Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megah di hadapan para ulama dan untuk berdebat dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan musyawarah, rapat maupun muktamar, dan.... untuk mengeruk keuntungan duniawi... neraka... neraka!.
| 
Judul :
  Melihat Allah 
Terjemahan :
  oleh Mustafa Mahmud 
Penerbit :
  PT. Bina Ilmu – Surabaya – Tanpa tahun 
Penyadur
  : Pujo Prayitno | 
Catatan : Buku adalah hidangan... bila tidak ada selera jangan dimakan.
Buku ini mengungkap Rahasia di balik hutan larangan yang penuh racun...
Bila belum punya penawarnya... jangan coba-coba memasukinya... berbahaya.
(Bila ingin memperbesar huruf tekan (ctrl +)
| 
ULASAN  
ABDUL HASAN  ASY-SYADZILI 
Dokter Abdul Halim Mahmoud dalam bukunya
  yang berjudul “Abdul Hasan Asy-Syadzily” yang diterbitkan di tahun 1387 H – 1967
  H. Mengatakan bahwa beliau adalah seorang Arif Billah, seorang sufi penuh perjuangan,
  lahir di tahun 593 H – wafat 656 H. 
Dalam ulasan nya yang singkat, diterangkan
  bagaimana pendapat Asy-Syadzilly mengenai Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar
  An-Nafri, penulis kitab “Almawaqif wal Mukhotobat”, kata beliau : “Kitab itu bukan
  sembarang kitab, tidak mudah, yang kesukarannya sudah pasti sukar, oleh karena
  isinya mengibaratkan tentang hal-hal ruhani, meninggi dan tidak mungkin bagi seseorang
  dapat mendalami selain “Kawan-kawan ahli rasa” (dzauqiah) yang tinggi pula pengertian
  dan kemauannya, tak mungkin seluruh kitab itu dipahami kecuali oleh orang khusus
  di bidangnya”. 
Dan dalam hal ini Abdul Hasan Asy-Syadzilly
  penuh berhasrat hendak “Meringankan” dan “Menggampangkan” kandungan isi kitab
  itu, agar mereka yang berkemampuan bersedia untuk menerima, dapat memahami. Dan
  beliau dalam hal ini bersedia menyediakan “Kunci pembuka” bagi setiap yang
  merindukan alam hikmat kebijaksanaan; sayang sekali sampai akhir hayat niat baik
  beliau belum sampai terlaksana. 
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa Ibn
  Athaillah membawakan sebuah kisah : Pada suatu hari pernah terjadi suatu pertemuan
  di Cairo di rumah Zaky As Sarrakh, dalam pertemuan tersebut Asy Syeikh Abdul Hasan
  Asy-Syadzilly memegang sebuah kitab “Almawaqif wal Mukhotobat” Kitab tersebut
  beliau baca di hadapan Ibn Athaillah dan Abdul Abbas Am Marsi... 
Berdasarkan pada tulisan Doktor Abdul Halim
  Mahmoud mengenai kehidupan Asy-Syadzily (yang pernah berguru pada Abdus Salam
  bin Masysy) teranglah sudah bahwa buku “Almawaqif wal Mukhotobat” karangan Asy-Syeikh
  Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri yang kami terjemahkan dan disusun dalam Bahasa
  Indonesia dengan Judul “Melihat Allah” sudah dikenal dan diketahui oleh Ibn Athaillah
  As-Iskandari penulis kitab :Al Hikam” yang sudah tidak asing lagi bagi kita, bahwa
  sudah dikenal pula oleh Abul Abbas Al-Marsi (Guru Ibn Athaillah) murid Abul Hasan
  Asy-Syadzilly. Dalam buku tersebut terdapat banyak persamaan perihal kata-kata
  “Allah berkata kepadaku” dan lain-lain yang serupa dengan itu. Semoga ridha dan
  Rahmat Allah kepada beliau-beliau.......... SELAMAT MENGEMBARA DI BELANTARA ILMU RAHASIA... HATI-HATI ... JANGAN SAMPAI TERSESAT JALAN........ MISTERI TETAP SEBAGAI RAHASIA... UNTAIAN KATA HANYA SEBATAS UNTAIAN KATA.... RAHASIA... TETAP RAHASIA.... | 
| 
1.      TENTANG  TAUHID 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6). 
“Wahai hamba, engkau tiada memiliki
  sesuatu pun, kecuali apa yang Aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga
  engkau memiliki dirimu, karena Akulah Maha Pencipta-Nya; Tiada pula engkau
  memiliki jasad mu, maka Akulah yang membentuk-Nya; Hanya dengan pertolongan-Ku
  engkau dapat berdiri; dan dengan “Kalimat-Ku” engkau datang ke dunia ini. 
“Wahai hamba! Katakanlah Tiada Tuhan
  melainkan Allah, kemudian tegakkan berdiri di jalan yang benar, maka Tiada
  Tuhan melainkan AKU. Dan tiada pula wujud yang sebenarnya wujud kecuali
  untuk-Ku, dan segala yang selain daripada-Ku, adalah dari bantuan tangan-Ku
  dan dari tiupan Roh-Ku. 
“Wahai hamba! Segala sesuatu adalah
  kepunyaan-Ku, bagi-Ku dan untuk-Ku, jangan sekali-kali engkau merebut apa
  yang menjadi kepunyaan-Ku. Kembalikan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya akan
  Ku terima pengembalian mu dengan tangan-Ku dan Ku tambah padanya dengan
  kemurahan-Ku. Serahakan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya Ku selamatkan
  engkau dari segala sesuatu. 
Ketahuilah, bahwa hamba-Ku yang
  terpercaya, adalah yang mengembalikan segala yang selain-ku kepada Ku.
  Tengoklah dengan pandangan tajam kepada-Ku, bagaimana cara-Ku melakukan
  pembagian, niscaya engkau akan melihat pemberian dan penolakan merupakan dua
  bentuk yang dinamakan, agar dengan demikian engkau mengenal-Ku”. 
“Hai hamba!   Sesungguhnya engkau telah melihat Daku
  sebelum dunia terhampar dan engkau mengenal siapa yang  telah engkau lihat. Dan kepada-Ku-lah
  engkau akan kembali. Aku ciptakan segala sesuatu untuk mu dan Aku labuh kan
  tirai (Hijab) atasmu. Lalu engkau pun tertutup dengan tirai dirimu sendiri,
  kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri
  yang lain itu menyeru kepadamu dan pada dirinya dan menjadi hijab (penutup) dari
  pada Ku. 
Setelah kesemuanya itu, maka Aku-pun
  kembali menyata di balik kesemuanya itu, dan dari belakang kesemuanya itu Ku
  perkenalkan diri-Ku; Ku katakan kepadamu bahwasanya Aku-lah Maha Pencipta;
  Aku yang menciptakan kesemuanya itu dan bahwasanya Aku menjadikan engkau
  Khalifah (Pengurus yang berkuasa di Bumi) atas kesemuanya itu dan ketahuilah
  bahwa kesemuanya itu adalah amanah (titipan) pada sisi-mu. Dan
  diharuskan  pada pengemban amanah itu
  untuk mengembalikannya. 
Maka telitilah dirimu setelah engkau
  mempercayai-Ku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepada-Ku ??
  Dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat dengan
  Ku..???? 
“Dan ... barangsiapa
  menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar”
  (QS. Al-FatKh 48:1). 
“Dan sesungguhnya...
  kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa akan perintah itu, dan
  tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat” (QS.Thaha 20:115) 
“Hai hamba!!! Ku ciptakan segala sesuatu
  itu untukmu, maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukan dirimu bagi
  sesuatu itu. Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu
  pada sesuatu (Selain-Ku) karena Aku pencemburu padamu”. 
“Hai Hamba!!!!  Aku tidak rela
  engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan surga sekalipun,
  karena sesungguhnya... Aku ciptakan engkau hanya untuk-Ku; supaya engkau
  berada di sisi-Ku; Di sisi yang tiada sisi, dan di mana yang tiada mana. 
Ku Ciptakan engkau atas pola gambar-Ku
  seorang diri, tunggal, mendengar, melihat dan berkemauan serta berbicara. Dan
  aku jadikan engkau mempunyai kemampuan untuk TAJALINYA (menyatakan)
  nama-nama-Ku, dan... tempat untuk pemeliharaan-Ku”. 
“Engkau adalah sasaran pandangan-Ku...
  tiada dinding penghalang yang memisahkan antara-Ku dan antaramu. 
Engkau teman duduk se majelis
  dengan-Ku, maka tiada pembatas antara-Ku dan antaramu. 
“Hai hamba!! Tiada antara-Ku dan
  antaramu... antara Aku lebih dekat kepadamu, maka pandanglah kepada-Ku,
  karena aku senang memandang kepadamu”. Lanjut nya rol ke bawah.... | 
| 
1.     U J I A N 
<*>
  Hikmah yang terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi
  manusia<*> 
Al-Imam An-Nafri mengatakan : Bahwa
  tubuh (Jasad) itu adalah suatu hakikat yang akan sirna dan bahwa tubuh itu
  merupakan batu ujian yang diciptakan oleh Allah untuk menguji Ruh. 
Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang
  ada padanya dari syahwat-syahwat dan keinginan-keinginan serta
  kemauan-kemauan yang di ikuti dengan pelanggaran-pelanggaran, adalah juga
  sebagai cobaan dan ujian dari tujuan Roh. 
Tiada wujud yang sebenarnya, kalau
  di tilik dari sifat manusia yang dikaitkan dengan kemanusiaan, tetapi yang ada
  hanyalah daya yang merangsang untuk menguji Ruh agar dapat diketahui dan
  dikenal sampai di martabat yang dapat dicapai. 
Apakah Ruh itu bisa mencapai nisbatnya
  kepada Allah, lalu Roh mengarahkan segenap kemampuannya untuk merindukan dan
  mencintai Allah, ataukah Roh itu tertarik oleh jasad dengan memanjakan
  syahwat-syahwatnya. 
Di Sinilah
  letak Ujian itu. 
Allah berseru dengan tutur kata-Nya : (Pahami
  QS.Al-Insylqaq 84.6).  
“Sesungguhnya Aku dahirkan (nyata) syahwat itu
  sebagai dinding kukuh yang menghijab atasmu untuk tawajjuhmu (menuju ke
  tujuanmu yang sebenarnya) dan.... andaikan engkau melihat dirimu sendiri
  sebagai engkau melihat kepada langit-langit dan bumi, tentu saja akan nampak
  olehmu bahwa yang menyaksikan itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adaya
  syahwat dan keinginan”. 
“Karena pengujian-Ku kepadamu maka aku
  coba engkau dengan syahwat-syahwat yang bersifat tidak menetap pada dirimu di
  bawah kekuasaan hukummu dan tidak pula bisa menetap pada dirimu atas dasar penndirianmu, maka... sifat kemanusiaanmu itu yang condong dan berkeinginan,
  dan ia pulalah yang mengejar kepuasan, tetapi sebenarnya engkau tidak condong
  ke situ dan tidak pula berkeinginan maupun mengejar kepuasan dan kelezatan”. 
“Engkau yang sebenarnya adalah di
  balik dinding yang merupakan syahwat dan di belakang tabir penutup sifat
  kemanusiaan. Engkau yang sejati adalah suatu roh yang suci bersih, tanpa noda
  syahwat, dan berada jauh di atas ketinggian sifat kemanusiaan tanpa condong
  pada apa pun dan tidak pula berkeinginan”. 
Dari arah lain DIA menyeru : “Hai
  hamba !!  Engkau dalam keadaan lapar
  lalu engkau lahap makanan, maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku;
  dan AKU pun bukan dari padamu (yang dimaksud .. ialah seorang hamba yang
  berdaya untuk mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil yang nyata
  bahwa hamba tersebut telah mengenal dirinya dan telah pula mencapai kemuliaan
  nasabnya dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan berkait kepada
  ALLAH.... bukan jasad yang bernasab pada tanah). 
Di alam Al-Qur’an disebutkan peristiwa
  Thalud yang berkata kepada bala tentaranya : 
“Sesungguhnya
  Allah akan mengujimu dengan sebuah sungai, maka barangsiapa yang minum
  daripadanya (sepuas penghilang dahaganya) maka ia bukan dari golonganku, dan
  barang siapa yang tidak merasakan kesegaran, maka ia dari golonganku, kecuali
  orang yang hanya menyauk sekali sauk dengan tangannya (sekedar pembasah
  tenggorokan)”. (QS. Al-Baqarah 2:249). 
Ayat tersebut di atas mengandung juga
  hikmah puasa, maka... yang demikian itu merupakan kenyataan roh tentang
  dirinya dan kesanggupannya untuk menahan diri dari perbuatan (menginginkan
  kepuasan) jasad dari apa yang menjadi ujian untuknya. Begitu halnya bila
  seorang sedang berpuasa menolak makanan berarti telah memahami sifatnya (yang
  asli), bahwa roh itu tidak memerlukan makanan dan minuman. 
Allah berseru kepada hamba-Nya : “Aku
  ciptakan engkau adalah melulu 
  untuk-Ku, tinggal di samping-Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku
  dan dalam lingkungan pemeliharaan-Ku. 
Dan Aku telah membangun di sekitarmu
  bendungan yang mengelilingi dari segala jurusan demi cemburu-Ku atasmu. 
Kemudian Aku berkehendak untuk menguji
  engkau, lalu aku Buka pada bendungan tadi pintu-pintu sebanyak apa yang telah
  Ku ciptakan, dan sebanyak bilangan apa yang telah Ku nyatakan dari
  pengaruh-pengaruh yang merangsang. 
Dan di luar setiap pintu, Ku tumbuhkan
  sebatang pohon yang rindang yang dikelilingi genangan mata air yang jernih
  sejuk, dan Aku hauskan engkau!!! 
Lalu aku pun bersumpah demi
  karunia-karunia-Ku, selama engkau menjarak keluar daripada-Ku untuk minum,
  melainkan akan Ku sia-siakan engkau, jangan diharapkan engkau akan dapat
  kembali berdampingan dengan-Ku, dan tidak pula engkau akan berhasil
  mendapatkan minuman  yang engkau
  harap-harapkan, maka.... sesungguhnya jika terjadi hal demikian, berarti
  engkau telah sesat jalan daripada-Ku dan engkau telah melupakan bahwa Aku
  adalah sebenarnya minuman Yang Maha Tunggal dan rumah tempatmu berlindung
  yang tunggal bagimu, dan sesungguhnya Akulah Allah Pencipta segala sesuatu.
  Dari pada-Kulah segala pertolongan dan bantuan, dan dengan Aku pulalah
  kehidupan sejati yang sesungguhnya. | 
| 
2.    Arti  Makna Nama-Nya “YANG  MAHA 
  PERKASA” 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
“Tidaklah Aku dapat dipandang oleh
  mata, tidak pula dapat dilihat oleh pandangan; Tidak
  pula Ilmu pengetahuan dapat menghampiri kepada-Ku; 
Aku tidak dapat dikenal oleh sejauh
  pengenalan. 
Aku Yang Maha Perkasa yang
  tidak dapat dicapai bagaimanapun, dan... tak dapat dijumpai walau dengan
  sebutan nama-Ku. 
Setiap ucapan kata telah nampak nyata, maka Akulah yang menciptakannya dan merangkai huruf-hurufnya. Tidak
  akan melampaui kesemuanya itu adalah bahasa-bahasa yang dikenal dan diketahui
  yang disifatkan. Aku adalah yang tidak dapat
  dijangkau dan diserupakan dengan apapun. “Laisa
  Kamitslihi Syai-‘un” (QS.Asy-Syura 42:11). 
“Akulah Allah Yang Maha Suci
  yang tidak dapat dimasuki dan dijumpai oleh tubuh-tubuh dan tidak oleh
  huruf-huruf sekalipun dan tidak pula dapat dicapai oleh kalimat-kalimat”. 
Hai Hamba!! Jangan salah terka bahwa
  setiap yang dhahir itu dapat dilihat... Akulah Raja yang menyata dengan
  Kemurahan dan tersembunyi dengan Keperkasaan. 
Hai hamba!! Akulah Yang Dahir yang
  tidak dapat dilihat dan dipandang oleh mata, dan Akulah Yang Batin yang tidak
  dapat disentuh oleh prasangka dan persangkaan yang bagaimanapun. 
Hai hamba!! Akulah Yang Maha Kekal,
  yang mana kekekalan Ku tidak dapat diberitakan oleh abad; Dan Akulah Yang Esa
  yang jauh dari bilangan dan perhitungan”. 
“Setiap sesuatu akan
  dituntut oleh asal mulanya, sebagaimana tubuh dituntut oleh asa mulanya.
  Yang Satu itu AKU, Yang Maha Tunggal dan sendirian, dan tidaklah Aku dari
  sesuatu lalu sesuatu itu akan menuntut pada-Ku. 
Dan tidaklah Aku dengan sesuatu, maka
  sesuatu itu akan menyertai Ku. 
Aku adalah mutlak, tiada satu pun
  ikatan, dan Aku bebas tanpa ada sesuatu yang menentukan”. | 
| 
3.    BERSANDING  BERSAMA 
  ALLAH 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
“Apabila eggkau berhimpun dengan
  selain Ku, kemudian berpisah, niscaya tidak dapat engkau berhimpun (lagi)”. 
“Hendaklah engkau bersanding dengan
  Ku, niscaya engkau akan berhimpun dengan yang menghimpun segala yang
  bersanding dengan Ku. Dan engkau akan mendengar dengan pendengaran yang
  mendengarkan segala pendengaran, maka engkau akan mencakup selain dirimu dan
  engkau akan memberitakan tentang DIA dan tidaklah engkau akan dicakup oleh
  selainmu lalu DIA memberitakan perihal mu”. 
“Orang yang berdiri di Hadirat Ku
  tidaklah ia akan ditawan oleh pesona keindahan dan tidaklah ia dikejutkan
  oleh kegentaran, karena ia melihat Yang Nyata (Adh-Dhahir) dan bukan
  kenyataan-kenyataan (yang berbilang) Ia akan melihat keindahan yang bukan
  dapat dinamakan keindahan lagi. Ia akan nampak Yang Mutlak yang tidak lagi
  terikat (Al Maqyyad), ia akan melihat yang menentukan dan bukan yang
  ditentukan”. 
“Wajah Ku hanya Ku peruntukan bagi
  para yang berdiri di Hadirat Ku; Berita ku baga para Pengenal-Pengenal Diri
  Ku (Arifin)”. 
“Karena itu, bersuci lah engkau untuk
  berdiri tegak (Al Waqfah), Jika tidak demikian hal diri mu, Akan Ku campakan
  engkau, jangan sampai ada atasmu kekuasaan lain selain Ku semata-mata”. 
Dengan pendirian yang demikian, engkau
  akan melihat segala sesuatu selain Allah itu, dengan kelainan yang
  dengan sangat nyara dan berlepas dirilah engkau dari kesemuanya itu”. | 
| 
4.    H  U 
  R  U  F 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
Huruf dirangkai menjadi perkataan,
  dari perkataan menjadi pendapatan; Pendapatan bersama dengan perkataan akan
  menjadi bilangan. Pendapatan disatukan dengan bilangan perkataan, dan
  bilangan perkataan disatukan dengan bilangan pendapatan menimbulkan kekuatan
  magis. Dan atas dasar hukum “Peringatan” hal yang demikian adalah masuk dalam
  kekufuran. 
Hukum bilangan kata adalah hukum
  bantah-membantah (sengketa) yang satu berlawanan dengan yang lain, hal
  demikian membawa kepada kepiluan dan kecemasan, hal yang demikian adalah kemustahilan
  belaka dan menjadikan ketergantungan dan ke guncangan. 
Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat dan
  Af’al (perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka atas Zat Ilahiat. Karena
  sesungguhnya Zat Illahiat itu tidak dapat menerima pembatasan. Zat Illahiat
  itu berada pada tingkat ketinggian, sedang pelepasan (Penanggalan  - 
  Tajried) dan Asma’ dan Sifat adalah urut-urutan yang menurun
  (Tanazzilat). 
Asma’ dengan zat asmanya berdiri tanpa
  perbuatan, asma’ dapat berbuat hanya dikarenakan Zat Allah semata. Dan... sesungguhnya
  persoalannya berkisar bagaikan perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam
  Surga adalah merupakan alat-alat dan perkakas. 
Para Malaikat yang membangun
  Mahligai-mahligai dan memancarkan sumber-sumber mata air, yang menciptakan
  makanan-makanan dan menyediakan minuman-minuman, kesemuanya adalah huruf. Dan
  huruf itu adalah Maqam (kedudukan) yang diberikan kepada para Malaikat, dan
  pra Malaikat tiada kesanggupan untuk melampauinya (melangkah lebih dari batas
  yang ditugaskan padanya). 
Adapun manusia, maka ia memperoleh
  kesanggupan untuk lewat melalui dan melangkah serta melampaui lalu keluar
  daripadanya agar bisa sampai kepada maqam bersanding “Kedudukan bertetangga
  dekat” kepada Zat Illahiat sepenuhnya. 
Allah berseru kepada hamba-Nya : 
“Huruf itu sifatnya lemah, tidak
  berkesanggupan untuk memberitakan tentang dirinya, apalagi memberitakan tentang-Ku. 
Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa
  yang diberitakan oleh huruf. 
Aku jadikan dari rangkaian huruf itu
  menjadi Asma, dan susunannya menjadi bahasa dan beberapa ibarat agar dengannya
  manusia yang menjadi penghuni alam ini dapat berbicara. Jangan dilupakan
  bahwa kesemuanya ini Aku yang menjadikan dan Aku berada di atas segala. 
Apa yang Aku ciptakan sebagaimana
  halnya huruf, tidaklah mempunyai kemampuan hukum apapun atas Ku dan tiada
  menyentuh sedikit pun atas Zat Ku”. 
Telah kukatakan kepada huruf dengan
  gaya huruf itu sendiri, maka tiadalah lesan (penyalur huruf) itu dapat
  menyaksikan Daku dan tiadalah Aku dikenal oleh huruf itu. 
“Barangsiapa yang telah kucintai
  daripada penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu, maka Aku pun
  berkenan berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat (tanpa bahasa dan
  tanpa rangkaian huruf);
  Dan orang itu pun akan diajak bicara oleh batu-batu
  dan bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan terhadap sesuatu “Jadilah”
  maka “Jadi”. Andaikan Ku katakan dengan ibarat, tentu saja ucapan Ku itu akan dikembalikan oleh ibarat kepada diri ibarat itu tentang apa-apa yang diibaratkan dan dengan apa-apa yang diibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian menjadikan tirai pendinding karena kembalinya itu dan sekalipun yang mana berarti tidak dapat berbuat apa-apa”. 
Allah berseru kepada seorang bijak
  (yang sudah mencapai pengenalan sejati) : 
“Enyahkan jauh-jauh dari
  dirimu segala apa yang engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya tarik apapun
  dan dari pengaruh yang bagaimanapun juga, terutama dari
  rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari ilmu pengetahuan, amal-amalmu,
  pengenalan ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan namamu sekalipun. Keluarlah
  engkau dari huruf dan mahruf. 
Lemparkan segala ibarat ke belakang
  punggungmu dan campakan arti makna ke belakang ibarat, dan lemparkan pendapat
  ke belakang arti makna dan masuklah engkau seorang diri (tunggal), niscaya
  engkau akan melihat Aku sendiri. (Itulah
  kebenaran pandangan mata hati) Selanjutnya
  untuk mencapai tingkat yang demikian bagi si salik (orang yang berjalan
  menuju kepada Allah) memerlukan melepas-bebaskan dirinya dari segala sesuatu,
  baik pengetahuannya, ama perbuatannya, sifatnya bahkan diri dan namanya dalam
  ari keluar dari kebanggan diri. Janagan hendaknya sampai terucapkan dari
  lesan “Aku si anu yang telah mencapai derajat demikian, aku adalah seorang
  arif yang bijak, yang berilmu dan yang telah membuat karangan-karangan”.
  Bukan hanya itu saja, tetapi ia harus keluar dari sihirnya, kalimat dan
  fitnahnya ibarat (ucapan) ... keluar dari tabiat dan keinginan-keinginan
  (syahwat)... keluar dari adat istiadatnya, dan dari kesemuanya itu
  dikembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
  (Semata-mata). Ia harus mencuci tangannya (sebersih-bersihnya) baik dari
  pangkat dan kejayaannya serta kekuasaannya. 
Itulah
  sebenarnya penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat Illahy,
  dan itu adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah setiap
  orang, malainan oleh orang-orang tertentu. 
Allah berseru kepada seorang yang Arif
  : 
“Andaikan perjalananmu berhenti hanya
  sampai kepada huruf, lalu engkau dikuasainya sebagaimana tawanan, dan
  terpengaruhlah oleh rahasia-rahasianya, 
  dan tergoda oleh teka-tekinya, agar supaya engkau dapat merajalela
  atas manusia-manusia, niscaya akan Ku catat engkau dari golongan ahli sihir
  yang tidak berjaya, dan dari penyembah-penyembah huruf yang mereka itu adalah
  (terang-terangan) berlaku syirik kepada Ku 
  mereka adalah penyembah-penyembah huruf selain daripada Ku, dan
  menuntut nama itu dari selain Ku”. 
“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu
  tentang rahasia huruf, maka itu adalah suatu malapetaka yang gawat
  segawat-gawatnya. 
Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang
  engkau berada di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal budimu. 
Engkau dapat mengenal rahasia Asma
  (Nama-nama), sedangkan engkau berada di dalam kemanusiaanmu, biscaya gilalah
  akal budimu. 
Hai hamba!! “Tiada ijin bagimu,
  kemudian tiada ijin bagimu, kemudian tujuhpuluh kali tiada ijin bagimu untuk
  membeberkan terhadap apa yang Daku percayakan kepadamu dari rahasia-rahasia
  huruf-Ku dan nama-nama Ku. Dan ... bagaimana engkau masuk ke dalam khazanah
  Ku, dan bagaimana engkau mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf dengan
  keperkasaan Ku dan Kekuasaan Ku, dan... bagaimana engkau melihat Ku???” | 
| 
5.    ARTI AYAT
  : “Dan Bahwa Hanya Kepada Tuhanlah Kesudahan Segala Sesuatu” (Qs. An Najm
  53:42) 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
“Engkau berhasil mendapatkan
  segala sesuatu daripada Ku, maka dimanakah kekayaanmu??? 
“Engkau ku luputkan dari
  segala sesuatu, maka dimanakah kefakiranmu?? 
“Aku yang melindungi engkau dari api
  neraka, maka dimana letak ketenengan dirimu?? 
“Ku menangkan engkau dari Surga, maka
  dimana pula letak kenikmatanmu?? 
“Hanya Aku ketenangan mu, dan di sisi
  Ku kediamanmu, dan di anatara kedua tangan Ku tempat berdirimu, andaikan
  engkau ingin mengetahui”. 
“Akulah, kesudahn itu”. 
“Dan tiada kebahagiaan tana kesudahan
  itu”. 
“Ku ciptakan engkau untuk Ku... berada
  di sanding Ku... supaya engkau menjadi tatapan pandangan Ku dan Aku menjadi
  tujuan pandangan mu”. 
“Aku tidak rela engkau hanya
  berada dalam kedudukan berdzikir saja, atau ibadah saja, maka Ku dirikan
  pintu-pintu dan jalan-jalan. Aku sampaikan engkau agar dapat mencapai untuk
  melihat Ku, sebagaimana
  ayat di bawah ini : 
“Hai
  manusia, sesungguhnya engkau telah bersusah payah dengan kegiatan kerjamu
  untuk menuju Tuhan mu, maka pastilah engkau akan menjumpai Nya” (QS. Al-Insyqaq
  84:6). 
Tafsiran
  dari “Kad khu ilallahi” adalah kerja giat penuh dengan kesungguhan untuk
  tujuan menemui “Nya”. Tanpa jumpa dengan DIA, tiadalah arti ketenangan dan
  kebahagiaan. | 
| 
6.    ARTI  MAKNA 
  “ISLAM” 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
“Hendaklah engkau
  menyerahkan kepada Ku dengan sepenuh hatimu, dan menyerah kepada
  perantara-perantara dengan tubuhnmu; Supaya engkau bersama Ku dengan kemauan
  kerasmu, dan bersama selain Ku dengan akal budimu. 
Maka engkau senantiasa menghimpun
  kemauan kerasmu atas Ku, tiada bagian bagi selain Ku terhadap dirimu kecuali
  hanya kehadiranmu bersamanya, dengan akal budimu saja, maka jangan engkau
  bersukaria atas karunia yang dianugrahkan-Nya kepadamu dan jangan cepat-cepat
  marah kepada orang yang menyakiti hatimu, jangan pula bermegah karena
  kejayaanmu dan menepuk dada menyombongkan ilmu pengetahuanmu. 
Waspadalah, jangan terperdaya terhadap
  karunia-Ku dan jangan putus harapan karena Ujian dan cobaan Ku, dan jangan
  jinak bermanja dengan sesuatu selain Ku”. 
“Laksanakan saja apa yang menjadi
  perintah Ku tanpa menoleh ke belakang, halmu jika demikian sama dengan
  Malaikat Ku yang berkemauan teguh”. 
“Bila negkau berlengah-lengah menanti
  perintah Ku, sedangkan engkau sudah mengetahui, maka hal yang demikian
  terang-terangan engkau melanggar perintah Ku”. | 
| 
7.    SEBUTAN  “AKU” 
“Tidak akan diucapkan kalmiat “AKU”
  melainkan oleh orang yang berkawan dengan kelengahan dan oleh setiap orang
  yang terhijab oleh hakikat : 
Ku, pesona dunia masih mencengkeram
  dirimu, masing-masing akan menyambar dirimu dengan seruan kepada zat dirinya,
  engkau masih saja dalam kegaiban yang kelam daripada Ku. 
Maka apabila engkau telah melihat “AKU”
  dan “Aku” pun telah bernyata di hadapanmu, tetapkan keteguhanmu, maka tiada
  Aku lagi malinkan “AKU”. 
“Telah ku ciptakan untukmu dan untuk
  sesuatu menjadi tujuan, antara lain tujuan itu adalah “Cintamu kepada dirimu
  sendiri” itulah tetesan faham (kalimat) yang engkau warisi, kata-katamu “aku”
  adalah egomu sendiri (AKU berlepas diri dari anggapan yang demikian). Dan
  tidak lain Zat itu melainkan kepunyaan Ku, dan tidak lain “Aku” itu kecuali
  untuk Ku semata. AKULAH yang DIA itu AKU, adapun hakikatmu, bukanlah zat dan
  bukan pula persoalan, hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang
  bersifat wahami (dugaan), hal ini disebabkan karana caramu berpikir dan
  pencapaianmu pada pendakian jiwa dan persoalan. 
Engkau dalam setiap saat terbagi
  kepada “menyaksikan dan disaksikan”, dua menjadi satu dalam bentuk penyatuan...
  jiwa yang mencapai dan persoalan yang dicapai... adapun hakikatmu sendiri
  tersembunyi jauh di balik penyatuan ini, meninggi atasnya, jauh dari segala
  itu semua. Engkau bukan lagi zat dan penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh
  dari Roh Ku, tiada nisbah bagimu melainkan pada-Ku”. 
Engkau tidak mengungkapkan hakikat
  ini, kecuali di kala terangkat daripadamu tirai penutup dan engkau memandang
  Ku, ketika itulah lenyap keadaan dirimu yang menyatu, penyatuan yang bersifat
  serba duga (wahami), lalu engkau menyadari atas hakikat dirimu dan engkau
  dapati dirimu yang sebenarnya yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan,
  tetapi hanya semurni-murninya roh; yang sederhana (Basithah) satu yang tidak
  terbagi, (Jauhar) tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan kepada Ku, maka
  engkau tidak lagi mengulangi dan mengatakan “AKU” tetapi mengatakan
  “Engkaulah Tuhanku”, dan telah engkau ketahui, bahwa “AKU” adalah untuk Ku
  semata, dan bahwa engkau adalah hamba Ku”. 
Seruan Allah kepada para arifin :
  Jikau engkau sudah tiba kepada melihat Ku, maka tidak akan ada tuntutan, dan
  apabila tidak ada tuntutan maka hilanglah sebab,  dan jika sebab telah musnah maka tiada lagi
  nisbah, sempai di sini sirnalah hijab”. | 
| 
8.    ILMU  PENGETAHUAN 
ILMU
  adalah merupakan satu upaya untuk mencapai sesuatu yang terdiri dari
  bagian-bagian dalam ulah lingkungannya, dan penempuhannya diperlukan adanya
  gerak dan perjalanan disertai tata tertib dan peraturan-peraturannya yang
  tertentu yang ada padanya; Yaitu ilmu pengetahuan yang membahas tentang
  ketentuan-ketentuan. 
-         
  Bilmaqadir =
  tentang kadar banyaknya. 
-         
  Alkammiyat =
  dan tentang hubungan-hubungannya 
-         
  Al ‘ilaqat =
  Akan tetapi ilmu itu agak lemah terutama untuk mencapai teka-teki yang
  memerlukan pemecahan, “Apakah ini dan apakah itu (Almahiyat), dan pula untuk
  mencapai hakikat-hakikat yang ada taraf kesudahannya. Dan ilmu itu dalam
  persoalan ini kedudukannya tidak lebih dari alat yang kurang mempunyai
  kesempurnaan yang malahan kadang-kadang menyesatkan.  
Al Imam An Nafri berkata : 
“Ilmu itu sendiri merupakan tirai
  penutup atas apa yang sudah menjadikan pengetahuannya; yang seyogyanya tidak
  demikian halnya. 
