“....... di balik
bilangan tujuh, terselip pekara agung yang sara hikmah dan rahasia ........”
ISLAM MENGUNGKAP
RAHASIA HARI-HARI
Al-HAMDANI
Diterjemahkan dari
: As-Sabi’yat fi Mawa’izh al-Bariyat
Karangan : Abi
Nashr Muhammad bin Abdurrahman al-Hamdani
Terbitan
Al-Munawar, Semarang – Tanpa Tahun
___________________________________________________________
Penerjemah :
Nabhani Idris
Penyunting : Ibnu
Hasan
___________________________________________________________
Cetakan Pertama :
Muharram 1408/September 1987
Cetakan Kedua :
Dzulhijjah 1413/Juni 1993
Penerbit : Al-Bayan (Kelompok Penerbit Mizan)
PENGANTAR
PENERJEMAH
Edit :
Pujo Prayitno
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala Puji dan Syukur saya panjatkan ke
Hadirat Allah swt. yang telah menganugrahkan saya kekuatan merampungkan buku
yang berjudul “ISLAM MENGUNGKAP RAHAISA HARI-HARI” ini sebagai terjemahan dari
“SAB’IYYAT FI MAWA’IZHIL BARRIYAT.” Suatu literatur kuno yang selama ini lebih
banyak dikenal oleh para Santri di
Pondok-pondok Pesantren.
Kitab Kuning yang nyaris terkubur dalam timbunan zaman,
ini sengaja saya angkat kembali agar dikenal lebih luas oleh ummat Islam
Indinesia, terutama mereka yang bukan kalangan santri, dan khususnya para
generasi muda. Kendatipun barangkali kisah atau
peristiwa yang dipaparkan di dalamnya, tidak semuanya didukung oleh
ayat-ayat Al-Qkur’an atau As-Sunnah, namun buku ini nyata-nyata akan jauh lebih
bermutu dan lebih patut untuk dibaca oleh mereka, terutama oleh para remaja
taruna yang lebih suka membaca bacaan yang kurang bermanfaat.
Moga-moga ia akan menambah kepustakaan Islam di bumi
tercinta Indonesia ini.
Akhirnya, tegur sapa juga saya harapkan dari sidang
pembaca demi peningkatan mutu.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhai amal baik kita.
Amiin ya Rabbal-‘alamin.
Pulomurub, Bekasi
: 14 Juli 1985M/25 Syawal 1405 H.
Nabhan Idris
ISI BUKU
Edit :
Pujo Prayitno
PENGANTAR
PENERJEMAH
BAB : I
TENTANG
HARI SABTU
Tipu Daya
Kaum Nabi Nuh
Tipu Daya
Kaum Nabi Saleh
Tipu Daya
Saudara-Saudara Nabi Yusuf
Penghianatan
Kaum Nabi Musa
Tipu Daya
Kaum Nabi Isa
Tipu Daya
Tokoh-tokoh Wuraisyi di Darun Nadwah
Tipu Daya
Bani Israil Terhadap Larangan Allah
Kisah
Tentang Uthbah al-Ghulam
BAB : II
TENTANG
HARI AHAD
Allah
Menciptakan Alam Falak yang selalu berputar
Allah
menciptakan Bintang-Bintang yang Senantiasa beredar
Allah
Menciptakan Neraka yang Memiliki Tujuh Lapis Pintu
Allah
Menciptakan Laut dan Samudra-samudra
Allah
Menciptkan Tujuh Anggota Badan Manusia
Penciptaan
Tujuh Rangkain Hari
BAB : III
TENTANG HARI SENIN
Kenaikan
Nabi Idris a.s. ke Langit
Kenaikan
Musa a.s. ke Bukit Thursina
Turunnya
Ayat Tentang Ke-Esaan Allah pada Hari Senin
Kelahiran
Rasulullah
Malaikat
Jibril Turun Pertama Kali Kepada Rasulullah
Pemaparan
Amal-amal Kaum Mukminin Kepada Rasulullah saw.
Wafatnya
Rasulullah
BAB : IV
TENTANG
HARI SELASA
Terbunuhnya
Nabi Jirjis
Terbunuhnya
Nabi Yahya a.s.
Terbunuhnya
Nabi Zakariya
Terbunuhnya
Para Ahli Sihir Fir’aun
Terbunuhnya
Asiah binti Muzahim Istri Fir’aun
Terbunuhnya
Seorang Bani Israil
Terbunuhnya
Habil
BAB : V
TENTANG
HARI RABU
Iwaj bin
Aniq Binasa
Qarun
Ditelan Bumi
Tenggelamnya
Fir’aun dan Tentaranya
Kematian
Namrud bin Kan’an
Kebinasaan
Kaum Nabi Saleh
Kebinasaan
Syaddad bin Adi
Kebinasaan
Kaum ‘Ad
BAB : VI
TENTANG
HARI KAMIS
Nabi
Ibrahm Menghrap Raja Mesir
Keluarnya
Pelayan Minum Raja Dari Penjara
Saudara-saudara
Yusuf menghadap Yusuf
Bunyamin
Masuk dan Bertemu Yusuf
Nabi
Ya’kub Datang ke Mesir dan Berjumpa Yusuf
Nabi Musa
Kembali ke Negeri Mesir
Nabi
Muhammad masuk ke Kota Makkah
BAB : VII
Pernikahan
Nabi Adam dengan Ibu Hawa
Pernikahan
Nabi Yusuf dengan Permaisuri Zulaikha
Pernikahan
Nabi Musa dengan Puteri Syafura
Pernikahan
Rasulullah saw. dengan Ummul Mukminin Khadijah
Pernikahan
Imam Ali dengan Fatimah, puteri Rasulullah
MUKADIMAH
Edit :
Pujo Prayitno
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala Puji bagi Allah, Maha Suci dari sekutu dan
sahabat, Yang tak beristri dan tak beranak, dan tak pula beranak kerabat.
Dia-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi. Pencipta
manusia dari tanah dan mengembang-biakannya dari air mani yang amat hina.
Betapa Maha Kuasa Tuhan alam semesta, sebaik-baik pencipta segala kejadian dan
peristiwa.
Saya bersaksi, Tiada Tuhan selain Allah, yang menunjuki
kita ke jalan Islam, dan bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul
pilihan-Nya. Semoga Ia senantiasa mencurahkan salam sejahtera kepadanya
sepanjang rangkaian hari dan kurun.
Kemudian, berkatalah Asy-Syeikh Abu Nashr Muhammad Ibnu
Abdurrahman al-Hamddani (Semoga Allah merahmatinya) : “Ketahuilah bahwa Allah
swt. Mahakuasa, yang tiada terhingga karunianya, yang telah menghiasi tujuh
makhluk-Nya dengan tujuh macam hiasan. Yang demikian itu sebagai suatu tambahan
ilmu bagi bani insan, bahwa di Mata Tuhan, di balik bilangan tujuh terselip
perkara agung yang sarat dengan hikmah penuh rahasia.
Pertama, Allah menghiasi cakrawala raya dengan tujuh
lapis langit yang ditaburi bintang gemintang.
“Dan kami bina di atas kalian tujuh langit yang kukuh.”
(Qs. 78:12).
“.... dan Kami hias langit itu bagi orang yang
memandangnya.” (Qs. 15:15).
Kedua, Allah menghias halaman luas dunia dengan tujuh
aneka bumi yang dilengkapi dengan tujuh ragam lautan.
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi
sepertinya pula.” (Qs. 65:12).
“.... dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh buah lautan.”
(Qs. 31:27).
Ketiga : Allah menciptakan tujuh tingkat neraka :
Jahanam; Sa’ir, Saqar; Jahiem; Huthamag; Ladza dan Hawiyah, dilengkapi dengan
tujuh pintu masuk.
“..... baginya tujuh pintu. Bagi setiap pintu tujuh
bagian tertentu.” (Qs. 15:44).
Keempat, Allah menghiasi Al-Qur’an dengan tujuh asba’
(sepertujuan), yang dipercantik dengan tujuh ayat Surat al-Fatihah.
“Dan sesungguhnya telah Kami datangkan kepadamu untuk
ayat yang dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang mulia.” (Qs. 15:87).
Kelima, Allah melengkapi kejadian manusia, dengan tujuh
anggota badan yang paling banyak bergerak dalam ibadah; dua tangan untuk
menadah dalam berdoa; sepasang kaki untuk berkhidmat dalam berlutut; dan lutut
untuk bersimpuh tunduk; dan wajah untuk bersujud bertaqarrub.
“...... dan sujud dan mendekatlah (dirimu kepada Allah).”
(Qs. 96:19).
Keenam, Allah membagi tujuh tahap masa usia manusia :
1.
Masa menyusui (radhi).
2.
Masa disapih dari menyusu (fathim)
3.
Masa kanak-kanak (shabi)
4.
Masa pancaroba (ghulam)
5.
Masa muda atau remaja (syab)
6.
Masa tua (kahl), dan
7.
Masa tua renta kakek – nenek (Syeikh), yang dipercantik
dengan tujuh kata : La ilaha illa Allah, Muhammad Rasul Allah.
“...... dan Allah mewajibkan kepada mereka (orang-orang
mukmin) kalimat takwa (kalimat tauhid), dan mereka berhak dan patutu
memilikinya......” (Qs. 48:26).
Ketujuh, Allah melengkapi alam dunia dengan tujuh rangkaian
hari : Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan Jum’at. Dengan tujuh hari
inilah, Allah kemudian mengisitimewakan tujuh orang nabi-Nya :
1.
Allah mengisitmewakan Nabi Musa a.s. dengan hari Sabtu;
2.
Allah mengisitmewakan Nabi Isa, a.s. dengna hari Ahad.
3.
Allah mengisitmewakan Nabi Daud, a.s. dengan hari Senin.
4.
Allah mengisitmewakan Nabi Sulaiman a.s. dengan hari
Selasa.
5.
Allah mengisitmewakan Nabi Ya’qub a.s. dengan hari Rabu.
6.
Allah mengisitmewakan Nabi Adam a.s. dengan hari Kamis.
7.
Allah mengisitmewakan Nabi Muhammad saw. dan ummatnya
dengan hari Jum’at.
Maka tatkala kurenungi perkara ini, mekarlah hasratku
untuk mengarang kitab yang kuberi nama “KITABUS-SAB’IYYAT FI MAWA’IZHIL
BARRIYAT”, berisikan tujuh bab yang akan menyingkap makna dan rahasia yang
terkandung dalam peristiwa-peristiwa di balik tujuh rangkaian hari itu (dalam
rangka memberikan pitutur dan nasihat kepada ummat), dan sebagai tambahan
pelajaran bagi mereka yang dahaga ilmu, dan sebagai peringatan untuk memetik
hikmahnya.
Akhirnya, aku memohon kepada Allah Ta’ala akan taufik
hidayah-Nya demi selesainya kitab ini. Semoga Allah swt. mengilhamiku sesuatu
untuk dapat menyempurnakannya. Dia-lah zat yang sebaik-baik diminta, dan
dari-Nya-lah terpancar segala kekuatan dan daya.
BAB I.
TENTANG HARI SABTU
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan tanyakanlah kepada
mereka (Bani Israil) tentang negeri (Eylah) yang didekat laut ketika mereka
melanggar anturan pada hari Sabtu.......” (Qs. 7:163).
Dari Muslim bin
Abdillah, dari Sa’id bin Jubair, dari Anas bin Malik (semoga Allah meridhai
mereka), diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya tentang hari yang
tujuh, beliau menjawab : “Hari sabtu adalah hari makar dan tipu daya.”
“Mengapa
demikian, ya Rasulullah...?”
“Karena pada hari
Sabtu, kaum Quraisy membuat tipu daya di Darun-Nadwah.”
“..... dan
(ingatlah) ketika orang-orang kafir menipumu .....1” (Qs. 8:30).
Bahwa Rasulullah
saw. pemimpin dunia dan akhirat, menamakan hari Sabru sebagai hari tipu daya,
lantaran pada hari itu tujuh golongan ummat manusia pernah membuat makar kepada
tujuh tokoh mereka, masing-masing :
1.
Tipu daya kaum Nabi Nuh a.s. terhadap Nabi Nuh a.s.
“........ dan mereka telah membuat tipu daya yang besar.” (Qs. 71:22). Akhirnya
mereka dilanda banjir dan bencana alam. “Maka Kami bukakan pintu-pintu langit,
dengan air deras mengalir.” (Qs. 54:11).
2.
Ummat Nabi Saleh a.s. telah membuat makar terhadap Nabi
Saleh a.s. “Dan mereka membuat makar
dengan sesungguhnya, dan Kami balas tipu daya mereka, sedang mereka tak
menyadari.” (Akhirnya mereka binasa). “Sesungguhnya telah kami musnahkan
mereka dan pengikut mereka semua.” (Qs. 27:50).
3.
Tipu daya saudara-saudara Nabi Yusuf a.s. terhadap Nabi
Yusuf, a.s. “Maka mereka menipu dengan sebuah tipuan.” (Qs. 12:5). Mereka
berusaha mencelakakan Yusuf a.s. karena iri dan dengki setelah mengetahui
impiannya, namun akibatnya mereka menerima cercaan dan cela. “Apakah kamu
mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf.......?” (Qs.
12:89).
4.
Pengikut Nabi Musa a.s. telah berkhianat kepada Nabi Musa
a.s. “Maka himpunlah segala daya (sihir) kalian, kemudian datanglah dengan
berbaris-baris.” (Qs.20:63). Akhirnya mereka ditimpa kenestapaan dan hina dina.
“...... dan jadilah mereka orang-orang yang hina.” (Qs.7:119).
5.
Makar kaum Nabi Isa a.s. “Dan orang-orang kafir itu
membuat tipu daya, dan Allah membalasnya. Dan Dia sebaik-baik pembalas tipu
daya.” (Qs. 3:54).
6.
Makar pembesar Quraisy terhadap Rasulullah saw.
“.........Dan (ingatlah) saat mereka (orang-orang kafir) melakukan tipu daya
terhadapmu.” (Qs. 8:30). Akibatnya mereka tertimpa azab siksa. “Dan
sesungguhnya Kami meresakan kepada mereka siksa yang dekat ( di dunia) sebelum
azab yang lebih besar.” (Qs. 32:21).
7.
Tipu muslihat keji Kaum Bani Israil terhadap larangan
Allah, pada hari Sabtu. “Dan tanyakanlah kepada mereka (Bani Israil) tentang
negeri (Eylah) yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada
hari sabtu ........” (Qs. 7:163). Akhirnya mereka dikutuk oleh Allah dengan
disulap menjadi kera. “.........atau Kami kutuk mereka sebagaimana Kami mengutuk
Ashabus Sabti, yang berbuat maksiat pada hari Sabtu.” (Qs. 4:47).
8.
Kisah tentang Uthbah al-Ghulam.
1. TIPU DAYA
KAUM NABI NUH
Edit :
Pujo Prayitno
Mereka berupaya
membinasakannya. Namun mereka gagal, bahkan Allah terlebih dahulu menyapu
bersih mereka semua dengan banjir besar.
“.....maka Kami
selamatkan dia (Nuh a.s.) dan pengikutnya (yang beriman) di atas biduk yang
sarat dengan muatan.” (Qs. 26:119).
Dalam
kisah ini, terdapat isyarat seakan-akan Allah berfirman : “Abdi-Ku, jika kau
ingin selamat dari cengkeraman kuku setan, dan tidak tergelincir ke lembah
kemaksiatan, maka pandanglah ciptaan-Ku sebagai bukti kebenaran-Ku. Lewat
telingamu kau peroleh ilmu dan hikmah. Dengan lisanmu kau ikrarkan tauhid dan
syahadat. Dengan kedua kakimu, melangkah menuju shalat. Dan dengan segenap
anggota badanmu, kau beribadah dan berlaku taat. Sedang dari lubuk kalbumu
hendaklah kau tumpahkan segala penyesalan dan taubat. Niscaya engkau ‘kan lepas
dari penjara kerugian dan derita. Engkau juga akan Ku-muliakan denegan tempat
penuh damai dan selamat.”
Renungkanlah ayat
ini : “...... dan mereka telah membuat tipu daya yang besr.” (Qs. 71:22).
Mereka hendak menipu dan mengusir Nuh a.s., namun apa yang terjadi?” Ternyata
Allah terlebih dahulu membalas kebiadaban mereka, bahkan mencampakkan mereka
dari persada bumi.
“...... maka Kami
deraikan hujan sangat deras melalui pintu pintu langit. Dan dari Bumi, mataair
pun Kami pancarkan.......” (Qs. 54:11-12).
Peristiwa
tersebut mengingatkan kita kepada kejadian yang lebih dahsyat pada hari kiamat,
saat Allah berseru : “Wahai Israfil, tiuplah sangkakala! Bangkitkanlah ahli
kubur hari ini.....! Pada hari itu langit terbelah, bintang-bintang rontok
pecah, matahari hancur, dan gunung-gunung berhamburan.
“Apabila matahari
hancur, apabila bintang-bintang berhanburan......, apabila gunung-gunung
bertaburan......” (Qs. 81:1-3).
Sebelum banjir
besar itu melanda, Jibril a.s. datang mengajari Nabi Nuh a.s. cara memahat
kayu, dan menitahkan untuk membuat perahu. “Dan buatlah perahu dengan pengawasan
dan wahyu-Ku, dan janganlah kamu bicarakan dengan-Ku orang-orang zalim itu.”
(Qs. 11-37).
Nuh a.s. bertanya
: “Wahai Jibril, bagaimana cara membuat perahu?” Aku tak bisa.”
“Pahatlah 124.000
lembar papan, yang bertuliskan nama-nama para Nabi.” Jawab Jibril.
“Tapi aku tidak
tahu nama-nama itu......” ujar Nuh.
Maka turunlah
wahyu : “Hai Nuh! Engkau memahat kayu itu, sedang Aku yang mengukirkan
nama-namanya.” Lalu mulailah Nuh memahat papan-papan itu satu persatu. Setiap
selesai satu papan, terukirlah nama seorang Nabi Adam a.s. papan pertama, Syits
a.s. di papan kedua, Idris a.s. di papan ketiga, dan seterusnya, hingga Nabi
Muhammad saw. penutup sekalian Nabi.
Selesai Nuh a.s.
memahat papan-papan tersebut, ia diperintah oleh Allah membuat paku yang
berukir nama Nabi.
Di kala membuat
perahu itulah kaumnya yang kafir berlalulalang memperolok-olokkan dan menghina.
“Dan mulailah Nuh
membuat perahu. Dan setiap kali pembesar kaumnya berjalan melewati Nuh, mereka
mengejeknya.......” (Qs. 11:38).
Mnurut sumber
lain, pada saat Nabi Nuh a.s. memerlukan empat lembar papan lagi, datanglah
Malaiakat Jibril a.s. menyampaikan wahyu bahwa Allah menyuruhnya merampungkan
empat papan itu, dan Ia akan menampakkan di sana nama empat orang sahabat
kekasih-Nya, Muhammad saw. Karena kedudukan mereka di sisi Allah sebanding
dengan para Nabi-Nya.
Dalam kisah ini
terdapat isyarat yang menunjukkan seakan-akan Allah berfirman : “Setelah nama
kekasih-Ku, Muhammad, dan empat orang sahabtnya terukir di papan itu, maka
berarti engkau menyelamatkan penumpangnya dari banjir besar, sama halnya ketika
telah tergores di lembaran hati seorang mukmin rasa cinta kepada Nabi (Muhammad
saw.) dan para sahabtnya, sehingga Allah selamatkan (sang mukmin itu) dari azab
dan sengsara.
Dalam suatu
keterangan (khabar), dikatakan bahwa Abdullah bin Abbas r.a. pernah diminta
keterangan : “Ajarilah kami ilmu yang dapat menyelamatkan diri dari jilatan api
neraka dan dapat memasukan kami ke desa abadi (surga).” Ibnu Abbas r.a.
menjawab :
“Berpegang
teguhlah pada lima belas perkara berikut ini : Lima yang pertama adalah lima
kalimat suci Subhanallah (Maha Suci Allah), Alhamdulillah (segala puji milik
Allah). La ilaha ilallah (tiada Tuhan selain Allah) Allahuakbar (Allah Maha
Besar), la hawla wa laquwwata Illabillahil ‘alliyil’azhim (Tidak ada daya upaya
kecuali dengan kekuatan Allah, yang Mahaluhur lagi Mahaagung). Kalimat suci ini
harus senantiasa membasahi lisanmu.
“Sedang
lima macam yang kedua adalah shalat lima waktu (Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, dan Subuh),
yang wajib kamu tunaikan sebagai amaliah anggota badan.
“Dan lima hal terakhir ialah rasa cinta kepada lima
manusia Utama, Nabi Muhammad saw. Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali
(semoga Allah meridhai mereka). Perasaan ini harus terpatri dan berurat akan
dilubuk hatimu.”
2. TIPU DAYA
KAUM NABI SALEH
Edit :
Pujo Prayitno
“.......... dan mereka telah membuat tipuan, dan Kami
membalas tipu daya mereka.” (Qs. 27:5).
Kami ubah warna wajah mereka. Pada hari pertama berwarna
merah, hari kedua menjadi kuning dan ketiga menjadi hitam. Sedang gapda ahari
keempat, yakni pada hari Sabtu sesudah Ashar, Kami hancurkan mereka lewat jerit
keras Jibril a.s.
Di kala mereka menyembelih unta Nabi Saleh as, anak unta
itu berpaling menghadapkan mukanya ke arah batu (gunung), tempat persembunyian
induknya. Lalu ia menjerit tiga kali dengan jeritan yang dapat memecahkan batu,
dan selanjutnya ia masuk ke dalamnya, tak seorang pun melihatnya.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa :
1.
Seolah-olah Allah berfirman : “Aku adalah Raja Mahakuasa,
Makaperkasa, mampu mengeluarkan dan memasukkan sesuatu ke dalam batu (gunung)
dan menghancurkannya dengan “batu”.
2.
Keluar unta Saleh dari “batu” dan Kumasukkan anaknya ke
dalam “batu”, juga kuhancurkan kaum Luth dengan “batu”.
3.
Kuciptkan iblis dari api, Kupelihara Ibrahim dari lalapan
api, begitu pun akan Kusiksa manusia kafir dengan neraka.
4.
Kuciptakan Adam dari tanah, Kulelapkan para Pemuda Gua di
dalam tanah, juga Kubinasakan kaum’Ad dengan tanah.
5.
Kujadikan kuda dari angin pula Kuberi kabar gembira
Ya’qub.
6.
Kuciptakan manusia dari air, dan Kuselamatkan Musa
beserta pendukungnya dengan air (laut), dan Kuberi rizki ikan dan hewan laut di
dalam air.
Maka segala seuatu di dalam alam semesta ini merupakan
dalil, bukti dan petunjuk tentang keberadaan Allah Maha Pencipta, MahaEsa dan
Mahaperkasa. )Kisah tentang Kaum Nabi Saleh ini dapat di baca pada bab hari
Rabu – Pen).
3. TIPU DAYA
Saudara-Saudara Nabi Yusuf
Edit :
Pujo Prayitno
“......mereka telah menipumu dengan sebuah tipuan.” (Qs.
12:5).
Mereka memperdayakan Yusuf a.s. dan saudara kandungnya
(memisashkannya) dari ayahnya, supaya sang ayah mencurahkan kasih sepenuhnya
kepada mereka.
“Ketika mereka berkata : “Sesungguhnya Yusuf dan saudara
kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal
kita adalah segolongan (yang kuat). Sesungguhnya kita berada pada kekeliruan
yang nyata. Bunuhlah Yusuf. Atau buanglah ia ke suatu daerah (yang asing)
supaya perhatian ayahmu tertumpah kepada kamu. Sesudah itu hendaklah menjadi
orang-orang baik.” (Qs. 12:8-9).
Namun Allah ‘Azza wa Jalla menakdirkan lain. Dia swt.
menegaskan : “Wahai saudara-saudara Yusuf, Aku telah menjadikan mata, ayahmu
putih lantaran derasnya air mata, dan telah Kutorehkan di kalbunya rasa rindu
kepada Yusuf, saudaramu, sehingga ia tak mampu melupakannya sesaat pun.
Akhirnya, ayahmu malah melalaikanmu.”
Kezaliman saudara-saudara Yusuf tersebut, dengan membuang
Yusuf agar mereka mendapatkan kasih sayang penuh sang ayah, adalah seperti
kejahatan iblis ketika menipu Adam a.s. Iblis terkutuk berkata : “Keluarkan
Adam dari surga (tempat yang dekat dengan Tuhannya) ke dunia (tempat yang dekat
denganku) agar ia dan anak cucunya berubah dari menaati dan takut kepada-Nya,
menjadi menaati bujuk rayuku.”
Tetapi Allah berseru : “Hai iblis, anak cucu Adam dapat melihatmu
di dunia dan akan menaatimu? Demi keagunganKu, Kututup mata mereka dari
melihatmu, dan akan kutanam di taman kalbu mereka rasa rindu dan mencintai-Ku,
hingga mereka selalu mengingat-Ku setiap saat. Dan akan kusingkap tirai hati
mereka untuk Kupandangi jiwa mereka tigaratus kelai setiap hati. Dengan
demikian, mereka akan memperhatikan Aku sepenuh hati dan akan menaati-Ku dan
berpaling darimu. Hai iblis, bahkan akan mengutukmu!” (Kisah ini dapat dibaca
selengkapnya pada bab Hari Kamis – Pen).
4. TIPU DAYA
Saudara-Saudara Nabi Yusuf
Edit :
Pujo Prayitno
“Maka himpunkanlah segenap daya (sihir) kalian, lalu
datanglah dengan berbaris!.” (Qs. 20:64).
Fir’aun dan Haman berkilah lantang : “Hai Musa kau pergi
dari sisi kami untuk belajar sihir. Sekarang kau pulang untuk menghancurkan
kami dengan ilmumu. Sungguh kami akan kumpulkan para tukang sihir untuk
menandingimu.” Berkumpullah para tukang sihir dengan 7000 perangkat yang
menakutkan orang yang menyaksikannya, dan membuat Musa gentar, seperti
gentarnya seorang Muslim tatkala meliaht malaikat maut hendak mencabut
nyawanya, karena saat itu iblis berusaha menyerobot imannya. Pada detik-detik
tersbut malaikat datang melipur dukanya. : “Janganlah engkau takut dan bersedih
hati. Giranglah dengan surga untukmu!.”
Maka datanglah wahyu Allah kepada Musa pada saat gundah
gulana itu : “Wahai Musa janganlah gentar dan takut! Janganlah gentar! Engkau
pasti akan menang!.”
“Dan lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya
ia akan menelan apa yang telah mereka buat.” (Qs. 20:69).
Musa melihat tukang-tukang sihir itu melempar tali temali
dan tongkat hingga menjelma menjadi ribuan ular. Namun Musa yakin pada
ke-Mahakuasaan Allah Ta’ala. Saat itu, ia melemparkan tongkat, dan jadilah
seekor ular yang luar biasa besarnya, menyerang orang-orang kafir, para tukang
sihir dan ular-ular buatan mereka. Mereka berhamburan menyelamatkan diri. Dan
tiba-tiba menjertilah Fir’aun sejadi-jadinya saat ular besar itu mendekatinya.
“Musa, tolonglah aku!.” Teriaknya.
“Kami beriman kepada Allah, Tuhan alam semesta. Tuhan
Harun dan Musa!” ikrar para tukang sihir beramai-ramai sambil bersembah sujud
di hadapan Musa yang baru saja mengambil tongkatnya. Ketika mereka bersujud,
Allah menyingkapkan tabir, lapisan bumi, sehingga mereka dapat memandang lapis
bumi yang ketujuh. Dan ketika mengangkatkan kepala mendongak ke langit, Allah
bukakan pula tabir hingga menampaklah di mata meraka Arasy, yang menjadikan
mereka kian rindu kepada Allah swt.
“Mengapa kalian beriman tanpa swizinku. Sesungguhnya ia
(Musa0 adalah guru sihirmu yang terbesar. Niscaya akan kupotong tangan dan kaki
kalian dan akan kusalib di batang-batang kurma!” seru Fir’aun sembari
mengancam.
“Engkau tak akan mampu memutuskan tali ma’rifat kami
dengan Allah, yang telah kokoh terjalin di kalbu ini, kendati engkau memotong
tangan dan kaki kami sekalipun!.” Sahut mereka.
Kisah ini menunjukkan bahwa para tukang sihir dan
orang-orang kafir berkhianat dan merintangi kebenaran dan mu’jizat Musa as.
Namun setelah mereka pasrah dan bertobat dari dosa-dosa, maka Allah menyibakkan
tabir langit dan bumi bagi mereka, dan Allah memuliakan mereka denegan iman dan
menjadikan mereka sebagai kekasih dan kesayangan-Nya.
Demikian juga ummat Nabi Muhammad saw. Tatkala mereka
menuju rumah Allah dengan pasrah, serta dengan rasa sesasl dan tobat, suci dari
najis, berniat ibadah penuh ikhlas, bagaimana mungkin tidak akan mendapatkan
anugerah dari-Nya, dan tak memperoleh tempat abadi, yaitu surga?” Kisa itu juga
menunjukkan bahwa Allah swt. memberikan tiga nama kepada tongkat Musa as. :
1.
Hayyat : “....maka tiba-tiba jadilah ia ular besar yang
berjalan.” (Qs. 20:20).
2.
Jan : “Ia seperti ular yang sangat besar.” (Qs. 27:10).
3.
Tsu’ban : “Maka tiba-tiba ia berupa ular yang nyata.”
(Qs. 26:32).
Sedangkan Allah swt. memberi nama kalimat tauhid dengan
tujuh puluh nama. Maka ketahuilah, andai tongkat itu adalah mu’jizat Musa a.s.,
maka kalimat tauhid adalah mujizat Allah al-Maula. “........... dan kalimat
Allah itu tinggi ........ (Qs. 9:40).
Dan bila tongkat Musa a.s. mampu mengalahkan tujuh ribu
sihir, apalagi kalimat Allah, yang mampu
melebur dosa-dosa tujuh puluh tahun yang lewat dan yang akan datang.
5. TIPU DAYA
KAUM NABI ISA.
Edit :
Pujo Prayitno
“......... mereka telah membuat tipu daya, dan Allah
telah membalas tipu daya mereka. Dan Allah itu sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(Qs. 3:54).
Orang-orang Yahudi menuduh Isa a.s. tukang sihir. Karena
kemampuannya menghidupkan orang mati, dan karena memiliki mu’jizat lainya. Nabi
Isa a.s. menjadi gundah dan duka mendengar dan menerima fitnah keji kaumnya. Ia
berdoa kepada Allah : “Ilahi, Engkau Mahatahu tentang kedustaan mereka. Maka
ubahlah mereka.”
Kemudian mereka pun berubah menjadi kera dan babi.
Mendengar kejadian ini, raja Yahudi ketakutan. Ia segera mengumpulkan kaumnya
untuk memilih seorang di antara mereka yang akan diutus untuk membunuh Isa di
rumahnya.
Tapi Allah Mahakuasa. Di kala utusan raja, Asy-yu’
membunuh Isa. Jibril menolong dan mengangkat Isa ke Langit. Dan Allah swt.
mengubah rupa Asy-yu” menjadi rupa Nabi Isa, hingga orang Yahudi mengeroyok dan
membunuhnya dengan rasa puas dan bangga.
“.....Mereka membunuhnya (Isa as.) tetappi sebenarnya
Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya .... (Qs. 4:157 – 158).
Dalam hal ini seakan Allah menegaskan : “Kukaruniai
Asy-yu’ kesempatan hidup di dunia selam lima tahun hanya untuk menjadi tebusan
Isa dari pembunuhnya. Dan Kubiarkan Fir’aun mereguk madu kesenangan hidup di
dunia empat ratus tahun lamanya untuk menjadi tumbal Nabi Musa dengan karam di
lautan. Juga Kupelihara kambing kibasy Habil di surga Firdaus selama empat ribu
tahun guna mengganti Ismail dari penyembelihan. Demikian pun orang-orang
Yahudi, Nasrani, kafir dan musyrik. Kubiarkan mereka bebas mengecap aneka
kesenangan hidup duniawi, untuk akhirnya menjadi penebus ummat Muhammad dari
siksa neraka.”
Isyarat lain dari kisah tentang Nabi Isa adalah bahwa Isa
diangkat oleh Allah ke tempat yang tinggi, setelah ia dikhianati kaumnya.
