Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Kamis, 25 Juni 2015

Fihi ma Fihi yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya


 CARA
YANG MENGENAL DIRINYA – YANG MENGENAL TUHANNYA
AFORISME-AFORISME SUFISTIK JALALUDDIN RUMI
Penerbit : PUSTAKA HIDAYAH
Cetakan Pertama, Rajab 1421/Oktober 2000
Penyadur : Pujo Prayitno


SATU
TUHAN BEKERJA DENGAN CARA YANG MISTERIUS

Nabi Muhammad saw. bersabda : “Seburuk-buruk Ulama adalah Ulama yang mengunjungi penguasa, dan sebaik-baik Penguasa adalah Penguasa yang mengunjungi Ulama. Berbahagialah seorang Penguasa yang berada di depan orang miskin, dan celakalah orang miskin yang berada di depan gerbang Penguasa.”
Seklias, hadis Nabi itu seakan-akan bermakna bahwa tidak layak bagi seorang Ulama mengunjungi Pemerintah. Perbuatan seperti itu menjadikan seorang Ulama menjadi Ulama terburuk. Tapi Hadis itu tidak bermakna sedemikian dangkal. Makna sebenarnya dari hadis itu adalah sebutuk-buruknya Ulama adalah Ulama yang menerima sokongan dari Penguasa. Dia melakukannya karena inign memperoleh penghidupan dari sang Penguasa. Anugerah serta pemberian penghidupan dari seorang Penguasa dijadikan tujuan utama kehidudpan dan pencarian ilmunya. Dida ingn agar sang penguasa memberinya berbagai hadiah. Dia selalu memuji Penguasa dan berkata kepadanya dengan berbagai penghargaan yang tinggi. Ketika menjadi Ulama, dia mempelajari tata cara untuk bisa melepaskan diri dari ketakutan dan kekuasaan setiap penguasa. Ulama-ulama seperti akan membiasakan dirinya dengan berbagai tingkah laku yang akan disukai oleh setiap Penguasa. Dalam kehidupan ini mungkin ada Ulama yang mengunjungi Penguasa dan ada pula penguasa yang mengunjungi Ulama. Tapi, Ulama-ulama buruk itu akan selalu menempatkan dirinya sebagai Tamu, dan selalu menganggap penguasa sebagai tuan rumah.
Pada sisi lain, keika seorang Ulama yang sudah mengenakan jubah keilmuannya, dia melakukannya bukan demi seorang penguasa, melainkan, pertama dan paling utama, karena Tuhan. Ketika seorang ulama berperilaku dan berjalan sepanjang jalur kebenaran, sebagaimana yang semestinya dilakukan oleh seorang ulama, dan tidak berperilaku untuk alasan lain, maka semua orang akan berdiri hormat terhadapnya. Semua orang merasa mendapatkan limpahan cahaya yang memantul darinya. Baik mereka sadar ataupun tidak. Segala perilaku ulama itu, selalu diatur oleh nalar dan naluri kebaikan. Dia hanya bisa hidup di dalam kebaikan, seperti ikan yang hanya dapat hidup di dalam air. Apabila ulama seperti itu pergi ke seorang penguasa, maka dialah yang bertindak sebagai tuan rumah dan Penguasa sebagai tamunya. Karena, sang penguasa akan memperoleh bantuan darinya dan bergantung padanya. Ulama seperti itu jiwanya merdeka dan tidak terikat kepada seorang penguasa. Dia akan selalu melimpahkan cahaya bagaikan amtahari. Hidupnya semata-mata untuk memberi dan memberkahi. Matahari mengubah bebatuan biasa menjadi rubi dan permata carnelin. Matahari akan mengubah gunung-gunung di bumi menjadi tambang tembaga, emas, perak dan timah-timah. Matahari membaut bumi hijau dan segar, menghasilkan bermacam buah-buahan dan berbagai tanaman. Tugasnya hanyalah memberi dan membekali; dia tidak mengambil apa-pun. Ada sebuah pepatah Arab yang berbunyi : “Kami telah belajar untuk memberi, tidak untuk mengambil>” Ulama seperti itu akan selalu menjadi tuan rumah dalam keadaan bagaimana pun. Dan penguasa akan selalu menjadi tamu mereka.
Suatu ketika aku pernah berhasrat untuk menafsirkan ayat Al-Qur’an, walau pun ayat tersebut tidak berhubungan dengan pokok perbincangan ini. Bagaimana pun, hasrat itu telah datang padaku. Aku harus melakukannya. Tuhan berfirman : “Hai Nabi, katakan kepada tawanan-tawananmu bahwa, Tuhan mengetahui kebaikan yang ada dalam hatimu. Dia akan memberimu suatu yang lebih baik  daripada yang telah diambil darimu; dan Dia akan mengampunimu, karena Tuhan Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (QS.8:70). Sebab turunnya ayat ini adalah sebagai berikut : Suatu ketika Nabi Muhammad berhasil mengalahkan orang-orang kafir. Banyak orang yang terbunuh dalam peperangan itu. Kaum Muslim mendapatkan banyak barang rampasan perang. Nabi memiliki banyak tawanan yang terikat kaki serta tangannya. Salah satu tawanan itu Abbas, Paman Nabi sendiri. Sepanjang malam para tawanan itu meratap dalam belenggu mereka berputus asa dan berhenti berharap. Tak ada lagi yang gmereka nantikan  kecuali tebasan pedang  di batang leher mereka. Nabi mengetahui hal itu lalu melihat mereka dan tertawa.
“Kalian lihat itu,” para tawanan itu berkata, “dia memiliki kemanusiaan dalam dirinya. Pernyataan bahwa dia bukanlah manusia tidaklah benar, karena di sini, ketika dia melihat kita terikat sebagai tawanannya, dia merasakan kenikmatan yang sangat seperti manusia lain bergembira dalam suka cita, apabila telah menaklukan musuhnya dan melihat mereka terkalahkan.”
Tapi, Nabi Muhammad mampu membaca pikiran mereka dan berkata : “Tidak”. Aku tertawa bukan karena melihat musuhku terkalahkan atau karena aku gembira melihat kalian kalah. Aku tertawa karena dengan amta batinku aku melihat ddiriku sendiri memaksa menarik dengan rantai dan belenggu sekelompok orang keluar dari api pembakaran dan asap hitam neraka ke dalam Taman Abadi  Surga yang amat menyenangkan. Mereka merintih dan menyesal, lalu berkata : “Kenaka Engkau mengeluarkan kami dari tempat celaka ini ke dalam lindungan, dan membawa kami ke Taman yang dipenuhi bunga mawar?”, Nabi Menjawab, “Karena itulah aku tertawa.” Aku tertawa karena kalian masih juga tidak memiliki daya pandang untuk memahami dan melihat deengan jernih terhadap ucapanku.” Kemudian Nabi melanjutkan : “Tuhan telah memerintahku untuk mengatakan ini kepada kalian, “Pertama-tama kalian mengumpulkan begitu banyak pelayan rumah dan tenaga, dan benar-benar yakin dengan kekuatan, kekukuhan, keberanian kalian. Kalian berkata kepada diri kalian sendiri bahwa kalian akan sanggup melakukan apa pun. Kalian sesumbar akan mengalahkan Kaum Muslim. Kalian pikir tidak ada yang lebih kuat dari pada kalian. Kalian tidak dapat membayangkan ada orang lain yang lebih kuat daripada kalian sendiri. Sekarang seluruh yang telah kalian rencanakan gagal total. Dan kini, kalian terbaring gemetar dalam ketakutan. Kalian tidak bertobat atas kegagalan dan kesalahan yang kalian lakukan. Kalian akan terus berada dalam kesukaran yang menciutkan nyali. Kalian masih tidak dapat memahami bahwa bisa jadi ada orang lain lebih berkuasa daripada kalian. Maka suatu keniscayaan ketika kini kalian melihatku memilih kekuatan serta kuasa. Dan diri kalian mungkin akan menjadi sasaran dari kutukanku. Tapi jangan berputus asa atas apa yang aku lakukan, karena aku mampu untuk mengeluarkan kalian dari ketakutan ini, dan membimbing kalian pada keselamatan. Dia Yang Maha Kuasa mampu untuk menciptakan seekor sapi hitam dari seekor sapi putih, dan mampu menciptakan sapi putih dari seekor sapi hitam. “Dia menciptakan malam untuk menggantikan siang, dan menciptakan siang untuk menggantikan malam (QS. 35:13). “Dia bisa menciptakan kehidupan dari kematian, dan Dia bisa menciptakan kematian dari kehidupan.” (QS.30:19). Sekarang, ketika kalian menjadi tawananku, jangan takut padaku karena aku mampu menghukum kalian. Karena tidak ada yang berputus asa dari kasih sayang Tuhan, kecuali orang kafir (QS.12:87).
Kemudian Nabi Muhammad berkata : “Sekarang Tuhan Berfirman : “Hai tawanan, jika engkau mengubah keyakinanmu yang dulu dan memahami-Ku, baik dalamr rasa takut ataupun dalam pengharapan, kemudian kalian menyadari bahwa kalian adalah sasaran kehendak-Ku pada setiap keadaan, Aku akan melepaskan kalian dari keadaan menakutkan ini. Aku pasti akan mengembalikan seluruh harta bendamu yang telah dirampas dan dihilangkan, dan Aku akan memaafkan kalian. Tidak hanya kebahagiaan di dunia ini yang akan Aku berikan, tapi juga kebahagiaan di kehidupan yang selanjutnya.”
“Aku bertobat,” Abbas berkata, “Aku berpaling dari keyakinanku yang lalu.”
“Tuhan membutuhkan bukti dari pengakuan yang engkau buat.” Kata Nabi.
Memang mudah untuk melemparkan pernyataan cinta,
Tetapi, bukti darinya akan selalu diminta.
Lalu Abbas bertanya : “Demi Nama Tuhan! Bukti apa yang Engkau butuhkan?”
“Berikan kepada bala tentara Islam,” Jawab Nabi Muhammad, “Seluruh kekayaan yang masih engkau tinggalkan. Apabila engkau memang benar-benar seorang Muslim dan berharap baik pada agama dan masyarakat Islam, berikan hartamu sehingga bala tentara Islam akan menjadi lebih kuat!”
“Wahai Rasulullah!” jawab Abbas : “Harta manalagi yang masih aku miliki? Sedangkan apa yang aku miliki sudah terampas. Aku tak lagi memiliki apa-apa. Hanya tikar jerami tua yang tertinggal atas namaku.”
“Lihat”, kata Nabi Muhammad : “Engkau masih belum berudi. Engkau belum berpaling dari keyakinanmu yang dulu. Biarkan aku katakan padamu, berapa banyak kekayaan yang engkau miliki, di mana engkau menyembunyikannya, kepada siapa engkau mempercayakannya, dan di mana engkau memendamnya.”
“Oh, tidak,” teriak Abbas.
“Apakah engkau tidak mempercayakan sejumlah harta kepada ibundamu? Tidakkah engkau memendam sejumlah harta lainnya di bawah dinding dan menetapkan bahwa apabila engkau kembali dia akan mengembalikannya kepadamu, dan apabila engkau tidak kembali hidup-hidup dia akan menggunakannya untuk membeli barang tertentu. Engkau juga memberikan sejumlah besar hartamu kepada orang tertentu, dan menyimpan sebagian yang lainnya dirinya sendiri?”
Kemudian Abbas mengacungkan jari-jarinya dan menyatakan Iman dengan sungguh-sungguh, lalu dia berkata : “Wahai Nabi, sejujurnya saya pernah berpikir bahwa Engkau memiliki keberuntungan melalui khayalan tentang nasib baik, sebagaimana yang dilakukan oleh banyak raja masa lalu seperti Haman, Syaddad, dan Namrud. Meski demikian, ketika engkau mengatakan kepadaku hal yeng Engkau sebutkan, aku tahu pasti bahwa nasib baik yang melingkupinya adalah sesuatu yang misterius dan sungguh-sungguh berasal dari Ilahi.”
“Engkau berkata benar,” kata Nabi Muhammad. “Saat ini aku mendengar lingkaran keraguan yang melingkupimu telah berderak patah dalam batinmu. Bunyi patahannya mencapai telingaku. Lenyap pada kedalam jiwaku. Kapan pun lingkaran keraguan, penyembahan berhala, atau kekafiran seseorang berderak patah, aku mendengar bunyi pacahannya dengan telinga batinku, telinga jiwaku. Sekarang engkau telah benar-benar menjadi orang yang berbudi dan menyatakan iman dengan segala kesungguhanmu.”
ooOOOoo
Semua ini aku kataka kepada Parwana. Aku berkata kepadanya “Engkau yang telah menjadi penghulu Umat Islam pernah berkata “Aku telah mengorban diriku, kecerdasanku serta seluruh kuasa pertimbangan dan penilaianku. Semuanaya akeulakukan demi melanjutkan keberasaan Islam dan menyebarkannya. Tetapi sejak engaku menyadarkan keyakinan pada dirimu, dan tidak berpaling pada Tuhan untuk menyadari bahwa  pap pun berasal dari-Nya, maka Tuhan menjadikan usaha keras kalian menjadi sebab kemunduruan Islamm. Engkau telah menyatukan diri kalian dengan Kaum Tartar. Engkau bantu mereka untuk meruntuhkan kaum Syria dan Mesir, kemudian membiarkan kerajaan Islam dalam kehancuran.”
Hal yang nyata-nyata telah menjadi sebab ekspansi Islam justru telah pula menjadi sebab bagi kemunduruannya. Maka, dalam keadaan yang amat menakutkan ini, kembalilah kepada Tuhan. Berikanlah sedekah agar Dia melindungi engkau dari keadaan jahat yang menakutkan. Janganlah berputus asa dari Dia, bahkan apabila Dia melemparkan engkau dari ketaatan ke dalam pembangkangan. Karena engkau selalu berpikir bahwa kepatuhanmu ada dalam dirimu. Jangan berputus asa , tetapi kembali kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, karena Dia Maha Kuasa. Sungguh, Dia mampu untuk mengubah-ubah kepatuhan menjadi pembangkangan. Dia juga mampu untuk mengubah pembangkangan menjadi kepatuhan dan Dia akan memberi kalian pengampunan. Dia mampu menyediakan kalian  jalan dan peralatan untuk berjuang dengan kerasa, sekali lagi demi Pengembangan Islam. Janganlah berputus asa, karena tidak ada yang berputus asa dari Kasih Sayang Tuhan, kecuali orang-orang kafir (QS.12:87).
Tujuanku adalah membuatnya bisa memahami, memberinya sedekah, dan merendahkan diri sendiri di depan Tuhan. Karena dari keadaan paling terpuji dia bisa berubah ke keadaan yang paling hina, bagaimana pun dia mesti selalu berharap.
Tuhan mencipta dengan cara yang misterius. Sebuah benda barangkali terlihat baik jika dilihat dari luar, tetapi mungkin di dalamnya terdapat kejahatan. Jangan sampai seorang pun terperdaya oleh rasa bangga. Kebangga yang selalu menganggap bahwa dia telah  menyerap suatu gagasan yang baik atau pun telah melakukan amal baik. Apabila segala sesuatu adalah sebagaimana tampaknya, Nabi Muhammad tidak akan memperingatkan ummatnya dengan peringatan yang keras dengan sabdanya : “Tunjukkan kepadaku suatu hal sebagaimana adanya. Engkau membuat suatu hal menjadi tampak indah, padahal kenyataannya buruk; engkau membuat suatu hal tampak buruk, padahal di dalam kenyataannya indah. Maka tunjukkan kepada kami suatu hal sebagaimana adanya, kalau tidak kami akan jatuh ke dalam perangkap dan akan selamanya salah.” Jadi, sejernih dan sebaik apa pun penilaianmu, betapa pun indah tampaknya, tidak akan lebih baik daripada penilaiannya, dia berbicara sebagaimana yang dia lakukan. Jangan selalu menyandarkan penilaian pada setiap pikiran dan pendapatmu, tetapi berendah hatilah dirimu di depan Tuhan dan takutlah kepada-Nya.
Demikianlah tujuanku berbicara seperti itu kepasa Parwana. Meski demikian, dia menerapkan ayat dan penafsiran ini dengan caranya sendiri. Dia berkata : “Pada saat ini, apabila kita hendak menggerakkan pasukan, janganlah menyandarkan kekuatan hanya kepada mereka. Bahkan apabila terkalahkan, kita mesti tidak berputus asa untu tetap mengharapkan Rahmat Tuhan. Kita tetap mengharapkan kasih-Nya di saat kita diliputi ketakutan dan keetidak-berdayaan.”  Dia menerapkan kata-kataku untuk tujuannya sendiri, sedangkan tujuanku telah aku jelaskan di atas.

DUA
KATA-KATA HANYALAH BAYANGAN REALITAS
Seseorang berkata : “Guru kita tidak menyampaikan apa pun.”
“Demikianlah,” jawabku, “Orang ini telah muncul di hadapanku karena ciri mental yang ada di dalam diriku. Citra mental milikku itu tidak menanyainya, “Apa kabar?” ataua “Bagaimana kabarmu?” Citra mental diriku menarik hatinya tanpa menggunakan kata-kata. Jika dalam kenyataannya, citra mental milikku dapat menarik hatinya tanpa kata-kata hingga dapat membawanya ke tempat lain. Lalu apa yag aneh dari hal itu?”
Kata-kata tidak lain hanyalah “Bayangan” dari kenyataan. Kata-kata merupakan cabang dari kenyataan. Apabila “bayangan” saja dapat menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan?!”
Kata-kata hanyalah pra-teks. Aspek simpatilah yang dapat menarik hati satu orang pada orang lain, bukan kata-kata. Walau pun mnusia dapat melihat ribuan mukjizat yang dimiliki seorang Nabi atau seorang suci, hal itu tidak akan mebawa keuntungan baignya sama sekali apabila dia tidak memiliki simpati keapda Nabi atau pun orang suci itu. Unsur simpatilah yang dapat mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang. Apabila tidak terdapat unsur simpati warna gading pada batang padi itu tidak akan pernah dipersoalkan warna gading. Meski pun begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak dapat diidnra oleh seseorang.
Gambaran mental dari segala sesuatu yang hinggap di kepala manusia akan membawanya kepada hal itu. Gambaran tentang “taman” akan membawa manusia menuju ke sebuah taman. Gambaran tentang “toko” akan membawa manusia menuju sebuah toko. Tetapi terdapat sesuatu muslihat tersembunyi di dalam gambaran mental tersebut. Seringkali kita mengalami ketika kita pergi ke suatu tempat . Tiba-tiba saja kita mendapati bahwa tempat yang kita tuju tersebut tidak seperti  yang ada di dalam gambaran kita, dalam citraan mental kita. Ketika mendapati kenyataan itu kita akan merasa kecewa dan berkata : “Aku pikir, tempat ini sebagus yang kubayangkan. Tapi ternyata tidak seindah gambarannya.” Citraan-citraan atau gambaran-gambaran mental itu seperti kain kafan. Seseorang dapat bersembunyi di balik kain kafan. Ketika citra dihilangkan, dan kenyataan muncul tanpa diiringi citraan mental , maka terjadilah proses penyadaran kembali. Kita seakan kembali terbangun dari tidur kita. Ketika suatu peristiwa telah terjadi, maka tidak akan ada kesempatan lagi untuk merasa kecewa. Kenyataan yang dapat mempersoalkanmu tidak lain adalah kenyataan itu sendiri. Hari ketika segala pikiran dan perbuatan yang tersembunyi akan diuji (QS.86:9).
Apakah sesungguhnya yang sedangkan kita perbincangkan? Di dalam hakikatnya, “Yang mempersoalkan (yang menjadi pangkal persoalan)” adalah satu, tetapi tampak terlihat bermacam-macam. Tidakkah engkau lihat betapa seorang manusia kerap memiliki ratusan keinginan berbeda? Aku ingin mieku ingin kue basah. Aku ingin buah-buahan. Aku ingin kurma.” Begitu banyak keinginan berbeda yang diungkapkan dengan jelas oleh setiap orang. Meski demikian, asal mula segala hal itu adalah satu, dan itu adalah rasa lapar. Tidakkah engkau lihat ketika orang gyang sama ini telah memakan jatahnya?” Dia akan berkata : “Maka nyataah bahwa sebenarnya tidak ada apa yang dikatakan dengan sepuluh atau seratus hal, yang ada hanya satu. “Kami telah mengungkapkan jumlah mereka hanya untuk menyebabkan perselisihan di antara mereka (QS.74:31).
Kelipatgadaan di antara manusisa memang menipu, karena mereka berkata, “Ini satu”. Dan “Semua ini seratus”, yakni, mereka mengatakan orang suci itu unik, sedangkan orang kebanyakan disebut “seratus” atau “ribuan”. Ini adalah tipuan besar. Cara berpikirmu mengatakan yang banyak bermacam-macam dan yang satu itu unik, betul-betul menipu. Kami telah mengungkapkan jumlah mereka banyak untuk menyebabkan perselisihan (QS. Al-Muddatstsir 74:31). Masing-masing dari mereka akan berkata, “Mana yang ribuan, lima uluhan?” atau, “Mana yang enam puluh?” Orang-orang menjadi kehilangan kontrol dan tidak terkendali tanpa nalar, tanpa pikiran. Seperti jimat, mereka menguap bagaikan merkuri dan air raksa, Akankah engkau katakan mereka limapuluhan?” Seratus?” seribu?” Dan kemudian masih menyebut yang ini satu? Engkau bisa saja menyebut mereka tiada dan dia ribuan, atau ratusan ribu, atau jutaan. “Sedikit apabila dihitung, akan tetapi banyak dalam kekuatan.”
Seorang raja suatu hari memberi ransum bagi satu orang prajurit yang cukup untuk seratus orang. Angkatan bersenjata merasa keberatan. Tetapi sang raja berkata : “Harinya akan tiba ketika aku akan menunjukkan kepadamu kenapa aku melakukan ini.” Dan ketika telah datang hari pertempuran, seluruh pasukan melarikan diri kecuali prajurit itu. Dia tetap kuat bertahan dan berjuang. “Di sinilah nalarku bekerja merencanakan pekerjaan yang akan aku lakukan.” Kata sang raja.
Manusia meski melepaskan alasan kedua dari kemampuan pemahamannya dan menoleh kepada agama untuk memperoleh bantuan pemahaman. Karena Agamalah yang mampu menemukan bantuan yang biasanya datang dengan sembunyi-sembunyi. Meski demikian, apabila seseorang menghabiskan hidupnya dengan kebododhan tanpa menggunakan nalar, maka pemahaman dirinya akan tumbuh dengan lemah dan tidak akan mampu mengenali kekuatan Agama. Engkau menumbuhkan keberadaan fisikal ini, padahal di dalamnya tidak terdapat kecerdasan sedikit pun!...
Kecerdasan adalah konsep halus yang berada di dalam dirimu, tetapi siang dan malam engkau selalu disibukkan dengan makanan. Engkau berdalih bahwa konsep halus itu memperoleh kehidupan melalui badan fisik. Padahal nyata-nyata munculnya kecerdasan itu memiliki cara pemunculan yang berbeda Bagaimana mungkin engkau menghabiskan seluruh kekuatanmu hanya untuk mementingkan kebutuhan fisik dan mengabaikan inti segala sesuatu, sesuatu yang lebih halus? Padahal fenomena-fenomena material keberadaannya bergantung pada inti (subtle) dan bukan dengan cara yang lain? Cahaya keluar melalui celah mata dan telinga, dan begitulah selanjutnya. Apabila engkau tidak memiliki celah itu, cahaya itu akan keluar melalui jalan keluar yang lain. Hal ini persis bagaikan engkau membawa lampu ke luar untuk melihat matahari. Bahkan apabila engkau tidak membawa lampu, matahari masih akan menunjukkan dirinya. Untuk apalagi engkau membawa lampu>!
Seseorang hendaknya tidak berputus asa pada Tuhan. Karena harapan adalah langkah pertama menuju  jalan keselamatan. Bahkan apabila engkau tidak menempuh jalan itu, setidaknya jagalah agar jalannya tetap terbuka. Jangan katakan bahwa engkau telah tersesat. Ambil jalan lurus, yang tidak ada belokan berliku. Lurus adalah sifat tongkat Musa. Edangkan kekakuan merupakan gambaran papan para tukang sihir. Ketika yang lurus munul, dia akan melahap seluruh kekuatan yang lainnya. Jika engkau melakukan kejahatan, sebenarnya akan berakibat kepada dirimu sendiri. Bagaimana mungkin kejahatan yang engkau lakukan akan mampu mencapai DIA? Ketika burung bertengger di puncak gunung dan kemudian terbang, apakah gunung itu memperoleh atau kehilangan sesuatu? Ketika engkau meluruskan diri kamu sendiri, tidak ada lagi yang tersissa. Jangan pernah membuang harapan.
Sisi bahaya yang akan muncul karena mengadakan persekutuan dengan raja bukanlah engaku bisa kehilangan hidup. Karena tanpa persekutuan itu pun, cepat atau lambat, akhirnya engkau mesti  melepaskan kehidupan. Bahayanya terletak pada kenyataan bahwa ketika “raja-raja” itu dengan jiwa  jasmaniahnya mendapatkan kekuatan, mereka akan berubah menjadi naga. Dan orang yang berbincang dengan mereka, yang mengakui persahabatannya, atau yang menerima kekayaan dari mereka, akhirnya mesti berkata bagaimana yang mereka katakan dan menerima pendapat jahat raja-raja itu agar dirinya terlindungi. Dia tidak mampu berbicara melawan mereka. Di sanalah letak bahayanya, karena Agama dia menderita. Semakin jauh engkau pergi di jalan sang raja, semakin asing arah lain bagimu. Semakin jauh engkau pergi ke dalam arah itu, arah ini, yang mestinya jadi kekasihmu, akan memalingkan mukanya darimu. Semakin engkau memberi ruang dirimu kepada hal-hal duniawi, semakin jauh obyek cinta yang semestinya tumbuh dalam dirimu. “Siapa pun yang menyumbangkan bantuan kepada orang yang tidak adil berarti mereka rela bertekuk lutut  kepada mereka di mata Tuhan.” Ketika engkau sudah merasa condong kepada orang yang engkau inginkan, maka dia akan menjadi guru bagimu.
Sungguh, sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan terpuaskan dengan hanya secangkir air. Ketika mutiara dan ratusan ribu barang berharga dapat disarikan dari laut, apagunanya mengambil air? Unia ini hanyalah buih. Sedangkan air seluas lautan adalah pengetahuan orang-orang suci. Antas di manakah mutiara terletak? Dunia ini adalah buih yang dipenuhi barang rongsokan yang terapung-apung. Meski demikian, dari aliran ombak dan kesesuaian antara adukan laut dan gumulan ombak, buih itu membuahkan keindahan. Karena kecintaan dan hasrat  yang amat besar kepada istri dan anak, pada himpunan emas dan perak, juga pada kuda yang mengagumkan, ternak, dan tanah, hiasan bagi manusisa; itu merupakan pelengkap kehidupan di dunia (Qs3:14). Tuhan telah mengatakan bahwa segala sesuatu telah “dibuat indah” tapi ternyata semuanya tidaklah benar-benar indah, mengapa bisa begitu? Keindahan yang dijanjikan Tuhan dialami oleh orang lain, dari tempat lain. Seperti uang receh palsu sepuhan. Yakni, ketika dikatakan bahwa sebenarnya dunia ini, dunia yang bagaikan buih ini, adalah palsu, tanpa harga, tanpa nilai. Kita harus menyepuhnya, karena itulah maka dunia “dibuat indah.”
Manusia adalah astrolabnya Tuhan (astrolab adalah alat kuno untuk menggambarkan altitude). Tetapi, seseorang akan membutuhkan ahli astronomi untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan astrolab. Seandainya ada seorang penjual bawang atau penjual sayuran yang diperkenankan memiliki astrolab, genunaan apakah yang dapat dibuatnya dari itu? Bagaimana mungkin dia mampu mengukur keadaan bidang langit, kembalinya tanda rasi bintang, atau pengaruhnya? Di tangan seorang astronom, astrolab akan sangat bermanfaat. Karena siapa pun yang mengetahui dirinya, dia akan menegetahui Tuhannya. Sebagaimana astrolab kuningan ini adalah cermin langit, manusia, dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam (QS.17:70), adalah astrolab Tuhan. Ketika Tuhan membuat manusia mengetahui dirinya, melalui astrolab dari diri orang itu sendiri dia mampu menyaksikan pengejawantahan Tuhan dan keindahan sempurna-Nya saat demi saat dan kedip demi kedip. Keindahan itu tidak pernah menghilang dari “Cermin” itu. Tuhan memiliki pelayan yang menyelimuti diri mereka dengan kebijakan, pengetahuan mistik, dan keajaiban, meskipun manusia tidak memiliki ketajaman pandangan untuk melihat mereka. Mereka menutupi dirinya keluar dan semangat luar biasa, sebagaimana dikatakan Muntanabbi :
Mereke mengenakan kain brokat,
Tidak untuk membuat dirinya lebih cantik,
Tetapi dengan itu mereka hendak melindungi kecantikan mereka.


TIGA
MATILAH  SEBELUM ENGKAU MATI DAN JADILAH CAHAYA TUHAN
Parwana mengirim pesan kepadaku yang berbunyi : “Siang dan malam, hati dan jiwaku selalu ingin melayanimu, tetapi aku masih tidak mampu mengunjungimu karena kesibukanku tercurah pada urusan dengan orang-orang Mongol.”
Guru menjawab : “Apa-apa  yang engaku lakukan, juga merupakan pekerjaan yang diridlai Tuhan. Apa yang engkau lakukan semuanya demi keamanan dan perlindungan Islam. Engkau sudah mengorbankan seluruhnya, fisik mau pun materi, untuk memberikan ketenangan bagi orang Islam. Ketenangan yangengkau ciptakan membuat kaum Muslim dapat menyibukkan diri mereka dalam ketaatan kepada Allah. Maka, itu pun merupakan amal baik. Tuhan telah membuatmu condong pada perbuatan baik seperti itu, dan kecenderunganmu itu adalah tanda dari kebaikan Tuhan. Sebaliknya, ketika engkau mengurangi hasratmu untuk berbuat baik seperti itu, berarti Tuhan menampakkan tanda-tanda ketidak-sukaan-Nya. Tuhan tidak ingin bila perbuatan-perbuatan baik semacam itu diganjar oleh seorang manusia walau pun orang itu memiliki kemakmuran dan ganjaran yang berlebih. Seperti kamar mandi hangat yang uapnya berasal dari tungku. Tuhan menyediakan peralatan untuk menguapkan, seperti jerami, nyala api kotoran hewan, dan lain-lain. Dilihat dari luar, barang-barang tersebut mungkin tampak kotor dan buruk, tetapi semuanya merupakan kebaikan Ilahi agar tujuan mereka dapat tercapai. Ketika bak mandi terupai oleh bahan-bahan tersebut, orang –orang akan memperoleh manfaat darinya.”
Ketika sampai pada permsalahan itu, beberapa teman datang. Tetapi Guru meminta maaf pada mereka dan berkata : “Apabila aku tidak bangkit menyambut kalian atau berkata kepadamu menanyakan keadaan dirimu, berarti aku tidak mengharagai kalian. Ukuran untuk menghargai sesuatu sangat berhubungan dengan kelayakan suatu peristiwa. Sungguh tidak tepat untuk menanyai  keadaan ayah atau saudara seseorang atau menghormat pada mereka ketika kita sedang shalat. Tidak mengenali sahabat dan kerabat, ketika seseorang sedang beribadah adalah hakikat kesopanan dan penghormatan. Karena apabila orang tidak terputus dengan dirinya untuk sepenuhnya melakukan amal ibadah dan dia tidak dibingungkan oleh orang-orang dekatnya, mereka tidak akan mendapatkan ganjaran atau pun hukuman. Maka, ini merupakan hakikat perhatian dan kesopanan, karena setiap orang akan memperoleh perlindungan dari sebab yang akan mereka derita.”
Seorang murid bertanya : “Apakah ada jalan untuk mendekati Tuhan selain Shalat?”
“Shalat akan lebih bisa mendekatkan seseorang dengan Tuhan. Bagaimana pun, wujud shalat tidak hanya dalam bentuk luarnya saja : Yakni hanya “Bungkus” shalat yang memiliki awal dan akhir. Apa pun yang memiliki awal dan akhir adalah “bungkus”. Ucapan takbir pernyataan atas keagungan Tuhan, adalah permulaan shalat dan ucapan salam adalah akhirnya. Begitupula ada sesuatu yang lebih dari sekedar ucapan iman yang diucapkan lidah, karena ucapan itu pun memiliki awal dan akhir. Apap pun yang dapat diucapkan, memliki awal dan akhir adalah “Bentuk,” “Bungkus,” sedangkan “jiwanya” tidak dibatasi oleh isyarat-isyarat fisikan dan tidak terbatas, tanpa awal dan akhir. Shalat, sebagaimana ayang kita ketahui dan kita lakukan saat ini adalah hasil rumusan para Nabi. Nabi Muhammad, yang telah merumuskan Shalat, pernah bersabda : “Aku memiliki waktu dengan Tuhan. Dan selama waktu itu, tidak terdapat ruang, baik untuk nabi penanggung pesan atau pun malaikat yang berada di dekat Tuhan untuk berbagi denganku.Maka kita mengetahui bahwa “Jiwa” shalat tidak terletak pada bentuk luarnya saja. Melainkan juga merupakan keadaan dari keterserapan seorang manusia dan ketidak sadaran seluruhnya selama semua melakukan sesuatu bentuk luarnya, karena di sana tidak terdapat ruang sedikit pun. Bahkan bagi Jibril sekali pun.
ooOOoo
Ada sebuah cerita mengeenai maulana Bha’uddin. Suatu hari sahabatnya menemukan dia benar-benar terserap di dalam perenungan (fana). Ketika waktu Shalat tiba, beberapa pengikutnya berteriak kepada Maulana bahwa saat shalat telh tiba. Maulana tidak memberikan perhatian terhadap apa-apa yang mereka katakan. Mereka bangkit dan memulai shalat. Merski demikian, dua pengikut, tetap melayani gurunya dan tidak bangkit shalat. Salah satau pengikut yang tengah melakukan shalat, seorang lelaki bernama Khwayagi, melihat jernih dengan mata batinnya bahwa seluruh mereka yang sedang shalat, termasuk imam shalat, ternyata membelakangi kiblat, sedangkan mereka berdua yang tetap bersama menemani gurunya justru menghadap kiblat.
Sang guru telah melewati kesadaran ego dan memasuki kadaan kehilangan diri, terserap di dalam cahaya Tuhan. Dia telah mencapai makna perkataan Nabi : “Matilah sebelum engkau mati.” Dia kemudian menjadi cahay Tuhan. Dan siapa pun membalikkan punggungnya pada Cahay Tuhan untuk memandang dinding, telah betul-betul mengarahkan punggungngya ke kiblat, karena cahaya adalah jiwa kiblat. Nabi telah menjadikan Ka’bah sebagai arah shalat untuk seluuh dunia. Tapi Dia, Tuhan Yang Maha Kuasa lebih layak untuk menjadi arah shalat, karena atas Nama-Nya maka Ka’bah menjadi Kiblat.
Nabi Muhammad suatu ketika pernah memperingatkan sahabatnya, Nabi bersabda : “Aku memanggilmu. Kenapa engkau tidak datang?”
“Karena aku sedang shalat.”
“Bukankah aku yang memanggil kamu?”
“Aku tidak berdaya,” sahabat itu menjawab.
Nabi Muhammad kemudian menjawab : “Memang baik bagimu, untuk mengetahui ketika dirimu jadi tidak berdaya di seluruh waktu, melihat dirimu sendiri tidak berdaya di saat kuat bahkan sebagaimana di waktu tak berdaya sama sekali. Arena, di atas kekuatanmu terdapat kekuatan lain yang lebih besar. Di segala waktu dan keadaan engkau tunduk kepada kehendak Tuhan. Dirimu tidaklah dua bagian yang pada suatu waktu terkendalikan dan pada waktu lain tidak. Jagalah kekuatan-Nya di dalam pandangan dan selalu menyadari bahwa dirimu tidak berdaya, dirimu tidak terkendali, tuna daya, jelek dan lemah. Jika harima, snga dan buaya saja tidak berdaya dan gemetar di depan-ya, bagaimana lagi manusia yang lemah? Surga, bumi dan segala isinya tidak berdaya dan dikuasai hukum-Nya; Dia adalah raja Yang Maha Kuat. Cahaya-Nya tidaklah seperti cahaya matahari dan bulan, meskipun keberadaan benda itu tetaplah sebagaimana adanya. Tidak. Apabila cahaya-Nya bersinar tanpa disaring, surga atau pun bumi tak akan dapat bertahan, tidak pula matahari atau bulan, tidak seorang pun akan tersisa.
Seorang raja suatu ketika berkata kepada darwiys, “Saat engkau menikmati keagungan dan kedekatan pada Istana Tuhan, beritahulah aku.”
“Apabila aku telah sampai pada Kehadiran-Nya,” kata sang darwiys, “dan aku mengungkapkan sinar dari Matahari Keindahan itu, aku tidak akan mampu untuk memberitahu kepda diriku, apalgai kepadamu.”
Meski demikian, apabila Tuhan telah memilih satu pelayan-Nya dan menyebabkannya terserap ke dalam Diri-Nya, apabila setiap orang mesti berebut memegang pakaian-Nya dan membuat permintaan kepada Tuhan, Tuhan akan mengabulkan permintaan yang paling dekat dengan-Nya walau pun dia tidak mengatakan permintaannya.
Ada sebuah cerita tentang seorang raja yang memiliki warga yang dia kasihi dengan pernhargaan amat tinggi. Ketika orang itu berencana berangkat ke istana raja, orang-orang yang memiliki permintaan akan memberikan surat untuk diberikan kepada raja, dan dia meletakkan surat itu di dalam kantung. Ketika tiba di hadapan raja dan cahaya keindahan raja bersinar kepadanya, dia akan jatuh tak sadarkan diri pada kaki bagindanya. Raja akan meletakkan tangannya dengan penuh kasih ke dalam kantung pria itu, dan berkata : “Apakah ini, warganegaraku, siapa yang telah terserap ke dalam keindahan diriku?” Dia akan menarik surat itu kemudian mencatat persetujuan pada belakangnya lalu mengganti semua susrat-surat dalam kantung itu. Kemudian, tanpa kehadiran orang-orang yang meminta, seluruh permintaan dikabulkan. Tidak satu pun yang ditolak. Kenyataannya, pemohon diberi lebih daripada yang mereka minta. Meski demikian, lebih dari ratusan permintaan dibuat warga lain yang tetap sadar dan mempu menghadirkan permohonan kepada raja atas nama orang lain, hanya sedikit yang dikabulkan.

