Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Rabu, 23 Juli 2014

Buku Otobiografi Madame Curie Penemu Radium Bagian Ketiga

Setiap puncak kemegahan .. ada fitnah kejam di sana.
Diwaktu mengalami musibah berat ...  saat itu pula dapat diketahui siapa sahabat yang sebenarnya
“MADAME  CURIE” BAGIAN KE TIGA
Oleh : EVE CURIE
Penterjemah : Krishna  Maruli
Penerbit : N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, Bandung,’S-Gravenhage
Tahun : 1953.
Penyadur : Pujo Prayitno

DAFTAR  -  ISI
Bagian KE TIGA
Bab. XIX : SEBATANG  KARA
Bab. XX : SUKSES DAN PERCOBAAN
Bab. XXI : PERANG
Bab. XXII : DAMAI, BERLIBUR DI LARCOUEST
Bab. XXIII : AMERIKA
Bab. XXIV : PASANG PURNAMA
Bab. XXV : ILE  SAINT  LOUS
Bab. XXVI : LABORATORIUM
Bab. XXVII :  KEWAJIBAN SELESAI

BAB. XIX : SEBATANGKARA
Kita telah mengikuti riwayat hidup Mania tatkala ia dibantu oleh suami yang bijaksana, dapat menyelenggarakan rumah tangganya dan di smaping itu menunaikan kewajibannya sebagai sarjana yang luar biasa keahliannya. Seketika itu nampaknya seakan-akan tak mungkinlagi madame Curie mengalami penderitaan hidup yang lebih dahsyat; dan mustahil ia terpaksa berdaya upaya lebih  banyak lagi.
Jikalau dibandingkan dengan keadaan yang akan dialaminya di kemudian hari adalah keadaannya semaa itu sangat mendingan. Tugas-tugas kewajiban yang dipikulkan ke atas bahu janda madame Curie pasti akan menakutkan seorang lelaki bagaimana pun besarnya tanggung jawabnya.
Ia harus mendidik dua orang anak-anak kecil. Di samping itu harus pula dilaksanakannya pekerjaannya sebagai Maha Guru. Penyelidikan-penyelidikan yang telah dimualinya bersama-sama dengan Pierre Curie sekarang gharus dilanjutkannya seorang dirinya karena bantuan dari teman bekerjanya itu tak ada lagi. Para asisten dan murid-muridnya menunggu-nunggu perintah-perintahnya dan nasehat-nasehatnya. Selain dari itu ia bertugas pula mendirikan sebuah laboratorium yang sepadan dengan nama Pierre dan yang akan memberikan kesempatan bagi penyelidik-penyelidik muda bekerja guna prtumbuhan pengetahuan baru tentang radio aktif.
Yang pertama dipikirkan Mania ialah cara hidup yagn sehat untuk anak-anak dan mertuanya. Di Sceaux disewanya sebuah rumah di jalan Chemin de fer no.6 yang tak berapa bagusnya tetapi mempunyai pekarangan yang penuh dengan unga-bunga.
Salah satu dari anjung rumha itu disediakan untuk doktor Curie, sedang Irene mendapat seidang tanah yang boleh dikerjakannya sekehendaknya. Di bawah pengawasan seorang wanita penjaga anak, Eve bermain main di rumput sambil mencari kura-kura yang disayanginya dan mengejar-ngejar kucing hitam belang yang berlari-lari di sepanjang taman mereka itu.
Agar tercapai urusan semacam ini terpaksa madame Curie mengorbankan kesenangannya; karena laboratoriumnya jauh dari rumahnya setengah jam perjalanan kereta api, terpaksalah ia menderita beberapa kesukaran. Setip pagi ia berjalan kaki ke stasiun mempercepat langkah seolah-olah ia kehabisan waktu atau seolah-olah ia sedang berlomba-lomba dengan tak mengetahui kepayahan. Tak berapa lama maka wanita yang berpakaian kabung itu dan selalu duduk kelas dua dalam kereta api yang bengu baunya itu telah didkenal orang-orang yang turut menumpang kereta api itu.
Jarang ia sempat pergi makan tengah hari di Sceaux sehingga terpaksalah ia kembali mengunjungi rumah-rumah makan di Quartier Latin yang dahulu kala kerap kali dikunjungi seorang diri seperti sekarang ini juga, tapi semasa itu ia masih muda dan penuh cita-cita tersembunyi. Kadang-kadang ia hampir makan roti sepotong dan buah-buahan sambil bolak-balik dalam laboratoriumnya.
Waktu malam ia pulang ke rumah dengan kereta api pula. Telah jauh malam apabila ia tiba di rumahnya itu dan lampu pun terlah terpasang di sana. Sewaktu musim dingin yang pertama-tama diurusnya ialah memeriksa alat pemanas yang besar itu di ruangan bawah di rumahnya itu, menambah batu arangnya dan mengatur keluar masuk udara. Dalam keyakinannya tak ada di dunia ini orang lain yang sanggup mengurus alat-alat pemanas kamar seperti dia baiknya dan sebenarnya bahwa ia pandai sebagai seorang seniman – atau lebih tepat : seorang ahli ilmu kimia – mengatur-atur kertas dan kayu-kayu pembakar serta batu arang atau puntung-puntung kayu berjatuhan ke dalam alat pemanas itu menurut segala syarat-syarat yang tertentu.
Apabila alat pemanas itu telah berdengung-dengung ia berbaring di atas bangku berlega dada sehabis pekerjaan sehari-hari yang meletihkannya itu. Karena ia tak suka menunjukkan duka citanya, tak pernah ia menangis di hadapan orang lain dana tanda kasihan atau kata penghibur tak mau didengarnya, Kepada siapa pun tak sudi ia menceritakan terrpaan putus asanya dan kabus-kabus yang menggodanya sewaktu malam. Akan tetapi mereka yang berdekatan dengan dia melihat pandangannya yang legat itu dengan perasaan kuatir, dan tangannya yang selalu gerak-gerik penarikan syaraf : jari-jarinya penuh perangsangan luka-luka radium gemetar gugup bergosok-gosok dengan tak ada hentinya.
Kadang-kadang daya tahan badannya meninggalkannya dengan tiba-tiba sehingga tak sempat ia lagi menyuruh panggil anak-anaknya> Salah satu dari kenang-kenangan dari semasa kanak-kanak yang saya ingat pertama-tama kalinya ialah ingatan tatkala ibu saya jatuh pingsan di kamar makan rumah kami di Sceaux dengan muka pucat kemurcaan.
Mania menulis kepada teman semasa mudanya Kazia, tahun 1907 :
“Kazia sayang, tak dapat saya menerima tuan K. Anak mas mu itu. Sehari ia datang ke mari, saya sedang sakit seperti kerap kali saya alami sekarang ini. Selain dari itu esok harinya saya akan memberikan kuliah. Mertua saya yang juga seorang doktor, melarang saya menerima siapa pun juga karena ia tahu bahwa percakapan-percakapan selalu meletihkan saya.
Apakah lagi yang akan saya ceritakan? Hidup saya sekarang ini telah kocar-kacir sehingga tak akan dapat lagi diatur kembali. Saya pikir akan tetap lah saya semacam ini dan saya pun tak berikhtiar mengubahnya lagi. Saya ingin mendidik anak-anak saya sebaik-baiknya akan tetapi sekali pun mereka sendiri tak sanggup lagi membangkitkan semangta saya. Kedua-duanya mereka baik, manis dan boleh dikatakan cantik juga. Saya berdaya upaya agar mereka kuat dan tegar segar bugar. Kalau saya hitung dengan anak bungsu saya maka dua puluh tahun lagi beru mereka akil balig. Saya kuatir saya tak sanggup bekerja selama itu karena hidup saya sangat meletihkan saya dan duka cita saya pun tak baik pengaruhnya bagi kekuatan dan kesehatan saya.
Perihal keuangan tak ada kesukaran-kesukaranbagi saya. Penghasilan saya cukup untuk pendidikan anak-anak saya walau pun keadaan saya sekarang lebih sederhana dari semasa suami saya masih hidup.
Pada saat tergelap dalam hidup yang sunyi sepi itu ada dua orang yang membantu Mania. Yang seorang ilaha Marya Kamienska ipar Yosep Sklodowski, seorang yang halus budi pekertinya dan menjabat pekerjaan sebagai guru rumah dan pengurus rumah tangga madame Curie atas bujukan Bronia. Berkat hadirnya di rumah Mania itu dapatlah janda Polandia ini merasai suasana tanah airnya yang telah sedemikian lama dalam hidupnya tak pernah dialaminya lagi. Akan tetapi berhubung dengan kesehatannya terpaksa Marya Kamienska pulang ke Warsawa; maka datanglah dari Polandia menggantikannya guru-guru rumah yang lain yang kurang bisa dipercaya dan kurang manis budi pekertinya.
Teman seperjuangannya yang lain, yaitu yang tertinggi nilainya, ialah doktor curie. Kematian Pierre merupakan cobaan yang dahsyat bagi orang tua itu akan tetapi berkat keyakinan budinya masih teguh semangatnya yang bagi Mania telah menghilang. Ia tak suka berduka cita dengan tiada gunanya, sedang memuja-muja si mati sangat dibencinya. Sehabis penguburan anaknya itu tak pernah ia lagi pergi mengunjunginya. Karena tak ada lagi sesuatu apa yang tinggal dari Pierre, tak sudi ia diganggu jadi-jadiannya.
Ketenangan hatinya mempengaruhi janda itu seolah-olah ia mendapat kurnia. Berdekatan dengan mertuanya itu yang memaksa dirinya hidup seperti biasa, bercakap-cakap, ketawa-tawa, ia malu mengingta raban hatinya sebagai akibat duka citanya itu. Maka ia pun berikhtiar menunjukkan muka yang gembira.
Hadirnya doktor Curie menyenangkan hati Mania tetapi bagi anak-anaknya itu dalam doktor Curie merupakan pembawa bahagia sebesar-besarnya. Jika orang tua dengan matanya yang biru itu tak di sana maka mereka pun pasti akan tenggelam dalam perkabungan ibu mereka itu. Lebih lagi dari ibu mereka yang selalu bepergian dari rumah, senantiasa terikat kepada laboratoriumnya (namanya tak sudah-sudah berdengung-dengung di telinga mereka) adalah doktor Curie merupakan seorang teman bermain-main dan guru bagi mereka. Eve masih terlampau muda sehingga antara dia dan kakeknya itu pertaliannya belum mendalam, tetapi bagi anak yang sulung adalah ia menjadi seorang sahabat yang tak ada tolok bandingnya. Ia memimpin Irene yang pelambat dan isin sifatnya dan menyerupai puteranya yang telah meninggal dunia itu.
Belum puas hatinya membimbing Irene dalam ilmu hayat dan ilmu tumbuh-tumbuhan, membangkitkan semangatnya mempelajari gubahan-gubahan Victor Hugo, di musim panas mengajarnya menulis surat-surat yang lucu dan mengandung pengajaran-pengajaran bijaksana yang membuktikan gaya bahasanya yang utama dan penuh sindiran itu; selaind ari ini semuanya ia juga membentuk dunia pikiran anak itu dengan cara yang tegas. Kesetimbangan rohani yang meliputi Irene Yoliot Curie pada masa sekarang ini, sifatnya membenci duka cita, keinginannya berpegang teguh pada kenyataan pendiriannya menentang susunan kekuasaan gereja, bahkan kecenderunga politiknya, semuanya ini adalah yang berpindah dari kakeknya itu kepadanya. Hutang budinya terhadap orang tua yang bijaksana ini dibayar Mania dengan perserahan kasih sayangnya.
Dalam tahun 1909, terpaksa doktor itu tinggal ditempat tidurnya selama setahun itu sebagai akibat desakan darah ke paru-parunya. Mka Mania pun merawatnya dan setiap waktunya terluang ia duduk menjenguk si sakit yang cerewet dan tak bersabar hati itu, sambil berikhtiar menghiburkan hatinya.
Maka pada tanggal 25 Pebruari 1910 orang tua yang gagah berani itu pun menghembuskan anfasnya yang penghabisan. Di pekuburan Sceaux, dalam hawa dingin dan alam bertelanjang diminta madame Curie dilakukan pekerjaan yang tak disangka-sangka oleh penggali-penggali kubur. Ia meminta agar dikeluarkan keranda pierre dari kuburannya, sesudah itu perti doktor curie ditempatkan sebelah bawahan dan keranda Pierre diletakkan pula di atasnya. Di atas suami yang tak mau ia berpisah-pisahan itu, sehabis hidupnya di dunia ini tinggal tempat terbuka bagi Mania yang meemandang-mandang beberapa lama dengan tak ada perasaan ketakutan.
Sekarang madame Curie tinggal seorang diri memikul beban pendidikan Irene dan Eve. Ia mempunyai beberapa asas-asas tertentu tentang pendidikan dan perguruan pertama untuk kanak-kanak. Telah beberpaa banyak guru-guru rumah berturut-turut berikhtiar mewujudkannya.
Setiap hari dimulai dengan kerja rohani atau kerja tangan selama sejam yang diikhtiarkan Mania mengaturnya sebaik-baiknya sehingga dapat memikat hari anak-anaknya itu. Dengan penuh perhatian diikutinya pertumbuhan kepandaian-kepandaian anak-anaknya itu dan dalam buku tulisnya yang berwarna keabu-abuan itu dicatatnya pembawaan Irene berhitung dan bakat Eve bermusik.
Sehabis tugas hari-harian itu maka disuruhnya anak-anak itu pergi ke luar. Dalam hujan dan terik panas mereka berjalan-jalanjauh-jauh dan bersenam. Di dalam tamannya di Sceaux telah disuruh bikin Mania sebuah perancah kayu memakai bandulan, gelang-gelang dan seutas tali yang rata. Berkat latihan-latihan senam di rumah itu maka anak-anak gadis itu menjadi murid-murid perkumpulan senam yang penuh semangat sehingga berkat lancarnya mereka mempergunakan pesawat –pesawat senam itu, mereka mendapat hadiah-hadiah pertama beberapa kali.
Tangan dan anggota gerak mereka selalu mendapat latihan. Mereka bercocok tanam, mengukir, bermaksud  dan menjahit.
Bagaimana pun letihnya Mania selalu dipaksanya dirinya mengikuti anak-anaknya itu berjalan-jalan berkerata angin. Di musim panas ia pergi mandi di pantai dan diajarinya mereka berenang. Karena tak ia berlama-lama meninggalkan kota Paris, tinggallah anak-anak itu dalam pengawasan bibi mereka, Hela Szalay, berlibur di sana. Kedua anak-anak ini bermain-main dengan beberapa orang misan mereka di tepi pantai di temepat-tempat pemanddian yang sepi sepanjang Kanal atau Lautan Besar. Dalam tahun 1911 mereka pergi untuk pertama kalinya bersama-sama dengan ibu mereka ke Polandia; Bronia menyambut mereka di sanatorium Zakopane. Mereka belajar menunggang kuda, perjalanan ke gunung beberapa hari lamanya dan menginap di pondok-pondok pegunungan. Dengan bersepatu yang dipaku dan sambil menyandang bungkusannya di punggungnya, Mania berjalan mendahului mereka. Ia tak suka anak-anaknya itu berlaku tingkah-tingkh keberanian dan kurang hati-hati, tetapi ia berusaha mendidikanya dalam keberanian. Irene dan Eve tak pernah “takut dalam gelap” atau bersembunyi kepala dalam bantal sewaktu hujan ribut atau takut pencuri atau penyakit yang menular. Dahulu kala Mania mengalami perasaan-perasaan takut itu semuanya, sekarang dihindarkannya anak-anaknya itu dari ketakutan-ketakutan itu. Bahkan ingatannya pada kecelakaan yang membawa kematian bagi Pierre itu tidak memberikan alasan baginya menjaga-jaga anak-anaknya itu dengan perasan menakut. Idwaktu masih muda sekali, sebelas duabelas tahun, ke dua-dua anak-anak itu telah pergi berjalan seorang diri.
Tan berapa lama maka mereka pergi berjalan jauh dengan tak ada orang yang mengiringnya.
Kesehatan rohani mereka pun dijaganya sebaik-baiknya. Di ikhtiarkannya menjaga anak-anak itu supaya mereka jangan bermimpi-mimpi chayal, berperasaan kesal dan perasan-perasaan yang berlebih-lebihan. Diambilnya keputusan yang ganjil : tak akan pernah ia berbicara dengan anak-anak piatu itu tentang ayah mereka. Putusan itu diambilnya pertama berhubung dengan tak berdaya lagi rasanya. Sampai akhir hidupnya hanya dengan hati berat diucapkan Mania perkataan-perkataan “Pierre” atau “Pierre Curie” atau “ ayahmu” atau “Suami saya” dan sewaktu bercakap-cakap dipakainya seribu akal untuk menghindarkan kenang-kenangan itu. Menurut pikirannya tak ada salahnya kalau ini disembunyikan terhadap anak-anaknya itu karena tak ada ruginya bagi mereka. Daripada membenamkannya dalam suasana kesedihan lebih sukam ia menjauhkan segala haruan hati bagi dirinya dan bagi anak-anaknya itu, sekalipun keharuan itu timbul dari hati yang sunyi-murni.
Karena di rumahnya tak ada di smapingnya ingatan-ingatan kepada sarjana yang telah meninggal dunia itu tak ada pula disimpannya kenang-kenangan kepada tanah airnya Polandia yang sengsara itu. Dikehendaiknya supaya Irene Eve belajar bahasa Polandia, supaya reka mengenal tanah airnya itu dan supaya dicintai mereka negeri itu, akan tetapi dengan sengaja di didiknya anak-anaknya itu menjadi wanita Perancis yang asli, agar mereka jangan terapung-apung antara dua tanah air, aar mereka tidak menderita dengan sia-sia untuk suatu bangsa yang tertindas.!
Anak-anaknya itu tidak di baptis dan tidak diberi pelajaran agama. Tak sanggup ia rasanya mengajarkan dalil-dalil yang ia sendiri tak mempercayainya lagi, lebih-lebih lagi ditakutinya siksaan jiwa yang dialaminya seketika ia kehilangan iman itu. Walau pun demikian bukanlah berarti itu bahwa ia menentang susunan kekuasaan gereja. Karena ia seorang penyabar, beberapa kali telah ditegaskannya kepada anak-anaknya itu bahwa sekiranya mereka kelak hendak menganit atau masuk salah satu agama, adalah itu kehendak mereka sendiri yang tak akan dihalang-halnginya.
Mamadame Curie merasa puas karena anak-anak gadis itu terhindar dari masa kanak-kanak yang penuh kesengsaraan, masa anak gadis penuh kesukaran-kesukaran, masa muda kepapaan seperti telah dialaminya sendiri, akan tetapi walau pun demikian tak diinginya supaya mereka hidup kemewahan. Beberapa kali timbul kesempatan baginya agar terjamin hidup hari kemudian Irene dan Eve dengan harta yagn banyak, akan tetapi tak dikehendakinya mempergunakan kesempatan itu. Tatkala ia menjadi janda, harus diputuskannya tentang nasib radium yang segram banyaknya itu yang dihasilkan Pierre bersama-sama dengan dia dengan tangan mereka sendiri dan sekarang menurut hukum menjadi miliknya. Bertentangan dengan nasihat doktor Curie dan beberapa orang anggota rapat keluarga untuk nasib anak-anak piatu itu – tetapi selaras dengan keinginan suaminya yang telah meninggal dunia itu .. dihadiahkannya radium yang berharga lebih dari sejuta franc emas itu kepada laboratoriumnya. Menurut pendirinya benarlah sulit hidup dengan papa, tetapi tak ada gunanya, bahkan haram hidup dalam kekayaan yang luar biasa. Dalam pandangannya adalah suatu keadaan jamak yang patut jika anak-anaknya itu kelak terpaksa mencari nafkah mereka sendiri.
Cara apendidikan yang disusun madame Curie dengan rapi itu ada satu kekurangannya : Pendidikan sendiri, artinya “sopan sntun “. Di rumah yang berkabung itu, hanya sahabt-sahabat karib yang diterima bertamu dis ana: Keluarga Perrin, keluarga Chavannes ... Waktu hari ahad dibawa Andre Debiarne buku-buku dan mainan-mainan untuk anak-anak gaadis itu dan berjam-jam lamanya ia sibuk dengan Irene pendiam itu menggambar-gambar kertas penuh binatang-binatang seperti gajah besar dan kecil ... Selaind ari teman-teman yang suka mengalah tak aa orang lain yang banyak bergaul dengan Irene dan Eve. Apabila Irene bertemu dengan orang-orang yang tak dikenalnya, maka ia pun tinggal bungkem dan berkali-kali tak mau ia memberi salam pada tamu-tamu wanita itu. Tabiatnya itu takkan terkikis seluruhnya dari Irene. Tersenyum, bersifat lemah-lembut, berkunjung-kunjungan dan bertamu, kata-kata penghormata, pendeknya segala syarat-syarat sopan santun tak pernah diketahui Irene dan Eve. Sepuluh duapuluh tahun kemudian baru diinsyafi mereka bahwa hidup dalam masyarakat mempunyai syarat-syarat yang tertentu dan meakai undang-undang dan bahwa “Mengucapkan selamat pagi kepada kaum wanita” adalah suatu syarat yang terpaksa....
Tatkala Irene telah tamat sekolah rendah dan berusia cukup untuk sekolah lanjutan, maka dicari oleh Mania suatu cara memberikan pengajaran itu kepadanya yang berlainan dengan yang biasa dipakai.
Wanita.yang selalu bekerja keras itu diusik pikiran mengingat banyaknya pekerjaan yang bertimbun-timbun dipikul ke atas pundak anak-anak yang masih mdua remaja. Menurut perasaanyya adalah sangat kejamnya menahan-nahan anak-anak itu dalam bilik-bilik yang hawanya tak dipelihara dengan baik sedang mereka kehilangan kesempatan bermain-main berjam-jam lamanya, padahal anak-anak itu masih berumur yang seharusnya mereka masih bergerak gerik dan bersendau gurau. Yang dikehendakinya ialah supaya Irene belajar sebanyak mungkin  dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Bagaimanakah melaksanakan itu?
Ia berpikir dan bermusyawarah dengan teman-temannya maha guru-maha guru di Sorbonne seperti dia kepala-kepala rumah tangga pula. Berkat dorongan madame Curie maka dirancang merekalah suatu cara kerja sama yang tak ada tolok bandingnya untuk perguruan anak-anak mereka berdasarkan pikiran-pikiran baru.
Maka mulailah suatu masa bergelisah dan bersendau gurau untuk puluhan orang anak-anak lelaki dan perempuan yang dibebaskan mengunjungi sekolah akan tetapi diwajibkan setiap hari menghadiri suatu pelajaran yang diberikan oleh seorang guru yang utama. Kadang-kadang pagi-pagi mereka membanjiri laboratorium Sorbonne tempat JeanPerrin memberikan pelajaran ilmu kimia. Hari berikutnya pindahlah gerombolan itu ke Fontenay aux Roses : ilmu pasti oleh Paul Langevin. Nyonya Perrin dan nyonya Chavannes, seni pahat Magrou, Profesor Mouton mengajar Kesusasteraan, sejarah, bahasa0bahasa hidup, ilmu hayat, mengukir dan menggambar. Akhirnya dikorbankan Mania disebuah ruang sekolah Ecole de Physique waktu hari Kamis petang dengan memberikan pelajaran-pelajaran ilmu fisika yang sederhana seperti belum penah disekolah itu.
Murid-muridnya yang beberapa orang diantaranya kelak akan merupakan sarjana, di kemudian hari pasti hidup dalam kenang-kenangan yang tak kunjung padam mengingat pelajaran-pelajaran yang memikat hati mereka dan mengingat hatinya yang ramah tamah itu. Berkat kepandaiannya menegajar maka segala gejala-gejala mujarad dan menjengkelkan itu seperti tercantum dalam kitab-kitab pelajaran, diterangkannya dengan contoh-contoh yang memikat hati murid-muridnya itu. Kacang-kacang kereta angin direndamnya dalam dawat dan diletakkan di atas sebuah bidang miring; maka secara demikian terbuktilah hukum gaya aberat dengan caranya kacang-kacang itu berguling sambil meninggalkan bekas garis lengkung di bidang miring itu. Sebuah pendul menununjukkan dengan anak leoncengnya ulangan beratur dalam ayunannya di atas kerta yang disapu dengan jelaga. Pengukur panas yang dibikin oleh murid-murid itu sendiri lengkap dengan derajar pembagiannya serupa mutunya dengan pengukur panas rasmi sehingga murid-murid bangga melihatnya...
Madame Curie berhasil membangkitkan perhatian dan cinta mereka untuk ilmu pengetahuan dan diajarkannya pula cara-cara bekerja yang baginya dahulu kala memupuk kesanggupan bekerja sibuk berlama-lama. Sebagai seorang pentolan ilmu hitung  didesaknya murid-muridnya itu melatih diri mereka : “Seharusnyalah berlatih-latih sehingga tak mungkin khilaf, ditegaskan Mania, “ rahaisanya ilaha jangan tergesa-gesa melaksanakannya.
Tatkala salah seorang dari murid-murid yang mulai belajar itu berbelarakan ketika memasang baterai listrik maka madame Curie memarahinya : “Tak sepatutnya dikotorkan meja sambil melakukan percobaan.!
Pemenang hadiah nobel itu kadang-kadang melatih mereka yang berhikmat tinggi itu memakai akal budi mereka.
“Bagaimanakah pikiranmu caranya menjaga supaya cairan dalam sebuah lebau tetap panas? Ia bertanya pada suatu hari.
Francis Perrin, Jean Langevin, Isabelle Chavannes dan Irene Curie – semuanya bintang-bintang kelas itu dalam ilmu pengetahuan – dengan segera mengusulkan beberapa akal : membungkus labu itu dengan kain wol; menyekat labu itu dengan seribu akal .... yang mustahil diwujudkan.
Madame Curie tersenyum sambil berkata : “Kalau saya, akan saya mulai dengan menutupnya!
Maka dengan perkataan-perkataan yang bersahaja itu berikhtiarlah pelajaran hari itu. Setelah dibuka pintu bilik belajar itu maka datanglah seorang pesuruh membawa sekumpulan roti, coklat dan jerukmanis untuk dimakan bersama-sama dan sambil mengunyah-ngunyah dan bercakap=cakap mereka itu bersendau gurau di pelataran sekolah itu.
Harian-harian semasa itu yang suka berita-berita remeh-remeh tentang Madame Curie, mempergunakan kesempatan itu mencela-cela kemungkinan anak-anak para sarjana memasuki laboratorium-laboratorium walau pun dengan cara halus dan di bawah pengawasan yang seksama : “Wong cilik yang hampir tak pandai menulis dan membaca itu dibenarkan melakukan berbagai penyelidikan-penyelidikan, membikin pesawat-pesawat dan mengadakan percobaan-percobaan --- Sorbonne dang edung di jalan Cuvier belum lagi meletup, tetapi janganlah dulu berputus asa!.
Perguruan bersma-sama itu yang seperti hal-hal lain juga merupakan soal yang tak menetap, berakhir sehabis dua tahun. Orang-orang tua murid-murid itu terlampau banyak pekerjaan mereka sendiri dan anak-anak yang hendak mencapai gelaran baccalauret harus mempelajarai bahan-bahan pelajaran yang resmi. Untuk Irene Curie di pilih Madame Curie sebuah perguruan partikelir, yaitu sekolah Sevigne yang tak berapa banyak pelajaran-pelajarannya. Di sekolah yang utama itulah anak sulungnya itu mendapat pelajaran tingkat menengah atas dan di situ jugalah kelak Eve akan bersekolah.
Apakah susah payah madame Curie mengikhtiarkan supaya anak-anaknya sejak masa muda mereka terpelihara pribadinya itu, dapat didkatakan berhasil. Ya dan tidak! “Perguruan besama-sama” memberikan kepada anak sulungnya itu pendidikan ilmu pengetahuan yang seutama-utamanya di dunia ini akan tetapi pengetahuannya dalam lapangan kesusasteraan sangat mengecewakan Pendidikan rohani? Mustahil dapat diubah-ubahnya tabiat pekerti manusia sampai ke akar-akarnya dan saya tak percaya dikatakan bahwa kami telah mendapat budi pekerti yang lebih bagus berkat pergaulan kami dengan ibu kami itu. Akan tetapi ada beberapa hal yang telah menjadi darah daging bagi kami  : Keinginan bekerja – Seribu kali lebih banyak pada kakak saya daripada saya – semacam perasaan tak perduli terhadap uang dan perasaan bebas merdeka yang memberikan keyakinanrohani bagi kami, bahwa bagaimana pun juga sulitnya keadaan, kami akan tetap dapat mengatasinya.
Cara amenjauhkan duka cita yang bagi Irene besar pengaruhnya bagi saya tak berapa berhasil ; sekali pun ibu saya berikhtiar membantu saya, akan tetapi masa muda saya tak berapa berahagianya. Tetapi dalam suatu hal madame Curie mendapat hasil yang gilang-gemilang: berkat madame Curie-lah anak-anaknya itu sehat, tangkas jasmani dan cinta berolah raga. Pada hematnya inilah yang dicapai sebaik-baiknya oleh seorang wanita yang sangat luarbiasa akal budi dan sifat ksatrianya untuk anak-anaknya.
Sebenarnya saya bersegan-segan menjelaskan teori-teori yang dipakai amdame Curie sebagai dasar-dasar untuk mendidik kami. Saya kuatir kalau-kalau akan timbul kesan seolah-olah ia seorang wanita yang terikat-ikat dalam sesautu cara yang tertentu dan mempunyai cita-ccita yant ak ditawar-tawar. Kenyataan sebenarnya adalah berlainan. Wanita yang ingin kami kebal, adalah seorang yang amat lemah lembut, sangat berpelu hati dan sangat lekas bersakit hati. Ibu kami yang dengan sengaja mengajar kami jangan berlaku membujuk-bujuk, sebenarnya dalam hatinya – walau pun tak mau ia mengakuinya – suka diulit-ulit dan ia ingin supaya kami memeluk-meluknya lebih yang kami baisakan. Madame Curie yang tak ingin kami terlampau lemah lembut, bersedih hati jikalau ia tidak diperdulikan. Tak pernah ia menghajar kami kalau kami nakal. Ajaran yang lajim, mulai dari tampar “berdiri tegak dalam sudut kamar” atau pun menarik cuci mulut tak pernah diberikan di rumah kami. Juga tak pernah kejadian kami berteriak-teriak atau bercekcokan. Ibu saya tak suka ribut, baik sewaktu marah maupun ketika beristirahat. Pada suatu hari tatkala Irene sangat lancang, hendak “didberikannya tauladan”, maka selama dua hari tak mau ia menegur Irene. Masa dua hari itu merupakan suatu percobaan yagn dahsyat bagi Irene, tetapi yang lebih menderita dari dua orang itu ialah madame Curie sendiri : bingung, dan muram ia bola-balik dalam rumah kami yang sunyi senyap itu.
Seperti anak-anak yang lain juga, barangkali kami pun sangat bersifat perasaan dan tak tahu menghargai segala cora-corak perasaan. Walau pun demikian dapat juga kami mersakan rawanan hati, yang lemah lembut dan kejuitaan yang dalam surat-surat kami tertulis dengan huruf-huruf yang tak karuandan di sampingnya sampai hari akhirnya sebutan “Ibu yang tercinta” “Jantung hatiku” atau – Inilah yang terbanyak kami pakai “ Ibuku yang manis”.
Ibu yang manis yang hampir tak kedengaran berjalan, hampir isin-isinan berbicara dengan kami, yang tak ingin ditakuti, tak ingin dihormati, dan tak ingin dipuja-puja itu ... Ibu manis yang sepanjang masa lalai memperingatkan kami bahwa ia bukan seorang ibu seperti ibu-ibu yang lain, bukan seorang wanita guru yang meringkuk memikul beban sehari-hari, akan tetapi seorang wanita yang luar biasa termasyhurnya.


BAB,XX : SUSKES  DAN  PERCOBAAN
Setiap pagi datang seorang wanita ahli ilmu fisika yang bertokoh kecil dan muka pucat dengan paras yang telah melayu dan rambut yang tiba-tiba bertukar warna dari putih kuning menjadi beruban, mengunjungi ruangan-ruagan sempit di jalan Cuveir itu. Setelah diambilnya celemek kain rami kasar dari gantungannya menutupi pakaian hitamnya maka dimulainyalah pekerjaannya. Dengan tak diinsyafinya sebenarnya masa itulah wajah mukanya yang tersempurna potongannya selama hidupnya. Peribahasa mengatakan bahwa semakin tua umur itu semakin memadai mukanya dengan keadaan yang sepantasnya bagi dia. Alangkah benarnya itu bagi ibu saya! Mania Sklodowski semasa kanak-kanak manis nampaknya, mahasiswa dan isteri itu sangat merawan hati, tetapi sarjana yang telah sadar akan dirinya itu dan patah semangat oleh percobaan, itulah yang mengharukan hati kejuitannya. Mukanya berpotongan Slavia itu dan jiwanya yang bersemangat itu tak memerlukan perhiasan kemudaan dan keriangan lagi .... Air muka penuh ketegaran hati yang merayukan, lemah-lembut yang semakin bertambah-tambah, itulah sejak ia berumur empat puluh tahun yang merupakan kecantikan luhur bagi madame Curie. Bertahun-tahun lamanya akan dilihat Irene dan Eve ibu mereka itu dengan tokohnya yang sesempurnanya ini – sampai pada suatu hari mereka tercengang melihat bahwa ibu mereka itu telah menjadi seorang wanita yang sangat tua.
Kewajiban profesor, pimpinan laboratorium, pekerjaan seorang penyelidik, walau pun demikian madame Curie terus bekerja di Svres dan di Sorbonne – yang dalam tahun 1908 secara resmi mengangkatnya sebagai maha guru seperti telah lama dijanjikan-janjikan kepadanya – diberikannyalah kuliah pertama dan semasa itu kuliah atu-satunya untuk pengetahuan radio katif. Ia bekerja sungguh-sungguh akrena walau pun perguruan di sekolah menengah Perancis menurut pandangannya tak memuaskan, akan tetapi perguruan tinggi di sana dapat juga dihargainya. Ia ingin menandingi para guru yang pernah merawan hati seorang wanita muda Polandia.
Setelah bekerja dua tahunlamanya ssebagai maha guru maka diputuskannyalah mengumumkan pelajaran-pelajaran itu. Dalam tahun 1910 terbitlah karangannya yang mengagumkan tentang radio aktif. Sembilan ratus delapanpuluh satu halaman hampir belum mencukupi untuk memuat segala uraian-uraian tentang penegtahuanau tahun sbeelum itu, dalam tahun 1908, gambar itu jugalah menghiasi sebuah buku yang lain dengan julah halaman enamratus banyaknya : Karanga bunga rampai oleh Pierre Curie, dikumpulkan dan ditinjau kembali oleh madame Curie.
Janda itu telah menulis kata pembukaan untuk buku itu sebagai memperingati jasa-jasa Pierre semasa hayatnya. Dengan suara tertahan-tahan dinyataknnya perasaan kesalnya disebabkan kelaliman malaikat maut terhadap suaminya itu. “Tahun-tahun yang terakhir semsa hayat Pierre Curie sangta banyak buah hasilnya. Anugerah rohaninya dan keuletannya mengadakan percobaan-percobaan telah mencapai puncak kesempurnaan. Maka tibalah suatu masa persembunyian jiwa dan badan : Berkat syarat-syarat lebih sepurna yang sekarang ada padanya dapatlah ia melanjutkan pekerjaannya yang mengagumkan itu dalam lapanga ilmu pengetahuan dengan selayaknya. Tetapi nasib malang rupanya berlainan kehendaknya. Terhadap firman-firman yang tak dapat kita artikan ini kita hanya dapat tunduk.”
Murid-murid madame Curie semakin lama semakin banyak jumlahnya. Seorang dermawan bangsa Amerika, Andrew Carnegie, telah menyediakan beberapa bursa setiap tahun yang akan memberikan kesempatan bagi mereka yang memulia pelajaran mereka di jalan Cuvier itu. Mereka ini bercampur gaul dengan para asisten yang digaji oleh Unipersitet dan dengan beberapa orang-orang yang bekerja dengan suka rela. Di antara mereka da seorang anak muda yang tinggi badannya dan sangat pintarnya, yaitu Maurice Curie anak Jacques Curie usahnya dalam lapangan ilmu pengetahuan. Madame Curie sangat bangga melihat kepandaiannya semakin lama semakin bertambah maju. Selama hidupnya diperlakukannya keponakannya itu seakan-akan anaknya sendiri.
Selain dari Madame Curie ada lagi seorang lain yang menjaga pendidikan anak-anak muda yang kira-kira delapan sampai sepuluh orang itu banyaknya, Yakni andre Debierne, teman bekerja yang tak asing lagi, magi Mania dan sahabat yang setia bagi madame Curie, disamping itu sarjana yang ternama pula.
Madame Curie telah membikin suatu rancangan pekerjaan yang tertentu daknr rancangan itu dilaksanakannya sebaik-baiknya walau pun kesehatannya semakin lama semakin terganggu.
Dikumbahnya beberapa decigram chlorit-radium dan ditentukannya untuk kedua kalinya berat zat ini. Sesudah itu ia berusaha menyekat unsur radium. Hingga kini, setiap kali ia berhasil membikin radium “yang murni” adalah itu merupakan garam-garan radium (Chlorit atau bromit) sebagai bangunan padatnya. Madame Curie dan Andre Debierne bersama-sama berusaha menjelamakan logam itu sendiri. Pelaksanaannya ini yang merupakan salah satu dari yang tersulit dalam lapangan ilmu pengetahuan tak pernah diulangi llagi.
Adnre Debierne membantu madame Curie mempelajari Polinium dan sinar-sinar yang dipancarkan itu. Akhirnya berhasillah madame Curie seorang diri mendapat suatu cara mengukur banyaknya radium berdasarkan emanasinya.
Guna pertumbuhan umum terapi Curie perlu diusahan menyekat zat yang sangat berharga itu dalam keadaan sekecil-kecilnya dengan cara yang seteliti-telitinya. Tak berguna lagi neraca apabila yang dikerjakan itu merupakan perseribuan bagian miligram. Maka timbullah pikiran madame Curie “menimbang” zat-zat radio aktif itu dengan sinar-sinar yang dipancarkannya. Tehnik yang sangat berseluk ini ditelaahnya sedalam-dalamnya dan dilaboratoriumnya itu dibukanya satu “bagian orang-orang biasa pun, menyuruh timbang zat-zat radio aktif atau biji-biji dan menerima surat bukti banyaknya radium yang terkandung di dalamnya.
Tatkala ia mengumumkan “Pembedaan jenis unsur-unsur radio” dan “Daftar zat-zat aktif” maka serentak dengan itu diusahakannyapula suatu pekerjaan kepentingan umum : menghasilkan tiang ukuran internasional yang pertama untuk radium. Tabung-tabung kecil dari gelas yang dibikin madame Curie sendiri dengan tangannya berisi 21 miligram chlorit radium yang murni. Inilah yang merupakan tiang ukuran resmi untuk benua yang lima itu dan ditempatkan dengan upacara di Balai untuk Batu timbangan dan ukuran di Sevres dekat Paris.
Seperti dahulunya kemegahan suami isteri Curie, begitu pulalah sekarang kemegahan madame Curie semakin lama semakin memuncak, sehingga tersiar dimana-mana. Jijazah-ijazah doktor honoris causa, tanda-tanda anggota kehormatan perkumpulan-perkumpulan luar negeri berlusin-lusin banyaknya terpendam dalam lemari-lemari di rumahnya di Sceaux, tetapi tak ada timbul dalam hatinya mempertunjukkannya atau pun membikin daftarnya sekalipun.
Di negeri Perancis hanya dua cara menghoramti orang-orang besarnya : Logiun Kehormatan dan Academie. Bintang Legiun itu ditawarkan kepada madame Curie dalam tahun 1910, tetapi selaras dengan pendirian Pierre Curieditolaknya penghormatan itu.
Apakah sebabnya tak dengan cara sedemikian pula di tentangnya keinginan pengikut-pengikutnya yang beberapa bulan kemudian dengan rajinnya membujuknya menjadi calon Academie des Sciences. Apakah ia telah lupa bagaimana suaminya dijatuhkan orang-orang dengan kehinaan, sekalipun semasa jasa-jasanya telah meuncak? Apakah ia tidak tahu bagaimana banyaknya iri hati mengelilinginya?
Sebenarnya tak diketahuinya itu. Tetapi yang terlebih lebih ditakutinya ialah kalau-kalau ia sebagai seorang wanita Polandia akan dipandang congkak atau tak tahu berterima kasih apabila ditolaknya penghormatan yang – menurut pikirannya – hendak dianugerahkan tanah airnya yan ke dua itu bagi madame Curie.
