YANG MENGENAL DIRINYA – YANG MENGENAL TUHANNYA
Bagian ke II
AFORISME-AFORISME
SUFISTIK JALALUDDIN RUMI
Penerbit :
PUSTAKA HIDAYAH
Cetakan Pertama,
Rajab 1421/Oktober 2000
Penyadur : Pujo
Prayitno
DUA PULUH TUJUH
RUPA WAJAHMU AKAN NAMPAK DI PERMUKAAN
CERMIN
Akan lebih baik bagi orang tidak mengajukan pertanyaan
kepada seorang fakir, karena pertanyaan itu akan memancing munculnya suatu
kebohongan. Kenapa? Karena ketika seorang materialistik menanyainya, dia mesti
menjawab. Karena jawabannya adalah kebenaran, dia tidak mampu mengatakannya. Si
penanya tidak mampu atau tidak layak atas pertanyaan seperti itu : bibir dan
mulutnya tidak layak atas remah seperti itu.
Maka, sang fakir harus menemukan
kebohongan sebagai jawaban agar serasi dengan kemampuan dan kecakapan penanya.
Meski segala yang dikatakan fakir benar dan tidak bohong, tetap saja, pada
hubungan terhadap jawaban yang benar adalah untuk fakir sendiri, jawabannya
adalah kebohongan, meski pun benar – dan bahkan lebih dari benar – itu barangkali
untuk orang yang mendengarnya.
Seorang
Darwisy suatu ketika memiliki cantrik yang mengemis untuknya. Suatu hari dia
membawa sejumlah makanan dari mengemis dan darwisy memakannya. Malam itu
darwisy mengalami pemancaran.
“Dari
siapa engkau memperoleh makanan ini?” dia menanyai cantrik.
“Seorang
gadis cantik memberikannya kepada saya,” dia menjawab.
“Masya
Allah,” kata darwisy, “aku belum pernah mengalami pencerahan di malam hari
selama duapuluh tahun. Ini adalah pencerahan yang berasal dari remahnya.”
Kemudian
darwisy mesti berada di dalam lindungannya dan tidak memakan makanan dari
siaspa pun, karena para darwisy lembut dan mudah terpengaruh oleh benda-benda.
Benda menampakkan pada mereka bagaikan jelaga terlihat pada kain putih sejati.
Sedangkan pada kain kotor, yang telah berubah gelap dan kehilangan keputihannya
karena bertahun-tahun kotoran dan najis menempelinya, tidak ada yang akan
terlihat di kain itu, tidak peduli betapa pun banyaknya diminyaki dan kotoran
diteteskan padanya. Karena demikian, darwisy mesti tidak boleh makan remah apa
pun lagi dari orang yang tidak adil, mereka yang ternoda dan materialis kotor,
karena remah itu akan mempengaruhi mereka. Melalui pengaruh remah orang asing
seperti itu, kekurangan pikiran akan terlihat pada dirinya, sebagaimana darwisy
itu mengalami ekstasy pada malam hari karena remah gadis. Dan Tuhan mengetahui
yang terbaik.
DUA PULUH DELAPAN
AKU MINUM DARAH DARI HATIKU,
DAN KAU PIKIR ANGGURLAH YANG KUMINUM
Barzanji calon pejalan terdiri dari berusaha keras,
melayani Tuhan dan memisahkan waktu mereka untuk setiap usaha hingga waktu
mereka terbagi secara adil, meskipun mereka dipaksa oleh kebiasaan bagaikan
pengawas menempatkan mereka pada tugasnya. Sebagai contoh, orang mesti bangun
pada pagi hari, saat sangat tepat untuk beribadah, ketika jiwa lebih tenang dan
murni. Setiap orang melakukan pelayanan yang tepat dan seuai terhadap jiwanya
yang tinggi. Kami menyusunnya sendiri dalam keteraturan, dan kami merayakan
pujian Ilahiyah (Qs. 37: 165-166). Ada ratusan ribu derajat, Manusia yang lebih murni adalah, yang semakin maju ke
depan. Dan orang yang rendah ialah, yang turun semakin jauh ke belakang.
“Kirim mereka kembali meski pun Tuhan telah mengirim mereka kembali.” Ini
adalah cerita panjang, dan tidak ada jalan keluar dari jaraknya. Siapa pun yang
menyingkatkan cerita ini akan mempersingkat hidup dan jiwanya sendiri, kecuali
orang yang dilindungi Tuhan.
Sebagaimana karena barzanji mereka berusaha mencapai
penyatuan – dan aku berbicara sesuai pemahaman – pada pagi hari ruh suci dan
malaikat sejati, bersama dengan mereka yang tidak mengetahui apa pun kecuali
Tuhan (QS. 14:9) dan yang namanya dijaga disembunyikan dari orang-orang dengan
kecemburuan amat sangat, muncul menemui mereka. Dan engkau mesti melihat
orang-orang masuk ke dalam Agama Tuhan berbondong-bondong (QS. 110 : 2 ). Dan
malaikat akan pergi menyongsong mereka di setiap pintu gerbang (QS. 13 : 23 ).
Engkau harus duduk di belakang mereka dan tidak mampu baik mendengar atau
melihat kata, salam, dan tawa mereka. Kenapa ini mesti asing? Orang sakit
sekarat yang nyaris mati, bisa jadi memiliki pandangan, dan orang lain yang
duduk di sampingnya tidak sadar atas mereka dan tidak mendengar yang tengah
dikatakan. Dan sebelum kematiannya tidak seorang pun melihat kenyataan, yang
ratusasn ribu lebih lembut daripada pandangan yang tidak dapat dilihat atau
didengar seseorang kecuali si sakit.
Seorang pengunjung, mengetahui kehalusan dan kekuatan
orang suci dan sadar betapa banyak malaikat dan ruh suci yang muncul pada pagi
pertama kehadiran syeh, menunggu dengan lama terhitung karena dia tidak boleh
mengganggu syeh selama melakukan barzanji seperti itu.
Pelayan raja berdiri pada pintunya setiap pagi siap
melayani. Itu adalah “barzanji” mereka karena setiap orang mesti memiliki
keadaan dan tugas yang telah ditentukan. Beberapa melayani dari jauh, dan raja
tidak pernah melihat atau memperhatikan mereka. Tetapi pelayan raja melihat
orang yang melakukan pelayanannya. Ketika raja pergi keluar “Barzanji” dia
mengharuskan setiap pelayannya mengunjunginya dari setiap sisi karena
kepelayanan bukan sesuatu yang akan berakhir.
Perkataan, “Ambilah sifat Tuhan” telah disadari;
perkataan, “Saya akan menjadi pendengar dan pandangan-Nya.” Telah menjadi
kenyataan. Ini keadaan yang sangat berkuasa; mengatakan tentang hal itu akan
sangat memalukan. Tidak dapat dipahami oleh ucapan yang keluar dari kata-kata.
Apabila sedikit saja dari kekuatannya ternyatakan, kata-kata itu sendiri akan
menjadi tak terucapkan dan tiada yang akan bertahan, baik fisikanl atau pun
psikis. “Kota keberadaan” dihancurkan oleh bala tentara cahaya. Sesungguhnya para raja ketika mereka memasuki sebuah
kota dengan paksaan, mengalami kesia-siaan serupa (QS. 27 : 34 ). Apabila
unta muncul dari rumah kecil, rumah itu akan hancur; tetapi di dalam kehancuran
itu akan terdapat ribuan harta karun.
Harta karun
terbenam dalam kehancuran;
Anjing di dalam
kota yang maju tetaplah anjing.
Sekarang yang harus aku mengungkapkan panjang lebar
mengenai jenjang calon pejalan. Apa yang dapat aku katakan tentang jenjang ata,
adalah mereka yang telah mecapai penyatuan, dan itu tidak memiliki akhir? Yang
awal tidak memiliki akhir, dan itulah penyatuan. Lantas
apakah akhir bagi yang telah mencapai penyatuan hingga tahu tidak ada
pemisahan? Tidak pernah ada anggur merah kembali ke hijau; Tidak ada buah-buahan matang yang akan menjadi mentah
kembali.
Tidak sah bagiku
mengatakan semua hal ini kepada orang
Demi tuhan, aku tidak akan mengatakan panjang lebar. Akan
aku potong pendek-pendek.
Aku meminum
darah hatiku
Dan engkau pikir
anggur yang aku minum
Engkau merampok
jiwaku
Dan berpikir
engkau memberiku hadiah
Siapa pun yang menyingkat ini, itu bagai dia meninggalkan
jalan yang benar dan mengambil jalan menuju gurun yang mematikan. Beranggapan
sejumlah pohon itu berada di dekatnya.
DUA PULUH SEMBILAN
KEHIDUPANMU BERJENJANG, BEGITU
PULA JIWAMU
Ahli
bedah Nasrani mengatakan, “Sekelompok sahabat Syeh Sadruddin tengah minum
anggur bersamaku dan mengatakan, Isa adalah Tuhan sebagaimana kalian orang
Nasrani mengakui. Kami tahu ini merupakan kebenaran, tetapi kami menyembunyikan
iman kami dan menolak itu di depan umum dengan maksud memelihara ummat.”
“Musuh
Tuhan ini telah berbohong,” kata guru. “Orang yang berbicara ini mabuk anggur
yang menyesatkan, memfitnah dan memburuk-burukkan setan, yang telah terusir
dari kehadiran Tuhan. Bagaimana mungkin orang lemah, yang kabur dari tipu
muslihat Yahudi dari satu tempat ke tampat lain yang luasnya kurang dari dua
depa, dapat menjadi pemelihara tujuh surga? Luas setiap surga akan memakan lima
raibu tahun penyeberangan, dan untuk mencapai dari satu ke lainnya akan memakan
lima ribu tahun lagi. Maka terdapat dunia di sana, yang masing-masing
membutuhkan lima ribu tahun menyeberanginya, dan lima ribu tahun lagi untuk
mencapai yang lainnya. Di bawah singgasana Tuhan adalah laut, yang kedalamannya
tidak mencapai pergelangan kaki-Nya. Seluruhnya ini, dan lebih banyak yang
lainnya adalah milik Tuhan. Bagaimana mungkin nalar kalian mampu menerima
pengaturan dan pengendali seluruh ini dapat jadi yang paling lemah dari seluruh
bentuk? Dan kemudian pula, siapakah pencipta
surga, dan bumi sebelum Isa? (Maha Agunglah Tuhan, yang kekuatannya jauh
melebihi dari yang dijunjung orang zalim!)”
Orang Nasrani berkata, “Debu
kembali ke debu dan yang sejati kembali ke sejati.”
“Apabila ruh Isa adalah
Tuhan,” kata guru, “Lantas ke manakah ruhnya pergi? Ruh kembali kepada asalnya
dan pembuatnya, dan apabila dia adalah asal dan pembuat, ke manakah ruh itu
akan pergi?”
“Beginilah
cara kami menemukan sesuatu, dan demikianlah, sebagai umat, kami mengambilnya,”
kata orang Nasrani.
“Apabila
engkau ‘menemukan’, atau mewarisi dari ayahmu koin receh palsu, terpudarkan,
tidak berharga, tidakkah engkau menukarkan mereka dengan emas, bebas dari
pencampuran dan pemalsuan? Atau maukah engkau menjaga yang palsu dan
mengatakan, “Kami menemukannya dalam keadaan seperti itu?’ Apabila engkau
ditinggalkan dengan tangan pincang dari tangan ayahmu tetapi kemudian menemukan
dokter atau obat yang mempu menyembuhkan tanganmu, tidakkah engkau akan
mengambil obat itu? Atau akankah engkau mengatakan, ‘Aku menemukan tanganku
demikian, pincang, dan aku tidak ingin mengubahnya? Apabila engkau menemukan
air payau di dalam kampung tempat ayahmu meninggal dan tempat engkau tumbuh,
namun kemudian di bawa ke kampung lain yang airnya baik, sayurannya bagus, dan
orang-orangnya sehat, tidakkah engkau ingin pindah ke sana dan meminum air
segar hingga penyakit dan musibah akan meninggalkanmu? Atau akankah engkau
mengatakan, “Kami menemukan kampung ini dan air payaunya yang mewariskan penyakit.
Maka, kami akan berpegang teguh pada apa yang telah kami temukan?”
Tidak
seorang pun akan melakukan perbuatan semacam itu. Tidak seorang pun yang
memiliki nalar dan indera akan mengatakan hal seperti itu. Tuhan memberi engkau
pikiran, pandangan, dan perbedaan yang terpisah dari ayahmu. Kenapa kemudian
engkau menganggap pikiranmu dan pandanganmu sendiri sebagai bukan apa-apa dan
mengikuti pikiran yang akan menghancurkan engkau dan tidak membawamu menuju
keselamatan?
Ayah
Yutash adalah pembuat sepatu, tetapi ketika mencapai istana sultan dia
mempelajari perilaku raja. Dia diberi jajaran paling tinggi dari semuanya,
penjaga pedang. Dia tidak mengatakan, “Kami melihat ayah kami seorang pembuat
sepatu. Kami memang tidak menginginkan jajaran ini. Sultan, beri saya toko di
dalam pasar hingga saya mampu mempraktikkan bagaimana membuat sepatu.”
Bahkan
seekor anjing, dengan seluruh kehinaanya, ketika dia belajar berburu untuk
sultan, melupakan yang diwarisi dari ayahnya, misalnya hidup di dalam tumpukan
sampah dan tempat terpencil dan menginginkan daging bangkai. Dia amengikuti
kuda raja dalam perburuan dan permainannya. Demikian pula elang, sekali dia
pernah dilatih oleh raja, tidak akan mengatakan, “Kami mewarisi pegunungan
tebing terjal dan memakan benda mati dari ayah kami. Kami tidak akan
mempedulikan genderang raja atau perburuannya.”
