Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Senin, 07 Juli 2014

Buku Otobiografi Madame Curie Penemu Radium Bagian Kedua

Begitu pula telah diinsyafinya bahwa, jasmani itu tak penting artinya, bahkan sebenarnya tak ada hidup jasmani itu (Mademae Curie).

“MADAME  CURIE”
Oleh : EVE CURIE
Penterjemah : Krishna  Maruli
Penerbit : N.V. Penerbitan W. Van Hoeve, Bandung,’S-Gravenhage
Tahun : 1953.
Penyadur : Pujo Prayitno

Bagian KEDUA
Bab. VIII : PARIS
Bab.IX : EMPAT PULUH RUBEL SEBULAN
Bab.X : PIERRE CURIE
Bab.XI : MADAME CURIE
Bab. XII : RADIUM
Bab.XIIi : EMPAT TAHUN BERPONDOK-PONDOK
Bab.XIV : KESUKARAN HIDUP
Bab. XV : UJIAN DOKTORAL DAN PERCAKAPAN SELAMA LIMA MENIT
Bab.XVI : MUSUH YANG BERNAMA KEMEGAHAN
Bab.XVII : DARI HARI KE HARI
Bab.XVIII : 19 APRIL 1906

BAB. VIII : P A R I S
Jalan dari La Villette ke SorbonNe tidak melintasi bagian terbagus dari kota Paris dan bukan pula itu jalan yang sedekat-dekatnya atau yang secepat-cepatnya. Dari jalan d’Allemagne (sekarang jalan Yena Yaures) tempat tinggal Bronia dan suaminya berjalan sebuah omnibus yang ditarik oleh dua ekor kuda dan bertingkat dua ke Gare de I’Est (Salah satu dari stasiun keretaapi di Paris). Dari sana sampai ke jalan des Ecoles ada perhubungan bus yang lain lagi. Karrena lebih murah dan lebih meriah mania naik ke tingkatan atas yang tak beratap dan tak berdinding dengan tas buku-bukunya yan telah buruk dan dipakaianya sejak Universitet Kilat di Warsawa itu. Di puncak mercu yang bergerak-gerak ini angin memuput pipinya menjadi kasap, tetapi Mania tak menghiraukannya dan meluncurkan lehernya sambil memandang-mandang kiri kanan dengan lobanya. Biarlah jalan Lafayette yang tak ada putusnya itu sembarangan saja dan biarlah jalan Sebastopol itu merupakan suatu rentengan toko-toko yang berderet-deret, tetapi toko-toko, pohon-pohon olm yang berkelotokan dan udara yang berdebu itulah yang dinamakan Paris ...., Akhirnya sampai juga ia di Paris!.
Alangkah mudanya, kuatnya perasaan seseorang di Paris itu! Tak bersabar, tetapi luber pengharapannya! Apalagi perasaan seseorang anak gadis Polandia yang seolah-olah baru didmerdekaannya!
Tatkala mania yang letih lesu disebebkan perjalanan jauh itu turun dari kereta api di stasiun Gare du nord yang penuh asap itu, maka tanggallah perasaan tertindih yang telah baisa baginya itu, ddadanya merasa lega dan hatinya berdebar-debar. Buat pertama kalinya dalam hidupnya Mania mengecap udara negeri yang merdeka. Karena gairahnya maka semuanya indah dalam pandangannya. Bagus sekali dalam pandangannya bahwa orang-orang perlente yang melancong-pancong sepanja g kaki lima itu dapat bercakap-cakap dalam bahasa yang disukai mereka; bagus pula bahwa toko-toko buku dengan tak ada dihalang0halangi dapat menjula kitab-kitab dari seluruh dunia. Tetapi yang terbagus dirasanya ialah bahwa jalan-jalan lurus yang menurun berdikit-dikit ke pusat kota itu membawa dia, Mania Sklodowski, ke pintu gerbang Universitet dan Universitet yang mana! Yang termasyhur dan sejak berabad-abad telah tergambar sebagai suatu “Ikhtisar dari Sekalian Alam”, Universitet inilah yang dilkiskan Luther sebagai berikut : “Di Parislah sekolah yang termasyhur dan paling terutama : Sekolah itu dinamakan Sorbonne!”.
Istana Ilmu Pengetahuan itu amat ganjil rupanya dalam tahun 1891; Sorbone yang sejak enam thun sedang diperbaiki itu menyerupai seekor ular sawah besar yang tukar kulit, Hadapan mukanya yang baru itu panjag dan terlampau putih sedang di belakangnya di samping geung-gedung yang lama didirikan pecahan-pecahan yang bergema suara palu-palu penghancur-penghancur yang bergema terdengar. Pekerjaan-pekerjaan itu semua menyebabkan kekacauan dan mengganggu ketenangan paa mahasiswa. Karena kuliah-kuliah yang berpindah-pindah dari ruangan yang stu ke ruangan yang lainmengikuti siapnya kerja itu. Balai penyelidikan darurat mendapat tempat dalam rumah-rumah yang tua dan hak miliknya telah dicabut oleh pemerintah di jalan Saint Jacques.
Tetapi itu tidaklah menjadi sutu kejanggalan karena tahun ini, seperti juga pada tahun yang lain-lain, telah dilekatkan di tembok tempat penjaga sekolah itu sebuah maklumat berwarna putih sebgai berikut :
REPUBLIK PERANCIS
Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
Semester Pertama
Kuliah0kuliah di Soebonne akan dimulai pada tanggal
3 Nopember 1891
Berkat uang rubel yang telah dikumpulkannya sedikit demi sedikit berhaklah Mania memilih kuliah-kuliah yang disukainya di antara pelajaran-pelajaran yang tak terhitung banyaknya itu dari daftar pelajaran yang sulit mengartikannya itu dan menutupi maklumat tadi.
Maka anak gadis itu telah memilih tempatnya di kelas “Kimia Praktis” sehingga dapatlah ia mengadakan percobaan-percobaan sedehana dan memakai alat-alat, semuanya dengan pimpinan, bantuan dan dengan tak perlu lagi meraba-raba seperti dahulu. Mania sekarang telah seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam! Kegembiraannya tak terhingga!
Ia tidak menyebutkan dirinya lagi Mania, bahkan juga bukan Marya, karena pada surat permohonannya ditulisnya menurut ejaan Perancis : “Marie Sklodowski”. Tetapi karena sesama mahasiswa tak sanggup menyebutkan perkataan asing “Sklodowski” itu dan sebaliknya anak gadis Polandia ini tidak membenarkan memanggilnya Marie, maka tetaplah ia diselubungi oleh semacam samran gaib. Kerap kali dilihat mahasiswa-mahasiswa itu diselasar-selasar yang berkumandang itu anak gadis ini dengan berpakaian papa, mukanya galak dan tegar, rambutnya sangat putih kekuningan sangat halusnya sehingga banyak pemuda-pemuda yang menoleh ke belakang dengan herandan bertanya : “Siapakah itu?” Tetapi dijawabnya, kalau pun ada. Hanya remang-remang saja : “Salah seorang mahasiswa dari luar negeri. Namanya tidak disebutkan! Di kuliah-kuliah ilmu fisika selalu ia duduk di depan sekali .... Tak banyak bicaranya.
Beberapa waktu lamanya hanya rambutnya yang sangt putih kekuningan itu dan kepalanya yang kecil itu – selaras dengan kepala orang berbangsa Slavia – saja lah yang diketahui mereka tentang kawan mereka sebatang kara itu.
Tetapi semasa itu para pemuda lah yang terakhir dapat menarik perhatiannya! Seolah-olah ia dimanterai oleh beberapa orang tuan-tuan yang bersifat sungguh dan mengethaui beberapa rahasia-rahasia yang diingini Mania mengetahuinya. Tuan-tuan itu disebutkan orang : Profesor. Menurut kebiasaan dijunjung tinggi pada masa itu guru-guru besar ini memberikan kuliah-kuliah mereka dengan berpakaian jas pancung-telang, tetapi pakaian mereka ini senantiasa penuh bekas-bekas kapur tulis. Dengan minat terpikat duduklah Manaia di hdapan pakaian-pakaian kebesaran dan janggut-janggut beruban itu.
Kemarin dulu kuliah Lippmann sangat setimbangnya dan sewajarnya. Dan kemarin ia mendengarkan kuliah Bouty yang kepalanya seperti kepala kera itu merupakan perbendaharaan ilmu pengetahuan. Ia ingin menghadiri semua kuliah-kuliah itu dan belajar kenal dengan duapuluh tiga orang guru besar yang namanya tertulis dalam maklumat putih di muka ruangan panjang sekolah itu.
Tiba-tiba timbullah kesulitan-kesulitan yang tak disangka-sangkanya semasa pekerjaan-pekerjaan pertama, Pikirannya telah cukup kepandaiannya berbahasa Perancis, tetapi rupanya ia salah sangka. Kalinat-kalimat yang diucapkannya terlampau cepat tak dapat didtangkapnya. Di sangkanya bahwa telh uup  dsar ilmu pengetahuannya untuk mengikuti kuliah-kuliah di Universitet itu dengan gampang, tetapi pelajaran-pelajaran seorang dirinya di luar kota dulu, dalam kamarnya sebagai guru rumah dan pengetahuan yang dipungutnya dari surat-surat dari bapaknya serta percobaan-percobaan dalam “Musium” itu tak dapat menggantikan pendidikan semesta yang diberikan oleh sekolah-sekolah gymnasium di Paris.
Dalam ilmu ukur dan ilmu fisika dialaminyalah kekurangan pengetahuannya itu. Bagaimanakah caranya bekerja agar dapat ia mencapai gelar yang mulia yang diidam-idamkannya itu, yaitu “Kandidat dalam Ilmu Pasti dan Ilmu Alam?”
Hri ini berkuliah Paul Appell. Uraiannya terang dan jalan bahasanya menarik hati. Mania salah seorang yang datang terdahulu. Dalam ruangan kuliah yang berbangku jenjang-jenjang dan remang-remang karena cuaca matahar di bulan Desember itu dipilih Mania tempat duduknya sebelah bawah berdekatan sekali dengan mimbar guru besar itu. Maka diletakkan lah dengan cara yang tertentu tankgai penanya dan buku tulisnya terbuka di hadapannya agar dengan segera nanti dapat ditulisnya catatan-catatan dengan suratannya yang bagus dan teratur itu. Terlebih dahuu telah dipasangnya telinganya dan rohaninya telah siap sedia sehingga tak didengarnya suara-suara yang semakin lama semakin berharu biru disekelilingnya, tetapi dengan tiba-tiba terhenti karena kedatangan guru besar itu.
Sungguh mengherankan bagaimana kadang-kadang beberapa sarjana sanggup menimbulkan suatu keadaan sunyi senyap dengan tak mengucapkan sesuatu perkataanpun!.
Maka mulailah profesor berbicara. Dengan suara tenang yang mengucapkan tiap-tiap patah kata dengan aksen seorang berasal dari Elzas disampaikanlah uraannya. Dengan tak ada bimbangnya dan dengan tenangnya masuklah ia ke dalam segala sudut-sudut yang tersembunyi dalam lapangan ilmu pengetahuan; angka-angka dan bintang-bintang disulapkannya dan karena ia suka benar mempergunakan perumpamaan-perumpamaan yang tegas maka dikatakannyalah dengan sikap seorang yang berkuasa : “Ibaratnya saya ambil matahari itu dan saya lemparkan dia...”
Anak gadis Polandia itu tersenyum mendengarny sambil hatinya tertawan. Matanya yang bewarna kelabu-muda di bawah dahinya yang tinggi itu beseri-seri kegiranga. Bagaimnkah mendapatkan lmu pasti itu dikatakan tak merawan hati? Adakah lagi yang lebih bagus dari undang-undang kekal yang mengatur alam semesta ini; yang lebih mengherankan dari akal-budi menusia yang sanggup menyingkapkannya? Alangkah hampa belaka nampaknya segala buku-buku roman dan alangkah papapnya daya angan-angan segala dongengan jika dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam luar biasa, akan tetapi satu sama lain mempunyai hubungan dalam susunan-susunan selaras; jika dibandingkan dengan ketertiban yang tersimpul dalam suatu kekacauan semu .... Suatu perasaan yang hanya dapat disamakan dengan cinta menjelma dalam jiwa anak-anak gadis itu; yakni cinta terhadap Pengetahuan yang tak terbatas dan terhadap peristiwa-peristiwa dan undang-undangnya itu.
“Saya ambil matahari dan dan saya lemparkan dia ....
Mendengarkan kalimat yang satu itu diucapkan oleh seorang sarjana seperti ini dengan tenangnya dan dengan segala kebesaran cukuplah bagi Mania untuk mengobati kesedihan hatinya yang bertahun-tahun itu lamanya ....
Sempurnalah perasaan bahagia Mania.
Casimir Dliski (Suami Bronia) menulis kepada mertuanaya, sebagai berikut :
92 jalan d’Allemagne
Jam Bicara 1-3
Untuk yang takmampu tiap-tiap
Hari Senin dan Kamis dari 7 – 8.
“Tuan Sklodowski yang terhirmat,
“,,, Di sini semuanya berjalan dengan baik. Mania belajar dengan sungguh-sungguh. Hampir tak ada waktunya terluang untuk lain dari Sorbonne sehingga hanya ketika malam waktu makan kami berjumpa. Mania adalah seorang yang tak mau diperintah dan walau pun tuan dengan resmi meminta agar saya mengamat-amatinya, akan tetapi sedikit pun tak diacuhkannya saya dan kepatuhan pun tak ada lagi padanya. Kuasa dan kesungguhan saya diolok-olokannya dengan tak ada batasnya. Saya harap akan dapat menginsyafkannya aka tetapi sampai sekarang kepandaian-kepandaian saya dalam pendidikan belum mencukupi rupanya. Tetapi sungguh pun demikian dapat kami bergaul dengan baik dan kami hidup dalam rukun dan damai.
Dengan perasaan tak sabar saya tunggu-tunggu isteri saya datang kembali, tetapi Bronia yang masih muda itu rupanya tak tergesa-gesa hendak pulang kemari, padahal di sini dapat ia berbakti dan kedatangannya dinantikan dengan rindu.
Saya beritahukan lagi bahwa Mania adalah sehat-sehat dan segar bugar nampaknya.”
Inilah berita-berita pertama dari doktor Dluski tenetang iparnya Mania yang diterimanya di jalan d’Allemagne ketika isterinya Bronia sedang bepergian ke Polandia. Sudah beberapa minggu ia tertahan di sana sehingga Dluski yang suka menyindir-nyindir itu yang mengelu-elukan Mania dengan ramahnya. Dari semua orang-orang yang berpindah tempat dari Polandia dan berdiam di Paris telah dipilih Bronia yang baik hati itu yang terpintar, terbudiman dan yang terjenaka. Dan alangkah banyaknya pengalaman-pengalamannya selama hidupnya sampai sekarang! Casimir telah menjadi mahasiswa di Petersburg, Odessa dan Warsawa, tetapi karena ia dituduh turut bersekutu dalam pembunuhan Alexander I terpaksa ia lari dari Polandia ke Geneva menjadi pengarang tulisan-tulisan politik yang berhaluan revolusioner. Sesudah itu ia menjadi mahasiswa di Universitet jurusan ekonomi di Paris, kemudian mahasiswa ketabiban dan akhirnya doktor di sana. Keluarganya di Polandia adalah hartawan dan dalam berkas-berkas kementerian luar negeri di Perancis ia mempunyai nama yang tak baik berhubung dengan laporan-laporan yang diberikan kepolisian pemerintahan Tzar, sehingga tak mungkin baginya menjadi warga Perancis dan menetap di Paris.
Tat kala Bronia kembali di Paris ia dielu-elukan oleh tepuk sorak suami dan adiknya itu. Seperti dikatakan Casiir dalam suratnya itu sudah sangatlah perkunya ia kembali mengendalikan pimpinan rumah tangga sebagai seorang isteri yang gberpengalaman. Beberapa jam sesudah ia tiba maka semuanya di rumahnya ditingkatkan kedua itu yang lengkapnya meninjau ke arah pohon-pohon di jalan d’Allemagne telah teratur kembali. Makanan dimasaka dengan sedap dan lezat, debu hilang dan kembang-kembang yang dibelinya di pasar menghiasi jambangan-jambangan di rumahnya. Memang sangat pandainya Bronia mengatur-atur! Berkat sarannnyalah mereka pindah dari pusat kota Paris dan menyewa sebuah rumah dekat taman Butter Chaumont di La Villette. Dengan sejumlah uang pinjaman dikunjunginya beberapa lelang-lelang dan pada suatu hari rumahnya itu telah mempunyai perabot yang mendingan bagusnya, sebuah piano dan beberapa tirai berlansia dengan tiba-tiba menimbulkan suasana yang menyenangkan di rumah itu.
Begitu pula dibagi-baginya dengan akas pemakaian waktu oleh penghuni-penghuni rumahnya itu. Beberapa jam sehari kamar bicara doktor itu dipergunakan oleh Casimir untuk menerima saien=pasiennya kebanyakan orang-orang jagal dari pembantaian-pembantaian yang berdekatan; pada waktu yang lain Bronia memberikan musyawarat-musyawaratnya yang pertama sebagai ahli penyakit kandungan. Suami istri keduanya bekerja keras, dan masuk rumah keluar rumah mereka mengunjungi sisakit mereka....
Tetapi jika hari telah malam dan lamu di rumah itu dipasang, maka dilupakan oleh mereka segala pikiran sehari-hari. Casimir menggemari selang-selingan dalam hidupnya, karena itu pekerjaan seberat-beratnya dan kemalangan sebesar-besarnya tak dapat mempengaruhi harinya itu. Sehabis bekerja beberapa jam sehari masih dapat diusahakannya malam-malam mengunjungi komedi walau pun dikelas kambingnya. Atau jika tak ada lagi uang mereka maka ia main piano dengan segala keahlian. Menjelang larut malam datanglah bertamu sahabat-sahabat mereka, orang-orang muda laki-isteri dari Polandia yang mengetahui bahwa setiap waktu mereka boleh bertamu di rumah keluarga Dluski itu. Maka Bronia keluar-masuk dan di atas meja dihidangkan teh panas yang beruap-uap di smaping limonade dan air sejuk  disertai juada-juada yang masih sempat dimakask oleh doktor wanita itu sambil menerima pasien-pasiennya.
Pada suatu malam ketika Mania duduk membungkuk di hadapan bukunya; di dalam kamarnya di sebelah belakang rumah mereka itu dengan harapan akan dapat bekerja seorang diri seperti apda malam itu, maka datanglah iparnya tergopoh-gopoh mendekatinya.
“Lekas, mantel dan topimu! Saya mendapat karcis perei buat sutu konser!
“Tetapi....
“Jangan ber-tetapi! Yang akan main ialah seniman piano yang saya ceritakan itu. Tak banyak terjual tempat buat malam ini, karena itu sebagai sahabatnya kita harus datang mengisi ruangan agar penuh sedikit nampaknya. Telah saya kumpulkan beberapa orang suka-rela untuk bertepuk sorak menyemarakan “Suksesnya” ini .... Kau tak tahu bagaimana pandainya main piano!
Mania tak dapat berdalih dan ditutupnyalah bukunya itu. Pintu rumah terkunci dan tiga orang muda itu berlari-lari tergesa-ges mengejar omnibus yang kudanya telah kedengaran datang berlari-lari.
Beberapa saat lagi maka duduklah Mania dalam gedung komedi di ruangan Erard yang hanya seperempat bagian terisi dan di atas podiun dilihatnya seorang lelaki, tinggi dan kurus, bermuka pelik dan berambut merah laksana teja emas. Ia pergi menuju piano dan berkat jari-jarinya yang sigap dan akas itu seolah-olah hiduplah kembali Liszt, Schumann dan Chopin. Parasnya seakan-akan memaksa tetapi kasatria dan matanya yang bersemangat itu merenung kejauhan.
Dengan asik didiengarkan Mania ahli musik ini yang dalam pakaian kebesaran malam yang telah amoh bermain piano dalam suatu ruangan yang hampir kosong seluruhnya, walau pun nampaknya seniman ini bukan seorang yang main untuk pertama kalinya di muka umum, akan tetapi merupakan seorang raja, suatu tahun.
Sedari itu kadang-kadang datanglah seniman musik itu bertamu di waktu malam ke jalan d’Allemagne ditemani seorang gperempuan muda yang cantik manis, yaitu Madame Gorska yang dicintainya dan yang akan dikawininya kelak. Hidupnya yang papa  itu dibicarakannya dengan tak mengeluh-ngeluh dan kekecewaannya dalam perjuangannya tak menyakitkan hatinya. Bronia dan Mania bersama-sama madame Gorska terkenang  akan masa yang lampau ketika nyonya ini dalam umur enambelas tahun menemani ibu mereka, nyonya Sklodowski, semasa berobatnya – Takala Ibu kembali di Warsawa, ia mengatakan, ujar Mania dengan tertawa, bahwa tak berani lagi ia membawa nyonya ke tempat-tempat perobatannya, karena nyonya terlampau cantik!
Untuk memuaskan keinginannya bermusik maka dengan tiba-tiba diputuskan anak muda yang berambut merah itu percakapan mereka itu dengan duduk main piano dan seakan-akan ada hobat-hobatan yang mempengaruhinya maka bergantilah piano kepunyaan keluarga Dluski itu dari suatu piano biasa saja menjadi suatu alat musik yang sangat mulia.
Seniman musik itu bersifat kewanitaan, akan tetapi menawan hati. Ia bercinta-cinta, gelisah, rasa beruntung tetapi juga rasa malang.
Pada suatu ketika ia menjadi seorang seniman yang luar biasa budinya dan menjadi seorang presiden Polandia yang telah dimerdekakan dan hidup kembali.
Namanya ialah Ignace Paderewski.
Dengan semangat yang berapi-api Mania menceburkan dirinya dalam segala-gala yang didapatnya di hidupnya yang baru itu. Ia bekerja dengan meriang dan dirasainya juga kenikmatan persahabatan serta persatuan nasib karena pekerjaan bersma-sama du Nuniversitet. Tetapi karena ia masih terlampau isin untuk bergaul dengan orang-opran Perancis maka dicarilah naungan dalam persahabatan dengan dua orang gmahasiswa bangsa Polandia, yaitu dua orang gyang belajar ilmu pasti, yakni encik Kraskowska dan Dyddynska, doktor Motz, ahli Ilmu Hayat Danysz, Stanislas Szalsy yang kelak akan menjadi anggota keluarga Sklodowski karena perkawinannya dengan Hela, Wojciechoeski – kelak akan menjadi presiden republik Polandia! – mereka itu merupakan teman-temannya dalam masyarakat Polandia yang terapung-apung laksana pulau di Quartier latin.
Orang-orang yang masih muda itu, tetapi tak mempunyai harta, mengadakan pertemuan-pertemuan malam dan jamuan-jamuan berhubung dengan Hari Natal dengan santapan-santapan masakan Polandia, Wodka sedikit dan teh diberbanyak ... Mereka mengadakan pertunjukan-pertunjukan ssandiwara dengan lakon-lakon ria dan duka yang dimainkan oleh pemain-pemain yang bukan ahli. Kartu tertib acara untuk malam-malam semacam itu tertulis dalam bahasa Polandia dan dihiasi dengan bebereapa gambaran merupakan lambang-lambang : di atas sekali sebuah pondok di suatu padang bersalju, di bawahnya itu sebuah kamar di atas loteng dengan seorang anak muda yang langsung sedang membungkuk di hadapan bukunya ... Dan di bawah sekali seorang pemberi hadiah di Hari Natal yang menjatuhkan buku-buku pelajaran ke dalam lboratorium dengan melalui corong asap. Akhirnya sebuah dompet yang kosong dengan tikus yang mengerat-eratnya.....
Dalam segala pertemuan dan jamuan ini Mania pun turut, walau pun tak ada kesempatan baginya untuk mempelajari sesuatu lakon atau bermain di atas panggung. Akan tetapi pada suatu pesta kebangsaan yang diselenggarakan oleh tukan patung Waszinkowski terpilih ia untuk menggambarkan tokoh tinggi-tegap dari “Polandia yang memutuskan belenggunya” di antara arca-arca bernyawa itu.
Pada malam itu mahasiswa yang besifat sungguh-sungguh itu menjelma menjadi seorang perempuan yang amat berlainan dari biasa; ia berpakaian tunik zaman purba-kala dengan selubung-selubung dalam warna-warni kebangsaaan dilansaikan seluruh tubuhnya dan rambutnya terlepas di atas bahunya. Diselubungi oleh kain berwarn ungu itu adalah Mania dengan kulitnya yang eolah-olah tembus chay itu, dengan rambutnya putih kuning dan parasnya potongan bangsa Slavia serta menunjukkan ketegaran hati, merupakan lambang kebangsan bagi orang-orang yang berpindah tempat dari Polandia itu.
Maka di sini nyatalah bhwa walau pun pemebangunan dan jarak memisahkan mereka dari tanah airnya, tak dapat Mania, mau pun kakaknya itu, melupakan warsawa. Seolah-olah ada yang mendorongnya dari dalam di pilih mereka jalan d’Allemagne sebagai tempat tinggal mereka di pinggiran kota, yang belum berai mereka adalah mengunjunginya. Tetapi berdekatan dengan stasiun Gare du Nord, tempat kereta api yag membawa mereka dari Polandia ke Perancis berhenti. Tanah air mereka tetap dalam hati mereka dengan sutu ikatan yang teguh, terlebih-lebih dengan surat menyurat dengan bapak mereka di warsawa. Anak-anaknya ini yang telah mendapat pendidikan sopan santun menulis kepadanya dengan segala kehormatan mereka dengan jelasnya sambil menyampaikan beberapa pesanan-pesanan kepada bapak mereka itu. Tak pernah timbul dalam pikiran mereka bahwa selain di Warsawa dimana-mana pun dapat dibeli teh, begitu pula tak diingat mereka bahwa, jika perlu, di negeri Perancis dapat didbeli setrika dengan harga yang tidak terlampau mahal!.
Bronia menulis kepada Sklodowski :
“... Saya aakan merasa sangat berterima kasih kepada bapak – sayang jika dikirmnya untuk kami dua pon teh biasa seharga 2 rubel 20. Selaind ari itu tak ada lagi yang kami buruhkan. Mania-pun tidak.
Kami dalam keadaan sehat-sehat saja. Mania segar kelihatannya dan saya pikir kerja keras itu tak mengganggu kesehatannya...”
Sklodowski menulis kepada Bronia :
“Saya bergirang mendengar bahwa seterikaan sangat baiknya. Saya sendirilah yang memilihnya karena itu saya kuatir kalau-kalau tak memuaskan keninginanmu seluruhnya. Saya tak tahu pada siapa dapat diserahkan membelinya, begitu juga dengan barang-barang yang lain itu. Walau pun barang-barang itu merupakan kelincahan wanita, terpaksa jugalah saya mengurusnya...”
Tentulah diceritakan Mania kepada bapaknya tentang malam gembira di rumah ahli patung itu dan tentang suksesnya sendiri pada malam itu sebagai “Polandia”. Tetapi bapaknya itu tidak gembira :
Sklodowski menulis kepada Mania pada tanggal 31 Januari 1892 :
“Suratmu yang terakhir tidak menggembirakan saya, Mnia sayang. Saya menyesal karena kau turut dalam pertunjukan itu. Sesungguhnya bukan suatu kesalahan besasr perbuatanmu itu, tetapi persitiwa semacam ini tentu menarik perhatian dan kau sendiri pun bukan tak tahu bahwa di Paris banyak orang-orang ang dengan teliti mengamat-amati kelakuan seseorang dan mencatat nama mereka yang terkemuka untuk dikirim laporan-laporan ke mari berhubung dengan beberapa maksud yang tertentu.
Mungkin ini meruakan sumber beberapa kesulitan-kesulitan dan mungkin pula karena hal semacam ini beberapa orang ditolak dari berbagai jabatan-jabatan. Karena itu pentinglah untuk orang-orang yang hendak bekerja kelak di Warsawa dengan tak menghadapi kemungkinan bahaya, supaya mereka tinggal diam-diam dan menjaga agar mereka menjauhkan diri jangan sampak terlihat. Beberapa peristiwa sebagai konser-konser, pesta-pesta dansa dsb, dilaporkan wartawan-wartawan dengan menyebutkan nama-nama orang-orangnya.
Saya akan bersedih hati apabila apda suatu hari namamu pun disebut-sebut. Sebab itulah dalam surat-surat saya yang dahulu telah beberapa kali saya memberikan teguran semacam ini dengan permintaan supaya kau sedapat mungkin menjauhkan dirimu...”
Apakah kekuasaan bapaknya atau pun akal budinya sendiri yang menentang kegaduhan-kegaduhan yang tak ada hasilnya itu? Segera dirasa oleh Mania bahwa keceriaan hampa semacam itu menghalang-halanginya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksudnya datang ke Perancis bukanlah untuk turut dalam pertunjukan-pertunjukan dengan patung-patung yang bernyawa, sedang setiap detik yang tak dipergunakannya untuk pelajarannya, merupakan waktu yang terbuang percuma.
Selin dari itu ada pula soal yang lain. Di jalan d’Allemagne hidupnya tenang dan nyaman, tetapi kesunyian yang dikehendakinya di sana. Tak dapat dilarangnya Caseir bermain piano, menerima teman-temannya atau masuk ke dalam kamarnya sedang Mania sibuk dengan mencari pemecahan soal-soal ilmu kimia yang sulit-sulit; tak mungkin dihalang-halanginya pasien-pasien ke duaorang doktor muda itu ribut-ribut dalam rumah itu. Di waktu malam ia terkejut bangun karena bunyi genta atau orang melangkah yang datang memanggil Bronia berhubung dengan suatu persalinan di rumah salah seorang pembantai.
Yang lebih susah di La Villette ialah berhubungan dengan Sorbone yang jauhnya satu jam perjalanan dari rumah itu! Dan di samping itu ongkos-ongkos buat dua kali naik bus lambat laun telah bertimbun-timbun banyaknya!.
Setelah diadakan musyawarah dengan keluarganya, maka diputuskan bahwa Mania akan tinggal di Quartier Latin berdekatan dengan Universeitet, Laboratorium-laboratorium, perpustakaan-perpustakaan. Dluski suami istri berdua mendesak agar menerima tawaran mereka untuk meminjamkan uang yang diperlukannya guna kepindahannya itu. Maka esok harinya pergilah Mania melihat-lihat semua kamar-kamar loteng yang hendak disewanya di Quartier Latin.
Dengan perasaan sedih ditinggalkannya rumah kecil dalam kitaran rumah-rumah potong dan penuh kasih sayang, dan keberanian serta kegembiraan. Antara Casimir dan Mania telah timbul suatu persaudaraan seperti antara kakak beradik yang terus menerus selama hidup mereka. Antara Bronia dan Mania telah sejak beberapa tahun berjalan suatu sejarah penuh dengan kemuliaan : kebaikan, pengorbanan dan saling membantu.
Bronia yang sedang  mengandung besar itu mengamat-amatinya ketika Mania menyiapkan barang-barangnya yang tak banyak itu untuk diangkut dengan suatu pedai sorong ke tempat tinggalnya yang baru. Maka berangkatlah mania ke tempat kediamannya secara mahasiswa itu, ditemni oleh Casimir dan istrinya, dengan mengambil omnibus dan duduk pindah dari tingkatan atas yang satu ke tingkatan atas yang lain.
BAB. IX.  EMPATPULUH  RUBEL  SEBULAN
Masa berbulan-bulan di jalan d”Allemagne itu bagi Mania hanya merupakan masa peralihan untuk, menyesuaikan dirinya kepada hawa dan suasana kota Paris. Sekarang tenggelamlah anak gadis ini dengan lambat laun delam kesunyian dan kesepian, karena orang-orang yang berdekatan dengan dia tak dihiraukannya seperti juga tak diacuhkannya tembok-tembok yang mengelilinga sehingga percakapan-percakapan di sampingnya pun tak mengganggu kesepian yang menyelubungi hari-harinya.
Tiga tahun lamanya ia hidup hanya dalamkeinginan berbakti dan mentasbihkan dirinya untuk belajar. Inilah hidup yang diidam-idamkannya itu, suatu cara hidup yang seperti yang lazim bagi-  orang-orang rahib dan orang-orang biarawan.
Selain dari itu hidupnya ini sebenarnya sederhananya seperti hdup dalam suatu biara, karena sejak ditinggalkannya dengan sukarela rumah dan makanan yang diberikan oleh keluarga Dluski itu kepadanya maka ia sendirilah yang mengurus dirinya sendiri. Pendapatannya artinya : uang simpanan, dibagi sedikit-sedikit, dan uang yang didapat dari kiriman bapaknya kepada Mania, berjumlah empat puluh rubel per bulan.
Tetapi bagaimanakah dapat seorang wanita dari luar negeri hidup dengan empatpuluh rubel sebulan di kota Paris dari tahun 1892, dengan yang pantas baginya, karena ini berarti tiga frances sehari untuk membayar kamarnya, makanannya, pakaiannya, buku-buku tulisnya dan kitab-kitab pelajarannya, jangan agi disebutkan uang sekolahnya?
Inilah masalah penting yang harus dipecahkan. Tetapi belum pernah terjadi Mania tak dapat memecahkan sesuatu masalah!
Mania menulis kepada abangnya Yosep pada tngaal 17 maret 1892.
“Tentu kau telah mendengar bahwa saya telah memutuskan tinggal lebih dekat sekolah berhubung dengan beberapa sebab, terisitmewa selama semester sekarang ini saya perlu diam berdekatan dengan sekolah. Putusan itu telah saya laksanakan sekarang : inilah alamat saya yang baru : 3 jalan Flatters. Kamar saya ini amat rapihnya dan tidak mahal. Dalam seperampat jam saya telah dilaboratorium ilmu Kimia dan dalam dua puluh menit saya telah sampai di Sorbone. Tentu tak dapat saya laksanakan ini kalau tidak berkat bantuan keluarga Dluski.
Di sini saya bekerja seratus kali lebih banyak dari waktu semula; di jalan d’Allemagne menjadi kebiasan bagi ipar saya mengganggu saya berkali-kali. Ia tak sabar kalau sewaktu di rumah saya tak bercakap-cakap saja dengan dia dan tak boleh kukerjakan pekerjaan lain! Terpaksa saya selalu bertenggkar dengan dia tentang hal ini. Beberapa hari setelah saya pindah, maka Bronia dan suaminya itu rindu kepada saya dan mereka datang mengunjungi saya. Kami minum teh seorang bujang dan sesudah itu kami pergi bersama-sama ke rumah keluarga S. Yang tinggal berdekatan di sini.
Apakah istrimu mengurus Bapak kita sedikit-sedikit seperti dijanjikannya kepada saya? Tetapi awaslah jangan samapi tersamping saya karena dia. Bapak sudah mulai menulis terlampau manis tentang dia dan saya takut kalau-kalau ia lekas melupakan saya nantinya...”
Bukan Mania saja mahasiswa di Quartier Latin yang harus hidup dengan empatpuluh rubel sebulan, karena kebanaakan dari teman-temannya dari Polandia sama miskinnya seperti dia. Beberapa orang tinggal bersama-sama dan makan bersma-sama. Yang yang tinggal sendirian beberapa jam sehari dipergunakan mereka untuk urusan rumah tangga, seperti memasak, menambal pakaian, sehingga dapatlah mereka makan dengan cukup, tak kedinginan dan berpakaian ‘’ dengan gayanya atau pun tidak. Cara ini dahulu jua dipergunakan oleh Bronia yang telah terkenal di kalangan sesama mahasiswanya karena keahliannya dalam urusan rumah tangga seorang bujang.
Tetapi Mania tak bersedia menuruti contoh yang diberikan kakaknya itu. : Lebih suka ia tinggal sendirian daripada mengorbankan kesepiannya itu, untuk tinggal bersama-sama dengan teman-temannya. Pikirannya terlampau banyak tenggelam oleh pekerjaannya sehingga tak diingatnya kesenangan-kesenangannya. Bahkan, sekalipun ada maksudnya ke jurusan ini tak akan sanggup ia melaksanakannya, karena anak gadis ini yang pada umur tujuhbelas tahun telah bekerja di rumah orang lain sebagai guru rumah dan mengajar tujuh sampai delapan jam sehari, tak pernah mendpat waktu atau kesemepatan menguji dirinya dalam urusan rumah tangga. Semuanya yang dipelajari Bronia semasa ia mengurus rumah tangga. Semuanya yang didpelajari Bronia semasa ia mengurus rumah tangga bapaknya, tak diketahui Mania. Dalam kalangan Polandia ia disebutkan seorang “Yang tak mengetahui bagaimana membuat kaldu”.
Sesungguhnya tak diketahuinya itu, akan tetapi ia tidak ingin pula mengetahuinya. Apakah faedahnya mengorbankan suatu pagi hari untuk menyelidiki rahasia-rahasia masakan kaldu. Padahal dalam masa itu sempat ia mempelajari beberapa halaman ilmu kimia atau mengadakan percobaan yang penting artinya di laboratorium.
Dengan sengaja telah dicoretnya dari rancangan hidupnya segala kenikmatan, segala pertemuan-pertemuan persahabatan, dengan pendek kata segala perhubungan dengan orang-lain. Begitu pula telah diinsyafinya bahwa jasmani itu tak penting artinya, bahkan sebenarnya tak ada hidup jasmani itu. Berdasarkan patokan ini maka diaturnyalah hidupnya secara Sparta yang ganjil dan lalim itu.
Rue Flatters, Boulevard Port-Royal, rue des Feuillantines.....
Berkenaan dengan sewajarnya yang murah dan kurangnya kesenangannya serupa sajalah kamar-kamar yang telah di huni Mania berturut-turut. Yang pertama adalah dalam suatu hotel yang papa, tempat tinggal beberapa orang mahasiswa yang telah kawin. Doktor-doktor dan para perwira dan kesatrian yang berdekatan. Sesudah itu disewa oleh anak gadis itu sebuah kamar di atas loteng sebuah rumah rakyat biasa, seperti yang biasa di huni oleh pelayan-pelayan. Dengan limabelas sampai duapuluh rubel sebulan dapatlah disewa sebuah kmar yang sangat kecilnya di bawah balok-balok loteng. Dari jendela loteng itu nampaklah sepotong langit. Tak ada pemanasan, tak ada lampu dan tak ada air.
Dalam kamar itu ditaruh oleh Mania segala yang ada padanya : Tempat tidur besi yang dibawanya dari Polandia bersama-sama dengan kasurnya : sebuah alat pemanas yang kecil, sebuah meja kayu bercat putih, sebuah kursi untuk dapur dan sebuah tempat pencucian; sebuah lampu minyak tanah dengan kap yang murah seharga sepuluh sen; sebuah tempat air yang harus diangkatnya sendiri untuk mengisinya di bawah cerat digang rumah itu; sebuah alat pemasak makanannya selama tiga tahun; dua buah piring, sebuah pisau, sebuah garpu, sebuah sendok, sebuah cangkir dan sebuah panci. Akhirnya sebuah cerek dan tiga buah gelas yang dipergunakannya menurut adat kebiasaan Polandia untuk menyuguhkan teh bagi keluarga Dluski apabila mereka datng bertamu di kamarnya. Apabila datang orang bertamu kepadanya tetap dipeliharanya adat pertamuan; dipasanginyalah alat pemanasnya yang pipa-pipanya mengisi seluruh kamarnya dan sebagai tempat duduk diseretnya dari suatu sudut sbuah kopor besar berwarna coklat yang dipergunakannya juga sebagai meja tempat cuci muka dan sebagai lemari pakaiannya.
Tak ada pelayannya : Sejam gaji seorang pesuruh sudah termpau banyak menikan pembelanjaannya. Juga ongkos-ongkos kendaraan telah dihapuskannya. Ia berjalan kaki ke Sorbone melalui hujan dan terik panas. Sedikit sekali dipakainya alat pembakar di musim dingin ; Untuk sekali musim dingin cukup satu atau dua karung kokas yang dibelinya disuatu toko di simpang jalan itu dan diangkatnya sendiri ke atas se ember demi se ember dengan menaiki enam buah tangga yang curam dan melepaskan lelahnya  di setiap tingkatan. Penerangannya pun sangat dihematnya; Segera sesudah hari malam maka mahasiswa itu pun larilah ke kedong yang penuh kasih sayang, yaitu perpustakaan Sainte Genevieve, terang benderang dan panas. Di sana dudukla ia menghadap meja besar bujur sangkar dan sambil membungkuk di atas buku-bukunya dengan tangannya mendukung kepalanya, dapatlah ia bekerja sampai saatnya pintu-pintu ditutup apda jam sepuluh malam. Dengan cara demikian dapat ia memakai lampu minyak di kamarnya hanya dari jam sepuluh sampai kira-kira jm dua pagi ... Sesudah itu ditinggalkan oleh Mania buku-bukunya itu dengan mata yang merah keletihan dan rebah di atas tempat tidurnya.
Yang dikatahuinya secara praktis hanyalah menjahit, berkat pelajaran-pelajaran “kerajinan tangan” di sekolah Sikorski dan sebagai kenang-kenangan di masa ia bekerja sehari-hari di Szcozukki apabila ia sambil mengamat-amati pelajaran anak-anak itu menyiapkan kerja tangannya. Tetapi bukanllah berarti bahwa anak gadis ini pernah membeli sepotong kain untuk menjahit baju yang baru bagi dirinya sendiri semata-mata buat menyenangkan hati orang lain. Sebaliknya ia telah bersumpah tak akan menanggalkan pakaian-pakaian yang dibawanya dari Warsawa itu; dipakainya baju-baju itu terus menerus walau pun telah licin dan amoh sampai kepada benangnya.
Tetapi pakaiannya diurusnsya dengan baik-bik, dicucinya , dan ditambalnya jika perlu. Kadang-kadang besedia juga ia mencuci pakainnya dalam tempat pencucian jika ia telah terlampau letih untuk bekerja dan ingin “melepaskan lelahnya”.
Mania tak mau mengakui bahwa mungkin ia akan menderita kedinginan atau kelaparan. Buat menjaga supaya tak perlu lagi ia membeli batu arang dan juga karena hatinya melayang, tak dipasanginya lagi alat pemanas di kamarnya itu dan tak dilihatnya bahwa ssambil menulis angka-angka dan persamaan-persamaan kimia jari-jarinya telah kaku dan badannya gemetar, seluruhnya karena kedinginan. Sepiring sup yang panas dan sepotong daging akan dapat menimbulkan tenaganya kembali, tetapi Mania tak tahu bagaimana memasak sup! Tak dapat ia mengorbankan satu Franc dan setengah jam untuk memasak daging. Hampir tak pernah ia datang ke rumah potong, apalagi dalam restoran: terlampau mahal itu semuanya. Beberapa minggu lamanya ia tak memakan selaind ari roti dengan mentega dan diminumnya teh. Jika ia ingin makan enak maka pergila ia ke suatu restoran kecil di Quartier Latin untuk membeli dua butir telor atau sepotong coklat atau pun buah-buahan sedikit.
Dengan cara hidup semacam ini anak gadis yang beberapa bulan saja baru datang dari Warsawa itu dengan segar-bugar sekarang telah lemah badannya. Kerap kali dirasanya akan terjatuh jika ia berdiri dari meja kerjanya. Hampir tak ada lagi waktunya untuk mencapai tempat tidurnya dan setibanya di sana maka ia pun pingsan. Apabila ia sadar kembali maka ia bertanya dalam hatinya apa sebabnya ia pingsan dan pikirannya ia sakit tetapi penyakit itu tak diacuhkannya seperti juga hal-hal yang lain itu. Tak masuk dalam pikirannya bahwa ia jatuh karena lemahnya dan bahwa stu-satunya penyakitnya ialah kelaparan.
Tentunya dengan sendirinya tak diceritakannya di rumah kakaknya itu cara bagaimana diaturnya hidupnya. Setiap kali ia mengunjungi Bronia segala pertanyaan-pertanyaan tentang kemajuannya dalam kepandaian memasak dijawabnya dengan kata-kata pendek. Begitu pula pula tak dijawabnya dengan tegas pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan makanannya sehari-hari. Jika iparnya mengatakan bahwa ia tak sehat nampaknya maka dijawabnya dengan tegas bahwa ia terlampau banyak bekerja dan menurut pikirannya sendiri memang inilah yang semata-mata menjadi sebab keletihannya itu. Dan dengan suatu jawaban yang memandang ringan segala sesuatunya maka dialihkannya rasa kuatir itu dan pergi bermain-main dengan keponakannya yaitu anak perempuan Bronia yang sangat disayanginya.
Tetapi apabila para sutu hari ia jatuh pingsan tatkala salah seorang dari sesama mahasiswa di dekatnya berlari ke jalan d”Allemagne untuk memberitahukan hal itu kepada kedua dokter yang masih muda itu. Dua jam sesudah itu datanglah Casimir menaiki tangga yang enam buah banyaknya itu dan masuk ke dalam kamar loteng Mania yang, walau pun masih pucat, duduk mempelajari pelajarannya untuk esok harinya. Dipandangnya iparnya itu, dan terlebih lagi diperhatikannya piring-piring gyang tak dipergunakan, panci-panci yang kosong dan kamar yang hanya menyimpan sebuah pak teh. Dengan sekonyong-konyong ia mengerti – maka dimulainyalah pemeriksaannya :
“Apakah kau makan hari ini?”
“Hari ini? Saya tak tahu.... Tadi saya sudah makan sedikit...
“Apakah yang kau makanhari ini? Diulangi oleh Casimir pertanyaannya itu dengan tidak mau mengalah.
“Buah Kers dan .... oh, banyak lag yang lain-lain....
Tetapi akhirnrya terpaksa lah Mania mengaku; sejak kemarin talah dimakannya : Seikat Rades dan setengah pon buah kers. Ia bekerj sampai jam tiga pagi dan sesudah itu tidur selama empat jam, dan pergi ke Sorbonne; sekembalinya dari sana dihabiskannya rades itu, naka ia pun jatuh pingsan.
Tak lama doktor itu membicarakannya. Sangat marah ia. Marah terhadap Mania yang memandangnya dengan mata letih-lesu dan seolah-olah mempermainkannya. Tetapi marahnya juga terhasap diri sendiri karena ia menyesal tak dijaganya lebih baik “si kecil” itu yang telah dipercayakan Sklodowski kepadanya. Dengan tak mengacuhkan dalih-dalih iparnya itu diberikannya mantel dan topi kepada Mania dan diperintahkannya mengumpulkan seluruh buku-buku dan kitab-kitabnya yang diperlukan untuk minggu depan. Dengan diam, marah dan murung dibawa oleh Casimir iparnya itu ke rumahnya, di La Villette. Sesampainya di sana dipanggilnya Bronia yang tergesa-gesa pergi ke dapur.
Dua uluh menit telah berselang dan Mania memakan habis sesuap demi sesuap obat-obatan yang telah disiapkan oleh Casimir untuk iparnya itu. Sepotong bistik setengah amsak dengan kentang goreng. Maka dengan sekejap mata, seolah-olah ia dikenakan oleh reaksi obat-obatan, pucat muka Mania menghilang dan pipinya bewarna kembali. Malam itu juga jam sebelas datang Bronia memadamkan lampu dalam kamar yang disediakannya untuk adiknya itu. Beberapa hari lamanya Mania dirawat di sana, diberikan makanan yang diurus dengan baik, sehingga alambat laun pulih lah tenaganya. Akan tetapi pikirannya terusik oleh ujian-ujiannya yang akan ditempuhnya sehingga ia pun kembali ke kamarnya di atas loteng itu setelah berjanji bahwa mulai sekrang ini akan merubah kelakuannya itu.
Tetapi esok harinya telah dimulainya lagi hidup dengan angin belaka.
Belajar!.... Belajar!... Sekali lagi Belajar!... Terpikat oleh buku-bukunya dan diayun-ayunkah oleh kemajuan-kemajuan yang dicapainya dalam pelajaran-pelajarannya itu Mania merasa dirinya sanggup menelaah segala yang telah diketahui oleh Manusia. Maka diikutinya kuliah-kuliah ilmu ukur, ilmu alam dan ilmu kimia. Tak canggung lagi ia mempergunakan alat-alat perkakas dan melakukan percobaan-percobaan ilmu pengetahuan dengan sangat telitinya. Tak lama lagi maka ia pun mendpat kehormatan dari profesor Lippmann yang menyuruhnya melakukan beberapa penyelidikan yang belum ada artinya, akan tetapi memberikan kesempatan bagi Mania untuk menunjukkan kecerdasannya dan keahlian rohaninya. Dalam laboratorium kimia Sorbpnne, sebuah ruangan yang tinggi dan luas dan dihubungkan dengan suatu serambi dalam oleh dua buah tangga yang kecil dan ganjil nampaknya dapatlah Mania menguji kepandaiannya.
Suasana di sini menawan hati Mania suatu suasana penuh dengan minat dan sunyi senyap; inilah “iklin” balai pendidikan yang sampai pada hari akhirnya disukainya lebih dari segala hal-hal yang lain. Ia berdiri – selalu berdiri – di hadapan sebuah meja kayu dengan sebuah neraca, atau di depan sebuah labu dengan salah satu cairan sedang dimasak di atas sebuah pembakaran.
Hampir tak ada bedanya Mania dalam jasanya dari kain rami kasar dan panjang itu dengan pemuda-pemuda yang dengan penuh minat membungkuk di sekelilingnya di atas pembakaran-pembakaran dan perkakas-perkakas. Seperti anak-anak  muda itu dihoratinya kesunyian dalam bilik ini. Dihindarinya segala hingar-bingar dan tak ada diucapkannya perkataan yang tidak perlu.
Satu ujian kandidat saja belum cukup bagi Mania! Karena itu, diputuskannya menempuh dua buah ujian kandidat, yaitu dalam ilmu fisika dan ilmu maematika. Rancangan-rancangannya yang semula sederhana saja berkembang dengan cepat sehingga tak ada lagi waktu  -- tetapi – terlebih-lebih tak ada keberanian bagi Mania menceritakan kepada Bapaknya yang tak sbar lagi menunggunya untuk kembali ke Polandia.
Seperti biasa diberikan oleh orang tuanya yang pemurah hati segala bantuannya, akan tetapi tidaklah megherankan jika ia merasa kuatir sedikit karena mempunyai seorang anak bebas merdeka yang telah mulai hendak berdiri sendiri setelah melalui kepatuhan dan kerelaan berkorban beberapa tahun lamanya.
Sklodowski menulis kepada Bronia pada tanggal 5 Maret 1893.
“... Dalam suratmu yang terakhir kau menulis untuk perama kalinya bahwa Mania bermaksud menempuh beberapa ujian kandidat. Dalam surat-suratnya sendiri tak pernah disinggung-singgungnya hal ini, ealau pun telah saya ajukan beberapa pertanyaan-pertanyaanberkenaan dengan soal ini kepadanya. Beritahukanlah kepada saya apabila ujian-ujian itu, apabila Mania sendiri bermaksud menempuhnya, berapa ongkosnya dan berapa harus dibayar untuk ijazahnya. Perlu saya ketahui ini supaya dapat saya mengirim uang untuk Mania dan rancangan-rancangan saya sendiri bergantung kepada maksud Mania ini.
... Maksud saya akan tinggal tetap dalam rumah kita yang sekarang ini pada tahun yang akan datang : buat saya dan Mania – kalau ia pulang – cukuplah ini.... Lambat laun ia akan mendapat murid-murid dan saya bersedia membagi harta saya dengan dia. Ta akan terlanatar kami...”
Bagaimana pun isinya Mania tetapi tak daatlah dihindarkannya bertemu tiap-tiap hari dengan orang-orang. Ada pemuda-pemuda yang ramah tamah hendak berkawan dengan dia. Lamabt laun maka anak gadis dari Polandia ini tak segan-segan lagi melihat mereka; dilihatnya bahwa teman-temannya itu, kebanayakan mahasiswa-mahasiswa tabib, menghormatinya dan ingin beramah-ramah dengan dia. Bahkan mereka ingin juga labih dari beramah-ramah dengan dia. Mania mungkin cantik manis nampaknya, karena temannya Ddydynska, seorang gadis yang manis budi pekertinya tetapi suka melebih-lebihi, mengangkat dirinya sebgai pegawai Mania dan pernah mengancam hendak mengusir dengan payungnya orang-orang yang terlampau hendak mendekati Mania dengan pujaan-pujaan mereka!
Pekerjaan ini diserahkan oleh Mania kepada Dydynska dengan segala senang hati, karena ia hanya bersedia bergaul dengan orang-orang lelaki yang tidak melamar-lamarnya akan tetapi saggup bertukar pikiran dengan dia tentang pekerjaannya. Sehabis pelajaran kimia dan sebelum mengunjungi kuliah di balai penyelidikan ia bercakap-cakap dengan Paul Painleve yang telah menjadi guru, dengan Yean Perrin dan dengan Charles maurain – semuanya kelak merupakan sarjana-sarjana dalam dunia ilmu pengetahuan Perancis. Pergaulan Mania dengan mereka hanya merupakan persahabatan yang tak berapa erat, karena tak ada waktu Mania untuk persahabatan yang rapat atau untuk urusan cinta. Yang disayanginya hanyalah ilmu matematika dan ilmu fisika ...
Ingatannya sangat seksama dan kecerdikannya sangat tajam sehingga rusuh-rusuh “Slavia” tak pernah mengganggu kerjanya. Berkat kemauan keras seperti besi dan hasrat yang bukan-bukan untuk mencapai kesempurnaan serta keteguhan hati yang mengagumkan dapatlah ia bertahan.
Selaras dengan rancangannya dan berkat kesabarannya maka dicapainya semua tujuan-tujuan yang diangankannya : Dalam tahun 1893 ia menang sebagai nomor satu dalam ujian kandidat ilmu fisika dan dalam tahun 1894 luluslah ia sebagai nomor dua dalam ujian kandidat matematika.
Mania memutuskan belajar bahasa Perancis dengan seksama sehingga dapat ia memakainya dengan lancar, karena ini lah yang sangat diperlukannya : sebaliknya dari yang dilakukan kebanyakan orang wanita Polandia yang berbulan-bulan lamanya melagu-lagukan kalimat-kalimat yang salah, dipelajarinya oleh Mania sampai sedalam-dalamnya ejaan dan paramasastra dan dapat dihilangkannya sampai ke akar-akarnya aksennya, walau pun bunyi “r”nya yang deras itu akan tetap merupakan salah satu dari kesulitan dalam suaranya yang agak remang, sangat merdu dan lemah lembut itu.
Telah dapat dicapainya hidup dengan empat puluh rubelsebulan dan karena pantangannya membeli selain dari yang sungguh-sungguh dibutuhkannya dapat lah ia bermewah sedikit; sesekali menonton komedi, berjalan-jalan ke luar kota dan sekembalinya dari sana dibawanya lah sekuntum bunga yang dipetiknya di hutan untuk menghiasi mejanya untuk beberapa hari lamanya. Anak petani dari dahulu kala masih tetap hidup jiwanya dalam badan Mania; walau pun ia tinggal di kota diperhatikannya juga saat mekarnya bunga dan daun-daunan; manakala ada uangnya dan waktunya pergilah ia dengan terburu-buru berjalan-jalan menuju hutan.
Mania menulis kepada Sklodowski tanggal 16 April 1893.
“Hari minggu yang lampau saya pergi ke Raincy, suatu tempat di tepi kota Paris yang sangat indahnya. Bunga sering dan semua pohon-pohon buah-buahan, bahkan pohon appel pun telah berkembang dengan subur, sedang udara di sana menyebarkan harum bunga.
Dalam kota Paris sendiri pohon-pohon kayu bertunas sejak bulan April dan sekarang daun-daunnya telah menghijau sedangkan buah sarangan pun sedang berbunga. Panasnya seperti di musim panas : semuanya hijua. Di dalam kamar saya mulai kepanasan, tetapi untunglah pada bulan Juli manakala saya bersiap-siap untuk ujian-ujian, saya tidak di sini lagi, karena kamar ini saya sewa hingga 8 Juli saja.
Semakin deka ujian-ujian itu semakin kuatirnya saya tak akan siap menjelang saat itu. Seburuk-buruknya dapat saya menunggu sampai bulan Nopember, akan tetapi dengan demikian sayanglah musimpanas ini tak ada artinya bagi saya. Kemungkinan inisaya tak sukai, tetapi terserahlah ini kepada Tuhan.”
