari muncul dalam diriku, dikarenakan kehalusan permukaan ku dan wajah ku yang terpoles, yang cocok untuk menerima cahayanya. Oleh karena itu, setiap kali aku memandang diriku, aku melihat matahari secara keseluruhan. Tidaklah kamu tahu bahwa jika sebuah cermin dipegang menghadap matahari, bentuk matahari itu muncul di dalamnya? Jika seseorang dapat membayangkan bahwa cermin itu mempunyai mata dan memandang pada dirinya sendiri saat ia berhadapan dengan matahari, meskipun terbuat dari besi, ia akan dapat melihat matahari. Ia akan berkata, “Akulah matahari,” sebab ia akan melihat dalam dirinya hanya ada matahari. Jika seseorang berkata, “Akulah yang real,” atau “Mulialah diriku : Betapa hebatnya kau!, maka dia patutu dimaklumi.
Begitu dekatnya aku padamu, sehingga aku membayangkan dirimu itu aku.

BAB. 10
Rumah dan Pengurus Rumah Tangga

16
Jika sebuah ruah terikat ruang, maka penghuni rumah itu pasti juga terikat ruang. Dalam hal ini, akibat negatifnya yang wajar juga berlaku, (sebagaimana dalam firman Tuhan), “Kosongkaln lah sebuah ruah untuk-Ku : Aku bersama dengan mereka yang patah hatinya,’ (Yaitu menghancurkan ikatan-ikatan ruang dan waktu yang membelenggu hati sehingga Tuhan akan masuk ke dalamnya. Karena Tuhan tidak terikat ruang dan waktu, maka hati yang terikat oleh ruang dan waktu tidak dapat dimasuki-Nya), Tuhan Yang Maha Tinggi tidak terikat ruang dan arah. Dia bebas dari segala kesalahan. ‘Sesuai dengan kapasitas orang-orang yang yakin, timbul lah keyakinan-keyakinan.’ (Sedangkan mungkin benar bahwa) di dalam suatu rumah segala sesuatu menyamai pengurus rumah tanganya (tetapi) “tidak ada yang seperti Dia, dan Dia-lah yang mendengara dan melihat,” (QS. 42:11). Betapapun juga, tak pernah ada rumah dan pengurus rumah tangganya sama!. (Surahwardi memperkenalkan paradoks yang abadi : Sementara ciptaan tidak mungkin samasekali lain dari penciptanya, menurut Al Quran tidak ada yang menyerupai Tuhan. Untuk menghindari noda paham inkarnasi, Surahwardi menyangkal setiap penyamaan antara Pncipta dan ciptaan).

BAB. 11
17
Apapun yang menghalangi kebaikan, adalah kejahatan, dan apa pun yang mengaburkan jalan, adalah kekafiran bagi manusia. Berpuas diri dengan apa yang terjadi pada jiwa jasmaniah dan membekali diri untuk itu, berarti impoten, dan merasa puas dengan diri sendiri – bahkan jika itu adalah demi Tuhan – berarti menghadapi kehancuran. Memalingkan wajah sepenuhnya pada Tuhan, berarti mendapatkan keselamatan.

BAB. 12
Orang Pandir, Lampu danMatahari

18
Seorang pandir memegang sebuah lampu ke arah matahari seraya berkata,’ Ibu, matahari telah membuat cahaya kita tidak terlihat.’
‘Jika kamu membawanya keluar,’ kata ibunya,’ terutama jika kamu memegang menghadap matahari, tidak akan ada yang akan tersisa.’
Bukan karena cahaya lampu itu tidak ada lagi, tetapi ketika mata melihat sesuatu yang besar, maka sesuatu yang kecil tampak tidak berarti, jika diperbandingkan. Jika seseorang memasuki sebuah rumah dari luar  yang terkena sinar matahari, bahkan jika rumah itu dipasangi lampu, dia tidak akan melihat apa-apa.
Segala yang ada di bimu akan lenyap musnah. Yang akan tetap hanyalah Wajah Tuhan-mu yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan saja. (QS. 55:26-27).
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang Batin. Dia Maha Mengetahui segala-galanya. (QS. 57:3)

Hikayat  : 8
JERITAN  SIMURGH

Bismillahirrahmanirrahim
Pada diri-Nya lah kebessaran dan kekuatan

1
Puji syukur tertuju hanya pada Pemberi Kehidupan dan Pemula dari semua yang ada, dan terpujilah para rasul dan para nabi, terutama Junjungan dari Hukum yang Agung dan Penuntun Jalan yang Paling Luhur Muhammad saw. Yang Terpilih, semoga Tuhan memberinya rrahmat dan kedamian.
2
Beberapa patah kata ini ditulis untuk memenuhi syarat-syatar Ikhwan At-Tajrid. Risalah ini dibagi menjadi dua bagian, yang pertama menganai asal-usul, dan yang kedua mengenai Tujuan; risalah ini dinamakan “Jeritan Simurgh.
Tidak akan rugi bagi kita untuk mengingat, lewat sebuah kata pengatar, sesuatu mengenai keadaan burung ini dan habitatnya. Orang-orang yang berilmu telah mengetahui bahwa setiap hoope yang meninggalkan sarangnya pada musim semi dan mencucuki bulu-bulunya dengan paruhnya dan berangkat menuju Gunung Qaf, akan jatuh dibawah bayangan GunugnQaf dalam jangka waktu seribu tahun dari (waktu yang diacu dalam ayat ini) :
.... satu hari bersama Tuhan-mu, sama dengan seribu tahun menurut perhitunganmu. (QS.22:47). Msa seribu tahun inni, dalam penaggalan orang-orang sejati, tidak lebih dari satu kali fajar di timur dalam Lingkungan Ilahi. Selama masa ini si orang yang sedang tidur.
Sarang Simurgh ada di Gunung Qaf. Jeritannya sampai ke telinga setiap orang, tetapi pendengarnya hanya sedikit; setiap orang ada bersamanya, tetapi sebagian besar tidak bersamanya.
Engkau bersama kami, dan engkau tidak bersama kami.
Enggkaulah jiwa, sehingga engakau tidak tampak.
Orang yang menderita penyakit gembur-gmebur dan paru-paru, dapat disembuhkan dengan bayangannya, dan ia menyebabkan lenyapnya berbagai gejala. Simurgh ini terbang tanpa bergerak, dan ia membumbung tinggi tanpa sayap. Ia mendekat tanpa mengarungi ruang. Semua warna berasal darinya, tetapi ia sendiri tidak berwarna. Sarangnya ada di timur, tetapi di barat pun ada ia pula. Semuanya disibukkan oleh-nya, tetapi ia terbebas dari semuanya. Semuanya penuh dengan dirinya, tetapi ia kosong dari semuanya. Semua pengetahuan berasal dari jeritannya, dan instrumen-instrumen yang indah, seperti organ, diciptakan dari suaranya yang bergetar.
Karen kamu beum pernah bertemu Sulaiman,
Apa yang ketahui mengenai bahasa burung?
Makanannya adalah api, dan barang siapa mengikatkan selembar bulunya pada sisi kanannya dan berjalan di atas api, tidak akan terbakar. Angin sepoi-sepoi itu berasal dari nafasnya, dan bersamanya para kekasih mencurahkan isi hati dan pemikiran-pemikiran mereka yang paling dalam.
Kata-kata yang terucap di sini tidak lebih dari hembusan nafas yang berasal darinya. Ssuatu penjelasan kurang sempurna mengenai pernyataannya.
3
Bagian pertama rissalah ini, mengenai hal-hal awal, akan dikemukakan dalam tiga bagian : yang pertama, mengenai keunggulan pengetahuan ini; kedua, apa yang tampak di mata orang-orang yang baru, dan ketiga, mengenai sakinah.
Bagian kedua adalah mengenai tujuan, dan dikemukakan dalam tiga bagian pula. Yang pertama, mengenai penyirnaan, yang kedua, mengenai ketentuan tentang mereka yang lebih mengetahui, yang lebih sempurna; dan yang ketiga, mengenai bukti tentang (kemampuan) manusia untuk mencintai Tuhan.

BAGIAN PETAMA : MENGENAI HAL-HAL AWAL

Bab pertama dari bagian pertama : Mengenai Keunggulan Pengetahuan Ini atas Semua Pengetahuan Lainnya.