EMPAT
TUBUH YANG FANA, JIWA YANG ABADI

Seseorang berkata : “Ada sesuatu yang telah aku lupakan.”
Ada satu hal di dunia ini yang tidak boleh di lupakan. Engkau boleh melupakan apa pun, kecuali satu hal. Apabila mengingat semua hal lain tetapi melupakan satu hal itu, engkau tidak akan dapat menyelessaikan apa pun. Itu seperti seorang raja yang mengirim engkau ke kampung dengan tujuan tertentu. Engkau pergi dan melakukan ratusan tugas lain. Apabila menolak menyelesaikan tugas utama yang untuk itu engkau di kirim, berarti engkau tidak melakukan apa pun. Kami menawarkan amanat kepada surga, bumi dan gunung, mereka semua menolak menjalankannya, dan takut kepada tawaran itu. Tetapi manusia berani menjalankannya. Sungguh dia tidak adil kepada dirinya sendiri, dan bodoh (Qs :33-72).
“Kami menawarkan amanat kepada surga dan mereka tidak mampu menerimanya.” Pertimbangkan betapa besar  kejutan pikiran dan perbuatan yang mereka lakukan : Mereka mengubah bebatuan jadi rubi dan zamrut. Mereka mengubah pegunungan menjadi tambang emas dan perak Menyebabkan tanaman di bumi berkembang dan seterusnya. Mereka memberi kehidupan. Dan mereka menciptakan taman surgawi. Bumi pun menerima biji-bijian dan kemudian memberikan buah-buahan dai biji-bijian yang di tanam. Pegunungan pun menghasilkan berbagai mineral. Segalanya dilakukan. Tetapi satu hal itu tidak mampu mereka lakukan. Hanya manusia yang mampu melakukannya. Dan kami telah memluliakan anak-anak Adam (QS:17:70). Tuhan tidak berkata, “Kami telah memuliakan surga dan bumi.” Maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk melakukan apa yang tidak mampu dilakukan surga, bumi dan gunung. Apabila manusia menyelesaikan tugasnya, ketidak-adilan dan kebodohan yang menjadi sifat manusia akan sirna. Engkau boleh meragukan dan menyatakan, bahwa sekalipun tidak menyelesaikan tugas itu, engkau telah melakukan banyak perbuatan lain. Tetapi aku katakan kepadamu bahwa manusia tidak diciptakan untuk pekerjaan lain. Itu bagaikan engkau menggunakan pisau baja Indian yang bernilai dari barang yang engkau temukan di dalam harta karun raja, sebagai parang untuk memecah daging busuk. Engkau kemudian membenarkan perbuatanmu dengan berkata : “Aku tidak dapat membairkan pisau ini menganggur. Aku menggunakannya untuk sesuatu yang baik.” Bagaikan engkau menggunakan mangkok emas untuk memasak lobak. Satu pecahan dari mangkok itu mampu dibelikan seratus periuk. Seperti engkau menggunakan belati tersepuh permata untuk tempat menggantung labu pecah agar tetap bertahan dan berkata : “Aku menggunakan belati ini untuk menggantungkan labu itu. Aku tidak bisa membiarkan belati ini menganggur.” Tidakkah itu keduanya menyedihkan dan menggelikan? Apabila labu mampu dengan baik dilayani oleh pasak kayu atau paku besi yang bernilai uang recehan, mengapa harus menggunakan belati yang berharga ratusan dinar untuk maksud seperti itu?” Tuhan telah menetapkan harga yang tinggi kepadamu, sebagaimana Dia telah berfirman : “Sungguh Tuhan telah membeli dari orang yang beriman jiwa mereka, dan harta benda mereka, serta menjajikan bagi mereka kenikmatan surga (QS: 9 – 111).
Engkaunakan melampaui dunia ini dan hari kemudian dengan suatu nilai.
Apa yang mesti aku lakukan jika engkau tidak mengetahui nilaimu sendiri?
Janganlah menjual dirimu dengan harga murah, karena engkau sangat berharga.
Tuhan berfirman : “Aku telah membeli kalia setiap nafas yang engkau hirup, inti dirimu dan rentang kehidupannya. Apabula mereka membelanjakan kepada-Ku dan memberikan kepada-Ku, harganya adalah surga abadi. Inilah yang layak kepada-Ku. Apabila engkau menjual dirimu kepada neraka, engkau berbuat tidak adil pada dirimu, seperti manusia yang menusukkan pisau berharga ribuan dinar pada dinding dan menggantungkan periuk atau labu di atas pisau itu.”
Engkau menggunakan dalih menyibukkan diri dengan ratusan amal terpuji. Engkau berkata : “Aku telah mempelajari Fiqih, hikmah, logika (mantik), astronomi, kesehatan, dan seterusnya.” Semua itu untuk dirimu sendiri. Engkau mempelajari Fiqih hingga tidak seorang pun mampu merenggut setangkup rotimu, atau merobek pakaianmu, atau membunuh dirimu. Ini semua agar engkau hidup sehat walafiat. Apa-apa yag engkau pelajari mengenai astronomi, seperti bentuk bidang langit dan pengaruhnya terhadap bumi, gaya berat atau kesembarangan keamanan dan ketakutan, semua itu berhubungan dengan keadaan dirimu. Semua itu untuk dirimu sendiri. Di dalam astrologi, tanda keberuntungan dan ketidak-beruntungan berhubungan dengan pengawasan diri. Itu masih untuk dirimu, pada akhirnya.
Apabula merenungkan masalah itu, akan tersadari bahwa engkau adalah “Substansi” dan segala hal itu  adalah bawahan terhadapmu. Sekarang, apabila segala yang berada di bawahmu memiliki demikian banyak cabang keajabiban, pertimbangkan dirimu yang merupakan “Substansi” , mesti menjadi apa! Apabila bawahanmu memiliki “titik puncak” dan “titik nadir” tanda keberuntungan dan tanda ketidak-beruntungan, pertimbangkan “titik puncak” dan “titik nadir” apa yang mesti engkau miliki. Hingga engkau menyadari bahwa ruh seperti itu harus memiliki sifat ini, mampu terhadap hal ini, dan sesuai dengan pekerjaan seperti itu.
Di samping makanan yang dimakan untuk mempertahankan dirimu secara fisikal, adalagi makanan lain yang engkau butuhkan. Seperti dikatakan Rasul Muhammad : “Aku menghabiskan malam dengan Tuhanku, dan Dia memberiku makan dan memberiku minuman.” Di dunia ini engkau telah melupakan makanan lain itu dan menyibukkan dirimu dengan makanan dari dunia ini. Siang dan malam engkau menyediakan makanan untuk tubuhmu. Sekarang  tubuh ini adalah kudamu, dan dunia ini pelayannya. Makanan kuda tidak sesuai untuk pengendaranya; Seekor kuda mempertahankan dirinya menurut kelazimannya sendiri. Karena engkau telah diliputi sifat kebinatangan dan kehewanan, engkau tetap di atas pelana dengan kuda dan tidak  memiliki tempat di antara jajaran para raja dan pangeran dari dunia tempat hatimu berada. Karena tubuh menguasaimu, engkau mesti mematuhi perintah tubuhmu. Engkau tawanan bagi tubuhmu. Seperti majnun ketika dia memutuskan berangkat ke negeri Layla. Ketika dia masih dalam keadaan sadar, dia mengendarai unta pada jalan yang benar. Tetapi sekali terserap ke dalam Layla, dia melupakan dirinya dan untasrat untaku berada di belakangkunya. Unta yang memiliki anak yang ditinggalkan di desa, suatu ketika berjalan ke arah desa. Ketika Majnun sadar, dia tahu bahwa dirinya pergi menuju jalan yang salah selama dua ahari. Kemudian dia terus mondar-mandir selama tiga bulan, ketika pada akhirnya dia menangis, “Unta ini adalah kutukan bagiku!” Demikianlah diceritakan, dia meloncat dari unta dan membiarkan dirinya berangkat sendirian.
Hasrat untaku berada di belakangku;
Sedangkan hasrat diriku sendiri berada di depan;
Sungguh dia dan aku amatlah bertentangan.
Seseeorang datang kepada Sayyid Burhanuddin Muhaqqiq dan berkata : “Aku telah mendengar pujian mengenai dirimu dari orang tertentu.”
“Biarkan aku tahu,” Sayyid menjawab,” orang seperti apa dirinya. Apakah dia telah mencapai derajat sedemikian rupa hingga mampu mengetahui dan memujiku. Apabila dia mengetahui aku atas apa yang telah aku katakan, sesungguhnya dia tidak mengetahuiku karena perkataan tidaklah tetap (sementara), bebunyian sementara, bibir dan mulut pun sementara. Semua itu kebetulan. Apabila dia mengetahui atas apa yang au lakukan, kejadiannya akan sama saja. Meski demikian, jika dia mengetahui inti diriku, dan kemudian aku tahu bahwa dia mampu memujiku, maka pujian tersebut memang menjadi hkku.”
Ini seperti cerita yang mereka ceritakan tentang seorang raja yang mempercayakan putranya kepada sekelompok manusia terlatih. Si anak tetap bertahan hingga mereka telah mengajarinya seluruh ilmu astronomi, geometri, dan ilmu pengetahuan lain, meskipun si anak sungguh-sungguh bodoh dan bebal. Suatu hari raja mengambil dan menggenggam cincin dalam kepalan tangannya, untuk menguji anaknya. Raja berkata : “Ayo, katakan padaku benda yang aku genggam di dalam kepalanku!”
“Yang Engkau genggam.” Anak itu menjawab,” adalah benda bulat, kuning, dan memiliki lubang di tengahnya.”
“Karena engkau mampu menjelaskannya dengan benar,” kata raja,”katakan padaku benda apa ini sebenarnya!”
“Itu tentu sebuah batu gerinda,” jawab sang anak.
“Kamu telah memberikan ciri-cirinya demikian tepat dengan pikiran yang amat mengejutkan! Dengan seluruh pendidikan dan pengetahuan yang telah engkau peroleh, bagaimana mungkin keluar dari pikiranmu batu gerinda yang tidak dapat digenggam oleh sebelah tangan?”
Maka, seperti itulah sekarang orang terpelajar pada zaman kita, dengan ajaib memahami ilmu pengetahuan. Mereka telah sempurna belajar memahami seluruh hal asing yang bukan merupakan perhatian mereka. Yang benar-benar penting dan terkait dari semua hal tersebut adalah dirinya sendiri. Tetapi betapa orang-orang terpelajar tidak mengetahuinya. Mereka melulu menghabiskan waktunya pada penilaian kehalalan dan keharaman segala sesuatu, dan berkata : “Ini dihalalkan dan ini tidak,” atau “Ini disyahkan hukum, dan ini tidak. Meski demikian, kebudanran, kekuningan, rancangan dan kebulatan dari cincin raja adalah kebetulan, karena apabila engkau melemparkannya ke dalam api tidak satu pun dari seluruh hal itu tersisa. Dia menjadi inti sarinya, terbebas dari semua ciri-ciri itu. Seluruh ilmu pengetahuan, amal, dan perkataan mereka letakkan di depan, semuanya tidak memiliki hubungan dengan intisari bendanya, yang akan tetap ada ketika seluruh sifat fisiknya sirna. Seperti halnya seluruh sifat dari yang mereka katakan dan mereka uraikan. Pada akhirnya mereka akan membuat penilaian bahwa sang raja memegang batu gerinda pada kepalan tangannya, karena mereka tidak mengatahui inti yang utama dari suatu benda.
Aku adalah burung, seekor Bulbul, atau seekor nuri, karena suaraku telah ditetapkan dan tdiak dapat membaut suara lain apa pun. Jika aku diminta untuk menghasilkan bunyi lain yang berbeda, aku tidak akan mampu. Sebaliknya, terhadap hal ini adalah contoh seseorang yang belajar meniru suara burung. Dia bukan burung sama sekali. Kenyatannya, dia adalah musuh burung, seorang pemburu, tetapi dia mampu membuat burung menyahut karena menganggap suara itu sebagai suara burung. Karena bunyi yang dia buat dikira-kira dan dan tidak pantas jadi miliknya, apabila diminta, dia mampu membuat bunyi berbeda. Dia mampu membuat sahutan berbeda karena dia telah belajar “mencuri barang orang dan menunjukkan kepadamu secarik linen lain dari setiap rumah.”
LIMA
TUBUH DAN JIWA SEBAGAI AMANAT


Atabeg berkata : “Keagungan apakah yang telah membuat Maulana menghargaiku?” Aku tidak pernah mengharapkan ini. Pikiran ini tidak pernah terlitas pada pikiranku, karena aku hanya layak untuk berdiri rendah hati, siang dan malam, di antara jajaran mereka yang siap melayaninya. Aku masih belum layak untuk penghargaan itu. Keagungan macam apakah ini?”
Guru menjawab : “Orang ini adalah salah satu dari kalian yang memiliki cita-cita mulia. Tidak peduli betapa tinggi derajat yang engkau capai, tidak peduli betapa penting dan terpuji apa-apa yang engkau perhatikan. Cita-citamu yang paling mulia, engkau menganggap dirimu tidak sempurna; tidak puas dengan dirimu dan berpikir masih memiliki jalan panjang untuk dilalui. Meskipun hai kita pernah melayani Tuhan, tetapi kita masih mengharapkan pengharapan resmi karena bentuk luar yang terpisah dari isi.”
Seperti benda yang tanpa isi, dia tidak dapat dipengaruhi. Dia juga tidak dapat dipengaruhi tanpa bentuk. Seperti bii yang apabila engkau sebar tanpa kulitnya, biji itu tidak akan tumbuh. Tetapi apabila engkau menanamnya pada tanah bersamaan dengan kulitnya dia akan tumbuh menjadi pohon yang mengagumkan. Atas dasar ini, tubuh pun sama pentingnya secara prinsip. Karena tanpa itu tidak ada kerja yang mampu dipengaruhi, tidak pula tujuan akan tercapai. Demi Tuhan, mata orang-orang yang telah mengetahui makna hakiki dan dia menjadi makna hakiki, dia akan mengetahui bahwa hal yang paling penting adalah makna hakikat.
Di dalam hubungan inilah bisa dikatakan bahwa dua rakaat shalat akan lebih baik dariapda dunia ini beserta seluruh isinya. Ini tidak berlaku pada setiap orang. Tetapi berlaku kepada orang-orang yang mempertimbangkan lebih serius kehilangan dua rakaat daripada kehilangan dunia ini beserta isinya. Orang yang merasa lebih berat kehilangan dua rakaat daripada kehilangan kepemilikan terhadap seluruh dunia.
Seorang darwisy pergi ke hadapan seorang raja. Sang raja menghadap padanya lalu mulai berkata, “Wahai Zahid ....
“Engkaulah yang zahid,” dang darwisy menyela.
“Bagimana mungkin aku menjadi seorang zahid?” tanya raja, “Sedang aku memiliki seluruh dunia.”
“Tidak.” Jawab sang darwisy, “Engkau meliaht itu dengan cara yang salah. Dunia dan dunia selanjutnya, bersama seluruh kerajaanmu, ada;ah milikku. Aku telah mengambil semua kepemilikan alam semesta. Engkau hanyalah isi kain dan lapnya.
Ke mana pun engkau berpaling, di sanalah wajah Tuhan (QS.2:109). Wajah itu sesungguhnya beredar, tidak terganggu, dan kekal, tidak pernah berhenti. Pencinta sejati mengorbankan dirinya sendiri kepada Wajah ini dan tidak mencari apa pun demi imbalan. Sebagian besar dari mereka bagaikan ternak; meskipun mereka bagaina ternak, mereka pantas memperoleh kebaikan. Meskipun mereka berada di dalam kandang, mereka mampu diterima pemilik kandang. Apabila dia ingin, dia mampu memindahkan mereka dari kandang ini ke dalam kurungan pribadinya. Persis yang dilakukan-Nya pertama kali. Dia membawa manusia dari ketiadaan menjadi makhluk yang berada. Dan dari kurungan makhluk ke dalam kurungan mineral; dari kurungan mineral; ke dalam kurungan kebinatangan; dari kurungan kebinatangan ke dalam kurungan kemanusiaan; dan dari kemanusiaan; menjadi keadaan kemalaikatan, dan seterusnya tiada henti. Dia membuat semua itu mewujud karena Dia memiliki begitu banyak “kurungan” yang masing-masing lebih indah dari yang lainnya; dari keadaan ke keadaan, mereka telah menderita, maka, mengapa mereka tidak beriman? (QS,84: 19-20). Dia membuat seluruh hal tersebut mewujud agar kalian tahu bahwa di sana terdapat keadaan lain yang menunggu di depan. Bukan yang akan engkau tolak dengan perkataan, “Ini demikian adanya.” Seorang perajin ahli mempertunjukan keahlian dan kerajinannya adar orang lain mempercayainya untuk dapat mengerjakan kerajinan lainnya, yang masih belum dia kerjakan. Demikian pula, seorang raja diberkahi pakaian kebesaran dan memberikan anugerah agar kebaikan dan anugerah lainnya dapat diharapkan darinya, tidak agar orang berkata : “Ini demikian adanya. Raja tidak akan memberikan kebaikan lagi.” Dan mengisi mereka dengan segala yang telah  diberikan kepadanya. Apabila raja mengetahui apa yang akan dikatakan dan dipikirkan orang, dia tentu tidak akan pernah memberinya kebaikan sejak semula.
Seorang zuhud adalah seseorang yang melihat j=hari kemudian. Sedang seorang awam hanya melihat kandang di dudnia ini. Dan para ahli mistik tidak melihat baik hari kemudian maupun “kandang” hari ini. Sejak pandangan mereka jatuh  pada permulaan, mereka tahu akhir  segalanya akan terjadi. Seperti seorang ahli   yang menanam gandum, dia akan tahu bahwa gandum itu  akan tumbuh. Dia mengetahui hasil sejak awal. Demikian pula dengan tanaman Gerst (Sejenis gandum) padi, dan seterusnya. Ketika sang ahli melihat permulaan sesuatu, meskipun pandangannya tidak pada akhir, dia mengetahui apa yang akan terjadi pada akhirnya. Orang seperti itu sangatlah jarang. Mereka yang dapat melihat sampai ke akhir sesuatu hanya sedikit, sedangkan mereka yang selalu berada di dalam kandang adalah binatang ternak.
Manusia memiliki pembimbing untuk setiap usaha kerasnya. Tidak ada satu pun yang mampu diusahakan sampai luka – kerinduan dan cinta pada satu hal – dibangunkan dalam diri manusisa. Tanpa luka dan rasa sakit, usaha keras seseorang tidak akan menjadi mudah. Tidak perduli itu urusan dunia ini, atau dunia lain, perdagangan, pengagungan, seperti ulama, astrologi atau hal lainnya. Maryam tidak pergi ke pohon yang diberkahi sampai dia mengalami kesakitan saat melahirkan, dan rasa sakit dari kelahiran bayi datang padanya di dekat ranting Pohon Kurma (QS.19:23). Rasa sakit membawanya menuju pohon, dan pohon kering itu memberinya buah-buahan. Tubuh kita persis seperti Maryam, dan kita masing-masing menanggung seorang Isa. Apabila mengalami rasa sakit kelahiran, Isa kita akan lahir; tetapi apabila tidak ada rasa sakit, Isa kita akan kembali pada asal mulanya melali jalan yang tak tampak dari tempat dia datang. Dan dia akan tetap hilang.
Jika berada dalam kemelaratan.
Dan tubuh berada dalam gelora.
Setan memakan sampai muntah.
Hingga Jamshid tidak memiliki makanan apa-apa.
Sembuhkan dirimu sendiri sekarang, sementara Isa-mu berada di bumi.
Karena ketika dia telah diangkat ke surga.
Penyembuhmu harus berpisah.
ENAM
KATA-KATA HANYALAH PAKAIAN, MAKNALAH YANG UTAMA
Kata-kata hanya didperuntukkan hanya bagi mereka yang memerlukannya untuk sampai pada pemahaman. Apa perlunya kata bagi yang mempu memahami tanpa peranta kata-kata? Surga dan dunia seleuruhnya adalah kata bagi mereka yang memahaminya. Dan seperti munculnya ka “Jadi”, maka jadilah (QS.36:82), apa perlunya teriakan baginyang yang mampu mendengar bisikan?
Seorang penyair bahasa Arab suatu ketika ebrhadapan dengan seorang raja yang tidak hanya bukan orang turki, tetapi dia juga tidak mengetahui bahasa Persia. Penyair  menggubah syair yang banyak dipenuhi kiasan dalama bahasa Arab untuk raja. Ketika raja dana para menteri, sang penyair beranjak maju dan mulai mengucapkan puisinya. Pada bagian yang menimbulkan kekaguman, Raja menganggukkan kepalanya; pada bagian yang membangkitkan ketakjuban, dia memandang dengan pandangan yang teramat liar. Dan pada bagian yang membangkitkan kerendahan hati, raja memperhatikannya dengan asyik.
Anggota istana kebingungan dan berkata : “Raja kita tidak pernah tahu bahasa Arab sepatah kata pun. Bagaimana mungkin dia menganggukkan kepalanya pada saat yang tepat, kecuali benar-benar memahami bahasa Arab dan menyembunyikannya dari kita semua selama bertahun-tahun? Apabila kita pernah berkata tidak sopan di dalam bahasa Arab, sengsaralah kita!”
Saat itu raja amemiliki seorang budak lelaki yang mendapatkan hak amat istimewa. Pegawai-pegawai istana pergi kepadanya lalu memberinya seekor kuda, unta, dan sejumlah uang. Mereka berjanji akan memberi sebanyak itu lagi apabila si bidak bisa mengetahui apakah raja paham bahasa Arab atau tidak. Sebab, bila raja tidak memahami bahasa Arab, bagaimana mungkin dia menggelengkan kepala pada saat tepat? Apakah itu keajaiban atau ilham? Suatu hari budak itu menemukan suatu saat yang ttepat. Saat itu raja sedang berburu. Karena terlalu asyik berburu, dia keasyikan dalam berburuannya. Si budak tahu kondisi raja sedang senang maka dia menanyai raja.
Raja tertawa dan berkata, “Demi Tuhan, aku sama sekali tidak tahu bahasa Arab. Aku menganggukkan kepala dan menyatakan kesepakatan, benar-benar disebabkan maksud yang terkandung dalam puisi itu.” Dari cerita itu nyatalah bahwa “Hal yang utama” adalah maksud. Puisi hanyalah “Cabang” dari “yang utama”. Apabila tidak ada maksud, dia tidak akan pernah menggubah puisi.
Jika seseorang telah mengutamakan maksud, taka ada lagi ke-dua-an tersisa. Ke-dua-an terletak di dalam cabang, sedangkan akarnya yang paling utama tetap satu. Fenomena semacam itu dapati ditemukan dalam sosok guru-guru spiritual. Tampak dari luar mereka berbeda satu sama lain. Dan tampak juga perbedaan yang muncul dalam keadaan perbuatan, dan perkataan. Tapi perbedaan-perbedaan tersebut berpulang pada inti yang sama yaitu pencarian Tuhan. Persis seperti angin yang berhembus melalui rumah : dia mengangkat satu sudut karpet dan mengibarkan tikar, menyebabkan debu terbang ke dalam udara, meriakkan air di dalam kolam, dan menyebabkan cabang dan dedaunan pohon berderai. Semua hal itu tampak jadi amat berbeda; padahal dari titik pandang maksud, prinsip, dan realitas mereka semuanya satu. Karena gerakan mereka semuanya berasal dari satu angin yang berhembus.
ooOOoo
Seseorang berkata : “Kita tidak sempurna.”
Adalah suatu kenyataan bahwa seseorang memikirkan hal ini dan mencela dirinya sambil berkata, “Sial, apa sebenarnya aku ini?” “Mengapa aku berlaku seperti ini?” Itu merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan. “Cinta adala selama celaan masih ada.” Karena seseorang akan memarahai yagn dicintainya, bukan memarahi orang asing dengan dirinya. Ada sebagi jenis celaan. Menderita dalam keaskitan merupakan bukti cinta dan kebaikan Tuhan. Pada sisi lain, ketika suatu makian dilontarkan dan orang yang dimaki tidak merasakan sakit, maka tak akan ada bukti cinta (seperti ketika  orang memukul karpet untuk mengeluarkan debunya). Dan pada sisi lain, seseorang yang memarahi anak atau kekasih yang ia cintai, ia akan mendapatkan bukti dari cinta. Bukti cinta akan muncul dalam contoh kusus seperti itu. Maka, selama engkau mengalami rasa sakit dan menyesal di dalam diri, itu adalah bukti cinta dan kebaikan Tuhan.
Ketika engkau melihat kesalahan pada saudaramu, kesalahan itu sebenarnya ada dalam dirimu, tetapi engkau melihat kesalahan itu terpantul dalam dirinya. Demikian pula halnya dengan dunia ini. Dunia ini merupakan cermin yang melaluinya engkau melihat citra diri. “Seorang Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain.” Bersihkanlah dirimu dari kesalahan sendiri, karena kesusahan yang engkau kira dari orang lain, sebenarnya berada dalam dirimu sendiri.
Engkau tidak pernah merasa bersalah oleh sifat buruk apa pun yang ada dalam dirimu, seperti ketidakadilan, kebencian, kerakusan, kecemburuan, ketidakpekaan, atau kesombongan. Maka ketika engkau melihat semuanya di dalam diri orang lain, engkau merasa malu. Engkau merasa sakit hati. Tidak seorang pun jijik oleh koreng atau bisul pada dirinya; tak satu orang pun akan meletakkan jarinya yang terluka ke dalam air rebusan, lalu menjilati jemari itu, dan dia tidak merasa mual. Meski demikian, apabila ada bisul kecil atau tangan orang lain terluka, engkau tidak akan pernah bisa bertahan melihat pencelupan tangan dalam air rebusan kemudian dijilati. Buruknya kualitas moral bagaikan koreng dan bisul. Tidak seorang pun merasa dipermalukan oleh dirinya sendiri. Namun setiap orang menderita kesukaran dan ketakutan karena melihat hanya sedikit saja luka atau kejelekan pada diri orang lain. Seperti halnya engkau merasa malu karena orang lain, engkau mesti memaffkan mereka karena mereka juga merasa malu ketika terganggu olehmu. Kesusahanmu adalah penyesalan dirinya karena kesusahanmu muncul dari melihat sesuatu yang dia lihat pula. “Seorang Mukmin merupakan cermin bagi Mukmin yang lain.” Nabi Muhammad tidak mengatakan orang kafir merupakan cermin bagi orang kafir. Nabi tidak mengatakan itu bukan karena orang gkafir tidak memiliki poternsi untuk menjadi cermin. Melainkan karena orang kafir tidak menyadari pada cermin dari jiwanya sendiri.
Seorang raja terduduk di pinggir sebuah apsir. Raja itu tengah patah hati. Pangeran merasa khawatir jika mendapatkan raja dalam keaan seperti itu. Mereka berusaha untuk membaut raja ceria. Tetapi apa pun yang mereka lakukan, tak satu pun yang dapat membuat raja ceria. Raja memiliki badut yang sangat diistimewakan.Pangeran menjanjikan dia berbagai hadiah apabila ia mampu membuat raja tertawa. Badut akhirnya menghadap raja, mengerahkan segala kemampuannya. Namun raja sama sekali tidak tertarik. Melirik un tidak. Si Badut terus berusaha memperlihatkan mimik yang bisa membuat raja tertawa. Tapi raja tak melakukan apa pun. Dia hanya melirik pada parit dengan kepala tertunduk.
“Apa yang engkau lihat di dalam air wahai raja?” tanya badut.
“Aku melihat seorang suami dengan istrinya yagn tidak setia.” Jawab raja.
“Tuan,” si badut berkata, “pelayanmu pun tidaklah buta.”
Demikianlah. Ketika engkau melihat pada diri orang lain sesuatu yang menyusahkan dirimu, orang yang kau lihat pun tidak buta. Dia melihat halyang sama dengan yang engkau lihat.
Jika kita berbicara tentang Tuhan, maka kita tak lagi membicarakan adanya dua ego di sana. Engkau berkata, “Aku”, dan Dia mengatakan “Aku”. Agar dualitas itu sirna, salah satunya mesti mati demi yang lainnya. Engkau mesti mati untuk Dia atau Dia untuk engkau. Tapi meskipun demikia, Dia tak mungkin mati – baik kematian fenomenal atau pun konseptual – karena “Dia adalah Yang Maha Abadi dan tidak akan pernah mati.” Tapi Dia begitu agung, mungkins aja Dia akan mati untukmu agar dualitas yang ada bisa sirna. Tapi, karena Dia tidak mungkin mati, engkau harus mati agar Dia mampu bersemayam dalam dirimu, kemudian menghancurkan dualitas itu.
Engkau dapat mengikat dua burung bersamaam. Tetapi, keduanya mungkin dari jenis yang sama dan sayap yang tadinya hanya dua kini menjadi empat, kedua burung itu tidak akan mampu terbang bersama karena masih memiliki dualitas. Tapi jika engkau mengikat burung mati pada burung lain yang masih hidup, dia mampu untuk terbang karena di sana tak ada lagi dualitas.
Matahari sangat ramah dan penyayang, hingga jika memungkinkan dia akan rela mati demi kelelawar. “Kelelawar sayangku,” matahari akan berkata, “Kelembutanku dan rasa sayangku menyentuh segala sesuatu. Aku pun akan melakukan apa-apa yang bermanfaat untukmu. Jika engkau dapat mati, matilah, agar engkau bisa menikmati cahaya kemegahanku dan menanggalkan “kekelelawaranmu”, lalu menjadi burung phoenix dari gunung Qaf karena kedekatanmu kepadaku.
Seorang pelayan Tuhan akan mampu meniadakan dirinya sendiri demi yang dikasihinya. Dia meminta kepada Tuhan agar memberinya kekasih seperti yang diinginkan, tetapi Dia tak dapat mengabulkan permintaan itu. Muncullah sebuah suara yang berkata, “Aku tidak ingin engkau melihat seseorang seperti yang engkau inginkan.”
Tetapi seorang pelayan Tuhan, akan terus memaksa dan tidak menghentikan permohonannya. Dia berkata, Ya, Tuhan. Engkau telah menempatkan hasrat pada seseorang di dalam diriku, dan hasrat itu tidak pernah dan tidak akan pergi.”
Akhirnya sebuah suara muncul menjawab, “Apabila engkau menginginkan hasrat itu terwujud, maka korbankan dirimu dan jadilah tiada. Jangan menempatkannya dalam perpisahan dengan dunia.”
“Baiklah Tuhan, “katanya, “Aku puas”. Dan kemudian dia melakukannya. Dia korbankan dirinya dan kehidupannya demi kekasih yang dia cintai dan terpenuhilah hasratnya.
Jika seorang pelayan Tuhan ttelah memiliki kemuliaan untuk mengorbankan hidupnya, satu hari baginya akan lebih berharga dibandingkan dengan seluruh kehidupan dunia dari awal hingga akhir. Apakah dengan begitu Pemilik kasih sayang tak lagi lembut? Itu tentu menggelikan. Walau pun bagaimana pun, untuk meniadakan-Nya adalah sesuatu yang mustahil. Karena mustahil, maka engkau harus meniadakan dirimu.
ooOOoo
Seorang yang bodoh menempatkan dirinya di tempat yang lebih atas dari tempat orang suci. Orang suci itu berata, “Apa bedanya seseorang duduk di atas lampu dengan seseorang yang duduk di bawahnya? Walau pun lampu cenderung untuk selalu di atas, hal itu menjadi bukan atas kehendaknya. Satu-satunya tujuan ialah memberikan manfaat kepada yang lain hingga merek mampu menikmati cahayanya. Kalau sebaliknya, di mana pun lampu berada, tinggi atau pun rendah, dia akan sekedar lampu. Dia adalah matahari abadi.”
Jika ada orang-oran suci yang mencari status dan kedudukan pujian di dunia ini, mereka melakukan hal itu karena orang lain tidak mampu untuk memahami keagungan mereka. Mereka ingin memikat orang-orang awam terseut dengan jerat dunia ini hingga mereka mampu menemukan jalan lain yang memuaskannya dan akhirnya jatuh pada jerat dunia selanjutnya. Demikian pula yang dilakukan Nabi Muhammad Beliau menguasai Makkah dan negaa bukan karena dia membutuhkannya. Malainkan untuk menerangi dan melimpahi mereka semua dengan cahaya-Nya. “Tangan ini dibiasakan untuk memberi, tidak dibiasakan untuk mengambil.” Orang suci memperdaya orang lain untuk memberi, bukan untuk mengambil apa pun dari mereka.”
Ketika seseorang menjerat burung kecil dengan penjerat untuk memakan atau menjualnya, itu isebut muslihat. Tapi jika seorang raja melakukan jebakan untuk menjerat seekor elang liar yang tidak berharga dan tidak mengetahui hakikat dirinya dan kemudian melatihnya untuk keperluan tentara hingga menjadi elang yang mulia, terlatih, dan halus peranginya, itu bukan muslihat. Meski jika dilihat sekilas perbuatan itu culas, tapi sebenarnya ahal itu dilakukan dengan mempertimbangkan hakikat ketulusan dan kemurahan hati. Perbuatan itu seperti membangkitkan kembali orang mati, mengubah batu yang hina menjadi permata Rubi, mengubah sperma mati menjadi manusia dengan segala kehidupannya, dan sebagainya. Maka seandainya seekor elang mengetahui untuk apa dia ditangkap, dia tidak lagi membutuhkan biji-bijian yang menjadi umpan. Melainkan akan mencari jerat dengan seluruh hati dan jiwanya lalu terbang menuju tentara raja.
Orang hanya melihat pada makna tekstual dari perkataan orang suci lalu mereka berkata, “Kami telah mendengar. Pembicaraan ini berkali-kali sebelumnya. Kai telah cukup dengan perkataan seperti itu. Hati kami telah tertutup. Tetapi Tuhan telah menggutuk mereka dengan segala keingkarannya (QS.2:88). Orang kafir akan berkata, “Hati kami telah dipenuhi oleh pembicaraan seperti itu.” Kemudian tuhan menjawab mereka, “Sengsaralah kalian karena hatinya dipenuhi oleh kata-kata itu. Mereka dipenuhi oleh godaan-godaan untuk membuat jahat dan bayangan yang sia-sisa. Hati mereka dipenuhi kemunafikan dan keraguan, bahkan mereka penuh kutukan.” Tuhan telah mengutuk mereka dengan segala keingkarannya.
Jika mereka mampu melepaskan diri dari ocehan-ocehan semacam itu, mereka akan mampu menerima perkataan ini. Tetapi mereka tidak mampu melakukan hal itu. Tuhan telah menyumbat telinga, mata dan hati mereka. Sehingga jika mereka melihat, mereka selalu melihat warna yang salah. Mereka menganggap Yusuf sebagai serigala. Telinga mereka mendengar susara yang salah. Mereka mendengar hikmah sebagai omong kosong dan ocehan. Hati mereka telah menjadi gudang godaan, khayalan yang menyesatkan dan persepsi yang keliru. Karena telah terikat khayalan dan anggapan yang kacau. Hati mereka menjadi padat dan beku bagaikan es di musim dingin. Tuhan telah menutup hati dan pendengaran mereka; kegellapan menutupi pandangan mereka (Qs.2:7). Bagaimana mungkin hati mereka menjadi penuh? Sedang dalam seluruh ke. Apabila iblis ada, ini pasti dia.”
hidupannya atau dalam setiap masa ketika mereka membanggakan dirinya tidak pernah memahami atau menyerap sesuatu pun. Tuhan tidak memberikan mereka kendi yang penuh seperti yang diberikan kepada sebagian orang agar mereka bisa mengisinya. Dia memberikan kendi kosong kepada sebagian, dan mengapa mereka mesti berterima kasih? Orang yang menerima kendi penuhlah yang layak mengucapkan terima kasih.
Ketika Tuhan menciptakan Adam dari tanah liat dan air, “Dia mengadoni tanah liat untuk mencipta Adam selama empat uluh hari.” Dia meyempurnakan bentuk Adam lalu membiarkannya selama satu periode waktu di bumi. Iblis muncul, turun dan masuk ke dalam tubuh Adam. Menelusuri dan memeriksa seluruh uratnya, dia melihat jaringan tubuh itu dipenuhi darah dan kejenakaan. Adam berkata, “Ah, alangkah bagusnya seandainya bukan Iblis yang duduk di kaki singgasana tuhan, aku akan muncul. Apabila iblis ada, ini pasti dia.
Kedamaian semoga bersama kalian!!

TUJUH
MANUSIA  YANG  TERKURUNG  KATA-KATA

Putra Atabeg datang.
“Ayahmu selalu mengingat Tuhan, dan dia sangat taat,” sang guru berkata, “itu nampak dari apa yang dia katakan.”
Suatu hari Atabeg berkata, “Orang kafir Yunani telah menyarankan kami menikahkan putri kami kepada kaum Tartar, sehingga agamanya menjadi satu dan agama Islam akan lenyap.”
“Pernahkah Agama menjadi satu?” aku bertanya, “yang terjadi salalu dua atau tiga, dan perang selalu berkecamuk di antara sesama pemeluk agama. Bagaimana mungkin engkau menyatukan agama? Pada Hari Kebangkitan, semuanya akan dipersatukan. Tetapi di sini, di dunia ini, mustahil agama-agama menjadi satu karena setiap orang memiliki hasrat dan keinginan berbeda. Penyatuan tidak mungkin terjadi di sini. Meski pun demikian, pada Hari Kebangkitan nanti, ketika segalanya menjadi satu, setiap orang akan melihat pada satu hal, mendengar dan membicarakan satu hal.”
Ada berbagai macam hal dalam diri manusia. Dia adalah seekor tikus, dan dia juga seekor burung. Kadang-kadang burung mengangkat kurungannya, kemudian tikus menariknya kembali ke bawah. Ada ribuan binatang lain di dalam diri manusia, sampai dia maju pada titik tetmpat tikus melenyapkan “ketikusannya” dan burung meleneyapkan “keburungannya”. Semua akan disatukan, karena pencarian sasaran tidak ke atas ataupun ke bawah. Ketika sasaran ditemukan, tidak ada “atas” dan “bawah”. Ketika seseorang kehilangan sesuatu, dia mencarinya ke segala arah – kiri dan kanan, atas dan bawah, ke sana ke mari, ke segala arah. Dan ketika benda yang hilang itu telah ditemukan, dia akan menghentikan pencariannya. Pada hari kebangkitan nanti, setiap orang akan melihat dengan satu mata, berbicara dengan satu lidah, mendengar dengan satu telinga, dan menyerap dengan satu indera.
Hal itu seperti sepuluh orang yang bersama-sama memiliki taman atau toko. Mereka berbicara tentang satu hal, khawatir tentang satu hal, dan disibukkan dengan satu hal. Ketika barang yang dicari telah ditemukan (Pada hari kemabgnkitan ketika seluruhnya akan bertatapan dengan Tuhan), seluruhnya akan disatukan dengan cara serupa ini.
Di dunia ini setiap orang disibukkan dengan sesuatu. Sebagian sibuk dengan cinta pada perempuan, sebagian dengan harta benda, sebagaian dengan bagaimana mendapatkan uang, sebagian dengan ilmu. Masing-masing orang percaya pada kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicapainya berdasar pada kepercayaan itu, demikian pula rahmat Tuhan. Ketika manusia mulai mencari dan tidak menemukannya, dia menghentikan pencarian. Setelah beristirahat sebentar dia berakata, “Kenikmatan dan rahmat itu mesti dicari. Barangkali aku tidak cukup mencari, biarkan aku mencari kembali.” Ketika dia kembali mencari dan masih tidak menemukannya, dia terus mencari hingga sang rahmat membukakan diri. Ketika sampai pada tahap itulah dia menyadari bahwa sebelumnya dia melakukan pencarian pada jalan yang salah. Meski demikian, Tuhan memiliki beberapa pelayan yang melihat dengan pandangan yang jernih bahkan sebelum tiba Hari Kebangkitan.
Ali pernah berkata, “Apabila tirai telah diangkat, aku tidak menjadi lebih yakin.” Dengan ini dia mengartikan bahwa apabila kulit permukaan telah diangkat dan Hari Kiamat menampakkan dirinya keyakinannya tidak akan meningkat. Penglihatannya seperti sekelompok orang yang pergi ke dalam ruang gelap pada malam hari dan berdoa. Masing-masing orang menatap pada arah yang berbeda. Ketika hari berganti, mereka kembali memutarkan dirinya kecuali seorang lelaki yang telah menatap Makkah sepanjang malam. Ketika orang lain berputar arah pada rahnya masing-masing, mengapa dia mesti ikut berputar arah? Para pelayan tuhan itu menatap Dia sepanjang malam. Mereka telah membalikkan diri dari semua yang lain, kecuali dari Tuhan. Bagi mereka hari kebangkitan terasa segera akan terjadi dan selalu merasakan kehadirannya.
Memang kata-kta tidak berbatas maknanya. Namun kata-kata diwahyukan sesuai dengan kemampuan orang yang mencarinya. Tidak satu pun di sana, kecuali Kami memiliki gudang itu semuanya, dan Kami tidak menyebarkan dengan merata, melainkan dengan ukuran yang telah ditentukan (QS.15:21). Hikmah turun seperti hujan dari sumbernya yang tiada pernah berakhir. Dia turun dengan kesuaian terbaiknya, kurang atau lebih, berdasarkan musim. Ahli pengobatan menaruh gula atau obat pada secarik kertas, tetapi di sana terdapat lebih banyak gula daripada yang ada pada kertas. Asal mula gula dan obat sangat tidak terbatas, tetapi betapa mereka mampu mencocokkannya pada secarik kertas.
Beberapa orang mengejek Nabi Muhammad, dan berkata, “Kenapa Al-Qur’an diahyukan kepada Muhammad kata dmei kata, dan tidak bab demi bab>”
Nabi Muhammad menjawab, “Pertanyaan bodoh macam apa ini? Seandainya Al-Qur’an diwahyukan semuanya kepadaku secara serentak, aku akan meleleh hancur dan mati.”
Orang yang mengabarkan sesuatu, memahami lebih banyak dari sesuatu yang sedikit, dari satu hal dia memahami banyak hal; dari satu baris, memahami seluruh buku. Persis sekelompok orang yang duduk menyimak sebuah cerita. Satu dari mereka mengetahui seluruh cerita, ketika ceritanya baru dimulai. Dari satu kiasan dia memahami sebanyak yang orang lain dengar. Hal itu terjadi karena orang-orang itu tidak menyadari seluruh situasi yang terjadi. Orang yang mengetahui semuanya, memahami lebih banyak dari sedikit saja yang diceritakan.
Mari kita kembali kepada ahli pengobatan. Ketika pergi ke toko ahli obat, di sana terdapat banyak gula. Tetapi dia akan melihat berapa banyak uang yang engkau miliki dan akan memberikan gula sesuai dengan uang yang engkau miliki. Di dalam contoh itu, “Uangmu” berarti “cita-citamu” dan “pengorbananmu”. Demikian pula kata-kata. Ida diwahyukan berdasar pada cita-cita dan ketaatanmu. Ketika engkau akan mengambil gula, ahli pengobatan melihat sakumu, memperhatikan berapa banyak gula akan tertampung, dan mengukur sesuai dengan itu. Apabila seseorang membawa barisan unta dengan banyak karung, mereka akan memanggil tukang angkut. Dalam kasus serupa, ada sejumlah orang yang baginya lautan tidaklah cukup. Sementara bagi yang lain beberapa tetes kecil saja mencukupi. Lebih dari itu justru akan mencelakakannya. Ini berlaku tidak hanya di dalam makna, ilmu dan hikmah, tetapi juga dalam segala sesuatu. Kepemilikan kemakmuran dan kepemilikan semuanya tidak terbatas, tetapi semua itu diberikan dengan ukuran yang sesuai. Orang yang menanggung lebih banyak dari kemampuannya akan menjadi gila. Tidaklah engkau lihat Majnun dan Farhad itu – dan pecinta lain yang menempuh nestapa padang pasir demi cintanya kepada seorang perempuan – telah memikul hasrat yang melampaui batas kemampuannya? Tidakkah engkau lihat Fir’aun yang mengakui dirinya sebagai Tuhan ketika dia didberi terlalu banyak kemakmuran dan kekuasaan? Tidak satu hal pun di sana, melainkan gudang itu semuanya berada di tangan Kami (QS.15:21). Tuhan telah berfirman, “Tidak ada apa pun, baik atau buruk dengan persediaan yang terbatas dalam gudang Kami, tetapi Kami menganugerahkannya sesuai dengan kemampuan, dan itu merupakan jalan yang terbaik.”
Betul, seseorang mungkin menjadi seorang Mukmin tanpa tahu apa yang mereka Imani. Seperti anak kecil “percaya” pada roti tanpa mengetahui yang dia percayai. Demikian pula buah-buahan dari pohon mengering dan layu kekeringan. Tetapi mereka masih tidak mengetahui apa “haus” itu. Keberadaan manusia bagaikan bendera yang berkibar di udara. Kemudian tentara dikirim dan dikumpulkan mengelilingi bendera dari setiap arah untuk mengetahui Tuhan. Dari arah nalar, pemahaman, kemarahan, keberangan, pengampunan, keluhuran budi, ketakutan dan gharapan, keadaan tanpa akhir, serta kualitas tanpa batas. Setiap orang yang mencari dari kejauhan hanya melihat benderanya saja, tetapi yang mencari dari dekat menyadari hakikatnya.
ooOOoo
Seseorang datang dan dia di tanya, “Darimana saja engkau?”
“kami merindukanmu, aku merindukanmu mengapa engkau pergi begitu lama?”
“Kami telah dan akan tetap berdoa agar keadaan ini akan berubah. Keadaan yang membawa perbedaan sungguh tidak terlihat.”
Benar, Demi Tuhan, Situasi itu baik di mata Tuhan. Memang benar bahwa segala hal baik dan sempurna dalam hubungannya dengan Tuhan. Bukan hubungannya dengan kita. Ketidakmurnian dan kemurnia, penolakan dan perhatian terhadap shalat, kekafiran dan keimnanan, politeisme dan monoteisme – semua itu baik dalam hubungan dengan Tuhan. Tetapi bagi kita peribahan, pencurian, kekafiran, dan politeisme merupakan keburukan, sementara monoteisme, tatacara ibadah, dan sedekah merupakan kebaikan. Segala sesuatu baik jika dipandang dalam hubungannya dengan Tuhan. Seorang raja mungkin memiliki tiang gantungan, penjara, kebahagiaan, kemakmuran, harta benda, rombongan perayaan, kebahagiaan juga genderang perang dan bendera. Di dalam hubungan dengan raja semua hal itu baik. Sebagaimana kerajaannya didlengkapi dengan baju kebesaran, demikian pula ia dilengkapi dengan tiang gantungan, hukuman, dan penjara. Semua itu pelengkap kerajaannya, meski pun bagi orang-orang lain baju kebesaran dan tiang gantungan sama-sama menakutkan.