Bulan Juli. Perasaan demam, tergesa-gesa, penyakit kesadaran ujian dan hari-hari yang meletihkan : Mania bersama-sama dengan tiga puluh orang yang lainnya terkurung dalam ruang ujian. Karena gugupnya tak dilihatnya mula-mula beberapa menit lamanya huruf-huruf yang seolah-olah bertadnak-tandak di atas kertas dengan soal dan pertanyaan-pertanyaan ujian itu. Setelah itu, hari-hari berikutnya menunggu-nunggu hingga tiba saat yang semarak untuk mengumumkan hasil-hasil ujian itu. Maka Mania menyusup di antara saingan-saingannya dengan kaum keluarga mereka yang bergerombol-gerombol datang ke dalam ruangan kuliah untuk mendengarkan dipanggil nama-nama mereka ber urutan selaras denegan hasil ujian. Sambil berdesak-desakan dan berhimpit-himpitan Mania lama menunggu atas kedatangan penguji mereka. Sedangkan semuanya terdiam dalam keheningan, maka tiba-tiba terdengarlah namanya dipanggil pertama kali, sebelum nama-nama yang lain itu disebutkan : Mania Sklodowski!.
Tak seorang pun yang akan dapat menginsyafinya bagaimana terharunya Mania pada saat itu. Ia menyinkirkan diri dari ucapan-ucapan selamat oleh teman-temannya dan menulak-nulak pergi ke luar. Telah tiba baginya saat berlibur, saat berangkat ke Polandia, saat pulang ke rumah kampung halamannya.
Orang-orang Polandia yang miskin dan hendak pulang ke negerinya itu harus mengingat beberapa kebiasaan yang diikuti Mania dengan teliti. Perabot kamarnya dititipkannya kepada seorang teman senegerinya yang cukup mampu untuk menahan rumahnya di Paris. Kamar lotengnya diputuskannya sewanya dan sebelum ditinggalkannya itu untuk selama-lamanya, dibersihkannya kamar itu seluruhnya. Ia memberi salam kepada penjaga sekolah yang tak akan ditemuinya lagi dan dibelinya pebekalan sedikit untuk perjalanannya. Setelah dihitungnya lagi sisa-sisa uangnya maka pergilah Mania ke suatu toko besar dan – dalam waktu setahun belum pernah kejadian sekalipun semacam ini – Mania menyelisik antara perbagi perhiasan dan dandanan .....
Adalah menjadi suatu kehinaan pulang ke tanah air dengan membawa uang dalam kantong! Dan menjadi kebiasaan, kegayaan, suatu adat, mengeluarkan uang sehabis-habisnya untuk membeli buah tangan bagi handai dan taulannya dan sesudah itu naik kereta-api di stasiun Garedu Nord dengan tak mempunyai uang lagi, sepeser, bahkan sesen pun tidak.
Bukankah inilah kebijaksanaan yang sebulat-bulatnya? Hanya duaribu kilometer jauhnya di ujung yang lain dari rel kereta api itu menunggu bapaknya, Yosep dan Hela, rumah bapaknya dan di sana tersedia makanan dan ada tukang jahit yang dengan beberapa groszy akan menjahit pakaian-pakaian dalamnya dan baju-baju gaunnya yang tebal dan besar dari kain rami, dan yang akan dipakainya sekembalinya di Sorbonne.
Mania kembali ke sana segar bugar, sebenarnya termpau gemuk, karena tiga bulan lamanya ia dijejali dengan segala macam makanan oleh kelurga-keluargaa Sklodowski di Polandia yang marah melihat mukanya yang pucat itu. Dan sekarang datanglah setahun lagi bagi Mania  untuk belajar, bekerja, berisap untuk ujian yang lain dan untuk ... menjadi kurus. Akan tetapi setiap kali musim rontok kembali  Maka Mania pun diusik oleh kekuatiran. Dari manakah diperolehnya uang yang dibutuhkannya itu? Bagaimanakah caranya kembali ke Paris? Berdikit-dikit dengan jumlah empat puluh rubel susut uagn simpanannya dan dengan malunya dipikirkannya bagaimana bapaknya berpantangkan keriaan sekecil-kecilnya pun agar dapat dibantunya Mania. Dalam tahun 1893 telah putus harapannya dan gadis itu hampir telah hendak membatalkan perjalanannya, kalau tidak terjadi semacam mukjizat. Gadis Dydynska yang tahun yang lamapu membelanya dengan payungnya terhadap pemuja-pemuja Mania yang terlampau hendak mendekatinya itu sekrang berjasa lebih besar lagi bagi temannya itu> Dalam keyakinan teguh bahwa bagi Mania telah didtakdirkan suatu hari kemudian yang gilang gemilang maka diusahakannyalah dengan mati-matian di Warsawa agar “bursa alexander”, teruntuk bagi mahasiswa-mahasiswa yang luar biasa pembawaannya dan ingin melanjutkan pelajaran mereka di luar negeri, dapat diberikan kepada Mania.
Enamratus Rubel! Cukuplah itu untuk belanja hidupnya selama limabelas bulan.
Mania yang telah biasa meminta-minta untuk orang lain tak mungkin sampai hati melamar agar bantuan ini ditentukan lbaginya, terlebih-lebih mustahil ia berani mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendapat hasil ini. Kemabukan kegirangan ia seolah-olah terbang kembali ke Perancis.
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 15 Septemmber 1893 dari Paris :
“.... Saya telah menyewa kamar pada tingkatan keenam suatu rumah di suatu jalan yang bersih dan nyaman. Saya senang dengan kamar saya ini. Ceritakanlah kepada bapak bahwa tak ada lagi kamar kosong di tempat yang semulanya hendak saya sewa itu, tetapi kamar saya yang sekarang ini memuaskan saya; ada sebuah jendela yang dapat ditutup denganbaik dan apabila saya mempunyai perabot yang cukup, tak akan dingin lagi di sini, terlebih-lebih kaerna kamar ini bukan berlantai jubin, tetapi berlantai papan. Dibandingkan dengan kamar saya di tahun yang lampau maka kamar saya yang sekarang ini merupakan mahligai. Ongkosnya 180 Franc se tahun, jadi enam puluh franc lebih murah dari kamar yang didmaksud bapak itu.
Tak perlu rasanya bagaimana riangnya hati saya dapat kembali ke Paris ini. Memang berat bagi saya bepisah dari Bapak, tetapi sekarang saya tahu bahwa ia sehat dan selalu sibuk dan bahwa ia dapat hidup di luar saya, terlebih-lebih – karena kau tinggal di Warsawa. Akan tetapi bagi saya hidup saya menjadi pertaruhan sekarang .... Karena itu saya pikir taka da salahnya kalau saya tinggal lagi di sini beberapa lama lagi dengan tak perlu mendapat sesalan di kemudian hari.
Tak ada putus-putusnya saya belajar matematika supaya saya mengetahui segala sesuatu apabila kuliah-kuloiah dimulai. Tiga hari sepekan waktu pagi saya bekerja sama-sama dengan salah seorang dari sesama mahasisw saya, seorang wanita Perancis yang bersiap-siap untuk ujian yang telah saya tempuh itu. Katakanlah kepada bapak bahwa saya telah mulai biasa dalam pekerjaan saya yang tak meletihkan saya lagi seperti dahulu dan bahwa tak ada niat saya meninggalkan pekerjan ini.
Hari ini saya mulai mengatur rumah saya ini untuk tahun ini sangat sederhananya, tetapi apa boleh buat? Semuanya harus saya sendiri yang mengurusnya, kalau tidak akan terlampau mahal belanjanya. Saya sendiri memperhias perabot ssaya ini, tetapi sebenarnya harganya ini semuanua dikumpulkan belum sampai duapuluh franc.
Beberapa hri lagi saya akan menerima surat kepada Yosep Boguski meminta keterangan-keterangan tentang laboratoriumnya itu. Dari itulah bergantung kelak pekerjaan saya.”
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 18 Maret 1894 :
“... Sukar bagi saya menggambarkan segala keadaan khusus dalam hidup saya ini, karena sebenarnya hidup saya ini sepi dan tak ada seling-selingannya. Tetapi saya tak menderita karena keadaan semacam ini. Cuma saya merasa sayang hari-hri itu terlampau pendek jangkanya terlampau cepat berselangnya. Tak pernah dilihat yang sudah diwujudkan, tetapi yang nyata hanyalah yang harus diwujudkan lagi. Kalau tak sayang kepaa kerja macam ini pasti saya akan putus asa....
Saya ingin sekali kalau kau meneruskan cita-citamu mencapai gelaran doktor dengan menulis disertasi.
Pada hemat saya untuk kita sekaliannya tak ada yang gampang hidupnya sekarang ini, tetapi kita harus berkarya dan terlebih-lebih lagi kita harus percaya kepada diri sendiri! Kita harus percaya pada panggilan sukma kita dan berusaha habis-habisan untuk mencapai tujuan kita itu. Mungkin nanti akan berbalik semuanya, ke arah yang baik pada suatu saat yang sekali-kali tak kita harapkan.”
Dengan cara orang sekamar diusahakan Mania mengulur masanya dapat tinggal lebih lama dalam surga ruangan-ruangan kuliah dan Balai Penyelidikan dengan memakai enamratus rubelnya itu sehemat-hematnya. Beberapa tahun kemudian dengan rajinnya pula dihematkannya enamratus rubel dari pendapatnya pertama – uang jaa untuk suatu pembahasan bagi Industrie Nationale – dan di antaranya uang itu kepada sekretaris Perhimpunan Alexandrowitsch yagn tercenganan melihat kelkauan Mania ini, karena dalam sejarah perkumpulan itu belum pernah kejadian orang datang membayar bursanya kembali! Tetapi mania menrerima bursa itu sebagai tanda kepercayaan, suatu hutang bdi. Menurut perasaannya tidak lah jujur menahan-nahan uang itu lebih lama dari pada masa yang diperlukannya, akrena mungkin uang itu dapat dipakai pula lagi bagi seorang gadis lain yang karena miskinnya membutuhkan sabuk penolong.
Kalau saya baca berulang-ulang sebuah pantun pendek yang ditulis oleh ibu saya dalam bahasa Polandia tentang kisah hidup di masa itu dan kalau pun saya ingat yang diceritakannya kepada saya tentang ini sambil tersenyum dan melukiskan segala keadaan khusunya yag jenaka dan apabila saya memandang gambarannya yang disukainya sendiri dengan sangat : yaitu gambaran seorang mahasiswa wanit dengan pandangan tegar dan dagu yang menyatakan ketegasannya. Maka insyaflah saya bahwa masa yang berapi-api semangatnya itulah yang dinilainya setinggi-tingginya dalam hidupnya, bagaimana pun beratnya memikulnya waktu itu.
Empat tahun penuh kegagahan itu bukan itulah yang paling berbahagia untuk Marie Curie, tetapi dalam pandangannya itulah yang paling sempurna. Karena itulah yang terdekat dengan puncak-puncak panggilan sukamanya yang menjadi sasaran pandangannya.
Jika masih muda dan terpikat oleh keinginan hendak belajar, dapatlah seseorang mempunyai hidup yang sangat sibuknya dengan hampir tak memiliki sesuatu apa.
Dalam masa tatkala ia hidup seolah-olah termaterai adalah ia termiskin keadaannya, tetapi ketika itulah ia hidup sebagai seorang anak yang tak mengenal susah. Ia melayang-layang dengan riangnya dalam suatu dunia lain yang menurut jiwanya itulah yang semurni-murninya dan seasli-aslinya.
Tetapi dalam untung nasib semacam ini tak dapat ssemuanya setiap hari berjalan dengan sempurna. Mungkin terjadi sesuatu yang merubuhkan segala-galanya dan tak ada daya mendirikannya kembali : suatu keletihan yang tak dapat di atasi lagi, penyakit yang tak lama tetapi meminta perawatan. Aalagi bencana-bencana yang lebih besar : sepatu yang hanya tinggal sepassang saja lagi rusak tapaknya dan terpaksa ia membeli yang baru. Karena itu anggaran belanja rumah tangga buat beberapa minggu kacau dan pengeluaran yang besar itu harus diganti kerugiannya dengan berhemat dalam soal makanan dan minyak lampu.
Atau pun musim dingin tiba pula dan tak habis-habisan, sedang di kamar loteng itu sangat dinginnnya. Karena dinginnya tak dapat Mania tertidur ; ia bergeletuk. Persediaan batu arangnya telah habis. Tetapi mungkinkah seorang anak gadis dari Warsawa dikalahkan oleh musim dingin di Paris? Mania memasang lampunya sekali lagi dan melihat-lihat sekelilingnya. Dibukanya kopornya yang besar itu dan dikumpulkannya segala pakaiannya. Sebanyak mungkin dipakainya pakaiannya itu dan setelah ia masuk tempat tidurnya lagi, dihimpunkan-nyalah yang lain-lain itu – gaunnya yang ke dua dan linannya – di atas selimutnya. Tetapi ia masih kedinginan. Mania mengulurkan tangannya dan menarik kursinya yang satu itu, diangkatnyalah kursi itu dan diletakkannya di atas himpunan pakaiannya. Dengan cara demikian diciptakannyalah sauatu angan-angan berat dan panas.
Sekarang Cuma menunggu ia masuk tidur; sekali-kali tak ia bergerak agar jangan jatuh menara yang ia lah menjadi dasarnya yang bernyawa.
Dalam pada itu di temepat air cuci mukanya telah membeku lapisan es.
BAB.X : PIERE CURIE
Mania telah menghapuskan percintaan dan perkawinan dari rancangan hari kemudiannya.
Ini bukanlah suatu hal yang luar biasa. Jika seorang anak gadis yang bukan hartawan berkecewa dan dihinakan dalam impian cintanya yang pertama maka bersumpahlah ia tak akan bercinta-cinta lagi seumur hidupnya. Terlebih-lebih lagi seorang mahasiswa wanita bangsa Slavia yang ingin mengikuti panggilan sukmanya sebaik mungkin dan di dorong oleh suatu hemat tinggi untuk lapangan ilmu pengetahuan, tidalah sukar menanggalkan segala sesuatu yang bagi sesamanya berarti ketaatan, bahagia, atau untung malang, gar dengan demikian dapat tercapai tujuannya itu. Untuk dirinya sendiri telah dibentuk oleh mania suatu dunia rohani yang gaib dan yang hanya mengenal kekerasan hati dengan tak mengetahui kerahiman serta diperintah oleh gairahnya untuk Ilmu Pengetahuan. Kasih sayang terhadap sanak saudara dan cinta kepada tanah airnya yang tertindas itu masih ada dalam hati ssanubarinya, tetapi hanya ini sajalah yang mash mendapat tempat dalam dunia pikirannya itu! Yang lain-lain dari itu tidak diperdulikannya, tak ada sama sekali artinya bagi Mania! Demikianlah pedoman hidup gadis yang berumur duapuluh enam tahun ini, yang tinggal seorang diri di Paris, yang setiap hari pergi ke Sorbonne dan yang tiap-tiap hari berhunungan dengan anak-anak muda di balai penyeledikan sebanyak itu!
Kebesaran hatinya dan isinnya yag melindunginya. Juga Syak-wasangkanya : Sejak keluarga S. Tak mau tahu mengetahuinya sebagai menantu mereka maka timbullah keyakinannya bahwa gadis-gadis yang tak mempunyai barang pembawaan mustahil akan menemui chidmad dankasih sayang dalam diri seorang lelaki. Terpaku dalam taori-teori yang elok-elok dan keyakinan-keyakinan yang pahit maka berpegang teguhlah Mania kepada rasa kebebasan dan kemerdekaan dirinya itu.
Memang, tidaklah mengherankan jika seorang wanita Polandia yang berakal budi dapat mengabdikan dirinya semata-mata untuk pekerjaannya karena hidupnya yang tak ada kegirangannya itu membawanya dalam keadaan sunyi senyap. Tetapi adalah suatu keanehan, suatu hal yang menarik hati jika seorang sarjana yang berakal budi pula, seorang Perancis, mencadangkan dirinya untuk wanita Polandia ini dan menunggu-nunggunya dengan tak diketahuinya. Adalah ajaib wabhwa pada saat Mania, (waktu ia masih seorang anak kecil) dalam rumahnya yang kecil di jalan Nowolipki itu, memikirkan hendak belajar ke Sorbonne, pada saat bermimpi itu jugalah ditulis Pierre Curie sekembalinya dari Sorbonne itu juga, selalu mewujudkan penemuan-penemuan kimia yang penting, dala buku ctatannya sehari-hari kalimat-kalimat rayuan sebagai berikut :
“... Lebih dari kita kaum lelaki, yang disukai wanita hidup itu untuk hidup itu sendiri : Wanita yang berakal budi adalah jarang. Karena itulah kita harus berjuang dengan kaum wanita, jika kita oleh dorongan sesuatu kecintaan gaib hendak menuruti jalan hidup yang “tak jamak” dengan memberikan seluruh pikiran kita untuk salah usaha yang membawa kita menyimpang lebih jauh dari kemanusiaan. Yang terutama dikehendaki seorang ibu ialah cinta anaknya, sekalipun dengan deikian anak itu mungkin akan tetap menjadi seorang pandir. Orang yang dicintai itu menghendaki kekasihnya judtru semacam orang itu dan baginya adalah suatu keadaan biasa jika akal budi yang seluhur-luhurnya di dunia ini dijorbankan untuk satu jam percintaan. Pertarungan itu hampir selalu tiada sama kuatnya, karena wanita itulah yang mempunyai alasan-alasan yang seteguh-teguhnya : adalah atas nama hidup dan alam diikhtiarkannya memaksa kita kembali.”
Beberapa tahun telah berlalu. Pierre Curie yang mengabdikan dirinya dengan sungguh-sungguh untuk menyelidiki penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan, belum kawin dengan salah seorang dari gadis-gadis sembarangan atau cantik manis yang ditemuinya selama itu, karena tak ada yang dicintainya.
Jika ia sekali-kali sebagai melipurkan lara membalik-balik buku catatannya sehari-hari yang telah lama tak ditulisnsya lagi, dan apabila diulanginya membaca tulisan-tulisannya lagi, dan apabila diulanginya membaca tulisan-tulisannya dari dahulu kala dengan tinta yang sudah mulai turun warna itu, maka adalah sebuah kalimat itulah terdengar sesalan dan rayuan hatinya : .....”Wanita yang berakal budi adalah jarang.”
“Tatkala saya masuk ke dalam, Pierre Curie sedang berdiri bersandar pada suatu pintu yang terhubung dengan sebuah langkan. Menurut penglihatan saya ia sangat muda, walau pun ia telah berumur tigapuluh lima tahun. Saya merasa perlu rawan karena milhat wajah mukanya dengan matanya yang berwana muda itu dan karena dalam sikap tokohnya yang tinggi tegap itu ada suatu ketulusan. Caranya berbiara lambat dan berhati-hati, sedang sifatnya sederhana dan senyumannya yang serentak muda dan sungguh itu menimbulkan kepercayaan bagi saya dengan segera. Maka kami pun terlibat dalam satu percakapan yang segera menyerupai suatu percakapan antara dua orang yang bersahabat : pokok pembicaraan kami itu ialah soal-soal dalam lapangan ilmu pengetahuan yang saya ingin mendengar pendapatnya tentang  hal-hal itu.”
Dalam kata-kata yang sederhana dan tak berterus terang ini dilukiskan Mania pertemuan mereka untuk pertama kalinya pada awal tahun 1894.
Seorang bangsa Polandia bernama Kowalski, guru besar untuk ilmu pasti dan ilmu alam di Universitet di Frieburg sedang bertamasya untuk beberapa waktu di Perancis bersama-sama dengan isterinya yang telah dikenal Mania semasa dia di Szozuki. Perjalanan mereka itu adalah merupakan masa bulan madu, akan tetapi juga perjalanan yang gberhubungan dengan ilmu pengetahuan : Kowalski mengdakan ceramah-ceramah di Paris dan menghadiri permusyawaratan-permusyawaratan Perhimpunan untuk ilmu Fisika. Setibanya di Paris dicarinya Mania dan dikunjunginya anak gadis itu sebagai sahabat untuk melihat keadaannya. Mahasiswa itu pun membentangkan kesulitan-kesulitan pada masa itu : Societe pour I’Encouragemnt de I’Industrie Nationale (Badan untuk pembangunan Perindustrian Nasional) meminta kepadanya suatu penelitian tenetang sifat-sifat mahnit logam-logam. Penyelidikan-penyelidikannya tentang ini telah dimulainya dalam laboratorium Profesor Lippmann. Tetapi perlu dilakukannya analisa biji-biji dan contoh-contoh berbagai jenis logam harus digolong-golongkan. Pekerjaan ini semuanya membutuhkan perkakas-perkakas yang sangat banyak dan memakan tempat dalam laboratorium yang juga telah penuh padat. Tak diketahui Mania bgaimana caranya mencari tempat untuk melakukan penyelidikan-penyelidikannya itu.
“Saya tahu suatu jalan, kata Kowalski, setelah berfikir sejenak.
“Saya kkenal seorang sarjana besar yang bekerja di Sekolah Ilmu Fisika di jalan Lhomond. Barangkali dapat disediakannya salah satu ruangan, setidak-tidaknya dapat ia memberikan petunjuk-petunjuk. Datanglah besok malam sehabis makan minum teh di rumah. Saya akan udnang juga anak muda itu. Barangkali encik sudah berenalan juga dengan dia, namanya ialah Pierre Curie.
Menjelangtengah malam ketika mereka bercakap-cakap dalam kamar tempat menginapnya pengantin muda itu di suatu losmen yang tidak banyak tamunya maka mereka berdua sarjana ilmu fisika itu, seorang bangsa Perancis dan seorang lagi bangsa Polandia, merasa tertarik hati mereka satu sama lain oleh kekuatan suatu sipati yang timbul dengan tiba-tiba.
Pierre Curie adalh seorang yang dengan segera dapat memikat hati berkat budipekertinya yang luar biasa itu : Walau pun sifatnya bersungguh-sungguh, tetapi ia lemah lembut juga dengan tidak disengajanya. Perawakannya tinggi tegap. Pakaiannya yang longgar dan bukan potongan baru dipakainya terlepas-lepas di badannya dengan pantas juga. Dengan tak diketahuinya sendiri gerak geriknya merupakan pemanis yang bukan dibuat-buat. Tangannya panjang dan lemas. Wajah mukanya berpotongan sangat merata dan air mukanya tenang dengan pandangan mata yang tak ada tokoh bandingannya, suatu pandangan yang mendalam dan seakan-akan terlepas dari dunia ini.
Meskipun tidak mau menjulang-julang dirinya dan tidak pernah terdengar suaranya, tak akan mungkin tidak diperhatikan kepandaiannya dan keutamaan manawinya itu. Dalam suatu masyarakat yang dilingkungannya tidak senantiasa keutamaan mekanawi berdampingan dengan nilai rohani adalah Pierre Curie merupakan suatu kecualian dari kelompok manusia : Ia mempunyai jiwa yang maha kuasa akan tetapi di samping itu juga kasatria.
Nuraga yang segera dirasainya terhadap wanita asing pendiam ini, diteguhkan pula oleh suatu perhatian yang mendalam. Encik Skloowski ini sungguh-sungguh seorang yang mengagumkannya .... Ia seorang Polandia dan datang begitu jauhnya dari Warsawa untuk mengikuti kuliah-kuliah di Sorbonne? Tahun yang lampau ia lulus dalam ujiannya kandidat sebagai nomor satu? Beberpa bulan lagi ia bermaksud menempuh ujian mateematika. Dan kerut di antara matanya yang abu-abu itu warnanya sekarang timbul karena ia susah memikirkan tempat untuk perkakas-perkakas yang dipergunakannya untuk mempelajari sifat-sifat mahnit di dalam berbagai jenis logam.
Percakapan yang mula-mula sangat umum saja segera beralih menjadi suatu pertukaran pikiran antara Pierre Curie dan Mania. Dengan sedikit perasaan malu bercampur dengan rasa hormat diajukan oleh Mania pertanyaan-pertanyaan dan dingarkannya petunjuk-petunjuk Pierre Curie. Sebaliknya Pierre Curie membentangkan rancangan-rancangannya, digambarkannya hal-hal yang ajaib dalam ilmu pengetahuan balur yang memikat minatnya dan yang hendak diseledikinya kaidah-kaidahnya.
Alangkah ganjilnya, pikiran ahli ilmu fisika itu, dapat bercakap-cakap dengan seorang gperempuan tentang pekerejaan yang digemarinya itu; memakai logat-logat tehnik dan rumus-rumus yang berseluk-beluk dan wanita itu, muda dan jelita, dapat mengikutinya, mengartikannya dan dapat pula ia mempersoalkan beberapa hal-hal khusus dengan tak membuat sesuatu salah pun ... Alangkah sedap hatinya!.
Dipandangnya rambut Mania, dahinya yang tinggi lebar itu dan tangannya yang telah dirusakan oleh hamud-hamud dari laboratorium dan pekerjaan rumah tangga. Kecantikan Mania yang lebih mengherankan lagi karena tak sedikit pun ada sifatnya hendak merawan-rawan, membingungkan Pierre Curie. Terkesan ia akan yang diceritakan oleh tuan rumahnya itu tatkala ia diundang bersama-sama Mania ke sana : Bertahun-tahun Mania bekerja sebelum ia dapat menaiki kereta api ke Paris; uangnya tak ada, ia hidup seorang diri di suatu kamar loteng.....
“Apakah encik akan tinggal menetap di Perancis ini? Ditanyanya Mania dengan sebenarnya tak mengetahui apa sebabnya diajukan pertanyaan itu.
Muka Mania suram dan dengan suara merdu dijawabnya : “Pastilah tidak. Kalau musim panas ini saya lulus dalam ujian saya, saya akan kembali saja ke Warsawa. Saya ingin datang kembali ke mari menjelang musim rontok, tetapi saya tak tahu apa ada lagi kemungkinan itu bagi saya. Kelak saya akan menjadi guru di Polandia. Saya akan berusaha berbakti, karena orang-orang bangsa Polandia tidak berhak melupakan tanah air mereka.
Percakapan selanjutnya yang juga dicampuri oleh tuan dan nynya Kowalski itu mengenai pendindasan oleh Rusia. Mereka bertiga orang buangan itu terkenang akan tanah air mereka dan menceritakan berita-berita tentang kaum dan handai taulan mereka. Dengan heran dan muring remang didengarkan Pierre Curie bagaimana Mania berbicara tentang kewajiban-kewajibannya terhadap tanah airnya dan masyarakat tentang nasib sedih Polandia yang setiap anak-anak Ibu Pertiwi-nya itu harus turut berikhtiar memperbaikinya.,
Sebagai seorang ahli ilmu fisika yang semata-mata hidup untuk pekerjaannya itu tak dapat ia mengartikannya bahwa anak gadis yang sangat berakal budi ii masih ingin sedikit pun memikirkan selaind ari Ilmu Pengetahuan dan bahwa rancangan-rancangannya hari kemudian juga meliputi hasrat turut membantu merubuhkan Tsarisme.
Ia ingin menjumpai Mania sekali lagi.
Tetapi siapakah Pierre Curie ini?
Pierre Curie lahir di Paris di jalan Cuvier pada tanggal 15 Mei 1859, sebagai anak ke dua dari seorang doktor bernama Eugene Curie yang bapaknya juga seorang doktor. Keluarganya asalnya dari Elzas dan beragama Protestan. Turunan Curie semulanya adalah dari kalangan yang bukan hartawan, akan tetapi turun-temurun mereka menjadi sarjana-sarjana. Bapak Pierre yang terpaksa mencari nafkah sebagai doktor senantiasa di dorong oleh keinginan melakukan penyelidikan-penyeidikan. Ia menjabat pekerjaan amanuensis di laboratorium museum dan menullis beberapa uraian-uraiantentang menularnya penyakit tuberculose.
Kedua-dua anaknya, Yacques dan Pierre, mulai dari masa kanak-kanak telah merasa tertarik kepada ilmu alam. Dengna jiwanya yang bersifat bebas-merdeka dan lengung itu tak mungkin Pierre dapat menuruti peraturan-peraturan ketertiban dan cara bekerja tertentu di sekolah. Karena itu tak pernahkah ia bersekolah. Doktor Curie yang mengerti bahwa anaknya yang terlampau banyak mempunyai sifat tersendiri ini, apabila pun tak akan menjadi seorang murid yang baik, mula-mula mengajarnya sendiri dan sesudah itu diserahkannya kepada seorang guru yang mengherankan orang, yaitu tuan Bazille.
Pendidikan secara merdeka itu berhasil : Pierre Curie lulus dalam ujian baccaleureat dalam usia enambelas tahun dan ketika ia berumur delapan belas tahun telah dicapainya tingkatan kandidat. Dalam umur sembilanbelas tahun ia diangkat menjadi amanuensis untuk profesor Dessins di Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Alam selama lima tahun. Bersama-sama dengan abangnya Yacques yang juga menjabat amanuensis di Sorbonne dan kandidat pula, ia melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Tak berapa lama maka ahli-ahli ilmu alam yang masih muda itu mengumumkan hasil-hasil penyelidikan mereka tentang gejala yang gpenting dalam lapangan piezoelektrisitet dn percobaan-percobaan mereka mengakibatkan pendapatan alat baru yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan-keperluan : yaitu elektrometer kwarsa untuk mengukur banyaknya elektrisitet yang sangat sedikit.
Dalam tahun 1883 berpisahlah kakak beradik itu dengan perasaan menyesal. Yacques diangkat menjadi guru di Montpellier dan Pierre menjabat pekerjaan kepala laboratorium di sekolah Ilmu Fisika di kota Paris.
Meskipun percobaan-percobaan oleh murid-muridnya di sekolah itu banyak meminta waktunya diteruskannya juga pekerjaan teorinya tentang ilmu fisika berkenaan dengan balur-balur. Usahanya itu mewujudkan suatu ajaran tentang asas persmaan yang merupakan salah satu dari dasar-dasar yang tetap untuk pengetahuan ilmu alam yang mutakhir. Sesudah itu dilanjutkannya percobaan-percobaannya dan diperbuatnya suatu neraca peka menurut pendapatnya sendiri yang dinamakan “Neraca Curie”;  sehabis itu dumulainya penyelidikan-penyelidikan tentang kemahnitan yang menghasilkan sebuah penemuan yang penting, yaitu suatu kaidah yang merupakan dasar gejala dan disebutkan “Hukum Curie”.
Untuk pekerjaan ini semuanya yang memberikan hasil yang gilang gemilang dan untuk khidmat yang diberikannya kepada murid-muridnya yang tigapuluh orang itu, diterima Pierre Curie dari pemerintah Perancis gaji sebanyak tigaratus franc sebulan, hampir sebanyak gaji seorang buruh di sebuah kilang.
Tetapi apabila sarjana bangsa Inggris yang termasyhur Lord Kelvin datang ke Paris maka belumlah cukup baginya hanya mendengarkan ceramah-ceramah Pierre Curie untuk Perhimpunan Ilmu Alam; meskipun ia telah berusia lanjut dan ia mempunyai kedudukan yang tinggi, dikirmnya surat kepada Pierre Curie tentang pekerjaannya itu dan dimintanya berbicara dengan ahli-ahli Ilmu Alam Perancis itu.
Lord Kelvin menulis kepada Pierre Curie dalam bulan Agustus 1893 :
“Tuan Curie yang terhormat!
Saya bersyukur dengan tak terhingga karena tuan sudi memberikan suatu perkakas kepada saya sehingga dengan gampang dapat saya mempelajari penemuan piezo-elektrisitet yang begitu pentingnya itu sebagai hasil usaha-usaha tuan dan abang tuan.
Saya telah menulis suatu akranan untuk Philosophical Magazine untuk menegaskan bahwa usaha tuan itu terdahulu dari pekerjaan saya. Mungkin karangan itu masih sempat dimuat dalam nomor bulan Oktober, kalau tidak pasti dalam nomor bulan Nopember.”
Tanggal 3 Oktober 1893 :
“Tuan Curie yang terhormat,
Saya harap besok malam saya akan tiba di Perancis dan saya akan merasa girang jika tuan dapat memberitahukan kepada saya apabila saya dapat mengunjungi tuan di balai penyelidikan tuan ...”
Semasa kunjungan-kunjungan ini dapatlah sarjana Ingris itu sambil bertukar pikiran dengan temannya bangsa Perancis itu tentang soal-soal dalam lapangan ilmu pengetahuan, memperssaksikan dengan heran bagaimana Pierre Curie sebenarnya bekerja dengan tak ada bantuan dalam sebuah ruangan yang seharusnya menimbulkan rasa kasihan, sedang sebagian besar dari waktunya dipergunakannya untuk jabatannya dengan gaji yang sangat kecil itu. Dalam pada itu tak ada orang di Paris yang mengenal Pierre Curie yang dianggap oleh Kelvin sebagai seorang guru besar.
Tetapi Pierre Curie bukan saja seorang sarjana yang besar artinya.
Tatkala ia diundang melamar suatu pekerjaan yang akan dapat memperbaiki keadaan jasmaninya, maka ditulisnyalah sebagai berikut :
“Kepada saya diberitahukan bahwa salah seorang dari guru-guru bermaksud minta lepas dari pekerjaannya dan supaya jika benar ini , saya melamar untuk menggantikannya. Melamar sesuatu jabatan adalah suatu pekerjaan yang belum bisa saya laksanakan, karena perbuatan semacam itu sangat merendahkan rohani. Janganlah tuan berkecilhati sebab saya katakan ini terhadap tuan. Saya pikir tak ada yang lebih meruksakkan rohani selain dari melakukan pekerjaan melamar.” Tatkala kepala sekolah Ilmu Fisika itu mengusulkannya untuk suatu bintang kehormatan (bintang palmes academiques) ditolaknya usul itu sebagai berikut :
“Tuan Muzet memberitahukan kepada saya bahwa tuan bermaksud mengajukan usul kepada kepala daerah agar saya diberi anugerah sebuah bintang kehormatan.
Saya minta kepada tuan jangan teruskan maksud tuan itu> Jika tuan meberikan kehormatan kepada saya semacam itu terpaksa saya menolaknya, akrena telah menjadi suatu patokan hidup saya tidak akan bersedia menerima bintang kehormatan manapun. Sya harap dengan perantaraan tuan akan dapat saya menghindarkan sesuatu langkah yang mungkin bagi beberapa orang kan merupakan sebab untuk menertawakannya.
Sekiranya maksud tuan hendak memberikan tanda perhatian tuan terhadap saya maka saya peringatkan bahwa tuan telah berlaku sedemikian tatkala tuan memberikan kesempatan bagi saya bekerja dengan tenang. Saya masih terharu karena tepatnya tuan memberikan kesempatan itu.”
Selain dari itu Pierre Curie juga seorang pengarang atau setidak-tidaknya kemungkinan itu baginya ada. Orang yang pendidikannya sangat megagumkan itu mempunyai jalan bahasa yang berlain dari yang lain-lain, tegas dan gaya. Lagipula ia bersifat peka sebagai seorang penyair dengan kepandaiannya berangan-angan dan dengan terpaan kesabaran hati serta takut itu.
“Menjadi apakah saya kelak?” ditulisnya di tahun 1881 dalam buku catatannya sehari-hari. “Jarang terjadi saya dapat menguasi diri saya : biasanya sebagian dari wujud saya sedang ketiduran. Pada hemat saya semangat saya setiap hari bertambah lemah.
Dulu saya biasa menelaah soal-soal ilmu pengetahuan, sekarang hampir saya perhatian saya terpikat oleh hel-hel semacam itu. Sebaliknya banyak yang harus saya laksanakan, banyak sekali!
Kasihan jiwaku, apakah begitu lemahmu sehingga tak dapat lagi menguasai badanku ini? Ah, pikiran-pikiranku, apakah kau tak berdaya menggerakkan jiwaku ini? Kalau begitu, tak ada artimu!”
Sifat penyair dan sarjana itulah yang serentak dalam dirinya tertawan oleh Mania karena dapat diartikannya hal yang luar biasa itu pada Mania. Dengan keteguhan hati diikhtiarkan oleh Pierre Curie untuk mendekati anak gadis itu. Beberapa kali dilihatnya Mania kembali berada dalam acara ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Perhimpunan Ilmu Kimia, tatkala Mania mendengarkan laporan-laporan oleh sarjana-sarjana tentang pendidikan-pendidikan yang baru. Sebagai cara untuk menghormatinya dikirimkannya sebuah salinan dari karangannya yang terbaru : Tentang persamaan dalam gejala-gejala ilmu fisika. Persamaan antara medan elektris dan medan mahnit.
Pada halaman pertama ditulisnya : “Kepada encik Sklodowski, dengan rasa hormat dan nuraga dari penulisnya, P. Curie. “Dilihatnya Mania dalam laboratorium Lippmann berpakaian jas dari kain rami itu sambil membungkuk dengan berdiam diri di hadapan perkakas-perkakasnya.
Sesudah itu ia minta ijin untuk mengunjunginya. Mania memberikan alamarnya : 2 jalan Feuillantines. Sebagai orang yang bersahabt dan dengan tak menjulang-julang, diterimanya Pierre Curie dalam kamarnya yang kecil itu sambil tamunya berkerut hatinya melihat kepapaan sebanyak itu, walau pun pada batinnya ia  merasa senang hati menyaksikan kerukunan yang tertib antara pribadi dan sekitarnya. Tak pernah dilihatnya Mania semanis sekarang ini dalam ruangan yang hampir hampa itu, sedang anak gadis itu sendiri berpakaian gaun yang telah amoh dan mukanya yang bersemangat tegar itu. Parasnya yang kurus itu disebabakan kesukaran-kesukaran hidup seorang rahib, tak mungkin akan mendapat suatu bingkai yang lebih pantas dari kamar loteng yang tak ada isinya itu.
Beberapa bulan berlalu. Persahabatan mereka itu bertambah rapat, pergaulannya bertambah karib selaras dengan bertambahnya hormat dan penghargaan tinggi serta kepercayaan satu sama lain ...
Pierre Curie telh terpikat seluruhnya oleh wanita Polandia ini dengan akal budi yang sangat besar dan tajam itu. Diturutinya Mania dan didengarkannya nasihat anak gadis itu. Berkat ajakan dan dorongan Mania ditanggalkannya dengan segera sifatnya yang pemalas itu dan dikarangnya suatu telaahan tentang kemahnitan dan dicapainya gelar doktornya dengan cara yang gilang gemilang. Mania sendiri merasa bahwa ia masih merdeka dan bebas. Tak sudi ia nampaknya mendengarkan pertanyaan pemstian yang ssarjana itu tak berani mengucapkannya.
Pada suatu malam mereka berjumpa pula di kamar di jalan Feuillantines itu, barangkali untuk kesepuluh kalinya. Hari terang cuacanya, petanghari di bulan Juni. Meja penuh buku-buku ilmu ukur yang dipergunakan Mania dalam persiapannya untuk ujiannya yang akan datang dan di samping kitab-kitab itu beberapa kuntum bunga “margriet” putih yang dibawa Pierre dan Mnia sehabis berjalan-jalan. Anak gaids itu memasak teh di atas pembakar spiritus yang setia itu. Ahli ilmu alam itu telah lama berbicara tentang kerja yang meminta perhatiannya seluruhnya. Dengan tiba-tiba dengan tak ada peralihannya : “Saya ingin kalau encik mau belajar kenal dengan orang tua saya. Saya tinggal bersama-sama dengan mereka di Sceaux. Sangat manisnya.
Pada Mania diberikan gambaran seperti dilihatnya bapaknya itu : besar dan tegap, beruban, gerak-geriknya tidak tangkas lagi, matanya berwarna biru dan bersinar-sinar, seorang yang sangat pintar, pemarah tetapi dalam pada itu sangat peramah pula; ibunya gemuk karena penyakit tetapi masih menunaikan kewajibannya seperti baisanya dalam urusan rumah tangga, gagah dan periang. Dibayangkannya masa kanak-kanaknya yang tak ada tolok bandingannya itu tatkala ia dengan abangnya menggembara dalam hutan-hutan dengan tak ada putus-putusnsya.
Mania mendengarkannya dengan heran. Alangkah banyaknya persamaan, alangkah banyaknya yang serupa! Jika ditukar beberapa hal-hal yang remeh-remeh, maka dapatlah keluarga Curie itu disamakan dengan keluarga Sklodowski, umpamanya jika rumah di Sceaux itu dipindahkan ke suatu jalan di Warsawa! Terkecuali dalam hal agama (doktor Curie adalah tak mempunyai sesuatu agama dan karena ia tak setuju dengan gereja, anak-anaknya tak ada yang disuruh memandikannya) adalah semuanya susana di sana juga diliputi kecerdikan dan kebajikan. Penghrmatan yang sama terhadap kebudayaan bercampur dengan cint untuk ilmu pengetahuan, kerukunan kasih sayang yang serupa antara oang tua dan anak-anak. Kecenderungan gairah yang sama untuk alam!
Mania mulai bersikap ramah dan dengan senyuman diceritkannya tentang masa-masa liburan yang meriah di pedalaman Polandia – pedalaman yang akan dilihatnya kembali beberapa minggu lagi.
“Tetapi encik toh kembali nanti malam bulan Oktober? Berjanjilah encik akan kembali nanti! Kalau encik tinggal menetap di Polandia tak mungkin dapat encik meneruskan pelajaran-pelajaran encik kelak. Tak berhak encik lagi sekarang meninggalkan lapangan ilmu pengetahuan!
Perkataan-perkataan yang nampaknya sembarangan saja dan mendesak menunjukkan suatu perasaan takut yang sangat pada Pierre. Mania mengetahui bahwa yang dimaksudkannya dengan akta-katanya : “Encik tak berhak lagi sekarang meninggalkan lapangan ilmu pengetahuan” ialah : “Encik tak berhak meninggalkan saya!”
Mereka diam sejenak. Maka dijawab oleh Mania sambil memandang Pierre dan dalam kebimbangan : “Saya pikir benarlah yang tuan katakan itu. Ingin sekali saya kembali ke mari!
Telah dilamarnya Mania menjadi  isterinya, tetapi tindakannya itu tidak bijaksana. Kawin dengan seorang Perancis, meninggalkan keluarganya untuk selama-lamanya, menghentikan usaha berbakti terhadap tanah airnya, meninggalkan Polandia, semuanya ini bagi gadis itu merupakan penghianatan! Berhianat sehebat-hebatnya! Ia tak mau! Ia tak boleh! Ia telah lulus dalam ujiannya dengan gialng-gemilang dan, bagaimana pun, sekarang ia harus pulang ke Warsawa, barangkali untuk selama-lamanya. Ditinggalkannya sarjana muda yang berputus asa itu setelah ditawarkannya persahabatan akan tetapi itu tak mencukupi lagi bagi Pierre. Maka Mania pun berangkat dengan tak aa menjadikannya sesuatu apapun.
Dalam pikirannya diikutinya Mania. Ia ingin pergi ke Swiss untuk mengunjungi Mania yang bertamasya di sana beberapa minggu lamanya bersma-sama dengan bapaknya, yang menemuinya setengah jalan, atau pun ke Polandia juga ia ingin pergi, Polandia yang membangkitkan iri hatinya itu. Tetapi ini tak mungkin semuanya .... maka dilanjutkan  nyalah dari jauh membela kepentingannya itu. Dimanapun Mania dalam musim dingin itu – di Crettaz, di Lemberg, di Krakau, atau di Warsawa, diterimanay surat yang tertulis dengan tulisan yang seolah-olah berasal dari seorang anak-anak, di atas kertas sederhana yang memakai sebagai kepala “Sekolah untuk Ilmu Fisika”. Dalam  surat-surat itu diusahakannya untuk memberikan keyakinan kepada Mania, membujuknya kembali ke Paris dan memberikan ingatan kepadanya bahwa Pierre menunggu-nunggunya di sana.
Pierre Curie menulis kepada Mania pada tanggal 10 Agustus 1894 :
“Tak ada yang dapat lebih menggembirakan saya daripada menerima surat dari encik. Memikirkan bahwa selama dua bulan tak kuterima kabar dari encik sangat mengecewakan saya : dengan kata lain : surat encik itu sangat menggembirakan saya.
Saya harap encik dapat mengecap bahwa yang sehat sebanyak mungkin sebelum encik kembali ke mari dalam bulan Oktober. Saya sendiri tak akan pergi ke mana-mana, saya tinggal di sini dan sehari-hari saya duduk di muka jendela terbuka atau di taman kami.
Bukankah kita telah berjanji setidak-tidaknya akan mengikat tali persahabatan yang erat? Asal encik jangan berpikir lain! Janji-janji tak ada berapa berharg, karena hal-hal semacam itu tak dapat dipaksanakan! Tetapi alangkah berbahagianya hingga saya tak berani memikirkannya : melalui hidup berssama-sama, kedua-duanya terpesona oleh idam-idaman kita : idaman encik terhadap cinta tanah air, idaman kita terhadap kemanusiaan dan idaman kita terhadap Ilmu Pengetahuan!.
Dari semua idam-idaman ini, saya pikir, hanya yang terakhirlah yang mempunyai alasan. Maksud saya begini, kita tak berdaya menukar-nukar susunan dan ketertiban masyarakat ini dan sekaligus dapat kita mewujudkannya kita tak tahu bagaimana melakukannya, karena dengan berjuang dalam salah satu jurusan belum pasti kita bahwa tidak ebih banyak yang kita telah rusakkan daripada yang kita bangunkan dengan menahan-nahan salah satu kemajuan yang tak dapat dihindarkan. Akan tetapi dalam lapangan ilmu pengetahuan dapat kita katakan dengan pasti bahwa dapat kita mencapai segla sesuatu : lapangan inni lebih banyak kepastiannya dan tiap-tiap penemuan, bagaimana pun kecilnya berarti kemajuan.
Lihatlah bagaimana rapatnya satu sama lain .... Kita telah berjanji bersahabt karib, tetapi jika encik tinggalkan Perancis habis setahun ini, maka berartilah itu cinta berjauh-jauhan antara dua makhluk yang tidak akan bertemu lagi. Tidakkah lebih baik jika encik tinggal bersama-sama dengan saya? Saya tahu bahwa pertanyaan ini menimbulkan amarah encik, karena itu saya tak akan menyambung-nyambungnya lagi .. saya rasa juga bahwa saya tak pantas dalam segala hal terhadap encik.
Telah saya berfikir hendak meminta persetujuan encik supaya kita dapat bertemu “kebetulan” di Freiburg. Tetapi encik tinggal di sana hanya sehari saja, bukan? Dan hari itu tentu teruntuk teman-teman kita, tuan dan nyonya Kowalski.
Saya akan merasa beruntung jika encik sudi mengabarkan kepada saya bahwa encik berjanji akan kembali kemari dalam bulan Oktober. Jika tulis langsung ke Sceaux, lebih lekaslah saya terima surat itu.”
Pierre Curie menulis kepada Mania pada tanggal 14 Agustus 1894 :
“Tak dapat saya putuskan datang mengunjungi encik ke sana; seharian ini hati saya bimbang sebelum menganbil kesimpulan yang hampa ini. Kesan yang saya peroleh pertama-tama tatkala membaca surat encik itu ialah bahwa encik lebih suka jika saya tidak datang. Kesan yang ke dua ialah bahwa encik sudi memperkenankan agar saya datang bertemu selama tiga hari dan saya sudah siap hendak berangkat. Tetapi saya malu pula memikirkan bahwa seolaholah saya mengejar-ngejar encik bertentangan dengan keinginan encik sendiri. Akhirnya juga menjadi alasan bagi saya untuk membatalkan perjalanan saya itu ialah sangkaan saya bahwa kedatangan saya nanti tidak menyenangkan bapak encik di sana, karena mungkin terganggulah rancangan-rancangan yang telah diadakannya berhubung dengan perjalanan-perjalanan libur dengan encik.
Sekarang stelah nasi menjadi bubur, saya menyesal karena saya tak pergi ke Warsawa. Apakah tidak mungkin silaturahim antara kita akan lebih erat dua kali lipat, sekiranya kita bersama-sama selama tiga hari itu sambil mengumpulkan tenaga agar kita jangan melupakan satu sama lain selama dua bulan setengah yang masih memisahkan ini?
Apakah encik percaya kepada takdir Allah? Encik ingatkah lagi semasa hari pantang itu? Tiba-tiba encik menghilang dalam khalayak ramai. Perasaan saya seolah-olah begitu pulalah nanti persahabatan kita terputus dengan sekonyong-konyong dengan tak seorang pun di antara kita yang menghendakinya.
Saya tidak percaya kepada takdir Allah, tetapi mungkin ini adalah akibat budi pekerti kita keduanya. Saya tak akan tahu bertindak pada saat yang sebaiknya.
Selainnya, saya pikir lebih baik jugalah ini bagi encik, karena sebenarnya saya tak tahu apa sebabnya saya dimasuki pikiran bersitegang leher meminta agar encik tinggal menetap di Perancis ini, memisah encik dari tanah air dan sanak saudara encik, sedang tak ada yang dapat saya tawarkan kepada encik sebagai penukarnya untuk pengorbanan itu.
Saya pikir encik terlampau jumawa jika encik berkata bahwa encik bebas merdeka seluruhnya. Kita semuanya, sedikit banyaknya, adalah merupakan budak kecenderungn-kecendurungan kita, budak pikiran-pikiran picik yang anut oleh orang-orang yang kita sayangi; kita harus mencari nafkah kita, karena itu kita harus menjadi jentera dalam suatu pesawat, dsb.... yang terpedih ialah memikirkan bahwa kita terpaksa tawar menawar dengan masyarakat yang melingkungi kita, sedikit banyaknya selaras dengan besarnya kekuatan atau kelemahan diri kita. Jika tidak sudi kita tawar-menawar itu maka pastilah kita akan hancur-lebur, tetapi jika terlampau cenderung kepada tawar-menawar itu maka kita akan durjana dan jijik melihat diri kita. Alangkah jauhnya berbeda pikiran saya sekarang dan sepuluh tahun yang lampau; semasa dahulu itu saya berkeyakinan bahwa kita harus dalam segala-galanya berjalan dari ujung ke ujung dan tak boleh kita tawar-menawar dengan lingkungan kita. Sang-kaku bahwa seharusnyalah kita berlebih-lebihan dalam ciri-ciri maupun dalam kebajikan-kebajikan kita; saya hanya berpakaian baju toro berwarna biru seperti kaum buruh dsb....
Pierre Curie menulis kepada Mania pada tanggal 7 September 1894 :
“Encik tentu mengerti bahwa saya bersusah hati membaca surat encik itu. Dengarkanlah nasihat saya ini dan kembalilah encik ke Paris dalam bulan Oktober ini. Saya akand bersedih hati jika encik tak datang lagi tahun ini ke mari; tetapi bukanlah karena kelobaab saya sendiri sebagai sahabat maka saya anasihatkan ini kepada encik. Cuma pada hemat saya lebih baik encik bekerja di sini dan lebih kekal serta lebih banyak manfaatnya pekerjaan itu.
.... Apakah pendapat encik sekiranya ada orang yang bermaksud hendak merubuhkan suatu tembok dengan kepalanya? Pikiran semacam itu mungkin timbul dari dorongan-dorongan yang mulia, tetapi biar pun begitu pikiran itu tetap menggelikan hati dan bersifat bodoh. Saya berpendapat bahwa beberapa masalah harus dipecahkan secara umum, karena tak mungkin lagi memecahkannya sesetempat; sebab jika kita menjalani suatu jalan buntu maka banyaklah timbul bencana-bencana. Menurut pikiran saya tak mungkin di dunia ini hukum itu akan mendapat kemenangan dan akan tetap dunia ini dikuasai oleh sistem yang terkuat artinya, yang terkuat dalam perekonomian. Manusia itun bekerja dalam letih payah, akan tetapi ia tetap hidup dalam kesengsaraan!  Ini akan menimbulkan amarah, tetapi dengan ini saja keadaan itu tak akan ada akhirnya. Sekiranya pun ada perbaikan tercapai dalam keadaan ini adalah itu mungkin disebabkan manusia itu merupakan pesawat dan karena ditilik dari segi perekonomian, lebih banyak untungnya, jika pesawat itu dapat bekerja dengan tak dipaksa-paksakan.
Tafsiran encik tentang pengertian kelobaan sangat berlainan; ketika saya berumur duapuluh satu tahun saya mengalami suatu bencana yang besar; saya akehilangan seorang teman wanita dari amsa muda saya yang saya sayangi; keadaannya mengerikan tetapi saya tak berani menceritakan kepada encik. Siang dan malam saya digoda oleh suatu kejaran pikiran, adalah merupakan kenikmatan bagi saya menyiksa diri saya. Maka saya pun hiduplah sebagai seorang tapa; saya berjanji dalam hati saya bahwa hanya saran-saran sajalah yang ada artinya bagi saya dan bahwa saya tak akan memikirkan diri saya sendiri maupun orang lain. Sejak itu kerap kali saya bertanya dalam hati saya apakah keinginan melepaskan diri saya ini dari hidup yang sebenarnya tidak merupakan suatu tipu daya terhadap diri saya sendiri untuk berhak melupakan segala sesuatu.
Mungkinkah di negeri encik surat-menyurat secara bebas? Saya sangsi benar; karena itu lebih baik di kemudian hari jangan lagi kita menulis uraian-uraian yang  mungkin menimbulkan salah faham, dan kesukaran-kesukaran bagi encik, sekali pun uraian-uraian itu hanya merupakan tulisan filsafat.”
Pierre Curie kepada Mania pada tanggal 17 September 1894 :
“Surat encik menimbulkan kekuatiran bagi saya karena saya rasa di dalamnya kebingungan dan kebimbangan. Tetapi surat encik dari Warsawa menggembirakan hati saya, karena saya baca bahwa encik telah bertenang hati kembli. Gambaran encik menggirangkan saya. Alangkah encik bermurah hati mengirimkannya kepada saya, terima kasih banyak saya ucapkan untuk kemurahan hati encik itu.
Pastilah sekarang encik akan kembali ke Paris, saya sangat berbesar hati mendengar kabar ini. Saya harap supaya setidak-tidaknya kita dapat bersahabat karib yang tak terpisahkan lagi. Apakah encik tiak sependirian dengan saya?
Sekiranya encik berkebangsaan Perancis tak akan susah bagi encik mendapat sutu angkatan untuk menjadi guru pada selah satu sekolah Gymnasium atau pada suatu sekolah anak-anak perempuan. Apakah pekerjaan semacam itu akan memuaskan bagi encik?
Gambaran encik saya tunjukan kepada abang saya. Apakah ada salahnya saya beritahukan itu? Abang saya itu berpendapat bahwa encik sangat manisnya dan ditambahnya pula mengatakan “Amat tegar hatinya, malahan juga keras kepala”.
Bulan Oktober telah tiba. Hati Pierre Curie melambung kegirangan. Seperti telah dijanjikannya, Mania kembali ke Paris.  Dikunjunginya pula kuliah-kuliah di Sorbonne dan ia hadir di laboratorium Lippmann. Tetapi tahun ini – yang terakhir bagi Mania – ia tidak tinggal di Quartier Latin lagi. Bronia telah memberikannya sebuah kamar di sebelah ruangan periksa pasien yang disewanya di jalan de Chateaudun 39. Karena keluarga Dluski itu diam di La Villette dan Bronia hanya siang hari pergi ke jalan Chateaudun itu, maka adalah kesempatan bagi Mania bekerja di sana dengan tenang.
Maka di dalam ruangan tinggal yang remang muram inilah diulang Pierre pembelaannya dengan lemah lebutnya. Seperti Mania ia keras kepala. Imannya serupa dengan iman yang terkandung dalam jiwa perempuan yang kelak akan menjadi istrinya itu, bahkan lebih sempurna lagi, lebih terlepas dari segala campuran. Bagi Pierre hanya Ilmmu Pengetahuan itulah yang penting. Karena itu adalah ini merupaan suatu tindakan yang ganjil dan hampir mustahil baginya, sebab isi hati-kalbunya bercampur baur dengan ilham jiwanya. Sarjana itu merasa tertarik dirinya kepada Mania oleh karena sesuatu cenderung hati yan gairah, tetai juga oleh karena sesuatu kebutuhan yang lebih luhur.
Malahan ia bersedia mengorbankan yang bisasanya dsiebutkn orang bahagia dengan bahagia menurut tafsirannya sendiri dan yang hanya ia mengenalnya. Dimajukannya kepada Mania suatu usul yang selayang pandang nempaknya seolah-olah tak masuk di akal dan dapat diartikan sebagia suatu ikhtiar untuk mendekati pendirian gadis itu, tetapi yang timbul dengan sendirinya dari tabiatnya. Sekiranya Mania tak dapat mencintainya, apakah tak dapat diputuskannya mengikat suatu pertalian dengan Pierre melulu dengan seorang sahabt? Bekerja sama dengan dia : Di salah suatu rumah di jalan Mouffetard yang jendela-jendelanya mengarah ke luar ke taman-taman, sebuah rumah yang dapat dipisah-pisah dalam dua bagian yang bediri sendiri?”