4
Sudah jelas bagi mereka yang berpengatahuan bahwa melebihkan salah satu pengetahuan atas pengetahuan yang lain bisa disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama-tama, itu mungkin karena hal yang diketahui itu lebih mulia, seperti misalnya keunggulan sorang pandai emas atas seorang pembuat pelana, sebab, yang pertama itu berurusan dengan emas, sedangkan yang terakhir bekerja dengan kayu dan kain wo. Alasan lainnya adalah nbahwa pengetahuan, itu mungkin mempunyai bukti-bukti logis yang lebih menantang, dibanding jenid pengetahuan yang lain. Alasan ketiga adalah bahwa kesibukan dengan (pengetahuan yang lebih ungul itu) mungkin lebih penting dan lebih menguntungkan.
Nah, semua kriteria untuk mengunggulkan terdapat dalam pengetahuan ini, bukan dalam pengetahuan lainnya. Dalam kaitannya dengan tujuan dan cita-cita, sudah jelas bahwa dalam pengetahuan ini sasaran dan obyek yang harus diketahui adalah Tuhan, dan Dia terlalu besar untuk diperbandingkan dengan hal-hal lainnya yang ada. Dari sudut pandang argumentasi logis dan bukti-bukti yang mendukung, sudah jelas bahwa empirisme lebih kuat daripada argumentasi; dan para ahli ilmu dialektika menyatakan bahwa Tuhan dapat memberi manusia pengetahuan ayng diperlukan (untuk mengenali) eksistensi-Nya dan sifat-sifat-Nya, dan sebagainya. Nah, jika dikatakan bahwa pengetahuan semacam itu dapat dimiliki oleh sebagian orang, tidak ada keraguan lagi bahwa pengetahuan itu akan lebih disukai dibanding pengetahuan yang menimbulkan beban pengamatan, usaha penalaran, peniadaan keraguan, dan penghancuran kecurigaan.
Salah seorang sufi ditanya, ‘Apakah bukti adanya Sang Pencipta?
Dia menjawab, ‘Pagi hari lampu tidak dibutuhkan lagi.’
Salah seorang yang lain berkata,’ Orang yang mencari Tuhan
Melalui bukti-bukti logis adalah seperti
Orang yang mencari matahari dengan cahaya lampu.
Para ahli metodologi epistomologi menganggap sebagai suatu kebenaran yang apat diterima dan dengan suara bulat menyetujui bahwa di dunia mendatang Tuhan akan menciptakan untuk hamba-hamba-Nya suatu kekuatan perpsepsi dalam indera penglihatan mereka sehingga mereka akan dapat menlihat-Nya secara langsung. Nalar, bukti dan petunjuk dianggap tidak penting di mata Orang-orang Sejati. Atas dasar ini, adalah mungkin bagi Dia untuk menciptakan di dalam hati sesuatu seperti persepsi ini sehingga orang dapat melihat-Nya secara langsung di dunia ini. Karena alasan inilah maka ‘Umar berkata, ‘Hatiku dapat melihat Tuhanku.’ Dan ‘Ali berkata, ‘Seandainya selubung itu diangkat, aku tidak akan merasa lebih yakin.’ Di sini terkandung rahasia-rahasia tersembunyi yang tidak sesuai untuk wacana ini.
Mengenai kepentingannya, tak pelak lagi bahwa bagi manusia tidak ada yang lebih penting daripada ‘kebahagiaan tertinggi – tidak, jika dibandingkan dengan semua tujuan lain yang gagal, Dan sarana burung hoope menjadi Simurgh yang jeritannya membangunkan semua terbaik untuk mendapatkannya adalah pengetahuan kognitif, sebab dengan kriteria apa pun telah jelas bahwa kesadaran (cognition) (adalah kesadaran yang melibatkan sensasi, tetapi di dalamnya tidak mengandung emosi) lebih mulia daripada semua pengetahuan lainnya, Junayd berkata :
Seandainya aku tahu bahwa di kolong langit ini ada sejenis
Pengetahuan yang lebih mulia daripada pengetahuan ahli
Kognisi, aku akan menyibukkan diriku dengan itu saja, dan
Aku akan berusaha dengan cara apa pun untuk mendapatkannya
Sampai aku berhasil memilikinya.


Bab kedua dari Bagian Pertama : Mengenai Apa yang Tampak Jelas bagi Orang-orang Baru

5
Kilatan-kilatan pertama dari cahaya yang datang dari kehadran Ilahi kepada jiwa para pencari adalah nyala dan sorotnya (Nyala (thawali) dan ‘sorot (lawa’ih) dibahas oleh Surahwardi dalam karyanya Talwihah 88, dimana hal-hal pertama yang dialami oleh calon sufi adalah melihat cahaya menyilaukan yang sangat menyenangkan. Dalam Hikmah Al-Isyraw .. Dia membedakan serangkaian lima belas cahaya apokaliptik yang berbeda-beda yang berkisar dari cahaya pendek yang menyenangkan hingga cahaya yang hampir merontokkan anggota badan ), yang merupakan benda-benda pemancar cahaya (seperti matahari, bintang dan sebagainya).yang muncul seperti fajar yang menyingsing atas jiwa si pencari. Penampakan mereka bagaikan  kilatan halilintar yang datang secara tak terduga dan menghilang dengan cepat. “Dialah yang menyebabkan halilintar tampak di matamu, menimbulkan rasa takut, dan menimbulkan harapan” (QS. 13:12). Yaitu, rasa takut kalau ia berlalu dan harapan bahwa ia akan tetap tinggal. Dalam pengertian (hal) lain, ini merupakan secara tak langsung merujuk  ke “waktu”-nya para ahli tajrid, sebagaimana para sufi juga menamakan klitan ini “waktu” (“Waktu” (waqt) adalah suatu istilah teknis bagi keadaan yang berlangsung singkat, di saat itu orang yang sedang mengalami ekstase “terseret” oleh serangkaian waktu). Karena alasan inilah maka orang mengatakan bahwa “Waktu itu lebih tajam daripada pedang.” Juga dikatakan bahwa  “Waktu adalah pedang yang membelah.” Dalam Firman Allah ada banyak acuan untuk ini. Misalnya :
Pancaran kilatnya, hampir-hampir membutakan mata (QS. 24:43)
Wasiti ditanya mengapa sebagian orang terganggu pada waktu ssama.’ Dia berkata, ‘Itu adalah cahaya yang muncul dan kemudian terlipat.’ Dan dia mengemukakan kalimat ini sebagai contoh :
Pemikiran tentang dia muncul di dalam hati; pemikiran hati muncul dan kemudian berangsur-angsur sirna.
Di sana mereka memperoleh makanan dan menuman menurut kebiasaan di dunia pagi dan sore (QS.19:62).
Kilatan ini tidak setiap saat muncul, karena ada waktu-waktu ketika kilatan ini sama sekali lenyap. Tetapi semakin ditingkatkan latihan kezuhudan itu, semakin sering kilatan itu muncul, sampai seseorang mencapai suatu tahap di mana dia ingat akan sesuatu tentang keadaan dunia lain dalam segala yang dilihatnya. Secara tiba-tiba kilatan cahaya ini menjadi berkesinambungan, dan sebagai akibatnya anggota-anggota badan mulai bergetar. Rasul saw. Berkata ketika mengharapkan keadaan ini, sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi, “Tuahanmu memberikan empat hembusan dari rahmat-Nya pada masa hidupmu: apakah engkau tidak akan berpaling untuk menghadapinya?
6
Ketika orang yang menjalani kezuhudan itu terserang kelesuan, dia mencari bantuan melalui perenungan yang halus dan zikir yang khusyuk untuk melawan pemikiran-pemikiran yang kotor untuk mendapatkan kembali keadaannya yang sebelumnya. Juga seseorang yang tidak menjalankan disiplin kezuhudan dapat mengalami keadaan ini pada saat-saat tertentu tanpa disadarinya. Jika seseorang menunggu pada hari-hari raya, ketika orang-orang pergi ke lapangan untuk berdoa, dan seruan-seruan serta puji-pujian yang lantang dan keramian yang riuh-rendah terdengar, dan gaduhnya suara genderang serta jeritan membahana, Jika seseorang memiliki visi dan sifatnya yang baik dan ingat akan keadaan-keadaan yang suci, maka dia akan mengalami sensasi (perasaan) yang sangat menyenangkan.
7
Lagi, dalam peperangan, yaitu ketika orang-orang saling beradu kekuatan, para serdadu berteriak, kuda-kuda meringkik, gendang di pukul, dan pertempuran mencapai puncaknya, dengan serbuan orang-orang serta senjata yang diacung-acungkan, jika pikiran seseorang masih tetap jernih, meskipun secara kezuhudan tidak berdisiplin, dia sedikit banyak akan mengalami keadaan ini --- asalkan pada saat itu dia tetap ingat akan keadaan-keadaan yang suci dan ingat pula akan jiwa-jiwa mereka yang telah berpulang, visi tentang kebesaran Ilahi dan peringkat penunggu langit.
Demikian pula, jika seseorang naik kuda dan menyuruhnya untuk berjalan lebih cepat dan membayangkan bahwa dirinya terlepas dari tubuhnya, meninggalkan tempatnya, jika dia membayangkan bahwa kekuatan besar terbentuk dalam dirinya dan bahwa dia secara psikis menarik diri untuk menghadap Ilahi dan bergabung dengan para penghuni langit, dalam keadaan yang demikian itulah maka dalam dirinya akan terasa adanya pengaruh, meskipun dia bukan ahli zuhud.
Di situlah terkandung kegaiban yang ada masa ini sudah dapat diketahui sebagan kecil. Ketika kilatan cahaya itu mendatangi manusia, suatu pengaruh masuk ke dalam otaknya, dan pengaruh itu bisa tampak seperti urat darah halus di dalam otak, bahu atau punggungnya mulai bergetar hebat, namun sangat menyenangkan. Sama’ bisa membantu, dan keseenangan pun akan lebih besar, meskipun ini masih dalam tahap pertama.

