CARA
YANG MENGENAL DIRINYA – YANG MENGENAL TUHANNYA
AFORISME-AFORISME
SUFISTIK JALALUDDIN RUMI
Penerbit :
PUSTAKA HIDAYAH
Cetakan Pertama,
Rajab 1421/Oktober 2000
Penyadur : Pujo
Prayitno
SATU
TUHAN BEKERJA DENGAN CARA YANG
MISTERIUS
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Seburuk-buruk Ulama adalah Ulama yang mengunjungi penguasa, dan sebaik-baik
Penguasa adalah Penguasa yang mengunjungi Ulama. Berbahagialah seorang Penguasa
yang berada di depan orang miskin, dan celakalah orang miskin yang berada di
depan gerbang Penguasa.”
Seklias, hadis Nabi itu seakan-akan bermakna bahwa tidak
layak bagi seorang Ulama mengunjungi Pemerintah. Perbuatan seperti itu
menjadikan seorang Ulama menjadi Ulama terburuk. Tapi Hadis itu tidak bermakna
sedemikian dangkal. Makna sebenarnya dari hadis itu adalah sebutuk-buruknya
Ulama adalah Ulama yang menerima sokongan dari Penguasa. Dia melakukannya
karena inign memperoleh penghidupan dari sang Penguasa. Anugerah serta
pemberian penghidupan dari seorang Penguasa dijadikan tujuan utama kehidudpan
dan pencarian ilmunya. Dida ingn agar sang penguasa memberinya berbagai hadiah.
Dia selalu memuji Penguasa dan berkata kepadanya dengan berbagai penghargaan
yang tinggi. Ketika menjadi Ulama, dia mempelajari tata cara untuk bisa
melepaskan diri dari ketakutan dan kekuasaan setiap penguasa. Ulama-ulama seperti
akan membiasakan dirinya dengan berbagai tingkah laku yang akan disukai oleh
setiap Penguasa. Dalam kehidupan ini mungkin ada Ulama yang mengunjungi
Penguasa dan ada pula penguasa yang mengunjungi Ulama. Tapi, Ulama-ulama buruk
itu akan selalu menempatkan dirinya sebagai Tamu, dan selalu menganggap
penguasa sebagai tuan rumah.
Pada sisi lain, keika seorang Ulama yang sudah mengenakan
jubah keilmuannya, dia melakukannya bukan demi seorang penguasa, melainkan,
pertama dan paling utama, karena Tuhan. Ketika seorang ulama
berperilaku dan berjalan sepanjang jalur kebenaran, sebagaimana yang semestinya
dilakukan oleh seorang ulama, dan tidak berperilaku untuk alasan lain, maka
semua orang akan berdiri hormat terhadapnya. Semua orang merasa mendapatkan
limpahan cahaya yang memantul darinya. Baik mereka sadar ataupun tidak. Segala
perilaku ulama itu, selalu diatur oleh nalar dan naluri kebaikan. Dia hanya
bisa hidup di dalam kebaikan, seperti ikan yang hanya dapat hidup di dalam air.
Apabila ulama seperti itu pergi ke seorang penguasa, maka dialah yang bertindak
sebagai tuan rumah dan Penguasa sebagai tamunya. Karena, sang penguasa akan
memperoleh bantuan darinya dan bergantung padanya. Ulama seperti itu jiwanya
merdeka dan tidak terikat kepada seorang penguasa. Dia akan selalu melimpahkan
cahaya bagaikan amtahari. Hidupnya semata-mata untuk memberi dan memberkahi. Matahari mengubah bebatuan biasa menjadi rubi dan permata carnelin.
Matahari akan mengubah gunung-gunung di bumi menjadi tambang tembaga, emas,
perak dan timah-timah. Matahari membaut bumi hijau dan segar, menghasilkan
bermacam buah-buahan dan berbagai tanaman. Tugasnya hanyalah memberi dan
membekali; dia tidak mengambil apa-pun. Ada
sebuah pepatah Arab yang berbunyi : “Kami telah belajar untuk memberi, tidak
untuk mengambil>” Ulama seperti itu akan selalu menjadi tuan rumah
dalam keadaan bagaimana pun. Dan penguasa akan selalu menjadi tamu mereka.
Suatu ketika aku pernah berhasrat untuk menafsirkan ayat
Al-Qur’an, walau pun ayat tersebut tidak berhubungan dengan pokok perbincangan
ini. Bagaimana pun, hasrat itu telah datang padaku. Aku harus melakukannya.
Tuhan berfirman : “Hai Nabi, katakan kepada
tawanan-tawananmu bahwa, Tuhan mengetahui kebaikan yang ada dalam hatimu. Dia
akan memberimu suatu yang lebih baik
daripada yang telah diambil darimu; dan Dia akan mengampunimu, karena
Tuhan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS.8:70). Sebab turunnya ayat
ini adalah sebagai berikut : Suatu ketika Nabi Muhammad berhasil mengalahkan
orang-orang kafir. Banyak orang yang terbunuh dalam peperangan itu. Kaum Muslim
mendapatkan banyak barang rampasan perang. Nabi memiliki banyak tawanan yang
terikat kaki serta tangannya. Salah satu tawanan itu Abbas, Paman Nabi sendiri.
Sepanjang malam para tawanan itu meratap dalam belenggu mereka berputus asa dan
berhenti berharap. Tak ada lagi yang gmereka nantikan kecuali tebasan pedang di batang leher mereka. Nabi mengetahui hal
itu lalu melihat mereka dan tertawa.
“Kalian lihat itu,” para tawanan itu berkata, “dia
memiliki kemanusiaan dalam dirinya. Pernyataan bahwa dia bukanlah manusia
tidaklah benar, karena di sini, ketika dia melihat kita terikat sebagai
tawanannya, dia merasakan kenikmatan yang sangat seperti manusia lain
bergembira dalam suka cita, apabila telah menaklukan musuhnya dan melihat
mereka terkalahkan.”
Tapi, Nabi Muhammad mampu membaca pikiran mereka dan
berkata : “Tidak”. Aku tertawa bukan karena melihat musuhku terkalahkan atau
karena aku gembira melihat kalian kalah. Aku tertawa karena dengan amta batinku
aku melihat ddiriku sendiri memaksa menarik dengan rantai dan belenggu
sekelompok orang keluar dari api pembakaran dan asap hitam neraka ke dalam
Taman Abadi Surga yang amat
menyenangkan. Mereka merintih dan menyesal, lalu berkata : “Kenaka Engkau
mengeluarkan kami dari tempat celaka ini ke dalam lindungan, dan membawa kami
ke Taman yang dipenuhi bunga mawar?”, Nabi Menjawab, “Karena itulah aku
tertawa.” Aku tertawa karena kalian masih juga tidak memiliki daya pandang
untuk memahami dan melihat deengan jernih terhadap ucapanku.” Kemudian Nabi
melanjutkan : “Tuhan telah memerintahku untuk mengatakan ini kepada kalian,
“Pertama-tama kalian mengumpulkan begitu banyak pelayan rumah dan tenaga, dan benar-benar
yakin dengan kekuatan, kekukuhan, keberanian kalian. Kalian berkata kepada diri
kalian sendiri bahwa kalian akan sanggup melakukan apa pun. Kalian sesumbar
akan mengalahkan Kaum Muslim. Kalian pikir tidak ada yang lebih kuat dari pada
kalian. Kalian tidak dapat membayangkan ada orang lain yang lebih kuat daripada
kalian sendiri. Sekarang seluruh yang telah kalian rencanakan gagal total. Dan
kini, kalian terbaring gemetar dalam ketakutan. Kalian tidak bertobat atas
kegagalan dan kesalahan yang kalian lakukan. Kalian akan terus berada dalam
kesukaran yang menciutkan nyali. Kalian masih tidak dapat memahami bahwa bisa
jadi ada orang lain lebih berkuasa daripada kalian. Maka suatu keniscayaan
ketika kini kalian melihatku memilih kekuatan serta kuasa. Dan diri kalian
mungkin akan menjadi sasaran dari kutukanku. Tapi jangan berputus asa atas apa
yang aku lakukan, karena aku mampu untuk mengeluarkan kalian dari ketakutan
ini, dan membimbing kalian pada keselamatan. Dia Yang Maha Kuasa mampu untuk
menciptakan seekor sapi hitam dari seekor sapi putih, dan mampu menciptakan
sapi putih dari seekor sapi hitam. “Dia menciptakan malam untuk menggantikan
siang, dan menciptakan siang untuk menggantikan malam (QS. 35:13). “Dia bisa
menciptakan kehidupan dari kematian, dan Dia bisa menciptakan kematian dari
kehidupan.” (QS.30:19). Sekarang, ketika kalian menjadi tawananku, jangan takut
padaku karena aku mampu menghukum kalian. Karena tidak ada yang berputus asa
dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang kafir (QS.12:87).
Kemudian Nabi Muhammad berkata : “Sekarang Tuhan
Berfirman : “Hai tawanan, jika engkau mengubah keyakinanmu yang dulu dan
memahami-Ku, baik dalamr rasa takut ataupun dalam pengharapan, kemudian kalian
menyadari bahwa kalian adalah sasaran kehendak-Ku pada setiap keadaan, Aku akan
melepaskan kalian dari keadaan menakutkan ini. Aku pasti akan mengembalikan
seluruh harta bendamu yang telah dirampas dan dihilangkan, dan Aku akan
memaafkan kalian. Tidak hanya kebahagiaan di dunia ini yang akan Aku berikan,
tapi juga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya.”
“Aku bertobat,” Abbas berkata, “Aku berpaling dari
keyakinanku yang lalu.”
“Tuhan membutuhkan bukti dari pengakuan yang engkau
buat.” Kata Nabi.
Memang mudah untuk
melemparkan pernyataan cinta,
Tetapi, bukti darinya
akan selalu diminta.
Lalu Abbas bertanya : “Demi Nama Tuhan! Bukti apa yang
Engkau butuhkan?”
“Berikan kepada bala tentara Islam,” Jawab Nabi Muhammad,
“Seluruh kekayaan yang masih engkau tinggalkan. Apabila engkau memang
benar-benar seorang Muslim dan berharap baik pada agama dan masyarakat Islam,
berikan hartamu sehingga bala tentara Islam akan menjadi lebih kuat!”
“Wahai Rasulullah!” jawab Abbas : “Harta manalagi yang
masih aku miliki? Sedangkan apa yang aku miliki sudah terampas. Aku tak lagi memiliki
apa-apa. Hanya tikar jerami tua yang tertinggal atas namaku.”
“Lihat”, kata Nabi Muhammad : “Engkau masih belum berudi.
Engkau belum berpaling dari keyakinanmu yang dulu. Biarkan aku katakan padamu,
berapa banyak kekayaan yang engkau miliki, di mana engkau menyembunyikannya,
kepada siapa engkau mempercayakannya, dan di mana engkau memendamnya.”
“Oh, tidak,” teriak Abbas.
“Apakah engkau tidak mempercayakan sejumlah harta kepada
ibundamu? Tidakkah engkau memendam sejumlah harta lainnya di bawah dinding dan
menetapkan bahwa apabila engkau kembali dia akan mengembalikannya kepadamu, dan
apabila engkau tidak kembali hidup-hidup dia akan menggunakannya untuk membeli
barang tertentu. Engkau juga memberikan sejumlah besar hartamu kepada orang
tertentu, dan menyimpan sebagian yang lainnya dirinya sendiri?”
Kemudian Abbas mengacungkan jari-jarinya dan menyatakan
Iman dengan sungguh-sungguh, lalu dia berkata : “Wahai Nabi, sejujurnya saya
pernah berpikir bahwa Engkau memiliki keberuntungan melalui khayalan tentang
nasib baik, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak raja masa lalu seperti
Haman, Syaddad, dan Namrud. Meski demikian, ketika engkau mengatakan kepadaku
hal yeng Engkau sebutkan, aku tahu pasti bahwa nasib baik yang melingkupinya
adalah sesuatu yang misterius dan sungguh-sungguh berasal dari Ilahi.”
“Engkau berkata benar,” kata Nabi Muhammad. “Saat ini aku
mendengar lingkaran keraguan yang melingkupimu telah berderak patah dalam
batinmu. Bunyi patahannya mencapai telingaku. Lenyap pada kedalam jiwaku. Kapan
pun lingkaran keraguan, penyembahan berhala, atau kekafiran seseorang berderak
patah, aku mendengar bunyi pacahannya dengan telinga batinku, telinga jiwaku.
Sekarang engkau telah benar-benar menjadi orang yang berbudi dan menyatakan
iman dengan segala kesungguhanmu.”
ooOOOoo
Semua ini aku kataka kepada Parwana. Aku berkata
kepadanya “Engkau yang telah menjadi penghulu Umat Islam pernah berkata “Aku
telah mengorban diriku, kecerdasanku serta seluruh kuasa pertimbangan dan
penilaianku. Semuanaya akeulakukan demi melanjutkan keberasaan Islam dan
menyebarkannya. Tetapi sejak engaku menyadarkan keyakinan pada dirimu, dan
tidak berpaling pada Tuhan untuk menyadari bahwa pap pun berasal dari-Nya, maka Tuhan
menjadikan usaha keras kalian menjadi sebab kemunduruan Islamm. Engkau telah
menyatukan diri kalian dengan Kaum Tartar. Engkau bantu mereka untuk
meruntuhkan kaum Syria dan Mesir, kemudian membiarkan kerajaan Islam dalam
kehancuran.”
Hal yang nyata-nyata telah menjadi sebab ekspansi Islam
justru telah pula menjadi sebab bagi kemunduruannya. Maka, dalam keadaan yang
amat menakutkan ini, kembalilah kepada Tuhan. Berikanlah sedekah agar Dia melindungi engkau dari keadaan jahat yang menakutkan.
Janganlah berputus asa dari Dia, bahkan apabila Dia melemparkan engkau dari
ketaatan ke dalam pembangkangan. Karena engkau selalu berpikir bahwa
kepatuhanmu ada dalam dirimu. Jangan berputus asa , tetapi kembali
kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, karena Dia Maha Kuasa. Sungguh, Dia
mampu untuk mengubah-ubah kepatuhan menjadi pembangkangan. Dia juga mampu untuk
mengubah pembangkangan menjadi kepatuhan dan Dia akan memberi kalian
pengampunan. Dia mampu menyediakan kalian
jalan dan peralatan untuk berjuang dengan kerasa, sekali lagi demi
Pengembangan Islam. Janganlah berputus asa, karena tidak ada yang berputus asa
dari Kasih Sayang Tuhan, kecuali orang-orang kafir (QS.12:87).
Tujuanku adalah membuatnya bisa memahami, memberinya
sedekah, dan merendahkan diri sendiri di depan Tuhan. Karena dari keadaan
paling terpuji dia bisa berubah ke keadaan yang paling hina, bagaimana pun dia
mesti selalu berharap.
Tuhan mencipta dengan cara yang misterius.
Sebuah benda barangkali terlihat baik jika dilihat dari luar, tetapi mungkin di
dalamnya terdapat kejahatan. Jangan sampai seorang pun
terperdaya oleh rasa bangga. Kebangga yang selalu menganggap bahwa dia
telah menyerap suatu gagasan yang baik
atau pun telah melakukan amal baik. Apabila segala sesuatu adalah sebagaimana
tampaknya, Nabi Muhammad
tidak akan memperingatkan ummatnya dengan peringatan yang keras dengan sabdanya
: “Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya. Engkau membuat suatu hal
menjadi tampak indah, padahal kenyataannya buruk; engkau membuat suatu hal
tampak buruk, padahal di dalam kenyataannya indah. Maka tunjukkan kepada kami
suatu hal sebagaimana adanya, kalau tidak kami akan jatuh ke dalam perangkap
dan akan selamanya salah.” Jadi, sejernih dan sebaik apa pun
penilaianmu, betapa pun indah tampaknya, tidak akan lebih baik daripada
penilaiannya, dia berbicara sebagaimana yang dia lakukan. Jangan selalu
menyandarkan penilaian pada setiap pikiran dan pendapatmu, tetapi berendah
hatilah dirimu di depan Tuhan dan takutlah kepada-Nya.
Demikianlah tujuanku berbicara seperti itu kepasa
Parwana. Meski demikian, dia menerapkan ayat dan penafsiran ini dengan caranya
sendiri. Dia berkata : “Pada saat ini, apabila kita
hendak menggerakkan pasukan, janganlah menyandarkan kekuatan hanya kepada
mereka. Bahkan apabila terkalahkan, kita mesti tidak berputus asa untu tetap
mengharapkan Rahmat Tuhan. Kita tetap mengharapkan kasih-Nya di saat kita diliputi
ketakutan dan keetidak-berdayaan.”
Dia menerapkan kata-kataku untuk tujuannya sendiri, sedangkan tujuanku
telah aku jelaskan di atas.
DUA
KATA-KATA HANYALAH BAYANGAN
REALITAS
Seseorang berkata : “Guru kita tidak menyampaikan apa
pun.”
“Demikianlah,” jawabku, “Orang ini telah muncul di
hadapanku karena ciri mental yang ada di dalam diriku. Citra mental milikku itu
tidak menanyainya, “Apa kabar?” ataua “Bagaimana kabarmu?” Citra mental diriku
menarik hatinya tanpa menggunakan kata-kata. Jika dalam kenyataannya, citra
mental milikku dapat menarik hatinya tanpa kata-kata hingga dapat membawanya ke
tempat lain. Lalu apa yag aneh dari hal itu?”
Kata-kata tidak lain hanyalah “Bayangan” dari kenyataan. Kata-kata
merupakan cabang dari kenyataan. Apabila “bayangan” saja dapat menawan hati, betapa
mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan?!”
Kata-kata hanyalah pra-teks. Aspek simpatilah yang dapat
menarik hati satu orang pada orang lain, bukan kata-kata. Walau pun mnusia
dapat melihat ribuan mukjizat yang dimiliki seorang Nabi atau seorang suci, hal
itu tidak akan mebawa keuntungan baignya sama sekali apabila dia tidak memiliki
simpati keapda Nabi atau pun orang suci itu. Unsur simpatilah yang dapat
mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang. Apabila tidak terdapat unsur
simpati warna gading pada batang padi itu tidak akan pernah dipersoalkan warna
gading. Meski pun begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak
dapat diidnra oleh seseorang.
Gambaran mental dari segala sesuatu yang hinggap di
kepala manusia akan membawanya kepada hal itu. Gambaran tentang “taman” akan
membawa manusia menuju ke sebuah taman. Gambaran tentang “toko” akan membawa
manusia menuju sebuah toko. Tetapi terdapat sesuatu muslihat tersembunyi di
dalam gambaran mental tersebut. Seringkali kita mengalami ketika kita pergi ke
suatu tempat . Tiba-tiba saja kita mendapati bahwa tempat yang kita tuju
tersebut tidak seperti yang ada di dalam
gambaran kita, dalam citraan mental kita. Ketika mendapati kenyataan itu kita
akan merasa kecewa dan berkata : “Aku pikir, tempat ini sebagus yang
kubayangkan. Tapi ternyata tidak seindah gambarannya.” Citraan-citraan atau
gambaran-gambaran mental itu seperti kain kafan. Seseorang dapat bersembunyi di
balik kain kafan. Ketika citra dihilangkan, dan kenyataan muncul tanpa diiringi
citraan mental , maka terjadilah proses penyadaran kembali. Kita seakan kembali
terbangun dari tidur kita. Ketika suatu
peristiwa telah terjadi, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk merasa
kecewa. Kenyataan yang dapat mempersoalkanmu tidak lain adalah kenyataan itu sendiri.
Hari ketika segala pikiran dan perbuatan yang tersembunyi akan diuji (QS.86:9).
Apakah sesungguhnya yang sedangkan kita perbincangkan? Di
dalam hakikatnya, “Yang mempersoalkan (yang
menjadi pangkal persoalan)” adalah satu, tetapi tampak terlihat bermacam-macam.
Tidakkah engkau lihat betapa seorang manusia kerap memiliki ratusan keinginan
berbeda? Aku ingin mieku ingin kue basah. Aku ingin buah-buahan. Aku
ingin kurma.” Begitu banyak keinginan berbeda yang diungkapkan dengan jelas
oleh setiap orang. Meski demikian, asal mula segala hal itu adalah satu, dan
itu adalah rasa lapar. Tidakkah engkau lihat ketika orang gyang sama ini telah
memakan jatahnya?” Dia akan berkata : “Maka nyataah bahwa sebenarnya tidak ada
apa yang dikatakan dengan sepuluh atau seratus hal, yang ada hanya satu. “Kami
telah mengungkapkan jumlah mereka hanya untuk menyebabkan perselisihan di
antara mereka (QS.74:31).
Kelipatgadaan di antara manusisa memang menipu, karena
mereka berkata, “Ini satu”. Dan “Semua ini seratus”, yakni, mereka mengatakan
orang suci itu unik, sedangkan orang kebanyakan disebut “seratus” atau “ribuan”.
Ini adalah tipuan besar. Cara berpikirmu mengatakan yang banyak bermacam-macam
dan yang satu itu unik, betul-betul menipu. Kami telah mengungkapkan jumlah
mereka banyak untuk menyebabkan perselisihan (QS. Al-Muddatstsir 74:31).
Masing-masing dari mereka akan berkata, “Mana yang ribuan, lima uluhan?” atau, “Mana
yang enam puluh?” Orang-orang menjadi kehilangan kontrol dan tidak terkendali
tanpa nalar, tanpa pikiran. Seperti jimat, mereka menguap bagaikan merkuri dan
air raksa, Akankah engkau katakan mereka limapuluhan?” Seratus?” seribu?” Dan
kemudian masih menyebut yang ini satu? Engkau bisa saja menyebut mereka tiada
dan dia ribuan, atau ratusan ribu, atau jutaan. “Sedikit
apabila dihitung, akan tetapi banyak dalam kekuatan.”
Seorang raja suatu hari memberi ransum bagi satu orang
prajurit yang cukup untuk seratus orang. Angkatan bersenjata merasa keberatan.
Tetapi sang raja berkata : “Harinya akan tiba ketika aku akan menunjukkan
kepadamu kenapa aku melakukan ini.” Dan ketika telah datang hari pertempuran,
seluruh pasukan melarikan diri kecuali prajurit itu. Dia tetap kuat bertahan
dan berjuang. “Di sinilah nalarku bekerja merencanakan pekerjaan yang akan aku
lakukan.” Kata sang raja.
Manusia meski melepaskan alasan kedua dari
kemampuan pemahamannya dan menoleh kepada agama untuk memperoleh bantuan
pemahaman. Karena Agamalah yang mampu menemukan bantuan yang biasanya datang
dengan sembunyi-sembunyi. Meski
demikian, apabila seseorang menghabiskan hidupnya dengan kebododhan tanpa
menggunakan nalar, maka pemahaman dirinya akan tumbuh dengan lemah dan tidak
akan mampu mengenali kekuatan Agama. Engkau menumbuhkan keberadaan
fisikal ini, padahal di dalamnya tidak terdapat kecerdasan sedikit pun!...
Kecerdasan adalah konsep halus yang berada di dalam
dirimu, tetapi siang dan malam engkau selalu disibukkan dengan makanan. Engkau
berdalih bahwa konsep halus itu memperoleh kehidupan melalui badan fisik.
Padahal nyata-nyata munculnya kecerdasan itu memiliki cara pemunculan yang
berbeda Bagaimana mungkin engkau menghabiskan seluruh kekuatanmu hanya untuk
mementingkan kebutuhan fisik dan mengabaikan inti segala sesuatu, sesuatu yang
lebih halus? Padahal fenomena-fenomena material keberadaannya bergantung pada
inti (subtle) dan bukan dengan cara yang lain? Cahaya
keluar melalui celah mata dan telinga, dan begitulah selanjutnya. Apabila
engkau tidak memiliki celah itu, cahaya itu akan keluar melalui jalan keluar
yang lain. Hal ini persis bagaikan engkau membawa lampu ke luar untuk melihat
matahari. Bahkan apabila engkau tidak membawa lampu, matahari masih akan
menunjukkan dirinya. Untuk apalagi engkau membawa lampu>!
Seseorang hendaknya tidak berputus asa pada Tuhan. Karena harapan adalah langkah pertama menuju jalan keselamatan. Bahkan apabila
engkau tidak menempuh jalan itu, setidaknya jagalah agar jalannya tetap
terbuka. Jangan katakan bahwa engkau telah tersesat. Ambil jalan lurus, yang
tidak ada belokan berliku. Lurus adalah sifat tongkat Musa. Edangkan kekakuan
merupakan gambaran papan para tukang sihir. Ketika yang lurus munul, dia akan
melahap seluruh kekuatan yang lainnya. Jika engkau
melakukan kejahatan, sebenarnya akan berakibat kepada dirimu sendiri.
Bagaimana mungkin kejahatan yang engkau lakukan akan mampu mencapai DIA? Ketika
burung bertengger di puncak gunung dan kemudian terbang, apakah gunung itu
memperoleh atau kehilangan sesuatu? Ketika engkau meluruskan diri kamu sendiri,
tidak ada lagi yang tersissa. Jangan pernah membuang harapan.
Sisi bahaya yang akan muncul karena mengadakan
persekutuan dengan raja bukanlah engaku bisa kehilangan hidup. Karena tanpa
persekutuan itu pun, cepat atau lambat, akhirnya engkau mesti melepaskan kehidupan. Bahayanya terletak pada
kenyataan bahwa ketika “raja-raja” itu dengan jiwa jasmaniahnya mendapatkan kekuatan, mereka
akan berubah menjadi naga. Dan orang yang berbincang dengan mereka, yang
mengakui persahabatannya, atau yang menerima kekayaan dari mereka, akhirnya
mesti berkata bagaimana yang mereka katakan dan menerima pendapat jahat
raja-raja itu agar dirinya terlindungi. Dia tidak mampu berbicara melawan
mereka. Di sanalah letak bahayanya, karena Agama dia menderita. Semakin jauh
engkau pergi di jalan sang raja, semakin asing arah lain bagimu. Semakin jauh
engkau pergi ke dalam arah itu, arah ini, yang mestinya jadi kekasihmu, akan
memalingkan mukanya darimu. Semakin engkau memberi ruang dirimu kepada hal-hal
duniawi, semakin jauh obyek cinta yang semestinya tumbuh dalam dirimu. “Siapa
pun yang menyumbangkan bantuan kepada orang yang tidak adil berarti mereka rela
bertekuk lutut kepada mereka di mata
Tuhan.” Ketika engkau sudah merasa condong
kepada orang yang engkau inginkan, maka dia akan menjadi guru bagimu.
Sungguh, sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan
terpuaskan dengan hanya secangkir air. Ketika mutiara dan ratusan ribu barang
berharga dapat disarikan dari laut, apagunanya mengambil air? Unia ini hanyalah
buih. Sedangkan air seluas lautan adalah pengetahuan orang-orang suci. Antas di
manakah mutiara terletak? Dunia ini adalah buih yang dipenuhi barang rongsokan
yang terapung-apung. Meski demikian, dari aliran ombak dan kesesuaian antara
adukan laut dan gumulan ombak, buih itu membuahkan keindahan. Karena kecintaan
dan hasrat yang amat besar kepada istri
dan anak, pada himpunan emas dan perak, juga pada kuda yang mengagumkan,
ternak, dan tanah, hiasan bagi manusisa; itu merupakan pelengkap kehidupan di dunia
(Qs3:14). Tuhan telah mengatakan bahwa segala sesuatu telah “dibuat indah” tapi
ternyata semuanya tidaklah benar-benar indah, mengapa bisa begitu? Keindahan
yang dijanjikan Tuhan dialami oleh orang lain, dari tempat lain. Seperti uang
receh palsu sepuhan. Yakni, ketika dikatakan bahwa sebenarnya dunia ini, dunia
yang bagaikan buih ini, adalah palsu, tanpa harga, tanpa nilai. Kita harus
menyepuhnya, karena itulah maka dunia “dibuat indah.”
Manusia adalah astrolabnya Tuhan (astrolab adalah alat
kuno untuk menggambarkan altitude). Tetapi, seseorang akan membutuhkan ahli
astronomi untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan astrolab. Seandainya ada
seorang penjual bawang atau penjual sayuran yang diperkenankan memiliki
astrolab, genunaan apakah yang dapat dibuatnya dari itu? Bagaimana mungkin dia
mampu mengukur keadaan bidang langit, kembalinya tanda rasi bintang, atau
pengaruhnya? Di tangan seorang astronom, astrolab akan sangat bermanfaat.
Karena siapa pun yang mengetahui dirinya, dia
akan menegetahui Tuhannya. Sebagaimana astrolab kuningan ini adalah
cermin langit, manusia, dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam (QS.17:70),
adalah astrolab Tuhan. Ketika Tuhan membuat manusia mengetahui dirinya, melalui
astrolab dari diri orang itu sendiri dia mampu menyaksikan pengejawantahan
Tuhan dan keindahan sempurna-Nya saat demi saat dan kedip demi kedip. Keindahan
itu tidak pernah menghilang dari “Cermin” itu. Tuhan memiliki pelayan yang
menyelimuti diri mereka dengan kebijakan, pengetahuan mistik, dan keajaiban,
meskipun manusia tidak memiliki ketajaman pandangan untuk melihat mereka.
Mereka menutupi dirinya keluar dan semangat luar biasa, sebagaimana dikatakan
Muntanabbi :
Mereke mengenakan kain brokat,
Tidak untuk membuat dirinya lebih cantik,
Tetapi dengan itu mereka hendak melindungi
kecantikan mereka.
TIGA
MATILAH SEBELUM ENGKAU MATI DAN JADILAH CAHAYA TUHAN
Parwana mengirim pesan kepadaku yang berbunyi : “Siang
dan malam, hati dan jiwaku selalu ingin melayanimu, tetapi aku masih tidak
mampu mengunjungimu karena kesibukanku tercurah pada urusan dengan orang-orang
Mongol.”
Guru menjawab : “Apa-apa
yang engaku lakukan, juga merupakan pekerjaan yang diridlai Tuhan. Apa
yang engkau lakukan semuanya demi keamanan dan perlindungan Islam. Engkau sudah
mengorbankan seluruhnya, fisik mau pun materi, untuk memberikan ketenangan bagi
orang Islam. Ketenangan yangengkau ciptakan membuat kaum Muslim dapat
menyibukkan diri mereka dalam ketaatan kepada Allah. Maka, itu pun merupakan
amal baik. Tuhan telah membuatmu condong pada perbuatan baik seperti itu, dan
kecenderunganmu itu adalah tanda dari kebaikan Tuhan. Sebaliknya, ketika engkau
mengurangi hasratmu untuk berbuat baik seperti itu, berarti Tuhan menampakkan
tanda-tanda ketidak-sukaan-Nya. Tuhan tidak ingin bila perbuatan-perbuatan baik
semacam itu diganjar oleh seorang manusia walau pun orang itu memiliki
kemakmuran dan ganjaran yang berlebih. Seperti kamar mandi hangat yang uapnya
berasal dari tungku. Tuhan menyediakan peralatan untuk menguapkan, seperti
jerami, nyala api kotoran hewan, dan lain-lain. Dilihat dari luar,
barang-barang tersebut mungkin tampak kotor dan buruk, tetapi semuanya
merupakan kebaikan Ilahi agar tujuan mereka dapat tercapai. Ketika bak mandi
terupai oleh bahan-bahan tersebut, orang –orang akan memperoleh manfaat
darinya.”
Ketika sampai pada permsalahan itu, beberapa teman
datang. Tetapi Guru meminta maaf pada mereka dan berkata : “Apabila aku tidak bangkit menyambut kalian atau berkata
kepadamu menanyakan keadaan dirimu, berarti aku tidak mengharagai kalian.
Ukuran untuk menghargai sesuatu sangat berhubungan dengan kelayakan suatu
peristiwa. Sungguh tidak tepat untuk menanyai
keadaan ayah atau saudara seseorang atau menghormat pada mereka ketika
kita sedang shalat. Tidak mengenali sahabat dan kerabat, ketika seseorang
sedang beribadah adalah hakikat kesopanan dan penghormatan. Karena apabila
orang tidak terputus dengan dirinya untuk sepenuhnya melakukan amal ibadah dan
dia tidak dibingungkan oleh orang-orang dekatnya, mereka tidak akan mendapatkan
ganjaran atau pun hukuman. Maka, ini merupakan hakikat perhatian dan kesopanan,
karena setiap orang akan memperoleh perlindungan dari sebab yang akan mereka
derita.”
Seorang murid bertanya : “Apakah ada jalan untuk
mendekati Tuhan selain Shalat?”
“Shalat akan lebih bisa mendekatkan seseorang dengan
Tuhan. Bagaimana pun, wujud shalat tidak hanya
dalam bentuk luarnya saja : Yakni hanya “Bungkus” shalat yang memiliki awal dan
akhir. Apa pun yang memiliki awal dan akhir adalah “bungkus”. Ucapan takbir pernyataan atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan
ucapan salam adalah akhirnya. Begitupula ada sesuatu yang lebih dari sekedar
ucapan iman yang diucapkan lidah, karena ucapan itu pun memiliki awal dan
akhir. Apap pun yang dapat diucapkan, memliki awal dan akhir adalah “Bentuk,”
“Bungkus,” sedangkan “jiwanya” tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikan dan
tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. Shalat, sebagaimana ayang kita
ketahui dan kita lakukan saat ini adalah hasil rumusan para Nabi. Nabi
Muhammad, yang telah merumuskan Shalat, pernah bersabda : “Aku
memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu itu, tidak terdapat ruang, baik
untuk nabi penanggung pesan atau pun malaikat yang berada di dekat Tuhan untuk
berbagi denganku.” Maka kita
mengetahui bahwa “Jiwa” shalat tidak terletak pada bentuk luarnya saja.
Melainkan juga merupakan keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidak
sadaran seluruhnya selama semua melakukan sesuatu bentuk luarnya, karena di
sana tidak terdapat ruang sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekali pun.
ooOOoo
Ada sebuah cerita mengeenai maulana Bha’uddin. Suatu hari
sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam perenungan (fana).
Ketika waktu Shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak kepada Maulana bahwa
saat shalat telh tiba. Maulana tidak memberikan perhatian terhadap apa-apa yang
mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Merski demikian, dua
pengikut, tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah satau pengikut
yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi, melihat jernih
dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat, termasuk imam
shalat, ternyata membelakangi kiblat, sedangkan mereka berdua yang tetap
bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.
Sang guru telah melewati kesadaran ego dan memasuki
kadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah mencapai
makna perkataan Nabi : “Matilah sebelum engkau
mati.” Dia kemudian menjadi cahay Tuhan. Dan siapa pun membalikkan
punggungnya pada Cahay Tuhan untuk memandang dinding, telah betul-betul
mengarahkan punggungngya ke kiblat, karena
cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka’bah sebagai arah shalat
untuk seluuh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi
arah shalat, karena atas Nama-Nya maka Ka’bah menjadi Kiblat.
Nabi Muhammad suatu ketika pernah memperingatkan
sahabatnya, Nabi bersabda : “Aku memanggilmu. Kenapa engkau tidak datang?”
“Karena aku sedang shalat.”
“Bukankah aku yang memanggil kamu?”
“Aku tidak berdaya,” sahabat itu menjawab.
Nabi Muhammad kemudian menjawab : “Memang baik bagimu,
untuk mengetahui ketika dirimu jadi tidak berdaya di seluruh waktu, melihat
dirimu sendiri tidak berdaya di saat kuat bahkan sebagaimana di waktu tak
berdaya sama sekali. Arena, di atas kekuatanmu terdapat kekuatan lain yang
lebih besar. Di segala waktu dan keadaan engkau tunduk kepada kehendak Tuhan. Dirimu tidaklah dua bagian yang pada suatu waktu
terkendalikan dan pada waktu lain tidak. Jagalah kekuatan-Nya di dalam
pandangan dan selalu menyadari bahwa dirimu tidak berdaya, dirimu tidak
terkendali, tuna daya, jelek dan lemah. Jika harima, snga dan buaya saja
tidak berdaya dan gemetar di depan-ya, bagaimana lagi manusia yang lemah?
Surga, bumi dan segala isinya tidak berdaya dan dikuasai hukum-Nya; Dia adalah
raja Yang Maha Kuat. Cahaya-Nya tidaklah seperti cahaya matahari dan bulan,
meskipun keberadaan benda itu tetaplah sebagaimana adanya. Tidak. Apabila
cahaya-Nya bersinar tanpa disaring, surga atau pun bumi tak akan dapat
bertahan, tidak pula matahari atau bulan, tidak seorang pun akan tersisa.
Seorang raja suatu ketika berkata kepada darwiys, “Saat
engkau menikmati keagungan dan kedekatan pada Istana Tuhan, beritahulah aku.”
“Apabila aku telah sampai pada Kehadiran-Nya,” kata sang
darwiys, “dan aku mengungkapkan sinar dari Matahari Keindahan itu, aku tidak
akan mampu untuk memberitahu kepda diriku, apalgai kepadamu.”
Meski demikian, apabila Tuhan telah memilih satu
pelayan-Nya dan menyebabkannya terserap ke dalam Diri-Nya, apabila setiap orang
mesti berebut memegang pakaian-Nya dan membuat permintaan kepada Tuhan, Tuhan
akan mengabulkan permintaan yang paling dekat dengan-Nya walau pun dia tidak
mengatakan permintaannya.
Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang memiliki
warga yang dia kasihi dengan pernhargaan amat tinggi. Ketika orang itu
berencana berangkat ke istana raja, orang-orang yang memiliki permintaan akan
memberikan surat untuk diberikan kepada raja, dan dia meletakkan surat itu di
dalam kantung. Ketika tiba di hadapan raja dan cahaya keindahan raja bersinar
kepadanya, dia akan jatuh tak sadarkan diri pada kaki bagindanya. Raja akan
meletakkan tangannya dengan penuh kasih ke dalam kantung pria itu, dan berkata
: “Apakah ini, warganegaraku, siapa yang telah terserap ke dalam keindahan
diriku?” Dia akan menarik surat itu kemudian mencatat persetujuan pada
belakangnya lalu mengganti semua susrat-surat dalam kantung itu. Kemudian,
tanpa kehadiran orang-orang yang meminta, seluruh permintaan dikabulkan. Tidak
satu pun yang ditolak. Kenyataannya, pemohon diberi lebih daripada yang mereka
minta. Meski demikian, lebih dari ratusan permintaan dibuat warga lain yang
tetap sadar dan mempu menghadirkan permohonan kepada raja atas nama orang lain,
hanya sedikit yang dikabulkan.
EMPAT
TUBUH YANG FANA, JIWA YANG
ABADI
Seseorang berkata : “Ada sesuatu yang telah aku lupakan.”
Ada satu hal di dunia ini yang tidak boleh di lupakan.
Engkau boleh melupakan apa pun, kecuali satu hal. Apabila mengingat semua hal
lain tetapi melupakan satu hal itu, engkau tidak akan dapat menyelessaikan apa
pun. Itu seperti seorang raja yang mengirim engkau ke kampung dengan tujuan
tertentu. Engkau pergi dan melakukan ratusan tugas lain. Apabila menolak
menyelesaikan tugas utama yang untuk itu engkau di kirim, berarti engkau tidak
melakukan apa pun. Kami menawarkan amanat kepada surga, bumi dan gunung, mereka
semua menolak menjalankannya, dan takut kepada tawaran itu. Tetapi manusia
berani menjalankannya. Sungguh dia tidak adil kepada dirinya sendiri, dan bodoh
(Qs :33-72).
“Kami menawarkan amanat kepada surga dan mereka tidak
mampu menerimanya.” Pertimbangkan betapa besar
kejutan pikiran dan perbuatan yang mereka lakukan : Mereka mengubah
bebatuan jadi rubi dan zamrut. Mereka mengubah pegunungan menjadi tambang emas
dan perak Menyebabkan tanaman di bumi berkembang dan seterusnya. Mereka memberi
kehidupan. Dan mereka menciptakan taman surgawi. Bumi pun menerima biji-bijian
dan kemudian memberikan buah-buahan dai biji-bijian yang di tanam. Pegunungan
pun menghasilkan berbagai mineral. Segalanya dilakukan. Tetapi satu hal itu
tidak mampu mereka lakukan. Hanya manusia yang mampu melakukannya. Dan kami telah memluliakan anak-anak Adam (QS:17:70).
Tuhan tidak berkata, “Kami telah memuliakan surga dan bumi.” Maka sudah
menjadi kewajiban manusia untuk melakukan apa yang tidak mampu dilakukan surga,
bumi dan gunung. Apabila manusia menyelesaikan tugasnya, ketidak-adilan dan
kebodohan yang menjadi sifat manusia akan sirna. Engkau boleh meragukan dan
menyatakan, bahwa sekalipun tidak menyelesaikan tugas itu, engkau telah
melakukan banyak perbuatan lain. Tetapi aku katakan kepadamu bahwa manusia
tidak diciptakan untuk pekerjaan lain. Itu bagaikan engkau menggunakan pisau
baja Indian yang bernilai dari barang yang engkau temukan di dalam harta karun
raja, sebagai parang untuk memecah daging busuk. Engkau kemudian membenarkan
perbuatanmu dengan berkata : “Aku tidak dapat membairkan pisau ini menganggur.
Aku menggunakannya untuk sesuatu yang baik.” Bagaikan engkau menggunakan
mangkok emas untuk memasak lobak. Satu pecahan dari mangkok itu mampu dibelikan
seratus periuk. Seperti engkau menggunakan belati tersepuh permata untuk tempat
menggantung labu pecah agar tetap bertahan dan berkata : “Aku menggunakan belati
ini untuk menggantungkan labu itu. Aku tidak bisa membiarkan belati ini
menganggur.” Tidakkah itu keduanya menyedihkan dan menggelikan? Apabila labu
mampu dengan baik dilayani oleh pasak kayu atau paku besi yang bernilai uang
recehan, mengapa harus menggunakan belati yang berharga ratusan dinar untuk
maksud seperti itu?” Tuhan telah menetapkan harga yang tinggi kepadamu,
sebagaimana Dia telah berfirman : “Sungguh Tuhan telah membeli dari orang yang
beriman jiwa mereka, dan harta benda mereka, serta menjajikan bagi mereka
kenikmatan surga (QS: 9 – 111).
Engkaunakan
melampaui dunia ini dan hari kemudian dengan suatu nilai.
Apa yang mesti
aku lakukan jika engkau tidak mengetahui nilaimu sendiri?