Atau pun ia bersedia membayar nilai yang diinginnya itu – sekiranya ia, Pierre Curie, pindah ke Polandia, sudikah Mania kawin dengan dia? Mula-mula dapatlah ia barangkali memberikan pelajaran-pelajaran bahasa Perancis dan kemudian mungkin dapat ia bekerja sebaik-baiknya dengan Mania bersama-sama dengan mengabdikan diri mereka untuk penyelidikan-penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan.
Lelaki yang besar dan penting artinya ini merupakan seorang peminta-minta yang hina dina terhadap guru rumah dari purba kala yang pernah dihinakan oleh suatu keluarga tuan tanah bangsa Polandia.
Mania membisikan kebimbangan dan ketakutannya kepada Bronia dan diceritakannya tawaran  Pierre untuk meninggalkan tanah airnya. Ia berperasaan bahwa cint kasih Pierre terhadapnya cukup banyaknya untuk mengarang-ngarang akalnya ini.
Tatkala diketahui Pierre bahwa bahwa Mania telah berbicara dengan keluarga Dluski tentang keinginannya itu maka dimulailah melakukan suatu tindakan di pihak Bronia yang telah beberapa kali berjumpa dengan dia dan segera dapat dipengaruhinya untuk kepentingannya itu. Maka diundangnyalah Bronia bersama-sama Mania ke rumah orang tuanya di Sceux. Isteri Curie berbisik-bisik dengan Bronia dan dengan suara yang terharu didesaknya Bronia membela kepentingan anaknya itu terhadap Mania.
“Tak ada manusia yang lebih baik dari Pierre di ddunia ini katanya berulang-uang. “Tak perlu adiknya nyonya itu takut. Ia akan lebih berbahagia dan beruntung dengan Pierre daripada dengan siapa pun juah!
Sepuluh bulan berselang barulah dapat diterima Mania pikiran tentang perkawinan ini. Sebagai seorang “cerdik pandai bangsa Slavia” sejati yang berkeras kepala, Mania penuh teori-teori berkenaan dengan hidup dan kewajiban-kewajiban manusia. Beberapa dari teori-teori itu bersifat ksatria tetapi yang lain-lain bersifat pikiran kanak-kanak saja. Telah lama Pierre mengerti bahwa bukanlah ajaran-ajaran ini yang menyebabkan Mania seorang wanita yang luar biasa kedudukannya. Sarjana itu tak banyak menghiraukan asas-asas yang dianut oleh Mania bersama-sama dengan ribuan dari orang-orang se negaranya yang beradab. Yang menawari dan memikat hatinya ialah karena Mania sudi menyerah diri seluruhnya kepada pekerjaannya dan karena diduganya gadis itu mempunyai akal budi yang laur biasa; selain dari itu juga akhlaknya yang gagah berani serta ksatria itu . Perawakan yang cantik manis ini mempunyai budi pekerti dan sifat-sifat seorang – orang mulia.
Asas-asas? Akan tetapi ia juga telah memupuknya tetapi hdiup manusia menunjukkan bahwa asas-asas itu sangat kegila-gilaan semuanya. Ia juga telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa ia tak akan kawin seumur hidupnya. Tak perlu ia membela sesuatu Polandia, tetapi dalam pandangannya perkawinan itu mustahil dihubungkan dengan suatu kehidupan yang ditahbiskan untuk Ilmu Pengetahuan. Akhir yang menyedihkan dalam suatu cinta birahi semasa mudanya menyebabkannya bersifat bersaing, sehingga ia menjauhkan dirinya dari segala kaum wanita. Ia tak ingin lagi menjalin cinta kasih. Suatu azas hidup yang menjauhkannya deri sesuatu perkawinan sembarangan, yang menyebabkan dia menunggu-nunggu pertemuannya denagns eorang perempuan yang luar biasa, seorang wanita “yang dilahirkan untuk dia...” dengan Mania!
Tentulah sekarang ia tak bertindak bodoh untuk melepaskan kemungkinan bahagia mulia dan kerja sama yang erat sangat, semata-mata berdasarkan suatu azas hidup. Mania diinginnya untuk dirinya sendiri; anak gadis, wanita Polandia dan ahli ilmu alam itu ketiga-tiganya telah merupakan makan dan minum bagi Pierre Curie!
Inilah yang dijelaskannya kepada Mania dengan lambat laun. Dengan perkataan-perkataan semacamini dan kata-kata yang semakin lemah lembut, dengan perlindungan yang diberikannya kepada mania dan berkat kehadirannya setiap hari di samping Mania yang tak dapat menarik diri dari pengaruh penawar itu, maka lambat laun dapatlah Pierre berhasil membentuknya dari seorang yang sunyi senyap menjadi suatu mekhluk manusia!
Pada tanggal 14 Juli 1895, di kirim oleh Yosep dari Warsawa kepada Mania suatu jaminan pengampunan yang penuh kasih sayang dari keluarga Sklodowski :
“.... Karena engkau telah bertunangan dengan tuan Curie terlbih dahuu saya sampaikan ucapan selamat yang tulus ikhlas dan saya harap supaya di sampingnya itu engaku mendapat bahagia dan ria sebanyak-banyaknya, selaras dengan yang harus menjadi bagianmu dalam pandangan saya dan dalam pandangan semua orang, yang mengenal hati dan budi pekertimu.
Saya sependapat bahwa benarlah engkau dengan mengikuti hatimu itu dan tak ada orang yang berpikiran adilyang akan menyesali engkau. Seperti aku kenal engkau saya pecaya dan yakin bahwa engkau akan tetap tinggal seorang Polandia dengan suluruh jiwamu, begitu pula engkau tak akan putus-putusnya dalam rohanimu engkau senantiasa tetap sebagai keleuarga kami. Kami pun tidak akan ada putusnya menyayangi engkau dan memandang engkau sebagai salah satu dari kami.
.... Saya lebih suka seratus kali mengetahui engkau di Paris, berbahagia dan sentausa, daripada melihat engkau di Negeri kita ini, tetapi patah semangat karena pengorbanan seumur hidup dan menjadi korban sesuatu tafsiran yang telampau cermat tentang kewajiban. Sekarang kita harus berusaha saling jumpa menjumpai sedapat mungkin.
... Terimalah pelukan saya seratus kali, Mania sayang dan saya ucapkan sekali lagi; bahagia, ria dan berhasillah segala daya upaya! Sampaikanlah salam yang tulus-ikhlas dari saya untuk tunanganmu itu! Katakanlah bahwa saya menghormatinya sebagai seorang anggota baru dalam keluarga kita dan bahwa dengan tak ada kebimbangan saya tawarkan rasa persahabatan dan nuragi saya kepadanya dengan segala kegembiraan. Saya harap moga-moga ia juga sudi mencurahkan rasa persahabatan dan nuraganya bagi saya.”
Beberapa hari kemudian ditulis Mania kepada temannya Kazia tentang putusannya yang penting itu :
Mania kepaa Kazia :
“Apabila engkau terima surat ini, Mania-mu ini telah bertukar nama. Saya akan kawin dengan orang yang telah saya ceritakan kepadamu di Warsawa tahun yang lampau. Berat bagi saya untuk tinggal selama-lamanya di Paris, tetapi apa boleh buat? Nasib hidup kami menghendaki supaya kami satu sama lain merasa terikat sehingga tak ada lagi pikiran kami hendak berpisah-pisah.
Tiada saya tulis ini lebih dahulu kepadamu, karena semuanya ini diputuskan dengan tiba-tiba dalam jangka waktu yang pendek. Setahun lamanya saya selalu bimbang; saya tak tahu apa harus ku putuskan. Akhirnya saya telah merasa betah memikirkan bahwa saya akan tinggal di sini untuk selama-lamanya. Seterimanya surat ini, kirimlah ballsan kepada saya sebagai berikut :
Madame Curie, Ecole de Physique et de Chimie, 42 rue Lhomond.
Beginilah seterusnya nama saya nanti. Suami saya itu menjadi guru di sekolah itu. Tahun yang akan datang saya akan pergi bersama-sama dengan dia ke Polandia untuk ku tunjukkan tanah ari saya kepadanya dan ketika itu tentu tak akan saya abaikan memperkenalkannya kepaa adik angkat saya dengan pengharapan semoga dapat engkau juga menyayanginya.”
Pada tanggal 26 Juli, Mania bangun di kamarnya di jalan Chateaudun, untuk terakhir kalinya di kamarnya seorang diri itu. Hari terang cuaca. Paras perawan muda itu sangat cantiknya. Semacam teja yang belum pernah dilihat oleh teman-temannya sepelajaran menyiari wajah mukanya. Hari ini Mania Sklodowski akan menjadi Madame Curie.
Ia menganyam suri rambutnya yang bagus itu dan dikenakannya pakaian pengantinnya, suatu pemberian dari Ibu Casimir Dluski yang sekarang tinggal di jalan d’Allemagne. Taka ada pakaian saya selain yang sapa pakai setiap hari, katanya kepada nyonya itu. “Sekiranya nyonya sudi memberikan sebuah kepada saya, saya ingin yang berwarna kehitaman yang sangat praktis dan dapat saya pergunakan kelak untuk di laboratorium.
Dengan dipimpin oleh Bronia telah digunting oleh seorang tukang jahit wanita suatu rok berwarna biru tua dan sebuah baju dengan corak biru muda yang membikin Mania manis, segar dan muda nampaknya.
Mania memikirkan perkawinan ini dengan perasaan gembira. Dalam segala hal perkawinannya ini berbeda dari perkawinan-perkawinan yang lainnya. Tidak ada pakaian putih, tidak ada cincin emas, tidak ada jamuan pengantin. Juga tidak ada perhelatan di Gereja : Pierre Curie seorang tak beragama dan Mania telah lama tidak menjalankan kewajiban agamanya lagi. Tak ada notaris hadir, karena pengantin muda itu tak mempunyai sesuatu apa – selain dari dua buah kereta angin  berkilat-kilat yang dibelinya kemarin dengan uang yang dikirimkan seorang misan kepada mereka. Dengan kereta angin yang dua buah ini-lah mereka akan berjalan-jalan semasa musim panas nanti.
Memang perhelatan nikah akan bagus perjalannya, karena tak ada kelalaian, tak ada keinginan-tahu dan tak ada perasaan cemburu yang diundang untuk menghadirinya. Di Balai Kota Sceaux dan dalam taman jalan des Sablons dekat rumah orang tua Pierre akan menunggu Bronia dan Casimir, beberapa sahabat karib – orang-orang terpelajar – dari Warsawa telah tiba bersama-sama dengan Hela, guru Sklodowski yang erasa berkewajiban kehormatan mempergunakan bahasa Peranci-nya yang sebagus-bagusnya terhadap doktor Curie ....
Tetapi terlebih dahulu dibisikkannya kepada tuan itu dengan terharunya kata-kata yang membual dari hatinya yang baik itu :
“Dengan Mania tuan mendapat seorang menantu yang selaras dengan kasih sayang tuan. Sejak lahirnya belum pernah ia menyakiti hati saya.
Pierre telah pergi menjemput Mania. Di Stasiun Gare de Luxembourg merekaa harus naik kereta api ke Sceaux dimana kaum keluarga mereka sedang menunggu-nunggu. Di tingkat atas bus yang disinari oleh matahari yang bercuaca mereka melalui boulevard Saint Michel sambil melihat-lihat dari tempat duduk mereka yang tinggi itu ke tempat-tempat yang tak asing lagi bagi mereka itu.
Ketika mereka melewati Sorobonne di sebelah jalanmasuk ke Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu alam itu, maka Mania menekan tangan temannya itu lebih teguh sambil memandang wajahnya itu dengan mata yang bersinar berseri-seri penuh kesantausaan..
BAB. XI : MADAME CURIE
Segala sesuatu yang diusahakan Mania selalu berhasil.
Begitu juga dalam hal perkawinannya. Setahun lamanya ia bimbang sebelum memberanikan diri kawin dengan Pierre Curie. Akan tetapi sekali ia menjadi isterinya diaturnya hidup mereka dalam perkawinan itu dengan bijaksana dan isi hatinya sehingga seolah-olah mereka berhadapan dengan salah satu mukjizat.
Seakan-akan hanya seorang pelukis lah yang dapat menggambarkan bagaimana berbahagianya dan senangnya mereka di hari-hari pertama mereka bergaul bersma-sama : dengan mengendari kereta angin milik mereka yang termasyhur itu pergilah Pierre Curie dan Mania mengembara di sepanjang jalan Ile de France, sedang di tempat barang-barangnya dibawa mereka beberapa helai pakaian dan dua jas hujan panjang yang terpaksa dibeli mereka berhubung dengan banyaknya hujan semasa musim panas itu. Di tempat-tempat pemandangan duduklah mereka di rumput sambil makan keju dan buah-buahan persik dan kers. Setiap malam mereka berhenti di salah satu tempat penginapan yang belum dikenal mereka. Di sana mereka mendapat kaldu kental yang panas dan diberikan kamar yang lukisan-lukisannya telah amoh dan diterangi oleh sebuah lilin yang berbayang-bayang digambaran-gambaran tembok itu. Bersama-sama mereka tinggal di sunyi senyap itu yang ghanya diseling-seling oleh bunyian apdang-padang, salak anjing yang datang dari jauh, tekuran burung-burung, tratap tangis kucing dan geretak papan yang menakuti.
Jikalau mereka hendak melihat-lihat semak-semak atau batu-batu bukit dari dekat, maka mereka turun dari kereta angin dan berjalan kaki diteruskan mereka perjalanan mereka itu. Pierre menggemari keindahan alam dan niscayalah persiapan-persiapan jauh dan tak beribut-ribut itu dibutuhkan jiwanya, karena irama mereka perjalanan-perjalanan itu mempengaruhi renungannya dalam ilmu pengetahuan dengan cara yang membawa ilham pengetahuan dengan cara yang membawa ilham baginya. Tak dapat ia tinggal duduk, jika mereka sedang melakukan perjalanan ke luar kota atau di suatu taman, karena tak diketahuinya “Ilmu bermalas-malasan”. Juga tak disukainya perjalanan-perjalanan yang seperti biasa dirancang-rancang terlebih dahulu sehingga segala-galanya telah tak asing lagi. Dan tak ada  soal waktu bagi Pierre. Apakah perlunya lebih baik berjalan-jalan waktu siang hari dariapda waktu malam hari, apakah perlunya jam waktu makan harus ditetappkan terlebih dahulu dengan tak boleh diubah-ubah lagi? Sejak masa kanak-kanaknya telah dibiasakannya berangkat dengan tiba-tiba, akdang-kadang waktu parak siang, kadang-kadang waktu senja kala, dengan tak diketahui apakah ia akan kembali dalam tiga hari atau dalam satu jm. Kenang-kenangan kepada masa itu mengembara dahulu kala bersama-sama dengan abangnya masih merawan hatinya.
“Alangkah berbahagianya masa itu tatkala berjalan-jalan di sunyi senyap, jauh dari ha-hal remeh yang meengganggu saya kerap kali di Paris... Sebenarnya saya tak menyesal saya bermalam-malam di hutan di sambung dengan hari-hari yang berlalu, dengan tak disangka-sangka telah menghilang. Sekiranya ada waktu saya terluang saya ingin menceritakan semua impian renungan saya semasa itu.
Pengembaraan dalam tahun 1895, “Pengembaraan Pengantin”, itu lebih meriah lagi : Cinta kasih menyebabkan semuanya lebih bagus dan lebih banyak berselang seling. Dengan beberapa franc untuk ongkos kamar penginapan di kampung-kampung dan dengan mempergunakan injakan kereta angin (Sepeda) mereka ribuan kali banyaknya, maka dapatlah dua sijoli itu beberapa hari dan malam bersama-sama dengan tak ada gangguan-gangguan.
Kadang-kadang mereka tinggalkan kereta angin mereka di salah satu rumah petani dan memilih jalan kecil dengan untung-untungan sambil membawa hanya sebuah pedoman dan beberapa banyak buah-buahan. Pierre berjalan di muka dengan langkah-langkah besar dan Mania mengikutinya dengan tak mengetahui letih payah. Walau pun bertentangan dengan adat kebiasaab telah dipendekkan Mania roknya agar dapat ia berjalan dengan lebih baik. Topinya tak dipakainya dan bajunya putih yang pantas juga kelihatannya, sedang sepatunya kasar buatannya. Pinggangnya bertali pending dari kulit yang praktis, meskipun tak ada gayanya, dan memakai tempat simpanan pisau, uang sedikit dan sebuah arloji. Pakaiannya tidak menurut potongan baru, bahkan dengan pendek kata pakaiannya jelek. Akan tetapi walau pun demikian ia menawan hati.
Sambil berjalan dan dengan tak berpaling ke temannya yang melangkah di belakangnya itu dipikirkan Pierre dengan bersuara suatu masalah dari lapangan ilmu pengetahuan balur yang memikat perhatiannya. Ia tahu bahwa Mania mendengarnya dan bahwa jawaban yang akan diberikannya nanti cerdik, berfaedah dan tak ada tolok bandingnya. Mania juga pun mempunyai angan-angan yang tinggi : ia hendak bersiap-siap untuk ujian tandingan untuk menjadi guru dan boleh dikatakan telah pasti bahwa Kepala Sekolah Ilmu Fisika, tuan Schutzenberger, akan membenarkannya ia mengadakan penyelidikan-penyelidikannya di laboratorium bersama-sama dengan Pierre. Senantiasa hidup bersama-sama! Tak bercerai-cerai lagi!.
Dengan melintasi semak-semak tibalah mereka pada tepi sebuah danau kecil yang dikelilingi oleh alang-alang. Dengan perasaan gembira seorang kanak-kanak ditemukanlah oleh Pierre dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia segala hewan, di sekitar danau yang sedang mengantuk ini. Dikenalnya benar binatang-binatang darat dan air, seperti biawak dan capung. Sedang istriny berbaring di tepi danau itu. Pierre melangkahi dengan tangkas suatu batang kayu yang telah tumbang dan diulurkannya tangannya memetik kembang iris yang kuning dan teratai yang putih dengan tak dihiraukannya pakaiannya yang basah karena jatuh....
Hampir ketiduran Mania memandang-mandang ke langit dengan awan putih yang tipis. Dengan sekonyong-konyong ia menjerit karena di tapak tangannya dirasanya ada sesuatu yagn terasa dingin dan lembab. Di tangannya seekor katak hijau yang terengah-enegah yang ditaruh oleh Pieree perlahan-lahan. Dengan maksud bukan hendak bersedau gurau dengan istrinya itu, namun menurut pandangannya adalah keadaan biasa “agar bisa bergaul” dengan katak hingga tidak ada rasa ketakutannya.
“Pierre .... mengapakah kau lakukan ini? Ia berkata dengan gerakan ketakutan.
Ahli ilmu fisika itu marah.
‘Apakah kau tidak suka melihat katak?
“Bukan begitu, tetapi jangan ditangan saya....
“Kau khilaf, kata Pierre dengan tenangnya. “Alangkah indahnya melihat-lihat katak ... Bukalah tanganmu dengan perlahan-lahan ... Lihatlah bagaimana bagusnya!
Diambilnya kodok itu dari tangan Mania yang tersenyum dengan lega dada. Maka Pierre tempatkan kodok itu di tepi danau sehingga  ia mendapat kemerdekaannya kembali. Ia telah bsoan berdiam-diam itu dan pergi menuju jalan besar, sedang istrinya menyusul dengan hiasan kembang iris dan teratai ditangannya.
Karena sibuk lagi mengingat pekerjaannya, maka dilupakan Pierre denganntiba-tiba hutan, katak dan danau itu. Di pikirkannya kesukaran-kesukaran halus kasar dalam penyelidikan-penyelidikannya dan rahasia-rahasia yang mengurai dalam asal-mulanya balur. Digambarkannya pesawat yang hendak disediakannya untuk suatu percobaan baru.Maka didengarnya kemballi suara setia Mania, pertanyaan-pertanyaannya yang tajam dan jawaban-jawabannya yang yang dipertambangkan dengan matang.
Epanjang perjalanan dan hari yang bahagia ini terbinalah suatu ikatan yang semurni-murninya yang dapat menyatukan seorang lelaki dan seorang perempuan. Dua jantung berdebar-debar dengan irama yang serupa, dua badan menjadi satu, dua otak yang cerdik pintar biasa berfikir bersama-sama. Mania tak mungkin dapat seorang suami lain dari hali ilmu fisik yang besar ini, seroang manusia yang bijaksana dan ksatria dan sebaliknya Pierre tak mungkin menikah dengan seorang isteri lain dari wanita Polandia yang lemabh lembut, periang dan teman bekerja di samping sahabt, kekasih dan sarjana pula/
Menjelang memasuki pertengahan bulan Agustus tinggal suami istri ini, letih payah tetapi dengan hati tertawan, beberapa lama di sekitar Chantilly di suatu perusahaan tani yang bernama Menjangan betina. Inilah ahsil pekerjaan Bronia yang telah menyewatempat persinggahan ini beberapa bulan lamanya. Pierre dan Mania bertemu di sana dengan nyonya Dluski, Casimir, Bronia dan Puteri mereka Helena yang disebut juga Lou, dan Sklodowski bersama-sama Hela yang telah mengundurkan pulang mereka kembali ke Warsawa.
Masa libur yang gmeninggalkan kenang-kenangan yang indah dan bernilai besar untuk beberapa orang yang jarang lagi akan bertemu satu sama lain. Sebuah rumah yang menawan hati, terletak dii tempat sepi dalam hutan penuh dengan burung-burung kuau dan kawelu-kawelu sedang tanahnya beralas permadani kembang bakung. Selaind ari itu menawan hati perasan kasih sayang yang menghubungkan dua kebangsaan dan tiga keturunan.
Pierre Currie telah berhasil memikat hati hul-hulanya itu untuk selama-lamanya. Dengan tuan Sklodowaki ia berbicara tentang soal-soal ilmupengetahuan : ia bercakap-cakap dengan sungguh-sungguh dengan Lou yang bermur tiga tahun itu, seorang anak kecil cantik, jenaka, periang dan disenangi banyak orang. Kadang-kadang datang doktor Curie dan istrinya bertamu ke sana dan mereka pun turut diundang makan sedang percakapan-percakapan bersilang – siur dari lapangan kimia ke lapangan pengobatan atau ke pendidikan anak-anak, atau pun kepada masalah-masalah umum kemasyarakatan yang berhubungan dengan Perancis dan Polandia.
Pierre sekali-kali tak bersifat syak wasangka terhadap orang-orang senegerinya. Dan untuk membuktikan sekali lagi bagaimana dicintainya istrinya itu maka dipikulkanlah suatu bebean berat yang mengharukan Mania di atas bahunya sendiri, walau pun istrinya itu membantaah perbuatannya itu : yaitu belajar bahasa Polandia, suatu bahasa yang tersukar di Eropa dan – karena bahasa ini bahasa sesuatu negara yang tak ada lagi – yang sekali-kali tak ada gunanya.
Mania mengerti, bahwa seketika ia membatalkan keputusannya tak aka  kawin seumur hidupnya, terpaksa pulalah ia mengubah cara hidupnya sebagai seorang rahib. Rumah tangganya yang luar biaa dan didasarkan itu atas pekerjaan “yang tak lajim” untuk penyelidikan penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan, diberikannya suatu suasana penuh rasa kemanusiaan. Dikehendakinya supaya suaminya itu mendapat hidup yang sempurna antara oang tuanya dan ia sendiri. Ia telah sayang kepada mertuanya itu sehingga, tatkala bapaknya dan Hela telah kembali ke Warsawa, pembuangannya itu tak bberapa kejam lagi dirasanya, juga berkat kasih sayang mertuanya itu terhadap dirinya.
Perkawinan Pierre dengan seorang wanita bansga asing yang tak mampu pula yang ditemuinya di salah satu kamar loteng di Quartier Latin, sedikit pun tak menggoncangkan atau mengherankan orang tuanya yang berbudi halus itu. Sejak mulanya hati mereka tertawan oleh Mania. Bukanlah semata-mata “Kecantikan Slavia” itu yag mempengaruhi mereka dan anak sulung mereka, Yacques, yang juga sangat sayang kepada iparnya itu. Doktor Curie tertarik hatinya oleh karena akal budi menantunya itu dan juga disebabkan budi pekertinya yang terus tembus jujur itu. Istinya terpikat oleh kesederhanaan dan karena manisnya mahasiswa wanita itu.
Yang mengherankan Mania di lingkungannya itu hanyalah gairah politik mertuanya dan teman-temannya itu. Doktor Curie yang sangat menggemari saran-saran tahun 1848 itu bersahabt karib dengan Henri Brisson yang berhaluan radikal itu. Ia berifat selalu hendak berjuang.
Mania di didik dengan semangat berjuang terhadap penindasan oleh bangsa asing dan dalamm cita-cita suatu kemasyhuran, di sini mulai belajar kenal dengan percekcokan-percekcokan kepartaian yang sangat digemari oleh bangsa Perancis itu. Didengarkannya uraian bantah-membantah yang sangat panjang, dan ucapan-ucapan yang berkenaan dengan teori-teori baru yang galak dan ksatria. Apabila ia payah mendengarkannya maka ia pun lari ke suaminya yang selalu menjauhkan diri dari perdebatan-perdebatan semacam itu, seolah-olah ia bermimpi sambil mendiam. Jikalau pada suatu hari Ahad salah seorang dari tamu mereka mencoba menarik-nariknya turut bertikai faham antara kawan-kawannya itu, maka dengan perlahan-lahan dan seakan-akan membersihkan diri dijawabnya. “ Saya tak pandai berpanas hati!
“Pierre Curie tak pernah tertarik hatinya turut berpolitik” tulis Mania di kemudian hari. “Berhubung dengan pendidikannya dan perasaannya ia cenderung kepada haluan-haluan yang demokratis dan sosialis, tetapi ia tak dipengaruhi oleh suatu pendirian politik manapun. Pendiriannya ialah bahwa maupun untuk umum, maupun untuk seorang tak dapat disetujuinya dipakai kekerasan.”
Perkara Dreyfus adalah salah satu hal yang jarang terjadi yang menyebabkan Pierre meninggalkan pendiriannya menjauhkan diri itu dan menceburkan dirinya dalam suatu perjuangan politik. Tetapi seketika itu juga tingkah lakunya tidak dipengaruhi oleh sesuatu semangat hendak memecahbelah : ia semata-mata memihak kepada seorang yang dituntut dengan tak bersalah. Ia berjuang karena perasaan adilnya, terhadap sesuatu kelaliman yang mengerikannya.
Jendela-jendal rumah di jalan de la Glaciere 24 yang dihuni oleh istri yang masih muda itu sejak bulan oktober memandang ke luar pepohonan-pepohonan dalam suatu taman besar. Hanaya inilah yang menarik hati di rumah itu yang selainnya tidakmempunyai hiasan sesuatu apapun.
Pierre dan Mania tidak berusaha sedikitpun untuk menghias kamar-kamar kecil yang tiga buah itu, bahkan mereka telah menolak perabot-perabot yang ditawarkan oleh doktor Curie itu kepadameraka : setiap bangku; setiap kursi tangan merupakan suatu benda lebih banyak yang setiap pagi harus dibersihkan atu dicuci ketika pembersihan besar-besaran. Tak dapat dilaksanakan Mania itu. Tak ada waktunya!
Lagipula apakah gunanya itu, bangku, kursi tangan, padahal suami sitri Curie telah berjanji satu sama lain menolak segala pertemuan-pertemuan dan kunjungan-kunjungan! Orang yang suka mengganggu dan memberanikan diri menaikan empat tingkatan untuk merintngi suami istri itu dalam waktu mereka itu, akan segera kapok untuk selama-lamanya jika ia masuk ke dalam bilik kerja dengan dindingnya yang kosong itu dan perabotnya hanya berupa sebuah lemari buku dan sebuah meja kayu warna putih. Di ujung yang satu duduk Mania dan di ujung yang lain ditemepatkan kursi Pierre. Di atas meja itu berserakan karangan-karangan konsep ilmu alam dan sebuah lampu minyak tanah memberikan penerangan yang berkelip-kelip disamping sebuah jambangan yang berisi bunga. Lain dari itu tak ada apa pun jua. Berhadapan dengan dua buah kursi yang bukan untuk tamu itu dan terhadap pandangan hormat tetapi tercengang itu terpaksalah orang itu melarikan diri meninggalkan Pierre dan Mania.
Hidup Pierre hanya satu tujuan cita-citanya : penyeledikan dalam lapangan ilmu pengetahuan di samping seorang istri kesayangan yang juga hidup untuk penyelidikan semacam  itu. Keadaan mania lebih sukar sedikit karena di samping hasrtnya untuk kerja yang mulia itu ada pekerjaan-pekerjaan hina dina dan meletihkannya, yaitu kewajiban-kewajiban wanit. Mania tak berhak lagi mengabaikan hidup jasmani seperti biasanya semasa ia belajar di Sorbonne dengan cara hidup sembarangan. Yang pertama-tama dibelinya sekembalinya mereka pergi berlibur ialah sebuah buku tulis berkulit hitam dengan tulisan emas : “Uang keluar”.
Gaji Pierre di sekolah Ilmu Fisika itu sekarang berjumlah limaratus franc. Sebelum Mania mendapat ijazahnya yang memberikan hak kepadanya untuk mengajar di Perancis hanya yang limaratus franc itulah pendpatan suami istri itu.
Memadai jugalah itu; dengan jumlah ini dapatlah dipelihara suatu rumah tangga yang sederhana dengan selayaknya dan Mania telah belajar berhemat. Yang merupakan kesulitan ialah melaksanakan pekerjaan sebanyak itu sehari dalam duapuluh empat jam. Sebagian besar dari waktunya dipergunakan Mania di laboratorium sekolah yang telah menyediakan ruangan baginya. Balai penyelidikan itulah kegembiraannya! Tetapi di jalan de La Gglacierre ada tempat tidur yangg harus dibenahi, lantai yang harus di sapu. Pakaian Pierre yang harus diurus dan makanannya harus dijaga. Dan ini semuanya dikerjakan sendiri tanpa ada bantuan. Karena itu Mania bangun pagi-pagi benar untuk pergi ke pekan dan apabila ia pulang ke rumah petang hari bersama-ssama dengan Pierre dan sekolahnya maka pergilah mereka berdua ke rumah potong dan ke penjulan susu. Pagi-pagi sebelum ia berangkat ke sekolah dibersihkannya sayur sayuran untuk makanan siang hari. Telah lama masa berselang tatkala Mania tak thu bagaimana membuat kaldu. Madame Curie sekarang merasa suatu penghormatan karena ia pandai memasaknya! Segera setelah diputuskannya akan menikah, dengan sembunyi ia belajar memasak dari nyonya Dluska dan Bronia.
Ia telah menguji dirinya memasak gulai ayam dan kentang goreng. Dengan segala perhatian diurusnya makanan yang sehat untuk pierre yang sendiri tak memperdulikan makanan yang enak-enak dan karena pikirannya melayang, tak melihat susah payah istrinya itu dalam hal ini.
Semacam cinta akan diri sendiri seperti kanak-kanak mendorong Mania. Alangkah hinanya sekiranya mertuanya yang seorang perempuan bangsa Perancis itu, karena masakan dadarnya urung, bertnya apakah anak-anak gadis di Polandia tak pandai masak! Siulanginya membaca-baca resep-resep dari buku-buku masakan dan dengan penuh keinsyafan ditulisnya catatan-catatannya di sampingnya itu berkenaan dengan daya-upayanya yang urung atau berhasil, semuanya dalam logat-logat ilmu pengetahuan yang seksama!
Dipikirkannya masakan-masakan yang gampang disipakan dan yang dapat dibiarkan masak dengan sendirinya semasa ia bekerja di sekolah. Tetapi masak-memasak sama sulitnya dengan ilmu kimia yang sama-sama gaibnya. Bagaimana cara diusahakan agar macaroni tidak menjadi gosong. Apakah daging sup harus di masak dengan air panas atau air dingin. Berapa lamakah seharusnya direbus kacang selada. Dengan pipi panas Mania berdiri di hadapan pornesnya sambil berkeluh kesah. Lebih mudah saat dahulu ketika hidup dengan roti dan keju, dengan teh, rades dan buah kers!.
Sedikit demi sedikit semakin bertambah ilmu pengetahuannya dalam urusan rumah tangga. Kompor gas yang dahulu dengan lancang menggosongkan masakan daging itu, sekarang telah mengetahui kewajibannya. Sebelum ia pergi ke luar rumah, diaturnya besar apinya dengan teliti sebagai seorang ahli ilmu kimia dan setelah dipandangnya dengan cemas panci-panci di atas api itu maka ditutuplah pintu rumahnya dan segera berlari menemui suaminya untuk pergi bersama-sama ke sekolah.
Maka, seperempat jam kemudiania telah membungkuk di hadapan sebuah retor dan mengatur-atur pembakar di laboratorium itu dengan teliti seolah-olah ia berhadapan dengan tanurnya sendiri di rumah.
Delapan jam penyelidikan di lapangan Ilmu Pengetahuan, dua atau tiga jam urusan rumah tngga, tetapi itu pun belum cukup. Setelah diisinya bukunya untuk urusan rumah tngga – Uang belanja untuk tuan – uang belanja untuk nyonya – maka Mania pun duduklah di ujung meja yang satu dan menenggelamkan dirinya dalam persiapannya untuk ujian guna mendapatkan ijazah guru. Di ujung yang lain duduk Pierre sedang sibuk dengan kepala membungkuk dan penuh perhatian mengatur rancangan untuk tahun pelajaran yang bari di sekolahnya. Kadang-kadang jika dirasanya pandangan suaminya itu maka Mania pun menoleh sekejap mata menyambut pesanan cinta dan penghargan dari suaminya itu. Senyuman berdiam bertemu antara suami dan istri yang saling cinta ini. Sampai jam dua atau tiga lampu masih menyala dibelakang jendela rumah itu dan dalam bilik kerja dengan dua buah kursi itu terdengarlah suara halaman dibalik dengan perlahan-lahan dan suara pena yang meluncur di atas kertas.
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 23 Nopember 1893 :
“... Kami di sinni sehat wl afiat semuanya. Lambat lun rumah kami telah memiliki perabot, tetapi saya bermaksud mengaturnya sedemikian rupa sehingga tidak banyak yang saya perlukan untuk bekerja dan dalam memelihranya, karena tak banyak dapat bantuan ; Setiap hari datang seorang pekerja mencuci piring dan untuk pekerjaan kasar. Saya masak sendiri.
Dalam beberapa hari kami pergi ke Sceaux untuk berkunjung ke rumah mertua saya, Ini tak mengganggu pekerjaan kami, karena kami mendapat kamar di tingkatan pertama dua buah dengan perlengkapan yang kami perlukan, sehingga kami merasa betah di sana dan dengan gampang dapat mengerjakan dari tugas kerja kami yang tak kami laksanakan di laboratorium.
Sewaktu hari cuaca kami berkereta angin ke Sceaux; hanya di waktu hujan lebat kami naik kereta api.
Pekerjaan-pekerjaan saya “yang menguntungnkan” itu masih sangat samar-smar. Tahun ini saya harap dendapat pesanan kerja yang dapat saya laksanakan di Balai Penyelidikan. Pekerjaan itu setengah mengenai ilmu pengetahuan, setengah mengenai perindustrian, tetapi lebih saya sukai ini dari pada mengajar.”
Mania kepada Yosep tanggal 18 Maret 1896 :
“.... Perjalanan hidup kami sama rata saja. Tak ada kami bergaul dengan orang lain selain dari keluarga Dluski dan mertua saya di Sceaux. Hampir tak pernah kami menonton komedi dan tak aa kami pergi berlibur. Waktu Hari Paskah nanti barangkali kamu mengambil cuti beberapa hari dan pergi ke luar kota.
Saya menyesal tak dapat saya menghadiri perkawinan Hela. Sekiranya tak ada seorang dari keluarga kita yang tinggal di Warsawa, mungiin akan saya coba mencari uang belanja perjalanan ke sana, walau pun banyak kesulitannya mengusahakan ini. Tetapi untungah Hela tidak seorang diri di sana. Karena itu baiklah jangan lagi saya pikirkan pergi ke warsawa, bagaimana pun sebenarnya saya ingin datang ke sana.
Sejak beberapa minggu hari sangat panasnya. Di luar kota semuanya hijau. Di Sceaux sejak bulan Pebruari telah berkembang bunga viola dan sekarang dimana-mana ada kembang itu; tampak penuh berjejal bunga itu di antara batu-batu bukit. Di jalanan Paris dijual orang kembang-kembang dengan harga yang mendingan sehingga selalu ada karangan bunga di rumah kami.”
Mania kepada Yosep dan istrinya pada tanggal 16 Juli 1896 :
“Saya ingin benar pulang ke rumah tahun ini untuk berjumpa dengan sekalian sanak saudara! Sayang hal itu tidak boleh saya harapkan, karena tak ada waktu saya dan uang saya un telah putus. Ujian-ujian untuk ijazah guru yang saya  tempuh dewasa ini, mungkin terus menerus sampai pertengahan bulan “Agustus.”
Dalam ujian itu Mania lulus sebagai nomor satu. Dengan tak berkata sesuatu apa dipeluk Pierre istrinya itu dengan bangga akan kepandaian istrinya bangsa Polandia itu dan sambil bergandengan tangan mereka kembali ke jalan de la Glaciere ... dan segera dipompa mereka ban kereta angin dan bungkusan pakaian disinya. Maka berangkatlah mereka ke Auvergne : Sambil berjalan-jalan mereka menyelidiki di sana sini. Alangkah murah hatinya mereka membagi-bagi tenaga rohani dan jasmani mereka1 Sekalipun mereka sedang berlibur, tidak aneh mereka tetap bekerja keras!
Tahun ke dua dalam perkawinan mereka. Perbedaannya dengan tahun pertama hanyalah kesehatan Mania terganggu karena ia duduk perut. Madame Curie sesungguh berharap dan rindu dendam mempunyai anak, tetapi yag menyusahkannya ialah perasaan kesakitan sehingga, jika ia berdiri di hadapan pesawat-pesawatnya untuk mempelajari bagaimana logam mendapat sifat maghnitnya, ia selalu merasa letih payah.
Ia mengeluh :
Mania menulis kepada Kazia pada tanggal 12 Maret 1897 :
“Kazia sayang, saya agak terlambat sedikit dengan surat saya ini untuk mengucapkan selamat berkenaan dengan hari ulang tahun mu, tetapi masa terakhir ini saya serign sakit-sakitan sehingga tak ada lagi tenaga dan pikiran terang bagi saya untuk membuat surat
Saya hamil dan keadaan ini menggembirakan saya, tetapi caranya ia menjelma tak menyenangkan saya. Hampir sejak dua bulan ini saya selalu pusing kepala tiap harinya, mulai dari pagi sampai malam. Letih dan lemah perasaan saya karena ini dan walau pun saya tak merasa ssakit, tetapi saya merasa tak sanggup bekerja dan saya menderita perasaan masygul.
Keadaan saya ini terlebih-lebih lagi menyusahkan hati saya karena mertua saya yang perempuan sakit parah pula.”
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 31 Maert 1897 :
“... Kabar biasa saja. Perasaan saya senantiasa tidak senang, walau pun saya tak merasa lelah dan agat sehat juga kelihatannya. Mertua saya masih sakit juga dan kami sangat kuatir dan sedih karena penyakitnya itu pekung dada yang tak dapat diobati lagi. Yang paling manukan bagi hati saya ialah kemungkinan akhir penyakit itu tiba serentak dengan persalinan saya. Sekiranya ini terjadi, maka pastilah Pierre yang tercinta itu akan mengalami beberapa masa yang susah-sukar.”
Dalam Bulan Juli 1897, berpisahlah buat sementara waktu Pierre dan Mania yang selama dua tahun hampir setiap jam selalu bersma-sama. Dalam musim panas tahun itu Sklodowski datang berkunjung ke Perancis dan menginap bersma-sama dengan Mania di Hotel Des roches Grises di Port-Blanc. Di sana dijaganya anaknya itu sambil menunggu kedatangan Pierre yang terpaksa tinggal di Paris.
Pierre menulis kepada Mania bulan Juli 1897 :
“Adindaku yang tercinta yang ku sayangi segenap jiwa ragaku, hari ini saya telah terima suratmu itu dan saya merasa amat bahagia menerima surat itu. Dari sini tak ada kabar penting selain dari saya merasa kehilangan karena engkau tak ada di sini; bersama-sama dengan engkau telah melayang juga jiwaku.”
Kalimat-kalimat itu tertulis dengan seksama dalam bahasa Polandia dalam bahasa kasar itu yang logat-logatnya dipelajari Pierre dengan segala lemah lembut. Maka Mania pu menjawabnya dalam bahasa Polandia dengan kalimat-kalimat pendek dan sederhana yang dapat ditelaah setiap orang yang beru mempelajari bahasa itu :
“Kakanda yang tercinta hari cuaca. Matahari bersinar-sinar dan sangat panasnya. Saya bersedih hati menunggu-nunggu kedatanganmu, karena seorang diri saya maka saya menanti-nanti dari pagi hingga malam, tetapi tak datang juga engkau; lekaslah datang! Saya sehat-sehat saja dan saya bekerja sebanyak mungkin, tetapi buku karangan Poincare itu lebih sukar mengartikannya dari sangkaan saya semula. Perlu saya membicarakannya dengan engkau dan saya ingin meninjau bersma-sama dengana engkau bagian-bagian yang suit dan yang menyusahkan saya.
Sambil berpaling ke bhasa Perancis maka ditulis Pierre dalam surat-suratnya yang berkepala “Adindaku yang tercinta dan kusayangi”, dengan selayang pandang keadaan hidupnya di Sceaux dan hal-hal khusus berkenaan dengan pekerjaannya menjelang akhir tahun ini. Dengan sungguh-sungguh dibicarakannya juga soal lampin, perlengkapan dan pakaian-pakaian bayi yang telah dekat lahirnya itu :
“.... Hari ini saya kirim sebuah pos paket untuk engkau, berisi dua buah kemeja kanak-kanak yang dirajut, pemberian dari Madame P. Inilah ukuran yang terkecil dan nomor duanya. Ukuran yang terkecil itu teruntuk bagi kemeja yang dirajut, tetapi yang dari kain rami dan kain cita itu buatlah lebih besar sedikit, Pelu kau ambil dua yang ukurannya berlainan.
Maka dengan sekonyong-konyong ia beralih mengucapkan kata-kata sungguh dan jarang dipakai untuk melahirkan rasa kasih sayangnya :
“.... Saya teringat kepada kekasih saya yang mengisi hidup saya. Saya ingin mempunyai kepandaian-kepandaian baru sehingga dapat saya memandang engkau semata-mata dengan menunjukkan pikiran saya terhadap engkau dan melihat apa yang engkau perbuat dan memberikan perasaan kepadamu seolah-olah saya berdekatan dengan engkau pada saat ini juga ... tetapi tak sanggup saya memanggil gambaranmu .
Pada permulaan bulan Agustus Pierre tergesa-gesa berangkat ke Port-Blanc. Tetapi janganlah pikir bahwa ia akan diam bersenang-senang di sana karena ia terharu melihat keadaan Mania yang telah delapan bulan mengandung itu! Sekali-kali tidak demikian sikapnya. Seolah-olah mereka telah gila yang tak mengetahui ketakutan – atau lebih tepat : Dengan sifat sebagai sarjana yang tak tahu takut mereka menaiki kereta angin ke Brest dengan melalui jalan-jalan yang jauh seperti sedia kala. Mania mengatakan bahwa ia tak kepayahan dan Pierre itulah yang dikehendakinya. Suatu perasaan remang membisikan kepadanya bahwa istrinya itu adalah suatu makhluk yang sakti. Tetapi sekali ini kalah badannya perempuan muda itu. Mania terpaksa dengan malunya memutuskan perjalanannya itu dan, kembali ke Paris dan pada tanggal 12 September lahirlah seorang anak perempuan yang diberinya nama Irene, seorang bayi yang cantik yang kelak akan mendapat anugerah jasa Nobel! Doktor Curie hadir ketika Mania bersalin, ia tak mengeluh sedikit pun.
Persalinan itu tidak banyak kesukarannya dan ongkosnya pun tak mahal. Pada tangagl 12 September 1897 itu tercantum dalam buku kas dengan berkepala : Pengeluaran luar biasa : “Sampanye : tiga franc, Kawat-kawat : 1 franc 50. Dengan berkepala penyakit : rumah obat dan perawat : 71 Franc 50. Karena jumlah uang yang dikeluarkan untuk rumah tangga di bulan September itu dengan demikian telah meningkat sampau 430 franc, maka dilafalkannyanlah marah hatinya dengan menggarisi di bawah angka 430 itu dua kali.
Tak ada timbul pikiran Mania hendak memilih antara keluarganya, dan pekerjaannya dalam lapangan ilmu pengetahuan. Telah diputuskannya dengan tegas bahwa akan diselenggarakannya kewajibannya itu berkenaan dengan aksih sayangnya, kewajibannya sebagai ibu dan kewajibannya di lapagan ilmu pengetahuan semuanya dengan tidak mengecewkan.
Mania menulis kepada Sklodowki pada tanggal 10 Nopember 1897 :
“Saya masih mengasuh anak saya itu, tetapi beberapa lamanya kami kuatir kalau-kalau tak dapat saya melanjutkannya. Selama tiga pekan bayi itu berkurang beratnya dengan tiba-tiba. Irene kurang sehat kelihatannya, lemas dan lesu. Sejak beberapa hari keadaannya bertambah baik. Jikalau anak itu terus bertambah beratnya akan saya teruskan mengasuhnya. Kalau tidak, akan saya cari seorang pengasuh, walaupun ini akan memakan ongkos besar dan sebenarnya menyakiti hati saya, akan tetapi bagaimana pun saya tk bersedia menghalang-halangi anak saya itu subur tumbuhnya.
Sekarang ghari masih cuaca, panas dan matahari terang. Setiap hari Irene dibawa ke luar dengan saya atau dengan babu. Saya mandikan dia dalam tempat cucuain yang tak besar itu.”
Tak berapa lama maka terpaksalah Mania atas perintah keras dari doktornya mencari pengasuh untuk bayinya itu. Tetapi pagi-pagi, petang malam dan parak siang digantikannya bajunya, dimandikannya dan dilekatkan pakaiannya bayi itu. Pengasuh pergi berjalan-jalan dengan anak itu ke Parc Montsouris sedang ibunya sibuk dilaboratorium dengan pesawat-pesawatnya dan menyiapkan suatu ulasan tentang sifat mahnit yang segera akan diumumkan dalam berita resmi dari Societe pour I’Encouregement de I’Industrie Nationale.
Tiga bulan sejak dengan lahirnya bayi itu maka diciptakan Mania hasil penyelidikannya yang pertama....
Sewaktu-waktu nampaknya seolah-olah tak dapat dilaksanakan cara hidupnya semacam itu. Sejak ia hamil kesehatannya sangat berkurang. Casimir Dluski dan doktor Vauthier, doktor yang merawatnya, kuatir parunya sebelah kiri berpenyakit tuberculose. Mereka diusik pikiran mengingat bahwa ibunya meninggal dunia karena penyakit tering yang mungkin telah menurun kepadanya. Mengingat penyakit saka-baka ini maka dianjurkan merek supaya dirawat sementara waktu di suatu sanatorium. Tetapi sarjana yang keras kepala itu menolaknya dengan tegas sambil pikirannya melayang-layang.
Masih ada lagi yang lain-lain yang menyusahkan hatinya! Harus dipikirkannya laboratoriumnya, suminya, rumah tangganya, anaknya ..... Tangisnya Irene, yang mulai tumbuh gigi, penyakit infuenza, kecelakaan yang tak ada artinya. Kerapkali menimbulkan kerepotan dalam rumah itu dan menyebabkan kedua orang ahli,  ilmu fisik itu tak dapat tidur karena berjaga-jaga untuk anak mereka itu. Atau pun Mania dengan sekonyong-konyong dihinggapi oleh suatu perasaan kegugupan; maka lahirlah ia dari laboratorium bergesa-gesa ke Parc Montosouris. Barangkali pengasuh itu telah kehilangan anakanya itu! Tetapi tidak! Dari jauh telah dilihatnya perempuan itu dengan sebuah kereta anak-anak dengan isinya yang memutih yang menyatakan bahwa pengasuh itu telah menunaikan kewajibannya dengan teliti.
Mertuanya yang lelaki senantiasa merupakan bantuan yang berharga bagi Mania. Doktor Curie yang istrinya meninggal dunia beberapa hari setelah Irene lahir telah menyayangi anak itu dengan gairahnya. Dijaganya anak itu tatkala ia belajar berjalan di taman rumahnya. Tatkala Pierre dan Mania pindah ke suatu rumah yang lebih kecil di Boulevard Kellerman maka orang tua itu pun turut tinggal bersama-sama dengan mereka. Ia menjadi guru dan sahabat karib untuk Irene.
Alangkah jauhnya jalan yang telah dijalani sejak hari pagi di Bulan Nopember 1891 itu tatkala seorang wanita muda bangsa Polandia tiba di stasiun Gare du Nord dengan barang-barangnya, turun dari kelas tiga! ..... Mania telah belajar kenal dengan ilmu alam, ilmu kimia dan seluruh hidupnya seorang wanita. Telah banyak keulitan-kesulitan, besar kecil, yang diatasinya denegan tak diinsyafinya bagaimana banyaknya kemauan hati yang tak ada tolok bandingnya dan keberanian yang luar biasa di perlukannya untuk mewujudkannya.
Perjuangan dan kemenangan telah mengubah keadaan jasmaninya dan mukanya pun telah bertukar rupanya. Tak mungkin tak terharu jika melihat gambaran Mania tatkala ia berumur lebih sedikit dari tigapuluh tahun. Anak gadis yang tegap dan agak terlampau gemuk sedikit itu telah merupakan suatu makhluk yang sakti. Mungkin orang hendak mengatakan : “Alangkah wanita ini menawan hati, luar biasanya dan cantinya!” Tetapi tak berani orang mengatakannya jika dilihat dhinya yang tinggi itu dan pandangannya yang seolah-olah tak ada sangkutannya dengan dunia ini. Madame Curie telah berjanji dengan kemegahan. Untuk itu ia telah menghiasai dirinya.
BAB. XII.  RADIUM
Seorang perempuan muda menjaga supaya rumahnya tetap bersih, anaknya dimandikannya dan dalam dapurnya panci-pancinya menunggu-nunggunya untuk perapian ... dan dalam sebuah laboratorium yang papa di Sekolah Ilmu Fisika seroang sarjana wanita berhasil menciptakan penemuan yang terpenting dalam lapangan ilmu pengetahuan mutakhir.
Dua buah ijazah, ujian ijazah guru dan suatu karangan tentang sifat-sifat mahnit dalam jenis-jenis baja : itullah apda akhir tahun 1897 yang merupakan neraca pekerjaan-pekerjaan Mania.
Sewajarnya lah jika taraf berikut dalam perkembangan jalan hidupnya ialah derajat doktoral. Berhubung dengan itu berapa minggu lamanya ia bimbang-bimbang. Karena yang menjadi soal ialah memilih sesuatu pokok penyelidikan yag mengandung bahan-bahan banyak yang belu diselidiki.
Pada saat penting itu besarlah arti nasihat-nasihat Pierre baginya. Dibandingkan dengan suaminya, Mania merasa kecil sebagai orang yang baru mulai; Pierre kan seorang hali ilmu fisik yang lebih tua dan lebih banyak pengalamannya. Malahan dalam arti kata yang sebenarnya pun adalah Pierre merupakan sepnya dilaboratorium, merupakan “Bendera” bagi Mania. Karena itu diambillah dengan suara dua yang bulat suatu keputusan yang sangat pentingnya untuk hari kemudian Mania.
Tak perlu disangsi-sangsikan bahwa ketika memilih pokok penyelidikan untuk terlibat juga pengaruh tabiatnya sebagai wanita Polandia dengan budi pekertinya yang mendalam itu. Sejak masa kanak-kanak ia telah bersifat hendak mengetahui segala-galanya dan sangat beraninya seperti yang lazim bagi seorang yang melawat-lawat kian kemari untuk penemuan-penemuan. Pekertinya inilah yang dahulu kala mendorongnya meninggalkan warsaw dan pergi ke Paris belajar di Sorbonne dan berkat pekerjaan ini jugalah ia lebih suka diam seorang diri di kamarnya yang sepi itu di Quartier Latin daripada bersenang-senang di rumah keluarga Dluski ... Apabila ia berjalan-jalan di hutan selalu dipilihnya jalan-jalan kecil yang sunyi dan belum pernah dilintasi orang lain.
Mania ibarat seorang yang memimpikan perjalanan jauh. Sambil membungkuk di hadapan petanya dilihatnya di salah suatu negeri yang jauh letaknya suatu nama yang menarik hatinya, maka dengan tiba-tiba pelawat itu memutuskan pergi ke sana sambil tak menghiraukan negeri-negeri yang lain. Jika dibalik-baliknya ulasan-ulasan tentang penyelidikan menurut percobaan yang dilakukan pada masa yang terakhir maka begitu pulalah ditelaahnya karangan-karangan ahli ilmu fisika Perancis bernama Henri Becquerel yang dikeluarkan tahun yang baru silam. Pierre dan Mania telah membaca; sekarang diulanginya pula membacanya sambl mempelajarinya seperti biasa dengan seksamanya.
Setelah diketemukan Roentgen sinar-x maka timbullah dalam hati Poincare menyelidiki apakah sinar-sinar lain semacam sinar x itu dipancarkan juga oleh benih-benih “yang bercahaya” karena pengaruh mendalam berasal dari cahaya. Tertarik oleh pikiran serupa itu dipelajari Henri Becquerel pula garam-garam yang tersimpul dalam semacam logam yang jarang di dapat, yaitu uranium. Akan tetapi sebaliknya dari menemui gejala itu dilihatnya gejala yang lain yang sangat jauh bedanya dan yang tak dapat diartikannya; garam-garam uranium itu dengan tak dipengaruhi oleh cahaya dengan sendirinya memancarkan sinar-sinar yang tak diketahuinya asal-mulanya. Suatu senyawa uranium yang diletakkan atas sebuah lempeng fotografi dan dibungkus dalam kertas hitam, dilihatnya meninggalkan berkas yang menembus kertas itu. Dan seperti sinar-x juga sinar-sinar “URANIS” ini melepaskan beban elektroskop, disebabkan udara di sekitarnya merupakan suatu penghantar karena sinar-sinar itu.
Henri Becquerel mendapat keykinan bahwa sifat-sifat ini bukanlah disebabkan uranium itu terlebih dahulu telah dipajankan kepada sinar matahari dan bahwa sifat-sifat itu tetap, sekalipun uranium itu disimpan beberapa lamanya dalam gelap. Telah diketahuinya gejala yang kelak akan dinamakan Madame Curie dengan “RADIO AKTIF”. Tetpi sebab musababnya pancaran ini tetap merupakan teka-teki.
Sinar-sinar Becquerel itu menimbulkan perhatian suami isteri Curie dengan sangat. Mereka bertanya dalam hati : “Darimanakah asal tenaga sekecil yang selalu dipancarkan oleh Uranium itu?” Dan bagaimanakah dasar tabiat pancaran itu? Inilah sutu masalah yang pantas dipergunakan sebagai pokok penyelidikan dan untuk sesuatu disertasi! Masalah ini terlebih-lebih lagi menarik hati Mania, karena penyelidikan-penyelidikan dalam lapangan ini belum pernah dilakukan; Ciptaan Becquerel itu baru saja terwujud dan sepengathuannya belum ada orang di laboratorium di Eropa yang  menyelidiki sinar-sinar Uranium ini dengan lebih mendalam. Sebagai tempat berpijak dan sebagai sumber satu-satunya untuk Mania hanyalah ulasan-ulasan oleh Henri Becquarel untuk Academie des Sciences dalam tahun 1896. Alangkah sangatnya tertawan hatinya memasuki suatu lapangan yang belum dikenal orang!.
Yang tinggal menjadi soal sekarang hanyalah mencari sebuah ruangan untuk tempat penyelidikan bagi Mania dan di sinilah timbul kesulitan-kesulitan. Berkat pembicaraan-pembicaraan antara Pierre dan Kepala Sekolahnya itu akhirnya diperoleh oleh mereka hasil yang tak besar ini : Mania mendapat kesempatan mempergunakan suatu ruangan kerja berdinding kaca dalam gudang di bawah tanah sekolah itu. Ruangan itu penuh padat dengan barang-barang yang disimpan di sana dan dipakai sebagai tempat mesin, sedang lengasan air meniris dari dindingnya. Suatu balai pekerjaan tehnik yang sangat banyak kekurangan-kekurangannya. Tempat bersenang : sekali-kali tak ada.
Tetapi Wanita muda itu tetap bersabar hati. Meskipun tak ada perlengkapan elektris yang diperlukannya itu baginya untuk memulia sesuatu penyelidikan di lapangan ilmu pengetahuan, dapat juga dipikirkannya cara-cara supaya pesawat-pesawatnya itu terpakai di tempat itu.
Pekerjaan itu tidaklah gampang. Neraca-neraca mempunyai musuh yang suka berkhianat; yaitu lengasan air dan perubahan-perubahan derajat panas. Suasana dalam ruangan kerja kecil ini merupakan bencana untuk elektro meter yang peka itu dan tak baik pula untuk kesehatan Mania... Tetapi ini bukanlah menjadi soal! Jika ia kedinginan maka, dibalas ahli ilmu fisika itulah dendamnya dengan menuliskan dalam buku catatannya berapa tinggi derajat dilihatnya di pengukur suhu. Pada tanggal 16 Pebruari 1898 tertulis antara rumus-rumus dan angka-angka : “Derajat panas dalam silinder 6.25 derajat”.
Derajat itu sesungguhnya tidak tinggi! Sebagai menandakan celaannya maka dibubuhi Mania di belakang angka itu sepuluh buah tanda seru.
Yang pertama-tama menjadi bahan penyelidikan bagi Mania ialah menyelidiki “Tenaha melepaskan” oleh sinar-sinar uranium artinya daya sinar-sinar itu menjadidkan udara sebagai penghantar elektris dan untuk melepaskan beban elektroskop. Cara tepat yang dipergunakannya itu dan kelak akan merupakan kunci-kunci hasil penyelidikan-penyelidikannya, dahulu kala ditemui untuk telaahan gejala-gejala lain oleh dua orang ahli ilmu fisika yang dikenalnya baik : Pierre dan Yacques Curie. Perlengkapan yang dipakaia Madame Curie itu berupa sebuah “Bilik lepasan”, sebuah elektro meter menurut bikinan Curie dan sebuah balur kwarsa bersifat piezo – elektris.
Beberapa minggu berselang maka tercapailah hasil pertama : Dapatlah dipastikannya bahwa tenaga pancaran yang ganjil itu berbanding seharga dengan banyaknya uranium dalam bahan yang diselidikinya dan bahwa pancaran yang dapat di ukur dengan seksama itu tak dipengaruhi susunan kimiawinya maupun oleh keadaan-keadaan seperti pencahayaandan derajat panas.
Buat seorang yang bukan ahli tidaklah menggemparkan penemuan-penemuan ini, tetapi untuk seorang sarjana penemuan-penemuan ini menggelisahkannya. Dalam ilmu fisika banyak kejadian bahwa sessuatu gejala yang tak dapat dipahami, setelah diselidiki beberapa kali, dapat dihubungkan dengan kaidah-kaidah yang telah di kenal sehingga untuk si penyelidik itu tak ada lagi artinya. Begitu pulalah jika kita dalam sebuah buku roman seorang mata-mata yang tidak di karang dengan seharusnya di bab ketiga telah mengetahi bahwa “Wanita jahanam” yang mungkin melakukan kejahatan itu sebenarnya adalah seorang perempuan biasa yang lurus hati dan hidup sebagai orang baik-baik : kita akesal dan berhenti membaca buku itu.
Buat Madame Curie berlainan sekali halnya. Semakin banyak diselaminya kegaiban-kegaiban dalam pancaran-pancaran uranium itu semakin banyak pula dilihatnya yang mengagumkannya, yang belum pernah diketahuinya. Tak ada yang menyerupai kegaiban-kegaiban itu dan tak ada yang mempengaruhinya. Sekali pun tenaganya tk besar tetapi “Pribadinya: sangat mengagumkan. Setelah dipikir-pikirnya berlama-lama seluk beluk rahasia ini, maka dicapainyalah kebenaran seketika dirasanya – dan segera dapat dipastikan – bahwa pancaran sinar-sinar luar biasa yang belum di ketahui orang itu adalah sifat atomnya. Dia pun bertanya dalam hatinya : meskipun gejala ini hanya terdapat pada uranium belumlah berarti ini bahwa hanya unsur kimia inilah yang dapat menimbulkan gejala-gejala ini. Apakah sebaiknya benih-benih yang lain tak mungkin dapat mempunyai sifat semacam ini? Mungkin kebetulan pancaran-pancaran ini kentara pertama kalinya pada uranium dan menurut sangkaan ahli ilmu fisika terikat pada uranium itu. Tetapi sekarang haruslah dicari pula pancaran itu apda unsur-unsur lain. Maka Mania pun segera melaksanakan yang dipikirkannya itu, Dihentikannya mempeljari uraniumm itu dan dimulainya penyelidikan tentang segala unsur-unsur kimiawi yang telah di kenal. Hasilnya pun tak bertangguh : Persenyawaan-peersenyawaan unsur yang lain, yaitu Thorium juga menyebarkn pancaran-pancaran dengan sendirinya dengan kekuatan yang serup dengan pancaran uranium> Memang benarlahpenglihatan wanita muda itu : gejala itu sekali-kali tidak terikat kepada uraniaumm saja dan perlulah dicari suatu nama untuk gejala itu. Madame Curie mengusulkan nama radio aktif. Unsur-unsur seperti uranium dan thorium yang mempunyai sifat “pancaran” yang luar biasa itu selanjutnya disebutkan unsur-unsur yang radio aktif.
Gejala Radio Aktif itu memikat perhatian ahli ilmu fisika itu sehingga tak jemu-jemu ia mempelajarinya, senantiasa menurut suatu cara yang tertentu dan dengan perbagai unsur-unsru. Suatu sifat kewanitaan, yaitu keinginan hendak mengetahui segala-galanya, yang juga menjadi sifat terpenting bagi sarjana-sarjana seperti Mania! Belum cukup bagi Mania menelaah persenyawaan-persenyawaan, yang biasa, garam-garam dan oksid-oksid saja, tetapi dengan tiba-tiba tertarik hatinya memungut beberapa batuan dari persediaan Sekolah Ilmu Fisika itu; maka dengan untung-untungan dan untuk kesenangannya sendiri dipakailah contoh-contoh batuan logam itu untuk “Pemeriksaan Polisi”, artinya percobaan dengan elektrometer. Pierre sependapat dengan isterinya itu dan bersama-sama dipilih oleh mereka eksemplar-eksemplar yang keras, rapuh dan berkarang yang diingini Mania menyelidikinya.
Cara Mania berfikir adalah sederhana – seperti yang lazim bagi sarjana. Ratusan orang penyelidik mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tersangkut pada permulaan pekerjaan mereka. Setelah menelaah benih-benih kimia itu dan – seperti Mania – setelah menemukan pancaran oleh Thorium itu, mungkin mereka akan terus bertanya-tanya dalam hati mereka – dengan tak mendapat jawaban – apakah asal mula radio-aktif yang ajaib itu.
Juga Mania bertanya dalam hatinya dengan segala keheranan. Tetapi keheranannya itu menjelma dalam suatu cara bekerja yang membuahkan hasil. Segala kemungkinan-kemungkinan yang layak telah ditelaahnya habis-habisan, maka sekarang berpalinglah ia ke suatu lapangan yang belum diselidiki, ke suatu keadaan yang tak dikenalnya. Terlebih dahulu telah diketahuinya atau pun disangkanya diketahuinya hasil yang mungkin dari penyelidikannya tentang pelikan-pelikan. Contoh-contoh yang tak mengandung uranium atau Thorium akan kenyataan “Non-aktif”. Yang lain yang mengandung uranium atau thorium ternyata radio aktif.
Maka sebenarnyalah kenyataan membenarkan dugaan-dugaan itu. Mania memisahkan pelikan-pelikan yang non-aktif itu dari yang lain untuk mengukur radio-aktif-nya. Maka kenyataan lah suatu hal yang membalikkan pendapatnya semula ; Kegiatan radio-aktif itu ternyata jauh lebih banyak dariapda yang diharapkan menurut perhitungan biasa, bergantung kepada sedikit banyaknya uranium atau thorium yang terkandung dalam bahan-bahan yang diseledikinya!.
“Pastilah saya telah mebuat kekhilafan dalam percobaan-percobaan saya.” Dalam pikiran wanita muda itu, karena reaksi pertama oleh seorang sarjana jika ia menghadapi suatu gejala yang tak disangka-sangkanya ialah perasaan sangsi.
Maka diulanginyalah, dengan tak gelisah, mengubah bahan-bahan yang telah diukurnya tadi itu. Begitulah diulang-ulanginya sepuluh, bahkan duapuluh kali berturut-turut. Akhirnya terpaksalah ia mengalah kepada kenyataan-kenyataan : banyaknya uranium dan thorium yang terkadnung dalam pelikan-pelikan ini tak dapat menerangkan tenaga luar biasa dalam pancaran-pancaran yang telah ditetapkannya itu.
Dari apakah, jika begitu, timbul radio-aktif yang luarbiasa ini? Hanya satu keterangan yang terpakai untuk hal ini : pelikan-pelikan itu sangat sedikit sekali mengandung zat yang radio-aktif lebih kuat dari uranium dan thorium.
Tetapi zat manakah itu, karena semua unsur-unsur kimiawi yang telah dikenal orang sudah diselidikinya?
Pertanyaan itu dijawabnya dengan suatu ketegasan yang sewajarnya dan dengan keberanian yang lazim bagi jiwa yang besar. Pikirannya merupakan suatu dugaan yang belum pernah didengar orang-orang sarjana : pelikan-pelikan itu pastilah mengandung unsur-unsur kimiawi yang belum dikenal orang dewasa ini .. suatu zat baru?!
Zat baru! Suatu dugaan yang menawan hati dan menggoda pikiran, tetapi hanya itulah. Sampai kini unsur Radio-aktif yang kuat itu hanya ada dalam angan-angan Pierre dan Mania. Tetai menurut dugaan itu pastilah dengan sungguh-sungguh ada unsur itu! Perasaan kepastian itu sangat kuatnya sehingga perempuan yang biasanya selalu menarik diri itu pergi mengujungi Bronia untuk menceritakan dengan suara tertahan-tahan tetapi penuh gairah : “Tahukan engkau, Bronia, pancaran yang tak dapat saya terangkan itu berasal dari suatu unsur kimiawi yang tak dikenal ... Memang ada unsur yang baru; Cuma unsur itu harus didapat! Kami yakin bahwa benarlah pendapat kami ini! Telah kami bicarakan juga ini dengan beberapa orang ahli ilmu fisika dan mereka berpendapat bahwa pancaran itu adalah disebabkan sutu kesilafan ketika melakukan percobaan-percobaan dan mereka menasehati kami supaya kami berhati-hati. Tetapi saya yakin bahwa saya tak ada membuat sesuatu kesilaffan apapun!.
Detik-detik yang tak ada tolok bandingnya dalam suatu hidup yang tak ada tolok bandingnya pula! Orang-orang yang bukan ahli menggambarkan penyelidik dan penemuannya itu dengan suatu lukisan yang membanggakan, tetapi lukisan itu tidaklah tepat. “Saat Penemuan” itu tak senantiasa dapat dinyatakan; Sarjana bekerja terus menerus dengan tak ada putus-putusnya sehingga tak mungkin, selama ia berusaha berat-berat itu, akan menjelma kepastian tentang berhasilnya kerjanya itu sambil menyilaukan matanya dengan cahayanya itu. Sambil berdiri di dekat pesawat-pesawatnya itu, mungkin tak dirasa Mania mabuk kemeangan itu. Perasaan mabuk itu terhampar sepanjang beberapa hari kerja yang digetarkan oleh sesuatu harapan yang menggembirakan hatinya. Tetapi pastilah merupakan saat yang menggelisahkannya tatkala ia dengan dalil-dalil yang tegas mendapat kesimpulan bahwa ia sedang mengejar-mengejar suatu zat yang baru. Mania telh mempercayakan rahasianya itu kepada kakaknya, Bronia, temannya seperjuangan. Walau pun mereka tak mengucapkan kata-kata yang mengharukan tetapi pastilah bahwa kedua kakak beradik itu terkenang kembali kepada masa yang lampau tatkala mereka menunggu-nunggu lama, pengorbanan satu sama lain dan kehidupan mahasiswa yang sengsara, penuh impian dan penuh kepercayaan.
Belum sampai empat tahun yang lampau Mania menulis : “Dari kita seorang pun tak ada yang gampang hidupnya. Tetapi kita harus mempunyai kekerasan hati untuk berjuang tterus dan terlebih-lebih percaya kepada diri sendiri. Kita harus percaya bahwa kita memiliki keahlian untuk sesuatu hal dn berkat keahlian ini kita harus mencapai tujuan kita itu.”
“Sesuatu hal” itu ialah Pemimpin Ilmu Pengetahuan ke jalan-jalan yang tak di  sangka-sangka.
Dalam suatu berita kepada Academie des Sciences oleh Profesor Lippmann yang tersbut dalam laporan-laporan sidang tanggal 12 April 1898 diramalkan “Marie Sklodowski Curie” bahwa dalam pelikan-pelikan pekblenda (persenyawaan uranium dengan oksigen) ada terkadung suatu zat baru yang mempunyai  Radio-aktif yang sangat besar :
“Dua pelikan uranium : Pekblenda (Uranium Oxyda) dan Chalkolit ( garam asam fosfor dan tembaga dan uranium) lebih aktif dariapda uranium sendiri. Hal ini adalah sangat menarik perhatian akrena kesimpulannya ialah bahwa pelikan-pelikan ini dapat mengandung sesuatu unsur yang lebih aktif daripada uranium.
Didorong oleh kekuatan pekertinya ahli ilmu fisika itu talh membuktikan untuk dirinya sendiri bahwa zat yang belum dikenal ini tak dapat tidak mesti adanya. Maka diramalkannya wujud zat itu. Akan tetapi sekarang harus dilahirkan zat itu, harus dibuka rahasia yang terpendam ini. Patokan duga itu harus dibenarkan dengan percobaam, zat itu harus dipisahkan, ketara, sehingga dengan bukti-bukti yang cukup dapat diterangkannya : “inilah dia.”
Dengan penuh perhatian telah diikuti Pierre Curie perkembangan yang cepat iru dalam penyelidikan-penyelidikan istterinya itu. Walau pun tak dijumpainya pekerjaannya itu secara langsung tetapi kerap kali dibantunya Mania dengan petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihatnya. Berhubung dengan hasil-hasil yang dicapai Mania dan mengagumkan suaminya itu, maka diputuskan Pierre Curie untuk menghentikan buat sementara usahanya menyelidiki soal balur dan bersama-sama dengan isterinya itu mencurahkan tenaganya guna merebut zat yang baru itu.
Tiga tahun yang lampau percintaan mengikat lelaki yang luar biasa ini dengan seorang perempuan yang luar biasa. Percintaan dan mungkin juga takdir yang gaib, suatu naluri tepat : mereka merasa sejiwa.
Tenaga perjuangan sekarang telah berlipat ganda dua kali. Dalam ruangan kerja yang kecil dan lembab itu di jalan Lhomond dua buah pikiran dan dua pasang tangan sedang sibuk mencari-cari zat yang tk dikenal itu. Sejak ini tak mungkin lagi menentukan bagian masing-masing dalam pekerjaan bersama oleh Curie kedua-duanya itu. Dalam bulan Mei atau Juni mulailah suatu kerja sama yang akan berlangsung delapan tahun lamanya dan akan berakhir dengan sekonyong-konyong disebabkan suatu kecelakaan yang membawa kematian.
Tak dapat kita ikhtiarkan dan baiklah jangan kita ikhtiarkan mencari-cari dan membeda-bedakan mana yang dilaksanakan oleh Madame Curie dan mana oleh suaminya. Suami istri itu sendiri tak akan menginginkannya. Keahlian tersendiri dari pihak Pierre ternyata dari pekerjaannya untuk usaha bersama itu, sedang akal budi isterinya diajukan oleh bakat Mania yang mengakibatkan penemuannya yang pertama-tama. Akal budi akan menjelma kembali dalam kesepian manakala Mania bila ia telah menjadi janda, memikul beban pengetahun yang baru ia dengan tak mau mengalah dan berkat percobaan-percobaan yang berderet-deret dapatlah diciptakannya suatu pertumbuhan yang sempurna.
Janganlah kita ikhtiarkan memisah-misah dua orang laki isteri ini yang cinta mencintai satu sama lain, yang tulisannya bercampur baur dalam buku-buku catatan mereka yang penuh dengan ruus-rumus, sedang hampir semua lapoan-laporan mereka di lapangan Ilmu Pengetahuan ditandatangi mmereka bersama-sama. Kemudian mereka selalu menulis “Kami telah mendapat ..... kami telah meliaht” ... dan apabila sesekali keadaan memaksa supaya lebih tegas dinyatakan peranan masing-masing pekerjaan bersama itu, maka dipakai mereka cara yang mengharukan semacam ini :
“Beberapa pelikan-pelikan yang tentunya yang mengandung uranium dan thorium (pelblenda, chalkolit dan uranit) sangat aktifnya dalam lingkungan sinar-sinar Becquerel. Dalam percobaan-percobaan yang mendahului salah seorang dari kami telah menunjukkan bahwa kegiatan pelikan-pelikan itu lebih besar lagi daripada kegiatan uranium dan thorium dan berhubung dengan itu ia berpendapat bahwa gejala ini adalah disebabkan di dalam pelikan-pelikan itu ada terkandung berdikit-dikit sesuatu zat lain yang sangat aktifnya...
(Pierre dan Madame Curie, laporan tanggal 18 Juli 1898).
Mania dan Pierre mencari “Zat yang sangat aktif itu”, dalam pelikan uranium di pekblenda. Dalam keadaan mentah pekblenda empat kali lebih Radio-aktif daripada uranium-oxyd murni yang dapat dipisahkan dari pekblenda. Tetapi bagian-bagian bijih ini agak terkenal juga dengan pasti ..... Zat baru itu tentulah terkandung di dalamnya sangat sedikit sekali sehingga sampai kini masih dapat ia menghilang dari perhatian sarjana-sarjana dan dari uraian kimiawi.
Menurut perhitungan mereka – perhitungan yang bersifat  pessimis seperti yang lazim bagi ahli-ahli ilmu fisika yang sebenarnya : antara dua kemungkinan-kemungkinan dipilihnya yang kurang baik – Curie seuami isteri itu menduga bahwa biji itu paling tinggi hanya seperseratus bagian dapat mengandung zat yang baru itu. Mereka mengatakan satu sama lain bahwa sangatlah sedikitnya itu ... Alangkah tercenganglah mereka jika didketahui mereka bahwa unsur Radio-aktif yang tak didkenal itu sepersejuta bagian pun tak ada terkandung dalam pekblenda!.
Dengan sabar dimulai oeh mereka pekerjaan mereka yang merupakan penyelidikan pertambangan itu menurut sutu cara yang dipikirkan mereka sendiri, berdasarkan Radio-aktif : menurut yang biasa pada uranium kimiawi dipisah oleh mereka segala bahan-bahan yang merupakan bagian-bagian pekblenda itu; sesudah itu diukur oleh mereka Radio-aktif setiap hasil yang didperoleh mereka. Dengan cara demikian dikesampingkan oelh mereka ampas itu satu demi satu dan lambat laun nyatalah bagi mereka bahwa Radio-aktif “Yang luar biasa” itu mencari waktu mereka dalam bagian-bagian tertntu dalam bijih itu. Semakin banyak mereka mendapat kemajuan dalam usaha mereka itu semakin kecillah lapangan yang harus diselidiki oleh mereka itu. Hal ini serupa dengan cara bekerja oleh Pegawai Polisi apabila mereka mengadakan penggeledahan rumah-rumah satu persatu di bagian sudut kot untuk mencari dan menangkap seorang penjahat.
Tetapi di sini bukanlah seorang penjahat yang dicari oleh mereka; Radio-aktif itu memusat teristimewa dalam dua bagian-bagian kimiawi di pekblned itu. Bagi Curi suami isteri ini berarti bahwa dua buah zat yang baru telah di temukan oleh mereka. Dalam Bulan Juli 1898 dapatlah mereka mengumumkan bahwa salah satu dari zat-zat itu telah didapat oleh mereka.
“Carilah nama untuk “Dia” kata Pierre kepada isterinya itu.
Maka yang dahulu bernama Mania Sklodowski itu berpikir sejenak sambil diam, sesudah itu terkenanglah ia kepada tanah airnya yang telah terhapus dari peta dunia; dipikirnya dengan remang-remang bahwa peristiwa dalam lapangan ilmu pengetahuan ini pasti akan terdengar juga di Rusia, Jerman dan Austria – oleh pihak penindas – dan karena itu dijawabnya dengan malu-malu : Sebaiknya kita sebutkan dia “Polonium.”
Dalam laporan bulan Juli 1898 dapat dibaca :
“..... Kami yakin bahwa zat yang kami peroleh dari pekblenda itu mengandung suatu loam yang belum dikenal; tetapi sifat-sifat analisisnya ada persamannya dengan bismuth. Sekiranya logam baru ini memang ada, kami usulkan menyebutkannya “Polonium” mengingat tanah air salah seorang dari kami berdua.”
Sebelum berita untuk Academie de Sciences tentang “Suatu zat baru yng Radio-aktif dalam pekblenda” diumumkah dalam laporan itu, telah di kirim Mania sebuah salinannya ke tanah arinya, kepada Yosep Boguski yang dahulu kala memimpin laboratorium di “Musium”, tempt ia untuk pertama kalinya mengadakan percobaan-percobaan.
Berita itu dimuat dalam suatu “Majalah bulanan untuk ilmu potret” bernama Swiatlo, serentak dengan pengumamannya di Paris.
Perjalan hidup di rumah di jalan de la Glaciere itu tak ada perbubahannya. Mania dan Pierre bekerja lebih keras lagi daripada yang sebelumnya, hanya itulah perbedaannya. Semasa libir di musim panas sempatlah Mania membeli buah-buahan di pasar berkeranjang-keranjang dan seperti biasa dimasaknya dan dibikinnya manisan dari buah-buahan itu untuk keperluan di musim dingin, semuanya menurut resep-rese dan kebiasaan-kebiasaan keluarga Curie. Sesudah itu ditutupnya jendelanya yang memandang ke dedaunan yang disinari matahari itu dan kereta angin mereka disimpankan mereka di stasiun Gare d’Orleans dan seperti ribuan wanita muda Perancis ia berangkat bersama-sama dengan suami dan anaknya pergi berlibur. Suami isteri itu telah menyewa sebuah rumah petani di Auroux di darah Auvergne. Mereka bergembira karena sekarang dapat mengecap udara yang sehat setelah mereka bekerja berbulan-bulan dalam suasana yang tak sehat. Maka mereka pun melawat jauh-jauh. Mereka mendaki dan menaiki bukit-bukit, melihat-lihat gua-gua dan mandi di sungai. Setiap hari bersama-sama di bawah bentangan langit, maka bercakap=cakap tentang yang disebutkan mereka “Logam-logam baru”, mereka, Polonium dan yang lain itu yang harus diketahui lagi. Dalam bulan September mereka kembali ke tempat bekerja yang lembab itu, bergaul kembali dengan pelikan-pelikan belaka, itu. Dengan semangat yang berapi-api di ulangi oleh mereka penyelidikan-penyelidikan mereka itu.
Perasaan sesal dan sedih hati mengganggu kegemarannya bekerja, Bagi Mania : Keluarga Dluski akan meninggalkan Paris. Mereka bermaksud tinggal di Polandia dan membuka sanatorium untuk penderita-penderita penyakit tuberculose di Zakopane dalam pegunungan Karpatia. Tibaah harinya berpisah : Perpisahan antara Mania dan Bronia sengat sedihnya. Mania kehilangan seorang teman dan seorang gpelindung. Untuk pertama kalinya dirasainya seolah-olah ia hidup dalam pembuangan.
Mania menulis kepada Bronia pada tanggal 2 Desember 1898 :
“... Tak dapat kau pikirkan bagaimana sepinya perasaanku sejak kau berangat dari sini. Selaind ari suami dan anak-anak tak ada lagi yang kusayangi sejak engkau berdua berangkat. Sekarang seolah-olah tak ada Paris lagi di luar rumah dan sekolah tempat kami bekerja.
Tanyalah dulu kepada Nyonya Dluskiapakah tanaman hijau yang kmu tinggalkan itu di sini harus disiram dan berapa kali sehari? Apakah banyak dibutuhkannya matahari dan panas?
Kami sehat-sehat walau pun hati rak bagus, hujan dan lumpur. Irene sudah besaaaalam suatu buku tulisan sekolah berwarna ke abu-abuan dicatat oleh ibu yang masih muda itu setiap hari beratnya Irene, Peraturan hidupnya dan tumbuhnya gigi sulungnya. Pada tanggal 20 Juli 1898 sepekan sesudah diumumkan penemuan Polonium ditulisnya :
Irene mengatakan “dah” dengant angannya ... Sekarang ia sudah bsia merangkak dengan lancarnya. Ia mengatakan “gogli, gogli,go”. Sehari-hari ia tinggal di taman (Sceaux) duduk di atas sebuah lapikan. Ia berguling-guling, berdiri dan duduk lagi....”
15 Agustus di Auroux :
“Irene telah tumbuh giginya yang ke tujuh, kiri sebelah bawah. Setengah menit lamanya dapat ia berdiri seorang diri. Sejak tiga hari ini kami mandikan ia di sungai. IA menjerit-jerit, tetapi hari ini, hari keempat kalinya ia mandi, ia tak menjerit-jerit lagi dan ia bermain-main dengan tangannya di dalam air itu.
Ia bermain-main dengan kucing dan dikejar-kejarnya sambil berteriak-teriak. Ia tak takut lai melihat orang-orang asing. Kerapkali ia bernyanyi-nyanyi. Ia naik ke atas meja kalau ia di dudukkan di kursi....”
Tiga bulan kemudian pada tanggal 17 Oktober dicatat oleh Mania dengan penuh rasa bangga :
“Irene telah pandai berjalan dengan lancar sehingga tak merangkak-rangkak lagi ia.”
Dan pada tanggal 15 Januari 1899 :
“Irene telah limabelas buah giginya!”
Antara catatan yang dua itu – yang satu dari 17 Oktober tatkala Irene tak merangkak lagi dan yang lain dari tanggal 5 Januari 1899 ketika giginya telah limabelas buah banyaknya – dan tak berapa lama sejak catatan tentang selai itu ada sebuah catatan lagi yang perlu diperhatikan.
Catatan itu dibuat bersama-sama oleh Mania dan Pierre dengan seorang mereka bekerja sama, yaitu G.Bemont. Catatan itu teruntuk bagi Akademi Ilmu Pasti, diumumkan dalam laporan-laporan sidang tanggal 26 Desember 1898 dan menyetakan bahwa dalam pakblenda telah diketemukan oleh mereka unsur kimiawi yang ke dua.
Inilah beberapa baris dari berita itu :
.... Berbagai sebab musabab yang kami telah sebutkan itu memberikan keyakinan bagi kami bahwa zat baru yng Radio-aktif itu mengandung unsur yang baru yang kami ingin menyebutkannya dengan nama “RADIUM”.
Zat baru yang Radio-aktif itu pasti mengandung sejumlah besar barium; walau pun demikian Radio-aktif-nya menarik perhaatian. Karena itu Radio-aktif Radium pasti sangat besarnya.
BAB. XIII : EMPAT TAHUN BERPONDOK-PONDOK
Jikalau sembarangan orang dari khalayak ramai membaca laporan penemuan radium maka niscayalah ia yakin akan wujud radium itu : sedetik pun ia tak akan menyangkal kebenarannya itu, karena belum sanggup ia menelaahnya dengan seksama sedang tinjauannya telah dibentuk salah oleh sesuatu kebudayaan yang tertentu, karena itu pandangannya terhadap segala sesuatu selalu bersifat sederhana, sehingga bersedialah ia mempercayai sesuatu kejadian yang tak disangka-sangka dan bergembira akan peristiwa itu, sekali pun hal itu mengagumkanny dengan sangatnya.
Agak berbeda sedikit caranya seorang ahli ilmu fisika seorang rekan suami isteri Curie itu – menerima berita tentang peneuan radium itu. Karena pengetahuan-pengetahuan khusus tentang polonium dan radium yang baru dicapai oleh sepasang suami istri itu menumbangkan ajaran-ajaran para sarjana yang telah berabad-abad lamanya merupakan dasaran bagi mereka. Bagaimanakah menerangkan pancaran oleh zat-zat yang Radio-aktif itu? Penemuan mengacaukan dunia pikiran yang sekian lama telah dipandang mustahil dan bertentangan pula dengan patokan-patokan pengetahuan yang selama ini dipakai tentang susunan madi. Karena itu ahli ilmu fisika itu senantiasa waspada. Usaha Pierre dan Mania menarik perhatiannya dengan sangat, diinsyafinya kemuliaan pekerjaan mereka itu, akan tetapi sebelum keyakinannya diteguhkan oleh hasil-hasil yang pasti ia masih ragu-ragu.
Pendirian seorang ahli ilmu kimia lebih tegas pula lagi.
Sewajarnyalah jikalau seorang ahli ilmu kimia tidak percaya akan wujudnya sesuatu zat baru, sebelum dilihatnya, dipegangnya, ditimbangnya, diselidikinya, dikerjakannya dengan hamud-hamud, disimpannya dalam botol dan ditetapZarah” zat itu.
Dan sekian lama belum pernah seorang melihat radium dan tak seorang pun yang mengetahui berat zarah radium itu. Maka ahli ilmu kimia yang setia kepada asanya itu, memutuskn : “Tak ada berat zarah, tak ada radium.” Tunjukkanlah radium itu kepadaku dan saya akan percaya akan engkau.”
Agar dapat menunjukkan Polonium dan Radium itu, agar dapat membuktikan bahwa “anak-anak” mereka memang ada dan untuk memberikan keyakinan sepenuhnya bagi mereka sendiri, terpaksalah mereka bekerja keras selam empat tahun.
Tujuan mereka adalah : Menghasilkan radium dan polonium yang asli. Zat-zat dihasilkan oleh kedua sarjana itu hanya sedikit mengandung polonium dan radium, bagaimana pun kuatnya Radio-aktif itu-nya zat-zat yang dihasilkan mereka itu. Pierre dan Mania mengetahui bagaimana caranya supaya mereka dapat menyekat logam logam baru itu, tetapi memisahkan zat-zat itu hanya akan berhasil apabila pekerjaannya itu dapat dimulai dengan bahan-bahan berjumlah besar-besaran. Maka timbullah tiga buah pertanyaanyang mengerikan mereka.
Bagaimanakah caranya agar mereka dapat memperoleh bijih secukupnya?
Dimanakah mereka dapat melaksanakan pekerjaan mereka itu?
Dengan uang manakah mereka dapat membayar belanja yang tentu tak mungkin dihindarkan untuk usaha mereka itu?
Pekblenda yang mengandung polonium dan radium itu adalah semacam biji yang sangat mahalnya dan diperoleh dari tambang-tambang Yoachimsthal di Bohemen untuk menyaring garam-garam uranium buat keperluan industri gelas. Pekblenda yang berton-ton banyaknya akan sangat mahal harganya dan tak akan dapat dipikul suami isteri Curie itu membelanjakannya!
Karena itu haruslah dicari akal untuk menggantikan uang itu. Kedua-dua sarjana itu menduga bahwa sekali pun uranium itu telah di saring dari biji pekblenda akan tetapi bekas-bekas polonium dan radium akan tetap tinggal di dalamnya. Tak ada jangalnya mencari bekas-bekas itu dalam ampas pekblenda itu! Dalam pada itu walau pun pekblenda mentah mahal harganya, akan tetapi ampas yang tinggal setelah dikerjakan, hanya sedikit benr harganya. Maka apabila seorang rekan bangsa Austria sudi memberikan surat anjuran bagi mereka, tentulah mungkin mereka mendapat ampas itu sangat banyak sekaali dengan syarat-syarat  yang lumayan.
Tak sulit hal ini, asal diingat memikirkannya! Tetapi bahan-bhan pertama dan pengangkutannya ke Paris harus juga di bayar. Maka untuk itu diambil oleh mereka uang dari tabungan mereka yang tak banyak itu. Tak masuk di akal mereka meminta bantuan dari pihak rasi .... Sekiranya dua orang ahli ilmu fisik yang sedang bersiap-siap mencapi sesuatu penemuan yang mengagumkan meminta bantuan dari Universitet atau pemerintah di Paris untuk membeli ampas pekblenda, pastilah mereka akan ditertawakan orang! Niscayalah surat mereka itu akan menghilang dalam berkas-berkas salah sesuatu jawatan dan mereka harus menunggu-nunggu berbulan-bulan mendapat balasannya yang mungkin akan menolak permintaannya itu pula. Dari pembawaan-pembawaan dan asas-asas Revolusi Perancis yang menciptakan sistem metrik, mendirikan Sekolah Guru dan beberapa kali merupakan dorongan untuk kemajuan Ilmu Pengetahuan itu, rupanya tak ada lagi yang tersimpan pada Negara selain dari pada ucapan-ucapan Fouquier  Tinville sewaktu pengadilan menghukum mati Lavoisier : “Republik tak membutuhkan sarjana-sarjana.”
Apakah setidak-tidaknya munkgin memberikan tempat di salah satu ruangan-ruangan kecil yang begitu banyaknya itu pada Sorbonne sehigga ada tempat bekerja bagi suami isteri Curie itu. Rupa-rupanya tidak!.
Maka setelah gagal ikhtiar mereka itu, terpaksalah mereka kembali ke tempat semula, yaitu Sekolah Ilmu Fisika tempat Pierre memberikan pelajaran-pelajaran dan tempat Mania bekerja sewaktu dimulainya usaha-usahanya yang pertma. Ruangan bekerja itu keluarnya pada suatu peralatan dan di baliknya ini ada sebuah pondok kayu yang kecil yang telah ditinggalkan, sedang atapnya dari gelas itu sangat buruk keadaannya sehingga air hujan menetes ke dalamnya. Dahulu kala ruangan itu dipergunakan oleh Fakultet Kedokteran sebagai bilik urai, tetapi sejak beberapa lama sekalipun untuk menyimpan mayat tak dapat lagi dipakai tempat itu. Lantainya tak ada : Hanya selapis aspal yang merupakan alasan tanahnya. Perabotnya hanyalah beberapa buah meja dapur yang telah buruk, sebuah papan tulis yang tak diketahui asal mulanya dan sebuah alat pemanas dari besi tuang dengan pipanya yang telah berkarat.
Seorng buruh pun tak akan bersedia bekerja di sana, akan tetapi Pierre dan Mania memutuskan bekerja di rungan itu. Pondok itu sangat buruknya, sangat papa nampaknya sehingga tak seorang pun akan berniat mengusir mereka dari sana dan inilah yang dikehendaki suami isteri itu. Direktur sekolah itu, tuan Schutzenberger, senantiasa menunjukkan bahwa ia rela membantu Pierre dan Mania dan pastilah ia berkesal hati karena tak dapat ia memberikan tempat yang lebih bai bagi sepsang suami isteri itu. Akan tetapi Pierre sendiri tak mereasa sedemikian dan suami isteri itu pun bergembira hati mendapat tempat untuk perkakas dan bahan-bahan mereka bekerja; mereka mengucapkan terima kasih dan mengatakan “Bahwa ini pun telah memadai”, bahwa mereka akan menyesuaikan diri mereka.
Sedang mereka memasuki ruangan itu maka datanglah balasan dari Austria. Kabar baik! Kebetulan benar ampas uranium dari masa yang terakhir belum lagi terbuang. Bahan yang tak dipergunakan lagi, bertimbun-timbun pada suatu lapangan terbuka antara pohon-pohon cemara dekat tambang Yochimsthal. Berkat perantaraan Profesor Buess dan Akademi Ilmu Pengetahuan di Wien, maka telah disediakan Pemerintah Austria yang menjadi pemilik tambang itu satu ton ampas dengan Cuma-Cuma untuk kedua orang sarjana Perancis yang kegilaan mengatakan bahwa mereka membutuhkannya itu. Apabila mereka kelak memerlukan lebih banyak lagi maka tambang itu bersedia pula memberikan kepada mereka dengan syarat-syarat yang seringan-ringannya. Karena itu buat sementara yang perlu dibayar oleh suami isteri Curie hanyalah ognkos-ongkos pengangkutan satu ton biji itu,
Pada suatu hari berhentilah sebuah pedati kuda yang besar seperti yang biasa dipakai untk mengangkut batu arang di muka sekilah itu. Pierre dan Mania diberitahukan kedatangan pedati itu. Mereka pun berlari keluar dan tak diingat mereka lagi menanggalkan pakaian Laboratorium mereka terlebih dahulu. Pierre yang tak pernah gelisah tetap tenang, akan tetapi Mania yang selalu lebih periang sifatnya itu, tak dapat lagi menahan-nahan kegirangan hatinya melihat karung-karung bijih itu dibogkar tukang-tukang pedati itu muatannya. Inilah pekblenda, kepunyaannya yang beberapa hari berselang diterimanya kabar dari jawatan kereta api bahwa barang itu telah tiba! Seolah-olah dibakar oleh keinginan hendak mengetahui keadaannya dan karena tak  sabar lagi ia hendak membuka dengan segera salah satu dari karung-karung itu untuk melihat barang yang merupakan harta itu baginya. Dipotongnya tali pengikat karung itu, dimasukannya kedua belah tangannya dalam biji yang kering bewarna merah tua itu bercampur dengan duri-duri cemara.
Di sinilah tersembunyi radium itu. Dari bahan-bahan inilah akan diambilnya zat itu, sekalipun untuk itu perlu dikerjakannya sebanyak gunung dari biji yang nampaknya laksana debu jalanan itu!
Pada suatu kamar lotenglah Mania Sklodowski mengalami saat-saat yang seluhur-luhurnya dalam masa ia masih mahasiswa dan sekarang Madame Curie akan menemui kegirangan hati yang ganjil pula dalam sebuah pondok yang buruk-buruk. Suatu ulangan ajaib yang untuk kedua kalinya merupakan peristiwa dalam lingkungan yang papa dan seperti yang belum pernah dialami oleh seorang wanita sebelum itu kenikmatannya.
Pondok di jalan Lhomond itu merupakan puncak segala keadaan yang sebutuk-buruknya. Di waktu musim panas pondok itu merupakan suatu ruangan serre karena panasnya dari atap gelas itu, sedagn di musim dingin tak diketahui apakah yang sebaiknya : hawa dingin sehingga air menjadi beku atau hujan; diwaktu hari hujan maka meneteslah air hujan itu dengan suara yang mengganggu pekerjan kedua sarjana itu ke bawah atau di atas meja-meja mereka bekerja atau pun apda tempat-tempat yang telah diberikan oleh mereka suatu tanda bahwa tak boleh diletakkan suatu perkakas di atasnya itu. Sewaktu di musim dingin, dinginnya seperti es maka segalanya menjadi beku. Tetapi tak ada daya mereka mencegah keadaan semacam itu. Alat pemanas di sana senantiasa gagal dalam kesanggupannya memanaskan ruangan itu, sekalipun dipergunakan bata arang sebanyak mungkin. Jika didekati maka akan terasa panasnya, akan tetapi apabila melangkah dari sana maka seolah-olah memasuki daerah es.
Hampir boleh dikaakan bahwa sebaiknya jika Mania dan Pierre dapat menyesuaikan diri mereka pada hawa di luar ruangan kerja mereka itu : biasanya percobaan-percobaan itu dilaksanakan dipelataran di bawah langit, karena di sebabkan tak ada alat-alat tehnik mereka, maka tak ada pula pesawat yang dapat mengeluarkan hawa-hawa yang berahaya sebagai akibat pekerjaan mereka itu. Ketika hujan lebat maka diangkut kedua ahli ilmu fisika itu perkakas-perkakas mereka dengan tergesa-gesa ke dalam pondok itu kembali. Supaya jangan lemas waktu melanjutkan pekerjaan mereka itu maka oleh mereka dibukalah semua pintu dan jendela sehingga angin deras masuk di bilik itu.
Tentulah tidak diceritakan Mania kepada doktor Vauthier cara luar biasa ini yang dipergunakannya untuk mencegah pembawaannya bagi penyakit tuberculose itu!
“Kami mempunyai uang, tak mempunyai laboratorium dan tak mempunyai bantuan untuk mewujudkan pekerjaan yang besar dan sulit itu,” ditulisnya kemudian hari, “Seolah-olah kami menciptakan sesuatu dari yang tak ada dan apabila Casimir Dluski menggambarkan masa mahasiswa saya itu sebagai : “Masa yang penuh gagah-berani bagi ipar saya”, maka boleh saya katakan dengan tak melebih-lebihkan bahwa bagi suami saya dan saya sendiri adalah masa ini yang merupakan masa pahlawan selama hidup kami berdua.
.... Maka dalam pondok yang papa itu pulalah berlalu masa yang sebagus-bagusnya dan sebahagia-bahagianya dalam hidup kami, semata-mata diabdikan untuk pekerjaan kami itu. Kadang-kadang di tempat itu juga saya masak makanan kami supaya jangan terhenti salah sesuatu pelaksanaan yang penting. Kadang-kadang pula berhari-hari lamanya saya mengaduk-aduk sesuatu masa yang mendidik dengan suatu pengaduk besi sebesar saya. Pada waktu malam saya letih lesu karena payahnya.”
Dalam keadaan sedemikianlah suami isteri Curie bekerja dari tahun 1898 sampai tahun 1902.
Sepanjang tahun pertama mereka bekerja bersama-sama memisah kimiawi radium dan polonium dan mereka pelajari pancaran-pancaran yang senantiasa bertambah keras itu dalam zat-zat yang dihasilkan mereka itu.
Akan tetapi pada suatu masa mereka berpendapat bahwa akan lebih tepat mereka bekerja jika tenaga mereka dipergunakan terpisah-pisah. Pierre Curie berikhtiar  menetukan sifat-sifat radium dan mempelajari logam yang baru itu. Mania melanjutkan pengusahaan kimiwi yang akan menghasilkan garam-garam uranium yang asli. Dalam pembagian pekerjaan ini telah dipilih Mania “Pekerjaan lelaki” pekerjaannya itu adalah pekerjaan buruh. Dalam pondok itu suaminya sedang termenung dalam percobaan-percobaan yang dilakukan dengan teliti dan pada pelataran itu Mania seorang diri merupakan seluruh pegawai kilang dengan pakaiannya yang tua, kain celemeknya yang penuh bekas-bekas garam-garam itu, kepalanya gundulan, sedang uap mengelilinga dan menghanguskan mata dan tekaknya.
“Kadang-kadang perlu saya usahakan dua puluh kilo sekaligus dari zat itu” ditulisnyadi kemudian hari, “sehingga pondok itu penuh endapan dn cairan. Sangat meletihkan memindah-mindahkan labu-labu itu, menuangkan caairan-cairan dan berjam-jamlamanya mengaduk-aduk bahan yang mendidih itu dalam sebuah kenceng besi.”
Tetapi radium itu tak sudi melepaskan rahasianya : tak sudi ia menunjukkan jati dirinya pada khalayak ramai. Telah lama Madame Curie tak percaya lagi bahwa dalam ampas pekblenda ada seperseratus gram radium! Pancaran oleh zat yang baru itu sangat kuatnya sehingga, walau pun hanya sedikit ia tersebar dalam biji itu, dapatlah ditimbulkannya beberapa gejala-gejala yang tak disangka-sangka akan tetapi dapat dilihat dan diukur dengan gampang. Kesulitannya hanyalah tak mungkin memisahkan zat yang sedikit itu dari selubungnya yang mengikatnya dengan teguh.
Mereka bekerja dari hari ke hari dan dari bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun, akan tetapi Pierre dan Mania tak berputus asa. Zat yang menantang mereka itu menawan mereka pula. Diikat oleh aksih sayang dan gairah maknawi mereka hidup bersama-sama dalam keadaan “Yang bukan jamak” di suatu pondok kayu, suatu keadaan yang ditakdirkan untuk mereka, maupun untuk Pierre, maupun untuk Mania!.
“Pada masa itu kami seluruhnya ditawan oleh suatu lapangan yang berkat sesuatu penemuan yang tak kami harapkan semula, memanjang di hadapan kami”, ditulis Mania. “Walau pun keadaan kami bekerja itu sangat sukar, akan tetapi kami merasa sangat berbahagia. Hari-hari kami di pondok itu yang merupakan laboratorium bagi kami, penuh kesantausaan : Kadang-kadang sambil menjaga salah sesuatu urusan, kami berjalan-jalan di situ bolak-balik dan membicarakan masa kini dan masa yang akan datang; kalau kami kedinginan kami minum teh dekat alat pemanas itu dan kami pun merasa segarlah lagi.
Hanya satu tujuan hidup kami, seolah-olah kami hidup dalam suatu impian.
.... Jarang kami melihat orang lain di laboratorium kami itu; sewaktu-waktu datang salah seorang dari ahli-ahli ilmu fisika atau ilmu kimia ke sana untuk melihat percobaan-percobaan kimia itu atau untuk bermusyawarah dengan Pierre Curie yang telah terkenal keahliannya dalam lapangan ilmu fisika. Maka kami bercakap-cakap dengan papan tulis hitam itu. Percakapan-percakapan itu meninggalkan kenang-kenangan yang mengharukan karena percakapan-percakapan itu seolah-olah merupakan dorongan untuk bekerja terus dalam lapangan ilmu pengetahuan dengan penuh minat dan napsu kerja dengan tak mengganggu jalan pikiran dan mengacaukan suasana damai dan renungan yang lazim untuk laboratorium.”
Apabila Pierre dan Mania buat sejenak waktu beristirahat di dalam pondok itu dan meninggalkan alat-alat mereka sambil bercakap-cakap, maka mereka memperbincangkan radium yang dicintainya itu dalam suatu pembicaraan yang berlangsung dari tingkat yang tinggi sampai ke taraf naak-anak lazim beromong-omong.
“Saya ingin benar mengetahui bagaimana “IA” kelak, bagaimana rupanya nanti, kat Mania pada suatu hari dengan sutu hasrat ingin mengetahui oleh seorang anak-anak yang dijanjikan sebuah mainan-mainan. “Bagaimanakah menurut pandanganmu, Pierre, nanti rupanya ia menjelma?
“Tak tahu saya.... jawab ahli ilmu fisika itu dengan perlahan-lahan. “Saya harap warnanya bagus.
Adalah mengherankan jika dalam surat menyurat antara Madame Curie dengan orang-orang lain pada masa akhir ini tidak nampak lukisan-lukisan yang mengharukan lagi seperti yang lazim dipakainya pada masa yang lamapu antara berita-beritanya yang bersifat kekeluargaan, sehingga sekarang ini tak ada lagi disebut-sebutkannya tentang kerjanya yang mengagumkan itu.
Apakah ini disebabkan perpisahan bertahun-tahun antara wanita muda ini dengan keluarganya itu? Apakah ia dikejar-kejar oleh kewajibannya dan tak ada lagi waktu terluang baginya? Sebab yang terutama dalam sifatnya sekarang untuk menarik diri, adalah karena hal yang lain. Bukanlah kebetulan saja jika surat-surat Madame Curie tak luar biasa lagi nampaknya pada suatu ketika tatkala riwayat hidupnya menjadi luar biasa sekali. Sebagai anak gadis yang lagi sekolah, sebagai guru rumah, sebagai mahasiswa dan sebagai pengantin muda, dapatlah Mania mengucapkan isi hati kalbunya  .... Tetapi sekarang berhubung dengan rahasia dan tak terangnya panggilan sukmanya itu maka terpisahlah ia. Di antara mereka yang disayanginya tak ada lagi seorang pun yang dapat mengartikannya, yang dapat memikul bebannya bersama-sama dengan dia dan yang dapat melihat tujuannya yang sulit itu. Tekad pikiran paksanya itu hanya dapat dipancarkannya kepada seorang manusia saja, yaitu : Pierre Curie, temannya itu. Hanya kepada dia-lah dipercayakan oleh Mania pikiran-pikirannya yang luar biasa itu dan segala idamannya pun hanya kepada Pierre tempatnya utnuk membicarakannya. Untuk selama-lamanya ditunjukkan oleh Mania kepada sekalian orang, bagaimana pun disayanginya mereka itu, hanya bayangn yang agak sembarangan dari dirinya. Kepada mereka hanya digambarkannya segi hidupnya yang bersifat sederhan, walau pun kadang-kadang dipergunakannya juga kata-kata yang mengharukan untuk memuji-muji bahagianya sebagai wanit, akan tetapi tentang pekerjaannya hanya dengan ringkas saja disebutkan dalam kalimat-kalimat pendek dan tegas yang tak ada isinya dan sedikit pun tak bermaksud memberikan bayangan tentang keluhuran usahanya itu : kabar dalam tiga baris.
Dalam segala keisinan dan karena membenci kata-kata hampa serta segala yang tak perlu, maka Mania menyembunyikan dirinya, bersembunyi, atau lebih tepat dikatakan bahwa hanya satu bayangan saja yang ditunjukkannya tentang dirinya. Sarjana yang sangat berakal-budi itu bersembunyi di belakang “Seorang wanita seperti segala wanita yang lain-lain”, karena perasaan malu, mungkin juga karena segannya atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rohani.
Mania menulis kepada Bronia dalam tahun 1899 :
“Hidup kami tidak perubahan. Kami bekerja keras, tetapi dalam pada itu kami tidur secukupnya sehingga kesehatan kami tidak terganggu. Pada waktu malam hari kami bermain-main dengana anak kecil itu. Pada waktu pagi saya lekatkan pakaiannya dan saya berikan makanannya. Sesudahnya biasanya saya dapat berangkat pada jam sembilan. Selama setahun ini tak pernah kami pergi ke gedung komedi, maupun mendengarkan konser dan tidak kami pergi bersama. Akan tetapi kami merasa senang dengan keadaan semacam ini ... Saya rindu benar kepada handai dan taulan, terlebih-lebih kepada engkau sekeluarga, dan kepada bapak kita. Kerapkali saya pikirkan bagaimana terpisahnya hidup saya ini. Tak ada yang lain yang say sesali, karena kami sehat, anak kit segar bugar dan suami saya tak dapat dicari tolok bandingnya; sebenarnya tak pernah saya mimpikan bahwa saya akan mendapat seorang suami sebaik dia itu. Sebenarnya itu adalah karunia Allah dan semakin lama kami hidup bersama semakin bertambah kasih sayang kami satu sama lain.
Pekerjaan kami mendapat kemajuan yang pesat. Tak berapa lama lagi saya akan mengadakan ceramah tentang pekerjaan saya ini. Sebenarnya hari Sabtu yang lalu, saya berikan ceramah itu, tetapi saya berhalangan, sehingga mungkin hari Sabtu yang akan datang atau dua pekan lagi saya akan mengadakan uraian itu.”
Pekerjaan yang hanya sepintas lalu disinggungnya itu mendapat kemajuan yang pesat. Menjelang tahun 1899 dan tahun 1900 diumumkan Pierre dan Maniasebuah ulasan tentang induksi “Radia Aktif: yang dibangkitkan oleh Radium, sebuah lagi tentang akibat Radio-aktif dan yang lain lagi berkenaan dengan arus listrik yang dipindahkan oleh pancaran-pancaran itu. Akhirnya mereka membuat laporan umum untuk kongres Ilmu Fisika berkenaan dengan zat-zat Radio-aktif yang menarik perhatian besar dari para sarjana di seluruh Eropa.
Perkembangan dalam ilmu pengetahuan baru ini : Radio-aktif, mendapat kemajuan yang pesat. Suami isteri Curie membutuhkan pembantu-pembantu. Hingga kini mereka hanya mendapat bantuan dari seorang pekerja di laboratorium itu, bernama Petit, seorang yang baik hati yang karena gairahnya sendiri seakan-akan dengan cara tersembunyi datang membantu mereka sehabis waktunya bekerja. Tetapi sekarang mereka membutuhkan ahli-ahli tehnik yang utama. Pierre dan Mania terutama ahli ilmu fisika dan bukan ahli ilmu kimia. Penemuan mereka itu jauh memasuki lapangan ilmu kimia dan karena itu perlu pekerjaan yang seksama. Mereka bermaksud dmenggabungkan diri dengan ahli-ahli penelaah yang mempunyai kesanggupan sepenuhnya.
“Pekerjaan menyelidiki Radio-aktif itu dimulai dengan kesunyian”, ditulis oleh Mania di kemudian hari. “Akan tetapi berhubung dengan luasnya usaha kami itu semakin lama semakin tersalah pada kami perlunya kerja sama. Dalam tahun 1898 salah seorang dari kepada laboratorium itu, bernama G. Bemont, membantu kami beberapa waktu lamanya. Dalam tahun 1900 Pierre Curie berhubungan dengan seorang ahli ilmu kimia yang masih muda, yaitu Andre Debiarne, Amanuensis pada profesor Friedel yang sangat menghargainya. Atas anjurannya maka Andre Debierne menerima tawaran Pierre Curie itu untuk mentahbiskan dirinya untuk penyelidikan Radio-aktif. Sorang diri dimulailah penyelidikan radio unsur yang baru yang disangka berada dalam gugusan besi dan jenis tanah yang jarang dijumpai. Maka diketemukannya unsur “Actinium”. Walau pun ia abekerja pada Laboratorium untuk ilmu fisika di Sorbonne di bawah pimpinan Yean Perrin, kerap kali ia datang ke pondok kami ini dan segera ia menjadi sahabat baik untuk kami, untuk Doktor Curie dan kemudian juga untuk anak-anak kami itu!”
Demikianlah sebelum dapat dipisahkan Polonium dan radium, telah ditemui seroang sarjana Perancis “Adiknya” polonium dan radium itu, yakni “Actinium”.
“Pada masa itu juga” kata Mania, “Datang seorang ahli ilmu fisika muda, bernama Georges Sagnc, yang mencurahkan tenaganya untuk mempelajari Sinar-X. Ia hendak berbicara dengan Pierre Curie tentang persamaan yang diduganya ada antara sinar-sinar itu dan pancaran-pancaran oleh zat-zat Radio-aktif. Bersama-sama mereka mempelajari muatan listrik yang dipindahkan oleh sinar-sinar ke dua.
Mania melanjutkan pekerjaannya dengan memasak sekilo demi sekilo dari ampas yang berton-ton banyaknya dikirimkan kepadanya dari Yoachimsthal. Dengan kesabaran yang tak asing baginya empat tahun lamanya ia dari hari ke hari bekerja sebagai ahli ilmu fisika, ahli ilmu kimia, ahli pekerja, ahli insinyur dan sebagai buruh tangan. Berkat otaknya dan ototnya maka dipat dihasilkannya zat-zat yang semakin lama semakin pekat keadaannya, semakin lama semakin banyak mengandung radium.
Madame Curie talah mendekati tuuuannya itu: Pekerjaannya yang dilaksanakannya dahulu kala dipelataran dengan berdiri tegak dan diselubungi oleh asap yang tajam sambil emmandang pinggan-pinggan berat dengan bahan yang mendidih, sekarang telah selesai. Sekarang telah tiba masanya pembersihan dan Penghabluran menjadi potongan-potongan dari larutan-larutan Radio-aktif itu. Tetapi perlengkapan yang dibangunkan dengan untung-untungan itu sekarang terlebih-lebih lagi merupakan suatu halangan untuk pekerjaan itu, karena sekarang seharunya ada ruangan yang bersih, perkakas yang terpelihara dan pengaruhpengaruh dingin, panas dan kotoran! Dalam pondok yang mengalami penagruh angin dan panas itu mengerisik bekas-bekas besi dan kersik batu arang yang semuanya itu melekat pada zat-zat yang telah dihasilkan Mania dan baru saja dibersihakn dengan seksama oleh Mania. Setiap hari ia menemui kegagalan yang berati membuang waktu dan tenaga itu dan setiap hari ia menderita karena ini.
Pierre sendiri telah jemu melihat perjuangan yang tak ada putusnya itu sehingga telah hampir ia berputus asa; tetapi bukanlah berati itu baginya seolah-olah ia hendak melepaskan mempelajari Radium dan Radio-aktif itu, akan tetapi maksudnya ialah buat sementara meninggalkan kewajiban yang utama : yaitu menyediakan unsur radium. Seakan-akan tak dapat diatasi kesulitan-kesulitan itu. Apakah tidak lebih baik jika kelak dilanjutkan usaha-usaha itu, mungkin dalam keadaan-keadaan yang lebih bagus? Pierre Curie yang meniatnya teristimewa mengenai gejala-gejala alam dan bukan kenyataan madinya telah jemu melihat-lihat bagaimana usaha-usaha Mania itu semuanya gagal. Maka diusulkanya gencatan senjata.
Tetapi salah menafsirkan tabiat isterinya. Hasrat Mania ialah menyekat radium dan hasrat itu akan dilaksanakannya juga, walau pun ia telah letih payah, jangan dikatakan lagi kesukaran-kesukarannya, bahkan kekurangan-kekurangan dalam pengetahuannya sehingga bebannya itu bertambah berat lgi. Bagaimana pun ia masih seorang sarjana yang muda dan karena itu belum tercapainya ketegasan dan pengalamana Pierre yang telah bekerja sejak duapuluh tahun. Kadang-kadang ia menemui gejala-gejala dan cara-cara bekerja yang belum difahaminya abenar sehingga terpaksalah ia dengan tergopoh-gopoh mempelajarinya. Tetapi, bagaimana pun juga, air mukanya mengandung kekerasan hati apabila ia memegang alat-alat dan cawan peleburan. Empatpulluh lima bulan sejak hari suami isteri Curie itu meramalkan wujud radium itu. Dicapai Mania dalam tahun 1902, kemenagan dalam perjuangan untuk memiliki zat itu; ia telah ebrhasil menjelmakan sepuluh gram radium dan ditimbangnya berat zarah zat yang baru itu, yakni 225.
Ahli-ahli ilmu kimia yang kurang percaya itu – masih ada lagi beberapa orang  -- hanya menyerah kepada kenyataan-kenyataan dan kekerasan hati wanita yang luar biasa itu. Secara resmi radium telah terwujud.
Malam jam sembilan. Pierre dan Mania sedang di rumah mereka, di jalan Kelleman 100, tempat tinggal mereka sejak 1900. Rumah itu sepantasnyalah bagi mereka. Dari jalan itu tembok-tembok rumah itu terlindungi oleh tiga baris pohon-pohon sehingga hanya sedikit dari tembok itu dan sebuah pintu kecil yang nampak, tetapi di belakang rumah yang bertingkt satu itu ada sebuah taman kecil yang agak bagus dan nyaman rupanya. Dan dengan melalui “gerbang” Gentilly dapatlah mereka pergi naik kereta angin ke hutan-hutan atau ke anak-anak kota Paris.
Doktor Curie yang tinggal bersama-sama dengan suami isteri itu telah masuk kamarnya. Mania telah memandikan anaknya daan menidurkannya. Beberapa lama ia aberdiri di samping tempat tidur anak itu. Telah menjadi kebiasaannya ini karena kalau Irene waktu malam merasa bahwa ibunya tidak didekatnya maka dipanggilnyalah ibunya itu dengan tak ada hentinya. Mania mengalah terhadap kekerasan hati anaknya yang beru berumur empat tahun itu, dinaikinya tangga ke tingkat satu rumahnya itu dan duduklah ia di samping tempat tidur nak kecil itu dalam gelap sampai suara memanggil itu mengalih menjadi pernafasan yang tenang. Barulah ia kembali ke bawah menemui Pierre yag menunggu-nunggunya dengan tak sabar hati. Walau pun sifatnya lemah lembut tetapi perasaannya sebagai suami tetap cemburu terhadap isterinya jika ia terlampau lama meladeni anaknya itu. Telah biasa benar ia bahwa isterinya itu selalu dideatny sehingga tak dapat lagi ia berpikir dengan tenang apabila sebentar saja ia ditinggalkn oleh Mania. Apabila Mania terlampau lama duduk tempat tidur anak mereka itu maka sekembalinya dari atas disongsongnyalah isterinya itu dengan elu-eluan yang lucu – walau pun tak adil -:- Kau hanya memikirkan anak itu! Dengan perlahan-lahan Pierre berjalan-jalan di kamar itu sambil Mania duduk menjahit menyiapkan kelim kain celemek untuk Irene. Telah menjadi kebiasaannya tak membeli pakaian yang telah siap untuk anaknya itu, karena terlampau lengkap dan tak senang memakainya. Tatkala Bronia masih di Paris maka kakak-beradik itu menjahit bersama-sama pakaian untuk anak-anak mereka itu menurut potongan yang dipikirkan mereka sendiri. Model-modle itu masih dipergunakan oleh Mania....
Tetapi pada malam ini tak dapat ia mencurahkan pikirannya untuk jahitannya itu. Dengan gelisahnya ia berdiri dan sekonyong-konyong ia bertanya : “Marilah kita pergi sebentar ke sana!.
Suaranya seolah-olah memohon-mohon, tetapi sebenarnya tak perlu ia berlaku sedemikian karena Pierre sendiri seakan-akan dibakar keinginan hendak pergi kembali ke pondok yang baru dua jam berselang ditinggalkan mereka itu. Radium yang bertingkah-tingkah seperti manusia dan menawan hati laksana percintaan itu memanggil mereka kembali ke tempat pemondokannya, ke laboratorium yang papa keadaannya itu. Mereka telah bekerja keras hari itu dan seharusnya jika kedua orang sarjana itu istirahat sebentar. Tetapi Pierre dan Mania tidak selalu berlaku bijaksana. Dipasang mereka pakaian jas dan mantel mereka dan setelh diserukan mereka kepada doktor Curie bahwa mereka pergi ke pondok mereka itu maka berangkatlah suami isteri itu.... Mereka berjalan kaki, bergandengan tangan dan dengan tak berkata sesuatu apa. Mereka melintasi jalan jalan ramai dibagian kota yang luar biasa ini, melewati kilang-kilang, tanah-tanah kosong dan rumah-rumah yang sederhana dan tibalah mereka di jalan Lhomond. Mereka memasuki pelataran pondok itu dan Pierre membika pintu yang bergertak seperti biasa. Telah tiba mereka di lapangan mereka sendiri, lapangan idam-idaman mereka.
“Janganlah pasang lampu! Kata Mania dalam gelap kamar itu. Maka sambil tertawa-senyum disambungnya : “Masih ingatlah kau bahwa pada suatu hari kau mengatakan : Aku ingin radium kita itu bagus warnanya?
Kenyataan yang menawan hati Pierre dan Mania sejak beberapa bulan lebih memikat hati lagi dari keinginan mereka dari dahulu kala> Radium itu mempunyai sesuatu yang lebih baik lagi dari “warna yang bagus”, radium itu memancarkan cahaya! Dalam pondok gelap gulita itu dengan contoh-contoh berharga dalam tabung-tabung gels itu yang ditempatkan di atas meja-meja dan di atas papan-papan yang dipakunya ke tembok karena tak ada lemarinya, bersinar-sinarlah bayangan-bayangan pendar fosfor radium itu dengan cahaya kebiru-biruan.
“Lihatlah .... lihatlah! Berbisik wanita muda itu.
Dengan berhati-hati ia melangkah ke depan dan sambil meraba-raba didapatnya sebuah kursi dapur. Ia duduk dalam gelap dan sunyi senyap. Kedua wajah itu memandang ke sinar-sinar yag mengharukan mereka itu, ke sumber-sumber cahaya yang ajaib itu, ke radium-radium mereka!.
Dengan badan membungkuk dan pandangan penuh birahi duduklah Mania seperti ia duduk sejam yang lewat di samping tempat tidur anak cantik yang sedang tidur.
Tangan temannya itu mengelus-elus rambutnya.
Untuk selama-lamanya tak akan dilupakannya malam ini : Konag-konang ini, cerita dongeng ini!!!
BAB. XIV : KESUKARAN  HIDUP
Sekiranya Pierre dan Mania dapat mencurahkan tenaga mereka semata-mata untuk perjuangan mereka terhadap alam yang berlangsung dengan sengit dalam pondok mereka itu, maka niscayalah hidup mereka akan sesempurnanya.
Tetapi sayang masih ada perjuangan-perjuangan lain untuk mereka dan dalam perjuangan-perjuangan ini mereka harus mengalah.
Dengan gaji limaratus franc sebulan diberikan Pierre pelajaran di sekolah sebanyak seratus dua puluh kali setahun pelajaran dan di samping itu ia memimpin percobaan-percobaan oleh murid-muridnya itu. Selain dari pekerjaannya yang meletihkannya itu ia bertindak pula sebagai ahli penelaah. Selama mereka belum mempunyai anak dan Mania seorng diri dpat melaksanakan kewajiban rumah tangganya cukuplah yang limaratus franc itu. Tetapi sejak lahir Irene angaran belanja rumah tangganya itu telah bertambah berat karena gaji seorang pesuruh dan seorang pengasuh. Mula-mula Pierre dan sesudah itu Mania berikhtiar dengan sungguh-sungguh mendapat penghasilan yang lain.
Mungkin tak ada yang lebih menyedihkan dari usaha-usaha yang dilakukan dua orang sarjana itu dengan canggung dan kaku untuk memperoleh dua atau tiga ribu franc yang dibutuhkan mereka itu. Yang menyulitkan bukanlah mendapat pekerjaan yang sembarangan saja walau pun mungkin dengan cara itu dapat ditutup kekurangan mereka itu. Tetapi yang menjadi soalbagi mereka ialah supaya mereka dapat terus berjalan dalam lapangan penyelidikan ilmu pengetahuan di samping kedudukan hidup yang lebih memadai. Bekerja dalam laboratorium  -- atau lebih tepat : dalam pondok, karena ia tak mempunyai laboratorium  -- lebih penting gbagi pierre daripada makanan dan tidur. Tetapi pekerjaan disekolah meminta waktunya sebagian yang terbesar. Lebih suka ia lagi meringankan beban itu daripada menambah kewajiban-kewajiban, akan tetapi uangnya tak ada. Apa dayanya?
Msalah ini dapat dipecahkan dengan gampang – gampang sekali. Sekiranya Pierre diangkat menjadi maha guru di Sorbonne – suatu kedudukan yang berkat pekerjaannya itu sepantasnyalah untuk dia – maka dapatlah ia bergaji sepuluh ribu franc setahun dan dalam pada itu tak perlu ia mengajar sebanyak yang sekarang ini sedang pengetahuannya akan memperluas pengetahuan para mahasiswa dan mempertinggi martabat Universitet itu. Dan sekiranya kedudukannya itu memberikan kesemptan baginya bekeerja dalam laboratorium maka tak ada lagi yang diingini Pierre selain dari itu. Himat tingginya yang sederhana itu hanya dua keinginannya : suatu kedudukan di Universitet untuk nafkahnya dan mendidik ahli-ahli ilmu fisika muda dan sebuah laboratorium dengan perlengkapan yang tak ada dalam pondok mereka itu : yakni alat-alat listrik dan tehnik; tempat buat beberapa orang pembantu dan pada musim dingin pemanasan sedikit ...
Alangkah tingginya permintaan-permintaanya itu, alangkah bodoh dan tak karuan idam-idamannya itu! Kedudukan di Universitet itu baru dalam tahun 1904 diterimanya manakala seluruh dunia memuja-mujanya. Laboratorium itu tak akan pernah diperkenankan kepadanya. Malakul maut lebih cepat jalannya daripada Kuasa umum dalam hal mengikat orang-orang besar untuk sesutu kepentingan.
Yang menyulitkan ialah bahwa Pierre yang begitu pandainya membuka rahasia gejala-gejala dan berjuang dengan liciknya terhadap madi yang berseteru itu, telah menjadi canggung dengan sangat apabila ia berikhtiar mencari sesuatu pekerjaan. Pertama-tama keahliannya saja telah menimbulkanniri hati orang-orang glain dalam perjuangan persaingan mendapat pekerjaan. Selain dari itu ia tak mengerti akan semangat picik-picikan dan fitnah memfitnah. Kesanggupan-kesanggupannya itu tak dapat dipergunakannya, tak dapat dipakainya dengan tepat untuk mencapai yang dikehendakinya.
“Senantiasa bersedia menepi untuk teman-temannya, bahkan juga untuk saingan-saingannya, dapatlah ia dinamakan seorang pelamar yang susah tingkah lakunya”, kata Henri Poincare di kemudian hari dan disambungnya : “Tetapi dalam masa demokratis kita ini bukanlah pelamar-pelamar yang tak ada...”
Dalam tahun 1898, terluang pekerjaan untuk maha guru kimia fisika di Sorbonne dan Pierre Curie memutuskan turut melamar jabatan itu. Telah sepantasnyalah jika ia diangkat untuk pekerjaan itu, tetapi ia bukan lulusan dari sekolah normal dan tidak pernah ia sekolah di sekolah Polytehnik sehingga tak mungkin ia mendapat bantuan moril yang besar artinya itu dari sekolah-sekolah ini yang biasanya memberikan sokongan untuk angkatan bekas-bekas murid mereka. Selain dari itu, ada beberapa orang profesor yang suka mencela-cela saja mengatakan bahwa penemuan-penemuan sejak limabelas tahun itu sebenarnya bukanlah masuk lapangan kimia fisik. Maka Pierre pun tidak diangkat menjadi maha guru.
“Kita telah dialihkan” ditulis salah seorang pengikutnya, profesor Friedel, “dan saya akan menyesal hati menganjurkan ini dahulu pada tuan, sekiranya permusyawaratan tentang diri tuan tidak lebih memuaskan daripada keputusan akhir itu. Tetapi walau pun Lippmann, de Bouty, de Pellot dan saya sendiri berusaha susngguh sungguh dan sekali pun saingan-saingan tuan sendiri memuji sangat pekerjaan tuan akan tetapi tak dapat tuan mengalahkan seorang bekas murid dari sekolah normal dan tak dapat tuan mematahkan pandangan picik dari pihak ahli matematika!”
Kenyataan bahwa permusyawratan itu memihak kepada Pierre adalah suatu hiburan yang tak banyak harganya bagi Pierre! Berbulan-bulan lamanya tak ada terluang tempat yang bagus dam suami isteri Curie yang seluruhnya terpikat oleh pekerjaan mereka berkenaan dengan radium itu lebih suka tinggal miskin daripada membuang waktu mreka mengunjung-ngunjungi pembesar-pembesar untuk sesuatu jabatan. Dicocokkan oleh mereka pengeluaran uang mereka dengan penghasilan Pierre dan tak berkeluh kesah mereka. Sebenarnya limaratus Franc bukan sedikit. Inilah menjadi dasar belanja hidup mereka, walau pun sulit pelaksanaanyya.
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 19 Maret 1899 :
“Kami harus berhemat karena gaji suami saya tak mencukupi bagi kami, tetapi hingga sekarang setiap tahun kami mendapat penghasilan yang tak disangka-sangka sehingga dapatlah kami menutupi kekurangan kai itu.
Saya harap tak berapa lama lagi suami saya atau saya sendiri mendapat pekerjaan yang tetap. Sekiranya ini terlaksana maka dapatlah kami hidup dengan segala ongkos tertutup dan di samping itu dapat pula kami menyimpan sedikit untuk hari kemudian anak kami itu. Cuma saya ingin menyiapkan desertasi saya sebelum saya melamar sesuatu pekerjaan.
Sekarang ini sangat banyak pekerjaan kami berhubung dengan logam-logam yang baru kami temui itu, sehingga tak sempat saya mempersiakan disertasi saya itu. Walau pun pokoknya adalah mengenai pekerjaan kami sekarang ini. Karena selain dari itu saya perlu menelaah beberapa soal-soal yang berhubungan dengan ini, terpaksa saya menundanya sebab tak cukup waktu saya..
Kesehatan saya baik dan penyakit sengal suami saya ada berkurang. Saya sendiri pun sehat, saya tidak batuk sedikit pun dan paru-paru saya tak ada sesuatu yang sakitseperti ternyata dari beberapa musyawarah dan analisa dokter. Irene tumbuh subur. Setelah ia berumur delapan belas bulan saya tak mengasuhnya lagi akan tetapi pada waktu itu telah ama saya berikan dia bubur dengan susu. Sekarang saya berikan dia bubur dan telur yang “langsung datang dari kandang ayam!.”
Tahun 1900 .... Dalam buku kas uang pengeluaran meningkat banyak, sedang uang masuk tetap sehingga tak dapat ditutup segala ongkos-ongkos. Doktor Currie sekarang tinggal bersama-sama dengan anaknya itu dan supaya cukup tempat untuk lima orang – di antaranya seorang pesuruh – maka disewa oleh Mania rumah di jalan Kellermann itu dengan sewa seribu limaratus franc. Karena terpaksa dilamar oleh Pierre pekerjaan sebagai repetitor. Di sekolah Polytehnik dengan gaji duaribu franc setahun. Ia diangkgat untuk pekerjaan itu.
Tiba-tiba datanglah suatu tawaran yang tak disangka-sangka mereka .. tetapi tidak dari Perancis. Penemuan radium itu belum diketahui khalayak ramai tetapi dalam kelangan ahi ilmu fisika telah terkenal. Agar dapat mengikat seorang lelaki dan wanita yang termasuk sarjana-sarjana yang paling ternama di Eropa maka Universitet Genev bersedia berkorban sebanyak mungkin ; Dekan perguruan tinggi itu menawarkan kepada Pierre Curie : mengajar sebagai maha guru untuk ilmu fisik, dengan gaji sepuluh ribu franc, rumah dengan Cuma-Cuma dan pimpinan sebuah laboratorium “yang ongkos perbelanjaannya akan dinaikan setelah setelah dirundingkan dengan tuan Currie, sedang dua orang asisten akan diperbantukan kepadanya. Sehabis pemeriksaan anggaran belanja laboratorium itu maka alat-alat dan perkakas ilmu fisik yang telah ada akan dilengkapi.” Suatu kedudukan resmi pada laboratorium itu juga akan ditawarkan pula kepada Maddame Currie.
Kadang-kadang seolah-olah nasib manusia itu berkelakar : seorang manusia mendapat tawaran yang sebagus-bagusnya menurut yang dikehendakinya dan ia telah bersedia menerimanya, akan tetapi timbullah suatu hal remeh yang menyebabkan tak dapat diterimanya lagi tawaran itu. Sekiranya pada kepala surat tawaran yang kasatria itu berbunyi “Universitet Paris” dan bukan “Republik dan Kanton Geneva,” maka pastilah bahwa dua suami isteri Currie itu akan terperanjat.
Kedudukannya di geneva itu ditawarkan kepada Pierre secara hormat dan dengan tulus hati sehingga dalam dorongan pertama oleh besar hatinya diterimanya taaran itu. Dalam bulan Juli Mania dan Pierre berangkat ke Negeri Swis dan mereka diterima oleh rekan-rekan mereka dengan segala kebesaran akan tetapi semasa musim panas timbullah beberapa kesulitan. Terlebih dahulu harus diadakan persiapan berbulan-bulan lamanya untuk pelajaran yang begitu pentingnya itu! ... Selain dari itu buat sementara waktu perlu dihentikan percobaan-percobaan dengan radium itu karena tak gampang memindahkannya ke sana dan pekerjaan membersihkan zat yang baru itu harus di tunda pula ! Ini terlampau banyak untuk kedua orang yang telah terpikat gairah ilmu pengetahuan itu sehingga seolah-olah mereka telah kegilaan pekerjan mereka itu. Sambil mengeluh dikirim oleh Pierre sepucuk surat guna menyampaikan minta maafnya, perasaan terima kasihnya dan – permohonan minta berhenti ke Geneva. Ditantangnya godaan hidup yang lebih senang itu sambil memutuskan pergi kembali ke Paris dan tinggal di sana karena ia merasa terikat oleh cinta terhadap radium itu. Dalam bulan Oktober ditinggalkannya Sekolah Polytehnik itu karena ia mendapat pekerjaan yang lebih besar gajinya pada perguruan P.C.N. (Physique, Chimie, Sciences dan turelles) dalam suatu bagian dari Sorbonne di jalan Cuvier.
Mania yang ingin memberikan sumbangannya pula, melamar pekerjaan sebagai guru pada sekolah Normal Tinggi untuk anak-anak gadis di Sevres dekat Versailles. Dari wakil kepala sekolah itu diterimanya surat angkatannya :
Nyonya;
Dengan hormat saya beritahukan bahwa atas anjuran saya Nyonya telah diserahi pekerjaan mengajarn ilmu fisika selama tahun pelajaran 1900 – 1901 untuk kelas satu dan kelas dua di sekolah normal di Sevres ini.
Sudilah kiranya Nyonya datang menghadap kepala sekolah ini pada hati Senin yang akan datang tepat pada tanggal 29 bulan ini.
Inilah dua buah “sukses” dan untuk beberapa waktu lamanya dapatlah tercapai kesetimbangan anggaran belanja rumah tangga mereka. Suami isteri Curie menambah pikulan beban mereka pada saat percobaan-percobaan Radio-aktif meminta tenaga mereka seluruhnya. Kedudukan yang selayaknya untuk Pierre, yaitu maha guru di Sorbonne, tak diperkenankan kepdanya. Telah cukup rasanya guru besar ini diserahi sajak pekerjaan mengajar seolah-olah yang kurang pentingnya dengan memakan waktu yang bukan sedikit.
Suami isteri Curie membungkuk di hadapan kitab-kitab sekolah, memikirkan pokok-pokok masalah-masalah untuk murid-murid sekolah .. Pierre sekarang mempunyai kewajiban pada dua bagian perguruan dan harus memimpin dua kumpulan murid-murid dalam pekerjaan praktek mereka. Mania terharu oleh karena ia bekerja untuk pertama kalinya sebagai guru Perancis; bersungguh-sungguh ia bersiap untuk pelajarannya dan pekerjaan anak-anak gadis di Sevres itu diaturnya sebaik-baiknya. Deprbarinya cara bekerja mereka dan pelajaran-pelajaran yang diberikannya itu tak ada tooincare, guru kepala sekolah itu terharu melihatnya dan memuji guru wanita muda itu. Mania tak pandai bekerja setengah-setengah.
Alangkah banyaknya tenaga yang terbuang alangkah banyaknya waktu yang tercabut dari pekerjaan yang terutama baginya.
Dengan tas penuh pekerjaan di rumah oleh murid-muridnya yang telah diperiksanya, pergilan Mania beberapa kali seminggu ke sekilah di Sevres itu dengan mengendarai tram yang sangat lambat berjalannya sedang ia sendiri kadang-kadang telah menunggu setengah jam lamanya di kali lima di jalan itu. Pierre tergesa-gesa dari jalan Lhomond ke jalan Cuvier, tempat P.C.N. dan dari jalan Cuvier ke jalan Lhomond, tempat pondokan mereka itu. Baru saja dimulainya suatu percobaan maka terpaksalah ia meninggalkan alat-alatnya itu untuk mengajar “ahli-ahli ilmu fisika” di sekolah P.C.N.
Ia mengharapkan akan mendapat kesempatan bekerja di laboratorium pada pekerjaan yang baru itu. Sekiranya ada balai penyelidikan di sekolah itu untuk tempatnya bekerja maka cukuplah itu untuk mengobati kekesalan hatinya. Tetapi tidak! Di P.C.N. itu hanya dua buah bilik-blik kecil diserahkan bagi keperluannya. Karena sangat kesalnya melihat ini, dibuanglah buat sekali ini persaan malunya meminta-minta dan diikhtiarkannya mendapat ruangan yang lebih besar, tetapi sia-sia saja.
“Mereka yang telah mengalami sedmikian” ditulis Mania di kemudian hari, mengetahui bagaimana banyaknya kesulitan-kesulitan keuangan dan kepegawaian” dditemui mereka dan mereka akan masih ingat bagaimana banyaknya surat-surat resmi yang mereka harus masukan, surat-surat permohonan dan bantahan-bantahan yang tak dapat dihindarkan sebelum mendapat hasil skeil-kecilnya. Pierre Curie jemu dan putus asa karena ini”
Susah payah ini mempengaruhi tenaga bekerja, bahkan juga kesehatan suami isteri itu. Terlebih-lebih Pierre merasa lesu sehingga terpaksa “Jam Belajar” untuk dia dikurangi. Di Sorbonne terluang pekerjaan maha guru untuk ilmu pelikan dan sepantasnyalah diangkat ahli ilmu fisika penulis ajaran-ajaran penting tentang ilmu hablur itu untuk jabatan itu. Pierre menawarkan dirinya akan tetapi seingatnyalah yang diangkat.
Sahabat-sahabat Pierre Currie berikhtiar dengan segala daya upaya supaya dapat diangkat menjadi guru besar. Dalam tahun 1902 profesor Mascart mendesak Pierre agar sudi ia memajukan dirinya sebagai calon untuk Academie des Sciences. Boleh dikatakan bahwa telah pasti ia akan terpilih dan ini kelak akan memberikan kemungkinan baginya memperbaiki keadaan jsmaninya. Ia sangsi-sangsi dan diturutinya walau pun tidak dengan persaan gembira. Dengan perasaan mual dilakukannya kunjungan-kunjungan yang lazim itu walau pun menurut pendapatnya ccara kebiasaan ini adalah menghinakan bagi anggota-anggota Academie itu. Tetapi ahli-ahli ilmu fisika Academie itu semuanya mempunyai calin itu sehingga terpilihlah ia menjadi calon. Ia terharu karena ini dan atas desakan beberapa kali oleh Mascart dimintanya pertemeuan dengan anggota-anggota perkunpulan yang mulia itu.
Sekali ia telah termasyhur dan para wartawan mencari cerita-cerita jenaka tentang sarjana yang terkenal ini maka salah seorang dari mereka memperingati kunjungan-kunjungan oleh Pierre pada bulan Mei 1902 itu sebagai berikut :
 ... Naik tangga turn tangga, melonceng-lonceng pintu rumah, mohon diterma, menerangkan maksud kedatangannya; ini semuanya telah dilaksanakan calon itu dengan perasaan malu karena bertentangan dan gahamnya sendiri; tetapi selain dari itu harus pula ia menguraikan tentang segala derat-derajatnya, menceritakan bagaimana pandainya ia menurut pandangannya sendiri dan memebanggakan ddirinya berkat pekerjaannya dan pengetahuannya – dan ini semuaya dirasanya melebihi kekuatan seorang manusia. Karena itu dimualinyalah saingannya itu sambil mengatakan bahwa sebenarnya tuan Amagat-lah yang pantas diangkat menjadi anggota perkumpulan itu, bukan dia – Currie!
Tanggal 9 Julia diumumkan hasil-hasil pemungutan suara : Para Anggota Academie itu telah memilih anggota dari ntara Currie dan Amagat tersebut.
Kepada seorang sahabat karibnya, Georges Gouy, diceritakannya berita ini, sebagai berikut :
“Seperti telah kau ramalkan undian itu telah membawa akemenangan bagai Amagat yang mendapat suara 32 sedang saya sendiri 20 dan Gernez 6. Saya menyesal membuang waktu sebegitu banyak untuk mencapai hasil sebagus ini.”
Dekan yang baru, Paul Appell, yang dahulu didengarkan Mania dengan hati tertawan hendak berikhtiar mempertahankan kepentingan Pierre Curie menurut cara yang dipikirkannya sendiri, karena ia tahu bagaimana keras kepalanya Pierre itu, maka dirintisnyalah jalannya sebagai berikut :
Paul Appell kepada Pierre Curie :
“Dari pihak kementrian saya mendapat permintaan mengajukan usul-usul untuk Legium Kehormatan; nama tuan musti tercantum pada daftar calon yang saya akan masukkan. Saya meminta ini sebagai jasa tuan terhadap Fakultet dengan mengijinkan naam tun ditempatkan pada daftar itu. Saya mengakui bahwa anugerah bintang itu tak ada artinya bagi seorang seperti tuan besarnya, akan tetapi saya ingin benar memperkenalkan anggota-anggota Fakultet yang terbesar jasanya karena penemuan-penemuan dan pekerjaan mereka. Inilah suatu jalan untuk memperkenalkan mereka kepada Menteri dan menunjukkan kepada beliau bagaimana kita bekerja di Sorbonne. Setelah tuan mendapat bintang kehormatan itu, terserah kepada tuan memakainya atau tidak menurut kehendak tuan sendiri, tetapi saya minta kepada tuan supaya tuan mengizinkan pencalonan tuan untuk itu.
Janganlah marah, rekan yang terhormat, karena gangguan saya ini.”
Paul Appell kepada Madame Curie :
.... Telah beberapa kali saya berbicara dengan rektor Liard tentang pekerjaan bagus oleh tuan Currie dan tentang kekurangan dalam perlengkapannya serta tentang pentingnya jika ia mendapat sebuah laboratorium yang lebih besar. Rektor itu telah berbicara pula dengan Menteri tentang tuan Currie dan telah dipakainya kesempatan itu untuk mengusuljan calon-calon Legiun Kehormatan berhubung dengan tanggal 14 Juli. Menteri itu sangat tertarik hatinya oleh Tuan Curie. Mungkin ia ingin menunjukkan perhatiannya dengan menganugerahkan bintang kehormatan bagi tuan Currie. Sekiranya ini terjadi saya harap nyonya mengerahkan egala penaruh nyonya agar tuan Curie tidak menolaknya.
Dipandang dari suatu segi tentulah tidak ada sekali-kali arti hal ini, tetapi berhubung dengan akibat-akibat praktis yang mungkin timbul dari hal ini (laboratorium, perbelanjaan dsb) sesungguhnyalah sangat penting hal ini.
Saya mohon kepada nyonya agar nyonya sudi mendesak tuan Curie menerima usul ini atas nama Ilmu Pengetahuan dan untuk kepentingan Fakultet.”
Sekali ini tak sudi Pierre mengalah. Tabiatnya membenci segala tnda-tanda kehormatan sebenarnya telah cukup membenarkan sikapnya itu. Tetapi adalagi suatu perasaan yang mendorongnya. Sesungguhnya menggelikan hatinya jika seorag dari kalangan Ilmu Pengetahuan tak diperkenankan bekerja karena tak disediakan syarat-syaratnya tetapi dalam pada itu hendak menghormatinya sebaagai suatu dorongan, dengan memberikan “angka yang bagus” dalam menganugerahkan kepadanya suatu bintang email berpita sutera merah. Inilah jawab Pierre Curie kepada dekan itu :
“Denegan hormat saya  minta kepada tuan mengucapkan terima kasih saya terhadap Menteri dan memberitahukan kepada beliau bahwa tak sedikit pun ada hasrat saya menerima suatu bintang kehormatan, akan tetapi yang saya butuhkan benar ialah suatu laboratorium.”
Harapan mendapat hidup yang kurang sukarnya telah hilang. Karena tak ada laboratorium yang diingini mereka itu dengan sangat, terpaksalah mereka meneruskan percobaan-percoban mereka dalam pondok mereka itu seperti sedia kala, akan tetapi masa bergairah yang mereka kerja di sana itu menghiburkan hati mereka dalam keadaan kesulitan itu. Mereka teruskan memberikan pelajaran-pelajaran yang dilakukan mereka dengan segala senang hati dengan tak merasa mual. Di kemudian hari banyaklah anak-anak yang masih mengingat bagaimana pelajaran-pelajaran oleh Pierre itu, terang dan mudah diartikan. Sebaliknya bukan sedikit pula “Wanita Sevres” kelak tertarik hatinya oleh ilmu pengetahuan berkat usaha Madame Curie, guru mereka yang berambut putih kuning dan yang dengan tekanan suara Slavia-nya itu memberika uraia-uraian seolah-olah ia bernyanyian. Ditarik-tarik kian kemari oleh pekerjaan dan kewwajiban mereka itu maka mereka lupakanlah tidur dan makan. Aturan-aturan untuk hidup “biasa” yang dahulu ditetepkan Mania, dapurnya dan pekerjaan-pekerjaan dalam rumah tangga telah dilupakannya. Suami isteri yang tak menginsfi kegilaan-kegilaan mereka itu menghabaiskan tenaga merekayang telah mulai berkurang itu. Beberapa kali terpaksa Pierre tinggal dalam tempat tidurnya karena sakit yang tak terperi. Mania yang berkat kekuatan satafnya belum runtuh, masih dapat melakukan kewajibannya; sejak ia berhasil mencegah prae-tuberculose yang menguatirkan keluarganya itu, dengan menghabiskan segala penjagaan setiap hari, disangkanya bahwa ia telah kebal. Akan tetapi dalam buku catatannya berat tubuhnya berkurang dari minggu ke minggu, selama empat tahun dalam pondok itu beratnya telah berkurang tujuh kilo. Teman-temannya melihat mukanya bertambah pucat dan semakin kurus. Seorang dari mereka, seorang ahli ilmu fisika muda, menulis kepada Pierre mendesak supaya memelihara kesehatannya dan kesehatan isterinya lebih baik, Suratnya itu menunjukkan bagaimana sedihnya hidup suami isteri Curie itu dan bagaimana aranya mereka mengorbankan diri mereka :
Georges Sagnac kepada Pierre Curie :
“... Tat kala saya belum berapa lama berselang melihat Madame Curie di Societe Physique sangat terkejut saya karena perubahan dalam wajah mukanya. Saya tahu bahwa ia terlampau banyak bekerja berhubungan dengan dessertasinya itu, tetapi sepmpat saya melihat bahwa tak ada lagi daya tahnnya secukupnya untuk hidup maknawi seperti engkau berdua jalani sekarang ini.
Yang saya katakan sekarang ini dapat juga diperhatikan oleh tuan sendiri.
Suatu contoh untuk membenarkan desakan saya ini : Engkau berdua hampir tak makan apa-apa, maupun nyonya Curie, maupun tuan sendiri. Kerap kali saya lihat bagaimana Madame Curie makan sepotong dua potong soses dan minum teh secangkir, ini semuanya sebagai makanan siang aau malam. Percayakah tuan bahwa sesehatnya pun badan orang itu pasti tak cukup ini untuk kesehatannya. Bagaimana nanti sekiranya madame Curie jatuh sakit?
Sifatnya tak memperdulikan sesuatu apa dan keras kepalanya itu tak boleh menjadid alasan bagi tuan untuk tinggal diam. Say kira-kira bantahannya adalah sebagai berikut : Ia tak lapar. Ia telah cukup umur dan bijak sana mengetahui segala yang boleh dilakukannya! Tetapi ia tak benar! Sekarang ini ia seperti anak-anak kecil. Saya katakan ini dengan keyakinan yang jujur dan mengingat persahabatan kita. Makanan engkau tak cukup engkau perhatikan. Kadang-kadang engkau makan dan itu pun pada waktu larut malam sehingga perut yang telah lama menunggu-nunggu itu tak dapat lagi bekerja dengan baik. Tentu mungkin sesekali oleh sesuatu sebab berhubung dengan penyelidikan terpaksa engkau makan terlambat sedikit, akan tetapi janganlah ini hendaknya menjadi kebiasaan. Penting artinya janganalah setip detik dalam hidupmu dipergunakan untuk pekerjaan ilmu pengetahuan. Sewakttu-waktu badan manusia itu perlu beristirahat. Duduklah makan dengan tenang dan mamahlah makanan itu dengan perlahan-lahan. Hindarkanlah membicarakan hal-hal yang sulit memikirkannya atau hal-hal yang meletihkan pikiran. Janganlah membaca sewaktu makan dan janganlah bicarakan ilmu fisika waktu itu....”
Nasihat-nasihat dan sesal-sesalan dijawab Pierre dan Mania dengan tetapi memang kami beristirahat juga. Kami berlibur di musim panas. Sebenarnya demikian itu” atau pun setidak-tidaknya mereka berpikir bahwa mereka berlibur. Sewaktu musim bagus mereka mengembara seperti dahulu kala dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Mungkin ada timbul harapan bahwa setelah Irene lahi, mereka akan bertambah tenang dan bahwa setiap tahun mereka akan duduk di tepi pantai melihat anak mereka itu bermain-main! Akan tetapi bukanlah bagitu tabiat mereka! Berisitirahat berarti bagi mereka, dalam tahun 1898 mengendarai kereta angin melanglang daerah Cevennes. Dua tahun sesudah itu mereka berjalan di tepi pantai Kanal dari Havvre ke Saint-Valerysur-Somme; kemudian mereka berangkat ke pulau Noir Moutiers. Dalam tahun 1901 mereka di Pouldu, dalam tahaun 1902, di Arromanches, dalam tahun 1903 di Treport dan Sain-Trojean. Apakah perjalanan-perjalanan itu memberikan kelegaan bagi mereka? Bolehlah disangsikan ini. Yang bersalah dalam hal ini adalah Pierre yang tak tahan tinggal berlama-lama di suatu tempat. Apabila mereka tinggal dua atau tiga hari dalam suatu tempat, maka ia pun hendak berangkat ke Paris dan dibisikannya kepada istrinya itu : “Telah lama kita tak bekerja!.
Dalama atahun 1899 suami isteri Curie itu mengadakan perjalanan jauh yang memebawa kegembiraan bagi mereka : untuk pertama kalinya sejak perkawinannya Mania pulang ke tanah airnya, buka ke Warsawa, akan tetapi ke Polandia di bagian Austria, yaitu ke Zakopane, tempat keluarga Dluski membuka sanatorium. Di dekatnya itu di rumah penginapaneger menginap sekumpulan orang yang pertaliannya satu sama lain sangat rapat. Tuan Sklodowski, masih sisgap dan seolah-olah muda kembli melihat keempat-empat anaknya itu berbagahadia, empat rumah tangga, berkumpul dengan dia. Alangkah cepatnya menjelang waktu itu! Belum berapa lama rasanya putera dan putri-putrinya itu terpaksa memberikan pelajaran ke rumah-rumah di Warsawa. Sekarang Yosep telah menjadi seorang dokter yang ternama dan mempunyai istri dan anak. Bronia dan Casimir telah mendirikan sebuah snatorium. Hela bekerja dalam kalangan perguruan sedang suaminya, Stanidlas Szalav, mempunyai perusahaan potret yang bear. Mania .... bekerja dalam laboratorium dan percobaan-percobaannya diumumkan hasil-hasilnya! Anak manis jenaka, seperti dahulu kala dinamakan anak bungsunya itu!.
Pierre Curie, bangsa asing itu, merupakan pusat segala perhatian. Orang-orang Polandia ini membanggakan diri memperlihatkan Polandia kepadanya. Mula-mula tak tertawan hatinya melihat negeri Polandia yang kasar padnangannya itu dengan pohon-pohon cemara menghitam dan memuncak di pegunungan “Rysy” maka tertgunlah ia oleh pemandangan yang mengahrukan dan kebesaran gunung-gunung yang tinggi itu. Wakyu malam dikatakannya kepada istrinya dengan didengar oleh sanak-saudaranya : “Alangkah bagusnya negeri ini. Sekarang baru sya mengerti apa sebabnya begitu besarnya cinta orang terhdap negeri ini.
Dengan sengaja dipakainya bahasa Polandia yang dipelajarinya itu dan walau pun sebutannya kurang bagusnya, semua iparnya itu, lelaki dan perempuan, gembira mendengarkannya. Dan di wajah muka Mania dilihatnya senyuman bangga dan berseri-seri.
Tiga tahun kemudian, dalam bulan Mei 1902, untuk ke  duakalinya Mania berangkat dengan kereta api ke Polandia – akan tetapi dalam perasaan takut! Telah beberapa surat memberitahukan kepadanya bahwa bapaknya dengan tiba-tiba jatuh sakit dan perlu di bedah pada kandung empedunya. Mula-mula datang kabar-kabar yang mengamankan perasaannya, akan tetapi dengan sekonyong-konyong datang sepucuk surat kawat. Ini berarti akhirnya. Mania bermasud berangkat dengan segera, akan tetapi syarat-syarat paspornya sangat sultnya, sehingga berjam-jam lamanya menunggu-nunggu sebelum surat-surat perjalanannya itu teruru semuanya. Sehabis perjalanan dua setengah hari sampailah ia di Warsawa, di rumah Yosep, tempat tinggal bapaknya itu. Terlambat!.
Mania tak sanggup memikirkannya bahwa tak akan dilihat-lihatnya lagi wajah muka bapaknya itu. Masih dalam perjalanan telah didengarnya dengan akwat bahwa bapaknya telah meniggal dunia dan kepada kaka-kakanya dimintanya dengan sangat menunda penguburannya bapaknya itu. Dimasukinya kamr mayat itu dengan keranda dan karangan-karangan bunganya. Dengan ketegaran hati yang mengagumkan diinginnya supaya keranda itu dibuka kembali. Maka dibukalah keranda itu. Muak si mati itu bergaris darah yang keluar dari hidungnya dan kepada wajah yang rukun damai itu nampaknya Mania mengucapkan selamat jalan dan meminta maaf. Dalam hatinya ia selalu menyesali dirinya karena ia tinggal menetap di Perancis sehingga orang tuanya itu meraa kecewa karena diharapkannya akan tinggal bersama-sama anaknya itu semasa usia lanjutnya.
Dekat keranda terbuka itu, ditenegah-tengah sunyi senyap, Mania menuduh dirinya sendiri sambil mendiam sehingga abang dan kakak-nya terpaksa menghentikan pandangan yang menyayukan hati itu.
Mania di dalam angan-angan hatinya sungguh sangat berat’’ akan tetapi tak ada perlunya menyiksa dirinya semacam itu. Masa akhir bapaknya itu sangat berbahagia – terlebih-lebih berkat diri Mania sendiri. Kasih sayang anak-anaknya, kepuasan hatinya sebagai bapak dan nenek, telah memberikan penggantian kerugian bagi untung malang selama hidupnya itu. Kegembiraan terakhir dan terbesar Mania- lah yang memberikannya kepadanya. Penemuan Polonium dan Radium oleh Manaia, membaca laporan-laporan Academie des Sciences yang memuat berita-berita yang ditandatangani oleh anaknya itu, merupakan suatu sumber yang mengharukan hati guru ilmu fisika ini yang karena beban sehari-hari tak pernah mendapat kesempatan melakukan penyelidikan sekehendaknya. Selangkah-demi selangkah diikutinya pekerjaan anaknya itu. Telah diinsyafinya pentingnya kerja itu dan diramalkannya kesan yang akan mengagumkan dunia ilmu pengetahuan itu. Tak berapa lama sebelum itu telah diberitahukan Mania kepadanya bahwa, setelah bekerja empat tahun lamanya dengan ketegaran hati, sudah berhasil ia menjelmakan radium asli. Dan dalam suratanya yang terakhir, enam hari sebelum ia meninggal dunia, ditulis sehingga tulsiannya itu tak halus dan teratur lagi seperti sedia kala :
“Sekarang rupanya kau telah dapat menghasilkan garam-garam radium! Jikalau dipikirkan bagaimana banyaknya tenaga dipergunakan untuk pekerjaan ini maka inilah unsur kimiawi yang sangat mahalnya. Tetapi sayang sekali mungkin pekerjaan ini hanya mempunyai arti teoritis saja kelak.
Kabar penting tak ada dari sini. Hawa agak bagus juga, walau pun masih dingin sedikit. Saya mau tidur lagi, karena itu saya berhenti menulis surat ini. Terimalah peluk ciumku...”
Alangkah bahagianya perasaan orang tua ini sekiranya ia masih diperkenankan hidup selama dua tahun lagi dan mendengar bahwa anaknya itu termasyhur, bahwa tanda penghormatan Nobel telah dianugerahkan kepada Henri Becquerel, Pierre Curie dan Marie Curie – kepada anak-sayangnya “Anciupecio”!”
Pucat dan kurus ditinggalkan oleh Mania Warsawa. Salam bulan September ia kembali ke Polandia. Sehabis masa  “berkabung” itu anak-anak Sklodowski merasa perlu berkumpul-kumpul membuktikan bahwa perasaan persatuan antara saudara dan saudari masih tetap ada.
Dalam bulan Oktober kembali Pierre dan Mania ke laboratorium mereka. Mereka letih payah. Sambil bekerja bersama untuk percobaan-percobaan, ditulisnya laporan tentang pekerjaannya berkenaan dengan pembersihan radium. Tetapi ia berputus asa dan tak ada keinginannya untuk apapun. Sekarang terasalah akibat cara hidupnya yang memberati susunan syarafnya ia bangun dan berjalan di seluruh rumah itu.
Tahun berikutnya membawa kemalangan-kemalangan baginya. Mula-mula hamil yang berakhir dengan keguguran. Mania sangat masygul memikirkan peristiwa ini :
Mania menulis kepada Bronia pada tanggal 20 Agustu 1903 :
“Peristiwa ini sanga membingungkan saya sehingga tak berani saya menulisnya kepada siapa pun. Saya telah biasa memikirkannya bahwa anak ini akan datang sehingga sekarang saya berputus asa dan tak sanggup mendapat penghiburan. Tulislah kepda saya apakah mungkin ini karena saya terlampau letih payah – karena saya harus mengakui bahwa saya tak berhemat mempergunakan tenga saya. Saya percaya kepada resam tubuh saya, akan tetapi sekarang saya sangat menyesal, karena beratlah hukumannya ini. Bayi itu, seorang anak perempuan, sanjai dan bernafas sebentar, lalu ia mati. Alangkah saya ingini mendapat anak ini!”
Kemudian datang pula dari Polandia kabar kemalangan keluarga Dluski itu” tulis Mania kepada abangnya.” Anak itu adalah lambang kesehatan sendiri. Jika anak yang dijaga serapi-rapinya seperti anak ini masih dapat kehilangan, bagaimana kah mungkin orang –orang lain dapat mengharapkan memelihara dan mendidik anaknya? Tak dapat lagi saya memandang kepada anak saya dengan tak gemetar ketakuran dan kesedihan hati Bronia itu menghancurkan hati saya.”
Peristiwa-peristiwa yang menyedihkan itu mengelamkan hidup Mania yang selainnya juga diusik oleh memikirkan kesehatn Pierre : Pierre tak sehat badannya. Perasaan sakit yang berbangkit-bangkit itu selalu berulang-ulang dan karena tak ada gejala-gejala yang lebih nyata adalah penyakit itu menurut para dokter penyakit encok yang sangat melemahkan Pierre. Karena sakitnya, ia mengerang beberapa malam lamanya, sedang istrinya merawatnya dengan perasaan ketakutan.
Meskipun demikian terpaksa Mania menjalankan kewajibannya di Sevres dan terpaksa Pierre mengajar murid-murid yang banyak itu dan mengamat-amati pekerjaan mereka itu terpaksa kedua ahli ilmu fisika itu melanjutkan percobaan-percobaan mereka.
Sekali, hanya sekali itu saja, terdengar Pierre mengeluh. Dengan perlahan-lahan dikatakannya : “Alangkah sukarnya hidup yang kita pilih ini.
Mania hendak membantahnya, akan tetapi ia tak sanggup menyembunyikan perasaan takutnya. Apabila Pierre berputus asa sedemikian, bukankah berarti itu bahwa tenaganya telah sangat berkurang? Mungkin ia telah dihinggapi salah suatu penyakit parah yang tak mengetahui kasihan?
Dan mungkin dapat dipikul Mania keletihannya itu. Sejak beberapa bulan lamanya wanita ini telah dikejar-kejar pikiran kepada maikat maut.
“Pierre!
Sarjana itu berpaling dengan heran kepada Mania yang memanggilnya itu dengan suara tertekan mengandung takut.
“Ada apa, sayang?” “Mengapakah engkau?”
“Perre .... Sekiranya salah seorang dari kita menghilang.... sebaiknya yang lain itu jangan tinggal seorang diri. Tak dapat lagi kita hidup di luar yang lain, bukan?”
Dengan perlahan-lahan Pierre menggoyangkan kepala. Sebentar dipandangnya muka Mania yang bersedih itu dan dengan suara yang tegas dikatakannya : “Kau salah faham. Apapu yang terjadi, sekalipun kita harus bekerja serupa badan yang tak berjiwa, menjadi kewajiban bagi kita meneruskan pekerjaan kita itu.
BAB. XV : UJIAN DOKTORAL DAN PERCAKAPAN SELAMA LIMA MENIT
Pengetahuan tentang Radio Aktif semakin lama semakin maju. Dari tahun 1899, sampai tahun 1904 telah diumumkan suami isteri Curie kadang-kadang bersama-sama dan kadang saah seorang dari mereka berdua atau pun dengan kerja sama dengan beberapa orang rekan mereka tigapuluh dua buah laporan-laporan dalam lapangan Ilmu Pengetahuan :
Tentang gejala-gejala kimiawi dalam sinar radium. Marie Curie dan Pierre Curie, 1899.
Tentang berat atom (berat zarah) barium. Marie Curie.1900.
Zat-zat Radio Aktif yang baru dan pancarannya. Marie Curie dan Pierre Curie, 1900.
Tentang induksi Radio Aktif yang disebabkan oleh Radium. Pierre Curie dan Andre Debiarne, 1901.
Tentang zat-zat Radio Aktif. Marie Curie dan Pierre Curie. 1901.
Tentang berat zarah radium. Marie Curie. 1902.
Tentang mengukur waktu. Pierre Curie, 1902.
Tentang induksi Radio Aktif dan pancaran-pancaran radium. Pierre Curie, 1903.
Tentang kalor yang dipancarkan oleh radium. Pierre Curie dan A. Laborde. 1903.
Penyelidikan-penyelidikan tentang zat-zat Radio Aktif. Madame Curie, 1903.
Tentang Radio Aktif bermacam-macam gas yang keluar dari mata air panas. Pierre Curie dan A. Laborde, 1904.
Akibat sinar radium menurut ilmu fa’al tubuh. Pierre Curie, Ch. Bouchard dan V. Balrthazard. 1904.
Membaca rentaengan dari beberapa uraian-uraian yang terpenting ini, hendaknya juga direnungkan sejenak betapa tebal hasrat mereka hendak mengetahui, ketegaran hati penulis-penulisnya itu.
Walau pun berasal dari Perancis, dengan segera terkenal Radio Aktif itu, di luar negeri juga. Sejak tahun 1900 di tengah-tengah surat-surat yang ditanda tangani oleh para ahli-ahli ilmu pengetahuan yang termasyhur dari Ingris, Jerman, Austria, Denmark menghujani pondok di jalan Lhomond itu penuh pertanyaan-pertanyaan dan permintaan-permintaan. Suami isteri Curie selalu berhubungan surat dengan Sir William Crookes, profesor Suess dan Bolzmann dari Wien dan dengan ahli penyelidik Paulsen dari Denmark. Dalam surat-surat itu diberikan “orang tua”, radium itu kepada rekan-rekan mereka penjelasan-penjelasan dan hal-hal chusus, diteliti dari sudut tehnik, tentang radium itu. Dalam beberapa negeri para peneyelidik berikhtiar menemukan zat-zat Radio Aktif baru : hasilnya ialah Mosothorium, radiothorium, ionium, protoactinium dan timbel radium.
Dalam tahun 1903 dibuktikan oleh dua orang sarjana bangsa Ingris, Ramsay dan Soddy, bahwa radium senantiasa melepaskan gas sedikit-sedikit, yaitu Helium. Inilah pertama kalinya membuktikan bahwa zarah itu berganti-ganti. Tak berapa lama sesudah itu timbullah pikiran baru oleh Ruthorford dan Soddy, suatu pikiran yang juga telah diketahui oleh Madame Curie dalam tahun 1900. Berhubung dengan ini diumumkan kedua sarjana itu suatu teori yang menarik hati tentang perubahan-perubahan Radio Aktif. Diterangkan mereka bahwa unsur-unsur itu, sekali pun nampaknya tak berubah-ubah, selalu dengan sendirinya mengalami pertumbuhan dan bahwa semakin cepat transmormasi (perombakannya) itu, semakin pula kegiatannya.
Alangkah ajaibnya radium itu! Sebagai suatu chlorit rupanya ibarat bubuk kering berwarna putih yang menyerupai benar dengan garam dapur. Tetapi semakin banyak sifat-sifatnya yang mengagumkan akan terlihat. Pancaran yang menunjukan wujud radium itu kepada Madame Currie, ternyata jauh lebih kuat daripada segala dugaannya semula : dua juta kali lebih kuat pancarannya itu daripada pancaran uranium. Ilmu Pengetahuan telah menguraikannya, membaginya, dan terbagi menjadi lebih kecil lagi dalam tiga jenis sinar-sinar yang berlain-lainan yang timbul berubah-ubah menembus segala zat-zat setebal-tebalnya. Hanya dinding yng tebal dari tibel sajalah yang dapat menahan-nahannya dalam perjalanannya.
Radium itu adalah bayangannya : Dengan sendirinya dihasilkannya semacam zat yang bersifat gas, yaitu lepasan radium yang juga bersifat aktif danyang sekalipun ia tersimpn dalam tabung gelas selalu membunuh dirinya sendiri setiap hari menurut suatu kaidah yang tak dapat dialihkan. Gas semacam itu ternyata pada berbagai mata air panas.
Ada lgi suatu hal yang menggemparkan teori-toeri yang nampaknya dahulu menjadi dasar tak terganti untuk ilmu fisika : radium itu menghasilkan kalor. Kalor yang dihasilkannya dalam satu jam cukup untuk melebus es sebanyak timbangannya itu. Apabila ia dilindungi terhadap hawa dingin dari luar maka ia bertambah panas dan derajat panas itu dapat meningkat hingga sepuluh derajat atau lebih di atas panas kitarannya itu.
Untuk apakah radium itu tak berdaya? Di atas lempeng poteret ditinggalkannya cetakan-cetakan dengan menembusi kertas hitam; angkasa itu menjadi pengantar bagi listrik dan dengan cara demikian dapat ia dari jauh melepaskan elektroskop, labu-labu dari gelas tempatnya menjadi ungu muda dan ungu tua warnanya; kertas dan kapas pembungkusnya lambat laun di rusakannya sampai kedua bahan itu hancur lebur ... Bahwa ada pancarannya telah diketahui orang.
“Pancaran itu tak daapt dilihat pada siang hari.” Tulis madame Curie, “akan tetapi waktu senja dapat dilihat dengan gampang.” Cahaya yang dipancarkannya itu cukup terang buat membaca jika dalam gelap ia dipakai untuk menerangi.”
Teteapi masih ada lagi sifat radium itu yang lebih menakjubkan. Beberapa banyak zat-zat yang tak dapat memancar dengan sendirinya menjadi pendar fosfor karena radium.
Umpamanya intan :
“Intan menjadi pendar fosfor karena radium dan secara demikian dapatlah diperiksa keaslian intan itu, karena pancaran gelas sangat sedikit.”
Selain dari itu sinar radium itu bersifat “menular” seperti bau minyak wangi, seperti suatu penyakit. Tak mungkin membiarkan sesuatu benda, suatu tanaman, seekor binatang atau seorang manusia berdekatan dengan radium dalam tabung dengan tak mengakibatkan “aktif” bagi barang dan manusia itu. Tularan yang mengacaukan hasil-hasil percobaab-percobaan seksama oleh Pierre dan Mania itu merupakan musuh sehari-hari bagi mereka :
“Sambil mempelajari zat-zat yang radio aktifnya sangat kuat.” Tulis madame Curie, “ terpaksa kami mengambil tindakan-tindakan istimewa apabila kami hendak meneruskan mengukur dengan seksama. Berbagai benda yang dipergunakan dalam laboratorium kimiawi dan yang dipakai untuk percobaan-percobaan ilmu fisika, semuanya dengan segera menjadi Radio Aktif dan mempengaruhi lempeng potret dan menembusi kertas hitam. Debu dan hawa dalam bilik serta pakaian menjadi radio aktif. Udara dalam ruangan itu menjadi penghantar. Dalam laboratorium tepat kami bekerja itu sangat kami rasai kesulitan ini, karena tak ada lagi perkakas kami yang dapat disekat dari pancaran itu.”
Radio Aktif pancaran panas, menghasilkan Helium dan “emanasi” penghancuran denegan sendirinya ... Alangkah jauhnya sekarang dan teori-teori tentang madi pasti dan zarah yang tak berubah-ubah! Belum lima tahun berselang sarjana-sarjana berpendapat bahwa alam semesta ini hanya merupakan zat-zat pasti dan unsur-unsur yang selama-lamanya tak berubah-ubah karena kekal dan abadinya. Sekarang ternyatalah bahwa setiap detik bagian-bagian radium dengan sendirinya menghasilkan zarah helium yang dilepaskannya dengan suatu kekuatan besar. Hasil dari letusan-letusan kecil tetapi menakutkan itu, yang dinamakan madame Curie “Gempa-gempa perombakan zarah” adalah zarah gas emanasi yang mengurai dirinya sendiri sambil menghasilkan zat Radio Aktif lain yang hancur pula kembali. Demikianlah unsur-unsur Radio Aktif merupakan suatu keluarga yang ganjil dan ganas yang setiap anggotanya dilahirkan oleh pisahan dengan sendirinya dari induk-zat. Radium itu adalah “ketuunan” uranium sedang polonium itu keturunan radium.
Zat-Zat yang setiap kali dihasilkan itu menghancurkan dirinya sendiri pula menurut hukum yang kekal dan abadi : setia unsur Radio Aktif  kehilangan separoh dari zatnya dalam suatu masa yang senantiasa serupa lamanya dan dinamakan orang “kala”. Ribuan juta tahun tahun lamanya baru uranium itu kehilangan separoh dari zatnya itu, untuk radium “kala” itu adalah 4600 tahun; dua hari diperlukan untuk emanasi radium dan hanya beberapa detik untuk “keturunan-keturunan” dari emanasi itu.
Pada lahirnya tak bergerak-gerik, tetapi sebenarnya zat itu mengandung kelahiran, bentrokan, pembunuhan dan bunuh diri sendiri. Begitulah zat itu menyembunyikan kesedihan menurut undang-undang yang kekal dan abadi. Dalam zat itu tersimpul hidup dan mati.
Suatu mukjizat yang baru dan mengharukan : radium itu dapat merupakan sumbangan untuk bahagia manusia, karena ia dapat  dipergunakan sebagai teman seperjuangan untuk melawan mepnyakit yang ganas itu : Kanker.
Tatkala sarjana-sarjana bangsa Jerman, Walkhoff dan Giesel dalam tahun 1900 mengumumkan bahwa zat baru itu mempunyai pengaruh pada tubuh manusia maka dengan segera berseidalah Pierre Carie – dengan tak menghiraukan bahayanya – mengadakan tangannya pada pengaruh radium itu. Dengan perasan suka cita  dilihatnya bahwa timbullah suatu luka pada tangannya itu. Luka ini dipelajarinya, diikutinya gerak-gerik luka itu dan dengan tenang diuraikannya suatu laporan kepada Academie gejala-gejala yang dilihatnya :
“Kulit itu menjadi merah di permukaannya sebesar enam centimeter bujur sangkar; nampaknya semacam bekas terbakar, tetapi kulit itu tak merasa sakit atau pun hanya sedikit sekali terasa. Beberapa hari kemudian bekas merah itu bertambah merah walau pun luasnya tak bertambah; pada hari ke duapuluh bekas itu berkeruping dan sesudah itu timbullah suatu luka yang dibungkus oleh doktor; pada hari keempat puluh dua kulit ari itu mulai sembuh pada tepi-tepinya dan menjalar dengan perlahan-lahan ke tengah; limapuluh dua hari sejak sinar-sinar radium itu mempengaruhi tangan saya itu tinggallah pada tempat luka itu hanya suatu bekas seluas satu centimeter bujur sangkar yang berwarna keabu-abuan dan menunjukkan nekrosa yang lebih mendalam.
Harus say beritahukan juga bahwa tatkala madame Currie memindahkan beberapa centigram radium yang sangat Radio Aktif ini, ia juga mendapat luka bakar semacam ini, walau pun tabung kecil itu tersimpan dalam suatu peti dari logam. Selaind ari gejala-gejala yang sangat nyata ini kami melihat juga; selama kami menyelidiki zat-zat yang sangat Radio Aktif ini, beberapa gejala lain pada tangan kami. Kulit tangan kami mengerosong lebih cepat, ujung jari yang menyinggung tabung-tabung atau botol-botol yang berisi zat-zat Radio Aktif itu menjadi keras dan kadang-kadang sangat tersa sakitnya; pada salah seorang dari kami berdua sakit di ujung jarinya dan kira-kira dua pekan lamanya dan akhirnya kulitnya barah sisik, akan tetapi sampai sekarang sesudah dua bulan lamanya perasaan sakit itu masih belum menghilang seluruhnya.”
Tatkala Henri Becquerel mengantong sebuah tabung berisi radium, ia juga mendapat luka bakar dengan tak dikehendakinya ! Gembira dan marah ia bergesa-gesa ke rumah Curie melaporkan kejahatan “anak jahanam” mereka itu. Sebagai kesimpulan mengakhirinya dengan mengatakan : “Saya suka melihat radium itu, tetapi walau pun demikian saya marah padanya!.
“... Sesudah itu dicatat dengan segera hasil-hasil pengalamannya itu yang dimuat dalan tanggal 4 Juni 1901, di samping pengmatan-pengamatan oleh Pierre.
Tertarik oleh kekuasaan yang mengagumkan itu maka dipalarinya akibat-akibta yang ditimbulkan dari sinar radium jika dipancarkan apda binatang. Ia bekerja sama dengan dotor-doktor  yang sangat terkenal, seperti profesor Bouchard dan Balthazard. Tidak berapa lama maka mereka mendapat keyakinan sebagai berikut : Karena radium itu menghancurkan sel-sel yang sakit maka dapatlah ia menyembuhkan penyakit lupus, tumbuh ganda dan beberapa jenis pekung. Cara mengobati ini di kemudian hari dinamakan terapi Curie. Doktor-doktor bangsa perancis (Daulos, Wiekam, Dominici, Degrais dsb) pertama kalinya mempergunakan pengobatan semacam ini dengan mendapat hasil yang baik. Dipakai mereka tabung-tabung berisi emanasi radium yang dipinjamkan Pierre Curie dan Madame Curie kepada meraka.
“Akibar sinar radium pada kulit dipelajari oleh dr. Daulos di rumah sakit St. Louis: tulis Mania. “Dalam beberapa hal radium itu memberikan hasil-hasil yang menggembirakan : kulit yang oleh akibat radium itu dihancurkan sebagian timbul kembali dalam keadaan yang sehat.”
Radium itu telah memberikan manfaat-manfaat yang besar!
Dapatlah difahamkan bagaimana akibat-akibat kenyataan semacam ini. Menghasilkan unsur yang baru itu bukan saja mempunyai arti dalam lapangan ilmu pengetahuan, tetapi radium itu merupakan zat yang dibutuhkan pula, radium itu menjadi pembawa manfaat. Mulailah timbul perindustrian radium!
Pierre dan Mania mengamat-amati pekerjaan industri ini dalam taraf permulaannya karena hanya dengan nasihat-nasihat merekalah perindustrian dapat berjalan. Dengan tangan mereka – terlebih-lebih berkat tangan Mania – terciptalah gram pertama dari radium yang pernah dibuat dengan mengerjakan delapan ton ampas pekblenda dalam sebuah pondok dekat sekolah Ilmu Fisika dan menurut cara bekerja yang dipikirkan mereka sendiri. Lamabat laun tertarik perhatian khalayak ramai oleh sifat-sifat radium itu dan suami istri Curie mendapat bantuan secukupnya untuk mengatur penghasilan radium secara besar-besaran.
Pembuatan radium secara besar-besaran itu dimulai di bawah pimpinan Andre Debiarne di Societe Centrale de Proudits Chimiques yang bersedia melaksanakannya dengan tak mengambil lama. Dalam tahun 1902 diberikan Academie de Sciences bantuan sejumlah dua puluhn ribu france kepada suami isteri Curie “untuk menghasilkan zat-zat Radio Aktif.” Dengan segera dimulailah mengerjakan lima ton bijih.
Dalam tahun 1904 timbullah pikiran seorang pengusaha indudstri bangsa Perancis yang ternama dan cerdik, yaitu Armet de Lisle, mendirikan kilang pembikinan radium yang akan menyampaikannya kepada para doktor guna menyembuhkan tumbuh ganda yang ganas (kanker ganas). Kepada Pierre dan Mania ditawarkannya sebuah ruangan berdampingan dengan kilang itu sehingga dapatlah mereka melaksanakan pekerjaan mereka di sana yang sampai sekrang tak dapat lagi dikerjakan mereka karena kecilnya laboratorium kayu mereka itu. Suami isteri Curie mendidik teman sekerja mereka seperti F. Haudepin dan Yaques Danne yang diserahi oleh Armet de Lisl membikin zat yang berharga itu.
Mania tak sudi berpisah dengan radium segramnya yang pertama. Kelak akan dihadiahkannya itu kepada laboratoriumnya itu. Tak akan ada harganya yang lain selain dari daya upaya yang dipakainya untuk mencapai hasil itu. Apabila kelak pondoknya itu telah runtuh karena apekerjaan perombakan dan manakala madame Curie tak hidup lagi maka radium yang segram itu, akan tetap merupakan lambang yang gilang gemilang dari suatu pekerjaan mulia dan masa pahlawan dari hidup dua orang manusia.
Radium yang bergram-gram banyaknya dihasilkan sesudah itu, mendapat nilai yang lain – nilai emas. Setelah radium itu diperniagakan maka itulah salah satu dari zat-zat yang termahal di dunia ini : harganya ditaksir tujuhratus limapuluh ribu franc emas segram.
Zat luhur semahal itu patutlah dihormati : Dalam bulan Januari 1904, diterbitkanlah nomor pertama dari majalah bulanan Radium yang semata-mata membicarakan zat-zat Radio Aktif.
Radium itu telah mendapat harga dagangan. Sekarang ada kursnya dan ada surat kabarnya. Pada kepala surat-surat dari kilang Arment de Lislet tercantumlah :
GARAM RADIUM – ZAT RADIO AKTIF
Alamat kawat : “Radium-Negent-sur-Marne.”
Hasil pekerjaan sarjana-sarjana dari berbagai negeri ini, ciptaan suatu perindustrian, usaha-usaha pertama untuk cara pengobatan yang utma itu adalah terwujud, berkat seorang wanita muda berambut putih-kuning, yang karena dorongan gairahnya hendak mengetahui segala-galanya, dalam tahun 1897 memilih dan mempelajari sinar Becquerel sebagai pokok untuk disertasinya. Karena diangkanya ada zat yang gbaru dan karena ia berserta suaminya membuktiakn wujud zat itu dan karena ia berhasil menyekat radium murni maka karena itulah tercipta ini semuanya.
Pada tanggal 25 Juni 1903, berdirilah wanita muda ini dihadapan papan tulis hitam dalam sebuah ruangan kecil di Sorbonne yang disebutkan “Bilik Mahasiswa” yang dapat dicapai dengan menaiki sebuah tangga tersembunyi dan melilit. Telah lebih lima tahun berselang sejak dimulai Mania disertasinya itu. Diseret oleh angin puyuh penemuan yang mengagumkan itu, telah lama ditundanya ujian dotoralnya itu karena tak sempat ia mengumpulkan bahan-bahan untuk itu. Sekrang ia berhadapan dengan hakimnya. Seperti biasa telah dipertimbangkannya kaidah-kaidahnya kepada para pengujinya, tuan-tuan Lippmann, Bouty dan Moissan : “Penyelidikan zat-zat Radio Aktif oleh Madame Sklodowski-Curie.” Dan “Suatu kejadian yang luar baisa – ia telah membeli baju yang baru dari bulu domba hitam dan sutera. Atau lebih tepat dikatakan : Bronia datang ke Paris hendak mendengar cara Mania mempertahankan kaidah-kaidahnya itu. Ia berkeberatan adiknya itu berpakaian papa semacam itu sehingga dipaksanya Madame Curie itu masuk sebuah toko pakaian. Bronia-lah yang menjamah rupa-rupa kain dan menyuruh membikin beberapa perubahan dengan tak menghiraukan muka marah adiknya tiu. Apakah masih diingat kaka-beradik itu bahwa tepat duapuluht ahun yang lampau begitu jugalah Mania diurus pakaiannya oleh Bronia. Hari pada masa itu semarak. Mania berpakaian hitam seperti sekarang ini harus menerima bintang emas dari tangan seorang pegawai bangsa Rusisa karena ia tamat dari gymnasium ....
Madame Curie berdiri tegap lurus. Mukanya yang pucat iru telah menunjukkan tanda-tanda perjuangannya yang memberikan kemenangan baginya karena pada dahinya yang lebar itu telah nampak kisut-kisut sedikit. Para ahli ilmu fisika dan ilmu kimia berdesak-desakan dalam ruangan yang disinari cahaya matahari terang benderang itu. Karena pentingnya penyelidikan yang akan menjadi pokok pembicaraan itu maka datang berkerumun para ahli ilmu pengetahuan, sehingga terpaksa ditambah tempat duduk di ruangan itu.
Doktor Curie, Pierre Curie dan Bronia dduduk di belakang dikerumuni mahasiswa. Dekat mereka duduk beberapa anak gadis muda remaja yang tidak berhenti bercakap-cakap: itulah anak gadis dari Sevres, murid-murid Madame Curie yang datang untuk memberi sorak guru mereka itu.
Ketiga apenguji dengan berpakaian rok duduk di belakang meja kayu yang panjang. Satu persatu mereka mengajuan pertanyaan-pertanyaan kepada kandidat ujian itu dan dengan suara halus dijawaba Mania pertanyaan-pertanyaan itu kepada Bouty, Lippmann, gurunya pertama dengan mukanya yang bersemangat itu dan akhirnya kepada Moissan dengan janggutnya yang panajng dan mengagumkan itu. Dengan sepotong kapur tulis disuratkannya sewaktu-waktu salah satu rumus yang penting di papan tulis di hadapannya itu. Hasil-hasil penyelidikan-penyelidikannya itu diterangkannya dengan kalimat-kalimat tehnik dengan tak memakai kata-kata sifat yang bagus-bagus. Akan tetapi dalam pikiran para ahli ilmu fisika yang mengelilingansekarang tua dan muda, guru-besar dan murid, telah menjadi satu “Transmutasi” yang lain. Kata-kata yang diucapkan Mania itu dengan tak bersemangat menjadi bersemangat dan bergairah : memberikan bayangan salah satu penemuan yang terpenting dalam abad-abad terakhir ini.
Para sarjana tak menyukai berkata fasih dan tambahan-tambahan yang tak perlu. Untuk memberikan derajat doktor kepada madame Currie maka dipergunakan hakim-hakim dari Faculte des Sciences itu pula lah kata-kata sederhana; tetapi kata-kata ini karena bersahajanya itu tigapuluh tahun kemudian mengharukan pembacanya.
Lippmann, ketua melafalkan rumus yang telah terpatok itu sebagai berikut :
“Unipersitet Paris memperkenankan kepada nyonya derajat doktor ilmu fisika dengan tambahan cum laude.
Apabila tepukan sederhana telah menghilang maka secara teman disambungnya : “Dan atas nama para penguji dengan segala senang hati saya ucapkan selamat kepada nyonya.”
Beberapa waktu sebelum promosi ini dan sebelum di Perancis dan di negeri lain berdiri industri radium mka telah diambil Pierre dan Mania suatu keputusan yang untuk mereka tak ada artinya akan tetapi sangat mempengaruhi hidup mereka selanjutnya.
Sejak diketahui orang sifat-sifat pengorbanan oleh radium itu, dimana-mana dicari oleh orang biji-biji yang mengandung radio aktif. Dalam beberapa negeri dibangunkan perusahaan-perusahaan, terlebih-lebih di Belgia dan Amerika. Akan tetapi kilang-kilang itu tak dapat menghasilkan “Logam ajaib” itu selama insinyur-insinyur mereka tak mengetahui rahasia membikin radium murni itu.
Hal ini dipertimbangkn Pierre kepada istrinya pada suatu hari Minggu di rumah mreeka di jalan Kellermann. Mereka baru menerima surat dari Amerika Serikat. Setelah dibaca oleh sarjana itu isi suratnya dengan penuh perhatianmaka, dilipatnya dan diletakkannya di atas meja tulisnya.
“Baiklah kita bicarakan dulu radium kita ini, kata Pierre dengan tenang. “Perindustrian radium ini akan mendapat kemajuan yang pesat, ini sudah pasti. Baru saja datang surat dari Buffalo : Beberapa orang tehnik ingin mendirikan perusahaan di Amerika dan meminta kepada kita keterangan-keterangan yang diperlukan.
“Mengapa? Dan tanya Mania yang tak seberapa tertarik hatinya karena percakapan semacam ini.
“Sekarang kita dapat memilih antara dua kemungkinan. Dengan tak ada batasnya menguraikan hasil-hasil penyelidikan-penyelidikan kita, termasuk di dalamnya cara-cara membersihkan radium itu ...
Dengan tak dipikirkannya lebih panjang diberikannya tanda persetujuannya sambil bersungut. “Ya tentu.
“Atau pun Pierre menyambung, “kita memandang diri kita sebagai pemilik, sebagai “Orang yang mendapat” radium itu. Dalam hal ini kita harus meminta paten sebelum kita umumkan caranya engkau mengerjakan pekblenda itu dan harus kita jaga supaya kita tetap mempunyai hak atas pembikinan radium dalam kilang-kilang di seluruh dunia ini.
Ia berikhtiar menjelaskan keadaan sebenarnya dengan tak memihak. Bukanlah salahnya apabila ia sewaktu mengucapkan perkataan “paten” yang tak berapa dikenalnya, terdengar suaranya. Maka ia pun berkata : “Mustahil itu. Karena ini bertentangan dengan semangat Ilmu Pengetahuan.
Muka muram Pierre berseri kembali. Akan tetapi terpaksa ia rasanya mendesak sebentar : “Begitu jugalah pendapat saya ... akan tetapi janganlah hendaknya kita ambil putusan ini dengan tergopoh-gopoh. Hidup kita banyak kesukarannya – dan tentulah begini juga seterusnya. Kita mempunyai seorang anak; mungkin bertambah lagi. Bagi mereka dan bagi kita sendiri paten itu akan berarti : uang yang banyak, kekayaan. Berkat paten itu dapatlah terjain hidup yang lebih senang untuk kita dan dapatlah ditinggalkan beberapa pekerjaan .... Sambil tersenyum dikatakannya lagi : “Daapt jugalah kita mempunyai laboratorium yang bagus.
Mendengar ini mata ania berseri-seri. Dengan sungguh-sungguh dipertimbangkannya soal laba, soal penghargaan jasmani. Akan tetapi hampir pada saat itu juga ditolaknya pikiran laba itu : “Para ahli ilmu fisika selalu mengumumkan penyelidikan-penyelidikan mereka dengan tak ada kecualinya. Kalau penemuan kita ini mempunyai harga dalam dunia perniagaan, adalah itu suatu hal kebetulan yang tak boleh menimbulkan kemungkinan mendapat laba bagi kita; radium itu harus dipergunakan untuk menyembuhkan orang-orang sakit.. Menurut pikiran saya mustahil kita mengambil untung dari keadaan ini : Sekali-kali tak dicobanya menginsyafkan suaminya itu : dugaannya ialah bahwa Pierre hanya aberbicara sebagai ketegasan pikirannya. Dengan segala kepastian perkataan-perkataannya itu mengucapkan pendapat mereka berdua, tafsiran mereka yang yang tak dapat diobrak-abrikan tentang kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang sarjana.
Setelah ia diam sebentar maka diulangi oleh Pierre kata-kata Mania itu laksana kumandang : “Tidak bertentangan itu dengan semangat Ilmu Pengetahuan. Pierre lega dada dan seolah-olah ia hendak memperbaiki sesuatu yang tak penting disambungnya : “Nanti malam saya akan menulis surat kepda insinyur-insinyur di Amerika itu dan memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan mereka itu.
“Dengan persetujuan saya” ditulis madame Curie duapuluh tahun kemudian, “Pierre Curie memutuskan tak mengambil untung dari penemuan kami itu : tak ada kami ambil paten dan dengan tak ada batasnya kami berikan segala keterangan tentang hasil-hasil penyelidikan kami itu dan begitu pula cara membikin radium itu. Selain dari itu kami beri penjelasan kepada mereka yang memintanya. Ini merupakan suatu manfaat besar bagi industri Radium yang dapat berkembang dengan segala kebebasan, mula-mula di Perancis, kemudian juga di luar negeri; karena ini jugalah dapat para sarjana dan doktor memperoleh bahan-bahan yang dibutuhkan mereka. Perindustrian itu ssampai sekarang masih tetap memakai cara yang kami tunjukkan itu.
... Buffalo Society of Natural Science memberikan kepda saya sebagai “kenang-kenangan” sebuah pengumuman tentang perkembangan perindustrian radium di Amerika Serikat dengan reproduksi potret dari surat-surat yang memuat jawaban-jawaban jelas yang diberikan oleh Pierre Curie atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan insinyur-insinyur Amerika itu kepadanya” (1902 – 1903). Seperempat jam sesudah percakapan pada suatu hari Minggu itu maka Pierre dan Mania telah naik kereta angin melalui gerbang-gerbang Gentilly pergi ke arah hutan-hutan Chamart. Untuk selama-lamanya mereka telah memilih antara kemiskinan dan kekayaan. Malam itu mereka kembali di rumah letih lesu dengan karangan-karangan bunga di tangan mereka.
BAB. XVI : MUSUH YANG BERNAMA KEMEGAHAN
Swis, negara yang pertama kali menawarkan kepada suami isteri suatu kedudukan yang selaras dengan jasa-jasa nereka – ingatlah surat dari Unipersitet Geneva itu – tetapi negeri Inggris juga yang pertama-tama memberikan tanda penghormatan bagi mereka.
Di negeri Perancis pekerjaan-pekerjaan mereka itu telah beberapa akali dianugerahi bintang oleh pihak Ilmu Pengetahuan : Dalam tahun 1895 Pierre menerima bintang Plante dan dalam tahun 1901 bintang Lacaze. Madame Curie mendapat bintang Gegner sampai tiga kali. Tetapi tanda penghormatan yang lebih tinggi adalah dterima mereka tatkala dalam bulan Juni 1903 mereka mendapat undangan resmi dari Royal Institution agar mengadakan ceramah tentang radium. Ahli Ilmu Fisika itu menerima undangan itu dan ia berangkat bersama-sama dengan isterinya ke London.
Lord Kelvin yang tak asing lagi bagi mereka, mengelu-elukan mereka dengan muka yang berseri-seri sebagai seorang sahabat lama. Orang tua yang telah termasyhur itu memandang dirinya turut merasa bangga karena penyelidikan-penyelidikan suami isteri itu seolah-olah ia juga turut mencapai hasil-hasil yang gilang gemilang mereka itu. Laboratoriumnya diperlihatkannya kepada mereka itu dan sambil berjalan-jalan dipegangnya bahu Pierre Curie. Kepada pembantu-pembantunya diperkenalkannya dengan girang hati yang terharu buah tangan yang dibawa tamunya itu dari Perancis, yaitu suatu hadiah istimewa bagi seorang ahli ilmu fisika : Sepotong radium yang sangat besar harganya tersimpan dalam sebuah botol berperut besar. Pada malam ceramah itu Lord Kelvin duduk di sisi Madame Curie – wanita yang pertama-tama dibenarkan menghadiri pertemuan Royal Institution. Dalam ruangan yang penuh padat itu hadir semua sarjana-sarjana bangsa Ingris : Sir William Crookes, Lord Rayleigh, Lord Ave Bury, Sir Frederic Bramwell, Sir Oliver Lodge, Profesor-profesor Dewar, Ray Lankerter, Ayrton, S.P. Thomson, Amstrong ... Dalam bahasa Perancis dan dengan suara perlahan-lahan diuraikan Pierre sifat-sifat radium itu. Sesudah itu dimintanya memadamkan lampu dan ditunjukan beberapa percobaan-percobaan yang menarik hati : berkat kekuatan sihir radium itu dilepaskannya dari jauh sebuah elektroskop emas-kertas, dibikinnya tabir dari sulfat-seng menjadi pendar fosfor, dibuatnya cetakan-cetakan di atas lempeng potret dengan menembusi kertas hitamdan didberikannya pertunjukkan-pertunjukkan tentang pancaran panas oleh zat yang luar biasa itu.
Gairah yang meluap-luap pada malam itu esok harinya masih nampak pengaruhnya : seluruh London ingin melihat “orang tua”  radium itu dari dekat. “Profesor dan amdame Curie” diundang untuk jamuan-jamuan makan dan pesta-pesta besar.
Pierre dan Mania menghadiri resepsi-resepsi yang semarak; mereka mendengarkan pidato-pidato yang gmenghormati mereka yang dijawabnya dengan ucapan terima kasih secara ringkas. Pierre yang berpakaian rok agak amoh yang juga dipakainya waktu mengajar di P.C.N.; sangat sopan-santunya akan tetapi walau pundemikia nampaknya pikirannya sedang melayang-layang seolah-olah tak diinsyafinya bahwa semua penghormatan adalah untuk dia. Mania tak senang rasanya melihat pandangan mata ribuan orang itu kepada dirinya – kepada Mania yang merupakan seekor binatang tontonan, makhluk ajaib; seorang wanita yang bekerja sebagai ahli ilmu fisika! Pakaiannya kehitam-hitaman berleher tinggi dan tangannya yang telah dirusakkan hamud-hamud itu tak ada perhiasannya : bahkan cincin kawin pun tak ada menghgiasi jari-jarinya. Berdekatan dengan dia cemerlang intan-intan yang sangat indah dari seluruh kerajaan menghiasi leher-leher telanjang. Dengan suka cita yang bukan buat-buatan dilihat Mania intan permata itu dan ia heran melihat bahwa suaminya yang biasanya melayang pikiran itu juga memandang kalung-kalung laksana “sungai-sungai” itu dengan penuh perhatian.
“Tidak kusangka bahwa orang memakai permata sebanyak itu, katanya kepada Pierre tatkala ia berganti pakaian malam itu. “Alangkah indahnya!
Suaminya tertawa : “Kau tau, bahwa waktu makan saya tak tahu apa akan kuperbuat dan karena itu saya memikirkan suatu permainan : saya hitung berapa banyak laboratorium mungkin dapat dibelanjai dengan intan permata yang dipkaia oleh perempuan-perempuan itu masing-masing untuk menghiasi leher mereka. Sewaktu saat berpidato itu hitungan saya telah merupakan suatu bilangan falaki, demikian banyaknya gedong yang dapat dibelanjai dengan permata-permata itu!
Beberapa hari sesudah itu suami isteri Curie kembali ke pondok mereka itu di Paris. Di London mereka telah mengikat pertalian silaturahmi yang tulus ikhlas dan mendapat pembantu-pembantu yang sudi bekerja sama dengan mereka : bersama-sama dengan seorang rekan bangsa Inggris akan diumumkan Pierre suatu uraian tentang gas-gas yang dilepaskan bromit-radium.
Bangsa Inggris setia pada orang-orang yang mereka junjung tinggi. Dalam bulan Nopember 1903 diterima suami istrei Curie sepucuk surat dari London memberitakan bahwa Royal Institution telah menganugerahkan bintang Davy kepada mereka sebagai tanda penghargaan setinggi-tingginya.
Mania yang kurang sehat badannya, tak turut mengikuti suaminya ke upacara penerimaan bintang itu. Sekembali dari Inggris, dibawa Pierre sebuah bintang emas pejal dengan ukiran nama mereka. Dicarinya suatu tempat yang sepantasnya untuk itu di rumahnya di jalan Kellemann itu. Karena canggungnya ia kehilangan bintang itu, tetapi didaatnya akembali ... Dengan sekonyong-konyong diketahuinya suatu pikiran baik dengan membereikan bintang itu kepada anaknya Irene yang berumur enam tahun itu yang menyambutnya seperti menyambut suatu hari pesta.
Kepada teman-temannya yang mengunjungi mereka diperlihatkannya bagaimana senangnya hati anak itu bermain-main dengan permainannya yang baru itu.
“Irene gemar sekali bermain-main dengan uang kelip besarnya yang baru itu, katanya sebagai kesimpulan.
Dua perjalanan dekat yang semarak, seorang anak kecil yang bermain-main dengan sebuah mata uang dari emas ... Inilah awal permainan musik symphoni yang segera akan menyusul irama azmatnya yang pertama.
Sekali ini yang memberikan tanda mulai ialah dari negeri Swedia.
Pada rapat umunya yang semarak pada tanggal 10 Desember 1903 diumumkan Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan di Stockholm bahwa anugerah Nobel buat ilmu fisika tahun itu teruntuk bagi Henri Becquerel seperdua bagian dan yang separoh lagi bagi nyonya dan tuan Curie sebgai penghargaan jasa-jasa mereka berhubung dengan penemuan-penemuan mereka dalam lapangan radio aktif.
Pada upacara itu tak seorang pun dari mereka berdua yang hadir. Atas nama mereka diterima duta Perancis ijazh-ijazah dan bintang-bintang itu dari tangan raja Swedia. Karena bertimbun-timbun banyaknya pekerjaan mereka terganggu tak sampai hati Pierre dan Mania berjalan begitu jauhnya pada pertengahan musim dingin.
Profesor Aurivillius menulis kepada suami isteri Curie pada tanggal 14 Nopember 1903.
“Seperti telah saya beritakan dengan kawat telah diputuskan Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan Swedia dalam rapatnya apda tanggal 12 Nopember bahwa separoh dari anugerah Nobel untuk ilmu fisika tahun ini teruntuk bagi tuan dan nyonya sebagai tanda penghargaan percobaan-percobaan luar biasa oleh tuan dan nyonya dengan seinar Becquerel.
Sebelum tanggal 10 Desember putusan-putusan saksi-saksi yang bertugas menentukan pembagian-pembagian anugerah-anugerah akan dirahasiakan akan tetapi pada pertemuan umumnya yang semarak pada tanggal tersebut keputusan-keputusan itu akan diserahkan ijazah-ijazah dan bintang-bintang emas bersangkutan dengan anugerah Nobel ini.
Atas nama Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan Swedia saya harap tuan dan nyonya sudi hadir sendiri menerima anugerah-anugerah ini.
Menurut peraturan dalam pasal 9 dari anggaran dasar yayasan anugerah Nobel, tuan dan nyonya berkewajiban dalam enam bulan sesudah pertemuan itu mengadakan ceramah di hadapan umum tentang gpekerjaan tuan dan nyonya yang mendapat anugerah itu. Sekiranya tuan dan nyonya datang ke Sctockholm pada tanggal tersebut di atas, sebaiknyalah jika tuan dan nyonya menunaikan kewajiban ini beberapa hari sesudah pertemuan itu, manakala saat ini sesuai denganr ancangan tuan dan nyonya.
Pierre Curie menulis pada profesor Aurivillius pada tanggal 19 Nopember 1903 :
“Kami mengucapkan terima kasih banyak atas penghormatan Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan Swedia terhadap diri kami dengan memperkenankan seperdua bagian dari anugerah Nobel untuk ilmu fisika pada kami. Kami harap tuan sudia menyampaikan uacapan terima kasih kami ini kepada Akademi tersebut akan tetapi sukar sekali bagi kami datang ke Stockholm yang semarak itu pada tanggal 10 Desember yang akan datang.
Tak mungkin kami dapat meninggalkan kota ini menjelang tanggal tersebut berhubung dengan tugas pengajaran-pengajaran kami yang akan terbengkelai karena perjalanan itu. Sekiranya kami datang menghadiri rapat itu maka tak akan banyak waktu terluang bagi kami sehingga hampir tak ada kesempatan bagi kami berkenalan dengan para sarjana Swedia. Selaind ari itu madame Curie gering semusim panas ini dan sekarang pun ia belum sembuh seluruhnya.
Karena itu saya harap tuan sudi menunda kedatangan kami ke Stockholm dari ceramah kami itu sampai suatu saat yang lain. Umpamanya pada waktu Paskah, atau lebih baik lagi kami pada pertengahan bulan Juni, dapatlah kami datang ke Stockholm.”
Baiklah setelah kata-kata hormat dan resmi ini dikutip, kita kutip pula sepucuk surat yang lain – surat yang mengagumkan – ditulis oleh Mania dalam bahasa Polandia kepada abangnya. Tanggal surat itu patut diperhatikan benar : 11 Desember 1903, sehari setelah pertemuan umum di Stockholm itu. Hari pertama yang penuh dengan kemegahan. Bukankah ini peristiwa yang luar biasa yang dialaminya ini? Belum pernah terjadi seorang wanita ternama dalam lapangan Ilmu Pengetahuan yang seakan-akan hanya teruntuk bagi kaum laki-laki. Ia-lah srjana wanita yang termsyhur di dunia ini.
Madame Curie kepada Yosep pada tanggal 11 Desember 1903 :
“Surat-surat kamu berdua itu telah kami terima dengan ucapan terima kasih. Janganlah lupa menyampaikan ucapan terima kasih kami untuk Manusia (anak Yosep) berhubung dengan suratnya yang ditulisnya dengan rapi itu dan yang sangat menggembirakan hati saya. Begitu ada waktu terluang bagi saya, lantas saya hendak membalas suratnya itu.
Pada permulaan Nopember ssaya kena penyakit influenza dan sebagai bekasnsya saya masih batuk sedikit. Saya telah pergi ke dokter Landdrieux yang memeriksa paru-paru saya, tetapi tak ada sesuatu yang menguatirkan dilihatnya. Akan tetapi katanya saya kurang darah. Walau pun demikian saya tak merasa lemah dan dapat saya mengusahakn lebih banyak pekerjaan dari di musim rontok dengan tak meletihkan saya terlampau banyak.
Suami saya, berangkat ke London menerima bintang Davy yang dianugerahkan kepada kami. Saya tak ikut kesana, karena saya kuatir akan terlampau banyak meletihkan saya.
Sekarang kami mendapat seperdua bagian dari anugerah Nobel. Tidak saya tahu dengan pasti berapa jumlah uang itu, saya pikir kira-kira tujuhpuluh ribu franc, suatu jumlah uang gyang sangat besar bagi kami. Aay belum tahu apabila kami berangkgat ke Stockholm. Kami harus berceramah di sana dalam enam bulan sesudah tanggal 10 Desember. Kami tak hadir pada pertemuan yang semarak itu, karena terlampau susah bagi kami berangkat ke sana pada musim ini. Saya merasa tak cukup kuat saya untuk pergi ke sana sekarang (48 jam dengan tak ada hentinya dan lebih lama lagi jika bermalam di teengah jalan) di waktu musim dingin sangat, ke suatu negeri yang dingin, sedang hanya tiga atau empat hari kami dapat tinggal di sana : hanya dengan susah payah mungkin dapat kami tunda pengajaran-pengajaran kami buat beberapa waktu lamanya. Barangkali waktu Paskah baru dapat kami berangkat ke Stockholm dan ketika itulah akan kami terima uang itu.
Kami dibanjiri surat-surat dan kunjungan-kunjungan oleh ahli potret dan para wartawan. Karena banyaknya, kadang-kadang timbul keinginan hendak menyuruk ke dalam tanah. Dari Amerika kami mendapat tawaran mengadakan ceramah-ceramah tentang pekerjaan kami ini dan kami ditanya berapa kami minta untuk itu, akan tetapi syarat-syarat mana pun ditawarkan pada kami, kami telah bertekad akan menolaknya. Dengan susah payah telah dapat kami menarik diri dari segala jamuan pesta yang hendak disuguhkan kepada kami. Kami menolaknya dengan sekeras-kerasnya sehingga timbul keinsyafan bahwa sesungguh-sungguhnya lah tak dapat kami ubah tekad kami itu.
Irene sehat dan segar bugar. Ia sekolah di suatu sekolah yang agak jauh dari rumah kami. Di Paris ini sulit mendapat sekolah yang baik untuk anak-anak kecil.
Terimalah peluk cium saya dan saya harap janganlah lupakan aku ini.”
Anugerah Nobel yang dengan sekonyong-konyong menyebabkan pierre dan Mania termasyhur itu, bagi Mania hanya satu artinya : sejumlah tujuh puluh ribu franc telah dianugerahkan para sarjana Swedia kepada mereka sebagai dua rekan yang berjasa dan karena itu “tidaklah bertentangan dengan semangat Ilmu pengetahuan menerimanya. Pada tanggal 2 Januari 1904, ditambahkanlah cek yang membawa bahagia itu, kepada uang tabungan mereka yang sedikit itu di kantor cabang di jalan de Gobelins. Sekarang dapatlah Pierre meninggalkan sekolah tempat ia mengajar selama ini dan ia digantikan oleh seorang ahli ilmu fisika yang ternama : Paul Langevin, salah seorang dari bekas murid-muridnya. Maka Suami Isteri Curie itu pun menggaji seorang embatu yang dijanjikan dengan samar-samar oleh Unipersitet kepada mereka. Sebagai pinjaman di kirim Mania sejumlah duapuluh ribu kron Austria kepada suami isteri Dluski untuk memudahkan mendirikan sanatorium mereka itu. Bagi harta yang tak besar itu (yang segera ditambah pula dengan limapuluh ribu franc dari anugerah Osiris separoh bagi madame Curie dan Edouard Branly) dibagi sama-sama untuk surat-surat sero perusahaan-perusahaan Perancis dan obligasi-obligasi dari kota Warsawa.
Dalam buku kas hitam Mania tercatat beberapa pengeluaran uang yang lain. Hadiah-hadiah uang dan pinjaman kepada abang Pierre, kepada kakak-kakak Mania – kebajikan-kebajikan yang senantiasa merupakan jumlah-jumlah kacil berhubng dengan sifat hemat Pierre dan Mania. Selaind ari itu iuran-iuran untuk perkumpulan-perkumpulan Ilmu Pengetahuan.
Pemberian-pemberian kepada mahasiswa-mahasiswa bangsa Polandia; kepada teman-teman Mania, kepada pekerja-pekerja di laboratorium, kepada seorang anak gadis miskin dari sevres ... Mania teringat nama nama seorang wanita yang sangat miskin dan dahulu pernah memberikan pelajaran bahasa Perancis untuk Mania dengan Cuma-Cuma, yaitu bernama encik de Saint-Aubin, sekarang nyonya Kozlowska, lahir di Dieppe, kawin dan tinggal di Polandia, yang angan-angannya ialah melihat tanah airnya kembali; Maka manisa mengirim surat sambil mengundangnya datang ke Perancis bermalam di rumahnya dan dibayarnya ongkos perjalanannya dari Warsawa ke Paris dan dari Paris ke Dieppe, hal ini diceritakan perempuan itu kelak kepada teman-temannya dengan air mata bercucuran kegirangan hati menerima kebajikan yang tak disangka-sangkanya itu.
Kebajikan-kebajikan ini dipikirkan Mania lebih dahulu dengan matang-atang dan dilaksanakan denga dia-diam. Bukan kemurahan hati yang berlebih-lebihan, bukan tingkah-tingkah; maksudnya ialah seumur hidupnya membantu semua orang yang memerlukan bantuannya. Membantu ini hendak dilaksanakannya selaras dengan kesanggupannya agar dapat diteruskannya selama-lamanya. Juga untuk dirinya sendiri dipikirkannya perbaikan rumahnya di jalan Kellermann itu dilengkapinya dengan sebuah kamar mandi yang moderen dan salah satu dari kamar-kamarnya disuruh memperbarui kertas dindingnya, tetapi tak ada timbul dalam pikirannya membeli topi baru berhubung dengan anugerah Nobel itu. Walau pun ia mendesak supaya ditinggalkan Pierre sekolahnya, ia sendiri tetap mengajar di Serves. Ia suka melihat murid-muridnya itu dan ia merasa sanggup meneruskan pelajarannya yang memberikan penghasilan pula baginya.
Pierre dan Mania merasa berbahagia melihat penemuan mereka dihargai sepantasnya oleh anggota-anggota Perkumpulan Swedia itu dan mereka merasa beruntung juga apabila mereka di antara ucapan-ucapan selamat menerima surat-surat yang bergairah dari orang-orang yang mereka junjung tinggi. Kegemmbiraan sanak saudara mereka mengharukan hati mereka dan uang sejumlah tujuh puluh ribu franc itu meringankan beban sehari-hari mereka. Seliannya --- “selainnya” yang diingini orang-orang lain dengan sangat sehingga mereka sampai hati melakukan perbuatan-perbuatan durjana untuk mencapainya itu – bagi mereka merupakan rintangan-rintangan yang mengusik mereka.
Salah faham yang terus menerus memisah mereka dari khalayak ramai yang ingin menunjukkan nuraga mereka terhadap suami isteri Curie yang dalam tahun 1903 nampaknya mengalami saat yang terpenting dalam hidup mereka. Mereka telah berusia yang memberikan kesempatan bagi mereka – berkat akal budi dan pengalaman mereka mencapai suatu puncak kesempurnaan. Dalam suatu pondok yang tiris hujan mereka telah berhasil menemukan radium yang menawan hati seluruh dunia, akan tetapi dengan itu panggilan sukma mereka belum selesai. Masih banyak yang mereka pikirkan. Mereka ingin bekerja, mereka harus bekerja!.
Kemegahan tak dihiraukan mereka; hari kemudian yang diidam-idamkan Pierre dan Mania itu. Kemegahan itu menangkap mereka, menggenggam mereka ddengan segala kekuatannya dan berikhtiar menghalang-halangi kemajuan mereka. Setelah diketahui umum bahwa mereka mendapat anugerah Nobel itu, maka mereka menjadi perhatian ribuan orang, lelaki dan perempuan, para ahli filsafat, pekerja-pekerja, guru-guru. Rakyat jelata, orang-orang dari kalangan tinggi. Orang-orang yang berjuta-juta jumlahnya itu menyambut mereka dengan gairahnya, tetapi apakah mereka minta sebagai gantinya? Kebajikan-kebajikan yang telah berlebih dahulu diberikan Pierre dan Mania kepada orang ramai – modal maknawi berupa penemuan mereka yang dapat dipergunakan pula sebagai pencegah penyakit yang ganas itu – belum lagi memuaskan mereka. Radio Aktif yang masih merupakan mudigah itu, dipandang khalayak ramai sebagai salah satu dari kemenangan-kemenangan yang telah tercapai dan pertumbuhannya lebih jauh tidak menarik perhatian mereka sebanyak kenikmatan dari hal-hal khusus yang menawan hati tentangg kelahiran radio aktif itu. Mereka ingin mengetahui segala hal ikhwal rumah tangga suami isteri itu. Berkat hidup suci mereka dan karena mereka berdua merupakan sarjana yang unggul dan selalu bertindak dengan tak memikirkan kepentingan sendiri, maka timbullah suatu pengartian dongeng tentang hidup mereka itu. Penghirmatan orang-orang itu mengganggu hidup pujaan – sebenarnya korban – mereka dan merampas nilai-nilai yang Pierre dan Mania ingin memegangnya terus menerus kesunyian dan kesenyapan!.
Harian-harian semasa itu memuat gambar-gambar Pierre dan Mania (“Seorang wanita muda berambut putih kuning, ramping dan sopan santun” ... seorang ibu lemah lembut yang berjiwa mengingini penyelididkan hal-hal yang tak terduga” .... anak mereka yang cantik manis itu”, dan “Didi, seekor kucing jalang yang berbaring dan bergulung-gulung di hadapan perapian dalam bilik makan) dan di samping itu mereka memberikan lukisan se dalam-dalamnya tentang rumah dan laboratorium yang bagi Pierre dan Mania merupakan sewaka-sewaka yang dalam pandangan mereka hanya mereka lah yang berhak mengetahui kenikmatan dan kepapaannya yang suci itu. Rumah itu digambarkan sebagai “Sewaka seorang bijaksana” dan “rumah mungil, tersepi, dan suatu kampung sunyi di Paris di bawah naungan kubu-kubu, sebuah rumah yang melindungi bahagia perkawinan dua orang srjana yang ternama.”
Pondok mereka itu pun mendaat penghormatan semacam itu : “Di belakang Pantheon, di suatu jalan ekcil, gelap dan sunyi, seperti kadang-kadang nampak terlukis pada gambar-gambar yang menghiasai cerita-cerita suka duka, di jalan Lhomond itu ada sebuah gedong papa di antara dua buah rumah yang gelap dengan dinding penuh lekah-belah : gedong yang mempunyai kaki lima yang goyah itu ialah Sekolah Ilmu Fisika dan Ilmu Kimia kepunyaan Hamite. Saya melihat sebuah pelataran yang dilingkungi oleh tembok-tembok setengah rumah karena pengaruh zaman dan sesudah itu sampai lah saya (dengan melalui sebuah kubah yang menggema langkah-langkah saya) pada suatu lurung buntu yang lembab dan di situ ada sebuah pohon lengkung-layu. Di sana saya lihat beberapa bangsal, panjang dan rendah dengan jendela-jendela kaca yang di belakangnya nampak nyala-nyala api lurus tegak dengan perkakas-perkakas dari gelas berupa bentuk. Taka da suara sedikit pun terdengar : sunyi-senyap yang gmengerikan; bahkan suara dari ota pun tak berkumandang ke lurung ini.
Dengan untung-untungan saya mengetok pintu, maka saya masuk dalam sebuah laboratorium yang luar-biasa sederhananya : lantainya berupa tanah lekuk-lekuk yang merata karena injakan, dindingnya dilepas dan atapnya dari kasau-kasau yang tak kuat nampaknya, sedang cahaya matahari hanya dengan perlahan-lahan melantas ke dalam melalui kaca jendela yang berdebu. Seorang anak muda yang membungkuk di hadapan sebuah pesawat yang ruwet memandang saya sambil berkata : “Tuan Curie di sana”. Maka ia pun meneruskan pekerjaannya. Walau berselang dari menit ke menit dan hawa dingin. Dari sebuah kran air menets dan dua tiga buah pembakar-pembakar gas sedang menyala.
Akhirnya datanglah seorang lelaki besar, kurus dengan muka bertulang dan janggut beruban kasar dan memakai baret yang telah tua. Itulah tuan Curie ....  (Echo de Paris, Paul Acker).
Walau pun suami isteri Curie itu menolak segala interviu dan pertemuan-pertemuan dan meskipun mereka menarik diri dalam laboratorium mereka yang sederhana papa dan untuk selama-lamanya merupakan suatu ruangan yang bersejarah itu akan tetapi hidup mereka sebagai manusia biasa tak dapat lagi di kuasai mereka. Bahkan keisinan mereka yang bagi para wartawan yang tak berperasaan, menimbulkan keheranan dan perasaan hormat, menjadi buah bibir khalayak ramai yang diperbincangkan dalam haria-harian.
“.... Saya ingin meminta perhatian untuk beberapa sifat-sifat budi pekerti cuan Curie, yaitu : sifat tak mementingkan diri sendiri dan keisinan yang sesempurnanya. Tuan berambut putih kuning dan bahu membungkuk, mata yang pandangannya sangat manis ini, masih muda akan tetapi telah termsyhur walau pun kemegahan ini tidak merusakkan akhlaknya. Sarjana, maha-guru ini hanya satu minatnya di luar pekerjaan dan keluarganya. Ia ingin supaya murid-muridnya dan semua orang muda yang kelak mengabdikan diri mereka untuk ilmu pengetahuan, jangan dihalang-halangi oleh susah payah memikirkan nafkah mereka hendaknya. Kesukaran-kesukaran sendiri bersama-sama dengan madame Curie dilupakannya untuk memikirkan ini : mungkin dapat di cari di Perancis ahli-ahli penyelidik yang sepantasnya diperhatikan; ahli-ahli tak terkenal yang tak akan pernah mendapat kesempatan mewujudkan sesuatu apa, karena mereka terpaksa mengabaikan pelajaran-pelajaran mereka supaya dapat mencari nafkah sehari-hari.
Tak dapat saya menggambarkan bagaimana fasih dan terharunya tuan Curie menceritakan ini kepada saya, padahal biasanya ia selalu berbicara bersahaja dan lemah lembut.
Karena itu sepantasnyalah tuan Curie menerima lebih dari penghargaan tinggi kita, selayaknyalah kita berikan tuan Curie simpati kita.”  (Eugene Thebault, Petite Republique).
Hidup suami isteri itu juga merupakan bahan bagi sandiwara pada masa itu; tat kala salah satu dari surat-surat kabar itu memberitakan bahwa suami isteri Curie kehilangan sebagian dari persedian radium mereka, maka yang melukiskan laki-laki itu dalam pondok mereka yang tak diizinkan mereka memasuki orang lain, bahkan urusan rumah tangga mereka pun dibereskan di sana, dan dengan lucunya digambarkan bagaimana mereka menyelidiki segala sudut dan lobang dalam layar sandiwra itu mencari radium yang hilang itu....
Bacalah bagaimana madame Curie melukiskan peristiwa ini kepada Yosep :
“Baru ini kami mendapat kecelakaan : sewaktu kami mengadakan penyelidikan tentang radium, maka tak sedikit radium kehilangan dari persediaan kami; sampai sekarang saya belum mengerti apa sebabnya ini. Karena itu terpaksa saya menunda pemeriksaan terhadap berat zarah radium itu yang seyogyanya hendak saya mulai menjelang waktu Paskah.
Kami berdua sangat cemas karena peristiwa kehilangan ini.”
Dalam surat yang lain ditulisnya tentang radium itu bahwa hanya itulah yang dipikirkannya :
Mania kepada Yosep pada tanggal 23 Desenber 1903 :
“.... Mungkin dapat kami menghasilkan radium lebih banyak. Untuk itu perlu uang dan biji. Uang itu ada akan tetapi tak sanggup kami sampai kini memperoleh biji itu. Tetapi sekarang telah ada dijanjikan kepada kami dan mungkin dapat kami peroleh radium sebanyak yang kami minta. Maka dapatlah kami mulai membikin radium itu. Sekiranya kau mengetahui bagaimana banyaknya waktu, kesabaran hati dan uang diperlukan untuk menghasilkan radium yang sedikit itu dari beberapa ton biji!”
Inilah masalah-masalah yang meminta perhatian madame Curie tigabelas hari sesudah penyerahan anugerah Nobel kepada mereka. Selama tigabelas hari itu dunia ini juga menemui : Suami isteri Curie. “Suami Isteri” yang mulia. Akan tetapi Pierre dan Mania tidak memainkan peranan yang ditentukan itu untuk mereka dengan sepantasnya.
Pierre kepada Georges Gouy pada tanggal 22 Januari 1904 :
:Sahabatku yang terhormat,
Telah beberapa lama saya bermaksud mengirim surat kepada tuan; mafkanlah tak saya tulis surat itu dengan segera, karena hidup saya sekarang ini tak karuan.
Tuan tentu telah melihat bagaimana radium itu dengan sekonyong-konyong telah menjadi buah perhatian khalayak ramai. Karena itu kami buat sementara merupakan pujaan orang banyak sehingga kami dikejar-kejar oleh para wartawan dan pemotret dari seluruh dunia; mereka sampai hati melaporkan percakapan anak kami dengan babu di rumah kami. Selain dari itu kami menerima surat-surat dan pertemuan-pertemuan dari orang-orang ganjil, semuanya orang-orang yang menamakan dirinya ahli-ahli yang menghasilkan pendapat-pendapat baru, tetapi sebenarnya tak ada artinya. Banyak pula kami terima surat-surat meminta-minta derma. Akhirnya penggemar-penggemar mengumpulkan tanda tangan, orang-orang pengocak, orang-orang dari kalangan tinggi bahkan beberapa sarjana mengunjungi kami dalam ruangan permai di jalan Lhomond yang tuan telah kenal itu. Karena ini semuanya, tak ada lagi kesempatan bagi kami bekerja dengan tenang di laboratorium kami, sedang setiap malam harus kami membalas surat-surat yang kami terima sebanyak itu. Cara hidup semacam ini membingungkan saya.”
Dalam masa semarak dua ini ada tersimpul dua buah anasir-anasir yang bertenetangan satu sama lain : yang satu merupakan kecenderungan hati khalayak ramai terhadap dua orang yang dijunjung tinggi mereka itu; yang lainnya merupakan perlawanan dua orang itu terhadap pemujaan itu, karena mereka lebih suka meneruskan pekerjaan mereka itu dalam kesunyian dan lebih besar artinya bagi mereka mengecap bahagia, “tak jamak” yang mereka hargai lebih tinggi dari segala-galanya di dunia ini.
Pertemuan dua anasir-anasir ini merupakan bunyi-bunyi janggal. Suami isteri Curie (yang menderita kemiskinan mereka dengan tak berkeluh-kesah dan melaksanakan pekerjaan mereka yang bertimbun-timbun banyaknya dengan tak ada keluhan serta menjabarkan diri terhadap perbuatan-perbuatan tak senonoh oleh orang banyak) nampaknya mulai kehilangan keseimbangan mereka seperti belum pernah terjadi sebelum itu. Semakin bertambah besar kemegahan mereka, semakin bertambah besar kegelisahan mereka.
Pierre Curie menulis kepada Georges Gouy pada tanggal 20 Maret 1902 :
“... Seperti tuan telah maklum, kami sangat berbahagia apda masa ini, akan tetapi sebaliknya bahagia ini membawa beberapa keadaan-keadaan yang kurang menyenangkan bagi kami. Belum pernah kami mengalami gangguan sebanyak yang sekarang ini, padahal keinginan kami ialah hidup sebagai bangsa-bangsa liar, jauh dari segala makhluk manusia. Kadang-kadang ada masanya tak sempat kami lagi bernafas panjang!”
Pierre kepda Ch. Ed. Guillaume :
“.... Kami dihujani permintaan mengirim karangan-karangan dan mengadakan ceramah-ceramah, akan tetapi sehabis beberapa tahun kelak mereka itu juga yang memintanya sekarang, akan heran mendengar bahwa kami tak bekerja lagi....”
Pierre kepada Ch. Ed. Guillaume pada tanggal 15 Januari 1904 :
“Saya akan berceramah pada tanggal 18 Pebruari akan tetapi harian-harian telah salah faham tentang hal ini sehingga karena berita yang tak benar itu saya menerima  permintaan sebanyak 200 buah untuk kartu-kartu masuk. Permintaan-permintaan itu tak saya jawab.
Ceramah oleh Flamarion itu sekali-kali tak menarik perhatian saya. Saya merindukan masa yang lebih tenang dan saya tinggal dalam suatu negeri yang sepi yang melarang ceramah-ceramah dan menurut para wartawan ke pengadilan.”
Mania kepada Yosep pada tanggal 19 Maret 1904 :
“Yosep sayang, terimalah ucapan selamat saya untuk hari lahirmu itu. Moga-moga kau dikaruniai kesehatan dan rezeki untuk seluruh keluargamu – dan juga saya harap supaya kau jangan terbenam hendaknya dalam lautan pos seperti yang membanjiri kami pada masa ini atau diganggu penyerbuan-penyerbuan seperti yang dilancarkan sekarang terhadap diri kami.
Sayang telah saya buang surat-surat yang saya terima itu; bukan main banyaknya pengajaran-pengajaran di dalamnya .... Dianataranya ada syair-syair sonnet, pantun-pantun memuja radium, surat-surat dari berbagai ahli penemu, surat-surat dari ahli ilmu gaib dan surat-surat dari filsauf-filsauf. Kemarin saya menerima surat dari seorang bangsa Amerika yang meminta persetujuan saya : kuda lomba hendak diberi nama saya. Selain dari itu ratusan permintaan-permintaan tanda tangan dan gambar-gambar. Tak ada yang saya balas surat-surat itu akan tetapi banyak terbuang waktu saya membacanya.”
Mania menulis kepada misannya Henriette pada musim bunga 1904 :
“Hidup kami yang selama ini aman dan sentausa itu telah kacau-balau seluruhnya dan saya tak mengetahui apakah akan dapat lagi kami hidup dalam keseimbangan seperti sedia kala.”
Perasaan kesal dan masygul, barangkali boleh juga saya katakan : Perasaan sakit hati yang nyata dari surat-surat Pierre dan Mania ini tak dapat disangkal ... kedua orang sarjana itu telah kehilangan rukun damai rohani mereka :
“Keletihan sebagai akibat jerih payah yang melewati batas kesanggupan kami dan dipikulkan oleh keadaan keunagan yang menyedihkan, bertambah besar lagi karena serbuan pengumuman-pengumuman ini” tulis Mania di kemudian hari. “Gangguan terhadap pengasingan diri kami secara suka-rela itu menyebabkan sedih hati yang tak terperi dan membawa akibat-akibat seolah-olah kami ditimpa bencaa.”
Sebagai gantinya gangguan itu ada juga kemegahan itu membawa beberapa hasil yang menyenangkan bagi suami isteri Curie : angkatan Maha Guru, laboratorium, para pembantu dan sokongan yang mereka telah harapkan beberapa lama. Tetapi pabilakah datangnya kebajikan-kebajikan itu? Tak putus-putusnya mereka menunggu-nunggu itu dalam kekuatiran.
Inilah salah satu sebab yang utama yang gmenimbulkan persaan gelisah bagi Pierre dan Mania itu, karena Perancis-lah negeri yang terakhir mengakui jasa-jasa mereka sehingga terlebih dahulu mereka mendapat anugerah bintang Davy dan Nobel, barulah bersedia Unipersitet di Paris itu membuka pelajaran Ilmu Fisika yang akan dipimpin oleh Pierre Curie. Kedua orang sarjana itu sedih hati memikirkan ini. Hadiah-hadiah dari luar negeri itu menunjukkan lebih nyata bagaimana sedihnya keadaan mereka mewujudkan penemuan mereka yang telah mendapat pujian itu dan keadaan itu nampaknya belum akan tiba akhirnya.