Bab Ketiga dari Bagian Kedua : Mengenai Sakinah

8
Maka, ketika cahaya kegaiban itu mencapai batasnya, dan tidak berlalu dengan cepat, melainkan seakan-akan tetap mau tinggal lebih lama, ia dinamakan sakinah, (Sakinah adalah “lingkaran cahaya ketenangan yang mengelilingi Peti Perjanjian” Surahwardi mengartikannya di sini dan dalam Tal Wihah 88 sebagai keadaan ketenangan seperti itu), yang kesenanganya lebih sempurna lagi dibanding kesenangan dari kilatan-kilatan cahaya yang lain. Ketika manusia kembali keadaan menusiawinya yang normal di luar sakinah, mereka sangat menyesal karena telah dipisahkan darinya, yang dalam hal itu ssalah seorang sasleh, berkata :
Wahai angin kedekatan, betapa cantik engkau!!
Dia yang pernah merasakan nyalamu, telah menikmati kekariban.
Kehidupan seperti apa, yang dijalani oleh mereka yang telah datang
Mendekat? Mereka telah diizinkan meneguk minuman kesucian dan tampat minummu.
Sakinah berkali-kali disebutkan dalam Al-Quran :
Lalu Allah menurunkan keselamatan-Nya (sakinah) (QS.9:40)
Dan di tempat lain Dia berfirman :
Dia lah yang telah menurunakn ketentraman (sakinah) di dalam hati orang-orang yang beriman supaya bertambah keimanannya di samping keimanan yang telah ada. (QS. 48:4).
Orang yang telah memiliki sakinah dapat membaca pikiran orang lain, dan juga mengetahui hal-hal gaib, dan kecerdasannya disempurnakan. Manusia Terpilih (Rasul saw.) pernah bersabda “Waspadalah terhadap pandangan tajam orang beriman, sebab dia melihat dengan cahaya Tuhan.’ Mengenai ‘Umar, Rasul bersabda, “Sakinah berbicara melalui lidah ‘Umar”. Dia juga bersabda, ‘Di kalangan umatku ada orang-orang yang mengungkapkan hal-hal dan orang-orang yang berbicara, dan ‘Umar adalah seorang di antaranya.’
Pemiliik sakinah mendengar panggilan-panggilan yang amat sangat halus dari Surga Yang Suci, dan amanat keruhanian itu sampai padanya, dan dia bersikap tenang, sebagaimana tersebut dalam Wahyu Allah :
Mereka ialah orang-orang yang beriman, yang hatinya menjadi tenteram dengan mengingat Allah (QS. 13:28).
Dia mengamati bentuk-bentuk yang amat segar dan halus melalui komunikasi langsung dengan kekuatan-kekuatan langit. Inilah tahap pertengahan dari tahaptahap Ahli Cinta. Dalam keadaan antara terjaga dan tidur, dia akan mendengar suara-suara mengerikan dan jeritan-jeritan aneh, dan pada keadaan tak sadar dalam sakinah dia melihat cahaya-cahaya yang terang benderang. Perasaan gembiranya begitu besar sehingga dia menjadi lemah. Kejadian-kejadian semacam itu menimpa para ahli, bukan mereka yang menutup mata dalam penyendirian dan membiarkan khayalan mereeka terbang ke mana-mana. Jika orang-orang itu melihat sekejap mata cahaya sejati, mereka akan menyesal mengapa begitu cepat dia melihatnya.
Di situlah orang-orang yang salah pendirian merasa rugi (QS. 40:78).



BAGIAN KEDUA : MENGENAI TUJUAN

Bab Pertama: Mengenai Fana’

9
Sakinah yang telah disebut sebelum ini adalaj sedemikian rupa sehingga jika seseorang ingin meninggalkan dirinya sendiri, maka orang itu tidak dapat melakukannya dengan mudah. Tetapi, orang itu dapat berkembang sampai pada suatu titi di mana dia dapat meninggalkan wujud fisiknya setiap kali dia ingingkan dan pergi menuju dunia Keagungan Ilahi, dan di situ usahanya mencapai cakrawala-cakrawala yang tertinggi. Dan yang ini dapat dia lakukan setiap kali dia menginginkannya. Selanjutnya, setiap kali orang itu memandang pada esensinya dia akan merasa senang sebab dia melihat cahaya Tuhan yang memancar pada dirinya. Tetapi (tahap) ini masih belum sempurna.
Jika orang itu melangkah lebih jauh, dia bahkan akan melampaui tahap ini, dan dia menjadi sedemikian rupa sehingga dia tidak mengira bahwa esensinya sendiri dan kesadarannya akan diri sendirinya terhapus. Inilah yang dinamakan Fana’ Besar (Fana’i – akbar). Jika orang itu melupakan dirinya dan lupa akan kelupaan, itu dinamakan Fana’ dalam Fana’. Selama orang itu senang dengan kemampuan kognitifnya, orang itu masih kurang baik dan kekurangan itu dianggap sebagai bagian dari ‘crypto-politeisme.”  Orang itu dapat mencapai kesempurnaan, hanya ketika kesadaran (cognition) itu lenyap dalam obyek kesadaran, sebab barangsiapa senang akan tindak kesadaran dan juga senang akan obyek kesadaran, maka dia mempunyai dua obyek. Orang itu “menarik diri” jika meninggalkan kesadaran demi obyek kesadaran. Jika ciri-ciri terakhir dari kemanusiaan yang bersifat jasmaniah itu dibuang, itulah yang didnamakan keadaan Penghapusan (thams). Tahap (kalimat) itu :
“Segala yang ada di bumi akan lenyap musnah. Yang akan tetap hanyalah Wajah Tuhanmu yang mempunyai Keagungan dan Kemuliaan saja (QS. 55:26-27).
10
Salah seorang guru berkata bahwa  (mengatakan) ‘tidak ada Tuhan kelcuali Allah’ itu adalah tawhid-nya orang kebanyakan. (Tawhid secara harfiah berarti tindakan menyatu. Di sini dan di tempat lain biasanya diartikan sebagai tindakan menyatakan dan meyakini keesaan hakiki Tuhan), sedangkan (mengatakan) “tidak ada Dia kecuali Dia” adalah tawhid-nya golongan terpilih. Tetapi dia telah bersikap ceroboh dalam penggolongannya itu, sebab dalam tawhid ada lima tingkatan.
(1).
Pertama “Tidak ada Tuhan Kecuali Allah” Tawhid-nya orang kebanyakan, menyangkal adanya Tuhan lain selain Allah. Orang semacam ini adalah yang paling awam dari yang awam
(2)
Di luar golonga ini ada golongan lain yang jika diperbandingkan dengan yang pertama menjadi golonngan terpilih, meskipun mereka masih awam jika diperbandingkan dengan golonga lin lagi yang tingkatannya lebih tinggi daripada golonga awam (yang kedua).Tawhid mereka adalah “Tidak ada Dia kecuali Dia” yang lebih tinggi dibanding yang pertama. Tingkatan golongan ini lebih tinggi, sebab golongan pertama menyangkal bahwa yang selain Allah itu bukan Tuhan, melainkan menyangkal semua identitas obyektif dalam kaitannya dengan identitas Tuhan, dan mengatakan bahwa “ke Dia an” itu milik-Nya semata; tidak da yang lain yang boleh dipanggil “Dia” karena semua “ke Dia an” berasal dari Nya. Dengan demikian “ke Dia an” yang mutlak hanyalah milik-Nya.
(3)
Di luar mereka ada golongan lain yang tawhid-nya adalah mengatakan bahwa “Tidak ada engkau kecuali Engkau.” Ini lebih tinggi daripada mengatakan “dia” untuk Tuhan. “Dia” mengacu kepada orang ketiga, dan orang-orang ini menyangkal semua “ke engkau an” dengan jalan mengungkapkan orang kedua yang diyakininya sebagai eksistensi jalan mengungkapkan orang kedua yang diyakininya sebagai eksistensinya sendiri. Mereka mengacu, tentu saja, kepada kehadiran (Tuhan).
(4)
Toh masih ada lagi golongan yang lebih tinggi; mereka mengatakan bahwa jika seseorang dipanggil sebagai “engkau”, maka orang itu telah dipisahkan dari identitas dari si pembicara, dan dengan demikian telah ditetapkan kegandaan. Nah, kegandaaan itu jelas jauh sekali dari dunia keesaan. Orang-orang ini telah kehilangan diri mereka, atau menganggap diri mereka hilang, dalam fenomenom Tuhan. Merek mengatakan “tidak ada aku kecuali AKU.”
(5)
Yang lapng tinggi dari semuanya mengatakan bahwa “ke engkau-an”, “ke aku-an” dan “ke dia-an” semuanya merupakan istilah yang terlalu berlebihan bagi Esensi yang “Menghidupi Dirinya” itu. Mereka telah meneggeelamkan ketiga cara pembicaraan itu ke dalam sasmudera penghapusan. Mereka telah menghancurkan ungkapan-ungkapan dan mencabut semua acuan.
Dan segala sesuatu akan musnah, kecuali Dia (QS. 28:88)
Tingkatan orang-orang ini adalah yang tertinggi. Selama manusia tetap mempertahankan hubungan dengan lingkup kemanusiaannya, mereka tidak akan dapat mencapai lingkup Ilahiah, yang tidak ada lagi tingkatan setelah lingkup Ilahiah ini, sebab lingkup ini tidak ada akhirnya.
Seorang sufi besar ditanya, “Apakah tasawuf itu?” Dia menjawab, “Awal mulanya adalah Tuhan, dan akhirnya adalah tak terbatas.