Seorang yang banyak berilmu (“Ulama)
  terdinding oleh kesadarannya sendiri, sama halnya dengan si dungu terdinding
  oleh kelengahannya. Sungguh pun begitu ilmu itu mencerai-beraikan  akal si alim, disebabkan karena ilmu itu
  terpetak-petak dalam beberapa bidang dan arah tujuan pemikiran”. 
Ilmu itu sendiri memiliki jalan-jalan
  dan saluran-saluran, lalu sampai kepada cabang-cabang. Tiap-tiap cabang
  mempunyai jalan keluar sendiri-sendiri, sampai di sini tidak dapat dielakkan
  lagi akan terjadinya perselisihan, dan dari perselisihan menjurus ke arah
  kesesatan. 
Akal, setelah mengetahui kesemuanya
  itu, lalu mengadakan penyaringan di antara pelbagai macam
  kemungkinan-kemungkinan, maka terperosoklah ia ke dalam aneka ragam
  kesimpang-siuran.”. 
Dan Allah dalam seruan-Nya
  menyampaikan : 
“Seorang yang berilmu masih dalam
  ikatan serba dua “Menyaksikan dan disaksikan”, begitu pula halnya seorang
  pengenal (Arifin) ... yang tidak... dan yang lain halnya... adalah seorang
  Waqif di Hadirat Ku (orang yang berdiri
  tegak di tempat penghentian pencapaian), ia adalah tunggal... karena dia
  telah sirna (fana) meniadakan ke serba-duaan lagi, menyadari dan kembali pada
  pribadinya sendiri dalam kesederhanaan dan kesatuannya (ringan lunglai terlepas dari daya tarik apappun dan senyawa-menyatu)”. 
“Maka
  seharusnya puncak dari ilmu, akal dan pikiran itu mengembalikan pada
  kedudukan asalnya dari segi bagian-bagian dan kenyataan-kenyataan kepada Yang
  “SATU” ialah Allah Maha Penciptanya. Dari sini bertolak ke arah pengenalan
  (Makrifah) baru dapat disebut orang arif. Tetapi pandang pengenalan seorang
  sufi jauh dari kesemuanya ini, lebih tinggi menjulang dan tidak menilai ilmu,
  karena pengenalannya kepada Allah semata-mata, makrifat yang tunggal,
  mengenal ke Esaan-Nya, dalam sifat-sifat-Nya, Asma-Nya, Af-al-Nya, Taqdis-Nya
  dan ke Maha Sucian-Nya”. 
Selanjutnya Allah berseru : 
Hai hamba yang berilmu! “Bilamana
  ilmumu dapat melepaskan engkau dari ilmu mu, maka engkau akan tiba pada
  perjalanan pengenalan (Makrifat), tetapi kalau engkau menyatu dengan ilmu mu,
  maka ilmu itu akan menjadi penghijab bagimu; Dudukkan ilmu itu pada tempat
  yang seyogyanya menjadi penghantar ke arah makrifat dan bukan engkau yang
  menyatu dengan ilmu mu”. 
“Setelah
  engkau tiba di ambang pintu makrifat, dan memasukinya, maka engkau akan
  terheran-heran dan menginsafi kebodohanmu di hadapan Zat Illahiat dan inti
  mula pertamanya. 
(Kunhiha) serta apa sebenarnya DIA
  (Manhiat) terungkaplah di sini lunglainya pencapaian, itulah pencapaian dan
  kedunguan adalah puncak makrifat, maka terhujamlah dalam sanubarimu akan arti
  sebenarnya dari “ Tiada satupun yang menyamai-Nya”. 
Seorang sufi mewejang : “Kebodohan,
  kedunguan adalah tirai penutup yang asli dan tak mungkin tersingkap tentang
  Zat Ilahiat, kecuali pada Hari Kebangkitan (Kiamat) kala seorang hamba
  dikehendaki-Nya untuk memandang dengan pandangan mata. 
Adapun sebelum itu maka tiadalah mungkin
  melihat Allah dengan terang-terangan, dan apa yang dialami seorang abid ialah
  menyaksikan Allah pada sesuatu yang di dalamnya terdapat bekas dari tangan
  pembuatnya, ayat-ayat-Nya, hikmah-Nya, tadbir-Nya (yang diuraikan-Nya). Dan
  itu merupakan penglihatan akal serta matahati atau melihat Nur-Nya. 
Adapun Zat, akan tetap tinggal
  terselubung oleh selimut gaib yang mutlak. 
Dan di kala seorang abid mencapai
  puncak makrifat, maka ia menyadari akan kebodohannya di hadapan Zat itu; Dan
  menyadari pula akan kelemahan semua usaha-usaha dan cara-cara yang selama ini
  diandalkan; ia akan memulai perjalanannya kepada Allah dengan menempuh
  penyaksian. Maka akan keluarlah ia dari alam nyata selain Allah. Keluar dari
  ilmunya, amalnya, makrifatnya, sifatnya, namanya dan juga keluar huruf dan
  ibarat, dan apa saja yang diibaratkan oleh huruf dan oleh ucapan ibarat. 
Dengan pelepasan, penanggalan
  segalanya itu tadi adalah pintu untuk mencapai “Penglihatan” serta jalan
  masuk menuju “Hadirat-Nya” dan penghentian jalan terakhir dari “penyaksian”
  maka ia masuk didorong oleh kekuatan cahaya yang menetap (tidak membiarkan
  dan tidak meninggalkan). 
Yang demikian adalah, apa yang
  diuraikan dalam gambaran seorang sufi “Penglihatan hati (Ru’yah Qolbiah)
  terhadap Zat yang tertutup terselubung dan terhijab dengan Nur demi Nur-Nya;
  dan itu merupakan permulaan disertai kenyataan yang dikawani oleh poros
  tempat persembunyian segala sesuatu dan (dikawani) pula oleh keadaan dari
  kelenyapan yang sepenuh-penuhnya... tiada sesuatu... selain Nur itu. 
Ketahuilah bahwa Nur itu bukanlah Zat,
  tetapi hanyalah suatu ayat (tanda bukti) dari sekian banyaknya tanda-tanda
  bukti, dan juga sebagai hijab dari sekian banyaknya hijab-hijab dan juga isim
  dari berbagai Asma-Nya (nama-nama-Nya) dan Asma adalah hijab atas yang
  bernama dan yang dinamai. 
Dan ini bukanlah penyaksian pandangan
  mata. Dalam hal ini penyaksian pandangan mata tidak mungkin sama sekali
  selagi di dunia ini, dan tidaklah bagi insan yang memiliki bentuk jasad
  insani. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan dari apa yang terjadi, dan apa
  yang dialami Nabi Musa As. Yang tidak memiliki daya kemampuan memandang,
  hingga jatuh pingsan; dan bukit yang dijadikan contoh tidak pula memiliki
  kemampuan tersebut hingga hancur lumat berbutir-butir, 
Di dalam Al Qur’an surat Al A’raf
  7:143 : 
“Dan
  tatkala Musa datang di tempat yang telah ditentukan, dan Tuhannya
  berkata-kata dengannya, lalu berkatalah Musa :”Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah
  diri-Mu padaku supaya aku dapat memandang-Mu”. Ia pun berfirman : “Tidak
  sekali-kali engkau dapat melihatk-Ku, tetapi pandanglah ke bukit itu; jika ia
  dapat tetap di tempatnya, maka engkau akan melihat pada-Ku”, Maka tatkala
  Allah “memperlihatkan diri” kepada bukit tadi, bukit itupun hancur luluh
  menjadi lumat dan jatuhlah Musa dalam keadaan tak sadar diri. Maka tatkala
  sadar, berkatalah Musa “Maha Suci Engkau! Aku taubat kepada-Mu, dan aku
  adalah orang pertama yang beriman kepada Mu”.  
Perhatikan! Musa tidak jatuh pingsan
  karena melihat Zat Ilahy, tetapi ia baru melihat tajallinya Zat atas sesuatu
  yang lain, yakni bukit itu, baru tajalli-Ny saja, dapatkah engkau
  membayangkan betapa mungkin terjadi jika sekiranya Musa melihat Zat-Nya. 
Dalam ilmu penegtahuan insani terdapat
  segi tantangan, karenanya setiap sesuatu tujuan pemikiran diiringi oleh
  pemikiran akal yang menguraikan kebalikannya. Demikian juga kejahilan insani,
  yang di dalam kejahilannya terdapat tantangan (dari kebalikannya). Tidak
  demikian halnya dengan ilmu pengetahuan Rabbani (Ilahy) yang Ladunni (Ilmu
  yang didapat langsung dari Alloh), maka ilmu yang demikian, begitu juga
  kebodohan yang berupa “pengetahuan ketidaktahuan”, maka ia adalah suatu
  kejahilan yang asli, yang tiada tantangan kebalikannya, karena kejahilan
  terhadap Zat Ilahiat adalah merupakan sampainya kepada hakikat yang terakhir,
  yang berkesudahan (nihaiyah), justru Allah itu Yang Maha Suci (Majhul
  al-Hawiyah) yang tak dapat diketahui karena tiada siapapun yang menyerupai-Nya
  (Dan itulah sifat Zatiyah). 
Allah berseru kepada hamba-Nya : 
“Keluarlah engkau dari
  ilmumu yang kebalikannya adalah kejahilan, keluarlah engkau dari makrifat
  yang kebalikannya adalah pengingkaran... niscaya engkau akan jinak terhadap
  apa yang engkau ketahui, Ilmu itu berseteru dengan kejahilan, dan kejahilan
  itu adalah huruf... kejahilan itu menjadi seteru ilmu dalam kejahilannya
  terdapat huruf”. 
Keluarlah engkau dari huruf,
  niscaya engkau mengetahui ilmu yang tiada seterunya, yaitu Ilmu Rabbani (jika
  engkau sudah sampai ke taraf ilmu ini), maka engkau akan menjahili suatu
  kejahilan yang tiada lagi berseteru dengan kejahilan yang berupa pengetahuan.
  (Al Jahlul Irfani)”. 
“Jika engkau telah mengetahui suatu
  ilmu yang tiada seteru, dan jika engkau menjahili kejahilan yang tiada
  bersetru pula, maka engkau bukan lagi tergolong dari penduduk bumi dan
  langit”. 
“Jika engkau sudah bukan
  lagi menjadi penduduk bumi, maka Aku tidak akan membebani engkau pekerjaan
  ahli bumi; Juga kalau engkau tidak lagi menjadi peduduk langit, maka Akupun
  tidak lagi membebani engkau menjadi pekerja ahli langit”. 
Pekerjaan-pekerjaan ahi bumi
  adalah keserakahan dan kerakusan, kelengahan dan menghambakan diri pada hawa
  nafsu dan kepada semua yang nampak di permukaan bumi ini, yang saling kejar
  mengejar memperebutkan aneka perhiasan. Sedangkan pekerjaan ahli langit
  adalah Zikir dan ta’dziem (membesarkan Nama Tuhan) dan itulah penghambaan
  ahli langit terhadap Tuhan, dan itulah yang menjadikan mereka jinak dengan
  ketenangan kepada Allah. 
Dan penghambaan itu merupakan hijab
  yang terdekat, yang mana Aku dari balik-Nya berhijab pula dengan sifat
  keperkasaan; dan kelengahan itu pun suatu hijab yang jauh, yang mana Aku dari
  baliknya berhijab dengan semua dan apa-apa yang telah Ku ciptakan dari segala
  sesuatu saling pengaruh-mempengaruhi. | 
| 
9.     R A H A S I A 
As-sir (rahasia), adalah laksana
  sesuatu yang terselubung dalam kelembutan dan kehalusan, yang tersembunyi di
  dalam diri manusia, halnya seperti keadaan roh, hati dan matahati. 
Kami biasa mengucapkan : “Naiknya
  sudah sampai pada pencapaian Rahasia Tuhan; 
  ucapan ini rumus untuk sebutan maut, yakni keluarnya roh dari tubuh. 
Dan Allah berseru kepada hamba-Nya : 
Hai hamba!!” Sir mu yang tersembunyi
  itu berkekuatan melebihi kekuatan bumi dan langit. 
Sir mu dapat memandang tanpa biji mata,
  mendengar tanpa daun telinga, Sirmu tidak bertempat tinggal di dalam
  rumah-rumah dan tidak pula makan buah-buahan”. Sirmu tidak mengenal malam dan
  tidak mengembara di siang hari”. 
“Sirmu tidak diketahui oleh akal dan
  pikiran, dan tidak pula berhubungan dengan hukum sebab-akibat.”. 
“Sirmu hidup dalam abad demi abad,
  sedang jasadmu hidup dlam waktu yang ditentukan”. 
“Aku berada di belakang sirmu;..
  Pengetahuan sirmu tidak mengetahui akan Daku, dan isyarat-isyarat sirmu tidak
  sampai menyaksikan Daku”. 
“Bila telah engkau yakin tentang
  sirmu, maka engkau bukan lagi engkau.... sedangkan engkau-engkau itu adalah
  tetap engkau”. 
“Engkau daripada Ku”.... “Engkau
  kemudian daripada Ku” 
‘Sedangkan segala sesuatu di alam
  wujud ini datangnya kemudian daripadamu dapat mengalahkan engkau asalkan
  engkau mengenal kedudukanmu dan membiasakan (melazimi) duduk di dalam
  maqammu, maka yang demikian itu engkau lebih kuat dari kandungan huruf dan
  asma; lebih kuat dari segala apa yang nyata di dalam dunia dan akhirat”. 
“Jika engkau telah meyakini akan
  sirmu, maka yakin pulalah engkau akan Daku; daripada Ku lah adanya segala
  sesuatu. Akulah yang menyatakan segala sesuatu; Akulah yang DIA itu AKU”. 
“Aku tidak berada di dalam sesuatu,
  dan aku berlepas diri dari pada sesuatu, dan tidak pula Aku berdiam di dalam
  sesuatu; dan tidaklah Aku di dalam Aku, dan tidaklah Aku daripada siapa pun,
  dan Aku tidak terjawab oleh pertanyaan “Bagaimana?? Dan tidak pula oleh
  ucapan tanya “Apa” pun”. 
“Aku adalah Yang Maha Esa, Maha
  Tunggal dan menjadi kembalinya segala macam pinta (Shomad) tidak ada yang
  dapat menyatakan adanya menjadi nyata selain Ku”. 
“Aku telah mendhahirkan alam semesta,
  yang bersifat teguh-tetap (alam benda) dan apa bila Aku bernyata niscaya Aku
  akan melenyapkannya, dan apabila Aku berkehendak; niscaya Aku
  mengembalikannya kepada mendahirkannya pula dengan pakaian-pakaian sementara
  , serta aneka ragam logam-logam yang terdapat di mana-mana (Yakni pakaian
  ruang dan waktu ... masa dan mana). 
“Maka peliharalah batasmu antara
  Ma’nawiyah dan tsabatiyah (yang tidak tetap dan yang tetap) antara roh dan
  jasad. 
“Segala sesuatu akan dituntut oleh
  dari mana ia berasal (jasad barasal dari tanah, maka tanah itu akan menuntut)
  dan tiadalah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan berkhusus dengan Ku;
  Tiadalah Aku ditentukan, dan sesungguhnya Aku mutlak (bebas)”. | 
| 
10. SOPAN  SANTUN 
  BERTUTUR  KATA  BERSAMA 
  ALLAH 
Hai hamba !! Janganlah engkau
  menentukan dan menguraikan apa-apa yang menjadi keperluanmu, tetapi hendaklah
  engkau menyembunyikannya, lalu ucapkanlah : 
“YA Tuhan, tengoklah hambamu ini yang
  berdatang sembah dalam keadaan durhaka penuh dosa,... tolonglah akan daku
  dalam urusanku, dakulah semua kemalangan itu,,,, hanya Engkaulah yang dapat
  memilih mana yang baik untukku; dakulah yang bodoh terhadap masalahku di
  antara kedua tangan Mu. Hindarkanlah daripadaku tindak memilih atas-Mu”. 
Hai hamba! “Tindak memohon kepada Ku
  hendaknya diiringi dengan pernyataan yang bijak... maka akan ku perlihatkan
  kepadamu apa yang selama ini engkau sembunyikan dan apa yang engkau nyatakan
  ... katakanlah; 
“Ya Tuhan! Daku bersama Mu sahaja,
  agar tiada satu pun menyambarku dan ditarik mejauh dari Mu, daku bersama Mu
  sahaja, agar tidak mengenal selain Mu; ,,, Jadikanlah daku melihat Mu untuk
  selama-lamanya; Ku mohon apa yang Engkau Ridloi...Anugrahkanlah daku
  kecintaan pada Mu”. 
“Ya Tuhan!! Daku memohon dengan segala
  kerendahan dan sepenuh hati, dapatlah daku menjadi hiasan antara kedua tangan
  Mu; pakaikan untuk ku pakaian indah yang menjadi hamparan tibanya karunia Mu;
  Jadikanlah pula daku selalu memandang Mu menurut kehendak dan kemauan Mu dan
  menjadi sasaran gairah cemburu Mu”. 
Hai hamba! Ucapkanlah kata-katamu
  dengan penuh rasa penyesalan! 
“Tuhanku yang melihat akan daku, maka
  bagaimanakah daku melihat selain Nya. 
Telah daku lihat pula daku saksiskan,
  maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku bersenang-senang dan bergembira
  ria, maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku murung, daku bersedih,
  maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku lapar dan menanggung derita,
  maka sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku kenyang tidak juga sekali-kali
  daku melihat Nya... daku menyembah pada Nya; maka sekali-kali tidak juga melihat
  Nya”. 
“Oh Tuhanku! Kemanakah seharusnys daku
  pergi?  Sedangkan Engkau yang melakukan
  segala tindak”. 
“Tutur kata siapa lagi yang hendak
  daku dengarkan, bukankah setiap lesan mengucapkan tutur kata Mu?  Dengan siapa pula daku menggabungkan diri
  dalam himpunan?  Sedangkan Engkau
  berada di setiap himpunan”. 
“Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkau
  berada di setiap mata yang melihat”. | 
| 
11.  DENGARKAN  ISI 
  PERJANJIAN  PENGANGKATANMU 
Aku ditegakkan berdiri di antara kedua
  tangan Nya; lalu ia berseru : 
“Tiada kufitrahkan padamu agar engkau
  tunduk kepada ilmu pengetahuan, tiada pula Ku didik engkau agar berdiri di
  depan pintu-pintu selain pintu Ku; tida pula Aku mengambil kawan duduk
  semajelis agar engkau mengajukan permohonan pada Ku untuk duduk bersama selain
  Ku. Hendaklah engkau ketahui siapakah engkau, maka pengetahuanmu tentang
  dirimu adalah merupakan suatu peraturan bagimu yang tiada akan roboh, dan
  suatu ketenangan untuk mu yang tiada akan lenyap”. 
“Engkau adalah hamba K”. 
“Engkau hidup dengan Ku, karena tiupan
  roh Ku, dan kepada Ku engkau kembali, dan dengan Ku engkau akan bangkit, dan
  kepada Ku engkau bernasab. Ku ciptakan engkau agar engkau menjadi tatapan
  pandangan Ku, dan engkau akan menjadi pengurai Nama-nama Ku; Ku ciptakan
  dunia ini untukmu dan pula Ku sujudkan kepadamu; dan Ku ciptakan segala
  sesuatu demi engkau, Ku bentuk engkau demi Aku supaya engkau menjadi ahli
  Hadirat Ku; Ku pilih engkau demi kemuliaan himpunan Ku; Ku gemarkan engkau
  bersama Ku; Ku fitrahkan engkau sesuai dengan gambaran Ku”. 
Dengarkan perjanjian wilayahmu
  (Pengankatanmu) : 
“Jangan engkau bertakwil atas Ku
  dengan menggunakan ilmu pengetahuanmu, taatilah hukum-hukum Ku tanpa takwil
  dan tanpa saling berbantah. 
Janganlah engkau menjarak daripada
  Ku... demi untuk kepentinganmu sendiri... manakala engkau keluar, hendaklah
  keluar kepada Ku; dan engkau masuk, hendaklah mesuk pula kepada Ku; dan
  engkau tidur, maka tidurlah dalam penyerahan kepada Ku; dan bila engkau
  bangun, maka hendaklah engkau bangun penuh dengan rasa tawakal kepada Ku; dan
  bila engkau makan hendaklah engkau menyadari bahwa makananmu itu dari tangan
  Ku; dan bila engkau minum, hendaklah engkau menyadari pula bahwa engkau
  meneguk minuman dari tangan Ku”. 
“Mohonlah pertolongan dengan berdo’a
  kepada Ku, agar engkau bisa tegak berdiri di dalam maqammu di antara kedua
  tangan Ku... Kalau tidak ... maka diammu itu menyeru kepadamu tentang apa-apa
  yang telah diketahui perihal dirimu, maka waspadalah engkau kepada Ku, jangan
  sampai diammu itu menjadi seruan kepada dirimu, sedangkan engkau mengesankan
  bahwa diammu itu adalah taqarub (berhampir diri) kepada Ku”. 
“Bagaimana engkau melepaskan
  pendanganmu ke arah langit dan bumi, matahari dan bulan, dan kepada segala
  sesuatu apapun, sedangkan engkau telah mengetahui, bahwa kesemuanya itu
  terang dan nyata daripada Ku. 
Kesemuanya itu mensucikan diri Ku
  dengan menyampaikan puja-pujiannya kepada Ku dan mengucapkan kata tulus
  “Laisa Kamitslihi Syai’un... Tiada satu pun yang menyamai Nya”... Janganlah
  engkau menyingkir dari patokan pandangan yang demikian ini, agar tidak
  dirampas oleh pandangan-pandangan lain. Dan 
  jangan lupa engkau mengeluarkan sifatmu dari cara memandang yang
  demikian, karena nantinya engkau dirampas oleh sifatmu sendiri”. 
“Bila engkau tidak melepaskan sifatmu keluar
  dalam pandangan ini, akan ku tan engkau akan menulis atas dahimu wilayah Ku
  (pemeliharaan Ku), dan akan engkau saksikan bahwa sesungguhnya Aku berada
  bersamamu di mana pun engkau berada. Dan akan ku dudukan engkau di dalam
  maqam ishmad (maqam yang tidak luput dalam penjagaan Ku), dan akan Ku
  tetapkan engkau dalam sopan santun dari segala syahwat keinginanmu, dan engkau
  kan merasakan malu untuk selalu berada di dalam tata cara adat-isitadatmu”.
  SesungBahwa syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji
  kecintaanmu, maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak memilih
  keinginan-keinginan lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu sendiri dan
  tiada lagi Aku menutupi engkau dengan aneka keinginan-keinginan syahwat.
  Ketahuilah, bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad tubuhmu. Adapun
  zatmu maka Ku ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan hanya
  kepada Ku sendiri”. 
“Katakanlah pada lubuk hati nuranimu,
  agar berdiri tegak di anatara kedua tangan Ku, tiada dengan sesuatu dan tiada
  pula untuk sesuatu, niscaya Ku bangun mahligai yang sangat besar di
  belakangmu, dan kekuasaan agung di bawah kedua telapak kakimu. 
Hendaklah engkau memohon
  bantuan hanya dari Ku sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan pula dari
  dirimu, dengan demikian engkau menjadi hamba Ku, berada di sisi Ku dan dapat
  pengertian perihal Ku. 
Hendaklah halmu menjadi demikian
  laksana TUHAN YANG HADIR, dalam alam semesta yang gaib dan pudar. Maka inilah
  hiasan sifatnya barang siapa yang aku malu daripadanya”. | 
| 
12. PENGLIHATAN 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
Hai hamba! “Menundukan kepala ke
  bawah, adalah merupakan lalu-lintas dunia dan akhirat, dan melepaskan
  pandangan adalah merupakan penjara dunia dan akhirat (penglihatan adalah laksana penjara dunia dan akhirat dalam arti jika
  penglihatanmu engkau menjadikan sedemikian rupa, memandang wajah ayu dan
  cantik, maka di balik wajah ayu dan cantik terbukalah pintu penjara dan
  engkau menjadi budaknya, maka engkau akan luput kehilangan arah dari dunia
  dan akhirat)”. 
“Orang yang menoleh ke kanan dan ke
  kiri sudah tidak layak lagi berjalan bersama Ku (karena dia sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu lagi,
  sudah bercerai berai dan tidak lagi mendengar kata-kata Ku)”. 
Hai hamba ! Perihalah hatimu
  dari jurusan matamu, kalau tidak, maka engkau tidak lagi dapat memeliharanya
  untuk selama-lamanya”. 
 Hai hamaba! Peliharalah matamu, niscaya Ku
  jaga hatimu (Yakni Ku pelihara hatimu
  dari ketidaktetapan dan ketidakmantapan) 
“Jagalah syahwatmu, niscaya
  Ku cukupi hajatmu” 
“Peliharalah kedua matamu serta
  serahkan dan tinggalkan kesemuanya pada Ku... bila telah engkau pelihara
  kedua, niscaya terpeliharalah hatimu dalam puri kerajaan Ku (yakni sudah tidak lagi terpengaruh oleh
  perbagai macam yang menarik perhatianmu, dan tidak lagi tergoda dari
  ketidaktetapan dan ketidak mantapan, dan engkau Ku beri kemampuan untuk
  mengarahkan dan menghimpun tekad yang kuat dan kemauan yang teguh. Itulah
  yang Ku maksudkan dengan puri kerajaan Ku) 
Hai hamba! “Jangan engkau memandang
  apapun yang Ku perlihatkan padamu dengan pandangan terpesona yang akan
  menyerumu kepada rasa kepuasan, dan janganlah engkau merendahkan diri
  terhadap pada sesuatu pun. Jika engkau telah terpesona melihat selain Ku,
  lalu engkau merasa tergoda, maka katakanlah : 
“YA Tuhan...
  inilah ujian Mu! Maka Aku akan merahmatimu!” | 
| 
13. TENTANG  “JAUH DAN DEKAT” 
Hai hmba! “Berulang kali Ku
  perkenalkan diri Ku padamu, tetapi engkau belum juga mengenal Ku, hal yang
  demikian berarti engkau menjauhkan diri daripada Ku. Engkau sudah mendengar
  tutur-kata Ku dari lubuk hati sanubarimu, tetapi engkau belum juga mengetahui
  bahwa itu adalah kata-kata Ku, hal yang demikian sama halnya engkau telah
  menjauhkan diri daripada Ku”. 
“Engkau dapat melihat dirimu,
  sedangkan Aku lebih dekat dari dirimu, itulah pengertian menjauh yang
  sebenarnya”. 
Hai hamba! “Engkau akan tetap tinggal
  terhijab dengan hijab tabiatmu sendiri; Sekalipun telah Ku ajarkan padamu,
  ilmu pengetahuan Ku, dan kerap juga engkau mendengarkan kata-kata Ku, hingga
  engkau berpindah kepada kedudukan bekerja dengan Ku”. 
Adapun si Waqif (Yang berhenti dan
  berdiri tegak di Hadirat Ku) maka ia telah memasuki tipa rumah, maka tiada
  lagi rumah-rumah yang dapat menampungnya; ia sudah merasakan segala macam
  minuman tetapi masih tetap merasa dahaga; lai ia sampai ke pada Ku, dan Aku
  adalah tempat tinggalnya, dan di sisi Ku adalah tempat penghentian dan
  berdirinya. 
Al Waqwah (penghentian
  untuk berdiri tegak di Hadirat Allah), adalah di
  balik apa yang dikatakan, dan makrifat itu adalah puncak yang di katakan,
  sedangkan ilmu pengetahuan itu adalah apa yang dapat di katakan. 
“Bila engkau melihat selain Ku, takan
  dapat lagi enggkau melihat Ku” 
“Jangan putusa harapan daripada Ku...
  Andaikan engkau datang kepada Ku dengan segala ucapan dan tutur kata yang
  buruk, maka ampunan Ku lebih besar lagi. Dan jangan pula engkau bercanda dan
  berani pula kepada Ku. Andaikan engkau mendatangi Ku dengan semua uacapanmu
  dan tutur katamu yang baik, tentu hujat Ku lebih utama”. | 
| 
14. KHUSUS   DAN  
  UMUM 
Allah berseru kepada hamba-Nya.
  (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).  
“Bukanlah suruhan Ku yang berupa ilmu
  pengetahuan yang Ku tujukan kepadamu, dari jurusan hatimu, itu untuk
  memindahkan kedudukanmu dari umum kepada khusus. 
Bukan pula di kala Aku memerintahkan
  kepadamu untuk membuang segala apa yang Ku berikan padamu berupa ilmu-ilmu
  dan pengetahuan-pengetahuan itu demi kegairahan Ku atasmu. Dan bukan pula
  supaya Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu semua adalah agar engkau keluar daripada
  makrifat kepada penyaksian, dan dari khusus yang tingkat khususnya khusus,
  supaya negkau utuh untuk Ku, sebagaimana Aku menjadi untukmu, menjadi sasaran
  pandanganmu dan engkau menjadi sasaran pandangan Ku”. 
“Tiada lagi antara Ku dan antaramu
  batas pemisah sesuatu pun, baik nama-nama Ku, atau ilmu-ilmu Ku apalagi
  nama-nama atau ilmu-ilmumu”. 
“Hendaklah engkau titipkan namamu
  kepada Ku sampai tiba saatnya Aku menjumpaimu dengan (nama). Jangan ada lagi antara Ku antaramu nama, ilmu dan makrifat
  yang membatasai, maka untuk Hadirat Ku telah Ku bentuk engkau bukan untuk
  hijjab. Maka pada Hadirat Ku tidak satupun lagi yang mampu
  menguasaimu, karena sesungguhnya engkau adalah kemudian daripada Ku, dan
  sesuatu apapun yang Ku nyatakan adalah kemudian daripadamu”. | 
| 
15. SETIAP
  YANG BERBEKAL AKAN TERKALAHKAN 
Aku ditegakkan berdiri di atas
  permukaan laut, maka kulihat bahtera demi bahtera saling tenggelam, yang
  tersisa hanya keping-keping papan yang berserakan di sana-sini” Kemudian tiba
  saatnya papan-papan itu tenggelam juga. Lalu Dia berseru kepadaku : “Tiada
  satupun yang naik di permukaan laut itu akan selamat, dan setiap yang
  berbekal akan terkalahkan”. 
Ia pun berseru pula : “Barang sapa
  yang mau menerjunkan dirinya dan tidak mau naik, berarti mau menghadang
  bahaya”. 
Lanjutnya : “Siapa yang naik juga dan
  tidak mau menempuh bahaya, niscaya akan binasa!”. 
Dan kata Nya : “Dalam menempuh bahaya
  masih ada sebagian darapan dari keselamatan”. Dan ombak yang ketika itu
  datang menggunung menganggkat pula apa-apa yang ada di bawah permukaan laut
  dan dihempaskan ke tepi pantai. 
Lalu kata Nya : “Cahaya terang di atas
  permukan laut tak dapat di capai, dan dasar laut yang gelap gulita tak dapat
  dikuasai, dan di antara keduanya ikan-ikan juga tidak dapat terjamin
  keselamatannya”. 
Dan lanjut Nya pula : “Jangan engkau
  naik ke permukaan laut, maka Aku akan menghijabmu dengan bekal bawaanmu
  sendiri dan jangan pula terjun ke dalam laut, yang demikian halnya sama saja;
  Aku tetap akan menghijab dengannya”. 
Lalu kata Nya kepadaku : “Di laut itu
  ada batas-batas, maka yang mana yang akan mendukungmu?”. 
Dan kata Nya : “Bila engkeu merelakan
  dirimu pada lautan, lalu engkau terjunkan dirimu ke dalamnya, tidak yang
  demikian menjadikan dirimu sama dengan hewan laut”. 
Dan kata Nya : “Terperdayalah engkau!
  Jika Aku menunjukan engkau atas selain Ku!” 
Kata Nya pula : “Bila engkau
  membinasakan dirimu berkorban untuk selain Ku, maka engkau adalah bagi siapa
  yang engkau rela berkorban itu” 
Dan kata Nya : “Dunia itu bagi barangsiapa
  yang Ku singkairkan jauh daripada dunia, dan bagi barangsiapa yang Ku
  singkirkan dunia itu daripada dirinya; Dan akhirat itu bagi barangsiapa yang
  Ku datangkan untuk menghadap (mendekat) kepadanya, dan Ku jadikan pula ia
  suka menghadap kepada Ku”. | 
| 
16.  MASUKLAH  PADA “KU” SEORANG DIRI 
“Hendaklah engkau bekerja tanpa
  melihat pekerjaan itu : 
Hendaklah engkau bersedekah tanpa
  memandang sedekah itu! 
Engkau melihat amal perbuatanmu walau
  baik sekalipun, tidak layak bagi Ku untuk meandangnya, maka janganlah engkau
  masuk kepada Ku dengannya. 
Sesungguhnya jika engkau
  datang kepada Ku berbekal amal perbuatanmu, maka akan Ku sambut dedatanganmu
  dengan penagihan-penagihan dan perhitungan. Dan jika engkau mendatangi Ku
  dengan ilmu pengetahuanmu, maka Ku sambut dengan tuntutan. Dan jika engkau
  mendatangiku dengan makrifat, sambutan Ku adalah Hujat, sedang hujat Ku lebih
  utama dan lebih seharusnya. 
 Hendaklah engkau singkirkan ikhtiar
  (memilih), niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan. Hendaklah engkau lepaskan
  ilmu pengetahuanmu, amal perbuatanmu, makrifatmu, sifatmu, namamu dan dari
  segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau bertemu dengan Ku seorang
  diri. 