DELAPAN
JIWA SHALAT LEBIH BAIK DARIPADA SHALAT

Seseorang ditanya, apakah yang lebih istimewa dibanding shalat? Jawabnya, seperti yang telah kami katakan, bahwa Jiwa Shalat lebih baik daripada shalat. Jawaban lain ialah Iman lebih baik daripada Shalat, karena shalat diwajibkan lima kali sehari sedangkan Iman tidak boleh terputus. Orang dapat dimaafkan dari shalat dengan alasan yang benar, juga diijinkan menunda shalat. Iman tanpa shalat patut diberi ganjaran, sedangkan shalat tanpa iman, seperti shalatnya orang munafik, tidak mendapatkan apa-apa.  Shalat berdasarkan Agama. Sedangkan iman tidak akan berubah karena perbedaan Agama. Keabadian dan universalitas iman meliputi berbagai hal, keadaannya, perhatiannya, dan lain-lain. Juga ada perbedaan lain. Seseorang dapat mendengar wahyu sesuai derajat kemampuan keterikatannya terhadp wahyu tersebut. Seorang pendengar wahyu seperti tepung terigu di tangan seorang pengadon; wahyu itu bagaikan air, dan “ukuran air yang benar mesti dikocok ke dalam tepung terigu.
ooOOoo
Mataku melihat pada yang lain. Apa yang seharusnya aku lakukan?
Mengeluhlah tentang dirimu.
Karena engkau adalah cahaya mataku.
“Mataku melihat pada yang lain” berarti mencari titik kepuasan” selain dirimu. Apa yang mesti aku lakukan? Engkau adalah cahaya,” berarti engkau bersama dirimu sendiri. Janganlah engkau keluar dari dirimu sendiri karena cahayamu akan menjelma menjadi ratusan ribu dirimu.
ooOOoo
Diceritakan, suatu ketika ada seorang lelaki dengan perawakan kecil lemah, dan hina bagaikan burung kecil yang terkutuk. Bahkan setiap pandangan buruk yang melihatnya selalu diiringi dengan rasa jijik dan disertai rasa syukur kepada Tuhan karena mereka tidak seburuk dia. Meskipun sebelum melihat dia, mereka pernah mengeluhkan wajah buruk mereka. Tidak hanya itu. Lelaki-lelaki itu juga selalu berbicara kasar dan pembual besar. Seorang anggota istana raja yang selalu menyakiti seorang menteri karena dia sabar, suatu ketika merasa tak tahan lagi melihat keadaan itu dan berteriak, “Hai, orang-orang istana! Kita telah mengambil orang tak berharga ini dari selokan dan mendidiknya. Berterima kasihlah! Karena kemakmuran dan kemurahan hati kita, juga karena leluhur kita, dia menjadi orang penting. Tapi kini, dia datang dan berbicara kepadaku dengan cara seperti ini!”
Seroang sahabt berdiri dan berkata kepada menteri, “Wahai orang-orang istana, orang-orang terhormat di kerajaan, apa yang dia katakan benar adanya. Aku telah diangkat oleh kebaikannya dan didpelihara dari remah-remah meja makan leluhurnya. Kemudian aku merasa dihina dan direndahkan sebagaimana engkau lihat sekarang. Apabila aku dibawa orang lain, milik dan statusku tentu akan lebih besar daripada mereka sekarang. Dia mengangkatku dari debu dan demi alasan itu aku berkata, bagi Tuhan aku adalah Debu (QS.78:40). Andaikata orang lainlah yang mengangkatku dari debu, aku tidak akan jadi ternak yang tertawa seperti ini.”
Seorang pengikut yang peduli pada hamba Tuhan akan memiliki kemurnian jiwa. Siapa pun yang dididik dan diajari untuk menipu atau berbuat munafik, dia akan menjadi orang yang menyedihkan, lemah, tidak berdaya, hina, ragu-ragu, dan bingung sebagaimana yang mengajarinya. Karena mereka yang tidak beriman, pendukungnya adalah Thagut. Mereka akan membawanya dari cahaya ke dalam kegelapan (QS.2:257).
Para Nabi dan orang suci, dengan demikian, adalah “pengingat” atas keadaan masa lalu seseorang. Mereka tidak meletakkan sesuatu yang baru ke dalam hakikat seseorang. Sekarang setiap air keruh yang mengenali air jernih itu akan berkata, “Aku berasal dari itu” lalu bercampurlah dengannya. Tetapi jika air keruh itu tidak mengenali air jernih yang mengingatkan asal mulanya dan berpikir dirinya berbeda dengan yang lain, dia akan menolak proses terjadinya kekeruhan, perampuran warna lain dalam dirinya, hinga dia tidak akan lagi bercampur dengan lautan yang maha luas. Mereka bahkan menjadi lebih asing dari laut..
Mereka yang menyadari ikatan kebersamaan
Akan terikat bersama;
Mereka yang menolak ikatan kebersamaan,
Hancur redam terpisah-pisah.
Persisi seperti Firman Allah, telah datang utusan kepada kalian dari golongan kalian sendiri (QS.9:128). Ayat ini bermakna bahwa air jernih yang agung itu berasal dari jenis serupa dengan air keruh yang hina. Mereka berbagi jiwa dan hakikatnya yang serupa. Ketika “”yang sedikit” tidak mengenali “yang besar” dan agung memiliki jiwa dan hakikat yang sama dengannya, maka pengenalan yang akan datang padanya bukan dari air itu sendiri. Melainkan dari kejahatan yang membisikinya. Kejahatan itu memantul di atas permukaan air hingga dia tidak tahu apakah alirannya berasal dari air laut yang luas dan agung atau berasal dari pantulan kejahatan. Antara keduanya begitu dekat sehingga dia tidak mampu untuk membedakannya.
Dengan cara serupa, seonggok tanah liat yang sedikit dan hina tidak mengetahui apakah dia berasal dari lumpur yang datang dari dirinya sendiri atau karena munculnya sejumlah penyebab lain yang bercampur dalam dirinya. Sadarilah kemudian bahwa setiap baris, setia laporan, dan setiap ayat yang dibawa sebagai bukti para nabi dan orang suci merupakan dua bukti dan dua kesaksian mereka. Bukti dan saksi itu mempu bertindak ssebagai saksi terhadap banyak peristiwa. Mereka menyaksikan setiap hal berdasar pada perkaranya. Sebagai contoh, dua orang yang sama bisa jadi menyaksikan penempatan rumah, penjualan pada toko, dan perkawinan. Dalam situasi apa pun dan dalam kondisi yang  bagaimana pun, mereka akan membatasi kesaksiannya pada setiap peristiwa yang terjadi. “Bentuk” persaksian selalu sama, tetapi “hakikatnya” tentu berbeda. “Semoga Tuhan mengasihi kita dan kalian! Warna itu berasal dari darah, tetapi wewangian itu berasal dari kesturi.”

SEMBILAN
HASRATMU ADALAH TIRAI YANG MENUTUPI YANG NYATA

Kai berkata, “Beberapa orang yang berhasrat untuk melihatmu berkata, “Aku berharap untuk dapat melihat guru.”
Di dalam kenyataannya, orang itu tidak akan mampu untuk melihat guuru begitu saja karena hasratnya untuk melihat guru menjadi tirai penghalang pada sang guru itu sendiri. Pada saat itu dia tidak akan melihat guru tanpa tirai penghalang.
Setiap orang tentu memiliki hasrat, kasih sayang, cinta, dan kemesraan yang dia tumpahkan terhadap segala hal, ayah, ibu, sahabat, surga dan bumi, taman, beranda, karya, pengetahuan, makanan atau minuman. Dia harus menyadari bahwa segala hasrat dan keinginan itu menjadi “tirai” yang menghalanginya. Ketika seseorang mampu melampaui dunia ini dan melihat bahwa Sang Raja tidak tertutupi tirai itu, ia akan sadar bahwa seluruh hal tersebut merupakan “tirai yang menutupi”. Sementara apa yang mereka cari pada hakikatnya satu. Dengan adanya kesadaran itu, seluruh masalah akan terpecahkan. Seluruh pertanyaan dan kesukaran hati akan terjawab, dan segala sessuatu akan menjadi jernih.
Tapi jawaban Tuhan tidak akan seperti itu. Dia mesti menjawab segala masalah satu persatu. Satu jawaban akan menyelesaikan seluruh masalah. Pada musim dingin setiap orang akan menyelimuti dirinya dan merapat di tempat yang hangat untuk mengusir dingin. Seluruh tanaman dan pepohonan meluruhkan dedaunan dan buah-buahnya karena serangan musim dingin. Menahankan rasa dingin dan bertahan dengan kulitnya agar tidak menderita kebekuan. Lalu datanglah musim semi “menjawab” kebekuan musim dingin. Munculnya musim semi, menjawab dan memuaskan segala masalah dan seluruh pertanyaan mereka yang bermacam-macam. Musim semi menyapa seluruh kehidupan, seluruh benda hidup, semua abenda mati dan menjawab setiap pertanyaan mereka dengan satu tiupan. Dan akhirnya, segala sesuatu mengeluarkan kepalanya dan mengetahui apa yang menyebabkan munculnya bencana itu.
Tuhan telah menciptakan “tirai” tersebut untuk satu tujuan yang baik. Apabila Dia menunjukkan keindahan-Nya tanpa tirai, kita tidak akan mempu melihat dan menikmati keindahan-Nya. Kita juga tak akan memperoleh manfaat darinya, karena kita diciptakan dan dikuatkan secara tidak langsung. Apakah kamu meliaht matahari? Di dalam cahayanya kita datang dan pergi. Karena cahanya kita dapat melihat dan mampu membedakan kebaikan dari keburukan. Dengan cahanya pula kita menghangatkan ddiri. Karena mataharilah, pepohonan dan taman menghasilkan buah-buahan. Buah-buahan yang mentah, pahit, dan masam menjadi amtang dan manis dalam panasnya. Di bawah pengaruhnya, bebauan dan logam berproses menjadi emas, perak, rubi dan nilan (safir). Jika matahari yang sangat bermanfaat secara tidak langsung itu terlalu dekat dengan kita, tentu kita tidak akan mendapatkan manfaat darinya. Bahkan dia juga akan menyebabkan seluruh dunia dan seisinya hangus terbakar. Ketika Tuhan Mengejawantahkan Diri-Nya, dengan ditutupi tirai pada gunung, pohon-pohon, berbagai jenis bunga akan menghiasi gunung itu dengan segala keindahannya. Kehijauan memenuhi manifestasi Tuhan dalam gunung tersebut. Tetapi jika Dia mengejawantahkan Diri-Nya tanpa tirai, pegunungan akan hancur dan musnah menjadi debu. Ketika Tuhan muncul denegan keagungan di gunung, Dia menyebabkan kehancuran gunung itu menjadi debu (QS.7:143).
Ketika kita sampai pada pemahaman itu, seseorang berkata, “Tetapi matahari musim dingin adalah juga matahari musim semi.”
Guru menjawab, “Maksud kami di sini adalah untuk membuat perbandingan. Tentu berbeda antara persamaan dan perbandingan. Persamaan yang selaras adalah satu hal, sedangkan perbandingan adalah hal lain.”
Dan jika intelek berjuang dengan seluruh kemampuannya, namun tidak mampu memahami sesuatu, mengapa dia harus mengehtikan usahanya? Apabila intelek menghentikan upaya karena tidak mencapai pemahaman, maka dia bukan intelek. Karena intelek selalu berusaha siang dan malam, tanpa istirahat, menhyibukkan dirinya dengan pikiran  untuk memehami sang Pencipta. Bahkan apabila Dia mustahil dapahami dan dibayangkan sekali pun. Intelek ini seperti laron dan kekasih Ilahinya bagaikan lilin. Ketika laron menerbangkan dirinya menuju lilin, tak dapat dielakkan lagi dia terbakar dan hancur. Laron tentu tidak akan mampu menahan nyala lilin, tapi dia tidak peduli. Dia rela menderita terbakar dengan seluruh rasa sakit yang ia rasakan. Binatang apa pun yang tidak mampu menahan nyala lilin dan menerbangkan dirinya kepada nyala itu adalah “laron”. Dan lilin, tempat laron melemparkan diri padanya, tetapi tidak membakar laron, ia bukanlah lilin.”
Maka, manusia yang bertahan dalam ketidak tahuannya tentang Tuhan, dan tidak berusaha dengan segala kemampuannya untuk memahami Tuhan, ia bukanlah manusia. Tuhan yang dapat dipahami seseorang bukanlah Tuhan. Manusia yang sejati tak akan pernah berhenti berusaha. Dia menunggu tiada henti di sekitar “Cahaya” Tuhan yang mengagumkan. “Tuhan” adalah lilin yang “membakar” dan terus menariknya agar lebih dekat. Tapi kedekatan itu tak terpahami oleh intelek.

SEPULUH
AKU SANGGUP MENGABULKAN PERMINTAANMU, TAPI RATAPAN KESEDIHANMU LEBIH AKU SUKAI

Parwana pernah berkata, “Sebelum guru muncul, Malulana baha’uddin telah meminta maaf padaku dan berkata bahwa tuan kita pernah berkata, seorang raja tidak harus menyusahkan dirinya untukd atang melihat kami, karena kami adalah pokok berbagai pernyataan. Pada satu keadaan kami berkata, pada keadaan yang lain kami diam. Dalan satu keadaan kami berurusan dengan orang-orang, dalam keadaan lain kami memilih untuk menetap dalam kesunyian. Terkadang pula kita terserap dan terbingungkan sepenuhnya. Tuhan melarang raja untuk datang sementara kita mampu menunjukkan rasa simpati padanya. Atau kita tidak memiliki waktu luang untuk berbincang dan menasihatinya. Maka, akan lebih baik bagi kita untuk pergi mengunjungi seorang sahabat apabila sedang memiliki waktu luang, hingga mampu memperhatikan mereka dan kedatangan kita akan memberi mereka manfaat.”
“Aku telah berbicara kepada Maulana Baha’uddin untuk menjawabnya, “kata Pangeran, “bahwa aku tidak akan datang dengan tujuan agar tuan kami mau memperhatikanku dan berbincang denganku. Aku datang lebih karena aku masih memiliki kehormatan sebagai makhluk di antara jajaran pelayannya. Dan sekarang tuan kami begitu sibuk dan tidak pernah muncul ddi tengah-tengah kami. Tuan kami membuatku terus menunggu waktu lama, sampai aku sadar betapa sukar bagi orang Muslim juga bagi orang-orang lain. Tapi aku tetap menunggu di pintuku. Tuan kami membuatku merasakan kepahitan pengalaman itu. Dia mengajariku dengan pengajaran yang lebih baik dibandingkan pengajaran yang dilakukannya pada orang lain.”
“Tidak” guru kami berkata kepadanya, “Aku membuatmu terus menunggu semata-mata karena sikap memihak . Diriwayatkan bahwa suatu ketika Tuhan berkata, “Hai pelayanku! Aku sanggup untuk segera mengabulkan permintaan yang kamu pintakan dalam shalatmu, tetapi ratapan kesedihanmu lebih aku sukai.” Tanggapan dariku munccul terlambat agar engkau terus meratap lebih banyak lagi dan memohon lebih kerap lagi. Aku sanagat menikmati bunyi ratapan dan permohonanmu.”
Sebagai contoh, dua pengemis datang pada seseorang. Pengemis yang satu ramah sekali dan menyayangi tuan rumah, tapi yang lainnya menjijikan. Sang tuan rumah berkata kepada pelayannya “Cepat berikan sekerat roti kepada lelaki menjijikan itu hingga dia pergi dari rumah kita secepat mungkin. Katakan kepada yang lainnya, penggemis yang berlaku baik, bahwa roti kita belum dibakar dan dia mesti menunggu sampai roti itu siap!”
Aku lebih suka melihat sahabatku dan memandangi mereka karena aku menginginkannya. Begitu juga aku mengharapkan dari mereka. Ketika sahabat dalam khdiupan ini  telh melihat keseluruhan hakikat sahabatnya, persahabatan mereka akan semakin terjalin lebih erat di dunia selanjutnya. Mereka akan segera mengenali satu sama lain. Mengetahui betapa mereka telah bersama-sama di dunia ini. Mereka akan dengan cepet berpegangan karena seseorang dengan cepat dapat kehilangan sahabatnya. Tidakkah engkau lihat betapa di dunia ini engkau cepat menjadi sahabat seseorang? Di dalam pendapatmu orang adalah suri teladan kebajikan seperti Yusuf. Kemudian, karena satu perbuatan buruk yang tidak menguntungkannya, dia berubah menjadi sosok dalam pandanganmu dan hilang dari sisimu selamanya. “Yusuf” berubah menjadi serigala. Orang serupa yang pernah engkau anggap sebagai Yusuf sekarang terlihat sebagai serigala. Bahkan apabila bentuknya tidak berubah dan dia aorang sama  yang pernah engkau lihat, dengan kebajikan kebetulan ini engkau tetap akan merasa kehilangan dirinya.
Kelak, ketika hari kebangkitan tiba dan hakikat kehidupan berubah menjadi hakikat lain, dan engkau tidak mampu untuk mengetahui seseorang dengan baik dan tidak memaksakan dirimu kasuk ke dalam hakikatnya, engkau tidak akan mampu untuk mengenalinya di kehidupan yang akan datang. Inti pernyataan ini ialah bahwa kita mesti melihat satu sama lain lebih mendalam dan masuk melampaui sifat baik dan buruk yang menempel pada diri manusia. Kita mesti amsuk dan melihat hakikat satu sama lain. Karena sifat-sifat yang membedakan manusia dari yang lainnya, bukanlah sifat sejati mereka.
Mereka menceritakan tentang seseorang yang berkata, “Aku mengethaui si anu dan si anu dengan baik. Aku mampu mengatkan kepadamu seperti apa dia.” Ketika diminta untuk menjabarkannya dia mengatakan, “Dia pengembalaku dan dia memiliki dua ekor sapi. Dan sampai hari ini masih demikian.”
Mungkin saat ini seseorang mengatakan bahwa mereka telah melihat sahabatnya dan mengetahui dengan baik. Namun jika mereka diminta untuk menggambarkan pengenalannya, penjelasannya tidak akan beranjak dari cerita tentang dua ekor sapi, yang sama sekali bukan penjelasan tentang orang itu. Orang meski pergi melampaui sifat baik dan buruk manusia, lalu masuk ke dalam hakikat untuk mengetahui seperti apa dia secara hakikat. Itulah yang disebut “penglihatan” dan “Pengetahuan” sajati.
Maka aneh jika orang yang bertanya tentang orang suci dan nabi yang terpikat oleh (serta memperoleh kekuatan dari dan dipengaruhi) dunia yang tidak memenuhi syarat. Yakni dunia yang tidak memiliki tempat atau pun bentuk, juga tak dapat dijabarkan. Mereka selalu berada di dunia itu. Ketika seseorang mencintai yang lain, dia memperoleh kekuatan, rahmat, manfaat, pengetahuan, pemikiran, ketenangan, kebahagiaan dan duka lara darinya. Semua itu membutuhkan tempat di dunia “tanpa tempat” (placeless). Orang memperoleh manfaat dari makanan yang dimakannya. Ini tidaklah terlalu mengejutkan, dan orang masih terkagum-kagum ketika ada orang suci dapat jadi pecinta dunia “tanap tempat” (Placeless) dan menerima bantuan darinya.
Konon, ada seorang ahli metafisika yng menolak konsep ini. Suatu hari ia jatuh sakit untuk waktu lama. Seorang ahli Agama datang menjenguknya, dan bertanya, “Apa yang engkau cari?”
“Sehat,” jawab ahli metafisika.
“Jelasksan kepadaku ‘Sehat” ini agar aku mampu membawakannya padamu,” kata ahli agama.
“Kesehatan tidak memiliki bentuk,” Jawab dia.
“Apabila kesehatan tidak dapat disifatkan, bagaimana mungkin engkau mempu mencarikanya?” Dia meminta penjelasan, “Katakan padaku, apa itu sehat?”
“Hanya ini yang aku tahu,” jawab ahli metafisika, “ketika kesehatan datang, aku tegap, sehat dan kuat. Aku jadi beruntung : warnaku merah sehat dan bersih, dan aku merasa segar dan mekar.”
“Aku bertanya kepadamu tentang sehat sehat itu sendiri,” kata ahli agama, “apa inti sehat itu?”
“Aku tidak tahu,” jawab yang ditanyai, “itu tidak dapat disifatkan.”
“Jika engkau menjadi seorang Muslim dan bertobat dari jalanmu sebelumnya,” kata ahli agama, “aku akan mengobati engkau, membuatmu sehat, dan membantu memperoleh kembali kesehatanmu.”
Nabi Muhammad pernah ditanya tentang “mampukah seorang manusisa memperoleh manfaat dari konsep  yang tidak tersifatkan?” Beliau menjawab, “Itulah langit dan bumi. Kamu melihat bentuknya dan memperoleh manfaatnya dari konsep universal.” Sebagaimana kamu lihat, kekuasaan yang ada di langit : hujan muncul dari awan dan musim pana  atau pun dingin sebagaimana mestinya, juga perubahan cuaca. Semuanya demi yang terbaik dan sesuai dengan keinginan Tuhan. Sekarang bagaimana mungkin seonggok awan yang mati dapat menegetahui kapan ia akan turun menjadi hujan? Bagaimana mungkin bumi yang kamu lihat sekarang menumbuhkan tanaman yang semula satu menjadi sepuluh? Pasti ada seseorang  yang memahami ini. Melalui dunia ini engkau mampu melihat “seseorang” itu dan akan tertolong. Seperti “kulit” yang membantumu menyerap makna hakiki kemanusiaan, melalui bentuknya kamu akan mampu menyerap makna dunia.
Ketika Nabi Muhammad “mendpat wahyu” dan berbicara, dia mengatakan, “Tuhan berfirman”. Pada kasus tersebut, meskipun lidah nya sendiri yang mengatakan, dia sendiri tidak berasda di sana sama sekali : “pembicaraannya” adalah Tuhan. Karena Nabi Muhammad tahu dari awal bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang perkataannya itu, ketika merasakan kata-kata itu terucapkan bagitu saja dari lidahnya, dia sadar bahwa diriny abukan orang yang sama seperti sebelumnya. Ini disebut sebagai “penguasaan” Tuhan. Nabi Muhammad tidak hanya mengatakan orang dan nabi yang mendahului kehidupannya ribuan tahun lalu, melainkan juga mengenai yang akan terjadi sampai akhir dunia ini. Dia pun berbicara tentang singgsana Tuhan dan alam semesta. Karena dia, saat itu, dimiliki “masa lalu”; makhluk yang dibatasi waktu tidak dapat berbicara mengenai hal itu. Bagaimana mungkin “yang sementara” bercerita tentang “yang abadi?” Sangat aneh, tentu saja. Maka, pada saat pewahyaun, bukan Nabi Muhammad yang mengatakan, melainkan Tuhan. Dia tidak berbicara atas kehendaknya sendiri. Itu bukan lain adalah wahyu yang diungkapkan kepada dirinya (QS.53: 3-4). Tuhan melampaui bentuk dan kata Ucapan-Nya di luar kata-kata dan suara, tetapi Dia mengemukakan ucapan-Nya melalui kata, suara, atau bahasa apa pun yang dikehendaki-Nya.
Di sepanjang jalan taman, kita sering menemukan arca bebatuan dan burung batu tersusun di sekitar kolam. Air mengalir dari mulutnya dan melimpah ke dalam kolam. Namun orang cerdas mana pun tahu bahwa air itu tidak muncul dari mulut arca batu, tetapi dari tempat yang lain.
Apabila engkau ingin “mengetahui” seseorang, buatlah dia berbicara. Kemudian engkau mampu “mengetahui” dia yang sebenarnya dari ucapannya. Bagaimana jika ia menipu, karena tahu bahwa orang dapat diketahui dari ucapannya, sehingga terus menerus mengucapkan sesuatu yang samar agar tidak didketahui?”
Ini seperti dongengan mereka tentang anak kecil yang kebingungan, dan berkata kepada ibunya, “Saat malam hari menjadi gelap, hantu muncul kepadaku. Aku takut kepadanya.”
“Jangan takut,” kata sang ibu. “jika engkau melihat hantu itu, beranilah dan serang dia. Engkau akan tahu, itu hanya khayalanmu.”
“Tapi, ibu,” kata anak itu, “apa yang  mesti aku lakukan jika ibu hantu itu mengatakan hal serupa pada anaknya?”
Sekarang, jika da seseorang yang sengaja tidak ingin diketahui dan berdiri sendiri, bagaimana aku tahu dia yang sebenarnya? Jawabannya adalah, berdiam diri terhadap kehadirannya. Berikan dirimu kepadanya dan bersabar! Barangkali sebuah kata akan terluncur dari  bibirnya. Jika tidak, sebuah kata barangkali secara tidak hati-hati akan meluncur dari bibirmu, atau pikiran atau gagasan bisa jadi muncul pada dirimu. Dari pikiran atau gagasan itu barangkali engkau “mengetahui” dia, karena engkau saat itu telah “terpengaruh” olehnya. Itu adalah “pantulan” dan “penyatuan” dirinya yang tercermin ke dalam dirimu.
Syeh Sarrazi duduk di antara pengikutnya. Salah satu dari mereka tiba-tiba membayangkan lezatnya kambing guling. Syeh menyuruh agar membawa sejumlah kepala kambing kepadanya. “Syeh,” kata mereka, “bagaimana engkau mengetahui bahwa dia menginginkannya?”
“Karena”, Syeh menjawab, “Selama tiga puluh tahun aku tidak memiliki ekinginan. Aku telah menyucikan diriku dan melampaui segala “keinginan”. Aku menjadi sebening cermin tanpa bayangan. Ketika aku memiliki hasrat kepala kambing guling, dan ketika itu menjadi “keinginan”, aku tahu bahwa itu berasal dari sahabatku itu. Cemin tidak memiliki bayangan. Apabila bayangan muncul dalam cermin, tentu ia datang dari sesuatu yang lain.”
Seorang suci datang ke tempat pengasingan mencari tujuan luhur. Sebuah suara muncul kepadanya, “Tujuan luhur seperti itu tidak dapat dicapai dengan cara mengasingkan diri. Biarlah, sampai pandangan orang agung jatuh kepadamu dan menyebabkan engkau mencapai tujuanmu.”
“Ke mana aku mesti pergi menemukan orang agung ini?” tanya dia.
“Di dalam masjid jama’ah,” dia diberi tahu.
“Bagaimana aku mengenalinya di antara demikian banyak orang?”
“Pergi!” kata suara itu,” dia akan mengenalimu dan memandang keapdamu. Dan tanda pandangan itu ialah satu kendi besar akan jatuh dari tanganmu. Saat engkau tak sadar diri, saat itulah engkau tahu bahwa dia telah melirik kepadamu.” Maka dia mengisi sebuah kendi dengan air, dan memberikan minuman kepada orang-orang di masjid. Shaf demi shaf. Tidak lama kemudian dia mengalami perasaan aneh dan mengeluarkan jeritan keras. Lalu kendi terjatuh. Ia terbaring tak sadarkan diri  di sudut masjid. Jemaah masjid bubar. Ketika itu, dia melihat dirinya sendirian. Dia tidak pernah melihat “Raja” itu yang melemparkan pandangan kepadanya. Tetapi dia mencapai tujuannya.
Tuhan memiliki orang-orang yang tidak pernah memperlihatkan diri mereka karena Tuhan merasa cemburu padanya. Tetapi orang-orang itu telah dianugerahi  pelbagai hadiah yang menjadi tujuan pencarian banyak orang. Raja seperti itu sangatlah jarang dan tentu saja amat berharga.
Kami mengatakan, “Orang-iarng agung datang dalam kehadiran kalian.”
“Kami tidak lagi hadir” jawab mereka, “itu sudah lama berlalu, sejak kehadiran kami yang pertama. Jika mereka muncul, mereka muncul dalam bayangan seseorang yang dibentuk oleh keyakinan. Beberapa orang pernah berkata kepada Isa, “Kami akan datang di rumahmu. Isa menjawab, “Kapan dan di mana di dunia ini, engkau akan mendatangi rumahku? Pernahkah kami memiliki sebuah rumah?”
Sebuah donegeng tentang Isa yang mengelana di padang pasir. Tiba-tiba hujan badai muncul. Dia mencari perlindungan sementara dalam sarang srigala di sebuah gua sampai hujan berhenti. Di sana dia menerima wahyu : Tinggalkanlah sarang itu, karena ada anak srigala yang tidak dapat berlindung di sana!
“Oh Tuhan,” ratapannya, “ada tempat perlindungan untuk anak srigala, sementara tidak satu pun untuk putra Maryam.”
“Jika anak srigala memilii tempat perlindungan,” jawab Tuhan, “Tidak ada sesuatu pun yang dapat mengusirnya dari rumahnya. Engkau pun tentu memiliki sesuatu yang menggerakkanmu. Jika engkau tidak memiliki rumah, apa yang menyebabkanmu bertahan di dalamnya? Rahmat dan penghargaan yang diberikan si penggerak itu padamu lebih berharga daripada langit, bumi, dunia, juga Singgasana Ilahi.”
ooOOoo
“Maka,” kata guru, “apabila penguasa datang dan kita tidak segera muncul, dia tentu tidak terluka atau peduli. Apakah kedatangannya untuk menghargai dirinya atau kita? Apabila dia datang untuk menghargai kita, tentu ia akan sabar menunggu kita. Semakin lama menunggu, semakin besar penghargaannya pada kita. Jika bermaksud menghargai dirinya dan meminta ganjaran surga, maka penderitaannya ketika menunggu akan menjadi ganjarannya yang terbesar. Pada kedua hal itu dia memperoleh keuntungan ganda karena kedatangannya. Maka dia mesti bergembira dan senang karenanya.”