Bab Kedua : Mengenai Ketentuan Bahwa Semakin Sadar Seseorang, Semakin Sempurna Dia

11
Hadis Nabi yang termasyur menyatakan, “Allah tidak pernah menerima orang yang bodoh sebagai sahabatnya.” Pemangku Hukum Agung itu (Rasul saw.), meskipun telah sempurna, tetap diperintahkan untuk menambah pengetahuan, sebagaimana Allah memerintahkannya untuk mengatakan “Tuhan, tambahlah pengetahuanku.” (QS. 20:114). Salah satu sabdanya yang bijaksana adalah : “Semoga tidak ada hari dimana pengetahuan tidak bertambah.” Jika keadaan Rasul saja sudah sedemikian, maka bagaimana seharusnya keadaan orang lain? Pengetahuan semacam itu, yang diterima oleh orang yang tahu itu melalui wahyu, tidak harus berkenaan dengan perceraian, perdagangan, perpajakan atau trasanksi, sebab yang semacam itu adalah pengetahuan eksoterik. Ia harus berkaitan dengan pengungkapan kondisi-kondisi Yng Mahakaya, Kebesaran Ilahi dan Tuhan, dan orang harus mengetahui tataanan eksistensial, dunia malaikat dan misteri-misteri langit dan bumi, sebagaimana difirmankan :
Katakanlah : “Yang menurunkan Al Quran itu adalah Yang mengetahui rahasia langit dan bumi.” (QS. 25 : 6).
Dan mengetahui rahasia takdir, yang mengumumkannya dilarang, sebagaimana hadis Nabi yang menyatakan : “Takdir adalah rahasia Tuhan, maka janganlah mengumumkannya”. Orang-orang Sejati semuanya setuju bahwa menyebarkan rahasia takdir menunjukan kekafiran. Lebih jauh lagi, tidak semua yang diketahui para sufi itu diungkapkan supaya setia orang dapat memulai dengan (gagasan) bahwa keindahan dan kebesaran  keesaan itu terlalu hebat untuk dimasuki oleh setiap orang atau untuk menjadi tujuan setiap pencari.
Hanya sedikit dan hamba-hamba Ku yang tahu bersyukur (QS. 34 : 13).
12
Mengenai sifat manusia, dengan anggota-anggota tubuh yang banyak jumlahnya, tidak lebih dari satu tempat yang patut mendapatkan cakrawala Ilahi.
“Tetapi hanya satu rumah saja yang Kami dapati warganya terdiri dari orang-orang yang patuh kepada Allah.” (QS. 51:36)
Jadi, karena masalahanya didasarkan hanya pada keadaan jasmani satu individu saja, dalam arti fakultas, anggota badan dan senyawa-senyawa tubuh manusia yang banyak jumlahnya itu, tidak lebih dari sastu saja yang siap untuk maju, maka kita harus membuat analogi dengan kondisi satu bangunan. Karena itu, kata-kata sebaiknya disimpan.
Beris-baris berikut ini adalah ciptaanku sendiri :
Di susut reruntuhan itu ada banyak orang yang membaca rahasia-rahasia catatan eksistensi.
Di samping buah apel dan jeruk dari Roda Keberuntungan, mereka mengetahui hal-hal yang menakjubkan dan mengendarai keledai.
13
Seseorang yang berpengathuan harus terus menerus mencari hal-hal yang baru dn realitas-realitas serta puas dengan jumlah yang sesuai dengan alam pikirannya. Husayn ibn Manshur Hallaj mengatakan, “Kasih sayang di antara dua orang menjadi mendalam jika tidak ada rahasia yang tersimpan di antara keduanya.” Oleh karena itu, ketika kasih sayang mencapai kesempurnaan, rahasia dari segala ciptaan yang tersembunyi dan samar-samar tidak lagi tersembunyi. Karena kesempurnaan mutlak manusia itu baginya berarti menyamai Tuhan, dan karena pengetahuan yang sempurna itu adalah salah satu sifat Tuhan, maka kebodohan berarti kekurangan dalam diri manusia. Dengan demikian, semakin sadar seseorang akan realitas-realitas, semakin mulia eksistensinya, sebab kebodohan itu selamanya tercela.

