Perputaran pikir itu menuju
hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran sirr (rahasia) itu
menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud
PENYINGKAP RAHASIA KEKASIH ALLAH
(FATURRABANI)
Karya : Syeikh Abdul Qadir Jailani
Penerbit
: CV. RAMADHANI - SOLO
Tahun : April 1986
Alih Bahasa : Drs. Abu Asma Anshori
Penyadur : Pujo Prayitno
NASAB SYEIKH MUKHYIDDIN
Bernama Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih Musa bin
Abdullah Al-Jiili bin Yahya Az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah Al Mahdii bin Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib r.a.
(Semoga Allah meridhai mereka seluruhnya).
MUKADIMAH
Wahai Allah, Wahai Dzat yang mengetahui kelemahanku dari
pemujian-Nya, daku mohon kepada-Mu kesempurnaan memuji-Mu yang telah
dibukakannya dari hakikat Asma dan Sifat-Mu, dan ketampanan Dzat-Mu yang
Mahalembut, maka ma’rifat Engkau kenalkan melalui kesempurnaan-Mu yang lembut, dan
ketika itu Engkau ilhamkan kepadanya dari sesuatu yang dipujikan kepada-Mu yang
tidak diilhamkan oleh lainnya, seperti apa yang akan diilhamkannya di hari
penampakkan secara berlipat ganda. Maka kesendiriannya yang menyempurnakan di
sana tampak akan memperjelas solawat dan salamnya, yaitu solawat dan salam yang
sama bertemu dengan kesempurnaan-Mu yanng amat suci, melebihi keberadaan jiwa,
dan akan memakaikan sesuatu yang disampaikan oleh-Nya; dari kemuliaan solawat
dan salam-Mu meliputi perwujudan ma’nawi (yang tidak bisa diraba), berserta
sesuatu yang bergantung dengan keduanya dari kealaman makhluq dan perintah.
Sehingga Engkau tidak meninggalkan wahai Tuhanku, seseorang pun dari jajaran
para Nabi-Mu, para Malaikat-Mu dan orang-orang shalih hamba-Mu, jsutru kecuali
telah dikenakan selimut dengan keutamaan dan keagungan itu.
WACANA 1.
Ahad pagi, tanggal e Syawal tahun 545 Hijriyah bertempat di pondok ia bertutur :
“Berpaling dari Al-Haq Azza wa Jalla ketika
takdir datang; itu bisa mematikan agama, mematikan tauchid, mematikan tawakal
dan mematikan ikhlas. Bahwa hati orang
Mu’min itu tidak bisa diketahui bagaimana dan mengapa; tidak bisa diketahui.
Bahkan mu;min ketika itu berkata : “Ya, jiwa semuanya beselisih saling kontra;
itu sebabnya barangsiapa hendak memperbaiki jiwa, hendaklah bersungguh-sungguh
(bertekun atau mujahadah) menekan diri sampai terbebas dari keburukannya. Semua keburukan bertempat dalam keburukan. Kala
engkau bertekun diri penuh ketenangan, semua yang bersemayam dalam jiwa jadilah
baik. Karena proses terjadinya persesuaian itu berada dalam segala kepasrahan
jiwa untuk menjauhi segala ma’siyat. Itu sebabnya pada jiwa dikatakan : “Wahai Jiwa yang tenang.” (Qs.Al-Fajr :27).
Kecuian jiwa adalah takwa, sedang kelepasan jiwa dari
suci adalah keburukannya. Keburukan jiwa bukanlah karena manusia. Untuk
membuktikan lihatlah kesucian jiwa yang bernasab dari nenek moyang Ibrahim as.
Semua yang ada dalam jiwanya merdeka dari buruk dan tetap tanpa nasfu. Ia
mengalir hatinya tenteram. Ia datang kepada makhluk yang bermacam ragam mereka
sama memalingkan jiwa merke dari Ibrahim untuk memberi pertolongan. Ia berkata
: Aku tidak menghnedaki pertolongan kalian untuk menyelmatkan daku. Manakala
telah nyata keprasahan Ibrahim, Allah berfiman “pada api” (wahai api) jadilah
dingin dan membawa selamat untuk Ibrahim.” Pertolongan Allah tetap atas
orang-orang sabar. Ia bersama Dia di dunia tanpa batas, dan kenikmatan-Nya di
akhirat tanpa ukur. Firman Allah : “Sesungguhna (Allah) memberi pahala bagi orang-orang yang
sabar tanpa menngenal batas.”
Tidak ada kata tersembunyi bagi Allah, sesuatu pun yang
terbebankan atas manussia berdasar kekuasaan-Nya. Bersabarlah bersama Dia
setiap waktu, sedang engkau melihat kehalusan dan nikmat-Nya terlimpahkan
atasmu. Saja’ah (menurut bahasa tasawuf berarti berani berkorban dalam rangka
menegakkan kalimat Allah sepanjang msa), adalah sabar setiap masa.
“Sesungguhnya Allah besrt orang-orang yang sabar.”
Dengan pertolongan dan pengharapan bersabarlah bersama
Dia, janagan lupakan Dia, karena setelah engkau mati akan terbangun, dan hal
itu tidak membawa manfaat bagimu. Bangunlah untuk Dia sebelum kamu
menjumpai-Nya, bangunlah sebelum engkau idbangunkan tanpa nyawa sehingga engkau
menyesal. Waktu itu tidak beguna penyesalan. Perbaikilah hatimu, karena jika
hati sudah baik segala perilakumu pun baik; sebagaimana disabda Nabi saw. “Di dalam tubuh bani Adam terdapat segumpal daging, jika
daging itu baik, maka baiklah semua anggota tubuh, jika daging itu buruk, maka
buruk pulalah seluruh anggota tubuh, ingatlah ia adalah HATI>”
Adapun hati itu baik bila diselimuti takwa, tawakal
kepada Allah, mengesakan Dia, ikhlas dalam beramal dan yakin akan keruskan
semua itu jika tidak ada tindakan-tindakan tersebut. Hati itu laksana burung
yang berada dalam sangkar, juga seperti permata dalam tambangnya. Adapun
perumpaan burung dalam sangkar itu sama dengan permata tanpa tambang.
Wahai Allah, bersihkanlah organ tubuh kita dengan taubat,
dan hati kita dengan ma’rifat kepada-Mu, sibukkanlah hidup kita sepanjang masa
bersama-Mu, siang dan malam, dan luruskanlah kita melalui orang-orang shalih
yang mendahului kita.
Wahai manusia, marilah kita berlemah lembut untuk Allah
atas ketentuan Dia dan perbuatan-Nya. Maka haruslah kita junjung ketentuan-Nya
itu. Bila kita telah berbuat demikian terhadap Dia berarti kita telah menjalin
persahabatan menuju ketentuan Dia. Firman Allah :
“Di sanalah pertolongan itu
hanya dari Allah yang Hak.” (Qs. 28 : 44).
Jika engkau merasa segar minum dari samudera ilmu-Nya dan
memakan dari rangkaian keutamaan-Nya, berjinak-jinak bersama kejinakan-Nya dan
melimpit dengan rakhmat-Nya. Inilah batasan individu dari setiap sejuta “satu”
meliputi seluruh keluarga dan golongan manusia.
Wahai sahaya peliharalah takwa, periharalah hukum syari’at,
siagakan dirimu untuk kontra dengan nafsu, hawa, setan dan teman buruk. Mukmin
dalam misinyaberjihad dengan hal-hal tersebut akan membuka kepalanya dari
ketopong perang, sehingga tidak terlimputi pedangnya, tidak telanjang beahan
punggungnya dari sinar penerang. Engkau jika memperbanyak tidur seperti
tidurnya mereka itu bisa mengalahkan santapan mereka mempersempit bicara
mereka. Tingkah laku mereka terserang kelu. Sesungguhnya Kuasa Allah berlaku
atas mereka, karena Allah juga bersabda kepadamereka, sedang mereka
menggerakkan pembicaraan di dunia seperti bicara masing-masing organ tubuh di hari kiamat; setelah mereka dibicarai oleh
Allah. Bicara mereka tetap seperti sedia kala ketika masih di dunia. Meliputi
sebab-sebab mengaa mereka bicara. Jika mereka menghendaki sesuatu tindakan
segera terlaksana. Mereka hendak menyampaikan misi kepada manusia dengan berita
takut dan gembira, bukan menyampaikan kata salah kepada mereka; maka para Nabi
dan Utusan sama bicara. Katika mereka dicabut
kembali kepada Dia tumbuhlah Ulama’ dengan disiplin ilmu mereka bicara
--- mereka – mengganti kedudukan para Nabi dan Rasul, Nabi saw. bersabda : “Ulama adalah eksponen pewaris para Nabi.”
Wahai manusia bersyukurlah kepada Allah, atas pelbagai
nikmat karunia-Nya dan lihatlah (perhatikan) kekuasaan-Nya melalui nikmat itu.
Sesungguhnya Dia berfirman :
“Dan sesuatu nikmat yang ada padamu hanyalah dari Allah.”
Di manakah rasa syukurmu, wahai para pemutar balik nikmat
Allah. Wahai, siapa orang yang meilhat nikmat datang dari selain Allah?
Adakalanya engkau melihat bahwa nikmat Dia terasa datang bukan dari-Nya, tetapi
suatu ketika engkau menghadap-Nya dan melihat akan kekosongan dirimu. Terkadang
engkau minta tolong kepada-Nya dengan menentang-Nya.
Wahai manusia engkau butuh kesunyianmu terjaga dari
kemaksiatan, kegoncanga jiwa dan keterkejutan yang membawa peringatan bagimu,
padahal Allah melihat kamu. Mengapa engkau butuh mudharat ini ada padamu dalam
kesunyianmu, lalu kamu juga butuh membinasakan nafsu, hawa, dan setan, Kebesaran manusia itu runtuh karena kegoncangan jiwa,
karena kecerdasan berfikir (kecepatan otak) dan perlintasan hati dalam
kesunyiannya, sedang runtuhnya kebenaran itu pada kerlip mata.
Bandingkan kesibukan mereka, mampu merekrut jiwa mereka, karena itu mereka tidur
di pintu para penguasa.
Wahai hamba, engkau jangan bersama nafsu, hawa, dunia dan
jangan pula dengan yang lain yang engkau ikuti selain Al-Haq. Jika engkau
bertaubat, bertaubatlah secara lahir dan batin. Taubat
itu pusat perputaran hati. Tanggalkanlah baju kemaksiatan ganti dengan
taubat-taubat ikhlas, cinta kepada Allah itu sebagai hakikat bukan arti kias.
Demikian rupa perbuatan hati setelah penyucian anggota tubuh dengan syari’at.
Hati baginya sebagai amalan. Hati kala keluar dari lingkaran sebab lalu
bergantung pada watak ia mengendari bahtera tawakkal dan ma’rifat kepada Allah,
mengakui Dia. Meninggalkan sebab untuk mencari pendatang sebab. Maka kala ia
telah sampai ke tengah samudera ini di sanalah ia menemukan firman-Nya :
“Dia yang menciptakan aku dan
Dia pula yang memberi petunjuk.”
Jika demikian maka
tertujuki ia dari pantai ke pantai, dari satu tempat ke tempat lain. Sampai
engkau terhenti pada kebenaran yang tegak. Kala disebut Asma Tuhan tampaklah
kebesaran-Nya dan terbukalah gulita dari mengenalnya.
Wahai hamba, bila sakit menimpamu, hadapilah dengan
tangan terbuka penuh sabar. Bertahanlah
sampai datang obat. Jika pengobatan telah datang terimalah dengan rasa syukur.
Kalau kamu demikian tentulah hidupmu di permudah.
Takut api neraka itu sebagai jalan yang bisa memutus
derita orang-orang mukmin, berdampak membawa kekuningan di wajah mereka dan
kesedihan di hati mereka. Bilamana hal ini sangat mungkin terjadi pada mereka
niscaya Allah menuangkan air rakhmat dan karunia dalam hati mereka. Baginya
dibukakan pintu akhirat. Sehingga ia melihat kebenaran janji yang disampaikan
kepadanya. Bila mereka telah bertempat, berdiam dan beistirahat sedikit niscaya
bagi mereka dibukakan pintu Kagungan, sehingga patahlah hati dan rahasia
mereka, sebaliknya rasa takut lebih kuat dari yang datang pertama kali. Jika
hal ini telah sempurna atas mereka niscaya mereka dibukakan pintu kebaikan,
lalu mereka berdiam di sana penuh ketenangan, selalu jaga dan sama mendapat
derajat, yaitu satu tingkat setelah satu tingkatan.
Wahai hamba jangan jadikan himmahmu sesuatu yang kau
makan, yang engkau minum, yang engkau pakai, yang engkau kawini, yang engkau
diamidan yang engkau kumpuli. Setiap permasalahan tersebut adalah kepentingan
nafsu dan watak kemanusiaan saja. Lalu di manakah himmah hati, rahasia, yaitu
mencari kebenaran Azza wa Jalla. Himmah haruslah sesuatu yang engkau
pentingkan. Maka jadikanlah kepentinganmu untuk bertaubat kepada Allah dan apa
yang ada pada-Nya.
Dunia adalah pengganti, yaitu pengganti akhirat, bagi makhluq
terlukar oleh Al Khaliq. Kala engkau tinggalkan sesuatu dari dunia ini maka
terbaharui penggantinya, bahkan lebih baik daripada dunia. Perkiraan bahwa
selisih usiamu pada hari ini sudah cukup untuk persiapan akhirat, yaitu dalam
menghadapi Malakul Maut. Dunia adalah bagaikan barang masakan yang disediakan
untuk manusia, dan akhirat sebagai kehidupan mereka. Manakala datang
kecemburuan dari Allah terjadilah pemisahan antara mereka dan dunia, dunia lalu
menempati tempat akhirat.
Wahai pendusta, engkau katakan cinta Allah dalam situasi
yang penuh nikmat, tetapi ketika datang cobaan engkau lari, seakan dalam jiwamu
tidak ada rasa cinta kepada Allah. Hanya orang disebut hamba yang menunjukkan
ikhtiar menakala cobaan Allah datang kepadanya lalu ia tetap bertahan dan
mempertahankan cinta Dia. Jika hal ini sampai berobah dengan adanya dustamu
maka tercabutlah yang pertama dan lenyap.
“Wahai Tuhan kami, berilah kami di dunia
kebaikan dan di akhirat kebaiakn dan peliharalah kami dari api neraka.”
WACANA 2.
Tanggal 5 Syawal tahun 545 Hijriyah di Perguruannya, ia
bertutur :
“Wahai hamba yang disebut kerja keras itu bukan terletak
pada kekusutan pakaianmu dan makananmu. Kerja keras adalah terletak pada sikap
zuhud hatimu. Sedang keutamaan baju yang dipakai oleh orang-orang benar
(Shiddiqin) adalah baju tasawuf, yakni pembersihan batiniahnya kemudian kembali
keluar jiwa baru memakaikan pada rahasianya, kemudian hati kemudian jiwa dan
organ tubuh lain. Sehingga manakala semua itu telah terjadi, secara kasat,
datanglah tali belas kasih, rakhmat dan munnah, berupa kecemburuan pada Dia.
Akhirnya berobahlah cobaan ini tertukar pakaian ketat darinya bertaut dengan
baju kesenangan, sakit berganti nikmat, marah berganti gembira, takut berganti
sentausa, ibadah meningkat taqarub dan fakir berganti kaya.
Wahai sahaya perolehlah kebahagianmu dengan jalan
berzuhud, bukan dengan jalan senang. Tidak akan sma antara orang yang makan dan
menangis dengan orang yang makan sambil tertawa. Setiap pembagian hatimu selalu
bertaut Al-Haq, Jika demikian niscaya engkau selamat dari keburukannya. Bila
engkau makan dari hasil kerja tangan yang baik ini lebih baik daripada engkau
makan dari hasil sendiri tetapi tidak engkau ketahui dari mana sumbernya.
Bukankah hatimu keras terhadap amanat, rakhmat telah berlalu darimu, hukum
syara’ telah lenyap padahal ia menjadi amanat di antaramu. Sungguh engkau telah
menjauhi dan mengkhianatinya. Jika amanat ini sampai lenyap, celakalah kamu.
Dalam waktu dekat ini air mata tidak bercucur lagi dari matamu. Suluk di tangan
dan kakimu, dan penguncian al Haq atas pintu rakhmat-Nya bagimu. Karena itu
bendunglah merekadari pemberianmu. Peliharalah puncak jiwamu bersama Tuhanmu.
Takutlah pada Dia. Jika engkau mengambilnya niscaya mendapat siksa yang pedih.
Dia mencabut rasa aman darimu, sehatmu, jahatmu dan kebencianmu, takutlah akan
hal itu. Dia adalah Tuhan langit dan bumi. Jagalah nikmat dengan ucapan Syukur,
terimalah perintah dengan tunduk dan membuka telinga, terimalah
kesulitan dengan kesabaran dan kemudahan dengan syukur. Demikian – jinga
engkau ingin tahu – keadaan orang-orang terdahulu seperti para Rasul dan
orang-orang shalih. Mereka setia bersyukur atas nikmat dan bersabar bila sakit.
Bangkitlah dari perangkat maksiat, perihalah pasrah dan
hukum-hukumnya, kala datang kepadamu bersyukurlah kepada Dia, bila datang
kesulitan menimpamu bertaubatlah akan kesalahanmu, ukurlah dirimu. Karena
Al-Haq bukan penganiaya hamba-hamba yang beribadah. Ingat mati dan apa saja
yang ada di belakangnya, ingatlah Tuhan Azza wa Jalla dan hisab-Nya seerta
pandangan-Nya atas dirimu. Bangun! Sampai kapan tidurmu, sampai kapan bodohmu,
sampai kapan engkau mengulang-ulang kebatilan, bertingkah bersama nafsu dan
hawa. Sedang pada tabiatmu mengapa tidak engkau tradisikan untuk beribadah kepada
Allah, untuk mengikuti syari’at-Nya, dan dengan tradisi yang ditinggalkan,
mengapa engkau tidak berlaku menurut aturan Al-Qur’an dan sabda Nabi.
Wahai sahaya engkau jangan pergauli manusia dengan mata
picik, tolo, alpa dan terbuat.”
“Wahai Tuhan berikanlah kepada kami kebaikan dunia dan
kebaikan akhirat dan perihalah kamid dari siksa neraka.”
WACANA 3.
Jum’at pagi tanggal 8 Syawal tahun 545 Hijriyah di
perguruan Al Namurah, ia bertutur :
“Wahai kaum fakir, engkau jangan berangan-angan jadi kaya
karena perbuatan itu bisa mendatangkan kerusakanmu. Dang engkau, wahai pasien,
jangan mengimpi-impikan sembuh sebab hal itu bisa membawa kerusakanmu. Jadilah
engkau manusia berakal. Periharalah buah hidupmu dengan pujian atas perkaramu,
terimalah ketentuan yang datang padamu dan jangan sekali-kkali engkau cari
tambahan atasnya. Setiap apa yang diberikan oleh Al-Haq padamu – karena
permintaanmu – itu termasuk keruh dan dibenci. Sungguh ini sebagai batu ujian,
kecuali bila hamba diperintahkan untuk memohon tanpa disertai lintasan hati.
Kala ada peintah bermohon niscaya tiada kebaikan atas apa yang engkau pinta,
bahkan akan lenyaplah kekuatan darinya.
Hendaklah engkau jadikan pintamu itu lebih banyak berisi
permintaan ampun, kesehatan kekal dalam urusan agama, dunia dan akhirat.
Terimalah ini niscaya engkau tercukupi. Jangan engkau menimbang-nimbang Allah
dan jangan pula berbesar diri, karena perbuatan itu merupakan perapuhan jiwamu.
Engkau jangan berbesar diri di hadapan Allah, juga atas sesama ciptaan Dia,
semata terdorong oleh rasa usia muda, kaut dan kekuasaanmu, sebab perbuatan itu
sutu kegarangan. Bagaimana bisa diakui – mulutmu muslim – dan hatimu tidak
menunjukkan adanya ucapan orang muslim, dan perbuatanmu bukan menunjukkan
adanya ucapan orang muslim dan perbuatanmu bukan menunjukkan perbuatan orang
muslim. Dalam kesunyian engkau juga tidak menunjukkan adanya sikap muslim.
Apabila engkau tahu; kalau engkau shalat dan puasa dan perbuatanmu meliputi
perbuatan baik, kalaupun perbuatan ini tidak engkau balas dengan Allah semata,
maka bisa menjadikan engkau munafik berarti jauh dari Allah. Karrena itu,
mulailah sejak dini segala perbuatanmu, bicaramu, tujuanmu dan agamamu karena
Allah semata. Manusia yang dengan segala perbuatannya tidak terdorong oleh rasa
cumbu; itulah mereka yang memperoleh maksud, orang takwa, orang yang betauhid,
orang yang ikhlas, orang yang sabar atas ujian Allah dan cobaan-Nya. Mereka
bersyukur atas nikmat dan keutamaannya mereka mengingat Allah melalui lisan
lalu mengalir ke hati dan sirr (rahasia). Jika mereka tertimpa penyakit tampak
di wajah mereka tersungging senyum. Bagi mereka penguasa dunia terisolir,
seluruh penghuni jagad bagi mereka tak lebih bagai mayit, lemah dan pesakit.
Fakir dan sorga yang bersandar pada mereka seolah meruntuhkannya. Neraka
bersandar pada mereka padam. Tidak bumi tidak langit dan tidak tenang dalam
keduanya. Mereka ambild ua arah itu. Maka yang terjadi mereka tinggal bersama
dunia dan penduduknya kemudian berganti bersama yang lain, lalu jadilah mereka
bersama Tuhan dunia dan akhirat. Jadi mereka ingat para pecinta kepada Dia.
Mereka berjalan bersama Dia dengan hati sampai tiba di hadapan-Nya, dan mereka
peroleh persahabatan sebelum berjalan. Mereka dibukakan pintu antara neraka dan
Dia. Dan Dia ingat mereka selama ingatan mereka tidak lepas. Sehingga
tergarislah keinginan mereka atau pertolongan mereka atas dosa-dosa mereka.
Maka setiap himah mereka dan keberadaan mereka selalu terjalin dengan dia.
Dengarlah firman Azza wa Jalla :
“Maka ingatlah Aku niscaya
Aku ingat kamu dan bersyukurlah kepada-Ku jangan kamu mengingkari.” (Qs/
2:252).
Juga dalam sebahagian hadits Qudsi : “Aku menjadi teman duduk orang yang mengingat Aku.”
Berpindahlah ke temepat Pincipta dan terimalah sembari ingat sampai kamu berhasil menjadi teman duduk-Nya.
Wahai para miskin, tinggalkan bicara yang tidak berguna
bagimu. Lepaskan ta’asub (kesukuan) dalam bermazahb, sibukkan dengan sesuatu
yang berguna untuk di dunia dan akhirat. Dalam waktu dekat ini engkau akan
melihat berita tentang dirimu – ingatlah bicara ini – di samping itu engkau
akan lihat cela, sedang di kepalamu tidak ada kotopong. Mana sesuatu yang
engkau sempurnakan untuknya dari luka. Maka bebaskan dirimu dari kepentingan
dunia karena dalam waktu dekat ini engkau akan tercabut darinya. Janganlah
engkau cari kehidupan yang bai di sana; niscaya tidak akan pernah ada sesutu
tertinggal di tanganmu. Sabda Nabi saw. :
“Yang disebut kehidupan
adalah kehidupan akhirat.”
Persempitlah angan-anganmu, sungguh telah datang
padamukebencian di dunia, karena semua zuhud itu mampu memotong angan-angan.
Tinggalkan setiap ujung keburukan, putuskan jalinan kasih antar dirimu dan
mereka, dan jalinlah antar dirimu dan orang shalih. Tinggalkan sesuatu yang
dekat darimu jika hal itu berada pada ujung keburukan. Dan jalinlah sesuatu
yang jauh darimu jika hal itu berupa ujung kebaikan. Setiap orang yang menjalin
kasih dengannya jadilah persaudaraan di antaranya.
Ditanyakan kepada seorang Ulama : “Apakah persaudaraan itu.” Jawabnya : “Jalinan Kasih sayang.”
Tinggalkan olehmu mencari sesuatu yang dibagikan dan
sesuatu yang tidak dibagikan, karena pencarianmu atas sesuatu yang belum Dia
bagi adalah amat dibenci dan celaka, sedang pencarianmu terhadap sesuatu yang
telah dibagi-Nya adalah aib. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Di antara sebagian siksa
Allah adalah untuk hamba-Nya yag mencari sesuatu yang tidak dibagikan kepadanya.”
Wahai manusia janganlah engkau ragu terhadap Maha Pencipta dan atas yang dicipta. Tetapi
ragulah kepadanya. Dialah Dzat pembawa taqdir, sedang yang lain bukan. Di
antara lumbung kebaikan itu tempat sipanan rahasia, bencana, penyakit dan
sedekah. Besedekahlah dengan kananmu dan bersungguhlah terhadap sesuatu yang
tidak engkau kerjakan oleh kirimu. Takutlah samudera dunia; sungguh ia telah meneggelamkan
setiap insan selain orang-orang yang diselamatkan Allah. Ini sebagaimana Dia
menyelamatkan orang-orang beriman – di hari kiamat – dari neraka. Firman Allah
:
“Dan tidak ada seorang pun
darimu melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu aal suatu
kemestian yang sudah ditetapkan.” (Qs.XIX:71).
Firman Allah untuk api : “Jadilah dingin dan membawa
selamat....” sehingga hamba Allah yang beriman kepada-Nya, yang ikhlas
untuk-Nya, senang pada-Nya, benci selain kepada-Nya, bis melalui api itu. Pernyataan
ini difirmankan sebagaimana yang pernah ditujukan pada api Namridz yang akan
dipergunakan untuk Ibrahim a.s. tetapi tidak membakar. Firman Allah Azza wa
Jalla : “Wahai samudera dunia, wahai air, engkau
jangan menenggelamkan hamba Kami tercinta yang kami maksud.” Maka selamtlah ia dari samudera dunia, dan
jadilah rahasia itu seperti peristiwa penyelamatan Musa a.s.dan kaumnya dari
samudera itu. Anugerah (Fadhilah) Allah tentu diberikan kepada hamba-hamba-Nya
yang dikehendaki.
“Dan Dia memberi rizki kepada orang-orang
yang dikehendaki tanpa mengenal batas. Semua kebaikan adalah di tangan Dia,
juga pemberi, penolak ada pada-Nya. Kaya, fakir ada di Tanagn Dia, Mulia, hina
ada di tangan-Nya, tiada sesuatu pun pembatas yang membatasi kekuasaan-Nya.
Orang berakal adalah mereka yang memperoleh pintu-Nya dan
berpaling dari pintu selain milik-Nya. Wahai pembelakang, lihatlah kau
bagaimana engkau senang kepada makhluq dan marah kepada sang Pencipta.
Binasalah akhiratmu oleh kehidupan duniamu. Waktu dekat ini engkau ‘kan
tercabut ari apa yang engkau ambil.
Sedang apa yang dicabut-Nya suatu kesaksian yang amat,
dan yang di ambil-Nya itu bermacam-macam bentuk. Adakalanya diambil darimu
pemutusan penguasaanmu, engkau diambil dengan hina dan faqir, engkau dicabut dengan
cobaan yang berat, dengan sekarat dan gundah. Engkau diambil dari penguasaan
mulut-mulut manusia dan tangan-tangan mereka atasmu. Jadi setiap makhluq
dikuasakannya atasmu. Ingatlah, wahai penidur, wahai
Allah jagalah kami oleh Engkau dan untuk Engkau, Aminn..
Wahai manusia, engkau jangan jadikan dirimu semata-mata
untuk mengambil dunia seperti tuak yang gugur dari tanganmu di malam hari
sedang engkau tidak sadar. Kulihat engkau dalam pemalinganmu seperti pengomel
yang mabuk di malam yang gulita. Tak berbulan dan tidak bercahaya. Sedang ia
berada di tengah-tengah padang pasir yang banyak bahaya dan serangga-serangga
pembunuh. Lalu ia mengadu akan membunuh sesuatu untukmu dengan pemabukan di
siang bolong, karena matahari bisa mencegahmu mengambil sesuatu yang tidak
menguntungkan dirimu. Palingkanlah dirimu bersama mentari tauhid, syari’at dan
taqwa. Karena mentari itu bisa menahan dirimu dari jauh dalam jaringan nafsu,
hawa, setan dan syirik.
Celaka, ... engkau jangan
terburu, karena siapa yang terburu bisa salah atau mendekati salah.
Wahai manusia jika engkau berkehendak tidak ada sesuatu
yang ada padamu tertinggal pada satu pintu yang terkunci, maka takutlah kepada
Allah, karena hal itu menjadi kunci segala pintu. Firman Allah :
“Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar, dan memberinya rizki dari arah
yang tidak di duga.” (Qs.XLV:2-3).
Kehendak berpaling dari Allah jangan beri kesempatan
bersemayam dalam jiwamu, juga dalam keluargamu, dan orang-orang sejawat
denganmu. Mengapa kamu tidak malu memerintahnya untuk merubah dan mengganti
keadaan. Apakah engkau merasa lebih bijak dari Dia. Dia-lah penyetir dirimu dan
mereka. Jika engkau ingin menyertai-Nya di dunia dan akhirat peliharalah dirimu
dalam gerak; tenang diam dan bisu.
Ketahuilah, wali-wali Allah itu selalu sopan di
hdapan-Nya. Janganlah engkau mengikuti pergerakan tubuh dan jangan melangkah ke
suatu pelangkahan kecuali mendapat konsensi yang jelas dari Dia – untuk hatimu
– engkau jangan makan sesuatu yang kendati diperbolehkan, jangan berpakaian,
jangan bersetubuh, jangan bergaul dalam setiap gerak kecuali mendapat konsensi
yang sudah jelas kebenarannya di dalam hatimu. Mereka berdiri bersama Al-Haq,
berjaga bersama pengatur hati dan penolong. Tidak ada janji bagi mereka bersama
Tuhan sampai hati mereka berjumpa dengan Tuhandi dunia dan jisim mereka di
akhirat.
Wahai Allah limpahkanlah kepada kami
perjumpaan dengan Engkau dan bisa melihat Engkau. Jadikan kami termasuk
orang-orang yang mendapat kerelaan-Mu.
“Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan
kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 4.
Ahad pagi tanggal 10 Syawal tahun 545 Hijriyah di Pondok
ia berkata : Dengan mensitir sabda Nabi saw.
“Barang siapa baginya
dibukakan pintu kebaikan, maka hendaklah ia bisa mencapai peluang itu, karena
hal itu tidak diketahui kapan pintu tersebut akanditutup baginya.”
Wahai manusia, capailah dan peliharalah pintu hidup
selagi terbuka. Mungkin dalam waktu dekat ini akan tertutup kembali untukmu.
Jagalah laku perbuatanmu yang baik mumpung engkau masih mampu melakukannya.
Peliharalah pintu taubat, masuklah ke lorong-lorongnya mumpung masih terbuka
bagimu. Peliahralah pintu doa, karena pintu itu terbuka untukmu, peliharalah
pintu ke temanmu yang baik sesungguhnya pintu itu masih menganga untukmu.
Wahai manusia, bangunlah dirimu dari sesuatu yang
menggoncangkanmu, sucikan dirimu dari sesuatu yang mengotorimu, perbaikilah
dirimu dari sesuatu yang merusakmu, jenihkan dirimu adari keruh kotormu,
tahanlah dirimu dari kesukaan yang kamu ambil, kembalilah kepada Tuhanmu dari
selisih orang-orang yang disekitarmu, yang engkau jadikan tempat pelarianmu.
Wahai hamba, di sana tiada apa pun kecuali Dzat sang
Pencipta Azza wa Jalla. Maka, bila engkau merasa keberadaanmu bersama Dia
berarti engkau hamba-Nya. Jika kereadaanmu bersama makhluk maka dirimu jadi
hamba mereka. Bila engkau tahu bahwa pencarian terhadap Al-Haq itu menjadi
pencerai setiap perwujudan yang engkau yakini, Sesungguhnya segala sesuatu dari
makhluk itu penghalang antara dirimu dan Dia.
Wahai hamba, jangan jadi pemalas, karena sikap malas itu
membuat sesal dalm penghamban ini. Permurah lah laku perbuatanmu, karena Allah
Al Haq telah bermurah terhadapmu di dunia dan di akhirat.
Wahai hamba jadikan doamu sebagai pemikat, kembalilah
kepada kerelaan, sesekali engkau jangan berdoa dengan mulutmu sedang hatimu
menerawang berpaling dari-Nya. Di hari kiamat seluruh manusia akan mengakui
setiap perbuatan apa yang pernah dilakukan di dunia. Baik yang buguas maupun
yang buruk. Di sana sesalmu tidak berguna, juga engatmu tidak berfungsi. Pada
hari itu tidak berguna pula mengingat kerja berat sebelum mati, ingat kebun
halaman dan persemaian biji; itulah saat perhitungan manusia dimulai secara
total. Jauh sebelumnya Nabi Muhammad saw. memperingatkan :
“Dunia adalah lapang tempat bercocok untuk akhirat, maka
barangsiapa bercocok tanam yang baik niscaya ia akan menerima hasilnya dengan
rasa puas, dan barangsiapa bercocok tanam buruk niscaya akan menuai sesal.”
Bila datang kematian apdamu barulah engkau bangunsadar,
tapi waktu itu kebangunanmu tak berguna. Wahai Allah bangunkanlah kita dari
tidur yang melalaikan Engkau, jagakan kami dari ketmpulan yang melupakan
Engkau, Amiin.
Wahai hamba, persahabatanmu dengan hal yang buruk akan
mendatangkan keburukan padamu dan melenyapkan kebaikanmu. Berjalanlah di bawah
bayang-bayang Kitab Suci Allah dan sunnah Rasul-Nya saw. niscaya engkau
beruntung.
Wahai manusia, malulah kepada Allah dengan arti
sebenarnya Engkau jangan lalaikan masamu dengan sia-sia. Sungguh engkau
disibukkan oleh urusan pengumpulan makan, berangan kepada yang tidak engkau
temukan dan membangun yang tidak engkau diami. Setiap hal ini menjadi
penghalang dirimu dari maqam Tuhanmu. Duduk berdiam sambil mengingat Allah
dalam hati itu perbuatan orang-orang arif – dan mendalaminya --- sebaliknya
merupakan setiap yang ada. Yang demikian jika sudah sempurna maka surga menjadi
tempat tinggalnya. Surga pembelian dan surga yang dijanjikan. Sedangkan
pembelian di dunia adalah Ridho (menerima) atas ketentuan. Dia dan mendekatkan
hati kepada-Nya, munajat dan menyingkap tabir penghalang antar dirimu dan Dia.
Jika demikian jadilah persahabatan hati ini dalam kesunyiannya bersma Al-Haq :
“Tidak ada sesuatu pun yang
serupa dengan Dia, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
(Qs.XLII:11).
Adapun isi deklarasi itu adalah tentang surga yang
dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang beriman, juga bisa melihat rupa Dzat
Yang Maha Mulia tanpa tabir penutup, tiak ada keraguan segala kebaikan dari
Allah dn buruk dari selain Dia. Kebaikan tergantung dari pemberiannya dan
keburukan terletak karena pembelakangan-Nya. Setiap perbuatan yang bermotif
kehendak mendapat ganti dari makhluk, maka baginya ada padanya. Setiap usaha
yang bersandar karena Allah maka itu baginya. Jika engkau bertaubat dan mencari
ganti adalah balasan bagimu terletak pada makhluk. Bila engkau berusaha karena
Allah semata adalah dekat kepada Dia dan melihat-Nya sebagai balasan untukmu.
Janganlah engkau mencari ganti atas usahamu dalam bentuk
hitungan. Mana ada sesuatu, dunia dan
akhirat, dan apa pun selain Allah dengan segala penggantinya. Carilah pemberi nikmat engkau jangan mencari nikmat.
Carilah tetangga sebelum mencari rumah. Sesungguhnya Dia ada sebelum
segala ini. Dia sumber segala keberadaan ini dan tetap ada setelah semua ini.
Hendaknya engkau ingat mati, sabar atas cobaan dan tawakkal kepada Allah dalam
segala situasi. Bila ketiga-tiga tingkatan ini telah sempurna bagimu, niscaya
Penguasa Jagad ini datang padamu dengan ingatanmu ketika menjelang mati; dari
sini bersihlah zuhudmu, sabar terhadap sesuatu yang engkau maksud dari Tuhanmu,
tawakkal atas sesuatu yang lepas dari hatimu dan bergantung kepada Tuhanmu.
Selamatkan jiwamu dari dunia dan akhirat dan segala apa pun selain Al-Haq,
niscaya rakhmat mendatangimu dari pelbagai penjuru. Peliharalah Tuhanmu dari
berbagai penjuru jiwamu. Bukankah jika tak seorang makhluk tertinggal untukmu
enggkau masih punya jalan. Amat pada penjuru untukmu dan tertutup pintu bagimu,
maka jadilah engkau termasuk golongan orang yang difirmankan Allah, atas
kebenaran mereka :
“Sesungguhnya hamba-Ku tidak
ada kekuasaan bagimu terhadap mereka.” (Qs. XV:42).
Bagaimana ada kekuatan bagi para peng-Esa Allah – yang
ikhlas – sedang mereka tidak mengenal istilah makhluk dala setiap amal
usahanya. Mereka hanya mengenal ucapan dalam kahirat bukan untuk permulaan.
Semua pemula adalah bisu, dan semua kahiran berucap. Orang yang ikhlas ata hak
miliknya tersirat dalam hati, penguasanya dalam kerahasiaan tidak terlintas
pada yang nampak. Jadilah pemula yang tersembunyi meliputi ikhwalmu. Demikian
ini usahakan jangan sampai mengenal batas terhenti sampai sempurna dan mampu
menguatkan hatimu terpateri dengan Tuhan. Kala engkau telah sempurna dan sampai
pada-Nya; kau dengarkan firman Dia :
Di antaramu ada orang yang menghendaki
dunia dan diantaramu ada orang yang menghendaki akhirat.” (Qs. III:152).
Adalah keberuntungan mendatangimu sendiri, tangan pemburu
habis untukmu – dari semua tangan – selain Al-Haq, dan engkau ambil pintu yang
dekat tembus dengan Al-Haq :
“Di sana pertolongan itu
hanya dari Allah yang Haq.” (Qs. XVIII :44).
Bila ini telah sempurna atasmu datanglah dunia dan
akhirat menjadi pelayanmu tanpa paksa. Lintasilah pintu Tuhanmu dan tetaplah di
sana. Jika engkau tetap berdiam tak bergeming dari pintu itu maka Al-Haq
berkait dengan jiwamu, sehingga engkau melihat lintasan-lintasan nafsu, hawa,
lintasan hati dan lintasan iblis. Dikatakan untukmu : Inilah pelintasan yang
benar, dan inilaj pelintasan yang batil.
Ketahuilah dari setuap bentuk ini menyimpan tanda yang
bisa engkau kenali. Bila engkau sampai ke maqam ini niscaya lintasan Al-Haq
datang padamu, mendidikmu, menetapkan, menegakkan, mendudukkan, menggerakkan,
memerintah dan mencegahmu.
Wahai manusia, engkau jangan mencari penambah atau
pengurang pendahulu atau pengahir, karena setiap kepastian itu telah mengitari
setiap individu. Tiada seorang pun darimu kecuali baginya punya manuskrip dan
biografi penghitung. Sabda Nabi saw.
“Telah usia Tuhanmu dari
penciptaan, penetapan rizki, penetapan mati dan gerak-gerik kalam (pena) karena
itu Dia tetap mengenai atas keberadaan ini.”
Sunggih usia sudah ketentuan Allah atas segala sesuatu
yang ditutup dengan perintah dan cegah dan juga kebolehan, maka bagi setiap
orang tidak boleh membubuhkan hukum yang telah berlaku. Bahkan difirmankan :
“Dia tidak ditanya tentang
apa yang diperbuatnya dan merekalah yang akan ditanyai.” (Qs. XXI:23).
Wahai manusia lakukan yang tampak dan hitam ini di atas
putih sampai engkau termuat dalam amal, tepatnya di tengah-tengah perkara ini.
Bila yang tampak ini engkau kerjakan niscaya akan memutar engkau menuju
kefahaman isi hati. Pertama kali yaitu tentang kefanaan sirr (rahasia) mu lalu
memenuhi hatimu yang ada dalam jiwa dan memenuhi jiwamu yang terletak pada
lisan dan memenuhi lisan atas penciptaan. Demikian terus berputar pada mereka
demi kebaikan dan kegunaan mereka.
Wahai, keberuntungan bagimu bila engkau berhenti bersama
Al-Haq, dan mencintainya, Di antara cinta-Nya aalah keberhentian Dia padamu dan
pada selain kamu. Dan di antara syaratnya juga jangan sampai dirimu berada di
pihak lain selain Dia, berjinak-jinak bersama-Nya dan tidak takut ketika
bersama-Nya. Bilamana rasa kecintaan terhadap Allah berdiam di hati hamba tentu
ia jinak dengan Dia dan membenci terhadap apa yang menimbulkan kesibukan
dirinya. Hentikanlah penuduhanmu yang palsu. Sesuatu ini tidak datang dengan
tali dan berkhayal dusta, nifak dan pendurhaka. Hentikan dan tetapkan atas
taubatmu. Tiada perbuatanmu dalam penanamanmu menghasilkan perbuatan yang
ditetapkan-Nya, cabang-cabang atau buahnya.
Biasakanlah berhenti bersama Al-Haq dalam kesempitan dan
madlorot dalam kefakiran dan kaya, dalam kesedihan dan kemewahan, dalam
kesakitan dan kesehatan, dalam kebaikan dan keburukan, dalam pemberian dan
pencegahan. Aku tidak elihat ng mujarab untukmu kecuali penyerahan jiwa secara
total, kepada Al-Haq.
Bila datang ketentuan atasmu melalui sesuatu engkau
jangan takut, jangan perbincangkan dan jangan engkau adukan kepada makhluk lain
selain Dia. Karena ketentuan itu termasuk cobaan atasmu. Maka sebalikya engkau
harus berdiam, tenang, dan menerima secara mantap dihadapan-Nya. Lihatlah
terhadap apa yang diperbuat atas dirimu, bersukarialah atas pengubahan dan
penggantian yang ditetapkan-Nya, jika keberadaanmu bersama Dia. Demikian tidak
dapat tidak merubah Ketakutanmu dengan berjinak dan menetapkan tauhid untuk Dia
serta penuh rasa Syukur
Wahai Allah jadikan untuk kami dalam surga-Mu dan
bersama-Mu.
“Dan berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di
akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
.
WACANA 5.
Selasa sore 12 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al
Namurah, ia bertutur :
Wahai hamba, engkau letakkan di manakah rasa penghambaan
untuk Al-haq. Bawalah kemari rupa penghambaanmu yang benar, dan genggamlah rasa
kecukupan dan segala urusanmu. Engkau adalah hamba yang lari dari Tuhanmu.
Kembalilah kepada-Nya, pasrahkan jiwa ragamu untuk Dia dan rendahkan dirimu di
bawah perintah-Nya dengan sabar dan menerima. Bila hal ini telah sempurna atas
dirimu sempurnalah penghambaanmu, lalu datanglah kecukupan untukmu dari Dia.
Difimankan-Nya :
“Bukankah Allah lebih cukup
daripada hamba-Nya.”
Bila penghambaanmu sehat, tentu engkau lebih mencintai
Dia dan cintamu kepada-Nya dalam hati lebih merekat, begitu pula kejinakanmu
dan kedekatanmutanpa ada cela. Ketidak adanya pencarianmu itu membaikan yang
lains elain Dia, maka kerelaan-Nya pun terlimpah untukmu meliputi segala
situasi. Kendati bumi menyempit atas dirimu tentu tetap melapangkannya. Dan
jika pun pintu terkunci untukmu engkau tidak marah kepada Dia, dan engkau tetap
tidak mendekati pintu selain pintu-Nya, dan engkau jiga tidak makan selain
pemberian-Nya. Nah, demikian ini sebagaimana pernah terjadi atas diri Nabi Musa
(ketika masih bayi), Difirmankan :
“dan Kami cegah Musa menyusu
kepada perempuan-perempuan yang mau menyusikan (nya) sebelum itu.”
(Qs.XXVIII :12).
Tuhan kita Azza wa Jalla kuasa menyaksikan segala apa
pun. Dia datang dalam setiap sesuatu. Dia penjaga segala sesuatu. Dan bila Dia
menjaga setiap sesuatu maka tiada daya bagimu untuk memperkosanya. Tiada
perintah yang bisa diingkari setelah diketahui. Janganlah kembali kepada Dia
jika engkau masih mengharamkan segala kebaikan. Bersabarlah bersama-Nya dan
jangan bersabar dari selain dia. Bila engkau tahu; bahwa orang penyabar itu
mampu berbuat demikian. Untuk apa akal ini? Firman-Nya :
“Wahai orang-orang beriman, bersabarlah dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya
kamu beruntung.” (QS. III :200).
Tentang sabar banyak ayat Al-Qur’an yang mensitirnya dan
kesemua itu menunjukkanatas kebaikan dan nikmat, mendapat sebaik-baik balasan,
pemberian, kepuasan hati dunia akhirat. Maka hendaklah kamu menjaga hal itu.
Kamu telah mendengar berita tentang dunia kahirat; hendaknya engkau mencari
bekal di kubur. Tujulah orang-orang shalih dan berbuat baik karena ketentuanmu
berdiri tegak. Engkau jangan seperti orang bila sedang berpetuah tapi tidak
menggunkanan petuha itu sendiri, bila mendengar tidak mau melaksanakan. Agamamu
itu bisa lenyap oleh empat perkara :
1
Engkau tidak mau
beramal terhadap sesuatu yang engkau ketahui.
2
Engkau lakukan
pekerjaan atas dasar sesuatu yang tidak engkau ketahui.
3
Engkau tidak mau
belajar terhadap sesuatu yang tidak engkau ketahui, bahkan engkau membiarkan
dirimu kekal bodoh.
4
Engkau
menghalangi orang untuk belajar sesuatu yang tidak mereka ketahui.
Wahai manusia bila engkau didatangi majelis dzikir,
ikutilah dengan melepaskan rasa duka cita, bukan dengan kebencian. Karena pemalinganmu dari petuah orang itu
suatu kekeliruan, menggoncangkan, peremehan, penertawaan, dan mempermainkan.
Hentikan tindakan ini, engkau jangan
seperti mush-musuh Allah dan gunakanlah apa yang engkau dengar.
Wahai sahaya sungguh engkau telah dipandu dengan tradisi
dan Allah memandumu dengan mencari pembahagiaan dan berhenti bersama Allah,
lupa atas causalita dan tawakkal kepada-Nya. Peliharalah pemula amal ikhlas
dalam usaha itu. Firman Allah :
“Dan bukan aku ciptakan jin dan
manusia kecuali agar menyembah Aku.”
Bukanlah engkau dicipta untuk membaut kacau, engkau
dicipta bukan sekedar permainan, engkau dicipta bukan sekedar untuk makan,
minum, tidur dan kawin. Ingat wahai pelupa! Hatimu melangkah menuju Dia satu
langkah dan cinta-Nya melangkah menuju kamu beberapa langkah.” Dia pemberi
rizki kepada siapa yang dikehendaki tanpa batas.”
Wahai hamba orang-orang bodoh itu engkau kencani, maka
kegoblokan mereka itu niscaya berbalik padamu. Bila ingin berteman, rangkullah
orang beriman, yang yaqin, alim dan yang beramal dengan ilmunya. Alangkah bagus
keadaan mukmin dalam segala perilaku mereka, alangkah kuat keteguhan mereka,
dan alangkah hebat penyitaan untuk nafsu, hawa mereka. Karena itu Nabi Muhammad
saw. bersabda :
“Keriangan orang beriman
terlukis di wajah dan sedihnya di hati.”
Inilah di antara keteguhan mereka ditentukan oleh riang
gembira di raut wajah dan menyembunyikan sedih di antara dirinya dan Allah.
Cita mereka kekal, selamanya, banyak berfikir, banyak menagis, sedikit tertawa.
Sabda Nabi saw. :
“Tiada keriangan bagi mukmin
selain berjumpa dengan Tuhan.”
Orang beriman menutupi sedihnya dengan riang gembira,
jiwa luar bergerak jiwa dalam bekerja dan diam bersama Tuhannya. Lahiriahnya
untuk keluarga dan biniahnya untuk Tuhan. Mereka tidak bersedia membuka rahasia
untuk keluarga tetangga anak dan tidak kepada satu pun manusia. Dengarlah sabda
Nabi :
“Perbantukanlah perbuatanmu
terhadap urusanmu dengan tidak menampakkan (merahasiakan).”
Wahai sahaya jadikan aku cerminmu, jadikan aku cermin
hati dan rahasiamu dan cermin perbuatanmu. Dekatlah padaku tentu engkau melihat
dirimu sesuatu yang tidak engkau lihat ada padaku. Bila engkau butuh tentang
urusan agama hendaklah engkau bersama aku, karena aku tidak lebih cenderung
padamu dalam urusan agama Allah, bahkan aku tidak malu menekuni agama Allah.
Sungguh engkau berada dalam asuhan tangan kasar tanpa membawa hasil, bahkan
menjadi munafiq. Tinggalkan dunia dalam rumahmu, dekatlah kemari, karena aku
selalu dalam pemberhentian pintu akhirat. Bertetaplah di samping ku dan dengrkan kataku. Beramallah untuk Dia sebelum
mati mendatangimu dalam waktu dekat ini. Gunakan rotasi waktu ini untuk takut
keapda Allah. Bila engkau tidak punya rasa takut maka tiada kesentausaan bagimu
di dunia dan akhirat. Takut kepada Allah menunjukkan pengetahuan yang dalam
akan Allah. Dia berfirman :
“Hanyalah yang takut kepada
Allah dari hamba-hamba-Nya adalah orang-orang berilmu.”
Tiada orang penakut kepada Allah kecuali golongan orang
berilmu (Ulama). Mereka adalah golongan orang bila bekerja dengan ilmu, beramal
dan memahami apa yang diamalkan, mereka tidak mencari balasan dari Al-Haq,
terhadap apa yang dikerjakan, kecuali mereka hanya menghara kerelaan Dia dan
bisa dekat dengan-Nya. Mereka menghendaki mahabah, ikhlas dan terbuka hijab
yang menyelimutinya. Mereka berkehendak agar pintu-Nya tidak ditiup di
hadapannya; dunia akhirat. Mereka tidak terlalu cinta hidup di dunia juga di
akhirat dan yang lain selain Dia. Dunia untuk manusia dan akhirat untk manusia.
Sedang Al-Haq untuk orang yang beriman semata, bertaqwa, arif, mencictai-Nya,
yakin dan khusyu di hadapan-Nya. Mereka adalah gambaran orang-orang yang sedih
remuk redam karena dia. Mereka adalah eksponen manusia yang takut Allah dengan
tersembunyi. Dia Maha Ghaib dari ketampanan sikap lahiri mereka. Bagaimana
perlu takut? Setiap waktu Dia dalam kesibukan, merubah, mengganti, penolong ini
penghina itu, penghidup ini dan pemati itu, penerima ini dan penolak itu,
pendekat ini dan penjauh itu. Firman-Nya :
“Dia tiak ditanya tentang apa yang diperbuatnya dan
merekalah yang akan ditanyai.” (Qs. XXI:23).
Wahai Allah perdekatkanlah kami dengan Engkau dan jangan
jauhkan kami dari-Mu.
“Dan berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan
hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”
WACANA 6.
Jum’at 15 Syawal 545 Hijriyah di Madrasah Al Namurah, ia
bertutur :
Hti manusia yang jernih dan suci itu tidak ingat makhluk,
Ingatannya menuju Allah, lupa dunia ingat akhirat, lupa apapun yang berada di
sekitarmu dan ingat apa yang berada di hadapan-Nya. Engkau tertutup dari mereka
dan semua yang ada pada mereka ada padanya. Mereka sibuk dengan urusan dunia
daripada akhirat. Mereka tinggalkan rasa malu. Terhadap Tuhan mereka tidak
malu; terimalah nasihat saudaramu yang beriman dan jangan berselisih dengannya.
Karena ia melihat kamu dalam sesuatu yang tidak engkau lihat adalam jiwamu
sendiri. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Orang beriman menjadi cermin
orang beriman.”
Orang beriman memberi nasihat yang benar kepada
sesamamnya (Mu’min), dan menunjukkan sesuatu yang tersimpan apdanya. Ia pandai
membedakan antara baik dan buruk. Maha suci penuntun hatiku menjadikan aku
penasehat makhluk dan menjadikan untukku sebesar-bessar himah. Sesungguhnya kau
penasehat, aku tidak butuh balsan kebaikan itu. Akhiratku aku hasilkan di
hadapan Tuhan. Aku bukan pengejar dunia, aku juga bukan penghamba akhirat,
dunia dan segala apa pun selain Al-Haq. Aku tidak akan bersembah diri kecuali
untuk Dia semata, ya untuk Dzat Mahasatu yang Qadim. Sesungguhnya kerianganku
menguntungkan kamu dan kesedihanku menghancurkanmu.
Wahai manusia, tanggalkan rasa besar diri di hadapan
Allah, juga terhadap ciptaan-Nya. Ketahuilah ketentuan manusia, rendahkan
jiwamu. Semula engkau nutfah dari air hina, dan akhirmu jadi bangkai yang
busuk. Engkau jangan sesekali termasuk orang loba (khirash) dan pemburu nafsu,
membawa hawa nafsu ke pintu para penguasa untuk penghasilan dari mereka – yang
tidak dibagikan untukmu – dengan tingkah hina dan rendah. Sabda Nabi saw. :
“Teramat pedih siksa Allah
bagi hamba-Nya yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan untuknya.”
Celaka engkau, wahai pembodoh ketentuan yang ditetapkan.
Apakah engkau mengira bahwa bangunan dunia mampu memberimu sesuatu yang tidak
dibagikan untukmmu. Sesungguhnya kehendak seperti ini adalah bujuk rayu setan
yang bersamayam dalam kalbu dan otakmu. Bukankah engkau hamba Allah yang lemah?
Engkau hanyalah hamba (penyembah) nafsu setan, penyemabha pangkat, penyembah
uang. Perangainya niscaya engkau lihat membawa keberuntungan sehingga
menguntungkan jalanmu. Di antara ulama berkata “Siapa
tidak melihat orang beruntung maka ia tidak beruntung.” Engkau lihat
orang beruntung, tapi hanya engkau lihat melalui mata kepalamu, bukan dengan
mata hatimu atau dengan penglihatan sirr (dimensi ketiga). Imanmu hanya iman
yang tidak lekat dengan jiwa. Maka tidak bisa tidak bashirahmu yang bisa untuk
melihat itu padam. Firman-Nya :
“Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta tetapi
yang buta adalah hati yang ada di dalam dada ( QS. XXII:46).
Rakus merebut dunia dari punya orang lain, menjual agama
dengan harga rendah, yang nampak dengan yang fana, itu menjadi hoby mu.. selagi
engkau kurang iman... maka perdekatlah kamu, perbaikilah kehidupanmu sampai
orang lain tidak engkau butuhkan. Bila imanmu kuat dan sempurna mendekatlah
kamu dengan pasrah di hdapan Allah dan melepaskan causalita, memutuskan
tuhan-tuhan, melepaskan diri dari segala keberadaan ini melalui hati. Bebaskan
hatimu dari tahan tumpahmu, keluarga, harta duniamu dan terhadap apa saja yang
engkau lihat. Serahkan apa yang ada dalam genggamanmu untuk keperluan famili,
teman dan saudaramu. Jadilah engkau seakan-akan rajapati telah mencabut
nyawamu, seakan-akan sambar nyawa telah menyambar nyawamu, seakan bumi menganga
menelanmu, seakan gelombang dahsyat menyedotmu ke dalam lautan dan
menenggelamkanmu. Barangsiapa ssampai ke maqam ini niscaya causalit tidak
berpengaruh bagimu. Karena keberadaan itu hanya menurut pandangan lahiriah saja
dan bbukan menurut alam batiniahnya.
Wahai manusia, bila engkau tidak mampu melintasi apa yang
ku jelaskan ... mencoba lepas dari causalita (lingkaran sebab) dan bergantung
kepadanya yang kau ikuti dengan hati dari segala penjuru .. maka dirimu berada
pada lapisan atas, tapi bukan lapisan atas itu. Bila engkau tidak mampu
melaksanakan tersebut, maka tiada yang lebih kecil daripada sebahagian. Nabi
saw. bersabda :
“Lepaslah dari kepentingan
dunia, semampumu.”