Begitu juga Yusuf, yang menjadi raja di negeri Mesir setelah terlebih dahulu
menjadi sasaran tipu daya saudara-saudaranya. Dan begitu pula ummat Muhammad
saw. Mereka mendapat ampunan dari Allah setelah berbuat maksiat lalu
benar-benar bertobat. Sebabnya adalah mereka terkena bujuk dan bisik muslihat
iblis. Bila tak orang mukmin, tentu tak ada surga Na’im. Jika tiada orang kafir
dan lalim, taka ada neraka Jahim.
Andai tak ada orang yang berbuat maksiat, maka tak
mungkin pula ada rahmat Allah ar-Rahim bagi yang bertobat.
6. TIPU DAYA
tokoh-tokoh quraisy di darun-nadwah
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan ingatlah ketika orang-orang kafir (Quraisy) membuat
muslihat untuk menangkap atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat tipu
daya dan Allah mengggagalkannya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
(Qs.8:30).
Darun-Nadwah, yang terletak di Makkah, adalah sebuah
tempat pertemuan orang-orang Quraisy untuk menangani berbagai persoalan dan
urusan. Menurut riwayat, di tempat ini berkumpul lima pembesar Quraisy. Uthbah,
Syaibah, Abu Jahal, Abu Bathuri dan al-‘Ash bin Wa’il. Mereke berembug menyusun
siasat untuk membuat tipu daya terhadap Rasulullah saw.
Menurut Tsalabi, mereka terdiri atas duabelas orang dan
seorang iblis (terkutuk) yang menjelma dalam wujud seorang kakek bertongkat.
Sebelum rapat dimulai, Abu Jahal berkata kepada si iblis alias sang kakek :
“Kami berkumpul untuk suatu rahasia. Mengapa engkau di sini?” Lebih baik
pulanglah, wahai kakek tua.”
“Aku seorang kakek dari negeri Nejed. Aku lebih lama
menelusuri hidup ini daripada kalian, dan telah banyak makan asam garam dalam
berbagai urusan. Menurut pengetahuanku, suatu rencana yang paling baik adalah
rencana yang sudah matang dan berdasarkan kesepakatan bersama. Maka izinkanlah
aku bersamamu, mungkin aku dapat menyumbangkan pikiranku dan menilai gagasan
kalian.” Jawab sang kakek. Mereka pun mengizinkannya, dan segera dimulailah
musyawarah.
Uthbah tampil sebagai pembicara pertama : “Sesungguhnya
mati itu telah pasti! Bagaimanakah kalau kita lebih baik bersabar saja? Kita
biarkan Muhammad sampai ajalnya. Kalau sudah mati, kita pun selamat dari
gangguan dan kejahatannya.”
“Tunggu......... apa-apaan ini?” tukas sang kakek,
“Gagasanmu tak lebih sekedar buah pikiran bocah ingusan. Ingat, andai kalian
bersabar sampai Muhammad menemui ajalnya, pasti akan tersebarluaslah agamanya
menyapu jagad raya dan akan bertambahlah pengikutnya, yang akhirnya akan
mematahkan sendi-sendi kekuatan kita.”
“Engkau benar, kek!” sambut mereka.
“Bagaimana andai Muhammad kita tahan sampai mati
kelaparan?” ujar Syaibah.
“Ini pun suatu pendapat yang salah1” jawab si kakek
segera. “Karena Bani Hasyim akan berhimpun kompak untuk membelanya. Dan akan
terjadi pertumpahan darah yang tak terkendalikan antara mereka dan kita.”
“Kau betul kek.” Jawab mereka serentak.
“Kalau begitu, lebih baik Muhammad kita ikat. Kita suruh
seekor unta berkeliling menyeretnya di atas debu dan pasir sampai ia mati,
sambung Ash bin Wa’il.”
“Pemikiran apa pula ini? Suatu gagasan yang picik! Ini
tak mungkin, karena Muhammad amat kuat badannya, tampan wajahnya dan penuh
simpatik, fasih lisannya lagi mansi tuturnya. Tidak mustahil, bila ada orang
yang melihat dan bertemu dengannya lalu bercakap-cakap dan menanyakan keadaan
yang sebenarnya, orang tersebut pasti akan tertarik dan membenarkan ceritanya.
Akhirnya ia akan mengumpulkan orang. Mereka akan beriman dan mendukung Muhammad
dan akan menjadi pembelanya.” Sergah sang kakek.
“Betul kek.” Ujar mereka.
“Hendaknya dari masing-masing kabilah memilih seorang
pemuda. Mereka kita persenjatai untuk membunuh Muhammad pada malam yang telah
kita tentukan. Dengan begitu, tak dapat diketahui siapa pembunuhnya. Bila
keluarga Muhammad minta tebusan atau ganti rugi, kita beri. Barulah kita aman
dari kekuarangajarannya!” ujar Abu Jahal.
Setelah sepakat, mereka berangkat. Kemudian turunlah
Jibril a.s. dengan membawa ayat ( “...... dan ingatlah ketika orang-orang kafir
melakukan tipudaya terhadapmu.....” (Qs.8:30) sambil berkata : “Wahai Muhammad.
Allah swt. memerintahkanmu hijrah ke Madinah secara semmbunyi-sembunyi, dan aku
akan menyertaimu.”
Sore itu, Rasulullah saw. bermusyawarah dengan para
sahabatnya. Beliau menawarkan, siapakah yang bersedia menemani dalam hijrahnya
ke Madinah. Dengan segera tampillah Abu Bakar menyatakan keasnggupannya
mendampingi beliau.
“Siapakah di antara kalian yang siap menggantikanku tidur
di rumah? Dan jaminannya adalah surga.” Kata Rasul.
“Hamba, Ya Rasulullah. Saudaramu, Putera pamanmu.
Kuserahkan seluruh jiwa ragaku sebagai tebusanmu.” Sambut Ali bin Abi Thalib.
Dari Jabir bin Abdillah diriwayatkan bahwa ia pernah
mendengar Ali bin Abi Thalib (semoga Allah meridhainya) merangkum bait syair di
hadapan Rasulullah saw. :
Akulah saudara al-Musthafa
Aku dan dia berkakek satu
Dia kubenarkan di kala insan-insan tenggelam
Kupersembahkan syukur puji
Ke hadirat Ilahi Mahasuci
Mahawelas terhadap abdi
Yang langgeng nan abadi.
Tersenyum Rasulullah saw. mendengar senandung itu, seraya
berkata : “Benar engkau, wahai Ali!..”
Setelah malam tiba, berkumpul pemuda-pemuda Quraisy dengan
persentaan lengkap – mengepung rumah Rasul, menanti beliau keluar. Kemudian
beliau keluar dari rumahnya bersma Abu Bakar r.a. tanpa diketahui oleh mereka.
Berkat kemahakuasaan Allah, pada detik itu, mereka tertidur lelap. Sementara
itu, Ali bin Abi Thalib tidur di kamar Rasul.
Dalam suatu riwayat, disebutkan bahwa ketika akan
melangkah keluar, Rasulullah membaca surat Yasin sembari menaburkan debu di
atas kepala mereka, membuat mereka terlelap. Setelah bangun, mereka menggedor
rumah Rasulullah, namun Ali yang mereka temui.
“Mana Muhammad?” mereka bertanya kepada Ali dengan
garang.
“Muhammad (al-Musthafa) telah pergi dengan Tuhannya yang
Mahatinggi, menuju tempat yang Ia Kehendaki. Dia (Allah) mampu menggerakkan
hamba-Nya ke tempat yang jauh dan dekat. Dia Mahatau segala sesuatu, dan tidak
pernah lupa. Janganlah kalian mencari dia, karena dia kiranya tengah berada di
tempat paling tinggi di sisi-Nya.” Jawab Ali tenang dan lantang.
Dalam suatu riwayat, disebutkan Nabi saw. bersabda bahwa
Allah pernah mewahyukan kepada Jibril dan Mikail a.s. : “Sesungguhnya kalian
berdua (Nabi dan Ali bin Abi Thalib. Pen), telah Kupersaudarakan dan Kujadikan
umur yang satu diperpanjang demi memperpanjang umur yang satunya lagi, namun
keduanya memilih hidup bersama-sama.”
Kemudian turun wahyu : “Mengapa kaliant idak menjadi
laksana Ali, yang Kupersaudarakan dengan Muhammad. Ali memilih mati (pendek
usia) sebagai korban dan rela menjadi tebusan bagi keselamatan jiwa saudaranya,
Muhammad, dengan berani tidur di rumahnya pada detik-detik yang mendebarkan?
Sekarang turunlah kalian, kawal dan lindungi Ali.”
Turunlah Jibril berjaga di kepala Ali, sedang Mikail di
kaki Ali.
“Bagus, bagus!” ujar Malaikat Jibril as. Kepada Mikail
a.s.
“Siapa lagi orang yang semisalmu, wahai putera Abu
Thalib, Allah telah membanggakan dan memujimu di hadapan para malaikat langit
dan bumi!” Kata Jibril a.s. kepada Sayidina Ali r.a.
Pada saat itu, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi
Muhammad saw. yang tengah menuju Madinah, yaitu sebuah ayat tentang keperwiraan
Imam Ali r.a. :
“Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-Nya.”
(Qs. 2:207).
Bersamaan dengan itu, Ali ra. Sedang berbaring di atas
tikar Rasulullah saw., sembari menyusun bait syair :
Kutebus dengan jiwa ini
Dia sebaik-baik makhluk di bumi
Yang tawaf di Baitul ‘Atiq dan Hijir Ismail
Rasulullah .... pribadi yang di segani
Yang selalu dijaga Maha Pemberi
Dari muslihat keji musuh dan kaum tirani
Semalaman,
Ia sembunyi dalam gua bersemayam
Berpeluk damai ketenangan
Di dalam kehangatan selimut Maha Pengaman
Sedang, di sini aku
Menjaga musuh-musuh
Sungguh,
Yang menempa rasa beraniku ini
Hanya kesigapan diri
Ditawan an mati syahid suci
Setelah orang-orang kafir Quraisy berhasil mencium jejak
Rasulullah saw., mereka bermusyawarah selama tiga hari untuk mencari
langkah-langkah baru. Lalu diutuslah Saraqah bin Malik untuk mengejar
Rasulullah dan membunuh Rasulullah.
“Ya Rasul, Suraqah menyusul kita. Upaya apa untuk
menghadapi pendekar Arab yang amat pemberani itu?” Tanaya Abu Bakar dengan
penuh rasa khawatir kepada Rasulullah, ketika melihat Suraqah di belakang
mereka.
“Saudaraku, tenanglah!” Kata Rasulullah menenangkan.
Tatkala Suraqah, dengan pedang terhunus, hampir mendekati
Nabi, ia berteriak : “Muhammad, Siapakah yang akan melindungimu? Hari ini
adalah detik-detik kematianmu.”
“Allah Mahakuasa lag Maha Perkasa pelindungku.” Jawab
Rasul tenang.
Pada saat itu, Jibril turun.
“Muhammad, Allah telah menjadikan bumi ini tunduk
kepadamu, perintahlah ia sesuka hatimu!” Ucapannya.
“Hai bumi, telanlah Suraqah,” perintah Nabi.
Seusai Rasul mengucapkan itu, Suraqah amblas bersama
kudanya sedalam lutut tanpa daya.
“Muhammad, demi tuhanku al-‘Uzza, aku bertobat. Tolonglah
aku. Kau akan bebas dan aman.” Teriaknya minta tolong.
Mendengar ucapan pasrah Suraqah, terbukalah pintu maaf
Rasulullah saw. Suraqah kembali seperti sedia kala, lalu pergi ke kaumnya.
Dalam sebagian kitab tafsir, tercatat bahwa ia sampai
tujuh kali amblas di telan bumi. Karena acapkali permohonan tobatnya dikabulkan
Rasulullah, ia ingkar dan mencoba kembali mengayunkan pedangnya kepada
Rasulullah.
Baru pada amblasnya yang ke delapan kali, ia benar-benar
psrah, lalu bertobat dan beriman.
Katanya : “Muhammad, aku memiliki banyak unta dan ternak
sepanjang jalan ini. Ambillah sesukamu!.”
“Aku tak menginginkan harta bendamu.”
Suraqah melanjutkan : “Sungguh Muhammad, risalahmu akan
bersinar di seluruh penjuru bumi dan akan merasuki urat nadi insan. Jika ini
terjadi, berjanjilah bahwa engkau akan memberi hadiah kepadaku!.”
“Inilah perjanjian kita.” Jawab Rasulullah seraya memberi
kan barang tembikar dan menerangkan kegunaannya.
“Sekarang apa keinginanmu, ya Muhammad?” Tanya suraqah.
“Aku hanya ingin kau kembali kepada pasukanmu, Quraisy.”
Jawab Nabi.
Kembalilah Suraqah kepada mereka. Di tengah erjalanan
puang menuju Makkah, kepada Abu Jahal, ia menceritakan pengalamannya.
“Ya Abal Hakam (Abu Jahal – Pen), Muhammad tak pernah
melalui jalan ini.”
“Tapi aku yakin engkau telah menemuinya. Ceritakanlah hal
yang sebenarnya,” timpal Abu Jahal.
Suraqah melantunkan syair :
Abu Hakam
Demi Latta
Andai engkau menjadi saksi
Ketika kudaku amblas ditelan bumi
Engkau pasti tak ragu lagi
Ia seorang Rasul sejati
Mengapa kita tak menghormat
Semestinya kita mencegah ummat
Dari menghina Muhammad
Kulihat suatu saat
Ia akan beroleh pangkat
Dan ‘kan berkibar benderanya
Menaungi jagat
7. TIPU DAYA
BANI ISRAIL TERHADAP LARANGAN ALLAH
Edit :
Pujo Prayitno
Allah swt. menjadikan Hari Sabtu sebagai hari raya dan
hari besar bagi Musa dan ummatnya, oleh karena itu, pada hari itu Allah
melarang mereka melakukan kegiatan dan kesibukkan duniawi seperti berjual-beli
dan sebagainya.
Di sebuah negeri yang bernama Eylah, Allah mengutus
seorang Rasul (Nabi Daud a.s.) untuk menyampaikan Risalah Ilahiah dan melarang
kaumnya sibuk dengan mata pencaharian mereka, yakni menangkap ikan pada hari
sabtu. Tetapi mereka tidak menggubrisnya, sehingga Allah menguji mereka dengan
mendatangkan ikan-ikan dari berbagai
lautan ke perairan mereka, setiap hari Sabtu.
Musim kering dan paceklik pun melanda mereka sampai
terjadi kelaparan dan penderitaan yang amat sangat, hingga memaksa mereka
mencari ikan pada hari Sabtu. Maka digalilah parit-parit dan empang-empang
untuk dialiri air dari sungai-sungai. Setelah parit-parit dan empang-empang itu
penuh dengan aneka ragam ikan, pada ujung-ujungnya, mereka pasang papan dan
kayu.
Tersebut dalam riwayat lain, bahwa mereka memasang jala
dan jaring pada hari Jum’at setelah Ashar, lalu mengangkat dan menjual ikannya
pada hari Ahad.
Menyaksikan praktek buruk ini, para ulama dan orang bijak
negeri itu, tak bosan-bosannya mengingatkan dan menasihati mereka. Tapi mereka
semakin menjadi-jadi sampai-sampai para ulama memutuskan untuk ber-Uzlah ke
temepat-tempat yang jauh agar terhindar dari murka Allah.
Allah lalu memberi tenggang waktu kepada kaum itu dengan
mendatangkan ulama-ulama lain yang bertugas mengembalikan kesadaran kaum itu,
dalam dua tahun.
Pada suatu hari, setelah tenggang masa itu berlalu, para
ulama dan orang-orang bijak yang ber-uzlah itu, kembali kepada kaumnya. Sungguh
heran mereka menyaksikan negerinya yang menjadi lenggang. Tak seorang penduduk
pun mereka temui. Mereka mencoba mengetuk hampir setiap piintu-pintu rumah.
Tercenganglah ketika melihat apa yang nampak di hadapan mereka : monyet-monyet
jantan dan betina dalam jumlah yang banyak.
“Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan
kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang perbuatan jahat, dan
kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksa yang keras akibat kefasikan
mereka. Maka ketika mereka bersikap sombong terhadap apa yang mereka dilarang
mengerjakannya, Kami katakan kepada mereka : “Jadilah kalian kera-kera yang
hina.” (Qs. 7 : 165:166).
Bila balasan orang yang berbuat maksiat (menangkap ikan
pada hari yang dilarang Allah. Pen), ialah diazab menjadi kera hina, maka
balasan apa gerangan bagi orang yang menghalalkan riba dan khamr (minuman
keras) yang keduanya nyata-nyata diharamkan Allah swt.
Diriwayatkan bahwa para pembuat tipu daya dan mencari
ikan pada hari Sabtu, yang kemudian dikutuk menjadi kera, berjumlah tujuh
orang. Pelanggaran peraturan pada hari Sabtu ini dipaparkan oleh Allah kepada
Muhammad saw. seperti yang kita ketahui dari tujuh tempat dalam Qur’an :
“Sesungguhnya diwajibkan menghormati hari Sabtu atas
mereka (orang-orang Yahudi) yang memperselisihkannya. Dan sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar akan memberikan putusan di antara mereka, pada hari kiamat tentang
apa yang telah mereka perselisihkan.” (Qs.16-24).
“Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui orang-orang
yang melanggar di antaramu pada hari Sabtu, maka Kami berfirman kepada mereka :
“Jadilah kalian kera yang hina.” (Qs. 2:65).
“....... atau Kami kutuk mereka (yang telah diberi
al-Kitab) sebagaimana Kami mengutuk Ashabus Sabtu (mereka yang bermaksiat pada
hari Sabtu).” (Qs.4:154).
“Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri
(Eylah) yang terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari
Sabtu.” (Qs.7:163).
“....... di kala datang kepada mereka ikan-ikan (yang
berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air pada hari Sabtii.”
(Qs. 7:163).
“...........dan pada hari selain Sabtu, ikan-ikan itu
tidak datang kepada mereka ..................” (Qs.7:163).
Mahasuci Allah yang ciptaan-Nya tak pernah menyerupai
ciptaan para makhluk-Nya. Tiada yang dapat menemukan hakikat hikmahnya selain
orang-orang yang merenung dan menelitinya.
Renungankanlah! Ikan yang diambil oleh orang (Yahudi)
tanpa ridha Allah menyebabkan menjadi kera. Sedangkan seekor ikan lain yang
diambil oleh seorang Nabi pada zaman dahulu dengan ridha Allah membuatnya
menjadi pemimpin dan ketua semua pemilik ikan.
Begitu pula yang dialami iblis. Ia terkutuk dan terusir
dari surga dengan hina lantaran sombong dan takabur kepada Allah, padahal
sebelum itu ia menjadikan arasy sebagai kiblatnya. Sedangkan Umar bin Khaththab
menjadi pribadi utama dan dicintai manusia karena ia berbalik dari berkiblat
kepada patung sesembahan ke jalan ridha Allah.
Demikianlah, bila Allah menghendaki, seorang munafik
dapat saja melaksanakan itikad buruk kemunafikannya, tetapi bila Ia berkehendak
lain, maka sang munafik pun dapat berbuat munafik terhadap niat busuk
kemunafikannya. Tak ada sesuatu pun yang dapat menghalangai ketentuan-Nya dan
menetang hukum-Nya.
Tentang hari Sabtu, para ulama berbeda pendapat. Sebagian
berkata bahwa Sabtu itu agung, karena orang-orang Yahudi menjadikannya sebagi
hari besar. Sebagian lain lagi berkata bahwa Sabtu artinya istirahat, seperti
firman-Nya :
“Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat (subata). (Qs.
78:9).
Dinamakan hari Sabtu karena pada hari itulah orang-orang
Yahudi beristirahat darii aktivvitas duniawi. Malah mereka beranggapan keliru
dengan mengatakan Allah pun pada hari Sabtu berhenti (beristirahat.Pen) dari
menciptakan sesuatu.
Diriwayatka bahwa Rasulullah saw. pernah
ditanya oleh orang-orang Yahudi : “Wahai Muhammad, terangkan kepada kami
tentang apa-apa yang diciptakan Allah dalam seminggu!.”
“Pada hari Ahad, A;;ah swt. menciptakan
langit dan bumi, Pada hari Senin, Ia menciptakan gunung-gunung; Pada hari
Selasa, Ia menciptakan bintang-bintang, sedang pada hari Rabu, Ia menciptakan
Cahaya; Pada hari Kamis, Ia ciptakan surga dan neraka, sedang pada hari Jum’at,
Allah menciptakan Adam dan Hawa (manusia)........”
“Andai kau lanjutkan penjelasan itu, pasti kau benar dan
alangkah baiknya itu.” Kata mereka memotong pembicaraan Nabi.
“Bagaimana?” Tanya beliau.
“Setelah Allah selesai menciptakan langit, bumi dan
isinya, Ia beristirahat pada hari Sabtu. Itulah sebabnya kami menjadikan hari
Sabtu sebagai hari besar dan hari libur.”
Mendengar ucapan yang amat buruk itu, wajah Rasul merah
padam berbaur duka, menahan marah dan kekecewaan. Maka turunlah wahyu :
“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan
apa-apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak
mengalami keletihan.” (Qs. 50:38).
Hanya yang bekerja dengan menggunakan alat-alat dan
anggota badan saja-lah yang akan merasakan penat. Sedangkan Allah, bila ingin
menciptakan sesuatu cukup berkata :
“Kun! (jadilah), maka jadilah ia.” “Dan perintah Kami
hanyalah satu perkataan laksana sekejap
mata.” (Qs. 54:50).
“Sesungguhnya keadaan-Nya, jika Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya : “Jadilah!”, Maka jadilah ia.” (Qs. 36:82).
Manusia-manusia durjana Yahudi menganggap hari Sabtu
sebagai hari libur dan hari istirahat mereka, padahal Allah menjadikannya
sebagai hari ujian bagi mereka.
Rasulullah saw. melukiskan hari Sabtu sebagai hari milik
orang-orang Yahudi, dan hari Jum’at untuk kaum Muslimin. Dan orang-orang
diingatkan untuk tidak menyalahi perintah Allah dalam mengagungkannya seperti
mereka (kaum Yahudi) dan orang-orang Nasrani, sehingga mereka terkena bencana
dengan menjadi kera dan babi.
Orang-orang mukmin yang menaati perintah Allah pun akan
diubah, tetapi bukan bentuk jasad mereka, melainkan amalan mereka dari dosa dan
kejahatan menjala pahala dan kebajikan, bila ia bertobat kepada Allah.
“......maka kejahatan mereka diganti oleh Allah dengan
kebajikan.” (Qs. 25:70).
Ingatlah, ketika Adam dan Hawa makan bebuahan surga,
sedang lebah memakan dedaunannya. Tetapi apa yag masing-masing mereka alami?
Pakaian Adam dan Hawa a.s. tanggal hingga nampaklah aurat dan aib mereka,
karena apa yang mereka lakukan itu tidak berdasarkan perintah Allah, sementara
sang lebah mendapat ridha Allah karena ia melakukan apa yang diperkenankan-Nya.
Maka dedaunan yang dilalapnya itu pun menjadi madu. Inilah keistimewaan yang
dimiliki lebah.
Ada yang lebih unik lagi. Seekor ulat yang menggerogoti
daging Nabi Ayub as. Dengan perkenan Allah, menghasilkan sutera ibraisim yang
mahal, sementara manusia yang makan daging ikan dengan melanggar larangan Allah
diubah-Nya menjadi kera (lihat tentang tipu daya Bani Israil pada hari Sabtu,
di muka. Pen). Karena itu, bagaimana mungkin seorang mukmin yang ikhlas dan
taat kepada Allah tidak mendapat rahmat dan karunia-Nya.
8. KISAH
TENTANG UTHBAH AL-GHULAM
Edit :
Pujo Prayitno
Ia termasyhur sebagai orang yang paling durhaka dan
durjana pada zamannya. Setiap orang pasti mengenal namanya. Sepanjang hari ia
lumuri dirinya dengan lumpur dosa dan kemaksiatan dengan bermabuk-mabukan dan
melakukan kejahatan-kejahatan lain.
Suatu hari, ketika hadir di Majelis ilmu Syeikh Hasan
al-Barsry, ia mendengar seseorang membaca ayat :
“Belumkah datang waktu bagai orang-orang beriman untuk
menundukkan hati mengingat Allah dan kepada kebenran yang telah turun (kepada
mereka)........” (Qs.57:16).
Kemudian, Syeikh Hasan menerangkan sifat ayat tersebut
sedemikian rupa sehingga membuat hadirin menumpahkan air mata.
Tiba-tiba berdirilah seorang pemuda seraya bertanya : “Ya
Syeikh, apakah Allah menerima tobat seseorang yang paling durhaka dan berlumur
dosa seperti diriku?”
“Tentu saja Allah menerima tobatmu, kendati kesalahan dan
dosamu sebanyak yang dipikul Uthbah al-Ghulam.” Jawab Hasan al-Basry.
Maka pucat pasilah wajah sang pemuda yang tidak lain
al-Ghulam itu. Tubuhnya bergetar hebat mendengar jawaban itu. Ia lalu menjerit
dan jatuh pingsan.
Ketika ia siuman, Hasan menyambutnya dengan untaian syair
yang membuatnya pingsan kembali :
“Wahai pemuda
Yang maksiat kepada Pemelihara Arasy
Tahukah dengan apa ia dibalas
Di neraka Sa’ir ia binasa
Pada hari ubun-ubun diremas
Bermaksiatlah
Bila kau sanggup dilalap api
Jika tidak
Jauhilah
Ingatlah
Bila melangkah menuju dosa.
Berarti lumuri diri dengan nista
Maka sungguh-sungguhlah
Mencari selamat jiwa raga”
“Ya Syeikh .....” Katanya setelah sadar, “adakah Allah
yang Mahamulia menerima tobat seorang yang paling nista seperti aku?”
“Adakah selain Allah yang Maha Pemaaf yang dapat
mengampuni seorang hamba yang selalu menetang dan menjauhi Nya?” Sang Syeikh
menanggapi.
Lalu Uthbah al-Ghulam menengadahkan kepala seraya
mengangkat tangannya, berdoa : “Ilahi, jika engkau menerima tobatku dan
mengampuni dosa-dosaku, maka ilhamkan kepadaku kemampuan memahami dan
menghafal, sehingga aku cept mengerti dan selalu ingat serta dapat memelihara
al-Qur’an dan setia ilmu yang aku dapat.
“Rabbi, anugerahilah hamba kemerdduan suara dan lembutnya
senandung agar siapa saja yang mendengar bacaanku, bertambah sadar dan lembut
hatinya, walau ia orang paling sesat sekalipun.
“Ilahi, karuniailah hamba rizki yang halal, yang
kedatangannya tidak terduga, dari sisi-Mu.”
Allah Ta’ala akhirnya mengabulkan doanya. Kini setiap
kali ia menyampaikan ayat-ayat Qur’an, siapa saja yang mendengarnya menjadi
insaf dan bertobat kepada Allah. Tiada pula seorang yang tahu dari mana atau
siapa yang memberikan makanan yang selalu terhidang kepadanya, setiap hari.
Ia habiskan sisa umurnya dengan melakukan amal-saleh
hingga berpisah dengan dunia fana.
Begitulah keadaan orang yang benarbenar insaf dan kembali
kepada Allah.
“Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang
yang berbuat ihsan (kebajikan).” (Qs. 9:120).
BAB II.
TENTANG HARI
AHAD
Edit :
Pujo Prayitno
“Katakanllah! Dia-lah Allah yang Mahaesa, Allah tempat
bergantung dan meminta, Ia tidak beranak dan tidak diperanakkan, Dan tidak ada
bagi-Nya sekutu.” (Qs. 112: 1-4).
Sahabat Anas bin Malik r.a. meriwayatkan bahwa, ketika
ditanya tentang hari Ahad, Rasulullah saw. berkata :
“Hari Ahad adalah hari untuk menanam dan membangun.”
“Mengapa hari Ahad dinamakan hari untuk menanam dan
membangun, Ya Rasulullah?”
“Karena pada hari Ahad, Allah memulai menciptakan dunia
dan meramaikannya.” Jwab Rasulullah saw.
Sebgian ulama mengatakan bahwa pada hari Ahad Allah yang
Mahaagung, yang tiada terbilang karunia-Nya, telah menciptakan tujuh macam
makhluk, yang masing-masing terdiri atas tujuh bagian :
1.
Allah menciptakan alam falak (jagad raya) yang selalu
berputar;
2.
Alla menciptakan bintang-bintang yang senantiasa beredar;
3.
Allah menciptakan neraka yang berlapis-lapis.
4.
Allah menciptakan bumi yang kukuh;
5.
Allah mencitakan laut dan samudera-samudera;
6.
Allah menciptakan tujuh anggota badan yang paling banyak
bergerak (berperan) dalam ibadah;
7.
Allah mencitakan tujuh rangkaian hari pada hari Ahad.
1.
ALLAH MENCITAKAN
ALAM FALAK YANG
SELALU BERPUTAR
Edit :
Pujo Prayitno
“Yang telah menciptakan tujuh langit
berlapis-lapis......” (Qs. 67:3).
“Kemudian Dia menuju penciptaan langit, dan Ia itu
merupakan asap.” (Qs. 41:11).
Ayat-ayat di atas menunjukkan betapa Allah Yang Mahakuasa
mampu menciptakan tujuh lapis langit yang berbeda-beda dari bahan yang satu :
asap. Perhatikan pula suatu kejadian amat unik sebagai salah satu tanda
kemahakuasaan-Nya : Dari bahan yang satu (hujan) yang Dia turunkan dari langit,
hidup suburlah bumi yang kerontang dan tumbuhlah pepohonan, buah-buahan dan
bebungaan puspa ragam, yang merah, putih, kuning dan hitam, yang rasanya manis,
pahit dan masam.
“Dan Kami lebihkan sebagaian atas sebagian yang lain dalam rasa.” (Qs. : 13:4).
Sungguh menarik ciptaan Tuhan. Bermula dari pancaran air
mani seorang lelaki yang menitik di rahim perempuan. Dia himpun menjadi segmpal
darah, dan Dia proses menjadi sekepal daging, lalu berkembang membentuk tulang
belulang, Lewat air mani pulalah berkemebangbiak laki-laki dan perempuan yang
Mukmin, yang kafir, yang shaleh dan yang zalim, yang taat dan yang maksiat,
yang hidup bahagia dan celaka. Maahsuci Allah, sebai-baik pencipta.
2. ALLAH
MENCITAKAN BINTANG-BINTANG YANG
SENANTIASA BEREDAR
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan Dia (Allah) telah menjadikan untukmu bintang-bintang
guna kamu jadikan petunjuk di dalam kelamnya daratan dan lautan.” (Qs. 6.97).
Allah membagi bintang-bintang menjadi tiga macam :
1.
Binang yang selalu nampak pada wakttu-waktu tertentu,
yang disebut “Tsawabit.”
2.
Bintang-bintang yang timbul tenggelam.
3.
Bintang-bintang yang selalu berputar pada garis edar
mengitari jagat raya.
Terdapat petunjuk bahwa di antara
bintang-bintang pun ada tujuh bintang paling besar dan utama. Begitu pula di
antara para Nabi, ada tujuh Nabi Utama (pilihan) : Nabi Syits a.s.; yang
dikaruniai oleh Allah limapuluh shahifah (lembar kitab Pen); Nabi Idris a.s.
yang ddianugerahi oleh Allah tigapuluh Shahifah; Nabi Ibrahim a.s. yang
dikaruniai oleh Allah duapuluh Shahifah; Nabi Daud a.s. yang dikaruniai oleh
Allah Zabur; Nabi Musa a.s. yang dikaruniai oleh Allah Taurat; Nabi Isa a.s.
yang dikaruniai oleh Allah Injil; nabi Muhammad saw. yang dikaruniai oleh Allah
al-Qur’an.