Janganlah
menjual dirimu dengan harga murah, karena engkau sangat berharga.
Tuhan berfirman : “Aku telah membeli kalia setiap nafas
yang engkau hirup, inti dirimu dan rentang kehidupannya. Apabula mereka
membelanjakan kepada-Ku dan memberikan kepada-Ku, harganya adalah surga abadi.
Inilah yang layak kepada-Ku. Apabila engkau menjual dirimu kepada neraka,
engkau berbuat tidak adil pada dirimu, seperti manusia yang menusukkan pisau
berharga ribuan dinar pada dinding dan menggantungkan periuk atau labu di atas
pisau itu.”
Engkau menggunakan dalih menyibukkan diri dengan ratusan
amal terpuji. Engkau berkata : “Aku telah mempelajari Fiqih, hikmah, logika
(mantik), astronomi, kesehatan, dan seterusnya.” Semua itu untuk dirimu
sendiri. Engkau mempelajari Fiqih hingga tidak seorang pun mampu merenggut
setangkup rotimu, atau merobek pakaianmu, atau membunuh dirimu. Ini semua agar
engkau hidup sehat walafiat. Apa-apa yag engkau pelajari mengenai astronomi,
seperti bentuk bidang langit dan pengaruhnya terhadap bumi, gaya berat atau kesembarangan
keamanan dan ketakutan, semua itu berhubungan dengan keadaan dirimu. Semua itu
untuk dirimu sendiri. Di dalam astrologi, tanda keberuntungan dan
ketidak-beruntungan berhubungan dengan pengawasan diri. Itu masih untuk dirimu,
pada akhirnya.
Apabula merenungkan masalah itu, akan tersadari bahwa
engkau adalah “Substansi” dan segala hal itu
adalah bawahan terhadapmu. Sekarang, apabila segala yang berada di
bawahmu memiliki demikian banyak cabang keajabiban, pertimbangkan dirimu yang
merupakan “Substansi” , mesti menjadi apa! Apabila bawahanmu memiliki “titik
puncak” dan “titik nadir” tanda keberuntungan dan tanda ketidak-beruntungan,
pertimbangkan “titik puncak” dan “titik nadir” apa yang mesti engkau miliki.
Hingga engkau menyadari bahwa ruh seperti itu harus memiliki sifat ini, mampu
terhadap hal ini, dan sesuai dengan pekerjaan seperti itu.
Di samping makanan yang dimakan untuk
mempertahankan dirimu secara fisikal, adalagi makanan lain yang engkau butuhkan. Seperti dikatakan Rasul Muhammad : “Aku
menghabiskan malam dengan Tuhanku, dan Dia memberiku makan dan memberiku
minuman.” Di dunia ini engkau telah
melupakan makanan lain itu dan menyibukkan dirimu dengan makanan dari dunia
ini. Siang dan malam engkau menyediakan makanan untuk tubuhmu. Sekarang tubuh ini adalah kudamu, dan dunia ini pelayannya.
Makanan kuda tidak sesuai untuk pengendaranya; Seekor kuda
mempertahankan dirinya menurut kelazimannya sendiri. Karena engkau telah
diliputi sifat kebinatangan dan kehewanan, engkau tetap di atas pelana dengan
kuda dan tidak memiliki tempat di antara
jajaran para raja dan pangeran dari dunia tempat hatimu berada. Karena tubuh
menguasaimu, engkau mesti mematuhi perintah tubuhmu. Engkau tawanan bagi
tubuhmu. Seperti majnun ketika dia memutuskan berangkat ke negeri Layla. Ketika
dia masih dalam keadaan sadar, dia mengendarai unta pada jalan yang benar.
Tetapi sekali terserap ke dalam Layla, dia melupakan dirinya dan untasrat
untaku berada di belakangkunya. Unta yang memiliki anak yang ditinggalkan di
desa, suatu ketika berjalan ke arah desa. Ketika Majnun sadar, dia tahu bahwa
dirinya pergi menuju jalan yang salah selama dua ahari. Kemudian dia terus
mondar-mandir selama tiga bulan, ketika pada akhirnya dia menangis, “Unta ini
adalah kutukan bagiku!” Demikianlah diceritakan, dia meloncat dari unta dan
membiarkan dirinya berangkat sendirian.
Hasrat untaku berada
di belakangku;
Sedangkan hasrat
diriku sendiri berada di depan;
Sungguh dia dan aku
amatlah bertentangan.
Seseeorang datang kepada Sayyid Burhanuddin Muhaqqiq dan berkata
: “Aku telah mendengar pujian mengenai dirimu dari orang tertentu.”
“Biarkan aku tahu,” Sayyid menjawab,” orang seperti apa
dirinya. Apakah dia telah mencapai derajat sedemikian rupa hingga mampu
mengetahui dan memujiku. Apabila dia mengetahui
aku atas apa yang telah aku katakan, sesungguhnya dia tidak mengetahuiku karena
perkataan tidaklah tetap (sementara), bebunyian sementara, bibir dan mulut pun
sementara. Semua itu kebetulan. Apabila dia mengetahui atas apa yang au
lakukan, kejadiannya akan sama saja. Meski demikian, jika dia mengetahui inti
diriku, dan kemudian aku tahu bahwa dia mampu memujiku, maka pujian tersebut
memang menjadi hkku.”
Ini seperti cerita yang mereka ceritakan tentang seorang
raja yang mempercayakan putranya kepada sekelompok manusia terlatih. Si anak
tetap bertahan hingga mereka telah mengajarinya seluruh ilmu astronomi,
geometri, dan ilmu pengetahuan lain, meskipun si anak sungguh-sungguh bodoh dan
bebal. Suatu hari raja mengambil dan menggenggam cincin dalam kepalan
tangannya, untuk menguji anaknya. Raja berkata : “Ayo, katakan padaku benda
yang aku genggam di dalam kepalanku!”
“Yang Engkau genggam.” Anak itu menjawab,” adalah benda
bulat, kuning, dan memiliki lubang di tengahnya.”
“Karena engkau mampu menjelaskannya dengan benar,” kata
raja,”katakan padaku benda apa ini sebenarnya!”
“Itu tentu sebuah batu gerinda,” jawab sang anak.
“Kamu telah memberikan ciri-cirinya demikian tepat dengan
pikiran yang amat mengejutkan! Dengan seluruh pendidikan dan pengetahuan yang
telah engkau peroleh, bagaimana mungkin keluar dari pikiranmu batu gerinda yang
tidak dapat digenggam oleh sebelah tangan?”
Maka, seperti itulah sekarang orang terpelajar pada zaman
kita, dengan ajaib memahami ilmu pengetahuan. Mereka telah sempurna belajar
memahami seluruh hal asing yang bukan merupakan perhatian mereka. Yang
benar-benar penting dan terkait dari semua hal tersebut adalah dirinya sendiri.
Tetapi betapa orang-orang terpelajar tidak mengetahuinya. Mereka melulu menghabiskan waktunya pada penilaian
kehalalan dan keharaman segala sesuatu, dan berkata : “Ini dihalalkan dan ini
tidak,” atau “Ini disyahkan hukum, dan ini tidak. Meski demikian,
kebudanran, kekuningan, rancangan dan kebulatan dari cincin raja adalah
kebetulan, karena apabila engkau melemparkannya ke dalam api tidak satu pun
dari seluruh hal itu tersisa. Dia menjadi inti sarinya, terbebas dari semua
ciri-ciri itu. Seluruh ilmu pengetahuan, amal, dan perkataan mereka letakkan di
depan, semuanya tidak memiliki hubungan dengan intisari bendanya, yang akan
tetap ada ketika seluruh sifat fisiknya sirna. Seperti halnya seluruh sifat
dari yang mereka katakan dan mereka uraikan. Pada akhirnya mereka akan membuat
penilaian bahwa sang raja memegang batu gerinda pada kepalan tangannya, karena
mereka tidak mengatahui inti yang utama dari suatu benda.
Aku adalah burung, seekor Bulbul, atau seekor nuri,
karena suaraku telah ditetapkan dan tdiak dapat membaut suara lain apa pun.
Jika aku diminta untuk menghasilkan bunyi lain yang berbeda, aku tidak akan
mampu. Sebaliknya, terhadap hal ini adalah contoh
seseorang yang belajar meniru suara burung. Dia bukan burung sama sekali.
Kenyatannya, dia adalah musuh burung, seorang pemburu, tetapi dia mampu membuat
burung menyahut karena menganggap suara itu sebagai suara burung. Karena
bunyi yang dia buat dikira-kira dan dan tidak pantas jadi miliknya, apabila
diminta, dia mampu membuat bunyi berbeda. Dia mampu membuat sahutan berbeda
karena dia telah belajar “mencuri barang orang dan menunjukkan kepadamu secarik
linen lain dari setiap rumah.”
LIMA
TUBUH DAN JIWA SEBAGAI AMANAT
Atabeg berkata : “Keagungan
apakah yang telah membuat Maulana menghargaiku?” Aku tidak pernah mengharapkan
ini. Pikiran ini tidak pernah terlitas pada pikiranku, karena aku hanya layak
untuk berdiri rendah hati, siang dan malam, di antara jajaran mereka yang siap
melayaninya. Aku masih belum layak untuk penghargaan itu. Keagungan macam
apakah ini?”
Guru menjawab : “Orang ini
adalah salah satu dari kalian yang memiliki cita-cita mulia. Tidak peduli
betapa tinggi derajat yang engkau capai, tidak peduli betapa penting dan
terpuji apa-apa yang engkau perhatikan. Cita-citamu yang paling mulia, engkau
menganggap dirimu tidak sempurna; tidak puas dengan dirimu dan berpikir masih
memiliki jalan panjang untuk dilalui. Meskipun hai kita pernah melayani Tuhan,
tetapi kita masih mengharapkan pengharapan resmi karena bentuk luar yang
terpisah dari isi.”
Seperti benda yang tanpa isi,
dia tidak dapat dipengaruhi. Dia juga tidak dapat dipengaruhi tanpa bentuk.
Seperti bii yang apabila engkau sebar tanpa kulitnya, biji itu tidak akan
tumbuh. Tetapi apabila engkau menanamnya pada tanah bersamaan dengan kulitnya
dia akan tumbuh menjadi pohon yang mengagumkan. Atas dasar ini, tubuh pun sama
pentingnya secara prinsip. Karena tanpa itu tidak ada kerja yang mampu
dipengaruhi, tidak pula tujuan akan tercapai. Demi
Tuhan, mata orang-orang yang telah mengetahui makna hakiki dan dia menjadi
makna hakiki, dia akan mengetahui bahwa hal yang paling penting adalah makna
hakikat.
Di dalam hubungan inilah bisa
dikatakan bahwa dua rakaat shalat akan lebih baik dariapda dunia ini beserta
seluruh isinya. Ini tidak berlaku pada setiap orang. Tetapi berlaku kepada
orang-orang yang mempertimbangkan lebih serius kehilangan dua rakaat daripada
kehilangan dunia ini beserta isinya. Orang yang merasa lebih berat kehilangan
dua rakaat daripada kehilangan kepemilikan terhadap seluruh dunia.
Seorang darwisy pergi ke
hadapan seorang raja. Sang raja menghadap padanya lalu mulai berkata, “Wahai
Zahid ....
“Engkaulah yang zahid,” dang
darwisy menyela.
“Bagimana mungkin aku menjadi
seorang zahid?” tanya raja, “Sedang aku memiliki seluruh dunia.”
“Tidak.” Jawab sang darwisy, “Engkau
meliaht itu dengan cara yang salah. Dunia dan dunia selanjutnya, bersama
seluruh kerajaanmu, ada;ah milikku. Aku telah mengambil semua kepemilikan alam
semesta. Engkau hanyalah isi kain dan lapnya.
Ke mana pun engkau berpaling,
di sanalah wajah Tuhan (QS.2:109). Wajah itu sesungguhnya beredar, tidak
terganggu, dan kekal, tidak pernah berhenti. Pencinta sejati mengorbankan
dirinya sendiri kepada Wajah ini dan tidak mencari apa pun demi imbalan.
Sebagian besar dari mereka bagaikan ternak; meskipun mereka bagaina ternak,
mereka pantas memperoleh kebaikan. Meskipun mereka berada di dalam kandang,
mereka mampu diterima pemilik kandang. Apabila dia ingin, dia mampu memindahkan
mereka dari kandang ini ke dalam kurungan pribadinya. Persis yang dilakukan-Nya pertama kali. Dia membawa manusia dari
ketiadaan menjadi makhluk yang berada. Dan dari kurungan makhluk ke dalam
kurungan mineral; dari kurungan mineral; ke dalam kurungan kebinatangan; dari
kurungan kebinatangan ke dalam kurungan kemanusiaan; dan dari kemanusiaan;
menjadi keadaan kemalaikatan, dan seterusnya tiada henti. Dia membuat
semua itu mewujud karena Dia memiliki begitu banyak “kurungan” yang
masing-masing lebih indah dari yang lainnya; dari keadaan ke keadaan, mereka
telah menderita, maka, mengapa mereka tidak beriman? (QS,84: 19-20). Dia
membuat seluruh hal tersebut mewujud agar kalian tahu bahwa di sana terdapat
keadaan lain yang menunggu di depan. Bukan yang akan engkau tolak dengan
perkataan, “Ini demikian adanya.” Seorang perajin ahli mempertunjukan keahlian
dan kerajinannya adar orang lain mempercayainya untuk dapat mengerjakan
kerajinan lainnya, yang masih belum dia kerjakan. Demikian pula, seorang raja
diberkahi pakaian kebesaran dan memberikan anugerah agar kebaikan dan anugerah
lainnya dapat diharapkan darinya, tidak agar orang berkata : “Ini demikian
adanya. Raja tidak akan memberikan kebaikan lagi.” Dan mengisi mereka dengan
segala yang telah diberikan kepadanya.
Apabila raja mengetahui apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang, dia tentu
tidak akan pernah memberinya kebaikan sejak semula.
Seorang
zuhud adalah seseorang yang melihat j=hari kemudian. Sedang seorang awam hanya
melihat kandang di dudnia ini. Dan para ahli mistik tidak melihat baik hari
kemudian maupun “kandang” hari ini. Sejak pandangan mereka
jatuh pada permulaan, mereka tahu
akhir segalanya akan terjadi. Seperti
seorang ahli yang menanam gandum, dia
akan tahu bahwa gandum itu akan tumbuh.
Dia mengetahui hasil sejak awal. Demikian pula dengan tanaman Gerst (Sejenis
gandum) padi, dan seterusnya. Ketika sang ahli melihat permulaan sesuatu,
meskipun pandangannya tidak pada akhir, dia mengetahui apa yang akan terjadi
pada akhirnya. Orang seperti itu sangatlah jarang. Mereka yang dapat melihat
sampai ke akhir sesuatu hanya sedikit, sedangkan mereka yang selalu berada di
dalam kandang adalah binatang ternak.
Manusia memiliki pembimbing
untuk setiap usaha kerasnya. Tidak ada satu pun yang mampu diusahakan sampai
luka – kerinduan dan cinta pada satu hal – dibangunkan dalam diri manusisa. Tanpa luka dan rasa sakit, usaha keras seseorang
tidak akan menjadi mudah. Tidak perduli itu urusan dunia ini, atau dunia
lain, perdagangan, pengagungan, seperti ulama, astrologi atau hal lainnya.
Maryam tidak pergi ke pohon yang diberkahi sampai dia mengalami kesakitan saat
melahirkan, dan rasa sakit dari kelahiran bayi datang padanya di dekat ranting
Pohon Kurma (QS.19:23). Rasa sakit membawanya menuju pohon, dan pohon kering
itu memberinya buah-buahan. Tubuh kita persis seperti Maryam, dan kita
masing-masing menanggung seorang Isa. Apabila mengalami rasa sakit kelahiran, Isa
kita akan lahir; tetapi apabila tidak ada rasa sakit, Isa kita akan kembali
pada asal mulanya melali jalan yang tak tampak dari tempat dia datang. Dan dia
akan tetap hilang.
Jika berada dalam kemelaratan.
Dan tubuh berada dalam gelora.
Setan memakan sampai muntah.
Hingga Jamshid tidak memiliki makanan
apa-apa.
Sembuhkan dirimu sendiri sekarang,
sementara Isa-mu berada di bumi.
Karena ketika dia telah diangkat ke surga.
Penyembuhmu harus berpisah.
ENAM
KATA-KATA HANYALAH PAKAIAN,
MAKNALAH YANG UTAMA
Kata-kata hanya didperuntukkan hanya bagi mereka yang
memerlukannya untuk sampai pada pemahaman. Apa perlunya kata bagi yang mempu
memahami tanpa peranta kata-kata? Surga dan dunia
seleuruhnya adalah kata bagi mereka yang memahaminya. Dan seperti
munculnya ka “Jadi”, maka jadilah (QS.36:82), apa
perlunya teriakan baginyang yang mampu mendengar bisikan?
Seorang penyair bahasa Arab suatu ketika ebrhadapan
dengan seorang raja yang tidak hanya bukan orang turki, tetapi dia juga tidak
mengetahui bahasa Persia. Penyair
menggubah syair yang banyak dipenuhi kiasan dalama bahasa Arab untuk
raja. Ketika raja dana para menteri, sang penyair beranjak maju dan mulai
mengucapkan puisinya. Pada bagian yang menimbulkan kekaguman, Raja
menganggukkan kepalanya; pada bagian yang membangkitkan ketakjuban, dia
memandang dengan pandangan yang teramat liar. Dan pada bagian yang
membangkitkan kerendahan hati, raja memperhatikannya dengan asyik.
Anggota istana kebingungan dan berkata : “Raja kita tidak
pernah tahu bahasa Arab sepatah kata pun. Bagaimana mungkin dia menganggukkan
kepalanya pada saat yang tepat, kecuali benar-benar memahami bahasa Arab dan
menyembunyikannya dari kita semua selama bertahun-tahun? Apabila kita pernah
berkata tidak sopan di dalam bahasa Arab, sengsaralah kita!”
Saat itu raja amemiliki seorang budak lelaki yang
mendapatkan hak amat istimewa. Pegawai-pegawai istana pergi kepadanya lalu
memberinya seekor kuda, unta, dan sejumlah uang. Mereka berjanji akan memberi
sebanyak itu lagi apabila si bidak bisa mengetahui apakah raja paham bahasa
Arab atau tidak. Sebab, bila raja tidak memahami bahasa Arab, bagaimana mungkin
dia menggelengkan kepala pada saat tepat? Apakah itu keajaiban atau ilham?
Suatu hari budak itu menemukan suatu saat yang ttepat. Saat itu raja sedang
berburu. Karena terlalu asyik berburu, dia keasyikan dalam berburuannya. Si
budak tahu kondisi raja sedang senang maka dia menanyai raja.
Raja tertawa dan berkata, “Demi Tuhan, aku sama sekali
tidak tahu bahasa Arab. Aku menganggukkan kepala dan menyatakan kesepakatan,
benar-benar disebabkan maksud yang terkandung dalam puisi itu.” Dari cerita itu
nyatalah bahwa “Hal yang utama” adalah maksud.
Puisi hanyalah “Cabang” dari “yang utama”. Apabila tidak ada maksud, dia tidak
akan pernah menggubah puisi.
Jika seseorang telah mengutamakan maksud, taka ada lagi
ke-dua-an tersisa. Ke-dua-an terletak di dalam cabang, sedangkan akarnya yang
paling utama tetap satu. Fenomena semacam itu dapati ditemukan dalam sosok
guru-guru spiritual. Tampak dari luar mereka berbeda satu sama lain. Dan tampak
juga perbedaan yang muncul dalam keadaan perbuatan, dan perkataan. Tapi
perbedaan-perbedaan tersebut berpulang pada inti yang sama yaitu pencarian
Tuhan. Persis seperti angin yang berhembus melalui rumah : dia mengangkat satu
sudut karpet dan mengibarkan tikar, menyebabkan debu terbang ke dalam udara,
meriakkan air di dalam kolam, dan menyebabkan cabang dan dedaunan pohon
berderai. Semua hal itu tampak jadi amat berbeda; padahal dari titik pandang
maksud, prinsip, dan realitas mereka semuanya satu. Karena gerakan mereka
semuanya berasal dari satu angin yang berhembus.
ooOOoo
Seseorang berkata : “Kita tidak sempurna.”
Adalah suatu kenyataan bahwa seseorang memikirkan hal ini
dan mencela dirinya sambil berkata, “Sial, apa sebenarnya aku ini?” “Mengapa
aku berlaku seperti ini?” Itu merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan. “Cinta
adala selama celaan masih ada.” Karena seseorang akan memarahai yagn
dicintainya, bukan memarahi orang asing dengan dirinya. Ada sebagi jenis
celaan. Menderita dalam keaskitan merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan.
Pada sisi lain, ketika suatu makian dilontarkan dan orang yang dimaki tidak
merasakan sakit, maka tak akan ada bukti cinta (seperti ketika orang memukul karpet untuk mengeluarkan
debunya). Dan pada sisi lain, seseorang yang memarahi anak
atau kekasih yang ia cintai, ia akan mendapatkan bukti dari cinta. Bukti cinta
akan muncul dalam contoh kusus seperti itu. Maka, selama engkau mengalami rasa
sakit dan menyesal di dalam diri, itu adalah bukti cinta dan kebaikan Tuhan.
Ketika engkau melihat kesalahan pada saudaramu, kesalahan
itu sebenarnya ada dalam dirimu, tetapi engkau melihat kesalahan itu terpantul
dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan dunia ini. Dunia ini merupakan
cermin yang melaluinya engkau melihat citra diri. “Seorang
Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain.” Bersihkanlah dirimu dari
kesalahan sendiri, karena kesusahan yang engkau kira dari orang lain,
sebenarnya berada dalam dirimu sendiri.
Engkau tidak pernah merasa bersalah oleh sifat buruk apa
pun yang ada dalam dirimu, seperti ketidakadilan, kebencian, kerakusan,
kecemburuan, ketidakpekaan, atau kesombongan. Maka ketika engkau melihat
semuanya di dalam diri orang lain, engkau merasa malu. Engkau merasa sakit
hati. Tidak seorang pun jijik oleh koreng atau bisul pada dirinya; tak satu
orang pun akan meletakkan jarinya yang terluka ke dalam air rebusan, lalu
menjilati jemari itu, dan dia tidak merasa mual. Meski demikian, apabila ada
bisul kecil atau tangan orang lain terluka, engkau tidak akan pernah bisa
bertahan melihat pencelupan tangan dalam air rebusan kemudian dijilati.
Buruknya kualitas moral bagaikan koreng dan bisul. Tidak seorang pun merasa
dipermalukan oleh dirinya sendiri. Namun setiap orang menderita kesukaran dan
ketakutan karena melihat hanya sedikit saja luka atau kejelekan pada diri orang
lain. Seperti halnya engkau merasa malu karena orang lain, engkau mesti
memaffkan mereka karena mereka juga merasa malu ketika terganggu olehmu.
Kesusahanmu adalah penyesalan dirinya karena kesusahanmu muncul dari melihat
sesuatu yang dia lihat pula. “Seorang Mukmin merupakan
cermin bagi Mukmin yang lain.” Nabi Muhammad tidak mengatakan orang kafir
merupakan cermin bagi orang kafir. Nabi tidak mengatakan itu bukan karena orang
gkafir tidak memiliki poternsi untuk menjadi cermin. Melainkan karena orang
kafir tidak menyadari pada cermin dari jiwanya sendiri.
Seorang raja terduduk di pinggir sebuah apsir. Raja itu
tengah patah hati. Pangeran merasa khawatir jika mendapatkan raja dalam keaan
seperti itu. Mereka berusaha untuk membaut raja ceria. Tetapi apa pun yang
mereka lakukan, tak satu pun yang dapat membuat raja ceria. Raja memiliki badut
yang sangat diistimewakan.Pangeran menjanjikan dia berbagai hadiah apabila ia
mampu membuat raja tertawa. Badut akhirnya menghadap raja, mengerahkan segala
kemampuannya. Namun raja sama sekali tidak tertarik. Melirik un tidak. Si Badut
terus berusaha memperlihatkan mimik yang bisa membuat raja tertawa. Tapi raja
tak melakukan apa pun. Dia hanya melirik pada parit dengan kepala tertunduk.
“Apa yang engkau lihat di dalam air wahai raja?” tanya
badut.
“Aku melihat seorang suami dengan istrinya yagn tidak
setia.” Jawab raja.
“Tuan,” si badut berkata, “pelayanmu pun tidaklah buta.”
Demikianlah. Ketika engkau melihat pada diri orang lain
sesuatu yang menyusahkan dirimu, orang yang kau lihat pun tidak buta. Dia
melihat halyang sama dengan yang engkau lihat.
Jika kita berbicara tentang Tuhan, maka kita tak lagi
membicarakan adanya dua ego di sana. Engkau berkata, “Aku”, dan Dia mengatakan
“Aku”. Agar dualitas itu sirna, salah satunya mesti mati demi yang lainnya.
Engkau mesti mati untuk Dia atau Dia untuk engkau. Tapi meskipun demikia, Dia
tak mungkin mati – baik kematian fenomenal atau pun konseptual – karena “Dia
adalah Yang Maha Abadi dan tidak akan pernah mati.” Tapi Dia begitu agung,
mungkins aja Dia akan mati untukmu agar dualitas yang ada bisa sirna. Tapi,
karena Dia tidak mungkin mati, engkau harus mati agar Dia mampu bersemayam dalam
dirimu, kemudian menghancurkan dualitas itu.
Engkau
dapat mengikat dua burung bersamaam. Tetapi, keduanya mungkin dari jenis yang
sama dan sayap yang tadinya hanya dua kini menjadi empat, kedua burung itu
tidak akan mampu terbang bersama karena masih memiliki dualitas. Tapi jika
engkau mengikat burung mati pada burung lain yang masih hidup, dia mampu untuk
terbang karena di sana tak ada lagi dualitas.
Matahari sangat ramah dan penyayang, hingga jika
memungkinkan dia akan rela mati demi kelelawar. “Kelelawar sayangku,” matahari
akan berkata, “Kelembutanku dan rasa sayangku menyentuh segala sesuatu. Aku pun
akan melakukan apa-apa yang bermanfaat untukmu. Jika engkau dapat mati,
matilah, agar engkau bisa menikmati cahaya kemegahanku dan menanggalkan
“kekelelawaranmu”, lalu menjadi burung phoenix dari gunung Qaf karena
kedekatanmu kepadaku.
Seorang pelayan Tuhan akan mampu meniadakan dirinya
sendiri demi yang dikasihinya. Dia meminta kepada Tuhan agar memberinya kekasih
seperti yang diinginkan, tetapi Dia tak dapat mengabulkan permintaan itu.
Muncullah sebuah suara yang berkata, “Aku tidak ingin engkau melihat seseorang
seperti yang engkau inginkan.”
Tetapi seorang pelayan Tuhan, akan terus memaksa dan
tidak menghentikan permohonannya. Dia berkata, Ya, Tuhan. Engkau telah
menempatkan hasrat pada seseorang di dalam diriku, dan hasrat itu tidak pernah
dan tidak akan pergi.”
Akhirnya sebuah suara muncul menjawab, “Apabila engkau
menginginkan hasrat itu terwujud, maka korbankan dirimu dan jadilah tiada.
Jangan menempatkannya dalam perpisahan dengan dunia.”
“Baiklah Tuhan, “katanya, “Aku puas”. Dan kemudian dia
melakukannya. Dia korbankan dirinya dan kehidupannya demi kekasih yang dia
cintai dan terpenuhilah hasratnya.
Jika seorang pelayan Tuhan ttelah memiliki kemuliaan
untuk mengorbankan hidupnya, satu hari baginya akan lebih berharga dibandingkan
dengan seluruh kehidupan dunia dari awal hingga akhir. Apakah dengan begitu
Pemilik kasih sayang tak lagi lembut? Itu tentu menggelikan. Walau pun
bagaimana pun, untuk meniadakan-Nya adalah sesuatu yang mustahil. Karena
mustahil, maka engkau harus meniadakan dirimu.
ooOOoo
Seorang yang bodoh menempatkan dirinya di tempat yang
lebih atas dari tempat orang suci. Orang suci itu berata, “Apa bedanya
seseorang duduk di atas lampu dengan seseorang yang duduk di bawahnya? Walau
pun lampu cenderung untuk selalu di atas, hal itu menjadi bukan atas
kehendaknya. Satu-satunya tujuan ialah memberikan manfaat kepada yang lain
hingga merek mampu menikmati cahayanya. Kalau sebaliknya, di mana pun lampu
berada, tinggi atau pun rendah, dia akan sekedar lampu. Dia adalah matahari
abadi.”
Jika ada orang-oran suci yang mencari status dan
kedudukan pujian di dunia ini, mereka melakukan hal itu karena orang lain tidak
mampu untuk memahami keagungan mereka. Mereka ingin memikat orang-orang awam
terseut dengan jerat dunia ini hingga mereka mampu menemukan jalan lain yang
memuaskannya dan akhirnya jatuh pada jerat dunia selanjutnya. Demikian pula
yang dilakukan Nabi Muhammad Beliau menguasai Makkah dan negaa bukan karena dia
membutuhkannya. Malainkan untuk menerangi dan melimpahi mereka semua dengan
cahaya-Nya. “Tangan ini dibiasakan untuk memberi, tidak dibiasakan untuk
mengambil.” Orang suci memperdaya orang lain untuk memberi, bukan untuk
mengambil apa pun dari mereka.”
Ketika seseorang menjerat burung kecil dengan penjerat
untuk memakan atau menjualnya, itu isebut muslihat. Tapi jika seorang raja
melakukan jebakan untuk menjerat seekor elang liar yang tidak berharga dan
tidak mengetahui hakikat dirinya dan kemudian melatihnya untuk keperluan
tentara hingga menjadi elang yang mulia, terlatih, dan halus peranginya, itu
bukan muslihat. Meski jika dilihat sekilas perbuatan itu culas, tapi sebenarnya
ahal itu dilakukan dengan mempertimbangkan hakikat ketulusan dan kemurahan
hati. Perbuatan itu seperti membangkitkan kembali orang mati, mengubah batu
yang hina menjadi permata Rubi, mengubah sperma mati menjadi manusia dengan
segala kehidupannya, dan sebagainya. Maka seandainya seekor elang mengetahui
untuk apa dia ditangkap, dia tidak lagi membutuhkan biji-bijian yang menjadi
umpan. Melainkan akan mencari jerat dengan seluruh hati dan jiwanya lalu
terbang menuju tentara raja.
Orang hanya melihat pada makna tekstual dari perkataan
orang suci lalu mereka berkata, “Kami telah mendengar. Pembicaraan ini
berkali-kali sebelumnya. Kai telah cukup dengan perkataan seperti itu. Hati
kami telah tertutup. Tetapi Tuhan telah menggutuk mereka dengan segala
keingkarannya (QS.2:88). Orang kafir akan berkata, “Hati kami telah dipenuhi
oleh pembicaraan seperti itu.” Kemudian tuhan menjawab mereka, “Sengsaralah
kalian karena hatinya dipenuhi oleh kata-kata itu. Mereka dipenuhi oleh
godaan-godaan untuk membuat jahat dan bayangan yang sia-sisa. Hati mereka
dipenuhi kemunafikan dan keraguan, bahkan mereka penuh kutukan.” Tuhan telah
mengutuk mereka dengan segala keingkarannya.
Jika mereka mampu melepaskan diri dari ocehan-ocehan
semacam itu, mereka akan mampu menerima perkataan ini. Tetapi mereka tidak mampu melakukan
hal itu. Tuhan telah menyumbat telinga, mata dan hati mereka. Sehingga jika
mereka melihat, mereka selalu melihat warna yang salah. Mereka menganggap Yusuf
sebagai serigala. Telinga mereka mendengar susara yang salah. Mereka mendengar
hikmah sebagai omong kosong dan ocehan. Hati mereka telah menjadi gudang
godaan, khayalan yang menyesatkan dan persepsi yang keliru. Karena telah
terikat khayalan dan anggapan yang kacau. Hati
mereka menjadi padat dan beku bagaikan es di musim dingin. Tuhan telah menutup
hati dan pendengaran mereka; kegellapan menutupi pandangan mereka
(Qs.2:7). Bagaimana mungkin hati mereka menjadi penuh? Sedang dalam seluruh ke.
Apabila iblis ada, ini pasti dia.”
hidupannya atau dalam setiap masa ketika mereka
membanggakan dirinya tidak pernah memahami atau menyerap sesuatu pun. Tuhan tidak
memberikan mereka kendi yang penuh seperti yang diberikan kepada sebagian orang
agar mereka bisa mengisinya. Dia memberikan kendi kosong kepada sebagian, dan
mengapa mereka mesti berterima kasih? Orang yang menerima kendi penuhlah yang
layak mengucapkan terima kasih.
Ketika Tuhan menciptakan Adam dari tanah liat dan air,
“Dia mengadoni tanah liat untuk mencipta Adam selama empat uluh hari.” Dia
meyempurnakan bentuk Adam lalu membiarkannya selama satu periode waktu di bumi.
Iblis muncul, turun dan masuk ke dalam tubuh Adam. Menelusuri dan memeriksa
seluruh uratnya, dia melihat jaringan tubuh itu dipenuhi darah dan kejenakaan.
Adam berkata, “Ah, alangkah bagusnya seandainya bukan Iblis yang duduk di kaki
singgasana tuhan, aku akan muncul. Apabila iblis ada, ini pasti dia.
Kedamaian semoga bersama
kalian!!
TUJUH
MANUSIA YANG
TERKURUNG KATA-KATA
Putra Atabeg datang.
“Ayahmu selalu mengingat Tuhan, dan dia sangat taat,”
sang guru berkata, “itu nampak dari apa yang dia katakan.”
Suatu hari Atabeg berkata, “Orang kafir Yunani telah
menyarankan kami menikahkan putri kami kepada kaum Tartar, sehingga agamanya
menjadi satu dan agama Islam akan lenyap.”
“Pernahkah
Agama menjadi satu?” aku bertanya, “yang terjadi salalu dua atau tiga, dan
perang selalu berkecamuk di antara sesama pemeluk agama. Bagaimana mungkin
engkau menyatukan agama? Pada Hari Kebangkitan, semuanya akan dipersatukan.
Tetapi di sini, di dunia ini, mustahil agama-agama menjadi satu karena setiap
orang memiliki hasrat dan keinginan berbeda. Penyatuan tidak mungkin terjadi di
sini. Meski pun demikian, pada Hari Kebangkitan nanti, ketika segalanya menjadi
satu, setiap orang akan melihat pada satu hal, mendengar dan membicarakan satu
hal.”
Ada berbagai macam hal dalam diri manusia. Dia adalah
seekor tikus, dan dia juga seekor burung. Kadang-kadang burung mengangkat
kurungannya, kemudian tikus menariknya kembali ke bawah. Ada ribuan binatang
lain di dalam diri manusia, sampai dia maju pada titik tetmpat tikus
melenyapkan “ketikusannya” dan burung meleneyapkan “keburungannya”. Semua akan
disatukan, karena pencarian sasaran tidak ke atas ataupun ke bawah. Ketika
sasaran ditemukan, tidak ada “atas” dan “bawah”. Ketika seseorang kehilangan
sesuatu, dia mencarinya ke segala arah – kiri dan kanan, atas dan bawah, ke
sana ke mari, ke segala arah. Dan ketika benda yang hilang itu telah ditemukan,
dia akan menghentikan pencariannya. Pada hari kebangkitan nanti, setiap orang
akan melihat dengan satu mata, berbicara dengan satu lidah, mendengar dengan satu
telinga, dan menyerap dengan satu indera.
Hal itu seperti sepuluh orang yang bersama-sama memiliki
taman atau toko. Mereka berbicara tentang satu hal, khawatir tentang satu hal,
dan disibukkan dengan satu hal. Ketika barang yang dicari telah ditemukan (Pada
hari kemabgnkitan ketika seluruhnya akan bertatapan dengan Tuhan), seluruhnya
akan disatukan dengan cara serupa ini.
Di dunia ini setiap orang disibukkan
dengan sesuatu. Sebagian sibuk dengan cinta pada perempuan, sebagian dengan
harta benda, sebagaian dengan bagaimana mendapatkan uang, sebagian dengan ilmu.
Masing-masing orang percaya pada kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicapainya
berdasar pada kepercayaan itu, demikian pula rahmat Tuhan. Ketika
manusia mulai mencari dan tidak menemukannya, dia menghentikan pencarian.
Setelah beristirahat sebentar dia berakata, “Kenikmatan dan rahmat itu mesti
dicari. Barangkali aku tidak cukup mencari, biarkan aku mencari kembali.”
Ketika dia kembali mencari dan masih tidak menemukannya, dia terus mencari
hingga sang rahmat membukakan diri. Ketika sampai pada tahap itulah dia
menyadari bahwa sebelumnya dia melakukan pencarian pada jalan yang salah. Meski
demikian, Tuhan memiliki beberapa pelayan yang melihat dengan pandangan yang
jernih bahkan sebelum tiba Hari Kebangkitan.
Ali pernah berkata, “Apabila tirai telah diangkat, aku
tidak menjadi lebih yakin.” Dengan ini dia mengartikan bahwa apabila kulit
permukaan telah diangkat dan Hari Kiamat menampakkan dirinya keyakinannya tidak
akan meningkat. Penglihatannya seperti sekelompok orang yang pergi ke dalam
ruang gelap pada malam hari dan berdoa. Masing-masing orang menatap pada arah
yang berbeda. Ketika hari berganti, mereka kembali memutarkan dirinya kecuali
seorang lelaki yang telah menatap Makkah sepanjang malam. Ketika orang lain
berputar arah pada rahnya masing-masing, mengapa dia mesti ikut berputar arah?
Para pelayan tuhan itu menatap Dia sepanjang malam. Mereka telah membalikkan
diri dari semua yang lain, kecuali dari Tuhan. Bagi mereka hari kebangkitan
terasa segera akan terjadi dan selalu merasakan kehadirannya.
Memang kata-kta tidak berbatas maknanya. Namun kata-kata
diwahyukan sesuai dengan kemampuan orang yang mencarinya. Tidak satu pun di
sana, kecuali Kami memiliki gudang itu semuanya, dan Kami tidak menyebarkan
dengan merata, melainkan dengan ukuran yang telah ditentukan (QS.15:21). Hikmah
turun seperti hujan dari sumbernya yang tiada pernah berakhir. Dia turun dengan
kesuaian terbaiknya, kurang atau lebih, berdasarkan musim. Ahli pengobatan
menaruh gula atau obat pada secarik kertas, tetapi di sana terdapat lebih
banyak gula daripada yang ada pada kertas. Asal mula gula dan obat sangat tidak
terbatas, tetapi betapa mereka mampu mencocokkannya pada secarik kertas.
Beberapa orang mengejek Nabi Muhammad, dan berkata,
“Kenapa Al-Qur’an diahyukan kepada Muhammad kata dmei kata, dan tidak bab demi
bab>”
Nabi Muhammad menjawab, “Pertanyaan bodoh macam apa ini?
Seandainya Al-Qur’an diwahyukan semuanya kepadaku secara serentak, aku akan
meleleh hancur dan mati.”
Orang yang mengabarkan sesuatu,
memahami lebih banyak dari sesuatu yang sedikit, dari satu hal dia memahami banyak hal; dari satu
baris, memahami seluruh buku. Persis sekelompok orang yang duduk
menyimak sebuah cerita. Satu dari mereka mengetahui seluruh cerita, ketika
ceritanya baru dimulai. Dari satu kiasan dia memahami sebanyak yang orang lain
dengar. Hal itu terjadi karena orang-orang itu tidak menyadari seluruh situasi
yang terjadi. Orang yang mengetahui semuanya, memahami lebih banyak dari
sedikit saja yang diceritakan.
Mari kita kembali kepada ahli pengobatan. Ketika pergi ke
toko ahli obat, di sana terdapat banyak gula. Tetapi dia akan melihat berapa
banyak uang yang engkau miliki dan akan memberikan gula sesuai dengan uang yang
engkau miliki. Di dalam contoh itu, “Uangmu” berarti “cita-citamu” dan
“pengorbananmu”. Demikian pula kata-kata. Ida diwahyukan berdasar pada
cita-cita dan ketaatanmu. Ketika engkau akan mengambil gula, ahli pengobatan
melihat sakumu, memperhatikan berapa banyak gula akan tertampung, dan mengukur
sesuai dengan itu. Apabila seseorang membawa barisan unta dengan banyak karung,
mereka akan memanggil tukang angkut. Dalam kasus serupa, ada sejumlah orang
yang baginya lautan tidaklah cukup. Sementara bagi yang lain beberapa tetes
kecil saja mencukupi. Lebih dari itu justru akan mencelakakannya. Ini berlaku
tidak hanya di dalam makna, ilmu dan hikmah, tetapi juga dalam segala sesuatu. Kepemilikan
kemakmuran dan kepemilikan semuanya tidak terbatas, tetapi semua itu diberikan
dengan ukuran yang sesuai. Orang yang menanggung lebih banyak dari kemampuannya
akan menjadi gila. Tidaklah engkau lihat Majnun dan Farhad itu – dan pecinta
lain yang menempuh nestapa padang pasir demi cintanya kepada seorang perempuan
– telah memikul hasrat yang melampaui batas kemampuannya? Tidakkah engkau lihat
Fir’aun yang mengakui dirinya sebagai Tuhan ketika dia didberi terlalu banyak
kemakmuran dan kekuasaan? Tidak satu hal pun di sana, melainkan gudang itu
semuanya berada di tangan Kami (QS.15:21). Tuhan telah berfirman, “Tidak ada
apa pun, baik atau buruk dengan persediaan yang terbatas dalam gudang Kami,
tetapi Kami menganugerahkannya sesuai dengan kemampuan, dan itu merupakan jalan
yang terbaik.”
Betul, seseorang mungkin menjadi
seorang Mukmin tanpa tahu apa yang mereka Imani. Seperti anak kecil “percaya”
pada roti tanpa mengetahui yang dia percayai. Demikian pula buah-buahan dari
pohon mengering dan layu kekeringan. Tetapi mereka masih tidak mengetahui apa
“haus” itu. Keberadaan manusia bagaikan
bendera yang berkibar di udara. Kemudian tentara dikirim dan dikumpulkan
mengelilingi bendera dari setiap arah untuk mengetahui Tuhan. Dari arah nalar,
pemahaman, kemarahan, keberangan, pengampunan, keluhuran budi, ketakutan dan
gharapan, keadaan tanpa akhir, serta kualitas tanpa batas. Setiap orang yang
mencari dari kejauhan hanya melihat benderanya saja, tetapi yang mencari dari
dekat menyadari hakikatnya.
ooOOoo
Seseorang datang dan dia di tanya, “Darimana saja
engkau?”