Wahai sahaya, bila saja engkau mampu lepas dari
keterjepitan dunia lakukanlah. Jika tidak mampu maka bersegeralah dengan hatimu
mengadu kepada Tuhan, dab bergantunglah di bawah rakhmat-Nya sampai
keterjepitanmu dari dunia longgar untukmu dan lepas dari hatimu. Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Di tangan-Nya tergenggam segala sesuatu. Dapatkan
pintu-Nya. Pintalah agar membersihkan hatimu dari yanglain. Penuhilah Dia
dengan iman, ma’rifat, ilmu dan berkarya. Pintalah Dia agar memberimu yaqin dan
berjinak hati dengan-Nya, dan agar menyibukkan setiap organ tubuhmu dengan
ta’at kepada-Nya. Carilah setiap hal itu dari-Nya jangan dari yang lain.
Wahai sahaya, kelincahan
lisan tanpa dibarengi amalan hati tidak akan mampu mengajakmu sampai kepada
Allah. Perjalanan itu hanya perjalanan hati, kedekatan itu hanya
kedekatan sirr, amal itu hanyalah amal yang berfungsi, serta menjaga hukum
syari’at melalui anggota tubuhmu, serta berendah diri untuk beribadah.
Barangsiapa jadikan lisannya sebagai tolok pengukur, maka ia tidak punya
ukuran. Barangsiapa menampakkan amal kepada manusia, maka tiada amal baginya.
Usahakan beramal dengan tersembunyi, jangan engkau tampakkan secara
terang-terangan kecuali amalan wajib—yang tidak bisa tidak harus ditampakkan –
hukum-hukum dasar itu telah mendahuluimu. Maka tidak berguna hukum ciptaanmu
untuk kau terapkan di atas bangunan yang menadasarinya. Bila bangunan bergeser
sedang dasar telah diletakkan (hukum) maka kuatlah bangunan itu dengan megah,
tidak kenal ikhlas, tiada amal baginya. Hukumlah amalan dasar dengan tauhid dan
ikhlas, lalu bangunlah amalan berdasar kekuatan daya Allah; bukan atas dasar
daya kekuatanmu. Kekuatan tauhid itu pembangun, bukan kekuatan syirikdan
munafik. Pentauhid adalah orang yang mengangkat kemampuan amalannya semaksimal,
sedang orang munafik tidak demikian. Wahai Allah jauhkan antara kita dan orang
munafik meliputi segala laku kita.
“Dan berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan
hidup di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
WACANA 7.
Ahad tanggal 7 Syawal tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia bertutur :
Wahai Allah limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan
keluarganya, dan tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah
pendirian kami dan tolonglah kami dari orang-orang kafir.
Wahai manusia bersabarlah, karena dunia seluruhnya berupa
ujian dan cobaan. Tiada nikmat kecuali disertai
sakit, tiada kelapangan kecuali disertai sempit, Berikan dunia dalam
hidupmu dan perolehlah bagian darinya melalui dasar-dasar syari’at. Karena ia
merupakan penawar dalam pendapatan dunia yang engkau ambil.
Wahai sahaya, ambillah bagianmu melalui ketentuan hukum
jika engkau benar-benar murid, dan ambillah dengan tangan perintah, jika engkau
termasuk orang benar, dan engkau ambil dengan tangan melalui komando Allah jika
engkau orang-orang yag patuh terhadap
perintah Allah.
Kebenaran ada tiga macam; umum, khusus dan terkhusus
(Khosul khos).
Umum (al’m) adalah muslim yang bertaqwa, ia menggenggam
syari’at dengan kuast, menetapkan syari’at dan tidak melepaskannya. Ia beramal
atas dasar firman Allah :
“Dan apapun yang diberikan
oleh Rasul kepadamu, maka ambillah, dan apa pun yang Kami larang untukmu, maka
jauhilah.”
Bila hal ini sempurna dalam haq-Nya, beramal untuk-Nya,
lahir dan batin, jadilah semua itu bercahaya yang mampu menembus Dia. Jika
sesuatu diambil darinya melalui syari’at hati tidak menghiraukan, bahkan ia
mencintai ilham dari Al-Haq, karena ilham-Nya ada pada setiap sesuatu. Friman
Allah :
“Maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan.” (Qs.XCI :8).
Maka, takutlah (bergetarlah) hatinya ketika melihat ilham
Al-Haq dan tanda-tandanya dalam bentuk lahirnya sesuatu. Dan dia bawa apa yang
ada dalam pos-pos hidup ini jadi kekuasaannya, kemudian ia kembali dan ccahaya
hati menyinari melihat apa yang terjadi dalam jiwanya – ini terjadi setelah
pelaksanaan syari’at, setelah teguh Iman dan tauhidnya – setelah hati keluar
dari percaturan dunia dan makhluk lain................... cahaya iman datang
kepadanya. Yaitu cahaya kedekatan dengan Tuhan,
cahaya amal dan cahaya sabar, cahaya tatakrama dan cahaya ketenangan. Semua ini
terjadi setelah syari’at datang menetap.
Adapun abdal mereka disebut “khowasul khos”, mereka
berfatwa berdasar syariat, kemudian melihat perintah Allah, perbuatannya,
pergerakannya dan ilhamnya. Maka apa pun yang berada di belakang ini adalah
kebinasaan di atas kebinassaan, derita di atas derita, haram di atas haram,
berputar pada pupus agama, penyakit hati dan kekeringan tubuhnya.
Wahai manusia, pemberian Dia padamu adalah untuk dilihat;
apa yang kamu lakukan, apa kamu tetap seperti semula atau lebih bertingkah?
Bersedekah atau berdusta? Barangsiapa tdiak menetapi ketentuan-Nya tidak da
persahabatan atau kecocokan dengan Dia. Barangsiapa tidak rela atas ketentuan
Dia berarti tidak rela pula kepada-Nya, siapa tidak
memberi niscaya tidak diberi, siapa tidak mencela tentu tidak terhinggapi dosa
cela. Wahai si dungu engkau ingin meorbah dan mengganti kehendak Dia,
apa engkau mengaku Tuhan ke dua—setelah Dia – lalu memaksa Allah agar
mempersusiakan hal ini atas kebalikannya semata dengan keingkaranmu kepada
Al-Haq. Jika keberadaanmu munkar atas jiwamu, kuasakah engkau ingkari diri
selain dirimu. Kepatian imanmu yang kuat bisa melenyapkan munkar dalam jiwa.
Dan kepastian sifat lemahmu mendudukkan (menetapkan) kamu di pos-pos dan
membisukanmu untuk melenyapkannya. Keteguhan iman adalah ketetapannya kala
berbentur dengan setan jin dan manusia, juga kokoh saat ujian datang meliputi
siksa dan cobaan. Ketuhan imanmu tidak ada ketetapan baginya, karena itu engkau
jangan tinggalkan iman. Bencilah semua keberadaan ini dan cintailah sang
Pencipta. Segala keberadaan ini jika dikehendaki akan membaut dirimu cinta
terhadap sesuatu dari sesuatu yang engkau benci. Hendaknya engkau menjaga diri
darinya, karena ia tercinta untukmu. Karena itu Nabi saw. bersabda :
“Yang paling kucintai dari
dunia ini ada tiga; wewangian, wanita, dan perhatianku dalam shalat.”
Cintailah ia setelah benci, tingglkan zuhud dan berpaling
darinya; maka usai sudah hatimu dari selain Dia, sehingga Dia mencintai kemu
atas sesuatu yang dikehendaki dari hal itu.
WACANA 8.
Selasa sore 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah
Al-Namurah ia bertutur :
Bajunya nampak elok dan bersih hatinya kotor, berzuhudlah
dalam kebolehan dan malas bekerja untuk makan guna mengisi aga,a, dan tidak
mengenal wara (memelihara ddiri dari perkara haram dan subhat) terhadap makanan
yang jels haram. Bagi orang umum permasalahan itu tidak jelas tetapi bagi al
khawash (abdal) sama sekali tidak – tetap jelas --- . Setiap zuhud dan
kebaktiannya hanya dari lahirnya saja. Lahiriahnya memerintah, tetapi
batiniahnya menentang.
Celaka kamu tunduk kepada Allah hanya dengan hati bukan
meliputi acuan. Segala hal ini bergantung pada hati dan dimensi ketiga (sirr).
Telanjangkan dirimu terhadap apa pun yang jiwamu bertempat di sana, hingga
punya mu dicabut Allah tiada terasa sakit. Kosongkan dirimu hingga Dia
bersamamu. Tinggalkan baju kelemahan dalam hak Allah. Lepaskanlah baju
keberhentianmu bersama makhluk dan persekutuanmu bersama mereka, lepaskan baju
syahwat, baju dungu, baju ujub dan baju nifaq, juga baju cintamu menerima
makhluk dan penerimaan mereka atasmu, dan pemberian mereka untukmu, lepaskan
pakaian dunia dan pakaian-pakaian akhirat. Tanggalkan pengitarmu, kekuatan dan
kemarahanmu, campakkan dirimu di hadapan Al-Haq tanpa daya kekuatan dan tanpa
mengenal henti dalam pertautan sebab (causalita), tanpa menyekutukan makhluk.
Bila engkau laksanakan ini engkau akan melihat kelembutan Dia datag
mengitarimu. Takhmat-Nya terkumpul untukmu, nikmat dan pemberian-Nya
menutupimu. Tujulah Dia, putuskan dunia dengan telanjang. Jalnalh kepada-Nya
dengan terputus dan terpusat dari selain Dia. Tujulah Dia dalam pencarianmu;
yaitu pencarian yang bisa menyatukan dirimu dan mempagutkan jiwamu dengan
kekuatan lahir dan batin. Sehingga kalaupun keberadaan ini terkunci untukmu dan
yang berat dibebankan atasmu engkau tidak merasa berat, bahkan di sana ia
menjagamu dari kelenyapan makhluk melalui tauhid yang engkau genggam,
mengosongkan dunia dengan tangan zuhud dan mengosongkan segala selain Allah
dengan genggaman cinta, sungguh sempurnalah; baik dan selamat, dan beruntung
mendapat kebaikan dunia dan akhirat. Jagalah dirimu dari perbudakan nafsu, hawa
dan setan-setan penunggumu sebelum mati. Jagalah kematianmu secara tertentu
sebelum datang kematian sesungguhnya.
Wahai manusia sambutlah seruku ini, karena aku berdoa
kepada Allah untukmmu agar dirimu tersampai ke pintu-Nya serta menaati
perintah-Nya. Aku tidak mendoa-kanmu agar dirimu sampai ke pintu-Nya serta
mentaati perintah-Nya. Aku tidak mendoakanmu untuk diriku pribadi. Orang
munafik itu tidak mau berdoa kepada Allah untuk manusia umum, tetapi ia berdoa
untuk diri sendiri, pencari untung dan penerima untung. Wahai orang dungu,
mengapa engkau enggan mendengar suara ini dan bermalas-malasan dalam Biara
bersama nfsumu. Pertama kali yang engkau butuhkan
adalah persahabatan dengan orang-orang alim, membunuh nafsu dan segala sesuatu
selain Allah, baru memungkinkan kamu memasuki tempat mereka. Maksudku adalah;
orang berilmu, setelah itu menyendiri bersama mereka dan bertempat dalam
kediaman sendiri bersama Al-Haq. Kalau demikian sudah jelas sempurna
atasmu niscaya engkau akan merobah menjadi pengobat manusia lain, menjadi
penjembat memperoleh petunjuk atas konsesi Allah. Lisanmu terpelihara tapi
hatimu maksiat. Lisanmu penuh memuji Allah tapi hatimu lari dari-Nya. Lahirmu
Muslim tapi hatimu kafir. Rupanya hatimu seperti gamping yang runtuh dari rumah
mandi. Bila hal ini terjadi terus menerus padamu, berarti setan berrhasil
membangun pos-pos dalam hatimu dan menjadi pemukimannya yang paling strategis.
Orang beriman tentu menjunjung penghidupan batininya
untuk menghidupkan lahiriah. Mereka laksana pekerja rumah yang memberi harta
kepada setiap orang yang memasukinya, padahal pintunya runtuh. Setelah
penghidupannya sempurna lalu mereka memperbaiki pintunya. Demikian Bidayah
Allah dan Ridha-Nya, baru mereka berpaling menuju makhluk (manusia) dengan
izin-Nya.
WACANA 9.
Jum’at pagi 12 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al
Namura, ia berttur; dari Nabi saw.
“Sesungguhnya Allah tidak
menyiksa kekasihnya tetapi hanyalah mencobainya.”
Orang beriman tetap bertahan dari cobaan Allah, kecuali
malah menghantarkan dirinya ke puncak kebaikan, baik di dunia atau di akhirat.
Di antara cobaan itu adalah menerima bala’ dan sabar dalam menghadapinya tanpa
mengadu kepada orang lain atau meminta bantuan kepada mereka – selain Allah –
bahkan saat itu ia lebih giat sibuk bersama Dia.
Wahai orang yang disibukkan urusan dunia, sambutlah suara
ini dalam tempat ini. Engkau bicara dengan mulutmu tanpa engkau ikuti dengan
hati. Engkau berpaling dari Allah, juga firman-firman-Nya, dari Nabi-Nya dan
para pengikut mereka, juga terhadap kebenaran orang-orang yang menjadi penerus
mereka (‘ulama). Kamu pencabut kepastian dan ketentuan. Sungguh engkau terima
pemberian makhluk – lebih kau utamakan – daripada pemberian Al-Haq. Rupanya
tiada kalam dari Allah yang kau dengar, tidak juga dari suara-suara hamba yang
shalih yang bisa membawamu taubat, ikhlas bertaubat dan konsisten di sana.
Terimalah ketentuan atau kepastian yang tersurat atas dirimu. Jagalah apa yang
membawa kemulyaan dan merendahkan dalam fakir dan kaya, dalam sehat dan sakit,
dan tehadap apa pun yang engkau sukai atau bahkan yang engkau benci.
Wahai manusia ikutilah ini, sehingga praktis engkau
menjadi pengikutnya, layanilah sehingga praktis engkau menjadi pelayannya,
ikutilah yang lebih utama dan layanilah Dia sehingga ia menyertai dan
melayanimu.
Wahai hamba jika kamu sedia melayani kau pun dilayani,
jika kamu berhenti Dia pun berhenti. Layanilah Al-Haq, jangan sibuk lalu
meninggalkan-Nya karena melayani para pemimpin yang tidak membawa mudharat atau
manfaat. Mana saja mereka memberimu? Apakah mereka mampu memberimu apa yang
tidak dibagi untukmu, atau mentukan pembagian
sesuatu yang tidak dibagikan oleh Allah. Tidak ada yang perlu diistimewakan
untuk mereka. Pabila engkau berkata bahwa, peberian mereka itu mendahului, maka
kafirlah kamu. Bukankah engkau tahu sesungguhnya tiada pemberi, tiada penolak,
tiada pencelaka, taida yang qadim, tiada yang akhir kecuali Allah. Jika engkau
berkata sesungguhnya aku tahu hal itu; maka ku katakan padamu : “Bagaimana
engkau tahu? Dan mendahulukan selain Dia?”
Celaka, mengapa engkau rusak akhiratmu denga duniamu,
bagaimana engkau rusak ketaatanmu kepada-Nya dengan mengganti tunduk pada
nafsu, setan dan makhluk? Bagaimana engkau rusak taqwa dengan pengaduanmu
kepada selain Dia? Tahukah engkau bahwa Allah pemelihara orang taqwa dan
menjadi penolong mereka, pembenteng mereka dan sumber pengetahuan mereka, dan
penyelamat mereka dari kebenciannya? Penglihatan hati mereka dan pelimpah rizki
untuk mereka tanpa batas? Dia berkata ( dalam Hadits Qudsi?) :
“Wahai anak Adam malulah
kepada-Ku seperti engkau malu kepada tetanggamu yang shalih.”
Sabda Nabi saw. :
“Pabila pintu seorng hamba
terkunci, dan turun tirainya, dan tidak jelas dalam memandang makhluk, dalam
kesunyian bermaksiat kepada Allah; atas ddirinya Allah berkata : “Wahai anak
Adam, engkau jadikan Untuk-Ku pandangan yang mudah bagimu?.”
WACANA 10.
Ahad pagi 14 Syawal tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Mansitir sabda Nabi saw. :
“Aku dan golongan umatku yang
taqwa memperoleh kelepasan dari beban.”
Taqwa tidak menjadi beban bagi penghambaan Allah, karena
taqwa itu jelmaan dari tabiat kemanusiaannya. Ia menyembah Allah dengan lahir
dan batininya tanpa ada rasa pembebanan untuk diri. Sedang untuk orang munafik
dalam setiap situasinya – apa pun – menjadi beban, apalagi untuk menyembah
Allah. Pembebanannya terrletak di bagian lahir jiwa dan menempatkan di bagian
batiniahnya. Ia tidak mampu memasuki jalan yang dimasuki orang bertaqwa. Setiap
tempat jadi panorama, setiap amal milik manusia dan perang dicipta juga milik
manusia.
Wahai oang munafik bertaubatlah dari nifaqmu dan
kembalilah dari pelarian munafiq. Bagaimana, engkau ditinggalkan-Nya, setan
menertawakanmu. Jika kamu puasa, shalat, semua itu engkau lakukan demi makhluk
bukan untuk Allah. Demikian pula jika engkau bersedekah mengeluarkan zakat dan
haji. Perbuatan itu hanya kerja keras lagi memayahkan. Dalam waktu dekat engkau
akan dicampakkan ke neraka Hawiyah bila engkau tidak segera bertaubat dan
mengadukan diri atas kesalahanmu. Jagalah dirimu untuk mengikuti sunnah – bukan
bid’ah – jagalah madzab kuno yang benar.
Celaka, engkau hafal Al-Qur’an tetapi tidak beramal
darinya. Engkau pelihara sunnah Rasul tapi tidk beramal darinya. Maka, manakah
pekerjaanmu yang berdasar sunnah? Engkau suruh manusia berbaik sedang kamu
tidak melaksanakan baik. Engkau tahan mereka (dari berbuat buruk) tapi engkau
tidak menahan dirimu dari perbuatan itu. Firman Allah :
“Amat besar kebencian di sisi
Allah bahwa kamu mengatakan apa yang kamu tidak kerjakan.” (Qs. LXI :3).
Mengapa engkau berkata tetapi tidak menepati, engkau
tidak malu. Bagaimana engkau mengaku iman tapi tidak beriman? Iman adalah manifestasi dari kelurusan (tahan) uji.
Ia sabar membawa beban berat, ia
pemberani (pelawan) ia pembunuh, iman adalah suatu hal termulia di atas segala
dunia. Iman dimulyakan karena Allah semata dan bahwa nafsu diperhina karena
setan. Barang siapaa meninggal pintu Al Haq tentu menuju pintu manusia. Barang
siapa sia-siakan jalan Al Haq dan penaungan-Nya tentu duduk di jalan makhluk
dan berlindung di sana. Barangsiapa dikehendaki oleh Allah kebaikannya, tentu
pintu-pintu yang tembus makhluk ditutup baginya. Pemberi mereka diputus
untuknya. Sehingga semua itu tidak berguna bagi dirinya.
Celaka, engkau riang dalam tempatmu di pagi hari, di
musim dingin. Dalam waktu dekat akan datang musim panas dan menyedot air yang
kamu simpan sampai kering, lingkunganmu mati karena musim panas itu pemutus
(penghisap) air, sedang musim dingin menambah air melimpah. Jadi dirimu bersama
Allah niscaya kamu beruntung, mulia, jadi pemimpin dalam menegakkan hukum.
Wahai sahay, hendaknya engkau menjaga perilaku, pakaian
yang tidak pantas dan larilah dari kahluk dalam setiap tujuanmu. Bila engkau
mampu ciptakan hubungan di bumi kelak untuk tempat akhirmu, lakukanlah! Adanya
demikian semata untuk melatihmu sampai terpenuhi iman dan kekuatan pijak
keyakinanmu, dan membuka mata hati lalu mengangkat kediamanmu dan terbang di
angkasa menuju kekuasaan Allah; mengilingi dunia dari timur sampai barat,
meliputi daratan, lautan tanah datar, gunung, dus mengelilingi langit dan bumi,
sedang kamu bersama penjaga yang tesia. Ketika itu, lisanmu mekepas ucapan. Tanggalkan
pakaianmu yang tidak kuat – dan sekarang – hadapilah manusia, keluarlah dari
persembunyianmu, akrena, hakekatnya kamu sudah menjadi dokter bagi mereka tanpa
menimbulkan rasa pedih dalam hati. Bahkan kamu tidak lagi mempedulikan sikap
angkuh mereka, kebanyakan tabiat mereka, penghadapan mereka, pembelakangan
mereka, pujian mereka dan cela mereka. Kamu juga tidak peduli lagi akan
kejatuhanmu, karena kamu telah bersama Al-Haq.
Wahai sahaya, fahamilah Pencipta kauniah ini dan
bersopanlah di hdapan-Nya. Selagi hatimu jauh dari dia tentu kamu tetap berlaku
tidak sopan di hadapan-Nya. Tapi bila kamu memperdekat diri baiklah adabmu. Ini
laksana dua sahaya yang dipekak sebelum dikendarai raja, pabila telah
dikendarai kendaraan mereka sama datang beserta perilaku meeka yang sopan,
karena mereka dekat dengannya. Setiap individu dari mereka lari menuju Zawiyah
(pondok tempat khalwat kaum zuhud) yang ditentukan. Penghadapan manusia itu
menunjukkan penglihatan yang terbalik dari Al-Haq. Jika demikian maka tidak ada
kata untung bagimu, sampai kamu tanggalkan tuhan-tuhan ciptaanmu, memutuskan
causalita, meninggalkan penglihatan manusia dalam bentuk manfaat dan mudlarat.
Sesungguhnya kamu itu sehat-sehatnya orang sakit, terkaya
daripada orang miskin, hidupnya orang mati, sampai kapan perlakuan ini kau
tunjukkan di hadapan Allah Al-Haq, dan sampai kapan engkau berpaling dari Dia
Sampai kapan penghidupanmu atas dunia dan pembinasaanmu atas akhirat?
Sesungguhnya setiap individu darimu itu berhati satu, mengapa bisa mencintai
dunia dan akhirat dalam satu waktu. Bagamana di sana terdapat dzikir sang
pencipta dan yang dicipta dalam satu waktu, dan bagaimana hal itu bisa
dihasilkan dalam satu situasi, satu kondisi dan satu hati? Yang demikian
hanyalah dusta. Jauh sebelum ini Nabi saw. bersabda :
“Orang dusta itu suka
menyisihkan iman.”
.Setiap bejana bisa menampung sesuatu. Perbuatanmu itu
menunjukkan i’tikadmu, lahiriahmu menunjukkan batiniah. Sedang batiniahmu amat
jelas bagi Allah dan orang-orang tertentu dari hamba-Nya. Jika mereka
menerimakan sesuatu kepadamu maka beradablah di hadapan-Nya, dan taubatlah akan
dosa-dosamu sebelum berjumpa dengan Dia. Kecilkan dirimu di hadapan Dia,
rendahkan untuk-Nya. Pabila kamu berendah diri kepada orang-orang shalih
berarti kamu telah berendah diri di hadapan Allah. Berendah dirilah karena
orang berendah diri derajatnya ditinggikan Allah. Sebaik-baik perilaku di
hadapanmu adalah yang engkau lakukan di hadapan orang yang lebih tua darimu.
Nabi saw. bersabda :
“Barakah itu sebagian besar
terdapat dalam orang-orang yang lebih tua darimu.”
Dikatakan : takwa itu melaksanakan perintah, mebghentikan
cegah dan menetapkan Kitab dan Sunnah. Jika tidak, kamu termasuk orang tua yang
tidak menetapkan pemulyaannya dan tidak mendoakan selamat atasnya, kalau begitu
halnya ia tidak mengandung barakah. Orang tua yang taqwa, orang shalih yang
wara’, kaum cendekiawan dengan ilmu dan orang-orang yang suci dengan amal,
orang tua yang berhati jernih lagi berpaling dari selain Allah, oang tua yang
berhati ma’rifat dengan Allah lagi alim, dekat dari-Nya; kala telah banyak
pengetahuan hati dekatlah ia dari Al-Haq. Tetapi setiap hati yang cinta dunia
maka ia tertutup dari Allah, dan setiap hati yang cinta akhirat maka ia dekat
Allah.
Penutup kecintaan duniawimu mengurangi kecinntaan
akhirat. Dan penetapan cintamu atas akhirat mengurangi kecintaanmu terhadap
Allah. Ketahuilah, kemampuanmu jangan sampai jadi sebab penggoncangan jiwamu –
yang tidak dikehendaki Allah--- Itu sebabnya di antara kaum Ulama adan yang berkata
: “Barangsiapa tidak mengerti ketetapannya, maka
diketahuinya ketentuannya itu jadi ketetapannya.” Jangan engkau berdiam
di tempat yang menjadi tempatnya. Bila engkau masuk rumah jangan duduk di
tempat yang kamu tidak disuruh oleh tuan rumah untuk mendudukinya.
Wahai sahaya, sungguh kamu sia-siakan hidup berdasar ilmu
dan menjaganya tanpa pengalaman. Itu mana mungkin bermanfaat bagimu. Nabi
bersabda :
“Allah berkata di hari kiamat
kepada para Nabi; Ulama : Kamu semua adalah para pengembala makhluk (umat) lalu
apa yang kamu perbuat dalam penggembalaanmu. Dan Allah berkata kepada para
pemimpin, orang-orang kaya : Kamu semua adalah pembawa kunci gudang-Ku, apakah
kamu sudah bersambung dengan orang fakir, memelihara anak-anak yatim,
menafkahkan darinya menurut kewajiban yang Kutentukan atasmu.”
Wahai manusia berpetuahlah menurut petuah yang datang
dari Rasul saw. dan jadikan ia standar ucapanmu. Alangkah kesat hatimu! Celaka
engkau wahai orang munafik, engkau harapkan aku agar keluar dari negeri ini.
Seandainya engkau buat oleh permainan masalah untuk mengganti ketentuan ini,
mengoyak-koyak organ tubuhku dan merobah bicara ini; sungguh aku lebih takut
siksa Allah di hari mendatang.
Celaka! Engkau tertawakan aku, sedang aku berada di pintu
Allah untuk menyeru manusia menuju-Nya, ku tunggu jawabmu. Wahai orang munafik
niscaya engkau akan melihat siksa Allah dan siksa-Nya di dunia dan akhirat.
Firman-Nya :
“Setiap waktu Dia dalam
kesibukan.” (Qs. LV:29).
Bahkan setiap detik, waktu untukmu dan waktu untuk
selainmu.
Wahai sahaya, bila engkau ingin berlapan dada dan
memperharum hati, maka engkau jangan denganrkan ucapan makhluk termasuk rayuan
mereka.
Makhluk pertama itu bermasyarakat, dan yang kumaksud ini
adalah makhluk (manusia) yang suka menyendiri, ya, kesendirian dari anak
kendati hanya tunggal – keturunan Adam – lalu ia merobah arti yang pertama dan
menggantinya. Penciptaan mereka dari air hinanya. Hatinya menyempit karena
melihat polah manusia, maka berusaha mencari pintu rahasia milik mereka.
Sehingga terjadilah untuk dirinya dunia akhirat, surga neraka. Jika ditelusuri
seluruh makhluk dan keberadaan segala ini bermula dari satu. Kemudian semua
keberadaan itu diserahkan kepada mereka bersama rahasia-rahasianya. Lalu di
antara mereka ada yang tenggelam dan tidak tampak lagi. Di sana juga ada
ketentuan seperti ketampaan itu, yang, jika diumpamakan kemampuannya akan
sesuatu yang dikehendaki terajdi padanya. Tongkat Musa a.s. menelan bermacam
tambang dan benda-benda lain, kendati dalam tongkat itu tidak berubah. Aku
menghendaki agar Allah mengajarimu tentang hal itu; selain hikmah. Karena yang
diperagakan oleh tukang-tukang sihir di hari pertunjukan tersebut merupakan
ketinggian hikmah dan kecerdikan. Sedang yang nampak dalam tongkat Musa as. Adalah
kehendak Dia, yang baisa disebut Mukjizat. Karena itu pemimpin tukang sihir
berkata kepada salah seorang temannya : “Lihatlah Musa!” yakni keadaan dia.
Wahai sahaya, kapan kamu tegak dari hikmah ke Qudrat,
kapan kamu sambung amalmu dengan himah kehendak Allah, kapan kamu sambung
kesimpulan amalmu di pintu yang memperdekat dirimu dari Tuhan, kapan kamu lihat
cahaya ma’rifat menghadap hati awam dan khowash; jangan lari dari Allah karena
takut cahaya-Nya.
Sesungguhnya coba Dia yang ditimpakan atasmu akan
mempersejuk dirimu. Apakah engkau akan surut ke causalita dan meninggalkan
pintu-Nya atau tidak? Apakah engkau kan kembali ke lahir atau batin? Kembali ke
penemuanmu atau yang tidak engkau temui? Kembali ke suatu yang tampak atau yag
tidak tampak? Wahai Allah janganlah Engkau memberi
cobaan pada kami (melebihi kemampuan), Wahai Allah limpahkanlah rizki pada kami
agar memperdekat dengan-Mu tanpa bala’. Wahai Allah perdekatlah dan lunakkanlah
hati kami, wahai Allah dekatlah jangan jauh, tiada kuasa bagi kami untuk
menjauh dari-Mu, tiada juga atas kerasnya coba. Rizkikan untuk kami agar dekat
kepada-Mu, serta tiada api cobaan. Atau jika ada, atau tidak bisa tidak harus
terjadi bersama api coba, maka jadikan untuk kami di sana pembalut kulit dari
kehangusan api yang menyengat, Jadikan untuk kami api, seperti api Ibrahim
kekasih-Mu, tumbuhkan di sekitar kami rerumputan seperti Engkau tumbuhkan di
sekitarnya, dan kayakan kami dari segala sesuatu seperti Engkau memperkayakannya,
jinakan kami, hadapkan kami seperti Engkau menghadapkannya dan peliharalah kami
seperti Engkau memelihara Ibrahim, kekasihmu.
Ibrahim a.s. telah meraih pertalian (rafiq) sebelum
berjalan (tariq), berumah sebelum bertetangga, berjinak sebelum takut, keras
sebelum sakit, sabar sebelum dicoba, ridlo sebelum datang kepastian. Belajarlah
dari bapakmu, Ibrahim as. Bertuntunlah dengannya baik kata atau perbuatannya.
Wahai sahaya, usahakan bersama Allah selalu dan berdiam
kala datang kehendak atau perbuatan-Nya. Sehingga engkau lihat kelembutan
dari-Nya tanpa hingga. Dengarkan kamu, nama Jalunus Al Hakim? Bagaimana
kebisuan dan kediamannya dalam menerima uji coba, sampai ia berhasil
mengantongi setiap ilmu yang datang dari-Nya. Hikmah Allah tiada kan datang di
hatimu oleh igauan dan kegoncanganmu terhadap Dia, apalagi engkau lari
dari-Nya.
Wahai Allah, limpahkanlah untuk hamba pertalian ini,
lepaskan dari ketergoncangan.
“Dan berrikan untuk kami kebaikan hidup di dunia dan
kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkan kami dari siksa neraka.”
WACANA 11.
Jum’at pagi 19 Syawal tahun 545 Hijriyah di Madrasah Al
Namurah, ia bertutur :
Wahai sahaya, kenalilah Allah, engkau jangan mendungu
dari-Nya, taatilah jangan menentang-Nya, tepatilah jangan menelisihi-Nya,
relakan atas ketentuan Dia jangan kau cabut, kenalilah Al-Haq melalui citaan-Nya.
Dia adalah Dzat Pencipta, pelimpah rizki, pemula, penutup, lahir dan batin. Dia
Maha Qadim.” Dzat Maha Kekal nan Abadi dan Dzat ayng bertindak menurut
kehendak-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang
apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs.XXI:23).
Takutlah Dia jangan takut yang lain, berharaplah padanya
jangan berharap kepada yang lain, berputarlah bersama kekuasaan-Nya, hikmah-Nya
sampai menunudukkan kemauanmu. Beradablah bersama hitam di atas putih
(Al-Qur’an) sampai datang apa yang mengitarimu dan Dia. Jadilah kamu pemelihara
dari kehangusan syari’at yang ditunjukkan oleh-Nya. Arti tanpa gambar. Tiada
yang bisa sampai ke ketentuan itu kecuali orang-orang shalih. Kami tidak butuh
keluar lingkungan syari’at. Tiada orang yang tahu masalah ini kecali orang yang
masuk di sana. Adapun yang mengenai permasalah Dia – Yang Esa – tidak perlu
engkau ketahui. Jadilah kamu dalam segala usiamu berpeluk erat bersama
Rasulullah saw. dengan menggenggam segala perintah serta mengikutimya, sampai engkau
mampu menyeru penguasa kepadanya. Jika engkau bersedia ketika itu engkau
mendapat konsesi Rasulullah saw. Masuk dan tetaplah di sana. Mereka disebut
Abdal (pengganti) karena mereka tidak punya rasa kehendak yang bersama kehendak
Allah. Dan jangan engkau pilih sesuatu bersama pilihan-Nya. Hukum ini hanya
berjalan pada lahirmu. Untuk mengetahui amal lahirmu lalu memisah-misah amal
khusus mereka. Kala derajat mereka dan persinggahan mereka bersih maka dalam
diri mereka semakin bertambah perintah dan cegah. Tetapi yang ada adalah
perintah-perintah syari’at yang harus dikerjakan di sana dan disandarkan
padanya. Sedang mereka dalam lingkungan terpisah. Mereka tak henti-hentinya
dalam keterasingan bersama Al-Haq. Hanya mereka datang dalam waktu ditentukan perintah
dan larangan. Di sana mereka menjaga hukum-hukum syari’at itu sehingga tetap
konstan selamanya dan tidak akan tanggal. Sebab meninggalkan bentuk ibadah
wajib itu zindiq dan maksiat – berarti dosa besar – Jadi ketentuan ibdah-ibadah
wajib itu tidak boleh tertinggal atas seseorang dalam situasi apapun.
Wahai sahaya, benarlah, berdasar hukum dan yang
terkandung di dalamnya, engkau jangan sampai keluar meninggalkan
ketentuan-ketentuannya dan jangan engkau lupakan janji. Perangilah nafsu,
setan-setan penguasa dirimu, juga tabiat dan dunia. Engkau jangan putus asa
dari pertolongan Allah karena – hal itu pasti datang padamu – bersama keteguhan
hatimu. Allah berfirman :
“Allah sesungguhnya beserta orang-orang yang sabar.”
Juga berfirman :
“Maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang
pasti menang.” (Qs.V:56).
Lagi Firman-Nya :
“Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan)
Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.” (Qs. XXIX
:69).
Tahanlah lisan dari pengaduan kepada manusia (makhluk),
jadilah juru bicara Allah dan seluruh makhluk untuk menyeru mereka agar patuh
dan membendung maksiat. Tahanlah mereka dari sesat, bid’ah dan mengikuti nafsu
atau berjalin dengan nafsu. Seru mereka agar mengikuti Kitb Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
Wahai manusia, muliakan Kitab Allah dan
bertatakrama menurut pengajaran-Nya. Sesungguhnya ia menjadi penjembatan
antaramu dan Allah. Jangan engkau katakan bahwa ia makhluk. Karena Allah
berfirman : “Ini adalah Kitab-Ku.” Apa engkau berkata tiak? Barangsiapa menolak Allah,
menjadikan Al-Qur’an makhluk, maka ia telah kafir kepada Allah, bahkan
Al-Qur’an terlepas darinya. Itulah Al-Qur’an yang harus dibaca, inilah yang
pantas di dengar, yang pantas kamu perhatikan dan inilah yang termaktub dalam
Mushaf Kalam-Nya.
Imam Syafi’i dan Ahmad berkata :
“Kalam itu makhluk dan
tulisannya yang ada di sana itu tidak makhluk.”
Hati adalah makhluk dan penjaga yang ada di sana bukan
makhluk.
Wahai manusia ambillah nasihat dari
Al-Qur’an dengan mengamalkannya; bukan dengan memperdebatkannya. Itikad itu kata
yang terus dilaksanakan sedang amal itu menurut pelaksanaannya yang berjumlah
(jumlah pelasanaannya). Jagalah iman di sana, bersedekahlah dengan hatimu,
beramalah dengan semua organ tubuhmu, sibukkan dirimu dengan apapun yang
membawa manfaat dan jangan jauhi akal dunia yang kurang.
Wahai manusia, berita kata itu tidak mesti dapat bebas
dari hukum akal, nas tidak bisa tinggalkan qiyas. Engkau jangan tinggalkan
saksi dan bersikeras menurut berita asal kata penuduh. Harta orang itu tidak
bisa dirampas dengan cara pengakuan; tanpa ada penjelasan saksi. Karena itu
Nabi bersabda :
“Seandainya orang itu bisa
diambil pengakuannya niscaya suatu kaum mengakui berkait (bersaudara) dengan
darah kaum yang lain beserta harta mereka, tapi kesaksian itu dari pihak
penuduh, dan sumpah atas orang yang ingkar.”
Lisan yang alim tiada berguna jika hati dungu. Nabi saw.
bersabda :
“Yang paling aku khawatirkan
atas umat-Ku adalah orang-orang munaifk, yang berpengetahuan tinggi.”
Wahai Ulama, para dungu yang datang dan yang jauh;
malulah kepada Allah, lihatlah hatimu sendiri. Jadilah dirimu di bawah
perjalanan kehendak-Nya dan latihlah ia dengan membiasakan syukur atas
nikmat-Nya, dan tautkan kilatan cahaya dalam gulita dengan kepatuhan. Bila hal
ini nyata terjad padamu, tentu pemulyaan Allah datang untukmu bersama dunia
akhirat.
Wahai sahaya perangi keberadan ini sampai tak tertinggal
satu pun yang kau cinta. Jika keberadaanmu sempurna dari masalah tersebut, ia
jangan kau tinggalkan dalam dirimu. Siapa mampu menguasai ini tentu ia mengenal
Dia. Inilah satu jenis dari manusia yang tidak menerima kata damai dari
makhluk. Wahai munafik uji coba terdapat di pucuk-pucuk hatimu. Manusia kala
melihat melalui hati mereka – selain Allah – mendapati keselamatan mereka dalam
kedamaian di sna dan duduk di hadapannya, membuta di belakangnya, lisan mereka
terputus dari pemalingan.
Peredaran siang malam, bulan dan tahun terjadi atas
mereka, sedang mereka tetap berada dalam suatu kondisi yang tidak berubah bersama
Allah. Mereka itulah kaum berakal di antara ciptaan Allah yang ada. Seandainya
engkau melihat mereka tentu berkata : “Betapa bahagia mereka di hati kiamat.”
Hati mereka selalu terisi duka cita remuk redam di hadapan Allah, juga tak
henti-hentinya terisi rasa takut dan bising. Kala terbuka untuk menerima
kebesaran dan keagungan-Nya niscaya di hati mereka semakin bertambah takut.
Hati mereka terputus dan ertalian mereka tercerai. Pa bila hal itu terjadi atas
mereka; itulah keterbukaan pintu rakhmat, kebagusan kelembutan dan harapan bagi
mereka. Maka apapun yang ada pada diri mereka jadi tenteram.
Tiada yang paling aku cintai kala aku melihat kecuali
masa pencaharianku untuk akhirat dan pencaharianku pada Allah. Sedang pencari
dunia, makhluk, nafsu dan syahwat; cih, aku tak sudi berrbuat untuknya!
Anak kecil pada awalnya suka berkirab bermain debu dan
benda najis lain. Mereka cenderung menuju kerusakan diri dengan mencuri-curi
dari pengawasan orang tuanya. Bila berjalan suka beradu. Tapi kala ia terdidik
dari semua itu, ia tinggalkan satu demi satu. Kerusakan itu berkelanjut berubah
jadi perlakuan yang sopan di hadapan orang tuanya dan pembimbingnya.
Siapa dikehendaki oleh Allah kebaikan terjadi padanya
niscaya ia berta’adub meninggalkan apa saja yang mengitari. Tapi siapa
dikehendaki oleh Allah keburukan terjadi padanya tentu ia hidup bergumul di
sekelilingnya lalu binasalah dunia dan akhiratnya. Allah pencipta penyakit dan
obat, durhaka itu penyakit dan taat itu pengobat, aniaya itu penyakit dan adil
itu pengobat, salah itu penyakit benar itu pengobat, menentang Allah itu
penyakit dan taubat atas dosa itu pengobat. Obatnya hanya terbilang sempurna
pabila makhluk engkau ceraikan dari hatimu kemudian menjalin dengan Allah.
Tiada kelepasan bagi hatimu sedang di sana ada makhluk
bukan Allah. Seandainya engkau bersujud pada-Nya selama seribu tahun di atas
bara, tapi hati engkau hadapkan selain untuk-Nya, sama sekali perbuatan itu
tidak bermanfaat. Tiada hal itu berpengaruh untuk Dia kendati ibadah engkau
persembahkan. Engkau tiada kan dapat untung sampai engkau lenyapkan segala
keberadaan ini dari hati. Cih, mana berguna bagimu penampakkan zuhud disertai
penujuan sesuatu dalam hati.
Engkau tahu bahw Allah mengetahui segala rahasia dalam
cakrawala ini? Mengapa engkau tidak malu mulutmu berucap tawakal sedang hatimu
tidak menuju Dia.
Wahai sahaya, engkau jangan perdaya sifat Hilm (sabar)
Allah, karena Dia amat keras marahnya. Engkau jangan perdaya ulama agar tidak
acuh dengan Allah, karena setiap ilmunya itu berbeda dengan mereka. Mereka itu
eksponen ulama yang mendapat hikmah dari Allah, Menyuruh manusia dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dan tidak melarang atau mencegah sesuatu dan
tidak menahan diri dari Allah.
Wahai Allah, berilah kami taubat juga untuk mereka.
Anuderahkanpada kami untuk Nabi-Mu Muhammad saw. serta nenekmoyang kami Ibrahim
as. Wahai Allah janganlah engkau kuasakan di antara kami atas yang lain,
manfaatkanlah antara kami, dan masukkan kami dalam rahmat-u, Aamiin.
WACANA 12.
Ahad pagi tanggal 2 Dzulqa’idah tahun 545 Hijriyah, ia
bertutur :
Wahai sahaya, tidak benar kehendakmu pada Allah tanpa
engkau barengi tujuan untuk-Nya semata. Karena setiap orang yang mengaku
berkehendak menuju Dia ternyata malah melampaui batas bahkan ia mencari selain
Dia; berakibat sia-sialah pengakuannya. Di sana
penuju dunia amat banyak dan penuju akhirat di sana amat sedikit. Tapi penuju
Al-Haq, yaitu manusia-manusia yang membenarkan kehendak Dia lebih sedikit jika
dibandingkan yang sedikit itu. Dalam kesedikitan dan kekurangan mereka
laksana korek api merah. Mereka adalah bagian individu yang penuh keganjilan.
Sehingga di antara sekian banyak ini hanya dijumpai satu.
Wahai pendusta engkau bermesra dengan kehadiran setan,
fikiran dunia, syahwat. Penampakan setan yagberbentuk manusia adalah mereka
yang menjalin persahabatan dengan nilai buruk dan teman yang suka membual. Ini
tidak mungkin tercapai hanya dengan igau, dan kedirian akan pengakuan bicaramu
dalam hal ini adalah suatu kegilaan yang tidak berguna. Jagalah ketenangan dan
ketidak tegran di hadapn Allah, juga tinggalkan tatakrama yang buruk. Tidak
bisa tidak bila hal ini sebagai ucapan yang meliputi permasalahan tersebut maka
ucapanmu di sana ada pada persipangan jalan terburuk kepada Dia, dan tabaruk
dengan menyebut ahlinya. Jadi pengakuanmu bersama Dia itu tidak kosong dalam
hati. Setiap yang nampak belum tentu sejalan dengan yang batin, mungkin hanya
penghayal. Engkau ernah dengar sabda Nabi saw. :
“Tiada puasa bagi orang yang
dibayangi oleh makan daging manusia.” Dan Rasulullah juga menjelaskan
bahwa “puasa itu bukanlah karena meninggalkan
makan, minum dan buka, lalu cukup; bahkan (lebih jauh) sampai disandarkan pada
bentuk peninggalan laku dosa. Takutlah akan ghibah karena hal itu merongrong
yang baik laksana api menyantap kayu bakar.”
Juga takutlah pandangan yang disertai syahwat, karena hal
itu menanamkan maksiat dalam hati, akibatnya engkau tidak terpuji di dunia dan
akhirat. Takutlah sumpah palsu karena perbuatan itu laksana rumah tanpa kamar;
maka menghilangkan brakah agamamu.
Celaka, engkau nafkahkan hartamu dengan sumpah dusta dan
engkau binasakan agamammu. Seandainya engkau punya akal tentu engkau tahu bila
hal ini termasuk pandangan lemah. Allah berfirman : “Tidaklah
dalam negeri ini seperti bentuk kehidupan ini, dan juga tidak menurut
perumpamaan perseorangan.” Bertatakramalah, wahai orang yang mendapat
rahmat Allah; di hadapan Dia. Siapa yang tidak berdidik dengan pendidikan
syari’at, niscaya akan dididik denga api neraka kiamat nanti.
Ada orang bertanya : “Siapa orang yang termasuk dalam
lima tingkah, atau di antara yang terkena hukum batal puasa dan wudlunya? Jawab
: “Puasa dan wudlunya tidak batal, tapi seruan ini datang sebagai petuah,
penakutan dan pengkhawatiran.”
Wahai sahaya, kehampaan mungkind atang padamu di pagi
nanti, ya, kehampaan di muka bumi, atau mungkin kehampaan itu tiba pada waktu
yang lain. Enyahlah lalai, alangkah kesat hatimu! Apakah engkau telah berbuat?
Aku berkata padamu, orang lain juga berkata padamu tetapi
engkau tetap pada posisi semula. Bukankah Al-Qur’an sudah disampaikan, tidakkah
hadits-hadits Rasul saw. telah sampai padamu dan perilaku para sahabat utama
juga diterangkan padamu. Kendati engkau tidak mengambil arti penting dari
mereka, tidk mendekat bahkan perbuatanmu titap tidak bergeming dari kondisi
semula. Siapa datang dengan lahan – di sana – namun tidak mengambil petuah yang
terkandung maka ia berada dalam jajaran orang yang buruk.
Wahai penglabuh dunia tidak lama penyesalan akan tampak
di hari penampakkan dan kerugian. Hitunglah dirimu sebelum datang hari akhirat
yang memperdayakan dirimu dengan hukum Allah dan Mulia-Nya. Sadarlah engkau
berada dalam lingkaran kondisi yang buruk karena laku maksiat, goncangan dan
suka mendholimi manusia. Maksiat cenderung ke arah kafir, seperti penyakit
cenderung menuju kematian. Jagalah taubat sebelum mati, ya, sebelum datang
Malakul maut; si pelaksana untuk mencabut ruh.
Wahai manusia tabahkan dirimu. Bagaimana sikapmu jika
Al-Haq Azza wa Jalla mencobamu dengan pengujian-Nya – sampai engkau mau
bertaubat – sedang engkau tidak berangan-angan untuk melepas maksiat? Di jaman
ini tiada cobaan atas seseorang keculai dalam batas keterasingan.
Dusta itu laku yang pedih bukan nikmat – jadi tersiksa
akibat dosa – dan ia tidak menambah derajat yang tinggi di hadapan Tuhannya.
Mereka sabar saat bersama Dia karena mereka ingin sekali peroleh rela-Nya. Bila
hal ini sempurna mereka yakin bahwa kerusakan akan menimpa.
Wahai Allah, janganlah Engkau binasakan kami.
Kami mohon agar selalu dekat dengan Engkau, melihat Engkau di akhirat dan
dunia. Di dunia melalui hati dan di akhirat dengan mata kepala kami.
Wahai manusia, engkau jangan putus asa dari petunjuk
Allah dan bisa lepas dari duka, karena Dia amat dekat, janganlah engkau putus
asa karena segala karsa hanya ada pada Allah :
“”Engkau tidak mengetahui, boleh
jadi Allah mengadakan sesudah itu kejadian yang baru.” (Qs. LXV:1).
Janganlah engkau lari dari bala’, karena kebersamaan
bala’ dengan sabar itu sebagai fondasi setiap kebaikan, fondasi kenabian, kerasulan,
kewalian dan kearifan, juga kecintaan itu ada pada bala’. Jika engkau tidak
sabar atas bala’ berarti engkau tidak punya fondasi. Lihatlah engkau rummah
mandi yang tetap tegar di dataran tinggi? Sesungguhnya orang yang lari dari
bala’ dan afat atas keberadaanmu itu tidak butuh kamu dalam kewalian. Ma’rifat
dan dekat Allah. Sabarlah berupayalah sehingga ia seiring bersama hatimu,
rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih dekat pada Allah. Sabarlah berupaya
sehingga ia seiring bersama hatimu, rahasiamu dan ruhmu pada pintu yang lebih
dekat pada Allah. Ulama, para wali, para badal adalah sederetan manusia yang
mewarisi nabi. Para nabi itu punya rahasia teramat tinggi, begitu pula mereka
yang mendekat.
Orang mukmin tidak perlu takut selain kepada Allah atau
tidak mengharap selain Dia. Sungguh dalam hatinya diberi kekuatan dan rahasia.
Bagaimana hati orang beriman tidak punya keteguhan tehadap Allah sedang mereka
menuju Dia semata? Mereka tidak henti-hentinya mendekat Dia kendati hatinya
berada di bumi. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya mereka pada
sisi Kami termasuk orang-orang pilihan lagi orang yang bai-baik.” (Qs.
XXVIII:47).
Wahai sahaya, tidak bisa tidak engkau pasti merasai
kemanisan, kepahitan, kebaikan, kerusakan, kekotoran dan kejernihan. Jika ingin
bersih secara total, maka lepaskan hatimu dari makhluk, jalinlah perhubungan
dengan Allah, lepaskan dunia, tinggalkan keluargamu dan serahkan mereka kepada
Tuhan. Lalu keluarkan isi hatimu sampai telanjang dari segala ini, dekati pintu
akhirat dan masuklah, jika engkau belum menjumpai Tuhan-mu – di sana – maka
keluarlah sambil berlari kencang untuk memperdekat dengan-Nya. Bila engkau
menjumpai-Nya niscaya akan menemukan setiap kejernihan di sisi-Nya. Bagi
pecinta Allah tiada sesuatu dilakukan kecuali untuk Dia. Surga itu sarana untuk
mencari derajat an sebagai sarana untuk menjual dunia. Karena itu, Allah
berfirman :
“Di sana ada semua apa yang
diingini jiwa dan yang sedap dipandang mata.” (Qs.XLIII:7).
Apa yang diingat hati, apa yang diingat rahasia, apa yang
diingat makna, surga bagi orang yang berpuasa yang berzuhud dari syahwat dan
kenikmatan. Juallah puasamu dengan puasa, kebun dengan kebun, kediaman dengan
kediaman. Tidakkah engkau ingin beramal tanpa bicara. Orang arif beramal karena
Allah semata, mendapat dua sandaran yang menumbuknya sedang ia tak bicara. Bumi
berjalan mengitarinya, berobah dan berganti tetap dalam penjagaan. Manusia yang
tidak berpenglihatan selain Allah, tidak mendengar selain dari Dia, bagi mereka
disediakan surga tanpa ucapan. Mereka di batas undang-undang, tapi selain
mereka, tidak memahami sejauh itu. Bila Allah menghendaki, ketersebaran mereka,
maka menciptakan surga untuk lisan.
Wahai sahaya engkau dengar : Berfahamlah kemudian
mengaing” fahamkan dengan pemahaman lahiri lalu asingkan menuju kefahaman
batini. Beramalah dengan amalan lahir, sehingga mendekatkan mu pada ilmu yang
tidak engkau pelajari. Inilah ilmu lahir menjadi penerang lahir dan ilmu batin
menjadi penerang batin. Ia sebagai penerang antaramu dan Tuhan. Kala engkau
beramal menurut ilmu yang kau punya tentu membuatmu dekat jalanmu kepada
Al-Haq, memperlebar pintu antaramu dan mempertinggi pintu sebelah yang
menetukanmu.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.”
WACANA 13.
Selasa sore tanggal 4 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia berrtutur :
Wahai sahaya, dahulukan akhirat atas dunia tentu engkau
akan memperoleh laba dari kduanya. Bila dunia engkau dahulukan atas akhirat,
niscaya engkau rugi secara menyeluruh, bahkan siksa menantimu.
Mengapa engkau sibuk berurusan dengan sesuatu yang tidak
diperintahkan melakukannya. Bila engkau tidak berambisi atas dunia niscaya
Allah mengekalkan pertolongan-Nya, dan melimpahkan taufiq saat pencabutan
kembali dunia itu. Jika engkau mengambil sesuatu dari dunia, sama artinya
engkau sia-siakan barakah yang ada di sana. Orang mukmin itu, siaga beramal
untuk dunia dan akhiratnya. Beramal untuk dunia menyampaikannya menurut
kehendak yang dibutuhkan di sana. Terimalah dunia seperti bekal penumpang, kamu
jangan sampai menariknya menurut sukamu. Orang dungu itu, setiap cita-citanya
tertuju dunia, sedang oran arif setiap cita-citanya adalah untuk akhirat lalu
menuju Tuhan. Bila engkau tarik kesenangan dunia sampai membumbung mencapai
taraf nafsu atau syahwat, maka perhatikan sebentar siapa penguasa pencerai
berai. Karena hal itu, tidak menguntungkamu, maka laanlah nafsumu dan ajarlah
dia di sisi Al-Haq. Siddik (orang yang benar) itu mengetahui ikatan di antara
sesama mereka. Setiap individu di antara mereka mencium bau menerima dan
kebenaran akhir.
Wahai pemaling dari Allah dan orang-orang dari hamba-Nya,
justru menghadap makhluk dan berserikat bersama mereka, sampai kapan engkau
menghadap mereka? Cih, mereka bermanfaat bagimu. Di tangan mereka tidak
mengandung nista atau manfaat juga tidak ada pemberi atau pencegah. Tiada
pembeda antara mereka dan seluruh manusia jika dikaitkan dengan nista dan
manfaat. Penguasa hanya satu, pelimpah nista hanya satu, penyampai manfaat ada
satu, penggerak dan pendiam Cuma satu, pemberi dan pencegah juga satu. Dia
Mahapencipta dan Pelimpah Rizki – adalah Allah Azza wa Jalla – Dia qadim lagi
Azali untuk selamanya. Dia ada sebelum makhluk, sebelum nenekmoyangmu atau
orang-orang kaya di antaramu. Dia Mahapencipta langit dan bumi dan segala
keberadaan di dalamnya :
“Tiada sesuatu pun serupa
dengan Dia, dan Dia Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs. XLII:11).
Amboi sebalnya engkau, wahai hamba Allah. Apa engkau
belum tahu proses penciptaanmu sebenarnya? Bagiku, jika di hari kiamat ada
sesuatu dari Allah, tentu aku bawa segala bebanmu dari awal sampai akhir
ceritamu. Wahai pembaca (Al-Qur’an) bacalah untuk Allah yang satu tanpa
melibatkan penghuni langit atau bumi.
Setiap orang beramal dengan amaliahnya maka terjadilah
jalan tembus antara dia dan Allah; sebagai jalur hati untuk mencapai ke sana.
Sedang engkau, wahai ilmuwan selalu ribut dengan kata “menurut” (katanya) dan
segala upayamu yang berupa harta. Padahal hal itu jika sampai ke tanganmu hanya
berupa ilustrasi tanpa arti. Bila Allah menghendaki seorang hamba lebih baik
ilmunya, untuknya suatu pengamal dan ikhlas. Ia dikabulkan sebagaimana
pengabulan terhadap doa Musa a.s. Maka Dia berfirman kepada Musa a.s. :
“Dan Aku telah memilih engkau
untuk diri-Ku.” (Qs.XX:41)
Wahai sahaya, jangan engkau putus asaatas rakhmat Allah
dan kekal bersama maksiat yang menyebabkan dosa besar, sucickan busana agamamu
dari najis dengan air taubat, tetap bersama Dia dan ikhlas di samping-Nya.