Bila engkau menemui Ku, dan ada di
  antara Ku dan antaramu sesuatu dari kenyataan-kenyataan itu, sedangkan
  Aku-lah yang menciptakan segala yang yang nyata, Aku lebih dahulu
  menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna mendekatimu, maka janganlah
  engkau membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui Ku, jika masih saja demikian
  halmu, maka tiada kebaikan daripadamu. 
Jika engkau mengethaui di kala engkau
  masuk kepada Ku, pastilah engkau akan memisahkan diri dari para Malaikat,
  sekalipun mereka itu saling bantu-membantu kepadamu, karena keenggananmu maka
  hendaknya jangan ada lagi penolong selain Ku. 
Jangan engkau melangkah ke luar dari
  rumahmu tanpa mengharapkan keridaan Ku, karena Aku-lah yang bakal menunggumu
  dan menjadi petunjukmu. 
Temuilah Aku dalam kesendirianmu,
  sekali atau dua kali sehabis menyelesaikan shalatmu, niscaya Ku jaga malam
  dan siang harimu, Ku jaga pula hatimu, Ku jaga pula urusanmu, juga kemauan
  kerasmu. 
Tahukah engkau bagaimana hendaknya
  engkau datang menjumpai Ku seorang diri? Hendaknya engkau melihat tibanya
  Hidayah Ku kepadamu, karena kemurahan Ku bukan karena amalmu engkau memperoleh
  pengampunan Ku dan bukan pula oleh ilmu pengetahauanmu. 
Serahkanlah kembali kepadaku buku-buku
  ilmu pengetahuan, dan catatan-catatan amalmu, niscaya Ku buka kedua tangan
  Ku, Ku terima dan Ku buahkan dengan keberkahan Ku dan Ku lebihi dengan
  kemurahan Ku”. | 
| 
17. BERDIRI
  DI ANTARA KEDUA “TANGAN ALLAH” 
“Bila engkau didatangi Kalam (pena),
  lalu ia mengatakan kepadamu : “Ikutlah aku! Ketahuilah yang berada di sisi
  ilmu itu adalah Aku, hendaknya mendengar daripada Ku, akulah yang
  menggariskan rahasia-rahasia itu. Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku
  saja, tidaklah engkau dapat melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah
  kepada “Kalam”. Enyahlah daripadaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah
  yang menyatakanmu, dan yang memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan
  engkau, yang menciptakan aku adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku
  mendengar dan daripada mu, kepada Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu. 
Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku
  terhijab, bila ku serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi lemah, bila aku
  mengikutimu nicaya akau jatuh di perbatasan dan menemui beberapa persimpangan
  yang tidak menetu jurusannya. 
“Bila mendatangi engkau
  Arasy... dengan serba kemegahannya yang memepesonakan, diiringi pula oleh
  para Malaikat yang tak henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke
  arah dirinya, maka sahutilah panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy!
  “Perhatianku bukan di sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!. 
. Perhentianku
  di sisi Allah yang menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di dalam
  arena ke Agungan dan Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan
  perhiasan, maka berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya,
  memerlukan bantuan Nya.  Adapin Dia
  maka Dia berdiri dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari
  pada Nya. Keagungan Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya. 
“Bila engkau berkehendak supaya jangan
  ada sesuatupun yang melintas kepadamu selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke
  luar (melepaskan diri) dari segala yang nyata, maka
  hendaklah engkau berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu  (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan
  melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai
  kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain
  dan Ku isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di
  sisi Ku”. 
“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat
  Ku, bukan untuk mendengar daripada Ku, dan bukan untuk mendapat tahu daripada
  Ku, dan bukan untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling
  pandang-memandang, tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba
  saatnya Aku bersabda kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah engkau
  menangis, menyesali sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu yang telah
  lanjut berlalu. 
“Bila engkau telah berdiri di Hadirat
  Ku, jangan hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga andaikan engkau
  dijumpai, di kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi,
  engkau akan tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”. 
“Bila engkau telah mengenal, bagaimana
  engkau berdiri di antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku
  semata, bukan untuk keperluan apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata
  Ku, maka sesungguhnya engkau telah mengenal ka Agungan Hadirat Ku”. 
“Dan barang siapa sudah mengenal akan
  ke Agungan Hadirat Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan
  menjadi ahli pemeliharaan Ku”. 
“Bila engkau di datangi oelh pendatang
  (A Warid) yaitu Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari Tuhan), maka
  hendaklah engkau ucapkan :  
“Yaa man auradal waarida asy hidnii
  malakuuti birrikafii dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika” 
“Wahai
  Allah yang mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih sayang
  Mu dalam zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan dalam
  zikirku kepada Mu dalam engkau mempersaksikan. | 
| 
18.  KEGAIBAN, PENGLIHATAN DAN PENYAKSIAN 
Kegaiban (ketidak hadiran) adalah
  sesuatu kelalaian, hal yang demikian banyak dirasakan oleh manusia-manusia
  ahli dunia, disebabkan karena melihat sesuatu pada zat dirinya, maka yang
  demikian itu bagaikan membuka peluang untuk disambar oleh sesuatu-sesuatu
  itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling panggil-memanggil hingga engkau akan
  terbagi-bagi di antaranya dan tercerai-beraikan oleh panggilan masing-masing
  itu. 
Jelas yang demikian membuatmu gaib
  daripada Yang Maha Tunggal lagi Berdiri Sendiri. Hanya dengan Pertolongan Nya
  engkau dapat tegak berdiri, tetapi engkau alihkan penglihatanmu untuk segala
  sesuautu hingga engkau menerjunkan diri untuk mendapatkan agar memilikinya,
  atau waspada daripadanya, takut ke padanya, merendah-rendah membujuk
  merayunya. 
Adapun Penglihatan, maka ia adalah:
  ‘Penglihatanmu kepada Allah dan Kekuasaan Nya atas segala sesuatu itu,
  menunjukan betapa lemahnya segala sesuatu itu dengan zat dirinya
  masing-masing, dan sangat sedikit sekali daya upaya, yang hanya merupakan
  suatu pinjaman dari Allah yang membentuknya serta mendirikannya, maka
  kesemuanya itu tiada berkemampuan untuk menarikmu dengan zat-zatnya, dan
  lemah sekali untuk membagi-bagikan kesan dan lemah pula untuk mempengaruhimu
  dengan segi-segi yang mencerai beraikan. Hanya Allah sajalah Zat Yang Maha
  Suci yang dapat menghimpun kemauan kerasmu kepada Nya. Dan menyatakan Nya di
  balik cela-cela sesuatu itu yang dapat melenyapkan zat-zatnya dan zat
  dirinya. 
Adapun Penyaksian, maka ia adalah :
  “Penghapus leburan segala sesuatu dengan tata laksana ke dalam Nur Illahiat
  yang melimpah ruah yang meliputi segala-galanya, dan itulah yang kami
  istilahkan “Penyaksian dengan Hati”. | 
| 
19. 
  HIJAB 
  HIJAB  
Hijab-hijab Zat Ilahiat itu, dala lima
  : 
1.     
  Hijab A ‘yan (A’yan = segala mahluk yang
  diciptakan oleh Allah). 
2.     
  Hijab Ilmu 
3.     
  Hijab Huruf 
4.     
  Hijab Asma (Nama-nama) 
5.     
  Hijab Kejahilan (kebodohan) 
Dunia
  dan akhirat dan apa yang ada di antara keduanya dari makhluk-makhluk, adalah
  hijab A’yan dan setiap “ain (mata) dari kesemuanya itu adalah hijab A’yan
  atas dirinya sendiri dan hijab atas selainnya. 
Dan Hijab Ilmu dikembalikan pada hijab
  a’yan, karena ilmu itu hasil pembahasan terhadapnya dan terhadap pada
  peraturan-peraturannya. 
Dan hijab huruf adalah hijab hukum... 
Dan Asma (nama-nama) adalah hijab atas
  apa yang dinamai.. 
Terakhir adalah Hijab Kejahilan
  (kebodohan) yang mana tidak dapat diungkapkan melainkan pada Hari Kebangkitan
  (Hari kiamat). | 
| 
20.  APA-APA  YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA 
1.     
  Hai hamba “Bila engkau telah menghilangkan
  (melalaikan) hikmat kebijaksanaan apa yang telah engkau ketahui, maka apa
  yang akan ngkau perbuat dengan ilmu yang tiada engkau ketahui itu ? 
2.     
  Hai hamba! “Kesedihan yang menimpa dirimu, adalah
  kesedihan yang sebenar-benarnya, (yakni bilai engkau telah melalaikan Daku,
  maka sesungguhnya engkau telah melalaikan 
  sesuatu yang tiada lagi gantinya). 
3.     
  Hai hamba! “Jika bukan karena Shomad Ku (shomad =
  kesudahan dari semua pinta), niscaya engkau tidak menemukan tujuan
  permintaanmu. Dan jika bukan karena Dawam Ku (dawam = yang terus menerus
  tanpa hentinya) niscaya engkau bosan, 
4.     
  Hai hamba! “Aku lebih utama bagimu daripada apa
  yang Kunyatakan, sedangkan engkau lebih utama bagi Ku dari apa yang Ku
  sembunyikan. 
5.     
  Tanda ampunanku di dalam suatu ujian, ialah bahwa
  ujian itu menjadi suatu ilmu pengetahuan bagimu. 
6.     
  Siapa yang Ku bodohkan, Ku beri dalih dengan
  kejahilan, Aku bermuslihat dengan ilmu pengetahuan Ku terhadap siapa yang Ku
  bodohkan. 
7.     
  Hai Hamba! Andaikan Ku beritahukan padamu apa yang
  terkandung di dalam penglihatanmu itu, maka pastilah engkau akan merasa sedih
  masuk ke dalam surga. 
8.     
  Hai Hamba! Barang siapa yang sudah melihat Ku,
  maka ia akan dapat melampaui “ucapan dan diam” dan melangakahi “Ilmu
  pengetahuan dan kebodohan” dan melangkahi epmbatasan. 
9.     
  Hai Hamba! Manakala engkau memohon, hendaklah
  engkau berdiri menghadap kepada Ku, niscaya engkau Ku beri, Jangan
  sekali-kali engkau berdiri menghadap kepada permohonanmu, yang demikian
  membuatmu terhijab dan Ku tolak. 
10.  “Aku sendiri
  adalah bukti nyata, dan tiada selain Ku yang dapat dijadikan bukti. 
11. 
  Tanda-tanda keyakinan adalah keteguhan,
  dan tanda-tanda keteguhan adalah keamanan dalam menghadapi bahaya. 
12.  Siapa yang
  menyembah kepada Ku demi wajah Ku, niscaya akan kekal. Siapa yang menymbah
  pada Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa kelanjutan; dan
  siapa yang menyembah pada Ku karena rakus dalam kenikmatan Ku, niscaya akan
  putus. 
13. 
  Jika engkau makan dari uluran tangan Ku,
  niscaya jasad tubuhmu tidak akan menaatimu untuk engkau ajak bermaksiat pada
  Ku. 
14.  Hai hamba!
  Buatlah bendungan di depan pintu hatimu, dan jangan diperkenankan masuk
  selain Ku, engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas bendungan itu dan
  tinggalah sekali di dalamnya, hatimu adalah rumahku, sampai tiba saatnya
  saling jumpa dalam pertemuan. 
15. 
  Letakkan dosa-dosamu di bawah telapak
  kakimu, dan letakkan kebaikanmu di bawah dosa-dosamu. 
16.  Huruf itu
  adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah ilmu Ku, sedangkan engkau adalah hamba
  Ku, bukan hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku. 
17. 
  Hai Hamba! Jangan engkau berdiri di persimpangan,
  niscaya engkau akan diarahkan ke perbagai jurusan, dan janganlah engkau
  berdiri di dalam ilmu, niscaya engkau akan diarahkan ke pelbagai
  pengetahuan-pengetahuan, dan janganlah engkau keluar dari Hadirat Ku, niscaya
  engkau akan disambar kenyataan-kenyataan. 
18.  Hai Hamba!
  Bila engkau tertawan oleh nama Ku, niscaya engkau akan diserahkan kepada
  namamu sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku, maka engkau akan
  diserahkan kepada sifatmu sendiri, dan bila yang menahanmu selain dari Ku,
  niscaya engkau akan dikembalikan kepada dirimu sendiri, dan bila dirimu
  sendiri yang mengambilmu maka engkau akan diserahkan kepada musuh dirimu. 
19.  Hendaklah
  engkau berdiri di Hadirat Ku; jika engkau berkata-kata, maka itulah tutur
  kata Ku; jika engkau menghukum, maka Akulah hakim itu. 
20. 
  Huruf dan apa yang diuraikan oleh huruf
  adalah serambi ilmu, dan ilmu itu adalah serambi makrifah, dan makrifah
  adalah serambi nama, dan nama itu adalah serambi dari apa yang dinamakan. 
21.  Hai hamba!
  Engkau telah menerima baik setiap undangan, mengapa undanganKu tidak?? Hai
  hamba! Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya perbuatanmu pun akan
  bergantung padaKu; jika perbuatanmu sudah bergantung pada Ku, maka akan
  berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat kepada Ku, dan akan masygul lah
  hati dan batin mu. Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku, dengan demikian Ku buka
  pintu untukmu, agar engkau dapat bergantung pada Ku. 
22.  Hai hamba!
  Jangan engkau berputus harapan daripada Ku, niscaya engkau terlepas dari
  perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa daripada Ku, sedangkan dalam
  hatimu terdapat utusan Ku dan juru bicara Ku. 
23.  Hai Hamaba!
  Penghuni maqam-maqam itu adalah daripada Ku, mereka tidak menghendaki apapun
  dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula jinak pada sesuatu apapun. 
24.  Bila tiba hari
  kiamat, maka berdatanganlah jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku. Apabila di dunia
  Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka terbukalah hijab, tetapi jika
  tidak, maka tetaplah sebagaimana adanya dahulu. 
25.  Hai hamba!
  Jika engkau berada di sisi Ku, tiada satupun di alam semesta ini yang
  membekas pada dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau peroleh ,
  dan tiak pula menyesali apa yang luput daripadamu. Engkau berada di sisi Yang
  Maha Pencipta Segala, engkau telah cukup kaya, tidak memerlukan lagi apa-apa
  yang ada di alam semesta. 
26.  Hai hamba!
  Jika dirimu menentagmu, maka laporkan tantangannya kepada Ku. 
27.  Hai hamba!
  Segala sesuatu Ku beri keperkasaan untuk menyambarmu dari dirimu sendiri,
  maka jika terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan pertolongan Ku.
  Maka akan Ku perlihatkan keperkasaan Ku, lalu Ku himpun engkau dengan
  keperkasaan Ku. 
28.  Hai Hamba!
  Akulah Allah. Telah Ku jadikan segala sesuatu itu mempunyai kelemahan
  (ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan itu kefakiran. 
29. 
  Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah
  yang memarahi dirinya sendiri demi Aku, dan tidak rela pada dirinya sendiri;
  Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang tetap berzikir kepada Ku tanpa
  diselingi oleh kealpaan. 
30.  Hendklah
  engkau jadikan terjemahn, tafsiran dan huruf-huruf itu sebagai alat dan
  kendaraan untuk sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata. 
31.  Hai hamba!
  Janganlah engkau menukarkan Daku dengan sesuatupun, maka tiadalah sesuatu
  yang memadai dan menanadingi Ku. 
32.  Hai hamba!
  Jangan hendaknya engkau menyertai yang fana. Hai hamba! Hendaklah engkau dala
  segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus padamu pada hari Aku bernyata
  suatu tanda dan alamat yang akan meneguhkanmu, maka engkau tidak dikenai oleh
  kengerian dan ketakuatan, dan tiada pula digemparkan oleh apa yang
  mendahsyatkan. 
33.  Hai hamba!
  Engkau akan bebas di dlam maqam Hadirat Ku! Tiada satu pun baik
  perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan menyeru
  padamu. 
34.  Hai hamba!
  Kosongkanlah hatimu dari kedamaian apapun, niscaya engkau tidak lagi punya
  tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka apa yang bertentangan akan
  menjadi tandinganmu. Yang damai akan mengakibatkan keselamatan dan yang
  bertentangan akan mengakibatkan kebinasaan. 
35.  Hai hamba!
  Sekali-kali engkau tidak akan mengenal Ku, sebelum engkau melihat bagaimana
  Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan dan kelezatan, yang mana engkau
  sendiri telah mengetahui terhadap seseorang yang durhaka, maka engkaupun akan
  rela terhadap apa yang Ku jauhkan daripadamu, dan engkau akan mengetahui akan
  apa yang Ku palingkan, agar Ku jauhkan engkau dari hijab Ku. Hai hamba!
  Ketahuilah bahwa ada suatu janji antaramu dan antara ahli dunia ini akan
  lenyap, dan engkau akan melihat kedudukanmu dan kedudukan ahli dunia ini. 
36.  Yang berdiri
  di anatar kedua tanganKu, tangannya akan menjulang tinggi atas langit dan
  bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia akan berpaling menoleh
  kepada kesemuanya ini. Akulah yang mencukupinya... tiada dasar makrifatnya
  kecuali di atas landasan Ku; dan tiadalah ilmu pengetahuan serta renungan
  hatinya melainkan berkisar antara kedua tangan Ku. 
37.  Hai hamba!
  Robohkan apa yang telah engkau bangun dengan kedua tanganmu, sebelum Aku
  merobohkan dengan kedua tangan Ku. 
38.  Engkau adalah
  hamba selama engkau di kuasai. 
39.  Hai hamba!
  Bila engkau tidak melihat Ku di dalam sesuatu, maka penglihatanmu adalah
  kelalaian belaka. 
40.  Hai hamba!
  Bila engkau telah melihat Ku di dalam du hal yang saling bertentangan dengan
  sekali pandang, maka sesungguhnya Aku sudah memilihmu untuk diri Ku. 
41.  Hai hamba! Di
  dalam Aku melemahkan engkau di antara orang-orang yang lemah, dan menguatkan
  engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah engkau merasakan cinta Ku. 
42.  Hai Hamba!
  Tidaklah dapat dibenarkan saling bertutur kata, melainkan yang satu berkata
  dan yang lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan dengarkan tutur kata Ku. 
43.  Hai hamba!
  Engkau telah membuat rumus dan telah engkau terangkan pula maksudmu dengan
  kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga. 
44.  Hai Hamba!
  Hendaklah engkau perhatikan apa yang dengannya engkau menjadi baik, itulah
  harga dirimu di sisi Ku. 
45.  Penglihatan
  itu adalah suatu ilmu yang mengekalkan, maka hendaknya terus engkau ikuti,
  dengan demikian akan membawa kemenangan bagimu atas dua hal yang saling
  berlawanan. 
46.  Hai hamba!
  Jangan hendaknya engkau jinak pada sesuatu selain Ku, lalu engkau menuju
  kepada Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku kembalikan engkau pada
  sesuatu itu. 
47.  Dengan sikap
  membenci dunia adalah lebih baik daripada beribadah untuk akhirat. 
48.  Rumahmu di
  akhirat kelak yang daripada Ku, laksana hatimu sekarang di dunia ini daripada
  Ku. 
49.  Hendaklah
  engkau tidur, sedang engkau melihat pada Ku, begitulah nanti di kala Aku
  mewaafatkan engkau, engkau akan melihat pada Ku. 
50.  Hendaklah
  engkau bangun dari tidurmu, sedangkan engkau melihat pada Ku, begitu pulalah
  nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat, engkau akan melihat pada
  Ku pula. 
51.  Hai hamba!
  Ketahuilah bahwa penyakit dan obat itu bagi orang yang lalai. 
52.  Salian Ku
  tolak engkau dengan pelbagai hijab, kemudian Ku buka untukmu pintu-pintu dan
  lorong untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku bagimu agar engkau
  melintasi hijab itu menuju kesudahan pintu-pintu itu. 
53.  Hai hamba! Aku
  bukannya untuk sesuatu, lalu sesuatu itu akan meliputi Ku, bukan pula engkau
  untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi sesungguhnya engkau
  hanyalah untuk Ku dan dengan Ku. 
54.  Hai hamba!
  Jangan dikira setiap yang terbuka itu dapat dilihat. Aku adalah Raja yang
  terbuka dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan Keperkasaan. 
55.  Hendaklah
  engkau melihat segala sesuatu sedangkan engkau melihat pada Ku, sama halnya
  dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak dapat menghukum padamu. 
56.  Hai hamba!
  Engkau ditimpa suatu persoalan, maka katakanlah “Tuhanku! Tuhanku! Niscaya Ku
  jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!! 
57.  Bila engkau
  melihat Ku, sedangkan engkau tidak melihat apapun yang daripada Ku, maka
  sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-benar. 
58.  Hai hamba!
  Bila engkau melihat Ku, berarti engkau berada di sisi Ku; bila engkau tidak
  melihat Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka selayaknya engkau
  berada di sisi siapa yang datang dengan membawa kebaikan. 
59.  Hai hamba! Aku
  telah memuliakanmu dan Ku jadikan segala sesuatu itu bersikap lembut dan
  lunak kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan berhentimu sampai di
  situ, sangat sekali Ku sayangkan! Demi perhatian terhadap padamu dan atasmu. 
60.  Hai hamba!
  Bila engkau telah melihatku! Tiadalah akan sirna bahaya itu sebelum sirna
  angan-anganmu. 
61.  Bila engkau
  telah menafikan (meniadakan) apapun selain Ku, niscaya engkau akan bertemu
  kepaa Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku ciptakan dari
  kebaikan-kebaikan itu. 
62.  Engkau menjadi
  hamba assiwa selama engkau telah melihat bagi dia bekas. 
63.  Barangsiapa
  telah melihat Ku, niscaya ia akan menyaksikan bahwa sesuatu itu adalah milik
  Ku, dan barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu itu adalah milik Ku,
  engganlah ia mengadakan tali hubungan dengannya, dan selama engau mengikatkan
  tali hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi engkau melihat bahwa
  sesuatu itu kepunyaanmu dan di segi-segi lain engkau melihat bahwa sesuatu
  itu adalah milik Ku, niscaya engkau tidak akan mengikatkan tali hubungan. 
64.  Hai hamba!
  Ucapkanlah : “Labbaika Wasa’adaika Walkhairu Bika
  Waminka Wailaika Waiyadaika” Artinya : Aku selalu menaati Mu, Menuruti Seruan Mu, dan kebaikan itu adalah
  dengan Mu, daripada Mu, kembali kepada Mu, dan di kedua tangan Mu”. 
65.  Hai hamba!
  Hilangkanlah kebiasaanmu berikhtiar (memilih) niscaya akan Ku buang sama
  sekali tuntutan Ku itu. 
66.  Hai hamba!
  Manakala negkau telah melihat Ku, maka apapun selain Ku (Assiwa) kesemuanya
  itu adalah merupakan suatu dosa. 
67.  Hai hamba! Aku
  telah mencintaimu, lalu Aku bermaqam di dlam makrifatmu terhadap segala
  sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala sesuatu dan mengingkari segala
  sesuatu. 
Hai hamba!
  Bila engkau telah melihatKu, maka hendaklah engkau berada di dalam kegaiban
  laksana jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala sesuautu tanpa hentinya. 
68.  Hai hamba!
  Perselisihan itu disebabkan oelhe pertentangan kebalikannya *Adh dhiddah),
  sedangkan melihat pada Ku, tiada satu pun pertentangan maupun perlawanan. 
69.  Hai hamba!
  Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk datang menjumpai
  Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah Aku maqamkan engkau
  dengan selain Ku. 
70.  Hai hamba!
  Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku bertutur kata, yang mana dengan
  Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk mengulang baca”. Yang dimaksud adalah (QS. Al Isra’ 17:111). 
71.  Hai
  hamba! Akulah yang membangkitkan keinginan-keinginan, cita-cita, maka bila
  engkai didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya Tuhan! Selamatkanlah
  kami dari utusan-utusan Mu”. 
72.  Hai hamba!
  “Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan putus segala sebab
  musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan putus segala
  nisbah. 
73.  Aku telah
  menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara hukum Ku dan
  hukummu. 
74.  Pengetahuan-pengetahuan
  yang bersumber dari selain Ku, dapat diingkari oleh pengetahuan-pengetahuan
  yang berasal daripada Ku. 
75.  Ucapan segala
  sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala sesuatu terhijab
  oleh ucapannya sendiri. 
76.  Makrifat yang
  bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat menyeru. 
77. 
  Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan
  dengan ilmu pengetahuan, dan Aku lebih jauh untuk dicapai dengan ilmu
  penegetahuan. 
78.  Aku ditegakkan
  berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan pertanyaan :
  Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak....... Lalu ia berkata pula
  : Sekali-kali tiadalah engkau dapat melihat Ku melainkan di antara kedua
  tangan Ku.  Inilah dia! Engkau
  menyingkir dan melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku
  lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau
  mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku baik-baik, jangan sampai hilang karena
  bila hilang, kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan sebutan kata
  “AKU” maka hendaknya engkau mempercayainya, maka sesungguhnya Aku telah
  membenarkan; Dan bila dia mengatakan padamu kata “dia” maka hendaknya engkau
  mendustakan dia, karena Aku telah mendustakan dia. 
79.  Telah
  terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling bergantung
  kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya bergantung pada titah
  Nya, baik perintah maupun larangan Nya, 
  lalu ia pun berkenan berkata kepadaku : “Pandanglah wajah Ku” lalu ku
  pandang.... lalu ia pun berkata lagi : “Bukan selain Ku”.... kujawab : “Bukan
  selain Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh wajahmu sendiri” Lalu kulihat
  wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi .... “Bukan lainmu!”.... maka kujawab :
  Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau adalah seorang faqih,
  maka hendaklah engkau keluar!....... akupun keluar dan berusaha mendalami
  ilmu fiqih, telah sah bagiku “membalik mata” 
  (Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti dengan cara ilmu fiqih. Akupun
  datang kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia pun berkata : “Aku tidak
  mau melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)...... (membalik mata ... itu
  adalah perkataan ... sesuatu yang dikatakan); bahwa mata sesuautu (ainusy
  syai’) atau mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah mata Allah
  (‘ainullah), zat Allah (semata-mata) itu adalah suatu persoalan yang
  dibuat-buat (mulaffaq) sama dengan diada-adakan, yakni uraiannya tersusun
  dari huruf-huruf (talfieq) yang memutar balikan kebenaran. Hakikat itu jauh
  dari huruf dan jauh dari uraian huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam
  maudhu, persoalan ini ialah “Bahwa zat dari segala sesuautu itu bergantung
  pada zat Allah, tetapi jangan salah tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat
  (zat Allah). Jika tidak maka kami dengan demikian telah membalikkan mata dan
  telah memalsu kebenaran (Al Haqiqat). Firman Allah, yang artinya : “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan
  manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan Ku tiupkan dari sebagian
  roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud kepadanya” (QS. Shad
  38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu tiupan dari ruh
  Alloh dan berkaitan dengan zat Allah..... tetapi sesungguhnya ia bukanlah
  ia..... karena zat Ilahiat tiada satu pun yang menyamai Nya (Laisa Kamitslihi
  Syai’un). 
80.  Hai hamba!
  “Kepada kalian Ku sampaikan : “Andaikan benar-benar kalian telah melihat
  bahwa Dialah yang berkuasa menyempitkan dan melapangkan, tentu kalian akan
  cuci tangan dari nasab keturunanmu yang mulia itu. 
81.  Hai hamba!
  Kehalusan Ku tiada bertara, Akulah yang meneguhkan apa-apa selain Ku
  (assiwa), maka lenyaplah apa-apa yang selain Ku.... Dan tiadalah tandingan
  keperkasaan Ku, maka segala keperkasaan-keperkasaan akan lenyap. Aku yang
  menyirnakan yang selain Ku dan apapun yang diperlihatkan olehnya”. 
82.  Hai hamba!
  Akulah yang Dhahir, tiada dapat dicapai oleh penglihatan mata; dan Akulah
  yang Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka apapun, dan Akulah yang
  Daim (terus menerus tanpa kesudahan) tidak dapat diberitakan oleh abad demi
  abad, dan Akulah yang tunggal, dan tidak dapat dimiripi oleh bilangan dan hitungan...
  Segala sesuatu akan ditutntut oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang Satu, Yang
  Tunggal dan Yang Maha Esa.... Aku tidak berasal dari sesuatu. Lalu sesuatu
  itu akan berkhusus dengan Ku. 
83.  Sekali-kali
  tidak sampai kemampuanmu untuk mencakup dan melingkupi sifat Ku, umpamakan
  saja keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku, dan kepunyaan Ku,
  karena Aku meliputi segala sesuatu. 
84.  Semua ilmu
  pengetahuan ibarat lorong-lorong ... tiada jalan-jalan dan lorong-lorong yang
  sampai kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk segala tujuan dan puncak
  segala kesudahan.... Bila engkau telah berada di maqam makrifat, maka akan
  terungkaplah pandangan tembus (Kasyaf) dan bagimu mata keyakinan (‘Ainul
  yaqin) terhadap pada Ku.. pada taraf ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun
  gaib pula pada dirimu sendiri, inilah hukum makrifat yang berlaku .... Bila
  makrifatmu tidak dapat menghukum dirimu, maka Akulah yang tampil menjadi
  hakim. Sapaimu di taraf ini berarti engkau sudah mencapai puncak ilmu, dan
  diwajibkan pdamu agar engkau berbicara sambil menunggu ijin Ku, maka dengan
  bicaramu itu engkau akan menyaksikan murka Ku, manakala engkau diam, maka
  hilang pula murka Ku, bila engkau bicara... makrifat itu selalu disebut dalam
  Al Kitab... Kedudukannya lebih tinggi, baik nilai maupun martabatnya dari
  ilmu pengetahuan, karena makrifat itu adalah hasil pencapaian terhadap
  hakikat-hakikat yang menyeluruh, sedang ilmu pengetahuan itu adalah
  pencapaian terhadap persoalan-persoalan yang terbagi-bagi bidangnya. Mengenai
  “penyaksian” jauh lebih tinggi dari keduanya, karena penyaksian itu adalah
  hasil dari kebulatan tekad yang disertai dengan usaha yang gigih terhadap
  kebenaran, dengan ikut sertanya upaya hati dan pengalaman, maka itulah yang
  menghasilkan penyaksian, dan penyaksian itu adalah setinggi-tingginya
  keyakinan. 
85.  Bagiku....
  bahwa memohon keridhaan Nya itu adalah merupakan kemaksiatan pada Nya,
  kemudian ia berkata kepadaku : “Hendaklah engkau taat kepada Ku”, Lalu engkau
  merasa telah menaati Nya, maka yang demikian engkau sudah bohong besar, Ia
  pun melanjutkan L “Engkau tidak mentaati Ku, tida pula Aku diaati oleh
  sesuatu pun” .... Baru kalilah aku melihat ke Esaan yang sebenar-benarnya.
  Arti ayat : Kepunyaan Nya jua bahtera-bahtera yang berlayar di lautan dengan
  layar-layar yang tinggi menjulang )QS. Ar Rahman 55:25). Perhatikan ayat
  tersebut di atas, bahwa Allah menyatakan jika bahtera-bahtera itu adalah
  milik Nya, sekalipun milik kita pada lahirnya; Dialah yang membina, sekalipun
  pada lahirnya kita yang membuat. Ingat renungkan! Kita membina dengan ilmu
  Nya, dengan pengetahuan Nya, peraturan-peraturan Nya, serta ilham Nya, begitu
  pula halnya dengan taat, tiada Ia ditaati oleh siapa yang menaatiNya,
  melainkan ketaatannya adalah kemurahan Nya... Inilah Tauhid itu. 
86.  Aku telah
  ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia berkata kepada ku :
  “Aku tiada rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela jika semua
  itu menjadi untukmu... Ku sucikan engkau, Aku bertasbih padamu. Maka janganlah
  engkau mentasbihkan Ku. Aku yang membuatmu! Bagaimana engkau dapat mensucikan
  Ku?  
87.  Jangan engkau
  duduk di atas jamban-jamban, engkau akan dikerumuni anjing-anjing dan akan
  saling menggonggong padamu, hendaklah engkau duduk di atas mahligai yang kukuh
  kuat, di suatu tempat yang pintu-pintunya tertutup rapat, dan jangan ada yang
  menyertaimu; Jangan menghiraukan apapun, baik sianr matahari ataupun kicauan
  burung-burung, maka tutuplah wajah dan telingamu, karena sesungguhnya bila
  engkau memandang selain Ku; niscaya engkau akan menyembahnya, dan jika engkau
  yang dipandang oleh sesuatu, maka engkaulah yang akan disembah. 
88.  “ Kulihat
  segala mata terbelalak memandang kepada Nya, tetapi apa yang dilihat? Segala
  sesuatu yang terpandang menjadi hijab belaka. Tundukan kepalamu ke bawah, dan
  lihatlah ke dalam, niscaya terlihat. 
89.  Hamba-hamba
  sahaya berada di dalam surga, sedangkan orang-orang merdeka berada di neraka. 
90.  Bila tiada
  kaan bagimu untuk kau ajak duduk bersama, maka Akulah yang menyertaimu. 
91.  Engkau pasti akan
  mati, tetapi tidak demikian dengan ingatan Ku padamu. 
92.  Perhitunganmu
  meleset, berarti salah dan kesalahan itu berarti tidak benar. 
93.  Di antara
  makhluk-makhluk Tuhan, ada di antaranya yang seakan-akan tidak layak menjadi
  makhluk sama sekali. 
94.  Engkau didalam
  segala hal, ibarat baunya baju dengan baju. 
-         
  Engkau ibarat arti makna seluruh alam semesta; 
-         
  Engkau bagaikan kitab yang menghimpun sedangkan
  alam semesta merupakan lembaran-lembaran halamannya. 