Bab Ketiga : Mengenai Kesenangan dan Cinta Manusia kepada Tuhan

14
Para ahli teologi dan massa dari mereka yang ahli dalam prinsip-prinsip yurisprudensi menganggap bahwa tidaklah layak bagi manusia untuk mencintai Tuhan, sebab “cinta” adalah suatu ungkapan yang menunjukan kecenderungan jiwa kepada jenisnya sendiri.’ Dan Tuhan sama sekali tidak serupa dengan makhluk ciptaan. Tetapi, keridhaan mengandung arti kepatuhan manusia kepada Tuhan.
Ahli kognini (orang-orang yang sadar), sebaliknya, menyetujui baik keindahan maupun kecintaan manusia (kepada Tuhan), yang dengannya menurut pendapat mereka keserupaan (homogenitas) itu tidak relevan, sebab manusia dapat mencintai warna atau bentuk tanpa menjadi sejenis dengan warna atau bentuk itu. Cinta kepada Tuhan tidak ada hubungannya dengan fakultas hewani, melainkan lebih tepat dengan locus Ilahi, yang merupakan pusat misteri-misteri Tuhandam diri manusia. Cinta seperti ini berkaitan dengan pengalaman intuitif (dzawaq). Cinta, bagi suatu esensi (zat), adalah senang membayangkan kehadiran esensi lain, di mana kekhususan tidak berperan sama sekali.
15
:Cinta” adalah suatu kata untuk kasih sayang yang telah melampaui batas-batasnya, tetapi cinta dan kerinduan akan pupus jika obyek yang diinginkan telah berhasil diperoleh. Karena itu, orang yang merindu tentu memeproleh sesuatu dan sekaligus tidak mendapatkan sesuatu, sebab jika dia telah memperoleh segala keindahan milik kekasihnya, dia tidak lagi akan berhasrat. Jika dia sama sekali belum memperoleh atau belum melihat sesuatu, maka hasratnya tidak akan timbul. Karena itu, orang yang merindu itu pasti memperoleh sesuatu dan sekaligus belum memperoleh sesuatu. Ada kekurangan dalam kerinduan sebab ada belum dicapainya.
16
Sedangkan mengenai wacana yang menegaskan kesenangan: “Kesenangan adalah suatu ungkapan yang menunjukan pencapaian yang sempurna akan sesuatu, dan juga menunjukan pengetahuan bahwa seseorang telah mencapainya. Jika sesuatu berhasil dicapai dicapai dan orang yang mencapainya tidak menyadarinya, maka itu tidak sempurna. Jika mata mencapai sesuatu secara sempurna, yaitu melihat hal-hal yang menyenangkan, ia akan memahaminya dan menjadi senang. Indera pendengaran juga menjadi senang jika mendengar suara-suara yang menyenangkan; indera pencium menerima bau-bauan yang menyenangkan, dan demikian juga semua indera lainnya. Jiwa rasional mencapai kesempurnaan jika sadar akan Tuhan dan mengenai realitas. Maka, jika jiwa telah mencapai itu, kesempurnaannya yang tertinggi adalah (ketika melihat) terbitnya “Cahaya Tuhan”. Ia mengambil bentuk melalui kesepurnaan kebesaran Ilahi sehingga kesenangannya bahkan lebih bedar lagi sebab persepsinya lebih mulia. Semulia-mulia hal yang dapat mempersepsi adalah jiwa manusia, dan Tuhan adalah yang terbesar dari semua yang dapat diketahui;karenanya, kesenangan manusia adalah yang peling sempurna dan paling luas. Tetapi, orang yang impoten tidak mengenal senangnya bersebadan meskipun dia mungkin mendengar bahwa manusia sangat menikmatinya. Benarlah kata oarng tua, “Orang yang belum pernah merasakan, tidak akan mengetahui.”
17
Kata-kata ini adalah untuk membuktikan kesenangan dan cinta. Pada masa hidup Junayd Ghulam Khalil, sekelompok ahli teologi dan ahli hukum mengumpat Ikhwan At-Tajrid, dan mengeluarkan ketentuan hukum yang menyatakan bahwa Ikhwan Al-Tajrid adalah bid’ah dan kafir. Ini mereka tetapkan melalui sakdi dan dokumen. Juanyd tidak ikut terlibat selama sidang tersebut. “Pangeran Hati” Abul Husayn Nuri, Kattani, dan Zaqqaq, bersama sekelompok sufi termasyhur, dikumpulkan untuk menerima hukuman. Diceritakan dalam riwayat yang dapat dipercaya bahwa ketika algojo sudah siap melaksanakan hukuman mati, Abul Husayn Nuri mengajukan diri menjadi orang pertama yang akan dihukum dengan dibunuh. Ketika ditanya mengapa, dia menjawab, “Aku ingin memberikan kepada saudara-ssaudaraku waktu yang masih ku miliki.” Kata-kata ini disampaikan kepada Khalifah, dan itu cukup membuat mereka dibebaskan. Sebelum itu  Dzun Nun Mishri juga pernah difitnah, dan Tuhan telah menyelamatkannya.

Bab  Kesimpulan

18
Sesuatu yang dapt dibagi tidak akan benar-benar mengetahui, melalui kognisi, apa-apa yang tidak bisa dibagi, sebab tindak kognisi itu dapat dibagi pula; dan jika (tindakan) itu dapat dibagi, maka hal yang diketahui itu juga harus bisa dibagi. (Husayn ibn) Manshur Hallaj berkata, “Seorang sufi tidak aka menerima sesuatu pun, dan tidak akan diterima oleh apa pun; dia tidak dapat dipotong atau dibagi-bagi.” Tepat pada akan disalib, dia berkata, “Tujuan ahli ekstase adalah memisahkan Yang Esa dalam sepenuh keesaan.”
Mereka yang ingin merobek jaring laba-laba harus melepaskan sembilan belas penjepit dari diri mereka sendiri; dari semuanya ini, yang lima adalah penerbang yang dapat dilihat,dan yang lima lagi tersembunyi, yang dua adalah para pejalan cepat yang tampak jelas gerakan-gerakan mereka, dan yang tujuh melangkah begitu lambat sehingga gerakan mereka tidak terlihat. Sulit mengusir semua penerbang ini dari diri kita, sebab setiap kali ingin terbang, para penerbang itu sudah melesat mendahului dan mencegah gerakan kita. Di antara semua penerbang itu, yang tersembunyi adalah yang paling sulit untuk dienyahkan. Juga ada sebuah pulau di tengah-tengahnya, di sana terdapat orang-orang yang berkaki ramping : setiap bergerak, mereka tiba-tiba mengeluarkan kai-kai mereka dan meliliti leher mereka untuk mencegah meraka agar tidak bergerak sehingga mereka tidak dapat mencapai “Air Kehidupan”
Saya pernah mendengar bahwa jika orang dapat naik kapal Nabi Nuh dan mengambil tongkat Musa, dia akan selamat.

Hikayat  : 9
KISAH  TENTANG KETERASINGAN  DI BARAT

Sebagaimana Ibn Thufayl, Syaikh Al-Isyraq “Syihabuddin Yahya As-Suhrawardi” pun membuat tulisan tanggapan tentang kisah Hayy Bin Yaqzan, karangan Ibn Sina (980 -1037), yang termuat dalam Kitb Hikayat-Hikayat Mistis, nya yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, terbitan Mizan – Bandung,  yang kisahnya, sebagai berikut :

MUKADIMAH

Puji syukur hanya untuk Allah, Penguasa alam raya, dan Shalawat serta Salam atas hamba-hamba-Nya yang terpilih, terutama junjungan kami Muhammad saw. Yang Terpilih dan seluruh keluarga serta sahabatnya.
Ketika aku membaca kisah Hayy ibn Yaqzan, aku dikejutkan oleh kenyataan, bahwa meskipun mengandung keajaiban-keajaiban kata-kata spiritual dan ibarat-ibarat bermakna dalam, ia tidak mempunyai kedalaman yang dapat menunjukan tahap terbesar, yaitu “bencana besar” yang termaktub dalam kitab-kitab Ilahim terendap dalam lambang-lambang para filosof, dan tersembunyi dalam cerita Salaman dan Absal, yang digabungkan oleh pengarang Hayy ibn Yaqzan, yaitu misteri yang menjadi dasar bagi tingkatan-tingkatan para penganut tasawuf dan kaum apokaliptik. Terungkapkan secara tak langsung dalam Hayy ibn aqzan pada bagian akhir buku, dimana dikatakan : Kadang-kadang kesendirian tertentu yang terjadi pada orang berpindah kepada-Nya, dan sebagainya. (Kata-kata selanjutnya adalah : Begitu banyak yang Dia berikan pada mereka untuk dijadikan pengalaman, sehingga mereka menunduk karena limpahan karunia-Nya. Dia membuat mereka sadar akan keadaan menyedihkan dari keuntungan-keuntungan iklim bumimu. Dan ketika mereka akembali dari istana-Nya, mereka kembali dengan membawa banyak karunia mistik).
Karena itu aku ingin mengemukakan sebagian dari hal-hal ini dalam bentuk sebuah cerita, untuk sebagian dari saudara-saudara kami yang tercinta, dan aku menamakannya “Kisah tentang Keterasingan di Barat.” Dan hanya kepada Allah jualah aku mempercayakan apa yang aku inginkan.