Takutilah tepat itu yang menempatkan dirimu, karena bagaimana pun dirimu
berpaling sorot mata binatang buas tetap mengitarimu, penyakit terus
menguntitmu – semua itu datang dari Dia – karena itu kembalilah kepada allah
sepenuh hati. Engkau jangan makan dari hasil burukmu atau yang keu peroleh
dengan syahwat atau nafsu. Engkau jangan
makan kecuali disertai dua saksi adil yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Kemudian
carilah penyaksi lain saat dua penyaksi itu telah menyatu dalam hati. Pabila
dikumandangkan suara Kitab dan Sunnah, maka hatimu menanti bagian perempat; itu
adalah perbuatan Allah. Engkau jangan seperti lentera malam yang memijari
sekelilingnya sedang ia tidak tahu apa yang sedang terjadi pada dirinya. Inilah
sesuatuu yag tidak bisa diperoleh dengan tahili, tamanni, takalluf, dan tasni.
Ia sesuatu beban dalam hati dan seddaqah perbuatanmu; yakni melakukan sesuatu
pekerjaan yang bermotif kerana Allah semata.
Wahai sahaya, sehat itu tergantung peninggalan mencari
yang jernih. Kaya menurut peninggalan mencari kaya, dan pengobat menurut
peninggalan mencari pengobat. Semua obat terletak dalam penyerahan diri di
hadapan Allah, memutus causalita dan pengosongan diri dari tuhan-tuhan selain
Tuhan Al-Haq. Terapi yang manjur terletak dalam pengesaan Allah menurut hati,
bukan lisan. Tauhid dan zuhud keduanya tidak ada dalam tubuh atau lisan. Tauhid terletak dalam hati, zuhud di hati, ma’rifat di
hati, takwa di hati, pengetahuan tentang Allah di hati, cinta Allah dalam hati
dan dekat dengan-Nya juga dalam hati.
Jadilah orang berakal, jangan main gila-gilaan, jangan
berbuat macam-macam; dusta; riya dan munafiq. Setiap citamu engkau kurungi
makhluk. Bila engkau tahu kala dirimu melangkah beserta hati menuju makhluk itu
cukup memperjauh diri dari Allah. Engkau mengaku pencari Al-Haq, ternyata
engkau pencari makhluk. Dirimu diperumpamakan orang berkata : Aku hendak pulang
ke Makkah dengan tujuan ke Parsi, lalu engkau berangkat dari Makkah.
Engkau mengaku bahwa hatimu telah bebas dari makhluk yang
mengikat, sedang engkau takut dan masih mengharap mereka. Lahirimu benci tapi
batinmu senang mereka. Lahirimu bertemu Allah dan hatimu menjalin makhluk.
Inilah perkata yang tidak cukup hanya dengan pengakuan lisan. Inilah tingkah
yang di dalamnya tidak terdapat makhluk, dunia, akhirat dan selain Allah. Dia
Maha Satu tidak menerima kecuali satu. Dia satu tidak menerima sekutu, karena
Dia sesungguhnya bertolak dengan ketentuanmu, dan terimalah ketentuan yang
diterapkan untukmu.
Semua makhluk lemah, ketentuan-Nya berlaku atas diri
mereka. Kuasa Allah juga merata atasmu dan mereka. Goresan kalam dari ilmu-Nya
– tentang sesuatu – tetap berlaku untukmu dan mereka. Pengesa Allah yang lagi
salih menjadi pertanda kebenaran Allah pada makhluk. Di antara mereka ada yang
suka telanjang dunia dari sudut lahiri maupun batini. Dan di antara mereka ada
pula yang telanjang dunia hanya dari sudut batini saja. Allah tidak menampakkan
dalam batini mereka sesuatu pun. Itulah hati orang-orang sufi. Siapa mampu
melakukan ketentuan ini, sunggih ia dipenguasakan dari makhluk. Dia pemberani
menentang yang batil. As-Syaja (beranai tanpa rasa takut kepada siapapun
kecuali Allah), adalah orang yang menyucickan hati selain Allah, kemudian tegar
bertempat di pintu-Nya dengan pedang tauhid yang diliputi syari’at. Saat itu
tiada satupun makhluk mampu menerobosnya untuk membangun hati dengan
kegoncangannya. Syara’ mengajari lahiri, tauhid dan ma’rifat sama-sama
mengajari batini. Alangkah jauh beda antara kata mereka dan kata kami; tentang
sesuatu yang kembali. Engkau ucapkan ini
haram, justru engkau pencetak dosa besar, dan halal sedang engkau tidak
melakukan. Ternyata dirimu dalam kefusian yang amat. Nabi saw. bersabda :
“Celaka bagi orang-orang
bodoh sekali dan bagi orang-orang pintar sekali.”
Suatu kecelakaan bagi orang bodoh, mengapa tidak mau
berdidik, dan tujuh kali kecelakaan orang berilmu. Ia berilmu tetapi tidak
beramal, maka lenyaplah barakah ilmunya dan lepaslah tanda baginya. Berilmu
lalu beramal dan mengasing dalam tempat pengasinganmu –dari makhluk – kemudian
memperbaiki cinta Allah. Bilamana pengasingan dan cintamu bersih niscaya hal
itu semakin memperdekatkanmu kepada Dia dan mengosongkan yang lain. Jika di
kehendaki perbuatan tersebut mampu mampu memasyhurkan atau memperharum namamu
di hadapan makhluk, bahkan semakin menambah pembagianmu.
Dengar dan camkanlah, wahai pendungu Allah beserta para
wali-Nya. Wahai para pentaat Allah dan para wali-Nya, kebenaran mutlak hanya
Al-Haq Azza wa Jalla, sedang batil terletak
padamu. Wahai makhluk. Allah terletak di hati, rahasia dan al ma’ani.
Sedang batil terletak pada nafsu hawa, tabiat tradisi, dunia dan apa saja
selain Dia. Demikian hati, jaga sampai meperdekat pada Allah; yang Mahaqadim,
azali lagi Abadi. Engkau jangan sarati dirimu melebihi bebanmu, wahai munafik.
Yang ada di sisimu tidak lebih baik daripada ini. Engkau pengamba makan,
pakaian, kendaraan atau penguasaanmu. Hati orang benar (siddiqin) itu pergi
dari makhluk menuju Al-Haq. Ulama” yang beramal dengan ilmunya itu mengganti
para salaf. Mereka adalah pewaris Nabi dan pembenteng orang-orang yang berada
di belakangnya. Mereka pemuka di hadapan mereka, memerintah untuk kebangkitan
agama dalam pusat syari’at dan membentengi kehancurannya. Di hari kiamat mereka
terkumpul bersama para Nabi, maka mereka dilimpahi pahala dari Allah. Tuhan
membuat misal orang pandai (berilmu) yang tidak disertai amal laksana himar.
Difirmankan : ................Laksana
himar yang memikul kitab-kitab.” Al-asfar adalah kitab-kitab. Bergunakah
himar memikul setumpuk kitab? Ia tidak menghasilkan apapun kecuali lelah. Siapa
bertambah ilmu seharusnsya bertambah takut serta patuh kepada Tuhan.
Wahai pengaku berilmu. Mana tangismu karena takut Allah?
Dimana takut dan khatirmu? Mana kesadaranmu terhadap dosa-dosamu? Mana
pertalianmu untuk menerangi kegelapan untuk berpatuh kepada Allah, mana
pengajar nafsu dan pemberantasanmu padanya di hadapan Allah? Citamu hanya
busana hidup, makan, kawin, kedai, kumpul bersama orang-orang ramai, dan
menjalin mesra bersma mereka. Cukuplah cintamu seperti ini, kalaupun engkau
dapat bagian tentu bermacam sesuatu itu mendatangimu menurut ketentuan
waktunya, sedang hatimu santai dalam penantian dan loba yang berat tegar bersama
Allah.
Wahai cahya, kesunyianmu rusak, tidak suci dari najis dan
tidak bersih. Cih, engkau beramal dengan hati tapi di dalamnya tak ada tauhid
serta ikhlas yang bersih.
Wahai penidur, engkau jangan tidur untuk mereka, wahai
pemaling, engkau jangan berpaling dari mereka, wahai pelupa engkau jangan lupa,
wahai para peninggal engkau jangan tinggalkan itu, wahai pendungu kepada Allah
dan Rasul-Nya, orang-orang dahulu dan sekarang, engkau laksana tonggak kayu
yang panjang, ia tidak membuat kebaikan sesuatu pun.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 14.
Jum’at pagi tanggal 7 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah, di
Madrasah ia bertutur :
Wahai orang-orang munafik semoga Allah membebasakan di
bumi ini darimu. Alangkah tebal sifat nifaqmu. Dalam waktu dekat engkau akan
dijadikan santapan sindat melalui mulut dan tubuhmu – sampai tercecer – di
baigan lain bumi mengoyak dirimu sampau menyatu; benar-benar kembali nekgu
menjadi tanah.
Tiada keuntungan bagi orang yang tidak baik sangka kepada
Allah, orang-orang shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka. Allah telah
menyerahkan keberadaan ini semua untuk mereka, mereka peroleh hujan yang
menumbuhkan tanaman bumi. Setiap makhluk jadi pengikut mereka, bahkan setiap
individu, juga perjenis yang ada di bumi ini, seperti gunung tidak menggoncangkannya
atau menggerak-gerakkan sebagai bencana yang menguji. Mereka tidak terguncang
dari kedudukan tauhid atau ridho kepada Tuhan Yang Agung. Mereka mencari jiwa
dari sisi lain, bertaubat kepada Allah serta takut pada-Nya. Sadarilah akan
dosa-dosa mu, dantaramu dan Dia, berendah di hadapan-Nya, berlaku sopan di
hadapan-Nya seperti orang-orang terdahulu.
Engkau jangan hina ucapan-ucapan ahli hukum
dan Ulama, karena bicara mereka bisa menjadi terapi (obat) sedang rancangan
kalimatnya sebagai buah. Terimalah Ulama yang bertakwa, jika engkau menemani
mereka tentu engkau dapat berkah. Dan engkau jangan pergauli Ulama yang tidak
beramal dengan ilmunya, karena jika engkau pergauli mereka tentu bencana
menimpamu.
Bila engkau berteman orang yang lebih tinggi ilmunya dari
padamu sesungguhnya ia membawa berkat untukmu, tapi jika engkau bergaul dengan
orang yang lebih tua, padahal ia tidak bertakwa atau berilmu tentu pergaulanmu
membawa bencana atasmu. Beramalllah untuk Allah semata, jangan untuk yang lain.
Tinggallah untuk-Nya jangan tinggal untuk yang lain. Tinggallah untuk-Nya
jangan tinggal untuk yang lain. Dan beramal yang ditujukan selain dia adalah
termasuk kafir, dan tinggal selain untuk-Nya adalah riya. Siapa yang tidak
memahami hal ini, sedang ia beramal melalui jalan lain dari ketentuan ini, maka
ia berada dalam kebengongan. Dalam waktu dekat kematian pasti mendatangi untuk
memutus bengongmu.
Wahai sahaya, jika engkau menjumpai jurang pemisah antara
kaya dan miskin, ketika pemberian mereka untukmu itu pertanda engkau tidak
beruntung. Muliakanlah si fakir dengan penuh sabar,ambillah berkah mereka
(hikmah dari mereka) ketika berjumpa atau sedang duduk bersama mereka. Nabi
saw. bersabda :
“Si fakir penyabar menjadi teman dekat Dzat Maha
Pengasih di hari kiamat.”
Hari ini mereka jadi teman dekat-Nya melalui hati dan
besok dengan jisim mereka. Mereka dalah orang yang berhati zuhud, berpaling
dari perhiasannya, memilih kefakiran daripada kaya, bahkan ia sabar atas
kefaikiran. Jika hal ini telah empurna atas mereka, akhirat menjadi tujuan
mereka secara penuh.
Wahai sahaya, engkau beramal untuk Allah tentu Dia
menyuburkan tanamanmu mengalirkan sungaimu, mempersubur daun, ranting-ranting
serta membuahkan pohon yang engkau punya. Berperintahlah dengan ma’ruf cegah
yang munkar dan tolonglah Agama Allah, tradisikan kebenaran-kebenaran di dalam
Agama Allah dan bersedkah suatu kebaikan untuknya; Niscaya sedekahmu
terkekalkan, baik secara sembunyi atau terang, secara rahasia atau dalam
kesempitan, dalam kemiskinan atau dalam kemewahan. Carilah kebutuhanmu dari
Allah bukan dari makhluk-Nya. Kalaupun terpaksa dari makhluk, maka tenangkan
hatimu bersama Allah, karena Dia pengilham untuk mencari keberadaan itu, dari
satu arah ke arah lain. Bila engkau tertolak atau diberi perkara itu semata
dari Dia, bukan dari mereka. Berkayalah atas setiap apa pun dari keutamaan
Allah, kedekatan dengan-Nya serta ilmu-Nya. Bila ini sempurna, mereka menjadi
kiblat makhluk dan tolok pandang mereka tertuju pada dirinya. Mereka mengambil
dengan hati serta memperdekat dengannya. Darinya sumber penyerahan yang
terlepas dan ridlo dari mereka.
Dari sebagian Ulama berkata : Di antara hamba Allah yang
paling sempurna adalah orang yang meyakini penghambaannya untuk-Nya semata.
Jadi penghambaannya itu bukan berdasar mencari dunia atau akhirat.” Mereka
hanya mencari Dia semata, tidak yang lain. Wahai Allah tunjukkan segala makhluk
ini pada pintumu selamanya, Pohonku dan perkara-perkara ini kutujukan pada-Mu.
Sesungguhnya Allah memperlakukan terhadap hamba menurut kehendak-Nya. Bila hati
bersih tentu terlimpahi rakhmat dan kasih-Nya tetap atas makhluk.
Lagi dari sebagian Ulama berkata : barang siapa banyak
berbuat baik dan meninggalkan dosa, termasuk orang-orang yang benar. Orang yang
benar itu bisa meninggalkan dosa besar atau kecil, lalu memperhalus sikap
wara.nya, yaitu meninggalkan keinginan-keinginan – baik yang diperbolehkan –
atau berupa syahwat sebaliknya mencari perkara halal yang mutlak. Orang yang
benar (shiddiq) tidak henti-hentinya mengagungkan Asma Allah siang dan malam.
Ia membakar pengembalian manusia yang berlaku, maka tradisi itu pun pasti
terbakar. Ia diberi rizki tanpa batas. Juga ia pun tahu bahwa sabar salah satu
bentuk pengobat hati dan menjadi sebab kejernihan dan kedekatan dengan Tuhan.
Kebaikan mendatanginya setelah olah batin ini. Karena olah batin itu hakekatnya
menjadi jelas bagi orang beriman dengan orang munafik, antara peng-esa Allah
dengan pemusyrik, antara pembenar dan pendusta, antara pecinta dan pembenci,
dan antara pengikut dengan pembid’ah.
Dengarlah kata Ulama ini : Jadilah engkau di dunia
seperti orang yang membalut lukanya, sabar atas pahitnya obat, serta penuh
harap atas kelenyapan dosa.” Setiap coba dan sakit pasti berkait dengan
makhluk. Juga penglihatan mereka pada sengsara, manfaat, pemberian, dan
penolak. Setiap obat dan lenyapnya coba itu terletak pada ketidak adaan makhluk
dari hatimu dan tanggapanmu kala ketentuan Allah jatuh padamu.
Bila yang demikian nyata keluar dari hatimu sebaliknya
terisi penuh dengan pada Nabi, Rasul, Syuhada, Shalihin dan para Malaikat
Al-Muqarrabin – dan kala telah lenyap sikap itu, engkau menjadi besar, mulia,
pemuka, pemberani, pemimpin dan apa yang diperintah agar kembali padamu, maka
ia segera kembali, terperintah apa yang diperintah termulia dari apa yang
mulia. Dengarlah bicara ini, yakini serta junjung secara benar.
Wahai orang yang sibuk dengan kehidupan; aku adalah orang
terkaya metapencaharian, keuntungan ada padaku, kehidupan akhir juga ada
padaku, aku pemberi setiap sesuatu yang menjadi hak-Nya. Jika diperoleh sesuatu
dari akhirat sebagaimana yang ada padaku tentu tidak hanya sampai pada diriku
seorang, karena orang mulia itu tidak suka makan sendiri. Setiap orang yang
memperoleh kemuliaan dari Allah maka tidak ada kata bakhil baginya.
Wahai Allah berilah rizqi untuk kami seperti yang telah
Engkau rizqikan pada kaum lain.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan
kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 15.
Ahad tanggal 9 Dzulqoidah tahun 545 di pondok, ia
bertutur :
Orang beriman hidup di dunia itu semata hanya mencari
bekal untuk akhirat, dan orang kafir itu bersenang-senang di dalamna. Orang
beriman senantiasa berbekal, karena mereka berada pada jalan Qana’ah dan
mempermudah lepasnya hasrat, sebaliknya perhatiannya lebih banyak dicurahkan
untuk akhirat. Ia persiapkan untuk dirinya suatu bekal menurut kemampuannya.
Segala kekayaan ada di akhirat. Setiap hati dan himahnya berada di sana, dan di
sana juga ia putuskan hati dari dunia, lalu mencurahkan segala kepatuhannya
untuk kepentingan akhirat, bukan untuk kepentingan dunia beserta isinya.
Andaikata ia punya makanan baik tak pelak ia berikan
untuk orang fakir. Sebab ia tahu di akhirat tersedia makanan yang lebih baik
dari itu.
Tujuan akhir cita orang beriman lagi berilmu dalah
jalinan yang lebih dekat dengan Tuhan. Dia menjadi tujuan akhir, langkah hati
dan pengembaraan rahasia. Sesungguhnya aku melihatmu ketika berdiri, duduk,
ruku, sujud dan berjaga, sedang hatimu tak henti-hentinya berada di tempat dan
tidak keluar dari kediaman serta tidak memelihara tradisinya. Usahakan sebenar
mungkin saat mencari Tuhanmu, karena kamu telah diperkaya hingga mampu
bersedekah secara banyak dibanding yang engkau teguk (makan).
Patuklah butir keberadaanmu dengan peran kebenaranmu.
Carikan sarang pencarianmu atas sesuatu dengan meletakkan tangan zuhud di sana.
Terbanglah dengan hatimu hingga sampai pantai samudra yang memperdekat dirimu
dengan Tuhan. Ketika itu angin kencang menyongsongmu beserta perahu layar yang
menghimpit lalu mengangkat dirimu dan menghambur menuju Tuhan. Nah, demikian
potret dunia laksana samudra sedang imanmu seumpama perahu layar yang tengah
berlabuh. Itu sebabnya Luqman Al-Hakim berkata :
“Wahai anakku, dunia ini laksana samudera, Iman laksana bahtera, lajunya adalah
taat dan pantainya adalah akhirat>”
Wahai orang yang bersejuk atas maksiat, dalam waktu dekat
akan datang padamu buta, pekak, waba’, fakir dan kesat hati semua makhluk dan
engkau terima. Lalu sirnalah hartamu dengan terkepung menguap dan tercuri.
Jadilah engkau orang berakal lagi bertaubat kepada Allah. Engkau jangan
sekutukan Dia dengan hartamu, tawakal pada-Nya, jangan berdiam bersama harta
itu. Campakkan ia dari hatimu, perkecillah rakusmu, dan pendekatan hayalmu.
Dari Abu Yazid al Busthami, ia berkata :
Mukmin yang arif itu tidak mencari dunia atau akhirat dari Tuhannya, tetapi
yang benar ia mencari Ridla Tuhannya.
Wahai sahaya, kembalilah bersama hatimu menuju Allah.
Manusia yang bersungguh melakukan taubat kepada Allah hanyalah orang yang sudi
kembali kepada-Nya. Dia berfirman :
“Dan kembalilah kamu (taubat)
kepada Tuhanmu.” (Qs.XXXIX : 54).
Artinya kembalilah kamu kepada Tuhanmu. Yang dimaksud
kembali di sini adalah tunduk secara total kepada Dia. Serahkan jiwamu kepada-Nya
dan campakkan jiwamu di hadapan Dia menurut ketetapan, kehendak, perintah, dan
cegah-Nya. Campakkan hatimu di hdapan Dia tanpa kata, tanpa tangan, tanpa kaki,
tanpa mata dan tanpa apapun, bahkan harus disertai keseimbangan dan kebenaran.
Apabila yang demikian terjadi padamu tentu keberadaan hatimu kembali kepada-Nya
dengan penuh kesaksian dan bukan berjinak lagi bersama sesuatu makhluk. Bahkan
hatimu lebih liar terhadap sesuatu yang bertarap di bawah Arasy. Juga hatimu
lari dari segala keberadaan ini dan tetap hanya terputus dari segala yang
terbilang baru.
Sungguh untuk manusia telah disediakan cela dan pujian;
seperti musim panas dan musim dingin, atau seperti siang dan malam. Kedunya itu
sama-sama tidak lepas dari pengawasan Allah. Oleh karena itu tiada orangmampu
mendatangkan keduanya atau hanya salah satu darinya – kecuali dengan izin
Allah. Hal itu manakala telah nyata bagimu, engkau tidak bangga dengan pujian
dan tidak gusar dengan cela. Berkelanjut dengan keluarnya rasa kecintaan dalam
hatimu terhadap makhluk. Tidak ada kata cinta, tidak ada rasa marah, yang ada
justru belas kasih.
Mana ada ilmu bermanaaf bagimu, sedang ia
tanpa pengamalan. Sungguh ilmu demikian amar direndahkan oleh Allah.
Engkau belajar, mendirikan shalat, menunaikan puasa, tapi semata untuk makhluk;
dengan harapan mereka menyanjungmu dan menyerahkan harta mereka untukmu. Tentu,
hal ini bisa berhasil dengan mudah engkau peroleh. Tapi kala mati telah tiba,
siksa penjempitan kubur dan peristiwa besar lagi mengerikan menimpamu. Saat itu
penjelas yang pernah tejadi antaramu dan mereka tidak berguna, termasuk apa
yang engkau peroleh berupa harta mereka juga tidak berguna. Padahal pemakannya
bukan kamu, tapi siksa. Sedang perhitungan ada padamu.
Wahai pembelakang kebenaran, wahai pecinta haram, di
dunia engkau termasuk para pekerja keras, tapi kelak engkau di neraka. Ibadah
itu suatu jalan perombak, oangnya disebut wali. Dan abdal yang ikhls itu selalu
mendekat Allah, Ulama, yang bertindak dengan ilmunya itu menjadi khalifah
(pengganti) Allah di bumi-Nya, Rasul-Nya dan menjadi pewaris para Nabi dan
Rasul. Bukan seperti kamu, wahai orang-orang gila, wahai penjilat, wahai
pemandai lahiri tepi dungu batini.
Wahai hamba apa yang ada padamu, Islam bukan
menyerahkanmu? Islam adalah kerangka yang dibangun
melalui syahadat, jadi tidak sempurna persaksian bahwa : “Tiada Tuhan kecuali
Allah” tetapi engkau dusta, apalagi di hatimu terhias beraneka ragam tuhan yang
engkau takuti. Seperti : para pemimpin dan penguasa yang bertingkah mengaku
tuhan.
Ketegaranmu atas usahamu, perniagaanmu, daya
dan kekuatanmu, pendengar dan penglihatanmu kau pertuhankan. Pendapatmu yang
menyatakan dlar (sengsara) dan naf (manfaat) pemberi dan cegah yang datang dari
makhluk kau pertuhankan. Mayoritas manusia bergantung pada hal ini sepenuh
hati, hanya pada bagian lahiri mereka bergantung kadpa Al-Haq. Telah menjadi tradisi mereka berdzikir kepada Allah
dengan mulut tanpa ditekan oleh hati. Bila nyata mereka nampak seperti
itu mereka gusar dan berkata : “bagaimana ucapan kami sedemikian disebut patuh
(muslim).” Nanti akan nampak aib dan terlahir kecintaan.
Perkuatlah ucapanmu ketika berucap “Laa ilaaha” sebagai
penafi (peniada) segala keberadaan ini, dan “Illallah” sebagai ketetapan
melingkup untuk Dia semata, jadi bukan selain Dia. Dalam situasi apa pun di
mana hatimu berpendirian kuat terhadap sesuatu – selain Allah – maka ini
terrmasuk kedustaan atas penetapan ucapanmu, dan jadilah Tuhanmu yang engkau
perkuat dengan keyakinan kendati tanpa disertai ekspresi tingkah lahiri. Manakala
engkau berucap “Laa ilaaha illallah” maka ucapan di permukaan kata bersumber
dari lubuk hati, baru disertai lisan sebagai penandas. Serta gantungkan secara
kuat kepada-Nya – bukan selain Dia. Persibuk lahirmu dengan perbagai hukum dan
batinimu dengan Allah. Tinggalkan kebaikan dan jelek atas lahirimu, juga
persibuklah batinimu bersama Dia – pencipta kebaikan dan buruk. Siapa mengenal
Dia tentu ia berendah kepada-Nya dan menjaga segala lisan di hadapan-Nya.
Sehingga berlipatlah himah yang ia miliki, sedih dan tangisnya bertambah, rasa
malu dan sesal atas tindakan-tindakan terdahulu – berupa kesia-siannya –
bertambah, juga takutnya bertambah kuat dan bertambah pula ma’rifat dan
ilmunya. Karena itu firmankan :
“Sesungguhnya Tuhanmu kuasa
melaksanakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Qs. XI:107).
Juga firman-Nya :
“Dia tidak ditanya terhadap
sesuatu yang diperbuat, dan merekalah yang akan ditanyai.”
Berulang kali di hadapan mata sampai yang terdahulu tetap
berupa kesia-siaan kejahilan dan duka citanya, maka mencari dari kemaluan
(malu) dan takut dari pencabutan orang dan menatap ke arah mendatang.
Apakah diterima atau bahkan ditolak, apakah terebut apa
didberikan, atau malah hampa baginya; apakah di hari kiamat ia termasuk teman
orang-orang beriman atau kafir. Karena itu sebelumnya Nabi saw. bersabda :
“Aku adalah orang yang lebih
mengerti Allah daripada kamu dan aku pula yang lebih takut kepada-Nya daripada
kamu.”
Di antara sebagian orang yang arif dalam kepelikan dan
keganjilan; siapa datang apdanya kecuali orang yang mampu membaca diri tentang
sesuatu yang melintasinya, itu pun disertai ilmu. Rahasia yang dimiliki jelas
terbaca di Lauh Makhfudz, kemudian terbit dalam hati. Kendati tetap diperintah
untuk merahasiakan hal itu, dan tidak diperkenankan menampakkan melalui nafsu
kendati dengan alasan misi Islam semata. Bahkan menurutnya antara emas dan debu
tidak berbeda, termasuk puji dan cela, pemberian dan penolakan, surga dan
neraka, nikmat dan sakit, kaya dan fakir, keberadaan makhluk dan sirnanya. Bila
demikian telah sempurna maka keberadaan Allah selalu tumbuh menjadi landasan
aktivitasnya. Dari Allah kemudian datang penguasa dan kekuasaan terhadap
makhluk. Setiap orang yang melihat tentu mengambil manfaat kepadanya – semata
karena keperkasaan Allah dan Nur-Nya yang terpakaian padanya.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia
dan kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 16.
Selasa sore tanggal 11 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Hasan al-Basri pernah berkata : rendahkan dunia karena
dunia, demi Allah, tidak baik ia kecuali setelah dihinakan.” Wahai sahaya
beramal dengan Al-Qur’an itu memperhentikanmu dari persemayaman-Nya, dan
beramal dengan sunnah itu memperhentikanmu di persemayaman Rasulullah Muhammad
saw. Engkau jangan henti-hentinya mengamalkan Al-Qur’an, setiap hari dan cita.
Ia sebagai pengharum dan sumber peresapan kaum tasawuf. Karena rahasia mereka
dan penghiasnya pada Al-Qur’an. Ia juga sebagai pembuka pintu pendekat. Ia
pendampar, ia penyambung di antara hati rahasia dan antara Tuhannya. Kala
engkau melangkah menujunya niscaya keceriaanmu bertambah.
Orang bodoh itu menanti kepastian lalu mencabutnya,
sedang orang berilmu mengiringinya dan rela atas kepastiannya. Wahai orang
miskin, engkau jangan menanti kepastian dan bersedih karenanya, sebab itu bisa
membinasakanmu. Orang yang berbalut tekad adalah orang yang menerima kehendak
Allah dan mengeluarkan hati (membebaskan hati) dari makhluk, lalu menuju Tuhan.
Perjumpaanmu sepenuh hati, sirr dan hati keclmu, bila engkau bertahan tentu
engkau mengikuti Allah, Easul-Nya dan orang-orang shalih. Jika engkau mampu
membantu orang-orang shalih lakukanlah, karena mereka labeih baik darimu; di
dunia atau di akhirat.
Seandainya engkau dapat menguasai dunia seluruhnya,
sedang hatimu tetap tidak seperti hati mereka, tentu engkau tidak memiliki
mutiara. Setiap orang yang berhati baik kepada Allah dan ia dikitari dunia dan
akhirat, tentu bila menghukum orang awam dan khowas (orang-orang pintar) dengan
ketentun hukum Allah.
Mana mungkin engkau bertali dengan mereka. Kamu, setiap
citamu tidak lain hanya tertuju makanan, minuman, pakaian, kawin dan segala
isian dunia, bahkan engkau juga rakus padanya. Bekerja yang seata-mata didasari
perkara dunia bisa membawa kebatilan dalam perkara akhirat. Nabi saw.
menjelaskan :
“Seungguhnya Allah mempunyai dua orang
malaikat yang saban hari pagi dan sore selalu mengumandangkan panggilan : wahai
bani Adam bersiap-siaplah untuk mati, bangkitlah untuk binasa dan berkumpullah
untuk bermusuhan.”
Orang beriman tentu berniat baik dalam segala
tindakannya. Ia tidak beramal di dunia ini tetapi justru membangun dunia untuk
akhirat. Ia meramaikan masjid-masjid, madrasah-madrasah, pondok-pondok dan
menuntun jalan kaum muslimin. Jika membangun tanpa tujuan ini, maka untuk
keluarga, orang miskin, orang fakir dan tidak lebih dari itu. Ia mengerjakan
ini hingga terbangun megah, baginya akhirat sebagai penggantinya. Jadi ia tidak
membangun semua itu karena mengikuti tradisi berlaku, hawa dan nafsu. Jika anak
Adam telah bersih seperti ini niscaya ia bisa menerapkan diri selalu bersama
Allah dan hidup bersama Dia. Hatinya tetap berpagut dengan para Nabi dan Rasul.
Terimalah apa saja yang datang darinya, baik dalam bentuk kata atau perbuatan,
iman dan yakin. Maka tidak bisa tidak dunia dan akhirat berpagut dengan mereka.
Orang yang berdzikir – Allah – memulia hidup dengan
peralihan dari satu kehidupan menuju kehidupan lain, tiada kata mati baginya
kecuali sesaat. Bila dzikir telah bertempat dalam
hati, dzikir yang demikian itu bisa langgeng (daam) kendati ia tidak berdzikir
melalui lisan. Selagi hamba mempunyai dzikir yang daam (langgeng) maka
kekal pula kesunyian bersama Dia, dan keridaannya bersama perbuatan-Nya. Bila
tidak serasi dengan Al-Haq, dalam pengembalian diri di musim panas, kecuali
musim panas itu tidak memanasi kita. Dan jika tidak serasi dengannya dalam
musim dingin kecuali kita tersejuki oleh musim dingin. Keserasian keduanya itu
mendatangkan siksa. Nah, demikian lukisan keserasian antara bala’ dan afat yang
mendatangkan kesedihan, kesempitan, dan kesulitan, hati bosan, keluh kesah saat
datangnya. Alangkah mengagumkan ketentuan atas manusia, dan alangkah indah
keadaan mereka. Setiap apa yang datag pada mereka – dari Allah – menjadi
penyembuh. Mereka di penglihatan orang banyak seperti Ashabul Kahfi di dalam
gua mereka, sebagaimana dikatakan dalam porsi kebenaran mereka.
“(Sedang mereka dalam keadaan tidur) Kami
balikkan mereka ke sebelah kanan dan sebelah kiri ......... (Qs.XVIII :18).
Mereka itu orang yang lebih berakal, mereka sama
memikirkan apa pun yang datang dari Tuhan – dalam segala keadaannya – demikian
cita mereka.
Celaka, engkau berbuat mengikuti perbuatan ahli neraka
mengharap surga. Atas perbuatan ini sesungguhnya engkau telah rakus yang tidak pada tempatnya. Engkau
jangan terperdeaya oleh ketelanjangan dunia yang engkau sangka terjadi atasmu.
Dalam waktu dekat hal itu niscaya akan ercabut darimu. Allah akan menelanjangi
kehidupanmu hingga engkau tunduk.
Apa engkau kira dunia untukmu dan engkau beramal di sana
menurut kemauanmu. Sama halnya afiat pun akan tertelanjangi darimu, kaya, aman,
mulia dan segala yang ada padamu yang berupa nkmat juga tertelanjangi. Engkau
jangan lari dari ketelanjangan itu, kendati selangkah. Karena bagaimanapun juga
engkau mencarinya dan meminta darinya. Dus, segala sesuatu berupa nikmat yang
kamu miliki hanyalah dari Allah. Maka mintalah pertolongan melalui perbuatan
itu atas dasar taat.
Ada Ulama berkata : “bersegeralah menuju Allah melalui makhluk
dan jangan berseimbang dengan mereka untuk Allah.” Tercerailah orang yang
menceraikan-Nya dan terbesarilah orang yang berbesar.
Belajarlah untuk perimbangan dengan Allah melalui
hamba-Nya yang shalih yang sama berimbang (muwafaq) bersama Dia.
WACANA 17.
Jum’at tanggal 14 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Engkau jangan bercita terhadap makhluk dengan dzikirmu,
karena pencariannya kepadamu lebih berat daripada pencarianmu kepada-Nya. Bila
engkau berhasil peroleh rizki hari ini, maka tinggalkan cita dengan pendapatan
rizki di esok hari; seperti engkau tinggalkan hari kemarin dan pagi mendatang;
tidak engkau ketahui, apakah ia membawa hasil bagimu atau tidak merepotkan
dirimu dalam keseharianmu. Seandainya engkau mengenal Allah tentu engkau tidak
terepotkan oleh pencarian rizki. Karena orang yang mengenal Allah segala
lisannya berpagut dengan Dia.
Orang arif tak henti-hentinya menjaga lisan di hadapan
Allah, sampai mengembalikan kedudukannya pada kebaikan makhluk. Kala
menyampaikan kepada mereka terangkatlah mahkota dari lisannya hingga jadi
fasih. Nabi Musa a.s. ketika masih jadi pengembala domba lisannya gagap, gopoh,
tidak terang, tapi setelah Allah menghendaki kebaikan lalu dikuasakan cita
kepadanya. Dalam Firman dikatakan :
“”Dan bukalah buhul (kelu)
dari lidahku, sehingga mereka memahami bicaraku.” (Qs.XX:27:28).
Musa berkata : Ketika aku berada di tempat penggembalaan
domba, aku tidak menghiraukan hal ini. Dan sekarang telah datang kesibukan atasku bersama manusia untuk bicara
kepada mereka. Yang aku maksud adalah mahkota emas yang meluncur dari lisanku,
maka berangkatlah akidah dari lisannya. Saat itu Musa mampu bicara sembilan
bahasa dengan fasih lagi bisa dipahami – menurut ukuran apa yang dibicarakan –
selain itu Musa masih punya bahasa asli yang dibawa sejak kecil (bahasa cdal).
Yaitu, kala ia masih kecil hendak bicara di hadapan Fir’aun dan Aisyiah, lalu
Allah menyuapkan bara ke dalam mulutnya.
Wahai sahaya, kuliht engkau amat sedikit berma’rifat
kepada Allah, Easul-Nya dan sedikit mengenal para Wali-Nya, para pengganti
Nabi, pra khalifah – perihal tingkah lakunya (hukuq). Engkau sunyi dari
kebenaran. Engkau laksana sangkar tanpa burung, laksana rumah setelah roboh,
laksana pohon yang kering dan berguguran daunnya. Hai manusia itu bisa hidup
jika disertai Islam, kemudian diperkuat dengan hakikat, yaitu kepatuhan secara
total – serahkan segala punyamu kepada Allah, terapkan kepatuhan dalam jiwamu,
yang lain keluarkan darimu dan hatimu dan dari semua makhluk, lalu berhenti di
hadapan Dia penuh telanjang (dari makhluk). Pabila Allah menghendaki tentu Dia
memberi busana untukmu dan menghadapkan kepada makhluk melaksanakan
perintah-Nya, seraya mendapat kerelaan Rasulullah saw. Kemudian tetapilah
sambil menanti perintah yang dikehendaki-Nya – yaitu menetapi hukum-hukum yang
berlaku. Setiap orang yang bertajrid selain untuk Allah dan berhenti di
hadapan-Nya sepenuh hati dan rahasia, maka sungguh ia tuangkan dari lisan suatu
kata sebagaimana yang dikatakan Musa a.s. :
“Dan aku lebih dahulu kepada
Engkau, wahai Tuhanku! Supaya Engkau rihda.”
(Qs. XX:84).
Singkri dunia, akhirat dan semua makhluk, pemutus
persahabatan dan kosongkan keberadaan tuhan-tuhan; aku datang kepadamu segera,
agar aku dapat kerelaan dan maghfirah.
Wahai orang debil, apa yang engkau punya untuk ini?
Engkau hamba nafsu dunia dan keinginanmu, engkau hamba makhluk pemusyrik
mereka, kamu engkau lihat mereka pemegang dlar dan naf. Di lain pihak terhadap
sorga engkau berharap bisa memasukinya. Sedang neraka engkau takut memasukinya.
Di mana engkau, dirimu terliputi kegundahan hati dan sedikit memperhatikan
sesuatu.
Wahai sahay engkau jangan gelisah atas ketaatanmu apalagi
sampai menaruh rasa kagum padanya. Pintalah Allah demi keterimaannya, takutlah
jika sampai engkau tergeser pada yang lain. Mana sesuatu yang menjamin
keamananmu yang dikatakan agar mentaatimu; jadilah maksiat, untuk kejernihan
jadilah keruh. Siapa mengenal Allah tentu ia tidak akan berhenti bersama
sesuatu dan tidak gelisah terhadap sesuatu. Tidakkah engkau bisa damai (aman)
sampai dunia keluar darimu lalu mencari keselamatan agama serta memelihara apa
yang ada di antaranya dan Allah.
Wahai manusia jagalah amal serta kebersihannya dengan
hati ikhlas yang sempurna adalah menandaskan sesuatu semata untuk Allah. Adapun
Ma’rifat (mengenal) Allah itu landasan pokok. Aku tidak melihat mayoritas
manusia kecuali pendusta dalam bicara dan perbuatan, baik secara terang atau
tersembunyi. Mengapa engkau tidak punya ketetapan kata serta perbuatan, juga
perbuatan ikhlas tanpa tauchid. Segala sesuatu yang bermanfaat bagimu – yang
engkau lakukan – dapat menerimamu dan diridloi Allah. Dalam waktu dekat engkau
dapat membuka pinjamanmu di hadapan timbangan dan api yang membara. Dikaakan
“inilah yang putih, inilah yang hitam, ini yang palsu” semua itu akan dibongkar
secara teratur, di hari kiamat. Untuk semua amalmu dikatakan – yang telah
dinafkahkan : “Setiap amal selain untuk Allah batal
(sia-sia).
Beramallah, bercintalah, bertemanlah dan bercarilah
kepada orang.
“Tiada sesuatu pun serupa dengan Dia, dan Dia
Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. XLII : 11).
Jauhlah keadaan ini lalu konsis. Jauhkan semua ini
dari-Nya selagi sesuatu itu tidak bisa dikompromikan dengan Dia, dan
berkonsislah kepada Dia dengan sesuatu yang bisa dikompromikan dengan-Nya.
Yaitu sesuatu yang diridloi dan diridloi oleh Rasul-Nya saw. Bila engkau
laksanakan ini tentu lenyap rasa penyerupa atau keingkaran terhadap Tuhan;
lepas dari hatimu.
Jalinlah persahabatan bersama Allah, Rasul-Nya,
orang-orang shalih penuh rasa hormat. Bila engkau kehendaki keberuntungan, maka
seseorang pun jangan mengharapkan kecuali dengan sopan, jika tidak demikian,
maka engkau jangan datangi keutamaan yang telah engkau buang, dan tinggalkan
keutamaan saat ini dan yang engkau baa ke mari. Jarang semua itu ada pada
seseorang pemulya lagi beradab baik, yang datang dari akal serta kefahamanmu.
Pemasuk itu tentu mengetahui apa yang dimasuki. Tukang roti tentu memahami rasa
rotinya, desainer tentu memahami desainnya. Dunia sungguh membutakan hatimu,
lalu apa yang bisa kamu lihat melalui hati. Takutilah dunia, ia hanya menjadi
tempatmu sesaat yang menatihmu dan pada akhirnya akan menggorokmu. Karena itu
takutlah.
Wahai pelayan, tiada untuk bagimu kendati engkau
senang. Dan engkau, wahai pemohon cinta
Allah, engkau tiada ‘kan peroleh maksud itu jika engkau masih menaruh cinta
Akhirat atau cinta sesuatu selain Dia. Orang yang mengenal Allah Allah itu
cintanya tidak tertambat masalah ini, tidak pula terikat sesuatu selain Allah.
Bila cinta telah sempurna karena Allah semata, dan nyata dunia yang diberikan
untuknya situ selalu mencukupi dan ia telah sampai ke akhirat, maka segala yang
tertinggal di belakangnya akan terlihat olehnya di pintu Allah. Ia
mendahuluinya sampai ke sana, karena hal itu ia tinggalkannya karena Allah.
Tidak berbeda para Wali-nya diberi sesuatu menurut pembagian yang berlaku untuk
mereka. Tetapi tentang kelepasan hal itu, tuah hati pada batini dan tuah nafsu
terletak pada lahiri. Sesungguhnya keuntungan hati tidak bisa di dapat keculai
setelah ada pembatas nafsu. Bila engkau sanggup mencegah tentu pintu
keberuntungan terbuka untukmu. Sehingga bila hati berkarya keberuntungan segera
datang dari Allah. Maka rakhmat datang pada jiwa. Untuk hamba seperti ini
dikatakan : Engkau jangan bunuh jiwamu, ia akan mendatanginya saat terjadi
keberuntungan, maka ia pun memperoleh itu sedang ia tetap tenteram.
Tinggalkan orang yang membencimu di dunia, dan carilah
orang yang menjauh darinya. Warna tentu bisa memenuhi selera warna itu sendiri.
Keduanya saling berinteraksi. Manusia menyinta kepada orang yang mencintai
sampai ia menemukan cinta itu berada di sampingnya. Orang-orang mencintai
Allah, tentu dicintai-Nya, karena ia menaruh cintanya untuk Dia. Maka Dia
mencentai mereka, menguasakan mereka dan menguatkan mereka di atas cinta orang
lain. Mereka bertolong atas dasar seruan yang benar (Dakwah Al-Haq). Mereka
menyeru untuk beriman, bertauhid dan berikhlas dalam beramal. Mereka memungut
dengan tangan sendiri serta menyesuaikan diri di jalan Allah. Barang siapa
melayani Dia tentu dilayani, siapa berbuat baik tentu disenangi, dan barang
siapa memberi tentu diberi. Tapi jika engkau niat beramal untuk neraka tentu
api akan menyambut kehadiranmu esok hari.
Amal yang engkau usahakan, menjadi milikmu sendiri.
Engkau beramal menurut amalan ahli neraka, sedang engkau mengharap surga dari
Allah. Bagaimana engkau bertamani (Mengaharpharap datangnya sesuatu yang tidak
akan bisa diperoleh) Surga padahal engkau tidak melandasi amalanmu menurut
ketentuan penduduk surga. Alangkah banyak manusia beramal dengan hati tanpa
disertai organ tubuh. Cukuplah’ amal tanpa diserta
tekanan hati manabisa disebut amal. Orang ikhlas itu beramal dengan
dilandasi hati sebelum organ tubuh. Orang beriman itulah sebenarnya hakekat
otang hidup, adapun orang munafiq itu hakekatnya orang mati. Orang beriman
beramal semata karena Allah. Sedang orang munafiq beramal hanya karena manusia
di samping untuk mencari puji dan hadiah. Orang beriman beramal meliputi lahiri
dan batininya. Baik ketika sunyi atau dalam keramaian. Sedang orang munafiq
sudah merasa cukup bila beramal dalam keramaian. Karenanya tiada keseuaian
untuknya dari Allah. Ia juga tidak beriman kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya,
ia tidak ambil peduli mahsyar atau hisab. Islamnya tentu hanya berupa Islam
akuan atau karena harta, tentu ia tidak beriman akhirat. Tiada yang pantas bagi
mereka selain siksa neraka.
Wahai Allah kami mohon perlindungan darimu dari segala
masalah ini, kami mohon agar bisa melaksanakan ikhlas di dunia dan bersih di
akhirat. Aamiin.
Wahai sahaya, perihara-lah ikhlas dalam beramal. Luruskan
padangan dan perhatikan amalmu; jika engkau mencari pengganti makhluk. Beramal-lah karena Allah – jangan karena nikmatnya.
Jadilah seperti orang yang mencari ridha-Nya semata. Carilah ridha-Nya sampai
Dia memberimu. Apa bila Dia memberimu berarti surga dunia dan akhirat engkau
dapat. Di dunia bisa dekat dengan-Nya, di akhirat bisa melihat-Nya dan
memperoleh balasan sebagaimana Dia janjikan.
Wahai sahaya, serahkan jiwa hartamu pada kuasa dan
kehendak Dia, serahkan jualan kepada pembeli; niscaya hari esok engkau diberi
penghargaan.
Wahai sahaya, serahkan jiwamu kepada Dia, katakan, bahwa
segala isi jiwa, harta sorga hanya untuk-Mu dan segala selain-Mu untuk-Mu
semata, kami tiada berkehendak sesuatu selain-Mu. Tetangga
sebelum rumah dan teman sebelum berjalanan. Wahai orang yang berkehendak
surga, kejelekan dan keburukannya, hari ini, bukan besok, hari ini lebih banyak
parit untukmu dan air yang mengalir di sana, bukan esok.
Wahai sahaya, kiamat itu mampu menggoncangkan hati dan
pandangan. Yaitu suatu hari di mana di dalamnya diturunkan ketegaran diri,
setiap orang berdiri di atas pijakan iman dan ketegarannya, konsttansi diri
hanya bisa terjadi menurut ukuran iman. Di hari itu :
“ ............. pada hari oarng-orang bersalah menggigit
tangannya.” (Qs. XXV :27).
Ya, para aniaya dan perusak sama menggigit tangannya.
Bagaimana jadi perusak – bukan pembangun?
Wahai sahaya, engkau jangan risau dengan amal, karena
amal itu terletak pada akhir kehidupan. Periharalah, biasakan untuk tetap
memohon kepada Allah agar memperindah akhir kehidupan dan mencabut nyawamu saat
melaksanakan amal yang dicintai-Nya. Engkau jangan berkawan dengan nafsu, hawa,
tabiat dan jangan membelakangi Tuhan, karena hal itu termasuk maksiat, jika
engkau menentang Tuhan tentu engkau akan terhinakan dan tidak tertolong.
Wahai Allah tolonglah kami dengan usaha tunduk kepada-u
dan jangan hinakan kami dengan laku maksiat kepada-Mu.
Berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup
di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
WACANA 18.
Ahad pagi tanggal 16 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di
Pondok, ia bertutur :
Allah telah memberikan untukmu berupa dua perlawananan;
lahiri dan batini.
Adapun batini usaha untuk memerangi nafsu,
hawa, tabiat, setan, bertaubat dari maksiat; tetap memuliakan-Nya dan
meninggalkan syahwat yang diharamkan.
Sedang yang berbentuk lahiri yaitu : usaha
untuk memerangi orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, menahan
kekuatan senjata mereka; baik berbentuk pedang, panah dan tombak untuk membunuh
mereka, karena jika engkau biarkan mereka pasti akan membunuhmu.
Dari dua bentuk jihad tersebut, jihad batini ternyata
menempati posisi yang lebihberat daripada yang berbentuk lahiri. Karena
hakekatnya ia sebagai penahan nafsu keharama, perobahannya dan menetapi
perintah-perintah syara’ serat mencegah larangan-Nya. Maka barang siapa
menetapi perintah Allah dalam kedua jihad itu niscaya ia peroleh keutamaan
dunia dan akhirat. Luka yang ada pada tubuh orang yang mati syahid itu laksana
bercantuk darah dalam tanganmu, itu tidak sakit, dan mati dalam kebenaran jihad
untuk dirinya itu menjadi penebus dosa laksana di dahaga meneguk air dingin.
Wahai manusia, imanilah Al-Qur’an, beramal-lah menurut
ketentuannya, ikhlaslah dalam beramal. Engkau jangan mempertonjolkan amal,
jangan munafik atas amalmu, jangan cari puji dan makhluk atau pengganti dari
mereka. Karena itu, sedikit amat orang yang ikhlas, dan berapa banyak orang
munafiq. Alangkah malas engkau tuntuk kepada Allah, tetapi konstan tunduk di
bawah musuh-Nya dan musuhmu “setan terlaknat”. Orang itu suka berharap agar
tidak lepas dari beban yang diberikan oleh Allah. Sungguh perlu engkau mengerti
bahwa, sabar atas beban, qodlo dan qodar itu amat lebih baik dibanding isi
dunia dan akhirat yang diserahkan kepadamu untuk bertasawuf. Sesaat bersabar,
sesaat bersyukur, sesaat dekat sesaat jauh, sesaat kaya sesaat fakir, sesaat
sehat sesaat sakit, setiap amniah mereka itu menjaga mereka bersama Allah.
Demikian suatu hal terpenting bagi mereka.
Wahai sahaya,
jadilah orang benar, tentu engkau baik, jadilah pembenar dalam hukum
tentu engkau baik dalam keilmuan. Jadilah kebenaran dalam sirr (rahasia) tentu
engkau benar dalam kenyataan. Setiap selamat yang ada dalam ketundukan kepda
Allah, yaitu sebagai perwujudan dari pelaksanaan segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya dan sabar atas keputusan-Nya. Barang siapa menuruti Allah
niscaya Dia mengabulkan pintanya, dan siapa tunduk kepada Allah, niscaya orang
akan tunduk kepadanya.
Wahai manusia kemarilah karena aku membawa nasihat
bagimu. Aku pemihak diriku dan kamu meliputi segala apa pun yang diriku ada di
sana. Aku berpihak Dia. Apakah engkau hendak bebas dari kehendak Allah
sebagaimana yang berrlaku padaku dan kamu. Janganlah menuntut aku, karena aku
butuh kamu seperti engkau buruh diriku. Nabi saw. bersabda :
“Tidak terbilang sempurna
iman seseorang beriman sehingga ia memenuhi kehendak saudaranya muslim seperti
ia memenuhi kehendaknya sendiri.”
Nah, demikian realisasi kata pemimpin kita dan pembersar
kita, pendahulu para Nabi dan Rassul serta orang-orang benar sejak Adam sampai
kiamat. Sungguh ternafikan kesempurnaan iman bagi orang yang tidak memenuhi
pangilan saudaranya muslim seperti ia memenuhi kehendak sendiri. Jika engkau
cintai dirimu sendiri tentu engkau pilihkan sebaik-baik makanan, sebagus-bagus
pakaian, seindah-indah kediaman, secantik-cantik paras dan sebanyak-banyak
harta untukmu sendiri. Tetapi cintamu
kepada saudaramu yang muslim kebalikan semua itu. Maka betapa engkau
mendustai akan pengakuan beriman sempurna. Wahai orang yang jarang berkhayal,
ini menjadi bagian tetangga muslim, dan engkau sendiri termasuk keluarga
muslim. Engkau punya harta, maka wajib zakat untuknya, bukankah saban hari
engkau peroleh untung yang berlimpah. Juga engkau punya kemampuan yang
bertambah melebihi jatah kemampuan yang engkau butuhkan. Tapi mengapa engkau
tidak memberikan untuk mereka. Padahal mereka rela memikul kefakiran. Namun
bilaman nafsumu, hawa, setan pengendali dirimu tetap membelenggu jangan harap
engkau bisa lolos dangan mudah demi mendahulukan perbuatan bajik. Rupanya
engkau pemuja dirimu sendiri, harta, makhluk sekitarmu dan sesuatu yang engkau
miliki. Siapa berbesar cinta dunia atau lebih kuat sifat loba dunia, tetapi
lupa mati dan perjumpaan dengan Allah, tidak butuh memisahkan antara halal dan
haram, sungguh ia disamakan dengan orang-orang kafir; sebagaimana ucapan mereka
:
“Kehidupan ini tiada lain
hanyalah kehidupan dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang
membinasakan kita selain masa.” (Qs. XLV :24).
Tampaknya engkau seperti bagian mereka, bedanya engkau
mengaku Islam dn darahmu terjamin oleh dua kalimat syahadat, dan mensejajarkan
diri bersama kamu muslimin dalam shalat dan puasa, sebagaimana tradisi
kebajikan mereka.
Engkau tampakkan dirimu kepada manusia seakan bertaqwa
sedang hatimu cenderung jahat. Hal itu sama sekali tidak berguna bagimu.
Wahai manusia, mana saja sesuatu yang bermanfaat bagimu;
lapar dan dahaga di siag hari, tapi di malamnya engkau buka dengan makanan
haram. Tampak engkau puasa di siang hari, tapi bermaksiat di malamnya. Wahai
pemakan haram, engkau tahan dirimu minum di siang hari tapi engkau sama buka
dengan darah kaum muslimin. Tak jarang di antaramu berpuasa tetapi berlaku
fasiq di malam hari. Nabi bersabda :
“Tidak akan terhinakan umatku
atas sesuatu yang mereka agungkan di bulan puasa.”
Pengagungannya adalah dengan laku taqwa di bulan itu, dan
puasanya semata karena Allah, serta giat memelihara hukum-hukum syariat-Nya.
Wahai sahaya puasalah, bila tiba saat berbuka berikan
sesuatu yang engkau gunakan berbuka kepada orang fakir. Engkau jangan makan
sendiri. Siapa makan sendirian tidak mau mendermakan yang sebagian kepada yang
membutuhkan berarti ia takut jika fakir.
Wahai manusia engkau berkenyang diri sedang tetanggamu
lapar. Engkau mengaku mukmin, tapi imanmu tidak bersih. Engkau banyak kuasai
beraneka makanan sampai engkau dan keluargamu jadi terpandang. Namun ketika ada
pengemis berdiri di depan pintumu engkau usir secara kasar. Dalam waktu dekat
engkau akan ketahui beritamu, dan tak lama lagi engka akan berlaku seperti itu,
kemudian engkau juga ditolak seperti engkau menolak pengemis itu.
Engkau jangan berdiri seperti itu, mengmbil apa yang ada
di hadapanmu dan membiarkannya terkumpul di antara dua keadaan. Tawadlu’ itu
seharusnya engkau jadikan tempat berpijak, dan memberi itu seharusnya asli dari
hartamu. Nabi kita mUhammad saw. itu selalu memberi peminta dengan tangannya
sendiri, memerah sendiri susu kambingnya dan menjahir bajunya sendiri. Barang
siapa mengaku pengikut setia beliau, sedang engkau jauh berbeda dengannya; baik
kata atau tindakan. Demikian ucapan untukmu jika engkau datang sambil membawa
syariat Islam – jika tidak jangan mengaku “aku orang Islam”. Peliharalah
ketentuan-ketentuan dan hak-hak Islam; yaitu penyerahan diri totalitas di
hadapan Allah.
Jalinan belas kasih antar sesama manusia sehingga engkau
dikasihani para penduduk langit. Dikatakan selagi engkau masih berdiri
bersama nafsu tidak akan sampai ke maqam
ini. Selagi engkau masih menjalin bahagian darinya berarti engkau masih berada
dalam batasan-nya; yaitu menjaga kehendak dan mencegah keberuntungannya, dengan
cara menjalin kebenaran menurut kelestariannya, dan menjalin hubungan dengannya
agar tidak terjadi kerusakan. Adapun haknya adalah sesuatu yang harus
terealisir, berupa makanan, pakain, minuman dan tempat tinggal, kelezatan dan
syahwat. Maka cabutlah haknya sebagaimana ditentukan syara’. Setiap pembagian
yang menjurus pada kemampuan untuk menggali ilmu Allah; maka pemberian yang
demikian itu tidak haram. Duduklah pada pintu syara’, biasakan melayaninya
niscaya engaku berruntung. Engkau dengan firman Allah “
“Dan apa yang diberikan oleh
Rasul kepadamu, hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu
hentikan.” (Qs.LIX :7).