Yang menjadi saingannya ialah Edouard Branly, seorang sarjana yang terkenal dan seorang katholik yang terkemuka. Maka berkecamuklah peperangan di segala lapangan antara “Curis” dan “Branlyis”, antara munafik dan pengikut Gereja, Antara penganjur-penganjur dan para penentang aliran baru yang menggemparkan ini : menerima seorang wanita sebagai anggota Institut. Madame Curie menjadi sksi yang tak berdaya dan terkejut melihat perang pena yang tak disangka-sangkanya.
Sarjana-sarjana yang terbesar seperti Henri Poincare, doktor Roux, Emile Picard, profesor-profesor Lippmann, Bouty dan Darboux turut mempertunjukan pencalonan madame Curie. Akan tetapi di pihak yang lain diatur-atur perlawanan yang kuat.
“Kaum wanita tidak dibenarkan menjadi anggota Institut!” Berteriak dengan marahnya tuan Amagat yang delapan tahun yang lampau mengalahkan saingannya Pierre Curie. Beberapa orang lain bermurah hati menegaskan kepada pihak Katholik bahwa madame Curie adalah seorang wanita Yahudi dan terhadap kaum munafik mereka memperingatkan bahwa sarjana itu adalah wanita katholik. Pada tanggal 23 Januari 1911, hari peungutan suara, dibuka presiden rapat itu pertemuan dengan perkataan-perkataan yang diucapkannya dengan kuat terhadap para penjaga pintu :
“Suruh masuk semua hadirin, terkecuali kaum wanita.”
Aeorang Academicien setengah buta, pengikut yang setia bagi madame Curie, bekeluh kesah bahwa hampir dikeluarkannya suaranya menentang sarjana itu disebabkan kartu pilihan palsu yang disogokkan orang dalam tangannya.
Jam empat tergesa-gesa para wartawan menulis karangan-karangan yang mengandung kecewa atau bangga akemenangan : Hanya satu suara saja kurang agar madame Curie terpilih.
Di jalan Cuvier menunggu-nunggu para asistennya, bahkan pesuruh laboratoriumnya pun mendengar hasil pemilihan itu dengan perasaan yang kurang sabarnya dari calon itu sendiri. Karena mereka yakin bahwa madame Curie pasti akan terpilih, maka waktu pagi-pagi telah dibeli mereka sebuah karangan bunga yang disembunyikan mereka di bawah meja tempat neraca-neraca. Kekalahan madame Curie itu meremukkan pikiran mereka sehebat-hebatnya. Dengan hati masygul disuruh buang Louis Ragot, ahli mesin itu, karangan bunga yang tak ada gunanya itu lagi. Para asisten muda sambil diam mencari kata-kata penghibur yang mereka ingin ucapkan, tetapi tak perlu mereka lafalkan itu. Madame Curie datang dari kamarnya bekerja, sepatah kata pun tak dusebutkannya berkenaan dengan kekalahannya yang sekali-kali tak menimbulkan perasaan duka cita baginya.
Dalam sejarah suami isteri Curie rupa-rupanya luar negerilah yang selalu akan memperbaiki kekhilafan-kekhilafan Perancis itu. Dlam bulan Desember diperkenankan Perkumpulan Ilmu Pasti di Stockholm kepada madame Curie anugerah Nobel tahun 1911 untuk ilmu kimia sebagai tanda penghargaan jsa-jasa sarjana setelah suaminya meninggal dunia. Sebelum itu tak pernah terjadi seorang sarjana, lelaki atau perempuan, dianugerahi hadiah Nobel sampai dua kali.
Semakin lemah penderitaan diminta madame Curie kakaknya Bronia turut pergi menemaninya ke Stockholm. Anaknya yang sulung Irene juga ikut ke negeri Swedia itu. Irene juga menghadiri upacara itu dan dua puluh empat tahun kemudian di tempat upacara itu juga diterima Irene pula anugerah semacam itu.
Selain dari penyambutan-penyambutan yang biasa dan jamuan makan di Istana Raja diadakan juga pesta-pesta istimewa menghormati Madame Curie. Dalam kenang-kenangannya masih diingatnya pesta petani seketika dipertunjukan ratusan wanita yang berpakaian warna-warni membawa lilin yang menyala-nyala laksana ratna mutu manikam gemetaran.
Tatkala berpidato di muka umum di alihkan madame Curie penghormatan yang dicurahkan itu kepada dirinya terhadap Pierre Curie.
“Sebelum saya mulai membicarakan pokok pembicaraan hari ini, saya ingin memperingatkan bahwa penemuan radium dan polonium adalah duwujudkan Pierre Curie dan saya bersama-sama. Berkat pekerjaan Pierre Curie di lapangan radio aktif diumumkan beberapa uraian-uraian penting yang dikarangnya sendiri, bersama-sama dengan saya ata pun dengan murid-muridnya.
Usaha kimiawi dengan tujuan menyekat radium murni sebagai garam radium guna menemukannya sebagai unsur baru, adalah saya sendiri yag mewujudkannya, akan tetapi pekerjaan saya bertaut-paut dengan pekerjaan yang kami lakukan bersama-sama. Karena itu pada hemat saya pastilah saya berbicara atas nama Perkumpulan Ilmu Pasti ini juga. Jika saya anggap bahwa penghormatan tinggi yang dianugerahkan ini kepada diri saya, adalah berkat usaha bersama itu dan harus dipadnang sebagai menghormati Pierre Curie.” Penemuan penting yang diusahakan bersama-sama dengan seorang suami yang sangat tinggi akan budinya, kemasyhuran seluruh dunia, dua kali dianugerahi hadiah Nobel menyebabkan Madame Curie dipuja-puja oleh orang banyak, tetapi sebaliknya juga menimbulkan iri hati ratusan orang lain. Ibaratnya air bah yang tak disangka-sangka ia dibanjiri mulut bisa yang hendak meremukkannya. Suatu perseteruan durjana di Paris mengancam wanita berumur empatpuluh empat tahun ini yang telah patah semangatnya, diremukkan pekerjaan berat dan di samping itu sebatang kara yang tak berdaya.
Madame Curie yang mempunyai kewajiban seorang lelaki bersahabat karib dengan orang-orang lelaki dan dikelilingi beberapa orang kepercayaannya. Wanita yang luar biasa ini sangat mempengaruhi teman-temannya itu terlebih-lebih seorang dari mereka! Yang lain-lain tak perlu! Seorang sarjana yang menabiskan dirinya untuk pekerjaannya, yang hidupnya selalu muliawan dan bersahaja dan – dahulu kala – sangat sukar, dituduh merusakkan rumah tangga orang-orang lain dan mencemarkan nama yang dipakainya itu dengan kemuliaan!
Saya tak ingin mencela mereka yang memulai terkaman itu, maupun melukiskan bagaimana putus asa dan kerap kali canggungnya madame Curie membella dirinya. Biarlah kita diamkan perihal para wartawan yang sampai hati menghina seorang wanita yang dikejar-kejar, yang diusik dengan surat-surat buta, terang-terangan diancam dengan kekerasan dan yang hidupnya berada dalam bahaya. Beberapa orang dari mereka datang di kemudian hari meminta ampun dengan kata-kata penuh penyesalan dan dengan air mata yang bercucuran .... Akan tetapi kejahatan itu telah dilakukan : madame Curie hanmpir-hampir hendak membunuh diri dan menjadi gila, tenaga kekuatan badannya hampir kehabisan, suatu penyakit parah menimpanya sehingga terpaksa ia tinggal di tempat tidurnya.
Baiklah kita sebutkan saja akal yang terkurang mengancam hidupnya tetapi dalam pada itu yang terbusuk selama hayatnya. Setiap kali ada kesempatan menghina wanita yang luar biasa ini, seperti dalam tahun 1911 itu, atau menolak pemberian penghormatan baginya dengan gelaran, hadiah dan lain-lain – seperti umpama kejadian di Academie – maka tetaplah disebut-sebut keturunanya : berganti-ganti ia dikatakan seorang wanita Rus, Jerman, Yahudi atau Polandia; karena itu adalah ia seorang “Wanita asing” yang menyusup ke Paris merampas-rampas kedudukan tinggi yang tak selayaknya baginya. Akan tetapi setiap kali madame Curie berbakti terhadap ilmu pengetahuan berkat pembawaannya itu, atau setiap kali negeri yang lain menghormatinya, maka ia pun diberikan puji yang setinggi-tingginya dan dengan tiba-tiba digambarkan ia dalam harian-harian itu juga dan dalam karangan-karangan yang ditandatangani redaktur-redaktur itu juga sebagai : “Duta Perancis”, “utusan semurni-murninya dari budi kebangsaan kita” dan “kesohoran nasional”. Maka dengan tak adilnya pula dilupakan menyebutkan keturunan Polandianya yang dibanggakannya itu .....
Mereka yang berjiwa besar senantiasa merupakan sasaran orang-orang yang karena iri hati ingin menemui manusia yang tak sempurna itu dalam balutan akal budinya. Dengan tak adanya kemaknitan kemegahan yang menarik segala simpati dan iri hati kepadanya, pastilah madame Curie tak akan menjadi sasaran fitnah orang-orang lain. Maka bertambah banyaklah alasannya membenci kemegahan itu.
Diwaktu mengalami untung malang dapatlah diketahui siapa sahabat yang sebenarnya. Ratusan surat-surat  yang ditandatangani oleh nama-nama yang dikenal – atau tak dikenal memberitahukan kepadanya bahwa percobaan-percobaan madame Curie menimbulkan perasaan kasihan atau kemarahan. Andre Debiarne, keluarga Perrin, tuan Chavannes dan isterinya, sorang teman bangsa Ingris yang sangat manis budinya, mrs. Ayton dan beberapa banyak orang lain, di antaranya para asisten dan murid-muridnya berjuang untuk dia. Dari kalangan perguruan tinggi datang orang-orang yang hampir tak dikenalnya, dengan sendirinya mengunjunginya semasa percobaan itu, seperti ahli ilmu matematika Emile Borel dan isterinya yang mencurahkan kesucian persahatan mereka untuk diri madame Curie dan berikhtiar memperbaiki kesehatannya dengan membawanya berlibur melepaskan lelah ke Italia. Selain dari abangnya Yosep yang bersama-sama dengan Bronia dan Hela datang tergesa-gesa ke Perancis untuk membantunya adalah pembelaannya yang tertegas saudara Pierre, Yacques Curie.
Gairah dan kasih sayang itu menimbulkan keberanian madame Curie kembali. Akan tetapi kelemahan resam tubuhnya bertambah hebat setiap hari. Tak sanggup lagi ia rasanya pergi balik setiap hari ke Sceaux dan karena itu disewanya di Paris, jalan de Bethune 36, sebuah kamar yang hendak dipakainya sampai bulan Januari 1912. Akan tetapi tak tahan ia lagi sampai tanggal itu, maka pada tanggal 29 Desember diangkatlah ia dalam bahaya mati ke sebuah rumah sakit. Walau pun demikian dapat juga dikalahkannya penyakit itu, akan tetapi perlu di bedah buah pinggangnya. Tatkala diminta pertimbangannya, ditanya madame Curie yang dalam dua bulan beberapa akali diusung dari rumah ke rumah sakit dan masih kurus itu, karena menderita beberapa penyakit, apakah tak mungkin ditunda pembedahannya itu sampi bulan Maret; pada penghujung bulan Pebruari ia hendak meghadiri muktamar ilmu Fisika!
Ia dibedah dan dirawat sebaik-baiknya oleh ahli bedah Charles Walther yang ternama itu. Tetapi kesehatannya telah terganggu beberapa lamanya. Ia sangat kurangnya dan sakit buah pinggangnya yang dideritanya dengan tak mengeluh-ngeluh itu tentu akan meninggalkan hidup ilat bagi wanita yang lain-lain. Diburu-buru oleh penyakit-penyakit jasmani dan mulut bisa manusisa, ia bersembunyi seperti seekor binatang yang dikejar-kejar. Kakaknya telah menyewa sebuah rumah bagi madame Curie dengan memakai nama Dluski di Brunoy dekat Paris : di sana dirawat si sakit itu beberapa lamanya dan sesudah itu ia pergi dengan nama samaran ke Thonon; beberapa minggu lamanya berobat sembuh. Di musim panas dibawa mrs. Ayton madame Curie dan anak-anaknya itu ke rumahnya di tepi pantai Inggris. Di sana ia dipelihara dan dirawat sebaik-baiknya.
Serentak dengan saat madame Curie memandang hari kemudian dengan berputus asa maka diterimanyalah sebuah usul yang mengharukan dan membingungkannya.
Sejak pergolakan 1905 tzarisme di Rusia telah goncang dan karena itu telah dibenarkan kemerdekaan angan-angan hati lebih banyak dan di Warsawa pun keadaan-keadaan hidup telah berkurang kejamnya. Sebuah Perkumpulan Ilmu Pasti (yang sangat giat bekerjanya dan dibanding dengan keadaan semasa itu boleh dikatakan mendingan juga kebebasannya) telah mengangkat madame Curie sebagai “Anggota kehormatan” dalam tahun 1911. Beberapa bulan sesudah itu timbullah dalam pikiran beberapa orang cerdik pandai mendirikan sebuah laboratorium untuk Radio Aktif di Warsawa dan menyerahkan pimpinannya kepada madame Curie sehingga sarjana wanita yang pertama di dunia ini dapat pulang untuk selama-lamanya ke tanah airnya sendiri. Dalam bulan Mei 1921 datang suatu utusan profesor Polandia mengunjungi madame Curie dan pengarang Khenryk Sienkiewicz, orang yang paling termasyhur dan paling di sukai raja di Polandia, menunjukkan panggilan kepada sarjana yang tak dikenalnya itu dengan kata-kata lemah lembut bercampur dengan perasaan hormat.
“Sudah kiranya nyonya Curie yang kami junjung tinggi itu memindahkan pekerjaanya yang gilang gemilang itu di lapangan ilmu pengetahuan ke tanah air kita, ke Ibu Kota kita. Nyonya mengetahui apa sebabnya di masa-masa yang terakhir ini kebudayaan dan ilmu pengetahuan kita terancam bahaya. Kita telah kehilangan kepercayaan kemungkinan-kemungkinan rohani kita, kita telah turun dalam pandangan musuh-musuh kita dan kita telah berputus asa terhadap hari kemudian kita.... Raja kita membanggakan engkau tetapi ia ingin melihat engkau bekerja di sana, di tempat lahirmu. Itulah harapan seluruh negeri kita. Sekiranya engkau sudi datang ke Warsawa maka kami akan merasa lebih kuat dan dapatlah kami berjalan bertegak kepala lagi karena terbuang beban yang selama ini memeberatinya dengan bencana-bencana. Moga-moga dikabulkanlah hendaknya permohonan kami ini. Janganlah tolak tangan kami yang kami ulurkan ini kepada engkau”!
Bagi seorang-orang yang kurang kuat imannya tentulah ini merupakan suatu kesempatan meninggalkan Perancis secara demonstratif dan membelakangkan fitnah dan kekejaman.
Akan tetapi madame Curie tak pernah mengikuti bisikan dendam kesumat. Dengan jujur dan teliti diikhtiarkannya menetapkan tempat kewajibannya. Pikiran kembali ke tanah airnya memikat hatinya, akan tetapi menakutkannya ula. Dalam keadaan rohani yang murat-marit wanita ini, adalah mengambil sesuatu keputusan merupakan suatu tindakan yang menimbulkan perasaan takut.
Akan tetapi ada lagi soal yang lain : pendirian laboratorium yang telah sekian lamanya itu diidamkan suami siteri Curie itu, talah pasti sejak 1909. Meninggalkan Paris, lari dari Perancis berarti menghancurkan rancanganini dan membunuh suatu impian luhur. Pada saat hidupnya semasa ini tat kala ia tak berdaya untuk sesuatu apa pun, seolah-olah ia ditarik-tarik oleh dua kewajiban yang satu sama lain bertolak belakang. Beberapa malam lamanya tak dapat ia tidur memikirkannya dalam kebimbangan, maka dengan pilu hati yang tak terperi dirulisnyalah surat ke Warsawa menyatakan bahwa tak dapat ia mengabulkan permintaan mereka itu! Tetapi ia berjanji akan memimpin laboratorium yang baru itu dan jauh setelah diserahkannya penjagaannya kepada dua orang asistennya yang terbaik, yaitu orang-orang Polandia Danysz dan Wertenstein.
Walau pun ia masih sangat sakitnya pergilah ia dalam tahun 1913 ke Warsawa menghadiri upacara pembukaan pavilyun radio aktif. Dengan sengaja tak dihiraukan pembesar-pemebesar Rus kedatangannya di sana : tak ada seorang pembesar pun yang turut menghadiri pesta-pesta itu secara resmi untuk menghormatinya. Akan tetapi penyambutannya oleh tanah airnya tidak kurang meriahnya karena itu! Untuk pertama kalinya semasa hayatnya berpidato madame Curie dalam bahasa Polandia di hadapan ruangan yang penuh padat dengan pendengar-pendengar.
Kepada seorang rekannya ditulisnya : “Saya berusaha sungguh-sungguh di sini berbakti sebelum saya berangkat kembali. Hari Selasa saya berpidato di muka umum dan ada beberapa pertemuan-pertemeuan lagi yang akan saya hadiri. Saya telah menjumpai kemauan hati yang harus dipergunakan. Negeri yang sengsara ini dalam tindasan kejadian kegilaan sebenarnyalah berusaha mempertahankan hidup rohani dan batinnya. Haruslah diikhtiarkan berpegang teguh kepada cita-cita. Akan tetapi alangkah menyedihkan hidup itu; alangkah menyedihkannya keadaan di sini! Saya telah mengunjungi beberapa tempat yang saya sayngi sejak masa saya masih kanak-kanak, dan semasa muda saya. Sungai Weichsed dan perkuburan telah saya lihat kembali. Berziarah serupa ini serentak mengandung suka dan duka, akan tetapi tak dapat dibiarkan tak dilakukan.”
Salah satu dari upacara-upacara itu berlangsung di Musium untuk Pertanian dan Industri di gedong tempat Mania mengadakan percobaan ilmu fisika untuk pertama kalinya duapuluh tahun yang lamapu. Esok harinya kaum wanita Polandia menjamu “madame Sklodowski Curie” di suatu pesta makan besar. Di antaranya para tamu duduk seorang wanita berusia lanjut berambut putih yang meandang sarjan itu dengan perasaan suka cita : encik Sikorski, kepala perguruan tempat Mania dengan rambut berkudanya panjang memulai pelajarannya. Mania meninggalkan tempat duduknya mencari jalannya antara meja-meja yang penuh bunga-bunga menuju encik yang telah tua itu; dengan sikap isisn dan tulus ikhlas seperti dahulu kala tatkala menyerahkan hadiah-hadiah, diciumnya kedua belah pipi encik Sikorski yang air matanya bercucuran, sedang tamu-tamu yang lain bertepuk tangan,
Kesehatan madame Curie bertambah baik sehingga sanggup ia melanjutkan cara hidupnya, “yang biasa”.
Selama musim panas tahun 1913 dicoba-cobanya kekuatannya dengan pergi berjalan kaki mengunjungi Engadin bersama-sama dengan anak-anaknya. Selain dari anak-anaknya itu turut lagi guru rumahnya dan sarjana Einstein dengan anaknya. Antara madame Curie dan Einstein telah beberapa tahaun lamanya ada “persahabatan antara dua geni”. Mereka saling menghormati satu sama lain, persahabatn mereka tulus ikhlas dan setia; kerap kali mereka berbicara dalam bahasa Perancis dan Jerman berganti-ganti tentang ilmu fisika teori dengan tak ada putus-putusnya.
Sebelah muka berjalan kaum muda yang sangat beria-ria sepanjang perjalanan ini. Di sebelah belakang menyusul Einstein yang dengan fasihnya dan bersemangat menerangkan teori-teorinya kepada rekannya itu madame Curie (yang pengetahuannya dalam lapangan ilmu matematika sangat luar biasanya; hampir-hampir tak ada yang menandingi di Eropa), tak sulit mengartikannya.
Kadang-kadang didengar Irene dan Eve kata-kata yang belum pernah di dengar mereka. Einstein berjalan dengan pikiran melayang dan dengan tak melihat-lihat apapun sambil menaikiki bukit-bukit  batu yang tajam. Dengan tiba-tiba ia berhenti dan memegang tangan madame Curie sambil berkata dengan suara keras : “Tahukan nyonya apa yang ingin saya mengetahuinya? Yaitu : Apakah sebenarnya yang dialami para penumpang seketika menurun dengan lift itu?
Renungan semacam itu menggelikan hati anak-anak muda itu mendengarnya karena tak diinsyafi mereka bahwa jatuh lift yang dibayangkan Einstein itu menimbulkan masalah-masalah “Kenisbian” yang melebihi anta.
Sehabis masa libur yang pendek ini pergilah madame Curie ke negeri Inggris dan seterusnya ke Brussel menghadiri upacara-upacara ilmu pengetahuan.
Sekali lagi, sekarang ini di Brimingham, diterimanya gelaran doktor honoris causa. Sebagai kecualian disambutnya percobaan itu sekali ini dengan tenang dan dilukiskannya kepada Irene.
“Saya diletakkan pakaian mereka dengan lipatan-lipatan hijau, seperti juga teman sependirataan saya, artinya para sarjana yang juga menerima gelaran doktor itu. Kami masing-masing harus mendengarkan pidato pendek yang memuji-muji jasa-jasa kami; maka sesudah itu diterangkan ketua unipersitet itu kepada kami masing-masing bahwa Universitet itu telah memperkenankan gelaran doktor itu bagi kami. Seterusnya kami duduk di suatu bagian yang agak lebih tinggi sedikit. Akhirnya kami berangkat lagi mengikuti arak-arakan terdiri dari para sarjana dan doktor-doktor Unipersitet itu dalam pakaian yan gmenyerupai pakaian kami. Semuanya ini agak lucu juga. Saya harus bersumpah tinggi bahwa saya akan menghormati udnang-undang dan adat istiadat Unipersitet Birmingham....”
Irene yang madih muda itu sangat gembiranya :
“Jantung hatiku” ia menulis kepada ibunya, “dapat saya bayangan bagaimana cantikmu dalam pakaian merah dengan lipatan-lipatannya yang merah itu, alangkah manismu ketika itu! Apakah kau simpan pakaian yang merah itu atau hanya yang dipinjamkan itu kepadamu?”
Di negara Perancis segala angin ribut telah reda, maka kemegahan madame Curie telah meningkat. Sejak dua tahun lamanya telah sibuk arsitek Nenot mendirikan balai radium di sebidang tanah di jalan Curie.
Tetapi ini terlaksana semuanya dengan menemui kesulitan-kesulitan yang banayak! Tak beapa lama sesudah Pierre Curie meninggal dunia, diusulkan pemerintah kepada madame Curie membuka kesempatan pinjaman nasional untuk mendirikan laboratorium. Tetapi janda yang tak ingin mengambil untung dari kecelakaan suaminya itu di jalan Dauphine, menolak usul itu. Maka pembesar-pembesar itu pun keteledoran kembali. Tetapi dalam tahun 1909 timbul pikiran doktor  Roux, kepala pemimpin Institut Pasteur, mendirikan laboratorium untuk madame Curie dengan sikap ksatria dan gagah berani ini dalah kesempatan bagi madame Curie meninggalkan Sorbonne dan menjadi bintang Institut Pasteur itu.
Dengan sekonyong-konyong pemimpin-pemimpin Unipersitet itu memasang telinganya. Dibiarkan madame Curie berangkat? Mustahil ! Harus ia tetap dikedudukannya yang resmi sekarang, bagaimana pun mahal belanjanya itu!.
Suatu perjanjian antara dokter dan rektor muda Liard mengakhiri perbantahan-perbantahan kata tentang masalah ini. Dengan dibelanjai bersama-sama – masing-masing 400.000 franc – Unipersitet dan Institut Pasteur akan mendirikan isntitut Radium yang akan mempunyai dua bagian tersendiri : Sebuha laboratorium untuk radio katif di bawah pimpinan madame Curie dan yang sebuah lagi untuk penyelidikan-penyelidikan dalam lapangan ilmu hayat dan untuk terapi Curie di bawah pimpinan seorang sarjana dan ahli pengobatan termsyhur, profesor Claude Reguad, yang akan mengurus penyelenggaraan pengobatan pekung dan orang-orang sakit. Kedua institut yang kembar ini berdiri sendiri dalam keuangan mereka akan tetapi mereka akan bekerja sama untuk kepentingan pertumbuhan Ilmu Pengetahuan tentang radium.
Demikianlah madame Curie tergopoh-gopoh dari jalan Cuvier ke tempat gedung sedang dibuat untuk bertukar pikiran dengan arsitek. Wanita yang telah beruban itu masih penuh saran-saran yang baru dan moderen. Tentu dipikirkannya juga pekerjaan-pekerjaannya sendiri, tetapi yang terpenting didkendalikannya ialah sebiah laboratorium yang masih dapat dipakai tiga puluh atau lima puluh tahun yang akan datang manakala madame Curie sendiri telah meninggal dunia. Ia mengingini ruangan-ruangan yang luas dengan jendela-jendela yang besar sehingga cahaya matahari dapat menyinari ruangan-ruangan itu yang penuh padat dengan para penyelidik. Dan sekali pun para insinyur pemerintah akan ribut-ribut karena ciptaan baru yang mahal itu : ia harus mendapat lift, bagaimana pun juga!.
Berkenaan dengan tamannya – urusan yang terpenting-penting bagi wanita petani yang tak kunjung padam itu – itu pun dibereskannya denga penuh kasih sayangnya. Ia tak mau mengindahkan alasan-alasan mereka yang “ingin menang tanah”, akan tetapi dipertahankannya dengan segala kekerasan hati segenap meter tanah yang memisah gedung-gedung itu kelak. Satu persatu dipilihnya sendiri sebagai seorang ahli pohon-pohon muda untuk taman itu dan disuruh tanamnya lama sebelum dimulai meletakkan pondasi dasar gedung-gedung itu. Kepada salah seorang dari pembantu-pembantunya dibisikannya : “Dengan membeli pohon-pohon “saya” ini sekarang juga, saya beruntung dua tahun. Apabila kita buka laboratorium ini kelak, pohon-pohon itu telah tumbuh sedang tanaman-tanaman itu pun akan telah berbunga. Tetapi ingatlah bahwa tak ada saya ceritakan ini kepada tuan Nenot!.
Matanya yang ke abu-abuan itu berseri-seri kegirangan dan kemudaan!.
Ditanamnya sendiri bunga mawar dengan mencangkul sendiri dan memadatkan tanah itu dengan tangannya sendiri di bawah tembok-tembok yang belum siap. Setiap hari ia datang menyiraminya. Apabila ia berdiri tegak kembali maka seolah-olah ia dalam hembusan angin memandang pertumbuhan batu-batu yang mati dan tanaman-tanaman yang hidup.
Pada uatu hari di waktu pagi tatkala ia sedang membungkuk di hadapan sesuatu percobaan maka datangnlah pesuruh laboratorium yang lama, Petir, ke jalan Cuvier dengan terharunya. Juga di Ecole Physique sedang didirikan ruangan-ruangan bekerja dan bilik-bilik untuk menerima tamu. Dan pondok papa, dan lembab itu yang dahulu kala dipakai Pierre dan Mania akan dibongkar para perombak.
Mmadame Curie pergi ke jlana Lhomond bersama-sama dengan temannya yang hina dina dari masa-masa yang lampau, untuk mengucapkan salam selamat jalan penghabisan. Pondok itu masih ada, tak kurang sesuatu apa. Didorong perasaan suci tak pernah lagi dipergunakan papantulis hitam yang tergantung di sana dan masih menunjukkan tulisan-tulisan tangan Pierre. Seolah-olah sebentar lagi akan terbuka pintu yang mengizinkan masuk seorang-orang yang tak asing lagi dan bertubuh tinggi.
Jalan Lhomond, jalan Cuvier, jalan Pierre Curie.... Tiga buah alamat, tiga taraf. Pada hari itu, dengan tak disadarinya, telah didlalui Mania kembali jalan hidup seorang sarjana, murni dan kejam. Di hadapannya terbentang hari kemudian dengan terangnya. Dalam laboratorium ilmu hayat yang baru siap itu telah bekerja para asisten profesor Regaud, di Pavilyun yang baru itu telah nampak jendela terang benderang. Beberapa bulan lagi akan ditinggalkan madame Curi lah P.C.N. itu dengan memindahkan pesawat-pesawatnya ke jalan Pierre Curie.
Kemenangan itu tiba tatkala pahlawan wanita itu tidak berapa lama lagi, tak kuat dan telah kehilangan bahagia> tetapi itu bukan soal penting bagi sarjana itu karena telah ada tenaga-tenaga muda mengelilinginya dan sarjana-sarjana yang bergairah bersedia melanjutkan perjuangannya itu dengan penuh semangat. Memang, belum lagi terlambat!
Tukang-tukang pencuci kaca bersiul dan bernyanyi-nyanyi di segala tingkatan dalam gedung kecil yang putih itu. Di atas pintu masuk telah terukir dalam batu perkataan ini : “Isntitut du Radium, Pavllon Curie.”
Berdekatan dengan tembok-tembok yang kukuh ini dan membaca alamat yang bersemangat itu teringatlah madame Curie kepada ucapan-ucapan Pasteur :
“Apabila engkau terharu melihat kemenangan-kemenangan manusia yang membawa bakti baginya, apabila engkau tercengang melihat hasil-hasil pekerjaan telegrap, gambar hidup, obat-obat penawar sakit dan sekian banyak penemuan-penemuan yang lain-lain lagi yang mengagumkan, apabila engkau membangga bahagian tanah airmu dalam melaksanakan peristiwa-peristiwa yang luar baisa ini – maka minta dengan sangat supaya engkau curahkan juga perhatianmu terhadap gedung-gedung yang disebutkan dengan nama penuh pengertian isinya : Laboratorium. Hendaklah gedung-gedung itu ditambah-tambah dan dihiasi. Itulah candi hari kemudian untuk kekayaan dan bahagia. Di sanaalah Manusia itu tumbuh, bertambah kuat dan meningkat. Di snalah manusia itu belajar membaca gubahan-gubahan alam, ciptaan-ciptaan pertumbuhan umum dan keselarasan, sedang pekerjaan-pekerjaan manusia itu sendiri kerap kali merupakan pekerjaan kekejaman, nafsu-nafsu dan keinginan menghancurkan.”
Dalam bulan Juli yang sedap hawanya itu siapalah “Candi hari kemudian” di jalan Pierre Curie itu. Yang ditunggu-tunggunya lagi hanyalah radium, pengusaha-pengusahanya dan direktur wanitanya.
Akan tetapi bulan Juli itu ialah bulan Juli tahun 1914.
BAB. XXI : PERANG
Madame Curie telah menyewa sebuah rumah berlibur semasa musim  panas di Bretagne dan Irene serta Eve telah berangkat ke sana ditemani oleh seorang guru-rumah dan seorang koki. Ibu mereka berjanji akan tiba di sana pada tanggal 3 agustus, karena ia terpaksa tinggal beberapa hari lagi di Paris berhubung dengan pengakhiran tahun pelajarana di sekolahnya itu. Telah biasa ia tinggal seorang diri semasa musim kemarau di rumahnya yang kesepian itu di jalan de Bethune, dan tak ada seorang pelayanyang membantunya mengurus rumah tangganya. Sehari-hari ia tinggal di laboratorium dan diwaktu larut malam baru ia pulang ke rumahnya yang dibersihkan oleh seorang pesuruh dengan serampangan seketika madame Curie tak di sana.
Madam Curie menulis kepada anak-anaknya pada tanggal 1 Agustu 1914 :
Irene sayang, Eve-ku yang manis, nampak-nampaknya keadaan semakin buruk : setiap waktu kita mungkin akan menerima perintah mobilisasi. Saya kuatir saya tak dapat lagi berangkat dari sini, tetapi janganlah kau merasa takut, tetapkanlah hatimu dan tinggal waspada! Sekiranya perang tak semakin menjadi-jadi, saya datng ke mari hari Senin nanti. Kalau tidak saya akan tinggal di sini dan akan saya suruh selekas mungkin menjemput engkau kembali ke Paris. Saya dan engkau Irene, akan berusaha berbakti untuk Negeri ini.”
2 Agustus :
“Anak-anak-ku yang kucintai, mobilisasi telah mulai dan tentara Jerman telah menyerbu memasuki negeri Perancis dengan tak terlebih dahulu memaklumkan perang. Beberapa waktu lamanya kita akan menemui kesulitan-kesulitan berhubung dengan surat-menyurat.
Keadaan di Paris tenagn dan nyaman, walau pun diliputi kesedihan perpisahan-perpisahan warga tentara.
6 Agustus :
“Saya ingin engkau pulang kembali ke mari, tetapi sewaktu ini tak akan ada  kemungkinan datang kemari. Sabarlah dulu!.
Tentara Jerman telah menyerbu negeri Belgia pula, tetapi negri kecil yang gagah berani ini mengadakan perlawanan yang sengt ... Semua orang bangsa Perancis berharap baik dan percaya abahwa peperangan ini akan membawa kemenangan bagi pihak mereka, walau pun erjuangan itu akans angat dahsyatnya. Polandia telah diduduki tertara Jerman. Apakah nasibnya negeri itu sesduah dilalui tentara Jerman? Tak ada saya menerima kabar sedikit pun dari sanak saudara saya di sana.”
Suasana kesepian telah meliputi hidup madame Curie sekarang. Rekan-rekannya dan mereka yang bekerja di laboratorium itu telah pergi memasuki resimen resimen mereka masing-masing. Tak ada seorang pun yang tinggal bekerja dengan dia selain dari ahli mesinnya, Louis Ragot, seroang yang berpenyakit jantung, sehingga ia dibebaskan dari wajib kerja ketentaraan dan seoran wanita pekerja.
Wanita Polandia itu telah melupakan bahwa negeri Perancis hanya merupakan tanah air yang kedua baginya. Sebagai seorang ibu tak dipikirkannya berangkat menemui anak-anaknya itu dan sebagai wanita yang lemahmenderita penyakit itu tak dihiraukannya penderitaannya itu, sedang sebagai seorang sarjana ditundanya melaksanakan pekerjaannya sampai amsa yang lebih baik. Dalam hatinya hanya suatu pikiran yang meminta perhatiannya : Berbakti untuk tanah airnya yang kedua itu. Di masa percobaan ini lah menjelma kembali kesanggupannya bekerja menurut ilham gerak hati dan ketangkasannya bertindak.
Sebenarnya yang segampang-gampangnya bagi madame Curie  ialah jika ia menutup leboratoriumnya dan menjadi juru rawat seperti kebanyakan wanita bangsa Perancis dengan gagah berani bersiap memberikan tenaga mereka untuk pekerjaan itu .. Tetapi madame Curie  tak mau berkorban cara sedemikian saja dan segera dimintanya keterangan-keterangan tentang organisasi jabatan ketentaraan. Maka dilihatnyalah suatu kekurangan yang tak dihiraukan oleh para pembesar tentara rupanya, tetapi bagi madame Curie  merupakan suatu keadaan yang akan membawa bencana : Rumah-rumah sakit di belakang medan pertempuran sekali-kali tak mempunyai perlengkapan sinar Roentgen! Jabatan Kesehatan berpendapat bahwa pesawat semacam itu adalah kemewahan  yang hanya untuk beberapa tempat saja boleh disediakan.
Suatu pesawat mukjizat yang dengan sekejap mata dapat menentukan tempat persembunyian peluru bedil atau pecahan granat dinamakan kemewahan?
Penyelidikan-penyelidikan madame Curie tak pernah mengenai sinar-X akan tetapi di Sorbonne diberikannya setiap tahun beberapa kuliah-luliah tentang pengetahuna sinar-X itu, karena ia sangat fahamnya dalam lapangan ini. Dengan segera dilihatnya terbayang di hadapannya segala yang perlu dilaksanakan selama masa peperangan yang dahsyat ini : secepat mungkin harus diadakan pos-pos pembantu untuk ilmu pengetahuan sinar-X. Dan dapat diikuti gerakan tentara dengan gampang, perlulah disediakan pekakas-perkakas yang ringan.
Madame Curie telah menyiasati lapangan pekerjaan ini dan segera ia bekerja. Dalam beberapa jam telah disipakannya daftar pesawat-pesawat yang ada di laboratorium-laboratorium Unipersitet serta kepunyaannya sendiri dan sesudah itu ia berkeliling mengunjungi para ahli pembikin pesawat-pesawat : semua persediaan Roengen yang masih terpakai, dikumpulkan dan kemudian dibagi-bagi antara rumah-rumah sakit di Paris dan sekitarnya. Di antara para guru-guru, insinyur dan sarjana-sarjana banyak yang dengan sukarela bersedia keberja dengan pesawat-pesawat itu.
Tetapi bagaimana membantu orang-orang luka yang membanjiri kendaraan-kendaraan perawatan yang belum mempunyai perlengkapan pesawat-pesawat semacam itu? Beberapa di antaranya tak mempunyai alat listrik pula guna memberikan tenaga yang diperlukan untuk pemakaian pesawat itu.
Maka dipikirkan madame Curie suatu akal untuk mengatasi kesulitan ini. Dengan dibelanjai oleh “Perserikatan Wanita Perancis” disipakanlah “Mobil sinar-X yang pertama. Dalam sebuah mobil biasa ditempatkannya sebuah pesawat Roentgen beserta dengan sebuah dinamo yang dijalankan motor mobil itu guna memberikan tenaga listrik untuk pemakaian pesawat itu. Pos pembantu yang lengkap pesawat-pesawatnya ini berkeliling dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lain sejak bulan Agustus 1914. Dengan tak ada bantuan lain maka mobil inilah yang mengurus pemeriksaan orang-orang luka dari pertempuran dekat sungai Marne yang di bawawa ke Paris.
Kemajuan tentara Jerman yang sangat cepatnya itu menimbulkan suatu pertanyaan dalam angan-angan hati madame Curie. Apakah ia pergi menemui anak-anaknya di Bretagne atau lebih baikkah ia tinggal di Paris? Dan sekiranya musuh menduduki kota Paris apakah ia harus mengikuti Jabatan Kesehatan mengundurkan diri? Dengan segala senang tenang hati dipertimbangkannya  kemungkinan-kemungkinan ini dan diambilnya suatu keputusan : apa juga yang akan terjadi, ia akan tetap tinggal di kota Paris. Bukan saja tugas berbakti  itu yang menahan-nahannya di sana : dipikirkannya juga laboratorium dan perkakas-perkakasnya yang halus itu di jalan Cuvier dan ruangan-ruangan yang baru itu di jalan Pierre Curie. “Kalau saya tetap di sini, tak akan berani barangkali tentara Jerman meneruskannya, tetapi kalau saya berangkat dari sini, pastilah semuanya akan hancur. Maka diserahkannyalah anak-anaknya itu dipelahar iparnya Ycques Curie.
Madame Curie menulis kepada Irene pada tanggal 28 Agustus 1914.
“... Kemungkinan Paris akan digempur oleh musuh telah mulai dipikirkan orang di sini. Jika ini terjadi maka akan terpisahlah kami dari dunia luar.
Sekiranya akejadian semacam ini maka sabarkanlah hatimu, karena keinginan-keinginan kita seseorang tak berapa artinya dibandingkan dengan perterungan jiwa secara besar-besaran yang berlangsung sekarang ini. Kau-lah yang akan bertanggung gjawab terhadap adikmu, sekiranya kita terpisah lebih lama dari yang saya sangka semula.”
29 Agustu :
“Irene sayang, tentu kau tau juga bahwa belum pasti kita akan terkepung di sini, akan tetapi bersedialah engkau menghadapi segala kemungkinan ... Paris sangat dekatnya barisan muka medan pertempuran sehingga dengan sangat gampang dapat tentara Jerman mendekatinya. Ini tak boleh menjadi alasan bagi kita berputus asa terhadap kemenangan akhir bagi Perancis. Karena itu teguhkanlah hatimu dan janganlah engkau bimbang-bimbang! Ingatlah kewajibanmu sebagai saudara yang tertua dan laksanakanlah itu dengan sungguh-sungguh!
31 Agustus
“Suratmu tertanggal hari Sabtu telah saya terima dan sangat rindunya saya melihat engkau sehingga hampir-hampir saya menangis memikirkannya. Keadaan peperangan menyusahkan hati kami dan kami sangat kuatir. Kita harus bersifat berani dan saya harap bahwa tak akan kurang keberanian kita itu. Kita harus tetap yakin bahwa sehabis masa bencana akan tiba pula masa yang bergelora. Dengan harapan inilah saya sampaikan peluk cium saya untuk anak-anak-ku yang kusayangi ini.”