Apabila
binatang cukup cerdas sedikit untuk berpegang teguh pada yang ditemukannya
lebih baik daripada yang diwarisi ayahnya. Maka akan menjadi suatu hal yang
menakutkan dan tidak mengenakkan manusia, - yang lebih unggul dari seluruh
makhuk bumi karena memiliki nalar dan kemampuan untuk membedakan – dan dia
tetap berpegang pada warisan dari ayahnya. Dia akan menjadi lebih hina dari
binatang. Demi Tuhan! Karena, memang lebih pantas mengatakan bahwa Tuhan Isa
meninggikan dan menempatkan dia di antara yang terangkat. Dan siapa yang
berkata telah melayani dan menaati dia
berarti dia telah melayani dan taat kepada Tuhan. Dan apabila Tuhan mengirim
Nabilebih baik daripada Isa dan terejawantah melalui Isa, maka itu akan jadi
peraturan untuk Nabi atas nama Tuhan, bukan atas nama Nabi sendiri. Tidak ada
yang disembah atas namanya sendiri kecuali Tuhan. Semua hal kecuali Tuhan
dicintai atas nama Tuhan. Akhirnya adalah Tuhan, yakni akhirnya engkau harus
mencintai dan mencari hal untuk selain dirinya sendiri sampai engaku mencapai
Tuhan, dan kemudian engkau akan mencintai Dia untuk diri-Nya sendiri.
Menutupi Ka’bah adalah suatu
kebodohan.
“Milikku” did alam “rumah-Ku”
Cukup untuk melampaui Ka’bah.
“Merias
mata dengan celak tidklah sama dengan memiliki mata hitam.”
Seperti
pakaian menjijikan dan robek dapat menyembunyikan kemakmuran dan keagungan,
begitu pula pakaian indah dan mantel menyembunyikan air muka dan kecantikan
sempurna orang miskin. Ketika jubah fakir robek, hatinya terbuka di dalam
keluasan.
TIGA PULUH
AKU BAGAIKAN TMAN KESENANGAN,
DI SEKITARKU BERDIRI DINDING PENUH DURI
Ada beberapa kepala diberkahi dengan mahkota emas
bermutiara. Mahkota yang terbuat dari potongan rambut ikal indah kepala lain,
karena rambut ikal orang cantik adalah penarik cinta, singgasana hati. Mahkota
emas adalah benda tidak bernyawa, pemakaianya adalah kekasih hati.
Kita mencari cincin Sulaiman pada segala hal. Kita
menemukannya di dalam kemiskinan rohani, dan di sana pula ditermukan ketenangan.
Tidak ada yang sedemikian menyenangkan seperti ini.
Walau bagaimana pun aku adalah seorang pedagang sundal
(ruspi bara). Aku telah melakukan ini sejak kecil. Aku tahu ini profesi yang
menghilangkan rintangan, dan membakar tirai. Ini adalah asal mula segala bentuk
ketaatan. Ketika engkau memotong kerongkongan kambing, telapak atau ekornya
menjadi tak berguna? Shaum membawa kita pada kekosongan, karena, walau
bagaimana pun, seluruh kesenangan ada di sana. Tuhan bersama mereka yang dengan
sabar terus bertahan (QS. 2 : 249).
Akar yang melandasi kegitana berdagang – di toko, kedai
minum, penjualan, atau perdagangan – adalah kebutuhan yang ada di dalam jiwa
manusia, sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan menghilang atau menjadi nyata
ketika ia tumbuh sebagai “kewajiban”. Demikian halnya, setiap negara, agama,
setiap keajaiban orang suci atau rasul, dan setiap pernyataan kenabian memiliki
“akar” di dalam ruh manusia, namun sampai hal itu menjadi “wajib”, ia tidak
akan berpindah tempat atau memperlihatkan dirinya. Segala sesuatu memang Kami
rancang di dalam daftar yang panjang (QS. 36 : 12).
Apakah baik dan buruk itu satu hal yang sama atau
berbeda? Sejauh bertentangan, maka jawabannya : Mereka mesti pasti terdiri dari
dua hal, karena tidak da satu pun yang menentangkan dirinya. Meski demikian,
dari titik pandang mereka mungkin jadi melepaskan diri, kejahatan mesti muncul
dari kebaikan karena kebaikan membebaskan kejahatan, dan akan absurd untuk
berpikir menolak kejahatan kecuali kejahatan itu ada. Apabila tidak ada
motivasi untuk berbuat kejahatan, maka kebaikan tidak akan pernah hilang. Di
dalam kejadian itu, tidak akan ada dua hal berbeda di sana, yang membuktikan
bahwa kebaikan melepaskan diri dari kejahatan.
Orang Mazdean mengatakan bahwa Yazdan adalah pencipta
kebaikan dan Ahriman pencipta kejahatan. Atas hal ini kami mengatakan bahwa
kebaikan tidak terpisah dari kejahatan : tidak
akan ada kebaikan kecuali ada kejahatan, karena menjadi baik berarti mengakhiri
kejahatan. Memang mustahil kejahatan berhenti tanpa pernah dimulai
dengan menjadi jahat. Kebahagiaan adalah
berakhirnya duka cita, dan mustahil dukalara berakhir kecuali kebahagiaan
hadir. Maka kedua hal itu adalah satu dan tidak terpisahkan.
Aku mengatakan bahwa manfaat satu hal tidaklah menjadi
nyata sampai dia hilang. Itu bagaikan pidato : sampai huruf terpisah menghilang
di dalam ucapan, manfaat tidak akan diperoleh pendengar.
Apabila siapa pun berkata buruk tentang mistik, pada
hakikatnya dia berbicara baik tentang dirinya karena para mistik menghindari
penyifatan untuk hal yang dapat menyalahkan dirinya. Dia tidak menyukai sifat
seperti itu. Maka, ketika seseorang berkata buruk tentang sifat buruk, dia
sesungguhnya sedang berbicara buruk atas musuh para mistik dan dari sana memuji
mistik, yang menghindari segala hal yang layak dian orang yang menghindari
kesalahan, dia layak dipuji. “Oleh lawannya, segala hal tampak nyata.” Di dalam kenyataan mistik mengetahui bahwa kritik
bukanlah musuh atau pengecam.
Aku bagaikan tanah
kesenangan, dan disekitarku berdiri dinding tertutup najis serta duri. Para
peintas yang hanya melihat dan najisnya akan berkata buruk tentang taman.
Kenapa mesti aku memarahi taman? Berbicara buruk tentang taman tidak
membahayakan apa pun selan pelintas itu sendiri. Orang
mesti menerima dinding agar dia bisa mendapatkan jalan masuk ke taman, tetapi
ketika seseorang mengkritik dinding, orang tetap berada di luar taman
dan “menghancurkan” diri seseorang. Lantas Nabi Muhammad bersabda, “Aku adalah
pembunuh yang tertawa.” Yakni aku tidak memiliki musuh yang dengannya aku dapat
dikutuk. Nabi membunuh orang kafir dengan satu cara, sedangkan orang kafir
membunuh dirinya sendiri dengan banyak cara yang berbeda. Tentu saja dia
tertawa begitu membunuhnya.
TIGA PULUH SATU
ORANG BERIMAN MELIHAT DENGAN
CAHAYA TUHAN
Polisi selalu menangkap pencuri, dan pencuri selalu kabur
dari polisi. Tidakkah merupakan suatu khayalan jika ada seorang pencuri yang menangkap polisi?
Tuhan menanyai keinginan Bayazid. “Sayan ingin agar tidak memiliki keinginan.” Jawab
Bayazid. Sekarang manusia terbatas pada dua
keadaan : Apakah menginginkan sesuatu apa tidak. Tidak pernah menginginkan bukanlah
ciri khas manusia, karena itu akan berarti orang harus mengosongkan diri dan
mesti berhenti menjadi manusia. Apabila tidak satu pun tertinggal dari
diri, maka ciri khas manusia baik menginginkan sesuatu atau tidak harus tetap
ada. Ketika Tuhan ingin menyempurnakan manusia dan mengubah dia jadi seorang
syeh yang sempurna, Dia akan membuat manusia mampu untuk memasuki keadaan
persatuan dan keesaan sempurna. Sesuatu wilayah dimana tak ada dualitas maupun
pemisahan. Segala penderitaanmu muncul karena
menginginkan sesuatu yang tidak dapat diperoleh. Ketika engkau berhenti
menginginkan, tidak akan ada lagi penderitaan.
Manusia terdiri dari berbagai jenis, dan terdapat
berbagai derajat di sepanjang jalan. Sebagian manusia, dibawa melalui
perjuangan dan upaya menuju suatu tempat dimana mereka dapat tidak dapat
melakukan apa yang diinginkan dan dihasratkan oleh mentalnya. Ini merupakan
kemampuan manusia. Meski demikian, di sana mesti tidak ada rasa “gatal” batin,
hasrat, atau pikiran tidak lagi berada di dalam kemampuan manusia. Itu dapat
dihapus hanya oleh daya tarik Tuhan. Katakan, kebenaran telah datang, dan
kebatilan dikalahkan (Qs. 17 : 81).
“Masuklah, wahai orang yang beriman!” Neraka akan
berkata, “karena cahayamu akan melenyapkan apiku.” Ketika orang beriman
memiliki iman sejati dan sempurna, dia hanya akan melakukan apa yang diinginkan
Tuhan, meskipun engkau menyebut itu ketertarikan diri atau ketertarikan Tuhan.
Dikatakan setelah Nabi Muhammad dan nabi-nabi sebelumnya,
tidak ada lagi yang akan menerima Ilham kenabian. Kenapa mesti demikian? Tetnu
saja ilham masih datang kepada manusia, tetapi itu tidak dinamakan ilham
kenabian. Inilah yang dimaksudkan Nabi Muhammad ketika dia bersabda, “Orang
beriman melihat dengan pinranti dari Cahaya Tuhan.” Ketika seseorang melihat
dengan Cahaya Tuhan, orang mampu melihat segalanya, permulaan dan akhir, yang
hadir yang gaib. Bagaimana mungkin ada sesuatu yang mampu menutup Cahaya Tuhan?
Apabila dapat ditutup, maka itu bukanlah Cahaya Tuhan. Makna sejati ilham adalah
hadir, meskipun barangkali tidak dapat disebutkan dengan nama itu.
Ketika Usman menjadi khalifah ketiga, dia memiliki
mimbar. Orang-orang menunggu dan memperhatikan apa yang akan diaktakannya,
tetapi dia tetap berdiam dan tidak mengatakan apa-apa. Usman melihat
orang-orang yang tengah terkuasai keadaan kebahagiaan sedemikian rupa sampai
tidak seorang pun mampu pergi atau tahu sedang di manakah mereka. Tidak pernah
ada ribuan kuliah atau ceramah yang mampu menjadikan orang-orang pada keadaan
seperti itu. Mereka telah belajar lebih banyak kuliah yang bernilai, dan lebih
banyak misteri terwahyukan pada mereka daripada yang pernah dicapai melalui
perbuatan ataupun ibadah sebanyak apa pun. Sampai akhir peristiwa itu, Usman
tetap melihat mereka dalam keheningan. Begitu akan turun dari mimbar, dia
berkata, “Lebih baik kalian memiliki pemimpin
yang giat daripada yang suka bicara.” Dan dia berbicara benar, karena
akhir retorika adalah memberikan rahasia sesuatu yang bermanfaat dan mengubah
watak, itu dapat disampaikan dengan lebih baik tanpa ucapan. Maka, apa yang
dikatakan Usman sepenuhnya benar.
Marilah kita uji apabila dia mengatakan dirinya “giat”
meskipun saat berada di membar dia tidak membuat “perilaku” terang-terangan
yang dapat terlihat. Dia tidak berziarah haji, tidak memberikan sedekah, tidak
memberikan ceramah. Kita kemudian sadar “perbuatan” dan “perilaku” tidak
emrupakan bentuk luar yang terindera. Bentuk luar adalah “bentuk perbuatan”,
semenetara perbuatan itu sendiri berhubungan dengan jiwa. Di sini Nabi Muhammad
bersabda, “Sahabatku bagaikan bintang : siapa
pun dari mereka yang engkau ikuti, engkau akan terbimbing dengan benar.”
Orang melihat pada bintang dan terbimbing, padahal tidak ada bintang yang “berbicara”.
Tentu saja tidak. Hanya dengan melihat bintang orang akan mengetahui mana jalan
yang benar dan mana jalan yang salah, dan mereka bisa sampai ke tujuan. Maka,
sangat mungkin kalian melihat jalan
orang suci Tuhan dan mereka mengendalikan engaku tanpa berkata. Tujuanmu
akan terapai dan engkau akan terangkat menuju tujuanmu, penyatuan. “Biarkan
siapa pun yang berhasrat , melihat kepadaku. Sikap-Ku adalah pertanda
kedatangan mereka yang membayangkan bahwa cinta itu memang mudah.”
Di dalam dunia Tuhan, tidak ada yang lebih sukar daripada
memaklumi perkara yang absurd. Sebagai contoh, andaikan engkau telah membaca
sebuah buku dan pembacaan yang engkau lakukan benar, juga frasanya. Kemudian
seseorang duduk di sampingmu dan membaca buku yang sama, tapi dia salah
membacanya. Mampukah engkau berdiam diri mendengarkan bacaannya? Tentu saja
tidak. Mustahil. Ketika engkau belum membaca buku itu, --- sehingga tidak tahu
antara paham yang salah dan yang benar – tidak akan berbeda bagimu apakah dia
membaca dengan baik atau pun salah. Maka, untuk memaklumi yang absurd,
memerlukan upaya besar.