95.  Aku ini sangat
  cemburu padamu, dari sebab itu Aku membuat beberapa larangan untukmu. 
96.  Katakanlah
  kepada orang yang risau hatinya daripada Ku, bahwa kerisauan itu berpangkal
  dari dirimu sendiri; karena Aku lebih baik untukmu dari segala sesuatu. 
97.  Bila engkau
  melihat Ku di dalam dirimu, sebagaimana engkau melihat Ku di dalam segala
  sesuatu, niscaya berkuranglah cintamu terhadap dunia. 
98.  Aku dengan
  sesuatu tidak akan berhimpun, begitu pula engkau tiak akan berhimpun dengan
  sesuatu. 
99.  Hidup yang
  manakah untukmu di dunia ini setelah Aku bernyata : 
-         
  Hari kematian itu adalah hari penyatuan, dan 
-         
  Hari yang kekal abadi itu adalah hari kesenangan. 
100.     Aku telah menggodamu dengan tidak adanya
  kepercayaanmu sepenuhnya pada umurmu. 
101.   
  Antara Ku dan antara mu tidak dapat diketahui.
  Guna apa lagi dituntut. 
102.    Aku ditegakkan berdiri di dalam sifat
  “Ketunggalan” (Al Wahdaniah), lalu ia pun berkata kepdaku : “Telah Ku jadikan
  nyata segala sesuatu saling menunjuk kepada Ku; dan mengungkapkan perihal Ku.
  Sebagaimana Aku menjadikannya di saat yang bersamaan, memanggil kepada
  dirinya dan menghijab daripada Ku; maka nasib setiap insan yang dikarenakan
  penghijab-penghijab itu seakan-akan menggantungkan dirinya pada
  penghijab-penghijab itu. Zikir Ku, Ku khususkan terhadap setiap yang Ku
  jadikan nyata, dan zikir Ku adalah pengungkap semisal hijab juga... “Bila Aku
  bernyata tiadalah engkau akan melihat apapun di sekelilingmu lagi” 
103.   Hendaknya engkau katakan : “Ilahy! Jangan kiranya
  Engkau biarkan diriku diporak-porandakan huruf di dalam makrifatku kepada Mu. 
104.    Masih jugkah menyusahkan dirimu, dari segala apa
  yang datangnya daripadamu? Maka hal ini akan u ampuni. Jangan kiranya ada
  yang menyusahkan dirimu. Segala apa yang datang daripadaku yang menyusahkan
  dirimu akan Ku palingkan semua. Bila engkau sanggup melakukan apa yang Ku
  haruskan padamu mengatasi keduanya ini, niscaya engkau menjadi seorang Wali. 
105.  
  Bila engkau bukan dari ahli Hadirat (yang selalu
  bersama Allah), tentu saja khatir (lintasan hati) itu akan selalu
  mendatangimu dan semua siwa itu merupakan khatir; dan tidak akan memberi
  manfaat malinkan berupa ilmu, dan ilmu itu sifatnya selalu bertentangan satu
  sama lain. Maka untuk menyelamatkan dari pertentangan diperlukan perjuangan.
  Engkau tidak akan sanggup melakukan perjuangan tanpa Aku, dan tidak pula ilmu
  kecuali dengan Ku, Hendaknya engkau berdiri bersama Ku, maka dengan demikian
  barulah engkau menjadi ahli Hadirat Ku. 
106.  Aku dihentikan di dalam “ikhtiar” lalu ia berkata
  : “Kalian akan menderita sakit” dan dokter akan selalu rajin menjenguk di
  waktu pagi dan petang, kata-kata yang diucapkan para dokter itu adalah
  kata-kata Ku dan mereka mengimani ilmu kedokteran, tetapi tidak beriman
  kepada Ku; Si penderita pun patuh kepada dokter dan menurut berpantang makan,
  tetapi tidak berpuasa untuk Ku. 
107
  Sudah layak jika Aku “memperkenalkan diri”
  kepadamu dengan bala (ujian dan cobaan) Aku tidak akan lenyap dan bala itu
  berasal daripada Ku.. Pengalamanmu terhadap bala itu berasal daripada Ku...
  pengenalanmu terhadap bala menjadi bala pula ... dan tiada seorang pun dapat
  melarikan diri dari bala, karena bala itu daripada Ku”. 
108.   Aku dihentikan dalam “Perjanjian” dalam keadaan
  tegak berdiri, Ia pun berkenan bertutur kara padaku : 
-         
  Keluarkan dosamu demi ampunan Ku. 
-         
  Lemparkan kebaikanmu demi karunia Ku. 
-         
  Tanggalkan ilmu mu demi ilmu Ku. 
-         
  Singkirkan makrifatmu demi makrifat Ku. 
-         
  Tegaklah berdiri bersama Ku saja. 
Bila engkau tetap saja berdiri, maka
  segala sesuatu akan mengarahkan dayanya dan menarik-narik padamu serta
  menghijab mu. 
-         
  Berada di sisi Ku 
Maka aku akan bersamamu. Akulah yang
  akan menghadapi rintangan dan halangan. 
109.     
  Bermula adalah tahap penyaksian (Al musyahadah)
  dengan menafikan khatir (lintasan hati) kemudian menafikan makrifat, lalu
  menafikan dirinya sendiri yang bermakrifat, terakhir menafikan “aku” (Al
  ana). 
110.   Tolonglah Daku! Niscaya engkau menjadi kawan Ku.
  Bila Aku sudi engkau kawani, maka Ku berikan padamu kekuatan dan pertolongan
  Ku, Dan Ku beri ilmu dari ilmu Ku. 
111.    Engkau mempelajari ilmu itu untuk
  bermegah-megahan di hadapan para ulama dan untuk berdebat dengan para jahil,
  dan untuk engkau jadikan bahan musyawarah, rapat maupun muktamar, dan....
  untuk mengeruk keuntungan duniawi... neraka... neraka!. 
112.                     
  Bila engkau telah keluar dari tabiatmu, keluar
  dari sifatmu, keluar dari amalmu dan keluar dari ilmumu, maka keluar pulalah
  engkau dari namamu; Dan bila engkau sudah keluar dari namamu, jatuhlah engkau
  ke dalam nama Ku. Bila engkau telah jatuh ke dalam nama Ku, akan terlihatlah
  padamu tanda-tanda pengingkaran, dan segala sesuatu itu akan  serentak mengadakan perlawanan kepdamu
  berupa fitnah dan engkaupun memunafikan setiap khatir hatimu... Nah! Sekarang
  setiap yang melawanmu akan berhadapan dengan Ku!. 
113.  Hendaklah engkau meneliti dan melihat dengan apa
  engkau memperoleh ketenangan, maka sesungguhnya tempat tidurmu adalah
  kuburan. 
114.  Di antara ilmu-ilmu pendekatan (Al Qurb) hendaklah
  engkau ketahui bagaimana Aku berhijab dengan suatu sifat yang engkau kenali. 
115. Barang siapa berdiri di maqam makrifat, kemudian
  ia keluar, sedang ia sudah mengetahui keberhasilannya mendekati Aku, dan ia
  tetap tinggal di luar, akan kunyalakan api untuknya seorang diri. 
116.   
  Di antara ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata,
  pada satu saat akan engkau lihat ilmu-ilmu itu akan bungkam di dalam
  kelemahannya; tetapi lain halnya dengan ilmu-ilmu hijab, maka ia tetap akan
  lancar berbicara. 
117.  
  Sifat-sifat yang dapat diungkap oleh tutur kata
  adalah sifat-sifatmu, dalam arti dan makna, tetapi sifat-sifat Ku yang tidak
  dapat diungkap dengan tutur kata bukanlah sifat-sifatmu dan tidak juga dari
  sifat-sifatmu. 
Bila Aku berbicara padamu dengan
  ucapan dan ibarat, tiada wewenang hukum memberikan kunci pembuka; karena
  ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu sendiri. Adapun bila Aku
  berbicara kepadamu tanpa ibarat, niscaya batu-batu dan bata-bata akan bicara
  padamu. Dan engkau dalam kedudukan ini tinggal berkata “Jadilah” maka “jadi” 
118.  Ibaarat dan ucapan itu adalah rangkaian
  huruf, dan tidaklah huruf itu mempunyai wewenang hukum apapun. Perkenalan Ku
  kepadamu melalui ibarat dan tutur kata adalah persiapan untuk perkenalan yang
  tidak seisertai ibarat. Pemikiran-pemikiran itu melaui huruf, dan
  lintasan-lintasan hati itu dari pemikiran, tetapi ingatan kepada Ku yang
  murni adalah terpisah di balik huruf dan pemikiran. 
119.   Yang nanti akan engkau temui di dalam kematianmu,
  ialah apa yang engkau alami di kala hidupmu kini : Arti Ayat : “Barangsiapa selagi di dunia ini buta, maka
  kelak di akhiratpun akan buta dan lebih sesat jalannya” (QS. Al Isra
  17:72). 
120. Jangan menanyakan tentang makrifat Ku, dan jangan
  menanyakan tentang AKU. Hendaklah engkau ketahui, bahwa tiadalah Aku
  diserupai oleh sesuatu pun (Laisa Kamitslihi Syai’un). 
121.
  Jangan dihiraukan penaggilan selain panggilan Ku,
  sekalipun ia memanggilmu berdalih ayat-ayat Ku. Jangan engkau hadiri
  sekalipun ia datang mengundangmu dengan ayat-ayat Ku; karena sesungguhnya, segala
  sesuatu itu Aku ciptakan memanggil pada diri masing-masing dan menghijab
  daripada Ku. 
122.   Bulatkan tekadmu! Keraskan kemampuanmu paa Ku!
  Dengan Ku engkau akan kekal, dan putuslah engkau darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada Tuhanmulah hendaklah engkau
  pusatkan kemauanmu (QS. Al Inssyirakh 94:8). 
123. Jika engkau serang hatimu, dan hatimu tidak
  membalas menyerang, maka engkau benar-benar tergolong dari para arifin. 
124. Bagaimana para arifin tidak sedih sedangkan mereka
  melihat Aku meneropong perbuatan buruknya dan Ku katakan : “Jadilah gambar agar dilihat oleh pembuatnya”. Dan
  juga Ku katakan kepada perbuatan baiknya : “Jadilah
  lukisan agar dilihat oleh pelukisnya” 
125.Timbanglah makrifatmu sebagaimana engkau menimbang
  penyesalanmu. 
126.  
  Hati orang arif melihat keabadian, sedangkan
  matanya melihat ketentuan waktu. 
127. Katakan kepada para arifin! : “hendaklah kalian
  mendengar bukan hanya untuk mengenal saja; Hendaklah kalian diam, dan bukan
  hanya untuk mengenal melulu!; Sesungguhnya Ia mengenalkan diri Nya padamu
  sebagaimana engkau bermaqam di sisi Nya. 
128. Katakanlah kepada hati orang-orang arif :
  Janganlah kalian keluar dari keadaan kalian, sekalipun kalian sudah memberi
  petunjuk kepada siapa yang sesat. Apakah kalian menghendaki kesesatan
  daripada Ku, lalu memberi petunjuk kepada Ku?? 
129.  
  Katakanlah “Ilahy” Aku memohon kepada Mu, dengan
  Engkau!.... sekedar kesanggupan suatu permohonan, aku bermunajat dengan Mu,
  kepada kemurahan Mu! 
130.                     
  Wahai yang saling berselisih! Janganlah engkau
  mengharapkan (memperoleh) petunjuk dari yang saling berselisih; Bila ia
  memberi petunjuk padamu, niscaya engkau akan berhimpun bersamanya dan memadu
  satu tujuan; Dan bila ia tidak memberi petunjuk padamu niscaya engkau akan
  berserakan terpecah belah, karena engkau mengikuti perselisihan yang datang
  dari segalajurusan. 
131. Masih ketinggalan satu ilmu, berarti masih tinggal
  satu bahaya; masih tersisa tambatan hati, berarti masih ditunggu satu bahaya;
  masih kurang lengkap suatu akal pikiran, berarti masih ada bahaya yang
  menanti; masih ada suatu kemauan keras atau kepiluan, berarti masih diintai
  bahaya. 
132. Huruf itu adalah satu penjuru dari beberapa
  penjuru iblis; 
133Sesungguhnya engkau sudah melihat keabadian, dan
  tiadalah keabadian itu dapat diuraikan dan diibaratkan. 
·        
  Keabadian itu adalah satu sifat dari sifat-sifat
  Ku. 
·        
  Keabadian itu telah bertasbih (mensucikan) demi
  untuk Ku. 
Dari
  tasbihnya, maka Ku ciptakan malam dan siang, dan keadaannya bagaikan tirai
  penutup yang membentang bagi setiap hati dan segala rahasia-rahasia. Lalu Ku
  pilih engkau, tirai siang Ku buka dan tabir malam Ku singkap supaya engkau
  dapat melihat Ku. 
Kuberikan
  padamu daya, agar engkau mampu melihat terbelahnya langit, dan memandang
  bagaimana Ku turunkan perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku, laksana
  tibanya siang dan datangnya malam”. 
134.Engkau telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-ayat
  Ku. Barangsiapa yang telah mengenal ayat-ayat Ku, maka ia pun telah bebas
  lepas dari tanggungan alasan apapun. Bila engkau sedang duduk, jadikanlah
  ayat-ayat Ku berdiri di sekatarmu; dan jangan keluar jika engkau keluar,
  keluar pulalah engkau dari benteng Ku. (Yang dimaksud dengan ayat adalah
  kamimat Tauhid). 
135.Adab sopan santun para wali-wali itu, ialah mereka
  tiada mengurusi sesuatu dengan kemauan keras, sekalipun mereka mengetahui
  dengan tinjauan akal dan budi luhurnya. 
136.Bila engkau di datangi oleh panggilan hatimudan
  engkau lengah tiada melihat Ku, maka sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh
  lidah api Ku, maka sebagaimana yang dilakukan oleh para wali-wali Ku
  (orang-orang yang beriman dan bertakwa) niscaya akan Ku perlakukan terhadap
  padamu sebagaimana layaknya Aku memperlakukan para wali Ku, maka katakanlah : 
“YA
  Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka ku harapkan kelembutan Mu,
  terhadap padaku, dan limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku”. 
137.Orang yang berdiri di hadirat Ku, melihat makrifat
  itu baikan arca-arca, dan melihat ilmu bagaikan azlam (anak panah peramal
  nasib). 
138.lmu yang mantap tak berbeda dengan kejahilan yang
  mantap. 
139.Pembersih tubuh adalah air, dan pembersih hati
  adalah menundukan pandangan dari siwa....... Ketahuilah! Bahwa hati yang
  tertambat pada siwa adalah najis, dapat disucikan hanya dengan tobat. 
140.Hai hamba! Ynag membuat siwa hingga dapat nyata
  adalah Kau; yang memperlakukan dan yang menggerakan adalah Aku; dia dtang dan
  pergi dikarenakan Aku. “Tinggalkan dia! “Tetaplah di sisi Ku”, Kalau tidak!
  Maka tidak pula aku memilihmu.... Siwa adalah tempat pertentangan, yang
  berlawanan, yang berserakan, berbilang-bilang, bercerai berai..... Hanya Aku
  lah Yang Tunggal tanpa lawan tanpa tantangan. 
141.Hai hamaba! Janganlah engkau menjadikan Aku
  sebagai utusanmu kepada sesuatu, maka sesuatu itu kana menjadi Tuhna
  layaknya. Jika sampai terjadi yang demikian, maka engkau akan ku tulis dari
  golongan orang-orang yang berbuat olok-olok pada Ku disertai pengetahun. 
142.Hai hamba! Hendaklah engkau menghentikan “kemauan
  keras” mu di kala engkau berada di antara kedua tangan Ku. Bila engkau dapati
  di anataranya (kemauan kerasmu) dan antara Ku selain Ku, maka lemparkanlah
  dia (siwa) dengan penglihatanmu kepada Ku dari balik belakangnya (siwa).
  Kalau dia (siwa) masih tetap ada, maka tatapkan wajahmu kepada Ku, niscaya
  engkau melihat bagaimana Ku jadikan dia (siwa), maka ssampaimu di sini
  tidaklah akan Ku katakan lagi “Ambilah” atau “tinggalkanlah”. 
143.Pelhralah baik-baik keadaan halmu agar dengan
  “kemauan keras” mu engkau memandang Ku. Jangan hendaknya “kemauan keras”mu
  engkau pandang dalam kemauan kerasmu, hal yang demikian membuatmu
  berpandangan kepada dua larangan dan dua perintah, dan engkau sendiri berada
  di bawah dua Pemerintahan. 
144.Hai hamba! Bila engkau berdiri untuk melakukan
  shalat, maka hendaklah engkau jadikan segala sesuatu berada di bawah kedua
  telapan kakimu. 
145.Hai hamba! Hendaklah engkau berlindung kepada Ku
  dari selain Ku, sekalipun selain Ku itu mendatangimu dengan keridaan Ku. 
146.Selama masih ada sesuatu di antara Ku dan
  antaramu, maka engkau adalah hamba dari sesuatu itu. 
147.Hai hamba! Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu
  segala sesuatu dengan kekayaan yang tiada lagi engkau berhajat apapun lagi;
  dan jangan selain Ku yang menjadi pilihanmu, maka Aku pun akan gaib.
  Kemalangan apa yang akan menimpamu? Halangan apa yang akan menghadangmu??
  Itulah bila aku gaib... engkau akan terperosok ke lembah hina, dirimu menjadi
  rendah dalam perhambaan dan kejahatan terhadap pada sesuatu. 
148.Hai hamba! Jika pembagian itu telah terangkat,
  akan menjadikan sama, tiada perbedaan yang menyedihkan  dan yang menggembirakan (yakni bila
  terangkat hijab) yang memisahkan engkau daripada Ku, niscaya semeua siwa tiada
  bernilai lagi, baik yang menyedihkan maupun yang menyenangkan. 
149.Pengenalan akan nama Allah Yang Maha Agung
  (Ismullahi Al A’dham) adalah pertama-tamanya fitnah. Bila Aku meniadakan
  daripadamu tuntutan yang diajukan nama itu, maka lenyap pulalah tuntutan
  lawan nama itu. 
150.Aku adalah lebih baik bagimu dari dirimu sendiri;
  bila engkau lalai Aku yang mengingatkanmu; bila engkau berpaling Akulah yang
  mendatangimu; Seakan-akan Aku membuat bangunan indah anggun penuh kemuliaan
  karena ingatan Ku padamu atau merasa senang bersamamu tanpa kegelisaha...
  Akulah Yang Maha Kaya, tiada memerlukan daripadamu dan daripada segala
  sesuatu. 
151.Bila engkau telah melihat Ku di balik sesuatu,
  lalu engkau mendurhakai Ku, maka durhakamu itu adalah atas kesadaran.
  Barangsiapa mendurhakai Ku atas kesadaran, maka berarti telah memerangi Ku. 
Aku sediakan
  bagi yang mendurhakai Ku suatu alasan dan.. 
Aku sediakan
  pula bagi yang berperang dengan Ku suatu medan peperangan, dimana akan Ku
  biarkan baik engkau maupun yang dengannya engkau memerangi Ku.... 
Dan
  perlindungan Ku datang dari arah belakang, yang mana Aku akan
  mencerai-beraikanmu; Jika Aku mencerai-beraikanmu berarti engkau akan Ku
  lenyapkan. 
152.Ilmu yang menunjuk pada Ku, adalah laksana lorong
  yang menuju pada Ku... Ilmu yang tidak menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang
  menggoda. 
153.Tidak akan sampai panggilanmu di belakang hijab,
  kecuali dengan menyingkirkan hijab itu; yang demikian adalah keharusan bagi
  setiap peerkenalan Ku terhadap siapa yang telah melihat Ku. 
154.Aku telah bersumpah atas diri Ku sendiri, bahwa
  tiadalah meninggalkan barangsiapa yang meninggalkan sesuatu demi untuk Ku;
  melainkan akan Ku berikan padanya ganti yang lebih baik dari apa yang
  ditinggalkan itu. 
155.Hai hamba! Mengapa pikiranmu bersimpang siur, den
  mengapa duka citamu engkau simpan bermalam hingga sampai pagi belum juga
  terlepas daripadamu.... Engkau adalah wali Ku, dan Aku lebih utama bagimu,
  serahkan saja kepda Ku “Zat rahasiamu” maka Akulah yang menghadapi segala
  kesimpang siuran dan Aku lebih mengetahui daripadamu. Sebagian sifat dari seorang wali ialah : Tiadanya
  merasa heran atas sesuatu dan berpantang meminta apapun. Bagaimana tidak
  demikian dia sudah melihat Ku – apa yang layak diherankan lagi sedang ia
  melihat Allah, dan apa yang akan diminta? Sedang ia melihat Allah. 
156.Sesungguhnya
  mereka yang bangun di malam hari, ialah mereka yang menuju pada Ku, bukan
  untuk wirid yang ditentukan maupun bacaan yang dipahami... di sanalah .... Ku
  sambut kedatangannya dengan wajah Ku, maka ia pun berdiri dengan Qoyyumiati
  (berdiri Ku sendiri) tiada pinta dan tiada apapun yang diajukan pada Ku. Bila
  Aku hendak bicara padanya, akan Ku laksanakan; bila Aku hendak memberi
  pengertian, Ku tanamkan pengertian. Hai hamba! Ahli wirid manakala telah
  sampai ke tujuannya, mereka akan berhenti dan menyingkir, dan ahli juzu’
  (membaca Al Qur’an yang sudah sampai pada batasnya) setelah dipelajari, juga
  akan berhenti dan menyingkir. Tidak demikian halnya dengan dengan “Ahli Ku”
  karena baginya “tiada batas lagi” Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir? 
157.Hai hamba! Bila
  engkau telah melihat Ku, lalu engkau menetap dalam suasana “melihat Ku”, maka
  akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan Ku berikan keteguhan hati
  padamu agar kau tetap tinggal dalam maqammu.... tetapi bila engkau lepas dari
  “melihat Ku” maka Ku timpa padamu sebagian dari malapetaka dan Aku lemahkan
  engkau untuk menghadapinya, lalu engkau akan mengalami rasa “menjauh” karena
  kelemahanmu Ku gerakan engkau berhasrat untuk memohon pertolongan pada Ku,
  maka kasih sayang Ku akan menarikmu dan mengangkatmu kembali ke maqam
  “melihat Ku” 
158.Hai hamba!
  Ketahuilah benar-benar bahwa segala sesuatu itu adalah milik Ku, maka
  janganlah engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku. 
159.Hai hamba!
  Hendaklah lesanmu senada denngan suara hatimu, dimana Aku bernyata dalam
  hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab daripadamu dengan dirimu....
  resapilah nasihat Ku ini ke seluruh jangatmu dan dalamilah hingga ke tulang
  belulangmu. 
160.Hai hamba! Bila
  engkau telah mengenal keabadian, maka engkau telah melihat satu sifat As
  Shumud. (Ash Shumud ialah tempat
  bergantung pada Yang Maha Kekal, dan tempat meminta dari yang bergantung pada
  Nya segala sesuatu, baik yang dimaksud maupun yang disengaja ataupun yang
  dituju yang kekal tanpa kesudahan). 
161.Hai hamba! Apa
  yang telah Ku ungkapkan bagimu tentang keabadian, Ku iringi pula dengan
  penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi sesuai dengan apa yang telah
  Ku-ungkapkan untukmu itu. 
162.Hai hamba! Jika
  malam harimu engkau khusukan untuk Ku, dan siang harimu engkau gunakan untuk
  ilmu Ku, maka engkau akan menjadi seorang besar dari pembesar-pembesar para
  hamba Ku. 
163.Pangkal
  keteguhan dan kekuatan itu ialah : “Meninggalkan larangan”. 
164.Makin luasnya
  penglihatan, makin menyempitnya ibarat. 
165.Barangsaiapa yang selalu ingat pada Ku dan sudah
  terbiasa serta menjadi tabiatnya pula, maka berarti ia telah membuat suatu
  perjanjian di sisi Ku guna keselamatan dirinya. 
166.Mereka yang membenarkan Aku dengan kegaiban dan
  beriman pada Ku tanpa melihat Ku, maka Aku akan menyertainya pada hari
  dihimpun, dan akan Ku kawani di dalam suasana yang mengerikan, dan Ku kirim
  kepadanya keteguhan dalam menghadapi kegoncangan, lalu akan Ku teguhkan atas
  apa pun yang dialami, sebagaimana mereka telah mengawani Aku di balik tirai
  penutup itu. 
167.Hai hamba! Jangan hendaknya engkau menjadi orang
  yang terhijab hanya karena apa yang cocok dengan seleramu atau dengan
  kemampuan. 
168.Hai hamba! Siapa yang mengenal Ku dengan Ku,
  berarti mengenal dengan satu perkenalan yang tidak dapat diingkari lagi
  kemudian hari sama sekali. 
169.Hai hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh siapapun
  tanpa Aku memperkenalkan diri Ku padanya. 
170.Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan
  siwa daripadamu, tetap Aku tidak menyingkirkan engkau daripadanya; maka halmu
  yang demikian tanyakan kepada orang yang alim dan bahkan kepada yang jahil
  sekalipun tentang Ku, maka engkau akan melalui jalan yang aman dan jalan
  berbahaya. Hai hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu,
  sedang Aku tidak menyingkirkan engkau daripadanya, maka cepat-cepatlah engkau
  lari kepada Ku dari fitnah Ku sambil memohon perlindungan Ku daripada makar
  Ku. 
171.Aku ibarat tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang
  mulia, bila mereka menjumpai Ku segera membeberkan rahasia-rahasianya dan
  dengan penuh khidmat menguraikan ikhtiarnya kepada Ku. 
172.Tidak berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu,
  melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan tidurmu, dan tidak lupa
  berlaku atasmu hukum di dalam kematianmu, melainkan apa yang telah mengiringi
  engkau dengan kematianmu. 
173.Bila Aku tidak gaib dikala engkau makan, niscaya
  Ku putuskan agar engkau tidak lagi berpayah-payah untuk mencari makan. 
174.Hamba Ku yang berada di dalam “Hadirat Ku” ia
  dapat melihat “nama” itu tidak memiliki kekuatan hukum apapun selain Ku ....
  itulah maqam yang mengejutkan (Al Buhut) maqam terakhir, yang mana semua hati
  berhenti di situ. 
175.Bila engkau menafikan “nam” (al ism), maka tibalah
  engkau pada “wusul” artinya : telah sampai .... Bila tiada terlintas padamu
  “nam”, maka tibalah engkau pada “ittisal” artinya : hubungan.... Bila engkau
  dalam “hubungan”, maka engkaupun “Berkehendak dan berkemauan” seakan-akan
  engkau menafikan “nam” itu, dan tidak lagi terlintas “nam” itu; disebebkan
  karena sangatnya tarikan kuat (Al Wajdu Bilmusamma) dari yang dinamai....
  Itulah tingkat yang tinggi, derajat paling atas tentang kecintaan terhadap
  Zat Ilahiat. 
176.Engkau yang hilang dalam kelenyapan, dan Aku lah
  yang mendapati dan menemukan, cukup kiranya engkau untuk Ku...... 
177.Engkau yang dicari dan Aku lah yang menemukan;
  Akulah yang dicari dan engkau yang menemukan. Bukan dari kita siapa yang
  gaib! 
-         
  Bila selain Ku yang engkau temukan, semoga engkau
  memenangkan peperangan. 
-         
  Bila Aku yang engkau temukan, engkaupun akan
  bingung tanpa bersama Ku, dan akan terheran-heran kecuali di sisi Ku. 
178.Jika engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau
  meninggalkan nama Ku. 
-         
  Bila engkau tidak melihat Ku di balik dua
  tantangan dengan sekaligus, maka engkau tidak akan mengenal Ku. 
-         
  Bila engkau sudah tidak dapat melihat Ku ditambah
  pula dengan kelengahan, maka itulah puncak hawa nafsu. 
-         
  Aku tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat di
  balik segala sesuatu. 
179.Perjuangan pertama menuju pada Ku, hendaknya
  engkau memandang pada Ku tanpa berkedip sekejap pun. 
180.Hendaklah engkau mengatasi urusan dan persoalanmu
  dengan penuh rasa takut, niscaya Aku teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu;
  Jangan hendaknya engkau mengatasi dengan harapan dan angan-angan, niscaya
  akan Ku bongkar manakala sudah hampir mencapai penyelesaian. 
181.Bila selain Ku yang engkau jadikan penuntunmu,
  niscaya engkau syirik kepada Ku, maka hendaklah engkau lari ke arah ddua
  pelarian, satu pelarian ke arah langgananmu, dan satu pelarian dari tangan
  Ku. 
182.Bila engkau tidak melazimkan zikir... menyebut dan
  mengingat nama-nama Ku, sifat-sifat Ku dan pujian-pujian untuk Ku,  niscaya yang seharusnya zikir itu untuk
  Ku... berbalik pada dirimu sendiri, dari sifat Ku menjadi sifatmu. 
183.Nama itu memisahkan antara yang bernama dan yang
  dinamai, dan memisahkan pula antara yang dinamai dan arti nama itu sendiri. 
184.Lazimilah berbaik sangka, niscaya akan engkau
  lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan barang siapa yang sudah melintasi hujat Ku,
  sampailah kepada Ku. 
185.Tengoklah kepada Ku, bagaimana Aku mencabut
  kemashgulanmu terhadap selain Ku.... sati di antara dua! Aku cemburu atasmu
  atau Ku campakan engkau! 
186.Sebelum perjuangan (mujahadah), mulailah terlebih
  dahulu menyingkirkan dengan “perjuangan”, maka Aku lah yang tampil dengan api
  kekerasan.... cintamu kepada siwa adalah siwa pula, dan api itupun siwa juga.
  Tugas api adalah membumbung naik menjulang ke atas hati, akan terlihatlah
  siwa dan apa yang daripadanya, saling bergabung dan berkaitan. 
187.Singkirkan alasan-alasanmu, niscaya terlihat
  olehmu Aku bertahta tanpa keraguan. 
188.Pencinta-pecinta Ku adalah mereka yang sudah tiak
  mempnyai pendapat lagi. 
189.Andaikan engkau bisa menjadi baik untuk sesuatu,
  niscaya tidaklah Aku menyatakan wajah Ku bagimu. 
-         
  Satu kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi
  orang yang tidak melihat wajah Ku; Tetapi bagi yang sudah melihat wajah Ku,
  satu kebajikan itu sendiri merupakan dosa. Kebaikan orang-orang yang berbakti
  adalah merupakan dosa bagi orang yang didekatkan. 
190.Bila siwa itu menjadi khatir yang tercela, niscaya
  runtuhlah surga dan neraka. 
191.Mohonlah ampunan Ku atas amal perbuatan hati, akan
  Ku teguhkan engkau dari berbolak-baliknya hatimu. 
192.Aku jadikan engkau jelek terhadap segala sesuatu,
  yang demikian agar engkau terhijab dari antaramu dan antara Nya; jangan
  dilobangi hijab itu untuk maksud perkenalan, bila terjadi yang demikian Ku
  kirim kepadamu kehina-dinaan. 
193.Al Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat dari
  sifat-sifat (Adz dzatiah)nya Zat. 
194.Benar itu ialah tidak berdustanya lisan. 
-         
  Ash Shidq – itu ialah larangan lisan untuk
  berdusta, dan Ash Shiddiqiah – adalah larangan bagi hati untuk berdusta. 
-         
  Kedustaan hati mengikat janji tanpa perbuatan. 
-         
  Pendustaan hati ialah mendengarkan pada kedustaan
  itu. 
-         
  Kedustaan hati adalah menginginkan
  keinginan-keinginan. 
-         
  Pendusta itu adalah bahasa yang menguraikan selain
  Ku, dan Al Haq dan Al Haqiqi adalah bahasa Ku. 
195.Hati yang sudah melihat Ku adalah bejana
  malapetaka. 
196.Aku telah bersumpah, bahwa tiadalah Aku didapati
  melainkan di dalam shalat; Aku yang menenggelamkan malam dan membentangkan
  siang. 
197.Bila engkau berdiri berhadap-hadapan di antara
  kedua tangan Ku, semua akan berteriak memanggilmu, maka waspadalah, jangan di
  dengar walau dengan hatimu, kalau engkau dengar, sama halnya engkau menerima
  panggilannya. 
-         
  Bila Ilm yang memanggilmu dengan himpunan segala
  macam isinya di waktu engkau melakukan shalat lalu engkau jawab dengan
  mengiakan, maka jelas engkau telah terpisah daripada Ku. 
198.Hai hamba! Hendaklah engkau keluar dari kemauan
  yang menjadi kepentingamu, niscaya engkau akan keluar di atas batasmu. 
199.Ia berkata kepadaku.. “ Di dalam surga itu segala
  apa yang mungkin terlintas dalan ingatan dan pemikiran... sedangkan
  kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih bessar lagi, dan di dalam neraka itu
  juga segala apa yang mungkin terlintas dalam engatan dan pemikiran....
  sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih besar lagi. 
- Aku lah yang berada di balik kenikmatan surga itu. 
-  Andaikan kenikmatan surga itu telah mengenal Ku,
  niscaya ia akan putus dari menghidangkan kelezatan-kelezatannya. 
-  Barangsiapa yang telah mengenal kenikmatan
  memandang wajah Ku serta kenikmatan berada di Hadirat Ku, niscaya ia akan
  menyesali apa yang telah hilang selama berada dalam kelezatan surgawi, yang
  hanya kelezatan indra dan jasmani, dan ia akan rindu dan duka selama luput
  dari berpandangan kepada wajah Ku. 