“kami merindukanmu, aku merindukanmu mengapa engkau pergi
begitu lama?”
“Kami telah dan akan tetap berdoa agar keadaan ini akan
berubah. Keadaan yang membawa perbedaan sungguh tidak terlihat.”
Benar, Demi Tuhan, Situasi itu baik di mata Tuhan. Memang
benar bahwa segala hal baik dan sempurna dalam hubungannya dengan Tuhan. Bukan
hubungannya dengan kita. Ketidakmurnian dan kemurnia, penolakan dan perhatian
terhadap shalat, kekafiran dan keimnanan, politeisme dan monoteisme – semua itu
baik dalam hubungan dengan Tuhan. Tetapi bagi kita peribahan, pencurian,
kekafiran, dan politeisme merupakan keburukan, sementara monoteisme, tatacara
ibadah, dan sedekah merupakan kebaikan. Segala sesuatu baik jika dipandang
dalam hubungannya dengan Tuhan. Seorang raja mungkin memiliki tiang gantungan,
penjara, kebahagiaan, kemakmuran, harta benda, rombongan perayaan, kebahagiaan
juga genderang perang dan bendera. Di dalam hubungan dengan raja semua hal itu
baik. Sebagaimana kerajaannya didlengkapi dengan baju kebesaran, demikian pula
ia dilengkapi dengan tiang gantungan, hukuman, dan penjara. Semua itu pelengkap
kerajaannya, meski pun bagi orang-orang lain baju kebesaran dan tiang gantungan
sama-sama menakutkan.
DELAPAN
JIWA SHALAT LEBIH BAIK
DARIPADA SHALAT
Seseorang ditanya, apakah yang lebih istimewa dibanding
shalat? Jawabnya, seperti yang telah kami katakan, bahwa Jiwa Shalat lebih baik
daripada shalat. Jawaban
lain ialah Iman lebih baik daripada Shalat, karena shalat
diwajibkan lima kali sehari sedangkan Iman tidak boleh terputus. Orang dapat
dimaafkan dari shalat dengan alasan yang benar, juga diijinkan menunda shalat.
Iman tanpa shalat patut diberi ganjaran, sedangkan shalat tanpa iman, seperti
shalatnya orang munafik, tidak mendapatkan apa-apa. Shalat berdasarkan Agama. Sedangkan iman tidak akan berubah karena perbedaan
Agama. Keabadian dan universalitas iman meliputi berbagai hal,
keadaannya, perhatiannya, dan lain-lain. Juga ada perbedaan lain. Seseorang
dapat mendengar wahyu sesuai derajat kemampuan keterikatannya terhadp wahyu
tersebut. Seorang pendengar wahyu seperti tepung terigu di tangan seorang
pengadon; wahyu itu bagaikan air, dan “ukuran air yang benar mesti dikocok ke
dalam tepung terigu.
ooOOoo
Mataku melihat
pada yang lain. Apa yang seharusnya aku lakukan?
Mengeluhlah
tentang dirimu.
Karena engkau
adalah cahaya mataku.
“Mataku melihat pada yang lain” berarti mencari titik
kepuasan” selain dirimu. Apa yang mesti aku lakukan? Engkau adalah cahaya,”
berarti engkau bersama dirimu sendiri. Janganlah engkau keluar dari dirimu
sendiri karena cahayamu akan menjelma menjadi ratusan ribu dirimu.
ooOOoo
Diceritakan, suatu ketika ada seorang lelaki dengan
perawakan kecil lemah, dan hina bagaikan burung kecil yang terkutuk. Bahkan
setiap pandangan buruk yang melihatnya selalu diiringi dengan rasa jijik dan
disertai rasa syukur kepada Tuhan karena mereka tidak seburuk dia. Meskipun
sebelum melihat dia, mereka pernah mengeluhkan wajah buruk mereka. Tidak hanya
itu. Lelaki-lelaki itu juga selalu berbicara kasar dan pembual besar. Seorang
anggota istana raja yang selalu menyakiti seorang menteri karena dia sabar,
suatu ketika merasa tak tahan lagi melihat keadaan itu dan berteriak, “Hai,
orang-orang istana! Kita telah mengambil orang tak berharga ini dari selokan
dan mendidiknya. Berterima kasihlah! Karena kemakmuran dan kemurahan hati kita,
juga karena leluhur kita, dia menjadi orang penting. Tapi kini, dia datang dan
berbicara kepadaku dengan cara seperti ini!”
Seroang sahabt berdiri dan berkata kepada menteri, “Wahai
orang-orang istana, orang-orang terhormat di kerajaan, apa yang dia katakan
benar adanya. Aku telah diangkat oleh kebaikannya dan didpelihara dari
remah-remah meja makan leluhurnya. Kemudian aku merasa dihina dan direndahkan
sebagaimana engkau lihat sekarang. Apabila aku dibawa orang lain, milik dan statusku
tentu akan lebih besar daripada mereka sekarang. Dia mengangkatku dari debu dan
demi alasan itu aku berkata, bagi Tuhan aku adalah Debu (QS.78:40). Andaikata
orang lainlah yang mengangkatku dari debu, aku tidak akan jadi ternak yang
tertawa seperti ini.”
Seorang pengikut yang peduli pada hamba Tuhan akan
memiliki kemurnian jiwa. Siapa pun yang dididik dan diajari untuk menipu atau
berbuat munafik, dia akan menjadi orang yang menyedihkan, lemah, tidak berdaya,
hina, ragu-ragu, dan bingung sebagaimana yang mengajarinya. Karena mereka yang
tidak beriman, pendukungnya adalah Thagut. Mereka akan membawanya dari cahaya
ke dalam kegelapan (QS.2:257).
Para Nabi dan orang suci, dengan demikian, adalah
“pengingat” atas keadaan masa lalu seseorang. Mereka tidak meletakkan sesuatu
yang baru ke dalam hakikat seseorang. Sekarang setiap air keruh yang mengenali
air jernih itu akan berkata, “Aku berasal dari itu” lalu bercampurlah
dengannya. Tetapi jika air keruh itu tidak mengenali air jernih yang
mengingatkan asal mulanya dan berpikir dirinya berbeda dengan yang lain, dia
akan menolak proses terjadinya kekeruhan, perampuran warna lain dalam dirinya,
hinga dia tidak akan lagi bercampur dengan lautan yang maha luas. Mereka bahkan
menjadi lebih asing dari laut..
Mereka yang
menyadari ikatan kebersamaan
Akan terikat
bersama;
Mereka yang
menolak ikatan kebersamaan,
Hancur redam
terpisah-pisah.
Persisi seperti Firman Allah, telah datang utusan kepada
kalian dari golongan kalian sendiri (QS.9:128). Ayat ini bermakna bahwa air
jernih yang agung itu berasal dari jenis serupa dengan air keruh yang hina.
Mereka berbagi jiwa dan hakikatnya yang serupa. Ketika “”yang sedikit” tidak
mengenali “yang besar” dan agung memiliki jiwa dan hakikat yang sama dengannya,
maka pengenalan yang akan datang padanya bukan dari air itu sendiri. Melainkan
dari kejahatan yang membisikinya. Kejahatan itu memantul di atas permukaan air
hingga dia tidak tahu apakah alirannya berasal dari air laut yang luas dan
agung atau berasal dari pantulan kejahatan. Antara keduanya begitu dekat
sehingga dia tidak mampu untuk membedakannya.
Dengan cara serupa, seonggok tanah liat yang sedikit dan
hina tidak mengetahui apakah dia berasal dari lumpur yang datang dari dirinya
sendiri atau karena munculnya sejumlah penyebab lain yang bercampur dalam
dirinya. Sadarilah kemudian bahwa setiap baris, setia laporan, dan setiap ayat
yang dibawa sebagai bukti para nabi dan orang suci merupakan dua bukti dan dua
kesaksian mereka. Bukti dan saksi itu mempu bertindak ssebagai saksi terhadap banyak
peristiwa. Mereka menyaksikan setiap hal berdasar pada perkaranya. Sebagai
contoh, dua orang yang sama bisa jadi menyaksikan penempatan rumah, penjualan
pada toko, dan perkawinan. Dalam situasi apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, mereka akan membatasi
kesaksiannya pada setiap peristiwa yang terjadi. “Bentuk” persaksian selalu
sama, tetapi “hakikatnya” tentu berbeda. “Semoga Tuhan mengasihi kita dan
kalian! Warna itu berasal dari darah, tetapi
wewangian itu berasal dari kesturi.”
SEMBILAN
HASRATMU ADALAH TIRAI YANG
MENUTUPI YANG NYATA
Kai berkata, “Beberapa orang yang berhasrat untuk
melihatmu berkata, “Aku berharap untuk dapat melihat guru.”
Di dalam kenyataannya, orang itu tidak
akan mampu untuk melihat guuru begitu saja karena hasratnya untuk melihat guru
menjadi tirai penghalang pada sang guru itu sendiri. Pada saat itu dia tidak akan melihat guru tanpa tirai
penghalang.
Setiap orang tentu memiliki hasrat, kasih sayang, cinta,
dan kemesraan yang dia tumpahkan terhadap segala hal, ayah, ibu, sahabat, surga
dan bumi, taman, beranda, karya, pengetahuan, makanan atau minuman. Dia harus
menyadari bahwa segala hasrat dan keinginan itu
menjadi “tirai” yang menghalanginya. Ketika seseorang mampu melampaui
dunia ini dan melihat bahwa Sang Raja tidak tertutupi tirai itu, ia akan sadar
bahwa seluruh hal tersebut merupakan “tirai yang menutupi”. Sementara apa yang
mereka cari pada hakikatnya satu. Dengan adanya kesadaran itu, seluruh masalah
akan terpecahkan. Seluruh pertanyaan dan kesukaran hati akan terjawab, dan
segala sessuatu akan menjadi jernih.
Tapi jawaban Tuhan tidak akan seperti itu. Dia mesti
menjawab segala masalah satu persatu. Satu jawaban akan menyelesaikan seluruh
masalah. Pada musim dingin setiap orang akan menyelimuti dirinya dan merapat di
tempat yang hangat untuk mengusir dingin. Seluruh tanaman dan pepohonan
meluruhkan dedaunan dan buah-buahnya karena serangan musim dingin. Menahankan
rasa dingin dan bertahan dengan kulitnya agar tidak menderita kebekuan. Lalu
datanglah musim semi “menjawab” kebekuan musim dingin. Munculnya musim semi,
menjawab dan memuaskan segala masalah dan seluruh pertanyaan mereka yang
bermacam-macam. Musim semi menyapa seluruh kehidupan, seluruh benda hidup,
semua abenda mati dan menjawab setiap pertanyaan mereka dengan satu tiupan. Dan
akhirnya, segala sesuatu mengeluarkan kepalanya dan mengetahui apa yang
menyebabkan munculnya bencana itu.
Tuhan telah menciptakan “tirai” tersebut untuk satu
tujuan yang baik. Apabila Dia menunjukkan keindahan-Nya tanpa tirai, kita tidak
akan mempu melihat dan menikmati keindahan-Nya. Kita juga tak akan memperoleh
manfaat darinya, karena kita diciptakan dan dikuatkan secara tidak langsung.
Apakah kamu meliaht matahari? Di dalam cahayanya kita datang dan pergi. Karena
cahanya kita dapat melihat dan mampu membedakan kebaikan dari keburukan. Dengan
cahanya pula kita menghangatkan ddiri. Karena mataharilah, pepohonan dan taman
menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan yang mentah, pahit, dan masam menjadi
amtang dan manis dalam panasnya. Di bawah pengaruhnya, bebauan dan logam
berproses menjadi emas, perak, rubi dan nilan (safir). Jika matahari yang
sangat bermanfaat secara tidak langsung itu terlalu dekat dengan kita, tentu
kita tidak akan mendapatkan manfaat darinya. Bahkan dia juga akan menyebabkan
seluruh dunia dan seisinya hangus terbakar. Ketika Tuhan Mengejawantahkan
Diri-Nya, dengan ditutupi tirai pada gunung, pohon-pohon, berbagai jenis bunga
akan menghiasi gunung itu dengan segala keindahannya. Kehijauan memenuhi
manifestasi Tuhan dalam gunung tersebut. Tetapi jika Dia mengejawantahkan
Diri-Nya tanpa tirai, pegunungan akan hancur dan musnah menjadi debu. Ketika Tuhan
muncul denegan keagungan di gunung, Dia menyebabkan kehancuran gunung itu
menjadi debu (QS.7:143).
Ketika kita sampai pada pemahaman itu, seseorang berkata,
“Tetapi matahari musim dingin adalah juga matahari musim semi.”
Guru menjawab, “Maksud kami di sini
adalah untuk membuat perbandingan. Tentu berbeda antara persamaan dan
perbandingan. Persamaan yang selaras adalah satu hal, sedangkan perbandingan
adalah hal lain.”
Dan jika intelek berjuang dengan seluruh kemampuannya,
namun tidak mampu memahami sesuatu, mengapa dia harus mengehtikan usahanya?
Apabila intelek menghentikan upaya karena tidak mencapai pemahaman, maka dia
bukan intelek. Karena intelek selalu berusaha siang dan malam, tanpa istirahat,
menhyibukkan dirinya dengan pikiran
untuk memehami sang Pencipta. Bahkan apabila Dia mustahil dapahami dan
dibayangkan sekali pun. Intelek ini seperti laron dan kekasih Ilahinya bagaikan
lilin. Ketika laron menerbangkan dirinya menuju
lilin, tak dapat dielakkan lagi dia terbakar dan hancur. Laron tentu tidak akan
mampu menahan nyala lilin, tapi dia tidak peduli. Dia rela menderita terbakar
dengan seluruh rasa sakit yang ia rasakan. Binatang apa pun yang tidak mampu
menahan nyala lilin dan menerbangkan dirinya kepada nyala itu adalah “laron”.
Dan lilin, tempat laron melemparkan diri padanya, tetapi tidak membakar laron,
ia bukanlah lilin.”
Maka, manusia yang bertahan dalam
ketidak tahuannya tentang Tuhan, dan tidak berusaha dengan segala kemampuannya
untuk memahami Tuhan, ia bukanlah manusia. Tuhan yang
dapat dipahami seseorang bukanlah Tuhan. Manusia yang sejati tak akan pernah
berhenti berusaha. Dia menunggu tiada henti di sekitar “Cahaya” Tuhan yang
mengagumkan. “Tuhan” adalah lilin yang “membakar” dan terus menariknya agar
lebih dekat. Tapi kedekatan itu tak terpahami oleh intelek.
SEPULUH
AKU SANGGUP MENGABULKAN
PERMINTAANMU, TAPI RATAPAN KESEDIHANMU LEBIH AKU SUKAI
Parwana pernah berkata, “Sebelum guru muncul, Malulana
baha’uddin telah meminta maaf padaku dan berkata bahwa tuan kita pernah
berkata, seorang raja tidak harus menyusahkan dirinya untukd atang melihat
kami, karena kami adalah pokok berbagai pernyataan. Pada satu keadaan kami
berkata, pada keadaan yang lain kami diam. Dalan satu keadaan kami berurusan
dengan orang-orang, dalam keadaan lain kami memilih untuk menetap dalam
kesunyian. Terkadang pula kita terserap dan terbingungkan sepenuhnya. Tuhan
melarang raja untuk datang sementara kita mampu menunjukkan rasa simpati
padanya. Atau kita tidak memiliki waktu luang untuk berbincang dan menasihatinya.
Maka, akan lebih baik bagi kita untuk pergi mengunjungi seorang sahabat apabila
sedang memiliki waktu luang, hingga mampu memperhatikan mereka dan kedatangan
kita akan memberi mereka manfaat.”
“Aku telah berbicara kepada Maulana Baha’uddin untuk menjawabnya,
“kata Pangeran, “bahwa aku tidak akan datang dengan tujuan agar tuan kami mau
memperhatikanku dan berbincang denganku. Aku datang lebih karena aku masih
memiliki kehormatan sebagai makhluk di antara jajaran pelayannya. Dan sekarang
tuan kami begitu sibuk dan tidak pernah muncul ddi tengah-tengah kami. Tuan
kami membuatku terus menunggu waktu lama, sampai aku sadar betapa sukar bagi
orang Muslim juga bagi orang-orang lain. Tapi aku tetap menunggu di pintuku.
Tuan kami membuatku merasakan kepahitan pengalaman itu. Dia mengajariku dengan
pengajaran yang lebih baik dibandingkan pengajaran yang dilakukannya pada orang
lain.”
“Tidak” guru kami berkata kepadanya, “Aku membuatmu terus
menunggu semata-mata karena sikap memihak . Diriwayatkan bahwa suatu ketika
Tuhan berkata, “Hai pelayanku! Aku sanggup untuk segera mengabulkan permintaan
yang kamu pintakan dalam shalatmu, tetapi ratapan kesedihanmu lebih aku sukai.”
Tanggapan dariku munccul terlambat agar engkau terus meratap lebih banyak lagi
dan memohon lebih kerap lagi. Aku sanagat menikmati bunyi ratapan dan
permohonanmu.”
Sebagai contoh, dua pengemis
datang pada seseorang. Pengemis yang satu ramah sekali dan menyayangi tuan
rumah, tapi yang lainnya menjijikan. Sang tuan rumah berkata kepada pelayannya “Cepat
berikan sekerat roti kepada lelaki menjijikan itu hingga dia pergi dari rumah
kita secepat mungkin. Katakan kepada yang lainnya, penggemis yang berlaku baik,
bahwa roti kita belum dibakar dan dia mesti menunggu sampai roti itu siap!”
Aku lebih suka melihat sahabatku dan memandangi mereka
karena aku menginginkannya. Begitu juga aku mengharapkan dari mereka. Ketika
sahabat dalam khdiupan ini telh melihat
keseluruhan hakikat sahabatnya, persahabatan mereka akan semakin terjalin lebih
erat di dunia selanjutnya. Mereka akan segera mengenali satu sama lain.
Mengetahui betapa mereka telah bersama-sama di dunia ini. Mereka akan dengan
cepet berpegangan karena seseorang dengan cepat dapat kehilangan sahabatnya.
Tidakkah engkau lihat betapa di dunia ini engkau cepat menjadi sahabat
seseorang? Di dalam pendapatmu orang adalah suri teladan kebajikan seperti
Yusuf. Kemudian, karena satu perbuatan buruk yang tidak menguntungkannya, dia
berubah menjadi sosok dalam pandanganmu dan hilang dari sisimu selamanya. “Yusuf”
berubah menjadi serigala. Orang serupa yang pernah engkau anggap sebagai Yusuf
sekarang terlihat sebagai serigala. Bahkan apabila bentuknya tidak berubah dan
dia aorang sama yang pernah engkau
lihat, dengan kebajikan kebetulan ini engkau tetap akan merasa kehilangan
dirinya.
Kelak, ketika hari kebangkitan tiba dan hakikat kehidupan
berubah menjadi hakikat lain, dan engkau tidak mampu untuk mengetahui seseorang
dengan baik dan tidak memaksakan dirimu kasuk ke dalam hakikatnya, engkau tidak
akan mampu untuk mengenalinya di kehidupan yang akan datang. Inti pernyataan
ini ialah bahwa kita mesti melihat satu sama lain lebih mendalam dan masuk
melampaui sifat baik dan buruk yang menempel pada diri manusia. Kita mesti
amsuk dan melihat hakikat satu sama lain. Karena sifat-sifat yang membedakan
manusia dari yang lainnya, bukanlah sifat sejati mereka.
Mereka menceritakan tentang seseorang yang berkata, “Aku
mengethaui si anu dan si anu dengan baik. Aku mampu mengatkan kepadamu seperti
apa dia.” Ketika diminta untuk menjabarkannya dia mengatakan, “Dia pengembalaku
dan dia memiliki dua ekor sapi. Dan sampai hari ini masih demikian.”
Mungkin saat ini seseorang mengatakan bahwa mereka telah
melihat sahabatnya dan mengetahui dengan baik. Namun jika mereka diminta untuk
menggambarkan pengenalannya, penjelasannya tidak akan beranjak dari cerita
tentang dua ekor sapi, yang sama sekali bukan penjelasan tentang orang itu. Orang meski pergi melampaui sifat baik dan buruk
manusia, lalu masuk ke dalam hakikat untuk mengetahui seperti apa dia secara
hakikat. Itulah yang disebut “penglihatan” dan “Pengetahuan” sajati.
Maka aneh jika orang yang bertanya tentang orang suci dan
nabi yang terpikat oleh (serta memperoleh kekuatan dari dan dipengaruhi) dunia
yang tidak memenuhi syarat. Yakni dunia yang tidak memiliki tempat atau pun
bentuk, juga tak dapat dijabarkan. Mereka selalu berada di dunia itu. Ketika
seseorang mencintai yang lain, dia memperoleh kekuatan, rahmat, manfaat,
pengetahuan, pemikiran, ketenangan, kebahagiaan dan duka lara darinya. Semua
itu membutuhkan tempat di dunia “tanpa tempat” (placeless). Orang memperoleh
manfaat dari makanan yang dimakannya. Ini tidaklah terlalu mengejutkan, dan
orang masih terkagum-kagum ketika ada orang suci dapat jadi pecinta dunia
“tanap tempat” (Placeless) dan menerima bantuan darinya.
Konon, ada seorang ahli metafisika yng menolak konsep
ini. Suatu hari ia jatuh sakit untuk waktu lama. Seorang ahli Agama datang
menjenguknya, dan bertanya, “Apa yang engkau cari?”
“Sehat,” jawab ahli metafisika.
“Jelasksan kepadaku ‘Sehat” ini agar aku mampu
membawakannya padamu,” kata ahli agama.
“Kesehatan tidak memiliki bentuk,” Jawab dia.
“Apabila kesehatan tidak dapat disifatkan, bagaimana
mungkin engkau mempu mencarikanya?” Dia meminta penjelasan, “Katakan padaku,
apa itu sehat?”
“Hanya ini yang aku tahu,” jawab ahli metafisika, “ketika
kesehatan datang, aku tegap, sehat dan kuat. Aku jadi beruntung : warnaku merah
sehat dan bersih, dan aku merasa segar dan mekar.”
“Aku bertanya kepadamu tentang sehat sehat itu sendiri,” kata
ahli agama, “apa inti sehat itu?”
“Aku tidak tahu,” jawab yang ditanyai, “itu tidak dapat
disifatkan.”
“Jika engkau menjadi seorang Muslim dan bertobat dari
jalanmu sebelumnya,” kata ahli agama, “aku akan mengobati engkau, membuatmu
sehat, dan membantu memperoleh kembali kesehatanmu.”
Nabi Muhammad pernah ditanya tentang “mampukah seorang
manusisa memperoleh manfaat dari konsep
yang tidak tersifatkan?” Beliau menjawab, “Itulah langit dan bumi. Kamu
melihat bentuknya dan memperoleh manfaatnya dari konsep universal.” Sebagaimana
kamu lihat, kekuasaan yang ada di langit : hujan muncul dari awan dan musim
pana atau pun dingin sebagaimana
mestinya, juga perubahan cuaca. Semuanya demi yang terbaik dan sesuai dengan
keinginan Tuhan. Sekarang bagaimana mungkin seonggok awan yang mati dapat
menegetahui kapan ia akan turun menjadi hujan? Bagaimana mungkin bumi yang kamu
lihat sekarang menumbuhkan tanaman yang semula satu menjadi sepuluh? Pasti ada
seseorang yang memahami ini. Melalui
dunia ini engkau mampu melihat “seseorang” itu dan akan tertolong. Seperti
“kulit” yang membantumu menyerap makna hakiki kemanusiaan, melalui bentuknya
kamu akan mampu menyerap makna dunia.
Ketika Nabi Muhammad “mendpat wahyu”
dan berbicara, dia mengatakan, “Tuhan berfirman”. Pada kasus tersebut, meskipun
lidah nya sendiri yang mengatakan, dia sendiri tidak berasda di sana sama sekali
: “pembicaraannya” adalah Tuhan. Karena Nabi Muhammad tahu dari awal bahwa dia
tidak tahu apa-apa tentang perkataannya itu, ketika merasakan kata-kata itu
terucapkan bagitu saja dari lidahnya, dia sadar bahwa diriny abukan orang yang
sama seperti sebelumnya. Ini disebut sebagai “penguasaan” Tuhan. Nabi Muhammad tidak hanya mengatakan orang dan nabi
yang mendahului kehidupannya ribuan tahun lalu, melainkan juga mengenai yang
akan terjadi sampai akhir dunia ini. Dia pun berbicara tentang singgsana Tuhan
dan alam semesta. Karena dia, saat itu, dimiliki “masa lalu”; makhluk yang
dibatasi waktu tidak dapat berbicara mengenai hal itu. Bagaimana mungkin “yang
sementara” bercerita tentang “yang abadi?” Sangat aneh, tentu saja. Maka, pada saat pewahyaun, bukan Nabi Muhammad yang
mengatakan, melainkan Tuhan. Dia tidak berbicara atas kehendaknya
sendiri. Itu bukan lain adalah wahyu yang diungkapkan kepada dirinya (QS.53:
3-4). Tuhan melampaui bentuk dan kata Ucapan-Nya di luar kata-kata dan suara,
tetapi Dia mengemukakan ucapan-Nya melalui kata, suara, atau bahasa apa pun
yang dikehendaki-Nya.
Di sepanjang jalan taman, kita sering menemukan arca
bebatuan dan burung batu tersusun di sekitar kolam. Air mengalir dari mulutnya
dan melimpah ke dalam kolam. Namun orang cerdas mana pun tahu bahwa air itu
tidak muncul dari mulut arca batu, tetapi dari tempat yang lain.
Apabila engkau ingin “mengetahui” seseorang, buatlah dia
berbicara. Kemudian engkau mampu “mengetahui” dia yang sebenarnya dari
ucapannya. Bagaimana jika ia menipu, karena tahu bahwa orang dapat diketahui dari ucapannya, sehingga terus menerus
mengucapkan sesuatu yang samar agar tidak didketahui?”
Ini seperti dongengan mereka tentang anak kecil yang
kebingungan, dan berkata kepada ibunya, “Saat malam hari menjadi gelap, hantu
muncul kepadaku. Aku takut kepadanya.”
“Jangan takut,” kata sang ibu. “jika engkau melihat hantu
itu, beranilah dan serang dia. Engkau akan tahu, itu hanya khayalanmu.”
“Tapi, ibu,” kata anak itu, “apa yang mesti aku lakukan jika ibu hantu itu
mengatakan hal serupa pada anaknya?”
Sekarang, jika da seseorang yang sengaja tidak ingin
diketahui dan berdiri sendiri, bagaimana aku tahu dia yang sebenarnya?
Jawabannya adalah, berdiam diri terhadap kehadirannya. Berikan dirimu kepadanya
dan bersabar! Barangkali sebuah kata akan terluncur dari bibirnya. Jika tidak, sebuah kata barangkali
secara tidak hati-hati akan meluncur dari bibirmu, atau pikiran atau gagasan
bisa jadi muncul pada dirimu. Dari pikiran atau gagasan itu barangkali engkau
“mengetahui” dia, karena engkau saat itu telah “terpengaruh” olehnya. Itu
adalah “pantulan” dan “penyatuan” dirinya yang tercermin ke dalam dirimu.
Syeh Sarrazi duduk di antara pengikutnya. Salah satu dari
mereka tiba-tiba membayangkan lezatnya kambing guling. Syeh menyuruh agar
membawa sejumlah kepala kambing kepadanya. “Syeh,” kata mereka, “bagaimana
engkau mengetahui bahwa dia menginginkannya?”
“Karena”, Syeh menjawab, “Selama tiga
puluh tahun aku tidak memiliki ekinginan. Aku telah menyucikan diriku dan melampaui
segala “keinginan”. Aku menjadi sebening cermin tanpa bayangan. Ketika aku
memiliki hasrat kepala kambing guling, dan ketika itu menjadi “keinginan”, aku
tahu bahwa itu berasal dari sahabatku itu. Cemin tidak memiliki bayangan.
Apabila bayangan muncul dalam cermin, tentu ia datang dari sesuatu yang lain.”
Seorang suci datang ke tempat pengasingan mencari tujuan
luhur. Sebuah suara muncul kepadanya, “Tujuan luhur seperti itu tidak dapat
dicapai dengan cara mengasingkan diri. Biarlah, sampai pandangan orang agung
jatuh kepadamu dan menyebabkan engkau mencapai tujuanmu.”
“Ke mana aku mesti pergi menemukan orang agung ini?”
tanya dia.
“Di dalam masjid jama’ah,” dia diberi tahu.
“Bagaimana aku mengenalinya di antara demikian banyak
orang?”
“Pergi!” kata suara itu,” dia akan mengenalimu dan
memandang keapdamu. Dan tanda pandangan itu ialah satu kendi besar akan jatuh
dari tanganmu. Saat engkau tak sadar diri, saat itulah engkau tahu bahwa dia
telah melirik kepadamu.” Maka dia mengisi sebuah kendi dengan air, dan
memberikan minuman kepada orang-orang di masjid. Shaf demi shaf. Tidak lama
kemudian dia mengalami perasaan aneh dan mengeluarkan jeritan keras. Lalu kendi
terjatuh. Ia terbaring tak sadarkan diri
di sudut masjid. Jemaah masjid bubar. Ketika itu, dia melihat dirinya
sendirian. Dia tidak pernah melihat “Raja” itu yang melemparkan pandangan
kepadanya. Tetapi dia mencapai tujuannya.
Tuhan memiliki orang-orang yang tidak pernah
memperlihatkan diri mereka karena Tuhan merasa cemburu padanya. Tetapi orang-orang
itu telah dianugerahi pelbagai hadiah
yang menjadi tujuan pencarian banyak orang. Raja seperti itu sangatlah jarang
dan tentu saja amat berharga.
Kami mengatakan, “Orang-iarng agung datang dalam
kehadiran kalian.”
“Kami tidak lagi hadir” jawab mereka, “itu sudah lama
berlalu, sejak kehadiran kami yang pertama. Jika mereka muncul, mereka muncul
dalam bayangan seseorang yang dibentuk oleh keyakinan. Beberapa orang pernah
berkata kepada Isa, “Kami akan datang di rumahmu. Isa menjawab, “Kapan dan di
mana di dunia ini, engkau akan mendatangi rumahku? Pernahkah kami memiliki
sebuah rumah?”
Sebuah donegeng tentang Isa yang mengelana di padang
pasir. Tiba-tiba hujan badai muncul. Dia mencari perlindungan sementara dalam
sarang srigala di sebuah gua sampai hujan berhenti. Di sana dia menerima wahyu
: Tinggalkanlah sarang itu, karena ada anak srigala yang tidak dapat berlindung
di sana!
“Oh Tuhan,” ratapannya, “ada tempat perlindungan untuk
anak srigala, sementara tidak satu pun untuk putra Maryam.”
“Jika anak srigala memilii tempat perlindungan,” jawab
Tuhan, “Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengusirnya dari rumahnya. Engkau pun
tentu memiliki sesuatu yang menggerakkanmu. Jika engkau tidak memiliki rumah,
apa yang menyebabkanmu bertahan di dalamnya? Rahmat dan penghargaan yang
diberikan si penggerak itu padamu lebih berharga daripada langit, bumi, dunia,
juga Singgasana Ilahi.”
ooOOoo
“Maka,” kata guru, “apabila penguasa datang dan kita
tidak segera muncul, dia tentu tidak terluka atau peduli. Apakah kedatangannya
untuk menghargai dirinya atau kita? Apabila dia datang untuk menghargai kita,
tentu ia akan sabar menunggu kita. Semakin lama menunggu, semakin besar
penghargaannya pada kita. Jika bermaksud menghargai dirinya dan meminta
ganjaran surga, maka penderitaannya ketika menunggu akan menjadi ganjarannya
yang terbesar. Pada kedua hal itu dia memperoleh keuntungan ganda karena
kedatangannya. Maka dia mesti bergembira dan senang karenanya.”
SEBELAS
KOMUNIKASI DALAM CINTA :
KOMUNIKASI PALING RAHASIA
Perkataan “hati mengungkapkan persaksian yang serupa”
merujuk pada komunikasi yang tidak diaktakan secara terbuka. Ketika hati berkomunikasi secara langsung satu dengan
lainnya, apa perlunya kata dan lidah?
“Ya”, kata raja muda, “tentu hati memberikan persaksian,
tetapi fungsinya berbeda dari telinga, mata, atau pun lidah. Ada keperluan yang
berbeda untuk masing-masing agar manfaat
yang didapat lebih besar.”
Apabila hati benar-benar telah terserap, maka segala yang
lain lenyap di dalamnya, dan tak ada lagi kebutuhan pada lidah. Layla bukanlah
ruh murni, dia darah dan daging. Mencintainya berarti mendesak kekuatan
penyerapan pada Majnun sampai dia tidak perlu melihat dengan matanya atau
mendengar suaranya karena Layla dianggap tidak terpisahkan dari dirinya.
Citramu berada
di dalam mataku; namamu pada bibirku
Pikiran tentang
engkau bersemayam di dalam hatiku
Di mana lagi aku
perlu menulis?
Makhluk badaniah seperti manusia memiliki kemampuan
tertntu, sehingga mencintainya bisa membuat seseorang memasuki suatu wilayah
dimana dia tidak menyadari keterpisahan antara dia dengan yang dicintainya.
Seluruh perasaan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain terserap
ke dalam yang dicintainya, sampai tidak ada anggota tubuhnya yang membutuhkan
rangsangan indrawi yang lain. Hal ini terjadi karena dia melihat segala sesuatu
“melebur” dan menganggap segala sesuatu “hadir”. Apabila salah satu anggota
yang kita sebut tadi menemukan kebahagiaan sempurna, seluruh anggota lain akan
terserap ke dalam keterposanaan orang itu dan tidak akan mencari rangsangan
lain. Ketika organ indra mencari rangsangan secara terpisah, ini menunjukkan
belum terjadi penyatuan sebagaimana dapat terjadi – tetapi hanya menemukan
sebgian pemenuhan.
Ketika satu indra belum terserap seluruhnya, indera lain
mencari kepuasannya sendiri secara terpisah. Pada hakikatnya anggota pancaindra
adalah keseluruhan, tetapi dalam bentuknya mereka merupakan bagian-bagian yang
terpisah. Ketika satu oragan terserap, yang lainnya ikut terserap ke dalam
organ itu. Seperti lalat : ketika terbang sayapnya bergerak, kepalanya
bergerak, semuanya bergerak. Ketika menghirup madu, seluruh organnya sepakat
berhenti bergerak. “Keterserapannya” membuat dia tidak sadarkan diri dan tidak
lagi melakukan pengerahan tenaga, gerakan atau pun perubahan. Gerakan apa pun
yang muncul dari orang tenggelam tidak benar-benar dari dia, tetapi dari air. Apabila dia masih mampu berteriak “Tolong aku
tenggelam” maka dia tidak dapat dikatakan tenggelam.
Ungkapan “Aku adalah Tuhan” bukanlah pengakuan atas
keagungan. Melainkan suatu kerendahan hati yang total. Seseorang yang berkata
“Aku adalah hamba Tuhan” menyebutkan dua keberasaan, dirinya dan Tuhan.
Sedangkan ungkapan “Aku adalah Tuhan” berarti peniadaan diri, yakni dia
menyerahkan keberadaan dirinya sebagai kekosongan (non-ekssistensi). Dikatakan
“Aku adalah Tuhan” bermakna : “Aku tidak ada, segala sesuatu adalah Dia.
Keberadaan adalah Tuhan sendiri, aku bukan keberadaan sama sekali; bukan
apa-apa.” Pernyataan ini begitu luar biasa, lebih dari pengakuan terhadap
keagungan apa pun. Sayangnya, banayak yang tidak memahami. Ketika manuisa
menyadari penghambaannya kepada Tuhan, dia sadar atas perbuatannya sebagai
hamba. Penghambaan ini bisa jadi memang ditujukan pada Tuhan. Namun dia masih
memandang diri dan perbuatannya setara dengan melihat Tuhan. Ini berarti dia
tidak “tenggelam”; tenggelam adalah dia yang dalam dirinya tidak memiliki
gerakan atau perbuatan, kecuali digerakkan oleh perubahan air.
Seekor singa menangkap rusa. Rusa berusaha melarikan diri
dari singa. Ada dua keberadaan di sana, singa dan rusa. Ketika singa menangkap
rusa dan rusa pingsan dalam ancaman cakar singa, maka yang tersisa hanya
keberadaan singa; rusa jadi terlenyapkan.
“Terserapnya” orang suci ialah bahwa Tuhan menyebabkan
mereka menakuti Dia denegan ketakukan yang berbeda dari ketakutan manusia
terhadap singa, harimau dan tiran. Dia mengungkapkan rasa takut itu dari Tuhan,
keamanan dari Tuhan, kesenangan dan kemudahan juga dari Tuhan, dan keniscayaan
kehidupan hari demi hari dari Tuhan. Pada orang suci, Tuhan menjelma dalam
bentuk khusus dan bijaksana : dapat dilihat dengan mata , seperti halnya singa,
harimau, atau api. Nyata bagi orang suci bahwa bentuk singa mau pun harimau
yang dilihatnya bukanlah dari dunia ini, melainkan sebagai bentuk “sempurna”
yang telah diberikan secara alami. Tuhanlah yang mengunkapkan diri-Nya dalam
bentuk keindahan yang mempesonakan. Taman Unta bidadari, rumah mewah, makanan
dan minuman, pakaian kebesaran, kota besar, rumah, dan berbagai keajaiban sama
nilainya. Orang suci tahu betul bahwa iada satu pun yang berasal dari dunia
ini. Tuhanlah yang membuat mereka terlihat dengan memberi bentuk dan pakaian.
Dia benar-benar mengetahui bahwa rasa takut berasal dari
Tuhan, keamanan dari Tuhan, dan seluruh ketenteraman serta keindahan dari
Tuhan. Sekarang, meskipun “ketakutan” orang suci tidak serupa dengan ketakutan
biasa, tapi dapat sekilas dilihat melalui ketakutan biasa. Itu dapat dibuktikan
secara logika. Konsep entang apa pun yang berasal dari Tuhan diberikan Tuhan. Para Filosof mengatakan hal ini. Namun mereke mengetahuinya dari
pembuktian logika, sedang bukti logika sama sekali tidak memiliki keabadian.
Apabila engkau menguraikan argumen logika kepada seseorang, dia akan gembira
dan senang terhadap hal itu; tetapi ketika kenangan terhadap itu hilang, maka
kegembiraan dan kesenangan terhadap hal itu hilang juga. Sebagai contoh,
seseorang bisa mengetahui melalui bukti logika bahwa rumah ada yang mambuat;
bahwa pembuat memiliki mata dan tidak buta. Dia pasti kuat dan tidak lemah. Dia
ada dan bukan tidak ada. Dia hidup dan tidak mati. Baru saja dia memiliki
pengalaman membuat rumah. Seluruh hal ini dapat diketahui, seseorang melalui
bukti-bukti logika. Tetapi bukti ini tidak abadi, sebab dengan cepat
terlupakan.
Ketika “pencinta” pada satu sisi, melakukan penghambaan,
mengetahui Pencipta, melihat dengan Mata Ketentuan, membuka roti dan bergaul
bersama-sama, maka Pencilta tidak pernah beranjak dari pencitraan dan
penglihatan mereka. Manusia seperti itu telah “hilang” ke dalam Tuhan; dengan
salam kepada orang itu, dosa bukanlah dosa dan kejahatan bukanlah kejahatan.
Orang-orang itu telah dikuasai dan dileburkan.
Raja suatu saat memerintahkan
setiap budaknya memegang sebuah gelas minum emas untuk tamu yang datang. Bahkan
budak kesayangannya dia perintahkan memegang gelas minuman itu. Tetapi ketika
raja sendiri muncul, budak itu, karena mabuk pandangan raja, pingsan dan
menjatuhkan gelas minum hingga hancur berkeping-keping. Melihat ini, yang lain
berkata, “Barangkali ini yang mesti kita lakukan. “Dan mereka semua
sungguh-sungguh melemparkan gelas minuman. Raja memarahi dan bertanya kenapa
mereka melakukan hal itu.
“Karena kesayanganmu melakukannya,” mereka menjawab.
“Engkau bodoh,” kata raja, “dia tidak melakukannya.
Aku yang melakukannya!”
Secara lahiriah, seluruh “bentuk” itu telah melanggar,
kecuali untuk pelanggaran khusus itu, yang bukan hanya jiwa ketaatan melainkan
melampaui batas ketaatan dan pelanggaran. “Tujuan” adalah budak itu :
Seluruhnya adalah pengikut raja. Perbudakan tidak lagi sekedar bentuk padanya,
ddia telah terisi dengan keindahan raja.
Tuhan mengatakan : “Apabila bukan
untuk-Ku, Aku tidak akan menciptakan cakrawala.” Makna “Aku adalah keberadaan”
(ana al-Haqq) adalah “karena Diriku telah menciptakan cakrawala”, itu “Aku
adalah Keberadaan” yang didungkapkan dengan cara lain, dengan simbul lain. Ungkapan-ungkapan mistik tampak berbeda dalam ribuan
bentuk. Tetapi jika Tuhan satu dan jalan satu, bagaimana mungkin semuanya jadi
berbeda, dan bukan satu? Semuanya memang tampak pada berbagai samaran berbeda,
tetapi pada hakikat mereka satu. Jenis terjadi pada bentuk : di dalam hakikat,
semuanya tersatukan.
Ketika pageran memerintah mendirikan tenda, satu orang
mengikat tali, satu membuat pancang, yang satu menjahit kain, satu mengaitkan,
satu memotong, satu menggunakan jarum. Meski pun dilihat dari luar seluruh
bentuk ini terlihat berbeda-beda dan berlainan, dari sudut pandang makna hakiki
mereka semua mengerjakan satu hal.
Keadaan dunia ini seperti itu, bila engkau memikirkannya.