Walau pun madame Curie menghadapi dengan tenang hati segala kemungkinan ia akan terpaksa tinggal di kota Paris yang mungkin akan terkepung, dibom atau direbut oleh musuh, akan tetapi ada suatu barang berharga yang hendak dilindunginya terhadap serangan musuh : Radium sebanyak segram, kepunyaan labratorium. Tak berani ia menyerahkan radium itu di bawa seorang suruhan dan karena itu ia sendiri yang akan memindahkannya ke Bordeaux.
Ia berangkat dengan kere api baja pengangkut pegawai-pegawai dan orang-orang pembesar resmi. Berhubung dengan keadaan perang kereta api itu hanya di terangi secara sederhana sehingga tak ada memancar cahaya keluar. Dengan berpakaian jas hujan yang hitam dan membawa sebuah bungkusan keperluan perjalanannya, dianugerahnyalah radium yang segram itu dalam sebuah peti yang berat tempat menyimpannnya di tabung-tabung kecil yang tersimpul dalam bungkusan dari timbel. Seolah-olah diberkati sesuatu mukjizat madame Curie mendapat tempat duduk di ujung sesuatu bangku sedang kopor yang berat itu diletakkan di hadapannya. Dengan tak menghiraukan percakapan-percakapan muram di sekitarnya, ia memandang pemandangan ke luar dari jendela kereta api itu melihat alam yang terang benderang cuacanya itu. Tetapi juga di sana semuanya menunjukkan kekalahan : di sepanjang jalan besar yang membujur dekat jalan kerea api itu berjalan mobil-mobil dengan tak ada putusnya menuju tempat pelaarian ke Barat.
Bordeaux dibanjiri orang-orang bangsa Perancis; para pengangkat barang; taxi dan penginapan di hotel-hotel semuanya susah mendapatnya. Sewaktu hati petang madame Curie masih berdiri di stasiun di samping sebuah beban yagn tak sanggup ia memikulnya. Orang-orang ramai terbentur dengan tak menimbulkan marahnya. Keadaannya itu menggelikan hatinya! Apakah ia harus sampai pagi menjaga-jaga peti yang berharga sejuta franc itu? Tidak, seorang  pegawai dari kementerian yang turut smenumpang kereta api itu mengenalnya dan datang membantunya. Dicarikannya sebuah kamar penginapannya di sebuah rumah orang lain dan radium yang duapuluh kilo beratnya itu disimpan dengan baik-baik. Esok harinya maka dibawa madame Curie beban yang berharga itu ke tempat penyimpanan uang di suatu bang dan lega dada ia pun kembali ke Paris. Tatkala ia berangkat ke Bordeaux, tak ada orang yang  menghiraukan madame Curie, akan tetapi sesaktu ia pulang kembali ke Paris banyak orang yang tertarik perhatiannya karena makhluk ajaib yang dikerumuni mereka itu : wanita yang pulang “ke sana” itu. “Wanita” itu tak sudi memperkenalkan dirinya tetapi lebih fasih dari biasa ia berusaha meredakan berita-berita yang menggemparkan dan dengan suara tertahan-tahan ditegaskannya bahwa kota Paris tak akan menyerah dan orang-orang penduduk kota itu tak ada menghadapi bahaya apap pun.
Kereta api tentara yang dikumpulkannya itu sebagai seorang “sipil biasa” hanya dengan perlahan-lahan dapat meneruskan perjalannya. Beberapa kali ia berhenti berjam-jam lamanya di tengah-tenegah medan lapangan pertanian. Madame Curie yng kelaparan tak makan sejak kemarin harinya menerima sepotong roti besar yang ditawarkan seorang serdadu kepadanya.
Kota Paris yang sunyi senyap dan terancam itu tak pernha dilihat madame Curie yang masih penuh debu perjalanan tergesa-gesa meminta keterangan-keterangan : penyerbuan tentara Jerman telah dipatahkan, pertempuran dekat sungai Marne telah mulai.
Madame Curie pergi mengunjungi teman-temannya Appaell dan Borel di Sekolah Normal Tinggi, karena ia hendak memberikan tenaganya kepadaorganisasi kesehatan yang telah didirikan mereka itu : Secours Nasional. Pau Appell, ketua organisasi ini, kasihan melihat wanita yang telah payah ini. Dipaksanya wanita itu berbaring sebentar dibangku dan dimintanya dengan sangat supaya madame Curie berisitirahat melepaskan lelahnya hari-hari berikutnya. Tetapi madame Curie tak mengindahkan permintaan itu. Ia ingin bertindak, bertindak sekali lagi! Sambil baring di bangku itu dengan mukanya yang pucat dan mata yang terbelalak madame Curie menyerupai api semata-mata, kata Appell di kemudian hari.
Madame Curie pada Irene, tanggal 6 September 1914 :
“.... Keadaan perang sekarang nampaknya bertukar : musuh rupanya sedang bersiap meninggalkan kota Paris. Kami semuanya berharap baik dan kami yakin akan kemenangan akhir. Mintalah Fernand Chavannes memberi pertanyaa –pertanyaan ilmu fisika. Kalau tak dapat bekerja untuk Perancis sekarang ini, bekerjalah untuk hari kemudianPerancis. Sayang banyak orang yang tak akan kita ketemu lagi sehabis perang ini. Perlulah diikhtiarkan mengganti mereka kelak. Belajarlah ilmi fisika dan matematika sebanyak mungkin.”
Paris telah terpelihara dari bahaya. Madme Curie menyuruh anak-anaknya datang kembali ke rumahnya, pulang dari pembuangan yang sangat dibenci mereka itu. Eve besekolah kembali dan Irene mencapai ijazah Juru Rawat.
Madame Curie telah melihat terlebih dahulu segala yang akan terjadi : bahwa perang itu akan lama berkecamuk dengan dahsyatny, bahwa orang-orang luka semakin lama semakin perlu dirawat di tempat mereka mendapat luka itu sehingga para ahli bedah dan ahli Sinar-X harus selalu dpat dipanggil ke kereta rawat di belakang medan pertempuran; bahwa sangat penting bersungguh-sungguh membikin pesawat-pesawat oentgen – akhirnya : bahwa mobil-mobil Sinar-X itu akan sangat berfaedahnya dalam peperangan ini.
Mobil-mobil yang dalam ketentaraan mendapat nama julukan “Curie kecil” diperlengkapi oleh madame Curie satu persatu dalam laboratoriumnya dengatak menghiraukan sifat-sifat tak perduli dan perasaa steru dari pihak kepegawain. Wanita yang biasanya isin sifatnya itu dengan tiba-tiba bersifat tak tawar menawar dan memaksa-maksa. Pegawai-pegawai yang lembek pekerjaany diburu-burunya, diminta surat-surat pengantar, surat-surat pesanan dan surat-surat jalan dari mereka. Mereka memjaukan seribu satu keberatan dengan menyebutkan beberapa peraturan-peraturan.
“Orang-orang sipil hendaknya jangalah menyulitkan pekerjaan kami! Inilah semangat yang mempengaruhi kebanyakan dari mereka itu. Tetapi madame Curie bersitegang leher, membantah-bantah dan menang!
Dari pihak partikulir dimintanya sumbangan-sumbangan. Atas desakannya beberapa wanita bangsawan seperti Markiezin de Ganay dan puteri Murat menyerahkan mobil-mobil mereka yang dengan segera diubahnya menjadi pos-pos pembantu untuk keperluan sinar Roentgen. “Sehabis perang akan saya kembalikan kelak mobil-mobilnya itu, dijanjikannya dengan tegas dan tulus ikhlas sambil berolok-olok. “Benar-benar akan saya kembalikan sekiranya mobil itu masih terpakai kelak!
Dari duapuluh buah mobil yang diperlengkapinya secara demikian, Dipakainya sebuah untuk keperluannya sendiri : sebuah mobil merek Renault, Kendaraan yang di karosseri warna abu-abunya dilukiskan lencana Palang Merah dan bendera Perancis, dipergunakannya laksana seorang panglima perang yang gagah perkasa. Jikalau tiba sebuah kereeta rawat penuh dengan orang-orang luka yang harus dengan segera mendapat bantuan dengan perlengkapan sinar Roentgen, maka diberitakanlah ini dengan akwat atau telpon kepada madame Curie yang ssegera pula memeriksa perlengkapan mobilnya, mengikat pesawat-pesawat dan dinamo dalam kendaraanyya itu. Supir tentara mobilnya itu mengisi teng bensin, sedang ia sendiri mengambil mantil dan topinya untuk perjalanan, sebuah topi bundar dan lembut yang telah kehilangan segala bentuk dan warna, beserta bungkusan pakaiannya : sebuah tas kulit kunign penuh retak dan corek-corekan. Maka duduklah ia di samping supirnya itu diembus angin dan tak berapa lama maka mobil itu pun berjalan dengan secepat-cepatnya – artinya limapuluh kilometer perjam, karena lebih dari itu taka dapat dicapainya- menuju Amiens, Veurne dan Verdum.
Setelah berhenti dan berunding beberapa kali dengan pengawalnya yang mencurigainya, maka tibalah ia di rumah sakit yang memerlukannya.
Bekerjalah ia! Maame Curie memilih dengan cepat sebuah aruangan sebagai bilik tempat pemeriksaan dan di suruh bawanya ke sana alat-alat dan perkakasnya. Gulungan kawat yang menghubungkan pesawat itu dengan dinamonya disuruh bukanya dan diberikan tanda kepada supir memasang dinamo itu, maka diperiksa madame Curie gaya arus listrik. Sebelum didperiksanya orang-orang luka itu, disediakannya terlebih dahulu “layar penangkap gambar penyinaran Sinar-X, sarung tangannya dan kaamata pelindung matanya, potlot-potlot istimewa untuk menadai gamabr-gambar itu dan besi duga untuk mencari bekas-bekas peluru. Ruangan tempatnya bekerja itu dikegelapannya dengan menutupi jendela-jendela dengan tirai-tirai hitam yang dibawanya atau kadang-kadang dengan selimut-selimut biasa dari rumah sakit itu. Di kamar sebelah telah disiapkan sebuah “bilik gelap” dan bejana-bejana guna mencucian negatif gambar-gambar. Belum lewat setengah jam setelah ia tiba maka semuanya telah siap sedia.
Maka mulailah orang-orang yang terluka itu di bawa laksana arak-arakan yang menyedihkan. Ahli bedah tinggal bersma-sama denegan madame Curie dalam bilik gelap itu sedang alat-alat dan perkakas yang dipergunakan mereka itu memancarkan semacam teja yang ajaib. Sati per satu dibawa ke sana usungan-usungan dengan badan-badan yang menderita di atasnya. Orang yang terluka itu dibaringkan di atas menjad penyinaran sinar-X dan madame Curie mengatur-atur perkakas yang diletakkan di atas daging yang luka itu guna mendapat bayangan yang jelas dari luka itu. Tulang-tulang, dan alat-alat tubuh orang luka itu dapat dilihat dengn nyata lingkaran-lingkarannya dan di antaranya itu nampaklah sebuah benda kehitam-hitaman dan tak tembus cahaya : peluru pecahan granat. Seorang asisten mencatat pengamatan-pengamatan ahli bedah itu, sedang madame Curie menggambar bayangan itu atau membikin negatipnya yang dipergunakan ahli bedah itu sebagai petunjuk jalan mengeluarkan peluru itu. Kerapkali dilakukan pembedahan itu dengan segera “di bawah sinar-sinar” dan dapatlah ahli bedah itu mengikuti bayangan cunan-cunannya dilayar proyeksi memasuki luka dan menangkap logam itu sembil menghindari rintangan-rintangan rangka tubuh orang luka itu.
Sepuluh, limapuluh, seratus orang-orang luka ... Jam berselang hari, akan tetapi selama masih ada orang-orang sakit, tetaplah madame Curie dengan tak ada putusnya tinggal dalam bilik gelap itu dan sebelum ia berangkat dari rumah sakit itu diselidikinya kemungkinan menempatkan sinar  yang tetap di rumah sakit itu. Akhirnya kembalilah ia ke Paris setelah dibungkusnya kembali alat-alat dan perkakasnya itu dalam kendaraan manteranya itu.
Tak berapa lamai lagi maka kembali pula ia ke rumah sakit tai : telah diusahakannya dengan segala daya upaya mendapat perkakas-perkakas dan sekarang ia pergi memasang perlengkapan itu. Seorang pembantu yang dicarinya dimana-mana dan dididiknya dengan cara yang hanya ia mengetahuinya, turut dengan madame Curie untuk memasang perlengkapan itu. Maka untuk seterusnya madame Curie tak diperlukan rumah sakit itu lagi berkat bagian roentgen yang disediakannya itu.
Selaind ari duapuluh buah mbil yang diperlengkapinya itu telah disiapkannya pula dengan cara sedemikian duaratus buah ruangan sinarX. Jumlah orang-orang luka yang diperiksa oleh 220 buah pos-pos tetap atau berpindah-pindah itu, semuanya diciptakan dan diperlengkapi oleh madame Curie sendiri, lebih dari sejuta banyaknya.
Bukan pengethuannya dan keberaniannya saja yang merupakan bantuan baginya, karena berkat pembawaannya senantiasa ia dapat “mencari jalan keluar”  dan dengan pandainya tetap ia memakai metode luar biasa yang semasa perang disebutkan “Sistem D”. Telah dipaksanya dirinya bekerja dengan tepat : serentak dengan mempelajari pemakaian pesawat-pesaat Roentgen dan sambil mempelajari ilmu urai tubuh guna pekerjaannya sebagai ahli sinar  yang sempurna, ia belajar menjalankan mobil, ia memang dalam ujian mengendari mobil dan dipelajarinya perihal mesin mobil. Hendak dihindarkannya selalu yang dibencinya di atas segala-galanya : meminta bantuan, diladeni.
Apakah tak ada supir disediakan untuk madame Curie? Maka dia sendirilah yang menjalankan Renaultnya itu melalui jalan-jalan berkelok-kelok. Dalam hawa dingin sekali diikhtiarkannya menghidupkan mesin mobilnya itu; ia sendiri memasang ban mobil itu dan ia sendiri membersihkan karburator yang kotor. Jika ia mengangkut alat-alat dan perkakasnya dengan kereta api, ia sendiri pula yang menemparkannya dalam kereta barang. Setibanya di suatu tempat yang ditujunya itu ia sendiri pula yang membongkar muatannya itu, membukanya dan menjaga supaya jangan ada yang hilang.
Ia tak takut mengalami kesukaran-kesukaran dan tak disukainya persediaan-persediaan istimewa dan kurnia-kurnia. Tak pernah ada seorang wanita termasyhur yang lebih kurang cerewetnya dari madame Curie. Ia makan kalau ada kesempatannya makan dan ia tidur dimana-mana saja dalam bilik kecil untuk juru rawat; ia tidur berselimut langit, seperti di rumah sakit di Hoogstade dalam sebuah perkemahan. Dengan gampangnya mahasiswa yang dukulu kala gemetar kedinginan dalam biliknya ddi atas loteng, sekarng telah menjadi serdadu Perang Dunia.
Madame Curie kepda Paul Langecin, 1 Januari 1915 :
“... Hari keberangkatan saya belum lagi pasti, akan tetapi telah dekat. Saya telah menerima sepucuk surat yang berisi akbar, bahwa oto radiologi yang bekerja di sekitar Saint Pol mendapat kerusakan. Ini berarti bahwa seluruh Utara telah kehilangan dinas radiologi-nya. Saya mengambil tindakan, agar keberangkatan saya dapa dipercepat. Telah putus dalam hati saya, akan mengerahkan segala tenaga saya untuk tanah ari saya yang kedua, karena sekarang saya tak dapat membela kepentingan tanah air saya yang sebenarnya dan sedang mengalami mala petaka, mandi darah, setelah menderita lebih satu abad lamanya itu.”
Di Paris Irene dan Eve hidup seakan-akan mereka soldadu di medan perang. Ibu mereka hanya mengambil “Istirahat” jikalau penyakit buah pinggangnya mengharuskannya tinggal di tempat tidur. Kalau madame Curie berada di rumah , berarti baha ia sakit. Kalau ia tak sakit,  ia berada di Dieppe, Rhems, Calais, Poperinghe ... dalam salah satu dari tiga,,, atau empatratus rumah-rumah sakit Perancis dan Belgia yang senantiasa dikunjunginya selama perang. Kalau Eve mengirim surat kepada Ibunya tentang kemajuannya dalam “Ilmu sejarah dan ilmu tatabahasa Perancis, maka bunyi alamat-alamatnya selalu ganjil-ganjil dan mengharukan :
“Madame Cuire, Hotel de la Noble Rose, Veurne”
“Madame Curie, rumah sakit pembantu II Morvillars, Rhin-Hulu.”
“Madame Curie, Hospitaal 1112 ...
Berita-berita dari pengembara itu ke Paris biasanya ditulis di atas kartu-kartu pos secara tergesa-gesa. Isinya pendek dan lakonik.
20 Januari 1915,
“Anak-anakku yang tercinta, sekarang kami berada di Amiens, tempat kami bermalam juga. Ban kami hanya dua yang pecah. Kirim salam kepada anak-anakku sekaliannya. Ibumu.”
Hari itu juga :
“Tiba di Abbeville, Yean Perrin telah melanggar batang kayu dengan mobilnya. Untung kerugian tak berapa. Kami meneruskan perjalanan ke Boulogne. Ibumu.”
24 Januari 1915 :
“Irene yang kucinta, kai telah tiba di Poperinghe setelah mengalami beberapa kejadian-kejaidan, akan tetapi kami tidak dapat bekerja sebelum kai mengadakan probahan-perobahan dalam rumah sakit itu. Untuk oto itu hendak dibuat sat ggedung dan untuk menghubungkan ruangan radiologis itu dengan bangsal rumah sakit akan dipasang satu sekat dinding. Segala ini harus saya campuri sehingga banyak memakan waktu saya, akan tetapi apa boleh buat.
Di Duinkerken kapal-kapal terbang pembom Jerman telah menjatuhkan beberapa bomnya, sehinga menewaskan beberapa orang, akan tetapi penduduk tidak merasa takut. Di Poperinghe terjadi juga hal demikian, akan tetapi tidak sering. Hampir selalu terdengar gemuruh meriam-meriam. Hari tak hujan, akan tetapi salju jatuh. Dalam rumah sakit itu saya diterima dengan tangan terbuka; saya mendapat kamar yang layak dan alat pemanas dalam kamar itu dipasang. Keadaan saya di sini lebih baik dari di Veurne, Saya makan di rumaha sakit itu. Peluk ciumku Ibu.”
Mei 1915 :
Anakku yang ku cintai, di Chalons saya harus menunggu delapan jam dan baru pukul lima tadi pagi-lah saya tiba di Verdun. Mobil itu sudah ada di sana. Dimulai dengan organisasi. Ibumu.”
Pada suatu malam bulan April dalam tahun 1915, madame Curie pulang ke rumah dengan muka agak pucat dan lesu sedikit. Dengan tidak menjawab orang yang menanyakan halnya dengan perasaan takut, ia amengunci dirinya dalam kamarnya. Ia merungut.
Ia merungut, oleh karena mobilnya, sewaktu mereka pulang dari rumah sakit Forges, jatuh dalam selokan, disebabkan supir kurang hari-hati. Mobil itu telah jatuh terbalik dan madame Curie yang juga ada di dalamnya ditengah-tengah perkakas-perkakas itu telah terjepit di bawah peti-peti yang berjatuhan. Ia sanagat makan hati. Bukan akrena ia mendapat luka sedikit tetapi disebabkan mengingta – untuk pertama kalinya – kemunngkinan negatip-negatip radiologi yang dibikinnya itu telah terpecah belah. Akan tetapi walau pun demikian ia ketawa terbahak-bahak di bawah peti yang menimpanya, karena supirnya yang gugup kehilangan akal itu berlari-lari sekeliling mobil yang rusak itu sambil bertanya dengan suara yang hampir tak kedengaran : “Madame! ... Madame ! Apakah Nyonya masih hidup?
Dengan tak menceritakan kecelakaan itu ia telah menyembunyikan dirinya sambil mengurus luka-lukanya yang pada umumnya tak ada artinya. Berita dalam surat kabar yang melaporkan kecelakaan itu dan pembalut yang berlumur darah membuka rahasia itu bagi teman-temanny, tetapi segera ia telah berangkat lagi dengan tasnya yang kuning, topinya yang bundar dan dalam bungkusannya disimpannya portepuil besar “untuk orang laki-laki” yang dibelinya “untuk melanjutkan perang.”
Dalam tahun 1918 ia lupa portepuilnya itu terletak dalam sebuah laci dan sampai tahun 1934 sehabis wafatnya tak ada lagi orang yang pernah memegangnya. Di dalamnya tersimpan sebuah kartu badan atas nama “madame Curie, direktur Jabatan Radiologi” sepucuk surat dari Sekretaris kedua dari Staf Artileri dan Peluru yang “membenarkan madame Curie mempergunakan mbil-mobil ketentaraan.” Dan selusin perintah-perintah untuk “tugas-tugas istimewa” dari Perserikatan Wanita Perancis. “empat buah gambar : Sebuah dari madame Curie,s ebuah dari bapaknya dan dua buah gambaran ibunya. Selain dari itu dua buah antong yang kosong yang dahulu kala dipakainya sebagai tempat simpananbiji tanam-tanaman yang pasti telah ditanamnya, sambil melanjutkan perjalanan-perjalanannya, timana Laboratoriumnya itu. Di atas kantong-kantong itu tercantum tulisan sebagai berikut : Rosmarin berkhasiat obat. Ditaburkan antara bulan April sampai bulan Juni sebagai buah-buahan yang berbiji.
Madame Curie taka ada membeli pakaian istimewa untuk pekerjaanya yang luar biasa ini. Di atas pakaiannya yang telah buruk itu diletakkannya pita Palang merah di sebelah lengan bajunya, tetapi tak pernah dipakainya kudung juru rawat : Di rumah sakit ia bekerja dengan kepala gundul dan berpakaian celemek laboratorium yang putih dan sederhana.
“Dari Irene saya mendapat kabar bahwa encik sedang beada di sekitar Verdum” ditulis keponakannya Maurice Curie yang masuk bagian artileri di Vauquois “Semua mobil-mobil yang membawa orang-orang sakit telah saya periksa sepanjang jalanan di sini, tetapi yang saya lihat tak lain dari kupiah-kupiah beemas-emasan dan saya pikir tak ada diganti-ganti pembesar-pembesar ketentaraan menurut peraturan-peraturan cara encik bertutup kepala itu. Agaknya encik masih gundul.”
Pengembara itu tak sempatt mengurus rumah tangganya. Irene dan Eve belajar merajut baju-baju panas sebaik mungkin untuk serdadu-serdadu; mereka mengikuti perjalanan perang dengan mencucurkan peniti-peniti di tempat-tempat yang penting untuk strategi seperti ternyata dari sebuah petea yang tergantung di dinding bilik makan mereka. Madame Curie memaksa anak-anaknya itu berlibur wlaupun ia sendiri tak sempat cuti – akan tetapi hingga itu sajalah yang diurusnya. Dibiarkannya Irene dan Eve tinggal di tempat tidur mereka sewaktu beberapa buah Zeppelin mengadakan serangan atas kota Paris, walau pun sebenarnya anak-anak itu harus mencari perlindungan dalam kolong di bawah tanah; tak keberatan pula ia jika anak-anaknya itu dalam tahun 1916 menggabungkan diri mereka dalam sekumpulan orang-orang pengetam yang menggantikan kaum lelaki yang telah dimobilisasi; begitu pula tak diperdulikannnya apabila anak-anaknya itu selama limabelas hari memotong tanaman gandum, emngikatnya dan menebah; dibiarkannya pula mereka tinggal di Paris dalam tahun 1918 walau pun kota itu diserang tembakan meriam Bertha Gemuk. Saya pikir ia tak suka anak-anaknya itu terlampau hati-hati dan bermanja-manja.
Eve belum lagi dapat menyumbangkan tenaganya akan tetapi Irene sejak ia berumur tujuhbelas tahun telah mempelajari radiologi dengan tak mengabaikan pelajarannya di Sorbonne. Mula-mula ia pembantu ibunya, sesudah itu dilaksanakannya beberapa perintah perintah. Madame Curie menyuruhnyanke rumah-rumah sakit dan baginya dalah keadaan biasa jika Irene yang memikul tanggung jawab yang berat itu dibandingkan dengan umurnya yang masih muda itu, beberapa hari lamanya tinggal di sekitar ketentaraan di Veurne, Hoogstade dan Amiens. Pertalian silaturahim yang erat mengikat madame Curie dengan anak gadis ini.
Wanita Polandia itu tidak seorang diri lagi. Sekarang dapatlah ia berbicara tentang pekerjaannya atau tentang kesukaran-kesukarannya sendiri dengan seorang pembantunya, seorang temannya.
Dalam bulan-bulan pertama semasa peperangan ia telah berunding dengan Irene tentang sesuatu hal yang penting.
“Pemerintah meminta kepada khalayak ramai menyerahkan emas mereka tak berapa lama lagi maka akan dikeluarkan Pemerintah pinjaman naisonal, katanya kepada anaknya itu. “Saya akan memberikan emas saya yang tak banyak itu. Sebagai tambahannya akan saya berikan juga bintang-bintang emas yang saya terima berhubung dengan pekerjaansaya dalam lapangan ilmu pengetahuan; tak ada gunanya bintang-bintang itu bagi saya. Tetapi ada lagi hal yang lain : Karena kemalsan belum saya ambil jumlah uang yang dianugerahkan kepada saya berhubung dengan hadiah Nobel untuk kedua kalinya itu. Uang  yang merupakan bagaian terbesar dari harta kita itu masih tinggal di Stockholm. Karena itu saya ingin memindahkan mata uang Kron Swedia itu kemari dan mempergunakannya sebagai sumbangan saya dalam pinjaman perang. Negeri kita ini sangat membutuhkannya, tetapi tak tinggi angan-angan saya dalam hal ini : Uang itu banyak kemungkinannya akan hilang lenyap. Karena itu saya tak mau mengambil tindakan gila ini sebelum saya mendapat persetujuan dari engkau.
Setelah ditukar dengan franc maka Kron Swedia itu menjadi surat-surat yang berharga “ surat-surat pinjaman nasional” dan “surat-surat pinjaman suka rela” yang semuanya lambat laun semkain berkuran seperti telah diramalkan madame Curie terlebih dahulu. Emasnya itu dibawanya ke Banque de France : pegawai yang meladeninya itu mau menerima mata-mata uang itu akan tetapi dengan marahnya ditolaknya untuk mengirim bintang yang bergelora itu ke tempat peleburan. Madame Curie tak merasa diangkat-angkat akrena perbuatan pegawai itu. Menurut pendapatnya adalah itu semacam kepercayan takhayul yang menggelikan hatinya dan sambil mengangkat bahu dibawanya bintang-bintangnya itu kembali ke laboratoriumnya.
Apabila ada waktu terluang baginya maka duduklah madame Curie melihat tanaman-tanamannya yang tumbuh dengan suburnya. Dipandangnya ke arah isntitut Radium yang masih baru tetapi sekarang telah ditinggalkan itu. Diingatnya para pembantunya, semuanya di medan perang dan terkenang ia asistennya yang paling disukainya, yaitu orang Polandida Yan Danisz yang gugur sebagai pahlawan. Ia mengeluh. Pabilakah berakhir riwayat yang berlumuran darah itu? Pabilakah lagi dapat ia kembali melanjutkan pekerjaannya dalam lapangan ilmu fisika itu?
Tetapi ia tak suka bermimpi-mimpi hampa dan dengan tak mengabaikan hasratnya berbakti untuk keperluan peperangan dimulainya mempersiapkan diri menyambut masa perdamaian. Daapt diusahakannya memindahkan laboratoriumnya dari jalan Cuvier ke jalan Pirre Curie. Sehabis membungkus-bungkus, dimuatnya dan dibongkarnya pula barang-barang itu dengan mengendarai mobil radiologi yang telah tua itu dari gedung yang satu ke gedung yang lain laksana semut bekerja, tetapi dengan segera nampaklah hasilnya : laboratoriumya telah siap! Madame Curie menyempurnakan perlengkapannya itu dengan melindunginya bangunan turunan tempat menyimpan zat-zat radio aktif dengan sebuah kubu terdiri dari goni-goni pasir yang mengagumkan. Dalam tahun 1915 diambilnya kembali radiumnya yang segram itu dari Bordeaux dan diserahkannya untuk dipergunakan negerinya itu.
Radium seperti sinar X berkhasiat obat buat tubuh manusia. Dalam tahuun 1914 belum juga lagi diusahakan pemerintah mengorganisasi pengobatan semacam itu sehingga sekarang juga terpaksa madame Curie mencari seribu akal, sambil mewujudkan segala sesuatu. Maka diserakannya radium itu guna pemakaian suatu “Jabatan emanasi”, tiap-tiap minggu diambilnya gas yang dilepaskan radium itu dan disimpannya dalam tabung-tabung yang dikirimnya ke Hospital du Grand Palais dan ke pusat-pusat perobatan yang lain-lain, supaya dipergunakan menyembuhkan parut-parut yang berbahaya dan jejas-jeja skulit yang lain.
Mobil radiologi, pos-pos pembantu untuk radiologi dan jabatan emanasi, belum cukup lagi madame Curie. Kekurangan pembantu-pembantu yang cukup dilatih mengusik pikiran madame Curie, Maka diusulkannya kepada Pemerintah membuka dan mengurus kursus radiologi.
Tak berapa lama maka berkumpulan sejumlah duapuluh orang wnaita juru rawat untukmengikuti pelajaran pertama di Institut Radium. Yang idajarkan ialah pelajaran-pelajaran teori tentang ilmu listrik dan sinar Roentgen, latihan-latiha praktik dan ilmu urai tubuh. Guru-gurunya aialah : madame Curie, Irene Curie dan seorang wanita sarjana yang sangat manis budi pekertinya. Marthe Klein.
Wanita-waniat pembantu madame Curie sebanyak seratus lima puluh orang yang dididiknya dari tahun 1916 sampai tahun 1918 berasal dari segala lapisan masyarakat; beberpa orang di antaranya sangat kurang penegtahuannya. Mula-mula mereka egan-segan melihat madame Curie; wanita agung itu. Tetapi tak berapa lama maka mereka terpikat hatinya olehcara penyambutan lemah lembut dan bersifat persaudaraan oleh ahli ilmu fisika itu. Madame Curie sangat pandainya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada orang-orang biasa ini dengan menunjukkan mukjizat-mukjizat yang tersimpul dlam ilmu pengetahuan itu. Berkat cintanya melihat  pekerjaan baik maka ia selalu kegirangan hati. Seakan-akan ia sendiri yang menghasilkan pekerjaan itu – apabila seorang muridnya, bekas pelayan kamar, untuk pertama kalinya berhasil mencuci sebuah lempeng periksa sinar X dengan sangat pandainya.
Teman-teman seperjuangan Perancis juga meminta bantuannya. Sejak tahun 1914 dikunjunginya berulang-ulang rumah-rumah sakit di Belgia dan dalam tahun 1918 dilaksanakannya ats permintaan  pemerintah Italia suatu tugas menyelidiki tampat-tempat yang mengandung zat-zat radio aktif di Italia Utara. Tak berapa lama sesudah itu diterimanya dua puluh orang serdadu Amerika dilaboratoriumnya dan mereka pun diajarnya ilmu pengetahuan radio aktif.
Berkat pekerjaanya yang abru itu banyaklah ia bertemu dengan orang-orang dari segla lapisan dan golonga. Beberapa orang ahli bedah yang insyaf akan faedah sinar  itu bergaul dengan dia sebagai seorang pembantu yan dihargai dan sebagai seorang rekan yang berjasa. Yang lain yang kurang fahamnya mengamat-amati perkakas-perkakas dengan curiga. Apabila beberapa percobaan-percobaan radioskop mendapat hasil yang baik maka mereka pun bergirang “karena semuanya memuaskan” dan mereka hampir tak percaya apabila dirasa mereka ditempat yang diterangi sinar X dan ditandai madame Curie itu dibawah pisau urai, sebuah pecahan granat yang telah dicari-cari mereka dengan sia-sia dalam daging yang menderita itu. Dengan tiba-tiba mereka mendapat keyakinan dan dengan panjang lebar mereka memperbincangkan kejadian itu, seolah-olah mereka melihat sesuatu mukjizat....
Kaum wanita yang gaya, pelindung-pelindung rumah-rumah sakit itu, memandang-mandang wanita yang berpakaian sederhana itu dan lupa menyebutkan namanya itu dan kerap kali mereka memperlakukannya sebagai seorang rendahan. Madame Curie selalu geli hati melihat salah faham semacam ini dan apabila preasaan congkak semacam itu menimbulkan sakit hatinya maka dilepaskannya marahnya tiu dengana menceritakan tentang seorang juru rawat dan seorang serdadu yang merupakan pembantu-pembantunya yang bekerja keras sambil mendiam : Raja Ratu Elisabeth dan Raja Albert dari Belgia.
Madame curie yang serignkali bersifat menjauhkan diri dan tak peramah, sangat manisnya terhadap orang-orang luka. Kaum  petani dan kaum buruh kadang-kadang takut melihat alat roentgen  dan mereka bertanya apakah  tak sakit diperiksa itu. Maka ditetapkannyalah hati orang-orang itu. “Lihatlah nanti, tak ada bedanya seolah-olah kau digambar. Ada beberapa sifatnya yang menarik hati mereka suaranya yang lemah lembut, tangannya sigap, hati penyabar dan penghormatan tinggi dan tak terhingga terhadap hidup manusia. Untuk memelihara orang dari bahaya, penderitaan atau pengudung dan rompong ia bersedia bekerja mati-matian. Ia tak pernah putus asa  dalam sesuatu hal sebelum dijalankannya segala daya upaya.
Tek pernah ia berbicara tentang beban dan bahaya-bahaya yang dialaminya atau yang mengancamnya selama empat tahun itu. Tak pernah ia membicarakan letih payah yang tak terperi itu. Bahaya maut atau akibat-akibat ganas dari sinar X dan radium itu terhadap alat-alat tubuhnya yang telah banyak menderita itu. Terhadap teman-temannya ia selelu bermuka manis, bahkan air mukanya selalu girang nampaknya – lebih girang dari biasa. Masa perang ini telah menganugerahkan sifat periang bagi madame Curie dan sifat inilah topeng sebagus-bagusnya untuk keberanian.
Walau pun demikian tak banyak suka ria dalam hatinya! Kekuatiran teentang teman-temannya mengusik pikirannya – juga diingatnya pekerjaannya yang terbengkelai dan sanak saudaranya di Polandia yang tak pernah lagi mengirim kabar – dan ia ngeri hati memikirkan kebuasan kegilaan yang menyergap dunia ini. Ingat-ingatan kepada ribuan tubuh manusia yang dilihatnya seakan-akan diiris-iris itu, kepada keluh kesah, jerit-jeritan masih lama lagi akan menimbulkan perasaaan muram dalam hidupnya.
Dentuman-dentuman meriam yang mengumumkan gencatan senjata datang dengan tiba-tiba bagi madame Curie yang sedang bekerja di laboratoriumnya. Timbul keinginan dalam hatinya mengenai Institut itu dan bersama-sama dengan pembantunya. Marthe Klein, dijalannya semua toko-toko di sekitarnya dan mencari bendera-bendera Perancis. Dimana-mana pun tak dapat lagi bendera dibeli, maka dibelikanlah kain tiga arnanya yang dengan torgopoh-gopoh dijahit waita pekerjaanya menjadi bendera yang kemudian diapsangnya dekat jendelanya. Madame Curie yang gemetar kegimbaraan gugup tak dapat tinggal duduk berpangku tangan. Karena itu ia pergi bersama-sama dengan Marthe Klein mengendari mobil radiologi yang telah penuh lekok-lekokan dan garuk-garukan sehabis pekerjaan selama empat tahun, Seorang murid P.C.N. sebagai sopirnya petunjuk jalan bagi mereka melalui jalanan-jalanan yang penuh dengan orang-orang yang merasa berbahagia dan semarak. Di Place de la Concorde khalayak ramai menahan mobil itu sehingga tak dapat ia meneruskan perjalanannya lagi. Beberapa orang naik di atasnya dan apabila mobil madame Curie itu akhirnya berjalan terus lagi maka turutlah diangkatnya kira-kira sepuluh orang penumpang istimewa yan sepagi-paginya itu menduduki mobil yang bertingkat-tingkat dengan buat-buatan itu.
Bagi madame Curie ada dua macam kemenangan, bukan hanya satu : Polandia telah bangkit kembali dari baranya dan sehabis masa seabad diperbudak-budak maka Polandia menjadi negara yang merdeka kembali.
Mania Sklodowski dari dahulu kala itu terbayang dalam hatinya masa mudanya yang berlalu dalam penindasan. Kalau begitu tidaklah sia-sia ia sebagai anak kecil telah memakai akal dan bersifat kelakuan culas sebagai senjata menentang pegawai-pegawai tzar; tak sia-sia pula ia turut dengan sembunyi mengunjungi Unipersitet besama-sama dengan teman-temannya dan ada juga faedahnya diajarinya anak-anak kaum tani di Szacozuki membaca dan menuis ... Impian cinta tanah air” yang hampir tak mau dikorbankannya untuk panggilan sukmanya dan cinta kasihnya terhadap Pierre Curie, sekarang telah menjadi kenyataan di hadapan mukanya!
Madame Cuire menulis kepada Yosep Sklodowski, bulan Desember 1920 :
Demikianlah kita “yang ditakdirkanuntuk kebaktian dan terbelnggu sejak kita dilahirkan>’ (Adam Mikkiewicz) turut mengalami tanah air kita bangkit kembali seperti kita idam-idamkan selama ini. Tadinya tak ada harapan kita akan melihat tibanya saat ini, kita berfikir bahwa anak-anak kitalah yang bisa mempersaksikannya.
Tetapi sekarang telah tiba saat itu, bagi kita juga!C Benarlah bahwa tanah air kita telah benyak menderita sebelum menerima bahagia ini dan akan banyak lagi penderitaannya di kemudian hari. Tetapi dapatlah dibandingkan bayangan-bayangan keadaan sekarang ini dengan perasaan kesal dan putus asa yang akan melemaskan kita, sekiranya sehabis perang ini Polandia tetap terbelenggu dan terpecah belah? Seperti engkau juga, siapapun mempunyai harapan baik untuk hari kemudian tanah air kita itu.”
Harapan dan idam-idaman ini menghiburkan hati madame Curie dalam kesulitan-kesulitan hidupnya sendiri. Karena peperangan pekerjaannya di lapangan ilmu pengetahuan telah terbengkelai semuanya. Masa perang itu juga mengganggu kesehtannya dan karena perang itu pula hartanya hilang lenyap seluruhnya. Uang yang diserahkannya itu untuk pemerintah, telah menghilang laksana salju dipanas matahari dan apabila direnungkannya keadaan madinya, maka ia merasa ketakutan : ia telah berumur lima puluh tahun lebih dan hampir jatuh kemiskinan. Untuk nafkahnya hanya gajinya sebagai maha guru sejumlah duabelas ribu franc setahun dan dari gaji itu jugalah harus dibelanjainya anak-anaknya tu. Apakah masih cukup tenaganya melanjutkan pekerjaannya itu dan dalam masa sebelum ia dapat pensiunnya, di samping jabatan itu, memimpin laboratoriumnya itu>
Tetapi apalah gunanya bersusah resah pikirana tentang ini? Dengan tak meletakkan “jabtannya semasa peperangan” itu (dua tahun lamanya masih datang murid-murid belajar radiologi di Institut Radium itu) dicemplungkanlah dirinya dalam gairah hidunya : Ilmu fisika. Ia menerima undangan menulis sebuah kitab tentang Rasiologi dan peperangan, dalam buku itu diuji-pujinya kenikmatan-kenikmatan yang diberikan penemuan-penemuan dalam lapangan ilmu pengetahuan. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan para penyelidik dengan taka da putus-putusnya dan arti pekerjaan itu untuk segala manusia. Pengalaman-pengalamannya di masa yang pahir itu merupakan dorongan baginya memuja-muja ilmu pengetahuan lebih-lebih lagi dari dahulu kala.
.... Sejarah radiologi semasa peperangan itu membuktikan dengan nyata bagaimana luasnya pemakaian-pemakaian penemuan-penemuan ilmu pengetahuan sejati dalam keadaan-keadaan tertentu. Sehingga pecahnya peperangan sinar X itu hanya terbatas saja faedahnya. Maalpetaka dahsyat yang menimpa kemanusiaan dan meminta korban yang bertimbun-timbun banyaknya itu telah emnimbulakn reaksi berupa keinginn yang meluap-luap semangatnya hendak memelihara yang masih terpelihara dan mempergunakan segala daya upaya untuk melindungi dan memelihara hidup manusia.
Maka dengan segera dapatlah kita lihat bagaimana diusahakan dengan segala daya upaya agar sinar X itu dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Apa yang dahulu sulit nampaknya, sekarang menjadi gampang dan dipecahkan dengans egera masalahnya. Perlengkapan dan pegawai-pegawai bertambah-tambah dengan cara yang mengagumkan. Mereka yang tak mempunyai pengartian, mengalah dan menerima dengan sabar; mereka yang tak mengetahui, sekarang mendapat pelajaran dan mereka yang dahulu bersifat tak perduli, sekarang mencurahkan perhatian dan minat mereka. Dengan cara sedemikian maka penemuan dalam dunia imu pengetahuan telah mendapat lapangan pekerjaanyang meleuas dan pertumbuhan semacam itu dialami terapi radium pula seperti juga kejadian dalam pemakaian sinar-sinar radio aktif untuk ilmu pengobatan.
Kesimpulan-kesimpulan manakah yang dapat diambil dari bagian yang tak disangka-sangka ini, bahagia yang untuks ebagian dapat diperoleh berkat pancaran-pancaran baru di diketamui Ilmu Pengetahuan di akhir abad ke sembilan belas ini? Bagi saya adalah ini berarti bahwa keyakinan kita dalam penyelidikan-penyelidikan yang tak loba itu harus diperteguh dan pujian kita terhadapnya harus dipertinggi.”
Adalah hampir tak mungkindalam karangan yang tehnis dan sederhana ini menggambarkan bagaimana pentingnya usaha-usaha madame Curie sendiri. Alangkah pintarnya memikirkan akal bersembunyi dalam kalimat-kalimat yagn tak mengandung arti bagi dirinya sendiri, alangkah tegarnya hatinya menggundurkan diri dan tinggal dalam bayang-bayang kenyataan! Bagi madame Curie adalah perkataan “saya” bukan mengandung isi kebencian atau sindiran, baginya perkataan itu sekali-kali tak ada. Seolah-olah jasanya diwujudkan makhlluk-makhluk ajaib yang disebutkannya bergani-ganti “Organisasi pengobatan” atai “orang”  satau pun sesekali “kami”. Penemuan radium sendiri diselubunginya dengan nama “Pancaran-pancaran baru yang diketemui ilmu pengetahuan di akhir abad ke sembilan belas!” Apabila ia terpaksa berbicara tentang dirinya sendiri, maka diikhtiarkannya bersembunyi di belakang khalayak ramai yang tak mempunyai nama :
“Karrena saya ingin ... seperti orang-orang lain juga. – menyumbangkan tenaga saya kepada Pertahanan Nasional semasa yang baru lampau itu, maka dengan segera saya telah bekerja ke jurusan radiologi....”
Akan tetapi ada suatu hal yang kecil nampaknya membuktikan bahwa ia insyaf telah memberikan tenaganya sebaik-baiknya dan dalam segala kejujuran untuk Perancis. Dahulu telah ditolaknya penghormatan Legiun Kehormatan dan di kemudian hari akan ditolaknya pula sekali lagi. Tetapi sahabt-sahabatnya mengetahui bahwa sekiranya ia dalam tahun 1918 berdasarkan “pertimbangan-pertimbangan ketentaraan” diusulkan mendapat bintang itu, apsti akan diterimanya.
Tetapi tak perlu ia menyimpang dari asas-asasnya itu. Banyak “nyonya-nyonya” yang mendapat bintang dan penghormatan ... Tetapi ibu saya tak mendapat sesuatu apa pun. Beberapa minggu kemudian tak ada lagi ingatan kepada peranannya dalam hikayat yang menyedihkan itu. Walau pun ia telah berjasa secara mengagumkan, tak ada seorang pun yang mengingat menghiasai baju madame Curie itu dengan sebuah bintang kemiliteran.
BAB. XXII : DAMAI, BERLIBUR DI LARCOUEST
Dunia telah reda kembali. Dari jauh diikuti madame Curie dengan penuh kepercayaan dan pengharapan yang lambat laun semakin berkurang, pertumbuhan usaha-usaha mereka yang membina perdamaian. Wanita yang penuh cita-cita ini pasti terharu mendengar dalil-dalil seorang seperti Wilson dan mencurahkan kepercayaannya terhadap Lembaga Bangsa-Bangsa. Dengan ketegaran hati  dicari-carinya suatu jalan mencegah kekejaman bangsa-bangsa. Impiannya ialah suatu piagam yang dengan sungguh-sungguh dapat mengikis dendam dan benci – Atau pun semua orang bangsa Jerman ditumpaskan seluruhnya, suatu hal yang saya sendiri tak dapat mengusulkannya, katanya kadang-kadang , “atau harus diberikan kepada mereka suatu perdamaian yang dapat dipenuhi mereka perjanjian-perjanjiannya.
Para sarjana dari negeri-negeri yang menang dan kalah kembali mencari hubungan satu sama lain dan madame Curie berkeinginan dengan hati yang tulus ikhlas melupakan perjuangan yang baru dihentikan itu, walau pun dijaganya supaya ia jangan berlebih-lebihan menunjukan perasaan pesaudaraan dan gairah seperti banyak dilakukan oleh beberapa rekan-rekannya. Telah dibiasakannya bertanya, sebelum ia mau menerima salah seorang bangsa Jerman : “Apakah ia turut menandatangin Ikrar Sembilanpuluh tiga dahulu?” Jika sarjana itu turut menandatanginya, madame Curie hanya bersifat hormat saja. Apabila sarjana itu tidak turut membubuhi tandatangannya di Ikrar itu, maka diterima madame Curie ia dalam suasana persaudaraan dan dibicarakannya masalah-masalah ilmu pengetahuan bersama-sama rekannya itu dengan tulus ikhlas seolah-olah tak pernah ada peperangan memisahkan mereka.
Tabiatnya yang jarang diketemukan ini membuktikan bagaimana luhurnya tafsirannya tentang tugas kewajiban kaum cerdik pandai di masa yang penuh kekeruhan. Ia tak berpendapat bahwa orang-orang yang berjiwa besar itu dapat berdiri, “Di atas rakyat jelata” empat tahun lamanya ia telah berbakti untuk negeri Perancis dan banyak jiwa manusia terpelihara berkat usahanya itu. Tetapi ada beberapa tindakan-tindakan yang menurut pendapatnya tak dibenarkan dilakukan oleh kaum cerdik-pandai. Madame Curie mencela perbuatanpara penulis dan sarjana Jerman yang turut menandatangani Ikrar itu seperti di kemudian hari dicelanya pula perbuatan sarjana-sarjana Rusia yang menyetujui tindakan-tindakan politik Sovyet. Seorang cerdik pandai berkhianat terhadap panggilan sukmanya manakala ia tidak senantiasa menjadi pemebela peradaban dan kemerdekaan berfikir.
Madame Curie tidak menyukai perang dan tidak bersifat memuja-muja sehabis ia turun dalam perjuangan yang sengit itu. Apabila ia kembali memimpin laboratorium dalam tahun 1919 maka ia tak lain dari seorang sarjana yang sempurna seperti sedia kala.
Telah lama diangankannya melihat gedung-gedung di jalan Pierre Curie dan dipakai kembali. Yang terutama dipikirkannya ialah supaya usaha-usaha luar biasa semasa peperangan itu jangan dirusakkan : jabatan emanasi; pencatuan tabung-tabung “aktif” untuk rumah-rumah sakit berjalan terus di bawah pimpnan doktor Regaud yang telah didemobilisasi dan bekerja kembai dalam pavilyun ilmu hayat. Dalam pavilyun ilmu fisika madame Curie beserta pembantu-pembantunya sedang melanjutkan percobaan-percobaan yang terbengkaleai dalam tahun 1914 dan di samping itu mereka mengadakan percobaan-percobaan yang baru pula.
Berkat hidupnya yang lebih nyaman itu sekarang dapatlah madame Curie memikirkan hari kemudian Irene dan Eve yang telah menjadi orang anak gadis yagn tegap dan lebih besar dari ibu mereka itu. Yang tertua dari mereka, mahasiswa berumur duapuluh satu tahun, tenang dan bersifat kesetimbangan secara luar biasa, tak pernah sangsi-sangsi tentang panggilan sukmanya: Ia ingin menjadi hali ilmu fisika, atau lebih jelas lagi ; ia ingin mempelajari radium. Kemegahan dan ciptaan orang tuanya itu tidak menyebabkannya berputus asa atau bersifat cabar. Dengan sifat sederhana yang mengagumkan dan dengan kejamakan diturutinya jejak Pierre dan madame Curie. Tak bertanya ia dalam hatinya apakah jalan hidupnya akan sama atau kurang gilang-gemilangnya dari jalan hidup ibunya itu; ia tidak merasa tertekan karena nama yang terlampau termasyhur itu. Berkat cintanya yang tulus ikhlas terhadap Ilmu Pengetahuan dan sifat-sifat pembawaannya, hanya satu himat tinggi terkandung dalam hatinya, buat selma-lamanya bekerja dalam laboratorium yang dilihatnya di dirikan dan temat bekerja sebagai “asisten yang dikuasakan” sejak ia diangkat di sana dalam tahun 1918.
Pengalamannya sendiri dan contoh yang diberikan Irene itu menimbulkan kepercayaan madame Curie bahwa bagi orang-orang muda tidak sulit mencari jalan mereka dalam sestan-sesatan hidup manusia ini. Ia tercengang melihat kesukaran-kesukaran dan tabiat putar balik Eve. Berdasarkan pendiriannya yang menghormati hak anak-anak uda menentukan nasib mereka sendiri dengan secara merdeka, dan berhubung dengan penghargaannya yang melebih-lebihi terhadap akal budi mereka. Terhadap anak gadis itu. Yang diingininya ialah supaya Eve yang pembawaannya mengarah ke lapangan ilmu pengetahuan itu, belajar ilmu ketabiban dan teristimewa cara pengobatan dengan radium. Akan tetapi walau pun demikian tak dipaksanya anaknya itu ke jurusan itu. Dalam suasana penuh perasaat persatuan yang tak kunjung padam, diberikannya bantuannya untuk segala rancangan-rancangan bolak-balik anaknya itu; ia bergembira apabila Eve belajar main musik dan dibiarkannya anaknya itu sendiri memilih guru-gurunya dan caranya bekerja .. Beban kemerdekaan dipikulnya ke atas bahu seorang makhluk yang diobrak-abrikan kebimbangan dan yang sebenarnya membutuhkan dirinya menaati keputusan-keputusan yang tegas.
Bagaimanakah mungkin ia dapat melihat kesifatannya itu, madame Curie yang menuju janjinya dengan pimpinan bisikan hati sanubari keahliannya yang tak oleh salah itu, sekali pun ia banyak menemui kesukaran-kesukaran. Sampai hari akhirnya ia akan menjaga dengan penuh kasih sayang anak-anaknya yang belain-lainan itu tabiatnya, dengan tak menunjukkan kelebihan kasih sayangnya itu terhadap salah soerang dari kedua anak-anak itu. Dalam segala gelombang kehidupan ia tetap merupakan pelindung dan teman seperjuangan yang tulus ikhlas bagi Irene dan Eve, Setelah Irene kawin maka dijaga madame Curie dua keturunannya dalam pahi manis hidupnya.
Madame Curie menulis kepada Irene dan Frederic Yoliot pada tanggal 29 Desember 1928.
“Anak-anakku yang tercinta, saya menguapkan selamt tahun baru bagimu sekalian – artinya kesehatan egembiraan dan usaha-usaha yang berhasil, setahun yang setiap hari membawa kegembiraan hidup dengan tak menunggu-nunggu hari-hari berselang, sebelum dapat menghargainya dan dengan tak mengharapkan hari-hari berikutnya saja. Semakin berusia lanjut semakin terang bagi manusia itu bahwa adalah suatu karunia : pandai mempergunakan waktu, suatu kurnia yang dapat dibandingkan dengan Rakhmat Allah.
Saya teringat kepada anakmu Hellene yang masih kecil dan beberapa keinginan untu kebahagiaannya timbul dalam hati saya. Angat mengharukan melihat makhluk sekecil itu dalam tumbuhnya, dan yang dengan penuh kepercayaan mengharapkan segala-galanya dari orang tuanya dalam keyakinan bahwa engkau dapat merupakan perisai antara dia dan semua duka cita. Kelak akan tiba saatnya yang memberikan keinsyafan baginya bahwa ak sebanyak itu kekuasaanmu – akan tetapi sebenarnya manusia itu berhasrat mempunyai kekuasaa menyanggupinya itu untuk anak-anaknya.
Setidak-tidaknya adalah menjadi hutang orang tua bagi mereka mengusahakan agar mereka hidup sehat, segar bugar, dalam keremajaan rukun dan sentausa, diliputi kasih sayang yag memberikan kepercayaan bagi mereka selama mungkin.”
Madame Curie menulis kepada anak-anaknya apda tanggal 3 Setember 1919 :
“... Kerap kali saya ingat akan tahun bekerja yang telah dekat pula. Saya terkenang  juga kepada engkau masing-masing dan saya renungkan bagaimana banyaknya suka ria dan kegembiraan engkau berikan kepada saya, sekali pun ada juga yang menyusahkan pikiran saya terhadap engkau. Sebenarnyalah engkau merupakan kekayaan terbesar bagi saya dan saya harap Tuhan memberikan saya hidup beberapa tahun lagi bersma-sama dengan engkau dalam kesejahteraan.”
Apakah kesehatannya terganggu sehabis masa peperangan yang meletih lesukannya? Atau apakah kesentausaan usia lanjut itu yang mulai menjelma? Setelah ia berumur lima puluh tahun, madame Curie bertambah tenang perasaannya. Baru perkabungan dan penyakit tak berapa sessak lagi dirasanya dan masa waktu telah meredakan nestapanya. Ia tak menemui bahagia lagi, tetapi ia membiasakan dirinya merasai kenikmatan hidup sehari-hari. Irene dan Eve selama ini hidup di samping seorang wanita yang berjuang dengan duka citanya, akan akan tetapi sekarang mereka mendapat seorang teman yang mukanya lebih tua dari dahulu, tetapi hati dan badannya lebih muda; Irene, seorang penggemar olah raga, mengajak ibunya itu meniru-nirunya, pergi berjalan-jalan jauh dengan dia dan diundangnya turut  bersepatu es, naik kuda dan juga “meluncur salju”. Dalam musim panas datanglah madame Curie menemui anak-anaknya di Bretagne. Maka di kota kecil Larcouest dalam suatu daerah yang sangat permainya yang tak dikunjungi orang-orang sembarangan, berliburlah tiga serangkai itu dengan segala kesenangan hati.
Penduduk kampung di tepi pantai Kanal ini, dekat Paimpol, semeata-mata orang-orang nelayan dan tani .... dan maha guru dari Sorbonne! Penemuan Larcouest oleh ahli sejarah Charles Seignobos dan ahli ilmu hayat Louis Lapicque dalam tahun 1895 bagi kalangan-kalangan Unipersitet serupa artinya dengan perjalanan Columbus. Madame Curie (yang baru di belakang hari menuruti perkampungan para sarjana itu yang dinamakan seorang wartawan melucu dengan “Benteng Ilmu Pengetahuan”), mula-mula menginap di rumah salah seorang penduduk kampung itu, kemudian disewanya sebuah tempat peristirahatan dan akhirnya dibelinya sebuah rumah semacam itu, yang letaknya di tepi pantai, tersepi dan terbanyak diraungi angin-badai, dan memandang ke lautan tenang penuh dengan pulau-pulau kecil besar yang merupakan tampuhan gelombang sebelum mendekati pantai. Madame Curie menggemari lampu menara. Rumah-rumah berlibur di musim panas yang disewanya yang kemudian disuruh dirikannya, menyerupai satu sama lain : di suatu lapangan yang luas sebuah rumah yang kecil sekali; di dalamnya bilik-bilik yang hampir rubuh dan perabotannya sangat buruknya. Tetapi pemadangan dari rumah itu sangat merawan hati.
Orang-orang lalu lintas yang berjumpa setiap pagi dengan madame Curie jarang sekali – wanita Bretagne yang membungkuk, petani-petani pemalas dan anak-anak yang dengan senyuman menunjukkan gigi mereka yang telah rusak – tetapi semuanya mereka memberikan salam kepadanya dengan suara yang sonor dan memanjang dengan tekanan suara Bretagne ; Selamat pagi, madame Curie. Maka inilah ganjilnya! madame Curie tidak mencoba melarikan diri, ia tersenyum dan dengan tekanan suara Bretagne itu pula dijawabnya : “Selamat pagi, encik Le Golf ... Selamat pagi tuan Quintin, atau lembih pendek, selamat pagi, kalau sambil malu tak dikenalnya lagi orang yang memberikan salam hormat itu kepadanya.
Penduduk kampung itu memberikan tanda hormat itu dalam susana perssamaan yang tak mengandung perasaan kurang sopan, keinginan mengetahui segala-galanya, akan tetapi semata-mata persahabatan dengan tak ada maksud-maksud tersembunyi, Bukanlah karena radium “Radium” itu, bukanlah “karena namanya tersebut dalam surat kabar” maka madame Curie mendapat tanda penghormatan ini. Ia dianggap patut mnerima penghormatan itu setelah dua tiga kali ia aberisitirahat di sana dan dilihat kaum wanita dengan kudung kepala yang putih itu dan rambut yang disisir licin ke belakang, bahwa madame Curie adalah seorang dari mereka juga : wanita petani.
Rumah madame Curie itu serupa saja dengan rumah-rumah yang lain di kampung itu. Rumah yang terutama di Larcouest, pusat perkampungan dan mahligai “hidup duniawi”, adalah sebuah pondok yang rendah dan dikerumuni tanaman rambat, kembang-kembang passi dan bunga-bunga fuchsia yang tinggi. Namun pondok itu dalam bahasa Bretagne ialah “Taschen Vihan”, artinya : “Pangonan di kebun buah-buahan.” Taschen Vihan itu mempunyai taman yang agak curam, penuh dengan kembang-kembang warna-warni yang ditanam dengan tak memakai suatu cara kesennian tertentu. Terkecuali di waktu angin timur pintu rumah itu selalu terbuka. Di sana berdiam seorang sakti muda berumur tujuhpuluh tahun,Charles Seignebos, maha guru dalam ilmu sejarah di Sorbonne; ia seorang orang tua sangat kecil badannya dan sangat cepat gerak-geriknya, bongkok kecil dan senantiasa berpakaian pernel putih denganragi hitam, yang bertambal-tambal dan telah kunign karena tuanya. Orang-orang gkampung itu menamakannya “Tuan Seigmo” dan teman-temannya memberikannya nama “Kapten”. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata bagaimana manisnya caranya mereka menghormati tuan itu dan tak dapat pula digambarkan dengan kata-kata tingkah lakunya yang mana yang menyebabkan sepatutnyalah diterimanya puja-pujaan dan kasih sayang yang melingkunginya itu. Orang “Teruna” itu bersahabt dengan semua orang kaum lelaki dan mempunyai isteri lebih banyak dari seorang pasya : tigapuluh, empat puluh teman-teman wanita, dari umur dua tahun sampai delapan puluh tahun.
Dengan melalui suatu jalan tanjakan di atas teluk Launay madame Curie pergi berjalan ke Taschen. Sejumlah limabelas orang-orang pengikutnya telah berkumpul di depan rumah dan mondar-mandir sambil menunggu-nunggu perjalanan sehari-hari ke pulau-pulau. Tibanya madame Curie tak ada menimbulkan kegelisahan sedikit pun antara rombongan yang nampaknya merupakan pertengahan antara sekulmpulan perantau pengembara. Charles Seignobos dengan matanya yang bagus itu tersembunyi di belakang kacamata cadok, menyambutnya dengan memberi salam ramah tamah bercampur bengis : “Ah, itu dia madame Curie! Selamat pagi! Selamat Pagi! Beberapa pemberian salam berkumandang lagi terdengar, maka madame Curie pun duduk di tanah dikerumuni yang lain-lain.
Ia bertopi jerami yang telah luntur, baju yang telah tua dan jekker yang tak kunjung  lusuh dari kain bulu domba yang dibikin “oleh tukang jahit” kampung itu. Elisa Leff, untuk beberapa franc menurut potongan yang serupa laki-laki dan perempuan, untuk sarjana dan nelayan. Kakinya abersandal tak berkaos. Di dekatnya sebuah tas yang serupa dengan lima belas buah tas yang lain berserak-serak di rumput dan berisi pakaian mandi dan pakaian berenang. Alangkah senangnya hati seorang wartawan, jika dengan tiba-tiba dapat ia mendekati kumpulan yang sentausa ini! Harus berjaga-jaga agar jangan terinjak-injak salah seorang anggota Institut yagn sedang berbaring dengan malasnya di tanah atau supaya jangan terbentur kepada salah sebuah anugerah Nobel. Segala macam keahlian hadir di sana. Tuan hendak berbicara tentang ilmu fisika? Di sanalah Yean Perrin, madame Curie, Andre Debiarne dan Victor Auger. Tentang matematika dan perhitungan integral? Dapatilah Emile Borel yang dalam pakaian amndinya itu nampaknya menyerupai seorang kaisar kerajaan Rum dalam jubahnya. Ilmu Hayat dan Ilmu Fisika-astro? Louis lapicque, Charles Maurain akan memberikan jawaban kepada tuan. Dan berkenaan dengan orang sakti Charles Seignebos, anak-anak yang banyak jumlahnya diperkampungan itu, bercerita satu sama lain dengan eprasaan takut kehormatan bahwa ia “mengetahui segala-galanya tentang sejarah”. Tetapi yangmengherankan dalam kumpulan anggota-anggota Unipersitet ini ialah bahwa mereka tak pernah membicarakan ilmu fisika, sejarah, ilmu hayat atau matematika. Dan bahwa tak seorang pun menghormati yang lain dan tak mengetahui tingkatan-tingkatan, bahkan satu sama lainnya pun tak mengindahkan tan bersopan santun! Di sini manusia itu tidak berbagi-bagi dalam guru-guru besar dan murid-murid, dalam tua dan muda. Di sini manusia itu empat macam rupanya : kaum Philisten, “Orang-orang yang tak tahu mengetahui”, yaitu tamu-tamu yang kebetulan datang di sana akan tetapinyang diingini supaya mereka berlalu dari sana selekas mungkin. Kaum “Gajah” teman-teman yang kurang pantas untuk hidup di laut : mereka dibiarka dengan berbagai sindiran-sindiran. Sesudah itu pihak Larcouestien yang sepantasnyalah memakai nama  itu, kaum “orang laut”. Akhirnya golongan orang-orang di bawah laut, mereka yang menjual arus-arus teluk, yaoti pentolan-pentolan berenang cara crawl dan dayung dengan nama julukan “Buaya”.
Madame Curie yang tak pernah menjadi “Philisten” itu tak berhak memakai gelaran “Buaya” tetapi menjadi “Pelaut” setelah mengalami masa percobaan yang pendek sebagai “Gajah”.
Gembala Charles Seignobos menghitung domba-dombanya dan memberikan tanda berangkat “Budak-budak kapal” yang bertugas hari itu. Eve Curie dan Yean Maurain telah melepaskan kapal-kapal yang akan dipakai hari ini dari perkapalan yang ada sedia di pantai itu – dua kapal layar dan lima atau enam buah perahu dayung : yang akan dipakai hari ini ialah “Sekoci besar” dan “sekoci Inggris”. Kapal-kapal ini diumpil-umpil mereka ke pantai di suatu tempat yang merupakan pangkalan jamak dibatu-batu karang.
Rombongan menggemar berenang telah berdiri di pantai. Seignobos memanggil dengan suara berolok-olok, riang dan pendek : “Naik kapal! Naik kapal!” Dan sedang penumpang-penumpang naik kapal itu : “Mana regu yang pertama? Saya akan berikan dayung pertama! Madame Curie duduk dekat kayuh-kecil dan Perrin serta Borel dekat dayung besar, sedang Francis dekat kemudi!” Perintah-perintah itu diikuti dengan patuh. Empat orang pendayung – empat orang maha guru dari Sorbonne, empat orang-orang yang ternama – mengambil tempat duduk mereka dan menunggu sambil memegang dayung mereka yang berat itu, dengan patuhnya perintah : Maju! Yang akan diberikan Francis Perrin, juragan kapal itu, karena ia duduk dekat kemudinya. Charles Seignobos memberikan dayung pertama dan diunjukkannya irama sesama pendayungnya. Di belakangnya mendayung Yean Perrinsekuat-kuatnya sehingga kapal itu berpaling. Di belakang Perrin duduk Emile Borel dan di belakang Borel, di muka sekali mendayung madame Curie dengan irama tentu. Sekoci yang bewarna putih dan hijau itu melaju dengan teratur di lautan yang disinari mata hari. Dengan suaranya yang bagus dan merdu itu dimulai Charles Maurain sebguah “lagu dayung” yang segera turut dilagukan para penumpang sekoci itu :
“Ayah menyuruh bikin rumah
“(Dayungkanlah dayug kita)
“Oleh delapanpuluh orang tukang batu ....
Pendayung-pendayung dari sekoci yang lain pun menyanyikan salah satu lagu dari lagu lagu-lagu sebanyak tiga empatratus buah yang lazim dinyanyikan di perkampungan itu dan diajarkan Seignobos kepada tiap-tiap keturunan di Larcouest :
“Ada tiga orang anak muda yang berangkat ke pulau-pulau
“Yang berangkat ke pulau-pulau ada
“Ada tiga orang anak muda ....
Setalah dinyanyikan mereka dua tiga lagu, maka dilihat juru mudi sekoci itu arlojinya dan menyerukan : Ganti mendayung! Tak diperdulikannya apakah pendayung-pendayung itu telah payah atau tidak : sepuluh menit yang ditetapkan terlebih dahulu telah lewat sejak mereka berangkat. Madame Curie, Perrin, Borel, Seignobos diganti oleh empat orang lain dari perguruan tinggi, karena diperlukan regu yang masih segar untuk melalui arus sungai yang kuat itu menuju Roch Vras, dibantu karang besar dan bewarna ungu di pulau sepi, tempat mandi setiap pagi bagi tamu-tamu di Larcouest.
Kaum lelaki menangglkan pakaian mereka dekat sekoci-sekoci yang telah kosong itu, di tepi pantai yang ditumbuhi lumut berwarna coklat; kaum wanita bertukar pakaian di suatu tempat yang dinamakan “bilik wanita” karena dikerumuni tanaman-tanaman, sehingga tak mungkin memandang ke dalamnya. Yang pertama keluar dari tempat itu ialah madame Curie yang berpakaian renang berwarna hitam. Maka masuklah ia ke dalam laut. Tepi pantai itu menurun dengan curam sehingga sebentar saja sesudah masuk ke dalam air tak ada lagi tanah tempat kaki berpijak.
Bayanagan madame Curie sedang berenang dekat Roch Vras  dalam air yang dalam dan sejernih balur itu adalah salah satu dari kenang-kenangan yang terbanyak mengharukan hati saya dan yang selama-lamanya tersimpan dalam ingatan saya. Ia tidak mempergunakan cara berenang “Crawl” atau trugeon” yang sangat bagus. Rambutnya yang telah beruban dan tersembunyi dalam kupiah mandinya itu, serta mukanya yang telah berkerut itu, tak diingat lagi apabila dilihat tubuhnya yang ramping dan sigap itu : lengannya yang bagus putih itu dan gerak-geriknya yang ramai serta merawan hti laksana seorang anak gadis.
Madame Curie membanggakan diri karena tangkgasnya dan cepatnya berenang : antara dia dan para rekan-rekannya dari Sorbonne ada persaingan yagn sportif dan tak bergembar-gmebor. Anak-anaknya itu jugalah guru-gurunya berenang dan serentak dengan itu teman kepercayaannya : “Saya pikir lebih pandai saya berenang daripada Borel, katanya kadang-kadang.
Ibu jauh lebih pandai. Tak dapat dibandingkan!
“Yean Perrin pandai benar berenang hari ini, tetapi kemarin lebih jauh saya berenang dariapda dia, masih kau ingat itu?
“Ya, ada juga saya lihat dan sangat bagusnya itu. Sangat banyaknya bertambah kepeandaianmu sejak tahun yang lamapu!
Madame Curie suka benar mendengar pujian-pujian semacam itu. Karena diketahuinya bahwa semuanya itu bukan buatan-buatan saja, tetapi diucapkan dengan segala kejujuran. Walau pun ia telah berumur limapuluh tahun lebih ialah salah seorang terpandai berenang dari mereka yang seumur dengan dia. Sehabis mandi ia berdiang di panas mata hari dan makan roti sambil menunggu-nunggu mereka berangkat kembali ke Larcouest. Dengan kata-kata singkat dinyatakannya bagaimana girangnya ahatinya : “Alangkah senangnya di sini! Alangkah Indahnya !
Tenah hari dan laut pantai sunyi senyap. Sambil mengolah gerak dengan berhati-hati berangkatlah sekoci-sekoci itu dari tempat mandi itu, diiringi lagu-lagu yang tak ada putusnya meraung di angkasa. Maka nampaklah pangkalan dekat rumah Taschen itu. Dengan kaki telanjang dan bajunya disingkatkannya dan sambil menjinjing sandal dan baju mandinya di tangannya, berjalanlah madame Curie dengan gagahnya ke tepi pantai itu dengan melalui lumpur kehitam-hitaman dan berbau tengik sedang terbenam samai buku kakinya. Orang penduduk Larcouest yang sekiranya ingin membantunya itu membawa tasnya karena usianya, akan memandangnya dengan tercengang sambil menolaknya. Di sini tak dibiasakan saling membantu dan pasal I dari undang-undang kelompok ini bunyinya ialah : Jangan bekerja terlampau keras!
“Orang-orang laut” itu makan siang bersama-sama dan jam dua mereka akan bertemu lagi di Taschen untuk ergi berdarmawisata – seperti dibiasakan mereka setiap hari – dengan kapal Eglantine dengan layarnya yang putih-putih itu dan yang bagi Larcouest merupakan keistimewaan pandangannya. Madame Curie tidak turut dalam perjalanan ini.
Madame Curie tak suka berkapal-layar itu sambil berpangku tangan saja. Maka tinggallah ia seorang diri di rumah – laksana sebuah menara laut yang ditinggalkan anak-anaknya – memeriksai beberapa karangan-karangan ilmu pengetahuan atau pun ia pergi bercocok tanam. Sehabis perjuangannya dengan duri-duri sambil bercocok tanam itu ia penuh parutan berlumuran darah, kakinya penuh garutan, tangannya kotor dan penuh  duri-duri. Mendingan  jugalah kalau ini saja luka-lukanya, tetapi kadang-kadang sekembali mereka dari darmawisata dilihat Irene dan Eve ibu mereka yang berusaha itu, buku kakinya terkilir atau ibu jarinya hampir hancur karena pukulan tukul yang terlanjur.
Menjelang jam enam pergilah madame Curie mandi untuk kedua kalinya di pantai dan sesudah itu ia kembali ke Raschen dengan melalui pintu yang senantiasa terbuka itu. Di belakang jendela besar yang menghadap ke teluk itu duduk di kursi tangan seorang nyonya tua yang sangat lucunya dn sangat merawan hati, yaitu madame Curie. Ia tinggal di rumah ini dan dari tempat ini dilihatnya setiap malam penggemar-penggemar berlayar pulang dari perjalanan mereka. Bersama-sama dengan dia madame Curie menunggu-nunggu sampai kelihatan layar-layar Eglantine menjelam di laut yang telah remang-remang disinari kemerahan mata hari terbenam Para penumpang kapal layar naik ke darat dan mereka berjalan menuju rumah Taschen itu. Irene dan Eve pun tiba dengan lengan bewarna kegangsaan dan berpakaian baju-baju yang murah harganya serta rambut mereka dihiasi kembang teluki merah yang menurut kebiasaan sejak dari dahulu kala diberikan Charles Seignobos kepada mereka, sebelum berangkat. Kebiasaan bermain-main seperti kanak-kanak atau hidup dalam air dan terik panas seperti orang-orang biadab setengaha telanjang kelak akan menjadi cara hidup yang sangat digemari dan ditiru-tiru khalayak ramai, mau pun dari kalangan perlente, baik pun dari golongan yang bersahaja. Tetapi di masa sehabis perang itu kebiasaan itu menimbulkan celaan dari pihak “mereka yang tak faham”. Kami telah mendahului mode limabelas tahun tatkala kami menemui hidup di atas dan dalam laut, sayembara-berenang, berdiang di panas mata hari dan berkemah di pulau-pulau yang terpencil.
Sehabis makan siang madame Curie pergi berjalan-berjalan bersama-sama anak-anaknya dengan bergandenegan tangan sambil melangkah cepat. Madame Curie berpakaian perlente yang telah limabelas atau duapuluh tahun lamanya dipakainya. Dengan melalui jalan-jalan gelap tibalah tiga orang itu di taschen – selalu Taschen! Di bilik pertemuan telah berkumpul tamu-tamu Larcouest untuk ke tiga kalinya hari itu. Maka mereka mengadakan permainan bersama-sama disekeliling meja yang besar. Yang lain dduduk membaca atau main catur dekat lampu minyak tanah.
Di malam-malam hari besar bermainlah pelaku-pelaku suka rela dan pengarang-pengarang menyanyikan lagu-lagu, mempertunjukkan charade dan sandiwara untuk merayakan kejadian-kejadian semasa itu : perlombaan sengit antara dua sekoci; memindahkan batu karang yang besar dengan susah payah karena ia menyulitkan kapal berlabuh, suatu pekerjaan yang mengandung bahaya dan akhirnya diselesikan para ahli tehnik yang ria ribut : kejahatan-kejahatan Angin Timur yang dibenci semua orang; kapal karam yang lucu sedih dan perbuatan-perbuatan jahat oleh seekor anjing das yang dengan selang-selang tertentu dituduh merusakkan kebun buah-buahan Taschen. Maka semua pertunjukkan-pertunjukkan ini memberikan kepuasan bagi para penontonnya.
Alangkah bebahagianya masa berlibur itu di Bretagne di musi-musim panas. Barangkali ada yang sambil mengangkat bahunya bertanya apakah tak pernah menjadi perbuatan berlagak atau percekcokan dan sebagainya, semasa cuti yang berahagia itu. Tidak, di Larcouest tak mungkin bagaimana telitinya, seorang dapat membedakan sarjana agung dari penyelidik-sederhana, si kaya dari si miskin. Tak pernah saya dengar Bretagne membicarakan soal uang. Yang tertua antara kami semuanya, Charles Seignobos, memberikan suri tauladan yang semurni-murninya bagi kami. Dengan tak mendengung-dengungkan teori-teori atau dalil-dalil sesungguhnyalah dibagi tuan pemurah hati itulah segala miliknya dengan kami. Rumah yang pintunya selalu terbuka itu, kapal layar Eglantine dan sekoci-sekoci itu adalah kepunyaannya, akan tetapi tak seorang pun yang kurang berhaknya atas pemakaian hartanya itu. Dan apabila di rumahnya yang dihiasi dengan tanglung-tanglung diadakan pesta dansa, dengan dihiburkan harmonika yang main lagu-lagu polka, Lancier dan dangsa-dangsa setempat, maka berdangsalah di sana pelayan-pelayan besama-sama dengan majikan mereka, anggota-anggota institut dengan anak-anak gadis kaum petani dan nelayan-nelayanBretagne bersama-sama dengan kalangan wanita dari kota Paris.
Ibu kami menghadiri pesta-pesta itu dengan berdiam diri. Teman-temannya mengetahui isi hati kalbu wanita yang bersifat isin, suka mengundurkan diri dan hampir rengus itu jika bertemu dengan dia untuk pertama kalinya. Mereka semuanya tak lupa menegaskan kepadanya bahwa Irene pandai berdansa atau bahwa Eve berpakaian bagus. Maka dengan tiba-tiba nampaklah mukanya yang lesu itu berseri tersenyum manis membangga laksana kanak-kanak.
BAB. XXIII: AMERIKA
Pada suatu hari pagi-pagi di bulan Mei 1920 seorang wanita diijinkan masuk di bilik tunggu yang kecil itu di Institut Radium. Namanya ialah Mrs. William Brown Meloney yang memegang pimpinan sebuah majalah yang besar di New York. Tak mungkin timbul dugaan bahwa ia seorang wanita yang mempunyai perusahaan. Badannya kecil, sangat ramping dan ada cacatnya sedikit : karena suatu kecelakaan semasa mudanya agak pincang jalannya. Rambutnya putih dan matanya hitam dan melotot, mukanya pucat dan manis menimbulkan perasaan birahi. Dengan gemetar ia bertanya kepada pelayan yang membuka pintu apakah madame Curie tidak lupa bahwa ia telah berknan menerima nyonya Meloney yang sudah bertahun-tahun lamanya menunggu-nunggu kesempatan itu. Mrs. William Brown Meloney adalah salah seorang dari mereka yang semakin lama semakin banyak jumlahnya memuja-muja hidup dan pekerjaan madame Curie. Bagi Mrs. William Brown Meloney adalah madame Curie lambang wanita yang sejati. Karena ia elain dari wanita Amerika yang penuh cita-cita, juga seorang wartawan yang utama, maka ia berdaya-upaya mendekati berhalanya itu.
Setelah beberapa permintaan interpiu tak dibalas madame Curie, dikirim Mrs. William Brown Meloney dengan perantaraan seorang temannya, juga seorang ahli ilmu fisik, permohonan terakhir yang diantara lain-lain tersimpul di dalamnya perkataan-perkataan sebagai berikut :
“.... Bapa saya, seorang doktor, selalu bekata kepada saya bahwa mustahil menaksir pentingnya makhluk manusia itu terlampau rendah. Tetapi sejak duapuluh tahun lamanya madame sanagat pentingnya menurut pandangnan saya dan karena itu saya ingin menjumpai nyonya, sekalipun untuk beberapa menit saja.” Esok harinya ia diterima madame Curie dalam Laboratoriumnya.
“Pintu dibuka”, ditulisnya di kemudian hari, “maka saya lihat masuk seorang wanita yang pucat mukanya dan bersifat isin dengan air muka sesedihnya yang pernah saya bertemu. Ia berpakaian hitam dan kain bulu domba. Parasnya yagn cantik, mengandung kesabaran dan lemah llembut itu bercahaya mulia sebagai yang lazim bagi mereka yang mentahbiskan diirinya untuk ilmu pengetahuan. Dengan sekonyong-konyong timbul perasaan saya seolah-olah saya seorang penyerobot.
Perasaan malu saya melebihi perasan sedan nyonya Curie. Sejak duapuluh tahun lebih saya bekerja sebagai wartawan, akan tetapi tak sanggup saya mengajukan suatu pertanyaan pun kepada wanita berpakaian hitam dan tak berdaya ini. Saya mencoba menerangkan kepadanya, bahwa wanita Amrekika mempunyai perhatian besar untuk pekerjaannya,d an saya berikhtiar meminta maaf karena saya telah berlaku pengemul. Untuk meredakan perasaan saya amaka madame Curie bercakap-cakap tentang Amerika.
“Amerika mempunyai kira-kira limapuluh gram radium, katanya kepada saya. Empat gram di Baltimora, enam gram di Denver, tujuh di New York .. diteruskannya membilangnya sambil menyebutkan tiap-taip tempat penyimpanannya.
“Dan di Perancis? Saya bertanya.
“Laboratorium saya lebih sedikit dari saru gram radiumnya.
“Madame hanya amempunyai satu gram radium?
“Saya? Oo... saya sendiri tak mempunyai gram sedikit pun! Radium segram itu adalah kepunyaan laboratorium saya.
Saya bicarakan soal paten, tentang kemungkinan-kemungkinan memberikan hasil keuangan bagi madame Curie sehingga agaknya ia telah jadi seorang wanita yang sangat kayanya. Dengan tenang  dijawabnya :
“Radium ituseharusnya janganalah membawa kekayaan bagi siapa pun jua. Radium itu adalah semacam unsur yang menjadi milik seluruh manusia.
“Sekiranya nyonya diizinkan menyebutkan semacam barang diseluruh dunia ini yang nyonya ingin mempunyainya, sya tanya dengan tiba-tiba, apakah yang nyonya akan pilih?
Pertanyaan itu adalah pertanyaan kegila-gilaan – tetapi mengandung ramalan rupanya.
Maka dijawabnya : Segram radium yang apat saya pergunakan sekehendak saya.
“... Seminggu itu baru saya ketahui bahwa segram radium berharga seratus ribu dolar. Saya lihat juga bahwa laboratorium madame Curie, walau pun masih baru, tak mempunyai kesempatan bekerja secukupnya dan bahwa persediaan radiumnya dipergunakan untuk pembikinan tabung-tabung dengan emanasi sebagai bahan bahan pengobatan.
Dari perkunjungan-perkunjungan sendiri telah dikenal Mrs. William Brown Meloney balai-balai penyelidikannya yang besar-besar itu di Amerika Serikat; Kepunyaan Edison merupakan mahligai. Dibandingkan dengan gedung-gedung yang indah-indah itu sangatlah papanya Institut Radium itu, walau pun masih baru dn rapi, tetapi didirikan menurut rancangan-rancangan perlengkapan unipersitet Perancis. Dengan dasar yang sederhana saja. Mrs. William Brown Meloney juga mengenal kilang-kilang di Pittsburgh yang menghasilkan biji-biji radium secara besar-besaran.
Dan sekarang gia di Paris, di suatu ruangan yang perabotanya tak seberapa bagus, berhadapan dengan wanita yang menemukan radium itu. Maka ia bertanya : “Apakah yang nyonya ingin mempunyainya? Dan madame Curie menjawab dengan perlahan-lahan : “Saya membutuhkan segram radium guna melanjutkan penyelidikan-penyelidikan saya, akan tetapi saya tak sanggup membelinya : radium itu terlampau mahal harganya bagi saya.
Mrs. William Brown Meloney membuat rancanagan yang jitu : ia menghendaki kawan-kawan senegerinya memberikan segram radium untuk madame Curie. Setibanya kembali di New York diusahakanlah mengajak sepuluh orang wanita kaya raya yang mempunyai harta ribuan juta banyaknya, amsing-masing memberikan sepuluh ribu dolar untuk membeli hadiah itu. Tetapi usahanya itu gagal, karena hanya tiga orang yang besedia bermurah hati memberikan sumbangan itu. “Apakah perlunya saya kunjungi sepuluh orang wanita yang kaya raya? Ia bertanya dalam hatinya. Mengapa tak diberikan kesempatan kepaa semua warga Amerika, kaya atau miskin, turut menyumbang?
Di Amerika Serikat tak ada yang mustahil. Mrs. William Brown Meloney membentuk suatu panitia yang di dalamnya duduk sebagai anggota bekerja : Mrs. William Brown Meloney, mrs. Robert Abbe dan Francis Carter Wood. Di setiap kota dimulainyalah beran sahid untuk “Dana Radium Madame Curie”, Belum sampai setahun sejak dikunjunginya nyonya yang berpakaian hitam dari kain bulu domba itu di Paris, maka ditulisnyalah kepada madame Curie : “Uang telah cukup terkumpul, nyonya akan menerima radium yang nyonya kehendaki itu!.
Kaum wanita Amerika telah bermurah hati memberikan bantuan yang tak ternilai harganya kepada madame Curie akan tetapi sebagai tukarnya mereka minta dengan ramahnya dalam suasana persahabatan : “Mengapakah tak datang nyonya mengunjungi kami? Kami ingin benar belajar kenal dengan nyonya.
Madame Curie bimbang karena ia senantiasa menghindarkan keramian. Pesta-pesta dan percobaan-percobaan yang akan menyambutnya di Amerika, suatu negeri yang terkenal karena – lebih-lebih dari negeri mana pun di dunia ini – gemarnya bergembar-gembor pengumuman, emnakutinay dengan sangat.
Tetapi Mrs. William Brown Meloney berulang-ulang memintanya sambil menghilangkan keberatan madame Curie satu persatu.
“Nyonya mengatakan bahwa nyony tak mau meninggalkan anak-anak nyonya?Kami undang-anak-anak nyonya itu juga. Upacara-upacara akan meletihkan nyonya? Kami akan merancang tertib acara pesta yang tak berlebih-lebihan. Datanglah nyonya! Kami akan berikan kesempatan bagi nyonya melawat dinegeri ini dan Presiden Amerika Serikat sendiri akan menyerahkan radium segram itu kepada nyonya di Gedung Putih dalam suatu Upacara.
Madame Curie terharu. Perasaan takutnya dibuangkannya dan dalam usia limapuluh empat tahun ia berangkat untuk pertama kalinya selam hidupnya ke Amerika sambil memikul kewajiban perjalanan yang luas dan resmi. Anak-anaknya aygn sangat bergembira mengingat perjalanan mereka itu, sibuk bersiap-siap untuk hari berangkat mereka. Eve memaksa ibunya membeli beberapa baju yang baru dan meninggalkan pakaian-pakaiannya yang tua dan digemarinya itu di Paris, karena tau dan buruknya. Di sekitar madame Curie semuanya menjadi gelisah. Harian-harian menguraikan uacara-upacara penyambutan amdame Curie di seberang lautan Atlantik dan pemerintah Perancis memikirkan cara penghormatan bagi sarjana itu agar ia tiba di Amerika Serikat dengan gelaran-gelaran resmi dan mentereng selaras dengan jasa-jasanya. Orang-orang bansga Amerika tak dapat mengarikannya apa sebabnya madame Curie tidak menjadi anggota Akademi Ilmu Fisika di Paris. Sangat mengherankan bagi mereka bahwa ia tidak mempunyai bintang Legiun Kehormatan ... Dengan cepat ditawarkan bintang itu kepadanya akan tetapi ditolaknya untuk kedua kalinya. Di kemudian hari dimintanya supaya bintang itu dianugerahkan kepada Mrs. William Brown Meloney dan jangan kepadanya sendiri.
Majalah “Ye Sais Tout” (Saya mengetahui semuanya) mengambil inisiatif mengadakan pesta perpisahan sebagai menghormati madame Curie di geung Opera pada tanggal 27 April 1921 untuk Institut Radium.
Leon Berard, profesor Yean Perrin, doktor Claude Ragaud berpidato. Sesudah itu diberikan pertunjukan oleh para seniman yang termsyhur dan ahli-ahli musik yagn dikumpulkan Sacha Guitry, pemimpin pesta itu : Sarah Bernhardt yang telah tua dan cacat dan Lucin Guitry turut serta dalam upacara penghormatan itu.
Beberapa hari kemudian maka madame Curie berangkatlah dengan anak-anaknya di kapal Olympic. Bagi mereka bertiga hanya sebuah kopor diperlukan mereka menyimpan pakaian-pakaian mereka, tetapi mereka mendapat kamar-kamar yang sangat bagus di kapal itu. Madame Curie suka melihat kesenangan-kesenangan yang ada di kapal itu tetapi akdang-kadang ia memandang dengan curiga kepada perabot-perabot yang terlampau mewah dan makanan-makanan yang terlampau banyak ragamnya itu. Dengan mengunci pintu kamarnya dan menghindarkan semua orang yang lancang ia berikhtiar melupakan tugas resminya itu sambil merenungkan kenang-kenangnan dari hidupnya sehari-hari.
Madame Curie menulis kepada isteri Yean Perrin, tanggal 10 Mei 1921 :
“Henriette sayang, suratmu itu saya terima di kapal. Sangat senang hati saya membacanya, karena saya tinggalkan Perancis dengan perasaan kuatir dan berangkat untuk perjalanan jauh ini yang tak berapa cocok dengan keinginan dan kebiasaan-kebiasaan saya.
Perjalanan did laut ini tak berapa senang bagi saya; laut itu besar ombaknya dan hari mendung. Walau pun saya tidak mabuk, saya merasa pusing dan kebanyakan saya tinggal dalam bilik saya. Anak-anak saya merasa  senang di kapal itu. Mrs. Meloney yang turut seperjalanan dengan kami, berusaha dengan segala daya upaya supaya senang perasaan mereka. Ia sangat ramahnya dan murah hatinya seperti jarang diketemuinya.
... Saya ingat Larcouest dan masa berhibur yang segera akan kita alami di sana bersama-sama dengan teman-teman kita, saya terkenang juga akan teman kita tempat beristirahat beberapa jam lamanya dan akan lautan biru dan nyaman yang kita berdua sukai itu dan lebih permah dari Lautan Besar yang bengis dan kejam ini. Saya ingat juga bayi yang dikandudng anakmu itu dan yang akan merupakan anggota yang paling muda bagi perkumpulan persahabatan  kita – yang pertama dari keturunan yang baru. Sesudah itu, saya harap, akan banyak lagi lahir anak-anak dari anak-anak kita ...”
New-York timbul dari kabut halimun yang mengandung harapan baik hari akan cuaca terang. Mrs. Meloney datang memberitahukan madame Curie bahwa persurat kabaran, para pemotret dan tukang pilm telah menunggu-nunggunya. Pangkalan pelabuhan telah penuh sesak dengan oran-orang yang berjejal-jejal datang menunggu kedatangan madame Curie. Lima jam mereka harus mondar-mandir sebelum mereka melihat wanita sarjana yang dalam surat-surat kabar dengan “Kepala Kepala” besar disebutkan : “Wanita yang berbakti untuk Manusia”. Berhimpun-himpun banyaknya pandu gadis dan mahasiswa serta sekumpulan utusan – tigaratus orang banyaknya – wanita yang melambai-lambai dengan bunga merah dan putih; mereka itu memiliki organisasi-organisasi Polandia dan Amerika Serikat.
Warna-warna yang gilang gemilang dari bendera-bendera amerika Prancis dan Polandia berkibar-kibar di atas ribuan bahu berdempet-dempet dan ribuan muka yang berseri-seri kegelisahan.
Di atas geladak sekoci yang paling tinggi di kapal Olympic ia duduk di kursi tangan yang bessar. Topinya dan tasnya telah dijauhkan dari dia dan seruan-seruan perintah : “Lihat kemari, madame Curie! Palingkan kepala nyonya ke sebelah kanan! Angkat kepala! Lihatlah sebelah sana! Sebelah sini! Berkumandang di angkasa mencampuri kelak-kelik dari empat puluh buah alat pemotret dan pesawat film yang dalam setengah lingkaran ditujukan – seakan-akan mengancamnya – kepada muka madame Curie yang heran dan letih lesu itu.
Selama minggu-minggu yang penuh keletihan dan kegelisahan ini Irene dan Eve merupakan pengawal bagi ibu mereka itu. Anak gadis yang dua itu tak banyak berkesempatan mendapat kesan-kesan yang sebenarnya dari Amerika Serikat selama mereka dalam perjalanan dengan kereta api istimewa dan turut di jamuan makan yang dihadiri oleh lima ratus orang tamu, tepuk terika khalayak ramai dengan serangan-serangan para wartawan. Untuk mengenal keindahan-keindahan sesuatu negeri yang sebesar itu diperlukan waktu yang lebih banyak dan istirahat yang lebih panjang jangkanya. “Perlawatan secara Barnum” ini karena itu tidak banyak memberikan pengajaran bagi mereka tentang Amerika, akan tetapi sebaliknya membka beberapa rahasia tentang ibu mereka itu ..
Dengan Perancis madame Curie yang tegar hati itu berikhtiar supaya ia tinggal di bawah naungan kemegahan dan daya-upayanya itu agak berhasil juga; musuh kemegahan yang bersabar hati itu telah dapat memberikan keyakinan kepada kawan-kawan se negerinya dan bahkan juga bagi sanak-saudaranya bahwa seorang sarjana bukanlah seorang yang penting artinya. Setibanya di New York maka tanggallah selubung rahasianya dan kenyataan pun menjelma dengan sebenarnya. Irene dan Eve dengan tiba-tiba melihat bagaimana besarnya arti wanita ini – yang bersifat isin di samping mereka itu selama ini – bagi kemanusiaan.
Tiap-tiap pidato dan setiap ucapan dari khalayak ramai, tiap-tiap tulisan di surat kabar senantiasa membawa pesan yang serupa bunyinya : Sekali pun mereka belum mengenalnya, telah terlebih dahulu mereka di Amerika memuja-muja madame Curie dengan tulus ikhlas dan menempatkannya di tingkat pertama antara manusia-manusia yang masih hidup. Sekarang tatkala madame Curie bertamasya di tengah-tengah mereka, maka ribuan manusia tertawan hatinya oleh “Jelita Murni Seorang Wanita – tamu Yang Letih lesu.” Dan dengan sekejap mata mereka tergila-gila melihat “Wanita Yang Kecil dan Pemalu” itu “Sarjana yang berpakaian papa” itu ...
Di rumah nyonya Meloney yang penuh kembang-kembang itu berkat usaha seorang pemupuk bunga yang penyakit pekungnya disembuhkan oleh radium dan yang hendak menyembahkan bunga mawar yang tela berbulan-bulan lamanya dipeliharanya, di rumah itulah dirancang perjalanan madame Curie. Segala kota-kota, semua Unipersitet dan segenap sekolah di Amerika menyampaikan undangan kepada madame Curie. Bintang-bintang, gelran-gelaran kehormatan dan derajat dokter sebagai menghormatinya diberikan berlusin-lusin banyaknya bagi madame Curie....
Tentu nyonya ada membawa pakaian Unipersitet nyonya juga? Bertanyalah mrs. Meloney – itu perlu benar untuk upacara-upacara itu.
Senyum madame Curie yang tak merasa bersalah itu menggemparkan umu. Madame Curie tidak ada membawa pakaian semacam itu. Para Maha Guru di Sorbonne diwajibkan memakai pakaian rok, tetapi madame Curie sebagai maha guru wanita seorang dirinya tak pernah menyuruh bikin pakaian istimewa bagi dia.
Seorang tukang jahit yang dipanggil dengan terburu-buru, membikin dengan cepat pakaian yang mengagumkan dari kains etengah sutera dan berlipatan dari kain beludru yang akan merupakan tempat bagi lambang-labang cemerlang yang mengikuti doktorat kehormatan itu. Ketika dicobanya pakaian itu,  menjadi bingung dan tak bersabar sambil mengatakan dengan tegas bahwa lengan-lengan baju itu mengganggunya, bahwa kainnya itu terlamapau panas – terlebih-lebih bahwa kain sutera itu menimbulkan perangsangan bagi jari-jarinya yag telah dirusakkan radium itu.
Maka akhairnya apda tanggal 13 Mei selesailah segala persiapan. Setelah makan pagi di rumah Mrs. Andrew Carnegie dan perkunjungan kilat ke New-York, berangkatlah madame Curie, Mrs. Meloney bersama-sama dengan Irene dan Eve mulai perjalanan laksana bintang ini.
Anak-anak gadi berpakaian putih dan berbaris-baris di tepi jalan yang disinari mata hari, anak-anak gadis yang dengan ribuan banyaknya berlari-lari di medan medan rumput menemui kendaraan madame Curie, anak-anak gadis yang melambai-lambai dengan bendera-bendera dan bunga-bunga, yang berarak-arakan, yang bersoarak sorai dan yang bernyanyi bersama-sama ... Inilah khalayak yang menyilaukan di hari-hari pertamanya yang diuntukkan bagi sekolah-sekolah di Smith Vassar, Bryn Mawr, Mount Holyoke.
Utusan-utusan dari sekolah-sekolah itu juga beberapa hari kemudian berarak-arak di mua Carnegie Hall di New York berkenaan dengan rapat raksasa oleh Perkumpulan-Perkumpulan Wanita Terpelajar. Mereka tunduk di muka madame Curie dan berturut-turut mereka mempersembahkan bunga bakung dan kembang mawar, suatu “keindahan Amerika” kepadanya. Dengan dihadiri oleh Profesor-profesor Amerika yang terutama, duta-duta dari Perancis dan Polandia. Igance Paderewski yang datag menghormati temannya dari jaman dahulu kala, diterima oleh madame Curie gelran-gelaran, hadiah-hadiah, bintang-bintang dan sebuah anugerah istimewa “Warga kota Kehormatan kota New York.”
Tatkala pada dua hari berikutnya diadakan upacara penyambutan oleh limaratus tujuh puluh tiga orang utusan dari perkumpulan-perkumpulan ilmu pengetahuan Amerika, di Hotel Waldorf Astoria, hampir madame Curie lemas keletihan.
Pertarungan tidak setara antara chalayak ramai yang riuh dan kuat ini dengan wanita halus yang baru meninggalkan hidup biarawan ini. Madame Curie telh bingung mendengar riuh-gemuruh dan tepuk sorak ini. Pandangan mata yang tak terhitung banyaknya itu terhadap dirinya menakutinya seperti juga cara liar orang ramai berduyn-duyun menemuinya di jalanan. Ia ketakutan merasa akan diremukkan oleh angin puyuh dalam penyambutannya itu. Seorang nyonya yang terlampau gembiranya menyakiti tangannya tatkala berjabat tangan dengan madame Curie, sehingga terpaksa sarjana itu menlanjutkan perjalanan dengan pergelangan tangan yang memar dan lengannya digendong kain sebagai korban kemegahan !.
Maka tibalah hari yang besar itu.
Hormat kepada orang yang luar biasa .. Para tamu agung berkumpul di Gedung Putih untuk menghormati seorang Wanita Yang termasyhur....
Pada tanggal 28 Mei diserahkan Presiden Harding di Washington kepada madame Curie radium yang satu gram itu, artinya, lambang radium segram itu. Telah dibuat sebuah peti timbel istimewa tempat menyimpan tabung-tabung yang berisi radium itu, tetapi tabung-tabung itu sangat mahal harganya dan sangat berbahayanya karena pancarannya, sehingga disimpan saja radium itu, ada semacam emanasi tiruan yang dipertunjukkan di atas meja di tengah-tengah bilik timur dengan dihadiri oleh para diplomat, pegawai-pegawai dari pengadilan, ketentraman, angkatan laut, dan utusan-utusan dari Unipersitet-Unipersitet.
Jam empat dua pintu dibuka lebar-lebar untuk madame Curie dan pengiringnya : Mrs. Harding dengan Jusserand, duta Perancis, sesudah itu madame Curie dengan Presiden Harding dan selanjutnya Mrs. Melony, Irene dan Eve Curie beserta anggota-anggota wanita dari “Panitia madame Curie.”
Maka dimulailah pidato-pidato. Yang tereakhir berpidato ialah Presiden Amerika Serikat yang berbicara dengan ramah tamah terhadap “Wanita yang mulia ini.” “Istri yang setia”, “Ibu yang penuh kasih sayang” yang di samping tugas kewajibannya yang berat itu masih sempat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seorang wanita. Maka diserahkannyalah kepada madame Curie sebuah gulungan kertas kulit yang diikat dengan pita berwana-warni sambil mengalungkan di lehernya sebuah tali sutera dengan sebuah kunci kecil dari emas, yaitu kunci peti radium itu.
Dengan penuh perhatian didengarkan oleh semua orang madame Curie mengucapkan terima kasihnya dengan kata-kata singkat. Sesudah itu pergilah para tamu itu dengan haru biru ke Bilik Biru untuk berpawai di hadapan madame Curie. Sarjana yang duduk di kursi itu tersenyum melihat mereka yang datang mendekatinya. Sebagai gantinya anak-anaknya itulah yang berjabat tangan dengan orang-orang yang mengulurkan tangan mereka sambil mengucapkan kata-kata hormat yang dalam bahasa menurut kebangsaan orang yang diperkenalkan Mrs. Harding kepada madame Curie, yaitu bahasa Ingris, Polandia atau Perancis. Sesudah itu diatur pula pengiring-pengiring itu berdiri di kaki lima gedung itu untuk dipotret oleh sekumpulan tukang-tukang gambar.
Mereka yang turut diundang menghadiri pertemuan itu : para wartawan yang dengan riuhnya mengumumkan : Wanita penemu radium menerima hadiah yang tak ternilai dari rekan-rekannya bangsa Amerika, akan tercengang mendengarnya ika mereka mengetahui bahwa terlebih dahulu ia telah menyerahkan radium yang segram itu. Sehari sebelum diadakan upacara itu tatkala madame Curie akan menandatangi surat naskah pemberian yang diajukan Mrs. Melony itu kepadanya, maka dibacanya itu dengan seksama. Sesudah itu ia ia berkata dengan tegas : “Sebagian ini harus diganti. Radium yang akan diberikan Amerika kepada saya, harus menjadi milik ilmu pengetahuan untuk selama-lamanya. Selama saya hidup tentu akan saya pergunakan radium itu semata-mata untuk kepentingan-kepentingan ilmu pengetahuan. Tetapi sekiranya kita biarkan saja tulisan semacam ini, tentulah radium itu sehabis hidup saya akan menjadi milik orang-orang pereman – anak-anak saya. Mustahil ini. Saya akan menghadiahkannya kepada laboratorium saya. Dapatkan kita minta datang seorang pengacara kemari?
“Ya, Jawab Mrs. Melony dengan terperanjat sedikit. “Kalau nyonya benar-benar menghendakinya, akan kita urus hal ini pada minggu depan.
“Jangan minggu depan. Jangan esok hari, tetapi malam ini juga. Surat naskah pemberian itu akan belaku sah dengan segera dan mungkin saya meninggal dunia dalam beberapa jam.
Seorang ahli hukum yang dengan susah payah didapat pada ketika yang telah larut malam itu, memberikan tambahan yang dikehendaki madame Curie itu. Dengan segera ditandatanginya naskah itu.
Sebelum madame Curie berangkat dari ibu kota itu ia harus membuka laboraotim yang beru untuk Pertambangan Negeri. Para insinyur telah diberitahukan lebih dahulu bahwa madame Curie terlampau letih sehingga tak mungkin ia dapat pergi ke ruangan-ruangan mesin. Karena itu diusahakan mereka dengan tergopoh-gopoh ketika waktu telah mendesak, membikin semacam perkakas yang sangat penuh akalnya sehingga madame Curie hanya perlu menekan sebuah kenop listrik dan semua mesin-mesin akan berjalan serentak.
Segala-galanya berlangsung menurut rancangan. Speaker (pemimpin upacara) bepidato di muka corong-radio dan sesudah itu diserukannya : “Maka sekarang madame Curie akan menghidupkan mesin-mesin Laboratorium.
Beberapa detik ditunggu-tunggu. Dengan berputus asa diberikan para hadirin kepada sarjana itutanda-tanda, tetapi tak dapat mereka menarik perhatiannya.
Madame Curie sedang sibuk mengamat-amati sepotong carnotit yang lima menit berselang dipersembahkan kepadanya dan yang dibalik-baliknya ditangannya sambil memperhatikannya dari segala sudut. Pasti telah dipilihnya dalam hatinya suatu tempat yang sebagus-bagusnya dilaboratorium Institut Radium untuk menyimpan spesimen yang jarang di dapat itu.
Untu kedua kalinya speaker itu berikhtiar menarik perhatiannya dan setelah disentuh denegan hormat beberapa kali, barulah berhasil mengalihkan perhatiannya dari Paris ke Washington. Dengan bingung ditekannya cepat-cepat kenop hikmat itu dan ribuan pendengar-pendengar yang tak kelihatan itu berlega dada, setelah heran bertanya-tanya apakah sebabnya pertangguhan tadi ...
Philadelphia. Felaran-gelaran kehormatan. Derajat-derajat doktorat. Madame Curie dan panitia-panitia ilmu pengetahuan dan perindustrian di kota itu saling berganti memberikan hadiah-hadiah satu sama lain : Presiden sebuah kilang menyerahkan lima puluh miligram Mesothorium kepada madame Curie. Para anggota-anggota American Philoshophical Society yang termasyhur itu menganugrahkan bintang John Scott kepadanya. Sebagai tanda terima kasihnya diberikan madame Curie kepada perkumpulan ini sebuha kwarsa lisrik piezo yagn bersejarah, karena ia sendiri membikinnya dan dipakainya ketika ia memulai penyelidikan-penyelidikannya.
Dikunjunginya kilang radium di Pittsburgh tempat membikin radium segram yang telah ternama itu. Unipersitet di sana memberikannya pula gelran doktorat. Madame berpakaian maha guru dengan pantasnya, tetapi ia tak mau memakai topi doktor bersegi empat itu, karena buruksekali dilihatnya itu dan menurut pendapatnya “tak akan mungkin pantas dipakainya.” Dipaksanya dirinya supaya ia jangan lemas ketika upacara itu, diterimanya bunga-bunga dan didengarkannya pidato-pidato, lagu-lagu kebangsaan dan nyanyian-nyanyian.
Tetapi esok harinya tersiar kabar yang telah disangka-sangka itu : madame Curie terlampau lemah untuk melanjutkan perjalan-perjalanannya. Atas nasihat para dokter diputuskannya jangan pergi lagi mengunjungi kota-kota di sebelah Barat Amerika sehingga upacara-upacara yang telah dirancang di sana harus dibatalkan.
Para wartwan Amerika dengan segera menuduh negeri mereka sambil mengucapkan mea culpa (salah saya), bahwa telah diinta dari seorang wanita yang tua dan lemah melakukan perjalanan yang melebihi kekuatan tenaganya. Karangan-karangan mereka itu mengharukan karena tulus ikhlasnya dan jujurnya.
Terlampau banyak pertemuan! Kata sebuah surat kabar dengan tegas dalam huruf-huruf besar. “Kaum wanita Amerika menunjukkan jiwa yang luhur ketika memberikan bantuan untuk sarjana itu. Tetapi tentu kita akan dipersalahkan meminta pembayaran dengan darah dagingnya untuk memuaskan perasaa riah kita. “Dalam surat kabar yang lain diterangkan dengan tegas : “Sembarangan direktur komedi kuda atau direktur gdung musik pasti akan menawarkan sejumlah uang yang jauh lebih besar dari harga segram radium kepada madame Curie dan itu pun untuk pekerjaan yang jauh lebih ringan.” Orang-orang yang bersifat pesimis lebih berat pandangan mereka terhadap soal ini : “Berkat gairah kita yang berlebihan itu telah kita bunuh  Marsal Joffre. Apakah sekarang akan kita bunuh juga madame Curie?”
Mula-mula madame Curie berlaku jujur terhadap para pemujanya bangsa Amerika itu – dan mereka inilah yang menang. Tetapi untuk seterusnya dipergunakan perancang-perancang  perjalanan itu pelbagai akal untuk menjamin keselamatannya. Madame Curie biasakan meninggalkan kereta apa pada sebelah yang lain dan meluputkan diri dari rel untuk menghindarkan chalayak ramai yang dengan gelisahnya menunggu-nunggunya di atas peeron stasiun. Apabila telah diumumkan bahwa ia tiba di Buffalo, maka turunlah ia satu stasiun lebih dulu, di Niagara Falls : Ia mau lihat air terjun Niagara dengan tak diganggu-ganggu. Hanya sebentar saja ia dapat beristirahat karena panita penyambutan dari Buffalo tidak sudi melepaskan angan-angannya melihat madame Curie. Beberapa buah mobil-mobil berjalan dengan cepat ke Niagara Fall menampung orang pelarian itu di sana.
Mula-mulanya Irene dan Eve hanya merupakan pengawal bagi ibu mereka, akan tetapi sekarang mereka telah menjadi yang disebutkan di tonil “Rangkapan”. Irene berpakaian Unipersitet, menerima tanda-tanda penghormatan sebagai menggantikan ibunya. Orang-orang yang berpidato dengan fasihnya menunjukkan kepada Eve – anak gadis umur enambelas tahun – pidato-pidato yang disiapkan mereka untuk sarjana itu dan dipuji mereka “Usahanya yang utama itu” dan “hidupnya yang penuh kegiatan bekerja itu.” – sambil mengharapkan jawaban yang tepat dari dia!
Dalam beberapa kota-kota pelbagai anggota wanita dari panitia berbantah-bantah siapa yang boleh memberikan penginapan untuk madame Curie; maka terpaksalah tiga serangkai itu dibelah-belah dan diberikan Irene dan Eve sebagai sandera kepada nyonya rumah yang paling keras hatinya.
Kalau mereka tidak bertindak sebagai rangkapan untuk ibu mereka yang telah terlamapu termasyhur itu, maka anak-anak gadis itu bersukaria dengan keasyikan-keasikan yang lebih pantas bagi umur mereka : main tennis, mendayung perahu, sewaktu pengunjung pekan menginap di Long Island, berenang sejam di danau Michigan, beberpa malam menonton komedi dan bersendau-guaru semalaman di taman gembira di Coney Island.
Tetapi masa yang terbanyak menggelisahkan mereka ialah semasa mereka berjalan di Amerika Barat. Mrs. Melony yang telah memutuskn tak akan mungkin memperhatikan seluruh Amerika kepada madame Curie, ingin memperlihatkan mukjizat yang terbesar di benua Amerika kepada sarjana itu : Grand Canyon di Colorado. Madame Curie terlampau letih sehingga tak dapat ia mengecap kenikmatannya seepnuhnya, tetapi anak-anaknya itu penuh gairah. Segala-galanya menggembirakan mereka; perjalanan kereta api selama tiga hari di santa Fe melalui medan-medan pasir Texas; Jamuan makan yang meriah di staisun-staisun kecil di panas matahari seperti di Spanyol; hotel Grand Canyon yang merupakan pulau kenikmatan di pinggir lapisan batu di permukaan bumi – tubir yang seratus kilometer panjangnya dan limabelas kilometer lebarnya –nyang mula-mmula memberikan kesan yang mengagumkan, akan tetapi hampir menakuti sehingga yang memandangnya itu tak dapat berkata-kata sesuatu yang sambil tercengang bisu melihatnya itu...
Hanya upacara-upacara yang terpenting saja lagi yang terus dilangsungkan – dan itu pun sebenarnya telah cukup meletihkan seorang pentolan senam! Pada tanggal 28 Mei diterima madame Curie di New Tork derajat Doktor honoris causa dari Unipersitet Columbia. Di Chicago ia diangkat menjadi anggota kehormatan Unipersitet, diterimanya beberapa gelaran-gelaran penghormatan dan dikunjunginya tiga kali pertemuan-perkenalan. Di resepsi pertama ia bersama-sama dengan anak-anaknya dipisah oleh sebuah pita yang lebar dari chalayak ramai yang berpawai di hadapannya. Di pertemuan kedua yang disemarakkan lagu-lagu kebangsaan Marseillaisse, Polandia dan Star Spangled Banner, hampir madame Curie tertimbun oleh karangan-karangan bunga yang diletakkan para pemujanya dekat kakinya. Prempuan yang terakhirlah yang paling bersemangat antara yang tiga-tiga itu : resepsi itu berlansung dibanjar tempat tinggal orang bangsa Polandia di Chochago dan semata-mata teruntuk bagi bangsa Polandia. Yang diterima degan tepuk sorak di sana bukan lagi seorang sarjana, tetapi lambang tanah air mereka yang jauh itu. Kaum lelaki dan kaum wanita yang menangis mencoba mencium tangan madame Curie atau memegang bajunga ...
Pada tanggal 17 Juni terpaksa lagi madame Curie mengalah untuk kedua kalinya yang luar biasa rendahnya itu menimbulkan kekuatiran para doktor-doktornya. Madame Curie beristirahat sambil mengumpulkan tenaga yang cukup untuk meneruskan perjalanan ke Bosoton dan New Haven, ke Unipersitet Wellesley, Yale, Harvard, Sommons, Radcliffe. Maka pada tanggal 28 Juni ia naik kapal Olympic kembali, sedang kamarnya penuh kawat-kawat dan bunga-bunga.
Nama seorang “Bintang” yang besar dari Perancis menggantikan namanya di halaman-halaman pertama  di persurat kabaran Amerika : ahli jotos Georges Carpentier yang telah ternama di Amerika itu datang berkunjungke sana dan para wartawan merasa berputus asa karena mereka tak dapat mengusahakan agar madame Curie meramalakan siapa yang menang dalam perjuangan antara Georges Carpentier dan Dampsey ...
Madame Curie telah sangat letihnya, tetapi pada umumnya ia sangat merasa puas hatinya juga. Dalam surat-suratnya dinyatakannya kegembiraannya karena “Ia telah turut menyumbang agar hubungan antara Amerika, Perancis dan Polandia bertambah baik”; dalam surat-surat itu dikutipnya ucapan-ucapan yang ramah tamah oleh Presiden Harding dan Wakil Presiden Coolidge tentang ke dua tanah airnya itu. Tetapi walau pun ia sangat isinnya, tak dapat disembunyikannya bahwa yang terbanyak memberikan kepuasan hatinya ialah bahwa di Amerika Serikat ia telah berhasil memikat hati berjuta-juta orang bangsa Amerika yang menyayanginya dengan tulus Ikhlas. Mrs. Melony tetap menjadi sahabat karibnya sampai hari akhirnya. Dari perlawatannya mengelilingi Amerika disimpannya beberapa kenang-kenangan yang berseluk remang, akan tetapi di antaranya itu ada yang menjelma seperti titik tangkap yang terang nyata. Begitulah ia terharu melihat kegiatan bekerja di Unipersitet Amerika, semarak dan kegembiraan upacara-upacara tradisi dan terlebih lagi karena mahasiswa yang belajar di sana mempunyai kesempatan bersenam dan melatih diri mereka.
Ia juga kagum melihat kekuasaan yang dapat digunakan perkumpulan-perkumpulan wanita yang selama perjalanannya itu di Amerika turut menyemarakkan kedatangannya itu.
Akhirnya, perlengkapan yang sempurna di laboratorium-laboratorium ilmu pengetahuan dan kebanyakan rumah-rumah sakit yang memakai terapi Curie untuk pengobatan pekung menimbulkan iri-hatinya sedikit. Agak berputusa asa dipikirkannya bahwa dalam tahun 1921 itu juga Perancis belum mempunyai rumah sakit satu pun yang teristimewa untuk pengobatan dengan Radium!.
Persediaan radium yang diabilnya dari Amerika itu diangkut besama-sama dengandia di kapal Olympic itu juga, disimpannya baik-baik kunci-kunci beti besi yang dipegang oleh kapten kapal itu. Radium segram yang merupakan lambang itu menerbitkan beberapa renungan tentang gperjalanan hidup madame Curie. Untuk mendapatkan radium yang sedikit sekali itu harus datang sendiri menunjukkan terima kasihnya kepada kota-kota yang turut bermurah hati itu...
Tentu akan timbul pikiran bahwa suatu tantangan saja dengan patennya lebih gampang sebenarnya. Dapatlah direnungkan bahwa madame Curie yang seyogyanya kaya, sedianya berkesanggupan menghadiahkan balai-balai penyelidikan dan rumah-rumah sakit untuk tanah airnya. Apakah dua puluh tahun bekerja dengan kesukaran-kesukaran tidak menimbulkan perasaan menyesal, memberikan keykinan bahwa dengan menolak kekayaan telah dikorbanakan pertumbuhan usaha-usahanya? Dalam catatan-catatan riayat hidupnya sekembalinya dari Amerika ia sendiri bertanya dalam hatinya, tetapi dijawabnya pertanyaan-pertanyaan itu sebagai berikut :
“.... Beberapa orang dari teman-teman saya menegaskan dan memandang ada alasan mereka untuk itu – bahwa Pierre Curie dan saya akan mendapat alat-alat keuangan yang kami butuhkan untuk mendirikan sebuah institut Radium yang sesempurnanya, dengan tak menemui rintangan-rintangan yang menyulitkan hidup kami dan hidup saya sekarang ini, asal saja kami bersedia dahulu menjamin hak-hak kami. Akan tetapi, walau pun demikian, saya yakin bahwa benarlah pendirian kami itu dahulu.”
Pastilah bahwa Manusia itu membutuhkan orang-orangbersifat praktis yang dapat mengambil hasil sebanyak-banyaknya dari pekerjaan mereka dan dengan tak mengabaikan kepentingan umu, sanggup mempertahankan kepentingan mreeka sendiri. Tetap manusia itu juga membutuhkan orang-orang yang bercita-cita tinggi sehingga “bekerja terus dengantak menghiraukan kepentingan sendiri” bagi mereka merupakan darah daging yang menyebabkan tak sanggup mereka mentahbiskan diri mereka untuk mencari kebahagiaan berupa uang. Pastilah mereka yang berkhayal ini tidak berhak menerima kekayaankarena mereka tak pernah menginginkannya. Akan tetapi dalam suatu masyarakat yang teratur perlu diusahakan agar pekerja-pekerja ini mendapat alat-alat secukunya menunaikan tugas kewajiban mereka dan mentahbiskan diri mereka seluruhnya untuk penyelidikan semasa hidup yang tak dirintangi kesukaran-kesukaran madi lagi.
BAB. XXIV : PASANG  PURNAMA
Menurut pikiran saya boleh dikatakan bahwa perjalanan ibu saya ke Amerika adalah merupakan ajaran baginya.
Perjalanan itu membuktikan baginya bahwa menyepikan diri seperti dibiasakannya itu adalah suatu perbuatan yang berlawan asas. Seorang wanita mahasiswa mungin dapat menyembunyikan dirinya dalam sebuah kamar loteng bersama-sama dengan buku-bukunya, seorang penyelidik yang bekerja seorang diri mungkin dapat menjauhkan dirinya dari hidup sehari-hari untuk mencurhakan seluruh tenaga dan pikirannya bagi pekerjaannya itu – bahkan ia wajib melakukan sedemikian – tetapi seorang wanita seperti madame Curie dalam usia limapuluh lima tahun ada sedikit melebihi seorang anita mahasiswa ata penyelidik. Ia bertanggung jawab untuk timbulnya suatu Ilmu Pengetahuan dan cara pengobatan yang baru. Martabat namanya sedemikian besarnya sehingga dengan sesuatu perkataan atau dengan hadirnya saja, mungkin menimbulkan sesuatu rancangan berhubung dengan kepentingan umum yang terselip dalam hatinya.
Sejak itu senantiasa terluang dalam hidupnya suatu kesempatan untuk bertukar pikiran tentang usaha-usaha dalam jurusan itu.
Tak akan saya gambarkan setiap perjalanan madame Curie : semua perjalanan itu menyerupai satu sama lain. Muktmar-muktamar ilmu pengetahuan, ceramah-ceramah, upacara-upacara di Unipersitet-unipersitet, kunjungan-kunjungan ke laboratorium-laboratorium, memanggilnya berbagai ibu kota negeri-negeri, yang menyambut kedatangannya dengan gembira dan meriah. Ia berusaha berbakti akan tetapi kerap kali ia tarpaksa melawan kelemahan yang mendadak dalam kesehatannya yang telah terganggu itu. Sehabis menunaikan kewajiban-kewajiban resminya maka, dicarilah padangan-pandangan yang bagus dalam alam, keindahan untuk melepaskan lelahnya. Tigapuluh tahun bekerja keras hanya memperkuat sembah sujudnya sebagai seorang kafir terhadap keindahan dudnia ini. Perjalannnya ke Lautan Altantik Selatan dengan menumpang sebuah kapal Italia menggembirakan hatinya seperti keriaan kanak-kanak :
“Kami telah melihat ikan belalang!” dditulisnya kepada Eve. “Kami mendapat pengalaman bahwa bayangan kami dapat dihilngkan hampir seluruhnya dan matahari pernah tepat tingginya di atas kepala kami. Sudah itu kami lihat bintang-bintang segugus terbenam di laut : Bintang Kutub, Bintang Biduk. Di sebelah selatan timbul bintang Pari yang sangat indahnya. Hampir tak ada pengetahuan saya tentang perbintangan yang keihatan di langit itu....
Bersama-sama dengan Irene ia pergi ke Rio de Janeiro memberikan ceramah-ceramah. Selama ia tinggal di sana (empat minggu), ia selalu bersenang-senang hati. Setiap pagi ia berenang diteluk dengan tak ada orang yangg mengenalnya. Petang hari ia pergi melawat, jalan kaki, dengn kendaraan, bahkan juga dengan kapal terbang air ...
Italia, Negeri Belanda, Ingris, menyambut kedatangannya beberapa kali.
Dalam tahun 1931 ia mengadakan perjalanan yang merawan hatinya dan tak dapat dilupakannya, bersama-sama dengan Eve. Presiden Masaryk, yang seperti madame Curie berasal keturunan dari kalangan pemilik tanah, mengundangnya menginap di pesanggrahannya di Tsyecho – Slowakia.
Di Brusel yang dikunjunginya beberapa kali, ia dipandang orang bukan sebagai seorang wanita bangsa asing yang ternama, tetapi sebagai seorang tetangga yang dikenal baik. Ia sangat gemar mengunjungi pertemeuan-pertemuan semacam itu yang memberikan kesempatan bagi mereka yang dalam salah satu suratnya disebutkannya “Kekasih-kekasih Ilmu Fisika”, memperbincangkan penemuan-penemuan dan teori-teori baru. Biasanya dalam kunjungannya itu diakhiri dengan kunjungan atau jamuan di Istana Kerajaan. Raja Albert dan Ratu Elisabeth yang pernah bertemu dengan madame Curie di medan peperangan di daerah Belgia, mengunjunginya tinggi sebagai seorang sahabt.
Di segala pelosok di dunia ini namanya telah terkenal. Di suatu kota yang lama di suatu propinsi di negeri Tiongkok, tergantung gambar madame Curie dalam sebuah “tempat pemujaan Conficius” kepunyaan Tai Yan Pou. Para Ulama negeri itu menempatkannya antara lukisan-lukisan “Orang-orang yang berbakti untuk Manusia.” Di samping Descrates, Newton, Buddha dan raja-raja kaisar Tiongkok yang termasyhur...