Hal itu menunjukan bahwa Umat Rasulullah saw. terbagi
menjadi tujuh kelompok : Orang-orang yang jujur dan lurus; mereka akan melalui
suatu jalan penyeberangan (shirat) pada hari kiamat laksana kilat; orang yang
suka beramal, mereka akan melewati jalan penyeberangan bagaikan tiuan angin;
Para Wali Abdal yang akan melalui jalan penyeberangan bagai burung terbang;
Para Mujahid yang syahid, kelompok ini akan menempuh jalan penyeberangan pada
hari kiamat secepat kuda-kuda peperangan yang binal, yakni setengah hari; Para
Haji, mereka akan melaluinya sehari; Orang-orang yang taat, mereka akan pada hari
kiamat akan meniti jalan penyeberangan selama sebulan; Orang-orang Mukmin yang
berbuat maksiat dan dosa, mereka akan terpeleset dan jatuh ke jurang Jahanam
tatkala tumit kaki mereka dijejakkan di ujung jalan, karena dosa-dosa dan
kesalahan yang berat. Namun mereka masih beruntung. Neraka (Jahanam)
mengurunkang niatnya untuk menyantapnya, karena ia menyaksikan cahaya iman di
dalam kalbu mereka.
3.
ALLAH MENCITAKAN
NERAKA YANG MEMILIKI TUJUH LAPIS PINTU
Edit :
Pujo Prayitno
“Baginya (neraka) tujuh pintu, yang pada setiap pintu ada
bagian-bagian tertentu.” (Qs. 15:44).
Bagian-bagian tersebut adalah tingkat-tingkat yang
berbeda-beda :
1.
Jahanam : (“Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar
tempat yang telah diancamkan kepada mereka (para pengikut setan) semua.” (Qs.
15:43).
2.
Sair : (....... dan ia masuk ke dalam neraka Sa’ir.”
((Qs.84:12)).
3.
Saqar : (“Apa yang menjadikanmu masuk ke neraka Saqar?”
(Qs. 74:42).
4.
Jahim : (“.........dan diperlihatkan neraka Jahim kepada
orang-orang yang berbuat dosa.”
(Qs.26:91)).
5.
Huthamah : (“..... dan apa yang kau ketahui tentang
Huthamah?” (Qs. 104:5).
6.
Ladza : (“Tidak, sekali-kali tidak. Sesungguhnya ia
adalah neraka Ladza.” (Qs. 70:15).
7.
Hawiyah : (......”maka tempat kembalinya adalah Hawiyah.”
(Qs. 1010:9).
Di neraka pertama (paling dasar) berserulah malaikat :
“Celakah pada hari ini orang-orang yang mendustakan.” (Qs. 77:15).
Di neraka kedua berserulah malaikat :
“Celakalah orang-orang yang shaat, yang lalai akan
shalatnya.” (Qs. 107:4-5).
Di neraka ketiga berserulah malaikat :
“Binasalah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Qs.
104:1).
Di neraka keempat, berserulah malaikat :
“Maka celakalah mereka, karena apa yang ditulis oleh
tangan mereka sendiri.” (Qs.2:79).
Di neraka kelima, berserulah malaikat dengan kerasnya :
“.... dan binasalah orang-orang yang menyekutukan Allah,
yang tidak pernah membayar zakat.” (Qs.6:7).
Dan berkatalah malaikat di lapis neraka ke enam dengan
lantang :
“ ........ maka kebinasaanlah bagi mereka yang keras
hatinya dari mengingat Allah.” (Qs.39:22).
Sedang di neraka terakhir (ketujuh) malaikat berkata :
“Kecelakaan bagi orang-orang yang curang.” (Qs.83:1).
Sementara itu, para penghuni neraka ketujuh berteriak
kesakitan :
“Wahai malaikat, biarlah Tuhanmu membunuh kami
saja.....!” (Qs. 43 : 77).
Sedangkan penghuni neraka keenam memanggil-manggil :
“.....Mohonkanlah kepada Tuhanmu supaya Ia meringankan
azab kami sehari saja!.” (Qs. 40 : 49).
Dan berteriaklah para penghuni neraka ke limma :
“Wahai Tuhan kami, kami telah meliaht dan mendengar maka
kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan beramal saleh.....!”. (Qs. 32 : 12).
Kemudian orang-orang yang berada di neraka ke empat
berpekik memanggil-manggil :
“Ya Tuhan kami, beri kami kesempatan (kembali ke dunia)
walau sesaat, niscaya kami akam mematuhi seruan-Mu dan mengikuti para Rasul......” (Qs. 14:44).
Dan para penghuni neraka ketiga menjerit tak tahan :
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya (neraka), dan
kembalikanlah kami ke dunia. Maka jika kami kembali kafir, sesungguhnya kami
adalah orang-orang yang zalim.” (Qs. 23 : 107).
Sedangkan orang yang berada di neraka kedua memekik
sejadi-jadinya penuh penyesalan :
“Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan
kami.....” (qs. 23 : 106).
Dan akhirnya penghuni neraka pertama memekik-mekik : “Ya
Allah yang Maha Penyayang, Ya Allah Yang Maha Pemurah!”.
Tentang keadaan para penghuni neraka ketujuh, Rasulullah
saw. pernah bertanya kepada Jibril as. Lalu Jibril menjawab : “Neraka ketujuh
adalah tempat tinggal orang-orang munafik. Neraka keenam adalah bagi orang-orang
yan sesat, zalim, durjana dan menjadikan diri mereka setaraf dengan Tuhan.
Neraka kelima disediakan untuk orang-orang yang berhati keras, kejam, bengis,
perampas hak dan kehormatan orang lain. Sedangkan neraka keempat adalah tempat
tinggal orang-orang yang sombong. Dan neraka ketiga dihuni oleh kaum Yahudi.
Adapun nereka kedua untuk orang Nasrani.”
“Siapakah penghuni neraka pertama, Ya
Jibril?” tanya Rasul saw.
Berat bagi Jibril untuk mengatakannya. IA
tercengang sejenak. Lalu Ia pun menjawab : “Adapun penghuni neraka pertama
(yang paling ringan) adalah umatmu yang suka berbuat maksiat.”
Maka pingsanlah Rasulullah mendengar keterangan itu.
Setelah siuman, beliau menangis, lalu mendoa. Tidak lama kemudian Jibril turun
kembali membawa kabar gembira tentang hak istimewa bagi Rasulullah untuk
memberikan Syafa’at (pertolongan) kepada umatnya.
4.
ALLAH MENCITAKAN
LAUT DAN SAMUDRA-SAMUDRA
Edit :
Pujo Prayitno
“...... dan laut, ditambahkan kepadanya tujuh laut.” (Qs.
31 : 27).
“Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan....” (Qs. 16 :
14).
Dia menegaskan : “Kuhimpun dalam satu lautan dua jenis
yang berbeda : Tawar dan segar, serta asin dan pahit. Namun karena telah
Kujadikan di antara keduanya garis pemisah, maka satu dan dengan lainnya tidak
berbaur, sebagaimana Aku mengeluarkan susu yang bersih dan segar dari antara
kotoran manusia dan darah. Karena di antara keduanya Kuciptakan garis pemisah.
“Demikian pula, telah Kuhimpun Madu dan
racun dalam satu lebah. Namun keduanya tidak berbaur karena ada garis pemisah.
Racun dapat mematikan orang, sedangkan madu adalah penawar bagi orang yang sakit.
Seperti itu pula, Kukumpulkan dalam satu tubuh seseorang, kalbu dan nafsu..
Nafsu selalu cenderung ke alam dunia, sedangkan kalbu ke kehidupan alam baka.
Karena Kuciptakan di antara kedua nafsu dan kalbu tersebut dinding pemisah,
bila seorang Mukmin Kukaruniai agama dan puspa ragam kesenangan dunia, maka
kesenangan hidup dunia tak mengalahkan ibadahnya, dan ketekunan ibadah tak pula
menjadikan dirinya menelantarkan kehidupan dunia berkat Rahmat-Ku.”
5.
ALLAH MENCITAKAN
TUJUH ANGGOTA BADAN MANUSIA
Edit :
Pujo Prayitno
Ketujuh anggota badan tersebut adalah anggota-anggota
sujud dalam shalat. Sebagian ulama berkomentar bahwa ada anggota badan paling
utama manusia : Otak, urat nadi; otot; tulang; daging; darah dan kulit.
Ahli Isyarat berbicara, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla
melengkapi manusia dengan tujuh anggota badan. Sungguh, suatu penciptaan yang
lebih besar, agung dan unik ketimbang penciptaan alam yang lain, seperti bumi
dan langit serta apa yang ada di dalamnya. Betapa tidak! Suatu keterangan
menyebutkan bahwa Allah swt. menciptakan tujuh unsur keindahan (kebagusan)
sebagai hiasan dan sifat bagi masing-masing tujuh macam makhluk-Nya yang ada di
alam langit dan bumi :
1.
Kehalusan (lathafah) surga.
2.
Keelokan (aflahah) bidadari.
3.
Sinar (Dhiya) matahari.
4.
Cahaya (nur) bulan
5.
Kekelaman (Zhalam) malam
6.
Kelunakan (Riqqah) sifat air
7.
Kelembutan (diqqah) udara.
Dia menjadikan tujuh unsur tersebut apda satu jenis
makhluk-Nya, yakni manusia (Adam dan Hawa), sebagai sifat keistimewaan. Allah
menjadikan kehalusan pada ruh manusia, keelokan pada pipinya, cahaya pada
wajah, sinar apda sorot matanya, kekelaman pada rambutnya, dan kelemahlembutan
pada kalbu dan perasannya. Maka nyatalah, bahwa kejadian alam manusia jauh
lebih besar, agung dan unik aripada kejadian bumi dan langit. Manusia adalah
satu-satunya makhluk yang paling sempurna. Terkumpul pada dirinya segala yang
tidak pernah ada pada makhluk lain.
Kalau langit memiliki ketinggian, manusia pun memiliki
bentuk dan sikap tegak (tinggi). Jagad raya mempunyai matahari dan bulan,
manusia juga memiliki dua mata yang bersinar. Jika di galaksi terdapat taburan
bintang gemintang, maka pada manusia terdapa tgigi-gigi yang putih cemerlang.
Apabila langit menumpahkan hujan, manusia menumpahkan air mata. Jikalau langit
mengeluarkan petir, maka manusia mengeluarkan suara bersin. Bila bumi memiliki
kemantapan tiada terguncang, manusia memiliki ketenangan. Kalau bumi
mengalirkan sungai-sungai, maka manusia mengalirkan keringat. Sedangkan
perasaan manusia adalah laksana tetumbuhan.
Jika di langit ada “Arasy”, maka pada diri sang mukmin
ada cita-cita yang lebih tinggi dan besar. Di sana terdapat surga nan Indah, di
dalam diri sang Mukmin terdapat kalbu yang lebih indah. Karena surga adalah
tempat pelampiasan kepuasan kehendak dan nafsu syahwat, yang penjaganya adalah
malaikat, Adapun kalbu, ia adalah tempat mukmin ma’rifat, yang pemeliharanya
adalah Allah Maha Melihat.
Telah diriwayatkan, pernah seorang Nabi bermunajat kepada
Allah Ta’ala : “Ilahi, setiap penguasa (raja) memiliki gudang (kas)
perbendahraan. Maka apakah gudang-Mu?”
“Gudang perbendaharaan-Ku lebih besar daripada Arasy,
lebih lebar daripada kursi-Ku, lebih semerbak dari pada bau surga, dan lebih
megah daripada seluruh kerajaan : hati sang mukmin. Buminya adalah ma’rifat,
langitnya iman, mataharinya rindu kasmaran pada Allah, bulannya rasa cinta
(mahabbah), bintang-bintangnya detak-detak suara hati, sedang debunya cita-cita
(himmah). Adapun temboknya berupa keyakinan, meganya akal budi dan hujannya
rahmat (kasih sayang). Pohon-pohonnya ketaatan, yang buahnya adalah hikmat. Dan
semuanya memiliki empat tiang : tawakal, sabar, yakin dan kemuliaan;
keperkasaan; keagungan serta harga diri, yang dilengkapi dengan pintu ilmu,
pintu keramahan, pintu keridhaan dan pintu kesabaran, yang kuncinya adalah akal
pikiran.”
Allah menciptakan di alam ini tujuh langit,
sedang bagi manusia Ia ciptakan tujuh anggota badan. Allah menciptakan di alam
ini matahari, sedang pada manusia (mikmin) Ia ciptakan ma’rifat hati. Bila di
alam ini Allam menciptakan bulan, maka pada manusia Ia ciptakan pikiran. Jika
di alam (langit) ini bertaburan butir-butir bintang, maka pada manusia
bertaburan ilmu pengetahuan. Andai di alam ada burung-burung beterbangan, maka
pada manusia ada detak hati dan aneka perasaan. Adapun gunungnya (manusia)
ialah tulang belulang. Jika di alam ada empat macam air : tawar, pahit, asin
dan berbau busuk, maka pada manusia terdapat ludah yang tawar, air telinga yang
rasanya pahit, air mata yang asin, dan air hidung yang berbau busuk.
“Dan dalam kejadian dirimu, apakah kamu tidak pernah
memandang (memperhatikan) dan memikirkan......?” (Qs. 5 : 21).
6.
PENCIPTAAN TUJUH RANGKAIN HARI
Edit :
Pujo Prayitno
Andai orang-orang mau menggunakan akal mereka memikirkan
hakikat kejadian tujuh langit, tujuh bumi, tujuh samudra, tujuh neraka, serta
jika mereka mau merenungkan penciptaan manusia yang dilengkapi dengan tujuh
anggota badannya, dan bahwa Allah pemberi rizki mereka (orang-orang gyang punya
otak), niscaya sadarlah ia sesadar-sadarnya bahwa semua itu merupakan dalil dan
bukti bahwa Pencipta semua itu bukanlah termasuk ke dalam makhluk-Nya yang
tujuh macam, yang tidak serupa sama sekali dengan mereka, dan tak pula
bergantung pada mereka, bahkan Dia-lah pencipta yang tujuh, pemberi rizki
mereka, yang menghidupkan dan yang mematikan makhluk-makhlluk-Nya.
Sebagin ulama berbicara : “Oleh karena
Allah swt. menciptakan langit dan bumi pada hari Ahad, maka bagi siapa saja
yang hendak membangun sesuatu atau bercocok tanam, sebaiknyalah pada hari Ahad.
Dan oleh karena Matahari dan Bulan sebagai benda angkasa yang selalu beredar
dan berkeliling diciptakan oleh Allah pada hari Senin, maka sebaiknyalah orang
yang hendak berangkat menuju suatu tempat atau bepergian, melakukannya pada
hari Senin.
Sedangkan untuk seseorang yang ingin
melakukan bekam (canduk) atau mengeluarkan darah kotor hendaklah hari Selasa,
yang pada hari itulah Allah swt. menciptakan hewan dan binatang-binatang dan
memperkenankan penyembelihannya. Dan bilamana Alah Pencipta telah menjadikan
laut dan sungai pada hari Rabu, juga membolehkan memanfaatkan mulai hari itu,
maka bagi orang yang ingin meminum obat, mulailah pada hari Rabu. Adapun pada
hari Kamis, Allah menciptakan surga, menanamkan rasa rindu surga kepada
manusia, menciptakan neraka, dan meletakkan rasa benci, takut dan tak ingin
masuk neraka pada hati manusia. Karena itu jika anda ingin meminta,
mengharapkan atau membutuhkan sesuatu dari
orang lain, maka hendaknya lakukanlah pada hari Kamis. Sedangkan pada hari
Jum’at, selain menciptakan Adam dan hawa (manusia), Allah menikahkan keduanya.
Pada hari Jum’at pula sebaiknya orang menikah atau menyambung tali
silaturarahim.
Mengapa Allah menamakan hari pertama hari Ahad? Menurut sebagian
ulama, karena : “Pada hari itu Allah memulai penciptaan.”
Hari Ahad adalah awal semua rangkaian hari. Tak pernah
ada sesuatu pun (ciptaan-Nya) sebelumnya.
Dialah Allah Mahaada, yang Dahulu, yang Tak Berawal,
Mahasuci Allah, Mahaluhur, tiada Tuhan selian Allah, sebenar-benar Raja.
Berikan hatimu kepada yang engkau cintai
Dan kau rindu
Namun ketahuilah
Tiada cinta sejati, kecuali
Kekasihmu pertama (Allah Ta’ala).
Dialah yang Awal dan yang Akhir, yang Lahir dan yang
Batin. Ketahuilah! Andai hatimu rindu dan cinta kepada ayah bunda, kepada anak
istri atau saudara, karib kerabat dan harta benda, namun tatkala hayatmu
berpisah dari badan, berakhirlah segalanya, dan putuslah hubungan kalbumu
dengan mereka. Oleh karena itu, jadikanlah Tuhan-mu, Allah, sebagai kekasih
pertama dan sejatimu. Dengarlah seruan Mahasuci : “Abdu-Ku, Akulah kekasihmu
yang pertama. Kau akan Merindukan-Ku. Dan membutuhkan-Ku pada Hari Kiamat,
niscaya Aku akan memuliakanmu.”
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang ridha lagi diridhai.” (Qs. 89:27-28).
Dengarlah pula seruan-Nya yang lain :
“Abdi-Ku, ketahuilah! Bahwa kekasihmu itu ada empat :
1.
Kekasih yang bermanfaat pada masa kecil atau mudamu,
namun menjadi berkurang daya manfaatnya, pada hari akhir (saat besar dan tua)
hidupmu. Itulah orang tuamu. Mereka bermanfaat dan meberi perhatian penuh
kepadamu. Mereka mampu mengasuh, mengurus, membesarkan dan mencukupi segala
kebutuhan hidupmu tatkala engkau masih kecil dan muda. Setelah engkau besar,
terlebih-lebih setelah engkau tua, mereka menjadi tua renta, lemah dan tak
mampu mengasuh dan mengurusmu lagi.
2.
Kekasih yang memberi manfaat, mampu mengurus dan
mencurahkan perhatian kepadamu ketika engkau tua, namun tidak mampu mengurusmu
(kurang bermanfaat) serta tidak mampu mencukupi kebutuhanmu pada awal masa muda
dan kuatmu. Kekasih itu tak lain adalah anak-anak (putra-putrimu). Mereka
mengurusmu dan membalas jasa (bermanfaat) kepadamu pada hari-hari tuamu hingga
akhir hayatmu.
3.
Kekasih yang hanya mampu dan melibatkan diri dalam urusan
lahiriahmu, dan tak mampu serta tak boleh melibatkan diri dalam persoalan
batin, keluarga, dan pribadimu. Itulah kenalan, sahabt atau rekanmu. Mereka
hanya menyambung gagasan dalam masalah lahiriahmu.
4.
Kekasih yang hanya layak dan bermanfaat dalam
masalah-masalah batiniah dan rumah tanggamu, namun tidak mampu, tidak layak,
serta kurang bermanfaat dalam masalah-masalah lahiriahmu. Kekasihmu ini adalah
isteri dan keluargamu. Mereka hanya patut melibatkan diri dalam memecahkan
perkara pribadi dan batiniah dengan mencurahkan daya dan perhatian.”
Allah melanjutkan : “Hamba-Ku, jika engkau
ingin mencintai seseorang, maka cintailah Aku. Aku adalah kekasihmu yang paling
patut, paling memberi manfaat dan mampu menolongmu kapan saja dalam segala
persoalan, baik pada masa kecil dan muda perkasamu, maupun pada masa akhir dan
tuamu, dalam masalah lahiriah maupun batiniah.
Alah menamakan hari Ahad, dari salah satu nama-Nya.
Al-Ahad.
“Katakanlah! Dialah Allah yang Ahad (Esa, Tunggal).” (Qs.
112:1).
Al-Ahad, dalam al-Qur’an mempunyai tujuh arti :
1.
Allah swt. (seperti ayat di atas (Qs.112:1) juga dalam
ayat : “Apakah ia menyangka bahwa tiada (Allah) yang melihatnya?” (Qs. 90:7);
“Apakah ia (Manusia) itu menyangka bahwa sekali-kali tiada yang berkuasa
atasnya?” (Qs. 90:5).
2.
Nabi Muhammad saw. : “(Ingatlah) ketika kalian lari dan
tidak menoleh kepada seseorang (Muhammad) (Qs. 3:153); “.......... dan kami
selama-lamanya tidak akan patuh kepada seseorang pun (Muhammad) untuk
menyusahkannya.” (Qs. 59:11).
3.
Bilal r.a. : “Padahal tidak ada satu pun yang memberikan
sesuatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya.” (Qs. 92:19).
4.
Amalikha (salah seorang pemuda gua (Ashabul Kahfi) :
“Maka utuslah seorang di antaramu pergi ke kota dengan uang perakmu ini.” (Qs.
18:19).
5.
Diqyanus : “Dan janganlah sekali-kali dia menceritakan
halmu kepada seseorang pun (Diqyanus).” (Qs. 18:19).
6.
Zaid bin Haritsah. R.a. : “Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang lelaki di antara kalian.” (Qs. 18:19).
7.
Makhluk Allah : “..... dan janganlah mempersekutukan
dengan apa pun dalam beribadat kepada Tuhannya.” (Qs. 18:110).
Pengakuan orang-orang Nasrani : “Ini hari kita.” Maka
Allah swt. menolak pengakuan mereka dengan penegasan-Nya tentang hari Ahad.
Ketahuilah bahwa manusia, setelah Nabi Isa a.s. terpecah
menjadi empat kelompok :
1.
Kelompok Nusthuriah : Kelompok ini berpendapat bahwa Isa
as. Adalah anak Allah, dan Maryam adalah isteri-Nya (Maha Suci Allah dari
tuduhan keji mereka ini, Pen).
2.
Kelompok Ya’qubiah : “Mereka berpendapat bahwa Isa a.s.
ialah Tuhan Allah yang turun dari langit ke rahim Maryam, lalu lahir ke bumi
(Maha Suci Allah dari tuduhan keji ini dan semoga Allah mengutuk mereka. Pen).
3.
Kelompok Malkaniah : “Mereka menuduh bahwa Tuhan itu ada
tiga : Maryam, Isa dan Allah (Maha Suci Allah dari kedustaan mereka. Pen).
Al-Qur’an telah menolak pendapat orang-orang pandir ini : “Sesungguhnya
kafirlah orang-orang yang mengatakan Allah itu yang ketiga dari yang tiga.”
(Qs. 5:75).
4.
Kelompok (ahli) Haq : “Mereka membantah keras tuduhan
busuk ketiga golongan di atas, kelompok ini mengatakan “Tidak. Isa bukanlah
Tuhan. Dia adalah hamba Allah.” Kelompok ini bertumpu pada dua ayat berikut
: (1) “Itulah Isa Putera Maryam, yang
mengatakan kata-kata yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang
kebenarannya.” (Qs. 19:34). (2) “Katakanlah! Dia-lah Allah yang Mahaesa. Yang
tidak beranak dan tak diperanakkan. Yang tidak pula ada sesuatu yang setara
dengan-Nya.” (Qs. 112:1-4).
.Tentang surat terakhir ini sebagian ulama mengatakan
bahwa sebab turunnya surat tersebut aalah lantaran seorang kafir musyrik dengan
sombong mengaku dan menyatakan diri sebagai sekutu Tuhan, dan surat tersebut
turun sebagai penolakan terhadapnya. Sebagian yang lain mengatakan bahwa pada suatu saat kaum
musyrikin Arab mengejek Rasulullah saw. : “Ceritakanlah kepada kami tentang
Tuhanmu, hai Muhammad! Dari bangsa dan jenis apakah Ia?” Dari emas, perak, besi
atau tembaga?” Pada saat itulah Jibril a.s. turun dengan membawa surat
(al-Ikhlas) ini dan berkata :
“Wahai insan gagah satria
Wahai insan peling lembut dan manis
Tuturnya
Wahai Nabi termulia, Rasul paling utama,
Katakanlah : “Dialah Allah yang Mahaesa.
Yang kepada-Nya bergantung segala sesuatu (ash-Shamad).”
Pengertian Ash-Ahamad ialah yang punya puncak kemuliaan
(yang tak satu pun melebihi kemuliaan-Nya). Ash-Shamad adalah Dia yang kita
tuju yang kita bergantung kepada-Nya) dalam segala urusan dan kebutuhan. Ada
yang mengatakan bahwa arti Ash-Shamad ialah yang tak makan dan tak minum, yang
tidak tidur dan yang berdiri sendiri, yang tak beranak dan tak diperanakkan.
Menurut Ibnu Abbas, arti Ash-Shamad ialah yang tak
mungkin siapa pun dapat mengatasi atau melebihi-Nya. Dan menurut Maqatil,
Ash-Shamad ialah yang suci dari aib dan segala cela. Adapun menurut Imam Malik,
Ash-Shamad ialah yang tak tersentuh oleh kantuk ataupun tidur. Sedangkan
menurut Abu Hurairah, arti Ash-Shamad ialah Yang Mahakaya, Mahacukup (tak
membutuhkan segala sesuatu), dan yang dibutuhkan oleh segala sessuatu.
Dari sisi lain, makna surat ini, ialah :
1.
Qul : mengandung rahasia : “Menetapkan wahyu da
al-Qur’an.
2.
Huwa : mengandung rahasia : “bebas dari ketiadaan dan
kehampaan.”
3.
Allah : mengandung rahasia : “bebas dari kekafira dan
penggantian agama.”
4.
Ahad : mengandung rahasia : “bebas dari kemusyrikan.”
5.
Allahu Shamad : mengandung arti rahasia : “ketidakadaan
cela dan bencana dari-Nya secara terperinci (tafshili).”
6.
Lamyalid walam yulad : mengandung rahasia “tidak
memperbanyak serta melebih-lebihkan.”
7.
Walam yakul lahu kufuan Ahad : mengandung arti rahasia :
tidak adanya sekutu dan keserupaan.”
Wahai orang-orang yang bijak, katakanlah :
“Huwa.” Wahai orang-orang yang rindu, katakanlah : “Allah.” Wahai orang-orang
yang taat, ucapkanlah : “Ahad.” Wahai
orang-orang yang zuhud, katakanlah : “Ash_Shamad.” Wahai orang-orang yang ‘alim,
katakanlah : “Lam yalid.” Dan wahai orang-orang
yang berbuat maksiat, ucapkanlah : “Walam yakul lahu kufuan Ahad!”.
Ada pula yang mengatakan, wahai hati,
ucapkanlah : “Huwa.” Wahai sirr (nurani), ucapkanlan : “Allah.” Wahai ruh,
katakanlah : “Ahad.” Wahai lisan sebutlah : “Ash_shamad.” Wahai pendengaran,
katakanlah : “Lam yalid wa lam yulad.” Wahai pandangan, ucapkanlah : “Wa lam
yakul lahu kufuan Ahad.”
Selanjutnya, hayatilah seruan Allah di bawah ini dalam
kata-kata lain : “Wahai para musafir pencari kebenaran : “Huwa” adalah isyarat
tentang-Ku. Wahai orang-orang yang mencintai-Ku, “Allah” adalah nama-Ku. Waahai
umat tauhid, “Ahad” ialah sifat-Ku. Wahai orang-orang yang rindu kepada-Ku,
“Ash_shamad adalah sifat-Ku. Wahai orang-orang yang suka beramal : “Lam yalid
walam yulad” adalah nisbat-Ku. Wahai orang-orang yang bijak, “Wa lam yakul lahu
kufuan Ahad.” Adalah kehebatan-Ku.”
BAB III.
TENTANG HARI
SENIN
Edit :
Pujo Prayitno
“Jangan kalian menjadikan dua Tuhan!.” (Qs. 16:51).
Anas bin Malik r.a. berkata : “Rasulullah pernah ditanya
tentang hari Senin. “Hari Senin adalah hari bepergian dan berdagang.” Jawab
beliau.
“Mengapa disebut hari bepergian dan berdagang, Ya
Rasulullah?” tanya mereka kembali.
“Karena pada hari Senin, Nabiyullah Syits a.s. pergi berniaga
dan memperoleh keuntungan.” Jawab Rasulullah saw.”
Sebagian ulama meriwayatkan bahwa ada tujuh kisah penting
yang terjadi pada hari Senin : “Kenaikan Nabi Idris a.s. ke langit; bepergian
Nabi Musa a.s. ke bukit Thursina; turunnya wahyu tentang ke-Esaan Allah Ta’ala;
lahirnya Muhammad Rasulullah saw.; awal turunnya Jibril a.s. membawa wahyu
kepada Rasulullah saw.; diperlihatkannya amal-amal Mukminin kepada Nabi
Muhammad saw.; wafatnya Habibullah, Muhammad saw.
1.
KENAIKAN NABI IDRIS a.s. KE
LANGIT
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah Nabi
Idris yang tersbut di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang
sangat benar lagi seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang
tinggi.” (Qs. 19:56 -57).
Sebenarnya, nama Idris adalah “Uhnukh”. Ia mendapat
predikat Idris karena banyak ber-tadarus (membaca) Kitabullah (al-Qur’an).
Padahal pekerjaan sehari-harinya ialah tukang jahit. Acap kali ketika menusukan
jarum, ia senantiasa melafalkan tasbih (Subhanallah, Pen). Kepada Allah. Bila
sudah selesai jahitan diserahkan kepada pemiliknya dengan segera tanpa menuntut
imbalan. Di samping seorang penjahit, ia juga ahli ibadat siang dan malam,
sampai-sampai malaikat maut ingin menziarahinya, agar langsung dapat mengetahui
ketekunan inbadahnya.
Suatu ketika, setelah memohon izin kepada Allah, datang
kepadanya malaikat maut menyamar sebagai
seorang lelaki tampan membawa makanan surga untuk hidangan buka puasa Nabi
Idris a.s. sore itu. Sebagaimana biasa, ia berbuka puasa setiap hari dengan
makanan surga yang dibawakan oleh malaikat.
“Makanlah!” Nabi Idris a.s. mulai berbuka seraya
menawarkan kepada lelaki (malaikat maut) yang duduk mendampinginya. Sang lelaki
diam saja. Seusai berbuka, Idris a.s. shalat. Lali ia menenggelamkan diri dalam
kekhusyukan ibadah dan munajat kepada Allah swt. hingga menjelang fajar, bahkan
sampai matahari menyingsing. Sang lelaki tetap menunggunya dan tidak pernah
bergeser dari tempat duduknya.
“Hai laki-laki!” tegus Idris sesudah Shalat. “Tidaklah
lebih baik kita berjalan-jalan menghilangkan kebekuan, menjemput keceriaan dan
keriangan?”
“Baiklah.” Sambut malaikat maut. Maka berjalanlah
keduanya hingga sampai di persawahan.
“Aduhai ‘kan kupetik tangkai padi itu, untuk kumakan
isinya.” Ujar sang lelaki.
“Subhanallah,” sekarang Anda hendak makan barang haram
setelah semalam tak mau kuajak makan?” sambut Nabi Idris terkejut.
Empat hari lamanya mereka bergaul. Dan nampaklah oleh
Idris bahwa sifat dan tabiat lelaki tersebut banyak berlainan dengan manusia
biasa. Akhirnya Nabi Idris bertanya kepada lelaki itu : “Siapakah Anda
sebenarnya?”
“Aku malaikat maut.”
“Anda sang pencabut nyawa?”
“Betul.”
“Sudah empat hari Anda bersamaku. Apakah Anda sudah
mencabut nyawa seseorang?”
“Tentu. Malah sudah banyak sekali nyawa yang kucabut.
Begitu aku mencabut nyawa seperti mencomot hidangan di piring sesuap demi
sesuap.”
“apakah maksud kedatangan Anda untuk menjemputku, atau
berkunjung?”
“aku datang untuk berkunjung.”
“Sekarang aku ingin Anda mencabut ruhku, Tetapi mohonlah
kepada Allah supaya aku dihidupkan kembali. Sehingga setelah merasakan mati,
aku akan bertambah beribadah.” Pinta Idris.
“Aku tak akan mencabut nyawa siapa pun tanpa izin Allah
Ta’ala.” Jawab malaikat maut.
Lalu turunlah wahyu mengabulkan keinginan Idris a.s.
Malaikat maut pun mencabut nyawa Idris. Setelah Nabi Idris a.s. wafat, malaikat
menjadi sedih berurai air mata. Ia berdoa agar temannya. Idris dihidupkan
kembali. Doanya dikabulkan Allah. Idris a.s. kembali hidup seperti sedia kala.
“Saudaraku, Idris bagaimanakah rasanya mati?” tanya
malaikat maut kepadanya seraya merangkulnya.
“Sungguh, betapa mati itu lebih terasa pedih ketimbang
yang dirasakan oleh seekor binatang yang dikuliti dalam keadaan hidu-hidup
sampai seribu kali.” Demikian Idris melukiskan pengalaman matinya.
“Padahal inilah pencabutan nyawa yang paling hati-hati
kulakukan dan dengan amat kasih sayang kepadamu, yang belum pernah kuperbuat
terhadap seseorang pun selainmu.” Sambut malaikat maut.