Setiap orang, pendosa dan orang suci, yang taat
dan ingkar, setan dan malaikat, semuanya sama : melakukan penghambaan kepada
Tuhan. Sebagai contoh, raja berhasrat menguji budaknya untuk memisahkan
yang taat dari yang tidak taat, yang layak dipercaya dari yang tidak, yang
beriman dan penghianat. Tentu mesti ada yang menjadi “pembela si jahat”,
seorang penghasut, agar raja bisa menetapkan, setiap budak. Bagaimana raja
menetapkan golongan budak-budaknya? Si penghasut, budak provokator, bertindak
sebagai budak raja, dan melakukan apa-apa yang raja perintahkan. Angin dikirim
untuk membedakan yang ajeg dan yang tidak, untuk mengeluarkan ngengat dari
pepohonan di taman. Ngengat akan pergi, sedangkan burung elang akan bertahan.
Raja suatu saat memerintahkan budak perempuannya untuk
berhias secantik mungkin. Setelah itu, dia disuruh keluar dan memperlihatkan
diri di hdapan budak-budak laki-laki. Hal itu dilakukan untuk mengetahui siapa
yang menjadi penghianat. Meskipun perilaku budak perempuan itu jika dilihat
dari luar dikategorikan telah menyimpang dari nilai-nilai kebaikan, tapi pada
hakikatnya, semua yang diperbuat oleh budak itu adalah penghambaan terhadap
raja.
Semua
“budak” kemudian, baik dan buruk, melihat diri mereka di dalam dunia ini,
melakukan penghambaan dan ketaatan kepada Tuhan, penghambaan tersebut tidak
bisa dibuktikan dengan buku logis atau kesesuaian dengan adat yang berlaku,
melainkan dengan persaksian “tanpa hijab”. Karena semuanya, baik dan jat,
adalah budak Tuhan, dan tentu taat pada-Nya. Tiada satu pun yang tidak
memuja-Nya (QS.17:44). Bagi orang seperti itu, dunia ini adalah “kembangkitan
kembali”, karena “kebangkitan” adalah untuk melayani Tuhan dan tidak melakukan
apa pun kecuali melayani-Nya. Konsep tersebut mereka pahami di sini. “Apabila
hijab penutup diangkat. Aku tidak akan menjadi lebih pasti.”
Keterangan kata “alim mesti menandakan orang lebih
terpuji daripada “arif, karena Tuhan dipanggil dengan nama “Alim, Bukan “arif. Arif berarti orang pada awalnya tidak mengetahui sesuatu
kemudian mengetahuinya, dan ini tidak berlaku untuk Tuhan. Secar konotatif, pada sisi lain, orang “arif lebih agung karena dia
mengetahui sesuatu di luar penalaran logis. Yang dimaksudkan para mistik dengan
“arif ialah orang yang menyerap dunia dengan intuisi, pewahyuan dan
penyingkapan. Dikatakan satu orang “alim labih baik daripada seribu zahid. Itu terjadi karena seorang
zahid mesti melakukan kezuhudan dengan pengetahuan. Kezuhudan tanpa pengetahuan
adalah absurd. Apa itu kezuhudan? Kezuhudan berarti berpaling dari dunia ini.
Berada untuk beramal saleh untuk dunia nanti. Kezuhudan juga meniscayakan
seseorang untuk mengetahui dunia ini dengan seluruh keburukannya dan
ketidakabadiannya. Dia juga harus mengetahui rahmat, keabadian, dan ketetapan
dunia mendatang. Orang yang selalu berjuang untuk beramal saleh
berarti dia mengetahui tidak hanya
bagaimana melakukan perbuatan itu, tetapi perbuatan apa yang mesti dilakukan
orang, dan itulah pengetahuan yang sebenarnya. Kezuhudan kemudian
mustahil tanpa pengetahuan, dan seorang zahid niscaya adalah seorang “yang
tahu”.
Perkataan bahwa “alim lebih baik daripada seribu zahid
memang benar, meski maknanya tidak dapat dipahami dengan wajar. Pengetahuan
yang berarti “pengetahuan kedua”
diberikan Tuhan setelah seseorang
memiliki kezuhudan dan pengetahuan pertama. Pengetahuan kedua
adalah buah dari pengetahuan dan kezuhudan sebelumnya. Orang “yang mengetahui”
seperti itu betul-betul lebih baik dari seribu zahid. Ia seperti manusia
yang menanam satu pohon yang menghasilkan buah. Satu pohon yang telah
menghasilkan buah lebih baik dari seribu pohon yang belum menghasilkan apa-apa
pun, bahkan mungkin akan memberi banyak hama yang menghancurkan. Haji yang
telah mencapai Ka’bah lebih baik daripada yang sedang melakukan perjalanan
melalui apdang pasir. Orang yang disebut ke dua baru memiliki kesempatan yang
bisa jadi tidak akan dia peroleh, sedangkan yang pertama telah tiba, sudah
mengalami kenyataan. Satu kenyataan lebih baik
daripada seribu kesempatan.
“Tetapi orang yang belum tiba masih memiliki harapan,”
kata raja muda.
“Bagaimana mungkin yang penuh harapan dapat dibandingkan
dengan telah merasakannya?” kata guru. “Ada perbedaan besar antara kesempatan
dan kepastian. Kenapa kita masih perlu membincangkan perbedaan itu? Semuanya
sudah jelas. Kita membincangkan kepastian, dan ada perbedaan penting antara satu kepastian dengan yang lainnya.
Keunggulan Nabi Muhammad yang berada di atas semua Nabi berasal dari kepastian.
Meski pun begitu, seluruh nabi berada di dalam keadaan kepastian hingga mereka
melampaui rasa takut, tetapi ada perbedaan kepastian di sana. Dan kami naikkan
beberapa di antara mereka beberapa derajat
di atas yang lain (QS. 43:32). Rasa takut dan jenjang ketakutan dapat
dijelaskan, tetapi jenjang kepastian tidak. Apabila seseorang melihat pada
dunia ketakutan, maka dapat dilihat betapa setiap orang memaksakan dirinya
sendiri seseorang secara fisikan, yang lainnya dalam hal keuangan, yang lainnya
lagi dalam hal psikis. Satu ber-shaum, yang lainnya bershalat, yang lainnya
melakukan sepuluh rakaat, yang lain seratus. Jenjang mereka memiliki bentuk dan
penjelasan, yakni dapat dijelaskan, seperti halnya jenjang dari Konya ke
Caesarea mampu dijelaskan. Mereka adalah Qaymaz, Uprukh, Suttan, dan
seterusnya. Pada sisi lain, rute laut antara Antalya dan Iskandariah tidak
dapat dijelaskan. Seorang kapten kapal mungkin mengetahuinya tetapi dia tidak
mau mengatakannya kepada ‘orang darat’ karena mereka tidak akan mengerti.”
“Tetapi sekedar mengatakan kepada mereka, akan sangat
bermanfaat, “kata pangeran. “Bahkan apabila tidak mengetahui sesuatu pun,
mereka bisa belajar sedikit dan seteah itu mengira-ngira.”
“Ya, tentu saja,” kata guru. “Seorang yang tetap bangun
di kegelapan malam hari, bisa menjelaskan bahwa hari telah berganti. Bahkan
apabila tidak mengetahui keadannya, dia masih menantikan bergantinya hari.
Sekali lagi, orang bepergian dengan karavan di kegelapan, malam berawan, dan
dia tidak tahu tempat di mana berada, sejauh mana dia pergi, atau daerah mana
yang telah didlampaunya. Meski demikian, saat hari berganti, dia bisa melihat
hasil perjalannya itu, yakdi dia telah datang ke suatu tempat. Siapa pun yang berusaha keras demi keagungan Tuhan, tidak akan
pernah tersesat, meski dia menutup kedua matanya. Siapa pun melakukan setitik
kebaikan dia akan melihatnya (QS.99:7). Di sinilah engkau di dalam
kegelapan, tetap ‘terhijab’ hingga tidak mampu melihat sejauh mana telah maju.
Pada akhirnya, meski demikian, engkau akan menyerap bahwa dunia ini adalah
“persemaian” hari akhirat. Apa pun yang engkau sebarkan di sini akan engkau
peroleh hasilnya di sana.”
Isa banyak tertawa. Yohanes sang pembaptis banyak menangis.
Yohanes berkata, “Engkau telah betul-betul aman dari muslihat halus Tuhan
hingga tertawa demikian banyak.”
“Engkau” kata Isa, “tentu sangat tidak mengindahkan
kebaikan, Rahmat halus dan Misteri Tuhan hingga menangis demikian banyak.”
Salah satu dari orang suci Tuhan, yang
hadir pada pertukaran pendapat ini
bertanya pada Tuhan, mana dari keduanya yang lebih terpuji derajatnya.
Tuhan menjawab, “Orang yang berpikir lebih
baik tentang Aku” yakni, “ Di mana pun hamba-hama-Ku berpikir tentang
Aku, Aku ada di sana. Aku memiliki bentuk dan
citra untuk setiap hamba-Ku. Dengan citra apa pun mereka mencitrakan,
demikianlah Aku. Aku terikat dengan citra tempat Tuhan berada; Aku terganggu
oleh ungkapan bahwa Tuhan tidak ada. Ah hamba-Ku, bersihkan pikiranmu, karena
mereka adalah tempat perbuatan-Ku. Sekarang cobalah dirimu sendiri dan lihat
mana yang lebih bermanafaat untukmu – menagis, tertawa, bershaum, shalat, atau
mundur. Ambil mana pund ari semua hal itu yang paling sesuai dengan dirimu dan
menyebabkan engkau maju lebih baik!”
“Rundingkan setiap perkara dengan
hatimu, meskipun apabila ada seorang ahli Fiqih mengeluarkan kepadamu sebuah
pendapat. Engkau memiliki konsep di dalam dirimu. Bandingkan pendapat ahli
Fiqih dengan konsep itu agar engkau dapat memilih mana yang paling sesuai. Ketika doketer datang kepada pasien, dia membuat
penyelidikan mengenai “dokter dalam” yang engkau miliki di dalam dirimu, yakni
watakmu. Dia yang di dalam, akan menerima yang baik untukmu dan menolak apa pun
yang buruk. Maka, dokter luar menyelidiki dokter dalam tentang aa-apa yang
telah engkau makan, apakah itu berat atau ringan, dan tentang bagaimana engkau
tidur. Dokter luar membuat diagnosisnya berdasarkan perkataan dokter dalam.
Dokter dalam. Watak, adalah yang utama; dan ketika dia “jatuh sakit” berarti
watak itu rusak, hasilmmya dia melihat hal “ ke belakang” dan menjelaskan bahwa
gejalanya “tidak beres”. Dia memanggil gula asam dan cuka manis. Di dalam
contoh ini dia perlu dokter luar untuk membantunya mengembalikan keadaan normalnya,
sesudah itu dokter luar boleh sekali lagi mengambil nasihat dari dalam.
Sekarang manusia memiliki watak untuk konsep; dan ketika jatuh sakit, apa pun
yang dilihat atau dikatakan indera dalamnya adalah kebaikan dari kenyataan. Di
dalam contoh ini, orang suci adalah dokter yang membantu mengencangkan watak,
hati dan mengencangkan Agama. “Tunjukkanlah setiap hal sebagaimana adanya
mereka!”
Manusia adalah hal besar : Segalanya telah
tertuliskan di dalam dirinya, tetapi “hijab” keburukan” menghalanginya untuk
membaca pengetahuan yang telah dia miliki di dalam dirinya. “Hijab” dan
“kebururkan” itu berbetuk kesibukan, tipu daya
duniawiyah, dan hasrat. Maka, meskipun semua
itu terletak tersembunyi di dalam
“kegelapan”, di belakang “hijab”, manusia dapat membaca sesuatu dan ia sadar dengan apa yang dia
baca. Pertimbangkan betapa “sadarnya” dia, dan pengetahuan yang telah dia
singkapkan membuat hijab terangkat dan kegelapan menghilang. Segala perbuatan
seperti berdagang, menjahit, membangun, bertani, tukang pandai besi, astronomi,
kesehatan dan lain-lain, telah dilakukan oleh menusia dan semuanya berasal dari
dalam dirinya, tidak dari bawah gumpalan batu dan lumpur. Diriwayatkan ada seekor gagak yang mengajari manusia
bagaimana mengubur yang mati, tetapi sebenarnya cara penguburan itu berasal
dari pantulan yang dilemparkan manusia pada gagak. Itu adalah dorongan manusia
sendiri yang menyebabkan gagak melakukannya, karena binatang adalah bagian dari
manusisa. Bagaimana mungkin yang ‘bagian’ mengajari yang inti” Demikan
pula, apabila manusia ingin menulis
dengan tangan kirinya, dia mesti mengambil pena, tetapi, tidak peduli betapa
pun kuat niat hatinya, tangannya akan tetap goyah begitu menulis. Meski
demikian, tangan mau menulis sesuatu karena perintah dari hati.
Ketika pangeran datang, Maulana sedang mengeluarkan
kata-kata agung. Saat itu, guru tak menghentikan pembicarannya, karena ucapan
tidak dapat disela apabila ucapan itu berasal dari empu kata-kata, perkataan
akan selalu datang pada dirinya. Kata-kata berkomunikasi
dengan dirinya. Ketika musim dingin, apakah pepohonan tidak menggugurkan
dedaunan, atau buah-buahan luruh, Seseorang tak akan menganggap bahwa
pohon-pohon itu bodoh. Mereka selalu bekerja. Musim dingin adalah waktu untuk
“tenaga” musim panas adalah waktu untuk “hasil”. Hasil mereka dapat dilihat
oleh siapa pun, tetapi “tenaga” tidak terlihat. Itu seperti orang yang memberikan rangkaian bunga, tidak ada
yang melihat atau mengetahui. Yang paling utama
adalah “tenaga”, karena dari sanalah kita mendapatkan “hasil;”
Kita sesungguhnya selalu berkomunikasi dengan orang yang
menyatu dengan diri kita – di dalam kesunyian, kehadiran, dan ketiadaannya.
Bahkan di dalam perang kita bersatu, bergaul bersama. Bahkan apabila kita
saling menyerang dengan kepalan, kita berhubungan akrab, kita bersatu. Tidak
ada kepalan, karena di dalamnya adalah kismis. Apabila engkau tidak
mempercayainya, bukalah kepalanmu dan lihat apakah di sana ada kismis atau
mutiara berharga?
Orang lain berbicara tentang perkara yang halus dan dan
terpelajar melalui prosa dan puisi, tetapi di sini pangeran lebih condong
kepada kami dan berada di sini bersama kita. Itu bukan karena pengetahuan
agung, kecerdasan lembut, atau hikayat nasihat kita. Hal itu dapat ditemukan di
mana pun. Tidak kekurangan persediaan. Dia mencintaiku dan lebih condong
kepadaku untuk alasan lain, yang dia lihat hal lain, dia lihat pencahayaan lain
yang telah dia lihat di tempat lain.
Diceritakan, suatu ketika raja memanggil Majnun dan
bertanya, “Apa yang salah dengan dirimu? Apa yang terjadi pada dirimu hingga
mempermalukan dirimu, mengabaikan kawan dan kerabat, dan pergi menuju kebobrokan dan kehancuran? Siapa itu Layla?
Kecantikan macam apa yang dia miliki? Ayo, biar aku perhaatikan kepadamu
sejumlah kecantikan sejati. Akan aku berikan kepadamu.”
Ketika wanita-wanita cantik muncul dan ditunjukkan kepada
Majnun, dia menundukkan kepalanya dan melihat ke tanah.
“Angkat kepalamu, “kata raja, “dan perhatikan!”
“Aku takur.” Kata Majnun, “bahwa cintaku kepada Layla
adalah pedang terhunus. Apabila aku mengangkat kepalaku ia akan memutuskannya.
“Ini adalah keterserapan di dalam cintanya untuk Layla. Yang lain pun memiliki
mata, bibir, dan hidung. Apa yang dilihatnya did alam diri Layla hingga membuat
dirinya seperti itu?
DUA BELAS
ANTARA KASTURI DAN WANGI
KASTURI
“Kami rindu untuk bertemu denganmu,” kata guru. “Tetapi
sejak kami tahu engkau sedang sibuk dengan urusan kesejahteraan orang-orang,
kami tidak akan mengganggumu.”
“Itu sudah menjadi kewajiban kami,” kata pangeran. “Sekarang
masa darurat telah berakhir, maka kami
pasti akan mengunjungi Anda,”
“Itu tidak berbeda,” guru berkata. “Semuanya sama. Engkau
demikian bermurah hati hingga segala hal sama bagimu. Bagaimana seseorang mampu
berbicara tentang masalah? Maka, sejak kami tahu hari ini engkau berhubungan
dengan perbuatan baik dan perbuatan murah hati, kami pasti akan menolongmu.”
Kami sedang memikirkan apakah seseorang mesti mengambil
dari manusia yang memiliki keluarga untuk diberikan kepada yang memiliki
apa-apa. Kaum Tekstualis mengatakan bahwa orang mesti diambil dari yang
berkeluarga dan memberikan kepada yang tidak memiliki keberuntungan. Dengan
pengamatan yang lebih dekat dengan ungkapan terakhir sama sekali tak bisa
diharapkan. Apabila manusia spiritual yang memahami hakikat menyerang orang
lain dengan memecahkan kepala dan hidungnya, setiap orang akan melihat yang
terakhir adalah kelompok terluka. Tapi pada hakikatnya, kelompok terluka adalah
orang yang menyarangkan pukulan.
Pelaku kesalahan adalah yang berbuat
tidak atas kesenangan terbaiknya. Yang terpukul dan kepalanya pecah adalah
pelaku kesalahan, sedangkan yang menyarangkan pukulan tentulah kelompok yang
terluka. Karena dia memahami hakikat dan terserap di dalam Tuhan, perbuatannya
adalah perbuatan Tuhan, dan Tuhan tidak dapat disebut pelaku kesalahan.
Demikian halnya, Nabi Muhammad ketika membunuh, menumpahkan darah, dan merampas
: mereka yang terbunuh dan terampas adalah pelaku kesalahan, Nabi Muhammad
adalah kelompok yang terluka.
Sebagai contoh, orang Barat tinggal di Barat dan orang
Timur datang ke barat. Yang menjadi “orang asing” adalah orang Barat. Orang
asing macam apa yang datang dari Timur? Karena seluruh dunia tidak lain kecuali
satu rumah, dia tentu sekedar pergi dari satu ruang ke ruang lain. Dari sudut
satu ke sudut lain. Bukankah dia masih di dalam rumah itu juga? Demikian
halnya, orang Barat yang telah memahami hakikat ketika dia pergi meninggalkan
rumah. Betapa pun Nabi Muhammad telah bersabda, “Islam dimulai dengan
keasingan.” Dia tidak mengatakan orang Timur dimulai dengan keasingan.” Maka,
ketika Nabi terkalahkan, beliau adalah kelompok yang terluka. Ketika beliau
mendapat kemenangan gilang-gemilang dia msih tetap kelompok yang terluka. Di
setiap situasi dan setiap waktu, beliau di dalam kebenaran. Dan orang yang
berada di kanan adalah kelompok orang terluka.
Nabi Muhammad memiliki rasa kasihan kepada tawanannya.
Tuhan mengirim ilham pada hati utusan, dan berfirman, “Katakan pada mereka
bahwa apabila, saat keadaan mereka terborgol dengan rantai, mereka cenderung
berbuat baik. Tuhan akan membebaskan mereka, mengembalikan berbagai benda
mereka yang hilang, dan memeberi mereka pengampunan dan maaf di kehidupan nanti
– dua harta karun, satu yang telah tiada dari mereka dan satu lagi di dunia yang
akan datang.”
Pangeran
bertanya, “Apabila seorang melakukan suatu perbuatan, apakah keberhasilan dan
kebaikan datang dari perbuatan itu sendiri, atau keduanya, adalah berkah dari
Tuhan?”
“Kebaikan
atau keberhasilan adalah berkah Tuhan.” Kata guru, “tetapi Tuhan memang luar
biasa murah hati hingga Dia melengkapkan keduanya untuk menusia. Dia berfirman
: “Keduanya milikmu, sebagai ganjaran untuk apa yang telah mereka berbuat.”
(QS. 32 : 17).
“Apabila Tuhan Maha Pemurah.” Kata pangeran, “maka siapa pun
yang menari dengan sungguh-sungguh, dia akan menemukan.”
Tetapi tanpa adanya pemimpin, hal itu
tak akan terjadi. Ketika orang Israel taat kepada Musa, jalan kering terbuka di
lautan untuk mereka lewati. Tetapi begitu mereka mulai menunjukkan penentangan,
mereka berkelana di kesengsaraan selama bertahun-tahun. Seorang pemimpin harus
selalu menyertai rakyatnya pada saat-saat mereka merasakan kesenangan terbaik.
Pemimpin harus selalu hadir di tengah mereka yang telah terserap untuk taat
kepadanya. Sebagai contoh, banyak
tentara mengabdi di bawah jenderal. Sejauh mereka tetap taat kepadanya, dia
akan mencurahkan kecerdasannya untuk memperhatikan mereka dan akan terikat pada
kesenangan terbaiknya. Di sisi lain, apabila mereka melawan, kenapa dia harus
mengkhawatirkan urusan mereka?
Kecerdasan di dalam tubuh manusia bagaikan pangeran :
sepanjang anggota tubuh berada di dalam ketaatan, semuanya akan berjalan dengan
baik, tetapi ketika mereka memberontak, semuanya menjadi rusak. Tidakkah engkau lihat
kerusakan yang muncul dari tangan, kaki, dan lidah manusia, anggota tubuhnya,
ketika dia mambuk karena minum terlalu banyak anggur? Ketika dia sadar hari
esoknya, dia berkata, “Oh, apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku terlibat
perkelahian? Kenapa aku sedemikian terkutuk? Maka, suatu perkara akan baik
sepanjang ada pemimpin di dalam kota dan penduduk yang mentaatinya. Sekarang, sejauh setiap orang
taat, yang intelek (akal) akan memikirkan kesenangan terbaik anggotanya. Apabila, sebagai contoh, akal berpikiran. “Aku akan
pergi,” dia hanya akan pergi apabila kaki taat; kalau tidak, dia tidak akan
berpikir untuk pergi.
Sebagaimana
intelek adalah pangeran dari tubuh, orang suci adalah intelek di tengah entitas
lain. Di dalam hubungan antara orang suci dan orang-orang biasa, meskipun
orang-orang awam memiliki intelek, pengetahuan, kemampuan spekulasi, dan
kemampuan untuk belajar sendiri, semuanya tak lebih hanyalah “tubuh” bagi sang
intelek. Sekarang, ketika tubuh seseorang tidak taat pada intelek, segala
sesuatu berada di dalam kesesatan. Ketika taat, mereka tentu mengikuti apa pun
yang dilakukannya. Karena tidak mampu memahami melalui inteleknya senddiri,
mereka tidak boleh menentang pikiran sendiri tetapi mesti taat pada
pimpinannya. Ketika kacung magang pada guru penjahit, dia mesti taat. Apabila
diberi potongan kecil untuk dijahit, dia harus menjahit potongan kecil itu.
Apabila diberi kelim baju, dia mesti menyetik kelim itu. Apabila ingin belajar,
dia mesti membuang inisiatifnya sendiri dan benar-benar di bawah aturan gurunya.
Kami berharap bahwa Tuhan akan membawa sebuah keadaan,
katakanlah kehendak-Nya, yang berada di atas dan melampaui ribuan pemaksaan dan
usaha, karena malam Al-Qadar lebih baik dari seribu bulan (QS. 97 : 3).
Pernyataan ini serupa dengan perktaan “Satu
sentuhan Tuhan ebih baik daripada ibadah seluruh manusia dan jin.” Itu untuk mengatakan, kedatangan kehendak
Tuhan adalah hasil dari ratusan ribu usaha. Usaha tambahan memang baik dan
berguna – bahkan bermanfaat – tetapi apa yang selanjutnya berguna bagi
kehendak?
Pangeran bertanya, “Apakah kehendak mendatangkan usaha?”
“Kenapa tidak?” jawab guru. “Ketika ada kehendak, di sana
terdapat pula usaha.” Usaha apa yang dicurahkan Isa hingga bisa berkata dari
buaian, “Aku adalah hamba Tuhan; Dia telah memeberiku Kitab Injil.” (QS.19:30)?
Yohanes pembaptis menerangkan diri ketika masih berada di dalam rahim ibunya.
Ucapan muncul kepada Muhammad Rasulullah tanpa usaha, karena dia dikatakan
sebagai, Dia, yang dadanya telah
dilapangkan Tuhan (Qs.39 : 22). Ketika orang pertama kali dibangunkan dari
kesalahan, da rahmat di sana; itu
pemberian murni dari Tuhan. Apabila itu, tidak demikian, kenapa orang lain yang
mirip Muhammad tidak memilikinya? Rahmat dan kemarahan seperti binaran saat
lalat keluar dari api. Pada pertamanaya, binar itu adalah “hadiah”, tetapi
ketika engkau meletakkan katun pada binaran itu, lalu menaruhnya, dan
menyelimutinya, maka binar itu menjadi “rahmat dan kemarahan”. Pada asalnya
manusia itu kecil dan lemah : Manusia diciptakan lemah (QS.4:28). Tetapi mirip
api, ketika engkau memelihara orang lemah, dia menjadi besar dan memakan
seluruh dunia; Api kecil itu menjadi besar : Engkau adalah atak yang agung (QS.
68 : 4 ).
Aku mengatakan, “Guru kami sangat mencintai Anda.”
Guru mengatakan,”Kedatanganku mau pun perkataanku selalu
dipenuhi dengan cintaku. Aku mengatakan apa yang akan datang. Apabila Tuhan
berkehendak, Dia akan membuat kata tak berharga ini jadi penuh manfaat. Dia
akan menyemayamkan mereka di dalam dadamu dan menjadi mereka amat berguna.
Apabila Dia tidak berkenan, engkau dapat membuat ratusan ribu kata tetapi tidak
akan masuk ke dalam hatimu; mereka akan mati dan terlupakan. Mereka akan jadi
seperti percikan yang jatuh pada kain lap dan membakar; Apabila Tuhan berkehendak,
satu percikan itu akan menjadi besar dan menyebar; apabila Dia tidak
berkehendak, ribuan percikan dapat jatuh pada kain, tetapi semuanya lenyap
tanpa jejak.”
Pemilik Surga dan Bumi adalah Tuhan (QS. 48 : 4).
Kata-kata itu adalah tentara Tuhan yang bisa membongkar dan menaklukkan benteng
atas perintah-Nya. Apabila dia memerintahkan beberapa ribu tentara pergi ke
sebuah benteng, tetapi tidak untuk menguasainya, mereka akan berlaku
sebagaimana yang diperintahkan. Apabila Dia
memerintahkan satu orang tentara untuk mengambil alih benteng, satu tentara itu
akan membongkar dan menguasainya. Dia menugaskan satu ngengat untuk menyerang
Namrud, dan ngengat itu menghancurkannya.
Dikatakan untuk orang yang mengetahui, satu danaq dan
dinar, atau satu singa dan kucing, sama saja. Apabila Tuha memberikan
restu-Nya, satu danaq akan berarti ribuan dinar, bahkan lebih. Apabila dia
membatalkan restu-Nya, ribuan dinar tidak akan mempu melakukan hal yang dapat
dilakukan satu danaq. Apabila dia menugaskan seekor kucing untuk menyerang singa, ia akan menghancurkan singa,
seperti dilakukan ngenat pada Namrud. Bila Dia menugaskan singa, singa akan
menggigil di hdapannya, atau kalau tidak singa yang sama itu akan jadi keledai.
Mirip sejumlah darwisy mengendari singa. Bila Dia berkehendak, api jadi dingin
dan menyelamatkan (Q. 21 : 69), untuk Ibrahim. Api berubah menjadi taman mawar
karena tidak ada perintah Tuhan untuk membakarnya. Sederhananya, mereka yang
sadar bahwa apa pun berasal dari Tuhan, segala sesuatu sama.
Kami berharap kepada Tuhan bahwa engkau mendenegar kata
ini dari dalam diri, karena di sana terletak manfaat. Seribu perampok
barangkali berasal dari luar, tetapi mereka tidak mampu membuka pintu sampai
pencuri lain membantu mereka dengan membukakan pintu dari dalam. Engkau dapat
berkata seribu kata dari luar, tetapi sejauh tidak ada seorang pun dari dalam
mengatakan bahwa mereka benar, itu tidak akan bermanfaat. Seperti pohon, sejauh
tidak terdapat kesegaran di dalam akar, tidak akan berbeda betapa pun engkau
mengairinya. Pertama-tama mesti ada kesegaran di dalam akar agar air
bermanfaat. “Meski orang melihat ratusan ribu
cahaya, cahaya terletak hanya pada sumbernya.” Meskipun seluruh dunia dibangun
di dalam cahaya, orang yang matanya tidak cerah tidak akan mempu meihatnya.
Hal yang paling utama adalah kemauan memahami di dalam
jiwa. Jiwa adalah satu hal, ruh hal lain. Tidaklah engkau lihat betapa jiwa
mengembara ke luar selama tidur? Sementara ruh tetap berada di dalam tubuh,
jiwa berkelana dan menjadi sesuatu yang lain. Ketika Ali berkata, “Yang
mengetahui jiwanya, Tahu Tuhannya.”
Yang dia perbincangkan adalah jiwa ini. Apabila kita
berkata dia membicarakan jiwa ini, maka itu bukan berkenaan dengan hal kecil.
Pada sisi lain, jika kami menjelaskan dia sebagai jiwa itu, pendengar akan
memahami itu sebagai jiwa yang sama karena dia tidak mengetahui jiwa itu.
Sebagai contoh, apabila engkau memegang cermin kecil, tidak akan berbeda yang
ditunjukkannya besar ata pun kecil, karena bayangan dalam cermin masih benda
itu sendiri. Memang mustahil ini disampaikan melalui perantara kata, Perkataan
hanya cukup menghasilkan sebuah petunjuk untuk rangsangan.
Di luar yang kita katakan ada sebuah dunia untuk kita
cari. Dunia dan kesenangannya ini dibagikan kepada sifat binatang manusia;
mereka adalah makanan untuk kebinatangannya. Yang paling utama di dalam diri
manusia sedang mengalamai kemerosotan. Manusia dinamai binatang bernalar, maka
dia memiliki dua hal. Yang memberi makan kebiatangannya di dunia ini adalah
nafsu dan hasrat. Tetapi makanan untuk bagian hakikatnya adalah pengetahuan,
kebijakan, dan pandangan Tuhan. Karakter kebinatangan manusia selalu
menghindari yang nyata, dan naluri kemanusiaannya terbang dari dunia ini. Salah
satu di antara kalian adalah orang kafir, dan yang lainnya adalah orang beriman
(QS. 64 : 2). Ada dua person yang berselisih di dalam makhluk ini. “Dengan
sisapa keberuntungan menyertai? Siapa yang akan diberi kebaikan oleh nasib
baik?”
Tidak ada keraguan, dunia ini sedang berasa di tengah
musim dingin. Kenapa benda mati dinamai benda “padat”? Karena mereka semua
“membeku”. Bebatuan, pegunungan, dan penutup lain yang jadi pakaian dunia
ini “membeku”. Apabila dunia ini bukan
di tengah musim dingin, kenapa dia membeku? Konsep tentang dunia adalah sederhana
dan dapat dilihat. Seseorang dapat mengetahui sesuatu dari dampaknya. Dari
dampak orang mengetahui ada hal seperti angin dan dingin. Dunia ini bagaikan di
tengah musim dingin ketika segala sesuatu membeku dan memadat. Semacam apakah
di tengah musim dingin? Sebuah mental di tengah musim dingin, bukan sesuatu
yang nyata. Ketika hembusan “ilahi” datang, pegunungan dunia ini akan mencair
dan berubah menjadid air. Sama halnya uap di tengah musim panas menyebabkan
segala hal yang membeku cair, demikian pula pada Hari Kebangkitan, ketika
hembusan itu datang, segalanya akan mencair.
Tuhan mengelilingimu dengan tentara
kata-kata, baik untuk menolak musuhmu atau untuk menyergap kekuatan musuh.
Musuh di dalam adalah musuh sejati. Jika bisa menundukkan musuh yang di dalam,
musuh dunia luar bukanlah apa-apa. Dapat jadi apa mereka? Tidakkah engkau lihat
betapa ribuan orang kafir menjadi tawanan seorang kafir, siapa raja mereka?
Satu orang kafir adalah tawanan pikiran. Kita sadari kemudian, bahwa pikiranlah
yang harus dihadapi dan dikuasai, karena dengan mengetahui kelemahan seseorang,
berarti pikiran ribuan orang tertawan. Pertimbangkan kekuatan apa dan kemegahan
apa di sana, betapa musuh dapat disergap, dan betapa dunia tertaklukkan ketika
tidak terbatas!
Ketika aku melihat dengan jelas seratus ribu bentuk tanap
ikatan dan segerombolan tanpa akhir, rombongan demi rombongan,a dalah tawanan
orang yang pada gilirannya akan ditawan
pemikiran menyedihkan. Seluruh mereka adalah tawanan dari pikiran. Bagaimana
jadinya mereka apabila pikiran itu agung, tanpa akhir, penting, suci, dan
luhur? Kemudian kita sadari bahwa pikiranlah
yang penting; bentuk menjadi hal kedua, sekedar alat. Tanpa pikiran, bentuk
adaalah “zat padat” tiada guna. Siapa pun yang hanya melihat bentuk dirinya
adalah “zat padat” tiada guna. Siapa pun yang
hanya melihat bentuk dirinya adalah “zat padat” dan tidak memiliki jalan
mencapai makna hakikat. Dia anak kecil dan tidak dewasa, meski pun secara fisik
bisa jadi berumur ratusan tahun.”Kami telah kembali dari perjuangan kecil
menuju perjuangan besar.” Yakni pulang dari peperangan dengan bentuk untuk
berperang dengan musuh “resmi”. Sekarang kita melakukan perang dengan pikiran
agar pikiran baik mengalahkan yang buruk dan memaksa mereka keluar dari kerajaan
tubuh.
Di dalam perjuangan ini, peperangan besar ini, gagasan
amatlah penting dan berlaku tanpa alat tubuh. Karena sebagaimmana Intelek Aktif
membalikan dunia langit tanpa sebuah alat, maka gagasan tidak memerlukan
peralatan untuk melakukan itu. “Engkau adalah substansi (hakikat), dunia ini
dan seluruh isinya adalah aksiden. Tidak cocok mencari hakikat di dalam
aksiden. Mengislah mereka yang mencari pengetahuan dari hati; tertawalah pada
mereka yang mencari nalar dari jiwa.” Orang mesti tidak berdiam di dalam
sesuatu yang aksiden.
Mencari kesturi sendiri melalui baunya dan bukan bau itu
sendiri – dan tidak puas hanya dengan sekedar bau – adalah baik. Meski
demikian, tinggal apda bau kesturi adalah buruk, karena orang berpegang pada
sesuatu yang tidak abadi. Bau adalah pelengkap bagi kesturi, tetapi bertahan
hanya sepanjang kesturi berada di dunia ini. Ketika dia pergi “di belakang
hijab” ke dalam dunia lain, mereka yang hidup oleh bau akan mati karena bau
yang bertaut pada kesturi sekarang telah pergi ke tempat yang mengejawantah
sebagai kesturi. Meski begitu, sangat beruntung orang yang mencapai kesturi
melalui bau dan “ menjadi” kesturi itu sendiri. Akhirnya, jadi abadi di dalam
hakikat kesturi dan mengambil sifat kesturi, dia tidak pernah kehabisan. Setelah
itu, dia mengabarkan harum kesturi itu pada dunia, dan dunia akan hidup
melaluinya. Apa yang tertinggal sebelumnya, tak bersisa amelainkan nama.
Seperti kuda, atau binatang lain, yang kembali menjadi garam di dalam lubang garam. Tiada lagi selain nama
yang tertinggal bahwa mereka pernah jadi kuga, karena yang namapak dalam
perbuatan dan dampaknya adalah lautan garam. Apa bahayanya nama melakukan itu?
Ia tidak akan membawanya ke luar dari wilayah garam. Bahkan apabila engkau
menamai tambang garam dengan nama lain, rasa garam tidak akan berkurang.
Meski demikian, orang harus melewati kesenangan dan
kebahagiaan yang hanya sekedar bayangan dan pantulan dari kenyataan. Orang
mesti tidak puas dengan ukuran kecil ini, yang meski pun adalah rahmat Tuhan
dan bayangan keindahan-Nya, tetapi masih tidak ajeg. Ia ajeg di dalam
hubungannya dengan Tuhan, tetapi tidak di dalam hubungannya dengan manusia
lain. Ia bagaikan cahaya matahari yang bersinar
ke dalam rumah. Meski pun itu cahaya matahari, dia masih tetap bertalian dengan
matahari. Dan ketika matahari terbenam cahayanya akan menghilang. Maka, orang
mesti menjadi matahari agar dia tidak takut pada perpisahan.
Ada “pmeberian” dan ada “pengetahuan”. Sejumlah orang
memiliki bakat dan pembawaan tetapi tidak memiliki “pengetahuan”. Sebagian lagi
memiliki “pengetahuan” tetapi tidak memiliki “pemberian”. Orang yang meiliki
keduanya betul-betul beruntung dan tanpa bandingan. Demi contoh, akan kami
ceritakan tentang seorang manusia yang pergi menelusuri jalan. Tetapi dia tidak
tahu apakah itu jalan yang benar atau salah. Dia melangkah dengan buta,
berharap akan mendengar kokok ayam atau melihat beberapa tanda perkampungan.
Sekarang, dengan apa manusia ini diperbandingan dengan orang yang mengetahui
jalan dan tidak membutuhkan tanda atas pos bimbingan? Dia tahu yang dia
lakukan. Maka, mengetahui berarti melampaui
segala sesuatu.
TIGA BELAS
MUSUH DALAM DIRI : MUSUH
PALING RAHASIA
Nabi Muhammad, semoga keselamatan atasnya, bersabda : “Malam ini panjang; jangan memerdekakannya dengan
tidur. Hari ini cerah : jangan menodainya dengan dosa,” Malam panjang
untuk mengatakan rahasia dan membuat permintaan tanpa gangguan orang dan
kesusahan sahabat serta musuh. Damai dan tenang dapat diraih, Tuhan merendahkan
hijab hingga perbuatannya terjaga dari kemunafikan dan hanya dipersembahkan
sendiri untuk-Nya.Pada malam gelap, orang munafik dapat dibedakan dari orang
yang baik : orang munafik akan dipermalukan oleh malam.
Meski pun segala hal lain disembunyikan malam dan
diperlihatkan siang, orang munafik akan disingkapkan malam, karena dia
mengatakan, “Karena tidak seorang pun akan melihat, untuk manfaat siapa aku
melakukan ini?”
Dia akan diberi tahu, “Seseoarng melihatmu, tetapi engkau
tidak melihat-Nya. Orang yang melihat engkau adalah yang memegang setiap orang
di dalam genggaman kuasa-Nya dan yang dipanggil di saat sengsara.”
Ketika seseorang sering terjangkit sakit gigi, telinga,
atau matanya terluka, atau di dalam ketakutan dan ketidak-amanan, seluruh
manusisa berseru kepada-Nya. Dan di dalam hatinya menyerukan bahwa mereka
beriman dan yakin Tuhan akan mendengar dan memenuhi permintaan mereka. Secara
rahasia mereka memberikan derma untuk menghindari malapetaka atau menyembuhkan
kembali orang sakit, dan mereka percaya Dia akan tahu sedekah itu diterima.
Ketika Dia telah memberi mereka kesehatan dan kesembuhan, keyakinan mereka
menghilang dan kembali pada kesenanagan sisa-sia. Mereka berkata, “Ah, Tuhan,
jenis keadaan macam apakah itu? Kami berseru kepada-Mu dengan seluruh ketulusan
dari sudut penjara kami. Kami telah mengatakan ribuan kali, ‘Katakan,’ Dia
adalah Tuhan,’ dan Engkau memang mengabulkan keinginan kami. Sekarang kami
telah keluar dari penjara itu, tetapi kami masih memerlukan Engkau untuk
membawa kami keluar dari penjara ini, dari dunia kegelapan, ke dunia Nabi,
dunia cahaya. Kenapa pembebasan serupa tidak datang kepada kami di luar penjara
dan dalam keadaan luka?”
Seribu dugaan berbeda muncul apakah itu bermanfaat atau
tidak, dan pengaruh dugaan itu menyebabkan seribu keengganan dan ketumpulan. Di
manakah kepastian yang mengahncurkan dugaan sia-sia itu? Tuhan kemudian
menjawab, “Sebagai telah Aku katakan, jiwa binatangmu adalah musuhmu dan
musuh-Ku : jangan jadikan musuhku dan musuhmu sebagai sahabatmu (QS. 60 – 1).
Peliharalah penjagaanmu terhadap musuh ini did alam
penjara, karena sat dia sedang di penjara, penderitaan malapetaka dan luka,
pembebasan dirimu sedang berada di tangan dan mencapai kekuatannya. Sribu kali
engkau telah dicoba dengan sakit gigi, sakit kepala, dan takut. Kenapa kemudian
engkau merantai tubuhmu, disibukkan dengan kepedulian terhadap hal itu? Jangan
lupakan hal yang penting. Jagalah selalu Jiwa badaniah dari memeproleh yang dia
inginkan hingga engkau mampu meraih hasrat abadi dari penjara kegelapan. Siapa
pun yang bisa menahan jiwanya dan hasrat
berahi, sesungguhnya ssurga akan menjadi tempat tinggalnya. (QS.79 : 40-41).
EMPAT BELAS
SETETES AIR DARI SAMUDRA MAHA
LUAS
Syeh Ibrahim mengatakan, kapan pun saifuddin Farrukh
melihat seseorang terpukul, dia akan menyibukkan dirinya dengan mengatakan
kepada orang lain, sementara itu
pemukulan tetap berlangsung. Di dalam perilaku ini, tidak seorang pun mampu
jadi perantara bagi orang yang sedang dihukum
Apa pun yang engkau lihat di dunia ini adalah sebagaimana
yang ada di dunia sana. Tetapi hal dari di dunia sini hanyalah contoh yang
diambil dari dunia sana. Apa pun di dunia sini telah dibawa dari dunia sana.
Tidak ada satu hal un, melainkan Kami memiliki gudangnya, dan Kami tidak
menyamaratakan setiap bagian, semuanya dalam ketenetuan yang sudah ditetapkan
(QS. 15 : 21).
Pedagang kaki lima membawa nampan di atas kepalanya
dengan berbagai macam jenis bumbu – cabe rawit, bumbu masak, dan lain-lain.