KISAH DIMULAI

Ketika aku berkelana dengan saudaraku Ashim (Ashim (penjaga) adalah fakultas spekulatif, yang hanya dimiliki oleh jiwa, bukan raga. Ini didasarkan atas fakta bahwa ‘ashim adalah yang menjaga agar tidak masuk ke tempat yang berbahaya dan agar tak terjatuh dalam kesalahan) dari Wilayah Transoxania (Dunia halus), ke negeri barat (dunia materi (hayula) yang hubungannya dengan dunia halus adalah suatu penyelubungan kegelapan), untuk memburu segerombolan burung di pantai Laut Hijau (Laut Hijau adalah hal alam kasat indera, dimana kita pergi mendapatkan pengetahuan tentang hal-hal yang kasat indera dan memahami kesempurnaan kita sendiri, serta melangkah dari sana menuju akal kebiasaan (‘aqli malakat) dan dari akal kebiasaan menuju akal yang bermanfaat (‘aqli-mustafad), tiba-tiba kami sampai di sebuah kota “yang penduduknya jahat” (QS.4:75), yaitu kota Kairouan (Kairouan adalah dunia ini. Yang dimaksudkannya dengan si jahat adalah orang-orang dunia ini, dunia pertentangan, karena pertentangan tidak akan timbul tanpa adanya peperangan, dan peperangan tidak akan timbul tanpa adanya kejahatan).
Ketika oran tau kami tiba-tiba mendatangi mereka, kami sebagai putra-putra dari orang yang dikenal sebagai Al-Hadi ibn Al-Khayr Al-Yamani (Al-Hadi (pemandu) adalah asal pertama, dengan Al-khayr (yang baik) adalah akal universal, sebab keduanya ini merupakan sarana bagi petunjuk dan kebaikan), mereka mengelilingi kami dan menahan kami dengan belenggu besi (Belenggu dan ikatan itu dalah tubuh) dan memenjarakan kami di dasar sebuah lubang yang dalamnya tak terukur (lubang adalah dunia yang gelap ini). Di atas ‘sumur yang tak digunakan’ini,(QS.22.45) yang dibangun karena kedatangan kami, sebuah ‘istana yang tinggi’ (QS.22.45) yang memiliki banyak menara. (istana yang tinggi adalah jiwa-jiwa yang diciptakan sebelum benda-benda (angkasa) dan orbit-orbit. Menara adalah sfera langit).
Selanjutnya kami diberitahu, ‘Kalian boleh naik ke istana itu pada malam hari, tetapi menjelang pagi kalian harus masuk kembali ke “dasar lubang” itu. (pada malam hari kita dapat naik ke dunia Halus melalui mimpi, dan melihat bentuk-bentuk dari hal-hal yang dapat dimengerti. Karena indera-indera mati pada waktu tidur dan tiak ikut campur, maka kita menjadi mudah menerima. Tetapi pada siang hari, ketika terjaga, kita tidak mungkin berpikir akan melakukan hal semacam itu, dikarenakan campur tanagan indera; maksudnya, dalam keadaan mati, kita dapat mencapai dunianya hal-hal yang dapat dimengerti, sedangkan tidur adalah kematian yang kedua, sebagaimana dikatakan dalam Al-Quran : Allah mencabut jiwa setiap orang pada sat kematiannya, dan membungkam jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya,” (QS. 39:42).
Di dasar lubang itu ada “berlapis-lapis kegelapan. (QS.12:10 :lubang itu adalah tempat Yusuf dibuang oleh abang-abangnya yang iri). Ketika kami menjulurkan tangan, kami hampir saja tidak dapat melihatnya. (variasi QS.24:40), Tetapi, pada malam hari kami naik ke istana itu dan melihat kekosongan, dengan jalan mengintip lewat sebuah jendela kecil. Kadang-kadang burung-burung merpati mendatangi kami dari singgasana Yaman yang indah untuk menceritakan kepada kami tentang keadaan tempat tinggal Sang Tercinta. Kadang-kadang cahaya kilat Yaman mengunjungi kami, berkedip dari timur, di sisi kanan, (QS.19:52, 20:80) dan memberitahukan tentang jalan-jalan raya di Nejd; dan hembusan angin yang beraroma arak (Arak adalah sebuah pohon yang akarnya pahit. Cabang-cabangnya yang wangi digunakan untuk pasta gigi) membuat kami semakin ekstatis, (Dia mengemukakan semua ini dengan gaya Arab, sebab mereka menyinggung-nyinggung sang tercita dengan jejak-jejak lokasi tenda, angind dan harum bunga. Yang dimaksudkannya adalah bahwa pada wakttu tidur kita dapat melihat hal-hal yang bersifat spiritual dan bentuk-bentuk yang dapat dimengerti yang ada di dunia ruh, sebab indera telah mati). Maka kami jadi merana merindukan tanah air kami. (Yaitu, kita pun berasal dari dunia itu).
Demikianlah keadaan kami, naik pada malam hari, dan turun pada pagi hari, ketika kami melihat burung hoope (Burung hoope adalah fakultas inspirasi (ilham)), masuk melalui jendela kecil dan menyampaikan salam pada malam hari di saat bulan purnama. (yang dimaksud malam bulan purnama adalah bahwa kita terbebas dari kotoran alam (nature) dn asap yang merusak). Di paruhnya ada sepucuk surat yang dikirmkan dari ‘sisi’ kanan lembah ((Dunia halus disebutnya berada di sebelah kanan lembah. Di manapun (kata-kata) “kanan” (yamin) dan “kebahagiaan” (Yumn) dikemukakan, inilah yang mereka maksudka.  Dunia yang lebih rendah disebutnya yang “kiri”) di padang yang diberkahi, dari pohon. (QS.28”30).
Dia berkata kepada kami, “Aku akan membebaskan kalian”. Aku datang dari Syeba dengan membawa kabar, (Dari syeba dengan membawa berita, yaitu dari keraguan ke pengetahuann yang pasti), dan kabar itu dijelaskan dalam surat ini dari ayah kalian.
Kami membaca surat itu, yang isinya : “Dari Al-Hadi ayah kalian, dan :Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang.” (QS.27:30, pembukaan surat Raja Sulaiman yang dikirmkan oleh burung hoope kepada Ratu Syeba), kami telah (berusaha) membuat kaliam merindukan (kami), tetapi kalian tidak merindu. Kami telah memanggil kalian, tetapi kalian tidak datang. Kami telah menunjuk jalan pada kalian, tetapi kalian tidak mengerti.’ Dan dia menunjukku dalam suratnya, ‘Jika kamu ingin dibebaskan bersama saudaramu, (Saudaramu adalah akal spekulatif, pemandu (‘ashim)), segeralah pergi. Berpeganglah pada tali kami, yaitu ekor naga (Ekor naga, (jawzahr) adalah salah satu dari kedua titik bulan, pada waktu terjadi gerhana) dari dunia suci yang menguasai wilayah-wilayah gerhana bulan. (Alam gerhana adalah dunia praktik kezuhudan). Jika kamu sampai di lembah semut (lembah semut adalah sifat irihati – Lembah semut berasal dari pertemuan Sulaiman dengan ratu semut, liat QS. 27.186) goyangkan bajumu (yaitu sibakan rintangan dari bajumu) dan katakan, “Terpujilah Tuhan yang telah memberikan kehidupan padaku setelah membuatku mati!” dan “di tangan-Nyalah kebangkitan itu”. (QS.67.15). Selanjutnya lenyapkanlah keluargamu dan bunuhlah istrimu (istri adalah nafsu birahi), sebab “ “dia akan menjadi salah seorang yang tertinggal di belakang” (kata-kata ini mengacu pada istri Luth QS.29:31) dan 15:60). Pergilah ke mana pun kami diperintahkan, “sebab sisa terakhir dari orang-orang itu akan ditinggalkan pada pagi hari” (Kata-kata itu mengacu pada umat Luth, para penduduk Sodom dan Gomorrah QS 15:66). Naiklah ke kapal dan katakan “Bismillah” ketika ia bergerak maju dan ketika ia berhenti” (Kata-kata yang diucapkan Nuh ketika melayarkan kapalnya, QS.11:41).