Hasan Al-Basri berkta : “Cukup bagi orang mukmin atas
sesuatu yang mencukupi, kambing betina, tamar busuk dan seteguk air.”
Wahai Allah perbaguslah kami dengan tahid dan
terbitkanlah kami dengan fana’ dari makhluk dan apa pun selain yang berjumlah
(Allah).
Wahai Tuha kami, berilah kami kehidupan yang baik di
dunia dan kehididupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa
neraka.
WACANA 19.
Selasa sore 18 Dzulqoidah tahun 545 Hijriyah di Madrasah,
ia bertutur :
Dmi Al-Haq, seandainya dia tidak ciptakan surga dan
neraka tentu aku tetap mengharap dan takut Dia.
Tunduklah kepada-Nya untuk mencari ridla-Nya. Jagalah
sesuatu yang diberikan dan yang menyebabkan sika. Taat kepada Allah adalah
melaksanakan segala perintah dan menghentikan apa yang dilarang serta bersabar
atas keputusan-Nya. Taubatlah, menagislah dan hadapan-Nya, rendahkan dirimu
dengan derai air mata sepenuh hati. Tangis dirimu penuh cinta dunia dan
akhirat, jadikan cinta-Nya sesuatu hal terpenting bagimu – itu harus engkau
terapkan atas dirimu – karena ia membawa manfaat bagimu.
Wahai manusia dirimu mengaku Tuhan, berita apa yang
engkau terima sampai engkau berbesar diri kepada Allah. Selain itu engkau juga
berkehendak selain yang dikehendaki, bahkan engkau cinta musuh-musuh-Nya; setan
terkutuk>” Jika putusan Dia telah tiba engkau bertolak tidak sabar, bahkan
engkau lari dan mencabut apa yang menjadi kehendak-Nya; berupa penyerahan diri
secara total. Sungguh demikian ini tidak membawa manfaat bagimu.
Wahai sahaya, tradisikan takut dan beragam sampai engkau
sanggup menjumpai Tuhanmu. Meneguhkan pijakan hati di hadapan-Nya. Bubuhkan
tanda keserahan dalam tanganmu, karena hal itu lebih seyogya bagi penyerahan
dirimu. Bila engkau merasa terlindungi maka teguhkan kepada-Nya. Karena bila
sesuatu telah dianugrahkan itu tidak akan terulang kembali di sana. Allah, bila
memilih seorang hamba jadi baik niscaya ia perdekat dengan-Nya. Ketika ia
sedang terselimuti rasa takut sesutu disampaikan untuknya – sesuatu yang tidak
bisa lenyap, bahkan hati, rahasianya jadi tenteram. Maka jadilah hal itu ada di
antaranya dan Dia.
Celaka, wahai si bodoh, engkau berpaling dari Allah dan
mengosongkan diri di balik hatimu, tetapi sibuk melayani sesama makhluk. Orang
yang giat melayani Tuhan hatinya dengan Dia. Ia mencoba untuk mengenalnya, maka
ia pun mengenalnya, juga ia mengetahui siapa-siapa yang mengenal Dia. Jika
orang mengenal Tuhan, berhasil menumbangkan nafsu, tabiat, setan dan suci dan
bersih dari dunia, maka baginya dibukakan pintu pendekat dengan-Nya; untuk
mencari kesibukan amalanyang dikerjakan untuk Dia semata. Baginya dikatakan,
kembalilah di belakangmu, dibukakan untuk membantu makhluk dan tunjukan mereka
kepada kami. Bantulah para pencari Kami dan murid yang menuju kepada kami.
Tautkan antara cahaya dengan gulita sampai lekat dengan jiwa. Karena ia
merusakmu. Kebanyakan manusia cenderung mendahulukan isteri-isteri atau
anak-anaknya daripada mendahulukan ridla Allah. Sesungguhnya aku melihat gerak menuju kedamaian; setiap
tujuanmu, isterimu dan anakmu dan apa pun yang datang dari Tuhan itu hanya fatamorgana.
Orang sempurna dalam kemanusiaannya adalah mereka yang
berusaha beramal tidak untuk apa pun kecuali Allah. Sungguh telah buta mata hatimu,
dan keruh kejernihan rahasiamu. Rupanya engkau tertutup dari Tuhan, sehingga
apa yang engkau miliki hanya klise. Karena sebagian Arifin berkata : “celaka
amat bagi orang-orang tertutup, yaitu orang yang tidak beramal, karena
sesungguhnya mereka telah tertutup.
Sadarilah dalam usia mudamu di hadapan cermin yang retak,
sedang engkau masih makan makanan haram tanpa engkau sadari, yang demikian
karerna kebusukan yang menyelimutimu serta pengolahan nafsu sahwat dan
ketinggian sifat lobamu teramat kuat. Tidak lama lagi tradisi burukmu terntu
terputus, hancurlah! Sayang, setiap coba untukmu hanya menjauhkan dirimu dari
Tuhan, justru memperdekatmu kepada yang lain. Firman Allah :
Sesungguhnya hal yang demikian itu menjadi
pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati, atau mempergunakan pendengarannya
dengan hati-hati.” (Qs. L:37).
Perputaran
pikir itu menuju hati dan perputaran hati itu menuju rahasia dan perputaran
sirr (rahasia) itu menuju fana.” Dan perputaran fana’ menuju wujud.
Adam a.s. dn para Nabi bagi mereka tetap mempunyai syahwat atau kesenangan, hanya amereka mampu
mengimbangi nafsu dan mencari ridla Allah. Adam a.s pernah alap terhadap satu
syahwat yaitu kala masih berdomisili di surga, lalu ia diturunkan ke satu
tempat, kemudian ia bertaubat dan tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Kendati
syahwat Adam a.s. itu terpuji, karena ia mencari agar tidak jauh dari Allah.
Dan para Nabi-Nya tidak pernah berhenti menyaingi nafsu tabi’at dan syahwat,
sampai mereka bisa menyamai Malaikat menurut sudut keberadaannya. Disebabkan
banyaknya bermujahadah dan penderitaan jiwa. Para Nabi Rasul dan para wali
adalah tipe orang yang sabar, demikian halnya dirimu karena itu bersabarlah.
Wahai hamba Allah bersabarlah atas hantaman nafsu, karena
dalam waktu dekat engkau akan mampu membalas hantaman itu bahkan membinasakan
dan merampas kebendaan mereka serta mengambil alih mahkota kekuasaan dan
menutup politiknya.
Wahai sahaya berjihadlah, sesungguhnya kamu tak
menganiaya seorang pun jika niatmu suci. Setiap orang tidak punya hak kecuali
setelah mendapat perintah syara’, jika perintah itu ada maka jihadmu termasuk
ibadah. Orang berakal, orang terpuji dan orang benar telah ditiupkan dalam
bentuk mereka dan diberlakukan kiamat atas jiwa mereka, dinaikan dari dunia
dengan cita mereka lalu melintasi sirat dengan kebenaran mereka. Mereka
berjalan dengan hati sampai terminal di surga. Mereka berhenti di tepi jalan
sambil berkata : kita jangan makan, kita jangan minum – seorang pun – karena
orang mulia itu tidak makan sendirian, maka surut kembalilah mereka menuju
dunia; yaitu untuk mengajak manusia agar bertaat kepada Allah dan memberi kabar
tentang apa yang ada di sana, maka perkara-perkara itu pun dipermudah untuk
mereka; berupa kekuatan iman dan kesanggupan takwa. Segala apa yang diberikan oleh Allah tampak jelas dihatinya; yakni
berita tentang kiamat; ia juga melihat surga neraka dan apa saja yang berada di
dalamnya. Ia melihat mereka beraneka macam bentuk ciptaan dan Malaikat yang
sama bertawakal. IA meliaht bayangan sesuatu laksana melihat dunia beserta
bayangannya. Ia melihat ciptaan seperti kuburan yang berjalan; apabila melalui
kubur tampak jelaslah peristiwa apa yang ada di dalamnya, baik nikmat atau
siksa; ia melihat kiamat dan apa saja yang terjadi di hari itu. Ia meliaht rakhmat
Allah dan siksa-Nya, ia melihat para Malaikat berjajar berdiri, para Nabi dan
Rasul, para badal para wara’ berada dalam urutan mereka, ia melihat penduduk
surga saling berkunjung dan penduduk neraka saling bermusuhan. Siapa baik
pandangannya nisacaya mampu menembus hati manusia – dengan pandangan mata
kepalanya, sedang mata hatinya mampu menembus perbuatan Allah atas manusia; ia
melihat pergolakan dan ketenangan atas mereka. Nah, inilah yang disebut
pandangan mulia yang hanya bisa dilakukan oleh para wali Allah. Orang semacam
ini bisa memnadang manuisa tampak sifat lahirinya dari pandangan mata kepala,
dan tampak sifat batininya dari sudut pandang mata hati, sedang untuk memandang Tuhan dengan mata sirr-nya. Siapa
melayani, maka dilayani, bila kedatangan kehendak Allah ia menerima, ia tetap
mengembannya kendati membawanya ke darat atau samudera, ke pantai atau ke
puncak, tidak perduli makannya pahit atau manis, terminalnya pada kemuliaan
atau kebinasaan, kaya atau fakir, sehat atau sakit, ia tetap berjalan bersama
kehendak Allah, sehingga apabila mengetahi kehendak itu sesungguhnya ia telah
turun atau di kendaraan; lalu berkendaraanlah ia, melayani dan tawadlu’ – yang
demikian karena dekatnya kepada Allah serta pemujaannya atas-Nya. Semua itu semata terjadi karena persaingan dengan
nafsu hawa tabiat setan dan teman buruk dapat dimenangkan dengan gemilang.
Wahai Allah limpahkan rizqi untuk kami sejalan menurut
ketentuan-Mu dalam segala keberadaan ini.
Wahai tuhan kami berikan kepada kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di kahirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 20.
Jum’at pagi 21 Dzulqoidah 545 Hijriyah di Madrasah, ia
bertutur :
Wahai penghuni negeri ini, sungguh amat banyak sikap
munafik terjadi, justru amat sedikit orang ikhlas, amat banyak orang bicara
tanpa disertai perbuatan, tanpa amal; sedikit pun itu tak berimbang;
bahkan hal ini laksana hujah tanpa
penyanggah. Biccara tanpa amal seperti rumah tanpa pintu, laksana tabungan
tanpa pengeluaran dan seperti pengakuan pribadi tanpa bukti. Gambar tanpa rukh
hanyalah patung yang tak punya tangan kaki dan kekuatan. Besarnya amalmu
semisal raga tanpa nyawa, sedang nyawa itu gambaran ikhlas tauhid dan ketegaran
menekuni Kitab Allah di samping dunnah Rasul-Nya. Janganlah kau lupakan perintah
dan larangan, patuhlah kepastian Allah.
Cobaan dan rintangan yang datang kepada suatu kaum itu
seperti bila datang kepadamu; di antara mereka ada yang sabar juga ada yang
menjauh dan mengeluh. Di antara syarat cinta kepada Allah itu terletak pada
ketiadaan iradah (kehendak) dalam jiwa dan tidak terepotkan oleh dunia, akhirat
atau makhluk lain. Mahabbah kepada Allah bukan suatu hal yang mudah; ia baru
terlaksana sampai seseorang mampu meninggalkan manusia kedanti tetap masih jauh
dari-Nya; dan berapa pula orang yang tidak berbuat seperti itu tetapi dekat
dengan-Nya. Janganlah suka menghina orang Islam karena ia exsistensi sirr
(rahasia-rahasia) Allah – yang menyebabkan keputihan jiwa mereka. Rendahkan
dirimu jangan berbesar diri di hadapan hamba-hamba Allah; kenanglah sifat
pelupamu, rupanya dirimu dalam kelupaan yang sangat; seakan kamu telah merasa
cukup dan mampu melintsi shirat lalu melihat tempatmu di surga. Betapa besar
penipuan ini; setiap orang telah berlaku maksiat kepada Allah dengan pelbagai
kemaksiatan; ia tidak perduli hal itu, tidak pula mau bertobat; ia menduga
bahwa hal itu sebagai teman sejak semula; demikianlah yang tertulis dalam
bukumu dengan mencantumkan waktu dan peristiwanya, pencukupan datau penyiksaan
tergantung sedikit banyak perbuatan itu.
Bangunlah wahai pelupa; jagalah wahai penidur; pelaingkan
kepada Allah; siapa amat kuat maksiatnya tapi tidak bertaubat atau menyesal
sungguh ia datang dengan tujuan kafir.
Camkanlah : Rizki menurut ketentuan pembagiannya, jika
sudah terbagi ia tidak bertambah atau menyusut, tidak bisa dipercepat atau
diperlambat. Rupanya engkau masih ragu jaminan Allah; betapa engkau loba
mencari sesuatu yang tidak didbagikan; kebodohanmu hanya mencegahmu agar datang
kepada Ulama, sedang penyaksianmu suatu kebaikan yang hanya menakutkan dirimu
jika sampai mengurangi keuntunganmu,
Renungkan, siapakah yang memberi makan ddirimu kala masih
berada dalam perut ibumu? Setelah lahir, anehnya engkau bergantung atas diri
sendri dan orang lain, uangmu, pedaganganmu, serikatmu dan pemimpin negerimu.
Setiap orang yang bergantung kepada mereka maka kau pertuhankan; setiap orang
yang kau takuti atau kau harap maka kau pertuhankan; setiap orang yang kau
lihat berkait dengan dlar (sengsara) dan Naf’ (manfaat) dan kau tidak lihat bahwa
Allah berlku atas dirimu maka kau ertuhankan; sedikit amat kau ketahui
rahasiamu. Tunggu, niscaya Allah akan mencabut pendengaran, penglihatan,
keperkasaan, hartamu dan seluruh ciptaan yang mengeraskan hati mereka atasmu
dan mengokohkan kuasa mereka atasmu, memperhinakan dirimu di masa tuamu,
mengunci pintu di hadapanmu dari satu pintu yang tembus ke pintu lain tanpa
memberi sesuatu makanan sedikit pun padamu; jika engkau menyerunya niscaya tak
akan di dengar. Semua ini sebab syirikmu kepada-Nya dan penggantunganmu bukan
kepada-Nya, pencarian nikmat selain kepada-Nya dan permintaan tolong melalui
jalur maksiat.
Nah, demikian yang terlihat berbagai jenis itu terjadi,
sedang hal itu menjadi tidak yang wajar bagi pelau maksiat. Tetapi di antara
mereka tetap terdapat sosok manusia bila melihat perrkara disusul taubat; maka
untuknya Allah memandang dengan rakhmat, amalannya dengan kemuliaan dan
kelembutan.
Wahai makhluk Allah bertaubatlah, wahai ulama; wahi
fuqoha, wahai ahli zihud, wahai ahli ibadah, tiada di antaramu kecuali orang
yang butuh daku sebgai jalur pertaubatan orangtua-orangtuamu. Bila pada usia
permulaan dirimu merasa berat terbukalah bagiku pada akhirnya – menjelang
matimu; bila engkau ragu atas pendapatan harta seseorang maka tunggulah
keluarganya. Bila terdapat nafkah yang dikeluarkan kepada sanak keluarga, kaum
fakir serta kebaikan lain maka bisa diketahui harta tersebut bersumber dari
yang halal.
Wahai sahaya setiap sesuatu yang kau lihat dari arah
kebikan, sedang kau mencintainya, maka hal itu sebagai cinta yang kecil, karena
kau masih berjinak dengannya. Cinta sejati adalah cinta yang tak menggoyahkan
cinta Allah; karena ia dilihat melalui mata hati, itulah cinta kaum shiddiqun
ahli ruhani; cinta mereka bukan sekedar iman, bahkan disertai yakin; kalau mata
terbuka dari tabir penutup mata hati, maka mereka pun mampu menembus apa yang
ada dalam ghaib atau melihat sesuatu yang tidak mungkin mampu disingkap orang
lain.
Wahai Allah limpahkan kepada kami cinta-Mu bersama
ampunan dan afiat; kamu akan tinggal di dunia sampai batas waktu yang
ditentukan Allah, tidak seorang pun mampu menolak jika sudah dilimpahkan
untukmu. Saat izi datang kepada orang yang menguasainya itu menyebabkan
ketaqwaan atas sesama manusia dan runtuh akal mereka sedang engkau tersenyum
bersamanya, engkau tawakan orang yang mencari sesuatu yang tidak dibagikan
Allah, dan sebagian lagi ada orang yang mencari bahagianya tanpa mendapat izin
dari Allah.
Wahai manusia teramat pagi engkau menerima nikmat Allah
ketika berada dalam perut ibumu, setelah di lahirkan kamu diberi kesehatan,
kekuatan, keperkasaan dan memberi rizki berupa taat kepada-Nya menjadi Muslim
pengikut Nabi Muhammad saw. Jika engkau merasa bikmat datang darinya lenyaplah
kecintaan terhadap makhluk dari hati; berobah menjadi arif kepada Allah,
mencitai-Nya, melihat dengan mata hati kepada-Nya; dari jalur ini engkau bisa
melihat ihsan dan isa’ah (baik dan buruk) bersumber menurut penjelasan-Nya,
tidak tetap pandangan orang-orang yang berbaik kepada-Nya dan keburukan yang datang
dari manusia. Bila tampak ikhsan dari mereka ia melihat bahwa hal itu terjadi
karena ketentuan Allah, dan jika isa’ah tampak dari mereka, maka ia lihat hal
itu terjadi karena penerapan Allah dalam pandangannya berpindah dari ciptaan
kepada Sang Maha Pencipta, bersama dengan peristiwa itu ia dilimpahi syara’ hak
Allah – dan tidak menertawakan hukum-hukum-Nya.
Hati orang-orang arif tidak bergeming berloncat-;oncat
dari satu tingkah ke tingkah lain, praktis, sehingga kezuhudannya terhadap
ciptaan semakin bertambah kuat, lalu meninggalkan mereka berpaling dari mereka
sebaliknya amat suka Allah sembari memperkuat ketaqwaan kepada-Nya. Segala
sesuatu yang terambil dari makhluk sama lenyap lalu sumber pengambilannya itu
tetap dari Allah. Akal yang berserikat semakin terpateri antar dirinya dengan
ciptaan bahkan ditambah akal lain yaitu akal pelimpahan Allah.
Wahai pemburu makhluk, wahai pemusyrik mereka; takutlah
jika mati datang menimpamu sedang dalam jiwamu terdapat sesuatu; Allah tidak
akan membuka pintu-Nya untuk rukhmu dan Allah tidak akan melihatnya, karena ia
berbuat durhaka setiap kali menggantungkan kemusyrikan kepada-Nya.
Periharalah kesunyian (khalwat) dari
cengkeraman nafsu, dari makhluk, kemudian khalwat dari dunia, lalu kahlwat dari
akhirat, kemudian khalwat dari selain Allah. Bila engkau berkehendak kahlwat
bersama Allah, maka kosongkan dirimu dari segala perwujudan dan per-anganan-mu.
Engkau duduk dalam tempat sujudmu sedang hatimu
melayang-layang menyinggahi makhluk sambil menanti kedatangan mereka dan
pemberriannya. Sia-sialah masa ibadahmu, sama artinya kau jadikan untuk dirimu
gambar tanpa arti.
Janganlah dirimu mengikuti sesuatu yang tidak mengikutkan
Allah; jika tidak ada ikatan dari Allah dan tidak sebagai ketentuan-Nya atasmu
bukanlah dari ciptaan. Bila engkau ingin sesuatu bergegaslah ke sana, jika kau
tak punya batin yang bersih atau hati yang sunyi, selain kepada Allah maka
pengasingan diri itu tak membawa manfaat.
Wahai Allah limpahkanlah manfaat kepada kami atas ucapan
yang daku ucapkan, dan limpahkan manfaat kepada mereka atas ketekunan mereka
mendengarkan ucapanku.
WACANA 21.
Selasa sore tanggal 25 Dzulqoidah 545 Hijriyah, di
Madrasah ia bertutur :
Dunia itu penutup akhirat dan akhirat penutup orang yang
memiliki dunia dan akhirat; setiap ciptaan menjadi penutup Allah, selagi kau
bersanding bersamanya, maka ia menutupimu. Janganlah berpaling kepada ciptaan
atau apapun selain Allah sehingga memperdekatkan dirimu ke pintu Allah –
disertai langakh sirr dan kesucian zuhud terhadap selain Dia; dengan berani
menantang keberadan itu, memperbesar diri atasnya dan berselisih denegannya
sebaliknya beristighosat kepada-Nya dengan memandang ilmu-Nya. Jika telah nyata
nelikaian hati dan sirri-mu, bahkan bisa masuk, memperdekat dirimu, mempermalukan
dirimu, menguasai hati dan memerintahmu dan menjadi terapi untukmu lalu
palingkan dari ciptaan termasuk dunia, maka perpalingan itu suatu nikmat dalam
kebenaran mereka, dan kau ambil dunia dari tangan mereka lalu memberikan kepada
kaum kafir; itu merupakan ibadah taat dan selamat; siapa mengabil dunia atas
dasar kejernihan ini tidaklah mendatangkan medlarat baginya bahkan memasrahkan
dan menjernihkan diri dari kotoran busuk. Siapa ingin beruntung hendaklah ia
hinakan diri bersama hartanya ke hadirat Allah serta membebaskan hati dari
ciptaan – seperti keluarnya rambut dari tepung atau susu – demikian pula untuk
masalah akhirat dan masalah yang menjurus kepada selain Allah. Jika demikian
ini terjadi maka ketika itu kau diberi setiap sesuatu yang menjadi hak di
hadapannya; engkau makan bagianmu baik berupa dunia dan akhirat serta
melayanimu. Jangan makan dunia yang menjadi bagianmu jika ia duduk dan engkau
berdiri; karena nampan yang disungginya itu melayani siapa pun yang berdiri di
pintunya (dunia). Karena segala yang ada itu tetap di bawah Sang Maha Kaya
yakni Allah Azza wa Jalla.
Ketahuilah bahwa dunia itu sudah terbagi sejak semula,
karena itu tinggalkan pencarian dunia yang hanya menimbulkan kesusahan. Dan
ketahuilah bahwa derajat akhirat dan nikmat juga sudah terbagi, karena itu
tinggalkan pencarian derajat itu atau usahakan untuk menutupinya. Mereka tidak
bekehendak selain kepada Allah semata, bila engkau masuk surga mata mereka
tidak dibukakan sampai melihat Nur Allah; cintailah penyendirian, hati siapa tidak
disendirikan dari makhluk dan sebab-sebab tidak mungkin mampu bersuluk seperti
para Nabi orang-orang benar (siddiqun) dan sholihin hingga ia berkonaah atas
dunia dengan mudah da menyerahkan ke Penguasaan-Nya. Janganlah engkau berpaling
untuk mencari yang banyak karena hal itu bisa merusak dirimu, pabila engkau
menerima kebendaan yang banyak dari Allah tanpa disertai ihtiar berarti dirimu
terpelihara darinya.
Dari han al-basri ia berkata : Tuturilah manusia dengan
ilmu dan bicaramu. Wahai penutur manusia turutilah manusia dengan kejernihan
sirr dan ketaqwan hati, janganlah kau turuti mereka dengan kebaikan sikap
amaliahmu beserta keburukan rahasiamu. Sesungguhnya Allah mencatat hati orang beriman jauh sebelum dirinya
dicipta; ini yag terdahulu, karena itu tidak dibernarkan berhenti bersama yang
terdahulu dan tawakal kepada-Nya.
Sebaliknya dibenarkan dengan cara yag sungguh tekun berpaling dan menghabiskan kemampuannya untuk
bermujahadah untuk mencapai keberhasilan iman dan yaqin serta berusaha untuk berjalur
menepati Allah dan menyelusuri iman, ungkin dengan cara ini Tuhan bekehendak
melimpahkan sesuatu kepada kita tanpa iktisab.
Wahai Allah limpahkanlah rizki kepada kami dan
mauqufkanlah kami serta jauhkan kami dari dari perkara batu.
Dan berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat, san selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 22.
Pagi akhir Dzulqoidah 545 Hijriyah di pondok ia bertutur
:
Ada seorang bertanya : Bagimana aku harus mengusir rasa
kecintan dunia dari hatiku? Ia (Abdul qadir) menjawab : perhatikanlah
kegoncangannaya beserta tuhan-tuhannya, dan bangunan-bangunannya, bagaimana
engkau berhilah kepada mereka, bertuhan mereka dan surut ke belakangnya, lalu
memperlambat mereka dari satu derajat ke lain derajat hingga kedudukanmu
terpandang di mata manusia dan berlenggang di muka mereka memperlihatkan harta
kekayaannya serta keajaiban-ajaibannya; maka suatu ketika mereka bergelanyut
bergembira atas kedudukannya yang tinggi; kehidupan mereka baik dan pelayanan
untuk mereka sempurna; pabila mereka tercabut terpateri tebenam dan terlempar
dari belenggu ketinggian derajat di
atas-atas tempat fital mereka, maka menyebabkan keterputusan mereka
kegoncangannya dan kehancurannya, sedang ia berhenti sambil menertawakan dirimu
dan iblis berada di sisinya tertawa juga bersamanya.
Nah, demikian lukisan tindak tanduk sebahagian besar para
pemimpin dan orang kaya sejak masa Adam sampai hari kiamat? Dengan demikian ia
terangkat lalu dijatuhkan, didahulukan lalu dikessampingkan, diperkaya kemudian
dipermiskin, didekatkan lalu dijegal. Keganjilan merak adalah terletak pada
manusia yang menyerahkan dirinya mengalahkan, dan tidak mampu mengalahkannya,
menolong dan menerima keburukannya, yang menerima keburukan di samping takut
akan tipu dayanya.
Peminta, jika kamu menatap sesuatu dengan mata hatimu
sampai batas keburukan dunia tentu kau mampu mengeluarkan dunia dari hati,
tetapi jika keu tetap dunia hanya
mengunakan mata kepala tentu tertipu oleh warn warni yang menghias
keburukannya, sudah barang tentu kau tidak akan pernah mampu mengusir dunia
dari hati dan berzuhud di dunia, padahal dia membunuhmu seperti pra pembunuh;
perangi nafsu sampai tenteram benar, jika kau merasa tenteram niscaya kau akan
mampu melihat aib dunia bahkan mampu menerapkan zuhud di sana. Ketenteramannya
adalah kau mampu menerima bisikan hati, berkait dengan sirr; sedangkan
ketenteraman kedua-duanya terletak menurut perintahnya menahan dunia di samping
berkenaan atas pelimpahan nya dan sabar atas penolakannya (dunia akhirat). Jika
ketenteraman telah tercipta baru kau bisa bersandar pada hati dan
ketenangannya,
Aku lih(pembenaran) takzib (pembual) di hadapan para
ulama dan berdialog bersama mereka; janganlah saling kontra dengan mereka
karena mereka adalah para penguasa dunia dan akhirat, mereka penguasa yang
dekat dengan Allah, maka mereka pun mampu menguasai segala keberadaan ini
selain Dia.
Allah sungguh memberi kecukupan hati mereka memenuhi
dengan kedekatan, berjinak di samping terpenuhi juga dengan nur dan
kemuliaan-Nya; mereka tidak diuji melalui orang yang berdunia atau orang yang
memakannya. Mereka tidak melihat kemuliaan tetapi melihat akibat atau akhir
peristiwanya. Mereka jadikan Allah sebagai
tolok rujuk mata sirr mereka; mereka tidak bersembah karena takut binasa
tidak pula karena harapan agar bisa menguasai keberadaan mereka kepadanya atau
untuk melanggengkan persahabatannya dan bertahluk pada sesuatu yang tidak
mereka ketahui; Dia adalah maha pelaksana atas hal yang dikehendaki; orang
munafik bila bicara suka membual, jika berjanji tidak ditepai dan jika
dipercaya berhianat; siapa terlepas dari sifat ini maka sungguh terlepas dari
sifat munafik.
Nah, ini sifat
pembeda antara mukmin dan munafik, genggamlah pembeda dan cermin ini, tataplah
permukaan hatimu kemudian lihat apakah dirimu mukmin atau munafik; pentauhid
atau pemusyrik, setiap dunia berisi fitnah dan pengridu kecuali dunia yang
terambil dengan niat baik semata untuk tujuan akhirat; bila dirimu telah
berniat dalam pengembaraan di dunia, maka jadilah akhirat sebagai nikmat yang
kosong dari syukur ke hadirat Allah; genggamlah nikmat Allah terdorong oleh
rasa syukur kepada-Nya; syukur kepada Allah adalah proyeksi syukur kepada-Nya.
Syukur kepaa
Allah, ada dua bagian :
Pertama : Istianah dengan nikmat atas dasar taat dan
muwassa’at kepada kaum fakir.
Kedua : i’tiraf kepada sang pemberi nikmat dan syukur
atas turunnya, pemegangannya adalah Allah.
Sebagaian ulama berkata : “setiap sesuatu yang membuat
kerepotan dari Allah bisa membawa keuntungan bagimu, dan kalaupun dirimu
terepotkan oleh kenangan kepada Dia, maka bagimu mendapat keuntungan pula.
Shlat, puasa, haji dan segala perbuatan baik maka setiap perbuatan itu membawa
keuntungan. Bagaimana kamu berkata : Allah Maha Besar sedang kamu dusat, betapa
banyak tuhan berendam dalam hatimu – selain Allah – termasuk setiap apa yang
kau gantungi keu pertuhankan, setiap yang kau harapi kau pertuhankan; hatimu
tidak sejalan dengan lisan, lakumu tak sesuai dengan ucapan; betapa tidak
memalukan kau berucap Laa Ilaah Illallah, tapi berribu tuhan masih tersimpan di
hati; taubatlah kepada Allah – lekas – meliputi jiwa dan dari apa pun yanng
tersimpan dalam jiwamu.
Wahai oang yang berilmu sungguh qana’ahmu terletak dalam
nama bukan disertai amal, mana mungkin bisa membawa manfaat bila kau berkata
“aku orang alim” sedang kau tetap dusta; bagaimana kau rela terlantarkan jiwa
sendiri sedang kau suruh hal baik lainnya yang tidak kau laksanakan. Kelakuanmu
seperti yang difirmankan Allah :
“Mengapa kamu mengucapkan
(sesuatu) yang tidak kamu perbuat? (Qs. LXI :2)
Celaka kau erintah manusia agar berlaku benar sedang
dirimu sendiri dista; kau perintahkan mereka agar bertauhid tapi kau bersyirik;
engkau perintah mereka supaya ikhlas tapi kau sendiri suka beriya dan munafik;
kau perintah manusia agar tinggalkan maksiat, tapi kau justru memupuknya;
sungguh telah sirna sifat malu dari matamu; kendati kau katakan iman, ternyata
kau tak punya rasa malu. Bukankah Nabi bersabda :
“Malu adalah sebagian dari
iman.”
Tiada iman bagimu, tiada yakin dan amant bagimu, kau
sembunyikan ilmu maka amalmu pun lenyap bahkan kau ditulis oleh Allah sebagai
penghianat! Aku tak tahu tentang terapi mujarab untukmu kecuali takwa dan
menetapi taubat; siapa bersih imannya selamatlah setiap urusannya, kaitannya
jangan sampai berlaku syirik dengan ciptaan, causalita atau bergantung kuat
dengannya, jika nyata demikian niscaya segala tindakan akan selamat dari
bencana berlanjut mengoper iman pada yaqin. Iman kepada Allah, Rasul-Nya dan
membenarkan keduanya menjadi landasan dasar permasalahan ini; Islam kemudian iman lalu bertindak menurut standar Kitab
Allah dan syari’at Rasul-Nya, kemudian menetapkan ikhlas dalam beramal seiring
bersama tauhid qalbi ini adalah satu konsep untuk mencapai iman sempurna; orang
beriman yang kosong dari konsep tersebut, dari amaliahnya atau dari setiap apa
pun kecuali Allah maka pelaksanaan amaliahnya itu terlepas dari dunia; tidaklah
henti-hentinya ia lakukan jihad melawan nafsu beserta segala keberadaan ini –
yang datang dari mereka – di sisi Tuhan Al Haq sampai mendapat petunjuk ke
jalan-Nya. Dia berfirman :
“Dan orang-orang yang berjihad dalam (urusan) Kami
niscaya akan Kami tunjukan mereka pada jalan Kami.” (Qs. XXIX :69).
Jadilah kamu orang-orang zuhud dalam hal apa pun, relakan
ketentuan Dia yang mengolah dirimu dalam Kuasa Qadae-Nya, jika kau ikuti dia
niscaya teralih pada kekuasaan-Nya; amat beruntung orang yang tidak bergeming
dari qadar Allah, dan menunggu ketentuan apa yang akan terjadi, beramal dengan
ketentuan Allah, berkemajuan bersama ketentuan Allah dan tidak kafir atas
nikmat yang ditentukan Allah; adapun tanda-tanda nikmat yang ditentukan adalah
kedekatan dengan-Nya dan bekerja bersama-Nya; jika hati seseorang telah
terrpagut dengan Tuhan niscaya ia merasa berkaya (tidak membutuhkan) makhluk
lain; bahkan ia diperdekat, diberi penguasaan oleh Allah. Dia berfirman :
“Sesungguhnya engkau mulai hari ini mempunyai kedudukan
tinggi dan kpercayaan di sisi kami.” (Qs.XII:54).
Penghibahan kuasa dalam kerajaannya seperti yang
dilakukan penguasa Mesir kepada Yusuf a.s.; praktis urusan kerajaan berada di
tanagnnya, sehingga hal itu mengangkat Yusuf sebagai orang terpercaya dan
penguasa lumbung negara.
Nah, demikian gambaran hati jika sudah bersih, tampaklah
perangai terpuji dan hatinya suci pula dari selain Allah. Adapun jalur untuk
mencapai tujuan ini melalui ilmu dan amal, karena hanya menggunakan ilmu lahiri
saja tidak mungkin bisa merubah kebatilan, bahkan bisa juga membawa kemalasan
tunduk kepada Allah – yang menyebabkan dirimu diuji dengan siksa. Nabi saw.
bersabda :
“Jika seorang meringkas dalam
hal amanat niscaya Allah mengujinya dengan dukacita.”
Firman Allah : “Allah tidak akan menyiksa kamu jika kamu
bersyukur dan berriman.” (Qs. IV:147).
Celaka, samapai kapan engkau mempersibuk diri dan oleh
keluargamu smpai lupa menyembah Allah. Ada Ulama berkata : Jika kamu mengajar
anakmu maka sertakan niat dan sibukkan ia bersama Allah. Artinya jika kamu tahu
bahwa niat itu bisa membuat kebaikan sesuatu dan berharga tinggi; ajarilah
anakmu ilmu cipta dan akhiri dengan ilmu yag menjurus ibadah kepada Allah,
karena keluarga dan anak itu tidak membawa pengaruh apa pun bagimu dari
ketentuan Dia; tradisikan dirimu, keluarga serta anakmu untuk berqana’ah dan
usaikan agar mereka terbawa oleh ta’at kepada Allah.
Engkau jangan mencari kaya melalui agama Allah, riya’
dengan agama-Nya dan berrmunafiq atas nama agama Dia – sebagaimana perlakuan
orang-orang munafiq; riya, munafiq, dan maksiat menjadi sebab fakir, hina dan
jauh dari pintu Allah; orang munafiq lagi riya’ itu bisa saja mencari dunia
dengan kedok agama, bersikap seperti orang shalih, padahal ia tak punya
kepandaian tentang hal itu; ia bicara seperti orang shalih, berbusana seperti
mereka tapi ia tadak beramal seperti amalan mereka; ia mengaku anak turun
mereka padahal nasabnya bukan dari mereka.
Wahai para dusta, berlaku bernarlah, wahai penjauh dari
Tuhan kembalilah, tujulah pintu Allah dengan sepenuh hati; rujuklah dengan-Nya,
takutlah kepada-Nya dalam keadaan iman ambillah dunia menurut syara’; dan untuk
tingakt walayah ambillah melalui kuasa Allah beserta penyaksian ata skeduanya
yakni penyaksian Kitab dan Sunnah.
Wahai sahay, betapa tangismu memalukan atas dirimu,
karenanya engkau mengharamkan kebenaran dan taufiq, alangkah memalukan, hari
ini kau tunduk kepada Allah esok hari telah maksiat kembali; hari ini kau
ikhlas hari esok telah bersyirik, Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa hari-harinya
sama berarti ia tertipu, dan barangsiapa hari kemarinnya lebih baik daripada
harinya (hari ini) berarti ia tertutup dari rahmat”
Wahai sahaya, bermujahadahlah, mohonlah pertolongan dari
Tuhan, kau kan terombang-ambing dalam gelombang ssamudera mengangkat lalu
melemparmu ke pantai; doa harus kau tinggikan untuk mencari keterkabulan;
mujahadah darimu dan taufiq dari-Nya; luruskan pencarianmu niscaya kau lihat
pintu memperdekat dirimu dengan-Nya; kau harap rahmat-Nya mengalir untukmu
kelembutan, kemuliaan dan cinta-Nya tersebar padamu; demikianlah tujuan yang
dikehendaki manusia normal.
Wahai penghamba nafsu, hawa dan setan, di sisiku tiada
sesuatu pun kecuali kebenaran mutlak, hati dalam hati, jernih dalam jernih,
pemutus dan penyambung, yaitu pemutus selain Allah dan penyambung dengan-Nya,
aku tidak akan mengharap kegilaanmu; wahai orang munafiq, wahai para pendusta;
tidak; sekali-kali aku tidak malu dihadapanmu mengatakan itu; bagaimana aku
malu sedang kau tidak pernah malu kepada Tuhan dan merendah diri dari
padangan-Nya; penyebab utama setiap perbuatan kafir dan munafik adalah sikap
pembual yang tidak diikuti taubat atau tidak segera kembali kepada Allah
berlandas taubat secara total serta takut kepada-Nya.
Ada Ulama’ berkata bahwa : Benar
itu pedang Allah di bumi-Nya, tiada sesuatu diletakkan di atasnya kecuali
terpotong. Kemarilah karena aku membawa nasihat untukmu, aku ingin
meluruskan dirimu; kendati bagimu aku mati tapi sebenarnya aku tetap hidup
bersama Allah; siapa membenarkan daku dalam pergaulan tentu memperoleh manfaat
dan beruntung; siapa mendustakan dan membohongi persahabatan denganku ditolak dan
tersiksa di dunia akhirat.
Kata Malik bin Dinar kepada muridnya : Jika kamu ingin
mengenal Allah, maka relakan pengolahan dan taqdir-Nya, dan kamu jangan
menghidupkan nafsu, hawa, tabiat dan kehendak untuk menserikatkan-Nya.
Wahai manusia dalam masa dekat kau akan mati; ratapilah
jiwamu sebelum diratapi orang; sungguh kamu menyimpan dosa-dosa membayang di
atas siksa yang menghinakan; hatimu terlalu menderita karena cinta dunia atau
loba padanya. Tinggalkan pencarian yang menganiayamu; terimalah apa pun yang
mempercukup ddiriu; akal tidak mungkin pernah gembira dengan sesuatu yang
didapat; halalnya dihisab dan haramnya disiksa; tapi sebagian besar manusia
telah lupa siksa dan hisab.
Wahai sahay, jika dunia datanng di hadapanmu sedang
hatimu melihatnya tidak tenteram lepaskan ia’ tapi jangan kau ratapi penuh
keberatan hati; ikutilah kendali hati sehingga hatimu tetap menempatkan
pengajaran bijak yang mengamalkan hukum-hukum Allah lalu mengajarmu dan
menasehatimu. Wahai penjual sesuatu tanpa sesuatu dan membeli seuatu tanpa
sesuatu, sungguh kamu pembeli dunia dengan akhirat dan menjual akhirat dengan
dunia ternyata kamu dalam puncak kefusian (bingung) kebinasaan dan ketololan
yang amat; tampak makanmu laksana binatang bila sedang makan, tanpa
memilah-milah, tanpa perhitungan dan tanpa tanya, tanpa niat, tanpa perkara,
tanpa kerja, orang beriman sesungguhnya hanya makan sesuatu yang diperbolehkan
syara’; bagi para wali makannya diperintah dan dilarang; mereka berbuar begitu
dari sudut hati; adapun Badal tidak mengambil kepentingan dengan sesuatu
sebliknya ia berbuat sesuatu itu dalam ketiadaannya bersama Allah. Dari sini
bisa difahami jika wali itu tetap tegar bersama ketentuan-ketentuan yang
berrlaku, sedang badal masih diselimuti oleh rasa ikhtiar, tetapi setiap
perbuatan itu selalu disertai landasan hukum syara’ lalu menarik dalam samudera
qudrah, gelombangnya sesekali meninggi di lain waktu tenang, sesekali pasang ke
pantai di lain waktu surut ke tengah-tengah gelombang; jadi ia seperti Ashabul
Kahfi, sebagaimana disinyalir Allah :
“Dan kami balikan mereka ke sebelah kanan dan ke sebelah
kiri.” (Qs.XVIII:18).
Tidak ada akal bagi mereka angn-angan dan perasaan;
mereka berada dalam tempat kelembutan dan kedekatan yang memejamkan mata, baik
lahiri atau batini. Nah, inilah gambaran orang terdekat memejamkan mata hatinya
kepada selain Allah, maka ia tidak melihat apa pun kecuali Tuhan, tidak bisa
mendengar kecuali melalui-Nya; wahai Allah fana’kanlah kami kecuali untuk-Mu
dan temukanlah kami dengan-Mu.
Dan berikanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia
dan kehidupan yang baik di akhirat, dan perihalah kami dari siksa neraka.
WACANA 23.
Jum’at pagi tanggal 12 Dzulhijjah tahun 545 Hidjriyah, di
madrasah, ia bertutur :
Sabda Rasulullah saw. :
“Sesungguhnya hari ini
berkarat dan sesungguhnya penjernihannya adalah membaca Al-Qur’an, ingat mati
dan menghadiri majlis untuk berdzikir.”
Hati berkarat!; jika kamu mendapati pemiliknya –
sebaaimana yang dilukiskan Nabi saw – dan jika tidak maka beralih pada
kegelapan, yaitu menggelapkan orang tersebut dari cahaya kebenaran; mempergelap
bagi pecinta dunia serta penghimpunnya yang tidak disertai sifat wara’; karena
siapa hatinya ditempati rasa cinta dunia lenyaplah sifat wara’nya; yang tinggal
hanyalah antara gabungan halal dan haram; ini berakibat membawa kelenyapan rasa
malu dari Tuhan dan enggan bermuroqobah dengan-Nya.
Wahai manuisa terimalah apa yng disampaikan Nabimu;
lenyapkan karat di hatimu dengan obatnya sebagaimana telah disinyalir kepadamu
seandainya seorang di antaramu sakit dan dokter menunjukkan obat-obatnya tentu
tidak akan tercapai ketentraman hidup sampai engkau melaksanakan perintah itu;
Jagalah Tuhanmu dalam kesepianmu; penatkan matamu sampai seakan kamu melihat
Dia; jika kamu tidak mampu berbuat itu – untuk melaihat-Nya – sesungguhnya Dia
melihatmu; Siapa ingat Allah dalam hatinya, maka ia
disebut orang yang ingat dan siapa tidak mengingat Dia dengan hatinya, bukanlah
ia disebut orang yang ingat.
Lisan itu perantara hati dan anggota tubuh lain, secara
permanen terbuka untuk mendengar petuah-petuah, maka jika petuah-petuah lenyap
dari hati butalah ia; hakikat taubat adalah menjunjung perintah Allah dalam
segala situasi. Atas dasar ini berkata seorang Ulama : Kebaikan itu semuanya
terletak pada dua kalimat. Pertama; menjungjung ketentuan-ketentuan Allah;
Kedua : Syafaqah (kasihan) kepada sesama makhluk. Maka setiap orang yang tidak
menjunjung ketentuan-ketentuan Allah dan belas kasih kepada sesama makhluk
Allah berarti ia jauh dari Allah.
Allah mewahyukan kepada Musa a.s; berkasih sayanglah
sehingga Aku mengasihimu, karena sesungghnya Aku Maha Penyayang, siapa berkasih
sayang, niscaya terlimpahi rakhmat dan Aku memasukannya ke syurga-Ku.
Alangkah beruntung orang-orang yang berkasih sayang,
sia-sialah usiamu hanya terhabiskan dalam makanan, dalam minuman, dalam
menghias diri dan berkumpul; siapa ingin beruntung hendaklah ia memperlunak
nafsu dari perkara haram, syubhat, syahwat serta ketentuan Allah yang
diwajibkan, meliputi larangan dan menerima keputusan-Nya. Manusia itu harus
bersabar bersama Allah dan tidak sabar beserta dunia; ssabarlah agar kamu
bersama-Nya; carilah agar kamu dekat dengan-Nya; keluarlah dari markas nafsu,
hawa dan tabiat, dan berkawanlah bersama syara’; tujulah Tuhan; terimalah afat,
musibah, dukacita, lapar, dahaga, telanjang dan rendah, semua itu janganlah kau
hindari dan jangan surut memuja-Nya atau berubah dari tujuan semula.
Wahai manusia, beramallah untuk persiapan jumpa dengan
Allah, malullah sebelum berjumpa, pertama orang harus beriman kepada Allah lalu
makhluk-Nya kecuali dalm hal apa yang memperjalin dirimu dengan agama dan
merongrong hukum syara’; karena hal itu tidak boleh terjadi bermalu-malu
apalagi malu dalam agama Allah – menegakkan hukum-Nya dan menurut
ketentuan-ketentuan-Nya.
Siapa mengikuti Rasulullah saw. – secara bersih – maka
dikenakan busana besi dan ketopong sambil menyandang pedang yang dialasi dengan
tatakrama dan akhlaknya, dikosongkan dari sifat-sifat yang tidak layak baginya,
diperkuat rasa gembira kendati ia datang menusia, syukur kepada Allah kalau ia
jadikan pengganti dalam umatnya sebagai tanda penyeru merek menuju pintu Allah;
keberadaannya sebagai da’i atau dalil sebagai penyambung orang-orang yang telah
dicabut Allah, dalam arti sebagai khalifah untuk mereka; ia adalah salah
seorang dari setiap juta manusia untuk melayani keterputusan nafsu seseorang;
mereka mendekat kepada ciptaan dan menekan mereka agar bersabar atas setiap
cobaan; mereka selalu tersenyum di hdapan orang-orang munafiq, orang fasik dan
tertipu daya kepada mereka meliputi segala siasat yang ada hingga menarik
mereka – meliputi apa saja yang mereka berada di dalamnya – lalu membawa mereka
ke pintu Allah. Ataas dasar ini ada ulama berkata : “Tiada
orang tersenyum di hadapan orang fasiq, kecuali orang-orang arif. Mereka
tersenyum di hadapannya dan memperlihatkan perkara apa yang dikethuinya, sedang
mereka mengetahui akan kehancuran kediaman agamanya, kepekatan permukaan hati,
banyak dengki dan kekeruhannya; orang fasiq dan orang munafiq sama-sama berasumsi
mereka menjadi rahasia yang tidak diketahui olehnya. Tidak, bahkan bagi mereka
tidak punya kemuliaan sama sekali, apa pun yang dirahasiakan mereka (orang
fasiq dan munafiq) pastilah dapat diketahui melalui kerling, pandangan, ucapan
dan gerak-geriknya, baik yang lahir atau yang batin tanpa diragukan lagi.
Wahai orang sesat, Allah Maha Besar di atasmu; wahai
orang berhati mati; wahai pemusyrik sebab; wahai penghamba patung dengan
seluruh daya kekuatannya; lumbung kekayaan dan penguasa negaranya; sungguh
mereka tertutup dari Allah; setiap orang yang berpendapat dlar dn naf datang
dari selain Allah bukanlah termsuk penghamba Dia, sebaliknya menjadi penghamba
yang diyakini itu; maka pada hari ini ia ditemepatkan dalam neraka yang teramat
buruk dan bseok ia ditempatkan dalam neraka jahanam; tiada orang mampu lepas
dari neraka Allah kecuali orang-orang bertaqwa, orang-orang yang bertauhid,
orang yang ikhlas dan orang yang bertaubat.
Bertaubatlah sepenuh hatimu kemudian boleh melalui
mulutmu; taubat itu memutar-mutar penguasa naffsu, hawa dan pengendali diri
(setan) serta sahabat yang buruk; kala kamu bertaubat terputarlah
pendengaranmu, penglihatan, lisan, hati dan seluruh organ tubuh, jika demikian,
maka jernihlah makanan, minuman dan kekeruhan yang haram, syubhat dan berwara’
dalam setiap mata pencaharian, perdagangan, syirkah dan menetapkan setiap
himahmu tertuju kepada Allah semata; semua ini berpengaruh menggeser setiap
tradisi jiwa lalu meninggalkan tempatnya untuk beribadah, menggeser maksiat dan
tempatnya untuk bertaat lalu membenarkan dalam bentuk sebenarnya beserta
kejernihan syara’ dan penyaksiannya; karena setiap hakikat yang tidak
disaksikan syara’ berarti zindiq; kala dirimu telah bertauhid dengan penguat
ini tentu fana’ seger datang kepadamu dari lingkaran akhlak tercela menurut
padangan semua makhluk; maka ketika itu sifat lahirmu terpelihara dan batinmu
berpagut dengan Tuhan secara rutin; jika hal ini sempurna atasmu kendati dunia
datang dipangkuanmu dan seluruh makhluk mengikutimu—baik mereka yang da di
depan atau di belakang -- tidaklah
menimbulkan keruntuhanmu, bahkan tidak mampu lagi merubah posisimu dari pintu
Tuhan; karena dirimu telah konstan di samping-Nya, menghadap Dia dan sibuk
melayani kehendak-Nya seraya menatap Keagungan Kesempurnaan-Nya; kala dirimu
menatap Keagungan-Nya tercurahlah semua itu, jika kamu tatap kesempurnaan-Nya
menyatulah dirimu, kamu merasa takut ketika melihat Keagungan-Nya, dan kamu
mengharap saat melihat Kesempurnaan-Nya; alangkah beruntung orang yang merasakan
nikmatnya makanan ini.
Wahai Allah suapilah kami dari makanan yang memperdekat
Engkau dan minumilah kami dari minuman kejinakan-Mu.
Dan, berikanlah kepada kami kebaikan hidup di dunia dan
kebaikan hidup di akhirat dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 24.
Ahad pagi tanggal 14 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di
Pondo, ia bertutur :
Janganlah menyukutan Allah baik dalam berangan-angan
pengertian dengan nafsu, hawa dan tabiatmu, takutlah Dia pasang dalam jiwa.
Ada Ulama berkata : “Iktuilah Allah berkait dengan
ciptaan dan jangan ikuti mereka untuk-Nya; patahkan orang yang mematahkan,
sombongi orang yang sombong diri, belajarlah untuk menyesuaikan dengan Allah
melalui orang yang shalih yang dilimpahkan taufik, ilmu itu dijadikan agar
diamalkan tidak hanya untuk dipelihara secara tersendiri; belajarlah dan
beramallah lalu kenali orang lain; jika kamu berilmu kemudian rela beramal,
maka ilmu itu terucap darimu jika kamu diam bicaralah dengan lisan yang dihiasi
amal – perbanyak – daripada yang kamu bicarakan dengan lisan ilmu. Karena itu
ada Ulama berkata : “Ilmu yang tidak bermanfaat, maka tidak bermanfaat pula
tuturnya. Orang beramal dengan ilmu akan mendapat manfaat dengan ilmu tersebut,
baik untuk diri sendiri atau orang lain; karena itu Allah menjadikan tutur
kataku menurut kehendak-Nya atas dasar kemampuan situasi yang melingkupi
diriku; jika tidak, niscaya antara daku dan kamu terjadi permusuhan; tujuanku
padamu percuma sedang tiaa sesuatu bagiku dan tiada bagiku sesuatu; kalaupun
ada sesuatu untukku tentu kamu menolaknya; tiada apa pun di antara aku dan kamu
selain nasihat yang kuterima dari Allah untukmu, bukan untukku, terimalah
ketentuan Allah, jika tidak tentu mematahkan dirimu; berjalanlah bersamanya
menurut dasar usaha, jika tidak niscaya memberangusmu; jadilah orang yang
bertabaruk di hadapan-Nya sampai kamu mendapat rakhmat dan menyatu di
belakang-Nya.
Wahai manusia, atas kemampuan himahmu yang harus kau
berikan – jauhilah selain Allah sepenuh hati, hingga memperekatmu dengan-Nya;
padamkan nafsumu dan dari makhluk; sungguh hijab telah terangkat antaramu dan
Tuhan-mu. Ditanyakan : bagaimana cara memadamkan? Jawabnya : padamkan jiwamu
yang mengikuti nafsu, hawa, tabiat, makhluk dan seebabsebab yang berlingkar
atas mereka, tinggalkan syirik dan tinggalkan mencari keberadaan ini selaina
Allah.
Jadilah seluruh amalmu karena Allah semata jangan untuk
mencari nikmat-Nya – dengan ketentuan dan perbuatan-Nya; sebab kau lakukan ini
berarti kehendakmu telah mati sebaliknya bercinta Dia.
Wahai orang jahil (tidak mengenal) Allah dan para
khawash-Nya, kamu tidak merasakan makanan ghoyah mereka, karena hal itu racun
pembunuh; peliharalah jiwa ragamu jangan sampai berpaling kepada mereka dengan
membawa keburukan; karena mereka terperdaya oleh mereka; wahai orang munafiq
sungguh di hatimu tumbuh bintik-bintik nifaq menjalar sampai menguasai lahir
dan batin-mu; amalkan tauhid, ikhlas dalam segala aktivitas niscaya keraguan
yang mengitarimu lenyap; alangkah banyak huku syara’ yang kau bakar lalu
mengoyak busana ketaqwaanmu yang kuat, melobangi busana tauhid, memadamkan
cahaya iman dan membenci Tuhanmu dalam segala situasi dan kondisi. Jika
seseorang di antaramu mendapat untung dan melaksanakan taat, bisa dimengerti ia
terlingkupi busana ujub, ingin dilihat orang atau mencari pujian dari mereka.
Siapa di antaramu ingin bersembah diri kepada Allah
hendaklah beruzlah dari ciptaan, karena pandangan mereka terhadap amal bisa
membatalkan rencana itu. Nabi saw. bersabda :
”Peliharalah uzlah, sesungguhnya
uzlah itu termasuk ibadah, dan sesungguhnya perbuatan itu (uzlah) merupakan
laku orang-orang shalih sebelum kamu.”
Peliharalah iman, yakni, fana’ dan exsistensi Allah –
bukan dirimu atau yang lain – beserta menjaga hukum-hukum-Nya dengan mendapat
kerelaan Rasulullah saw. kerelaan orang yang memahami, orang yang mendengar dan
membaca; tidak ada kemuliaan bagi orang
berkata selain ini; inilah yang tersurat dalam mushaf di lauh makhfudz
sebagaimana dikalamkan Allah yang yang tampak dalam kekuasaan-Nya dan yang
tampak di hadapan kita. Jagalah Allah jangan sampai terputus dari-Nya dan
bergantung kepada-Nya; karena hanya Dia-lah pelimpah kecukupan dunia akhirat;
jagalah penjaga hidup dan mati dan pelihara dirimu dalam berbagai kondisi;
peliharalah kehidupan ini agar tetap putih, layani Dia sampai kau dilayani;
genggamlah sekuat hati sewajarnyalah di hadapan Tuhan sambil beramal tentu
sayap hatimu merekah lalu terbang menuju Allah.
Wahai kaum sufi
-- terapkan tasauf dalam sirr, dalam hati, kemudain dalam jiwa dan untuk
tubuhmu; bidayah zuhud dari sana membentuk dirimu – bukan dari lahir ke batin;
apabila sirr telah jernih maka kejernihan itu berputar menuju hati; jiwa,
anggota tubuh, makanan, minuman dan keseluruhan tingkah laku; untuk pertama
kali sesuatu menyelimutimu dalam rumah adalah bila telah sempurna bangunannya
lalu kterkeluarkan ke bangunan pintu; sudah menjadi
hukum tiada lahir tanpa batin; tiada cipta tanpa pencipta; tiada pintu
tanpa rumah; tiada kunci pada yang hancur; ada panggilan : wahai dunia dan
akhirat; wahai cipta tanpa pencipta.
Terhadap segala apa –pun yang
dirimu berada di dalamnya tidak membawa manfaat untukmu di hari kiamat, bahkan
bisa membawa sengsara atasmu. Inilah kehidupan yang seiring denganmu dan yang
melingkupi keberadaan ini; di sana tempat hidupmu untuk beriya’, bermunafiq dan
bermaksiat, dus segala sesuatu yang tidak laku di pasar akhirat.