SEBELAS
KOMUNIKASI DALAM CINTA : KOMUNIKASI PALING RAHASIA

Perkataan “hati mengungkapkan persaksian yang serupa” merujuk pada komunikasi yang tidak diaktakan secara terbuka. Ketika hati berkomunikasi secara langsung satu dengan lainnya, apa perlunya kata dan lidah?
“Ya”, kata raja muda, “tentu hati memberikan persaksian, tetapi fungsinya berbeda dari telinga, mata, atau pun lidah. Ada keperluan yang berbeda  untuk masing-masing agar manfaat yang didapat lebih besar.”
Apabila hati benar-benar telah terserap, maka segala yang lain lenyap di dalamnya, dan tak ada lagi kebutuhan pada lidah. Layla bukanlah ruh murni, dia darah dan daging. Mencintainya berarti mendesak kekuatan penyerapan pada Majnun sampai dia tidak perlu melihat dengan matanya atau mendengar suaranya karena Layla dianggap tidak terpisahkan dari dirinya.
Citramu berada di dalam mataku; namamu pada bibirku
Pikiran tentang engkau bersemayam di dalam hatiku
Di mana lagi aku perlu menulis?
Makhluk badaniah seperti manusia memiliki kemampuan tertntu, sehingga mencintainya bisa membuat seseorang memasuki suatu wilayah dimana dia tidak menyadari keterpisahan antara dia dengan yang dicintainya. Seluruh perasaan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan lain-lain terserap ke dalam yang dicintainya, sampai tidak ada anggota tubuhnya yang membutuhkan rangsangan indrawi yang lain. Hal ini terjadi karena dia melihat segala sesuatu “melebur” dan menganggap segala sesuatu “hadir”. Apabila salah satu anggota yang kita sebut tadi menemukan kebahagiaan sempurna, seluruh anggota lain akan terserap ke dalam keterposanaan orang itu dan tidak akan mencari rangsangan lain. Ketika organ indra mencari rangsangan secara terpisah, ini menunjukkan belum terjadi penyatuan sebagaimana dapat terjadi – tetapi hanya menemukan sebgian pemenuhan.
Ketika satu indra belum terserap seluruhnya, indera lain mencari kepuasannya sendiri secara terpisah. Pada hakikatnya anggota pancaindra adalah keseluruhan, tetapi dalam bentuknya mereka merupakan bagian-bagian yang terpisah. Ketika satu oragan terserap, yang lainnya ikut terserap ke dalam organ itu. Seperti lalat : ketika terbang sayapnya bergerak, kepalanya bergerak, semuanya bergerak. Ketika menghirup madu, seluruh organnya sepakat berhenti bergerak. “Keterserapannya” membuat dia tidak sadarkan diri dan tidak lagi melakukan pengerahan tenaga, gerakan atau pun perubahan. Gerakan apa pun yang muncul dari orang tenggelam tidak benar-benar dari dia, tetapi dari air. Apabila dia masih mampu berteriak “Tolong aku tenggelam” maka dia tidak dapat dikatakan tenggelam.
Ungkapan “Aku adalah Tuhan” bukanlah pengakuan atas keagungan. Melainkan suatu kerendahan hati yang total. Seseorang yang berkata “Aku adalah hamba Tuhan” menyebutkan dua keberasaan, dirinya dan Tuhan. Sedangkan ungkapan “Aku adalah Tuhan” berarti peniadaan diri, yakni dia menyerahkan keberadaan dirinya sebagai kekosongan (non-ekssistensi). Dikatakan “Aku adalah Tuhan” bermakna : “Aku tidak ada, segala sesuatu adalah Dia. Keberadaan adalah Tuhan sendiri, aku bukan keberadaan sama sekali; bukan apa-apa.” Pernyataan ini begitu luar biasa, lebih dari pengakuan terhadap keagungan apa pun. Sayangnya, banayak yang tidak memahami. Ketika manuisa menyadari penghambaannya kepada Tuhan, dia sadar atas perbuatannya sebagai hamba. Penghambaan ini bisa jadi memang ditujukan pada Tuhan. Namun dia masih memandang diri dan perbuatannya setara dengan melihat Tuhan. Ini berarti dia tidak “tenggelam”; tenggelam adalah dia yang dalam dirinya tidak memiliki gerakan atau perbuatan, kecuali digerakkan oleh perubahan air.
Seekor singa menangkap rusa. Rusa berusaha melarikan diri dari singa. Ada dua keberadaan di sana, singa dan rusa. Ketika singa menangkap rusa dan rusa pingsan dalam ancaman cakar singa, maka yang tersisa hanya keberadaan singa; rusa jadi terlenyapkan.
“Terserapnya” orang suci ialah bahwa Tuhan menyebabkan mereka menakuti Dia denegan ketakukan yang berbeda dari ketakutan manusia terhadap singa, harimau dan tiran. Dia mengungkapkan rasa takut itu dari Tuhan, keamanan dari Tuhan, kesenangan dan kemudahan juga dari Tuhan, dan keniscayaan kehidupan hari demi hari dari Tuhan. Pada orang suci, Tuhan menjelma dalam bentuk khusus dan bijaksana : dapat dilihat dengan mata , seperti halnya singa, harimau, atau api. Nyata bagi orang suci bahwa bentuk singa mau pun harimau yang dilihatnya bukanlah dari dunia ini, melainkan sebagai bentuk “sempurna” yang telah diberikan secara alami. Tuhanlah yang mengunkapkan diri-Nya dalam bentuk keindahan yang mempesonakan. Taman Unta bidadari, rumah mewah, makanan dan minuman, pakaian kebesaran, kota besar, rumah, dan berbagai keajaiban sama nilainya. Orang suci tahu betul bahwa iada satu pun yang berasal dari dunia ini. Tuhanlah yang membuat mereka terlihat dengan memberi bentuk dan pakaian.
Dia benar-benar mengetahui bahwa rasa takut berasal dari Tuhan, keamanan dari Tuhan, dan seluruh ketenteraman serta keindahan dari Tuhan. Sekarang, meskipun “ketakutan” orang suci tidak serupa dengan ketakutan biasa, tapi dapat sekilas dilihat melalui ketakutan biasa. Itu dapat dibuktikan secara logika. Konsep entang apa pun yang berasal dari Tuhan diberikan Tuhan. Para Filosof mengatakan hal ini. Namun mereke mengetahuinya dari pembuktian logika, sedang bukti logika sama sekali tidak memiliki keabadian. Apabila engkau menguraikan argumen logika kepada seseorang, dia akan gembira dan senang terhadap hal itu; tetapi ketika kenangan terhadap itu hilang, maka kegembiraan dan kesenangan terhadap hal itu hilang juga. Sebagai contoh, seseorang bisa mengetahui melalui bukti logika bahwa rumah ada yang mambuat; bahwa pembuat memiliki mata dan tidak buta. Dia pasti kuat dan tidak lemah. Dia ada dan bukan tidak ada. Dia hidup dan tidak mati. Baru saja dia memiliki pengalaman membuat rumah. Seluruh hal ini dapat diketahui, seseorang melalui bukti-bukti logika. Tetapi bukti ini tidak abadi, sebab dengan cepat terlupakan.
Ketika “pencinta” pada satu sisi, melakukan penghambaan, mengetahui Pencipta, melihat dengan Mata Ketentuan, membuka roti dan bergaul bersama-sama, maka Pencilta tidak pernah beranjak dari pencitraan dan penglihatan mereka. Manusia seperti itu telah “hilang” ke dalam Tuhan; dengan salam kepada orang itu, dosa bukanlah dosa dan kejahatan bukanlah kejahatan. Orang-orang itu telah dikuasai dan dileburkan.
Raja suatu saat memerintahkan setiap budaknya memegang sebuah gelas minum emas untuk tamu yang datang. Bahkan budak kesayangannya dia perintahkan memegang gelas minuman itu. Tetapi ketika raja sendiri muncul, budak itu, karena mabuk pandangan raja, pingsan dan menjatuhkan gelas minum hingga hancur berkeping-keping. Melihat ini, yang lain berkata, “Barangkali ini yang mesti kita lakukan. “Dan mereka semua sungguh-sungguh melemparkan gelas minuman. Raja memarahi dan bertanya kenapa mereka melakukan hal itu.
“Karena kesayanganmu melakukannya,” mereka menjawab.
“Engkau bodoh,” kata raja, “dia tidak melakukannya. Aku  yang melakukannya!”
Secara lahiriah, seluruh “bentuk” itu telah melanggar, kecuali untuk pelanggaran khusus itu, yang bukan hanya jiwa ketaatan melainkan melampaui batas ketaatan dan pelanggaran. “Tujuan” adalah budak itu : Seluruhnya adalah pengikut raja. Perbudakan tidak lagi sekedar bentuk padanya, ddia telah terisi dengan keindahan raja.
Tuhan mengatakan : “Apabila bukan untuk-Ku, Aku tidak akan menciptakan cakrawala.” Makna “Aku adalah keberadaan” (ana al-Haqq) adalah “karena Diriku telah menciptakan cakrawala”, itu “Aku adalah Keberadaan” yang didungkapkan dengan cara lain, dengan simbul lain. Ungkapan-ungkapan mistik tampak berbeda dalam ribuan bentuk. Tetapi jika Tuhan satu dan jalan satu, bagaimana mungkin semuanya jadi berbeda, dan bukan satu? Semuanya memang tampak pada berbagai samaran berbeda, tetapi pada hakikat mereka satu. Jenis terjadi pada bentuk : di dalam hakikat, semuanya tersatukan.
Ketika pageran memerintah mendirikan tenda, satu orang mengikat tali, satu membuat pancang, yang satu menjahit kain, satu mengaitkan, satu memotong, satu menggunakan jarum. Meski pun dilihat dari luar seluruh bentuk ini terlihat berbeda-beda dan berlainan, dari sudut pandang makna hakiki mereka semua mengerjakan satu hal.
Keadaan dunia ini seperti itu, bila engkau memikirkannya. Setiap orang, pendosa dan orang suci, yang taat dan ingkar, setan dan malaikat, semuanya sama : melakukan penghambaan kepada Tuhan. Sebagai contoh, raja berhasrat menguji budaknya untuk memisahkan yang taat dari yang tidak taat, yang layak dipercaya dari yang tidak, yang beriman dan penghianat. Tentu mesti ada yang menjadi “pembela si jahat”, seorang penghasut, agar raja bisa menetapkan, setiap budak. Bagaimana raja menetapkan golongan budak-budaknya? Si penghasut, budak provokator, bertindak sebagai budak raja, dan melakukan apa-apa yang raja perintahkan. Angin dikirim untuk membedakan yang ajeg dan yang tidak, untuk mengeluarkan ngengat dari pepohonan di taman. Ngengat akan pergi, sedangkan burung elang akan bertahan.
Raja suatu saat memerintahkan budak perempuannya untuk berhias secantik mungkin. Setelah itu, dia disuruh keluar dan memperlihatkan diri di hdapan budak-budak laki-laki. Hal itu dilakukan untuk mengetahui siapa yang menjadi penghianat. Meskipun perilaku budak perempuan itu jika dilihat dari luar dikategorikan telah menyimpang dari nilai-nilai kebaikan, tapi pada hakikatnya, semua yang diperbuat oleh budak itu adalah penghambaan terhadap raja.
Semua “budak” kemudian, baik dan buruk, melihat diri mereka di dalam dunia ini, melakukan penghambaan dan ketaatan kepada Tuhan, penghambaan tersebut tidak bisa dibuktikan dengan buku logis atau kesesuaian dengan adat yang berlaku, melainkan dengan persaksian “tanpa hijab”. Karena semuanya, baik dan jat, adalah budak Tuhan, dan tentu taat pada-Nya. Tiada satu pun yang tidak memuja-Nya (QS.17:44). Bagi orang seperti itu, dunia ini adalah “kembangkitan kembali”, karena “kebangkitan” adalah untuk melayani Tuhan dan tidak melakukan apa pun kecuali melayani-Nya. Konsep tersebut mereka pahami di sini. “Apabila hijab penutup diangkat. Aku tidak akan menjadi lebih pasti.”
Keterangan kata “alim mesti menandakan orang lebih terpuji daripada “arif, karena Tuhan dipanggil dengan nama “Alim, Bukan “arif. Arif berarti orang pada awalnya tidak mengetahui sesuatu kemudian mengetahuinya, dan ini tidak berlaku untuk Tuhan. Secar konotatif, pada sisi lain, orang “arif lebih agung karena dia mengetahui sesuatu di luar penalaran logis. Yang dimaksudkan para mistik dengan “arif ialah orang yang menyerap dunia dengan intuisi, pewahyuan dan penyingkapan. Dikatakan satu orang “alim labih baik daripada  seribu zahid. Itu terjadi karena seorang zahid mesti melakukan kezuhudan dengan pengetahuan. Kezuhudan tanpa pengetahuan adalah absurd. Apa itu kezuhudan? Kezuhudan berarti berpaling dari dunia ini. Berada untuk beramal saleh untuk dunia nanti. Kezuhudan juga meniscayakan seseorang untuk mengetahui dunia ini dengan seluruh keburukannya dan ketidakabadiannya. Dia juga harus mengetahui rahmat, keabadian, dan ketetapan dunia mendatang. Orang yang selalu berjuang untuk beramal saleh berarti dia mengetahui  tidak hanya bagaimana melakukan perbuatan itu, tetapi perbuatan apa yang mesti dilakukan orang, dan itulah pengetahuan yang sebenarnya. Kezuhudan kemudian mustahil tanpa pengetahuan, dan seorang zahid niscaya adalah seorang “yang tahu”.
Perkataan bahwa “alim lebih baik daripada seribu zahid memang benar, meski maknanya tidak dapat dipahami dengan wajar. Pengetahuan yang berarti  “pengetahuan kedua” diberikan Tuhan setelah  seseorang memiliki kezuhudan dan pengetahuan pertama. Pengetahuan kedua adalah buah dari pengetahuan dan kezuhudan sebelumnya. Orang “yang mengetahui” seperti itu betul-betul lebih baik dari seribu zahid. Ia seperti manusia yang menanam satu pohon yang menghasilkan buah. Satu pohon yang telah menghasilkan buah lebih baik dari seribu pohon yang belum menghasilkan apa-apa pun, bahkan mungkin akan memberi banyak hama yang menghancurkan. Haji yang telah mencapai Ka’bah lebih baik daripada yang sedang melakukan perjalanan melalui apdang pasir. Orang yang disebut ke dua baru memiliki kesempatan yang bisa jadi tidak akan dia peroleh, sedangkan yang pertama telah tiba, sudah mengalami kenyataan. Satu kenyataan lebih baik daripada seribu kesempatan.
“Tetapi orang yang belum tiba masih memiliki harapan,” kata raja muda.
“Bagaimana mungkin yang penuh harapan dapat dibandingkan dengan telah merasakannya?” kata guru. “Ada perbedaan besar antara kesempatan dan kepastian. Kenapa kita masih perlu membincangkan perbedaan itu? Semuanya sudah jelas. Kita membincangkan kepastian, dan ada perbedaan penting antara  satu kepastian dengan yang lainnya. Keunggulan Nabi Muhammad yang berada di atas semua Nabi berasal dari kepastian. Meski pun begitu, seluruh nabi berada di dalam keadaan kepastian hingga mereka melampaui rasa takut, tetapi ada perbedaan kepastian di sana. Dan kami naikkan beberapa di antara mereka beberapa derajat  di atas yang lain (QS. 43:32). Rasa takut dan jenjang ketakutan dapat dijelaskan, tetapi jenjang kepastian tidak. Apabila seseorang melihat pada dunia ketakutan, maka dapat dilihat betapa setiap orang memaksakan dirinya sendiri seseorang secara fisikan, yang lainnya dalam hal keuangan, yang lainnya lagi dalam hal psikis. Satu ber-shaum, yang lainnya bershalat, yang lainnya melakukan sepuluh rakaat, yang lain seratus. Jenjang mereka memiliki bentuk dan penjelasan, yakni dapat dijelaskan, seperti halnya jenjang dari Konya ke Caesarea mampu dijelaskan. Mereka adalah Qaymaz, Uprukh, Suttan, dan seterusnya. Pada sisi lain, rute laut antara Antalya dan Iskandariah tidak dapat dijelaskan. Seorang kapten kapal mungkin mengetahuinya tetapi dia tidak mau mengatakannya kepada ‘orang darat’ karena mereka tidak akan mengerti.”
“Tetapi sekedar mengatakan kepada mereka, akan sangat bermanfaat, “kata pangeran. “Bahkan apabila tidak mengetahui sesuatu pun, mereka bisa belajar sedikit dan seteah itu mengira-ngira.”
“Ya, tentu saja,” kata guru. “Seorang yang tetap bangun di kegelapan malam hari, bisa menjelaskan bahwa hari telah berganti. Bahkan apabila tidak mengetahui keadannya, dia masih menantikan bergantinya hari. Sekali lagi, orang bepergian dengan karavan di kegelapan, malam berawan, dan dia tidak tahu tempat di mana berada, sejauh mana dia pergi, atau daerah mana yang telah didlampaunya. Meski demikian, saat hari berganti, dia bisa melihat hasil perjalannya itu, yakdi dia telah datang ke suatu tempat. Siapa pun yang berusaha keras demi keagungan Tuhan, tidak akan pernah tersesat, meski dia menutup kedua matanya. Siapa pun melakukan setitik kebaikan dia akan melihatnya (QS.99:7). Di sinilah engkau di dalam kegelapan, tetap ‘terhijab’ hingga tidak mampu melihat sejauh mana telah maju. Pada akhirnya, meski demikian, engkau akan menyerap bahwa dunia ini adalah “persemaian” hari akhirat. Apa pun yang engkau sebarkan di sini akan engkau peroleh hasilnya di sana.”
Isa banyak tertawa. Yohanes sang pembaptis banyak menangis. Yohanes berkata, “Engkau telah betul-betul aman dari muslihat halus Tuhan hingga tertawa demikian banyak.”
“Engkau” kata Isa, “tentu sangat tidak mengindahkan kebaikan, Rahmat halus dan Misteri Tuhan hingga menangis demikian banyak.”
Salah satu dari orang suci Tuhan, yang hadir pada pertukaran pendapat ini  bertanya pada Tuhan, mana dari keduanya yang lebih terpuji derajatnya. Tuhan menjawab, “Orang yang berpikir lebih  baik tentang Aku” yakni, “ Di mana pun hamba-hama-Ku berpikir tentang Aku, Aku ada di sana. Aku memiliki bentuk dan citra untuk setiap hamba-Ku. Dengan citra apa pun mereka mencitrakan, demikianlah Aku. Aku terikat dengan citra tempat Tuhan berada; Aku terganggu oleh ungkapan bahwa Tuhan tidak ada. Ah hamba-Ku, bersihkan pikiranmu, karena mereka adalah tempat perbuatan-Ku. Sekarang cobalah dirimu sendiri dan lihat mana yang lebih bermanafaat untukmu – menagis, tertawa, bershaum, shalat, atau mundur. Ambil mana pund ari semua hal itu yang paling sesuai dengan dirimu dan menyebabkan engkau maju lebih baik!”
“Rundingkan setiap perkara dengan hatimu, meskipun apabila ada seorang ahli Fiqih mengeluarkan kepadamu sebuah pendapat. Engkau memiliki konsep di dalam dirimu. Bandingkan pendapat ahli Fiqih dengan konsep itu agar engkau dapat memilih mana yang paling sesuai. Ketika doketer datang kepada pasien, dia membuat penyelidikan mengenai “dokter dalam” yang engkau miliki di dalam dirimu, yakni watakmu. Dia yang di dalam, akan menerima yang baik untukmu dan menolak apa pun yang buruk. Maka, dokter luar menyelidiki dokter dalam tentang aa-apa yang telah engkau makan, apakah itu berat atau ringan, dan tentang bagaimana engkau tidur. Dokter luar membuat diagnosisnya berdasarkan perkataan dokter dalam. Dokter dalam. Watak, adalah yang utama; dan ketika dia “jatuh sakit” berarti watak itu rusak, hasilmmya dia melihat hal “ ke belakang” dan menjelaskan bahwa gejalanya “tidak beres”. Dia memanggil gula asam dan cuka manis. Di dalam contoh ini dia perlu dokter luar untuk membantunya mengembalikan keadaan normalnya, sesudah itu dokter luar boleh sekali lagi mengambil nasihat dari dalam. Sekarang manusia memiliki watak untuk konsep; dan ketika jatuh sakit, apa pun yang dilihat atau dikatakan indera dalamnya adalah kebaikan dari kenyataan. Di dalam contoh ini, orang suci adalah dokter yang membantu mengencangkan watak, hati dan mengencangkan Agama. “Tunjukkanlah setiap hal sebagaimana adanya mereka!”
Manusia adalah hal besar : Segalanya telah tertuliskan di dalam dirinya, tetapi “hijab” keburukan” menghalanginya untuk membaca pengetahuan yang telah dia miliki di dalam dirinya. “Hijab” dan “kebururkan” itu berbetuk kesibukan, tipu daya  duniawiyah, dan hasrat. Maka, meskipun semua itu  terletak tersembunyi di dalam “kegelapan”, di belakang “hijab”, manusia dapat membaca  sesuatu dan ia sadar dengan apa yang dia baca. Pertimbangkan betapa “sadarnya” dia, dan pengetahuan yang telah dia singkapkan membuat hijab terangkat dan kegelapan menghilang. Segala perbuatan seperti berdagang, menjahit, membangun, bertani, tukang pandai besi, astronomi, kesehatan dan lain-lain, telah dilakukan oleh menusia dan semuanya berasal dari dalam dirinya, tidak dari bawah gumpalan batu dan lumpur. Diriwayatkan ada seekor gagak yang mengajari manusia bagaimana mengubur yang mati, tetapi sebenarnya cara penguburan itu berasal dari pantulan yang dilemparkan manusia pada gagak. Itu adalah dorongan manusia sendiri yang menyebabkan gagak melakukannya, karena binatang adalah bagian dari manusisa. Bagaimana mungkin yang ‘bagian’ mengajari yang inti” Demikan pula, apabila manusia ingin  menulis dengan tangan kirinya, dia mesti mengambil pena, tetapi, tidak peduli betapa pun kuat niat hatinya, tangannya akan tetap goyah begitu menulis. Meski demikian, tangan mau menulis sesuatu karena perintah dari hati.
Ketika pangeran datang, Maulana sedang mengeluarkan kata-kata agung. Saat itu, guru tak menghentikan pembicarannya, karena ucapan tidak dapat disela apabila ucapan itu berasal dari empu kata-kata, perkataan akan selalu datang pada dirinya. Kata-kata berkomunikasi dengan dirinya. Ketika musim dingin, apakah pepohonan tidak menggugurkan dedaunan, atau buah-buahan luruh, Seseorang tak akan menganggap bahwa pohon-pohon itu bodoh. Mereka selalu bekerja. Musim dingin adalah waktu untuk “tenaga” musim panas adalah waktu untuk “hasil”. Hasil mereka dapat dilihat oleh siapa pun, tetapi “tenaga” tidak terlihat. Itu seperti orang  yang memberikan rangkaian bunga, tidak ada yang melihat atau mengetahui. Yang paling utama adalah “tenaga”, karena dari sanalah kita mendapatkan “hasil;
Kita sesungguhnya selalu berkomunikasi dengan orang yang menyatu dengan diri kita – di dalam kesunyian, kehadiran, dan ketiadaannya. Bahkan di dalam perang kita bersatu, bergaul bersama. Bahkan apabila kita saling menyerang dengan kepalan, kita berhubungan akrab, kita bersatu. Tidak ada kepalan, karena di dalamnya adalah kismis. Apabila engkau tidak mempercayainya, bukalah kepalanmu dan lihat apakah di sana ada kismis atau mutiara berharga?
Orang lain berbicara tentang perkara yang halus dan dan terpelajar melalui prosa dan puisi, tetapi di sini pangeran lebih condong kepada kami dan berada di sini bersama kita. Itu bukan karena pengetahuan agung, kecerdasan lembut, atau hikayat nasihat kita. Hal itu dapat ditemukan di mana pun. Tidak kekurangan persediaan. Dia mencintaiku dan lebih condong kepadaku untuk alasan lain, yang dia lihat hal lain, dia lihat pencahayaan lain yang telah dia lihat di tempat lain.
Diceritakan, suatu ketika raja memanggil Majnun dan bertanya, “Apa yang salah dengan dirimu? Apa yang terjadi pada dirimu hingga mempermalukan dirimu, mengabaikan kawan dan kerabat, dan pergi menuju  kebobrokan dan kehancuran? Siapa itu Layla? Kecantikan macam apa yang dia miliki? Ayo, biar aku perhaatikan kepadamu sejumlah kecantikan sejati. Akan aku berikan kepadamu.”
Ketika wanita-wanita cantik muncul dan ditunjukkan kepada Majnun, dia menundukkan kepalanya dan melihat ke tanah.
“Angkat kepalamu, “kata raja, “dan perhatikan!”
“Aku takur.” Kata Majnun, “bahwa cintaku kepada Layla adalah pedang terhunus. Apabila aku mengangkat kepalaku ia akan memutuskannya. “Ini adalah keterserapan di dalam cintanya untuk Layla. Yang lain pun memiliki mata, bibir, dan hidung. Apa yang dilihatnya did alam diri Layla hingga membuat dirinya seperti itu?

DUA BELAS
ANTARA KASTURI DAN WANGI KASTURI

“Kami rindu untuk bertemu denganmu,” kata guru. “Tetapi sejak kami tahu engkau sedang sibuk dengan urusan kesejahteraan orang-orang, kami tidak akan mengganggumu.”
“Itu sudah menjadi kewajiban kami,” kata pangeran. “Sekarang masa darurat telah  berakhir, maka kami pasti akan mengunjungi Anda,”
“Itu tidak berbeda,” guru berkata. “Semuanya sama. Engkau demikian bermurah hati hingga segala hal sama bagimu. Bagaimana seseorang mampu berbicara tentang masalah? Maka, sejak kami tahu hari ini engkau berhubungan dengan perbuatan baik dan perbuatan murah hati, kami pasti akan menolongmu.”
Kami sedang memikirkan apakah seseorang mesti mengambil dari manusia yang memiliki keluarga untuk diberikan kepada yang memiliki apa-apa. Kaum Tekstualis mengatakan bahwa orang mesti diambil dari yang berkeluarga dan memberikan kepada yang tidak memiliki keberuntungan. Dengan pengamatan yang lebih dekat dengan ungkapan terakhir sama sekali tak bisa diharapkan. Apabila manusia spiritual yang memahami hakikat menyerang orang lain dengan memecahkan kepala dan hidungnya, setiap orang akan melihat yang terakhir adalah kelompok terluka. Tapi pada hakikatnya, kelompok terluka adalah orang yang menyarangkan pukulan.
Pelaku kesalahan adalah yang berbuat tidak atas kesenangan terbaiknya. Yang terpukul dan kepalanya pecah adalah pelaku kesalahan, sedangkan yang menyarangkan pukulan tentulah kelompok yang terluka. Karena dia memahami hakikat dan terserap di dalam Tuhan, perbuatannya adalah perbuatan Tuhan, dan Tuhan tidak dapat disebut pelaku kesalahan. Demikian halnya, Nabi Muhammad ketika membunuh, menumpahkan darah, dan merampas : mereka yang terbunuh dan terampas adalah pelaku kesalahan, Nabi Muhammad adalah kelompok yang terluka.
Sebagai contoh, orang Barat tinggal di Barat dan orang Timur datang ke barat. Yang menjadi “orang asing” adalah orang Barat. Orang asing macam apa yang datang dari Timur? Karena seluruh dunia tidak lain kecuali satu rumah, dia tentu sekedar pergi dari satu ruang ke ruang lain. Dari sudut satu ke sudut lain. Bukankah dia masih di dalam rumah itu juga? Demikian halnya, orang Barat yang telah memahami hakikat ketika dia pergi meninggalkan rumah. Betapa pun Nabi Muhammad telah bersabda, “Islam dimulai dengan keasingan.” Dia tidak mengatakan orang Timur dimulai dengan keasingan.” Maka, ketika Nabi terkalahkan, beliau adalah kelompok yang terluka. Ketika beliau mendapat kemenangan gilang-gemilang dia msih tetap kelompok yang terluka. Di setiap situasi dan setiap waktu, beliau di dalam kebenaran. Dan orang yang berada di kanan adalah kelompok orang terluka.
Nabi Muhammad memiliki rasa kasihan kepada tawanannya. Tuhan mengirim ilham pada hati utusan, dan berfirman, “Katakan pada mereka bahwa apabila, saat keadaan mereka terborgol dengan rantai, mereka cenderung berbuat baik. Tuhan akan membebaskan mereka, mengembalikan berbagai benda mereka yang hilang, dan memeberi mereka pengampunan dan maaf di kehidupan nanti – dua harta karun, satu yang telah tiada dari mereka dan satu lagi di dunia yang akan datang.”
Pangeran bertanya, “Apabila seorang melakukan suatu perbuatan, apakah keberhasilan dan kebaikan datang dari perbuatan itu sendiri, atau keduanya, adalah berkah dari Tuhan?”
“Kebaikan atau keberhasilan adalah berkah Tuhan.” Kata guru, “tetapi Tuhan memang luar biasa murah hati hingga Dia melengkapkan keduanya untuk menusia. Dia berfirman : “Keduanya milikmu, sebagai ganjaran untuk apa yang telah mereka berbuat.” (QS. 32 : 17).
“Apabila Tuhan  Maha Pemurah.” Kata pangeran, “maka siapa pun yang menari dengan sungguh-sungguh, dia akan menemukan.”
Tetapi tanpa adanya pemimpin, hal itu tak akan terjadi. Ketika orang Israel taat kepada Musa, jalan kering terbuka di lautan untuk mereka lewati. Tetapi begitu mereka mulai menunjukkan penentangan, mereka berkelana di kesengsaraan selama bertahun-tahun. Seorang pemimpin harus selalu menyertai rakyatnya pada saat-saat mereka merasakan kesenangan terbaik. Pemimpin harus selalu hadir di tengah mereka yang telah terserap untuk taat kepadanya. Sebagai contoh, banyak tentara mengabdi di bawah jenderal. Sejauh mereka tetap taat kepadanya, dia akan mencurahkan kecerdasannya untuk memperhatikan mereka dan akan terikat pada kesenangan terbaiknya. Di sisi lain, apabila mereka melawan, kenapa dia harus mengkhawatirkan urusan mereka?
Kecerdasan di dalam tubuh manusia bagaikan pangeran : sepanjang anggota tubuh berada di dalam ketaatan, semuanya akan berjalan dengan baik, tetapi ketika mereka memberontak, semuanya  menjadi rusak. Tidakkah engkau lihat kerusakan yang muncul dari tangan, kaki, dan lidah manusia, anggota tubuhnya, ketika dia mambuk karena minum terlalu banyak anggur? Ketika dia sadar hari esoknya, dia berkata, “Oh, apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku terlibat perkelahian? Kenapa aku sedemikian terkutuk? Maka, suatu perkara akan baik sepanjang ada pemimpin di dalam kota dan penduduk yang  mentaatinya. Sekarang, sejauh setiap orang taat, yang intelek (akal) akan memikirkan kesenangan terbaik anggotanya. Apabila, sebagai contoh, akal berpikiran. “Aku akan pergi,” dia hanya akan pergi apabila kaki taat; kalau tidak, dia tidak akan berpikir untuk pergi.
Sebagaimana intelek adalah pangeran dari tubuh, orang suci adalah intelek di tengah entitas lain. Di dalam hubungan antara orang suci dan orang-orang biasa, meskipun orang-orang awam memiliki intelek, pengetahuan, kemampuan spekulasi, dan kemampuan untuk belajar sendiri, semuanya tak lebih hanyalah “tubuh” bagi sang intelek. Sekarang, ketika tubuh seseorang tidak taat pada intelek, segala sesuatu berada di dalam kesesatan. Ketika taat, mereka tentu mengikuti apa pun yang dilakukannya. Karena tidak mampu memahami melalui inteleknya senddiri, mereka tidak boleh menentang pikiran sendiri tetapi mesti taat pada pimpinannya. Ketika kacung magang pada guru penjahit, dia mesti taat. Apabila diberi potongan kecil untuk dijahit, dia harus menjahit potongan kecil itu. Apabila diberi kelim baju, dia mesti menyetik kelim itu. Apabila ingin belajar, dia mesti membuang inisiatifnya sendiri dan benar-benar di bawah aturan gurunya.
Kami berharap bahwa Tuhan akan membawa sebuah keadaan, katakanlah kehendak-Nya, yang berada di atas dan melampaui ribuan pemaksaan dan usaha, karena malam Al-Qadar lebih baik dari seribu bulan (QS. 97 : 3). Pernyataan ini serupa dengan perktaan “Satu sentuhan Tuhan ebih baik daripada ibadah seluruh manusia dan jin.”  Itu untuk mengatakan, kedatangan kehendak Tuhan adalah hasil dari ratusan ribu usaha. Usaha tambahan memang baik dan berguna – bahkan bermanfaat – tetapi apa yang selanjutnya berguna bagi kehendak?
Pangeran bertanya, “Apakah kehendak mendatangkan usaha?”
“Kenapa tidak?” jawab guru. “Ketika ada kehendak, di sana terdapat pula usaha.” Usaha apa yang dicurahkan Isa hingga bisa berkata dari buaian, “Aku adalah hamba Tuhan; Dia telah memeberiku Kitab Injil.” (QS.19:30)? Yohanes pembaptis menerangkan diri ketika masih berada di dalam rahim ibunya. Ucapan muncul kepada Muhammad Rasulullah tanpa usaha, karena dia dikatakan sebagai, Dia,  yang dadanya telah dilapangkan Tuhan (Qs.39 : 22). Ketika orang pertama kali dibangunkan dari kesalahan, da rahmat di sana;  itu pemberian murni dari Tuhan. Apabila itu, tidak demikian, kenapa orang lain yang mirip Muhammad tidak memilikinya? Rahmat dan kemarahan seperti binaran saat lalat keluar dari api. Pada pertamanaya, binar itu adalah “hadiah”, tetapi ketika engkau meletakkan katun pada binaran itu, lalu menaruhnya, dan menyelimutinya, maka binar itu menjadi “rahmat dan kemarahan”. Pada asalnya manusia itu kecil dan lemah : Manusia diciptakan lemah (QS.4:28). Tetapi mirip api, ketika engkau memelihara orang lemah, dia menjadi besar dan memakan seluruh dunia; Api kecil itu menjadi besar : Engkau adalah atak yang agung (QS. 68 : 4 ).
Aku mengatakan, “Guru kami sangat mencintai Anda.”
Guru mengatakan,”Kedatanganku mau pun perkataanku selalu dipenuhi dengan cintaku. Aku mengatakan apa yang akan datang. Apabila Tuhan berkehendak, Dia akan membuat kata tak berharga ini jadi penuh manfaat. Dia akan menyemayamkan mereka di dalam dadamu dan menjadi mereka amat berguna. Apabila Dia tidak berkenan, engkau dapat membuat ratusan ribu kata tetapi tidak akan masuk ke dalam hatimu; mereka akan mati dan terlupakan. Mereka akan jadi seperti percikan yang jatuh pada kain lap dan membakar; Apabila Tuhan berkehendak, satu percikan itu akan menjadi besar dan menyebar; apabila Dia tidak berkehendak, ribuan percikan dapat jatuh pada kain, tetapi semuanya lenyap tanpa jejak.”
Pemilik Surga dan Bumi adalah Tuhan (QS. 48 : 4). Kata-kata itu adalah tentara Tuhan yang bisa membongkar dan menaklukkan benteng atas perintah-Nya. Apabila dia memerintahkan beberapa ribu tentara pergi ke sebuah benteng, tetapi tidak untuk menguasainya, mereka akan berlaku sebagaimana yang diperintahkan. Apabila Dia memerintahkan satu orang tentara untuk mengambil alih benteng, satu tentara itu akan membongkar dan menguasainya. Dia menugaskan satu ngengat untuk menyerang Namrud, dan ngengat itu menghancurkannya.
Dikatakan untuk orang yang mengetahui, satu danaq dan dinar, atau satu singa dan kucing, sama saja. Apabila Tuha memberikan restu-Nya, satu danaq akan berarti ribuan dinar, bahkan lebih. Apabila dia membatalkan restu-Nya, ribuan dinar tidak akan mempu melakukan hal yang dapat dilakukan satu danaq. Apabila dia menugaskan seekor kucing untuk  menyerang singa, ia akan menghancurkan singa, seperti dilakukan ngenat pada Namrud. Bila Dia menugaskan singa, singa akan menggigil di hdapannya, atau kalau tidak singa yang sama itu akan jadi keledai. Mirip sejumlah darwisy mengendari singa. Bila Dia berkehendak, api jadi dingin dan menyelamatkan (Q. 21 : 69), untuk Ibrahim. Api berubah menjadi taman mawar karena tidak ada perintah Tuhan untuk membakarnya. Sederhananya, mereka yang sadar bahwa apa pun berasal dari Tuhan, segala sesuatu sama.
Kami berharap kepada Tuhan bahwa engkau mendenegar kata ini dari dalam diri, karena di sana terletak manfaat. Seribu perampok barangkali berasal dari luar, tetapi mereka tidak mampu membuka pintu sampai pencuri lain membantu mereka dengan membukakan pintu dari dalam. Engkau dapat berkata seribu kata dari luar, tetapi sejauh tidak ada seorang pun dari dalam mengatakan bahwa mereka benar, itu tidak akan bermanfaat. Seperti pohon, sejauh tidak terdapat kesegaran di dalam akar, tidak akan berbeda betapa pun engkau mengairinya. Pertama-tama mesti ada kesegaran di dalam akar agar air bermanfaat. “Meski orang melihat ratusan ribu cahaya, cahaya terletak hanya pada sumbernya.” Meskipun seluruh dunia dibangun di dalam cahaya, orang yang matanya tidak cerah tidak akan mempu meihatnya.
Hal yang paling utama adalah kemauan memahami di dalam jiwa. Jiwa adalah satu hal, ruh hal lain. Tidaklah engkau lihat betapa jiwa mengembara ke luar selama tidur? Sementara ruh tetap berada di dalam tubuh, jiwa berkelana dan menjadi sesuatu yang lain. Ketika Ali berkata, “Yang mengetahui jiwanya, Tahu Tuhannya.” 
Yang dia perbincangkan adalah jiwa ini. Apabila kita berkata dia membicarakan jiwa ini, maka itu bukan berkenaan dengan hal kecil. Pada sisi lain, jika kami menjelaskan dia sebagai jiwa itu, pendengar akan memahami itu sebagai jiwa yang sama karena dia tidak mengetahui jiwa itu. Sebagai contoh, apabila engkau memegang cermin kecil, tidak akan berbeda yang ditunjukkannya besar ata pun kecil, karena bayangan dalam cermin masih benda itu sendiri. Memang mustahil ini disampaikan melalui perantara kata, Perkataan hanya cukup menghasilkan sebuah petunjuk untuk rangsangan.
Di luar yang kita katakan ada sebuah dunia untuk kita cari. Dunia dan kesenangannya ini dibagikan kepada sifat binatang manusia; mereka adalah makanan untuk kebinatangannya. Yang paling utama di dalam diri manusia sedang mengalamai kemerosotan. Manusia dinamai binatang bernalar, maka dia memiliki dua hal. Yang memberi makan kebiatangannya di dunia ini adalah nafsu dan hasrat. Tetapi makanan untuk bagian hakikatnya adalah pengetahuan, kebijakan, dan pandangan Tuhan. Karakter kebinatangan manusia selalu menghindari yang nyata, dan naluri kemanusiaannya terbang dari dunia ini. Salah satu di antara kalian adalah orang kafir, dan yang lainnya adalah orang beriman (QS. 64 : 2). Ada dua person yang berselisih di dalam makhluk ini. “Dengan sisapa keberuntungan menyertai? Siapa yang akan diberi kebaikan oleh nasib baik?”
Tidak ada keraguan, dunia ini sedang berasa di tengah musim dingin. Kenapa benda mati dinamai benda “padat”? Karena mereka semua “membeku”. Bebatuan, pegunungan, dan penutup lain yang jadi pakaian dunia ini  “membeku”. Apabila dunia ini bukan di tengah musim dingin, kenapa dia membeku? Konsep tentang dunia adalah sederhana dan dapat dilihat. Seseorang dapat mengetahui sesuatu dari dampaknya. Dari dampak orang mengetahui ada hal seperti angin dan dingin. Dunia ini bagaikan di tengah musim dingin ketika segala sesuatu membeku dan memadat. Semacam apakah di tengah musim dingin? Sebuah mental di tengah musim dingin, bukan sesuatu yang nyata. Ketika hembusan “ilahi” datang, pegunungan dunia ini akan mencair dan berubah menjadid air. Sama halnya uap di tengah musim panas menyebabkan segala hal yang membeku cair, demikian pula pada Hari Kebangkitan, ketika hembusan itu datang, segalanya akan mencair.
Tuhan mengelilingimu dengan tentara kata-kata, baik untuk menolak musuhmu atau untuk menyergap kekuatan musuh. Musuh di dalam adalah musuh sejati. Jika bisa menundukkan musuh yang di dalam, musuh dunia luar bukanlah apa-apa. Dapat jadi apa mereka? Tidakkah engkau lihat betapa ribuan orang kafir menjadi tawanan seorang kafir, siapa raja mereka? Satu orang kafir adalah tawanan pikiran. Kita sadari kemudian, bahwa pikiranlah yang harus dihadapi dan dikuasai, karena dengan mengetahui kelemahan seseorang, berarti pikiran ribuan orang tertawan. Pertimbangkan kekuatan apa dan kemegahan apa di sana, betapa musuh dapat disergap, dan betapa dunia tertaklukkan ketika tidak terbatas!
Ketika aku melihat dengan jelas seratus ribu bentuk tanap ikatan dan segerombolan tanpa akhir, rombongan demi rombongan,a dalah tawanan orang yang pada  gilirannya akan ditawan pemikiran menyedihkan. Seluruh mereka adalah tawanan dari pikiran. Bagaimana jadinya mereka apabila pikiran itu agung, tanpa akhir, penting, suci, dan luhur? Kemudian kita sadari bahwa pikiranlah yang penting; bentuk menjadi hal kedua, sekedar alat. Tanpa pikiran, bentuk adaalah “zat padat” tiada guna. Siapa pun yang hanya melihat bentuk dirinya adalah “zat padat” tiada guna. Siapa pun yang hanya melihat bentuk dirinya adalah “zat padat” dan tidak memiliki jalan mencapai makna hakikat. Dia anak kecil dan tidak dewasa, meski pun secara fisik bisa jadi berumur ratusan tahun.”Kami telah kembali dari perjuangan kecil menuju perjuangan besar.” Yakni pulang dari peperangan dengan bentuk untuk berperang dengan musuh “resmi”. Sekarang kita melakukan perang dengan pikiran agar pikiran baik mengalahkan yang buruk dan memaksa mereka keluar dari kerajaan tubuh.
Di dalam perjuangan ini, peperangan besar ini, gagasan amatlah penting dan berlaku tanpa alat tubuh. Karena sebagaimmana Intelek Aktif membalikan dunia langit tanpa sebuah alat, maka gagasan tidak memerlukan peralatan untuk melakukan itu. “Engkau adalah substansi (hakikat), dunia ini dan seluruh isinya adalah aksiden. Tidak cocok mencari hakikat di dalam aksiden. Mengislah mereka yang mencari pengetahuan dari hati; tertawalah pada mereka yang mencari nalar dari jiwa.” Orang mesti tidak berdiam di dalam sesuatu yang aksiden.
Mencari kesturi sendiri melalui baunya dan bukan bau itu sendiri – dan tidak puas hanya dengan sekedar bau – adalah baik. Meski demikian, tinggal apda bau kesturi adalah buruk, karena orang berpegang pada sesuatu yang tidak abadi. Bau adalah pelengkap bagi kesturi, tetapi bertahan hanya sepanjang kesturi berada di dunia ini. Ketika dia pergi “di belakang hijab” ke dalam dunia lain, mereka yang hidup oleh bau akan mati karena bau yang bertaut pada kesturi sekarang telah pergi ke tempat yang mengejawantah sebagai kesturi. Meski begitu, sangat beruntung orang yang mencapai kesturi melalui bau dan “ menjadi” kesturi itu sendiri. Akhirnya, jadi abadi di dalam hakikat kesturi dan mengambil sifat kesturi, dia tidak pernah kehabisan. Setelah itu, dia mengabarkan harum kesturi itu pada dunia, dan dunia akan hidup melaluinya. Apa yang tertinggal sebelumnya, tak bersisa amelainkan nama. Seperti kuda, atau binatang lain, yang kembali menjadi garam  di dalam lubang garam. Tiada lagi selain nama yang tertinggal bahwa mereka pernah jadi kuga, karena yang namapak dalam perbuatan dan dampaknya adalah lautan garam. Apa bahayanya nama melakukan itu? Ia tidak akan membawanya ke luar dari wilayah garam. Bahkan apabila engkau menamai tambang garam dengan nama lain, rasa garam tidak akan berkurang.
Meski demikian, orang harus melewati kesenangan dan kebahagiaan yang hanya sekedar bayangan dan pantulan dari kenyataan. Orang mesti tidak puas dengan ukuran kecil ini, yang meski pun adalah rahmat Tuhan dan bayangan keindahan-Nya, tetapi masih tidak ajeg. Ia ajeg di dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi tidak di dalam hubungannya dengan manusia lain. Ia bagaikan cahaya matahari yang bersinar ke dalam rumah. Meski pun itu cahaya matahari, dia masih tetap bertalian dengan matahari. Dan ketika matahari terbenam cahayanya akan menghilang. Maka, orang mesti menjadi matahari agar dia tidak takut pada perpisahan.
Ada “pmeberian” dan ada “pengetahuan”. Sejumlah orang memiliki bakat dan pembawaan tetapi tidak memiliki “pengetahuan”. Sebagian lagi memiliki “pengetahuan” tetapi tidak memiliki “pemberian”. Orang yang meiliki keduanya betul-betul beruntung dan tanpa bandingan. Demi contoh, akan kami ceritakan tentang seorang manusia yang pergi menelusuri jalan. Tetapi dia tidak tahu apakah itu jalan yang benar atau salah. Dia melangkah dengan buta, berharap akan mendengar kokok ayam atau melihat beberapa tanda perkampungan. Sekarang, dengan apa manusia ini diperbandingan dengan orang yang mengetahui jalan dan tidak membutuhkan tanda atas pos bimbingan? Dia tahu yang dia lakukan. Maka, mengetahui berarti melampaui segala sesuatu.

TIGA  BELAS
MUSUH DALAM DIRI : MUSUH PALING RAHASIA

Nabi Muhammad, semoga keselamatan atasnya, bersabda : “Malam ini panjang; jangan memerdekakannya dengan tidur. Hari ini cerah : jangan menodainya dengan dosa,” Malam panjang untuk mengatakan rahasia dan membuat permintaan tanpa gangguan orang dan kesusahan sahabat serta musuh. Damai dan tenang dapat diraih, Tuhan merendahkan hijab hingga perbuatannya terjaga dari kemunafikan dan hanya dipersembahkan sendiri untuk-Nya.Pada malam gelap, orang munafik dapat dibedakan dari orang yang baik : orang munafik akan dipermalukan oleh malam.
Meski pun segala hal lain disembunyikan malam dan diperlihatkan siang, orang munafik akan disingkapkan malam, karena dia mengatakan, “Karena tidak seorang pun akan melihat, untuk manfaat siapa aku melakukan ini?”
Dia akan diberi tahu, “Seseoarng melihatmu, tetapi engkau tidak melihat-Nya. Orang yang melihat engkau adalah yang memegang setiap orang di dalam genggaman kuasa-Nya dan yang dipanggil di saat sengsara.”
Ketika seseorang sering terjangkit sakit gigi, telinga, atau matanya terluka, atau di dalam ketakutan dan ketidak-amanan, seluruh manusisa berseru kepada-Nya. Dan di dalam hatinya menyerukan bahwa mereka beriman dan yakin Tuhan akan mendengar dan memenuhi permintaan mereka. Secara rahasia mereka memberikan derma untuk menghindari malapetaka atau menyembuhkan kembali orang sakit, dan mereka percaya Dia akan tahu sedekah itu diterima. Ketika Dia telah memberi mereka kesehatan dan kesembuhan, keyakinan mereka menghilang dan kembali pada kesenanagan sisa-sia. Mereka berkata, “Ah, Tuhan, jenis keadaan macam apakah itu? Kami berseru kepada-Mu dengan seluruh ketulusan dari sudut penjara kami. Kami telah mengatakan ribuan kali, ‘Katakan,’ Dia adalah Tuhan,’ dan Engkau memang mengabulkan keinginan kami. Sekarang kami telah keluar dari penjara itu, tetapi kami masih memerlukan Engkau untuk membawa kami keluar dari penjara ini, dari dunia kegelapan, ke dunia Nabi, dunia cahaya. Kenapa pembebasan serupa tidak datang kepada kami di luar penjara dan dalam keadaan luka?”
Seribu dugaan berbeda muncul apakah itu bermanfaat atau tidak, dan pengaruh dugaan itu menyebabkan seribu keengganan dan ketumpulan. Di manakah kepastian yang mengahncurkan dugaan sia-sia itu? Tuhan kemudian menjawab, “Sebagai telah Aku katakan, jiwa binatangmu adalah musuhmu dan musuh-Ku : jangan jadikan musuhku dan musuhmu sebagai sahabatmu (QS. 60 – 1).
Peliharalah penjagaanmu terhadap musuh ini did alam penjara, karena sat dia sedang di penjara, penderitaan malapetaka dan luka, pembebasan dirimu sedang berada di tangan dan mencapai kekuatannya. Sribu kali engkau telah dicoba dengan sakit gigi, sakit kepala, dan takut. Kenapa kemudian engkau merantai tubuhmu, disibukkan dengan kepedulian terhadap hal itu? Jangan lupakan hal yang penting. Jagalah selalu Jiwa badaniah dari memeproleh yang dia inginkan hingga engkau mampu meraih hasrat abadi dari penjara kegelapan. Siapa pun yang bisa menahan  jiwanya dan hasrat berahi, sesungguhnya ssurga akan menjadi tempat tinggalnya. (QS.79 : 40-41).