Nabi dan orang suci tidak mau mengemukakan upaya. Upaya
pertama yang mereka lakukan dalam pencarian adalah membunuh diri badaniah dan
membuang gairah syahwat dan hasratnya. Itu merupakan “perjuang utama”. Ketika
mereka mencapai persatuan dan tempat mereka dibawa pada jenjang keselamatan,
saat itulah salah dan benar diwahyukan. Meskipun tahu yag benar dari yagn
salah, mereka tetap berada di dalam perjuangan besar karena seluruh perbuatan
orang lain masih salah. Ini mereka pahami, tetapi mereka memakluminya. Apabila
tidak memaklumi dan terus mengungkapkan kesalahan orang-orang, tidak ada satu
orang pun yang akan hidup bersama dia. Tidak ada seorang pun yang akan bersikap
sopan pada mereka. Tuhan, pada sisi lain, memberi mereka kesabaran agung
sedemikian rupa dan keluasan hati sehingga mereka mampu memaklumi kesalahan
orang-orang. Mereka hanya mengatakan satu dari ribuan kesalahan agar tidak
membuatnya menjadi terlalu sukar. Seluruh kesalahan mereka abaikan atau bahkan
dipuji dan dikatakan bahwa mereka benar. Kemudian, secara bertahap, satu demi
satu, mereka mampu memperbaiki seluruh kesalahan.
Dengan cara serupa guru memerintahkan seorang anak
menulis dengan tangannya. Ketika pertama kali menulis, anak itu menuliskan
garis cakar ayam dan dan memperlihatkannya pada guru. Pada pandangan guru,
semuanya salah dan mengerikan. Tetapi, disebabkan kecakapan dan
pertimbangannya, dia akan berkata, “Semuanya bagus. Engkau mampu menulis dengan
amat baik. Sangat baik dan bagus. Hanya satu huruf saja yang engkau tulis
dengan buruk. Huruf itu mesrinya demikian. O, ya, dan satu itu lagi engkau
tulis secara tidak benar.” Hanya sedikit huruf dari seluruh baris yang dia
sebut buruk, dan menunjukkan anak kecil cara huruf itu harus dituliskan.
Seluruhnya dia puji, kalau tidak anak itu akan putus asa. Ketidakmampuan anak
itu dibenarkan melalui pujian seperti itu, dan dia diajari dan ditolong secara
bertahap.
ooOOoo
Apabila Tuhan berkehendak, kita berharap Tuhan akan
memberikan keringanan pada pangeran untuk mencapai tujua-tujuannya. Diharapkan
agar apa pun yan dihasratkan hatinya (dan demikian juga keberuntungan yang
tidak dimiliki di dalam hatinya, kita tidak tahu apa yang diinginkan). Dibuat mudah
untuknya sehingga ketika dia melihat kebaikan itu mencapainya, dia akan merasa
malu atas keinginan dan hasratnya yang pertama, dan akan berkata. “Hal semacam
itu disimpan untukku! Dengan kebaikan dan manfaat seperti itu, aku takjub
betapa aku mampu mengangankan hal-hal seperti itu.”
Apa-apa yang tidak muncul pada khayalan manusia dinamakan
“bakat” karena apa pun yang muncul melalui khayalan berada pada wilayah
cita-cita dan hasratnya. Meski demikian, pemberian Tuhan berada di wilayah
bagian kebolehan Tuhan. Maka, bakat adalah yang sesuia dengan Tuhan, bukan yang
sesuai dengan khayalan atau keinginan pelayan Tuhan. “Apa yang belum pernah
dilihat mata atau didengar telinga atau terlitas pada pikiran manusia” yakni
tidak peduli betapa pun banyak mata telah melihat, telinga telah mendengar, dan
pikiran menyerap bakat yang engkau harapkan dari-Ku, pemberian-Ku di atas dan
melampaui semuanya.
TIGA PULUH DUA
GURU MEMAKAN KURMA, SEDANGKAN
TAWANAN MEMAKAN DURI
Sifat yang dimiliki Sang Kepastian adalah syeh sempurna;
Baik dan Berpikir Benar adalah pengikutnya, serajat mereka di sesuaikan.
Mislanya Pemikiran, ada Pemikiran yang Tersebar Luas, Pemikiran yang Paling
Tersebar luas, dan seterusnya. Sebagaimmana setiap pemikiran berkembang, itu
akan muncul semakin jernih pada Kepastian dan semakin jauh dari Keraguan.
“Apabila iman Abu Bakar pernah ditimbang....”
Seluruh Pemikiran benar menyusu dan menggantung pada
payudara kepastian. Pemeliharaan dan penaikan adalah tanda peningkatan
pemikiran yang diperoleh melalui pengetahuan dan praktik. Hal ini terus
berkesinambungan sampai setiap pemikiran terus bergerak melewati dirinya menuju
kepastian; dan ketika seluruh pemikiran telah menjadi pasti, tidak ada keraguan
yang tertinggal.
Syeh tersebut dan pengikutnya, sebagaimana mereka
mengejawantah di dalam dunia tubuh (material), adalah bentuk dari Syeh
Kepastian. Dan pengikutnya adalah bukti bentuk itu yang dapat berubah-ubah dari
jaman ke jaman. Sementara Syeh Kepastian dan putranya, Pikrian Benar, diam
kekal di dalam dunia, dan di seluruh lintasan jaman. Sekali lagi, kekeliruan,
ketersesatan, dan kesalahan pikiran dihilangkan oleh Syeh Kapastian. Setiap
hari mereka tumbuh semakin jauh dari dia, setiap hari dia jadi semakin nista
karena setiap hari mereka mendapatkan lebih banyak hal yang meningkatkan jumlah
pikiran buruk. Terdapat kelemahan di dalam hati mereka, dan Tuhan telah
melipatgandakan kelemahan itu. (QS. 2 : 10).
Guru memakan kurma sedangkan tawanan memakan duri. Apakah
mereka tidak memperhatikan seekor unta? (Qs. 88:17). ... kecuali mereka yang
bertobat, beriman, dan melakukan perbuatan benar (QS. 19 : 60).
Pada mereka, Tuhan akan
mengubah kejahatan masa lalunya dengan kebaikan (QS. 25 : 70). Setiap
pendapatan yang telah dibuat seseorang yang dilakukan untuk mengurangin
keraguan sekarang menjadi pembetul pemikiran yang amat berkuasa. Bagaikan
seorang pencuri ulung yang memperbaiki diri kemudian penjadi Polisi. Seluruh
tipuan Pencurian yang pernah dipraktikkannya sekarang jadi kekuatan atas nama
kebaikan dan keadilan. Tentu dia lebih unggul daripada Polisi yang pada awalnya
bukan pencuri, karena polisi yang sebelumnya pernah melakukan pencurian
mengetahui cara bagaimana mencuri – kebiasaan pencuri yang tidak asing baginya.
Orang seperti itu, apabila menjadi syeh, dia akan menjadi syeh yang sempurna,
pembimbing dunia dan menjadi orang yang terbimbing dengan benar pada jamannya.
TIGA PULUH TIGA
KEBUTUHAN TAK AKAN LEPAS DARI
MANUSIA
“Menjauhlah dari
kami!” mereka berkata.
“Jangan muncul
di hadapan kami!”
“Bagaimana
mungkin aku menjauh apabila engkau adalah
Kebutuhan?”
Mesti disadari bahwa setiap orang, di mana pun, tidak
dapat dipisahkan dari kebutuhannya, Setiap makhluk hidup tidak dapat dipisahkan
dari kebutuhannya. Seseorang terus menerus akan ditemani kebutuhannya.
Kebutuhan lebih dekat pada dirinya daripada ayah dan ibunya. Kebutuhan terus
menerus taat pada seseorang. Terikat oleh keinginan itu, orang direnggut dengan
berbagai cara, seperti terikat oleh tali kekang. Manusia tidak dapat mengekang
dirinya sendiri karena keinginannya untuk mencari kebebasan. Adalah sesuatu
yang absurd jika ada seseorang yang mencari kebebasan, tapi mendekati
perbudakan. Maka, menjadi sebuah keniscayaan bahwa harus ada orang lain yang
melakukan pengekangan. Sebagai contoh, apabila orang mencari kesehatan yang
baik, orang harus tidak menciderai dirinya, karena mustahil baginya untuk
mencari kesehatan yang sakit dan kesehatan yang baik.
Karena tidak terpisahkan dari kebutuhan seseorang, orang
juga tidak dapat dipaksakan dari peberi kebutuhan. Ketika manusia tengah
dikekang, dia niscaya akan selalu mengunjungi pengekangnya. Tetapi akrena
alasan kelemahan dan ketidakberdayaannyalah, pandangannya selalu menuju pada
tali kekang, bukan pada pengekang. Di dikekang di dalam tempat pertama karena
tidak mengikuti pengekang yang tanpa tali kekang. Tentu saja Kami akan mencocok
dia pada hidungnya (QS. 68 : 16). Kami akan menempatkan cincin pada hidungnya
dan menariknya ke arah yang berlawanan dengan keinginannya, karena tanpa cicin
dia tidak akan datang kepada kami.
Mereka berkata, “Apakah ada permainan setelah delapan
puluh?”
Aku berkata, “Apakah ada permainan sebelum delapan
puluh?”
Tuhan, segala Puji dan Rahmat atas-Nya, membekali usia
kemudaan yang tidak mampu diketahui oleh
seorang pemuda. Begitu kemudaan disegarkan, seseorang melaompat dan tertawa,
serta didberi hasrat untuk beriman. Orang lebih tua yang melihat dunia bagaikan
baru dan tidak letihn pada dunia, berhasrat untuk bermain, melompat-lompat, dan
tumbuh dengan tegap.
“Agung adalah gelar usia tua. Apabila rambut berwarna
keputih-putihan telah muncul, kuda permainan seseorang melompat.” Keagungan
usia tua lebih kuat daripada keagungan Tuhan, karena ketika keagungan musim
semi Tuhan muncul, musim gugur usia tua mengalahkannya. Usia tua tidak pernah
melepaskan sifat musim gugurnrya. Kelemahan musim semi adalah Rahmat Tuhan,
karena setiap gigi yang menyunggingkan senyuman melihat mekarnya musim semi
Tuhan, tersusutkan oleh setiap rambut abu-abu. Maka kesegaran Rahmat Tuhan
menghilang, dan ketika setiap ratapan musim gugur hujani taman, segalanya jadi
mendidih. Semoga Tuhan melindungi dari segala keburukan yang telah kukatakan di
atas.
TIGA PULUH EMPAT
DIA MENUNGGU UNTUK KAU JERAT
DENGAN JALAMU
Aku melihatmu dalam bentuk binatang liar, dengan kulit
rubah di atasnya. Aku memutuskan untuk menangkapnya, teapi dia berada di
jendela kecil sambil melihat ke tangga. Kemudian dia melambaikan tangannya dan
meloncati jaln-jalan itu.
Kemudian aku melihat jalan dari Tabriz dalam bentuk
binatang liar berada di samping makhluk itu. Dia menjadi malu, tetapi aku
meenangkapnya begitu dia mencoba menggigitku. Aku melatakkan kaki pada
kepalanya dan memutarnya ke ebawah dengan keras sehingga segala sesuatu yang
berada di dalamnya berserakan. Melihat betapa indah kulitnya, aku mengatakan,
“Tubuh ini layak diisi dengan emas dan permata, mutiara dan rubi, bahkan
lebih!” Kemudian aku berkata, “Aku mesti mengambil yang aku inginkan. Larilah,
orang yang malu, ke mana pun arah yang engkau suka. Melompatlah ke arah mana pun yang engkau anggap cocok!” Tetapi
dia melompat keluar lebih karena rasa takut yang menguasainya, walau pun dia
rasa bahagia jauh ada di dalam dominasi rasa takutnya. Tidak diragukan lagi
bahwa dirinya dibentuk dari debu meteor dan barang kecil, hatinya yang basah
kuyup berhasrat untuk memahami segala sesuatu. Dia berangkat menelusuri jalan
itu menuju tempat dimana berjuang terus untuk mendapatkan kepuasan. Tetapi dia
tidak mampu melakukannya karena mistik berada di wilayah yang tidak bisa
ditangkap jala-jala itu. Mangsa seperti itu tidak dapat di tangkap dengan jala
seperti itu. Apabila dia bernalar dan sehat, mistik bebas memutuskan apakah dia
bisa ditangkap atau tidak. Tidak seorang pun dapat memahaminya kecuali
keputusannya sendiri.
Engkau duduk di tempat persembunyianmu menunggu mangsa.
Mangsa melihatmu, tempatmu, dan siasatmu. Dia bebas memutuskan. Jalan yang dia
lintasi tidak dapat dibatasi. Dia tentu tidak dapat melintasi tempat engkau
bersembunyi, karena dia melintasi jalan yang telah dia atur sendiri. Bumi Tuhan
amatlah luas (QS. 39 : 10). Dan mereka tidak akan memahami apa pun dari
Pengetahuan Tuhan, melainkan sejauh yang Dia kehendaki (QS. 2 : 255).