Persediaannya tidak terbatas, tetapi hanya ada ruang sedikit saja di atas
nampan itu. Manusia bagaikan pedagang atau toko tukang obat, yang memiliki daya
tampung yang kecil. Rasio, kecerdasan, kebajikan, dan pengetahuan dari gudang
sifat Tuhan telah ditempatkan di alam botol dan nampan untuk dijajakan di dunia
sini sesuai dengan daya tampungnya. Maka manusia melakukan penjajaan layaknya
seorang pedagang untuk Tuhan. Siang dan malam nampan terisi, dan kemudian
engkau mengosongkannya – atau menghamburkannya – agar engkau memperoleh untuk
dari hasil daganganmu. Pada siang hari engkau mengosongkan, dan pada malam hari
mengisinya kembali. Sebagai contoh, engkau lihat kecerahan mata. Di dunia
sana terdapat begitu banyak mata, contoh
yang telah dikirimkan kepadamu dan alat yang engkau pergunakan untuk
melihat-lihat dunia. Ada pandangan yang lebih sejati daripada pandangan di
dunia sini, tetapi kemampuan manusia tidak bisa menampungnya. Seluruh sifat itu
benar di sini, di depan kami dalam persediaan yang tidak terbatas, di dalam
ketentuan yang sudah ditetapkan Kami Kami membagikannya dengan marata.
Bercerminlah kemudian pada betapa banyak makhluk yang
muncul, abad demi abad. “Laut” ini penuh sesak oleh mereka, dan kemudian kosong
lagi. Pertimbangkan olehmu sebuah “Gedung” apakah ini. Sekarang, semakin
seseorang menyadari keberadaan “laut”, semakin dia merasa kecewa dengan sekedar
nampan. Pikirkan dunia ini sebagai koin receh yang muncul dari percetakan uang
dan kembali lagi kepadanya : Kami adalah milik Tuhan, dan kepada-Nya kami pasti
akan kembali (QS. 2 : 156). “Kami” di sini berarti bahwa seluruh bagian dari
kita muncul dari sana dan merupakan contoh dari sana, dan segala sesuatu, besar
kecil – juga binatang – akan kembali ke sana. Benda muncul tiba-tiba di atas
“nampan” ini dan mereka tidak dapat muncul tanpa adanya “nampan” karena dunia
sana itu halus dan tidak dapat dilihat.
Kenapa hal seperti terlihat aneh? Tidakkah engkau lihat
betapa hembusan musim dingin tampak dan mendesir melalui pepohonan, semak,
bebungaan, dan tanaman obat-obatan? Engkau lihat keindahan musim dingin dengan
cara seperti itu, tetapi saat engkau menguji hembusan itu engkau tidak melihat
apa pun. Hal itu terjadi bukan karena petakan bunga semacam itu tidak berada di
“dalam” hembusan angin : Apakah tidak berasal dari cahayanya? Tidak, di dalam
hembusan angin terdapat aliran penampang bunga dan tumbuhan obat-obatan. Tetapi
arus itu terlalu halus untuk dapat dilihat kecuali mereka terungkap ke luar
dari kehalusannya amelalui sejumlah perantara.
Demikian halnya, sifat itu tersembunyi ddi dalam manusia.
Mereka tentu tidak jelas kecuali melalui sejumlah perantara dalam dan luar,
misalnya pidato, perselisihan, peperangan, atau perdamaian. Engkau tidak dapat
melihat sifat manusia. Ketika engkau melihat pada dirimu dan tidak menemukan
apa-apa, pikirkan sendiri dirimu dan kau dapati bahwa dirimu hampa dari sifat
itu. Hal itu bukan karena engkau telah berubah dari dirimu sebelumnya, tetapi
karena ia tidak terlihat di dalam dirimu. Ia seperti air di dalam lautan. Air
tidak datang ke laut kecuali melalui perantara awan, dan itu tidak nampak jelas
terlihat kecuali melalui gelombang. Gelombang adalah “peragian”, sehingga apa
yang ada di dalam dirimu menjadi terlihat. Sejauh laut masih ada, enkau tidak
akan melihat apa pun. Tubuhmu berdiri di pantai, sedangkan jiwamu berada di
laut. Engkau tidak lihat betapa banyak ikan, ular, unggas, dan makhluk lain
datang tiada henti dari laut, memperlihatkan diri dan kemudian sekali lagi
menuju laut? Sifat-sifat kamu – seperti kemarahan, kecemburuan, kegairahan –
mucnul dari “laut” ini. Orang boleh berkata mereka “pecinta halus” Tuhan. Orang
tidak dapat melihat mereka kecuali melalui media peralatan “pakaian” verbal.
Ketika mereka “telanjang” mereka terlalu halus untuk dilihat.
LIMA BELAS
SEMUA DARI LAUT; KEMBALILAH KE
LAUT
Di dalam diri manusia terdapat cinta, luka, gatal,
hasrat, bahkan jika dia memiliki ratusan ribu dunia, dia akan tidak
beristirahat atau menemukan ketenangan. Orang bekerja dengan bermacam profesi,
kerajinan, pekerjaan, dan mereka belajar astrologi dan kesehatan, dan
sebagainya, tetapi mereka tidak merasa tenang karena yang mereka cari tidak
dapat didtemukan. Kekasih disebut
“dil-aram” (yang memberi ketenangan
hati), karena hati menemukan ketenangan melalui kekasih. Bagaimana mungkin menemukan kedamaian melalui yang
lain? Semakin cepat seseorang bangun dari sadar, jalan yang panjang
semakin pendek dan semakin sedikit kehidupan orang yang akan tersia-siakan pada
“anak tangga” ini.
ooOOoo
“Orang Mongol menguasai harta benda, tetapi kadang-kadang
mereka memberi kita harta benda. Itu tentu aneh. Apa artinya ini?” seseorang
bertanya.
“Apa pun yang dirampas kaum Mongol, “kata guru”, semuanya
itu berasal dari genggaman dan gudang Tuhan. Hal itu bagaikan engkau mengisi
kendi atau tong dari laut kemudian membawanya. Selama air masih berada di ekndi
atau tongmu, air itu milikmu. Tidak seorang pun memiliki hukum di sana. Apabila
seseorang mengambil sedikit saja dari itu tanpa ijinmu, pengambilan itu
melanggar hukum. Meski demikian, ketika air itu dituangkan kembali ke laut, dia meninggalkan
kepemilikanmu dan terbebas dari apa pun. Maka, harta benda kita tidak sah
secara hukum bagi orang Mongol, tetapi harta benda mereka sah untuk kita.
ooOOoo
“Tidak adan kependetaan dalam Islam.
Kebersamaan adalah rahmat. Nabi Muhammad selalu berusaha keras mengupayakan
kebersamaan, karena di dalamnya ada ikatan bersama ruh besar dan pengaruh luas
yang tidak dapat dihasilkan individualitas dan pengasingan. Masjid dibangun agar setiap orang dari segala penjuru
dapat berkumpul untuk mendapatkan “rahmat” dan manfaat yang lebih besar. Rumah
memisahkan satu dari lainnya untuk “pembubaran” dan menyembunyikan kesalahan;
itulah maksud mereka. Masjid jamaah dibuat
untuk masyarakat suatu kota agar berjamaah di dalamnya; mengunjungi Ka’bah dibuat
sebagai kewajiban agar orang dari berbagai kota dan negara di dunia dapat
berkumpul bersama.
“Ketika kaum Mongol pertama kali datang ke negeri ini,
mereka bertelanjang kaki dan tidak berpakaian; ,ereka mengendarai banteng, dan
senjata mereka terbuat dari kayu.” Seseorang berkata. “Sekarang kekuatan mereka
meningkat, mereka diberi makan dengan baik, dan mereka memiliki kuda Arab dan
senjata terbaik.”
“Ketika tengah terinjak-injak, lemah, dan tidak berdaya,
Tuhan tahu kebutuhan mereka, diterima di dalam pandangan-Nya dan menemaninya.
Sekarang mereka telah berkembang di dalam ketinggian dan kekuatan, Tuhan akan
menghancurkan mereka dengan makhluk
paling lemah agar mereka sadar bahwa mereka mampu menguasai dunia karena
kebaikan dan kekuatan Tuhan, bukan oleh angkatan perang dan kekuatan mereka
sendiri. Pada awalnya mereka berada di
dalam kebuasan, jauh dari orang, tersia-siakan, terhina, bertelanjang dan
miskin. Beberpa dari mereka pernah datang sebagai pedagang menuju kerajaan
Khawazmshah menghalangi mereka dan memerintahkan pedagang mereka dibunuh. Dia
pun membebani pajak pada mereka dan menghalangi saudagarnya dari tanahnya.
Kaum Tartarian itu pergi dengan
merendahkan hati di depan raja mereka dan berkata, ‘Kami telah dianiaya.’ Raja
itu mencari kelonggaran sepuluh hari dari mereka dan pergi ke gua dalam. Di
ttempat itu dia berpuasa selama sepuluh hari, merendahkan hati dan dirinya.
Sebuah jeritan datang dari Tuhan, berkata, “Aku mendengar permintaanmu.
Datanglah mendekat dan raihlah kemenangan gilang gemilang ke mana pun engkau
pergi.’ Begitulah, ketika mereka datang atas perintah Tuhan, mereka berjaya dan
menguasai dunia.
“Tetapi kaum Tartar pun beriman pada Hari Kiamat,”
Seseorang berkata, “karena mereka berkata bahwa nanti akan terjadi Yarghu.”
“Mereka berdusta,” kata guru. “Mereka ingin mengatakan
bahwa mereka sama dengan kaum Muslim melalui perkataan, ‘Oh, ya, kami juga tahu
dan percaya.’ Itu seperti unta yang ditanyai ke aman saja dia selama ini. ‘Aku
datang dari pemandian,’ jawab unta itu. Ya,’ datang adalah sebuah jawaban,’ aku
dapat mengatakannya dari tumitmu!”
“Sekarang, apabila mereka mengimani Hari Kiamat, di mana
tanda keimanan itu? Dosa, penindasan, perbuatan jahat mereka seperi es dan
salju, padat membeku. Ketika pertobatan dan pengampunan matahari
munculkesadaran dari dunia itu dan takut tpada Tuhan, ia mencairkan salju dosa
begitu saja, mirip matahari mencairkan es dan salju. Apabila es dan salju
pernah berkata, ‘Aku pernah melihat matahari di tenagh musim panas,’ atau,
‘Matahari di tengah musim panas spernah bersinar kepadaku.’ Dan masih tetap
berupa es dan salju, tidak ada orang berakal percaya itu. Sangat mustahil bagi
matahari di tengah musim panas muncul dan tidak mencairkan es dan salju.
Meskipun tuhan telah mengijinkan ganjaran untuk kebaikan dan kejahatan di Hari
Kebangkitan, amsih saja setiap contoh cepat dari hal ini dapat dilihat. Apabila
manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah ganjaran karena telah membuat
orang lain sedih. Terdapat ‘hadiah’ dari dunia itu dan contoh dari Hari
Kebangkitan agar orang dapat memahami yang banyak dari yagn sedikit, sama
halnya segenggam penuh gandum ditunjukkan sebagai contoh dari penuhnya gudang.
“Nabi Muhammad, dengan seluruh
keagungan dan kebesarannya, pada suatu malam terluka di tangannya. Lalu
turunlah wahyu yang mengabarkan bahwa luka itu berhubungan dengan luka pada
tangan Abbas. Abbas yang telah dijadikannya sandera bersama sekelompok tawanan
yang tangannya diikat. Bahkan meskipun iktan pada tangan Abbas adalah perintah
Tuhan, masih saja ada ganjaran untuk perbuatan. Maka engkau harus menyadari
bahwa pernyataan kecemasan, kesulitan, dan kesakitan yang engkau derita
berkenaan dengan kejahatan dan dosa yang telah enggkau lakukan (meskipun
barangkali tidak ingat rincian yang sebetulnya telah dilakukan). Engkau mesti
tahu bahwa engkau jauh lebih banyak melakukan kejahatan, meski pun bisa jadi engkau
melakukan itu secara tidak sadar atau keluar dari ketidaktahuan atau kelompok
tak beragama yang menjadikan dosamu tampak sedemikian ringan hingga dianggap
tidak sebagai dosa. Tetapi lihatlah ganjaran dan lihat betapa menggembirakan
hati engkau jadinya pada satu sisi dan betapa penuh apmunan pada sisi lain.
Penyesalanmu betul-betul tebusanmu untuk dosa, dan kegembiraanmu menjadi
balasan atas ketaatan,”
“Nabi Muhammad telah disiksa karena telah
memutar-mutarkan cincin di seputar jemarinya dan pernah bersabda, ‘Kami tidak
menciptakan engkau untuk bermalas-malas dan bermain-main. Apakah engkau pikir
Kami telah menciptakan engkau secara bermain-main? (QS. 23 : 115). Engkau dapat
menilai dari sini apakah hari-harimu dihabiskan di dalam ketaatan atau
ketidakpatuhan.”
“Musa telah didpaksa untuk melibatkan dirinya dengan
orang. Meski pun dia didperintah Tuhan dan benar-benar asyik dengan Tuhan, satu
sisi dirinya dibuat untuk memperhatikan kesejahteraan orang, Khidir, pada sisi
lain, betul-betul hanya asyik dengan
dirinya. Nabi Muhammad pertama-tama diizinkan untuk asyik dengan dirinya,
tetapi kemudian dia didperintah menyeru orang, memberikan nasihat baik, dan
memperbaiki keadaan mereka. Nabi Muhammad meratap dan menangis, “Ya Tuhan, dosa
apa yang telah aku perbuat? Kenapa Engkau mendorongku dari hadapan-Mu? Aku tidak
ingin terlibat dengan manusia.’ Keudian Tuhan menjawab, ‘Muhammad, janganlah
bersedih, karena Aku tidak akan membiarkan engkau benar-benar terlibat dengan
manusia. Di dalam keterlibatan sungguh-sungguh itu engkau akan bersama-Ku.
Kebersamaan-Ku dengan mu tidak akan berkurang sedikit pun ketika engkau
bersungguh-sungguh terlibat dengan manusia. Pada setiap tindakan yang dilakukan
engkau benar-benar bersatu dengan-Ku.””
ooOOoo
“Dapatlah salah satu keputusan abadi yang telah
dijanjikan Tuhan dapat berubah sama sekali?” seseorangn bertanya.
Segala sesuatu yang telah dititahkan Tuhan semuanya
berasal dari keabadian, sakit untuk sakit dan kebaikan untuk kebaikan, tidak
akan pernah berubah karena Tuhan-lah yang membuat titah. Siapa berkata, dia
melakukan kejahatan untuk memperoleh kebaikan? Apakah seseorang pernah menanam
gandum dan berpanen gerst (tanaman sejenis gandum, untuk membuat roti. Pen),
atau menanam gerst dan memeproleh gandum? Itu mustahil. Seluruh orang suci dan
nabi pernah mengatakan bahwa ganjaran untuk kebaikan adalah kebaikan dan
balasan untuk kejahatan adalah kejahatan. Dan siapa pun yang pernah melakukan
kebaikan seberat seekor semut, dia akan memperoleh hal serupa (QS. 99:7 -8).
Oleh titah abadi engkau mekanai apa yang telah Kami sampaikan dan jelaskan.
Karena itu tidak akan pernah berubah. Demi Tuhan! Apabila engkau menginginkan
agar balasan untuk kebaikan dan kejahatan meningkat dan dapat berubah,
sesungguhnya, semakin baik engkau melakukan, semakin meningkat pula balasan
untuk kebaikan; dan semakin tidak adil engkau berlaku, semakin besar pula
balasan kejahatan yang akan menimpamu. Hal seperti itu dapat berubah, tetapi
muasal titak tidak akan berubah.
Seorang penceloteh bertanya, “Bagaimana halnya dengan
kita, kadang-kadang melihat orang kotor berbahagia dan orang baik celaka?”
Orang licik,
apakah dia melakukan atau bermaksud baik, akan berbahagia, dan orang baik yang
akan jadi celaka, apakah dia melakukan atau bermaksud jahat akan jadi demikian?
Itu seperti iblis ketia dia menolak untuk bersujud kepada Adam dan mengatakan,
“Engkau telah menciptakan aku dari api, dan telah menciptakan dia dari tanah
liat (QS. 7 : 12). Setelah pernah
menjadi ketua di antara malaikat, dia abadi terkutuk dan diasingkan dari
hadapan Tuhan. Kami pun mengatakan bahwa balasan
untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk kejahatan adalah kejahatan.
ooOOoo
Seseorang pernah bertanya apakah dia akan dihukum apabila
berjanji untuk berpuasa selama satu hari dan kemudian membuka puasa itu.
Mazhab Syafi’i dengan tegas mengatakan bahwa dia harus
melakukan pertobatan, karena janji dipandang sebagai sumpah, dan siapa pun yang
membatalkan janji mesti menebusnya. Meski demikian, berdasar pada Abu Hanifah,
janji tidak sama dengan sumpah, maka apertobatan tidak diperlukan. Sekarang
terdapat dua jenis janji, yang bergantung dan tidak. Janji tidak bergantung
adalah seperti ucapan, “Aku bersedia berpuasa untuk satu hari.” Dan janji
bergantung adalah seperti ucapan, “ Aku hershaum satu hari apabila hal-hal
seperti ini terejadi.”
Seorang lelaki kehilangan keledainya dan berpuasa selama
tiga hari dengan tujuan menemukan keledai itu. Setelah tiga hari dia menemukan
keledainya telah mati. Dengan kecewa, dia menghadapkan wajahnya ke langit dan
berkata, “Selama tiga hari aku telah bershaum, aku akan celaka apabila tidak
makan enam hari selama Ramadhan! Engkau hanya ingin memperoleh lebih banyak
dariku!”
ooOOoo
Seseorang bertanya tentang makna tahiyat, shalawat, dan
tayibah.
Perbuatan berbakti dan memuja tidak datang dari kita dan
tidak mengenai diri kita. Kenyataannya, tahiyat dan shalawat adalah milik
Tuhan, bukan milik kita. Segala hal milik Dia dan semestinya akan kembali
kepada-Nya. Seperti halnya pada musim semi orang gpergi ke ladang melakukan
penanaman, pergi ke perjalanan, dan mendirikan bangunan semua itu “diberikan”
musim semi. Kalau tidak mereka akan berdiam diri sebagaimana sebelumnya, mengurung diri di dalam rumah.
Meski demikian, dalam kenyataannya, menanam, melihat-lihat, dan menikmati
halhal baik ini berkenaan dengan musim semi, tetapi pemberi sejati kebaikan itu
adalah Tuhan.
Orang sekedar melihat penyebab kedua
dan mengetahui segala hal melalui penyebab kedua itu. Meski begitu, bagi orang
suci, terungkapkan bahwa penyebab kedua tidak lain hanyalah “hijab” yang
menjaga orang untuk melihat dan mengetahui penyebab Utama. Itu seperti
seseorang berbicara dari belakang layar dan orang berpikir bahwa layar itu
sendiri yang berbicara. Mereka tidak tahu layar itu tidak berkenaan sama sekali
dengan hal itu, ia hanya tirai. Hanya ketika si pembicara muncul dari belakang
layar, tampaklah bahwa layar itu sekedar perantara. Orang Suci Tuhan melihat
hal ketika diciptakan dan muncul seterusnya dari luar penyebab kedua mereka
sama halnya unta muncul dari pegunungan. Sebagaimana tongkat Musa
menjadi Naga, sebagaimana dua belas mata air mucnul dari batu, seperti halnya
Nabi Muhammad membelah bulan tanpa peralatan, sekedar menunjuk, seperi Adam
muncul sebagai makhluk tanpa ayah atau Ibu, atau Isa tanpa ayah, sebagaimana
taman mawar tumbuh dari api untuk Ibrahim, dan seterusnya. Maka ketika orang
suci melihat hal seperti itu, mereka sadar bahwa penyebab kedua adalah
perantara, bahwa penyebab adalah hal lain. Penyebab kedua tiada lain “wol di
atas mata” untuk menyibukkan orang biasa.
Ketika Tuhan berjanji untuk memberi Zakariya seorang
bayi, dia menjerit, “Aku lelaki tua, dan istriku perempuan tua. Organ-organ
reproduksiku sudah lemah, dan istriku telah melampaui masa memiliki anak. Ya
Tuhan, bagaimana mungkins eorang anak muncul dari perempuan seperti itu?” Dia
menjawab, Tuhan, baaimana mungkin aku akan memiliki anak, ketika usia tua telah
menguasaiku, dan istriku telah mandul ?” (QS. 3 : 40). Jawaban muncul,
“Perhatikan Zakariya. Engkau telah kehilangan keteguhan Iman. Aku telah
menunjukkan kepadamu ribuan kali berbagai hal di luar hukum sebab akibat. Itu
telah engkau lupakan. Tidakkah engkau menyadari
bahwa penyebab itu hanyalah perantara? Aku mampu dengan segera
menghasilkan tepat di depan amtamu ratusan ribu anak tanpa perempuan dan tanpa
kehamilan. Ketika Aku menunjukkan, beribu-ribu manusia akan dihasilkan,
sempurna, dewasa, dan penuh pengetahuan. Tidakkah
Aku memberimu kelahiran di dunia ruh tanpa ayah tanpa Ibu? Engkau telah
menikmati kebaikan di masa lalu dari-Ku. Kenapa engkau lupa kelahiranmu ke
dalam dunia keberadaan ini?”
Nabi, orang suci, dan orang lain dan berbagai keadaan
kebaikan dan keburukan mereka disesuaikan dengan keckapan dan hakikat seperti
budak yang dibawa ke Dunia Islam dari tanah kaum kafir. Beberapa telah dibawa
pada usia lima tahun, sebagian sepuluh, dan sebagian lagi lima belas. Setelah
mereka yang dibawa sebagai anak kecil telah tinggal selama bertahun-tahun di
antara kaum Muslim, betul-betul lupa keadaan mereka sebelumnya dan tidak ingat
apa pun. Selain itu, mereka yang dibawa dalam usia lebih tua lagi mengingat
sebagian besar keadaan mereka sebeumnya.
Seperti halnya, ruh berada di dalam kehadiran Tuhan di
“dunia itu”. Seperti dikatakan Al-Qu’an, Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab,
Ya, kami bersaksi (QS. 7:172). Makanan dan sumber tenaga mereka adalah
perkataan Tuhan yang tanpa suara dan tanpa bunyi. Beberapa yang pernah di bawa
di masa pertumbuhan tidak ingat keadaan asal mereka dan mempertimbangkan diri mereka sebagai orang asing
terhadap kata-kata itu ketika mendengarnya. Kelompok ini, telah benar-benar
terbenam ke dalam kekufuran dan kesalahan, mereka “terhijab”. Yang llain dapat
mengingat sedikit, kerinduan mereka pada “sisi lain” dapat ditimbulkan. Mereka
adalah “orang beriman”. Yang lain masih saja melihat di depan mata keadaan
sebelumnya dengan tepat sebagaimana berada di masa lalu ketika mendengar
perkataan itu. “Hijab” mereka benar-benar telah diangkat, dan mereka bergabung
di dalam persatuan. Mereka ini adalah orang-orang suci dan paa Nabi.
Kemudian kami memberi nasihat kepada sahabat kami. Ketika
“pasangan makna hakiki” terejawantah di dalam dirimu dan misteri disingkapkan,
perhatikanlah! Sekali lagi aku katakan, berhati-hatilah agar engkau tidak
mengatakan itu kepada lainnya. Jangan engkau memberi uraian kepada mereka, dan
jangan hubungkan perkataan yang engkau dengar itu kepada orang semebarangan. “Jangan berikan hikmah kepada ayang tidak layak
kalau-kalau engkau salah; jangan sembunyikan itu dari orang yang layak,
kalau-kalau engkau berbuat salah kepada mereka.” Apabila engkau memiliki
istri atau kekasih yang disembunyikan di dalam rumahmu dan dia mengatakan
kepadamu, “Jangan perlihatkan aku kepada siapa pun, akrena aku adalah milikmu
sendiri.” Akankah jadi benar untuk memperlihat dia di tengah-tengah pasar dan
diaktakan kepada setiap orang, “Ayo datang dan lihat yang satu ini?” Akankah
kekasihmu menyukainya? Dia tentu akan sangat marah kepadamu dan kabur kepada
yang lainnya. Tuhan telah melarang perkataan ini bagi mereka “yang lain.”
Itu seperti penghuni neraka yang berteriak kepada
penghuni surga, “Di manakah kemurahhatian dan kebajikanmu? Apa yang akan
terjadi apabila engkau memberikan kepada kami sebagian kemurahan sebagai amal
baik, sebagaimana sejumlah kebaikan dan rahmat Tuhan telah dibekalkan kepada
dirimu, juga seperti ungkapan, ‘dan kepada cangkir mulia bumi, satu bagian,
karena kami di bakar di dalam api ini. Apa bahaya yang akan menimpamu apabila
engkau memberikan kepada kami buah-buahan atau amta air bersinar dari surga?”
Dan penghuni api neraka akan memanggil kepada penghuni surga, mengatakan,
Tuangkanlah sejumlah air kepada kami, atau dari kesegaran itu yang telah
dibekalkan kepada kalian! Mereka akan menjawab, sungguh Tuhan akan melarang
semuanya bagi kaum tidak beriman (QS. 7 : 50). Penghuni surga menjawab, Tuhan
telah melarang kami melakukan itu. Biji kebaikan ini adalah di dunia ini.
Karena engkau tidak menyebarkan dan menyemaikan mereka di sana ( dan mereka
adalah iman dan ketaatan), Apa yang dapat diraih di sini? Bahkan apabila kita
memberikan sebagian kepadamu tanpa rasa kasihan, karena Tuhan telah melarang
engkau atas buah-buahan itu, mereka akan membakar tenggorokanmu dan tidak dapat
ditelan. Apabila engkau melatkkan mereka di dalam akrung, dia akan terpecah dan
akan jatuh.
Sekelompok kaum munafik dan orang asing datang keada Nabi
Muhammad, memujinya dan mencari penjelasan untuk mistri ini. Nabi Muhammad
memberi aba-aba kepada para sahabat untuk “memberhentikan botol mereka”.
Maksudnya ialah untuk menutupi kendi dan tong mereka, sebagaimana apabila
didkatakan, “Orang-orang ini tidak bersih dan merupakan binatang berbisa.
Berhati hatilah, agar mereka tidak jatuh ke dalam notol kalian dan menyebabkan
engkau berbahaya dengan tanpa sadar meminum dari botolmu.” Ini adalah perilaku
yang dia katakan kepada mereka agar menahan hikmah bagi orang asing dan menahan
lidah mereka di hadapan orang asing, karena mereka adalah tikus, tidak layak
dari hikmah dan kebaikan ini.
ooOOoo
Guru mengatakan, “Bahkan apabila pangeran yagn baru saja
meninggalkan kami tidak memahami perkataan dengan tepat, secara umum dia masih
mengetahui kita berdoa kepada Tuhan untuk dia. Kita menganggap anggukan
kepalanya, cinta dan kasih sayangnya dalam pemahaman kita. Petani yang datang
ke kota barangkali tidak mengetahui ajakan shalat ketika dia mendengarnya.
Tetapi dia tahu apa yang mereka tandakan.”
ENAM BELAS
ISI CANGKIR LEBIH UTAMA
DIBANDING BENTUKNYA
“Yang tercinta” akan
selalu terlihat indah bagi yang mencintainya. Tapi pernyataan itu tidak bisa
dibalikkan : tidak setiap keindahan akan selalu dicintai. Keindahan
merupakan bagian dari “yang tercinta”. “Yang tercinta” adalah bagian yang
utama. Jika cinta telah melingkupi “Yang tercinta” maka keindahan akan
mengikutinya dan menjadi bagian dari “yang tercinta”. Bagian dari suatu hal
tidak dapat dipisahkan dari keseluruhannya. Bagian mesti menyinggung
keseluruhan. Ketika Majnun mencintai Layla, kala itu ada abanyak gadis yang
lebih cantik daripada Layla. Tetapi Majnun tak mencintai mereka. Ketika
dikatakan padanya, “Ada banyak gadis yang lebih cantik dariapda Layla. Dan
biarkan kami memperlihatkannya kepadam.” Dia akan selalu menjawab, “Aku tidak
mencintai Layla karena bentuk luarnya. Layla bukan bentuk luar; dia bagiakan
piala yang aku genggam dan dari sana aku meminum anggur, Aku mencintai anggur
yang aku minum. Engkau hanya melihat piala dan tidak menyadari keberasaan
anggur. Apagunanya piala emas untukku bila piala itu hanya berisi cuka atau
yang lain selain anggur? Bagiku, labu tua pecah berisi anggur akan lebih baik
daripada ribuan piala seperti itu.” Orang membutuhkan cinta dan kerinduan untuk
membedakan anggur dari cangkir.
Sebagai contoh, datangkan orang lapar yang eblum makan
selama sepuluh hari dan seorang lagi yang sudah makan sebanyak lima kali
sehari. Kemudian, suguhkan ke hadapan mereka setangkup roti. Orang yang telah
makan banyak akan melihat roti itu hanyalah sebentuk roti. Sedangkan orang yang
lapar melihat roti sebagai peenyambung hidupnya. Bagi orang yang sudah
kekekanyangan, roti itu tampak seperti cangkir baginya. Dan bagi orang lapar,
roti itu bagaikan anggur dalam cangkir. Orang yang memiliki keinginan dan
hasrat sajalah yang dapat melihat “anggur”. Maka untuk bisa melihat anggur,
engkau harus melihatnya dengan mata simpatik dan penuh hasrat. Engkau tak lagi
hanya menjadi pengamat bentuk, namun melihat hal yang nyata dari seorang
kekasih. Bentuk luar manusia dan benda yang diciptakan menyerupai cangkir, dan
hal-hal lain seperti pengetahuan, seni serta ilmu, adalah hiasan cangkir
tersebut. Ketika gelas pecah, tidak ada sedikit pun “hiasan” yang tersisa. Hal
penting kemudian adalah anggur yang mengikuti bentuk gelas. Siapa pun yang
melihat dan meminum anggur tahu bahwa pekerjaan baik akan abadi (QS. 18 : 46).
Ada dua hal yang harus dipahami oleh seseorang calon
pejalan. Pertama, ketika dia menganggap ssuatu hal adalah hal itu sendiri, maka
dia telah salah memperesepsi. Kedua, dia harus smemaahami kata dan kebajikan
lain yang lebih baik dan lebih tinggi daripada apa yang dia ungkapkan, yakni
seharusnya dia berkata, “Saya tidak tahu”. Dengan begitu kita telah
merealisasikan suatu ungkapan yang berbunyi “Bertanya
adalah sebagian pengetahuan.”
Setiap orang meletakkan harapannya kepada orang lain,
tetapi yang dicari oleh semuanya adalah Tuhan. Daam harapan pada-Nya-lah setiap
orang menghabisksan hidupnya. Meski demikian dalam pencarian ini, dalam
hubungan antara manusia dan Tuhannya, setiap orang harus didbedakan agar
diketahui mana yang menonjol dalam usahanya dan mana yang harus dipukul oleh
tongkat polo raja agar dia mengakui kesatuan dan keesaan Tuhan. Kesatuan dengan
Tuhan sebagaimana layaknya orang yang tenggelam. Orang
yang tenggelam akan dikendalikan oleh air dengan sempurna. Orang yang tenggelam
itu sendiri tidak mempunyai kendali terhadap air. Seorang perenang mau pun
seorang yang tenggelam sama-sama berada di dalam air; orang terakhir
dikendalikan dan dikontrol oleh air; sementara perenang dikenadalikan oleh
kekuatan dan kemauannya sendiri.Setiap gerak yang dibuat oleh orang
tenggelam itu - tentu saja, setiap
perbuatan dan kata yang keluar darinya – berasal dari air, bukan darinya. Ia
hanya seonggok “mesin.” Ketika engkau mendengar kata yang keluar dari dinding,
engkau tahu bahwa itu bukanlah dinding; ada seseorang yang membuat dinding
tampak berbicara. Orang suci bisanya begitu. Mereka
telah mati sebelum mati, dan menjadi seperti dinding, tanpa sedikit pun diri
yang tertinggal pada mereka.
Mereka seperti perisai di tangan seorang yang amat
berkuasa. Gerakan perisai tidak berasal dari perisai (dan inilah dimaksudkan
dengan “AKU ADALAH AL-HAQ” itu). Perisai berkata, “Aku tidak berada di
sini sama sekali , gerakanku berasal dari tangan yang Nyata. : “Ketika engkau
mampu melihat perisai sebagai Tuhan, jangan berjuang menentang-Nya. Karena yang
berjuang melawan perisai itu berarti
berperang melawan Tuhan dan menempatkan
dirinya melawan Dia. Sejak Jaman Adam hingga
kini engkau telah mendengar apa yang terjadi kepada orang seperti Fir’aun,
Shaddad, Namrud, Suku “ad, Ummat Luth, Tsamud dan seterusnya. Perisai itu akan
ada sampai Hari Kebangkitan, zaman demi zaman. Kadang-kadang berbentuk nabi dan
kadang-kadang berbentuk orang suci. Semuanya terjdi agar orang saleh
dapat dibedakan dari yang tidak saleh, musuh dari sahabat. Maka setiap orang
suci adalah “bukti” bagi orang-orang
yang lainnya. Dengan melakukan hubungan dengan orang-orang seuci itulah
seseorang akan memperoleh bagian dan ketinggian mereka. Apabila mereka memusuhi
orang-orang suci, mereka bermusuhan dengan Tuhan. Apabila
mereka mencintinya, mereka mencintai Tuhan, “Siapa pun yang melihatnya, berarti
dia melihat-Ku, dan siapa pun yang mencarinya, berarti dia mencari-Ku.” Hamba
Tuhan akan mengetahui rahasia tempat suci-Nya. Seluruh jejak diri, hasrat dan
seluruh akar penghianatan telah dipangkas dan dibersihkan dari orang yang
melayani Dia. Mereka akan memperoleh persembahan dari dunia karena telah
mengetahui rahasia misteri. Karena, tidak seorang pun akan mendapatkan bagian
yang sama, kecuali orang-orang yagn suci (QS. 56 : 70).
Bukan merupakan suatu penolakan atau ketidak-pedulian
jika seseorang menghadapkan punggungnya pada kuburan orang suci. Dan bukan pula
suatu kesalahan jika seseorang menghadapkan wajahnya pada jiwa mereka. Sebab,
kata yang keluar dari mulut kita adalah jiwa-jiwa mereka. Bukan suatu kesalahan untuk menghadapkan punggung
pada tubuh dan menghadapkan wajah pada jiwa.
ooOOoo
Aku sangat menginginkan agar tak ada seorang pun yang
menderita karena cintaku. Aku tidak senang ketika sahabatku menghalangi
sejumlah orang yang ingin melemparkan dirinya kepadaku selama sama’. Aku telah
mengatakan ratusan kali agar tidak seorang pun berhasrat untuk berbicara
denganku. Hanya dengan demikianlah aku menggubah syair untuk menjamu mereka.
Kalau tidak, mereka jadi bosan. Kalau tidak, apakah untuk bumi aku akan
menyenburkan syair? Aku dikesalkan syair. Aku tidak berpikir ada sesuatu yang
lebih buruk dari syair. Itu seperti seseorang yang mengambil babat kemudian dia
mencucinya untuk disuguhkan pada tamu yang menginginkan babat itu. Karena hal
itulah aku menggubah syair. Manusia mesti meleihat ke kota untuk memperhatikan
barang yang dibutuhkannya merskipun barang itu adalah dagangan paling buruk
mutunya.
Aku telah mempeljari berbagai cabang pengetahuan dan
memperoleh luka yang dalam agar para terpelajar, mistikus, orang pandai, serta
pemikir,d atang kepadaku untuk memperluas sesuatu yang berharga, ajaib, dan
tepat. Tuhan pun menginginkan hal ini. Karena itu Dia mengumpulkan seluruh
studi di sini dan memposisikanku dengan segenap penderitaan ini hingga aku mesti
menyibukkan diri dengan tugas ini. Apa yang mesti aku lakukan? Di negeri kami
dan di antara orang kami tidak ada yang lebih tidak dihormati daripada
pekerjaan menjadi penyair. Sudahkah kita kembali ke negeri asal kita? Kami akan
hidup dalam keselarasan dengan selera mereka dan melakukan apa yang mereka
inginkan, misalnya pengajaran, menulis buku, berkhutbah, melakukan kezuhudan,
dan mengerjakan perbuatan saleh.
ooOOoo
Pangeran Parwana berkata kepadaku bahwa dasar segala
sesuatu adalah perbuatan. Aku menanyainya, di manakah posisi orang-orang yang
berbuat? Di manakah posisi para pencari perbuatan hingga aku mampu
memperlihatkan kepada mereka sejumlah perbuatan? Kalian adalah pencari
kata-kata. Engkau memiliki seperangakat pendengaran untuk mendengar sesuatu. Apabila kami tidak berkata apa-apa engkau akan bosan.
Jadilah pencari perbuatan, dan kami dapat memperlihatkan sesuatu kepadamu. Kami
mencari ke seluruh dunia manusia yang dapat kami perlihatkan perbuatan
kepadanya. Karena tidak menemukan pembeli perbuatan dan hanya menemukan
pembeli kata-kata, maka kami menyibukkan diri
dengan pembicaraan. Karena engkau bukan
pelaku, bagaimana mungkin engkau mengetahui apakah perbuatan itu? Perbuatan
hanya dapat diketahui melalui perbuatan; kecendekian diketahui melalui studi.
Bentuk diketahui dari bentuk. Isi diketahui dari isi.
Karena tidak ada seorang pun lagi menjelajahi jalan sepi
ini, maka apabila kami di sini dan sibuk dengan perbuatan, bagaimana mungkin
seseorang pernah melihatnya? Apa yang kumaksud
“perbuatan” di sini bukanlah perbuatan seperti puasa atau shalat. Semua itu
hanya lah bentuk dari perbuatan. “Perbuatan” adalah isi batin. Sejak jaman Adam
hingga jaman Nabi Muhammad, shalat dan puasa tidak pernah berbentuk seperti
sekarang. Ia selalu berubah. Tetapi perbuatan akan tetap demikian. Apa-apa yang
lain hanyalah bentuk dari perbuatan.; perbuatan adalah makna dalam diri
manusia. Ketika engkau berkata bahwa obat telah “bekerja”, tidak ada bentuk
pekerjaan yang bisa dilihat darinya, hanya “makna” yang didapatkan. Ketika
seseorang berkata bahwa orang tertentu adalah perantara di kota, orang tidak
melihat “bentuk” apa pun. Maka perbuatan bukanlah yang secara umum telah didpahami
istilahnya, seperti yang dibayangkan oleh sebagian besar orang. Mereka
menginginkan agar “perbuatan” itu menjadi sesuatu yang tampak. Apabila seorang
munafik mengerjakan perbuatan kewajiban agama, apa yang dilakukannya tidak
menguntungkan dirinya sedikit pun karena dia tidak memiliki “makna” ikhlas dan
iman. Dasar segala sesuatu adalah pembicaraan dan ucapan. Sekarang engkau tidak
tahu apa-apa tentang “pembicaraan dan ucapan” ini. Engkau meremehkan hal itu.
Padahal pembicaraan adalah buah dari pohon perbuatan, karena ucapan dilahirkan
dari perbuatan. Tuhan menciptkan dunia melalui sabdanya, Jadi! Dan jadi lah dia
(QS. 36 : 82). Iman berada di dalam hati. Tetapi apabila engkau tidak
mengatakannya terus terang, tidak ada gunanya. Beribadah, yang merupakan serangkaian
perbuatan, tidak benar jika tanpa berdasarkan Al-qur’an. Sekarang engkau
berkata bahwa di jaman kita kini katakata tidak dapat dihargai. Karena kata
tidak berharga, mengapa kami mau mendengarkan engkau berbicara, apakah itu juga
tak berharga? Perihal ini juga engkau ungkapkan dengan kata-kata.
Di sini seseorang
bertanya, “Apakah berbahaya untuk meletakkan harapan seseorang pada Tuhan dan
berharap ganjaran baik karena telah melakukan perbuatan dan amal baik?”
Ya. Orang mesti memiliki harapan dan iman, atau yang
diungkapkan dalam cara lain. Rasa takut dan pengharapan. Seseorang menanyai
aku, karena harapan adalah hal yang baik, apakah takut itu? “Tunjukkan kepadaku rasa takut tanpa harap!”
Aku menjawab, “Atau harap tanpa taku, karena itu dua hal yang tak terpisahkan.”
Karena engkau bertanya, aku akan beri sebuah contoh. Ketika seseorang menanam
gandum, dia tentu berharap itu akan tumbuh. Meski begitu, pada saat bersamaan,
dia sangat takut apabila hama atau bencana dapat menimpa tanaman itu. Tidak ada hal yang mengandung harap tanpa mengandung
takut. Tidak juga takut tanpa harap. Sekarang, apabila ada seseorang
yang mengharapkan balasan baik, orang pasti akan elbih cerdas di dalam
tugasnya. Pengharapan adalah “sayap” seseorang; dan semakin kuat sayap, semakin
tinggi terbangnya. Ketika orang remuk redam, dia jadi acuh tak acuh dan tak
melayani dirinya dengan baik. Orang sakit mengambil obat pahit dan mengacuhkan
sepuluh makanan manis yang dia sukai. Apabila bukan karena harapan atas
skesembuhan kesehatannya, bagaimana mungkin dia mampu melakukan hal-hal seperti
itu?
“Manusia adalah bintang rasional.”
Manusia adalah gabungan kebinatangan dan rasionalitas. Kebinatangan merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan darinya, begitu pula rasionalnya. Bahkan apabila
dia tidak dapat dipisahkan darinya, begitu pula rasionalnya. Bahkan apabila dia tidak berkata terus terang, batinnya
sedang berbicara : Dia akan selalu berbicara. Dia
bagaikan semburan tempat lumpur yang diaduk. Air bersih adalah rasionya, dan
lumpur adalah kebinatangannya. Lumpur hanya aksiden (bentuk yang
melekat). Tidakkah engkau lihat ketika lumpur beserta bentuknya yang telah jadi
lenyap dan hancur, daya nalar dan pengetahuannya tentang kebaikan dan kejahatan
tetap ada?