200.Yang menjadi penghalangmu daripada Ku di dunia
  ini, itu jugalah yang akan menjadi penghalangmu di akhirat kelak. 
201.   
  Hai hamba! Kawanilah Aku dengan sirmu (rahasia
  hatimu), niscaya Aku menemanimu dalam kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam
  kesendirianmu! Niscaya Aku menemanimu dalam pergaulan.... Kawanilah Aku dalam
  khalwatmu! Niscaya Aku menemanimu dalam himpunanmu!. 
202.Hai hamba! Pemisah antara Ku dan antaramu adalah
  cintamu pada dirimu, maka enyakanlah dan jangan hendaknya menjadi hijab
  pnutup dirimu. 
203.Hai hamba! Telah syirik siapa yang dihentikan oleh
  tutur kata..... dan ikhlaslah barangsiapa yang dihentikan oleh yang bertutur
  kata. 
204.Ucapkanlah : “MAULAYA WAJJIHNI BIWAJHIKA
  LIWAJHIKA” “Wahai pelindung diriku, arahkanlah diriku dengan wajah Mu untuk
  menatap Zat Wajahmu” 
205.Hai hamba! Bila engkau bersandar kepada sesuatu,
  maka engkau akan berpegang teguh pada sandaranmu, berarti engkau telah
  berpegang teguh pada selain Ku; Dan akan Ku tulis engkau sebagai orang yang
  musyrik. 
206.Hai hamba! Telah Ku ciptakan segala sesuatu
  semuanya untukmu, sedangkan Aku jauh lebih dari segala sesuatu itu, Akulah
  yang mempunyai karunia-karunia itu, maka belakangilah sesuatu-sesuatu itu di
  punggungmu dan palingkanlah wajahmu menghadap pada Ku. (TERUSAN JAUH KE BAWAH .. GAK BISA KU NAIKAN) No .22 dan seterusnya. | 
| 
22.     SAMPAI
  KEPADA ALLAH 
Tuhan ku berseru kepada ku : Hnedaklah
  engkau berjalan menuju kepada Ku, dan Akulah yang menjadi pandu penuntunmu.
  Maka akupun berjalan... kulihat diriku sendiri; Ia pun berseru lagi : 
Lalui semuanya! Arahkan tujuanmu
  kepada Ku saja. Sungguhpun bila engkau berhenti bersama dirimu yang tercela,
  niscaya engkau akan binasa, dan bila engkau berhenti dengan dirimu yang
  terpuji, niscaya engkau terhijab. 
Sungguh, bila engkau telah terhijab
  dengan panggilan-panggilan yang terpuji itu, maka engkau akan didatangi oleh
  panggilan-panggilan yang tercela, dan dengan paksa engkau akan di tawan,
  penyebabnya tak lain karena engkau terhijab. 
Aku pun melanjutkan perjalanan, maka
  kulihat akal pikiranku. Sambung Nya : Lalui saja dan jangan diperdulikan,
  tetapkan tujuanmu pada Ku! Bila akal yang datang akan disusul oleh hikmat
  kebijaksanaan; dan bila ia pergi maka ia pun akan melihat dirinya. Bila ia
  membawamu masuk ke dalam hikmat kebijaksanaan, ia pun akan berkata kepadamu
  “Ikutlah aku”, maka kekuasaan sudah berada di tangannya. 
Bila ia datang, maka engkaupun akan
  menyertainya kepada hikmat kebijaksanaan; Bila ia pergi engkaupun akan
  mengikutinya menuju kepada hijab. Langkahi saja siapa-siapa yang datang dan
  siap-siapa yang pergi. Aku teruskan perjalanan... ujarNya pula : Engkau telh
  melewati bahaya itu!... kulihat kerajaan duniawi seluruhnya dengan sekali
  pandang; Berkata pula Tuhan kepadaku : Lalui dan langkahi apa-apa yang berada
  di dalamnya! Maka kesemuanya itu adalah kesenangan nafsumu dan
  impian-impiannya. 
Kemudina kulihat kerajaan-kerajaan
  semuanya dengan sekali pandang; Kata Nya pula : “Lalui dan langkahi apa-apa
  yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya itu adalah kesenangan akal budimu
  dan rumahnya. ..... Aku pun melalui, kemudian kulihat hikmah kebijaksanaan
  menyambut. 
Kedatanganku dan membukakan
  pintu-pintu, dan di balik pintu-pintu itu terdapat pintu-pintu lagi, yang di
  dalamnya terdapat khazanah-khazanah, dan khazanah-khazanah itu berisi pula
  harta-harta kekayaan, lalu akupun didatangi oleh akal, jiwa, ilmu dan
  makrifat, semuanya serempak mendatangiku; maka Tuhan pun berkenan berkata
  padaku : engkau sudah menjalani segala sesuatu!.. 
Lemparkan himat kebijaksanaan kepada
  orang-orangnya dan buatlah perjanjian dengan mereka, supaya mereka membangun
  gedung-gedung dan rumah-rumahnya; inilah apa yang mereka tuju, mereka
  menginginkan agar engkau bercerai, dan mereka menceraikan engkau. Tetap
  sajalah engkau berjalan menuju pada Ku! Dan kesemuanya itu tidak layak bagimu
  utuk engkau tempati, engkaupun bukan penghuni yang herus menetap untuk
  selama-lamanya di sana!  
Kembali aku berjalan lagi, kulihat
  orang-orang lalu lalang dan mereka yang berjalan, kulihat pula para ulama dan
  para zahid dan para muttaqien. Lalu berkatalah Tuhan padaku : Orang-orang yang lalu lalang akan sejurus dengan arah
  tujuannya; dan sekali-kali tiadalah orang yang lalu-lalang itu akan
  mengajakmu kecuali kepada maqam dan iqamahnya, dimana mereka berada;
  Maka bila engkau tertarik oleh orang alim atau ulama,
  engkau akan diundang kepada ilmu penegtahuannya; bila engkau menyukai orang
  arif, engkaupun akan dilambai kepada makrifat; lintasi saja mereka itu
  semua. Kesemuanya itu adalah lalu-lintasmu dan bukan tujuanmu, juga bukan
  tempatmu untuk tinggal...  
Aku melanjutkan berjalan lagi ... ku
  lihat  segala sesuatu, kulihat wajah di
  balik wajahnya, dan apa yang berada di balik arti dan makna, kesemuanya
  menawarkan diri padaku dan berlomba menariku dengan berbagai usaha agar aku
  berpaling padanya. Tuhan pun berkata lagi : Segala sesuatu itu menawarkan
  diri melalui penglihatanmu yang memandang, dan mengaitkan akan arti dan makn
  dengan selera penggembaraanmu itu; waspadalah pada pandanganmu, jangan
  menengok kepada sesuatu agar mereka jemu dan menutup lesannya supaya tidak
  lagi menawarkan apa-apa padamu; Simpanlah kemauan kerasmu dari segala arti
  dan makna, dan himpunlah atas Ku. Sungguh jika mereka itu tidak melihat
  engkau berkemauan keras, niscaya mereka tidak menawarkan dan
  menarik-narimu.... Akupun menahan pandanganku dan menaggalkan kemauan
  kerasku. Dengan nada gembira Ia pun berseru : Marhaban!! Terhadap hati hamba
  Ku yang sunyi dari segala sesuatu. Lalu Ia pun bersabda : Engkau telah lulus!
  Engkau sudah melewati alam semesta (Al Kauniah) dan sekarang tiba dalam
  perjumpaan dengan Pencipta Alam Semesta (Al Mukawwin). 
 Di saat itu aku
  mendengar Sabda-Nya : KUN (jadilah) disusul pula oleh sabda Nya : Jangan
  engkau berhenti dalam pesona “KUN” Lalui! Lewati! Walaupun “Kun” itu sumber
  pokok alam semesta; Jangan engkau dibawa-bawa hingga turun ke bawah
  lagi dari maqammu. Kulalui “Kun” dengan
  merendah-rendah; Sabdanya pula : Akulah Allah.... Ku sahuti : “Engkaulah
  Allah” Engkau pelindung ku (Maulaya) yang menfitrahkan daku untuk berdiri di
  antara kedua tangan Mu yang menjadi persai untukku dari sambaran perintah dan
  larangan Mu. | 
| 
23.    PENGLIHATAN
  YANG AGUNG 
Tuhan bertutur kata kepadaku : Pertama
  hijab adalah hijab bagi penglihatan (Ar Ru’yah) dari penglihatan beralih ke
  hijab Pendengaran... engkau mendengar demi untuk Allah; Dan pendengaran
  itupun bertingkat-tingkat ... dari pendengaran demi untuk Allah ,... beralih
  ke hijab. Diam untuk Allah dan diam itupun bertingkat-tingkat pula. 
Tutur katanya pula : Bagaimana hingga
  engkau diam membisu? Mengapa tidak engkau pikirkan? Mengapa engkau tidak
  berkemauan? Akupun menjawab : Maluaya (pelindungku)! Bagaimana aku tidak
  memikir? Maliaya, bagaimana aku tidak berkemauan? 
Dian pun membalas : Bila sudah jelas
  bagimu bahwa Aku lah pelaksana segala sesuatu, untuk apa pula engkau memikir?
  Jika sudah terlihat segala sesuatu adalah perbuatan Ku, sedang engkau telah
  memikirkan, niscaya jiwamu akan datang kepadamu memberi jawaban: Yang ini
  perbuatan Nya dan yang ini perbuatan mu. 
Bila engkau dihadapkan pada pemisahan,
  sebenarnya tidak ada pemisahan... Niscaya akan berpisahlah engkau.... Bila
  engkau diperlihatkan tercerainya... tiada perceraian yang sebenarnya....
  niscaya engkau bercerai pula.... Bila terputus kaitan oleh perceraian, engkau
  akan datang kepa Ku dengan mempersiapkan pengaduan dan perbantahan serta meu
  merebut apa yang Ku punyai.... Ketahuilah, 
  engkau telah melihat kepada Ku, bahwa Aku lah pelaksana merangkap
  pelaku atas segala sesuatu, jangan dengan ilmu untuk
  mengetahui pelaksana dan pelaku segala sesuatu....dengan demikian
  engkau akan membisu demi untuk Ku, dan tidak lagi engkau akan memikirkan.
  Sesungguhnya pembahasan mendalam dalam ilmu pengetahuan itulah yang
  menyebabkan terbersit engkau agar berfikir. 
Tuhan berkata pula padaku : Bila telah
  tertangkap olehmu antara perbuatan dan yang melakukan dari balik punggungmu,
  bukan di anatar kedua tanganmu ... dan engkau telah melihat tiada antara Ku
  dan antaramu “engkau” dan tiada di antara Ku dan antaramu perbuatan, niscaya
  tiadalah engkau berkemauan keras. 
Tuhan menyambung lagi kata Nya : Aku
  mempunyai perkataan-perkataan suatu pandangan berupa “kata”; dan Aku
  mempunyai perbuatan-perbuatan suatu pandangan berupa “Pelaksanaan” dan Aku
  mempunyai ilmu-ilmu suatu pandangan berupa “Ilmiah” dan terhadap segaala
  sesuatu pandangan berupa “Berdirinya” (Qoyyumiah). Dan setiap yang memandang
  berkisar pada siapa yang melihatnya, apa yang dilihatnya (Pandangan berupa
  ucapan kata). 
Dan pandangan berupa ilmu, ialah alim
  ulama yang mengatakan dalam suatu ketika... “Aku merasa bahwa Allah
  mengilhami” diriku dengan ungkapan yang demikian,,,; maka ia seakan-akan
  melihat Allah dalam ilmunya. 
Dian Ia bertuturkata lagi kepadaku :
  Orang yang sudah memiliki “penglihatan” dalam berkata-kata, ia melihat Ku
  bila ia berkata, dan ia di atas sesuatu bahaya; juga para alim yang sudah
  “melihat Ku” tahu benar adanya bahaya. 
Akupun bertanya kepada Nya : Maulaya,
  apakah gerangan bahaya itu ??? IA menjawab : Ucapan dan tutur katanya
  tidaklah terus menerus baginya dan tidak berkekalan, maka apabila ia berpisah
  dengan penyebab yang ia dapat melihat, niscaya ia akan berpisah dengan
  penglihatan itu, maka inilah bahaya itu... berpisah dengan tutur kata niscaya
  ia akan berpisah dengan penglihatan, berpisah dengan ilmu niscaya ia akan
  berpisah dengan penglihatan. 
Katanya pula : Yang mempunyai
  penglihatan berupa kata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan tiada
  melihat Ku manakala ia diam, maka berarti penglihatannya yang sebenarnya
  dalam tutur katanya. ... tetapi sebesar-besar melihat
  adalah dalam diam bukan dalam ucapannya.... dan engkau dapat melihat
  yang demikian itu sedangkan ia tidak dapat melihatnya, karena sesungguhnya engkau melihat Ku tidak dalam tutur
  kata, melihat Ku tidak dalam perbuatan, melihat Ku tidak ilmu dan melihat Ku
  tidak dalam amal, maka engkau sudah memiliki “Penglihatan Yang Agung”, engka
  melihat Allah dalam segala sesuatu, dalam diam dan dalam ucapan, engkau
  melihat Nya tanpa dinding penutup antaramu dan antara Nya. 
Perktaan itu dinding penutup dari
  penglihatan.... begitu juga halnya ilmu dan amal, sesungguhnya Aku mempunyai
  hamba-hamba yang sanggup melihat dari balik tirai hijab, maka bila engkau
  telah melihat Ku bukan dari bawah tirai, bukan juga dari bawah nama, maka
  sesungguhnya engkau telah melihat Ku dengan “Penglihatan Yang Agung”. Aku
  mempunyai hamba-hamba yang tidak membesar-besarkan penglihatan ini, karena
  telah tersingkap nyata dan tidak Ku ijinkan tirai penutup bagi mereka, telah
  Ku angkat pula nama dari mereka, sudah tidak Ku ijinkan lagi nama menjadi
  penghalang baginya. 
Lalu ku ajukan pertanyaan manja kepada
  Nya : Maulaya, apakah tabir penutup itu? Dan apakah nama itu? Ia pun menjawab
  : Tabir penutup dan nama itu adalah perkataan yang mana di dalamnya,
  kesedihan dan ketakutan, ia melihat Ku di dalamnya, dan apabila ia telah
  “melihat Ku” dan sudah tidak melihat tabir pnutup dan tidak melihat nama di
  antara Ku dan antaranya, niscaya ia tercengang dan akan disngkap oleh
  keheran-heranan (Al Buhtu wal buhut). 
Dan ia berkata kepadaku : Hai yang
  memiliki “Penglihatan Yang Agung” engkau dapat melihat orang yang dapat
  melihat, orang yang beramal, orang yang berdiri tegak, engkau dapat melihat
  pada penglihatan mereka, dan dikala mereka keluar dari penglihatan mereka.
  Dan kata Nya : Tiada saling duduk bersama 
  semajlis, kecuali yang sudah di tahap “Penglihatan Yang Agung” dan
  lanjut Nya : Yang saling berkawan duduk adalah mereka yang di ambang
  penglihatan dan di belakang dari kanan kiri ambang pintu itu diddapati
  Ba’ussifah (Yang sudah keluar dari sifat manusiawi ketika mereka sudah berada
  di ambang pintu). 
Yang mempunyai penglihatan itu ada dua
  : Pertama yang mempunyai Asma’ dan tabir penutup, dan itulah seorang kawan
  duduk yang berbahaya; Karena bukanlah kawan duduk yang mengakui Aku sebagai
  Tuhannya yang dapat ia melihat pada Ku di dalam hijab, maka ia adalah kawan
  duduk bagi apa-apa yang ia melihat Ku di dalamnya dan bukanlah ia kawan duduk
  Ku; 
Kdua : Yang berpisah dari nama-nama
  serta dari tabir penutup... ia akan tercengang, ia akan melihat Aku dalam
  keheran-heranan. 
Perkenankanlah ku ajukan pertanyaan
  ini : Maulaya;  Apakah Al Buhut
  (keheran-heranan) itu? Jawabnya : Keheran-heranan itu adalah hendaknya ia
  keluar dari nama-nama dan tabir penutup, lalu ia melihat Aku, maka ia akan
  merasakan ketenangan dengan penglihatannya, dan di ssaat itu tidak sepatah
  ucapanku dan juga tidak sepatah pun ucapan dari padanya. | 
| 
24.    SOPAN
  SANTUN BERMAJELIS | 
| 
(1) 
·        
  Yang membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah
  kepada Ku, telah jelas terlontar dari lisannya jalan pelarian 
·        
  Simpanlah hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan
  jangan engkau beberkan, niscaya Aku menjadi tempat pelarianmu dan bukan
  lisanmu. 
·        
  Sesorang yang tenang tenteram, ialah siapa yang
  menjadikan Aku tempat pelariannya, bukan lisannya; lisan-lisan itu tidak
  mendapat perlindungan Ku, dan kata-kata pun tidak pula mendapat pertolongan
  Ku. Hendaklah engkau menutup lisanmu agar diam, dan engkau sajalah yang
  berdiri di antara kedua tangan Ku | 
| 
(2) 
·        
  Kawanku yang semajelis adalah hamba-hamba Ku yang
  paling dekat pada Ku, melebihi dekatnya dari pada mereka yang melihat Ku...
  Duduk semajelis dengan Ku adalah buah dari “Penglihatan Yang Agung” yaitu
  melihat Ku dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu, dan barangsiapa yang
  mencapainya, maka ssampai pula kepada ketenangan dan ketentraman di bawah
  ssayap ke Maha Agungan dan Ketetapan nan Teguh. 
·        
  Kawan Ku yang semajelis adalah kawan duduk Ku,
  sudah enggan berkawan duduk dengan selain Ku; Kalau bersama Kitab Ku, ia pun
  akan berpisah dengan Ku; atau bila ia berkawan duduk dengan sunnah Nabi SAW. Maka
  keluarlah ia dari majelis Ku. Ia hanya dapat keluar kepada sunnah dan Kitab
  karena hajat yang mesti, darurat, yang artinya bahwa hanya dengan izin dan
  perintah dari pada Ku, barulah ia dapat keluar dan berkawan duduk bersama hamba-hamba
  Ku. | 
| 
(3) 
·        
  Bila engkau melihat Ku, jangan hendaknya engkau
  menjadi kawan duduk Ku; Penglihatan itu jangan diartikan izin untuk berkawan
  semajelis, melainkan bila penglihatan itu adalah “Penglihatan Yang Agung”
  yang dengannya engkau melihat Ku dalam segala sesuatu dan pada setiap waktu. 
·        
  Duka cita itu adalah sifat hamba Ku. Barang siapa
  yang menghambakan diri pada Ku, akan memperoleh kesedihan hingga sampai ke
  tahap “Milhat Ku” dan yang sudah melihat Ku akan bersedih pula sebelum sampai
  pada “Berkawan duduk semajelis” Dan barang siapa yang “Berkawan duduk
  semajelis” dengan Ku disusul pula oleh kesedihan “Luput daripada Ku”. Karena
  Aku yang akan meluputkan . Keluputan itu aalah sifat Ku, karenanya, duka cita
  dan kesedihan itu akan selalu menyertainya. Sesungguhnya yang menyertainya
  itu adalah jru bicara dari lisan-lisan di bawah pemeliharaan Ku. Adapun
  “Berita gembira” (Al Busyra) adalah juru bicara dari lisan-lisan keridhaan
  Ku; Jangan hendaknya engkau berhenti, baik dalam duka maupun suka, berdirilah
  hanya untuk Ku, sebagaimana layaknya para “Kawan duduk semajelis” dengan Ku,
  berdiri di anatara kedua tangan Ku. Baru tahap inilah Nur Cahaya Ku akan
  memancar, menyinar, menjulang naik ke lubuk hatimu. | 
| 
(4) 
·        
  Di dalam kawan duduk semajelis, sudah tiadalagi zikir,
  dan tiada pula berzikir, dalam ia memandang tidak berbalik kembali
  pandangannya, paham..... tiada ucap pemahamannya. | 
| 
(5) 
·        
  Sudah berkesudahan keteguhann ilmu-ilmu pada
  ketenangan makrifat, telah berkesudahan ketentuan makrifat pada budi pekerti
  penglihatan, telah berkesudahan budi pekerti penglihatan pada budi pekerti
  kawan duduk semajelis. Kesemuanya telah berlalu, kesemuanya sudah dikenal dan
  dialami, maka ia pun akan melihat Ku antara hati dan kemauan kerasnya, dan
  antara lidah dan tutur katanya. 
Maka
  berserulah Ia kepda Ku “Seorang” kawan duduk semajelis” sudah tidak lagi
  memohon fatwa dan tidak pula memohon perkenan, tidak juga pertolongan apalagi
  minta-minta, ungkapan pun juga tidak.. 
Bila fatwa
  yang diminta, maka ia pun menurun kepada ilmu, bila yang diminta perkenan,
  balik lagi ia kepada makrifat, jika pertolongan yang diharapkan, turunlah ia
  ke hajat, dan jika ia masih minta-minta, jelas dia turun ke kefakiran, jika
  ungkapan yang diharapkan  ia turun ke berpaling. 
IA pun
  melanjutkan tutur kata Nya : Di sini, kawan duduk semajelis, baginya dari setiap sesuatu itu berupa ilmu, dan dari setiap ilmu
  itu adalah zikir, itulah sebenar-benar hamba Ku yang sudah sepenuhnya
  melingkupi segala himpunan. Selanjutnya : Pandanglah apa yang dilihat “Kawan
  duduk Ku” ia sudah melihat takdir-takdir, dan melihat bagaimana Aku menghalau
  takdir demi takdir, dan melihat bagaimana Aku mengulangi takdir-takdir itu
  dengan aneka cara yang Ku kehendaki; karena sesungguhnya Akulah yang memulai
  penciptaan kemudian mengulanginya (Al Mubdi-u wal Mu’ied). Keyakinannya itu
  terlihat merupakan Nur antara kedua tangan Ku... Nur, cahaya berpadu cahaya
  yang bermakrifat. Dan ia melihat Ku, sebagaimana Aku menjulangkan Nur demi
  Nur ... Cahaya demi cahaya...atas siapa yang Ku kehendaki.... tampak semua
  itu, terlihat semua ilmu dan semua kejahilan, sehingga tampaklah “Duka dan
  waham; Terlihat jelas bagaiana cara Ku menimpakan “Dua dan waham” dengan apa
  dan kepada siapa yang Ku kehendaki. Hati demi hati terlihat jinak dan tenang
  manakala duduk bersama Ku semajelis. 
Disambung pula
  kata Ny : Seorang yang sudah Ku jadikan “Kawan duduk semajelis” tidak lagi ke
  derajat ilmu dan makrifat, kecuali dalam keadaan mendesak, kalaupun
  mendatangninya juga, maka datangnya dengan penuh cara yang sopan, begitu
  selesai apa yang diperlukan, ia pun surut ke tempat asalnya. 
Mendatangi
  dengan cara yang demikian, niscaya derajat ilmu dan makrifatnya tetap
  diperoleh tanpa kehilangan derajatnya yang semula. Ia akan “Dimiliki” dan
  tidak akan dilepaskan dan tidak memperoleh kemenangan. | 
| 
(6) 
·        
  Bila engkau duduk di antara kedua tangan Ku, dan
  masih ada padamu ilmu dan makrifat yang saling berkaitan pada dirimu, niscaya
  Aku akan mengeluarkan engkau dari majelis Ku untuk kembali masuk ke dalam
  ilmu dan makrifat, dan Ku serahkan padamu menentukan pilihan untuk mengambil
  keputusan dan hukum antaranya dan antaramu. 
Bila putusanmu
  duduk dalam ilmu, maka ilmu itu tidak mendatangimu dengan kepuasan, lalu
  engkau pindah kepada makrifat, maka makrifat itu tidak mendatangimu dengan kepuasan;
  Kedudukan saja engkau di antara kedua tangan Ku. Dalam Majelis Ku tidak akan
  dimasuki oleh langganan-langganan. Kawan duduk Ku tidak akan menoleh ke
  belakang dan tiada lisan yang akan mengajak bicara. | 
| 
(7) 
·        
  Kawan dudu Ku itu sudah melihat pada Ku, bagaimana
  Aku memegang segala sesuatu dan bagaimana sesuatu-sesuatu itu tidak dapat
  saling berpegang tanpa Aku, sedangkan ia sudah melihat bahwa segala sesuatu
  adalah buatan Ku, tidak dapat berdiri tegak melainkan dengan Ku. Tiada juga
  dikecualikan “duka cita dan waham”, tiada pula  benih-benih buah buahan yang berserakan di
  jalan-jalan, tidak juga batu merah tembok bangunan, semua, semua... Maka
  segala sesuatu itu dalam genggaman Ku. Jika telah fana kawan duduk Ku, baru
  Ku ungkapkan tirai hijab, dan lumatlah langit-langit dan bumi-bumi demi
  kerinduan kepada mereka agar mereka menjadi kawan duduk dan dekat bersanding
  dalam majelis Ku yang baru. | 
| 
25.    KESABARAN 
Pintu yang terdekat dengan pintu Ku
  adalah pintu kesabaran. Demikianlah kata Tuhan kepadaku: Tiada pintu lagi
  antar Ku dan antaranya, dan pintu-pintu lain berada di belakang pintu sabar.
  Setiap pintu satu hijab, dan pintu kesabaran tidaklah berhijab, maka
  hendaklah engkau iqamah di dalamnya. 
Engkau menginginkan Tuhanmu? 
Hendaklah engkau memandang kepada Nya
  dan bersabar, hingga Dia yang mendahuli! 
Engkau menginginkan Tuhan mu? 
Hendaklah engkau memandang kepada Nya
  dengan kekhusukan, sampai Dia yangmengajakmu! 
Tutur Tuhan kepadaku : Bila engkau
  menjadi seorang yang mulaia dengan kesabaran atas Ku dan kesabaran atas Ku
  itu menjadikan engkau mulia; Karena sesungguhnya engkau telah berdiri di
  Gerbang Kesabaran, berarti engkau berdiri di kemuliaan, maka ucapkanlah
  kalimat-kalimat kesabaran. Dan kata Nya : Kalimat-kalimat pintu kesabaran
  ialah : Ya... Tuhan ku! Engkaulah yang berkuasa berbuat atas segala sesuatu”. 
IA telah mendatangi hamba Nya dengan
  suruhan : Hendaklah engkau mengerjakan sesuatu ini dan itu!! I mendatangi
  hamba Nya dengan membawa hijab, agar hamba Nya tidak melihat amal
  perbuatannya!  
Ia pula yang menguji. 
Ia pula yang mencoba. 
Hamba itu telah termakan fitnah oleh
  amal perbuatannya. 
Lalu apa yang dikerjakan oleh si hamba
  itu? 
Ia harus bersabar demi tuhannya, ia
  harus bersabar atas Tuhannya, hingga tiba saatnya “Keyakinan” mendatanginya. 
Bila ia diserang dengan tebasan pedang
  hendaklah ia maju menghadapinya.  
Arti Ayat : Bukanlah kamu yang
  membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh mereka (QS. Al Anfal 8:17). 
Maka inilah ungkapan hakikat, Dialah
  yang membunuh kuffar itu ... satu persamaan yang terjasdi, pada dhahirnya ...
  Kaum Mislimin telah bersabar! Penuh ketabahan serta gigih mempertahankan ...
  mereka diserang oleh pedang mereka, malahan maju dan tetap melakukan
  perlawanan. Bila mengatakan “Hendaklah kalian melakukan peperangan dan saling
  bunuh membunuhlah! Lakukanlah! Laksanakan! Dan berjihadlah dengan penuh
  perasaan mengetahui akan kebenaran, bahwa Dia lah yang membunuh dan Dia lah
  yang melaksanakan segala sesuatu. 
Dan Ia bertutur kata kepadaku : Bila
  aku telah datang kepadamu dalam penglihatanmu kepada Ku, maka sudah tidak ada
  lagi kemuliaan”. Kemuliaan telah tunduk kepada Yang Maha Mulia, dan Yang Maha
  Mulia telah mendatangi hamba-Nya. 
Aku telah mendatangkan engkau kepada
  Ku, dalam penglihatan Mu itu engkau telah berada di maqam kemuliaan. Bila
  engkau berpaling, maka Aku lah yang meluruskan. Bila engkau menoleh, Aku lah
  yang mengembalikan. 
Seru Nya Pula : Pintu Hadirat Ku,
  ialah pintu kesabaran atas Ku. 
Dan kata Nya : Di dalam pintu
  kesabaran atas Ku engkau akan dapat mengetahui siapa engkau dan siapa namamu
  di sisi Ku. 
Dan kata Nya : Ilmu itu tangga naik
  menuju makrifat, setelah itu ia akan melihat dirinya dan tiada lagi terlihat
  makrifat... makrifat itu tangga naik menuju penghentian (Al Waqwah)
  penghentian itu tangga naik menuju rahasia (As Sir), setelah itu akan
  terlihat penghentian dan tidak lagi terlihat “rahasia” Dan setelah itu tidak
  terlihat lagi selain Nya. 
Lalu Ia bertutur kata padaku :
  Sesungguhnya engkau telah melihat segala sesuautu, dan engkau akan melihatnya
  apapbila ia naik, apa yang terlihat adalah dirinya sendiri; maka engkau
  jangan naik kepada sesuatu sekalipun ia mengungkapkan tentang dirinya
  kepadamu. Jangan pula engkau bersembunyi di kala sesuatu itu mendatangi untuk
  mengikutimu, tetapi bersembunyilah manakala ia mengajakmu berbicara. | 
| 
26.    SIAPA
  PELINDUNGKU DARI HAWA NAFSU 
Aku dihentikan di ilmu Nya, maka
  kulihat bagaimana ulah Nya membuat derita. Dan Dia membuat kebahagiaan oleh
  sesuatu sebab, yang mana sebab itu adalah Dia sendiri. 
Kulihat pula tiadalah Ia mendhahirkan
  ilmu itu. Kulihat pula cara-cara Nya memalingkan kekufuran dan memalingkan
  keimanan. Akupun menjerit memohon pertolongan ... Hai ilmu! Tolonglah aku!
  Ilmu menjawab : Tempat kembaliku adalah ilmu Nya... aku menoleh ke makrifat :
  Hai makrifat!  Tolonglah aku! Jawabnya
  : Tempat kembaliku kepada ilmu Nya!... Aku takut! Kengerianku menjawab : Aku
  tidak bisa menolongmu. Akupun berdo’a “Ya Tuhan ku” Ia menjawab  “Labbaika”
  Kusahuti :Labbaika wa Sa’daika.... Ia berkata : Apa pintamu? Teguhkan aku; Selamatkan
  daku dari hawa nafsu: 
Ketahuilah! Tutur Nya... “Hawa nafsu
  itu adalah utusan dari utusan-utusan keperkasaan Ku yang teguh, yang telah Ku
  kirimkan kepadamu, dan didalam hawa nafsu itu terdapat api-Ku, apabila hawa
  nafsu itu datang, niscaya api-Ku datang pula, maka masukilah! “Bagaimana
  caraku memasukinya?... Jangan engkau memohon pertolongan dengan ilmu dan
  jangan dengan makrifat, keduanya jika engkau minta pertolongan, maka
  engkaulah beserta ilmu dan makrifat yang menjadi tawanan hawa nafsu”.  
“Dan ketahuilah... tiada penolong dari
  hawa nafsu itu kecuali Allah.... Dan sekali-kali tiadalah engkau dapat keluar
  dari “Api" hawa Nafsu” dengan ilmumu dan tidak juga dengan makrifatmu. Dan api
  itu akan membakar bagian-bagian dirimu yang sudah minta tolong pada ilmu dan
  makrifat, bila telah selesai membakar, maka engkau akan suci bersih dan
  enggkau sudah mencapai... “Bahwa tiada penolong selain Ku” ... lalu engkau
  akan menjerit pada Ku, Aku pun segera mendatangimu, lalu Ku singkirkan api
  Ku, maka tidak lagi akan kembali padamu. | 
| 
27.    PERTIMBANGAN
  AMAL DAN PERTIMBANGAN IMAN 
Tuhan berkata kepadaku : “Aku telah
  menimbang amal perbuatan para orang yang beramal, maka kesemuanya tidak dapat
  menandingi sekurang-kurangnya makrifat para arifin yang paling sedikit. 
Dan Allah melanjutkan : “Bahwa amah
  sholeh apabila dilakukan oleh selian para arifin “Bilah” akan berkesudahan
  sia-sia, gugur atau hapus sama sekali, maka amal tersebut bagaikan abu yang
  ditiup angin dengan keras pada Hari Badai,... maka tumpukan amal yang membukit
  tidak dapat menandingi zarrah dari iman, karena tiadalah pembuat amal itu
  dalam hakekatnya kecuali Allah... dan tiada yang berbuat perbuatan selain
  Nya. 
Sehingga ada orang yang mengakui bahwa
  di sampingnya suatu perbuatan.. lalu ia mengatakan “Aku telah mengamalkan” 
Perhatikanlah : Bahwa hanya dengan
  maktifat orang dapat beramal, dan bukan dengan amal orang dapat bermakrifat. | 
| 
28.    AKAL  BUDI 
Akal budi itu menjelaskan kepadaku
  :  Kediamanku di dalam hikmat
  kebijaksanaan, rumah hikmat kebijaksanaan tiada berpintu, dan tiada pagar,
  mudah dimasuki ... kebenaran dan kebatilan tiada berbeda, yang indah dan yang
  buruk dapat memasukinya. 
Sluruh rumah dipenuhi dengan
  pintu-pintu dan itulah rumah tanpa atap tanpa naungan, tiada juga tanah untuk
  dasar rumah itu, segala sesuatu bebas masuk ke dalam, segala sesuatu boleh
  berkata sesuka hati, pengaduan apapun ku terima, boleh saja aku dimusuhi dan
  aku berada di setiap kemauan. 
Engkau telah memasuki Hadirat itu dan
  engkau telah meninggalkan aku dengan Nur cahaya maqammu, tetapi aku tetap
  bersamamu, aku tidak akan meninggalkan engkau, karena maqamku itu ada di
  dalammu, maka tiada ku terima pemberitahuan apappun daripadamu dan aku pun
  tidak mengerti sikapmu... demikianlah penjelasan akal. 
(Akal
  budi itu suatu alat untuk mengenal dan mengetahui sesuatu, serta menjadi tali
  penghubung pula, dan kesudahannya ia dapat mencapai hikmat kebijaksanaan
  untuk membina dan menyusun dengan satu perhitungan yang tepat. Dan inilah
  batas-batasnya serta melangkahi dengan berupaya menuju kepada Nur Cahaya
  Hadirat... dan di dalam Nur Cahaya Hadirat itu sang akal budi tidak memahami
  apapun karena sudah bukan maqamnya lagi). | 
| 
29.    JALAN  LALU 
  DAN PENYEBERANGAN 
Seorang wali yang melazimi di maqam
  Hadirat berkata : Makrifatku terhadap segala sesuatu merupakan makrifat yang
  pulang pergi, maka tiadalah maqam bagiku dalam ilmu dan tidak pula dalam
  makrifat. 
Aku hanya melewati jalan lalu saja. 
Bagaimana engkau dapat melalui
  ilmu-ilmu itu dan bagaimana pula engkau melewati makrifat-makrifat itu” 
Hendaknya engkau jangan mendengar,
  agar tidak menjawab.. jangan pula menoleh agar tidak berpisah... Maka Allah
  itu berada di depan segala sesuatu.  
(Dalam sebuah hadits Nabawi yang
  mulia) 
“Hendaknya
  engkau hidup di dunia ini bagaikan pendatang asing yang lewat di jalan lalu” 
(Arti
  dan makna Hadist di atas ialah, hendaknya seorang abid itu menghimpun kemauan
  kerasnya kepada Allah meskipun dikelilingi oleh daya tarik dan
  rangsangan-rangsangan duniawi yang menawan, walaupun rangsangan-rangsangan
  itu berupa ilmu-ilmu dan majkrifap-makrifat. Bagi seorang abid hendaknya –
  Walau memasuki – tetap dalam tujuan dan hanya lewat dan lalu menuju yang
  lebih tinggi... yaitu kepada Allah semata, yang nampak di depan untuk
  selama-lamanya yang juga menjadi sasaran ilmu dan makrifat). 
Bila engkau memasuki ilmu-ilmu, maka
  masukilah sebagai musafir lalu.... anggaplah jalan lalu dari sebuah lorong,
  maka jangan sekali-kali berhenti supaya tidak didatangi oleh para pembinanya
  yang akan merangsangmu dengan rumah-rumah indah karyanya, maka akan
  terlihatlah padamu Nur Cahaya Ku telah menggunakan tenaganya memancar di atas
  rumah-rumah mereka. Engkaupun akan tinggal di dalamnya rumah-rumah mereka
  dengan nyaman dan gembira tidak lepas dari Nur Cahaya Ku yang yang telah
  memancarkan menjulang naik, maka engkau tidak berhenti berdiri kecuali atas
  Ku. Engkau tinggal bersama mereka, yang sebenarnya adalah engkau tinggal
  bersama Ku, tidak bersama mereka. 
Bila engkau menghendaki Aku naik
  atasmu dengan Nur Cahaya Ku, niscaya Aku naik; Dan jika engkau kehendaki Aku
  mengutusmu kepada Nur Cahaya Ku, niscaya Ku utus. | 
| 
30.    PENGLIHATAN
  “KUN” 
Hendaklah engkau terbang menuju kepada
  Ku “Wahai hamba Ku! Jika engkau tidak sanggup maka “Menyebranglah” Wahai yang
  lemah. 
Jika kedua cara di atas tidak mampu
  engkau lakukan, maka cara terakhir adalah menjeritlah kepada Ku”. Wahai yang
  karam! Hingga engkau tiba di maqam tempatmu berdiri pada Ku, agar dengan
  demikian Ku angkat engkau ke tempat penghentian sebelum “KUN” (jadilah). 
Baik yang engkau lihat maupun yang engkau
  dengar di tempat penghentian, itu semua adalah ilmu Ku, tidak dapat engkau
  mengetahui dalam maqam mu yang rendah. 
Yang sudah engkau ketahui adalah
  giliranmu yang pertama, yaitu kehidupanmu di dunia ini, hal ini jangan
  hendaknya engkau datang pada Ku dengan sesuatu dari apa-apa yang telah
  terungkap padamu. Dan sesungguhnya, Aku akan mengeluarkan engkau kepada
  kekuasaan kerajaan Ku dalam kehidupan di akhirat. 
Adapun giliran mu yang ke dua, adalah
  dari apa yang tidak engkau ketahui dan tidak akan Ku beritahukan padamu dalam
  maqam yang sekarang ini, dan “kata pasti” yang berlaku untukmu. 
Dalam sebuah Hadis Syarif, Rasulullah
  Saw. Bersabda : 
“Tidak
  seorang pun dari padamu yang dapat masuk surga dengan amal perbuatannya,
  hanya dengan Karunia dan Rahmat Allah juga” 
Maka, temuilah Aku, dan jangan membawa
  serta amal perbuatan, lemparkan semua itu! Jangan engkau mengucapkan “Aku
  telah mengamalkan”  “Aku telah beramal”
  Hendaklah engkau masuk pada Ku tanpa daya tanpa upaya, tanpa tenaga tanpa
  kekuatan, kecualai dengan Ku, Dengan demikian engkau benar-benar menjadi
  seorang Arif. | 
| 
31. JANGAN
  BERBANTAH MENGENAI HUKUM-HUKUM KU 
Bahwasanay Aku mempunyai hamba-hamba
  bila Ku ajak bicara mereka tidak mengajukan pertanyaan sesuatupun untuk
  pengertiannya; Dan bila Aku berkata kepada mereka pun tidak membantah, bila
  Ku perintahkan sesuatu, tidak juga bersedih. 
Mengapa mereka harus murung? 
Barangsiapa yang bersedih
  hatinya dalam sesuatu persoalan, niscaya ia akan jatuh antara maju dan
  mundur,  Dan siapa yang mengajukan
  pertanyaan untuk mencari pengertian dalam pembicaraan, niscaya akan jatuh
  antara kemantapan dan kebimbangan. 
Hanya hamba Ku yang sebenar-benaranya
  yang langsung bertindak untuk segera melakukan dan melaksanakan perintah
  Ku.... tiada ia menanyakan untuk pengertian dan tiada juga membantah atau
  bersedih. Keadaannya laksana Malaikat yang berhati teguh. (Orang yahudi suka
  berbantah seperti yang terkandung di QS. Al Baqarah 67 -71). 
Jika engkau membantah perihal
  hukum-hukum Ku, maka engkau menganggap dirimu seakan-akan Tuhan dan engkau
  sependirian dengan lawan Ku, dan itu adalah suatu kekufuran semata-mata dan
  tidaklah hal yang sedemikian itu memperoleh pemberian apa-apa, selagi engkau
  tetap menjadikan dirimu sebagai tuhan lawan Tuhan mu, maka jangan menanti
  pemberian Nya, penuhilah hajat kebutuhan dirimu sendiri. 
Pemberian itu hanya Ku peruntukan bagi
  hamba Ku yang melazimi pendirian sebagai layaknya seorang hamba dari ke Maha
  Agungan Tuhan .. Allah berfirman, yang tafsirnya : 
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
  melainkan supaya mereka menyembah Ku (QS. Adz-Dzariah 51 -56). | 
| 
32. N  A 
  F  S  U 
Aku telah ditegakkan berdiri di
  hadapan nafsu, maka kulihat kekuasaan serta kerajaan keseluruhannya, lengkap
  disertai dengan bangunan-bangunan, mahligai-mahligai dan ku lihat di samping
  nasfu “ilmu” seluruhnya, “Makrifat” semuanya, “Akal budi” dengan
  kecerdasannya, kesemuanya itu sebagai pelayan-pelayannya, nama-nama, huruf
  sebagai tentaranya dan pembantu-pembantunya. 
Dan Tuhan bertutur kata kepadaku :
  Nafsu itu adalah musuhmu! Maka jangan mengajak berbicara! Ajakan bicaramu
  akan disertai ilmu, sesungguhnya tiadalah engkau dapat mengajaknya bicara
  melainkan dengan ilmu, sedangkan ilmu itu bala tentaranya dan akal budi itu
  pelayan-pelayannya, nafsu itu tidak putus-putusnya berbicara, Ia tidak dapat
  diam lalu mendengarkan dengan baik; Bila engkau ajak bicara ia pura-pura
  mendengarkan, sedangkan ia hanya mau mendengarkan kata dan suara hatinya,
  serta keinginan-keinginannya sendiri saja. 
Dan Tuhan melanjutkan tutur kata Nya :
  Bila engkau mau menaklukkan nafsu itu dan menguasai raumah-rumahnya, bila
  engkau mau menundukan nafsu, maka jangan sekali-kali mengajaknya berbicara,
  dan sembunyikan laparnya, sebagaimana ia menyembunyikan kenyangnya.
  Sembunyikan di balik belakang di mana ia memanggilnya serta merta
  meninggalkan tentaranya dan meninggalkan mahligai-mahligainya, dan balik
  kembali membawa persoalan yang sama, yaitu mengajakmu bicara tentang
  persoalan lapar, bukan persoalan yang lain, maka jangan disahuti bicaranya
  dan jangan pula menyambutnya, karena sesungguhnya bila engkau melayaninya
  bicara atau menjawab bagaikan engkau memberi peluang padanya untuk menarikmu
  dan merangsangmu, lalu ia akan berani-berani mengeluarkanmu dari pada apa
  yang selama ini engkau rahasiakan dan sembunyikan. 
Dan bila ia telah berhasil
  mengeluarkan mu daripada apa yang engkau rahasiakan dan sembunyikan, niscaya
  ia akan memperoleh kemenangan. Dan andaikan engkau mengajaknya bicara dengan
  ilmu, niscaya ia akan mengalahkanmu, karena ilmu dan makrifat itu adalah bala
  tentaranya. 
Itulah perumpamaan tentang nafsu,
  ibarat engkau mengejar-ngejar musuhmu yang berada di hadapan antara kedua
  tanganmu, sehingga apabila engkau dapat menduduki dan menguasai
  rumah-rumahnya niscaya ia akan keluar menyelonong dari belakang punggung mu.
  Maka hendaklah engkau merahasiakan dan menyembunyikan laparnya  nafsu dan hendaklah engkau tetap berteguh
  merahasiakan dan menyembunyikan, sebaliknya jangan engkau merahasiakan dan
  menyembunyikan kedudukan dan kemauan nafsu itu, karena dengan demikian engkau
  akan keluar dari merahasiakan (laparnya) kepada merahasiakan, dan
  menyembunyikan kepada menyembunyikan. 
Maka setelah kesemuanya itu engkau
  sembunyikan dan engkau merahasiakan, maka keluarlah dari nafsu itu satu
  persatu, dari segala ilmu, dari segala makrifat, dari segala kekuasaan
  kerajaan dan tinggalah ia (nafsu) itu berdiri di depan pintu “penyembunyian
  dan merahasiakan”. Dengan tak bosan-bosannya iapun menyajikan acara yang
  diulang-ulang, yakni mengajakmu bicara tentang lapar dan berusaha
  mengeluarkan aku daripadanya, tetapi aku tinggal tetap teguh dan waspada
  merahasiakan dan meneyembunyikan. 
Maka tiadalah ia menuntutku kecuali
  kepadanya, maka akupun tinggal tetap bertahan, karena sesungguhnya itu adalah
  benteng pertahananku yang kokoh yang tiada ia dapat mengajakku bicara
  tentangnya. Dan tiadalah ia akan sampai kepadaku melainkan dari pintunya. | 
| 
33.
  PENGHENTIAN  MEMANDANG WAJAH-NYA 
Ak”Penghentian Memandang Wajah-Nya”
  kemudian Ia bertutur kata kepadaku : “Turunlah sejenak ke bawah dan lihatlah
  segala sesuatu! Lepaskan pandanganmu ke padanya, kemudian berbalik lagi
  kepada Ku!; Akupun turun diiringi Nur Cahaya Nya; maka kulihat “segala sesuatu”
  aku tidak lagi melihat keindahan dan tidak juga keburukan; tiada lagi ada
  jarak, mana yang jauh dan mana yang dekat, tidak lagi ku lihat pertentangan,
  tidak pula yang berpadu, tetapi “ku lihat hikmah kebijaksanaan”, ku lihat
  pekerjaan yang sebenarnya, ku lihat peraturan dan takdir, kesemuanya merupa
  dalam bentuk yang sebenarnya. (Sebab
  pandangan kita selama ini hanya melihat dari segi sebagian sudut ilmu yng
  sangat terbatas; Bila kita melihat bersuluh obor Nur Allah, niscaya aib itu
  merupa sifat keharusan yang layak untuk dipakaikan kepada makhluk, dan segala
  kekuranagn itu sebagai suatu “Hikmat kebijaksanaan” dan kita akan mengiyakan
  sesuatu hukum, bahwa tiada kemungkinan lebih indah dari adanya yang sudah
  ada). 
Dan kulihat Allah di depan dan di
  belakang apa yang ku lihat, dan aku melihat Nya di dalam segala yang ku
  lihat. 
Tutur katanya pula : Engkau telah
  melihat Al Haq telah memandang Al Haq; Kemudian aku di bawa naik kepada Nya
  dan bersamaku Nur Cahaya Nya, lelu aku berhenti di maqamku dimana aku dapat
  melihat Nya sendiri yang berbuat dan tiada yang berbuat selain Nya (Al Haq
  Allah). 
Tutur katanya pula : Pandang baik-baik
  siapa yang mendatangimu! Maka “akal budi” yang datang kepada ku sambil
  menanyakan nama-nama dari apa yang sudah ku lihat dan ditanyakan pula akan
  arti dan makna nama-nama tadi. 
Langusng Tuhan menegurku : Jangan di
  jawab, jika engkau jawab, maka engkau akan turun kepadanya”. Segera ia pun
  menyingkir; “Tunjukan jalan kepadanya agar dia masuk ke lorong dan melihat
  dengan Nur apa yang telah engkau lihat; Barulah ia nanti akan beriman dan
  tidak meragukan lagi;  Bagaimana ia
  akan ragu, sedangkan ia melihat Ku? Yang meragu itu hanyalah mereka-meraka
  yang terhijab; Aku diam tiada menjawab: Ia pun menyerah kepada ku dan
  menunduk kan mukanya. 
Tidak lama ia kembali lagi dan
  menyingkir lagi, balik lagi datang, padahal ia dalam perjalanan menyingkir,
  dia diliputi ingkar dan penolakan dari apa yang sudah diketahui dan atas apa
  yang sudah diserahkan; Ia menyeru sekuat-kuatnya “Hai bantahan!!! ... Hai
  Sanggahan!!!.... Hai di mana!!.... Hai mengapa!!>.... maka ia (akal budi)
  telah dijumpai segala sesuatu, kecuali “Hikmat Kebijaksanaan”. | 
| 
34.SIFAT RAGU   (WAS 
  -  WAS) 
Tuhan berseru kepada ku : 
“Bila engkau di datangi keraguan, maka
  ia akan mendatangimu dengan berbekal “Bagaimana” dan itulah juru bicaranya
  dan itu adalah tanda tanyanya,  agar engkau
  berbalik pada ilmu pengetahuan. Bila engkau masuk ke dalam ilmu, maka
  jatuhlah engkau di antara datang dan perginya “Akal budi”. Bila engkau masuk
  kepda makrifat, maka ia tidak mendatangimu dengan “Bagimana” karena baginya
  sudah tiada “Bagaimana” lagi. Katakanlah kepada was-was itu : “Dengan DIA, aku telah mengenal sifat Nya, dan bukan sifat
  Nya aku mengenal DIA; Dengan DIA aku dapat mengenal Ilmu pengetahuan, dan
  bukan dengan ilmu pengetahuan aku mengenal DIA; Dengan DIA aku mengenal
  makrifat, dan bukan dengan makrifat aku mengenal DIA. 
“Bagimana” itu berdiri di antara kedua
  tangan Nya, dan dikirim oleh Nya kepada siapa yang dikehendaki Nya;
  “Bagaimana” itu batu ujian tentang Dia, dan menjadi rangsangan untuk menambah
  pengetahuan makrifat kepada Nya. 
Dan “Bagaimana” itu ku lihat dikirim
  juga kepada para alim ulama dan kepada arif bijaksana, dan diberitahukan
  kepada mereka bahwa “Bagimana” itu suatu bentuk keragu-raguan dan was-was.
  Dan tiadalah dengan penglihatan mereka kepada Nya, mereka akan terlindungi
  dari rangsangan “Bagaimana”. 
Dai berbuat yang demikian agar mereka
  itu menyaksikan Maha Kaya Nya dari makrifat mereka kepada Nya dengan
  sejelas-jelasnya dan seterang-terangnya, supaya mereka menyaksikan pula Maha
  Perkasa Nya dan Kodrat Nya dengan jelas, serta mengetahui bahwa apa yang
  dianugrahkan kepada mereka daripada Nya dengan seterang-terangnya. 
Dan Dia berkata kepada ku : Bila
  was-was itu telah mendatangimu, maka katakanlah kepadanya “inilah perbuatan
  itu yang sudah terang dan jelas tanpa keraguan; perbuatan itu adalah sesuatu
  yang dibuat, yang berbuat sudah jelas dan terang tidak perlu diragukan dan
  diawas-awasi karena sesungguhnya Dia-lah yang berbuat;  Dan inilah sifat yang berbuat, maka tentang
  itu aku mengajukan pertanyaan dan aku telah ragu dan was-was; Dia telah
  memberitahukan kepadaku tentang sifat Nya senantiasa berdiri bersama Nya”. | 
| 
35.BUKTI  NYATA 
Tuhan ku berseru kepadaku : | 
| 
( 1 ) | 
| 
Ilmu
  Ku itu menceraikanmu daripada Ku, dan karunia Ku memalingkanmu daripada Ku;
  Hendaklah engkau menjadi dengan Ku (bukan dengan ilmu Ku dan bukan dengan
  karunia Ku); Ku nyatakan ini padamu tanpa sebab yang menghukum, yang mana
  hukum itu telah nyata dalam segala sebab, Engkaupun akan memikul segala
  sesuatu yang mana segala sesuatu itu tiada sanggup memikulmu, dan engkau akan
  meliputi segala yang nyata tidak dapat meliputi engkau. | 
| 
( 2 ) | 
| 
“Bukti
  nyata”  Bukanlah suatu perkataan, dan
  ia dalam perkataan; bukan pula ilmu dan ia dalam ilmu, bukan pula makrifat,
  tetapi ia di dalam makrifat. | 
| 
( 3 ) | 
| 
“Bukti
  nyata” itu, ialah yang dapat dengannya engkau mengenal dalam engkau melihat
  dengan penglihatanmu pada Ku, dan makrifat itu ialah apa yang dengannya
  engkau dapat mengenal dalam kegaiban Ku; Makrifat itu juru bicara Ku untuk
  bukti Ku yang nyata, sedang “Bukti nyata” itu juru bicara ‘Berdiri Ku sendiri
  (Qoyyumiati); Dan “Diam” itu, ialah hukum dari “Bukti nyata” dan “Ucapan” itu
  dari hukum-hukum makrifat. | 
| 
( 4 ) | 
| 
Bukan
  sembarang yang melihat Ku dapat melihat Wajah Ku, tetapi yang telah melihat
  Wajah Ku itulah yang sungguh-sungguh telah melihat Ku; Jika engkau melihat Ku
  dalam suasana kenikmatan, berarti engkau sudah melihat Wajah Ku, dan siapa
  melihat Ku tidak dalam kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku, tidak
  ghalib atasnya melihat Ku, dan siapa yang melihat Wajah Ku ghalib atasnya
  melihat Ku. 
Sekali-kali
  engkau tidaklah dapat melihat Ku, sehingga engkau melihat Aku berbuat, dan
  tidaklah engkau dapat melihat perbuatan Ku hingga engkau menyerah pada Ku | 
| 
( 5 ) | 
| 
Bila
  engkau melihat Ku dalam kejadian malapetaka, maka Aku telah dilihat oleh
  umum, dan bila engkau melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau akan
  menjadi baik untuk selama-lamanya, dan tiada engkau akan gaib dengan apa-apa
  yang nyata. 
Bila
  engkau telah melihat Ku, tiadalah engkau dapat diselamatkan melainkan oleh
  penglihatanmu kepada Ku itu; Dan bila engkau tidak dapat melihat Ku, tiadalah
  engkau dapat diselamatkan kecuali oleh keikhlasanmu kepada Ku; Bila engkau
  telah melihat Ku;  niscaya engkau akan
  dapat melihat apa yang berasal dari tanah serupa dengan tanah itu pula. 
Apabila
  engkau mengajak berbicara, maka bicaralah menurut asal mula kejadiannya
  (Yakni, hendaklah engkau berbicara kepada tanah, niscaya engkau akan selamat
  dari rangsangannya). | 
| 
( 6 ) | 
| 
Sesungguhnya
  engkau telah melihat Ku sebelum sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku
  dalam kedatangan sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi pengganti Ku atas
  sesuatu itu; Jika tidak, maka sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai pengganti
  atas sesuatu itu. | 
| 
( 7 ) | 
| 
Aku
  telah bersumppah atas Diri Ku, tiada bertetangga dengan Ku kecuali
  siapa-siapa yang telah mendapatkan dengan Ku, atau dengan apa yang daripada
  Ku. 
Inilah
  sifat “Ahli naungan yang terhampar” maka hendaklah engkau melihat dirimu!
  Termasuk golongan yang tersingkir daripada Nya; atau golongan yang
  disampaikan kepada Nya. 
Hendaklah
  engkau menjadi “Ahli Nya” dalam kehidupanmu, niscaya engkau mengalami
  kesejukanmu, niscaya engkau mengalami kesejukannya dan kedamaian Nya di saat
  kematianmu. 
Bila
  engkau tidak menjadi “Ahli Nya” dalam kehidupanmu kini, maka tidaklah engkau
  menjadi baik dalam kematianmu kelak. | 
| 
( 8 ) | 
| 
Siapa
  yang tidak mau menyerahkan kepada Ku apa yang telah diketahui, niscaya akan
  Ku buka apa yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-pintu
  pendapat tentang hal yang berkaitan dengan pengetahuan, lalu ia condong
  memasukinya, dan akan Ku dorong masuk ke dalamnya, maka terhijablah ia. | 
| 
( 9 ) | 
| 
Jika
  keterbatasan-keterbatasan itu memberikan kepadamu, maka kumpulkanlah, dan
  jika Aku yang memberikan kepadamu, maka jangan dikumpulkan. | 
| 
( 10 ) | 
| 
Jangan
  engkau berpisah dari pendapat yang bermaksud hanya tertuju kepada Ku
  semata-mata, hendaklah lisan keadaanmu selalu dan selamanya atas... Ilahi
  Hanya Engkaulah maksud tujuanku; Dengan demikian engkau akan memenangkan
  dengan sesuatu kekuatan yang tak terkalahkan, bahkan dirimu sendiri akan
  menaatimu. | 
| 
( 11 ) | 
| 
Jika
  engkau telah mengetahui dan meyakini sepenuh keyakinan, maka hindarkan dirimu
  dari menghukum dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena sesungguhnya
  tiada hukum melainkan Kepunyaan Ku. | 
| 
36.MERANTAU 
Bila engkau ditimpa kemurungan karena
  panggilan-panggilan dirimu, hendaklah engkau bertenang dengan istrimu, jika
  masih juga belum hilang, datangilah orang seilmu denganmu, kalaupun belum
  juga hilang pergilah ke ahli makrifat, orang-orang saleh, jika masih juga
  belum hilang kemurunganmu, merantaulah di muka bumi, 
Jika dengan perantauanmu masih juga
  hilang kemurunganmu, maka lazimilah berdiri di depan Pintu Ku, jika belum
  juga hilang, maka bersabarlah... Jika belum juga hilang, maka bersabarlah,,
  jika belum juga hilang, maka bersabarlah, niscaya akan terbuka Nur-Nya bagimu
  dan tiadalah engkau akan keluar darpada Nya atas sesuatu yang memurungkan....
  sekali lagi bersabarlah dan nantikan... (dengan kesabaran). | 
| 
37.SIFAT  BERDIRI 
  SENDIRI 
Aku dihentikan oleh-Nya di tempat
  “Sifat Berdiri Sendiri” 
(Al Quyyumiah) lalu iapun berseru
  kepadaku : 
“Aku telah mendahului bagian-bagian,
  maka dengan Ku telah terbagi-bagi bukan dengan pembatasan, dan Aku telah
  mendahului pembatasan maka dengan Ku telah terbatas bukan dengan ruang; Aku
  telah mendahului ruang maka dengan Ku telah teguh bukan dengan jarak; Aku
  telah mendahului jarak, maka dengan Ku telah berjarak bukan dengan udara; Aku
  mendahului udara, maka dengan Ku berudara bukan dengan hawa; Aku telah
  mendahului hawa, maka dengan Ku ada hawa, dan juga debu, maka dengan Ku ada
  debu.. 
(Allah berfirman yang tafsirnya,
  sebagai berikut : ) 
Ia
  lah yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dahir dan Yang Bathin, dan Ia Maha
  Mengetahui tiap sesuatu. 
Yang
  awal tiada permulaan, Yang Akhir tiada kesudahan, Yang Dahir nyata segala
  kekuasaan Nya, Yang Bathin tak terlihat oleh mata, karena yang bisa dilihat
  oleh mata tiada lain, melainkan makhluk seperti kita). | 
| 
38.HAK  ITU 
  UNTUK  SIAPA? 
Ilmu itu menetapkan bagimu suatu hak,
  dan bagi Allah suatu Hak pula. 
Sedangkan makrifat itu pada umumnya
  menetapkan semua hak bagi Allah. 
Dan tiada ia (makrifat) menjadikan
  bagimu suatu hak apapun. Dalam kekhususannya, makrifat itu tidak menjadikan
  bagi dan atasmu suatu hak, karena ia memperkenalkan padamu “mula pertama” dan
  “Pengulangan kembali dalam hukum Ketunggalan Ilahiat”. Dan menghapus
  daripadamu apa-apa yang nantinya akan kembali kepada arti dan makna dirimu,
  maka tiadalah menjadikan atasmu suatu hak, karena engkau bukan lagi dengan
  engkau, juga bukan untukmu karena engkau bukan daripadamu. 
Dan ini adalah suatu “maqam
  pengguguran” segala peraturan dan urusan (Lemparkan semua ikhtiar dan segala
  tuntutan). Ini adalah derajat dalam lingkungan makrifat yang menuju dalam
  masuk Al-Waqwah (berdiri tegak). Dan mula pertamanya memasuki Al Waqwah ialah
  meniadakan siwa (selain Allah) sebagai pendamping.  
“Hanya sesungguhnya Al
  Waqwah itu dengan Al Haq (Allah) dimana “Tiada Tuhan Selain Allah” dan “Tiada
  selain Nya” 
 Inilah maqam yang berkesudahan padanya nasib
  yang menguntungkan jiwa. 
“Maqam “ Dan tiadalah aku melakukan itu dari kemauanku sendiri” 
(Qs. Al-Kahf 18 : 82) 
Kalimat yang diucapkan
  Sayidina Al Khidr dalam Al Qur’an dikala ia “Melobangi perahu” “Membunuh
  seorang pemuda” dan “ Membangun tembok” tanpa alasan-alasan yang terang. 
Dan inilah maqam-maqam : 
“Tiadalah antara Ku dan antaramu
  antara”. 
“Tiadalah antara Ku dan antaramu
  ‘Engkau”. 
“Tiadalah antara Ku dan antaramu ..
  perbuatan apapun”. 
“Dan
  tiadalah engkau yang melempar ketika engkau melempar, malainkan Allah-lah
  yang melempar “ (Qs. Al-Anfal 8:17). 
“Dan
  bukanlah engkau yang membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh mereka”.
  (Qs. Al-Anfal 8 : 17) | 
| 
39.DAN KAMI
  LEBIH DEKAT PADANYA DARI URAT LEHERNYA 
Setelah aku ditegakkan berdiri dalam “Penglihatan”,
  Ia pun berkata kepadaku : “ Pada ... Penglihatan... sudah tiadalagi ucapan,
  tiada juga  perkataan, ibarat dan
  isyarat juga tiada, ilmu dan makrifat, pendengaran dan kepekaan, ungkapan dan
  hijab, kesemuanya sudah tiada” 
Iapun melanjutkan : “ Pintu
  “Penglihatan” itu, ialah jalan keluar dari “Siwa” dan “Siwa” itu seluruhnya
  berhimpun dalam huruf. 
Makrifat itu merupakan pintu gerbang
  yang tiada dapat dimasuki, kecuali para arifin; dan bagi setiap arif satu
  tanda, yang dengannya (tanda itu) akan merasa tenang dan tenteram; dan barang
  siapa yang dengannya merasa tenang, maka ia pun akan berhenti di dalamnya”. 
Kata Nya : “kesemuanya itu mengarahkan
  tujuannya ke gerbang itu, dan untuk mencapainya diperlukan “kendaraan” dan
  setiap kendaraan ada tali pengikatnya”. 
Katanya pula : “kendaraan makrifat itu
  ialah ilmu dan tali pengikatnya ialah huruf”. 
Lanjut Nya : “Hendaklah engkau turun
  dari kendaraan, keluar dari huruf dan keluar pulalah dari makrifat.... dengan
  demikian Ku hapus tanda hijab dan akan Ku teguhkan engkau dengan “Tanda Ku”,
  maka tiada lagi engkau dikusai oleh huruf yang menghijab. 
Kata Nya Pula :
  “Menyingkirlah dari nama-nama huruf dan engkau akan menyingkir pula dari arti
  maknanya. Jika kesemuanya itu telah engkau singkirkan berulah “Aku akan lebih
  dekat dari urat leher”. 
Belum! Belum tiba di tujuan!
  Menyingkirlah dari leher itu, dan urat leher itu, menyingkirlah dari “dekat”
  ke yang lebih dekat... niscaya engkau melihat “Lafaz Aku (Lafdhiat Ana). 
Bila engkau telah pergi dari “Lafaz”
  itu, maka Aku lah Yang Dahir dan Aku lah Yang Bathin dan Aku lah terhadap
  segala sesuatu Maha Mengetahui... 
Ia pun menegaskan sekali lagi : “Huruf
  dan segala sangkut pautnya adalah hijab yang berpintu, di dalamnya tempat
  pulang balik dan tempat membagi-bagi, keduanya merupakan dua pintu di
  belakang huruf; Menetapkan dan menghapuskan, adalah dua pintu hijab di balik
  yang pulang pergi dan membagi-bagi. Yang pulang pergi dan membagi-bagi adalah
  pintu masuk menuju penghentian (Al-Waqwah) dan “Penetapan serta penghapusan”
  adalah pintu masuk menuju “Penglihatan” (Ar Ru’yah). 
Tabir hijab telah terungkap sudah..... 
Bagi para setia kawan arifin Nya.... 
Segera mereka dapat memandang Nya..... 
Tanpa ibarat tanpa huruf.... tanpa
  abjad. | 
| 
40.BEBAS
  DARI BENTUK GAMBAR/LUKISAN 
Hai hamba! “Tiadalah Aku menjadikan
  bagimu bentuk gambar-gambar dan lukisan-lukisan itu supaya engkau tunduk
  merendah kepadsanya. 
Dan tiada pula Aku mengadakan bentuk
  gambar-gambar dan lukisan-lukisan itu supaya engkau berlindung padanya....! 
Hai hamba! “Akulah pencemburu yang
  mengazab dengan siksa.... Telah Ku ciptakan bentuk gambar lukisan itu
  untukmu, dan engkau Ku ciptakan untuk Ku, maka mengapa engkau meninggalkan
  apa yang sebenarnya engkau untuk Nya. Dan untuk apa pula engkau
  membuang-buang waktu terhadap apa yang Ku tundukan untukmu.... Aku cemburu
  atas hidupmu yang engkau gunakan untuk yang tidak layak dan derajatnya lebih
  rendah dari martabatmu yang mulia itu” 
Tafsir Ayat : Sungguh telah Kami muliakan anak-anak Adam” (QS. Bani Asrail 17:70). 
  Hai
  hamba : “ Aku mempunyai di balik bentuk gambar lukisan, ilmu-ilmu gambar
  lukisan dan apa yang berkaitan dengan gambar lukisan, bagaimanapun bentuk
  gambar lukisan itu... suatu nama yang tak dapat dilawan oleh bentuk
  gambar-gambar dan ukisan-lukisan, dan suatu ilmu yang takkan tetap di
  depannya ilmu gambar-gambar dan lukisan-lukisan. 
Hai hamba : “ Ia adalah suatu nama
  yang telah Ku sebut dengan dirinya untuk diri Ku, tidak utuk siapa yang
  mendengar, Ku simpan suatu ilmu untuk Ku, bukan Ku sebar di alam semesta,
  hanya Aku patrikan dengannya kepada barang siapa yang Ku kehendaki  
Arti ayat : Alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu”..... Alangkah nikmatnya
  tujuan akhir (surga) yang abadi .... Alangkah baiknya balasan akhirat ...
  Alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Rad 13:24). 