“Wahai malaikat maut, kini kau punya keinginan lain. Aku
ingin melihat Jahanam untuk rasa takutku kepadanya, dan agar akau semakin giat
beribadah kepada Allah, setelah aku menyaksikan berbagai siksaan dan keadaan di
sana.” Kata Idris.
“Mana mungkin kita bisa ke neraka tana izin-Nya.” Wahyu
pun turun memperkenankan. Maka pergilah Idris bersama malaikat maut ke neraka
Jahanam menyaksikan berbagai alat penyiksaan. : belenggu dan rantai-rantai,
kobaran api dan duri-duri, timah amat panas dan air yang mendidih bergolak,
ular-ular besar dan kalajengking-kalajengking.
Sepulang dari neraka, ia berkata : “Malaikat maut,
sekarang aku ingin mengetahui surga. Aku ingin menyaksikan segala yang ada di
sana : seperti puspa ragam keindahan, aneka kenikmatan dan kesenangan yang
disediakan oleh Allah untuk orang-orang yagn beramal saleh. Agar aku lebih taat
lagi.”
“Kita dapat masuk surga hanya dengan izin Allah.” Jawab
malaikat. Wahyu pun turun, dan berangkatlah mereka ke surga. Tampak di mata
Idris a.s. perbagai keindahan di kanan kiri aneka pemandangan penuh nikmat dan
kesenangan, kelezatan dan kemegahan yang amat mengesankan, menyejukan hati dan
sedap dipandang mata. Ketika itulah ia berkata kepada malaikat mat : “Saudaraku
pahit getir dan sakit pedihnya mati telah kurasakan. Neraka telah kumasuki,
dengan keadaannya yang mengerikan. Maka mohonkan kepada Allah agar aku boleh
masuk ke dalam surga dan meneguk airnya yang sejuk segar, penghapus rasa getir
dan penawar pedihnya mati.
Ia masuk setelah Alalh memperkenankan. Kemudian keluar
sebentar, lalu kembali masuk untuk kedua kalinya sambil menaruh terumpahnya di
pohon surgawi. Sesudah keluar, ia berkata kepada malaikat mat : “Terumpahku
telah kutinggalkan di dalam surga sana.”
“Ambillah!” seru malaikat.
Idris a.s. masuk sekali lagi, dan tidak mau keluar lagi.
Ketika malaikat maut memanggilnya keluar, Idris a.s. menolak tak perduli.
“Bukankah Allah berfirman :
“Setiap jiwa akan mengalami mati .....” (Qs. 3:185).
Dan aku sudah mati. Dan Dia berfirman :
“Dan tiadalah seseorang melainkan mendatanginya
(neraka)...” (Qs. 19:71).
Sedang aku sudah ke sana. Juga firman-Nya :
“Dan tidaklah mereka (di dalam surga) keluar
darinya........” (Qs. 15 : 48).
Maka Allah mewahyukan : “Ya malaikat maut, biarlah dia!
Aku memutuskan dia untuk terlebih dahulu tinggal di dalam surga.” Kisah ini dibawakan
olrh Rasulullah saw.
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad) kepada mereka kisah
Idris yang tersebut di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya ia seorang yang benar dan
seorang Nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Qs.
19:56-57).
Sungguh berbahagia Idris di tengah-tengah keindahan taman
Firdaus nan abadi dan di taman bahagia duniawi, berkat pelajaran yang
dianugerahkan Allah Pengurus langit dan bumi. Idris banyak membaca Kitabullah
dan dapat menentang kejahatan iblis terkutuk.
2.
KENAIKAN MUSA a.s. KE BUKIT THURSINA
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan tatkala Musa datang (untuk bermunajat kepada Kami)
pada waktu yang telah Kami tentukan .....” (Qs. 7:143).
Ada tujuh perjalanan Musa a.s. yang bersejarah dalam
hidupnya :
1.
Perjalanan untuk menghindari amarah serta ancaman Fir’aun
yang zalim, dengan dihanyutkan oleh ibunya di sungai (safarul ghadhab). “Dan
Kami ilhamkan kepada ibu Musa : Susukanlah dia, dan apabila kamu khawatir
kepadanya, hanyutkanlah dia di sungai (nil)” .....” (Qs. 28:7).
2.
Perjalanan Musa a.s. sewaktu melarikan diri dari negeri
Mesir ke Madyan (safarul Harb). “(Maka
keluarlah Musa a.s.) dari kota itu, dengan rasa takut menunggu-nunggu, ia
berdoa : “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim!” (Qs.
28:21).
3.
Perjalanan dalam mencari titik cahaya api yang dia lihat
ketika membutuhkannya di tengah perjalanan pulang dari negeri Madyan (Safaruth
thaib). “Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan
berangkat bersama isterinya, dilihatnya api yang berkedip di lereng gunung, ia
berkata kepada keluarganya : “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat
api, mudah-mudahan aku dapat membawa suluh api agar kamu dapat menghangatkan
badan.” (Qs. 28:29)
4.
Perjalanan yang menyebabkan kebinasaan musuhnya. Yaitu
tatkala ia membelah laut untuk menyelamatkan diri dan kaumnya, sedang Fir’aun
dan pasukannya yang menguntitnya tenggelam digulung air hingga binasa (safurus
sabab). “Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain (Fir’aun dan kaumnya.” (Qs.
26:65-66).
5.
Perjalanan yang sarat dengan keheranan, sat Musa a.s. dan
para pengikutnya terdapar di tanah sesat (negeri Tih) selama empat puluh tahun,
yang Allah beri makan mereka dengan manna dan salwa (sebangsa madu dan manisan
– Pen), dan Ia pancarkan mata air dari batu sebagai minuman mereka (safarul
‘ajab). “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu kami
berfirman : “Pukullah batu itu dengan tongkatmu! ‘Lalu memancar darinya dua
belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempt minumnya.” (Qs.
12:60). “Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu Manna dan
salwa .....” (Qs. 2:56).
Menurut sumber lain, jumlah pengikut Musa di negeri Tih
kala itu adalah tujuhpuluh ribu orang.
6.
Perjalanan dalam mencari Nabi Khdihir a.s. untuk berguru,
hingga sampai di tempat pertemuan dua laut (safarul ladab). “Dan (ingatlah)
ketika Musa berkata kepada muridnya (Yusya bin Nun) : “Aku tak akan berhenti
berjalan sebelum sampai di pertemuan dua lautan, atau aku akan berjalan hingga
bertahun-tahun.” (Qs. 18:60).
7.
Perjalanan penuh suka cita, yaitu ketika naik bukit
Thursina untuk bermunajat kepada Alalh swt. (safiruth tharb).
“Dan ketika Musa datang (bermunajat kepada-Ku) pada wktu
yang Kami tentukan.” (Qs. 7:143).
Ayat ini melukiskan mi’rajna Musa dan sebagai dalil penguat
kejadian besar (Isra Mi’raj nabi Muhammad saw.) yang diabadikan dalam ayat :
“Maahsuci (Allah) yang telah menjalankan hamba-Nya pada
suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya
Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. 17:1).
Pada Mi’raj keduanya (Musa a.s. dan Rasulullah saw.)
terdapat beberapa perbedaan :
1.
Musa a.s. naik ke Bukit Thursina. Sedangkan Rasulullah
saw. turun dari Buraq di Batil Maqdis lalu dinaikan oleh Allah Maula ‘Azza wa
Jalla ke angkasa hingga ke Sidratil Muntaha. Sesampainya di sebuah tempat,
beliau berkata dalam hati : “Wahai, di manakah gerangan berada jiwa al-Musthafa
ini?” Kalbunya menyahut dengan seuntai
tanya : “Wahai, dimanakah perasaan al-Musthafa ini berada?” “Ah, Muhammad
tengah menyaksikan apa pula ?” nuraninya bertanya.
2.
Nabi Musa a.s. Mi’raj ke bukit Thursina, sedangkan Nabi
Muhammad Mi’raj ke atas hamparan cahaya.
3.
Kepada Nabi Musa a.s. Allah berfirman : “Mengapa kamu
datang lebih cepat daripada kaummu hai Musa>” (Qs. 20:83). Sedangkan kepada
Rasulullah saw. Allah berfirman : “Mahasuci Allah yang telah menjalankan
hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah
Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan tanda-tanda kebesaran Kami.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs. 17:1).
4.
Kepada Musa a.s. Allah memerintahkan agar melepas alas
kakinya. “ ..... maka tanggalkan kedua terumpahmu, sesungguhnya kamu berada di
lembah suci Thuwa.” (Qs. 20:12). Adapun kepada Nabi Muhammad saw. Allah
melarang melepaskan terumpahnya : “Jangan kau lepaskan sandalmu!.”
Menurut sebuah riwayat, Rasul saw. pernah bercerita :
“Aku bermaksud akan melepas alas kaki pada malam Isra Mi’rajku. Tapi tiba-tiba
kudengar suara : “Jangan! Jangan kau tinggal terumpahmu. Kenakanlah! Agar
“Arasy mendapat kehormatan dan Kursi-Ku menjadi di bawah tapak alas kakimu!”.
Aku Muhammad berkata : “Ya Rabbi, Kau titahkan saudaraku, Musa, meelpaskan alas
kakinya saat di lembah suci Thuwa untuk menghadap-Mu.” Allah Ta’ala menjawab :
“Dekatlah engkau ke sini Ya Ahmad! Hampirlah kemari, wahai Abal Qasim! Engkau
bukanlah Musa. Dia Kalim-Ku, sedang engkau Habib.”
Adapun Musa a.s. (Sebagaimana tersebut dalam Qs. 7:43),
dikala datang ke Miqat Allah swt. (pada saat yang telah Ia tentukan), dia
berkeinginan amat melewati batas kehendak seorang manusia : ingin melihat Allah
secara langsung. Tapi Allah berfirman : “Wahai Musa! Itu tak mungkin. Jauh
....! Amat jauh sekali engkau dapat melihat-Ku. Aku adalah Allah, Mahawelas,
Mahasayang, yang apda hari ini ( di dunia) tak mungkin mata dapat memandang dan
melihat-Nya.
3.
TURUNNYA AYAT
TENTANG KEESAAN ALLAH
PADA HARI SENIN
Edit :
Pujo Prayitno
“Janganlah kalian menduakan Tuhan.” (Qs. 16:51).
“...... maka jika anak itu semuanya perempuan, lebih dari
dua.” (Qs. 4:11).
Mahasuci Allah dari semua itu. Dialah Allah Tuhan
Mahaesa, Mahatunggal, tiada sekutu bagi-Nya, tiada yang menyerupai-Nya, yang
menjadikan sesuatu berpasang-pasangan (itsnain). Dia menciptakan Arasy dan
Kursi, siang dan malam, pepohonan dan sungai, dan manusia, surga dan neraka,
daratan dan lautan, Lauh (papan) dan Qalam (pena), Dia ciptakan bulan dan
matahari, langit dan bumi. Ia pasang-pasangkan sehat dan sakit, luas dan
sempit, sunnah dan kewajiban, pertemeuan dan perpisahan, kebaikan dan
keburukan, mafaat dan mudharat, mati dan hidup.
Dialah Allah pencipta tanah dan tanaman, yang menjadikan
terang dan gelap, teduh dan panas, bermacam-macam penyakit, kesenangan, kedukaan,
bebatuan, rambut, laki-laki dan perempuan, kalbu dan lisan, tangan, kaki,
telinga dan mata. Semua merupakan bukti, fakta dan pernyataan kepada segenap
makhluk bahwa Dia Mahapencipta, Tuhan yang Mahaesa, tempat bergantung segala
sesuatu, yang tiada Tuhan selain-Nya.
“Janganlah kalian menduakan Tuhan.” (Qs.16:51).
Ayat ini merupakan dalil tentang keesaan Allah Ta’ala.
Siapa yang mau memikirkan dan melihatnya dengan mata ma’rifat dan iman, niscaya
ia akan mendapatkan bahwa penciptanya adalah Allah yang Mahakuasa, Mahatunggal,
Maha Pengasih dan Pengarunia nikmat, yang mewujudkan alam semesta, Pengendali
peredaran waktu.
“Sungguh heran
Mengapa bermaksiat, menetang dan ingkar
Terhadap Allah Rabbul ‘Izzati
Padahal
Dialah Penggerak, Pengendali segala
Sesuatu
Lagi Penyaksi abadi
Di balikyang berkelip ada bukti
Dialah, Allah Mahaesa lagi Mahasuci.”
4.
KELAHIRAN RASULULLAH
Edit :
Pujo Prayitno
Ada beberapa mukjizat yang mengiringi kelahiran
Rasulullah :
1.
Lepasnya sang bunda al-Mushtafa tercinta (Aminah) dari
derita selama mengandung.
2.
Tiada menembus kalbu sang Mukmmmdirasakan sang bunda rasa
sakit dan pedih sewaktu melahirkan.
3.
Beliau lahir sudah dalam keadaan dikhitan.
4.
Dari sejak beliau lahir hingga kiamat, setan dilarang
memanjat ke langit untuk mengikuti pecakapan para malaikat.
Pada saat kelahiran Rasulullah, setan dan iblis terkutuk
berembuk : “Dahulu kita diperkenankan Allah naik ke langit, namun mulai hari
ini kita dilarang ke sana untuk selamanya.”
“Sekarang.” Ujar iblis kepada setan, “berkelilinglah
kalian, berpencarlah ke timur da ke barat, ada kejadian apakah kiranya!” Mereka
pun berkeliaran hingga bertemu di Makkah. Setiba di sana, mereka
terheran-herandemi menyaksikan suatu peristiwa yang sang bayi al-Musthafa
tengah dikelilingi malaikat yang dengan riang gembira – mengucapkan selamat.
Sementara dari dirial-Musthafa mencuat cahaya ke langit.
“Binasalah aku!” pekik iblis menerima laporan dari
setan-setan.
“Kiranya telah datang rahmat anak Adam, telah terbit
tnda-tanda alam. Itu sebabnya kita dilarang oleh Allah untuk nai ke langit.
Karena langit merupakan pusat pandang mata Muhammad dan ummatnya.” Katanya
lagi.
“Dan Kami hiasi langit bagi orang-orang yang
memandangnya.” (Qs. 15:16).
Apabila setan-setan tak mampu lagi menembus langit yang
menjadi pusat pandangan orang-orang Mukmin, bagaimana mungkin mereka dapat menembus kalbu sang Mukmin yang merupakan
tempat dan pusat pandang Allah al-Muhaimin.
Ka’ab al-Akhbar berkata : “Aku pernah membaca di dalam
Taurat, bahwa Alalh pernah menerangkan kepada umat Musa a.s. tentang saat
kelahiran Muhammad saw. Disebutkan bahwa apabila bintang ‘ats-Tsabit” (yang
diam tak bergerak) yang kalian kenal itu suatu ketika bergerak dan berjalan,
maka pada saat itulah kelahiran Rasulullah saw. Namun setelah Rasul lahir,
mereka membungkam dan mengubur berita itu dalam kebencian mereka.”
“Allah telah menjelaskan pula dalam Injil, kepada kaum
Isa a.s. bahwa saat kelahiran seorang Rasul terakhir akan ditandai dengan
tumbuh menghijau dan berbuahnya kembali sebatang kurma yang telah kering kerontang.
Tapi tatkala kabar dalam injil ini terbukti (pohon kurma itu hidup dan berbuah)
mereka mengingkari kenyataan, dan memendam peristiwa kelahiran al-Musthafa itu
di dalam kebungkaman lantaran iri dan benci.
Di dalam Zabur pun disebutkan bahwa ada sebuah mata air
termasyhur yang telah lama kering. Suatu saat ia akan kembali memancarkan
airnya tepat pada saat lahirnya Nabi akhir zaman. Namun setelah mengetahui hal
itu, mereka menyembunyikannya di balik perasaan iri-dengki mereka.”
5.
Tercurahnya kembali air susu Halimah Sa’diyah pada saat
menyusui Nabi. Padahal sebelumnya telah berhenti, tidak memancar dalam waktu
yang lma. Dalam sebuah riwayat, dikatakan bahwa Abdul Muthalib bercerita :
“Kala itu aku tengah berada di sekitar Ka’bah. Tiba-tiba aku terkejut melihat
patung-patung bergelimpangan tunduk sujud ke hadirat Allah. Lalu kudengar suara
dari balik dinding Ka’bah : “Telah lahir seorang Rasul yang akan
menghancurleburkan benteng-benteng kekufuran dan menyucikan-Ku dari
berhala-berhala sesembahan serta menitahkan para insan beibadah kepada Allah,
Maha Raja Diraja semesta alam.”
5.
MALAIKAT JIBRIL TURUN PERTAMA
KALI KEPADA RASULULLAH
Edit :
Pujo Prayitno
Ada beberapa hal yang menjadi sebab turunnya wahyu yang
pertama kepada Rasulullah. Di antaranya ialah bahwa Muhammad bin Abdullah,
sebelum menerima Nubuwwat,a dalah seorang yang gemar ber-Khalwat (menyendiri
untuk bertafakur – Pen) dan banyak beribadat. Beliau isi hari-harinya selama
empat puluh tahun dengan taat dan dekat kepada Allah. Sikap dan kebiasaannya yang
terpuji, luhur, disegani, dikagumi, dihormati, dan amat dicintai, hingga
digelari “al-Amin” (orang yang jujur dan terpercaya).
Kebiasaan-kebiasaannya seperti itu menambah terang cahaya
cinta (mahabbah) kepada-Nya di relung kalbunya, hingga mengalahkan rasa cinta
kepada selain-Nya, dan mendorong banyak bertafakur serta mengalirkan
butir-butir airmata kepatuhan kepada-Nya.
Bila melihat orang karam di laut kesibukan
Katakanlah, ia tengah tenggelam dan kerinduan
Dan orang lain pun niscaya tahu keadaannya
Hamzah bin Abdul Muthalib paman Rasulullah, bertanya
kepada Atikah, saudaranya : “Tahukah kau apa yang sedang dirundung Muhammad,
keponakan kita? Ia nampak demikian pucat pasi, banyak merenung, tiada gairah
bergaul seolah-olah ada sesuatu yang menimpanya.”
Atikah diam. Sementara itu kaumnya, demi melihat keadaan
Rasulullah murung, mencoba melipur dan memecahkan persoalan yang dihadapi
beliau.
“Muhammad, andai hatimu duka atau sakit, ceritakanlah
kepada kami agar deritamu, dapat kami tanggung pula.”
Tapi Rasulullah diam saja.
Beliau mengenakan kainnya, lalu berjalan menuju bukit
Hira. Di sana beliau merintih khusuk ke hadirat Alalh dengan rintihan yang
menggoncangkan istana di tujuh langit, dan menjadikan para bidadari surgawi
mengadu kepada Allah tentang beliau karena iba.
“Ilahi, kami mendengar rintihan seorang manusia yang
paling mencintai-Mu.” Saat itulah Allah swt. menyuruh Jibril a.s. “Ya Jibril,
tiba saatnya engkau membawa wahyu untuk menerangkan hukum-hukum tentang
perintah dan larangan-Ku. Turunlah kepda kekasih-Ku, yang paling baik dan utama
dari seluruh makhluk-Ku. Sampaikanlah salam dari-Ku kepadanya! “Malaikat Jibril
pun turun dan memanggil-manggil Nabi Muhammad saw. dari ruang angkasa. Maka
nampak di mata beliau sesosok makhluk berpakaian hijau-hijau.
“Bacalah!” perintah Jibril a.s. kepada Rasulullah yang
merentangkan tangannya ketakutan.
“Bacalah! Perintah Jibril sekali lagi sambil memegang dan
mendekap Rasul.
“Aku tak bisa membaca.” Jawab Rasul gemetar.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah mencipta. Ia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (Qs. 96:1-2).
Setelah mengalami peristiwa bersejarah itu, Rasulullah
pulang mengisahkan kepada sang isteri, Khadijah.
“Khadijah, isteriku, selimuti aku! Selimutilah! Sungguh
aku takut pada peristiwa luar biasa tadi.”
“Duhai suamiku. Engkau penyambung silaturahim. Penyayang
para yatim, pecinta perkara-perkara agung, dan berbudi amat luhur, Tuhanmu
niscaya tak akan memperlakukanmu melainkan dengan kebaikan.” Khadijah sang
isteri, mencoba menghibur dan menenangkan perasaan sang sami dengan tutur yang
lembut dan sendu.
“Terbertik di hatiku, mungkin peristiwa itu merupakan
suatu berita besar dan agung yang belum pernah dialami oleh para Nabi
terdahulu.” Sambung Khadijah yang kemudian menyelimuti Nabi. Lalu turun pula
wahyu :
“Wahai orang yang berselimut, bangkitlah. Beri
peringatanlah. Dan Tuhanmu, besarkanlah!” (Qs. 74:1-3).
“Ya Khadijah, inilah makhluk yang pernah datang itu.”
“Wahai suamiku, akan kuuraikan rambutku. Bila setan, ia
akan nampak, dan jika utusan Allah ia tak terlihat.”
Setelah Khadijah menyibakkan rambut, bertuturlah
Rasulullah : “Hai Khadijah, ia lenyap dari pandanganku.”
“Ajaklah aku kepada Islam. Sungguh engkau adalah utusan
Allah. Jibril a.s. telah datang kepadamu.” Akhirnya masuk Islamlah Khadijah,
Ummul Mukminin, satu-satunya wanita paling awal memeluk Islam.
6.
PEMAPARAN AMAL-AMAL
KAUM MUKMININ KEPADA RASULULLAH
Edit :
Pujo Prayitno
Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi saw. bersabda :
“Hidupku lebih baik bagimu, dan matiku pun lebih baik bagimu.”
“Ya Rasulullah kami tahu bahwa hidupmu lebih baik bagi
kami. Namun bagaimanakah tentang wafatmu yang juga lebih baik bagi kami?”
Rasulullah menjawab : “Hidupku lebih baik untukmu, yakni
kuajak kalian ke jalan Allah dengan hikmah dan nasihat yang bijak. Adapun
mengenai matiku lebih baik bagimu, karena amal-amalmu diperlihatkan kepadaku
pada setiap hari Senin dan Kamis Andai kutemui amal saleh, gembiralah aku. Jika
kulihat amal buruk dan dosa, aku beristighfar dan memohon kepada Allah swt.
agar mengampunimu.”
7.
WAFATNYA RASULULLAH
Edit :
Pujo Prayitno
Ibnu Mas’ud berkata : “Di kala hari perpisahan Rasulullah
saw. telah dekat, kami berkumpul di rumah Aisyah. Beliau memandangi kami dengan
berlinang air mata : “Selamat datang saudara-saudaraku. Semoga Allah
melimpahkan hidayah kemuliaan dan kasih sayang kepada kalian. Aku berwasiat
kepadamu, bertakwalah kepada Allah. Dia telah berpesan kepadaku, yang telah
menjadikanku khalifah kalian, bahwa aku adalah pembawa peringatan yang nyata.
Jangalah kalian berlaku sombong kepada-Nya. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan
kita!.”
“Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang
tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kejahatan di muka bumi. Dan
kesudahan yang baik itu bagi orang-orang takwa.” (Qs. 28:83).
“Kemudian kami bertanya tentang ajalnya. “Sesungguhnya.”
Jawabnya : “Ajal telah dekat, dan tempat berpulang hanyalah kepada Allah, ke
sidratul Muntaha, ke surga dan Asary yang tinggi.”
“Siapakah yang berkenan memandikanmu?”
“Seorang glaki-laki Ahlul Baitku.”
“Bagaimana cara kami mengafanimu, ya Rasulullah>”
“Cukup dengan bajuku ini, atau dengan kain tenunan Yaman,
bila kalian mau.” Jawabnya sendu.
“Dan siapa pula yang akanmenyalatimu?”
“Sementara beliau belum sempat menjawab, berderailah air
mata sendu-sedan kami, tiada tertahankan, menanggung kesedihan mengiringi
cucuran air mata beliau. Beliau lantas menjawab : “Tunggulah sejenak. Semoga
Allah memaafkan kalian.”
“Seuasai memandikan dan mengafaniku, baringkanlah aku di
atas peterana di rumah ini, di sisi lobang lahatku. Lalu keluarlah kalian
sejenak, yang pertama kali menyalatiku adalah karibku Jibril, kemudian Mikail,
Israfil dan izrail, bersama bala tentara mereka masing-masing. Sesudah mereka,
masuklah kalian secara bergantian. Hendaklah orang yang pertama kali
menyalatiku di antara kalian adalah seorang lelaki dari Ahlil Baitku, kemudian
kamum wanitanya. Barulah yang lain.”
“Sehari atau dua hari berselang, Rasulullah jatuh sakit
(sakit terakhir) selama delapan belas hari yang mengantarkannya ke akhir
hayatnya. Pada hari Ahad, semakin bertambah sakitnya. Kala itu Bilal
mengumandangkan azan. Kemudian memanggil Rasul saw.
“Assalamu’alaikum, ya Rasulullah. Telah tiba waktu
shalat!” Dari dalam, Fatimah az-Zahra menjawab : “Rasulullah tengah sakit.”
Mendengar jawaban Fatimah, Bilal kembali masuk ke Masjid dengan perasan gelisah
sampai fajar. Ketika fajar tiba, kembali memanggil-manggil nabi. Kali ini
beliau mendengar suara Bilal. “Masuklah Bilal, Aku sdang menanggung sakit.
Suruhlah Abu Bakar menjadi imam shalat kalian.”
“Dengan langkah gontai, Bilal keluar sambil mengeluh :
“Oh, tolonglah aku. Tolonglah, betapa remuk redam tulang balungku. Seandainya
ibuku tak melahirkanku.”
“Wahai Abu Bakar, Rasulullah menyuruh Anda mengimami
shalat pada subuh ini.” Kata Bilal.
“Abu Bakar, yang berperasaan lembut, demi melihat
Rasulullah tak ada di tempat shalatnya, pingsan sehingga jamaah berhiruk pikuk
sampai terdengar oleh Rasulullah. “Fatimah, suara apakah itu?” Rasulullah
bertanya kepada puterinya.”
“Suara riuh kaum muslimin di masjid, karena kehilangan
ayah.” Jawab Fathimah.”
“Saat itu juga Rasulullah memanggil Ali bin Abi Thalib
untuk membimbing Nabi ke Masjid. Seusai shalat, Rasulullah berpidato :
“Hadirin! Kalian adalah amanat Allah, dan dalam naungan-Nya. Aku berpesan, bertakwalah
kalian kepada Allah. Aku akan segera meninggalkan dunia ini. Hari ini adalah
hari awal akhiratku, dan hari akhir duniaku.”
Kemudian Allah memerintahkan malaikat maut :
“Datanglah engkau kepada kekasih-Ku, Muhammad, dengan
sebaik-baik rupa dan penampilan. Dan lemah-lembutlah dalam menjemput ruhnya.
Bia ia memperkenankamu, masuklah. Jika tidak, maka kembalilah!.”
“Assalamu’alaikum ya Ahlul Bait wahyu dan Risalah.”
Malaikat maut turun mengetuk pintu Rasulullah dengan sosok seorang Arab amat
tampan.
Mendengar suara itu itu, Fatimah menjawab :
“Wahai hamba Allah, Rasulullah sedang sakit.” Kemudian
malakul maut mengulangi salamnya.
“Assalamu’alaikum.” Ucap malaikat maut lagi.
Mendengar seseorang mengucap salam, Rasulullah bertanya
kepada Fatimah : “Siapakah dia?”
“Seorang lelaki, Ayah. Sudah kusampaikan bahwa Rasul
sedang sakit.”
Tidak lama kemudian, malaikat maut mengucapkan salam
kembali dengan suara yang menggetarkan badan dan mengguncangkan sendi-sendi.
“Tahukah engkau, hai Fatimah, siapakah dia?” beliau
berkata kepada puterinya setelah mendengar suara itu.
“Tidak!” jawabnya.
“Itulah dia yang menceraikan kita dari aneka kelezatan
yang memisahkan kita dari riang gembira berkumpul bersama, yang membuat
rumah-rumah menjadi kosong, yang menjadikan kuburan-kuburan bertambah ramai.”
Lanjutnya.
“Masuklah, hai Malaikat maut!” seru Nabi.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikum salam, Kau datang untuk berziarah atau untuk
menjemputku?” tanya Nabi kepada sang Malaikat.
“Aku datang untuk berziarah sekaligus menjemputmu, jika
kau mengizinkan. Tapi kalau tidak, aku akan segera kembali.”
“Wahai malaikat maut, dimana kekasihku Jibril.”
“Ia kutinggal di langit dunia. Dan segenap malaikat akan
melayatmu.”
Tidak lama kemudian, Jibril a.s turun dan duduk di dekat
kepala Nabi saw.
“Wahai Jibril, bukankah engkau telah tahu ajalku sudah
hampir?”
“Betul, ya Habiballah.” Sambut Jibril.
“Ceritakanlah kepadaku, apa yang sudah disediakan di sisi
Allah untukku?”
“Semua pintu-pintu langit telah dibuka. Seluruh Malaikat
berkumpul berbaris akan menyabut ruhmu.” Jawab Jibril.
“Alhamdulillah.” Ucap Rasul. “dan hiburlah aku dengan
berita yang lain, ya Jibril!.”
“Pintu-pintusurga sudah dibuka. Sungai-sungai telah
mengalir,d an puspa ragam bebuahan lezat telah tersedia. Semua menanti ruhmu.
Dan engkau adalah manusia yang pertama kali memberi syafa’at.” Kata Jibril
menghibur
“Segala syukur dan puji bagi Allah. Tolong ceritakan
berita yang lain kepadaku, ya Jibril!.”
“Tentang apa?” tanya Jibril.
“Tentang orang-orang yang membaca al-Qur’an
sepeninggalku. Orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan. Orang-orang yang
berziarah ke Baitullah Al-haram untuk menunaikan Haji. Bagaimanakah mereka?”
“Allah telah menandaskan.” Aku telah mengharamkan surga
bagi segenap Nabi dan umatnya, sebelum engkau beserta umatmu masuk surga
terlebih dahulu.”
Mendengar penjelasan dari Jibril, Nabi berkata : “Kini
tenteramlah hatiku!” Wahai malaikat maut, mendekatlah!.”
Saat itu Ali bin Abi Thalib bertanya kepada beliau :
“Siapakah yang menadikan dan mengafanimu, ya Rasulullah?”
“Yang akan meandikanku adalah engkau. Sedang Ibnu Abbas
yang mencucurkan airnya. Sesudah kalian berdua memandidkan dan mengafaniku,
keluarlah beberapa saat sebagaimana yang pernah kujelaskan dahulu.”
Maka malaikat maut mulai menjemput ryh Rasulullah dengan
amat hati-hati dan lemah lembut. Akhirnya, manusia teladan paling utama itu
berpisah dari dunia fana.
Anas bin Malik bercerita : “Aku pernah lewat di depan
pintu rumah Aisyah. IA tengah bersedu sedan berurai air mata ssambil merangkai
kalimat :
Wahai yang tak pernah mengenakan sutera
Dan tak pernah tidur di atas tilam
Wahai yang gpergi dari dunia fana
Dan yang tak pernah kenyang
Wahai yang lebih memilih tikar ilalang
Ketimbang ranjang
Wahai yang setiap malam tiada lelap
Lantaran takut api neraka Sa’ir
Diriwayatkan pula dari Said bin Ziyad, dari Hadid bin
Sa’ad bahwa Muadz bin Jabal bertutur : “Aku pernah diutus oleh Rasulullah saw.
ke negeri Yaman. Di sana aku tinggal selama duabelas tahun di rumah tingkat.
“Pada suatu malam aku bermimpi didatangi seseorang. Katanya
: “Wahai Muadz, engkau asyik mendengkur, sedang Rasulullah berbaring di dalam
kubur.” Maka aku tersentak bangun, berlindung kepada Allah dari setan terkutuk
dan terus shalat malam.
“Pada malam kedua, aku bermimpi lagi seperti sebelumnya.
Impian ini pasti bukan dari setan, kataku setelah bangun menjerit.
Pada pagi harinya aku menceritakan impian itu kepada
khalayak yang datang berrkerumun : “Semalam aku bermimpi. Tolong bawakan
kepadaku satu Mushaf.” Hal itu sesuai dengan apa yang pernah dipraktekkan
Rasulullah bila melihat mimpi aneh, yaitu beliau bertafa’ul (mengharap kebaikan
– Pen), melalui al-Qur’an.