EMPAT BELAS
SETETES AIR DARI SAMUDRA MAHA LUAS

Syeh Ibrahim mengatakan, kapan pun saifuddin Farrukh melihat seseorang terpukul, dia akan menyibukkan dirinya dengan mengatakan kepada  orang lain, sementara itu pemukulan tetap berlangsung. Di dalam perilaku ini, tidak seorang pun mampu jadi perantara bagi orang yang sedang dihukum
Apa pun yang engkau lihat di dunia ini adalah sebagaimana yang ada di dunia sana. Tetapi hal dari di dunia sini hanyalah contoh yang diambil dari dunia sana. Apa pun di dunia sini telah dibawa dari dunia sana. Tidak ada satu hal un, melainkan Kami memiliki gudangnya, dan Kami tidak menyamaratakan setiap bagian, semuanya dalam ketenetuan yang sudah ditetapkan (QS. 15 : 21).
Pedagang kaki lima membawa nampan di atas kepalanya dengan berbagai macam jenis bumbu – cabe rawit, bumbu masak, dan lain-lain. Persediaannya tidak terbatas, tetapi hanya ada ruang sedikit saja di atas nampan itu. Manusia bagaikan pedagang atau toko tukang obat, yang memiliki daya tampung yang kecil. Rasio, kecerdasan, kebajikan, dan pengetahuan dari gudang sifat Tuhan telah ditempatkan di alam botol dan nampan untuk dijajakan di dunia sini sesuai dengan daya tampungnya. Maka manusia melakukan penjajaan layaknya seorang pedagang untuk Tuhan. Siang dan malam nampan terisi, dan kemudian engkau mengosongkannya – atau menghamburkannya – agar engkau memperoleh untuk dari hasil daganganmu. Pada siang hari engkau mengosongkan, dan pada malam hari mengisinya kembali. Sebagai contoh, engkau lihat kecerahan mata. Di dunia sana  terdapat begitu banyak mata, contoh yang telah dikirimkan kepadamu dan alat yang engkau pergunakan untuk melihat-lihat dunia. Ada pandangan yang lebih sejati daripada pandangan di dunia sini, tetapi kemampuan manusia tidak bisa menampungnya. Seluruh sifat itu benar di sini, di depan kami dalam persediaan yang tidak terbatas, di dalam ketentuan yang sudah ditetapkan Kami Kami membagikannya dengan marata.
Bercerminlah kemudian pada betapa banyak makhluk yang muncul, abad demi abad. “Laut” ini penuh sesak oleh mereka, dan kemudian kosong lagi. Pertimbangkan olehmu sebuah “Gedung” apakah ini. Sekarang, semakin seseorang menyadari keberadaan “laut”, semakin dia merasa kecewa dengan sekedar nampan. Pikirkan dunia ini sebagai koin receh yang muncul dari percetakan uang dan kembali lagi kepadanya : Kami adalah milik Tuhan, dan kepada-Nya kami pasti akan kembali (QS. 2 : 156). “Kami” di sini berarti bahwa seluruh bagian dari kita muncul dari sana dan merupakan contoh dari sana, dan segala sesuatu, besar kecil – juga binatang – akan kembali ke sana. Benda muncul tiba-tiba di atas “nampan” ini dan mereka tidak dapat muncul tanpa adanya “nampan” karena dunia sana itu halus dan tidak dapat dilihat.
Kenapa hal seperti terlihat aneh? Tidakkah engkau lihat betapa hembusan musim dingin tampak dan mendesir melalui pepohonan, semak, bebungaan, dan tanaman obat-obatan? Engkau lihat keindahan musim dingin dengan cara seperti itu, tetapi saat engkau menguji hembusan itu engkau tidak melihat apa pun. Hal itu terjadi bukan karena petakan bunga semacam itu tidak berada di “dalam” hembusan angin : Apakah tidak berasal dari cahayanya? Tidak, di dalam hembusan angin terdapat aliran penampang bunga dan tumbuhan obat-obatan. Tetapi arus itu terlalu halus untuk dapat dilihat kecuali mereka terungkap ke luar dari kehalusannya amelalui sejumlah perantara.
Demikian halnya, sifat itu tersembunyi ddi dalam manusia. Mereka tentu tidak jelas kecuali melalui sejumlah perantara dalam dan luar, misalnya pidato, perselisihan, peperangan, atau perdamaian. Engkau tidak dapat melihat sifat manusia. Ketika engkau melihat pada dirimu dan tidak menemukan apa-apa, pikirkan sendiri dirimu dan kau dapati bahwa dirimu hampa dari sifat itu. Hal itu bukan karena engkau telah berubah dari dirimu sebelumnya, tetapi karena ia tidak terlihat di dalam dirimu. Ia seperti air di dalam lautan. Air tidak datang ke laut kecuali melalui perantara awan, dan itu tidak nampak jelas terlihat kecuali melalui gelombang. Gelombang adalah “peragian”, sehingga apa yang ada di dalam dirimu menjadi terlihat. Sejauh laut masih ada, enkau tidak akan melihat apa pun. Tubuhmu berdiri di pantai, sedangkan jiwamu berada di laut. Engkau tidak lihat betapa banyak ikan, ular, unggas, dan makhluk lain datang tiada henti dari laut, memperlihatkan diri dan kemudian sekali lagi menuju laut? Sifat-sifat kamu – seperti kemarahan, kecemburuan, kegairahan – mucnul dari “laut” ini. Orang boleh berkata mereka “pecinta halus” Tuhan. Orang tidak dapat melihat mereka kecuali melalui media peralatan “pakaian” verbal. Ketika mereka “telanjang” mereka terlalu halus untuk dilihat.

LIMA BELAS
SEMUA DARI LAUT; KEMBALILAH KE LAUT

Di dalam diri manusia terdapat cinta, luka, gatal, hasrat, bahkan jika dia memiliki ratusan ribu dunia, dia akan tidak beristirahat atau menemukan ketenangan. Orang bekerja dengan bermacam profesi, kerajinan, pekerjaan, dan mereka belajar astrologi dan kesehatan, dan sebagainya, tetapi mereka tidak merasa tenang karena yang mereka cari tidak dapat didtemukan. Kekasih disebut “dil-aram”  (yang memberi ketenangan hati), karena hati menemukan ketenangan melalui kekasih. Bagaimana mungkin menemukan kedamaian melalui yang lain? Semakin cepat seseorang bangun dari sadar, jalan yang panjang semakin pendek dan semakin sedikit kehidupan orang yang akan tersia-siakan pada “anak tangga” ini.
ooOOoo
“Orang Mongol menguasai harta benda, tetapi kadang-kadang mereka memberi kita harta benda. Itu tentu aneh. Apa artinya ini?” seseorang bertanya.
“Apa pun yang dirampas kaum Mongol, “kata guru”, semuanya itu berasal dari genggaman dan gudang Tuhan. Hal itu bagaikan engkau mengisi kendi atau tong dari laut kemudian membawanya. Selama air masih berada di ekndi atau tongmu, air itu milikmu. Tidak seorang pun memiliki hukum di sana. Apabila seseorang mengambil sedikit saja dari itu tanpa ijinmu, pengambilan itu melanggar hukum. Meski demikian, ketika air itu dituangkan  kembali ke laut, dia meninggalkan kepemilikanmu dan terbebas dari apa pun. Maka, harta benda kita tidak sah secara hukum bagi orang Mongol, tetapi harta benda mereka sah untuk kita.
ooOOoo
“Tidak adan kependetaan dalam Islam. Kebersamaan adalah rahmat. Nabi Muhammad selalu berusaha keras mengupayakan kebersamaan, karena di dalamnya ada ikatan bersama ruh besar dan pengaruh luas yang tidak dapat dihasilkan individualitas dan pengasingan. Masjid dibangun agar setiap orang dari segala penjuru dapat berkumpul untuk mendapatkan “rahmat” dan manfaat yang lebih besar. Rumah memisahkan satu dari lainnya untuk “pembubaran” dan menyembunyikan kesalahan; itulah maksud mereka. Masjid jamaah dibuat untuk masyarakat suatu kota agar berjamaah di dalamnya; mengunjungi Ka’bah dibuat sebagai kewajiban agar orang dari berbagai kota dan negara di dunia dapat berkumpul bersama.
“Ketika kaum Mongol pertama kali datang ke negeri ini, mereka bertelanjang kaki dan tidak berpakaian; ,ereka mengendarai banteng, dan senjata mereka terbuat dari kayu.” Seseorang berkata. “Sekarang kekuatan mereka meningkat, mereka diberi makan dengan baik, dan mereka memiliki kuda Arab dan senjata terbaik.”
“Ketika tengah terinjak-injak, lemah, dan tidak berdaya, Tuhan tahu kebutuhan mereka, diterima di dalam pandangan-Nya dan menemaninya. Sekarang mereka telah berkembang di dalam ketinggian dan kekuatan, Tuhan akan menghancurkan mereka dengan makhluk  paling lemah agar mereka sadar bahwa mereka mampu menguasai dunia karena kebaikan dan kekuatan Tuhan, bukan oleh angkatan perang dan kekuatan mereka sendiri.  Pada awalnya mereka berada di dalam kebuasan, jauh dari orang, tersia-siakan, terhina, bertelanjang dan miskin. Beberpa dari mereka pernah datang sebagai pedagang menuju kerajaan Khawazmshah menghalangi mereka dan memerintahkan pedagang mereka dibunuh. Dia pun membebani pajak pada mereka dan menghalangi saudagarnya dari tanahnya.
Kaum Tartarian itu pergi dengan merendahkan hati di depan raja mereka dan berkata, ‘Kami telah dianiaya.’ Raja itu mencari kelonggaran sepuluh hari dari mereka dan pergi ke gua dalam. Di ttempat itu dia berpuasa selama sepuluh hari, merendahkan hati dan dirinya. Sebuah jeritan datang dari Tuhan, berkata, “Aku mendengar permintaanmu. Datanglah mendekat dan raihlah kemenangan gilang gemilang ke mana pun engkau pergi.’ Begitulah, ketika mereka datang atas perintah Tuhan, mereka berjaya dan menguasai dunia.
“Tetapi kaum Tartar pun beriman pada Hari Kiamat,” Seseorang berkata, “karena mereka berkata bahwa nanti akan terjadi Yarghu.”
“Mereka berdusta,” kata guru. “Mereka ingin mengatakan bahwa mereka sama dengan kaum Muslim melalui perkataan, ‘Oh, ya, kami juga tahu dan percaya.’ Itu seperti unta yang ditanyai ke aman saja dia selama ini. ‘Aku datang dari pemandian,’ jawab unta itu. Ya,’ datang adalah sebuah jawaban,’ aku dapat mengatakannya dari tumitmu!”
“Sekarang, apabila mereka mengimani Hari Kiamat, di mana tanda keimanan itu? Dosa, penindasan, perbuatan jahat mereka seperi es dan salju, padat membeku. Ketika pertobatan dan pengampunan matahari munculkesadaran dari dunia itu dan takut tpada Tuhan, ia mencairkan salju dosa begitu saja, mirip matahari mencairkan es dan salju. Apabila es dan salju pernah berkata, ‘Aku pernah melihat matahari di tenagh musim panas,’ atau, ‘Matahari di tengah musim panas spernah bersinar kepadaku.’ Dan masih tetap berupa es dan salju, tidak ada orang berakal percaya itu. Sangat mustahil bagi matahari di tengah musim panas muncul dan tidak mencairkan es dan salju. Meskipun tuhan telah mengijinkan ganjaran untuk kebaikan dan kejahatan di Hari Kebangkitan, amsih saja setiap contoh cepat dari hal ini dapat dilihat. Apabila manusia bergembira di dalam hatinya, itu adalah ganjaran karena telah membuat orang lain sedih. Terdapat ‘hadiah’ dari dunia itu dan contoh dari Hari Kebangkitan agar orang dapat memahami yang banyak dari yagn sedikit, sama halnya segenggam penuh gandum ditunjukkan sebagai contoh dari penuhnya gudang.
“Nabi Muhammad, dengan seluruh keagungan dan kebesarannya, pada suatu malam terluka di tangannya. Lalu turunlah wahyu yang mengabarkan bahwa luka itu berhubungan dengan luka pada tangan Abbas. Abbas yang telah dijadikannya sandera bersama sekelompok tawanan yang tangannya diikat. Bahkan meskipun iktan pada tangan Abbas adalah perintah Tuhan, masih saja ada ganjaran untuk perbuatan. Maka engkau harus menyadari bahwa pernyataan kecemasan, kesulitan, dan kesakitan yang engkau derita berkenaan dengan kejahatan dan dosa yang telah enggkau lakukan (meskipun barangkali tidak ingat rincian yang sebetulnya telah dilakukan). Engkau mesti tahu bahwa engkau jauh lebih banyak melakukan kejahatan, meski pun bisa jadi engkau melakukan itu secara tidak sadar atau keluar dari ketidaktahuan atau kelompok tak beragama yang menjadikan dosamu tampak sedemikian ringan hingga dianggap tidak sebagai dosa. Tetapi lihatlah ganjaran dan lihat betapa menggembirakan hati engkau jadinya pada satu sisi dan betapa penuh apmunan pada sisi lain. Penyesalanmu betul-betul tebusanmu untuk dosa, dan kegembiraanmu menjadi balasan atas ketaatan,”
“Nabi Muhammad telah disiksa karena telah memutar-mutarkan cincin di seputar jemarinya dan pernah bersabda, ‘Kami tidak menciptakan engkau untuk bermalas-malas dan bermain-main. Apakah engkau pikir Kami telah menciptakan engkau secara bermain-main? (QS. 23 : 115). Engkau dapat menilai dari sini apakah hari-harimu dihabiskan di dalam ketaatan atau ketidakpatuhan.”
“Musa telah didpaksa untuk melibatkan dirinya dengan orang. Meski pun dia didperintah Tuhan dan benar-benar asyik dengan Tuhan, satu sisi dirinya dibuat untuk memperhatikan kesejahteraan orang, Khidir, pada sisi lain, betul-betul hanya asyik  dengan dirinya. Nabi Muhammad pertama-tama diizinkan untuk asyik dengan dirinya, tetapi kemudian dia didperintah menyeru orang, memberikan nasihat baik, dan memperbaiki keadaan mereka. Nabi Muhammad meratap dan menangis, “Ya Tuhan, dosa apa yang telah aku perbuat? Kenapa Engkau mendorongku dari hadapan-Mu? Aku tidak ingin terlibat dengan manusia.’ Keudian Tuhan menjawab, ‘Muhammad, janganlah bersedih, karena Aku tidak akan membiarkan engkau benar-benar terlibat dengan manusia. Di dalam keterlibatan sungguh-sungguh itu engkau akan bersama-Ku. Kebersamaan-Ku dengan mu tidak akan berkurang sedikit pun ketika engkau bersungguh-sungguh terlibat dengan manusia. Pada setiap tindakan yang dilakukan engkau benar-benar bersatu dengan-Ku.””
ooOOoo
“Dapatlah salah satu keputusan abadi yang telah dijanjikan Tuhan dapat berubah sama sekali?” seseorangn bertanya.
Segala sesuatu yang telah dititahkan Tuhan semuanya berasal dari keabadian, sakit untuk sakit dan kebaikan untuk kebaikan, tidak akan pernah berubah karena Tuhan-lah yang membuat titah. Siapa berkata, dia melakukan kejahatan untuk memperoleh kebaikan? Apakah seseorang pernah menanam gandum dan berpanen gerst (tanaman sejenis gandum, untuk membuat roti. Pen), atau menanam gerst dan memeproleh gandum? Itu mustahil. Seluruh orang suci dan nabi pernah mengatakan bahwa ganjaran untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk kejahatan adalah kejahatan. Dan siapa pun yang pernah melakukan kebaikan seberat seekor semut, dia akan memperoleh hal serupa (QS. 99:7 -8). Oleh titah abadi engkau mekanai apa yang telah Kami sampaikan dan jelaskan. Karena itu tidak akan pernah berubah. Demi Tuhan! Apabila engkau menginginkan agar balasan untuk kebaikan dan kejahatan meningkat dan dapat berubah, sesungguhnya, semakin baik engkau melakukan, semakin meningkat pula balasan untuk kebaikan; dan semakin tidak adil engkau berlaku, semakin besar pula balasan kejahatan yang akan menimpamu. Hal seperti itu dapat berubah, tetapi muasal titak tidak akan berubah.
Seorang penceloteh bertanya, “Bagaimana halnya dengan kita, kadang-kadang melihat orang kotor berbahagia dan orang baik celaka?”
Orang  licik, apakah dia melakukan atau bermaksud baik, akan berbahagia, dan orang baik yang akan jadi celaka, apakah dia melakukan atau bermaksud jahat akan jadi demikian? Itu seperti iblis ketia dia menolak untuk bersujud kepada Adam dan mengatakan, “Engkau telah menciptakan aku dari api, dan telah menciptakan dia dari tanah liat (QS. 7 : 12).  Setelah pernah menjadi ketua di antara malaikat, dia abadi terkutuk dan diasingkan dari hadapan Tuhan. Kami pun mengatakan bahwa balasan untuk kebaikan adalah kebaikan dan balasan untuk kejahatan adalah kejahatan.
ooOOoo
Seseorang pernah bertanya apakah dia akan dihukum apabila berjanji untuk berpuasa selama satu hari dan kemudian membuka puasa itu.
Mazhab Syafi’i dengan tegas mengatakan bahwa dia harus melakukan pertobatan, karena janji dipandang sebagai sumpah, dan siapa pun yang membatalkan janji mesti menebusnya. Meski demikian, berdasar pada Abu Hanifah, janji tidak sama dengan sumpah, maka apertobatan tidak diperlukan. Sekarang terdapat dua jenis janji, yang bergantung dan tidak. Janji tidak bergantung adalah seperti ucapan, “Aku bersedia berpuasa untuk satu hari.” Dan janji bergantung adalah seperti ucapan, “ Aku hershaum satu hari apabila hal-hal seperti ini terejadi.”
Seorang lelaki kehilangan keledainya dan berpuasa selama tiga hari dengan tujuan menemukan keledai itu. Setelah tiga hari dia menemukan keledainya telah mati. Dengan kecewa, dia menghadapkan wajahnya ke langit dan berkata, “Selama tiga hari aku telah bershaum, aku akan celaka apabila tidak makan enam hari selama Ramadhan! Engkau hanya ingin memperoleh lebih banyak dariku!”
ooOOoo
Seseorang bertanya tentang makna tahiyat, shalawat, dan tayibah.
Perbuatan berbakti dan memuja tidak datang dari kita dan tidak mengenai diri kita. Kenyataannya, tahiyat dan shalawat adalah milik Tuhan, bukan milik kita. Segala hal milik Dia dan semestinya akan kembali kepada-Nya. Seperti halnya pada musim semi orang gpergi ke ladang melakukan penanaman, pergi ke perjalanan, dan mendirikan bangunan semua itu “diberikan” musim semi. Kalau tidak mereka akan berdiam diri sebagaimana  sebelumnya, mengurung diri di dalam rumah. Meski demikian, dalam kenyataannya, menanam, melihat-lihat, dan menikmati halhal baik ini berkenaan dengan musim semi, tetapi pemberi sejati kebaikan itu adalah Tuhan.
Orang sekedar melihat penyebab kedua dan mengetahui segala hal melalui penyebab kedua itu. Meski begitu, bagi orang suci, terungkapkan bahwa penyebab kedua tidak lain hanyalah “hijab” yang menjaga orang untuk melihat dan mengetahui penyebab Utama. Itu seperti seseorang berbicara dari belakang layar dan orang berpikir bahwa layar itu sendiri yang berbicara. Mereka tidak tahu layar itu tidak berkenaan sama sekali dengan hal itu, ia hanya tirai. Hanya ketika si pembicara muncul dari belakang layar, tampaklah bahwa layar itu sekedar perantara. Orang Suci Tuhan melihat hal ketika diciptakan dan muncul seterusnya dari luar penyebab kedua mereka sama halnya unta muncul dari pegunungan. Sebagaimana tongkat Musa menjadi Naga, sebagaimana dua belas mata air mucnul dari batu, seperti halnya Nabi Muhammad membelah bulan tanpa peralatan, sekedar menunjuk, seperi Adam muncul sebagai makhluk tanpa ayah atau Ibu, atau Isa tanpa ayah, sebagaimana taman mawar tumbuh dari api untuk Ibrahim, dan seterusnya. Maka ketika orang suci melihat hal seperti itu, mereka sadar bahwa penyebab kedua adalah perantara, bahwa penyebab adalah hal lain. Penyebab kedua tiada lain “wol di atas mata” untuk menyibukkan orang biasa.
Ketika Tuhan berjanji untuk memberi Zakariya seorang bayi, dia menjerit, “Aku lelaki tua, dan istriku perempuan tua. Organ-organ reproduksiku sudah lemah, dan istriku telah melampaui masa memiliki anak. Ya Tuhan, bagaimana mungkins eorang anak muncul dari perempuan seperti itu?” Dia menjawab, Tuhan, baaimana mungkin aku akan memiliki anak, ketika usia tua telah menguasaiku, dan istriku telah mandul ?” (QS. 3 : 40). Jawaban muncul, “Perhatikan Zakariya. Engkau telah kehilangan keteguhan Iman. Aku telah menunjukkan kepadamu ribuan kali berbagai hal di luar hukum sebab akibat. Itu telah engkau lupakan. Tidakkah engkau menyadari bahwa penyebab itu hanyalah perantara? Aku mampu dengan segera menghasilkan tepat di depan amtamu ratusan ribu anak tanpa perempuan dan tanpa kehamilan. Ketika Aku menunjukkan, beribu-ribu manusia akan dihasilkan, sempurna, dewasa, dan penuh pengetahuan. Tidakkah Aku memberimu kelahiran di dunia ruh tanpa ayah tanpa Ibu? Engkau telah menikmati kebaikan di masa lalu dari-Ku. Kenapa engkau lupa kelahiranmu ke dalam dunia keberadaan ini?”
Nabi, orang suci, dan orang lain dan berbagai keadaan kebaikan dan keburukan mereka disesuaikan dengan keckapan dan hakikat seperti budak yang dibawa ke Dunia Islam dari tanah kaum kafir. Beberapa telah dibawa pada usia lima tahun, sebagian sepuluh, dan sebagian lagi lima belas. Setelah mereka yang dibawa sebagai anak kecil telah tinggal selama bertahun-tahun di antara kaum Muslim, betul-betul lupa keadaan mereka sebelumnya dan tidak ingat apa pun. Selain itu, mereka yang dibawa dalam usia lebih tua lagi mengingat sebagian besar keadaan mereka sebeumnya.
Seperti halnya, ruh berada di dalam kehadiran Tuhan di “dunia itu”. Seperti dikatakan Al-Qu’an, Bukankah Aku Tuhanmu? Mereka menjawab, Ya, kami bersaksi (QS. 7:172). Makanan dan sumber tenaga mereka adalah perkataan Tuhan yang tanpa suara dan tanpa bunyi. Beberapa yang pernah di bawa di masa pertumbuhan tidak ingat keadaan asal mereka dan  mempertimbangkan diri mereka sebagai orang asing terhadap kata-kata itu ketika mendengarnya. Kelompok ini, telah benar-benar terbenam ke dalam kekufuran dan kesalahan, mereka “terhijab”. Yang llain dapat mengingat sedikit, kerinduan mereka pada “sisi lain” dapat ditimbulkan. Mereka adalah “orang beriman”. Yang lain masih saja melihat di depan mata keadaan sebelumnya dengan tepat sebagaimana berada di masa lalu ketika mendengar perkataan itu. “Hijab” mereka benar-benar telah diangkat, dan mereka bergabung di dalam persatuan. Mereka ini adalah orang-orang suci dan paa Nabi.
Kemudian kami memberi nasihat kepada sahabat kami. Ketika “pasangan makna hakiki” terejawantah di dalam dirimu dan misteri disingkapkan, perhatikanlah! Sekali lagi aku katakan, berhati-hatilah agar engkau tidak mengatakan itu kepada lainnya. Jangan engkau memberi uraian kepada mereka, dan jangan hubungkan perkataan yang engkau dengar itu kepada orang semebarangan. “Jangan berikan hikmah kepada ayang tidak layak kalau-kalau engkau salah; jangan sembunyikan itu dari orang yang layak, kalau-kalau engkau berbuat salah kepada mereka.” Apabila engkau memiliki istri atau kekasih yang disembunyikan di dalam rumahmu dan dia mengatakan kepadamu, “Jangan perlihatkan aku kepada siapa pun, akrena aku adalah milikmu sendiri.” Akankah jadi benar untuk memperlihat dia di tengah-tengah pasar dan diaktakan kepada setiap orang, “Ayo datang dan lihat yang satu ini?” Akankah kekasihmu menyukainya? Dia tentu akan sangat marah kepadamu dan kabur kepada yang lainnya. Tuhan telah melarang perkataan ini bagi mereka “yang lain.”
Itu seperti penghuni neraka yang berteriak kepada penghuni surga, “Di manakah kemurahhatian dan kebajikanmu? Apa yang akan terjadi apabila engkau memberikan kepada kami sebagian kemurahan sebagai amal baik, sebagaimana sejumlah kebaikan dan rahmat Tuhan telah dibekalkan kepada dirimu, juga seperti ungkapan, ‘dan kepada cangkir mulia bumi, satu bagian, karena kami di bakar di dalam api ini. Apa bahaya yang akan menimpamu apabila engkau memberikan kepada kami buah-buahan atau amta air bersinar dari surga?” Dan penghuni api neraka akan memanggil kepada penghuni surga, mengatakan, Tuangkanlah sejumlah air kepada kami, atau dari kesegaran itu yang telah dibekalkan kepada kalian! Mereka akan menjawab, sungguh Tuhan akan melarang semuanya bagi kaum tidak beriman (QS. 7 : 50). Penghuni surga menjawab, Tuhan telah melarang kami melakukan itu. Biji kebaikan ini adalah di dunia ini. Karena engkau tidak menyebarkan dan menyemaikan mereka di sana ( dan mereka adalah iman dan ketaatan), Apa yang dapat diraih di sini? Bahkan apabila kita memberikan sebagian kepadamu tanpa rasa kasihan, karena Tuhan telah melarang engkau atas buah-buahan itu, mereka akan membakar tenggorokanmu dan tidak dapat ditelan. Apabila engkau melatkkan mereka di dalam akrung, dia akan terpecah dan akan jatuh.
Sekelompok kaum munafik dan orang asing datang keada Nabi Muhammad, memujinya dan mencari penjelasan untuk mistri ini. Nabi Muhammad memberi aba-aba kepada para sahabat untuk “memberhentikan botol mereka”. Maksudnya ialah untuk menutupi kendi dan tong mereka, sebagaimana apabila didkatakan, “Orang-orang ini tidak bersih dan merupakan binatang berbisa. Berhati hatilah, agar mereka tidak jatuh ke dalam notol kalian dan menyebabkan engkau berbahaya dengan tanpa sadar meminum dari botolmu.” Ini adalah perilaku yang dia katakan kepada mereka agar menahan hikmah bagi orang asing dan menahan lidah mereka di hadapan orang asing, karena mereka adalah tikus, tidak layak dari hikmah dan kebaikan ini.
ooOOoo
Guru mengatakan, “Bahkan apabila pangeran yagn baru saja meninggalkan kami tidak memahami perkataan dengan tepat, secara umum dia masih mengetahui kita berdoa kepada Tuhan untuk dia. Kita menganggap anggukan kepalanya, cinta dan kasih sayangnya dalam pemahaman kita. Petani yang datang ke kota barangkali tidak mengetahui ajakan shalat ketika dia mendengarnya. Tetapi dia tahu apa yang mereka tandakan.”

ENAM BELAS
ISI CANGKIR LEBIH UTAMA DIBANDING BENTUKNYA

Yang tercinta” akan selalu terlihat indah bagi yang mencintainya. Tapi pernyataan itu tidak bisa dibalikkan : tidak setiap keindahan akan selalu dicintai. Keindahan merupakan bagian dari “yang tercinta”. “Yang tercinta” adalah bagian yang utama. Jika cinta telah melingkupi “Yang tercinta” maka keindahan akan mengikutinya dan menjadi bagian dari “yang tercinta”. Bagian dari suatu hal tidak dapat dipisahkan dari keseluruhannya. Bagian mesti menyinggung keseluruhan. Ketika Majnun mencintai Layla, kala itu ada abanyak gadis yang lebih cantik daripada Layla. Tetapi Majnun tak mencintai mereka. Ketika dikatakan padanya, “Ada banyak gadis yang lebih cantik dariapda Layla. Dan biarkan kami memperlihatkannya kepadam.” Dia akan selalu menjawab, “Aku tidak mencintai Layla karena bentuk luarnya. Layla bukan bentuk luar; dia bagiakan piala yang aku genggam dan dari sana aku meminum anggur, Aku mencintai anggur yang aku minum. Engkau hanya melihat piala dan tidak menyadari keberasaan anggur. Apagunanya piala emas untukku bila piala itu hanya berisi cuka atau yang lain selain anggur? Bagiku, labu tua pecah berisi anggur akan lebih baik daripada ribuan piala seperti itu.” Orang membutuhkan cinta dan kerinduan untuk membedakan anggur dari cangkir.
Sebagai contoh, datangkan orang lapar yang eblum makan selama sepuluh hari dan seorang lagi yang sudah makan sebanyak lima kali sehari. Kemudian, suguhkan ke hadapan mereka setangkup roti. Orang yang telah makan banyak akan melihat roti itu hanyalah sebentuk roti. Sedangkan orang yang lapar melihat roti sebagai peenyambung hidupnya. Bagi orang yang sudah kekekanyangan, roti itu tampak seperti cangkir baginya. Dan bagi orang lapar, roti itu bagaikan anggur dalam cangkir. Orang yang memiliki keinginan dan hasrat sajalah yang dapat melihat “anggur”. Maka untuk bisa melihat anggur, engkau harus melihatnya dengan mata simpatik dan penuh hasrat. Engkau tak lagi hanya menjadi pengamat bentuk, namun melihat hal yang nyata dari seorang kekasih. Bentuk luar manusia dan benda yang diciptakan menyerupai cangkir, dan hal-hal lain seperti pengetahuan, seni serta ilmu, adalah hiasan cangkir tersebut. Ketika gelas pecah, tidak ada sedikit pun “hiasan” yang tersisa. Hal penting kemudian adalah anggur yang mengikuti bentuk gelas. Siapa pun yang melihat dan meminum anggur tahu bahwa pekerjaan baik akan abadi (QS. 18 : 46).
Ada dua hal yang harus dipahami oleh seseorang calon pejalan. Pertama, ketika dia menganggap ssuatu hal adalah hal itu sendiri, maka dia telah salah memperesepsi. Kedua, dia harus smemaahami kata dan kebajikan lain yang lebih baik dan lebih tinggi daripada apa yang dia ungkapkan, yakni seharusnya dia berkata, “Saya tidak tahu”. Dengan begitu kita telah merealisasikan suatu ungkapan yang berbunyi “Bertanya adalah sebagian pengetahuan.”
Setiap orang meletakkan harapannya kepada orang lain, tetapi yang dicari oleh semuanya adalah Tuhan. Daam harapan pada-Nya-lah setiap orang menghabisksan hidupnya. Meski demikian dalam pencarian ini, dalam hubungan antara manusia dan Tuhannya, setiap orang harus didbedakan agar diketahui mana yang menonjol dalam usahanya dan mana yang harus dipukul oleh tongkat polo raja agar dia mengakui kesatuan dan keesaan Tuhan. Kesatuan dengan Tuhan sebagaimana layaknya orang yang tenggelam. Orang yang tenggelam akan dikendalikan oleh air dengan sempurna. Orang yang tenggelam itu sendiri tidak mempunyai kendali terhadap air. Seorang perenang mau pun seorang yang tenggelam sama-sama berada di dalam air; orang terakhir dikendalikan dan dikontrol oleh air; sementara perenang dikenadalikan oleh kekuatan dan kemauannya sendiri.Setiap gerak yang dibuat oleh orang tenggelam itu  - tentu saja, setiap perbuatan dan kata yang keluar darinya – berasal dari air, bukan darinya. Ia hanya seonggok “mesin.” Ketika engkau mendengar kata yang keluar dari dinding, engkau tahu bahwa itu bukanlah dinding; ada seseorang yang membuat dinding tampak berbicara. Orang suci bisanya begitu. Mereka telah mati sebelum mati, dan menjadi seperti dinding, tanpa sedikit pun diri yang tertinggal pada mereka.
Mereka seperti perisai di tangan seorang yang amat berkuasa. Gerakan perisai tidak berasal dari perisai (dan inilah dimaksudkan dengan “AKU ADALAH AL-HAQ” itu). Perisai berkata, “Aku tidak berada di sini sama sekali , gerakanku berasal dari tangan yang Nyata. : “Ketika engkau mampu melihat perisai sebagai Tuhan, jangan berjuang menentang-Nya. Karena yang berjuang melawan perisai itu  berarti berperang melawan Tuhan  dan menempatkan dirinya melawan Dia. Sejak Jaman Adam hingga kini engkau telah mendengar apa yang terjadi kepada orang seperti Fir’aun, Shaddad, Namrud, Suku “ad, Ummat Luth, Tsamud dan seterusnya. Perisai itu akan ada sampai Hari Kebangkitan, zaman demi zaman. Kadang-kadang berbentuk nabi dan kadang-kadang berbentuk orang suci. Semuanya terjdi agar orang saleh dapat dibedakan dari yang tidak saleh, musuh dari sahabat. Maka setiap orang suci adalah “bukti” bagi orang-orang  yang lainnya. Dengan melakukan hubungan dengan orang-orang seuci itulah seseorang akan memperoleh bagian dan ketinggian mereka. Apabila mereka memusuhi orang-orang suci, mereka bermusuhan dengan Tuhan. Apabila mereka mencintinya, mereka mencintai Tuhan, “Siapa pun yang melihatnya, berarti dia melihat-Ku, dan siapa pun yang mencarinya, berarti dia mencari-Ku.” Hamba Tuhan akan mengetahui rahasia tempat suci-Nya. Seluruh jejak diri, hasrat dan seluruh akar penghianatan telah dipangkas dan dibersihkan dari orang yang melayani Dia. Mereka akan memperoleh persembahan dari dunia karena telah mengetahui rahasia misteri. Karena, tidak seorang pun akan mendapatkan bagian yang sama, kecuali orang-orang yagn suci (QS. 56 : 70).
Bukan merupakan suatu penolakan atau ketidak-pedulian jika seseorang menghadapkan punggungnya pada kuburan orang suci. Dan bukan pula suatu kesalahan jika seseorang menghadapkan wajahnya pada jiwa mereka. Sebab, kata yang keluar dari mulut kita adalah jiwa-jiwa mereka. Bukan suatu kesalahan untuk menghadapkan punggung pada tubuh dan menghadapkan wajah pada jiwa.
ooOOoo
Aku sangat menginginkan agar tak ada seorang pun yang menderita karena cintaku. Aku tidak senang ketika sahabatku menghalangi sejumlah orang yang ingin melemparkan dirinya kepadaku selama sama’. Aku telah mengatakan ratusan kali agar tidak seorang pun berhasrat untuk berbicara denganku. Hanya dengan demikianlah aku menggubah syair untuk menjamu mereka. Kalau tidak, mereka jadi bosan. Kalau tidak, apakah untuk bumi aku akan menyenburkan syair? Aku dikesalkan syair. Aku tidak berpikir ada sesuatu yang lebih buruk dari syair. Itu seperti seseorang yang mengambil babat kemudian dia mencucinya untuk disuguhkan pada tamu yang menginginkan babat itu. Karena hal itulah aku menggubah syair. Manusia mesti meleihat ke kota untuk memperhatikan barang yang dibutuhkannya merskipun barang itu adalah dagangan paling buruk mutunya.
Aku telah mempeljari berbagai cabang pengetahuan dan memperoleh luka yang dalam agar para terpelajar, mistikus, orang pandai, serta pemikir,d atang kepadaku untuk memperluas sesuatu yang berharga, ajaib, dan tepat. Tuhan pun menginginkan hal ini. Karena itu Dia mengumpulkan seluruh studi di sini dan memposisikanku dengan segenap penderitaan ini hingga aku mesti menyibukkan diri dengan tugas ini. Apa yang mesti aku lakukan? Di negeri kami dan di antara orang kami tidak ada yang lebih tidak dihormati daripada pekerjaan menjadi penyair. Sudahkah kita kembali ke negeri asal kita? Kami akan hidup dalam keselarasan dengan selera mereka dan melakukan apa yang mereka inginkan, misalnya pengajaran, menulis buku, berkhutbah, melakukan kezuhudan, dan mengerjakan perbuatan saleh.
ooOOoo
Pangeran Parwana berkata kepadaku bahwa dasar segala sesuatu adalah perbuatan. Aku menanyainya, di manakah posisi orang-orang yang berbuat? Di manakah posisi para pencari perbuatan hingga aku mampu memperlihatkan kepada mereka sejumlah perbuatan? Kalian adalah pencari kata-kata. Engkau memiliki seperangakat pendengaran untuk mendengar sesuatu. Apabila kami tidak berkata apa-apa engkau akan bosan. Jadilah pencari perbuatan, dan kami dapat memperlihatkan sesuatu kepadamu. Kami mencari ke seluruh dunia manusia yang dapat kami perlihatkan perbuatan kepadanya. Karena tidak menemukan pembeli perbuatan dan hanya menemukan pembeli kata-kata, maka kami menyibukkan diri  dengan pembicaraan. Karena engkau bukan pelaku, bagaimana mungkin engkau mengetahui apakah perbuatan itu? Perbuatan hanya dapat diketahui melalui perbuatan; kecendekian diketahui melalui studi. Bentuk diketahui dari bentuk. Isi diketahui dari isi.
Karena tidak ada seorang pun lagi menjelajahi jalan sepi ini, maka apabila kami di sini dan sibuk dengan perbuatan, bagaimana mungkin seseorang pernah melihatnya? Apa yang kumaksud “perbuatan” di sini bukanlah perbuatan seperti puasa atau shalat. Semua itu hanya lah bentuk dari perbuatan. “Perbuatan” adalah isi batin. Sejak jaman Adam hingga jaman Nabi Muhammad, shalat dan puasa tidak pernah berbentuk seperti sekarang. Ia selalu berubah. Tetapi perbuatan akan tetap demikian. Apa-apa yang lain hanyalah bentuk dari perbuatan.; perbuatan adalah makna dalam diri manusia. Ketika engkau berkata bahwa obat telah “bekerja”, tidak ada bentuk pekerjaan yang bisa dilihat darinya, hanya “makna” yang didapatkan. Ketika seseorang berkata bahwa orang tertentu adalah perantara di kota, orang tidak melihat “bentuk” apa pun. Maka perbuatan bukanlah yang secara umum telah didpahami istilahnya, seperti yang dibayangkan oleh sebagian besar orang. Mereka menginginkan agar “perbuatan” itu menjadi sesuatu yang tampak. Apabila seorang munafik mengerjakan perbuatan kewajiban agama, apa yang dilakukannya tidak menguntungkan dirinya sedikit pun karena dia tidak memiliki “makna” ikhlas dan iman. Dasar segala sesuatu adalah pembicaraan dan ucapan. Sekarang engkau tidak tahu apa-apa tentang “pembicaraan dan ucapan” ini. Engkau meremehkan hal itu. Padahal pembicaraan adalah buah dari pohon perbuatan, karena ucapan dilahirkan dari perbuatan. Tuhan menciptkan dunia melalui sabdanya, Jadi! Dan jadi lah dia (QS. 36 : 82). Iman berada di dalam hati. Tetapi apabila engkau tidak mengatakannya terus terang, tidak ada gunanya. Beribadah, yang merupakan serangkaian perbuatan, tidak benar jika tanpa berdasarkan Al-qur’an. Sekarang engkau berkata bahwa di jaman kita kini katakata tidak dapat dihargai. Karena kata tidak berharga, mengapa kami mau mendengarkan engkau berbicara, apakah itu juga tak berharga? Perihal ini juga engkau ungkapkan dengan kata-kata.
 Di sini seseorang bertanya, “Apakah berbahaya untuk meletakkan harapan seseorang pada Tuhan dan berharap ganjaran baik karena telah melakukan perbuatan dan amal baik?”
Ya. Orang mesti memiliki harapan dan iman, atau yang diungkapkan dalam cara lain. Rasa takut dan pengharapan. Seseorang menanyai aku, karena harapan adalah hal yang baik, apakah takut itu?  “Tunjukkan kepadaku rasa takut tanpa harap!” Aku menjawab, “Atau harap tanpa taku, karena itu dua hal yang tak terpisahkan.” Karena engkau bertanya, aku akan beri sebuah contoh. Ketika seseorang menanam gandum, dia tentu berharap itu akan tumbuh. Meski begitu, pada saat bersamaan, dia sangat takut apabila hama atau bencana dapat menimpa tanaman itu. Tidak ada hal yang mengandung harap tanpa mengandung takut. Tidak juga takut tanpa harap. Sekarang, apabila ada seseorang yang mengharapkan balasan baik, orang pasti akan elbih cerdas di dalam tugasnya. Pengharapan adalah “sayap” seseorang; dan semakin kuat sayap, semakin tinggi terbangnya. Ketika orang remuk redam, dia jadi acuh tak acuh dan tak melayani dirinya dengan baik. Orang sakit mengambil obat pahit dan mengacuhkan sepuluh makanan manis yang dia sukai. Apabila bukan karena harapan atas skesembuhan kesehatannya, bagaimana mungkin dia mampu melakukan hal-hal seperti itu?
“Manusia adalah bintang rasional.” Manusia adalah gabungan kebinatangan dan rasionalitas. Kebinatangan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan darinya, begitu pula rasionalnya. Bahkan apabila dia tidak dapat dipisahkan darinya, begitu pula rasionalnya. Bahkan apabila dia tidak berkata terus terang, batinnya sedang berbicara : Dia akan selalu berbicara. Dia bagaikan semburan tempat lumpur yang diaduk. Air bersih adalah rasionya, dan lumpur adalah kebinatangannya. Lumpur hanya aksiden (bentuk yang melekat). Tidakkah engkau lihat ketika lumpur beserta bentuknya yang telah jadi lenyap dan hancur, daya nalar dan pengetahuannya tentang kebaikan dan kejahatan tetap ada?
“Manusia hati” (man of heart) adaalah segalanya. Apabila telah melihat dia, engkau telh meliaht segalanya. Inti perburuan adalah perut keledai liar, sebagaimana diistilahkan. Seluruh orang di dunia adalah bagian dari dia, dan dia adalah keseluruhannya.
Kebaikan dan keburukan adalah bagian dari darwisy
Jika tidak, dia bukanlah darwisy
Ketika engkau telah melhat darwisy, berarti engkau telah melihat seluruh dunia. Siapa pun yang mencarinya pasti mendapat sesuatu yang berlebih. Kata-kata darwisy adalah keseluruhan kata-kata. Ketika engkau telah mendengar perkataan mereka, di mana pun engkau mungkin mendengarnya, katakata lain hanyalah pengulangan.
Apabila engkau melihat dia di panggung mana pun, bagaikan
Engkau telah melihat semua orang dan semua tempat.

Wahai engkau, salinan Kitab Ilahi.
Wahai engkau, cermin keindahan agung
Tak ada dunia di luar dirimu
Carilah dalam dirimu apa pun yang engkau inginkan,
Itulah engkau

TUJUH BELAS
MANUSIA ANTARA NASUT DAN LAHUT

Raja muda berkata, “Pada jaman dahulu kaum kafir pernah menyembah berhala. Dan kini melakukan hal yang sama. Mengapa kita menganggap diri kita Muslim sedangkan kita membungkukkan diri dan tunduk keapda bangsa Mongol? Mengapa kita juga memiliki demikian banyak ‘berhala’ lain di dalam diri, berhala rakus, nafsu, dendam, dan iri? Karena sebagaimana kita taat kepada itu semua, baik pada berhala yang di luar atau pun berhala yang di dalam diri, maka kita sama saja seperti orang kafir. Bagaimana mungkin kita menganggap diri kita Muslim?”
Masih ada hal lain yang akan aku ungkapkan. Ketika engkau beranggapan bahwa semua hal yang engkau lihat buruk, pasti mata hatimu telah melihat sesuatu yang agung dan tidak terbandingkan, hingga membuat yang lain tampak buruk dan rendah. Air payau tampak demikian jelek untuk orang yang pernah merasakan air manis. “Dan kebaikannya setiap hal diwujudkan.” Maka Tuhan telah menampakkan cahaya iman ke dalam jiwamu sehingga melihat semua hal lain tampak buruk. Hanya jika dipertentangkan dengan keindahanlah sesuatu akan tampak buruk. Orang lain, yang tidak mengalami ‘penderitaan” ini, mereka akan merasa berbahagia dan berkata pada diri mereka, “itulah yang semestinya terjadi”. Tuhan, berharap menganugerahkan kepadamu apa-apa yang engkau cari. Engkau akan diberi sesuai dengan keinginanmu. Seperti bunyi peribahasa, “Burung terbang gkarena sayap mereka tetapi orang beriman karena cinta-citanya.
Ada tiga jenis makhluk. Yang pertama adalah Malaikat, yang merupakan intelek sejati. Taat, meyembah, dan konsisten berzikir pada Tuhan adalah sifat mereka dan perangkat makanannya. Ketaatannya pada Tuhan adalah makanan yang mereka makan, makanan yang menghidupinya. Seperti ikan di dalam air, hidupnya di dalam air, ranjang dan bantalnya adalah air. Malaikat tidak harus melakukan apa yang mereka (ingin) lakukan. Mereka murni dan terbebas dari nafsu. Kebaikan apa yang mereka dapat karena tidak memiliki nafsu. Kebaikan apa yang mereka dapat karena tidak memiliki nafsu atau tidak memiliki hasrat badainiah? Karena murni, mereka tidak perlu berjuang melawan godaan. Ketaatan yang dilakukan malaikat tidak berarti apa-apa, sebab hal itu sudah menjadi sifatnya, dan mereka tidak mampu untuk melakukan hal-hal yang sebaliknya.
Jenis kedua adalah binatang, yang murni hanya memiliki nafsu dan tidak memiliki intelek sama sekali. Mereka juga berada di bawah auran tanpa moral seperti seorang lelaki malang, yang merupakan gabungan antara intelek dan nafsu. Sebagian dirinya adalah malaikat dan sebagiannya binatang. Sebagian naga dan sebagian ikan. Keikanannya meranik dia ke dalam air dan kenagaannya menariknya ke daratan. Mereka terus menerus tarik-menarik. “Orang yagn inteleknya melampaui nafsunya, dia mencapai derajat yang lebih tinggi dari malaikat; dan orang yang nafsunya mengalahkan inteleknya, dia akan terjatuh pada derajat yang lebih rendah dari binatang.”
Malaikat bebas karena pengetahuannya,
Binatang bebas karena kebodohannya,
Di antara keduanya, manusia yang tetap berjuang.
Lalu ada sejumlah manusia mengikuti intelek hingga mereka seluruhnya mirip malaikat dan memiliki cahaya sejati. Mereka ini nabi dan orang suci yang terbebas dari  ketakutan dan pengharapan, orang yang tidak merasa takut dan tidak akan bersedih hati (QS. 10:62). Ada lagi jenis yang lain, jenis ketiga, yakni orang yang inteleknya telah demikian dikuasai nafsu hingga mereka benar-benar bagaikan binatang. Dan sekelompok lainnya masih tetap berjuang. Mereka adalah sekelompok orang yang mengalami penderitaan dan kemarahan tertentu dalam dirinya dan merasa tidak puas dengan hidup mereka. Mereka adalah orang-orang yang memiliki keimanan. Orang suci berdiri menanti untuk membawa mereka menuju derajat yang lebih tinggi hingga sampai pada derajat orang suci. Iblis juga selalu menunggu untuk menarik mereka ke jurang kehancuran yang paling dalam.
Kami ingin mreeka, juga yang lainnya.
Siapa yang ingin menang? Siapa yang lebih mereka inginkan?
Ketika pertolongan Tuhan pasti datang, dan kemenangan ....... (QS. 110 : 1). Penafsir eksoterik telah menafsirkan pernyataan ini untuk mengartikan bahwa ambisi nabi adalah menciptakan Dunia Muslim dan membawa seluruh manusia pada jalan Tuhan. Ketika tahu kematiannya telah dekat, dia bersabda, “Ta Tuhan, Aku belum hidup cukup lebih lama untuk menyeru manusia.” Janga berputus asa.” Jawab Tuhan, “Karena beberapa saat lagi begitu engkau meninggal, Aku akan membuat negeri dan kota, yang engkau taklukkan dengan pasukan dan pedang, menjadi kaum yang taat dan beriman. Dan tanda itu telah pasti : pada akhir sisa waktumu engkau akan melihat orang berduyun-duyun datang menjadi Muslim. Ketika engkau lihat itu, ketahuilah bahwa saatmu untuk berpisah telah datang. Sekarang memujilah dan meminta pengampunan, karena engkau akan melewati tahap itu.”
Ahli-ahli mistik, pada sisi lain, berkata bahwa maknanya adalah sebagai berikut. Manusia membayangkan bahwa dia mampu untuk membersihkan diri dari ciri khas dasarnya dengan perbuatan dan usaha keras. Ketika dia aberusaha keras dengan mengeluarkan lebih banyak energi, mereka mendapatkan kekecewaan. Tuhan berfirman kepadanya, “Engkau pikir hal itu akan tercapai dengan energi, perbuatan, dan amalmu sendiri. Itu tentu saja sebuah berkah yang telah Aku tetapkan. Apa-apa yang telah engkau miliki mesti dibelanjakan atas nama Kami. Hanya dengan cara itu rahmat Kami akan datang. Kami berkata kepada kalian, “Lakoni jalan tanpa akhir ini dengan kaki lemahmu.” Kami tahu bahwa dengan kaki lemahmu kalian tidak akan pernah menyelesaikan jalan ini pada ratusan ribu tahun engkau tidak akan pernah menyelesaikan bahkan satu jenjang jalan ini.” Hanya ketika engkau berupaya dan datang ke jalan lalu akhirnya jatuh, tidak mempu pergi selangkah pun lagi, maka kemudian engkau akan diangkat karena kebaikan Tuhan.
Seorang anak kecil diambil dan dibawa ketika sedang dirawat. Namun. Ketika tumbuh dewasa dia dibiarkan pergi atas kemauannyasendiri. Maka sekarang, ketika engkau tidak lagi memiliki kekuatan yang tersisa, engkau akan dibawa oleh kebaikan Tuhan. Ketika memiliki kekuatan dan mampu menghabiskan energimu, dari waktu ke waktu pada keadaan antara tidur dan jaga, Kami membekalkan kalian rahmat  rahmat untuk memperoleh kekuatan di dalam pencarian dan menyemangatimu. Sekarang, ketika engkau tidak lagi memiliki kekuatan untuk melanjutkan perjalanan, carilah pada rahmat dan cinta Kami dan lihatlah betapa rahmat mengelilingimu. Sekarang pujilah Tuhanmu, dan mintalah ampunan kepada Dia (QS. 110 : 3). Carilah ampunan untuk pikiranmu dan sadarilah bahwa engkau sekedar membayangkan semua ini dapat muncul dari prakarsamu sendiri. Engkau tidak melihat itu semua datang dari Kami. Sekarang engkau telah melihat semua itu berasal dari Kami, carilah ampunan. Dia cenderung untuk memafkan (QS. 110 : 3).
ooOOoo
Kami tidak mencintai pangeran karena kemampuan administrasi, kecendekian, atau perbuatannya. Orang lain juga mungkin mencintai dia karena hal-hal itu, tetapi mereka tidak melihat “wajah” dia; mereka hanya melihat “punggung” dia. Dia bagaikan cermin, dan sifat-sifatnya bagaikan mutiara berharga dan emas bersepuh pada punggung cermin. Mereka yang mencintai emas dan mencintai mutiara melihat pada punggung cermin. Mereka yang mencintai cermin, meski demikian, tidak melihat pada mutiara atau pun emas; mereka selalu melihat pada cermin itu sendiri. Mereka mencintai cermin karena itu adalah cermin, karena “kecerminannya”. Karena mampu melihat keindahan di dalam cermin, mereka tidak pernah merasa lelah untuk menatapnya.
Pada sisi lain, siapa pun yang memiliki wajah buruk atau rusak, lalu dia melihat pada cermin dan mendapatkan wajahnya buruk, dia akan cepat-cepat berpaling dari cermin dan melihat permata. Sekarang, apabila mereka  membuat ribuan rancangan pada punggung cermin dan menghias punggung cermin itu dengan permata, apakah hal itu akan menurunkan keutamaan bagian depan cermin? Tuhan mencampurkan aspek kebinatangan dan kemanusiaan sedemikian rupa hingga keduanya jelas. “Dengan melihat kebalikannya lah, segala sesuatu akan mengejawantah dengan jelas”, yakni segala sesuatu dapat diidentifikasi melalui lawannya. Meski demikian, Tuhan tidak memiliki lawan. Tuhan berfirman, “Aku adalah harta tersembunyi dan Aku ingin didketahui,” Dia berfirman dan kemudian terciptalah dunia ini, yang pada awalnya gelap, agar cahaya Dia terlihat nyata. Sama halnya Dia menciptakan Nabi dan orang suci, dan berfirman, “Muncullah dengan sifat-Ku kepada ummat-Ku.” Mereka adalah pusat cahaya Tuhan yang berfungsi untuk membedakan seorang sahabat dari musuh atau orang asing. Tapi tidak ada lawan untuk suatu hakikat. Lawan hanya ada pada bentuk, seperti Adam yang dipertentangkan dengan iblis; Musa dengan Fir’aun; Ibrahim dengan Namrud; Nabi Muhammad dengan Abu Jahal, dan seterusnya. Dan Tuhan mengejawantah melalui orang suci, meskipun dari sisi hakikat Dia tidak memiliki lawan. Semakin permusuhan dan pertentangan tumbuh, semakin mereka berhasil dan memperoleh kemasyhuran. Mereka mencari untuk membedakan cahaya Tuhan dengan mulut mereka, tetapi Tuhan akan menyempurnakana cahaya-Nya meskipun orang kafir menentangnya (QS. 61 : 8).
Rembulan memancarkan cahayanya dan anjing menyalak.
Apakah salah rembulan jika anjing dicipta demikian?
Tiang-tiang surgawi disinari rembulan.
Siapakah anjing itu, berada di antara pepohonan berduri di dunia?
ooOOoo
Banyak sekali orang yang disiksa Tuhan dengan berbagai anugerah, harta benda, emas, martabat, bahkan meski pun jiwanya telah bebas dari hal-hal itu.
Seorang lelaki miskin yang melihat seorang pangeran di kerajaan orang Arab dan mendapati cahaya Nabi dan orang suci pada kening pangeran, berkata, “Terpujilah Dia yang menyiksa budak-Nya dengan berbagai anugerah!”


DELAPAN BELAS
BANYAK PEMBACA AL-QUR’AN, NAMUN DIKUTUK AL-QUR’AN
Ibn Muqri membaca Al-Qur’an dengan bacaan yang benar. Dia mambaca bentuk Al-Qur’an dengan benar, tetapi dia tidak mendapatkan petunjuk maknanya. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa ketika dia sampai pada makna, dia menolaknya. Dia membaca tanpa pengetahuan. Dia “buta”. Dia seperti manusia yang memegang musang dengan tangannya. Apabila ditawari yang lebih baik, dia akan menolaknya. Kita kemudian sadar, dia tidak tahu apa-apa tentang musang. Ketika seseorang mengatakan kepadanya bahwa apa yagn dia miliki adalah musang, dia memegang binatang itu. Atau seperti seorang anak yang bermain dengan buah kenari : apabila ditawari kenari minyak atau kenari ini, mereka akan menolaknya. Karena bagi mereka kenari adalah sesuatu yang berputar dan membuat suara bising, dan dia akan menolak benda lain yang tidak berputar dan membuat suara bising.
Gudang harta karun Tuhan sangat luas dan tak terbatas, begitu pula pengetahuan Tuhan. Apabila seorang manusia membaca satu Al-Qur’an dengan pengetahuannya, kenapa mesti menolak Al-Qur’an yang lainnya?
Suatu saat aku pernah berkata kepada seorang pembaca Al-Qur’an, Tuhan telah berfirman dalam Al-Qur’an, Katakan, apabila lautan adalah tinta untuk menulis kata-kata Tuhan, sesungguhnya laut tak akan cukup untuk menuliskan kata-kata Tuhan (QS. 18 : 109). Sekarang dengan lima puluh dram (1/8 ons) tinta orang mungkin mampu untuk menuliskan seluruh isi Al-Qur’an. Al-Qur’an hanyalah sekedar perlambang dari pengetahuan Tuhan; Al-Qur’an bukan keseluruhan pengetahuan-Nya. Apabila tukang obat meletakkan seujumput obat pada selembar kertas, akankah engkau demikian bodoh mengatakan seluuh dari toko obat berada di kertas itu? Pada jaman Musa, Isa, dan lainnya, Al-Qur’an telah hadir. Yakni Firman Tuhan telah hadir, tentu saja tidak dalam bahasa Arab. “Aku berharap bahwa orang-orang yang gmembaca Al-Qur’an akan memahaminya. Tetapi ketika aku sadar bahwa hal itu tidak berdampak apa-apa, aku meninggalkannya.”
ooOOoo
Diriwiyatkan bahwa sewaktu Nabi Hidup, sahabt yang hapal sebuah Juz atau setengah Juz Al-Qur’an dianggap luar biasa dan menjadi sasaran kekaguman. Hal ini terjadi karena mereka “menelan” Al-Qur’an. Sekarang siapa pun yang mampu menean satu atau dua pon roti dapat dikatakan luar biasa, tetapi orang yang sekedar meletakkan roti di dalam mulutnya, lalu menyemburkannya tanpa mengunyah, dia mampu “menelan” ribuan ton roti. Hal ini sesuai dengan sebuah ungkapan yang berbunyi , “Banyak pembaca Al-Qur’an, namun dikutuk Al-Qur’an.” Orang seperti itu adalah orang yang tidak sadar tentang makna sejati Al-Qur’an. Memang demikian. Tuhan menutup sejumlah mata orang dengan ketidakpeduliannya agar mereka membuat  dunia tumbuh subur. Apabila tidak ada manusia yang tidak memperdulikan adanya “dunia selanjutnya”, maka “dunia sini” tidak akan didbangun. Ketidak perdulian seperti itu mewujudkan keduniawian. Anak kecil tumbuh di dalam ketidakpedulian; ketika pikirannya dewasa, dia tidak akan tumbuh sama sekali. Sebab, pemicu pertumbuhannya adalah rasa ketidakpedulian, sedangkan yang bisa menghambat pertumbuhan adalah kesadaran.
Apa yang kami ungkapkan di sini tidak melampaui dua hal.  Kami mengungkapkan ini tanpa cemburu atau rasa kasihan. Tuhan melarang mengungkapkan dengan rasa cemburu karena ia akan dihancurkan oleh rasa cemburu itu sendiri hingga dia tak bisa lagi dicemburui. Dan apakah dua ahal itu? Pada satu sisi ada rasa kasihan dan pada sisi yang lain ada campur tangan. Aku akan mengungkapkan konsep tersebut pada sahabat-sahabat yang aku cintai.
Kisah di bawah ini menceritakan seorang lelaki yang berkelana di gurun pasir untuk melakukan ibadah haji. Di tengah perjalanan ziarahnya, dia dilanda rasa haus  yang sangat sampai dia melihat tenda yang compang camping dari kejauhan. Dia pergi ke tenda itu. Di sana dia melihat seorang perempuan, dn berkata setengah menjerit, “Aku dapat menerima kebaikan! Dan hanya itu yang aku perlukan!” Dia berkata demikian sambil turun dari tunggangannya. Lalu dia meminta air. Tetapi air yang dia berikan kepadanya lebih panas dari api dan lebih asin dari garam. Air yang diberikan itu membakar kerongkongannya begitu diminum. Dengan menafikan rasa kasihannya, sang pengembara menasehati perempuan itu, “Aku merasa berhutang budi padamu atas kenyamanan yang engkau berikan, dan rasa kasihanku tergerak untuk menaseehatimu. Perhatikan dan ingatlah apa-apa yang aku ucapkan sekarang. Dekat dari sini ada Kota Baghdad, Kufah, dan Wasit. Pergilah ke sana! Dan jika engkau telah sampai di suatu selat yang mengerikan, berjalanlah lagi sedikit. Engkau akan menemukan tempat yang memiliki banyak air manis dan dingin.” Dan dia juga membuatkan daftar bagi perempuan itu berbagai makanan, tempat mandi, kemewahan, dan kesenangan di kota itu.
Sesaat kemudian suaminya, seorang Badui datang. Dia membawa beberapa ekor tikus gurun buruannya. Dia menyuruh perempuan itu untuk memasak tikus-tikus itu. Mereka memberikan beberapa ekor pada si tamu, yang karena kebutuhannya, tidak mampu menolak.
Tak lama kemudian ketika malam, dan sang tamu sedang tidur di luar tenda, perempuan itu berkata kepada suaminya, “Engkau belum pernah mendengar keindahan cerita yang telah diceritakan lelaki itu.” Lalu dia menceritakan kepada suaminya kisah yang telah diceritakan kepadanya.
“Jangan mendengar hal-hal semacam itu,” kata lelaki Badui. “Ada begitu banyak manusia yang iri di dunia ini. Orang-orang seperti itu selalu merasa ini ketika melihat orang lain menikmati kemudahan dan kenyamanan, dan ingin mencabut kenikmatan dari mereka.” Kebanyakan manusia selalu seperti itu. Ketika orang lain menasehatinya karena kasihan, mereka akan merasa cemburu.
Dan pada sisi lain, jika seseorang telah memiliki “dasar” pada akhirnya orang akan kembali pada “hakikat”. Karena pada Hari Alast (perjanjian primodial) laki-laki seperti itu telah didperciki setets air, dan pada akhirnya tetesan air itu akan menyelamatkannya dari kebingungan dan kesengsaraan.
Datanglah sekarang di sini.  Berapa lama engkau akan tetap terasing dari kami di dala kebingungan dan kemurungan? Sedangkan di sisi lain, ada seseorang yang menasehati orang lain dengan apa-apa yang belum pernah dia mendengar, baik dari dirinya sendiri mau pun dari gurunya.
Tak ada keagungan di antara nenek-moyangnya, di sana.
Dia tidak bisa menghindar dari petunjuk yang agung.
Memang tidak menyenangkan untuk kembali pada hakikat sesuatu hal. Tapi akan lebih indah jika engkau terus menelusurinya. Namun kenyataannya, ketika engkau menyerap bentuk keindahan yang muncul lebih dahulu, dan semakin lama engkau berdiam dengannya, engkau menjadi semakin kecewa. Apakah arti dari bentuk  Al-Qur’an dibandingkan dengan hakikatnya? Tengoklah ke dalam diri manusia untuk melihat apakah bentuk dan hakikatnya. Apabila hakiakt dan bentuk manusia telah hilang, dia tidak akan dibiarkan tinggal di rumah walau pun sesaat.
Maulana Syamsuddin pernah berkata tentang sebuah kafilah besar yang sedang bergerak menuju tempat tertentu. Kafilah itu tidak bisa menemukan tempat untuk berisitirahat atau air untuk mereka minum. Tiba-tiba mereka sampai di sebuah sumur. Tapi di sumur itu tak ada alat tersedia untuk mengambil air. Lalu mereka amembawa ember dan tali dan menjatuhkan  ember itu ke dalam sumur. Ketika mereka mulai untuk menariknya, tali itu putus juga. Kemudian mereka mengikat beberapa anggota kafilah dan menurunkan mereka ke dalam sumur, tetapi mereka pun tidak kembali pula. Seorang manusia pintar di antara mereka mengatakan, “Aku akan turun ke dalam sumur itu.” Maka mereka menurunkannya. Ketika dia nyaris mencapai dasar, sebuah wujud hitam mengerikan muncul. “Aku tidak akan mempu melepaskan diri dari benda ini.” Kata lelaki itu. “Maka biarkan aku berpikir agar tidak menjadi hancur hingga mampu melihat apa yang akan terjadi kepadaku.”
“Tidak ada gunanya membuat keributan,” wujud hitam itu ebrkata, “Engkau adalah tawananku dan tidak akan pernah lolos kecuali engkau mejjawab pertanyaanku dengan jawaban yang benar.”
“Apa pertanyaanmu?”
“Apakah yang disebut tempa terbaik itu?” wujud itu bertanya.
Orang cerdas itu berpikir, “Aku tidak bisa tertolong dari keadaan ini. Jika menjawab Bagdad atau tempt yang glain, tentu akan menghina tempatnya. Maka dia menjawab, “Tempat terbaik adalah ketika seseorang berada di rumah. Apabila dia berada di kedalaman bumi, itulah tempat terbaik baginya. Dan apabila dia berada di lubang tikus, itulah tempat terbaik.”
“Jawaban yang bagus!” kata wujud itu. “Engkau ibebaskan. Engkau manusi sejati. Aku tidak hanya membebaskan engkau, tetapi semua kawanmu yang lain karena kepintaranmu. Maka aku tidak akan menumpahkan darah lagi. Karena kecintaanku kepadamu aku menganugerahkan kepadamu kehidupan seluruh manusia di dunia.” Dan dia memberikan semua air yang mereka butuhkan kepada kafilah.
Semua hal itu menceritakan tentang makna hakikat. Orang dapat mengungkapkan  makna hakikat yang sama dengan bentuk lain, atau dengan cara lain. Tetapi mereka yang taat pada aturan hanya dapat mencapai melalui caranya sendiri. Sangat sukar untuk berbicara kepada mereka. Apabila engkau berkata hal serupa dengan cara yang berbeda, mereka tidak akan mau mendengarnya.

SEMBILAN BELAS
CARILAH INTI CAHAYA DAN BUKAN BIASNYA

Wacana di bawah ini berkenaan dengan cerita bahwa sejumlah orang pernah berkata kepada Tajuddin Quba’i, “Orang-orang terpelajar ini telah muncul di tengah-tengah kita dan menyebabkan umat kehilangan keimanan mereka dalam agama.”
“Tidak” jawab dia, mereka tidak datang di tengah-tengah kita dan membuat kita tidak lagi beriman. Mereka mampu melakukannya hanya jika – demi Tuhan! – Mereka berasal dari tengah-tengah kami.” Sebagai contoh, apabila engkau melilitkan kerah emas pada anjing, dan tidak lantas dapat dikatakan anjing pemburu hanya karena kerahnya. Kemampuan berburu adalah bakat sejati pada diri aning. Tidak peduli apakah kerahnya emas atau wol. Manusia tidak menjadi seorang yang terpelajar karena keindahan turbannya atau manatelnya. Kecendekian adalah kebaikan yang berasal dari hakikat dalam diri seseorang. Semua itu tidak membuat perbedaan apakah kebaikan itu dibalut oleh mantel atau di bawah jubah. Pada jaman Nabi Muhammadterdapat sejumlah orang yang berkomplot untuk merencanakan suatu rekayasa pada agama. Mereka merencanakan untuk meruntuhkan iman seseorang dengan cara hanya meniru ibadah. Kemudian mereka memakai pakaian shalat karena mereka tak akan berhasil di dalam rencananya jika mereka tidak keluar dari keyakinannya dan menjadi Muslim.
Apabila ada seorang Eropa atau Yahudi meragukan keimanan, siapa yang akan mendengarkannya? Celaka orang-orang yang Shalat, dan yang lalai dalam shalatnya. Merekalah orang-orang yang munafik, yang menolak untuk menolong orang yang membutuhkan (QS. 107. : 4-57). Ayat itu merangkum semuanya. Engkau memiliki cahaya, tetapi engkau tidak memiliki kemanusiaan. Carilah kemanusiaan, karena itulah tujuannya. Selebihnya hanyalah ocehan yang tak kunjung habis. Ketika pembicaraan sudah terlampau jauh, tujuan yang hendak dicapai mudah untuk dilupakan.
Seorang tukan sayur yang pernah emncintai seorang perempuan mengirim pesan kepada pelayan perempuan itu dan berkata, “Aku begitu, aku begini. Aku sedang jatuh cinta; aku terbakar; aku tidak memiliki kedamaian; aku tersiksa; Kemarin aku pun demikian, malam-malam menggelisahkanku.” Dan kemudian dia pergi dengan penuh rasa bangga. Ketika pelayan datang kepda majikannya dia berkata, “Tukang sayur mengirimkan salam dan berkata bahwa dia ingin melakukan sesuatu untukku dan denganmu.”
“Begitu terus terang?” tanya perempuan itu.
“Sebenarnya, “Jawab si pelayan,” dia bercerita panjang lebar, tetapi itulah inti ceritanya.”
Itulah pokok yang terpenting. Selebihnya, sekedar membuat kalian sakit kepala.

DUA PULUH
IMAN ADALAH LAYAR PADA PERAHU DIRI MANUSIA

Siang dan malam kalian berjuang memperbaiki sifat perempuan dan memurnikan kekotorannya. Akan lebih baik memurnikan dan memperbaiki dirimu sendiri melalui dia daripada memurnikan dia melalui kalian. Pergilah kepadanya dan dan menyerahlah pada apa pun yang dia katakan, meskipun tampak absurd. Bahkan apabila semangatmu adalah suatu kebajikan, abaikan itu karena sifat baik ini memungkinkan keburukan memasukimu. Untuk alasan inilah Nabi Muhammad bersabda, “Tidak ada  (konsep) kependataan dalam Islam!”  Seorang pendeta memencilkan diri dalam kesunyian di pegunungan, menjauhkan diri dari perempuan dan mengabaikan dunia. Tuhan menunjukkan kepada Muhammad sebuah cara yang sederhana untuk memperbaiki dirinya, yaitu menikahi perempuan, menahan kesewenang-wenangan, mendengarkan keabsurdan, dan membiarkan mereka menungganginya. Engkau memiliki watak yang terhormat (QS. 68 : 4). Menderita dan menahan kesewenang-wenangan dari orang lain akan membersihkan kekotoran diri sendiri. Sifat kalian akan menjadi baik dengan bersi\kap sabar, dan akan menjadi buruk melalui penguasaan dan penyerangan terhadap orang lain. Ketika menyadari hal tersebut, murnikanlah dirimu. Anggaplah mereka sebagai pakaian atau  sebagai media yang dengan itu kaliam mampu membersihkan dan memurnikan diri. Apabila tidak mampu menaklukkan jiwa badaniah, maka pikirkan dengan nalar dan pertimbanganmu, lalu katakan, “Biarkan aku berpikir bahwa kita belum menikah. Dia adalah perempuan yang penuh kenikmatan. Dia pelacur. Kepadanya aku pergi ketika syahwat menguasai diriku.” Dengan cara inilah engkau akan menghindarkan diri dari kebanggan, iri hati, dan kecemburuan kalian.
Pada akhirnya engkau tidak akan lagi membutuhkan pertimbangan rasional. Dang engkau tidak hanya akan mendapatkan kesenangan dalam perjuangan, tetapi juga akan mendapatkan pengalaman spiritual melalui ke-basurd-an mereka. Setelah itu, ketika engkau telah mendpatkan keuntungan tersebut, engkau akan menjadi pengikut kesabaran, meskipun tanpa pertimbangan nalar.
Ada sebuah cerita tentang kembalinya Nabi Muhammad dengan sahabat dari sebuah ekspedisi. Nabi bersabda, “Pukullah genderang dengan keras! Nanti malam kita akan berisitrahat di gerbang kota dan masuk keesokan harinya.”
“Wahai Rasulullah,” mereka meminta, “Apa baiknya kita melakukan itu?”
“Karena apabila engkau menemukan istrimu dengan lelaki lain, kalian akan terluka. Dan hasutan akan muncul dari sana.” Rasul menjawab. Meski demikian, salah satu sahabat tidak mengindahkan perkataan Rasul, lalu memasuki kota dan menemukan istrinya dengan lelaki lain.
Rasul mengajarkan bahwa seseorang mesti menahan luka dengan kenghindari kecemburuan dan fitnah. Seseorang juga harus menahan luka dari perlakukan seseorang terhadap perempuan – sepanjang dengan ratusan ribu penderitaan yang tidak diceritakan – agar ummat Muhammad muncul di permukaan. Isa berjuang dengan cara menahan diri dalam kesunyian dan tidak menurutkan godaan seseorang; Cara Nabi Muhammad adalah menahan kesewenang-wenangan dan kesedihan yang disebabkan lelaki atau perempuan. Apabila kalian tidak mampu melakukan cara yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka ambillah cara Isa, sehingga kalian tidak tercerabut dari kedua cara itu. Dengan memiliki kedamaian batin, engkau dapat menahan seribu tuduhan dan fitnahan karena kalian bisa melihat dengan baik dan mempercayai diam-diam apa-apa yang dibicarakan oleh orang-orang di sekitarmu. “Sejak hal-hal seperti itu ada,” kalian berkata kepada diri kalian sendiri, “biarkan aku bersabar sampai datang padaku buah dari apa-apa yang mereka katakan.”  Apabila kalian telah berhasil menempatkan hati kalian pada mereka, engkau akan bisa melihat mereka. Kalian akan bilang, “Karena lukalah aku bertahan,” dan, “Aku mendapatkan harta, walau pun aku tidak memilikinya saat ini.” Dan engkau akan menemukan harta itu Engkau akan menemukan bahwa lebih banyak daripada yang engkau harapkan atau engkau angankan.
Apabila kata-kata itu tidak berpengaruh saat ini, suatu ketika, ketika engkau telah tumbuh lebih dewasa, kata-kata itu akan memiliki pengaruh yang luar biasa.
Apakah perempuan itu? Tidak peduli apa pun yang kalian katakan, perempuan adalah perempuan. Dia tidak akan berubah dan tak akan mengubah dirinya. Kata-kata tidak hanya tidak berpengaruh pada perempuan, bahkan mungkin akan membuat dirinya menjadi lebih buruk. Ambilah, sebagi contoh, setangkup roti dan letakkan di bawah lenganmu. Jangan biarkan orang lain memilikinya sedikit pun. Lalu katakan, “Walau bagaimana pun, aku tidak akan memberikan roti ini sedikit pun kepada orang lain! Bahkan, tidak hanya aku tak akan memberikannya, aku tak hendak memperhatikan pada siapa pun!” Walau pun apa yang engkau pegang adalah roti, yang bahkan anjing pun  tidak akan mau memakannya karena roti demikian melimpah ruah dan murah, segera kalian akan menyembunyikannya. Lalu sesetiap orang menginginkan roti itu dan datang memohon ingin melihat setangkup roti yang engkau sembunyikan. Apalagi jika engkau menyimpan setangkup roti yang sama untuk satu tahun dan bertahan tidak memberikan atau memperlihatkannya pada orang-orang, hasrat mereka untuk melihat dan memiliki rotimu akan bertambah besar, karena “manusia selalu lapar terhadap apa-apa yang dia ingkari.” Semakin engkau berkta kepada aperempuan untuk menjaga agar dirinya ditutup, semakin gatal dia memperlihatkan diriny a dan semakin orang lain berhasrat melihat dia. Lalu engkau duduk terdiam, mempertimbangkan hasrat dan kedua pihak dan berpikir bahwa engkau telah melakukan sesuatu yang benar. Tapi sebenarnya apa yang kalian lakukan adalah hakikat kecurangan. Apabila perempuan itu memiliki potensi naluri untuk menolak kejahatan, maka apakah engkau melarang atau tidak melarangnya untuk berbuat jahat, perempuan akan tetap berperilaku sesuai dengan potensi nalurinya. Untuk menghadapi perkara semacam ini sebaiknya engkau beristirahat dan tidak mrepotkan dirimu sendiri. Sebaliknya, jika dia ingin berlaku menurut kehendak dan potensinya, maka pelarangan tak akan menghasilkan apa pun. Melarangnya hanya akan menaikan hasratnya.
ooOOoo
Orang-orang berkata, “Kami telah melihat Syamsuddin Tabriz. Wahai guru, kami telah melihat dia.” Kalian sekelompok orang bodoh, betulkah kalian melihat dia? Seseorang yang tidak mampu melihat unta di atas atap mengatakan kepadamu bahwa dia bisa menemukan mata jarum dan menisikkannya! Sungguh itu cerita bagus yang mereka katakan tentang seorang lelaki yang berkata, “Adda dua hal yang membuat tertawa : Lelaki berkulit hitam mengecat kukunya dengan warna hitam dan lelaki buta yang menjulurkan kepalanya dari jendela.” Orang-orang ini memang seperti itu. Kebutaan dalam dirinya membuat mereka menjulurkan kepalanya dari jendela tubuh mereka. Mereka pikir apa yang akan mereka lihat? Apakah arti dari persetujuan dan penolakan mereka? Begitu juga orang-orang yang bernalar, sama saja. Mereka, sebagaimana yang lainnya, tidak dapat melihat apa-apa untuk mereka setujui atau mereka tolak. Tidak peduli apa yang mereka katakan. Mereka hanya berkata omong kosong. Seseorang semestinya pertama kali memperoleh pandangan, beru kemudian melihat. Bahkan ketika seseorang telah memperoleh padangan, bagaimana mungkin orang mampu melihat sesuatu yang tidak dimaksdukan untuk bisa dilihat?
Di dunia ini terdapat begitu banyak orang suci dengan pandangan yang telah mencapai penyatuan. Tetapi ada juga orang suci lain yang telah melampaui mereka. Mereka dinamakan dengan Yang Terhijab Tuhan. Orang-orang suci kelompok pertama menangis merendahkan diri, “Ya Tuhan, tunjukkan kepada kami satu dari Yang Terhijab Milik-Mu!” tetapi hingga mereka benar-benar menginginkannya, hingga mereka bisa terlihat, tidak peduli betapapun orang-orang suci itu memiliki “pandangan”, mereka tidak akan mampu melihat Yang Terhijab. Gadis-gadis penjaga kedai yang juga sebagai pelacur kerap kali tidak bisa dilihat oleh siapa pun hingga mereka dibutuhkan. Bagaimana mungkin kemudian ada seseorang yang mampu melihat atau mengenali Yang Terhijab dari Tuhan tanpa kehendak mereka? Itu bukan tugas yang mudah.
Malaikat berkata, “Kami memanjatkan pujian kepada-Mu, dan bertasbih kepada-Mu (QS.2:30). Kami adalah cinta murni, ruh dan cahaya sejati. Manusia-manusia itu adalah sekumpulan pemburu rakus yang selalu menumpahkan darah.” Ini dikatakan agar manusia bergetar di hadapan Malaikat yang tidak memiliki kemakmuran, kedudukan, atau pun hijab, yang merupakan cahaya sejati, dan yang makanannya adalah keindahan Tuhan, cinta sejati, serta pandangan yang luas dan tajam. Mereka berperilaku di antara wilayah negatif dan positif. Di depan mereka manusia mesti tergetar dan berkata : “Sengsaralah aku! Apakah aku ini? Apa yang mesti aku ketahui?” Dan ketika cahaya menyinarinya dan kerinduan berkembang dalam dirinya, dia mesti akan menghaturkan ribuan syukur kepada Tuhan dan bertanya, “Bagaimana mungkin aku layak untuk ini?”
Saat ini engkau akan menikmati perkataan Syamsuddin secara lebih penuh bahwa Iman adalah layar pada perahu diri manusia. Layar dipasang untuk membawa mereka menuju tempat-tempat agung. Apabila tidak ada layar, kata-kata tidak berarti apa-apa kecuali angin yang berhembus.
ooOOoo
Antara seorang pencinta dan yang tercinta harus memiliki ketidak formalan yag mutlak dalam hubungannya. Formlitas hanya untuk orang-orang di luar diri mereka. Dalam keadaan yang bagaimana pun, ketidakformalan terlarang kecuali untuk cinta.
Aku akan menguraikan dengan panjang lebar dalam pebicaraanku, tetapi waktunya tidak tepat. Seseorang mesti berjuang sekuat tenaga dan “menggali banyak sumur” untuk bisa mencapai “kolam hati” Apakah orang-orang mereka kelelahan, atau pembicara yang merasa bosan dan meminta maaf, dan pembicaraan yang tidak mampu melepaskan dari kebosanan, mereka tidak layak sama sekali untuk jadi pembicara?
Pencinta tidak akan mampu memberikan bukti dari keindahan kekasihnya. Dan tidak seorang pun yang mampu meyakinkan pencinta dengan segala sesuatu yang bisa membuatnya membenci kekasihnya. Memang nyata kemudian bahwa untuk perkara semacam ini, bukti logis tidak berguna. Di dalam peristiwa ini orang mesti langsung menerjunkan diri dan menjadi pencari hubungan cinta. Sekarang, bila aku melebih-lebihkan tenetang pencinta di dalam sebaris puisi, (Engkau yang bentuknya jauh lebih jujur dari seribu hakikat......”), ini tidaklah berlebihan, karena aku melihat bahwa para pengikut telah menghabiskan hakikat dirinya sendiri di dalam kesenangan bentuk gurunya. Setiap pengikut selalu membutuhkan seorang guru ketika dia telah memunculkan konsep-konsep.
Baha’uddin bertanya : “Tidakkah dia mengeluarkan konsepnya sendiri, bukan untuk bentuk sang guru tetapi untuk konsepnya sendiri?”
Itu tidak mesti demikian. Sebab jika seperti itu, maka keduanya akan menjadi guru. Sekarang memang suatu keharusan bagi kalian untuk berusaha keras mendapatkan pencahayaan batin demi melepaskan diri dan terlindudng dari api kebingungan. Keadaan duniawiyah seperti jajaran kepangeranan dan kementerian. Sekejap berkilat seperti petir di dalam diri seseorang yang telah mencapai pencahayaan batin seperti itu. Sangat mirip dengan keadaan dari dunia tak terlihat, seperti halnya ketakutan terhadap Tuhan dan merindukan dunia aorang suci; sekejap berkilat seperti petir dan melintas cepat di dalan keduniawiahan. “Orang-orang Tuhan” telah sempurna kembali menuju Tuhan dan menjadi milik-Nya. Mereka syik dengan Tuhan dan tenggelam di dalam-Nya. Hasrat keduniawiahan ini, bagaikan nafsu birahi lelaki tan berdaya : tampak tetapi tidak memiliki tumpuan, melintas, dan cepat menghilang. Keduniawian hanyalah lawan dari keadaan dunia yang akan datang.

DUA PULUH SATU
BUNGA TUMBUH DI MUSIM SEMI, SEDIKIT DEMI SEDIKIT

Syarif Paisokhta berkata;
Pembuat Rahmat suci itu
Yang mempu melupakan dunia
Dia adalh jiwa sejti;
Dia jiwa yang merdeka
Dia meliputi luasnya pikrianmu
Karena dia tujuan, dia merkeda..
Kata-kata di atas sangat memalukan. Kata-kata itu bukan sanjungan untuk raja tidak pula pujian untuk diri sendiri. Wahai manusia kerdil, kesenangan macam apakah yang diberikan padamu hingga dia mampu berbagi denganmu? Ini bukan cara sahabat yang berbicara, melainkan cara musuh berbicara. Sebab, seorang musuh akan berkata, “Aku tidak berkepentingan padamu. Aku mampu melakukan itu tanpamu.” Perhatikanlah wahai pecinta penuh nafsu, manusia yang ketika berada pada puncak ekstasi kenikmatan akan berkata bahwa kekasihnya mengabaikannya. Dia akan pergi penjaga api ruangan pendidih yang berkata, “Sultan tidak mempedulikan aku yang hanya seorang penjaga api. Dia mamu melakukannya tanpa bantuan seluruh penjaga api.”. Kesenangan macam apa yang dimiliki penjaga api celaka itu atas ketidakpedulian sultan kepadanya? Yang mesti dikatakan penjaga api seharusnya : “Aku berada pada atap tungku pembakaran ketika sultan lewat. Aku menyalaminya, dan dia menatap lama kepadaku. Bahkan begitu lewat dia masih memperhatikan aku.” Kata-kata seperti itu akan memberikan kesenangan kepada penjaga api. Pujian semacam apa yang akan diberikan raja bahwa dia tidak mempedulikan penjaga api? Kesenangan macam apa yang diberikan kepada penjaga api?
“Dia meliputi luasnya pikiranmu ......” Wahai manusia kecil, pada kehendak macam apa pikiranmu akan dilayarkan, tanpa itu pun manusia mampu untuk berbuat tanpa pikiran dan kesenanganmu? Dan jika engkau mengada-ada dongeng tentang mereka dari imajinasimu, mereka akan menjadi bosan dan melarikan diri. Kesenangan macam apa di sana yang dengannya Tuhan menjadi tidak merdeka? Ayat kecukupan diri diwahyukan untuk para orang kafir. Tuhan melarang itu untuk orang beriman. Manusia kerdil, kecukupan dirinya adalah bukti nyata. Apabila engkau memiliki wilayah spiritual sekecil apa pun, maka keberadaan Dia yang tidak merdeka darimu tentu berada dalam wilayah kekuatan spiritualmu.
ooOOoo
Syeh-i-Mahalla berkata, “Pertma-tama adalah melihat dan baru kemudian muncul pembicaraan dan pendengaran. Siapa pun dapat melihat sultan, tetapi hanya sedikit saja yang mampu berbicara kepadanya.” Ini tidak jujur, memalukan, terbalik, karena Musa bertama-tama berkata dan mendengar dan hanya kemudian diminta melihat. Kemampuan berbicara dimiliki Musa, kemampuan memandang dimiliki Muhammad. Lantas bagaimana kata itu bisa benar?
Ketika ada Syamsuddin Tabriz seseorang berkata, “Tidak dapat disanggah lagi, aku telah membuktikan keberadaan Tuhan.” Pagi selanjutnya Maulaa Syansuddin berkata, “Tadi malam malaikat turun dan memberkati lelaki itu, sambil, “Terpujilah Tuhan, dia telah membuktikan Tuhan kami. Semoga Tuhan menganugerahkan umur panjang kepadanya. Dia tidak melakukan kerugian apa pun kepada makhluk hidup.” Ah, manusia kerdil, Tuhan adalah bukti nyata. Keberadaan diri-Nya tidak butuh bukti logis. Apabila kalian mesti melakukan sesuatu, maka buktikan bahwa dirimu memiliki sejumlah martabat dan tingkatan dalam kehadiran-Nya. Kalau tidak, Dia hadir tanpa bukti. Tidak ada sesuatu pun di sana, yang tidak memuji-Nya (QS. 17:44). Tak ada keraguan lagi tentang hal ini.
ooOOoo
Ahli Fiqih memang pandai dan bisa mendapat nilai sepuluh kali lipat untuk pernyataan mereka, tetapi di antara mereka dan dunia lain ada sebuah dinding yang dibangun untuk memelihara alam licet dan nonlicet mereka. Apabila mereka tidak dibatasi dinding, mereka tidak ingin melakukan apa yang mereka lakukan, dan akan selalu menunda pekerjaannya. Ini sangat mirip dengan perkataan guru agung kami bahwa dunia lain itu bagaikan laut dan dunia ini bagaikan busa. Tuhan ingin agar busa tumbuh subur, maka dia meletakkan manusia pada punggung laut untuk membuatnya berhasil baik. Apabila mereka tidak menyibukkan diri denegan pekerjaan ini, orang akan menghancurkan satu sama lain dan busa akan musnah.
Maka, sebuah tenda dipancangkan untuk raja, oarng tertentu dipersiapkan untuk memeliharanya. Seseorang berkata, “Apabila saya tidak membuat tali, bagaimana mungkin tenda mampu berdiri?” Yang lain berkata, “Apabila aku tidak membuat pancang, pada apa mereka akan mengikatkan tali?” Dan setiap orang tahu mereka adalah budak raja yang akan memasuki tenda dan memandang pada kekasihnya. Apabila seorang tukang tenun  berhenti menenun dan ingin menjadi wazir, seluruh dunia akan telanjang. Maka dia kemudian memberikan kenikmatan tertentu di dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keahliannya. Maka, negara diciptakan untuk menjaga agar busa tetap terbentuk, dan dunia itu diciptakan untuk memelihara orang suci. Semoga berkah melimpahi orang-orang, yang untuknya pemeliharaan dunia diciptakan : Dia tidak diciptakan untuk memelihara dunia. Setip orang kemudian memberikan kenikmatan dan kebahagiaan yang berbeda-beda pada kerja Tuhan, bahwa apabila hidup seribu tahun, dia akan segera melakukan pekerjaannya. Setiap hari rasa cinta terhadap pekerjaannya akan meningkat. Keahliannya lahir dari mempraktikkan kerajinan, mendapatkan kenikmatan dan kesenangan dari sana. Tidak ada sesuatu pun di sana yang tidak memuji-Nya (QS. 17 : 44). Pembuat tali memiliki satu jenis pujian dan tukang kayu yang membuat sudut tenda memiliki pujian yang lain. Pembuat pancang memuji Tuhan dengan cara tertentu, dan penjalin kanvas dengan cara lain. Orang suci yang mendiami tenda dan merenung di dalam kebahagiian sempurna memuja Dia juga dengan cara yang lain.
ooOOoo
Apabila aku berdiam diri, orang-orang yang datang kepadaku menjadi bosan. Tetapi sejak apa-apa yang kami katakan cocok dengan mereka, kami jadi letih. Mereka pergi dan membincangkan hal-hal yang tidak baik tentang kami dan berkata pada orang-orang bahwa kami telah bosan dengan mereka dan pergi meninggalkan mereka. Bagaimana mungkin ranting dapat melarikan diri dari pot? Pot mungkin bisa pergi ketika tidak mampu menahan api. Tetapi ketika api kemudian pergi, sebetulnya dia tidaklah melarikan diri, tetapi menolak untuk muncul, karena melihat pot itu lemah. Dengan begitu, akan terlihat seolah pot-lah yang pergi meninggalkan. Kepergian kita terjadi karena kepergian mereka. Kami adalah cermin, maka apabila mereka mempunyai hasrat untuk pergi, akan nampak di permukaan cermin. Kami pergi karena keinginan mereka untuk pergi. Cermin adalah sesuatu yang di dalamnya seseorang melihat dirinya sendiri. Apabila mereka berpikir kami bosan, kebosanan itu sungguh-sungguh merupakan kebosanan mereka. Kebosanan adalah salah satu sifat lemah, dan tidak ada tempat bagi yang bosan dan lemah.
ooOOoo
Suatu ketika terjadi suatu peristiwa di pemandian di mana aku amat berlebihan merendahkan diri di hadapan Syeh Salahuddin, dan dia pun menjadi amat berlebihan merendahkan dirinya kepadaku. Kerendahannya begitu mencolok, sehingga muncul pikiran pada diriku bahwa aku telah berlebihan dengan kelembutanku sendiri. Aku pikir aku lebih baik seandainya aku melakukannya secara bertahap. Kalian mesti menggosok tangan seseorang terlebih dahulu, kemudian kakinya sedikit demi sedikit sehingga dia menjadi terbiasa, sampai dia tidak lagi memperlihatkannya. Tentu saja engkau mesti jangan menyusahkannya, dan kalian mesti membalas kesopanan dengan kesopananmu. Kemudian kalian akan membiasakan dia dengan kerendahan hati kalian. Hal itu merupakan satu perbuatan baik di dalam pergaulan dengan seorang sahabat. Seseorang pun harus melakukan hal yang sama terhadap seorang musuh, yakni sedikit demi sedikit, secara bertahap. Sebagai contoh, pertama-tama kalian memberi nasihat sedikit demi sedikit kepada musuhmu di suatu waktu. Apabila dia tidak mendengarkan, tamparlah. Apabila tidak mau mendengar juga, kalian harus memaksanya. Di dalam Al-Qur’an dikatakan, “Marahilah mereka dan pisahkan mereka ke dalam ruangan terpisah, dan hukumlah mereka (QS. 4 : 34). Kemudian pergilah menuju setiap peristiwa di dunia ini dan lihatlah! Tidakkah kalian lihat betapa ketenangan dan kebaikan musim semi pada awalnya menyebarkan kehangatan sedikit demi sedikit dan kemudian meningkat? Lihatlah betapa pepohonan tumbuh meninggi sedikit demi sedikit pada awalnya, kemudian melepaskan kuncup, lalu menumbuhkan dedaunan dan bebuahan pada dirinya, kemudian, seperti yang dilakukan para darwisy dan sufi, menawarkan untuk memberi seluruh yang mereka miliki!.
Apabila manusia tergesa-gesa di dalam kerja di dunia ini dan dunia selanjutnya, dan membesar-besarkan permulaan, pekerjaan yang dilakukannya akan menjadi tidak mudah. Hal itu dilakukan para pengikut : Manusia yang normalnya makan satu maund roti mesti memakan seperdelapan ons kurang setiap hari. Secara bertahap, setelah satu atau dua tahun, dia akan mengurangi makanan setenegahnya, dan tubuh tidak akan memperhatikan pengurangan itu. Perilaku ibadah, pengasingan diri, ketaatan pada hukum ilahi dan ibadah shalat memang seperti ini, Manusia yang ingin beribadah dengan seluruh hatinya dan memasuki Jalan Tuhan mesti pertama-tama melihat kelima shalat yang telah diuraikan. Di kemudian hari dia mampu meningkatkan jumlahnya secara tidak terbatas.

DUA PULUH DUA
AIR KEHIDUPAN BERADA DI TANAH KEGELAPAN

. Menjadi satu masalah yang mendasar bagi Ibn Chawusy, bahwa dia mesti menjaga diri dari mempergunjingkan Syeh Salahuddin. Itu harus dilakukan untuk kebaikannya sendiri mau pun agar kegelapan yang menyelubunginya akan tersingkapkan. Kenapa Ibn Chawusy berpikir rbahwa begitu banyak orang yang meninggalkan rumah, ayah, ibu, keluarga, kerabat, serta suku bangsanya dan mengenakan sepatu besi mereka lalu berkelana dari Hindus ke Sindus berharap untuk bisa menemukan manusia yang memiliki aroma dari dunia lain? Betapa banyak manusia telah mati menyesal karena mereka tidak berhasil menemui kenikmatan dengan orang seperti itu? Di dalam rumahmu sendiri engkau berhadapan dengan orang seperti itu dan membalikkan punggung kepadanya. Perbuatannya tidak hanya sebuah kemalangan besar, melainkan juga merupakan perbuatan yang sia-sia.
Ibn Chawusy pernah berkata kepadaku : “Syeh dari Syeh-Syehnya Salahuddin adalah orang agung. Keagungannya tampak jelas dari air mukanya, setidaknya sejak pertama kali aku melayanimu, aku tidak pernah mendengar dia menyebutkan namamu tanpa memanggil engaku ‘guru dan tuan kami,’ dan tidak sekali pun dia pernah mengubah cara ungkap seperti ini,” Itu bukan contoh pengurangan kesenangan diri. Ibn Chawusy telah demikian buta hingga sekarang dia mengatakan bahwa Syeh Salahuddin bukan apa-apa? Kejatan apa yang telah dilakukan Syeh Salahuddin selain melihat dia jatuh ke dalam lobang dan mengatakan kepadanya agar tidak jatuh? Dan ini dia katakan karena dia merasa kasihan kepada Ibn Chawusy karena berbeda dengan seluruh manusia. Tetapi dia membenci rasa kasihan itu.
Apabila kalian melakukan sesuatu yang tidak mengenakkan pada Salahuddin engkau akan menemukan dirimu menjadi sasaran ktukannya. Dan bagaimana engkau membersihkan diri dari kutukannya? Setiap saat engkau akan tertutup dan terperangkap asap neraka. Dia akan menasihatimu dan mengatakan, “Jangan berdiam diri dari kutukanku, tetapi menyingkirlah dari kekekalan kutukanku ke dalam kekekalan rahmat dan kasihku. Ketika engkau melakukan sesuatu yang menyenangkan aku, engkau akan memasuki keabadian kasih dan rahmatku, dan dari sana maka hatimu akan terberihkan dan bercahaya. “Dia menasihatimu demi kebaikan dirimu sendiri, tetapi engkau menganggap rasa kasihan dan nasihat itu  sebagai kesenangan – diri yang mau menang sendiri. Kenapa manusia meti melakukan hal itu, apakah dia memiliki maksud tersembunyi atau menyembunyikan kebencian kepadamu? Tidakkah demikian bahwa setiap saat kalian merindukan anggur atau ganja terlarang, merindukan sama atau apa pun lainnya, tapi engkau justru bersenang-senang dengan setiap musuhmu, memaafkan mereka, dan cenderung suka mencium kaki dan tangan mereka? Jika engkau sampai pada titik itu engkau akan menganggap orang kafir dan beriman sama saja.
Syeh Salahuddin adalah akar kebahagiaan rohani. Dia memiliki samudra kebahagiaan. Bagaimana mungkin dia menyembunyikan kebencian atau kesenangan pribadi dengan menyalami setiap orang? Demi Tuhan! Dia selalu mengungkapkan rasa kasihan dan simpatinya kepada seluruh hamba Tuhan. Apalgi kesenangan yang mungkin dia miliki di dalam “tempat” dan “kabut” ini? Seberapa layak para pengemis itu dibandingkan dengan dia yang memiliki keagungan  seperti itu?
Tidakkah telah dikatakan bahwa Air Kehidupan berada di tanah kegelapan? Kegelapan adalah tubuh orang-orang suci, tempat Air Kehidupan berada. Air Kehidupan dapat ditemukan  hanya di dalam kegelapan. Apabila kalian membenci kegelapan dan menemukan bahwa hal itu tidak mengenakkan, bagaimana mungkin kalian akan menemukan Air Kehidupan? Tidak benar bahwa kalian tidak akan mampu mempelajari perbuatan homo (liwat) dari penyodom dan kepelacuran dari pelacur, kecuali dengan menahan ribuan kebencian terhadsap sesuatu? Demi keberhasilan pembelajaran yang kalian inginkan, Kalian seharusnya menahan bantingan dan perbuatan yang bertentangan dan berlawanan dengan kehendakmu? Bagimana kemudian jadinya apabila kalian menginginkan memperoleh keabadian, kehidupan kekal, yang adalah orang suci? Kalian pikir pada kejadian itu kalian tidak akan menderita apa pun yang penuh kebencian atau mesti membuang apa pun yang kalian meiliki? Yang akan dibayarkan Syeh untuk kalian sama dengan yang penah dijabarkan Syeh tua katakanlah bahwa kalian meninggalkan istri, anak, harta benda, dan kedudukan. Bahkan apabila mereka berkata, : “Tinggalkan istrimu hingga kami akan mengambilnya!” Kalian harus melakukannya dan menanggung penderitaan darinya. Tetapi kalian tidak akan memaklumi hal paling sederhana yang dinasihatkan. Kalian akan membenci sesuatu meski pun itu adalah kebaikan.
Apa yang dipikirakn orang—orang itu? Mereka diserang kebutaan dan kebodohan. Mereka tidak mempertimbangkan betapa seseorang yagn jatuh cinta kepada anak lelaki atau perempuan bisa jadi menyembah-nyembah dan menjilat0jilat, mengorbankan kemakmurannya, atau betapa dia mungkin akan memperdaya kekasihnya dengan membelanjakan segala miliknya demi membahagiaan kekasihnya. Dia bisa menjadi bosan pada hal lain, tetapi terhadap pengejaran cintanya, dia tidak pernah merasa bosan. Apakah cinta syeh – atau cinta Tuhan – lebih sedikit daripada ini? Dan dia menolak perintah atau nasihat Syeh dan meninggalkannya. Dari perbuatannya seperti itu dapat dipahami bahwa dia bukanlah pencinta ata calon (sufi) karena, dia pernah menjadi keduanya, dia akan menahan yang telah kami katakan berulang-ulang sebelumnya. Karena menurut hatinya kotoran sapi adalah madu dan gula.

DUA PULUH TIGA
GAGASN ADALAH DAUN WARNA-WARNI DARI SATU AKAR POHON YANG SAMA

Aku harus pergi ke Toqat karena di sana hangat. Di Antaolia pun hangat, tetapi sebagian besar penduduknya adalah orang Yunani. Mereka tidak mengerti bahasa kami, meskipun ada sedikit yang paham. Suatu hari kami berbicara kepada sekelompok orang yang di dalamnya ada beberapa orang kafir, dan ketika kami berbicara mereka menangis tersedu-sedu dan menuju ke keadaan ekstase. “Apa yang mereka pahami? Apa yang mereka ketahui?” Seseorang bertanya. “Tidak satu pun dari ribuan Muslim mampu memahami jenis pembicaraan ini. Apa yang dipahami orang-orang ini hingga mereka meratap seperti itu?” Bukan suatu keniscayaan bagi mereka untuk memahami kata-kata. Mereka memahami inti dari kata-kata iru. Setelah itu, setiap orang akan mengetahui  keesaan Tuhan. Dia adalah Pencipta dan Penyangga, Dia mengendalikan segala sesuatu, bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Dia. Dan baik hukuman atau pengampunan abadi akan muncul dari Dia. Ketika mendengar kata-kata yang menjabarkan tentang Tuhan, Mereka terbenam oleh kegemparan, kerinduan, dan hasrat karena sasaran hasrat dan pencarian mereka tampak dalam kata-kata itu. Meskipun caranya bisa jadi berbeda, tetapi tujuannya satu. Tidakkah kalian lihat ada begitu banyak jalan menuju Ka’bah?
Sejumlah orang datang dari Anatolia, sebagian dari Syria, sebagian dari Persia, sebagian lain dari China, sebagian menyeberang laut dari India melewati Yaman. Apabila kalian pertimbangkan jalan-jalan yang diambil orang, engkau akan melihat begitu banyak jenis. Meski demikian, apabila kalian mempertimbangkan tujuan, akan engkau lihat bahwa semuanya berada pada kesesuaian dan kesepakatan batin menuju Ka’bah. Secara batiniah, ada hubungan, cinta dan kasih sayang dengan Ka’bah, tempat di mana tidak ada ruang untuk perselisihan. Kedekatan itu bukan kekafiran atau pun iman, yakni tidak dikacaukan dengan perbedaan cara yang telah kita bicarakan. Seluruh perselisihan dan pertengkaran yang dilakukan di sepanjang perjalanan (misalnya seseorang berkta pada lainnya, “Engkau orang kafir, kamu salah,” dan setiap orang terlihat dengan cara seperti itu pada orang lain ketika mereka mencapai Ka’bah, jadi nyata perselisihan yang telah dilakukan telah melupakan jalan, sedangkan tujuan mereka sama di sepanjang perjalanan itu.
Sebagai contoh, seandainya saja cangkir bisa hidup, dia akan mencintai pembuat cangkir dengan sepenuh hatinya. Sekarang, sekali cangkir telah dibuat, sejumlah orang mengatakan itu mesti diletakkan di atas meja sebagaimana adanya, sejumlah orang mengatakan bagian luarnya mesti dicuci, sebagian orang mengatakan seluruhnya mesti dicuci, sementara sejumlah lainnya mengatakan cangkir itu tidak perlu dicuci sama sekali. Perbedaan pendapat memang terikat terhadap hal seperti itu; semuanya sepakat cangkir itu memiliki pencipta dan pembuat. Cangkir itu tidak akan membuat dirinya sendiri. Selain persoalan itu, tidak ada pertentangan lain.
Sekarang biarkan kami mempertimbangkan manusia : Secara batiniah, di dalam kedalaman hati mereka, semua mencintai Tuhan, mencari Dia, dan beribadah untuk Dia. Seluruh harapan mereka berada pada-Nya, dan tahu bahwa tidak ada seorang pun yang mahakuasa atau berkuasa mutlak selain Dia. Gagasan seperti itu bukanlah kafir mau pun iman. Di dalam batin, itu tidak memiliki nama, tetapi ketika “air” gagasan itu mengalir melalui “pipa saluran lidah”, gagasan itu mengental memperoleh bentuk dan ungkapan. Pada titik inilah dia menjadi “kafir” atau “Iman” “baik” atau “jahat”. Itu seperti tanaman tumbuh di tanah. Pada awalnya mereka tidak memiliki bentuk tertentu. Ketika kepalanya yang muncul di dunia, pada awalnya mereka rapuh, lembut, dan tanpa warna. Semakin jauh tinggi di dunia ini, semakin tebal dan keras mereka jadinya. Mereka memiliki warna yang berbeda. Ketika orang beriman dan kafir duduk bersama, sepanjang tidak berkata apa pun secara tegas, mereka bersepakat dan pikiran mereka tidak bertentangan. Terdapat dunia batin kebebasan tempat pikiran terlalu lembut untuk dihakimi, sebagaimana dikatakan : “ Kami menilai dari betuk luar, dan Tuhan akan mengurusi pikiran yang paling dalam.” Tuhan menciptakan pikiran dalam dirimu, dan kalian tidak mampu mengendalikan mereka dengan usaha sebesar apa pun.
Sebagaimana pernyataan bahwa Tuhan tidak memerlukan peralatan, tidaklah kalian lihat Tuhan menjadikan pikiran dan gagasan itu dalam dirimu tanpa peralatan apa pun, tanpa pena atau tinta sekali pun? Gagasan itu bagaikan burung di udara atau rusa di hutan liar, yang tida dapat secara hukum dijual sebelum tertangkap. Engkau tidak berdaya untuk menjual burung yang bebas, karena penyerahan barang adalah syarat penjualan. Bagaimana mungkin kalian menyerahkan sesuatu yang tidak mampu engkau kendalikan? Maka, sejauh pikiran tetap bertahan di dalam, mereka tak akan memiliki nama dan bentuk. Pikiran tak akan bisa dinilai sebagaimana menunjukkan apakah seseorang kafir atau Islam. Akankah sejumlah penilaian dikatakan, “Secara batiniah kalian mengetahui begini dan begitu”, atau “Secara batiniah kalian menjual itu dan ini,” atau ungkapan, “datang dan berkumpullah bahwa secara batin kalian tidak memiliki pikiran begitu dan begini?” Dia tidak akan mampu, karena tidak seorang pun dapat menghakimi hal yang terjadi di dalam diri. Pikiran adalah burung bebas. Meski demikian, ketika terungkapkan, mereka dapat dinilai apakah bersinggungan dengan kekafiran atau Islam, baik atau buruk.
Terdapat dunia tubuh, imajinasi lain, fantasi lain, dan anggapan lain, tetapi Tuhan melampaui segala dunia, tidak di dalam atau tanpanya. Sekarang pertimbangkan betapa Tuhan mengendalikan imajinasi itu dengan memberi mereka bentuk tanpa sifat, tanpa pena, tanpa alat. Apabila kalian membelah dada dan memisahkannya, lalu mencari pikiran atau gagasan dengan cara mengambilnya bagian demi bagian, kalian tidak akan menemukan pikiran apa pun di sana. Kalian tidak akan menemukan apa pun  pada darah atau saraf. Kalian tidak akan menemukan itu di atas atau di bawah. Kalian tidak akan menemukan pada anggota badan atau organ, karena mereka tanpa sifat dan tanpa ruang. Tidak pula kalian akan menemukan di luar. Karena pengendalian Dia atas pikiranmu demikian lembut dan tanpa jejak, lantas pertimbangkan betapa lembut dan tanpa jejaknya Dia yang menciptakan segala hal tersebut. Maka, betapa lembut dan tak dapat disifati gagasan-gagasan yang merupakan tubh dan bentuk ksar dari suatu hubungan kelembutan dengan Pencipta :
Apabila ruh suci menyingkapkan tirai dirinya
Kecerdasan dan jiwa manusia akan tampak nyata bagaikan daging.
Tuhan tidak dapat di tahan di dalam dunia fatasmogaria ini, tidak pula di dunia mana pun. Apabila kalian mampu ditahan di dunia fantasmogaria, maka akan menjadi suatu keniscayaan bahwa Dia dapat dipahami oleh pembuat gagasan dan Dia tidak lagi menjadi pencipta fantasmogaria. Memang nyata akemudian bahwa Dia melampaui segala dunia.
Sekarang, Tuhan selalu membuktikan dengan benar kepada utusan-Nya tentang mimpinya, dimana Dia berfirman, “Engkau pasti akan memasuki tempat ibadah suci Ka’bah, apabila Tuhan merahmati, di dalam keamanan sempurna.” (QS. 48 : 27). Setiap orang mengatakan, “Mari kita memasuki Ka’bah.” Meski demikian, sejumlah orang mengatakan, “Mari kita masuki Ka’bah jika Tuhan menyenangnya.” Yang terakhirini, yang merupakan pengecualian, adalah pecinta karena sebagai pecinta tidak melihat dirinya di dalam pengendalian atau perantara dengan kehendak bebas; pecinta selalu mempertimbangkan dirinya tunduk pada kendali sang kekasih. Maka dia akan berkata, “Apabila kekasih mengharapkan, biarkan kita masuk.” Ka’bahlah tempat ibadah suci, tuuuan setiap orang bagi mereka yang memandang dari bentuk luar, tetapi untuk para pencinta dan terpilih tempat ibadah suci, adalah tempat penyatuan dengan Tuhan. Maka mereka akan berkata, “Apabila Tuhan sennang, biarkanlah kita mencapai Dia dan mendapatkan kehormatan untuk melihat-Nya.” Pada sisi lain, memang sangat jarang sekali mengatakan “Apabila Tuhan senang.” Itu seperti cerita orang asing, yang membutuhkan orang asing lain untuk mendengar. Tuhan memiliki pelayan yang adalah kekasih, dicintai dan selalu dicari Tuhan. Pelayan yang melakukan segala kewajiban, seorang pencinta yang segala hormat dilimpahkan padanya. Sebagaimana pencinta akan mengatakan, “Apabila Tuhan senang.” Atas nama orang asing itu. Apabila kita disibukkan dengan diri kita untuk menjelaskan ini, bahkan orang suci yang telah mencapai penyatuan akan kehilangan jalan pikiran. Bagimana mungkin kemudian seseorang mengatakan misteri dan keadaan seperti itu kepada orang awam? “Pena mencapai tiik itu dan mematahkan matanya.” Bagaimana mungkin orang yang tidak mampu melihat unta di menara bisa melihat celah batas tumbuh gigi unta itu? Marilah kembali pada topik asal kita.
Para pencinta itu mengatakan, “Apabila tuhan suka.” Yakni “Kekasih berada di dalam kendali; Apabila kekasih senang, kami akan memasuki Ka’bah” terserap di dalam Tuhan. Tidak ada yagn “lain” yang mampu ditahan, dan menyebutkan “yang lain” terlarang. Bagaimana mungkin di sana ada ruang untuk “yang lain” ketika seseorang melenyapkan dirinya, di sana tidak ada ruang untuk Tuhan? “Tidak ada seorang pun kecuali pengurus rumah tangga yang berada di dalam rumah.”
Sebagaimana firman Tuhan, “Sekarang Tuhan telah membuktikan kepada Utusan-Nya, kebenaran dalam mimpinya (QS. 48 : 27 ). “Pandanagan” ini adalah mimpi dari pencinta dan yang mempersembahkan dirinya untuk Tuhan. Penafsiran itu diwahyukan di dalam dunia lain. Berdasarkan kenyataan, seluruh keadaan dunia ini adalah mimpi, penafsiran tentangnya diwahyukan di dunia lain. Ketika engkau bermimpi menunggangi kuda untuk menuju arah tujuan, apa yang harus dilakukan kuda itu dengan tujuanmu? Apabila engkau bermimpi diberi suara dirham, lalu ditafsirkan bahwa engkau akan mendengar kata-kata bagus dan benar dari manusia terpelajar. Ada kemiripan apakah antara dirham dan katak-kata? Apabila bermimpi digantung, dan mengartikannya bahwa engkau akan menjadi pemimpin orang-orang. Lalu apa hubungan antara tiang gantung dengan kepemimpinan itu? Seperti itulah sebagaimana yang telah kami katakan, kejadian di dunia ini adalah mimpi “Dunia ini bagaikan mimpi seorang penidur.” Penafisran mimpi itu itu memang berbeda di dunia lain dari cara mreka hadir di sini. Penafsir Ilahiah emnfsirkan mereka karena segala sesuatu diwahyukan kepada dia.
Ketika tukang kebun datang ke taman dan melihat pempohonan, dia tidak perlu menguji satu persatu buah-buahan untuk mengatakan mana pohon kurma, ara, dleima, pir, atau apel. Karena penafsir ilahiah tahu, tidak perlu baginya menunggu sampai Hari Kebangkitan melihat penafsiran dari yang teah terjadi dan hasil dari mimpinya. Karena dia telah melihat sebelumnya apa yang akan terjadi nanti bagaikan tukang kebun mengetahui sebelumnya yang akan diberikan buah-buahan oleh setiap batang pohon.
Segalasesuatu di dunia ini – seperti kemakmuran, perempuan, dan pakaian – dicari karena hal lain, tidak di dalam dan untuk itu sendiri. Tidakkah engkau lihat apabila memiliki ratusan ribu dirham dan tengah kelaparan guna memperoleh makanan, engkau tidak mau memakan dirham itu? Seksualitas bertujuan menghasilkan anak dan memuaskan godaan. Pakaian untuk mengkis dingin. Maka seluruh hal ini membentuk sambungan di dalam mata rantai kepada Tuhan. Dia yang mencari atas Nama-Nya sendiridan yang berhasrat untuk diri-Nya sendiri, bukan untuk alasan lain apa pun. Karena Dia melampau segala sesuatu  dan lebih Agung dan lebih Lembut dari apa pun, kenapa Dia mesti mencari atas nama yang lebih kurang dari Dia? Maka dapat dikatakan bahwa Dia adalah mutlak. Ketika orang mencapai Dia, orang telah mencapai tujuan akhir, tidak ada yang melampaui itu.
Jiwa manusia adalah lokus (tempat) keraguan dan kemenduaan. Dan tanpa peralatan orang tidak akan pernah bisa melepaskan keraguan dan kemenduaan. Peralatan itu adalah dengan jalan menjadi pencinta. Hanya dengan itu keraguan atau kemenduaan bisa dihilangkan. “Cintamu untuk sesuatu membuatmu buta dan tuli.”
Ketika iblis menolak bersujud keapda Adam, di dalam ketidak taatan pada perintah Tuhan, dia berkata, “Engkau telah menciptakan aku dari api, dan menciptakan dia dari tanah liat.” (QS. 7 : 12), yakni hakikatku adalah api dan dia tanah liat. Bagaimana bisa dibenarkan yang lebih unggul membungkukkan diri kepada yang lebih rendah? Ketika iblis dikutuk dan dibuang karena dosa perlawanan dan pernyataanya kepada Tuhan, dia mengatakan “Astaga! Tuhan, Engkau membuat segalanya. Ini adalah godaan-Mu kepadaku. Sekrang Engkau mengutuk dan membuangku.”
Ketika Adam berdosa, Tuha  mengeluarkan dia dari surga mengatakan, “Wahai Adam, ketika aku mengambil dan menyiksamu karena dosa yang kau perbuat, kenapa engkau tidak menentang aku? Bagaimana pun, engkau memiliki hak pembelaan. Engkau dapat mengatakan, ‘Segala sesuatu berasal dari Engkau. Engkau menciptakan segalanya. Apa pun yang Engkau inginkan, akan muncul ke dalam dunia’ apa pun yang tidak Engkau kehendaki tidak akan pernah muncul.’ Engkau memiliki hak pembelaan seperti itu. Kenapa Engkau tidak mengungkapkannya?”
“Ya, Tuhan”, jawab Adam : “Aku tahu itu, tetapi aku tidak mampu untuk berlaku tidak sopan di hadapn-Mu. Cintaku kepada-Mu tidak akan mengijinkan aku untuk mengungkapkan hakku.”
Hukum Ilahi adalah sumber air. Seperti Balai Raja, tempat perintah dan larangannya berasal, tempat takdir keadilan-Nya untuk orang terpilih dan orang awam tidak terbatas dan melampaui hitungan. Itu sungguh-sungguh baik dan bermanfaat. Kestabilan dunia bergantung pada keteraturan-Nya. Pada sisi lain, keadaan darwisy dan pengemis adalah yang berbincang akrab dengan raja dan mengetahui pengetahuan penguasa. Apa perlunya mengetahui ilmu udnang-undang dibandingkan dengan mengetahui pembuat hukum dan berbincang-bincang dengan raja? Ada perbedaan besar di sana. Sahabat dia dan keadaan mereka bagaikan sekolah yang di dalamnya terdapat begitu banyak ulama. Kepala sekolah membayar ulama sesuai dengan kemampuan mereka. Memberi kepada seseorang sepuluh, yang lain duapuluh, yang lain tiga puluh. Kami pun berbicara kepada setiap orang berdasar kemampuan mereka memahami. “berbicaralah kepada orang sesuai pemahaman mereka!”

DUA PULUH EMPAT
MATAHARI AKAN TETAP BERSINAR DAN MENYINARI

Setiap perbaikan dibangun untuk tujuan tertentu. Sebagian dibangun demi mempertunjukkan kemurahan hatinya, sabgian untuk memperoleh kemasyhuran, dan sebagian untuk ganjaran surga. Tetapi tujuan benar di dalam perbuatan memujakan orang suci, mengagungkan keuburan dan nisan mereka tentulah Tuhan. Orang Suci sendiri tidak membutuhkan pengagungan. Mereka diagungkan di dalam dan atas nama mereka sendiri. Apabila satu lampu ingin ditempatkan pada ketinggain, dia ingin begitu karena  keinginan yang lain, lampu memancarkan sinar. Tidak peduli tinggi atau rendah, tidak untuk dirinya sendiri. Dia hanya ingin cahayanya menyinari yang lain. Apabila matahari yang di atas langit berada di bawah, ia akan tetap jadi matahari, tetapi dunia akan tetap di dalam kegelapan. Dia kemudian ditempatkan di atas, bukan untuk kepentingannya, tetapi untuk kepentingan orang lain. Mudahnya, orang suci lebih penting dari pada kategori “atas” “bawah” dan pengagungan dari orang-orang.
Ketika setitik kebahagiian atau cahaya rahmat dari dunia lain memanifestasikan dirinya kepadamu, pada saat itu engkau benar-benar tidak peduli kepada kategori “atas” dan “bawah” tidak peduli kepada “tingkat ketuhanan” atau “kepemimpinan,” bahka kepada dirimu sendiri, yang merupakan sesuatu paling dekat dari segala hal lain kepada dirimu. Bagaimana mungkin kemudian orang suci, yang adalah sumber asal cahaya dan kebahagiaan itu, dapat diikat oleh kategori “atas” dan “bawah”? Keagungan berada di tangan Tuhan, dan Dia merdeka dari kategori “atas” dan “bawah”. Kategori “atas” dan “bawah” hanyalah untuk kita yagn berwujud fisik material.
Nabi Muhammad bersabda : “Jangan memberi aku pilihan di atas Yunus, anak Matius, semata-mata karena ‘kenaikannya’ di dalam perut ikan paus dan kenaikanku pada Singgsana Tuhan.” Dengan ini dia memaknakan bahwa apabila kalian lebih menginginkan dia, jangan memberi dia pilihan di atas Yunus, hanya karena perwujudan sepmpurna Yunus tidaklah di atas dan di bawah. Pengejawantahan Tuhan sama saja di atas dan di bawah; sama saja bahkan di dalam perut ikan paus. Dia lebih  penting daripada kategori “atas” atau “bawah”. Mereka sama semua di hadapan-Nya.
Banyak orang yang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan maksud Tuhan. Tuhan menginginkan agar Risalah Muhammad diagungkan dan dibuktikan serta dipertahankan selama-lamanya. Tetapi lihatlah, betapa banyak penafsiran berbeda yang telah dibuat dari ber-jilid-jilid Al-Qur’an sepuluh persepuluh, delapan perdelapan dan empat perempat. Maksud pengarang adalah memperlihatkan keterpelajaran mereka. Zamakhshari di dalam bukunya, Al-Kasyyyaf menjelaskan demikian banyak rincian tata bahasa, leksikografi, dan penjelasan retoikal demi menunjukkan betapa terpelajar dirinya. Meski demikian, tujuan nyatanya adalah ketuntasan, dan itu adalah pengagungan Risalah Muhammad.
Semua orang kemudian membuat karya Tuhan. Betapa pun mereka tampaknya bodoh dari maksud Tuhan dan bahkan apabila di dalam pikirannya memiliki tujuan yang seluruhnya berbeda. Tuhan menginginkan dunia ini terus berlanjut, orang menyibukkan dirinya dengan hasrat dan memuaskan syahwat dengan perempuan untuk makanan lezatnya. Tetapi dari sana muncul anak-anak. Di dalam perilaku ini mereka seakan melakukan sesuatu untuk kesenangannya sendiri, padahal sebenarnya untuk pemeliharaan dunia. Maka mereka kemudian melayani Tuhan, meskipun tidak memiliki perhatian seperti itu. Sama saja, orang yang membangun masjid yang menggunakan demikian banyak puntu, inding, juga atap. Meski demikian, penghargaannya adalah menuju kiblat, sasarn pengagungan yang lebih dihargai, bahkan andaikan pemberi bantuan tidak memiliki perhatian seperti itu.
Keagungan orang suci tidak terdapat pada bentuk luar. Ketinggian dan keagungan yang mereka miliki tidak memiliki sifat. Betapa pun, satu dirham tentu saja “di atas” satu pul, tetapi apa artinya berada “di atas” satu pu? Ketinggain tidak berada pada bentuk luar, karena apabila engkau meletakkan satu dirham pada langit-langit dan selempeng emas di bawah tangga, lempeng emas pasti tetap berada “di atas” dirham, seperti halnya rubi dan permata “di atas” emas, tidak perduli meskipun mereka secara fisikal “di atas” atau “di bawah”  Sama saja, sekam berada di atas biji pepadian yang akan digiling, sementara tepung jatuh ke bawah. Apabila tepung tetap berada di atas, bagaimana mungkin akan menjadi tepung? Keunggulan tepung tidak karena bentuk fisiknya. Di dalam dunia makna sejati, karena itu memiliki “hakikat”, dia “di atas” di dalam ke adaan apa pun.

DUA PULUH LIMA
INTELEK PERSIAL SEBAGAI BAGIAN DARI INTELEK UNIVERSAL

Orang yang baru saja datang itu adalah kekasih yang memiliki kerendahan hati. Sifatnya memang demikian. Dia seperti cabang yang memiliki demikian banyak bebuahan hingga menyebabkan cabangnya turun, sementara cabang yang tidak memiliki buah-buahan bagaikan pohon yang menyangga kepalanya tinggi-tinggi. Apabila terlalu banyak bebuahan, cabang akan kurang merunduk karena berat.
Nabi Muhammad memang demikian luar biasa rendah hati karena seluruh “buah-buahan” dunia, dari awal hingga akhir, telh terkumpul di dalam dirinya.  Dia niscaya orang yang paling rendah hati dari seluruh manusia. “Di dalam keselamatan, tidak ada seorang pun mampu mendahuli pesuruh Tuhan.” Yaktni tidak seorang pun mampu mengucapkan salam keselamatan sebelum Nabi Muhammad melakukannya karena dia, sedemikian rendah hati, selalu menyelami yang lain pertama kali. Apabila dia memberi kesempatan untuk tidak mengucapkan salam pertama kali, dia masih rendah hati dan akan berbicara lebih dahulu karena  perilaku salam telah terdengar dan didpelajari dari beliau. Segala sesuatu milik masa lalu dan masa kini adalah pantulannya : mereka semua bayang-bayangnya.
Apabila bayang-bayang masuk rumah mendahului manusianya sendiri, pada kenyataannya dia lebih dahulu bahkan apabila bayangannya terlihat lebih dahulu secara fisikal. Tidak peduli betapa pun banyaknya bayangan mendahului, bayangan itu muncul dari manusia. Ciri khas itu tidak dimiliki kehadiran  yang muncul, tetapi pada awal sesuatu. Mereka telah berada di dalam atom dan bagian manusia, sebagian cerah, sebagian setengah bercahaya, sebagian gelap. Mereka mampu mewujudkan diri mereka di dalam kehadiran, tetapi kecerahan dan kecahayaan dimiliki oleh waktu awal. Atom manusia lebih jernih dan cerah di dalam diri Adam, dan dia semakin rendah hati.
Sejumlah orang telah disalami pada awal dan sebagian lagi di akhir. Mereka yang mencari pada akhir sangat berdaya dan agung karena pandangan mereka berada di akhir. Mereka yang mencari pada awal bahkan lebih terpilih. Mereka mengatakan, “Apa gunanya mencari pada akhir? Ketika gandum disebar pada awal, gerst tidak akan tumbuh pada akhirnya. Ketika Gerst disebar, gandum tidak juga tumbuh.” Pandangan mereka berada di permulaan sesuatu.
Ada kelompk lain yang lebih terpilih yang tetap mencari tidak pada permulaan maupun pada akhir sesuatu. Mereka tentu tidak berpikir tentang awal dan akhir, mereka terserap di dalam Tuhan. Sekelompok lain terserap di dalam dunia dan tidak mencari pada akhir atau pun awal keluar dari ketidakpedulian ekstrim; mereka adalah calon penghuni neraka.
Memang nyata bahwa Muhammad adalah asal mula, karena Tuhan berfirman kepadanya, “Apabila tidak untukmu, Aku tidak akan menciptakan surga.” Apa pun keberadaan – misalnya keagungan, kerendahan hati, kewenangan, dan keadaan tinggi – semuanya adalah hadiah dari dia, bayang-bayang dia, karena mereka mengejawantah melalui dia. Apa pun tangan ini berbuat, dia berlaku sebagai “bayang-bayang” dari pikiran karena “bayang-bayang” pikiran berada di atas perbuatan tangan. Tidak peduli apakah pikiran itu tidak memiliki bayang-bayang; dia memiliki “bayang-bayang yang tidak berbayang”, sangat mirip dengan anggitan “ ada” hadir tanpa menjadi hadir. Apabila tidak ada bayang –bayang pikiran di atas manusia, tidak satunpun anggota tubuhnya akan bekerja – tangan tidak akan meraih dengan benar, kaki tidak akan mampu berjalan dengan benar; mata tidak akan melihat; telinga tidak akan mendengar. Anggota tubuh dan organ kemudian akan berlaku dengan benar sebagaimana sehrusnya karena bayang-bayang pikiran. Di dalam kenyataan, seluruh fungsi ini datang dari pikiran. Anggota tubuh dan organ sekedar alat. Sama halnya, da manusia agung di sana, wali zamannya, yang  bagaimana Intelek Universal. Pikiran manusisa bagaikan anggota tubuhnya. Segala yagn dia lakukan bersal dari bayang-bayangnya. Apabila mereka melakukan tidak dengan baik, itu karena intelek Universal menahan bayang-bayangnya. Sama halnya, ketika manusia mulai gila dan tidak lagi melemparkan bayangan terhadapnya, itu berarti dia terlepas dari bayang-bayang dan perlindungan pikiran.
Pikiran adalah satu jenis yang sama dengan malaikat, meski pun malaikat memilki sayap sedang pikiran tidak memilikinya. Pada hakikatnya kedua hal itu memiliki sifat yang serupa. Jika ada dua hal memiliki fungsi yang sama, maka seseorang harus mempertimbangkan bentuk malaikat, mereka hanya akan menjadi intelek sejati, yang tidak memiliki sayap. Kami sadar kemudian bahwa malaikat merupakan intelek sejati yang telah diwujudkan. Pada hakikatnya, mereka dinamakan “intelek yang terejawantah.” Sama halnya, apabila engkau membuat burung dari lilin, lengkap dengan bulu dan sayapnya dia akan tetap sebagai lilin. Tidakkah engkau lihat ketika bulu, sayap, kepala, dan kaki burung itu dilelehkan, ia akan kembali menjadi lilin? Tak ada lagi bentuk yang tersisa : seluruhnya menjadi lilin. Kami menyadari kemudian bahwa itu adalah lilin selamanya dan burung yang terbuat darinya hanyalah lilin. Sama saja, es adalah air, bukan apa-apa. Ketika engkau melelhkannya, tak ada sesuatu pun selain air. Sebelum berubah ke bentuk asalnya, ia adalah air yang tak tergenggam oleh tangan. Saat ia membeku, tangan dapat menggenggamnya. Maka, dua hal yang berbeda sebenarnya intinya merupakan satu hal yang sama. Es adalah juga air. Keduanya serupa.
Beginilah keadaan manusia : mereka membawa bulu malaikat dan mengikatnya pada ekor keledai. Dengan bulu keledai itu manusia berharap dapat berbincang dengan malaikat dan memperoleh ciri khas malaikat:
Isa menumbuhkan sayap kecerdasan
Dan terbang mengatas ufuk langit
Andai keledainya bersayap sebelah
Itu tentu bukan lagi seekor keledai.
Lebih mengagumkan lagi jika keledai itu bisa menjadi manusia? Tuhan berkuasa atas segala sesuatu.
Bukankah ketika masih bocah, manusia persis malah lebih buruk daripada keledai. Bocah seringkali memegang kotoran, lalu memasukkan tangan itu ke mulut, dan diisapnya. Sang Ibu memukul bocah, agar tak lagi melakukan perbuatan itu. Keledai merupakan analog yang tepat dalam persoalan ini. Ketika kencing, bocah – sebagaimana juga keledai – melebarkan kaki untuk menghindari tetesan air seni. Jika Tuhan mampu mengembalikan bayi, yang lebih buruk daripada keledai, ke dalam diri manusia, apakah hal mengagumkan jika Tuhan mengembalikan keledai ke dalam manusia. Bagi Tuhan, Tidak ada sesuatu pun yang mustahil.
Pada Hari Kebangkitan seluruh anggota tubuh (tangan, kaki dan seterusnya) akan berbicara satu demi satu. Para filosof menjelaskan bahwa yang dimaksud berbicara ialah bukan berarti mengucapkan sesuatu, tapi mengisyaratkan sesuatu lewat sejumlah tanda atau lainnya. Tanda yang sama seperti bekas luka hingga orang lain mampu mendengarkan  “suara” bahwa ia terbakar. Jika terasa perih, itu berarti tangan “mengatakan” dan “menceritakan” bahwa dirinya tergores pisau. “Perkataan” tangan dananggota tubuh lainnya, bagi para filosof, akan mirip  dengan anlog tersebut.
Orang Sunni mada hari itu, tangan benar-benar berbicara secara gamblang sebagaimana yang dilakukan lidah. Pada Hari Kebangkitan seorang manusia bisa saja mengingkari pencurian yang telah dilakukannya, tetapi tangan akan berkata dengan jujur. “Ya, engkau memang mencuri, karena akulah yang telah mengambilnya.” Pada saat itu, manusia akan terheran-heran dan berkata pada tangan dan kakinya, “Engkau sebelumnya tak pernah berkata-kata. Bagaimana mungkins ekarang engkau mampu berbicara?” Mereka akan menjawab, “Tuhan telah membuat kami berbicara, Dialah yang memberikan pengucapan kepada segala hal (QS. 41 : 21). Dia amembuat aku berbicara, sebagaimana juga yang lain; yang menyebabkan pintu, dinding, dan tanah liat semuanya berbiara. Pencipta yang mampu membekali segala sesuatu dengan kemampuan berucap memberiku kemampuan itu, sebagaimana Dia memberi kekuatan pada lidah untuk bicara,” “Lidahmu yang memiliki kemampuan berbicara adalah seonggok daging, seperti juga tanganmu. Betulkan lidah bebicara karena kemampuannya? Dari banyak hal tersebut di atas, maka bukan hal  mustahil jika tangan berbicara. Lidah sekedar suruhan Tuhan. Ketika Dia memerintahkannya, dia akan berbicara; dan dia akan berbicara apa pun yang mesti dikatakan-Nya.
Kata-kata mengalir dari lidah manusia sesudai dengan kapasitas dan kemampuan manusia. Kata-kata bagaikan air yang dialirkan oleh penjaga pengairan. Air akan mengalir sesuai dengan keinginan sang penjaga. Air tidak mengetahui ke ladang mana, atau ke tampat mana ia akan dialirkan? Mungkin dia akan mengalir ke ladang mentimun, atau ke petak ladang kol, ldang bawang, atau mungkin juga ke taman mawar. Aku tahu bahwa ketika begitu banyak air yang mengalir, tentu ada banyak ladang kering di suatu tempat di sana. Ketika hanya sedikit air yang mengalir, lantas aku tahu bahwa petak yang perlu diairi kecil, hanya taman dapur atau taman kecil berdinding. “Dia akan memperhitungkan dan mengukur kebajikan melalui lidah menceramah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan para pendengarnya.” Katakan andaikan aku pembuat sepatu, ada banyak kulit yang tersedia, tetapi aku  akan memotong dan menjahit hanya sebagian saja yang pas untuk kaki.
Aku adalah bayang-bayang manusia, aku adalah ukurannya
Seberapa tinggi bayangan? Setinggi itulah aku.”
Di dalam ladang  di bumi terdapat binatang kecil yagn hidup di dalam kegelapan sepenuhnya. Dia tidak memiliki mata atau telinga karena tempat yang dijadikan rumahnya tidak memerlukannya. Karena dia tidak membutuhkannya, kenapa harus diberi mata? Tuhan tidak memberi mata bukan karena Tuhan tidak memilki persediaan mata dan telinga, atau karena Dia pilihn kasih, tetapi karena Tuhan memberikan pada makhluknya sesuai dengan kebutuhannya. Apa-apa yang tidak dibutuhakn akan memberatkan. Hikmah dari rahmat Tuhan adalah untuk menghapuskan beban. Kenapa mereka mesti menjatuhkan beban kepada seseorang? Sebagai contoh, apabila engkau memberi penjahit  peralatan pertukangan seperti kapak, gergaji, dan kikir lalu mengatakan kepadanya untuk mengambil peralatan itu, mereka akan merasa terbebani karena tidak mampu untuk menggunakannya. Tuhan akan memberikan pada makhluknya sesuai dengan kebutuhan. Mirip dengan cacing yang hidup di bawah bumi di dalam kegelapan, terdapat orang merasa berbahagi berada dalam kegelapan dunia ini. Dan mereka tidak membutuhkan dunia lain atau hasrat apa pun untuk melihat itu. Apa yang akan mereka lakukan dengan “mata pandangan” atau “telinga pemahaman.”? Mereka bergaul di dunia ini dengan penginderaan mata yang mereka punya. Dan karena mereka tidak memiliki perhatian untuk beranjak ke sisi lain, kenapa mereka mesti diberi kekuatan pandangan yang tidak akan mereka gunakan?
Jangan berpikir bahwa tidak ada pengembara di jalan itu
Atau berpikir bahwa sifat sempurna itu pergi tanpa meninggalkan jejak.
Hanya karena engkau tak mengetahui rahasia
Engkau pikir tidak ada orang lain di sana.
Pada saat ini dunia mendapatkan nafkahnya dari keacuhan manusia.nseandainya saja tak ada keacuhan, niscaya kehidupan dunia ini akan berhenti. Hasrat pada Tuhan, ingatan pada dunia lain, “pemabukan”, dan kebahagiaan adalah arsitek dunia lain. Apabila setiap orang tidak terbiasa dengan dunia aitu, kita semua akan mencampakkan dunia ini dan pergi ke sana. Meski demikian, Tuhan menginginkan kita berada di sini hingga terdapat dua dunia. Pada Akhir Dunia ini, Dia telah menempatkan dua penghulu, ketidakpedulian dan kepedulian, dan kedua dunia itu akan terus berkembang.

DUA PULUH ENAM
KATA-KATA BAGAIKAN PENGANTIN PEREMPUAN, PAHAMILAH DENGAN CINTA
Jika dilihat dari luar, sepertinya aku mengabaikan untuk berterima kasih atau mengungkapkan rasa syukur atas kesopnan, kebaikan dan dukungan yang engkau berikan baik secara langsung atau tidak langsung. Hal itu kulakukan bukan karena rasa bangga atau sombong, tidak pula karena tidak tahu membalas kedermawanan orang lain dengan perkataan atau perbuatan. Tetapi karena aku sadar bahwa engkau melakukan hal ini karena iman sejati, ikhlas atas nama Tuhan. Dan kemudian aku membiarkan agar Tuhanlah yang mengungkapkan syukur atas apa-apa yang telah engaku lakukan atas nama-Nya. Apabila aku berterimakasih, dan mengetahui rasa kagumku dengan memujimu. Dengan begitu, engkau telah menerima sejumlah ganjaran yang akan diberikan Tuhan kepadamu. Merendahkan hatin sendiri, emngungkapkan syukur, dan mengagumi orang lain memeng kesenangan duniawi. Karena engkau telah mengambil luka di dunia ini untuk menanggung beban atas pengeluaran keungan dan kedudukan sosial, maka akan lebih baik jika ganjaran ersebut seluruhnya berasal dari Tuhan. Untuk alasan ini aku tidak akan mengungkapkan rasa syukur.
Uang  tidak dapat dimakan. Uang dicari selain untuk dirinya sendii. Orang membeli kuda, melayani gadis, dan budak lelaki. Setiap orang mencari kedudukan tinggi dengan uang hingga mereka akan dipuji dan dituruti. Memang seperti itulah dunia, tempat untuk mengagungkan, menghormati, dipuji dan dihargai orang.
Syeh Nassaj dari Bukhara adalah tokoh besar spiritual. Beberapa tokoh besar dan terpelajar pernah datang kepadanya dan duduk menghormatinya. Seyeh itu buta huruf. Apabila mereka ingin mendengarkan penafsirannya terhadao Al- Qur’an dan Al- Hadits, dia akan berkata, “Aku tidak tahu bahasa Arab. Terjemahkanlah dahulu ayat atau hadits untukku dan akan aku katakan kepadamu maknanya.” Maka mereka akan menterjemahkan sebuah ayat Al-Qur’an, dan dia mulai menafsirkan dan menyatakan maknanya. Sebagai contoh, katakanlah, Nabi Muhammad berada di dalam keadaan demikian dan demikian ketika dia membicarakan ayat ini dan keadaan persitiwa itu tengah begini atau begitu. Dan dia akan menguraikan secara rinci setiap tahap peristiwa itu, cara untuk itu, dan puncaknya. Suatu hari keturunan Ali memuji berbagai keputusan yang diambil Imam Ali ketika dia masih hidup, dan berkata, “Tidak ada penghakiman seperti itu di seluruh dunia. Dia tidak mengambil suap. Dia mengeluarkan hukum secara adil di antara manusia dengan penuh keikhlasan dan pengorbanan kepada Tuhan.”
“Apa yang engkau katakan bahwa dia tidak mengambil suap.” Kata Syeh Nassaj, “itu tentu tidak benar. Engkau, orang Ali dari keturunan Nabi, menghormati dan memuji orang ini dengan mengatakan dia tidak mengambil suap. Apakah ini bukan penyuapan? Penyuapan apa yang lebih baik di sana daripada kalian membicarakan dis seperti itu di hdapannya?”
ooOOoo
Syeh Islam dari Termez suatu ketika mengatakan bahwa penyebab Sayid Burhanuddin mampu menguraikan tentang keenaran mistik dengan sangat baik karena dia membaca buku para guru dan mempelajari risalah dan praktik esoterik mereka.
Seseorang bertanya pada Syeh itu, mengapa Sayid Burhanuddin bisa seperti itu, padahal dia pun membaca dan mempelajari buku yang sama, tetapi dia tidak dapat berbicara seperti Sayid Burhanuddin.
“Dia mengalami kesukaran dan penderitaan. Dia juga berusaha keras dan bebuat,” Syeh Islam menjawab.
“Kenapa engkau tidak berbicara hal-hal seperti itu?” dia bertanya, “Engkau baru saja mengatakan yang telah engkau baca.”
Di sanalah akar permasalahannya. Itulah yang tengah kita perbincangkan. Engkau pun mesti berbicara mengenai hal itu. Mereka tidak memiliki penderitaan terhadap dunia lain. Hati mereka telah benar-benar ditempatkan di dunia ini. Sebagian muncul untuk makan roti dan yang lain hanya untuk melihatnya. Mereka ingin mempelajari kata itu untuk mengajaknya. Kata-kata bagi mereka bagai Pengantin Perempuan Cantik. Cinta atau kasih sayang apakah yang dimiliki perempuan cantik untuk seseorang yang membeli dia demi menjualnya kembali? Karena satu-satunya kenikmatan milik pedagang adalah menjual gadis, dia akan serupa dengan seorang impoten. Apabila pedang India sejati jatuh ke tangan lelaki banci, dia hanya akan mengambil untuk menjualnya. Apabila sempat menemukan busur sang juara, dia hanya akan menjual busur itu karena tidak memiliki lengan yang kuat untuk menariknya. Dia menginginkan busur itu hanya karena talinya, dan bahkan tidak memiliki pengertahuan sedikit pun mengenai busur itu. Dia jatuh cint pada tali, dan ketika menjualnya, dia akan membeli bedak dan perona mata. Apa lagi yang dapat dia lakukan?”
Kata-kata ini sama halnya dengan Syriac, bagi kalian yang dapat memahami mereka. Berhati-hatilah kalau-kalau kalian berkata paham! Semakin engkau berpikir bahwa dirimu mengerti, semakin jauh engkau dari pemahaman. Memahami berarti tidak paham. Seluruh kesulitan dan masalahmu muncul dari pemahaman itu. Pemahaman itu belenggu, engkau mesti melarikan diri dari itu untuk jadi sesuatu.
Akan jadi absurd bagimu untuk, “Aku mengisi kulitku dari laut, dan laut termuat di dalam kulitku.” Yang semestinya engkau katakan adalah, “Kulitku hilang di dalam laut.” Rasio memang baik dan sesuatu yang sangat dibutuhkan untuk dapat membawamu berjalan ke arah gerbang raja, tetapi ketika nerada di sana, engkau mesti melepaskan dirimu dari rasio. Ketika telah tiba di sana, nalar rasiomu hanya akan menjadi kerugian untukmu dan akan merintangi kemajuanmu. Ketika telah mencapai raja, serahkan dirimu kepadanya. Jika telah begitu, engkau tidak akan lagi mempertanyakan apa pun dengan kenapa dan mengapa. Sebagai contoh, engkau memiliki kain belum terpotong  yang ingin dijadikan mantel atau jubah, maka nalar akan membawamu ke penjahit. Saat itu, apa yang dilakukan nalar telah sudah baik dengan membawamu ke tempat penjahit. Tetapi jika telah sampai di tempat penjahit, engkau harus melepaskan nalarmu dan menyerahkan kepentinganmu pada penjahit. Sama halnya, apa yang dilakukan nalar dengan membawa seorang yang sakit ke dokter, tetapi ketika telah berhadapan dengan dokter nalar tidak lagi memiliki kepentingan lebih jauh; orang mesti menyerahkan dirinya kepada dokter.
Orang yang telah mengetahui hal itu harus mengungkapkannya, dan dia memiliki telinga yang digunakan untuk mendengar ungkapan batinmu. Adalah suatu yang pasti dan nyata bahwa setiap orang memiliki substansi dan empati. Di seluruh barisan unta, jika ada seekor unta mabuk akan terlihat nyata dilihat matanya, cara berjalan, busa yang keluar dari mulutnya, dan lain-lain. Nampak tanda di dahinya, tanda-tanda kerapnya bersujud (QS.48 : 29). Apa pun yang “dimakan” akar pohon, akan tampak terlihat dari cabang, daun dan buah yang berada di atas pohon. Apabila pohon itu tidak makan dan layu, bagaimana hasilnya pun tak akan terlihat. Rahasia dari kerasnya sorak-sorai yang dimunculkan ini adalah mereka memahami banyak kata dari satu kata dan memahami banyak kiasan dari satu kata. Ketika seorang lelaki yang membaca wasit dan buku besar berat lain mendengar satu kata dari tanbih, yang tafsirnya telah didbaca, dia akan memahami banyak prinsip dan masalah dari satu topik. Dia mampu menulis banyak tanbih dari satu kata itu. Dia mampu mengatakan, “saya memahami yang pokok dari hal itu. Aku paham karena telah menderita dan tetap terjaga pada malam hari dan menemukan harta yang tersembunyi.” Bukanlah telah kami lapangkan dadamu? (QS. 94 : 1).” Pelapangan” (sharh) dada sungguh sangat luas. Ketika seseorang telah membaca tafsir (sharh) itu, dia akan memahmi banyak perlambang. Orang baru akan memahami kata yang diberikan hanya dari makna satu kata itu. Apa yang dapat dia ketahui? Sorak-sorai apa yang akan mengepungnya? Ucapan muncul sesuai dengan kemampuan pendengar. Hikmah tidak muncul dari dirinya sendiri apabila orang tidak menariknya ke luar. Himah muncul pada suatu bagian sesuai dengan kekuatan yang menarik hikmah itu keluar dan memberinya makanan. Apabila orang tidak melakukan hal itu dan bertanya kenapa ucapan tidak muncul, jawabannya ialah, “Kenapa engkau tidak menariknya keluar?” Orang yang tidak menggunakan kelengkapan pendengaran tidak akan mengundang pembicara agar dapat berbicara.
Pada jaman Nabi Muhammad ada orang kafir yang memiliki budak, budaknya seorang Muslim dan tulus. Suatu pagi sang tuan berkata kepada budaknya agar membawa sejumlah ember untuk mandi dirinya. Sepanjang perjalanan mereka melewati masjid tempat Rasulullah dan sahabatnya tenegah beribadah. “Tuan,” kata budak, “tolonglah pegang ember ini sebentar agar saya dapat mendirikan Shalat Zuhur. Saya akan segera kembali setelahnya.” Demikianlah, budak itu kemudian masuk masjid. Nabi Muhammad keluar; sahabat Nabi pun keluar, tetapi budak itu tetap sendirian di dalam masjid. Sang Tuan menunggu hingga saat makan siang dan kemudian berteriak,” Budak! Keluarlah dari Masjid!”
“Dia tidak mau membiarkan saya keluar,” jawab budak itu.
Ketika keadaan ini terus berlangsung lebih lama, tuan memasukan kepalanya ke dalam masjid melihat siapakah orang yang tidak membiarkan budaknya pergi. Karena melihat sepasang sepatu dan bayang-bayang seseorang tetapi tanpa gerakan, dia bertanya pada budaknya, “Siapakah yang menahanmu untuk pergi keluar?”
“Orang yang sama yang tidak mengijinkan engkau masuk,” jawabnya. “Orang yang tidak dapat engkau lihat.”
Orang selalu mencintai yang tidak pernah mereka lihat atau dengar atau pahami. Siang dan malam dia mencarinya. Aku menyerahkan diri kepada yang tidak dapat aku lihat. Orang jadi bosan dan membuang yang telah dilihat dan dipahami. Untuk alasan inilah  filosof menolak gagasan pandangan. Mereka berkata ketika melihat, sangat mungkin bagimu jadi bosan. Tetapi yang ini tidak demikian. Kaum Sunni mengatakan pandangan adalah waktu Dia muncul pada satu cara, tetapi Dia  hadir pada ribuan cara berbeda setiap saat : Setiap hari Dia menciptakan sejumlah ciptaan baru (QS. 56 : 29). Meski pun Dia mungkin mengejawantahkan dirinya pada ribuan cara, tidak akan ada cara yang sama. Sekejap ini engkau lihat Tuhan pada berbagai jejak dan perbuatan. Setiap saat engkau melihatnya mengejawantah pada berbagai cara, dan tiada dua dari perbuatan-Nya yang mirip satu sama lain. Pada saat kebahagiaan ada satu pengejawantahan, di waktu duka cita pengejawantahan lainnya, juga di saat takut, serta lain pula di saat harap. Sedemikian banyak perbuatan Tuhan dan pengejawantahan perbuatan-Nya. Enkau pun, yang adalah bagian dari daya Tuhan, muncul ribuah cara berbeda setiap saat dan tidak pernah tetap bercampur pada satu cara apa pun.
Ada beberapa hamba Tuhan yang mendekati Tuhan melalui A;-Qur’an. Ada lagi yang lain, lebih terpilih, datang dari Tuhan hanya untuk menemukan Al-Qur’an di sinin dan menyadari memang Tuhan-lah yang mengirimnya. Kami telah sungguh-sungguh mengirimkannya; dan Kami akan bersungguh-sungguh memeliharanya agar tetap sama (QS. Al-Hijr 15 : 9). Penafsir mengatakan hal tersebut mengenai Al-Qur’an. Ini seluruhnyan baik dan benar, ttapi ada makna lain di sini, katakanlah, “Kami telah menempatkan engkau di dalam hakikat, hasrat untuk mencari, merindukan, sementara Kami adalah penjaga. Kami tidak akan membiarkan semua itu menjadi sia-sia dan akan membuatnya berbuah.”
Katakan “Tuhan” sekali dan teguhkanlah hatimu, karena benana akan tercurah kepada dirimu.
Seseorang pernah datang kepada Nabi Muhammad dan berkata, “Saya mencintai Engkau.”
“Berhati-hatilah atas perkataanmu,” jawab Nabi.
Sekali lagi lelaki itu mengulang, “Saya mencintai Engkau.”
“Berhati-hatilah atas perkataanmu,” Nabi memperingatkan kembali.
Tetapi ketiga kali dia mengatakan, “Saya mencintai Engkau.”
“Sekarang diam, dan teguhkanlah,” Jawab Rasul, “karena aku akan membunuhmu dengan tanganmu sendiri. Sengsaralah engkau!”
Pada jaman Rasul seseorang berkata, “Saya tidak menginginkan agama ini. Atas Nama Tuhan saya tidak menginginkannya. Ambillah agama ini kembali! Bahkan sejak masuk ke dalam agamamu ini saya belum pernah memiliki satu hari pun yang dipenuhi kedamaian. Saya kehilangan kemakmuran; kehilangan istri; tidak memiliki anakyang masih hidup; tidak memiliki kehormatan, kekuatan, atau hasrat yang masih tertinggal.
Dia mendapat jawaban, “Ke mana pun agama Kami pergi, dia tidak akan kembali hingga menarik seseorang keluar dari akarnya dan menyapu bersih rumahnya.” Tidak satu pun akan menyentuhnya, kecuali mereka yang bersih (QS. 56 : 79).
Selama masih memiliki setitik cinta diri yang tertinggal dalam dirimu, tidak ada kekasih yang akan memperlihatkan perhatian kepadamu. Tidak pula engkau akan layak atas penyatuan, tidak pula kekasih mana pun memberi hak masuk. Sekarang, agama kami tidak akan berputus asa hingga memiliki keajegan sampai dia membawa itu kepada Tuhan dan menceraikan itu dari apa pun yang tidak sesuai.
Nabi Muhammad mengatakan alasan engkau tidak menemukan kedamaian dan terus menerus berduka cita karena duka-cita bagaikan muntahan. Selama masih ada kenikmatan asal tetap perutmu engkau tidak akan diberi apa pun untuk dimakan. Sementara orang yng muntah tidak akan mampu makan apa pun. Ketika selesai muntah, lantas dia mampu makan. Engkau pun mesti menunggu dan menderita duka-cita, karena duka-cita adalah muntahan. Setelah masa pemuntahan selesai, kebahagiaan akan muncul tanpa duka-cita, mawar yang tidak memiliki duri, anggur yang tidak menyebabkan pening.
Siang dan malam di dunia ini engkau mencari ketentraman dan kedamaian, tetapi memang tidak mungkin mencapai mereka di dunia ini. Meski demikian, engkau bukannya tanpa pencarian sekali pun hanya sekejap. Kedamaian apa pun yang engaku temukan di dunia ini tidak ajeg seperti cahaya kilat yang menyambar. Kilat seperti apa? Kilat penuh guntur, hujan, salju, dan godaam. Sebagai contoh, katakanlah seseorang ingin pergi ke Anatolia tetapi mengambil jalan ke Caesarea. Meski dia tidak pernah membuang harapan mencapai Anatolia, mustahil emncapai ke sana dengan jalan yang baru diambilnya. Pada sisi lain, apabila mengambil jalan ke Anatolia, meski pun lemah dan pincang, akhirnya dia akan sampai di sana setelah jalan itu berakhir. Karena baik kejadian dunia ini mau pun dunia selanjutnya tidak terselelsaikan tanpa penderitaan, maka menderitalah untuk dunia selanjutnya, sebab kalau tidak, penderitaanmu akan menjadi sia-sia.
Engkau berkata, “Ya Muhammad, cabutlah agamaku, karena aku tidak menemukan kedamaian!”
“Bagaimana mungkin agama kami membiarkan seseorang lepas sebelum membawanya sampai ke tujuan?” demikian Rsulullah akan menjawab.
Kisah ini menceritakan seorang guru yang demikian papa bahkan selama musim dingin dia tidak memiliki apa-apa selain secarik kain linen. Secara kebetulan banjir pernah menjebak seekor beruang di pegunungan dan menyapunya ke bawah dan kepalanya berada di bawah air. Sejumlah anak melihat punggung beruang dan berteriak, “Guru, ini ada mantel bulu jatuh dari parit. Karena engkau kedinginan ambillah untukmu.” Sang guru memang demikian membutuhkan dan kedinginan, sampai dia meloncat ke dalam parit untuk meraih mantel bulu. Beruang menggesekkan cakarnya ke guru itu dan menggenggamnya di dalam air. Anak-anak berteriak, “Guru, kalau tidak dapat mengambil bulu itu keluar, atau jika engkau tidak mampu, pergilah dan keluarlah dari air!”
“Aku telah membiarkannya bulu itu ergi,” guru berkata, “tetai dia tidak mengijinkan aku pergi! Apa yang mesti aku lakukan?”
Bagaimana mungkin kerinduan pada Tuhan akan membiarkanmu pergi? Ini merupakan sebab, dan kita bersyukur atas sebab itu bahwa kita tidak berada di tangan-tangan kita sendiri, melainkan di tangan Tuhan. Bayi hanya mengetahui susu dan ibunya. Tuhan tidak meninggalkan bayi pada keadaan itu tetapi akan membuatnya semakin maju ke tahap makan roti dan bermain. Dari sana Dia melanjutkan ke tahap nalar. Di dalam hubungan dengan dunia lain kita berada di tahap bayi : Dunia ini sekedar buha dada ibu yang lain. Dia tidak akan meninggalkan engkau sampai membawamu pada tahap engkau sadar bahwa ini adalah keadaan bayi dan tidak lebih. “Aku heran ada orang yang telah diseret-seret ke surga dengan rantai belenggu.” Ambillah Dia, dan ikatlah (QS. 69:30). Kemudian bakar dia di dalam surga; kemudian bakar dia di dalam kesatuan; kemudian bakar dia di dalam keindahan; kemudianbakar dia di dalam kesempurnaan; bakar dia!
Pemancing tidak menarik-narik ikan sekaligus. Ketika kail tertangkap mulut ikan, mereka menarik itu perlahan hingga berdarah dan kehilangan kekuatan. Lantas mereka tetap membiarkan demikian dan menariknya sampai kekuatannya benar-benar lenyap. Ketika kail cinta tertangkap di dalam mulut manusia, Tuhan menarik itu secara bertahap hingga seluruh kekuatan dan “darah” berlebih yang ada dalam dirinya hilang sedikit demi sedikit. Tuhan menarik dan menaikkannya (QS. 2 : 245).
Tiada Tuhan selain Tuhan adalah iman orang-orang biasa. Iman orang terpilih ialah tiada “dia” selain “Dia”. Itu seperti orang yang bermimpi dirinya menjadi raja yang duduk pada singgsana dan disekelilingnya berdiri budaknya, bendaharawan, dan jendral. Dia berkata, “Aku tentu seorang raja. Tidak ada raja selain aku.” Ini yang diaktakan di dalam mimpinya. Tetapi ketika terbangun dan melihat tidak ada seorang pun di dalam rumah kecilnya kecuali dia, kemudian dia berkata, “Aku di sini, dan tidak ada seorang pun di sini selain aku.” Sekarang, orang membutuhkan mata terbuka; mata terkantuk tidak dapat melihat ini. Ini bukanlah kewajibannya untuk melihat ini.
Setiap sekte menolak sekte yang lain dan mengatakan, “Kami benar. Pewahyuan milik kami. Yang lain salah.” Dan yang lain mengatakan sama persis tentang mereka. Ini menjadikan “tujuh puluh dua (golongan) iman” yang menolak satu sama lain. Pada satu kesempatan, mereka sepakat mengatakan tidak ada orang lain memiliki pewahyuan. Lantas mereka semua sepakat tidak ada pihak lain yag memiliki pewahyuan, hanya satu yang memilikinya. Sekarang orang beriman mesti cerdas dan bijak mengetahui manakah yang satu itu.” Orang beriman ialah orang yang bijaksana, mampu membedakan, memahami, dan cerdas.” Iman adalah kekuatan pembedaan dan pemahaman yang nyata.
Seseorang berkata, “Mereka yang tidak mengetahui sangat banyak, dan mereka yang mengetahui sangat sedikit. Apabila kita menyibukkan diri dengan membedakan antara yan tidak mengetahui dan tidak memiliki hakikat dan yang memang memiliki hakikat, itu akan memakan waktu lama.”
Meskipun yang tidak tahu sangat banyak, ketika mengetahui yang sedikit, engkau mengeahui seluruhnya. Sama halnya, ketika tahu segenggam gandum, engkau mengethaui seluruh lumbung biji-bijian di dunia. Apabila mencicipi sedikit gula, tidak peduli betapa pun banyaknya ribuan perbedaan jenis permen, semuanya bisa terbuat dari itu, engkau tahu dari gula yang telah engkau cicipi bahwa permen-permen itu mengandung gula. Seseorang yang telah makan permen dan tidak mengetahui hal itu pada akhirnya tentu dia bodoh.
Apabila kata-kata ini tampak berulang untukmu, itu karena masih belum mempelajari pelajaran pertama, kami mesti mengatakan hal yang sama setiap hari.
Suatu ketika ada seorang guru yang memiliki murid baru selama tiga bulan. Tetapi si anak belum memiliki kemajuan melampaui “yang tidak memiliki apa pun”. Ayah si anak muncul dan mengatakan, “Kami tidak pernah absen memberikan gaji, tetapi jika kami telah mengatakan hal itu, kami mampu membayarmu lebih.”
“Tidak,” kata sang guru, “engkau tidak bersalah. Itu sekadar bahwa anak ini memang belum berkembang.” Dia memanggil anak itu dan berkata, “Katakan, yang tidak memiliki apa pun!”
“Tidak punya apa pun,” kata anak itu, tidak mampu mengatakan “seseoran”.
“Engkau lihat,” kata guru itu, “karena dia belum beranjak melampaui ini dan belum mempelajari bahkan sebanyak ini, bagaimana mungkin aku memberi dia pelajaran baru?”
Kami mengatakan, “Terpujilah Tuhan sekalian Alam.” Bukan karena terdapat kekurangan roti atau makanan – karena jumlahnya sangat tidak terbatas – melainkan tamu sduah terlalu kenyang dan tidak mampu makan lagi. Sekarang, “roti dan makanan” itu tidak mirip makanan di dunia ini karena makanan dunia ini dapat dimakan oleh dengan melakukan tekanan, betapa pun banyaknya yang engkau inginkan, tanpa mesti memiliki nafsu makan untuk itu. Karena makanan dunia ini tidak hidup, mereka akan pergi ke manapun  engkau bawa mereka. Mereka tidak memiliki ruh untuk menjaga diri mereka dari ketidaklayakan. Tidak seperti makanan Ilahi, yang adalah hikmah, dan adalah kebaikan hidup yang muncul kepadamu dan memberimu makan selama engkau memiliki nafsu dan menunjukkan kecenderungan, karena tidak dapat dimakan dengan paksaan, ditolak di bawah penutup dan dilenyapkan darimu.
Berbicara tentang keajaiban orang suci, orang dapat pergi dari sini ke “Ka’bah dalam satu hari, atau dalam sekejap. Tidak ada yang aneh atau ajaib tentang itu. Angin padang pasir mampu melakukan “keajaiban” serupa, karena di dalam satu hari atau sekejap dia mampu pergi ke mana pun  yang dia inginkan. Keajaiban adalah yang membawamu dari keadaan rendah pada yang terpuji. Ini yang memindahkan engkau dari sana ke sini, dari kebodohan ke kecerdasan, dari kematian ke kehidupan. Pada awalnya engkau adalah debu, mati dan dibawa ke dalam dunia kehidupan tanaman. Dari sana engkau berjalan ke dalam dunia binatang, dan kemudian ke dalam dunia manusia. Semua itu keajaiban. Tuhan memberi engkau berjalan melampaui berbagai jenjang dan rute ini dari tempat engkau muncul. Engkau tidak memiliki syak akan muncul atau engkau teengah dibimbing, maka engkau lihat dengan jelas dirimu telah datang. Sama halnya engkau akan dipindahkan ke ribuan macam dunia lain. Janganlah menolak itu. Bahkan meskipun engkau tidak tahu apa pun tentang itu, terima saja.
Satu ember yang berisi racun dihidangkan kepada Umar. “Untuk apakah ini baiknya?” Umar bertanya.
“Apabila dipertimbangkan, tidak bijak membunuh seseorang secara terbuka,” kata mereka, “dia boleh diberi sedikit dari ini dan dia akan meninggal perlahan. Apabila engkau memiliki musuh yang tidak dapat dibunuh dengan pedang, dia dapat dibunuh secara tersembunyi dengan sedikit dari ini.”
“Ini hal yang menakjubkan yang engkau bawa,” dia mengatakan. “Berikan kepadaku untuk kuminum, karena di dalam diriku terdapat musuh yang amat berkuasa yang tidak dapat dicapai pedang. Di seluruh dunia tidak ada seorang pun yang lebih memusuhi aku.”
 “Memang tidak perlu bagimu meminum semua itu,” mereka berkata. “Sekedar sedikit sudah cukup. Seluruhnya akan membunuh ratusan ribu manusia.”
“Musuh ini bukanlah orang biasa,” jawab Umar. “Dia musuh yang sama persis dengan ratusan ribu musuh berbentuk dan telah menghancurkan ratusan ribu manusia.” Lalu dia mengambil cangkir dan meneguk seluruhnya dalam sekejap.
Mereka yang hadir serta merta seluruhnya menjadi Muslim dan berkata, “Agamamu memang benar.”
“Engkau semua telah jadi Muslim,” kata Umar, “Tetapi’ orang kafir ini belum menjadi Muslim.”
Sekarang, yang Umar maksudkan dengan iman itu bukanlah iman masssa. Jenis iman yang dia miliki dan selanjutnya, karen dia memiliki iman yang benar-benara taat. Yang dia maksudkan adalah iman para nabi dan yang terpilih, “mata kepastian.” Inilah yang dia harapkan.
Kemasyhuran singa tertentu telah menyebar ke seluruh dunia. Orang tertentu demikian heran pada singa ini sampai merencanakan sejak jauh hari memasukki hutan hanya untuk melihatnya. Ketika dia mencapai hutan, menahan kekerasan selama satu tahun dan telah melewati bermeter-meter jauhnya, dia melihat singa di kejauhan dan berhenti, tidak mampu pergi lebih jauh ke mana pun. “Engkau telah datang demikian jauh untuk mencinta singa ini,” dia berkta, “dan singa ini memiliki ciri khas unik tidak membahayakan siapa pun yang mendekati dia secara berani dan yang memeliharanya dengan penuh kecintaan. Singa hanya jadi marah kepada mereka yang takut kepada dirinya. Dia menyerang mereka yang dianggap menyembunyikan anggapan jahat  terhadap dirinya. Sekarang bahwa engkau telah berjalan selama satu tahun dan datang demikian dekat pada singa, kenapa engkau berhenti? Maju lebih dekat!”
Tetapi orang itu tidak memiliki keberanian bahkan untuk melaju satu langkah ke depan. “Seluruh langkah yang telah aku tempuh,” kata dia, sangat mudah. Tetapi satu langkah ini tidak dapat aku lakukan.”
Yang dimaksudkan Umar dengan iman ialah bahwa satu langkah ke depan menuju singa di dalam kehadiran singa sendiri. Langkah satu itu sangat jarang – itu menyinggung hanya kepada sedikit yang terpilih dan terangkat. Iman seperti itu datang hanya kepada Nabi, yang telah membersihkan tangan dari hidup mereka.
ooOOoo
Kekasih adalah kebaikan, karena seorang pencinta memperoleh kekuatan dan kehidupan dari citra kekasihnya. Kenapa ini mesti jadi aneh? Ciri Layla memberikan Majnun kekuatan dan hakikat. Ketika kekasih “metaforik” memiliki kekuatan dan kemakmuran seperti itu untuk menguatkan pencinta, kenapa engkau mesti berpikir aneh bahwa citra kekasih sejati memberikan kekuatan baik terlihat maupun tidak? Kenapa membicarakan citra? Ini adalah jiwa dari kenyataan. Semestinya tidak disebut citra? Dunia terdiri dari, dan melalui citra. Engkau menyebut dunia ini kenyataan hanya karena dunia ini dapat dilihat dan nyata, dan gagasan hakiki yang adalah cabang dunia engkau namakan citra. Kenyataannya adalah justru lawannya : dunia inilah citra. Gagasan hakiki dapat menghasilkan ribuan dunia seperti yang ini, yang dapat membusuk, terhancurkan, dan lenyap ke dalam ketiadaan. Dia kemudian dapat menghasilkan dunia yang baru dan lebih baik tanpa menjadikan dirinya sendiri tua. Dia melampaui kebaruan dan ketuaan. Hanya cabangnya dapat disifati dengan ketuaan dan kebaruan.
Arsitek merumuskan rumah di dalam pikirannya, membuat citra lebar tertentu, panjang tertentu, dengan serambi bertiang dan pekarangan dengan matra tertentu. Ini tidak dinamakan citra, karena itu adalah kenyataan lahir. Apabila orang bukan arsitek juga memikirkan bentuk seperti itu, itu tentu akan dinamakan khayalan. Seorang manusia yang bukanlah pembangun dan tidak mengetahui cara membangun sangat umum dikatakan memiliki khayalan.


Berlanjut ke bagian ke II dengan Judul “Fihi ma Fihi Karya Jalaluddin Rumi”.
Sepanjang, 9 Juli 2015.