Dan
  Ku singkirkan siapa yang Ku kehendaki : 
Dan itulah seburuk-buruk tempat
  kediaman” 
Hai hamba! Kehadiranmu berlainan
  dengan kehadiran yang lain, maka jangan dibelanjakan sembarang belanja dari
  apa yang dapat dilihat ... wajhmu tidak seperti yang lain, maka jangan kau
  bawa berhina dengan membawa ke lembah dina. | 
| 
41.                      
   PANJATAN PUJA PUJI PARA ARIFIN 
Puja puji atas kenikmatan,
  itu adalah umum. 
Puja puji mensyukuri atas
  nikmatnya, itu adalah khusus. 
Puja-puji melihat kelemahan
  diri untuk dapat mensyukuri atas nikmat Nya, adalah lebih dari khusus. 
Puja Puji atas suka dan
  duka, lapang dan sempit, adalah lebih dari khusus. 
Puja Puji atas perkenalan
  Allah kepada hamba Nya, itu lebih dari khusus. 
Puja puji untuk Wajah Al Hak
  Allah Ta’ala, tanpa sebab dan dari sebab, hanya dengan Nya dan daripada Nya,
  itu adalah puncak ilmu-ilmu para pemuja dan pemuji dan sudah berkesudahan
  khususnya-khusus. 
 Puja puji itu akan menjadi sah bila
  datangnya dari orang yang alim dengan Nya, tetapi sah manakala tibanya dari
  seorang yang karam dalam kerinduan pada Nya, maka apabila kerinduannya telah
  terjalin, niscaya akan melihat Nya, mka apabila telah melihat Nya, niscaya
  penglihatannya itu akan menggerakan lisannya untuk bicara, manakala sudah
  terucapkan, hapuslah bekas maksud dan tujuan karena ucapannya itu, dan
  terhapus pulalah ciri-ciri kecondongan dan akan menjadi keikhlasan
  sebenar-benarnya; Puja puji itu hanya untuk Wajah Al Haq Allah Ta’ala; Dan
  semacam puja puji ini membuka bagi orangnya tentang lisan berdiri Nya sendiri
  (Al Qoyyumiah), maka segala makrifat-makrifat itu akan mengucapkan pada Nya
  dengan ketunggalan, barulah hilang kemurungan dari bilangan-bilangan dan akan
  terhimpun baginya semua bilangan dan tidak lagi terbagi-bagi satu antara
  lain. | 
| 
42.BILA
  BERTEMUNYA DUA PERTENTANGAN DALAM SATU PENDAPAT 
Yang emikian itu tiada akan terjadi
  melainkan di kala engkau melihat kesan pulang perginya sesuatu yang engkau
  cintai itu, maka pada hari ini baginya suatu nama; sifat dan tabiat, dan esok
  harinya ada baginya nama, sifat dan tabiat, maka hasil kejadiannya akan pergi
  daripadamu hukumnya, dan akan menjadi sama dalam kecintaanmu wujudnya dan
  lenyapnya sesuatu yang engkau cinntai itu.... dan inilah akhir kesudahan
  sesuatu itu dalam cinta kasih. 
Seorang Abid, tidaklah layak baginya
  sessuatu pun untuk dicintai. Dan inilah taraf dari persamaan
  pertentangan-pertentangan itu di dalam cinta kasih, yang demikian itu agar
  engkau menyaksikan arti makna yang dengannya air menjadi panas, dan dengannya
  pula menjadi dinginmembeku. 
Bila penglihatanmu telah sampai di
  sini, akan menjadi samalah hilangnya sessuatu atau adanya sesuatu itu. Dan
  tidak mungkin mencapai derajat dengan ilmu pengetahuan... akan tetapi
  hanyalah dengan perjuangan. | 
| 
43.                      
  KEMANA PANDANGAN ATAS PARA ARIFIN  | 
| 
Bila engkau
  melihat Ku, di dalam sesuatu kenikmatan, niscaya engkau tidak akan gaib
  daripada Ku di dlam selain Ku. | 
| 
Dan apabila
  engkau tidak melihat Ku di dalam suatu kenikmatan itu atasmu.... Dan bila
  kenikmatan itu menang atasmu, niscaya segala sesuatu akan ikut juga
  memperoleh kemenangan dan bila engkau melihat Ku di dalamnya (kenikmatan),
  niscaya engkaulah yang menang atas segala sesuatu. | 
| 
Engkau sama
  sekali tidak akan melihat Ku, baik di dlam kenikmatan maupun dalam
  malapetaka, sampai engkau melihat dalam keduanya adalah “perbutan Ku
  sendiri”. | 
| 
Engkau tidak
  akan melihat suatu “Perbuatan Ku sendiri” hingga engkau tidak melihat sesuatu
  dari sebab dan hingga engkau selamat dari waham sebab (tidak engkau tersentuh
  dingin oleh penyebab dingin melainkan kesemuanya itu perbuatan Allah). | 
| 
Aku tidak akan
  menyata sebelum Ku sirnakan “Kesenangan berpendapat dengan selain Ku” dan
  tidak Ku sirnakan sebelum Ku saksikan bahwa “ tiada hukum baginya” dan tiada
  Ku saksikan sebelum Ku angkat apa yang bergantung dengannya daripadamu. | 
| 
Ia bertutur
  kepadaku : “Berdirilah dengan tegak di alam semesta ini dengan “Hukum
  pengetahuan” yang meniadakan alam semesta. Dengan demikian engkau Ku angkat
  dari “Hukum alam semesta”  | 
| 
YA Tuhan ku! Engkaulah
  yang menciptakan segala dan yang mengurus serta memimpinnya; Engkau Maha
  Mengetahui segala dan yang mengajarinya; Yang mengenal segala dan yang
  memperkenalkannya, kepada Mu semua akan kembali, dan daripada Mu musnah, dan
  dengan izin Mu dapat berdiri dan kepada Mu akan kembali dan dengan Mu akan
  tetap tegak. | 
| 
Siapa kiranya
  dapat membawa untuk ku.. 
Seseorang
  kawan yang arif yang bijaksana 
Yang berhenti
  bajak bak tabir hijab 
Yang tiada
  diperbudak oleh siapa 
Bukan abdi
  mata yang fatamorgana 
Yang bila alam
  semesta membangun 
Tiada terlihat
  bangunan melainkan kehancuran 
Kehancuran
  yang di bangun di atas kehancuran 
Kebinasaan
  yang di bangun di atas kebinasaan 
Kemusnahan
  yang di bangun di atas kemusnahan 
Kerobohan yang
  dibangun di atas kerobohan. | 
| 
44.  SUATU PENGHENTIAN DIMANA HATI-HATI PARA
  ARIFIN DIBUAT TERHERAN-HERAN 
Aku dihentikan berdiri tegak dalam
  keyakinan yang sebenarnya, lalu Ia berkata kepadaku : “Dalam keyakinan itu
  adalah sauatu rahasia, bila engkau telah mengenalnya, amak tida lagi Aku
  menjadi samar atasmu. 
Bila Kau menyamar, niscaya penyamaran
  Ku akan menambah makrifat padamu, tetapi bagi mereka yang tidak mengenal
  rahasia keyakinan itu, pastilah menjadi pengingkaran. Sesungguhnya Aku lah
  Allah yang tidak dapat direka-reka oleh perkenalan pada Ku, dan tak dapat
  dimuat oleh hati-hati itu dengan sepenuh muatan makrifat kepada Ku.  Bagi Ku ada suatu makrifat yang tunggal
  yang mana tiada Ku fitrahkan kepada hati seorang hamba dan tiak juga kepada
  para Malaikat. 
Bila makrifat itu tiba, niscaya tiba pulalah
  pengingkaran, maka setiap orang Arif akan mengingkari segala apa yang telah
  dikenal. 
Dan apabila telah tiba pengingkaran
  itu, maka ketahuilah bahwa Aku lah yang menyamar dengan makrifat Ku yang
  Tunggal itu, maka hendaklah engkau jangan menginggkari Daku dan jangan
  memohon suatu makrifat, yang dengannya engkau dapat mengenal Ku, dan
  katakanlah ... Engkau .... Engkau.... yang dapat memperkenalkan diri Mu
  sebagai yang Engkau kehendaki, dan menyamar menurut apa yang Engkau
  kehendaki.  Maka teguhkanlah daku
  dengan penyamaran Ketunggalan Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah daku dengan
  pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang diri Mu engkau perkenalkan. 
Dan bila engkau menyamar, maka
  jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah
  yang menyamar.... Dan bila Engkau  Memperkenalkan
  diri, maka jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa
  Engkaulah yang memperkenalkan diri. | 
| 
45.                      
  YANG TERUNGKAP SERBA SUCI 
“Bagi Nya wajah tanpa rupa; 
“Bagi Nya mata tanpa kedip; 
“Bangi Nya ucap tanpa huruf; 
“Baginya ilmu tanpa halaman; 
 “Bagi Nya dekat tanpa mana; 
“Bagi Nya jauh tanpa hingga; | 
| 
46.                      
  D O ‘ A 
“ YA Tuhanku ! 
Denganku daku hina; Dengan Mu daku
  mulia; 
Denganku aku papa; Dengan Mu aku kaya; 
Denganku daku lemah; Dengan Mu daku
  perkasa. 
Tiada yang dapat mengetahui
  kehinaanku, kepapaanku, dan kelemahanku selain Mu. 
Maulaya! Makrifat dalam hati menuntut
  demi untuk Mu atas diriku, sedangkan daku khusuk di ambang gerbang pintu Mu,
  bersujud di dalam lapangan Mu nan luas, ku datang menghampiri Mu dengan penuh
  noda dan dosa, Ku mohon maaf ampunan Mu serta kemurahan Mu, ku minta
  tersingkapnya tabir penutup untuk bertobat dan kembali pada Mu. 
Malulaya! Andaikan Engkau pikulkan
  atas pundakku beban dosaku.... tidaklah bumi dapat mengangkatku, tiada pula
  langit dapat menaungiku, tiada satupun selain Engkau yang dapat memikul berat
  dosaku, dan tiada satu lisan selain dari lisan-lisan kemaafan Mu yang sanggup
  memberi alasan... terhadap kessalahan-kesalahan ku, tiada satupun dari
  makhluk-makhluk Mu yang sanggup melihat padaku karena buruknya rupa yang
  dipenuhi oleh daki-daki dosaku. 
Tiada makrifat dari sekian banyak
  makrifat makhluk-makhluk Mu yang sanggup mengajukan uzur untukku kepada Mu,
  lagi pula ia melihat dosaku dalam makrifat Mu. 
Maka, tiadalah demi Kemulian Mu,
  sekali lagi tiadalah demi Kemulian Mu yang dapat menyelematkan diriku
  daripada Mu, Kecuali Engkau, tiada pula daku dapat menghindarkan diri dari
  Kemurkaan Mu melainkang Engkau, tiada daku mempunyai alasan perihalku kecuali
  Engkau. 
Maulaya! Daku memohon kepada Mu dengan
  Rahmat Mu! Daku meminta pada Mu dengan Nur Cahaya Mu; Daku ajukan pintaku
  pada Mu dengan kebagusan Mu; Daku harap-harapkan pada Mu dengan Keindahan Mu;
  Daku rindukan pada Mu dengan Zat Mu; Dengan Wajah Mu; Dengan Diri Mu; Dengan
  Samping Mu; Dengan Tangan Mu; Dengan Roh Mu; Dengan mata penglihatan Mu;
  Dengan Rumah Mu; Dengan Somadiat Mu; Dengan seluruh Sifat-sifat Mu; Dengan
  ke-Agungan di dalam meng-Agung-Agungkan Mu; Daku memohon maaf dan ampunan
  serta kemurahan dan ku minta tabir penutup untuk dosa-dosaku dengan tobat dan
  kembali pada Mu. | 
| 
47.                      
  SAKSI 
  MAHA TUNGGALNYA DALAM SESUATU 
Bukti-bukti ketunggalan dalam
  sesuatu-sesuatu itu, bahwa kesemuanya itu adalah buatan dari sisi Yang Maha
  Tunggal; Seluruh sifat buatan Nya adalah satu, yaitu ulang mengulangi dan
  kemusnahan; Bentuk semua buatan Nya adalah satu, yaitu dalam keterbatasan,
  Tanda-tanda buatan Nya satu, yaitu kodrat; dan pengetahuan semua butan Nya
  satu, yaitu kodrat; dan pengetahun buatan Nya satu, yaitu ikrar (pengakuan),
  dan semua ikrar Nya satu, yaitu kebodohan, dan jenis mata semua buatan Nya
  satu, yaitu wujud ini, maka kelangsungan wujud buatan Nya saling hancur
  menghancurkan, hingga tiada tinggal satu wujud pun. 
Seluruh terjemahan-terjemahan buatan
  Nya adalah satu, yaitu memberi penjelasan; Ketenangan seluruh buatan Nya
  adalah satu, yaitu ketertiban; Gerakan seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu
  penyusunan; Hukum hukum buatan Nya adalah satu, yaitu kemauan;
  Perbuatan-perbuatan semua buatan Nya adalah satu, yaitu yang dimaksudkan;
  Kesampaian semua buatan Nya adalah satu, yaitu ketidaksanggupan; Dan diamnya
  semua apa yang dibuat oleh Nya adalah satu, yaitu tempat; Dan kelemahan semua
  buatan Nya adalah satu, yaitu Baharu (Haditsah) (Lawan Qadim). | 
| 
48.                      
  HURUF DAN LINTASAN-LINTASAN HATI 
Huruf itu terdiri atas bentuknya, dan
  bentuknya terdiri atas tasrifnya (Perubahan bentuk kata), dan tasrifnya
  terdiri atas ilmu-ilmunya, dan ilmu-ilmunya terdiri atas hukum-hukumnya. 
Huruf itu merupakan maqam hijab;
  Menghimpun huruf adalah maqam penyusunan; Menyusun dan mencerai beraikan
  huruf itu adalah maqam pemusnahan. 
Huruf itu merupakan unsur benda bagi
  “siwa” (Selain Allah) seerta unsur benda bagi perbagai “Lintasan hati”. 
Tiada terlintas padamu suatu lintasan
  hati, lalu engkau tiada menafikan, maka bukanlah engkau daripada Ku, dan
  bukanlah Aku daripadamu. 
Bila terlintas padamu suatu lintasan
  hati lalu engkau meniadakan... niscaya engkau daripada Ku atas hukum apa yang
  engkau meniadakan; Sedangkan engkau daripada lintasan hati itu atas hukum
  yang menahanmu. 
Bila sudah tidak terlintas padamu
  suatu lintasan hati, niscaya engkau daripada Ku dan Aku daripadamu. 
Bila terlintas padamu suatu lintasan
  hati, dan engkau menyambutnya dengan baik, kemudian engkau meniadakan, maka engkau
  daripadanya. 
Bila terlintasa padamu lintasan hati,
  lalu engkau meniadakan seketika itu, maka ia tidak denganmu, dan engkau tidak
  pula dengannya. 
Ia berkata kepada ku : “Bila engkau
  makan dengan sesuatu, niscaya engkau minum pula dengannya; Bila engkau minum
  dengannya sesuatu, maka engkaupun akan mabok dengannya. 
Ia pun melanjutkan : “ Hendaklah
  engkau jangan makam dengan siwa, yang mana nantinya engkau akan minum
  dengannya, dan jangan pula engkau minum dengan siwa, agar engkau tidak mabuk
  dengannya. 
Bila engkau makan dengannya, engkaupun
  akan bersandar padanya atas asal usulnya; Dan bila engkau minum dengannya,
  engkaupun akan condong kepada ilmu-ilmunya. 
Iapun menyambung : “ Bila engkau tidak
  makan dan tidak minum dengan siwa, niscaya ucapanmu adalah kata-kata yang
  benar dan tepat, engkaupun ikhlas melaksanakan, dan perkataan serta
  perbuatanmu akan datang kepada Ku tanpa hijab, dan akan Ku tetapkan  kata-katamu dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan
  perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku. 
Dan kata Nya : “ Hai hamba! Bila
  puji-pujimu kepada Ku dengan puji-puji huruf, niscaya engkau akan lengah
  dengan kelengahan huruf itu’ 
Hai hamba! : “ Bila engkau bertobat
  dengan lisan huruf,  niscaya engkau
  urungkan dengan lisan huruf.... bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya
  akan bermaksiat dengan lisan huru. 
Hai hamba! : “ Sucikanlah puji-pujimu
  kepada Ku daripada huruf dan berlebih-lebihannya, dan sucikanlah taqdismu
  kepada Ku dari berlebih-lebihan serta bertingkat-tingkatnya huruf itu,
  niscaya Ku tulis tasbihmu dengan tangan Ku atas naungan Ku, dan Ku jadikan
  engkau dari ahli keluarga Ku... bila tiba “Saat pertemuan”. | 
| 
49.                      
  YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN 
Hai hamba! Akulah pengetahuanmu itu,
  bila tidak, maka tiada pula pengetahuan bagimu, dan Aku lah pendapatmu itu,
  bila tidak, maka tiada pendapatan bagimu, dan Aku lah pendengaranmu itu, dan
  Aku lah penglihatanmu, maka bila tidak, tidak pula bagimu penglihatan. 
Hai hamba! Aku menghijab dengan
  kenikmatan-kenikmatan duniawi, maka itulah kenikmatan yang menghijab, dan Aku
  pun telah mengungkap kenikmatan-kenikmatan ukhrawi, maka itulah
  kenikmatan-kenikmatan yang mengungkap. 
Hai hamba! Pandanglah hiasan yang
  dibangun oleh karya tangan-tangan pendurhaka di dunia ini, dan pandanglah
  susunan-susunan buah tangan karangan para pemikir yang lalai; maka dengan ketaatan mereka tidak terlihat berupa keindahan walau dihias dengan apapun
  juga, dan tiada dengan pengetahuan mereka hasil yang elok dari buah karangan
  mereka walau disusun sedemikian rupa. 
Hai hamba! Hendaklah engkau menengok
  hati-hati mereka yang telah berikrar kepada Ku, namun tidak mereka penuhi;
  Dan lihatlah pada lisan-lisan yang telah berikrar untuk Ku tetapi tidak
  dilaksanakan... Akan terlihat olehmu apa-apa yang telah diucapkan itu tidak
  berbekas menjadi kenyataan, dan akan terlihat olehmu apa yang mereka perbuat
  tidak mencerminkan cita-cita sifatnya. | 
| 
50.                      
  SAMPAI KEPADA ALLAH 
Ilahi
  ! Engkau maha mengetahui akan ilmu, tetapi ilmu itu tidak mengetahui Mu, dan
  Engkau Maha mengenal akan makrifat, tetapi makrifat tidak mengenal Mu. 
 Ilahi ! Perlihatkan padaku dalam Engkau
  membolak balik, dan saksikanlah padaku dalam Engkau mencurahkan asuhan, dan
  mewujudkan daku dengan Mu dikala Engkau memperlihatkan , sehingga jangan
  menjadi atasku selian Mu “Ketuhanan hukum” (Rabbabiatul Hukum) dan “Arti
  makna Nama (Ma’nawiyatul Isim). 
Ilahi
  ! Engkau Maha Mengetahui terhadap diriku, untuk apa daku Engkau ciptakan?
  Dan Engkau Maha Mengetahui tentang panggilan-panggilan diriku, untuk apa
  Engkau jadikan aku” Dan Engkaulah Maulaya! Nan Maha Kaya dan tidak memerlukan
  daku, bagaimana Engkau memperlakukan daku sedangkan Engkau Tuhanku!  Engkaulah Maha Penyayang dari segala
  penyayang, bagaimana Engkau membolak balikan daku? 
Ilahi
  , Gusarkanlah daku dari segala sesuatu yang membuatku jinak terhadap
  kenikmatan-kenikmatan Mu, tunjukan daku dalam semua kenikmatan Mu wajah-wajah
  para pengenal-pengenal Mu, pimpinlah daku dalam Makrifat Mu, dengan ilmu-ilmu
  Ketuhanan Mu, dan perlihatkan padaku Nur Cahaya Mu, dengan bimbingan petunjuk
  Mu. 
Ilahi
  ! Telah berkuasa dan Mulia sifat-sifat Mu atas huruf para pengucap, da
  meninggi zikir-zikir taqdis Mu atas pikiran-pikiran para pendiam, maka
  tiadalah makhluk-makhluk yang dapat mentasbihkan Mu melainkan Tasbih Mu jua
  yang lebih besar, dan tiada jangkauan khayal untuk memuja dan memuji Mu,
  melainkan pujian Mu jua yang lebih Agung. 
Ilahi
  ! Engkaulah bukti dari seluruh pembuktian-pembuktian Mu, dan Engkaulah
  penerang atas segala penerang-penerang Mu, serta ayat-ayat Mu. 
Ilahi
  ! Telah surut kembli segala makrifat-makrifat di hadapan makrifat Mu dengan
  keheran-heranan, dan kembalilah segala penglihatan-penglihatan hati di
  hadapan keindahan ke Agungan Mu dengan keletihan dan kepayahan. | 
| 
51.                      
   DDO’A 
  PARA ARIFIN 
Ya
  Allah ! Aku berlindung dengan Mu daripada mengetahui suatu ilmu, melainkan
  demi pada Mu, atau menginginkan suatu ilmu demi untuk Mu, atau melakukan
  suatu amal melainkan demi untuk wajah Mu, atau menuju suatu jurusan kecuali
  demi dalam ketaatan pada Mu. 
 Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu
  daripada berusaha, kecuali dalam keridhaan Mu, atau di kala aku
  membolak-balikan badanku di atas pembaringan, kecuali dengan penuh rasa takut
  pada Mu, atau juga ku buka mataku, kecuali untuk melihat ayat-ayat Mu, atau
  mengarahkan telingaku, melainkan guna menyimak peringatan Mu. 
Ya
  Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu daripada menggunakan pikiran,
  kecualli dalam takut kepada Mu, atau melaksanakan suatu kemauan keras, kecuali
  di jalan lorong Mu atau mengorbankan jiwaku, kecuali demi dalam hak Mu. | 
| 
52  .D I A 
HUA = dia lelaki, dan HIA = dia
  perempuan, keduanya tidak mencapai untuk mengibaratkan tentang Nya, menurut
  harfiah (Karena Allah bukan lelaki dan bukan perempuan). 
Tiada mungkin huruf itu mengibaratkan
  tentang Allah Yang Maha Suci, karena huruf itu tergolong dari makhluk-makhluk
  Nya. 
Huruf itu laksana Suradiq = debu, atau
  apa yang menjulang, yang meliputi sesuatu untuk membuat bentuk terhadap apa
  yang dinyatakan oleh Allah dari segi kebendaan. Dan suradiq itu berada di
  maqar = tempat, dan maqar itu di iqrar = ikrar, dan itu di qarar = tempat
  yang tetap, dan qarar itu di tamkin = kedudukan di tempat yang teguh, dan
  tamkin itu rangkaian huruf dan huruf-huruf Nya. 
Huruf itu menghijab arti makna,
  sedangkan arti makna menghijab mahiyat (keadaan). 
Huruf itu merupakan hijab yang tidak
  dpat ditembus oleh penembus-penembus dan tidak dapat dimasuki oleh para
  penempuh kecuali dengan izin Ku. 
Huruf yang paling tinggi adalah Nama
  Ku, dan huruf pertengahan adalah Kemauan Ku, dan semua huruf itu adalah Bahasa
  Ku dan lisan-lisan Ku, Malaikat itu berkenan melapangkan Nama itu, karena itu
  adalah pintunya, dan Jin melapangkan kemauan keras, karena itu adalah
  pintunya, dan insan melapangkan semua huruf karena itu adalah pintunya. | 
| 
53.                      
  PARA ARIF DAN PARA ABID 
Ia berkata kepada ku : “Hai Arif!
  Imanmu sebanding dengan iman para makhluk, malah lebih baik; Dan maksiatmu
  seimbang dengan maksiat para makhluk, malah lebih bessar. 
Ia berkata : “Jika bukan karena
  Arifin, niscaya sudah Ku sekap semuanya”. Selanjutnya : “Para Abidin merupakan
  tonggak bumi dan para Arifin merupakan pasak-pasak zikir. 
Ia berkata : “Seorang abid, ibarat air
  yang menyirami bumi, tetapi ia tidak merasakan buah-buahan yang tumbuh;
  sedangkan seoran arif ibarat ayat-ayat yang mempercepat zikir, tetapi ia
  tidak ikut meneguk dengan cangkir-cangkir. 
Ia berkata : “Seorang arif mengalir
  dalam zikir, tetapi tidak ikut serta minum, laksana yang naik di atas lautan
  dengan berjalan tetapi tidak menghirup, bila engkau makan dengan sesuatu
  niscaya engkau iringi minum dengannya, bila engkau minum denga sesuatu, maka
  engkaupun mabuk dengannya. 
Janganlah engkau mabuk, dengan selain
  Ku, niscaya engkau menjadi ARIF. | 
| 
54.               
  MAQAM-MAQAM MEREKA YANG TELAH SAMPAI DAN
  MARTABAT MARTABATNYA 
Mula pertama karunia Allah bagi
  seorang muried (Yang berhasrat menempuh), ialah ajakan berbicara sebagai
  pembuka perkenalan, kemudian berkenalan dan saling kenal-mengenal (arif);
  Setelah itu berikhlas hati untuk semua amal perbuatannya kemudian berbaik
  niat, lalu bersabar diri, naik ke rida dengan hukum Nya. 
Setelah itu sang arif dianugrahi
  penyaksian menyaksikan Nya. 
Dan penyaksian, meningkatkan keteguhan
  hati, bila hati telah teguh diulurkan perjanjian kewaliaan, setelah itu
  dipilih oleh Nya. Jika terpilih maka diserahi amanat, setelah itu diungkapkan
  kepadanya khazanah rahasia-rahasia Nya, Setelah kesemuanya ini dilalui,
  menjadilah ia seorang khalil (kawan setia). Khalil atau Al Khullah (sahabat
  yang akrab). 
Sahabat yang akrab ini adalah dari
  maqam Al Mahabbah (Maqam Cinta) maqam ini adalah suatu maqam bukan dari
  maqam, itu adalah maqam Sayyidina Muhammad, s.a.w. 
Di dalam maqam cinta, sang abid
  berpindah ke “Berdiri tegak memandang” (Mauqifil ithla) terus ke “ Berdiri
  tegak nan tenang” (Mauqifis Sukun). 
Dengan demikian, maqam-maqam itu dari
  tahap ke tahap menjulang dengan kesimpulan : 
Al muhadatsah (Ajakan berbicara). 
At ta’aruuf (memperkenalkan, ajakan
  berkenalan) 
Al makrifah (perkenalan) 
Al isyhad (mempersaksikan,
  memperlihatkan) 
At tatsbiet (keteguhan hati, ketapan) 
At tamkin (penetapan berteguh) 
AL wilayah (kewalian) 
Al ishtifa’ (seleksi, dipilih) 
Al i’timaan (diserahi amanat) 
Al kasyf (tersingkap, terungkap) 
AL khulaf (kawan setia, sahabat yang
  akrab) 
Al mahabbah (cinta) 
Al ithla’ (memandang) 
Al qath’ ( memutuskan) 
As sukun (tenang). 
Pendekatan itu baginya 
Tanda cinta 
Bila sudah nyata 
Maka tergulunglah semua antara 
Segera terhapuslah 
Warna dawat dan segala nama. | 
| 
55.                      
  YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN 
Ilmu itu adalah bukti Ku; Makrifah
  adalah jalan Ku; Waqwah adalah tempat bicaraku dan Rukyah adalah wajah Ku. 
“Maka
  ke mana pun kamu menghadap, di situlah Wajah Allah, sungguh Allah itu Maha
  Luas dan Maha Mengetahui” (QS. Al Baqarah 2 :115) 
 Ilmu itu nyata bagi hukum-hukumnya yang
  menyangkut kejiwaan, sedangkan makrifat itu menyembunyikan di dalamnya
  hukum-hukum kejiwaan. (Makrifat itu menghapus keinginan-keinginan nafsu, dan
  segala apa yang ada hubungannya dari hukum-hukum yang berupa
  keinginan-keinginan yang berada di dalam hati). 
Ahli ilmu itu adalah ahli air dan
  naungan; Ahli makrifat itu adalah ahli hadiah-hadiah dan kemuliaan; Dan ahli
  Waqwah itu adalah ahli gembira dan saling berkata; Ahli Ru’yah itu adalah
  ahli rahasia-rahasia dan kawan duduk semajelis. 
Waqwah itu adalah pintu bagi Ru’yah,
  tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ; Makrifah itu adalah pintu
  waqwah; tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ; Al Minnah (karunia)
  itu adalah pintu bagi makrifah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari
  situ, dan ilmu itu adalah bukti Ku kepada makrifah. 
Makrifah-makrifah itu mengalir di
  dalam waqwah bagikan mengalirnya air di daratan tanah. 
Waqwah itu adalah naungan Ku, makrifah
  itu adalah naungan Arasy Ku dan ilmu itu adalah naungan surga Ku. 
Dunia dan akhirat telah tenggelam ke
  dalam huruf, huruf tenggelam ke dalam makrifah, makrifah tenggelam ke dalam
  waqwah, dan waqwah tenggelam ke dalam ru’yah, dan ru’yah berkekalan terhadap
  ahlinya dan mereka tinggal di dalamnya untuk selama-lamanya, mereka telah
  mengucapkan dengan ucapan tentangnya, maka mereka utusan-utusan bagi para
  duta dan penguasa-penguasa bagi para bangsawan. 
Tiada di dalam Ru’yah itu waqwah dan
  tidak pula ibarat. Maka maqam ru’yah adalah maqam Fana (kelenyapan) segala
  sesuatu ... tiada lagi apapun, yang ada hanyalah Wajah Nya Yang Maha Suci,
  dan tiada yang kekal selain wajah Nya Yang Maha Mulia. 
Ia berkata kepada Ku : “Hanya Aku,
  tiada sesuatu yang dapat berdiri sendiri di samping Ku, tiada sesuatu yang
  kekal bersama Ku, dan tiada sesuatu yang jadi atas Ku. 
Maka siapa yang Ku tegakkan berdiri di
  dalam “Berdiri Ku sendiri” (Waqwati) atau Ku saksikan penglihatan Ku, niscaya
  Ku kekalkan sebagaimana yang Ku kehendaki agar supaya Kehidupan  atau Kegaiban sesuai apa yang Ku kehendaki
  demi keselamatannya dari kebinasaan. 
Ia pun melanjutkan : “Seorang waqif
  (yang berdiri di waqwah), tiada alam semesta menjengkelkannya, tiada pula
  diganggu oleh kejadian-kejadian. Bila ia pergi di malam hari, maka ia dalam
  lindungan Ku dan alangkah baiknya perlindungan itu, bila ia tinggal berdiam
  seorang diri, Akulah penjaganya! Alangkah baiknya penjagaan itu. 
Kawan waqwah merupakan pembawa berita
  gembira dan pemberi kabar penakut (Basyiron wa Nadziro), dan kawan Ru’yah
  adalah pemberi syafaat dan jaminan (Tiada suatu hal – keadaan yang setara
  dengan keadaan mereka). | 
| 
56.                      
  SABDA ALLAH TERHADAP LANGIT DAN BUMI 
Dekat tak dapat dikatakan, jauh tak
  dapat diuraikan. Dekat, tetapi tidak dapat dikatakan dekat Nya (Maka Ia lebih
  dekat dari urat leher) Jaug, tidak dapat diuraikan akan Jauh Nya (fa huwal
  muta’al), maka Dia lah Yang Maha Tinggi. Nyata, tak dapat dicapai kenyataan
  Nya. Bathin, tidak dapat diungkap hijab Nya, karena “Tiada satupun yang
  menyerupai Nya (Laisa Kamitslihi Syai’un). (Asy Syura 42 : 8). 
Langit-langit dan bumi diadakan Nya
  dan ditegakkan dengan hukum Nya dan tibalah Sabda Firman Nya : 
“Datanglah
  kamu keduanya menurut perintah Ku dengan patuh atau terpaksa” Keduanya
  menjawab “Kami datang dengan penuh kepatuhan” (QS. Fush Shilat 41:11). 
 Dengan Nya keduanya dapat mendengar, dan
  dengan Nya keduanya dapat menjawab dan dengan Nya keduanya dapat taat dan
  patuh. 
Tiada penyaksian kecuali dengan DIA. 
Tiada hijab melainkan dengan DIA. 
Siapa yang tehijab bagi selan DIA. 
Niscaya akan nyata bagi selain DIA. | 
| 
57.                      
  TENTANG 
  HIJAB 
Aku ditegakkan bediri di hadapan Nya,
  kemudian Ia pun berkata pada ku : “Hijabmu adalah segala apa yang Ku
  nyatakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku rahasiakan, hijabmu adalah segala
  apa yang Ku hapuskan, hijabmu adalah segala apa yang Ku ungkapkan, dan juga
  segala apa yang Ku tutup. 
Bila engkau keluar dari padanya, keluar
  pulalah engkau dari hijab; bila engkau dihijab olehnya, niscaya engkau
  dikerumuni oleh hijab dari sekian banyak hijab-hijab. 
 Ia pun menyambung pula : “Tidak, engkau
  tidak akan dapat keluar dari dirimu, melainkan dengan Nur Cahaya Ku, Nur
  Cahaya Ku yang mampu menghanguskan hijab itu, lalu engkau dapat melihat
  bagaimana caranya ia (Nur itu) dapat menghijab. Selanjutnya : “Barangsiapa
  telah melihat Ku, dan telah menyaksikan maqam Ku, akan diharamkan atasnya
  makanan yang halal selama engkau berada dalam hijab. 