Dia menjelaskan di dalam surat itu segala sesuatu yang akan terjadi di perjalanan. Kemudian si burung hoope (ilham) pergi. Matahari sudah berada di atas kepala kami ketika kami mencapai ujung kegelapan (“Matahari berada di atas kepala kami”  berarti bahwa kehidupan menjadi ciut, dan formanya berubah ketika kita mencapai tepian bayang-bayang, yaitu materi yang akan dilepaskan dari forma. Sebagai bukti bahwa yang dimaksudkannya dengan “matahari” dan “bayang-bayan” adalah materi dan forma, bandingkan dengan (QS.25:45) : Tidakkah engkau perhatikan kekuasaan Tuhanmu, bagaimana Dia memperpanjang atau memperpendek bayang-bayang yang ditimbulkan matahari? Jika Dia mau, niscaya dijadikan-Nya bayang-bayang itu mantap. Kemudian Kami jadikan matahari sebagai bukti, sumber penyebab bayang-bayang itu. Kemudian kami lenyapkan bayang-bayang itu perlahan-lahan dengan menampilkan sinar matahari, yaitu jika matahari tidak tampak, jika forma tidak mewujud, maka bayang-bayang ini, atau materi, tidak akan memiliki kedudukan mental eksisstensi, yaitu ia akan menjadi benda yang non-eksistensi). Kami menaiki kapal, dan kapal berlayar ‘di antara gelombang setinggi gunung, ((QS. 11.42), dan kami ingin pergi ke Gunung Sinai untuk mengunjungi pertapaan ayah kami. Gelombang memishakan aku dari anakku, (Putra adalah jiwa hewani (ruh-i hayawani) yang tenggelam), dan ‘ anakku menjadi salah seorang yang tenggelam. (QS.11:43) tentang seorang pemuda yang kadang-kadang ditafsirkan sebagai putra Nuh). Aku menyadari bahwa ‘ ramalan orang-orangku akan dihukum, akan menjadi nyata di pagi hari. Tidakkah pagi sudah dekat, ((QS.11:81) lagi-lagi tentang umat Luth; Pagi-pagi sudah dekat adalah penyatuan dengan jiwa khusus dan universsal). Aku juga menyadari bahwa ‘kota yang dipenuhi kejahatan-kejahatan kotor (kota adalah mikrokosmos; (QS.21:74, tentang Sodom dan Gomorrah), itu akan dibuat jungkir balik (QS.11:82) dan bebatuan dari lempung yang dibakar ((QS.11:82), akan ditumpahkan ke arahnya. (penyakit, wabah dan hal-hal yang dibenci dari fakultas-fakultas yang jahat seperti sifat sombong, tamak dan iri hati).
Ketika kami mencapai tempat di mana gelombang-gelombang itu beradu dan air bergulung-gulung, aku menarik inang penyusu yang telah menyusuiku, dan melemparkannya ke laut. (Yiatu ketika kita sampai kesebuah tempat, dimana gelombang bergolak aku meneggelamkan jiwa bersamaku (ruh i thabi’i) yaitu aku melampauinya juga).
Karena kami sedang berlayar dengan sebuah kapal ‘yang terdiri atas papan dan paku’, (yaitu kita masih bersama tubuh kita ; QS.54:13), kami membuka paksa kapal itu (bandingkan dengan QS.18:71, kisah tentang Khdir dan Musa) karena takut seorang raja (Sang Raja adalah Malaikat kematian), di belakang kami akan mengambil setiap kapal dengan kekerasan  ((QS.18:79) dari penjelasan Khidir tentang alasannya mesukap kapal).
Lalu bahtera kami yang penuh muatan itu membawa kami ke Pulau Gog dan Magog di sebelah kiri Gunung Judi. (yaitu dalam keadaan ini, pemikiran-pemikiran yang merusak dan kecintaan akan dunia berkecamuk dalam khayalan; Gunung Judi, Gunung dimana kapal Nuh berlabuh (QS.11.44) padanan Islami untuk ararat).
Di situ ada bersamaku Jin (Jin adalah fakultas khayalan-khayalan dan pikiran), yang bekerja untuk ku.dan aku berkuasa atas sebuah sumur yang berisi kuningan yang meleleh. (kearifan/hikmah). Aku berkata kepada jin itu, “Tiuplah sampai ia menjadi seperti api (QS.18:96; kata Dzul Qarnayn kepada jin yang sedang membangun bendungan untuk mencegah masuknya Gog dan Magog). Kemudian aku membuat sebuah bendungan agar aku terpisah dri mereka. Dan “perhitungan Tuhan itu benar” (QS.18”98, kata Dzul Qarnayn yang meramalkan janji Tuhan untuk emnghancurkan bendungan itu menjadi debu).
Aku berkelana di wilayah itu. Di jalan aku melihat tengkorak Ad dan Tsamud, (tengkorak menggambarkan nila kerendahan dunia ini), hampir di atas tahta mereka ((QS.22:45).
Aku mengambil “dua tunggangan” (Kedua tunggangan itu adalah jiwa yang cenderung (pada kejahatan) (QS.12:53) dan jiwa yang menyalahkan dirinya sendiri (QS.75:2) bersama dengan motivasi dan seleranya. Keduanya bisa dianggap berasal dari fakultas estimatif (wham) dan imajinasi retentif (khayal), (Kata tsaqalayn (QS.55:31) biasanya ditafsirkan sebagai umat manusia dan jin), Bersama dunianya dan menempatkan mereka, bersama dengan jin, ke dalam botol bulat kecil (botol kecil, adalah otak, sumber jiwa manusia (ruh-nafsani) yang pertumbuhannya berasal dari ego (man)), yang telah ku buat yang di atasnya ada garis-garis seperti lingkaran (Garis-garis adalah urat-urat dan rongga-rongga, yang menyerupai lingkaran).
Aku memotong sungai-sungai (yaitu fakultas gerak, yang berada di dalam otak (dan bekerja) melalui pembuluh darah, selaput dan otot), dari hati langit (langit adalah kepala), dan ketika airnya diputuskan dari penggilingan, bangunannya hancur berkeping-keping dan menghilang di udara yang tipis (yaitu aku telah meninggalkan jiwa manusiawi). Lalu aku meleparkan dunianya dunia ke langit, sampai matahari, bulan, serta bintang-bintang hancur (Yaitu, jiwa yang cenderung pada kejahatan, jiwa alamiah dan jiwa manusiawi, dibuat seperti fakultas-fakultas lainnya, yang tinggal hanya fakultas-fakultas tertentu, seperti fakultas praktis dan spekulatif).
Selanjutnya aku diselamatkan dari empat belas peti mati dan sepuluh kuburan (14 peti mati adalah 14 fakultas, 10 kuburan adalah indera eksternal dan internal. Yang 14 itu dapat dikemukakan sebagai berikut : atraktif, retentif, digetif, ekspulsif, nutritif, generatif, mormatif, augmentatif, pemberang dan nafsu birahi, dan empat humour (panas, dingin, kering, basah), dari sini muncul bayangan Tuhan untuk mensucikan aku, “suatu hal yang mudah” ((QS.25:46), setelah membuat “atahari terbit” ((qs.25:47).
Aku menemukan jalan Tuhan, dan menyadari bahwa “inilah jalanku” ((QS.6 : 154).
Saudara perempuan (Saudara perempuan adalah materi benda-benda dunia yang tetap berada di dunia yang gelap, yang dapat dipisahkan dari forma, yang dianggapnya sebagia penyebab demam dan mimpi buruk, yaitu jangka waktu ketika tidak dipisahkan. Maksudnya, aku pun telah meninggalkan materi dunia ini), dan keluargaku mengidap “penderitaan yang sangat berat sebagai hukuman dari Tuhan” (QS.12.107), di malam hari, dan dia menghabiskan sebagian malam itu dalam kegelapan; dia mengalami demam dan mimpi buruk, sehingga dia merasakan sakit kepala yang hebat.
Aku melihat sebuah lampu (Lampu adalah akal aktif, yang mengelola dunia ini. Ia disebut aktif karena banyak tindakan yang lahir darinya, tidak seperti akal langit, yang melahirkan hanya satu tindakan), yang berisi minyak (Minyak yang dihasilkan darinya adalah kekuatan penghidupan benda-benda jasmaniah, yang merupakan kerajaan). Lampu itu memancarkan cahaya ke seluruh bagian rummah. Ia menerangi ceruk, dan penghuninya disinari cahaya matahari (Kosa kata diambil dari QS.24:35).