Luruskan Islam bagi kau perolehnya; Islam itu Musytaq
dari Istaslama, Jika takdir kamu serahkan kepada Allah serahkan pula jiwamu
luruskan kepada-Nya, lupakan apa yang mengitari dan ketakutanmu termasuk dunia,
nafkahkan untuk mencapai tunduk kepada Allah; amalkan dengan taat, serahkan
dunia dan lupakan ia, karena setiap perbuatanmu cenderung terhenti, setiap amal
yang tidak dibarengi ikhlas, maka ia seperti kulit tanpa akal, laksana jasad
tanpa ruh, laksana gambar tanpa arti, nah demikian ilustrasi amaliah orang
munafiq.
Wahai sahaya, seluruh makhluk ini
kedudukannya hanya sebagai alat, tidak lebih dari itu; Allah-lah Sang Pencipta
yang mengaturnya; siapa memahami ini akan memeproleh perekat dengan alat
dan mengetahui dzat pengatur di sana. Berhenti bersama ciptaan amat di benci
dan berhenti bersama Allah tercinta juga sebagai kebaikan dan nikmat
tersendiri; rupanya kamu orang yang terputus dari kebesaran orng pendahulumu;
sebenarnya kamu berqana’ah tapi kamu tidak mengangkat guru yang bisa
menjelaskan dan menuntun adatmu. Wahai orang terputus dari kebenaran; wahai
orang yang dipermainkan setan, manusia dan jin, wahai penyembah nafsu, hawa dan
tabiat.
Celaka kamu membisu tak sudi mohon pertolongan Allah;
kembalilah kepada-Nya dengan langkah yang bisa dirasa dan penuh kekuatan,
sehingga kamu , memperoleh apa yang ada di tangan musuhmu dan selamat dari
benturan gelombang samudera kehancuran; berpikirlah tentang akibat ini; apakah
kamu termasuk mereka yang ada di dalam; sungguh teramat mudah kau meninggalkan
Dia; rupanya kamu tertutup batang kelalaian; keluarlah dari bayangannya niscaya
kamu melihat sinar mentari dan jalan lurus membentang; pohon
kelupaan terpelihara oleh air kebodohan..dan batang jaga dan ma’rifat
tepelihara oleh air fikir; adapun pohon taubat terjaga oleh air sesal; dan
pohon cinta terjaga oleh air persesuaian.
Wahai sahaya, sungguh keberadaanmu terletak di antara
kendala sedang saat itu dirimu masih kanak-kanak atau masih muda; sampai kini;
ketika telah beranjak mencapai usia ke 40 tahun atau lebih saat itu kamu suka
bermain-main seperti anak kecil; takutlah pembauran sifat bodoh dan kholwat
(pacaran) sebaliknya bergaulah dengan guru-guru yang bertakwa; jauhilah
anak-anak muda yang bodoh; berdirilah lurus dengan ulama; siapa datang keapdamu
jadilah ia seperti dokter mereka; jadilah kamu untuk manusia seperti saudara
sekandung, perbanyaklah takut kepada Allah, karena mentaati-Nya itu termsuk
dzikir. Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa taat kepada Allah
berarti telah mengenang-Nya kendati sedikit shalatnya, puasanya dan bacaannya
pada Al-Qur’an, dan barang siapa bermaksiat kepada Allah berarti telah
melupakan-Nya, kendati shalat banyak shalatnya, puasanya dan bacaannya pada
Al-Qur’an.”
Orang beriman itu harus selalu taat kepada Allah,
bersesuaian dengan-Nya, sbar dan berhenti kala mendapat untung; menyandarkan
ucapannya, makanan, pakaian, dan segala apa pun yag terpercik dari-Nya. Tapi
orang munafiq itu tidak ambil peduli ketentuan-ketentuan ini – dalam segala
kondisi mereka :
Wahai sahaya bila kamu cinta Allah atau mencintai yang
lain itu jangan kamu satukan (padukan) dalam satu hati :
Firman Allah :
“Allah tidak menjadikan seseorang mempunyai dua hati dalam dadanya.” (Qs.
XXXIII:4).
Dunia akhirat tidak bisa dipadukan; pencipta dan ciptaan
tidak bisa disatuka; tinggalkan sesuatu apa pun yang fana’ sehingga memeproleh
sesuatu yang tidak fana’; rendahkan diri dan hartamu hingga memperoleh surga.
Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta
orang-orang yang beriman dengan memberikan surga untuk mereka.” (Qs.IX:111).
Rendahkan hatimu berzuhud terhadap apa saja selain Allah
sampai kau peroleh kedekatan Allah dan persambungan di dunia dan akhirat.
Wahai pecinta Allah, perbaguslah dirimu bersama
ketentuan-Nya sekiranya baik dan sucikan hatimu yang menjadi pusat perekat
dengan Allah; bersimpuhlah di pintu-Nya dengan pedang tauhid, ikhlas, shodiq
dan janganlah kau buka untuk seseorang pun selian Dia; janganlah kau persibuk
pos-pos hatimu selain untuk-Nya :
“Tidak akan sampai daging dan darahnya kepada Allah hanya
yang sampai kepada Allah ialah taqwa darimu.” (Qs. XXII:37).
Wahai bani Adam, apa pun yang ada di dunia dan akhirat
adalah ciptaan, maka ke mana arah syukurmu dan ke mana arah takwamu, ke mana
arah isyarahmu dan pelayananmu; janganlah melemah dan janganlah beramal dengan
amalan yang tidak disertai ruh, karena amal yang disertai ruh itu bisa
menimbulkan ikhlas.
WACANA 25.
Tanggal 19 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Bahwa Isa a.s.; bila mencium bau wewangian seger
amenyumbat hidung; kala itu ia berkata : inilah dunia. Demikian hujjah untukmu.
Wahai pengaku berzuhud – dengan kata dan perbuatan – sungguh kamu telah
mengenakan busana zuhud tapi batinmu terpenuhi luapan rasa cinta dan sesal atas
dunia; seandainya engkau mampu lukar busana ini, menyucikan dari rasa cinta
yang tumbuh dalam hati, sungguh amat cinta bagimu dan lebih dari sifat munafiq.
Zuhud yang benar adalah kembali kepada Allah meliputi bagian-bagiannya dan
pendapatan-pendapatannya lalu menerapkan kenangan Allah pada lahiri, sedang di
hati tetap terpenuhi zuhud tanpa tercampur yang lain. Karena itu Nabi kita
Muhammad saw. lebih dikata zuhud daripada Nabi Isa a.s. bahkan daripada Nabi
yang ada. Juga beliau berkata : “Yang aku cintai di duniamu ada tiga macam : bahu wewangian, wanita dan perhatianku dalam shalat.”
Hal itu lebih aku sukai bersama-sama zuhud, karena hal
itu termasuk bagian yang telah mendahuluinya; itu diketahui Tuhan; dan ia bisa
diperoleh dengan cara menetapi perintah-perintah bertaqwa; setiap orang yang
memperoleh bagian tersebut maka ia dalam kondisi taat kendati dunia melimpah
kepadanya.
Wahai ahli zuhud yang berpijak kebodohan, dengarlah;
berhentilah dan jangan berdusta; pelajari ini sampai kamu tidak menolak
ketentuan Allah – karena jahilmu; setiap kejahilan
ilmu itu ditandai dengan memperkaya pendapat, menerima pendapat sendiri, hawa
nafsu setan penguasa diri; tidak aneh jika ia menjadi penghmba iblis
atau pengikut setianya, bahkan menjadikan iblis sebagai guru tunggal; wahai
orang jahil; wahai munafiq, alangkah gulita hatimu; betapa kau ering mengumbar
mulut; bertaubatlah dari segala apa yang menyebabkan dirimu dosa; tinggalkan
pencercaan Allah dan para wali kecintaan-Nya; kamu jangan membelakangi mereka
demi memperoleh bagian dunia, karena mereka memperoleh kusa itu atas perintah
Allah bukan karena menuruti nafsu; bagi mereka yang ada hanya rasa cinta kepada
Allah; merindukannya dan zuhud atas hal apa pun selain Dia, dan bertolak
belakang dengan keberadaan ini baik secara lahir atau batin; tapi mereka
mempunyai bagian-bagian terdahulu dari-Nya; yaitu ilmu; ini tidak bisa tidak
sebagai bagian perolehan mereka; cobaan terberat atasnya hanya terjadi di dunia
dan ketetapannya di sana.
Wahai sahay, alihkan dirimu tak perlu mendengarkan ucapan
manusia selagi ia bersama nafsu dan hawa; padamkan ucapan itu karena Allah;
jika Allah menghendaki sesuatu urusan niscaya Dia menarikmu kepada-Nya; jika
dikehendaki untuk memporak-porandakan dirimu, merusak atau meneguhkanmu itu
hanya terjadi karena-Nya; Dia Maha Penampak – bukan kamu; serahkan jiwa ucapan
dan segala kondisimu pada kemauan-Nya; persibiklah hari-harimu dengan beramal
untuk-Nya, Jadikan amal tanpa banyak komentar; ikhlas
tanpa riya’ tahid tanpa syirik, masyhur tanpa sebutan, khalwat tanpa
memperlihatkan diri; batin tanpa lahir dan penuhi batin ini dengan berbagai
niat; kau bicara kepada Allah dan berjalan
ke sana bersama ucapanmu : “Hanyalah Engkau yang kami sembah, dan kepada Engkau
jualah kami memohon pertolongan.” (Qs.I:5).
Inilah Kitab yang
datang di hadapanmu; wahai orang yang mengenalku; wahai orang yag menyaksikan
aku, bicaralah Dia dalam shalatmu atau dalam keadaan lain dengan niat ini dan
sifat ini, karena itu Nabi saw. bersabda :
“Sembahlah Allah seakan-akan
engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”
Wahai sahaya, jernihkan hatimu melalui makanan halal,
bukankah kau sudah kenal Tuhanmu; jernihkan suapan demi suapanmu bersama hati
niscaya kamu jadi jernih (sufi); tasawuf itu mustaq
dari kata shofa; wahai pemakai tasawuf, tasawuf yang benar itu dilakukan
melalui penjernihan hati terhadap selain Al-Haq; atas dasar ini sesuatu
tidak akan datang, yakni tasawuf hanya dengan cara mengubah tembusan batin atau
memulas muka atau melalui segala pengikat dan pengumbaran suara, tidak pula
dengan memaparkan cerita-cerita orang shalih, menggerak-gerakan jari memutar
tasbih atau talil, tetapi ia datang dengan kebenaran mencari Tuhan; berzuhudlah
dengan mengusir makhluk dari hati dan asingkan selain untuk Al-Haq Azza wa
Jalla.
Ada Ulama berkata : suatu malam aku berkata, wahai
Tuhanku janganlah Engkau manahan aku atas sesuatu yang bermanfaat bagiku dan
tidak mudharat bagi-Mu, kata itu ku ulang-ulang terus sampai aku tertidur. Kala
aku bermimpi seakan ada orang berkata ditujukan kepadaku; “dan juga engkau
janganlah menahan amal yang membawa manfaat bagimu dan engkau cegah amal yang
membawa madlarat bagimu; luruskan nasabmu (meluruskan apa yang datang) dari
nabimu, siapa meluruskan keikutannya kepada Nabi saw. maka berarti telah lurus
nasabnya; kendati kau berucap : aku termasuk umatnya, tapi ucapan itu tanpa
disertai itba’ tidak berguna; ketika dirimu beritba’ baik ucapan dan tingkah
laku menunjukkan kau bersamanya dalam persahabatan di akhirat.
Kau dengan firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh Rasul
kepadamu, hendaklah kamu terima, dan apa yang dilarangnya hendaklah kamu
hentikan.” (Qs. LIX:78).
Laksanakanlah perintah Rasul dan hentikanlah yang dilarangnya;
sesungguhnya tugas ini telah kau baca dari Tuhanmu, yaitu kala di dunia kau
baca dengan hati dan di akhirat kau baca dengan jiwa dan jasadmu.
Wahai ahli zuhud, alangkah bagusnya zuhudmu; kamu
berzuhud dengan menahan nafsu dan hawa; ikutilah dan pergaulilah guru-guru yang
mengenal Allah (Arif billah), yang alim, beramal, bisa menerima manusia dengan
lisan nasihat dan pandai melenyapkan tamak.
Wahai sahaya kembalilah kepada Tuhan Besarmu (Allah)
sepenuh hati sebelum kau duduk di belakangnya; sungguh kau telah berqana’ah
dari ihwal orang-orang shalih dengan ucapan dan pengharapan baginya – seperti
orang menggenggam air ketika tangannya dibuka ia tidak melihat sesuatu ada di
dalamnya.
Celaka, kau suka tamanni (mengharap yang tidak mungkin
bisa dicapai); Tamanni adalah jurang ketololan. Sabda Nabi saw. :
“Peliharalah dirimu dari tamanni,
karena tamanni adalah jurang ketololan.”
Kamu beramal tapi mengikuti amalan orang yang suka
berbuat buruk, sedang kau mengharap untuk memperoleh derajat seperti punya
orang-orang yang berlaku baik; siapa yang harapannya
mengalahkan takutnya berarti zindiq, dan siapa yang takutnya menglahakan
harapan berati putus harapan; yang paling selamat adalah jika bisa berlaku adil
dalam menerapkan keduanya, Sabda Nabi saw, :
“Seandainya antara rasa takut dan harapan orang beriman
ditimbang, niscaya sebanding.”
Ada ulama berkata : Aku bermimpi melihat Sufyan As Tsauri
– setelah beliau mati – kataku : apa yang diperbuat Tuhan kepadamu? Ia berkata
: meletakkan sebelah kakiku di atas shirat (jembatan) dan yang sebelah lagi di
surga. Semoga selamat sejahtera melimpah atasnya. Sungguh sebenarnyalah ia
seorang fakih, ahli zuhud dan wara’, tetapi ia mempelajari ilmu itu dan mampu
mengamalkan; kemudian diberikan haknya kepadanya dengan amal dan memberikan
amal sebagai haknya disertai ikhlas; ia juga mendapat ridha dari Allah dalam
berkehendak kepada-Nya; setiap orang yang tidak mengikuti Nabi saw, sedang ia
menggenggam syari’atnya di tangan sebelah dan menggenggam Kitab yang diturunkan
kepadanya di tanagn yang lain dan tidak sampai di jalan Allah berarti ia orang
yang rusak lagi binasa; sesat yang sangat; keduanya itu menjadi dalil untuk
menjuju Al-Haq; Al Qur’an sebagai dalil menuju Allah dan sunnah sebagai dalil
untuk menuju Rasul-Nya.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan
kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 26.
Tanggal 20 Dzulhijjah tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia
bertutur :
Sabda Nabi saw. :
“Di antara simpanan Arasy adalah
penyembunyian bencana.”
Wahai pengadu kepada manusia atas bencana yang menimpa;
pengaduan mana bisa bermanfaat bagimu; pengaduan kepada ciptaan tidak akan
bermanfaat atau membawa bencana (dlar); jika kamu berpegang teguh kepada mereka
tapi menyekutukan Allah hanya memperjauh, sedang marah-Nya telimpah untukmu,
tentu Dia amat tertutup bagimu; wahai si tolol, mengapa suka mengaku berilmu;
di antara sekian banyak ketololan yaitu mencari dunia tanpa dasar Tuhan; kau
mencari ikhlas dari tindakan-tindakan bencana tetapi mengadu kepada ciptaan.
Celaka, jika ini terjadi pada anjing pelacak – suatu
perbedaan jauh – karena ia berlatih menjaga buruan dan meninggalkan makanan
buruannya; demikian juga burung dengan tabiatnya ia meninggalkan makanan –
makanan binatang buruan yang khusus diperuntukkannya; ilmu dan kefahamanmu
sampai kamu tidak menyantap agama atau memperkoyaknya dan aku tak berniat
membawa amanat Alalh – yang diletakkan pada dasar-dasar agama orang beriman
untuk memelihara daging dan darahnya; janganlah kau pergauli mereka sebelum
mengajarimu kepada-Nya; jika kamu telah dipelajari dan faham akan kandungannya
baru dirimu merasa tenang ketika bergaul dengan-Nya; ke mana saja engkau
menghadap tak terpisah dari-Nya meliputi segala
keberadaan jika dirimu telah tenteram jadilah penyabar, berilmu, mudah
ridlo ketentuan apa yang datang, janganlah kamu pisahkan antara tepung gandum
dan tepung beras yang kau ambil untuk dibagi-bagikan; karena tidak makan itu
lebih aku sukai dariapda makan di atas keberuntunganmu itu melebihi perbuatan
baik, taat dan itsar; tabiatnya itu beralih menjadi kemurahan yang mulia,
berzuhud di dunia, cinta akhirat; bila kau berzuhud pada akhirat dan mencari
Tuhan, maka carilah agar seiring bersma hatimu menuju pintu-Nya; ketik itu
datang padamu sambil berkata : wahai orang yang tidak makan, makalah; wahai
orang yang tidak minum; minumlah; orang sakit yang berakal itu tidak akan
pernah makan kecuali menurut resep dokter atau perintahnya, itu pun disertai
adab penuh kesopanan dan meninggalkan tardisi buruknya ketika dokter itu datang
atau pergi, wahai pelahap makanan buruk; wahai pencicil sungguh makanan dicipta
untukmu; siapa lagi yang mampu makan hal itu kecuali hanya kamu; pakaian,
kediaman, kendaraan dan pernikahan sungguh tercipta untukmu; siapa lagi mampu
memperoleh hal itu dan mengenakannya selain kamu. Cih, ini hanya untuk orang
tolol.
Sebenarnya kamu itu tidak punya kepastian, akal- iman dan pembenaran janji
Allah, tentu Allah tidak akan menerima pertalian yag disertai kebencian; Allah
hanya menerima pertalian yang disertai adab, ketentuan lahir dan persesuaian
yang abadi; setiap orang yang menerima ketentuan Allah abadilah pertaliannya
bersama Allag; orang arif Billah lagi berilmu tentang Allah, selamanya bersama
Dia tidak bersama yang lain, sejalur dengan Allah tidak yang lain; hidup
bersama-Nya mati juga bersama-Nya.
Wahai sahaya, jika kamu bicara, bicaralah dengan niat
bersih; jika kamu diam, diamlah dengan niat yang suci, setiap orang yang
mendahulukan niat – sebelum pelaksanaan amal – maka tiada amal baginya; kamu
jika bicara atau diam menunjukkan ketiak itu dirimu berada dalam lingkaran
dosa, karena kau tidak punya niat suci, diam dan bicaramu itu tanpa sunnah,
yaitu ketika terjadi perubahan situasi serta penyempitan rizki (pendapatan) maka
kamu sama meubah niat demi memperoleh sesuap nasi itu; ketika terjadi
perceraiberaian harta ternyata kau mengingkari nikmat yang disebabkan adanya
pergeseran, maka kembalilah nikmat itu, karena kau suka sombong, suka
menjatuhkan hukum atasnya; lakukan dan jangan kau laksanakan; kenapa kau
lakukan? Itu lebih baik jika terjadi demikian; karena permasalahan ini lebih
jauh (kompleks) meliputi waktu dan penjauhan diri.
Siapa dirimu, wahai Bani Adam, kau hanya sosok ciptaan
yang tercipta dari tetesan air hina; rendahkan dirimu di hadapan Tuhan, hinakan
untuk-Nya; bila kau tidak punya rasa taqwa, maka tiada kemuliaan bagimu di
sisi-Nya; peliharalah dirimu di hadapan orang-orang shalih, dunia seluruhnya
adalah hukum sedang akhirat seluruhnya adalah ketentuan.
Wahai manusia, peliharalah takutmu, bertakwalah kepada
Al-Haq; tiada sessuatu terbaik bagimu kecuali meniti jalan itu, jadilah orang
berakal, bukalah matahatimu; pabila Ulama mengunjungi rumahmu janganlah kamu
mendahului bicara, sebaliknya bicaramu harus berisi jawaban-jawaban, dan jangan
bertanya perihal sesuatu yang tidak diketahuinya.
Menerapkan tauhid itu wajib, mencaari ilmu, menetapkan
ikhlas dalam beramal, mengangkat, mengganti uantuk melaksanakan sesuatu kerja
itu juga wajib, menjauhlah dari kaum fasiq dan munafik, benarkan orang-orang
shalih; orang-orang benar; pabila kamu merasa berat dalam menghadapi masalah,
sedangkan kamu tidak bisa memisahkan antara yang shalih dan munafiq, maka
bangunlah di malam hari untuk melakukan shalat dua raka’at, lalu ucapkan doa : Wahai Tuhan, tunjukan aku orang-orang shalih, tunjukan
aku orang-orang yang menuntunaku dan berilah aku makanan dari makanan yang
Engkau pilih, celakilah mataku dengan nur pendekatan dengan-Mu, dan beritailah
aku dengan sesuatu yang nampak di mata, bukan taklid.” Wahai manusia makanlah dari makanan keutamaan
Allah dan minumlah dari minuman kejinakan dengan-Mu; bermusyawarahlah di pintu
yang mendekatkannya; janganlah cukup menerima kebaikan bahkan bermujahadahlah,
bersabarlah dan pergilah dari mereka sampai berita mereka jadi nyata; ketika
mereka sampai bertaut kepada Tuhan niscaya mereka dilatih sopan, tatakerama,
hikmah dan beraneka ragam disiplin ilmu; mereka ditampakkan kerajaan-Nya dan
mereka dikenalkan bahwa di langit atau di bumi tiada penguasa lain selain Dia;
tiada penggerak, tiada penenang kecuali Dia, tiada penentu atau peutus kecuali
Dia; mereka diperlihatkan apa pun yang
ada di sisi-Nya, maka mereka meliaht Dia melalui mata hati dan sirri
mereka, praktis dunia atau keberadaan apa saja tidak tertinggal bagi mereka dan
mereka pun tidak menggunakan semua itu untuk berhias.
Wahai Allah perlihatkan kami sebagaimana Engkau
perlihatkan kepada mereka, beikan ma’af dan afiat kepada kami.
Dan berikan kepada kami kehidupan yang baik di dunia dan
kehidupan yang baik di akhirat dan selamatkanlah kami dsri siksa neraka.
Wahai manusia, bertaubatlah dari penjauhan takwa; takwa
itu pengobat (terapi) dan penjauhannya itu penyakit; bertaubatlah, karena
taubat itu pengobat; sedang disa itu penyakit; sabda Nabi saw :
“Maukah kamu aku beritahu
tentang sesuatu pengobat dan penyakit? Mereka menjawab : Ya, kami bersedia
wahai Rasulullah. Sabda Rasulullah : penyakitmu adalah dosa dan pengobatmu
adalah taubat.”
Taubat itu landasan iman, penekunannya
terletak dalam berdzikir dan taat kepada Allah, jika ditekuni niscaya oleh
dzikir itu menjadi terapi jiwa; bertaubatlah dengan lisan iman, niscaya membawa
keberuntungan; jadikanlah iman sebagai pedangmu ketika datang bencana (ujian)
Tuhan.
Segala puji bagi Allah, Tuhan pengausa seluruh alam.
WACANA 27.
Jum’at pagi tanggal 7 Jumadilakhir tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Jadilah orang berakal, jangan jadi pendusta; engkau
berkata aku takut Allah, ternyata kamu takut yang lain; kamu jangan takut, baik
jin, manusia atau Malaikat; juga jangan takut pada satu pun hewan yang bisa
bicara atau hewan benaran; kamu jangan takut siksa dunia atau siksa akhirat;
tapi takutlah hanya kepada Allah, Orang berakal itu tidak pernah takut cercaan
orang – jika benar ia di sisi Allah --- ia menuli dari ocehan siapa pun selain
Allah; seluruh makhluk menurutnya lemah dan butuh; demikianlah realitas Ulama
yang bisa mengambil kemanfaatan ilmunya; Ulama dengan syara’ serta para pemikir
Islam lain adalah dokter-dokter agama yang gagah perkasa mempertahankan
existensi Islam dan syara’ dari kehancurannya. Wahai orang yang berantakan
agamanya; menghadaplah mereka sehingga tertahan dari keberantakan agamamu.
Wahai Allah, sesungguhnya kami mohon agar dekat dengan-Mu
tanpa tercampuri bala’; cukuplah kami dari keburukan yang teramat atau dari
tipudaya orang-orang durhaka; peliharalah kami menurut kehendak-Mu sebagaimana
aku kehendaki; kami mohon ampunan dan afiat dalam beragama di dunia sampai
akhirat dan kami mohon taufik untuk pelaksanaan amal shalih dan ikhlas dalam
segala amal. Aamiin.
Suatu hari seorang lelaki datang kepada Abu
Yazid all-Bistami, ketika itu ia tetap melihat ke kanan dan ke kiri. Kata Abu
Yazid : apa yang terjadi paamu? Lelaki itu berkata : mencari tempat yag bersih
untuk shalat. Kata Abu Yazid : sucikan hatimu, baru kamu bisa shalat di mana
kamu kehendaki. Berkaitan dengan peristiwa ini, sesungguhnya tiada seorang pun mengetahui
riya’ kecuali orang ikhlas; di sana mereka ikhlas bersama-Nya; ia sebagai akhir
tujuan setiap perjalanan hidup manusia – yang tidak bisa tidak mereka harus
melalui jalur itu; riya’, ujub dan munafiq merupakan sekian banyak di antara
panah-panah setan yang hendak dilemparkan ke buluh hati manusia.
Terimalah apa yang datang dari Ulama, belajarlah dari mereka
untuk mencapai jalur yang tembus berpagut dengan Allah; karena jalur itu
benar-benar dilalui mereka; tanyakan mereka tentang sifat, nafsu dan hawa;
sesungguhnya merek sudah mengenal berbagai afat (ujian Allah), memahami seluk
beluk khianat juga kegilaan menusia akibat ritasi masa; janganlah kamu
terperdaya oleh hembusan setan; jangan sampai hancur karena terkena panah
nafsu, karena semua itu pasti terrlempar kepadamu melalui panahnya dan temanmu
yang busuk; mohonlah pertolongan Tuhan dari semua musuh itu.
Sesungguhnya cobaan itu banyak tapi penagkalnya hanya
satu; penyakit juga banyak tapi penyembuhnya Cuma satu; wahai pesaskit jiwa,
serahkan jiwamu kepada dokter; kamu tak perlu dukacita atas sesuatu yang
dikehendaki padamu, karena Dia lebih penyantun kepadamu daripada dirimu
sendiri; peliharalah dirimu di hadapan-Nya, kamu jangan membelakangi-Nya,
kaerna kamu bisa melihat segala kebaikan dunia dan akhirat hanya melalui Dia.
Manusia dalam ketenangan, kesepadanan dan ketercengangan
secara luas, pabila hal ini telah tejadi padamu dan mengekal di dalamnya,
mereka dibicarai seperti kesaksian di hari kiamat; mereka tidak berbicara
kecuali jika diajak bicara; mereka tidak mengambil kecuali jima diberi; mereka
tidak suka cita kecuali jika disukacitakan; praktis hati mereka benar-benar
menyerupai hati para Amalikat, yang konotasinya :
“Mereka tiak maksiat pada
sesuatu perintah Allah dan mereka sama bertindak apa yang diperintahkan kepada
mereka.” (Qs.LXVI : 6).
Mereka berlaku benar, bersungguh-sungguh dalam bertindak
menyerupai Malaikat, bahkan mereka diberi tambahan berupa manzilah-manzilah;
mereka dibekali dengan ma’rifat Allah dan berilmu tentang Dia; sedang para
Malaikatt menjadi pembantu dan pengikut mereka untuk menyerap kegunaan mereka,
karena berbagai hikmah telah dituangkan dalam hati mereka, hati mereka
terpelihara dari berbagai afat yang sekiranya datang menyusup ke setiap organ
tubuh, setiap sendi dan jiwa; maka jika kamu ingin berpagut dengan
manzilah-manzilah mereka hendaklah kamu jaga kebenaran Islam; setelah itu,
tinggalkan laku dosa; baik dosa lahir atau batin; kemudian ber wara’ – ini
jalur terapi -- lalu terapka zuhud di
dunia, baik bagi yang diperbolehkan atau yang dihalalkan, berkaya diri dengan
fadilah Allah, berzuhud dalam kefadilahan-Nya dan berkaya dengan
pendekatan-Nya; apa bila rasa perkaya diri telah nyata secara bersih, niscaya
keutamaan-Nya (fadilah) dituangkan kepadamu, dan pintu-pintu pembagian-Nya
terbuka untukmu meliputi pintu kelembutan, rakhmat dan munnah-Nya, dari sana
tercabutlah dunia darimu lalu dihamparkan menuju proses akhir.
Nah, demikian di antara kejadian yang terjadi pada para
wali, orang-orang benar, sehingga dengan timbangan takwa mereka tidak terforsir
oleh satu pun urusan dunia; sedang bagi manusia secara umum teka memperdulikan
bersimbah dunia; sebab mereka memang amat menyukai dunia dibanding Allah;
paling tidak pencarian dunia mereka terjembatkan kepada-Nya; artinya seandainya
dunia itu diberikan kepada mereka niscaya terepotkan oleh dunia itu – melayani
dan bermesra bersamamnya; demikian pandangan secara uum bagi manusia. Demikian
pula keganjilan mereka keganjilan itu terletak pada ketidak adanya mengikuti
undang-undang nabi saw.; adapun di antara sekian banyak orang yang dipalingkan
dari dunia serta tidak terepotkan untuk melayaninya adalah termasuk orang yang
tidak terbelalak kala melihat bagian-bagiannya; bahkan yang demikian disetai
zuhud tanpa mengambil peduli; sehingga kalau pun pintu-pintu kekayaan dunia di
buka untuknya, ia tentu menolak, bahkan ia berkata – “Wahai
Tuhan, hidupkan aku secara miskin, matikan aku secara miskin dan kumpulkan aku
bersama orang-orang miskin.”
Zuhud adalah sebagai bagian dari munnah yang baik; jika
tidak bagaimana seseorang mampu berzuhud dari bagian dunianya; orang berman itu
sebenarnya terlepas beban loba, tidak memburukkan dan tidak juga mempercepat;
zuhud itu harus diniati sepenuh hati; juga harus mampu memalingkan rasa suka
hati dari dunia sebaliknya mengisi kesibukan pada perintah apa pun dari Allah.
Wahai sahay, tahanlah syahwat, setiap rasa yang
melemahkan dan suapilah dengan makanan bersi yang tidak mengandung kotor;
sesuatu yang suci itu menunjukkan halal dan haram itu najis; berangkatlah sejak
dini dengan makanan halal sehingga kamu tidak patut dibenci; bermurah hati
jangan bertingkah buru; wahai Allah kenalkan kami dengan-Mu sehingga kami
benar-benar mengenal-u. Aamiin.
WACANA 28.
Tanggal 9 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di Pondok, ia
bertutur :
Mensitir sabda Nabi Muhammad saw. “bahwa
seseorang datang kepada Nabi, katanya : sesungguhnya aku mencintai Agama Allah.
Sabda Nabi saw. : peganglah bala’ sebagai jilbab dan genggamlah fakir sebagai
jilbab.”
Karena kamu ingin brsifat seperti sifatku, maka kamu
harus menerapkan sifat pribadiku dalam jiwamu; artinya demikian; sebab di
antara syarat mehabbah itu harus disertai persesuaian; Abu Bakar As Shiddiq
adalah sosok orang yang amat mencintai Rasulullah, maka beliau pun
mendarmabaktikan jiwa dan seluruh hartanya – untuk keperluan agama – dan
bersifat mengikuti sifat-sifat Rasulullah; sejalan dengan kepribadian itu,
beliau juga menerapkan kefakiran dalam jiwanya sampai beliau benar-benar sunyi
dari persediaan harta; beliau bersesuaian dengan Rasulullah, lahir atau batin,
dari yang berbentuk sirri atau yang tampak. Tetapi dirimu, wahai pendusta suka
mengaku orang shalih, padahal kamu sembunyi dari mereka baik bersama uang atau
perhiasan, dan kamu ingin dekat mereka atau berkawan dengan mereka; mana
bisa!!!..
Jadilah orang berakal, pengakuanmu itu hanya cinta dusta;
cinta itu tidak mungkin tersembunyi untuk orang yang dicinta bahkan cinta itu
membekas pada sesuatu; adapun yang biasa terjadi pada pribadi Nabi saw. adalah
fakir – itu tidak bisa ddipisahkan; karena itu beliau pernah bersabda : “fakir itu lebih mempercepat jalinan denganku bagi orang
yang mencintai aku daripada mengalirnya air menuju hulu.”
Kata Aisyah r.a. “tidak henti-hentinya
dunia bagi kami mengeruhkan keluarga selagi Rasulullah masih di samping kami,
ketika Rasulullah wafat dunia dituangkan kepada kami secara besar-besaran.”
Maka disyaratkan cinta kepada Rasulullah harus kefakiran, dan mencinta Allah
harus menerima ujian-Nya.
Ada Ulama berkata : setiap cobaan bergandeng kasih.
Mungkinkah kau disebut cinta Allah sedang kecintaan itu kau sertai dusa,
munafiq dan riya’ atas nama-Nya; cabutlah pengakuan dan kedustaanmu; kamu tak
perlu memasukan pikiranmu jika datangmu untuk menyatakan benar, jika tidak tak
perlu ikuti kami. Kau jangan sia-sia berpindah karena kau tidak diterima;
bahkan membisu saja diketawakan; janganlah kau mengambil alat penghibur dengan
ular dan singa, karena keduanya itu bisa membahayakan jiwa; bila kau punya
mantera penakluk ular, boleh kau mempermainkannya; jika kau punya tenaga boleh
kau bermain dengan singa; sungguh jalan Allah itu butuh sekali kebenaran, juga
sangat membutuhkan nur ma’rifat; bersama mentari ma’rifat yang terbit dalam
hati orang-orang benar selamanya tidak pernah suram – siang atau malam.
Wahai sahay, jadilah orang berakal; jangan dekati
pencipta model zaman kini, karena hakekatnya mereka adalah serigala yang
berbusana; ambillah pengacara berfikir; perhatikan gambar di sana; mohonlah
kepada Allah agar memberi petunjuk kepadamu; sesungguhnya aku terima berita
manusia dan dari Tuhan, maka yang aku temui keburukan terletak pada manusia, kebaikan
pada Tuhan.
Wahai Allah selamatkan kami dari keburukan mereka,
limpahkan rizki untukmu di dunia dan akhirat; sesungguhnya aku tidak
memerlukanmu, hanya aku butuh kamu untukmu; untuk memperlilit talimu; aku tidak
mengambil sesuatu pun darimu kecuali untukmu sendiri, bukan untukku; bagiku
yang gmencukupkan aku bukan dari sesuatu yang ku ambil darimu; aku tidak punya
apa pun kecuali kerja bertawakal kepada Allah; aku tidak akan menanti sesuatu
yang tidak datang untukku; bukan seperti penantianmu; karena yang demikian
adalah gambaran orang-orang munafik yang suka riya’, suka menggantungkan diri
kepada sesamanya bukan kepada Allah.
Kutekankan kepada seluruh bumi; jadilah orang berakal;
jika kamu ingin beruntung usahakan agar menjadi seperti pandai besi untuk
melandasiku, hingga seluruh nafsu, hawa, tabiat, setan dan musuh semuanya
terpecah!
WACANA 29.
Tanggal 11 Jumadil Akhir 545 Hijriyah di Madrasah, ia
bertutur dengan mensitir Hadis Nabi saw :
“Barangsiapa menjunjung
(menyanjung) orang kaya karena terdorong ingin memperoleh apa yang ada padanya,
maka hilanglah sepertiga agamanya.”
Dengarlah, wahai orang munafiq, demikian akibat
perendahan diri di hadapan orang kaya, maka bagaimana hasil shalat, puasa dan
haji orang yang berbuat seperti ini, bahkan mereka menerima cerca mereka. Wahai
pemusyrik Allah, tidakkah kau terima berita Dia dan rasul-Nya; Islamlah,
taubatlah dan ikhlaslah dalam bertaubat hingga imanmu kembali dan keyakinanmu
terjunjung, tauhidmu tumbuh maka cabang-cabangnya pun naik ke arasy.
Wahai sahaya, bila kau pelihara iman, kau tumbuhkan
(persubur) batangnya tentu diperkaya Allah untuk dirimu sendiri dari segala
ciptaan Allah menghias jiwa, hati dan sirrimu lalu menempatkanmu pada
pintu-Nya, memperkaya pikirmu dengan ingat dekat dan berjinak bersama-Nya;
ketika itu kamu tidak peduli lagi terhadap orang gyang bersimbah dunia atau
tersibukkan olehnya; juga tidak memperdulikan orang-orang yang haus menguasai
dunia.
Wahai orang yang mengaku berilmu, sedang ia giat mencari
dunia tanpa perduli dengan atau jatuh untuk mereka, sungguh kamu disesatkan
Allah karena ilmu itu; lenyaplah keberkahan ilmumu; lenyap akalmu tinggal kulut
saja. Dan kamu, wahai pengaku ahli ibadah, sedang hatimu giat menyembah
ciptaan, takut mereka dan mengharap mereka; secara lahiri kamu memang penyembah
Allah, tapi batinmu menyembah ciptaan; setiap apa yang kau cari atau yang kau
tuju semata dari mereka termasuk kepingan-kepingan mutiara, uang dan dunia; kau
mengharap pujian mereka tapi takut cela dan pemalingan mereka, rupanya kau
takut jika subsidi dari mereka tertutup, karena itu mereka selalu kau harapkan;
bahkan kau tak malu-malu bicara lembut di hadapan mereka.
Celaka kamu; menurut pengamatanku kau
termasuk pemusyrik, munafik bahkan zindik. Sungguh celaka; kau lakukan shalat,
mulutmu mengucapkan Takbir (Allahu
Akbar), tapi ucapan itu kau dustai sendiri; sebenarnya kedudukan
ciptaan di hatimu itu lebih besar daripada Allah; bertaubatlah kepada
Allah; kau jangan beramal baik kecuali untuk-Nya; jangan peruntukkan dunia atau
akhirat; jadilah seperti orang yang berhasrat kepada-Nya semata; berikan hak
Ketuhanan-Nya – harus kau sembah – janganlah beramal untuk mencari pujian;
karena diberi atau dicegah; sadarlah rizkimu itu tidak bertambah juga tidak
berkurang; sesuatu yang telah diputus untukmu – kebaikan atau keburukan – pasti
datang; persempitlah lobamu dan perpendek punyamu; jadikanlah mati sebagai
rujukan penglihatanmu; niscaya beruntung jika bersedia menerapkan syarat dalam
segala aktivitas.
Wahai manusia, bukankah syara’ sudah ditetapkan untukmu,
dan kau tetapkan pada sikap lahiri dan batini, lalu kau jual nafsu, hawa dan
kau perdayakan kebesaran Allah, suatu saat sikssa dan belenggu jiwa tentu
tersembul darimu; segala sifatmu niscaya diperlihatkan semua lalu mencengkeram
dan menyerangmu, berakhir dengan kematian yang pedih, di sana (kubur);
dirimu dipersempit dan disiksa oleh-Nya
sampai kiamat sambil menunggu keputusan Mahkamah Agung; di sana kau
diperhitungkan meliputi segala aktivitas hidup; kamu diminta untuk
mempertanggungjawabkan berbagai masalah
besar atau kecil; jika demikian gambarmu, maka tak jauh berbeda dengan patung
yang tak bernyawa, kulit kering mengisut tidak berarti yang sama artinya tidak
berkekuatan lagi; di saat itu tiada balasan terbaik untukmu kecuali neraka;
karena ibadahmu di dunia tidak ikhlas, maka tiada balasan baik kecuali luapan
api neraka.
Kembalilah kepada Allah dengan pembaruan Islam taubat
yang baik serta ikhlas di dunia sebelum mati menjemputmu; sebab, jika satu
perkara itu sudah tertutup pintunya berati kau tidak bisa bertaubat lagi; kembalilah
kepaa-Nya dengan kelurusan hati sehingga pintu keutamaan tidak tertutup
untukmu.
Celaka, mengapa kau tidak malu kepada Tuhan, sedang kau
jadikan kepinga-kepingan uang sebagai Tuhan, hari-harimu sebagai tujuan akhir
dan kau lupakan Tuhanmu secara umum. Dalam waktu dekat niscaya kau melihat
hasil perbuatanmu.
Serahkan kedai-kedai, hartamu untuk membantu keluarga,
untuk kasab mereka berdasar syara’ sedang hatimu tetap tawakal kepada Allah,
carilah rizkimu dan rizki mereka dari Allah, bukan dari harta atau kedaimu dan
perputaran rizkimu dan rizki mereka.
Jadikanlah fadilah dan kejiwaan bersama-Nya, niscaya kau
terkayakan dari keluargamu dan Dia memperkaya mereka dengan sesuatu yang
dikehendaki; dikatakan pada hatimu ini untuk dirimu dan ini untuk keluargamu;
tapi bagaimana kamu bisa memperoleh perkara ini sedang selama perjalanan
hidupmu bercabang-cabang, tertutup lagi menjauh dari-Nya; janganlah kau
berkenyang diri dengan dunia dan isinya; tutuplah pintu hatimu rapat-rapat;
putuskanlah segala keberadaan yang hendak memasukinya; lalu terapkan di
dalamnya kenangan untuk Allah; taubatlah sebenar-benarnnya; menyesallah atas
laku dan adabmu yang buruk sepenuh penyesalan; orang beriman yang yakin dengan
perselisihan dunia dan akhirat tidaklah menjadi bakhil.
Nabi Isa a.s.; berkata kepada iblis :
“Siapakah di antara sekian banyak manusia yang kau sukai?” Jawab Iblis : “Orang
beriman yang bakhil.” Kata Nabi Isa a.s.; : “Siapa pula di antara mereka yang
kau benci?” Jawab iblis : “Orang fasiq yang mulia.” Kata Nabi Isa a.s. kepada
iblis : “Mengapa demikian?” Jawab Iblis : “Karena aku amat mengharap orang beriman
yang bakhil akan menerapkan bakhilnya dalam laku maksiat; dan aku takut si
fasiq yang mulia jika sampai terhapus sifat buruknya oleh sifat mulianya.
Wahai di mana orang-orang bertaubat yang menekuni
taubatnya; mana orang yang malu dan takut kepada Tuhan dalam segala
aktivitasnya; wahai, di manakah orang yang membersihkan diri dari perkara haram
– baik waktu sunyi atau terangnya; di manakah orang yang mendahulukan sikap
malu hati dan memutarnya? Sabda Nabi saw. : “Sesungguhnya
kedua mata tentu diperhias, sedang penghiasnya adalah melihat hal-hal yang
haram.” Berapa kali kau
perzinakan matamu dengan memandang perkara haram – seperti wanita dan lainnya.
Padahal Allah telah berrfirman :
“Katakanlah kepada laki-laki
yang beriman supaya mereka menahan sebagian penglihatan mereka.” (Qs.
XXIV : 30).
Wahai sahaya, selagi dalam hatimu terbersit rasa cinta
dunia, kamu tak bisa melihat sesuatu pun ikhwal orang-orang shalih; selagi kau
dusta dan bersirkah kepada manusia tidak mungkin mata hatimu terbuka; tiada
kata yang mengantarmu hingga berzuhud dari ciptaan; jadilah mujtahid; persibuk
dirimu dengan ddisiplin taubat; kembalikan segala kebutuhanmu kepada-Nya;
sesungguhnya Dia itu lebih utama daripada yang lain; peliharalah hukum-hukum
syara’-Nya; biasakan bertaqwa kepada-Nya dan tinggalkan dunia serta akhirat;
karena kedua masalah yang ada itu akan terus mendatangimu sampai tak ada
masalah yang ada itu ahdap sesuatu selain Dia itu bisa menjernihkan hati dari
berbagai keruhnya; Jika kamu tidak segera menunjukkan hati kepada-Nya, maka
sesungguhnya kamu seperti hewan – tak berakal.
Wahai, rizkimu tidak dimakannya selain kamu sendiri; tempatmu
di surga dan neraka – tidak di tempatnya selain kamu; tapi sungguh kamu
dikendalikan pelupa dan didikte hawa; setiap kali hikmah kau pasang dalam
bentuk makanan, minuman, kawin, tidur dan tesalurnya sasaran ekonomi, tujuan
cenderung kepada orang-orang kafir dan munafik, setelah kau peroleh kepuasan
barang halal atau haram, masih diragukan apakah dalam hatimu terbersit rasa
agama atau tidak.
Wahai para miskin, tangisilah jiwamu; jika anakmu mati di
hari kiamat akan bangkit untukmu, tetapi kalau agamamu padam tak ambil pdeuli
dan kau tidak menangisinya; maka para Malaikatlah yang mewakilimu sama
memangisi dirimu karena menyesal melihat kerendahan semangat agamamu. Kamu
ternyata tak berakal; seandainya akau berakal tentu akan menangisi kelenyapan
agama bersama sumber-sumber kekayaan, sedang kau tidak kena coba; inilah akal
dan kemalu-maluan; keduanya itulah sumber kekayaan yang benar; ilmu tidak
berguna dan akal tidak bermanfaat untuknya; hidup tidak berfaedah; rumah tak
terhuni; harta benda tak diketahui dan makanan tak termakan bila kau tak
mengetahui sesuatu yang ada pada diri sendiri sungguh aku mengetahui; aku
bersama pengacara syara’, yang dengannya menjadi hakim lahiri, dan pengacara
ilmu Allah yang ia sebagai ilmu batin; bangunlah dari ketertiduran pelupa;
basuhlah wajahmu dengan air pembangun, lalu lihatlah, apakah kamu Muslim atau
kafir, beriman atau munafik, bertauhid atau pemusyrik, periya’ atau pemukhlis,
penyama atau pembeda, ridla atau benci; Allah tidak akan ambil peduli dirimu
atas kerelaan atau kebencian itu; karena kduanya itu sendiri berada di antara
dlar dan naf’ (sengsara atau manfaat) sama-sama kembali untuk dirimu sendiri.
Mahasuci Dzat yang Mulia; yang Halim; yang Utama; segala keberadaan bagaimana
pun juga berada di bawah kelembutan-Nya; seandainya Dia tidak berlembut kepada
kita, niscaya kita terlantar binasa.
Wahai sahaya, kau berharap kepada Allah melalui ibadah,
tetapi kau iringai syahwat, riya’ dan munafiq, bahan kamu benci mencari
kemuliaan-Nya; engkau perumpil orang-orang shalih beserta kerusakanmu; apa yang
kau andalkan, padahal dzikir mereka punya; pengajak untuk mengikuti pengetahuan
mereka juga merreka punya; wahai pelari dari Tuhan; wahai manusia sesat; wahai
penjauh dari lingkungan orang shalih! Celaka kamu, mana sesuatu yang keua
perhatikan; mana sesuatu yang mampu merangsangmu untuk berakal; pada siapa kau
mengadu; pada siapa kau minta tolong; bersama siapa kau hanyut; kala kau
tertimpa derita dengan siapa kau berteguh hati?; ceritakan padaku, karena aku
sudah tahu kedustaan dan munafiqmu; kau dan manusia lainnya bagiku laksana
kepinding; jika di antaramu terdapat orang-orang yang benar, aku tetap
mengetahui dan aku juga yang sanggup menjadi pelayannya; kalaupun ia hendak
membawaku ke pasar, lalu menjual kau atau menjadikan daku sebagai tanggungan
hutang, silahkan; Jika ia hendak mengambil busanaku atau apa saja yang aku
miliki, atau ia hendak memerintah aku hingga aku jadi peminta, silahkan; tapi
nyatanya kamu tak punya kebenaran tahid atau iman yang menunjang tujuan itu;
mana kau punya amal; kau tak berbeda seperti kayu bakar yang tidak pantas
kecuali untuk dijadikan santapan api.
Manusia itu sama, sukan menjadikan tujuan pertama utuk
dunia; bebaskanlah hatimu dari apa pun dan tempatkan di sana satu masalah yang
tidak berbentuk seperti keberadaan ini; bersihkanlah ibadah dari riya; nifaq
dan sum’ah; luruskanlah ibadah hanya untuk Tuhan semata; tapi ternyata kau
masih suka menyembah ciptaan, pembawa riya’, hawa nafsu dan pujian; tiada di
antaramu yang benar mampu beribadah kecuali yang dikehendaki Allah; tapi
sebagian besar di antara mereka suka menyembah dunia, dan takut jika sampai
lenyap; inilah penyembah surga yang mengharap memperoleh kenikmatannya dan
tidak mengharap Penciptanya; dan inilah penyembah neraka yang takut darinya
tapi tidak takut Penciptanya : siapakah sebenarnya manusia; apakah sebenarnya
surga itu; apakah sebenarnya neraka dan apa pula sebenarnya selain-Nya itu?
Firman Allah :
“Dan mereka hanya
diperintahkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas beragama untuk Allah
semata-mata.” (Qs.VIIIC :5)
Orang-orang arif lagi beriman tentu sama menghamba Allah
bukan yang lain; berikanlah hak penuhanan dan penyembahan sebagaimana mestinya;
sembahlah dia dengan mengikuti segala perintah-Nya, cintailah tapi tidak menurut
arti lain dan tinggalkan apapun selain Dia; rupanya kau berupa patung-patung
tak bernyawa; kau seperti bangunan-bangunan sedang orang lain isinya; kamu
tampak sedang mereka sirr; orang shalih adalah para pejuang Nabi; penguat
tangan kanan atau kirinya; muka atau belakang, sisa makanan para Nabi itu hanya
terlimpah untuk mereka; mereka beramal menurut ilmu mereka, maka praktis mereka
sebagai pewarisnya.
Sabda Nabi saw. :
“Ulama adalah pewaris nabi-nabi.”
Kala mereka beramal berdasar ilmu mereka, maka menjadi
pengganti Nabi-Nabi, sekaligus mewarisi kenabian mereka.
Janganlah kau datang hanya untuk membawa sepucuk ilmu
lalu merasa cukup; yang demikian tak berbeda seperti dakwah yang tidak disertai
niat, tentu tidak bermanfaat; halnya ilmu tidak bermanfaat tanpa disertai amal.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Ilmu itu hanya terpanggil
dengan amal, kalau sesuai ia bersambut, kalau tidak ia berpisah.”
Artinya berpindah barakahnya sedang pemelajarannya tetap;
kulitnya tetap tapi akalnya lenyap.
Wahai para penjual amal dengan ilmu, di antaramu terdapat
orang yang pandai berpantun disertai ibarat-ibarat dan kebenaran-kebenaran
meliputi Balaghohnya, namun ia tidak beramal bahkan tak punya rasa ikhlas;
seandainya kau mau melatih hati; niscaya terlatih pula organ tubuhmu, karena
hati itu sentral organ tubuh yang ada; karena itu jika kau melatihnya tentu
kerucuknya terlatih pula.
Ilmu itu diumpamakan kulit dan amal sebagai kerangka;
hanyalah kulit itu bisa terpelihara jika kerangkanya juga terpelihara; hanyalah
melalui penjagaan kerangka jika mengharap pelumas keluar darinya; maka bila
tidak ada kerangka dalam kulit itu apa yang akan kau perbuat untuknya; jika
kerangka itu tidak berminyak lalu apa yang akan kau perbuat untuknya; ilmu
telah lenyap, karena bila amal tidak ada, maka ilmu pun pergi dengan
sendirinya; mana mungkin bermanfaat bagimu atau pemeliharaan itu sedang
pelajaranmu tidak kau sertai amal; wahai orang berilmu, jika ku ingin baik di
dunia dan akhirat amalkanlah ilmumu, ajarilah manusia; wahai orang kaya, jika
kau ingin baik di dunia dan akhirat, peringanlah beban orang-orang fakir. Nabi
saw. bersabda :
“Manusia itu adalah keluarga Alah dan
manusia yang paling dicintai Allah Adalah mereka yang mau menafkahkan
(hartanya) untuk keperluan keluarga.”
Bahwa Ibrahim a.s.; bila mengetahui orang kafir yang
sedikit sabarnya, beliau segera berkata : “ Wahai Allah, lapangkanlah pada diri
kami di dunia dan zuhud kami di dalamnya, janganlah Engkau mencabutnya, maka
hancurkanlah kebatilannya.
Wahai Allah, lembutkanlah untuk kaji dalam ketentuan dan
ketetapan-Mu.
WACANA 30.
Pagi tanggal 16 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di
Pondok, ia bertutur :
Wahai, amat beruntung orang yang mengenal Allah – atas
kenikmatan-Nya dan menyandarkan segala permasalahannya kepada-Nya, menelanjangi
jiwanya sebab-sebab, dan kekuatannya; orang berakal adalah orang yang tidak
memperhitungkan amalnya untuk Allah, tidak mencari pahala atas segala perbuatan
baiknya.
Celaka, kau sembah Allah tanpa dasar ilmu, berzuhud tanpa
ilmu, mengabil dunia tanpa ilmu, itulah penutup di atas penutup, kau tidak
memilah yang baik dari yang buruk, kau tidak bedakan antara apa yang wajib dan
apa yang tidak wajib bagimmu; kau tidak mengenal teman dan musuhmu; setiap hal
ini hanya terjadi karena kedunguanmu atas hukum-hukum Allah dan peninggalanmu
untuk melayani para guru; yaitu guru amal dan guru ilmu yang bisa menunjukkan
kamu pada jalan Allah; sehrusnya ucapan itu untuk yang pertama, sedang amal
yang kedua, dan dengan mengamalkannya kamu bisa sampai kepada Allah; tiada
sesuatu penyambung kecuali disetai ilmu zuhud di dunia dan berpaling dengan
hati memutar jiwa; orang berzuhud itu rela melepas dunia dari cengkeramannya,
adapun zuhud yang benar itu mengusir rasa dunia
dari hati; berzuhudlah didunia dengan mengikuti hati mereka maka jadilah
zuhud itu setingkat dengan mereka, pergaulilah lahir dan batin mereka; karena
api tabiat mereka telah padam, hawa mereka terkoyak, nafsu mereka terkendali
dan keburukannya jadi baik.
Wahai sahaya, bila zuhudmu di dunia telah sempurna, maka
zuhudlah dalam ikhtiar dan ciptaan; kamu tak perlu takut atau mengharap mereka;
segala sesuatu yang memerintah nafsu jangan kau terima, kecuali setelah datang
perintah Allah; Adapun yang biasa terjadi padamu dari sudut hati; itu melalui
ilham atau tidur sambil sinis menjauh dari semua ciptaan; kendati organ tubuh
tenteram tidak ada ibarat yang membuat madlarat bagimu ibarat (pengajaran) itu
hanya terjadi disertai ketenangan hati; ia adalah perrkara besar yang tidak
menenteramkan dirimu sampai nafsu; tabiat, hawa dan apapun selain Allah padam
bagimu; ketika itu kau baru hidup berdektan dengan-Nya; mati lalu bangkit; lalu
saat dikehendaki kamu dibangkitkan kepada-Nya; pengembalian menjadi makhluk –
ketika itu – tidak diketahui; sejauh mana perrbaikan mereka dan pengembalian
mereka menuju pintu-Nya; engkau datang dari dunia dan akhirat bermil-mil semata
untuk memperoleh bagian keduanya – dunia akhirat; kau diberi kekuatan lagi
karena kekerasan manusia, lalu kamu dikembalikan kepada mereka – dari sesat – mereka
dan menetapkan perintah kewajiban-Nya; jika hal itu tidak dikehendaki, maka
pendekatan Dia bagimu dan kebebasan dari lain-Nya; tiada amanat untuk ciptaan
setelah mencapai Al-Haq – Dzat pengda keberradaan ini – Dia Maha ada sebelum
dunia ini; pengada segala sesuatu yang konstan setelah keberadaan ini; ketahuilah, dosa-dosamu itu laksana hujan; maka siapkan
taubat untuk setiap tetesannya.
Celaka, kau pembenci : kau pemuja nafsu “libido” kau
penggemar hawa, kau penghormat semua itu; lihatlah isi pelajaran kubur;
bicarailah penghuni-penghuninya dengan lisan iman, niscaya mereka menyampaikan
berita tentang situasi yang melingkupinya.
Wahai manusia, perbaguslah persahabatanmu bersama Allah,
takutlah kepada-Nya; beramallah dengan hukum-hukum-Nya; karena Dia membebanimu
berupa amalan-amalan hukum itu; beramallah dengan hukum ini; datangi hak-Nya;
jika kau beramal menggunakan hukum itu, berarti telah menunaikan amal dengan
usahamu; bahkan kamu termasuk mendorong orang lain untuk mengamalkan; berdampak
ilmu yang kau punya itu pun membawa kegunaan (manfaat) atas ilmu yang belum
pernah kau pelajari (mungkin yg dimaksud ilmu laduni),; karena, ketika itu
keberadaanmu bersama ilmu-Nya dan bersama manusia dengan hukum-hukum-Nya; jika
demikian, kamu tercatat orang pertama yang mengetahui bersumber ilmu-Nya menuju
ke pencarian ke dua. Bila kenyataan penjejakan dalam hal pertama berhasil,
suatu ketika yang kedua pun terdapat berupa orang yang kau jumpai; Tapi, bagaimana
engkau bisa bertemu Ustadz – jika lakumu tetap begitu – surutlah ke belakang
(berorientasi) dan terapkanlah akal, pendapat ilmu, baru amal dilanjutkan
ikhlas. Sabda Nabi saw. “Bertaqqarublah... baru
beruzlah.”
Orang beriman itu, orang yang belajar sesuatu yang
diwajibkan atas dirinya, kemudian mengisolir dari manusia bersunyi-sunyi diri
untuk beribadah kepada Allah; ia mengenal ciptaan cukup sebagian di antara
mereka, dan mengenal Tuhan lalu mencitai, mencari dan melayani-Nya; ia juga
tahu bahwa dlar, naf’, baik atau buruk, bukan di tangan mereka; bahkan hal itu
justru berlaku untuk mereka datang dari Allah; maka bisa dilihat bahwa orang
yang termasuk golongan mereka itu lebih baik daripada yang lekat dunia untuk
kembali kepada-Nya dengan meninggal furu’nya; diketahui pula bahwa furu’ itu
cukup banyak, sedang sumbernya hanya satu; karena itu genggamlah Dia.
Lihatlah kaca berfikir, maka bisa kau lihat bahwa
berhenti pada satu pintu itu lebih baik daripada berhenti pada pintu-pintu yang
beraneka ragam; Karena itu berhentilah pada Dia; genggamlah Dia; orang berriman
yang yakin ikhlas lagi berakal sebenarnya telah diberi kejernihan berakal, oleh
sebab itu ia menjauh dari keramaian manusia, dan mengambil mereka dari samping.
WACANA 31.
Tanggal 12 Jumadil akhir tahun 545 Hijriyah di Madrasah
Al Namurah, ia bertutur :
Marah, jika dilandasi karena Allah itu
masih terpuji, tapi jika terdorong oleh yang lain, berarti suatu cela; orang
beriman jika bersih itu karena Allah semata, jadi bukan karena diri sendiri;
juga bersih dalam berkemauan untuk menolong Agamanya, bukan untuk menolong diri
sendiri; ia akan mudah geram jika hukum-hukum Allah terberangus, seperti kegeraman
singa kala menerkam buruannya; berkait pasti Allah murka karena kemarahannya
itu, dan Dia akan ridlo karena ridlonya; janganlah kau lahirkan kejengkelanmu kepada
Allah, kendati konpensasinya untuk dirimu sendiri; karena perbuatan itu bis
membentuk sikap munafik, paling tidak serupa dengan sifat itu; karena Allah
punya persifatan lain dari yang lain (bukan seperti persifatan manusia) yang
bisa berubah atau surut.
Bila kau sedang menekuni sesuatu perbuatan, singkirkan
nafsu, hawa, setan darinya, dan kamu jangan berniat berbuat sesuatu kecuali
karena Allah serta untuk mengikuti perintah-perintah-Nya; janganlah kau lakukan
sesuatu perbuatan kecuali ada perintah resmi yang bersumber dari Allah; baik
dengan perantara syara’ atau melalui ilmu-Nya – yang masuk di hati bersama
penetapan syara’.
Berzuhudlah untuk dirimu juga terhadap ciptaan lain
termasuk dunia yang mengitari ini; cintailah berjinak-jinak bersama Allah; atau
jangan bergeser dari apap pun setelah kejernihan jiwamu kecuali bersama Allah;
usahakan bersama orang-orang shalih, tentu kau bisa beradab sambil mentranfsfer
peradaban mereka dan berpandang dengan pandangan mereka; dalam ikatan besar kau
meliaht Dia baru melihat dengan-Nya; perbuatan-Nya dalam penciptaan amat suci
seperti dirimu tak diperkenankan masuk di kerajaan-Nya, karena membawa benda
najis; lahirmu tidak bisa masuk dalam kekuasaan Maharaja, yaitu Allah, bersama
benda-benda najis yang tersimpan dalam batinmu; kau laksana himmah yang
dipenuhi kotoran minyak. Aman amal bisa kau dapat sampai terenung dalam jiwa
yang bersih, dan pada gilirannya memasukkan dirimu dalam kerajaan-Nya.
Dalam hatimu hanya terdapat kelancangan; rasa takut pada
sesama; berlembut bersama mereka, cinta dunia dan apa pun yang ada di sana
termasuk pengotor hati; tiada kata bagimu kendati sampai hati mati dan
menghantar dirimu pada pintu kebenaran hidup di mana kiblatmu terhadap sesama
makhluk tidak diperdulikan; adapun selagi keberadaanmu untuk mereka, sedang
kamu mengetahui mereka, maka tanganmu tidak memanjang kepada mereka, sehingga
mereka menerimamu; tiada kata hingga keberadaanmu tersibuk oleh mereka dan pada
orang-orang yang menerimamu, juga yang mentaati, mencegah memuji dan mencela
mereka; jika taubat sudah bersih, iman pun bersih; menurut ahlus sunnah
menambahkan bahwa : “Iman itu bertambah dan berkurang; bertambah karena
ketaatan dan berkurang karena maksiat. Nah, demikian hak kewajiban manusia yang
harus diperhatikan. Adapun orang-orang khusus (al-Khawash), maka ima mereka
terus bertambah karena lenyapnya ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh
pemasukan ciptaan dari hati mereka, dan berkurang oleh pemasukan ciptaan dalam
hatinya. Bertambah karena ketenteraman mereka bersama Allah dan berkurang
karena ketenangan mereka bersama selain Dia; mereka bertwakkal kepada Tuhan dan
bertaqwa; kepada-Nya mereka menyeru; dari-Nya mereka takut; kepada-Nya mereka
kembali bertauhid dan bergantung; maka mereka tidak syirik; tauhid mereka
terletak dalam hati dan perhubungan mereka antar sesama terletak pada lahirinya
saja; jika mereka disakiti tidak membalas. Firman Allah :
“Dan apabila orang-orang
bodoh menghadapkan perkataan kepadanya, dijawabnya : Selamat!”. (Qs.
XXV:63).
Peliharalah As-Sumtu (sifat memperbanyak diam) dan hilm
(sabar) dari orang-orang yang menyakiti; jika mereka membaut dosa besar, yaitu
bermaksiat kepada Allah, baru kau tidak boleh berpangku dagu atau diam, karena
hal itu jelas haram; kala itu melepaskan bicara termasuk ibadah sedang
peninggalannya terbilang maksiat; Apabila kau mampu menegakkan al-Ma’ruf nahi
munkar, itu merupakan pintu yang baik yang telah dibuka di hadapanmu; maka
segera masukilah!.
Adalah Isa a.s.; bila makan itu makan tumbuh-tumbuhan
yang ada di padang, sedang minumnya dari belik (sumber air), duduknya di
ngarai-ngarai atau bekas reruntuhan, jika tidur berbantal hasta, orang beriman
alangkah baikhya bila mengikuti ini, kendati ia punya harta tapi hanya
terpakaikan untuk lahiri saja dan menetapkan jiwa serta hati bersama Allah;
pijakan pertama tetap tidak berubah; karena zuhud bila telah menetap dalam hati
ia tidak akan tergeser oleh pendatang “dunia”; orang beriman kalaupun mencintai
dunia atau isinya, keinginan atau kelezatannya tidak menjadi percikan yang
merepotkan diri, baik siang atau malam; tidak menyembah Allah atau berzikir
kepada-Nya, tidak mentaati-Nya kalau jiwanya masih menyimpan aib dalam
penglihatan Allah; maka ia bertaubat dan menyesali segala perbuatannya, itu
sesuatu yang terikat darinya meliputi hari-hari yang sunyi; pandanganya mencela
dunia melalui jalur Kitab, sunnah dan guru-guru yang alim; lalu sikap zuhud
datang di sana; manakala ia melihat sesuatu aib, maka ia melihat pula aib yang
lain; kemudian ia sadari bahwa hal itu hanya kebinasaan saja, usianya memanajng
sampai dekat, nikmatnya lenyap, kebaikannya tergeser, perangainya jahat,
tenaganya pembantai, bicaranya berbisa – ia berdiri tiada tempat kembali
untuknya, juga permulaan dan masanya; di sana seperti bangunan di atas air,
dengan demikian ketetapan dalam hati pun tidak bisa dijadikan pedoman, dan
baginya tidak punya kediaman tetap. Kemudain ia menekan derajat yang rendah dan
memperkokoh tempatnya, maka ia mengenal Allah
-- karena itu jangan harap
akhirat sebagai ketetapan hati; sebaliknya ambillah kedekatan dengan Tuhan di
dunia dan akhirat; untuk sirr dan hati dibangunkan kediaman di sana. Ketika itu
imarah (keramaian) dunia tidak membawa madlarat baginya kendati seribu rumah di
bangun untuknya; karena ia dibangun untuk yang lain bukan untuk Dia; di sana
karena ia mengikuti perintah-perintah Allah, menerima ketentuan dan
keputusan-Nya; ia berdiri siaga melayani ciptaan atau menyambung tali kebaikan
dengan mereka, mengkait bederang dengan gulita, baik perihal makanan atau roti;
ia tidak makan biji-bijian itu sebagai makanan yang diperbantahkan; di sana
tidak mendapat persekutuan selainnya, maka ia menjadi makanan yang disantapnya
dan berpuasa di samping makanan selainnya; orang zuhud yang berpuasa dan orang
arif yang berpuasa selain yang diketahui, berarti mereka pelapar selain dari
penghasilan yang halal; mereka berpenyakit karena ciptaan, obatnya adalah
kedekatan; orang zuhud berpuasa di siang ghari dan orang arif berpuasa di siang
dan malam hari; ia berpuasa tidak mengenal buka sampai Asma Tuhan tetap di
hati; orang arif berpuasa setahun penuh; selama itu ia puasa dengan hatinya dan
terpelihara sirriny; sungguh ia amat sadar bahwa obat mujarab baginya adalah
berjumpa Tuhan dan dekat dengan-Nya.
Wahai sahaya, jika ingin bahagia, keluarkan ciptaan dari
hatimu; jangan takut atau mengharap mereka; jangan berjinak-jinak atau diam
bersama mereka; bergegaslah lari menjauh darinya bencilah mereka seakan-akan
bongkahan bangkai; jika kamu bersih dalam hal ini tentu ketenteraman pun bersih
di saat mengenang Allah dan gelisah ketika mengenang yanglain.
WACANA 32.
Jum’at pagi tanggal 11 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah,
di pokdok, ia bertutur :
Laksanakanlah perintah Allah, rintangilah perbuatan
terlarang; bersabarlah dalam menerima ujian dengan memperbanyak amalan sunnah,
maka kamu sungguh disebut orang sadar yang beramal untuk mencari taufiq Allah;
rendahkan dirimu di hadapan-Nya hingga lengket debu; rintangi maksiat dari
jalur lahir dan membencinya melalui jalur batin; genggamlah taufiqnya; benci
dan maksiat jauhkan dari-Nya; bersabarlah atas ketentuan-Nya. Datanglah di
hdapanku dengan akal sehat yang menetapkan jiwa serta niat azimah; jauhkan
kebimbangan dariku dan baik prasangka denganku, tentu kamu memperoleh kegunaan
atas ucapanku; fahamilah artinya!..
Wahai orang yang bimbang terhadapku, setiiap apa yang
diriku ada di dalamnya akan membuat kejelasanmu di hari-hari mendatang; jangan
kamu perumpil daku dalam hatimudengan penahanan dan pengalahan. Beban dunia di
atas kepaalku dan beban akhirat di dalam hatiku dan beban Allah atas sirriku
siapa yang menemaniku. Siapa yang dijadikan baik akan menghadap daku sedang di
kepalanya terlintas suara memuji Allah, tiada seorang pun butuh pertolongan
selain dari-Nya; jadilah kamu orang berakal, beradab baik di hadapan Ulama,
karena mereka pemelihara keutuhan dunia; jika tidak, mana mungkin terpelihara
riya’mu, munafiqmu dan syirikmu. Wahai orang munafiq, wahai musuh Allah, wahai
musuh Rasul, wahai pengisi neraka, camkanlah!.
Wahai Allah limpahkan taubat untuk daku dan mereka; wahai
Allah bangunkan daku dan mereka, rakhmatkanlah aku dan mereka, hampakan hati
kami dan organ tubuh kami untuk-Mu, jika terpaksa organ tubuh untuk keperluan
keluarga, tentang urusan dunia dan jiwa untuk akhirat, maka hati dan sirr
kupersembahkan untuk-Mu semata, amin...
Celaka, kamu telah memperkuat jiwa dengan rasa takut dan
mengharap ciptaan, lenyapkan penguat ini dari mereka dan tegakkan dirimu untuk
menjadi pelayan Tuhan; jadikanlah ketenangan di hadapan-Nya melalui zuhud,
memutus hubungan syahwat, wanita dan
bebagai sesuatu yang ada didalamnya, berati ia datang kepadanya tanpa
sepengetahuanmu atau taanpa masa pencarian, yang demikian kamu telah berzuhud
di hadapan-Nya, maka kamu diberi penglihatan dengan mata yang mulia dan
memperoleh bagian tanpa terputus. Tetapi selagi kamu masih merasa penat
terhadap apa yang ada di sekelilingmu, tetap kamu tidak akan kedatangan sesutu
dari yang tidak diduga.
Ada Ulama berkata : “Selagi di hadapanmu terdapat
sesuatu, tentu sesuatu yang ghaib tidak akan datang kepadamu.”
Wahai Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari
kepenatan causalita dan yang membuat kegilaan, hawa, tabiat dan keburukan
meliputi segala kondisi dan sikap.
Wahai Tuhan kami, berilah kemi kehidupan yang baik di
dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan lepaskanlah kami dari siksa
neraka.
WACANA 33.
Ahad pagi tanggal 15 Jumadil Akhir tahun 545 Hijriyah di
Pondok, ia bertutur :
Barangsiapa mengetahui orang yang dicintai Allah berarti
telah mengetahui orang yang mengenal Allah melalui hatinya yang masuk dalam
sirrinya. Tuhan kita Azza wa Jalla adalah Dzat yang wujud yang bisa dilihat.
Ini sebagaimana ditandaskan oleh Nabi saw. :
“Kamu semua akan bisa melihat
Tuhanmu secara jelas seperti kamu melihat matahari dan bulan yang tidak
menyakitkan penglihatanmu.”
Hari ini kamu bisa melahat-Nya melalui mata hati dan besok dengan mata kepala :
“Tiada penyerupa bagi-Nya sesuatu pun dan dia Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”
Orang yang dicintai Allah tentu rela atas ketentuan-Nya,
bukan kepada yang lain, mereka mohon pertolongan dari-Nya dan mempersempit
selain Dia, baginya kepahitan menjadi orang fakir sebagai kemanisan, tanpa
mengurangi arti rela kepada-Nya, dan merasa nikmat jika bersama-Nya. Letak kaya
ada di fikiran, nikmat mereka jika sedang sakit, kejinakan berada dalam
ketakutannya. Alangkah beruntung wahai orang penyabar, wahai orang rela, wahai
orang yang memadamkan nafsu dan hawanya.
Wahai manusia, sertai Dia dan relakan perbuatan-Nya,
janganalah merasa pintar atau merasa lebih berakal terhadap orang-orang yang
berakal daripadamu. Fiman Allah :
“Dan Allah mengetahui dan
kamu tidak mengetahui.” (Qs.II:232).
Berhentilah di hadapan-Nya, berpijak pada kejatuhan akal
dan ilmu, tentu kamu akan memperoleh ilmu-Nya.
Dengarlah dan amalkan sesungguhnya aku pemintal
perhubunganmu, aku pemintal tali perhubunganmu penuh lembut, sedang pemula
keputusannya bukan dari daku; mereka; karena kepentingan mereka sendiri. Daku
tidak mengenal sedih, aku laksana burung di mana saja!.
WACANA 34.
Ia bertutur :
Orang-orang yang bersibuk diri menghabiskan waktu dan
memberi hak permulaannya untuk ciptaan berarti waktunya tersita dan terberi
untuk mereka, waktu mereka tersisa oleh Fadl dari Allah dan rakhmat-Nya, dan
terberi untuk orang-orang fakir miskin yang terjepit mereka. Mereka melabrak
dewan-dewan orang beragama yang lemah atas keputusannya. Mereka adalah para
pemimpin atau penguasa negara, ya, tidak penguasa dunia karena menyita dan
tidak memberi.
Pada umumnya orang itu meninggalkan bekas sesuatu yang
tampak dan mentauti yang tidak tampak. Mereka mentransfer punya Allah bukan
punya ciptaan, organ tubuh mereka bekerja untuk ciptaan dan hati bekerja untuk
diri sendiri. Mereka menafkahkan sesuatu untuk Allah bukan untuk hawa nafsu. Tujuan
jiwanya bukan untuk puja atau puji. Tinggalkan raa berbesar diri di hadapan
Allah atau tehadap sesama, karena perbuatan itu termasuk di antara sifat orang
sombong adalah mereka orang-orang yang mukanya akan diasah oelh Allah dengan
api jahanam. Termasuk juga dalam jajaran orang yang sombong adalah jika kamu
marah kepada-Nya. Sama halnya bila kamu mendengar ssuara adzan, tapi kamu tidak
menjawab; yakni bersegera melaksanakan shalat, sungguh berarti kamu telah
berlaku sombong kepada Allah. Dan bila seseorang berbuat dhalim atas sesamanya
berarti ia bersombong di hadapan-Nya.
Bertaubatlah, murnian taubatmu sebelum terbinasakan
melalui pengelmahan ciptaan-Nya, seperti pembinasaan atas Namrudz dan raja-raja
lalim lain. Untuk apa, jika kamu sombong kepada-Nya niscaya akan dihinakan
setelah dimuliakan, melarat setelah kaya, disiksa setelah melalui nikmat,
bahkan diperbudak setelah kehidupan ini!. Jadilah orang takwa. Syirik itu bisa terjadi
karena dua sebab; lahir dan batin; Syirik lahir seperti menyembah patung atau
sejenisnya, dan syirik batin seperti takut pada sesama dan yakin mereka
memiliki dlar dan naf’.
Di antara manusia juga terdapat orang yang menguasai
harta dunia, tetapi ia tidak mencintainya, ia memiliki tetapi tidak dikuasai,
harta menyukai tapi ia tidak mencintai, dunia melayani tapi ia tidak
melayaninya, ia bisa menyirnakan dunia tapi ia tidak bisa dihancurkannya.
Teramat bagus hatinya kepada Allah, dunia tidak pernah mampu mencelakakannya,
ia rela mengeluarkan dunia tetapi dunia tak mampu mengeluarkan dirinya. Karena
itu Nabi saw. bersabda :
“Yang paling nikmat untuk
harta yang baik itu bila dikuasai orang baik.”
“Tidak ada kebaikan dalam dunia (harta)
kecuali bagi orang yang disebut demikian
dan demikian.”
Ketika itu Nabi sambil berisyarah memisahkan dua
tangannya dalam keadaan yang riang gembira.
Tinggalkan dunia yang kau kuasai untuk kebaikan dirimu
bersama Allah. Keluarkan ia dari hatimu niscaya tidak membahayakan, nikmat dan
keindahannya tidak akan mampu menipumu, karena dalam waktu singkat ini
seluruhnya akan lenyap menjauh darimu.
Wahai sahaya pandanganmu tidak memuaskan aku, karena kamu
sesat. Barangsiapa merasa puas atas pandangan sendiri berarti ia sesat, hina
dan tergelincir, apabila kau merasa puas atas pandangan sendiri hram hidayah
dan keterpelihara bagimu, kaerna kamu tidak mencarinya dan tidak menetralisir
kausalitanya.
Kamu berkata : “Aku orang yang sudah kenyang mencucup
ilmu Ulama.” Dan kamu mengaku berilmu, tapi mana amalmu? Pengakuan ini tidak
berarti, pengakuan itu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Orang yang mengaku berilmu hanya menjadi jelas kebersihan
pengakuannya bila disertai amal, ikhlas, sabar ketika dicoba, tidak bergeming,
tidak gelisah atau mengadu kepada sesama ciptaan. Kamu buta mengapa
mengaku melihat, kamu sulit menerima kefahaman (idiot) mengapa berkata mampu
memahami. Bertaubatlah dari pengakuan palsu itu
-- kepada Allah bukan yang lain. Palingkan rasamu dari keberadaan ini,
carilah sang Pencipta keberadaan ini, kamu bukanlah orang yang mampu
memporakpondakan, mempermegah, merusak atau menguasainya; bahkan kamu harus
memelihara sikap kekuasaan jiwamu sampai peroleh ketenteraman dan mengenal
Tuhan. Carilah kedamaian dunia akhirat, kamu harus memelihara takwa, tajrid,
tafrid dari selain Dia, kamu harus menjaga kekosongan jiwa salamanya! Jangan kau
tetapkan dirimu dalam sesuatu kecuali yang menjurus pada kata perintah dan
larangan, kaena jika kamu lakukan berarti dirimu tetap di sana. Wahai kaum
lelaki, wahai kaum wanita, amat beruntung di antaramu yang memasang butir-butir
mutiara ikhlas dalam jiwa, ya, termasuk butir-butir takwa, mutiara sabar dan
syukur. Aku lihat kamu orang-orang yang jatuh!.
WACANA 35.
Ia bertutur :
Betapa celaka orang yang sombong, ketahuilah
penghambaanmu itu tidak membenam dalam bumi tetapi naik ke langit. Firman Allah
:
“Kepada-Nya naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang baik itu dimuliakan oleh Tuhan.”
(Qs. XXXV:10).
Allah berkuasa atas Arasy dan Dia pemeliharan kekuasaan
itu, ilmu-Nya mengakar ke segala penjuru yang baru. Dalam Al-Qur’an terdapat
tujuh macam ayat yang menjelaskan hal ini, tetapi kesemuanya itu tidak
memungkinkan daku untuk menjelaskan karena ketololanmu.
Kamu mempertakuti aku dengan pandanganmu, tapi aku tidak
gentar, kamu hendak memperjinak aku dengan hartamu; aku tidak pernah akan butuh;
bahkan aku semakin takut Allah. Aku mengharap Dia bukan yang lain, aku
menyenbah di hadapan-Nya bukan di hadapan yang lain, rizkiku ada di sisi-Nya.
Setiap hamba membutuhkan Dia, tetapi ia tidak mungkin menundukkan-Nya. Tersebut
bahwa, ia (Abdul Qadir al Jailani) melalui usahanya telah mengIslamkan orang
lebih dari 500 (baca :limaratus) dan mentauabatkan 20.000 (baca : dua puluh
ribu) orang. Ia berkata : “Yang demikian ii karena berkah Nabi-ku Muhammad saw.
semata .
“(Dia) Maha Tahu perkara yang tersembunyi dan tidak
diterangkan-Nya rahasia-Nya itu kepada siapa jua pun selain kepada utusan yang
disukai-Nya.” (Qs.LXXII : 26, 27).
Al Ghaib (sesuatu yang tidak aksat mata) berada di
sisi-Nya, maka perdekatlah Dia sampai kamu melihat dan mengetahui apa yang ada
di sisi-Nya. Untuk itu, tinggalkan keluarga, harta, desa, isteri, anak dan
keluarga mereka dari lubuk hati, tinggalkan semua perkara itu dan ber-sirri-lah
di pintu-Nya,. Jika kamu sampai di pintu-Nya, maka tidak akan tersibukkan oleh
syahwat atau harta benda, kalaupun kamu dihadapkan senampan santapan, tidak
melahapnya, jika kamu di tempatkan dalam sebuah kamar, tidak menempatinya; jika
kamu dikawinkan lagi, tidak mau; dus, kamu tidak menerima sesuatu pun dari
semua itu, sampai kamu menjumpai-Nya seperti pertemuan antara kulit dengan
bajumu, baju dengan air, seperti debu dengan perjalanan orang, beserta
keteracakan rambutnya. Inilah arti : “Tawalli” dengan cipta.
WACANA 36.
Selasa sore tanggal 2 Rajab tahun 545 Hijriyah di Masrasah,
ia bertutur :
Dunia ini dalah pasar, tapi tak sampai lama, tiada
seseorang pun yang tinggal di sana. Kala malam tiba, penghuninya sama pergi.
Bermujahadahlah bahwa kamu tidak akan berjual beli di pasar ini kecuali,
sesuatu yang bermanfaat di akhirat nanti, karena pencela itu selalu
memandangmu. Esakan Allah, ikhlas dalam amal untuk Dia semata. Dia lah pemberi,
tetapi kamu amat sedikit memberi kendati untuk sesamamu.
Wahai sahaya, jadilah orang berakal dan belaku sopan di
hadapan Allah atau ciptaan. Kamu jangan aniaya mereka; sedang kamu mencuri
sesuatu dari mereka, apa yang kau punya.Tiada harta untukmu sampai tanda tangan
di terima wakilnya, maka ketika itu kamu baru tahu pemberian sebelum tanda
tangan; tidak diberi sesuatu yang paling kecil atau yang terbesar kepadamu,
kecuali atas ijin Allah, bersama pengesahan dan ilhamnya dalam hati. Jadilah
emikir yang menetapkan tampatmu di hadapan Alah, karena rizki itu terbagi
menurut pembagian-Nya.
Dengan muka macam apa kamu akan menjumpai Dia besok,
sedang ketika di dunia kamu selalu menentang-Nya sambil berpaling menuju
ciptaan untuk menyekutukan, segala kebutuhan kau utarakan kepada sesama dan
berpasrah dalam kepentingan mereka, padahal kebutuhan kepada sesama berarti
siksa, tentu amat banyak peminta tapi tiada yang keluar dari mereka – suatu
permintaan – kecuali sika, sedang di antara mereka yang terkecil tanpa merasa
benci dalam kebenaran-Nya, ketika kamu meminta pati dirimu sendiri tersiksa
berarti ada dalam jalan haram berupa tidak bersedia memberi.
Wahai sahaya, bagiku, pertama kali dalam menanggapi
situasi ini adalah tentang kelemahan ketika mencari sesuatu kepada sesama dan
sesuatu yang kau miliki tapi tidak kau ketahui “dari mana”, tidak kau lihat
“bagaimana”, Jika kamu mampu memberi tanpa menghendaki sesuatu lakukanlah, kamu
ingin menjadi palayan tanpa mencari pelayan laukanlah, setiap orang berbuat
untuknya dan bersamanya, maka lihatlah mereka bagaimana keganjilannya di dunia
dan akhirat, lihatlah kesufian dan kesiagaan mereka di hadapan-Nya.
Wahai sahya, bila Islam tidak berbesit dalam jiwamu,
bagaimana iman bsia tumbuh, jika iman tidak terdapat dalam jiwa, berarti kamu
tidak punya keyakinan, jika yakin tidak kamu punyai, berarti ma’ruf tidak ada
padamu – apalagi kamu sampai mengenal-Nya. Nah, inilah derajat dan peringkat
yang tumbuh dalam jiwa. Bila Islam bersih, bersih pula penyerahanmu. Jadilah
penyerah diri kepada Allah meliputi keberadaanmu – beserta memelihara hukum
syara’, serahkan jiwamu menurut kewajibannya, perbaguslah adab bersama Dia dan
ciptaan-Nya, kamu jangan aniaya dirimu sendiri atau yang lain, karena perbuatan
aniaya itu mempergelap hati, mengkelamkan muka serta catatan amal, kamu jangan
mengaiaya atau menolong penganiaya. Karena Nabi saw. bersabda :
“Akan ada panggilan di hari
kiamat ; di mana penganiaya, di mana pembantu penganiaya, di mana orang yang
melihat mereka sedih, di mana orang yang
bertemu mereka sakit? Kumpulkan mereka dan letakkan dalam peti dari neraka.”
Larilah dari cptaan, berjanjilah jangan menjadi
penganiaya atau teraniaya, jika kau mampu lebih baik jadi orang teraniaya –
daripada menganiaya – karena pertolongan Allah pasti melimpah orang teraniaya,
apalagi jika tidak terdapat orang yang menolong. Nabi saw. bersabda :
“Jika orang yang teraniaya
tidak menjumpai penolong selain Allah, maka sesungguhnya Dia berkata : tentu
Aku beri pertolongan padamu kendati telah berlalu.”
Sabar itu, satu jalan untuk memperoleh
pertolongan, mengangkat derajat dan memperoleh kemuliaan. Wahai Allah,
kami mohon kepada-Mu agar bersabar bersama-Mu, kami mohon takwa, terbebas dari
segala ini dan sibuk bersama-Mu, dan agar tersingkap hijab antara kami dan
Engkau.
Jadilah perantara antara dirimu dengan-Nya, karena
berhenti bersama-Nya aalah kesibukan. Tiada penguasa, tiada yang kaya tiada
yang mulia kecuali Allah.
Wahai munafik, sampai kapan kamu beriyah’ dan bermunafiq?
Celaka kamu, bagaimana tidak malu kepada-Nya dan tidak yakin akan perjumpaan
dengan Dia? Waktu ini kamu beramal untuk-Nya sedang batinmu untuk yang lain,
kembalilah, temukan urusanmu dan bersihkan niatmu untuk-Nya, bersungguhlah ---
bertekad -- tiak akan makan sesuap pun
atau berjalan satu langkah atau beramal sesuatu kecuali dengan niat bagus.
Kau tahu, cipta dan pencipta tidak bisa disatukan, dunia
dan akhirat dalam hati tidak bisa dipadukan, tidak bisa dilukiskan, tidak bisa
dibenarkan, tidak datag sesuatu darinya; baik ciptaan atau pencipta, baik dunia
atau akhirat. Tetapi keberadaan ciptaan sungguh bisa dilukiskan dalam lahir
jiwamu, sedang pencipta terlukis melalui batin, dunia di tangan akhirat dalam
hatimu, tetapi jika sudah di hati jangan kamu satukan. Kacalah dirimu dan
pilihlah untuk-Nya, jika kamu berkehendak dunia, keluarkan akhirat di hati,
jika menghendaki akhirat, bebaskan dunia dari hati, jika kamu ingin dekat
Tuhan, bebaskan hatimu dari dunia dan akhirat, Selagi di hatimu terpercik
sesuatu selain Allah, kamu tidak akan bisa menyaksikan kedekatanmu dengan
Allah. Pikirlah, jangan sesekali mendatangi pintu-Nya keculai dengan tancapan
yang benar, karena setiap pandang pasti menghianatimu.
Wahai sahaya, rupanya yang kau ketahui cukup mempersibuk
diri darupada yang tidak kamu ketahui, bebaskanlah nafsu dari hatimu tentu
kebaikan datang mengitarimu, karena hal itu sebagai kekeruhan yang amat, tapi
kala nafsu telah keluar kejernihan pasti datang tanpa membawa keruh, bahkan hal
itu membawa perubahan yang esensial. Firman Allah :
“Sesungguhnya Allah tidak
akan merubah keadaan sesuatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka
sendiri.” (Qs.XIII:11).
Wahai manusia, dengarkan ini, wahai mukallaf camkanlah
kalam Sal Baari (Dzat Pencipta), ia adalah sebenar-benar perkataan. Cemburukan
dirimu untuk-Nya terhadap sesuatu yang dibenci hingga jalan membentang seperti
yang mereka cinta datang untukmu.
Dengarlah kataku, termimalah permukaan bumi ini orang
berani berbicara di hadapan ummat dalam situasi seperti ini, kecuali aku. Aku
membutuhkan perangan mereka, bukan untukku, kendati aku mencari yang lain,
tetapi aku tetap membutuhkan mereka. Setiap kalimat yang keluar dariku kepada
mereka bukan berarti aku membutuhkannya, sungguh, aku tidak membutuhkan kecuali
Allah. Mana sesuatu yang dikehendaki, bukan dunia, bukan akhirat, juga bukan
isi kedunya, sedang Dia Maha Mengetahui kebenaranku. Karena Dia Mahatahu
kendati yang kasat mata.
Seseorang tidak mencari gambaran Allah, tetapi ia mencari
ma’nawinya, yaitu mengesakan, ikhlas dan menyingkirkan kecintaan dunia akhirat
dari hati, menjadikan segala sesuatu dalam keterasingan bersama-Nya. Jika hal
ini sempurna atasmu berarti kamu lebih mencintai, lebih dekat dan lebih
meninggikan Dia daripada yang lain.
Wahai Tuhan kai, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan
kebaikan hidup di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 37.
Jum’at pagi tanggal 5 Rajab tahun 545 di Madrasah, ia bertutur
:
Nabi saw. bersabda :
“Besuklah si sakit dan
antarkanlah jenazahnya, karena hal itu suatu jalan mengenang akhirat.”
Tujuan Rasulullah saw. sehungan dengan sabda tersebut
adalah agar kamu ingat akhirat, sedang saat ini kamu menjauhi peringatan itu,
sebaliknya terlalu cint dunia. Tidak lama lagi di antaramu pasti diuji – tanpa
perkaramu – yaitu pengambilan dunia dari genggamanmu sebagai pengganti
keriangan. Wahai orang lalai, ingatlah, kamu bukan dicipta untuk dunia, tetapi
dicipta untuk akhirat. Wahai orang lalai, jika kamu tetap cenderung dunia, berarti himmahmu hanya menghantar pada
syahwat, kelezatan, dan segala dunia terukur menurut uang. Di pihak lain, organ
tubuhmu sibuk bermain dengannya. Jika kau diingatkan akhirat atau mati, kamu
berkata : “Ah kuno, terlalu sempit!.” Tegakkan kepala untuk demikian dan
demikian, peringatan mati telahdatang, seperti : “pemutihan rambut; tetapi kamu
tetap ingin mengelak yaitu dengan jalan memotong atau menyemirnya. Jika mati
benar-benar datang mana amalmu? Jika Malaikat Pencaut Nyawa datang, bagaimana
bisa kau menolak? Jika sumber penghasilanmu tertutup, bagaimana kau menolak.
Tinggalkan kegilaan ini, dunia itu terbangun di atas amal, itu baru benar, jika
kamu beramal di sana tentu kelak diberi pahala, tapi jika kamu tidak beramal
apa yang bisa diberikan? Dunia adalah sebuah gedung tempat meneguk, dan akhirat
adalah gedung khusus untuk beristirahat. Orang beriman ketika di dunia giat
meneguk tugasnya tentu ia akan leluasa beristirahat di akhirat. Tapi bagimu ama
tsuka beristirahat sekarang, mengulur-ulur taubat; dari hari ke hari; dari
bulan ke bulan bahkan dari tahun ke tahun; sampai habis masa taubatmu, dalam
waktu dekat tentu saja kau menyesal; bagaimana aku tidak menerima nasihat,
bagaimana aku tidak bangun dan membenarkan; maka akupun tidak mengenal
kebenaran !.
Celaka, pelepah atap kehidupanmu pecah. Wahai orang yang
terrperdaya, kehidupanmu telah tiba, inilah tempat yang kau sukai sekarang
hancur, carilah kedamaian akhirat, alihkan pijakanmu ke sana! Apakah pijakan
iu? Adalah berupa amal baik, mendahulukan sesuatu keperluan untuk akhirat,
sampai dirimu menemukan kala sampai ke sana. Wahai orang yang terperdaya dunia,
wahai penyibuk tanpa hasil, wahai orang yang menghasilkan sirr untuk bersibuk
jadi pelayan dunia !
Sadarlah, akhirat itu tidak bisa dipadukan dunia, karena
orang tidak dibenarkan melayani dunia, singkirkan ia dari lubuk hati, tentu kau
menyaksikan akhirat. Bagaimana agar ia datang tanpa menguasai hatimu, jika ini
sempurna kamu dapat panggilan untuk mendekat Allah, ketika itu akhirat jadi
sunyi sedang kamu mencari-Nya, maka di sanalah kesempurnan hati yang besih dan
kejernihan sirri.
Wahai sahaya, jika hatimu bersih syuhud (menyaksikan
Allah) para Malaikat dan orang-orang berilmu tetap berpihak padamu, jika kamu
menyaksikan Dia, maka tidak lagi butuh penyaksian dengan kebenarannya untuk
dirimu, jika ini sempurna atasmu jadilah gunung tidak digetarkannya, keuntungan
tidak dikuranginya, dan pandangan terhadap ciptaan yang ada dalam jiwamu tidak
membekas, tidak ada goresan yang sampai menggores hatimu dan kejernihan sirrmu
tidak terkotori.
Wahai sahaya, carilah maqam ini, impikanlah, jadikan
himmahmu untuk-Nya, tinggalkan mencari dunia, karena hal itu tidak bakal
membuat kepuasan kecuali, selain Allah tidak akan pernah memuaskanmu, karena
itu rapatkanlah dirimu dengan-Nya, dengan cara itulah kamu bisa memuaskan hati,
jika berhasil tentu bisa mencapai kecukupan dunia akhirat. Wahai orang lalai,
butuhkan orang yang membutuhkanmu, carilah orang yang mencarimu, cintailah
orang yang mencintaimu, sibukkan bersama orang- yang bermusytaq kepadamu. Kau
dengan firman Allah :
“Dia mencintai mereka dan
mereka mencinta-Nya.” (Qs.V:57)
Sesungguhnya kamu diciptakan hanya untuk menyembah Dia,
karena itu jangan mempermainkan. Aku ingin agar kamu menjalin hubungan
dengan-Nya, maka kamu jangan bersibuk diri untuk yang lain, jangan
mencintao-Nya merangkap ciptaan; jika kamu mencintai yang lain cintailah atas
dasar kasih sayang dan kelembutan, kalau itu yang kamu kehendaki tidak mengapa,
tapi jika cintamu berdasar lubuk hati; jangan lakukan karena termasuk cinta
sirri, dan yang demikian tidak diperkenankan.
Nabi Adam a.s. kala hatinya hanyut mencintai taman sorga
beseta taman keindahannya membawa dampak keterpisahan antara Allah dan surga –
setelah diuji – lalu ia diusir dari surga dengan ujian memakan buah terlarang
yang disukai Hawa, akibatnya ia dan Hawa terpisah dalam waktu yang tidak
pendek, yaitu kurang lebih 3000 tahun, ia berada di Sarandib dan Hwa di Jeddah.
Nabi Ya’kub manakala hanyut pandang kepada anaknya
“Yusuf” a.s. dan selalu dekat dengannya berakibat membawa perpisahan yang cukup
lama. Dan Nabi Muhammad saw. ketika pandangannya hanyut kepada Aisyah – dengan
berbagai perasaan – berakibat membawa cobaan menimpanya, yaitu tuduhan berbuat
zina dari orang-orang munafiq yang dusta, sehingga untuk beberapa hari beliau
tidak ingin melihat Aisyah. Oleh karena itu hanyutkanlah pandanganmu untuk
Allah semata, bukan yang lain, kamu tak perlu berjinak-jinak untuk yang lain,
taruhlah ciptaan ini di luar hati, sedang segala penjuru hati itu sendiri
terpenuhi oleh-Nya.
Wahai pembaut batil, wahai pemalas, wahai orang yang
enggan menerima ini, jika kamu besedia amenerima petuah-petuah dariku lalu
melaksanakan apa yang daku katakan, maka laksanakanlah sepenuh jiwa, jika kau
tidak bisa menundukkan kepongahan jiwa, maka yang ada hanya kebencian dan
keharaman. Firman Allah :
“Berguna kepadanya apa yang
diusahakannya dan yang mencelakakannya pun hasil usahanya pula.” (Qs. II: 286).
“Kalau kamu membuat kebaikan, kebaikan itu
untukmu sendiri, dan kalau kamu membuat keburukan, maka keburukan itu untuk
dirimu juga.” (Qs.XVII : 7).
Yang demikian ini tentu akan terwujud – besok – untuk
balasan amal ditempatkan di surga, dan siksa di neraka. Nabi saw. bersambda :
“Terimalah makananmu untuk
orang-orang yang bertaqwa, dan berikanlah seperca kainmu kepada orang yang
beriman.”
Jika kamu menyerahkan makanan kepada orang bertaqwa dan
memberikan dunia kepadanya, berarti kamu menjadi teman sejawat dalam penghasilan
dunia kepadanya, pahalanya sedikitpun tidak berkurang, karena kau menjadi teman
(penolong)nya dalam mencapai tujuan, dan kau juga yang meringankan beban dan
mempercepat mencapai garis finis menuju Tuhan. Tapi bila makanmu kau berikan
kepada orang munafik yang riya’ lagi maksiat dan keberuntungannya terleteak
pada perkara dunianya berarti kamu jadi teman sejwat munafik itu, maka apa
yang dikerjakan oleh munafiq itu berarti
siksa yang tak terkurangi sedikitpun, karena kamu telah membantu dalam memperlancar
kemaksiatan kepada Allah, oleh karenanya keburukan itupun kembali untukmu.
Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu, karena ibadah tanpa
ilmu tidak baik dan yaqin tanpa ilmu tidak sempurna, belajarlah dan amalkan
niscaya membawa bahagia dunia akhirat, jika
kamu tidak sabar untuk mencapai ilmu dan beramal dengannya, maka bagaimana bisa
bahagia, ilmu jika diberikan seluruhnya niscaya menarik sebagiannya.
Ada di katakan kepada ulama : “Bagaimana kamu bisa
memperleh ilmu ini? Jawab : dengan menggunakan metode
burung gagak, jika mencari mangsa berangkat di pagi-pagi benar, dengan
kesabaran onta, dengan metode kerakusan babi hutan dan dengan metode
kecemburuan anjing; sedang aku pagi-pagi benar mendatangi ulama seperti
burung gagak dalam mencari mangsanya, aku sabar atas beban berat seperti
kesabaran onta ketika membawa beban berat, aku lebih rajus mencari ilmu seperti
kerakusan babi pada makanan apa pun – mana ada kamanan tampak di matanya tentu
disantap, dan aku lebih menjaga mereka seperti kecemburuan anjing ketika
menjaga rumah tuannya sampai ia diberi makan.
Wahai pencari ilmu, dengarkan penjelasan sistem mencari
ilmu seperti ini, amalkan jika kamu ingin memperoleh ilmu dan beruntung. Ilmu
it lambang hidup, dan bodoh itu lambang mati. Oang berilmu yang beramal lagi
ikhlas dalam amalnya dan bersabar dalam masa pencariannya – demi Tuhan –
tidaklah tertimpa kematian (berorientasi), karena manakala kematian telah nyata
mengembalikan bentuk keberadaan dirinya kepada Tuhan, berati ia kekal hidup
bersama-Nya.
Wabai Allah berikanlah ilmu kepada kami dan ikhlas dalam
mengembannya.
WACANA 38.
Ahad pagi tanggal 7 Rajab tahun 545 Hijriyah di Pondok,
ia bertutur :
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Sakitkanlah setan-setan yang
menggodamu dengan kalimat “Laa ilaaha illallah Muhammadaur rasulullah”, karena
sesungguhnya setan-setan itu bisa terssakiti dengan bacaan itu, seperti salah
seorang di antaramu menyakiti ontanya dengan memperbanyak beban dan mempersarat
muatan di atas punggungnya.”
Wahai manusia sakitilah setan-setan musuhmu dengan
membaca “Laa Illaaha Illallah” secara ikhlas, kalimat tauhid itu mampu membakar
setan-setan musuhmu; baik dari jenis manusia atau jin, karena kalimat itu
perwujudan api bagi setan dan cahaya (nur) bagi orang yang bertauhid. Bagaimana
kamu berucap “Laa ilaaha Ilallah” sedang dalam hatimu terdapat bermacam-macam
Tuhan? Setiap sessuatu yang kau pergantungi dan kau minta tolong; selain Allah;
ia kau jadikan berhala, jadi pengakuan tauhid yang keluar dari lesan itu tidak
berguna jika masih disertai penyekutuan, penyucian hati tidak berguna bila
disertai pengotoran. Orang bertauhid itu
menyakitkan setan dan orang bersyirik itu disakitkan setan, sedang ikhlas itu
menjadi penguat ucapan dan perbuatan, karena itu jika perbuatan sunyi dari
ikhlas berarti seperti kulit tanpa kerangka, dan kulit saja padahal tidak
berrguna kecuali untuk bahan bakar.
Wahai, dengarlah kataku, beramalllah menurut tuntutan ini
karena hal itu bisa memadamkan api kerakusan dan membelah pengaduan jiwamu.
Kamu jangan mendatangi tempt yang bisa menyalakan tabiat, jika demikian niscaya
menghancurkan bangunan agama dan imanmu.
Tak perlu kau dengar biacara orang munafik yang suka
mencipta tipudaya dan mengadu domba, karena watak mereka terleetak paa ucapan
yang berisi aduan domba.
Jangalah berdiam pada lintasan peranganan, hingga
ma’rifat jadi sehat, lalu baik dan sehat jelas tampak olehmu. Tundukkanlah
matamu dari perkara haram, tahanlah nafasmu dari syahwat, rangsanglah nafsumu
pada makanan halal, pelihara batinmu dengan muraqabah kepada Allah dan lehirmu
mengikuti sunnah, jika ini terrjadi sungguh pemikiran yang bersih terjadi
atasmu, ma’rifat yang bersih juga terjadi padamu.
Wahai sahaya pelajarilah ilmu, ikhlaslah sampai kamu suci
dari jaringan munafiq besrta pukatnya, carilah ilmu karena Allah semata bukan
karena makhluk atau karena dunia, tanda pencarian ilmu semata karena Allah
adalah terletak pada rasa prasaan yang takut kepada Allah, ketika datang
perintah dan larangan justru kamu merapat berendah diri di hadapan-Nya, selain
itu bertawadlu kepada sesama tanpa motivasi hajat, tidak tamak terhadap apa
saja yang mereka punya, bersedekah di jalan Allah dan kembali kepada-Nya,
karena sadaqah di jalan selain Allah berarti menetapkan pengembalian kepada
yang lain, padahal pemberian tanpa berdasar Allah berarti haram.
Sabda Nabi saw.
“Iman itu ada dua bagian,
sebagian berisi sabar dan sebagian lagi berisi syukur.”
Bila kamu tiadk punya sabar pada penyakit, tidak syukur
atas nikmat, berarti bukan Mukmin sejati. Di antara kebenaran Islam seseorang
itu terletak dalam kepasrahan jiwanya. Wahai Allah
hidupkan hati kami dengan tawakal kepada-Mu, taat dan mengenang-Mu, dengan
mengikuti dan mengesakan-Mu.
Wahai sahaya, satu permasalahan penting yang bisa
memperterang jiwamu adalah pengamalan Al Qur’an dan Sunnah serta ikhlas dalam
mengamalkannya. Kulihat ulama-mmu itu terdiri orang-orang tolol, orang-orang
zuhud di antaramu adalah para pencari dunia, amat mendambakan dunia, pasrah
kepada ciptaan dan lupa Allah, padahal mendatangkan pertolongan selain Allah
itu bisa menjadi sebab turunnya laknat.
Nabi saw. bersabda :
“Amat dilaknati orang yang
meminta pertolongan kepada ciptaan sepadannya.”
Juga sabdanya :
“Barangsiapa menjunjung
ciptaan, maka sungguh hinalah.”
Ya, kamu perlu tahu;
jika dirimu terbebas dari ciptaan lalu menyertai Allah, niscaya kamu
mengetahui rahasia apa yang ada padamu dan sesuatu apa yang terjadi atasmu,
pada gilirannya diperjelas antara apa yang ada padamu dan apa yang ada pada
selain kamu.
Peliharalah “tsubut” (tetap) dan “dawa,” (kekal) di pintu
Allah, putuskan causalita dari saluran hati, sungguh kamu lihat kebaikan dan
dunia akhirat. Nah, inilah sesuatu yang tidak sempurna, ciptan, riya’ masih
bercokol dalam hati, dan apa saja selain Allah juga masih tumbuh di hatimu,
karena itu tidak mungkin kamu punya kemampuan berlembut seperti kelembutan
zarrah. Jika kau tidak bisa menerapkan sabar, berarti tidak berguna dan imanmu
tidak ada puncaknya.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Sabar termasuk sebagian dari
iman, seperti kepala termasuk dari bagian tubuh.”
Sedang arti sabar adalah
tiada pengaduan (darimu) kepada seseorang pun – ketika kamu mendapat coba –
tidak bergantung pada causalita (penyebab); tidak membenci cobaan dan juga
tidak merasa gembira akan kelenyapannya. Seseorang ketika berendah diri
di hadapan Allah dalam situasi kefakiran dan ketidakmampuannya, sabar bersama
Dia atas penarikan itu dan tidak memandang mudah sifat-sifat mubah, menyambung
cahaya pada kelam dan antara ibadah dengan kasab (kerja), tentu Allah
memandangnya dengan pandangan kasih, mempermudahnya beserta keluarga dengan
sesuatu yang tak pernah diduga, datangnya.
Allah berfirman :
“Dan siapa yang patuh kepada
Allah, maka dijadikan kepadanya jalan keluar (dari kesulitan). Dan memberi
rizki kepadanya dari (sumber) yang tidak pernah diduganya.” (Qs. LXV
:2-3).
Kau laksana pembekam yang mengeluarkan penyakit oang
lain, sedang dalam dirimu sendiri terdapat penyakit bisul yang sulit
dikeluarkan. Kulihat kau terlalu memperkaya ilmu lahir tapi bodoh ilmu batin.
Di dalam Taurat tertulis : “Barangsiapa memperkaya
ilmu, maka diperkaya kepedihan”, apakah kepedihan itu?; yaitu takut
Allah, memperhina diri di hadapan-Nya atau kepada hamba-Nya, jika kau tak punya
ilmu belajarlah.
Jika kau tak punya ilmu, amal, ikhlas, adab, baik sangka
terhadap guru, maka bagaimana sesuatu bisa datang kepadamu,. Sungguh kau
jadikan puncak himmah berupa dunia beserta isinya, dalam waktu dekat kau akan
diperdaya; antaramu dan Dia, di mana kamu termasuk orang yang berhimmah satu,
yaitu batin bermuraqabah, mereka mengolah hati seperti mengolahragakan organ
tubuh – hingga pabila hal ini sempurna atas mereka, sungguh mereka terpelihara.
Syahwat terpelihara oleh pancaran sirri, maka dalam hati tidak terdapat satu
syahwat pun yang menetap, kecuali syahwat yang satu; yaitu mencari Allah,
bertaqarub dan bermahabbah kepada-Nya, cukup sudah!
Diceritakan, bahwa suatu ketika Bani Israil ditimpa
cobaan yang cukup berat, kemudian mereka berkumpul mengadu kepada Nabi mereka.
Kata mereka : “Sampaikanlah kepada kami, bagaimana agar Allah meridloi kami,
sekiranya hal itu bisa menjadi sebab lenyapnya cobaan ini. Segera Nabi mereka
memohon kepada Allah tentang permasalahan tersebut, maka Allah pun mewahyukan
kepadanya :
“Sampaikan kepada mereka jika
kamu menghendaki relaku; maka sukailah orang-orang miskin, bila kamu menyukai
mereka, Aku baru menyatakan rela-Ku, tapi jika kamu tetap membenci mereka, Aku
tetap memurkaimu.”
Nah, dengarlah wahai orang berakal. Mengapa kamu tak
henti-hentinya membenci orangporang miskin, padahal kamu mengharap ridla Allah,
tidak mungkin ridla-Nya diberikan, bahkan kamu tak henti-hentinya mendapat
murka-Nya. Jadikanlah pegangan kataku yang kasat ini, tentu kamu beruntung,
pemegangan itu berarti penumbuhan taubat. Aku bukan tipe orang yang suka menjauh
atas penuturan guru, atau kerana kekurangan dan kekerrasannya, bahkan aku lebih
menjaga kepicikan bencana yang melanda mereka, jika kau di hadapannya patuh
tapi kamu tidak sabar atas penuturan mereka, padahal kamu ingin bahagia. Tidak
ada kemuliaan atau bahagia sampai kamu menyesuaikan diri dengan kehendaknya.
Peliharalah pergaulan bersama para guru, bersesuaianlah dalam setiap kondisi,
tentu bagian dunia akhirat.
Makanlah apa yang kusampaikan ini dan amalkan. Faham tanpa pelaksanaan tidak bisa disamakan, sebagaimana
amal tanpa ikhlas. Seandainya kau bersabar bersama Allah, tentu bisa
menyaksikan keajaiban atas kelembutan-Nya. Nabi Yusuf as. Manakala bersabar
mendapat coba Allah, bahkan tak henti-hentinya beribadah dalam kurungan,
berendah diri, menerima kehendak Tuhan-Nya, maka kemuliaan Yusuf pada akhirnya
jadi bersih dan tahta kerajaan pun di dapat oleh kerendahan sifatnya, sehingga
Yusuf as. Memperoleh kemuliaan sejak hidup sampai mati,
Nah, ini konsepsi yang harus kamu perhatikan, jika
mengikuti syari’at, sabar bersama Allah, takut harap kepada-Nya, menekan nafsu
rendah bersama setan-setan pengendali jiwamu, tentu kamu terlatih darimana
semula dirimu berada ke peringkat lain – yang lebih tinggi – teralihkan dari
sesuatu yang dibenci pada yang disukai.
Celaka, ini konsepsi yang harus kamu perhatikan, jika
mengikuti syari’at, sabar bersama Allah, takut harap kepada-Nya, menekan nafsu
rendah bersama setan-setan pengendali jiwamu, tentu kamu teralih darimana
semula dirimu berada ke peringkat lain – yang lebih tinggi – teralihkan dari
sesuatu yang dibenci pada yang disukai.
Celaka, betapa kamu tidak punya malu mencari sesuatu
bukan dari Allah, padahal Dia lebih dekat denganmu daripada yang lain;
kendatipun kamu tetap mencari kebutuhan itu dari sesama. Kamu punya harta
sampai bertumpuk, tapi dirimu masih saja mempersempit mata pencaharian orang
fakir, jika sampai mati tersingkaplah kepelitan dan penimbunan hartamu, lalu
kau dipersilahkan menerima laknat. Seandainya kamu berifikir, tentu lelbih
mencari percik-percikan halus dari iman yang bisa mempertemukan dirimu dengan
Allah, hendaklah selalu menjalin hubungan dirimu dengan orang-orang shalih dan
berakhlaq di hadapan mereka, hingga apabila menara imanmu naik dan keyakinanmu sempurna,
berikhlas karena Allah, menata sopan santun, menekuniperintah serta menahan
larangan, tentu semua itu terlaksana dari seluruh isi hatimu.
Wahai penyembah berhala, riya’ itu tidak mampu mencium
kedekatan dengan Allah, juga, tidak dunia, tidak akhirat. Wahai penyekutu
ciptaan, pengunjung mereka; sesekali mereka tidak membawa sengsara atau
manfaat, pemberi atau pencegah, kamu tak perlu mengaku bertauhid jika masih
bersekutu. Karena hal itu tidak berarti bagimu !.
WACANA 39.
Jum’at pagi 12 Eajab tahun 545 di Pondok, ia bertutur :
Jika kamu ingin menduduki dunia akhirat,jadikanlah
seluruh tujuanmu hanya untuk Allah; dari sanamaka, terjadilah pemerintah dan
pemimpin atas dirimu sendiri dan orang lain. Sungguh, aku ini menasehatimu,
karena itu, terimalah nasihatku; Aku membenarkan, maka benarkanlah aku, tapi
jika kamu mendustakan daku, sesungguhnya kedustaan itu ada padamu, tapi jika
kamu membenarkan daku, maka sungguh kamu benar : “Sebagaimana kamu mendekat,
maka kami pun mendekat.”
Terimalah konsep tari dariku untuk mengogbati penyakit
agama yang mengendap di hatimu, dan amalkanlah tentu memperoleh kesembuhan.
Barangsiapa berjalan mengitari dunia, barat sampai ke timur untuk mencari para
wali, orang-orang shalih, yaitu para dokter kalbu dan agama, maka bila di
antaranya telah didapat kemudian mereka mencari lagi tambahan untuk kesembuhan
agama. Sayangnya sampai kini kamu masih tegar membenci mereka – fuqaha, Ulama,
para wali – dus, para pendidik dan pengajar, jika demikian kelakuanmu masih
disangsikan bila terapi dapat kamu terima. Cih,mana mungkin pengobatan yang
kusampaikan bermanfaat bagimmu, setiap hari aku galang fondamen-fondamen itu,
tapi kamu giat merusaknya.