Ia pun melanjutkan : “Jangan engkau
  berhenti di dalam hijab, dan jangan pula berdiri di dalam hijab, karena
  segala hijab akan bertolak pinggang membantahmu tentang Ku, hendaklah engkau
  iqomah di sisi Ku, niscaya Aku akan membelamu dan membantah tentang dirimu. 
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat
  Ku dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dari Ku, dan engkau dengan Ku, dapat
  berdiri di bawah naungan Ku dan tergolong dari orang yang bersyafaat terhadap
  siapa yang Ku kehendaki dari makhluk-makhluk Ku”. 
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat
  Ku, dan tinggal di sisi Ku, maka engkau dengan Ku, dan engkau dari Ku,
  berdiri di dalam kasih sayang Ku dan mengharap besarnya anugrah dan ampunan
  Ku. | 
| 
58.                      
  PEMBAHASAN 
  TENTANG TABIAT  HATI 
Dengan fitrah yang ada, hati itu tidak
  diciptakan baik maupun jahat..... tetapi mempunyai kesediaan untuk
  berperangai dan berbudi pekerti, berwatak dan bertabiat, yang mana dari dasar
  segi baik dan jahat, ia dapat pulang balik antara keduanya atas segi ikhtiar
  dan kemauan. 
Hati itu dapat patuh mendengar
  sesuatu, atau mendengar lawan sesuatu, walaupun simpang siur bahasanya.
  Andaikan ia diajak bicara oleh alam semesta dengan apa yang ada padanya ia
  dapat mendengar dengan satu pendengaran, begitu juga jika ia menjawab, ia
  menjawab dengan satu jawaban. 
Mengenai akal, ia dapat memandang
  seluruh pemandangan-pemandangan yang bercabang-cabang aneka ragamnya sekali
  pandang...... Adapun Jiwa dan tabiat, masing-masing dari keduanya tidak
  berdaya dan berkesanggupan kecuali untuk mengikuti satu pandang demi satu
  pandang yang terpisah sendiri-sendiri, apabia ia bergantung dengan salah
  satunya, berpisahlah ia dari yang lain. 
  Kebalikannya, akal,  ia tidak
  dapat dipotong oleh satu pemandangan selama ia berada setingkat ilmu, apabila
  ia berpisah dari ilmu ke pendapatan, bergantunglah ia kepada pemandangan dan
  berpisahlah ia dengan memasang telinga kepadanya dari yang lain. 
Bagitu juga halnya dengan hati, ia
  tidak dapat dipotong oleh satu pendengaran dari sekin banyak pendengaran,
  selama ia dalam tingkat ilmu, apabila ia berhasil tertegun oleh satu
  pendengaran, berpisahlah ia dari lainnya. 
Maka ilmu itu pun merantau dan
  meluaskan gema pendengaran dan penglihatan, sedangkan pendapatan mengepungnya
  untuk meringkus ke satu titik dan satu persoalan.  Dan alam semesta keseluruhannya merupakan
  lintasan hati sepanjang masa di dalam hati dan akal. 
Sesungguhnya hati itu terkhusus dengan
  lintasan-lintasan, karena hukumnya dalam hati yang lebih kuat; Ajakan alam
  semesta untuk berbicara terhadap hati, adalah menjadi pemisah dari yang lain.
  Dan akal itu memandang alam semesta, begitu juga, alam semesta memandang
  kepadanya. Ada kalanya ia masuk dalam pembicaraan bersama alam semesta, dan
  hukum pembicaraan itu lebih berpengaruh dari hukum pandangan yang tanpa
  pembicaraan. 
Hati itu merupakan tempat bermukim
  lintasan-lintasan  yang berada di
  dalamnya. Dan akal itu merupakan jalan lintasan-lintasan hati yang berlalu
  di dalamnya serta melewatinya. 
Banyak sekali ragam lintasan-lintasan
  hati itu. Dan bercabang-cabang pula; Ada yang bersifat “keiblisan”
  (iblisiah), ada pula yang bersifat “kemalaikatan” (malakiah), “kerajaan
  langit” (malakutiah) dan “kerajaan duniawi” (mulkiah). 
Lintsan hati “keiblisan” itu ialah
  lintasan-lintasan hati yang membuat keraguan (Asy Syakiah) dan “menyukutan
  Tuhan” (Asy Syirkiah) dan “kebid’ahan lawan sunnah Nabi” (Al Bid’ah) dan
  “mengingkari kebenaran” (Al Jukhdiha),. Adapun lintasa yang membawa keraguan
  dan kemusrikan itu, lalu lalang di halaman lintasan malakutiah. Mengenai
  lintasan hati pembawa bid’ah dan pengingkaran, itu pulang pergi di halaman
  mulkiah – kerajaan duniawi. 
Lintasan-lintsan hati itu adalah ilmu,
  hukum dan suruhannya, maka apabila si pendengar menyimak kepadanya dan
  meneguk isi piala ilmunya, hukumnya dan suruhannya, jatuhlah ia ke jurang
  pelanggaran dan larangan. Itulah yang dibangkitkan oleh lintasan-lintasan
  itu. Jika tidak dihiraukan dengan ditanggapi was-wasnya, kembalilah ia ke
  tampat asala mulanya dengan apa yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum dan
  suruhannya. 
Alamat bergantungnya hati kepada
  Tuhan, ialah terungkapnya perasaan di kala bisikan-bisikan lintasan hati itu
  menghadapi apa yang dipilihkan oleh Tuhan kepadanya dalam keadaan yang sulit
  diuraikan dan tidak dapat dibeberkan oleh terjemahan, maka apabila diletakkan
  perasaan ini ke dalam hati sang hamba, dipisahkanlah ia dari penyirnaan
  lintasan hati yang jahat itu.... dan apabila hati itu kehilangan perasaan
  ini, maka berdatanglah serangan lisan-lisan lintasan itu, lalu diraih dan
  dicengkeramnya. 
Sang Abid menguraikan perasaan yang
  demikian ini dengan ucapan “.....Oh!!!! Sesungguhnya kurasakan betapa
  antaraku dan antara Tuhan adalah “Kemakmuran” (‘amar)... dan kemakmuran
  inilah yang menjadi perisai diriku dari tergelincir dalam kesalahan. | 
| 
59.                      
  APA YANG DIKATAKAN ALLAH KEPADA HAMBANYA | 
| 
( 1 ) | 
| 
Telah 
  Ku ciptakan makhluk-makhluk, maka hendaknya engkau menjunjung tinggi
  ciptaan Ku. Jangan berlaku kejam terhadap ciptaan Ku, bagaimana kiranya jika
  diperlakukan yang demikian menimpa pada dirimu? Jka demikian perilakumu, Aku
  lah yang akan bertindak kejam atasmu. | 
| 
(2) | 
| 
Jangan hendaknya engkau berlaku kejam atas
  siapa pun dengan zat dirimu. Ingatlah!! Keperkasaan itu bukan kepunyaanmu; Keperkasaan
  itu adalah milik Ku sendiri. | 
| 
(3) | 
| 
Aku ditegakkan berdiri di dalam sesuatu,
  maka oleh Nya aku di bawah kepada ‘nama-nama’, akupun ditegakkan berdiri dalam
  nama-nama itu, lalu aku dibawa pula ke “arti mankna-arti makna” itu, setelah itu
  aku dibawa pula ke “arti makna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa kepada
  “diriku” dan ditegakkan berdiri pula di dalamnya. 
Dari “diriku” aku dibawa ke “dunia” akupun
  ditegakkan berdiri pula di dalamnya, dari “dunia” aku dibawa ke “syirik dan kufur”
   Dan kata Nya : “ Bila kemauna-kemauanmu
  berkisar dalam lingkaran itu, jangan diharap engkau dapat masuk ke Hadirat Ku....
  dan Ia berkata “Tengoklah kepada “kemauan keras-kemauan keras” itu! Maka kulihat
  “kemauan keras” yang tidak berdiri di antara kedua tangan ya, akan berdiri di
  antara kedua tangan iblis.... mau ataupun tidak.... dan aku lihat iblis melambai
  sambil menyeru kepada “kemauan-kemauan keras” itu kepada dirinya masing-masing. 
Lambaian itu pun disetujui, maka berdirilah
  di anatara kedua tangannya dalam keadaan terhijab dengan diri dirinya sendiri. 
Ia berkata kepadaku : “Aku yang memanggil
  “kemauan-kemauan keras” itu kepada Ku bukan kepada dirinya masing-masing, maka
  janganlah engkau masuk ke Hadirat Ku kecuali bila “kemauan-kemauan keras” itu
  keluar dari diri dirinya. | 
| 
Ia bertuturkata kepada Ku : “Seorang
  Wali itu, ialah mereka yang berdiri tegak di antara kedua tangan Ku, tiada
  beranjak tiada pula beringsut. | 
| 
(4) | 
| 
Aku telah diteguhkan berdiri tegak di
  dalam “kesempurnaan” maka aku melihat di dalamnya berhimpunan “Ke Maha
  Besaran) (Al Jalal) dan “Ke Maha Indahan: (Al Jamal) 
·        
  Sifat-sifat Al Jamal, pada Allah, dapat engkau
  temui dalam : 
Ar Ra’uf – Maha Penyayang dan Maha
  Pengasih. 
Al Wadud – Maha Mencintai 
Al Khaliem – Maha tetap dapat menahan
  amarah. 
Al Kariem – Yang melimpahkan Karunia
  kepada makhluk-makhluk tanpa diminta sebelumnya. 
Al Afu-wu – Maha memberi maaf. 
Al Ghaffar – Maha menutupi kesalahan
  hamba-hamba Nya dengan pengampunan dosa mereka. 
Al Mannan – Maha pemberi Karunia. 
Al Khannan – Maha Kasih Sayang. 
Ash Shobur -  Maha sabar 
 Asy Syakur – Maha pembalas jasa hamba Nya. 
Ar Rozzaq – Maha pemberi Rizki. 
Dan Sifat-sifat Al Jalal pada Allah,
  dapat engkau temui dalam : 
Al Jabbar – Yang perkasa memaksa akan
  kehendaknya. 
Al Muntaqiem – Maha kuasa menindak
  dengan siksa. 
Al Aziz – Maha kaut tak terkalahkan
  oleh apapun 
Al Muta’al – Yang mencapai puncak
  ketinggian 
Al Muatakabbir – Yang patut dipuja
  karena ke Agungann Nya 
Al Muahimin – Maha menaungi
  hamba-hambanya 
Al Jalil – Yang mempunyai sifat
  kebenaran 
Al Adhiem – Maha Luhur 
Al Kabier – Maha Besar 
Al Muiz – Yang meninggikan derajat
  siapa yang dikehendaki 
Al Qibidh – Maha kuasa menyempitkan 
Al Khofidz – Maha kuasa merendahkan 
Dana Maha Kesempurnaan Allah, adalah
  di dalam himpunan antara Maha Santun (Al Khulum) dan Maha Memiliki Kekuasaan
  ( Al Jabbarut), berkait antara dua sifat yang saling berlawanan menjadi dalam
  satu ketunggalan, hingga tiada ada pada Nya berlawanan dan tiada pula
  tebagi-bagi. 
Maka Dia Yang Maha Sejahtera (As
  Salam) yang pada Nya tiada perlawanan dan perselisihan. | 
| 
( 5 ) | 
| 
Bila engkau telah mengenal Daku dengan
  Ku, tidak lagi perkenalan dengan Ku itu akan dapat ditambah oleh sesuatu
  (Karena Aku lah yang membawamu sampai kepada puncak makrifat, yang
  dikemudiannya tiada lagi tambahan). | 
| 
( 6 ) | 
| 
Engkau sendiri yang Ku maukan dari
  sekian banyak apa yang telah Ku Ciptakan, maka hendaknya engkau pun demikian
  juga!. Hanya kepada Ku sendiri arahkan kehendakmu, bukan mengarah ke lain
  dari Ciptaan Ku. | 
| 
(7) | 
| 
Batas yang dapat dicapai oleh
  penglihatan mata hati, ialah mengenal apa yang dikehendaki oleh Nya (Nabi
  Musa .as. menyanggah tindakan-tindakan Al Khidr di saat melobangi perahu (Qs.
  Al Kahfi 18:71) karena ia tidak diberi penglihatan mata hati seperti halnya
  Al Khidr, yang mana penglihatannya sudah mencapai apa yang dikehendaki Nya
  dan memahami maksud dan persoalan raja yang main rampas perahu secara paksa). | 
| 
(8) | 
| 
Mengerutkan kekuasaan bagi Allah SWT,
  adalah satu cara lisan mencari jalan keluar bila engkau telah mencapai
  makrifat, dan telah engkau ketahui hak kekuasaan penguasa itu adalah milik
  Allah semata, maka engkaupun akan angkat tangan dari ikut campur tangan dan
  akan gugur segala kepengurusan). | 
| 
(9) | 
| 
Menziarahi para orang yang sudah
  “mendapat” sedangkan pada dirinya tiada mendapatkan, itu berarti suatu
  pelanggaran (berkumpulnya seorang ahli tasauf tanpa ada padanya “zauqiah)
  (hal-hal yang menyangkut rasa dalam hal ikhwal mereka, adalah merupakan suatu
  pelanggaran)). | 
| 
(10) | 
| 
Tinggalkan dirimu ! Dalam engkau
  meninggalkan dirimu, engkau akan memperoleh kemenangan-kemenangan atasnya
  (bila engkau merasa cukup, sudah tidak lagi membutuhkan  pada dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan
  sekali pun, itulah arti kemenangan atas dirimu). | 
| 
(11) | 
| 
Luput ketinggalan suatu nasib bersama
  keluputan dari keridaan, adalah merupakan suatu penyakit. | 
| 
(12) | 
| 
Ada kebiasaan yang bersumber dari dosa-dosa
  yang dilakukan kelompok manusia-manusia, dapat membentuk arca-arca sembahan,
  yang mana sumber kekuasaan arca-arca itu atas manusia-manusia disebabkan
  karena kebiasaan yang dilakukan berulang kali. Misalnya apa yang dilakukan
  oleh orang-orang Samiri yang telah membentuk – dari perhiasan-perhiasan yang
  dicuri oleh Bani Israel – berupa se ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan
  suara lenguhan. | 
| 
(13) | 
| 
Hai hamba ! Bila engkau mengenal Aku,
  maka tinggalkanlah apa-apa selain Ku, sekalipun ap yang selain Ku itu pernah
  melihat Ku, dan tinggalkan pula apa yang pernah dilihatnya, walaupun dengan
  Ku ia datang... Ha hamba! Bila engkau merasakan ketentraman dengan perkenalan
  kepada selain Ku, maka hendaklah engkau campakan perkenalanmu kepada Ku itu
  di balik punggungmu. | 
| 
(14) | 
| 
Syarat keridaan itu ialah penilaian
  sama antara penolakan dan pemberian. | 
| 
(15) | 
| 
Ilmu itu lisan lahir, dan makrifat itu
  lisan bathin | 
| 
(16) | 
| 
Hukum kenyataan itu seluruhnya adalah
  ketakutan... Dan bahaya itu mendapingi setiap hukum (karena segala yang nyata
  dari apa yang lahir itu akan berkesudahan pada kelenyapan. | 
| 
(17) | 
| 
Ilmu minuman jiwa; makrifat
  itu minuman hati; Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan itu minuman Ruh | 
| 
(18) | 
| 
Kejahilan itu lintasan hati di dalam
  ilmu; Ilmu itu lintasan hati di dalam karifat; Makrifat itu lintasan hati di
  dalam perkenalan; pekenalan itu lintasan hati di dalam waqwah; Waqwah itu
  kesudahan, tiada lagi bahaya dan tiada pula lintasan hati, | 
| 
(19) | 
| 
Akal itu merupakan alat bagi ilmu;
  Ilmu itu merupakan alat bagi makrifat; makrifat itu merupakan alat bagi
  perkenalan; dan perkenalan itu bukanlah alat dan bukan pula waqwah itu alat. Setiap ala mempunyai dua tangan,tangan pertama bertugas
  memegang dan yang lainnya melepaskan. Memegang dan melepaskan itu menunjukan
  tanda-tanda pertentangan, maka bila tanpa alat tiada pula pertentangan. | 
| 
(20) | 
| 
Sesungguhnya Aku mempunyai
  hamba-hamba yang lancar berbicara, namun mereka itu tidak berbicara dan
  enggan diajak oleh sipapun untuk berbicara.... Ku katakan padanya : “Tetapkan
  sikapmu; berbicaralah kepada Ku saja! Terhadap selain Ku sedapat mungkin
  jangan berbicara.... engkau pun akan menjadi hamba Ku yang pandai bicara....
  dan Ku jadikan bagimu suatu syafaat. 
Aku pun mempunyai hamba-hamba pendiam,
  mereka melihat ke Maha Agungan Ku, mereka tidak sanggup berkata-kata, mereka
  melihat ke Indahan Ku, tiada juga mereka bertasbih; Keindahan Ku membuatnya
  terpesona hingga terus menerus berdiam diri, Akupun mendatanginya, Ku
  keluarkan dia dari “maqam diam ke pada Ku”.... Hendaklah engkau diam demi
  untuk Ku” ... sekuat kemampuanmu... niscaya engkau menjadi “hamba Ku” yang
  pendiam. 
Terhadap hambaku yang pendiam, ku
  terima sebelumm penghentian dan Ku hantar ke kediaman rumahnya.... dan dialah
  yang pertama yang Ku panggil bila Aku telah datang. 
Antara ucapan dan diam itu adalah
  suatu dinding pembatas (Barzkh) di dalamnya adalah liang kubur. Bagi akal dan
  budi, di dalamnya juga kubur dan juga “sesuatu-sesuatu”. | 
| 
(21) | 
| 
Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara,
  supaya engkau dapat melihat, bukan untuk berbicara ... Katakanlah padamu ...
  inilah penglihatanmu! Agar engkau memperoleh bukti di dalam makrifatmu kepada
  Ku; Bukan untuk engkau pamerkan  atas
  Ku kepada siapa yang tidak melihat Ku. 
Ketahuilah!  Petunjuk Ku bukan berada di tangan Mu...
  maka bila Aku mengajak mu bertutur kata, niscaya engkau dapat melihat Ku;
  Bila engkau melihat... tiadalagi pembicaraan. | 
| 
(22) | 
| 
Siapa yang tidak naik atasnya Nur
  Cahaya Ku, maka ia dalam api... dan siapa-siapa yang naik atasnya Nur Cahaya
  Ku, maka ia akan dapat melihat Ku. | 
| 
(23) | 
| 
Hati-hati yang tetap teguh adalah
  hati-hati yang bermaqam di Hadirat.... ia tidak hadir mudik dengan pelbagai
  lintasan hati, karena sesungguhnya ia sudah melihat Ku sebelum KUN (Jadilah)
  yakni sebelum Aku menyatakan dan sebelum akau berbuat, maka setelah tiba KUN
  dan telah datang lintasan-lintasan hati, Aku telah menghentikannya di dalam
  maqam Hadirat. | 
| 
(24) | 
| 
Lemparkan apa yang dengannya Aku
  rahasiakan, dan lemparkan apa yang dengannya Aku nyatakan..... Engkau adalah
  lebih mulia atas Ku daripada apa yang telah dan akan Ku katakan kepadamu,
  maka bagaimmana engkau memikul dan membawanya kepada Ku, sedangkan engkau
  lebih perkasa di sisi Ku daripada apa yang telah dan akan engkau katakan
  kepada Ku; Maka janganlah engkau menjadi kendaraan bagi selain Ku, niscaya
  engkau di dampingi oleh derita dan malapetaka yang akan berembunyi di dalam
  afiat itu. Jadilah engkau untuk Ku, bukan untuk tutur kata Ku (yakni
  keikhlasan dalam menuju zat ... untuk Zat Allah jangan ada sessuatu yang
  lain). | 
| 
(25) | 
| 
Alah berseru kepada hambanya yang
  dikatakan – yang ia kikir atas maqam manapun -... Wahai hamba Ku! “Engkau
  akan dipanggil oleh setiap ariff kepada makrifatnya; Sedangkan itu adalha hak
  Ku atasnya; maka janganlah engkau keluar dari makrifatmu berpindah ke
  makrifatnya, itu adalah hak Ku atasmu. | 
| 
(26) | 
| 
Segala kenyataan yang telah nyata itu
  maqamnya berada di belakangmu... di balik hatimu... maka dudukanlah
  masing-msing itu di maqamnya... 
Setelah itu mermaqamlah untuk Ku da
  engkau akan didatangi oleh “Beridi sendiri” (Qoyyumiati), maka engkau akan
  ditegakkan berdiri untuk Ku, dan engkau akan selalu beregang pada Ku....
  Ketahuilah! Bahwa engkau amat mulia bagi Ku dari segala apa yang Ku nyatakan,
  dan dari apa yang Ku katakan kepadamu, juga engkau amat perkasa bagi Ku dari
  apa yang telah engkau katakan kepada Ku”. | 
| 
(27) | 
| 
Aku mempunyai di sisi Tuhan ku suatu
  maqam, dimana tiada lagi di dalamnya “perintah” maupun “larangan” . Itulah
  maqam di mana ku lihat Tuhanku di dalamnya. Di dalamnya kau tidak lagi Kemalaikatan,
  tiada pula aku dipengaruhi jin dalam kedudukan selayaknya jin; tidak pula aku
  dipengaruhi oleh hruf dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula oleh alam
  semesta dalam bentuk alamiahnya. | 
| 
(28) | 
| 
Barang siapa yang telah melihat Ku,
  jika saja berdosa maka dosanya lebih besar dari alam semesta; dan beritakan
  tentang siksanya, bahwa derita siksanya adalah seluruh penderitaan. | 
| 
(29) | 
| 
Ia bertutur kata kepadaku : “Tidak Ku
  kirim kepadamu ilmu-ilmu dan tidak pula makrifat-makrifat, bahkan Aku
  mengutusmu agat segaa sesuatu itu menjadi untukmu “kekuasaan” (Rabbaniah)
  melaksanakan pengiriman.... Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, niscaya
  Aku lah yang langsung memerintahmu dengan segala sesuatu, dan tidaklah aku
  memerintah sesuatu terhadap kepadamu. | 
| 
(30) | 
| 
Aku telah dihentikan berdiri di dalam
  Hadirat Nya. Dia adalah abadi demi keabadian, kekal demi kekekalan, aku pun
  telah meluhat tirai dan tabir-tabir, segala rupa penghijab, semua menghampar
  menutupi wajah-wajah siapa saja yang memohon kepada Nya. Aku telah melihat
  pula bagaimana kesemuanya itu tersingkap bagi wajah siapa saja yang berserah
  diri kepada Nya. | 
| 
(31) | 
| 
Bila engkau telah melihat kepada Ku,
  ketahuilah bahwa penglihatan itu karena mata manusiawai, bukan hukum
  manusiawi (yang tidak lengah sedikitpun walau sebagai tawanan dari kebutuhan
  manusiawi). Dan bila engkau tidak dapat melihat kepada Ku, itu adalah
  dikarenakan pandangan mata manusiawi. | 
| 
(32) | 
| 
Bila engkau memberantas kebutuhan itu
  dengan sesuatu kelengahan, niscaya kebutuhan itu makin jadi. Bila engkau
  memberantas kelengahan dengan keinginan-keinginan, akan bertambahlah
  kelengahan itu. | 
| 
(33) | 
| 
Bila engkau tinggal menetap di dalam
  penglihatanmu kepada Ku, niscaya engkau akan membenci dirimu sendiri
  sebagaimana engkau membenci musuhmu. | 
| 
(34) | 
| 
Segala persoalan-persoalan dapat
  engkau ketahui, lalu dapat engkau saksikan menurut kadar yang engkau ketahui,
  kecuali persoalan yang mengenai ketuhanan, pertama-tama engkau dapat
  menyaksikan kemudian baru negkau dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya. | 
| 
(35) | 
| 
Bila engkau telah melihat Ku, niscaya
  segala ilmu dan makrifat akan menjadi kayu bakar bagi api KU, dan apabila
  engkau menginginkan, akan Ku sertakan pula engkau dengannya. | 
| 
(36) | 
| 
Sekali-kali engkau tidak dapat
  mengenal Ku, bila engkau tidak melemparkan hawa nafsumu, sekalipun hawa nafsu
  itu didatangkan oleh tangan Ku. | 
| 
(37) | 
| 
Sekli-kali engkau tidak dapat
  menyaksikan Dau untuk selama-lamanya dengan arti makna, karena artimaknamu
  itu tidak dapat memiliki kecuali dirinya sendiri., dan engkau akan menyaksikan
  Daku dengan penyaksian Ku semata. | 
| 
(38) | 
| 
Segala apa yang nyata seluruhnya
  berbatas, batas-batas itu adalah gambar-gambar lukisan, gambar-gambar lukisan
  itu beraneka ragam, aneka ragam itu saling serupa menyerupai dan saling lawan
  berlawanan, yang saling lawan berlawanan itu beramah-tamah satu sama lainnya
  serta bersimpang siur. 
Adapun yang dilahirkan itu
  bersama-sama ilmu-ilmunya adalah merupakan hijab Ku, dan tidak Ku beri nama
  kepada kenyataan-kenyataan itu untuk memperkenalkan melainkan untuk menjadi
  hijab Ku. 
Bila nama-nama itu dibuang, niscaya
  akan tertembus oleh pandangan dan bila pandangan dapat menembus berarti dapat
  mengenal. | 
| 
(39) | 
| 
Maulaya! Tiada Ilmu mu bebas merdeka
  dengan melaksanakan perintah Mu, maka ilmu itu tentang Mu dalam kebutaan.
  Bila engkau beri petunjuk, itulah karunia Mu; Bila engkau menghijabnya,
  itulah hijab Mu (alasan); itu semua adalah kepunyaan Mu, maka ilmu itu tidak
  dapat menyaksikan kecuali kejahilan. 
Para ulama Nya ... berjalan dengan Nya
  di dlam Nur Cahaya Nya. | 
| 
(40) | 
| 
Sejauh-jauh kemauan keras itu masih
  berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari, dan siapa yang merusaknya, maka
  jadilah rusak. Maka tiada jalan keluar untuk menidadakan pemikiran tentangnya
  sama sekali, karena sesungguhnya ia adalah asal penderitaan yang dialami oleh
  manusia menurut susunan manusiawinya. | 
| 
(41) | 
| 
Hakekat segala sesuatu itu adalah
  samar, karena tiadanya kesanggupan. Manusia itu lenah, tiada daya uneuk
  mengetahui dirinya, dan ia selalu luput untuk mencapai manfaat atau mudharrat
  ... dan ilmu tentang Tuhannya sangat lemah sekali. 
Ilmu-ilmu tak dapat dicapai oleh
  lawannya sama sekali. 
Para kekasih Nya tiada sengsara,
  dengan pengetahuan ilmu-ilmunya. 
Tuhan Maha Tinggi yang meninggi, tak
  dapat diperkenalkan dengan susunan huruf. 
Maka.... Maha Agunglah Puja Puji Nya. | 
| 
(42) | 
| 
Hai hamba! Teguhkanlah akal budimu di
  dalam ketenangan dan ketentraman, lihatlah baik-baik apa yang menjadi
  penyebab akal budimu tenang dan tenteram, itulah artinya sampai, maka
  lihatlah tempat sampainya itu, itu adalah merupakan mutiaranya, lihatlah para
  mutiara itu, maka itulah mata yang mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa,
  niscaya akan keheranan pada mulanya dan rugi setelah kesudahannya. 
Bila dengan zikir sampainya dan
  penglihatan pada Nur Cahay Ku tempat bergantungnya, maka akan tetap dalam
  keteguhan, tiadalah ia akan berpaling, dan luruslah mata hatinya, maka tidak
  dikuatirkan lagi akan tergelincir. | 
| 
(43) | 
| 
Siapa yang beramal utuk memperoleh
  pahala, niscaya ia akan letih dengan masuknya harapan-harapan, barangsiapa
  yang beramal karena takut siksa, niscaya ia akan letih dengan sangka baik;
  dan barang siapa beramal demi Wajah Allah, tiada letih baginya. | 
| 
(44) | 
| 
Ketika ahli Penglihatan (Ar- Ru’yah) mengatakan,
  bahwa dirinya telah kehilangan padangandan tidak lagi melihat siwa maka
  sesungguhnya yang mereka maksudkan adalah hilangnya penglihatan terhadap siwa
  dari apa yang nyata dari kenyataan-kenyataan itu, umpamakan ilmu itu
  berbentuk dari sebuah kitab, dan kitab itu dari seorang guru, dan guru itu
  dari suatu madrasah,,, bukan demikian yang diucapkan, tetapi ilmu itu dari
  Allah, dan mereka sudah kkehilangan urut-urutan dari sebab musabab. Maka
  segala apa yang nyata pada sisi mereka adalah Al Haq Ta’ala semata, sekalipun
  menyata dari berbagai jurusan. | 
| 
(45) | 
| 
Seluruh ketakutan itu
  berkaitan dengan perselisihan, tidak cocok dengan pendengaran telinga, tidak
  cocok dengan penglihatan mata, tidak cocok dengan apa yang dijinaki oleh akal
  budi...
  Karena tiada jalan keluar untuk meniadakan ketakutan itu daripada manusia
  samak sekali karena tiadanya jalan menuju kepada kesempurnaan. | 
| 
(46) | 
| 
Bukti dalil  keyakinan itu ada empat.... penglihatan
  nikmat, ketakutan hijab, penerimaan perkenalan dan perpaling daripada siwa. 
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat
  pula.... kekikiran, keserakahan, kesombongan dan panjang angan-angan. | 
| 
(47) | 
| 
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu
  kecuali makrifat, dan makrifat itu meniadakan segala sesuatu itu kecuali
  keetakutan. | 
| 
(48) | 
| 
Keyakinan dan taqwa
  itusaling berdampingan, apabila salah satu gaib, niscaya gaib pula yang lain.
  Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila salah satu gaib, yang
  lain gaib pula. Dan Khalwah (tapa menyepi menyendiri) dan ibadah itu
  berdampingan, bila salah satu gaib, gaib pulalah yang lain. | 
| 
(49) | 
| 
“Ilahi” Telah musnah segala
  kenyataan-kenyataan, maka tiada yang dapat bertahan berhadapan dengan
  keabadian Mu, dan  telah terbentang di
  hamparan bagian-bagian yang terakhir, maka tiadalah kuasa bertahan di hadapan
  sifay Qiam Mu (berdiri Mu sendiri). | 
| 
(50) | 
| 
Hai hamba! “Siapa yang telah paham
  tentang Ku, niscaya Ku buat perhitungan kepadanya tentang air dan jiwa. | 
| 
(51) | 
| 
Hai hamba ! “Bila Aku mengajak
  berkenalan, Aku hampir tidak lagi menerima suatu uzur (alasan) apapun. | 
| 
(52) | 
| 
Hai hamba! “Perkenalan dengan apa yang
  tak dapat dikatakan itu sifatnya adalah mengharuskan; dan perkenalan dengan
  apa yang dapat dikatakan itu sifatnya adalah menuntut. | 
| 
(53) | 
| 
Tiada perkenalan melainkan dengan
  karunia dan anugrah dari Allah, maka bila ia memperkenalkanmu, niscaya engkau
  ditegakkan berdiri, apabila engkau ditegakkan berdiri, niscaya Ia memberikan
  apa yang dapat engkau saksikan. 
TIADA KETENANGAN TANPA SERTANYA
  KEMAAFAN DAN KERAHMATAN 
HUBAYA ATAS TULANG BELULANG YANG REMUK
  RAPUH DALAM TIMBUNAN TANAH 
29 – 06 - 2013 | 
 

 
terima kasih. ampun maaf mohon izin copy utk pembacaan peribadi ,bukan utk jualan.
BalasHapusSaya Sangat berterimakasih kepada Bapak sebagai penyebab saya untuk mencari puncak penyebab yang hakiki. Semoga blog ini bermanfaat sepanjang Zaman.
BalasHapusalhamdulillah atas semua tuntunannya ya Rabb, Engkaulah pembuka pintu. Terima kasih pada pemilik blog ini mohon ijin kopas
BalasHapusAlhamdulillah atas semua tuntunannya ya Rabb, hanya engkaulah pembuka pintu. Dan terima kasih kepada penulis dan pemilik blog ini, mohon ijin kopas
BalasHapusizin share ustadz
BalasHapusizhin share untuk blog saya ustadz
BalasHapusuntuk melengkapi kajian Ketuhanan, tidak salahnya dengan membaca SAMODRA MAKRIFAT IBN 'ARABI (TOSHIHIKO IZUTSU)
BalasHapusSalamun 'alaik, izinkan ana menyalin buku terjemahan ini dari saudara ku seagama islam yg indah ini, barokallahu' alaik wa jazakallahu khair
BalasHapusMHN IZIN COPAS UNTUK NASIHAT DIRI JUGA TEMAN2 USTAD... TERIMAKASIH... JAZAKUMULLAH KHOIRON KATSIIR
BalasHapusALHAMDULILLAH....MHN IZIN COPAS UNTUK NASIHAT DIRI JUGA TEMAN2 USTAD... TERIMAKASIH... JAZAKUMULLAH KHOIRON KATSIIR
BalasHapusalhamdulillah, barokallah
BalasHapusAda tiga Syaikh yg diajak berdialog seperti Ini (Hasil dialognya di tuliskan dalam kitab):
BalasHapus1. Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri
2. Asy-Syeikh Abdul Qadir Al-Jaelani
3. Asy-Syeikh Muhammad Ali Hanafiah
Semoga kita di anugerahi taufik dan hidayah oleh-Nya
izin copy...terimakasih
BalasHapusizin copy ya, trmksh
BalasHapus