“Manusia hati” (man of heart) adaalah segalanya. Apabila
telah melihat dia, engkau telh meliaht segalanya. Inti perburuan adalah perut
keledai liar, sebagaimana diistilahkan. Seluruh orang di dunia adalah bagian
dari dia, dan dia adalah keseluruhannya.
Kebaikan dan
keburukan adalah bagian dari darwisy
Jika tidak, dia
bukanlah darwisy
Ketika engkau telah melhat darwisy, berarti engkau telah
melihat seluruh dunia. Siapa pun yang mencarinya pasti mendapat sesuatu yang
berlebih. Kata-kata darwisy adalah keseluruhan kata-kata. Ketika engkau telah
mendengar perkataan mereka, di mana pun engkau mungkin mendengarnya, katakata
lain hanyalah pengulangan.
Apabila engkau
melihat dia di panggung mana pun, bagaikan
Engkau telah
melihat semua orang dan semua tempat.
Wahai engkau,
salinan Kitab Ilahi.
Wahai engkau,
cermin keindahan agung
Tak ada dunia di
luar dirimu
Carilah dalam
dirimu apa pun yang engkau inginkan,
Itulah engkau
TUJUH BELAS
MANUSIA ANTARA NASUT DAN LAHUT
Raja muda berkata, “Pada jaman dahulu kaum kafir pernah
menyembah berhala. Dan kini melakukan hal yang sama. Mengapa kita menganggap
diri kita Muslim sedangkan kita membungkukkan diri dan tunduk keapda bangsa
Mongol? Mengapa kita juga memiliki demikian banyak
‘berhala’ lain di dalam diri, berhala rakus, nafsu, dendam, dan iri? Karena
sebagaimana kita taat kepada itu semua, baik pada berhala yang di luar atau pun
berhala yang di dalam diri, maka kita sama saja seperti orang kafir.
Bagaimana mungkin kita menganggap diri kita Muslim?”
Masih ada hal lain yang akan aku ungkapkan. Ketika engkau
beranggapan bahwa semua hal yang engkau lihat buruk, pasti mata hatimu telah
melihat sesuatu yang agung dan tidak terbandingkan, hingga membuat yang lain
tampak buruk dan rendah. Air payau tampak demikian jelek untuk orang yang
pernah merasakan air manis. “Dan kebaikannya setiap hal diwujudkan.” Maka Tuhan
telah menampakkan cahaya iman ke dalam jiwamu sehingga melihat semua hal lain
tampak buruk. Hanya jika dipertentangkan dengan keindahanlah sesuatu akan
tampak buruk. Orang lain, yang tidak mengalami ‘penderitaan” ini, mereka akan
merasa berbahagia dan berkata pada diri mereka, “itulah yang semestinya
terjadi”. Tuhan, berharap menganugerahkan kepadamu apa-apa yang engkau cari.
Engkau akan diberi sesuai dengan keinginanmu. Seperti bunyi peribahasa, “Burung terbang gkarena sayap mereka tetapi orang
beriman karena cinta-citanya.”
Ada tiga jenis makhluk. Yang pertama adalah Malaikat,
yang merupakan intelek sejati. Taat, meyembah, dan konsisten berzikir pada
Tuhan adalah sifat mereka dan perangkat makanannya. Ketaatannya pada Tuhan
adalah makanan yang mereka makan, makanan yang menghidupinya. Seperti ikan di
dalam air, hidupnya di dalam air, ranjang dan bantalnya adalah air. Malaikat
tidak harus melakukan apa yang mereka (ingin) lakukan. Mereka murni dan
terbebas dari nafsu. Kebaikan apa yang mereka dapat karena tidak memiliki
nafsu. Kebaikan apa yang mereka dapat karena tidak memiliki nafsu atau tidak
memiliki hasrat badainiah? Karena murni, mereka tidak perlu berjuang melawan
godaan. Ketaatan yang dilakukan malaikat tidak berarti apa-apa, sebab hal itu
sudah menjadi sifatnya, dan mereka tidak mampu untuk melakukan hal-hal yang
sebaliknya.
Jenis kedua adalah binatang, yang murni
hanya memiliki nafsu dan tidak memiliki intelek sama sekali. Mereka juga berada di
bawah auran tanpa moral seperti seorang lelaki malang, yang merupakan
gabungan antara intelek dan nafsu. Sebagian dirinya adalah malaikat dan
sebagiannya binatang. Sebagian naga dan sebagian ikan. Keikanannya meranik dia
ke dalam air dan kenagaannya menariknya ke daratan. Mereka terus menerus
tarik-menarik. “Orang yagn inteleknya melampaui nafsunya, dia mencapai derajat
yang lebih tinggi dari malaikat; dan orang yang nafsunya mengalahkan
inteleknya, dia akan terjatuh pada derajat yang lebih rendah dari binatang.”
Malaikat bebas
karena pengetahuannya,
Binatang bebas
karena kebodohannya,
Di antara
keduanya, manusia yang tetap berjuang.
Lalu ada sejumlah manusia mengikuti intelek hingga mereka
seluruhnya mirip malaikat dan memiliki cahaya sejati. Mereka ini nabi dan orang
suci yang terbebas dari ketakutan dan
pengharapan, orang yang tidak merasa takut dan tidak akan bersedih hati (QS.
10:62). Ada lagi jenis yang lain, jenis ketiga, yakni orang yang inteleknya
telah demikian dikuasai nafsu hingga mereka benar-benar bagaikan binatang. Dan
sekelompok lainnya masih tetap berjuang. Mereka adalah sekelompok orang yang
mengalami penderitaan dan kemarahan tertentu dalam dirinya dan merasa tidak
puas dengan hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan. Orang
suci berdiri menanti untuk membawa mereka menuju derajat yang lebih tinggi
hingga sampai pada derajat orang suci. Iblis juga selalu menunggu untuk menarik
mereka ke jurang kehancuran yang paling dalam.
Kami ingin
mreeka, juga yang lainnya.
Siapa yang ingin
menang? Siapa yang lebih mereka inginkan?
Ketika pertolongan Tuhan pasti datang, dan kemenangan
....... (QS. 110 : 1). Penafsir eksoterik telah menafsirkan pernyataan ini
untuk mengartikan bahwa ambisi nabi adalah menciptakan Dunia Muslim dan membawa
seluruh manusia pada jalan Tuhan. Ketika tahu kematiannya telah dekat, dia
bersabda, “Ta Tuhan, Aku belum hidup cukup lebih lama untuk menyeru manusia.”
Janga berputus asa.” Jawab Tuhan, “Karena beberapa saat lagi begitu engkau
meninggal, Aku akan membuat negeri dan kota, yang engkau taklukkan dengan
pasukan dan pedang, menjadi kaum yang taat dan beriman. Dan tanda itu telah
pasti : pada akhir sisa waktumu engkau akan melihat orang berduyun-duyun datang
menjadi Muslim. Ketika engkau lihat itu, ketahuilah bahwa saatmu untuk berpisah
telah datang. Sekarang memujilah dan meminta pengampunan, karena engkau akan
melewati tahap itu.”
Ahli-ahli mistik, pada sisi lain, berkata bahwa maknanya
adalah sebagai berikut. Manusia membayangkan bahwa dia mampu untuk membersihkan
diri dari ciri khas dasarnya dengan perbuatan dan usaha keras. Ketika dia
aberusaha keras dengan mengeluarkan lebih banyak energi, mereka mendapatkan
kekecewaan. Tuhan berfirman kepadanya, “Engkau pikir hal itu akan tercapai
dengan energi, perbuatan, dan amalmu sendiri. Itu tentu saja sebuah berkah yang
telah Aku tetapkan. Apa-apa yang telah engkau miliki mesti dibelanjakan atas
nama Kami. Hanya dengan cara itu rahmat Kami akan datang. Kami berkata kepada
kalian, “Lakoni jalan tanpa akhir ini dengan kaki lemahmu.” Kami tahu bahwa
dengan kaki lemahmu kalian tidak akan pernah menyelesaikan jalan ini pada
ratusan ribu tahun engkau tidak akan pernah menyelesaikan bahkan satu jenjang
jalan ini.” Hanya ketika engkau berupaya dan datang ke jalan lalu akhirnya
jatuh, tidak mempu pergi selangkah pun lagi, maka kemudian engkau akan diangkat
karena kebaikan Tuhan.
Seorang anak kecil diambil dan dibawa ketika sedang
dirawat. Namun. Ketika tumbuh dewasa dia dibiarkan pergi atas
kemauannyasendiri. Maka sekarang, ketika engkau tidak lagi memiliki kekuatan
yang tersisa, engkau akan dibawa oleh kebaikan Tuhan. Ketika memiliki kekuatan
dan mampu menghabiskan energimu, dari waktu ke waktu pada keadaan antara tidur
dan jaga, Kami membekalkan kalian rahmat
rahmat untuk memperoleh kekuatan di dalam pencarian dan menyemangatimu.
Sekarang, ketika engkau tidak lagi memiliki kekuatan untuk melanjutkan
perjalanan, carilah pada rahmat dan cinta Kami dan lihatlah betapa rahmat
mengelilingimu. Sekarang pujilah Tuhanmu, dan mintalah ampunan kepada Dia (QS.
110 : 3). Carilah ampunan untuk pikiranmu dan sadarilah bahwa engkau sekedar
membayangkan semua ini dapat muncul dari prakarsamu sendiri. Engkau tidak
melihat itu semua datang dari Kami. Sekarang engkau telah melihat semua itu
berasal dari Kami, carilah ampunan. Dia cenderung untuk memafkan (QS. 110 : 3).
ooOOoo
Kami tidak mencintai pangeran karena kemampuan
administrasi, kecendekian, atau perbuatannya. Orang lain juga mungkin mencintai
dia karena hal-hal itu, tetapi mereka tidak melihat “wajah” dia; mereka hanya
melihat “punggung” dia. Dia bagaikan cermin, dan sifat-sifatnya bagaikan
mutiara berharga dan emas bersepuh pada punggung cermin. Mereka yang mencintai
emas dan mencintai mutiara melihat pada punggung cermin. Mereka yang mencintai
cermin, meski demikian, tidak melihat pada mutiara atau pun emas; mereka selalu
melihat pada cermin itu sendiri. Mereka mencintai cermin karena itu adalah
cermin, karena “kecerminannya”. Karena mampu melihat keindahan di dalam cermin,
mereka tidak pernah merasa lelah untuk menatapnya.
Pada sisi lain, siapa pun yang memiliki wajah buruk atau
rusak, lalu dia melihat pada cermin dan mendapatkan wajahnya buruk, dia akan
cepat-cepat berpaling dari cermin dan melihat permata. Sekarang, apabila
mereka membuat ribuan rancangan pada
punggung cermin dan menghias punggung cermin itu dengan permata, apakah hal itu
akan menurunkan keutamaan bagian depan cermin? Tuhan mencampurkan aspek
kebinatangan dan kemanusiaan sedemikian rupa hingga keduanya jelas. “Dengan
melihat kebalikannya lah, segala sesuatu akan mengejawantah dengan jelas”,
yakni segala sesuatu dapat diidentifikasi melalui lawannya. Meski demikian,
Tuhan tidak memiliki lawan. Tuhan berfirman, “Aku adalah harta tersembunyi dan
Aku ingin didketahui,” Dia berfirman dan kemudian terciptalah dunia ini, yang
pada awalnya gelap, agar cahaya Dia terlihat nyata. Sama halnya Dia menciptakan
Nabi dan orang suci, dan berfirman, “Muncullah dengan sifat-Ku kepada
ummat-Ku.” Mereka adalah pusat cahaya Tuhan yang berfungsi untuk membedakan
seorang sahabat dari musuh atau orang asing. Tapi tidak ada lawan untuk suatu
hakikat. Lawan hanya ada pada bentuk, seperti Adam yang dipertentangkan dengan
iblis; Musa dengan Fir’aun; Ibrahim dengan Namrud; Nabi Muhammad dengan Abu
Jahal, dan seterusnya. Dan Tuhan mengejawantah melalui orang suci, meskipun
dari sisi hakikat Dia tidak memiliki lawan. Semakin permusuhan dan pertentangan
tumbuh, semakin mereka berhasil dan memperoleh kemasyhuran. Mereka mencari
untuk membedakan cahaya Tuhan dengan mulut mereka, tetapi Tuhan akan
menyempurnakana cahaya-Nya meskipun orang kafir menentangnya (QS. 61 : 8).
Rembulan
memancarkan cahayanya dan anjing menyalak.
Apakah salah
rembulan jika anjing dicipta demikian?
Tiang-tiang
surgawi disinari rembulan.
Siapakah anjing
itu, berada di antara pepohonan berduri di dunia?
ooOOoo
Banyak sekali orang yang disiksa Tuhan dengan berbagai
anugerah, harta benda, emas, martabat, bahkan meski pun jiwanya telah bebas
dari hal-hal itu.
Seorang lelaki miskin yang melihat seorang pangeran di
kerajaan orang Arab dan mendapati cahaya Nabi dan orang suci pada kening
pangeran, berkata, “Terpujilah Dia yang menyiksa budak-Nya dengan berbagai anugerah!”
DELAPAN BELAS
BANYAK PEMBACA AL-QUR’AN,
NAMUN DIKUTUK AL-QUR’AN
Ibn Muqri membaca Al-Qur’an
dengan bacaan yang benar. Dia mambaca bentuk Al-Qur’an dengan benar, tetapi dia
tidak mendapatkan petunjuk maknanya. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa
ketika dia sampai pada makna, dia menolaknya. Dia membaca tanpa pengetahuan.
Dia “buta”. Dia seperti manusia yang memegang musang dengan tangannya. Apabila
ditawari yang lebih baik, dia akan menolaknya. Kita kemudian sadar, dia tidak
tahu apa-apa tentang musang. Ketika seseorang mengatakan kepadanya bahwa apa
yagn dia miliki adalah musang, dia memegang binatang itu. Atau seperti seorang
anak yang bermain dengan buah kenari : apabila ditawari kenari minyak atau
kenari ini, mereka akan menolaknya. Karena bagi mereka kenari adalah sesuatu
yang berputar dan membuat suara bising, dan dia akan menolak benda lain yang
tidak berputar dan membuat suara bising.
Gudang harta karun Tuhan
sangat luas dan tak terbatas, begitu pula pengetahuan Tuhan. Apabila seorang manusia
membaca satu Al-Qur’an dengan pengetahuannya, kenapa mesti menolak Al-Qur’an
yang lainnya?
Suatu saat aku pernah berkata
kepada seorang pembaca Al-Qur’an, Tuhan telah berfirman dalam Al-Qur’an,
Katakan, apabila lautan adalah tinta untuk menulis kata-kata Tuhan,
sesungguhnya laut tak akan cukup untuk menuliskan kata-kata Tuhan (QS. 18 :
109). Sekarang dengan lima puluh dram (1/8 ons) tinta orang mungkin mampu untuk
menuliskan seluruh isi Al-Qur’an. Al-Qur’an hanyalah sekedar perlambang dari pengetahuan
Tuhan; Al-Qur’an bukan keseluruhan pengetahuan-Nya. Apabila tukang obat
meletakkan seujumput obat pada selembar kertas, akankah engkau demikian bodoh
mengatakan seluuh dari toko obat berada di kertas itu? Pada jaman Musa, Isa,
dan lainnya, Al-Qur’an telah hadir. Yakni Firman Tuhan telah hadir, tentu saja
tidak dalam bahasa Arab. “Aku berharap bahwa orang-orang yang gmembaca
Al-Qur’an akan memahaminya. Tetapi ketika aku sadar bahwa hal itu tidak
berdampak apa-apa, aku meninggalkannya.”
ooOOoo
Diriwiyatkan bahwa sewaktu
Nabi Hidup, sahabt yang hapal sebuah Juz atau setengah Juz Al-Qur’an dianggap
luar biasa dan menjadi sasaran kekaguman. Hal ini terjadi karena mereka
“menelan” Al-Qur’an. Sekarang siapa pun yang mampu menean satu atau dua pon
roti dapat dikatakan luar biasa, tetapi orang yang sekedar meletakkan roti di
dalam mulutnya, lalu menyemburkannya tanpa mengunyah, dia mampu “menelan”
ribuan ton roti. Hal ini sesuai dengan sebuah ungkapan yang berbunyi , “Banyak
pembaca Al-Qur’an, namun dikutuk Al-Qur’an.” Orang seperti itu adalah orang
yang tidak sadar tentang makna sejati Al-Qur’an. Memang demikian. Tuhan menutup
sejumlah mata orang dengan ketidakpeduliannya agar mereka membuat dunia tumbuh subur. Apabila tidak ada manusia
yang tidak memperdulikan adanya “dunia selanjutnya”, maka “dunia sini” tidak
akan didbangun. Ketidak perdulian seperti itu mewujudkan keduniawian. Anak
kecil tumbuh di dalam ketidakpedulian; ketika pikirannya dewasa, dia tidak akan
tumbuh sama sekali. Sebab, pemicu pertumbuhannya adalah rasa ketidakpedulian,
sedangkan yang bisa menghambat pertumbuhan adalah kesadaran.
Apa yang kami ungkapkan di
sini tidak melampaui dua hal. Kami
mengungkapkan ini tanpa cemburu atau rasa kasihan. Tuhan melarang mengungkapkan
dengan rasa cemburu karena ia akan dihancurkan oleh rasa cemburu itu sendiri
hingga dia tak bisa lagi dicemburui. Dan apakah dua ahal itu? Pada satu sisi
ada rasa kasihan dan pada sisi yang lain ada campur tangan. Aku akan
mengungkapkan konsep tersebut pada sahabat-sahabat yang aku cintai.
Kisah di bawah ini
menceritakan seorang lelaki yang berkelana di gurun pasir untuk melakukan
ibadah haji. Di tengah perjalanan ziarahnya, dia dilanda rasa haus yang sangat sampai dia melihat tenda yang
compang camping dari kejauhan. Dia pergi ke tenda itu. Di sana dia melihat
seorang perempuan, dn berkata setengah menjerit, “Aku dapat menerima kebaikan!
Dan hanya itu yang aku perlukan!” Dia berkata demikian sambil turun dari
tunggangannya. Lalu dia meminta air. Tetapi air yang dia berikan kepadanya
lebih panas dari api dan lebih asin dari garam. Air yang diberikan itu membakar
kerongkongannya begitu diminum. Dengan menafikan rasa kasihannya, sang
pengembara menasehati perempuan itu, “Aku merasa berhutang budi padamu atas
kenyamanan yang engkau berikan, dan rasa kasihanku tergerak untuk
menaseehatimu. Perhatikan dan ingatlah apa-apa yang aku ucapkan sekarang. Dekat
dari sini ada Kota Baghdad, Kufah, dan Wasit. Pergilah ke sana! Dan jika engkau
telah sampai di suatu selat yang mengerikan, berjalanlah lagi sedikit. Engkau
akan menemukan tempat yang memiliki banyak air manis dan dingin.” Dan dia juga
membuatkan daftar bagi perempuan itu berbagai makanan, tempat mandi, kemewahan,
dan kesenangan di kota itu.
Sesaat kemudian suaminya,
seorang Badui datang. Dia membawa beberapa ekor tikus gurun buruannya. Dia
menyuruh perempuan itu untuk memasak tikus-tikus itu. Mereka memberikan
beberapa ekor pada si tamu, yang karena kebutuhannya, tidak mampu menolak.
Tak lama kemudian ketika
malam, dan sang tamu sedang tidur di luar tenda, perempuan itu berkata kepada
suaminya, “Engkau belum pernah mendengar keindahan cerita yang telah
diceritakan lelaki itu.” Lalu dia menceritakan kepada suaminya kisah yang telah
diceritakan kepadanya.
“Jangan mendengar hal-hal
semacam itu,” kata lelaki Badui. “Ada begitu banyak manusia yang iri di dunia
ini. Orang-orang seperti itu selalu merasa ini ketika melihat orang lain menikmati
kemudahan dan kenyamanan, dan ingin mencabut kenikmatan dari mereka.”
Kebanyakan manusia selalu seperti itu. Ketika orang lain menasehatinya karena
kasihan, mereka akan merasa cemburu.
Dan pada sisi lain, jika
seseorang telah memiliki “dasar” pada akhirnya orang akan kembali pada
“hakikat”. Karena pada Hari Alast (perjanjian primodial) laki-laki seperti itu
telah didperciki setets air, dan pada akhirnya tetesan air itu akan
menyelamatkannya dari kebingungan dan kesengsaraan.
Datanglah sekarang di sini. Berapa lama engkau akan tetap terasing dari
kami di dala kebingungan dan kemurungan? Sedangkan di sisi lain, ada seseorang
yang menasehati orang lain dengan apa-apa yang belum pernah dia mendengar, baik
dari dirinya sendiri mau pun dari gurunya.
Tak ada keagungan di antara
nenek-moyangnya, di sana.
Dia tidak bisa menghindar dari petunjuk
yang agung.
Memang tidak menyenangkan
untuk kembali pada hakikat sesuatu hal. Tapi akan lebih indah jika engkau terus
menelusurinya. Namun kenyataannya, ketika engkau menyerap bentuk keindahan yang
muncul lebih dahulu, dan semakin lama engkau berdiam dengannya, engkau menjadi
semakin kecewa. Apakah arti dari bentuk
Al-Qur’an dibandingkan dengan hakikatnya? Tengoklah ke dalam diri
manusia untuk melihat apakah bentuk dan hakikatnya. Apabila hakiakt dan bentuk
manusia telah hilang, dia tidak akan dibiarkan tinggal di rumah walau pun
sesaat.
Maulana Syamsuddin pernah
berkata tentang sebuah kafilah besar yang sedang bergerak menuju tempat
tertentu. Kafilah itu tidak bisa menemukan tempat untuk berisitirahat atau air
untuk mereka minum. Tiba-tiba mereka sampai di sebuah sumur. Tapi di sumur itu
tak ada alat tersedia untuk mengambil air. Lalu mereka amembawa ember dan tali
dan menjatuhkan ember itu ke dalam
sumur. Ketika mereka mulai untuk menariknya, tali itu putus juga. Kemudian
mereka mengikat beberapa anggota kafilah dan menurunkan mereka ke dalam sumur,
tetapi mereka pun tidak kembali pula. Seorang manusia pintar di antara mereka
mengatakan, “Aku akan turun ke dalam sumur itu.” Maka mereka menurunkannya.
Ketika dia nyaris mencapai dasar, sebuah wujud hitam mengerikan muncul. “Aku
tidak akan mempu melepaskan diri dari benda ini.” Kata lelaki itu. “Maka
biarkan aku berpikir agar tidak menjadi hancur hingga mampu melihat apa yang
akan terjadi kepadaku.”
“Tidak ada gunanya membuat
keributan,” wujud hitam itu ebrkata, “Engkau adalah tawananku dan tidak akan
pernah lolos kecuali engkau mejjawab pertanyaanku dengan jawaban yang benar.”
“Apa pertanyaanmu?”
“Apakah yang disebut tempa
terbaik itu?” wujud itu bertanya.
Orang cerdas itu berpikir,
“Aku tidak bisa tertolong dari keadaan ini. Jika menjawab Bagdad atau tempt
yang glain, tentu akan menghina tempatnya. Maka dia menjawab, “Tempat terbaik
adalah ketika seseorang berada di rumah. Apabila dia berada di kedalaman bumi,
itulah tempat terbaik baginya. Dan apabila dia berada di lubang tikus, itulah
tempat terbaik.”
“Jawaban yang bagus!” kata
wujud itu. “Engkau ibebaskan. Engkau manusi sejati. Aku tidak hanya membebaskan
engkau, tetapi semua kawanmu yang lain karena kepintaranmu. Maka aku tidak akan
menumpahkan darah lagi. Karena kecintaanku kepadamu aku menganugerahkan
kepadamu kehidupan seluruh manusia di dunia.” Dan dia memberikan semua air yang
mereka butuhkan kepada kafilah.
Semua hal itu menceritakan
tentang makna hakikat. Orang dapat mengungkapkan makna hakikat yang sama dengan bentuk lain,
atau dengan cara lain. Tetapi mereka yang taat
pada aturan hanya dapat mencapai melalui caranya sendiri. Sangat sukar untuk
berbicara kepada mereka. Apabila engkau berkata hal serupa dengan cara yang
berbeda, mereka tidak akan mau mendengarnya.
SEMBILAN BELAS
CARILAH INTI CAHAYA DAN BUKAN
BIASNYA
Wacana di bawah ini berkenaan
dengan cerita bahwa sejumlah orang pernah berkata kepada Tajuddin Quba’i,
“Orang-orang terpelajar ini telah muncul di tengah-tengah kita dan menyebabkan
umat kehilangan keimanan mereka dalam agama.”
“Tidak” jawab dia, mereka
tidak datang di tengah-tengah kita dan membuat kita tidak lagi beriman. Mereka
mampu melakukannya hanya jika – demi Tuhan! – Mereka berasal dari tengah-tengah
kami.” Sebagai contoh, apabila engkau melilitkan kerah emas pada anjing, dan
tidak lantas dapat dikatakan anjing pemburu hanya karena kerahnya. Kemampuan
berburu adalah bakat sejati pada diri aning. Tidak peduli apakah kerahnya emas
atau wol. Manusia tidak menjadi seorang yang terpelajar karena keindahan
turbannya atau manatelnya. Kecendekian adalah kebaikan yang berasal dari
hakikat dalam diri seseorang. Semua itu tidak membuat perbedaan apakah kebaikan
itu dibalut oleh mantel atau di bawah jubah. Pada jaman Nabi Muhammadterdapat
sejumlah orang yang berkomplot untuk merencanakan suatu rekayasa pada agama.
Mereka merencanakan untuk meruntuhkan iman seseorang dengan cara hanya meniru
ibadah. Kemudian mereka memakai pakaian shalat karena mereka tak akan berhasil
di dalam rencananya jika mereka tidak keluar dari keyakinannya dan menjadi
Muslim.
Apabila ada seorang Eropa atau
Yahudi meragukan keimanan, siapa yang akan mendengarkannya? Celaka orang-orang
yang Shalat, dan yang lalai dalam shalatnya. Merekalah orang-orang yang
munafik, yang menolak untuk menolong orang yang membutuhkan (QS. 107. : 4-57).
Ayat itu merangkum semuanya. Engkau memiliki cahaya, tetapi engkau tidak
memiliki kemanusiaan. Carilah kemanusiaan, karena itulah tujuannya. Selebihnya
hanyalah ocehan yang tak kunjung habis. Ketika pembicaraan sudah terlampau
jauh, tujuan yang hendak dicapai mudah untuk dilupakan.
Seorang tukan sayur yang
pernah emncintai seorang perempuan mengirim pesan kepada pelayan perempuan itu
dan berkata, “Aku begitu, aku begini. Aku sedang jatuh cinta; aku terbakar; aku
tidak memiliki kedamaian; aku tersiksa; Kemarin aku pun demikian, malam-malam
menggelisahkanku.” Dan kemudian dia pergi dengan penuh rasa bangga. Ketika
pelayan datang kepda majikannya dia berkata, “Tukang sayur mengirimkan salam
dan berkata bahwa dia ingin melakukan sesuatu untukku dan denganmu.”
“Begitu terus terang?” tanya
perempuan itu.
“Sebenarnya, “Jawab si
pelayan,” dia bercerita panjang lebar, tetapi itulah inti ceritanya.”
Itulah pokok yang terpenting.
Selebihnya, sekedar membuat kalian sakit kepala.
DUA PULUH
IMAN ADALAH LAYAR PADA PERAHU
DIRI MANUSIA
Siang dan malam kalian berjuang memperbaiki sifat
perempuan dan memurnikan kekotorannya. Akan
lebih baik memurnikan dan memperbaiki dirimu sendiri melalui dia daripada
memurnikan dia melalui kalian. Pergilah kepadanya dan dan menyerahlah
pada apa pun yang dia katakan, meskipun tampak absurd. Bahkan apabila
semangatmu adalah suatu kebajikan, abaikan itu karena sifat baik ini
memungkinkan keburukan memasukimu. Untuk alasan inilah Nabi Muhammad bersabda,
“Tidak ada (konsep) kependataan dalam
Islam!” Seorang pendeta memencilkan diri
dalam kesunyian di pegunungan, menjauhkan diri dari perempuan dan mengabaikan
dunia. Tuhan menunjukkan kepada Muhammad sebuah cara yang sederhana untuk
memperbaiki dirinya, yaitu menikahi perempuan, menahan kesewenang-wenangan,
mendengarkan keabsurdan, dan membiarkan mereka menungganginya. Engkau memiliki
watak yang terhormat (QS. 68 : 4). Menderita dan menahan kesewenang-wenangan
dari orang lain akan membersihkan kekotoran diri sendiri. Sifat kalian akan
menjadi baik dengan bersi\kap sabar, dan akan menjadi buruk melalui penguasaan
dan penyerangan terhadap orang lain. Ketika menyadari hal tersebut, murnikanlah
dirimu. Anggaplah mereka sebagai pakaian atau
sebagai media yang dengan itu kaliam mampu membersihkan dan memurnikan
diri. Apabila tidak mampu menaklukkan jiwa badaniah, maka pikirkan dengan nalar
dan pertimbanganmu, lalu katakan, “Biarkan aku berpikir bahwa kita belum
menikah. Dia adalah perempuan yang penuh kenikmatan. Dia pelacur. Kepadanya aku
pergi ketika syahwat menguasai diriku.” Dengan cara inilah engkau akan
menghindarkan diri dari kebanggan, iri hati, dan kecemburuan kalian.
Pada akhirnya engkau tidak akan lagi membutuhkan
pertimbangan rasional. Dang engkau tidak hanya akan mendapatkan kesenangan
dalam perjuangan, tetapi juga akan mendapatkan pengalaman spiritual melalui
ke-basurd-an mereka. Setelah itu, ketika engkau telah mendpatkan keuntungan
tersebut, engkau akan menjadi pengikut kesabaran, meskipun tanpa pertimbangan
nalar.
Ada sebuah cerita tentang kembalinya Nabi Muhammad dengan
sahabat dari sebuah ekspedisi. Nabi bersabda, “Pukullah genderang dengan keras!
Nanti malam kita akan berisitrahat di gerbang kota dan masuk keesokan harinya.”
“Wahai Rasulullah,” mereka meminta, “Apa baiknya kita
melakukan itu?”
“Karena apabila engkau menemukan istrimu dengan lelaki
lain, kalian akan terluka. Dan hasutan akan muncul dari sana.” Rasul menjawab.
Meski demikian, salah satu sahabat tidak mengindahkan perkataan Rasul, lalu
memasuki kota dan menemukan istrinya dengan lelaki lain.
Rasul mengajarkan bahwa seseorang mesti
menahan luka dengan kenghindari kecemburuan dan fitnah. Seseorang juga harus
menahan luka dari perlakukan seseorang terhadap perempuan – sepanjang dengan
ratusan ribu penderitaan yang tidak diceritakan – agar ummat Muhammad muncul di
permukaan. Isa berjuang dengan cara menahan diri dalam kesunyian dan tidak
menurutkan godaan seseorang; Cara Nabi Muhammad adalah menahan
kesewenang-wenangan dan kesedihan yang disebabkan lelaki atau perempuan. Apabila kalian tidak mampu melakukan cara yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka ambillah cara Isa, sehingga kalian tidak
tercerabut dari kedua cara itu. Dengan memiliki kedamaian batin, engkau dapat
menahan seribu tuduhan dan fitnahan karena kalian bisa melihat dengan baik dan
mempercayai diam-diam apa-apa yang dibicarakan oleh orang-orang di sekitarmu. “Sejak
hal-hal seperti itu ada,” kalian berkata kepada diri kalian sendiri, “biarkan aku bersabar sampai datang padaku buah dari
apa-apa yang mereka katakan.”
Apabila kalian telah berhasil menempatkan hati kalian pada mereka,
engkau akan bisa melihat mereka. Kalian akan bilang, “Karena lukalah aku
bertahan,” dan, “Aku mendapatkan harta, walau pun aku tidak memilikinya saat
ini.” Dan engkau akan menemukan harta itu Engkau akan menemukan bahwa lebih
banyak daripada yang engkau harapkan atau engkau angankan.
Apabila kata-kata itu tidak berpengaruh saat ini, suatu
ketika, ketika engkau telah tumbuh lebih dewasa, kata-kata itu akan memiliki
pengaruh yang luar biasa.
Apakah perempuan itu? Tidak peduli apa pun yang kalian
katakan, perempuan adalah perempuan. Dia tidak akan berubah dan tak akan
mengubah dirinya. Kata-kata tidak hanya tidak berpengaruh pada perempuan,
bahkan mungkin akan membuat dirinya menjadi lebih buruk. Ambilah, sebagi
contoh, setangkup roti dan letakkan di bawah lenganmu. Jangan biarkan orang
lain memilikinya sedikit pun. Lalu katakan, “Walau bagaimana pun, aku tidak
akan memberikan roti ini sedikit pun kepada orang lain! Bahkan, tidak hanya aku
tak akan memberikannya, aku tak hendak memperhatikan pada siapa pun!” Walau pun
apa yang engkau pegang adalah roti, yang bahkan anjing pun tidak akan mau memakannya karena roti
demikian melimpah ruah dan murah, segera kalian akan menyembunyikannya. Lalu
sesetiap orang menginginkan roti itu dan datang memohon ingin melihat setangkup
roti yang engkau sembunyikan. Apalagi jika engkau menyimpan setangkup roti yang
sama untuk satu tahun dan bertahan tidak memberikan atau memperlihatkannya pada
orang-orang, hasrat mereka untuk melihat dan memiliki rotimu akan bertambah
besar, karena “manusia selalu lapar terhadap apa-apa yang dia ingkari.” Semakin
engkau berkta kepada aperempuan untuk menjaga agar dirinya ditutup, semakin
gatal dia memperlihatkan diriny a dan semakin orang lain berhasrat melihat dia.
Lalu engkau duduk terdiam, mempertimbangkan hasrat dan kedua pihak dan berpikir
bahwa engkau telah melakukan sesuatu yang benar. Tapi sebenarnya apa yang
kalian lakukan adalah hakikat kecurangan. Apabila perempuan itu memiliki
potensi naluri untuk menolak kejahatan, maka apakah engkau melarang atau tidak
melarangnya untuk berbuat jahat, perempuan akan tetap berperilaku sesuai dengan
potensi nalurinya. Untuk menghadapi perkara semacam ini sebaiknya engkau
beristirahat dan tidak mrepotkan dirimu sendiri. Sebaliknya, jika dia ingin
berlaku menurut kehendak dan potensinya, maka pelarangan
tak akan menghasilkan apa pun. Melarangnya hanya akan menaikan hasratnya.
ooOOoo
Orang-orang berkata, “Kami telah melihat Syamsuddin
Tabriz. Wahai guru, kami telah melihat dia.” Kalian sekelompok orang bodoh,
betulkah kalian melihat dia? Seseorang yang tidak mampu melihat unta di atas
atap mengatakan kepadamu bahwa dia bisa menemukan mata jarum dan menisikkannya!
Sungguh itu cerita bagus yang mereka katakan tentang seorang lelaki yang
berkata, “Adda dua hal yang membuat tertawa : Lelaki
berkulit hitam mengecat kukunya dengan warna hitam dan lelaki buta yang
menjulurkan kepalanya dari jendela.” Orang-orang ini memang seperti itu.
Kebutaan dalam dirinya membuat mereka menjulurkan kepalanya dari jendela tubuh
mereka. Mereka pikir apa yang akan mereka lihat? Apakah arti dari persetujuan
dan penolakan mereka? Begitu juga orang-orang yang bernalar, sama saja. Mereka,
sebagaimana yang lainnya, tidak dapat melihat apa-apa untuk mereka setujui atau
mereka tolak. Tidak peduli apa yang mereka katakan. Mereka hanya berkata omong
kosong. Seseorang semestinya pertama kali
memperoleh pandangan, beru kemudian melihat. Bahkan ketika seseorang telah
memperoleh padangan, bagaimana mungkin orang mampu melihat sesuatu yang tidak
dimaksdukan untuk bisa dilihat?
Di dunia ini terdapat begitu banyak orang suci dengan
pandangan yang telah mencapai penyatuan. Tetapi ada juga orang suci lain yang
telah melampaui mereka. Mereka dinamakan dengan Yang Terhijab Tuhan. Orang-orang suci kelompok pertama menangis merendahkan
diri, “Ya Tuhan, tunjukkan kepada kami satu dari Yang Terhijab Milik-Mu!”
tetapi hingga mereka benar-benar menginginkannya, hingga mereka bisa terlihat,
tidak peduli betapapun orang-orang suci itu memiliki “pandangan”, mereka tidak
akan mampu melihat Yang Terhijab. Gadis-gadis penjaga kedai yang juga sebagai
pelacur kerap kali tidak bisa dilihat oleh siapa pun hingga mereka dibutuhkan.
Bagaimana mungkin kemudian ada seseorang yang mampu melihat atau mengenali Yang
Terhijab dari Tuhan tanpa kehendak mereka? Itu bukan tugas yang mudah.
Malaikat berkata, “Kami memanjatkan pujian kepada-Mu, dan
bertasbih kepada-Mu (QS.2:30). Kami adalah cinta murni, ruh dan cahaya sejati. Manusia-manusia itu adalah sekumpulan pemburu rakus yang selalu
menumpahkan darah.” Ini dikatakan agar manusia bergetar di hadapan
Malaikat yang tidak memiliki kemakmuran, kedudukan, atau pun hijab, yang
merupakan cahaya sejati, dan yang makanannya adalah keindahan Tuhan, cinta
sejati, serta pandangan yang luas dan tajam. Mereka berperilaku di antara
wilayah negatif dan positif. Di depan mereka manusia mesti tergetar dan berkata
: “Sengsaralah aku! Apakah aku ini? Apa yang mesti aku ketahui?” Dan ketika
cahaya menyinarinya dan kerinduan berkembang dalam dirinya, dia mesti akan
menghaturkan ribuan syukur kepada Tuhan dan bertanya, “Bagaimana mungkin aku
layak untuk ini?”
Saat ini engkau akan menikmati perkataan Syamsuddin
secara lebih penuh bahwa Iman adalah layar pada perahu diri manusia. Layar
dipasang untuk membawa mereka menuju tempat-tempat agung. Apabila tidak ada
layar, kata-kata tidak berarti apa-apa kecuali angin yang berhembus.
ooOOoo
Antara seorang pencinta dan yang tercinta harus memiliki
ketidak formalan yag mutlak dalam hubungannya. Formlitas hanya untuk
orang-orang di luar diri mereka. Dalam keadaan yang bagaimana pun,
ketidakformalan terlarang kecuali untuk cinta.
Aku akan menguraikan dengan panjang lebar dalam
pebicaraanku, tetapi waktunya tidak tepat. Seseorang mesti berjuang sekuat
tenaga dan “menggali banyak sumur” untuk bisa mencapai “kolam hati” Apakah
orang-orang mereka kelelahan, atau pembicara yang merasa bosan dan meminta
maaf, dan pembicaraan yang tidak mampu melepaskan dari kebosanan, mereka tidak
layak sama sekali untuk jadi pembicara?
Pencinta tidak akan mampu memberikan bukti dari keindahan
kekasihnya. Dan tidak seorang pun yang mampu
meyakinkan pencinta dengan segala sesuatu yang bisa membuatnya membenci
kekasihnya. Memang nyata kemudian bahwa
untuk perkara semacam ini, bukti logis tidak berguna. Di dalam peristiwa
ini orang mesti langsung menerjunkan diri dan menjadi pencari hubungan cinta.
Sekarang, bila aku melebih-lebihkan tenetang pencinta di dalam sebaris puisi, (Engkau
yang bentuknya jauh lebih jujur dari seribu hakikat......”), ini tidaklah
berlebihan, karena aku melihat bahwa para pengikut telah menghabiskan hakikat
dirinya sendiri di dalam kesenangan bentuk gurunya. Setiap pengikut selalu
membutuhkan seorang guru ketika dia telah memunculkan konsep-konsep.
Baha’uddin bertanya : “Tidakkah dia mengeluarkan
konsepnya sendiri, bukan untuk bentuk sang guru tetapi untuk konsepnya
sendiri?”
Itu tidak mesti demikian. Sebab jika seperti itu, maka
keduanya akan menjadi guru. Sekarang memang suatu keharusan bagi kalian untuk
berusaha keras mendapatkan pencahayaan batin demi melepaskan diri dan
terlindudng dari api kebingungan. Keadaan duniawiyah seperti jajaran kepangeranan
dan kementerian. Sekejap berkilat seperti petir di dalam diri seseorang yang
telah mencapai pencahayaan batin seperti itu. Sangat mirip dengan keadaan dari
dunia tak terlihat, seperti halnya ketakutan terhadap Tuhan dan merindukan
dunia aorang suci; sekejap berkilat seperti petir dan melintas cepat di dalan
keduniawiahan. “Orang-orang Tuhan” telah sempurna kembali menuju Tuhan dan
menjadi milik-Nya. Mereka syik dengan Tuhan dan tenggelam di dalam-Nya. Hasrat
keduniawiahan ini, bagaikan nafsu birahi lelaki tan berdaya : tampak tetapi
tidak memiliki tumpuan, melintas, dan cepat menghilang. Keduniawian hanyalah
lawan dari keadaan dunia yang akan datang.
DUA PULUH SATU
BUNGA TUMBUH DI MUSIM SEMI,
SEDIKIT DEMI SEDIKIT
Syarif Paisokhta
berkata;
Pembuat Rahmat
suci itu
Yang mempu
melupakan dunia
Dia adalh jiwa
sejti;
Dia jiwa yang
merdeka
Dia meliputi
luasnya pikrianmu
Karena dia
tujuan, dia merkeda..
Kata-kata di atas sangat memalukan. Kata-kata itu bukan
sanjungan untuk raja tidak pula pujian untuk diri sendiri. Wahai manusia
kerdil, kesenangan macam apakah yang diberikan padamu hingga dia mampu berbagi
denganmu? Ini bukan cara sahabat yang berbicara, melainkan cara musuh
berbicara. Sebab, seorang musuh akan berkata, “Aku tidak berkepentingan padamu.
Aku mampu melakukan itu tanpamu.” Perhatikanlah wahai pecinta penuh nafsu,
manusia yang ketika berada pada puncak ekstasi kenikmatan akan berkata bahwa
kekasihnya mengabaikannya. Dia akan pergi penjaga api ruangan pendidih yang
berkata, “Sultan tidak mempedulikan aku yang hanya seorang penjaga api. Dia
mamu melakukannya tanpa bantuan seluruh penjaga api.”. Kesenangan macam apa
yang dimiliki penjaga api celaka itu atas ketidakpedulian sultan kepadanya?
Yang mesti dikatakan penjaga api seharusnya : “Aku berada pada atap tungku
pembakaran ketika sultan lewat. Aku menyalaminya, dan dia menatap lama
kepadaku. Bahkan begitu lewat dia masih memperhatikan aku.” Kata-kata seperti
itu akan memberikan kesenangan kepada penjaga api. Pujian semacam apa yang akan
diberikan raja bahwa dia tidak mempedulikan penjaga api? Kesenangan macam apa
yang diberikan kepada penjaga api?
“Dia meliputi luasnya pikiranmu ......” Wahai manusia
kecil, pada kehendak macam apa pikiranmu akan dilayarkan, tanpa itu pun manusia
mampu untuk berbuat tanpa pikiran dan kesenanganmu? Dan jika engkau mengada-ada
dongeng tentang mereka dari imajinasimu, mereka akan menjadi bosan dan
melarikan diri. Kesenangan macam apa di sana yang dengannya Tuhan menjadi tidak
merdeka? Ayat kecukupan diri diwahyukan untuk para orang kafir. Tuhan melarang
itu untuk orang beriman. Manusia kerdil, kecukupan dirinya adalah bukti nyata.
Apabila engkau memiliki wilayah spiritual sekecil apa pun, maka keberadaan Dia
yang tidak merdeka darimu tentu berada dalam wilayah kekuatan spiritualmu.
ooOOoo
Syeh-i-Mahalla berkata, “Pertma-tama
adalah melihat dan baru kemudian muncul pembicaraan dan pendengaran. Siapa pun
dapat melihat sultan, tetapi hanya sedikit saja yang mampu berbicara
kepadanya.” Ini tidak jujur, memalukan, terbalik, karena Musa bertama-tama
berkata dan mendengar dan hanya kemudian diminta melihat. Kemampuan berbicara
dimiliki Musa, kemampuan memandang dimiliki Muhammad. Lantas bagaimana kata itu
bisa benar?
Ketika ada Syamsuddin Tabriz seseorang berkata, “Tidak
dapat disanggah lagi, aku telah membuktikan keberadaan Tuhan.” Pagi selanjutnya
Maulaa Syansuddin berkata, “Tadi malam malaikat turun dan memberkati lelaki
itu, sambil, “Terpujilah Tuhan, dia telah membuktikan Tuhan kami. Semoga Tuhan
menganugerahkan umur panjang kepadanya. Dia tidak melakukan kerugian apa pun
kepada makhluk hidup.” Ah, manusia kerdil, Tuhan adalah bukti nyata. Keberadaan
diri-Nya tidak butuh bukti logis. Apabila kalian mesti melakukan sesuatu, maka
buktikan bahwa dirimu memiliki sejumlah martabat dan tingkatan dalam
kehadiran-Nya. Kalau tidak, Dia hadir tanpa bukti. Tidak ada sesuatu pun di
sana, yang tidak memuji-Nya (QS. 17:44). Tak ada keraguan lagi tentang hal ini.
ooOOoo
Ahli Fiqih memang pandai dan bisa mendapat nilai sepuluh
kali lipat untuk pernyataan mereka, tetapi di antara mereka dan dunia lain ada
sebuah dinding yang dibangun untuk memelihara alam licet dan nonlicet mereka.
Apabila mereka tidak dibatasi dinding, mereka tidak ingin melakukan apa yang
mereka lakukan, dan akan selalu menunda pekerjaannya. Ini sangat mirip dengan
perkataan guru agung kami bahwa dunia lain itu
bagaikan laut dan dunia ini bagaikan busa. Tuhan ingin agar busa tumbuh
subur, maka dia meletakkan manusia pada punggung laut untuk membuatnya berhasil
baik. Apabila mereka tidak menyibukkan diri denegan pekerjaan ini, orang akan
menghancurkan satu sama lain dan busa akan musnah.
Maka, sebuah tenda dipancangkan untuk raja, oarng
tertentu dipersiapkan untuk memeliharanya. Seseorang berkata, “Apabila saya
tidak membuat tali, bagaimana mungkin tenda mampu berdiri?” Yang lain berkata,
“Apabila aku tidak membuat pancang, pada apa mereka akan mengikatkan tali?” Dan
setiap orang tahu mereka adalah budak raja yang akan memasuki tenda dan
memandang pada kekasihnya. Apabila seorang tukang tenun berhenti menenun dan ingin menjadi wazir,
seluruh dunia akan telanjang. Maka dia kemudian memberikan kenikmatan tertentu
di dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keahliannya. Maka, negara diciptakan
untuk menjaga agar busa tetap terbentuk, dan dunia itu diciptakan untuk
memelihara orang suci. Semoga berkah melimpahi orang-orang, yang untuknya
pemeliharaan dunia diciptakan : Dia tidak diciptakan untuk memelihara dunia.
Setip orang kemudian memberikan kenikmatan dan kebahagiaan yang berbeda-beda
pada kerja Tuhan, bahwa apabila hidup seribu tahun, dia akan segera melakukan
pekerjaannya. Setiap hari rasa cinta terhadap pekerjaannya akan meningkat.
Keahliannya lahir dari mempraktikkan kerajinan, mendapatkan kenikmatan dan
kesenangan dari sana. Tidak ada sesuatu pun di
sana yang tidak memuji-Nya (QS. 17 : 44). Pembuat tali memiliki satu jenis
pujian dan tukang kayu yang membuat sudut tenda memiliki pujian yang lain.
Pembuat pancang memuji Tuhan dengan cara tertentu, dan penjalin kanvas dengan
cara lain. Orang suci yang mendiami tenda dan merenung di dalam kebahagiian
sempurna memuja Dia juga dengan cara yang lain.
ooOOoo
Apabila aku berdiam diri, orang-orang yang datang
kepadaku menjadi bosan. Tetapi sejak apa-apa yang kami katakan cocok dengan
mereka, kami jadi letih. Mereka pergi dan membincangkan hal-hal yang tidak baik
tentang kami dan berkata pada orang-orang bahwa kami telah bosan dengan mereka
dan pergi meninggalkan mereka. Bagaimana mungkin ranting dapat melarikan diri
dari pot? Pot mungkin bisa pergi ketika tidak mampu menahan api. Tetapi ketika
api kemudian pergi, sebetulnya dia tidaklah melarikan diri, tetapi menolak
untuk muncul, karena melihat pot itu lemah. Dengan begitu, akan terlihat seolah
pot-lah yang pergi meninggalkan. Kepergian kita terjadi karena kepergian
mereka. Kami adalah cermin, maka apabila mereka mempunyai hasrat untuk pergi, akan
nampak di permukaan cermin. Kami pergi karena keinginan mereka untuk pergi.
Cermin adalah sesuatu yang di dalamnya seseorang melihat dirinya sendiri.
Apabila mereka berpikir kami bosan, kebosanan itu sungguh-sungguh merupakan
kebosanan mereka. Kebosanan adalah salah satu sifat lemah, dan tidak ada tempat
bagi yang bosan dan lemah.
ooOOoo
Suatu ketika terjadi suatu peristiwa di pemandian di mana
aku amat berlebihan merendahkan diri di hadapan Syeh Salahuddin, dan dia pun
menjadi amat berlebihan merendahkan dirinya kepadaku. Kerendahannya begitu
mencolok, sehingga muncul pikiran pada diriku bahwa aku telah berlebihan dengan
kelembutanku sendiri. Aku pikir aku lebih baik seandainya aku melakukannya
secara bertahap. Kalian mesti menggosok tangan seseorang terlebih dahulu,
kemudian kakinya sedikit demi sedikit sehingga dia menjadi terbiasa, sampai dia
tidak lagi memperlihatkannya. Tentu saja engkau mesti jangan menyusahkannya,
dan kalian mesti membalas kesopanan dengan kesopananmu. Kemudian kalian akan
membiasakan dia dengan kerendahan hati kalian. Hal itu merupakan satu perbuatan
baik di dalam pergaulan dengan seorang sahabat. Seseorang pun harus melakukan
hal yang sama terhadap seorang musuh, yakni sedikit demi sedikit, secara
bertahap. Sebagai contoh, pertama-tama kalian memberi nasihat sedikit demi
sedikit kepada musuhmu di suatu waktu. Apabila dia tidak mendengarkan,
tamparlah. Apabila tidak mau mendengar juga, kalian harus memaksanya. Di dalam
Al-Qur’an dikatakan, “Marahilah mereka dan pisahkan mereka ke dalam ruangan
terpisah, dan hukumlah mereka (QS. 4 : 34). Kemudian pergilah menuju setiap
peristiwa di dunia ini dan lihatlah! Tidakkah kalian lihat betapa ketenangan
dan kebaikan musim semi pada awalnya menyebarkan kehangatan sedikit demi
sedikit dan kemudian meningkat? Lihatlah betapa pepohonan tumbuh meninggi
sedikit demi sedikit pada awalnya, kemudian melepaskan kuncup, lalu menumbuhkan
dedaunan dan bebuahan pada dirinya, kemudian, seperti yang dilakukan para
darwisy dan sufi, menawarkan untuk memberi seluruh yang mereka miliki!.
Apabila manusia tergesa-gesa di dalam kerja di dunia ini
dan dunia selanjutnya, dan membesar-besarkan permulaan, pekerjaan yang
dilakukannya akan menjadi tidak mudah. Hal itu dilakukan para pengikut : Manusia yang normalnya makan satu maund roti mesti
memakan seperdelapan ons kurang setiap hari. Secara bertahap, setelah satu atau
dua tahun, dia akan mengurangi makanan setenegahnya, dan tubuh tidak akan
memperhatikan pengurangan itu. Perilaku ibadah, pengasingan diri, ketaatan pada
hukum ilahi dan ibadah shalat memang seperti ini, Manusia yang ingin
beribadah dengan seluruh hatinya dan memasuki Jalan Tuhan mesti pertama-tama
melihat kelima shalat yang telah diuraikan. Di kemudian hari dia mampu
meningkatkan jumlahnya secara tidak terbatas.
DUA PULUH DUA
AIR KEHIDUPAN BERADA DI TANAH
KEGELAPAN
. Menjadi satu masalah yang
mendasar bagi Ibn Chawusy, bahwa dia mesti menjaga diri dari mempergunjingkan
Syeh Salahuddin. Itu harus dilakukan untuk kebaikannya sendiri mau pun agar
kegelapan yang menyelubunginya akan tersingkapkan. Kenapa Ibn Chawusy berpikir
rbahwa begitu banyak orang yang meninggalkan rumah, ayah, ibu, keluarga,
kerabat, serta suku bangsanya dan mengenakan sepatu besi mereka lalu berkelana
dari Hindus ke Sindus berharap untuk bisa menemukan manusia yang memiliki aroma
dari dunia lain? Betapa banyak manusia telah mati menyesal karena mereka tidak
berhasil menemui kenikmatan dengan orang seperti itu? Di dalam rumahmu sendiri
engkau berhadapan dengan orang seperti itu dan membalikkan punggung kepadanya.
Perbuatannya tidak hanya sebuah kemalangan besar, melainkan juga merupakan
perbuatan yang sia-sia.
Ibn Chawusy pernah berkata
kepadaku : “Syeh dari Syeh-Syehnya Salahuddin adalah orang agung. Keagungannya
tampak jelas dari air mukanya, setidaknya sejak pertama kali aku melayanimu,
aku tidak pernah mendengar dia menyebutkan namamu tanpa memanggil engaku ‘guru
dan tuan kami,’ dan tidak sekali pun dia pernah mengubah cara ungkap seperti
ini,” Itu bukan contoh pengurangan kesenangan diri. Ibn Chawusy telah demikian
buta hingga sekarang dia mengatakan bahwa Syeh Salahuddin bukan apa-apa? Kejatan
apa yang telah dilakukan Syeh Salahuddin selain melihat dia jatuh ke dalam
lobang dan mengatakan kepadanya agar tidak jatuh? Dan ini dia katakan karena
dia merasa kasihan kepada Ibn Chawusy karena berbeda dengan seluruh manusia.
Tetapi dia membenci rasa kasihan itu.
Apabila kalian melakukan
sesuatu yang tidak mengenakkan pada Salahuddin engkau akan menemukan dirimu
menjadi sasaran ktukannya. Dan bagaimana engkau membersihkan diri dari
kutukannya? Setiap saat engkau akan tertutup dan terperangkap asap neraka. Dia
akan menasihatimu dan mengatakan, “Jangan berdiam diri dari kutukanku, tetapi
menyingkirlah dari kekekalan kutukanku ke dalam kekekalan rahmat dan kasihku. Ketika
engkau melakukan sesuatu yang menyenangkan aku, engkau akan memasuki keabadian
kasih dan rahmatku, dan dari sana maka hatimu akan terberihkan dan bercahaya.
“Dia menasihatimu demi kebaikan dirimu sendiri, tetapi engkau menganggap rasa
kasihan dan nasihat itu sebagai
kesenangan – diri yang mau menang sendiri. Kenapa manusia meti melakukan hal
itu, apakah dia memiliki maksud tersembunyi atau menyembunyikan kebencian
kepadamu? Tidakkah demikian bahwa setiap saat kalian merindukan anggur atau
ganja terlarang, merindukan sama atau apa pun lainnya, tapi engkau justru
bersenang-senang dengan setiap musuhmu, memaafkan mereka, dan cenderung suka
mencium kaki dan tangan mereka? Jika engkau sampai pada titik itu engkau akan
menganggap orang kafir dan beriman sama saja.
Syeh Salahuddin adalah akar
kebahagiaan rohani. Dia memiliki samudra kebahagiaan. Bagaimana mungkin dia
menyembunyikan kebencian atau kesenangan pribadi dengan menyalami setiap orang?
Demi Tuhan! Dia selalu mengungkapkan rasa kasihan dan simpatinya kepada seluruh
hamba Tuhan. Apalgi kesenangan yang mungkin dia miliki di dalam “tempat” dan
“kabut” ini? Seberapa layak para pengemis itu dibandingkan dengan dia yang
memiliki keagungan seperti itu?
Tidakkah telah dikatakan bahwa
Air Kehidupan berada di tanah kegelapan? Kegelapan adalah tubuh orang-orang
suci, tempat Air Kehidupan berada. Air Kehidupan dapat ditemukan hanya di dalam kegelapan. Apabila kalian
membenci kegelapan dan menemukan bahwa hal itu tidak mengenakkan, bagaimana
mungkin kalian akan menemukan Air Kehidupan? Tidak benar bahwa kalian tidak
akan mampu mempelajari perbuatan homo (liwat) dari penyodom dan kepelacuran
dari pelacur, kecuali dengan menahan ribuan kebencian terhadsap sesuatu? Demi
keberhasilan pembelajaran yang kalian inginkan, Kalian seharusnya menahan
bantingan dan perbuatan yang bertentangan dan berlawanan dengan kehendakmu? Bagimana
kemudian jadinya apabila kalian menginginkan memperoleh keabadian, kehidupan
kekal, yang adalah orang suci? Kalian pikir pada kejadian itu kalian tidak akan
menderita apa pun yang penuh kebencian atau mesti membuang apa pun yang kalian
meiliki? Yang akan dibayarkan Syeh untuk kalian sama dengan yang penah
dijabarkan Syeh tua katakanlah bahwa kalian meninggalkan istri, anak, harta
benda, dan kedudukan. Bahkan apabila mereka berkata, : “Tinggalkan istrimu
hingga kami akan mengambilnya!” Kalian harus melakukannya dan menanggung
penderitaan darinya. Tetapi kalian tidak akan memaklumi hal paling sederhana
yang dinasihatkan. Kalian akan membenci sesuatu meski pun itu adalah kebaikan.
Apa yang dipikirakn
orang—orang itu? Mereka diserang kebutaan dan kebodohan. Mereka tidak
mempertimbangkan betapa seseorang yagn jatuh cinta kepada anak lelaki atau
perempuan bisa jadi menyembah-nyembah dan menjilat0jilat, mengorbankan
kemakmurannya, atau betapa dia mungkin akan memperdaya kekasihnya dengan
membelanjakan segala miliknya demi membahagiaan kekasihnya. Dia bisa menjadi
bosan pada hal lain, tetapi terhadap pengejaran cintanya, dia tidak pernah
merasa bosan. Apakah cinta syeh – atau cinta Tuhan – lebih sedikit daripada
ini? Dan dia menolak perintah atau nasihat Syeh dan meninggalkannya. Dari
perbuatannya seperti itu dapat dipahami bahwa dia bukanlah pencinta ata calon
(sufi) karena, dia pernah menjadi keduanya, dia akan menahan yang telah kami
katakan berulang-ulang sebelumnya. Karena menurut hatinya kotoran sapi adalah
madu dan gula.
DUA PULUH TIGA
GAGASN ADALAH DAUN WARNA-WARNI
DARI SATU AKAR POHON YANG SAMA
Aku harus pergi ke Toqat karena di sana hangat. Di
Antaolia pun hangat, tetapi sebagian besar penduduknya adalah orang Yunani.
Mereka tidak mengerti bahasa kami, meskipun ada sedikit yang paham. Suatu hari
kami berbicara kepada sekelompok orang yang di dalamnya ada beberapa orang
kafir, dan ketika kami berbicara mereka menangis tersedu-sedu dan menuju ke
keadaan ekstase. “Apa yang mereka pahami? Apa yang mereka ketahui?” Seseorang
bertanya. “Tidak satu pun dari ribuan Muslim mampu memahami jenis pembicaraan
ini. Apa yang dipahami orang-orang ini hingga mereka meratap seperti itu?”
Bukan suatu keniscayaan bagi mereka untuk memahami kata-kata. Mereka memahami
inti dari kata-kata iru. Setelah itu, setiap orang akan mengetahui keesaan Tuhan. Dia adalah Pencipta dan
Penyangga, Dia mengendalikan segala sesuatu, bahwa segala sesuatu akan kembali
kepada Dia. Dan baik hukuman atau pengampunan abadi akan muncul dari Dia.
Ketika mendengar kata-kata yang menjabarkan tentang Tuhan, Mereka terbenam oleh
kegemparan, kerinduan, dan hasrat karena sasaran hasrat dan pencarian mereka
tampak dalam kata-kata itu. Meskipun caranya
bisa jadi berbeda, tetapi tujuannya satu. Tidakkah
kalian lihat ada begitu banyak jalan menuju Ka’bah?
Sejumlah orang datang dari Anatolia, sebagian dari Syria,
sebagian dari Persia, sebagian lain dari China, sebagian menyeberang laut dari
India melewati Yaman. Apabila kalian pertimbangkan jalan-jalan yang diambil
orang, engkau akan melihat begitu banyak jenis. Meski demikian, apabila kalian
mempertimbangkan tujuan, akan engkau lihat
bahwa semuanya berada pada kesesuaian dan kesepakatan batin menuju Ka’bah.
Secara batiniah, ada hubungan, cinta dan kasih sayang dengan Ka’bah, tempat di
mana tidak ada ruang untuk perselisihan. Kedekatan itu bukan kekafiran
atau pun iman, yakni tidak dikacaukan dengan perbedaan cara yang telah kita
bicarakan. Seluruh perselisihan dan pertengkaran yang dilakukan di sepanjang
perjalanan (misalnya seseorang berkta pada lainnya, “Engkau orang kafir, kamu
salah,” dan setiap orang terlihat dengan cara seperti itu pada orang lain
ketika mereka mencapai Ka’bah, jadi nyata perselisihan yang telah dilakukan
telah melupakan jalan, sedangkan tujuan mereka sama di sepanjang perjalanan
itu.
Sebagai contoh, seandainya saja cangkir bisa hidup, dia
akan mencintai pembuat cangkir dengan sepenuh hatinya. Sekarang, sekali cangkir
telah dibuat, sejumlah orang mengatakan itu mesti diletakkan di atas meja
sebagaimana adanya, sejumlah orang mengatakan bagian luarnya mesti dicuci,
sebagian orang mengatakan seluruhnya mesti dicuci, sementara sejumlah lainnya
mengatakan cangkir itu tidak perlu dicuci sama sekali. Perbedaan pendapat
memang terikat terhadap hal seperti itu; semuanya sepakat cangkir itu memiliki
pencipta dan pembuat. Cangkir itu tidak akan
membuat dirinya sendiri. Selain persoalan itu, tidak ada pertentangan
lain.
Sekarang biarkan kami mempertimbangkan manusia : Secara
batiniah, di dalam kedalaman hati mereka, semua mencintai Tuhan, mencari Dia,
dan beribadah untuk Dia. Seluruh harapan mereka berada pada-Nya, dan tahu bahwa
tidak ada seorang pun yang mahakuasa atau berkuasa mutlak selain Dia. Gagasan
seperti itu bukanlah kafir mau pun iman. Di dalam batin, itu tidak memiliki
nama, tetapi ketika “air” gagasan itu mengalir melalui “pipa saluran lidah”,
gagasan itu mengental memperoleh bentuk dan ungkapan. Pada titik inilah dia
menjadi “kafir” atau “Iman” “baik” atau “jahat”. Itu seperti tanaman tumbuh di
tanah. Pada awalnya mereka tidak memiliki bentuk tertentu. Ketika kepalanya
yang muncul di dunia, pada awalnya mereka rapuh, lembut, dan tanpa warna.
Semakin jauh tinggi di dunia ini, semakin tebal dan keras mereka jadinya.
Mereka memiliki warna yang berbeda. Ketika
orang beriman dan kafir duduk bersama, sepanjang tidak berkata apa pun secara
tegas, mereka bersepakat dan pikiran mereka tidak bertentangan. Terdapat dunia batin kebebasan tempat pikiran terlalu
lembut untuk dihakimi, sebagaimana dikatakan : “ Kami menilai dari betuk luar, dan Tuhan akan mengurusi pikiran yang
paling dalam.” Tuhan menciptakan pikiran dalam dirimu, dan kalian tidak mampu
mengendalikan mereka dengan usaha sebesar apa pun.
Sebagaimana pernyataan bahwa Tuhan tidak memerlukan
peralatan, tidaklah kalian lihat Tuhan menjadikan
pikiran dan gagasan itu dalam dirimu tanpa peralatan apa pun, tanpa pena
atau tinta sekali pun? Gagasan itu bagaikan burung di udara atau
rusa di hutan liar, yang tida dapat secara hukum dijual sebelum tertangkap.
Engkau tidak berdaya untuk menjual burung yang bebas, karena penyerahan barang
adalah syarat penjualan. Bagaimana mungkin kalian menyerahkan sesuatu yang
tidak mampu engkau kendalikan? Maka, sejauh pikiran tetap bertahan di dalam,
mereka tak akan memiliki nama dan bentuk. Pikiran tak akan bisa dinilai
sebagaimana menunjukkan apakah seseorang kafir atau Islam. Akankah sejumlah
penilaian dikatakan, “Secara batiniah kalian mengetahui begini dan begitu”,
atau “Secara batiniah kalian menjual itu dan ini,” atau ungkapan, “datang dan
berkumpullah bahwa secara batin kalian tidak memiliki pikiran begitu dan
begini?” Dia tidak akan mampu, karena tidak seorang pun dapat menghakimi hal
yang terjadi di dalam diri. Pikiran adalah burung bebas. Meski demikian, ketika
terungkapkan, mereka dapat dinilai apakah bersinggungan dengan kekafiran atau
Islam, baik atau buruk.
Terdapat dunia tubuh, imajinasi lain, fantasi lain, dan
anggapan lain, tetapi Tuhan melampaui segala dunia, tidak di dalam atau
tanpanya. Sekarang pertimbangkan betapa Tuhan mengendalikan imajinasi itu dengan memberi mereka bentuk tanpa sifat, tanpa pena, tanpa
alat. Apabila kalian membelah dada dan memisahkannya, lalu mencari pikiran atau
gagasan dengan cara mengambilnya bagian demi bagian, kalian tidak akan
menemukan pikiran apa pun di sana. Kalian tidak akan menemukan apa pun pada darah atau saraf. Kalian tidak akan
menemukan itu di atas atau di bawah. Kalian tidak akan menemukan pada anggota
badan atau organ, karena mereka tanpa sifat dan tanpa ruang. Tidak pula
kalian akan menemukan di luar. Karena pengendalian Dia atas pikiranmu demikian
lembut dan tanpa jejak, lantas pertimbangkan betapa lembut dan tanpa jejaknya
Dia yang menciptakan segala hal tersebut. Maka, betapa lembut dan tak dapat
disifati gagasan-gagasan yang merupakan tubh dan bentuk ksar dari suatu
hubungan kelembutan dengan Pencipta :
Apabila ruh suci
menyingkapkan tirai dirinya
Kecerdasan dan
jiwa manusia akan tampak nyata bagaikan daging.
Tuhan tidak dapat di tahan di dalam dunia fatasmogaria
ini, tidak pula di dunia mana pun. Apabila kalian mampu ditahan di dunia
fantasmogaria, maka akan menjadi suatu keniscayaan bahwa Dia dapat dipahami
oleh pembuat gagasan dan Dia tidak lagi menjadi pencipta fantasmogaria. Memang
nyata akemudian bahwa Dia melampaui segala dunia.
Sekarang, Tuhan selalu membuktikan dengan benar kepada
utusan-Nya tentang mimpinya, dimana Dia berfirman, “Engkau pasti akan memasuki
tempat ibadah suci Ka’bah, apabila Tuhan merahmati, di dalam keamanan
sempurna.” (QS. 48 : 27). Setiap orang mengatakan, “Mari kita memasuki Ka’bah.”
Meski demikian, sejumlah orang mengatakan, “Mari kita masuki Ka’bah jika Tuhan
menyenangnya.” Yang terakhirini, yang merupakan pengecualian, adalah pecinta
karena sebagai pecinta tidak melihat dirinya di dalam pengendalian atau
perantara dengan kehendak bebas; pecinta selalu mempertimbangkan dirinya tunduk
pada kendali sang kekasih. Maka dia akan berkata, “Apabila kekasih
mengharapkan, biarkan kita masuk.” Ka’bahlah tempat ibadah suci, tuuuan setiap
orang bagi mereka yang memandang dari bentuk luar, tetapi untuk para pencinta
dan terpilih tempat ibadah suci, adalah tempat penyatuan dengan Tuhan. Maka
mereka akan berkata, “Apabila Tuhan sennang, biarkanlah kita mencapai Dia dan
mendapatkan kehormatan untuk melihat-Nya.” Pada sisi lain, memang sangat jarang
sekali mengatakan “Apabila Tuhan senang.” Itu seperti cerita orang asing, yang
membutuhkan orang asing lain untuk mendengar. Tuhan memiliki pelayan yang
adalah kekasih, dicintai dan selalu dicari Tuhan. Pelayan yang melakukan segala
kewajiban, seorang pencinta yang segala hormat dilimpahkan padanya. Sebagaimana
pencinta akan mengatakan, “Apabila Tuhan senang.” Atas nama orang asing itu.
Apabila kita disibukkan dengan diri kita untuk menjelaskan ini, bahkan orang
suci yang telah mencapai penyatuan akan kehilangan jalan pikiran. Bagimana
mungkin kemudian seseorang mengatakan misteri dan keadaan seperti itu kepada
orang awam? “Pena mencapai tiik itu dan mematahkan matanya.” Bagaimana mungkin
orang yang tidak mampu melihat unta di menara bisa melihat celah batas tumbuh
gigi unta itu? Marilah kembali pada topik asal kita.
Para pencinta itu mengatakan, “Apabila tuhan suka.” Yakni
“Kekasih berada di dalam kendali; Apabila kekasih senang, kami akan memasuki
Ka’bah” terserap di dalam Tuhan. Tidak ada yagn “lain” yang mampu ditahan, dan
menyebutkan “yang lain” terlarang. Bagaimana mungkin di sana ada ruang untuk
“yang lain” ketika seseorang melenyapkan dirinya, di sana tidak ada ruang untuk
Tuhan? “Tidak ada seorang pun kecuali pengurus rumah tangga yang berada di dalam
rumah.”
Sebagaimana firman Tuhan, “Sekarang Tuhan telah
membuktikan kepada Utusan-Nya, kebenaran dalam mimpinya (QS. 48 : 27 ).
“Pandanagan” ini adalah mimpi dari pencinta dan yang mempersembahkan dirinya
untuk Tuhan. Penafsiran itu diwahyukan di dalam dunia lain. Berdasarkan kenyataan, seluruh keadaan dunia ini
adalah mimpi, penafsiran tentangnya diwahyukan di dunia lain. Ketika
engkau bermimpi menunggangi kuda untuk menuju arah tujuan, apa yang harus
dilakukan kuda itu dengan tujuanmu? Apabila
engkau bermimpi diberi suara dirham, lalu ditafsirkan bahwa engkau akan
mendengar kata-kata bagus dan benar dari manusia terpelajar. Ada kemiripan
apakah antara dirham dan katak-kata? Apabila bermimpi digantung, dan
mengartikannya bahwa engkau akan menjadi pemimpin orang-orang. Lalu apa
hubungan antara tiang gantung dengan kepemimpinan itu? Seperti itulah
sebagaimana yang telah kami katakan, kejadian di dunia ini adalah mimpi “Dunia
ini bagaikan mimpi seorang penidur.” Penafisran mimpi itu itu memang
berbeda di dunia lain dari cara mreka hadir di sini. Penafsir Ilahiah
emnfsirkan mereka karena segala sesuatu diwahyukan kepada dia.
Ketika tukang kebun datang ke taman dan melihat
pempohonan, dia tidak perlu menguji satu persatu buah-buahan untuk mengatakan
mana pohon kurma, ara, dleima, pir, atau apel. Karena penafsir ilahiah tahu,
tidak perlu baginya menunggu sampai Hari Kebangkitan melihat penafsiran dari
yang teah terjadi dan hasil dari mimpinya. Karena dia telah melihat sebelumnya
apa yang akan terjadi nanti bagaikan tukang kebun mengetahui sebelumnya yang
akan diberikan buah-buahan oleh setiap batang pohon.
Segalasesuatu di dunia ini – seperti kemakmuran,
perempuan, dan pakaian – dicari karena hal lain, tidak di dalam dan untuk itu
sendiri. Tidakkah engkau lihat apabila memiliki ratusan ribu dirham dan tengah
kelaparan guna memperoleh makanan, engkau tidak mau memakan dirham itu?
Seksualitas bertujuan menghasilkan anak dan memuaskan godaan. Pakaian untuk
mengkis dingin. Maka seluruh hal ini membentuk sambungan di dalam mata rantai
kepada Tuhan. Dia yang mencari atas Nama-Nya sendiridan yang berhasrat untuk
diri-Nya sendiri, bukan untuk alasan lain apa pun. Karena Dia melampau segala
sesuatu dan lebih Agung dan lebih Lembut
dari apa pun, kenapa Dia mesti mencari atas nama yang lebih kurang dari Dia?
Maka dapat dikatakan bahwa Dia adalah mutlak. Ketika orang mencapai Dia, orang
telah mencapai tujuan akhir, tidak ada yang melampaui itu.
Jiwa manusia adalah lokus (tempat) keraguan dan
kemenduaan. Dan tanpa peralatan orang tidak akan pernah bisa melepaskan
keraguan dan kemenduaan. Peralatan itu adalah dengan jalan menjadi pencinta.
Hanya dengan itu keraguan atau kemenduaan bisa dihilangkan. “Cintamu untuk sesuatu membuatmu buta dan tuli.”
Ketika iblis menolak bersujud keapda Adam, di dalam
ketidak taatan pada perintah Tuhan, dia berkata, “Engkau telah menciptakan aku
dari api, dan menciptakan dia dari tanah liat.” (QS. 7 : 12), yakni hakikatku
adalah api dan dia tanah liat. Bagaimana bisa dibenarkan yang lebih unggul membungkukkan
diri kepada yang lebih rendah? Ketika iblis dikutuk dan dibuang karena dosa
perlawanan dan pernyataanya kepada Tuhan, dia mengatakan “Astaga! Tuhan, Engkau
membuat segalanya. Ini adalah godaan-Mu kepadaku. Sekrang Engkau mengutuk dan
membuangku.”
Ketika Adam berdosa, Tuha mengeluarkan dia dari surga mengatakan,
“Wahai Adam, ketika aku mengambil dan menyiksamu karena dosa yang kau perbuat,
kenapa engkau tidak menentang aku? Bagaimana pun, engkau memiliki hak pembelaan.
Engkau dapat mengatakan, ‘Segala sesuatu berasal dari Engkau. Engkau
menciptakan segalanya. Apa pun yang Engkau inginkan, akan muncul ke dalam
dunia’ apa pun yang tidak Engkau kehendaki tidak akan pernah muncul.’ Engkau
memiliki hak pembelaan seperti itu. Kenapa Engkau tidak mengungkapkannya?”
“Ya, Tuhan”, jawab Adam : “Aku
tahu itu, tetapi aku tidak mampu untuk berlaku tidak sopan di hadapn-Mu.
Cintaku kepada-Mu tidak akan mengijinkan aku untuk mengungkapkan hakku.”
Hukum Ilahi adalah sumber air. Seperti Balai Raja, tempat
perintah dan larangannya berasal, tempat takdir keadilan-Nya untuk orang
terpilih dan orang awam tidak terbatas dan melampaui hitungan. Itu
sungguh-sungguh baik dan bermanfaat. Kestabilan dunia bergantung pada
keteraturan-Nya. Pada sisi lain, keadaan darwisy dan pengemis adalah yang
berbincang akrab dengan raja dan mengetahui pengetahuan penguasa. Apa perlunya
mengetahui ilmu udnang-undang dibandingkan dengan mengetahui pembuat hukum dan
berbincang-bincang dengan raja? Ada perbedaan besar di sana. Sahabat dia dan keadaan
mereka bagaikan sekolah yang di dalamnya terdapat begitu banyak ulama. Kepala
sekolah membayar ulama sesuai dengan kemampuan mereka. Memberi kepada seseorang
sepuluh, yang lain duapuluh, yang lain tiga puluh. Kami pun berbicara kepada
setiap orang berdasar kemampuan mereka memahami.
“berbicaralah kepada orang sesuai pemahaman mereka!”
DUA PULUH EMPAT
MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR
DAN MENYINARI
Setiap perbaikan dibangun untuk tujuan tertentu. Sebagian
dibangun demi mempertunjukkan kemurahan hatinya, sabgian untuk memperoleh
kemasyhuran, dan sebagian untuk ganjaran surga. Tetapi tujuan benar di dalam
perbuatan memujakan orang suci, mengagungkan keuburan dan nisan mereka tentulah
Tuhan. Orang Suci sendiri tidak membutuhkan pengagungan. Mereka diagungkan di
dalam dan atas nama mereka sendiri. Apabila
satu lampu ingin ditempatkan pada ketinggain, dia ingin begitu karena keinginan yang lain, lampu memancarkan sinar.
Tidak peduli tinggi atau rendah, tidak untuk dirinya sendiri. Dia hanya ingin
cahayanya menyinari yang lain. Apabila
matahari yang di atas langit berada di bawah, ia akan tetap jadi matahari,
tetapi dunia akan tetap di dalam kegelapan. Dia kemudian ditempatkan di atas,
bukan untuk kepentingannya, tetapi untuk kepentingan orang lain.
Mudahnya, orang suci lebih penting dari pada kategori “atas” “bawah” dan
pengagungan dari orang-orang.
Ketika setitik kebahagiian atau cahaya rahmat dari dunia
lain memanifestasikan dirinya kepadamu, pada saat itu engkau benar-benar tidak
peduli kepada kategori “atas” dan “bawah” tidak peduli kepada “tingkat
ketuhanan” atau “kepemimpinan,” bahka kepada dirimu sendiri, yang merupakan
sesuatu paling dekat dari segala hal lain kepada dirimu. Bagaimana mungkin
kemudian orang suci, yang adalah sumber asal cahaya dan kebahagiaan itu, dapat
diikat oleh kategori “atas” dan “bawah”? Keagungan berada di tangan Tuhan, dan
Dia merdeka dari kategori “atas” dan “bawah”. Kategori “atas” dan “bawah”
hanyalah untuk kita yagn berwujud fisik material.
Nabi Muhammad bersabda : “Jangan
memberi aku pilihan di atas Yunus, anak Matius, semata-mata karena
‘kenaikannya’ di dalam perut ikan paus dan kenaikanku pada Singgsana Tuhan.”
Dengan ini dia memaknakan bahwa apabila kalian lebih menginginkan dia, jangan
memberi dia pilihan di atas Yunus, hanya karena perwujudan sepmpurna Yunus
tidaklah di atas dan di bawah. Pengejawantahan Tuhan sama saja di atas dan di
bawah; sama saja bahkan di dalam perut ikan paus. Dia lebih penting daripada kategori “atas” atau “bawah”.
Mereka sama semua di hadapan-Nya.
Banyak orang yang melakukan sesuatu
yang bertentangan dengan maksud Tuhan. Tuhan menginginkan agar Risalah Muhammad
diagungkan dan dibuktikan serta dipertahankan selama-lamanya. Tetapi lihatlah,
betapa banyak penafsiran berbeda yang telah dibuat dari ber-jilid-jilid
Al-Qur’an sepuluh persepuluh, delapan
perdelapan dan empat perempat. Maksud pengarang adalah memperlihatkan
keterpelajaran mereka. Zamakhshari di dalam bukunya, Al-Kasyyyaf menjelaskan
demikian banyak rincian tata bahasa, leksikografi, dan penjelasan retoikal demi
menunjukkan betapa terpelajar dirinya. Meski demikian, tujuan nyatanya adalah
ketuntasan, dan itu adalah pengagungan Risalah Muhammad.
Semua orang kemudian membuat karya Tuhan. Betapa pun
mereka tampaknya bodoh dari maksud Tuhan dan bahkan apabila di dalam pikirannya
memiliki tujuan yang seluruhnya berbeda. Tuhan
menginginkan dunia ini terus berlanjut, orang menyibukkan dirinya dengan hasrat
dan memuaskan syahwat dengan perempuan untuk makanan lezatnya. Tetapi dari sana
muncul anak-anak. Di dalam perilaku ini
mereka seakan melakukan sesuatu untuk kesenangannya sendiri, padahal sebenarnya
untuk pemeliharaan dunia. Maka mereka kemudian melayani Tuhan, meskipun
tidak memiliki perhatian seperti itu. Sama saja, orang yang membangun masjid
yang menggunakan demikian banyak puntu, inding, juga atap. Meski demikian,
penghargaannya adalah menuju kiblat, sasarn pengagungan yang lebih dihargai,
bahkan andaikan pemberi bantuan tidak memiliki perhatian seperti itu.
Keagungan orang suci tidak terdapat pada bentuk luar.
Ketinggian dan keagungan yang mereka miliki tidak memiliki sifat. Betapa pun,
satu dirham tentu saja “di atas” satu pul, tetapi apa artinya berada “di atas”
satu pu? Ketinggain tidak berada pada bentuk luar, karena apabila engkau meletakkan
satu dirham pada langit-langit dan selempeng emas di bawah tangga, lempeng emas
pasti tetap berada “di atas” dirham, seperti halnya rubi dan permata “di atas”
emas, tidak perduli meskipun mereka secara fisikal “di atas” atau “di bawah” Sama saja, sekam berada di atas biji pepadian
yang akan digiling, sementara tepung jatuh ke bawah. Apabila tepung tetap
berada di atas, bagaimana mungkin akan menjadi tepung? Keunggulan tepung tidak
karena bentuk fisiknya. Di dalam dunia makna sejati, karena itu memiliki “hakikat”,
dia “di atas” di dalam ke adaan apa pun.
DUA PULUH LIMA
INTELEK PERSIAL SEBAGAI BAGIAN
DARI INTELEK UNIVERSAL
Orang yang baru saja datang itu adalah kekasih yang
memiliki kerendahan hati. Sifatnya memang demikian. Dia seperti cabang yang memiliki demikian banyak bebuahan hingga
menyebabkan cabangnya turun, sementara cabang yang tidak memiliki buah-buahan
bagaikan pohon yang menyangga kepalanya tinggi-tinggi. Apabila terlalu banyak
bebuahan, cabang akan kurang merunduk karena berat.
Nabi Muhammad memang demikian luar
biasa rendah hati karena seluruh “buah-buahan” dunia, dari awal hingga akhir,
telh terkumpul di dalam dirinya. Dia niscaya orang yang paling rendah hati
dari seluruh manusia. “Di dalam keselamatan, tidak ada seorang pun mampu mendahuli
pesuruh Tuhan.” Yaktni tidak seorang pun mampu mengucapkan salam keselamatan
sebelum Nabi Muhammad melakukannya karena dia, sedemikian rendah hati, selalu
menyelami yang lain pertama kali. Apabila dia memberi kesempatan untuk tidak
mengucapkan salam pertama kali, dia masih rendah hati dan akan berbicara lebih
dahulu karena perilaku salam telah
terdengar dan didpelajari dari beliau. Segala sesuatu milik masa lalu dan masa
kini adalah pantulannya : mereka semua bayang-bayangnya.
Apabila bayang-bayang masuk rumah mendahului manusianya
sendiri, pada kenyataannya dia lebih dahulu bahkan apabila bayangannya terlihat
lebih dahulu secara fisikal. Tidak peduli betapa pun banyaknya bayangan
mendahului, bayangan itu muncul dari manusia. Ciri khas itu tidak dimiliki
kehadiran yang muncul, tetapi pada awal
sesuatu. Mereka telah berada di dalam atom dan bagian manusia, sebagian cerah,
sebagian setengah bercahaya, sebagian gelap. Mereka mampu mewujudkan diri
mereka di dalam kehadiran, tetapi kecerahan dan kecahayaan dimiliki oleh waktu
awal. Atom manusia lebih jernih dan cerah di dalam diri Adam, dan dia semakin
rendah hati.
Sejumlah orang telah disalami pada awal dan sebagian lagi
di akhir. Mereka yang mencari pada akhir sangat berdaya dan agung karena
pandangan mereka berada di akhir. Mereka yang mencari pada awal bahkan lebih
terpilih. Mereka mengatakan, “Apa gunanya mencari pada akhir? Ketika gandum
disebar pada awal, gerst tidak akan tumbuh pada akhirnya. Ketika Gerst disebar,
gandum tidak juga tumbuh.” Pandangan mereka berada di permulaan sesuatu.