Pierre terkenang kepada jabatan-jabatan yang selama empat tahun selalu ditolak lamarannya. Maka adalah menjadi suatu kewajiban kehormatan baginya memuji-muji di muka umum bahwa hanya satu perguruan yang membantu dan merupakan dorongan batin bagi pekerjaannya, sekali pun bantuan-bantuan itu tak berapa besar : perguruan itu ilaha Ecole de Physique et de Chimie. Tatkala ia mengadakan ceramah di Sorbonne di hadapan orang banyak maka diperingatinya lah pondoknya yang luar biasa papanya itu sehingga tak mungkin diakal mempercayainya dan ia berkata :
“Saya ingin memperingatinya bahwa percobaan-percobaan kami itu semuanya kami selenggarakan dalam Sekolah Haminte untuk Ilmu Fisika dan Ilmu Kimia.
Bagi setiap penghasilan dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah suasana tempat bekerjanya sangat penting artinya, sehingga sebagian dari hasil-hasil yang kami capai itu adalah berkat pengaruh itu. Sejak lebih daari duapuluh tahun saya bekerja di sekolah itu. Tuan Schutzenberger, direktur pertama di sekolah ilmu fisika itu, adalah seorang sarjana yang utama. Saya masih ingat dengan perasaan terima kasih bahwa ialah yang memberikan alat-alat bagi saya tatkala saya masih amanuensis di sana; kemudian diperkenankannya madame Curie bekerja bersama-sama dengan saya dan semasa diberikannya persetujuannya itu, adalah ini suatu hal yang luar biasa yang belum pernah terjadi ... Direktur-direktur yang sekarang, tuan-tuan Lauth dan Gariel begitu pula kemurahan hati mereka terhadap saya....
Para guru-guru dan murid-murid yang berasal dari sekolah itu merupakan lingkungan yang berbahagia yang sangat berfaedah bagi saya. Pembantu-pembantu dan teman-teman kami semuanya bekas murid sekolah itu dan saya merasa beruntung mendapat kesempatan menyampaikan ucapan terima kasih saya kepada mereka dari tempat ini.”
Selain dari gairah bekerja dan takut membuang-buang waktu, ada lagi sebab-sebab lain yang menimbulkan perasaan mual bagi Pierre dan Mania mengingta kemegahan mereka itu.
Tabiat Pierre ialah menjauhkan diri dari segala penghormatan sehingga pujaan-pujaan yang sekarang seolah-olah menyerbunya itu, terbentuk kepada tafsiran hidupnya selama ini. Ia membenci segala pengertian perbedaan golongan dan baginya adalah menggelikan hati memandang seorang sebagai “Nomor Satu dari kelasnya” sehingga bintang-bintang penghormatan yang diingini orang-orang dewasa itu, serupa hampanya seperti bintang-bintang yang diberikan kepada murid-murid sekolah. Tafsiran ini yang menyebabkan ditolaknya menerima binang Legiun Kehormatan, juga dianutnya untuk lapangan Ilmu Pengetahuan. Hasrat bersaing dalam “Perlombaan-perlombaan penemuan” bukanlah sifatnya sehingga tak didperdulikannya apabila seorang rekan mendahuluinya. Serajin-rajinnya ia bekerja, semalas-malaslah ia mengumumkan hasil-hasil percobaan-percobaannya itu dan sebaliknya dari memandang kemajuan-kemajuan saingan-saingannya itu dengan perasaan cemas, adalah ia bergembira melihat sukses-sukses mereka itu. “Apalah salahnya jika bukan saya yang mengumumkan usaha ini dan itu?” Ia biasa berkata, “asal ada orang lain yang melaksanakannnya.”
Sifatnya tak mau memperdulikan apa-apa itu sangat mempengaruhi Mania. Akan tetapi bukanlah keinginan meniru-niru atau menaati Pierre, jika ia seumur hidupnya mengelak diri dari segala tanda-tanda pemujaan. Kemegahan it ditolaknya bukan berkat sesuatu asa akan tetapi budi pekertinya mendorongnya sedemikian. Sifat isin yang tak dapat ditahan-tahannya dan kejang-saraf yang pedih melegakannya apabila pandangan mata orang banyak mengamat-amatinya. Keadaan semacam ini mengakibatkan perasaan tak senang baginya sehingga kadang-kadang ia pening kepalanya dan loyo badannya.
Hidupnya penuh padat dengan kewajiban-kewajiban sehingga tak mungkin baginya membuang-buang tenga sekalipun sekecil zarah. Beban pekerejaannya, rumah tangganya, kewajibannya sebagai ibu dan pelajaran-pelajarannya di sekolah dipikul madame Curie sebagai tukan dansa di atas kawat. Satu “peranan” lagi dipikulnya padanya maka akan kehilangan keseimbangan ia dan ia akan terjatuh dari kawat ketat itu.
Isteri, Ibu, darjana, guru – tak ada sedikit pun kesempatan bagi Mania memainkan peranan wanita yang termasyhur.
Demikianlah Pierre dan Mania bersama-sama menolak pemujaan, walau pun alasan-alasan mereka berlainan sati sama lainnya. Mungkin juga dapat difahamkan apabila dari dua orang yang bersama-sama mewujudkan suatu pekerjaan mulia, berbeda cara penghargaan mereka terhadap kemegahan itu. Pierre umpamanya mungkin dapat menolaknya, sedang Mania membanggakannya .. Tetapi bukan sedemikian kelakuan mereka! Mutu kedua jiwa itu serupa dengan mutu akal budi mereka. Juga godaan ini dapat diatasi mereka juga dalam menolak pujaan-pujaan itu, mereka bersatu.
Sebenarnya saya telah berikhtiar menemui suatu kecualian dalam kaidah yang saya pandang keras sekali ikatannya. Dalam hati saya : Seharusnyalah sukses luar biasa semacam yang dialami ibu saya itu dan semacam yang belum pernah dialami seorang wanita sebelum itu, akan memberikan perasaan bahagia juga bagi ibu saya itu walau pun hanya sedetik lamanya. Tak masuk di akal saya bahwa kemegahan berkat ilmu pengetahuan itu senantiasa akan menimbulkan rasa derita bagi ibu saya dan saya mengharap akan menemui sesuatu catatan dalam sesuatu surat atau sesuatu berita keluarga oleh pahlawan itu yang merupakan  ucapan berbangga diri atau teriak kemenangan.
Tetapi harapan saya sia-sia belaka. Mania yang telah diangkat menjadi “madame Curie yang termasyhur itu” tentu adan merasa berbahagia akan tetapi hanya dalam kesunyian laboratoriumnya atau dalam lingkungan tertutup di rumahnya. Dari hari ke hari ia semakin menarik diri dari keinginan mereka yang hendak menempatkannya pada suatu tempat tontonan; karena ia tak sudi menjadi “bintang” yang baginya tak ada persamannya dilihatnya. Bertahun-tahun lamanya dijawabnya pertanyaan orang-orang yang tak mengealnya : “Apakah nyonya madame Curie? Dengan suara merata : “Bukan, tuan salah.
Terhadap orang yang memuja-mujanya atau terhadap orang-orang bangsawan yang memandang dan memperlakukannya sebagai seorang raja, ditunjukkannya, seperti juga oleh suaminya, hanya sifat keheranan, perasaan lesu, perasaan tak sabar yang disembunyikannya sebaik-baiknya – dan teristimewa : perasaan kesal yang mematahkan dan memberatinya apabila orang-orang cerewet memberikan pandangan mereka tentang penemuannya dan keahliannya itu.
Ada sesuatu lelucon di antara yang lain-lain yang dapat melukiskan dengan nyata bagaimana reaksi suami isteri Curie terhadap yang disebutkan Pierre “Kurnia kebahagiaan”. Suami isteri Curie itu dijamu makan di Elysee oleh Presiden Loubet. Maka pada suatu ketika datanglah seorang nyonya mendekati madame Curie dan bertanya : “Apakah nyonya ingin saya perkenalkan nyonya kepada baginda raja Griek?
Dengan hormat dan suara perlahan-lahan diucapkan Mania yang tak menaruh syak-wasangka itu perkataan-perkataan yang terlampau tulus ikhlas ini : “Tak ada saya lihat faedahnya itu.
Dilihatnya bahwa nyinya itu tercengang mendengarnya, :dan bahwa nyonya yang tak dikenalnya itu sebetulnya ... adalah nyonya Loubet. Mania bera muka dan sambil sadarkan dirinya dijawabnya dengan cepat : “Tentu ... sesungguhnya .... saya bersedia menyenangkan hati nyonya! .... Kalau nyonya suka!
Suami isteri yang gemar sekali hidup sebagai seorang liar itu sekarang mempunyai alasan lagi untuk mencari kesunyian : mereka lari meninggalkan orang-orang yang suka mengusik mereka dengan segala pertanyaan dan perhatian mereka. Lebih-lebih lagi dari dahulu mereka mengembara melalui kampung-kampung  yang sepi dan apabila mereka bermalam dalam suatu penginapan kecil, maka mereka pakai nama palsu dalam buku tamu penginapan itu.
Kan tetapi samaran mereka yang sebik-baiknya ialah paras muka mereka sendiri. Orang-orang yang melihat tuan yang berpakaian tak karuan dan gerak-geriknya yang canggung itu dengan kereta anginnya memasuki sesuatu jalanan kecil di Bretagne atau nyonya temannya berpakaian petani wanita itu, tak akan timbul dalam pikiran mereka bahwa itulah pemenang-pemenang anugerah Nobel.
Bahkan mereka yang mengenal mereka pun sangsi-sangsi. Seorang wartawan bangsa Amerika telah mengikuti jejak-jejak kedua sarjana itu dan menemuinya di Pouldu, tetapi dengan bingungnya ia berhenti di muka rumah seorang nelajan. Surat kabarnya menyuruhnya menginterupsi madame Curie, sarjana yang termasyhur itu. Dimanakah ia? Baiklah ditanyakan kepada seseorang ... Barangkali perempuan di sana itu yang dengankaki telanjang duduk di tangga di muka pintu rumah sambil membuangkan pasir dari sepatu kain raminya itu. Perempuan itu menoleh dan matanya abu-abuan itu memandang si lancang di depannya itu.... dan sekonyong-konyong ia menyerupai ratusan, bahkan ribuan gambar-gambar yang dimuat dalam surat kabar. Itulah dia!
Sekejap wartawan itu bingung, maka duduklah ia di samping Mania dan diambilnya buku catatannya. Karena dilihatnya bahwa tak mungkin lagi ia melarikan diri maka ia pun bersabar hati dan dengan kalimat-kalimat pendek dijawabnya pertanyaan-pertanyaan yang menginterupsinya itu. Benarlah Pierre Curie dan ia menemui radium itu, Ya, mereka akan meneruskan pekerjaan mereka itu...
Sambil berbicara diketokkan sepatunya itu kepada batu-batu untuk membersihkannya seluruhnya dan dipasangnya lagi pada kakinya yang dilecakkan batu dan duri. Ini lah kesempatan yang sebaik-baknya bagi wartawan! Aangkah bagusnya kisah ini “Diambil dari hidup” dengan tak disengaja. Wartawan itu berikhtiar mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknya dan diajukannya pertanyaan-pertanyaan yang kurang sifat umumnya. Sekiranya ia berhasil mengetahui sesuatu hal khusus dri amsa muda madame Curie itu; atau tentang caranya bekerja atau tentang hidup jiwa seorang wanita yang mengabdikan dirinya untuk penyelidikan-penyelidikan!
Akan tetapi dengan segera paras yang menarik hati itu bertukar air mukanya. Dengan sebuah kalimat – suatu kalimat saja yang diulang-ulanginya laksana sebuah semboyan yang melukiskan tabiatnya, hidupnya, panggilan sukmanya, suatu kalimat yang lebih banyak isinya daripada buku-buku berjilid-jilid – maka diputusknnya lah percakapan itu : “Dalam ilmu pengetahuan seharusnya lah peristiwa-peristiwa saja yang diperhatikan, bukan orang-orangnya.”


BAB, XVII : DARI  HARI  KE  HARI
Namam Curie sekaranuami istri itu sekrang bertambah kaya uangnya tetapi bertambah miskin bahagianya.
Terlebih-lebih Mania telah kehilangan gairahnya yang meluap-luap dan kegembiraannya pun telah jauh berkurang. Pikirannya tak sebulat-bulanya tertarik oleh renungan ilmu pengetahuan seperti Pierre. Peristiwa sehari-hari mempengaruhi pula hati dan syarafnya dan akibatnya itu sangat memburukkannya.
 Kesibukan yang disebabkan radium dan anugerah Nobel itu mengusiknya dan dalam pada itu pikirannya selalu tertegun oleh suatu perasaan kuatir yang mercuni hidupnya : penyakit Pierre.
Pierre menulis kepada George Gouy pada tanggal 31 Januaei 1905.
Penyakit sengal saya sekarang tak berapa mengusik saya, tetapi musim panas ini ada sekali bangkitnya dengan hebatnya sehingga terpaksa saya memutuskan tak pergi ke Swedia. Karena itu kami telah ketinggalan syarat terhadap Perkumpulan Swedia itu. Sebenarnya hanya dengan menghindarkan segala pekerjaan yang meletihkan badan, dapat saya menjaga kesehatan saya terpelihara. Isteri saya serupa keadaannya, sehingga tak sanggup lagi kebekerja kami sebanyak kami bekerja dahulu ...”
Pierre kepda Georges Gouy pada tanggal 24 Juli 1905 :
“... Hidup kami masih tetap menyerupai hidup orang-orang yang sibuk bekerja, tetapi tak menghasilkan sesuatu yang penting. Sekarang telah lebih setahun saya tak mencapai sesuatu apapun dan untuk saya sendiri pun tak ada waktu terluang. Saya belum mengethaui sesuatu cara menghindarkan waktu terbuang-buang, padahal perlu kami ikhtiarkan ini, karena ini berarti perjuangan hidup atau mati dalam lapangan maknawi.
Sakit yang saya derita adalah akibat penyakit syaraf dan bukan terutama oleh penyakit sengal. Sejak saya makan banyak-banyak dan minum stryhnin, badan saya pun bertambah sehat rasanya.”
Pierre kepada Georges Gouy pada tanggal 19 September 1905 :
“... Saya telah khilaf mengatakan kepada tuan bahwa kesehtan saya sekarang bertambah baik. Beberapa kali penyakit itu kambuh kembali dan sedikit banyak pun saya letih badan, maka bangkitlah ia lagi. Saya bertanya dalam diri apakah dalam keadaan saya sekarang mungkin lagi saya bekerja dengan sungguh-sungguh dilaboratorium kami itu.”
Tak ada lagi kemungkinan bagi suami isteri Curie itu berlibur seperti dahulu kala laksana murid-murid sekolah yang bersendau gurau dan tak memperdulikan sesuatu apap pun. Mania telah menyewa sebuah pemondokan di lembah Chevreuse dekat Paris. Di sanalah dirawatnya suaminya dan anaknya :
Mania menulis kepada madame Yean Perrin dari Saint Remy la Chevreuze :
“... Saya masih kuatir melihat Irene yang belum sembuh benar dari penyakit batuk rejamnya : berkali-kali bangkit batuknya itu walau pun kami telah tiga bulan tinggal di sini. Suami saya sangat lemah perasaannya dan tak dapat lagi ia berjalan-jalan jauh. Karena itu kami mempelajari buku-buku ilmu fisika dan matematika. Irene sekarang ada kerreta anginnya dan pandai benar ia mengendarainya. Ia berpakaian lelaki sambil berkerata angin itu dan amat lucunya ia nampaknya.
Karena derita jasmani dan diusik kekuatiran maka Pierre diburu-buru pikiran mengingat waktu berselang. Apakah orang yang masih muda ini digoda ketakutan bawah ia taka akan lama lagi hidup? Seolah-olah ia berkejar-kejaran dengan musuh yang tak kelihatan. Ia selalu tegar hati dan tergopoh-gopoh. Kegelisahannya itu menular pula kepada isterinya yang di sampingnya itu. Selain dari itu Pierre merasa bahwa pekerjaan mereka terlampau lambat mendapat kemajuan, sehingga irama melaksanakan percobaan-percobaan perlu dipercepat. Setiap detik harus dipergunakan dan harus mereka lebih lama tinggal dalam laboratorium mereka.
Mania memaksa dirinya beerja lebih keras dari biasa akan tetapi ini melampaui kesanggupan syaraf dan resam tubuhnya.
Cintanya terhadap ilmu pengetahuan dan kasih sayangnya terhadap suaminya telah merupakan gairah yang satu bagi Mania dan karena itu ia telah menghukum dirinya menderita hidup yang tak mengetahui belas kasihan. Sifat lemah-lembutnya serupa dengan perasan lemah-lembut Pierre akan tetapi walau pun cita-cita mereka juga tak ada bedanya, dahulu kala Pierre telah pernah mengalami masa  bermalas-malas beberapa lamanya sedan masa mudanya penuh semangat dengan gairah-gairah yang meluap-luap. Akan tetapi Mania sejak ia sampai umur, belum pernah ia berpaling dari kewajibannya dan kerap kali ia ingin keceriaan hidup. Adalah ia seorang isteri dan seorang ibu yang penuh kasih sayang. Diidam-idamkannya kesempatan bersenang-senang, dilingkungi kasih sayan suaminya dan ia bermimpikan hari-hari tenang yang berselang dengan tak diketahuinya.
Tetapi keinginannya yang mengherankanPierre yang tak setuju dengan hasrat isterinya itu. Dalama keggembiraan-nya mendapat seorang isteri yang cerdik-pandai itu dipikirnya bahwa isterinya itu akan mengabdikan dirinya sebulat-bulatnya untuk yang baisanya disebutkannya “Pikiran-pikiran yang terutama”. Ia patuh – selalu ia patuh – akan tetapi rohani dan jasmaninya telah letih payah. Ia berputus asa dan ia menuduh dirinya bahwa ia tak berdaya maknawi dan “bodoh”. Tetapi bukanlah itu yang sebenranya : Hidup jamak dalam diri wanita yang berumur tigapuluh enam tahun ini menuntut hak-haknya yang telah begitu lama tertindas dan terpendam. Sebaiknya Mania janganlah “madame Curie” beberapa lamanya dan seharusnya dilupakan radium – hanya memngingat makan, tidur dan tak memikirkan sesuatu apap pun.
Tetapi ini tak mungkin. Setiap hari ada kewajiban baru. Dalam tahun 1904, memuncaklah keletihan mereka itu – terlebih-lebih keletihan Mania yang sedang hamil itu. Permohonannya ialah libur jangka pendek dari sekolahnya di Sevres.
Dan apabila ia hamil surat mengidam kaviaar (telur ikan) maka pergilah ia kerap kali bersama-sama Pierre pulang dari sekolah membelinya sambil terkenang kepada keluarganya di Warsawa.
Setibanya saat bersalin untuk kedua kalinya, Mania sangat masygul perasaannya. Selaind ari suaminya yang kesehatannya sangat mengusiknya itu tak ada lagi nampaknya yang disayanginya atau disukainya. Mau pun hidup, mau pun ilmu pengetahuan, bahkan anak yang dikandungnya itu pun tak dihiraukannya lagi.
Bronia yang datang dari Polandia berhubung dengan persalinannya ini, terkejut melihat Mania yang telah berputus asa itu.
“Apakah gunanya lagi saya melahirkan anak? Diulang-ulanginya berkata-kata terhadap kakaknya itu. “Hidup manusia itu terlampau ganas, terlamapu bengis. Janganlah dipaksakan hendkanya hidup itu bagi makhluk yang tak berdosa.....
Persalinannya itu sulit dan lama baru selesai. Maka lahirlah pada tanggal 16 Desember 1904 seorang bayi yang gemuk dan berambut hitam yang berdiri tegak. Anak perempuan lagi : Eve.
Bronia berusaha dengan daya upayanya membantu adiknya itu. Karena ia nampaknya bertenang hati dan berkat kebijaksanannya daaptlah mania mengatasi persaan murungnya itu sedikit. Tatkala Bronia berangkat maka Mania telah merasa agak senang dan nyaman.
Senyuman dan main-mainan bayi yang dipelihara oleh seorang pengasuh itu meliburkan hati wanita muda itu. Anak-anak yang masih kecil sekali, selalu mengharukan hatinya. Dalam sebuah buku yang keabu-abuan warnnya dicatatnya, seperti juga dahulu dilakukan bagi Irene, riwayat gerak gerik pertama, gigi pertama Eve dan semakin besar anak itu maka semakin berkurang lah perasaan gugup ibu muda itu. Berkat keadaan badannya yang memaksanya berbaring di tempat tidur sampai bersalin, mulailah Mania menaruh perhatian kembali untik hidupnya. Ia kembali ke tempat alat perkakasnya dengan suatu perasaan gembira yang telah lama tak dikenalnya lagi; tak berapa lama maka ia pun sehari-harinya kelihatan di Serves. Setelah tertatih-tatih beberapa lama maka telah dapatnya kembali ketegughan hatinya, dan diteruskannya melalui jalan yang penuh kesukaran-kesukaran itu. Semuanya sekarang menarik perhatiannya kembali : rumahnya, laboratoriumnya   ... Dengan penuh perhatiannya diikutinya kejadina-kejadian yang menggemparkan tanah airnya itu; di negerei Rusia telah meletus revolusi 1904 dan bangsa Polandia yang digalakkan oleh pengharapan kemerdekaannya, turut membantu gerakan anti Tzar itu.
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 23 Maret 1905.
“Saya lihat bahwa kau berpengharapan bahwa dari percobaan yang maha berat ini akan menjlema sesuatu kebaikan untuk tanah air kita. Begitu juga pendapat pendapat Bronia dan Casimir. Asal jangan sia-sia belaka harapan itu! Saya harap janganlah demikian hendaknya dan senantiasa saya memikirkannya ini. Bagaimana pun saya pikir sebaiknya kita bantu revolusi ini. Untuk itu akan saya kirim uang kepada Casimir kearena sayang saya sendiri tak sanggup memberikan bantuan saya.
... Di sini tak ada terjadi sesuatu apa. Anak-anak kita kedua-duanya tumbuh dengan suburnya. Eve kurang tidur dan ia membantah sekeras-kerasnya apabila saya biarkan dia dalam tempat tidurnya sebelum ia tertidur dan karena saya tak bersifat hati dingin maka saya gendong anak itu sampai ia tertidur. Eve tidak menyerupai Irene, akrena rambutnya hitam dan matanya biru, sedang Irene berambut putih kuning dan bermatan hijau coklat.
Kami masih tetap dalam rumah yang dulu dan sekarang menjelang musim bunga sangat bagusnya taman kami itu. Hari ini terang cuacanya sehingga kami bergirang hati, terlebih-lebih karena musim dingin baru ini sangat lembabnya dan dinginnya.
Pelajaran-pelajaran saya di Sevres telah saya mulai kembali sejak tanggal satu Pebruari. Di waktu petang hari, saya bekerja di laboratorium kan dan pagi-pagi di rumah, terkecuali dua hari waktu pagi yang saya pakai untuk sekolah dan Sevres itu ... Banyak pekerjaan saya, berhubung dengan rumah tangga, anak-anak, pelajran-pelajaran dan laboratoirum sehingga kadang-kadang saya tak tahu mana yang akan saya mulai.”
Hari terang cuaca. Pierre merasa lebih sehat dan Mania berhati ria. Ini lah saat menunaikan kewajiban yang telah terlamapu lama ditunda-tunda ; kunjungan ke Stockholm, ceramah berhubung dengan anugerah Nobel. Maka suami isteri Curie itu pun berangkat memulai perjalanan yang semarak dn yang bagi keluarga kami akan merupakan suatu tradisi.
Pada tanggal 6 Juni 1905, Pierre berbicara atas nama isterinya juga tentang radium di hadapan perkumpulan Ilmu Pasti di Stockholm. Dibentangkannya akibat-akibat penemuan radium itu: Dalam ilmu Fisika telah timbul pengertian-pengertian baru untuk saran-saran dasaran; dalam ilmu kimia timbul teori-teori yang belum pernah terdengar lebih dahulu dan membawa pikiran-pikiran yang menakjubkan tentang sumber tenaga yang membangkitkan gejala-gejala radio aktif; dalam ilmu pelikan dan ilmu pengetahuan hawa ia merupakan kunci pemecahan mukjizat-mukjizat yang sekian lamanya belum dapat diterngkan. Akhirnya dalam ilmu hayat ternyata bahwa radium itu mempunyai pengaruh yang baik untuk mencegah sel-sel yang dihinggapi penyakit pekung.
Radium itu telah memperluas pengetahuan dan berbakti untuk kebajikan manusisa. Akan tetapi apakah tak mungkin nantinya radium itu akan dipergunakan juga untuk perbuatan jahat?
“.... Mungkin timbul pertanyaan” kata Pierre menutup pidatonya itu,” – “Apakah tidak sangat berbahaya radium itu di tangan-orang-orang bermaksud jahat dan apakah ada faedahnya manusia itu mengetahui rahasia-rahasia alam, seterusnya apakah telah matang pikiran manusia memetik hasil dari pengetahuan itu atau hanya akan mengalami kerugian karena itu? Penemuan oleh Nobel adalh suatu contoh yang tepat seklai : alat-alat letusan membantu manusia itu menciptakan pekerjaan yang mulia akan tetapi alat-alat letusan itu dipergunakan juga untuk keruntuhan dalam tangan orang-orang jahanam yang menyeret-nyeret bangsa dalam peperangan.
Bersama-sama dengan Nobel saya sependirian dengan mereka yangg percaya bahwa manusia itu mendapat lebih banyak bahagia daripada kerugian sebagai akibat penemuan-penemuan baru itu.”
Suami isteri Curie sangat gembira melihat carranya mereka diterima oleh para sarjana bangsa Swedia. Mereka segan mula-mula mengadakan perjalanan sebegitu jauh akan tetapi karena cara mengurusnya dilakukan dengan teliti, maka ia merupakan suatu kegembiraan yang tak disangka-sangka. Tak ada orang-orang berkumpul dengan banyak-banyak dan hanya sedikit dari kalgan-kalangan resmi. Pierre dan Mania mendapat kesempatan melihat-lihat suatu negeri yang menawan hati mereka dan merak dapat bercakap-cakap dengan tenang dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan, Mereka pun berangkat dengan hati puas.
Pierre menulis kepda Georges Gouy pada tanggal 24 Juli 1905 :
“.... Isteri saya dan saya sendiri telah mengadakan perlawatan yang sangat menyenangkan hati kami ke Swedia. Tak ada yang menyushkan pikiran kami dan kami dapat berlega dada. Selaind dari itu hanpir tak ada orang Stockholm dalam bulan Juni sehingga bahagian rasminya sangat sederhana.
Anak-anak kami dan bapak saya semuanya sehat. Isteri saya dan saya lebih senang perasaan kami walau pun kami mudah letih ....”
Dalam rumah di jalan Kellermann laksana sebuah benteng yang diperkuat terhasdap orang-orang lancang, hidulah Pierre dan Mania tersembunyi dan sederhana. Beban rumah tangga mereka dibatasi sekecil-kecilnya. Seorang pekerja wanita mengurus kerja kasar dan seorang pesuruh memasak makanan dan meladeni mereka. Dengan ternganga mulutnya di pandang-pandanngnya kedua orang majikannya itu yang pikiran mereka sedang melayang dan dengan sisa-sia ia menunggu-nunggu pujian mereka untuk makanan bistik atau kentang lumatnya.
Pada suatu hari tak sabar lagi ia menunggu-nunggu pujian itu, maka dengan suara tegas ia meminta kata-kata pujian dari Pierre untuk bistik yang dimaksaknya itu.
“Apakah saya telah makan bistik? Berkecumik sarjana itu. Sesudah itu disambungnya seakan-akan ia minta damai : “Mungkin sekali!...
Sekalipun dalam amsa pekerjaan mereka bertimbun-timbun banyaknya, tetapi Mania mendapat waktu mengurus memelihara anak-anaknya. Pekerjaannya memaksanya menyerahkan anak-anaknya itu dalam pemeliharaan babu-babu mereka, akan tetapi sebelum di pastikannya sendiri bahwa Irene dan Eve tidur dan makan secukupnya, rambut mereka dihiasi dengan rapi dan bahwa tak ada kemungkinan anak-anak itu selesma atau penyakit lain, ia pun tetap kuatir. Akan tetapi apabila Mania sesekali kurang perhatiannya, adalah Irene lagi yang akan memperingatkannya! Irene aalah seorang anak yagn selalu hendak meneruskan kemauan hatinya. Dengan irihati dimintanya perhatian ibunya seluruhnya dan ia tak senang jika ibunya itu menaruh minatnya terhadap “si kecil” itu. Diwaktu musim dingin Mania berjalan jauh di kota Paris mencari buah appel dan pisang untuk anak sulungnya itu dan tak berani ia pulang, kalau tak dibawanya buah-buahan itu, karena itu lah makanan yang disukai anak itu.
Sebagian besar waktu malam mereka tinggal di rumah berpakaian baisa dan cenela sambil membalik-balik halaman-halaman majalah ilmu pengetahuan atau mengadakan perhitungan-perhitungan yang berbelit-belit dalam buku-buku tulis mereka. Akan tetapi walau pun demikian mereka kadang-kadang mengunjungi pameran-pameran lukisan-lukisan dan tujuh delapan kali setahun mereka pergi mendengarkan musik atau menonton komedi beberapa jam lamanya. Pada awal abad ini dapat dilihat di Paris pemain-pemain tonil yang menawan hati. Pierre dan Mania menanti-nanti kedatangan Duse yang jarang keliahtan itu. Fasih lidah Mounet-Sully dan kesenian Sarah Benhardt tak berapa memikat hati mereka seperti kejamakan Yulia Bartet, Yeanne Granier dan kekuatan Lucien Guitry....
Mereka mengikuti pertunjukan-pertunjukan oleh avant-garde yang senantiasa menarik perhatian anggota-anggota Unipersitet. Dalam I’Oeuvre bermain Suzanne Despres untuk cerita-cerita duka oleh Ibsen dan Lugne Poe memainkan Kekuasaan Kekelaman.
Pierre dan Mania pulan dari pertunjukkan-pertunjukkan itu dengan hati puas – tetapi buat beberapa hari mereka juga merasa masygul! Dengan senyuman sambil berolok-olok doktor Curie membuka pintu untuk mereka. Penggemar Voltaire ini tak menyukai kemurungan; dipandangnya mereka sambil berkata : Jangan lupa bahwa engkau pergi ke sana untuk menyenangkan hatimu!.
Kecenderungan pada yang gaib berdampingan dengan hasrat mengetahui segala-galanya dalam lapangan ilmu pengetahuan menyebabkan suami isteri Curie semasa itu menempuh jalan yang ganjil : mereka mengahdiri beberapa pertemuan-pertemuan spirit yang diselenggarakan oleh cenayang Eusapia. Mereka hadir bukan sebagai seorang yang telah berkeyakinan penuh tetapi sebagai penonton. Dengan penuh pengertian mereka berikhtiar menyelidiki suatu lapangan pengetahuan yang sangat banyak bahaya-bahayanya. Terlebih-lebih Pierre tertarik benar perhatiannya oleh pertunjukkan-pertunjukkan itu dan dalam gelap diukurnya “Pengangkatan” benda-benda  sebagai khayalan atau pun sebenar-benarnya. Sifatnya yang tak mau berpihak-pihak itu mengacaukan ikhtiar-ikhtiar ini, karena tak ada kesungguhan atau ketulusan seperti dalam penyelididkan-penyelidikan di laboratorium mereka. Cenayang itu kadang-kadang mencapai hasil-hasil yang mengagumkan dan kedua sarjana itu hampir penuh  keyakianan mereka. Kan tetapi tiba-tiba mereka melihat tipu daya, maka syak wasangka mereka pun timbul kembali. Kesimpulan akhir mereka tetap ragu-ragu dan beberapa tahun kemudian maka dihentikan madame Curie untuk mempelajari gejala-gejala ini.
Suami isteri Curie menjauhkan diri dari segala pertemuan-pertemuan : tak pernah mereka nampak dalam “dunia agung”. Akan tetapi mustahil dapat mereka senantiasa menarik diri dari jamuan-jamuan makan dan pesta-pesta bersifat resmi yang diberikan untuk menghormati para sarjana dari luar negeri. Karena itu pernah juga kejadian terpaksa Pierre menggantikan pakaiannya se-hari-hari dari kain rami kasar yang kasar dengan pakaian pancung sedang Mania berpakaian malam.
Pakaiannya itu telah bertahun-tahun dipakai Mania. Sewaktu-waktu datang seorang tukang jahit wanita menukar-nukar potongannya. Gaunnya itu berwarna merah tua berpinggir renda dengan dibawahnya kain setengah sutera atau pun sangat berbahaya! – dengan renda Chantilly yang putih atau beludru hitam. Seorang wanita yang berpakaian dengan gayanya akan melihatnya dengan eprasaan hati kasihan, tetapi Mania tak memperdulikan mode dan ia tak tahu mengetahui yang bagus. Sifat isin dan tak ingin menjunjung-junjung diri itu adalah meruakan tabiat yang terutama bagi Mania dan berkat sifat ini cara berpakaian Mania itu mempunyai corak tersendiri dengan tak menimbulkan kesan yang menyolok mata. Apabila ia menaggalkan pakaian kerjanya di laboratorium yang sesungguhnya tak pantas itu dan ia berpakaian “malam kebesaran”, menghiasi rambutnya yang putih kuning itu dan memakai sebuah kalung emas sebagai perhiasan sederhana maka sangatlah manisnya nampaknya madame Curie itu. Badannya yang ramping dan parasnya yang penuh semangat itu dengan sekonyong-konyong menunjukkan bagaimana jelitanya Mania itu. Di samping Mania dengan dahinya yang tinggi dan pandangannya yang mengagumkan itu, wanita yang lain-lain bukan berkurang juitanya akan tetapi kebanyakan dari mereka bodoh dan sembarangan kelihatannya!.
Pada suatu malam tatkala mereka siap berangkat dipandang Pierre isterinya itu dengan perhatian luar biasa melihat body-nya yang ramping, lehernya yang jenjang, lengannya yang telanjang dan bagus potongannya itu. Dengan perasaan sayang bertukar air muka Pierre yang tertawan oleh kehebatan ilmu pengetahuan itu.
“Sayang sekali sebenarnya kau ini, ia bergumam, “pantas sekali kau memakai pakaian semacam ini!.
Sambil mengeluh disambutnya berkata : “Tetapi apa boleh buat? Tak ada waktu bagi kita terluang....
Apabila Mania sesekali mengundang beberapa orang ke rumahnya maka ia berusaha sebanyak mungkin menyediakan makanan yang lezat dan mengatur rumahnya serapih mungkin. Sayuran muda dan buah-buahan dibelinya dikereta penjualan di jalan Mouffetard atau di jalan d”Alesia, dan dipilihnya beberapa macam keju di tempat penjualan susu. Di tempat penjualan bunga didbelinya sekuntum bunga tulip dan sering  .. Setibanya di rumah dibuatlah karangan bunga, sedang babunya gelisah menyiapkan makanan yang lebih banyak rupanya dari biasa dan penjual roti membawa es ke rumah madame Curie itu. Dalam rumah yang biasanya hanya meruakan tempat  bekerja saja itu setap kali tamu daatang maka penghuninya pun sibuk dan gaduh. Akhir-akhirnya diperiksa Mania lagi menutup meja dan dipindahkannya beberapa kursi dan meja,,,,
Maklum, saja suami isteri Curie telah mempunyai perabot rumah! Kursi-kursi besar yang mereka tak mau menerimanya di rumahnya di jalan de la Glaciere itu, sekarang mendapat tempat dalam rumah mereka di jalan Kellermann. Kursi-kursi besar dengan sandarannya yang luas dan sebuah di antaranya dipergunakan untuk tempat tidur Irene itu beserta kursi-kursi lain dari model jaman Restauratie, menyebabkan bertambah semarak ruangan tamu yang dihiasi dengan langsai berwarna muda itu. Tetapi laksana penjaga rumah yang sembarangan dan nyaman ini. Menjulang dua buah lemari buku dengan kitab-kitab yang tebal memakai nama-nama seperti : Pelajaran Ilmu Fisika .... Hitung-diferensial dan hitung integral...
Para tamu ialah rekan-rekan mereka dari luar negeri datang ke Paris atau pun orang-orang Polandia yang datang membawa berita-berita untuk Mania.
Madame Curie juga mengadakan pesta kanak-kanak untuk Irene yang bersifat isin itu; sebuah pohon memperingati Hari Natal yang dihiasinya dengan buntal-buntal buah-buah keemasan dan lilin berwarna-warni meninggalkan kenang-kenangan yang gilang gemilang bagi anak-anak itu.
Pernah juga terajaid rumah mereka itu melebihi semarak Pohon Hari Natal itu, apabila tukang listrik datang menempatkan beberapa lampu senter yang besar dan sebuah lampu pangkal listrik dalam bilik makan mereka itu seperti dalam panggung komedi. Sehabis makan malamlampu-lamu corong itu akan berombak-ombak cahanya menerangi selubung-selubung seorang wanita seniman dansa yang bermain untuk suami isteri Curie dan dua tiga orang teman-teman mereka dengan ebrturut-turut merupakan nyala api, kembang dewi dan wanita kahim....
Pedansa itu adalah Loie Fuller “Peri al nur” yang menawan hati kota Paris dengan karangan-karangannya yang mengagumkan itu. Bagi kedua orang sarjana itu ia merupakan seorang sahabt yang luar biasa karibnya. Tatkala dibacanya dalam harian-harian bahwa raium itu memancarkan cahaya, maka timbullah pikiran bintang Folies Bergeres itu menyuruh bikin pakaian yang dengan tejanya yang akan mengagumkan semua para penonton. Maka diminta beberapa keterangan dari suami isteri Curie yang membaca suratnya aitu dengan geli hati : dijelaskan mereka kepada Loie apa sebabnya angan-angannya hendak memakai “sayap kupu-kupu dari radium” mustahil diwujudkan.
Wanita bangsa Amerika yang setiap malam menerima tepuk sorak dari para penontonnya itu menakjubkan kedua orang sarjana yang telah bermurah hati memberikan keterangan kepadanya. Loie Fuller tidak membanggakan dirinya karena ia surat-menyurat dengan suami isteri Curie itu dan pula diundangnya mereka datang menonton permainanya. Kepada madame Curie ditulisnya surat : “Saya hanya mengetahui suatu cara membuktikan perasaan terima kasih saya terhadap nyonya yang telh bermurah hati memblas surat saya. Berikanlah kesempatan kepada saya berdansa semalam untuk nyonya, dan suami kedua-duanya.”
Pierre dan Mania menerima tawaran itu. Seorang wanita muda, berpakaian tak bagus, dengan roman muka seorang kalmuk, sekali-kali tak dibedaki dan mata biru laksana mata kanak-kanak, datang bertamu, diikuti sekumpulan orang ahli listrik yang membawa pesawat dan alat-alat mereka. Walau pun agak terkejut diserahkan suami isteri itulah kepada para “penyerobot” menguasai rumah mereka itu, sedang mereka pergi ke laboratorium mereka. Berjam-jam lamanya Loie berdaya upaya mencari hubungan-hubungan listrik, mengerjakan tabir dan permadani yang disuruh antarkannya, semuanya supaya bilik makan sarjana itu dpat merupakan panggung untuk mempertunjukkan permainannya yang menawan hati itu.
Rumah kecil yang baisanya tak mengetahui keriaan itu, sedang pintunya  selalu tertutup rapat-rapat, sekarang menerima bintang dari gedung komedi. Loie mempunyai jiwa halus karena selalu dijunjungnya tinggi madame Curie dengan suatu cara penghormatan yang jarang sekali keliahtan, yaitu penghormatan yang tak meminta balasan akan tetapi berusaha berbakti dan memberikan keriaan hati. Sekali lagi datang ia berdansa di rumah di jalan Kellermann itu secara sembunyi-sembunyi pula. Setelah mereka berkenalan baik maka datanglah Pierre dan Mania mengunjunginya di rumah Loie Fuller sendiri. Di sana mereka bertemu dengan Auguste Rodin yang menjadi sahabt bagi mereka. Tahun-tahun berikutnya kerap kali Pierre, Mania, Loie Fuller dan Rodin berkumpul di ruangan bekerja seniman patung itu, sambil bercakap-cakap diantara patung-patung tanah liat dan arca-arca pualam.
Ada tuju delapan orang yang selalu datang bertamu ke rumah di jalan Kellermann itu : Andre Debierne, Jean Perrin dan isterinya, yang menjadi sahabt karib Mania, Georges Urbain, Paul Langevin, Aime Cottin, Georges Sagnac, Charles Edouard Guillaume dan beberapa orang murid dari sekolah di Sevres itu ... semuanya sarjana!
Jika hari cuaca pada hari Minggu pertama, maka duduklah mereka berkumpul di taman rumah itu. Mania duduk dalam teduh dekat kereta Eve sambil bekerja-tangan dan mengikuti percakapan-percakapan yang bagi seorang wanita lain merupakan suatu bahsa yang tak dapat dipahaminya.
Itulah saatnya mmeperbincangkan berita-berita baru : warta berita yang mengagumkan tentang sinar-sinar alpha, beta dan gamma radium. Dengan segala daya upaya Perrin dan yang lain-lain itu berikhtiar mencari sebab musabab tenaga gerak radium itu. Untuk menerangkan itu haruslah ditinggalkan atau asa Carnot tentang kekalnya tnaga gerak atau asa tentang kekalnya unsur-unsur. Pierre mengemukakan kemungkinan ubahan-ubahan radio aktif. Tetapi urbain membantah sekeras-kerasnya. Ia tak mau mendengarkan selain dari pendiriannya sendiri yang dipertahankannya dengan bersemangat! Dan perihal ciptaan Sagnac? Adakah dilaksanakan Mania percobaan-percobaan yang baru berhubung dengan berat zarah radium itu?
Radium .... sekali lagi radium! Perkataan mantera itu diucapkan berulang-ulang sepuluh- duapuluh kali dari mulut ke mulut dan menimbulkan perasaan kesal Mania : kebetulan saja radium itulah yang merupakan zat yang menakjubkan, sedang polonium itu adalah sebuah zat yang sebentar berubah ubah dn kurang pentingngya. Dalam cinta tanah airnya ia mengharapkan sebaiknyalah jika “Polinium” yang namanya mengandung arti lambang itu menarik segala kemegahan.
Kadang-kadang terdengar juga suara-suara biasa dalam percakapan-percakapan itu; doktor Curie berbicara tentang politik dengan Debierne dan Langevin; Urbain mengusik Mania secara sahabat, mencela pakaiannya yang terlampau sederhana itu dan menyesalinya karena tak ada keinginan memikat hati; Mania mendengarkan ini semuanya dengan heran dan terkejut.
Jean Perrin yang melupakan zarah-zarah, “yang tak terhitung gkecilnya itu” menoleh ke langit sambil bernyanyi sekuat-kuatnya sebagai seorang penggemar Wagner beberapa lagu dari Rheingold atau Meistersinger. Agak sebelah belakang di taman itu isteri Perrin sedang bercerita dongengan kepada anak-anak Line, Francis dan Irene yang merupakan tiga serangkai.
Keluarga Perrin dan keluarga Curie yang diam berdekatan, bertemu setiap hari karena hanya sebuah pagar sederhana yang memisahkan kedua taman rumah itu. Jikalau Irene hendak memberitahukan sesuatu yang penting kepada teman-temannya itu, ia memanggil dari pagar itu. Tiga serangkai itu tukar menukar ciklat dan mainan-mainan serta bercakap-cakap di balik pagar itu melalui ruji-rujinya yang telah berkarat – sambil menunggu-nunggu saatnya mereka dapat membicarakan ilmu fisika seperti “orang-orang besar itu.
“Orang-orang besar” itu, terlebih Pierre dan Mania penuh angan-angan gairah. Telah tiba masa yang baru untuk suami isteri Curie itu : Negeri Perancis telah mengetahui wujud mereka dan memutuskan membantu daya-upaya mereka itu.
Langkah pertama yang tak dapat dihindari ialah angkatan Pierre Academie des Sciences. Untuk kedua kalinya tunduk sarjana itu menjalani percobaan : berkunjung. Pengikut-pengikutnya yang takut kalau-kalau ia tidak bersikap seorang “calon yang bijaksana” menimbuninya dengan bermacam-macam nasihat-nasihat penuh kekuatiran.
W.Mascart menulis kepada Pierre Curie pada tanggal 12 Mei 1905.
“... Pastilah tuan ditempatkan nomor satu pada daftar calon dan sebenarnya tak ada yang menandingi tuan sehingga telah pasti bahwa tuan-lah yang akan diangkat.
Akan tetapi perlu tuan memaksa diri tuan menjelang para anggota Academie itu sekalipun tuan hanya meninggalkan karcis tuan dengan ujungnya terlipat apabila tak ada orang di rumah. Mulailah segera minggu depan dan dalam empatbelas hari tuan telah terlepas dari percobaan itu.”
E. mascart menulis kepada Pierre Curie pada tanggal 25 Mei 1905 :
“Tuan Curie yang terhormat, aturlah sekehendak tuan, akan tetapi sebelum tanggal 20 Juni seharusnya telah selesai tuan menjelang para anggota Academie, sekali pun tuan terpaksa menyewa mobil untuk itu sehari lamanya.
Alasan-alasan tuan ajukan itu pada dasarnya adalah benar, akan tetapi tak dapat disingkirkan sesekali mengalah kepada kenyataan. Janganlah tuan lupakan bahwa gelaran anggota Institut itu memberikan kemungkinan bagi tuan berbakti untuk orang-orang lain.
Pada tanggal 3 Juli 1905 Pierre mulai menjadi anggota Academie itu. Patutu dicatat pula bahwa duapuluh dua orang sarjana yang mungkin kiuatir akan mencemarkan nama mereka kalau ia dipilih menjadi rekan mereka, telah mengeluarkan surat mereka untuk saingannya Gernez.
Perre Curie menulis kepada George Gouy pada tanggal 6 Oktober 1905 :
“.... Hari Senin saya pergi ke Institut, tetapi saya masih bertanya dalam hati, apakah yang saya kerjakan di sana. Berhubung saya dengan para anggotanya tak ada dan minat untuk Ilmu Pengetahuan hampa-belaka.”
Pierre Curie pada tanggal 6 Oktober 1905 :
“Belum dapat saya mengetahui apakah gunanya Acadimie ini.”
Walau pun tak berapa tinggi penghargaannya terhadap Perkumpulan agung itu, akan tetapi Pierre tertarik perhatiannya terhadap keputusna-keputusan yang diambil Unipersitet itu untuk kepentingannya : Pekerjaannya bergantung kepada keputusan-keputusan itu. Pada awal tahun 1904 kepalanya, Liard, berhasil mengusahakan pembukaan bagian ilmu fisika untuk Pierre yang berarti kedudukan maha guru yang telah begitu lama diidamkan-idamkan Pierre! Sebelum diterimanya angkatan ini Pierre bertanya, di manakah laboratoirum yang berhubungan dengan pekerjaanya itu.
Laboratorium? Laboratorium mana? Tak ada dibicarakan tentang Laboratorium!
Pada saat itu mengertilah pemenang-pemenang Anugerah Nobel itu bahwa jika ditinggalkan Pierre jabatan di P.C.N. itu dan mengajar di Sorbonne maka besarlah kemungkinan bahwa tak ada lagi tempat bekerja bagi dia! Tak ada ditawarkan tempat bekerja kepada pegawai yang baru diangkat itu, sedang yang dua bilik yang dapat dipakainya ktu di P.C.N. tentu akan diserahkan kepada penggantinya. Karena itu besarlah kemungkinan kelak akan terpaksa ia melakukan percobaan-percobaannya di jalanan.
Dengan gaya bahasanya yang bagus itu Pierre menulis surat yang hormat akan tetapi enuh ketegasan kepada para kepalanya : berhubung dengan tak ada disediakannya tempat bekerja mau pun persediaan uang untuk penyelidikan-penyelidikan, ia telah memutuskan tak akan menerima kedudukan yang ditawarkan kepadanya itu. Walau pun terlampau banyak pelajaran-pelajaran yang harus diberikannya di P.C.N. itu, ia akan tetap di sana karena dapat dipakainya terus ruangan yang disediakan sekolah itu untuk madame Curie dan dia sebagai tempat bekerja dan berbakti.
Kesulitan-kesulitan baru. Universitet itu bertindak kasatria dan dimintanya dari perwakilan raja supaya dibuka sebuah laboratorium dan disediakan limapuluh ribu franc. Usul itu diterima .. artinya hanpir-hampir! Di Sorbonne sekali-kali tak ada tempat untuk Pierre akan tetapi dua buah ruangan di jalan Cuvier akan disediakan dengan perlengkapan untuk Piserre. Sejumlah duabelas ribu franc setiap tahun akan disediakan untuk Pierre dan selain dari itu akan diterimanya tiga puluh empat ribu franc guna membeli alat-alat perlengkapannya.
Pierre yang berpikir secara anak-anak itu, menyangka bahwa dengan “ongkos-ongkos perlengkapan itu” sangguplah ia membeli alat-lat dan memperlengkapkan bahan-bahannya. Memang dapatlah dilaksanakannya itu akan tetapi setelah dipotong julah uang yang tak besar itu dengan harga pembelian gedongnya. Bagi pemerintah adalah ongkos-ongkos pembeli gedung dan perlengkapan serupa saja!.
Pierre menulis kepada Georges Gouy pada tanggal 31 Januari 1905 :
“Saya tetap mempunyai dua buah bilik di P.C.N. tempat kami bekerja : selain dari itu sedang di dirikan lagi dua buah ruangan yang lain untuk kai di pelataran dalam. Haraganya ialah duapuluh ribu franc yang akan dikurangkan dari jumlah uang yang teruntuk bagi pembelian alat-alat dan perkakas.”
Pierre kepada Georges Gouy pada tanggal 7 Nopember 1905 :
“Besok saya akan memulai kuliah-kuliah saya akan tetapi keadaan saya tidak memuaskan karena tak dapat saya bersiap-siap untuk percobaan-percobaan saya, sebab ruangan kuliah itu di Sorbonne, sedang laboratorium saya di jalan Cuviar. Selain dari itu dipergunakan juga ruangan itu untuk kuliah-kuliah lain dan hanya sekali sepekan ada kesempatan bagi saya mengadakan persiapan di ruangan itu.
Kesehatan saya sedang, tetapi lekas saya letih dan tak banyak lagi tenaga bekerja saya. Sebaliknya isteri saya bekerja keras dengan membagi-bagi waktunya untuk anak-anaknya, sekolah di Serves dan laboratorium kami. Sedetik pun tak pernah terbuang waktunya dan lebih tartur kerjanya daripada saya di laboratorium ini, karena bagian terbesar sehari-hari ia tinggal di balai penyelidikan kami itu.”
Lambat laun disediakan Negara sebuah tempat bekerja untuk Pierre Curie dengan mendirikan dua buah bilik pada suatu tempat yang tak pantas dan yang terlebih dahulu diketahui bahwa tak akan mencukupinya.
Seorang wanita yang kaya dan terharu melihat keadaan yang bersifat lawan asas ini menawarkan antuannya kepada suami isteri Curie dan diusulkannya mendirikan sebuah institut untuk kedua orang sarjana itu pada suatu tempat yang sunyi di bagian luar kota Paris. Dengan harapan baru dipercayakan Pierre rancangan-rancangannya dan keinginan-keinginanya kepada nyonya itu.
Pierre Curie menulis kepada Nyonya X. Pada tanggal 6 Pebruari 1906 :
“Nyonya,
Inilah beberapa petunjuk-petunjuk yang nyonya minta dari kami tentang laboratorium yang kami idam-idamkan itu. Petunjuk-petunjuk ini sekali-kali bukan bersifat memastikan, karena dpat diganti-ganti menurut keadaan, ruangan dan alat-alat yang dapat kami miliki.
“... Dengan sengaja kami tegaskan mendirikan laboratorium itu di luar kota karena bagi kami adalah sangat pentingnya hidup bersama-sama anak-anak kami berdekatan dengan pekerjaan kami. Terlebih-lebih isteri ssaya sangat sulit kelak pekerjaannya, aapbila rumah dan laboratorium kami itu berjauh-jauhan letaknya. Kadang-kadang kewajibannya rangkap dua itu melampaui kekuatannya.
Hidup dengan nayman di laur kaota Paris pasti akan mempengaruhi penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan itu dengana baiknya, sedang laboratorium itu hanya akan bertambah selayaknya, jika dipindahkan ke luar kota. Sebaliknya hidup di tengah-tengah kota sangat buruknya untuk anak-anak dan siteri saya, tak sampai hati membiarkan mereka di sana sampai mereka menjadi besar.
Kami sangat terharu karena perhatian nyonya terhadap kami ini.”
Rancangan ini, sekalipun ksatrianya, tak dapat dilaksanakan. Delapan tahun lagi perlu madame Curie menunggu-nunggu sebelum ia dapat mempelajari radio aktif itu dalam sebuah gedung yang selayaknya, sebuah gedung yang tak dapat sempat dilihat Pierre. Untuk selama-lamanya akan tersimpan dalam hatinya ingatan bagaimana teman sehidupnya itu sampai saat akhirnya menunggu-nunggu dengan sia-sia kedatangan laboratorium itu – hikmah tinggi satu-satunya dalam hidupnya.
Tatkala ia di kemudian hari membicarakan dua ruangan yang diserahkan kepada Pierre, tatkala ia meninggal dunia ditulis Mania :
“Tak dapat disingkirkan perasaan kesal memikirkan bahwa kurnia inilah yang terakhir didberikan kepdanya dan bahwaa seorang dari sarjana Perancis yang terpenting akhirnya tak pernah mendapat laboratorium pantas, sedang keahlianyya telah ternyata ketika ia berumur dua puluh tahun. Tentu, jika ia hidup lebih lama, akan dapat juga ia bekerja dalam sebuah laboratorium yang lebih bagus, akan tetapi ketika ia berumur empat puluh tujuh tahun masih belum ada kesempatan itu baginya. Perlukah digambarkan lagi bagaimana ia melukai hati pekerjanya yang bersemangat dan tak pernah memikirkan kepentingan dirinya sendiri itu? Seorang pekerja yang melihat cita-citanya tak terkabul karena dihalang-halangi kekurangan alat-alat. Dapatkah dengan tak mengharukan dipikirkan bagaimana harta yang suci-sucinya dalam negeri dibuang-buang saja dengan tak ada kemungkinan mendapatkannya kembali : akal budi, tenaga dan keberanian anak-anaknya yang sebaik-baiknya.
“.... Benarlah bahwa radium itu ditemui dalam keadaan sesukar-sukarnya : Pondok tempat lahirnya itu diselubungi kebagusan sesuatu hikayat akan tetapi anasir romantis itu bukanlah merupakan keuntungan baginya, karena itulah kami kehabisan tenaga dan karena itu jugalah terlambat penyelesaian pekerjaan itu. Sekiranya kami mempunyai alat-alat yang lebih sempurna, pekerjaan selama lima tahun itu dapat dilaksanakan dalam waktu dua tahun, sedang susah payahnya dapat diringankan.
Dari segala keputusan yang diambil menteri itu hanya satu yang benar-benar menggembirakan suami isteri Curie itu : Pierre buat seterusnya akan mendapat tiga orang gpembantu dan seorang pesuruh. Pimpinan seluruhnya akan diserahkan kepada madame Curie.
Hingga kini wanita muda itu hanya dibiarkan ia datang ke laboratorium itu. Dengan tak ada berhak untuk melakukannya dan dengan tak mendapat gaji dilaksanaknnya penyelidikan-penyelidikan radium itu, maka dalam bulan Nopember 1904, ia mendapat kedudukan yang tetap dan bergaji – sebanyak duaribu empatratus franc sehingga berhaklah ia dengan terang-terangan untuk pertama kalinya bekerja dalam laboratorium suaminya itu!
Selamat tinggal, pondokku!—Pierre dan Mana memindahkan perkakas-perkakas yang masih ketinggalan dalam pondok itu ke jalan Cuvier. Pondok itu telah mereka sayangi karena mengandung susah payah berhari-hari lamanya bagi mereka disamping bahagia. Beberapa kali sejak itu mereka masih pergi bergandengan tangan melihat dinding yang lembab dan papan-papan yang telah busuk.