Pada tanggal 15 Mei 1922 diangkatlaha dengan suara bulat “madame Curie-Sklodowski” oleh Dewan Persekutuan Bangsa-Bangsa menjadi anggota Panitia Internasional untuk Kerja Sama dalam Lapangan Maknawi (Intelektual).
Inilah suatu tnggal yang sangat pentingnya dalam hidup madame Curie. Sejak termasyhurnya itu, ratusan perkumpulan-perkumpulan, lembaga-lembaga dan perserikatan-perserikatan memintanya menjadi anggota, tetapi tak pernah dikabulkannya permintaan-permintaan itu. Ia tak bersedia menjadi anggota sesuatu panitia, kareena tak mungkin dapat ia memberikan tenaganya untuk pekerjan itu disebabkan waktunya sempit. Terlebih-lebih lagi karena dalam segala hal ia ingin mempertahankan pendirian politik yang netral. Keinginannya hanyalah menjadi sarjana dengant ak menceburkan dirinya dalam perjuangan-perjuangan tentang asasi. Tak pernah ia turut menandatangani sesuatu ikrar, sekali pun nampaknya tak ada salahnya diberikannya bantuannya yang diminta itu.
Persetujuannya terhadap tujuan Persekutuan Bangsa-Bangsa itu adalah suatu kecualian yang besar artinya. Inilah kali satu-satunya ia pernah meninggalkan kesetiaannya kepada penyelidikan ilmu pengetahuan.
Banyak orang-orang yang ternama menjadi anggota Panitia Internasional untuk Kerja Sama dalam Lapangan Maknawi itu : Bergson, Gilbert Murray, Jules Destree, Aldbert Einstein, profesor Lorentz, Paul Painleve dan banyak lagi yang lain-lain .. Madame Curie diangkat menjadi panitia-panitia para ahli-ahli dan dalam panitia pusat di Paris.
Tetapi janganlah pikir bahwa “Idealis praktis” ini hanya menghendaki bekerja dengan teori-teori khayal saja. Madame Curie bekerja di Geneva – dan juga sekali ini ia berhasil berbakti untuk Ilmu Pengetahuan. Ia berjuang menghilangkan yang disebutkannya ‘Kekacauan dalam pekerjaan Ilmu Pengetahuandi dunia” ini; ia berikhtiar mencapai persetujuan dengan rekan-rekannya dalam beberapa masalah yang tak penting nampaknya, tetapi yang pertumbuhannya bergantung kepada Ma’rifat : kerja sama internasional dalam lapangan pendaftaran buku-buku dan karangan-karangan yang memberikan kemungkinan bagi mereka yang berusaha dalam sesuatu lapangan ilmu pengetahuan istimewa, mengetahui dengan segera hasil-hasil yang telah dicapai rekan-rekannya dalam lapangan itu; persamaan lambang-lambang dan kata-kata ilmu pengetahuan dan untuk ukuran-ukuran pengeluaran-pengeluaran atau ikhtisar-ikhtisar pekerjaan yang dimuat dalam majalah-majaah; mewujudkan Daftar Tetapan-Tetapan.
Beberapa waktu lamanya dicurahkannya perhatiannya untuk perguruan di Unipersitet-unipersitet dan laboratorium-laboratorium. Ia bermaksud memperbaiki cara-cara perguruna itu. Yang dianjurkannya ialah cara “bekerja dengan pimpinan” sehingga usaha-usaha para penyelidik yang berbagai corak itu dapat dipersatukan dan diusulkannya suatu cara kerja sama antara para pemimpin yang laksanan suatu staf umum bertugas memimpin segala usaha-usaha dalam lapangan ilmu pengetahuan di benua Eropa ini. Selama hayatnya ia diburu-buru suatu pikiran : Mungkin ada tersembunyi anugerah ruhani dengan tak terkenal atau tak terpakai dalam lapisan-lapisan masyarakat, karena kekurangan kemampuan. Mungkin ada tersembunyi dalam diri seorang petani atau buruh, kesanggupan seorang pujangga, sarjana, pelukis atau pemusik....
Madame Curie yang terpaksa membatasi usaha-usahanya, teristimewa mencurahkan perhatiannya untuk memajukan pemberian-pemberian insternasional di lapangan ilmu pengetahuan.
“Di manakah letaknya kepentingan sesuatu masyarakat?” ditulisnya dalam salah satu laporannya ... Apakah ia tak berkewajiban memberikan dorongan untuk mekarnya panggilan sukma untuk ilmu pengetahuan?” Apakah cukup kekayaannya mengorbankan itu? Menurut pikirannya lebih tepat jika panggilan sukma semacam itu – yang menghendaki beberapa sifat-sifat di jaga dengan baik-baik sehingga tak hidalgn dan diberikan kesempatan baginya untuk tumbuh, karena panggilan sukma itu adalah suatu barang halus dan berharga yang jarang didapat ...”
Akhirnya .... inilah suatu lawan asas yang mengherankan! – ahli ilmu fisika yang untuk dirinya sendiri selalu menolak segala keuntungan duit itu menganjurkan menciptakan semacam “Milik Ilmu Pengetahuan”, dikehendakinya membentuk hak pengarang bagi sarjana-sarjana agar pekerjaan suka rela yang tak memikirkan kepentingan sendiri ini dan dipergunakan untuk dasar perusahaan-perusahaan perindustrian itu, dapat juga memberikan manfaat bagi penciptanya. Diidam-idamkannya bahwa dengan jalan sedemikian dapatlah dicegah sebahagian keadaan papa dilaboratorium-laboratorium.
Hanya sesekali ditinggalkannya lapangan masalah praktis dan ia pergi ke Madrid, dalam tahun 1933, menjadi ketua sebagai pimpinan dalam pembahasan : “Hari kemudian Kebudayaan” yang turut dihadiri para penulis dan seniman dari seluruh dunia; “Pahlawan-pahlawan laksana Don Quichotte kebatinan yang berjuang dengan sia-sia dengan gilingan-gilingan angin.” Seperti dikatakan Paul Valery yang menganjurkan mengadakan pertemuan ini. Semuanya yang hadir terharu melihat martabatnya dan mendengar pendapat-pendapatnya yang jitu itu. Anaggota-anggota permusyawaratan itu berkeluh kesah sambil memperingatkan bahya-bahaya yang tersimpul dalam keinginan meratakan segala-galanya dan menurut pendapat mereka adalah buat sebagian Ilmu Pengetahuan itu juga yang turut bertanggung-jawab untuk “Kemelut Kebudayaan” yang sedang berkecamuk di dunia ini. Alangkah seharusnya mendengar madame Curie – sebagai Don Quichotte yang terbesar di antara pahlawan-pahlawan itu – mempertahankan berusaha dan semangat keberanian, kedua-duanya sifat-sifat yang mengendalikan seluruh hidupnya, dengankeyakinan yang serupa teguhnya tatkala ia dahulu kala bisa memperjuangkan cinta untuk penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan.
“Saya sependapat dengan mereka yang mengatakan bahwa ada tersimpul sesuatu keindahan dalam Ilmu Pengetahuan. Seorang Sarjana dalam laboratoriumnya bukanlah merupakan seorang ahli tehnik saja; ia juga merupakan seorang anak yang berhadap-hadapan dengan keajaiban-keajaiban alam yang merawan hatinya seakan-akan ia mendengar suatu cerita dongengan. Janganlah kita berpikir seolah-olah setiap pertumbuhan ilmu pengetahuan semaa-mata merupakan soal mekanis, mesin-mesin dan roda gigi, ... sekalipun soal-soal itu juga mempunyai keindahannya sendiri.
Perjuangan untuk sesuatu kebudayaan internasional yang menghormati kebudayaan nasional dari perbagai bangsa itu. Mempertahankan pribadi dan akal budi di mana saja ia menjelma. Perjuangan guna “memperteguh nilai maknawi ilmu pengetahuan di seluruh dunia ini” Perjuangan untuk “Penanggalan senjata berdasarkan peri kemanusiaan”, dan untuk perdamaian. Perjuangan-perjuangan semacam inilah dilakukan Madame Curie, walau pun ia tak berharap khayal bahwa ia segera mendpat kemenangan.
Madame Curie menulis kepada Eve, bulan Juli 1929 :
“Menurut pendapat saya adalah usaha dalam lapangan internasional suatu pekerjaan yang sangat beratnya, tetapi kita harus belajar melakukannya dengan jerih payah dan dalam semangat pengorbanan yang sejati dan tulus ikhlas : bagaimana pun kurang sempurnanya usaha-usaha di Geneva itu, ada juga sesuatu keluhuran di dalamnya yang perlu mendapat bantuan.”
Dua, tiga kali ia pergi dalam perjalanan ke Polandia ...
Tetapi, bukanlah dengan maksud beristirahat atau melupakan kesussahannya, maka Madame Curie pergi mengunjungi sanak-saudaranya di sana. Sejak Polandia dimerdekakan kembali, ia diusik pikiran sesuatu rancangan yang mulia : mendirikan sebuah institut Radium di Warsawa sebagai pusat penyelidikan ilmu pengetahuandan pengobatan penyakit pekung.
Tetapi ketegaran hatinya saja belum lah cukup untuk mengatasi segala kesulitan-kesulitan. Polandia yang sedang menyembuhkan dirinya dari perbudakan sebegitu lamanya, adalah negeri yang miskin ; miskin karena tak mempunyai uang dan miskin karena ketiadaan ahli-ahli tehnik. Madame Curie sendiri tak cukup waktunya untuk mengambil  tindakan-tindakan yang perlu dan mengumpulkan uang yang dibutuhkan.
Tentulah tak perlu lagi dikatakan siapa yang bersiap membantunya : Bronia, yang telah bertambah gemuk di sepanjang masa, masih penuh semangatnya dan kegiatannya bekerja seperti tiga puluh tahun yang lalu. Berganti-ganti ia menjadi arsitek, pengusaha dan bendahara ... Dengan segera kelihatan lah negeri Polandia dibanjiri surat-surat tempelan dan perangko-perangko yang memakai gambar Madame Curie. Yang diminta ialah uang – atau lebih tepat  dikatakan : batu bata : “Belilah batu bata untuk mendirikan institut Marya Sklodowska Curie!” begitulah tercantum di ribuan kartu pos bersama-sama dengan suatu kutipan dari salah sebuah naskah sarjana itu : “Hasrta saya yang tertinggi ialah sebuah Institut Radium di Warsawa.”
Gerakan ini mendapat bantuan dari pemerintahan, kota Warsawa dan dari pihak panti-panti pengetahuan yang pertama di Polandia.
Batu bata itu semakin lama semakin banyak jumlahnya ... dan dalam tahun 1925 datanglah Madame Curie ke Warsawa menghadiri upacara meletakkan batu pertama untuk Institut itu.
Cinta seluruh bangsanya mendukung wanita yang dilukiskan seorang yang berpidato dengan mengatakan bahwa ia adalah “Bibit pewara yang pertama dari Seri Baginda Republik Polandia.” Unipersitet-unipersitet dan perguruan-perguruan tinggi yang lain, kota-kota, semuanya menganugerahkan kepadanya gelaran-gelaran kehirmatan yang setinggi-tingginya, sedang marsal Pilsudski daam beberapa hari saja telah bersahabat karib dengan dia.
Pada suatu hari yan disinari cahaya mata hari, diletakkan Presiden Republik batu pertama untuk Institut itu, Madame Curie batu yang ke dua dan presiden Warsawa batu yang ke tiga....
Sewaktu upacara-upacara  ini tidak ada ketakutan yan ditimbulkan kerasmian upacara itu! Bukanlah hanya sebagai kata hormat apabila Kepala Negara, Stanislas Wojciechowski, menyatakan kegembiraannya karena Madame Curie masih dapat mempergunakan bahasa ibunya itu dengan lancarnya, walau pun ia telah bertahun-tahun lamanya pergi dari tanah airnya itu. Bukanlah dahulu Stanislas seorang teman Mania Sklodowska di Paris? Dan Kotarbinski, pelaku tonil yang berusia lanjut dan termasyhur, yang di atas panggung komedi rakyat- penuh padat itu, memuji-muji Madame Curie; dia jugalah yang dahulu kala di Zwola menganyam gubahan bunga untuk Mania sebagai anak gadis yang berria-ria.
Tahun habis ... tahun datang dan batu-batu bata menjadi tembok. Madame Curie dan Bronia belum lagi sampai ke akhir kesukaran-kesukaran mereka : Walau pun mereka masing-masing telah mengorbankan sebagian besar dari uang tabungan mereka untuk usaha itu, amsih ada kesulitannya membeli sebanyak radium yang dibutuhkan untuk pengobatan pekung, karena tak ada lagi uang mereka untuk pembelian itu.
Madadme Curie tak pernah berpantang menyerah berputus asa; dicarinya jalan ke laur dari kesukaran-kesukaran itu dan ia mengingat ke seberang lautan di Barat ... ke Amerika Serikat ... yang telah pernah memberikan bantuannya kepadanya dengan cara yang mengagumkan .. maka diingatnyalah Mrs. Meloney.
Wanita Amerika yang bersifat ksatria ini mengetahui bahwa institut di Warsawa itu sama dekatnya di hati Madame Curie seperti laboratoriumnya sendiri itu. Maka diusahakannyalah sekali lagi mengumpulka uang untuk membeli segram radium – gram ke dua yang dipersembahkan amerika kepada Madame Curie. Maka diulangilah segala yang terjadi dalam tahun 1921 itu! Dalam tahun 1929 di bulan Oktober berangkatlah Madame Curie ke New York : ia datang mengucapkan terima ksihnya atas nama Polandia. Seperti juga dalam tahun 1921 ia dilimpahi tanda-tanda penghormatan. Sepanjang kunjungan ini ia menjadi tamu presiden Hoover dan beberapa hari lamanya ia menginap di Gedung Putih.
“Saya menerima sebuah gajah kecil dari gading yang sangat bagusnya dan sebuah lagi yang lebih kecil” ditulisnya kepada Eve. “Rupanya binatang inilah lambang partai Republik dan Gedung Putih itu penuh gajah-gajah, besar – kecil, dalam segala ukuran, bersatu-satu ayau berkumpul-kunpulan....”
Amerika ditimpa akemelut perekonomian, lebih hebat daripada dalam tahun 1921. Tetapi walau pun demikian penyambutannya tak kurang tulus-ikhlasnya karena itu.
Di hari-harinya diterima sarjana itu ratusan hadiah yang dikirim oleh teman-teman yang tak dikenalnya : bunga-bunga, buku-buku, barang-barang, cek-cek untuk laboratoriumnya, namun ada pula sebuha pemberian dari ahli-ahli ilmu fisika, yaitu, sebuah galanometer, botol-botol berisi “radon” dan contoh-contoh tanah yang jarang didapat. Dengan pimpinan rekannya Owen D. Young dikunjunginya Unipersitet St. Lewrence yang pintu gerbangnya dihiasi dengan sbuah gambaran Madame Curie yang diukir dalam batu. Dihadirinya pula pesta ulang tahun Edison; segala pidato-pidato, bahkan dalam sebuah pesan kommandan Byrd dari Kutub Selatan pun datang memberikan hormat kepada Madame Curie.
Pada tanggal 29 Mei 1932 siaplah usaha pekerjaan bersama dari Madame Curie, Bronia, Dluski dan negara Polandia : dengan dihadiri oleh Presiden Moscicki, seorang rekan dan teman-teman Madame Curie,d an profesor Regaud, bersama-sema dengan Madame Curie, dibukalah dengan segala upacara kebesaran Institut Radium di Warsawa itu. Sejak beberapa bulan telah dibawa ke sana beberapa orang sakit yang diobati dengan terapi Curie.
Inilah penghabisan kalinya Madame Curie melihat Polandia kembali : Jalan-jalan lama di tempat lahirnya, sungai Weichsel yang dahulu dikunjunginya setiap kali ia pergi ke Polandia penuh perasan rindu, hampir dengan perasaan menyesal. Dalam surat-suratnya kepada Eve selalu diulanginya menggambarkan sungai, negeri dan batu-batunya itu, yang mengikatnya dengan suatu gerak-takdir yang bergairah.
“Ada sebuah lagu dari daerah Krakau yang mengatakan bahwa sungai Weichsel itu adalah sutu perairan Polandia yang menawan hati sedemikian rupa sehingga mereka yang menyayanginya itu akan terus menerus mencintainya sampai  ke dalam kubur. Kalau buat saya sduah pastilah kebenarannya ini....”
Di negeri Perancis ...
Berkat kemurahan hati baron Henri de Rotschild di dirikanlah dalam tahun 1928 Yayasan Curie yang mengumpulkan pemberian-pemberian dan bantuan-bantuan sambil menunjang usaha-usaha ilmu pengetahuan dan kedoktoran oleh Institut Radium.
Dalam tahun 1922 dimajukan tiga puluh lima orang anggota Academie de Medecine de Paris kepada rekan-rekan mereka sebuah petisi yang berbunyi sebagai berikut :
“Anggota-anggota yang bertandatangan di bawah ini berendapat bahwa adalah menjadi kehormatan bagi Academie ini apabila Madame Curie dipilih menjadi anggota sebagai tanda berterima kasih untuk peranannya dalam penemuan radium dan cara pengobatan baru, terapi Curie.”
Bunyi petisi ini sangat bresifat repolusioner. Bukan saja karena anggota-anggota Academie ini hendak memilih seorang anggota wanita, tetapi juga karena mereka menyimpang dari suatu kebiasaan dengan memilihnya di luar pencalonan terlebih dahulu, dengan tulus ikhlas. Enampuluh empat orang anggota dari perkumpulan turut menandatangani ikrar ini dengan penuh semangat – dengan cara sedemikian dapat pula mereka memberikan suatu ajaran bagi Academie de Sciences. Calon-calon untuk tempat yang terluang itu pun menyetujui pengangkatan Madame Curie.
Maka pada tanggal 17 Pebruari 1922, dilangksungkan lah pengundian. Presiden Academie, tuan Chauchard, menunjukkan pidatonya terhadap Madame Curie dari mimbar sebagai berikut :
“... Kami menyambut kedatangan Nyonya sebagai seorang sarjana yang besar, seorang wanita yang berhati besar, yang hidup hanya untuk pekerjaannya berbakti kepada Ilmu Pengetahuan; seorang wanita yang mencintai tanah airnya, seorang yang maupun dalam masa perang, baikpun ketika damai, senantiasa menunaikan lebih dari kewajibannya. Hadirnya nyonya di sini memberikan kebaktian suri-tauladan nyonya dan gelora nama nyonya bagi kami. Kami mengucapkan terima ksih untuk itu. Nyonya wanita pertama di Perancis yang menjadi anggota sesuatu Academie; tetapi siapakah yang lain yang sepantasnya mendapat penghormatan semacam ini?”
Dalam tahun 1923, dirayakan Yayasan Curie ulang tahun ke dua puluh lima sejak penemuan Radium. Pemerintah pun turut menghormatinya dan dengan suara bulat diterima kedua Kamar dari parlemen sebuah undang-undang yang memberikan kepada Madame Curie sebagai “Upah Naisonal”suatu pensiunan tahunan sejumlah empatpuluh ribu Franc, yang kelak akan turun-temurun kepada Irene dan Eve Curie.
Pada tanggal 26 Desember, duapuluh lima tahun sejak persidangan Acadime de Sciences, menerima keterangan bersejarah yang ditandatangani oleh Pierre Curie, Madame Curie dan G.Bemont : “Tentang zat radio aktif yang baru yang mengandung pekblenda,” berjejal-jejal khalayak ramai berkumpul di ruangan pertemuan yang besar di Sorbonne. Unipersitet-unipersitet Perancis dan dari luar negeri, berkumpul-perkumpulan ilmu pengetahuan, pembesar-pembesar sipil dan dari ketentraman, Parlemen, Perguruan-perguruan Tinggi. Perkumpulan-perkumpulan mahasiswa, Persurat kabaran, semuanya diwakili oleh uusan-utusannya masing-masing. Di atas podium duduk Alexander Millerand, presiden Republik, Leon Berard, menteri Pendidikan, Paul Appell, Rektor Academie dan Presiden yayasan Curie, beserta profesor Lorentz yang akan berpidato atas nama para sarjana dari luar negeri, sedang profesor Jean Perrin dan doktor Antoine Beclere masing-masing akan mewakili Facultet des Sciences dan Academie di Medecine.
Di antara orangorang termasyhur itu nampak seorang lelaki dengan muka bersungguh-sungguh dan rambut putih besrta dua orang wanita yang berusia lanjut semabil menyapu-nyapu mata : Hela, Bronia dan Yosep daatang dari Warsawa turut merayakan kemenangan Mania itu.
Andre Debiarne, teman sekerja dan sahabat suami isteri Curie dari dahulu kala, membacakan berita-berita ilmu pengetahuan yangmengumumkan penemuan penemuan zat-zat radio aktif. Kepla laboratorium, Institut Radium, Fernand Holweck, dibantu oleh Irene Curie, mempertunukan beberapa percobaan-percobaan denganr adium. Presiden Republik menyerahkan pensiunan itu kepada Madame Curie....
Sebagai pembicara yanag terakhir berdirilh Madame Curie yang disambut para hadirin dengan tepuk sorak yang bergemuruh. Dengan suara perlahan-lahan diucapkannya terima kasih kepada semua orang yang memberikan penghormatan ini kepadanya dan diusahakannya supaya jangan ada yang dilupakannya. Diperingatinya seorang yang tak dapat hadir lagi – Pierre Curie. Sesudah itu ia meninjau hari kemudian, buka hari kemudiannya sendiri, yang tak berjangka panjang itu lagi, akan tetapi ditinjaunya hari kemudian Isntitut Radium yang diharapkannya mendapat bantuan dan sokongan psepenuhnya.
Bagi saya timbul dari sebanyak kenang-kenangan pesta-pesta dan perayaan-perayaan itu suatu bayangan : muka ibu saya, letih lesu, tak bercahaya dan hampir-hampir tak memperdulikan apa-apa.
Sekali pun bersifat jujur terahdap kemegahan, tak pernah ia berhasil mendamaikan dirinya dengan kemegahan itu.
“Saya berjauhan dari engkau” ditulisnya tatkala ia sedang berjalan, “Saya dijadikan sasarn berbagai pidato-pidato yang tak saya sukai atau hargai, karena terlampau payah, saya karenanya – lagi pun hari ini saya agak murung hari ini.
Di Berlin berkumpul di stasiun khalayak ramai yang berlari kian kemari dan berteriak-teriak menyambut ahli jotos Dempsey yang gkeluar dari kereta api yang saya tumpangi itu juga. Ia sangat puas hati nampaknya.  Apakah sebenarnya ada pebedaan menyurak-nyurak kedatangan Dempsey atau saya? Bagi saya menyurak-nyurak kedatangan seorang siapapun juga adalah merupakan perbuatan yang tak dapat saya pujikan. Tetapi walau pun demikian tak dapat saya memikirkan bagaimana mencegah semacam ini dan juga saya tak tahu apakah mungkin dibenarkan seorang manusia ditukar-tukar dengan saran yang dianutnya....”
Dengan kata-kata berputus asa diucapkannya bantahannya terhadap “penguburan yang terlamapu cepat dilaksanakan” yang disebut “ Kemegahan”.
“Bila mereka bicara dengan saya tentang  “pekerjaan bagus yang saya wujudkan itu” maka saya mendapat sensasi seolah-olah saya telah meninggal dunia. Kadang-kadang saya pikir bahwa mereka tak suka kalau saya menghilang seluruhnya supaya mereka dapat memuja-muja saya dengan tak diganggu-ganggu.”
Kesan yang mengagumkan yang disebabkan perawakannya dengan pakaian hitamnya dan tak bergeerak-gerik itu sebenarnya adalah karena khalayak ramai itu tidak bertemu rohani dengan Madame Curie.
Ada orang-orang dipuja-puja yang lebih menarik hati, lebih menawan hati, bahkan lebih termasyhur dari Madame Curie, akan tetapi barangkali tak seorang pun di antara mereka yang menunjukkan muka yang tak berseri-seri, tak bercahaya seperti Madame Curie.
Dalam tepuk sorak yang gemuruh laksana angin taufan tak ada seorang yang lebih sepi perasaanya dari Madame Curie.
BAB. XXV : ILE  SAINT  LOUS
Apabila madame Curie kembali dari suatu perjalanan, maka datanglah salah seorang dari anak-anaknya menjemputnya dari stasiun kereta api. Dari jauh telah dicobanya melihat-lihat apakah tak nampak di belakang jendela kereta mewah seorang wanita berpakaian papa dan senantiasa kelimpahan pekerjaan seperti madame Curie akan tetap kelihatan sampai hari akhirnya. Wanita pengembara itu selalu memegang sebuah tas besar dari kulit merah tua yang diberikan perkumpulan wanita Polandia kepadanya dahulu kala. Tas itu jendol kepenuhan surat-surat, portepel-portepel dan tempat-tempat kaca mata. Dibawah lengannnya nampak kembang-kembang yang telah layu: karangan bunga sembarangan yang dipersembahkan kepadanya di tengah jalan ini mengganggunya, tetapi sayang dirasanya membuangnya.
Bersama-sama anaknya yang mengambil bebannya itu dari dia, dinaikan tiga buah tangga ke rumahnya di Ile Saint Lousi, karena pesawat listrik naik tangga belum ada di rumah itu. Sedang diperiksanya surat-surat yang datang, dikeluarkan Eve pakaian-pakaian ibunya itu dari kopornya.
Di antara pakaian-pakaian biasa itu dilihatnya lencana-lencana sesuatu doktorat “honoris causa” yang baru, kotak-kotak didsepuh emas berisi bintang-bintang, beberpa gulungan perkamen dan – inilah yang tertinggi harganya – daftar nama-nama makanan yang dihidangkan di jamuan-jamuan yang disimpan madame Curie dengan seksama, karena gambang sekali mencoret-coret perhitungan-perhitungan ilmu fisika dan ilmu pasti dibelakangnya!
Sesudah itu dikeluarkannya dari kertas pembungkus yang berisik : buah tangan untuk Irene dan Eve dan “kenang-kenangan” yang dibeli madame Curie selama perjalanannya. Barang-barang itu dipilihnya karena ganjilnya dan sederhnanya. Dengan segera barang-barang gitu dipergunakan dalam rumah tangga mereka. Potongan-potongan kayu yang telah menjadi batu karena kunonya dari Texas dipakai sebagai penekan kertas; keris-keris yan ditatah dari Toledo dipergunakan untuk menyisik halaman-halaman kitab-kitab ilmu pengetahuan, kain-kain linen yang disulam oleh penduduk pegunungan berbangsa Polandia dipakai menjadi tutup meja. Baju-baju berwarna hitam kepunyaan madame Curie dihias dengan perhiasan-perhiasan kecil yang dibawanya dari Grand Canyon. Potongan-potongan perak yang beum ditempa berukiran kilat oleh bangsa Indian, dengan gespernya dari batu granat berasal dari Bohema, kalung dari emas kendari dan peniti dari batu ametis kuno yang sangat bagusnya. Hanya itulah permata yang pernah dimiliki ibu saya. Saya taksir harganya itu semuanya tak lebih dari tigaratus franc.
Sangat ganjilnya ruangan di jalan de Bethune itu di Ile Saint Louis –s angat luasnya, tak berapa perabotnya, dengan gang-gang dan tangga-tangga yang terlampau banyaknya. Di sinilah selama duapuluh dua tahun lamanya madame Curie berdiam selam hidupnya itu. Ruangan-ruangan besar dan mengagumkan itu dari abad Lodewijk XIV dihiasi dengan kursi-kursi tangan dan bangku-bangku besar yang sepantasnya untuk ruangan-ruangan itu, sepadan dengan luasnya dan bentuknya. Perabot-perabot dari kayu mahoni ditempatkan di sini-sana sebagai peninggalan mendiang doktor Curie dalam salon besar yang cukup luasnya untuk limapuluh orang, padahal biasanya tak lebih dari empat orang saja di sana. Lantai parketnya yang licin itu mengeluh setiap kali orang penghuninya melangkah. Tak ada perabot rumah yang disalut kain beludru, tak ada tabir-tabir; jendela-jendela yang tinggi itu hanya memakai kain jendela dari renda yang jarang, sedang tutup jendela selalu terbuka. Madame Curie membenci tirai, yang disukainya adalah lantai yang berkilat-kilat dan kaca jendela yang tak dihiasi sehingga sinar matahai dapat masuk selua-luasnya. Pemandangan keluar sangat permainya dan dari jendela-jendela itu, dapat dilihatnya sungai Saine, pangkalan-pangkalan dan di sebelah kanan banjar kota yang sangat digemarinya itu. Beberapa waktu lamanya ia terlampau miskin sehingga tak sanggup ia memperlengkapi rumahnya itu dengan perabot-perabot yang bagus. Sekarang tak ada lagi keinginannya menghiasi rumah itu dan tak ada pula kesempatannya mengadakan perubahan-perubahan di lingkungannya yang muram itu; sampai hari akhirnya inilah merupakan bingkai hidupnya sehari-hari. Tetapi walau pun demikian lambat laun telah banyak pemberian-pemberian diterimanya menghiasi bilik-bilik yang kosong itu. Lukisan-lukisan kembang-kembang dengan cata air yang dikirimkan seorang penggemarnya yang tak dikenalnya, menghiasi dinding rumahnya itu, selain dari itu sebuha jambangan berwarna biru muda dari Kopenhag – yang terbesar dan merah tua sebagai pemberian dari sebuah kilang dari Rumania, sebuah pot dari perak penuh ukiran-ukiran bersemarak ... Barang-barang satunya yang dibeli madame Curie ialah sebuah piano yang besar untuk Eve; berjam-jam lamanya anak gadis itu melatih jari-jarinya di piano itu dengan tak pernah didengarnya ibunya itu mengeluh keingaran permainannya itu.
Dari ibunya diwarisi Irene sifat sembarangan dan sampai hari kawinnya ia merasa betah dalam ruangan yang tak ada hiasannya ini. Tetapi Eve berdaya upaya menghiasi kamarnya sendiri yang besar itu – kerap kali dengan tak memuaskan hatinya – dan setiap kali diubah-ubahnaya perlengkapannya selaras dengan keadaan keuangannya. Bilik yang satu-satunya bergelora sedikit di rumah itu ilaha ruangan bekerja untuk madame Curie dengan potret Pierre Curie, lemari-lemari buku, beberapa perabot-perabot tua.
Rumah yang dipilih madame Curie dari sebanyak yang lain-lain karena sepinya, menjadi yang tergemuruh di seluruh dunia. Permainan piano, bunyi gemerincing yang nyaring disebabkan peswat tilpun yang telah tua, kejar-kejaran seekor kucing hitam yang suka berlari-lari di gang-gang rumah itu dan gneta pintu rumah itu, semuanya ini berkumandang di antara tembok-tembok rumah itu.
Sebelum jam delapan, pagi-pagi telah terdengar kesibukan seorang pelayan dan madame Curie melangkah dengan perlahan-lahan. Jam sembilan kurang seperemepat, berhentilah sebuah mobil di depan rumah itu dan memberikan tanda tiga kali dengan klaksonnya. Dengan tergopoh-gopoh diambil madame Curie topi dan mantelnya dan berlari-lari dengan tergesa-gesa ke bawah menuju laboratorium yang telah menunggu-nunggu kedatangannya.
Berkat pensiunan dari pemerintah dan tunjangan dari beberapa orang-orang pemurah hati bangsa Amerika, tak perlulah ia lagi memikirkan kesukaran-kesukaran hidup sehari-hari. Penghasilan madame Curie telah mencukupi sehingga dapatlah ia hidup bersenang-senang, tetapi jarang sekali dipergunakannya kemungkinan itu. Tak pernah ia membiasakan dirinya diladeni seorang pelayan dan tak pernah disuruhnya supirnya menunggu lebih dari beberapa menit dengan tak menimbulkan perasaan bersalah. Apabila ia masuk sebuah toko bersama-sama dengan Eve, maka bukanlah harga barang-barang yang dipentingnkannya, tetapi dengan sendirinya diunjuknya dengan jari-jarinya bergemetar itu kepada pakaian-pakaian yang termurah dan topi yang sesederhananya : hanya itulah yang disukainya.
Hanya jika ia hendak membeli tanam-tanaman, batu-batu dan rumah-rumah beristirahat disuruh bikinnya : sebuah di Larcouest dan sebuah lagi di Perancis Selatan. Berhubung dengan usianya sekarang dipilihlah hawa yang lebih panas dari di Bretagne itu. Yang digemarinya sekarang ialah tidur-tiduran berselimut langit di beranda rumah  istirahatnya di Cavalaire, memandangi teluk dan pulau-pulau dekat  Hyeres dan memelihara tanam-tanaman eukalip, mimosa dan cypres dalam tamannya. Dua orang temannya, dua orang tetangganya, yaitu madame Sallenave dan mademoiselle Clemant, kagum melihat pandainya madame Curie berenang.
Telah bertahun-tahun diidam-idamkannya meninggalkan kota Paris dan seperti dulu kala tinggal di sceaux di musim dingin. Telah dibelinya sebidang tanah di sana dan telah disebutkannya hendak mendirikan sebuah rumah di tempat itu, tetapi tak pernah diambilnya suatu keputusan yang tegas. Maka setiap hari pulanglah ia sewaktu makan siang dari laboratorium melewati jembatan Tournelle dengan melangkah ringan seperti dahulu kala, menuju rumahnya di Ile Saint Louis dan menaiki tangga-tangganya dengan terengah-engah.
Pada suatu hari dalam tahun 1926 diberitahukan Irene dengan tenang kepada inu dan adiknya bahwa ia telah bertunangan dengan Frederic Juliot, pekerja yang sebaik-baiknya dengan bersemangat yang meluap-luap di Institut Radium. Berita ini menggemparkan seluruh rumah itu. Seorang lelaki, seorang pemuda, dengan sekonyong-konyong datang menerobos di rumah yang selama ini hanya dihuni oleh tiga orang kaum wanita dan hanya sebagai kecualian datang bertamu ke sana beberapa orang kepercayaan – Andre Debierne, Maurice Curie, suami isteri Perrin, laki bini Borel dan suami isteri Maurain.
Mula-mula pengantin baru itu tinggal di jalan de-Bethune dan kemudian mereka pindah ke rumah sendiri. Madame Curie besenang hati melihat anaknya itu beruntung tetapi ia merasa menyesal juga karena tak dapat lagi ia hidup setiap detik bersama-saa dengan teman sekerjanya itu. Hanya dengan susah payah dapat disembunyikannya perasaan rohaninya yang telah goyah itu. Akan tetpi tatkala dikenalnya Frederic Joliot (muridnya dahulu dan sekarang menjadi menantunya) lebih baik berkat pergaulan mereka sehari-hari, maka dilihatnyalah sifat-sifat luar biasa dalam anak muda yang fasih ldiah itu, penuh kegiatan bekerja. Maka dihargainyalah menantunya itu dan diinsyafinya bahwa sebagusnyalah seperti yang telah kejadian sekarang. Sekarang bukan seorang saja, tetapi dua orang pembantu dapat memikirkan kesusahan-kesusahannya dan memperbincangkan penyelidikan-penyelidikannya yang sedang di kerjakannya; mereka diberikan petunjuk-petunjuk – bahkan juga memberikan nasihat-nasihat dan memajukan saran-saran yang baru. Suami isteri Joliot itu dengan sendirinya membaisakan empat kali seminggu makan siang di rumah madame Curie.
Maka berakap-cakaplah mereka, seperti dahulu antara madame Curie dan Irene, di sekitar meja bundar tentang ilmu fisika dan matematika.
Apakah ibu tak pergi ke laboratorium?
Mata abu-abuan yang sejak beberapa tahun dilindungi kaca mata berpinggir tanduk itu memandang Eve dengan lemah lembutnya.
“ya, nanti. Tetapi terlebih dahulu saya perlu pergi ke Akademi Kedokteran dan karena sidangnya baru jam tiga mulai, saya pikir masih sempat saya ... Ya, saya pergi sebentar ke pekan bunga ... dan mungkin juga ke Jardin de Luxembourg sebentar.
Telah tiga kali berbunyi klakson mpbil Ford di muka rumah itu. Beberapa menit kemudian maka madame Curie memilih tanam-tanaman untuk tamannya di laboratorium dan dibungkusnya dengan seksama dalam kertas surat kabar sambil meletakkannya di bangku mobilnya.
Orang-orang penjual bunga semuanya mengenal madame Curie, walau pun tak pernah ia masuk dalam toko kembang. Saya tak tahu gerak takdir mana atau kebiasaan mana dari jaman miskinnya itu yang menyebabkan madame Curie tak menyukai bunga-bunga yang mahal harganya. Jena Peerin, temannyayang paling periang dan terbanyak perhatiannya terhadap madame Curie kerap kali datang ke rumahnya itu dengan membawa bunga-bunga yang sangat banyaknya bagi sarjana itu. Tetapi madame Curie memandang-memadang dengan heran dan agak isin ke arah anyer-anyer yang besar dan bunga mawar yang indah itu, seakan-akan ia mengamat-amati intan permata ...
Setengah tiga. Mobil Ford itu telah tiba dekat pagar Taman Luxembourg dan madame Curie telah turun dari kendaraan itu. Dengan tergesa-gesa ia pergi ke tempat yang dijanjikan, “dekat singa di sebelah kiri”. Di antara ratusan anak-anak yang bermain-main di taman itu ada seorang anak gadis kecil yang segera berlari-lari menemuinya setelah dilihatnya madame Curie datang : Helene Juliot, ana Irene. Nampaknya madame Curie seorang nenek yang tak riuh sifatnya, akan tetapi banayk dibuangnya waktu dan ia berjalan keliling agar ia berkesempatan berbicara sebentar dengan anak kecil ini yang bertanya dengan tegas kepadanya : “Mau ke manakah nenek?” mengapakah tak tinggal nenek bersama-sama saya di sini?
Jam di gedung Senat telah menunjukan jam tiga kurang sepuluh menit. Ia harus meninggalkan Helene dan main-mainnya. Di ruang persidangan di jalan bonaparte ia duduk seperti biasa dekat sahabat lamanya doktor Roux. Sebagai seorang wanita satu-satunya di antara enampuluh orang-orang rekan lelaki yang dipuja-puja, turut madame Curie mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan Academie de Medecine.
“Oo, alangkah letihnya saya... !
Hampir setiap malam diucapkan madame Curie keluhan ini dengan muka pucat dan kurus karena letih lesunya serta menjadi tua. Telah larut malam ditinggalkannya laboratorium, jam setengah delapan, kadang-kadang jam delapan. Ia pulang dengan mobilnya, tetapi tanggayang tiga buah itu lebih tinggi lagi dalam perasaannya dari seperti biasa. Telah dipasangnya cenelanya dan sebuah baju panas menutupi bahunya. Dengan tak ada tujuan tertentu mondar-mandirlah madame Curie di rumah itu menunggu pelayannya datang memberitahukan bahwa makanan telah siap. Menjelang malam hari ini, rumah itu bertambah sunyi.
Tak ada gunanya anaknya mengatakan kepadanya : “Ibu bekerja terlampau banyak. Seorang wanita berumur enampuluh lima tahun semacam ibu ini tak sanggup dan tak boleh bekerja seperti ibu ini, sampai duabelas, empatbelas jam sehari. Eve mengetahui bahwa sebenarnya tak dapat ibunya bekerja kurang dari sebanyak itu dan bahwa sekiranya pun madame Curie berkurang kerjanya, adalah itu akan berarti bahwa kesehatannya telah mundur lagi. Yang dapat diharapkan anak gadis itu hanyalah supaya ibunya masih lama lagi dapat bekerja selama empatbelas jam sehari.
Sejak Irene tak berdiam di rumah di jalan de Bethune itu lagi, maka Eve makan bersama-sama dengan ibunya. Seribu satu kejadian-kejadian sehari-hari itu masih mengikat pikiran madame Curie sehingga tak tertahan ia membicarakannya dengan anaknya itu. Setiap malam ditimbulkan ucapan-ucapannya itu suatu bayangan yang mengharukan, penuh rahasia pekerjaan di laboratorium yang meminta perhatiannya seluruhnya. Eve biasa mendengar dengan nama-nama alat-alat dan pesawat-pesawat yang tak akan pernah dilihatnya – seperti juga pembantu-pembantu  ibunya yang berbicara tentang mereka dengan perasaan ramah, bahkan hampir lemah lembut, dengan kata-kata sifat dan keta pengganti orang : “Saya sangat senang hati melihat Gregoire “Saya”. Memang saya tahu bahwa ia sangat cerdiknya! (dan sehabis menyendok supnya) : “Cobalah pikirkan, hari ini saya bertemu dengan murid Tionghoa “ saya” di ruangan ilmu fisika. Kami berbicara dalam bahasa Ingris dan tak putus-putusnya kami bercakap-cakap itu : Di negeri Tiongkok dianggap tak pantas membantah-bantah orang lain dan kalau saja mengajukan sesuatu teori yang tak disetujuinya ia tetap dengan hormat mengatakan bahwa saya benar. Maka haruslah saya terka apakah ada yang tak disetujuinya! Berhadapan dengan murid-murid saya dari Timur, saya malu karena saya kurang sopan santun! Mereka lebih halus budi pekertinya dari kita ... (dan  sewaku makan kompot) : “hai, Eve,  kita undang lah sekali murid bangsa Polandia “saya” ke ruah kita ini. Saya takut ia sangat sepi perasaannya di Paris ...