Ketika kelembutan ini jatuh pada lidah dan pemahamanmu,
mereka bukan lagi kelembutan. Ia telah merosot derajatnya lebih rendah karena
hubungannya dengan dirimu. Sama halnya tidak ada yang bijaksana, atau yang
tidak berkurang dari keadaannya semula ketika sesuatu jatuh ke mulut dan
pemehaman mistik, melainkan ia terbakar menjadi sesuatu yang lain. Terbungkus
dan musnah di dalam kebaikan dan keajaiban. Tidakkah engkau lihat bahwa tongkat
tidk lagi berada dalam wilayah hakikat “tongkat” ketika tangan Musa
memegangnya? Sama halnya, dinding ratapan dan tongkat pada tangan Nabi, doa
mulut Musa, besi di tangan Daud, juga
bukti-bukti bersama Daud. Tidak satu pun dari semua itu yang tetap
sebagaimana asalnya melainkan menjadi sesuatu yang lain, berubah menjadi
sesuatu yang baru. Demikian pula aketika kelembutan dan permohonan jatuh pada
tangan makhluk kegelapan dan material kasar, mereka tidak berhenti pada
keadaannya semula.
Ka’bah adalah
kedai ketika engkau taat
Sepanjang ia
menjadi milikmu, dia akan bernama dalam hakikat.
“Orang yang tidak beriman, makan dengan tujuh perut.
“Orang dungu yang dipilih oleh palayan bodoh kit, makan dengan tujjuh puluh
perut. Bahkan apabila mereka sedang makan dengan satu perut, dia akan tetap
makan dengan tujuh puluh perut karena segala sesuatu yang berasal dari yang
hina adalah rendah. Seperti halnya yang berasal dari sesuatu yang dapa
tdicintai adalah yang tercinta. Apabila pelayan berada di sini, aku akan pergi
kepadanya dan menasihatinya. Aku tidak akan meninggalkannya sampai dia mengusir
orang dungu jauh-jauh karena kurangnya aga,a, hati, jiwa, dan inteeleknya. Aku
berharap agar dia dibawa menuju kekurangan lain seperti minuman anggur dan
gadis penyanyi. Itu dapat diperbaiki apabila dia dapat berhubungan dengan guru
rahmat. Tetapi dia telah mengisi rumahnya dengan karpet-karpet shalat. Akankah
dia berguling di dalamnya dan terbakar, sehingga pelayan itu dapat diselamatkan
darinya dan kejahatannya? Dia mengurangi imannya pada guru rahmat dan memfitnah
terhadapnya, sementara dia berdiam diri dan menghancurkan dirinya sendiri. Dia
menemukan guru rahmat dengan tasbih, barzanji, dan karpet shalat. Barangkali
suatu hati Tuhan akan membuta mata pelayan itu. Dan dia akan melihat barang
yang telah hilang dan menyadari sejauh mana dia telah mengelana dari kasih
sayang guru rahmat. Lantas dia menyerangnya di leher dan berkata, “Engkau telah
emnghanurkan aku hingga muatan berat dan bentuk perbuatanku telah bersatu
padaku. Seperti seorang guru rahmat, yang melihat dalam pewahyuannya, perbuatan
salahku, kekurangan, dan imanku yang dipenuhi dosa, teronggok di sudut rumah.
Meski pun aku sudah mencoba menyembunyikannya di belakang punggungku dari guru
rahmat, dia tahu apa yang telah aku sembunyikan darinya dan mengatakan, “Apa
yang engkau sembunyikan? Atas Nama Tuhan yang jiwaku berada di dalam
tangan-Nya, andaikan aku memanggil bentuk salah itu datang mendekat padaku satu demi satu, maka akan melihat dan mereka
akan mengungkapkan dirinya, mengatakan apa yang disembunyikan dalam dirinya.
Sekoga Tuhan membebaskan mereka yang menderita karena ketidak-adilan para
penjahat ini yang memangsa pada jalan Tuhan melalui pemujaan palsu.
Raja bermain tongkat polo di lapangan permainan untuk
memperlihatkan pada orang kota, yang tidak dapat hadir pada peperangan, cara
sang juara bertarung, cara kepala musuh dilemparkan tinggi-tinggi dan
ddigulingkan bagaikan bola di lapangan pertandingan, dan cara mereka diserang,
diserbu, dan dipukul mundur. Permainan lapangan tersebut merupakan miniatur
dari pertempuran yang sesungguhnya. Shalat dan Sama’ hamba Tuhan dilakukan
untuk memperlihatkan pada penonton cara mereka berada di dalam pertunjukan
rahasia alengkap dengan perintah daln larangan Tuhan. Penyanyi pada acara sama’
bagaikan imam shalat, karena smua orang mengikuti mereka. Ketika dia bernyanyi
membosankan, mereka menari dengan membosankan pula, apabila dia bernyanyi
riang, mereka menari riang sebagai ungkapan batin mengikuti tujuan perintah dan
larangan.
TIGA PULUH LIMA
YANG AKAN MEMBUNUHKU ADALAH
RAHMAT YANG TAK TERBANDINGKAN
Gagasan begitu mengesankan dan sangat aneh, bagaimana
orang-orang yang telah menghafal Al-Qur’an tidak asnggup memasuki wilayah
mistik. Sebagaimana diaktakan Al-Qur’an, Janganlah menaati para pembuat janji
biasa (QS. 68 : 10). Pemfitnah adalah orang yang dengan tepat mengatakn,
“Jangan mendengarkan apa pun yang dikatakan si Anu dan si Anu,” karena bagimu,
dia adalah sahabat yang patut dibenci, pemfitnah, bergabung dengan pemfitnah
yang melarang hal-hal baik (QS. 68 : 11 – 12).
Al Qur’an sungguh memiliki bagian yagn sangat
mengagumkan. Dai berusaha mengatakan terus terang pada telinga musuh apa-apa
yang dia mengerti tetapi tidak dipahami atau tida memperoleh kesenangan
darinya. Apabila dilakukan sebaliknya, justru akan mrenggut dia keluar, karena
Tuhan telah menutup rapat (hati dan pendengaran mereka) (QS. 2 : 7 ). Betapa
mengagumkan rahmat yang telah Dia tetapkan; menutup mereka yang mendengar tanpa
memahami dan yang mempertimbangkan tanpa memahami Tuhan Maha Mulia, kutukan-Nya
Maha Mulia, dan “penguncian-Nya” juga Maha Mulia. Penguncian-Nya bukan
merupakan “keterbukaan-Nya”, Ke-Maha-Muliaan yang melampaui batas penjelasan.
Apabila aku terpecah ke dalam dua bagian, maka itu
berhubungan dengan rahmat yang tidak terbatas dan kehendak atas pembukan-Nya
serta ketidak-sanggupan untuk memenuhi syarat pembukan-Nya. Jangan menuduhku
sakit atau sekarat! Penyifatan seperti itu memang buta. Yang akan membunuhku
adalah rahmat yang tidak terbandingkan. Mata pisau yang mendekatiku adalh untuk
mengelakkan mata dari “yang lain” hingga mata yang asing, bertanda buruk, dan
tidak murni, tak akan mampu memahami sang pembunuh.
TIGA PULUH ENAM
RIBUAN BENTUK, RIBUAN
PERUBAHAN, DIGERAKKAN OLEH CINTA
Bentuk merupakan hal sekunder untuk cinta, karena tanpa cinta, bentuk tidak bernilai apa pun.
Sesuatu yang tidak dapat bertahan tanpa adanya hal yang utama, adalah sekunder.
Karena Tuhan tidak dapat dikatakan memiliki
bentuk dan bentuk adalah sekunder, Dia tidak dapat disebut sekunder.
Jika setiap orang berkata bahwa cinta tidak dapat
dibayangkan atau dikonkretkan jika tanpa bentuk, dan bahwa aspek sekundernya
adalah bentuk, kita bertanya kenapa cinta tidak dapat dibayangkan jika tanpa
bentuk. Tentu dia penggerak bentuk. Ribuan bentuk, baik gambaran atau
kenyataan, digerakkan oleh cinta. Meski tidak
ada lukisan tanpa pelukis dan tak ada pelukis tanpa lukisan, lukisan masih sekunder dan pelukis adalah hal yang
pokok dan utama “seperti gerak jari dengan gerak cincin.”
Sejauh tak ada “cinta” pada rumah, arsitek tidak dapat
memahami atau mendesain rumah. Demikian pula, pada suatu waktu gandum dijual
seharga emas dan pada waktu yang lain, ia dijual seharga kotoran, tetapi bentuk
gandum tetap sama. Nilai dan harga bentuk
gandum tergantung atas “cinta” terhadapnya. Demikian juga, keahlian yang
engkau cari dan cinta, boleh jadi memiliki nilai besar bagimu, namun pada suatu
masa ketika tidak ada tuntutan kebutuhan
atas hal itu, tak seorang pun yang mempelajari atau melatihnya.
Orang berkata bahwa akhir dari cinta adalah menjadi
diinginkan dan dibutuhkan untuk sesuatu yang pasti. Oleh karena
itu, kebutuhan merupakan hal yang primer dan hal yang dibutuhkan adalah hal
sekunder. Aku berkata-kata yang kau katakan diucapkan oleh
kebutuhan. Sessungguhnya kata-kata itu ada kerena kebutuhanmu, yakni engkau
ingin berkata-kata, maka kata-kata itu pun “lahirlah”. Maka, dasar
kebutuhan ada sebelum kata. Jika ada orang ditanya bagaimana suatu benda bisa
menjadi sekunder, jika sesungguhnya obyek kebutuhan adalah kata. Aku katakan
sekunder selalu obyek, seperti halnya obyek akar tanaman
adalah cabang pohon.
TIGA PULUH TUJUH
IMAJINASI ADALAH JALAN MASUK
MENUJU YANG NYATA
Pernyataan yang dibuat mereka melawan perempuan ini, yang
merupakan kebohongan, tidak akan menghasilkan apa pun, Dalam imajinasi
orang-orang kelompok itu, berbagai hal telah ditetapkan.
Imajinasi dan pekerjaan batin manusia seperti jalan masuk
tempat seseorang datang pertama kali sebelum memasuki rumah. Seluruh dunia ini
seperti rumah, dan segala yang datang ke dalamnya niscaya akan nampak di dalam
rumah itu. Apabila contoh rumah yang kita tempati. Bentuk pertamanya munul di
dalam pikiran arsitek, lalu jadilah rumah. Oleh karena itu kita katakan bahwa
seluruh dunia ini satu rumah. Imajinasi, pikiran, gagasan, adalah jalan masuk
menuju rumah. Ketahuilah dengan pasti apa pun yang engkau lihat di jalan masuk
ada di dalam rumah. Dan segala sesuatunya baik atau buruk yang ada di dunia
muncul pertama-tama di jalan masuk, lalu kemudian ada di dalam rumah.
Ketika Tuhan menghendaki beragam benda ada di dunia ini –
seperti keajaiban dan mukzijat, atau kebun, taman, padang rumput, atau ilmu
pengetahuan dan keahlian – Dia menempatkan hasrat, tuntutan, untuk memiliki
berbagai hal itu dalam struktur mekanisme pekerjaan batin manusia. Karena hal
itulah berbagai hal itu muncul. Apa pun yang
kau lihat di dunia ini ada di dunia lainnya. Umpamanya, segala yang engkau lihat pada titik embun dan bagaikan
di lautan karena titik embun berasal dari lautan. Secara bersamaan
ciptaan langit dan bumi, Selubung dan Singgasana Tuhan dan keajaiban lainnya,
Tuhan menempatkan hasrat untuk mereka di dalam jiwa orang suci, dan dari
sanalah dunia ada.
Bagaimana bisa engkau mendengarkan seseorang yang berkata
bahwa dunia tidak diciptakan? Orang suci dan Nabi yang lebih tua dari dunia
berkata bahwa dunia ini diciptakan secara fana. Tuhan menempatkan hasrat untuk
menciptakan dunia ke dalam jiwa mereka dan hanya karena itulah dunia ada.
Karena itulah, nabi dan orang-orang suci mengetahui bahwa dunia tercipta secara
fana. Mereka menyampaikannya dari tempat yang menguntungkan.
Umpamanya, kita duduk di rumah dan berusia enampuluh atau
tujuh puluh. Karena rumah ini dibangun hanya beberapa tahun lalu, kita melihat
pada suatu masa ketika rumah itu belum ada. Hewan seperti kalajengking, tikus,
ular, dan binatang kecil lain yang lahir dan menjalani segenap kehidupannya di
dalam dinding rumah ini melihat bahwa rumah itu sudah dibangun ketika mereka
lahir. Apabila mekereka mengatakan bahwa rumah ini ada dari keabadian, mereka
tak bisa menyodorkan bukti, padahal kita sendiri telah melihat rumah ini
dibangun pertama kali.
Tepat seperti halnya hewan keluar dari dinding rumah ini,
ada orang yang berasal dari rumah bernama dunia dan tidak memiliki hakikat.
Dari empat tersebut mereka tumbuh dan ke dalam tempat yang sama juga itu mereka
akan tenggelam. Jika mereka menyebut dunia abadi, tidak ada bukti bagi nabi dan
orang suci yang ada sebelum dunia diciptakan ribuan tahun yang lalu. Mengapa
kita bicara tahun? Mengapa bicara jumlah? Itu melampaui balasan, melampaui
perhitungan. Nabi dan orang-orang suci melihat
bahwa dunia muncul menjadi keberadaan yang temporal. Seperti engkau
melihat penciptaan rumah ini pada awalnya.
Meskipun demikian, filosof kecil bertanya pada Sunni,
bagaimana dia bisa mengetahui bahwa dunia tercipta fana. Wahai engkau yang
bodoh, bagaimana kau bisa tahu bahwa dunia ada dari keabadian? Sebenarnya
ketika berkata dunia itu abadi, maksudmu ialah dunia tidak dicipta sementara.
Ini pernyataan yang berdasar pada negatif. Pernyataan berdasar positif lebih mudah
daripada berdasar asumsi negatif. Ketika engkau membuat bukti negatif, sama
halnya seperti perkataan itu dan itu tidak melakukan sesuatu. Meski demikian,
sulit untuk mengetahui hal-hal seperti itu. Seperti halnya merupakan suatu
keniscayaan jika ada seorang saksi yang mengatakan bahwa dia telah bersama
seseorang sejak awal kehidupan hingga akhirnya, siang dan malam, ketika dia
tidur atau terjaga, lalu saksi itu mengatakan bahwa dia sama sekali tidak
pernah melakukan hal ini, atau hal itu. Meskipun hal itu tidak dapat
dipertentangkan. Orang yang menjadi saksi bisa jadi tertidur atau orang
tersebut mungkin sedang pergi ke kamar mandi, temepat dia tidak mungkin
menemaninya. Untuk alasan ini, kesaksian yang berdasar pada pernyataan negatif
tidak dapat diterima karena kesaksiannya tidak berada di alam kemungkinan. Pada
sisi lain, persaksian yang berdasar pada kesepakatan, berada di alam
kemungkinan dan kesaksian itu sungguh sederhana. Orang hanya perlu berkata,
“Saya memang bersama dia sesaat, dan selama itu dia berkata ini dan itu, atau
melakukan ini dan itu.” Kesaksian seperti itu dapat diterima karena berada di
dalam kesanggupan manusia.
Sekarang, wahai anjing, lebih mudah untuk memberikan
kesaksian bahwa penciptaan dunia itu sementara (temporer) daripada kesaksian
bahwa dunia ada secara abadi. Hal itu
karena pernyataan kesaksian yang terakhir, yakni dunia tidak dicipakan
secara sementara berdasar pada asumsi negatif. Meski demikian, karena keduanya
tidak memiliki bukti, dan tidak melihat apakah dunia diciptakan secara
sementara atau keberadaan abadi, engkau berkata kepada seseorang, “Bagaimana
engkau bisa mengetahui bahwa dunia diciptakan secara sementara? Dia menjawab,
“Engkau tak tahu adat, bagaimana kau tahu bahwa dunia selalu ada?” Pada
akhirnya, pernyataanmu akan lebih sukar dibuktikan, dan secara logika absurd.
TIGA PULUH DELAPAN
PERHATIAN ADALAH INTI DARI
CINTA
Suatu ketika Nabi Muhammad sedang duduk-duduk bersama
sahabatnya ketika sejumlah orang kafir mulai turut campur. Nabi bersabda, “Engkau semua menyepakati bahwa di dunia ada seseorang yang menerima wahyu
dan tidak semua orang dapat menerima wahyu. Orang yang menerima wahyu memiliki
tanda-tanda tertentu pada perilaku, kata-kata, dan wajahnya. Tentu, pada setiap
bagiannya terdapat tanda pewahyuan itu. Ketika engkau melihat tanda itu pada
diri seseorang, berpalinglah padanya dan ketahuilah bahwa dia cukup berkuasa
untuk menjadi pelindungmu.”
Orang-orang kafir itu merasa bingung mendengar kata-kata
itu dan tidak tahu lagi apa yang mesti mereka katakan. Tidak lama kemudian
mereka pergi mengambil pedang, lalu kembali mengganggu dan mencaci-maki para
sahabat.
“Bersabarlah”, kata Nabi Muhammad, “kalau-kalau mereka
berkata telah menang atas kita. Mereka inging memaksa agama ditampilkan pada
masyarakat, tetapi Tuhan akan membuat agama ini mengejawantah apabila Dia
berkehendak.” Dan untuk sejenak para sahabat melakukan shalat secara rahasia
dan tersembunyi atas nama Rasul, hingga setelah beberapa saat sebuah wahyu
datang berbunyi, “Wahai Muhammad, ambillah pedang dan berperanglah!”
Nabi Muhammad tidak disebut “buta
huruf” karena ketidak mampuannya untuk menulis. Dia disebut demikian karena
“huruf-hurufnya”, pengetahuan dan kebajikannya, merupakan pembawaan, bukan
pencapaian. Apakah orang yang bisa
membuat tulisan di bulan, dapat disebut tidak mampu menulis? Apakah ada di
dunia ini seseorang yang tidak tahu, sedangkan
seluruh pelajaran berasal darinya? Apa yang dimiliki oleh intelek bagian
yang tidak dimiliki oleh Intelek Universal? Intelek bagian, tidak mampu untuk
menemukan apa pun yang belum terlihat sebelumnya.
Susunan, ketrampilan, dan bangunan yang diletakkan oleh
manusia bukanlah keahlian baru : kesenangan mereka pernah terlihat sebelumnya dan sekedar ditambahkan kepadanya.
Hanya intelek Unibersallah yang bisa mengetahui sesuatu jejak awalnya. Intelek bawah hanya bisa melatih diri. Latihan itu
selalu membutuhkan bimbingan, dan pembimbingnya adalah intelek Universal.
Sama halnya, ketika menyelidiki seluruh perdagangan, engkau akan menemukan
bahwa semuanya berasal dan dipelajari dari Nabi Muhammad, yang merupakan
intelek Universal. Ingatlah cerita gagak; ketika Kabil membunuh Habil dan dia
berdiri tidak mengetahui apa yang mesti
dilakukan dengan tubuh saudaranya? Lalu dia melihat seekor gagak membunuh gagak yang lain, lalu gagak
itu menggali bumi, menguburkan gagak mati dan menimbunkan kotoran di atas
tubuh. Dari sini Kabil belajar cara membuat kuburan dan mengubur tubuh. Seluruh
perdagangan semua seperti ini.
Siapa pun yang memiliki intelek bagian, dia akan membutuhkan
bimbingan. Dan intelek Universal adalah pemberi bakat segala hal. Yang
menyatukan setiap bagian dengan Intelek Universal dan menjadi satu. Sebagai
contoh, tangan, kaki, mata dan telinga manusia dan semua anggota indera manusia
lainnya, mampu diperintah pikiran. Kaki belajar cara berjalan, tangan cara
menggenggam, mata dan telinga cara melihat dan mendengar, semuanya bersumber
dari pikiran. Apabila tidak ada pikiran,
akankah segala anggota inderawi ini mampu melakukan fungsinya?
Sekarang, berhubungan
dengan pikiran, tubuh ini kasar dan buruk. Semenetara hati dan intelek itu
lembut. Yang kasar mendapatkan makanan dari yang lembut, dari sana dia
mendapatkan apa pun miliknya. Tanpa yang lembut, yang buruk tidak akan berguna,
salah, kasar, dan tidak berharga. Sama halnya, berhubungan dengan Intelek
Universal, intelek bagian adalah alat yang diperintah oleh dan mendapat manfaat
dari intelek universal; dan mereka lebih buruk dibandingkan intelek universal.
ooOOoo
Seseroang berkata,
“Perhatikan kami dalam perhatianmu. Perhatian adalah hal yang utama. Apabila
tidak ada kata-kata, tidak akan menjadi soal. Kata-kata hanyalah hal sekunder.”
Apakah orang ini berpikir bahwa di atas segala sesuatu,
perhatian itu ada di dunia ruh sebelum dunia tubuh dan bahwa kita dibawa ke
dunia tubuh bukan untuk tujuan perbaikan? Pertanyaannya absurd, karena
kata-kata memang berguna dan bermanfaat. Apabila engkau hanya menanam biji
aprikot buruk, dia tidak akan tumbuh; tetapi apabila engkau menanam bersamaan
dengan tempurungnya, dia akan tumbuh. Maka, kami sadar bahwa bentuk luar
penting juga.
Shalat, adalah perkara batiniah :
“Tidak ada shalat tanpa akehadiran hati.” Meski demikian, engkau mesti
melakukan shalat dengan bentuk luarnya, dengan rukuk dan sujud. Hanya cara
demikian engkau akan mendapatkan manfaat
sempurna dan mencapai tujuan. Mereka yang khusuk di dalam
shalatnya (QS. 70 : 23). Ini merupakan shalatnya jiwa. Shalat pada
bentuk luar hanya sementara, tidak abadi karena ruh dari dunia ini merupakan
lautan tiada akhir. Tubuh adalah pantai dan tanah kering, yang terbatas dan
tertentu. Maka, shalat abadi hanya dimiliki Ruh. Tentu saja ruh memiliki
ciri rukuk dan sujud. Meski demikian rukuk dan sujud harus diejawantahkan ke
dalam bentuk luar karena terdapat hubungan antara hakikat dan bentuk. Selama
kedua hal itu tidak bersepakat, dia tidak akan memberi manfaat. Sebagaimana
engkau mengakui bentuk adalah nomor dua setelah hakikat, bentuk juga meruapakan
pokok dan raja hati, itu semua adalah istilah kekerabatan. Engkau mengatakan Y
adalah nomor dua setelah X. Selama tidak ada hal kedua, bagaimana mungkin X
dinamakan yang utama? Karena adanya nomor dua, maka yang lain menjadi yang
utama. Apabila di sana tidak ada nomor dua, yang lain tidak akan memiliki nama.
Ketika engkau berkata “perempuan” engkau berarti “laki-laki”, ketika engkau
berkata “tuan” engkau berarti “rakyat” ketika engkau mengatakan “penguasa”,
engkau berarti yang diperintah.
TIGA PULUH SEMBILAN
CINTA HANYA BISA TERLEPAS OLEH
CINTA LAIN
Sebelum Husamuddin Arzanjani mulai melayani kaum miskin
dan menangani perkumpulan darwisy, dia merupakan seorang ahli debat yang hebat.
Kemana pun dia pergi, dia akan berdebat dan selalu mempertimbangkannya dengan
penuh perhitungan dan hati-hati. Di melakukan itu dengan baik, dia seorang
pembicara yang baik. Tetapi ketika bergabung dengan para darwisy, kesenangan
berdebatnya menjadi lemah. “Cinta hanya bisa terlepas oleh cinta lain.” “Siapa
pun yang berharap duduk dengan Tuhan Yang Maha Kuasa, biarkan dia duduk dengan
para sufi.” Pengejaran intelek yang berkenaan dengan pernyataan para fakir ini,
hanyalah permainan dan menyia-nyiakan kehidupan seseorang.
Sesungguhnya kehidupan ini hanyalah permainan dan
hiuburan sia-sia (Qs. 47 : 36). Ketika manusia
mencapai kedewasaan dan nalar yang sempurna, dia tidak akan bermain-main lagi.
Apabila dia melakukannya, dia melakukan ini secara rahasia dan malu-malu agar
tidak seorang pun melihatnya. Pengetahuan
intelektual, pembicaraan sia-sia, dan tingkah laku duniawi semuanya adalah
“angin”, sementara manusia adalah “debu”. Ketika angin dan debu bercampur,
keduanya akan melukai mata ke mana pun pergi. Tidak ada yang muncul dari
keduanya selain kekacauan dan keluhan. Sekarang, meskipun manusisa
hanyalah debu, dia meratap pada setiap kata yang didengarnya, dan air matanya
mengalir bagaikan air. Engkau akan melihat mata mereka bercucuran dengan air
mata (QS. 5 : 83). Ketika air, apalagi angin, mengalir di atas debu, peristiwa
kebalikannya akan terjadi, karena tidak diragukan lagi ketika debu mengairi buah-buahan,
tanaman hijau, tanaman obat, dan bebungaan, semuanya akan tumbuh.
Jalan kemiskinan adalah cara untukmu mencapai segala
harapan. Apa pun yang barangkali engkau hasratkan tidak diragukan lagi akan
tercapai di jalan ini, apakah itu penaklukan bala tentara dan kemenangan
terhadap musuh, atau merebut harta benda, penaklukan ummat, keunggulan di atas
orang lain, keelokan di dalam menulis dan berbicara, atau apa pun lagi. Ketika
telah memilih jalan kemiskinan, engkau akan mencapai seluruh hal itu. Tidak seperti
orang yang mengambil jalan lain, tidak seorang pun yang pernah mengambil jalan
ini mengeluh. Dari seratus ribu yang mengambil jalan pertentangan dan
perjuangan, barangkali hanya satu yang mencapai tujuannya. Bahkan itu tidak
menyempurnakan kepuasan karena setiap jalan
memiliki belokan dan penyimpangan untuk pencapaian tujuan. Tujuan dapat dicapai
hanya dengan cara melalui kelokan-kelokan dan simpangan-simpangan. Jalan ini
memang panjang, penuh dengan penderitaan dan rintangan, dilemparkan oleh
yang berbalik melawan pencapaian akhir. Tetapi ketika memasuki dunia kemiskinan
dan mempraktikkannya, Tuhan membekalimu dengan kerajaan dan dunia yang belum
pernah engkau bayangkan sebelumnya, Engkau akan merasa malu oleh yang pernah
engkau bayangkan sebelumnya. Engkau akan merasa malu oleh yang pernah engkau
harapkan sebelumnya. “Ah, katamu, “bagaimana mungkin aku mencari perkara yang
amat rendah, apabila yang amat menakjubkan telah ada?” Meski demikian, di sini
Tuhan berfirman, “Meskipun sekarang engkau memisahkan diri, tidak disenangi,
sombong terhadap hal ‘penting’ itu, tetapi sekali lagi hal itu akan melintas
pada pikiranmu. Tetapi engkau membuangnya atas nama Kami. Kebaikan hati Kami
tidak mengenal batas. Tentu, aku akan membuatnya tersedia lebih mudah untukmu.”
Sebelum memperoleh kemasyhuran, Nabi Muhammad telah
melihat keelokan dan keindahan ucapan orang Arab dan berhasrat agar bisa
berucap seelok dan selembut mereka. Ketika dunia yang tidak terlihat diwahyukan
kepadanya, dia menjadi mabuk di dalam Tuhan dan kehilangan kesenangan terhadap
hasrat itu. Tuhan berfirman kepadanya, “Aku memberikan kepadamu ucapan paling
elok dan paling lembut dari yang pernah engkau hasratkan.”