Jika aku katakan : Jangan makan suapan ini, karena di
dalamnya mengandung racun, rupanya kamu tetap menetangku tidak percaya, bahkan
tetap melahap makanan beracun itu. Tidak lama proses keracunan itu akan segera
tampak dalam konstruksi agama dan imanmu. Sungguh aku menasehatimu, aku tidak
ingin kamu binasa dengan pedangmu sendiri, aku tidak ingin mendapat
lempengan-lempengan uangmu. Barangsiapa bersama
Allah, ia tidak akan goncang oleh lau manusia dalam lingkungan masyarakat, baik
dari golongan jin atau manusia, serangga-serangga bumi yang melata atau yang
buas sampai ciptaan yang tersembunyi.
Setiap keselamatan dalam ridla, pasti melalui proses
ketentuan, pendek angan-angan dan kezuhudan di dunia. Bila kamu melihat dirimu
seorang yang lemah, maka tariklah kenangan mati serta memperpendek angan-angan.
Nabi Muhammad saw. bersabda berdasar hikayat dari Allah :
”Tiada dekat orang yang dekat
dengan-Ku dengan keutamaan-keutamaan-Ku mendatangi yang Aku wajibkan, dan tiada
henti-hentinya hamba-Ku memperdekat dengan-Ku melalui amalan-amalan sunnah
sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya Diri-Ku untuknya;
pendengaran, penglihatan, tangan dan kekuatan; maka dengan Aku ia mendengar,
dan dengan Aku ia melihat, dan dengan Aku ia bertenaga.”
Segala bentuk perbuatan yang ada ia lihat melalui Allah,
dengan melalui-Nya, keluarlah daya kekuatan penglihatan jiwanya dan yang lain;
semua bersumber dari Allah. Pergerakan dan daya kekuatannya terjadi oleh Allah
bukan dari kehendak diri sendiri, juga bukan terdorong oleh makhluk, sehingga
nafsu dunia akhiratnya keluar semua untuk bertaat kepada Allah. Praktis perekat
taatnya itu menjadi sebab kecintaan Allah kepadanya, dengan taat dicintai di
dekat, maksiat dibenci dijauhi, dengan taat menghasilkan jinak, maksiat
menghasilkan lair. Karena keburukan liar terhalang oleh syara’ membawa hasil
baik, sedang penetangnya menghasilkan jelek. Barangsiapa tidak punya syara’
yang bercokol dalam segala kondisinya, tentu ia mudah digndeng kerusakan dan
kebinasaan.
Beramallah, bertekunlah jangan merasa berat pada amal,
karena meningggalkan amal bisa mendatangkan sikap tamak, sedang berberat amal
berarti sombong dan menipu. Di antara manusia ada yang berpihak di antara surga
dan neraka, jika kamu arif, berarti berdiri di antara ciptaan dan Allah,
terkadang kamu menaati ciptaan di lain waktu menaati Allah, kamu penjemput
manusia dan memperlihatkan mereka bentuk-bentuk akhirat; khisabnya dan berbagai
sesuatu yang ada di dalamnya, bukan hanya itu, bahkan kamu menjadi pelopor
berita mengenai pengalaman yang telah kau lihat dan kau saksikan. Hanya berita
itu tidak sampai tampak secara persis.
Manusia sama, menanti perjumpaan dengan Allah, dalam
setiap waktu mereka mengharap-Nya tanpa merasa gentar hati, karena hal itu
sebagai bukti kecintaan mereka; berpisah sebelum kamu terpisah, meninggalkan
sebelum tertinggal, berpindah sebelum terpindah; keluarga dan seluruh ciptaan
tidak membawa manfaat bagimu --- jika kamu sampai di kubur. Bertaubatlah dalam
mengejar sesuatu yang diperbolehkan – syara – yang berbentuk syahwat.
Wahai manusia, berwara’lah dalam segala ihwalmu (kondisi)
wara’ adalah kiswah (penutup/kelambu) agama, carilah kiswah dariku untuk
agamamu, ikutilah aku karena aku berada dalam jalur kemuliaan Rasulullah saw.
aku adalah sari satu di antara pengikutnya; meliputi sifat makan, minum, kawin
dan segala ihwalnya; dus tiada sesuatu perilaku yang tidak bersumber dari
beliau, aku tidak akan berhenti mengikutinya hingga sampai terwujud apa yang
dikehendaki Allah. Aku tidak peduli puji atau cela, pembenaran atau
penghentiamu, dengan kebaikan atau keburukanmu dengan kunjunganmu atau
pembelakanganmu. Kau tolol, orang tolol itu tidak memperdulikannya, kalaupun
kamu beruntung dan beribadah kepada Allah, maka ibadahmu tertolak, karena
bentuk ibadahmu terlipat oleh sikap tolomu, sedang segala bentuk ketololan itu
perusak. Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa menyembah Allah
di atas ketololan, maka hal itu justru lebih banyak merusak sesuatu daripada
menghasilkan kebaikan.”
Berkaitan dengan permasalahan ini, tiada kamu beruntung
sampai kau mengikuti Kitab Allah dan sunnah Rasul-nya.
Ada Ulama berkata : “Siapa tidak punya
guru, maka iblis menjadi gurunya. Ikutilah Guru, Ulama, para pemegang Kitab Allah, sunnah
Rasul dan pengamal keduanya, atau berbaik sangka (husnu ‘dlah)-lah kepada
mereka, jalinlah kekeluargaan dengan mereka tentu kamu beruntung, jika kamu
tidak mengikuti Kitab Allah dan Sunnah, guru serta orang yang memahami isi
keduanya, selamanya tentu kamu merugi.
Apa kamu mendengar ini : “Barangsiapa
memperkaya pendapat sendiri, sesatlah ia.” Olahlah jiwamu dengan
menjalin pesahabatan dengan orang-orang
yang lebih pandai daripadamu, sibukkan untuk berbaik bersamanya, lalu
operkan kepada yang lain. Nabi saw. bersabda :
“Mulailah dengan dirimu sendiri, kemudian
orang yang ada di sekitarmu.”
Lalu Sabdanya :
Tidak ada shadaqah sedang kamu punya
saudara yang membutuhkan.”
WACANA 40.
Ahad pagi tanggal 14 Rajab tahun 545 Hijriyah, di Pondok
ia bertutur :
Sabda Nabi :
“Jika Allah menghendaki hambanya jadi baik,
maka Allah menguasakan kefahaman agama kepadanya, dan penglihatannya selalu
mengawasi aibnya sendiri (Instropeksi diri).”
Faham agama adalah asalah satu jalur yang bisa mengenal
jiwa. Barangsiapa mengenal Tuhannya, maka ia mengetahui segala sesuatu –
melalui Dia --- sehingga peribadatan menjadi benar dan merdeka dari penakluk
ciptaan. Tiada keberuntungan untukmu, tiada kebahagiaan sampai kemu
mengikuti-Nya, yaitu mengikuti agama mengalahkan syahwat, akhirat atas dunia,
Pencipta (Allah) atas cimptaan. Amalkan ini tentu kamu tercukupi. Rupaya kau
tertutup dari Allah, tiada pengabulan untukmu, pengabulan hanya terjadi setelah
menuruti perintah, jika kamu menuruti perintah-Nya -- dengan amal – tentu permohonanmu terkabul,
keberadaan tanaman hanya bisa tampak (tumbuh) setelah penanaman bibit, maka
bercocoklah sampai kamu menuai akhirat. Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Dunia itu ladang akhirat.”
Sedang cara bercocok tanam yang baik adalah
dengan menggunakan hati dan anggota tubuh; yaitu iman lalu memeliharanya;
mengairi dan menyirami dengan amal shalih. Bila hati bercokol di sana, maka ia pun lunak, halus
dan rakhmat tumbuh di sana. Tapi bila kamu keras dan teramat kaku, tentu tanah
itu jadi gersang tidak mungkin bisa ditanami, jika kamu bercocok di puncak
gunung, niscaya ia tak kan tumbuh, bahkan ia mendadak rusak (harus dilihat di
tanah mana, tentu yang dimaksud Sayyid Abdul Qadir adalah pegunungan di Arab),
pelajarilah bercocok tanam itu, kamu jangan mengandalkan pendapat sendiri.
Sabda Nabi saw. :
“Ambillah pertolongan atas
setiap pembentukan (perbuatan sesuatu) dengan membaiki pemiliknya.”
Sebenarnya kamu tipe manusia yang suka bersibuk urusan
dunia, jika tahu bahwa mencari dunia itu tidak menguntungkan bersama akhirat,
yaitu kamu tidak bisa menyaksikan (syuhud) Allah, apabila kamu menghendaki
akhirat harus meninggalkan dunia, jika kamu menghendaki Allah, maka harus
meninggalkan bagian dunia dan ciptaan, jika batasan ini telah baik justru
dunia, akhirat beserta bagian-bagiannya dan ciptaan lainnya datang mengikutimu,
baiks ecara rela atau terpaksa. Karena Dzat asal wujudnya semua materi itu
bersamamu, sedang setiap cabang pasti mengikuti asalnya.
Jadilah pemikir. Amat sulit kamu memperoleh iman berakal
sehat dan pendewasaan diri, bila saja masih menjagakan kehendak ciptaan, tentu
kamu mudah binasa jika tak segera bertaubat. Wahai sahaya, tegarlah di hadapan
Allah kendati cobaan mendepakmu, bertahanlah di atas pijakan cinta-Nya jangan
goncang, jangan beringsut oleh angin atau hujan, jangan mudah terkoyak oleh
panah, tegarlah lahir batinmu, tegakkan dalam tempat yang di sana tidak ada
ciptaan, dunia akhirat atau bagian dari semua itu, jadilah bersama Allah di
belakang penerimaan akal manusia, jin, Malaikat dan seluruh ciptaan. Betapa
lebih bagus apa yang dikatakan Ulama : “Jika aku
benar, ikutilah, dan jika tidak jangan ikuti kami.”
Juga ada Ulama berkata : “Ikutilah
Allah sebagaimana yang kau perlakukan kepada ciptaan-Nya, dan janganlah
mengikuti ciptaan sebagaimana kebutuhan geraknya kepada Allah.”
Koyaklah orang yang mengoyakmu, sombongilah orang yang
menyombongimu.
Bagaimana aku memperdulikan kamu, sedang kau masih giat
menentang Allah, merendahkan pintu-Nya dn mencampakkan larangan-Nya, tak
perduli siang atau malam, sungguh kau terlaknat.
Firman Allah dalam sebagian Kalam-Nya :
“Jika kamu mentaati-Ku, tentu
Aku meridhaimu, jika Aku rdha kamu terberkati dan kau pakai nihayah berkat Aku,
tapi jika kamu menentang-Ku, nisscaya Aku memurkaimu, jika Aku memurkai berarti
kamu terlaknat, sedang laknatku turun sampai ke tujuh keturunan.”
Rupanya masa kini berlaku penjualan agama dengan tanah,
di mana iman selalu diselimuti peranganan yang panjang dan kelobaan yang kuat.
Bertekunlah sampai kamu menjadi orang yang termasuk difirmankan Allah :
“Dan Kami datang dengan
sengaja pada pekerjaan yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan debu yang
bertebaran.” (Qs. XXV:23).
Setiap amal yang diperuntukan selain Allah termasuk
sia-sia (bertebaran).
Wahai sahaya, olahkanlah nafsumu dengan suka lapar,
memagari syahwat, rasa, perkara-perkara lain dan olahlah hatimu dengan rasa
takut dan muraqabah, jadikan istighfar sebagai pengolah nafsu meliputi juga
hati dan sirri, karena setiap hal itu terdapat disa khusus, bisakan mereka
dengan menetapi dan mengikuti-Nya – meliputi segala kondisi.
Wahai orang yang pendek akal, jika kamu tidak mampu
menolak kehendak Allah, merubah, menghapus, atau menentang-Nya, maka kamu
jangan coba-coba menolaknya menurut kehendakmu. Bila ia tidak medantangi jika
dikehendaki kamu jangan menghendaki, bila ia menghendaki sesuatu kamu tidak
bisa menyempurnakan, kamu jangansusahkan diri dan hatimu di dalamnya.
Pasrahkan segala bebanmu kepada Allah, bergantung di
bawah rakhmat-Nya dengan menggantungkan taubatmu, jika kamu kekal dalam hal ini
dunia tersingkir dari mata hati dan mata kepala, bahkan kamu malah meremehkan
musibahnya, meninggalkan syahwat dan kelezatannya. Kamu jangan mengadu akan
keberhentian mengalirnya atau kelapangannya, atau merasa pedih oleh cobaan
seperti yang diterima Aisyah r.a. Isteri Fir’aun; kala ia menyatakan iman
kepada Allah. Fir’aun bertitah agar menghukumnya dengan menjepit tangan dan
kaki dengan lempengan besi, pada akhirnya ia menjatuhkan siksa dengan
pencambukkan. Ketia ia mengangkat wajah ke langit , di mana ia melihat
pintu-pintu surga di buka, sedang para Malaikat membangun istana di dalamnya,
baru Malaikat maut datang mencabut rukhnya. Ketika itu bangunan-bangunan istana
tersebut berkata kepadanya : “Aku milikmu” lalu ia pun tersenyum sehingga rasa
ssakit tidak terasa, di penghujung hayat ia berkata :
“Wahai Tuhanku!, bangunkan
bagiku istana di dalam surga.” (Qs. LXVI :11).
Nah, jika demikian kamu baru jadi orang.
Sebab kamu telah mampu memandang sesuatu dengan padangan hati dan yakin pada
sesuatu yang mendesak, lalu kamu bersabar atas sesuatu yang ada di sana – baik bala’
atau afat – lalu keluar dari daya kekuatanmu; tidak terambil, tidak terberi,
tidak tergerak, tidak terdiam kecuali oleh daya kekuatan Allah. Hanyutkan di
hadapan-Nya, serahkan perkaramu kepada-Nya, ketentuan-Nya tentu berlaku atasmu
dan ciptaan lain, jangan kmu belakangi bersama pembelakangan kepada-Nya, juga
jangan berikhtiar bersama ikhtiarnya. Siapa memahami konsepsi ini teka perlu
mencari orang lain, baginya tiada amniyah yang menyamainya. Bagaimana orang
berpikir tidak mau mengarap hal ini dan menjalin pertalian dengan Allah,
padahal tiada kesempurnaan kecuali Dia.
WACANA 41.
Ia bertutur :
Ketahuilah, bahwa segala sesuatu bergerak melalui
penggerak-Nya dan diam melalui pendiam-Nya. Jika hal ini telah menjadi
kehendak-Nya, sudah barang tentu Dia menolak untuk dipersekutukan dengan
ciptaan dan ciptaan bebas dari tanggungan yang dibebankan oleh-Nya, karena Dia
tidak cela di hadapan meraka dan tidak menghendaki sesuatu yang ada di sisi
mereka Dia menghendaki terahdap sesuatu yang mereka cari berdasar syar’i, itu
cukup. Karena itu mereka harus mencari syar’i dan memperbanyak ilmu secara
menyeluruh; yaitu antara hukum dan ilmu.
Ketahuilah bahwa perbuatan Allah atas ciptaan termasuk
aqidah, yang dengannya tidak merusak hukum. Dia menentukan dan sumber
pencarian. Firman-Nya :
“Dia tidak ditanya tentang
perbuatannya dan merekalah yang akan ditanya.” (Qs. XXI:23).
Ini menjadi akidah bagi setiap muslim yang yaqin,
bertauhid, meridlai Allah, menerima ketentuan dan ketetapan-Nya. Dia Maha Kaya
meliputi nafsu dan sabarmu, tetapi Dia juga melihat bagaimana amalmu; adakah
benar atau dusta. Pencipta tidak mungkin membebani sesuatu pun beban kepada
yang dicintai, cinta dan yang dikuasai tidak bisa disatukan dengan jalan
kecintaan kepada Allah, namun kelurusan dalam mencintainya malah bisa
mendatangkan penyerahan jiwa, harta, akhirat serta kehidupan kepada Allah semata.
Wahai orang yang mencintai Allah, cintamu tidak sempurna
sampai kamu menerapkan kesungguhan (ketekunan) sebagai kewajiban, tiada satu
pun yang tertinggal untukmu kecuali penekunan. Kecintaan mampu mengusir ciptaan
dari lubuk hati dari arasy ke bawah (bumi), janganlah kamu mencoba untuk
mencintai dunia atau akhirat, keagresifan untukmu dan kejinakan dengan Allah,
sehingga dirimu seperti orang (Qais) yang gila kepada Laila. Ketika cintanya
sudah tak tertahan lagi, ia menjauh dari keramian manusia demi kerelaan yang
satu itu lalu merantau ke padang belantara
-- tempat-tempat binatang buas – ia menjauh dari keramaian manusia lebih rela mengasingkan
diri dalam bilik, ia menjauh dari pujian manusia atau cela mereka; praktis
pembicaraan atau pendiaman mereka selalu berisi olokan yang mengiringinya –
seorang diri – kerelaan darinya dan kebencian mereka dari sisi sendiri. Suatu
hari orang berkata kepadanya : “Siapa kamu? Ia menjawab : “Laila”. Datang dari
mana? “Dari Laila”, Ditanya lagi : “KE mana tamar (korma)?” Ia menjawab :
“Laila”, Dengan demikian nyata sekali ia telah buta selain kepada Laila, tuli
dari pembicaraan selains uara Laila, ia tidak akan kembali oleh celaan orang
lain. Betapa bagus puisi yang disenandungkan oleh seorang Ulama :
“Ketiika nafsu membau keinginan rendah
Maka Perangai dibuat
Dalam besi yang dingin.
Hati, jika mengenal Allah dan mencintai, mendekati-Nya,
maka keraslah ia terhadap ciptaan; keberadaannya tidak suka menerima makanan,
minuman, pakaian serta persahabatan, ia liar dari keramaian, tiada sesuatu
penguat kecuali ketentuan syara’, yaitu yang mengatur dalam perintah – larangan
dan perbuatan, memperkuat dirinya sampai waktu datang ketentuan. Wahai Allah,
janganlah Engkau menolak kami untuk mendapat rakhmat-Mu, sampai menyebabkan kami
tenggelam dalam samudra dunia beserta keberadaannya. Wahai pemberi Mulia,
tautkan – lah kami.
Wahai sahay, siapa di antaramu tidak menerapkan aturan
yang ku katakan, berarti ia tidak memahami kataku, jika menerapkan dalam
perikehidupan berarti ia memahami. Pabila kamu tidak berbaik sangka kepadaku,
tidak mempercayai kataku dan tidak mengamalkannya, bagaimana kamu bisa disebut
memahami? Sebenarnya kamu itu lapar, kamu menunggu sisa makananku, tapi kamu
sengaja tidak mau menyantap sisa makananku, bagaimana kau bisa kenyang.
Dari Abu Hurairah, r.a. ia berkata : Aku
dengan Rasulullah saw. berkata :
‘ Barangsiapa sakit satu malam sedang ia
rela kepada Allah, bersabar atas penyakit yang menimpanya, ia terrbebas dari
dosanya seperti di hari dilahirkan ibunya.”
Alaha Muadz r.a. berkata kepada sahabatanya : “Bangkitlah
kalian, mari kita beriman sesaat”, artinya : “berdirilah kalian rasakan
(dzauq)-lah sesaat, bangkitlah kalian mesukan pintu sesaat untuk menemani
mereka, Ketika itu ia berisyarah menunjukkan sesuatu memberi memejamkan mata,
ia berisyarah pada penglihatan dengan mata yaqin. Belum tentu setiap Muslim
mukmin atau setiap mukmin yakin. Karena itu ketika ada seorang sahabt bertanya
kepada Nabi saw. katanya : “bahwa Muadz berkata kepada kami : “bangkitlah kalian
kita beriman sesaat”, bukankah kita orang berriman? Nabi menjawab : “serulah
ajakan-Mu’adz dan kehendaknya.”
Wahai penyembah nafsu dan hawa tabiat, setan dan dunia,
dalam pandangan Allah atau para hamba yang shalih, sebenarnya kamu tak punya
kemampuan, barangsiapa menyembah akhirat berarti tidak mengikuti-Nya, bagaimana
penyembah dunia ?
Celaka, kamu berbuat hanya melalui lisan tanpa fakta,
kamu dusta kendati menurut dirimu benar, kamu bersyirik, kendati menurut dirimu
bertauhid. Sibukkan selalu untuk menyertaiku, aku menahanmu agar tidak
berbuatdusta dan ku suruh agar berbuat benar. Padaku ada tiga penggosok, yang
lebih kupahami adalah Kitab dan Sunnah, sedang hatiku sebagai penggosok akhir
yang bisa memperjelas orang. Hati tidak akan sampai ke peringkat ini higga ia
menetapkan amal berlandas kitab dan sunnah, beramal dengan ilmu, kejernihan
yang amat jernih, mutiara di atas mutiara, batu di atas batu, amal yang
disertai ilmu memperbagus hati sekaligus membersihkannya. Pabila hati bersih organ tubuh pun sehat, jika hati suci
organ tubuh pun suci. Tapi jika hati sunyi dari hal itu, berarti ia
sunyi pula dari surga, jika bagus konstruksinya pun sehat, kebersihan
menunjukkan kejernihan sirri yang terletak di antara manusia dan Allah. Sirr itu laksana burung dan hati sangkarnya, dan
jika hati diumpamakan burung maka konstruksi itu sangkarnya, bila konstruski
itu semisal burung, maka kubur sebagai sangkarnya, dialah sarang hati yang
tidak bisa tidak pasti harus memasukinya.
WACANA 42.
Pagi hari tanggal 19 Rajab tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Nabi bersabda :
“Barngsiapa lebih suka
menjadi manusia termulia hendaklah bertakwa kepada Allah, dan barangsiapa lebih
suka menjadi manusia terrkuat, hendaklah bertawakal kepada Allah, dan barang
siapa lebih suka menjadi manusia terkaya, hendaklah kukuh menggenggam sesuatu
yang ada dalam kekuasaan Allah melebihi kekukuhan sesuatu yang ada pada dirinya.”
Barangsiapa lebih suka mendapat kemuliaan dunia akhirat
bertakwalah kepada Allah, karena Dia berfirman :
“Sesungghnya yang paling
mulia di antara kamu dalam pandangan Allah, ialah yang lebih bertakwa.” (Qs. IL:13).
Kemuliaan terletak menurut ukuran takwa kepada Allah, dan
kehinaan terletak menurut jalan maksiat. Barangsiapa lebih suka memperkokoh
Agama Allah, maka bertakwalah kepada-Nya, karena takwa itu memperjernih hati,
memperkokoh, mengajar dan memperlihatkannya pada keajaiban. Sekali-kali kamu
jangan bergelanyutan pada uang dan causalita yang mengitarimu, karena hal itu
hanya memperlemah dirimu, sedang takwa kepada Allah itu memperkokoh diri,
memperjelas penglihatan, memperlunak dan membukakan untukmu berbagai jalur
pembebas causalita tanpa diduga. Janganlah memperdulikan kedatangan dunia atau
kelenyapannya, jika mampu maka ketika itu kamu menjadi oarng paling kuat.
Penggantunganmu pada harta, pangkat, keluarga da causalita yang mengitarimu,
sungguh bisa memalingkan diri dari Allah, sebab hal itu penipu yang tidak
menghendaki hatimu terus melihat selain Dia.
Barangsiapa lebih cinta ingin kaya di dunia – akhirat,
hendaklah bertakwa kepada Allah, berhenti di pintu-Nya, merasa malu jika hendak
datang ke pintu yang lain, lalu pejamkan mata dari penglihatan yang menuju
selain Dia; yang daku kehendaki dengan penglihatan disini adalah penglihatan
hati.
Bagaimana kamu teguh menggenggam sesuatu yang ada padamu,
sedang ia cenderung meninggalkanmu – sampai kamu mengesampingkan pertalian
dengan Allah, padahal Dia tidak akan pernah lenyap, sekejap pun. Kedunguanmu
akan hal ini malah bisa membawamu berteguh pada yang lain daripada teguh
bersama Allah.
Wahai pemaling takwa, sungguh keramat dunia akhirat
diharamkan atasmu, wahai orang yang bertawakal kepada sesama dan causalita,
sungguh kekuatan dan kemuliaan bersama Allah diharamkan untukmu; dunia atau
akhirat. Wahai orang yang teguh menggenggam sesuatu, sungguh kekayaan Allah
diharamkan bagimu di dunia akhirat.
Wahai sahaya, jika ingin menjadi orang bertakwa, tawakal,
peneguh, maka harus mampu memelihara sabar, karena hal itu merupakan landasan
setiap kebaikan, bila nikmat bersabarmu telah bersih, maka bersabrlah karena
Allah, niscaya Dia akan membalasmu;
yaitu memasukan rasa cinta-Nya dan pendekatan-Nya dalam hatimu di dunia
atau di akhirat.
Kamu jangan sibuk mencari dunia dan berbangga-bangga atas
sesama ciptaan, karena perbuatan itu tidak menghasilkan untung dari Allah
sedikit pun. Hatimu saja kotor oleh syirik, skeptis (ragu) tentang
keberadaan-Nya. Lagi membenci-Nya, kala diketahui hal itu menjadi sifatmu,
ternyata kamu marah yang justru kau tuduhkan kepada orang-orang shalih.
Di antara Ulama rahimullah ada juga yang enggan keluar
rumah kecuali setelah membalut mata – perbuatan itu dilakukan oleh puteranya –
hal itu ditamppakkan di hadapan orang banyak. Jika ditanya orang ia menjawab :
demikian ini sehingga aku tidak melihat orang kafir penentang Allah. Suatu hari
ia keluar rumah dengan mata telanjang, ketika itu segera mendadak ada selelmbar
penutup yang jatuh dari atas menutup matanya. Alangkah besar kecemburuan Allah,
jika demikian bagaimana kalau kamu bersembah selain untuk-Nya, bahkan kamu
menyekutukan segala? Bagaimana kamu tega menyantap nikmat pemberian-Nya, di
lain pihak kafir kepada Dia?Kendati kamu tidak mencoba memperbaiki hal itu,
sebaliknya justru bergantung orang kafir, dan serta merta merengek di
hadapannya, suka menemani. Tentu saja dalam hatimu tidak terbersit rasa iman
dan cemburu untuk Allah.
Peliharalah taubat, istighfar dan bermalu di hadapan
Allah, tanggalkan busana penutup mulutmu untuk-Nya dan berjongkoklah di
hadapan-Nya, jauhilah keharaman dunia beserta syahwatnya, kaerna perolehanmu
pada dunia dengan hawa dan syahwat cukup mempersibuk diri, lupa Allah, Sabda
Nabi :
“Dunia adalah sijn (penjara)
bagi orang-orang beriman.”
Bagaimana orang
Islam bisa bersukaria dalam penjara, sama sekali tidak meriakan; hanya
keriangan tampak di wajah sedih dalam hatinya, dan Allah mencintai orang-orang
penyabar.
Sebenarnya ini hanya sebagai ujian Allah karena amat
mencintanimu, kala kamu turiti perintah-perintah Dia, mencegah larangan-Nya,
bertambahlah cinta Allah, ketika kamu sabar atas coba, bertambahlah kedekatan
Dia kepadamu.
Ada Ulama berkata : “Sesungguhnya Allah menolak untuk
menyiksa kekasihnya, tetapi Dia hanya mencobai dan mempersabarkannya.
Nabi Muhammad sendiri bersabda :
“Seakan-akan dunia tidak ada,
dan seolah-olah akhirat tidak sirna.”
Wahai pencari dunia, wahai pecinta dunia, kemarilah
menghadap aku sampai aku tahu aibmu lalu aku tunjukkan jalan menuju Allah, dan
aku pertemukanmu dengan orang-orang yang mengendari keridlaan Allah semata.
Kini, sebenarnya kamu berada dalam lingkaran gila. Dengarkan kataku, amalkan
konsepsi lalu ikhlaslah dalam beramal, jika kamu faham apa yang ku katakan
kemudian sempurna dalam beramal niscaya terangkat ke illiyyin, di sana kamu
lihat, bahwa pusat kataku berada di sana, percayalah atas kebenaran Isarah yang
ku tunjukkan ini.
Wahai manusia, tinggalkan kegilaanmu, kepercayaan yang
batil dan persibuklah dengan mengenang Allah. Bicaralah tentang sesuatu yang
bermanfaat bagimu, berdiamlah atas perkara yang membawa bencana, jika hendak
bicara pikirlah dulu, apa yang hendak dibicarakan dan hasil apa yang didapat –
jika sudah – berniatlah yang baik, baru berbicara. Karena itu ada orang berkata
: “Lisan yang tolol itu di depan hati dan lisan
yang berakal lagi berilmu itu di belakang hati.”
Sibukkan dirimu bersama Allah, jika Dia mengendalikanmu
bicara tentu Dia membicaraimu. Jika kamu menghendaki perkara segeralah
menuju-Nya. Dia menemani segala kebisuan, bila bisu telah sempurna pembicaraan
datang dari-Nya, atau mengekalkan dirimu sampai berpagut akhirat. Demikian
amksud Sabda Nabi :
“Barangsiapa mengetahui
Allah, penatlah hatinya.”
Suara lahir dan batin penat menyanjung Dia dalam segala
kondisi hidup, lalu terjadi penyesuaian tanpa pembantah, mata hatinya buta
memandang yang lain; hari-hari dunianya tercerai lalu menjauh dari
keberadaannya, demikian pula dunia akhirat pun menjauh dan jabatannya lenyap :
“Sesudah itu apabila dikehendaki-Nya dibangkitkan-Nya.”
(Qs. LXXX:22).
Dia temukan setelah faqd (sunyi), Dia mengembalikan dalam
bentuk lain, memfanakan dengan kuasa fana’ lalu Dia mengembalikan dengan kuasa
baqa. Demikian tercapai pertemuan. Setelah itu Dia mengembalikan manusia
untuk berseru dari fakir ke kaya. Kaya
adalah jika bersama Allah dengan menjalin pertalian dengan-Nya. Fakir adalah
jauh dari Allah dengan memperkaya selain-Nya. Berkaya itu termasuk pertumbuhan
hati, bedekat Allah, sedang fakir kebalikannya. Siapa ingin kaya tinggalkan
dunia akhirat dan apa saja yang ada di sana.
Wahai Allh, tunjukkan hati kami kepadamu dan berilah kami
kehidupan yang baik di dunia dan kehidupan yang baik di akhirat, dan
selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 43.
Ahad pagi tanggal 11 Rajab tahun 545 Hijriyah, ia
bertutur :
Wahai sahay, jika kamu ingin beruntung, tentanglah
nafsumu dalam rangka menyesuaikan diri dengan Allah. Kamu menghijab diri
berma’rifat dengan ciptaan, dan ciptaan menghijabmu dari berma’rifat Allah.
Selagi kamu bersama nafsu, selama itu tidak mengenal Dia, selagi kamu bersama
dunia tidak akan mengenal akhirat. Demikian halnya Allah dan makhluk tidak bisa
dipadukan.
Nafsu itu senantiasa menyuruh berbuat jahat – demikian
sebagian besar – lalu ia menjauhkan diri sampai kau terperintah tunduk di
bawahnya dengan komando hati. Tentanglah dia dalam segala kondisi hidup, jangan
kau perbantukan untuk dirimu. Allah berfirman :
“Dan diilhamkan kepadanya
yang salah dan yang taqwa (yang benar)”. (Qs. XCI :8).
Olahlah dia dengan mujahadah, karena bila ia terolah
sedang kamu jadi fana’, maka tenteramlah kamu bersama hati, kemudian menenteramkan
hati menuju sirri, kemudian menenangkan sirri menuju Allah. Dari sini kamu jadi
pusat perhatian ciptaan. Bila pengolahanmu sempurna ia terpanggil menurut
kehendak hati.
“Dan janganlah kamu membunuh
bangsamu sendiri, sesungguhnya Allah itu penyayang kepadamu.” (Qs.
IV:29).
Hanya saja khitob ini dikemukakan oelh Allah setelah ia
bersih dari keruh, tercair buruknya dan hati terharumi dengan mengenang Allah
beserta Taat.
Bila ini tidak bisa diperoleh, maka jangan harap bisa
dekat Allah, bagaimana kamu memperoleh kedekatan diri dari Allah sedang dirimu
masih terlekati najis dan kependekan beragama; padahal kamu mengikuti setiap
kehendaknya. Turuti ia dengan penuturan Rasulullah :
“Jika kamu berpagi hari maka
kamu jangan perbincangkan dirimu di waktu sore, dan jika kamu bersore hari
maka jangan perbincangkan dirimu diwaktu
pagi, karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi dirimu besok.”
Katakan : bagaimana apa yang kamu perbuat dan atasmu apa
yang kamu perbuat. Hanya satu yang kau kerjakan tapi tidak kau berikan dengan
amalmu sedikitpun, apalagi berupa amal dan mujahadah. Kebenaranmu tergantung
atas penolakan musuh-musuhmu, aku lihat kamu berada di sisi ciptaan bukan di
samping Allah. Berikan hak (kewajiban)mu dan sifat kemakhlukanmu, berikan
hartamu sebagai hak Allah sambil mensyukuri nikmat-Nya, jika kamu tahu bahwa
sesuatu yang ada di sisimu itu semata datang dari Allah di mana syukurmu, dan
jika kami tahu bahwa Dia yang menciptamu, maka di mana ibadahmu, penunaian
perintah-Nya mencegah larangan-Nya dan sabar atas coba, perangi nafsumu hingga
memeproleh petunjuk.
“Dan orang-orang yang
berjuang dalam (urusan) Kami, niscaya akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan
Kami (Qs. XLVII:7).
Kamu jangan terima ia dengan ucapan, karena ia tidak
menyuruh selain keburukan, jika kamu menjawabnya, jawablah dengan perlawanan
tentu membawa kebaikan. Wahai pengaku menerima kehendak Allah, padahal ia
mengikuti nafsunya, amat dusta pengakuanmu. Nafsu dan Al Haq selamanya tidak
bisa disatukan, dunia akhirat tidak bisa dikompromikan, barang siapa bersama
nafsu berarti hilanglah kebersamaan dengan Tuhannya, barangsiapa bersama dunia
lenyaplah kebersamaannya dengan akhirat.
Sabda Nabi saw. :
“Barangsiapa mencinta dunia
berarti mempersempit akhiratnya, dan barang siapa lebih menyintai akhirat,
berarti mempersempit dunianya.” Nabi saw.
Sabarlah, bila sabarmu sempurna, sempurna pula ridlamu,
kemudian fana’ mendatangimu, maka segala ini jadi baik, beban terbalik jadi
syukur, jauh jadi dekat, syirik jadi tauhid, berdampak kamu tidak melihat
adanya ciptaan membawa dlar atau naf’, kamu tidak lagi melihat musuh,
sebaliknya lebih bersandar pada pintu Allah dan bertekun diri. Ketika itu kamu
tidak lagi melihat kecuali bertekun yang satu – dalam situasi yang bagaimana
tidak menambat ciptaan, hanya untuk satu manusia yang bagaimana tidak menambah
ciptaan, hanya untuk satu manusia dari setiap juta manusia, sampai terputus
oleh jiwa yang satu.
Wahai sahaya, bertekunlah sampai mengantar kematianmu, di
sana – di hadapan Tuhan – bertekunlah sampai nafsumu tersumbat sebelum ruh
keluar dari tubuh, kesabaranmu terfana’ tetapi balsannya tidak. Sesungguhnya
aku bersabar, karena aku lihat dampak bersabar itu terpuji; ia (naffsu) bisa
mati, hanya dengan sabar dan perlawanan, maka dalam waktu dekat ia akan membawa
keuntungan yang memujamu, ia mematikan lalu menghidupkan aku lalu mematikan
aku, melenyapkan aku lalu menemukan aku dari kelenyapan itu, aku binasa
bersamanya dan menguasai bersamanya, jiwaku bertekun dalam rangka meninggalkan
ikhtiar dan iradah sampai hal itu ku peroleh, maka jadilah qadar memperkuat
daku, munnah menolongku, perebuatan menggerakan aku, cemburu menjagaku, aqdar
mempertaat aku, bersegera memajukan aku dan Allah mengangkat derajatku.
Celaka, kau menjauh dariku padahal aku mengisimu, peliharalah
tempat di sisiku, jika tidak niscaya kamu rusak, wahai orang tolol, berhajilah
kepadaku lebih dulu kemudian baru ke Baitullah, aku pintu Ka,bah, kemarilah
agar aku mempelajarimu bagaimana cara berhaji; aku yang mengajarimu, karena hal
itu telah dikhitob untukmu – oleh Tuhan yang punya Ka,bah. Tentu akan kamu
lihat kala debu-debu bertebaran, duduklah wahai pengerat, berlindunglah
kepadaku karena aku telah diberi ketentuan Allah. Manusia sama menuruhmu atas
sesuatu seperti apa yang aku perintah, rela, mencegah sejalan dengan
pencegahanku, adapun pencegahan mereka atasmu telah dipasrahkan kepada mereka,
nasihat untukmu, maka mereka melaksanakan amanat itu.
Bersamalah dalam persinggahan, berhikmah sampau
mempertaut dirimu pada persinggahan qudrah. Dunia adalah hikmah akhirat sebagai
qudrah, hikmah membutuhkan perabot, kuasa dan qudrah tidak membutuhkan itu,
tetapi perbuatan Allah meliputi hal itu, agar terbeda kediaman qudrah dari
kediaman hikmah, akhirat di dalamnya timbul tanpa sebab, ia membicaraimu, menyaksikanmu
atas perbuatan-perbuatanmu yang melanggar ketentuan Allah, di hari kiamat
hijab-hijab terbuka darimu dan tampak jelas kerendahan – baik kamu bersedia
atau menolak -- tiada seorang pun masuk
neraka kecuali jika berhati beku, bacalah Kitabmu dengan
perantara Sunnah, resapi kandungannya, lalu bertaubatlah dari berbagai
keburukan dan bersyukur atas kebaikan, ringkaslah catatan maksiat, kemudian
robahlah menjadi Taubat.
Wahai sahaya, bertaubatlah melalui aku, dan menjalin
sahabt denganku, jika kamu tidak menghadap aku tentu aku tidak akan bicara
kepadamu. Mana mungkin ini bermanfaat bagimu; bentuk ilustrasi yang kau sukai;
tanpa arti, siapa berkehendak temani aku, terimalah kataku, amalkan ia. Berapa
kali aku bicara denganmu tapi kamu tidak menggubris atau mendengarnya,
sebenarnya kamu membutuhkan ddiriku, bukan aku, aku tidak takut kamu tidak
mengharapkanku atau tidak memisah antara keruntuhan dan keramaian, antara yang
tetap dan yang mati, antara kaya dan fakir, antara milik dan penguasa, ketentuan
berada dalam kekuasaan selain kamu. Ketika aku keluarkan rasa cinta dunia –
bersama hati – aku jadi baik, bagaimana tauhid bisa baik sedang hati masih
terbersit cinta dunia. Kamu dengr sabda Nabi saw. :
“Cinta dunia itu, menjadi
pemula setiap kesalahan.”
Celaka, kamu sia-siakan masa untuk mencari ilmu tanpa
pengamalan, sebenarnya yang demikian malah mengantar dirimu pada kebodohan.
Kamu bantu musuh-musuh Allah dan bergelantung kepada mereka, padahal Dia lebih
kaya daripadamu atau orang yang kamu gantungi, penggantungan itu tidak
diterima. Sampai kini yang masih aku ketahui adalah; ternyata kamu penghamba
orang yang mengendalikan ddirimu,jika ingin beruntung lepaskan kendali hati
melalui Kuasa Allah, tawakkal kepada-Nya sebentar tawakal. Layani Dia lahir dan
batin, Dia Maha Mengetahui dirimu – meliputi kebaikan atau keburukan yang
mengeram dalam hati – sedang kamu sendiri tidak menyadari. Peliharalah sikap
dia (takut) di hadapan-Nya, berpejam mata, berlintas hati dan kelu sampai
memperoleh izin dari-Nya melalui penuturan, maka kamu pun bertutur melalui-Nya
– bukan darimu – ketika itu tutur katamu menjadi terapi penyakit hati,
penyembuh rahasia dan penerang akal.
Wahai Allah, sinarilah hati kami, rendahkan kepada-Mu dan
jernihkan sirri kami dekatkan dari-Mu.
Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia dan
kehidupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WACANA 44.
Selsa sore 13 Rajab tahun 545 Hijriyah, di Madrasah, ia
bertutur :
Orang beriman itu jauh di dunia, sementara ahlu zuhud
jauh di akhirat dan orang arif jauh dari selain Allah. Orang beriman itu
terpenjara dalam dunia, kendati ia punya kelapangan rizki dan tempat
persinggahan keluarga, tapi mereka sama mentransfer harta dan kemuliaannya,
lalu mereka riang ketawa di sekitarnya, sedang mereka berada dalam penjara
batin. Riangnya di wajah sedih dalam hati, ia mengenal dunia tapi secepat itu
ditolak hati. Pertama kali sesuatu yang ditolak – satu tolakan – karena takut
kalau sampai membalikan pandang, maka ketika berbuat hal itu tiba-tiba pintu
akhirat terbuka untuknya. Kemudian ia datang dengan wajah berseri sembari
menolak dunia – sebagai penolakan kedua – ketika itu akhirat datang
mendatanganinya dan memeluknya, tetapi dunia tetap ditolak untuk penolakan
ketiga kali, lalu ia bermukim bersama akhirat, ketika itu kelembutan dan cahaya
Allah mendatanginya, lalu akhirat pun ditolak. Dunia berkata : mengapa engkau
ditolak? Ia menjawab : Kurasa aku lebih baik darimu. Akhirat juga berkata :
Kenapa kamu tolak aku? Ia menjawab : karena aku baru diadakan lagi tergambar,
sedang kamu lain darinya, bagaimana aku tidak menolakmu? Maka ketika itu
nyatalah ma’riffat kepada Tuhan lebih sempurna, praktis ia terbebas dari selain
Allah, jauh dunia, jauh akhirat, kosong dari segala sesuatu sehingga dunia
terbalik menjadi pelayannya.
Tujulah Tuhanmu dengan perangkat yang ada ini, tinggalkan
pagi ini sampai jauh kemarin, semoga esok nanti datang lagi, sedang kamu telah
mati. Wahai orang kaya, janganlah pongah dengan kekayaanmu, mungkin esok datang
apdamu sedang kau telah fakir. Janganlah keberadaanmu bersanding dengan
sesuatu, tetapi bersandinglah selalu bersama Allah. Tradisikan beribadah,
tinggalkan kebinasaan, jika tradisi buruk hangus terbakar pula hukum yang ada
di alam tradisi itu; untuk merombak; sehingga Allah merombak dirimu, Firman-Nya
:
“Sesungguhnya Allah tiada
merobah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merobah keadaan diri mereka sendiri.”
: (Qs. XIII.11).
Keluarlah nafsu termasuk
ciptaan yang mendekam dalam hati, saratilah dengan memberadakan keduanya
sampai keberadaan itu kembali untukmu. Betapa, ini sesuatu yang datang di
sertai puasa siang dan sholat di
malamnya disertai kesucian hati dan kejehrnihan sirri.
Ada ulama berkata : Bahwa puasa dan shalat di malamnya
itu sunyi dan tumbuh di atas hidangan dan makanan, selamanya keduanya benar,
pertama datang makanan lalu datang warna setelah warna makanan, kemudian
dimakan, menyuci tangan lalu datang menjumpai Allah, kemudian sunyi, terputus,
ramai, kembali, menyerahkan tempat tinggal dan tercabut.
Jika hati telah baik kepada Allah, bertempat di
dekat-Nya, maka ia diberi kekuasaan seisi bumi dan spektrum (pancaran sinar)
dakwah diserahkan untuknya – dari tangan ciptaan – bersabar atas siksa mereka,
untuk merombak kebatilan juga diserahkan kepadanya; termasuk hakikat kebenaran
diberikan dan diperbekalkan. Kalaupun ia diberi kaya batinnya tetap terpenuhi
hukum Allah.
Wahai sahaya, makanan haram itu bisa
mematikan hati, tapi makanan halal justru memperhidup hati, satu suap mampu
menerangi hati dan sesuap yang lain justru memperpendeknya, satu suapan menempa
hidup di dunia dan satu suapan lain menempa kehidupan di akhirat, sesuap
menjauhkan diri dari dunia – akhirat dan sesuap yang lain cukup mempersuka
untuk mencari keduanya, makanan haram membimbangkan hidup di dunia, mendorong jiwa
cenderung untuk berbuat maksiat, tapi makanan halal mempertebal diri ke akhira
dan mendorong kecenderungan untuk bertaat, makanan halal memperdekat hati
kepada Allah. Nah, demikian makanan yang tidak kamu ketahui rahasianya kecuali
disertai ma’rifat Allah. Ma’rifat Dia sesungguhnya
terletak dalam hati, bukan dalam buku, ia ada dari-Nya bukan dari
manusia.
Hanyasaja ma’rifat bisa diperoleh setelah beramal
berlandas hukum Allah, ya, setelah pembenaran dan kebenran, setelah bertauhid
dan berteguh dengan-Nya dan setelah semua ini merdeka dari ciptaan. Bagaimana
kamu mengenal Allah, padahal yang kamu kenali selama ini hanya sekitar makanan,
minuman, busana, kawin tanpa memperdulikan dari mana semua itu diperoleh.
Nabi Muhammad saw. bersabda :
“Barangsiapa tidak
memperdulikan dari mana makanan dan minuman diperoleh, maka Allah juga tidak
mengambil peduli dari pintu mana ia dimasukkan ke dalam neraka.”
Kamu tidak perlu menghiraukan keberadaan ini, jangan
mabuk kepayang dengannya, jangan tertempa sesuatu itu, jangan kau perkuat
ciptaan darinya, selain kamu membicarai mereka tentang masalah-masalah yang
bisa mereka cerna. Sampaikan untuk mereka apa yang diberikan Tuhan,
bertatakramalah kepada mereka dengan sesuatu kemuliaan yang diberikan-Nya,
berlemah lembutlah bersama mereka, ciptakan kondisi lakumu menurut akhlaq Allah
dan kondisi tindakan menurut perintah-Nya.
Pengajar (guru) itu ada dua kriteria; yaitu
Guru Hikmah dan Guru Ilmu. Dia-lah type manusia yang menggiring dirimu menuju
pintu Allah. Di lain pihak ada dua pintu yang pasti dimasuki manusia; yaitu pintu
makhluk dan pintu Allah, pintu dunia dan pintu akhirat. Pertama pintu makhluk,
kedua pintu Allah. Dalam hal ini kamu tidak mungkin memahami rahasia pintu
akhirat kecuali bila kamu menggladi pintu pertama; yaitu pembebasan hati dari
unsur dunia sampai masuk ke pintu akhirat. Sambutlah Guru Hikmah hingga
mengantarmu sampai ke pintu Guru ilmu, bebaskan diri dari makhluk sampai
mengenal Allah. Dia Mahatinggi – di atas ketinggian, keduanya itu selamanya
ta’arudl (kontra) tidak pernah bisa diakurkan. Demikian sesuatu yang
bertentangan, karena itu kamu tak perlu spekulatif mencarinya dalam usaha
pemaduan, itu tidak akan berhasil. Lepaskan hati yang seharusnya menjadi
persemayaman Asma Allah, jangan menggandeng yang lain. Bila
Malaikat saja tidak mau masuk rumah yang didalamnya terpampang gambar, maka
bagaimana Allah sudi memasuki hati yang berpenghuni patung berhala;
selain Dia termasuk berhala; karena itu hancurkan ini, sucikan kediaman ini
tentu kamu melihat persesuaian dengan-Nya mendatangimu, di samping itu kamu
akan bisa melihat keajaiban-keajaiban yang belum pernah kamu lihat.
Wahai Tuhan kami, berilah kami kehidupan yang baik di
dunia dan kehidupan yang baik di akhirat dan lepaskanlah kami dari siksa
neraka.
WACANA 45.
Padi tanggal 19 Rajab tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia
bertutur :
Sabda Nabi Muhammad saw. :
“Amat dilaknati orang yang
berteguh dengan makhluk semisal dirinya.”
Betapa banyak orang yang terbilang mendapat laknat seperti
ini, selebihnya hanya ada satu golongan manusia yang berteguh dengan Allah. Di
antara orang itu adalah seperti yang difirmankan Allah :
“Sesungguhnya dia telah
berpegang pada tali yang teguh.” (Qs. II:256).
Barangsiapa berpegang teguh dengan makhluk maka ia
laksana orang menggambar air, kala tangan dibuka ia tidak melihat apa-apa.
Celaka, ciptaan kau jadikan sentral kebutuhan, baik
sehari, dua hari, tiga hari, sebulan, setahun atau dua tahun, padahal di
akhirat mereka justru bosan dirimu. Peliharalah komunikasi bersama Allah,
adukan kebutuhanmu kepada-Nya, karena Dia tidak akan pernah membosankan. Orang
bertauhid dalam keteguhan tauhidnya tidak mengenal kata ayah atau ibu, keluarga
atau teman, musuh atau harta, pangkat atau kediaman, semua itu tidak ada dalam
hati selain bergantung di pintu Allah dan pemberian-Nya.
Wahai orang yang berbpegang teguh pada uang, apa yang ada
dalam genggamanmu, tidak akan lama tentu lenyap, bahkan siksa akan menimpamu.
Wahai orang tolol, pelajarilah ilmu karena Allah, amalkan ia, karena ia
penuntun dirimu. Ilmu itu lambang kehidupan, ketololan itu lambang kematian.
Orang benar jika usai mendalami cabang-cabang ilmu kemudian mendalami satu ilmu
(spesialisasi) yaitu ilmu hati dan sirri, bila telah menekuni ilmu ini, ia menjadi
pelindung agama Allah, mencegah menurut pencegahan-Nya, ia mengambil sesuatu
dari tangan mereka berdasar perintah Allah; di sini berarti hukum telah
mengiringi mereka dan bersama Allah dengan ilmu.
Orang arif itu selalu siaga di pintu Allah, ia dipasrahi
ilmu ma’rifat, diperlihatkan segala perkara yang tidak diperlihatkan kepada
orang lain, bila diperintah agar memberi, maka ia segera memberikan jal itu,
jika diperintah untuk menggenggam hak itu ia pun menggengggamnya. Sertai ilmu
dan ulama yang beramal dengan ilmunya, jika kamu bersabar menyertai ilmu –
pertama – maka tentu ia mengikuti untuk yang kedua. Bersabarlah dalam pelayana
itu, jika kamu sabar melayani ilmu, niscaya diberi kefahaman hati dan diberi
cahaya batin.
Wahai manusia, serahkan perkaramu kepada Allah, karena
Dia Mahatahu daripadamu, tinggalkan keleluasaannya karenadari waktu ke waktu
terdapat keleluasaan. Ikutilah Allah dan bukalah pintu-Nya, tutuplah
tembusan-tembusan pintu makhluq, jika hal itu terjadi dirimu dilihatkan
keanehan-keanehan yang tidak terdapat pada perhitunganmu.
Tidakkah kamu sadari jika Allah menghendaki dirimu
membawa manfaat untuk orang lain tentu menjadikan dirimu bermanfaat bila Allah
berkehendak menjatuhkan di hadapan manusia maka hal itu menipu memperlunak dan
memperketat hati mereka. Dia Mahapenghidup lagi Mahamematikan, Maha Awal dan
Akhir, Lahir dan Batin, setiap permasalahan itu tidak pernah berobah bagi-Nya.
Tancapkan iktikad ini dalam hati, berbaiklah dalam pergaulan bersama manusia
dengan sifat-sifat lahir, sebab perrmasalahan ini menjadi tradisi orang-orang
shalih yang bertakwa kepada Allah dalam segala kondisinya. Mereka juga
berkeliling untuk berdakwah menurut kajian akal yang selaras dengan hati mereka
– disetai akhlak mulia – yaitu akhlak Qur’an dan Sunnah, dan menyeru mereka
untuk mengikuti kedua konsepsi tersebut, jika mereka menerima tentu kepayang
kepadanya jika mereka lari dari kedua konsepsi itu, berakibat tanpa membawa
kesan antara mereka (orang-orang shalih) dan mereka sendiri (ma’du), tanpa ada
jalinan cinta kasih. Jadikan hatimu sebagai tempat ibadah, sekali-kali kamu
jangan menyeru Allah bersama ciptaan. Firman Allah :
“Dan sesungguhnya
masjid-masjid itu hanyalah untuk Allah (semata) sebab itu janganlah kamu puja
siap jua pun bersama Allah.” (Qs.LXXII :18).
Jika telah mencapai peringkat ibadah ini – dari Islam ke
Iman, dari Iman ke Yakin, dari Yakin ke Ma’rifat ke ilmu Mahabbah (cinta) dari
Mahabbah ke Mahbubiyah, dari pencarinya ke orang yang mencarinya, jika kamu
lupa tidak sampai tertinggal dan jia lalai akan teringat, jika tidur akan
terbangun, jika lupa segera bangkit, jika dikuasakan segera menerima, jika diam
bicara, maka semuaitu tidak akan pernah hilang; terus menerus siaga secara
bersih karena ia telah terjernihkan oleh pusat hati. Seperti yang diwariskan
oleh Nabi Muhammad saw : “Bahwa mata beliau tidur tapi hatinya tidak tidur. Ia
melihat dari balik tabir seperti melihat wujud aslinya, setiap individu
terbangkit olehnya menurut kemampuan akan keberadaannya.
Adapun Nabi saw. tidak bertaut pada seseorang pun sampai
ia membangkitkannya, dan ia tidak ingin menyatukan seseorang dalam
kekhususannya. Selain kaum abdal, para wali dan ummatnya yang ingin menyucup
selisih makanan dan minuman. Beliau berikan setitik hamparan dan sekerat
mutiara dari keagungan keramatnya, karena mereka sedia mengikuti beliau.
Orang yang menggenggam aga,a Islam tentu membantu beliau
untuk mengedarkan butir-butir ilmu agama dan syariat beliau sampai kiamat.
Ikutilah milad Ibrahim – pilihan Allah – yang berspekulasi mencari Tuhan
melalui bintang, bulan dan matahari; yang terakhir beliau berkata : “Aku tidak
suka sesuatu yang tenggelam, sesungguhnya aku menghadapkan wajah (diri) ku
kepada Dzat yang mencipta langit dan bumi secara lurus dan bukanlah aku
termasuk orang-orang musyrik.”
Setelah lama Ibrahim bersandar atas kekeliruan itu lalu
mengenal Allah, segera beliau membenarkan-Nya, maka terbukalah pintu kebenaran
dan hatinya terseruu untuk memasuki, kemudian observasi Ibrahim dijadikan
contoh bersama sesuatu yang berlaku di dunia akhirat. Sedang kini beliau
memahami hal itu datang dari Allah. Berpengaruh, jadilah pusat hatinya berada
di sisi Allah dan menanggalkan selain-Nya, jadilah beliau sebagai penghamba
mereka, ya penghamba semata untuk Allah, merdeka terhadap sesuatu selain Dia
secara mutlak, di langit, di bumi Ibrahim tidak dikendalikan sesutu, justru
beliau mengendalikan sesuatu itu. Tak ayal beliau menjadi pemimpin yang tidak
terpimpin selain Allah, pintu terlintas di hadapannya dengan izin mutlak, tanpa
penghalang atau penutup.
Wahai sahaya, jadilah pembantu manusia, karena dunia
akhirat melayani mereka; yakni dimana saja mereka kehendaki segera mencomotnya
dengan izin Allah, bila demikian tentu kamu diberi lukisan keberadaan dunia
yang bermakna akhirat.
Wahai Allah, berilah kearifan kepada kami dan mereka,
dunia dan akhirat.
WACANA 46.
Ahad pagi 18 Rajab
tahun 545, ia bertutur :
Dunia diperumpamakan pasar yang tidak lama lagi pasti
tertutup. Tutuplah pintu penglihatan untuk ciptaan, bukalah jalan penglihatan
menuju Allah, tutuplah jalan-jalan keuntungannya, causalita dalam situasi hati
yang jernih dan pendekatan sirri dalam sesuatu yang memperkhusus dirimu; bukan
yang umum; dari keahlian atau pengikut, tapi usahakan keuntungan selain
untukmu, mafaat selain untukmu, pendapatan selain untukmu, sebaliknya carilah
sesuatu yang memperkhusus dirimu dari berbagai keutamaan-Nya. Tempatkan dirimu
bersama dunia, hatimu bersama akhirat, sirrimu bersama Allah, sesungguhnya kamu
menyadari apa yang menjadi kehendak-Nya.
Ulama itu sebenarnya pengganti para Nabi, maka terimalah
kata mereka – meliputi perintah – karena mereka hanya memerintah berdasar
perintah Allah dan Rasul-Nya, juga membendung apa yang dilarang Allah dan
Rasul-Nya, juga membendung apa yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, mereka bicara
sambunglah, mereka memberi ambillah, mereka tidak bergerak menurut gerak
tabi’at kemanusiaan atau mengikuti letupan nafsu mereka. Mereka tidak perrnah
meyekutukan Allah – dalam agama – karena terbawa oleh keinginan yang rendah.
Ikutilah Rasulullah, baik menurut kata atau tindakannya. Firman Allah :
“Apa yang diberikan oleh
Rasul kepadamu hendaklah kamu terima dan apa yang dilarangnya hentikanlah.”
(Qs. LIX :7).
Ikutilah Rasulullah sehingga memperdekat dirimu darinya
yang berarti memperdekat dengan Allah.
Wahai munafik, kau kira agama itu membawa kebencian, dan
urusan yang dibawa sia-sia? Sungguh tiada kemuliaan bagimu termasuk pembujuk
dan teman-temanmu yang buruk !
Wahai Allah, limpahkanlah taubat untukku dan untuk
mereka, lepaskanlah mereka dari kehinaan sifat-sifat munafik dan keteguhan
syirik.
Sembahlah Allah, mohonlah bantuan untuk mampu
menyembah-Nya yaitu dengan mencari barang halal, karena Allah menyukai orang
beriman yang tunduk, makan dari hasil halal. Dia menyukai mereka yang makan
dari hasil kerja dan membenci orang yang makan tapi tidak suka bekerja. Dia
menyukai orang yang makan atas hasil usaha sendiri, dan membenci orang makan
dari hasil kemunafikan di samping dari hasil penggantungan kepada sesama
ciptaan. Dia mencintai orang yang bertauhid dan membenci orang yang bersekutu
(bersyirik). Demikian di antara syarat orang yang menyinta lagi bersesuaian
dengan-Nya.
Serahkan jiwamu kepada Tuhan, relakan atas kehendak-Nya
di dunia sampai akhirat. Suatu hari aku pernah mendapat cobaan maka aku memohon
kepada Allah untuk kesembuhannya, tetapi justru datang lagi cobaan lain
menimpaku, ketika itu aku berikhtiar, tiba-tiba ada suara berbicara padaku : “Apakah kamu hendak mengalihkan coba itu kepada kami dalam
situasi permulaanmu, jika kamu benar-benar pasrah, maka sopanlah dan diamlah.”
Celaka kau, mengaku cinta Allah, ternyata kau mencinta
yang lain. Dia adalah penjernih, padahal yang lain pengaruh. Bila kamu membaut
keruh di atas kejernihan dengan laku menyinta yang lain – bukan Allah – justru
perbuatan itu memperkeruh dirimu. Dia berbuat kepadamu tidak beda seperti yang
diperbuat atas Ibrahim a.s. dan Ya’kub a.s. ketika sibuk menyeru orang tuanya
dengan membakar hati keduanya. Ibrahim dan Ya’kub sama-sama diuji. Nabi kita Muhammad saw. kala cenderung sibuk kepada anak
menantunya (cucu) yakni Hasan dan Husain, Jibril datang kepada beliau, katanya
: “Apa kamu mencinta mereka? Nabi menjawab : “Ya benar”, Lalu Jibril berkata :
“Satu di antaranya akan diracun dan yang lain akan dibunuh”. Maka segera Nabi mengusir rasa kecintaan itu
dari hati dan menghabiskan waktu untuk Tuhan, dengan demikian beralihlah
kegembiraan terhadap kedua cucunya dengan kedukaan atas mereka.
Sungguh Allah amat cemburu terhadap hati para Nabi, para
Wali dan para hamba yang shalih. Wahai pencari dunia, dengan laku munafiq
bukalah tanganmu tentu kamu tidak melihat sesuatu pun di sana. Celaka, kamu
tidak suka berusaha, kamu hanya suka duduk sambil menikmati harta orang lain
dengan imbangan agama. Bekerja adalah termasuk perbuatan para Nabi seluruhnya.
Bukan termasuk golongan mereka kecuali orang yang sedia bekerja, di akhirat
nanti mereka mengangkat manusia atas izin Allah.
Wahai pemabuk tuak dunia, kegemerlapan dan kegialannya,
dalam waktu dekat, kamu akan diluruskan dalam luang kuburmu !.
WACANA 47.
Selasa pertengahan Sya’ban tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Belajarlah, kemudian beramal, ikhlas, sunyikan jiwamu dan
ciptaan.
“Katakan (yang menurunkan
itu) Allah!, kemudian biarkanlah mereka main-main dengan percakapan kosong
(Qs. VI:91).
Katakan seperti perkataan Ibrahim a,s,. Sebagaimana
tesebut dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya pujaan-pujan
itu musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs. XXVI :77).
Singkirkan ciptaan dan bencilah mereka, selagi di
hadapanmu hanya membawa bencana. Jika Tauhid bersih, dalam arti keburukan,
syirik lepas dari hati tujulah mereka, seperti transfertasi ilmu dan penujukan
pada pintu kebenaran.
Ketidakbutuhan al-Khowash itu ketidakbutuhannya terhadap
ciptaan; dalam bentuk kematian kehendak dan ikhtiar, siapa bersih dari
ketidakbutuhan ini maka bersihlah kehidupannya secara abadi bersama Allah.
Pabila kamu ingin hal ini kamu harus menjaga perolehan ketajaman ma’rifat,
dekat dan terlena pada tangga Allah, hingga kamu tercabut oleh tangan rakhmat
dan kelembutan, ketika itu, niscaya kamu bisa hidup secara abadi, makanan
tertolak dan sirri menjadi makanan. Karena itu Nabi bersabda :
“Aku bernaung di sisi
Tuhanku, maka Dia memberi makanan daku dan meminumi daku.”
Artinya; memberi makanan sirri berupa ma’ani, memberi
makanan ruh berupa ruhaniyat, memberi makanan yang khusus.
Pertama kali perubahan sikap disertai hati, lalu
ketetapan perubahan itu dan terjadilah pengangkasaan hati dan sirrinya. Ketika
itu ia hadir di tengah-tengah manusia. Nah, demikian kaitan kebenaran orang
yang meneyatukan antara ilmu dan amal, ikhlas dan pengajaran.
Wahai manusia, makanlah sisa-sisa orang berilmu, minumlah
sesuatu yang masih tertinggal dalam cawan-cawan mereka. Wahai pengaku berilmu,
tiada teladan dengan ilmumu. Barangsiapa tidak sedia berteladan dengan ilmunya,
tanpa ikhlas, sesungguhnya laksana tubuh tanpa nyawa. Di antara tanda-tanda
ikhlas dalah, bahwa kamu tidak mencari pujian orang atau cela mereka, juga
tidak mengharapkan sesuatu yang ada pada mereka bahkan ia menyodorkan konsepsi
Ketuhanan sebagai haknya. Beramallah untuk sang
pemberi nikmat, bkan untuk nikmat untuk sang pengausa (Allah) bukan untuk yang
dikuasai, untuk kebenaran bukan kebatilan. Jika kebenaranmu telah sempurna,
ketika itu telah telanjang dari segala keberadaan selain Dia. Telanjang itu
pada hati, bukan apda tubuh, zuhud itu apda hati bukan untuk tubuh, berpaling
itu untuk sirr bukan pada lahir, penglihatan itu pada ma’ani bukan untuk
bangunan, padangan itu pada Allah bukan untuk ciptaan, ketidakadaan
dunia-akhirat tanpa sesuatu selain-Nya. Orang yang dicintai Allah yaitu
orang yang diberi kekhususannya agar diberi nikmat berupa cobaan pada fisiknya,
yaitu menjadi syahid di ujung pedang orang kafir.
Maka, bagaimana dengan para syuhada yang mati di ujung
pedang diliput cinta. Bahwa pnghancuran itu diproyeksikan mengarah
bangunan-bangunan yang digunakan untuk bermaksiat. Jika kamu lihat pusat-pusat
maksiat menghancurkan penghuninya, hancurkanlah ia, karena maksiat itu bisa
menghancurkan negara dan merusak ibadah. Nah, demikian seharusnya niatmu; jika
mengetahui di mana ada negara bermaksiat hancurkanlah, tapi jika dirimu yang
bermaksiat, tentu kehancuran melummat dirimu sampai merusak jiwa, menjalar
kemudaian merusak konstruksi agama sampai kebutaan hati menyelimutimu berakhir
dengan kelenyapan iman. Di samping itu berbagai penyakit menyerang, fakir
datang, maka ludeslah perbendaharaan, akhirnya kamu butuh kepada teman-teman
sejawat dan musuh-musuhmu.
Celaka kau munafik, jangan menipu Allah, kau beramal
sesuatu amal sembari memperlihatkan kepada manusia, padahal amal itu untuk
Allah. Rupanya kamu ahli beriya’, ahli pengibul dan lupa Tuhan. Tidak lama kau
akan terlempar dari dunia dengan kemiskinan. Wahai pengidak penyakit dalam,
peliharalah pengobatanmu – inilah terapinya – yaitu kamu jangan bergaul sesama
ciptaan kecuali dengan orang-orang shalih, ambillah terapi dari mereka dan
amalkanlah tentu kesembuhan segera mendekatimu selamanya; meliputi kesehatan
ma’ani, hati, sirr bahkan kamu dapat bersembunyi bersama Tuhan; Kala mata hati
di buka, kamu melihat Tuhan, kini kamu berarti tergolog orang yang dicintai
Allah yang selalu siaga di pintu-Nya – tanpa melihat – sesuatu selain Dia. Tapi
bila hati berisi bid’ah bagaimana bisa digunakan untuk melihat Allah?
Wahai manusia, beritba’lah (Mengikuti perilaku Nabi saw.
dalam kehidupan sehari-hari) jangan berbid’ah, bersesuailah jangan bersyirik,
Esakan Allah jangan tinggalkan pintunya, pintalah Dia jangan pinta yang lain,
pintalah pertolongan dengan-Nya jangan yang lain, tawakallah kepada-Nya jangan
kepada yang lain. Wahai khowash, serahkan jiwa ragamu untuk-Nya, relakan apa
yang ditentukan Dia, padati hari-harimu dengan mengenang bukan memohon. Pernah
kamu dengar firman Allah :
“Barangsiapa memadati
hari-harinya dengan mengenang Aku meliputi masalah yang Kubawa, tentu ia Kuberi
sesuatu yang lebih baik daripada yag Kuberikan kepada peminta.”
Wahai orang yang sibuk mengenang Allah dan meluluhkan
hati karena Dia, jika kamu rela atas pemberian Allah, tentu Dia menjadi teman
dudukmu. Allah berkata :
“Aku menjadi teman duduk
orang yang mengenang (dzikir) kepada-Ku.”
Juga katanya :
“Aku di samping orang yang
luluh hati karena Aku.”
Wahai sahaya, kenanglah Dia tentu memperekat hati
kepada-Nya dan membawamu masuk ke pesanggrahan yang dekat dengan-Nya, dan memperlakukanmu
sebagai tamu, sedang di mana saja tamu pasti dimuliakan, apalagi sebagai tamu
sang Maha Raja (Allah).
Kamu jangan membuat masalah baru (bid’ah) dalam agama
Allah, ikutilah para ssaksi yang adilm berdasar Kitab dan Sunnah, karena
keduanaya itu bisa mempertaut kepada Allah, tapi jika kamu berbid’ah, maka
saaksimu (syahid) adalah hawa dan nafsu, yang berarti mempertaut diri dengan
neraka secara pasti, di sana kamu akan
dipertemukan Fir’aun, Haman beserta bala tentaranya.
Jadikan lakumu untuk mencari ilmu dan amal, jangan
jadikan untuk mencari dunia. Dalam waktu dekat lakumu akan terputus, karena itu
jadikan ia dalam hal yang membawa ma’rifat.
Wahai sahaya, menghadaplah dan jalinlah sesuatu untuk
mencari ridla Tuhan, karena bila Dia berkenan meridlaimu niscaya Dia
menyintaimu. Himmahmu adalah apa yang menjadi tujuanmu, jika himmahmu dunia
berarti kamu penyertanya, bila himmahmu akhirat berarti kamu bersamanya, bila
himmahmu ciptaan berarti kamu pengiring mereka, dan jika himmahmu Allah berarti
kamu bersama Dia, baik dunia atau akhirat.
WACANA 48.
Selasa sore tanggal 8 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Nabi saw. bersabda :
“Barangsiapa berhias untuk
manusia dengan sesuatu yang dicintai, dan menghadap Allah dengan sesuatu yang
dibenci, maka Allah menjumpainya dengan dua kemurkaan.”
Dengarlah sabda Nabi, wahai munafiq secara berani kau
jual akhirat dengan dunia. Wahai penjual Allah dengan ciptaan, wahai penjual
sesuatu yang kekal dengan binasa, amat disesalkan perdaganganmu dan lenyap
sumber-sumber kekayaanmu.
Celaka, kamu berkepentingan dengan sesuatu yang dibenci
Allah; orang yang berhais diri karena manusia dengan sesuatu yang tidak ada
padanya itu justru dibenci Allah. Hiasilah lahirmu dengan adab syariat dan
batin dengan pembebasan diri dari ciptaan, tahanlah jalur-jalur mereka tentu
memfanakan mereka dari sudut hati, hingga seakan mereka tidak terpotong. Kamu
jangan bersangka bahwa mereka membawa kesulitan dan kegunaan, sungguh kamu repot
oleh penghiasan diri lahiri dengan meninggalkan hati, hiasilah hati dengan
tauhid, ikhlas dan menggenggam teguh perintah Allah, selalu mengenang-Nya dan
mengesampingkan yang lain.
Bertekunlah untuk memperoleh iman, jika kamu telah
mendapat iman bertaubatlah, takut, menyesal dan teteskan iar matamu, karena
tangis itu termasuk perbuatan takut Allah, ia bisa memadamkan api maksiat atau
juga bisa memadamkan kilatan murka Allah, apabila kamu bertaubat setulus hati
tentu cahaya taubat itu memancar di wajah.
Wahai sahaya, bertekunlah untuk menjaga sirrimu sekiranya
kamu menjaganya, jika kamu terkalahkan berarti dirimu surut, bertekunlah sampai
dirimu sirna dan hanya Dia yang ada. Jadilah bersama-Nya seperti orang mati
yang dimandikan atau seperti Ashabul Kahfi yang bersama Jibril a.s. Bersamalah
Dia tanpa wujud, tanpa ikhtiar, tanpa perangan dalam bentuk apa pun, teguhlah
di hadapan-Nya di atas pijakan iman dan menundukkan nafsu di saat ketentuan
yang berat turun padamu. Iman itu tetap teguh menyertai ketentuan (qadar),
sedang munafik itu menjauhinya. Orang munafik bila hari-harinya berlalu ia
kering dengan niat, tetapi nafsu, tabiat plus hawanya semakin dipersarat, mata
sirr dan mata hatinya buta, tampak dari luar ia meah tapi dalamnya remuk,
ingatannya kepada Allah hanya di bibir bukan di hati, sedang orang beriman
kebalikan orang munafiq.
Wahai manusia, jika terpaksa kamu tidak mampu mengikuti
seruan ini, jadikan dirimu pada pintu dunia dan hatimu pada pintu akhirat –
sirrimu di pintu Allah sampai jiwa berubah jadi hati dan mampu merasakan
sesuatu yang bisa dirasa, hati berubah jadi sirr dan mampu merasakan sesuatu
yang terasa, dan sirr berubah jafi fana’ yang pada akhirnya kamu tidak bisa
merasakan atau tidak terasakan, lalu hidupmu hanya untuk Dia bukan yang lain.
Amat beruntung orang yang mengamalkan anjuranku dan ikhlas dalam
pelaksanaannya. Amat beruntung orang yang beramal dengan tangan sendiri lalu
memperdekat kepada orang yang diamali kepada Allah.
Wahai sahaya, sampai kapan engkau bersekutu dengan
ciptaan, bergantung kepada mereka? Kamu wajib mengerti bahwa seseorang pun di
antara mereka tidak bermanfaat atau membawa kesulitan bagimu; ya, kekafiran
mereka, kekayaan mereka, kemuliaan mereka dan kehinaan mereka. Peliharalah
taqwa, jangan bergantung manusia atau pada matapencaharian, daya kekuatanmu,
bergantunglah pada keutamaan Allah, jalinlah hatimu kepada-Nya, lalu
mengenang-Nya – seperti cara peringatan para penghuni sorga di dalam sorga yang
berhari seperti di hari dunia.
Wahai manusia, janganlah mengakhirkan tuntutan dan
perhitungannya atas jiwamu, segerakanlah hal ini; sejak dunia sampai akahirat.
Uang itu sentral neraka dan dirham itu sentral keinginan, apalagi jika berhasil
menggaet keduanya dari jalur haram dan mempergunakan pada jalur haram pula.
Besok akan tampak jelas bagimu, tentang ucapan yang kau ucapkan di hari ini,
rupanya kamu buta dan pekak.
Sabda Nabi saw. :
“Cintamu terhadap sesuatu itu
memperbuta dan memperpekak diri.”
Telanjangi dirimu dari dunia, laparkan dan dahagakan
sampai Allah membusanai, menyantapi dan menemani dirimu, serahkan lahir dan
batin-mu untuk Dia, jangan berangan macam-macam, bahkan jadikan Dia tanpa
perwujudan dirimu. Dunia adalah negeri untuk beramal dan akhirat negeri
balasan, negeri tempat pemberian dan pelimpahan. Nah, demikian yang lebih
ghalib sebagai hak orang shalih, adapun yang lebih pelik buat mereka adalah
orang yang bebas amal di dunia tetapi ia diberi sesuatu, diberi rakhmat dan
segera mendapat peristirahatan, ini sebelum datang ke akhirat, berarti ia
terputus untuk mendatangi hal wajib dan bebas dari kesunahan, karena kewajiban
tidak bisa gugur oleh segala tingkah dan maqamat. Demikian kewajiban setia
individu – sebagai hamba Allah – Dia Mahaganjil dari yang ganjil.
Wahai sahaya, berzuhudlah, kamu jangan memakan sesuatu
disertai nafsu dan hawa karena hal itu suatu terali yang bisa menutup hati dari
Tuhan. Orang beriman jika makan bukan untuk nafsu atau dengan nafsu, juga ia
tidak mengenakannya atau tidak bersenang-senang, sebaliknya menjadi bekal untuk
bertaqwa mentaati perintah Allah, ia makan apa yang ditetapkan lahir di hadapan
Allah, ia makan disertai syara’ bukan terdorong oleh hawa. Sedang bagi Wali,
makan karena perintah Allah, dan bagi Qutub makan atau penasarufannya seperti
Nabi bila sedang makan, ia bertasaruf bagaimana tidak seperti itu, bukankah
satu-satunya pelayan Nabi, pengganti beliau di tengah-teengah ummatnya? Ya,
Qutub adalah khalifah Nabi dan Khalifah Allah, ia adalah khalifah batin serta
imam kaum muslimin, orang-orang Islam tidak diperkenankan meninggalkan Qutub
atau meninggal beritba’ dan mentaatinya.
Dikatakan bahwa, Imam orang Islam jika adil maka menjadi
Qutub zaman, kamu jangan mengira bahwa perkara ini hanya sandiwara, sungguh itu
telah menjadi bebanmu, barangsiapa menghitung perbuatan lahirmu berarti ia
telah menghitung perbuatan batinmu. Tidak seorang pun di antaramu kecuali
didtangkan di hari kiamat disertai para Malaikat yang setia mencatat kebaikan
atau keburukan di dunia, para Malaikat sama membawa 99 Sijjil (Catatan oleh
Malaikat tentang perbuatan baik atau buruk manusia), Setia Sijjil itu menyimpan
satu pandangan yang menghasilkan baik dan buruk beserta segala sesuatu yang
keluar darinya, lalu ia pun membaca catatan itu – jika di dunia tidak berlaku
baik tentu tertulis dan tidak terbaca adanya bak di sana, karena dunia itu
ssanggar hikmah dan akhirat sanggar penentuan. Dunia membutuhkan segala macam
peralatan yang diakit dengan sebab penghasilan, sedang akhirat tidak
membutuhkan itu semua. Bila seorang di antaramu membuka hasil yang ada di dalam
catatannya segera bersaksilah seluruh organ tubuh sesuai dengan apa yang
tercantum dalam catatan tersebut. Ya, setiap organ tubuh memberi kesaksian pada
batas-batas segala amal yang diperbuat. Sungguh untukmu telah dicipta ketentuan
yang luar biasa. Belumkah kamu mendapat berita dari Allah :
“Adakah kamu mengira bahwa
Kami menciptakan kamu (hanya) bermain-main dan kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?” (Qs. XXIII:115).
WACANA 49
Jum’at tanggal 9 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di Madrasah,
ia bertutur :
Diceritakan, bersumber dari Abdullah bin Al-Mubarrak r.a.
bahwa suatu hari ia kedatangan seorang peminta, ketika itu ia tidak mempunyai
apa-apa kecuali hanya 10 biji telur, kendatipun ia menyuruh pembantunya agar
memberikan 10 butir telur itu kepada peminta. Tetapi si pembantu hanya
memberikan 9 butir telur saja dan menyembunyikan yang satu. Menjelang mentari
menuju tempat peraduannya, seseorang berkunjung kepada Abdullah, seraya
mengetuk pintu. Kata pendatang itu : “Terimalah bakul ini”. Maka Abdullah pun
menerima bakul itu dan meneliti isinya, ternyata di sana menjumpai telur-telur
yang tempo hari diberikan kepada pengemis, kini dikembalikan lagi, bahkan
berjumlah 90 biji telur. Kata Abdullah kepada si pembantu : “mana telur yang
lain?, berapa yang kamu berikan kepada peminta?” Jawab si pembantu : “yang kuberikan hanya 9 biji dan kuselisihkan satu,
karena pecah.” Kata Abdullah : “berarti yang sepuluh lagi terrlepas dariku.”
Nah, demikian muammalah mereka kepada Tuhan. Mereka sama
beriman dan bersedekah menurut perintah yang tercantum dalam Kitab Allah dan
Sunnah Nabi. Mereka tidak menentang Al Qur’an baik dalam gerak atau
ketenangannya, mreka mencomot ajaran dari kedua konsepsi itu lalu mengeluarkan
menurut isinya. Karena itu beramallah untuk Allah, biasakanlah, tentu kamu
beruntung.
Wahai sahaya, lepaskan situasi kebingungan yang
mencengkeram dirimu dan ikutilah ulama’, kamu jangan mencari penyambung yang
mempertaut dengan Allah melalui pengakuan dusta. Bersabarlah akan uji seperti
mereka bersabar bersama-Nya sampai menghasilkan pertalian sejati. Seandainya
tidak ada uji, tentu seluruh manusia beribadah dan zuhud, berhubung bala’
mendatangi mereka akhirnya mereka tidak sabar bersama Allah, tentu tiada
pemberian untuk mereka. Jika kamu tidak punya sabar dan ridla maka hal itu
menjadi sebab terlemparnya diri dari penghambaan kepada Allah. Sabda Allah
dalam haits Qudsi :
“Barang siapa tidak rela atas
ketentuan-Ku dan tiak sabar atas cobaan-Ku, maka carilah Tuhan selain Aku.”
Terimalah ketentuan Allah atasmu, kokohkan Islam hingga
mengkait iman, lalu perkokoh iman sampai mengkait yaqin, maka ketika itu kamu
bisa melihat-Nya yang tidak pernah kau lihat sebelum datang yaqin, juga kamu
lihat sesuatu sebagaimana bentuknya – menjadi beita ma’ani – ia menghentikan
hati kepada Allah lalu melihat sesuatu dari Dia. Apabila hati berhenti pada
pintu Allah menghasilkan kekuasaan mulia (keramat) maka ia pun menjadi mulia
terbawa sampai kepada ciptaan dan tidak berakhir. Hati yang baik itu adalah
hati yang diperbaiki Allah, jadi mulia dan sirr yang dijernihkan oleh Allah
dari keruh maka jadi mulia.
Janganlah mengadu kepada manusia, karena jika kamu suka
mengadu Allah berarti gugur dari pandangn-Nya, di samping itu apa yang ada di
sisimu tidak tersingkir karena pengaduan itu. Kami tak perlu berujub dalam
beramal, karena ujub itu bisa merusak amal dan bahkann menghapusnya.
Barangsiapa mengetahui taufiq Allah terrlimpah pada dirinya berarti ternafikan
dari ujub. Jadikan tujuan kepada Allah karena Dia menjadikan rakhmat untukmu.
Namun, bagaimana kamu membawa tujuan itu kepada-Nya sedang kamu masih suka
berdusta; padahal setiap jalan Allah itu benar adanya. Golongan ulama adalah
tipe orang-orang benar, yaitu benar-benar tanpa ditampakkan, tindakan mereka
sebagian besar timbul dari nurani sendiri, mereka itulah orang-orang yang suka
bertaubat. Sedang kamu, wahai munafik, sekali-kali bukan seperti mereka, karena
itu kamu jangan padati mereka dengan kemunafikan. Wahai Allah jadikanlah kami
termasuk orang-orang benar.
Ia bertutur : ajarlah nafsu, hawa dn tabiat dengan
memperbanyak puasa, shalat dan menerapkan sabar, jika seseorang telah sukses
mengolah anfsu, hawa dan tabiat, tinggalh ia berssama Allah tanpa dimasuki
unsur lain, tinggal hati dan sirr bersama Allah secara komplek tanpa menyempit,
sehat tanpa sakit, jadilah orang berakal, belajar dan beramal disertai ikhlas.
Wahai sahaya, belajarlah dari makhluk, baru kemudian dari
Allah. Sabda nabi :
“Barangsiapa beramal dengan
sesuatu yang diketahui, maka Allah mewariskan ilmu yang belum diketeahui
(sebelumnya).”
Tentu, pertama kali orang belajar kepada orang lain
adalah perihal hukum, untuk yang kedua kali belajar dari Allah tentang ilmu
laduni, yaitu khusus ilmu yang membahas masalah batin (hati), yag dikhususkan
lagi adalah tentang sirr. Tapi bagaimana kamu mampu belajar ilmu-ilmu tanpa
guru, sebenarnya kamu berdomisili dalam hikmah.
Carilah ilmu, karena mencari ilmu itu termasuk wajib,
sabda Nabi : “Carilah ilmu kendati di negeri Cina.”
Wahai sahaya, pergaulilah orang yang menolongmu dalam
melenyapkan nafsu, jadi bukan orang yang membangkitkan nafsu itu. Jika kamu
bergaul dengan orang tua yang jahil lagi munafik, sama artinya mempergauli
tabiat hawa. Sebenarnya para guru (syuyuh) itu tidak menjalin persahabatan
dengan dunia, mereka menjalin hubungan dengan akhirat, jadi bisa diketahui jika
ada guru yang menjalin hubungan dengan tabiat dan hawa berarti ia menjalin
pertalian dengan dunia, jika mempergauli hati berarti ia bergaul dengan
akhirat.
Wahai orang yang berguru, memadati lakunya dengan tindak
guru yang ikhlas, selagi kau mencari dunia berdasar nafsu dan hawa berarti
terbilang belia, yang demikian suatu tabiat ganjil di atas keganjilan, jiwa
yang menolak dunia dan meninggalkannya dengan ikhtiar sekali-kali tidak membawa
kerugian, atau keadaan jiwa yang tenang lalu berbalik ddrastis itu suatu
keganjilan di atas keganjilan, jauh dari segala yang jauh. Hanya saja hak dunia
jadi baik bila dirimu membuta dari dunia, akhirat atau apa pun selain Allah.
Kala hamba dekat dengan Allah banyaklah kenangannya dan takutnya bertambah.
Karena itu orang yang banyak ingat kepada pemimpinnya ia diangkat menjadi
menterinya, karena ia memang dekat dia.
Bagi orang yang beriman, tidak mungkin hal itu di dapat
kecuali dengan laku ikhlas, jika ikhlas terlaksana ketika itu berada dalam
pemikiran. Sedang para Ulama dalam pemikiran yang luar baisa, ketakutan mereka
tidak pernah terhenti sampai berjumpa Allah. Barangsiapa mengenal Allah, maka
bertambahlah takutnya. Karena itu Nabi bersabda :
“Aku adalah orang yang paling mengenal Allah daripada
kamu, dan aku lebih takut kepada-Nya dariapda kamu.”
Dan, kamu, wahai pelupa, suka menampakkan diri di hadapan
Allah dengan laku maksiat lagi menetang, lalu kamu berlindung kepada-Nya. Tiada
lagi keamananmu akan terganti jadi ketakutan, masamu menyempit, sehatmu jadi
sakit, muliamu jadi hina, ketinggianmu terbanting, kayamu jadi miskin.
Ketahuilah bahwa ketenanganmu di hari kiamat berupa siksa Allah menurut ukuran
takutmu di dunia, dan takutmu di akhirat menurut ketentramanmu di dunia. Namun
karena kamu sebagai penyelam samudera dunia berakibat ketenteramanmu berada
dalam perigi kelupaan yang dalam, tentu jalan hidupmu seperti kehidupan
binatang, mereka tidak mengenal sesuatu kecuali makanan, minuman, kawin dan
tidur. Tingkah lahirmu mengekor penghulu hati menunjukkan loba dunia dan
cenderung mencari isi perut saja. Sudah barang tentu hal itu menutup diri dari
jalan Tuhan. Wahai orang yang tersedot keaiban dunia dan lobanya, seandainya
kamu dikumpulkan bersama penduduk bumi untuk memperoleh sesuatu tentu kamu
tidak kebagian.
Janganlh menganiaya sesama, karena perbuatan itu akan
dipertanggungjawabkan di akhirat. Beralkulah adil sehingga kamu dipertimbangkan
menuju jalan surga, tapi untuk penganiaya bagaimana tanpa pertimbangan, mereka
akan diadili di negeri keadilan. Tinggalkan apa saja dalam tempatnya hingga
menempatkan dirimu di sisi Allah. Nah, demikian situasi akhir masa. Aku lihat
kamu telah berubah dari keberadaanmu semula, dengan mengganti laku yang lain,
sungguh aku jadi khawatir jika kamu sampai tergulung dalam perubahan ini.
Wahai makhluk Allah, aku mencari keaiban dan manfaatmu
dalam segala kondisi, aku harap pintu neraka tertutup dan meniadakannya dengan
segala keberadaan ini dan agar tidak dimasuki seseorang pun, dan pintu surga
dibuka agar tiada seseorang pun menolak untuk memasukinya, demikianlah
harapanku agar Allah menunjukkan rakhmat dan belas kasih-Nya. Marilah duduk
bersama aku demi kebaikan hatimu dan pengolahannya, janganlah lari dari
kesesatan bicaraku, tiada yang kupelihara kecuali jiwa militan dalam agama
Allah. Bicaraku keras, makananku keras, barangssiapa lari dariku atau
membuat-buat perumpamaan diriku ia tidak akan bahagia, jika kamu berburuk sikap
yang menjurus dalam agama aku tidak akan meninggalkanmu, aku tidak akan
berrkata; lakukan itu, dan aku tidak akan mencari pendamping kecuali Allah,
dari Dia bukan dirimu.
Ikutilah para Nabi, para Rasul dan orang-orang terdahulu
yang shalih, jangan sekali-kali lepas dari mereka, bertaubatlah atas dosa-dosa
dan keburukanmu. Taubat itu sutu tanaman hati, bangunan yang kau dirikan itu
mampu merobohkan bangunan setan. Karena itu bangunlah suatu bangunan Ar-Rakhman
(Allah) susullah berserta Tuhanmu, sesungguhnya aku berdiri pada pijakan akal
bukan kerangka.
Jangan temani aku jika untuk dunia, tapi temanilah aku
untuk akhirat semata; tentu dunia amendatangimu secara sukarela mengikut dan
menjamin, kendatipun ambillah scukupnya (zuhud) dan aku menjaminmu – tentu kamu
tidak memperhitungkan hal itu. Dahulukan akhirat atas dunia, batin atas lahir,
kebenaran atas batil, yang tetap atas fana, tinggalkan lau ambil, tinggalkan
pengambilan melalui tabiat, hawa, nafsu dan ambillah melalui hati dan sirr.
Jadilah penerima perintah Allah dan Rasul-Nya; menderita
ketika terhalang darinya, berserah kala datang ketentuan dan keputusannya;
sejalan dengan itu pergauilah manusia dengan budi luhur, kamu jangan mencari
sesuatu dari Allah tanpa menggunakan ilmu-Nya; patuhi hukum dan ketentuan-Nya.
Sabda Nabi saw. :
“Ketika Allah mencipta Qalam,
Dia berkata kepadanya : “Tulislah”, jawab Qalam : “apa yang hamba tulis? Kata
Allah : “tulislah hukum-hukum-Ku untuk makhluk sampai kiamat.”
Wahai orang berhati mati, wahai pembangkit nafsu, hatimu
telah mati berarti dirimu berada dalam bencana pertama. Tiada bencana bagimu
selain kematian hati, yaitu lupa Allah dan tidak mengenang-Nya. Siapa ingin
membangkitkan hati, maka tetapkan dalam hati itu kenangan untuk Allah dan
berjinak kepada-Nya, lihatlah keagungan dan kebesaran-Nya, dan bagaimana
pemberian-Nya kepada ciptaan.
Wahai sahaya, kenanglah Allah – pertama kali – dengan
hati, baru dengan lahirmu untuk yang kedua. Kenanglah Dia seribu kali dengan
hati dan sekali dengan lisan, kenanglah Dia kala afat menimmpamu dan sabar atau
kalau dunia datang dengan meninggalkannya, tetapi jika akhirat yang datang
terimalah dan kala datang kebenaran dengan tauhid. Mengenang mati itu bisa
menjernihkan hati, memadamkan dunia ciptaan juga membuka penutup hati hingga
bisa melihat; bahwa ciptaan itu akan binasa, mati, dan lemah; tidak membawa
penyakit atau manfaat.
WACANA 50
Jum’at pagi tanggal 18 Sya’ban tahun 545 Hijriyah di
Madrasah, ia bertutur :
Perbanyaklah kebaikan dan pembiakan dirimu, tinggalkan
ucapan “Qaala wa qilla” (Katanya... jarene); dan kepongahan dunia, lepaskan
cinta dunia itu semaksimal mungkin. Sabda Nabi :
“Lepaskan dirimu dari rasa
kecintaan dunia, menurut kemampuanmu.”
Wahai pendungu karena dunia, seandainya akamu menyadari
apa yang kau cari?!, Jika kamu mendatangi, apakah juga mengikuti, dan jika ia
berpaling darimu kamu meratapi? Seandainya kamu mengenal Allah tentu mengenal
pula seelain Dia, tetapi rupanya kamu tentang rahasia Allah, Rasul, para Nabi
dan wali-Nya.
Bagaimana kamu berpertuah dengan pola yang telah
membudaya oleh para pendahulumu; hanya tentang dunia semata. Carilah
kehabisannya, tinggalkan bsuananya serta menjauh, tinggalkan bsuana nafsu dan
sirr menuju pintu Allah. Jika kamu ingin menemani orang shalih dunia akhirat,
maka ikutilah kata, tindakan dan kehendaknya. Kuliaht kamu telah membelakangi
kata ini, bahkan giat menentang, mencabut tabiat yang sejalan dengannya. Mereka
menyerumu, lakukan ini, tapi kamu tidak mematuhi mereka seakan mereka para
hamba dan kamu sesembahan. Betapa besar perkara yang dipikulnya, seandainya tak
dipikul tentu kamu bisa melihat secara jelas apa yag ada padamu. Jika kamu
ingin beruntung maka tenanglah di hadapan-Nya, meliputi penenangan lahir batin.
Lakukan apa yang diperintahkan atau yang didlarang, tenangkan lahir batinmu
dari bicara yang bukan-bukan di hadapan-Nya tentu kau bisa melihat kebaikan
dunia akhirat.
Kamu jangan pinta sesuatu dari ciptaan karena mereka
sendiri juga lemah, tidak punya apa-apa, tidak mampu mengendalikan jiwa
sendiri, apalagi yang lain, tidak madlarat atau bermanfaat. Bersabarlah bersama
Allah, jangan tergessa-gesa bahil, jangan bercita dengan dunia. Dia adalah
pelindung sejati, peliharalah persesuaian dengan Allah karena Dia amat
mengetahui rahasia dirimu. Padahal tidaklah setiap apa yang dkandung dunia
membawa kebaikan bagimu atau bisa menunjukkan kepada-Nya. Firman-Nya :
”Dan boleh jadi kamu kurang
menyukai sesuatu sedang dia berguna bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu sedang dia merusakmu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui.”
(Qs. II:216).
Barangsiapa ingin menempuh jalan Allah hendaklah mengolah
nafsu terlebih dulu, nafsu itu seburuk-buruk perilaku karena ia cenderung
meyuruh perihal buruk. Iblis, seorang yang punya hobi membujuk nafsu tidak
punya daya kepada Allah di hadapan orang beriman yang benar (shiddiqiin), baik
penyatruan atau perlawanannya, lalu bagaimana akibatnya. Jangan kamu kira ia
akan masuk surga atau Adam dikeluarkan dari surga atas kekuatannya, bukan,
sungguh bukan, tetapi Adam keluar dari surga tas perintah Allah.
Wahai orang yang pendek akal, janganlah lari dari pintu
Allah hanya karena cobaan yang ditimpakanmu. Karena Dia amat tahu kegunaan coba
itu; tiada lain membawa faedah dan hikmah. Ketika kau mendapat coba
berteguhlah, ratapi dosamu dan pebanyak membaca istighfar, pintalah kesabaran
serta keteguhan dari-Nya, jika kamu ingin beruntung jalinlah hubungan dengan
guru yang alim berdasar hukum Allah dan ilmu-Nya agar mengajarimu dan mengajari
sopan, dan mengenalkan dirimu pada jalan Allah.
Wahai pelancong dunia, janganlah menceraikan kafilah penuntun
dan teman jalan, jika tidak tentu harta dan nyawamu segera lepas darimu. Wahai
pelancong ke jalan akhirat, jadilah secra kekal bersama penentuan sampai
mencapai tujuan. Layanilah ia dalam perjalanan itu, perindah adabmu bersamanya,
jangan menjauh dari pendapatnya tentu ia mempelajari dan merekatkan dirimu
dengan Allah, pegangilah kiri, kanan dan belakangmu, carilah jalan orang-orang
yang mempunyai malu agar kamu tahu tapi jangan kamu lalui dengan kemuliaan yang
benar, karena itu harus diterapkan pada jalan Allah.
Wahai sahaya, mereka itulah orang-orang yang mempergauli
mereka di dunia, bsok tentu kau tidak akan melihat mereka terputus darimu.
Bagaimana tidak terputus antara dirimu dan teman yang buruk; yaitu orang-orang
yang kau pergauli bukan karena Allah. Jika kamu amat terpaksa bergaul denngan
manusia, maka bergaullah bersama orang-orang wara’, ahlu zuhud, arifin, ahli
beramal yang sama menempuh jalan Allah. Perindahlah kesopananmu di hadaan guru,
perbanyaklah berdiam daripada angkat bicara, karena hal itu sebagai penjembat
sang guru dan mendekatkan dirimu ke hatinya. Adab yangbagus itu mendekatkan
dirimu dengan guru dan adab yang buruk itu menjauhkan dirimu. Bagaimana kamu
beradab sedang dirimu tidak suka berlatih adab? Bagaimana kamu belajar sedang
kau tidak suka ilmu, tidak berbaik sangka dalam hal itu?
WACANA 51
Tanggal 20 Sya’ban tahun 545 Hijriyah, ia bertutur :
Dunia seluruhnya adalah hikmah, amalan akhirat semuanya
adalah kemampuan, ia dibangun di atas hikmah, begitulah bangunan di atas kekuasaan,
maka jangan tinggalkan amal untuk negeri hukum (akhirat) dan jangan kau anggap
sepeele kekuasaan-Nya di negeri itu, beramallah untuk negeri hukum dengan
menggunakan hukum-Nya, janganlah merasa berat terhadap ketentuann-Nya, jangan
menjadikan ketentuan itu sebagai alasan untuk memperingan diri, karena ia
justru membutuhkan-Nya.
Orang beriman jangan menggenggam dunia, tapi ambillah
dari bagiannya yang diberikan dan menetapkan hati bersama Tuhan. Berhentilah di
sana sampai cahaya dunia tersingkir; memanggil hati untuk memasukinya,
pertalian sirri menghasilkan sirr tertuju hati, dan hati menuju jiwa yang
tenang dan organ-organ tubuh yang
tunduk. Ketika hla itu terjadi ternyata memperkaya keluarga dan menerapkan antara
dirinya dengan keluarga cukup memuaskan, bahkan mereka mematuhi-Nya – maka
teraturlah antara hati dan keluarga. Sekarang ia pribadi tetap bersama Allah
seakan makhluk tidak dicipta untuk bersandar kepadanya, seakan tiada makhluk
lain untuk Tuhan selain ia sendiri – bersama Allah Dzat Mahaberbuat – dan ia
terkenai perbuatan-Nya. Tetaplah yang dicari sedang ia pencarinya, tetaplah
sumbernya dan ia cabangnya, ia tidak melihat yang lain selain Dia, ia terlipat
dari ciptaan :
“Sesudah itu apabila
dikehendaki-Nya dibangkitkan-Nya.” (Qs.LXXX:22).
Wahai Tuhanku, sesungguhnya daku oarng bisu, maka
bicarailah aku, jadikan bicaraku berguna bagi manusia, sempurnakan mereka denan
baik; melalui usahaku, jika tidak kembalikan daku pada kebisuan semula.
Wahai manusia, sesungguhnya aku mengajakmu menuju kematian
yang merah; yaitu menentang nafsu, hawa, tabiat, setan dan merdeka dari ikatan
ciptaan, tinggalkan semua itu selan Al-Haq, bermujahadahlah dalam keberadaan
ini, janganlah putus asa. Allah berfirman :
“Setiap masa Dia dalam
berkehendak.” (Qs. LV : 29).
Di penghujung zaman ini banyak terjadi perubahan meliputi
pergeseran pribadi, itulah zaman fatrah (seggang), zaman kaum munafiq tumbuh menjamur bersama
kemunafikannya. Wahai munafiq rupanya kau penghamba dunia, hanya ciptaanlah
yang kau lihat, justru kau beramal untuk mereka tetapi mengesampingkan
pandangan kepada Allah, tampka kau beramal untuk akhirat, padahal segala amalmu
tertuju untuk dunia.
Sabda Nabi Muhammad saw. :
“Apabila orang berhias diri
dengan amal akhirat, sedang ia tidak menghendakinya dan tidak pula mencarinya,
sungguh terlaknat oleh penduduk langit melalui nama dan nasabnya.”
Sesungguhnya aku memahamimu, wahai munafiq – dari jalur
hukum dan amal – hanya aku sengaja menutumu dengan tabir Allah. Celaka, apa
kamu tidak malu dengan organ tubuhmu yang tidak pernah bersih dari maksiat dan
najis lahir. Kamu mendewakan orang suci, batu, kesucian hati, namun bagaimana
bentuk kebersihanmu, bagaimana sirrmu, di hadapan manusia kamu tidak pernah
beradab; malah mengaku beradab di hadapan Allah. Bagi pengajar betapa rela atas
tingkahmu sedang kamu tidak sudi menaruh kesopanan di hadapan-Nya apalagi
sampai menerima perintah-Nya, kamu duduk di kantor dan kembali lagi, tiada kata
berarti hingga tauhidmu tegak dan tegar di hadapan Allah.
Wahai sahaya, menerima ketentuan Allah itu lebih bagus
daripada memperoleh dunia disertai nazi’ah (pencabutan)nya, kemanisannya lebih
manis jika berada dalam hati orang benar. Barang siapa memperoleh syahwat dan
kelezatan ini, bagi mereka itu lebih manis daripada dunia seisinya, karena ia
pembagus kehidupan, dalam jumlah besar meliputi kondisi menurut perbedaan
janisnya.
Bicaralah kepada manusia secara ilmiah disertai amal,
ikhlas dan jangan bciara kepada mereka dengan ungkapan ilmiah anpa disertai
pembuktian amal, karena hal itu tidak membawa hasil bagimu juga orang yang
menerima bicaramu.
Nabi bersabda :
“Kelembutan ilmu itu dengan
cara pegamalan jika diterimanya, dan jika tidak maka ia beralih darinya.”
Yakni beralih barakahnya, yang masih hanya hujjahnya
saja. Bila kamu jadi ilmuwan yang suka berfitnah dengan ilmu yang kamu
kantongi, niscaya batangnya tetap ada sedang buahnya lenyap darimu.
Perintah Allah agar melimpahkan rizki, bertempat di
hadapan-Nya, Apabila Dia berkenan melimpahkan rizki pintalah bagaimana cara
penyembunyiannya -- kalau pun kamu tidak
suka penampakan sesuatu dari-Nya – jika kamu suka suka penampakkan apa yang ada
di antaramu dan Dia, itu menjadi pertanda akan kehancuranmu.
Peliharalah diri dari rasa ujub meliputi segala gerak,
dan tunduk karena hal itu sebagai satu tindakan yang melampau batas dan oangnya
amat dibenci; menurut pandangan Allah. Peliharalah kecintaan bicara kepada
manusia dan menggantungi mereka, karena yang demikian membawa mudlarat bagimu;
tidak bermanfaat, jangan bicara satu kalimat pun sampai urusanmu termuat dan
menyampaikanmu – dari jalur hati, suatu urusan wajib dari Allah. Apa perlunya
kamu mengajak manusia pergi ke rumahmu kalaupun mereka tidak kamu suguh. Nah,
inilah suatu permasalahan yang membutuhkan asas; baru kemudian bangunan bisa
berdiri.
Galilah nuranimu sampai memancarkan sinar hikmah,
kemudian bangunlah dengan ikhlas, mujahadah dan amalan-amalan baik, sampai
mercusuarmu menjuang tingi, lalu serulah manusia menujunya. Wahai Allah
perhiduplah kerangka amalku dengan pancaran ikhlas. Bermanfaatkah kesendirianmu
dengan ciptaan sedang di hatimu terdapat ciptaan itu. Tidak, sekali-kali tidak
bahkan tak ada mulia bagimu atau kesendirianmu. Bila kamu menyendiri tapi
ciptaan tetap tegar dalam hati, berarti kamu berdiam sendiri tanpa hias
berjinak bersama Allah, bahkan yang menguntitmu adalah nafsu, setan dan hawa.
Namun jika hatimu berjinak bersama Allah keluarga. Jika di hatimu tetap terisi
kejinakan bersama Dia hancurlah dinding-dinding keangkuhan dan sorot pandang
yang mengarah kepada kebenaran, maka tinggal kamu melihat keutamaan dan
perbuatan-Nya. Dari sini kamu mantap rela kepada-Nya bukan yang lain.
Barangsiapa setiap keberadaannya bersama ketentuan syara’ tanpa ada rasa
tamani; apa yang lebih tinggi atau yang lebih rendah, atau kelenyapan dan
ketetapannya, maka sungguh ia menghasilkan
persyaratan rela, bersesuaian dan penghambaan.
Kendati iman dan i’tikadmu baik sesungguhnya Dia tetap
melihatmu, dekat denganmu dan mengawasimu; kenapa tidak malu kepada-Nya.
Sungguh aku berkata benar, aku tidak takut kamu, aku tidak berharap kamu.
Bagiku kamu dan seluruh penduduk bumi hanya seperti kepinding dan semut, kaerna
aku tahu mudlarat dan manfaat datang dari Allah, bukan dari kamu. Kekuasaan dan
penguasa bagiku sama seperti yang aku conthkan, ingkari dirimu dan yang lain
dengan ketentuan syara’ bukan dengan hawa nafsu atau tabiat. Betapa tenang
syariat darinya, maka ikutilah dalam ketenangannya, betapa ia bicara dengannya,
maka ikutilah dalam pembicaraannya.
Camkanlah, dunia boleh kamu genggam, boleh kamu kantongi,
jika suatu sebab boleh kamu simpan asal disertai niat baik, tapi jika sampai di
hati setoplah, berhentinya apda pintu silahkan, tapi jika ingin masuk dari
pintu belakang jangan. Sebab hal itu tidak membawa kemuliaan bagimu. Bila
seseoarng sepi dari permasalahan ini atau ciptaan lain, seakan dirinya sepi
lagi tehapus dari padangan dunia itu, kala bencana datang batinnya tetap tegar
tidak bergetar, bahkan kalau ketentuan Allah datang ia segera melaksanakannya,
ketika larangan yang datang ia segera menahannya. Janganlah bertamanni sesuatu
atau loba atsnya, kehendak aka keberadaan yang sempat masuk diterima hati bisa
membakhilkan padangan.
Di mana kalian, wahai penghianat ilmu dan amal, wahai
musuh Allah dan Rasull-Nya, wahai pemutus penghambaan kepada Allah; sungguh
kalian dalam kepekatan yang jelas munafiq, sedemikiankah sifat munafiqmu,
sampai kapan sandiwara ini akan berakhir. Wahai Ulama, wahai zuhud, rupanya
kalian senjata bagi pemunafiq dan para penguasa, sampai kalian tak malu-malu
lagi mencomot barang-barang mereka yang tak laku di dunia meliputi syahwat dan
keenakannya. Kalian dan sebagian penguasa di zaman ini sebagai tipe-tipe manusia
penganiaya, penghianat atas kekayaan Allah yang diperuntukkan buat hambanya.
Wahai Allah, belahkanlah pengaduan orang-orang munafiq,
rendahkanlah atau Engkau mengampuni mereka, hinakan laku aniaya mereka dan
hapuskan bumi ini dari mereka atau mereka Engkau perbaiki, Aamiin...
WACANA 52
Jum’at pagi
tanggal 3 Ramadhan tahun 545 Hijriyah di Madrasah, ia bertutur :
Wahai manusia
lekaslah menuju Allah, lari kepadanya dari cengkeraman makhluk, dunia dan
selain-Nya, jalanlah ke sana dengan kejernihan hati. Kamu dengan firman Allah :
“Ingatlah, segala urusan akan kembali kepada Allah.”
(Qs.XLII :53).
Wahai sahaya,
janganlah memandang ciptaan dengan mata tak terpejam, tetapi lihatlah dengan
mata fana’, janganlah pandang mereka dengan mata madlarat atau manfaat, tapi
pandanglah dengan mata rendah atau lemah. Esakanlah Allah serta tawakkal. Wahai
manusia jika suaraku belum menembus keadaanmu, maka dengarlah dengan penuh
kepercayaan serta membenarkannya, suaraku lurus mengarah hati maka dengarkan
dengan hati dan sirrimu; niscaya terbebaskan lahir dan batinmu, bahkan hawa
nafsumu terporak dan memadamkan api syahwatmu. Yang terbunuh atasmu adalah
syahwat yang amat suka dunia, di lain pihak membenci fakir atau kejahatanmu.
Ada Ulama berkata
: “Bahwa hakikat taqwa adalah, seandainya kamu kumpulkan sesuatu yang ada di
hati, tetapi kamu tetap meninggalkannya dalam nampan terbuka. Tidak tenggelam
di pasar tidak ada sesuatu yang ada di sana lebih kamu malui daripada-Nya.
Wahai si tolol,
apa yang mampu mencukupi dirimu, sungguh kamu bukan tipe orang takwa, sampai
jika dikatakan kepadamu : bertakwalah, tiba-tiba kamu marah. Jika dikatakan :
Allah itu Maha Mendengar dan Mahamenyatukan orang, tiba-tiba kamu ingkar, tapi
jika ada orang mengingkarimu, kamu marah dan menjatuhkan kemarahan untuknya.
Dari
Amiril Mukminin Umar r.a., berkata : “Barangsiapa bertakwa, tidak kembali
marahnya.”
Allah
berfirman :
“Adalah
Aku mencintaimu ketika kamu mencintai-Ku, maka jika kamu bermaksiat tentu
murka-Ku untukmu.”
Sesungguhnya Allah
mencintaimu, Dia tidak berhajat kepadamu, justru rakhmat-Nya melimpah atasmu,
itu menujukkan bahwa Dia masih menykaimu, bukan kamu yang menyukai-Nya.
Sebenarnya Dia amat menyukai ketaatanmu, di samping kemanfaatannya juga kembali
kepadamu sendiri. Kamu disibukkan mengenang dan menghadap siapa yang kamu cinta
dan berpaling dari orang yang mencintai-Nya. Yang disebut orang beriman itu
jika lupa segala sesuatu dan mengenang Tuhan, dari sana ia berhasil menarik
kedekatan dan hidup bersama-Nya, tidak bisa tidak bersihlah tawakalnya. Ia
mendapat kecukupan himmah dunia akhirat, apabila tawakal orang beriman telah
bersih dan tauhidnya juga jernih, apa yang diamalkan selalu berdasar Allah
seperti pengalaman Ibrahim a.s., ia diberi makna dan tingkahnya jadi bukan
predikat yang diberikan, ia diberi makan dari makanan pilihan-Nya, ia diminumi
dengan minuman pilihan-Nya dan ditempatkan di halaman istananya, karena ia
diberi pandangan maqam, maka ketika itu bersihlah keikutannya dari Dia yang tercermin
dari sudut makna bukan dari sudut ilusi.
Wahai Allah,
jadikanlah kami termsuk orang yang bisa melihatmu di dunia dengan mata hati dan
di akhirat dengan mata kepala. Dan berilah kami kehidupan yang baik di dunia
dan kehdiupan yang baik di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka.
WAFAT SYEIKH ABDUL
QADIR AL JAILANI
Ketika syeikh
Abdul Qadir sedang sakit, beliau memberi wasiat kepada puteranya; Abdul Wahab,
katanya : peliharalah takwa dan taat kepada Allah, janganlah kamu takut kepada
seseorang pun dan jangan mengharapnya, setiap kebutuhan pintalah kepada Allah
dan cari dari-Nya, jangan berteguh dengan seseorang pun keculai Allah, juga
jangan bergantung selain kepada-Nya, Mahasuci Dia, Mahaesa dan terkumpulnya
segala keberadaan hanya Esa.
Menjelang
kematian beliau berkata : Jika hati telah bersih bersama Allah, tiada sesuatu
pu tersunyi dari-Nya dan tiada sesuatu pun keluar dari-Nya.
Ia berkata kepada
anaknya : menjauhlah dari sisiku, aku bisa bersamamu hanya dengan bagian lahir
dan bersama selain kamu dengan batin, antaraku antaramu dan antara makhluq
seluruhnya jauh dari apa yang ada di langit dan bumi, maka janganlah mengukur
aku atas seseorang pun dan jangan mengukur atas seseorang pun dengan aku.
Ia berkata :
telah datang kepadaku – bukan kamu – maka luaskanlah tempat buat mereka dan
bersopanlah bersama mereka, janganlah mempersempit tempat kepada mereka.
Puteranya ada
yang berkata : ketika itu beliau berucap salam : “Wa’alaikum salam
warahmatullahi wabarakatuhu”, Semoga Allah mengampinuku dan kamu sekalian, dan
memberi ismillahi Ghaira Maudi’iina” kata itu diucapkan sehari semalam.
Juga beliau
berkata : celaka kalian, aku tidak perduli sesuatu pun, baik raja atau malaikat
pati. Wahai malaikat pati, singkirkanlah orang-orang yang ada di sekitarku,
selain kamu, lalu beliau berteriak keras, di hari itulah beliau wafat, tepatnya
di soere hari.
Ketika itu beliau
berkata : Aku mohon pertolongan dengan : Laaillaha illallah” Tiada Tuhan selain
Allah, Maha hidup, Mahasendiri yang tidak mati dan tidak takut tertinggal
(terlambat) alangkah suci orang yang dimuliakan dengan ketentuan dan memperkasakan
hambanya dengan mati, Laa ilaaha illallah Muhammad-l Rasulullah.
Musa, putera
beliau, berkata : bahwa ketika beliau mengucapkan kata “Taazzaza” lisannya tak
mampu mengucapkan dengan benar, maka beliau berusaha mengulang-ulang kata “Taazzaza”
dan memperpanjang bunyinya dengan menekan kata itu sehingga beliau mampu
mengucapkan kata tersebut dengan benar, lalu berkata : Allah, Allah, Allah,
suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan wafatlah jiwa
yang mulia, semoga Allah meridlainya dan kita semua dalam satu tempat.
Segala Puji bagi
Allah Tuhan Penguasa Alam, semoga selamat Allah terlimpah atas junjungan kita
pemberi syafaat Muhammad saw. sebaik-baiknya makhluq dan atas keluarga beserta
seluruh sahabt.... Aaaaammiin.
Terima kasih bagus saya sala satu pencinta Abdul Qadir Jailani Rajin-rajin poskan buku-buku beliau termasik Rahasia Hati
BalasHapus