“Setelah dibuka, ayat yang pertama nampak dan terbaca
adalah :
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah mayat, dan merekan
pun mayat pula.” (Qs. 39:30). Sesudah membaca ayat itu aku pingsan. Ketika
sadar dari pingsan, aku buka al-Qur’an sekali lagi. Ayat yang terbaca ialah :
“Muhammad itu tak lain hanyalah seorang Rasul. Sungguh
telah berllu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jia ia wafat atau terbunuh,
kamu berbalik ke belakan?” Barangsiapa berbalik ke belakang, maka tak sedikit
pun ia merugikan Allah......” (Qs. 3:244).
Selanjutnya aku berkata : “Andai hal ini bertul terjadi,
maka akan menderitalah para janda, para yatim, dan kaum miskin. Kita akan
menjadi laksana domba-domba liar kehilangan pengembala. Betapa pilu berpisah
dengan Muhammad! Oh Muhammad, alangkah baik sekiranya aku tahu tentangmu yang
sebenarnya. Di atas bumi atau dalam timbunan tanah-kah?”
“Ketika hampir sampai di Madinah, tiba-tiba aku mendengar
gema suara dari balik bukit :
“Setiap jiwa akan merasakan mati.” (Qs. 3:184).”
“Aku mendekat dan bertanya : “Siapakah Anda?”
“Aku adalah seorang hamba Allah.” Jawab seorang Anshar.
“Wahai hamba Allah. Apa yang terjadi pada diri
Rasulullah?” aku bertanya penasaran.
“Rasulullah sudah kembali ke pangkuan Allah.” Jawab sang
lelaki itu.
Aku jatuh pingsan sesudah mendengar keterangan itu.
“Kau memang patut utnuk pingsan Muadz.” Kata orang itu.
“Setelah siuman, aku diberi sebuah kitab. Kukecup dan kuletakkan
kitab itu di atas kedua mataku sebentar. Tak terasa air mata duka membasahi
pipi.
“Pada subuh hari, aku tiba di Madinah. Terdengar olehku
alunan merdu azan Bilal berazan. Saat Bilal meninggikan suaranya, aku kembali
tak sadarkan diri di sisi Salman al-Farisi yang tengah duduk.
“Bilal!
Lanatangkan suaramu dalam menyebut kalimat Muhammad! Muadz sedang pingsan teringat kepadanya.”
Kata Salman.
“Assalamu’alaikum! Angkatah kepalamu, hai Muadz,
saudaraku! Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda : “Sampaikan salamku kepada
Muadz.” Ujar Bilal.
“Aku mengangkat kepala dan tiba-tiba menjerit
sejadi-jadinya, membuat para jamaah menyangka rhku meregang jasad, kalau saja
aku tidak segera bicara : “Demi Allah mengapa tak seorang pun ingat kepadaku
pada saat Rasulullah wafat?” Sekarang marilah kita ke kuburnya, ke rumah
Aisyah.”
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, aku
mengucap salam.
“Mendengar salamku, Raihanah keluar dan memberitahukan
bahwa Aisyah pergi ke rumah Fathimah az-Zahra. Aku segera ke sana.
“Assalamu’alaikum, ya Ahlil Bait Rasul!.
“Wa’alaikun salam,” sambut Fathimah.
“Aku kembali pingsan demi melihat Fathimah dan Aisyah.
Beberapa saat sesudah aku sadar, Gathimah berkata : “Aku masih ingat sabda
beliau kepadaku : “Sampaikan salam dariku (buat Muadz – Pen). Hai Fathimah. Dan
ceritkan kepada Muadz bahwa pada hari kiamat ia akan menjadi pemimpin para
ulama.”
“Sesudah itu, aku berziarah ke makam Nabi ditemani Imam
Ali yang bercerita kepadaku bahwa Fathimah pernah menggenggam sekepal debu
pusara Rasul saw. dan diciumnya sambil menyusun untaian kata :
Dia yang mencium debu pusara Ahmad
Tiada ‘kan pernah menemukan lagi sepanjang hayat
Sesuatu yang paling berharga
Demi, aku terlanda musibah mahaberat
Yang andai menimpa siang
Niscaya ia akan berganti menjadi malam kelam.
BAB IV.
TENTANG HARI SELASA
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan ceritakanlah kepada mereka kisah dua putera Adam
(Qabil dan Habil) dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban,
maka diterimalah (kurban) salah seorang mereka (Habil), dan ditolak (kurban)
yang lainnya.” (Qs. 5:27).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw.
pernah ditanya tenetang hari Selasa. “Hari Selasa adalah hari pertumpahan
darah. Karena pada hari itu terjadi pembunuhan putra Adam oleh Saudaranya.”
Jawab Rasul.
Sebagian ulama menerangkan bahwa pada hari Selasa terjadi
tujuh tragedi berdarah :
1.
Terbunhnya Nabi Jirjis a.s.
2.
Terbunuhnya Nabi Yahya a.s.
3.
Terbunuhnya Nabi Zakariya a.s.
4.
Terbunuhnya para tukang sihir Fir’aun.
5.
Terbunuhnya Asiah binti Muzahim, isteri Fir’aun
6.
Terbunuhnya seorang Bani Israil
7.
Terbunuhnya Habil Putra Adam a.s.
1.
TERBUNUHNYA NABI
JISRJIS a.s.
Edit :
Pujo Prayitno
Jirjis bin Qulthin hidup di zaman seorang raja zalim
penyembah berhala, Dardiyan. Suatu hari, patungnya dihiasi emas permata
diminyaki dengan kafur dan misik, dan diletakkan di sebuah tempat yang indah.
Siapa saja yang bersembah sujud kepadanya, selamat. Ddan barangsiapa yang tidak
tunduk menyembah, maka ia dilemparkan ke api bessar yang telah disediakan.
Allah mengutus seorang Nabi-Nya, Jisjis kepada raja
durjana itu.
“Mengapa Anda tunduk menyembah kepada benda yang tak
dapat mendengar, melihat dan tak dapat memberi kekayaan kepadamu?” Kata Jisjis
memulai dakwahnya kepada sang raja.
“Sesungguhnya harta dan tahta kerajaan, seluruh nikmat
kemegahan yang tiada terbilang ini kuperoleh semenjak aku menyembah kepadanya.
Dan aku tak melihat kesenangan pada dirimu sebagai hasil penyembahanmu kepada
Tuhanmu?” jawab dan sanggahan sang raja.
“Sesungguhnya segala kenikmatan dan kesenangan duniawi
akan sirna. Sedangkan Allah menganugerahiku nikmat akhirati yang langgeng di
alam surgawi.” Sahut Jisjis a.s. menyadarkan san g raja.
Terjadilah debar sengit antara keduanya, yang
memebangkitkan emosi sang raja, sehingga sang raja menitahkan pengawalnya untuk
menyiksanya. Lalu Jirjis disiksa. IA disiram dengan air matang mendidih yang
dicampuri dedaunan, merontokkan kulit-kulitnya. Kemudian dagingnya diiris-iris
dengan besi tajam, hingga nampak tulang belulangnya. Namun setelah itu, Allah
swt. menghidupkan kembali dengan bentuk semakin rupawan.
Melihat kejadian menakjubkan itu, sang raja menyuruh
pengawalnya membawa enam buah pasak besi. Diikatnya dua tangannya dan
direntangkan. Satu di kepalanya, dan yang lain diperutnya. Tapi Allah mengutus
Malaikat Jibril a.s. mencabutnya. Tiba-tiba ia pun hidup kembali.
“Wahai yagn zalim, katakanlah : Tiada Tuhan selain
Allah.!.”
Raja Dardiyan semakin marah. Ia memerintahkan memasak air
di sebuah belanga besar dan melemparkan Jisjis ke dalamnya. Namun golakan air
yang panas itu pun dingin dirasakannya. Demikianlah, sang raja zalim menyiksa
Jisjis a.s. dengan siksaan yang beragam dan berulangkali sampai tuju puluh
kali, bahkan menurut sebagian kitab sampai seratus kali. Setiap kali disiksa,
setiap kali pula ia selamat dan tetap hidup berkat kodrat Allah.
Setelah kewalahan dan kehabisan cara, raja zalim berkata
merayu : “Jisjis, jika kau menaatiku, aku akan menaatimu. Sembahlah berhalaku
sekali, aku akan menyembah Tuhanmu. Bagaimana?”
Lama Jirjis tak menyahut, sampai-sampai seorang lelaki
menduga ia menerima tawaran itu.
“Aku telah berkali-kali menyiksamu dengan pelbagai
siksaan. Kini marilah ke rumah untuk melepaskan keletihanmu malam ini. Dan
beristirahatlah.” Kata raja kepadanya.
Di rumah raja Dardiyan, Jirjis a.s. menunaikan shalat dan
membaca Zabur sampai fajar. Bacaannya malam itu meresap ke kalbu sang
Permaisuri sampai menagis, bertobat dan secara diam-diam menyatakan masuk
Islam.
Pada pagi hari, sang raja sekali lagi menyuruh Jirjis
sujud. Tapi ia tetap menolak. Akhirnya ia dibawa ke sebuah gubuk milik seorang
nenek pikun yang tinggal bersama puteranya yang buta, tuli dan bisu. Di situ
Nabi Jirjis a.s. dipenjara tanpa diberi makan minum. Tatkala melihat sebatang
kayu tiang rumah itu, ia berdoa kepada Allah swt.
Maka kayu itu menghijau tumbuh, dan berbuah. Sang nenek
keheranan demi menyaksikan hal itu. Lalu memohon kepada Jirjis agar mendoakan
puteranya supaya sembuh sehingga dapat masuk Islam bersama-sama.
“Nak, pergilah ke tempat berhala-berhala. Sampaikan kepada
mereka bahwa Jirjis mengundang mereka.” Ucapnya kepada putera nenek yang sudah
sembuh dan masuk Islam itu.
Sang anak berangkat. Setelah sampai, ia menyampaikan
undangan Jirjis kepada tujuh puluh buah patung. Dengan kodrat Allah, serentak
patung-patung itu mencabut diri dari tempat dan berjalan menuju Jirjis.
Sesampainya di hadapan Jirjis, ia memberi isyarat kepada
bumi dengan menjejakkan kaki. Bumi terbelah menelan habis mereka semua. Sang
permaisuri raja, yang menyaksikan kejadian luar biasa itu pun, tampil di atas
panggung Istana : “Wahai penduduk negeri, sayangilah jiwamu. Islamlah kalian!.”
“Sungguh, sejak tujuh puluh tahun aku menyaksikan banyak
sekali mukjizat dan keajaiban, tapi aku tak pernah masuk Islam. Namun mengapa
engkau masuk Islam hanya karena melihat satu mukjizat saja, wahai sayangku?”
Kata sang raja.
“Tidak. Yang demikian itu semata-mata kedurjanaan dan
kezaliman belaka. Itulah kemalanganmu. Sedangkan ini adalah keberuntunganku.”
Jawab sang Permaisuri.
Akhirnya sang Permaisuri dibunuh. Lalu Jirjis berdoa
kepada Allah swt. : “Ilahi, tujuh puluh tahun hamba menanggung siksaan kaum
kafir, sehingga hamba kehilangan daya. Maka anugerahilah hamba mati syahid.”
Seusai berdoa, ia melihat nyala api turun dari langit kepada mereka (pengikut)
raja). Serempak merekapun mengangkat pedang membunuh Jirjis a.s.
2.
TERBUNUHNYA NABI
YAHYA, a.s.
Edit :
Pujo Prayitno
Pada zaman Nabi Yahya a.s. ada seorang raja Bani Israil
yang beristerikan janda yang telah mempunyai seorang puteri. Karena khawatir
puterinya jatuh ke tangan lelaki lain, maka sang permaisuri memutuskan
mengawinkannya dengan suaminya, sang Raja. Ia mengundang Yahya a.s. untuk
menghadirinya. Yahya a.s. menolak, bahkan menegaskan bahwa perkawinan tersebut
haram menurut Islam. Mendengar keterangan itu, permaisuri menjadi benci dan
berupaya membunuhnya. Ia menemukan satu cara, yakni memberinya minuman
memabukkan.
“Wahai Kakanda, sesungguhnya Yahya menentangku untuk
mengawinkan engkau dengan si manis puteriku.” Kata sang permaisuri.
Lalu raja memanggil Yahya. Akhirnya, Yahya dismbelih
laksana seekor kambing, lantaran tetap pada keputusannya. Suatu kejadian yang
menduka-pilukan para Malaikat di langit.
“Ilahi, dosa apakah yang telah diperbuat Yahya, sehingga
ia dibunh dengan amat –amat kejam?” Malaikat bertanya kepada Allah.
“Yahya tidak berdosa. Ia mencintai-Ku, maka Aku pun
mencintainya. Cintanya yang amat sangat kepada-Ku memestikannya dibunuh.” Kata
Allah swt.
Mengenai cinta yang amat sangat ini, ada sebuah riwayat
ketika Husein al-Hallaj ditahan selama delapan belas hari, asy-Syibli datang
kepadanya dan berkata : “Ya Hisein,a da apa di balik cinta (mahabbah) itu?”
“Jangan kau bertanya tentang itu hari ini. Esok sajalah,”
jawabnya.
Esok harinya, orang-orang membawa al-Hallaj untuk dibunuh
di atas batang pohon kurma. Dan asy-Syibli pun lewat. Al-Hallaj, yag akan
dibunuh itu, memanggil-manggil : “Syibli, cinta itu permulaannya dijemur,
sedangkan akhirnya dibunuh!.”
Abu Yazid al-Busthami berkata : “Suatu hari aku berjalan
menelusuri gurun pasir. Sekonyong-konyong aku menemukan empat puluh sosok
pemuda ahli tharikat mati terkapar kehausan dan kelaparan. Lalu aku bermunajat
kepada Allah : “Ya Allah, Kau matikan mereka, dan kau alirkan darah para
sahabtku ini. Lantas terdengar suara : “YA Abu Yazid, Aku alirkan darah, dan
Kubayar diyat-nya.”
“Apa diat meraka?”
Suara itu menjawab : “Diyat (tebusan) orang yang terbunuh
karena makhluk adalah dinar (uang), sedangkan diyat orang yang mati karena
membela haq (kebenaran) ialah melihat Allah Maha Pengampun.
Abu Bakar asy-Syibli pernah ditanya tenang cinta. Ia
menjawab : “Cinta adalah minuman. Bagi mereka yang mereguk dengan piala
“cinta”, dunia terasa sempit. Barangsiapa mengenal Allah dalam Keagungan-Nya,
ia akan kagum terhadap Kemaha-Kuasaan-Nya. Dan barnagsiapa meneguk cinta dengan
gelas “riindu kepada-Nya”, ia akan karam dalam samudera “akrab dengan-Nya”, dan
merasa puas bila selalu bermunajat kepda-Nya. Dan barangsiapa mengenal Allah
‘Azza wa Jalla, tiadalah ia senang dengan selain-Nya, dan tak pula senang
berteman dengan selain-Nya.”
Duhai
Ingat kepada kecintaan
Membuatku mabuk kepayang
Adakah perrnah kau saksikan
Orang yang tengah diamuk badai cinta?
Ia tenang, tiada lupa daratan dan lautan
3.
TERBUNUHNYA NABI
ZAKARIYA, a.s.
Edit :
Pujo Prayitno
Tatkala orang-orang Yahudi semakin dekat mengejar,
Zakariya a.s. melihat sebatang pohon. “Hai pohon, sembunyikan aku ke dalam
tubuhmu!” Katanya. Pohon itu terbelah dan ia pun masuk. Tak lama kemudian, kaum
Yahudi sampai disekitar tempat itu. Dalam kebingungan itu, tiba-tiba iblis
terkutuk memberitahu bahwa Zakariya masuk ke dalam batang pohon. Maka mereka
menggergajinya sampai terbelah dua. Di saat gergaji menembus dahi, Zakariya
menjerit menanggung sakit, dengan jeritan yang mengguncangkan kerajaan langit.
Yahya bin Muadz ar-Razi berkata : “Pada suatu malam, Nabi
Zakariya berdoa : “Ilahi, bebanilah hamba kesusahan, jika hamba benar-benar
mencari ridha-Mu. Dan andai hamba lari dari-Mu, maka bakar matikan aku sebagai
seorang yang mencintai-Mu. Sungguh, Aku tak akan berpaling dari-Mu!.”
4.
TERBUNUHNYA PARA AAHLI SIHIR FIR’AUN
Edit :
Pujo Prayitno
Setelah menyatakan diri beriman kepada Allah, Tuhan Musa
dan Harun a.s., Fir’aun mengancam, dengan amat marah, akan memotong tangan dan
kaki mereka dengan disalib. Mereka tetap pada keyakinannya. Akhirnya tangan dan
kaki mereka di salib dan dipancang di pelepah-pelepah kurma.
Dalam suatu hadis, Rasulullah saw. bersabda : “Pada malam
Isra Mi’raj-ku ke langit, kulihat di surga sekawanan burung hijau di
dahan-dahan pepohonan. Aku bertanya kepada Jibril. Ia berkata, itulah roh
tukang-tukang sihir Fir’aun yang dibunuh oleh Fir’aun terkutuk dan disalib di
batang-batang pohon kurma, setelah mereka beriman kepada Allah Ta’ala.”
5.
TERBUNUHNYA NABI
YAHYA, a.s.ASIAH BINTI MUZAHIM, ISTERI FIR’AUN
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan Allah telah mengadakan contoh bagi orang-orang yang
beriman, yaitu isteri Fir’aun tatkala ia berkata : “Wahai Tuhanku, dirikanlah
untukku di sisi-Mu rumah di dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan
perbuatan durjananya.” (Qs. 66:11).
Asiah adalah seorang wanita Muslim yang saleh. Selama
enampuluh tahun ia menyembunyikan keimanannya dari suaminya, Fir’aun. Tatkala
Fir’aun mengetahui ia beriman, ia disiksa dengan berbagai siksaan.
“Kembalilah kepada agamamu, hai Asiah!” seru Fir’aun.
“Tidak!” jawab Asiah mantap, “Engkau boleh menyiksa
diriku sesukamu. Namun ketahuilah ha itu hanya akan menambah rasa cintaku
kepda-Nya.”
Di tengah-tengah penyiksaan, lewat;ah Musa a.s. Asiah
memanggilnya memelas : “Wahai Musa, ceritakanlah kepadaku tentang Tuhanku,
ridha atau tidakkah Dia kepdaku?”
“Wahai Asiah, para malaikat di tujuh langit tengah
menantimu. Dan Allah swt. memuji-muji dan membanggakanmu di hadapan mereka.
Mintalah kepada-Nya, ia pasti mengabulkan!”
Asiah berdoa : “Ya Rabbi, binalah untuk hambamu gedung di
sisi-Mu di dalam surga!.”
6.
TERBUNUHNYA SEORANG
BANI ISRAIL
Edit :
Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyembelih
lembu......” (Qs. 2:67).
Sebab, penyembelihan sapi tersebut adalah dua orang
bersaudara yang fakir papa bersepakat hendak membunuh pamannya yang kaya,
Amili. Padahal mereka adalah pewaris tunggal. Namun karena selama ini tak
pernah ditolong dan tidak mendapat tunjangan hidup sepeser pun, mereka tak
sabar untuk segera memperoleh harta warisan.
Setelah dibunuh, mayat sang paman dilemparkan ke
tengah-tengah dua kampung Bani Israil. “Kita mesti melapor kepada ketua kampung
bahwa kita menemukan pama kita mati terkapar di sana. Kita harus menuntut
diyat” kata keduanya. Ulah licik ini ternyata menimbulkan fitnah, hingga kedua
kampung itu bersilang sengketa.
“Dan (ingatlah) ketika kamu membunuh seorang manusia lalu
kamusaling tuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama
ini kamu sembunyikan.” (Qs. 2:72).
Kemudian berangkatlah wakil penduduk kedua kampung itu
kepada Nabi Musa a.s.
“Wahai Musa, mohonlah kepada Allah agar terungkap
siapakah gerangan pembunuh misterius itu?”
“Agar peristiwa itu terungkap, Allah menyuruh kalian
menyembelih seekor lembu.” Jawab Musa a.s.
“Kau hendak menjadikan kami buah ejekan?”
“Demi Allah, aku berlindung kepada-Nya dari tipu daya
orang-orang zalim.” Sahut Musa.
“Baiklah kalau begitu. Tapi mohonkan kepada Tuhanmu agar
menjelaskan kepada kami sapi apakah itu?”
“Allah berfirman bahwa sapi itu adalah sapi yang tidak
tua dan tidak muda. Laksanakan, kerjakanlah perintah-Nya.”
“Mohonlah kepada-Nya untuk menerangkan kepada kami,
bagaimanakah warnanya?”
“Allah menjelaskan bahwa sapi itu berwana kuning tua,
sedap dipandang mata.”
“Tapi, mohonlah kepada Tuhanmu agar Dia menjelaskan
hakikat sapi itu. Karena sesungghnya kami, insya Allah, akan mendapatkan
petunjuk.”
“Allah berfirman bahwa lembu itu belum pernah dipakai
membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tetanaman, tidak cacat, dan tidak
da belangnya.”
“Kini barulah engkau menjelaskan yang sebenarnya,” kata
mereka.
“Maka mereka pun menyembelih dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan.” (Qs. 2:67-71).
Setelah itu, Allah memerintahkan kepada Musa supaya
memukulkan lidah sapi semeblihan kepada orang yang terbunuh itu. Dan ia pun
hidup kembali seraya berkata : “Aku dibunuh oleh dua orang saudaraku.”
“Pkullah mayat itu dengan sebagian anggota badan sapi
itu. Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati, dan
memperlihatkan kepadamu tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (Qs. 2:73).
Peristiwa di atas menyiratkan peringatan agar mereka
sadar bahwa sapi tak patut di sembah atau diagung-agungkan, melainkan sapi
adalah binatang yang hanya patut untuk disembelih.
Menurut riwayat, sapi yang disemeblih itu milik seorang
yatim. Dibeli dengan emas sekarung. Betapa untuk si yatim. Itulah suatu balasan
kebaikan bagi seorang anak yang hormat dan taat kepada orang tua.
Ketika sampai pada detik-detik terakhir hidupnya. Sang
ayah berdoa : “Ilahi, hamba fakir dan papa, tak mempunyai apa-apa kecuali
seekor sapi sebagai warisan satu-satunya untuk puteraku tersayang. Maka ia
kupasrahkan kepda-Mu. Peliharalah agar warisan itu bermanfaat baginya.”
Allah swt. mengabulkan doanya.
Adalagi riwayat serupa yaitu, seorang lelaki bersama
anaknya yang serupa pernah datang kepada Umar bin Khaththab. Khalifah terkejut
melihat dua orang bapak dan anak yang persis serupa. Belum pernah ia melihat
sebelumnya.
“Ya Amirul Mukminin, anakku ini lain daripada yang lain.
Ia tinggal di dalam kubur selama sembilan bulan dalam keadaan hidup.” Kata sang
bapak.
“Betul, ya Amirul Mukminin, dahulu ketika aku akan
bepergian, ia masih dalam kandungan rahim bundanya. Sebelum berangkat, aku
terlebuh dahulu shalat dua rakaat dan berdoa : “Ya Allah, aku bertawakal
kepada-Mu. Lindungilah ia yang akan kutinggalkan, sampai aku pulang kembali.”
Maka aku berangkat.
“Sembilan bulan kemudian, aku pulang, aku mendapati
rumahku lengang. Kiranya isteriku telah berpulang. Maka kudatangi kuburnya. Di
sana aku menangis. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara dari balik tanah pusara.
Aku penasaran hingga aku menggalinya. Sungguh, kutemui isteriku telah berubah
jasadnya, kecuali puting susunya yang masih sehat, yang sedang diisap oleh si
buyungku ini. Ia pun kuangkat, dan aku berkata : “Ilahi, Dikau anugerahi hamba
dengan puteraku ini. Sungguh andai isteriku kau kembalikan, bertapa bertambah
besar nikmat-Mu buat hamba.” Selanjutnya kudengar suara : “Kau hanya menitipkan
anakmu. Jika dahulu engkau memasrahkan isterimu, niscaya ia juga Kulindungi dan
Kukembalikan dengan selamat.” Kisah sang Bapak selanjutnya.
7.
TERBUNUHNYA HABIL
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan ceritakanlah kepada mereka kisah dua putera Adam
(Qabil dan Habil) dengan sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka
diterimalah (kurban) salah seorang mereka (Habil), dan ditolak (kurban) yang
lainnya.” (Qs. 5:27).
Ibunda Hawa a.s. melahirkan seratus duapuluh orang anak.
Dalam riwayat lain, seratud delapan puluh, bahkan ada satu sumber mengatakan
limaratus orang anak. Setiap kali melahirkan keluarlah dua bayi kembar : lelaki
dan perempuan. Qabil adalah anak pertama yang lahir bersama Aqlimah. Sedangkan
Habil, anak kedua, bersaudarakan Damima (menurut riwayat lain bernama Laburra).
Setelah mereka dewasa, Allah mewahyukan kepada Adam untuk
mengawinkan Qabil dengan Damima (Saudara Habil), dan Habil dengan Iqlima. Nabi
Adam menyampaikan wahyu tersebut kepada mereka, namun Qabil menolak.
“Iqlima, saudara kembarku jauh lebih cantik daripada
Damima. Aku tak mau.” Kata Qabil.
“Anakku, jangan menetang perintah Allah.” Kata Adam
memperingatkan puteranya.
“Allah tidak pernah memerintahkan ha ini, melainkan
semata-mata karena ayah lebih menyayangi Habil ketimbang aku, hingga
menikahkannya dengan Iqlima yang lebih cantik.” Jawb Qabil.
“Baik, kalau begitu.” Kata Nabi Adam a.s., “pergilah
kalian kalau meinta keputusan kepada Allah dengan mempersembahkan kurban. Siapa
kurbannya yang dikabulkan Tuhan, berati ia yang berhak.”
Mereka berdua berangkat ke sebuah tempat yang telah
ditetapkan. Qabil, sebgai seorang petani, membawa beberapa tangkai padi.
Sementara adiknya, Habil, seorang penggembala, mempersembahkan kambing kibasy.
Masing-masing diletakkan di atas bukit Mina.
Habil berdoa : “Ya Allah, termilah kurbankanku.” Tidak
lama kemudian, turunlah sebentuk api tanpa asap berbentuk dia sayap berwana
hijau menghanguskan kurban Habil, bukan kurban Qabil.
Setelah kurban Habil dikabulkan Allah. “Niscaya akan ku
bunuh engkau.” Ancam Qabil. Habil menjawab tenang, sebagaimana firman Allah :
“Sesungguhnya Allah menerima persembahan orang-orang
gyang betakwa.” (Qs. 5:27).
Ada tujuh karunia Allah :
1.
Allah ‘Azza wa Jalla menghapus dosa-dosa mereka. “Dan
barang siapa takut (takwa) kepada Allah, IA akan menghapus segala kesalahan
(dosa)nya.” (qs. 65:5).
2.
Allah menyelamatkan mereka dari lumatan api neraka. “ Dan
Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dengan kemenangan.” (Qs. 39:61).
3.
Allah akan mengaruniai mereka balasan yang baik. : “....
dan akibat (balsan) yang baik itu untuk orang-orang yang bertakwa.” (Qs.
83:28).
4.
Allah Rabbul ‘Izzati mewariskan kepada orang-orang yang
bertakwa surga. : “Itulah surga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba-Ku
yang selalu bertakwa.” (Qs. 19:63).
5.
Allah meberikan kepad mereka kemenangan. “Sesungguhnya
Allah menyertai orang-orang yang bertakwa dan mereka yang berbuat ihsan.” (Qs.
16:128).
6.
Allah swt. mencintai mereka. “Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertakwa.” (Qs. 9:4).
7.
Allah Ta’ala menerima ketaatan dan doa mereka.. “Hanya
Allah menerima doa (persembahan) orang-orang yang bertakwa.” (Qs. 5:27).
Ketika Qabil mengancam akan membunuh, Habil menjawab :
“Demi, andai kau julurkan tanganmu untuk membunuhku, aku
tak akan mengayunkan tanganku untuk membalas membunuhmu. Sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Tuhan alam semesta.” (Qs. 5:18).
Hari selasa merupakan saat yag paling tepat bagi Qabil
untuk melaksanakan rencana kejinya. Berangkatlah ia mencari Habil, saudaranya.
Habil tengah mendengkur melepaskan penat, di dekat sekumpulan kambing
gembalaannya. Ia angkat seonggok batu dan menimpakannya di kepala Habil sampai
bercucuran darah.
Habil menghembuskan nafas terakhir, disaksikan oleh
segerombolan burung garuda. Maka terjadilah, untuk pertama kali dalam sejarah
hidup umat manusia, pertumpahan darah di atas bumi.
Seusai membunuh, Qabil berkeliling dari satu tempat ke
tempat yang lain, memanggul mayak adiknya itu. IA bingung bagaimanakah cara
menyembunyikan jasad yang sudah tidak bernyawa itu.
Sementara itu, darah menitik melumuri setiap bumi yang ia
lalui. Pada saat itulah Allah swt. mengutus burung gagak memperagakan kepadanya
cara mengubur mayat, menimbunnya di galian tanah.
“Ah mengapa aku sedungu ini. Tak mampu berbuat seperti
burung gagak itu?” Ujarnya sesudah menyaksikan burung gagak tersebut. IA nampak
menyesali kepandirannya, tanpa menyesali perbuatan jahatnya. Persis seperti
kaum Nabi Saleh a.s. yang menyessali pembunuhan terhadap anak unta, namun tak
pernah menyesal membunuh induknya.
Selesai mengubur, ia pulang. Sedang ayahnya, Adam a.s.
saat itu tengah menuju Baitul Haram. Beberapa hari kemudian ia pulang dan
disambut penuh ceria oleh putera puterinya. Mereka berkata : “Sudah beberapa
hari ini Habil tak berkumpul bersama kami. Entahlah, kami tak tahu kemana dia?”
Mendengar laporan itu, Adam menjadi sedih semalaman. Dalam tidurnya ia bermimpi
Habil memanggil-manggil namanya dari kejauhan : “Ayah, tolonglah puteramu.” IA
tersentak bangun gemetaran dan menjerit pingsan. Jibril a.s. turun mebawa dan
meletakkan Adam di atas tempat tidur.
“YA, Jibril, didmanakah puteraku, Habil?”
“Ya, Adam, Alalh telah mengagungkan pahala buatmu dalam
hal Habil, IA telah dibunuh oleh Qabil.”
“Aku lepas dari perbuatan terkutuk Qabil.” Sahut Adam.
“Begitu juga aku.” Timpal Jibril.
:Jibril, tunjukkan aku kuburnya!.”
Setelah menemukan kubur puteranya yang tercinta, nampak
oleh Adam sekujur jasad Habil bermandikand arah, yang membuatnya menjerit :
“Wahai puteraku, duhai pelita hatiku.” Adam menangis tersedu berurai air mata,
yang menjadikan malaikat tujuh langit menangis karena iba.
“Ilahi, Adam menangis sedih selama tigaratus tahun taida
berhenti kecali sebentar saja.” Sembari menangis Adam melantunkan kidung :
Telah berubah negeri-negeri dan
Penduduknya
Maka aduhai sayang, Habil puteraku
Betapa wajah bumi redup berdebu
Puteraku terkapar di dalam pusara
Apabila sampai di suatu lembah, menangislah leba karena
tangisannya. Jika Adam mendaki gunung, menangislah bebatuanlanarannya. Sedang
apabila bertemu dengan binatang-binatang, mereka pun lari sambil berkata : “Tak
ada baginya beban tanggung jawab terhadap orang yang tidak mengasihi
saudaranya. Maka bagaimanakah ia yang tak menyayangi itu akan menyayangi kita?”
BAB V.
TENTANG HARI RABU
Edit :
Pujo Prayitno
“Sesungguhnya kami telah meniupkan kepada mereka angin
yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus.” (Qs. 54:19).
Peristiwa yang dilukiskan oleh ayat di atas terjadi pada
hari Rabu, berdasarkan hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik. Katanya,
Rasulullah pernah ditanya tentang hari Rabu. “Hari Rabu adalah hari nahas
(sial) yang terus menerus. Allah swt. telah menenggelamkan Fir’aun dan kaumnya.
Ia juga telah membinasakan kaum Ad dan Tsamud (umat Nabi Saleh a.s.) pada hari
Rabu.”, jawab Rasul.
Sebagian ulama berkata bahwa pada hari Rabu, Allah atelah
membinasakan tujuh golongan kafir dengan tujuh cara :
1.
‘Iwaj bin Aniq binasa oleh burung Hud-Hud.
2.
Qarun ditelan bumi.
3.
Fir’aun bersama kaumnya tenggelam di alutan.
4.
Matinya Raja Namrud karena seekor nyamuk
5.
Kaum Nabi Luth a.s. musnah oleh bebatuan.
6.
Syaddad bin ‘Ad dibinasakan oleh teriakan keras Jibril
a.s.
7.
Hancurnya kaum ‘Ad oleh amukan angin.
1.
IWAJ BIN
ANIQ BINASA
Edit :
Pujo Prayitno
IA berusia 4.500 tahun. Perawakannya amat tinggi,
sampai-sampai air bah yang mengaramkan gunung-gunung paa zaman Nabi Nuh a.s.
pun tiada sampai melintasi lututnya. Konon, ketika banjir tersebut, ia mendaki
gunung membenamkan tangnnya, menciduk ikan dan menggorengnya di terik matahari.
Jika membenci suatu negeri, ia cukup mengencinginya hingga meneggelamkan
penduduknya. Dikala Nabi Musa a.s. ada di negara Tih, ‘Iwaj bermaksud jahat
ingin mengahcurkan seluruh jiwa yang ada di situ. Untuk itu, terlebih dahulu ia
mencari dan mengintai tempat pemukiman Musa a.s. dan tentaranya, utnuk dikethui
seberapa dan bagaimana kekuatan mereka.
Setelah berhasil menemukan tempat Nabi Musa a.s. beserta
tentaranya di sebuah lokasi sejauh kurang lebih 1 farsakh (8 km), ia menjebol
sebuah batu (gunung) untuk ditimpakan kepada mereka. Namun Allah swt. mengutus
burung Hud-Hud melempar sebongkah batu untuk memecahkan batu gunung yang sedang
dijunjungnya itu. Akhirnya pecahlah batu itu menimpa lehernya hingga ia
terluka, jatuh terkulai tiada berkutik.
Ddalam riwayat lain, disebutkan bahwa tinggi badan Nabi
Musa a.s. sama dengan panjang tongkatnya, yakni empat puluh hasta. Sambil
melompat sejauh empat puluh hasta pula, ia memukul ‘Iwaj dengan tongkatnya dan
mengenai mata kakinya. Waktu itulah, ‘Iwaj tersungkur tak bernyawa.
Maut adalah pintu nanpasti
Setiap insan pasti memasuki
Aduhai kiranya kutahu
Di sana tempatku surga abadi
Karena amal diridhai Ilahi
Atau Neraka
Lantaran aku menentang-Nya
Bagi setiap insan
Hanya uda ini, tiada lagi
Pandang dan renungi dirimu
Mana tempatmu
2.
QARUN DITELAN
BUMI
Edit :
Pujo Prayitno
Ketika Allah Ta’ala memerintahkan menulis Taurat dengan
tinta emas, Musa berkata : “Ilahi, di mana aku mesti mendapatkan tinta emas
itu?” Kemudian Allah mengajarinya ilmu kimia.
Tersebutlah pada zaman itu, seorang yang fakir dan papa,
sarat dengan tanggungan keluarganya yang amat banyak. Qarun namanya, meskipun
demikian ia selalu beribadat. IA bangun pada malam hari dan puasa pada
siangnya. Melihat ihwal yang memprihatinkan itu, kalbu Nabi Musa a.s. terusik
dan jatuh iba kepadanya, maka ia pun mengajarinya ilmu kimia dengan harapan
dapat meringankan beban derita hayatnya dalam rangka bertakwa kepada Allah swt.
Akhirnya, Qarun menjadi kaya raya.
“......... dan Akmi telah menganugerahkan kepadanya
perbendaharaan harta, uang kunci-kuncinya sangat berat dipikul oleh sejumlah
orang yang kuat-kuat......” (qs. 28:76).
Demikianlah al-Qur’an melukiskan kekayaan Qarun. Jumlah
kunci lemari dan petinya sebanyak muatan seratus unta.
Al-Mujahit berkata : “Berat setiap kuncinya adalah satu
dirham (pada riwayat lain setengah diirham), dan tiap satu buah kunci dapat
digunakan untuk seratus buah pintu.
Kesibukannya mengumpulkan dan mengurusi hartanya yang
melimpah ruah itu, membuat ia mulai meninggalkan ibadat-ibadat sunnat.
Akhirnya, ketika Allah Rabbul ‘alamin menyuruh Nabi Musa
a.s. meminya zakatnya, Qarun menolak, karena sayang akan betapa banyaknya harta
yang mesti dikeluarkannya. Ia memiliki seribu budak lelaki dan seribu pelayan
perempuan, yang masing-masing memiliki kuda tunggangan lengkap dengan pakaian
dan pelananya dari emas.
Pada saat itu, kaum Bani Israil terbagi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah pengikut Musa, sedang kelompok kedua adalah pendukung
Qarun. Sesudah berulangkali Musa a.s. menuntut zakatnya, ia menjawab amat
sombong dan menantang : “Baiklah, tunggulah esok. Aku akan menghimpun penduduk
Mesir untuk berdebat denganku. Bila aku kalah, akan kukeluarkan zakatku, Jika
tidak, tidak!.”
Sebenarnya ia ingin membuat suatu tipu muslihat terhadap
Nabi Musa a.s. Seba ia akan mengundang
seoarng wanita jelita pelacur terkenal dukana di negeri itu. Qarun berkata
kepadanya : “Esok aku akan mengumpulkan kaum Bani Israil. Bila kau melihat Musa
datang, berbicaralah bahwa ia telah menghamilimu. Kau akan kuberi hadiah yang
banyak lagi memuaskan.” Pada hari yang didtentukan, Bani Israil berdatangan
memenuhi undangannya, disusul oleh Musa yang disambut hangat oleh mereka.
“Wahai Musa, nasihatilah kami dengan nasihat yang
berguna!.” Pinta mereka.
Nabi Musa a.s. mulai berkhutbah : “Barangsiapa mengambil
barang orang lain, niscaya akan kupotong tangannya. Barang siapa merampok, akan
kutebas batang lehernya. Dan barangsiapa berzina, akan kurajam.”
“Musa!, bagaimanakah bila engkau sendiri yang berbuat?”
tanya Qarun.
“Hukumnya sesuai dengan hukum Allah.” Jawab Musa a.s.
“Aku mempunyai seorang saksi bahwa engkau telah berzina
dengan seorang perempuan. Dan ia mengaku telah hamil. Inilah dia orangnya!.”
Qarun menunjuk kepada seorang wanita di sampingnya. Ketika wanita itu berdiri
untuk berbicara membenarkan ucapan Qarun, Allah swt. menanamkan rasa takut
dikalbunya, maka terlontarlah dari mulutnya kalimat yang sebenarnya : “Sungguh,
Musa tidak seperti yang dituduhkan Qarun, Qarun telah mengundangku ke sini. IA
telah menyediakan hadiah yang besar untukku agar aku memfitnah Musa. Sekarang
aku takut dan bertobat kepada Allah.”
Mendengar penuturan tersebut, merah padamlah Musa
lantaran marah.
“Hai musuh Allah, apa pula maksud kedurjaanmu ini?” kata
Musa sambil meninggalkan kumpulan orang. Selanjutnya ia sujud kepada Allah
mengadukan ulah jahat Qarun.
“Wahai Musa, Allah telah menjadikan bumi tunduk menerima
perintahmu demi kehancuran Qarun!.” Kata Jibrl a.s. Musa lantas kembali
menemuinya. Ia tengah duduk di atas singgasananya yang bepermadanikan sutera
na indah berhiaskan warna-warni lukisan.
Tongkat Musa dipukulkannya ke bumi sembari menunjuk
Qarun, maka amblaslah singgasananya. Qarun sempat melompat. Musa kembali
berkata : “Wahai Bummi telanlah Qarun!” Ia amblas sampai ke lutut. Pada saat
naas itu, ia tunduk berlutut di hadapan Musa. Namun Musa tidak perduli : “Hai
bumi, telanlah dia!.” Maka Qarun pun lenyap bersama istananya dilumat bumi.
Kisah di atas mengisyaratkan bawah Qarun binasa karena
tiga faktor utama : “Cinta dunia, menolak membayar zakat dan berbuat dusta
kepada Musa a.s. Maka wahai yang bangga dengan hidup bergelimang materi,
ambillah kisah Qarun ini sebagai pelajaran. Janganlah mendustai seseorang.
Wahai yang enggan membayar zakat, petiklah hikmah dari peristiwa amblasnya
Qarun. Dan wahai para hartawan, pikir dan hayatilah binasanya Qarun. Dengarlah
untaian kata berikut :
Jika Anda kaya
Beramallah
Tiadalah kedermawanan memfanakan harta
Malah mendatangkan barakah
Dan kebakhilan tiada ‘kan mengekalkannya
Dialah penyebab musnahnya
3.
TENGGELAMNYA FIR’AUN
DAN TENTARANYA
Edit :
Pujo Prayitno
Nabi Musa a.s. sampai di tepi laut bersama tujuh puluh
pasukann, dan Fir’aun mengejarnya dengan dua juta tentara. Manyaksikan musuh
sebanyak itu, para pengikut Musa menjadi gentar : “Wahai Musa, kiranya riwayat
hidup kita akan tamat di tepi laut ini.”
“Tidak!” Demi Allah, tenanglah kalian. Tuhan bersama
kita!.” Tegas Musa tenang.
“Dan Dia senantiasa menyertaimu di mana pun kamu berada.”
(Qs. 57:4).
Telah nyata, bila Nabi Musa dan Nabi Muhammad berkata :
“Tuhan selalu bersama kita,” maka akan selamatlah mereka dari kejaran
orang-orang kafir. Karena itu, maka mana mungkin orang yang kepadanya Allah
Mahaperkasa menegaskan : “Aku selalu besertamu.” Akan terjerumus ke jurang
neraka.
Di dalam keadaan terjepit itu, Allah menurunkan wahyu
kepada Musa a.s. untuk melemparkan tongkatnya ke atas batu. Tiba-tiba
terbentanglah jembatan membelah laut. Musa dan pengikutnya menyeberang dan
dikejar oleh Fir’aun. Dan begitu Fir’aun bersama pengikutnya sampai di tengah
lautan, karamlah mereka digulung air.
Sungguh dikala lalim
Fir’aun dustakan Allah
Bila ia insaf
Memohon ampunan Allah ar-Rahim
Niscaya terampuni
4.
KEMATIAN NAMRUD
BIN KAN’AN
Edit :
Pujo Prayitno
“........ dan tiada seorang pun yang mengetahui serdadu
Tuhanmu, kecuali Dia.” (Qs. 74:31).
Namrud adalah seorang raja perkasa lagi zalim. Pasukannya
berjumlah tujuh ratus ribu penunggang kuda berbaju besi. Mereka menggunakan
penutup kepada yang kuat, bersenjatakan amat lengkap, gagah tegap.
Suatu hari Namrud menantang Nabi Ibrahim a.s. : “Hai
Ibrahim, Jika Tuhanmu mempunyai seorang raja, utuslah ia untuk beradu kekuatan
denganku, dan rubuhkanlah kursi kerajaanku!.”
“Ilahi, Namrud telah siap di atas kuda bersama bala
tentaranya menanti prajurit-Mu. Utuslah nyamuk-nyamuk makhluk-Mu yang
terlemah.” Ibrahim bermunajat.
Sementara Namrud dan para prajurit perangnya berkumpul
siap tempur, Allah swt. mengirimkan rombongan nyamuk amat banyaknya memenuhi
daratan di tepi laut.
“Ya Allah, apa tugas kami?” tanya mereka.
“Hari ini rizkimu adalah daging dan darah serdadu Namrud.
Bertebaranlah kalian! Bergegaslah ke sana!” firman Allah.
Terbanglah nyamuk-nyamuk itu menyerbu tentara Namrud
dengan daya sengatnya dapat menembus baju besi dan penutup kepala mereka, dan
mengisap darahnya. Maka bergelimpangan jasad-jasad kaku tiada bernyawa dalam
sekejap. Namrud dapat melarikan diri. Ia diberi waktu oleh Allah untuk
menyaksikan kematian tentaranya, untuk menyelamatkan diri dan bertobat. Melihat
petaka dahsyat itu, nabi Ibrahim a.s. takjub.
“....... dan tiada seorang pun yang mengetahui tentara
Tuhanmu, kecuali Dia.” (Qs. 74:31).
Pada detik-detik kematian Namrud, Allah Ta’ala mengutus
seekor nyamuk berputar-putar mengelilingi sebatang pohon. Setelah tiga hari
terbang, ia hinggap dan masuk hidung Namrud, menyelusup dan menghisap otak dan
sumsunya selama empat hari sampai mati.
Kisah di atas menyiratkan bahwa seolah-olah Allah swt.
menegaskan kepada nMarud : “Kukaruniai engkau, hai Namrud, hidup dengan maksiat
kepada-Ku. Jika dalam sisa hari-hari di dunia engkau kembali kepda-Ku dan
beriman, maka selamatlah dirimu dan Kukabulkan tobatmu. Tetapi apabila kau
tetap dalam kekafiran, maka Aku akan mencelakakanmu. Dan hal itu tidak berarti
bahwa Aku tidak memiliki sifat pemurah dan belas kasih.”
5.
KEBINASAAN KAUM
NABI SALEH
Edit :
Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Kami telah mengirim kepada mereka suatu
jeritan yang membinasakan.” (Qs. 54:31).
Nabi Saleh a.s. menerangkan kepada kaumnya bahwa pada
zaman itu akan lahir seorang bayi yang kelak akan menjadi penyebab kehancuran
mereka. Mendengar keterangan tersebut, berkumpullah para tokoh mereka,
mengadakan rapat untuk menjauhkan diri dari isteri-isteri mereka. Barangsiapa
ternyata isterinya hamil dan melahirkan anak laki-laki, maka anak tersebut
berhak dibunuh. Kemudian isteri seseorang melahirkan bayi laki-laki. Karena
anak pertama, ia dibiarkan oleh orang tuanya hingga dewasa. Kehadiran Qidar
(demikian nama anak itu) menjadikan mereka kesal dan dendam terhadap Nabi
Saleh. Lalu mereka bermusyawarah akan membunuhnya.
“....... dan adalah di sebuah negeri terdapat sembilan
orang pembuat kerusakan di muka bumi, bukan memelihara kesejahteraannya.” (Qs.
27:48).
Mereka sepakat : “Kita pergi ke sebuah daerah, lalu kita
kembali secara sembunyi-sembunyi. Setelah itu kita bunuh Saleh, dan bersumpah
bahwa kita bukan pelakunya, bahkan kita tak mengetahui pembunuh misterius itu.”
Pada suatu hari seusai asyik minum arak di suatu tempat,
mereka membutuhkan air. Kebetulan hari itu adalah giliran unta Nabi Saleh
meminum air yang ada di sekitar negeri itu. Setelah gagal mencari air di
berbagai tempat, berkatalah Qidar yang sudah pemuda. “Bagaimana kalu kubunuh
saja unta itu? Gara-gara dia, kita tidak kebagian air, habis diminum olehnya.”
“Suatu gagasan yang baik, Qidar.”
Tidak lama kemudian ia pergi dengan pedang terhunus,
bersembunyi direrumputan semak belukar di balik bukit, menanti unta Nabi Saleh
pulang dari sumber air. Setelah dekat, Qidar menyeret dan membunuhnya. Qidar
selanjutnya menuju ke tempat persembunyian unta itu yang teletak tidak jauh
dari lereng bukit guna membunuh anaknya. Sesampai di sana, gunung pun pecah,
berkat kudrat Ilahi. Qidar tertimpa akhirnya mati terkubur di bawah reruntuhan
batu gunung sebelum sempat membunuh anak unta itu.
Said bin Musayyab berkata bahwa penyebab utama
terbunuhnya unta Nabi Sale a.s. adalah minuman keras. Begitu juga penyebab
dibunuhnya Nabi Yahya a.s. dan kezaliman kaum Nabi Nuh a.s. Minuman keras juga
penyebab orang-orang Bani Israil menyembah sapi, dan penyebab terjadinya
permbunuhan terhadap Usman bin Affan. Begitu juga terbunuhnya Husen, cucu Rasulullah saw. Itulah makanya Rasulullah
bersabda :
“Minuman keras adalah ibu dan pangkal
segala bencana dan kejadian.”
Setelah Nabi Saleh a.rsenang-senanglah hari ini. Tiga
hari lagi kalian akan merasakan balasan Allah, yang akan datang kepada kalian
dengan ciri-ciri wajah kalian akan berwarna merah pada hari pertama, dan warna
kuning pada hari kedua, serta warna hitam pada hari ketiga.” Maka ketika nampak
tanda-tandan itu, mereka mengancam Saleh : “Kita akan bunuh Saleh, seperti
membunuh untanya!.”
Ketika mereka beramai-ramai menuju rumah Saleh a.s.
datanglah Jibril a.s. berpekik amat kerasnya mengguncangkan tembok-tembik
negeri, merontokkan nyawa-nyawa mereka. Allah yang Mahakuasa mampu mengeluarkan
unta Nabi Saleh a.s. dari gunung. Dia juga mampu menyelamatkan unta itu dari
pembunuhan mereka. Namun Allah menakdirkan unta itu terbunuh, agar-agar
orang-orang Muslim yang mendengar dan membaca kisahnya merasa tersinggung dan
dihina serta merasa tersakiti hatinya, untuk pada akhirnya mendapat
kebahagiaan. Sedangkan orang kafir, yang membenci Nabi Saleh dan membunuh untanya,
bergembira lantaran berhasil melaksanakan niat jahatnya itu, guna akhirnya
memperoleh siksaan pedih.
Hal itu juga seperti tragedi berdarah yang menimpa cucu
Rasulullah saw. Sayyidina Husein r.a. Pada hakikatnya Allah kuasa
menyelamatkannya dari pembunuhan musuhnya yang biadab itu. Namun Allah swt.
menakdirkan Husein terbunuh, agar akhirnya musuh-musuhnya itu tertimpa siksaan
pedih abadi, sedangkan kaum Muslimin yang tentunya tersinggung dan terhina
lantaran itu, akhirnya memperoleh pahala dengan menarik hikmah dari peristiwa
itu.
Mengapa terhadap para pembunuh unta Nabi Saleh tersebut
Allah swt. langsung mengazabnya – dengan pekikan Jibril, sedangkan kepada para
pembunuh cucu Rasul (Husaein r.a.) Allah tidak langsung menyiksanya? Padahal
Husein nyata-nyata jauh lebih utama dan mulia ketimbang unta tersebut ?
Jawabnya sebagai berikut :
1.
Unta tersebut adalah penyebab berkobarnya api cobaan
(fitnah) bagi kaum Nabi Saleh a.s. “Sesungguhnya kami kirimkan unta betina
sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah tindakan mereka dan bersabarlah.”
(Qs. 54:27).
2.
Setelah Rasulullah lahir, Allah swt. menghilangkan
siksaan langsung. “Dan tiadalah Allah menyiksa mereka sedangkan engkau
(Muhammad) ada di kalangan mereka.” (Qs. 8:33).
3.
Husein r.a. adalah keturunan seorang yang diutus untuk
menjadi rahmat bagi alam semesta. “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk menjadi rakhmat bagi semesta alam.” (Qs. 21: 107).
4.
Pada masa Nabi Saleh a.s. pintu azab senantiasa terbuka,
sedang pada masa sesudah kenabian Muhammad Rasulullah, pintu-pintu rakhmatlah
yang selalu terbuka. “Dan tiadalah Kami mengutus engkau, melainkan untuk
menjadi rakhmat bagi semesta alam.” (Qs. 21:107).
6.
KEBINASAAN SYADDAD
BIN ADI
Edit :
Pujo Prayitno
Adi mempunyai dua orang anak : Syadid dan Syaddad. Adi
adalah seorang yang tekin mempelajari al-Kitab, di samping seorang yang
mempunyai karisma dan pengaruh besar yang menundukkan para raja saat itu.
Suatu hari seusai membaca suatu keterangan tentang
hal-ihwal surga di al-Kitab, ia berkata : “Aku akan membuat sebuah taman
surgawi di dunia ini seperti surga yang dilkukiskan itu.” Lalu ia bermusyawarah
dengan para raja untuk mewujudkan hasratnya itu. Dengan penuh antusias meereka
menyambut : “Segala urusan ada dalam genggamanmu,
bahkan seluruh dunia tunduk kepadamu, serta seluruh perbendahaaraan kami adalah
milikmu.”
Maka ia memerintahkan mereka untuk mengumpulkan
bhan-bahannya : emas, perak, intan, permata, mutiara dan ratna kumala dari
barat sampai timur. Di samping itu, ia juga menunjuk tiga ratus arsitek dan
insinyur dari berbagai negeri, yang masing-masing membawahi seribu pekerja.
Mulailah mereka sibuk mondar-mandir mencari lokasi yang
strategis. Akhirnya mereka menemukan suatu daerah yang sesuai, penuh panorama
indah menarik. Di situlah mereka membangun taman surgawi dengan emas permata
dan butiran-butiran mutiara. Dan mempercantiknya dengan hamparan intan kumala
yang berkilauan. Selain itu, ditata tetanaman dan bebungaan yang sejuk menawan
serta tetumbuhan dengan ranting emas berlian.
Setelah itu, mereka membangun istana dan villa-villa
menjulang, bertahtahkan marmer pualam, batu-batu yakut merah dan ratna mutu
manikam dan perhiasan lainnya. Sementara di pelatarannya ditaburi misik dan
aroma wewangian.
Setelah rampung, mereka melapor kepada putera Adi yang
bernama Syaddad bahwa taman surga yang diinginkan telah selesai. Maka ia
berangkat. Untuk berkeliling diperlukan masa sepuluh tahun lamanya.
Sebenarnya, perbuatan para raja dan pendukung Adi –
mengumpulkan pelbagai jenis perhiasan itu – merupakan suatu kezaliman semata. Di
kala itu di dunia, tiada lagi emas dan intan berlian, sampai-sampai seuntai
kalung seorang anak yang sedang menggantung di lehernya diambil dengan paksa.
Sang anak bertanya kepada mereka saat kalungnya diminta : “Mengapa kalian ambil
kalungku ini?” Mereka menyahut : “Ini perintah paduka raja.”
Mendengar jawaban itu, bocah itu bengong seraya memandang
ke langit penuh hampa : “Ya Ilahi, Engkau Mahatahu kelakuan manusia zalim
terhadap hamba-hambamu yang lemah. Maka tolonglah hamba, Engkau Maha Penolong!”
Kemudian Allah swt. mengutus malaikat Jibril a.s. untuk berteriak
senyaring-nyaringnya menjadikan Syaddad dan para pendukungnya mati
bergelimpangan sebelum sempat menapakkan kakinya di taman surgawi itu, dan
musnahlah orang-orang kafir itu.
“Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat sebelum
mereka. Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka, atau kamu dengar suaranya
yagn samar-samar.” (Qs. 19:98).
7.
KEBINASAAN KAUM
‘AD
Edit :
Pujo Prayitno
:Sesungguhnya Kami mengirim kepada mereka angin yang amat
kencang.” (Qs. 54:19).
“Hai Hud, apa pun yang akan terjadi kami akan tetap
menyembah berhala-berhala, persetan dengan dakwahmu! Kami tak pernah gentar
kepadamu. Kalau memang kau benar-benar seorang Rasul, turunkanlah kepada kami
sikssa!” Ucap kaun Hud.
“Sungguh, pasti siksa Allah itu akan datang menghancurkan
kalian!” tanggap Hud tenang.
Untuk membuktikan kata-kata Rasul-Nya itu, Allah swt.
menahan hujan selama tiga tahun, hingga terjadilah paceklik dan kemarau panjang.
Ketika itu Nabi Hud a.s. berseru : “Tobatlah kalian kepada Allah!.”
“Kami tak akan bertobat. Kami akan mengutus orang-orang
pilihan untuk pergi ke negeri Makkah mencari air.” Jawab mereka.
Pada saayang telah ditentukan, berangkatlah enam orang ke
sana. Setibanya di Makkah, dua orang dari mereka masuk Islam, dan berdoa :
“Ilahi, hamba tahu Engkau akan menghancurkan kaum Hud, namun kami sekarang bukan lagi termasuk mereka.
Oleh karena itu, kabulkanlah doa kami. Penuhilah segala kebutuhan kami!.”
“Sebutlah permintaanmu, niscaya akan diberi!” mereka
tiba-tiba mendengar suara itu.
“Ya Tuhan, hamba memohon dipanjangkan umur sebanyak umur
tujuh ekor garuda.” Doa seorang di antara mereka.
“Baiklah, permintaanmu akan dipenuhi,” sambut suara tadi.
“Wahai Tuhan, hamba datang ke sini bukan untuk mengobati
orang sakit, bukan pula untuk membebaskan tawanan. Tuhanku, beri minumlah suku
‘Ad seperti dahulu.” Doa yang satu lagi.
Seuasai berdoa beraraklah awan merah, putih dan hitam.
“Pilihlah awan yang kamu senangi!” kata suara gaib itu.
“Aku memilih yang hitam.” Katanya sambil memandangi
awan-awan itu.
“Berarti engkau memilih penyakit mata yang akan menimpa
kaum ‘As,” kata suara itu lagi.
Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengatur
angin topan supaya berhembus dahsyat dengan bergumpal sebesar lubang kerah baju
perang.
Mengenai angin, Wahab bin Mubbah al-Yamani berkata bahwa
di lapis tanah yang paling besar terdapat angin yang bernama ‘Aqim. Ia akan
bertiup amat kerasnya pada hari kiamat, menjebol gunung-gunung dan
mengguncangkan bumi serta meruntuhkan langit.
“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan
keduanya sekali benturan .......” (Qs. 69:24).
Untuk mengatur angin ini, Allah menugaskan tujuh puluh
ribu malaikat. Satu malaikat diperintahkan membawa segumpal dari angin tersebut
untuk menumbangkan kaum ‘Ad.
“Berapakah ukuran angin yang mesti hamba kirim?” tanya
sang malaikat.
“Sebesar lubang hidung banteng.”
“Besar sekali, wahai Tuhan?”
“Kalau begitu, bawalah seukuran lubang jarum!.”
Ketika kaum ‘Ad melihat arak-arakan awan itu, mereka
girang. “Inilah dia, hujan akan segera turun!.”
“Bukan, itu bukan hujan. Itulah siksa Allah yang amat
pedih yang pernah kau minta untuk disegerakan!” sambut Nabi Hud a.s.
mengingatkan mereka.
Di kala angin topan itu tiba, sebanyak tujuh ribu orang
lelaki keluar mendaki gunung. Mereka saling merentangkan tangan, saling
berpegangan erat. Setelah kian keras tiupan angin itu, berteriaklah mereka
sambil lari pontang-panting, dan akhirnya terbanting jatuh.
Hitamlah langit kini. Dan menggunturlah petir, kemudian
angin turun menumbangkan bangunan-bangunan hingga berhamburan laksana tepung
terhempas angin. Maka Kaum ‘Ad pun jungkir balik mati bagai pelepah-pelepah
korma yang patah.
Menurut Lathaiful
Qashash, saat itu Nabi Hud mengumpulkan kaum muslimin (pengikutnya) di
sebuah daerah tertentu. Maka selamatlah ia dan pengikutnya.
“Sesungguhnya telah Kami kirim kepada mereka angin yang
sangat dahsyat.” (Qs. 54:19).
Wahab bin Munabbih berkata bahwa ada tujuh macam angin :
tiga angin rahmat dan empat angin azab. Yang tergolong angin rahmat, adalah :
1.
An-Nasyirat : “ ..... dan demi angin yang tertiup keras
(membawa hujan).” (Qs. 77:3).
2.
Mubassyirat : “ ......dan sebagian ayat (tanda-tanda)
kekuasaan-Nya adalah Dia yang mengirimkan angin (membawa kabar gembira)” (Qs. 30:46).
3.
Adz-Dzariyat : “Demi angin yang menerbangkan debu dengan
kuatnya.” (Qs. 51:1).
Adapun yang tergolong angin azab (bencana) adalah :
1.
Ash-Sharshar : “.....maka mereka (kaum ‘Ad) dibinasakan
dengan angin yang amat kencang lagi dingin.” (Qs. 69:5).
2.
Al-‘Aqim : “Ingatlah, saat Kami mengirim kepada mereka
angin yang membinasakan.” (Qs. 51:41).
3.
Al-‘Ashif : “ ..... dan mereka bergembira karenanya, maka
datanglah angin badai.” (Qs. 10:22).
4.
Al-Qashif : “..... lalu Dia meniupkan kepadamu angin
topan.” (Qs. 17:69).
BAB VI.
TENTANG HARI
KAMIS
Edit :
Pujo Prayitno
“Sesungguhnya Allah membuktikan impian itu dengan
sebenarnya kepada Rasul-Nya ....” (Qs. 48:27).
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah
ditanya tentang hari Kamis. “Hari Kamis adalah hari tertunaikannya maksud dan
keperluan, karena Ibrahim pada hari Kamis menghadap raja Mesir terpenuhi
kehendaknya, dan menerima hadiah seorang wanita bernama Hajar,” sabda
Rasulullah saw.
Menurut sebuah riwayat, pada hari Kamis tujuh Nabi dan
Wali berhasi memenuhi harapan mereka :
1.
Nabi Ibrahim mengahdap raja Mesir, memperoleh apa yang
diharapkannya, dan berjumpa dengan Hajar.
2.
Si pemberi minum raja (As-Saqi) keluar dari penjara.
Kemudian ia memperoleh nasib baik: memegang tampuk kerajaan. “dapun salah seorang
di antaramu akan memberikan minum kepada tuannya dengan arak.” (Qs. 12:41).
3.
Saudara-saudara Yusuf menghadap Yusuf. Maka dia mengenal
mereka, sedang mereka tidak mengenalnya.” (Qs. 12:58).
4.
Bunyamin (Saudara kandung Yusuf) masuk dan bertemu
dengannya. “Dan tatkala mereka masuk meenemui Yusuf, maka Yusuf membawa saudara kandungnya (Bunyamin) ke
kamarnya.” (Qs. 12:69).
5.
Ya’qub a.s. datang ke negeri Mesir,d an berjumpa dengan
Yusuf (anaknya) dengan penuh kegembiraan hati.”..... dan Yusuf berkata :
“Masuklah kalian ke negeri Mesir. Insya Allah dalam keadaan aman.” Dan ia
menaikkan ibu bapaknya ke atas singgasana....” (Qs. 12:100).
6.
Nabi Musa a.s. masuk kembali ke negeri Mesir dan bertemu
dengan seorang Qibthi. : “Dan Musa masuk ke kota (Mamphis) ketika penduduknya
tengah terlena, maka didapatinya di dalam kota itu dua lelaki sedang
berkelahi.” (Qs. 28:15).
7.
Nabi Muhammad saw. masuk ke kota Makkah dan menyandang
kemenangan. “Sesungguhnya Allah
membuktikan mimpi itu dengan sebenarnya kepadsa Rasul-Nya.” (Qs. 48:27).
1.
NABI IBRAHIM
MENGHADAP RAJA MESIR
Edit :
Pujo Prayitno
Setelah selamat dari api Namrud, Ibrahim berangkat ke
Mesir beserta isterinya, Sarah. Ibrahim berkata :
“Sesungguhnya aku pergi kepada Tuhanku yang akan
menunjukki jalan bagiku.” (Qs.37:99).
Konon raja Mesir itu adalah seorang kaisar yagn zalim. Ia
suka merampas isteri orang yang cantik jelita. Ia memiliki tentara yang
ditugaskan untuk merampok para musafir. Sebelum berangkat, Ibrahim membuat peti
untuk menyembunyikan Sarah, seorang wanita paling cantik pada zaman itu.
Kemudian dengan mengendarai seekor unta, ia berangkat. Di pintu gerbang kota,
Ibrahim diminta bayaran msuk. Ketika sang penjaga hendak memeriksa petinya,
Ibrahim menolak keras : “Akan kubayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tetapi
jangan buka peti ini.” Mereka memaksa hendak membukanya.
“Apakahdia isterimu?” mereka bertanya garang setelah
nampak seorang wanita yang luar biasa cantiknya.
“Dia saudara perempuanku .....” jawab Ibrahim.