Lambat laun mereka menyesuaikan diri mereka kepada hidup mereka yang baru itu. Pierre mengadakan persiapan kuliahnya sedang Mania bertemu pula dalam bilik-bilik yang tak bagus perlengkapannya itu dalam lapangan tempat mereka berjumpa dengan Andre Debierne, Albert Laborde, seorang bangsa Amerika, profesor Duane dan beberapa orang asisten atau murid-murid yang sedang sibuk mengerjakan percobaan-percobaan. Mereka membungkuk di hadapan alat-alat yang rapuh susunannya itu dan diperlukan mereka untuk percobaan seketika itu.
“Kami, yaitu madame Curie dan saya sedang berusaha memastikan banyaknya radium dengan emanasi” ditulis Pierre pada tanggal 14 April 1906. “Nampaknya sangat gampang akan tetapi ealau pun demikian telah berbulan-bulan kami menegrjakannya dan baru sekaranglah kami mendapat hasil-hasil secara teratur.” Kami bekerja, madame Curie dan saya....
Perkataan-perkataan yang ditulisnya Pierre itu lima hari sebelum ia meninggal dunia, merupakan inti dan bahagia sebagus-bagusnya dalam ikatan mereka yang tak pernah dipisahkan itu. Setiap kemajuan dalam pekerjaan mereka, setiap perasaan kecewa atau setiap kemenangan mereka mengikat lelaki dan wanita ini lebih erat lagi satu sama lain.
Belum cukuplah saya ceritakan tentang kejujuran, ketulusan dan kegembiraan suci perserikatan akal budi mereka yang tak ada tolok bandingnya itu? Tentang pikiran-pikiran luhur dan sederhana, pertanyaan-pertanyaan, catatan dan nasihat-nasihat yang setiap jam diucapkan Pierre dan Mania yang satu apda yang lain? Tentang pujian-pujian ria dan sesalan-sesalan persahabatan. ... Di antara akedua orang yang sama derajatnya itu, yang satu sama lain menawan hatinya dan yang tak mengenal iri hati dan tersimpul persahabatan suci dalam pekerjaan yang nampaknya itulah lambang setulus-tulusnya untuk cinta kasih mereka yang tak kunjung padam itu.
“Dalm laboratorium di jalan Cuvier” ditulis asisten mereka Albert Laborde belum berapa lama berselang, “saya sedang bekerja dengan sebuah pesawat berisi raksa. Pierre Curie hadir di sana. Madame Curie dan ke sana, melihat denga penuh perhatian suatu bahagian kecil dari mesin itu yang tak dapat dipahamnya dengan segera. Sebenarnya bukanlah sulit itu, akan tetapi ia tetap bersitegang leher dan membantah-bantah, walau pun telah dijelaskan kepadanya. Maka Pierre pun marah lemah lembut beria sambil berkata : “Hai Marie dan toh!” yang sampai sekarang masih kedengaran bagi saya dan saya harap semua orang  dapat merasakan isi bunyinya itu.
Beberapa hari kemudian teman-teman saya yang tak mengetahui jalan dalam sesuatu rumus matematika meminta pertolongan Pierre Curie, akan tetapi ia mengatakan lebih baiklah mereka tunggu kedatangan Madame Curie, karena keahlian istrinya itu dalam lapangan matematika, katanya, pasti akan mengakhiri kesulitan mereka itu. Maka sesungguhnyalah dalam beberapa menit saja telah dapat dipecahkan madame Curie masalah yang sulit itu.”
Dengan cara yang jamak sekali mereka berpikir serupa dan sampai ke soal-soal sekecil-kecilnya mereka senantiasa bertindak bersama-sama.
Seorang sahabt, yaitu isteri Pierre, datang bertanya kalau-kalau boleh dibawanya Irene bermain-main dengan anak-anaknya, akan tetapi Pierre menjawab dengan isin sambil tersenyum simpul : “Saya tak tahu, Marie belum di rumah, tak dapat saya katakan sebelum saya tanyakan Marie. Tatkala mereka menghadiri suatu pertemuan sarjana-sarjana maka Mania yang biasanya suka diam itu, terbawa-bawa bertukar pikiran dengan bersemangat tentang suatu soal dalam lapangan ilmu pengetahuan, akan tetapi dengan sekonyong-konyong ia bera muka dan sambil gagap ia berpaling kepada suaminya itu memintanya meneruskan perdebatan itu; demikianlah teguhnya keyakinannya bahwa pendapat Pierre lebih berharga seribu kali daaripada pikirannya sendiri.
“Ia melebihi yang saya aidam-idamkan ketika kami bersatu”, di tulis Mania di kemudian hari. “Sifat-sifatnya yang luar biasa, luhur dan jarang kelihatan itu semakin lama semakin mengagumkan saja; akdang-kadang saya pikir Pierre adalah sesuatu makhluk yang teristimewa karena sedikit pun tak mau ia membanggakan diri dan tak ada sekali-kali pikiran picikpadanya sepeti banyak kedapatan bagi diri kita sendiri dan pada orang-orang lain; kerap kali kita berikhtiar memaffkannya, sekali pun kita berusaha mencapai cita-cita kesempurnaan.”
Di waktu hari Paskah tahun 1906 hari cuaca terang benderang. Pierre dan Mnia berlibur beberapa hari di rumah mereka di Saint Remy la Chevreuse. Seperti sediakala mereka berjalan-jalan pergi mengambil susu dengan anak-anak mereka ke suatu rumah petani yang berdekatan. Pierre sangat bergirang hati, apabila Eve yang masih belajar berjalan dan baru berumur empatbelas bulan itu dilihatnya tertatih-tatih sambil memilih-milih dengan tegar hatinya semua alur-alur bekas kereta berjalan untuk dilaluinya. Waktu hari Ahad suami isteri itu berjalan-jalan naik kereta angin ke hutan-hutan Port-Royal dan dari sana mereka membawa dahan-dahan mayang dan karangan-karangan bunga. Apabila Pierre esok harinya kepayahan berjalan jauh lagi, maka berbaringlah ia di rumput.
Matahari yang bersinar-sinar itu menguakkan embun yang menyelubungi lembah itu. Eve tertawa-tawa sambil baring di atas sebuah selimut sedan Irene mengejar-ngejar kupu-kupu dengan sebuah jala hijau dan apabila ditangkapnya sesekali seekor dari kupu-kupu itu, maka ia berteriak-teriak kegirangan. Ia kepanasan, maka dibukanya baju kurungnya dan orang tuanya berbaring di rumput itu memandang-mandang bagaimana eloknya anak mereka itu dan bagaimana lucunya ia kelihatannya dalam kemanjaan dan celana lelaki yang pendek itu.
Pada hari itulah atau mungkin juga pada hari yang mendahuluinya, Pierre yang berlega dada berkat rawanan dan kesunyian hari pagi musim bunga itu, memandang anak-anaknya yang berjungkir balik dalam rumput dan sesudah itu menoleh kepada Mania yang baring dengan tak bergerak di sampingnya. Dielusnya sebentar pipi dan rambut isterinya itu sambil berkata perlahan-lahan : “Alangkah berbahagia hidup itu di samping engkau Mania!.
Waktu petang hari mereka mengembara perlahan-lahan di hutan sambil menggendong Eve berturut-turut di bahu mereka. Mereka mencari danau kecil diliputi teratai yang pernah menawan hati mereka itu. Danau itu telah kering dan teratai itu tak kelihatan lagi. Berdekatan dengan danau itu di tepi jalan mereka memetik bunga.
Setelah makan sebentar maka berangkatlah Pierre dengan kereta api malam ke Paris sedang keluarganaya tinggal lagi di Saint Remy. Sebagai temannya dibawanya bunga yang merka petik petangnya tadi dan yang akan ditaruhnya dalam gels untuk menghiasi mejanya.
Seharian lagi mengecap hari cuaca dan hawa segar maka Mania pun kembali ke Paris hari Rabu malam dan setelah diantarkannya anak-anaknya ke rumahnya maka, ia pun pergi ke Laboratorium menemui suaminya. Apabila ia masuk ke dalam, dilihatnya Pierre berdiri seperti biasa di muka jendela ruangan yang besar itu sedang memeriksa sebuah pesawat. Ia menunggu isterinya datang. Dipakainya jasnya dan diambilnya topinya; sambil memegang tangan isterinya ia menuju rumah makan Foyot tempat Societet de Physique mengadakan jamuan makan tahunan mereka. Dengan rekan-rekannya yang dijunjung tinggi dan dengan Henri Poincare yang duduk di sampingnya dibicarakannya soal-soal yang meminta perhatiannya sewaktu itu seperti : Susunan emanasi radium, gejala-gejala spirit yang baru dihadirinya itu dan pendidikan anak-anak gadis yang baginya merupakan soal tersendiri dan hendak dibicarakannya dengan teori-teorinya tertentu dan dialirkannya ke arah pengetahuan ilmu fisika.
Hawa telah bertukar. Hampir tak dapat orang percaya bahwa hari kemarinnya nampaknya telah hampir musim panas. Hawa dingin dan angin bertiup dengan kerasnya, sedang hujan rintik-rintik ke gelas kaca jendela. Jalanan basah, lembek dan licin.
BAB. XVIII : 19  APRIL  1906.
Hari kamis itu pagi-pagi redup, amsih terus hujan, hari mendung dan suami isteri Curie tak dapat melupakan hujan deras itu, sekali pun mereka mencurahkan pikiran mereka seluruhnya untuk pekerjaan mereka itu. Pierre akan menghadiri jamuan makan siang yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Maha Guru Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Fisika, sehabis itu ia akan memeriksa cetak percobaan di tempat penerbit buku-bukunya Gauthier-Viliars dans esudah itu ia akan pergi ke Institut. Madame Curie banyak pula urusannya.
Karena sibuknya mereka pergi itu, hampir mereka tak berjumpa. Dari bawah digang rumahnya Pierre memanggil Mania bertanya kalau-kalau ia apergi ke laboratorium nanti. Mania yang sedang sibuk mengurus pakaian Irene dan Eve di tingkat pertama menjawab bahwa mungkin tak sempat ia pergi ke sana, akan tetapi perkataan-perkataannya menghilang dalam rusuh hari. Pintu rumah di tutup dan Pierre berangkat dengan tergesa-gesa.
Pierre bercakap-cakap dengan sahabt-sahabat rekannya di Hotel des Societes Savantes di jalan Danton, sedang Mania masih makan pagi bersama-sama dengan anak-anaknya dan doktor Curie. Pierre gemar benar mengunjungi pertemuan-pertemuan semacam ini karena dapat ia berbicara-bicara dengan tenang dengan rekan-rekannya tentang Sorbonne, tentang penyelidikan-penyelidikan dan tentang pekerjaan mereka. Umumnya percakapan pagi itu mengenai kecelakaan-kecelakaan yang mungkinterjadi dalam laboratorium-laboratirum dan segera ditawarkan Pierre bantuannya untuk menyelenggarakan rancangan-rancangan yang akan dapat mengurangi bahaya-bahaya yang mungkin menimpa para penyelidik ilmu pengetahuan.
Kira-kira jam setengah tiga ia meminta diri dengan senyuman dari rekan-rekannya dan ia berjabat tangan dengan Jean Perrin yang akan ditemuinya nanti malam itu juga. Sambil melampaui ambang rumah itu, Pierre menoleh dengan tak didsengajanya ke langit yang menghitam dan mukanya bergerenyut. Dibukanya apayungnya dan memberanikan dirinya melalui hujan lebat pergi menuju sungai Saine.
Di kantor Gautheir Villars tak ada orang, karena pekerja-pekerja sedang mogok. Maka ia pun berangkat  lagi meneruskan perjalanannya dan tibalah ia di jalan Dauphine yang berkumandang suara panggil para kusir-kusir dan tram yang berjalan di sebelah pangkalan yang terdekat. Alangkah ramainya lalu-lintas di jalan kecil semacam ini di bagian lama dari kota Paris! Jalan itu hampir tak cukup lebarnya memberikan kesempatan kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang dan untuk mereka yang berjalan kaki yang banyak jumlahnya pada petang hari ini kaki lima jalan itu sangat ciutnya. Dengan sendirinya Pierre mencari bagian yang luas pandangannya di jalan itu. Kadang-kadang ia berjalan di pinggir kaki lima itu dan sesekali ia berjalan di jalan kendaraan pula dengan langkah-langkah tak tetap seorang yang pikirannya itu dengan pandangan legat dan muka muram. Percobaan yang sedang dikerjakannya? Pekerjaan sahabatnya Urbain yang disimpannya uraiannya dalam surat untuk Academie di kantongnya. Mania? Telah beberapa lama ia berjalan di aspal di belakang sebuah kereta tertutup yang menuju ke Pont-Neuf.
Di persimpangan jalan besar dengan pangkalan sangat ramai dan riuhnya, tram yang menuju Concorde sedang berjalan di tepi sungai. Sebuah kereta barang yang penuh muatannya dan ditarik dua ekor kuda, melintang datang dari jembatan itu menjonjok ke jalan Dauphine. Pierre hendak menyebari jalan ke kaki lima yang lain. Dengan gerak yang lazim bagi orang-orang yang pikirannya melayang, maka ditinggalkannya sekonyong-konyong perlindungan kereta di hadapannya itu, sehingga tak dapat ia memandang ke muka. Ia melangkah ke kiri tetapi ia terbentur seekor kuda yang membeker, yaitu salah satu dari kuda kereta barang yang sekejap itu juga berjalan di hadapan kendaraan yang melindungi Pierre. Jarak anatara kedua kendaraan itu secepat kilat bertambah pendek. Pierre, gugup, mencoba dengan gerak canggung memegang tali kuda yang meronta itu. Ia tergelincir di aspal yang basah itu dan jerit ketakutan meluap di angkasa : Pierre telah jatuh di bawah ladam kuda itu. Orang-orang yang lalu lalang berteriak : “Stop! Stop!” Kusir itu menarik kekang kuda itu tetapi sia-sia : Kereta itu berjalan terus.
Pierre melinang di tanah, hidup dan tak kurang sesuatu apa. Ia tak menjerit-jerit, ia hampir tak bergerak. Badannya lurus di antara kaki kuda dan kereta itu. Sedikit pun tak kena tubuhnya sehingga masih mungkin sesuatu mukjizat, akan tetapi kereta yang berat muatannya enam ton itu masih terlanjur beberapa meter jauhnya. Roda belakang sebelah kiri mengenai sebuah benda halus yang terhancur sambil kereta itu berjalan : Dahi, kepala manusia. Tempurung kepala peccah dan massa yang marah lekat-lekat merucut dengan lumpur : Otak Pierre Curie.
Agen-agen polisi mengangkat badan yang masih panas itu, akan tetapi dengen sekejap mata jiwanya telah melayang. Dipanggil mereka beberapa kendaraan tetapi tak ada seorang kusir pun yang bersedia mengangkut mayat yang berlumuran darah dan diliputi lumpur. Waktu berselang dari menit ke menit, orang-orang yang mengetahui seluk-beluk kejaidan berkerumun berdesak-desakan. Semakin banyak orang mengerumuni kareta yang tak bergerak itu dan teriak marah mendengung-dengung di telinga kusirnya. Louis Manin yang dengan tak sengaja menyebabkan kecelakaan itu. Mayat itu diangkat ke sbuah usungan yang dibawa dua orang dan diangkutlah mayit itu ke kantor polisi yang terdekat, setelah berhenti sebentar di rumah obat dengan tak ada perlunya. Di kantor polisi itu dibuka dan diperiksa surat-surat mayat itu dan apabila tersebar berita bahwa korban kecelakaan itu rupanya Pierre Curie, seorang Maha Guru, Sarjana termsyhur, maka orang bertambah gempar sehingga terpaksa aen-agen itu bertindak melindungi Manin dari bahaya ancaman orang banyak yang dengan tinju berkepal hendak menyerang kusir itu.
Seroang doter, tuan Drouet, mencuci muka yang berlumuran darah itu dan diperiksanya luka di kepalanya Pierre itu sambil menghitung enambelas belah-belahan tulang yang duapuluh menit yang lamapu masih merupakan sebuah tempurung kepala. Dengan telepon diberitahukan kecelakaan ini kepada Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Fisika.
Tak berapa lama sesudah itu maka telah hadir di pos polisi di jalan des Grand Augustin seorang komisaris dan sekretaris yang dengan hati terharu melihat asisten hali ilmu fisika itu, tuan Clerc, menagisi sarjana itu sedang kusir Manin dengan mata merah bengkak tersedu-sedu pula.
Di tengah-tengah mereka terlentang Pierre dengan kepalanya dibebat sedang mukanya tak ada bekas-bekas luka seolah-olah ia tak menghiraukan sesuatu apa pun. Di depan kantor polisi itu menunggu kereta yang lima meter panjangnya itu dan penuh padat bermuatan pakaian tentara. Lambat laun bekas-bekas darah yang memercik dari salah satu rodanya itu telah dihilangkan oleh hujan. Kuda-kuda yang besar dan muda itu gelisah-gelisah karena kehilangan kusirnya sambil besin dan ngentak-ngentak kaki di jalan yang basah itu.
Kecelakaan i ni menimpa rumah keluarga Curie itu. Mobil-mobil dan kereta-kereta lewat di sepanjang tanggul-tanggul jalan itu dan berhenti di jalan Kellermann yang sunyi senyap itu. Seorang utusan dari Presiden Republik datang menggenta di rumah sarjana yang baru meninggal itu, akan tetapi apabila didengarnya bahwa madame Curie belum di rumah, ia berangkat dengan tak meninggalkan kabar apa pun. Terdengar lagi genta rumah itu berbunyi : dekan fakultet, Paul Appel, dan profesor Jean Perrin masuk dalam rumah itu.
Doktor Curie yang tinggal sendirian dengan seorang pesuruh di rumah yang sepi itu heran melihat segala kunjungan agung itu. Ia pergi menemui kedua orang tau itu dan dilihatnya muka mereka penuh kejutan. Paul Appell yang bertugas terlebih dahulu memberitahukan kejadian itu kepada madame Curie, diam kegugupan terhadap mertuanya Mania itu. Akan tetapi tak lama syak wasangka doktor Curie itu. Sekali lagi dipandang orang tua itu tamu-tamunya itu dan dengan tak bertanya apa-apa ia berkata : “Anak saya telah meninggal dunia.
Setelah didengarnya cerita kecelakaan itu maka airmatanya bercucuran membasahi mukanya yang telah berkerut kisut ketuaan itu. Air matanya itu mengandung perasaan duka yang sangat dalam. Dengan kasih sayang dan putus asa doktor Curie menuduh anaknya itu karena ia tak berhati-hati sehingga ia menemui ajalnya. Berulang-ulang disesalinya : “Apakah lagi yang dipikirkannya sewaktu ia berjalan itu?
Jam enam. Suara kunci membuka pintu, Mania masuk dalam rumah, ria gembira. Dengan remang-remang dirasanya bahwa sikap yang terlalu hormat itu dari pihak teman-temannya mengandung tanda kasihan terhadap dirinya. Sekali lagi diulangi Paul Appell menceritakan kecelakaan itu. Madame Curie duduk diam – tak bergerak memandang legat sehingga timbul pikiran seolah-olah ia tak mengerti semuanya itu. Ia tidak jatuh pingsan di hdapan sahabat-sahabatnya itu, ia tak mengeluh dan ia tak meraung. Laksana patung seolah-olah ia tak bernyawa dan tak berperasaan. Seteah ia diam beberapa lama maka bibirnya mulai bergerak dan perlahan-lahan, seakan-akan sambil berputus asa ia amsih berharap mendapat jawaban sangkalan, ia bertanya : “apakah Pierre telah mati? Mati sematinya?”
Mengatakan bahwa sesuatu malapetaka yang datang dengan tiba-tiba dapat mengubah seorang manusia untuk selama-lamanya adalah kata-kata muluk, akan tetapi akibat-akibat peristiwa beberapa amenit ini sangat mempengaruhi tingkah laku, nasib hidup ibu saya serta anak-anaknya itu.
Bukanlah madame Curie dari seorang wanita muda yang beruntung menjadi seorang janda yang tak dapat dihiburkan duka-citanya. Pergantian rupa itu tidak bersahaja akan tetapi lebih berseluk. Badai yang mencelah rohaninya dan peranjatnya yang tak seperti itu mengacaukan pikirannya sehingga tak dapat dinyatakannya duka citanya dengan keluh kesah atau kata-kata. Sedari didengarnya perkataan yang tiga buah ini : Pierre telah mati – dan diinsyafinya artinya itu – maka untuk selama-lamanya hatinya telah diselubungi oleh kesucian kediaman. Tatkala ia menjadi janda pada hari di bulan April itu maka pada saat itu jugalah madame Curie merupakan seorang wanita ratapan, seorang wanita yang rinduan hatinya tak dapat dilepaskan.
Mereka yang menjadi saksi bencana ini, merasakan bahwa antara mereka dan madame Curie ada sebuah tembok yang mereka dengan tak kenyataan. Kata-kata untuk membutikan duka cita mereka dan kata-kata untuk melipurkan hati madame Curie itu meluncur perhatian Mania yang dengan mata kering dan muka yang berwana kelabu kepucatan nampaknya tak mendengar suara apa dan hanya dengan susah payah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terpenting. Dengan kata-kata lemas diddtolaknya saksi mayat yang sebenarnya merupakan bagian pemeriksaan kepolisian dan dimintanya supaya mayat Pierre dibawa ke rumahnya di jalan Kellermann itu. Kepada temannya, Nyonya Perrin dimintanya agar Irene boleh menginap di rumahnya selama beberapa hari berikutnya. Ke Warsawa disuruhnya mengirim kawat yang memberitahukan dengan pendek “Pierre meninggal disebabkan kecelakaan”. Sesudah itu ia pergi duduk di taman yang masih lembab dengan sikutnya dilututnya kepalanya bertumpu ditangannya dan pandangan menjauh. Tuli, tak bergerak dan membisu duduklah ia menunggu-nunggu kedatangan teman shidupnya itu.
Mula-mula diantarkan ke rumahnya itu beberapa barang-barang pusaka yang mengandung kesedihan berasal dari pakaian Pierre: pena tinta, kunci, tempat surat-surat, arloji yang masih hidup dan kacanya pun tak rusak. Akhirnya jam delapan berhentilah sebuah kereta orang sakit di depan rumahnya itu dan disilam hari itu dilihatnya paras suaminya itu, nayaman dan manis. Dengan perlahan-lahan dan susah payah diangkatnya usungan mayat itu melalui pintu yang tk lebar itu. Andre Debiarne yang pergi menjemput gurunya dan sahabtnya itu di akntor polisi turut menjaga beban yang membawa duka cita itu. Mayat ditempatkan di sebuah kamar sebelah bawah rumah itu dan Mania tinggalah seorang diri dengan suaminya.
Diciuminya muka suaminya itu, badannya yang lemas dan masih panas itu, tangannya yang masih dapat dikepalkan. Hanya dengancara memaksa dapat ia dibawa ke bilik disebelahnya supaya jangan dilihatnya mengerjakan mayat itu. Ia menurut dengan bingung akan tetapi tatkala diingatnya bahwa seharunya ialah yang mengurus mayat suaminya yang berlumuran darah itu maka kembalilah ia ke kamar itu dan bergantung kepada mayat itu seteguh-teguhnya.
Esok ahrinya setiba Jacques Curie, elga dada Mania melihat iparnya dan air matanya tak ada lagi empangannya.
Bersama-sama dengan kedua kaka-beradik yang masih hidup dan yang seorang lagi telah meninggal dunia – maka Mania pun tak menahan-nahan air matanya lagi dan menangislah ia tersedu-sedu. Tetapi sesudah itu ia gugup pula berkeliling rumahnya itu sambil bertanya apakah Eve telah menjadi seperti biasa. Ia pergi ke taman rumah itu dan disuruhna memanggil Irene yang sedang bermain-main dengan puntng-puntung kayu di rumah keluarga Perrin. Di balik pagar rumah itu ia bercakap-cakap dengan anaknya itu. Dikatakannya bahwa bapaknya luka kepalanya dan perlu berisitirahat sebentar. Dengan tak aa kekuatiran kembali anak itu ke tampat permainannya.
Mania tak sanggup melahrikan duka citanya terhadap orang-orang lain dan hidup dalam kesunyian seolah-olah ia mengembara gurun pasir yang kadang-kadang menyebabkannya berteriak kekejian pada suatu hari (beberapa lama sesudah kejadian ini) membuka sebuah buku tulis warna keabu-abuan, maka dengan huruf-huruf yang gentar didpercayakannya pikiran-pikiran yang menyakitkannya itu kepada kertas kitab itu. Dalam halaman-halaman yang tidak apik dan penuh bekas-bekas air mata itu ia berbicara dengan Pierre, dipanggilnya suaminya itu dan diajukannya pertanyaan-pertanyaan. Ia berusaha mengingatkan segala hal-hal khusus dari kecelakaan yang menimpanya situ sehingga mereka terpaksa berpisah, akan tetapi di kemudian hari ia menyiksa pikirannya pula untuk selama-lamanya dengan ingatan-ingatan ini. Kitab catatan sehari-hari yang hanya sebagian dapat dikutip di sini (kitab yang pertama-tama dan satu-satunya diadakan Mania) itulah merupakan santiran nestapa wanita ini.
.... Pierre, Pierre ku, kau berbaring di sana dengan tenang laksanak seorang kena luka dan tertidur melepaskan lelah, kepalamu terbebat. Mukamu penuh perasaan lemah-lembut dan kesenatausaan, sekarang juga masih begitu seolah-olah kau ketiduran mimpian yang tak sudi melepaskan engkau. Bibirmu yang dulu saya katakan lahap, sekarang kelabuan tak berdarah. Janggutmu yang pendek itu memutih. Hampir tak kelihatan rambutmu karena di sanalah mulainya luka itu; di sebelah atas dahimu di bagian kanan nampaklah tulang yang patah itu. Ah, alangkah pedihnya penderitaanmu itu, alangkah banyaknya darahmu berlumuran sehingga pakaianmu penuh basahan darah. Alangkah menderitanya kepalamu yang kerap kali saya elus-elus itu. Saya ciumi kelopak matamu yang biasanya kau tutup itu apabila saya menciumnya sedang kau menekankan badanmu kepada diri saya dengan suatu gerak yang tak asing lagi bagi saya....
Hari sabtu pagi kami letakkan engkau dalam keranda dan saya menjaga kepalamu tatkala kau diangkat. Untuk penghabisan kalinya kami mencium mukamu yang dingin itu. Sesudah itu saya letakkan kembang yang saya petik dari taman kita bersama-sama dengan potret saya yang kau namakan “Mahasiswa yang gagah berani” dan kau sukai itu dalam kerandamu. Itulah gambaran yang akan mengikuti engkau ke dalam kubur; gambar seorang wanita yang mendapat bahagia menawan hatimu sehingga dengan tak sangsi-sangsi keau mengusulkan kepadanya bersama-sama memikul beban hidup, walau pun seketika itu engkau baru beberapa kali bertemu dengan dia. Kerap kali engkau bercerita bahwa hanya sekali itulah selama hidupmu engkau engkau bertindak dengan tak keragu-raguan dan dengan penuh keyakinan bahwa engkau telah berbuat benar. Pierre-ku, saya pikir engkau tidak khilaf. Kita ditakdirkan hidup bersama-sama dan perkawinan itu pun adalah takdir Tuhan!
Keranda telah ditutup, saya tak melihat engkau lagi. Tak saya izinkan diletakkan alas hitam yang mengerikan itu di atas kerandamu itu. Saya tutupi peti itu dengan kembang-kembang dan saya duduk disampingnya.
... Telah datang orang menjemput engkau; orang-orang itu berduka cita, saya padnang mereka tetapi saya tak berbicara dengan mereka. Kami antarkan engkau ke Sceaux dan kami lihat engkau turun ke dalam lubang yang dalam dan besar itu. Maka datanglah orang-orang berbaris. Kami hendak dibawa pulang, tetapi Jaques dan saya membantahnya, kami hendak menghadirinya sampai selesai semuanya, lubang kubur ditutup dan diletakkan kembang di atasnya, telah siap semuanya, Pierre tidur untuk penghabisan kalinya di dunia ini di bawah tanah, inilah segala-galanya, segala-galanya, segala-galanya.....
Madame Curie telah kehilangan suaminya dan dunia ini kehilangan seorang orang besa. Akhir yang ganas ini, diwaktu hujan dan lumpur, menyedihkan orang banyak. Dalam surat kabar di semua negeri-negeri dimuat lapora-laporan panjang dan mengharukan tentang kecelakaan di jalan Dauphine itu. Ucapan-ucapan turut berduka cita bertimbun-timbun banyaknya dikirimkan ke rumah di jalan Kellermann itu, diantaranya tanda tangan-tanda tangan raja-raja, pera menteri, penyair-penyair, para sarjana, di smaping orang-orang yang tak terkenal. Dalam tumpukan surat-surat, karangan-karangan dan kawat-kawat itu tercantum teriakan tulus ikhlas keluhan hati :
Lord Kelvin :
Terkejut dan terharu mendengar berita ngeri tentang kematian tuan Curie. Kpan dikebumikan? Kami sampai di Hotel Mirabeau besok pagi.
Marcelin Berthelot :
... Kami seakan-akan disambar petir mendengar berita yang mengerikan itu. Telah begitu banyak ia berjasa terhadap Ilmu Pengetahuan dan Manusia, sebegitu banyak lagi jasa-jasa yang kita harapkan dari ahli pendapat ini. Ini semuanya telah lenyap dalam sekejap mata saja atau telah merupakan kenang-kenangan!
G.Lippmann :
Seakan-akan saya kehilangan seorang saudara : saya belum mengetahui pertalian-pertalian erat mana yang mengikat saya kepada suami nyonya, hari ini telah saya ketahui. Saya menderita juga untuk nyonya.
Ch. Vheneveu, asisten Pierre Curie :
Beberapa orang di antara kami menjunjungnya tinggi sebenar-benarnya. Buat saya ialah – diluar keluarga saya – salah seorang yang saya cintai sesangat-sangatnya; alangkah banyaknya dan alangkah halusnya kasih sayangnya terhasdap pembantunya yang isin ini. Kebaikan hatinya dicurahkannya juga terhadap pesuruh-pesuruhnya yang serandah-rendahnya yang memuja-mujanya; tak pernah saya lihat air mata yang lebih halus tulus ikhlasnya dan lebih perihnya dan air mata yang berhamburan dari mata pesuruh-pesuruhnya dilaboratorium seketika mereka mendengar wafatnya yang datang dengan sekonyong-konyong itu ...
Seperti pada segala upacara maka juga sekarang ini madame Curie seterusnya akan dinamakan “janda yang termasyhur” menarik dirinya dari segala akibat-akibat kemegahan. Untuk menghidarkan upacara penguburan secara resmi, dipercepat madame curie pemakaman suaminya itu dan ditetapkannya pada tanggal 21 April. Ditolaknya orang-orang mengirim utusan-utusan dan pidato-pidato serta dimintanya agar Pierre dikuburkan sesedehana mungkin di pekuburan ibunya di Sceaux. Aristide Briand, semsa itu menteri pengajaran, melanggar larangan madame Curie itu : dalam hatinya timbul perasaan kasatria, maka diikutinya keluarga Curie itu dan diiringnya Pierre sampai ke kubur yang jauh letaknya itu di bagian anak kota Paris.
Tersembunyi di antara kuburan-kuburan para watawan mengamat-amati tokoh madame Curie yang mukanya diselubungi kudung-kudungan perkabungan tebal.
“Madame Curie, disangga oleh mertuanya, mengikuti keranda suaminya sampai ke kuburnya yang digali dekat pagar pekuburan di bawah naungan pohon-pohon sarangan. Dimana ia berdiri sebentar dengan taka bergerak; pandangan matanya legat dan muram; akan tetapi tatkala dilemparkan sekuntum bunga dekat kuburan itu maka dengan tiba-tiba diambilnya bunga itu yang dibukanya ikatannya satu demi satu dan dihamburkannya di atas keranda itu.
Dengan perlahan-lahan dilakukannya upacara itu, seakan-akan ia lupa para hadirin yang dengan terharu berdiam sunyi.
Pemimpin upacara berpendapat bahwa perlu diperingatinya madame Curie menerima ucapan-ucapan duka cita dari para hadirin. Maka kuntum bunga yang dipegangnya ditangannya itu berjatuhan ke tanah dan sambil mendiam ditinggalkannya kuburan itu dan mengikuti mertuanya.” (Le Journal, 22 April 1906).
Hari-hari berikutnya diucapkan pidato-pidato memperingati Curie di Sorbonne dan di segala perkumpulan-perkumpulan ilmu pengetahuan di Perancis dan di negara-negara lain yang memandangnya sebagai anggota perkumpulan mereka itu. Di Academie des Sciences yang menghormati Pierre Curie ialah sahabtnya Henri Poincare :
Mereka yang mengenal Pierre Curie semuanya menetahui bagaimana senangnya bergaul dengan dia yang selalu bersifat jujur dan isin itu, bagaimana rawanan hatinya berkat tulus ikhlasnya dan jiwanya yang luhur itu.
Adakah orang yang sampai menyangka bahwa di balik lemah-lembutnya itu tersembunyi suatu pribadi yang tak dapat diobrak-abrikkan> Ia tak kedarkan tasiran-tafsiran ksatria sebagai akibat-akibat pendidikannya, cita-cita rohani yang disayangi padanya, cita-cita ketulusan hati sesempurnanya yang barangkali terlampau luhur untuk dunia sekarang ini. Tak dikenalnya cara-cara menyesuaikan diri seperti yang lazim dilakukan kebanaykan orang-orang yang kurang kuat imannya. Lagi pun cita-cita ini tak dipisah-pisahnya dari cita-citanya terhadap ilmu pengetahuan dan dengan contohnya yang luhur itu dibuktikannya kepada kita  bahwa tasiran luhur tentang kewajiban dapat menjelma dari cinta suci murni terhadap Kebenaran. Tuhan manapun juga yang dipercayai : bukanlah Tuhan itu, tetapi iman itulah yang mengakibatkan mukjizat-mukjizat.
Buku Harian Madame Curie :
... Sehari sesudah penguburan itu telah saya ceritakan semuanya kepada Irene yang sedang menunggu di rumah keluarga Perrin ... Mula-mulaia tek mengerti yang saya ceritakan itu dan ia meminta supaya saya pergi akan tetapi kemudian rupanya ia menangis dan ingin bertemu dengan kami. Di rumah sangat tangisnya akan tetapi sesudah itu ia pergi bermain-main dengan teman-temannya sambil melupakan luka hatinya itu. Tak ada ia bertanya tentang hal-hal khusus dan mula-mulanya rupanya ia takut membicarakan perihal bapaknya itu. Dengan mata terbelalak dilihatnya pakaian-pakaian hitam yang diantarkan bagi saya ... Sekarang nampaknya tak dipikirkannya lagi soal ini.
Josep dan Bronia telah tiba. Mereka sangat manisnya. Irene bermain-main dengan paman-pamannya. Eve yang sepanjang peristiwa ini berjelimpat-jelimpat di seluruh rumah kita dengan ria dan tak mengetahui curiga bermain-main sambil ketawa-ketawa; semua orang bercakap-cakap dan saya lihat Pierre, Pierre ditempat tidur dengan tak bernyawa lagi.
... Hari Minggu pagi setelah kau meninggalkan aku, Pierre, saya pergi ke laboratorium bersama-sama dengan Jaques, untuk pertama kalinya. Saya mencoba melaksanakan pengukuran garis lengkung yang telah kita tetapkan beberapa titiknya. Tetapi saya rasa bahwa tak dapat saya meneruskannya. Sepanjang jalanan seakan-akan saya kena sihir dengan tak menghiraukan apapun. Saya tak akan membunuh diri, bahkan ingatan saya untuk itu pun tak ada, tetapi apakah tak ada dari sebanyak kendaraan itu sebuah yang bersedia memberiekan nasib bagi saya seperti kau telah alami itu, jantung hatiku?”
Doktroe Curie, anaknya Jaques, Yosep dan Bronia melihat dengan penuh kekuatiran bagaimana wanita dalam pakaian berkabungnya itu batu-batuan tenangnya, seolah-olah Mania merupakan sebuah pesawat otomat. Bahkan anak-anaknya itu pun tak menimbulkan perasaan apa-apa pun juga jika dilihatnya mereka. Legar, pikiran melayang, seolah-olah wanita yang tak mengikuti simati itu telah meninggalkan dunia hidup ini. Akan tetapi dunia hidup ini kuatir melihatnya, memikirkan hari kemudian yang baginya hanya sedikit harganya. Kematian Pierre Curie itu telah menimbulkan beberapa masalah-masalah yang penting. Apakah nasib penyelidikan-penyelidikan yang ditinggalkan Pierre setengah siap itu? Dan apakah nasib kuliah-kuliahnya di Sorbonne itu? Dana pulalah ansib Mania?
Sanak saudaranya membicarakan hal ini dengan berbisik-bisik sambil mendengarkan usul-usul dari utusan-utusan kementerian itu dan Unipersitet yang berturut-turut datang berkunjung ke rumah di jalan Kellermann itu. Sehri sesudah penguburan Pierre itu diusulkan Pemerintah dengan resmi agar diberikan pensiunan negeri untuk janda dan anak-anak Pierer Curie itu. Usul ini diajukan Jaques kepada Mania akan tetapi ia menolaknya dengan ringkas : “Saya tak menghendaki pensiunan> Saya masih muda dan sanggup mencari nafkah untuk saya dan anak-anak saya.
Dalam suaranya yang tiba-tiba tega kedengarannya, berkumandang untuk pertama kalinya dengan perlahan-lahan kekerasan hatinya dari dahulu kala. Perundinga antara pembesar-pembesar dan keluarga Curie menemui jalan buntu. Pihak Unipersitet bersedia memakai tenaga madame Curie akan tetapi dengan gelaran apa dan untuk laboratorium mana? Mungkinkah ditempatkan wanita yang berakal budi ini di bawah pimpinan seorang yang sanggup memimpin laboratorium Pierre Curie itu?
Apabila ia ditanya pikirannya maka dijawab madame Curie dengan remang-remang bahwa tak sanggup ia memikirkannya, bahwa ia tak tahu...
Jacques, Bronia dan teman tersetia bagi Pierre, Georges Gouy, insaf bahwa mereka harus memberikan keputusan atas nama Mania dan bertindak untuk dia. Jacques Curie dan Georges Gouy menyatakan keyakinan mereka kepada dekan fakultet : Madame Curie ahli ilmu fisika satu-satunya bangas Perancis yang cakap meneruskan pekerjaan yang telah dimulai Pierre dan isterinya itu. Hanya amadame Curie-lah yang apat menggantikannya sebagai direktur laboratorium itu. Haruslah ditinggalkan tafsiran-tafsiran dan kebiasaan-kebiasaan dan sepantasnyalah ditawarkan kepada madame Curie kedudukan maha guru di Sorbonne.
Berkat desakan bersemangat oleh Marcelin Berthelot, Paul Appell dan direktur muda Liard maka Pemerintah mengambil sikap yang ksatria. Pada tanggal 13 Mei 1906 diputuskan Dewan Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Fisika dengan suara bulat bahwa kedudukan Pierre Curie itu akan diteruskan dan diserahkan kepada madame Curie yang akan memakai gelaran “Pengasuh Kuliah-kuliah”.
Inilah pertama kalinya seorang wanita mendapat kedudukan dalam Perguruan Tinggi Perancis.
Dengan pikiran melayang, hampir tak memperdulikannya, didengarkannya mertuanya menceritakan hal-hal khusus tentang tugas berat yang wajib diterimanya itu untuk dirinya sendiri. Ia menjawab dengan beberapa perkataan saja : “Saya akan coba.”
Dalam ingatannya terkenang ia kepada kata-kata yang pernah diucapkan Pierre dan yang sekarang baginya merupakan waiat batin, perintah yang dengan tegas menunjuk jalan yang harus dilaluinya : “Apa jua pun yang terjadi dan sekali pun kita merupakan badan tak berjiwa, kita wajib melanjutkan pekerjaan itu.”
Buku Catatan ehari-hari oleh Madame Curie :
Kepada saya ditawarkan menggantikan engkau, Pierre ku; meneurkan kuliah-kuliahmu dan memimpin laboratorium-mu itu. Tawaran itu telah saya terima tetapi saya tak tahu apakah keputusan saya ini benar atau tidak. Kerap kali kau katakan bahwa kau ingin benar saya mendapat angkatan di Sorbonne. Bagaimana pun saya akan berikhtiar melanjutkan pekerjaanmu itu. Kadang-kadang saya pikir inilah cara sebaik-baiknya meneruskan hidup saya ini tetapi akdang-kadang saya pikir pula seakan-akan saya gila menerima angkatan ini.
7 Mei 1906 :
Pierre-ku, selalu saya ingat engkau, kepala saya seolah-oleh akan pecah karena memikirkan ini dan pikiran saya keruh. Tak dapat saya insyafkan bahwa sekarang untuk selama-lamanya sayaterpaksa hidup dengan tak melihat engkau lagi, dengant ak mungkin lagi bermain mata dengan teman sehidup saya yang saya cintai itu.
Sejak dua hari ini pohon-pohon telah berdaun dan taman kita sangat bagusnya. PAgi ini anak-anak kita bermain-main di sana dan saya memandangnya dengan hati tertawan. Saya terkenang bahwa kau juga akan senang melihatnya dan bahwa engkau akan emanggil aku menunjukkan bahwa pohon-pohon palem dan kembang narsis telah berbunga. Kemarin di kuburan tak dapat saya mengartikan perkataan dua buah : “Pierre Curie” itu yang terukir dalam batu kuburan. Kecantikan alam menggoda hati saya, akrena itu saya pasang selubung saya dan melihat-lihat segala-galanya dari belakang kudung perkabungan saya itu ....
11 Mei 1906 :
Pierre sayang, tadi malam saya tidur agak baik juga dan pagi ini saya bangun dengan perasan tenang. Baru seperempat jam yang lewat sya bangun dan sekarang saya ignin berteriak seperti seekor binatang buas.
14 Mei 1906 :
Pierre sayang, saya hendak ceritakan bahwa taman kita sekrang penuh kembang memutih, merah dan menghijau – pasti engkau akan senang melihat ini semuanya. Perlu jua kau tahu bahwa saya telah diangkat menggantikan engkau di Unipersitet. Beberapa orang yang dalam pandangan saya telh gila, mengucapkan selamat dengan angkatan saya ini. Tahukah engkau, bahwa saya tak suka lagi melihat mata-hari dan kembang karena sakit hati saya memandangnya. Lebih suka saya hari hujan seperti pada hari kau meninggal itu. Hanya untuk kepentingan anak-anak kita sajalah tak saya membenci hari cuaca seluruhnya.
22 Mei 1906 :
Setiap hari saya bekerja di laboratorium, hanya itulah yang dapat saya kerjakan. Di sanalah persasaan saya yang terbetah karena saya tak tahu apakah lagi selain dari bekerja di lapangan Ilmu Pengetahuan ini yang dapat menghiburkan hati saya – itu pun tidak benar seluruhnya karena sekiranya saya berhasil mencapai sesuatu penemuan maka tak dapat saya memikirkannya bahwa engkau tak sempat lagi melihatnya.
10 Juni 1906 :
Segala-galanya murung sekarang ini. Seolah-olah sehari-hari meminta perhatian saya, seluruhnya sehingga tak sempat saya mengenangkan Pierre-ku dengan hati yang tenang.
Jacques Curie dan Josep Sklodowski telah berangkat dari Paris. Tak berapa lama lagi maka Bronia pun akan kembali ke rumah suaminya, ke sanatorium mereka di Zakopane.
Pada suatu malam sebelum kakaknya itu berangkat diminta Mania kepadanya mengikutinya ke bilik tidurnya yang masih dipanasi oleh pemanas walau pun musim panas telah tiba. Dengan herannya dilihatnya muka janda itu yang mengunci pintu setelah mereka msuk dalam kamar itu. Lebih pucat, lebih kurang darahnya dari yang biasa nampaknya. Dengan tak mengatakan sesuatu apa diambil Mania sebuah pa yang besar dan tebal dibungkus dalam kertas tebal pula dari lemarinya. Sesudah itu ia duduk dekat api dan dimintanya kakaknya itu mendekatinya. Dekat corong asap alat pemanas telah sedia sebuah gunting besar.
“Bronia, ia berbisik, bantulah aku.
Dengan perlahan-lahan diguntingnya ikatan bungkusan itu dan dibukanya kertas pembungkusnya itu. Api yang menyala-nyala itu menerangi tangannya yang gemetar. Maka nampaklah sebuah buntalan yang dibungkus dengan rapi dalam kain sprei. Mania bimbang sebentar, maka dibukanya kain putih itu. Hampir tak dapat Bronia menahan dirinya berteriak kekejian melihat bungkusan itu dibuka : isinya ialah sekumpulan pakaian dan kain sprei penuh lumpur yang telah kering dan darah yang telah menjadi kental. Telah beberapa hari lamanya disimpan Mania pakaian yang dipakai Pierre seketika ia digiling kereta itu.
Janda itu mengmbil guntingnya dan dipotong-potongnya rompi hitam suaminya itu. Satu persatu dibuangnya potongan-potongan itu ke dalam api dan dilihatnya bagaimana api itu membakarnya, mengasap dan menghancurkannya sampai habis. Tetapi tiba-tiba ia berhenti dan dengan sia-sia berikhtiar menahan-nahan air matanya bercucuran di mukanya yang telah letih payah itu. Di antara lipatan kain-kain yang telah melekat itu nampak suatu yang melekat-lekat dan melembab : bekas-bekas terakhir dari otak yang beberapa pekan yang lalu masih merupakan tempat lahir pikiran-pikiran ksatria dan penemuan-penemuan yang mengagumkan.
Mania memandang bekas-bekas akhir itu dengan legatnya, dipegangnya dan diciumnya berputus asa sampai Bronia mengambil gunting itu dan pakaian-pakaian Pierre dari tangan adiknya itu dan melanjutkan memotong-motong kain itu yang dilemparkannya menjadi mangsa api itu.
Akhirnya selesailah pekerjaan itu dengan tak ada kakak-beradik itu bercakap-cakap. Kertas pembungkus, kain sprei dan anduk yang dipergunakan mereka membersihkan tangan mereka pun menjadi mangsa api.
“Tak akan dapat saya membiarkannya barang-barang ini dipegang-pegang oleh orang-orang luaran, kata Mania dengan suara lemas. Maka didekatinya Bronia sambil berkata tersedu-sedu : “Apakah sekarang dayaku memikul beban hidup ini lebih lama lagi? Saya tahu kewajiban sayalah itu, tetapi apakah lagi dayaku? Katakanlah apa akan aku perbuat Bronia? Cara bagaimana kah dapat saya laksanakan itu?
Sambil terus menerus tersedu-sedu dengan air mata yang bercucuran dan jeritan-jeritan itu melekatkan dirinya ke badan kakaknya yang memeluknya dan berikhtiar mendamaikannya. Akhirnya ditolongnya manusia yang telah letih payah ini mengganti pakaiannya dan dibawanya ke tempat tidurnya.
Esok harinya Mania merupakan otomat yang tak berjiwa lagi seperti telah lazim baginya sejak tanggal 19 April itu. Otomat inilah yang dipeluk-peluk Bronia tatkala ia berangkat dari stasiun kereta api di Paris menuju Polandia. Masih lama tinggal bayangan adiknya itu dalam pikirannya ketika mania berdiri tak bergerak di perron berpakaian kabungan.
Semacam “hidup biasa” kembali di rumah yang penuh kenang-kenangan kepada Pierre itu sehingga kadang-kadang di waaktu malam apabila pintu rumah itu dibukepala rumah tangga.ka timbul dalam hati Mania pikiran kegilaan mengharapkan bahwa bencana yang menimpanya itu hanya suatu helang malam saja sehingga Pierre akan datang kembali. Tua muda yang mengelilinginya menunggu-nunggu keputusannya. Mereka menantikan usul-usul, rancangan kemudian hari. Wanita yang baru berumur tigapuluh delapan tahun ini yang telah dipatahkan nestapa semangatnya, sekarang telah menjadi kepala rumah tangga.
Maka diputuskannya : selama musim panas tinggal di Paris bekerja di laboratorium mempersiapkan kuliah-kuliahnya yang akan dimulainya di Sorbonne bulan Nopember. Pekerjaanya di Sorbonne harus sepadan dengan kemegahan Pierre Curie. Maka madame Caurie pun mengumpulkan buku-buku tulis dan kitab-kitabnya dan diperiksanya catatan-catatan yang ditinggalkan sarjana suaminya itu. Perhatiannya belajar telah menjelma kembali.!
Selama masa libur yang tak ada rianya ini anak-anaknya menginap di luar kota : Eve di Saint-Remy la Chevreuse dengan neneknya. Irene di kota tepi laut, Vaucottes dalam pengawan Hela Szalau, kakak kedua Mania yang datang berlibur di Perancis untuk membantu adiknya dengan penuh kasih sayang.
Menjelang akhir tahun diputuskan Mania (yang tak sabar memikirkannya tinggal menetap di rumah di jalan Kellermann itu) mencari rumah yang lain. Karena itu ia bermasud tinggal di Sceaux tempat tinggal Pierre tatkala ia belajar kenal dengan suaminya itu dan sekarang tempat ia dikuburkan.
Tatkala dirancangnya perpindahan ini maka datanglah doktor Curie menemui menantunya itu dengan perasaan isin yang selama hidupnya belum pernah dialaminya.
“Karena Pierre sekarang tak di sini lagi, Marie, tak ada lagi perlunya saya tinggal bersama-sama dengan engkau. Tak ada keberatannya bagi saya pergi dari sini dan tinggal seorang diri atau bersama-sama dengan anak sulung saya. Putuskanlah!
“Bukan, bapak-lah yang memutuskannya, jawab Mania dengan perlahan-lahan. “Kalau bapak berangkap, saya akan berduka cita. Tetapi Bapak-lah memutuskan apa yang sebaik-baiknya untuk bapak.
Suaranya mengandung ketakutan. Apakah temannya ini juga akan meninggalkannya, teman yang setia ini juga akan menghilang dari dekatnya? Sudah sepantasnyalah apabila doktor Curie tinggal bersama-sama dengan Jacque dan tak mengikutinya – tinggal dengn seorang bangsa asing. Wanita Polandia .... Tetapi segera datang jawab yang diharap-harapkannya : yang saya lebih suka, Marie, ialah untuk selama-lamanya tinggal bersama-sama engkau!
Disambungnya pula : “Karena kau juga menyukainya; suaranya mengandung perasaan terharu yang ditahan-tahannya. Dengan cepat ia berpaling dan pergi ke taman mereka karena Irene memangilnya dengan suara gembira.
Seorang janda, seorang tua, seorang anak gadis kecil dan seorang bayi – Inilah keluarga Curie sekarang.
Madame Curie, janda seorang sarjana termsyhur, yang meninggaldunia dengan cara yang menyedihkan telah diangkat menggantikan suaminya itu sebagai maha guru di Sorbonne dan pada hari Senin tanggal 5 Nopember 1906, jam setengah dua siang akan dimulainya kuliah-kuliahnya itu.
Pada kuliah pembukaan ini, Madame Curie akan membicarakan teori ion dalam gas-gas dan tentang radio aktif.
Madame Curie akan berbicara dalam sebuah ruangan kuliah. Ruangan-ruangan ini cukup untuk kira-kira seratus duapuluh orang. Kebanyakan dari orang-orang ini ialah para mahasiswa. Orang ramai dan para wartawan hanya mendapat dua puluh tempat yang telah disediakan. Apakah tak mungkin sekali ini, berhubung dengan upacara yang belum pernah kejadian dalam sejarah Sorbonne itu, dilanggar peraturan baisa itu dan disediakan untuk amdame Curie, hanya untuk kuliahnya yang pertama ini, ruangan yang besar itu?
Tulisan-tulisan semacam ini melukiskan bagaimana besarnya perhatian khalayak ramai terhadap kuliah pertama oleh “Janda termsyhur: itu di Paris sehingga hampir tak sabar lagi orang-orang menunggu-nunggu tanggal ia untuk pertama kalinya muncul di muka umum. Para wartawan, orang-orang dari kalangan tinggi, wanita cantik molek, seniman-seniman semuanya menyerbu sekretariat Fakultet meminta undangan dan mereka marah apabila mereka tak mendapat surat undangan, tetapi bukan nuraga atau hasrat mengetahui sajalah yang mendorong mereka meminta undangan itu. “Teori ion dalam gas” tak seberapa dihiraukan mereka tetapi duka cita madame Curie pada hari yang kejam itulah yang mendesak mereka menghadiri kuliah pertama itu. Juga duka cita menimbulkan keinginan menjolok-jolok.
Untuk pertama kalinya akan berbicara seorang wanita di Sorbonne, wanita yang serempak merupakan seorang isteri yang putus asa kehilangan suaminya dan seorang sarjana berakal budi luhur. Cukuplah ini bagi khalayak ramai menarik perhatiannya seperti “Pertunjukan-pertunjukan pertama” pada malam-malam kebesaran....
Tatkala jam duabelas Mania sedang mengunjungi kuburan suaminya di Sceaux dan berbicara perlahan-lahan dengan Pierre yang hari itu akan digantikannya, telah berjejal-jejal banyaknya orang ramai datang ke gedung Unipersitet sehingga jalan-jalan masuk dan jalan terusan tertutup, bahkan di medan pekarangan itu pun penuh orang menunggu-nunggu. Dalam ruangan kuliah itu bercampur baur orang-orang alamia dan orang-orang berjiwa luhur, teman-teman madame Curie dan orang-orang luaran. Sebagai orang-orang yang datang karena menghadiri kuliah dan membikin catatan-catatan sedang mereka terpaksa berpegangan bangku merea agar mereka tak terdesak dari tempat duduk mereka itu.
Setengah dua kuran sepuluh menit. Suara percakapan-percakapan bertambah gemuruh. Ada yang berbisik-bisik, ada yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan satu sama lain dan ada pula orang-orang yang mengulurkan leher karena keinginan melihat kedatangan madame Curie seluruhnya. Semua orang yang hadir di sana hanya satu pikirannya yang serupa : Apakah kata mula Maha Guru yang baru itu, permulaan kata wanita yang satu-satunya dibenarkan Unipersitet Sorbonne menjadi guru besarnya? Apakah ia akan mengucapkan terima kasih terhadap Menteri dan Unipersitet? Apakah akan disebut-sebutnya nma Pierre Curie? Yang sudah pasti : telah menjadi kebiasaan memuji-muji orang yang digantikan, akan tetapi dalam hal ini yang digantikannya adalah suaminya sendiri, teman-sekerjanya. Alangkah sulitnya keadaannya itu? Inilah saat yang menggelisahkannya, inilah saat yang luar biasa....
Setengah tiga. Pintu di sebelah belakang ruangan kuliah itu dibuka dan disambut dengan tepuk sorak madame Curie datang menuju mimbar sambil menunduk kepala sebagai tanda memberi salam. Ia berdiri di belakang mimbar dan tangannya memegang tepi meja yang penuh dengan pesawat-pesawat itu; ditunggu madame Curie reda tepuk sorak yang meriah itu. Dengan tiba-tiba berakhirlah sambutan itu : berhadapan dengan wanita akecil yang pucat mukanya ini dan berikhtiar menahan-nahan air mukanya, terpaksa orang-orang yang terharu itu, melihatnya dengan diam.
Madame Curie memandang lurus sambil berkata :
“Jika diperhatikan, pertumbuhan-pertumbuhan dalam kapangan ilmu fisika selama duapuluh tahun ini maka kita akan tercengang melihat perubahan-perubahan yang merupakan pergolakan dalam cara kita berpikir disebabkan pengetahuan listrik dan ...
Madame Curie telah melanjutkan kuliah Pierre tepat pada tempatnya ssuaminya itu menghentikan kuliahnya dahulu.
Alangkah mengharukan perkataan-perkataan yang sederhana ini : “Jika diperhatikan pertumbuhan-pertumbuhan dalam lapangan ilmu fisika.” Air mata bercucuran membasahi pipi ......
Dengan suara bersahaja dan merata itu diucapkan sarjana itu seluruh kuliahnya itu. Ia berbicara tentan teori-teori baru berkenaan dengan listrik, tentang lepasan zarah dan tentan radio aktif. Setelah diakhirinya laporannya itu dengan segala ketegasan maka ia berangkat dengan tiba-tiba melalui pintu kecil seperti masuknya tadi.
BERLANJUT KE BAGIAN KE TIGA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar