Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Selasa, 28 April 2015

Filsafat Gajah Bahanya Kata-kata (Serat Hesthitama) Sastra Filsafat Jawa


 “SERAT  HESTHITAMA
Penerjemah : Pujo Prayitno

Serat Hesthitama adalah menguraikan tentang nilai dari hewan Gajah. Sedangkan sebagai pembuka darinya, terlebih dahulu menguraikan tentang mewajibkan kepada diri sendiri untuk mendengar hal-hal yang baik, yang pada intinya itu ada tiga jenisnya yang disebut dengan “TRISUSILA”, dan uraiannya adalah sebagai berikut :
1. Kewajiban mendengarkan seperti itu adalah perlu menghimpun dan menerima atas suara yang keluar dari ucapan para orang tua sesepuh  yang luas pengetahuannya tentang kenyataan tentang perbuatan yang berpedoman kepada kebenaran, kebaikan dan keselamatan. Serta juga menghimpun makan yang sebenarnya dari ucapan pada Pandhita serta para manusia suci, yang telah ahli menggunakan angan-angan yang jernih, yang juga disebut dari para Bijak (Wicaksana = caksu = wicaksu = caksuh = wicaksuh). Sehingga kekuatan dari suara (perkataannya)  yang keluar dari mulutnya tentulah nyata adanya, dan jelas sejelas-jelasnya. Serta juga besar daya kekuatannya bagi yang mendengarkannya yang bisa dan sanggup menerimanya, serta juga tidak pernah sekali pun melepaskan kata-katanya yang tidak ada bukti nyatanya.
2. Pendengaran kita bebas dari kewajiban untuk menutup pintu pendengarannya, ketika sedang mengalami gangguan dari suara yang mengandung hawa panas bagaikan menyalanya bara, itu berarti suara yang keluar dari para yang mempunyai sifat jahat yang bisa mengakibatkan kesengssaraan, kerugian serta penderitaan, yaitu suara yang bsia merusak hal-hal keutamaan, keselamatan serta ketenteraman atau suara rayuan dari para yang berwatak setan. Ibaratnya adalah : Diri kita jangan sampai gosong oleh nyala api, yaitu dari panasnya hati sendiri  yang terbakar oleh perkataan yang mengandung bara yang keluar dari para pemilik budipekerja yang jahat.
3. Juga mempunyai kebebasan tentang kewajiban yang susila, kita harus menutup telinga yang ada suara yang sangat merdu  mendayu, akantetapi mengandung bisa dan racun yang sangat berbahaya, yang bisa tumbuh berkembang menuju kerusakan seperti tersebut di atas. Serta juga tentang terkena suara kamayan (berpengaruh jahat) yang bisa menyebabkan penasaran di dalam perbuatan yang kita lakukan dan kita jadikan keyakinan di dalam cipta diri, yaitu tentang apa saja yang tidak ada kenyataannya, atau yang tidak bisa masuk ke dalam pikiran yang terang. Yang dibahasakan sebagai berikut : Tidak basah direndan air, tidak terbakar oleh nyala api yang membakar.
Sedangkan yang dikehendaki dari kewajiban serta Tatasusila dari mendengarkan seperti tersebut di atas, oleh para yang berbudi bijaksana menetapkan tentang adanya aturan kesusilaan dari mendengarkan itu, yang ternyata atas pengaruh dari Yang Maha Kuasa yang mengarahkan dan menuntuk kepada Tuhan Penguasa seluruh Alam. Yang seperti itulah keadaan yang disebut PENGETAHUAN atau yang bernama KITAB ALLAH. Sebagai bukti dari uraian tersebut digambarkan dengan Telinga Gajah, yang selalu meregang untuk membuka atau menutup lubang telinganya, yang artinya menjaga pintu pendengarannya ketika sedang terkena suara seperti yang disebutkan di nomor 1 di atas. Atau menutup pintu pendengarannya yang berarti tidak bersedia menerima masuknya suara seperti yang diuraikan di Nomor 2 dan 3, di atas.
Yang menyambung dengan uraian tentang Telinga Gajah yang dijadikan sebagai gambaran yang tersirat yang ada di dunia ini seperti sudah disebutkan di atas, maka Para Filosof Bijak kemudian menggambarkannya atau disamakan dengan, bahwa Telinga gajah itu disebut telinga Kipas yang lebar (ilir). Mengapa demikian, karena dinamakan “ILIR” itu karena berupa kipas yang besar dan lebar, sedangkan pasangannya adalah suatu alat yang berenama “IJAN” yang gunanya adalah untuk meratakan nasi yang masih panas yang baru saja diangkat dan ditumpahkan dari alat rebusannya (Kukusan), yang kemudian “Diiliri” (Dikipasi) agar menajdi dingin, yang dalam bahasa jawa disebut di-Angi. Kata dalam bahasa Jawa “Angi” = angin; di angi = di beri angin = di dinginkan.
Pada umumnya, nasi yang diperlakukan seperti itu, jika sudah menjadi dingin maka dibentuk menjadi silinder , besar-kecilnya silinder disesuaikan dengan selera, yang pada umunya ukurannya sebesar buah jeruk dari Wilayah Kabupaten Pacitan – Jawa Timur, yang kemudian diberi nama “Nasi GOLONG”. Apa sebabnya nasi yang dibentuk seilinder itu harus didinginkan terlebih dahulu, karena jika masih panas kemudian dibentuk silinder itu maka akan hancur (Tidak bisa memadat). Sedangkan keadaan nasi yang bentuk menjadi “Golong” itu kuat dan tidak mudah basi hinga beberapa waktu lamanya. Bagi masyasrakat di pegunungan, seuka memberinya nama “Nasi Giling”. (Jika makan nasi giling, jangan sampai asal masih bisa masuk ke dalam perut saja, walau pun besarnya Cuma sebesar genggaman tangan, akan tetapi sudah bisa mengenyangkan perut seorang yang doyan makan. Sebaiknya, jika makan nasi giling itu dicampur dengan sayur yang banyak kuahnya dan dibiarkan dulu sementara, maka nasi itu akan mengembang, jika di rasa sudah cukup mengembangnya, barulah dimakan).
Sebenarnya tentang Nasi Golong itu adalah sebagai ibarat penuh makna tersirat  atau sebagai contoh dari adanya suara atau pengetahuan yang sebaiknya diterima oleh terbuka pendengaran kita. Kata Golong (Golongan) itu mengandung maksud Sendirian = diri = pribadi. Maknanya adalah masuknya suara yang dingin tidak tercampuri suara yang panas. Ketika nasi sedang di iliri (dikapsi dengan kipas besar) itu ditempatkan dalam tempat kusus yang bernama Ijen. Seingga dinamakan “Ijen” itu adalah mengandung maksud adalah yang di “Tampeni” (bermakna diterima) atau yang diijinkan (diperbolehkan). Yaitu dijinkan oleh pendengaran kita untuk dimasuki oleh suara yang mendinginkan hati, yaitu suara yang tidak mengandung panas, yang berarti suara yang tidak mengandung bisa atau kejahatan. Sedangkan “Ilir” yang pertama adalah sebagai lambang dari suara yang harus dialirkan keluar dari dalam telinga. Yang ke dua, yang kemudian ilir itu mengeluarkan angin, itu sebagai ibarat dari pendengaran kita untuk bisa mengetahui baik buruknya suara (mengandung manfaat atau mengandung bisa), yang harus didengarnya atau ditolaknya, walau pun hal itu tidak mudah untuk segera bisa diketahuinya. Mengapa bisa demikian? Karena tidak ada  pengaruh atau tipuan yang ampuh dan kekuatannya bisa melebihi yang terkandung atau termuat di dalam suara (kata-kata – Kalimat).
Sedangkan untuk bisa memahami dan mengetahui dari yang mana suara jelek dan suara baik, menipu dan sungguh-sungguh dan sebenarnya, itu harus menjernihkan wawasan akal budi, yaitu dengan cara membiasakan Samadhi (Tafakur – merenung), dengan cara mengendalikan dan menguasai angin yang berujud pernapasan  (bernafas), diulang tiga kali saja bagi para ahli samadhi, yang tentunya akan bisa menelaah dan mencerna sehingga benar-benar paham . Keluar masuknya pernapasan yang dikendalikan dengan setenang mungkin sebanyak tiga kali tarikan nafas, ada kata-kata di dalam Ilmu milik dalang disebut dengan sebutan “Tri Pandurat” atau Tripadurat, (Tri pandurat tidak berkata apa-apa mencari terbukanya pemahamannya, yaitu ciptanya, yaitu berupa Petunjuk dari Tuhan. Makna dari Tri = Tiga; Pandu = Panjang; rat = dunia = raga ini, maksudnya adalah : Mengulan tigakali tarikan pernapasan kita  yang diarahkan menuju rasa hidup (penerang hidup).
Selain yang sudah diuraikan di muka, tentang mengalirkan dan mengarahkan pernapasan (Samadhi), itu juga bertujuan untuk menanggulangi pengaruh dari suara yang sangat panas yang sampai dan mengani perasaan hati, seperti yang diibaratkan dengan : tidak gosong oleh terbakar api, bermakna dengan sebutan, kita hati merasa semakin panas, yang disebabakan oleh pendengaran kita yang dibuka pintu pendengarannya untuk jalan masuk dari suara yang terdorong kemarahan dan untuk menyalahkan, atau yang tujuan untuk mengarahkan kepada rasa benci, permusuhan, dan sejenisnya, itu semua jika kita musnahkan dengan menggunakan penyapuan sang pembawa mantra, yaitu berupa keluar masuknya pernapasan yang ditarik naik diarahkan hingga mencapai otak (kepala), turun hingga mencapai pusar, sudah pasti pengaruh panas dari suara kata-kata tiba-tiba menghilang tanpa jejak, dan selanjutnya hati kita mampu mengendalikan sehingga bisa menerima “Tetesan air kehidupan” = “Tirta Amretamaosadi.
Di sini kemudian disambung lagi dengan Nasi Golong seperti yang sudah tersebut di atas. Jika kita membuat Nasi Golong, pada umumnya sebagaian digunakan untuk persembahan (Sesaji – selamatan) yang ada disertai syarat-syarat yang lainnya. Sedangkan Nasi Golong yang digunakan untuk persembahan sesaji itu pada umunya ada 9 pasang. Sedangkan yang dinginkan oleh yang membuat sesaji itu, nasi golong itu sebuah ujud penghormatan kepada Dewa yang bernama “Dewa Sasanga”, yang intinya diserta permohonan dan perkenannya untuk keseelamatannya sendiri-sendiri. Sedangkan adanya Dewa Sasanga yang menjadi tujuan dari permintaan permohonan itu, yaitu : 1. Sang Hyang Siwa, sebagai lambang dunia; 2. Sang Hyang Darma lambang angkasa; 3. Sang Hyang Wisnu, lambang air; 4. Sang Hyang Brama atau Brahma, lambang api; 5. Sang Hyang Surya, lambang matahari; 6. Sang Hyang Candra, lambang rembulan; 7. Sang Hyang Narada, lambang Bintang; 8. Sang Hyang Bayu, lambang angin; 9. Sang Hyang Endra, lambang Bumi.
Dengan adanya keterangan tersebut di atas, maka ternyata bahwa Kenduri (Sesaji) dengan menggunakan Nasi Golong, di budaya Jawa ini, adalah menurut tata cara di jaman dahulu, yaitu ketika Bangsa Jawa masih memeluk Agama Dewa. Akhirnya, setelah Bangsa Jawa telah menyatakan diri  dari Agama Dewa berganti  dan memeluk Agama Muhammad yang juga disebut Agama Islam, sebenarnya tentang tatacara sesaji itu harus keluar dan berdasarkan Syariat Islam.  Akan tetapi oleh Bangsa Jawa, Syariat Islam masih diberi kelonggaran  dengan cara yang teramat manis dengan yang berhubungan dengan  sesajai dan juga dengan yang lainnya, sehingga masih tetap diteruskan dan dilestarikan hingga sekarang ini. Hanya saja, saol memberi makan persembahan berupa Nasi golong yang berjumlah 9 pasang itu yang sebelumnya dipersembahkan kepda Dewa Sasanga, kemudian diganti tujuannya kemudian ditujukan kepada para Wali Sanga. Karena, ketika maih hidupnya, mereka suka makan Nasi Golong yang dicampur dengan Sayuran Menir dan Pecel Ayam serta Dhendheng daging yang dipukul-pukul.
Untuk selanjutkan, akan menguraikan lambang yang ada di tubuh Gajah yang disebut juga dengan nama “Esthi = Hesthi”, yang menjadi pokok bahasan di dalam buku ini. Sedangkan yang akan diurakan terlebih dahulu adalah uraian tentang adalah makna yang dilambangkan dengan Telinga Gajah ketika kemudian disamakan sesuatu yang bernama “Ilir” Kipas besar bertangkai, seperti yang sudah diuraikan di atas.
Sedangkan dengan adanya lambang yang dilambangkan dengan tubuh Gajah itu ada delapan macam, hal itu kesemuanya ditujukan dengan maksud untuk dijadikan  tauladan atau ibarat dari perbuatan kita, yang selalu menjalankan kewajiban serta berada pada perbuatan yang berdasarkan Tata Susila. Sedangkan adanya 8 macam lambang itu adalah : 1. Telinga Ilir seperti yang sudah dijelaskan; 2. Belalai lintah; 3. Kaki model bumbung; 4. Mata bagaikan hewan laron 5. Ekor bagaikan sulak (pembersih debu); 6. Mulut, yang bagaikan alat untuk menanak nasi bagi orang Jawa; 7. Punggung, bagaikan alat untuk menumbuk padi; 8. Kepala  Papon (bagaikan tempat apu salah satu perlengkapan makan sirih).
Papon itu adalah tempat kapur yang sudah menjadi adonan, yang besarnya kurang lebih sebesar timba. Sedangkan apu itu untuk persediaan perlengkapan makan siri yang kemudian diberi nama “Enjet”, yang jika diucapkan malam hari berubah nama menjadi “tai manuk” 9Kotoran burung). Jika apu diwadahi atau ditempatkan di atas daun yang hanya di tekuk saja, maka namanya menjadi (Gatheng), dan jika daunnya di gulung maka menjadi bernama “sadak”. Sedangkan “Sadak” itu ada yang bernama “Sadak rawis” dan ada juga yang bernama “Sadak gadhing”. Yang bernama “Sadak rawis” yaitu daun yang dipergunakan untuk membungkus apu itu daun yang masih ada pucuk daunnya yang masih muda, ujung daun muda itu sendiri mempunyai nama, yaitu “Semprit”. Makna dari nama “Rawis” = Gombyok (rangkaian) = Bendera, sehingga sadak itu terlihat bagaikan pusaka tombak yang ada benderanya. Sedangkan yagn bernama “Sadak Gadhing” itua dalah  “Sadak” yang dibuat  dari daun yang agak tua serta tidak disertai, pucuk daun yang masih kuncup, sehingga terlihat lurus, seandainya itu tombak adalah tombak yang tanpa ada benderanaya. “Sadak itu sendiri adalah merupakan sebuah lambang (Lihatlah sadak milik Jakatingkir yang sangat tajam yang bisa membelah dada Ki Dhadhungawuk di Pingit).
Sedangkan tentang adanya lambang yang dilambangkan bagian tubuh gajah 8 macam itu, seperti tersebut did atas adanya sudah sejak jaman dahulu kala. Akantetapi sejak Bangsa Jawa meninggalkan Agama yang lama yaitu Agama Dewa, karena berganti dengan memeluk Agama Islam, tentang Ilmu Pengetahuan ketajaman Budi sejak itu tidak terurus, semakin lama sehingga bisa diibaratkan bagaikan lampu minyak yang semakin berkurang sinarnya, sehingga ketika sampai pada jaman sekarang ini, bisa diibaratkan seandainya itu lampu minyak maka telah keeehabisan minyaknya, sehingga hilang sinar terangnya, berganti menjadi kegelapan yang berlapis hingga sejuta lapisan. Sehingga tentang ibarat serta perlambang yang berada di anggota tubuh Gajah itu maka menjadi sirna tanpa bekas. Akan tetapi masih ada juga yang masih bisa mengingatnya atau menguapkannya tentang makna ibarat tentang tubuh Gajah itu, hanya saja berubah maknanya, karena.. uraian dan isi lambang itu kemudian dutujukan untuk mengejek sang Gajah itu sendiri. Contohnya : Gaja berkepala Papon, bertelinga Ilir, bermulut kukusan, berbelalai lintah; bermata laron, berbuntut sulak, berkaki seperti bumbung bambu, berpunggung lesung. Sedangkan punggung lesung itu , banyak tidak tidak mengetahuinya atau terlupakan. Sedangkan makna ibaratnya juga banyak yang tidak memperhatikannya, dikarenakan dengan adanya ejekan yang seperti tersebut di atas hanya ditujukan  karena dengan adanya ejekan seperti tersebut, itu adalah cocok  dengan keadaan sesuatu benda yang dijadikan pengibaratan, serta memang nyata bahwa ekor gajah itu bagaikan sulak pembersih debu yang sebenarnya, kaki seperti bumbung bambu pun mirip sekali, belalai berbentuk lintas memang benar dikarena bisa menggeliat bagaikan badan hewan lintah, demikian seterusnya.
Oleh karena hal yang demikian itu, sebagai sarana untuk menghidupkan ilmu pengetahuan ketika pada jaman dahulu, jangan sampai hilang dan terkubur, yaitu tentang yang dilambangkan  oleh bagian tubuh gajah yang berjumlah 8 macam yang ternyata berisi ibarat, dan di sini akan diuraikan dengan singkat seperti di bawah ini :
1. Kepala Papon, kata Papon sudah diuraikan di atas, yaitu tempat menampung enjet, kata enjet = apu = apyu = api = brama = hawa panas, artinya : Untuk menyebut otak, yaitu tempat untuk mempertajam budi, disebut juga alat berpikir. Maksudnya : Didalam hidup ini sebaiknya mempergunakan alat berpikirnya, karena semua hasrat diri, itu untuk bisa tercapai, terlaksananya jika selalu dipikirkan, jika tidak meninggalkan syaratnya ilmu pengetahuan dan perbuatannya, tentulah akan lebih mudah bisa tercapainya.
2. Telinga Ilir : sudah dijelaskan di atas, pada intinya dalam kehidupan sebaiknya membuka telinganya, jika mendengar berbagai suara yang baik-baik saja, yang berisi nasihat dan ajaran sebagai tuntunan dalam melangkah dalam kebaikan , keselamatan, ketenteraman dan sejenisnya. Dan sebaliknya, jadikanlahn tuli ketika mendengar suara yang mengajak kepada semua perbuatan yang tidak baik.
3. Mulut Kukusan, Kukusan itu untuk menanak nasi. Nasi itu makanan pokok bagi orang Jawa, sedangkan makanan pokok itu adalah untuk mengibaratkan Ilmu pengetahuan, sehinga ada peribahasa : Makan kata-kata, makan ajaran. Mulut itu tempat untuk mengeluarkan kata-kata, sedangkan keluarnya perkataan walau pun hanya satu kata sekali pun, itu tidak bisa terlepas dari dua macam bahaya, yaitu bahaya yang berasal dari dalam  dan yang berasal dari luar. Jenis rupa bahaya yang berasal dari dalam, itu jika salah mengeluarkan kata-kata, walau pun tidak disengaja sekali pun juga bisa merugikan diri. Sedangkan bahaya yang berasal dari luar itu jika perkataan yang keluar itu tidak cocok atau tidak menyenangkan bagi atau membuat sakit hati lawan bicaranya, atau juga orang lain yang mendengarnya, walau pun yang dikatakannya itu memang benar adanya, itu juga bisa mencelakakan diri karena bisa merenggangkan persahabatan dan persaudaraan, yang jika menjadi besar itu bisa menyebabkan perselisihan . Maka dari itu, tentang masalah berkata-kata, sebelum mengeluarkan perkataan dari mulut, sebaiknya diperhitungkan dengan matang menggunakan pikiran, agar baik dan tepat atas keluarnya perkataan itu, dan juga  keluarnya perkataan itu bisa menjadikan menyenangkan lawan bicaranya. Selain dari itu, juga mempunyai maksud, bahwa semua hasrat diri, sebelum dilaksanakan harus dimusyawarahkan dan dimatangkan terlebih dahulu di dalam pikiran. Dan juga jangan sekali-kali meningggalkan pertimbangan yang matang, jika bisa demikian, akan mendorong dan menyertai hasrat serta diringi oleh keselamatan.
4.  Belalai lintah. Adanya belalai itu, selain berfungsi sebagai tangan oleh Gajah (ibakara, arti Iba = Gajah, kara atau makara = tangan) (tangan seeparoh, tangan satu atau halfhand), juga sebagai tempat bagi hidungnya.
Sedangkan hidung itu berfungsi sebagai indra pencium. Pekerjaan dari lintah itu adalah menghsiap darah, kata rah = rahsa = rasa = Ilmu pengetahuan. Maksudny adalah : Di dalam kehidupan ini sebaiknya selalu menghisap-hisap bebrbagai ilmu pengetahuan, serta jangan sampai merasa ilmu sudah tinggi, karena Ilmu Tuhan, bagaikan banyaknya butiran pasir di pantai. Juga selalu menjalankan menghisap Air kebijaksanaan bagaikan yang selalu dilakukan Hyang Ganesa yaitu Dewa Ilmu (Samadhi).
5.  Mata laron; kata mata = mripat = netra = haksi = tonton = penonton = tingal = paningal = weruh (mengetahui) = pameruh (untuk mengetahui_ = Meruhi (mengetahui). Maksudnya adalah menyebutkan bahwa mata itu ternyata menjadi pemuka pnacaindra, sehingga disebut juga Haksi = Saksi,  maksudnya, mata itu yang menyaksikan tergelarnya dunia ini beserta seluruh isinya yang baik atau pun juga yang buruk. Hewan larun itu termasuk serangga golongan serangga kecil yang beterbangan, dan keluarnya adalah bersamaana datangnya malam, yang menjadi tujuannya adalah mengarah kepada yang terang. Kata Terang itu bermakna benar, baik, pintar, yang baik untuk dilakukan dan sejenisnya. Sedangkankan maksudnya adalah : Di dalam hidup ini sebaiknya selalu mempergunakan matanya, akan tetapi hanya digunakan untuk meliahat yang menyebabkan bermanfaat bagi semua kebaikan, keberuntungan, kemuliaan, keselamatan, ketenteraman dan sejenisnya.
6.  Ekor Sulak, kata kelut = kebut = kebat = sulak = pangresikan, maksudnya, semua kotoran harus di keluti (dibersihkan) hingga benar-benar bersih. Sedangkan maknanya adalah : Hasrat keinginan diri yang buruk yang hanya untuk memenuhi segala kesenangan diri saja, dan juga dorongan angkara murkanya, usil, dnegki, panas hati dan sejenisnya yang masuk ke dalam pusat rasa hati, itu agar dibersihkan semua hingga ke akar-akarnya, agar menjadi bersih dan berkilat.
7.  Kaki bumbung; Bumbung itu adalah bambu (deling) yang dipotong, bentuknya silinder lurus serta tidak bisa ditekuk, dan di dalamnya kosong tidak ada isinya. Sedangkan maksudnya adalah : bentuk lurus silinder itu  adalah bersungguh-sungguh dalam kebenaran, dan suatu bentuk yang tidak bisa dibengkokan itu bermakna jika memilki hasrat itu tidak bsia dibengkokan dan sangat kuatnya. Di dalamnya kosong, maknanya adalah bersih. Sedangkan  iintinya : Pring (bambu) = dipringake yaitu yaitu tidak ikut-ikutan atau tidak memperdulikan. Arti dari deling = dumeling, adalh untuk menyebutkan suara dari bisikan atau sasmita, yaitu suara kejaten (Suara Yang Sejati). Sedangkan yang dimaksudkan adalah : Semua perbuatan apa saja itu sebaiknya dijalakankan dengan berpedoman pada kebenaran, kesungguhan, disertai kekuatan hati.
8.  Punggung Lesung, Lesung itu adalah tempat menumbuk padi, untuk dijadidkan menjadi beras. Ketika sedang ditumbuk itu, walau pun bersuara keras, akan tetapi “Lesung” alat tempat menumbuknya itu tidak bergerak sama sekali. Kata Lesung = les dan sung, arti les, adalah hilangnya rasa, sedangkan arti sung, inti katanya adalah kosong, mengandung maksud menyebutkan hilangnya rasa perasaan hingga masuk kedalam tempat yang kosong, yaitu di dalam penglihatan (Bagaikan dalam tidur tanpa mimpi yan tidak terasa apa-apa dan tidak ingat apa-apa tapi ada).. Sedangkan maksudndya adalah : di dalam kehidupan, dan bertempat di alam dunia ini, untuk bisa bertempat di dalam ketenteraman, sebaiknya selalu menjalankan oleh Samadhi (Tafakur – merenung) mengheningkan cipta terlepasnya penglihatan menyatu Hamba dan Tuhannya (Kawula Gusti). Nuwunnn.....

T A M A T
23 April 2015
Kota sepnajng, Kab. Sidoarjo, Jawa Timur.
  

Jumat, 24 April 2015

Wedaran Wirid Jilid II Apakah Syurga dan Neraka kekal ?

Membuka Tabir Rahasia Dunia dan Tabir Rahasia Ilmu Ketuhanan (Hati-hati menelaahnya, salah tafsir bisa salah memahaminya)
“WEDARAN WIRID JILID II DALAM BAHASA INDONESIA”
Diterjemahkan dari : SERAT WEDARAN WIRID JILID II
Oleh : Ki. RS. YUDI PARTOJUWONO
Penerbit : Jajasan ‘Djojobojo” Surabaya, Cetakan ke II
Tahun : 1964
Penerjemah : Pujo Prayitno

DAFTAR   -   ISI
BAB I : PENYEBAB NABI ADAM DITURUNKAN KE DUNIA
BAB II : APAKAH SURGA DAN NERAKA ITU?
A. NARAKA
B. SURGA
C. SURGA/NERAKA APAKAH KEKAL ATAUKAH TIDAK
D. APAKAH DOSA ITU?
SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT
BAB. III DUNIA DAN AKHIRAT
A. KEADAAN AKHIRAT
B. SIAPA YANG MEMANAM AKAN MEMETIKNYA
C. UNTUK APAKAH AKHIRAT ITU?
BAB. IV JIN DAN SETAN ITU APA
oooooooooooooOOOOOOOOOOOOoooooooooooooooooo
BAB I : PENYEBAB NABI ADAM DITURUNKAN KE DUNIA
(Mana Bukti dan kenyataannya?)

Apakah sebabnya Tuhan memerintahkan yang demikian melalui Al-Qur’an? “Apakah amal dari ilmu ku sudah benar? Apakah sudah benar ketika diriku memehami Agama? Apakah Shalatku sudah diterima oleh Yang Maha Kuasa?” Seperti itu lah pertanyaan-pertanyaan di dalam hati APA ADANYA dan JUJUR. Kemudianakan  timbul pertanyaan lagi yang bermacam-macam : “dan sesungguhnya, siapakah yang menciptakan Nabi Adam, yang adanya adalah paling awal?  Seandainya aku termasuk orang yang tidak mengetahui  (Buta mata hatiku), seperti apakah nantinya ketika di akhirat, akan bagaimanakah? Akhirat itu apa? Jika dipikir maka menjadi buntu, akhirnya terkadang timbul perasaan : “Biar buta biar tidak ... yang buta adalah diriku sendiri .... berguna untuk apakah harus menelusurinya? Dalam perasaan merasa mengerti akan tetapi sangat sulit memahaminya .........!” Demikian lah yang dipikirkan oleh hati dengan sejujurnya, tanpa ada rasa kesombongan dengan mengaku-aku bisa.
Dikrenakan hal yang demikian, Buku “Wedaran Wirid Jilid II’ digubah, yang bertujuan memberikan uraian apa adanya yang berdasarkan Akal Budi. Setelah diterima, silahkan dinaikkan lagi ke dalam rasa. Karena memang sangat berbahaya, karena mengandung rahasia dunia dan kita harus menyadari bahwa terbukanya hati kita, walau pun hanya sebesar “Butrian debu” sebagai ibaratnya, itu sudah dikatakan :TERBUKA MATANYA. Sehingga sudah bukan termasuk golongan yang “Buta dan Tuli” ketika di akhirat nantinya.
Dalil yang seutuhnya menerangkan tentang Nabi Adam serta ajaran wirid-nya, sudah di muat di “Wedaran Wirid I. Yaitu yang mengandung Rasa “KOSONG”. Untuk lebih jelasnya : Ketika manusia terlahir ke duni ini, dengan membawa bekal PUSAKA YANG LUHUR, yang berupa sebagai IBARAT DARI DUNIA. Sedangkan artinya adalah : Bagi makhluk apa saja, sara KOSONG itu, adalah seperti itu, Kosong dan hampa akan tetapi sebenarnya adalah HIDUP. Sehingga “Hidup” itu adalah sebagai bekal atau pakaian dari Kosong, Entah (di rasa), sehingga menjadai tanda bukti bahwa Tuhan itu kemudian menagih kepada manusisa : “Modal yang ku berikan kepada kalian, kembalikanlah!”. Ibarat yang demikian itulah yang menyebabkan nalar dan pemikiran terus mencarinya agar bisa memberi jalan untuk mengembalikan Hutang kita ini kepada TUHAN.
Jika direnungkan, Apakah yang kurang dari Tuhan itu? Kita ini sebagai makhluk hidup telah diberi bekal : Senang, Nafsu, harta benda, ilmu dan sebagainya, hinya tinggal memilih saja. Akan tetapi sekedar hanya mengembalikan pakaian Kosong saja, di dalam perasaan seolah sangat kesulitan sekali ?
Jika diibaratakan “Air jernih” yang kejatuhan satu tetes tinta, untuk bisa menjadi bersih kembali adalah dengan cara dipisahkan! Cara untuk memisahkannya bisa juga sudah diuraikan di “Wedaran Wirid Jilid I”, hanya tinggal menerapkan saja dengan menggunkan kebullatan tekad yang kuat. Mengerti di dunia itu, disebut juga “TERBUKA MATA HATINYA. Bagaikan seorang ahli yang memahami atas bagian-bagian dari sebuah alat, sehingga bisa dengan terampilnya menggunakan alat itu untuk bekerja. Hal itu bisa saja berbeda dengan orang yang pemahamannya hanya didapat dari hasil membaca saja sehingga hanya AHLI  menerangkan tentang Ilmu Ketrampilan itu saja!  Perbedaannya : Sang ahli yang benar-benar ahli itu sudah bisa membuktikan, sedangkan yang keahliannya di dapat dari belajar ahli bicara, maka tidak akan menghasilkan pekerjaan!.
Tentang Ilmu yang Khak atau Ilmu Yang Nyata Adanya, bahayanya sangat besar. Ibaratnya jika seorang Polisi, oleh karena mengerti atas semua Undang-Undang, Ketakutannya kepda yang WAJIB justru 100 persen. Intinya tidak mau melanggar perintah. Sedangkan bagi manusia yang sama sekli tidak mengerti, maka jika melanggar, maka hukumannya ringan.
Penjelasan yang sedikit itu, semoga bisa menjadi bekal untuk mengolah gerak batin menuju kepada tujuan kita semula, yaitu : Mengembalikan HUTANG kita disampaikan ke Hadapan Allah, agar supaya ketika kita menghadap-Nya akan bisa diterima “Kembali ke asalnya seperti ketika terlahir ke dunia”.
Apakah sebabnya mengosongkan hati (batin) itu sangat sulit? Apakah yang seperti demikian itu sudah menjadi kodrat, apakah memang disebabkan kita kurang dalam berusaha? Apakah ketika dahulunya Nabi Adam juga mengalami keadaan yang seperti kita rasakan sekrang ini? Silahkan, masalah ini di telaah dan direnungkan dengan teliti dengan kebeningan hati, cocok ataukah tidak cocok , bahwa kita ini sebenarnya masih sebagai anak cucu Adam dan Hawa.
Sudah menjadi keyakinan orang banyak yang sudah beratus-ratus tahun lamanya, bahwa ketika jaman dahulu Nabi Adan dan Hawa itu keduanya hidup di dalam Surga, kemudian kedunya sama-sama terpengaruh oleh kata-kata rayuan manis Iblis, yang akhirnya keduanya sama-sama memakan buah “KULDI”. Sehingga untuk selanjutnya, Adam dan Hawa keduanya diusir dan diturunkan ke dunia yang penuh dengan rasa keinginan yang bermacam-macam, sehingga berkembang biak dan saling bermusuhan. Juga disebutkan bahwa ketika meninggal dunia Nabi adam itu meninggalnya ketika berada di Bumi. Keyakinan yang demikian, bagi para pemeluk Agama Islam  dan juga Kristen sudah sangat meresap ke dalam hati sanubari. Semuanya sama-sama MEYAKINI atas yang termuat di dalam Kitab_kitab Suci, akan tetapi dalam menerimanya hanya diterima apa adanya saja. Sehingga hanya percaya saja atas yang dikatakan dari isi Tulisannya saja. Oleh karena yang demikian itu, sehingga di dalam buku ini tentang hal tersebut  akan digelar, dengan harapan agar semakin jelas maknanya.
Dalil Tuhan yang tersebut di QS.VIII Surat Al-A’raf, surat ke 7, ayat 11 hingga 25, untuk dipahami terlebih dahulu :
11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam) lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katkan kepada para Malaikat “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.
12. Allah berfirman : “Apakah yang menghalangimu  untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis : “Saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau iptakan dari tanah”.
13. Allah berfirman : “Turunlah kamu dari Syurga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluar lah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.”
14. Iblis menjawab : “Beri tangguhlah saya, sampai waktu mereka dibangkitkan.”
15. Allah berfirman : “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.”
16. Iblis menjawab : “;Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi) mereka dari jalan Engkau Yang Lurus.
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).
18. Allah berfirman : “Keluarlah kamu dari Syurga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar kami akan mengisi Neraka Jahanam dengan kamu semuanya.”
19. (Dan Allah berfirman) “Hai Adam bertempat tinggal-lah kamu dan istrimu di syurga serta makanlah oleh mu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadikan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”
20. Maka Syaitan membisikan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada akeduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata : “Tuhan kamu tidak melaarang mu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (Dalam Syurga).”
21. Dan dia (syaita) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.”
22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk makan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah mereka keduanya menutupinya  dengan daun-daun syurga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka “Bukankah aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu : “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua.”
23. Keduanya aberkata : “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
24. Allah berfirman : “Turunlah kamu sekalian, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyain tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan.”
25. Allah berfirman : “Di Bumi itu kamu hidup dan dan dibumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
ooOOoo

Menafsiri Ayat-ayat di atas ayat ke 11 hingga 25, syaratnya adalah dengan ketenangan jiwa, artinya : “RASA” itu harus diselaraskan cocok dan tidaknya, karena semuanya itu adalah merupakan suguhan batin yang sudah ribuan tahun telah dirahasiakan makna rahasianya oleh para Wali dan orang Suci, dengan tujuan jangan sampai  tentang hal yang satu ini digunakan untuk pembicaraan biasa. Di ibaratkan di dalam Kisah Wayang Purwa, bagaikan Isi dari SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT, dan bahayanya terletak pada pemahamannya. Jika yang ingin memahami  bisa menerima maka akan merubah keyakinan kita, jika tidak, akan tetapi itu sebenarnya itu adalah Firman tuhan.
Bismillahi rakhmaani rakhiimi , Dengan menyebut Asma Tuhan. Rahasia hidup seperti yang termuat  di atas itu sebenarnya adanya adalah setelah KIYAMAT. Artinya : Setelah AKU, KAMU, DIA, dan seterusnya terlahir ke dunia dengan selamat!. Oleh karena sebagai manusia hidup, maka kita kemudian mendapat perintah Tuhan yang termuat di atas (11 s/d 25). Rahasianya adalah sebagai berikut :
Makhluk : Atau ciptaan Tuhan itu sebagai UTUSAN DI BUMI. Contohnya : Pohon mangga yang berasal dari biji mangga yang hanya satu bisa menjadi pohon yang terdiri dari  Kayu, daun dan akar-akarnya, bisa membuat RASA MASAM, yang kemudian berubah menjadi rasa manis, dan juga disertai berbau harum. Apaakah perbedaanya jika dibandingkan dengan manusia?  Hidup manusia itu terdiri dari anasir yang sangat lengkap : Ada roh yang baik, malaikat-malaikat, syetan-syetannya, rasa diri, rasa jati, empat macam nafsu, akal budinya dan lain s bagainya, semua serba baik dan lengkap, dan juga diberi pendengeran dan penglihatan untuk mencari yaitu yang terasa manis, dan sebagainya. Sedangkan akar pohon mangga itu tidak mempunyai mata. Tidak memiliki telinga. Sesungguhnya Makhluk Tuhan itu  keluar  Tumbuh dari UNSUR BUMI, dan manusia itu dicipta paling luhur  karena paling lengkap karena  terdiri dari segala anasir yang ada : Matahari, Bulan, Bintang dan sebagainya.
Tumbuhnya pertanyaan : Jika demikian, mengapa manusia itu terlahir dari kandungan, mengapa tidak dari buah atau bibit? Mengapa berasal dari MANI laki-laki dan Perempuan?” Jawaban atas pertanyaan tersebut semakin mebuktikan betapa Agungnya Tuhan itu, dan bagi diri kita akan semakin menjadi yakin  serta semakin mantapnya kepercayaan kita kepada Yang Maha Mengetahui yaitu Allah, karena jawabannya akan membuka sebuah KEAJAIBAN, yaitu anasir-anaisr yang bermacam-macam itu yang dibuat menjadi air hanya satu tetes saja. Sesungguhnya semua anasir yang 4 macam itu adanya disebabkan dari MAHA KUASA TUHAN yang menyatu menjadi satu berujud AIR yang berada di semua Makhluk.
Terciptanya semua sifat baru yang nampak ini, sesungguhnya berdasarkan dalil “ GOTAK-GATUK DADI (Di pertanyakan – Di Conent-kan – Terjadi – dan orang jawa menyebutnya dengan ILMU GATHUK), artinya : jika antara yang satu dengan yang satunya berkumpul dan bereaksi, maka akan JADI. Dasar hukum yang demikian itu adalah ada di seluruh keadaan tentang hal apa saja. Kecuali untuk Tuhan itu sendiri yang bersifat TANPA AWAL, TANPA  AKHIR (1). Walau pun Tuhan ketika itu menciptakan laki-laki terlebih dahulu atau wanita terlebih dahulu, bahan-bahannya adalah dari Unsur Anasir yang 4 macam itu, yang disebut BUMI. Meskipun demikiian, manusia itu menjadi UTUSAN Tuhan dan yang dibuat-Nya  terlebh dahulu adalah MANI.
Kemudidan timbul pertanyaan lagi : “Sebelum adanya manusia, APA yang ada?” Uraiannya : Sebelum ada Mani, ada Bumi, bintang, bulan dan matahari dan lain sebagainya, APAKAH YANG ADA? : YANG PERTAMA ADA yaitu DZAT WAJIBULYAKIEN, artinya Dzat Yang tidak terlihat, yang bisa membuat segala seuatu yang tergelar ini dengan tanpa bahan-bahannya. Sehingga disebut dengan kata “KOSONG” yaitu di dunia dan Ilmu batin itu disebut “ADAM”.
Menurut Rd. (Raden). Ng. (Ngabehi) Ronggawarsita : Arti “Adam” itu adalah “Tidak ada” atau “Pertama” (Kosong). Sedangkan yang Kosong itu, dari apakah bahan-bahannya, apakah Dzat Wajibul Wujud? Jawabannya : Pertama dan tidak ada yang mendahului (Lihatlah Wedaran Wirid Jilid I tentang :Sifat 20). Sehingga ADANYA segala yang ADA itu, TIDAK ADA yang bisa menyebutkannya, adanya adalah TIBA_TIBA ADA di dunia ini dan langsung  bisa MELIHAT dan MEMILIH.
Siapa saja tentu menyebutnya dan YAKIN, bahwa semuanya ini ketika belum dilahirkan ke dunia ini, semuanya berada di keadaan “ENTAH”, tidak bisa dirasakan atau yang disebut “TENTERAM (Ketenangan)”. Mengapa tenteram/tenang, karena sudah ada yang pernah menciipi  bahwa rasa  Tenteram/tenang itu tidak berbeda dengan rasa ketika Baru saja terlahir (2). Sehingga jika menurut ukuran “RASA”  keadaan yang seperti itu adalah “Rasa Tenteram /tenang” dan berlaku untuk siapa saja, ketika di saat itu adalah sama saja, sama-sama pernah merasakan. Jika ada suatu keyakinan yang membedakan, itu hanya terbawa oleh RASA  atau suatu pendapat  yang di antara satu dengan lainnya ada perbedaan. Sehingga jika masih berderajat sebagai manusia, Rasa tenteram/tenang itu sama saja dengan rasa dari Nabi Adam dan Hawa ketika masih bertempat tinggal di SYURGA (2). Maka dari itu, jika ada keyakinan yang menetapkan, bahwa ketika Nabi Adam itu LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH, itu sebenarnya adalah tidak benar. Sedangkan penjelasannya adalah seperti yang sudah termuat di dalam Ayat-ayat Qur’an VIII, surat Al-A’raf ayat 11 hingga ayat 25 di bawah ini :
11. Kita sebagai manusia ini adalah sama-sama diciptakan sebagai anak turun Adam. Kemudian ujud kita ini dibentuk paling bagus dan diberi rupa yang bermacam-macam (Baik, buruk, kuning hitam dan sebagainya) Yang terpenting, sebelum Adam itu ada, Malaikat dan Iblis sudah ada terlebih dahulu. Sehingga jika ada yang mempunyai keyakinan, jika manusia itu Berdiri Dengan Sendiri, adanya mendahului dari Malaikat dan Iblis, sebenarnya itu adalah salah. Dan Ketika waktu itu, Tuhan memerintahkan kepada Malaikat dan Iblis agar bersujud kepada Adam dan semuanya bersujud kecuali hanya Iblis. Di dalam Wedaran Wirid I disebutkan : Sehingga dikatakan lebih “SEPUH” (Tua) Dzat manusia dibanding dengan Sifat Tuhan (Ronggawarsita halaman : 23).
Sifat dari apa saja, mulai dari tingkat rendah hingga tingkat luhur seperti sifat manusia itu, sesungguhnya tidak akan ada jika tidak ada Dzat manusia itu sendiri. Sedangkan Dza yang bernama manusia itu  keadaannya serba lengkap ( sifat Syetan, Malaikat, akal budi dan sebagainya hingga termasuk yang gaib-gaib), yang terpenting dari manusia itu adalah : Ketempatan Sifat Allah yang 20, Sifat Malaikat yang 12 jumlahnya. Sehingga manusia itu disebut LUHUR, karena mengandung sifat yang begitu lengkapnya.
Oleh karena sifat  yang menempati manusia itu bersifat MUDA, sehingga Malaikat (Sifat malaikat) itu, kemudian diwajibkan menyembah kepada manusia. Sedangkan jika Malaikat itu sebagi dirinya sendiri (bukan sebagai sifat), dalam berbuatnya hanya dikarenakan kodrat (3), lebih jelasnya :
Malaikat  dan iblis itu adalah sebagai pakaian manusia! Umpamanya adalah sebagai berikut : Walau pun ada paku dan kayu ...... itu bukanlah sebuah meja. Bisa disebut sebagai Meja jika sudah dirangkai (dihubung-hubungkan). Sehingga benda yang disebut meja itu : Lebih luhur dibanding paku dan kayu (Papan kayu), sehingga derajat paku adalah rendah. Bisa menjadi luhur itu jika sudah menempel  di papan kayu, yaitu dipakukan untuk membuat Meja. Dan sebenarnya, paku itu akan bisa menancap adalah jika sudah DIGUNAKAN (3).
Mengapa Malaikat disebut sebagai paling luhur, itu bukan perbuatannya yang luhur, akan tetapi keberadaanya yang ada lebih dahulu dibanding dengan adanya manusisa! Akantetapi walau lebih awal adanya, terpaksa bersujud kepada manusia, karena malaikat bisa berbuat dengan SEMPURNA itu jika sudah diberi nama Manusia. Demikian juga halnya dengan Iblis, adanya lebih dahulu ada jika dibanding dengan manusisa.
12. Yang menjadi penyebab Iblis tidak mau bersujud, karena Iblis merasa jika adanya adalah berasal dari Nuur (cahaya)! Penolakan Iblis yang demikian itu karena mengetahui bahwa Ketika Tuhan menciptakan manusia (Adam) adalah dari bahan yang disebut dengan sebutan yang bernama tanah, dan memang manusia itu dicipta dari unsur bumi. Sebagi buktinya bahwa manusisa itu berasal dari unsur bumi, adalah sebagai berikut :
QS. XXIX surat 71 Surat Nuh ayat : 15 : Tuhan menciptakan kamu dari tanah.!
Berasal dari tanah itu sudah diakui oleh para sarjana-sarjana, perinciannya, sebagai berikut :
1. Tanah; 2. Batu; 3.  Air; 4. Angin; 5. Api (panas) 6. Zat besi; 7. Zat perak; 8. Zat Emas; 9. Zat kapur; 10. Zat potiod; 11. Zat gula; 12. Fosfor; 13. Garam dan sebagainya yang masih banyak lagi. Sehingga raga manusia itu bermacam-macam. Sepertinya halnya, yang berasal dari batu menjadi tulang, air menjadi darah dan sebagainya (4).
13.  Iblis kemudian diusir oleh Tuhan! Ada rahasia apakah? Sedangkan Iblis itu juga makhluk-Nya, dan dicipta dari Noor (cahaya)! Tafsirnrya adalah sebagai berikut : Iblis itu makhluk ciptaan Allah yang di kodrat-kan atas perbuatannya adalah sebagai tukang mengajak kepada yang jelek, menjerumusksan! Sedangkan Tuhan Itu Maha Suci, yaitu Yang Tidak Terbayangkan, sehingga Iblis tidak sesuai untuk menyatu dengan-Nya, bagaikan air dan minyak! Artinya : Yang kasar dan yang halus itu tidak bisa menyatu.
14. Iblis memohon janji kepada Tuhan, batas untuk menjadi yang jahat dan menyesatkan! Artinya : Jika nantinya pada hari Kiyamat maka Iblis akan berhenti berbuat kejahatan. Maksudnya : Seorang bayi itu sifat Iblisnya, atau sifat jahatnya belum ada. Akan tetapi ketika sudah dewasa, rasa mengajak kepada yang sesat dan sering menipu dan sejenisnya itu muncul dan itu adalah sebagai tanda bahwa Sifat Iblisnya mulai berjalan! Akantetapi ketika hari Kiyamat bagi seorang bayi ..... Sifat Iblisnya belum bekerja. Artinya itu adalah bahwa bayi itu tidak mengerti apa-apa, alias Kosong, Entah (2).
15. Olehkarena Kalimat Tuhan seperti itu, maka anak turun Iblis diberi janji  TIDAK BERFUNGSI jika sedang ada Kiyamat. Dan sebaliknya si Iblis (Syetan) itu tdaik bisa mati, karena dicpta dari Noor yang disebut Syayathin, yaitu perbuatannya terus menerus karena kodrat tukang mendorong  dan menghalangi Hati (nafsu) Dalil syetan (iblis) itu WARANANING ATI (yang mempengaruhi hati) sehingga bertempt di dalam hati.
Oleh karena hati manusia ketika sedang di – Kiyamatkan oleh Tuhan, rasa dirinya TIDAK ADA APA-APA, yaitu (KOSONG), sehingga Syayatin (Syetan) itu, sesuai dengan perjanjiannya yaitu BERHENTI ketika sedang Kiyamat, artinya : Tidak bisa menggoda hati yang sedang diberi KOSONG (Ketika bayi lahir – Kiyamat).
16. Iblis yang sudah diciptakan menjadi golongan Tukang mengajak kepada kesesatan itu, kemudian selalu mengintip dan mengeikuti dari belakang kepada semua manusia, baru bisa terlepas itu jika manusia itu sudah mati dan kembali menjadi tanah! Perkataan Iblis kepada Tuhan : Dia berbuat seperti yang sudah diperintahkan Allah, yaitu menjadi golongan bersifat penasaran yang ada di diri manusia. Sehingga yang dipahami Iblis : Perintah yang demikian itu adalah lurus, karena sudah diberi janji.
17. Sehingga Iblis berbuat seperti yang sudah diperintahkan-Nya oleh Tuhan, artinya, Perintah Allah, itu sendiri : Dan Kalian itu termasuk golongan yang sesat??!!
Sehingga Iblis (Syetan) kemudian menjagi golongan Penyesat selamanya dan tidak pernah berubah, yang berbuatnya itu ada di dalam diri manusia (bersifat penggoda). Sehingga sangat jelas bahwa Iblis itu pekerjaanya adalah menyesatkan (Menipu dan menyesatkan).
18. Pengusiran oleh Tuhan itu sebagai tanda, bahwa golongan syetan itu jauh dari rakhmat (Anugerah) dan ketenteraman/ketenangan karena seperti sudah di sampaikan di atas, bahwa golongan yang jahat itu sudah jelas bertempat di Kejahatan. Serta sudah menjadi ketetapan sesuai ketetapan-Nya, bahwa siapa yang terbawa arus atau percaya kepada syetan, maka tempatnya adalah di NARAKA bersatu bersama-sama dengan syetan (5). Artinya : Selalu menjadi manusia yang TIDAK ENAK, tidak tenteram/tenang. Itulah sebutan yang berlawanan dengan  sebutan dari yang bernama Surga (ketenteraman/ketenangan).
19. Setelahnya syetan atau oknum yang menyebabkan tersesat itu pergi dari Hadapan Tuhan, Kemudian Tuhan memberi perintah kepada “Adam dan Hawa, agar supaya : Tetaplah menjadi manusia yang tenteram /tenang hatinya (Syurga), dan jangan sekali-kali mendekati  “POHON” itu, karena jika sampai mendekatinya kalian berdua termasuk Golongan orang-orang yang menyiska dirinya sendiri.
Seandainya Pohon itu adalah “benda” yang sangat indah dan yang buahnya bisa di makan, maka siapa saja yang mendekatinya tentu akan tergiur, rasa kemilikan akan timbul (keluarnya nafsu). Seumpama orang desa yang jiwanya masih Tenteram atau murni, jika  bermain ke kota, maka hatinya akan tertarik kepada “Barang-barang” yang di desanya tidak ada. Demikian juga Adam sekalian yang jiwanya masih murni, tentu tertarik kepada barang-barang yang mereka berdua belum pernah melihat apalagi memilikinya. Artinya : KELAIHIRAN diri ADAM dan HAWA ......... sama-sama ketika baru terlahir ...... tiba-tiba semuanya menjadi ADA! Yang ada itu adalah yang ada di dunia yang mereka berdua hanya menemukan saja, akan tetapi tidak ikut membuatnya.
Demikian itu, ibarat dari manusia di seluruh dunia, pun tidak membedakan bangsa : “Jika berjumpa dengan “barang” yang menjadi larangan, tentu menginginkannya.!!
20. Dan ketika  Iblis menjalankan rayuannya kepada hati  milik Adam sekalian maka nampaklah  Rahasia diri mereka berdua (Kelamin laki-laki dan wanita). Bagi pemikiran orang biasa, siapa saja jika melihat “Barang atau POHON itu” maka tumbuh ahsrat nafsu birahinya, karena SAMA-SAMA ingin tahu RASANYA!!.
Setelah Nabi Adam berdua sama-sama telanjang, justru mereka berdua tidak MENGERTI caranya “Makan” buah kuldi tersebut. Bagi yang masih sama-sama sucinya (Perjaka dan Perawan) keadaan yang demikian itu maka akan menimbulkan masalah, walau pun dorongan nafsunya sudah berkobar-kobar. Sehingga Iblis bekerja melepaskan panah rayuannya : Sudahlah!! Tidak akan dihukum oleh Allah, karena tidak ada yang melihatnya selain hanya aku dan kamu!.
Sebenarnya, kejadian yang seperti demikian itu memang tidak ada manusia yang lainnya yang melihatnya dan sudah terjadi sejak jaman Nabi Adam dan Hawa hingga anak cucunya hingga sekarang ini. Karena sudah menjadi Perintah Tuhan, dan di dalam dunia Ilmu Batin itu disebut “RAHASIA DUNIA, artinya : Menjadi rahasia dunia yang tidak boleh diperlihatkan kepada orang banyak, kecuali hanya Tuhan sendiri yang melihatnya. Dan semua itu, bagi kita manusia cara melakukannya adalah menggunakan aturan-aturan (Ijab qabul terlebih dahulu). Sehingga, walau pun demikian, semua yang diuraikan itu hanya sebagai ibarat suatu kejadian yang MEMBUKA ADANYA AKU, yang ada di semua manusia, sehingga berkembang biak memenuhi dunia. Ilmu Ketauhidan-nya : Dari tidak ada (kosong, tenteram/tenang) kemudian menjadi MENGERTI TERHADAP “RASA” dari buah Quldhi.
21. Rayuan Iblis : “Sudahlah!,  tidak........... tidak!! Tidak apa-apa!! Ayooooo   saya yang bertanggung jawab!!!” Seperti itulah rasa dan perasaan siapa saja, ketika sudah berada pada kedewasaan, laki-laki dan perempuan itu sama saja, Jika keduanya sama-sama tidak kuat, pada akhirnya akan menerapkan dan melakukan olah asmara.
22. Benarlah! Setelah keduanya (laki-laki dan perempuan) besama-sama Makan “Buah-buahan yang rasanya sangat nikmat” itu, maka kemudian keduanya tidak ingat  bahwa sama-sama tanpa busana, kemaluannya tidak ada penutupnya. Hal itu terjadi bagi siapa saja. Setelah yang begitu, kemudian ditutupi menggunakan dedaunan (ditutup menggunakan pakaian = tertutup oleh pakaian, sebenarnya hal itu terjadi setelah ingat kembali, setelah selesainya dalam melakukan tindakan. Jika saja kejadian tersebut dilakukan dengan cara mencuri-curi (tidak resmi), yang artinya hanya mengejar karena “Sama-sama berhasrat” pada akhirnya akan menyebabkan rasa PENYESALAN. Jika rasa itu mengenai orang yang beriman, maka akan menjadikan INGAT KEPADA TUHANNYA, yaitu paham dan mengerti bahwa tindakan yang demikian itu sebenarnya adalah menjadi LARANAGAN.
23. Nabi Adam sekalian kemudian baru sadar, bahwa TINDAKAN yang demikian itu, sebenarnya hanya terdorong  oleh HASRAT KEINGINAN HATI, didorong oleh KEINGINAN DIRI  dan semua itu yang menyebabkannya adalah rayuan SYETAN/Iblis. Sehingga sangat jelas, bahwa pada ketika dulu, sebelum adanya HUKUM AGAMA dan HUKUM MASYARAKAT, masalah “yang satu ini” itu hanya tergantung dari “SAMA_SAMA BERHASRAT”.
Mohon maaf, pengarang buku ini terpaksa membuka Rahasia Dunia; karena ketika  belum ada hukum dan peraturan tentang itu, manusia hanya menjalankan perintah Tuhan , yang sebagai buktinya : Sejak jaman Nabi Adam dan Hawa hingga sekarang ini ..... Yang dilakukan caranya TETAP SEPERTI Itu, yang menyebabkan dunia ini penuh dengan manusia, dan makhluk-makhluk yang lainnya!”
Andaikan saja Tuhan TIDAK MEMBERI PERINTAH yang demikian, dan manusia TIDAK DISERTAI SYETAN, bisa saja dunia ini sepi dan hampa, Kosong --- isinya Cuma dua ADAM dan HAWA. Dan atas perbuatan Adam dan Hawa  yang seperti itulah, yang ketika jaman dahulu terjadinya BELUM berdasarkan Aturan-aturan, sehingga tumbuh Anak cucu Keturunannya hingga sampai sekerang ini. Sehingga jika kita ini disebut sebagai “Anak Cucu Adam”  itu adalah sudah pulang, karena itu adalah UCAPAN RAHASIA. “TIDAK ADA BUKUNYA”!!!.
Setelah dunia penuh manusia, kemudian menurut perintah Tuhan DINYATAKAN melalui Nabi-Nabi beserta Kitab-Kitabnya : JIKA ORANG BERZINA Itu DOSA!! Artinya : dihindari dan tidak diorangkan oleh orang banyak! Itulah perintah dan kenyataannya .. bahwa  di DUNIA akan selalu tetap terjadi yang demikian! Karena jika tidak demikian ... MANUSIA lama-kelamaan akan musnah.
Hubungan “’Adam berdua yang demikian itu (tanda mm), karena Nabi “Adam mempunyai rasa SEBAGAI MANUSIA, artinya Sifat keluhurannya berani mengakui jika DARI TENTERAM  menuju “Perbuatan” yang seperti itu, hatinya bergejolak dan penuh nafsu. Apalagi ketika teringat  (Datang syetannya). Sehingga “Adam menjadi TiDAK TenTerAM kembali alias HATiNYA menjadi tidak bernafsu kepada keinginan yang bermacam-macam.
24. Seketika Tuhan memberi perintah : “Wahai!! Oleh karena kalian berdua sudah melakukan yang demikian, turunlah kalian berdua dari Syurga!” artinya : Sudah bukan orang suci lagi,  sudah bukan orang yang ahli ketenangan (5). Karena Jiwa yang tenang itu persamaannya adalah “TIDAK TERSA APA-APA”, karena sudah mengetahui rasa dari buah itu, maka kemudian berubah menjadi bukan ahli “KETENANGAN” (2). Tuhan memberi perintah yang demikian karena KEADAAN “Adam dan “Allah” sudah bersifat “DUA”. Allah disebut Yang tidak terbayangkan (2), begitu Adam, yang sebelumnya ahli Yang tidak terbayangkan (bagaikan bayi baru lahir), hingga ke anak cucunya beserta keturunannya berbuat yang demikian itu, kemudian Allah memerintahkan : “ANTARA YANG SATU DAN YANG LAINNYA” akan saling “BERMUSUHAN”.
Jika diulas menggunakan Ilmu Batin : Kata “bermusuhan” itu adalah ketika bertemu dengan musuhnya yang berbeda jenisnya (pria wanita bertemu satu lawan satu, maka tumbuh birahinya). Lebih jelasnya : RASA dari buah “Kuldi” itu adalah rasa bermain asmara, ketika pria wanita sedang bermain asmara. Tentang hal itu (tanda nn, dikatakan bermusuhan), sebagai buktinya yang terlihat di tata lahir, sejak jaman dahulu, manusia itu berselisih berebut kekuatan, berebut makanan, berebut wilayah, apalagi yang namanya berebut perempuan, bukan hanya mahluk yang bernama manusia saja, walau pun hewan sekali pun... saling bermusuhan saling berebut betinanya.
Di situ juga disebutkan : “Kalian menjadi isi bumi, dan di sana juga tempat kematinmu!”. Itu ibarat yang penuh rahasia tersembunyi, intinya : Nabi ‘Adam itu, ketika dahulunya , Bukan BERTEMPAT TINGGAL DI GEDUNG MEGAH yang disebut dengan nama “SYURGA”, akan tetapi manusia “YANG BERSENANG_SENANG” itu pasti bertempat tinggal di dunia!” Apakah manusia yang “TENANG” bisa merasakan kesenangan?” Apakah bayi atau Adam ketika TERLAHIR ke dunia bisa merasakan SENANG?” Jika ada orang yang mengulas, rasa dari lahir atau rasa TENANG atau rasa dari Syurga  itu adalah SENANG ...... itu jelas salah!!” karena “bersenang-senang itu yang merasakan adalah HATI. Yaitu hati dari manusia yang berada di dunia. BUKAN yang berada di Syurga. Syurga yang ada di ayat ini adalah sebagai ibarat dari “KETENANGAN” (Entah; tidak tahu; tidak terasa apa-apa). Karena Syurga itu banyak sebutannya (Tanda baca II) SYURGA dan NERAKA.
25. Firman Tuhan pada ayat yang paling bawah itu sebenarnya, TIDAK BISA DIHINDARI, Firman-Nya adalah KIYAMATMU di bumi (dunia), Matimu juga di bumi. Kamu bersenang-senang itu di Bumi (dunia). Matimu juga ada di bumi, artinya TERUS BERLANGSUNG, kejadiannya dan buktinya MEMANG IYA, yang menyebabkan berkembang biak.
Perintah : Kalian akan keluar, itu maksudnya Bukan Nabi Adam itu yang keluar dari Bumi, akan tetapi anak keturunannya SEPERTI KETIKA NABI ‘ADAM DAN HAWA melakukan HIDUP BERSENANG-SENANG – MAKAN – DEWASA – OLAH ASMARA – MATI – LAHIR (bayi) KEMBALI!”
Apakah ada orang yang sedang bermain asmara punya praduga MENOLAK ANAK? Jawabannya : “TERSERAH APA KATA ALLAH”. Sikap yang demikian itulah YANG MENYEBABKAN banyak orang berumah tangga! Intinya : Apakah ada wanita yang Kapok (Tidak mau) melahirkan bayinya, walau pun sudah mengetahui bahwa ORANG YANG MELAHIRKAN itu mengalami kesakitan?” Jawabannya : TIDAK KAPOK, karena bersenang-senang, timbulnya kesenangan karena PERBUATAN SYETAN yang berada di diri sendiri! Serta karena smenjalankan perintah Allah!!.
ooOOOoo
Renungkanlah dengan tenang, Perintah Tuhan itu berlaku selamanya dan juga TETAP PERBUATANNYA. Sedangkan ayat-ayat tersebut bisa ditafsiri lagi agar lebih jelas tentang RAHASIA HIDUP, yaitu : Yang “Adam yang bermakna yang pertama, itu adalah RASA yang ada pada seorang bayi yang baru lahir (2), tidak bisa membayangkan : AKU lebih dahulu dari kamu, Dia lebih dahulu ada dari anak-anakku. Demikian halnya Nabi “Adam dan Hawa, “Adam merada paling awal, serta juga TIDAK MERASA APA-APA, Entah! Disebut ketika masih mengalamai KEADAAN ENTAH, di dalam bahasa Ilmu : Disebut “TENANG/Tenteram” atau disebut di “Syurga”.
Ketengan hati atau ketenangan Jiwa itu disebut “PAKAIN BAYI” hinga tiba waktunya menjadi akhil baligh (dewasa)! Hal itu jika menjadi bahan percobaan, bisa dibuktikan pada DUA BAYI laki-laki dan perempuan yang sejak kecil di kekang. Oleh karena hatinyan sudah ada yang menempel yang bernama cetusan hati, itu lah yang disebut perbuayan syetan, anak itu tentunya akan menyatakan kemerdekaan hatinya. Karena sama-sama dalam keadaan telanjang, maka yang akan dipraktekkan pertama kali adalah bermain asmara. Dikarenakan hal yang demikian maka anak itu disebut Akil balegh dan memiliki rasa MALU. Dalam bahasa keilmuan batin disebut sebagai penduduki Neraka (Hatinya gelisah). Pada intinya, perbuatan itu, diri kita hanya MEMATUHI PERINTAH ALLAH, di utus untuk berkembang biak.
ooOOOoo
Keadaan ANTARA bayi lahir (Tenteram/tenang) hingga dewasa itu yang oleh para ahli Tapa itu dikisakan  bahwa HIDUP itu melewati alam yang berlapis-lapis. Jika direnungkan, sebenarnya kita ini tidak bisa merasakan apa-apa atas yang sudah dijalani. Contohnya : Seperti apakah rasanya menangis ketika kita ini masih bayi. Jawabannya : ENTAH. Yang menjadi keyakinan kita bahwa manusia itu hanya SEKEDAR saja, hal itu bisa dipelajari tentang cerita Nabi Adam dan Hawa. Bukti tiap harinya, dan hingga jaman sekarang yangg mengajari bermain asmara itu siapa ? Jawabannya : Sudah kodrat. Buktinya, jika hanya atas kehendak Allah, bisa kita amati : Bukan hanya manusia saja, bahkan seluruh hewan dan tumbuh-tumbuhan, juga melakukan yang seperti itu. Dan tidak ada yang menuntun!”
Para ahli yang sudah memberikan sandi rahasia yang demikian itu, menyebutnya dengan nama SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT. Di dalam Bahasa Wayang, Sastra Jendra itu tidak boleh ditulis. Sehingga sekarang sudah jelas, bahwa keutuhan perintah Tuhan melalui Kitab-Kitab Suci itu hanya untuk MANUSIA yang hidup berkembangbiak!’ Inti perintahnyan adalah : Selamatlah Lahirmu (hdupmu) (2) dan selamatlah matimu! Itu juga terdapat di dalam Dalil Qur’an XVI surat 19 ayat 15-33, surat Maryam : Selamatlah dirimu ketika dilahirkan dan ketika mati, dan ketika Kiyamat hidup lagi!”. Perintah itu tidak bisa berubah, akan tetapi kenyataannya : Ketika matinya gelisah penuh urusan keduniaan, yang disebut Sakarat SAKIT SEMUA!.
Terlahir dengan selamat, tenyata membawa Perintah Tuhan, seperti yang dilakukan “Adam. Dan juga, Nabi Adam itu sendiri sebenarnya hidupnya juga melewati Kesakitan dan ketenteraman. Teleitilah, kata sakit itu ternyata, untuk bisa merasakannya JUGA KETIKA SUDAH MENGERTI. Pengertian itulah sesungguhnya adalah bekerjanya RASA yang sangat banyak yang dijalaninya, akan tetapi tidak bisa menyebutkan BAGAIMANA RASANYA ketika mengalami kesakitan ketika masih bayi. Atas ijin para Pertapa dan memetik Wirid R. Ng. Ronggawarsita. Adanya diriku dan dirimu tidak mengerti, karena hidupmu sudah melewati keadaan yang SUDAH TERLEWAT. Keadaan yang sudah terlewati itulah yang bernama ALAM-ALAM., ada yang menyebutkan bahwa alam itu ada 7, sedangkan jika amenurut Ronggawarsita itu ada 12, yaitu yang disebut ALAM :
1. Sejak lahir hingga berumur 6 tahun, ditumbuhi Lupa (entah) artinya belum ingat dengan sempurna.
2. Sejak umur 7 tahun hingga 12 tahun, ditumbuhi ingat.
3. Sejak umur 13 tahun hingga 18 tahun, ditumbuhi budi (budi pekerti).
4. Sejak umur 19 tahun hingga 24 tahun, ditumbuhi Birahi (Asmara).
5. Sejak umur 25 tahun hingga 30 tahun, ditumbuhi Beka (banyak kesulitan).
6. Sejak umur 31 tahun hingga 36 tahun, ditumbuhi Weweka (banyak akal).
7. Sejak umur 37 tahun hingga 42 tahun, ditumbuhi Dudugi (banyak pertimbangan).
8. Sejak umur 42 tahun hingga 48 tahun, ditumbuhi Santosa.
9. Sejak umur 49 tahun hingga 54 tahun, ditumbuhi Merasa.
10. Sejak umur 55 tahun hingga 60 tahun, ditumbuhi Wirang (baik, dan bersihan).
11. Sejak umur 67 tahun hingga 72 tahun, ditumbuhi pepeka (sakit).
Jika umurnya melebihi yang tersebut di atas, (12), kadang-kadang  menjadi kembali pelupa (pikun). Cara agar tidak mengalami pikun, termuat di dalam Buku Wedaran Wirid Jilid I, Bab : Cara mencari Yang Nyata adanya (Ada di blog Buku jwa).
Jika kita teliti dengan jernih, alam-alam tersebut di atas, adalah yang dimiliki oleh manusia yang masih hidup di alam dunia, artinya, walau pun Ronggawarsita serta juga menurut Kitab Tuhan, tidak menyebutkan Alam yang sebelum diri AKU ini ada. Karena, Alam sebelum Aku Ada, itu sama dengan SEBELUM NABI ADAM ADA, artinya ENTAH, sehingga tidak bisa terbaca. Sedangkan bagi yang terus mencari tentang itu, sebelum AKU ADA dan ‘ADAM ADA, tidak akan bisa ditemukan, jika hanya diulas menggunakan Akal/Pikiran. Untuk bisanya adalah menggunakan Rasa, artinya untuk bisa menemukannya, ADALAH SENYAMPANG masih diperkenankan HIDUP.
Sehingga memang benar, semua semua yang diuraikan di dalam Wedaran Wirid itu sama dengan SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT.
ooOOOoo
Memaknai tentang adanya Nabi “Adam dan Hawa itu, ternyata tidak ada bedanya dengan apa yang disebut SAKSI ADANYA DZAT. Dan juga Kalimat Syahadat – Huruf Jawa, yang sudah beratus-ratus tahun dirubah menjadi Rapal (rangkain wirid/rangkaian mantra). Yang membuatnya adalah manusia di jaman sekarang saja dan justru membingungkan bagi yang menerimanya, contohnya adalah seperti yang tersebut di bawah ini (rangkaian kata menjadi mantra)  :
1. Aku “Adam, Aku Muhammad, Aku Allah, Hurip... 3x.
2. Asyhadu Allah ananing-Sun, Ananing ambegan 2x, ananing Rasul 2x. Ananing Johar.
3. Asyhadu Anna, ananing urip, ananing Muhammad 2x, ananing Noor, tegese sorot, Johar tegese padhang, Muhammad tegese Cahya, Urip tegese bening, ambegan tegese bening.
4. Laillaha illallah, ora anak Pangeran kang nyambut gawe, Illallah nanging Allah, Aku ‘Adam. Tegese “Adam, Noor kawitan, badanku badan jasmani, tegese badan kasar, rohku roh rokhani, tegese urip kang akhir, panggonane ana ati sanubari, tegese ambegan!.
Demikian seterusnya, Jika benar-benar kita pikirkan, bentuknya adalah hanya terletak di Pernapasan! Apakah itu salah? Kita hanya ikut saja, sedangkan untuk menjadi yakin itu hanya ada dikeyakinan diri sendiri saja, karena semua rangkaian wirid (rapal) seperti itu tidak jauh dari KEUTUHAN KALIMAT SYAHADAT, yaitu, pertama menyebut Asma Tuhan dengan Yakin dan mengerti, yang kedua, menyebut Asma Muhammad hingga tuntas dan jelas. Mengulas menyebut-nyebut Asma “Adam dan sebagainya itu, tidak ada bedanya dengan menyebut Ayah Ibu. Dan menyebutkan yang demikian mestilah dengan benar. TIDAK BOLEH MERUBAH MAKNANYA, tidak boleh menambah maknanya, tidak boleh menghilangkan yang pokok yang disebutkan. Mohon maaf, disebut bernapas itu, adalah bagi manusia yang masih hidup? Sehingga yang dasar pokok adalah Hidup. Jika rangkain mantra itu salah penafsiran, kadang-kadang kita mengira bahwa semua yang hidup itu BERTAMBAH DAN BERKURAN, bergerak? Sesadari yang tersesat dan menjadikan menyesatkan, Jika ada keyakinan yang mengira Tuhan itu BERNAPAS, itu hanya dikarenakan salah yang menerangkan. Yang benar : Maha Hidup Allah itu tidak memilih tempat karena menguasai, memberi pengaruh. Oleh karena dikuasai, sehingga hidup yang menempati-Nya (Nama—Nya) itu adalah salah satu Sifat. Perbuatannya dan sebagai tanda dari HIDUp, itu juga patuh pada sifat-Nya. Kayu, itu hidup, akan tetapi tidak bernapas, matahari dan bulan itu hidup, juga tidak bernapas, sedangkan yang disebut sebagai tanda Hidup yang sempurna dan yang menggunakan pernapasan itu hanya MANUSIA.
Penjelasan tersebut hanya menjaga jangan sampai salah dalam menafsirkan sehingga justru mengakibatkan tidak mengakui adanya Hidup yang menguasainya. Selanjutnya : Penjelasan tentang “Adam dan anak cucu keturunannya itu, kita harus mempunyai dasar keyakinan yang sangat kuat, serta bisa menerima bahwa sesungguhnya manusia itu adalah diibartkan sebagai HAMBA. Artinya Hamba Raja. Jika kita manusia ini menempatkan diri SEBAGAI HAMBA, hal itu justru akan dicintai oleh RAJA. Artinya, kita harus mematuhi tentang Perbuatan Raja. Oleh karena Raja kita itu Tuhan, mestinya kita harus mematuhi perintah-Nya yang kadang kita mengalami cerita hidup yang ENAK dan TIDAK ENAK, sehingga sekehendak hatinya jadi,  dan segala permintaannya ADA. Itu yang disebut bertempat tinggal di Syurga tingkat ke Tujuh.
Sedangkan jalan untuk menaiki Syurga yang bertingkat-tingkat itu, tidak lain : Harus membuang alam-alam yang terus mengikuti diri kita itu. Karena alam-alam yang tersebut di atas itu, sudah jelas bahwa yang merakannya  dan yang menolaknya adalah HATI, artinya itu, bisa dirasakan. Dan sebaliknya, sempurnanya perbuatan, itu justru mengetahui alam-alam itu semua dan mengosongkannya (2). Oleh karena alam RASA, atas keinginan Rasa itu sendiri, ada yang paling dipilihnya, yaitu disebut Syurga, dan yang sebaliknya itu disebut NARAKA.

BAB. II. APAKAH SYURGA DAN NERAKA ITU?

aa. QS.XXIX, surat ke 77 – Al-Mursalat ayat 30 : “Pergilah kamu menuju bayangan NARAKA yang bercabang tiga.
bb. QS. CIV surat ke 15 – Al-Hijr ayat 44 : “NARAKA itu berpintu tujuh, tiap-tiap pintu untuk golongan tertentu dari mereka.”
Sejak jaman dahulu memang ajaran yang kita terima dari para kakek buyut dan para Guru Agama hanya berlandaskan “Apa yang tertulis” saja. Contohnya adalah tentang NARAKA, pengertiannya : HUKUMAN Tuhan yang dikenakan berupa siksa yang maha berat, contohnya : Meniti jembatan yang berguncang-guncang, meniti rambut dibelah tujuh, kemudian di masukan ke dalam api, demikian itu dan yang lain-lainnya masih banyak jenisnya. Ada juga yang digambarkan berupa padang yang luas (ara-ara – lapangan), yang kemudian menumbuhkan bayangan yang bentuknya sangat jelas, bahwa Naraka itu bisa ditemukan PADA KEADAAN YANG AKAN DATANG yaitu sesudah kematiannya dan dimakamkan, yang dijaga Malaikat yang memanggul Gada besi.
Ajaran yang demikian itu yaitu ketika dijarkan pada jaman dahulu itu bisa dibenarkan, karena cara berpikir manusia di jaman itu masih sangat sederhana dan pengaruhnya bagi kehidupan menyebabkan rasa takut, takut atas siksa di besok harinya. Demikian juga tentang Syurga (Lawan dari Naraka), menurut gambaran pada umunya, dijaman dahulu digambarkan adalah suatu tempat yang bagaikan  penuh Iming-iming, penuh dengan kenikmatan. Bagi manusia yang pikirannya masih sederhana, itu menjadi lebih baik, karena berpengaruh semangat agar bisa pada besok hari bertempat tinggal di Syurga. Lebih jelasnya : Jika sayan berbuat buruk, aku akan masuk NARAKA, sedangkan jika berbuat baik, aku akan masuk Syurga.
Di jaman sekarang, ketika pikiran sudah maju, tafsir atau ibarat seperti tersebut di atas itu sudah tidak sesuai lagi. Semua inti maknanya harus dicari dan dibuktikan, dengan menguliti dan membuka pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tentang Syurga dan Naraka. Oleh karena itu, dengan kebeningan pikiran dan cara memakanai harus selalu ingat kepada semua perintah Tuhan yang dilewatkan Kitab-Kitab Suci, yang kesemuanya itu ditujukan untuk manusia hidup, karena yang akan merasakannya adalah manusia yang masih hidup di dunia.
A. NARAKA
QS.XXX. surat ke 101 surat Al-Qari’ah ayat 9 s/d 11 : “Maka tempat kembalinya adalah Naraka Hawiyah. Ddan tahukan kamu, apakah Naraka hawiyah itu? Api yang sangat panas.  Dan cocokanlah dengan QS.102. surat ke 102, surat At-Takatsur ayat 5 s/d 7 : “Jangan begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin; Niscaya kamu benar-benar akan melihat naraka jahanam;  Dan sesungguhnya kamu benar-beanr akan melihatnya dengan “mata yaqin.”
Penjelasan kata “Mata Yaqin” : Jika kita merasakan semilir angin, TERASA SEGAR DAN DINGIN DI BADAN”> Namun apakah ada manusia yang bisa memegang angin dan bisa melihat angin? Sehingga untuk bisa menyebutkan bahwa itu angin, karena disebabkan rasa dan sudah mantap hatinya, jika itu yang bernama angin. Demikian juga tentang menyebut Allah itu ADA, itu tidak ada bedanya dengan Yakin kita terhadap angin.
Naraka itu disebut PANAS, artinya adalah “rasanya yang panas”. Contohnya adalah Api atau bara, itu bagi siapa saja jika menyentuhnya tentu terasa panasnya. Jelaslah, bahwa rasanya yang panas. Sehingga amenjadi jelas makna ayat itu memang benar, ada panas  (rasa panas). Kesimpulannya, Naraka itu bukan TEMPAT TINGGAL atau ara-ara, akan tetapi sebuah SUASANA yang rasanya panas. Rasa panas itu : TIDAK MENGENAKAN ( sakit dan menyakiti badan) dan yang merasakannya adalah manusia hidup di dunia. Olehkarena rasa tidak enak itu untuk manusia yang mempunyai raga yang lengkap, bisa merasakan jika aku dan kamu itu MENOLAK rasa yang “demikian-demikian” itu, intinya yang menolak adah : HATI. Menolak itulah sebenarnya bahwa manusia itu sedang MELEWATI suasana yang tidak enak. Firman Tuhan di dalam Al-Qur’an surat Al-Humazah ayat 6 dan 7 : “Naraka itu Api-Nya Tuhan yang menyala berkobar, Yang membakar hati manusia!”
Penjelasannya : Rasa tidak enak itu jika yang terkena adalah Hati, orang lain tidak akan bisa ikut merasakannya. Beda dengan rasa tidak enaknya angin, yang siapa saja bisa merasakannya. Mengapa demikian, karena rasa hati itu sebenarnya  MENEMPEL dan dan terpisah-pisah, seperti haknya rasa tidak enak badan, marah-marah, panas hati, kecewa, sedih dan sebagainya. Hal itu bisa dirasakan jika mengenai hati yang disebabkan oleh masalah yang bermacam-macam jenisnya. Contohnya : Ketika hatinya sedang terkagum-kagum melihat pemandangan, tiba-tiba kejatuhan kelapa. Betapa sakitnya. Yang melihatnya tidak akan bisa ikut merasakannya betapa kaget dan sakitnya atas orang yang kepalanya kejatuhan kelapa. Yang mengalaminya, perasaan hatinya menjadi sedih dan bisa menyebabkan marah-marah.
Ada juga rasa yang pada umunya disebut SAKIT KARENA PEMBAWAAN. Tontohnya : Sejak kecil hingga tua menjadi peminta-minta, atau keluar masuk penjara. Itu didsebut Naraka yang disebabkan karena perbuatan, bukan berasal dari dalam. Manusia yang mengalami kejadian yang demikian itu hanya sekedar menjalakan akibat dari perbuatannya yang dilakukan pada kehidupan sebelumnya (Diurakan di dalam Wedaran Wirid jilid I). Hati yang mengalamai perasaan tersebut, bagi kita yang hidup secara wajar, tentulah akan memohon untuk dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik, karena semua itu akan mengakibatkan bekas. Sehingga melakukan tindakan penjahat, meminta-minta, menjadi orang miskin dan sebagainya itu, akan bisa terjadi bila HATI  yang mengajaknya. Dan kesemuanya itu yang merasakannya adalah yang menjalaninya sendiri, orang lain tidak akan bisa ikut merasakannya atau ikut-ikut. Untuk lebih jelasanya : Naraka di dunia itu, agar menjadi hilang atau dibuang adalah dari perbuatan kita sendiri senyampang masih hidup. Sedangkan Naraka ukuran Tuhan. Akan dirasakan BESOK di alam kuburnya masing-masing.
Di dalam Wedaran Wirid I sudah diterangkan pada Bab MATI. Kejadian yang dialami karena bekas perbuatan yang demikian terjadinya adalah bagaikan berjalannya waktu. Dari angka satu menuju dua, begitu seterusnya. Munculnya pertanyaan : Apakah yang dialami dengan rasa tidak enak itu TIDAK BISA dihilangkan ketika kita masih ada di dunia? Bisa, yaitu dengan cara berbuat agar hati tidak bisa dipengaruhi ora rasa “apa-apa”. Contoh yang dialami ketika menerima siksa kubur itu, selain sudah bisa dirasakan di alam mimpi. Juga ada di dalam Hadits Bukhari. Rasul bersabda : “Semoga orang yang sedang mangalami siksa ini mendapat ampunan sebelum pelepah kurma ini kering” (6). Di dalam hadits Shoheh Muslim dijelsakan sebagai berikut : “Para mukmin (Ahlli Ilmu), itu ketika di alam kubur tempatnya dilebarkan hingga 70 hasta persegi dan Orang KAFIR (Ingkar kepada Allah, menyekutukan Allah), ketika ada di alam kubur, digigit ular berbisa berkepala tujuh. Hadits yang seperti itu, bagi manusia yang telah Terbuka mata hatinya, akan bisa melihat dengan jelas keadaannya, SEBAB-SEBAB dari siksa yang demikian itu.
Sabda terebut di atas itu, penjelasannya adalah seperti di bawah ini :
1.1.1, Di tanah Arab itu berhawa sangat panas. Jika kita mematahkan pelepah kurma yang masih segar, tidak sampai waktu 20 menit maka akan mengering.
Mengulang penjelasan tentang mati dan terlepasnya roh yang membawa bekas perbuatan : Itu akan menjadi benalu di benda yang lembek dan basah. Oleh karena tidak semua orang jiwanya lembek, maka roh yang gentayangan merasakan penderitaan akibat bekas perbuatannya, dan segera hinggap (menajdi benalu) di pelepah kurma. Yang dialami oleh roh  yang dikarenakan hanya menikuti sesuai bekas perbuatannya yang hasrtanya sangat bergelora, yaitu nafsu, lesu, susah dan menyesal, seketika akan menjadi tenang rasanya, akan tetapi BELUM HILANG(6).
Pelepah kurma yang sebelumnya adalah basah, akan tetapi pada akhirnya akan menjadi kering itu akan segera ditinggalkan oleh roh tersebut. Karena rasanya panas dan tidak bisa untuk bernaung. Yang seperti itu, bukan hanya tentang pelepah kurma saja, akan tetapi hampir semua yang bersifat lembek, basah, dan sebagainya, yang kadang-kadang menjadi tempat roh yang gentayangan. Itu karena ingin meringankan rasa tidak enak yang dialaminya itu, sehingga roh-roh itu kemudian mencari tempat hinggap MERASUKI MANUSIA, anak kecil dan sebagainya. Atau bertempat di tempat yang rimbun. Sehingga ketika baru saja bertirakat, dan ada yang memerintahkan “jangan tidur ketika masih sore” agar tidak terkena Kala! Sebenarnya itu adalah agar supaya kita :
Pertama : Kita merasakan Ketenangan suasana.
Yang kedua : Oleh karena orang terjaga jika rutin dan tetap, maka badannya akan menjadi panas. Roh gentanyangan tidak akan berani mendekatinya. Berhati-hatilah, roh gentayangan itu bukan hanya roh yang berasal dari manusia saja, akan tetapi Roh siapa saja yang bernama makhluk, adan hewan, ada gandarwo dan sebagainya (Tanda-tanda jin dan syetan).
1.1.2, Apakah di alam peralihan (kubur) itu apakah beanr akan digigit ular berkepaal tujuh? Tafsirnya adalah sebagai berikut : Yang dialami roh ketika berada di alam kubur itu bagi orang yang buta ilmu ketika masih hidup di dunia, akan mengalami kebingungan karena mengalami bekas-bekas perbuatan indra ketika di hidupnya. Ular itu menjijikan dan menakutkan mengandung maksud, rasa ketakutannya bagaikan ketika berjumpa dan digigit ular. Contoh : Ketika kita bermimpi bertemu ular, apakah perasaan hati tidak ketakutan ? Sekarang sudah diketahui tentang rasa yang membekas. Seperti ketika mimpi dikejar-kejar ular. Sekarang, mengapa berkepala 7, apakah maksudnya? Di atas sudah diterangkan bahwa pintu naraka itu ada 7, artinya. Jalan menuju hati hingga hati menjadi tidak enak, itu melalui 7 pintu masuk, yaitu dari pancaindra selengkapnya. Lihatlah QS. XIV, surat ke 15, Al-Hijr, ayat 44 (per.bb) : Jika ditafsiri, maka menjadi : Oleh karena Rasa Hati tidak enak itu adalah rasa hati tiap diri sendiri, dan sebutan Syurga/Neraka itu ada di dalam hatiku, sehingga pintu masuknya juga ada di diri kita sendiri. Sedangkan menurut Ronggawarsita, masing-masing Naraka (hati tidak enak itu) ada 7 sebutannya, yang juga ada 7 jenisnya.
1. HATI PUQAT, yaitu jantung. Nama Narakanya disebut JAHANAM, yang artinya : Mengalami rasa yang lebih panas, sebagai buktinya adalah ketika sedang kelaparan; sakit perut; pintunya berada di Pusar.
2. HATI MUDZARAT; yaitu Sulbi : Nama Narakanya disebut DZAKIE; yang bermakna terlalu dingin,  pintunya ada di Dzakar, kenyatannya adalah ketika sedang sakit kencing, atau mandi Dzinabat.
3. HATI TUWADZUR; yaitu Lambung; Nama Narakanya disebut WAILLUN, pentunya berada di Dzubur, bukti nyatanya, ketika sakit buang air besar, buang air besar berupa darah.
4. HATI SALIM; yaitu Ginja; Nama Narakanya disebut AS’SAFALA-SAFIELIENN, Pintunya dari hidung; bukti nyatanya ketika sesak nafas, sakit, mengi dan ampeg (Asma).
5. HATI SANUBARI; yaitu LIMPA, Nama Narakanya disebut SAHIR; pintunya ada di mata; bukti nyatanya ketika berada di dalam gelap; kabur dan buta.
6. HATI MAKNAWI; yaitu Empedu, pintunya berada di telinga. Nama Narakanya disebut LALLIEM, bukti nyatanya’ tidak mendengar, yaitu ketika sakit telingan atau tuli.
7. HATI SSAWADHI, yaitu usus, Nama Narakanya yaitu SUKRA; pintunya berada di mulut; Artinya : Sulit bicara, bukti-nyatanya ketika sedang menangis.
Yang dirasakan di dalam kubur itu bukan yang didatangi penyakit Buta, sakit karena menangis, sakit perut dan sebagainya, akan tetapi itu adalah Roh yang ketempelan bekas yang dialami yang berasal dari tujuh macam itu, seperti perasaan ketika masih hidupnya. Oleh karena berjalannya rasa-rasa itu bagaikan berjalanannya jarum jam, sehingga yang dirasakannya itu tidak ada bedanya seperti yang pernah dirasakannya ketika masih berada di alam dunia. Perbedaannya hanya, ketika masih hidup di dunia yang merasakannya adalah hatinya. Sedangkan di alam kubur itu yang merasakannya adalah RASAJATI-nya, yang masih ditempeli bekas perbuatan.
Sekarang, apakah benar suasana di dalam naraka itu bercabang tiga? (per.aa). Sekarang silahkan direnungkan tentang makna kata “tiga” yang sebagai penyebab dari “SAKITNYA HATI”. Contohnya adalah sebagai berikut (dan semua orang pernah merasakannya) :
a. Ketika baru pulang dari bekerja, anaknya amenangis. Makanan dan minuman tidak ada: ---- Hal itu juga menyebabkan HATI MENJADI TIDAK ENAK, yang kadang bisa menyebabkan cekcok.
b. Berjalan-jalan ke kota, baru saja bersenang-senang sambil melihat indahnya lampu kota dan barang dagangan, tiba-tiba bertemu teman yang menyinggung perasaannya, hatinya jadi memikirkannya, maka bisa menyebabkan hati menajdi kesal.
c. Sendang enak-enaknya tiduran, tiba-tiba teringat bahwa besok tiba waktunya akan didatangi orang yang akan menagih hutang, sehingga perasaan hati menjadi tidak enak, karena sedang tidak memiliki uang.
Contoh-contoh itu semua adalah Naraka (Tidak enaknya hati), Semoga hal itu direnungkan, bagian yang mana dari nomor a s/d c, itu yang masuknya dari mata, mulut dan telinga? Walau pun jika hal itu adalah sepele, akan tetapi itu akan menyebabkan TIDAK ENAKNYA HATI, Jika saja tidak berjalan-jalan ke kota, tidak negingat-ingat dan tidak melihat, barangkali ; TIDAK TERASA SESUATU.
Sehingga sangat jelas, bahwa hal yang TIDAK MENGENAKAN HATI itu berasal dati 3 hal, yaitu yang berasal dari : 1. MATA, 2. TELINGA, 3. MULUT (Tanda per.aa QS.XXIX surat 77 ayat 30). Karena yang 3 hal itu akan bisa merat di seluruh badan hingga melewati 7 pintu tersebut did atas. Penjelasannya adalah : Agar mata tidak menjadi sumber sakitnya hati, caranya : Melihat sesuatu yang indah-indah, dan juga bagi telinga jika bisa menulikannya. Yang dalam hati berniat agar jangan sampai mendengar suara-suara yang tidak mengenak hati, Sedangkan suara yang indah itu, salah satunya adalah MENDENGARKAN musik syahdu. Demikian jugalnya dengan mulut, bisa sebagai sebab dari tersinggung dan Naraka Sukra, jika kita tidak bisa menjaga dengan hati-hati. Sehingga yang menjadi bahaya bati penari Ilmu Hakekat, adalah jika mulutnya tidak bersih. Maksudnya : Jangan  usil.
ooOOoo
Di dalam bahasa selain Kitab Qur’an, Naraka itu disebut HELL, maksudnya : Jurang atau kawah. Di dalam bahasa wayang dibesbut Kawah Candradimuka! Kata Kawah dan jurang, itu bukan simbul (bukan ibarat), akan tetapi sesuatu yang sebenarnya yang MENAKUTKAN, MENGHANCURKAN RASA HATI. Karena, jika kita berada di tepi kawah atau di pinggir jurang, maka hati menjadi bergetar, TAKUT dan merinding. Ternyata yang MEMPEROLEH TAKUT itu adalah hati! Jalan yang dilewati oleh takut, karena penglihatan mata yang melihat tepi jurang itu. Apalagi jika mendengar suara kawah yang menggelegar, maka hati semakin miris. Lebih jelasnya : Seumpama tidak mendengar dan tidak melihat, maka hati menjadi TENAG.
Mengambil dari perintah Allah sendiri, sangat jelas bahwa yang meyakini bahwa “NARAKA” itu adanya di esok hari, maka hal itu tidak bisa diterima akal, karena jika petunjuk Tuhan itu untuk hidup manusia YANG AKAN DATANG, tentunya saya dan orang lain TIDAK BISA MERASAKANNYA, karena besok itu belum tentu bisa hidup dengan menggunakan raga kembali (8).
Untuk membuktikan penjelasan yang sedikit seperti di atas, contoh di bawah ini mohon direnungkan. Suta dan temannya bertutur kata tentang hidup dan rasa. Walau yang dibicarakan itu klenik (mistis) akan tetapi ada benarnya. Suta berkata : “Jika kamu melihat harimau, apakah kamu akan ketakutan? Jawabannya : “Iya”; “Yang kamu takuti itu yang mana?”; Apakah yang ada giginya taukah yang ada cakarnya?. Kemudian jika saya balik, seumpama macan itu adalah macan mati, maka rasa takutmu itu hanya angan-angan saja, benarkah? Karena harimau yang sudah mati itu tidak bisa mencakar dan menggigit, apakah kemudian masih tetap takut terhadap harimau yang sudah mati? Jawabannya : “tidak”. Sehingga jika demikian, yang kamu takuti : Harimau yang masih hidup, yang masih bisa berjalan berlenggak-lenggok itu! Singkatnya, yang takut  itu adalah HIDUPMU! Ternyata memang beanr!.
Contoh lainlagi, Ketika tanganmu tersulut api, yang merasakan sakit kepanasan itu apamu?!. “Iya, TANGANKU”. “Nah, jika dirimu mati menjadi bangkai, apakah ketika itu akan merasa sakit kepanasan ketika dibakra pai?” “Yah. Tidak!”. Sebagai buktinya, ketika di Rumah Sakit ada orang mati yang diotopsi, mengapa tidak sambat!” Nah... sekarang sudah jelas, Bisa merasakan panas itu, karena kamu masih hidup, iya akan?! Jawabannya : “Iya”. Demikian pula yang bisa merasakan sakit, dingin, panas, capek dan sejenisnya, itu “HIDUP”.
Demikian contoh-contoh perklenikan di atas, jika direnungkan, memang benar!” Sekarang menjawab tentang TIDAK ENAK yang dialami, dicontohkan sebagai seorang peminta-minta dan sejenisnya. Oleh karena kita sebagai manusia dalam hidupnya hanya memetik buah perbuatan di kehidupan masa lalunya (lihat Wedaran Wiris Jilid I), sehingga di duni ini ada cerita hidup seperti yang kita jalani ini! Yang disebut DOSA! Penjelasannya asalah sebagai berikut : DOSA itu adalah perbuatan yang TIDAK MENGENAKAN HATI. Umpamanya : Menipu, beruat akal bulus, membunuh sesama makhluk hidup, korupsi dan sejenisnya, yang ketika dirasakan, hatinya menjadi merasa was-was, TAKUT ketahuan. Oleh karena itulah hidupnya menjadi ada bekas kejahatan (buruk dan sesat), serta akan di peti di belakang hari oleh keturunannya. Apakah benar perbuatan buruk yang dilakukannya itu di BELAKANG HARI, akan di petik?” Cocokkan dengan Perintah Tuhan di dalam QS. XXIX Surat ke 77 – Al Mursalat ayat 28, 29 dan 30.
WAILLUN (siksa) di hari itu adalah untuk orang-orang suka menipu. Kemudian dikatakan kepada dirinya : “Pergilah kamu kepada siksa yang sudah kamu dustai, ketika  dahulu.”
Keterangannya : Tindakan menipu yang diketahui oleh orang lain atau pun tidak, Hukumannya adalah sama saja, karena yang menjalankannya adalah hatinya sendiri. Di atas ada kata-kata KETIKA DAHULUNYA, sudah jelas bahwa melakukan tipu daya itu, walau sudah berturun-turun, akan memetik berkas perbuatan dari perbuatan yang disaring! Meskipun sudah berganti raga sekali pun.  Sedangkan Naraka-nya atau siksaannya : Ketika hidup sekarang ini, akan selalu mengalami tertipu oleh orang lain ( Lihat di buku Wedaran Wirid jilid I pada bab 6.1.1. hingga 6.1.5. Hal ini jika akibatnya dibukti di  dirinya sendiri : Maka rasa hati akan menyesalinya.
Ada sebuah pendapat, bahwa naraka yang bercabang tiga itu : Mata, hidung dan telinga! Disebut pintu hidung karena yang satu ini adalah sebuah pancaindra yang tajam. Walau pun belum melihat barangnya. Atau, hidung itu adalah alat yang baik untuk membau “barang-barang” untuk membuktikan keasliannya. Karena terbiasa membaui, sehingga tidak kurang orang yang mengalami sakit karena membaui barang-barang yang membahayakannya dan sebagainya. Penjelasan yang terakhir ini ada benarnya dan juga uraian di depan, perbedaannya terdapat pada mata, telinga dan mulut. Akan tetapi jika dipusatkan menggunakan batin, bisa saja menjadi benar dan memang cocok untuk hati, dan urian yang kedua itu yang diseebut TRI INDRIYA, artinya : KEINGINAN DIRI itu bisa menyebabkan senang atau susah (naraka), penyebabnya adalah dari TRI INDRIYA. Sebagai buktinya : Mendengar perkataan buruk menyebabkan hati menjadi tidak enak, jalan masuknya adalah melalui telinga. Melihat sesuatu yang kotor dan mengotori, menyebabkan sakit hati. Jalan masuknya melalui mata. Bau bangkai dan anyir, menyebabkan sakit hati, jalan masuknya melalui hidung. Sedang yang sebaliknya :BERKOBARNYA KEINGINAN DIRI juga bersumber dari tiga jalan, yaitu melihat “apa-apa” kemudian menjadi ingin dan bernafsu; Mendengar “apa-apa” menumbuhkan rasa ingin untuk membuktikannya, dan juga tentang bau, gurih, maka ingin merasakannya.
ooOOOoo
B.  SYURGA
Berganti membahas tentang Syurga, lawan dari Naraka. Syurga itu adalah BUKAN YANG MENYEBABKAN  HATINYA MENJADI SAKIT, akan tetapi yang menyebabkan RASA SENANG. Di dalam Kitab Injil disebut Taman EDEN, yaitu taman para Rasul dan sebagainya, yang dikehendaki oleh Tuhan. Ada yang mengiaskan juga bahwa syurga itu berada di langit (hemet), yang suasananya, berada di tamansari berkumpul dengan bidadari.
Kata Syurga itu seolah tiap hari kita dengar, umpamanya : Waduh, suasananya sangat tenteram, bagaikan malas mati, memang ini benar-benar syurga dunia.”. Jika kita telusuri, yang dibicarakan itu pasti adalah golongan manusia yang enak hidupnya, artinya, terpenuhi keinginan hatinya, SENANG. Kembali kepada pemahaman pada umumnya tentang Syurga atau Hemet bagi Agama Kristen, itu, bagi siapa saja akan MEMBAYANG-BAYANGKAN (Menggambarkan), bahwa tempatnya berada di langit.
Kata Langit atau Hemet itu pasti ada di atas, kata dasarnya adalah Atas, astinya adalah suatu tempat yang tinggi atau luhur. Memahami kata Syurga itu, caranya adaah tidak berbeda dengan mencari makna Naraka. Tempatnya Luhur itu, jika diselaraskan dengan RASA, adalah sebagai berikut :
Manusia yang hidupnya pas-pasan, jika melihat golongan manusisa yang berpangkat tinggi, maka di dalam batinnya akan mengatakan sebagai berikut : “Wahai. Betapa senangnya (B) hidup orang itu, apa-apa yang diingikannya didapatkannya, pergi ke mana-mana naik mobil sedan dan sebagainya. Benar-benar hidup di Syurga.” Singkat kata, siapa saja yang memperhatikannya pasti berani mengakui bahwa hidup orang yang seperti itu, pasti senangnya, dan yang menyimpul demikian itu, belum pernah mengalaminya! Seumpama, dia itu mengalaminya sendiri, maka akan bisa menyebutkan bahwa yang senang itu adalah hatinya (B).
Di dalam ajaran Syariat, bahwa Syurga itu dicerikan adanya besok di alam sana, dan berlapis tujuh. Sebelum menguraikan tentang nama-nama, dan tentang hal seang * Syurga), ada sebuah contoh menurut Hadits Buchari No. 416. Yang diceritkan oleh Anas bin Malik tentang sabda Nabi Muhammad saw. seperti di bawah ini :
Pada suatu hari Nabi Shalat bersama-sama dengan saya, kemudian menaiki mimba (podium)  dengan tangan kanannya amenunjuk arah kiblat Masjid. Dan Bersabda : “Sesungguhnya sekarang ini saya sudah mengetahui Syurga dan Naraka, sejak saya shalat dan kalian berdua  (Syurga/Naraka) menurut perasaanku, terlihat nyata di tembok Kiblat Masjid. Aku belum pernah melihat KESENANGAN DAN KESENGSARAAN seperti yang aku lihat itu.”
Tafsirnya : Shalat itu, memang sudah sangat jelas dan nyata, bahwa yang menjalankannya adalah HIDUP, Apalagi yang dikisahkan oleh Nabi tersebut di atas, khusus tentang KESENANGAN ADAN KESENGSARAAN, yang nampak di tembok! Sehingga jelaslah, bahwa yang terlihat oleh Nabi adalah contoh-contoh yang sedang mengalami sengsara dan yang sedang mengalami kesenangan. Oleh karena yang bisa melihatnya itu adalah Nabi itu sendiri, sehingga sangat jelas bahwa gambaran-gambaran itu sebenarnya adalah SASMITA. Sasmita kisah hidup manusia yang sedang menjalani kesengsaraan yangg harus dialami karena bekas di jiwanya  ketika berada di alam kuburnya (Alam astral). Sebagai ibaratnya itu adalah orang yang sedang bermimpi, jika berjumpa dengan kesenangan, tidak seperti orang yang sedang bermimpi, demikian juga ketika bertemu dengan kesusahan, tidak seperti orang yang sedang bermimpi – karena cerita itu adalah sebagai contoh untuk manusia yang masih hidup. Sehingga ketika nabi mengajarkan Hukum Agama Islam, pasti akan didahului membicarakan tentang Naraka, maksudnya adalah yang melanggar tuntunan” – hatinya tidak senang (Ahli Naraka).
Contoh yang lainnya lagi, juga tentang Sabda Nabi, sebagai berikut : Siapa yang kakinya kotor, itu akan masuk Naraka”. Sudah sangat jelas tentang kotor itu. Di tanah arab itu tanahnya tandus dan berhawa panas. Kaki yang kotor, apalagi yang bercampur dengan keringat, lama-kelamaan jika tidak gatal-gatal  maka bisa terkena penyakit gudig. Jika kakinya sakit, maka yang merasakan sakit adalah HATIMU. Berbeda dengan ketika Shalat dengan kaki yang bersih, yang pertama maka akan tenang, dan yang keduanya, tidak akan dihinggapi kuman-kuman.
Tentunya itu akan bisa menjadi dasar, yang demikian itu, jika membanding-bandingkan dengan isi Al-Qur’an : Jika demikian, Syurga yang disampaikan oleh Tuhan melalui A;-Qur’an  itu, palsu (tidak ada)”. Pertanyaan seperti, oleh pengarang akan dipahami sebagai berikut : “Yang disampaikan Tuhan yang termuat di dalam Al-Qur’an memang benar adanya, tidak bohong, akantetapi Tuhan kan tidak menjelaskan, bahwa Syurga dan Neraka bertempat di langit atau berada di atas dari titihan yang mudah bergoyang. Atau tuhan it tidak menjelaskan bahwa Syurga tu untuk ORANG-ORANG  di hari esoknya di alam sana ...........! Coba rasakan makna dari QS. ke 76 Al-Insaan - ayat 12 hingga 22, sebagai berikut :
Dan Dia (Allah) memebrikan balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Syurga dan (pakaian) sutra.
Di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak meresakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
Dan naungan-naungan (Pohon Syurga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.
Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca.
(Yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaikp-baiknya.
Di dalam Syurga mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.
(Yang didatangkan dari) sebuah amta air Syurga yang dinamakan Salsabil.
Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka itu mutiara yang bertaburan.
Dan apabila kamu melihat di sana (Syurga) niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang yang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu untuk disyukuri (diberi balasan).
Firman Tuhan seperti tersebut di atas, itu adalah ditujukan kepada orang-orang yagn kufur hatinya, terlebih lagi orang Arab bangsa Quraisy ketika di jaman Nabi. Dengan harapan agar orang-orang itu berniat : Menjalankan ajaran kebenaran, agar bisa masuk ke dalam Syurga. Ayat-ayat tersebut memang benar adanya, dan buktinya ada, walau pun sekarang atau besoknya, Asal saja yang menjalankankannya masih dalam keadaan Hidup, rtinya, masih bisa merasakan kenikmatan yang belum pernah dialami oleh rasa hatinya.
Contoh tentang yang dirasa oleh orang malas seperti tersebut di atas, penjelasannya adalah : Oleh karena tidak menjalankan, sehingga menimbulkan rasa iri. Walau pun Ayat-Ayat Tuhan sudah MENERANGKAN tentang yang digumamkan oleh orang YANG TIDAK MENGALAMINYA  dan YANG MENGALAMI ENAK.
Orang yang mengalami Syurga itu sebenarnya adalah atas perbuatannya sendiri yang sudah dijalanakannya. Artinya : Memetik apa saja (baik yang kasar atau yang halus) yang menjadi buah dari perbuatannya. Seorang Menteri dan Seorang tukang menjual barang bekas sebagai ibaratnya. Seorang Menteri itu sekolahnya tinggi, Hatinya jujur, sehingga bisa menjabat sebagai Menteri. Sedangkan bagi penjual barang bekas, maka hasilnya adalah hanya sebagai penual barang bekas saja. Sehingga : Semua yang didapat itu tentunya sesuai dengan apa yang diusahakannya. Balasannya adalah berada pada perbuatannya. Jalannya Budi dan geraknya raga itu jika berhasil, yang akan memetiknya adalah hatinya sendiri> Bagaimanakah diri kita bisa enak, jika tidak mensucikan hati dan giat bekerja?
Amal perbuatan Budi dan raga, yaitu dengan tekun, mencari ilmu tentang Ketuhanan, tidak akan kurang pengaruhnya, sehingga menumbuhkan rasa berserah diri dalam hidupnya. Artinya : Perbuatannya tidak menyeleweng dari sifat Tuhan, karena sadar diri sebagai Hamba Tuhan. Yang pada akhirnya akan menemukan ketenangan (2) dan menjadi ahli Syurga. Menurut kabar, Syurga itu berlapis tujuh> Di bawah ini sekedar memberikan gambaran sekedarnya, menukil dari Rongga Warsita.
Syurga yang ke 1. Bernama : Jannat’ul Nai’em; Syurga yang ke 2. Bernama Jannat’ul Adnin; 3. Jannatul Tawab; 4. Jannatul Firda’us; Syurga yang ke 5. Jannatu’l Syamsi; 6. Jannatu’l Ma’oti, Syurga yang ke 7. Jannatu’l Sukri’
Oleh karena kata Syurga itu adalah lawan kata dari kata Naraka, sehingga Rasa-rasa itu juga berlawanan pula, yaitu :
1. Hati Pu’at : Jantung pintunya dari Pussar; rohnya adalah Roch’ullah, sedangkan Syurganya adalah Janatu’l Naie’m. Kenyataannya adalah lebih nikmat, atau tidur tanpa mimpi bagaikan orang mati.
2. Hati Muzarat, yaitu : Sulbi, pintu masuknya dari dzakar; Roh-nya Roh Kudus, Syurganya Jannadtu’l Adnin, artinya alah sangat indah, kenyataannya, ketika mengeluarkan mani; artinya mendapatkan rasa nikmat ketika olah asmara. Sudah sangat jelas tentang Syurga yang diberitakan oleh Tuhan  kepada “Adam itu adalah Syurga : Yang tidak terbayangkan” artinya : TIDAK ADA RASA APA-APA, yaitu ketika seorang bayu terlahir (2).
Sehingga, semua nama-nama tentang Syurga untuk bisa mendapatkannya (merasakannya) jika kita udah KIYAMAT (terlahir).
3. Hati Tuwajuh, yaitu : Lambung, pintunya dzubur, rohnya-roh Siri’ul-a’lam, sedangkan Syurganya adalah Jannatu’l Tawab, Buktinya adalah rasa puas, bukti nyatanya adalah Melegakan, kenyataannya adalah ketika buang angin dan buang air besar.
4. Hati Slaim, yaitu Ginjal, pintu masuknya dari hidung, bernafsu mutminnah, putih warnanya, perbuatannya mencium, rohnya Roh Rokhani, Syurganya Jannatu’l Firdaus. Atinya lebiha awet, kenyataanya adalah keluar-masuinya pernapasan, buktinya ketika tidak terkan flu, TBC, dan Asma. Yaitu tidak sesak nafas.
5. Hati Sanubari, yaitu Limpa, pintu masuknya melalui mata, nafsunya sufi’ah, warnanya kuning, yang dilakukannya adalah melihat, memandang. Rohnya Roh Rabbanie, Syurganya Jannatu’l Syamsie, kenyataan di tiap harinya adalah ketika memandang yang terang, dan tidak terkena penyakit mata.
6. Hati Maknawi, yaitu Empedu, pintu masuknya melalui telinga, nafsunya Amarah, berwarna merah, Syurganya Jannatu’l Ma’at, artinya sangat indah, bukti nyatanya ketika kita sedang mendengarkan musik yang indah, akan merasa puas.
7. Hati Sawadi, yaitu Usus, Pintu amsuiknya melalui mulut, perbuatannya adalah berkata-kata, nafsunya adalah aluamah, berwarna hitam, rohnya Roh Idlafie. Syurganya Jannatu’l Sukrie. Artinya  kesenangan yang sangat tinggi, bukti nyatanya adalah ketika sedang tertawa senang.
Penjelasan di atas itu, sebenarnya adalah sumber dri bagian rasa yang ada di seluruh badan. Oleh karena rasa enak (Syurga) itu tempatnya ada di hati, maka sesungguhnya kita ini dalam “SETIAP HARI”, adalah melewati Syurga, Contohn :
1.2.1, aa. SYURGA dari redaksi Surat Kabar itu jika para pelanggannya TIDAK PERNAH berhutang. Artinya : Senang hatinya karena rutin membayar.
bb. SYURGA dari wanita itu disebut berada di pantat, artinya : Jika saminya menjadi seorang Jendral, tentulah dia akan ikut disebut dengan sebuatan Ibu Jendral, maka hatinya menjadi ikut senang.
cc. Syurga bagi sseorang Pengemis itu jika dari mengemisnya menghasilkan uang yang banyak, dan jauh berbeda dengan pendapatan teman-temannya. Sehingga dia itu tidak sayang untuk membuang uangnya guna membeli makanan yang enak-enak, karena hal itu sangat jarang dijumpainya, maka rasa senangnya  tiada terkira.
dd. Syurga bagi Pengawai Negeri itu, jika naik jabatan dan gajinya semakin bertambah.
Demikian itulah silah0silah dari rasa senang itu, dan masih sangat banyak lagi jenisnya. Dan sesungguhnya, di sembarang tempat  dan berbagai keadaan, jika hati kita senang menerima rasa senang itu juga disebut sebagai Syurga (9).

C. APAKAH SYURGA/NARAKA ITU KEKAL ATAUKAH TIDAK?

Kata “Kekal” kadang itu dimaknai “Tidak berubah-ubah” maksudnya adalah jika tentang rupa maka akan tetap bagusnya. Jika sebuah bentuk, itu tetap indah. Hal itu sebenarnya hanya salah dalam menerapkannya, karena kata “Kekal”  itua dalah Bahasa Arab, yang sudah bergeser menjadi bahasa keilmuan, Sama halnya dengan “Baqa”, itu adalah sebutan yang berasal dari Sifat Allah sendiri yang nomor 3 (Lihat Wedaran Wirid Jilid I tentagn sifat 29).
Maksudnya adalah TETAP ADANYA. Sebeutan “Tetapa danya” itu, tidak perduli yang disebut itu sudah dijumpai atau belum. Karena sifat Tuhan itu “tetap selamanya” Demikian juga tentang senang/Syurga dan Naraka, itu sudah pasti ADANYA dan sudah pasti seperti itu keadaannya!”.
Oleh karena HIDUP itu kekalsehingga untuk bisa bertemu dengan Syurga adalah JIKA HIDUP. Artinya, Pertanyaan di atas sebagai jawabannya adalah : KEKAL’ Ukuran kekal dan berubah-ubah itu  ADA DI MASING-MASING DIRI SESEORANG YANG HIDUP. Sehingga jika kita ini mati, tentu sudah TIDAK BERJUMPA dengan SYURGA/NARAKA. Intinya adalah : Jika aku sudah mati, tidak akan bisa berjumpa dengan Rasa Enak dan Tidak enak.
Jika di kira-kira : “Nah.. Jika begitu maka berarti sama saja tidak kekal ?” Jawabannya serta menurut pemahaman saya. Saya menjawabnya kepada yang disebut SI HIDUP sendiri. Kita bisa senang, sakit itu dikarenakan oleh HIDUP, artinya  Sedang bertempt di KEKELAN si HIDUP. Nah.. apakah Si hidup itu sendirian?  Di Amerika, Rusia, Jepang dan dimana saja ada HIDUP. Maksudnya : Jika yang bernama manusia yang sedang hidup di seluruh dunia ini, jika sedang Sakit, itu ya SAKIT, jika sedang senang, yah itulah Syurga dunia! Sehingga jika “AKU SUDAH MATI” akan tetapi manusia yang hidup selain aku itu sengat banyaknya. Sehinga yag selain aku, tetap akan mengalami senang dan sakit  dis etiap waktunya. Demikian itulah sehingga Syurga itu tetap disebut kekal oleh yang lainnya yang belum mati. Karena mati itu tidak bisa menerima senang dan sakit (9).
Sehingga yang dikatakan bahwa Syurga itu KEKAL itu adalah ketika kita HIDUP. Sesuatu yang berhubungan dengan Penglihatan Nabi ketika Shalat (10). Penjelasannya adalah : Syurga dari kubur atau akibat yang dialami karena bekas perbuatan ketika rasakan ketikaberada di Alam Peralihan iitu (Alam Astral), sama saja JIKA AKU BERMIMPI MAKAN atau MINUM SUSU! Artinya : Mendapatkan bekas (Tabet) dari rasa puas!  Kata Tabet, jangan dianggap sama dengan mendapatkan bendanya, akan tetapi walau pun hanya bayangannya saja yang dijumpainya, yang poko dan yang penting adalah : Menyebabkan senang!”
Sedangkan Syurga yang sebenrnya bagi para ahli kubur itu, jika sudah TIDAK TERASA APA-APA (2). Walau pun masih merasa, itu adalah rasa yang masih sama dengan ketika masih ada di dunia (Senang, susah dsb). Maksudnya adalah : Yang merasakannya adalah roh (Bekas yang menempel di roh). Contoh bagi ukuran dunia adalah sebagai berikut  (tenetagn rasa puas dari Roh) : Ahli ilmu batin itu akan bisa mendapatkan rasa senang (Syurga), jika bertemu dengan yang satu selera dalam omongannya! Sehinga menjadai saling :membicarakan hal yang se ide. Sehingga rasa senangnya itu tidak bisa dikira-kira atau disentuh!”
Jika demikian, maka sudah jelas bahwa SYURGA itu Kekal. Yang berbeda hanya dikarenakan berubahnya keadaan atau bertambah dan berkurangnya suasana.

D. APAKAH DOSA ITU?’

Qur’an Surat “SABA” ayat 24 : Entah Aku (Nambi Muhamamd) Entah kamu,  semua yang benar atau ada di kesesatan yang nyata.”
Semua ajaran, keterangan, nasihat dan sebagainya, hal itu semeua yang terpenting hanya sebatas untuk menunjukkan jalan kebenaran, dan jalan yang tidak menyesatkan. Karena jika menurut ajran Ilmu batin, kate “Benar itu” BUKAN HANYA dengan menjalankan amal saja (Berderma, berbuat sosial dan sejenisnya), akan tetapi yang dimaksudkan, tentang yang dimaksud dari kata “benar” itu adalah antara Hati dan tindakan berjalan  sama dan sesuai (Lihat pada uraian di Wedaran Wiri I) Contohnya : Anak sekolah yang belum mengetahui huruf, susuna kata dan sejenisnya, maka hatinya bersemangat untuk mempelajarinya, karena INGIN bisa. Setelah anak itu sudah bisa menulis dan membaca, kadang-kadang justru menggampangkan dan meremehkannya” sambil mengatakan “Ternyata hanya seperti ini saja”.
Bagi Pencari Ilmu Allah, mengganggap mudah tetntang hal apa saja, maka disebut dengan sebutan “Buta matanya”. Maksudnya : Semua ajaran guru, maka benar salah dan pemahamannya itu tergantung dari kemampuan mamsing-masing yang menerima ajaran itu, walau pun hanya sebesar butiran debu, jika ajaran guru diterima dengan rasa kepuasan hati, itu sama saja dengan “Sudah terbuka hatinya” (Senang, Syurga) yang kemudian membenarkan atas apa yang sang Guru ajarkan. Akantetapi kenyataannya : “Apakah memang ilmunya sudah benar-benar yang sebenarnya?”
Jika TIDAK BENAR’ maka sisapakah yang salah, apakah gurunya atau kah muridnya ? Jawabannya : “SEMUANYA” menempati jalan yang sesat!” Karena, tidak kurang bahwa ilmu apa saja jika diterima dengan cara tidak banar, barangkali saja, apakah itu bukan ilmu yang berasal dari Mahluk halus yang dijakan pendampingnya? Jika berasal dari Jin pendamping, itu justru menyesatkan, baik di dunia hingga akheratnya (Kedua-duanya). Tindakan yang demikian itu yang disebut dengan “DOSA”. Artinya melakukan hal yang “SALAH”. Untuk memisahkan atau untuk menilai, mana yang benar dan mana yang salah itu, adalah seperti coh di bawah ini :
1.2.2. Seseorang pengikut paham apa saja, maka yang menjalakannya adalah menjalankan dan mengamalkan di jalan yang benar. Tindakannya itu disebut MADZAB, maka Semua amal perbuatannya adalah menurut Madzab si “A”. Jika Madzab si “A” salah, apakah para pengikutnya tidak sama saja sesat?” Itu sekedar contoh bagi tata kelahiran, artinya : Masih bisa di rubah.
1.2.3. Seorang pencuri mencuri emas hingga seharga puluhan juta rupiah, kemudian dibagi-bagikan kepada orang miskin. Apakah kelakuan pencuri itu tidak salah, walau pun oleh para orang miskin, tindakannya itu dibenarkan?
Kedua contoh di atas itu sama saja berada di jalan yang sesat, artinya Menanam Dosa. Penyebab salahnya adalah karena yang dilakukannya tidak dipikir dan di nalar terlebih dahulu, dan hanya berdasar tidak terkena apa-apa. Seperti apakah  yang dijalankan oleh diri kita di setiap harinya ? Jawabannya : Jalankan bersama dan selaras antara hati dan tindakan!”
Tanggung-jawab segala resiko perbuatan dan cetusan hati itu yang menanggungnya adalah hati, artinya : Agar bertindak yang tidak bisa menyebabkan hati menjadi mengeluh atau hati menajdi panas. Itulah yang disebut tidak menyebakan dosa. Ada yang mengira bahwa dosa itu tidak bisa hilang, akan tetapi sebenarnya itu, bisa hilang musnah. Cara menghilangkannya adalah ketika masih dalam keadaan hidup.  Dengan cara : JANGAN BERBUAT SALAH TENTANG SEGALA HAL.  Penjelasannya : Semua itu untuk bsia memahaminya adalah nanti ketika sudah berada di alam kubur. Berikut adalah contoh dari perbuatan dosa yang tidak bisa dihindari :
1.2.4. Hanya karena pansanya hati (malu), Si “A” membunuh orang (musuhnya).
1.2.5. Menyiksa sasama makhluk (Menyiksa dengan tidak ada hasilnya, contohnya adalah membunuh hewan terbang dengan tidak ada manfaatnya, sekedar untuk kesenangan saja).
1.2.6. Hadits Shaheh Bukhari No. 25, dari Ahamad bin Qa’is, : Ketika aku akan MEMBERIKAN PERTOLONGAN” kepada orang-orang, di jalan aku bertemu dengan ABU BAQRAH. Dia bertanay : “Akan kemana?” Aku menjawab : “Akan menolong orang itu!” Di menyambung dengan membentak : “Sudahlah, plang saja, tidak usah DITOLONG, karen akun mendengr sendiri petintah Nabi : “Jika ada dua orang bertengkar hingga saling membunuh, yang mana keduanya sama-sama Muslim KEDUA-DUANYA sama-sama masuk NARAKA.”
Aku kemudian mohon petunjuk : Wahai Nabi, Yang membunuh jelas akan masuk ke dalam Naraka, sedangkan bagi yang terbunuh, bagaimana?”
Nabi bersabda : “Orang yang MATI terbunuh itu, juka mempunyai niat akan membalas hukum (Membunuhnya)”.
Contoh yang disebutkan pada nomor 1.2.4. dan 1.2.5. di atas, yang bisa terjadi di mana saja, itu sudah termuat di uraian pada nomor 1.2.6. Kata bertobat itu sebenarnya adalah : Tidak akan mengulangi berbuat kesalahan, berhenti dari berbuat buruk.  Akan tetapi, bertobat itu harus di lahir dan dibatinnya juga, agar perbuatan buruknya  yang sudah dijalankan tidak melekat.  Jika pikiran buruk sduah hilang, dan untuk selanjutnya tidak mengulangi berbuat buruk, maka hatinya akan bisa menjadi terang. Hilang dosanya. Hanya saja yang sepertin itu adalah pendapat yang sudah umum. Oleh karen dosa itu pasti adanya, sehingga walau bagaimana pun juga bagaimanakah cara untuk menghindar, Dosa dan tindakan buruk itu pasti akan membayarnya (membalas). Sedangkan sabda Nabi di hadits tersebut di atas (1.2.6), penelusurannya adalah sebagai berikut :
Siapa saja yagn dibunuh (di tampar orang lain), maka di dalam hatinya pasti muncul perasaan ingin membalasnya. Oleh karena niat hati itu adalah soal RASA, sedangkan hidup manusia itu adalah dikuasai oleh RASA Ingat atau RASA JATI (Lihat Wedaran Wirid jilid I tentang Bab : Mati), apakah yang terpikirankan itu tidak akan membekas di rassa jati, yang ke mana pun perginya pasti akan tetap terbawa, walau pun sudah sampai di alam kuburnya?” Oleh karena hati yang ada bekasnya itu disebut NAFSU, itu tidak akan hilang jika belum terpenuhi apa yang diinginkannya, yaitu dengan melakukan balasan.
Petunjuk tuhan di dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 51. : Semua terkena kejahatan yang sudah dilakukannya. Orang-orang yang berbuat jahat akan menerima kejahatannya yang sudah dilakukannya dan tidak akan bisa menghindar (11)”. Maksud Ayat tersebut : “Jika ketika dunia berbuat buruk, pasti akan memetik buah perbuatannya, seperti kisah dari Bambang Sumantri yang membunuh adiknya. Wil Sukrasana (11).
Pada tahun 1953, di negara Cekoslowakiyah ada seseorang setengah baya, mempunyai musuh karena berebut warisan dari bekas istrinya. Oleh karena harta warisan itu harus di bagi , dan karena di dalam hatinya tumbuk rasa kemilikan, dan ada perasaan iri hati, sehingga tumbuh niatnya untuk merebutnya denganc ara halus, agar TIDAK ADA YANG  MENGETAHUINYA. (Ingat. Tuhan Itu Maha Tahu dan Maha Mengetahui, Maha Memberi Pemahaman dsb).
 Dan niat orang itu benar-benar terlaksana yaitu dengan berhasil membunuh musuhnya dengan cara ditembak dengan pistol. Dalam aksinya dijalankan dengan sangat sempurna, sehingga tidak ada yang mengetahui selain hatinya sendiri. Dengan  kejelian pihak kepolisian pun hingga tidak bisa menemukan, apalagi untuk menangkap dirinya. Akan tetpai jisim si korban menjadi bahan penelitian oleh yang berwajib dan setelah diteliti dengan mendetail, tidak lama kemudian yang membunuhnya ketahuan juga atas Maha Adil-Nya tuhan. Bagaimanakah penalarannya!.
 Jasad yang berlumur darah kering itu matanya melotot. Sehingga sangat jelas bahwa ketika dia dibunuh, sang korban itu sedang terbuka matanya dan melihat pembunuhnya. Atas dasar penelitian Dr. Mozart, maka bisa ditemukan. Penjelasannya, sebagai berikut :
Oleh Dr. Mozart, mata korban diambilnya dengan cara dioperasi. Mripat itu bisa melihat apa-apa karena di dalam mata itu ada organ yang bernama MANIK. Berada di tengah-tengah pusat mata, ujud dan bentuknya bundar dan terlihat dari luar. Di Manik itulah tergambar bayangan yang ketika itu sedang dilihatnya. Manik mta (Kornea) yang sudah diambilnya itu kemudian diteliti dengan menggunakan microskop, dan di dalamnya msih tersimpan bayangan dari orang yang membunuhnya. Bayangan tersebut kemudian di fotonya. Kemudian dibesarkan hingga berkali-kali lipat yang kemudian dijadikan sebagai pedoman untuk mencari pembunuhnya. Pada akhirnya, sang pembunuhnya bisa tertangkap, sekitar waktu seminggu dari kejadian pembunuhan itu.
Demikianlah akhir dari kisah itu, yang bisa digunakan sebagai pelajaran bahwa berbaliknya pembalasan dari perbuatan itu adalah bermakna sebagai : banhwa DOSA itu harus ditnggung sendiri, walau pun meelalui perantara orang lain (Dr. Mozart). Apakah ketika ditembak, yang menjadi korban penembakkan itu ada rasa ingin membalasnya? Tentunya pasti ada, dan rasa mengancam ingin membalas itu adalah sebagai pengikat hidup yang kemudian dikatakan bahwa : Kedua-duanya akan masuk Naraka.
Walau pun begitu : Bahwa sebenarnya kejahatan itu adalah saling balas membalas (11). Soal lama dan tidaknya itu tergantung kepada keadaan di sekitarnya. Hal ini bisa dicocokkan dengan cerita wayang Bambang Sumantri yang membunuh adiknya. Wi; Sukrasana. Pada akhirnya menjatuhkan balasan dengan jalan menyusup ke raga Dasamuka.
ooOOoo
Bekas yang melekat dari perbuatan buruk itu cepat dan lambatnya akan berakibat mengerikan atas akibat balasannya. Ceritanya (Jantranya) balas membalas itu berjalan dengan sendirinya setelah terjadinya kiyamat, atau menyusup pada raga dalan keseuaian keinginan dirinya, menyusup masuk ke dalam hati orang  yang sama ukurannya (12). Sebagai contoh buktinya, ayat 179 Surat Al-Baqarah di bawah ini, silhakan ditelaah :
“Kamu bisa hidup itu karena Kisas, wahai orang-orang yang berakal, semoga kalian menjadi takut!”
Ketahuilah, oelah karena “Dosa” atau perbuatan buruk terjadinya saling balas membalas, bukti-nyatanya dalam kejadian tiap harinya disebut “Hukum”. Perintah ayat di atas justru ditujukan kepada orang yang sudah paham (Dunung) atau yang berakal, maksudnya adalah : Untuk bisa memahaminya maka harus di renungkan dan ditelaah. Yang sulit itu adalah atas sebab yang nyata, artinya : Meemahami sebab dan akibatnya!”
Makna dari kata “Kisas” adalah sebagai berikut :
1.3.1. Pada jaman Pemerintahan Islam ada aturan hukum tentang kejahatan (Kriminal) sangat adail. Siapa saja yang melakukan pembunuhan, maka akan mendapatkan hukum dengan cara di kisas. Sehingga yang dimaksud kisas di sini : Membalaskan hukuman sesuai tindakannya! Hal itu diukur menurut tingkatan kesalahannya, akan tetapi hal itu adalah tatanan hukum di dalam tata kelahiran saja.
Jika diteliti menggunakan batin untuk  mengambil makna pada contoh di atas, ternyata bahwa hidup itu terpengaruh olrh HUKUM BALAS MEMBALAS. Maksudnya adalah  : Berbuat baik, akan berbuah baik, berbuat buruk, akan berbuah buruk. Kata-kata yang sedikit ini, sudah menjadi hukum dunia, dan juga bermakna : Bahwa kita ini memikul dosa “Adam. Maksudnya adalah : Jika manusia “Adam sekalian ketika dahulunya tidak melakukan keburukan, Maka Keturunannya tidak akan menlakukannya (nn). Maka dalam kenyataanya, bahwa adalah saling balas membalas itu selain sudah menjadi perintah Allah, juga merupakan perintah Nabi Muhammad di dalam Hadits tersebut di atas (1.2.6).
Manusia itu ketempatan rasa yang disebut RASA JATI, yang pekerjaanya : Mencatat pebutan dan cetusan hati, sehingga disebutkan dengan DICATAT DI DALAM KITABNYA DIRI SENDIRI (Lihat wedaran Wirid I tentang Kiyamat). Yang juga sebagai saksi bagi diri kita sendiri dan yang memetik hasilnya juga berada di diri sendiri. Lebih jelasnya : Hutanga mati dibayar mati, hutang malu dibayar malu, demikian dan seterusnya demikian, hingga sampai ke keturunannya.
Karena jika di dunia ini tidak balas membaas, tentunya tidak akan ada permusuhan seperti yang terjadi dalam setiap harinya.

SASTAR JENDRA HAYUNINGRAT, SASTRA CETA, RAHASIA DUNIA

Kata Sastra atau Tulis (Tulisan) adalah suatu keadaan yang sudah TERLIHAT NYATA, contohnya yaitu gambar ular. Kata Gambar itu agar bisa menyerupai ular jika ditulis, artinya SAYA/kamu mengetahui atas kenyataan bentuk dari ular!  Munullah pemikiran kita : Sudah jelas sudah tertulis, mengapa harus smenjadi RAHASISA DUNIA?” Maka kemudian dinaikkan : Apa YANG DITULIS dan apa Bukti nyatanya! Mari kita renungkan : Setiap rumah tangga itu apsti mempunyai rahasia dan yang dirahasiakannya itu sudah NYATA bentuknya, dengan harapan : Tidak boleh setiap orang untuk mengetahuinya?”
Kemudian ada pertanyaan yang ada hubungannya dengan Sastrajendra Hayuningrat, sebagai berikut : Kata dari yang sudah bisa memahami Sastrajendra Hayuningrat itu hanya Orang Suci yang bernama Wisrawa dengan Dewi Sukeksi? Didalam bahasa keilmuan dijelaskan bahwa : Siapa saja yang mengerti Sastrajendra Hayuningrat, jika raksasa maka ketika kematiannya akan berkumpul dengan manusia. Jika manusia maka akan berkumpul dengan Dewa. Ulasannya adalah sebagai berikut : Kata mengetahui itu : Mengerti hingga ke dalam batin.” Tidak hanya mengerti tulisannya saja. Disebut juga dengan mengetahui ilmunya dan orag yang sudah mengetahui ilmunya, paling tidak hatinya menjadi tenteram!  Apakah sebenarnya  yang disebut dengan sebutan Sastrajendra Hayungrat? Ada sebuah pendapat  bahwa sastarjendra Hayuningrat itu adalah Ilmu Yang Nyata (Ilmu Kenyataan), Ke – Tuhan – an dan sebagainya.
Menurut pendapat saya, Sastrajendra Hayuningrat itu adalah alah tentang yang Nyata, akan tetapi rahasia, Contoh menurut bahasa keilmuan adalah sebagai berikut :
1.3.2. Ketika Baghawan Wisrawa mengajarkan Sastrajendra Hayunginrat, kepada Dewi Sukeksi, lupa bahwa yang sedang diperi pelajaran itu adalah calon menantunya. Derajat Pandita Bhagawan Wisrawa hancur lebur sifat sebagai seorang pandita. Sehingga akhirnya tergila-gila kepada Dewi Sukeksi. Mendapat hukuman Tuhan, maka keturunan dari Dewi Sukesi berupa Raksasa, yaitu Raja DASAMUKA.!
Oleh karena ada hubungannya dengan Rahasia Dunia, sehingga harus dicocokkan dengan perintah Tuhan di dalam Ayat-ayat Surat Al-A’raf: sebagai berikut :
1. Bhagawan Wisrawa itu laki-laki, Dewi Sukeksi itu wanita.
2. Tidak muda dan tidak tua, sifat nafsu itu muncul jika bertemu dengan musuhnya (nn).
3. Dalam memberikan pelajaran tidak ada orang yang tahu.
4. Anak keturunan Sukeksi bernama Dasamuka, mengapa bukan Sewu Muka?*.
Kemudian kita hubungkan :
1.a. Ketika “Adam digoda Iblis – bangun nafsu birahinya.
2.b. Nafsu pria dan wanita itu sama  - ‘Adam dan Hawqa, memakan buah Kuldhi – Yaitu melakukan olah asmara.
3.c. Ketika “Adam dan Hawa sedang “Makan” nikmat dari buha Kuldhi. TIDAK ADA ORANG YANG TAHU, kecuali keduanya!.
4.d. Ibu Hawa mengandung anaknya hinga anakk keturunannya.
Di dalam cerita Pewayangan digambarkan bahwa Prabu Dasamuka itu tidak bisa mati!” Apakah memang demikian? Jawabannya : Dasa itu Sepuluh; Muka itu wajah> Prabu Dasamuka itu simbul adalah lambang dari hawa nafsu. Hawa nafsu itu tidak mati.
Dalam bahasa keilmuan, ada 4 jenis, 5 pancer (pusat). Nafsu akan mati jika manusianya mati, namun apakah nafsu yang 5 macamnya yang ada di dunia ini juga ikut mati?
Mohon maaf : Bercampurnya Adam dan Hawa, terjadinya adalah setelah terkan godaan Iblis. Artinya sudah mempunyai nafsu. Nafsu kita itu disebut 5 pancer. Jika pria dan wanita melakukan sanggama/bermain asmara karena dorongan nafsunya, maka jumlahnya menjadi 10 wajah. Sehingga, Dasa muka adalah lambang dari nafsu, keturunan dari Ayah dan Ibu! Yang disebut Sastrajendra Hayuningrat  itu memang teramat sagat rahasia, karena yang mengatahuinya itu hanya Wisrawa dan Sukeksi; “Adam dan Hawa  / Sehingga yang rahasia itu nyatanya (perbuatannya) dan yang nyata itu tulisannya, jika tidak demikian maka DUNIA MENJADI KOSONG, setelahnya “Adam dan Hawa meninggal dunia! Sekarang sudah jelas bahwa Sastra-Ceta Rahasia dunia itu ketika manusia sedang melakukan sanggama. Hingga anak turunnya, dan yang memerintahkan itu adalah Tuhan sendiri, karena harus membuktikan saksi dari Tuhan, tentang maksud dan berumah tangga.
Sampailah pada membuka rahasia dunia : Kita ini itu dikuasai dan dipengaruhi  seperti penjelasan di bawah ini:
01. ADANYA AKU DARI KOSONG – artinya : Tidak merasakan apa-apa – entahlah, tiba-tiba menjadi ada (2).
02. TERBAWA NAFSU – artinya menerapkan perintah tuhan, agar menikah (3c.).
03. TERIKAT SUKA DAN DUKA – artinya melewati Syurga dan Naraka. Atau cita baik dan buruk.
04. KEMBALI PULANG KEPADA YANG KOSONG – artinya berusahalah agar bisa menjadi sempurna ketika tiba waktu kematiannya. Artinya : Jangan sampai terjerat oleh samsara – sebab akibat (02 – 03).
Uraian dari keterangan 4 maam itu, walau pun Nabi “Adam juga melewati atau terpengaruh. Sehingga di dunia ini ada Agama, Aturan-aturan, Hukum, Ilmu dan sebagainya, agar jangan sampai terjerat keduniaan. Artinya : Agar bisa lah membaung Syaithan ( Usil, curang, dan mengabaikan ). Kerana adanya penghambaan (menghamba) kepada Tuhan itu, bahwa Pemikiran yang mengutus itu sudah pernah menjalaninya, bahwa jika terjerat keduniaan itu maka matinya akan tersesat – BUTA  - Baik di dunia dan di akherat.
Olehkarena itu adalah Rahasia Dunia, atau larangan bagi ahli Budi, diminta dengan sangat, agar bisalah tentang masalah ini disimpan dengan kuatnya, bukan karena bisa berakibat fatal, hanya untuk menjaga jangan sampai diperguanakn sembarangan saja. Karena jika hanya sekedar menegerti, namun jika tidak memahami yang sebenarnya atau bukan ahlinya, kadang-kadang menggampangkan saja. Artinya : Dianggap mengenakan dan dibuat sembarangan sehingga enjadi perbuatan yang sesat. Sekarang saya bertanya : Iya jika nantinya menemukan yang luhur? Jika menemukan yang rendah? Apakah tidak akan menjadi pembuat kerusakan dunia hingga anak keturunanya?” Sedangkan dalam melakukannya : Agar bisalah mengukur kemampuan dari yang mempelajarinya, dan yang belajar, jangan sampai sembarangan.
Sehingga hal itu dirahasiakan hingga bertahun-tahun, karena para Wali ketakutan. Artinya : Ajngan sampai DIBUAT permainan!
BAB III.
DUNIA DAN AKHIRAT

Ayat Qur’an XXVII surat  ke 53, surat An-Najm : “Milik Allah, dunia dan akherat”.
Perjalanan hidup kita setiap harinya jika ditelusuri pasti ada salahnya, walau pun hanya sedikit. Bagi para Pencari Ilmu Ketuhanan, salah dan dosa  itu adalah kesalahan Batin.
Sedangkan jika hal itu bisa dihapus, maka jiwa kita bisa dikatakan menuju ke kebaikan, yang sebutan umumnya itu disebut Evolusi Jiwa, semakin berkembang dari yang sedikit, walau pun hanya sedikit, itu sudah baik, dibanding yang TIDAK BERKEMBANG SAMA SEKALI. Pada intinya, berusuhalah menuju ke kebaikan, itu sangat penting untuk bekal Mencari. Di dalam Injil Surat para Rasul 3 ayat 19, bagian ke 1,2,3, menjelaskan sebagai berikut :
“Agar supaya gantilah batinmu, dan bertobatlah, agar dosamu hilang , maka kamu akan sampai ke jaman Ketenangan, yang berasal dari Tuhan (2).
Di situ sudah jelas bahwa : “Ketenangan itu dari Tuhan” itu sama dengan Tenteram yang dialami oleh “Adam (2). Menelusuri keyakinan dalam stiap harinya, terangnya hati itu jika  tidak mempunyai kesalahan. Sehingga  seseorang yang hatinya terang itu disebut Tenang!
Ketenangan itulah yang sebenarnya atas tujuan dan manfaat Ilmu! Apakah jika tidak mengetahui sesuatu tpun tentang ilmu itu GELAP? Jawabannya : Justru yang tidak mengetahui apa-apa, hatinya menjadi Terang, asal tidak mempunyai hutang! Bagi dunia keilmuan, kosong dari “Pemahaman” sama saja dengan dengan sama sekali belum paham. Sehingga di sini,  tujuan awalnya, gelapnya hati kita, yang selalu Mendapati, kata dan kalimat yang jika dibuktikan, kadang-kadang menumbuhkan perdebatan dan perbantahandan sebagainya, yang akan di jelaskan. Contohnya adalah di salah satu keyakinan yaitu Islam, jika belum mengetahui makna dari Syahadat – Bukan Islam – tidak berbeda dengan orang yang beragama sejak jaman dahulu, jika belum mengerti makna dan bukti dari akherat, bukan orang pilihan. Hal itu termuat juga di dalam dasar Agama Islam : Harus percaya kepada Allah, Kita-Nya, Malaikat-Nya, Maha Ghaibnya Allah, Jim/syetan; Surga/Naraka, Kiyamat yang berakhir di Akherat. Oleh karena iji ajaran-Nya hanya disuruh PERCAYA SAJA, SEHINGGA  orang percaya 100%.
Sekarang saya bertanya : Tempatnya akherat itu di mana? Jawabannya : Kata seorang Kyai  .... di alam sana, besok setelah meninggal dunia!” Artinya, jika ketika di dunnia itu menjalan Shalat dan amal shaleh, akan bertempat karena akan bertempat di akherat!
Seperti halnya uraian tentang Hari Kiyamat di dalam Wedaran Wirid jilid I, yang kebanyakan dalam meemahami akherat itu, bahwa akherat itu akan bisa dijumpai pada besoknya, artinya adalah setelah kematiannya. Akantetapi, yang memberikan penjelasan seperti itu dalam kenyataanya BELUM PERNAH MENJUMPAINYA, bahwa akherat itu adanya di besok hari. Menurut yang dipahami oleh umum, bahwa akherat itua dalah keadaan atau jaman kekekalan untuk para ahli ibadah dan juga bagi orang yang ketika hidupnya di dunia yang berbuat amal kebaikan! Jjika berpedoman kepada Kitab Allah, yaitu di dalam Surat An-Najm ayat 25 di atas, bahwa milik Allah itulah Dunia dan Akherat itu.
Conntohnya adalah sebagai berikut : Si A memberikan cerita kepada anak cucunya, bahwa bagi yang menanam kebaikan dan melakukan Ibadah dengan sungguh-sungguh, maka tempatnya di akherat nantinya di tempat yang tenteram dan nikmat, dan di alam sana akan berkumpul dengan para bidadari yang banyak dan tidak bisa mati! Demikianlah cerita itu hingga terus berlanjut hingga ke anak cucu.  Dan ajaran itu melekat hingga ke dalam sanubari. Akantetapi yang erpenting : Bahwa yang bercerita itu belum pernah melihatnya den menyatakannya sendiri tentang akherat!” Demikian juga dengan anak keturunannya. Hanya meyakini apa yang sudah disampaikan oleh Si “A”. Yang juga belum pernah mengalaminya sendiri. Sekarang silahkan direnungkan maknanya seperti di bawah ini :
\1.3.3. Tuhan itu Bersabda, dan Sabdanya itu kekal, dan tidak bisa berubah. Oleh karena Sabda-Nya itu ditujukan kepada manusia yang hidup yang berada di alam dunia, sehingga ayang harus Mengalami dan Mengerti itu ketika masih berada di Bumi dan yang masih hidup. Nyatanya adalah, Bahwa Isi dari Kitab itu adalah hanya untuk manusia yang masih hidup.
1.3.4. Sudah jelas, bahwa dunia itu adalah untuk manusia yang masih hidup. Padahal di dalam Sabda-Nya itu sudah dijelaskan dengan mendasar bahwa Milik Allah itu, Dunia dan Akherat, itu keadaanya adalah menjadi satu, yaitu dalam keadaan ketika masih HIDUP (1.3.3.).
Jika saja, Sabdanya mengatakan : Milik Allah hanya dunia saja!, yang bisa dimaknai  dengan makna bahwa akherat itu BUKAN ADA DI DUNIA, adanya di besok hari.
1.3.5. Oleh karena Dunia/Akherat itu adalah PERINTH TUHAN yang kekal adanya, sehingga sama saja dengan Lawan Katanya, seperti kata-kata : Siang/malam, bahwa siang itu lawan kata dari malam! Hidup dan mati – Lawan kata dari hidup itu adalah mati, masudnya adalah sebagai berikut :
aa. Siang itu yang mengalami dan yang terpengaruh olehnya adalah bagi orang yang masih hidup  yang sangat banyak yang ada di dunia! Demikian juga lawan katanya MALAM, sama-sama dirasakan oleh menusia di seluruh jagad raya. Makna tersiratnya : Siang itu ada di Bumi, yang malam pun demikian juga. Yang bisa mengenalinya dan yang bisa menjumpainya tentang Siang dan Malam tetap bagi orang-orang yang masih hidup dan berada di bumi. Demikian juga halnya tentang HIDUP, yang memilikinya adalah manusia yang hidup yang masih bisa bergerak-gerak, dan sebaliknya tentang MATI, walau pun tidak ikut mati, akan tetapi tentang Mati yang mengetahuinya adalah orang YANG MASIH HIDUP.
Sehingga jika mengambil dasar dari contoh di atas, sudah jelas bahwa  Akherat itu ADANYA adalah SEKARANG INI (Ketika masih hidup)! Kemudian ada pertanyaan lagi : “Jika memang benar bahwa Akherat itu ada di di dunia sekarang ini, yang dialami oleh oarng yang masih hidup ini, apa buktinya dan dimana tempat keberadaannya?”
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pengarang akan menukil Ayat Tuhan di dalam Al-Qur’an : surat ke 41. Surat : Fushshilat ayat 31 dan 32 (Surat HaMim), sebagai berikut :
- Kami memimpin hidupmu di dunia dan akherat, di ....
- Sana, kamu akan memperoleh apa-apa yang kamu Inginkan, dengan.......
- Nafsumu dan apa-apa yang kamu minta.
- Itu semua bagaikan hidangan (pahala) dari Yang Maha Pengasih.. dan Maha.
- Penyayan.
Jika itu kita analisa dengan teliti, maka tidak akan bisa ditemukan sesuatu yang diberinama dengan mana sebutan “Akherat. Karena itu merupakan Petunjuk Tuhan, maka untuk menyempurnakan keyakinan, maka haris kita RASAKAN, sedangkan tafsirnya adalah sebagai berikut :
a. (Baris pertama ayat di atas) : Kami memimpin hidupmu  - sudah sangat jelas bahwa hidup kita ini dipimpin oleh Yang Maha  Pemimpin, yaitu Allah. Dan selanjutnya dalam MEMIMPIN dari sang Maha Pengasih itu adalah bagi Aku/ kamu/dia ketika berada di dunia dan akherat (1.3.4.).
b. (Baris ke dua) : Di sana (1.3.4) Kamu akan memperolah apa yang kamu inginkan! Semakin jelas dan nyata, bahwa kata “Di sana” itu adalah ketika “manusia masih dalam keadaan Hidup” artinya :  Bukan ditujukan kepada satu orang (individu)  akan tetapi untuk seluruh manusia se dunia (Universal). Dan juga dikuatkan dengan kalimat : Yang Kamu Inginkan. Siapa saja tidak akan membanatah  jika yang sedang memiliki keinginan itu adalah manusia yang masih dalam keadaan hidup dan bisa bergerak-gerak. Artinya : semua menjalankannya dan membenarkannya (5).
c. (Baris ketiga) : Kata – dengan Nafsumu dan apa-apa yang kamu minta! Tuhan itu Maha Adil dan Maha Pengampun, sudah jelas bahwa tempat dari akherat itu berhubungan dengan dunia. Karena : Bahwa di dunia  adalah tempat orang-orang yang masih mempunyai nafsu 4 macam (nn). Serta tempat bagi orang-orang yang penuh dengan permohonan “Apa saja” yang menjadi keinginan dirinya. Sehingga sangat jelas bahwa tempat dari akherat itu bisa disentuh dengan menggunakan nafsu dan hasrat keinginan diri! (13).
Agar semakin menjadi jelas, jika dipahami atas dasar bahasa ilmu batin, bahwa akherat itu bisa ditemukan yaitu dengan cara menggunakan rasa. Rasa dari manusia hidup! Sekarang kita mulai bisa memahami, akan tetapi masih kurang tepat, karena masih ada pertanyaan : Memang benar bahwa tempatnya itu ada di dunia, nah.. sekarang yang sama-sama berada di dunia ini, dimana tempatnya dan seperti apa rasanya?
ooOOOoo

A. SUASANA  AKHERAT

Hadits. Dunia dan Akherat, kedua-duanya harus diutamakan. Tidak baik buat kalian, jika tidak memperdulikan dunia, karena menginginkan Akherat. Namun juga tidak baik meninggalkan Akherat karena hanya mengejar dunia. Yang baik dan utama yaitu mencari menyenangi kedua-duanya. Karena Dunia itu alat bagi manusisa untuk mendapatkan akherat!. Maka dari itu, janganlah kamu meninggalkan masyarakat/manusia. (Ibnu Massakir, dari Anas. D.B. th.XII No19).
Sebutan Akherat itu berasal dari Bahasa Arab : Akhirrah, artinya : Akhir. Ujungnya, atau penghabisan. Pengarang sudah memberikan contoh di depan 1.3.5. bahwa Kalimat itu bisa bermakna berlawanan. Sama saja dengan Kata MALAM dan PAGI, maksudhnya adalah akhir malam hari sudah mendekati pagi, yang keduanya sama-sama kita rasakan. Demikian juga halnya tentang kata Akherat, karena berhubungan dengan Hidup, yaitu adalah hidup yang akan dijalani  setelah akhir dari hidupnya. Maksudnya adalah : Hidup kita yang sekarang ini akan mengalami hidup kembali seperti sebeumnya, jika sudah melewati HARI AKHIR, yang artinya Mati. Namun jangan salah dalam memahaminya, walau pun mati, yang meninggal dunia itu adalah raganya, bukan Jiwanya. Jiwa yang ditinggal oleh raganya itulah yang akan meneruskan Hidup, yang disebut hidup di akherat! (Lihat uraian di Wedaran Wirid Jilid I, tentang Kiyamat dan Mati).
Sehingga : Alam Akherat itu,l adalah tempat yang kita alami setelah Kita dibangkitkan dari Alam Peralihan (Kubur), yaitu setelahnya Hari Kiyamat (terlahir lagi).
Hadits di atas itu sebenarnya memberikan petunjuk bahwa jika jika hidupmu ketika di dunia berkelakuan yang baik, maka di kaherat juga baik. Yang demikian itu juga disebut di dalam Al-Qur’an QS.CV Surat Israa’ yang sudah disebutkan di Bab I :
“Ketika di dunia hatinya buta, di akherat juga akan semakin Buta, tidak tahu jalan dan semakin tersesat!.
Sangat jelas bahwa hati itu yang memilikinya adalah manusia yang masih hidup bergerak-gerak. Seperti apakah buktinya dan bukti rasanya, sehingga bisa mengatakan bahwa hati itu Buta atau melihat? Jika demikian itu, maka Aku ini sebenarnya bertempat tinggal di akherat? Hal itu adalah benar adanaya, dan jawabannya adalah sebagain berikut :
2.1.1. Hadits di atas menjelaskan : Bahwa mencari akherat itu tidak harus dengan jalan menjauhi urusan dunia. Artinya : Jika perbuatan kita sekarang ini baik, yang artinya bahwa ilmunya sudah diterima, maka pada hidup kita seteahnya kiyamat (lahir) sebenarnya adalah akan memetik hasilnya, atas perbuatan kita yang baik yang dilakukan sebelum mati. Sehingga jika demikian : Aku ini meneruskan hidup dari Jiwa sebelum aku lahir.
Penjelasannya : Bayi itu adalah Akherat bagi Sang Hidup sebelum-sebelumnya, atau AKU ini Akherat bagi jiwa yang bertempat di ... yang sekarang sedang kita bawa siang dan malam ini.
Sedangkan bagi yang salah dalam menafsirkan, maka Alam Kubur (setelah kematian)  itu dikiranya sebagai Akherat, itu penasiran yang salah walau sudah diyakini oleh orang banyak!. Ayat Qur’an Surat Israa ayat 21, sebagai berikut :
“Perhatikan, bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidudpan Akherat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.
Semua rasa ketika berada di alam Kubur (Lihat uraian di Wedaran Wirid Jilid I), itu juga bisa kita rasakan ketika masih di dunia, contohnya : Menyesal, susah dan takut. Oleh karena hal itu adalah bekas yang melekat  yang berasal dari Tr Indriya ketika di dunia, padahal dunia itu adalah pasangan dari Akherat, artinya adalah sama-sama Milik Tuhan; sehingga : Rasa yang kita rasakan sekarang ini itu juga adalah rasa yang ada  ketika berada di Akherat.
Di dalam hadits ada kalimat : “Dunia itu halaman akherat” artinya, seperti pada penjelasan di atas (2.1.1.), dan di Akherat itu adalah Sara yang lebih tinggi tingkatannya.” Uraiannya adalah sebagai berikut :
2.1.2. Ketika berada di dunia kemudian memiliki cita-cita yang luhur atau rendah, sedangkan cita-cita tersebut masih belum bisa tercapai, maka ketika setelah kematiannya dan di Kiyamat-kan lagi, tentulah akan memetik bekas yang melekat di kehidupan sebelumnya. Hal itu akan dibuktikan dengan perbuatan dan cara yang lebih “giat” lagi, dalam mengejar cita-cita tersebut. Jika cita-cita itu bisa terwujud, maka wujud itulah yang menjadi akheratnya bagi yang memiliki cita-cita tersebut ketika di kehidupan dahulunya.
Oleh karena masih memiliki hasrat dan cita-cita, maka ketika mati tidak akan bisa sempurna, artinya : akan dikiyamatkan llagi dengan disertai membawa cita-cita yang dahulunya dan cita-cita tersebut tetap tidak akan berubah. Contohnya : Oleh karena Pencuri itu bersifat rendah, jika sudah mati dan dikiyamtkan kembali serta kemudian hidup di akherat, akan MEMETIK  perbuatan yang melekat di jiwa. Semangat dalam melakukannya melebihi  (B) dibanding yang dahulunya. Demikian juga berlaku bagi seseorang yang memiliki cita-cita ayang luhur. Itu ketika memetik buahnya di akherat semakin berkah dan LEBIH TINGGI DERAJATNYA (B).
Sehingga apa yang sudah Sampaikan Oleh Tuhan, bahwa lebih tinggi tingkatannya, itu akan berada pada yang menjalaninya. Untuk lebih jelasnya : Apa yang kamu minta dan yang kamu ingini dengan menggunakan nafsumu, akan tercapai,” Seperti itulah Petunjuk Tuhan Yang Maha Pengasih.
 Kata “lebih” itu punya makna ada perbedaan dari yang dihasratkannya! Contohnya : Sama-sama inginnya, namun rasanya tidak seperti yang terpenuhi keinginannya! Kerena terpunuhi itulah sebenarnya adalah RASA yang berbeda. Ddan rasa itu, tentulah ketika masih di dunia ketika merasakannya! Sedangkan Dunia/akherat itu hanya satu (1.3.3/1.3.4). Sehingga walau pun sama-sama bernama Rasa, namun rasa yang beda itu sebenarnya adalah RASA YANG DIALAMI KETIKA DI AKHERAT, ATAU rasa yang beda itu adala rasa dari Akherat. Maksudnya adalah : yang dipetik oleh Jiwa yang kita bawa ini!
Jika uraian tersebut sduah bisa diterima, maka sekarang ada sebutan : ALAM AKHERAT itu adalah alam PENERUS, artinya : Dunia itu adalah kelanjutan dari akherat, tempat akherat itu ada di dunia.

B. SIAPA YAGN MENANAM AKAN MEMETIK
(Sing sapa nandur bakal ngunduh).

Kalimat tersebut bagi orang Jawa sudah sangat umum, walau pun tidak membuktikannya. Dan memang itu benar, karena : Menanam keburukan, memetik keburukan, menanam kebaikan, memetik kebaikan. Intinya : Bagi pemahaman menggunakan perasaan, sudah diuraikan di atas.  Di bawah ini akan menguraikan sebuah “pembicaraan” umum, yang sepertinya sudah merasuk di pergaulan orang Jawa, yang contohnya adalah sebagai berikut :
Di dalam Naraka tidak bisa saling tolong menolong. Sedangkan walau  bisa bertemu dengan istri sendiri tidak akan bisa memberi pertolongan ketika isterimu sedang disiksa oleh Malaikat. Hal itu kadang-kadang kita bayangkan, bahwa besok ketika kita meninggal dunia dan ketika di dunia berbuat yang “tidak-tidak” maka akan digirng ke Padang Mahsyar (Ara-ara yang sangat panas). Sudah barang tentu, tidak akan ada yang menolong, karena rasa  tidak enak itu hanya diri sendiri saja yang bisa merasakannya, Orang lain tidak bakalan ikut merasakannya. Sangat jelas bahwa, masing-masing manuisa itu tidak bisa ikut merasakan sendiri, atas apa-apa yang dirasakan oleh orang lain, apalagi untuk menolong.
Alam Akherat disebut juga dengan yang sebanarnya, yaitu Hari Pembalasan, yang buruk tetap ke Naraka, yang baik bertempat di Syurga. Penjelasan yang lebih jelas itu seperti yang termuat di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, ayat 48 :
- Takutlah kamu kepada hari Akherat.
- Tidak ada orang lain yang bisa menggantikan atau menolong.
- Untuk merubah ketetapan...... !
Di depan sudah dijelasksan, bahwa akherat itu adalah Hari Akhir bagi yang hidup yang sedang dijalaninya! Oleh karena bahwa akherat itu akan ditemukan setelahnya di-Kiyamat-kan, maka memang benar bahwa tidak akan ada yang bisa merubahnya! Untuk memetik bauh dari sisa perbuatan yang melekat!
Sangat jelas bahwa, ketika bayi yang lahir ke alam yang terang ini sudah  membawa kisah hidupnya sendiri-sendiri, yang disebut juga sesuai dengan berat dan ringannya Dari Timbangan Amalnya! Kata “Ketetapan” itu, sebenarnya : begitu terlahir itu sudah membawa NASIB diri masing-masing, sehingga abanyak kejadian-kejadian walau dalam satu keluarga, namun tidak sama atas apa yang dipetiknya masing-masing. Tentang hal yang tersebut di atas, juga ada di Dalil Qur’ 25 : Putusannya mendapat balasan menurut amal perbuatan yang sudah dilakukannya sendiri-sendiri...... !
Keterangannya : Semua keputusan hukum yang djatuhkan karena berasal dari semua kesalahannya itu, baru akan ditanggungnya setelahnya : “Dilahirkan ke alam dunia”. (Tentang Alhumulmahzfuds leihat kembali Wedaran Wirid I). Lahir itulah yang sebenarnya : Menjalani Keputusan Hakim Akherat. Sehingga Firman Tuhan tersebut di atas, itu bisa ditafsiri : Bahwa Akherat itu KEKAL SELAMANYA, maksudnya : MAKAM (Tempat), memetik buah dari perbuatan. Dan Tempat bayi lahir itu ada di Dunia. Qur’an Surat Hud ayat 39 atau Surat Mukmin ayat 30 : Akherat itu kekal, selamanya..............!
Sekarang ada lagi sebuah pertanyaan : “Nah.. jika demikian.... di antara Jiwa yagn sedang saya bawa ini, dengan jiwa yang menempati diriku di kehidupan sebelumnya itu, ada hubungannya??!!”” (13).
Jawabannya adalah sebagai berikut :
2.1.3. A. Akherat itu kekal adanya, artinya tetap ditempati oleh orang yang masih hidup, yang memiliki nafsu dan hasrat keinginan diri!”
B. Dalil di depan (Qs. Hamim atau As-Sajdah ayat 31-32 surat 41 Juz XXIV) menegaskan bahwa Jika Ketika kamu memperoleh apa yang menjadi permintaanmu (Walau pun berdsarkan keinginan hasrat diri dan nafsumu). Hal itu jika ditelusuri, Aku sekarang ini, itu memiliki hasrat dan keinginan diri!,  Ada yang ingin menjadi Tentara berpangkat tinggi, bos besar, Berdagang, mencuri dan sebagainya. Padahal itu semua bisanya dilakukan adalah ketika masih hdiup di dunia! Oleh karena Tuhan Bersabda, bahwa Dunia dan Akherat itu adalah miliknya. Sehingga Cita-cita yang sekarang ini sama saja dengan cita-citaku ketika di kehidupan sebelumnya sebelum diriku ini ada yang sekarang ini. Lebih jelasnya lagi adalah : Aku sekarang ini membawa hasrat diri jiwaku yang berasal dari kehidupan ku sebelumnya! Sehingga “Aku ini” adalah AKHERAT bagi “Aku-ku” dikehidupan sebelumnya!”
C. Jika demikian, rasa yang ada di hatiku sekarang ini sama saja dengan rasa Jiwaku di kehidupan sebelumnya, Sedangkan Hubungannya dengan rasa di kehidupan sebelumnya itu adalah rasa TIDAK PUAS, Rasa Belum bisa menerima! Rasa belum ikhlas!.
Silahkan direnungkan dengan kebeningan hati : Kita ini jika sudah dewasa (Sudah melewati alam yang ke 5), yaitu berada di alam bagi semua rasa hati yang menuntut, pasti akan tumbuhlah KEINGINAN atau Hasrat Cita-cita yang kadang-kadang justru lebih bersemangat (Kuat, kukuh, ingin segera tercapai). Rasa yang seperti itulah yang sebenarnya sebagai rasa yang berhubungan dengan rasa di kehidupan sebelumnya, atau Kita ini sebenarnya adalah adalah AKHERAT bagi rasa yang belum tercapai  di kehidupan sebelumnya. Adanya rasa yang kita miliki sekarang ini, karena Terpengarah bawaan rasa di jiwa yang berasal dari kehidupan sebelumnya. Sehingga semangat dalam perbuatans ekarang ini serta hubungannya adalah : Berada di AKHERAT diri pribadi masing-masing diri.
Bukti yang lainnya lagi : Bahwa manusia itu hidup adalah di alam akheratnya, atau yang penulis bahasakan  dengan akherat bagi Nafsu – hasrat keinginan diri – cita-cita dan sebagainya, adalah sebagai berikut :
1. Si “A” itu, sejak kecil hidupnya  miskin. Setelah dia dewasa, atas keadilan Tuhan, dia itu bisa menjadi Camat, artinya, karena usaha keras dari si “A” maka akhirnya bisa menjadi seorang Camat. Sehingga si “A: itu, di desanya menjadi orang yang dihormati, seukuran di Disa  Si “A” si “A” diibaratkan bagaikan kebahagiannya itu, tidak ada orang lain yang sebahagia dia, para tetangganya membicarakannya, bahwa Si “A” sudah berhasil mencapai “Syurganya”!”..
Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keberhasilan si “A” itu, karena atas keberehasilan orang tua dan sesepuhnya ketika dahulu, dalam “Bertapa”.
ooOOoo
Jika hal itu dipikirkan, sudah terlihat bahwa Si “A” sudah terpenuhi atas keinginan dirinya. Sedangkan bagi siapa saja yang belum berhasil memenuhi hasrat keinginan dirinya, biasanya hidupnya gelisah! Sudah jelas penjabaran di Nomor 1. Di atas : Si “A” dikarenakan usahanya, maka berhasil sampai pada garis hidupnya (Lihat di Wedaran Wirid Jilid !). Artinya Si “A” dalam semangat ketika berusaha adalah di dorong oleh bekas yang menempel di Jiwanya yang berasal dari jiwa di kehidupan sebelumnya, yang dibawanya!” Sedangkan di Nomor 2. Menunjukkan bahwa Cita-cita dari Jiwa yang di bawa itu, sudah TERCAPAI, artinya cocok dengan Firman Tuhan di Surat Hamim di atas, serta di Surat  As-raa” ayat 21 yang tafsirnya : Angka 1 di atas adalah kelanjutan dari angka 2, adalah rasa atau kelanjutan rasa di kehidupan sebelumnya (14). Harap dicocokan dengan Nomor 2.1.3. A,B,C, di depan.
Bagi yang mencari Ilmu Ketuhanan (Ilmu yang nyata) : Agar tidak disebut sebagai orang buta ketika di Akherat itu, caranya adalah : Seneyampang masih HIDUP sekarang ini, maksudnya adalah : Jika aku sekarang ini Buta, itu berarti jiwaku ketika di hidup sebelumnya  TANPA mencari Ilmu Ketuhanan. Walau pun demikian, untuk bisa berubah hingga bisa berjalan di “Jalan yang lurus”  : Senyampang masih hidup di dunia”. Siapakah yang mengetahui bahwa tiba-tiba dan sewaktu-waktu dipanggil Oleh Yang Menguasai seluruh alam?” Padahal belum memiliki bekal, artinya : sama saja masih Buta  --- sehingga nantinya jika dikehendaki untuk KIYAMAT, dengan selamat ---- TETAP AKAN BUTA, tidak mengetahui jalan lurus!”

C. UNTUK APAKAH AKHERAT ITU

Oleh akrena Akherat itu adalah cerita hidup yang bisa diraba dan dirasa menggunakan Pancaindra dan sebagainya, kemudian Apakah maksud Tuhan, dengan mencipta Akherat. Kiyamat, Syurga/Naraka? Sekarang menguraikan tentang Perbedaan Alam Kekekalan, Ke-Nirwanaan, Dirgahayu, Yang tidak terbayangkan, Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un!
Akherat itu adalah di besok hari yang akan di alami dan dijalani. Dan bisa dirasakan dan lain sebagainya. Sedangkan Ke-Nirwanaan : Nirwana itu adalah yang kita jalani tanpa perlengkapan diri atau Alam Yang Tidak Terbayangkan, sedangkan Akherat masih menggunakan Pancaindra/Indriya yang dilengkapi nafsu san sebagainya! Ketika salah dalam menafsirkannya, bahwa akherat itu disamakan artinya dengan Dirgahayu dan sebagainya. Intinya : Akherat itu Meniadakan adanya Kerusakan, karena, seumpama tidak ada alam akherat, tentu tidak ada hari esok. Sedangkan Hari esok itu sama saja dengan akherat. Untuk apakah Kata Akherat itu? Hal ini kita sudah berhadapan sendiri dengan Kalimat Allah sendiri, yang pertama: Jika di dunia Buta mata hatinya, demikian juga di akheratnya! Bagi Pencari Hakekat, yang selanjutnya, Menuhankan kepada Dzat Yang Tidak terbayangkan, itu Tidak membutuhkan Hari esok/Akherat dan sebagainya, sedangkan yang dibutuhkannya adalah Hanya Berserah diri tanpa mengandalkan gerak pikiran!.
Kalimat terakhir itu, jika salah menafsirkan, kadang-kala justru menunbuhkan watak tidak mau berusaha apa-apa, hanya  berserah kepada Nasib diri. Yang seharusnya : Para Ahli Ma’rifat itu  - Dalam hidupnya itu tidak berharap-harap (Karena, jika masih mempunyai hasrat keinginan diri 1. Masih membutuhkan kepintaran, 2. Masih akan melewati akherat, 3. Masih akan mengalami Kiyamat!).  Oleh karena hal ini hanya sekedar menguraikan saja (menafsiri), yang bisa bermakna Membuka Rahasa Alam dan Membuka rahasia Ilmu Tuhan. Kita itu, harus menyelamatkan Hidup kita, untuk selanjutnya ikut menyelamatkan dunia beserta seluruh isinya jika bisa! Di dalam Ayat Qur’an Surat Al-Qasaa 83, yang tafsirnya sebagai berikut : Akherat itu kami seidakan untuk orang-orang yagn tidak sombong (Ingkar) ketika di dunia ................................. serta tidak menyiksa ................... dst.
Di sini sudah jelaskan bahwa Alam Akherat itu adalah ALAM RASA dan jelmaan dari Jiwa yang masih membawa hasrat diri dan cita-cita. Akhir bahasan tentang Hari Akherat ini, Pengarang sekali lagi, akan mengurai tentang SATRAJENDRA HAYUNINGRAT, :
Oleh karena awal segala yang ada ini dari KOSONG, artinya, tidak bisa dibayangkan, yang lebih jelasnya adalah tanpa bahan-bahan, artinya : YANG MEMBAWA DAN YANG MEMBUAT tidak pernah terputus, tidak pernah mati, yaitu tanpa awal dan akhir (1). Tetap Mempengaruhi dan berharap tentang apa saja yang AKU BELUM PENAH MELIHAT. Oleh karena Aku, Kamu, Dia, tidak pernah mengetahuinya “Itu” sehingga sebenarnya alam dunia ini, itu tanpa ada besok, tnapa batas, tanpa akherat, tak pernah mati @ Apakah sebabnya? Sudah diperintahkan , jika yang tergelar ini, sebenarnya dikuasai oleh Kalimat  Tuhan KUN FAYAKUN, yang maksudnya adalah selama-lamanya tidak pernah berubah seujung rambut pun. Jika demikian maka berlawanan dengan manusia, kerana manusia bisa mati, bisa berada di akherat, bisa terkena Kiyamat, bisa rusak dan sebagainya?!!
Jawabannya // Pertama : Mati, esok, akherat itu sudah jelas bahwa yang menempatinya adalah MANUSIA, artinya barang baru terlihat dan terkena perubahan, mati. Akan tetapi janganlah salah tafsir, bahwa mati itu TIDAK ADA BENTUKNYA .... itu adalah salah!!!!. Yang benar itu : Kalimat QUN itu jadilah ada .... kemudian muncul adanya Aku, Kamu, Dia, tikus, cacing dan sebagainya. FAYAKUN, itu menyatakan : JADI’ yang selamanya tidak akan habis dari yang disebut manusia, hewan dan sebagainya, itu!!! Artinya adalah tergelar, nyata, terlihat, selamanya!
Yang ke dua : Jika aku mati, maka para tetangga itu tidak akan ikut mati, pada hari itu juga. Artinya : yang bernama “Manusia” itu tetap adanya (selain yang mati itu). Yang mati tetap mati, yang ada tetap ada, artinya : Yang tergelar itu, Kekal keberadaannya.
Mohon maaf, Oleh karena tetap adanya itu karena untuk tetap Hidupnya Dunia, Menjaga menghidupkan adanya yang Yasa (membuatnya), Menghidupkan Sastrajendra! Dan kalimat SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT itulah sebenarnya mengandung maksud AWAL DARI YANG ADA. Maksud dan gambarannya sudah sangat jelas, sejelas-jelasnya : YENDRA atau JENDRA (18) maksudnya adalah BESAR. Sedangkan sastra itu adalah Tulisan – menuliskan, menggambarkan, menggambarkan : Adanya Aku! Makna Hayu – Ayu – elok – Indah, berhubungan, lurus, tata aturan, selamat, maksudnya adalah Memuliakan!! Rat itu adalah Jagad raya... dunia ini.
Sekrang kita bisa mengira-ngira, apa maksud dari makna rahasianya, dan mengapa tidak diajarkan? Pada intinya adalah sebagai  berikut : Yang Menghayyu-Hayyu ning Bawana (Yang mengisi hidup dan menghidupkan Dunia) atau semua isi dari isi dunia ini. Dan isi dunia itu, jika Cetha (Jelas), artinya tidak cacat : Itulah yang disebut sempurna, lengkap, sedangkan yang dikatakan sempurna atau lengkap itu adalah MANUSIA.  Namun manusia itu, ADANYA dari tulisan (Kalimat), artinya berasal dari diukir (dibuat)!! (18). Ukiran Tuhan kepada apa saja, yang mengisi dunia ini melalui yang bersifat positif negatif (Laki-laki dan perempuan). Sehingga disebut juga SASTRA CETHA WADINING RAT (Tulisan yang sangat nyata namun tetap menjadi rahasia Dunia).
Penyebabnya adalah sebagai berikut : Laki-laki perempuan melakukan         WADI WINADEN (Sanggama), tidak ada orang lain yang tahu, itulah maksudnya : ---- Jika tidak demikian, maka tidak akan ada keturunannya, sama saja tidak akan ada kehidupan, habis. Jika habis maka tidak akan bisa menghidupkan/menjaga kelangsungan hidup dunia (jj.10). Sikap memelihara hidup dunia seperti itu --- Aku, kamu dan sebagainya.adalah sebagai SAKSI nya bahwa yang pertama kali membuatnya : ADANYA ‘AKU IKI IKA” adalah Dzat Wajibbul Yaqien!.
Sehingga sebenarnya “Sastracethawadiningrat/Sastrajendra Hayuningrat itu --- MELAKUKAN pengaruh yagn tergelar seketika ada, yaitu yang disebut “FAYAKUN” – tidak pernah terputus! Sehingga sebenarnya yang rahasia itu adalah “KENYATAANNYA” Buktinya!!! Yang jelas nyata itu ADANYA KAU, kamu ini semua. (18).
Dan yang selanjutnya, akan ditemukan bukti nyatanya Sastra : AKHERAT, itu untuk apa --- Jawabannya : Sebagai tempat dari menghidupkan. Untuk tempatnya laki-laki/perempuan bermain asmara untuk menyebarkan kehidupan, untuk menjelmakan Kalimat Tuhan Qun Fayaqun. Artinya : Sekarang/besok, dunia/akherat tetap beredar selamanya mewujudkan kesempurnaan Dunia (18).
Akhirul qalam bab uraian hari akherat ini, untuk apa? Jawabannya adalah sebagai berikut : Akherat itu untuk melanjutkan Hidup! Hidup yang sempurna atau belum terpenuhinya  hasrat keinginan dirinya. Cara untuk menemukan rasa dari akherat itu, sama dengan :
aa. Hidupku dibatasi kematian. *).
bb. Pergaulanku dibatasi tidur.*).
a.1. Hidup itu terus hidup, artinya, akan bangun. *), Terbangun kembali itulah yang sebenarnya akan menempati Akherat untuk meneruskan hasrat keinginan diri atau tempat evolusi bagi jiwa (Qiyamat).
b.2. Makan, berdiri, duduk dan sebagainya, itu semua jika puas atau sudah sampai kepada ketentuan : Tidur.*) hingga pagi. Kembali bangun untuk mencari kebutuhan hidup kembali, dan sebagainya!.
Sehingga penjelasan itu, menjadi :
aa. Ini harinya pagi, disebut akherat, artinya : tetap adanya!
bb. Ini harinya pagi, disebut terbangun, artinya tetap adanya!
Jika kita ini ingat atas hari yang sudah-sudah (yang sudah dilakukan sebelum tidur), kita juga ingat dan terasa atau merasa jika hari yang sudah-sudah jiwaku memiliki “Ini” dan “Itu”.
Tentunya bagi yang sudah pernah membaca Wedaran Wirid Jilid I, masih ingat beda antara Mati dan tidur! Soal rasa dan pengalamannya adalah sama saja!.
Manusia itu, jika hasrat keinginan dirinya bisa terpenuhi, biasanya malas mati, ingin tetap hidup. Hasrat dan keinginan hidup terus dan senang itulah yang sebenarnya yang disebut menempati alam akherat dirinya! Tidak ada bedanya ketika di hari ini kita sedang bersenang-senang, itu malas untuk berhenti, seolah-olah jangan ada pagi dan jangan ada tidur!.
 Urian bagian akhir ini, adalah untuk rasa senang, artinya : mempunyai kelebihan, berbeda dengan yang lainnya! Dan sebaliknya adalah menderita – susah- - lamanya dari rasa sussah dan sedih diharapkan jangan sampai datang lagi – semoga cepat bisa tidur lelap! Firman Tuhan di dalam Al-Qur’an surat An-Naziat : 36 – 41, sebagai berikut :
Ada yang mendapatkan Syurga, dan ada yang disiksa di Naraka.
Bukti dari ayat yang sedikit tersebut di atas, adalah : Tiap menit, tiap jam, pasti ada kejadian yang mengandung rasa senang dan ada yang sussah – miskin, dan sebagainya.
Ketika terbangun dari tidur pun demikian adanya : TIDAK ADA YANG BISA MENGETAHUI, akan ada kejaidna apa di hari esok, kecuali manusia yang diperkenankan oleh Tuhan, yaitu para Ahli Ma’rifat! Untuk hari Esok, kadang-kadang bertemu dengan senang – arau syurga, dan demikian juga tidak bisa menghindar dari tidak senang atau Naraka! Demikian juga halnya, bagai sang-”Hidup” – setelahnya kiyamat, ada yang menjadi Lurah (Senang), ada yang menjadi sellu dikejar-kejar Polisi – Penghianat, dan sebagainya.

BAB. IV
JIM DAN SYETAN ITU APA?

(1). Qs. – Al-Hijr, Ayat 27, surat 15 : Tafsirnya : Kami menciptakan Din sebelum manusisa dari api yang panas (api beracun).
(2). Qs. – Ar-Rahman, ayat 31, surat 55. Dan kami akan memeriksa amal kalian, wahai Jin dan Insan!
(3) Qs.XXVII, Surat Ar-rahman ayat 33. Surat 55. Wahai Jin dan manusia, jika kalian bisa keluar dari langit dan bumi, keluarlah kalian! Akan tetapi kalian tidak bisa keluar jika tidak menggunakan kekuatan!.

Untuk menambah pengerahuan dan untuk bukti tentang adanya Jin, syetan, hantu, dan mahluk halus lainnya, di bawah ini adalah contoh—contoh
A. ORANG KESURUPAN
Ada anak yang kesurupan syetan. Tingkahlakunya bermacam-macam, bisa bicara bahasa Ingris, Cina dsb. Yang dikatakanya : Di sini ini, ada rumahnya”.
Yang mengherankan, Diketiaknya adan yang menonjol, sebesar kelereng! Ketik dipijat dengan keras, anak itu berteriak “Aduhhh!! Minta ampun!! Aku tidak akan ke sini lagi! Suaranya terlihat kecewa!.
B. DUKUN “TIBAN” (Seketika Menjadi Dukun).
Di Kabupaten Blitar ada seorang sinden. Pada suatu hari sinden itu pergi ke suatu pertunjukan. Sekitar tiga bulan kemudian Sinden tersebut  tidak seperti biasanya. Tiba-tiba menjadi ahli supranatural, dan membantu orang-orang yang meminta pertolongannya. Sehingga Sinden tersebut terkenal sebagai Danyang (sesepuh) dari warga did tempat itu. Yang mengerankan, bahwa sikap dan kelakuannya tidan seperti biasanya.
C. HANTU
Di Majalah Wereld tahun 1953, pernha dimuat tentang ada sebuah kamar yang mencurigakan di Istana Bucking ham (Ingris), Siapa yang melewati di dekat kamar itu, walau pun siang hari makan akan berdiri bulu kuduknya.
Ada seorang wartawan yang memberanikan diri dengan menguat-nguatkan hatinya, mencoba ingin membuktikannya. Dan benarlah, dia melihat bayangan : Seorang putri yang berjalan mondar-mandir di kesitar kamar tersebut. Dan akhirnya, wartawan itu lari ketakutan. Dan dia menceritakan bahwa pedang dan juga gelas-gelas yang ada di meja di tempat itu, juga dapat terbang dengan sendirinya!”
Ada lagi kisah seorang Kolonel Angkatan Udara dan seorang Insinyur, ingin membuktikan, seberapa menakutkannya Istana Hitam itu. Kolonel dan Insinyur sama-sama bersumpah : “Tidak akan melarikan diri dengan ketikan jika bertemu dengans sesuatu apa saja dan sanggup menjadi tumbalnya!” Benarlah : Mereka berdua kemudian masuk ke dalam Gedung yang menakutkan itu pada jam 12.00 siang. Kunci telah dibuka, jendela-jendal pun dibuka.kemudian mereka berdua melongok dari jendela untuk melihat pertamanan yang ada di bawahnya. Diceritakan : Bahwa mereka berdua sama-sama melihat sepasang laki-laki dan perempuan menaiki kereta yang berlari sangat cepat. Warna kudanya hitam. Yang membuat mereka berdua terheran-heran, adalah kereta itu dengan cepatnya berlari kencang dan menghilang di sela-sela pertamanan, dan sama sekali tidak terdenagr suara yang gemerincing!.
Pada malam harinya, mereka mendengar suara yang menakutkan, berteriak-teriak minta tolong : ‘Hoeeee...... tolong....!! ... tolong.......!!!!!!!... saya jangan di bunuh!”. Demikian itu, berlangsung terus menerus. Suara itu baru berhenti, ketika ada botol wisky yang melayang di atas tempat tindurnya ... Kelontang... Pyarrr!!! Dan pecah, yang pecahannya berserakan di sekitar bantal. Setelah hilang sara botol yang pecah, kemudian muncul sebuah sinar biru bagaikan sinar hewan kunang-kunang, dan mirip sinar kilat petir, dan yang semula berkumpul, mengkilat, dan menyilaukan mata, kemudian membentuk sinar yang panjang – yang terbang berputar-putar di langit-langit kamar mereka berdua. Tidak lama kemudian, hinggap did langit-langit kamar dan bisa menulis nama dari penghuni Istana Hitam itu! Setelah mengetahui namanya, kedua orang itu kemudian melarikan diri sekuat-kuatnya, karena mengetahui, bahwa pemilik dan penghuni tempat itu, dahulu ketika matinya adalah dengan cara bunuh diri, dengan jalan menceburkan diri ke dalam sumur!.
D. ORANG KALAP (Sudah mati... hidup lagi).
Pada tahun 1936, di wilayah Dampit Malang sebelah selatan dan hampir mendekati laut, ada salah seorang pencari ikan, yang kebetulan ingin mengail di sungai. Orang tersbut singgah di sebuah Warung untuk menitipkan pancing dan tempat ikannya, karena ingin mandi dengan menceburkan diri masuk ke dalam sungai terlebih dahulu.
Oleh karena pada waktu itu sedang mendung tebal yang diiringi petir menggelegar. Pemilik warung mengingatkannya, agar niatnya itu ditunda terlebih dahulu. Pemancing tersebut, tidak menghirauaknnya, yang kemudian menceburkan diri begitu saja dan berenang ke tengah dengan menempel pada Batang pisang. Betapa ketakutannya pemilik warung yang di titipi pancing itu, ketika melihat pemancing itu, tiba-tiba amblas ke dalam air dan hilang di tengah-tengah sungai. Hilang tanpa meninggal siapa namanya. Pemilik warung kemudian segeera memberi kabar kepada para tetangganya, walau jaraknya berjauhan dan sedang hujan deras pula. Kemudian sura kentongan tanda bahaya dibunyikan, dan pamong praja pun datang untuk membuat proses verbal. Akan tetapi Pemilik warung, lupa memberikan laporan bahwa orang tersebut pada awalnya ingin memancing, sehingga pancing dan kepis tempat ikannya tetap bersandar di sebelah atap di belakang. Ketakutan pemilik warung sekarang pindah kepada Pancing dan Kepis tempat ikan.
Sekitar waktu setahun kemudian menurut hitungan pemilik warung, pada suatu hari ada orang yang bertamu untuk mencari pancing dan kepis tempat ikan miliknya! Setelah bertemu dengan tamu itu, pemilik warung  menggigil dan pinsan seketika! Karena adanya kejadian yang seperti itu! Setelah sadar kembali, pemilik warung kemudian bertanya sambil ketakutan : “ Wahai kamu!” Apakah kamu itu pemilik pancing setahun yang lalu? Apakah dirimu itu manusia biasa atau kah Jin mahluk halus yang akan mengambil nyawaku? Jawaban dari yang ditanyai : “Sebentar dulu..... saya ini kan yang menitipkan pancing kemarin itu? Saya ini adalah manusia ... jangan takut begitu ..... Saya akan bercerita! Tentang yang kemarin itu!”.  Kemudian orang itu bercerita kejadian yang sebenarnya, seperti berikut ini :
Pada hari ketika menitipkan kail dan kepis tempat ikan (15), yang menurut perasaan pemancing itu, adalah baru kemarin (namun kenyataannya sudah satu tahun yang lalu), Ketika itu dia merasa seolah ada yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam sungai. Menurut perasaannya bahwa di tempat itu, yaitu di tengah sungai ada sebuah rumah gedung yang indah sedang ada acara yang sangat ramai. Menurut perasaannya, pemancing itu menaiki sebuah perahu, padahal Cuma menumpang di pohon pisang yang terbawa air. Pemilik rumah gedung itu ketika itu sedang punya hajatan dan pemancing itu disuruh untuk menjadi peladen. Tamunya sangat banyak, laki-laki perempuan,, tua dan muda di beri hidangan sambil melihat pertunjukan Wayang Purwa.
Setelah acara hajatan selesai, ada seorang perempuan yang mendekatinya sambil berkata : “Pak, kamu tetapada di sini saja yah?” Jika dirimu bersedia maka keluargamu semuanya akan saya bawa pindah ke tempat ini juga. Ajakan itu ditolaknya, karena pemancing itu, ingat kepada tugas yang belum diselesaikan di rumahnya (Sawah dan ladangnya), dan juga dikarenakan di tempat itu, dia tidak merasa betah. Yang bertanya bisa memahaminya, dan pemancing itu kemudian diijinkan untuk pulang, dan ditunjukan jalannya.
Yang sedang pulang, kemudian berjalan ke arah utara, yang tidak lama kemudian tiba-tiba sudah berada di pinggir sungai.....
Deikian itu, cerita yang diceritakan oleh pemancing, yang jika di pikir apa adanya, maka ada cerita yang membingungkan hati : 1. Peilik warung merasa bahwa kepergian pemancing itu sudah setahun yang lalu dan sudah diberitakan bahwa dia itu sudah mati. 2. Dan sebliknya, pemaning itu sendiri merasa, hanya satu hari saja.
E. KUNTILANAK, PERIK, SUNDELBOLONG
Di kota Pontianak wilayah Kalimantan Barat, ada cerit legenda bahwa Kuntilanak itu berasal dari kata Kunti dan anak. Artinya : Kunti itu wanita. Menurut kepercayaan, Kuntilanan itu adalah musuh laki-laki, asal mula kejadiannya itu ada seorang wanita yang meninggal dunia karena melahirkan, sifat kumaranya berubah menjadi hantu dan memusuhi laki-laki!
Ada seorang Sinder Kehutanan yang basih baru menjabat yang berasal dari Tanah Jawa. Pada suatu hari Sinder itu mengadakan Turne untuk melihat wilayahnya, dengan diserta pengiring yang banyak dari Suku Dayak. Para pengiringnya itu, sudah mengingatkan bahwa di tempat itu sering muncul Pontianakipun. Untuk menolak dari gangguannya adalah dengan cara tahan tidak tidur, sehingga nanti jika kemalaman di jalan, maka rombongan itu bergiliran berjaga dan sebaiknya ketika tidur saling beradu punggung.
Dikisahkan, bahwa sinder beserta rombongannya kemalaman dan terpaksa tidur di hutan. Ketika itu sedang hujan gerimis, walaun pun masih jam 06.00 sore seolah sudah benar-benar malam. Sinar bulan tertutup awan. Tidak lama kemudian, banyak dari rombongan yang mulai mencium bau wangi, kemudian berganti dengan bau anyir. Semua mempersiapkan diri dan saling waspada, barang kali saja nantinya ada.... dan sebagainya. Akan tetapi pengaruh dari bau wangi itu justru berpengaruh membuat menjadi mengantuk! Jangan lupa, siapa saja jika sedang layap-layap karena sangat mengantuk itu tentu akan melewati rasa “SER” ... Lupa sekejap! Tiba-tiba, bau wangi dan anyir tiba-tiba menghilang, bergantu ujud menjadi sebuah sinar bagaikan kunang-kunang yang besarnya hampir ssama dengan buah kemiri, bentuk bulat, dan terbang mengelilingi rombongan tersebut, kemudian hinggap di sebuah ranting di atas rombongan tersebut sambil mengeluarkan suara berteriak keras memenuhi area hutan : “Eeeeeee...... Awas kamu nanti ..........!”
Seketika, semua rombongan tidak ada yang bisa berkata-kata dan menjadi bisu, menggigil karena ketakutan, otot dan tenaga bagaikan dilolosi. Tiba-tiba sinar yang bagaikan kunang-kungan berubah ujud menjadi Ujud orang yang sangat cantik, yang kemudian mendatangi rombongan itu sambil merayu.  Oleh akrena sebelumnya para pengirim dan Sinder engetahui bahwa itu adalah “Hantu” yang di Tanah Jawa disebut “Sundel Bolong” sehingga rombongan itu memepersiapkan persenjataannya. Akhirnya “Kuntilanak” itu melarikan diri, menghilang dan tanpa jejak, dengan meninggalkan suara bagai tersebut di atas. Sedangkan bahanya menurut kabar burung  penduduk asli di sana, barangsiapa bisa didekatinya pasi meninggal dunia menjadi bangkai, dan maaf  ... kelaminnya hilang!!
F. HIDUP KEMBALI SETELAH MENINGGAL DUNIA
Pada sekitar tahun 1923, di Wilayah Lodoyo Blitra ada seorang janda yang masih muda mempunyai seorang anak. Pada suatu hari, janda tersebut sedang mengelus-elus anaknya agar tertidur, namun kemudia dia ikut tertidur juga.
Akantetapi ketika pagi harinya, suasana di desanya menjadi geger ramai sekali, karena anak janda tersebut menangis keras sekali. Ibunya “Tidak bangun-bangun” padahal harinya sudah siang. Janda itu meninggal dunia! Sudah menjadi adat, sehingga banyak orang yang melayatnya. Ketika sudah waktunya mayat untuk dimasukan ke dapam keranda, tiba-tiba orang-orang menjadi ramai, karena melihat suatu keanehan, yaitu : Janda tersebut hidup kembali.
Singkat cerita, kemudian janda tersebut mengisahkan kepada orang-orang yang melayatnya, yang isi ceritanya sebagai berikut :
“Aku baru saja dimintai tolong oleh Nyi Lara Kidul, dikonkgon rewang karena sedang kerepotan punya hajatan menikahkan. Di sana aku sudah hamir satu tahun lamanya, pada suatu hari tiba-tiba aku memecahkan piring, sehingga saya diusir oleh seorang wanita yang sangat cantik. Aku baru ingiat kata orang-orang tentang Nyai Lara Kidul. Kemudian..... ini tadi, katanya aku sudah meninggal dunia. Apakah benar begitu ?”!!
Kisah tersebut jika dipikir, terbukti menjadi lawan dari apa yang dikisahkan di Kalap. Penjelasannya : Orang kalap itu merasa bahwa Satu Tahun = satu hari. Sedangkan pengalam janda yang meninggal dunia itu, merasa bahwa satu hari = satu tahun.
G. ORANG YANG MASIH HIDUP BISA MASUK SYURGA
Menurut berita di urat-surat kabar, kira-kira bersamaan dengan peringatan 200 tahun Keraton Yogyakarta- Hadiningrat, ada seorang Kyai yang buta, dan kerena kebuntuan pikirannya kemudian dia bertapa dan memhon kepada Tuhan. Kemudian mendapatkan “Isyarah” yang menurutnya berasal dari Alalah (16). Kira-kira demikian : “Wahai bapak” kamu akan terpenuhi apa yang menjadi permohonanmu itu! Benarlah, kemudian Kyai tersebut bermohon  tentang apa yang menjadi hasratnya,s ebagai berikut : Wahai Tuhan!! Saya mohon masuk ke dalam Syurga!” Jawaban dari Isyarat (Menurut cerita Pak Kyai, mendengar suara yang menyusup jiwa) : “Iya-  iya Kyai, kamu akan saya nikahkan dengan putri-putri yang semuanya cantik-cantik sebanyak 7 putri, dan juga apa-apa  yang kamu pinta, maka putri-putri itu akan memenuhinya.”
Dan selanjutnya Pak Kyai itu terkenal dan bisa menjadi dukun, dan memberikan syarat, makruf dll, kepada siapa saja yang memintanya, dan bahwakan para pembesar pun berdatangan, ada yang meminta kekayaan, minta terbebas dari tuduhan korupsi dan lain-lain.
Menurut perkataan orang banyaik, jika ada tamu yang datang, Pak Kyai kemudian bersamadi di kamarnya! Para tamu kemudian mendengar suaranya dimana Pak Ktai itu berbicara sendirian, seperti sedang berbicara dengan para putri yang di akui sebagai istrinya itu! Sebagai berikut : He Diajeng (Wahai Adinda) ambilkanlah aku minuman, nah yang ini, sediakan nasi beserta lauk pauknya, karena banyak sekali tamu yang datang.
Singkat cerita, Jika pikiran kita sehat, maka akan tumbuh pertanyaan : Apakah mungkin, 7 putri itu dari mana? Apakah itu benar-benar bisikan Tuhan?  Dan Minuman berasal dari mana? Masa, ada orang buta bisa melihat wanita cantik?
Contoh-contoh kejadian tersebut, pasti ada yang mengatakan bahwa kabar bohong semata, namun juga ada yang menyebutnya : Hanya alasan saja , agar mendapatkan uang, bahwa kan orang yang sama-sekali tidak mempercayainya. Jawaban dan pertanyaan tentang apa saja, harus ada dasar dalilnya walau pun bukan berasal dari Qur’an dan sebagainya. Yaitu dalil yang berasal dari hatiku sendiri, yang intinya memeprcayai : JIKA ADA SEBUTAN/NAMANYA pasti ADA SESUATUNYA – entah terlihat atau tidak bisa terlihat (17). Maksudnya : Untuk bisa mengetahuinya, maka harus ditelusuri, apakah hanya sekedar sebutan saja, apakah benar-benar terlihat nyatanya. Sebelum pengerang menguraikan semua pertanyaan-pertanyaan dan contoh-contoh tersebut di atas, ijinkan lah memberikan gambaran tentang kata “Syetan” terlebih dahulu!!
Pada jamun dahulu kala, jika ada orang yang terkena penyakit apa saja, itu dikiranya kena (Kerasukan) Syetan, terkena “makhluk halus”. Dari jenis penyakit yang dikira disebabkan karena syetan terssebut, contohnya, panas, pusing, ayan, luka dan sebagainya. Isi ceramah dari Prof. Soejoenoes yang ada hubungannya dengan contoh-contoh di atas (Huruf A hingga G). Jika ditelusuri, semua kejadian-kejadian itu dikarenakan dari “Akibat”, artinya : Dirasakan setelah terkena! Kecuali atas kejadian yang RASA PERASSAANNYA BERBEDA-BEDA, seperti halnya : Satu hari = satu tahun, dan setahun = sehari, ada juga rasa hillang dan lupa. Yang membedakan dengan isi ceramah dari Prof. Soejoenoes itu, bahwa yang disebut dengan Syetan oleh manusisa ajaman dahulu adalah sama dengan penyakit. Sedangkan contoh-contoh di atas adalah bukan sebuah penyakit, akan tetapi hal-hal yang aneh-aneh (mengherankan, tidak masuk akan). Apakah semuanya itu, dari akibat terkena gangguan Jin, apakah karena syetan, ataukah sperti apa, dan di sisni yang harus dipahami terlebih dahulu adalah : Apakah sebabnya Agama Islam  di dalam Rukun-nya harus meyakini adanya Jin, syetan dan sebagainya? Jika demikian, Jin dan Syetan itu adalah Makhluk Tuhan! Karena, jika tidak meyaikini kepada makhluk-Nya, sama saja “masih kurang” dalam mengagungkan Tuhan. Atau jika ada yang kurang dari yang kita yakini kepada hal-hal gaib itu, disebut BUKAN IMAN, dan kurang pengetahunnya. Di Sekolah-sekolah Menengah dan Tinggi, tentang kata “Atoom” tidak akan ditinggalkan dalam materi pendidikan yang harus diajarkannya, serta tentang Baksil, dan sebagainya, yang walau bentuknya tidak bisa dilihat mata, akan tetapi menumbuhkan keyakinan bahwa baksil itu mempunyai perbuatan, karena bisa mengakibatkan suatu akibat. Demikian juga tentang keyakinan di jaman dahulu kala yang berhubungan dengan mahluk halus (Syetan), dalam menemukan dan meyakininya adalah dari akibatnya. Barangkali saja bahwa Baksil  dan semua sesuatu yang kotor dan tidak bisa dilihat mata itu, oleh kakek=kakek buyut  kita pada jaman dahulu  disebut dengan sebutan syetan. Sehingga jika memang demikian, maka keyakinan manusia di jaman dahulu apabila sakit itu maka dikatakan terkena syetan, dan hal itu maknanya adalah : Yang menyebabkan sakit itu tidak bisa dilihat dengan mata biasa!.
Jika di teliti, bahwa isi dari Kitab-Kitab Suci itu menjelaskan : Syetan itu musuh manuisa. Kata “Musuh” itu adalah “tidak cocok” atas segala sesuatunya. Pertanyaan kita : Jika memang syetan itu musuh manusia, mengapa tidak bisa berjumpa dalam tiap harinya ? Katanya syetan itu menjadi benalu bagi manusia, akan tetapi menjadi musuh, hal itu mengapa dan bagaimanakah ? Apalagi di desa-desa, ada yang disebut : Perewangan, artinya : “yang punya peliharaan syetan” (Bersahabat dengan syetan)!” Apakah yang demikian itu tidak  masuk akal, sehingga syetan mengapa dipelihara?. Tentang uraian ini, itu terdapat dua hal : Pertama, Syetan bisa menjadi teman, yang kedua, syetan itu musuh! Semakin banyaik keterangan yang berhubungan dengan syetan, semakin membingungkan hati, karena akan memunculkan pertanyaan : Apakah kedua-duanya itu bsia dinyatakan (dirasakan)? Yang manakah yang menjadi teman, dan yang manakah yang menjadi musuh? Padahal menurut pengetahuanku, Tuhan tidak menjelaskan bahwa Syetan yang dibuat dari bahan-bahan “Itu” seumpamanya, hanya menyebutkan bahwa Jin itu dicipta dari api! Sehingga : Syetan itu dicipta dari “Entah”, akan tetapi Jin itu berasal dari Api.
Oleh karne Jin itu dibuat dari adonan api, sehingga menggunakan hati maka akan bisa mengira-ngira, bahwa mahluk yang bernama Jin itu tentunya mempunyai bentuk! Di Tanah Jawa ini, tidak kurang dan banyak orang yang bisa melihat Jin, akan tetapi dalam melihatnya adalah menggunakan mata batin.
Mengulang tentang Syetan, silahkan dilihat dalil Qur’an XIV:16 Surat An.Nahl, ayat 99.
“.................................. SYETAN ITU TIDAK MEMPUNYA KEKUASAAN DI HATI ORANG YANG BERIMAN ..........................
Didepan sudah diuraikan di bab I, bahwa syetan itu adalah bersifat benalu dan perbuatan mengajak pada kesesatan. (gg.7). Siapa saja akan meyakini bahwa syetan/iblis perbuatannya adalah mengajak kepada keburukan – kesesatan – jahat dan sebagainya. Yang intinya adalah perbuatan durhaka. Hingga jaman sekarang ini, yaitu jaman atoom, belum ada Ahli Ilmu Alam yang bisa menemukan ujud dari syetan. Akan tetapi semua mengakui, bahwa syetan itu pekerjaannya mengajak kepada keburukan, sehingga jika demikian  bisa disebut : Tidak ada ujudnya, akantetapi ada perbuatannya. Atau juga syetan itu adalah sebuah sebutan bagi keadaan yang bisa menyebabkan sakit dan tindakan buruk! Olehkarena menyangkut soal tindakan (Tingkah-laku, gerak-gerik, dan perkataan) maka akan muncul pertanyaan : Syetan itu bertempat tinggal di mana, Jawabannya : Bertempt tinggal di badan kita, atau syetan itu adalah bagian dari Jiwa, yang perbuatan nafsunya tidak mau menjelma. Sekarang sudah jelas, bahwa sebagai manusia itu sudah dipengaruhi oleh gerak nafsu (syetan). Semakin jelas karena Kitab-Kitan suci tidak menyebutkan bahwa syetan itu TEMAN DARI HEWAN atau teman dari selain manusia. Jika ada hewan yang mempunyain teman/musuh yang bernama syetan, bisa saja  ada hewan yang bisa menipu manusia! Keterangannya : Jika Allah berfirman tentang Syetan itu adalah untuk manusia; yaitu : Adanya adalah sejak “ADAM itu ada, atau bersamaan dengan lahirnya bayi (gg.7). Contoh perbuatan buruk dari syetan adalah sebagai berikut :
3.1.1. Seorang abdi kepercayaan, pada suatu hari diperintahkan untuk mengikuti tuannya pergi  ke pasar. Menurut adat kebiasaan yang sudah-sudah, abdi itu memang baik, patuh, serta tidak pernah berbuat mencuri. Setelah sampai di tengah perjalanan, tiba-tiba abdi tersebut merampok tuannya. Singkat cerita, abdi tersebut kemudian masuk penjara. Yang terpenting : Abdi tersebut merasa menyesal karena sadar atas perbuatannya.
3.1.2. Anak dari Pak Suta berkelakuan baik, Pada suatu hari anak itu tibatiba melakukan perbuatan mencuri uang milik orang tuanya, untuk dipergunakan berjudi. Demikianlah, masih banyak contoh-contoh tentang tindakan durjana yang berdasarkan tidak dikira sebeumnya.
3.1.3. Di Jaarta ada seorang ABRI yang dengan tidak dinyana-nyana, melakukan perselingkuhan. Ketika diketahui oleh Komandannya, kemudian melakukan bunuh diri. Demikian juga terjadi di Jakarta (Kebayoran), ada kejadian orang yang sudah mempunyai 4 anak, mampu berbuat tega membunuh anak istrinya (Harian Merdeka).\
Contoh-contoh di atas jika dipikir, maka mengherankan. Karena, jika disuruh pun tentu tidak akan mau melakukan tindakan sesat seperti tersebut. Contohnya : Membunuh dirinya sendiri, jika ada yang menyruhnya, tentu tidak akan mau. Kecuali jika disuruh membunuh orang lain  .... hal itu banyak yang terjadi.
Sehingga jelaslah : Syetan itu Nafsu yang kelakuannya mengajak kepada perbuatan jahat, yang memaksa diri kita sendiri-sendiri supaya melakukan perbuatan yang menjadi kesenangan dari sifat syetan-syetan di diri sendiri. Yang disebut Hasrat jahat itu sebenarnya adalah Syetan. Meski demikiian, orang yang marah-marah, mudah tersinggung dan sebagainya, itu sama saja kemasukan syetan!.
Apakah benar, bahwa syetan itu tidak bisa menaklukkan orang beriman? Jawabannya : Tentu saja! Karena orang yang iman, maksudnya yang selalu ingat Tuhan, maka syetannya sudah dijauhkan, artinya : Bisa mengendalikan hasrat dan keinginan diri dari hawa nafsunya. Namun apakah syetannya bisa pergi dari dirinya? Jawabannya : Syetan itu tetap adanya di diri kita ini, sedangkan berbuat atau tidaknya, tergantung kepada yang melakukannya. Jawaban yang terakhir ini, sama dengan : Syetan itu musuh orang beriman. Bagi orang awam, jika kebutuhannya beum tercukupi, maka syetannya selalu bersemangat berbuat. Oleh karena kerja dari syetan-syetan itu, maka manusia menjadi punya kemajuan. Contohnya : Serakah, kikir, egoistis, merasa tidak pernah puas dan sebagainya. Dan semua itu sudah menjadi pakain manusia.
Ada lagi sebuah pertanyaan : Yang disebut bersahabat dengan syetan itu yang bagaimana? Apakah di bawa, ataukah dipelihara? Jawabannya adalah sebagai berikut : Manusia yang takaran  nafsunya tentang apa saja LebIH dari biasanya itu, ketentraman hidupnya adalah ketika melakukan durjana. Tapi jangan lupa, sebagian besar tindakannya akan diketahui, karena pada dasarnya manusia itu depngaruhi oleh rasa ingat. Walau bagaimana pun tindakan durjana itu, bagi yang sadar, maka akan menghentikannya, yaitu yang disebut melebur dosa.
Bagi orang pencari hakikat, itu melakukan tapa, yang intinya adalah memaksa budi untuk mengendalikan gerak hati, karena cetusan-cetusan hati itu “Belum tentu jika bukan suruhan dari syetan”. Sehingga benar, bahwa syetan itu adalah teman manusia, karena syetan bisa menyebabkan menjadi kaya – karena kikir, serakah dan tega. Tega itulah sebagai tanda bahwa manusia itu sudah dipengaruhi oleh syetan.

A. SYETAN ITU MUSUH TUHAN ... TUHAN YANG MANA?

Sebelum menjawa pertanyaan tersebut, yang harus dipahami terlebih dahulu : Tentang kedudukan syetan. Di atas penjelasan tenetang syetan mungkin masih kurang jelas. Yang kurang jelas itu, jenis dari masing-masing nafsu. Nafsu itu ada yang baik, contohnya, nafsu berjuang, nafsu mencari ilmu, nafsu berusaha menggapai cita-cita dan sebagainya. Apakah yang demikian itu disebut syetan? Jawabannya : Bukan!!.
Nafsu itu bermacam-macam,  dan perbuatan nafsu itu itu menyebabkan manusia akan merasakan buah dari perbuatannya.  Sedangkan Syetan, itu : NAFSU JAHAT. Sehingga, sama-sama nafsu yang diberi oleh syetan/iblis itu yang berakibat merusak tatanan.
Nafsu yang menyebabkan kerusakan itulah yang sebenarnya adalah musuh manusia atau yang disebut Musuh Tuhan. Penjelasannya : Di Wedaran Wirid Jilid I sudah diuraikan bahwa manusisa itu sebenarnya adalah yang memuat atau bahasa filsafatnya drager v.t. Goddeljk (Yang memuat cahaya Tuhan). Kata “yang gmemuat” itu bisa diumpamakan Jamban-jamban yang gberisi ari yang jernih yang terkena sinar Matahari. Yang ternyata jamban-jamban itu dapat mengandung cahaya matahari dari langit yang hanya satu saja. Sama saja bahwa bejana itu mengandung Hakekat Tuhan – sebagai – Arsj – oleh Tuhan.
Syetan itu juga sama-sama memberi pengaruh kepada manusia dan syetan juga sama-sama mahluk Yang Maha Kuasa.
3.2.1. Hakekat Ketuhanan atau Bayangan cahaya Tuhan, atau hakekat Citra milik Allah, dinaikkan lagi Cahaya Allah, yang memberi nama manusia dari masing-masing diri manusia yang berjumlah miyaran banyaknya itu, disebut SANG PURUSA, atau Sang Purusa itu BAYANGAN yang ada di jamban, sebagai perumpamaannya! Yang bertampat di Jamban itu, selain Purusa, oleh Tuhan, juga sebagai tempat  Syetan-syetan.
3.2.2. Sedangkan yang diibaratkn Surya (Mathari) yang hanya satu serta memiliki Cahaya terang itu : Bukan satu, bukan dua, karena hanya TUNGGAL (ISWARA).
Ibarat yang demikian itu, dinaikkan kepada kenyataannya : Yang diibaratkan dengan amtahari itu, sama saja dengah TUHAN bagi Seluruh Alam. Maksudnya adalah juga Allah bagi Syetan, malaikat, manusia, kayu batu dan sebagainya yang ada di Bumi dan Langit. Oleh karena Allah itu yang MENCIPTA, Yang MENJAGA, Yang Maha Pengasih kepada ciptaannya, maka jika demikian itu TIDAK MEMPUNYAI MUSUH.
Penjelasannya adalah sebagai berikut : Yang dimaksud ALLAH dari masing-masing diri manusia itu adalah Sang Purusa itu. Sedangkan yang disebut yang bisa MEMBUAT YANG TERGELAR itu (3.2.1), Tuhan dari Alam Seluruhnya yang memiliki bayangan yang dibagi-bagi itu tadi, yang disebut dengan sebutan SANG ISWARA.
Pada intinya : Sang Purusa (3.2.1) itu adalah yang memberi nama adalah  Manusia, sedangkan manusia itu adalah Atas Kehendak Tuhan (3.2.2) juga diberi nama oleh Syetan! Sehingga jika demikian, yang disebut syetan adalah Musuh ALLAH, tidak lain Syetan itu adalah Musuh Allah  bagi masing-masing diri manusia.
Sedangkan yang kita mokal-kan : Apakah mungkin Allah itu memusuhi Makhluk ciptaannya?” Sebenarnya, YANG TIDAK MEMPUNYAI MUSUH itu Allah, yang memiliki Cahaya yang dibagi-bagi seperti uraian di atas, maksudnya adalah :
1. Sag Purusha itu Musuh Syetan.
2. Sang Iswara itu tidak mempunyai musuh.
Yang menyebabkan disebut dengan sebutan satru, karena tidak cocok. Walau pun Purusha aitu bayangan, karena merupakan bayangan dari Iswara yang TIDAK BISA TERBAYANGKAN, juga mengandung sifat Yang Tidak Terbayangkan. Yang disebut Musuh : adalah perbuatannya, dan juga dzatnya : Iswara dan syetan itu memang tidak bisa menyatu! (cc – cc.3).

B. APAKAH PERBUATAN BURUK ITU BERASAL DARI TUHAN?

Jawabannya adalah sebagai berikut : Semua perbutan itu tumbuh dari gerak sifat-sifat Tuhan yang sempurna (Lihat sifat 20 di Wedaran Wirid Jilid I). Manusia diciptakan itu mengandung sifat Suci (Pikiran suci dan kotor itu terletak di Rasa). Di Wedaran Wirid Jilid I, disebutkn bahwa sifat dan Irdat Tuhan itu bahwa semua yang tergelar ini adalah saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga disebut ESA  (hanya menyatu, tunggal), Contohnya adalah sebagai berikut :
Orang yang mencuri itu, walau tidak ketahuan oleh orang lain, jelas itu adalah tindakan syetan yang mengajak pada perbuatan buruk.  Dan yang lainnya mengajak kepada kebenaran. Intinya : Tindakan dan rasa dirinya sudah tidak sesuai. Sama-sama bertindak, kita sudah bisa memerinci, bahwa perbuatan suci (benar), adalah perbuatan Hakekat Ketuhanan, yang disebut Purusha itu tadi. Bagaimana pun dorongan dari syetan, itu akan kalah! Oleh karena penjelasan did ata sudah mengandung maksud, bahwa pribadi kita ini  mengandung kebaikan dan keburukan, sehingga pertanyaan di atas itu, jawabannya hanyalah : Bukan Tuhan yang menyuruh, akan tetapi “Nafsu” (Syetan). Buktinya : Perbuatan buruk, walau rapih bagaimanapun itu, akan membuahkan keburukan, sama persis dengan yang ditanamnya. Artinya : Oleh karena yang menyuruhnya itu adalah syetan, pasti akan membuahkan : Kerusakan! Akantetapi, jika atas ssuruhan Dzat Tuhan, buah hasilnya pasti cocok dengan apa yang dihasratkan  oleh Dzat Tuhan itu. Sama saja dengan : Mencari Ilmu Hakekat itu mesti menjauhi segala keburukan, artinya musuh syetan. Berbeda dengan menyenangi perbuatan buruk, itu adalah mendekati keburukan.  Artinya : Mencari kebaikan itu dengan cara menggunakan Ilmu Ketuhanan sehingga yang dipikirkan itu adalah hal kebaikan dan kesucian. Tuhan, Sifat Tuhan dan sebagainya, yang buah hasilnya akan memetik Keluhuran.
Sekarang ada pertanyaan : Jika demikian yang mengendalikan manusia itu, ada dua : Syetan dan Tuhan? Pertanyaan itu memang benar jika berlandaskan uraian-uraian di atas. Akan tetapi jawabnya adalah : TIDAK DEMIKIAN, yang benar adalah sebagai berikut : Segala perbuatan Alam raya, perbuatan Malaikat-malaikat, syetan-syetan, manusia-manusia, Jin, mahluk halus, nafsu, tidur, mati, kahir, kesemuanya itu tidak akan bergeser serambut pun, itu adalah berasal dari Maha Hakekat perbuatan  Tuhan yang kesemuanya itu sebagai tanda saksi  bagi SIFAT TUHAN! Yang intinya adalah, semua itu menyatu di diri manusia, sehingga manusia itu disebut Luhur!
Perbuatan-perbuatan tersebut mulai dari yang kasar hingga yang halus, atoom dan sebagainya, manusia juga mendapat pengaruhnya. Sehingga jika demikian perbuatan-perbuatan yang asli/ semoga yang sebelum bernama manusia, itu tetap berbuat seperti  dari asalnya! Sehingga : Jika manusia terdesak dan kalah oleh perbuatan keluhuran manusia, kadang-kala manusia melakukan perbuatan salah satu sifat-sifat yang bermacam-macam itu (Lihat uraian di Wedaran Wirid Jilid I tentang Malaikat).
Sehingga, keluhuran manusia itu adalah dalam perbuatan : Sedang memikir, berjalan, adalah mengikuti kehendak Tuhan dast. Berbeda dengan manusia yang belum mengerti itu, dalam bertindaknya mengikuti salah satu sifat-sifat itu! Maksudnya adalah sebagai berikut : Maha Tahu-Nya Allah itu terbukti bisa menyatukan kodrat/iradat dan sifat-sifat dari yang tergelar ini, menjadi Ujud ADANYA MANUSIA (1). Jika demikian : Tuhan itu sama dengan tidak akan menyimpang. Karena manusia sudah mendapatkan iradat/sifat dan kodrat, dalam bertindaknya hanya menjalankan saja menang dan kalah. Jika yang menang sifat yang luhur, maka akan menjadi orang luhur, dan ebaliknya jika keluhurannya kalah, maka akan menjadi ada orang yang menjadi pencuri, ahi perewangan makhluk halus, yang disebut sebagai orang kafir (tidak mebela ilmunya Tuhan) sehingga jika ada pertanyaan “Apakah syetan itu”? jawabannya : Syatn itu adalah sebutan bagi perbuatan buruk. Dan sifat buruk itu TIDAK BISA MATI, artinya, selagi masih ada manusia, sudah tentu ada keburukan; Selagi masih ada masyarakat, sudah tentu ada pencuri. Selagi masih ada Negara, pasti ada perang, selagi masih ada perang, sudah pasti ada penghianat dan seterusnya, masih sangat banyak jenisnya.

C. APAKAH PERBEDAAN ANTAN SYETAN DAN JIN?

Dalil di depan pada Bab IV (1), ringaksannya adalah sebagai berikut : Allah menciptakan Jin sebelum adanaya manusia (aa1) yang berasal dari Api yang panas. Cara mmencari dan cara membedakannya adalah sebagai berikut :
I. Syetan-syetan aau iblis itu sebenarnya adalah yang dibuat atau berasall dari Boor (cahaya yang tidak ada tandanya, atau tidak terlihat, akan tetapi bergerak).
II. Jin sudah jelas tercipta dari Api yang panas. Artinya, oleh karena menggunakan adonan, pasti ada bentuknya, tidak berbeda dengan Atoom, baksil dan gas serta yang lainnya, walau tidak terlihat akan tetapi ada bentuknya, yaitu ketika dilihat menggunakan alat modern (Kyker, microskoop). Jika demikian, apakah Jin juga bisa dilihat denggunakan alat-alat terebut? Jika bisa, apakah sebabnya hinga sampai sekarang tidak ada orang yang bisa menangkap Jin?
Menurut Babad tanah Jawa, banyak orang sakti pada jaman kerajaan yang bersahabt dengan Jin, dimintai bantuan untuk membuat candi. Membuat Istana, membuka hutan dan sebagainya. Bahkan di Al-Qur’an di kisahkan bahwa Nabi Sulaiman as. Bisa memerintah Jin, disirih mengambil mutiara, emas, perak, intan dan sebagainya. Sedangkan ketika Nabi Sulaiman perang melawan Ratu Billqis, pasukannya adalah para jin-jin tersebut.
Oleh karena Jin itu diciptakan berasal dari Api, apakah nyalanya, apakah hawanya, apakah gasnya, tentunya juga berujud dan terlihat. Maksudnya adalah termasuk yang menjadi isi dari Bumi. Akan tetapi bersifat gaib, tidak bisa dilihat menggunakan mata biasa.
Menurut ayat di atas itu menyatakan bahwa adanya Jin itu lebih dahulu ada dibanding dengan adanya manusia. Sehingga Jin-Jin itu adalah merupakana masyarakat gaib. Oleh karena masyarakat, maka juga mempunyai kebudyaan, Tempat tinggal, rumah, kerajaan dan sebagainya. Hanya saja tidak sama dengan masyarakat manusia.
Menurut akal, bahan yang berasal dari api itu mengandung maksud bahwa yang dibuat itu bukan sesuatu yang terkena hawa panas (Bara, arang) akantetapi Allah mmenciptakan Jin itu dari Sinar yang panas. Kata Sinar atau cahaya itu bukan hanya sekedar sinar yang berasal dari api saja, walau pun sinar matahari juta terasa panas. Sehingga bahan untuk mencipta jin itu bisa saja berupa sari-sari dari panas.
Inti sari panas itu, walau berwarna hitam, kuning dan sebagainya,tetap tidak akan bisa disentuh. Sehingga makhluk Jin itu mempunyai tempat tinggal yang sudah ditentukan, yaitu alam Jin. Sehingga berlawanan dengan manusia. Oleh karena manusia itu berbadan kasar, alam tempat tinggalnya juga kasar. Olehkarena Jin itu makhouk gaib, alamnya juga bernama alam gaib.
Mohon untuk dirasakan, Makhluk Jin itu diipta sebelum manusia diciptakan. Tentunya akan ada pemikiran 1. Jauh lebih tua umurnya jika dibanding dengan manusia. 2. Bahan untuk membuatnya sudah jelas bukan cahaya seperti yang cahaya yang ada di bumi ini. Jika demikian, dari jenis cahaya apakah bahan untuk mencipta Jin itu?
Ilmu Fisika Moderen menjelaskan, bahwa dunian ini sebelum adanya Planet, Bumi, Bulan dan Matahari, yang terlebih dahulu ada adalah berbentuk “Asap” yang lebih dikenal dengan sebutan “NEBULA” yang menurut bahasa Ilmu Pengetahuan disebut dengan “PARTIKELLEN. (Menurut Madzab Prof. Dr. Einstein). Adanya partikel-partikel itu karen atas kehendak Yang Maha Kuasa, tanpa asal mula dan tanpa bahan untuk membautnya, akan tetapi bisa membentuk segala bentuk yang beraneka ragam, merah, kuning, hijau, hitam dan sebagainya.
Apakah ahay-cahaya itu bisa menjelma menjadi suatu bentuk yang tergelar karena terkena Kalimat Tuhan? Apakah ada dasar atau dalil yang menguatkan pendapat tersebut? Harap di rasakan dasar petunjuk Tuhan di bawah ini, kemudian juga seperti apa yang disampaikan oleh Pujangga Besar  Tanah Jawa, Rongga Warsita, sebagai berikut :
(s) Qur’an Surat ke 42, surat As-Sajdah ayat 11 : Kemudian Allah mencipta langit, yang ketika itu bagaikan Asap, kemudian tuhan berkata kepada Langit dan Bumi : Turunlah kalian berdua, dengan patuh atau terpaksa!” keduanya berkata : Kami patuh.
(ss). Ronggawarsita : (Sumber dari Wiri Hidayatjati) Nukat Gaib, setelah terkenaka Kalimat Allah, kemudian BERGETAR, Bergetarnya Nukat Gaib kemudian menimbulkan  : Roh Idlafi, yaitu Cahaya Jernih Yang memancar, bercahaya terang – Yang kedua disebut Roh Sejati, yang menjadi bayangan dari Dzat Sejati.
Roh Idlafi bergetar – dan getarannya memunculkan 5 jenis cahaya, yaitu Cahaya Hijau, Putih, Kuning, Merah dan Hitm. (19).
5 Macam cahaya itu selalu bergetar. Dari Getaran cahaya 5 macam itu menjadi Jasad Kasar beserta kelengkapannya, dan atas pengaruhnya itu menjadi wujud RAGA kasar dan halus, yang mempengaruhi Raga kita ini, sehingga bisa bergerak dan berfungsi ... dan sebagainya.
Perintah tuhan serta makna dari Wirid Hidayat Jati, akan penulis uraikan menggunakan ilmu yang lain sebagai berikut :
Menurut pendapat para Sarjana, Pada jaman sebelum adanya sesuatu, alam raya ini penuh dengan bahan-bahan. Jangan lupa, ADANYA manusia itu setelah Langit dan Bumi ini ada, artinya : Setelah syarat untuk hidup itu lengkap.
Ganti cerita tentang “bahan-bahan” yagn disebut Nebula atau partikel, itus sebenarnya di jaman sekarang pun masih ada. Sehingga profesor Einstein bisa menemukan dalil tentang unsur dari yang ada. Diceritakan, bahwa partikel-partikel itu tidak hanya mengandung daya  dan gas-gas seperti atoom dan sebagainya, itu saja, justru merupakan Inti atoom atau yang menjadi inti dari segala “benda” (Unsur-unsur elektronik). Partikel-partikel itu akan mudah terlihat jika ada Gerhana Matahari. Di lingkaran gerhana (Matahari yang sedang gelap itu) dan di langit yang sangat jauhnya (memancar mengelilingi alam raya) maka akan bisa dilihat ada sebuah bentuk yang lengkap, yang persis seperti yang dikatakan oleh Ronggawarsita di atas.
Akantetapi kita hanya bisa menyebutkan, bahwa semua yang ada itu berasal dari Noor (cahaya). Seperti yang sudah diterangkan di Wirid di atas, yang berasal dari Maha Kuasa-Nya Tuhan yang Maha Mengetahui, kemudian Cahaya atau an-noor yang bermacam warna itu DICIPTA dan seketeka JADI  apa yang dikehendaki-Nya, yaitu menjadi langit beserta seluruh isinya dan menjadi Bumi beserta seluruh isinya.
Ketahuilah; kejadian yang seperti itulah hingga menjadi adanya jasad kasar dan halus. Contoh dari yang kasar adalah : Jasad Hewani, tumbuh-tumbuhan, yang juga disebut Keadaan yang kasa (Alam), serta keadaan kehalusan (Alam). Demikian juga tentang Roh, ada yang disebut Roh Jernih, dan roh hewani, dan tidak ketinggalan pula tempat dan keadaannya. Roh Halus (bening) bertempat di alam LAHUT atau alam Cahaya (Alam-alam yang jernih itu disebut dengan sebutan Alam MALAKUT dan JABARUT, di dalam bahawa Wayang disebut KAHYANGAN, yaitu alam Para Dewa). Roh Hewani menempati tempatnya sendiri, ALAM NASSUT yang disebut Alam dari NAFSU atau Alam BARZAH! (20).
Sekarang kembali membahas tentang penciptaan Jin yang berasal dari Api yang panas! Penjelasannya adalah sebagai berikut : Oleh karena sebelum adanya langit dan bumi oleh tuhan diciptakan terlebih dahulu adalah Noor (cahaya-cahaya), maka kemudian dari cahaya-cahaya itu menjadikan adanya tanda-tanda yang menunjukkan adanya Tuhan itu sendiri yaitu berupa makhluk-makhluk yang bersifat halus yang disebut Malaikat dan Jin. Ketahuilah, bahwa cahaya-cahaya itu juga dikuasai untuk menjadi apa yang dikehendaki-Nya. Di depan sudah diurikan, bahwa getaran cahaya itu menjadikan bentuk yang beraneka ragam, maka tidak ragu lagi bahwa bahwa asal mula yang menjadi Jin itu adalah dari jenis cahaya yang disebutkan paling akhir, yaitu cahaya yang berwarna Hitam! (19).
Tentang kata Hitam itu, dunia sudah mengakui, bahwa siapa yang ketemptan atau memilikinya, kadang-kadang akan memilki sifat-sifat yang keras hati, fanatik, ada yang menjadi ahli sihir dan sebagainya. Yang di dalam bahasa asing disebut ZWARTE MAGIE (Daya Hitam), dan yang sebaliknya adalah WITTE MAGIE (Daya putih, suci, jernih) yang masing-masing jenisnya memiliki keyakinan (tujuan) sendiri-sendiri. Daya hitam akan mengabdi dan menuhankan Jin, dan perewangan (bersahabat dengan mahluk halus), daya suci, jernih, mengabdi dan menuhankan Allah.
Sehingga perintah dari dalil yang mengatakan : Jin itu dicipta sebelum adanya manusia” hal itu memang sudah benar, yaitu yang berasal dari getaran cahaya-cahaya. Sehingga bisa direnungkan, terciptanya alam dunia beserta seluruh isinya itu terbagi menjadi dua golongan, golongan makhluk-makhluk halus yang alamnya juga halus (gaib), dan makhluk-makhluk kasar, badan kasar, yang alamnya juga alam kasar, yaitu manusia. Jangan salah dalam memahaminya, manusia yang disebut luhur atau sempurna itu, sebenarnya : Berasal dari anasir-anasir cahaya yang bermacam-macam ( Semua manusia ketempatan, sehingga manusia di kodratkan bisa memahami alam Jin dan bisa melihat Jin). Sehingga Jin itu adalah sebuah masyarakat yang adanya berasal dari Noor yang bersifat rendah sendiri (19). Oleh karena mereka itu adalah masyarakat, sehingga Jin mempunyai kebudayaan, dan memiliki bahasa sendiri-sendiri menurut kehendak Tuhan. Jin itu juga bisa salah dan bisa benar (IV.3).

D. APAKAH JIN ITU MENCARI ILMU YANG BANYAK?

Sebagai bukti bahwa Jin itu bermasyarakat adalah Dalil Qur’an 46, Surat Al-Ahqaf ayat 29, 30,31, menjelaskan :
III. Perhatikanlah, ketika KAMI telah mengijinkan kamu, Ya Muhammad, melihat segolongan bangsa Jin yang sedang mendengarkan  QUR’AN, ketika hadir di dekatmu. Jin-Jin itu kemudian berkata-kata dengan teman-temannya : Dengarkanlah Qur’an ini dengan sungguh-sungguh. Ketika Nabi Muhammad telah selesai membacakan Qur’an, kemudian mereka memberitahukan kepada kaumnya, serta berkata dengan keras : Wahai para sahabatku Jin semuanya, memang benar lah, aku sudah mendengar sendiri bunyi Qur’an (Kitab); yang diturunkan setelah Nabi Musa, dan membenarkan Kitab-Kitab yang dahulu-dahulu.
IV. Hadits Buchari,s ebagai berikut : Sabda Nabi Muhammad yang diceritakan kepada sahabat  Abu Hurairah : “Sesungguhnya Ifrit-nya (Sengaja menggoda) bangsa Jin, tadi malam kami diludahi, hanya untuk menggangu ketika aku sedang shalat! Ingsun diijinkan oleh Tuhan bisa menangkapnya, dan akan Ingsun ikat di salah satu tiang Masjid, agar supaya kalian semua bisa melihatnya. Kemudian Ingsun teringat Doa sahabt Ingsun yaitu Nabi Sulaiman : “Ya Allah, ampunilah aku, dijauhkan dari tempat yang tidak pantas.” Kemudian jin itu saya usir.” Demikian lah cerita dari Abu Hurairah di hadits Buchari nomor 274.
Melihat maksud dari Dalil di atas (III), Jin itu juga mencari Ilmu seperti halnya manusia. Mengenai ukuran tentang umur, bahwa adanya manusia itu setelah Nabi Adam. Sedangkan Jin itu, adanya adalah sebelum manusia itu ada. Menurut dalil tersebut, salah satu dari jin yang sedang mendengarkan ketika Nabi sedang membacakan Al-Qur’an, maka Jin tersebut bisa mendengar dan bisa mengerti. Silahkan ditelaah, ketika Jin itu sedang mendengar ketika Niba membacakan Al-Qur’an, maka Jin itu sudah pernah membaca Kitab Nabi Musa as. Bisa dihitung, berapa tahun antara Nabi Musa as. Dan Nabi Muhammad saw. Jin yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, kemudian menceritakan kepada teman-temannya, sehingga menjadi semakin jelas, bahwa Golongan Jin itu senang Ilmu (Mencari pengetahuan)! Jika demikian, keterangan yang jelas tentang keberadaan jin itu, yang pertama : Kita harus mengakui bahwa Tuhan itu Maha Pandai, karena hanya dari cahaya saja, bisa dicipta dengan menggunakan Kalimat KUN FAYAKUN, menjadi golongan Jin, yang kedua : Bentuk Jin itu juga mempunyai TELINGA, dan hati, mulut dan kaki, yang penting Bisa berusaha, bisa memilih pengetahuan dan bisa memperhatikan pengetahuan (Ingat dan lupa) : Terbukti dengan Ingat kepada isi dari Kitab Nabi Musa as. Yang sudah beratus tahun umurnya. Sedangkan yang mengherankan : Masyakat Jin itu adalah tergolong masyarakat Gaib, maksudndya : Sebagai Tanda saksi, bahwa Tuhan itu Tidak pernah kekurangan sesuatu apa pun.
Silahkan sekarang bandingnkan dengan kisah di dalam Hadits dan Qur’an itu, sebagai berikut : Qur’an menjelaskan, ketika Nabi Muhammad membacakan (mengaji), Jin-jin mengelilingi di sekitar tempat duduk Nabi, artinya Nabi Muhammad itu mengatahui sendiri. Sedangkan para sahabat Nabi tidak ada yang melihatnya, kata lainnya adalah : Orang lain tidak melihatnya, yang dilihatnya hanya salah satu di antara orang-orang itu! Demikian juga yang dicertikan di dala hadits tersebut (IV), yang intinya, kurang lebih adalah sebagai berikut :
 Pertama : Jin itu bisa meludahi kepada orang yang sehat segar bugar, seperti kepada Nabi. Yang kedua : Jika mau melakukannya, Jin itu itu bisa diikat, ditempatkan di tiang. Hal itu mengandung makna : Bahwa jin itu sedang menampakkan dirinya = berbadan kasar. Sebagai buktinya adalah jin itu bisa meludahi, bisa berlari-lari, menyerupai persis seperti manusia sehingga bisa diikat, atau menampakkan diri dengan bentuk yang menakutkan, yang terpenting bahwa jin itu mempunyai bentuk – punya wujud, akan tetapi orang lain tidak bisa melihatnya. Kemudian muncul pemikiran, sebagai berkut : Mengapa bisa menghilang, bisa berbadan kasar. Bagaimanakah penalarannya, apa harus percaya begitu saja, apakah manusia harus kalah oleh makhluk Jin? Dan mengapa manusia itu tidak bisa melihat Jin, jika pun bisa melihatnya, itu sangat jarang sekali yang bisa.
Di dalam Ilmu Syihir, klenik, atau perguruan ilmu batin : Ada sebuah pendapat, bahwa Jin itu tercipta dari sisa-sisa dari cahaya yang sudah menjadi mahluk. Oleh karena hanya sisa-sisa, sehingga disebut cahaya gelap. Cahaya hitam gelap itulah yang sebenarnya yang oleh Tuhan dicipta menjadi : Jin, Gadharwa, Tetekan, Tuyul, Thong-tong sot, Wewegombel, peri dan sebagainya. Soal nama-nama tersebut bukan menjadi masalah. Karena yang terpenting adalah : Harus meyakini tentang adanya alam Jin dan masyarakat Jin. Ketahuilah bahwa derajat tingkatan di dalam alam jin itu tidak berbeda dengan tingkatan manusia dalam bermasyarakat. Ada yang berderajat rendah (dari keturunan rendah), Golongan Jin tingkat tengh-tengah, dan golongan Jin tingkat luhur. Sedangkan ujud dari Jin, akan penulis beri contoh sedikit, yang berasal dari pengalaman, sebagai berikut :
3.2.3. 1). Golongan Jin Rendahan itu mirip dengan golongan manusia primitif kebudayaannya, berwajah jelek, banyak benjolannya, berambut sedikit, pipi-nya besar sebelah, rambutnya digelung menyerupai ekor kuda, hidung besar berwarna merah, berdagu besar mengarah ke depan, berkulit kemerahan agak kehitaman. Sedangkan yang menakutkan, matanya ada yang hanya satu, sedangkan yang matanya lengkap, namun tempatnya asal-asalan saja. Yang bisa melihat, dan menakutkan bagi yang melihatnya. Dan bisa juga itu adalah jenis Jin perempuan. Sedangkan yang laki-laki, tingginya tidak terlalu pendek, kadang-kadang kecil dan pendek, kadang-kadang tinggi besar, wajahnya bagaikan rumah lebah banyak lobangnya, mulutnya kecil dan seolah mengejek. Singkatnya adalah serba buruk.
3.2.3 2). Golongan Jin bangsawan atau luhur, itu tidak ada bedanya dengan manusia, pakaiannya serba indah. Jin wanitanya memiliki sayap, jika cantik, sangat cantik, jika tampan, sangat tampan, jika bepergian menggunakan kendaraan yaitu kuda terbang, angsa terbang, burung yang sangat besar dan sebagainya, serba mengagumkan.
Jin itu berasal dari cahaya, alamnya adalah alam cahaya, tempat tinggalnya disebut alam Astraal, yaitu (20) alam bagi nafsu (barzah). Sedangkan cara untuk bisa melihat Jin itu, kita sebagai manusia harus berusaha agar bisa memiliki caranya yang bisa digunakan untuk bisa melihat Jin! Tentang hal itu, di sini tidak diuraikan, karena jika salah dalam memahaminya, akan mengakibatkan tidak baik.
Kenyataannya, sejak jaman dahulu hingga jaman computer sekarang ini, belum ada alat buatan manusia yang bisa digunakan untuk melihat Jin. Namun atas sifat Maha Murah Tuhan, manusia diberi perlengkapan yang bisa digunakan “untuk mengetahui” Jin dan beserta alamnya. Oleh karena berkumpulnya ccahaya yang bermacam-macam, seperti : Cahaya hijau, kuning, putih, biru dan sebagainya .... (Jin dicipta dari cahaya hitam) dan manusia juga mendapat pengaruhnya dari cahaya-cahaya tersebut, sehingga jika bisa menyatukan cahaya-cahaya itu : Yaitu hiam dengan yang hitam, itu sama saja bertemu dengan tamannya. Sedangkan caranya itulah yang harus kita cari.
ooOOOoo
Segala keadaan yang bagaimanapun juga, itu ada penyelarasnya (resonansi). Artinya : Jika diibaratkan sebuah tenaga, ada “benda” yang bisa digunakan untuk mengukur kekuatan tenaga tersebut. Umpamanya adalah sebagai berikut : Rumah kaca/jendela, itu belum bisa diketahui ketebalan kacanya. Kemudian ada mobil di depan rumah, jika kaca jendela itu bergetar, itu sebagai tanda bahwa getaran mesin mobil  itu yang menyebabkan bergetarnya kaca (Resonansi atau daya yang sesuai getarannya). Jika da petir yang resonansinya sama dengan kaca itu, atau petir sebagai alat pengukurnya  bagi kekuatan kaca, artinya, walau pun getarannya satu jenis  (resonansi) Petir itu lebih kuat  dan menang dayanya. Sehingga, walau pun hanya satu ledakan petir, akan tetapi bisa menembus daya kekuatan kaca. Untuk lebih mudahnya : Getaran petir mempengaruhi  kaca sehingga kaca ikut bergetar. Oleh karena tipis/tidak kuat daya kekuatannya, maka akan menjadi pecah.
Oleh karena kata resonansi di dalam bahasa ilmu hakekat tidak ada serta tidak cocok, sehingga di sini kata tersebut diganti dengan kalimat : Penyelarasan daya atau disingkat dengan kata : Penyelaras.
Oleh karena manusia itu juga mengandung Cahaya kegelapan, dan bisa menyatu dan bisa dikeluarkan, di sini menurut pendapat pribadi maka bisa digunakan untuk melihat golongan Jin beserta alam jin. Uraiannya adalah sebagai berikut : Manusia itu memiliki daya panas (orang yang sehat suhu badannya sekitar 36,8 C) yang disebut temperatuur. Oleh karena jin itu berasal dari cahaya yang juga mengandung panas, sehingga untuk bisa mengetahuinya, maka manusianya yang harus menyelaraskan diri menyesuaikan dengan panasnya Jin. Cara melakukannya adalah : Harus mengurangi makanan yang mengandung garam sekitar 40 hari. Maksudnya adalah : Melakukan yang seperti itu bertujuan untuk mengurangi panas badan. Jika bisa berhasil, maka suhu badan akan semakin turun sehingga bisa menjadi dinign! Jika sudah dingin (bukan dingin bagi orang yang sedang sakit) itu kadang-kadang bisa berjumpa dengan Jin, karena daya suhu badan Jin itu sekitar 33 derajat Celsius atau bahkan kurang, sedangkan manusia itu bisa menyelaraskan dengan cara tidak makan garam, hingga panas badan kita bisa selaras dengan keadaan alam Jin, Karena sesuai itulah maka akan menjadi selaras atau bisa berjumpa! Sering terjadi bagi anak kecil atau orang yang sudah tua, yang kadang-kadang tanpa sengaja bisa berjumpa dengan Jin, itu sebagai tanda : Bahwa Jiwa manusia itu bisa selaras dengan jiwa Jin.
Yang sering menampakkan diri itu adalah golongan Jin yang sudah mempunyai ilmu menyelaraskan raganya dengan alam manusisa, sebagai buktinya, tidak setiap Jin  akan memperlihatkan diri (penampakan). Jika dipikir, manusia yang ingin bisa berjumpa dengan Jin itu adalah membuktikan bahwa untuk bisa menjumpainya itu jika raganya atau jiwanya DIPAKSA. Maksudnya adalah : Oleh karena ketinggian derajat manusia itu, maka justru tidak bisa melihat Jin. Artinya : Dzat atau sipat manusia itu tidak bisa tertembus oleh alam Jin, dan sebagai sarana bahwa manusia itu lebih kuat dibanding dengan Hijab dari Jin. Contohnya adalah sebagai berikut : Sipat manusia yang pilihan itu berasal dari Sifat Duapuluh, di situ ada sifat yang yang selalu berfungsi bisa melihat, walau pun manusianya itu sendiri hancur menjadi debu sekali pun, yang disebut sifat Basyar (Melihat). Jika manusia itu sedang tidur, sifat basyar itu tetap memfungsikan diri, maka akan menjadi mimpi! Pada intinya : penghalang yang menutupi sifat-sifat kita ini sedang tidak aktif, sehingga sangat sering bahwa orang yang sedang tidur itu bertemu dengan golongan yang menakutkan dan menjijikan, yang di alam sadar itu tidak ada yang menyamainya.  Hal itu artinya : Jiwanya sedang selaras dengan alam Jin.
Mengulan tentang golongan Jin : Oleh karena golongan Jin  itu mempunyia masyarakat (Rendah, tengah-tengah dan luhur), sebenarnya jika untuk saling mengungguli tentang kebudayaannya itu, yang lebih unggul seharusnya golongan Jin dibanding dengan manusia, karen lebih banyak pengalaman hidupnya dan karena lebih panjang umurnya! Bagi Jin yang ber-ilmu, itu tidak berbeda dengan manusia. Jika manusia menginginkan untuk bisa menghilang, berganti menjadi pria atau wanita, kadang-kadang dibela dengan mencari mencari ilmu ke mana-mana! Demikian juga halnya dengan Jin, jika mempunyai kehendak untuk memiliki raga seperti makhluk manusia. Sehingga jika bertemu dengan Jin keti siang atau malam hari itu, biasanya berjumpa dengan Jin yang agak tinggi jiwanya. Untuk membuktikan bahwa Jin itu bermasyarakat dan memiliki kebudayaan, kita harus menelaah isi dari Dalil di depan : Surat Ar-Rahman ayat 31 : “Wahai manusia dan Jin, kami akan menimbang (menghisab) banyak sedikitnya amal kalian.”
Ada pemikiran : Mengapa hingga Jin dan manusia! Jika demikian, Jin itu memiliki salah dan melakukan amal shaleh!” Hal itu tidak usah ditafsiri dengan panjang lebar, yang ternyata kita manusia dan jin itu, walau pun berbeda alam, tetap di timbang amalnya. Artinya : Yaitu di alam kuburnya masing-masing, sebagai berikut, yaitu yang merasakan akibat dari bekas yang menempel di jiwanya. Jika demikian, maka sangat jelas, bahwa Jin itu mempunyai kelompok masyarakat, juga berumah tangga seperti halnya manusia. Jawabannya : BENAR! Hanya alamnya saja yang berbeda! Walau pun demikian, jiwa dan kisah hidup Jin itu juga mengalami proses tindakan dari sedikit demi sedikit menuju kepada kesempurnaan hidup (Evolusi Jiwa). Adanya yang demikian itu, ddikarenakan Jin dan manusia  sama-sama memiliki dan melakukan kesalahan. Hanya saja. Keanehan dunia, hingga sekarang ini belum ada jawaban yang tepat : “Apakah sebabnya ada makhluk yang bernama Jin dan Manusia? Yang sudah jelas itu adalah : Perbedaan Syetan dan Jin, Syetan itu tetap tidak bisa mati, akan tetapi Jin itu Bisa mati.
Menurut pendapat para Theosofi, alam jiwa kita ini terbagi, sebagai berikut :
3.2.4. aa. Alam Manaas (Mentaal).
bb. Alam Manaas rendah (Suasana alam pikiran).
cc. Alam Kama – Alam hasrat dan keinginan diri, nafsu (Astraal, Barzah) (20).
Alam-alam yang tersebut di atas itu sebenarnya MASIH BISA DIBAYANGKAN, dan bisa disaksikan menggunakan Indra-indra (Pancaindra). Ilmu yang lainnya yang disebut Ilmu Jiwa, manusia itu dipengaruhi oleh gerak dari pikiran-pikiran, yang tersebut di bawah ini :
dd. Rasa ingat – akibat perbuatannya adalah selalu sadar, yang dalam bahasa yang lain adalah  BEWUSTZIYN. Yang dalam Bahasa Indonesianya adalah : KESADARAN DIRI.
ee. Tempremanent – akibat yang ditimbulkan adalah selalu memperlihatkan Getaran Nafsu (Kadang ingat, kadang tidak), yang dalam bahasa yang lain ONDERBEWUSTZIYN, itu adalah sama dengan alam Kama di atas (3.2.4.cc) alam PENASARAN.
Di dalam bahasa Theosofi juga ada golongan makhluk Gaib yang disebut MAKHLUK HALUS atau disebut Elementalen. Disebut dengans ebutan yang demikian, menyadari bahwa alam nyata ini terbagi-bagi menjadi yang kasar dan yang halus : Sehingga Golonga  makhluk Halus itu adanya adalah sesuai dengan TEMPAT dan KEADAANNYA. Contohnya : Golongan Kemamang (banaspati) itua dalah sebutan mahluk halus di Jawa yaitu yang berasal dari API. Golongan mahluk halus yang lainnya terbagi menjadi 5 macam : 1. Yang berasal dari angkasa, bertempat di angkasa; 2. Yang berasal dari angin, bertempat di hawa; 3.Yang berasal dari api, bertempat di api; 4. Yang berasal dari air, bertempat di air; 5. Yang berasal dari tanah atau kotoran, bertempat di bawah lutut (Tuyul, dan sebagainya). Sedangkan yang diperbuatnya itu pun berbeda-beda menurut keadaannya, contohnya : Makhluk halus yang bertempat di air, perbuatannya adalah NGAPAL – Menjadi KALAP dan sebagainya.
ooOOOoo
Jika semua itu di telaah menggunakan ide yang jitu, walau pun Qur’an sekali pun, tidak menjelaskannya, akan tetapi entah mengapa para ahli dan para Pujangga Tanah Jawa meyakini adanya anasir-anasir yang menjdi sebuah wujud mahluk gaib itu? Jika dinaikkan lagi serta meneliti Maha Agung-Nya Tuhan, maka kesemuanya itu masuk akal, karena makhluk-makhluk itu adalah Bukan makhluk yang sempurna. Maksudnya adalah : Salah satu jenis dari anasir itu bisa dijadikan  makhluk menuruk kehendak Tuhan! Dikarenakan menyatunya anasir-anasir yang tersebut di atas : Justru menjadikan adanya Manusia! Sebab yang demikian : Allah itu bisa menciptakan cahaya kemudian dicipta menjadi Jin. Apakah selain menciptakan cahaya itu, tidak bisa? Dalil ini mengandung maksud. Bahwa Tuhan itu bisa menciptakan apa saja, entah menggunakan anasir api, entah menggunakan anasir air dan sebagainya. Jika direnungkan : Mengapa menciptakan manusia itu berasal dari tanah?
Oleh karena semua alam-alam yang ada itu sebenarnya adalah alam kita pribadi, sehingga untuk bisa kita mengetahuinya jika kita mau mendalami unsur dari hati diri kita sendiri-sendiri, sebagai berikut :
1. Alam manas atau mentaal, itu sebenarnya adalah alam makhluk luhur, yang rupa dan bentuknya baru bisa kita lihat dengan menggunakan batin. Dikisahkan yang bertempat di tempat itu adalah para Malaikat yang berjumlah 12, tindakan nyatanya adalah Keheningan.
2. Alam dari manas rendah : Yaitu yang disebut alam pikiran, artinya : Gerak dari pikiran itu dalam merangkainya adalah di manas rendah, yang bergeraknya : Bahwa semua hasil dari pikiran itu belum tentu bersih datau belum tentu benar, dalam memikirnya masih tercampur-campur/ke sana ke mari tidak karu-karuan. Sebagai buktinya, kita ini sering mengalami gerak dari pikiran yang dalam menguraikannya masih berubah-ubah : Sekejap memikir Jakarta, sekejap memikir laut dan sebagainya.
3. Alam Astral : Itu adalah alam dari nafsu, dorongan dari hasrat dan keinginan diri. Terlihat nyata ketika kita sedang bermimpi. Mimpi itulah sebenarnya gerak dari hawa napsu yang bermacam-macam. Yang di sebut dalam bahawa Ilmu Hakekat itu adalah Alam Barzah, dan selalu aktif walau pun manusianya itu sendiri sedang tidur – mati – hancur dan sebagainya. Asalkan raga masih terikat oleh hasrat keinginan diri : Getaran alam astraal atau alam kubur itu, memberi bekas di jiwa. Jiwa manusia dan jiwa Jin itu sama saja. Oleh karne itu daya dari hasrat keinginan diri yang sangat kuat, sehingga disebut alam hewani. Ketika kita sedang melihat getaran dari alam astraal itu, kadang-kadang merasa takut. Maka ketika tidur akan sering mengigau atau Tindhihan (21).
Semua keterngan di atas itu bukan sebuah cara untuk melihat Jin atau melihat alam gaib. Sedangkan yang bisa mengetahuinya adalah dari Sifat BASYAR, yang jika bisa melepaskan diri dari penghalangnya (Hijab, dinding jalal), maka barulah bisa melihat segala yang ghaib. Akan tetapi jika daya getaran dari Basyar itu kalah oleh daya kekuatan jiwa dari Jin, kadang-kadang yang menjadikan manusia itu sendiri menjadi takut, tidak suka, yang kemudian menyebutnya bahwa itu adalah Hantu.
Sekarang sudah jelas, bahwa alam berserta jin-nya itu sendiri BUKAN HANTU, bukan golongan yang membuat kerusakan, akan tetapi hanya bertempat dan suatu bangsa hanya saja berbeda alamnya. Jika dipikir, justru lebih membahayakan manusia dibanding dengan Jin, karena manusia itu sebenarnya jika sudah terkena oleh pengaruh Nafsu, maka akan melebihi hewan dan Jin, yang justru berbahaya bagi masyarakat umum. Berbeda dengan Jin, bahwa di dunia ini tidak ada yang mempunyai musuh Jin, asalkan tidak mengusilinya.
Wirid Hidayat Jati juga menyebutkan, alam-alam rasa sebagai berikut :
4.1.1.
a. Alam Nassut, yaitu alam jasad (badan).
b. Alam Mala’qut, yaitu alam Roh, atau nyawa.
c. Alam Jabarut, yaitu alam Rasa.
d. Alam lahut, yaitu alam Cahaya (Nur – Nurullah).
Janganlah salah paham, itu bukan perbuatan dari alam pribadi, akan tetapi itu adalah Sifat dari Dzatullah, yang diberikan kepada manusia.
Di atas sendiri sudah dijelaskan, bahwwa alam Nassut itu adalah alam raga, artinya, sifat dari Jasad, yaitu yang perbuatannya HANYA KEBUTUHAN LAMBUNG! Diri kita ini memiliki sebuah bagian  dari pikiran yang geraknya sangat cepat, artinya : Jika ketanggor sesuatu yang ada di depannya, maka pikiran mendapat kesan gambaran dari sesuatu itu, sehingga memunculkan bayangan-bayang yang menumbuhkan rasa ingin. Oleh karena alam astraal itu sebagai gedung dari dari pikiran yang sangat cepat atau berbafsu, maka gerak perbuatannya hanya seperti itu selama-lamanya, sebelum jiwanya menjadi bersih (tenang). Sehingga pikiran yang bergerak cepat atau bernafsu adalah penduduk bagi alam astraal. Sehingga pikiran itu (penduduk alam astraal) yang tetap berfungsi, walau pun manusianya sudah meninggal dunia.omor 1 s/d 3 di atas), sehingga sifat melihat itu didpengaruhi oleh di mana dia bertempat. Artinya : Jika bertempat di nomor 1, maka daya penglihatannya itu bersifat jernih dan bijaksana, bisa memahami segala ibarat, sasmita, wangsit, dan sebagainya. Yang disebut Waskitha, (mengetahui sesuatu yang belum terjadi). Jika sifat basyar itu bertempat di nomor 2, maka bersifat mudah paham, cerdas, pinter, mudah mengingat. Dan keteika menempati nomor 3, maka bersifat pelan, bodoh, pelupa, yang kadang-kadang akan menjadi manusia yang bersifat murka.
Pada bagian nomor 3 atau alam Astraal (pikiran pelan) itulah yang sebenarnya yang sering beresonantie .. atau di dalam bahasa ilmu Hakekat, itu adalah Selaras sehingga bisa menyatu masuk ke dalam alam Jin atau elementalen. (21). Artinya, ketika sedang berjumpa, yang berarti daya getar dan temperatuur-nya sama. Berbeda dengan alam yang di nomor 1, itu bisa melihatnya adalah ketika dissuruh melihat oleh yang memilikinya, yaitu oleh manusia sempurna, para ahli Ma’rifat.

E. APAKAH NAFSU ITU ADA HUBUNGANNYA DENGAN ALAM JIN?
Apakah hanya bayangan pikiran?

Contoh di bawah ini berbeda dengan contoh pada huruf A hingga G di depan. Sedangkan yang benar-benar terjadi dan banyak yang mengalaminya itu, adalah sebagai berikut :
4.1.2. Ketika sedang tidur kita ini sering mengalami Tindihan, berteriak-teriak, merasa melihat “Sesuatu” yang menakutkan, hewan, manusia dan sebagainya, yang ujudnya tidak pada umunya. Yang kadang-kadang menjerit-jerit minta tolong, Jika bisa terbangun sendiri, badan terasa kelelahan dan jantung berdetak keras! Bahkan tidak hanya itu saja, ada yang justru menggelikan, sedang tidur tapi berjalan-jalan, dan bisa kembali pulang ketempatnya dan tidur lagi (21  nomor 3).
Yang di desa itu disebut mbangkong! Menurut perasaannya, dia itu diangkat oleh makhluk yang tinggi besar dan hitam yang sangat menakutkan, bertangan besar, halus, dingin, dan berambut acak-acakan. (21).
Menurut hukum kodrat, air itu untuk bisa mengalir ke atas dengan cara dipompa, artinya adalah dengan cara dipaksa, karena kodrat dari air itu adalah mengalir ke bawah. (22). Demikian juga, tidak ada barang apa saja yang memliki berat, itu tidak bisa terbang, jika tidak dikendalikan atau terkena suatu kekuatan untuk menerbangkannya., atau semua benda yang berat, walau pun hanya sebesar butiran pasir, tetap tidak akan bisa terbang ke angkasa (22). Demikian juga halnya dengan burung, untuk bisa terbang itu karena menggunakan alat yang bernama SAYAP. Sedangkan jika ada sessuatu yang menyimpang dari aturan di atas, contohnya, badan kita tiba-tiba bisa berpindah tempat, mbangkong dan sebagainya, hal itu pasti ada yang MENGENDALIKAN! (21).
Dorongan nafsu itu, walau pun manusianya itu sudah meninggal dunia atau pun belum, itu SAMA saja. Apalagi sukma-sukma yang terkena bekas angkara murka ketika di hidupnya, hal itu ketika sedang gentayangan maka Daya pengaruhnya bisa Menggerakkan alam Astraal (Barzah). Lihatlah di Wedaran Wirid Jilid I, agar bisa berhenti diam, yang berarti sudah tercapai apa yang menjadi keinginannya, jika sukma gentayangan itu menjadi benalu, hinggap, menyusup, atau menyukma kepada makhluk jenis lain atau suatu benda. (6). Menurut hasil penelitian Ilmu Jiwa, nafsu itu lebih besar dibanding dengan alam-alam pikiran di nomor 1 dan nomor 2, (Mentaal dan manas rendah – pikiran) : Yang diperbuatnya kadang-kadang hanya menuruti hasrat keinginan nafsu, yang tidak pernah merasa puas! Contohnya adalah :
,Pada suatu hari, pada suatu siang ketika saya baru pulang dari sawah, tirlihat di meja sudah ada hidangan yang lengkap. Namun ketika itu saya sangat menginginkan “lauk sambal kacang” akan tetapi di atas meja tidak ada. Rasa keinginan saya tidak bisa saya tahan, kemudian terlihat di dalam bayangan  : “Betapa nikmatnya jika bisa terpenuhi makan dengan lauk sambal kacang, dengan lalapan kol.” Kemudian hatiku menjadi ragu-ragu, makan tau kah tidak? Sebab yang pertama adalah : Ada sambal kacang, namun tempatnya jauh, yang ke dua : Udara sangat panas dan sudah sangat lapar, Yang ke tiga : Tidak punya uang. Akhirnya, saya memaksakan diri pergi ke warung untuk berhutang sambal kacang. Dan berhasil mendapatkannya! Setelah sampai di rumah, dengan lahapnya saya makan hingga puas! (21).
Ketika saya dedang menikmati makanan dengan lauk sambal kacang itu, rasa hatiku menjadi tenang, puas, merasakan bertemu dengan syurgaku. Walau pun harus malu, tetap saya lakukan untuk mencari hutang hanya sekedar memenuhi tuntutan nafsu ku yang INGIN MAKAN SAMBAL KACANG! Seandainya saja, ketika saya baru datang itu, nafsuku tidak bangkit, saya tidak akan dengan susah payah pergi berhutang sambal! Sekarang semakin jelas sejelas-jelasnya : Badanku dengan berat 48 kg. Itu dipaksa oleh Nafsuku, untuk mencari hutang yang menjadi hasrat keinginan! Kejadian tersebut, jika kita rasakan, intinya adalah sebagai berikut :
4.1.2.a.
1. Masih dalam keadaan sadar yang demikian,apakah tidak bisa menghilangkan gejolak nafsu? Hanya sekedar sambal kacang saja, apakah tidak bisa ditunda?!
2. Orang yang masih dalam keadaan sadar yang demikian itu, masih lengkap fungsi pancaindranya, indra perasannya, dan masih memiliki rasa ingat, masih hidup............. dan sebagainya, tentunya itu adalah urusan mudah untuk dialihkan dengan menggunakan pikiran yang lain?! Dan seharusnya itu sangat mudah untuk mengalihkannya .... kan bisa saja dengan yang lainnya yang bukan sambal kacang! Mengapa kah tidak merasa malu, mencari hutang sambal kacang yang tempatnya ajauh?
Contoh di atas, silahkan dibalik dengan cara demikian : Seandainya yang mengalami hal itu adalah orang yang sedang tidur, seperti apakah reaksinya (akibatnya) ?! Padahal orang yang sedang tidur itu pancaindranaya, kesadaran dirinya, rasa untuk menyentuh dan sebagainya ... sedang tidak aktif. Artinya sedang dalam keadaan LUPA! Di atas sudah dujelaskan, gerak nafsu itu tidak memperhitungkan tempat, waktu, baik manusia atau pun hewan, Jin dan sebagainya; tidak memperhitungkan keadaan : mati, tidur, duduk, bangun, makan, tertawa, perbuatannya sama saja! Sehingga bagi orang yang sedang tidur itu, jawabannya adalah seperti tersebut di atas itu tadi, dan untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Oleh karena yang sedang berbuat itu adalah penduduk “Alam Astraal” serta alam astral itu sifatnya adalah dihiasi oleh Getaran nafsu yag bersifat beru itu, maka kemudian akan mengakibatkan adanya akibat-akibat : Tidak akan diam nafsu itu jika belum kesampaian. (6). Lebih jelasnya adalah : Hidup itu dikuasai oleh nafsu! Artinya : Ketika dorongan nafsu sedang menyala besar bagaikan nyalanya api, alam-alam di nomor 1 dan nomor 2 (Alam luhur atau mentaal yang ditambah dengan alam nya Budi daya) sifat keduanya itu kalah daya kekuatannya – mengalami sendiri atas resonansi dari adanya alam pikiran yang berjumlah tiga tersebut di atas. Sehingga dua alam itu yang memang fungsinya bertugas mengingatkan, dan menyimpan ingatan, mempertimbangkan baik buruknya dan sebagainya – TIDAK BERFUNGSI. Karena kalah daya getarannya!.
Seumpama, ketika itu dua alam itu bisa menyentuhnya (bisa mempengaruhinya) maka tidak akan terjadi hingga dengan susah payah berhutang.!
Bagi orang yagn sedang tidur lelap tanpa bermimpi, walau pun tidak ngelindur, akan tetapi lingkungan Jiwanya DIKUASAI oleh nafsunya, yaitu getaran alam astraal. Oleh karena ketika sedang tidur itu, raga sedang tidak aktif, dan juga kekuatannya serta kesadarannya sedang tidak aktif, padahal oleh karena masih dikuasai oleh sifat dari getaran alam Barzah, maka akan bisa memindahkan raganya sendiri (berjalan ketika tidur) dituntun menuju bayangan-bayangan sendiri ketika tidur mbangkrong itu. (21).
Bukan berlaku untuk orang yang ngelindur saja, walau pun hanya tidur biasa, jika getaran dari alam astraal itu tidak begitu besar, kadang-kadang dalam tidurnya sering berganti posisi! Sehingga perbedaanya jika “Masih terjaga, itu masih bisa ditahan; sedangkan ketika sedang tidur, raga ini hanya patuh saja!
Oleh karena sifat dari Basyar itu tetap berfungsi serta selaras dengan alam astraalnya (rumah dari nafsu), sehingga walau pun getaran anfsu itu bisa mengendalikan orang yang sedang tidur, hingga bisa berjalan-jalan dalam keadaan tidur (mbangkrong), maka di dalam perasaannya tetap masih melihat sesuatu (bermimpi). Jika sedang dalam keadaan yang demikian itu, derajat alam astraal terkalahkan oleh As’raal-nya yang bersal dari kumara-kumara (pengaruh daya) dari yang lain, yang kemudian terjadi resonantie, yang akibatnya akan melihat makhluk yang sangat bentuknya sangat menakutkan, yang mengakibatkan berteriak-teriak, mengigau dan sebagainya, yang disebut juga sama dengan melihat alam Jin, yang sedang lewat atau tidak sengaja bertemu! Sehingga menurut perasaannya : Seolah-olah ditekan oleh orang yang hitam yang sangat besar, tangan berbulu, dingin, menakutkan yang mengajak berkelahi, memindahkan dari tempat semula (4.1.2). Dasar dalilnya adalah sebagai berikut :
I. Selain raga dari yang tidur mbangkrong itu tadi dikendalikan oleh Getaran nafsunya (Barzah, Astraal-nya) juga bisa dikenadilkan  oleh kumara-kumara (kekuatan lain) – (roh jahat yang gentayangan).
II. Pengaruh dari Rasa Ingat (Rasa jati) dirinya sendiri, tetap masih belum bisa mengingatkan, menyelaraskan, mengalahkan, sehingga hubungan dengan Indranya hanya antara sadar dan tidak, sekejap ingat, sekejap lupa, yang pada umunya itu tidak merasa! Keadaan lupa yang demikian itu menumbuhkan rasa takut, berteriak-teriak, dikarenakan : Sifat dari Basyar yang ada di diri melihat alam lain (Jin), atau selaras dengan Astraal lain (beresonantie) yang sangat menakutkan.
III. Jika mbangkrong akan tetap berjalan-jalan hingga tersadar, jika tidur terlentang atau miring, akan berteriak-teriak merasa ada hantu yang menakutkan dan sebagainya.
Demikian penjelasannya, sehingga ketika berjalan-jalan itu tadi karena dikendalikan oleh getaran alam KAMA. Keadaan yang demikian itu, ketika orangnya sedang terjaga : Kadang-kadang bisa melihat JIN – jangan salah dalam memahaminya – bagi orang biasa, ketika melihat itu juga sedang dikuasai rasa tidak sadar (tidak ingat) sekejap. Bagi sang pencari untuk bisa melihatnya karena atas perintah guru, artinya diberi “caranya” untuk bisa digunakan melihat Jin. Di dalam Wedaran Ilmu Hakekat ini, tidak akan dimuat resepnya, agar orang bisa menangkap atau melihat Jin dan makhluk halus, karena hal itu selain menyimpang dari kenyataan, juga hal itu bukan cita-cita dari para ahli hakekat atau Taukhid (Ma’rifat Islam).
Yang terpenting bagi pencari hakekat, adalah agar bisa mengendalikan nafsu hasrat keinginan diri, mengawasi yang artinya tidak dibiarkan, tentang hal ini, bacalah Wedaran Wirid Jilid I saja. Sedikit tambahan, oleh akrena hal ini sikap dari “kalah menang” dari rasa sadar diri/rasa ingat, pikiran dan nafsu, sehingga jika akan tidur, SENJATANYA adalah INGAT TUHAN ALLAH (Wedaran Wirid Jilid I).


F. PENJELASAN TENTANG KEJADIAN DI HURUF A HINGGA G
(Berasal dari apa dan mengapa)

Ada baiknya meneliti terlebih dahulu adanya gerak pikiran. Yang sudah diuraikan itu baru 3 hal (Manas, manas asor dan nafsu), sedangkan yang selengkapnya akan ditemukan di uraian yang selanjutnya. Karena hanya terbagi menjadi 3 bagian itu, mengingat bahwa ini baru menjelaskan tentang adanya penyelaras kepada alam Jin atau makhluk halus lainnya, yaitu : Mana yang kadang-kadang disebut bertemu dengan Jin, mana yang kadang-kadang disebut kerasukan syetan dan sebagainya.
Sifat luhur dari manusia itu diciptakan dari 2 anasir, 1 dari anasir gaib  (nyawa, perasaan, ingat dan sebagainya) 2. Dari anasir (Api, tanah, air dan sebagainya). Itu semua sudah menjadi kodrat dan membutuhkan makanan sendiri-sendiri, yaitu :
1. Kebutuhan raga : Beras, jagung, gandum, (membuat kenyang).
2. Kebutuhan Jiwa : Tenang, tenteram, ilmu, pengetahuan dan sebagainya.
Di nomor 1 itu, jika perutnya sudah kenyang maka sudah selelsai tugasnya! Pada Nomor 2, itu tidak akan ada batasnya, jika makan itu adalah makan pengetahuan, jika minum itu meminun pengertian dan pemahaman, jika ber olah raga itu, adalah mengolah pikiran, demikian juga halnya bagi indra yang berhubungan dengan KETENTRAMAN, yang dibutuhkannya itu adalah : Jika membaui adalah menciumi keharuman, jika bernapas itu yang dengan longgarnya! Oleh karena Jin itu berasal dari unsur CAHAYA, sihingga haus dan laparnya adalah sama dengan BAGIAN MANUSIA DI NOMOR 3 (Barzah, astraal, alam dari nafsu angkaranya)! Pada intinya : Makanan nafsu itu bukanlah nasi, akan tetatpi tercapai apa yang menjadi keinginannya! Sehingga yang menjadi makan dari para Jin itu adalah janis dari golongan yang halus. Contohnya adalah Bau harumnya bunga, kemenyan, dupa ratus, KASTURI dan sebagainya, yang mengandung unsur halus-halus itu tadi yang bisa mengenakkan hati. Ketika pengarang sedang bermain ke Selapura, Wilayah Kesamben Binangun Selatan di Wilayah Blitar Jawa Timur, di atas dari sebuah jalan yang menuju Sumber Manjing adan sebatang Pohon Beringin yang besar dan rindang. Menurut penjelasan Bapak Lurah, di situ adalah Angker, RUMAH dari Den Bagus KLIWON. Seingat saya, Den Bagus Kliwon itu bertempat tinggal di Gunung Kelud, akan tetapi untuk menyenangkan hati Bapak Lurah, pengarang mengatakan, memang benar.
Ketika itu, Pengarang hanya mencoba-coba saja, ingin mengetahui kesatian Den Bagus Kliwon. Apakah Syaratnya? Apakah cukup hanya dengan heningnya Cipta?
Pengarang ingat, bahwa makanan dari Den Bagus Kliwon itu, menurut Petuah dari Kakek : yaitu, Tike (candu), Kemenyan dibakra menggunakan api yang berasa dari Batang Padi Ketan Hitam dan Dupa Ratus! Benarlah, pada suatu sore, syarat syarat tersebut, Pengarang pasang di tempat tidur saya! Jika sebuah panggilan, jika memanggil itu, dengan menggunakan suara keras, hal itu terntunya akan bisa didengarnya. Sedangkan jika menggunakan dengan cara membakar Dupa kemenyan beserta kelengkapannya, tidak harus bertemepat di bawah pohon beringin, akantetapi yang terpenting : Lengkapnya persembahan sajen dan semerbaknya bau kemenyan yang dibakar!
Benarlah, setelah saya laksanakan : Tidak menggunakan Doa kesaktian dan mantra, tidak celumikan bibir, selain hanya berani kuat tidak tidur hingga habisnya asap dari Dupa yang dibakar, serta yang terpenting : Di waktu setelah jam 12 malam! Akhirnya sampailah dalam keadaan TIDAK TERTIDUR pun TIDAK TERJAGA, merasa lupa sekejap ...... kemudian mendengan orang mengucapkan salam bertamu! Pakaiannya pakaian adat jawa seorang berpangkat tinggi, dan terselip Keris membawa selendang yang diwiru, tidak memakai alas kaki serta memakai Topi model mandor tebu! Yang dikatakannya adalah sebagai berikut : “Wahai Tuan, hamba adalah Den Bagus Kliwon, Ada apakah memanggil diriku. Apakah ada yang didkehendakinya, apakah.................................... dan seterusnya!”
Cukup ini saja penjelasan dan hanya sekedar contoh, berhasil dan tidaknya itu tergantung dari cara menyelaraskan. Disebabkan bau dari kemenyan, Tike (Candu), batang padi Ketan Hitam dan sebagainya, itulah sebagai sarana getaran daya penyelaras yang ditujukan kepada Den Bagus Kliwon, akan tetapi jika bukan dia, seperti apakah akibatnya? Jika hanya duduk-duduk yang enak, mengenakkan, maka ikut untuk selamanya dan bahanya teramat sangat besar, seperti penjelasan di bawah ini :
F.1. Rumah dari Nafsu atau alam Astraal itu, adalah gerak dari berjalannya pikiran yang sangat pelan, karena sering dimasuki oleh Roh Jahat yang berasal dari roh lain, kesetanan, mengamuk, dan bisa saya singkat (pada keterangan ini saja) dengan kata : ID. Sehingga ID itu sama dengan Jiwa rendah. Oleh karena demikian, alam astraal atau Barzah itu adan tempat bati (Alam dari) si ID. ID itu tidak bisa menjadi makhluk luhur yang bisa menyamai Malaikat dan sebagainya. Jika ketika di dunia, manusia itu menuhankan Jin atau mengabdi kepada Jin, Berteman dengan makhluk halus (Prewangan). Zwarte magie, hal itu sebenarnya sifat manusianya sudah berada menejadi ID, sehingga bangun, duduk, makan, berfoya-foya dan sebagainya, adalah dari bertanya kepada ID. Jika keadaannya sudah sedemikian itu, jika kita paksa untuk mengaji atau Sembahyang, maka tidak akan mau menjalankannya.
F.2. Rumah dari memahami, mengetahui, disebut mentaal atau alam keluhuran, budi luhur, pengetahuan luhur, tepa salira (bisa menempatkan diri) dan sebagainya, itu yang menjadi kesenangannya adalah Menghmba kepada Allah. Artinya, kekuatan ID tidak bisa mempengaruhinya.
Ketika manusia meninggal dunia, dan jika yang lebih KUAT di hidupnya adalah si ID seperti tersebut di F.1., hal itu karena ketika didunia, sudah dikuasai oleh Din, dan teman makhluk halusnya dan sejenisnya, sehingga hawa nafsu kuramaranya tidak akan kembali kepada asal mulanya, akan tetapi menjadi pengikut Jin, untuk meneruskan sifat perbuatan ID-nya, sehingga tidak akan bisa menjadi makhluk luhur!
Dan juga, disebut sebagai warga dari golongan Jin. Sehingga bahaya bagi pencari Hakekat, bisa berbalik arah, akan mendapatkan kesengsaraan dan tersesat jauh, seperti pada contoh tersebut, karena hal itu adalah kejadian lupa kepada sifat manusianya. Di bawah ini akan menjelaskan contoh-contoh kejadian-kejadian  dari A hingga G :
Bagi siapa saja, ketika ID-nya, selaras dengan Jin atau alam jin, rekasinya akan menimbulkan ketakutan. Hal itu, jika orangnya sedang dalam keadaan tidur, kadang-kadang akan gero-gero (menjerit-jerit. Sedangkan bagi orang yang sedang terjaga, kadang-kadang menjadi lupa diri. Jika terkena pengaruh dari makhluk lain, maka ID akan menjadi Pabrik dari Kurama pengaruh makhluk lain itu. Namun bagi manusia yang sempurna itu, tidak akan bisa dikalahkan  oleh perbuatan ID, sehingga tidak bisa melihat Jin.
Penjelasan selanjutnya, jawabannya adalah sebagai berikut :
A.1. Orang Yang kesurupan.
ID dari orang itu, bangkit dan berbuatnya karena terengaruh dari kumara makhluk halus lain. Jika Kumara itu berasal dari orang Tionghwa, Belanda, Arab, kadang-kadang orang yang kesurupan itu bisa berbahasa Cina dan sebagainya, akan tetapi dia sendiri tidak mengerti sama sekali (Tidak merasa)!.
Kadang juga, jiwanya menjadi ganda? Memang demikian adanya, akantetapi, jika jiwa kita yang mengaktifkan dari perbutan kumara yang lain, maka tingkah polahnya akan menjadi tidak sewajarnya.
B.2. Dukun tiban :
Pada intinya, tiba-tiba bisa menjadi dukun! Sedangkan penjelasannya adalah ada seseorang yang kerasukan kumara makhluk halus lain, yang ketika di hidupnya sangat bernafsu untuk menjadi seorang dukun, sehingga pengaruh dan kekuatan kumaranya juga menjadi dukun. Orang yang kesurupan Kumara yang demikian itu tidak akan lama, sama saja dengan contoh di A.1/
C.3. Hantu (menakuti, menggoda, penampakkan dan sebagainya)
Kisah yang ada di Istana Hijau dan Istana Hitam itu sebenarnya disebabkan oleh KUMARA-KUMARA yang sangat kuat pengaruhnya! Jika itu kumara yang berasal dari orang kaya yang menjadi hantu : bisa saja ketika menghadapi syakaratul maut, sangat berat meninggalkan harta kekayaannya. Sehingga dalam kematiannnya menemui kesesatan.
Yang mengherankan itu, ketika kita ditakuti oleh hantu dan sebaaginya, ketika kita sedang naik sepeda yang lampunya menyala, tiba-tiba saja lampu itu tidak menyala. Akan tetapi jika kita membawa api minya, justru tidak akan mati. Menurut penelitian saya, yang bedasarkan penalaran hening : Kejadian di atas (C) tidak hanya terjadi di Ingrsi saja, walau pun tempat lain pun ada juga. Seperti yang disebut dengan julukan Wadon, Peri, Sundel bolongm Gendruwo, hantu dan sebagainya, hal itu penjelasannya adalah sebagai berikut : Manusia itu memiliki zat-zat yang sangat lengkap, antara lain adalah zat fosfor, yaitu sesuatu zat cair yang menyala bagaikan kunag-kungan dan terang! Oleh karena zat fosfor itu tidak ikut hancur bercampur tanah, yang berarti masih utuh, sehingga sang kumara dalam menuruti nafsunya dengan manuksma (merasuki) adalah zat fosfor itu tadi. Tidak ada bedanya  ketika bertemu dengan hantu “Glundung plecek” itu adalah sebuah tengkorak manusia  yang menjadi jalan bagi kumara untuk mengikuti hawa nafsunya  (6). Demikian juga ketika bertemu dengan Hantu Wadon, jika hati tidak goncang, kadang-kadang hanya berupa batang pisang (6). Janganlah salah dalam memahami, glundung plecek atau hantu usus, hanto wedan dan sebagainya itu sebenarnya bukan golongan makhluk Jin.
Penjelasan singkatnya yang mudah untuk memahaminya adalah Pada intinya “Jadi-jadian” itu semua yang KETEMPATAN kadang-kadang masih berada “DI TEMPAT KEJADIAN/MAKAMNYA” apakah tinggal tengkoraknya saja, atau kah usus yang terburai bekas dimakan hewan buas dan sebagainya itu harus kita teliti.
Yang dimaksud di sini adalah : Golongan hantu seperti yang contoh itu tadi, adalah disebabkan dari akibat yang dialami oleh Roh. Sedangkan yang disebut Gendruwo, Tuyul, Bekasakan, itu semua sebenarnya adalah sama-sama makhluknya. Yaitu dari golongan Jin, yang masih berderajat rendah dalam tingkatan hidupnya.
D. Orang Kalap.
Kita harus yakin terlebih dahulu, bahwa golongan Jin itu ada. Oleh karana sama-sama sebagai makhluk (maka akebudayaanya adalah sesuai dengan alamnya). Makhluk Jin juga ada yang bisa membuat gedung, pertamanan dan sebagainya.
Pada bagian penjelasan yang menjelaskan tentang “Kalap” itu, yang hita ketahui ada dua hal : Yang pertama adalah masih memiliki rasa ingat, dan kedua adalah merasa sebentar, yang menurut perhitungan di alam yang sebenarnya itu selama setahun. Mengapa hal itu harus kita telusuri?
Pertama : Tentang soal bisa melihat alam Jin. Sudah jelas bahwa resonansi yang sesuai dengan Dunia Jin, artinya ID dari Pemancing itu selaras. Sehingga ketika hal itu terjadi, ketika melihat barang-barang dan orang yang banyak itu bukan mata dan rasa kesadaran dirinya (atau juga Rasa jatinya), akan tetapi adalah ID-nya. Atau Alam Barzah milik Pemancing sedang selaras. Yang ke dua : Oleh karena Gerak ID itu sangat pelan, sehingga ketika sedang berada di alam ghaib itu hanya merasa sehari saja. Hal itu sebenarnya : Adalah akibat dari lambatnya ID itu dalam menyimpulkan gambaran dari alam gaib itu yang sebenarnya adalah selama satu tahun. Setelah Pemancing keluar dari sungai maka Baru sadar akan yang sebenarnya. Artinya : Menyatunya dan gerak Id-nya ketika melihat atau masuk ke dalam alam gaib itu. Untuk bisa normal kembali itu adalah setelah sadar diri. Sehingga bagi manusia yang masih berada di alam dunia ini atau Pemancing itu adalah memang benar selama satu tahun.
Contohnya adalah sebagai berikut : Di dalam alam mimpi yang terjadinya disebabkan getaran nafsu itu bisa saja hanya sebenetar, dan bisa saja lama. Jika tidur selama 12 jam terus menerus, dan ketika itu merasa sedang pergi ke pasar, jika sudah bangun (Sadar) Dalam pikirannya mengatakan bahwa merasa hanya satu menit. (15). Yang di dalam hitungan alam nyata itu tetap 12 jam! Sedangkan ketika itu, raganya kemanakah perginya? Dan menyembunyikan diri di mana? Penjelasannya adalah sebagai berikut : Menurut Kodrat ketetapan Tuhan  - silahkan dicocokkan dengan ilmu kedokteran atau ahli kimia – Sesuatu wujud apa saja itu TIDAK BISA, menyatu atau larut menjadi satu keadaan. Umpamanya adalah aair dan minyak, untuk bisa menyatunya atau larut, jika minyaknya dijadikan air terlebih dahulu, Emas dan perak untuk bisa bergabung adalah dengan cara dicairkan terlebih dahulu, artinya adalah DIPAKSA!.
Kembali kepada raga yang masih mendapat pengaruh dari daya hidup, itu ternyata tidak bisa larut ke dalam air  (ketika mengalami kalap), sehingga raga masih utuh tergeltak di dasar air. Mengapa tidak bisa melihat, karena Penglihatan matanya kalah oleh dayanya oleh daya getaran alam Jin,artinya raga milik pemancing itu tergeletak dalam keadaan sehat, akan tetapi tidak melihat (Contoh lagi ketika ada anak hilang, tiba-tiba berada di ujung pohon yang tinggi).
Sehingga hal itu bisa dipahami menggunakan akal/pikiran bahwa : 1. Dengan adanya si Pemancing bisa hidup kembali dan keluar dari dalam sungai, karena dalam kenyataannya adalah masih hidup. Dan raga yagn masih hidup itu tidak akan bisa larut dengan air. Dan makna sebenarnya dari keadaan si Pemancing itu adalah sama saja dengan keadaan sedang tertidur. Sedangkan jika si Pemancing itu dalam peristiwa kalapnya itu kemudian meninggal dunia, maka raganya akan hancur lembur larut dan bersatu dengan air. Adalagi suatu kejadian yang mirip dengan kejadian yang dialami oleh si pemancing itu – yang dikisahkan dalam kisah Babad Tanah Jawa, sebagai berikut :
Menurut kisah Babad dikisahkan, bahwa Panembahan Senapati ing Ngalaga yang terkenal dengan kecerdasannya dan kesaktiannya serta serta memahami dan menguasai segala ilmu, dikisahkan menikah dengan seorang Putri dari golongan Jin, Nyi Lara Kidul! Uraian di bawah berikut, hanya akan menguraikan – apakah baik, apakah buruk kisah dari Panembahan Senapati itu bagi pencari Ilmu Hakekat Ketuhanan.
Jika hal itu memang benar adanya, maka sifat luhur Panembahan Senapati itu karena menggunakan PEREWANGAN (Jin pendamping), Dayanya menyatu dengan alam kehidupan Jin, sama saja menjadi warga golongan Jin di Laut Selatan! Artinya : Bahwa ilmunya itu salah, dalam menerapkan ilmunya itu salah jalan, tidak akan kembali ke asalnya, tidak Innalillahi, akan tetapi akan kembali masuk ke alam Jin.
Bisa saja ketika hdiupnya, Sang Panembahan Senapati hanya menuruti kehendak diri, hingga meminta bantuan Jin – mengadakan perjanjian dengan jin hingga jiwanya selaras dengan Jin, sehingga tidak bisa kembali seperti ketika jaman asal mula sebelum tercipta di dunia ini. Sebelum minta bantuan, eliau itu Lupa! Lupa itulah jalan menuju kepada kesesatan. Olehkarena hidupnya sudah di muliakan oleh Jin, sehingga tidak akan bisa kembali  Azali sebagai dzat manusia, artinya : Sang Panembahan itu tidak akan bisa kembali menjadi manusia yang luhur. Hal itu dikarenakan oleh ilmunya dan kesaktiannya, sehingga bisa meracut raganya menjadi dan menyatu dengan alam  golongan Jin!.
Dalam kisah seperti itulah sekedar contoh bahwa ID-lah yang mempengaruhi Panembahan Senapati (Itu jika cerita itu benar bahwa menikah dengan Jin). Dan walau pun ketika beliau masih hidupnya, id-nya tidak aktif, namun di akhir kehidupannya tergiur oleh keindahan Ratu yang sangat cantin, namun dari golongan Jin. Pada intinya : Ketika berjumpa, yang kemudian berlanjut bermain asmara dengan putri dari golongan Jin itut adi, Sang Panembahan (atau siapa saja) SUDAH TIDAK MEMILIKI SARA INGAT! Dari apa yang harus diteliti dan di ingat-ingatnya, karena manusia itu mempunyai sifat lupa. Berbeda dengan si Pemancing yang masih ketempatan rasa ingat (sadar diri).
4.1.3. Yang baik itu kisah yang mana?
1. Jika dilihat dari kenyataan kisahnya : Si Pemancing basih bisa hidup kembali menjadi manusia, artinya bisa membenahi hidupnya, kelakuannya, pengetahuannya dan sebagainya, menuju kepada At.tauchid diserta tindakan sebagai manusia hidup!
2. Walau pun terhormat, cerdas, seperti apa pun saja, namun jika ilmunya hanya untuk menuruti kebutuhan hasrat keinginan dirinya sendiri, sama-saja tidak ada gunanya. Jika diteliti ketika masih dalam keadaan hidup di dunia, Si Pemancing itu tidak sebanding sama sekali dengan Panembahan Senapati dalam hal keilmuan, Akan tetapi, dunia itu bukti dan amal SIAPA saja. Walau pun bersifat luhur itu masih memiliki lupa, walau pun bersifat rendah, akan tetapi jika selali INGAT – sehingga bisa kembali hidup di alam dunia nyata. Itulah perbedaan kisah  kejadian dua kisah di atas.  (Dan, hal itu jika cerita babad itu benar adanya – Sastra Jawa itu banyak makna tersirat di balik kisahnya).
Sebelum mengurai peristiwa-peristiwa pada huruf E hingga G, ijinkah untuk memaknai kata “BAWAH SADAR” pada bagian 3.2.4. ee. Di atas, sebagai berikut : Dalam ilmu yang lain, ada sebuah pendapat bahwa “Alam bawah sadar”  itu samadengan gerak pikiran yang lambat, atau pikiran bawah sadar yang saya sebut dengan sebutan “ID”. Kadang juga Bawah sadar itu dimaknsai : Tidak sadar atau tidak mengerti apa-apa! Orang yang bermimpi, berteriak-teriak (gero0gero) ketakutan; orang bermimpi terjatuh dari pohon, ternyata benar-benar terjatuh dari tempat tidurnya, kemudian terbangung! Begitulah seterusnya, semua itu adalah kejadian di alam bawah sadar yang katanya dikatakan tidak mengerti apa-apa atau tidak sadar (tidang mengerti apa-apa), itu tadi. Ada lagi sebuah pendapat, bahwa alam bawah sadar itulah yang mengajak berjalan-jalan ketika sedang tidur mbangkrong. Artinya bahwa yang mengendalikan adalah alam bawah sadar.
Pendapat yang mengatakan bahwa alam bahwa sadar itu, tidak melihat apa-apa (tidak sadar) itu tidak masuk akal, karena jika memang alam bawah sadar itu berfungsi serta merasa terjatuh dari pohon tinggi, ternyata hanya terjatuh dari tempat tidur, hal itu bisa disimpulkan mengetahui sesuatu, ataukah tidak mengetahui sesuatu? Seharusnya harus dirasakan, bahwa jatuh dari pohon adalah rasa yang dialami oleh yang tidur, dan jatuh dari tempat tidur adalah rasa yang dialami oleh dirinya sendiri yang tidur itu bahwa akan terjatuh dari tempat tidur! Dan ternyata terbukti terjatuh sungguhan. Hal itu bermakna bahwa sebelum terjatuh itu sudah diberi tahu terlebih dahulu melalui rasa di alam mimpinya. Jika alam bawah sadar itu dimaknai tidak mengtahui sesuatu apa pun, maka apakah sebabnya bermimpi? Apakah mimpi itu sifat dari Alam bawah sadar?
Sifat dari alam bawah sadar itu, bahwa ketika sedang bermimpi itu melihat sesuatu, yaitu bisa melihat  golongan : hewan buas, jurang, tempat-tempat yang menakutkan dan sebagainya. Di dalam keadaan seperti itulah alam perasaan dan pikiran sedang tidak berfungsi, artinya rasa ingat itu adalah salah satu dari alam pikiran itu sedang berfungsi, artinya masih ingat, yang kadang-kadang sebelum terjatuh melayang dari tempat tidur – tiba-tiba terbangun terlebih dahulu! Sehingga jika ada sebuah pendapat bahwa alam bawah sadar itu tidang mengatahui apa-apa, itu masih kurang tepat, karena did atas sudah diuraikan, bahwa alam-alam 1.2 dan 3 sekali pun itu masih bisa ditangkap oleh sifat Basyar oleh pemilik sifat basyar itu. Sehingga mimpi model apa pun  jenisnya, kadan-kadang terjadi benar dalam alam nyata, artinya kadang-kdang benar-benar terjadi.
Jika sampai pada kalimat : “Ketika meninggal dunia itu kembali ke asalnya” hal penjelasannya adalah sebagai berikut :
4.1.1.
(1). Sebagai manusia itu, memiliki sifat-sifat yang terpuji, contohnya : sifat duapuluh yang masing-masing jenisnya menjalankan tugas perbuatan sesuai Kodrat.
(2). Juga memiliki sifat-sifat Malaikat, yang fungsi dan tugasnya adalah sendiri-sendiri.
(3). Ketempatan sifat-sifat rendah, jernih dan luhur.
(4). Anasir manusia itu sangat sempurna  : Seperti, dari sifat tanah, batu, air, emas, perak, besi, kapur, zat fosfor, garam dan sebgainya.
Sehingga : “Yang kembali ke asalnya” itu, adalah anasirnya! Jika tulang itu maka seperti batu, jika fosfor akan kembali menjadi fosfor, demikianlah dan berlangsung selamanya. Sedang yang disebut “ Innalillahi wa inna Illaihi Raji’un” itu adalah jiwa diri sendiri, yang tidak membawa nomor 3 di atas. Sebagai tandanya adalah : Ketika hidupnya di dunia terkalahkan oleh nomor 3 di atas, maka matinya akan menjadi warga golongan Jin. Atau, oleh karena Nomor 3 di atas sama saja dengan ID, kaka ketika meninggal dunia , maka sang ID akan menjadi Warga golongan Jin. Sedangkan yang lainnya yang disebut di Nomor 1 dan 2 di atas, tetap gentayangan meneruskan tugasnya bekas perbuatan dari Nomor 3 atau yang disebut ID. Sehingga golongan Jin itu disebut juga  memiliki jiwa evolusi, yang maksudnya adalah : Bahwa Id itu berusaha  menghilangkan akibat dari bekas perbuatan! Hal itu untuk bisa berhasilnya adalah ketika masih hidup di dunia, maksudnya adalah bisa merubahnya sedikit-demi sedikit atau seketika.
Setelah menjadi golongan Jin, orang-orang itu tetap tidak memiliki rasa ingat! Tidak mempunyai rasa ingat itulah yang dialami oleh Panembahan Senopati yang menikah dengan dengan Ratu Jin di Laut Selatan. Seandainya saja si Pemancing ketika itu tidak memiliki ingatan, maka akan tetap menjadi warga golongan  Siluman (Jin)!.
Itulah salah satu ujud dari bahaya yang bisa dialami oleh Pencari Ilmu Hakekat Ketuhanan. Sedikit saja salah, maka akan keluar dari jalan hingga berbelok arahnya... sehingga tersesat dan tidak bisa kembali ke asalnya! Demikian kitulah penjelasan tentang alam Jin  dan orang yang mengadakan perjanjian dengan makhluk halus. Alam Jin itu sebenarnya tidak membutuhkan untuk ditambah oleh Sifat Id dan sebagainya, karena alam jin itu tetap adanya, penjelasan di atas itu hanya salah satu bagian saja (bagian dari kepribadian manusisa) yaitu bagi manusia yang salah alamat ketika hidupnya di dunia! Satu penjelsan lagi : Yang manjdai warga golongan jin itu adalah manusia yang ketika hidupnya di dunia mempunyai Perewangan (Bersahabt dengan Jin, meminta tolong kepada Jin, memelihara Jin, hingga kekayaannya dan kesenangan hidupnya di dapat atas bantuan Jin).

E. 5. Kunti Anak (Sundel Bolong)

Tentang hal ini telah diuraikan dalam menjelaskan pada bagian C.3 dan D.4. Sedangkan penjelasan berikutnya adalah sebagai berikut : Jika ditelusuri sifat dari serangga kunang-kunang, yang tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita, yang kemudian menghilang dan meninggal suara dan sebagainya. Artinya itu adalah Pebuatannya memang hanya selalu demikian saja hingga berabad-abad. Maksudnya adalah : Pekerjaannya adalah menghantui, yang  bernama Kunti, juga bernama Sundelbolong dan sebagainya! Oleh karena yang dilakukannya tetap seperti itu, menurut penelitianku, Hantu Kuntilanak itu adalah sejenis mahluk halus atau golongan Jin yang mempunyai derajat sangat rendah. Dikatakan demikian karena berpuatannya adalah tetap, yang kedua adalah berbeda dengan hantu Wadon atau hantu usus, hantu glundungpletek dan sebagainya, yang agar bisa menjadi wadon dan sebagainya adalah dengan cara mersuki semenetara, sebagai buktinya, yang dirasuki ternyata hanya batang pohon pisang atau tulang!.
Ada lagi sebuah contoh yang benar-benar terjadi menjadi berbahaya, menjadi keramat, menjadi tempat meletakkan persembahan, menjadi yang menjaga desa dan sebagainya, yang sudah menjadi buah bibir, terlebih lagi di pedesaan. Saya akan menerangkan sedikit tentang kejadian di Kota Surabaya ketika tahun 10554. Ada seorang warga Tionghwa yang memiliki simpanan batu aqik zamrut, kayu yang membatu, yang katanya Mbah Juga, pindah di rumahnya. Sehingga banyak orang dari jauh yang datang : Jawa, Cina, Belanda, Pelajar, bangsawan, banyak yang tergiur dan percaya bahwa itu adalah “Mbah Juga” yang sebenarnya, karena berdasarkan – Sebelum makam “Mbah Juga” di gunung Kawi terbakar, katanya ada bisikan dari batu itu, bahwa “Mbah Juga” akan berpindah ke Surabaya. Benarlah! Aqik itu kemudian menjadi pujaan, tempat untuk meminta dans ebagainya. Rahasia dari hal itu adalah sebagai berikut :
4.1.5.
(1) Mbah Juga itu adalah sebuah nama Samaran dari manusia Agung pada jaman hidupnya. Ketika di hidupnya, Dia bertempat tinggal di kota Kesamben Wlingi Blitar, dan hingga sekarang makamnya masih ada, dan juga keramat. Menurut cerita dari mulut ke mulut, “Mbah Juga” itu adalah seorang yang Shaleh, sakti, berilmu, suka memberi bantuan kepada orang lain, menjadi panutan penduduk asli di Wilayah Selatan Sungai (Daerah Gunung Kawi ke salatan hingga Malang). Ada juga yang gmempunyai pendapat bahwa “Mbah Juga” itu sebenarnya adalah “Pangeran Diponegoro”. Menurut penelitian saya, entahlah! Karena asal-usulnya tidak jelas. Yang terpenting : “MBAH JUGA ITU bukan sejenis Perewangan!.
(2). Karena bukan golongan perewangan, Setelah meninggal dunia Mbah Juga tetap menjalankan pengaruh hidupnya seperti manusia sebelumnya. Jika ketika hidupnya Mbah Juga itu adalah sebagai ahli berserah diri (Ma’rifat – Islam) tentulah kumaranya (hawa dari sifatnya) kembali kepada assalnya (innalillahi wa inna illaihi raji’un).
Penjelasan pada Nomor 4.1.5. paragraf ke 1 dan 2 membuktikan bahwa, Aqik milik bbah Tionghwa yang mengaku-ngaku dirasuki Mbah Juga itu, tidak benar. Akantetapi bila Aqiq itu dirasuki “Sesuatu yang kadang berkata” itu sudah jelas bahwa Makhluk Hidup bersifat perewangan (bersahabat dengan Jin) dari Tionghwa tersebut. Artinya, bukan Mbah Juga itu sendiri. Jika pun orang Tionghwa itu sering dihadiri dalam mimpi oleh Mbah Juga, yang hadir dimimpinya itu adalah golongan kumara (pengaruh daya) lain yang dasarnya menjadi benalu di dalam Aqiqnya (6)!.
Contoh peristiwa yang lain yang ada hubungannya dengan yang Sering terjadi di hutan-hutan atau di pedesaan, dekat dengan telaga atau sumber air tempat mandi :
(3). Harian Jawa Post di Surabaya ketika tahun 1956, mengulas bahwa di dunia ini hingga sekarang ini belum bisa menjelaskan tentang API yang menyala mengarah ke atas bagaikan KERIS. Ada yang berpendapat, bahwa itu adalah Lidah milik Wisanggeni, Orang tapa, Pusaka ampuh ..... dan sebagainya. Namun apakah sebabnya, tidak setiap hari terlihat?
Di Belgia (begitu isi berita di koran Jawa Post) ada seorang Opsir Tentara Angkatan darat yang tersesast masuk ke wilayah kuburan. Di tempat itu dia melihat sebuah nyala seperti api yang mengarah ke atas dan berkbobar dengan hebatnya. Pada mulanya tentara itu ketakutan, namun karena membawa pistol, dia kemudian mendekati nyala api tersebut. Setelah sampai ke tempat itu nyala api, ternyata tidak ada kejadian yang mengawatirkan atau meenakutkan.................... Tentara itu kemudian mengambil kertas pembukung temebakau kemudian dinyalakan menggunakan nyala api itu. Seketika kertas itu terbakar habis bagaikan terkena api! Namun anehnya, Nyala api yang menyerupai keris itu, tiba-tiba menghilang dan musnah.

Penjelasan yang tidak terlalu jauh dari adanya anasir yang disebut Phosfor! Hal itu menunjukan bahwa badan manusia yang menjadi “Makhluk jadi-jadian” itu adalah karena porsentase phosfornya terlalu banyak dibanding dengan zat pembentuk raga yang lainnya! (C.3.).
Di Demak ketika tahun 1954, menurut Koran Suara Rakyat Surabaya, ada sebuah rumah milik seorang Petani yang dimasuki sinar yang besarnya sebesar buah kemiri bersinar : Dan bisa pergi mencari jalan untuk keluar! Yang mengherankan, ketika keluar dari rumah itu tidak melalui pintu atau dari lobang dinding bambu, akan tetapi menerobos apa saja, dan yang ditembusnya akan berlobang, meninggalkan bekas lobang bagaikan terkena peluru. Kejadian tersebut bersamaan dengan hujan deras.
Sudah jelas, bahwa hal itu bukan dari golongan hantu, akan tetapi dari golongan elektrik atau kilat yang menyatu berbentuk bulat bagaikan cakra.
Tentang kejadian yang menceritakan, bahwa Kyai Ageng Sela bisa menangkap petir, hal itu meyakinkan kita yang hidup di jaman Atoom ini, bahwa pada jaman dahulu yaitu 400 tahun yang lalu sebelum ADISON belum bisa menciptakan Listrik, Kyai Ageng Sela sudah bisa menemukan daya yang mengandung  Elektrik! Sedang yang disayangkan itu, belum sampai diujudkan, karena meninggal dunia terlebih dahulu. Demikianlah contoh-contoh tentang kejadian-kejadian yang terlihat aneh serta dibesar-besarkan ceritanya! Sekarang bisa bisa dinalar : Sinar itu bisa menyatu terfokus, zat di diri kita yang bernama fosfor itu juga bersinar terang dan bisa menyilaukan mata. Serta bisa membeda-bedakan, mana yang tidak nyata dan mana yang sebenarnya, dan justru tidak ditakuti.
(4). Contoh yang terakhir adalah sebagai berikut : Ada sepasang pengantin baru yang menyewa sebuah rumah yang masih baru, dan sudah ada listriknya! Lama-kelamaan pengantin sekalian mengalami sakit-sakitan, dan yang sakit terlebih dahulu adalah yang wanita! Selama kekasihnya sakit, yang laki-laki jika pulang dari kantornya pada jam 7 malam, selalu melihat wanita yang sangat cantik dan bertempat di bawah lampu listrik. Yang mengherankan itu :Listrik mati.
Karena terdorong ingin mengetahui rahasia itu, dia memberanikan diri dan mendekati stop kontak listrik. Ketika hantu itu sedang menggoda dirinya, listrik dinyalakan, kemudian terlihat sekilas, wanita cantik itu melarikan diri masuk ke dalam tembok  --- menyelusup dan hilang!.
Pagi harinya, tembo itu ditelitinya, maka ditemukan ada sebuah lobangnya, kemudian diikutinya, hingga sampai pada sebuah rumah di bawah atap bagian belakang. Setelah sampai ke tempat itu, lobang itu terlihat mengecil hingga sangat kecil, kemudian digalinya, dan dia menemukan tulang iga yang sudah mengering! Contoh ini bisa dicocokkan pada bagian C-3, yang pernah terjadi di Istana Hitam (6).

F.6. Orang Yang Sudah meninggal dunia bisa hidup kembali

Penjelasan tentang hal ini juga harus dengan cara meneliti terlebih dahulu atas yang mengalaminya. Apakah menggunakan menyadari tentang keunikan alam lain, apakah tidak? Apakah dengan menggunakan tidak merasa apa-apa?
Jika “melihat apa-apa”, itu sangat jelas bahwa kejadiannya sama dengan orang KALAP! Bedanya adalah, Seorang Janda itu merasa sduah satu tahu penuh, akan tetapi kenyataannya baru 6 jam! Hal itu bisa disimpulkan, bahwa Janda tersebut tersesat masuk ke dalam dunia Jin (Alam Barzah) – astraal – perbuatan ID  yang beresonansi dengan JIN.
Jika yang mengalami itu tidak merasa apa-apa, hal itu sebenarnya adalah meninggal dunia dan hidup kembali, hal itu adalah sebuah kejadian yang benar-benar AJAIB, dan dunia tidak akan percaya. Apakah hal itu termasuk Kebesaran TUHAN? Silahkan contoh di bawah ini untuk dipikirkan :
4.1.6.
(1). Menurut suatu ksiah di Bandung ketika tahun 1935, ada seorang Mahasiswa yang meninggal dunia kemudian hidup lagi, setelah 7 hari. Pada suatu hari Mahasiswa itu bisa keluar dari kuburnya sendiri dengan cara memaksa! Sedangkan yang menjadi pemikiran saya, mahasiswa tersebut Tidak merasa apa-apa.
(2). Menurut cerita babad, sebelum Agama Islam masuk ke wilayah Asia, ada seorang pemuda dan sahabatnya yang berujud seekor anjing, yang mengalami kematian di dalam Gua (hingga disebut ahli gua) yang lama waktunya kurang lebih 309 tahun. Setelah meraka di perkenankan oleh Tuhan yang bangun kembali, di negerinya sudah berganti raja sebanyak 3 kali (tiga keturunan).
Dua contoh terssebut memang di luar kebiasaan, namun sudah menjadi dalil, yang maksudnya adalah menggelar tentang suatu yang sangat mengherankan dari kehendak Allah, agar umat manusia itu Percaya, bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dalam segala sesuatu! Yang menjadi dasar dari dalil tersebut adalah sebagai berikut :
QS. Al-Kahfi ayat 9 dan 11, dan juga ayat 18 dan dikuatkan pada ayat 25, yang tafsir bebasnya sebagai berikut : “Apakah kamu mengira, bahwa manusia yang ada di dalam gua dan batu yang sudah tertutup rumah laba-laba, itu adalah Maha Kuasa Tuhan yang sangat mengherankan?
Kami menidurkan mereka itu di dalam Gua hingga beberapa tahun lamanya dan di dalam tidur Kami balik-balikan badannya ke kiri dan ke kanan. Dan juga kaki anjing depan keduanya menjelujur di pintu gua.
Jika kalian semua melihatnya, kalian akan menjadid takut serta melarikan diri penuh ketakutan. Itu semua sudah menjadi Kehendak Maha Kuasa Tuhan.
Mereka (Ahli gua) berada di dalam gua hingga 300 tahun lamanya, dan ditambahlagi 9 tahun.

Jika dipikir, kejadian tersebut adalah tidak masuk akal, akantetapi karena hal itu adalah Firman Tuhan, maka semua kejadian yang tidak masuk akal tidak luput dari Sudah Dikehendaki Tuhan. Demikian juga yang dialami oleh Mahasiswa dan seorang Janda tersebut, maka bisa kita bedakan. Sang janda masih menggunakan Rasa perasaannya, sedangkan Mahasiswa itu tidak merasakan apa-apa. Menurut cerita masyarakat di Bandung ketika itu, Wujud Pemuda itu sangat menakutkan, karena seluruh rambutnya putih semua.
Tentang kejadian di atas itu, yang dengan tidak merasa apa-apa, lama atau sebentar, kita ini tidak bisa membuktikannya, tidak bisa dipahami oleh akal/pikiran. Karena sudah menjadi Kehendak dari Yang Maha Kuasa.
.
G.7. Kisah Sang Kyai yang katanya pergi ke Syurga


Mengulan kisah dari seorang Kyai. Siapa yang menampakkan diri seperti seorang putri itu, dan siapakan yang memberikan bisikan-bisikan itu? Apakah benar, itu adalah syurga? Jika kejadian itu dianggap sebagai berasal dari kehendak Allah, itu adalah sesat! Akantetapi jika ditelaah : Itu semua adalah perbuatan Jin, dan golongan Peri, Prahyangan...... maka hal itu adalah benar!
Sebabnya adalah sebagai berikut : Pertama, Kyai tersebut dalam mencari dengan cara menyepi. Orang yang menyepi itu, jika tidak mendapatkan hasil yang sebenarnya, maka adakan mendapatkan golongan Jin.
Yang keduanya : Pak Kyai itu dalam keadaan buta. Sedangkan orang buta itu tiba-tiba bisa melihat syurga atau bisa melihat wanita cantik, apakah mungkin? Hal itu sebenarnya tidak bisa dipercaya. Jika demikian, maka anggapan pak Kyai itu bahwa syurga itu dikiyaskan dengan melihat sesuatu bentuk benda dan wanita cantik?
Dan sesuatu kejadian yang menyimpang dari tuntunan dari Tuhan, tentu hanya sebentar saja bisa menikmati kesenangannya, karena hanya berasal dari Perewangan (bersahabat dengan makhluk halus).
Menyepi bertapa yang tidak menggunakan dasar berserah diri hanya kepada Allah maka cara yang didlakukannya adalah disertai dengan cara Mencari-cari, membayangkan, membatin, semoga aja menghasilkan sesuatu ..... demikian seterusnya. Yang jika sampai tersesat maka akan menyebabkan kurang kewaspadaannya atas kesehatan badan/dan rohaninya, yang kadang-kadang bisa berakibat menjadi gila, karena :
1. Tujuannya melebihi batas, itu berakibat menjadi kosong atas rasa ingat di dirinya – keadaan yang demikian itu akan memudahkan menjadi selaras dengan alam Roh Jahat  yang gentangan untuk menuruti hasrat nafsunya (5).
2. Jika pikiran sudah berubah, dan juga perasaannya dan sebagainya, maka yang berfungsi hanya getaran hati rendah (Alam bawah sadar, Id), maka mengakibatkan bisa melihat apa-apa .... hingga tertawa sendirian, berbicara sendiri, yang dikiranya itu semua adalah petunjuk dari Dewa dan sebagainya.
Demikian, bahaya bagi pencari Ilmu apa saja yang dengan cara mengosongkan pikiran. Sedangkan tata cara yang manfaat dan sehat, sudah dimuat di Wedaran Wirid Jilid I.
Bab. Selanjutnya... dibahas di dalam bagian ke II
Sepanjang, 21 Mei 2015