“Amat serasi sekali ia buat tuan raja.” Sambung mereka
sembari merebut sarah dari Ibrahim. Saat itu, Allah swt. menyingkap tabir
dinding-dinding bangunan, hingga Ibrahim dapat melihat apa yang dibuat si raja
durjana terhadap isterinya. Ketika sang raja zalim hendak mendekati Sarah,
tiba-tiba tangan dan kakinya kaku.
“Kiranya engkau wanita tukang sihir.” Ucap raja
terheran-heran.
“Bukan, aku bukan tukang sihir. Tapi aku adalah isteri
Khalilullah (Ibrahim a.s.). Oleh karena itu Allah mengakukan tangan dan kakimu.
Bertobatlah dan minta ampunlah kepada Allah, Ia akan menyembuhkanmu.” Jawab
Sarah.
Sang raja bertobat, dan ia pun sembuh. Tapi, melihat
Sarah jelita di hdapannya, darahnya kembali tersirap nafsunya kembali bergolak
tak tahan hendak mengganggunya lagi. Kali ini ia menjadi buta.
“Kau memang tukang sihir.” Katanya geram.
“Bukan, aku bukan tukang sihir. Aku isteri kekasih Allah.
Karena engkau akan melakukan perbuatan terkutuk, maka engaku dibutakan oleh
Allah, sekarang bertobatlah atas dosa-dosamu dengan sebenar-benarnya. Sarah
kembali menyadarkannya.
Setelah bertobat, dan ia pun sembuh, raja kembali mencoba
hendak mencengkeram Sarah, tapi tak mampu, karena Allah ta’ala melumpuhkan
seluruh badannya.
“Engkau memang benar-benar tukang sihir, wahai
perempuan!” ucapnya kesal.
“Sudah kukatakan, aku bukan tukang sihir. Aku adalah
isteri Ibrahim, Khalilullah. Minta ampunlah kepada Allah!.” Jawab Sarah tenang.
Barulah setelah itu sang raja memanggil Nabi Ibrahim.
“Wahai Ibrahim, hukumlah aku sekehendakmu. Kini aku
benar-benar bertobat. Mohonkanlah kepada Allah agar aku sembuh!.” Pinta sang
raja.
“Kuserahkan perkara kepada-Nya. Aku tak dapat menghukummu
tanpa izin-Nya.” Jawab Ibrahim a.d.
Sekonyong-konyong datang Malaikat Jiril a.s. menyampaikan
wahyu bahwa Dia menyuruh raja supaya melapas baju kerajaannya dan menyerahkan
tahta kekaisarannya kepada Nabi Irahim a.s. Raja menerima keputusan tersebut
dengan kesadaran imannya, dan Ibrahim A.s. pun berddoa sampai sang raja sembuh.
Kisah ini menyiratkan baha Sarah adalah seorang isteri
yang amat dicintai suaminya. Maka Allah melindunginya dari tangan najis manusai
zalim. Dan bahwa kalimat tauhid yang terpateri di kalbu mukmin amat dicintai
pemiliknya, yaitu Allah swt. Maka apabila seorang musuh (sang raja zalim) saja
tak mampu, walau dengan berrbagai cara, mengganggu dan menjahati seorang yang
menjadi kekasih Ibrahim Al-Khalil (sarah), maka mungkin setan erkutuk akan
dapat menemukan jalan untuk mengganggu dan membencanakan mukmin, kekasih Allah
Mahaagung.
Akhirnya Nabi Ibrahim a.s. menjadi raja. Ia mendapat
hadiah dari raja Mesir itu seorang wanita yang diserahkannya melalui Sarah.
“Kuserahkan Hajar untukmu, wahai suamiku. Karena engkau
telah bersussah paya membelaku.” Kata Sarah.
Hajar takut dan malu-malu sewaktu diterima oleh Nabi
Ibrahim a.s.
“Jangan takut. Jangan sedih dan malu, ;hai Hajar! Allah
swt. membuka tabir antara kita. IA telah menyatakan hubungan kita secara
terang.” Nabi Ibrahim a.s. mencoba menenangkannya.
Andai ada seorang yang berkata bukankah Nabi Muhammad
saw. lebih utama daripada Nabi Ibrahim a.s. namun mengapa Allah tidak
menyingkap tabir antara Nabi Muhammad saw. dan Aisyah, iterinya, tatkala
isterinya tertinggal sewaktu pulang dari suatu peperangan, yang mengakibatkan
orang-orang munafik dengan yakin menuduhnya telah berbuat serong dengan seorang
sahabat (Safwan bin al-Mu’aththal). Mengapa tidak disingkapkan tabir untuk
beliau, sehingga dengan tersingkapnya tabir tersebut, seperti yang dialami Nabi
Ibrahim a.s. Rasulullah dapat melihat langsung dan mengetahui – walau dari
kejahuan – kejadian sebenarnya yag dialami oleh Aisyah? Denagn begitu, maka
tidak terjadi fitnah yang dikobarkan oleh kaum munafik itu.
Andai tabir dibuka, tentu Rasulullah dapat mengetahui
secara psti hal-ihwal isterinya (Aisyah) saat tertinggal jauh sendirian itu.
Dengan demikian, tak akan ada persoalan apa-apa, dan tak ada fitnah yang
ditebarkan oleh orang-orang munafik. Tetapi, sengaja Alalh tidak membukakan
tabir itu untuk Rasulullah (melainkan hanya dengan Wahyu tentang kesucian
Aisyah dari berbuat serong seperti yang dihebohkan orang-orang munafik). Hal
itu agar orang-orang munafik tidak ragu-ragu dan tanggung-tanggung dalam
melontarkan tuduhan keji.
Seakan-akan Alalh berfirman : “Wahai Muhamad, kusingkap
tirai dari padangan mata Ibrahim supaya ia dapat mengetahui langsung keadaan
isterinya di istana raja, sehingga walau jauh, ia dapat selamat dari nafsu
serakah raja. Tapi Aku tidak membuka tabir bagimu, karena Aku sendiri langsung
yang menyelamatkan isterimu. Sarah dijaga oleh al-Khalil (Ibrahim), sedang
Aissyah dijaga langsung oleh al-Jalil (Allah swt.).
2.
KELUARNYA PELAYAN
MINUM RAJA DARI
PENJARA
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan bersamanya (Yusuf a.s.) masuklah pula ke dalam
penjara dua orang pemuda....” (Qs. 12:36).
Yang satu adalah as-Saqi (pelayan minum raja), dan yang
satu lagi ialah juru masak raja.
Mereka masuk penjara karena kaisar agung Romawi membujuk
mereka berdua dengan uang agar mereka meracuni raja mereka. Si juru masak
menerima uang itu, sedang si pelayan minum menolak, bahkan melaporkan hal itu
kepada sang raja. Setelah menerima laporan itu, sang raja menjebloskan mereka
ke dalam penjara untuk masa satu tahun (Dalam riwayat lain hanya tiga hari). Di
dalam sel, mereka bertemu dengan Nabi Yusuf. Untuk menguji kebenran takwil
Yusuf, mereka mencoba mengajukan impian kepada Yusuf, padahal mereka tak
bermimpi.
Sebagian ulma mengatakan bahwa si pelayan minum memang bermimpi,
sedang si juru masak tidak. Sebagian lagi mengatakan, malah keduanya bermimpi,
tapi mereka menukarkan impina mereka untuk diajukan kepada Yusuf a.s. menurut
riwayat yang paling benar, keduanya bermimpi.
“Aku pernah bermimpi melihat tiga mangkuk emas, dan aku
memeras anggur di dalamnya untuk hidangan sang raja.” Kata as-Saqi.
“Aku bermimpi menjunjung roti da dimakan oleh burung,
kata yang lain.” Mendengar keterangan tersebut, Yusuf a.s. mencoba mentakwilnya
: “Wahai kedua teman sepenjaraku, seorang di antara kalian akan memberi minum
tuannya arak, sedang yang lainnya disalib dan kepalanya dipatuk burung.” Seusai
mendengar penjelasan Yusuf itu, seorang dari mereka tertawa mengejek : “Yusuf,
sebenarnya aku tak pernah bermimpi seperti itu.”
“Aku hanya mentakwil, sedang kepastian hanya di tanagn
Allah.” Jawab Yusuf tenang.
“Telah diputuskan perkara yang kamu berdua
menanyakannya....” (Qs. 12:41).
Sesudah beberapa saat berselang, datanglah utusan raja
mengambil si juru masak dan menyalibnya.
Kisah ini mengisyaratkan bahwa orang yang menantang dan
tidak setia kepada raja (tuan)nya disalib dan ditebas kepaalanya, maka
bagaimana orang yang mencoba-coba berkhianat dan menetang Allah?
Sementara itu, si pelayan minum tetap mendekam di balik
terali-terali besi selama tiga hari. Kemudian dikeluarkan, Saat ia akan
menghadap raja dengan penuh rasa bahagia, Yusuf a.s. berkata kepadanya :
“Saudaraku, bicarakanlah tentang nasibku kepada tuanmu!.” Waktu Yusuf a.s.
mengucapkan kata-kata itu, seakan-akan goyanglah gunung-gunung, guncanglah
tembok-tembok, dan menyingkirlah malaikat-malaikat darinya. Lalu turun malaikat
Jibril : “Hai Yusuf, siapakah yang menaruh rasa “menyayangimu” di kalbu
ayahmy?”
“Allah,” jawab Yusuf.
“Siapakah pula yang menyelamatkanmu dari tipu muslihat
busuk saudara-saudaramu?”
“Tuhanku.”
“Dan siapakah yang memeliharamu di dalam sumur itu?”
“Juga Allah.”
“Siapa pula yang menjadikan engkau dicintai oleh
Zulaikah?”
“Alalh, Tuhanku.”
“Lalu siapakah yang meluputkanmu dari tergelincir ke
lembah dosa dengannnya?”
“Allah swt.”
“Hai Yusuf. Ketahuilah, Alalh teleh menghimpun pada
dirimu segala ketampanan. Maka adakah engkau merasakan sesuatu kekurangan,
sehingga engkau meminta tolong kepada selain Allah? Padahal kakekmu, Ibrahim
(as.) tak pernah minta tolong kepada selain Allah, kepada Jibril sekalipun saat
ia menawarkan kepada Ibrahim akan keselamatannya dari api yang berkobar. Begitu
pula kakekmu, Ismail (as) tak pernah meminta tolong kepada ayahnya saat ia
disembelih. Ia malah mengatakan : “Ayah, akan ayah dapati puteramu (Insya
Allah) dalam golongan orang-orang yang sabar.” Tetapi mengapa baru saja tiga
hari dalam penjara engkau tak sabar, minta tolong kepada sang raja?”
Yusuf a.s. akhirnya menangis bertobat kepada Allah demi
mendapat teguran itu : “Ilahi, demi kemuliaan kakekku, Ibrahim, Ishak dan
Ismail, dan dengan kebenaran ayahku Ya’qub, kasihanilah dan maafkanlah hamba.”
Tak lama kemudian, Jibril a.s. datang lagi : Yusuf, Alalh
swt. telah memaafkanmu. Kendati begitu, engkau tetap mesti meringkuk di dalam
penjara selama tujuh tahun, karena satu kesalahan.” Dengan demikian
bagaimanakah bila orang berkecimpung dalam lumpur dosa dan kesalahan selama
tujuh puluh tahun? Berapa lamakah yang harus ditempuhnya untuk tinggal di
tengah kobaran api neraka?
3.
SAUDARA-SAUDARA YUSUF MENGHADAP YUSUF
Edit :
Pujo Prayitno
“Dan datanglah saudara-saudara Yusuf ke Mesir. Lalu
mereka masuk ke tampatnya. Maka Yusuf mengenal mereka, sedang mereka tidak
mengenalnya lagi.” (Qs. 12:58).
Tatkala hampir sampai di tanah Mesir, Jibril a.s.
memberitahukan kepaa Yusuf tentang kedatangan mereka.
“Yusuf, saudara-saudaramu akan menemuimu! Bagaimanakah
sikapmu?” kata Jibril.
Dahulu mereka mendatangiku untuk menyakitiku, mala hendak
membunuhku. Kini mereka datang kepadaku sebagai musafir yang menghajatkan
uluran tangan. Maka tak ada yang harus kuperbuat selain memberi maaf.” Ucap
Yusuf.
Sebagian ulama mengatakan bahwa saudara-saudara Yusuf
datang kepadanya, tiga kali :
1.
Mereka datang untuk meminta tolong, yang disambut oleh
Yusuf dengan hati lapang dan dada terbuka. “Bawalah barang-barang ini ke
kendaraan kalian!.” Kata Yusuf.
2.
Mereka datang dengan penuh bangga dan berbesar hati.
Namun akhirnya meraka pulang dengan sedih dan kecewa ketika Yusuf berkata :
“Pulanglah kalian dan sampaikanlah kepada ayahmu bahwa Saudaramu Bunyamin,
telah mencuri.” Dan lakukan itu, karena dia adalah seorang raja yang tidak
menyenangi orang-orang yang tinggi hati.
3.
Mereka datang dengan penuh rendah ahti. Kemudian mereka
pulang dalam kegembiraan, karena Yusuf a.s. adalah seorang raja yang santun dan
pemurah, maka Allah juga sangat mencintai orang-orang seperti itu.
Saat mereka memasuki negeri Mesir, Yusuf a.s. menitahkan
anak buahnya untuk menghias kota. Ia menginstruksikan para pelayan dan
pengawalnya untuk menggunakan pakaian resmi kerajaan, menghampari istana dengan
warna-warni pemadani, menyiapkan perlengkapan, serta tempat-tempat duduk yang
indah megah, guna menyambut sang tamu. Setelah itu Yusuf a.s. duduk di atas
singgasana megah didampingi oleh para menteri dan staf kerajaan. Ketika
saudara-ssaudaranya datang, Yusuf a.s. masih mengenalnya, sedang mereka sudah
tidak mengenalnya lagi.
4.
BUNYAMIN MASUK
DAN BERTEMU YUSUF
Edit : Pujo
Prayitno
“Dan tatkala mereka masuk menghadap Yusuf, Yusuf membuka
tirai membawa mereka ke dalam (tempat khususnya)” (Qs. 12:69).
Disebutkan bahwa sesudah Nabi Yusuf memenuhi segala
keperluan mereka, maka mereka menyuru Bunyamin untuk menghadapnya langsung.
Saat itu, Yusuf tengah berada di atas singgasana, di dalam ruangan khusus
istana. Diperhatikannya wajah saudaranya (Bunyamin). Tiba-tiba tak terasa
berlinang air mata sedihnya demi terlukis di relung matanya wajah ayahnya
tercinta, Ya’qub a.s. Maka ia menitahkan seorang pengawal menanyakan kepada
mereka ihwal ayahnya.
“Ayah kami tengah dirundung duka nestapa. IA menangis
terus karena kekecewaan yang amat menusuk hatinya.” Jawab mereka.
Yusuf a.s. lalu menyuruh membuka tabir, dan mereka masuk
mengucap salam. Seorang di antara mereka, Bunyamin, tampil menyerahkan sepucuk
surat kepadanya. Isinya melukiskan keduka-piluan dan musibah yang diderita ayah
tercinta mereka, Ya’qub a.s. Air mata Yusuf a.s. kembali mengalir membaca surat
tersebut. Kemudian Yusuf menjamu mereka.
“Mengapa tuan muda yang satu itu tidak menyantap hidangan
dan nampak bermuram durja?” tanya Yusuf kepada mereka.
“Ia teringat saudara kandungnya yang telah lama berpisah
karena hilang dimangsa harimau.” Jawab mereka.
“Akulah Yusuf, saudaramu seibu dan seayah.” Kata Yusuf
akhirnya pecahlah suara sedu sedan, mereka berpelukan melepas rindu.
5.
NABI YA’QUB
DAAN KE MESIR DAN BERJUMPA YUSUF
Edit :
Pujo Prayitno
“Maka tatkala mereka masuk kepada Yusuf, ia bawa kedua
ibu bapaknya ke tempatnya, dan ia berkaa : “Masuklah kalian ke negeri Mesir
(Insya Allah) dalam keadaan aman.” (Qs. 12:99).
Wahab bin Munabbih berkata bahwa tatkala hampir sampai di
negeri Mesir, Ya’qub a.s. menugaskan seorang Yahudi bersama seratus orang
lainnya untuk menyampaikan berita kedatangannya kepada Yusuf. Setibanya di
Mesir, mereka menyaksikan mega memayungi Ya’qub a.s. Dan saat bertemu dengan
Yusuf, berangkulan keduanya memadu rindu, begitu juga bibinya yang telah
menjadi ibunya, yakni isteri Ya’qub yang dinikahinya sesudah ibu kandung Yusuf
wafat, setelah lama berpisah, yakni sejak Yusuf berumur tujuh tahun sampai
tujuh puluh tahun.
Dalam peristiwa tersebut, ada satu isyarat yang
menunjukkan bahwa seakan-akan Alalh berfirman : Di kala Ya’kub meninggalkan
negerinya (Kan’an), Kujadikan Yusuf sebagai tempat untuknya bernaung. Dan
Rasul-Ku, Muhammad, tatkala kehilangan kedua orang tuanya, Kujadikan pemelihara
dan pengasuhnya, Abu Thalib, sebagai tempat baginya berlindung. Begitu pun
seorang Mukmin di saat terasing dari kesenangan hidup di dunia (meninggalkan
kemewahan dunia), Kujadikan surga sebagai tempat mukim abadinya.
“dan orang-orang yang menahan diri dari nafsunya, maka
sesungguhnya surga ialah tempat tinggalnya.” (Qs. 79:41-42).
“Siapakah mereka?” Ya’kub bertanya kepada Yusuf saat
melihat banyak orang di istana.
“Ayah, mereka adalah hamba sahaya dan para pelayanku yang
kumerdekakan kaerna pertemuanku dengan ayah.” Jawab Yusuf.
6.
NABI MUSA
KEMBALI KE NEGERI
MESIR
Edit :
Pujo Prayitno
“Dandia masuk ke kota Mesir ketika penduduknya sedang
tidak sadar, lalu ia bertemu dengan dua orang yang sedang baku hantam.” )Qs.
28:15).
Tentang masuknya Musa ke Mesir, ada beberapa pendapat.
As-Suda berkata bahwa, ketika Musa a.s. tumbuh dewasa, pada suatu hari ia naik
kuda bersma Fir’aun ke luar kota, lalu kembali pada tengah hari. Menurut
Muhammad ibnu Ishak, setelah Musa dewasa, ia mengerti dan mengetahui tentang
kesesatan dan kedurjanaan Fir’aun. Semenjak itulah ia mencoba kabur dari
lingkugan kerajaan. Tapi pada suatu hari, ia kembali pulang pada tengah hari.
Dan menurut Abu Yazid, setelah Musa memukul Fir’aun, ia diusir dari istana.
Tapi kemudian ia pulang kembali pada saat penduduk sedang terlena (tidur).
Hasan al-Bashri mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi
pada hari raya. Adapun menurut Muqtil, kejadian itu adalah antara waktu Maghrib
dan ‘Isya. Pada waktu keluar, ia menjumpai dua orang tengah berkelahi. Seorang
dari sukunya (Bani Israil) dan yang lain dari kelompok Fir’aun (Qibthi).
Melihat Musa, orang Bani Israil itu meminta bantuan. Maka Musa membantunya.
Tapi ia ditinju oleh Qibthi tersebut, akhirnya Musa marah dan membunuhnya.
Namun ia menyesali perbuatan itu, lalu bertobat : “Ilahi, aku bertobat. Mulai
hari ini aku tak akan lagi berbuat semacam itu.” Dalam janjinya itu ia tidak mengucapkan
Insya Allah.
“Wahai Tuhanku, dengan nikmat yang Kau anugerahkan
kepasaku, aku tak akan lagi menjadi orang yang berbuat dosa.” Lanjutnya.
Esok harinya, di tengah perjalan pulang, Musa berjumpa
lagi dengan orang Bani Israil yang kemarin dibelanya sedang baku hantam dengan
pengikut Fir’aun yang lain.
“Kau memang keterlaluan.” Kata Musa.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa lelaki Bani Israil itu
mengepalkan tinjunya hendak menghantam lawannya. Tapi tidak jadi, akrena takut
kepada Musa yang menyaksikannya dengan marah, kendati dalam hatinya ia marah
kepada si Qibthi.
“Musa kau akan bunuh pula aku seperti temanku kemarin?”
kata si lelaki Qibthi ketakutan demi melihat Musa. Ia terus pulang melapor
kepada Fir’aun, sesudah ia mendengarkan pembicaran antara si lelaki Bani Israil
itu dengan Musa. Akhirnya Fir’aun memaklumkan untuk membunuh Musa a.s. Dari
peristiwa ini lahirlah pepatah :
“Musuh yang cerdik dan berakal lebih baik
daripada sahabat yang pandir lagi bodoh.”
7.
NABI MUHAMMAD
MASUK KE KOTA
MAKKAH
Edit : Pujo
Prayitno
“Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya
tentang kebenaran mempinya dengan sebenarnya, bahwa sesungguhnya kamu akan
memasuki Masjidil Harm dalam keadaan aman...” (Qs. 48:27).
Impian tersebut dialami oleh rasulullah pada tahun enam
Hijriah.
“Alalh telah memperlihatkan kepadaku suatu impian berupa
kemenangan dan penaklukan kota Makkah.” Tuturnya kepada para sahabtnya.
Ketika menuju Makkah, beliau dihadang oleh Suhaib bin
‘Amr untuk mengadakan perjanjian mengurungkan maksud memasuki Makkah pada tahun
itu dan kembali ke Madinah. Saat itu Umar bin Khaththab bertanya : “Ya
Rasulullah, mengapa kita mesti kembali?”
Insya Allah kita akan menaklukkan Makakh pada tahun
depan.” Jawab Rasul. Tahun yang ditunggu-tunggu pun tiba. Maka Rasulullah saw.
berangkat bersama para sahabt menuju Makkah dan berhasil menaklukkannya. Ketika
itu Malaikat Jibril a.s. datang membawa ayat tersebut di atas (Qs. 48:27).
Para ahli berkata bahwa di dalam Al-Qur’an Allah
menyebutkan tujuh macam impian :
1.
Impian Nabi Ibrahim a.s. : “Sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku akan menyembelihmu (Ismail). .....” (Qs. 37:102).
2.
Impian nabi Yusuf a.s. : “Aku melihat dalam mimpi sebelas
bintang dan matahari serta bulan sujud padaku.” (Qs. 12:4).
3.
Impian as-Saqi (pelayan minum raja) : “Sesungguhnya aku
bermimpi diriku sedang memeras anggur.” (Qs. 12:36).
4.
Impian seorang juru masak raja. : “Sesungguhhya aku
bermimpi menjunjung roti yang sebagaiannya dimakan burung.” (Qs. 12:36)
5.
Impian Raja : “Aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi
betina yang geuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus,
dan tujuh butir gandum yang hijau segar dan tujuh butir lainnya yang kering...”
(Qs. 12:43).
6.
Impian orang-orang Mukminin : “Bagi mereka ada berita
gembira mengenai kehidupan di dunia dan akhirat ....” (Qs. 10:64).
7.
Impian Rasulullah saw. : “Sesungghnya Allah membuktikan
kepada Rasul-Nya kebenran impiannya....” (Qs. 48:27).
Setelah Rasul memasuki Kota Makkah, kaum musyrik
berkumpul di dalam Masjid penuh rasa cemas dan takut. Lalu beliau menuju Masjid
diiringi pasukan dan para tokoh masyarakat. Beliau masuk ke Ka’bah untuk
menunaikan shalat, sementara para pengiringnya berdiri tegap menyandang pedang
terhunus. Seusai shalat, Rasul keluar berdiri di tangga pintu seraya memandangi
wajah-wajah kaum musyrik yang tunduk murung dalam ketakutan.
“Wahai penduduk Makkah, kalian adalah sejahat-jahat kaum
terhadap Nabi. Kalian sakiti dan usir aku dari negeri kelahiranku. Sekarang
Allah mengaruniakan kemenangan. Maka perbuaan apakah yang paling patut
kulakukan terhadap kalian!” kata Rasul.
“Ya Muhammad, engkau saudara kami yang mulia budiman.
Andai kami engkau azab, berarti kau berbuat suatu kesalahan. Bila kami engkau
maafkan, itulah memang sifatmu yang paling utama!” kata Suhaib bin Amr.
Rasul tersenyum mendengan uracapan itu, seraya memandangi
wajah-wajah pasrah mereka.
“Aku akan menyampaikan kepada kalian kata-kata seperti
yang penah disampaikan Yusuf kepada Saudara-saudaranya : “”Hari ini tiada lagi
dendam dan cerca. Semoga Allah mengampunimu. Pergilah kalian bertebaran, kalian
bebas merdeka!” kata Rasul.
Kemudian beliau memerintahkan kepada mereka untuk saling
berangkulan dan berjanji untuk tidak lagi saling mengganggu harta mereka atau
mencaci maki anak cucu dan keturunan mereka.
Akhirnya mereka semua, baik laki-laki maupun perempuan,
bersma-sama beriman kepada Rasulullah saw.
BAB VII.
TENTANG HARI
JUM’AT
Edit :
Pujo Prayitno
“Wahai orang-orang yang beriman, jika diseru untuk shalat
pada hari Jum’at hendaklah segera berangkat menuju mengingat Allah, dan
meninggalkan perniagaan.....” (Qs. 62:9).
Dari Anas bin Malik, dengan sanad yang sama dengan yang
terdapat pada Bab : I, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya
tentang hari Jum’at. Beliau menjawab : “Hari Jum’at adalah hari untuk menjalin
silaturrahim dan pernikahan.”
“Mengapa demikian, Ya Rasulullah?”
Karena dahulu para Nabi menikah pda hari Jum’at” sambut
beliau.
Beberapa ulama menjelaskan bahwa ada enam pernikahan pada
hari Jum’at :
1.
Pernikaha Nabi Adam a.s. dengan Ibu Hawa a.s.
2.
Pernikahan Nabi Yusuf a.s. dengan Permaisuri Zulaikha.
3.
Pernikahan Nabi Musa a.s. dengan Puteri Syafura.
4.
Pernikahan Nabi Sulaiman dengan Ratu Bilqis.
5.
Pernikahan Rasulullah saw. dengan Ummul Mukminin
Khadijah.
6.
Pernikahan Imam Ali dengan puteri Rasul Gathimah az-Zahra
1.
PERNIKAHAN NABI
ADAM DENGAN IBU
HAWA
Edit :
Pujo Prayitno
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Allah menciptakan dan
menempatkan Adam di surga pada hari Jum’at, begitu juga mengeluarkannya dari
sana. Pada hari Jum’at pula Adam bertobat kepada Allah. Oleh karena itu, pada
hari Jum’at terdapat saat untuk berdoa yag mustajab.
Seusai Adam tercipta, ia tak menemui satu makhluk pun
yang sejenis dengannya. Ia aksana burung yang melayang bersama
bayang-bayangnya. Ia merasa kesepian. Ketika tengah dudu-duduk seorang diri,
tiba-tiba ia diusap kantuk. Saat itulah Allah emnciptakan seorang wanita, yakni
Hawa a.s. Ia menghimpun pada diri Hawa a.s. seluruh unsur kecantikan dan
keanggunan, kesejukan tatapan mata dan kesucian kebersihan, yang semuanya itu
akan terdapat pada hari kiamat.
Dengan begitu, ia menjadi satu-satunya wanita yang paling
cantik di seantero bumi dan langit. Begitupun semua unsur cinta dan perasaan
rindu dan kasih sayang, Allah himpun di relung kalbu Adam a.s. sehingga menjadi
orang yang paling banyak dan paling dalam rasa cintanya terhadap seorang
wanita, yaitu Hawa a.s. Suatu rasa cinta yang tidak dimiliki oleh semua lelaki
di dunia.
Kemudian, Allah memakaikan pada hawa tujuh puluh
perhiasan surgawi nan indah. Ia duduk di ats kursi emas berlian. Adam terkejut
demi bangun dari tidurnya melihat sesosok wanita rupawan.
“Siapa Anda?” tanya Adam.
“Aku diciptakan oleh Allah untukmu.” Jawab Hawa.
“Kalau begitu kemarilah!” ucap Nabi Adam.
“Tidak!” Hawa menjawab.” .... engkaulah yang ke sini.”
Adam bangkit mendekat. Mulai saat itu, berjalan suatu
adat kebiasaan, lelakilah yang mendatangi seorang wanita, bukan sebaliknya.
“Hai Adam, bersabarlah. Ia belum halal sebelum engkau
menikahinya.” Adam tiba-tiba mendengar suara itu di kala akan menjulurkan
tangannya.
Selanjutnya Allah menitahkan segenap penghuni surga untuk
menghias surga serta mempersiapkan aneka hidangan untuk memeriahkan pernikahan
Adan dan Hawa. Sedang Malaikat langit berkumpul di bawah pohon thuba. Mulailah
Allah menikahkan mereka.
“Segala puji hanya bagi-Ku, Keagungan adalah pakaian-Ku.
Kesombongan (bangga diri) adalah selendang-Ku, dan makhluk-makhluk adalah
abdi-Ku. Kunikahkan Adam dan Hawa, suatu jenis makhluk yag paling rendah,
dengan maskawin bertahlil serta bertasbih kepada-Ku. Dan Kujadikan para
malaikat dan para penghuni surga sebagai saksi.
Setelah itu mereka menyerahkan Hawa kepada Adam. Ia
menerima sambil berkata : “Ya Tuhanku, apa maskawin yang harus kuberikan
kepadanya? Emas, perak, atau intan kumala?”
“Bukan.” Rabbul, Izzati menjawab.
“Kalau begitu, apa?”
“Maskawinmu adalah membaca shalawat sepuluh kali kepda
Rasul-Ku Muhammad, penutup para Rasul dan penghuu sekalian Nabi.
Kisah ini menyiratkan bahwa Allah swt. memerintahkan Adam
untuk membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw. sebagai maskawin, sehingga
Hawa menjadi halal baginya. Dan dia juga menganjurkan ummat Muhammad saw.
membaca shalawat kepadanya sehingga Dia mengharamkan mereka masuk neraka. Juga
ia menganjurkan agar banyak mengucapkan salam untuk beliau, sehingga Dia menghalalkan
mereka masuk surga.
2.
PERNIKAHAN NABI
YUSUF DENGAN PERMAISURI
ZULAKIKHA.
Edit :
Pujo Prayitno
Sepeninggal raja Mesir, al-Azizi, permaisuri Zulaikha
jatuh pailit, papa lagi pikun, dan terkena penyakit rabun mata. Kendati
demikian api asmaranya terhada Yusuf a.s. tidak pupus, bahkan kian berpendar
semarak dipelabuhan hatinya. Padahal ia berusaha sehabis daya untuk
memadamkannya.
Suatu ketika ia membanting berhala sesembahannya hingga
remuk redam. Hal itu ia lakukan karena ternyata
“barang yang dianggapnya Tuhan” itu tak mampu mengusir kekalutan
hidupnya. IA kemudian menyatakan diri masuk Islam.
“Ya Allah, tak ada lagi bagi hamba harta dan kecantikan
yang pernah kumiliki. Hamba kini menjadi ibu tua yang fakir lagi hina.
Terlebih-lebih, bencana yang tak kunjung berakhir, yakni rasa rindu dendam dan
cintaku yang amat dalam kepada Yusuf.
“Ya Allah, betapa bahagia andai Engkau pertemukan aku
dengannya. Kalaupun tidak, lebih baik cabutlah tangkai asmara itu dari kalbu
ini, agar lebih ringan derita yang hamba tanggung.” Doa Zulaikha kepada Allah.
Rintihan doa yang penuh keikhlasan itu didengar oleh
Malaikat : “Ya Tuhan, Zulakikha datang mengetuk pintu-Mu memohon uluran tangan
welas kasih-Mu.
“Wahai para Malaikat-Ku. Aku tahu. Dan kiranya
sekaranglah saat ia harus lepas dari derita berkepanjangan. “Allah swt.
menjawab permohonan Malaikat.
Suatu hari, Yusuf sang raja, diiringi beberapa
pengawalnya lewat di depan rumah Zulaikha. Kebetulan Zulaikha baru keluar dari
rumahnya. Ia melihat Yusuf, lalu menyindirnya dengan kata-kata : “Subhanallah
(Maha Suci Allah) yang dengan rahmat-Nya menjadikan hamba-hamba-Nya sebagai
raja.”