“Ya Tuhan,” Nabi menjawab, “apa gunanya itu untukku? Aku
bebas dari hasrat itu. Aku tidak menginginkannya.”
“Jangan berduka lara,” jawab Tuhan, “karena kedua
keelokan dan ketidak pedulianmu pada hal itu akan bertahan, dan engkau tidak
akan menderita kehilangan apa pun darinya.” Dan Tuhan tentu saja memberi ucapan
seperti itu sampai seluruh dunia, dari jamannya sendiri sampai saat kini, telah
membuat begitu banyak jilid tafsir guna menjelaskannya. Masih saja mereka
melakukan demikian, tetapi sampai sekarang mereka bahkan lebih jauh lagi
terhadap pemahamannya. Kemudian Tuhan berfirman, “Sahabat-sahabatmu, telah
keluar dari kelemahan dan ketakutan kepada mereka dan ketakutan serta iri hati,
mereka telah membisikan namamu. Aku akan meneribitkan keagunganmu ke seantero
dunia dan keagunganmu akan disebutkan lima kali sehari dengan nada keras dan nada
penuh rahmat dari menara tinggi ke seluruh negeri di dunia dari timur hingga
barat.”
Siapa pun yang memberikan diri sepenuhnya pada jalan ini
akan menemukan seluruh tujuannya, duniawi dan agama. Pencapaian tujuannya akan
dibuat mudah. Pada jalan ini tidak seorang pun akan mengeluh.
Kata-kata Kami adalah koin sejati; kata-kat ayang lain
adalah koin palsu. Koin palsu tidak penting dibandingkan dengan koin yang asli.
Koin sejati bagaikan kaki manusia, sementara yang palsu bagaikan kayu berbentuk
kaki manusia. Sekarang, kaki kayu telah “dicuri” dari kaki asli; ukurannya
diambil dari yang asli. Apabila tidak ada hal seperti kaki di dunia ini,
bagaimana mungkin orang tahu yang palsu? Maka, sejumlah kata adalah koin asli
dan sejumlah lain, palsu; tetapi, karena mereka mirip satu sama lain, orang
mesti arif agar bisa membedakan yang benar, dan yang lain palsu. Kearifan adalah iman, dan kekurangan dari itu adalah
kekafiran.
Tidakkah engkau lihat bahwa Fir’an,
ketika tongkat Musa menjadi naga dan tongkat serta tali penyihir juga menjadi
naga, mereka tidak memiliki kearifan akan melihat kesamaan pada keduanya,
sedangkan mereka yang memiliki kearifan memahami perbedaan antara ilmu sihir
dengan ilmu Tuhan, dan mereka menjadi orang yang beriman karena kearifannya.
Kita kemudian sadar bahwa iman adalah kearifan. Meskipun
demikian, dasar dari ilmu fiqih adalah wahyu. Ketika kedua hal itu tercampur
dengan gagasan, perasaan dan minat orang, maka rahmat itu menghilang. Lalu,
kemiripan apakah yang dimiliki kelembutan wahyu? Ia seperti air yang mengalir
dari mata air turut ke dalam kota ini. Lihatlah betapa bersih dan murni air
itu. Begitu dia masuk kota dan melintasi taman, perempatan, dan rumah-rumah
penduduk, demikian banyak orang yang membasuh tangan, kaki, wajah, dan anggota
tubuh lain, ada juga yang mencucui pakaian, atau karpet dengan air itu. Lalu,
air seni serta segala jenis najis dari semua penjuru, kotoran kuda dan unta
tertuang ke dalam air itudan bercampur dengannya. Lihatlah, seperti apa air itu
ketika muncul pada sisi alin kota. Meski pun tetap air yang sama, air itu telah
berubah menjadi kotor dan berlumpur; air itu masih bisa memuaskan dahaga
orang kehausan, dan mengubah gurun
menjadi hijau. Tapi membutuhakn kearifan orang untuk memahami bahwa kemurnian
air itu suatu saat telah pergi dan kotoran telah bercampur baur di dalamnya.
“Orang beriman adalah orang yang arif, bijaksana, memahami, dan rasional.”
Seorang lelaki tua tidaklah rasional ketika menyibukkan diri dengan permainan.
Sekali pun barangkali berumur seribu tahun, dia tetap tidak dewasa, dan
kekanak-kanakkan. Dan anak kecil, ketika tidak merasa asyik dengan
permainannya, adalah orang tua. Di sini umur tidak dipertimbangkan.
Air yang tidak dapat dikurangi (QS. 47
: 15), ialah yang niscaya. “Air yang tidak dapat dikurangi” adalah air yang
membersihkan segala ketidak sucian dunia tetapi dari dari sana tidak tertulari,
melainkan tetap murni dan jernih sebagaimana adanya, tidak jadi terpecah di
dalam perut tidak pula terpalsukan atau teracuni. Dan itu adalah Air Kehidupan.
Seorang lelaki berteriak dan merapat selama shalat.
Apakah shalatnya layak batal atau tidak? Jawabannya bergantung pada untuk apa
dia berteriak. Apabila dia berteriak karena dunia yang lain, melampaui dunia
wujud, yang ditunjukkan kepadanya – disebut sebagai “Air dari mata” – dan
bergantung pada apa yang dia lihat. Apabila dia melihat suatu hal yang adalah
jenis shalat dan ia menyempurnakannya, maka hal itu menjadi obyek dari shalat.
Berarti shalatnya benar dan lebih lengkap. Apabila sebaliknya, matanya menangis
karena dunia ini atau keluar dari kesengsaraan karena musuh memenangi atas
dirinya, atau apabila dia merasa cemburu pada seseorang memiliki sesuatu yang
tidak dimilikinya, maka shalatnya tidak lengkap dan tidak sah. Kita kemudian sadar bahwa iman adalah kearifan untuk
membedakan antara yang nyata dan yang palsu, juga antara yang benar dan yang
tiruan. Siapa pun yang tidak memiliki kearifan, dia akan terhalangi. Siapa pun
yang memiliki kearifan akan mendapatkan manfaat dari akta-kata yang kami
katakan ini, sementara perkataan kami disia-siakan oleh siapa pun yang tidak
memiliki kearifan. Itu seperti dua orang kota rasioanl dan memenuhi
syarat. Keduanya pergi dengan dengan ibu untuk memberikan kesaksian atas nama
orang desa. Orang desa, di dalam kebersajaannya, mengatakan sesuatu yang
bertentangan terhadap kedua orang itu, sehingga kesaksian mereka tidak memiliki
pengaruh dan jasa mereka sia-sia. Untuk alasan ini mereka mengatakan orang desa
itu memiliki kesaksian atas dirinya sendiri.
Ketika keadaan memabukkan muncul pada seseorang, satu
orang yang terlalu mabuk akan mempertimbangkan apakah ada orang arif di sini
yang layak atas kata-katanya atau tidak. Dan demikianlah, orang mambuk itu
menuangi mereka secara acak. Itu seperti perempuan yang payudaranya demikian
penuh dan menyakitkan hingga dia mengumpulkan anak anjing dari perempatan kota
dan menuangkan susunya pada mereka. Jika kata-kata ini jatuh pada orang yang
tidak memiliki karifan, maka itu seperti memberikan mutiara yang tidak ternilai
kepada anak kecil yang tidak dapat menghargainya. Karena dia tidak memiliki
karifan, ketika si anak pergi sedikit jauh, sebutir apel dapat digantikan pada
tangannya dan mutiara diambil dari sana. Maka, kearifan merupakan hal yang
sangat agung dalam substansi seseorang.
Ketika Bayazid masih kecil, ayahnya menyekolahkan dia
untuk belajar Fiqih. Ketika dibawa ke depan guru, dia bertanya, “Apakah ini
fiqih Tuhan?”
“Ini fiqih Abu Hanifah,” mereka menjawab.
“Saya ingin fiqih Tuhan!” dia berkata.
Ketika dibawa di depan guru
tata bahasa, dia bertanya, “apakah ini tata bahasa Tuhan?”
“Ini tata bahasa Sibawaih,”
sang guru menjawab.
“Saya tidak menginginkannya.”
Bayazid menjawab. Ke mana pun dibawa, dia mengatakan hal serupa. Karena tidak
mampu melakukan apa-apa kepadanya, ayahnya meninggalkan dia sendirian. Tetap
melakukan pencarian, akhirnya dia datang ke Baghdad. Begitu dia melihat Junaid,
Bayazid berteriak, “Inilah fiqih Tuhan!” Dan bagaimana mungkin anak seekor anak
domba yang tidak mengenali induknya, akan memperoleh makanan dari susunya?
Bayazid terlahir dari kecerdasan dan kearifan. Maka biarkan bentuk luar itu
pergi.
Suatu ketika terdapat syeh yang dalam suatu prosesi
memerintahkan pengikutnya untuk berdiri dengan tangan terlipat. “Ya, syeh,”
mereka berkata, “kenapa engkau tidak membiarkan kelompok itu duduk? Ini
bukanlah praktik darwisy, tetapi kebiasaan raja dan pangeran.”
“Tidak,” jawab syeh, “diamlah! Aku ingin mereka
menunjukkan hormat seperti ini hingga memperoleh manfaat dari sana.”
Meskipun hormat memang berada di dalam hati, bagian
luarnya adalah judul halaman dari
apa-apa yang ada di dalamnya. Sekarang apa arti “judul halaman”? Itu berarti
bahwa satu huruf dapat diketahui dari sampulnya. Itu hanya dapat diketahui untuk
siapa, dan dengan siapa buku itu dirulis. Dari halaman judul sebuah buku,
seseorang dapat menemukan bab dan bagian yang ada di dalamnya. Dengan
memperlihatkan hormat dalam bentuk luar, seperti membungkuk kepala atau berdiri,
orang dapat mengetahui hormat jenis apa yang dimiliki manusia untuk Tuhan.
Apabila mereka tidak memperlihatkan hormat dalam bentuk luar, tidak peduli dan
tidak memiliki hormat kepada orang-orang Tuhan.
EMPAT PULUH
KETIKA DATAANG DI GUNUNG,
BUATLAH SUARA INDAH
Jauhar, pelayan sultan, berkata, “Selama hidupnya,
manusia dilatih lima kali pada bagian iman. Kata-kata tersebut tidak dapat dia
pahami dan dia ingat dnegan benar. Apa yang akan ditanyakan kepadanya setelah
mati, dan akan dilihat sejauh mana dia telah melupakan jawaban atas pertanyaan
yang telah dia pelajari?”
Aku mengatakan bahwa ketika seorang manusia melupakan
apa-apa yang pernah didpalajari, dia akan menjadi, sebagaimana awalnya manusia,
bersih tanpa kesalahan, sesuai dengan pertanyaan yang belum dipalajari
sebelumnya. Engkau, yang pernah emndengarkan kata-kataku selama beberapa kali,
menerima sejumlah kata-kataku itu. Engkau telah mendengar kata-kata itu seperti
sebelumnya lalu engkau menerima lagi kata-kata seperti itu. Dari keseluruhan
ucapanku, hanya sebagian dari kata-kataku yang engaku terima, dan sebagian yang
lain engkau ragukan. Bisakah seseorang untuk mendengar penolakanmu, penerimaan,
atau kesepakatan daam dirimu? Tidak, karena tidak ada organ untuk mendengarkan
hal semacam itu. Tidak peduli betapa berat engkau mendengar, tidak ada bunyi
dari dalam diri yang akan mencapai telingamu. Apabila engkau mencari ke bagian
dalam tubuh, engkau tidak akan menemukan “pembicara”. Kedatanganmu
mengunjungiku seperti ini, pada hakikatnya merupakan bentuk pertanyaan tanpa
organ suara atau lidah, sebagaimana apabila dikatakan, “Tunjukkan kepada kami
suatu cara dan buatlah lebih jelas apa yang telah engkau tunjukkan itu.” Dan
sikap duduk kami seperti ini bersama engkau, baik berdiam diri atau berbiara,
adalah tanggapan untuk pertanyaan batin darimu. Ketika engaku meninggalkan
tempat ini dan kembali melayani raja, tempat pertanyaan dan jawabannya
ditujukan. Setiap hari raja dengan diam-diam menanyai pelayan-pelayannya,
“Bagaimana keadaanmu?” dan “Bagaimana engkau makan?”, atau “Bagaimana rupamu
saat ini?” Apabila siapa pun memandang curiga keapdanya – dan tanggapannya
tentu kebanyakan curiga – dia tidak akan mampu untuk menanggapi dengan
lagnsung. Itu seperti seseorang yang berlidah kelu, dia tidak mampu membentuk
kata-kata dengan benar, tidak peduli betapa keras dia mencobanyak.
Ketika pandai emas memukul logam, dia bertanya kepada
emas sesuatu, dan menanggapi kepadanya apakah dia murni atau campuran.
Pencari logam
sendiri mengatakan kepadamu, apa ila engkau ternoda
Apakah engkau
emas atau tembaga bersepuh emas.
Orang lapar “menanyai” sesuatu dari alam. Seperti sebuah
ungkapan, “Ada pecahan di dalam dinding rumah seseorang. Beri aku satu batu
bata. Beri sejumlah tanah lempung,” Makan merupakan “tanggapan”, sebagaimana
meskipun alam berkata, “Ini, ambillah”. Tidak amakn, juga merupakan sebuah
“tanggapan”, sebagaimana alam berkata, “Masih belum membutuhkan sekarang. Batu
bata masih belum mengering. Engkau semestinya tidak mengetuk sekarang ini.”
Seorang dokter datag dan memeriksa nadimu. Berarti dia
sedang “bertanya”. Dan detak nadimu adalah tanggapannya. Pengujian air senimu
adalah bentuk dari “pertanyaan” dan “tanggapan” yang sederhana. Menyebarkan
benih di atas tanah adalah “pertanyaan”
untuk jenis buah-buahan tertentu; pertumbuhan pohon adalah tanggapan
tanpa kata-kata. “Pertanyaan” itu tanpa kata-kata. Ketika benih membusuk, pohon
tidak akan bertunas. Dan ini pula adalah pertanyaan dan jawaban. “Tidakkah
engkau telah belajar bahwa respon dengan “tanpa jawaban” adalah juga jawaban?”
Seorang raja membaca tiga permintaan dari seorang rakyat
tetapi tidak menulis jawaban. Rakyat yang menulis keluhan itu, berkata, “Saya
memiliki tiga permintaan. Apabila permintaan saya diterima, silahkan katakan
demikian. Apabila tidak, silahkan katakan demikian!” Pada abagian belakang
permintaan raja menulis, “Apakah engkau belum menyadari bahwa tiadanya jawaban
adalah sebuah jawaban?”
“Jawaban bagi orang bodoh
adalah diam.” Pohon yang tidak tumbuh adalah “tiada jawaban” dan berarti
suatu jawaban. Setiap gerak yang dibuat oleh
manusia adalah “pertanyaan”, dan apa pun yang terjadi kepadanya, duka dan
gembira, adalah “jawaban”. Ketika mendengar jawaban yang menyenangkan,
orang mesti berterima kasih. Dan terima kasih mesti sesuai dengan pertanyaan
yang diterima seseorang. Apabila jawaban tidak menyenangkan, orang harus
meminta maaf dan tidak bertanya dengan pertanyaan seperti itu lagi. Maka ketika
penderitaan Kami kirimkan kepada mereka, mereka tidak merendahkan diri,
melainkan hati mereka menjadi semakin keras (QS. 6 : 43), yakni, mereka tidak
memahami bahwa jawaban akan sesuai dengan pertanyaan mereka. Dan setan
menyiapkan untuk mereka atas apa yang mreeka lakukan (QS. 6 : 43), yakni,
mereka melihat jawaban pada pertanyaan sendiri dan berkata, “Jawaban buruk itu
tidak sesuai dengan pertanyaan ini.” Mereka tidak tahu bahwa asap muncul dari ranting, bukan dari api. Semakin kering ranting, semakin sedikit asap muncul.
Ketika engkau mempercayakan teman kepada tukang kebun lalu suatu bau busuk
muncul, salahkanlah tukang kebun, bukan taman.
Seorang laki-laki ditanya kenapa dia sampai tega membunuh
ibunya. “Saya melihal hal yang tidak tampak,” kata dia.
“Engkau semestinya membunuh seseorang yang asing,”
seseorang bicara padanya.
“Maka saya harus membunuh satu orang setiap hari,” jawab
laki-laki itu.
Sekarang, apa pun yang terjadi, disiplinkan jiwamu
kalau-kalau engkau mesti melakukan peperangan dengan seseorang setiap hari.
Apabila yang lain mengatakan segalanya berasal dari Tuhan (QS. 4 : 78), kami
katakan bahwa keniscayaan untuk menghukum jiwa seseorang dan membuang dunia,
juga berasal dari Tuhan.
Perkara ini sama seperti seorang laki-laki mengguncangkan
buah aprikot agar jatuh dari pohonnya, lalu memakan buah itu. Ketika pemilik
kebun menangkap basah, lalu berkata, “Tidakkah engkau takut pada Tuhan?”
“Kenapa aku harus merasa takut?” orang itu berkata.
“Pohon aprikot itu milik Tuhan dan aku, pelayan Tuhan, memakan yang menjadi
miliknya.”
“Aku mesti membuat jawaban untukmu,” sang pemilik pohon
berkata, lalu memerinthkn pegawainya, “Ambillah beberapa potong tali, ikat dia
pada pohon ini, dan pukul dia sampai jelas jawabannya.”
“Tidakkah engkau takut pada Tuhan?” lelaki itu berteriak.
“Kenapa aku harus merasa takut?” jawab pemilik kebun.
“Engkau pelayan Tuhan, dan ini adalah tongkat Tuhan yang aku pukulkan kepada pelayan-Nya.”
Pokok dari semua ini adalah bahwa dunia itu seperti gunung. Apapun yang engkau katakan, baik atau buruk,
akan bergaung pada gunung itu. Apabila engkau bayangkan membuat bunyi
indah tetapi gunung memberi jawaban buruk, sama absurd nya dengan pikiran bahwa
seekor burung bulbul bernyanyi pada gunung dan dijawab dengan suara dari gagak,
manusia, atau keledai. Ketahuilah kemudian dengan pasti bahwa itu adalah engkau
yang telah membuat suara keledai.
Ketika engkau
datang di gunung, buatlah suara indah.
Kenapa meringkik
bagaikan keledai di atas gunung.
Kubah biru
langit membuatmu bersuara indah.
EMPAT PULUH SATU
BUNGA-BUNGA DAN PEPOHONAN
TK’KAN MEKAR DI MUSIM GUGUR
Kami bagaikan mangkok yang mengambang di permukaan air.
Bagaimana dan ke mana mangkok pergi tidak ditentukan mangkok, melainkan oleh
air.
Sampai di sini seseorang berkata, “Secara umum ungkapan
itu dapat diterima, maka sejumlah orang akan menyadari bahwa mereka berada di
atas air sementara yang lainnya tidak.”
Apabila secara umum dapat diterima, maka pernyataan,
“Hati orang beriman ditahan di antara dua jemari Yang Maha Kasih.” Tidaklah
benar, juga firmannya, Yang Maha Kasih telah memberi pelajaran pada Al-Qur’an
(QS. 55 : 1 – 2) adalah tidk benar. Hal ini secara umum tidak bisa disebut dengan
pernyataan dapat digunakan Tuhan mengajar semua hal yang diketahui. Kenapa
lantas secara khusus memilih Al-Qur’an? Di dalam Sabda-Nya, Dia amenciptakan
surga dunia (QS. 6 : 1), kenapa mengkhususkan pada surga dan dunia padahal dia
menciptakan seluruh benda secara umum?
Tidak diragukan lagi bahwa seluruh mangkok mengambang di
atas air kekuatan dan kehendal Ilahi, tetapi akan tidak sopan menganggap Tuhan
sebagai sumber segala sesuatu, disebutkan dengan sebutan yang vulgar. Misalnya
menyebut Dia pencipta tahi sapi dan kentut. Dia lebih tepat untuk didsebut
sebagai Pencipta Surga ata Pencipta Intelek. Maka pasti ada alasan untuk setiap
bagian-bagian yang terpisah ini meskipun secara umum dapat diterima. Karena
perincian sesuatu merupakan penunjukkan atas keterpilihannya. Pada pokonya,
mangkok mengambang di atas air. Air salah membawa sebuah mangkok sedemikian
rupa hingga semua mangkok lain melihat padanya. Mangkok yang lain dibawa oleh
air dengan cara dan jalan yang berbeda dengan mangkok yang pertama, hingga
secara instingtif mereka pergi darinya karena merasa malu. Mereka terinspirasi
untuk kabur oleh air dan merasa tidak mungkin untuk melakukan hal yang serupa.
Mereka berkata, “Ya Tuhan, besarkanlah jarak di antara kami!” Terhadap yang
pertama berkata, “Ya Tuhan” bawa kamis semakin denkat padanya!”
Sekarang, orang melihat hal ini secara umum dapat
diterima akan berkata bahwa, penaklukan keduanya oleh air sama saja. Dengan
ungkapan lain, kedua kelompok mangkok itu sama-sama ditaklukkan oleh air, dan
berada di bawah kendali air. Untuk menjawab hal ini, orang dapat berkata,
“Apabila engkau melihat betapa agung dan indahnya mangkok itu berputar dan
bergerak di atas air, engkau tidak akan lagi memperhatikan ungkapan yang
mengatakan bahwa, hal tersebut secara umum dapat diterima.”
Sama halnya dengan sepasang kekasih yang memiliki
kesamaan dalam perilaku yang buruk, Tapi pernahkah terpikir oleh seorang
kekasih bahwa orang yang dicintainya memiliki perilaku buruk, sedangkan
pendapatnya itu berdasarkan pada pemahaman umum, misalnya karena keduanya
merupakan mahluk makhluk material yang fana – keduanya merupakan entitas, yang
menempati ruang, dan keduanya akan mengalami kehancuran – atau berdasarkan
karakteristik lain yang secara umum dapat diterima? Hal-hal semacam itu tidak
akan pernah dipikirkan olehnya. Dia tentu tidak akan berlaku sopan pada
seseorang yang mengingatkannya pada asumsi yang “seara umum dapat diterima”
tersebut, dia akan menganggap orang itu sebagai setan jahat yang muncul dari
dirinya. Maka, sejak engkau memiliki hal itu untuk menghargai sesuatu dari
suatu sudut pandang yang umum – berarti engkau tidak akan mampu untuk melihat
keindahan kami secara partikular – maka tidak pantas untuk bertengkar denganmu
karena pertengkaran kami telah tercampur dengan keindahan, dan memperlihatkan
keindahan kepada orang yang tidak layak atasnya merupakan suatu kesalahan. “Jangan beritahukan hikmah kepada yang tidak layak,
kalau-kalau engkau akan menyalahkan hal itu; jangan tahan itu kepada yang layak
kalau-kalau engkau berbuat salah pada mereka.”
Pengetahuan ini memang suatu spekulasi, bukan
pertengkaran. Mawar, pohon dan buah-buahan tidak berbunga di musim gugur,
karena hal itu akan menimbulkan perselisihan – yakni, itu akan jadi
pertentangan dengan “lawan” musim gugur – dan
memang bukan sifat mawar muncul untuk menentang musim gugur. Apabila matahari telah melakukan pekerjaannya, mawar
akan mekar berbunga di dalam cuaca sedang dan hangat, Kalau tidak, mawar
itu akan kembali ke dalam tanah dan kembali ke akar. Bisa jadi musim gugur akan
berkata kepadanya, “Apabila engkau bukan ranting yang kering, apabila engkau
laki-laki sejati, keluar dan hadapi aku!” Tetapi mawar menjawab, “Sebelum
engkau muncul, aku adalah satu ranting kering dan seorang pengecut. Katakan,
apa yang engkau inginkan.”
Wahai raja yang
dipenuhi kebenaran.
Pernahkah engkau
melihat seorang munafik yang lebih buruk dariku?
Dngan mereka
yang hidup untukmu aku hidup.
Dengan mereka
yang akan mati kepadamu aku mati.
Engkau Bahauddin apabila ada seorang perempuan sihir
buruk rupa tanpa gigi dan wajah berkeriput bagaikan punggung kadal datang
kepadamu dan berkata, “Jika engkau lelaki sejati, aku di sini. Di sinilah
kudanya. Di sinilah gadis cantikmu. Di sinilah lapanganmu. Tunjukkan
kejantananmu apabila engkau seorang lelaki”, engkau akan berkata, “Demi Tuhan!
Aku bukan lelaki. Apa yang mereka katakan suatu bohong. Apabila engkau sahabt,
akan lebih baik bagimu untuk menjadi pengecut.”
Apabila kalajengking muncul dengan penyengatnya
bertengger padas salah satu anggota tubuhmu dan berkata, “Aku pernah mendengar
engkau lelaki periang. Tertawalah agar aku mampu melihat bagaimana engkau
tertawa!” Engkau akan berkata, “Karena engkau telah datang, aku katakan
kepadamu bahwa aku tidak memiliki tawa dan keriangan. Apa yang telah engkau
katakan bohong. Seluruh perangsangku untuk tertawa sekarang menyibukkan diri
dengan harapan agar engkau pergi.”
Seseorang berkata, “Engkau memandang dan kenikmatan
menjadi hilang. Jangan memandang kalau-kalau kebahagiaanku pergi.” Ada waktu
ketika kebahagiaan pergi meninggalkan dirimu tanpa menoleh, bergantung pada
keadaan. Apabila tidak demikian, Tuhan tidak akan pernah berfirman, Ibrahim
sangat penuh kasih sayang dan sangat berbelas kasihan (QS. 9 : 114). Orang
mesti tidak mempertunjukkan perilaku ketaatan apa pun, karena seluruh iri hati
adalah kenikmatan. Engkau mengatakan apa-apa yang engkau perbuat dengan tujuan
agar kebahagiaan datang. Apabila ada seseorang yang menyebabkan kebahagiian,
engkau pergi menuju orang itu untuk memperoleh kebahagiaan.
Apa yang engkau lakukan seperti berteriak kepada seorang
lelaki yang sedang tidur, “Bangun, Cepat! Kafilah akan meninggalkan kita.”
“Jangan bertereiak kepadanya,” kata mereka, “karena dia
sedang berada dalam kondisi ekstasem dan karena teriakanmu kondisi ekstasenya
akan hilang.”
“Kenikmatan ekstatik itu suatu kehancuran,” katamu,
“sedangkan yang satu ini dilindungi dari kehancuran.”
“Jangan ganggu dia!” mereka berkata, “Karena teriakanmu
akan menghalanginya untuk berfikir.”
“Teriakan ini akan membuat orang yang tidur berpikir.
Kalau tidak, apa yang dapat dia pikirkan di dalam tidurnya? Setelah bangun,
baru dia akan berpikir.”
Maka kemudian ada dua jenis teriakan. Apabila orang yang
berteriak berada di depan dibanding yang lain dalam pengetahuannya, maka
teriakan itu akan menghasilkan peningkatan pemikiran, sebab si pemberi
peringatan memiliki pengetahuan dan keterjagaan Ilahi. Usia membangunkan yang
laind ari kelainan tidurnya, dia akan memberi tahu dunianya sendiri dan
menyeretnya ke sana. Sebagai hasilnya, jenjang pemikiran orang yagn tidur akan
meningkat, karena dia dipanggil dari suatu jenjang kondisi yang menakjubkan.
Pada sisi alin, apabila orang yang membangunkan, kecerdasan dan pemikirannya
berada di bawah orang yang tidak tiru, maka ketika ia membangunkan orang yang
tidur tersebut, pandangan orang tidur itu akan tertuju ke bawah. Orang yang
membangunkan berada lebih bawah dibangding orang yang tidur, pandangannya tentu
saja ada di bawah, dan pikirannya menuju dunia yang lebih bawah.
EMPAT PULUH DUA
PENGETAHUAN BERASAL DARI DUNIA
TANPA BUNYI, TANPA SUARA, TANPA KATA-KATA
Orang-orang yang sedang belajar di suatu tempat berpikir
bahwa jika mereka telah datang di tempat itu, mereka harus melupakan pelajaran
yang dahulu telah mereka terima, atau mereka akan “dikeluarkan” dari sekolah
itu. Sebaliknya, ketika mereka datang ke sana pengetahuan mereka menjadi hidup.
Pembelajaran itu bagaikan ringkasan yagn kosong. Ketika
pembelajaran mencapai jiwa, ia bagaikan suatu bentuk tak bernyawa yang muncul
pada kehidupan. Seluruh pengetahuan ini berasal dari dunia “tanpa bunyi tanpa
suara” dan diterjemahkan ke dalam dunia bumi dan suara di sini. Tuhan berbicara
kepada Musa, berbincang-bincang dengannya (QS. 4 : 64). Benar bahwa Tuhan telah
“berbicara” kepada Musa tetapi tidak melalui bunyi atau kata, bukan oleh alat
kerongkongan atau lidah. Orang membutuhkan kerongkongan dan bibir untuk
menhasilkan kata-kata, tetapi Tuhan
berbicara melampaui hal-hal seperti bibir, mulut, kerongkongan. Maka Nabi
Muhammad berbincang dengan Tuhan di dalam dunia tanpa bunyi, danpa suara dengan
cara yang tidak dapat dipahami oleh khayalan intelek-intelek fana semacam itu.
Meski demikian, Nabi-nabi keluar dari dunia tanpa suara dan tanpa bunyi ke
dunia kata-kata, menjadi seperti anak-anak untuk kepentingan anak-anak di sini,
sebagaimana sabda Nabi Muhammad, “Aku diutus untuk menyeru.”
Sekarang, meskipun jamaah ini, memiliki kata-kata dan
suara sebagaimana adanya, mereka tidak dapat menyentuh wilayah itu, mereka
mendapatkan kekuatan untuk tumbuh dari nabi atau orang suci. Mereka mendapat
kenyamanan dan kekuatan pada ibunya, meskipun barangkali dia tidak mengenali
setiap rinci ibunya – seperti buah-buahan yang merasa nyaman pada cabang pohon
dengan sempurna. Dengan cara seperti itu pula seseorang diperkuat dan mendapat
tenaga karena kata-kata orang agung, meskipun mereka tidak mengetahui orang
agung itu dan tidak dapat memahaminya.
Di dalam seluruh jiwa terdapat keyakinan bahwa ada
sesuatu di dunia sana. Di sana terdapat dunia agung yang melampaui nalar,
melampaui akta-kata dan bunyi. Tidakkah engkau lihat betapa seluruh orang
cenderung untuk melihat orang gila? Mereka berkata, “Mungkin itulah yang
dimaksudkan dengan “ini”. Memang benar “itu” hadir, tetapi mereka keliru terhadap lokusnya. “itu” tidak hadir pada
intelek, teapi tidak segala hal yang tidak ada dalam intelek adalah “itu”.
Setiap kenari memang bulat, teapi tidak semua benda bulat adalah kenari.
Terdapat petunjuk tentang hal itu di dalam apayang telah kita katakan. Meskipun
dapat hadir pada keadaan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata dan
undang-undang, masih saja intelek dan jiwa yang dikuatkan dan dinafkahi
olehnya. “Itu” tidak hadir dalam orang gila yang dikerumuni orang-orang, karena
mereka tidak girang dengan dirinya, tidak pula nyaman pada aorang gila itu,
meskipun mereka pikir demikian. Apa yang mereka temukan bukanlah kenyamanan.
Seorang anak yang terpisahkan dari ibunya barangkali menemukan kenyamanan
sementara waktu dengan hal lain, tetapi kita tidak mengatakan hal itu sebagai
kenyamanan; itu sekedar contoh keliru untuk menentukan kepastian.
Dokter akan mengatakan apa pun yang diperbolehkan dan
dianggap menyelaraskan untuk tubuh, sehingga seseorang akan mendapat kekuatan
dan darahnya termurnikan. Tetapi hal itu akan berguna sejauh orang itu tidak
memiliki penyakit. Sebagai contoh, seorang pemakam lumpur menemukan lumpur yang
menyenangkan, tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa hal itu bermanfaat
baginya. Sama halnya, penderita kolera bisa jadi menyukai masakan asam dan tidak
mengandung gula, tetapi itu tidak menandakan bahwa dia mendapat kesenangan
darinya karena apa yang dia lakukan berdasar pada kekeliruan, yang benar-benar
menyenangkan adalah yang disukai seseorang kettika dia belum jatuh sakit.
Sebagai contoh, apabila lengan seseorang terkilir atau
patah dan menjadi bengkok, ahli bedah akan mengubah tangan itu menjadi lurus
dan membenarkannya kembali sebagaimana keadaan semulanya. Orang itu tidak akan
merasakan bahwa operasinya menyenangkan dan akan menyakitkan. Kenyataanyya dia
lebih suka membiarkan tangannya bengkok, tetapi seorang ahli bedah akan
berkata, “Engkau suka tanganmu lurus sebagaimana semula, dan engkau memang
menyukainya. Ketika tnganmu bengkok, engkau menderita luka. Sekarang, engkau
lebih memilih membairkan tanganmu bengkok, tetapi “kenikmatan” itu salah dan
tidak memiliki makna.”
Di dalam cara serupa, ruh menemukan kesenangan ketika
mencintai Tuhan di dunia kesucian dan jadi- benar-benar terserap di dalam-Nya,
seperti halnya malaikat merasakan kenikmatan yang sama. Apabila mereka terluka
dan mengalami kekacauan karena hubungan jiwa dengan tubuh, mereka kemudian
lebih suka “makan lumpur”. Nabi dan orang suci yang bertindak sebagai “dokter”,
akan mengatakan kepada mereka, “Engkau tidak benar-benar suka. Kesenanganmu
salah. Engkau sebenarnya menyenangi hal
lain, tetapi engkau telah melupakannya. Apa yang benar-benar
menyenangkan untukmu adalah apa-apa yang engkau sukai pertama kali. Engkau
sekarang gmenemukan kekacauan ini menyenangkan. Engkau pikir itu menyenangkan
dan tidak mempercayai kebenaran.”
Seorang mistik duduk di depan ahli tata bahasa. Ahli tata
bahasa berkata, “Kata-kata hanya bisa jadi satu
dari tiga hal : kata kerja, kata benda, atau kata sandang.”
Sang mistik menyeka pakaiannya dan meratap, “Dua puluh
tahun dari hidupku, duapuluh tahun perusaha keras mencari dalam kesia-siaan.
Aku sungguh-sungguh mengharapkan bahwa seluruh tahun itu ada kata di luar itu
semua, teapi engaku menghancurkan harapanku!”
Meskipun sang mistik telah menemukan kata itu dan sampai
pada tujuannya. Dia berkata bahwa apa yang dia lakukan itu bertujuan agar ahli
tata bahasa itu mengindahkannya.
Sebuah cerita diriwayatkan bahwa ketika kanak-kanak,
Hasan dan Husain melihat seorang laki-laki salah ketika melakukan wudlu, ia
berwudlu dengan cara yang tidak sesuai hukum. Mereka ingin mengajari laki-laki
itu cara melakukan wudlu dengan benar, maka kemudian keduanya menghampiri
laki-laki itu dan salah satu di antara mereka berkata, “Ada seseorang yang
mengatakana kepada saya bahwa saya salah melakukan wuldu. Kami berdua akan
berwudlu di sini di hadapanmu. Engkau akan melihat siapa di antara kami yang
berwudlu sesuai hukum.”
Ketika mereka melakukan wudlu, lelaki itu berkata,
“Anakku, wudlumu benar sempurna dan sesuai dengan hukum. Kasihan aku! Memang
wudluku yang salah.”
Semakin banyak tamu yang datang, rumah akan semakin
dibesarkan, semakin dihiasi, dan semakin banyak makanan yang dipersiapkan.
Tidakkah engkau lihat seorang anak yang
kecil dalam perawakan, gagasan-gagasannya, yang merupakan tamu, apakah berasda
dalam proporsi “rumah” tubuhnya? Dia tidak mengetahui apa-apa di luar susu dan
perawatnya, tetapi begitu begitu dia menumbuhkan “tamu’tamunya”, atau
gagasannya, jadi semakin berjumlah banyak
sekali. Rumahnya diperbesar oleh nalar, pemahaman, dan kearifan. Ketika tamu bernama cinta muncul, rumah tak lagi
mencukupi, maka dia mulai membangun ruangan lain di bawah rumahnya.
Hiasan raja, pengiringnya, pasukan dan pengikut berkemah tidak akan cukup untuk
masuk ke dalam rumah. Gerbang ini tidak layak atas hiasan itu. Pengiring
demikian banyak seperti itu hanya cukup di dalam tempat yang mahaluas pula.
Ketika hiasan itu digantungkan, mereka memberikan semua pencahayaan; mereka
melenyapkan segala kekaburan dan
mengungkapkan hal- yang tersembunyi. Kontras dengan hiasan di dunia ini, yang
menambah kekaburan. Hiasan yang awal atau hijab adalah lawan dari yang
kemudian.
Aku mengadukan
kesalahan-kesalahan yang tidak akan aku tetapkan karena
orang-orang
membiarkan permintaan maaf dan penyesalanku
Siapa yang tahu
apakah air mata lilin berderai
Karena
percakapannya dengan api
Atau karena
perpisahannya dari sarang madu?
Seseorang berkata bahwa itu dituliskan oleh Qadi Abu
Mansur dari Heart. Qadi Mansur biasanya berbicara dalam gaya tersembunyi, memiliki
ciri khas ikhtisar dan embel-embel retorika, padahal Mansur tidak dapat menahan
dirinya sendiri dan berbicara apa adanya. Seluruh
dunia ini adalah tawanan takdir, sementara takdir adalah tawanan Yang Maha
Indah. Yang Maha Indah mengungkapkan seluruhnya dan tidak menyembunyikan
apa pun.
Seseorang berkata, “Kutip satu halaman kata-kata Qadi.”
Setelah mengutip sang guru berkata, “Tuhan memiliki sejumlah pelayan yang
berkata kepada perempuan berjilbab, “Angkat jilbabmu, sedemikian rupa hingga
kami dapat melihat wajahmu dan mengetahui siapa dan bagaimana engkau. Selama
engkau berlalu dengan jilbab, kami tidak dapat melihatmu, dan selalu terdapat
kebingungan dalam pikiranku, seperti siapa dan bagaimana orang ini. Aku
bukannya akan menjadi sedemikian tergila-gila oleh dirimu apabila melihat
wajahmu.” Untuk waktu yang lama ini, sekarang Tuhan telah menjadikanku lebih
murni dan tidak berbahaya bagi dirimu. Aku cukup aman untuk tidak terbangkitkan
atau tergoda oleh tatapanmu. Pada sisi lain, apabila aku tidak melihat engkau,
aku bingung siapakah orang ini. Aku tidak seperti yang lain, orang badaniah
yang melihat wajah cantik seseorang secara terbuka, lalu jatuh ke dalam
godaannya dan akhirnya merasa bingung. Semoga keselamatan atas mereka. Memang
lebih baik untuk tidak membuka hijab wajah kalau-kalau mereka jadi tergoda. Di
depan “orang-orang hati”, memang lebih baik membuka hijab wajah agar bisa
melepaskan diri dari godaan.
Seseorang berkata, “Di Khawarazm tidak seorang pun pernah
jatuh cinta : Ada begitu banyak perempuan cantik hingga begitu engkau lihat
satu orang dan jadi tergila-gila, engkau akan melihat yang lain yang bahkan
jauh lebih cantik. Hingga orang jadi letih pada segala hal.” Apabila orang
tidak jatuh cinta pada gadis cantik Khawarazm orang itu pasti jatuh cinta
dengan Khawarazm itu sendiri karena terdapat gadis cantik demikian banyak
jumlahnya, “Khawarazm” itu melambang kemiskinan spiritual, tempat di mana
terdapat demikian banyak keindahan hakiki dan bentuk spiritual hingga tidak
peduli yang mana pun engkau dekati dan menemukan kepuasan dengannya, yang
lainnya muncul dan membuang yang pertama dari pikiranmu. Dan seterusnya tiada
henti. Marilah kita jadi pecinta jiwa kemiskinan, yang di dalamnya terdapat
keindahan seperti itu!
Nyambung ke Jilid III
Tidak ada komentar:
Posting Komentar