Ada kelompk lain yang lebih terpilih yang tetap mencari
tidak pada permulaan maupun pada akhir sesuatu. Mereka tentu tidak berpikir
tentang awal dan akhir, mereka terserap di dalam Tuhan. Sekelompok lain
terserap di dalam dunia dan tidak mencari pada akhir atau pun awal keluar dari
ketidakpedulian ekstrim; mereka adalah calon penghuni neraka.
Memang nyata bahwa Muhammad adalah asal mula, karena
Tuhan berfirman kepadanya, “Apabila tidak untukmu, Aku tidak akan menciptakan
surga.” Apa pun keberadaan – misalnya keagungan, kerendahan hati, kewenangan,
dan keadaan tinggi – semuanya adalah hadiah dari dia, bayang-bayang dia, karena
mereka mengejawantah melalui dia. Apa pun tangan ini berbuat, dia berlaku
sebagai “bayang-bayang” dari pikiran karena “bayang-bayang” pikiran berada di
atas perbuatan tangan. Tidak peduli apakah pikiran itu tidak memiliki bayang-bayang;
dia memiliki “bayang-bayang yang tidak berbayang”, sangat mirip dengan anggitan
“ ada” hadir tanpa menjadi hadir. Apabila tidak ada bayang –bayang pikiran di
atas manusia, tidak satunpun anggota tubuhnya akan bekerja – tangan tidak akan
meraih dengan benar, kaki tidak akan mampu berjalan dengan benar; mata tidak
akan melihat; telinga tidak akan mendengar. Anggota tubuh dan organ kemudian
akan berlaku dengan benar sebagaimana sehrusnya karena bayang-bayang pikiran.
Di dalam kenyataan, seluruh fungsi ini datang dari pikiran. Anggota tubuh dan
organ sekedar alat. Sama halnya, da manusia agung di sana, wali zamannya,
yang bagaimana Intelek Universal.
Pikiran manusisa bagaikan anggota tubuhnya. Segala yagn dia lakukan bersal dari
bayang-bayangnya. Apabila mereka melakukan tidak dengan baik, itu karena
intelek Universal menahan bayang-bayangnya. Sama halnya, ketika manusia mulai
gila dan tidak lagi melemparkan bayangan terhadapnya, itu berarti dia terlepas
dari bayang-bayang dan perlindungan pikiran.
Pikiran adalah satu jenis yang sama
dengan malaikat, meski pun malaikat memilki sayap sedang pikiran tidak
memilikinya. Pada hakikatnya kedua hal itu memiliki sifat yang serupa. Jika ada
dua hal memiliki fungsi yang sama, maka seseorang harus mempertimbangkan bentuk
malaikat, mereka hanya akan menjadi intelek sejati, yang tidak memiliki sayap.
Kami sadar kemudian bahwa malaikat merupakan intelek sejati yang telah
diwujudkan. Pada hakikatnya, mereka
dinamakan “intelek yang terejawantah.” Sama halnya, apabila engkau membuat
burung dari lilin, lengkap dengan bulu dan sayapnya dia akan tetap sebagai
lilin. Tidakkah engkau lihat ketika bulu, sayap, kepala, dan kaki burung itu
dilelehkan, ia akan kembali menjadi lilin? Tak ada lagi bentuk yang tersisa :
seluruhnya menjadi lilin. Kami menyadari kemudian bahwa itu adalah lilin
selamanya dan burung yang terbuat darinya hanyalah lilin. Sama saja, es adalah
air, bukan apa-apa. Ketika engkau melelhkannya, tak ada sesuatu pun selain air.
Sebelum berubah ke bentuk asalnya, ia adalah
air yang tak tergenggam oleh tangan. Saat ia membeku, tangan dapat
menggenggamnya. Maka, dua hal yang berbeda sebenarnya intinya merupakan satu
hal yang sama. Es adalah juga air. Keduanya serupa.
Beginilah keadaan manusia : mereka membawa bulu malaikat
dan mengikatnya pada ekor keledai. Dengan bulu keledai itu manusia berharap
dapat berbincang dengan malaikat dan memperoleh ciri khas malaikat:
Isa menumbuhkan
sayap kecerdasan
Dan terbang
mengatas ufuk langit
Andai keledainya
bersayap sebelah
Itu tentu bukan
lagi seekor keledai.
Lebih mengagumkan lagi jika keledai itu bisa menjadi
manusia? Tuhan berkuasa atas segala sesuatu.
Bukankah ketika masih bocah, manusia
persis malah lebih buruk daripada keledai. Bocah seringkali memegang kotoran,
lalu memasukkan tangan itu ke mulut, dan diisapnya. Sang Ibu memukul bocah,
agar tak lagi melakukan perbuatan itu. Keledai merupakan analog yang tepat
dalam persoalan ini. Ketika kencing, bocah – sebagaimana juga keledai –
melebarkan kaki untuk menghindari tetesan air seni. Jika Tuhan mampu
mengembalikan bayi, yang lebih buruk daripada keledai, ke dalam diri manusia,
apakah hal mengagumkan jika Tuhan mengembalikan keledai ke dalam manusia. Bagi
Tuhan, Tidak ada sesuatu pun yang mustahil.
Pada Hari Kebangkitan seluruh anggota
tubuh (tangan, kaki dan seterusnya) akan berbicara satu demi satu. Para filosof
menjelaskan bahwa yang dimaksud berbicara ialah bukan berarti mengucapkan
sesuatu, tapi mengisyaratkan sesuatu lewat sejumlah tanda atau lainnya. Tanda
yang sama seperti bekas luka hingga orang lain mampu mendengarkan “suara” bahwa ia terbakar. Jika terasa perih,
itu berarti tangan “mengatakan” dan “menceritakan” bahwa dirinya tergores
pisau. “Perkataan” tangan dananggota tubuh lainnya, bagi para filosof, akan
mirip dengan anlog tersebut.
Orang Sunni mada hari itu, tangan
benar-benar berbicara secara gamblang sebagaimana yang dilakukan lidah. Pada Hari Kebangkitan seorang manusia bisa saja mengingkari
pencurian yang telah dilakukannya, tetapi tangan akan berkata dengan jujur.
“Ya, engkau memang mencuri, karena akulah yang telah mengambilnya.” Pada saat
itu, manusia akan terheran-heran dan berkata pada tangan dan kakinya, “Engkau
sebelumnya tak pernah berkata-kata. Bagaimana mungkins ekarang engkau mampu
berbicara?” Mereka akan menjawab, “Tuhan telah membuat kami berbicara, Dialah
yang memberikan pengucapan kepada segala hal (QS. 41 : 21). Dia amembuat aku
berbicara, sebagaimana juga yang lain; yang menyebabkan pintu, dinding, dan
tanah liat semuanya berbiara. Pencipta yang mampu membekali segala sesuatu
dengan kemampuan berucap memberiku kemampuan itu, sebagaimana Dia memberi
kekuatan pada lidah untuk bicara,” “Lidahmu yang memiliki kemampuan berbicara
adalah seonggok daging, seperti juga tanganmu. Betulkan lidah bebicara karena
kemampuannya? Dari banyak hal tersebut di atas, maka bukan
hal mustahil jika tangan berbicara.
Lidah sekedar suruhan Tuhan. Ketika Dia memerintahkannya, dia akan berbicara;
dan dia akan berbicara apa pun yang mesti dikatakan-Nya.
Kata-kata mengalir dari lidah manusia sesudai dengan
kapasitas dan kemampuan manusia. Kata-kata
bagaikan air yang dialirkan oleh penjaga pengairan. Air akan mengalir sesuai
dengan keinginan sang penjaga. Air tidak mengetahui ke ladang mana, atau ke
tampat mana ia akan dialirkan? Mungkin dia akan mengalir ke ladang
mentimun, atau ke petak ladang kol, ldang bawang, atau mungkin juga ke taman
mawar. Aku tahu bahwa ketika begitu banyak air yang mengalir, tentu ada banyak
ladang kering di suatu tempat di sana. Ketika hanya sedikit air yang mengalir,
lantas aku tahu bahwa petak yang perlu diairi kecil, hanya taman dapur atau
taman kecil berdinding. “Dia akan
memperhitungkan dan mengukur kebajikan melalui lidah menceramah sesuai dengan
kapasitas dan kemampuan para pendengarnya.” Katakan andaikan aku pembuat sepatu, ada banyak kulit yang tersedia,
tetapi aku akan memotong dan menjahit
hanya sebagian saja yang pas untuk kaki.
Aku adalah
bayang-bayang manusia, aku adalah ukurannya
Seberapa tinggi bayangan?
Setinggi itulah aku.”
Di dalam ladang di
bumi terdapat binatang kecil yagn hidup di dalam kegelapan sepenuhnya. Dia
tidak memiliki mata atau telinga karena tempat yang dijadikan rumahnya tidak
memerlukannya. Karena dia tidak membutuhkannya, kenapa harus diberi mata? Tuhan tidak memberi mata bukan karena Tuhan tidak
memilki persediaan mata dan telinga, atau karena Dia pilihn kasih, tetapi
karena Tuhan memberikan pada makhluknya sesuai dengan kebutuhannya. Apa-apa yang tidak dibutuhakn akan memberatkan.
Hikmah dari rahmat Tuhan adalah untuk menghapuskan beban. Kenapa
mereka mesti menjatuhkan beban kepada seseorang? Sebagai contoh, apabila engkau
memberi penjahit peralatan pertukangan
seperti kapak, gergaji, dan kikir lalu mengatakan kepadanya untuk mengambil
peralatan itu, mereka akan merasa terbebani karena tidak mampu untuk
menggunakannya. Tuhan akan memberikan pada makhluknya sesuai dengan kebutuhan.
Mirip dengan cacing yang hidup di bawah bumi di dalam kegelapan, terdapat orang
merasa berbahagi berada dalam kegelapan dunia ini. Dan mereka tidak membutuhkan
dunia lain atau hasrat apa pun untuk melihat itu. Apa yang akan mereka
lakukan dengan “mata pandangan” atau “telinga pemahaman.”? Mereka
bergaul di dunia ini dengan penginderaan mata yang mereka punya. Dan karena
mereka tidak memiliki perhatian untuk beranjak ke sisi lain, kenapa mereka
mesti diberi kekuatan pandangan yang tidak akan mereka gunakan?
Jangan berpikir
bahwa tidak ada pengembara di jalan itu
Atau berpikir
bahwa sifat sempurna itu pergi tanpa meninggalkan jejak.
Hanya karena
engkau tak mengetahui rahasia
Engkau pikir
tidak ada orang lain di sana.
Pada saat ini dunia mendapatkan nafkahnya dari keacuhan
manusia.nseandainya saja tak ada keacuhan, niscaya kehidupan dunia ini akan
berhenti. Hasrat pada Tuhan, ingatan pada dunia lain, “pemabukan”, dan
kebahagiaan adalah arsitek dunia lain. Apabila setiap orang tidak terbiasa
dengan dunia aitu, kita semua akan mencampakkan dunia ini dan pergi ke sana.
Meski demikian, Tuhan menginginkan kita berada di sini hingga terdapat dua
dunia. Pada Akhir Dunia ini, Dia telah menempatkan dua penghulu,
ketidakpedulian dan kepedulian, dan kedua dunia itu akan terus berkembang.
DUA PULUH ENAM
KATA-KATA BAGAIKAN PENGANTIN
PEREMPUAN, PAHAMILAH DENGAN CINTA
Jika dilihat dari luar, sepertinya aku mengabaikan untuk
berterima kasih atau mengungkapkan rasa syukur atas kesopnan, kebaikan dan
dukungan yang engkau berikan baik secara langsung atau tidak langsung. Hal itu
kulakukan bukan karena rasa bangga atau sombong, tidak pula karena tidak tahu
membalas kedermawanan orang lain dengan perkataan atau perbuatan. Tetapi karena
aku sadar bahwa engkau melakukan hal ini karena iman sejati, ikhlas atas nama
Tuhan. Dan kemudian aku membiarkan agar Tuhanlah yang mengungkapkan syukur atas
apa-apa yang telah engaku lakukan atas nama-Nya. Apabila aku berterimakasih,
dan mengetahui rasa kagumku dengan memujimu. Dengan begitu, engkau telah
menerima sejumlah ganjaran yang akan diberikan Tuhan kepadamu. Merendahkan
hatin sendiri, emngungkapkan syukur, dan mengagumi orang lain memeng kesenangan
duniawi. Karena engkau telah mengambil luka di dunia ini untuk menanggung beban
atas pengeluaran keungan dan kedudukan sosial, maka akan lebih baik jika
ganjaran ersebut seluruhnya berasal dari Tuhan. Untuk alasan ini aku tidak akan
mengungkapkan rasa syukur.
Uang tidak dapat dimakan. Uang dicari selain untuk
dirinya sendii. Orang membeli kuda, melayani gadis, dan budak lelaki. Setiap
orang mencari kedudukan tinggi dengan uang hingga mereka akan dipuji dan
dituruti. Memang seperti itulah dunia, tempat untuk mengagungkan, menghormati,
dipuji dan dihargai orang.
Syeh Nassaj dari Bukhara adalah tokoh besar spiritual. Beberapa tokoh besar dan
terpelajar pernah datang kepadanya dan duduk menghormatinya. Seyeh itu buta
huruf. Apabila mereka ingin mendengarkan penafsirannya terhadao Al- Qur’an dan
Al- Hadits, dia akan berkata, “Aku tidak tahu
bahasa Arab. Terjemahkanlah dahulu ayat atau hadits untukku dan akan aku
katakan kepadamu maknanya.” Maka mereka akan menterjemahkan sebuah ayat
Al-Qur’an, dan dia mulai menafsirkan dan menyatakan maknanya. Sebagai contoh,
katakanlah, Nabi Muhammad berada di dalam keadaan demikian dan demikian ketika
dia membicarakan ayat ini dan keadaan persitiwa itu tengah begini atau begitu.
Dan dia akan menguraikan secara rinci setiap tahap peristiwa itu, cara untuk
itu, dan puncaknya. Suatu hari keturunan Ali memuji berbagai keputusan yang
diambil Imam Ali ketika dia masih hidup, dan berkata, “Tidak ada penghakiman
seperti itu di seluruh dunia. Dia tidak mengambil suap. Dia mengeluarkan hukum
secara adil di antara manusia dengan penuh keikhlasan dan pengorbanan kepada
Tuhan.”
“Apa yang engkau katakan bahwa dia tidak mengambil suap.”
Kata Syeh Nassaj, “itu tentu tidak benar. Engkau, orang Ali dari keturunan
Nabi, menghormati dan memuji orang ini dengan mengatakan dia tidak mengambil
suap. Apakah ini bukan penyuapan? Penyuapan apa yang lebih baik di sana daripada
kalian membicarakan dis seperti itu di hdapannya?”
ooOOoo
Syeh Islam dari Termez suatu ketika mengatakan bahwa
penyebab Sayid Burhanuddin mampu menguraikan tentang keenaran mistik dengan
sangat baik karena dia membaca buku para guru dan mempelajari risalah dan
praktik esoterik mereka.
Seseorang bertanya pada Syeh itu, mengapa Sayid
Burhanuddin bisa seperti itu, padahal dia pun membaca dan mempelajari buku yang
sama, tetapi dia tidak dapat berbicara seperti Sayid Burhanuddin.
“Dia mengalami kesukaran dan penderitaan. Dia juga
berusaha keras dan bebuat,” Syeh Islam menjawab.
“Kenapa engkau tidak berbicara hal-hal seperti itu?” dia
bertanya, “Engkau baru saja mengatakan yang telah engkau baca.”
Di sanalah akar permasalahannya. Itulah yang tengah kita
perbincangkan. Engkau pun mesti berbicara mengenai hal itu. Mereka tidak
memiliki penderitaan terhadap dunia lain. Hati mereka telah benar-benar
ditempatkan di dunia ini. Sebagian muncul untuk makan roti dan yang lain hanya
untuk melihatnya. Mereka ingin mempelajari kata itu untuk mengajaknya.
Kata-kata bagi mereka bagai Pengantin Perempuan Cantik. Cinta atau kasih sayang
apakah yang dimiliki perempuan cantik untuk seseorang yang membeli dia demi
menjualnya kembali? Karena satu-satunya kenikmatan milik pedagang adalah
menjual gadis, dia akan serupa dengan seorang impoten. Apabila pedang India
sejati jatuh ke tangan lelaki banci, dia hanya akan mengambil untuk menjualnya.
Apabila sempat menemukan busur sang juara, dia hanya akan menjual busur itu
karena tidak memiliki lengan yang kuat untuk menariknya. Dia menginginkan busur
itu hanya karena talinya, dan bahkan tidak memiliki pengertahuan sedikit pun
mengenai busur itu. Dia jatuh cint pada tali, dan ketika menjualnya, dia akan
membeli bedak dan perona mata. Apa lagi yang dapat dia lakukan?”
Kata-kata ini sama halnya dengan Syriac, bagi kalian yang
dapat memahami mereka. Berhati-hatilah kalau-kalau kalian berkata paham!
Semakin engkau berpikir bahwa dirimu mengerti, semakin jauh engkau dari
pemahaman. Memahami
berarti tidak paham. Seluruh kesulitan dan masalahmu muncul dari
pemahaman itu. Pemahaman itu belenggu, engkau mesti melarikan diri dari itu
untuk jadi sesuatu.
Akan jadi absurd bagimu untuk, “Aku mengisi kulitku dari
laut, dan laut termuat di dalam kulitku.” Yang semestinya engkau katakan
adalah, “Kulitku hilang di dalam laut.” Rasio memang baik dan sesuatu yang
sangat dibutuhkan untuk dapat membawamu berjalan ke arah gerbang raja, tetapi
ketika nerada di sana, engkau mesti melepaskan dirimu dari rasio. Ketika telah
tiba di sana, nalar rasiomu hanya akan menjadi kerugian untukmu dan akan
merintangi kemajuanmu. Ketika telah mencapai raja, serahkan dirimu kepadanya.
Jika telah begitu, engkau tidak akan lagi mempertanyakan apa pun dengan kenapa
dan mengapa. Sebagai contoh, engkau memiliki kain belum terpotong yang ingin dijadikan mantel atau jubah, maka
nalar akan membawamu ke penjahit. Saat itu, apa yang dilakukan nalar telah
sudah baik dengan membawamu ke tempat penjahit. Tetapi jika telah sampai di
tempat penjahit, engkau harus melepaskan nalarmu dan menyerahkan kepentinganmu
pada penjahit. Sama
halnya, apa yang dilakukan nalar dengan membawa seorang yang sakit ke dokter,
tetapi ketika telah berhadapan dengan dokter nalar tidak lagi memiliki
kepentingan lebih jauh; orang mesti menyerahkan dirinya kepada dokter.
Orang yang telah mengetahui hal itu harus
mengungkapkannya, dan dia memiliki telinga yang digunakan untuk mendengar
ungkapan batinmu. Adalah suatu yang pasti dan nyata bahwa setiap orang memiliki
substansi dan empati. Di seluruh barisan unta, jika ada seekor unta mabuk akan
terlihat nyata dilihat matanya, cara berjalan, busa yang keluar dari mulutnya,
dan lain-lain. Nampak tanda di dahinya, tanda-tanda kerapnya bersujud (QS.48 :
29). Apa pun yang “dimakan” akar pohon, akan
tampak terlihat dari cabang, daun dan buah yang berada di atas pohon.
Apabila pohon itu tidak makan dan layu, bagaimana hasilnya pun tak akan
terlihat. Rahasia dari kerasnya sorak-sorai yang dimunculkan ini adalah mereka memahami banyak kata dari satu kata dan
memahami banyak kiasan dari satu kata. Ketika seorang lelaki yang
membaca wasit dan buku besar berat lain mendengar satu kata dari tanbih, yang
tafsirnya telah didbaca, dia akan memahami banyak prinsip dan masalah dari satu
topik. Dia mampu menulis banyak tanbih dari satu kata itu. Dia mampu
mengatakan, “saya memahami yang pokok dari hal itu. Aku paham karena telah
menderita dan tetap terjaga pada malam hari dan menemukan harta yang
tersembunyi.” Bukanlah telah kami lapangkan dadamu? (QS. 94 : 1).” Pelapangan”
(sharh) dada sungguh sangat luas. Ketika seseorang telah membaca tafsir (sharh)
itu, dia akan memahmi banyak perlambang. Orang baru akan memahami kata yang
diberikan hanya dari makna satu kata itu. Apa yang dapat dia ketahui? Sorak-sorai
apa yang akan mengepungnya? Ucapan muncul sesuai dengan kemampuan pendengar.
Hikmah tidak muncul dari dirinya sendiri apabila orang tidak menariknya ke
luar. Himah muncul pada suatu bagian sesuai dengan kekuatan yang menarik hikmah
itu keluar dan memberinya makanan. Apabila orang tidak melakukan hal itu dan
bertanya kenapa ucapan tidak muncul, jawabannya ialah, “Kenapa engkau tidak
menariknya keluar?” Orang yang tidak menggunakan kelengkapan pendengaran tidak
akan mengundang pembicara agar dapat berbicara.
Pada jaman Nabi Muhammad ada orang kafir yang memiliki
budak, budaknya seorang Muslim dan tulus. Suatu pagi sang tuan berkata kepada
budaknya agar membawa sejumlah ember untuk mandi dirinya. Sepanjang perjalanan
mereka melewati masjid tempat Rasulullah dan sahabatnya tenegah beribadah.
“Tuan,” kata budak, “tolonglah pegang ember ini sebentar agar saya dapat
mendirikan Shalat Zuhur. Saya akan segera kembali setelahnya.” Demikianlah,
budak itu kemudian masuk masjid. Nabi Muhammad keluar; sahabat Nabi pun keluar,
tetapi budak itu tetap sendirian di dalam masjid. Sang Tuan menunggu hingga
saat makan siang dan kemudian berteriak,” Budak! Keluarlah dari Masjid!”
“Dia tidak mau membiarkan saya keluar,” jawab budak itu.
Ketika keadaan ini terus berlangsung lebih lama, tuan
memasukan kepalanya ke dalam masjid melihat siapakah orang yang tidak
membiarkan budaknya pergi. Karena melihat sepasang sepatu dan bayang-bayang
seseorang tetapi tanpa gerakan, dia bertanya pada budaknya, “Siapakah yang
menahanmu untuk pergi keluar?”
“Orang yang sama yang tidak mengijinkan engkau masuk,”
jawabnya. “Orang yang tidak dapat engkau lihat.”
Orang selalu mencintai yang tidak pernah mereka lihat
atau dengar atau pahami. Siang dan malam dia mencarinya. Aku menyerahkan diri
kepada yang tidak dapat aku lihat. Orang jadi
bosan dan membuang yang telah dilihat dan dipahami. Untuk alasan inilah filosof menolak gagasan pandangan. Mereka
berkata ketika melihat, sangat mungkin bagimu jadi bosan. Tetapi yang ini tidak
demikian. Kaum Sunni mengatakan pandangan adalah waktu Dia muncul pada satu
cara, tetapi Dia hadir pada ribuan cara
berbeda setiap saat : Setiap hari Dia menciptakan sejumlah ciptaan baru (QS. 56
: 29). Meski pun Dia mungkin mengejawantahkan dirinya pada ribuan cara, tidak
akan ada cara yang sama. Sekejap ini engkau lihat Tuhan pada berbagai jejak dan
perbuatan. Setiap saat engkau melihatnya mengejawantah pada berbagai cara, dan
tiada dua dari perbuatan-Nya yang mirip satu sama lain. Pada saat kebahagiaan
ada satu pengejawantahan, di waktu duka cita pengejawantahan lainnya, juga di
saat takut, serta lain pula di saat harap. Sedemikian banyak perbuatan Tuhan
dan pengejawantahan perbuatan-Nya. Enkau pun, yang adalah bagian dari daya
Tuhan, muncul ribuah cara berbeda setiap saat dan tidak pernah tetap bercampur
pada satu cara apa pun.
Ada beberapa hamba Tuhan yang mendekati Tuhan melalui
A;-Qur’an. Ada lagi yang lain, lebih terpilih, datang dari Tuhan hanya untuk
menemukan Al-Qur’an di sinin dan menyadari memang Tuhan-lah yang mengirimnya.
Kami telah sungguh-sungguh mengirimkannya; dan Kami akan bersungguh-sungguh
memeliharanya agar tetap sama (QS. Al-Hijr 15 : 9). Penafsir mengatakan hal
tersebut mengenai Al-Qur’an. Ini seluruhnyan baik dan benar, ttapi ada makna
lain di sini, katakanlah, “Kami telah menempatkan engkau di dalam hakikat,
hasrat untuk mencari, merindukan, sementara Kami adalah penjaga. Kami tidak
akan membiarkan semua itu menjadi sia-sia dan akan membuatnya berbuah.”
Katakan “Tuhan” sekali dan teguhkanlah hatimu, karena
benana akan tercurah kepada dirimu.
Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad dan berkata,
“Saya mencintai Engkau.”
“Berhati-hatilah atas perkataanmu,” jawab Nabi.
Sekali lagi lelaki itu mengulang, “Saya mencintai
Engkau.”
“Berhati-hatilah atas perkataanmu,” Nabi memperingatkan
kembali.
Tetapi ketiga kali dia mengatakan, “Saya mencintai
Engkau.”
“Sekarang diam, dan teguhkanlah,” Jawab Rasul, “karena
aku akan membunuhmu dengan tanganmu sendiri. Sengsaralah engkau!”
Pada jaman Rasul seseorang berkata, “Saya tidak
menginginkan agama ini. Atas Nama Tuhan saya tidak menginginkannya. Ambillah
agama ini kembali! Bahkan sejak masuk ke dalam agamamu ini saya belum pernah
memiliki satu hari pun yang dipenuhi kedamaian. Saya kehilangan kemakmuran;
kehilangan istri; tidak memiliki anakyang masih hidup; tidak memiliki
kehormatan, kekuatan, atau hasrat yang masih tertinggal.
Dia mendapat jawaban, “Ke mana pun agama Kami pergi, dia
tidak akan kembali hingga menarik seseorang keluar dari akarnya dan menyapu
bersih rumahnya.” Tidak satu pun akan menyentuhnya, kecuali mereka yang bersih
(QS. 56 : 79).
Selama masih memiliki setitik cinta diri yang tertinggal
dalam dirimu, tidak ada kekasih yang akan memperlihatkan perhatian kepadamu.
Tidak pula engkau akan layak atas penyatuan, tidak pula kekasih mana pun
memberi hak masuk. Sekarang, agama kami tidak akan berputus asa hingga memiliki
keajegan sampai dia membawa itu kepada Tuhan dan menceraikan itu dari apa pun
yang tidak sesuai.
Nabi Muhammad mengatakan alasan engkau tidak menemukan
kedamaian dan terus menerus berduka cita karena duka-cita bagaikan muntahan.
Selama masih ada kenikmatan asal tetap perutmu engkau tidak akan diberi apa pun
untuk dimakan. Sementara orang yng muntah tidak akan mampu makan apa pun.
Ketika selesai muntah, lantas dia mampu makan. Engkau pun mesti menunggu dan
menderita duka-cita, karena duka-cita adalah muntahan. Setelah masa pemuntahan
selesai, kebahagiaan akan muncul tanpa duka-cita, mawar yang tidak memiliki
duri, anggur yang tidak menyebabkan pening.
Siang dan malam di dunia ini engkau
mencari ketentraman dan kedamaian, tetapi memang tidak mungkin mencapai mereka
di dunia ini. Meski demikian, engkau
bukannya tanpa pencarian sekali pun hanya sekejap. Kedamaian apa pun yang engaku temukan di dunia ini tidak ajeg seperti
cahaya kilat yang menyambar. Kilat seperti apa? Kilat penuh guntur,
hujan, salju, dan godaam. Sebagai contoh, katakanlah seseorang ingin pergi ke
Anatolia tetapi mengambil jalan ke Caesarea. Meski dia tidak pernah membuang
harapan mencapai Anatolia, mustahil emncapai ke sana dengan jalan yang baru
diambilnya. Pada sisi lain, apabila mengambil jalan ke Anatolia, meski pun
lemah dan pincang, akhirnya dia akan sampai di sana setelah jalan itu berakhir.
Karena baik kejadian dunia ini mau pun dunia selanjutnya tidak terselelsaikan
tanpa penderitaan, maka menderitalah untuk dunia selanjutnya, sebab kalau
tidak, penderitaanmu akan menjadi sia-sia.
Engkau berkata, “Ya Muhammad, cabutlah agamaku, karena
aku tidak menemukan kedamaian!”
“Bagaimana mungkin agama kami membiarkan seseorang lepas
sebelum membawanya sampai ke tujuan?” demikian Rsulullah akan menjawab.
Kisah ini menceritakan seorang guru yang demikian papa
bahkan selama musim dingin dia tidak memiliki apa-apa selain secarik kain
linen. Secara kebetulan banjir pernah menjebak seekor beruang di pegunungan dan
menyapunya ke bawah dan kepalanya berada di bawah air. Sejumlah anak melihat
punggung beruang dan berteriak, “Guru, ini ada mantel bulu jatuh dari parit.
Karena engkau kedinginan ambillah untukmu.” Sang guru memang demikian
membutuhkan dan kedinginan, sampai dia meloncat ke dalam parit untuk meraih
mantel bulu. Beruang menggesekkan cakarnya ke guru itu dan menggenggamnya di
dalam air. Anak-anak berteriak, “Guru, kalau tidak dapat mengambil bulu itu
keluar, atau jika engkau tidak mampu, pergilah dan keluarlah dari air!”
“Aku telah membiarkannya bulu itu ergi,” guru berkata,
“tetai dia tidak mengijinkan aku pergi! Apa yang mesti aku lakukan?”
Bagaimana mungkin kerinduan pada Tuhan akan membiarkanmu
pergi? Ini merupakan sebab, dan kita bersyukur atas sebab itu bahwa kita tidak
berada di tangan-tangan kita sendiri, melainkan di tangan Tuhan. Bayi hanya
mengetahui susu dan ibunya. Tuhan tidak meninggalkan bayi pada keadaan itu
tetapi akan membuatnya semakin maju ke tahap makan roti dan bermain. Dari sana
Dia melanjutkan ke tahap nalar. Di dalam hubungan dengan dunia lain kita berada
di tahap bayi : Dunia ini sekedar buha dada ibu yang lain. Dia tidak akan
meninggalkan engkau sampai membawamu pada tahap engkau sadar bahwa ini adalah
keadaan bayi dan tidak lebih. “Aku heran ada orang yang telah diseret-seret ke
surga dengan rantai belenggu.” Ambillah Dia, dan ikatlah (QS. 69:30). Kemudian
bakar dia di dalam surga; kemudian bakar dia di dalam kesatuan; kemudian bakar
dia di dalam keindahan; kemudianbakar dia di dalam kesempurnaan; bakar dia!
Pemancing tidak menarik-narik ikan sekaligus. Ketika kail
tertangkap mulut ikan, mereka menarik itu perlahan hingga berdarah dan
kehilangan kekuatan. Lantas mereka tetap membiarkan demikian dan menariknya
sampai kekuatannya benar-benar lenyap. Ketika kail cinta tertangkap di dalam
mulut manusia, Tuhan menarik itu secara bertahap hingga seluruh kekuatan dan
“darah” berlebih yang ada dalam dirinya hilang sedikit demi sedikit. Tuhan
menarik dan menaikkannya (QS. 2 : 245).
Tiada Tuhan selain Tuhan adalah iman orang-orang biasa.
Iman orang terpilih ialah tiada “dia” selain “Dia”. Itu seperti orang yang
bermimpi dirinya menjadi raja yang duduk pada singgsana dan disekelilingnya
berdiri budaknya, bendaharawan, dan jendral. Dia berkata, “Aku tentu seorang
raja. Tidak ada raja selain aku.” Ini yang diaktakan di dalam mimpinya. Tetapi
ketika terbangun dan melihat tidak ada seorang pun di dalam rumah kecilnya
kecuali dia, kemudian dia berkata, “Aku di sini, dan tidak ada seorang pun di
sini selain aku.” Sekarang, orang membutuhkan mata terbuka; mata terkantuk
tidak dapat melihat ini. Ini bukanlah kewajibannya untuk melihat ini.
Setiap sekte menolak sekte yang lain
dan mengatakan, “Kami benar. Pewahyuan milik kami. Yang lain salah.” Dan yang
lain mengatakan sama persis tentang mereka. Ini menjadikan “tujuh puluh dua
(golongan) iman” yang menolak satu sama lain.
Pada satu kesempatan, mereka sepakat mengatakan tidak ada orang lain memiliki
pewahyuan. Lantas mereka semua sepakat tidak ada pihak lain yag memiliki
pewahyuan, hanya satu yang memilikinya. Sekarang orang beriman mesti cerdas dan
bijak mengetahui manakah yang satu itu.” Orang
beriman ialah orang yang bijaksana, mampu membedakan, memahami, dan cerdas.”
Iman adalah kekuatan pembedaan dan pemahaman yang nyata.
Seseorang berkata, “Mereka
yang tidak mengetahui sangat banyak, dan mereka yang mengetahui sangat sedikit.
Apabila kita menyibukkan diri dengan membedakan antara yan tidak mengetahui dan
tidak memiliki hakikat dan yang memang memiliki hakikat, itu akan memakan waktu
lama.”
Meskipun
yang tidak tahu sangat banyak, ketika mengetahui yang sedikit, engkau mengeahui
seluruhnya. Sama halnya, ketika tahu segenggam gandum, engkau mengethaui
seluruh lumbung biji-bijian di dunia. Apabila mencicipi sedikit gula, tidak
peduli betapa pun banyaknya ribuan perbedaan jenis permen, semuanya bisa
terbuat dari itu, engkau tahu dari gula yang telah engkau cicipi bahwa
permen-permen itu mengandung gula. Seseorang yang telah makan permen dan tidak
mengetahui hal itu pada akhirnya tentu dia bodoh.
Apabila kata-kata ini tampak berulang untukmu, itu karena
masih belum mempelajari pelajaran pertama, kami mesti mengatakan hal yang sama
setiap hari.
Suatu ketika ada seorang guru yang memiliki murid baru
selama tiga bulan. Tetapi si anak belum memiliki kemajuan melampaui “yang tidak
memiliki apa pun”. Ayah si anak muncul dan mengatakan, “Kami tidak pernah absen
memberikan gaji, tetapi jika kami telah mengatakan hal itu, kami mampu
membayarmu lebih.”
“Tidak,” kata sang guru, “engkau tidak bersalah. Itu
sekadar bahwa anak ini memang belum berkembang.” Dia memanggil anak itu dan
berkata, “Katakan, yang tidak memiliki apa pun!”
“Tidak punya apa pun,” kata anak itu, tidak mampu
mengatakan “seseoran”.
“Engkau lihat,” kata guru itu, “karena dia belum beranjak
melampaui ini dan belum mempelajari bahkan sebanyak ini, bagaimana mungkin aku
memberi dia pelajaran baru?”
Kami mengatakan, “Terpujilah Tuhan sekalian Alam.” Bukan
karena terdapat kekurangan roti atau makanan – karena jumlahnya sangat tidak
terbatas – melainkan tamu sduah terlalu kenyang dan tidak mampu makan lagi.
Sekarang, “roti dan makanan” itu tidak mirip makanan di dunia ini karena
makanan dunia ini dapat dimakan oleh dengan melakukan tekanan, betapa pun
banyaknya yang engkau inginkan, tanpa mesti memiliki nafsu makan untuk itu.
Karena makanan dunia ini tidak hidup, mereka akan pergi ke manapun engkau bawa mereka. Mereka tidak memiliki ruh
untuk menjaga diri mereka dari ketidaklayakan. Tidak seperti makanan Ilahi,
yang adalah hikmah, dan adalah kebaikan hidup yang muncul kepadamu dan
memberimu makan selama engkau memiliki nafsu dan menunjukkan kecenderungan,
karena tidak dapat dimakan dengan paksaan, ditolak di bawah penutup dan
dilenyapkan darimu.
Berbicara tentang keajaiban orang suci, orang dapat pergi
dari sini ke “Ka’bah dalam satu hari, atau dalam sekejap. Tidak ada yang aneh
atau ajaib tentang itu. Angin padang pasir mampu melakukan “keajaiban” serupa,
karena di dalam satu hari atau sekejap dia mampu pergi ke mana pun yang dia inginkan. Keajaiban adalah yang membawamu dari keadaan rendah pada yang terpuji.
Ini yang memindahkan engkau dari sana ke sini, dari kebodohan ke kecerdasan,
dari kematian ke kehidupan. Pada awalnya engkau adalah debu, mati dan dibawa ke
dalam dunia kehidupan tanaman. Dari sana engkau berjalan ke dalam dunia
binatang, dan kemudian ke dalam dunia manusia. Semua itu keajaiban.
Tuhan memberi engkau berjalan melampaui berbagai jenjang dan rute ini dari
tempat engkau muncul. Engkau tidak memiliki syak akan muncul atau engkau
teengah dibimbing, maka engkau lihat dengan jelas dirimu telah datang. Sama
halnya engkau akan dipindahkan ke ribuan macam dunia lain. Janganlah menolak
itu. Bahkan meskipun engkau tidak tahu apa pun tentang itu, terima saja.
Satu ember yang berisi racun
dihidangkan kepada Umar. “Untuk apakah ini baiknya?” Umar bertanya.
“Apabila dipertimbangkan,
tidak bijak membunuh seseorang secara terbuka,” kata mereka, “dia boleh diberi
sedikit dari ini dan dia akan meninggal perlahan. Apabila engkau memiliki musuh
yang tidak dapat dibunuh dengan pedang, dia dapat dibunuh secara tersembunyi
dengan sedikit dari ini.”
“Ini hal yang menakjubkan yang
engkau bawa,” dia mengatakan. “Berikan kepadaku untuk kuminum, karena di dalam
diriku terdapat musuh yang amat berkuasa yang tidak dapat dicapai pedang. Di
seluruh dunia tidak ada seorang pun yang lebih memusuhi aku.”
“Memang tidak
perlu bagimu meminum semua itu,” mereka berkata. “Sekedar sedikit sudah cukup.
Seluruhnya akan membunuh ratusan ribu manusia.”
“Musuh ini bukanlah orang biasa,” jawab Umar. “Dia musuh
yang sama persis dengan ratusan ribu musuh berbentuk dan telah menghancurkan
ratusan ribu manusia.” Lalu dia mengambil cangkir dan meneguk seluruhnya dalam
sekejap.
Mereka yang hadir serta merta seluruhnya menjadi Muslim
dan berkata, “Agamamu memang benar.”
“Engkau semua telah jadi Muslim,” kata Umar, “Tetapi’
orang kafir ini belum menjadi Muslim.”
Sekarang, yang Umar maksudkan dengan iman itu bukanlah
iman masssa. Jenis iman yang dia miliki dan selanjutnya, karen dia memiliki
iman yang benar-benara taat. Yang dia maksudkan adalah iman para nabi dan yang
terpilih, “mata kepastian.” Inilah yang dia harapkan.
Kemasyhuran singa tertentu telah menyebar ke seluruh
dunia. Orang tertentu demikian heran pada singa ini sampai merencanakan sejak
jauh hari memasukki hutan hanya untuk melihatnya. Ketika dia mencapai hutan,
menahan kekerasan selama satu tahun dan telah melewati bermeter-meter jauhnya,
dia melihat singa di kejauhan dan berhenti, tidak mampu pergi lebih jauh ke
mana pun. “Engkau telah datang demikian jauh untuk mencinta singa ini,” dia
berkta, “dan singa ini memiliki ciri khas unik
tidak membahayakan siapa pun yang mendekati dia secara berani dan yang
memeliharanya dengan penuh kecintaan. Singa hanya jadi marah kepada mereka yang
takut kepada dirinya. Dia menyerang mereka yang dianggap menyembunyikan
anggapan jahat terhadap dirinya.
Sekarang bahwa engkau telah berjalan selama satu tahun dan datang demikian
dekat pada singa, kenapa engkau berhenti? Maju lebih dekat!”
Tetapi orang itu tidak memiliki keberanian bahkan untuk
melaju satu langkah ke depan. “Seluruh langkah yang telah aku tempuh,” kata
dia, sangat mudah. Tetapi satu langkah ini tidak dapat aku lakukan.”
Yang dimaksudkan Umar dengan iman ialah
bahwa satu langkah ke depan menuju singa di dalam kehadiran singa sendiri.
Langkah satu itu sangat jarang – itu menyinggung hanya kepada sedikit yang
terpilih dan terangkat. Iman seperti itu datang hanya kepada Nabi, yang telah
membersihkan tangan dari hidup mereka.
ooOOoo
Kekasih adalah kebaikan, karena seorang pencinta
memperoleh kekuatan dan kehidupan dari citra kekasihnya. Kenapa ini mesti jadi
aneh? Ciri Layla memberikan Majnun kekuatan dan hakikat. Ketika kekasih
“metaforik” memiliki kekuatan dan kemakmuran seperti itu untuk menguatkan
pencinta, kenapa engkau mesti berpikir aneh bahwa citra kekasih sejati
memberikan kekuatan baik terlihat maupun tidak? Kenapa membicarakan citra? Ini
adalah jiwa dari kenyataan. Semestinya tidak disebut citra? Dunia terdiri dari,
dan melalui citra. Engkau menyebut dunia ini
kenyataan hanya karena dunia ini dapat dilihat dan nyata, dan gagasan hakiki
yang adalah cabang dunia engkau namakan citra. Kenyataannya adalah justru
lawannya : dunia inilah citra. Gagasan hakiki dapat menghasilkan ribuan
dunia seperti yang ini, yang dapat membusuk, terhancurkan, dan lenyap ke dalam
ketiadaan. Dia kemudian dapat menghasilkan dunia yang baru dan lebih baik tanpa
menjadikan dirinya sendiri tua. Dia melampaui kebaruan dan ketuaan. Hanya
cabangnya dapat disifati dengan ketuaan dan kebaruan.
Arsitek merumuskan rumah di dalam
pikirannya, membuat citra lebar tertentu, panjang tertentu, dengan serambi
bertiang dan pekarangan dengan matra tertentu. Ini tidak dinamakan citra,
karena itu adalah kenyataan lahir. Apabila orang bukan arsitek juga memikirkan
bentuk seperti itu, itu tentu akan dinamakan khayalan. Seorang manusia yang
bukanlah pembangun dan tidak mengetahui cara membangun sangat umum dikatakan
memiliki khayalan.
Berlanjut
ke bagian ke II dengan Judul “Fihi ma Fihi Karya Jalaluddin Rumi”.
Sepanjang,
9 Juli 2015.