Yusuf tertegun menghentikan langkahnya.
“Siapa Anda wahai perempuan?” tanyanya.
“Aku seorang yang pernah membelimu dengan intan permata,
misik dan mutiara. Akulah si perempuan yang tidak pernah enak makan dan tak
nyenyak tidur lantaran dibakar api asmara kepadamu.”
“Oh, aku ingat sekarang! Di manakah harta dan kekayaanmu.
Manapula kecantikanmu?”
“Wahai Yusuf, semuanya telah sirna! Di makan oleh rasa
rindu da cintaku kepdamu yang merasuk jiwa.”
“Sekarang bagaimana perasannmu?”
“Sungguh kian bergejolak dalam kalbu.”
Perbincangan Yusuf dengan Zulaikha di atas tidak jauh
berbeda dengan erbincangan seorang Mukmin dengan malaikat setelah ia
dibaringkan di dalam kubur.
“Mana hartamu di dunia dahulu?” tanya malaikat.
“Ia telah pergi binasa.” Jawab Mukmin.
“Dan mana kebun dan sawah ladangmu yang subur menghijau
itu?”
“Ia pun telah hilang musnah.”
“Kemana pula rumah, gedung dan villamu?”
“Semuanya lenyap bersama anak-anak dan kerabatku.”
“Bagaimanakah pengetahuanmu tentang Allah?”
“Allah adalah Tuhanku, Islam Agamaku dan Muhammad
Nabiku.”
Akhirnya menikahlah Nabi Yusuf a.s. dan Zulaikha.
3.
PERNIKAHAN NABI
MUSA DENGAN PUTERI SYAFURA
Edit :
Pujo Prayitno
“Salah seorang puteri Syuaib berkata : “Ayah,
pekerjakanlah dia (Musa a.s.) di sini. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang
bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi jujur.” (Qs. 28:26).
Tatkala Musa a.s. tiba di negeri Madyan, ia membantu
puteri Syuaib untuk memberi minum kambing-kambingnya. Lalu ia mencari tempat
berteduh untuk beristirahat melepskan penat sembari merenungi nasib sebagai
musafir di rantau orang.
“Oh, betapa melelahkan perjalanan ini.” Keluhnya.
Sementara itu, dua puteri Syuaib yang telah ditolongnya,
pulang dan mengisahkan pengalamannya kepada ayah mereka. Setelah mendengar
kisah mereka, Syuaib a.s. menyuruh salah seorang puterinya (Syafura) memanggil
Musa.
“Ayah memanggil tuan untuk datang ke rumah.” Kata Syafura
tersipu malu.
Lalu berjalanlah keduanya bersama-sama.
Kisah di atas menyiratkan bahwa langkah kaum hawa pada
hakikatnya senantiasa diiringi oleh perasaan malu. Kalau bukan karena mencari
ridha Allah, tentu Syafura tidak pergi menemui Musa. Karena sebagai seorang
perempuan ia malu berjumpa dengan lelaki. Sebagaimana memang demikianlah tabiat
perempuan yang sebenarnya. Adapun Syuaib mengutus puterinya untuk memanggil
Musa, tidak lain untuk memberikan hadiah atas jasa baiknya.
Seperti halnya Allah ‘Azza wa Jalla mengutus Nabi-Nya
untuk mengajak manusia ke jalan-Nya, yang akhirnya memperoleh upah berupa
surga.
“Ayah, pekerjakanlah dia di sini. Ia jujur dan kuat.”
Kata Syafura kepada ayahnya.
“Tapi aku belum mengetahui kekuatan dan kejujurannya.”
Jwab Syuaib.
“Ia telah mampu mengakat batu besar sendirian dari mulut
sumur itu, yang seharusnya diangkat empat puluh orang. Dan tadi, ketika aku
berjalan di depannya, ia menegurku : “Jalanlah di belakangku, agar aku tak
memandangmu.” Lanjut Syafura meyakinkan ayahnya.
Maka bangkitlah minat Nabi Syuaib untuk menikahkannya
dengan salah seorang puterinya.
“Aku musafir yang fakir. Tak mampu membayar mas kawin.”
Jawab Musa kepada Syuaib ketika diminta kesediannya.
“Maskawinmu adalah menggembala kambingku selama delapan
tahun. Jika kau ingin menyempurnakannya sampai sepuluh tahun, maka itu adalah
kesukarelaanmu.”
Akhirnya Syuaib a.s. mengudang masyarakat untuk
menghadiri resepsi pernikahan Musa dengan Syafura.
Kisah di atas menyiratkan bahwa sesudah mengetahui
kejujuran Musa, Syuaib segera menjalin hubungan, menikahkannya dengan
puterinya. Demikian juga Allah, setelah mengetahui keteguhan iman dan kesalehan
hamba-Nya, mengikat mereka.
“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang Mukmin jiwa
dan harta mereka dengan surga.” (Qs. 9:111).
As-Suddi berkata bahwa satu malaikat, pernah datang
kepada Nabi Syuaib dengan rupa seorang lelaki tampan menitipkan sebuah tongkat
yang sudah lama diturunkan ke bumi, yakni sejak Nabi Adam dikeluarkan dari
surga. Tongkat tersebut berasal dari Sidratil Muntaha. Pada waktu Nabi Adam
Wafat, Jibril mengambilnya. Pada zaman Nabi Syuaib, ia turun kembali mebawanya
untuk Nabi Musa.
Seusai Musa dan Syafura menikah, Syuaib berkata : Musa,
masuklah ke kamar,d an ambillah satu tongkat untukmu!”.
“Musa, jangan yang itu!” kata Syuaib ketika melihat Musa
keluar dengan sebuah tongkat.
“Taruhlah dan ambillah yang lain!” lanjutnya.
Nabi Musa kembali masuk hendak menukar tongkatnya, tetapi
setiap kali ia akan mengambil yang lain, tongkat yang itulah yang selalu
tepegang. Akhirnya ia terpaksa mengambilnya lalu pegi menggembala kambing tanpa
memperdulikan teguran Syuaib supaya mengembalikan tongkat itu, hingga
terjadilah silang sengketa.
Untuk memutuskan perkara tersebut, keduanya bersepakat
untuk mengangkat seorang lelaki yang dijumpainya sebagai hakim. Tidak lama,
mereka bertemu dengan malaikat yang berbentuk seorang laki-laki.
“Wahai hamba Allah, putuskanlah perrkara kami ini!” ujar
mereka.
“Taruhlah tongakt itu di bawah. Barangsiapa yang kuat
mengangkatnya, berarti itulah haknya.” Kata lelaki itu.
Syuaib terlebih dahulu mengangkat tongkat itu sekuat
tenaga. Tetapi ia tak mampu, walau sekedar menggerakkannya. Lalu Musa
mengangkatnya dengan mudah.
Dari tongkat tersebut lahir berbagai mukjizat Nabi Musa.
Jika letih dalam perjalanan. Musa menaikinya bagai kuda tunggangan. Bila ia
haus dan tak menemukan air, memancarlah darinya air. Di saat ia kegelapan di
mlam hari, muncullah darinya cercah sinar menerangi.
Dan kalau Musa kebingungan dan kecewa, ia menjadi
pelipurnya. Begitu juga ketika Musa menghadapi musuh, ia dilempar menjadi ular
yang menyeramkan, yang dari mata dan telinganya keluar kilatan api yang panas,
dengan suaranya yang bergemuruh menakutkan, seperti dilukiskan sebuah syair
tebakan :
Kakinya empat
Punya dedaunan
Juga tempat naungan
Memiliki daging yang lembut
Dan tulang belulang
Kedua matanya menakutkan
Mendengarkan dan mengerti apa yang diperintahkan
Sempurnalah Musa menggembala kambing.
“Mulai tahun ke sembilan ini, bila kambing-kambing itu
melahirkan anak betina, maka untumu.” Kata Syuaib kepada Musa.
Mulai tahun itu bila setiap kali Musa memandikan
kambing-kambingnya, ia merendam tongkatnya, sehingag pada tahun itu, kambingnya
beranak betina semua, selanjutnya, pada tahun ke sepuluh. Syuaib menjanjikan,
apabila anak kambing-kambing itu jantan, akan diberikan kepada Musa. Ternyata
kambing-kambing itu setiap kali melahirkan, anaknya jantan semua. Kini ia
memiliki kambing. Sepuuh tahun sudah Musa merampungkan tugasnya. Timbul
keinginannya untuk pulang ke negerinya bersasma keluarganya. Di tengah
perjalanan, ia melihat kerdip api, seperti dijelaskan Al-Qur’an.
“Sesungguhnya aku melihat api.” (Qs. 20-10).
4.
PERNIKAHAN NABI
SULAIMAN DENGAN RATU
BILQIS
Edit :
Pujo Prayitno
Sebab pernikahan adalah kunjungan Bilqis ke istana Nabi
Sulaiman, yang ternyata di sana ia menemukan istananya, berkat doa Ashif bin
Barhaya.
Menurut riwayat, nabi Sulaiman a.s. memiliki tujuh puluh
perwira tempur yang masing-masing membawahi seribu tentara penunggang kuda.
Menurut Muhammad bin Ishak, setiap panglima memimpin limaraus pasukan tempur
penunggang kuda.
Ratu Bilqis adalah seorang wanita yang amat cantik
rupawan. Tiada baginya ccat sedikit pun. Ia benar-benar wanita yang sempurna
keayuannya. Namun jin telah menghasutnya. “Ia mempunyai dua cela.” Katanya
kepada Nabi Sulaiman. “Pertama, kurang tinggi semampai, dan kedua, betisnsya
seperti betis unta.”
Kemudian Nabi Suaiman mengundangnya ke istana. Ia
menginstruksikan untuk memindahkan istana sang ratu ke kerajaannya. Selainitu,
ia juga mengerahkan punggawa dan bawahannya untuk membuat mahligai-mahligai
indah persisi seperti kerajaan Bilqis, yang terbuat dari kaca dan marmer
pualam, dengan sungai-sungai yang berkelok-kelok mengalir di bawah dan di
sekeliling istana, serta kolam dan telaga-telaga yang berisikan katak, ikan dan
kura-kura aneka ragam yang timbul tenggelam menari-nari amat menarik. Juga
jembatan-jembatan kaca dan intan permata manikam di atas permukaan air.
Beberpa saat saja rampunglah segalanya sebelum Ratu tiba.
Setelah sampai, Nabi Sulaiman menyambutnya dan bertanya : “Beginikah istana
Anda?”
“Seperti inilah.” Ia menjawab dan curiga. Ia melihat itu
sama persis dengan istananya. Dari jawaban tersebut, Nabi Sulaiman tahu bahwa
sang ratu adalah seorang yang cerdik, lalu Nabi Sulaiman mempersilahkannya
masuk. Di kala hendak melewati titian kaca na kemilau, sang Ratu Ayu
menyibakkan kainnya, akrena menyangka air. Saat itulah nampak oleh Nabi
Sulaiman dua betis putih indah tanpa noda.
“Itu jembatan kaca dan emas permata.”
“Kiranya aku tengah berada di dalam istanaku. Di
tengah-tengah bala tentara dan inang. Aku seperti tengah berada did aerah
kekuasaanku, sungguh, ternyata aku sedang hadir di arena kemahakuasaan Allah,
Maha Diraja yang Mahatinggi, yang tak mungkin apapun mampu menyamai-Nya.” Kata
sang ratu dalam hati.
“Tuhanku, sesungguhnya aku zalim terhadap diriku,d an aku
psrah (Islam) bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. 27:44).
Akhirnya, Nabi Sulaiman menikah dengan ratu Bilqis.
5.
PERNIKAHAN RASULULLAH saw. DENGAN UMMUL MUKMININ
KHADIJAH
Edit :
Pujo Prayitno
Suatu malam Khadijah bermimpi kejatuhan matahari.
Sinarnya menghanguskan semua rumah penduduk Makkah, kecuali satu dapur. Impian
itu lalu diceritakan kepada pamannya yang ahli mimpi, Waraqah bin Naufal.
“Nabi akhir zaman akan menjadi suamimu.” Kata sang paman.
“Dari negeri manakah dia?”
“Dari Makkah.”
“Suku apa?
“Suku Quraisy.”
“Keturunan siapa?”
“Bani Hasyum.”
“Siapakah namanya?”
“Ia bernama Muhammad.”
Pada suatu hari di rumah Abu Thalib, tatkala sedang ada
makan bersama, berjalanlah percakapan santai antara Abu Thalib, Atikah (Saudara
Abu Thalib) dan Rasulullah saw.
“Muhammad sudah dewasa, namun sampai sekarang belum
mendapatkan calon. Entahlah wanita bagaimanakah yang cocok dengannya.” Kata Abu
Thalib membuka perbincangan.
“Saudaraku, Khadijah sebetulnya adalah seorang wanita
yang baik. Banyak orang senang berhubungan dengannya. Rupanya Allah memberkahi
kehidupan wanita itu. Ia sedang mencari seorang lelaki untuk meniagakan
dagangannya. Bagaimana kalau kita mengajukan Muhammad, sambil mencari langkah
baginya untuk menikah?” kata Atikah.
Abu Thalib dan Atikah bermusyawarah dengan Muhammad.
Setelah Rasul setuju, Atikah berangkat ke rumah Khadijah menyampaikan kesediaan
keponakannya membawakan dagangannya.
“O..... rupanya inilah takwil impianku.” Ucap Khadijah
dalam hati, mengingat-ingat tuturan pamannya saat menerima penjelasan dari
Atikah.
“Kata Paman, ia seorang Arab, dan .... keponakan Atikah
ini orang Arab, suku Quraisy, keturunan Hasyim. Namanya Muhammad, dan berbudi
luhur. Dialah orangnya, penutup para Nabi......!” kata Khadijah.
IA ingin sekali menikah dengan Rasul. Sebenarnya ia sudah
tak sabar lagi untuk segera mengayuh bahtera rumah tangga dengan Rasul pada
saat-saat itu juga.
Tapi, ia takut gunjingan dan omongan orang.
“Aku harus sabar. Sekarang ia kupekerjakan dahulu.”
Demikian kata hatinya.
Keadaan Khadijah sama dengan keadaan Syafura, puteri
Syuaib tatkala ingin menikah dengan Musa. Namun karena malu mengungkapkannya
terus terang kepada ayahnya saat itu, maka ia hanya berkata : “Ayahku,
jadikanlah ia kuli kita yang jujur di sini. Karena sbaik-baiknya kuli yang
jujur ialah yang jujur lagi kuat.”
Hal yang demikian serupa pula dengan penegasan berikut
ini : “Seakan-akan Allah berfirman : “Ketahuilah bahwa Aku hanya menyuruhmu
taat dan beribadah kepada-Ku, dan Aku menimpakan kesulitan kepadamu. Tapi Aku
tiak menghajatkan darimu ketaatn dan ibdahmu tersebut. Sungguh, betapa besar
tuduhan dan fitnah oarng-orang kafir. Sehingga tatkala kalu letakkan kepalamu
dalam sujud sambil melafalkan “Subhana Rabbiyal A’la wa bi Hamdhi (Mahasuci
Allah, Tuhanku yang Mahaluhur dan dengan segala Puji-Nya). Aku menjawab :
“Labaik. Hai Abdi-Ku. Sungguh rahmat-Ku meliputimu,d an Kuberi makan dan minum
engkau dengan kasih sayang-Ku. Angkatlah kepalamu! Yang kuhrapkan darimu adalah
hubungan dengan-Ku terus menerus.”
Akhirnya Khadijah menyambut tawaran Atikah : “Aku biasa
menggaji pegawaiku dua puluh dinar. Namun Muhammad akan kugaji lima puluh
dinar.”
Atikah pulang amat gembira. Sesampaidi rumah, ia
bercerita kepada saudaranya, Abu Thalib, dan akhirnya Muhammad disuruh
berangkat ke rumah Khadijah.
Ketika berangkat dagang, Allah swt. memayungi Rasul
dengan awan putih dari sengatan matahari padang pasir Hijaz. Dan Khadijah telah
berpesan kepaa Maisarah agar Muhammad mengenakan pakain paling bagus dan
menunggang unta paling kuat dan besar.
Kafilah pun berjalan, beliau terlelap di atas untanya
dihembus angin semilir, hingga sampai di halaman sebuah gereja di tepi jalan.
Rasul turun di situ untuk beristirahat di bawah sebatang pohn. Dari dalam
gereja, sang Pendeta melihat awan menaungi kepada Rasul. Timbul firasatnya,
bahwa lelaki yang tengah berteduh itu adalah seorang Nabi Akhir Zaman. Maka ia
mengudang rombongan kafilah tersebut, untk menjamu mereka sembari menyelidiki
siapa diantara mereka yang menyandang kemuliaan itu. Mereka memenuhi undangan
itu kecuali Rasul. Ia sendirian menunggu barang-barang.
“Masih adakah orang di sana?” tanya si pendeta kepada
mereka, saat ia melihat awan itu masih diam.
“Ada, seorang yatim, yang sedang menunggu barang-barang
dagangannya!”
Pendeta lalu keluar menemui. Rasul berdiri bersalaman.
Dan beliau diajak masuk, sementara mata pendeta tetap tertuju kepada awan yang
ikut bergerak. Sampai di dalam gereja, awan itu diam di atas pintu.
“Wahai pemuda, dari manakah Anda?” tanya si pendeta.
“Dari Makkah!” jawab Rasul saw.
“Dari suku apa?
“Dari suku Quraisy.”
“Keturunan siapa?”
“Bani Hasyim.”
“Siapa namamu?”
“Muhammad.”
Tepatlah dugaannya. Selanjutnya sang pendeta menciumnya,
seraya berkata : “Tak ada Tuhan Selain Allah. Muhammad Rasul Allah.
Perlihatkanlah kepadaku suatu tanda kenabian agar aku lebih yakin.”
“Apa itu?” Tanya Rasulullah.
“Bukalah bajumu!” Di antara ketiakmu ada tanda Risalah
kenabianmu.” Ujar pendeta.
“Bagus.............. Bagus....... !” lanjutnya setelah
Rasul membuka bajunya.
“Tampillah kau di atas pentas dunia, dan dakwalah
manusia. Niscaya kau menang!” sang pendeta berkata sembari mengusap wajah
Rasulullah saw.
“Wahai perhaisan hari kimat! Wahai pemberi syafaat! Wahai
engkau yang tinggi cita-cita dan harapan! Pembuka jalan kesusahan umat dan duka
hayat!.”
Akhirnya ia masuk Islam dengan sebenarnya.
Dalam kisah ini ada makna yang tersirat : “Bila seorang
endeta yang hanya melihat tanda kenabian satu kali saja, lantas Allah swt.
membuka pintu hatinya untuk menerima Islam, berarti Dia menyelamatkannya dari
api Jahanam, maka seorang mukmin yang kalbunyadilihat oleh Allah tiga ratus
enampuluh kali, dan di dalam kalbu itu Dia temui Tauhid dan iman yang kuat dan
suci dari syirik, penuh dengan ikhlas dan ihsan, juga rasa sesal bahkan benci
terhadap kemaksiatan, maka apakah Allah tidak akan menyelamatkannya dari azab
neraka, dan tidak mewajibkannya baginya memperoleh surga. Dan bagaimana pula
Allah tak akan memberinya makan dari aneka ragam bebuahan. Dia memuliakan dan
memberi kemudahan serta keistimewaan.
Setelah dagangannya habis di negeri Syam, maka pergilah
Rasul bersama Maisarah melihat upacara hari raya Yahudi. Beliau masuk ke
kalangan mereka secara sembunyi-sembunyi, guna melihat lebih dekat upacara itu.
Tiba-tiba lentera yang bergntungan yang dipandanginya
jatuh berantakan, membuat orang-orang yang sedang sibuk girang itu panik
kebingungan.
“Kami membaca dalam taurat, Bila Muhammad, Nabi Akhir
Zaman hadir dalam upacara hari raya Yahudi, maka akan terjadilah hal seperti
ini. Barangkali sekarang ia tenga ada di sini.” Kata ulama mereka.
“Kalau begitu, mari kita cari dia!” Serentak mereka
mencarinya. Melihat keadaan itu, Maisarah mengajak Rasul pulang ke Makkah. Dan
ketika perjalanan tinggal sejarak tujuh hari lagi dari Makkah, Maisarah
menawarkan kepada Nabi untuk pulang lebih dahulu, untuk menyampaikan berita
kepulangan mereka kepada Khadijah. Rasulullah menyambut tawaran itu dengan
senang hati. Sesudah segala dipersiapkan, ia mempersilahkan Rasul pulang,
sereaya menitipkan sepucuk surat berisikan :
“Hai wanita terkemuka Quraisy! Perdagangan kita tahun ini
memperoleh untung yang luar biasa, yang belum pernah kita dapatkan sebelumnya.”
Rasulullah terus melaju bersama untanya. Di tengah
perjalanan pulan, Allah menuruh Malaikat Jibril a.s. memperpendek jarak
perjalanan. Israfil mengapit di sebelah kanannya, sedang Mikail di sebelah
kirinya, dan awan tetap memayunginya. Maka dengan izin-Nya, Rasul tertidur
pulas penuh damai, tak terasa beliau sampai ke Makkah beberapa jam saja.
Sementara itu, di serambi rumah, Khadijah sedang duduk
santai penuh penantian dengan padangan sekali-sekali ke negeri Syam. Nampak
olehnya di kejauhan sosok manusia menaiki unta menuju ke arahnya.
“Tahukah kalian, siapakah lelaki yang datang itu?”
Khadijah bertanya kepada sekumpulan budak perempuan yang tenegah
mengerumuninya.
“Nampaknya ia Muhammad, al-Amin,” kata seorang dari
mereka.
“Kalau benar
Muhammad, kalian akan kumerdekakan semua.” Tuturnya lagi.
Rasul yang dinanti-nanti pun sampailah. Khadijah
menyambutnya penuh hormat. Lantas katanya : “Kuhadiahkan unta yang kau kendari
itu buatmu.”
Selesai melapor, beliau pulang ke rumahnya guna
mencurahkan rindu dengan paman dan bibinya.
Beberapa hari kemudian, rasul datang kembali ke rumah
Khadijah.
“Ya Muhammad, kaakanlah, perlu apa?” sambut Khadijah
degan sebuah pertanyaan.
Sambil menundukkan kepala agak malu, Rasul bertutur : “Paman
dan bibiku menyuruhku mengambil gaji. Mereka ingin menikahkanku.”
“ Wahai Muhammad! Gaji itu terlalu sedikit. Tak
mencukupi. Tapi, aku bersedia menikahkanmu dengan seorang wanita yang paling
mulia. IA berpengaruh besar di masyarakat, lagi seorang hartawan. Banyak
pembesar Arab berminat kepadanya, teetapi ia menolaknya. Aku siap untuk
menikahkanmu. Sayang ia sudah janda. Kalau Anda menerima, ia bersedia menjadi
isterimu, dan akan melayanimu penuh bakti setia.” Kata Khadijah.
Mendengar ucapan Khadijah tersebut, Rasul pulang tanpa
komentar. Beliau menceritakan hal itu kepada paman dan bibinya.
Pada suatu hari, Abu Thalib mengadakan acara makan-makan
mengundang Waraqah serta tokoh Arab. Pada saat itu, Abu Thalib mengungkapkan
maksudnya kepada Waraqah melamar Khadijah.
“Tetapi, akan bermusyawarah dulu dengan Khadijah.” Kata Waraqah.
“Paman, bagaimana mungkin aku menolak lamaran seorang
lelaki paling jujur, berjiwa pemelihara, dari keturunan baik lagi mulia?” tukas
Khadijah saat ditanya sang paman.
“Betul, Kahdijah. Tapi bukankah dia seorang miskin?”
jawab Waraqah.
“Aku punya harta melimpah. Tak menghajatkannya lagi. Yang
penting keluhuran budinya. Paman, kuwakilkan engkau untuk menikahkanku
dengannya.” Ujar Khadijah.
Pada waktu yang ditetapkan, berlangsunglah akad nikah di
rumah Abu Thalib.
“Ya Muhammad, semua milikku, baik benda mati maupun yang
bergerak, tanah, ladang dan kebun, rumah dan segala bangunan, barang-barang
kebutuhan sehari-hari ataupun segala isi rumah, budak-budak perempuan serta
hamba-hamba sahaya, harta yang baru maupun pusaka lama, kuserahkan untukmu!.”
Ujar Khadijah kepada Rasulullah saw.
“Dan Ia temui dia dalam keadaan miskin, lalu Ia
mengkayakannya.” (Qs. 93:8).
Diriwayatkan bahwa Khadijah mengayuh bahtera rumah tangga
bersama Rasulullah selama duapuluh empat tahun, lima bulan, delapan hari. Lima
belas tahun sebelum kenabian dan sisanya sesudah kenabian. Adapun usia Rasul
saat menikah adalah dua puluh lima tahun. Dari pernikahan ini, lahir tujuh
orang anak : tiga orang putera, dan empat orang puteri : al-Qasim, at-Thahir
dan al-Muthahhir, yang semuanya wafat pada masa kecil.
Puteri-puterinya adalah : Fatimah (az-Zahra) yang menikah
dengan Ali bin Abi Thalib r.a. : Zainab, Ummi Kultsum, menikah dengan Utsman
bin Affan; Ruqayah, yang juga menjadi isteri Utsman setelah wafat Ummi Kultsum.
Semua pernikahan mereka berlangsung pada hari Jum’at.
Setelah Sayidah Khadijah wafat, Rasulullah saw. dirundung
duka. Untuk meghibur beliau, datanglah Jibril a.s.
6.
PERNIKAHAN IMAM ALI DENGAN FATHIMAH, PUTERI RASULULLAH
Edit :
Pujo Prayitno
Fathimah adalah seorang wanita zuhud. Ia dicintai Rasul.
Kehadiran Fathimah bagi Rasullullah merupakan buah kenangan dai isterinya
tercinta, Khadijah r.a. Fathimah mempunyai banyak apnggilan : al-Batul (yang
banyak beribadah), az-Zahra (yang cemerlang), at-Thahirah (yang suci bersih).
Demi, ia tak memiliki seorang yang mengasuh dan
membesarkannya. Tak ada baginya seorang Ibu yang menuntunnya. Demi nasib
Fatimah tersebut, Allah mengutus Jibril a.s. untuk menegaskan : “Allah amat
mencintai puterimu itu. Aku akan menikahkannya dengan seorang yang Kucintai.”
Rasul bersujud sebagai rasa syukur kepada Allah setelah mendengar penuturan
Jibril itu.
Rasul segera memeberi tahu Ali dan Fathimah. Lalu
mengundang para sahabt di Masjid untuk menghadiri upacara pernikahan mereka.
Bersamaan dengan itu, turunlah Jibril membawa pesan ari Allah bahwa Ali harus
membaca khutbah nikahnya sendiri. Ali pun berkhutbah : “Segala puji bagi Allah,
Yang Mahaesa dengan Kemahaagungan-Nya, yang Tunggal dengan Kemahasempurna-Nya.
Pencipa segenap makhluk yang nampak dan yang tidak, yang berbangsa-bangsa dan
berbagai rupa. Tiada yang menyerupai-Nya. Maka bertasbihlah kalian kepada-Nya,
wahai hadirin! Dialah Allah, tiada Tuhan selain-Nya, yang menitahkan para
hamba-Nya menikah, dan mereka menaatinya.
Alhamdulillah atas segala nikmat-Nya. Aku bersaksi tiada
Tuhan kecuali Allah dengan pesaksian yang dapat mengantarkan si pengucapnya
kepada Allah untuk mendapatkan ridha-Nya, keselamatan serta perlindungan
dari-Nya, pada hari ketika manusia lari dari saudara, ibu dan bapaknya, dan
dari sahabat dan anaknya. Semoga Dia melimpahkan rahmat dan kesejahteraan
kepada junjungan kita, Muhammad Nabi pilihan, akrena wahyu dan ridha-Nya,
dengan shalawat yang dapat menyampaikan si pengucapnya kepada “selalu dekat
dengan-Nya.” Juga, semoga tercurah kepada kerabat, sahabt dan para pecinta
beliau.
“Pernikaha sesuai dengan takdir Allah. Aku adalah hamba
Allah, putera hamba-Nya, yang mencintai-Nya, yang meminang sebaik-baik wanita
dunia. Kuserahkan maskawin empat ratus dirham tunai untuk Fathimah. Nikahkan
aku dengannya, Ya Rasulullah, di atas jalan para Rasul terdahulu!.”
“Kunikahkan puteriku, Fathimah, denganmu, Ya Ali! Allah
telah emnikahkanmu dan ridha memilihmu!” sambut rasul saw.
Kuterima Fathimah dari Allah dan darimu, Ya Rasulullah!”
ucap Ali r.a.
Demikian pernikahan sahabt Ali dan Fathimah r.a. yang
terjadi pada hari Jum’at, seperti juga para Rasul sebelumnya. Itulah sebabnya
Allah menyeru Ummat Nabi Muhammad untuk mengikat silaturahmi pada hari Jum’at.
Sbagai contoh : Shalat Jum’at, yang merupakan bentuk silaturahmi.
“Hai orang-orang yang beriman, bila diseru untuk
menunaikan shalat pada hari Jum’at, bergegaslah untuk mengingat Allah, dan
tinggalkanlah jual beli. Demikianitu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
“Maka jika shalat sudah ditunaikan, bertebarlah kamu di
muka bumi, dan carllah karunia Allah, dan dzikirlah kepada Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.”
“Dan bila mereka melihat perniagaan (perbuatan
main-main), maka bubarlah mereka menuju ke sana, meninggalkan engkau sendirian
(berkhutbah), Katakanlah : “Apa yang di sisi Alalh lebih baik daripada
perniagaan, dan Alalh sebaik-baik pemberi rizki.” (Qs. 62: 9 – 11).
Sebab musabab turunnya ayat ersebut ialah : “Pada suatu
hari Jum’at, Rasulullah saw. sedang berkhutbah di atas mimbar.
Sekonyong-konyong datang al-Kalbi pulang dari berniaga di negeri Syam. IA
memukul-mukul tamburnya memberitahukan kepulangannya. Demi mendengar suara itu,
bubarlah jamaah Jum’at, meinggalkan Rasul berdiri di atas mimbar bersama dua
belas orang hadirin. Lalu Rasulullah bersabda : “Demi Allah yang jiwa Muhammad
di tangan-Nya! Andaikan Masjid tidak ada orang yang dua belas itu, niscaya akan
menjulanglah kobaran api Jahanam.”
“Dan andai Allah tidak menolak (keganasan) sebagian
manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah
mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Qs. 2:251).
Sebagian ulma mengatakan bahwa Alalh swt. mengaruniakan
hari Sabtu kepada Nabi Musa bin Imran dan lima puluh Nabi Lainnya. Dan Allah
menganugerahkan hari Ahad kepada Nabi Isa dan lima puluh Nabi lainnya. Dan juga
mengaruniakan hari Senin kepada Rasulullah saw. beserta enam puluh tiga Rasul
yang lain. Sedangkan kepada Nabi Sulaiman bin Daud bersama limapuluh Nabi lain,
Allah memberikan Hari Selasa; dan untuk Nabi Ya’qub dan lima puluh Rasul-Nya,
Allah mengaruniakan hari Rabu. Dan kepada Nabi Adam serta limapuluh Rasul-Nya
yag lain, Allah memberikan Hari Kamis.
Rasuulullah saw. bertanya : “Apakah keistimewaan umatku?”
“Hari Jum’at. Dan surga sebagai hadiah untuk ummatmu,
dengan rahmat-Ku!” sambut Allah swt.
Jumlah para Nabi sekitar 124.000. Yang diangkat menjadi
Rasul sebanyak 313.
YA Allah, ampunilah kami. Dan tetapkanlah pikiran,
pendirian dan keimanan kami. Dan matikanlah kami semua dalam al-Islam, Ya
Arhamar Rahimin!”
Semoga Alalh senantiasa melimpahkan salam sejahtera yang
abadi kepada panutan kami, Nabi Muhammad saw., kerabat dan para sahabt
sejatinya. Amin ya Rabbal ‘Alamin.!
Wahadulillah.
Sepanjang, Sidoarjo, 09 – 01 - 2014
Apakah ada tek arabnya ? Barangkali ada yg berupa file word yg bhs arab
BalasHapusAssalamualaikum....pa ustad tolong kasih info beli kitab assabiyatul fi maudhil bariyat , ini hp saya: 081222880047 trimakasih pa ustad...
BalasHapus