Di Institut Radium yang merupakan menra Babel itu silih berganti pekerja-pekerja dari pelbagai kebangsan. Di antaranya itu senantiasa ada seorang bangsa Polandia. Apabila madame Curie tak berhasil mengusahakan supaya salah seorang kawan se negerinya mendapat bursa dengan tak merugikan bagi seorang calon yang lebih pintar, maka ia sendiri lah yang membayar pelajaran anak muda dari Warsawa yang tak akan pernah mengetahui kebajikan madame Curie ini. Maka dengan tiba-tiba ia berhenti berbicara dan dilepaskannya bagan pikiran paksa. Sambil berpaling ke anaknya itu ia berkata dengan suara yang berlainan bunyinya : “Tetapi ceritakanlah, nak, bagaiana sekarang keadaan di dunia ini?
Segala-galanya dapat dibicarakan dengan madame Curie, bahkanm dan terlebih-lebih lagi dikehendakinya soal-soal yag seolah-olah mengneai kanak-kanak. Jikalau Eve denga senang hari bercerita bahwa “pukul rata” telah dicapainya dengan mobilnya itu tujupuluh kilometer sejam maka dapatlah itu difahamkan madame Curie. Ia sendiri suka menjalankan motornya itu, tetapi senantiasa dengan hati-hati. Walau pun demikian diikutinya keuletan-keuletan mobilnya itu! Mendengar cerita-cerita tenetang cucunya. Helene, kata-kata lucu yang diucapkan anak itu, menyebabkannya kadang-kadang ketawa terbahak-bahak seakan-akan ia masih seorang anak gadis muda remaja.
Juga digemarinya membicarakan soal-soal politik, walau pun ia tak pernah ia berlebih-lebihan dalam perasaannya tentang hal-hal semacam ini. Pendiriannya ialah pendirian liberal. Apabila oran-orang bangsa Perancis berkata kepadanya bahwa diktator itu lebih baik, maka dengan perlahan-lahan dijawabnya : “Saya telah mengalami penghidupan di bawah pemerintah yang bersifat pemerasan, tuan tidak. Karena itu tuan tak dapat merasai sepenuhnya bagaimana nikmat kemerdekaan itu ... Mereka yang menghendaki tindakan-tindakan repolusioner, akan menemui tantangan semacam itu juga. “Tak akan dapat tuan memberikan keyakinan bagi saya bahwa ada faedahnya memotong leher Lavosier...
Akan tetapi keberanian dan semangat  wanita Polandia yang berpendirian “Progresionis” masih tetapi tersimpan dalam hatinya. Ia diusik pikiran bahwa Perancis kekurangan rumah sakit dan sekolah-sekolah, bahwa ribuan keluarga hidup dalam rumah-rumah yang tk sehat dan bahwa kaum wanita tak mempunyai hak-hak semestinya.
Madame Curie tak berkesempatan merupakan pendidik yang sempurna bagi anak-anaknya itu, akan tetapi Irene dan Eve mendapat pemberian dari dia yang tak akan dapat dinilai mereka sepenuhnya : anugerah istimewa yang menyebabkan mereka dapat hidup di samping seorang manusia yang luar biasa – luar biasa, bukan karena keahliannya, tetapi berkat peri kemanusiaannya dan penolakannya terhadap segala perbuatan sembrono dan segala kepicikan. Bahkan kebanggaan yang sepantasnya kiranya ditujukan kepadanya, yaitu menjadi suri-tauladan dan bagi orang-orang lain, tak mau ia menerimanya : “Tak ada gunanya hidup tak jamak seperti saya ini, katanya kerap kali kepada kaum wanita yang terlampau rajin memuja-mujanya. “Banyak saya curahkan waktu saya untuk ilmu pengetahuan karen saya mencintainya, akan tetapi yang saya harapkan untuk kaum wanita dan anak-anak gadis ialah supaya mereka sekalian dapat penghidupan yang sederhana dan pekerjaan yang menarik perhatian mereka.
Seaktu makan malam itu pernah juga madame Curie da Eve membicarakan percintaan. Wanita yang rohaninya dirusakkan cara kejam itu, tak bagus padnangannya terhadap gairah besar ini. Ia setuju dengan ucapan seorang penulis bangsa Perancis yang ternama : Cinta itu bukanlah suatu perasaan yang harus dihormati.
“Menurut pendapat saya”, pernah ditulisnya kepada Eve, “seharusnya kita mencari kekuatan dalam usaha mencapai cita-cita; idealisme inilah yang akan membawa keinginan-keinginan dan idam-idaman kita kepada suatu tingkatan yang lebih luhur dengan tak membikin kita menjadi bangga dan congkak; saya pikir juga akan timbul kekacauan jika segala minat hidup bergantung kepada perasaan-perasaan yang mendadak seperti percintaan...”
Pandai benar ia mendengarkan pengakuan-pengakuan, dengan tak menceritakannya kepada orang lain, dengan cara yang sangat sopannya sehingga seolah-olah tak pernah didengarnya itu. Juga dengan segera ia memberi bantuannya kepada sanak saudaranya yang memerlukannya, apabila mereka diancam bahaya atau kecelakaan. Akan tetapi apabila dibicarakan sola percintaan, maka tak pernah dilahirkannya pikirannya tentang ini. Timbangan-timbangan dan pendapt-pendapatnya, senantiasa merupakan pernyataan yang tak mengenai diri dan bagaimana pun jua tak akan dibenarkannya seorang pun menilik ke dalam masanya ayang lampau untuk memungut keterangan atau kenang-kenangan dari situ. Ini adalah suatu lapangan tersembunyi dalam wataknya yang tak boleh dimasui siapa pun juga.
Hanya anak-anaknya itu mengetahui perasaan sedihnya mengingat keadaannya menjadi tua, berjauhan dengan kaka-kakak dan abangnya yang senantiasa disayanginya itu dengan sangat. Mula-mula disebabkan pembuangan dirinya, sesudah itu karena ia menjadi janda, maka telah dua kali ia kehilangan kenikmatan hidup kekeluargaan. Ia menulis surat-surat yang mengnadung duka cita kepada sahabat-sahabat yang terlampau jarang dilihatnya itu, kepada Jacques Curie yang tinggal di Montpellier, Josep dan Hela dan akhirnya kepada Bronia yang hidupnya juga seperti dia telah rusak binasa : anak-anaknya kedua-duanya telah meninggal dunia dan dalam tahun 1930 ia kehilangan suaminya pula, Casimir Dluski.
Madame Curie menulis kepada Bronia pada tanggal 12 April  1932 :
“Bronia sayang, juga saya merasa sedih karena kita terpisah-pisah. Akan tetapi walau pun engkau merasa sepi, masih ada yang dapat menghiburkan hatimu : engkau bertiga di Warsawa dan karena itu dapatlah engkau satu sama lain bersama-sama saling membantu. Percayalah, ikatan setia antara sanak saudara itulah ayng sebaik-baiknya di dunia ini. Saya yang sekarang hidup di luar ikatan itu, tahu bagaimana artinya ketiadaan ikatan ini. Ikhtiarlah menghiburkan hatimu dengan pengetahuan ini dan janganlah lupakan adikmu di Paris ini.”
Apabila Eve sehabis makan malam pergi berjalan ke suatu permainan musik, maka tinggallah madame Curie di rumah dan merebahkan dirinya di bangkunya, sambil melihat anaknya itu sedang berpakaian.
Pendapat-pendapat mereka masing-masing tentang pakaian dan perhiasan wanita sangat bertentangan seperti siang dan malam. Akan tetapi madame Curie telah lama tak berikhtiar lagi supaya pendapatnya yang dituruti anaknya itu. Dari mereka berdua sebenarnya Eve-lah yang memaksanakan pendapatnya kepada ibunya itu dan dengan berulang-ulang memintanya maka terpaksalah madame Curie membeli baju-baju yang baru sebelum yang lama buruk sehingga tak terpakai lagi. Karena itu pertikaian-pertikaian pikiran antara kedua orang wanita itu hanya merupakan soal teori semata-mata dan dengan sabar, bahkan dengan gembira dan melucu dilancarkan ibunya itu kecaman-kecamannya terhadap anaknya.
“Anaknya yang kucinta, alangkah buruknya tumit sepatumu itu! Tak akan sanggup engkau memberikan keyakinan kepadaku seolah-olah kaum wanita dilahirkan untuk memakai jangkungan semacam itu .. Dan mode baru apakah itu, pakaian malam dengan gigir bertelanjang? Leher terbuka masih boleh juga, tetapi punggung yang berkilometer panjangnya tak ditutupi itu! Pertama tak sopan itu dan kedua mungina kau mendapat radang paru karena itu dan ketiga jelek kelihatannya itu; alasan ketiga ini tentu berat juga itu, kalau yang dua lagi itu tak berarti apa-apa bagi engkau! Selaind ari itu sangat bagusnya bajuu itu saya lihat, tetapi terlampau banyak kau memakai pakaian hitam. Hitam tak pantas bagi orang-orang seumurmu ini...
Tetapi yang terpenting ialah saatnya Eve mulai “menghiasi mukanya”. Setelah beberapa lamanya ia berusaha dan sangat puasnya melihat hasil pekerjaannya itu, maka diikutinyalah permintaan ibunya itu yang bertanya secara menyindir : “Baiklah sedikit supaya dapat saya melihat engaku dengan hati yang tertawan! Madame Curie memandangnya secara tak memihak dengan padangan seorang ahli ilmu pengetahuan. Ia tercengang melihatnya.
“Sebenarnya tak ada keberatan saya terhadap mencat-cat muka itu, karena saya tahu bahwa sejak dari dahulu kala telah dibiasakan itu. Di negeri Mesir dari dahulu kala wanita itu memikirkan seribu akal yang lebih hebat lagi... Cuma, inilah dapat saya katakan : Ngeri saya melihatnya. Kau sakiti alismu dan kau cat mulutmu dengan tak ada perlunya sedikitpun.
“Tetapi ibu, memang sepantasnyalah itu. Lebih baik begitu!
“Lebih baik! Dengarlah, untuk menghiburkan hati saya, akan saya cium engkau besok pagi sebelum kau sempat menyapu mukamu lagi dengan kotoran-kotoran itu selama engkau masih di tempat tidurmu. Lebih suka saya melihat engkau sebelum di cat .. Dan, pergilah sekarang, nak-sayang! Selamat malam ... Hai, adakah bukumu buat bacaanku malam ini?
“Tentu ada, apakah yang ibu kehendaki?”
“Tak tahu saya ... buku yang tak menyedihkan hati saya. Jika masih muda seperti engkau ini patutlah dibaca roman-roman yang menyedihkan.
Tak pernah dibacanya lagi buku-buku penulis Rusia, seperti Dostojwski yang dahulu kala dipuja-pujanya itu. Walau pun keinginan-keinginan mereka dalam lapangan kesustraan, berbeda akan tetapi aa juga persamaannya : Kipling, Colette .. Tak jemu-jemunya madame Curie mencari ssantiran keindahan alam yang menghiburkannya itu dalam buku-buku seperti The Jungle, Sido, Kin, Juga ada ribuan kalimat-kalimat syair-syair diketahuinya di luar kepala, sebaras dari buku-buku bahasa Perancis, Jerman, Rus, Ingris dan Polandia...
Dengan buku yang dipilih Eve itu untuk dia, pergilah madame Curie ke kamar kerjanya, ia rebah di kursi malasnya berlapis beludru merah, diletakkannya sebuah bantal di bawah kepalanya dan dibacanya beberapa halaman.
Akan tetapi setengah jam, barangkali sejam sesudah itu, diletakkannya buku itu. Ia berdiri lagi, diambilnya sebuah potelot dan buku tulisnya beserta kitab-kitab kamus ilmu pengetahuan. Seperti biasa ia bekerja sampai jam dua, tiga pagi.
Apabila Eve pulang ke rumah dilihatnya lampu masih terang di kamar ibunya itu.  Ia berjalan terus di gang rumah itu dan masuk ke dalam bilik itu...
Setiap malam itu jugalah pandangan  yang dilihatnya. Madame Curie dikelilingi kertas-kertas, perhitungan-perhitungan dan brosur-brosur duduk di lantai kayu rumah itu. Tak pernah dapat ia membiasakannya bekerja di meja tulis, duduk di kursi, seperti selayaknya bagi “ahli-ahli pikir”. Ia memerlukan tempat yang banyak untuk menyebarkan dokumen-dokumen dan gambar-gambarnya...
Di atas lututnya ada sebuah buku tulis. Di dalamnya itu ditulisnya dengan sebuah potelot tanda-tanda dan rumus-rumus. Mulutnya komat-kamit. Setengah bersuara disebutkannya angka-angka dan bilangan-bilangan. Profesor Sorbonne ini menghitung dalam bahasa Polandia seperti juga enampuluh tahun yang lampau tatkala ia bersekolah di perguruan encik Sikorski.
BAB. XXVI : LABORATORIUM
Apakah madame Curie telah hadir?
“Saya mencari madame Curie, apakah beliau sudah datang?
“Apakah tuan ada yang melihat madame Curie?
Orang-orang lelaki dan perempuan muda yang merupakan bayangan-bayangan putih dalam pakaian laboratorium mereka, bertanya satu sama lain di gang yang harus dijalani madame Curie jika ia hendak masuk Institut Radium. Lima sampai sepuluh orang pekerja-pekerja berkumpul setiap pagi di jalanan itu. “Jika tak terlampau susah bagi beliau” masing-masign dari mereka itu ingin mengajukan pertanyaan, mendapat anjuran atau pimpinan ke jurusan yang sebenarnya. Maka terbentuklah yang dinamakan madame Curie dengan tersenyum sebuah “Sovyet”.
Soyet itu tak perlu menunggu-nunggu lama. Jam sembilan pagi datanglah mobilnya masuk pekarangan di jalan Pierre Curie itu. Di jalan masuk yang bersambung dengan taman itu tiba madame Curie. Dengan perasaan gembira kumpulan orang-orang yang ingin bertanya itu mengerumuninya. Suara-suara bermalu segan memberitahukan bahwa telah dilaksanakan pengukuran ini dan pengukuran itu; diceritakan mereka tentang larutan polonium, sambil dibayangkan : bila madame Curie datang sebentar melihat pesawat Wilson yang kedua akan dilihatnya percobaan yang menarik hati...
Walau pun madame Curie mengeluh karena ini semuanya, akan tetapi sebenarnya ia juga bergirang hati melihat keinginan bertanya dan tanda-tanda tenaga kerja yang setiap permulaan hari bekerja menyongsongnya. Dan sebaliknya dari melarikan diri dan berjalan terus ke kamarnya bekerja, berdirilah ia dengan mantil dan topinya di tengah-tengah teman-temannya bekerja itu. Setiap kali dipandangnya muka yang ingin bertanya itu, maka diingatnyalah sesuatu percobaan yang telah dipikirkannya seorang diri.
“Formier, telah saya pikirkan tentang yang tuan katakan kepada saya .... Saran tuan itu memang bagus, tetapi percobaan yang tuan usulkan itu mustahil dilaksanakan. Ada yang lain saya pikirkan yang pasti akan berhasil. Nanti saya datang membicarakannya dengan tuan. Madame Curie, bilangan manakah nyonya dapat? Apakah nyonya tak salah ketika mengadakan perhitungan itu? Kemrain malam saya hitung kembali dan saya mendapat bilangan yang agak berlainan  sedikit. Tetapi, baiklah  kita periksa nanti...
Tak pernah ia keliru, tak pernha ia bimbang menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka itu. Selama ia bercakap-cakap beberapa menit lamanya dengan slaah seorang dari penyelidik-penyelidik itu, maka terpikatlah segala pikirannya kepada masalah yang dipelajari si penanya itu dan yang diketahui madame Curie hal-hal se kecil-kecilnya. Sebentar sesduah itu ia berbicara dengan murid yang lain tentang soal yang berlainan sekali. Sangat pandainya ia bersenam otak ini! Di laboratorium tempat orang-orang muda sebanyak itu berusaha dengan segala daya upaya adalah madame Curie laksana seorang pentolan main catur yang engan tak melihat papan catur kerap kali sampai tiga puluh atau empat puluh permainan dilakukannnya di luar kepala.
Orang-orang berlalu, memberi hirmat dan kadang-kadang mereka berdiri sebentar. Maka Sovyet itu bertambah besar. Akhirnya duduklah madame Curie di anak tangga dengan tak menghentikan permusyawaratannya itu. Seperti duduknya di sana itu, membungkuk, dari bawah melihat ke murid-muridnya yang berkerumun di dekatnya atau bersandar ke dinding, sekali-kali ia tak menyerupai seorang guru bessar. Akan tetapi....!
Madame Curie lah yang memilih mahasisw-mahasiswa untuk laboratorium setelah diujinya dengans eksama kepandaian-kepandaian mereka. Ia jualah yang baisanya menentukan pekerjaan yang mana mereka harus lakukan. Madame Curie pulalah yang memberikan pimpinan apabila murid-murid itu kandas dalam usaha-usaha mereka dan bertanya kepadanya dengan keyakinan bahwa madame Curie apstilah akan mengetahui kesalahn dalam percobaan mereka itu, dan akan membawa mereka kembali ke jalan yang sebenranya...
Dalam empat puluh tahun bekerja di lapangan ilmu pengetahuan, telah banyak dikumpulkan pengalaman-pengalaman oleh sarjana yang berambut putih itu. Ilah yag merupakan daftar karangan dan daftar buku-buku yang bernyawa : semua pengumuman-pengumuman dalam lima bahasa yang dikenalnya dengan fasih itu telah dibacanya yang berkenaan dengan percobaan-percobaan yang biasanya dilakukan di Institut Radium itu. Selaind ari itu ia mempunyai suatu anugerah yang sangat penting artinya : akal budi. Teori-teori yang samar, dugaan-dugaan yang menawan hati tetapi merupakan khayal seperti dimajukan beberapa orang dari murid-muridnya itu, selalu menemui bantahan dalam matanya yang bersinar-sinar dan bagus itu dan dibuntukan oleh pikirannya seperti besi itu. Alangkah senangnya perasaan jika bekerja dengan pimpinan semacam itu, di bawah seorang yang serentak berani dan berhati-hati!.
Lambat laun bubarlah perkumpulan yang mengadakan pertemuan tadi di gang itu. Mereka yang telah mendapat petunjuk dari madame Curie untuk pekerjaan pada hari itu, tergesa-gesa pergi melaksanakannya dan madame Curie sendiri berjalan bersama-sama dengan salah seorang dari mereka sampai ke pintu ruangan ilmu fisika atau ruangan ilmu kimia dan melanjutkan percakapan mereka itu, sambil berdiri di muka sesuatu pesawat...
Akhirnya, sampailah ia ke laboratoriumnya sendiri dengan tak ada lagi yang mengikutinya. Dipakainya pakaian bekerjanya dan mencurahkan segala perhatiannya kepada percobaannya sendiri.
Tetapi tk lama ia bekerja dengan tak ada gangguan. Pintu kamarnya itu diutik-utik salah seorang dari para penyelidik masuk ke dalam dengan kertas-kertas tertulis di tangannya. Di belakangnya menyusul seorang yang lain. Setiap hari Senin Acadimie des Sciences mengadakan rapat mingguannya dan mereka yang akan menyerahkan berita-berita kepada akademi itu pada petang hari, datang membawa karangan mereka ke hadapan madame Curie yang akan memeriksanya.
Guna membaca surat-surat itu semuanya pergilah madame Curie ke sebuah bilik kecil yang sangat terangnya dan bagi orang luaran tak akan merupakan kamar bekerja seorang sarjana yang termasyhur. Meja tulis dari kayu Eik, sistem pendaftaran dengan kartu, lemari-lemari buku, mesin tulis yang telah tua, sebuah kursi berlapis kulit seperti ratusan yang lain, ini semuanya meberikan suasana yang tak terlukis. Diatas meja tulis itu terletak di smaping himpunan-himpunan brosur-brosur sebuah temat tinta dari pualam, sebuah piala yang penuh dengan potelot-potelot yan tajam dan sebuah barang kesenian sebagai persembahan sesuatu perkumpulan mahasiswa. Akhirnya sebuah buyung berasal dari Ischia berwarna merah tua dan sangat bagusnya.
Kadang-kadang, diberikan mereka yang akan menyerahkan catatan-catatan pada Academie, tulisan-tulsian itu kepada guru mereka dengan tangan gemetar karena terharunya. Penulis-penulisnya mengetahui bahwa pertimbangan madame Curie bukanlah main-main, akan tetapi sangat beratnya! Menurut pendapat madame Curie tak pernah laporan itu cukup jelasnya, tak pernah cukup sempurnanya. Dicari-carinya bukan saja kesalahan-kesalahan tehnik, tetapi kalimat-kalimat banyak yang digantinya dan banyak eksalahan-kesalahan dalam gaya bahasa diperbaikinya ... “Begini bolehlah dimajukan ini, katanya kepada sarjana muda yang setengah mati jika diterimanya kembali pekerjaannya itu.
Tetapi jika sebaliknya pekerjaan seorang murid telah memuaskannya, maka senyumnya dan kerkataannya : “bagus sekali ini, inilah yang sempurna! Merupakan penghargaan yang setinggi-tingginya untuk segala daya upaya ahli ilmu fisika itu dan seolah-olah memberikan sayap terbang baginya pergi ke laboratorium  profesor Perrin. Telah jadi kebiasaan : dialah yang menyampaikan berita-berita Institut Radium itu kepada Academie.
Jean Perrin itu jugalah yang menegaskan kepada siapa saja yang ingin mendnegarnya : “ Madame Curie bukan saja seorang ahli ilmu fisika yang termsyhur, tetapi ia merupakan kepala laboratorium yang sebaik-baiknya yang pernah saya temui.
Apakah rahasia kelanjutannya itu? Di luar dan di atas segala-galanya cintanya yang luar biasa untuk Institut itu. Ialah pengabdi yang setia dan pelindugn yang jamak bagi gedung yang disayangi madame Curie itu. Diusahakannya dengan segala daya upaya mendapat zat-zat radio aktif yang diperlukan untuk melakukan percobaan-percobaan besar.
Beberapa hubungan ramah-tamah antara madame Curie dan pimpinan pertambangan Belgia Union Minere du Haut Katanga, senantiasa berakhir secara demikian : Union Miniere mengirim dengan Cuma-Cuma kepada madame Curie ampas berton-ton banyaknya dan ia pun dengan gembiranya menarik zat yang dikehendakinya itu dari ampas yang diterimanya itu.
Dari tahun ke tahun diperkayanya laboratoriumnya itu. Bersma-sama dengan Jean Perrin dikunjunginya segala kementerian meminta bantuan dan bursa pelajaran. Karena ia “madame Curie” maka sudilah tuan-tuan yang memegang kekuasaan semasa itu mendengarkannya. Secara demikian diterimanyalah dalam tahun 1930 bantuan yang luar biasa untuk penyelidikan ilmu pengetahuan sejumlah limaratus ribu franc.
Kadang-kadang, letih dan dihina oleh tindakan-tindakan yang terpaksa dilakukannya itu, dilukiskannya kepada Eve bagaimana ia menunggu-nunggu di ruangan tamu dengan gugup dan akhirnya ia berkata dengan tersenyum – Nanti akan tiba saatnya kami diusir dari sana sebagai seorang-orang minta-minta!
Dengan pimpinan penunjuk jalan mereka yang tegas itu dipelajari para penyelidik di laboratorium Curie itu satu persatu lapangan-lapangan yang belum dikenal tentang radio aktif. Dari tahun 1919 sampai tahun 1934 diterbitkan empatratus delapan puuh tiga pengumuman-pengumuman ilmu pengetahuan, di antaranya ada tiga puluh empat disertasi dari ahli-ahli ilmu kiia dan ahli-ahli ilmu fisika dari Institut Radium itu. Tigapuluh satu buah pengumuman adalah berasal dari madame Curie.
Walau pun jumlah persennya sangat tingginya, perlu ditambah penjelasan sedikit. Dalam masa terakhir ini barangkali telah terlampau banyak ia berkorban untuk hari kemudian dan kebanyakan dari waktunya dipergunakannya untuk pekerjaannya sebagai kepala, sebagai pemimpin. Alangkah lebih banyak lagi dapat diciptakannya pekerjaan membina dalam lapangan penyelidikan, sekiranya ia seperti orang-orang muda yang mengelilinginya itu, dapat mempergunakan setiap menit untuk penyelidikan? Dan siapakah yang dapat mengatakan bagaimana besarnya dan dipimpinnya itu dari taraf yang satu ke taraf yang lain?
Tetapi ia tidak bertanya-tanya sedemikian. Ia bergebira melihat kemenangan-kemenangan yang dicapai regunya tiu dan gedung berseluk yang tidak dinamakannya laboratorium “saya”  tetapi dengan suatu peralihan kebanggan yang tak kenyataan disebutkannya : Laboratorium..
Perkataan itu diucapkannya seolah-olah tak ada laboratorium yang lain di dunia ini.
Sifat-sifat kejiwaan dan kemanusiaan menyebabkan sarjana yang seorang diri itu, merupakan seorang yang dapat memberikan ilham kepada sesama manusia. Walau pun madame Curie dalam pergaulan tak suka tawar menawar, dapat juga ia memikat hati para pembantunya yang bertahun-tahun sesudah dikenalnya, masih ditegurnya dengan “Encik” atau “Tuan”. Juga pegawai rendahan di laboratorium itu dan tukang-tukang seolah-olah termanterai karena dirinya. Apabila diambilnya seorang supir sendiri, maka Georges Boiteux yang serentak menjadi ahli mesin, supir dan tukang kebun sambil mengerjakan pekerjaan kasar, menangis memikirkan bahwa untuk seterusnya orang lain lah yang akan membawa madame Curie setiap pagi dari jalan Pierre Curie ke jalan de Bethune. Perasaan kasih sayang yang jarang sekali ditunjukkannya, mengikatnya kepada mereka yang berjuang bersama-sama dengan dia. Jarang say lihat ibu saya lebih berduka cita dari pada di bulan Agustus 1932, keetika didengarnya kematian dengan tiba-tiba dari salah seorang muridnya yang amat disayanginya.
“Saya sangat berduka cita tatkala saya tiba di Paris”, tulisnya. Ahli ilmu kimia yang masih muda itu, Raymond, yang saya sayangi itu, telah tenggelam ketika mandi di sungai de Ardeche. Saya bingung memikirkan hal ini. Ibunya menulis kepada saya bahwa masa anaknya itu bekerja di laboratorium ini, itulah masa sebagus-bagusnya dalam hidupnya. Tetapi aalah gunanya itu kalau  begini akhirnya? Hidup semuda itu, jang menawan hati sedemikian rupa dan tabiat-tabiat sebagus itu beserta anugerah rohani yang uar biasa itu – semuanya ini hilang karena mandi di air dingin dengan akibat yang kejam ini.”
Apabila salah seorang pembantunya mendapat ijazah, menulis disertasi, mendapat hadiah, maka diadakanlah jamuan teh sebagai penghormatannya di laboratorium itu. Di waktu musim panas dilakukan perayaan itu di taman di bawah pohon-pohon, tetapi di musim dingin semuanya berlangsung dalam ruangan terbessar di laboratorium itu, yakni diperpustakaan, yang gemerincing suara perabot minuman teh. Alangkah ganjilnya perabot teh itu! Piala-piala dari gelas merupakan cangkir teh dan gelas anggur sampanye, sedang pengaduk-pengaduk dipakai sebagai sendok teh. Maahsiswa wanita meladeni dan menyuguhkan juadah kepada teman-teman mereka, kepala-kepala dan pegawai-pegawai. Di antara yang hadir itu nampak juga Andre Debiarne yang memimpin ceramah-ceramah di Institut Radium, kepala pengusaha Fernand Holwick dan madame Curie, riang dan berbicara sambil melindungi gelasnya berisi terh terhadap keriuhan di sekitarnya.
Maka, dengan tiba-tiba semua orang diam. Madame Curie mengucapkan selamat kepada yang menang itu. Dengan kata-kata yang tulus ikhlas dipujinya pekerjaanorang itu dan diperingatkannya kesulitan-kesulitan yang harus diatasinya. Kata-kata yang ramah tamah disambut dengan tepuk sorak, tatkala diucapkannya beberapa kata-kata terhadap orang tua phlawan hari itu atau pun – kalau yang dirayakan itu seroang bangsa asing – terhadap tanah arinya yang jauh itu – Sekembalinya di tanah air tuan yang saya kenal itu  dan yang menyambut kedatangan saya di sana dengan tulus ikhlas, saya harap supaya tuan menyimpan kenang-kenangan yang indah dari Institut Radium ini. Tuan telah sempat melihat bahwa kami bekerja keras dan bahwa kami selenggarakan sebanyak mungkin menurut tenga kami...
Ada beberapa perayaan semacam ini yang sangat dihargai oleh madame Curie; yang satu diadakan berhubung dengan promosi anaknya. Irene dan perayaan kedua berkenaan dengan menantunya Frederic Juliot menerima gelaran doktor pula. Berkat pimpinannya kedua-dua penyelidik ini semakin lama semakin bertambah keahlian mereka. Dalam tahun 1934 dicapai suami isteri itu, suatu kemenangan yang gilang gemilang : setelah dipelajari mereka gejala-gejala perubahan-perubahan atom, diketemukan olej Irene dan Frederic Juliot radio aktipitet buatan; dengan menyinari zat-zat tertentu (umpamanya aliminium) dengan pancaran-pancaran dari unsur-unsur radio aktif, dapatlah mereka berhasil mengubah zat-zat itu menjadi radio aktif, sehingga terciptalah zat-zat radio aktif baru yang tak dikenal alam dan yang seterusnya akan merupakan sumber pancaran-pancaran. Tentu tak perlu laig dijelaskan bagaimana akibat-akibat penciptaan atom-atom ini untuk ilmu kimia dan pengobatan : barangkali tak lama lagi maka dapatlah dibikin zat-zat buatan yang mempunyai sifat sifat radium sehingga dapat dipenuhi kebutuhan terapi Curie dengan memuaskan!.
Tatkala suami isteri Juliot Curie menjelaskan usaha mereka itu di hadapan rapat Sciete de Physique, hadir dengan madame Curie mendengarkannya dengan penuh rasa bangga. Ketika dilihatnya Albert Laborde, yang dahulu menjadi asistennya dan asisten Oierre Curie, maka didekatinya tuan itu sambil menegurnya dengan keriangan yang luar biasa : “Selamat malam! Alangkah pandainya mereka berbicara itu, bagaimanakah pendapat tuan? Sekarang kita kembali dalam masa purba kala yang bergelora itu dilaboratorium yang lama itu!
Sehabis upacara itu masih kegugupan madame Curie mendengarkan uraian yang bersemangat itu, sehingga tak dapat ia lekas masuk tidur. Ia berjalan kaki pulang ke rumah ditemani beberpa orang rekan-rekannya sambil  berbicara tak putus-putusnya tentang sukses “Anak-anakmudanya itu”.
Di seberang taman di jalan Pierre Curie itu profesor Regaud dan pembantu-pembantunya yang disebutkn madame Curie dengan : “Orang-orang sebrang” berjuang dengan penyakit kanker dengan mengadakan penyelidikan dan pengobatan berdasarkan penyelidikan itu. Dari tahun 1919 hingga tahun 1935, telah diobati delapan ribu tigaratus sebilanbelas orang sakit di Institut Radium itu.
Juga Claude Regaud adalah seorang kawan yang setia bagi laboratorium itu. Dengan sabar hati telah dikumpulkannya senjata-senjata untuk perjuangan ini : radium, pesawat-pesawat, ruangan-ruangan dan sebuah rumah sakit. Berhubng dengan banyaknya orang yang disembuhkan berkat cara pengobatan ini dan karena msih banyak dibutuhkannya, terpaksalah ia meminjam radium – bahkan Union Miniere pun telah menyerahkan sepuluh gram kepadanya! – dan meminta bantuan dari pemerintah dan derma dari orang-orang lain : baron Henri de Rotchild, Lazardd dan saudarnya juga memberikan sumbangan mereka yang sangat besarnya; selain dari itu ada pula seorang yang dengan seribu akal menjaga supaya namanya jangan sampai ketahuan bahwa telah dihadiahkannya kepada yayasan Curie itu sejumlah tigajuta emptaratus ribu franc!.
Maka secara dmeikianlah terbentuk pusat yang terutama untuk pengobatan dengan radium dan terapi Curie di negeri Perancis. Namnay tersohor di mana-mana : lebih dari duaratus orang doktor-doktor dari lima negre-negri mengajukan permintaan supaya mereka diperkenankan bekerja beberapa lamanya di sana mempelajari tehnik pengobatan kanker itu. Sebagai ahli ilmu fisika dan ilmu kimia tak turut madame Curie serta dalam usaha di lapangan ilmu hayat dan ilmu pengobatan itu. Tetapi pertumbuhannya itu diikutinya dengan penuh minat dan perhatian. Sangat bagus pergaulannya dengan profesor Regaud, seorang rekan yang masyhur dan penuh perasaan tanggung jawab serta sekali-kali tak mementingkan diri sendiri. Seperti madame Curie ia juga membenci gembar-gembor kemegahan dan seperti sarjana itu juga telah ditolaknya segala yang merupakan keuntungan bagi dirinya sendiri. Seperti madame Curie juga bukan tak ada kesempatan baginya mengumpulkan kekayaan, tetapi sedikit tak ada timbul pikirannya ke jurusan ini.
Kedua orang pemimpin ini yang sangat gembiranya melihat hasil-hasil yang gilang gemilang apabila cara pengobatan ini dilaksanakan oleh yang ahli, diusik pikiran yang serupa : dengan kesal hati dan tak berdaya terpaksa mereka melihat bagaimana radium itu dibikin menjadi perkakas kekayaan di seluruh dunia. Doktor-doktor yang kurang faham, dengan sembarangan memakai zat-zat radio aktif untuk mengobati pasien-pasien mereka dengan tak menginsyafinya bagaimana berbahayanya “perawatan” ini. Obat-obat dan barang-barang penambah kecantikan yang “didasarkan apda radium” dijual sebagai barang perniagaan – kadang-kadang dengan memakai nama yang menyerupai “Curie”. Dengan tak bermasud mengucapkan sesuatu pendapat tentang ini semuanya, saya ingin menyebt bahwa ibu saya, keluarga Curie, profesor Regaud dan Institut Radium tak pernah mempunyai sangkutan apa pun jua dengan perusahaan-perusahaan itu.
“Lihatlah dulu, apa ada surat-surat yang penting ...
Madame Curie, tergesa-gesa, diburu-buru, menunjukkan posnya yang datang kemarin hari kepada seorang sekretarisnya yang cerdik dan lemah lembut, yaitu madame Razet.
Di pembalut-pembalut surat itu kerap kali hanya ada alamat bersahaja : “Madame Curie, Paris” atau “Madame Curie, sarjana Perancis, surat-surat ini kebanyakan meminta tanda tangan madame Curie da ada pula yang ditulis oleh orang-orang yang tak karuan pikirannya.
Sebagai membalas surat-surat itu dikirim kartu cetak dengan bunyi : “Dengan perasaan menyesal diberitahukan madame Curie bahwa permintaan tuan (nyonya) akan tanda tangannya tak dapat dikabulkan”.
Bagi mereka yang menulis surat-surat delapan hingga sepuluh halaman panjangnya itu dengan tinta dari pelbagai warna warni, orang-orang yang beroleh pendapatan baru, tetapi tak mendapatkan penghargaan, selanjutnya orang-orang yang kacau pikirannya dan orang-orang gila disebabkan hawa nafsu serta orang-orang gila yang berbahaya – bagi mereka ini semuanya hanya satu jawaban yang mungkin : “Diam”.
Di luar ini ada lagi surat-surat yang lain. Dengan teliti didiktekan madame Curie balasan-balasan surat para rekan dari luar negeri dan untuk mereka yang dengan berputus asa meminta supaya mereka diobati madame Curie yang menurut pikiran mereka sanggup menyembuhkan segala macam penyakit atau meringankan segala penderitaan. Selain dari ini ada pula surat-surat dari para langganan-langganan yang bisa  mengadakan pesawat-pesawat, perhitungan-perhitungan biaya dan surat-surat perkiraan, jawaban-jawaban atas surat-surat edaran yang dikirim kepada “madame Curie” maha guru fakultet Kedoktoran” oleh pihak atasan, semuanya merupakan urusan-urusan menyurat yang mengagumkan. Untuk administrasi ini telah disiapkan madame Curie cara metodis menyimpannya dalam empat puluh tujuh buah berkas.
Adat istiadat di Unipersitet itu dipegangnya teguh, karena baginya tak arti kemegahannya tiu, bahkan sekali pun ia seorang wanita, dalam pandangannya tak sedikit pun itu menjadi sebab menyimpang dari kebiasaan di sana sehingga surat-suratnya yang resmipun diakhirinya dengan rumus hina dina seorang bawahan : “Hormat saya kepada tuan dekan dan rektor”.
Bekas sejumlah empat puluh tujuh buah itu belum cukup untuk berhubungan anatara madame Curie dan dunia luar. Banyak diterimanya permintaan-permintaan untuk bertemu dengan dia. Tiap-tiap hari Selasa dan Jum’at pagi-pagi dipakainya bajunya yang terbagus dan berwarna hitam.
“Saya haruss berhias hari ini, karena hari ini saya menerima tamu-tamu, katanya dengan muka muram dan kerutkan keningnya.
Di gang laboratorium itu telah menunggu para tamu dan juga para wartawan yang terlebih dahulu telah hambar kegembiraannya disebabkan nasihat madame Razet : “Madame Curie hanya bersedia amenerima tuan, jikalau tuan meminta keterangan-keterangan tehnis. Interpiu bersifat perseorangan tak ingin beliau memperkenankannya.
Meskipun madame Curie senantiasa bersifat hormat, akan tetapi tamu itu tak akan merasa betah di sana memperpanjang waktu kunjungannya itu! Apalagi kamar tamu itu tidak diliputi suasana yang ramah tamah, sedang kursi-kursinya keras tempat duduknya dan jari-jarinya gerenjet-gerenjet kegugupan serta matanya memandang dengan tersembunyi ke arah jam.
Pada hari-hari Senin dan Rabu sejak pagi-pagi benar madame Curie telah gugup dan gelisah. Jam lima ia harus memberikan kuliah. Sehabis makan siang ia bersembunyi dalam kamarnya di jalan de-Bethune dan mengadakan persiapan untuk kuliahnya itu dengan menulis di atas secarik kertas putih beberapa titik tangkgap dari ulasannya. Kira-kira ham setengah lima ia berangkat ke laboratorium dan bersembunyi kembali dalam kamar istirahat. Ia gentar, cemas, tak terhampiri. Sekalipun madame Curie telah mengajar sejak dua puluh lima tahun, tetapi ia masih mengalami “Keseganan panggung” setiap kali ia berdiri di hadapan dua atau tiga puluh orang pendengar-pendengar di ruang kulaih yang tak besar itu.
Tenaga bekerja yang mengagumkan dan yang tak kunjung padam! Di “Waktu-waktu terluang” dikarangnya tulisan-tulisan tentang ilmu pengetahuan dan buku-buku : Sebuah uraian tentang Ilmu Pengetahuan isotop dan tentang isotop-isotop, sebuah sejarah hidup yang ringkas dan mengharukan hati dari Pierre Curie dan sebuah uraian ilmu pengetahuan sebagai pembukuan yang sempurna untuk kuliah-kuliahnya.
Masa yang gilang gemilang dan mengandung hasil-hasil sebanyak tiu juga merupakan masa yang dimendungi kekuatiran : madame Curie diancam penyakit buta. Doktornya memberitahukan kepadanya dalam tahun 1920 bahwa bular kembar lambat laun akan mengaburkan penglihatannya. Perasaan putus asanya tak ditunjukkan madame Curie kepada siapa pun juga. Dengan ketabahan hati diceritakannya untung malam ini kepada anak-anaknya dan tentang cara-cara mencegah penyakit ini : pembedahan yang mungkin dapat dilakukan kelak sehabis dua atau tiga tahun .. Hingga saat itu mulailah masa menunggu yang menggodanya; lensa-lensa mata yang semakin lama semakin kabur itu selalu menimbulkan kabut antar dia dan dunia, antara dia dan pekerjaannya.
Madame Curie menulis kepada Bronia pada tanggal 10 Nopember 1920 :
“Yang terbanyak menggoda pikiran saya ialah mata dan telinga saya. Mata saya bertambah kabur, barangkali tak dapat lagi dicegah itu. Telinga saya seolah-olah bersungt-sungut; kadang-kadang sangat kerasnya, sehingga saya merasa kuatir : pekerjaan saya akan terbengkaelai karena ini. Barangkali ini semuanya disebabkan radium itu juga, tetapi kepastian tentangn ini tak ada. Inilah yang menyusahkan hati saya. Janganlah ceritakan hal ini kepada siapa pun juga supaya jangan tersiar kabar ini. Marilah sekarng kita bicarakan soal-soal lain...”
“Janganlah ceritakan hal ini kepada siapapun juga”. Inilah pokok pembicaraannya dengan Irene dan Eve, dengan abangnya dan dengan kakak-kakaknya; kepada mereka sajalah yang dipertanyakannya ini. Telah menjadi godaan pikiran baginya menjaga supaya jangan dikeyhui orang hal ini oleh karena sesuatu perbuatan kurang hati-hati. Tak dikehendakinya surat kabar pada suatu hari memuat berita : Madame Curie telah cacat.
Mereka yang bergaul rapat denga dia turut menjadi sekutu dalam rahasianya ini, seperti doktor-doktornya Morax dan Petit. Si sakit sendiri telah memakai yang lain : bukan madame Curie, tetapi “madame Curre”, seorang nyonya tua dan tak dikenal orang, yang menderita penyakit bulat kembar. Kaca mata madame Curre yang diambil Eve dari tukang kaca mata. Apabila madame Curie hendak menyebarng jalan atau naik tangga sedang matanya telah kekaburan, maka dipegang salah seorang dari anak-anaknya itu tangannya dan dengan tekanan-tekanan yang tak kelihatan tangan dengan jari-jarinya diberikannya tanda bahwa ada bahaya atau rintangan. Diwaktu makan semuanya harus disuguhkan ke tangannya, seperti tempat garam yang dicari-carinya dengan gerak-gerik tangan yang menimbulkan kasihan, sekali pun diikhtiarkannya berbuat seolah-olah tak ada keraguannya...
Akan tetapi bagaimanakah mungkin ia dapat bermain komedi semacam ini selama-lamanya dilaboratorium? Eve telah menasehatkan ibunya itu menceritakan hal ini secara rahasia kepada teman-teman sekerjanya sehingga tak perlu lagi ia sendiri mempegunakan mikroskop, dan neraca. Tetapi dengan pendek saja dijawab madame Curie  : “Tengan huruf-huruf yang besar-besar ditulisnya catatan-catatan yang diperlukannya sewaktu berkuliah dan walau pun penerangan di ruangan kuliah itu tak mencukupi, berhasil juga dia melaksanakan tulisan-tulisannya itu. Dengan berbagai-abagai akal disembunyikannya cacatnya itu. Apabila seorang murid datang membawa sebuah negatif percobaan dan meminta pertimbangannya, untuk negatip yang penuh garis-garis halus, maka dengan memajukan beberapa pertanyaan yang dipikirkannya dengan seribu satu akal dapatlah ia mengumpulkan keterangan-keterangan yang diperlukannya untuk membayangkan negatip itu dalam hatinya.
Sesudah itu barulah diterimanya lempeng kaca itu, dilihat-lihatnya dan “pura-pura” dapat dilihatnya garis-garis yang halus itu ...
Akan tetapi bagaimana pun telitinya penjagaan penjagaan ini dan sekali pun doktor-doktornya turut bersekutu di dalamnya, tak dapat disingkirkannya orang-orang dilaboratorium itu menduga juga sedikit tentang peristiwa yang menyedihkan ini. Tetapi tak apa-apa dikatakan mereka di sana, seolah-olah tak mengerti orang-orang itu tentang hal ini; seperti madame Curie sendiri mereka juga main komedi.
Madame Curie menulis kepada Eve pada tanggal 13 Juli 1923.
“anakku yang tercinta, saya akan mencoba pembedahan, pada tanggal delapan belas hari Rabu pagi. Kalau kau datang semalam sebelum itu baguslah itu. Hari sangat panasnya, karena itu saya takut kau akan terlampau letih.
Katakanlah kepada teman-teman kita di Larcouest bahwa saya belum siap dengan sesuatu pekerjaan yang kita kerjakan bersama-sama dan bahwa saya perlukan engkau karena permintaan orang-orang di sini.
Terimalah peluk cium dari ibumu.
Ceritakanlah sedikit mungkin dapat mereka di Larcouest, nak!”
Hari-hari yang sangat panasnya di rumah sakit. Dengans endok teh Eve mengasuh seroang bernama “madame Curie” yang tak bergerak, buta sedang mukany merupakan muka seorang yang luka parah dan kepalanya dibalut seluruhnya. Kekuatiran akan penylit-penyulit yang tak disangka-sangka dan kekuatiran akan mendarah yang mungkin menghilangkan harapan kesembuhannya selama beberapa minggu. Dua pembedahan lagi dalam bulan maret 1924. Pembedahan yang keempat dalam tahun 1930..
Baru saja dibuka kain pembalutnya maka madame Curie telah mempergunakan matanya yang bersalahan itu, sedang lensa-lensanya telah dikeluarkan sehingga tak ada lagi daya suainya.
“Saya telah membiasakan berjalan dengan tak memakai kaca mata dan telah banyak kemajuan saja”, ditulisnya kepada Eve dari Cavalaire beberapa bulans esudah pembedahan pertama. “Saya turut mengadakan perjalanan ke gunung-gunung dua kali melalui jalan-jalan yang tak gampang. Agak memuaskan juga bagi saya, karena saya dapat berjalan dengan cepat dengan tak mengalami kecelakaan-kecelakaan. Yang sangat mengganggu saya ialah melihat beganda sehingga tak sanggup saya mengenal orang-orang yang datang menemui saya. Setiap hari saya berlatih membaca dan menulis. Hingga kini lebih sukar lagi itu dari berjalan! Terpaksa kau bantu saya menulis karangan saya untuk Encyclopaedia Britannica....
Lambat laun menanglah madame Curie dalam perjuangannya denga nasib malangnya itu. Berkat kaca mata yang tebal gelasnya hampir seluruh daya penglihatannya di depannya kembali sehingga ia pergi berjalan seorang diri, mengendari mobilnya sendiri dan dilaboratoriumnya dapat lagi ia melaksanakan perhitungan-perhitungan yang seksama... Mukjizat terakhir dalam hidup yang ajaib : madame Curie timbul kembali dari kegelapan dan cukup diterimanya sinar cahaya untuk bekerja dan sekali lagi bekerja sampai akhirnya.
Dalam sepucuk surat kepada Bronia bertanggal sepetember 1927 dibukanya rahasia kemenangannya itu :
“Kadang saya putus harapan dan berkata dalam diri saya bahwa seharusnyalah saya berhenti bekerja dan tinggal di luar kota sambil bercocok tanam. Tetapi seribu ikatan menahan-nahan saya dan saya tak tahu pabila saya dapat berhenti. Saya tak tahu juga apakah mungkin dapat hidup saya diluar laboratorium ini, sekalipun saya menulis buku-buku tentang ilmu pengetahuan.”
“Saya tak tahu apakah saya dapat hidup di luar laboratorium ini.” Untuk mengartikan keluh, pengakuan itu, perlu dilihat bagaimana madame Curie berdiri di muka pesawat-pesawatnya sehabis pekerjaannya sehari-hari dan ia sempat mencurahkan perhatiannya seluruhnya kepada gairahnya yang tak terbatas itu. Bukan saja sewaktu percobaan yang luar biasa yang mukanya kelihatan tertegun gairah dan penyerahan sukma. Pekerjaan sesulit “membikin gelas kaca” yang sangat pandai ia mengerjakannya, pengukuran yang berhasil, telah cukup untuk memberikan kegembiraan yang tak terhingga baginya. Seorang teman sekerjanya yang dengan sekejap mata dapat melihat sesuatu hal yang luar biasa, madame Curie sehari-hari ini yang mukanya kerawanan tak pernah digambar poteret :
“... Begitulah ia duduk di depan pesawatnya sambil mengadakan pengukuran dalam sebuah bilik yang diterangi kelam saja dan tak dipanasi pula sebagai penjagaan supaya suhu-suhu di kamar itu tidak berubah-ubah. Gerakan-gerakan yang berturut-turut dilakukan madame Curie dengan teliti dan keselarasan yang mengagumkan. Tak ada seorang pemain piano yang sanggup menciptakan paduan yang lebih sempurna dari madame Curie dengan jari-jarinya itu. Kesempurnaaan tehniknya itu menghilangkan segala kemungkinan membuat kekhilafan.
Sehabis perhitungan-perhitungan yanag dibikinnya itu dengan tergopoh-gopoh untuk membandingkan hasil-hasil yang dicapainya tiu, maka nampaklah bagaimana gembiranya karena perbedaan-perbedaan jauh di bawah yang iijinkan, suatu bukti bagaimana seksamanya pengukurannya itu.”
Apabila ia sibuk dalam pekerjaannya, tak ada lagi dunia ini bagi madame Curie. Dalam tahun 1927 Irene jatuh sakit keras sehingga ibunya kuatir dan berputus asa. Seorang temannya datang mengunjunginya dilaboratorium menanyakan keadaan si sakit itu. Jawab yang diterimanya pendek saja keluar tamu dari kamarnya itu maka madame Curiepun berkata dengan marah – kepada asistennya : “Mengapakah orang-orang itu tak membiarkan kita bekerja dengan tak terganggu!
Di bawah ini ada suatu uraian dari Mademoiselle Chamie yang melihatnya abekerja dalam sebuah percobaan yang penting : Pembikinan actinium –X untuk spektrum sinar-sinar alpha; inilah pekerjaanya yang terakhir sebelum ia meninggal dunia :
Actinium-X itu harus murni dan dalam keadaan kimiawi sehingga tak mungkin timbul suatu emanasai. Pekerjaan satu hari belum cukup untuk menghasilkan getah buang. Malam itu madame Curie tinggal dilaboratorium nya dengant ak mengingat makan. Tetapi pelepasan unsur itu sangat lambatnya : karena itu terus ia bekerja semalaman itu.
Jam dua malam akan dilakukan pengolahan terakhir : sejam lamanya larutan itu harus dipusing-pusing di atas ebuah tiang istimewa. Mesin pusingan itu mengeluarkan suara yang meletihkan, akan tetapi madame Curie tetap berdiri di dekatnya dengan tak mau mennggalkan tempatnya itu. Dipandangnya mesin itu seolah-olah hasratnya (menghendaki supaya percobaan itu berhasil) sanggup memanggil Actinium-X itu dengan kekuatan saran. Pada saat itu tak ada yang lain di dunia ini selain dari mesinpusingan itu, mau pun fajar yang segera akan menyingsing, baik pun keletihannya. Inilah suatu perbuatan yang menyangkal anta seluruhnya, pemusatan seluruh jiwa pada pekerjaan yang diwujudkannya.”
Tatkala percobaan itu tidak membawa hasil yang diharapkannya, maka dengan tiba-tiba ia nampak seolah-olah diremukkan malapetaka.. Duduk endap di kursi dengan tangan bersedekap, membungkuk dan pandangan yang legat nampaknya ia menyerupai seorang wanita petani tua yang duduk diam muram karena sesuatu untung malang yang menipanya. Teman-teman sekerjanya yang melihatnya sedemikian merasa takut dengan remang-remang bahwa telah terjadi sesuatu kecelakaan atau sesuatu peristiwa yang menyedihkan; mereka bertanya apakah yang mengganggunya. Dengan suara yang menakutkan diucapkannya madame Curie perkataan-perkataan yang merupakan keterangan ini : “Tak berhasil kita mengasilkan endapan Acrtinium-X itu ... atau dipesalahkannya musuh itu dengan terang-terangan :
“Polonium merintangi pekerjaan saya.
Akan tetapi apabila ia amencapai hasil-hasil , ia menjadi muda kembali dan gelisah. Dengan hati gembira ia mondar-mandir di taman laboratorium seakan-akan ia hendak menceritakan kepada bunga-bunga mawar dan matahari bagaimana beruntungnya dia! I telah mengadakan perdamaian dengan ilmu pengetahuan, ia bersedia ketawa dan bersorak-sorak.
Jikalau ia sambil bergembira itu mendapat undangan dari seorang penyelidik untuk melihat percobaan yang sedang dikerjakan, maka diikutinya orang itu dengan tergesa-gesa, ia membungkuk di muka pesawat yang “menghitung” banyaknya atom atau dilihatnya dengan hati tertawan bagaimana dengan tiba-tiba bercahaya pelikan “Willemit” disebabkan pengaruh radium.
Mukjizat-mukjizat yang terkenal itu menimbulkan air muka yang berseri-seri bagi madame Curie. Timbul sangkaan seolah-olah ia sedang melihat-lihat dengan hati yang tertawan oleh keindahannya sebuah ciptaan Botticelli atau Vermeer lukisan yang sebagus-bagusnya di dunia ini.
“Ah, alangkah bagusnya gejala ini! Katanya dengan suara bergumam.
BAB. XXVII :  KEWAJIBAN  SELESAI
Kerap kali terjadi madame Curie berbicara tentang matinya kelak. Dengan tenang nampaknya ia berbicara tentang peristiwa yang tak akan dapat dielakkan ini dan ditinjaunya akibat-akibat yang dibawa kematian itu kelak. Dengan tak menunjukkan tanda-tanda terharu diucapkannya kalimat-kalimat seperti ini : “Tak perlu disangsikan bahwa tak lama lagi hidup ini, atau : “Saya kuatir tentang nasib Institut Radium kalau saya tak di sini lagi kelak.
Tetapi bagaimana pun, batinnya tak mengenal perdamaian dan tawakal. Dengan segala daya upaya yang ada dalam hati sanubarinya ditentangnya pikiran kepada akhirat itu. Mereka yang mengenalnya dari jauh menyangka bahwa hidupnya tak ada tolok bandingnya, tetapi menurut pandangannya sendiri hidupnya itu tak ada artinya dan tak ada selarasnya dengan luasnya pekerjaan yang dimualinya itu.
Tiga puluh tahun lampau Pierre Curie terbenam dalam gairahnya bekerja seolah-olah telah dirasanya bahwa malaikat maut sudah mendekatinya dengan nasib untung malang.
Maka sekrang tiba gilirannya bagi madame Curie mengendalikan perlawanan tersembunyi ini. Sebagai pertahanan terhadap serbuan yang ditakutinya itu didirikannyalah dengan tergopoh-gopoh suatu kubu pertahanan tersusun dari rancangan-rancangan dan kewajiban-kewajiban. Ditolaknya memperdulikan keletihan yang setiap hari semakin nyata itu dan tak sudi ia memperhatikan penyakit-penyakit menahun yang menggodanya : mukanya yang tak sehat itu, encok di bahunya, tusukan dan dengung ditelinganya.
Tetapi peduli apa itu semuanya! Banyak lagi hal-hal yang lebih penting.
Di Arceuil telah didirikannya sebuah kilang pengolah pelikan-pelikan secara besar-besaran. Telah lama diidam-idamkannya amendirikan kilang semacam itu : dengan penuh semangat diaturnyalah pekerjaan-pekerjaan permulaan di kilang itu. Di samping itu ia sedang sibuk menulis bukunya – sebuah tugas peringatan untuk Ilmu Pengetahuan seperti tak akan dapat tercipta oleh siapa pun juga sekiranya ia telah meninggal dunia. Penyelidikan-penyelidikan tentang keluarga Actinium pun tak berjalan dengan pesat seperti diharapkannya! Karena sehabis itu harus dilaksanakannya penelaahan “bangun halus” sinar-sinar Alpha! Pagi-pagi benar telah bangun madame Curie, ia tergesa-gesa pergi ke laboratorium dan malam sehabis makan pergi lagi ia ke sana....
Ia bekerja dengan tergopoh-gopoh, secara mengagumkan – dan juga dengan tak berhati-hati seperti telah lazim baginya. Penangkal-penangkal sebagai penjagaan yang selalu diperintahkannya kepada murid-muridnya, tak pernah diidahkannya untuk dirinya sendiri : tabung-tabung berisi zat-zat radio aktif itu hanya boleh dipegang dengan jepitan, janganlah dipegang tabung-tabung itu dengan tangan, pakailah perisai dari timbel untuk menghidnarkan sinar-sinar yang berbahaya itu.
Hanya dengan susah payah disetujuinya pemeriksaan darahnya seperti ditentukan untuk orang-orang yang bekerja di laboratorium itu! Kadar darahnya tak semestinya. Tetapi tak mengapa itu...! Sejak tiga puluh lima tahun madame Curie bekerja dengan radium dan bernapaskan lepasan-lepasan radium. Selama empat tahun peperangan ia telah terkena sinar-sinar yang lebih berbahaya, yaitu sinar-sinar yang berasal dari pesawat-pesawat Roentgen. Perubahan yang tak berarti dalam darahnya, bekas-bekas terbakar di tangan-tangannya yang merasa sakit dan mengganggunya, tetapi kering kembali setelah bernanah; semuanya ini tidak merupakan halangan-halngan yang pentinf dibandingkan dengan bahaya-bahaya yang lebih besar itu!
Dalam bulan Desember 1933 madame Curie dihinggapi suatu penyakit yang tak berjangka lama, tetapi memberikan kesadaran sedikit baginya. Berkat gambaran Roentgen ternyatalah sebuah biji yang agak besar dalam kandung empedunya. Penyakit semacam itu jugalah yang menyebabkan bapaknya menemui ajalnya! Untuk menghindarkan perbedahan yang ditakutinya dimulainya cara hidup yang teratur dan dipeliharanya dirinya alebih baik. Sarrjana yang sejak bertahun-tahun mengabaikan pemeliharaan secukupnya untuk dirinya itu dan selalu menunda pelaksanaan rancangan-rancangan privenya yang bersifat bersahaja itu, walau puns angat digemarinya mendirikan sebuah rumah istirahat di Sceaux dan di Pris berpindah rumah dengan tiba-tiba mengalih kepada perwujudan rancangan-rancangan itu. Dibikinnya sebuah taksiran ongkos-ongkos dan dengan tak bimbang-bimbang dikeluarkannya uang sangat banyak. Telah diambilnya keputusan : rumah istirahat di Sceaux itu akan didirikan di musim panas ini dan dalam bulan Oktober 1934 akan dipindahkan madame Curie dari jalan de Bethune ke sebuah rumah yang lebih moderen yang baru didirikan di dekat Unipersitet.
Ia merasa letih dan ia hendak membuktikannya apda dirinya sendiri bahwa ia tidak sakit. Maka pergilah ia ke Versailles bermain sepatu es dan ia pergi ke Savoye menemui Irene yang sedang berlibur di medan-medan tempat meluncur salju. Ia bergembira karena anggota geraknya masih sigap dan tangkas. Sewaktu hari paskah dipergunakanyya kedatangan Bronia ke Paris untuk pergi bersama-sama dengan dia melawat ke Perancis Selatan.
Perjalanan itu menjadi suatu bencana. Madame Curie hendak mengabil jalan berkeliling untuk memperlihatkan darah-daerah yang indah alamnya kepada kakaknya itu. Tatkala mereka dengan banyak persinggahan-persinggahan tiba dirumah istirahatnya di Cavalaire ia telah kedinginan dan letih lesu. Setibanya di sana rumah itu sangat dinginnya dan pemanas sentral yang dipasang dengan tergopoh-gopoh, tak sanggup memebrikan panas dengan cepat.
Madame Curie yang gigil gelugut kedinginan, berputus asa dan menangis tersdu-sedu di pelukan Bronia seperti seorang anak kecil yang sakit. Ia diusik pikiran kepada bukunya dan ia takut kalau-kalau penyakit cabang tenggorok yang mendadak akan menghilangkan kekuatan badan yang diperlukannya untuk menyiapkan pekerjaanya itu. Bronia merawatnya sambil meredakan perasaannya. Esok harinya telah dapat diatasinya keruntuhan rohaninya itu dan tak ada lagi terjadi semacam itu untuk kedua kalinya.
Beberapa hari-hari yang terang cuaca memberikan tenaganya kembali dan menghiburkan hatinya. Setibanya di Paris kembali maka kesehatannya pun bertambah baik. Ada seorang doktor yang mengatakan bahwa penyakitnya itu ialah penyakit influenza dan seperti telah dikatakan para dokter sejak empatpuluh tahun – terlampau banyak bekerja. Naik derajat panasnya yang terus menerus itu tak dihiraukan madame Curie. Dengan perasaan kuatir yang tak tertentu Bronia kembali ke Polandia. Di staisun menunggu kereta pai ke Warsawa kakak beradik itu berpeluk-pelukan untuk penghabisan kalinya.
Madame Curie melayang-layang antara sehat dan sakit. Apabila ia merasa sehat sedikit maka pergilah ia ke laboratorium dan apabila ia merasa pusing dan lemah, maka tinggallah ia di rumah mengerjakan bukunya itu. Beberapa jam lamanya seminggu dipergunakannya untuk rumahnya yang baru dan rancangan-rancangan untuk rumah istirahat di Sceaux :
“Semakin lama semakin saya rasa kebutuhan sebuah rumah dengan tamannya dan saya harap dengan sangat tercapailah hendaknya maksud saya ini” ditulisnya kepada Bronia pada tanggal 8 Mei 1934. “ Ongkos-ongkos mendirikan rumah itu dapat dikurangnkan sehingga tak melewati batas kesanggupan saya. Karena itutelah dapat dimulai meletakkan dasar alasnya.”
Tetapi musuhnya yang tersembunyi itu lebih cepat dari dia. Demamnya bertambah hebat dan gigilnya bertambah kuat. Dengan kesabaran ahli diplomasi terpaksa Eve berikhtiar supaya ibunya itu menyuruh datang doktor lagi. Sambil berdalih bahwa doktor-doktor itu semuanya “orang-orang yang mengusiknya” dan “tak terbayar karena mahalnya” Padahal tak pernah seorang doktor bangsa Perancis sudi menerima bayaran dari dia – selalu ditolaknya menga,bil seoerang doktor yang tetap untuk keluarganya. Sarjana ini yang memandang dirinya sebagai sahabat kemajuan, sama jemunya memanggil doktot seperti seroang wanita tani.
Profesor Regaud datang gmengunjungi sebagai sahabat lama dan diusulkannya meminta pertimbangan temannya doktor Raveau yang seterusnya menganjurkan profesor Boulin, doktor rumah sakit. Setelah dilihatnya muka yang kurus kering itu maka yang pertama-tama diaktakannya aialah : “Madame Curie harus tinggal ditempat tidur dan berdiam. Telah kerap kali didengarnya ini! Karena itu tak diacuhkannya perintah itu! Ia berdiri dan dipaksanya dirinya apergi ke Institut Radium hampir setiap hari ia bekerja di sana. Pada suatu hari panas di buln Mei 1934 ia tinggal di ruangan ilmu fisika hingga jam setengah empat dan dengan gerak tangan yang letih lesu dirabanya simpai-simpai dan perkakas-perkakasnya – teman-temannya yang setia. Ia berbicara sebenetar dengan kawan-kawannya sekerja. “Saya demam, katanya bergumam, saya pulang saja ke rumah.
Ia berjalan lagi melalui taman laboratorium itu melihat bunga-bunga yang sedang mekar dengan warna-warna yang tajam. Dengan tiba-tiba ia berhenti di muka sebatang pohon bunga mawar yang kurus dan dipanggilnya tukan mesin : “Georges, lihatlah pohon bunga mawar itu; uruslah itu dengan segera.!
Seorang muridnya datang mendekatinya dan meminta dengan sangat jangan tinggal di luar, tetapi menyuruh antarkannya ke jalan de-Bethune. Ia mengalah, tetapi sebelum ia msuk dalam mobilnya ia berpaling sekali lagi sambil berkata : “Jangan lupa pohon bunga mawar itu, Georges...
Memikirkan tanaman yang telah layu itu, itulah perpisahannya dengan laboratorium itu.
Tak ditinggalnya lagi tempat tidurnya.... Perjuangan yang tak tentu terhadap penyakit yang samar-samar yang sekali ini disebutkan inpluenza dan lain kali penyakit cabang tenggorok, memaksanya mengalami percobaan-percobaan yang meletihkannya, tetapi disabarkannya itu dengan suatu kepatuhan yang mengagumkan dan disetujuinya supaya dipindahkan ia ke rumah sakit untuk pemeriksaan seluruhnya.
Dua gambar Roentgen dan lima atau enam uraian belum dpat memberikan kepastian bagi ahli-ahli spesialis yang menjaga-jaga sarjana itu dekat tempat tidurnya. Rupa-rupanya tidak ada alat tubuhnya yang kena penyakit dan tak ada penyakit biasa kenyataan. Tetapi karena masih ada bekas-bekas penyakait radang paru-paru dari dahulu nampak di gambar roentgen itu, maka disuruhlah ia memakai pembalutan dada. Tatkala ia kembali di rumahnya di jalan de Bethune di sekitarnya mulai dipikirkan membicarakan “Senatorium”
Dengan berhati-hati dibisikan Eve pembuangan ini. Sekrang juga diterimanya saran itu dan berangkatlah ia dengan suka rela. Harapannya ditunjukannya kepada udara yang lebih bersih dan dipikirnya bahwa riuh dan debu kota itulah yang melambatkan kesembuhannya. Dibuatlah beberapa rancangan : Eve akan turut menemani ibunya itu dan tinggal beberapa minggu lamanya di sanatorium itu, sesudha itu akan datang abang dan kakak madame Curie dari Polandia menemuinya di sana; sehabis itu pula akan datang Irene di buan agustus ke sna. Di musim rontok mungkin telah sembuh madame Curie! Dalam bilik si sakit itu berbicara Irene dan Frederic Juliot dengan madame Curie tentang pekerjaan di laboratorium tenetang rumah di Sceaux itu, tentang cetakan percobaan untuk bukunya yang baru disiapkannya itu. Seorang pembantu muda  dari profesor Regaud, Georges Gricouroff, yang hampir setiap hari datang menjenguk ke rumah sakit itu, memuji-muji di hdapan kita kebajikan-kebajikan dan kenikmatan sanatorium.
Eve mengurus rumah yang baru itu dan dipilihnya langsai dan tirai untuk rumah itu.
Beberapa kali kita berkata kepada anaknya itu sambil tersenyum dan memandangnya : “Barangkali kita bersusah-payah menghiasi rumah itu dengan tak ada gunanya ...
Maka Eve selalu membantah-bantahnya dengan lucu dan supaya tenang pikiran ibunya itus edikit diburu-burunya tukang-tukang di rumah yang belum siap itu. Tetapi walau pun demikian tak ada harapannya akan dapat lagi dielakkan malapetaka itu; meskipun para dokter-dokter tidak pesimis dan di rumah nampaknya tak ada yang kuatir, diisyafinya sepenuhnya dengan tak dapat diterangkannya apa sebabnya, bahwa untung malang telah mendekatinya.
Selama hari-hari musim semi yang cuaca itu ibunya yang terpaksa tinggal berpangku tangan berbicara-bicara berjam-jam lamanya dengan hati yang tulus ikhlas. Jiwa murni kita, hatinya yang lemah lembut dan ksatria itu terlentang telanjang di mukanya dan dilihatnya manisnya ibunya itu tak terhingga sehingga hampir tak dapat disabarkan. Inilah “Ibu yang manis” dari dahulu kala. Terlebih-lebih lagi ialah anak gadis yang empat puluh enam tahun yang lampau menulis dalam suratnya :
“Orang-orang  yang perasaannya mendalam seperti saya ini akan tetapi tak saggup mengubah keganjilan budi pekerti mereka itu, harus berikhtiar menyembunyikannya sebanyak mungkin...”
Inilah kunci tabiat yang tersepi, kadang-kadang peka berlebih-lebihan, suka gentar dan lekas tersinggung; selama hidupnya yang bergelora itu ia selalu menahan ucapannya yang datang dengan sendirinya, pengakuan kelemahannya dan barangkali juga setiap jerit meminta bantuan yang disimpul dalam hatinya.
Maka sekarang juga tak dilahirkannya isi hati kalbunya dan tidak mau ia mengeluh-ngeluh – atau pun hanya sedikit dan sangat bersahaja. Yang diperbincangkannya hanyalah hari kemudian .. Hari kemudian laboratorium, hari kemudian Institut di Warsawa itu, hari kemudian anak-anaknya : diharapkannya, bahkan diketahuinya bahwa Irene dan Frederic beberapa bulan lagi akan menerima anugerah Nobel! Akhirnya hari kemudiannya sendiri, di rumahnya yang akan menunggu-nunggunya dengan sia-sia atau rumahnya di Sceaux yang tak akan pernah sampai didirikan.
Madame Curie semakin lemah. Sebelum ia diangkut ke sanatorium, dipanggil Eve empat orang doktor meminta musyawarat doktor-doktor yang terpandai dan paling ternama di Perancis. Jika saya sebutkan nama mereka di sini, mungkin akan menimbulkan anggapan seolah-olah saya sesali mereka dan tak akan bersifat berterima ksih lagi saya. Setengah jam lamanya mereka memeriksa seorang wanita yang telah letih lesu dan yang telah dihinggapi penyakit yang belum diketahui orang. Dalam kesangsian mereka dipikir mereka bahwa mungkin adal lagi bangkit gejala-gejala tuberculose dari dahulu kala. Mereka percaya bahwa perawatan dipegunungan akan mengalahkan demamnya itu. Tetapi mereka telah khilaf. Dengan cara tergopoh-gopoh yang menyedihkan diadakan persiapan-persiapan : dijaga baik-baik supaya si sakit itu jangan kehilangan tenaga. Tetapi dilanggarnya juga perintah doktor itu dengan menyuruh panggil secara tersembunyi supaya teman sekerjanya, kita, datang dikamarnya untuk menyampaikan beberapa pesannya : “Nyonya simpanlah baik-baik actinium itu sehingga saya pulang. Saya percayakan ini kepada nyonya mengurus ini semuanya. Sehabis masa libur saya akan kita lanjutkan pekerjaan ini.
Meskipun penyakit itu dengan sekonyong-konyong bertambah keras, dianjurkan para doktor supaya ia berangkat dengan segera. Perjalanan itu merupakan suatu siksaan yang tak ada putus-putusnya; dalam kereta api kita jatuh pingsan di tangan Eve dan seorang juru rawat tatkala ia tiba di Saint Gervais. Setelah ia sampai di kamar yang sebagus-bagusnya di sanatorium di Sancellemoz maka dibikin lagi gambar-gambar Roentgen yang baru dan diadakan pemeriksaan-pemeriksaan yang baru : paru-parunya tidak apa-apa, perjalanan itu sebenarnya tak perlu.
Demamnya naik sampai empat puluh derajat. Tak mungkin didsembunyikan angka itu bagi kita yang sebagai seorang sarjana dengan teliti benar mengamat-amati naiknya air raksa dalam pengukur suhu.
Hampir ia tak berkata apa-apa, tetapi matanya menunjukkan ketakutan yang sangat besar. Profesor Rochjang dipanggil dari Geneva dengan tergopoh-gopoh, membandingkan hasil-hasil pemeriksaan darah pada hari-hari belakangan yang membuktikan bahwa jumlah endap darahnya sangat berkurang. Diagnosenya ialah : kurang darah yang sangat. Madame Curie yang pikirannya diusik ketakutan penyakit kandung empedu, diredakan perasaannya, sambil profesor Roch membesar-besarkan hatinya. Ditegaskannya bahwa tak perlu ia dibedah dan dimulainyalah pengobatannya dengan berputus asa.
Tetapi hayat itu menghilang dari badan yang letih lesu ini. Maka mulailah perjuangan yang sengit dan bersesak nafas yang disebutkan “mati seajal”, tubuh badan tak sudi mati dan mempertahankan dirinya dengan keras hati. Dekat ibunya itu berjuang pula Eve terhadap musuh yang lain ; dalam pikiran kita madame Curie yang masih terang itu belum lagi tiba kesadaran bahwa malaikat maut telah dekat. Mukjizat ini harus dipelihara sehingga terhindar ia dari penderitaan yang sangat dan tak mungkin dapat diredakan tawakal. Terlebih-leih penderitaan ajsmani itu harus diringankan, jasmani harus sbersama-sama dengan rohani diredakan. Jangan lagi diberikan perobatan-perobatan yang meletihkan, hentikanlah pemindahan darah yang tak ada lagi gunanya itu dan terlampau banyak memberikan pengharapan yang sia-sia. Tak boleh sanak saudaranya mendekatinya, karena jika dilihat si sakit itu mereka, pasti ia akan mendapat kepastian tentang nasibnya.
Untuk selama-lamanya dengan tak kunjung padam akan saya junjung tinggi nama-nama mereka yang membantu ibu saya dihari-hari yang mendahului malapetaka itu. Doktor Tobe, direktur sanatorium itu dan doktor Pierre Lowsy bukans aja membaktikan pengetahuan mereka untuk ibu saya, tetapi hidup itu sendiri pun seolah-olah telah berhenti di sanatorium itu, seolah-olah dilegatkan berita yang mengiris hati itu : madame Curie menghadapi malaikat maut.
Kedua orang doktor itu silih berganti tinggal dalam kamar itu, mereka membantunya dan meringankan penderitaannya. Juga Eve diurus mereka, dibantu mereka dalam perjuangannya dan ditolong mereka ia berjusta; mereka berjanji dengant ak perlu diminta-mintanya akan memberikan suntikan dan obat-obat tidur bagi ibunya itu supaya penderitaannya yang sehebat-hebatnya terhindar dari dia.
Pada tanggal 3 Juli pagi-pagi masih sanggup madame Curie buat penghabisan kalinya melihat pengukur suhu panas yang dipegangnya dalam tangannya yang gemetar itu. Maka diketahuinyalah bahwa suhunya telah turun dengan tiba-tiba, suatu tanda bahwa akhirnya telah dekat sekali. Senyuman gembira menyinari mukanya sebentar. Tatkala ditegaskan Eve bahwa inilah tandanya ia segera akan sembuh dipandangnya keluar seakan-akan ditunjukannya harapannya ke matahari dan gunung-gunung sunyi senyap meminta hayat yang memanjang sambil berkata : “Bukanlah obat-obat iru yang menyembuhkan saya di sini, tetapi duara sehat dan hawa sejuk itulah yang memberikan kesembuhan bagi saya...
Dalam gelisah kematian itu kadang-kadang terdengar ia mengeluh yang mengerikan hati sambil mengigau “Tak dapat lagi saya bicara dengan baik ... Jauh seklai perasaan saya... Tak ada disebutkannya nama siapapun. Ia tak bertanya dimana anaknya yang sulung yang telah tiba kemarin bersma-sama suaminya di Sancellemoz atau di mana Eve atau pun salah soerang sanak saudaranya. Pekerjaanya masih mengusik pikirannya dengan tak berketentuan menanyakan ini dan itu : “Tanda-tanda paragrap dalam bab-bab musti serupa semuanaya --- Telah saya pikirkan hal itu ...
Dengan padangan legat melihat-lihat sebuah cangkir berisi teh sambil mencoba mengaduknya dengan sebuah sendok teh – bukan, bukan sendok teh, tetapi sebuah sudip, salah satu perkakas halus dari laboratoriumnya : “Apakah ini dibuat dari radium atau meshotorium” Ia telah menjauhi dari segala manusia. Untuk selama-lamanya ia berdekatan dengan “benda-benda” tercinta yang menjadi pentahbisan dirinya.
Sesudah itu masih terdengar kata-kata samar dan dengan sekonyong-konyong – apabila doktornya hendak memberikan suntik – diucapkannya jerit letih lesu : “Tak mau saya. Biarkanlah saya sendirian.
Selama enambelas jam masih dipegang doktor Pierre Lowys dan Eve tanagns edingin es dari wanita yang tak sudi menerima hdiup atau mati itu. Tatkala fajar menyingsing dan mata hari memberakan gunung-gunung sambil memulai perjalanannya diangkasa terang-benderang, tatkala sinar matahari itu memancarkan cahayanya ke dalam kamar sakit iru dan mendekati tempat tidur menerangi pipi yang kurus kering dan mata abu-abuan yang tak berseri lagi dan telah diselubungi kematian, maka pada saat itulah berhentinya debar jantung madame Curie.
Ilmu Pengetahuan harus lagi menyatakan pikirannya tetang mayat ini. Gejala-gejala yang ganjil itu, pemeriksaan darahnya yang hasil-hasilnya sangat berlainan dari yang biasa didapat dalam hal-hal kurang darah yang telah dikenal, semuanya ini menunjukkan yang besalah yang sebenarnya : radium.
“Boleh dikatakan bahwa madame Curie telah menjadi korban yang lambat laun dibinasakan akibat-akibat zat-zat radio aktif yang ditemuinya endiri bersama-sama dengan suaminya”, ditulis profesor Reggaud di kemudian hari.
Di Sancellemoz disuruh siarkan doktor Tobe berita kilat ini :
“Madame Curie telah meninggal dunia di Sancellemoz pada tanggal 4 Juli 1934.”
Penyakitnya ialah kurang darah mendadak dan membangkitkan demam panas dengan cepat. Tak ada lagi reaski sumsum belakangnya, mungkin disebabkan pengaruh belama-lama oleh pancaran-pancaran.”
Berita ini keluar dari sanatorium yang sepi itu dan tersebar di seluruh dunia : membawa duka cita seberat-beratnya di berbagai tempat. Di Warsawa untuk Hela. Di Berlin untuk Josep dan Bronia dalam perjalanan mereka ke negeri Perancis dengan kereta api sambil berputus asa karena tak sempat lagi mereka datang di Sancellemoz pada waktunya untuk meliaht paras muka yang dicintai mereka itu. Di Montpellier untuk Jacques Curie. Di London untuk Mrs. Meloney. Di Paris untuks ahabt-sahabat yang setia.
Sarjana-sarjana muda menangis dekat perkakas-perkaaks yang tinggal kesunyian itu di Institut Radium. Georges Fournier, salah seorang dari murid-murid kesayangan madame Curie menulis di kemudian hari : “Kami telah kehilangan segala-galanya.
Jauh dari duka cita, kegelisahan dan pemberian hormat di Sancellemoz di suatu rumah penuh ahli-ahli Ilmu Pengetahuan, sesamanya yang melindunginya dengan penuh aksih sayang sampai saat terakhir. Tak dibenarkan orang luaran datang melihat muka madame Curie yang telah beristirahat untuk selama-lamanya. Tak ada seorang lain pun yang mengetahui bagaimana perpisahan ini diselubunginya dengan rawanan hati ayng melebihi anta. Berpakaian putih, rambutnya yang putih itu dieluskan dari dahinya yang tinggi itu, mukanya nyaman tenang, gagah berani laksana seorang ksatria; sekarang ia menyerupai segala yang seluhur-luhur dan semulia-mulianya di dunia ini.
Tangannya yang kasar dan jemuas serta kepalan dan kehangusan radium itu tak bergerak-gerik gerenyetan saraf lagi.
Tangannya itu terletak di alas tilam legat kediaman yang menyedihkan. Jari-jarinya yang telah bekerja sebanyak itu.
Hari Kamis, tanggal 6 Juli 1934 tengah hari; tak ada pidato kuburan, tak diiring-iring,d an diluar pembesar-pembesar dari kalangan politik dan pemerintah, tibalah madame Curie dalam rumah kediaman orang-orang yang meninggalkan dunia yang fana ini. Ia dikebumikan di pekuburan Sceaux dengan dihadiri sanak saudaranya, sahabt-sahabtnya, dan teman-teman sekerjanya ayng mencintainya. Kerandanya ditempatkan di atas peti Pierre Curie.
Bronia dan Josep Sklodowki melemparkan segenggam tanah yan dibawa mereka dari Polandia ke dalam liang kubur yang masih terbuka itu. Di atas nisan telah dibubuhi suatu tulisan yang baru : Marie Curie Sklodowska 1867 -1934.
Setahun kemudin datanglah bukunya yang masih sempat disiapkannya sebelum ia meninggal dunia membawa pesannya yang terakhir kepada “para pemberahi ilmu alam”.
Di Institut Radium yang melanjutkan pekerjaanya itu bukunya yang besar artinya itu ditempatkan diperpustakaan di samping kitab-kitab ilmu pengetahuan yang lain. Dikulitnya yang berwana abuan itu tercantum nama penulisnya “ madame Pierre Curie. Mahaguru di Sorbonne. Anugerah Nobel untuk ilmu fisika. Anugerah Nobel untuk Ilmu Kimia.
Dan nama buku itu hanya satu perkataan saja, mulia dan berseri-seri :
“RADIO – AKTIPITET
TAMAT.
Sepanjang, 3 Agustus 2014.