Aku meletakkan lampu itu di mulut seekor naga (Yaitu aku melepaskan akal aktiff, yang mengelola dunia ini, atas unsur-unsur dunia ini. Bukti untuk ini adalah bahwa dia mengatakan “tinggal” : meskipun unsur-unsur dunia ini berputar, mereka tidak memiliki bentuk melingkar (melainkan tetap/tidak bergerak), yang berada di dalam menara kincir air (Menera kincir air adalah langit yang berputar seperti roda; Dalam astronimo kincir air itu adalah Aquarius), yang di bawahnya terbentang laut Clysma (Laut Clysma adalah perairan di bawah langit), dan di atasnya ada bintang-bintang, dan asal usul cahayanya hanya diketahui oleh Sang Pencipta dan mereka “yang mendalam pengetahuannya” ((QS.3.57). Aku melihat singa (Singa adalah tanda zodiak Leo), dan banteng (Banteng adalah tanda zodiak Taurus, simbol kesejahteraan, yang mencerminkan motif artistis Iran tradisional darogir, singa dan banteng yang terlibat dalam pertempuran), telah lenyap (Meskipun nama-nama yang terpisah tetap ada, yang dimaksudkannya adalah bahwa dia telah mencapai dunia ketunggalan (‘alam-i mufradat), di mana karena segala sessuatu memiliki satu sifat (nature), maka di situ tidak ada pertikaian, seperti antara singa dan banteng), dan busur (busur adalah tanda zodiak Sagitarius, si Pemanah), serta kepiting (Canser), telah terlipat di dalam putaran sfera-sfera (yaitu, tidak ada kejahatan, keduanya ini adalah ibarat untuk kejahatan). Timbangan (Zodiak Libra) tetap seimbang ketika bintang Yaman (Bintang Yaman adalah Canopus (suhayl), bintang yang sangat menonjol dalam adat dan penegetahuan timur (estern lore), muncul (yang dimaksud adalah Jiwa Universal) dari balik awan yang bergumpal-gumpal (yaitu akal dan jiwa dari balik bentuk)  yang terdiri atas apa yang akan dipintal laba-laba di sudut-sudut dunia elemental di alam kelhairan dan kehancuran.
Kami bersama domba (domba wekali rasa takut ), domba itu kami tinggalkan di tengah belantara. Mereka dihancurkan oleh gempa bumi, dan amukan api membakar mereka.
Ketika jarak telah terlewati, dan jalan-jalan telah dilalui, dan “keran telah di tuangkan” ( QS. 11.40, tanda untuk awal banjir besar), aku melihat tubuh-tubuh suci. Aku bergabung dengan mereka dan mendengar suara serta cara-cara mereka, yang aku pelajari untuk ku nyanyikan, tetapi suara itu tidak enak di telingaku seolah-olah itu adalah rantai yang sedang diseret melewati batu granit. Anggota tubuhku hampir tercabik berkeping-keping, dan tulang-tulang sendiku hampir rontok akibat kesenangan yang aku alami. Peristiwa itu terus berulang-ulang sampai awan-awan bertebaran, dan selaput terkoyak (Yaitu selubung telah diangkat).
Aku meninggalkan gua dan lubang-lubang besar itu, dan turun dari kamar-kamar, berjalan menuju mata air kehidupan. Aku melihat batu besar di puncak bukit yang mirip gunung tinggi. Aku bertanya pada ikan ((yaitu jiwa-jiwa tertentu yang telah mencapai tempat tinggal mereka), yang berkumpul di dalam mata air kehidupan dan bersenang-senang di bawah bayangan gunung yag menjulang tinggi, apakah tanjung itu dan apakah batu besar itu.
Salah seekor ikan itu berenang ke laut (yaitu dalam pengetahuna (ilm), menggali terowongan ((QS.18:61) suatu rujukan kepada ikan kering yang menjadi hidup dan berenang ketika dijatuhkan oleh pelayan Musa (Yusya) pada waktu mereka mencari “Pertemuan dua laut” di mana mereka bertemu dengan “hamaba Tuhan Yang Saleh” yang ditafsirkan sebagai Khidir di Mata Air Kehidupan). Ia berkata, “Itulah yang kami cari” (QS. 18:64; kata-kata Musa kepada Yusya ketika diberitahu tentang hidupnya kembali ikan itu), dan gunung itu adalah Gunung Sinai (yaitu sfera-sfera). Batu itu adalah sel ayahmu (Sang Ayah adalah akal universal). Apakah ikan-ikan itu? Aku bertanya. Ia menjawab, “Makhluk sejenismu : kalian adalah putra-putra dari satu orang ayah. Mereka diwijudkan sebagaimmana kamu, jadi mereka adalah saudara-saudaramu.”
Ketika aku mendengar dan ssadar, aku memeluk mereka dan begirang hati karena mereka, dan mereka bergirang hati karena aku. Aku menaiki gunung itu dan melihat ayah kami, seorang tua (jiwa universal), yang berkat kecemerlangan cahayanya, langit dan bumi hampir terkuatk. Aku bingung dan takjub karenanya. Aku berjalan ke arahnya. Dia menyalami ku, lalu aku menjatuhkan diri di hadapannya, dan hampir lenyap akibat pancaran cahayanya.
Aku meratap sesaat dan mengeluh padanya mengenai penjara Kairouan. Dia berkata padaku, “itu bagus. Kamu telah bebas. Tetapi kamu harus kembali ke penjara barat, sebab kamu belum melepaskan ikatan-ikatanmu seluruhnya” ((Yaitu kamu telah datang demi pemikiran (fikr) dan inspirasi (ilham), tetapi masih ada sisa-sisa ikatan dalam dirimu ). Ketika aku mendengarnya mengatakan ini, aku kehilangan akal, menangis dan mengerang bagaikan orang yang melihat kehancurannya telah hadir di hadapan matanya. Aku memohon padanya, tetapi ia berkata, “Adalah penting bagimu untuk kembali sekarang, tetapi aku akan memberimu kabar yang menyenangkan tentang dua hal : Pertama, jika kamu kembali ke penjara, kamu akan bisa mendatangi kami dan naik ke surga kami dengan mudah kapan saja kamu kehendaki; Kedua : pada akhirnya kamu akan dibawa ke hakadapan kami dengan meninggalkan negeri-negeri barat untuk selama-lamanya”.
Aku senang sekali mendengar perkataannya. Lalu dia berrkata padaku, “Ketahuilah, bahwa ini adalah Gunung Sinai. Di atas ini adalah Gunung Sinin, di mana ayahku, kakekmu (Yaitu akal universal dan asal usul (emanation). Dia tidak menikah sebagaimana yang dikatakan orang bodoh, sebab mereka tidak memiliki hasrat badaniah dan tidak rentan terhadap analisis sintesis), tinggal. Aku berlaku sebagai penghubungnya, sebagaimana kamu berlaku sebagai penghubung ku (QS.28:88). Kita memiliki nenek moyang lain, sampai garisnya sampai apda raja yang menjadi leluhur agung yang tidak mempunyai ayah atau kakek. Kita semua adalah hamba-hambanya. Kita mengambil cahaya darinya, dan merupakan tiruannya. Dia adalah kemuliaan yang terbesar, milik-Nya lah kemuliaan yang tertinggi dan cahaya yang terkuat. Dia berada di atas terejawantahkan dalam segala sesuatu, dan “segala seuatu musnah kecuali wajah-Nya” ((QS.28:88).
Aku tengah asyik mendengarkan kisah ini ketika keadaanku berubah, lalu aku jatuh dari udara ke sebuah tempat yang rendah di antara orang-orang yang tidak percaya. Aku menjadi narapidana di wilayah barat. Tetapi di dalam diriku tersimpan kesenangan yang tidak dapat aku jelaskan. Aku mengerang dan merapat penuh penyesalan karena terpisahkan, dan kenyamanan itu hanyalah impian yang cepat berlalu.
Semoga Tuhan menyelamatkan kami dari cengkeraman alam (nature) dan ikatan-ikatan materi. Katakanlah, “Puji syukur hanya kepada Tuhan! Dia akan menunjukan padamu tanda-tanda-Nya, dan kamu akan mengenali tanda-tanda itu; dan Tuhanmu tidak lalai akan apa yang kamu lakukan (QS.27:93). Dan katakan “Terpujilah Tuhan! Tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengerti” (QS.31:25). Shalawat dan salam tertuju kepada Nabi-Nya dan seluruh keluarganya.

Kota Sepanjang, Kabupaten Sidoarjo – Jawa Timur.
Senin - September : 16 – 2013

-------------ooooooOOOOOOOOoooooo-------------








































1 komentar: