Setiap puncak kemegahan .. ada fitnah kejam di
sana.
Diwaktu mengalami musibah berat ... saat itu pula dapat diketahui siapa sahabat
yang sebenarnya
“MADAME CURIE” BAGIAN KE TIGA
Oleh : EVE CURIE
Penterjemah : Krishna Maruli
Penerbit : N.V. Penerbitan W. Van Hoeve,
Bandung,’S-Gravenhage
Tahun : 1953.
Penyadur : Pujo Prayitno
DAFTAR - ISI
Bagian KE TIGA
Bab. XIX : SEBATANG KARA
Bab. XX : SUKSES
DAN PERCOBAAN
Bab. XXI : PERANG
Bab. XXII : DAMAI,
BERLIBUR DI LARCOUEST
Bab. XXIII :
AMERIKA
Bab. XXIV : PASANG
PURNAMA
Bab. XXV : ILE SAINT
LOUS
Bab. XXVI : LABORATORIUM
Bab. XXVII
: KEWAJIBAN SELESAI
BAB.
XIX : SEBATANGKARA
Kita
telah mengikuti riwayat hidup Mania tatkala ia dibantu oleh suami yang
bijaksana, dapat menyelenggarakan rumah tangganya dan di smaping itu menunaikan
kewajibannya sebagai sarjana yang luar biasa keahliannya. Seketika itu
nampaknya seakan-akan tak mungkinlagi madame Curie mengalami penderitaan hidup
yang lebih dahsyat; dan mustahil ia terpaksa berdaya upaya lebih banyak lagi.
Jikalau
dibandingkan dengan keadaan yang akan dialaminya di kemudian hari adalah
keadaannya semaa itu sangat mendingan. Tugas-tugas kewajiban yang dipikulkan ke
atas bahu janda madame Curie pasti akan menakutkan seorang lelaki bagaimana pun
besarnya tanggung jawabnya.
Ia
harus mendidik dua orang anak-anak kecil. Di samping itu harus pula
dilaksanakannya pekerjaannya sebagai Maha Guru. Penyelidikan-penyelidikan yang
telah dimualinya bersama-sama dengan Pierre Curie sekarang gharus
dilanjutkannya seorang dirinya karena bantuan dari teman bekerjanya itu tak ada
lagi. Para asisten dan murid-muridnya menunggu-nunggu perintah-perintahnya dan
nasehat-nasehatnya. Selain dari itu ia bertugas pula mendirikan sebuah
laboratorium yang sepadan dengan nama Pierre dan yang akan memberikan
kesempatan bagi penyelidik-penyelidik muda bekerja guna prtumbuhan pengetahuan
baru tentang radio aktif.
Yang
pertama dipikirkan Mania ialah cara hidup yagn sehat untuk anak-anak dan
mertuanya. Di Sceaux disewanya sebuah rumah di jalan Chemin de fer no.6 yang
tak berapa bagusnya tetapi mempunyai pekarangan yang penuh dengan unga-bunga.
Salah
satu dari anjung rumha itu disediakan untuk doktor Curie, sedang Irene mendapat
seidang tanah yang boleh dikerjakannya sekehendaknya. Di bawah pengawasan
seorang wanita penjaga anak, Eve bermain main di rumput sambil mencari
kura-kura yang disayanginya dan mengejar-ngejar kucing hitam belang yang
berlari-lari di sepanjang taman mereka itu.
Agar
tercapai urusan semacam ini terpaksa madame Curie mengorbankan kesenangannya;
karena laboratoriumnya jauh dari rumahnya setengah jam perjalanan kereta api,
terpaksalah ia menderita beberapa kesukaran. Setip pagi ia berjalan kaki ke
stasiun mempercepat langkah seolah-olah ia kehabisan waktu atau seolah-olah ia
sedang berlomba-lomba dengan tak mengetahui kepayahan. Tak berapa lama maka
wanita yang berpakaian kabung itu dan selalu duduk kelas dua dalam kereta api
yang bengu baunya itu telah didkenal orang-orang yang turut menumpang kereta
api itu.
Jarang
ia sempat pergi makan tengah hari di Sceaux sehingga terpaksalah ia kembali
mengunjungi rumah-rumah makan di Quartier Latin yang dahulu kala kerap kali
dikunjungi seorang diri seperti sekarang ini juga, tapi semasa itu ia masih
muda dan penuh cita-cita tersembunyi. Kadang-kadang ia hampir makan roti
sepotong dan buah-buahan sambil bolak-balik dalam laboratoriumnya.
Waktu
malam ia pulang ke rumah dengan kereta api pula. Telah jauh malam apabila ia
tiba di rumahnya itu dan lampu pun terlah terpasang di sana. Sewaktu musim
dingin yang pertama-tama diurusnya ialah memeriksa alat pemanas yang besar itu
di ruangan bawah di rumahnya itu, menambah batu arangnya dan mengatur keluar
masuk udara. Dalam keyakinannya tak ada di dunia ini orang lain yang sanggup
mengurus alat-alat pemanas kamar seperti dia baiknya dan sebenarnya bahwa ia
pandai sebagai seorang seniman – atau lebih tepat : seorang ahli ilmu kimia –
mengatur-atur kertas dan kayu-kayu pembakar serta batu arang atau
puntung-puntung kayu berjatuhan ke dalam alat pemanas itu menurut segala
syarat-syarat yang tertentu.
Apabila
alat pemanas itu telah berdengung-dengung ia berbaring di atas bangku berlega
dada sehabis pekerjaan sehari-hari yang meletihkannya itu. Karena ia tak suka
menunjukkan duka citanya, tak pernah ia menangis di hadapan orang lain dana
tanda kasihan atau kata penghibur tak mau didengarnya, Kepada siapa pun tak
sudi ia menceritakan terrpaan putus asanya dan kabus-kabus yang menggodanya
sewaktu malam. Akan tetapi mereka yang berdekatan dengan dia melihat
pandangannya yang legat itu dengan perasaan kuatir, dan tangannya yang selalu
gerak-gerik penarikan syaraf : jari-jarinya penuh perangsangan luka-luka radium
gemetar gugup bergosok-gosok dengan tak ada hentinya.
Kadang-kadang
daya tahan badannya meninggalkannya dengan tiba-tiba sehingga tak sempat ia
lagi menyuruh panggil anak-anaknya> Salah satu dari kenang-kenangan dari
semasa kanak-kanak yang saya ingat pertama-tama kalinya ialah ingatan tatkala
ibu saya jatuh pingsan di kamar makan rumah kami di Sceaux dengan muka pucat
kemurcaan.
Mania
menulis kepada teman semasa mudanya Kazia, tahun 1907 :
“Kazia
sayang, tak dapat saya menerima tuan K. Anak mas mu itu. Sehari ia datang ke
mari, saya sedang sakit seperti kerap kali saya alami sekarang ini. Selain dari
itu esok harinya saya akan memberikan kuliah. Mertua saya yang juga seorang
doktor, melarang saya menerima siapa pun juga karena ia tahu bahwa
percakapan-percakapan selalu meletihkan saya.
Apakah
lagi yang akan saya ceritakan? Hidup saya sekarang ini telah kocar-kacir
sehingga tak akan dapat lagi diatur kembali. Saya pikir akan tetap lah saya
semacam ini dan saya pun tak berikhtiar mengubahnya lagi. Saya ingin mendidik
anak-anak saya sebaik-baiknya akan tetapi sekali pun mereka sendiri tak sanggup
lagi membangkitkan semangta saya. Kedua-duanya mereka baik, manis dan boleh
dikatakan cantik juga. Saya berdaya upaya agar mereka kuat dan tegar segar
bugar. Kalau saya hitung dengan anak bungsu saya maka dua puluh tahun lagi beru
mereka akil balig. Saya kuatir saya tak sanggup bekerja selama itu karena hidup
saya sangat meletihkan saya dan duka cita saya pun tak baik pengaruhnya bagi
kekuatan dan kesehatan saya.
Perihal
keuangan tak ada kesukaran-kesukaranbagi saya. Penghasilan saya cukup untuk
pendidikan anak-anak saya walau pun keadaan saya sekarang lebih sederhana dari semasa
suami saya masih hidup.
Pada
saat tergelap dalam hidup yang sunyi sepi itu ada dua orang yang membantu
Mania. Yang seorang ilaha Marya Kamienska ipar Yosep Sklodowski, seorang yang
halus budi pekertinya dan menjabat pekerjaan sebagai guru rumah dan pengurus
rumah tangga madame Curie atas bujukan Bronia. Berkat hadirnya di rumah Mania
itu dapatlah janda Polandia ini merasai suasana tanah airnya yang telah
sedemikian lama dalam hidupnya tak pernah dialaminya lagi. Akan tetapi
berhubung dengan kesehatannya terpaksa Marya Kamienska pulang ke Warsawa; maka
datanglah dari Polandia menggantikannya guru-guru rumah yang lain yang kurang
bisa dipercaya dan kurang manis budi pekertinya.
Teman
seperjuangannya yang lain, yaitu yang tertinggi nilainya, ialah doktor curie.
Kematian Pierre merupakan cobaan yang dahsyat bagi orang tua itu akan tetapi
berkat keyakinan budinya masih teguh semangatnya yang bagi Mania telah
menghilang. Ia tak suka berduka cita dengan tiada gunanya, sedang memuja-muja
si mati sangat dibencinya. Sehabis penguburan anaknya itu tak pernah ia lagi
pergi mengunjunginya. Karena tak ada lagi sesuatu apa yang tinggal dari Pierre,
tak sudi ia diganggu jadi-jadiannya.
Ketenangan
hatinya mempengaruhi janda itu seolah-olah ia mendapat kurnia. Berdekatan
dengan mertuanya itu yang memaksa dirinya hidup seperti biasa, bercakap-cakap,
ketawa-tawa, ia malu mengingta raban hatinya sebagai akibat duka citanya itu.
Maka ia pun berikhtiar menunjukkan muka yang gembira.
Hadirnya
doktor Curie menyenangkan hati Mania tetapi bagi anak-anaknya itu dalam doktor
Curie merupakan pembawa bahagia sebesar-besarnya. Jika orang tua dengan matanya
yang biru itu tak di sana maka mereka pun pasti akan tenggelam dalam
perkabungan ibu mereka itu. Lebih lagi dari ibu mereka yang selalu bepergian
dari rumah, senantiasa terikat kepada laboratoriumnya (namanya tak sudah-sudah
berdengung-dengung di telinga mereka) adalah doktor Curie merupakan seorang
teman bermain-main dan guru bagi mereka. Eve masih terlampau muda sehingga
antara dia dan kakeknya itu pertaliannya belum mendalam, tetapi bagi anak yang
sulung adalah ia menjadi seorang sahabat yang tak ada tolok bandingnya. Ia
memimpin Irene yang pelambat dan isin sifatnya dan menyerupai puteranya yang
telah meninggal dunia itu.
Belum
puas hatinya membimbing Irene dalam ilmu hayat dan ilmu tumbuh-tumbuhan,
membangkitkan semangatnya mempelajari gubahan-gubahan Victor Hugo, di musim
panas mengajarnya menulis surat-surat yang lucu dan mengandung
pengajaran-pengajaran bijaksana yang membuktikan gaya bahasanya yang utama dan
penuh sindiran itu; selaind ari ini semuanya ia juga membentuk dunia pikiran
anak itu dengan cara yang tegas. Kesetimbangan rohani yang meliputi Irene
Yoliot Curie pada masa sekarang ini, sifatnya membenci duka cita, keinginannya
berpegang teguh pada kenyataan pendiriannya menentang susunan kekuasaan gereja,
bahkan kecenderunga politiknya, semuanya ini adalah yang berpindah dari
kakeknya itu kepadanya. Hutang budinya terhadap orang tua yang bijaksana ini
dibayar Mania dengan perserahan kasih sayangnya.
Dalam
tahun 1909, terpaksa doktor itu tinggal ditempat tidurnya selama setahun itu
sebagai akibat desakan darah ke paru-parunya. Mka Mania pun merawatnya dan
setiap waktunya terluang ia duduk menjenguk si sakit yang cerewet dan tak
bersabar hati itu, sambil berikhtiar menghiburkan hatinya.
Maka
pada tanggal 25 Pebruari 1910 orang tua yang gagah berani itu pun menghembuskan
anfasnya yang penghabisan. Di pekuburan Sceaux, dalam hawa dingin dan alam
bertelanjang diminta madame Curie dilakukan pekerjaan yang tak disangka-sangka
oleh penggali-penggali kubur. Ia meminta agar dikeluarkan keranda pierre dari
kuburannya, sesudah itu perti doktor curie ditempatkan sebelah bawahan dan
keranda Pierre diletakkan pula di atasnya. Di atas suami yang tak mau ia
berpisah-pisahan itu, sehabis hidupnya di dunia ini tinggal tempat terbuka bagi
Mania yang meemandang-mandang beberapa lama dengan tak ada perasaan ketakutan.
Sekarang
madame Curie tinggal seorang diri memikul beban pendidikan Irene dan Eve. Ia
mempunyai beberapa asas-asas tertentu tentang pendidikan dan perguruan pertama
untuk kanak-kanak. Telah beberpaa banyak guru-guru rumah berturut-turut
berikhtiar mewujudkannya.
Setiap
hari dimulai dengan kerja rohani atau kerja tangan selama sejam yang
diikhtiarkan Mania mengaturnya sebaik-baiknya sehingga dapat memikat hari
anak-anaknya itu. Dengan penuh perhatian diikutinya pertumbuhan
kepandaian-kepandaian anak-anaknya itu dan dalam buku tulisnya yang berwarna
keabu-abuan itu dicatatnya pembawaan Irene berhitung dan bakat Eve bermusik.
Sehabis
tugas hari-harian itu maka disuruhnya anak-anak itu pergi ke luar. Dalam hujan
dan terik panas mereka berjalan-jalanjauh-jauh dan bersenam. Di dalam tamannya
di Sceaux telah disuruh bikin Mania sebuah perancah kayu memakai bandulan,
gelang-gelang dan seutas tali yang rata. Berkat latihan-latihan senam di rumah
itu maka anak-anak gadis itu menjadi murid-murid perkumpulan senam yang penuh
semangat sehingga berkat lancarnya mereka mempergunakan pesawat –pesawat senam
itu, mereka mendapat hadiah-hadiah pertama beberapa kali.
Tangan
dan anggota gerak mereka selalu mendapat latihan. Mereka bercocok tanam,
mengukir, bermaksud dan menjahit.
Bagaimana
pun letihnya Mania selalu dipaksanya dirinya mengikuti anak-anaknya itu
berjalan-jalan berkerata angin. Di musim panas ia pergi mandi di pantai dan
diajarinya mereka berenang. Karena tak ia berlama-lama meninggalkan kota Paris,
tinggallah anak-anak itu dalam pengawasan bibi mereka, Hela Szalay, berlibur di
sana. Kedua anak-anak ini bermain-main dengan beberapa orang misan mereka di
tepi pantai di temepat-tempat pemanddian yang sepi sepanjang Kanal atau Lautan
Besar. Dalam tahun 1911 mereka pergi untuk pertama kalinya bersama-sama dengan
ibu mereka ke Polandia; Bronia menyambut mereka di sanatorium Zakopane. Mereka
belajar menunggang kuda, perjalanan ke gunung beberapa hari lamanya dan
menginap di pondok-pondok pegunungan. Dengan bersepatu yang dipaku dan sambil
menyandang bungkusannya di punggungnya, Mania berjalan mendahului mereka. Ia
tak suka anak-anaknya itu berlaku tingkah-tingkh keberanian dan kurang
hati-hati, tetapi ia berusaha mendidikanya dalam keberanian. Irene dan Eve tak
pernah “takut dalam gelap” atau bersembunyi kepala dalam bantal sewaktu hujan
ribut atau takut pencuri atau penyakit yang menular. Dahulu kala Mania
mengalami perasaan-perasaan takut itu semuanya, sekarang dihindarkannya
anak-anaknya itu dari ketakutan-ketakutan itu. Bahkan ingatannya pada
kecelakaan yang membawa kematian bagi Pierre itu tidak memberikan alasan
baginya menjaga-jaga anak-anaknya itu dengan perasan menakut. Idwaktu masih
muda sekali, sebelas duabelas tahun, ke dua-dua anak-anak itu telah pergi
berjalan seorang diri.
Tan
berapa lama maka mereka pergi berjalan jauh dengan tak ada orang yang
mengiringnya.
Kesehatan
rohani mereka pun dijaganya sebaik-baiknya. Di ikhtiarkannya menjaga anak-anak
itu supaya mereka jangan bermimpi-mimpi chayal, berperasaan kesal dan
perasan-perasaan yang berlebih-lebihan. Diambilnya keputusan yang ganjil : tak
akan pernah ia berbicara dengan anak-anak piatu itu tentang ayah mereka.
Putusan itu diambilnya pertama berhubung dengan tak berdaya lagi rasanya.
Sampai akhir hidupnya hanya dengan hati berat diucapkan Mania
perkataan-perkataan “Pierre” atau “Pierre Curie” atau “ ayahmu” atau “Suami
saya” dan sewaktu bercakap-cakap dipakainya seribu akal untuk menghindarkan
kenang-kenangan itu. Menurut pikirannya tak ada salahnya kalau ini
disembunyikan terhadap anak-anaknya itu karena tak ada ruginya bagi mereka.
Daripada membenamkannya dalam suasana kesedihan lebih sukam ia menjauhkan
segala haruan hati bagi dirinya dan bagi anak-anaknya itu, sekalipun keharuan
itu timbul dari hati yang sunyi-murni.
Karena
di rumahnya tak ada di smapingnya ingatan-ingatan kepada sarjana yang telah
meninggal dunia itu tak ada pula disimpannya kenang-kenangan kepada tanah
airnya Polandia yang sengsara itu. Dikehendaiknya supaya Irene Eve belajar
bahasa Polandia, supaya reka mengenal tanah airnya itu dan supaya dicintai
mereka negeri itu, akan tetapi dengan sengaja di didiknya anak-anaknya itu
menjadi wanita Perancis yang asli, agar mereka jangan terapung-apung antara dua
tanah air, aar mereka tidak menderita dengan sia-sia untuk suatu bangsa yang
tertindas.!
Anak-anaknya
itu tidak di baptis dan tidak diberi pelajaran agama. Tak sanggup ia rasanya
mengajarkan dalil-dalil yang ia sendiri tak mempercayainya lagi, lebih-lebih
lagi ditakutinya siksaan jiwa yang dialaminya seketika ia kehilangan iman itu.
Walau pun demikian bukanlah berarti itu bahwa ia menentang susunan kekuasaan
gereja. Karena ia seorang penyabar, beberapa kali telah ditegaskannya kepada
anak-anaknya itu bahwa sekiranya mereka kelak hendak menganit atau masuk salah
satu agama, adalah itu kehendak mereka sendiri yang tak akan dihalang-halnginya.
Mamadame
Curie merasa puas karena anak-anak gadis itu terhindar dari masa kanak-kanak
yang penuh kesengsaraan, masa anak gadis penuh kesukaran-kesukaran, masa muda
kepapaan seperti telah dialaminya sendiri, akan tetapi walau pun demikian tak diinginya
supaya mereka hidup kemewahan. Beberapa kali timbul kesempatan baginya agar
terjamin hidup hari kemudian Irene dan Eve dengan harta yagn banyak, akan
tetapi tak dikehendakinya mempergunakan kesempatan itu. Tatkala ia menjadi
janda, harus diputuskannya tentang nasib radium yang segram banyaknya itu yang
dihasilkan Pierre bersama-sama dengan dia dengan tangan mereka sendiri dan
sekarang menurut hukum menjadi miliknya. Bertentangan dengan nasihat doktor
Curie dan beberapa orang anggota rapat keluarga untuk nasib anak-anak piatu itu
– tetapi selaras dengan keinginan suaminya yang telah meninggal dunia itu ..
dihadiahkannya radium yang berharga lebih dari sejuta franc emas itu kepada
laboratoriumnya. Menurut pendirinya benarlah sulit hidup dengan papa, tetapi
tak ada gunanya, bahkan haram hidup dalam kekayaan yang luar biasa. Dalam
pandangannya adalah suatu keadaan jamak yang patut jika anak-anaknya itu kelak
terpaksa mencari nafkah mereka sendiri.
Cara
apendidikan yang disusun madame Curie dengan rapi itu ada satu kekurangannya :
Pendidikan sendiri, artinya “sopan sntun “. Di rumah yang berkabung itu, hanya
sahabt-sahabat karib yang diterima bertamu dis ana: Keluarga Perrin, keluarga
Chavannes ... Waktu hari ahad dibawa Andre Debiarne buku-buku dan mainan-mainan
untuk anak-anak gaadis itu dan berjam-jam lamanya ia sibuk dengan Irene pendiam
itu menggambar-gambar kertas penuh binatang-binatang seperti gajah besar dan
kecil ... Selaind ari teman-teman yang suka mengalah tak aa orang lain yang
banyak bergaul dengan Irene dan Eve. Apabila Irene bertemu dengan orang-orang
yang tak dikenalnya, maka ia pun tinggal bungkem dan berkali-kali tak mau ia
memberi salam pada tamu-tamu wanita itu. Tabiatnya itu takkan terkikis
seluruhnya dari Irene. Tersenyum, bersifat lemah-lembut, berkunjung-kunjungan
dan bertamu, kata-kata penghormata, pendeknya segala syarat-syarat sopan santun
tak pernah diketahui Irene dan Eve. Sepuluh duapuluh tahun kemudian baru
diinsyafi mereka bahwa hidup dalam masyarakat mempunyai syarat-syarat yang
tertentu dan meakai undang-undang dan bahwa “Mengucapkan selamat pagi kepada
kaum wanita” adalah suatu syarat yang terpaksa....
Tatkala
Irene telah tamat sekolah rendah dan berusia cukup untuk sekolah lanjutan, maka
dicari oleh Mania suatu cara memberikan pengajaran itu kepadanya yang berlainan
dengan yang biasa dipakai.
Wanita.yang
selalu bekerja keras itu diusik pikiran mengingat banyaknya pekerjaan yang
bertimbun-timbun dipikul ke atas pundak anak-anak yang masih mdua remaja.
Menurut perasaanyya adalah sangat kejamnya menahan-nahan anak-anak itu dalam
bilik-bilik yang hawanya tak dipelihara dengan baik sedang mereka kehilangan
kesempatan bermain-main berjam-jam lamanya, padahal anak-anak itu masih berumur
yang seharusnya mereka masih bergerak gerik dan bersendau gurau. Yang
dikehendakinya ialah supaya Irene belajar sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Bagaimanakah melaksanakan itu?
Ia
berpikir dan bermusyawarah dengan teman-temannya maha guru-maha guru di
Sorbonne seperti dia kepala-kepala rumah tangga pula. Berkat dorongan madame
Curie maka dirancang merekalah suatu cara kerja sama yang tak ada tolok
bandingnya untuk perguruan anak-anak mereka berdasarkan pikiran-pikiran baru.
Maka
mulailah suatu masa bergelisah dan bersendau gurau untuk puluhan orang
anak-anak lelaki dan perempuan yang dibebaskan mengunjungi sekolah akan tetapi
diwajibkan setiap hari menghadiri suatu pelajaran yang diberikan oleh seorang
guru yang utama. Kadang-kadang pagi-pagi mereka membanjiri laboratorium Sorbonne
tempat JeanPerrin memberikan pelajaran ilmu kimia. Hari berikutnya pindahlah
gerombolan itu ke Fontenay aux Roses : ilmu pasti oleh Paul Langevin. Nyonya
Perrin dan nyonya Chavannes, seni pahat Magrou, Profesor Mouton mengajar
Kesusasteraan, sejarah, bahasa0bahasa hidup, ilmu hayat, mengukir dan
menggambar. Akhirnya dikorbankan Mania disebuah ruang sekolah Ecole de Physique
waktu hari Kamis petang dengan memberikan pelajaran-pelajaran ilmu fisika yang
sederhana seperti belum penah disekolah itu.
Murid-muridnya
yang beberapa orang diantaranya kelak akan merupakan sarjana, di kemudian hari
pasti hidup dalam kenang-kenangan yang tak kunjung padam mengingat
pelajaran-pelajaran yang memikat hati mereka dan mengingat hatinya yang ramah
tamah itu. Berkat kepandaiannya menegajar maka segala gejala-gejala mujarad dan
menjengkelkan itu seperti tercantum dalam kitab-kitab pelajaran, diterangkannya
dengan contoh-contoh yang memikat hati murid-muridnya itu. Kacang-kacang kereta
angin direndamnya dalam dawat dan diletakkan di atas sebuah bidang miring; maka
secara demikian terbuktilah hukum gaya aberat dengan caranya kacang-kacang itu
berguling sambil meninggalkan bekas garis lengkung di bidang miring itu. Sebuah
pendul menununjukkan dengan anak leoncengnya ulangan beratur dalam ayunannya di
atas kerta yang disapu dengan jelaga. Pengukur panas yang dibikin oleh
murid-murid itu sendiri lengkap dengan derajar pembagiannya serupa mutunya
dengan pengukur panas rasmi sehingga murid-murid bangga melihatnya...
Madame
Curie berhasil membangkitkan perhatian dan cinta mereka untuk ilmu pengetahuan
dan diajarkannya pula cara-cara bekerja yang baginya dahulu kala memupuk
kesanggupan bekerja sibuk berlama-lama. Sebagai seorang pentolan ilmu
hitung didesaknya murid-muridnya itu
melatih diri mereka : “Seharusnyalah berlatih-latih sehingga tak mungkin
khilaf, ditegaskan Mania, “ rahaisanya ilaha jangan tergesa-gesa
melaksanakannya.
Tatkala
salah seorang dari murid-murid yang mulai belajar itu berbelarakan ketika
memasang baterai listrik maka madame Curie memarahinya : “Tak sepatutnya dikotorkan
meja sambil melakukan percobaan.!
Pemenang
hadiah nobel itu kadang-kadang melatih mereka yang berhikmat tinggi itu memakai
akal budi mereka.
“Bagaimanakah
pikiranmu caranya menjaga supaya cairan dalam sebuah lebau tetap panas? Ia
bertanya pada suatu hari.
Francis
Perrin, Jean Langevin, Isabelle Chavannes dan Irene Curie – semuanya
bintang-bintang kelas itu dalam ilmu pengetahuan – dengan segera mengusulkan
beberapa akal : membungkus labu itu dengan kain wol; menyekat labu itu dengan
seribu akal .... yang mustahil diwujudkan.
Madame
Curie tersenyum sambil berkata : “Kalau saya, akan saya mulai dengan
menutupnya!
Maka
dengan perkataan-perkataan yang bersahaja itu berikhtiarlah pelajaran hari itu.
Setelah dibuka pintu bilik belajar itu maka datanglah seorang pesuruh membawa
sekumpulan roti, coklat dan jerukmanis untuk dimakan bersama-sama dan sambil
mengunyah-ngunyah dan bercakap=cakap mereka itu bersendau gurau di pelataran
sekolah itu.
Harian-harian
semasa itu yang suka berita-berita remeh-remeh tentang Madame Curie,
mempergunakan kesempatan itu mencela-cela kemungkinan anak-anak para sarjana
memasuki laboratorium-laboratorium walau pun dengan cara halus dan di bawah
pengawasan yang seksama : “Wong cilik yang hampir tak pandai menulis dan
membaca itu dibenarkan melakukan berbagai penyelidikan-penyelidikan, membikin
pesawat-pesawat dan mengadakan percobaan-percobaan --- Sorbonne dang edung di
jalan Cuvier belum lagi meletup, tetapi janganlah dulu berputus asa!.
Perguruan
bersma-sama itu yang seperti hal-hal lain juga merupakan soal yang tak menetap,
berakhir sehabis dua tahun. Orang-orang tua murid-murid itu terlampau banyak
pekerjaan mereka sendiri dan anak-anak yang hendak mencapai gelaran baccalauret
harus mempelajarai bahan-bahan pelajaran yang resmi. Untuk Irene Curie di pilih
Madame Curie sebuah perguruan partikelir, yaitu sekolah Sevigne yang tak berapa
banyak pelajaran-pelajarannya. Di sekolah yang utama itulah anak sulungnya itu
mendapat pelajaran tingkat menengah atas dan di situ jugalah kelak Eve akan
bersekolah.
Apakah
susah payah madame Curie mengikhtiarkan supaya anak-anaknya sejak masa muda
mereka terpelihara pribadinya itu, dapat didkatakan berhasil. Ya dan tidak!
“Perguruan besama-sama” memberikan kepada anak sulungnya itu pendidikan ilmu
pengetahuan yang seutama-utamanya di dunia ini akan tetapi pengetahuannya dalam
lapangan kesusasteraan sangat mengecewakan Pendidikan rohani? Mustahil dapat
diubah-ubahnya tabiat pekerti manusia sampai ke akar-akarnya dan saya tak
percaya dikatakan bahwa kami telah mendapat budi pekerti yang lebih bagus
berkat pergaulan kami dengan ibu kami itu. Akan tetapi ada beberapa hal yang
telah menjadi darah daging bagi kami :
Keinginan bekerja – Seribu kali lebih banyak pada kakak saya daripada saya –
semacam perasaan tak perduli terhadap uang dan perasaan bebas merdeka yang
memberikan keyakinanrohani bagi kami, bahwa bagaimana pun juga sulitnya
keadaan, kami akan tetap dapat mengatasinya.
Cara
amenjauhkan duka cita yang bagi Irene besar pengaruhnya bagi saya tak berapa
berhasil ; sekali pun ibu saya berikhtiar membantu saya, akan tetapi masa muda
saya tak berapa berahagianya. Tetapi dalam suatu hal madame Curie mendapat
hasil yang gilang-gemilang: berkat madame Curie-lah anak-anaknya itu sehat,
tangkas jasmani dan cinta berolah raga. Pada hematnya inilah yang dicapai
sebaik-baiknya oleh seorang wanita yang sangat luarbiasa akal budi dan sifat
ksatrianya untuk anak-anaknya.
Sebenarnya
saya bersegan-segan menjelaskan teori-teori yang dipakai amdame Curie sebagai
dasar-dasar untuk mendidik kami. Saya kuatir kalau-kalau akan timbul kesan
seolah-olah ia seorang wanita yang terikat-ikat dalam sesautu cara yang
tertentu dan mempunyai cita-ccita yant ak ditawar-tawar. Kenyataan sebenarnya
adalah berlainan. Wanita yang ingin kami kebal, adalah seorang yang amat lemah
lembut, sangat berpelu hati dan sangat lekas bersakit hati. Ibu kami yang
dengan sengaja mengajar kami jangan berlaku membujuk-bujuk, sebenarnya dalam
hatinya – walau pun tak mau ia mengakuinya – suka diulit-ulit dan ia ingin
supaya kami memeluk-meluknya lebih yang kami baisakan. Madame Curie yang tak
ingin kami terlampau lemah lembut, bersedih hati jikalau ia tidak diperdulikan.
Tak pernah ia menghajar kami kalau kami nakal. Ajaran yang lajim, mulai dari
tampar “berdiri tegak dalam sudut kamar” atau pun menarik cuci mulut tak pernah
diberikan di rumah kami. Juga tak pernah kejadian kami berteriak-teriak atau
bercekcokan. Ibu saya tak suka ribut, baik sewaktu marah maupun ketika
beristirahat. Pada suatu hari tatkala Irene sangat lancang, hendak
“didberikannya tauladan”, maka selama dua hari tak mau ia menegur Irene. Masa
dua hari itu merupakan suatu percobaan yagn dahsyat bagi Irene, tetapi yang
lebih menderita dari dua orang itu ialah madame Curie sendiri : bingung, dan
muram ia bola-balik dalam rumah kami yang sunyi senyap itu.
Seperti
anak-anak yang lain juga, barangkali kami pun sangat bersifat perasaan dan tak
tahu menghargai segala cora-corak perasaan. Walau pun demikian dapat juga kami
mersakan rawanan hati, yang lemah lembut dan kejuitaan yang dalam surat-surat
kami tertulis dengan huruf-huruf yang tak karuandan di sampingnya sampai hari
akhirnya sebutan “Ibu yang tercinta” “Jantung hatiku” atau – Inilah yang terbanyak
kami pakai “ Ibuku yang manis”.
Ibu
yang manis yang hampir tak kedengaran berjalan, hampir isin-isinan berbicara
dengan kami, yang tak ingin ditakuti, tak ingin dihormati, dan tak ingin
dipuja-puja itu ... Ibu manis yang sepanjang masa lalai memperingatkan kami
bahwa ia bukan seorang ibu seperti ibu-ibu yang lain, bukan seorang wanita guru
yang meringkuk memikul beban sehari-hari, akan tetapi seorang wanita yang luar
biasa termasyhurnya.
BAB,XX
: SUSKES DAN PERCOBAAN
Setiap
pagi datang seorang wanita ahli ilmu fisika yang bertokoh kecil dan muka pucat
dengan paras yang telah melayu dan rambut yang tiba-tiba bertukar warna dari
putih kuning menjadi beruban, mengunjungi ruangan-ruagan sempit di jalan Cuveir
itu. Setelah diambilnya celemek kain rami kasar dari gantungannya menutupi
pakaian hitamnya maka dimulainyalah pekerjaannya. Dengan tak diinsyafinya
sebenarnya masa itulah wajah mukanya yang tersempurna potongannya selama
hidupnya. Peribahasa mengatakan bahwa semakin tua umur itu semakin memadai
mukanya dengan keadaan yang sepantasnya bagi dia. Alangkah benarnya itu bagi
ibu saya! Mania Sklodowski semasa kanak-kanak manis nampaknya, mahasiswa dan
isteri itu sangat merawan hati, tetapi sarjana yang telah sadar akan dirinya
itu dan patah semangat oleh percobaan, itulah yang mengharukan hati kejuitannya.
Mukanya berpotongan Slavia itu dan jiwanya yang bersemangat itu tak memerlukan
perhiasan kemudaan dan keriangan lagi .... Air muka penuh ketegaran hati yang
merayukan, lemah-lembut yang semakin bertambah-tambah, itulah sejak ia berumur
empat puluh tahun yang merupakan kecantikan luhur bagi madame Curie.
Bertahun-tahun lamanya akan dilihat Irene dan Eve ibu mereka itu dengan tokohnya
yang sesempurnanya ini – sampai pada suatu hari mereka tercengang melihat bahwa
ibu mereka itu telah menjadi seorang wanita yang sangat tua.
Kewajiban
profesor, pimpinan laboratorium, pekerjaan seorang penyelidik, walau pun
demikian madame Curie terus bekerja di Svres dan di Sorbonne – yang dalam tahun
1908 secara resmi mengangkatnya sebagai maha guru seperti telah lama
dijanjikan-janjikan kepadanya – diberikannyalah kuliah pertama dan semasa itu
kuliah atu-satunya untuk pengetahuan radio katif. Ia bekerja sungguh-sungguh
akrena walau pun perguruan di sekolah menengah Perancis menurut pandangannya
tak memuaskan, akan tetapi perguruan tinggi di sana dapat juga dihargainya. Ia
ingin menandingi para guru yang pernah merawan hati seorang wanita muda
Polandia.
Setelah
bekerja dua tahunlamanya ssebagai maha guru maka diputuskannyalah mengumumkan
pelajaran-pelajaran itu. Dalam tahun 1910 terbitlah karangannya yang
mengagumkan tentang radio aktif. Sembilan ratus delapanpuluh satu halaman
hampir belum mencukupi untuk memuat segala uraian-uraian tentang penegtahuanau
tahun sbeelum itu, dalam tahun 1908, gambar itu jugalah menghiasi sebuah buku
yang lain dengan julah halaman enamratus banyaknya : Karanga bunga rampai oleh
Pierre Curie, dikumpulkan dan ditinjau kembali oleh madame Curie.
Janda
itu telah menulis kata pembukaan untuk buku itu sebagai memperingati jasa-jasa
Pierre semasa hayatnya. Dengan suara tertahan-tahan dinyataknnya perasaan
kesalnya disebabkan kelaliman malaikat maut terhadap suaminya itu. “Tahun-tahun
yang terakhir semsa hayat Pierre Curie sangta banyak buah hasilnya. Anugerah
rohaninya dan keuletannya mengadakan percobaan-percobaan telah mencapai puncak
kesempurnaan. Maka tibalah suatu masa persembunyian jiwa dan badan : Berkat
syarat-syarat lebih sepurna yang sekarang ada padanya dapatlah ia melanjutkan
pekerjaannya yang mengagumkan itu dalam lapanga ilmu pengetahuan dengan
selayaknya. Tetapi nasib malang rupanya berlainan kehendaknya. Terhadap
firman-firman yang tak dapat kita artikan ini kita hanya dapat tunduk.”
Murid-murid
madame Curie semakin lama semakin banyak jumlahnya. Seorang dermawan bangsa
Amerika, Andrew Carnegie, telah menyediakan beberapa bursa setiap tahun yang
akan memberikan kesempatan bagi mereka yang memulia pelajaran mereka di jalan
Cuvier itu. Mereka ini bercampur gaul dengan para asisten yang digaji oleh
Unipersitet dan dengan beberapa orang-orang yang bekerja dengan suka rela. Di
antara mereka da seorang anak muda yang tinggi badannya dan sangat pintarnya,
yaitu Maurice Curie anak Jacques Curie usahnya dalam lapangan ilmu pengetahuan.
Madame Curie sangat bangga melihat kepandaiannya semakin lama semakin bertambah
maju. Selama hidupnya diperlakukannya keponakannya itu seakan-akan anaknya
sendiri.
Selain
dari Madame Curie ada lagi seorang lain yang menjaga pendidikan anak-anak muda
yang kira-kira delapan sampai sepuluh orang itu banyaknya, Yakni andre
Debierne, teman bekerja yang tak asing lagi, magi Mania dan sahabat yang setia
bagi madame Curie, disamping itu sarjana yang ternama pula.
Madame
Curie telah membikin suatu rancangan pekerjaan yang tertentu daknr rancangan
itu dilaksanakannya sebaik-baiknya walau pun kesehatannya semakin lama semakin
terganggu.
Dikumbahnya
beberapa decigram chlorit-radium dan ditentukannya untuk kedua kalinya berat
zat ini. Sesudah itu ia berusaha menyekat unsur radium. Hingga kini, setiap
kali ia berhasil membikin radium “yang murni” adalah itu merupakan garam-garan
radium (Chlorit atau bromit) sebagai bangunan padatnya. Madame Curie dan Andre
Debierne bersama-sama berusaha menjelamakan logam itu sendiri. Pelaksanaannya
ini yang merupakan salah satu dari yang tersulit dalam lapangan ilmu
pengetahuan tak pernah diulangi llagi.
Adnre
Debierne membantu madame Curie mempelajari Polinium dan sinar-sinar yang
dipancarkan itu. Akhirnya berhasillah madame Curie seorang diri mendapat suatu
cara mengukur banyaknya radium berdasarkan emanasinya.
Guna
pertumbuhan umum terapi Curie perlu diusahan menyekat zat yang sangat berharga
itu dalam keadaan sekecil-kecilnya dengan cara yang seteliti-telitinya. Tak
berguna lagi neraca apabila yang dikerjakan itu merupakan perseribuan bagian miligram.
Maka timbullah pikiran madame Curie “menimbang” zat-zat radio aktif itu dengan
sinar-sinar yang dipancarkannya. Tehnik yang sangat berseluk ini ditelaahnya
sedalam-dalamnya dan dilaboratoriumnya itu dibukanya satu “bagian orang-orang
biasa pun, menyuruh timbang zat-zat radio aktif atau biji-biji dan menerima
surat bukti banyaknya radium yang terkandung di dalamnya.
Tatkala
ia mengumumkan “Pembedaan jenis unsur-unsur radio” dan “Daftar zat-zat aktif”
maka serentak dengan itu diusahakannyapula suatu pekerjaan kepentingan umum :
menghasilkan tiang ukuran internasional yang pertama untuk radium.
Tabung-tabung kecil dari gelas yang dibikin madame Curie sendiri dengan
tangannya berisi 21 miligram chlorit radium yang murni. Inilah yang merupakan
tiang ukuran resmi untuk benua yang lima itu dan ditempatkan dengan upacara di
Balai untuk Batu timbangan dan ukuran di Sevres dekat Paris.
Seperti
dahulunya kemegahan suami isteri Curie, begitu pulalah sekarang kemegahan
madame Curie semakin lama semakin memuncak, sehingga tersiar dimana-mana.
Jijazah-ijazah doktor honoris causa, tanda-tanda anggota kehormatan
perkumpulan-perkumpulan luar negeri berlusin-lusin banyaknya terpendam dalam
lemari-lemari di rumahnya di Sceaux, tetapi tak ada timbul dalam hatinya mempertunjukkannya
atau pun membikin daftarnya sekalipun.
Di
negeri Perancis hanya dua cara menghoramti orang-orang besarnya : Logiun
Kehormatan dan Academie. Bintang Legiun itu ditawarkan kepada madame Curie
dalam tahun 1910, tetapi selaras dengan pendirian Pierre Curieditolaknya
penghormatan itu.
Apakah
sebabnya tak dengan cara sedemikian pula di tentangnya keinginan
pengikut-pengikutnya yang beberapa bulan kemudian dengan rajinnya membujuknya
menjadi calon Academie des Sciences. Apakah ia telah lupa bagaimana suaminya
dijatuhkan orang-orang dengan kehinaan, sekalipun semasa jasa-jasanya telah
meuncak? Apakah ia tidak tahu bagaimana banyaknya iri hati mengelilinginya?
Sebenarnya
tak diketahuinya itu. Tetapi yang terlebih lebih ditakutinya ialah kalau-kalau
ia sebagai seorang wanita Polandia akan dipandang congkak atau tak tahu
berterima kasih apabila ditolaknya penghormatan yang – menurut pikirannya –
hendak dianugerahkan tanah airnya yan ke dua itu bagi madame Curie.
Yang
menjadi saingannya ialah Edouard Branly, seorang sarjana yang terkenal dan
seorang katholik yang terkemuka. Maka berkecamuklah peperangan di segala
lapangan antara “Curis” dan “Branlyis”, antara munafik dan pengikut Gereja,
Antara penganjur-penganjur dan para penentang aliran baru yang menggemparkan
ini : menerima seorang wanita sebagai anggota Institut. Madame Curie menjadi
sksi yang tak berdaya dan terkejut melihat perang pena yang tak
disangka-sangkanya.
Sarjana-sarjana
yang terbesar seperti Henri Poincare, doktor Roux, Emile Picard, profesor-profesor
Lippmann, Bouty dan Darboux turut mempertunjukan pencalonan madame Curie. Akan
tetapi di pihak yang lain diatur-atur perlawanan yang kuat.
“Kaum
wanita tidak dibenarkan menjadi anggota Institut!” Berteriak dengan marahnya
tuan Amagat yang delapan tahun yang lampau mengalahkan saingannya Pierre Curie.
Beberapa orang lain bermurah hati menegaskan kepada pihak Katholik bahwa madame
Curie adalah seorang wanita Yahudi dan terhadap kaum munafik mereka
memperingatkan bahwa sarjana itu adalah wanita katholik. Pada tanggal 23
Januari 1911, hari peungutan suara, dibuka presiden rapat itu pertemuan dengan
perkataan-perkataan yang diucapkannya dengan kuat terhadap para penjaga pintu :
“Suruh
masuk semua hadirin, terkecuali kaum wanita.”
Aeorang
Academicien setengah buta, pengikut yang setia bagi madame Curie, bekeluh kesah
bahwa hampir dikeluarkannya suaranya menentang sarjana itu disebabkan kartu
pilihan palsu yang disogokkan orang dalam tangannya.
Jam
empat tergesa-gesa para wartawan menulis karangan-karangan yang mengandung
kecewa atau bangga akemenangan : Hanya satu suara saja kurang agar madame Curie
terpilih.
Di
jalan Cuvier menunggu-nunggu para asistennya, bahkan pesuruh laboratoriumnya
pun mendengar hasil pemilihan itu dengan perasaan yang kurang sabarnya dari
calon itu sendiri. Karena mereka yakin bahwa madame Curie pasti akan terpilih,
maka waktu pagi-pagi telah dibeli mereka sebuah karangan bunga yang
disembunyikan mereka di bawah meja tempat neraca-neraca. Kekalahan madame Curie
itu meremukkan pikiran mereka sehebat-hebatnya. Dengan hati masygul disuruh
buang Louis Ragot, ahli mesin itu, karangan bunga yang tak ada gunanya itu
lagi. Para asisten muda sambil diam mencari kata-kata penghibur yang mereka
ingin ucapkan, tetapi tak perlu mereka lafalkan itu. Madame Curie datang dari
kamarnya bekerja, sepatah kata pun tak dusebutkannya berkenaan dengan
kekalahannya yang sekali-kali tak menimbulkan perasaan duka cita baginya.
Dalam sejarah suami isteri Curie
rupa-rupanya luar negerilah yang selalu akan memperbaiki kekhilafan-kekhilafan
Perancis itu. Dlam bulan Desember diperkenankan Perkumpulan Ilmu Pasti di
Stockholm kepada madame Curie anugerah Nobel tahun 1911 untuk ilmu kimia
sebagai tanda penghargaan jsa-jasa sarjana setelah suaminya meninggal dunia.
Sebelum itu tak pernah terjadi seorang sarjana, lelaki atau perempuan,
dianugerahi hadiah Nobel sampai dua kali.
Semakin
lemah penderitaan diminta madame Curie kakaknya Bronia turut pergi menemaninya
ke Stockholm. Anaknya yang sulung Irene juga ikut ke negeri Swedia itu. Irene
juga menghadiri upacara itu dan dua puluh empat tahun kemudian di tempat
upacara itu juga diterima Irene pula anugerah semacam itu.
Selain
dari penyambutan-penyambutan yang biasa dan jamuan makan di Istana Raja
diadakan juga pesta-pesta istimewa menghormati Madame Curie. Dalam
kenang-kenangannya masih diingatnya pesta petani seketika dipertunjukan ratusan
wanita yang berpakaian warna-warni membawa lilin yang menyala-nyala laksana
ratna mutu manikam gemetaran.
Tatkala
berpidato di muka umum di alihkan madame Curie penghormatan yang dicurahkan itu
kepada dirinya terhadap Pierre Curie.
“Sebelum
saya mulai membicarakan pokok pembicaraan hari ini, saya ingin memperingatkan
bahwa penemuan radium dan polonium adalah duwujudkan Pierre Curie dan saya bersama-sama.
Berkat pekerjaan Pierre Curie di lapangan radio aktif diumumkan beberapa
uraian-uraian penting yang dikarangnya sendiri, bersama-sama dengan saya ata
pun dengan murid-muridnya.
Usaha
kimiawi dengan tujuan menyekat radium murni sebagai garam radium guna
menemukannya sebagai unsur baru, adalah saya sendiri yag mewujudkannya, akan
tetapi pekerjaan saya bertaut-paut dengan pekerjaan yang kami lakukan
bersama-sama. Karena itu pada hemat saya pastilah saya berbicara atas nama
Perkumpulan Ilmu Pasti ini juga. Jika saya anggap bahwa penghormatan tinggi
yang dianugerahkan ini kepada diri saya, adalah berkat usaha bersama itu dan
harus dipadnang sebagai menghormati Pierre Curie.” Penemuan penting yang
diusahakan bersama-sama dengan seorang suami yang sangat tinggi akan budinya,
kemasyhuran seluruh dunia, dua kali dianugerahi hadiah Nobel menyebabkan Madame
Curie dipuja-puja oleh orang banyak, tetapi sebaliknya juga menimbulkan iri
hati ratusan orang lain. Ibaratnya air bah yang tak disangka-sangka ia dibanjiri
mulut bisa yang hendak meremukkannya. Suatu perseteruan durjana di Paris
mengancam wanita berumur empatpuluh empat tahun ini yang telah patah
semangatnya, diremukkan pekerjaan berat dan di samping itu sebatang kara yang
tak berdaya.
Madame
Curie yang mempunyai kewajiban seorang lelaki bersahabat karib dengan
orang-orang lelaki dan dikelilingi beberapa orang kepercayaannya. Wanita yang
luar biasa ini sangat mempengaruhi teman-temannya itu terlebih-lebih seorang
dari mereka! Yang lain-lain tak perlu! Seorang sarjana yang menabiskan dirinya
untuk pekerjaannya, yang hidupnya selalu muliawan dan bersahaja dan – dahulu
kala – sangat sukar, dituduh merusakkan rumah tangga orang-orang lain dan
mencemarkan nama yang dipakainya itu dengan kemuliaan!
Saya
tak ingin mencela mereka yang memulai terkaman itu, maupun melukiskan bagaimana
putus asa dan kerap kali canggungnya madame Curie membella dirinya. Biarlah
kita diamkan perihal para wartawan yang sampai hati menghina seorang wanita
yang dikejar-kejar, yang diusik dengan surat-surat buta, terang-terangan
diancam dengan kekerasan dan yang hidupnya berada dalam bahaya. Beberapa orang
dari mereka datang di kemudian hari meminta ampun dengan kata-kata penuh
penyesalan dan dengan air mata yang bercucuran .... Akan tetapi kejahatan itu
telah dilakukan : madame Curie hanmpir-hampir hendak membunuh diri dan menjadi
gila, tenaga kekuatan badannya hampir kehabisan, suatu penyakit parah
menimpanya sehingga terpaksa ia tinggal di tempat tidurnya.
Baiklah
kita sebutkan saja akal yang terkurang mengancam hidupnya tetapi dalam pada itu
yang terbusuk selama hayatnya. Setiap kali ada kesempatan menghina wanita yang
luar biasa ini, seperti dalam tahun 1911 itu, atau menolak pemberian
penghormatan baginya dengan gelaran, hadiah dan lain-lain – seperti umpama
kejadian di Academie – maka tetaplah disebut-sebut keturunanya : berganti-ganti
ia dikatakan seorang wanita Rus, Jerman, Yahudi atau Polandia; karena itu
adalah ia seorang “Wanita asing” yang menyusup ke Paris merampas-rampas kedudukan
tinggi yang tak selayaknya baginya. Akan tetapi setiap kali madame Curie
berbakti terhadap ilmu pengetahuan berkat pembawaannya itu, atau setiap kali
negeri yang lain menghormatinya, maka ia pun diberikan puji yang
setinggi-tingginya dan dengan tiba-tiba digambarkan ia dalam harian-harian itu
juga dan dalam karangan-karangan yang ditandatangani redaktur-redaktur itu juga
sebagai : “Duta Perancis”, “utusan semurni-murninya dari budi kebangsaan kita”
dan “kesohoran nasional”. Maka dengan tak adilnya pula dilupakan menyebutkan
keturunan Polandianya yang dibanggakannya itu .....
Mereka
yang berjiwa besar senantiasa merupakan sasaran orang-orang yang karena iri
hati ingin menemui manusia yang tak sempurna itu dalam balutan akal budinya.
Dengan tak adanya kemaknitan kemegahan yang menarik segala simpati dan iri hati
kepadanya, pastilah madame Curie tak akan menjadi sasaran fitnah orang-orang
lain. Maka bertambah banyaklah alasannya membenci kemegahan itu.
Diwaktu
mengalami untung malang dapatlah diketahui siapa sahabat yang sebenarnya. Ratusan
surat-surat yang ditandatangani oleh
nama-nama yang dikenal – atau tak dikenal memberitahukan kepadanya bahwa
percobaan-percobaan madame Curie menimbulkan perasaan kasihan atau kemarahan.
Andre Debiarne, keluarga Perrin, tuan Chavannes dan isterinya, sorang teman
bangsa Ingris yang sangat manis budinya, mrs. Ayton dan beberapa banyak orang
lain, di antaranya para asisten dan murid-muridnya berjuang untuk dia. Dari
kalangan perguruan tinggi datang orang-orang yang hampir tak dikenalnya, dengan
sendirinya mengunjunginya semasa percobaan itu, seperti ahli ilmu matematika
Emile Borel dan isterinya yang mencurahkan kesucian persahatan mereka untuk
diri madame Curie dan berikhtiar memperbaiki kesehatannya dengan membawanya
berlibur melepaskan lelah ke Italia. Selain dari abangnya Yosep yang
bersama-sama dengan Bronia dan Hela datang tergesa-gesa ke Perancis untuk
membantunya adalah pembelaannya yang tertegas saudara Pierre, Yacques Curie.
Gairah
dan kasih sayang itu menimbulkan keberanian madame Curie kembali. Akan tetapi
kelemahan resam tubuhnya bertambah hebat setiap hari. Tak sanggup lagi ia
rasanya pergi balik setiap hari ke Sceaux dan karena itu disewanya di Paris,
jalan de Bethune 36, sebuah kamar yang hendak dipakainya sampai bulan Januari
1912. Akan tetapi tak tahan ia lagi sampai tanggal itu, maka pada tanggal 29
Desember diangkatlah ia dalam bahaya mati ke sebuah rumah sakit. Walau pun
demikian dapat juga dikalahkannya penyakit itu, akan tetapi perlu di bedah buah
pinggangnya. Tatkala diminta pertimbangannya, ditanya madame Curie yang dalam
dua bulan beberapa akali diusung dari rumah ke rumah sakit dan masih kurus itu,
karena menderita beberapa penyakit, apakah tak mungkin ditunda pembedahannya
itu sampi bulan Maret; pada penghujung bulan Pebruari ia hendak meghadiri
muktamar ilmu Fisika!
Ia
dibedah dan dirawat sebaik-baiknya oleh ahli bedah Charles Walther yang ternama
itu. Tetapi kesehatannya telah terganggu beberapa lamanya. Ia sangat kurangnya
dan sakit buah pinggangnya yang dideritanya dengan tak mengeluh-ngeluh itu
tentu akan meninggalkan hidup ilat bagi wanita yang lain-lain. Diburu-buru oleh
penyakit-penyakit jasmani dan mulut bisa manusisa, ia bersembunyi seperti
seekor binatang yang dikejar-kejar. Kakaknya telah menyewa sebuah rumah bagi
madame Curie dengan memakai nama Dluski di Brunoy dekat Paris : di sana dirawat
si sakit itu beberapa lamanya dan sesudah itu ia pergi dengan nama samaran ke
Thonon; beberapa minggu lamanya berobat sembuh. Di musim panas dibawa mrs. Ayton
madame Curie dan anak-anaknya itu ke rumahnya di tepi pantai Inggris. Di sana
ia dipelihara dan dirawat sebaik-baiknya.
Serentak
dengan saat madame Curie memandang hari kemudian dengan berputus asa maka
diterimanyalah sebuah usul yang mengharukan dan membingungkannya.
Sejak
pergolakan 1905 tzarisme di Rusia telah goncang dan karena itu telah dibenarkan
kemerdekaan angan-angan hati lebih banyak dan di Warsawa pun keadaan-keadaan
hidup telah berkurang kejamnya. Sebuah Perkumpulan Ilmu Pasti (yang sangat giat
bekerjanya dan dibanding dengan keadaan semasa itu boleh dikatakan mendingan
juga kebebasannya) telah mengangkat madame Curie sebagai “Anggota kehormatan”
dalam tahun 1911. Beberapa bulan sesudah itu timbullah dalam pikiran beberapa
orang cerdik pandai mendirikan sebuah laboratorium untuk Radio Aktif di Warsawa
dan menyerahkan pimpinannya kepada madame Curie sehingga sarjana wanita yang
pertama di dunia ini dapat pulang untuk selama-lamanya ke tanah airnya sendiri.
Dalam bulan Mei 1921 datang suatu utusan profesor Polandia mengunjungi madame
Curie dan pengarang Khenryk Sienkiewicz, orang yang paling termasyhur dan
paling di sukai raja di Polandia, menunjukkan panggilan kepada sarjana yang tak
dikenalnya itu dengan kata-kata lemah lembut bercampur dengan perasaan hormat.
“Sudah
kiranya nyonya Curie yang kami junjung tinggi itu memindahkan pekerjaanya yang
gilang gemilang itu di lapangan ilmu pengetahuan ke tanah air kita, ke Ibu Kota
kita. Nyonya mengetahui apa sebabnya di masa-masa yang terakhir ini kebudayaan
dan ilmu pengetahuan kita terancam bahaya. Kita telah kehilangan kepercayaan
kemungkinan-kemungkinan rohani kita, kita telah turun dalam pandangan
musuh-musuh kita dan kita telah berputus asa terhadap hari kemudian kita....
Raja kita membanggakan engkau tetapi ia ingin melihat engkau bekerja di sana,
di tempat lahirmu. Itulah harapan seluruh negeri kita. Sekiranya engkau sudi
datang ke Warsawa maka kami akan merasa lebih kuat dan dapatlah kami berjalan
bertegak kepala lagi karena terbuang beban yang selama ini memeberatinya dengan
bencana-bencana. Moga-moga dikabulkanlah hendaknya permohonan kami ini.
Janganlah tolak tangan kami yang kami ulurkan ini kepada engkau”!
Bagi
seorang-orang yang kurang kuat imannya tentulah ini merupakan suatu kesempatan
meninggalkan Perancis secara demonstratif dan membelakangkan fitnah dan
kekejaman.
Akan
tetapi madame Curie tak pernah mengikuti bisikan dendam kesumat. Dengan jujur
dan teliti diikhtiarkannya menetapkan tempat kewajibannya. Pikiran kembali ke
tanah airnya memikat hatinya, akan tetapi menakutkannya ula. Dalam keadaan
rohani yang murat-marit wanita ini, adalah mengambil sesuatu keputusan
merupakan suatu tindakan yang menimbulkan perasaan takut.
Akan
tetapi ada lagi soal yang lain : pendirian laboratorium yang telah sekian
lamanya itu diidamkan suami siteri Curie itu, talah pasti sejak 1909.
Meninggalkan Paris, lari dari Perancis berarti menghancurkan rancanganini dan
membunuh suatu impian luhur. Pada saat hidupnya semasa ini tat kala ia tak
berdaya untuk sesuatu apa pun, seolah-olah ia ditarik-tarik oleh dua kewajiban
yang satu sama lain bertolak belakang. Beberapa malam lamanya tak dapat ia
tidur memikirkannya dalam kebimbangan, maka dengan pilu hati yang tak terperi
dirulisnyalah surat ke Warsawa menyatakan bahwa tak dapat ia mengabulkan
permintaan mereka itu! Tetapi ia berjanji akan memimpin laboratorium yang baru
itu dan jauh setelah diserahkannya penjagaannya kepada dua orang asistennya
yang terbaik, yaitu orang-orang Polandia Danysz dan Wertenstein.
Walau
pun ia masih sangat sakitnya pergilah ia dalam tahun 1913 ke Warsawa menghadiri
upacara pembukaan pavilyun radio aktif. Dengan sengaja tak dihiraukan
pembesar-pemebesar Rus kedatangannya di sana : tak ada seorang pembesar pun
yang turut menghadiri pesta-pesta itu secara resmi untuk menghormatinya. Akan
tetapi penyambutannya oleh tanah airnya tidak kurang meriahnya karena itu!
Untuk pertama kalinya semasa hayatnya berpidato madame Curie dalam bahasa
Polandia di hadapan ruangan yang penuh padat dengan pendengar-pendengar.
Kepada
seorang rekannya ditulisnya : “Saya berusaha sungguh-sungguh di sini berbakti
sebelum saya berangkat kembali. Hari Selasa saya berpidato di muka umum dan ada
beberapa pertemuan-pertemeuan lagi yang akan saya hadiri. Saya telah menjumpai
kemauan hati yang harus dipergunakan. Negeri yang sengsara ini dalam tindasan
kejadian kegilaan sebenarnyalah berusaha mempertahankan hidup rohani dan
batinnya. Haruslah diikhtiarkan berpegang teguh kepada cita-cita. Akan tetapi
alangkah menyedihkan hidup itu; alangkah menyedihkannya keadaan di sini! Saya
telah mengunjungi beberapa tempat yang saya sayngi sejak masa saya masih
kanak-kanak, dan semasa muda saya. Sungai Weichsed dan perkuburan telah saya
lihat kembali. Berziarah serupa ini serentak mengandung suka dan duka, akan
tetapi tak dapat dibiarkan tak dilakukan.”
Salah
satu dari upacara-upacara itu berlangsung di Musium untuk Pertanian dan
Industri di gedong tempat Mania mengadakan percobaan ilmu fisika untuk pertama
kalinya duapuluh tahun yang lamapu. Esok harinya kaum wanita Polandia menjamu
“madame Sklodowski Curie” di suatu pesta makan besar. Di antaranya para tamu
duduk seorang wanita berusia lanjut berambut putih yang meandang sarjan itu
dengan perasaan suka cita : encik Sikorski, kepala perguruan tempat Mania
dengan rambut berkudanya panjang memulai pelajarannya. Mania meninggalkan
tempat duduknya mencari jalannya antara meja-meja yang penuh bunga-bunga menuju
encik yang telah tua itu; dengan sikap isisn dan tulus ikhlas seperti dahulu
kala tatkala menyerahkan hadiah-hadiah, diciumnya kedua belah pipi encik
Sikorski yang air matanya bercucuran, sedang tamu-tamu yang lain bertepuk
tangan,
Kesehatan
madame Curie bertambah baik sehingga sanggup ia melanjutkan cara hidupnya,
“yang biasa”.
Selama
musim panas tahun 1913 dicoba-cobanya kekuatannya dengan pergi berjalan kaki
mengunjungi Engadin bersama-sama dengan anak-anaknya. Selain dari anak-anaknya
itu turut lagi guru rumahnya dan sarjana Einstein dengan anaknya. Antara madame Curie dan Einstein telah beberapa tahaun
lamanya ada “persahabatan antara dua geni”. Mereka saling menghormati satu sama
lain, persahabatn mereka tulus ikhlas dan setia; kerap kali mereka berbicara
dalam bahasa Perancis dan Jerman berganti-ganti tentang ilmu fisika teori
dengan tak ada putus-putusnya.
Sebelah
muka berjalan kaum muda yang sangat beria-ria sepanjang perjalanan ini. Di
sebelah belakang menyusul Einstein yang dengan fasihnya dan bersemangat
menerangkan teori-teorinya kepada rekannya itu madame Curie (yang pengetahuannya
dalam lapangan ilmu matematika sangat luar biasanya; hampir-hampir tak ada yang
menandingi di Eropa), tak sulit mengartikannya.
Kadang-kadang
didengar Irene dan Eve kata-kata yang belum pernah di dengar mereka. Einstein berjalan
dengan pikiran melayang dan dengan tak melihat-lihat apapun sambil menaikiki
bukit-bukit batu yang tajam. Dengan
tiba-tiba ia berhenti dan memegang tangan madame Curie sambil berkata dengan
suara keras : “Tahukan nyonya apa yang ingin saya mengetahuinya? Yaitu : Apakah
sebenarnya yang dialami para penumpang seketika menurun dengan lift itu?
Renungan
semacam itu menggelikan hati anak-anak muda itu mendengarnya karena tak
diinsyafi mereka bahwa
jatuh lift yang dibayangkan Einstein itu menimbulkan masalah-masalah “Kenisbian”
yang melebihi anta.
Sehabis
masa libur yang pendek ini pergilah madame Curie ke negeri Inggris dan
seterusnya ke Brussel menghadiri upacara-upacara ilmu pengetahuan.
Sekali
lagi, sekarang ini di Brimingham, diterimanya gelaran doktor honoris causa.
Sebagai kecualian disambutnya percobaan itu sekali ini dengan tenang dan
dilukiskannya kepada Irene.
“Saya
diletakkan pakaian mereka dengan lipatan-lipatan hijau, seperti juga teman
sependirataan saya, artinya para sarjana yang juga menerima gelaran doktor itu.
Kami masing-masing harus mendengarkan pidato pendek yang memuji-muji jasa-jasa
kami; maka sesudah itu diterangkan ketua unipersitet itu kepada kami
masing-masing bahwa Universitet itu telah memperkenankan gelaran doktor itu
bagi kami. Seterusnya kami duduk di suatu bagian yang agak lebih tinggi
sedikit. Akhirnya kami berangkat lagi mengikuti arak-arakan terdiri dari para
sarjana dan doktor-doktor Unipersitet itu dalam pakaian yan gmenyerupai pakaian
kami. Semuanya ini agak lucu juga. Saya harus bersumpah tinggi bahwa saya akan
menghormati udnang-undang dan adat istiadat Unipersitet Birmingham....”
Irene
yang madih muda itu sangat gembiranya :
“Jantung
hatiku” ia menulis kepada ibunya, “dapat saya bayangan bagaimana cantikmu dalam
pakaian merah dengan lipatan-lipatannya yang merah itu, alangkah manismu ketika
itu! Apakah kau simpan pakaian yang merah itu atau hanya yang dipinjamkan itu
kepadamu?”
Di
negara Perancis segala angin ribut telah reda, maka kemegahan madame Curie
telah meningkat. Sejak dua tahun lamanya telah sibuk arsitek Nenot mendirikan
balai radium di sebidang tanah di jalan Curie.
Tetapi
ini terlaksana semuanya dengan menemui kesulitan-kesulitan yang banayak! Tak
beapa lama sesudah Pierre Curie meninggal dunia, diusulkan pemerintah kepada
madame Curie membuka kesempatan pinjaman nasional untuk mendirikan
laboratorium. Tetapi janda yang tak ingin mengambil untung dari kecelakaan
suaminya itu di jalan Dauphine, menolak usul itu. Maka pembesar-pembesar itu
pun keteledoran kembali. Tetapi dalam tahun 1909 timbul pikiran doktor Roux, kepala pemimpin Institut Pasteur,
mendirikan laboratorium untuk madame Curie dengan sikap ksatria dan gagah
berani ini dalah kesempatan bagi madame Curie meninggalkan Sorbonne dan menjadi
bintang Institut Pasteur itu.
Dengan
sekonyong-konyong pemimpin-pemimpin Unipersitet itu memasang telinganya.
Dibiarkan madame Curie berangkat? Mustahil ! Harus ia tetap dikedudukannya yang
resmi sekarang, bagaimana pun mahal belanjanya itu!.
Suatu
perjanjian antara dokter dan rektor muda Liard mengakhiri
perbantahan-perbantahan kata tentang masalah ini. Dengan dibelanjai
bersama-sama – masing-masing 400.000 franc – Unipersitet dan Institut Pasteur
akan mendirikan isntitut Radium yang akan mempunyai dua bagian tersendiri :
Sebuha laboratorium untuk radio katif di bawah pimpinan madame Curie dan yang
sebuah lagi untuk penyelidikan-penyelidikan dalam lapangan ilmu hayat dan untuk
terapi Curie di bawah pimpinan seorang sarjana dan ahli pengobatan termsyhur,
profesor Claude Reguad, yang akan mengurus penyelenggaraan pengobatan pekung
dan orang-orang sakit. Kedua institut yang kembar ini berdiri sendiri dalam
keuangan mereka akan tetapi mereka akan bekerja sama untuk kepentingan
pertumbuhan Ilmu Pengetahuan tentang radium.
Demikianlah
madame Curie tergopoh-gopoh dari jalan Cuvier ke tempat gedung sedang dibuat
untuk bertukar pikiran dengan arsitek. Wanita yang telah beruban itu masih
penuh saran-saran yang baru dan moderen. Tentu dipikirkannya juga
pekerjaan-pekerjaannya sendiri, tetapi yang terpenting didkendalikannya ialah
sebiah laboratorium yang masih dapat dipakai tiga puluh atau lima puluh tahun
yang akan datang manakala madame Curie sendiri telah meninggal dunia. Ia
mengingini ruangan-ruangan yang luas dengan jendela-jendela yang besar sehingga
cahaya matahari dapat menyinari ruangan-ruangan itu yang penuh padat dengan
para penyelidik. Dan sekali pun para insinyur pemerintah akan ribut-ribut
karena ciptaan baru yang mahal itu : ia harus mendapat lift, bagaimana pun
juga!.
Berkenaan
dengan tamannya – urusan yang terpenting-penting bagi wanita petani yang tak
kunjung padam itu – itu pun dibereskannya denga penuh kasih sayangnya. Ia tak
mau mengindahkan alasan-alasan mereka yang “ingin menang tanah”, akan tetapi
dipertahankannya dengan segala kekerasan hati segenap meter tanah yang memisah
gedung-gedung itu kelak. Satu persatu dipilihnya sendiri sebagai seorang ahli
pohon-pohon muda untuk taman itu dan disuruh tanamnya lama sebelum dimulai
meletakkan pondasi dasar gedung-gedung itu. Kepada salah seorang dari
pembantu-pembantunya dibisikannya : “Dengan membeli pohon-pohon “saya” ini
sekarang juga, saya beruntung dua tahun. Apabila kita buka laboratorium ini
kelak, pohon-pohon itu telah tumbuh sedang tanaman-tanaman itu pun akan telah
berbunga. Tetapi ingatlah bahwa tak ada saya ceritakan ini kepada tuan Nenot!.
Matanya
yang ke abu-abuan itu berseri-seri kegirangan dan kemudaan!.
Ditanamnya
sendiri bunga mawar dengan mencangkul sendiri dan memadatkan tanah itu dengan
tangannya sendiri di bawah tembok-tembok yang belum siap. Setiap hari ia datang
menyiraminya. Apabila ia berdiri tegak kembali maka seolah-olah ia dalam
hembusan angin memandang pertumbuhan batu-batu yang mati dan tanaman-tanaman
yang hidup.
Pada
uatu hari di waktu pagi tatkala ia sedang membungkuk di hadapan sesuatu
percobaan maka datangnlah pesuruh laboratorium yang lama, Petir, ke jalan
Cuvier dengan terharunya. Juga di Ecole Physique sedang didirikan
ruangan-ruangan bekerja dan bilik-bilik untuk menerima tamu. Dan pondok papa,
dan lembab itu yang dahulu kala dipakai Pierre dan Mania akan dibongkar para
perombak.
Mmadame
Curie pergi ke jlana Lhomond bersama-sama dengan temannya yang hina dina dari
masa-masa yang lampau, untuk mengucapkan salam selamat jalan penghabisan.
Pondok itu masih ada, tak kurang sesuatu apa. Didorong perasaan suci tak pernah
lagi dipergunakan papantulis hitam yang tergantung di sana dan masih
menunjukkan tulisan-tulisan tangan Pierre. Seolah-olah sebentar lagi akan
terbuka pintu yang mengizinkan masuk seorang-orang yang tak asing lagi dan
bertubuh tinggi.
Jalan
Lhomond, jalan Cuvier, jalan Pierre Curie.... Tiga buah alamat, tiga taraf.
Pada hari itu, dengan tak disadarinya, telah didlalui Mania kembali jalan hidup
seorang sarjana, murni dan kejam. Di hadapannya terbentang hari kemudian dengan
terangnya. Dalam laboratorium ilmu hayat yang baru siap itu telah bekerja para
asisten profesor Regaud, di Pavilyun yang baru itu telah nampak jendela terang
benderang. Beberapa bulan lagi akan ditinggalkan madame Curi lah P.C.N. itu dengan
memindahkan pesawat-pesawatnya ke jalan Pierre Curie.
Kemenangan
itu tiba tatkala pahlawan wanita itu tidak berapa lama lagi, tak kuat dan telah
kehilangan bahagia> tetapi itu bukan soal penting bagi sarjana itu karena
telah ada tenaga-tenaga muda mengelilinginya dan sarjana-sarjana yang bergairah
bersedia melanjutkan perjuangannya itu dengan penuh semangat. Memang, belum
lagi terlambat!
Tukang-tukang
pencuci kaca bersiul dan bernyanyi-nyanyi di segala tingkatan dalam gedung
kecil yang putih itu. Di atas pintu masuk telah terukir dalam batu perkataan
ini : “Isntitut du Radium, Pavllon Curie.”
Berdekatan
dengan tembok-tembok yang kukuh ini dan membaca alamat yang bersemangat itu
teringatlah madame Curie kepada ucapan-ucapan Pasteur :
“Apabila
engkau terharu melihat kemenangan-kemenangan manusia yang membawa bakti
baginya, apabila engkau tercengang melihat hasil-hasil pekerjaan telegrap,
gambar hidup, obat-obat penawar sakit dan sekian banyak penemuan-penemuan yang
lain-lain lagi yang mengagumkan, apabila engkau membangga bahagian tanah airmu
dalam melaksanakan peristiwa-peristiwa yang luar baisa ini – maka minta dengan
sangat supaya engkau curahkan juga perhatianmu terhadap gedung-gedung yang
disebutkan dengan nama penuh pengertian isinya : Laboratorium. Hendaklah
gedung-gedung itu ditambah-tambah dan dihiasi. Itulah candi hari kemudian untuk
kekayaan dan bahagia. Di sanaalah Manusia itu tumbuh, bertambah kuat dan
meningkat. Di snalah manusia itu belajar membaca gubahan-gubahan alam,
ciptaan-ciptaan pertumbuhan umum dan keselarasan, sedang
pekerjaan-pekerjaan manusia itu sendiri kerap kali merupakan pekerjaan
kekejaman, nafsu-nafsu dan keinginan menghancurkan.”
Dalam
bulan Juli yang sedap hawanya itu siapalah “Candi hari kemudian” di jalan
Pierre Curie itu. Yang ditunggu-tunggunya lagi hanyalah radium,
pengusaha-pengusahanya dan direktur wanitanya.
Akan
tetapi bulan Juli itu ialah bulan Juli tahun 1914.
BAB.
XXI : PERANG
Madame
Curie telah menyewa sebuah rumah berlibur semasa musim panas di Bretagne dan Irene serta Eve telah
berangkat ke sana ditemani oleh seorang guru-rumah dan seorang koki. Ibu mereka
berjanji akan tiba di sana pada tanggal 3 agustus, karena ia terpaksa tinggal
beberapa hari lagi di Paris berhubung dengan pengakhiran tahun pelajarana di
sekolahnya itu. Telah biasa ia tinggal seorang diri semasa musim kemarau di
rumahnya yang kesepian itu di jalan de Bethune, dan tak ada seorang pelayanyang
membantunya mengurus rumah tangganya. Sehari-hari ia tinggal di laboratorium
dan diwaktu larut malam baru ia pulang ke rumahnya yang dibersihkan oleh
seorang pesuruh dengan serampangan seketika madame Curie tak di sana.
Madam
Curie menulis kepada anak-anaknya pada tanggal 1 Agustu 1914 :
Irene
sayang, Eve-ku yang manis, nampak-nampaknya keadaan semakin buruk : setiap
waktu kita mungkin akan menerima perintah mobilisasi. Saya kuatir saya tak
dapat lagi berangkat dari sini, tetapi janganlah kau merasa takut, tetapkanlah
hatimu dan tinggal waspada! Sekiranya perang tak semakin menjadi-jadi, saya
datng ke mari hari Senin nanti. Kalau tidak saya akan tinggal di sini dan akan
saya suruh selekas mungkin menjemput engkau kembali ke Paris. Saya dan engkau
Irene, akan berusaha berbakti untuk Negeri ini.”
2
Agustus :
“Anak-anak-ku
yang kucintai, mobilisasi telah mulai dan tentara Jerman telah menyerbu
memasuki negeri Perancis dengan tak terlebih dahulu memaklumkan perang.
Beberapa waktu lamanya kita akan menemui kesulitan-kesulitan berhubung dengan
surat-menyurat.
Keadaan
di Paris tenagn dan nyaman, walau pun diliputi kesedihan perpisahan-perpisahan
warga tentara.
6
Agustus :
“Saya
ingin engkau pulang kembali ke mari, tetapi sewaktu ini tak akan ada kemungkinan datang kemari. Sabarlah dulu!.
Tentara
Jerman telah menyerbu negeri Belgia pula, tetapi negri kecil yang gagah berani
ini mengadakan perlawanan yang sengt ... Semua orang bangsa Perancis berharap
baik dan percaya abahwa peperangan ini akan membawa kemenangan bagi pihak
mereka, walau pun erjuangan itu akans angat dahsyatnya. Polandia telah diduduki
tertara Jerman. Apakah nasibnya negeri itu sesduah dilalui tentara Jerman? Tak
ada saya menerima kabar sedikit pun dari sanak saudara saya di sana.”
Suasana
kesepian telah meliputi hidup madame Curie sekarang. Rekan-rekannya dan mereka
yang bekerja di laboratorium itu telah pergi memasuki resimen resimen mereka
masing-masing. Tak ada seorang pun yang tinggal bekerja dengan dia selain dari
ahli mesinnya, Louis Ragot, seroang yang berpenyakit jantung, sehingga ia
dibebaskan dari wajib kerja ketentaraan dan seoran wanita pekerja.
Wanita
Polandia itu telah melupakan bahwa negeri Perancis hanya merupakan tanah air
yang kedua baginya. Sebagai seorang ibu tak dipikirkannya berangkat menemui
anak-anaknya itu dan sebagai wanita yang lemahmenderita penyakit itu tak
dihiraukannya penderitaannya itu, sedang sebagai seorang sarjana ditundanya
melaksanakan pekerjaannya sampai amsa yang lebih baik. Dalam hatinya hanya
suatu pikiran yang meminta perhatiannya : Berbakti untuk tanah airnya yang
kedua itu. Di masa percobaan ini lah menjelma kembali kesanggupannya bekerja
menurut ilham gerak hati dan ketangkasannya bertindak.
Sebenarnya
yang segampang-gampangnya bagi madame Curie
ialah jika ia menutup leboratoriumnya dan menjadi juru rawat seperti
kebanyakan wanita bangsa Perancis dengan gagah berani bersiap memberikan tenaga
mereka untuk pekerjaan itu .. Tetapi madame Curie tak mau berkorban cara sedemikian saja dan
segera dimintanya keterangan-keterangan tentang organisasi jabatan ketentaraan.
Maka dilihatnyalah suatu kekurangan yang tak dihiraukan oleh para pembesar
tentara rupanya, tetapi bagi madame Curie
merupakan suatu keadaan yang akan membawa bencana : Rumah-rumah sakit di
belakang medan pertempuran sekali-kali tak mempunyai perlengkapan sinar
Roentgen! Jabatan Kesehatan berpendapat bahwa pesawat semacam itu adalah
kemewahan yang hanya untuk beberapa
tempat saja boleh disediakan.
Suatu
pesawat mukjizat yang dengan sekejap mata dapat menentukan tempat persembunyian
peluru bedil atau pecahan granat dinamakan kemewahan?
Penyelidikan-penyelidikan
madame Curie tak pernah mengenai sinar-X akan tetapi di Sorbonne diberikannya
setiap tahun beberapa kuliah-luliah tentang pengetahuna sinar-X itu, karena ia
sangat fahamnya dalam lapangan ini. Dengan segera dilihatnya terbayang di
hadapannya segala yang perlu dilaksanakan selama masa peperangan yang dahsyat
ini : secepat mungkin harus diadakan pos-pos pembantu untuk ilmu pengetahuan
sinar-X. Dan dapat diikuti gerakan tentara dengan gampang, perlulah disediakan
pekakas-perkakas yang ringan.
Madame
Curie telah menyiasati lapangan pekerjaan ini dan segera ia bekerja. Dalam
beberapa jam telah disipakannya daftar pesawat-pesawat yang ada di laboratorium-laboratorium
Unipersitet serta kepunyaannya sendiri dan sesudah itu ia berkeliling
mengunjungi para ahli pembikin pesawat-pesawat : semua persediaan Roengen yang
masih terpakai, dikumpulkan dan kemudian dibagi-bagi antara rumah-rumah sakit
di Paris dan sekitarnya. Di antara para guru-guru, insinyur dan sarjana-sarjana
banyak yang dengan sukarela bersedia keberja dengan pesawat-pesawat itu.
Tetapi
bagaimana membantu orang-orang luka yang membanjiri kendaraan-kendaraan
perawatan yang belum mempunyai perlengkapan pesawat-pesawat semacam itu?
Beberapa di antaranya tak mempunyai alat listrik pula guna memberikan tenaga
yang diperlukan untuk pemakaian pesawat itu.
Maka
dipikirkan madame Curie suatu akal untuk mengatasi kesulitan ini. Dengan
dibelanjai oleh “Perserikatan Wanita Perancis” disipakanlah “Mobil sinar-X yang
pertama. Dalam sebuah mobil biasa ditempatkannya sebuah pesawat Roentgen
beserta dengan sebuah dinamo yang dijalankan motor mobil itu guna memberikan
tenaga listrik untuk pemakaian pesawat itu. Pos pembantu yang lengkap
pesawat-pesawatnya ini berkeliling dari rumah sakit yang satu ke rumah sakit
yang lain sejak bulan Agustus 1914. Dengan tak ada bantuan lain maka mobil
inilah yang mengurus pemeriksaan orang-orang luka dari pertempuran dekat sungai
Marne yang di bawawa ke Paris.
Kemajuan
tentara Jerman yang sangat cepatnya itu menimbulkan suatu pertanyaan dalam
angan-angan hati madame Curie. Apakah ia pergi menemui anak-anaknya di Bretagne
atau lebih baikkah ia tinggal di Paris? Dan sekiranya musuh menduduki kota
Paris apakah ia harus mengikuti Jabatan Kesehatan mengundurkan diri? Dengan
segala senang tenang hati dipertimbangkannya
kemungkinan-kemungkinan ini dan diambilnya suatu keputusan : apa juga
yang akan terjadi, ia akan tetap tinggal di kota Paris. Bukan saja tugas
berbakti itu yang menahan-nahannya di
sana : dipikirkannya juga laboratorium dan perkakas-perkakasnya yang halus itu
di jalan Cuvier dan ruangan-ruangan yang baru itu di jalan Pierre Curie. “Kalau
saya tetap di sini, tak akan berani barangkali tentara Jerman meneruskannya,
tetapi kalau saya berangkat dari sini, pastilah semuanya akan hancur. Maka
diserahkannyalah anak-anaknya itu dipelahar iparnya Ycques Curie.
Madame
Curie menulis kepada Irene pada tanggal 28 Agustus 1914.
“...
Kemungkinan Paris akan digempur oleh musuh telah mulai dipikirkan orang di
sini. Jika ini terjadi maka akan terpisahlah kami dari dunia luar.
Sekiranya
akejadian semacam ini maka sabarkanlah hatimu, karena keinginan-keinginan kita
seseorang tak berapa artinya dibandingkan dengan perterungan jiwa secara
besar-besaran yang berlangsung sekarang ini. Kau-lah yang akan bertanggung
gjawab terhadap adikmu, sekiranya kita terpisah lebih lama dari yang saya
sangka semula.”
29
Agustu :
“Irene
sayang, tentu kau tau juga bahwa belum pasti kita akan terkepung di sini, akan
tetapi bersedialah engkau menghadapi segala kemungkinan ... Paris sangat
dekatnya barisan muka medan pertempuran sehingga dengan sangat gampang dapat
tentara Jerman mendekatinya. Ini tak boleh menjadi alasan bagi kita berputus
asa terhadap kemenangan akhir bagi Perancis. Karena itu teguhkanlah hatimu dan
janganlah engkau bimbang-bimbang! Ingatlah kewajibanmu sebagai saudara yang
tertua dan laksanakanlah itu dengan sungguh-sungguh!
31
Agustus
“Suratmu
tertanggal hari Sabtu telah saya terima dan sangat rindunya saya melihat engkau
sehingga hampir-hampir saya menangis memikirkannya. Keadaan peperangan menyusahkan
hati kami dan kami sangat kuatir. Kita harus bersifat berani dan saya harap
bahwa tak akan kurang keberanian kita itu. Kita harus tetap yakin bahwa sehabis masa bencana akan
tiba pula masa yang bergelora. Dengan harapan inilah saya sampaikan
peluk cium saya untuk anak-anak-ku yang kusayangi ini.”
Walau
pun madame Curie menghadapi dengan tenang hati segala kemungkinan ia akan
terpaksa tinggal di kota Paris yang mungkin akan terkepung, dibom atau direbut
oleh musuh, akan tetapi ada suatu barang berharga yang hendak dilindunginya
terhadap serangan musuh : Radium sebanyak segram, kepunyaan labratorium. Tak
berani ia menyerahkan radium itu di bawa seorang suruhan dan karena itu ia
sendiri yang akan memindahkannya ke Bordeaux.
Ia
berangkat dengan kere api baja pengangkut pegawai-pegawai dan orang-orang
pembesar resmi. Berhubung dengan keadaan perang kereta api itu hanya di terangi
secara sederhana sehingga tak ada memancar cahaya keluar. Dengan berpakaian jas
hujan yang hitam dan membawa sebuah bungkusan keperluan perjalanannya,
dianugerahnyalah radium yang segram itu dalam sebuah peti yang berat tempat menyimpannnya
di tabung-tabung kecil yang tersimpul dalam bungkusan dari timbel. Seolah-olah
diberkati sesuatu mukjizat madame Curie mendapat tempat duduk di ujung sesuatu
bangku sedang kopor yang berat itu diletakkan di hadapannya. Dengan tak
menghiraukan percakapan-percakapan muram di sekitarnya, ia memandang
pemandangan ke luar dari jendela kereta api itu melihat alam yang terang
benderang cuacanya itu. Tetapi juga di sana semuanya menunjukkan kekalahan : di
sepanjang jalan besar yang membujur dekat jalan kerea api itu berjalan
mobil-mobil dengan tak ada putusnya menuju tempat pelaarian ke Barat.
Bordeaux
dibanjiri orang-orang bangsa Perancis; para pengangkat barang; taxi dan
penginapan di hotel-hotel semuanya susah mendapatnya. Sewaktu hati petang
madame Curie masih berdiri di stasiun di samping sebuah beban yagn tak sanggup
ia memikulnya. Orang-orang ramai terbentur dengan tak menimbulkan marahnya.
Keadaannya itu menggelikan hatinya! Apakah ia harus sampai pagi menjaga-jaga
peti yang berharga sejuta franc itu? Tidak, seorang pegawai dari kementerian yang turut
smenumpang kereta api itu mengenalnya dan datang membantunya. Dicarikannya
sebuah kamar penginapannya di sebuah rumah orang lain dan radium yang duapuluh
kilo beratnya itu disimpan dengan baik-baik. Esok harinya maka dibawa madame
Curie beban yang berharga itu ke tempat penyimpanan uang di suatu bang dan lega
dada ia pun kembali ke Paris. Tatkala ia berangkat ke Bordeaux, tak ada orang
yang menghiraukan madame Curie, akan
tetapi sesaktu ia pulang kembali ke Paris banyak orang yang tertarik
perhatiannya karena makhluk ajaib yang dikerumuni mereka itu : wanita yang
pulang “ke sana” itu. “Wanita” itu tak sudi memperkenalkan dirinya tetapi lebih
fasih dari biasa ia berusaha meredakan berita-berita yang menggemparkan dan
dengan suara tertahan-tahan ditegaskannya bahwa kota Paris tak akan menyerah
dan orang-orang penduduk kota itu tak ada menghadapi bahaya apap pun.
Kereta
api tentara yang dikumpulkannya itu sebagai seorang “sipil biasa” hanya dengan
perlahan-lahan dapat meneruskan perjalannya. Beberapa kali ia berhenti
berjam-jam lamanya di tengah-tenegah medan lapangan pertanian. Madame Curie yng
kelaparan tak makan sejak kemarin harinya menerima sepotong roti besar yang
ditawarkan seorang serdadu kepadanya.
Kota
Paris yang sunyi senyap dan terancam itu tak pernha dilihat madame Curie yang
masih penuh debu perjalanan tergesa-gesa meminta keterangan-keterangan :
penyerbuan tentara Jerman telah dipatahkan, pertempuran dekat sungai Marne
telah mulai.
Madame
Curie pergi mengunjungi teman-temannya Appaell dan Borel di Sekolah Normal
Tinggi, karena ia hendak memberikan tenaganya kepadaorganisasi kesehatan yang
telah didirikan mereka itu : Secours Nasional. Pau Appell, ketua organisasi
ini, kasihan melihat wanita yang telah payah ini. Dipaksanya wanita itu
berbaring sebentar dibangku dan dimintanya dengan sangat supaya madame Curie
berisitirahat melepaskan lelahnya hari-hari berikutnya. Tetapi madame Curie tak
mengindahkan permintaan itu. Ia ingin bertindak, bertindak sekali lagi! Sambil
baring di bangku itu dengan mukanya yang pucat dan mata yang terbelalak madame
Curie menyerupai api semata-mata, kata Appell di kemudian hari.
Madame
Curie pada Irene, tanggal 6 September 1914 :
“....
Keadaan perang sekarang nampaknya bertukar : musuh rupanya sedang bersiap
meninggalkan kota Paris. Kami semuanya berharap baik dan kami yakin akan
kemenangan akhir. Mintalah Fernand Chavannes memberi pertanyaa –pertanyaan ilmu
fisika. Kalau tak dapat bekerja untuk Perancis sekarang ini, bekerjalah untuk
hari kemudianPerancis. Sayang banyak orang yang tak akan kita ketemu lagi
sehabis perang ini. Perlulah diikhtiarkan mengganti mereka kelak. Belajarlah
ilmi fisika dan matematika sebanyak mungkin.”
Paris
telah terpelihara dari bahaya. Madme Curie menyuruh anak-anaknya datang kembali
ke rumahnya, pulang dari pembuangan yang sangat dibenci mereka itu. Eve
besekolah kembali dan Irene mencapai ijazah Juru Rawat.
Madame
Curie telah melihat terlebih dahulu segala yang akan terjadi : bahwa perang itu
akan lama berkecamuk dengan dahsyatny, bahwa orang-orang luka semakin lama
semakin perlu dirawat di tempat mereka mendapat luka itu sehingga para ahli
bedah dan ahli Sinar-X harus selalu dpat dipanggil ke kereta rawat di belakang
medan pertempuran; bahwa sangat penting bersungguh-sungguh membikin
pesawat-pesawat oentgen – akhirnya : bahwa mobil-mobil Sinar-X itu akan sangat
berfaedahnya dalam peperangan ini.
Mobil-mobil
yang dalam ketentaraan mendapat nama julukan “Curie kecil” diperlengkapi oleh
madame Curie satu persatu dalam laboratoriumnya dengatak menghiraukan
sifat-sifat tak perduli dan perasaa steru dari pihak kepegawain. Wanita yang
biasanya isin sifatnya itu dengan tiba-tiba bersifat tak tawar menawar dan
memaksa-maksa. Pegawai-pegawai yang lembek pekerjaany diburu-burunya, diminta
surat-surat pengantar, surat-surat pesanan dan surat-surat jalan dari mereka.
Mereka memjaukan seribu satu keberatan dengan menyebutkan beberapa
peraturan-peraturan.
“Orang-orang
sipil hendaknya jangalah menyulitkan pekerjaan kami! Inilah semangat yang
mempengaruhi kebanyakan dari mereka itu. Tetapi madame Curie bersitegang leher,
membantah-bantah dan menang!
Dari
pihak partikulir dimintanya sumbangan-sumbangan. Atas desakannya beberapa
wanita bangsawan seperti Markiezin de Ganay dan puteri Murat menyerahkan
mobil-mobil mereka yang dengan segera diubahnya menjadi pos-pos pembantu untuk
keperluan sinar Roentgen. “Sehabis perang akan saya kembalikan kelak
mobil-mobilnya itu, dijanjikannya dengan tegas dan tulus ikhlas sambil berolok-olok.
“Benar-benar akan saya kembalikan sekiranya mobil itu masih terpakai kelak!
Dari
duapuluh buah mobil yang diperlengkapinya secara demikian, Dipakainya sebuah
untuk keperluannya sendiri : sebuah mobil merek Renault, Kendaraan yang di
karosseri warna abu-abunya dilukiskan lencana Palang Merah dan bendera
Perancis, dipergunakannya laksana seorang panglima perang yang gagah perkasa.
Jikalau tiba sebuah kereeta rawat penuh dengan orang-orang luka yang harus
dengan segera mendapat bantuan dengan perlengkapan sinar Roentgen, maka
diberitakanlah ini dengan akwat atau telpon kepada madame Curie yang ssegera
pula memeriksa perlengkapan mobilnya, mengikat pesawat-pesawat dan dinamo dalam
kendaraanyya itu. Supir tentara mobilnya itu mengisi teng bensin, sedang ia
sendiri mengambil mantil dan topinya untuk perjalanan, sebuah topi bundar dan
lembut yang telah kehilangan segala bentuk dan warna, beserta bungkusan
pakaiannya : sebuah tas kulit kunign penuh retak dan corek-corekan. Maka
duduklah ia di samping supirnya itu diembus angin dan tak berapa lama maka
mobil itu pun berjalan dengan secepat-cepatnya – artinya limapuluh kilometer
perjam, karena lebih dari itu taka dapat dicapainya- menuju Amiens, Veurne dan
Verdum.
Setelah
berhenti dan berunding beberapa kali dengan pengawalnya yang mencurigainya,
maka tibalah ia di rumah sakit yang memerlukannya.
Bekerjalah
ia! Maame Curie memilih dengan cepat sebuah aruangan sebagai bilik tempat
pemeriksaan dan di suruh bawanya ke sana alat-alat dan perkakasnya. Gulungan
kawat yang menghubungkan pesawat itu dengan dinamonya disuruh bukanya dan
diberikan tanda kepada supir memasang dinamo itu, maka diperiksa madame Curie
gaya arus listrik. Sebelum didperiksanya orang-orang luka itu, disediakannya
terlebih dahulu “layar penangkap gambar penyinaran Sinar-X, sarung tangannya
dan kaamata pelindung matanya, potlot-potlot istimewa untuk menadai
gamabr-gambar itu dan besi duga untuk mencari bekas-bekas peluru. Ruangan
tempatnya bekerja itu dikegelapannya dengan menutupi jendela-jendela dengan
tirai-tirai hitam yang dibawanya atau kadang-kadang dengan selimut-selimut
biasa dari rumah sakit itu. Di kamar sebelah telah disiapkan sebuah “bilik
gelap” dan bejana-bejana guna mencucian negatif gambar-gambar. Belum lewat
setengah jam setelah ia tiba maka semuanya telah siap sedia.
Maka
mulailah orang-orang yang terluka itu di bawa laksana arak-arakan yang
menyedihkan. Ahli bedah tinggal bersma-sama denegan madame Curie dalam bilik
gelap itu sedang alat-alat dan perkakas yang dipergunakan mereka itu
memancarkan semacam teja yang ajaib. Sati per satu dibawa ke sana
usungan-usungan dengan badan-badan yang menderita di atasnya. Orang yang
terluka itu dibaringkan di atas menjad penyinaran sinar-X dan madame Curie
mengatur-atur perkakas yang diletakkan di atas daging yang luka itu guna
mendapat bayangan yang jelas dari luka itu. Tulang-tulang, dan alat-alat tubuh
orang luka itu dapat dilihat dengn nyata lingkaran-lingkarannya dan di
antaranya itu nampaklah sebuah benda kehitam-hitaman dan tak tembus cahaya :
peluru pecahan granat. Seorang asisten mencatat pengamatan-pengamatan ahli
bedah itu, sedang madame Curie menggambar bayangan itu atau membikin negatipnya
yang dipergunakan ahli bedah itu sebagai petunjuk jalan mengeluarkan peluru
itu. Kerapkali dilakukan pembedahan itu dengan segera “di bawah sinar-sinar”
dan dapatlah ahli bedah itu mengikuti bayangan cunan-cunannya dilayar proyeksi
memasuki luka dan menangkap logam itu sembil menghindari rintangan-rintangan
rangka tubuh orang luka itu.
Sepuluh,
limapuluh, seratus orang-orang luka ... Jam berselang hari, akan tetapi selama
masih ada orang-orang sakit, tetaplah madame Curie dengan tak ada putusnya
tinggal dalam bilik gelap itu dan sebelum ia berangkat dari rumah sakit itu
diselidikinya kemungkinan menempatkan sinar
yang tetap di rumah sakit itu. Akhirnya kembalilah ia ke Paris setelah
dibungkusnya kembali alat-alat dan perkakasnya itu dalam kendaraan manteranya
itu.
Tak
berapa lamai lagi maka kembali pula ia ke rumah sakit tai : telah diusahakannya
dengan segala daya upaya mendapat perkakas-perkakas dan sekarang ia pergi
memasang perlengkapan itu. Seorang pembantu yang dicarinya dimana-mana dan
dididiknya dengan cara yang hanya ia mengetahuinya, turut dengan madame Curie
untuk memasang perlengkapan itu. Maka untuk seterusnya madame Curie tak
diperlukan rumah sakit itu lagi berkat bagian roentgen yang disediakannya itu.
Selaind
ari duapuluh buah mbil yang diperlengkapinya itu telah disiapkannya pula dengan
cara sedemikian duaratus buah ruangan sinarX. Jumlah orang-orang luka yang
diperiksa oleh 220 buah pos-pos tetap atau berpindah-pindah itu, semuanya
diciptakan dan diperlengkapi oleh madame Curie sendiri, lebih dari sejuta
banyaknya.
Bukan
pengethuannya dan keberaniannya saja yang merupakan bantuan baginya, karena
berkat pembawaannya senantiasa ia dapat “mencari jalan keluar” dan dengan pandainya tetap ia memakai metode
luar biasa yang semasa perang disebutkan “Sistem D”. Telah dipaksanya dirinya
bekerja dengan tepat : serentak dengan mempelajari pemakaian pesawat-pesaat
Roentgen dan sambil mempelajari ilmu urai tubuh guna pekerjaannya sebagai ahli
sinar yang sempurna, ia belajar
menjalankan mobil, ia memang dalam ujian mengendari mobil dan dipelajarinya
perihal mesin mobil. Hendak dihindarkannya selalu yang dibencinya di atas
segala-galanya : meminta bantuan, diladeni.
Apakah
tak ada supir disediakan untuk madame Curie? Maka dia sendirilah yang
menjalankan Renaultnya itu melalui jalan-jalan berkelok-kelok. Dalam hawa
dingin sekali diikhtiarkannya menghidupkan mesin mobilnya itu; ia sendiri
memasang ban mobil itu dan ia sendiri membersihkan karburator yang kotor. Jika
ia mengangkut alat-alat dan perkakasnya dengan kereta api, ia sendiri pula yang
menemparkannya dalam kereta barang. Setibanya di suatu tempat yang ditujunya
itu ia sendiri pula yang membongkar muatannya itu, membukanya dan menjaga
supaya jangan ada yang hilang.
Ia
tak takut mengalami kesukaran-kesukaran dan tak disukainya
persediaan-persediaan istimewa dan kurnia-kurnia. Tak pernah ada seorang wanita
termasyhur yang lebih kurang cerewetnya dari madame Curie. Ia makan kalau ada
kesempatannya makan dan ia tidur dimana-mana saja dalam bilik kecil untuk juru
rawat; ia tidur berselimut langit, seperti di rumah sakit di Hoogstade dalam
sebuah perkemahan. Dengan gampangnya mahasiswa yang dukulu kala gemetar
kedinginan dalam biliknya ddi atas loteng, sekarng telah menjadi serdadu Perang
Dunia.
Madame
Curie kepda Paul Langecin, 1 Januari 1915 :
“...
Hari keberangkatan saya belum lagi pasti, akan tetapi telah dekat. Saya telah
menerima sepucuk surat yang berisi akbar, bahwa oto radiologi yang bekerja di
sekitar Saint Pol mendapat kerusakan. Ini berarti bahwa seluruh Utara telah
kehilangan dinas radiologi-nya. Saya mengambil tindakan, agar keberangkatan saya
dapa dipercepat. Telah putus dalam hati saya, akan mengerahkan segala tenaga
saya untuk tanah ari saya yang kedua, karena sekarang saya tak dapat membela
kepentingan tanah air saya yang sebenarnya dan sedang mengalami mala petaka,
mandi darah, setelah menderita lebih satu abad lamanya itu.”
Di
Paris Irene dan Eve hidup seakan-akan mereka soldadu di medan perang. Ibu
mereka hanya mengambil “Istirahat” jikalau penyakit buah pinggangnya
mengharuskannya tinggal di tempat tidur. Kalau madame Curie berada di rumah ,
berarti baha ia sakit. Kalau ia tak sakit,
ia berada di Dieppe, Rhems, Calais, Poperinghe ... dalam salah satu dari
tiga,,, atau empatratus rumah-rumah sakit Perancis dan Belgia yang senantiasa
dikunjunginya selama perang. Kalau Eve mengirim surat kepada Ibunya tentang
kemajuannya dalam “Ilmu sejarah dan ilmu tatabahasa Perancis, maka bunyi
alamat-alamatnya selalu ganjil-ganjil dan mengharukan :
“Madame
Cuire, Hotel de la Noble Rose, Veurne”
“Madame
Curie, rumah sakit pembantu II Morvillars, Rhin-Hulu.”
“Madame
Curie, Hospitaal 1112 ...
Berita-berita
dari pengembara itu ke Paris biasanya ditulis di atas kartu-kartu pos secara
tergesa-gesa. Isinya pendek dan lakonik.
20
Januari 1915,
“Anak-anakku
yang tercinta, sekarang kami berada di Amiens, tempat kami bermalam juga. Ban
kami hanya dua yang pecah. Kirim salam kepada anak-anakku sekaliannya. Ibumu.”
Hari
itu juga :
“Tiba
di Abbeville, Yean Perrin telah melanggar batang kayu dengan mobilnya. Untung
kerugian tak berapa. Kami meneruskan perjalanan ke Boulogne. Ibumu.”
24
Januari 1915 :
“Irene
yang kucinta, kai telah tiba di Poperinghe setelah mengalami beberapa
kejadian-kejaidan, akan tetapi kami tidak dapat bekerja sebelum kai mengadakan
probahan-perobahan dalam rumah sakit itu. Untuk oto itu hendak dibuat sat
ggedung dan untuk menghubungkan ruangan radiologis itu dengan bangsal rumah
sakit akan dipasang satu sekat dinding. Segala ini harus saya campuri sehingga
banyak memakan waktu saya, akan tetapi apa boleh buat.
Di
Duinkerken kapal-kapal terbang pembom Jerman telah menjatuhkan beberapa bomnya,
sehinga menewaskan beberapa orang, akan tetapi penduduk tidak merasa takut. Di
Poperinghe terjadi juga hal demikian, akan tetapi tidak sering. Hampir selalu
terdengar gemuruh meriam-meriam. Hari tak hujan, akan tetapi salju jatuh. Dalam
rumah sakit itu saya diterima dengan tangan terbuka; saya mendapat kamar yang
layak dan alat pemanas dalam kamar itu dipasang. Keadaan saya di sini lebih
baik dari di Veurne, Saya makan di rumaha sakit itu. Peluk ciumku Ibu.”
Mei
1915 :
Anakku
yang ku cintai, di Chalons saya harus menunggu delapan jam dan baru pukul lima
tadi pagi-lah saya tiba di Verdun. Mobil itu sudah ada di sana. Dimulai dengan
organisasi. Ibumu.”
Pada
suatu malam bulan April dalam tahun 1915, madame Curie pulang ke rumah dengan
muka agak pucat dan lesu sedikit. Dengan tidak menjawab orang yang menanyakan
halnya dengan perasaan takut, ia amengunci dirinya dalam kamarnya. Ia merungut.
Ia
merungut, oleh karena mobilnya, sewaktu mereka pulang dari rumah sakit Forges,
jatuh dalam selokan, disebabkan supir kurang hari-hati. Mobil itu telah jatuh
terbalik dan madame Curie yang juga ada di dalamnya ditengah-tengah
perkakas-perkakas itu telah terjepit di bawah peti-peti yang berjatuhan. Ia
sanagat makan hati. Bukan akrena ia mendapat luka sedikit tetapi disebabkan
mengingta – untuk pertama kalinya – kemunngkinan negatip-negatip radiologi yang
dibikinnya itu telah terpecah belah. Akan tetapi walau pun demikian ia ketawa
terbahak-bahak di bawah peti yang menimpanya, karena supirnya yang gugup
kehilangan akal itu berlari-lari sekeliling mobil yang rusak itu sambil
bertanya dengan suara yang hampir tak kedengaran : “Madame! ... Madame ! Apakah
Nyonya masih hidup?
Dengan
tak menceritakan kecelakaan itu ia telah menyembunyikan dirinya sambil mengurus
luka-lukanya yang pada umumnya tak ada artinya. Berita dalam surat kabar yang
melaporkan kecelakaan itu dan pembalut yang berlumur darah membuka rahasia itu
bagi teman-temanny, tetapi segera ia telah berangkat lagi dengan tasnya yang kuning,
topinya yang bundar dan dalam bungkusannya disimpannya portepuil besar “untuk
orang laki-laki” yang dibelinya “untuk melanjutkan perang.”
Dalam
tahun 1918 ia lupa portepuilnya itu terletak dalam sebuah laci dan sampai tahun
1934 sehabis wafatnya tak ada lagi orang yang pernah memegangnya. Di dalamnya
tersimpan sebuah kartu badan atas nama “madame Curie, direktur Jabatan
Radiologi” sepucuk surat dari Sekretaris kedua dari Staf Artileri dan Peluru
yang “membenarkan madame Curie mempergunakan mbil-mobil ketentaraan.” Dan
selusin perintah-perintah untuk “tugas-tugas istimewa” dari Perserikatan Wanita
Perancis. “empat buah gambar : Sebuah dari madame Curie,s ebuah dari bapaknya
dan dua buah gambaran ibunya. Selain dari itu dua buah antong yang kosong yang
dahulu kala dipakainya sebagai tempat simpananbiji tanam-tanaman yang pasti
telah ditanamnya, sambil melanjutkan perjalanan-perjalanannya, timana
Laboratoriumnya itu. Di atas kantong-kantong itu tercantum tulisan sebagai
berikut : Rosmarin berkhasiat obat. Ditaburkan antara bulan April sampai bulan
Juni sebagai buah-buahan yang berbiji.
Madame
Curie taka ada membeli pakaian istimewa untuk pekerjaanya yang luar biasa ini.
Di atas pakaiannya yang telah buruk itu diletakkannya pita Palang merah di
sebelah lengan bajunya, tetapi tak pernah dipakainya kudung juru rawat : Di
rumah sakit ia bekerja dengan kepala gundul dan berpakaian celemek laboratorium
yang putih dan sederhana.
“Dari
Irene saya mendapat kabar bahwa encik sedang beada di sekitar Verdum” ditulis keponakannya
Maurice Curie yang masuk bagian artileri di Vauquois “Semua mobil-mobil yang
membawa orang-orang sakit telah saya periksa sepanjang jalanan di sini, tetapi
yang saya lihat tak lain dari kupiah-kupiah beemas-emasan dan saya pikir tak
ada diganti-ganti pembesar-pembesar ketentaraan menurut peraturan-peraturan
cara encik bertutup kepala itu. Agaknya encik masih gundul.”
Pengembara
itu tak sempatt mengurus rumah tangganya. Irene dan Eve belajar merajut
baju-baju panas sebaik mungkin untuk serdadu-serdadu; mereka mengikuti
perjalanan perang dengan mencucurkan peniti-peniti di tempat-tempat yang
penting untuk strategi seperti ternyata dari sebuah petea yang tergantung di
dinding bilik makan mereka. Madame Curie memaksa anak-anaknya itu berlibur
wlaupun ia sendiri tak sempat cuti – akan tetapi hingga itu sajalah yang
diurusnya. Dibiarkannya Irene dan Eve tinggal di tempat tidur mereka sewaktu
beberapa buah Zeppelin mengadakan serangan atas kota Paris, walau pun
sebenarnya anak-anak itu harus mencari perlindungan dalam kolong di bawah
tanah; tak keberatan pula ia jika anak-anaknya itu dalam tahun 1916
menggabungkan diri mereka dalam sekumpulan orang-orang pengetam yang
menggantikan kaum lelaki yang telah dimobilisasi; begitu pula tak
diperdulikannnya apabila anak-anaknya itu selama limabelas hari memotong
tanaman gandum, emngikatnya dan menebah; dibiarkannya pula mereka tinggal di
Paris dalam tahun 1918 walau pun kota itu diserang tembakan meriam Bertha
Gemuk. Saya pikir ia tak suka anak-anaknya itu terlampau hati-hati dan
bermanja-manja.
Eve
belum lagi dapat menyumbangkan tenaganya akan tetapi Irene sejak ia berumur
tujuhbelas tahun telah mempelajari radiologi dengan tak mengabaikan
pelajarannya di Sorbonne. Mula-mula ia pembantu ibunya, sesudah itu dilaksanakannya
beberapa perintah perintah. Madame Curie menyuruhnyanke rumah-rumah sakit dan
baginya dalah keadaan biasa jika Irene yang memikul tanggung jawab yang berat
itu dibandingkan dengan umurnya yang masih muda itu, beberapa hari lamanya
tinggal di sekitar ketentaraan di Veurne, Hoogstade dan Amiens. Pertalian
silaturahim yang erat mengikat madame Curie dengan anak gadis ini.
Wanita
Polandia itu tidak seorang diri lagi. Sekarang dapatlah ia berbicara tentang
pekerjaannya atau tentang kesukaran-kesukarannya sendiri dengan seorang
pembantunya, seorang temannya.
Dalam
bulan-bulan pertama semasa peperangan ia telah berunding dengan Irene tentang
sesuatu hal yang penting.
“Pemerintah
meminta kepada khalayak ramai menyerahkan emas mereka tak berapa lama lagi maka
akan dikeluarkan Pemerintah pinjaman naisonal, katanya kepada anaknya itu.
“Saya akan memberikan emas saya yang tak banyak itu. Sebagai tambahannya akan
saya berikan juga bintang-bintang emas yang saya terima berhubung dengan
pekerjaansaya dalam lapangan ilmu pengetahuan; tak ada gunanya bintang-bintang
itu bagi saya. Tetapi ada lagi hal yang lain : Karena kemalsan belum saya ambil
jumlah uang yang dianugerahkan kepada saya berhubung dengan hadiah Nobel untuk
kedua kalinya itu. Uang yang merupakan
bagaian terbesar dari harta kita itu masih tinggal di Stockholm. Karena itu
saya ingin memindahkan mata uang Kron Swedia itu kemari dan mempergunakannya
sebagai sumbangan saya dalam pinjaman perang. Negeri kita ini sangat
membutuhkannya, tetapi tak tinggi angan-angan saya dalam hal ini : Uang itu
banyak kemungkinannya akan hilang lenyap. Karena itu saya tak mau mengambil
tindakan gila ini sebelum saya mendapat persetujuan dari engkau.
Setelah
ditukar dengan franc maka Kron Swedia itu menjadi surat-surat yang berharga “
surat-surat pinjaman nasional” dan “surat-surat pinjaman suka rela” yang
semuanya lambat laun semkain berkuran seperti telah diramalkan madame Curie
terlebih dahulu. Emasnya itu dibawanya ke Banque de France : pegawai yang
meladeninya itu mau menerima mata-mata uang itu akan tetapi dengan marahnya
ditolaknya untuk mengirim bintang yang bergelora itu ke tempat peleburan.
Madame Curie tak merasa diangkat-angkat akrena perbuatan pegawai itu. Menurut
pendapatnya adalah itu semacam kepercayan takhayul yang menggelikan hatinya dan
sambil mengangkat bahu dibawanya bintang-bintangnya itu kembali ke
laboratoriumnya.
Apabila
ada waktu terluang baginya maka duduklah madame Curie melihat
tanaman-tanamannya yang tumbuh dengan suburnya. Dipandangnya ke arah isntitut
Radium yang masih baru tetapi sekarang telah ditinggalkan itu. Diingatnya para
pembantunya, semuanya di medan perang dan terkenang ia asistennya yang paling
disukainya, yaitu orang Polandida Yan Danisz yang gugur sebagai pahlawan. Ia
mengeluh. Pabilakah berakhir riwayat yang berlumuran darah itu? Pabilakah lagi
dapat ia kembali melanjutkan pekerjaannya dalam lapangan ilmu fisika itu?
Tetapi
ia tak suka bermimpi-mimpi hampa dan dengan tak mengabaikan hasratnya berbakti
untuk keperluan peperangan dimulainya mempersiapkan diri menyambut masa
perdamaian. Daapt diusahakannya memindahkan laboratoriumnya dari jalan Cuvier
ke jalan Pirre Curie. Sehabis membungkus-bungkus, dimuatnya dan dibongkarnya
pula barang-barang itu dengan mengendarai mobil radiologi yang telah tua itu
dari gedung yang satu ke gedung yang lain laksana semut bekerja, tetapi dengan
segera nampaklah hasilnya : laboratoriumya telah siap! Madame Curie
menyempurnakan perlengkapannya itu dengan melindunginya bangunan turunan tempat
menyimpan zat-zat radio aktif dengan sebuah kubu terdiri dari goni-goni pasir
yang mengagumkan. Dalam tahun 1915 diambilnya kembali radiumnya yang segram itu
dari Bordeaux dan diserahkannya untuk dipergunakan negerinya itu.
Radium
seperti sinar X berkhasiat obat buat tubuh manusia. Dalam tahuun 1914 belum
juga lagi diusahakan pemerintah mengorganisasi pengobatan semacam itu sehingga
sekarang juga terpaksa madame Curie mencari seribu akal, sambil mewujudkan
segala sesuatu. Maka diserakannya radium itu guna pemakaian suatu “Jabatan
emanasi”, tiap-tiap minggu diambilnya gas yang dilepaskan radium itu dan
disimpannya dalam tabung-tabung yang dikirimnya ke Hospital du Grand Palais dan
ke pusat-pusat perobatan yang lain-lain, supaya dipergunakan menyembuhkan
parut-parut yang berbahaya dan jejas-jeja skulit yang lain.
Mobil
radiologi, pos-pos pembantu untuk radiologi dan jabatan emanasi, belum cukup
lagi madame Curie. Kekurangan pembantu-pembantu yang cukup dilatih mengusik
pikiran madame Curie, Maka diusulkannya kepada Pemerintah membuka dan mengurus
kursus radiologi.
Tak
berapa lama maka berkumpulan sejumlah duapuluh orang wnaita juru rawat
untukmengikuti pelajaran pertama di Institut Radium. Yang idajarkan ialah
pelajaran-pelajaran teori tentang ilmu listrik dan sinar Roentgen, latihan-latiha
praktik dan ilmu urai tubuh. Guru-gurunya aialah : madame Curie, Irene Curie
dan seorang wanita sarjana yang sangat manis budi pekertinya. Marthe Klein.
Wanita-waniat
pembantu madame Curie sebanyak seratus lima puluh orang yang dididiknya dari tahun
1916 sampai tahun 1918 berasal dari segala lapisan masyarakat; beberpa orang di
antaranya sangat kurang penegtahuannya. Mula-mula mereka egan-segan melihat
madame Curie; wanita agung itu. Tetapi tak berapa lama maka mereka terpikat
hatinya olehcara penyambutan lemah lembut dan bersifat persaudaraan oleh ahli
ilmu fisika itu. Madame Curie sangat pandainya mengajarkan ilmu pengetahuan
kepada orang-orang biasa ini dengan menunjukkan mukjizat-mukjizat yang
tersimpul dlam ilmu pengetahuan itu. Berkat cintanya melihat pekerjaan baik maka ia selalu kegirangan
hati. Seakan-akan ia sendiri yang menghasilkan pekerjaan itu – apabila seorang
muridnya, bekas pelayan kamar, untuk pertama kalinya berhasil mencuci sebuah
lempeng periksa sinar X dengan sangat pandainya.
Teman-teman
seperjuangan Perancis juga meminta bantuannya. Sejak tahun 1914 dikunjunginya
berulang-ulang rumah-rumah sakit di Belgia dan dalam tahun 1918 dilaksanakannya
ats permintaan pemerintah Italia suatu
tugas menyelidiki tampat-tempat yang mengandung zat-zat radio aktif di Italia
Utara. Tak berapa lama sesudah itu diterimanya dua puluh orang serdadu Amerika
dilaboratoriumnya dan mereka pun diajarnya ilmu pengetahuan radio aktif.
Berkat
pekerjaanya yang abru itu banyaklah ia bertemu dengan orang-orang dari segla
lapisan dan golonga. Beberapa orang ahli bedah yang insyaf akan faedah
sinar itu bergaul dengan dia sebagai
seorang pembantu yan dihargai dan sebagai seorang rekan yang berjasa. Yang lain
yang kurang fahamnya mengamat-amati perkakas-perkakas dengan curiga. Apabila
beberapa percobaan-percobaan radioskop mendapat hasil yang baik maka mereka pun
bergirang “karena semuanya memuaskan” dan mereka hampir tak percaya apabila
dirasa mereka ditempat yang diterangi sinar X dan ditandai madame Curie itu
dibawah pisau urai, sebuah pecahan granat yang telah dicari-cari mereka dengan
sia-sia dalam daging yang menderita itu. Dengan tiba-tiba mereka mendapat
keyakinan dan dengan panjang lebar mereka memperbincangkan kejadian itu,
seolah-olah mereka melihat sesuatu mukjizat....
Kaum
wanita yang gaya, pelindung-pelindung rumah-rumah sakit itu, memandang-mandang
wanita yang berpakaian sederhana itu dan lupa menyebutkan namanya itu dan kerap
kali mereka memperlakukannya sebagai seorang rendahan. Madame Curie selalu geli
hati melihat salah faham semacam ini dan apabila preasaan congkak semacam itu
menimbulkan sakit hatinya maka dilepaskannya marahnya tiu dengana menceritakan
tentang seorang juru rawat dan seorang serdadu yang merupakan
pembantu-pembantunya yang bekerja keras sambil mendiam : Raja Ratu Elisabeth
dan Raja Albert dari Belgia.
Madame
curie yang serignkali bersifat menjauhkan diri dan tak peramah, sangat manisnya
terhadap orang-orang luka. Kaum petani
dan kaum buruh kadang-kadang takut melihat alat roentgen dan mereka bertanya apakah tak sakit diperiksa itu. Maka ditetapkannyalah
hati orang-orang itu. “Lihatlah nanti, tak ada bedanya seolah-olah kau
digambar. Ada beberapa sifatnya yang menarik hati mereka suaranya yang lemah
lembut, tangannya sigap, hati penyabar dan penghormatan tinggi dan tak
terhingga terhadap hidup manusia. Untuk memelihara orang dari bahaya,
penderitaan atau pengudung dan rompong ia bersedia bekerja mati-matian. Ia tak
pernah putus asa dalam sesuatu hal
sebelum dijalankannya segala daya upaya.
Tek
pernah ia berbicara tentang beban dan bahaya-bahaya yang dialaminya atau yang
mengancamnya selama empat tahun itu. Tak pernah ia membicarakan letih payah
yang tak terperi itu. Bahaya maut atau akibat-akibat ganas dari sinar X dan
radium itu terhadap alat-alat tubuhnya yang telah banyak menderita itu.
Terhadap teman-temannya ia selelu bermuka manis, bahkan air mukanya selalu
girang nampaknya – lebih girang dari biasa. Masa perang ini telah menganugerahkan sifat periang bagi
madame Curie dan sifat inilah topeng sebagus-bagusnya untuk keberanian.
Walau
pun demikian tak banyak suka ria dalam hatinya! Kekuatiran teentang
teman-temannya mengusik pikirannya – juga diingatnya pekerjaannya yang
terbengkelai dan sanak saudaranya di Polandia yang tak pernah lagi mengirim
kabar – dan ia ngeri hati memikirkan kebuasan kegilaan yang menyergap dunia
ini. Ingat-ingatan kepada ribuan tubuh manusia yang dilihatnya seakan-akan
diiris-iris itu, kepada keluh kesah, jerit-jeritan masih lama lagi akan
menimbulkan perasaaan muram dalam hidupnya.
Dentuman-dentuman
meriam yang mengumumkan gencatan senjata datang dengan tiba-tiba bagi madame
Curie yang sedang bekerja di laboratoriumnya. Timbul keinginan dalam hatinya
mengenai Institut itu dan bersama-sama dengan pembantunya. Marthe Klein,
dijalannya semua toko-toko di sekitarnya dan mencari bendera-bendera Perancis.
Dimana-mana pun tak dapat lagi bendera dibeli, maka dibelikanlah kain tiga
arnanya yang dengan torgopoh-gopoh dijahit waita pekerjaanya menjadi bendera
yang kemudian diapsangnya dekat jendelanya. Madame Curie yang gemetar
kegimbaraan gugup tak dapat tinggal duduk berpangku tangan. Karena itu ia pergi
bersama-sama dengan Marthe Klein mengendari mobil radiologi yang telah penuh
lekok-lekokan dan garuk-garukan sehabis pekerjaan selama empat tahun, Seorang
murid P.C.N. sebagai sopirnya petunjuk jalan bagi mereka melalui
jalanan-jalanan yang penuh dengan orang-orang yang merasa berbahagia dan
semarak. Di Place de la Concorde khalayak ramai menahan mobil itu sehingga tak
dapat ia meneruskan perjalanannya lagi. Beberapa orang naik di atasnya dan
apabila mobil madame Curie itu akhirnya berjalan terus lagi maka turutlah
diangkatnya kira-kira sepuluh orang penumpang istimewa yan sepagi-paginya itu
menduduki mobil yang bertingkat-tingkat dengan buat-buatan itu.
Bagi
madame Curie ada dua macam kemenangan, bukan hanya satu : Polandia telah
bangkit kembali dari baranya dan sehabis masa seabad diperbudak-budak maka
Polandia menjadi negara yang merdeka kembali.
Mania
Sklodowski dari dahulu kala itu terbayang dalam hatinya masa mudanya yang
berlalu dalam penindasan. Kalau begitu tidaklah sia-sia ia sebagai anak kecil
telah memakai akal dan bersifat kelakuan culas sebagai senjata menentang
pegawai-pegawai tzar; tak sia-sia pula ia turut dengan sembunyi mengunjungi
Unipersitet besama-sama dengan teman-temannya dan ada juga faedahnya diajarinya
anak-anak kaum tani di Szacozuki membaca dan menuis ... Impian cinta tanah air”
yang hampir tak mau dikorbankannya untuk panggilan sukmanya dan cinta kasihnya
terhadap Pierre Curie, sekarang telah menjadi kenyataan di hadapan mukanya!
Madame
Cuire menulis kepada Yosep Sklodowski, bulan Desember 1920 :
Demikianlah
kita “yang ditakdirkanuntuk kebaktian dan terbelnggu sejak kita dilahirkan>’
(Adam Mikkiewicz) turut mengalami tanah air kita bangkit kembali seperti kita
idam-idamkan selama ini. Tadinya tak ada harapan kita akan melihat tibanya saat
ini, kita berfikir bahwa anak-anak kitalah yang bisa mempersaksikannya.
Tetapi
sekarang telah tiba saat itu, bagi kita juga!C Benarlah bahwa tanah air kita
telah benyak menderita sebelum menerima bahagia ini dan akan banyak lagi
penderitaannya di kemudian hari. Tetapi dapatlah dibandingkan bayangan-bayangan
keadaan sekarang ini dengan perasaan kesal dan putus asa yang akan melemaskan
kita, sekiranya sehabis perang ini Polandia tetap terbelenggu dan terpecah belah?
Seperti engkau juga, siapapun mempunyai harapan baik untuk hari kemudian tanah
air kita itu.”
Harapan
dan idam-idaman ini menghiburkan hati madame Curie dalam kesulitan-kesulitan
hidupnya sendiri. Karena peperangan pekerjaannya di lapangan ilmu pengetahuan
telah terbengkelai semuanya. Masa perang itu juga mengganggu kesehtannya dan
karena perang itu pula hartanya hilang lenyap seluruhnya. Uang yang
diserahkannya itu untuk pemerintah, telah menghilang laksana salju dipanas
matahari dan apabila direnungkannya keadaan madinya, maka ia merasa ketakutan :
ia telah berumur lima puluh tahun lebih dan hampir jatuh kemiskinan. Untuk
nafkahnya hanya gajinya sebagai maha guru sejumlah duabelas ribu franc setahun
dan dari gaji itu jugalah harus dibelanjainya anak-anaknya tu. Apakah masih
cukup tenaganya melanjutkan pekerjaannya itu dan dalam masa sebelum ia dapat
pensiunnya, di samping jabatan itu, memimpin laboratoriumnya itu>
Tetapi
apalah gunanya bersusah resah pikirana tentang ini? Dengan tak meletakkan “jabtannya
semasa peperangan” itu (dua tahun lamanya masih datang murid-murid belajar
radiologi di Institut Radium itu) dicemplungkanlah dirinya dalam gairah hidunya
: Ilmu fisika. Ia menerima undangan menulis sebuah kitab tentang Rasiologi dan
peperangan, dalam buku itu diuji-pujinya kenikmatan-kenikmatan yang diberikan
penemuan-penemuan dalam lapangan ilmu pengetahuan. Pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan para penyelidik dengan taka da putus-putusnya dan arti pekerjaan
itu untuk segala manusia. Pengalaman-pengalamannya di masa yang pahir itu
merupakan dorongan baginya memuja-muja ilmu pengetahuan lebih-lebih lagi dari
dahulu kala.
....
Sejarah radiologi semasa peperangan itu membuktikan dengan nyata bagaimana
luasnya pemakaian-pemakaian penemuan-penemuan ilmu pengetahuan sejati dalam
keadaan-keadaan tertentu. Sehingga pecahnya peperangan sinar X itu hanya
terbatas saja faedahnya. Maalpetaka dahsyat yang menimpa kemanusiaan dan
meminta korban yang bertimbun-timbun banyaknya itu telah emnimbulakn reaksi
berupa keinginn yang meluap-luap semangatnya hendak memelihara yang masih
terpelihara dan mempergunakan segala daya upaya untuk melindungi dan memelihara
hidup manusia.
Maka
dengan segera dapatlah kita lihat bagaimana diusahakan dengan segala daya upaya
agar sinar X itu dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Apa yang dahulu sulit
nampaknya, sekarang menjadi gampang dan dipecahkan dengans egera masalahnya.
Perlengkapan dan pegawai-pegawai bertambah-tambah dengan cara yang mengagumkan.
Mereka yang tak mempunyai pengartian, mengalah dan menerima dengan sabar;
mereka yang tak mengetahui, sekarang mendapat pelajaran dan mereka yang dahulu
bersifat tak perduli, sekarang mencurahkan perhatian dan minat mereka. Dengan
cara sedemikian maka penemuan dalam dunia imu pengetahuan telah mendapat
lapangan pekerjaanyang meleuas dan pertumbuhan semacam itu dialami terapi
radium pula seperti juga kejadian dalam pemakaian sinar-sinar radio aktif untuk
ilmu pengobatan.
Kesimpulan-kesimpulan
manakah yang dapat diambil dari bagian yang tak disangka-sangka ini, bahagia
yang untuks ebagian dapat diperoleh berkat pancaran-pancaran baru di diketamui
Ilmu Pengetahuan di akhir abad ke sembilan belas ini? Bagi saya adalah ini
berarti bahwa keyakinan kita dalam penyelidikan-penyelidikan yang tak loba itu
harus diperteguh dan pujian kita terhadapnya harus dipertinggi.”
Adalah
hampir tak mungkindalam karangan yang tehnis dan sederhana ini menggambarkan
bagaimana pentingnya usaha-usaha madame Curie sendiri. Alangkah pintarnya
memikirkan akal bersembunyi dalam kalimat-kalimat yagn tak mengandung arti bagi
dirinya sendiri, alangkah tegarnya hatinya menggundurkan diri dan tinggal dalam
bayang-bayang kenyataan! Bagi madame Curie adalah perkataan “saya” bukan
mengandung isi kebencian atau sindiran, baginya perkataan itu sekali-kali tak
ada. Seolah-olah jasanya diwujudkan makhlluk-makhluk ajaib yang disebutkannya
bergani-ganti “Organisasi pengobatan” atai “orang” satau pun sesekali “kami”. Penemuan radium
sendiri diselubunginya dengan nama “Pancaran-pancaran baru yang diketemui ilmu
pengetahuan di akhir abad ke sembilan belas!” Apabila ia terpaksa berbicara
tentang dirinya sendiri, maka diikhtiarkannya bersembunyi di belakang khalayak
ramai yang tak mempunyai nama :
“Karrena
saya ingin ... seperti orang-orang lain juga. – menyumbangkan tenaga saya
kepada Pertahanan Nasional semasa yang baru lampau itu, maka dengan segera saya
telah bekerja ke jurusan radiologi....”
Akan
tetapi ada suatu hal yang kecil nampaknya membuktikan bahwa ia insyaf telah
memberikan tenaganya sebaik-baiknya dan dalam segala kejujuran untuk Perancis.
Dahulu telah ditolaknya penghormatan Legiun Kehormatan dan di kemudian hari
akan ditolaknya pula sekali lagi. Tetapi sahabt-sahabatnya mengetahui bahwa
sekiranya ia dalam tahun 1918 berdasarkan “pertimbangan-pertimbangan
ketentaraan” diusulkan mendapat bintang itu, apsti akan diterimanya.
Tetapi
tak perlu ia menyimpang dari asas-asasnya itu. Banyak “nyonya-nyonya” yang
mendapat bintang dan penghormatan ... Tetapi ibu saya tak mendapat sesuatu apa
pun. Beberapa minggu kemudian tak ada lagi ingatan kepada peranannya dalam
hikayat yang menyedihkan itu. Walau pun ia telah berjasa secara mengagumkan,
tak ada seorang pun yang mengingat menghiasai baju madame Curie itu dengan
sebuah bintang kemiliteran.
BAB. XXII : DAMAI, BERLIBUR DI LARCOUEST
Dunia
telah reda kembali. Dari jauh diikuti madame Curie dengan penuh kepercayaan dan
pengharapan yang lambat laun semakin berkurang, pertumbuhan usaha-usaha mereka
yang membina perdamaian. Wanita yang penuh cita-cita ini pasti terharu
mendengar dalil-dalil seorang seperti Wilson dan mencurahkan kepercayaannya
terhadap Lembaga Bangsa-Bangsa. Dengan ketegaran hati dicari-carinya suatu jalan mencegah kekejaman
bangsa-bangsa. Impiannya ialah suatu piagam yang dengan sungguh-sungguh dapat
mengikis dendam dan benci – Atau pun semua orang bangsa Jerman ditumpaskan
seluruhnya, suatu hal yang saya sendiri tak dapat mengusulkannya, katanya
kadang-kadang , “atau harus diberikan kepada mereka suatu perdamaian yang dapat
dipenuhi mereka perjanjian-perjanjiannya.
Para
sarjana dari negeri-negeri yang menang dan kalah kembali mencari hubungan satu
sama lain dan madame Curie berkeinginan dengan hati yang tulus ikhlas melupakan
perjuangan yang baru dihentikan itu, walau pun dijaganya supaya ia jangan
berlebih-lebihan menunjukan perasaan pesaudaraan dan gairah seperti banyak
dilakukan oleh beberapa rekan-rekannya. Telah dibiasakannya bertanya, sebelum
ia mau menerima salah seorang bangsa Jerman : “Apakah ia turut menandatangin
Ikrar Sembilanpuluh tiga dahulu?” Jika sarjana itu turut menandatanginya,
madame Curie hanya bersifat hormat saja. Apabila sarjana itu tidak turut
membubuhi tandatangannya di Ikrar itu, maka diterima madame Curie ia dalam
suasana persaudaraan dan dibicarakannya masalah-masalah ilmu pengetahuan
bersama-sama rekannya itu dengan tulus ikhlas seolah-olah tak pernah ada
peperangan memisahkan mereka.
Tabiatnya
yang jarang diketemukan ini membuktikan bagaimana luhurnya tafsirannya tentang
tugas kewajiban kaum cerdik pandai di masa yang penuh kekeruhan. Ia tak
berpendapat bahwa orang-orang yang berjiwa besar itu dapat berdiri, “Di atas
rakyat jelata” empat tahun lamanya ia telah berbakti untuk negeri Perancis dan
banyak jiwa manusia terpelihara berkat usahanya itu. Tetapi ada beberapa
tindakan-tindakan yang menurut pendapatnya tak dibenarkan dilakukan oleh kaum
cerdik-pandai. Madame Curie mencela perbuatanpara penulis dan sarjana Jerman
yang turut menandatangani Ikrar itu seperti di kemudian hari dicelanya pula perbuatan
sarjana-sarjana Rusia yang menyetujui tindakan-tindakan politik Sovyet. Seorang cerdik pandai berkhianat
terhadap panggilan sukmanya manakala ia tidak senantiasa menjadi pemebela peradaban
dan kemerdekaan berfikir.
Madame
Curie tidak menyukai perang dan tidak bersifat memuja-muja sehabis ia turun
dalam perjuangan yang sengit itu. Apabila ia kembali memimpin laboratorium
dalam tahun 1919 maka ia tak lain dari seorang sarjana yang sempurna seperti
sedia kala.
Telah
lama diangankannya melihat gedung-gedung di jalan Pierre Curie dan dipakai
kembali. Yang terutama dipikirkannya ialah supaya usaha-usaha luar biasa semasa
peperangan itu jangan dirusakkan : jabatan emanasi; pencatuan tabung-tabung
“aktif” untuk rumah-rumah sakit berjalan terus di bawah pimpnan doktor Regaud
yang telah didemobilisasi dan bekerja kembai dalam pavilyun ilmu hayat. Dalam
pavilyun ilmu fisika madame Curie beserta pembantu-pembantunya sedang
melanjutkan percobaan-percobaan yang terbengkaleai dalam tahun 1914 dan di
samping itu mereka mengadakan percobaan-percobaan yang baru pula.
Berkat
hidupnya yang lebih nyaman itu sekarang dapatlah madame Curie memikirkan hari
kemudian Irene dan Eve yang telah menjadi orang anak gadis yagn tegap dan lebih
besar dari ibu mereka itu. Yang tertua dari mereka, mahasiswa berumur duapuluh
satu tahun, tenang dan bersifat kesetimbangan secara luar biasa, tak pernah
sangsi-sangsi tentang panggilan sukmanya: Ia ingin menjadi hali ilmu fisika,
atau lebih jelas lagi ; ia ingin mempelajari radium. Kemegahan dan ciptaan
orang tuanya itu tidak menyebabkannya berputus asa atau bersifat cabar. Dengan
sifat sederhana yang mengagumkan dan dengan kejamakan diturutinya jejak Pierre
dan madame Curie. Tak bertanya ia dalam hatinya apakah jalan hidupnya akan sama
atau kurang gilang-gemilangnya dari jalan hidup ibunya itu; ia tidak merasa
tertekan karena nama yang terlampau termasyhur itu. Berkat cintanya yang tulus
ikhlas terhadap Ilmu Pengetahuan dan sifat-sifat pembawaannya, hanya satu himat
tinggi terkandung dalam hatinya, buat selma-lamanya bekerja dalam laboratorium
yang dilihatnya di dirikan dan temat bekerja sebagai “asisten yang dikuasakan”
sejak ia diangkat di sana dalam tahun 1918.
Pengalamannya
sendiri dan contoh yang diberikan Irene itu menimbulkan kepercayaan madame
Curie bahwa bagi orang-orang muda tidak sulit mencari jalan mereka dalam
sestan-sesatan hidup manusia ini. Ia tercengang melihat kesukaran-kesukaran dan
tabiat putar balik Eve. Berdasarkan pendiriannya yang menghormati hak anak-anak
uda menentukan nasib mereka sendiri dengan secara merdeka, dan berhubung dengan
penghargaannya yang melebih-lebihi terhadap akal budi mereka. Terhadap anak
gadis itu. Yang diingininya ialah supaya Eve yang pembawaannya mengarah ke
lapangan ilmu pengetahuan itu, belajar ilmu ketabiban dan teristimewa cara
pengobatan dengan radium. Akan tetapi walau pun demikian tak dipaksanya anaknya
itu ke jurusan itu. Dalam suasana penuh perasaat persatuan yang tak kunjung padam,
diberikannya bantuannya untuk segala rancangan-rancangan bolak-balik anaknya
itu; ia bergembira apabila Eve belajar main musik dan dibiarkannya anaknya itu
sendiri memilih guru-gurunya dan caranya bekerja .. Beban kemerdekaan
dipikulnya ke atas bahu seorang makhluk yang diobrak-abrikan kebimbangan dan
yang sebenarnya membutuhkan dirinya menaati keputusan-keputusan yang tegas.
Bagaimanakah
mungkin ia dapat melihat kesifatannya itu, madame Curie yang menuju janjinya
dengan pimpinan bisikan hati sanubari keahliannya yang tak oleh salah itu,
sekali pun ia banyak menemui kesukaran-kesukaran. Sampai hari akhirnya ia akan
menjaga dengan penuh kasih sayang anak-anaknya yang belain-lainan itu
tabiatnya, dengan tak menunjukkan kelebihan kasih sayangnya itu terhadap salah
soerang dari kedua anak-anak itu. Dalam segala gelombang kehidupan ia tetap
merupakan pelindung dan teman seperjuangan yang tulus ikhlas bagi Irene dan
Eve, Setelah Irene kawin maka dijaga madame Curie dua keturunannya dalam pahi
manis hidupnya.
Madame
Curie menulis kepada Irene dan Frederic Yoliot pada tanggal 29 Desember 1928.
“Anak-anakku
yang tercinta, saya menguapkan selamt tahun baru bagimu sekalian – artinya
kesehatan egembiraan dan usaha-usaha yang berhasil, setahun yang setiap hari
membawa kegembiraan hidup dengan tak menunggu-nunggu hari-hari berselang,
sebelum dapat menghargainya dan dengan tak mengharapkan hari-hari berikutnya
saja. Semakin berusia lanjut semakin terang bagi manusia itu bahwa adalah suatu
karunia : pandai mempergunakan waktu, suatu kurnia yang dapat dibandingkan
dengan Rakhmat Allah.
Saya
teringat kepada anakmu Hellene yang masih kecil dan beberapa keinginan untu
kebahagiaannya timbul dalam hati saya. Angat mengharukan melihat makhluk
sekecil itu dalam tumbuhnya, dan yang dengan penuh kepercayaan mengharapkan
segala-galanya dari orang tuanya dalam keyakinan bahwa engkau dapat merupakan
perisai antara dia dan semua duka cita. Kelak akan tiba saatnya yang memberikan
keinsyafan baginya bahwa ak sebanyak itu kekuasaanmu – akan tetapi sebenarnya
manusia itu berhasrat mempunyai kekuasaa menyanggupinya itu untuk anak-anaknya.
Setidak-tidaknya
adalah menjadi hutang orang tua bagi mereka mengusahakan agar mereka hidup
sehat, segar bugar, dalam keremajaan rukun dan sentausa, diliputi kasih sayang
yag memberikan kepercayaan bagi mereka selama mungkin.”
Madame
Curie menulis kepada anak-anaknya apda tanggal 3 Setember 1919 :
“...
Kerap kali saya ingat akan tahun bekerja yang telah dekat pula. Saya
terkenang juga kepada engkau masing-masing
dan saya renungkan bagaimana banyaknya suka ria dan kegembiraan engkau berikan
kepada saya, sekali pun ada juga yang menyusahkan pikiran saya terhadap engkau.
Sebenarnyalah engkau merupakan kekayaan terbesar bagi saya dan saya harap Tuhan
memberikan saya hidup beberapa tahun lagi bersma-sama dengan engkau dalam
kesejahteraan.”
Apakah
kesehatannya terganggu sehabis masa peperangan yang meletih lesukannya? Atau
apakah kesentausaan usia lanjut itu yang mulai menjelma? Setelah ia berumur
lima puluh tahun, madame Curie bertambah tenang perasaannya. Baru perkabungan
dan penyakit tak berapa sessak lagi dirasanya dan masa waktu telah meredakan
nestapanya. Ia tak menemui bahagia lagi, tetapi ia membiasakan dirinya merasai
kenikmatan hidup sehari-hari. Irene dan Eve selama ini hidup di samping seorang
wanita yang berjuang dengan duka citanya, akan akan tetapi sekarang mereka
mendapat seorang teman yang mukanya lebih tua dari dahulu, tetapi hati dan
badannya lebih muda; Irene, seorang penggemar olah raga, mengajak ibunya itu
meniru-nirunya, pergi berjalan-jalan jauh dengan dia dan diundangnya turut bersepatu es, naik kuda dan juga “meluncur
salju”. Dalam musim panas datanglah madame Curie menemui anak-anaknya di
Bretagne. Maka di kota kecil Larcouest dalam suatu daerah yang sangat permainya
yang tak dikunjungi orang-orang sembarangan, berliburlah tiga serangkai itu
dengan segala kesenangan hati.
Penduduk
kampung di tepi pantai Kanal ini, dekat Paimpol, semeata-mata orang-orang
nelayan dan tani .... dan maha guru dari Sorbonne! Penemuan Larcouest oleh ahli
sejarah Charles Seignobos dan ahli ilmu hayat Louis Lapicque dalam tahun 1895
bagi kalangan-kalangan Unipersitet serupa artinya dengan perjalanan Columbus.
Madame Curie (yang baru di belakang hari menuruti perkampungan para sarjana itu
yang dinamakan seorang wartawan melucu dengan “Benteng Ilmu Pengetahuan”),
mula-mula menginap di rumah salah seorang penduduk kampung itu, kemudian
disewanya sebuah tempat peristirahatan dan akhirnya dibelinya sebuah rumah
semacam itu, yang letaknya di tepi pantai, tersepi dan terbanyak diraungi
angin-badai, dan memandang ke lautan tenang penuh dengan pulau-pulau kecil
besar yang merupakan tampuhan gelombang sebelum mendekati pantai. Madame Curie
menggemari lampu menara. Rumah-rumah berlibur di musim panas yang disewanya
yang kemudian disuruh dirikannya, menyerupai satu sama lain : di suatu lapangan
yang luas sebuah rumah yang kecil sekali; di dalamnya bilik-bilik yang hampir
rubuh dan perabotannya sangat buruknya. Tetapi pemadangan dari rumah itu sangat
merawan hati.
Orang-orang
lalu lintas yang berjumpa setiap pagi dengan madame Curie jarang sekali –
wanita Bretagne yang membungkuk, petani-petani pemalas dan anak-anak yang
dengan senyuman menunjukkan gigi mereka yang telah rusak – tetapi semuanya
mereka memberikan salam kepadanya dengan suara yang sonor dan memanjang dengan
tekanan suara Bretagne ; Selamat pagi, madame Curie. Maka inilah ganjilnya!
madame Curie tidak mencoba melarikan diri, ia tersenyum dan dengan tekanan
suara Bretagne itu pula dijawabnya : “Selamat pagi, encik Le Golf ... Selamat
pagi tuan Quintin, atau lembih pendek, selamat pagi, kalau sambil malu tak
dikenalnya lagi orang yang memberikan salam hormat itu kepadanya.
Penduduk
kampung itu memberikan tanda hormat itu dalam susana perssamaan yang tak
mengandung perasaan kurang sopan, keinginan mengetahui segala-galanya, akan
tetapi semata-mata persahabatan dengan tak ada maksud-maksud tersembunyi,
Bukanlah karena radium “Radium” itu, bukanlah “karena namanya tersebut dalam
surat kabar” maka madame Curie mendapat tanda penghormatan ini. Ia dianggap
patut mnerima penghormatan itu setelah dua tiga kali ia aberisitirahat di sana
dan dilihat kaum wanita dengan kudung kepala yang putih itu dan rambut yang
disisir licin ke belakang, bahwa madame Curie adalah seorang dari mereka juga :
wanita petani.
Rumah
madame Curie itu serupa saja dengan rumah-rumah yang lain di kampung itu. Rumah
yang terutama di Larcouest, pusat perkampungan dan mahligai “hidup duniawi”,
adalah sebuah pondok yang rendah dan dikerumuni tanaman rambat, kembang-kembang
passi dan bunga-bunga fuchsia yang tinggi. Namun pondok itu dalam bahasa
Bretagne ialah “Taschen Vihan”, artinya : “Pangonan di kebun buah-buahan.”
Taschen Vihan itu mempunyai taman yang agak curam, penuh dengan kembang-kembang
warna-warni yang ditanam dengan tak memakai suatu cara kesennian tertentu.
Terkecuali di waktu angin timur pintu rumah itu selalu terbuka. Di sana berdiam
seorang sakti muda berumur tujuhpuluh tahun,Charles Seignebos, maha guru dalam
ilmu sejarah di Sorbonne; ia seorang orang tua sangat kecil badannya dan sangat
cepat gerak-geriknya, bongkok kecil dan senantiasa berpakaian pernel putih
denganragi hitam, yang bertambal-tambal dan telah kunign karena tuanya.
Orang-orang gkampung itu menamakannya “Tuan Seigmo” dan teman-temannya
memberikannya nama “Kapten”. Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata bagaimana
manisnya caranya mereka menghormati tuan itu dan tak dapat pula digambarkan
dengan kata-kata tingkah lakunya yang mana yang menyebabkan sepatutnyalah
diterimanya puja-pujaan dan kasih sayang yang melingkunginya itu. Orang “Teruna”
itu bersahabt dengan semua orang kaum lelaki dan mempunyai isteri lebih banyak
dari seorang pasya : tigapuluh, empat puluh teman-teman wanita, dari umur dua
tahun sampai delapan puluh tahun.
Dengan
melalui suatu jalan tanjakan di atas teluk Launay madame Curie pergi berjalan
ke Taschen. Sejumlah limabelas orang-orang pengikutnya telah berkumpul di depan
rumah dan mondar-mandir sambil menunggu-nunggu perjalanan sehari-hari ke
pulau-pulau. Tibanya madame Curie tak ada menimbulkan kegelisahan sedikit pun
antara rombongan yang nampaknya merupakan pertengahan antara sekulmpulan
perantau pengembara. Charles Seignobos dengan matanya yang bagus itu
tersembunyi di belakang kacamata cadok, menyambutnya dengan memberi salam ramah
tamah bercampur bengis : “Ah, itu dia madame Curie! Selamat pagi! Selamat Pagi!
Beberapa pemberian salam berkumandang lagi terdengar, maka madame Curie pun
duduk di tanah dikerumuni yang lain-lain.
Ia
bertopi jerami yang telah luntur, baju yang telah tua dan jekker yang tak
kunjung lusuh dari kain bulu domba yang
dibikin “oleh tukang jahit” kampung itu. Elisa Leff, untuk beberapa franc
menurut potongan yang serupa laki-laki dan perempuan, untuk sarjana dan
nelayan. Kakinya abersandal tak berkaos. Di dekatnya sebuah tas yang serupa
dengan lima belas buah tas yang lain berserak-serak di rumput dan berisi
pakaian mandi dan pakaian berenang. Alangkah senangnya hati seorang wartawan,
jika dengan tiba-tiba dapat ia mendekati kumpulan yang sentausa ini! Harus
berjaga-jaga agar jangan terinjak-injak salah seorang anggota Institut yagn
sedang berbaring dengan malasnya di tanah atau supaya jangan terbentur kepada
salah sebuah anugerah Nobel. Segala macam keahlian hadir di sana. Tuan hendak
berbicara tentang ilmu fisika? Di sanalah Yean Perrin, madame Curie, Andre
Debiarne dan Victor Auger. Tentang matematika dan perhitungan integral? Dapatilah
Emile Borel yang dalam pakaian amndinya itu nampaknya menyerupai seorang kaisar
kerajaan Rum dalam jubahnya. Ilmu Hayat dan Ilmu Fisika-astro? Louis lapicque,
Charles Maurain akan memberikan jawaban kepada tuan. Dan berkenaan dengan orang
sakti Charles Seignebos, anak-anak yang banyak jumlahnya diperkampungan itu, bercerita
satu sama lain dengan eprasaan takut kehormatan bahwa ia “mengetahui
segala-galanya tentang sejarah”. Tetapi yangmengherankan dalam kumpulan
anggota-anggota Unipersitet ini ialah bahwa mereka tak pernah membicarakan ilmu
fisika, sejarah, ilmu hayat atau matematika. Dan bahwa tak seorang pun
menghormati yang lain dan tak mengetahui tingkatan-tingkatan, bahkan satu sama
lainnya pun tak mengindahkan tan bersopan santun! Di sini manusia itu tidak
berbagi-bagi dalam guru-guru besar dan murid-murid, dalam tua dan muda. Di sini
manusia itu empat macam rupanya : kaum Philisten, “Orang-orang yang tak tahu
mengetahui”, yaitu tamu-tamu yang kebetulan datang di sana akan tetapinyang
diingini supaya mereka berlalu dari sana selekas mungkin. Kaum “Gajah”
teman-teman yang kurang pantas untuk hidup di laut : mereka dibiarka dengan
berbagai sindiran-sindiran. Sesudah itu pihak Larcouestien yang sepantasnyalah
memakai nama itu, kaum “orang laut”.
Akhirnya golongan orang-orang di bawah laut, mereka yang menjual arus-arus
teluk, yaoti pentolan-pentolan berenang cara crawl dan dayung dengan nama
julukan “Buaya”.
Madame
Curie yang tak pernah menjadi “Philisten” itu tak berhak memakai gelaran
“Buaya” tetapi menjadi “Pelaut” setelah mengalami masa percobaan yang pendek
sebagai “Gajah”.
Gembala
Charles Seignobos menghitung domba-dombanya dan memberikan tanda berangkat
“Budak-budak kapal” yang bertugas hari itu. Eve Curie dan Yean Maurain telah
melepaskan kapal-kapal yang akan dipakai hari ini dari perkapalan yang ada
sedia di pantai itu – dua kapal layar dan lima atau enam buah perahu dayung :
yang akan dipakai hari ini ialah “Sekoci besar” dan “sekoci Inggris”.
Kapal-kapal ini diumpil-umpil mereka ke pantai di suatu tempat yang merupakan
pangkalan jamak dibatu-batu karang.
Rombongan
menggemar berenang telah berdiri di pantai. Seignobos memanggil dengan suara
berolok-olok, riang dan pendek : “Naik kapal! Naik kapal!” Dan sedang
penumpang-penumpang naik kapal itu : “Mana regu yang pertama? Saya akan berikan
dayung pertama! Madame Curie duduk dekat kayuh-kecil dan Perrin serta Borel
dekat dayung besar, sedang Francis dekat kemudi!” Perintah-perintah itu diikuti
dengan patuh. Empat orang pendayung – empat orang maha guru dari Sorbonne,
empat orang-orang yang ternama – mengambil tempat duduk mereka dan menunggu
sambil memegang dayung mereka yang berat itu, dengan patuhnya perintah : Maju!
Yang akan diberikan Francis Perrin, juragan kapal itu, karena ia duduk dekat
kemudinya. Charles Seignobos memberikan dayung pertama dan diunjukkannya irama
sesama pendayungnya. Di belakangnya mendayung Yean Perrinsekuat-kuatnya
sehingga kapal itu berpaling. Di belakang Perrin duduk Emile Borel dan di
belakang Borel, di muka sekali mendayung madame Curie dengan irama tentu.
Sekoci yang bewarna putih dan hijau itu melaju dengan teratur di lautan yang
disinari mata hari. Dengan suaranya yang bagus dan merdu itu dimulai Charles
Maurain sebguah “lagu dayung” yang segera turut dilagukan para penumpang sekoci
itu :
“Ayah
menyuruh bikin rumah
“(Dayungkanlah
dayug kita)
“Oleh
delapanpuluh orang tukang batu ....
Pendayung-pendayung
dari sekoci yang lain pun menyanyikan salah satu lagu dari lagu lagu-lagu
sebanyak tiga empatratus buah yang lazim dinyanyikan di perkampungan itu dan
diajarkan Seignobos kepada tiap-tiap keturunan di Larcouest :
“Ada
tiga orang anak muda yang berangkat ke pulau-pulau
“Yang
berangkat ke pulau-pulau ada
“Ada
tiga orang anak muda ....
Setalah
dinyanyikan mereka dua tiga lagu, maka dilihat juru mudi sekoci itu arlojinya
dan menyerukan : Ganti mendayung! Tak diperdulikannya apakah
pendayung-pendayung itu telah payah atau tidak : sepuluh menit yang ditetapkan
terlebih dahulu telah lewat sejak mereka berangkat. Madame Curie, Perrin,
Borel, Seignobos diganti oleh empat orang lain dari perguruan tinggi, karena
diperlukan regu yang masih segar untuk melalui arus sungai yang kuat itu menuju
Roch Vras, dibantu karang besar dan bewarna ungu di pulau sepi, tempat mandi
setiap pagi bagi tamu-tamu di Larcouest.
Kaum
lelaki menangglkan pakaian mereka dekat sekoci-sekoci yang telah kosong itu, di
tepi pantai yang ditumbuhi lumut berwarna coklat; kaum wanita bertukar pakaian
di suatu tempat yang dinamakan “bilik wanita” karena dikerumuni
tanaman-tanaman, sehingga tak mungkin memandang ke dalamnya. Yang pertama
keluar dari tempat itu ialah madame Curie yang berpakaian renang berwarna
hitam. Maka masuklah ia ke dalam laut. Tepi pantai itu menurun dengan curam
sehingga sebentar saja sesudah masuk ke dalam air tak ada lagi tanah tempat
kaki berpijak.
Bayanagan
madame Curie sedang berenang dekat Roch Vras
dalam air yang dalam dan sejernih balur itu adalah salah satu dari
kenang-kenangan yang terbanyak mengharukan hati saya dan yang selama-lamanya
tersimpan dalam ingatan saya. Ia tidak mempergunakan cara berenang “Crawl” atau
trugeon” yang sangat bagus. Rambutnya yang telah beruban dan tersembunyi dalam
kupiah mandinya itu, serta mukanya yang telah berkerut itu, tak diingat lagi
apabila dilihat tubuhnya yang ramping dan sigap itu : lengannya yang bagus
putih itu dan gerak-geriknya yang ramai serta merawan hti laksana seorang anak
gadis.
Madame
Curie membanggakan diri karena tangkgasnya dan cepatnya berenang : antara dia
dan para rekan-rekannya dari Sorbonne ada persaingan yagn sportif dan tak
bergembar-gmebor. Anak-anaknya itu jugalah guru-gurunya berenang dan serentak
dengan itu teman kepercayaannya : “Saya pikir lebih pandai saya berenang
daripada Borel, katanya kadang-kadang.
Ibu
jauh lebih pandai. Tak dapat dibandingkan!
“Yean
Perrin pandai benar berenang hari ini, tetapi kemarin lebih jauh saya berenang
dariapda dia, masih kau ingat itu?
“Ya,
ada juga saya lihat dan sangat bagusnya itu. Sangat banyaknya bertambah
kepeandaianmu sejak tahun yang lamapu!
Madame
Curie suka benar mendengar pujian-pujian semacam itu. Karena diketahuinya bahwa
semuanya itu bukan buatan-buatan saja, tetapi diucapkan dengan segala
kejujuran. Walau pun ia telah berumur limapuluh tahun lebih ialah salah seorang
terpandai berenang dari mereka yang seumur dengan dia. Sehabis mandi ia
berdiang di panas mata hari dan makan roti sambil menunggu-nunggu mereka
berangkat kembali ke Larcouest. Dengan kata-kata singkat dinyatakannya
bagaimana girangnya ahatinya : “Alangkah senangnya di sini! Alangkah Indahnya !
Tenah
hari dan laut pantai sunyi senyap. Sambil mengolah gerak dengan berhati-hati
berangkatlah sekoci-sekoci itu dari tempat mandi itu, diiringi lagu-lagu yang
tak ada putusnya meraung di angkasa. Maka nampaklah pangkalan dekat rumah
Taschen itu. Dengan kaki telanjang dan bajunya disingkatkannya dan sambil
menjinjing sandal dan baju mandinya di tangannya, berjalanlah madame Curie
dengan gagahnya ke tepi pantai itu dengan melalui lumpur kehitam-hitaman dan
berbau tengik sedang terbenam samai buku kakinya. Orang penduduk Larcouest yang
sekiranya ingin membantunya itu membawa tasnya karena usianya, akan
memandangnya dengan tercengang sambil menolaknya. Di sini tak dibiasakan saling
membantu dan pasal I dari undang-undang kelompok ini bunyinya ialah : Jangan
bekerja terlampau keras!
“Orang-orang
laut” itu makan siang bersama-sama dan jam dua mereka akan bertemu lagi di
Taschen untuk ergi berdarmawisata – seperti dibiasakan mereka setiap hari –
dengan kapal Eglantine dengan layarnya yang putih-putih itu dan yang bagi
Larcouest merupakan keistimewaan pandangannya. Madame Curie tidak turut dalam
perjalanan ini.
Madame
Curie tak suka berkapal-layar itu sambil berpangku tangan saja. Maka tinggallah
ia seorang diri di rumah – laksana sebuah menara laut yang ditinggalkan
anak-anaknya – memeriksai beberapa karangan-karangan ilmu pengetahuan atau pun
ia pergi bercocok tanam. Sehabis perjuangannya dengan duri-duri sambil bercocok
tanam itu ia penuh parutan berlumuran darah, kakinya penuh garutan, tangannya
kotor dan penuh duri-duri.
Mendingan jugalah kalau ini saja
luka-lukanya, tetapi kadang-kadang sekembali mereka dari darmawisata dilihat
Irene dan Eve ibu mereka yang berusaha itu, buku kakinya terkilir atau ibu
jarinya hampir hancur karena pukulan tukul yang terlanjur.
Menjelang
jam enam pergilah madame Curie mandi untuk kedua kalinya di pantai dan sesudah
itu ia kembali ke Raschen dengan melalui pintu yang senantiasa terbuka itu. Di
belakang jendela besar yang menghadap ke teluk itu duduk di kursi tangan
seorang nyonya tua yang sangat lucunya dn sangat merawan hati, yaitu madame
Curie. Ia tinggal di rumah ini dan dari tempat ini dilihatnya setiap malam
penggemar-penggemar berlayar pulang dari perjalanan mereka. Bersama-sama dengan
dia madame Curie menunggu-nunggu sampai kelihatan layar-layar Eglantine
menjelam di laut yang telah remang-remang disinari kemerahan mata hari terbenam
Para penumpang kapal layar naik ke darat dan mereka berjalan menuju rumah
Taschen itu. Irene dan Eve pun tiba dengan lengan bewarna kegangsaan dan
berpakaian baju-baju yang murah harganya serta rambut mereka dihiasi kembang
teluki merah yang menurut kebiasaan sejak dari dahulu kala diberikan Charles
Seignobos kepada mereka, sebelum berangkat. Kebiasaan bermain-main seperti
kanak-kanak atau hidup dalam air dan terik panas seperti orang-orang biadab
setengaha telanjang kelak akan menjadi cara hidup yang sangat digemari dan
ditiru-tiru khalayak ramai, mau pun dari kalangan perlente, baik pun dari
golongan yang bersahaja. Tetapi di masa sehabis perang itu kebiasaan itu
menimbulkan celaan dari pihak “mereka yang tak faham”. Kami telah mendahului
mode limabelas tahun tatkala kami menemui hidup di atas dan dalam laut,
sayembara-berenang, berdiang di panas mata hari dan berkemah di pulau-pulau
yang terpencil.
Sehabis
makan siang madame Curie pergi berjalan-berjalan bersama-sama anak-anaknya
dengan bergandenegan tangan sambil melangkah cepat. Madame Curie berpakaian
perlente yang telah limabelas atau duapuluh tahun lamanya dipakainya. Dengan
melalui jalan-jalan gelap tibalah tiga orang itu di taschen – selalu Taschen!
Di bilik pertemuan telah berkumpul tamu-tamu Larcouest untuk ke tiga kalinya
hari itu. Maka mereka mengadakan permainan bersama-sama disekeliling meja yang
besar. Yang lain dduduk membaca atau main catur dekat lampu minyak tanah.
Di
malam-malam hari besar bermainlah pelaku-pelaku suka rela dan
pengarang-pengarang menyanyikan lagu-lagu, mempertunjukkan charade dan
sandiwara untuk merayakan kejadian-kejadian semasa itu : perlombaan sengit
antara dua sekoci; memindahkan batu karang yang besar dengan susah payah karena
ia menyulitkan kapal berlabuh, suatu pekerjaan yang mengandung bahaya dan
akhirnya diselesikan para ahli tehnik yang ria ribut : kejahatan-kejahatan
Angin Timur yang dibenci semua orang; kapal karam yang lucu sedih dan perbuatan-perbuatan
jahat oleh seekor anjing das yang dengan selang-selang tertentu dituduh
merusakkan kebun buah-buahan Taschen. Maka semua pertunjukkan-pertunjukkan ini
memberikan kepuasan bagi para penontonnya.
Alangkah
bebahagianya masa berlibur itu di Bretagne di musi-musim panas. Barangkali ada
yang sambil mengangkat bahunya bertanya apakah tak pernah menjadi perbuatan
berlagak atau percekcokan dan sebagainya, semasa cuti yang berahagia itu.
Tidak, di Larcouest tak mungkin bagaimana telitinya, seorang dapat membedakan
sarjana agung dari penyelidik-sederhana, si kaya dari si miskin. Tak pernah
saya dengar Bretagne membicarakan soal uang. Yang tertua antara kami semuanya,
Charles Seignobos, memberikan suri tauladan yang semurni-murninya bagi kami.
Dengan tak mendengung-dengungkan teori-teori atau dalil-dalil sesungguhnyalah
dibagi tuan pemurah hati itulah segala miliknya dengan kami. Rumah yang
pintunya selalu terbuka itu, kapal layar Eglantine dan sekoci-sekoci itu adalah
kepunyaannya, akan tetapi tak seorang pun yang kurang berhaknya atas pemakaian
hartanya itu. Dan apabila di rumahnya yang dihiasi dengan tanglung-tanglung
diadakan pesta dansa, dengan dihiburkan harmonika yang main lagu-lagu polka,
Lancier dan dangsa-dangsa setempat, maka berdangsalah di sana pelayan-pelayan
besama-sama dengan majikan mereka, anggota-anggota institut dengan anak-anak
gadis kaum petani dan nelayan-nelayanBretagne bersama-sama dengan kalangan
wanita dari kota Paris.
Ibu
kami menghadiri pesta-pesta itu dengan berdiam diri. Teman-temannya mengetahui
isi hati kalbu wanita yang bersifat isin, suka mengundurkan diri dan hampir
rengus itu jika bertemu dengan dia untuk pertama kalinya. Mereka semuanya tak
lupa menegaskan kepadanya bahwa Irene pandai berdansa atau bahwa Eve berpakaian
bagus. Maka dengan tiba-tiba nampaklah mukanya yang lesu itu berseri tersenyum
manis membangga laksana kanak-kanak.
BAB.
XXIII: AMERIKA
Pada
suatu hari pagi-pagi di bulan Mei 1920 seorang wanita diijinkan masuk di bilik
tunggu yang kecil itu di Institut Radium. Namanya ialah Mrs. William Brown
Meloney yang memegang pimpinan sebuah majalah yang besar di New York. Tak
mungkin timbul dugaan bahwa ia seorang wanita yang mempunyai perusahaan.
Badannya kecil, sangat ramping dan ada cacatnya sedikit : karena suatu kecelakaan
semasa mudanya agak pincang jalannya. Rambutnya putih dan matanya hitam dan
melotot, mukanya pucat dan manis menimbulkan perasaan birahi. Dengan gemetar ia
bertanya kepada pelayan yang membuka pintu apakah madame Curie tidak lupa bahwa
ia telah berknan menerima nyonya Meloney yang sudah bertahun-tahun lamanya
menunggu-nunggu kesempatan itu. Mrs. William Brown Meloney adalah salah seorang
dari mereka yang semakin lama semakin banyak jumlahnya memuja-muja hidup dan
pekerjaan madame Curie. Bagi Mrs. William Brown Meloney adalah madame Curie
lambang wanita yang sejati. Karena ia elain dari wanita Amerika yang penuh
cita-cita, juga seorang wartawan yang utama, maka ia berdaya-upaya mendekati
berhalanya itu.
Setelah
beberapa permintaan interpiu tak dibalas madame Curie, dikirim Mrs. William
Brown Meloney dengan perantaraan seorang temannya, juga seorang ahli ilmu
fisik, permohonan terakhir yang diantara lain-lain tersimpul di dalamnya
perkataan-perkataan sebagai berikut :
“....
Bapa saya, seorang doktor, selalu bekata kepada saya bahwa mustahil menaksir
pentingnya makhluk manusia itu terlampau rendah. Tetapi sejak duapuluh tahun
lamanya madame sanagat pentingnya menurut pandangnan saya dan karena itu saya
ingin menjumpai nyonya, sekalipun untuk beberapa menit saja.” Esok harinya ia
diterima madame Curie dalam Laboratoriumnya.
“Pintu
dibuka”, ditulisnya di kemudian hari, “maka saya lihat masuk seorang wanita
yang pucat mukanya dan bersifat isin dengan air muka sesedihnya yang pernah
saya bertemu. Ia berpakaian hitam dan kain bulu domba. Parasnya yagn cantik,
mengandung kesabaran dan lemah llembut itu bercahaya mulia sebagai yang lazim
bagi mereka yang mentahbiskan diirinya untuk ilmu pengetahuan. Dengan
sekonyong-konyong timbul perasaan saya seolah-olah saya seorang penyerobot.
Perasaan
malu saya melebihi perasan sedan nyonya Curie. Sejak duapuluh tahun lebih saya
bekerja sebagai wartawan, akan tetapi tak sanggup saya mengajukan suatu
pertanyaan pun kepada wanita berpakaian hitam dan tak berdaya ini. Saya mencoba
menerangkan kepadanya, bahwa wanita Amrekika mempunyai perhatian besar untuk
pekerjaannya,d an saya berikhtiar meminta maaf karena saya telah berlaku
pengemul. Untuk meredakan perasaan saya amaka madame Curie bercakap-cakap
tentang Amerika.
“Amerika
mempunyai kira-kira limapuluh gram radium, katanya kepada saya. Empat gram di
Baltimora, enam gram di Denver, tujuh di New York .. diteruskannya membilangnya
sambil menyebutkan tiap-taip tempat penyimpanannya.
“Dan
di Perancis? Saya bertanya.
“Laboratorium
saya lebih sedikit dari saru gram radiumnya.
“Madame
hanya amempunyai satu gram radium?
“Saya?
Oo... saya sendiri tak mempunyai gram sedikit pun! Radium segram itu adalah
kepunyaan laboratorium saya.
Saya
bicarakan soal paten, tentang kemungkinan-kemungkinan memberikan hasil keuangan
bagi madame Curie sehingga agaknya ia telah jadi seorang wanita yang sangat
kayanya. Dengan tenang dijawabnya :
“Radium
ituseharusnya janganalah membawa kekayaan bagi siapa pun jua. Radium itu adalah
semacam unsur yang menjadi milik seluruh manusia.
“Sekiranya
nyonya diizinkan menyebutkan semacam barang diseluruh dunia ini yang nyonya
ingin mempunyainya, sya tanya dengan tiba-tiba, apakah yang nyonya akan pilih?
Pertanyaan
itu adalah pertanyaan kegila-gilaan – tetapi mengandung ramalan rupanya.
Maka
dijawabnya : Segram radium yang apat saya pergunakan sekehendak saya.
“...
Seminggu itu baru saya ketahui bahwa segram radium berharga seratus ribu dolar.
Saya lihat juga bahwa laboratorium madame Curie, walau pun masih baru, tak
mempunyai kesempatan bekerja secukupnya dan bahwa persediaan radiumnya
dipergunakan untuk pembikinan tabung-tabung dengan emanasi sebagai bahan bahan
pengobatan.
Dari
perkunjungan-perkunjungan sendiri telah dikenal Mrs. William Brown Meloney
balai-balai penyelidikannya yang besar-besar itu di Amerika Serikat; Kepunyaan
Edison merupakan mahligai. Dibandingkan dengan gedung-gedung yang indah-indah
itu sangatlah papanya Institut Radium itu, walau pun masih baru dn rapi, tetapi
didirikan menurut rancangan-rancangan perlengkapan unipersitet Perancis. Dengan
dasar yang sederhana saja. Mrs. William Brown Meloney juga mengenal
kilang-kilang di Pittsburgh yang menghasilkan biji-biji radium secara
besar-besaran.
Dan
sekarang gia di Paris, di suatu ruangan yang perabotanya tak seberapa bagus,
berhadapan dengan wanita yang menemukan radium itu. Maka ia bertanya : “Apakah
yang nyonya ingin mempunyainya? Dan madame Curie menjawab dengan perlahan-lahan
: “Saya membutuhkan segram radium guna melanjutkan penyelidikan-penyelidikan saya,
akan tetapi saya tak sanggup membelinya : radium itu terlampau mahal harganya
bagi saya.
Mrs.
William Brown Meloney membuat rancanagan yang jitu : ia menghendaki kawan-kawan
senegerinya memberikan segram radium untuk madame Curie. Setibanya kembali di
New York diusahakanlah mengajak sepuluh orang wanita kaya raya yang mempunyai
harta ribuan juta banyaknya, amsing-masing memberikan sepuluh ribu dolar untuk
membeli hadiah itu. Tetapi usahanya itu gagal, karena hanya tiga orang yang
besedia bermurah hati memberikan sumbangan itu. “Apakah perlunya saya kunjungi
sepuluh orang wanita yang kaya raya? Ia bertanya dalam hatinya. Mengapa tak
diberikan kesempatan kepaa semua warga Amerika, kaya atau miskin, turut
menyumbang?
Di
Amerika Serikat tak ada yang mustahil. Mrs. William Brown Meloney membentuk
suatu panitia yang di dalamnya duduk sebagai anggota bekerja : Mrs. William
Brown Meloney, mrs. Robert Abbe dan Francis Carter Wood. Di setiap kota
dimulainyalah beran sahid untuk “Dana Radium Madame Curie”, Belum sampai
setahun sejak dikunjunginya nyonya yang berpakaian hitam dari kain bulu domba
itu di Paris, maka ditulisnyalah kepada madame Curie : “Uang telah cukup
terkumpul, nyonya akan menerima radium yang nyonya kehendaki itu!.
Kaum
wanita Amerika telah bermurah hati memberikan bantuan yang tak ternilai
harganya kepada madame Curie akan tetapi sebagai tukarnya mereka minta dengan
ramahnya dalam suasana persahabatan : “Mengapakah tak datang nyonya mengunjungi
kami? Kami ingin benar belajar kenal dengan nyonya.
Madame
Curie bimbang karena ia senantiasa menghindarkan keramian. Pesta-pesta dan
percobaan-percobaan yang akan menyambutnya di Amerika, suatu negeri yang
terkenal karena – lebih-lebih dari negeri mana pun di dunia ini – gemarnya
bergembar-gembor pengumuman, emnakutinay dengan sangat.
Tetapi
Mrs. William Brown Meloney berulang-ulang memintanya sambil menghilangkan
keberatan madame Curie satu persatu.
“Nyonya
mengatakan bahwa nyony tak mau meninggalkan anak-anak nyonya?Kami
undang-anak-anak nyonya itu juga. Upacara-upacara akan meletihkan nyonya? Kami
akan merancang tertib acara pesta yang tak berlebih-lebihan. Datanglah nyonya!
Kami akan berikan kesempatan bagi nyonya melawat dinegeri ini dan Presiden
Amerika Serikat sendiri akan menyerahkan radium segram itu kepada nyonya di
Gedung Putih dalam suatu Upacara.
Madame
Curie terharu. Perasaan takutnya dibuangkannya dan dalam usia limapuluh empat
tahun ia berangkat untuk pertama kalinya selam hidupnya ke Amerika sambil
memikul kewajiban perjalanan yang luas dan resmi. Anak-anaknya aygn sangat
bergembira mengingat perjalanan mereka itu, sibuk bersiap-siap untuk hari
berangkat mereka. Eve memaksa ibunya membeli beberapa baju yang baru dan
meninggalkan pakaian-pakaiannya yang tua dan digemarinya itu di Paris, karena
tau dan buruknya. Di sekitar madame Curie semuanya menjadi gelisah.
Harian-harian menguraikan uacara-upacara penyambutan amdame Curie di seberang
lautan Atlantik dan pemerintah Perancis memikirkan cara penghormatan bagi
sarjana itu agar ia tiba di Amerika Serikat dengan gelaran-gelaran resmi dan
mentereng selaras dengan jasa-jasanya. Orang-orang bansga Amerika tak dapat
mengarikannya apa sebabnya madame Curie tidak menjadi anggota Akademi Ilmu
Fisika di Paris. Sangat mengherankan bagi mereka bahwa ia tidak mempunyai
bintang Legiun Kehormatan ... Dengan cepat ditawarkan bintang itu kepadanya
akan tetapi ditolaknya untuk kedua kalinya. Di kemudian hari dimintanya supaya
bintang itu dianugerahkan kepada Mrs. William Brown Meloney dan jangan
kepadanya sendiri.
Majalah
“Ye Sais Tout” (Saya mengetahui semuanya) mengambil inisiatif mengadakan pesta
perpisahan sebagai menghormati madame Curie di geung Opera pada tanggal 27
April 1921 untuk Institut Radium.
Leon
Berard, profesor Yean Perrin, doktor Claude Ragaud berpidato. Sesudah itu
diberikan pertunjukan oleh para seniman yang termsyhur dan ahli-ahli musik yagn
dikumpulkan Sacha Guitry, pemimpin pesta itu : Sarah Bernhardt yang telah tua
dan cacat dan Lucin Guitry turut serta dalam upacara penghormatan itu.
Beberapa
hari kemudian maka madame Curie berangkatlah dengan anak-anaknya di kapal
Olympic. Bagi mereka bertiga hanya sebuah kopor diperlukan mereka menyimpan
pakaian-pakaian mereka, tetapi mereka mendapat kamar-kamar yang sangat bagus di
kapal itu. Madame Curie suka melihat kesenangan-kesenangan yang ada di kapal
itu tetapi akdang-kadang ia memandang dengan curiga kepada perabot-perabot yang
terlampau mewah dan makanan-makanan yang terlampau banyak ragamnya itu. Dengan
mengunci pintu kamarnya dan menghindarkan semua orang yang lancang ia
berikhtiar melupakan tugas resminya itu sambil merenungkan kenang-kenangnan
dari hidupnya sehari-hari.
Madame
Curie menulis kepada isteri Yean Perrin, tanggal 10 Mei 1921 :
“Henriette
sayang, suratmu itu saya terima di kapal. Sangat senang hati saya membacanya,
karena saya tinggalkan Perancis dengan perasaan kuatir dan berangkat untuk
perjalanan jauh ini yang tak berapa cocok dengan keinginan dan
kebiasaan-kebiasaan saya.
Perjalanan
did laut ini tak berapa senang bagi saya; laut itu besar ombaknya dan hari
mendung. Walau pun saya tidak mabuk, saya merasa pusing dan kebanyakan saya
tinggal dalam bilik saya. Anak-anak saya merasa
senang di kapal itu. Mrs. Meloney yang turut seperjalanan dengan kami, berusaha
dengan segala daya upaya supaya senang perasaan mereka. Ia sangat ramahnya dan
murah hatinya seperti jarang diketemuinya.
...
Saya ingat Larcouest dan masa berhibur yang segera akan kita alami di sana
bersama-sama dengan teman-teman kita, saya terkenang juga akan teman kita
tempat beristirahat beberapa jam lamanya dan akan lautan biru dan nyaman yang
kita berdua sukai itu dan lebih permah dari Lautan Besar yang bengis dan kejam
ini. Saya ingat juga bayi yang dikandudng anakmu itu dan yang akan merupakan
anggota yang paling muda bagi perkumpulan persahabatan kita – yang pertama dari keturunan yang baru.
Sesudah itu, saya harap, akan banyak lagi lahir anak-anak dari anak-anak kita
...”
New-York
timbul dari kabut halimun yang mengandung harapan baik hari akan cuaca terang.
Mrs. Meloney datang memberitahukan madame Curie bahwa persurat kabaran, para
pemotret dan tukang pilm telah menunggu-nunggunya. Pangkalan pelabuhan telah
penuh sesak dengan oran-orang yang berjejal-jejal datang menunggu kedatangan
madame Curie. Lima jam mereka harus mondar-mandir sebelum mereka melihat wanita
sarjana yang dalam surat-surat kabar dengan “Kepala Kepala” besar disebutkan :
“Wanita yang berbakti untuk Manusia”. Berhimpun-himpun banyaknya pandu gadis
dan mahasiswa serta sekumpulan utusan – tigaratus orang banyaknya – wanita yang
melambai-lambai dengan bunga merah dan putih; mereka itu memiliki
organisasi-organisasi Polandia dan Amerika Serikat.
Warna-warna
yang gilang gemilang dari bendera-bendera amerika Prancis dan Polandia
berkibar-kibar di atas ribuan bahu berdempet-dempet dan ribuan muka yang
berseri-seri kegelisahan.
Di
atas geladak sekoci yang paling tinggi di kapal Olympic ia duduk di kursi
tangan yang bessar. Topinya dan tasnya telah dijauhkan dari dia dan
seruan-seruan perintah : “Lihat kemari, madame Curie! Palingkan kepala nyonya
ke sebelah kanan! Angkat kepala! Lihatlah sebelah sana! Sebelah sini!
Berkumandang di angkasa mencampuri kelak-kelik dari empat puluh buah alat
pemotret dan pesawat film yang dalam setengah lingkaran ditujukan – seakan-akan
mengancamnya – kepada muka madame Curie yang heran dan letih lesu itu.
Selama
minggu-minggu yang penuh keletihan dan kegelisahan ini Irene dan Eve merupakan
pengawal bagi ibu mereka itu. Anak gadis yang dua itu tak banyak berkesempatan
mendapat kesan-kesan yang sebenarnya dari Amerika Serikat selama mereka dalam
perjalanan dengan kereta api istimewa dan turut di jamuan makan yang dihadiri
oleh lima ratus orang tamu, tepuk terika khalayak ramai dengan
serangan-serangan para wartawan. Untuk mengenal keindahan-keindahan sesuatu
negeri yang sebesar itu diperlukan waktu yang lebih banyak dan istirahat yang
lebih panjang jangkanya. “Perlawatan secara Barnum” ini karena itu tidak banyak
memberikan pengajaran bagi mereka tentang Amerika, akan tetapi sebaliknya
membka beberapa rahasia tentang ibu mereka itu ..
Dengan
Perancis madame Curie yang tegar hati itu berikhtiar supaya ia tinggal di bawah
naungan kemegahan dan daya-upayanya itu agak berhasil juga; musuh kemegahan
yang bersabar hati itu telah dapat memberikan keyakinan kepada kawan-kawan se
negerinya dan bahkan juga bagi sanak-saudaranya bahwa seorang sarjana bukanlah
seorang yang penting artinya. Setibanya di New York maka tanggallah selubung
rahasianya dan kenyataan pun menjelma dengan sebenarnya. Irene dan Eve dengan
tiba-tiba melihat bagaimana besarnya arti wanita ini – yang bersifat isin di
samping mereka itu selama ini – bagi kemanusiaan.
Tiap-tiap
pidato dan setiap ucapan dari khalayak ramai, tiap-tiap tulisan di surat kabar
senantiasa membawa pesan yang serupa bunyinya : Sekali pun mereka belum
mengenalnya, telah terlebih dahulu mereka di Amerika memuja-muja madame Curie
dengan tulus ikhlas dan menempatkannya di tingkat pertama antara
manusia-manusia yang masih hidup. Sekarang tatkala madame Curie bertamasya di
tengah-tengah mereka, maka ribuan manusia tertawan hatinya oleh “Jelita Murni
Seorang Wanita – tamu Yang Letih lesu.” Dan dengan sekejap mata mereka
tergila-gila melihat “Wanita Yang Kecil dan Pemalu” itu “Sarjana yang
berpakaian papa” itu ...
Di
rumah nyonya Meloney yang penuh kembang-kembang itu berkat usaha seorang
pemupuk bunga yang penyakit pekungnya disembuhkan oleh radium dan yang hendak
menyembahkan bunga mawar yang tela berbulan-bulan lamanya dipeliharanya, di
rumah itulah dirancang perjalanan madame Curie. Segala kota-kota, semua
Unipersitet dan segenap sekolah di Amerika menyampaikan undangan kepada madame
Curie. Bintang-bintang, gelran-gelaran kehormatan dan derajat dokter sebagai
menghormatinya diberikan berlusin-lusin banyaknya bagi madame Curie....
Tentu
nyonya ada membawa pakaian Unipersitet nyonya juga? Bertanyalah mrs. Meloney –
itu perlu benar untuk upacara-upacara itu.
Senyum
madame Curie yang tak merasa bersalah itu menggemparkan umu. Madame Curie tidak
ada membawa pakaian semacam itu. Para Maha Guru di Sorbonne diwajibkan memakai
pakaian rok, tetapi madame Curie sebagai maha guru wanita seorang dirinya tak
pernah menyuruh bikin pakaian istimewa bagi dia.
Seorang
tukang jahit yang dipanggil dengan terburu-buru, membikin dengan cepat pakaian
yang mengagumkan dari kains etengah sutera dan berlipatan dari kain beludru
yang akan merupakan tempat bagi lambang-labang cemerlang yang mengikuti
doktorat kehormatan itu. Ketika dicobanya pakaian itu, menjadi bingung dan tak bersabar sambil
mengatakan dengan tegas bahwa lengan-lengan baju itu mengganggunya, bahwa
kainnya itu terlamapau panas – terlebih-lebih bahwa kain sutera itu menimbulkan
perangsangan bagi jari-jarinya yag telah dirusakkan radium itu.
Maka
akhairnya apda tanggal 13 Mei selesailah segala persiapan. Setelah makan pagi
di rumah Mrs. Andrew Carnegie dan perkunjungan kilat ke New-York, berangkatlah
madame Curie, Mrs. Meloney bersama-sama dengan Irene dan Eve mulai perjalanan
laksana bintang ini.
Anak-anak
gadi berpakaian putih dan berbaris-baris di tepi jalan yang disinari mata hari,
anak-anak gadis yang dengan ribuan banyaknya berlari-lari di medan medan rumput
menemui kendaraan madame Curie, anak-anak gadis yang melambai-lambai dengan
bendera-bendera dan bunga-bunga, yang berarak-arakan, yang bersoarak sorai dan
yang bernyanyi bersama-sama ... Inilah khalayak yang menyilaukan di hari-hari
pertamanya yang diuntukkan bagi sekolah-sekolah di Smith Vassar, Bryn Mawr,
Mount Holyoke.
Utusan-utusan
dari sekolah-sekolah itu juga beberapa hari kemudian berarak-arak di mua
Carnegie Hall di New York berkenaan dengan rapat raksasa oleh
Perkumpulan-Perkumpulan Wanita Terpelajar. Mereka tunduk di muka madame Curie
dan berturut-turut mereka mempersembahkan bunga bakung dan kembang mawar, suatu
“keindahan Amerika” kepadanya. Dengan dihadiri oleh Profesor-profesor Amerika
yang terutama, duta-duta dari Perancis dan Polandia. Igance Paderewski yang
datag menghormati temannya dari jaman dahulu kala, diterima oleh madame Curie
gelran-gelaran, hadiah-hadiah, bintang-bintang dan sebuah anugerah istimewa
“Warga kota Kehormatan kota New York.”
Tatkala
pada dua hari berikutnya diadakan upacara penyambutan oleh limaratus tujuh
puluh tiga orang utusan dari perkumpulan-perkumpulan ilmu pengetahuan Amerika,
di Hotel Waldorf Astoria, hampir madame Curie lemas keletihan.
Pertarungan tidak setara antara
chalayak ramai yang riuh dan kuat ini dengan wanita halus yang baru meninggalkan
hidup biarawan ini. Madame Curie telh bingung mendengar riuh-gemuruh dan tepuk
sorak ini. Pandangan mata yang tak terhitung banyaknya itu terhadap dirinya
menakutinya seperti juga cara liar orang ramai berduyn-duyun menemuinya di
jalanan. Ia ketakutan merasa akan diremukkan oleh angin puyuh dalam
penyambutannya itu. Seorang nyonya yang terlampau gembiranya menyakiti
tangannya tatkala berjabat tangan dengan madame Curie, sehingga terpaksa
sarjana itu menlanjutkan perjalanan dengan pergelangan tangan yang memar dan
lengannya digendong kain sebagai korban kemegahan !.
Maka tibalah hari yang besar itu.
Hormat kepada orang yang luar
biasa .. Para tamu agung berkumpul di Gedung Putih untuk menghormati seorang
Wanita Yang termasyhur....
Pada tanggal 28 Mei diserahkan
Presiden Harding di Washington kepada madame Curie radium yang satu gram itu,
artinya, lambang radium segram itu. Telah dibuat sebuah peti timbel istimewa
tempat menyimpan tabung-tabung yang berisi radium itu, tetapi tabung-tabung itu
sangat mahal harganya dan sangat berbahayanya karena pancarannya, sehingga
disimpan saja radium itu, ada semacam emanasi tiruan yang dipertunjukkan di
atas meja di tengah-tengah bilik timur dengan dihadiri oleh para diplomat,
pegawai-pegawai dari pengadilan, ketentraman, angkatan laut, dan utusan-utusan
dari Unipersitet-Unipersitet.
Jam empat dua pintu dibuka
lebar-lebar untuk madame Curie dan pengiringnya : Mrs. Harding dengan
Jusserand, duta Perancis, sesudah itu madame Curie dengan Presiden Harding dan
selanjutnya Mrs. Melony, Irene dan Eve Curie beserta anggota-anggota wanita
dari “Panitia madame Curie.”
Maka dimulailah pidato-pidato.
Yang tereakhir berpidato ialah Presiden Amerika Serikat yang berbicara dengan
ramah tamah terhadap “Wanita yang mulia ini.” “Istri yang setia”, “Ibu yang
penuh kasih sayang” yang di samping tugas kewajibannya yang berat itu masih
sempat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan seorang wanita. Maka diserahkannyalah
kepada madame Curie sebuah gulungan kertas kulit yang diikat dengan pita berwana-warni
sambil mengalungkan di lehernya sebuah tali sutera dengan sebuah kunci kecil
dari emas, yaitu kunci peti radium itu.
Dengan penuh perhatian didengarkan
oleh semua orang madame Curie mengucapkan terima kasihnya dengan kata-kata
singkat. Sesudah itu pergilah para tamu itu dengan haru biru ke Bilik Biru
untuk berpawai di hadapan madame Curie. Sarjana yang duduk di kursi itu
tersenyum melihat mereka yang datang mendekatinya. Sebagai gantinya
anak-anaknya itulah yang berjabat tangan dengan orang-orang yang mengulurkan
tangan mereka sambil mengucapkan kata-kata hormat yang dalam bahasa menurut
kebangsaan orang yang diperkenalkan Mrs. Harding kepada madame Curie, yaitu
bahasa Ingris, Polandia atau Perancis. Sesudah itu diatur pula
pengiring-pengiring itu berdiri di kaki lima gedung itu untuk dipotret oleh
sekumpulan tukang-tukang gambar.
Mereka yang turut diundang
menghadiri pertemuan itu : para wartawan yang dengan riuhnya mengumumkan :
Wanita penemu radium menerima hadiah yang tak ternilai dari rekan-rekannya
bangsa Amerika, akan tercengang mendengarnya ika mereka mengetahui bahwa
terlebih dahulu ia telah menyerahkan radium yang segram itu. Sehari sebelum
diadakan upacara itu tatkala madame Curie akan menandatangi surat naskah
pemberian yang diajukan Mrs. Melony itu kepadanya, maka dibacanya itu dengan
seksama. Sesudah itu ia ia berkata dengan tegas : “Sebagian ini harus diganti.
Radium yang akan diberikan Amerika kepada saya, harus menjadi milik ilmu
pengetahuan untuk selama-lamanya. Selama saya hidup tentu akan saya pergunakan
radium itu semata-mata untuk kepentingan-kepentingan ilmu pengetahuan. Tetapi
sekiranya kita biarkan saja tulisan semacam ini, tentulah radium itu sehabis
hidup saya akan menjadi milik orang-orang pereman – anak-anak saya. Mustahil
ini. Saya akan menghadiahkannya kepada laboratorium saya. Dapatkan kita minta
datang seorang pengacara kemari?
“Ya, Jawab Mrs. Melony dengan
terperanjat sedikit. “Kalau nyonya benar-benar menghendakinya, akan kita urus
hal ini pada minggu depan.
“Jangan minggu depan. Jangan esok
hari, tetapi malam ini juga. Surat naskah pemberian itu akan belaku sah dengan
segera dan mungkin saya meninggal dunia dalam beberapa jam.
Seorang ahli hukum yang dengan
susah payah didapat pada ketika yang telah larut malam itu, memberikan tambahan
yang dikehendaki madame Curie itu. Dengan segera ditandatanginya naskah itu.
Sebelum madame Curie berangkat
dari ibu kota itu ia harus membuka laboraotim yang beru untuk Pertambangan
Negeri. Para insinyur telah diberitahukan lebih dahulu bahwa madame Curie
terlampau letih sehingga tak mungkin ia dapat pergi ke ruangan-ruangan mesin.
Karena itu diusahakan mereka dengan tergopoh-gopoh ketika waktu telah mendesak,
membikin semacam perkakas yang sangat penuh akalnya sehingga madame Curie hanya
perlu menekan sebuah kenop listrik dan semua mesin-mesin akan berjalan
serentak.
Segala-galanya berlangsung menurut
rancangan. Speaker (pemimpin upacara) bepidato di muka corong-radio dan sesudah
itu diserukannya : “Maka sekarang madame Curie akan menghidupkan mesin-mesin
Laboratorium.
Beberapa detik ditunggu-tunggu.
Dengan berputus asa diberikan para hadirin kepada sarjana itutanda-tanda,
tetapi tak dapat mereka menarik perhatiannya.
Madame Curie sedang sibuk
mengamat-amati sepotong carnotit yang lima menit berselang dipersembahkan
kepadanya dan yang dibalik-baliknya ditangannya sambil memperhatikannya dari
segala sudut. Pasti telah dipilihnya dalam hatinya suatu tempat yang
sebagus-bagusnya dilaboratorium Institut Radium untuk menyimpan spesimen yang jarang
di dapat itu.
Untu kedua kalinya speaker itu
berikhtiar menarik perhatiannya dan setelah disentuh denegan hormat beberapa
kali, barulah berhasil mengalihkan perhatiannya dari Paris ke Washington.
Dengan bingung ditekannya cepat-cepat kenop hikmat itu dan ribuan
pendengar-pendengar yang tak kelihatan itu berlega dada, setelah heran
bertanya-tanya apakah sebabnya pertangguhan tadi ...
Philadelphia. Felaran-gelaran
kehormatan. Derajat-derajat doktorat. Madame Curie dan panitia-panitia ilmu
pengetahuan dan perindustrian di kota itu saling berganti memberikan
hadiah-hadiah satu sama lain : Presiden sebuah kilang menyerahkan lima puluh
miligram Mesothorium kepada madame Curie. Para anggota-anggota American
Philoshophical Society yang termasyhur itu menganugrahkan bintang John Scott
kepadanya. Sebagai tanda terima kasihnya diberikan madame Curie kepada
perkumpulan ini sebuha kwarsa lisrik piezo yagn bersejarah, karena ia sendiri
membikinnya dan dipakainya ketika ia memulai penyelidikan-penyelidikannya.
Dikunjunginya kilang radium di
Pittsburgh tempat membikin radium segram yang telah ternama itu. Unipersitet di
sana memberikannya pula gelran doktorat. Madame berpakaian maha guru dengan
pantasnya, tetapi ia tak mau memakai topi doktor bersegi empat itu, karena buruksekali
dilihatnya itu dan menurut pendapatnya “tak akan mungkin pantas dipakainya.”
Dipaksanya dirinya supaya ia jangan lemas ketika upacara itu, diterimanya
bunga-bunga dan didengarkannya pidato-pidato, lagu-lagu kebangsaan dan
nyanyian-nyanyian.
Tetapi esok harinya tersiar kabar
yang telah disangka-sangka itu : madame Curie terlampau lemah untuk melanjutkan
perjalan-perjalanannya. Atas nasihat para dokter diputuskannya jangan pergi
lagi mengunjungi kota-kota di sebelah Barat Amerika sehingga upacara-upacara
yang telah dirancang di sana harus dibatalkan.
Para wartwan Amerika dengan segera
menuduh negeri mereka sambil mengucapkan mea culpa (salah saya), bahwa telah
diinta dari seorang wanita yang tua dan lemah melakukan perjalanan yang
melebihi kekuatan tenaganya. Karangan-karangan mereka itu mengharukan karena
tulus ikhlasnya dan jujurnya.
Terlampau banyak pertemuan! Kata
sebuah surat kabar dengan tegas dalam huruf-huruf besar. “Kaum wanita Amerika menunjukkan
jiwa yang luhur ketika memberikan bantuan untuk sarjana itu. Tetapi tentu kita
akan dipersalahkan meminta pembayaran dengan darah dagingnya untuk memuaskan
perasaa riah kita. “Dalam surat kabar yang lain diterangkan dengan tegas :
“Sembarangan direktur komedi kuda atau direktur gdung musik pasti akan
menawarkan sejumlah uang yang jauh lebih besar dari harga segram radium kepada
madame Curie dan itu pun untuk pekerjaan yang jauh lebih ringan.” Orang-orang
yang bersifat pesimis lebih berat pandangan mereka terhadap soal ini : “Berkat
gairah kita yang berlebihan itu telah kita bunuh Marsal Joffre. Apakah sekarang akan kita
bunuh juga madame Curie?”
Mula-mula madame Curie berlaku
jujur terhadap para pemujanya bangsa Amerika itu – dan mereka inilah yang
menang. Tetapi untuk seterusnya dipergunakan perancang-perancang perjalanan itu pelbagai akal untuk menjamin
keselamatannya. Madame Curie biasakan meninggalkan kereta apa pada sebelah yang
lain dan meluputkan diri dari rel untuk menghindarkan chalayak ramai yang dengan
gelisahnya menunggu-nunggunya di atas peeron stasiun. Apabila telah diumumkan
bahwa ia tiba di Buffalo, maka turunlah ia satu stasiun lebih dulu, di Niagara
Falls : Ia mau lihat air terjun Niagara dengan tak diganggu-ganggu. Hanya
sebentar saja ia dapat beristirahat karena panita penyambutan dari Buffalo
tidak sudi melepaskan angan-angannya melihat madame Curie. Beberapa buah
mobil-mobil berjalan dengan cepat ke Niagara Fall menampung orang pelarian itu
di sana.
Mula-mulanya Irene dan Eve hanya
merupakan pengawal bagi ibu mereka, akan tetapi sekarang mereka telah menjadi
yang disebutkan di tonil “Rangkapan”. Irene berpakaian Unipersitet, menerima
tanda-tanda penghormatan sebagai menggantikan ibunya. Orang-orang yang
berpidato dengan fasihnya menunjukkan kepada Eve – anak gadis umur enambelas tahun
– pidato-pidato yang disiapkan mereka untuk sarjana itu dan dipuji mereka
“Usahanya yang utama itu” dan “hidupnya yang penuh kegiatan bekerja itu.” –
sambil mengharapkan jawaban yang tepat dari dia!
Dalam beberapa kota-kota pelbagai
anggota wanita dari panitia berbantah-bantah siapa yang boleh memberikan
penginapan untuk madame Curie; maka terpaksalah tiga serangkai itu
dibelah-belah dan diberikan Irene dan Eve sebagai sandera kepada nyonya rumah
yang paling keras hatinya.
Kalau mereka tidak bertindak sebagai
rangkapan untuk ibu mereka yang telah terlamapu termasyhur itu, maka anak-anak
gadis itu bersukaria dengan keasyikan-keasikan yang lebih pantas bagi umur
mereka : main tennis, mendayung perahu, sewaktu pengunjung pekan menginap di
Long Island, berenang sejam di danau Michigan, beberpa malam menonton komedi
dan bersendau-guaru semalaman di taman gembira di Coney Island.
Tetapi masa yang terbanyak
menggelisahkan mereka ialah semasa mereka berjalan di Amerika Barat. Mrs.
Melony yang telah memutuskn tak akan mungkin memperhatikan seluruh Amerika
kepada madame Curie, ingin memperlihatkan mukjizat yang terbesar di benua
Amerika kepada sarjana itu : Grand Canyon di Colorado. Madame Curie terlampau
letih sehingga tak dapat ia mengecap kenikmatannya seepnuhnya, tetapi
anak-anaknya itu penuh gairah. Segala-galanya menggembirakan mereka; perjalanan
kereta api selama tiga hari di santa Fe melalui medan-medan pasir Texas; Jamuan
makan yang meriah di staisun-staisun kecil di panas matahari seperti di
Spanyol; hotel Grand Canyon yang merupakan pulau kenikmatan di pinggir lapisan
batu di permukaan bumi – tubir yang seratus kilometer panjangnya dan limabelas
kilometer lebarnya –nyang mula-mmula memberikan kesan yang mengagumkan, akan tetapi
hampir menakuti sehingga yang memandangnya itu tak dapat berkata-kata sesuatu
yang sambil tercengang bisu melihatnya itu...
Hanya upacara-upacara yang
terpenting saja lagi yang terus dilangsungkan – dan itu pun sebenarnya telah
cukup meletihkan seorang pentolan senam! Pada tanggal 28 Mei diterima madame
Curie di New Tork derajat Doktor honoris causa dari Unipersitet Columbia. Di
Chicago ia diangkat menjadi anggota kehormatan Unipersitet, diterimanya
beberapa gelaran-gelaran penghormatan dan dikunjunginya tiga kali
pertemuan-perkenalan. Di resepsi pertama ia bersama-sama dengan anak-anaknya
dipisah oleh sebuah pita yang lebar dari chalayak ramai yang berpawai di
hadapannya. Di pertemuan kedua yang disemarakkan lagu-lagu kebangsaan
Marseillaisse, Polandia dan Star Spangled Banner, hampir madame Curie tertimbun
oleh karangan-karangan bunga yang diletakkan para pemujanya dekat kakinya.
Prempuan yang terakhirlah yang paling bersemangat antara yang tiga-tiga itu :
resepsi itu berlansung dibanjar tempat tinggal orang bangsa Polandia di Chochago
dan semata-mata teruntuk bagi bangsa Polandia. Yang diterima degan tepuk sorak
di sana bukan lagi seorang sarjana, tetapi lambang tanah air mereka yang jauh
itu. Kaum lelaki dan kaum wanita yang menangis mencoba mencium tangan madame
Curie atau memegang bajunga ...
Pada tanggal 17 Juni terpaksa lagi
madame Curie mengalah untuk kedua kalinya yang luar biasa rendahnya itu
menimbulkan kekuatiran para doktor-doktornya. Madame Curie beristirahat sambil
mengumpulkan tenaga yang cukup untuk meneruskan perjalanan ke Bosoton dan New
Haven, ke Unipersitet Wellesley, Yale, Harvard, Sommons, Radcliffe. Maka pada
tanggal 28 Juni ia naik kapal Olympic kembali, sedang kamarnya penuh
kawat-kawat dan bunga-bunga.
Nama seorang “Bintang” yang besar
dari Perancis menggantikan namanya di halaman-halaman pertama di persurat kabaran Amerika : ahli jotos
Georges Carpentier yang telah ternama di Amerika itu datang berkunjungke sana
dan para wartawan merasa berputus asa karena mereka tak dapat mengusahakan agar
madame Curie meramalakan siapa yang menang dalam perjuangan antara Georges
Carpentier dan Dampsey ...
Madame Curie telah sangat
letihnya, tetapi pada umumnya ia sangat merasa puas hatinya juga. Dalam
surat-suratnya dinyatakannya kegembiraannya karena “Ia telah turut menyumbang
agar hubungan antara Amerika, Perancis dan Polandia bertambah baik”; dalam
surat-surat itu dikutipnya ucapan-ucapan yang ramah tamah oleh Presiden Harding
dan Wakil Presiden Coolidge tentang ke dua tanah airnya itu. Tetapi walau pun
ia sangat isinnya, tak dapat disembunyikannya bahwa yang terbanyak memberikan
kepuasan hatinya ialah bahwa di Amerika Serikat ia telah berhasil memikat hati
berjuta-juta orang bangsa Amerika yang menyayanginya dengan tulus Ikhlas. Mrs.
Melony tetap menjadi sahabat karibnya sampai hari akhirnya. Dari perlawatannya
mengelilingi Amerika disimpannya beberapa kenang-kenangan yang berseluk remang,
akan tetapi di antaranya itu ada yang menjelma seperti titik tangkap yang
terang nyata. Begitulah ia terharu melihat kegiatan bekerja di Unipersitet
Amerika, semarak dan kegembiraan upacara-upacara tradisi dan terlebih lagi
karena mahasiswa yang belajar di sana mempunyai kesempatan bersenam dan melatih
diri mereka.
Ia juga kagum melihat kekuasaan
yang dapat digunakan perkumpulan-perkumpulan wanita yang selama perjalanannya
itu di Amerika turut menyemarakkan kedatangannya itu.
Akhirnya, perlengkapan yang
sempurna di laboratorium-laboratorium ilmu pengetahuan dan kebanyakan
rumah-rumah sakit yang memakai terapi Curie untuk pengobatan pekung menimbulkan
iri-hatinya sedikit. Agak berputusa asa dipikirkannya bahwa dalam tahun 1921
itu juga Perancis belum mempunyai rumah sakit satu pun yang teristimewa untuk
pengobatan dengan Radium!.
Persediaan radium yang diabilnya
dari Amerika itu diangkut besama-sama dengandia di kapal Olympic itu juga,
disimpannya baik-baik kunci-kunci beti besi yang dipegang oleh kapten kapal
itu. Radium segram yang merupakan lambang itu menerbitkan beberapa renungan
tentang gperjalanan hidup madame Curie. Untuk mendapatkan radium yang sedikit
sekali itu harus datang sendiri menunjukkan terima kasihnya kepada kota-kota
yang turut bermurah hati itu...
Tentu akan timbul pikiran bahwa
suatu tantangan saja dengan patennya lebih gampang sebenarnya. Dapatlah
direnungkan bahwa madame Curie yang seyogyanya kaya, sedianya berkesanggupan menghadiahkan
balai-balai penyelidikan dan rumah-rumah sakit untuk tanah airnya. Apakah dua
puluh tahun bekerja dengan kesukaran-kesukaran tidak menimbulkan perasaan
menyesal, memberikan keykinan bahwa dengan menolak kekayaan telah dikorbanakan
pertumbuhan usaha-usahanya? Dalam catatan-catatan riayat hidupnya sekembalinya
dari Amerika ia sendiri bertanya dalam hatinya, tetapi dijawabnya
pertanyaan-pertanyaan itu sebagai berikut :
“.... Beberapa orang dari teman-teman
saya menegaskan dan memandang ada alasan mereka untuk itu – bahwa Pierre Curie
dan saya akan mendapat alat-alat keuangan yang kami butuhkan untuk mendirikan
sebuah institut Radium yang sesempurnanya, dengan tak menemui
rintangan-rintangan yang menyulitkan hidup kami dan hidup saya sekarang ini,
asal saja kami bersedia dahulu menjamin hak-hak kami. Akan tetapi, walau pun
demikian, saya yakin bahwa benarlah pendirian kami itu dahulu.”
Pastilah bahwa Manusia itu
membutuhkan orang-orangbersifat praktis yang dapat mengambil hasil
sebanyak-banyaknya dari pekerjaan mereka dan dengan tak mengabaikan kepentingan
umu, sanggup mempertahankan kepentingan mreeka sendiri. Tetap manusia itu juga
membutuhkan orang-orang yang bercita-cita tinggi sehingga “bekerja terus
dengantak menghiraukan kepentingan sendiri” bagi mereka merupakan darah daging
yang menyebabkan tak sanggup mereka mentahbiskan diri mereka untuk mencari
kebahagiaan berupa uang. Pastilah mereka yang berkhayal ini tidak berhak
menerima kekayaankarena mereka tak pernah menginginkannya. Akan tetapi dalam
suatu masyarakat yang teratur perlu diusahakan agar pekerja-pekerja ini
mendapat alat-alat secukunya menunaikan tugas kewajiban mereka dan mentahbiskan
diri mereka seluruhnya untuk penyelidikan semasa hidup yang tak dirintangi
kesukaran-kesukaran madi lagi.
BAB. XXIV : PASANG PURNAMA
Menurut pikiran saya boleh
dikatakan bahwa perjalanan ibu saya ke Amerika adalah merupakan ajaran baginya.
Perjalanan itu membuktikan baginya
bahwa menyepikan diri seperti dibiasakannya itu adalah suatu perbuatan yang
berlawan asas. Seorang wanita mahasiswa mungin dapat menyembunyikan dirinya
dalam sebuah kamar loteng bersama-sama dengan buku-bukunya, seorang penyelidik
yang bekerja seorang diri mungkin dapat menjauhkan dirinya dari hidup
sehari-hari untuk mencurhakan seluruh tenaga dan pikirannya bagi pekerjaannya
itu – bahkan ia wajib melakukan sedemikian – tetapi seorang wanita seperti
madame Curie dalam usia limapuluh lima tahun ada sedikit melebihi seorang anita
mahasiswa ata penyelidik. Ia bertanggung jawab untuk timbulnya suatu Ilmu
Pengetahuan dan cara pengobatan yang baru. Martabat namanya sedemikian besarnya
sehingga dengan sesuatu perkataan atau dengan hadirnya saja, mungkin
menimbulkan sesuatu rancangan berhubung dengan kepentingan umum yang terselip
dalam hatinya.
Sejak itu senantiasa terluang
dalam hidupnya suatu kesempatan untuk bertukar pikiran tentang usaha-usaha
dalam jurusan itu.
Tak akan saya gambarkan setiap
perjalanan madame Curie : semua perjalanan itu menyerupai satu sama lain. Muktmar-muktamar
ilmu pengetahuan, ceramah-ceramah, upacara-upacara di Unipersitet-unipersitet,
kunjungan-kunjungan ke laboratorium-laboratorium, memanggilnya berbagai ibu
kota negeri-negeri, yang menyambut kedatangannya dengan gembira dan meriah. Ia
berusaha berbakti akan tetapi kerap kali ia tarpaksa melawan kelemahan yang
mendadak dalam kesehatannya yang telah terganggu itu. Sehabis menunaikan
kewajiban-kewajiban resminya maka, dicarilah padangan-pandangan yang bagus
dalam alam, keindahan untuk melepaskan lelahnya. Tigapuluh tahun bekerja keras
hanya memperkuat sembah sujudnya sebagai seorang kafir terhadap keindahan
dudnia ini. Perjalannnya ke Lautan Altantik Selatan dengan menumpang sebuah
kapal Italia menggembirakan hatinya seperti keriaan kanak-kanak :
“Kami telah melihat ikan
belalang!” dditulisnya kepada Eve. “Kami mendapat pengalaman bahwa bayangan
kami dapat dihilngkan hampir seluruhnya dan matahari pernah tepat tingginya di
atas kepala kami. Sudah itu kami lihat bintang-bintang segugus terbenam di laut
: Bintang Kutub, Bintang Biduk. Di sebelah selatan timbul bintang Pari yang
sangat indahnya. Hampir tak ada pengetahuan saya tentang perbintangan yang
keihatan di langit itu....
Bersama-sama dengan Irene ia pergi
ke Rio de Janeiro memberikan ceramah-ceramah. Selama ia tinggal di sana (empat
minggu), ia selalu bersenang-senang hati. Setiap pagi ia berenang diteluk
dengan tak ada orang yangg mengenalnya. Petang hari ia pergi melawat, jalan
kaki, dengn kendaraan, bahkan juga dengan kapal terbang air ...
Italia, Negeri Belanda, Ingris,
menyambut kedatangannya beberapa kali.
Dalam tahun 1931 ia mengadakan
perjalanan yang merawan hatinya dan tak dapat dilupakannya, bersama-sama dengan
Eve. Presiden Masaryk, yang seperti madame Curie berasal keturunan dari kalangan
pemilik tanah, mengundangnya menginap di pesanggrahannya di Tsyecho – Slowakia.
Di Brusel yang dikunjunginya
beberapa kali, ia dipandang orang bukan sebagai seorang wanita bangsa asing
yang ternama, tetapi sebagai seorang tetangga yang dikenal baik. Ia sangat
gemar mengunjungi pertemeuan-pertemuan semacam itu yang memberikan kesempatan
bagi mereka yang dalam salah satu suratnya disebutkannya “Kekasih-kekasih Ilmu
Fisika”, memperbincangkan penemuan-penemuan dan teori-teori baru. Biasanya
dalam kunjungannya itu diakhiri dengan kunjungan atau jamuan di Istana
Kerajaan. Raja Albert dan Ratu Elisabeth yang pernah bertemu dengan madame
Curie di medan peperangan di daerah Belgia, mengunjunginya tinggi sebagai
seorang sahabt.
Di segala pelosok di dunia ini
namanya telah terkenal. Di suatu kota yang lama di suatu propinsi di negeri
Tiongkok, tergantung gambar madame Curie dalam sebuah “tempat pemujaan
Conficius” kepunyaan Tai Yan Pou. Para Ulama negeri itu menempatkannya antara
lukisan-lukisan “Orang-orang yang berbakti untuk Manusia.” Di samping
Descrates, Newton, Buddha dan raja-raja kaisar Tiongkok yang termasyhur...
Pada tanggal 15 Mei 1922
diangkatlaha dengan suara bulat “madame Curie-Sklodowski” oleh Dewan
Persekutuan Bangsa-Bangsa menjadi anggota Panitia Internasional untuk Kerja
Sama dalam Lapangan Maknawi (Intelektual).
Inilah suatu tnggal yang sangat
pentingnya dalam hidup madame Curie. Sejak termasyhurnya itu, ratusan
perkumpulan-perkumpulan, lembaga-lembaga dan perserikatan-perserikatan
memintanya menjadi anggota, tetapi tak pernah dikabulkannya
permintaan-permintaan itu. Ia tak bersedia menjadi anggota sesuatu panitia,
kareena tak mungkin dapat ia memberikan tenaganya untuk pekerjan itu disebabkan
waktunya sempit. Terlebih-lebih lagi karena dalam segala hal ia ingin
mempertahankan pendirian politik yang netral. Keinginannya hanyalah menjadi
sarjana dengant ak menceburkan dirinya dalam perjuangan-perjuangan tentang
asasi. Tak pernah ia turut menandatangani sesuatu ikrar, sekali pun nampaknya
tak ada salahnya diberikannya bantuannya yang diminta itu.
Persetujuannya terhadap tujuan
Persekutuan Bangsa-Bangsa itu adalah suatu kecualian yang besar artinya. Inilah
kali satu-satunya ia pernah meninggalkan kesetiaannya kepada penyelidikan ilmu
pengetahuan.
Banyak orang-orang yang ternama
menjadi anggota Panitia Internasional untuk Kerja Sama dalam Lapangan Maknawi
itu : Bergson, Gilbert Murray, Jules Destree, Aldbert Einstein, profesor
Lorentz, Paul Painleve dan banyak lagi yang lain-lain .. Madame Curie diangkat
menjadi panitia-panitia para ahli-ahli dan dalam panitia pusat di Paris.
Tetapi janganlah pikir bahwa
“Idealis praktis” ini hanya menghendaki bekerja dengan teori-teori khayal saja.
Madame Curie bekerja di Geneva – dan juga sekali ini ia berhasil berbakti untuk
Ilmu Pengetahuan. Ia berjuang menghilangkan yang disebutkannya ‘Kekacauan dalam
pekerjaan Ilmu Pengetahuandi dunia” ini; ia berikhtiar mencapai persetujuan
dengan rekan-rekannya dalam beberapa masalah yang tak penting nampaknya, tetapi
yang pertumbuhannya bergantung kepada Ma’rifat : kerja sama internasional dalam
lapangan pendaftaran buku-buku dan karangan-karangan yang memberikan
kemungkinan bagi mereka yang berusaha dalam sesuatu lapangan ilmu pengetahuan
istimewa, mengetahui dengan segera hasil-hasil yang telah dicapai
rekan-rekannya dalam lapangan itu; persamaan lambang-lambang dan kata-kata ilmu
pengetahuan dan untuk ukuran-ukuran pengeluaran-pengeluaran atau
ikhtisar-ikhtisar pekerjaan yang dimuat dalam majalah-majaah; mewujudkan Daftar
Tetapan-Tetapan.
Beberapa waktu lamanya
dicurahkannya perhatiannya untuk perguruan di Unipersitet-unipersitet dan
laboratorium-laboratorium. Ia bermaksud memperbaiki cara-cara perguruna itu.
Yang dianjurkannya ialah cara “bekerja dengan pimpinan” sehingga usaha-usaha
para penyelidik yang berbagai corak itu dapat dipersatukan dan diusulkannya
suatu cara kerja sama antara para pemimpin yang laksanan suatu staf umum
bertugas memimpin segala usaha-usaha dalam lapangan ilmu pengetahuan di benua
Eropa ini. Selama hayatnya ia diburu-buru suatu pikiran : Mungkin ada
tersembunyi anugerah ruhani dengan tak terkenal atau tak terpakai dalam
lapisan-lapisan masyarakat, karena kekurangan kemampuan. Mungkin ada
tersembunyi dalam diri seorang petani atau buruh, kesanggupan seorang pujangga,
sarjana, pelukis atau pemusik....
Madame Curie yang terpaksa
membatasi usaha-usahanya, teristimewa mencurahkan perhatiannya untuk memajukan
pemberian-pemberian insternasional di lapangan ilmu pengetahuan.
“Di manakah letaknya kepentingan
sesuatu masyarakat?” ditulisnya dalam salah satu laporannya ... Apakah ia tak
berkewajiban memberikan dorongan untuk mekarnya panggilan sukma untuk ilmu
pengetahuan?” Apakah cukup kekayaannya mengorbankan itu? Menurut pikirannya
lebih tepat jika panggilan sukma semacam itu – yang menghendaki beberapa
sifat-sifat di jaga dengan baik-baik sehingga tak hidalgn dan diberikan
kesempatan baginya untuk tumbuh, karena panggilan sukma itu adalah suatu barang
halus dan berharga yang jarang didapat ...”
Akhirnya .... inilah suatu lawan
asas yang mengherankan! – ahli ilmu fisika yang untuk dirinya sendiri selalu
menolak segala keuntungan duit itu menganjurkan menciptakan semacam “Milik Ilmu
Pengetahuan”, dikehendakinya membentuk hak pengarang bagi sarjana-sarjana agar
pekerjaan suka rela yang tak memikirkan kepentingan sendiri ini dan
dipergunakan untuk dasar perusahaan-perusahaan perindustrian itu, dapat juga
memberikan manfaat bagi penciptanya. Diidam-idamkannya bahwa dengan jalan
sedemikian dapatlah dicegah sebahagian keadaan papa
dilaboratorium-laboratorium.
Hanya sesekali ditinggalkannya
lapangan masalah praktis dan ia pergi ke Madrid, dalam tahun 1933, menjadi
ketua sebagai pimpinan dalam pembahasan : “Hari kemudian Kebudayaan” yang turut
dihadiri para penulis dan seniman dari seluruh dunia; “Pahlawan-pahlawan
laksana Don Quichotte kebatinan yang berjuang dengan sia-sia dengan
gilingan-gilingan angin.” Seperti dikatakan Paul Valery yang menganjurkan
mengadakan pertemuan ini. Semuanya yang hadir terharu melihat martabatnya dan mendengar
pendapat-pendapatnya yang jitu itu. Anaggota-anggota permusyawaratan itu
berkeluh kesah sambil memperingatkan bahya-bahaya yang tersimpul dalam
keinginan meratakan segala-galanya dan menurut pendapat mereka adalah buat
sebagian Ilmu Pengetahuan itu juga yang turut bertanggung-jawab untuk “Kemelut
Kebudayaan” yang sedang berkecamuk di dunia ini. Alangkah seharusnya mendengar
madame Curie – sebagai Don Quichotte yang terbesar di antara pahlawan-pahlawan
itu – mempertahankan berusaha dan semangat keberanian, kedua-duanya sifat-sifat
yang mengendalikan seluruh hidupnya, dengankeyakinan yang serupa teguhnya
tatkala ia dahulu kala bisa memperjuangkan cinta untuk penyelidikan dalam
lapangan ilmu pengetahuan.
“Saya sependapat dengan mereka
yang mengatakan bahwa ada tersimpul sesuatu keindahan dalam Ilmu Pengetahuan.
Seorang Sarjana dalam laboratoriumnya bukanlah merupakan seorang ahli tehnik
saja; ia juga merupakan seorang anak yang berhadap-hadapan dengan
keajaiban-keajaiban alam yang merawan hatinya seakan-akan ia mendengar suatu
cerita dongengan. Janganlah kita berpikir seolah-olah setiap pertumbuhan ilmu
pengetahuan semaa-mata merupakan soal mekanis, mesin-mesin dan roda gigi, ...
sekalipun soal-soal itu juga mempunyai keindahannya sendiri.
Perjuangan untuk sesuatu
kebudayaan internasional yang menghormati kebudayaan nasional dari perbagai
bangsa itu. Mempertahankan pribadi dan akal budi di mana saja ia menjelma.
Perjuangan guna “memperteguh nilai maknawi ilmu pengetahuan di seluruh dunia
ini” Perjuangan untuk “Penanggalan senjata berdasarkan peri kemanusiaan”, dan
untuk perdamaian. Perjuangan-perjuangan semacam inilah dilakukan Madame Curie,
walau pun ia tak berharap khayal bahwa ia segera mendpat kemenangan.
Madame Curie menulis kepada Eve,
bulan Juli 1929 :
“Menurut pendapat saya adalah
usaha dalam lapangan internasional suatu pekerjaan yang sangat beratnya, tetapi
kita harus belajar melakukannya dengan jerih payah dan dalam semangat
pengorbanan yang sejati dan tulus ikhlas : bagaimana pun kurang sempurnanya
usaha-usaha di Geneva itu, ada juga sesuatu keluhuran di dalamnya yang perlu
mendapat bantuan.”
Dua, tiga kali ia pergi dalam
perjalanan ke Polandia ...
Tetapi, bukanlah dengan maksud
beristirahat atau melupakan kesussahannya, maka Madame Curie pergi mengunjungi
sanak-saudaranya di sana. Sejak Polandia dimerdekakan kembali, ia diusik
pikiran sesuatu rancangan yang mulia : mendirikan sebuah institut Radium di
Warsawa sebagai pusat penyelidikan ilmu pengetahuandan pengobatan penyakit
pekung.
Tetapi ketegaran hatinya saja
belum lah cukup untuk mengatasi segala kesulitan-kesulitan. Polandia yang
sedang menyembuhkan dirinya dari perbudakan sebegitu lamanya, adalah negeri
yang miskin ; miskin karena tak mempunyai uang dan miskin karena ketiadaan
ahli-ahli tehnik. Madame Curie sendiri tak cukup waktunya untuk mengambil tindakan-tindakan yang perlu dan mengumpulkan
uang yang dibutuhkan.
Tentulah tak perlu lagi dikatakan
siapa yang bersiap membantunya : Bronia, yang telah bertambah gemuk di
sepanjang masa, masih penuh semangatnya dan kegiatannya bekerja seperti tiga
puluh tahun yang lalu. Berganti-ganti ia menjadi arsitek, pengusaha dan
bendahara ... Dengan segera kelihatan lah negeri Polandia dibanjiri surat-surat
tempelan dan perangko-perangko yang memakai gambar Madame Curie. Yang diminta
ialah uang – atau lebih tepat dikatakan
: batu bata : “Belilah batu bata untuk mendirikan institut Marya Sklodowska
Curie!” begitulah tercantum di ribuan kartu pos bersama-sama dengan suatu
kutipan dari salah sebuah naskah sarjana itu : “Hasrta saya yang tertinggi
ialah sebuah Institut Radium di Warsawa.”
Gerakan ini mendapat bantuan dari
pemerintahan, kota Warsawa dan dari pihak panti-panti pengetahuan yang pertama
di Polandia.
Batu bata itu semakin lama semakin
banyak jumlahnya ... dan dalam tahun 1925 datanglah Madame Curie ke Warsawa
menghadiri upacara meletakkan batu pertama untuk Institut itu.
Cinta seluruh bangsanya mendukung
wanita yang dilukiskan seorang yang berpidato dengan mengatakan bahwa ia adalah
“Bibit pewara yang pertama dari Seri Baginda Republik Polandia.”
Unipersitet-unipersitet dan perguruan-perguruan tinggi yang lain, kota-kota,
semuanya menganugerahkan kepadanya gelaran-gelaran kehirmatan yang
setinggi-tingginya, sedang marsal Pilsudski daam beberapa hari saja telah
bersahabat karib dengan dia.
Pada suatu hari yan disinari
cahaya mata hari, diletakkan Presiden Republik batu pertama untuk Institut itu,
Madame Curie batu yang ke dua dan presiden Warsawa batu yang ke tiga....
Sewaktu upacara-upacara ini tidak ada ketakutan yan ditimbulkan
kerasmian upacara itu! Bukanlah hanya sebagai kata hormat apabila Kepala
Negara, Stanislas Wojciechowski, menyatakan kegembiraannya karena Madame Curie
masih dapat mempergunakan bahasa ibunya itu dengan lancarnya, walau pun ia
telah bertahun-tahun lamanya pergi dari tanah airnya itu. Bukanlah dahulu
Stanislas seorang teman Mania Sklodowska di Paris? Dan Kotarbinski, pelaku
tonil yang berusia lanjut dan termasyhur, yang di atas panggung komedi rakyat-
penuh padat itu, memuji-muji Madame Curie; dia jugalah yang dahulu kala di
Zwola menganyam gubahan bunga untuk Mania sebagai anak gadis yang berria-ria.
Tahun habis ... tahun datang dan
batu-batu bata menjadi tembok. Madame Curie dan Bronia belum lagi sampai ke
akhir kesukaran-kesukaran mereka : Walau pun mereka masing-masing telah
mengorbankan sebagian besar dari uang tabungan mereka untuk usaha itu, amsih
ada kesulitannya membeli sebanyak radium yang dibutuhkan untuk pengobatan
pekung, karena tak ada lagi uang mereka untuk pembelian itu.
Madadme Curie tak pernah
berpantang menyerah berputus asa; dicarinya jalan ke laur dari
kesukaran-kesukaran itu dan ia mengingat ke seberang lautan di Barat ... ke
Amerika Serikat ... yang telah pernah memberikan bantuannya kepadanya dengan
cara yang mengagumkan .. maka diingatnyalah Mrs. Meloney.
Wanita Amerika yang bersifat
ksatria ini mengetahui bahwa institut di Warsawa itu sama dekatnya di hati
Madame Curie seperti laboratoriumnya sendiri itu. Maka diusahakannyalah sekali
lagi mengumpulka uang untuk membeli segram radium – gram ke dua yang
dipersembahkan amerika kepada Madame Curie. Maka diulangilah segala yang
terjadi dalam tahun 1921 itu! Dalam tahun 1929 di bulan Oktober berangkatlah
Madame Curie ke New York : ia datang mengucapkan terima ksihnya atas nama
Polandia. Seperti juga dalam tahun 1921 ia dilimpahi tanda-tanda penghormatan.
Sepanjang kunjungan ini ia menjadi tamu presiden Hoover dan beberapa hari
lamanya ia menginap di Gedung Putih.
“Saya menerima sebuah gajah kecil dari gading yang sangat
bagusnya dan sebuah lagi yang lebih kecil” ditulisnya kepada Eve. “Rupanya
binatang inilah lambang partai Republik dan Gedung Putih itu penuh gajah-gajah,
besar – kecil, dalam segala ukuran, bersatu-satu ayau berkumpul-kunpulan....”
Amerika ditimpa akemelut
perekonomian, lebih hebat daripada dalam tahun 1921. Tetapi walau pun demikian
penyambutannya tak kurang tulus-ikhlasnya karena itu.
Di hari-harinya diterima sarjana
itu ratusan hadiah yang dikirim oleh teman-teman yang tak dikenalnya :
bunga-bunga, buku-buku, barang-barang, cek-cek untuk laboratoriumnya, namun ada
pula sebuha pemberian dari ahli-ahli ilmu fisika, yaitu, sebuah galanometer,
botol-botol berisi “radon” dan contoh-contoh tanah yang jarang didapat. Dengan
pimpinan rekannya Owen D. Young dikunjunginya Unipersitet St. Lewrence yang
pintu gerbangnya dihiasi dengan sbuah gambaran Madame Curie yang diukir dalam
batu. Dihadirinya pula pesta ulang tahun Edison; segala pidato-pidato, bahkan
dalam sebuah pesan kommandan Byrd dari Kutub Selatan pun datang memberikan
hormat kepada Madame Curie.
Pada tanggal 29 Mei 1932 siaplah
usaha pekerjaan bersama dari Madame Curie, Bronia, Dluski dan negara Polandia :
dengan dihadiri oleh Presiden Moscicki, seorang rekan dan teman-teman Madame
Curie,d an profesor Regaud, bersama-sema dengan Madame Curie, dibukalah dengan
segala upacara kebesaran Institut Radium di Warsawa itu. Sejak beberapa bulan
telah dibawa ke sana beberapa orang sakit yang diobati dengan terapi Curie.
Inilah penghabisan kalinya Madame
Curie melihat Polandia kembali : Jalan-jalan lama di tempat lahirnya, sungai
Weichsel yang dahulu dikunjunginya setiap kali ia pergi ke Polandia penuh
perasan rindu, hampir dengan perasaan menyesal. Dalam surat-suratnya kepada Eve
selalu diulanginya menggambarkan sungai, negeri dan batu-batunya itu, yang
mengikatnya dengan suatu gerak-takdir yang bergairah.
“Ada sebuah lagu dari daerah
Krakau yang mengatakan bahwa sungai Weichsel itu adalah sutu perairan Polandia
yang menawan hati sedemikian rupa sehingga mereka yang menyayanginya itu akan
terus menerus mencintainya sampai ke
dalam kubur. Kalau buat saya sduah pastilah kebenarannya ini....”
Di negeri Perancis ...
Berkat kemurahan hati baron Henri
de Rotschild di dirikanlah dalam tahun 1928 Yayasan Curie yang mengumpulkan
pemberian-pemberian dan bantuan-bantuan sambil menunjang usaha-usaha ilmu
pengetahuan dan kedoktoran oleh Institut Radium.
Dalam tahun 1922 dimajukan tiga
puluh lima orang anggota Academie de Medecine de Paris kepada rekan-rekan
mereka sebuah petisi yang berbunyi sebagai berikut :
“Anggota-anggota yang
bertandatangan di bawah ini berendapat bahwa adalah menjadi kehormatan bagi
Academie ini apabila Madame Curie dipilih menjadi anggota sebagai tanda
berterima kasih untuk peranannya dalam penemuan radium dan cara pengobatan
baru, terapi Curie.”
Bunyi petisi ini sangat bresifat
repolusioner. Bukan saja karena anggota-anggota Academie ini hendak memilih
seorang anggota wanita, tetapi juga karena mereka menyimpang dari suatu
kebiasaan dengan memilihnya di luar pencalonan terlebih dahulu, dengan tulus
ikhlas. Enampuluh empat orang anggota dari perkumpulan turut menandatangani
ikrar ini dengan penuh semangat – dengan cara sedemikian dapat pula mereka
memberikan suatu ajaran bagi Academie de Sciences. Calon-calon untuk tempat
yang terluang itu pun menyetujui pengangkatan Madame Curie.
Maka pada tanggal 17 Pebruari
1922, dilangksungkan lah pengundian. Presiden Academie, tuan Chauchard,
menunjukkan pidatonya terhadap Madame Curie dari mimbar sebagai berikut :
“... Kami menyambut kedatangan
Nyonya sebagai seorang sarjana yang besar, seorang wanita yang berhati besar,
yang hidup hanya untuk pekerjaannya berbakti kepada Ilmu Pengetahuan; seorang
wanita yang mencintai tanah airnya, seorang yang maupun dalam masa perang,
baikpun ketika damai, senantiasa menunaikan lebih dari kewajibannya. Hadirnya
nyonya di sini memberikan kebaktian suri-tauladan nyonya dan gelora nama nyonya
bagi kami. Kami mengucapkan terima ksih untuk itu. Nyonya wanita pertama di
Perancis yang menjadi anggota sesuatu Academie; tetapi siapakah yang lain yang
sepantasnya mendapat penghormatan semacam ini?”
Dalam tahun 1923, dirayakan
Yayasan Curie ulang tahun ke dua puluh lima sejak penemuan Radium. Pemerintah
pun turut menghormatinya dan dengan suara bulat diterima kedua Kamar dari
parlemen sebuah undang-undang yang memberikan kepada Madame Curie sebagai “Upah
Naisonal”suatu pensiunan tahunan sejumlah empatpuluh ribu Franc, yang kelak
akan turun-temurun kepada Irene dan Eve Curie.
Pada tanggal 26 Desember, duapuluh
lima tahun sejak persidangan Acadime de Sciences, menerima keterangan
bersejarah yang ditandatangani oleh Pierre Curie, Madame Curie dan G.Bemont :
“Tentang zat radio aktif yang baru yang mengandung pekblenda,” berjejal-jejal
khalayak ramai berkumpul di ruangan pertemuan yang besar di Sorbonne.
Unipersitet-unipersitet Perancis dan dari luar negeri, berkumpul-perkumpulan
ilmu pengetahuan, pembesar-pembesar sipil dan dari ketentraman, Parlemen,
Perguruan-perguruan Tinggi. Perkumpulan-perkumpulan mahasiswa, Persurat
kabaran, semuanya diwakili oleh uusan-utusannya masing-masing. Di atas podium
duduk Alexander Millerand, presiden Republik, Leon Berard, menteri Pendidikan,
Paul Appell, Rektor Academie dan Presiden yayasan Curie, beserta profesor Lorentz
yang akan berpidato atas nama para sarjana dari luar negeri, sedang profesor
Jean Perrin dan doktor Antoine Beclere masing-masing akan mewakili Facultet des
Sciences dan Academie di Medecine.
Di antara orangorang termasyhur
itu nampak seorang lelaki dengan muka bersungguh-sungguh dan rambut putih
besrta dua orang wanita yang berusia lanjut semabil menyapu-nyapu mata : Hela,
Bronia dan Yosep daatang dari Warsawa turut merayakan kemenangan Mania itu.
Andre Debiarne, teman sekerja dan
sahabat suami isteri Curie dari dahulu kala, membacakan berita-berita ilmu
pengetahuan yangmengumumkan penemuan penemuan zat-zat radio aktif. Kepla
laboratorium, Institut Radium, Fernand Holweck, dibantu oleh Irene Curie,
mempertunukan beberapa percobaan-percobaan denganr adium. Presiden Republik
menyerahkan pensiunan itu kepada Madame Curie....
Sebagai pembicara yanag terakhir
berdirilh Madame Curie yang disambut para hadirin dengan tepuk sorak yang
bergemuruh. Dengan suara perlahan-lahan diucapkannya terima kasih kepada semua
orang yang memberikan penghormatan ini kepadanya dan diusahakannya supaya
jangan ada yang dilupakannya. Diperingatinya seorang yang tak dapat hadir lagi
– Pierre Curie. Sesudah itu ia meninjau hari kemudian, buka hari kemudiannya
sendiri, yang tak berjangka panjang itu lagi, akan tetapi ditinjaunya hari
kemudian Isntitut Radium yang diharapkannya mendapat bantuan dan sokongan
psepenuhnya.
Bagi saya timbul dari sebanyak
kenang-kenangan pesta-pesta dan perayaan-perayaan itu suatu bayangan : muka ibu
saya, letih lesu, tak bercahaya dan hampir-hampir tak memperdulikan apa-apa.
Sekali pun bersifat jujur terahdap
kemegahan, tak pernah ia berhasil mendamaikan dirinya dengan kemegahan itu.
“Saya berjauhan dari engkau”
ditulisnya tatkala ia sedang berjalan, “Saya dijadikan sasarn berbagai
pidato-pidato yang tak saya sukai atau hargai, karena terlampau payah, saya
karenanya – lagi pun hari ini saya agak murung hari ini.
Di Berlin berkumpul di stasiun
khalayak ramai yang berlari kian kemari dan berteriak-teriak menyambut ahli
jotos Dempsey yang gkeluar dari kereta api yang saya tumpangi itu juga. Ia
sangat puas hati nampaknya. Apakah
sebenarnya ada pebedaan menyurak-nyurak kedatangan Dempsey atau saya? Bagi saya
menyurak-nyurak kedatangan seorang siapapun juga adalah merupakan perbuatan
yang tak dapat saya pujikan. Tetapi walau pun demikian tak dapat saya
memikirkan bagaimana mencegah semacam ini dan juga saya tak tahu apakah mungkin
dibenarkan seorang manusia ditukar-tukar dengan saran yang dianutnya....”
Dengan kata-kata berputus asa
diucapkannya bantahannya terhadap “penguburan yang terlamapu cepat
dilaksanakan” yang disebut “ Kemegahan”.
“Bila mereka bicara dengan saya
tentang “pekerjaan bagus yang saya
wujudkan itu” maka saya mendapat sensasi seolah-olah saya telah meninggal
dunia. Kadang-kadang saya pikir bahwa mereka tak suka kalau saya menghilang
seluruhnya supaya mereka dapat memuja-muja saya dengan tak diganggu-ganggu.”
Kesan yang mengagumkan yang
disebabkan perawakannya dengan pakaian hitamnya dan tak bergeerak-gerik itu
sebenarnya adalah karena khalayak ramai itu tidak bertemu rohani dengan Madame
Curie.
Ada orang-orang dipuja-puja yang
lebih menarik hati, lebih menawan hati, bahkan lebih termasyhur dari Madame
Curie, akan tetapi barangkali tak seorang pun di antara mereka yang menunjukkan
muka yang tak berseri-seri, tak bercahaya seperti Madame Curie.
Dalam tepuk sorak yang gemuruh
laksana angin taufan tak ada seorang yang lebih sepi perasaanya dari Madame
Curie.
BAB.
XXV : ILE SAINT LOUS
Apabila
madame Curie kembali dari suatu perjalanan, maka datanglah salah seorang dari
anak-anaknya menjemputnya dari stasiun kereta api. Dari jauh telah dicobanya
melihat-lihat apakah tak nampak di belakang jendela kereta mewah seorang wanita
berpakaian papa dan senantiasa kelimpahan pekerjaan seperti madame Curie akan
tetap kelihatan sampai hari akhirnya. Wanita pengembara itu selalu memegang
sebuah tas besar dari kulit merah tua yang diberikan perkumpulan wanita
Polandia kepadanya dahulu kala. Tas itu jendol kepenuhan surat-surat,
portepel-portepel dan tempat-tempat kaca mata. Dibawah lengannnya nampak
kembang-kembang yang telah layu: karangan bunga sembarangan yang dipersembahkan
kepadanya di tengah jalan ini mengganggunya, tetapi sayang dirasanya
membuangnya.
Bersama-sama
anaknya yang mengambil bebannya itu dari dia, dinaikan tiga buah tangga ke
rumahnya di Ile Saint Lousi, karena pesawat listrik naik tangga belum ada di
rumah itu. Sedang diperiksanya surat-surat yang datang, dikeluarkan Eve
pakaian-pakaian ibunya itu dari kopornya.
Di
antara pakaian-pakaian biasa itu dilihatnya lencana-lencana sesuatu doktorat
“honoris causa” yang baru, kotak-kotak didsepuh emas berisi bintang-bintang,
beberpa gulungan perkamen dan – inilah yang tertinggi harganya – daftar
nama-nama makanan yang dihidangkan di jamuan-jamuan yang disimpan madame Curie
dengan seksama, karena gambang sekali mencoret-coret perhitungan-perhitungan
ilmu fisika dan ilmu pasti dibelakangnya!
Sesudah
itu dikeluarkannya dari kertas pembungkus yang berisik : buah tangan untuk
Irene dan Eve dan “kenang-kenangan” yang dibeli madame Curie selama
perjalanannya. Barang-barang itu dipilihnya karena ganjilnya dan sederhnanya.
Dengan segera barang-barang gitu dipergunakan dalam rumah tangga mereka.
Potongan-potongan kayu yang telah menjadi batu karena kunonya dari Texas
dipakai sebagai penekan kertas; keris-keris yan ditatah dari Toledo
dipergunakan untuk menyisik halaman-halaman kitab-kitab ilmu pengetahuan,
kain-kain linen yang disulam oleh penduduk pegunungan berbangsa Polandia
dipakai menjadi tutup meja. Baju-baju berwarna hitam kepunyaan madame Curie
dihias dengan perhiasan-perhiasan kecil yang dibawanya dari Grand Canyon.
Potongan-potongan perak yang beum ditempa berukiran kilat oleh bangsa Indian,
dengan gespernya dari batu granat berasal dari Bohema, kalung dari emas kendari
dan peniti dari batu ametis kuno yang sangat bagusnya. Hanya itulah permata
yang pernah dimiliki ibu saya. Saya taksir harganya itu semuanya tak lebih dari
tigaratus franc.
Sangat
ganjilnya ruangan di jalan de Bethune itu di Ile Saint Louis –s angat luasnya,
tak berapa perabotnya, dengan gang-gang dan tangga-tangga yang terlampau
banyaknya. Di sinilah selama duapuluh dua tahun lamanya madame Curie berdiam
selam hidupnya itu. Ruangan-ruangan besar dan mengagumkan itu dari abad
Lodewijk XIV dihiasi dengan kursi-kursi tangan dan bangku-bangku besar yang
sepantasnya untuk ruangan-ruangan itu, sepadan dengan luasnya dan bentuknya.
Perabot-perabot dari kayu mahoni ditempatkan di sini-sana sebagai peninggalan
mendiang doktor Curie dalam salon besar yang cukup luasnya untuk limapuluh
orang, padahal biasanya tak lebih dari empat orang saja di sana. Lantai
parketnya yang licin itu mengeluh setiap kali orang penghuninya melangkah. Tak
ada perabot rumah yang disalut kain beludru, tak ada tabir-tabir;
jendela-jendela yang tinggi itu hanya memakai kain jendela dari renda yang
jarang, sedang tutup jendela selalu terbuka. Madame Curie membenci tirai, yang
disukainya adalah lantai yang berkilat-kilat dan kaca jendela yang tak dihiasi
sehingga sinar matahai dapat masuk selua-luasnya. Pemandangan keluar sangat
permainya dan dari jendela-jendela itu, dapat dilihatnya sungai Saine,
pangkalan-pangkalan dan di sebelah kanan banjar kota yang sangat digemarinya
itu. Beberapa waktu lamanya ia terlampau miskin sehingga tak sanggup ia
memperlengkapi rumahnya itu dengan perabot-perabot yang bagus. Sekarang tak ada
lagi keinginannya menghiasi rumah itu dan tak ada pula kesempatannya mengadakan
perubahan-perubahan di lingkungannya yang muram itu; sampai hari akhirnya
inilah merupakan bingkai hidupnya sehari-hari. Tetapi walau pun demikian lambat
laun telah banyak pemberian-pemberian diterimanya menghiasi bilik-bilik yang
kosong itu. Lukisan-lukisan kembang-kembang dengan cata air yang dikirimkan
seorang penggemarnya yang tak dikenalnya, menghiasi dinding rumahnya itu,
selain dari itu sebuha jambangan berwarna biru muda dari Kopenhag – yang
terbesar dan merah tua sebagai pemberian dari sebuah kilang dari Rumania,
sebuah pot dari perak penuh ukiran-ukiran bersemarak ... Barang-barang satunya
yang dibeli madame Curie ialah sebuah piano yang besar untuk Eve; berjam-jam
lamanya anak gadis itu melatih jari-jarinya di piano itu dengan tak pernah
didengarnya ibunya itu mengeluh keingaran permainannya itu.
Dari
ibunya diwarisi Irene sifat sembarangan dan sampai hari kawinnya ia merasa
betah dalam ruangan yang tak ada hiasannya ini. Tetapi Eve berdaya upaya
menghiasi kamarnya sendiri yang besar itu – kerap kali dengan tak memuaskan
hatinya – dan setiap kali diubah-ubahnaya perlengkapannya selaras dengan
keadaan keuangannya. Bilik yang satu-satunya bergelora sedikit di rumah itu
ilaha ruangan bekerja untuk madame Curie dengan potret Pierre Curie,
lemari-lemari buku, beberapa perabot-perabot tua.
Rumah
yang dipilih madame Curie dari sebanyak yang lain-lain karena sepinya, menjadi
yang tergemuruh di seluruh dunia. Permainan piano, bunyi gemerincing yang
nyaring disebabkan peswat tilpun yang telah tua, kejar-kejaran seekor kucing
hitam yang suka berlari-lari di gang-gang rumah itu dan gneta pintu rumah itu,
semuanya ini berkumandang di antara tembok-tembok rumah itu.
Sebelum
jam delapan, pagi-pagi telah terdengar kesibukan seorang pelayan dan madame
Curie melangkah dengan perlahan-lahan. Jam sembilan kurang seperemepat,
berhentilah sebuah mobil di depan rumah itu dan memberikan tanda tiga kali
dengan klaksonnya. Dengan tergopoh-gopoh diambil madame Curie topi dan
mantelnya dan berlari-lari dengan tergesa-gesa ke bawah menuju laboratorium
yang telah menunggu-nunggu kedatangannya.
Berkat
pensiunan dari pemerintah dan tunjangan dari beberapa orang-orang pemurah hati
bangsa Amerika, tak perlulah ia lagi memikirkan kesukaran-kesukaran hidup
sehari-hari. Penghasilan madame Curie telah mencukupi sehingga dapatlah ia hidup
bersenang-senang, tetapi jarang sekali dipergunakannya kemungkinan itu. Tak
pernah ia membiasakan dirinya diladeni seorang pelayan dan tak pernah
disuruhnya supirnya menunggu lebih dari beberapa menit dengan tak menimbulkan
perasaan bersalah. Apabila ia masuk sebuah toko bersama-sama dengan Eve, maka
bukanlah harga barang-barang yang dipentingnkannya, tetapi dengan sendirinya
diunjuknya dengan jari-jarinya bergemetar itu kepada pakaian-pakaian yang
termurah dan topi yang sesederhananya : hanya itulah yang disukainya.
Hanya
jika ia hendak membeli tanam-tanaman, batu-batu dan rumah-rumah beristirahat
disuruh bikinnya : sebuah di Larcouest dan sebuah lagi di Perancis Selatan.
Berhubung dengan usianya sekarang dipilihlah hawa yang lebih panas dari di
Bretagne itu. Yang digemarinya sekarang ialah tidur-tiduran berselimut langit
di beranda rumah istirahatnya di
Cavalaire, memandangi teluk dan pulau-pulau dekat Hyeres dan memelihara tanam-tanaman eukalip,
mimosa dan cypres dalam tamannya. Dua orang temannya, dua orang tetangganya,
yaitu madame Sallenave dan mademoiselle Clemant, kagum melihat pandainya madame
Curie berenang.
Telah
bertahun-tahun diidam-idamkannya meninggalkan kota Paris dan seperti dulu kala
tinggal di sceaux di musim dingin. Telah dibelinya sebidang tanah di sana dan
telah disebutkannya hendak mendirikan sebuah rumah di tempat itu, tetapi tak
pernah diambilnya suatu keputusan yang tegas. Maka setiap hari pulanglah ia
sewaktu makan siang dari laboratorium melewati jembatan Tournelle dengan melangkah
ringan seperti dahulu kala, menuju rumahnya di Ile Saint Louis dan menaiki
tangga-tangganya dengan terengah-engah.
Pada
suatu hari dalam tahun 1926 diberitahukan Irene dengan tenang kepada inu dan
adiknya bahwa ia telah bertunangan dengan Frederic Juliot, pekerja yang
sebaik-baiknya dengan bersemangat yang meluap-luap di Institut Radium. Berita
ini menggemparkan seluruh rumah itu. Seorang lelaki, seorang pemuda, dengan
sekonyong-konyong datang menerobos di rumah yang selama ini hanya dihuni oleh
tiga orang kaum wanita dan hanya sebagai kecualian datang bertamu ke sana
beberapa orang kepercayaan – Andre Debierne, Maurice Curie, suami isteri
Perrin, laki bini Borel dan suami isteri Maurain.
Mula-mula
pengantin baru itu tinggal di jalan de-Bethune dan kemudian mereka pindah ke
rumah sendiri. Madame Curie besenang hati melihat anaknya itu beruntung tetapi
ia merasa menyesal juga karena tak dapat lagi ia hidup setiap detik bersama-saa
dengan teman sekerjanya itu. Hanya dengan susah payah dapat disembunyikannya
perasaan rohaninya yang telah goyah itu. Akan tetpi tatkala dikenalnya Frederic
Joliot (muridnya dahulu dan sekarang menjadi menantunya) lebih baik berkat
pergaulan mereka sehari-hari, maka dilihatnyalah sifat-sifat luar biasa dalam
anak muda yang fasih ldiah itu, penuh kegiatan bekerja. Maka dihargainyalah
menantunya itu dan diinsyafinya bahwa sebagusnyalah seperti yang telah kejadian
sekarang. Sekarang bukan seorang saja, tetapi dua orang pembantu dapat
memikirkan kesusahan-kesusahannya dan memperbincangkan
penyelidikan-penyelidikannya yang sedang di kerjakannya; mereka diberikan
petunjuk-petunjuk – bahkan juga memberikan nasihat-nasihat dan memajukan
saran-saran yang baru. Suami isteri Joliot itu dengan sendirinya membaisakan
empat kali seminggu makan siang di rumah madame Curie.
Maka
berakap-cakaplah mereka, seperti dahulu antara madame Curie dan Irene, di
sekitar meja bundar tentang ilmu fisika dan matematika.
Apakah
ibu tak pergi ke laboratorium?
Mata
abu-abuan yang sejak beberapa tahun dilindungi kaca mata berpinggir tanduk itu
memandang Eve dengan lemah lembutnya.
“ya,
nanti. Tetapi terlebih dahulu saya perlu pergi ke Akademi Kedokteran dan karena
sidangnya baru jam tiga mulai, saya pikir masih sempat saya ... Ya, saya pergi
sebentar ke pekan bunga ... dan mungkin juga ke Jardin de Luxembourg sebentar.
Telah
tiga kali berbunyi klakson mpbil Ford di muka rumah itu. Beberapa menit
kemudian maka madame Curie memilih tanam-tanaman untuk tamannya di laboratorium
dan dibungkusnya dengan seksama dalam kertas surat kabar sambil meletakkannya
di bangku mobilnya.
Orang-orang
penjual bunga semuanya mengenal madame Curie, walau pun tak pernah ia masuk
dalam toko kembang. Saya tak tahu gerak takdir mana atau kebiasaan mana dari
jaman miskinnya itu yang menyebabkan madame Curie tak menyukai bunga-bunga yang
mahal harganya. Jena Peerin, temannyayang paling periang dan terbanyak
perhatiannya terhadap madame Curie kerap kali datang ke rumahnya itu dengan
membawa bunga-bunga yang sangat banyaknya bagi sarjana itu. Tetapi madame Curie
memandang-memadang dengan heran dan agak isin ke arah anyer-anyer yang besar
dan bunga mawar yang indah itu, seakan-akan ia mengamat-amati intan permata ...
Setengah
tiga. Mobil Ford itu telah tiba dekat pagar Taman Luxembourg dan madame Curie
telah turun dari kendaraan itu. Dengan tergesa-gesa ia pergi ke tempat yang
dijanjikan, “dekat singa di sebelah kiri”. Di antara ratusan anak-anak yang
bermain-main di taman itu ada seorang anak gadis kecil yang segera berlari-lari
menemuinya setelah dilihatnya madame Curie datang : Helene Juliot, ana Irene.
Nampaknya madame Curie seorang nenek yang tak riuh sifatnya, akan tetapi banayk
dibuangnya waktu dan ia berjalan keliling agar ia berkesempatan berbicara
sebentar dengan anak kecil ini yang bertanya dengan tegas kepadanya : “Mau ke
manakah nenek?” mengapakah tak tinggal nenek bersama-sama saya di sini?
Jam
di gedung Senat telah menunjukan jam tiga kurang sepuluh menit. Ia harus
meninggalkan Helene dan main-mainnya. Di ruang persidangan di jalan bonaparte
ia duduk seperti biasa dekat sahabat lamanya doktor Roux. Sebagai seorang
wanita satu-satunya di antara enampuluh orang-orang rekan lelaki yang
dipuja-puja, turut madame Curie mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan
Academie de Medecine.
“Oo,
alangkah letihnya saya... !
Hampir
setiap malam diucapkan madame Curie keluhan ini dengan muka pucat dan kurus
karena letih lesunya serta menjadi tua. Telah larut malam ditinggalkannya
laboratorium, jam setengah delapan, kadang-kadang jam delapan. Ia pulang dengan
mobilnya, tetapi tanggayang tiga buah itu lebih tinggi lagi dalam perasaannya
dari seperti biasa. Telah dipasangnya cenelanya dan sebuah baju panas menutupi
bahunya. Dengan tak ada tujuan tertentu mondar-mandirlah madame Curie di rumah
itu menunggu pelayannya datang memberitahukan bahwa makanan telah siap.
Menjelang malam hari ini, rumah itu bertambah sunyi.
Tak
ada gunanya anaknya mengatakan kepadanya : “Ibu bekerja terlampau banyak.
Seorang wanita berumur enampuluh lima tahun semacam ibu ini tak sanggup dan tak
boleh bekerja seperti ibu ini, sampai duabelas, empatbelas jam sehari. Eve
mengetahui bahwa sebenarnya tak dapat ibunya bekerja kurang dari sebanyak itu
dan bahwa sekiranya pun madame Curie berkurang kerjanya, adalah itu akan
berarti bahwa kesehatannya telah mundur lagi. Yang dapat diharapkan anak gadis
itu hanyalah supaya ibunya masih lama lagi dapat bekerja selama empatbelas jam
sehari.
Sejak
Irene tak berdiam di rumah di jalan de Bethune itu lagi, maka Eve makan
bersama-sama dengan ibunya. Seribu satu kejadian-kejadian sehari-hari itu masih
mengikat pikiran madame Curie sehingga tak tertahan ia membicarakannya dengan
anaknya itu. Setiap malam ditimbulkan ucapan-ucapannya itu suatu bayangan yang
mengharukan, penuh rahasia pekerjaan di laboratorium yang meminta perhatiannya
seluruhnya. Eve biasa mendengar dengan nama-nama alat-alat dan pesawat-pesawat
yang tak akan pernah dilihatnya – seperti juga pembantu-pembantu ibunya yang berbicara tentang mereka dengan
perasaan ramah, bahkan hampir lemah lembut, dengan kata-kata sifat dan keta
pengganti orang : “Saya sangat senang hati melihat Gregoire “Saya”. Memang saya
tahu bahwa ia sangat cerdiknya! (dan sehabis menyendok supnya) : “Cobalah
pikirkan, hari ini saya bertemu dengan murid Tionghoa “ saya” di ruangan ilmu
fisika. Kami berbicara dalam bahasa Ingris dan tak putus-putusnya kami
bercakap-cakap itu : Di negeri Tiongkok dianggap tak pantas membantah-bantah
orang lain dan kalau saja mengajukan sesuatu teori yang tak disetujuinya ia
tetap dengan hormat mengatakan bahwa saya benar. Maka haruslah saya terka
apakah ada yang tak disetujuinya! Berhadapan dengan murid-murid saya dari
Timur, saya malu karena saya kurang sopan santun! Mereka lebih halus budi
pekertinya dari kita ... (dan sewaku
makan kompot) : “hai, Eve, kita undang
lah sekali murid bangsa Polandia “saya” ke ruah kita ini. Saya takut ia sangat
sepi perasaannya di Paris ...
Di
Institut Radium yang merupakan menra Babel itu silih berganti pekerja-pekerja
dari pelbagai kebangsan. Di antaranya itu senantiasa ada seorang bangsa
Polandia. Apabila madame Curie tak berhasil mengusahakan supaya salah seorang
kawan se negerinya mendapat bursa dengan tak merugikan bagi seorang calon yang
lebih pintar, maka ia sendiri lah yang membayar pelajaran anak muda dari
Warsawa yang tak akan pernah mengetahui kebajikan madame Curie ini. Maka dengan
tiba-tiba ia berhenti berbicara dan dilepaskannya bagan pikiran paksa. Sambil
berpaling ke anaknya itu ia berkata dengan suara yang berlainan bunyinya :
“Tetapi ceritakanlah, nak, bagaiana sekarang keadaan di dunia ini?
Segala-galanya
dapat dibicarakan dengan madame Curie, bahkanm dan terlebih-lebih lagi
dikehendakinya soal-soal yag seolah-olah mengneai kanak-kanak. Jikalau Eve
denga senang hari bercerita bahwa “pukul rata” telah dicapainya dengan mobilnya
itu tujupuluh kilometer sejam maka dapatlah itu difahamkan madame Curie. Ia
sendiri suka menjalankan motornya itu, tetapi senantiasa dengan hati-hati.
Walau pun demikian diikutinya keuletan-keuletan mobilnya itu! Mendengar cerita-cerita
tenetang cucunya. Helene, kata-kata lucu yang diucapkan anak itu,
menyebabkannya kadang-kadang ketawa terbahak-bahak seakan-akan ia masih seorang
anak gadis muda remaja.
Juga
digemarinya membicarakan soal-soal politik, walau pun ia tak pernah ia
berlebih-lebihan dalam perasaannya tentang hal-hal semacam ini. Pendiriannya
ialah pendirian liberal. Apabila oran-orang bangsa Perancis berkata kepadanya
bahwa diktator itu lebih baik, maka dengan perlahan-lahan dijawabnya : “Saya
telah mengalami penghidupan di bawah pemerintah yang bersifat pemerasan, tuan
tidak. Karena itu tuan tak dapat merasai sepenuhnya bagaimana nikmat
kemerdekaan itu ... Mereka yang menghendaki tindakan-tindakan repolusioner,
akan menemui tantangan semacam itu juga. “Tak akan dapat tuan memberikan
keyakinan bagi saya bahwa ada faedahnya memotong leher Lavosier...
Akan
tetapi keberanian dan semangat wanita
Polandia yang berpendirian “Progresionis” masih tetapi tersimpan dalam hatinya.
Ia diusik pikiran bahwa Perancis kekurangan rumah sakit dan sekolah-sekolah,
bahwa ribuan keluarga hidup dalam rumah-rumah yang tk sehat dan bahwa kaum
wanita tak mempunyai hak-hak semestinya.
Madame
Curie tak berkesempatan merupakan pendidik yang sempurna bagi anak-anaknya itu,
akan tetapi Irene dan Eve mendapat pemberian dari dia yang tak akan dapat
dinilai mereka sepenuhnya : anugerah istimewa yang menyebabkan mereka dapat
hidup di samping seorang manusia yang luar biasa – luar biasa, bukan karena
keahliannya, tetapi berkat peri kemanusiaannya dan penolakannya terhadap segala
perbuatan sembrono dan segala kepicikan. Bahkan kebanggaan yang sepantasnya kiranya
ditujukan kepadanya, yaitu menjadi suri-tauladan dan bagi orang-orang lain, tak
mau ia menerimanya : “Tak ada gunanya hidup tak jamak seperti saya ini, katanya
kerap kali kepada kaum wanita yang terlampau rajin memuja-mujanya. “Banyak saya
curahkan waktu saya untuk ilmu pengetahuan karen saya mencintainya, akan tetapi
yang saya harapkan untuk kaum wanita dan anak-anak gadis ialah supaya mereka sekalian
dapat penghidupan yang sederhana dan pekerjaan yang menarik perhatian mereka.
Seaktu
makan malam itu pernah juga madame Curie da Eve membicarakan percintaan. Wanita
yang rohaninya dirusakkan cara kejam itu, tak bagus padnangannya terhadap
gairah besar ini. Ia setuju dengan ucapan seorang penulis bangsa Perancis yang
ternama : Cinta itu bukanlah
suatu perasaan yang harus dihormati.
“Menurut
pendapat saya”, pernah ditulisnya kepada Eve, “seharusnya kita mencari kekuatan
dalam usaha mencapai cita-cita; idealisme inilah yang akan membawa
keinginan-keinginan dan idam-idaman kita kepada suatu tingkatan yang lebih
luhur dengan tak membikin kita menjadi bangga dan congkak; saya pikir juga akan timbul
kekacauan jika segala minat hidup bergantung kepada perasaan-perasaan yang
mendadak seperti percintaan...”
Pandai
benar ia mendengarkan pengakuan-pengakuan, dengan tak menceritakannya kepada
orang lain, dengan cara yang sangat sopannya sehingga seolah-olah tak pernah
didengarnya itu. Juga dengan segera ia memberi bantuannya kepada sanak
saudaranya yang memerlukannya, apabila mereka diancam bahaya atau kecelakaan.
Akan tetapi apabila dibicarakan sola percintaan, maka tak pernah dilahirkannya
pikirannya tentang ini. Timbangan-timbangan dan pendapt-pendapatnya, senantiasa
merupakan pernyataan yang tak mengenai diri dan bagaimana pun jua tak akan
dibenarkannya seorang pun menilik ke dalam masanya ayang lampau untuk memungut
keterangan atau kenang-kenangan dari situ. Ini adalah suatu lapangan
tersembunyi dalam wataknya yang tak boleh dimasui siapa pun juga.
Hanya
anak-anaknya itu mengetahui perasaan sedihnya mengingat keadaannya menjadi tua,
berjauhan dengan kaka-kakak dan abangnya yang senantiasa disayanginya itu
dengan sangat. Mula-mula disebabkan pembuangan dirinya, sesudah itu karena ia
menjadi janda, maka telah dua kali ia kehilangan kenikmatan hidup kekeluargaan.
Ia menulis surat-surat yang mengnadung duka cita kepada sahabat-sahabat yang
terlampau jarang dilihatnya itu, kepada Jacques Curie yang tinggal di Montpellier,
Josep dan Hela dan akhirnya kepada Bronia yang hidupnya juga seperti dia telah
rusak binasa : anak-anaknya kedua-duanya telah meninggal dunia dan dalam tahun
1930 ia kehilangan suaminya pula, Casimir Dluski.
Madame
Curie menulis kepada Bronia pada tanggal 12 April 1932 :
“Bronia
sayang, juga saya merasa sedih karena kita terpisah-pisah. Akan tetapi walau
pun engkau merasa sepi, masih ada yang dapat menghiburkan hatimu : engkau
bertiga di Warsawa dan karena itu dapatlah engkau satu sama lain bersama-sama
saling membantu. Percayalah, ikatan setia antara sanak saudara itulah ayng
sebaik-baiknya di dunia ini. Saya yang sekarang hidup di luar ikatan itu, tahu
bagaimana artinya ketiadaan ikatan ini. Ikhtiarlah menghiburkan hatimu dengan
pengetahuan ini dan janganlah lupakan adikmu di Paris ini.”
Apabila
Eve sehabis makan malam pergi berjalan ke suatu permainan musik, maka
tinggallah madame Curie di rumah dan merebahkan dirinya di bangkunya, sambil
melihat anaknya itu sedang berpakaian.
Pendapat-pendapat
mereka masing-masing tentang pakaian dan perhiasan wanita sangat bertentangan
seperti siang dan malam. Akan tetapi madame Curie telah lama tak berikhtiar
lagi supaya pendapatnya yang dituruti anaknya itu. Dari mereka berdua
sebenarnya Eve-lah yang memaksanakan pendapatnya kepada ibunya itu dan dengan
berulang-ulang memintanya maka terpaksalah madame Curie membeli baju-baju yang
baru sebelum yang lama buruk sehingga tak terpakai lagi. Karena itu
pertikaian-pertikaian pikiran antara kedua orang wanita itu hanya merupakan
soal teori semata-mata dan dengan sabar, bahkan dengan gembira dan melucu
dilancarkan ibunya itu kecaman-kecamannya terhadap anaknya.
“Anaknya
yang kucinta, alangkah buruknya tumit sepatumu itu! Tak akan sanggup engkau
memberikan keyakinan kepadaku seolah-olah kaum wanita dilahirkan untuk memakai
jangkungan semacam itu .. Dan mode baru apakah itu, pakaian malam dengan gigir
bertelanjang? Leher terbuka masih boleh juga, tetapi punggung yang berkilometer
panjangnya tak ditutupi itu! Pertama tak sopan itu dan kedua mungina kau
mendapat radang paru karena itu dan ketiga jelek kelihatannya itu; alasan
ketiga ini tentu berat juga itu, kalau yang dua lagi itu tak berarti apa-apa
bagi engkau! Selaind ari itu sangat bagusnya bajuu itu saya lihat, tetapi
terlampau banyak kau memakai pakaian hitam. Hitam tak pantas bagi orang-orang
seumurmu ini...
Tetapi
yang terpenting ialah saatnya Eve mulai “menghiasi mukanya”. Setelah beberapa
lamanya ia berusaha dan sangat puasnya melihat hasil pekerjaannya itu, maka
diikutinyalah permintaan ibunya itu yang bertanya secara menyindir : “Baiklah
sedikit supaya dapat saya melihat engaku dengan hati yang tertawan! Madame
Curie memandangnya secara tak memihak dengan padangan seorang ahli ilmu
pengetahuan. Ia tercengang melihatnya.
“Sebenarnya
tak ada keberatan saya terhadap mencat-cat muka itu, karena saya tahu bahwa
sejak dari dahulu kala telah dibiasakan itu. Di negeri Mesir dari dahulu kala
wanita itu memikirkan seribu akal yang lebih hebat lagi... Cuma, inilah dapat
saya katakan : Ngeri saya melihatnya. Kau sakiti alismu dan kau cat mulutmu
dengan tak ada perlunya sedikitpun.
“Tetapi
ibu, memang sepantasnyalah itu. Lebih baik begitu!
“Lebih
baik! Dengarlah, untuk menghiburkan hati saya, akan saya cium engkau besok pagi
sebelum kau sempat menyapu mukamu lagi dengan kotoran-kotoran itu selama engkau
masih di tempat tidurmu. Lebih suka saya melihat engkau sebelum di cat .. Dan,
pergilah sekarang, nak-sayang! Selamat malam ... Hai, adakah bukumu buat
bacaanku malam ini?
“Tentu
ada, apakah yang ibu kehendaki?”
“Tak
tahu saya ... buku yang tak menyedihkan hati saya. Jika masih muda seperti
engkau ini patutlah dibaca roman-roman yang menyedihkan.
Tak
pernah dibacanya lagi buku-buku penulis Rusia, seperti Dostojwski yang dahulu
kala dipuja-pujanya itu. Walau pun keinginan-keinginan mereka dalam lapangan
kesustraan, berbeda akan tetapi aa juga persamaannya : Kipling, Colette .. Tak
jemu-jemunya madame Curie mencari ssantiran keindahan alam yang menghiburkannya
itu dalam buku-buku seperti The Jungle, Sido, Kin, Juga ada ribuan
kalimat-kalimat syair-syair diketahuinya di luar kepala, sebaras dari buku-buku
bahasa Perancis, Jerman, Rus, Ingris dan Polandia...
Dengan
buku yang dipilih Eve itu untuk dia, pergilah madame Curie ke kamar kerjanya,
ia rebah di kursi malasnya berlapis beludru merah, diletakkannya sebuah bantal
di bawah kepalanya dan dibacanya beberapa halaman.
Akan
tetapi setengah jam, barangkali sejam sesudah itu, diletakkannya buku itu. Ia
berdiri lagi, diambilnya sebuah potelot dan buku tulisnya beserta kitab-kitab
kamus ilmu pengetahuan. Seperti biasa ia bekerja sampai jam dua, tiga pagi.
Apabila
Eve pulang ke rumah dilihatnya lampu masih terang di kamar ibunya itu. Ia berjalan terus di gang rumah itu dan masuk
ke dalam bilik itu...
Setiap
malam itu jugalah pandangan yang
dilihatnya. Madame Curie dikelilingi kertas-kertas, perhitungan-perhitungan dan
brosur-brosur duduk di lantai kayu rumah itu. Tak pernah dapat ia
membiasakannya bekerja di meja tulis, duduk di kursi, seperti selayaknya bagi
“ahli-ahli pikir”. Ia memerlukan tempat yang banyak untuk menyebarkan
dokumen-dokumen dan gambar-gambarnya...
Di
atas lututnya ada sebuah buku tulis. Di dalamnya itu ditulisnya dengan sebuah
potelot tanda-tanda dan rumus-rumus. Mulutnya komat-kamit. Setengah bersuara
disebutkannya angka-angka dan bilangan-bilangan. Profesor Sorbonne ini
menghitung dalam bahasa Polandia seperti juga enampuluh tahun yang lampau
tatkala ia bersekolah di perguruan encik Sikorski.
BAB.
XXVI : LABORATORIUM
Apakah
madame Curie telah hadir?
“Saya
mencari madame Curie, apakah beliau sudah datang?
“Apakah
tuan ada yang melihat madame Curie?
Orang-orang
lelaki dan perempuan muda yang merupakan bayangan-bayangan putih dalam pakaian
laboratorium mereka, bertanya satu sama lain di gang yang harus dijalani madame
Curie jika ia hendak masuk Institut Radium. Lima sampai sepuluh orang
pekerja-pekerja berkumpul setiap pagi di jalanan itu. “Jika tak terlampau susah
bagi beliau” masing-masign dari mereka itu ingin mengajukan pertanyaan,
mendapat anjuran atau pimpinan ke jurusan yang sebenarnya. Maka terbentuklah
yang dinamakan madame Curie dengan tersenyum sebuah “Sovyet”.
Soyet
itu tak perlu menunggu-nunggu lama. Jam sembilan pagi datanglah mobilnya masuk
pekarangan di jalan Pierre Curie itu. Di jalan masuk yang bersambung dengan
taman itu tiba madame Curie. Dengan perasaan gembira kumpulan orang-orang yang
ingin bertanya itu mengerumuninya. Suara-suara bermalu segan memberitahukan
bahwa telah dilaksanakan pengukuran ini dan pengukuran itu; diceritakan mereka
tentang larutan polonium, sambil dibayangkan : bila madame Curie datang
sebentar melihat pesawat Wilson yang kedua akan dilihatnya percobaan yang
menarik hati...
Walau
pun madame Curie mengeluh karena ini semuanya, akan tetapi sebenarnya ia juga
bergirang hati melihat keinginan bertanya dan tanda-tanda tenaga kerja yang
setiap permulaan hari bekerja menyongsongnya. Dan sebaliknya dari melarikan
diri dan berjalan terus ke kamarnya bekerja, berdirilah ia dengan mantil dan
topinya di tengah-tengah teman-temannya bekerja itu. Setiap kali dipandangnya
muka yang ingin bertanya itu, maka diingatnyalah sesuatu percobaan yang telah
dipikirkannya seorang diri.
“Formier,
telah saya pikirkan tentang yang tuan katakan kepada saya .... Saran tuan itu
memang bagus, tetapi percobaan yang tuan usulkan itu mustahil dilaksanakan. Ada
yang lain saya pikirkan yang pasti akan berhasil. Nanti saya datang
membicarakannya dengan tuan. Madame Curie, bilangan manakah nyonya dapat?
Apakah nyonya tak salah ketika mengadakan perhitungan itu? Kemrain malam saya
hitung kembali dan saya mendapat bilangan yang agak berlainan sedikit. Tetapi, baiklah kita periksa nanti...
Tak
pernah ia keliru, tak pernha ia bimbang menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka
itu. Selama ia bercakap-cakap beberapa menit lamanya dengan slaah seorang dari
penyelidik-penyelidik itu, maka terpikatlah segala pikirannya kepada masalah
yang dipelajari si penanya itu dan yang diketahui madame Curie hal-hal se
kecil-kecilnya. Sebentar sesduah itu ia berbicara dengan murid yang lain
tentang soal yang berlainan sekali. Sangat pandainya ia bersenam otak ini! Di
laboratorium tempat orang-orang muda sebanyak itu berusaha dengan segala daya
upaya adalah madame Curie laksana seorang pentolan main catur yang engan tak
melihat papan catur kerap kali sampai tiga puluh atau empat puluh permainan
dilakukannnya di luar kepala.
Orang-orang
berlalu, memberi hirmat dan kadang-kadang mereka berdiri sebentar. Maka Sovyet
itu bertambah besar. Akhirnya duduklah madame Curie di anak tangga dengan tak
menghentikan permusyawaratannya itu. Seperti duduknya di sana itu, membungkuk,
dari bawah melihat ke murid-muridnya yang berkerumun di dekatnya atau bersandar
ke dinding, sekali-kali ia tak menyerupai seorang guru bessar. Akan tetapi....!
Madame
Curie lah yang memilih mahasisw-mahasiswa untuk laboratorium setelah diujinya
dengans eksama kepandaian-kepandaian mereka. Ia jualah yang baisanya menentukan
pekerjaan yang mana mereka harus lakukan. Madame Curie pulalah yang memberikan
pimpinan apabila murid-murid itu kandas dalam usaha-usaha mereka dan bertanya
kepadanya dengan keyakinan bahwa madame Curie apstilah akan mengetahui kesalahn
dalam percobaan mereka itu, dan akan membawa mereka kembali ke jalan yang
sebenranya...
Dalam
empat puluh tahun bekerja di lapangan ilmu pengetahuan, telah banyak
dikumpulkan pengalaman-pengalaman oleh sarjana yang berambut putih itu. Ilah
yag merupakan daftar karangan dan daftar buku-buku yang bernyawa : semua
pengumuman-pengumuman dalam lima bahasa yang dikenalnya dengan fasih itu telah
dibacanya yang berkenaan dengan percobaan-percobaan yang biasanya dilakukan di
Institut Radium itu. Selaind ari itu ia mempunyai suatu anugerah yang sangat
penting artinya : akal budi. Teori-teori yang samar, dugaan-dugaan yang menawan
hati tetapi merupakan khayal seperti dimajukan beberapa orang dari
murid-muridnya itu, selalu menemui bantahan dalam matanya yang bersinar-sinar
dan bagus itu dan dibuntukan oleh pikirannya seperti besi itu. Alangkah
senangnya perasaan jika bekerja dengan pimpinan semacam itu, di bawah seorang
yang serentak berani dan berhati-hati!.
Lambat
laun bubarlah perkumpulan yang mengadakan pertemuan tadi di gang itu. Mereka
yang telah mendapat petunjuk dari madame Curie untuk pekerjaan pada hari itu, tergesa-gesa
pergi melaksanakannya dan madame Curie sendiri berjalan bersama-sama dengan
salah seorang dari mereka sampai ke pintu ruangan ilmu fisika atau ruangan ilmu
kimia dan melanjutkan percakapan mereka itu, sambil berdiri di muka sesuatu
pesawat...
Akhirnya,
sampailah ia ke laboratoriumnya sendiri dengan tak ada lagi yang mengikutinya.
Dipakainya pakaian bekerjanya dan mencurahkan segala perhatiannya kepada
percobaannya sendiri.
Tetapi
tk lama ia bekerja dengan tak ada gangguan. Pintu kamarnya itu diutik-utik
salah seorang dari para penyelidik masuk ke dalam dengan kertas-kertas tertulis
di tangannya. Di belakangnya menyusul seorang yang lain. Setiap hari Senin
Acadimie des Sciences mengadakan rapat mingguannya dan mereka yang akan
menyerahkan berita-berita kepada akademi itu pada petang hari, datang membawa
karangan mereka ke hadapan madame Curie yang akan memeriksanya.
Guna
membaca surat-surat itu semuanya pergilah madame Curie ke sebuah bilik kecil
yang sangat terangnya dan bagi orang luaran tak akan merupakan kamar bekerja
seorang sarjana yang termasyhur. Meja tulis dari kayu Eik, sistem pendaftaran
dengan kartu, lemari-lemari buku, mesin tulis yang telah tua, sebuah kursi
berlapis kulit seperti ratusan yang lain, ini semuanya meberikan suasana yang
tak terlukis. Diatas meja tulis itu terletak di smaping himpunan-himpunan
brosur-brosur sebuah temat tinta dari pualam, sebuah piala yang penuh dengan
potelot-potelot yan tajam dan sebuah barang kesenian sebagai persembahan
sesuatu perkumpulan mahasiswa. Akhirnya sebuah buyung berasal dari Ischia
berwarna merah tua dan sangat bagusnya.
Kadang-kadang,
diberikan mereka yang akan menyerahkan catatan-catatan pada Academie,
tulisan-tulsian itu kepada guru mereka dengan tangan gemetar karena terharunya.
Penulis-penulisnya mengetahui bahwa pertimbangan madame Curie bukanlah
main-main, akan tetapi sangat beratnya! Menurut pendapat madame Curie tak
pernah laporan itu cukup jelasnya, tak pernah cukup sempurnanya. Dicari-carinya
bukan saja kesalahan-kesalahan tehnik, tetapi kalimat-kalimat banyak yang
digantinya dan banyak eksalahan-kesalahan dalam gaya bahasa diperbaikinya ...
“Begini bolehlah dimajukan ini, katanya kepada sarjana muda yang setengah mati
jika diterimanya kembali pekerjaannya itu.
Tetapi
jika sebaliknya pekerjaan seorang murid telah memuaskannya, maka senyumnya dan
kerkataannya : “bagus sekali ini, inilah yang sempurna! Merupakan penghargaan
yang setinggi-tingginya untuk segala daya upaya ahli ilmu fisika itu dan
seolah-olah memberikan sayap terbang baginya pergi ke laboratorium profesor Perrin. Telah jadi kebiasaan :
dialah yang menyampaikan berita-berita Institut Radium itu kepada Academie.
Jean
Perrin itu jugalah yang menegaskan kepada siapa saja yang ingin mendnegarnya :
“ Madame Curie bukan saja seorang ahli ilmu fisika yang termsyhur, tetapi ia
merupakan kepala laboratorium yang sebaik-baiknya yang pernah saya temui.
Apakah
rahasia kelanjutannya itu? Di luar dan di atas segala-galanya cintanya yang
luar biasa untuk Institut itu. Ialah pengabdi yang setia dan pelindugn yang
jamak bagi gedung yang disayangi madame Curie itu. Diusahakannya dengan segala
daya upaya mendapat zat-zat radio aktif yang diperlukan untuk melakukan
percobaan-percobaan besar.
Beberapa
hubungan ramah-tamah antara madame Curie dan pimpinan pertambangan Belgia Union
Minere du Haut Katanga, senantiasa berakhir secara demikian : Union Miniere
mengirim dengan Cuma-Cuma kepada madame Curie ampas berton-ton banyaknya dan ia
pun dengan gembiranya menarik zat yang dikehendakinya itu dari ampas yang
diterimanya itu.
Dari
tahun ke tahun diperkayanya laboratoriumnya itu. Bersma-sama dengan Jean Perrin
dikunjunginya segala kementerian meminta bantuan dan bursa pelajaran. Karena ia
“madame Curie” maka sudilah tuan-tuan yang memegang kekuasaan semasa itu
mendengarkannya. Secara demikian diterimanyalah dalam tahun 1930 bantuan yang
luar biasa untuk penyelidikan ilmu pengetahuan sejumlah limaratus ribu franc.
Kadang-kadang,
letih dan dihina oleh tindakan-tindakan yang terpaksa dilakukannya itu, dilukiskannya
kepada Eve bagaimana ia menunggu-nunggu di ruangan tamu dengan gugup dan
akhirnya ia berkata dengan tersenyum – Nanti akan tiba saatnya kami diusir dari
sana sebagai seorang-orang minta-minta!
Dengan
pimpinan penunjuk jalan mereka yang tegas itu dipelajari para penyelidik di
laboratorium Curie itu satu persatu lapangan-lapangan yang belum dikenal
tentang radio aktif. Dari tahun 1919 sampai tahun 1934 diterbitkan empatratus
delapan puuh tiga pengumuman-pengumuman ilmu pengetahuan, di antaranya ada tiga
puluh empat disertasi dari ahli-ahli ilmu kiia dan ahli-ahli ilmu fisika dari
Institut Radium itu. Tigapuluh satu buah pengumuman adalah berasal dari madame
Curie.
Walau
pun jumlah persennya sangat tingginya, perlu ditambah penjelasan sedikit. Dalam
masa terakhir ini barangkali telah terlampau banyak ia berkorban untuk hari
kemudian dan kebanyakan dari waktunya dipergunakannya untuk pekerjaannya
sebagai kepala, sebagai pemimpin. Alangkah lebih banyak lagi dapat
diciptakannya pekerjaan membina dalam lapangan penyelidikan, sekiranya ia
seperti orang-orang muda yang mengelilinginya itu, dapat mempergunakan setiap
menit untuk penyelidikan? Dan siapakah yang dapat mengatakan bagaimana besarnya
dan dipimpinnya itu dari taraf yang satu ke taraf yang lain?
Tetapi
ia tidak bertanya-tanya sedemikian. Ia bergebira melihat kemenangan-kemenangan
yang dicapai regunya tiu dan gedung berseluk yang tidak dinamakannya
laboratorium “saya” tetapi dengan suatu
peralihan kebanggan yang tak kenyataan disebutkannya : Laboratorium..
Perkataan
itu diucapkannya seolah-olah tak ada laboratorium yang lain di dunia ini.
Sifat-sifat
kejiwaan dan kemanusiaan menyebabkan sarjana yang seorang diri itu, merupakan
seorang yang dapat memberikan ilham kepada sesama manusia. Walau pun madame
Curie dalam pergaulan tak suka tawar menawar, dapat juga ia memikat hati para
pembantunya yang bertahun-tahun sesudah dikenalnya, masih ditegurnya dengan
“Encik” atau “Tuan”. Juga pegawai rendahan di laboratorium itu dan
tukang-tukang seolah-olah termanterai karena dirinya. Apabila diambilnya
seorang supir sendiri, maka Georges Boiteux yang serentak menjadi ahli mesin,
supir dan tukang kebun sambil mengerjakan pekerjaan kasar, menangis memikirkan
bahwa untuk seterusnya orang lain lah yang akan membawa madame Curie setiap
pagi dari jalan Pierre Curie ke jalan de Bethune. Perasaan kasih sayang yang
jarang sekali ditunjukkannya, mengikatnya kepada mereka yang berjuang
bersama-sama dengan dia. Jarang say lihat ibu saya lebih berduka cita dari pada
di bulan Agustus 1932, keetika didengarnya kematian dengan tiba-tiba dari salah
seorang muridnya yang amat disayanginya.
“Saya
sangat berduka cita tatkala saya tiba di Paris”, tulisnya. Ahli ilmu kimia yang
masih muda itu, Raymond, yang saya sayangi itu, telah tenggelam ketika mandi di
sungai de Ardeche. Saya bingung memikirkan hal ini. Ibunya menulis kepada saya
bahwa masa anaknya itu bekerja di laboratorium ini, itulah masa
sebagus-bagusnya dalam hidupnya. Tetapi aalah gunanya itu kalau begini akhirnya? Hidup semuda itu, jang
menawan hati sedemikian rupa dan tabiat-tabiat sebagus itu beserta anugerah
rohani yang uar biasa itu – semuanya ini hilang karena mandi di air dingin
dengan akibat yang kejam ini.”
Apabila
salah seorang pembantunya mendapat ijazah, menulis disertasi, mendapat hadiah,
maka diadakanlah jamuan teh sebagai penghormatannya di laboratorium itu. Di
waktu musim panas dilakukan perayaan itu di taman di bawah pohon-pohon, tetapi
di musim dingin semuanya berlangsung dalam ruangan terbessar di laboratorium itu,
yakni diperpustakaan, yang gemerincing suara perabot minuman teh. Alangkah
ganjilnya perabot teh itu! Piala-piala dari gelas merupakan cangkir teh dan
gelas anggur sampanye, sedang pengaduk-pengaduk dipakai sebagai sendok teh.
Maahsiswa wanita meladeni dan menyuguhkan juadah kepada teman-teman mereka,
kepala-kepala dan pegawai-pegawai. Di antara yang hadir itu nampak juga Andre
Debiarne yang memimpin ceramah-ceramah di Institut Radium, kepala pengusaha
Fernand Holwick dan madame Curie, riang dan berbicara sambil melindungi
gelasnya berisi terh terhadap keriuhan di sekitarnya.
Maka,
dengan tiba-tiba semua orang diam. Madame Curie mengucapkan selamat kepada yang
menang itu. Dengan kata-kata yang tulus ikhlas dipujinya pekerjaanorang itu dan
diperingatkannya kesulitan-kesulitan yang harus diatasinya. Kata-kata yang
ramah tamah disambut dengan tepuk sorak, tatkala diucapkannya beberapa
kata-kata terhadap orang tua phlawan hari itu atau pun – kalau yang dirayakan
itu seroang bangsa asing – terhadap tanah arinya yang jauh itu – Sekembalinya
di tanah air tuan yang saya kenal itu
dan yang menyambut kedatangan saya di sana dengan tulus ikhlas, saya
harap supaya tuan menyimpan kenang-kenangan yang indah dari Institut Radium ini.
Tuan telah sempat melihat bahwa kami bekerja keras dan bahwa kami selenggarakan
sebanyak mungkin menurut tenga kami...
Ada
beberapa perayaan semacam ini yang sangat dihargai oleh madame Curie; yang satu
diadakan berhubung dengan promosi anaknya. Irene dan perayaan kedua berkenaan
dengan menantunya Frederic Juliot menerima gelaran doktor pula. Berkat
pimpinannya kedua-dua penyelidik ini semakin lama semakin bertambah keahlian
mereka. Dalam tahun 1934 dicapai suami isteri itu, suatu kemenangan yang gilang
gemilang : setelah dipelajari mereka gejala-gejala perubahan-perubahan atom,
diketemukan olej Irene dan Frederic Juliot radio aktipitet buatan; dengan
menyinari zat-zat tertentu (umpamanya aliminium) dengan pancaran-pancaran dari
unsur-unsur radio aktif, dapatlah mereka berhasil mengubah zat-zat itu menjadi
radio aktif, sehingga terciptalah zat-zat radio aktif baru yang tak dikenal
alam dan yang seterusnya akan merupakan sumber pancaran-pancaran. Tentu tak
perlu laig dijelaskan bagaimana akibat-akibat penciptaan atom-atom ini untuk
ilmu kimia dan pengobatan : barangkali tak lama lagi maka dapatlah dibikin
zat-zat buatan yang mempunyai sifat sifat radium sehingga dapat dipenuhi kebutuhan
terapi Curie dengan memuaskan!.
Tatkala
suami isteri Juliot Curie menjelaskan usaha mereka itu di hadapan rapat Sciete
de Physique, hadir dengan madame Curie mendengarkannya dengan penuh rasa
bangga. Ketika dilihatnya Albert Laborde, yang dahulu menjadi asistennya dan
asisten Oierre Curie, maka didekatinya tuan itu sambil menegurnya dengan
keriangan yang luar biasa : “Selamat malam! Alangkah pandainya mereka berbicara
itu, bagaimanakah pendapat tuan? Sekarang kita kembali dalam masa purba kala
yang bergelora itu dilaboratorium yang lama itu!
Sehabis
upacara itu masih kegugupan madame Curie mendengarkan uraian yang bersemangat
itu, sehingga tak dapat ia lekas masuk tidur. Ia berjalan kaki pulang ke rumah
ditemani beberpa orang rekan-rekannya sambil
berbicara tak putus-putusnya tentang sukses “Anak-anakmudanya itu”.
Di
seberang taman di jalan Pierre Curie itu profesor Regaud dan
pembantu-pembantunya yang disebutkn madame Curie dengan : “Orang-orang sebrang”
berjuang dengan penyakit kanker dengan mengadakan penyelidikan dan pengobatan
berdasarkan penyelidikan itu. Dari tahun 1919 hingga tahun 1935, telah diobati
delapan ribu tigaratus sebilanbelas orang sakit di Institut Radium itu.
Juga
Claude Regaud adalah seorang kawan yang setia bagi laboratorium itu. Dengan
sabar hati telah dikumpulkannya senjata-senjata untuk perjuangan ini : radium,
pesawat-pesawat, ruangan-ruangan dan sebuah rumah sakit. Berhubng dengan
banyaknya orang yang disembuhkan berkat cara pengobatan ini dan karena msih
banyak dibutuhkannya, terpaksalah ia meminjam radium – bahkan Union Miniere pun
telah menyerahkan sepuluh gram kepadanya! – dan meminta bantuan dari pemerintah
dan derma dari orang-orang lain : baron Henri de Rotchild, Lazardd dan
saudarnya juga memberikan sumbangan mereka yang sangat besarnya; selain dari
itu ada pula seorang yang dengan seribu akal menjaga supaya namanya jangan
sampai ketahuan bahwa telah dihadiahkannya kepada yayasan Curie itu sejumlah
tigajuta emptaratus ribu franc!.
Maka
secara dmeikianlah terbentuk pusat yang terutama untuk pengobatan dengan radium
dan terapi Curie di negeri Perancis. Namnay tersohor di mana-mana : lebih dari
duaratus orang doktor-doktor dari lima negre-negri mengajukan permintaan supaya
mereka diperkenankan bekerja beberapa lamanya di sana mempelajari tehnik
pengobatan kanker itu. Sebagai ahli ilmu fisika dan ilmu kimia tak turut madame
Curie serta dalam usaha di lapangan ilmu hayat dan ilmu pengobatan itu. Tetapi
pertumbuhannya itu diikutinya dengan penuh minat dan perhatian. Sangat bagus
pergaulannya dengan profesor Regaud, seorang rekan yang masyhur dan penuh
perasaan tanggung jawab serta sekali-kali tak mementingkan diri sendiri.
Seperti madame Curie ia juga membenci gembar-gembor kemegahan dan seperti
sarjana itu juga telah ditolaknya segala yang merupakan keuntungan bagi dirinya
sendiri. Seperti madame Curie juga bukan tak ada kesempatan baginya mengumpulkan
kekayaan, tetapi sedikit tak ada timbul pikirannya ke jurusan ini.
Kedua
orang pemimpin ini yang sangat gembiranya melihat hasil-hasil yang gilang
gemilang apabila cara pengobatan ini dilaksanakan oleh yang ahli, diusik
pikiran yang serupa : dengan kesal hati dan tak berdaya terpaksa mereka melihat
bagaimana radium itu dibikin menjadi perkakas kekayaan di seluruh dunia.
Doktor-doktor yang kurang faham, dengan sembarangan memakai zat-zat radio aktif
untuk mengobati pasien-pasien mereka dengan tak menginsyafinya bagaimana
berbahayanya “perawatan” ini. Obat-obat dan barang-barang penambah kecantikan
yang “didasarkan apda radium” dijual sebagai barang perniagaan – kadang-kadang
dengan memakai nama yang menyerupai “Curie”. Dengan tak bermasud mengucapkan
sesuatu pendapat tentang ini semuanya, saya ingin menyebt bahwa ibu saya,
keluarga Curie, profesor Regaud dan Institut Radium tak pernah mempunyai
sangkutan apa pun jua dengan perusahaan-perusahaan itu.
“Lihatlah
dulu, apa ada surat-surat yang penting ...
Madame
Curie, tergesa-gesa, diburu-buru, menunjukkan posnya yang datang kemarin hari
kepada seorang sekretarisnya yang cerdik dan lemah lembut, yaitu madame Razet.
Di
pembalut-pembalut surat itu kerap kali hanya ada alamat bersahaja : “Madame
Curie, Paris” atau “Madame Curie, sarjana Perancis, surat-surat ini kebanyakan
meminta tanda tangan madame Curie da ada pula yang ditulis oleh orang-orang
yang tak karuan pikirannya.
Sebagai
membalas surat-surat itu dikirim kartu cetak dengan bunyi : “Dengan perasaan
menyesal diberitahukan madame Curie bahwa permintaan tuan (nyonya) akan tanda
tangannya tak dapat dikabulkan”.
Bagi
mereka yang menulis surat-surat delapan hingga sepuluh halaman panjangnya itu
dengan tinta dari pelbagai warna warni, orang-orang yang beroleh pendapatan
baru, tetapi tak mendapatkan penghargaan, selanjutnya orang-orang yang kacau
pikirannya dan orang-orang gila disebabkan hawa nafsu serta orang-orang gila
yang berbahaya – bagi mereka ini semuanya hanya satu jawaban yang mungkin :
“Diam”.
Di
luar ini ada lagi surat-surat yang lain. Dengan teliti didiktekan madame Curie
balasan-balasan surat para rekan dari luar negeri dan untuk mereka yang dengan
berputus asa meminta supaya mereka diobati madame Curie yang menurut pikiran
mereka sanggup menyembuhkan segala macam penyakit atau meringankan segala
penderitaan. Selain dari ini ada pula surat-surat dari para langganan-langganan
yang bisa mengadakan pesawat-pesawat,
perhitungan-perhitungan biaya dan surat-surat perkiraan, jawaban-jawaban atas
surat-surat edaran yang dikirim kepada “madame Curie” maha guru fakultet
Kedoktoran” oleh pihak atasan, semuanya merupakan urusan-urusan menyurat yang
mengagumkan. Untuk administrasi ini telah disiapkan madame Curie cara metodis
menyimpannya dalam empat puluh tujuh buah berkas.
Adat
istiadat di Unipersitet itu dipegangnya teguh, karena baginya tak arti
kemegahannya tiu, bahkan sekali pun ia seorang wanita, dalam pandangannya tak
sedikit pun itu menjadi sebab menyimpang dari kebiasaan di sana sehingga
surat-suratnya yang resmipun diakhirinya dengan rumus hina dina seorang bawahan
: “Hormat saya kepada tuan dekan dan rektor”.
Bekas
sejumlah empat puluh tujuh buah itu belum cukup untuk berhubungan anatara
madame Curie dan dunia luar. Banyak diterimanya permintaan-permintaan untuk
bertemu dengan dia. Tiap-tiap hari Selasa dan Jum’at pagi-pagi dipakainya
bajunya yang terbagus dan berwarna hitam.
“Saya
haruss berhias hari ini, karena hari ini saya menerima tamu-tamu, katanya
dengan muka muram dan kerutkan keningnya.
Di
gang laboratorium itu telah menunggu para tamu dan juga para wartawan yang
terlebih dahulu telah hambar kegembiraannya disebabkan nasihat madame Razet :
“Madame Curie hanya bersedia amenerima tuan, jikalau tuan meminta
keterangan-keterangan tehnis. Interpiu bersifat perseorangan tak ingin beliau
memperkenankannya.
Meskipun
madame Curie senantiasa bersifat hormat, akan tetapi tamu itu tak akan merasa
betah di sana memperpanjang waktu kunjungannya itu! Apalagi kamar tamu itu
tidak diliputi suasana yang ramah tamah, sedang kursi-kursinya keras tempat
duduknya dan jari-jarinya gerenjet-gerenjet kegugupan serta matanya memandang
dengan tersembunyi ke arah jam.
Pada
hari-hari Senin dan Rabu sejak pagi-pagi benar madame Curie telah gugup dan
gelisah. Jam lima ia harus memberikan kuliah. Sehabis makan siang ia
bersembunyi dalam kamarnya di jalan de-Bethune dan mengadakan persiapan untuk
kuliahnya itu dengan menulis di atas secarik kertas putih beberapa titik
tangkgap dari ulasannya. Kira-kira ham setengah lima ia berangkat ke
laboratorium dan bersembunyi kembali dalam kamar istirahat. Ia gentar, cemas,
tak terhampiri. Sekalipun madame Curie telah mengajar sejak dua puluh lima
tahun, tetapi ia masih mengalami “Keseganan panggung” setiap kali ia berdiri di
hadapan dua atau tiga puluh orang pendengar-pendengar di ruang kulaih yang tak
besar itu.
Tenaga
bekerja yang mengagumkan dan yang tak kunjung padam! Di “Waktu-waktu terluang”
dikarangnya tulisan-tulisan tentang ilmu pengetahuan dan buku-buku : Sebuah
uraian tentang Ilmu Pengetahuan isotop dan tentang isotop-isotop, sebuah
sejarah hidup yang ringkas dan mengharukan hati dari Pierre Curie dan sebuah
uraian ilmu pengetahuan sebagai pembukuan yang sempurna untuk kuliah-kuliahnya.
Masa
yang gilang gemilang dan mengandung hasil-hasil sebanyak tiu juga merupakan
masa yang dimendungi kekuatiran : madame Curie diancam penyakit buta. Doktornya
memberitahukan kepadanya dalam tahun 1920 bahwa bular kembar lambat laun akan
mengaburkan penglihatannya. Perasaan putus asanya tak ditunjukkan madame Curie
kepada siapa pun juga. Dengan ketabahan hati diceritakannya untung malam ini
kepada anak-anaknya dan tentang cara-cara mencegah penyakit ini : pembedahan
yang mungkin dapat dilakukan kelak sehabis dua atau tiga tahun .. Hingga saat
itu mulailah masa menunggu yang menggodanya; lensa-lensa mata yang semakin lama
semakin kabur itu selalu menimbulkan kabut antar dia dan dunia, antara dia dan
pekerjaannya.
Madame
Curie menulis kepada Bronia pada tanggal 10 Nopember 1920 :
“Yang
terbanyak menggoda pikiran saya ialah mata dan telinga saya. Mata saya
bertambah kabur, barangkali tak dapat lagi dicegah itu. Telinga saya
seolah-olah bersungt-sungut; kadang-kadang sangat kerasnya, sehingga saya
merasa kuatir : pekerjaan saya akan terbengkaelai karena ini. Barangkali ini
semuanya disebabkan radium itu juga, tetapi kepastian tentangn ini tak ada.
Inilah yang menyusahkan hati saya. Janganlah ceritakan hal ini kepada siapa pun
juga supaya jangan tersiar kabar ini. Marilah sekarng kita bicarakan soal-soal lain...”
“Janganlah
ceritakan hal ini kepada siapapun juga”. Inilah pokok pembicaraannya dengan
Irene dan Eve, dengan abangnya dan dengan kakak-kakaknya; kepada mereka sajalah
yang dipertanyakannya ini. Telah menjadi godaan pikiran baginya menjaga supaya
jangan dikeyhui orang hal ini oleh karena sesuatu perbuatan kurang hati-hati.
Tak dikehendakinya surat kabar pada suatu hari memuat berita : Madame Curie
telah cacat.
Mereka
yang bergaul rapat denga dia turut menjadi sekutu dalam rahasianya ini, seperti
doktor-doktornya Morax dan Petit. Si sakit sendiri telah memakai yang lain :
bukan madame Curie, tetapi “madame Curre”, seorang nyonya tua dan tak dikenal
orang, yang menderita penyakit bulat kembar. Kaca mata madame Curre yang
diambil Eve dari tukang kaca mata. Apabila madame Curie hendak menyebarng jalan
atau naik tangga sedang matanya telah kekaburan, maka dipegang salah seorang
dari anak-anaknya itu tangannya dan dengan tekanan-tekanan yang tak kelihatan
tangan dengan jari-jarinya diberikannya tanda bahwa ada bahaya atau rintangan.
Diwaktu makan semuanya harus disuguhkan ke tangannya, seperti tempat garam yang
dicari-carinya dengan gerak-gerik tangan yang menimbulkan kasihan, sekali pun
diikhtiarkannya berbuat seolah-olah tak ada keraguannya...
Akan
tetapi bagaimanakah mungkin ia dapat bermain komedi semacam ini selama-lamanya
dilaboratorium? Eve telah menasehatkan ibunya itu menceritakan hal ini secara
rahasia kepada teman-teman sekerjanya sehingga tak perlu lagi ia sendiri
mempegunakan mikroskop, dan neraca. Tetapi dengan pendek saja dijawab madame
Curie : “Tengan huruf-huruf yang
besar-besar ditulisnya catatan-catatan yang diperlukannya sewaktu berkuliah dan
walau pun penerangan di ruangan kuliah itu tak mencukupi, berhasil juga dia
melaksanakan tulisan-tulisannya itu. Dengan berbagai-abagai akal
disembunyikannya cacatnya itu. Apabila seorang murid datang membawa sebuah
negatif percobaan dan meminta pertimbangannya, untuk negatip yang penuh
garis-garis halus, maka dengan memajukan beberapa pertanyaan yang dipikirkannya
dengan seribu satu akal dapatlah ia mengumpulkan keterangan-keterangan yang
diperlukannya untuk membayangkan negatip itu dalam hatinya.
Sesudah
itu barulah diterimanya lempeng kaca itu, dilihat-lihatnya dan “pura-pura”
dapat dilihatnya garis-garis yang halus itu ...
Akan
tetapi bagaimana pun telitinya penjagaan penjagaan ini dan sekali pun
doktor-doktornya turut bersekutu di dalamnya, tak dapat disingkirkannya
orang-orang dilaboratorium itu menduga juga sedikit tentang peristiwa yang
menyedihkan ini. Tetapi tak apa-apa dikatakan mereka di sana, seolah-olah tak
mengerti orang-orang itu tentang hal ini; seperti madame Curie sendiri mereka
juga main komedi.
Madame
Curie menulis kepada Eve pada tanggal 13 Juli 1923.
“anakku
yang tercinta, saya akan mencoba pembedahan, pada tanggal delapan belas hari
Rabu pagi. Kalau kau datang semalam sebelum itu baguslah itu. Hari sangat
panasnya, karena itu saya takut kau akan terlampau letih.
Katakanlah
kepada teman-teman kita di Larcouest bahwa saya belum siap dengan sesuatu
pekerjaan yang kita kerjakan bersama-sama dan bahwa saya perlukan engkau karena
permintaan orang-orang di sini.
Terimalah
peluk cium dari ibumu.
Ceritakanlah
sedikit mungkin dapat mereka di Larcouest, nak!”
Hari-hari
yang sangat panasnya di rumah sakit. Dengans endok teh Eve mengasuh seroang
bernama “madame Curie” yang tak bergerak, buta sedang mukany merupakan muka
seorang yang luka parah dan kepalanya dibalut seluruhnya. Kekuatiran akan
penylit-penyulit yang tak disangka-sangka dan kekuatiran akan mendarah yang
mungkin menghilangkan harapan kesembuhannya selama beberapa minggu. Dua
pembedahan lagi dalam bulan maret 1924. Pembedahan yang keempat dalam tahun
1930..
Baru
saja dibuka kain pembalutnya maka madame Curie telah mempergunakan matanya yang
bersalahan itu, sedang lensa-lensanya telah dikeluarkan sehingga tak ada lagi
daya suainya.
“Saya
telah membiasakan berjalan dengan tak memakai kaca mata dan telah banyak
kemajuan saja”, ditulisnya kepada Eve dari Cavalaire beberapa bulans esudah
pembedahan pertama. “Saya turut mengadakan perjalanan ke gunung-gunung dua kali
melalui jalan-jalan yang tak gampang. Agak memuaskan juga bagi saya, karena
saya dapat berjalan dengan cepat dengan tak mengalami kecelakaan-kecelakaan.
Yang sangat mengganggu saya ialah melihat beganda sehingga tak sanggup saya
mengenal orang-orang yang datang menemui saya. Setiap hari saya berlatih
membaca dan menulis. Hingga kini lebih sukar lagi itu dari berjalan! Terpaksa
kau bantu saya menulis karangan saya untuk Encyclopaedia Britannica....
Lambat
laun menanglah madame Curie dalam perjuangannya denga nasib malangnya itu.
Berkat kaca mata yang tebal gelasnya hampir seluruh daya penglihatannya di
depannya kembali sehingga ia pergi berjalan seorang diri, mengendari mobilnya
sendiri dan dilaboratoriumnya dapat lagi ia melaksanakan
perhitungan-perhitungan yang seksama... Mukjizat terakhir dalam hidup yang
ajaib : madame Curie timbul kembali dari kegelapan dan cukup diterimanya sinar
cahaya untuk bekerja dan sekali lagi bekerja sampai akhirnya.
Dalam
sepucuk surat kepada Bronia bertanggal sepetember 1927 dibukanya rahasia
kemenangannya itu :
“Kadang
saya putus harapan dan berkata dalam diri saya bahwa seharusnyalah saya
berhenti bekerja dan tinggal di luar kota sambil bercocok tanam. Tetapi seribu
ikatan menahan-nahan saya dan saya tak tahu pabila saya dapat berhenti. Saya
tak tahu juga apakah mungkin dapat hidup saya diluar laboratorium ini,
sekalipun saya menulis buku-buku tentang ilmu pengetahuan.”
“Saya
tak tahu apakah saya dapat hidup di luar laboratorium ini.” Untuk mengartikan
keluh, pengakuan itu, perlu dilihat bagaimana madame Curie berdiri di muka
pesawat-pesawatnya sehabis pekerjaannya sehari-hari dan ia sempat mencurahkan
perhatiannya seluruhnya kepada gairahnya yang tak terbatas itu. Bukan saja
sewaktu percobaan yang luar biasa yang mukanya kelihatan tertegun gairah dan
penyerahan sukma. Pekerjaan sesulit “membikin gelas kaca” yang sangat pandai ia
mengerjakannya, pengukuran yang berhasil, telah cukup untuk memberikan kegembiraan
yang tak terhingga baginya. Seorang teman sekerjanya yang dengan sekejap mata
dapat melihat sesuatu hal yang luar biasa, madame Curie sehari-hari ini yang
mukanya kerawanan tak pernah digambar poteret :
“...
Begitulah ia duduk di depan pesawatnya sambil mengadakan pengukuran dalam
sebuah bilik yang diterangi kelam saja dan tak dipanasi pula sebagai penjagaan
supaya suhu-suhu di kamar itu tidak berubah-ubah. Gerakan-gerakan yang
berturut-turut dilakukan madame Curie dengan teliti dan keselarasan yang mengagumkan.
Tak ada seorang pemain piano yang sanggup menciptakan paduan yang lebih
sempurna dari madame Curie dengan jari-jarinya itu. Kesempurnaaan tehniknya itu
menghilangkan segala kemungkinan membuat kekhilafan.
Sehabis
perhitungan-perhitungan yanag dibikinnya itu dengan tergopoh-gopoh untuk
membandingkan hasil-hasil yang dicapainya tiu, maka nampaklah bagaimana
gembiranya karena perbedaan-perbedaan jauh di bawah yang iijinkan, suatu bukti
bagaimana seksamanya pengukurannya itu.”
Apabila
ia sibuk dalam pekerjaannya, tak ada lagi dunia ini bagi madame Curie. Dalam
tahun 1927 Irene jatuh sakit keras sehingga ibunya kuatir dan berputus asa.
Seorang temannya datang mengunjunginya dilaboratorium menanyakan keadaan si
sakit itu. Jawab yang diterimanya pendek saja keluar tamu dari kamarnya itu
maka madame Curiepun berkata dengan marah – kepada asistennya : “Mengapakah
orang-orang itu tak membiarkan kita bekerja dengan tak terganggu!
Di
bawah ini ada suatu uraian dari Mademoiselle Chamie yang melihatnya abekerja dalam
sebuah percobaan yang penting : Pembikinan actinium –X untuk spektrum
sinar-sinar alpha; inilah pekerjaanya yang terakhir sebelum ia meninggal dunia
:
Actinium-X
itu harus murni dan dalam keadaan kimiawi sehingga tak mungkin timbul suatu
emanasai. Pekerjaan satu hari belum cukup untuk menghasilkan getah buang. Malam
itu madame Curie tinggal dilaboratorium nya dengant ak mengingat makan. Tetapi
pelepasan unsur itu sangat lambatnya : karena itu terus ia bekerja semalaman
itu.
Jam
dua malam akan dilakukan pengolahan terakhir : sejam lamanya larutan itu harus
dipusing-pusing di atas ebuah tiang istimewa. Mesin pusingan itu mengeluarkan
suara yang meletihkan, akan tetapi madame Curie tetap berdiri di dekatnya
dengan tak mau mennggalkan tempatnya itu. Dipandangnya mesin itu seolah-olah
hasratnya (menghendaki supaya percobaan itu berhasil) sanggup memanggil
Actinium-X itu dengan kekuatan saran. Pada saat itu tak ada yang lain di dunia
ini selain dari mesinpusingan itu, mau pun fajar yang segera akan menyingsing,
baik pun keletihannya. Inilah suatu perbuatan yang menyangkal anta seluruhnya,
pemusatan seluruh jiwa pada pekerjaan yang diwujudkannya.”
Tatkala
percobaan itu tidak membawa hasil yang diharapkannya, maka dengan tiba-tiba ia
nampak seolah-olah diremukkan malapetaka.. Duduk endap di kursi dengan tangan
bersedekap, membungkuk dan pandangan yang legat nampaknya ia menyerupai seorang
wanita petani tua yang duduk diam muram karena sesuatu untung malang yang
menipanya. Teman-teman sekerjanya yang melihatnya sedemikian merasa takut
dengan remang-remang bahwa telah terjadi sesuatu kecelakaan atau sesuatu
peristiwa yang menyedihkan; mereka bertanya apakah yang mengganggunya. Dengan
suara yang menakutkan diucapkannya madame Curie perkataan-perkataan yang
merupakan keterangan ini : “Tak berhasil kita mengasilkan endapan Acrtinium-X
itu ... atau dipesalahkannya musuh itu dengan terang-terangan :
“Polonium
merintangi pekerjaan saya.
Akan
tetapi apabila ia amencapai hasil-hasil , ia menjadi muda kembali dan gelisah.
Dengan hati gembira ia mondar-mandir di taman laboratorium seakan-akan ia
hendak menceritakan kepada bunga-bunga mawar dan matahari bagaimana
beruntungnya dia! I telah mengadakan perdamaian dengan ilmu pengetahuan, ia
bersedia ketawa dan bersorak-sorak.
Jikalau
ia sambil bergembira itu mendapat undangan dari seorang penyelidik untuk
melihat percobaan yang sedang dikerjakan, maka diikutinya orang itu dengan
tergesa-gesa, ia membungkuk di muka pesawat yang “menghitung” banyaknya atom
atau dilihatnya dengan hati tertawan bagaimana dengan tiba-tiba bercahaya
pelikan “Willemit” disebabkan pengaruh radium.
Mukjizat-mukjizat
yang terkenal itu menimbulkan air muka yang berseri-seri bagi madame Curie.
Timbul sangkaan seolah-olah ia sedang melihat-lihat dengan hati yang tertawan
oleh keindahannya sebuah ciptaan Botticelli atau Vermeer lukisan yang
sebagus-bagusnya di dunia ini.
“Ah,
alangkah bagusnya gejala ini! Katanya dengan suara bergumam.
BAB.
XXVII : KEWAJIBAN SELESAI
Kerap
kali terjadi madame Curie berbicara tentang matinya kelak. Dengan tenang
nampaknya ia berbicara tentang peristiwa yang tak akan dapat dielakkan ini dan
ditinjaunya akibat-akibat yang dibawa kematian itu kelak. Dengan tak
menunjukkan tanda-tanda terharu diucapkannya kalimat-kalimat seperti ini : “Tak
perlu disangsikan bahwa tak lama lagi hidup ini, atau : “Saya kuatir tentang
nasib Institut Radium kalau saya tak di sini lagi kelak.
Tetapi
bagaimana pun, batinnya tak mengenal perdamaian dan tawakal. Dengan segala daya
upaya yang ada dalam hati sanubarinya ditentangnya pikiran kepada akhirat itu.
Mereka yang mengenalnya dari jauh menyangka bahwa hidupnya tak ada tolok
bandingnya, tetapi menurut pandangannya sendiri hidupnya itu tak ada artinya
dan tak ada selarasnya dengan luasnya pekerjaan yang dimualinya itu.
Tiga
puluh tahun lampau Pierre Curie terbenam dalam gairahnya bekerja seolah-olah
telah dirasanya bahwa malaikat maut sudah mendekatinya dengan nasib untung
malang.
Maka
sekrang tiba gilirannya bagi madame Curie mengendalikan perlawanan tersembunyi
ini. Sebagai pertahanan terhadap serbuan yang ditakutinya itu didirikannyalah
dengan tergopoh-gopoh suatu kubu pertahanan tersusun dari rancangan-rancangan
dan kewajiban-kewajiban. Ditolaknya memperdulikan keletihan yang setiap hari
semakin nyata itu dan tak sudi ia memperhatikan penyakit-penyakit menahun yang
menggodanya : mukanya yang tak sehat itu, encok di bahunya, tusukan dan dengung
ditelinganya.
Tetapi
peduli apa itu semuanya! Banyak lagi hal-hal yang lebih penting.
Di
Arceuil telah didirikannya sebuah kilang pengolah pelikan-pelikan secara
besar-besaran. Telah lama diidam-idamkannya amendirikan kilang semacam itu :
dengan penuh semangat diaturnyalah pekerjaan-pekerjaan permulaan di kilang itu.
Di samping itu ia sedang sibuk menulis bukunya – sebuah tugas peringatan untuk
Ilmu Pengetahuan seperti tak akan dapat tercipta oleh siapa pun juga sekiranya
ia telah meninggal dunia. Penyelidikan-penyelidikan tentang keluarga Actinium
pun tak berjalan dengan pesat seperti diharapkannya! Karena sehabis itu harus
dilaksanakannya penelaahan “bangun halus” sinar-sinar Alpha! Pagi-pagi benar
telah bangun madame Curie, ia tergesa-gesa pergi ke laboratorium dan malam
sehabis makan pergi lagi ia ke sana....
Ia
bekerja dengan tergopoh-gopoh, secara mengagumkan – dan juga dengan tak berhati-hati
seperti telah lazim baginya. Penangkal-penangkal sebagai penjagaan yang selalu
diperintahkannya kepada murid-muridnya, tak pernah diidahkannya untuk dirinya
sendiri : tabung-tabung berisi zat-zat radio aktif itu hanya boleh dipegang
dengan jepitan, janganlah dipegang tabung-tabung itu dengan tangan, pakailah
perisai dari timbel untuk menghidnarkan sinar-sinar yang berbahaya itu.
Hanya
dengan susah payah disetujuinya pemeriksaan darahnya seperti ditentukan untuk
orang-orang yang bekerja di laboratorium itu! Kadar darahnya tak semestinya.
Tetapi tak mengapa itu...! Sejak tiga puluh lima tahun madame Curie bekerja
dengan radium dan bernapaskan lepasan-lepasan radium. Selama empat tahun
peperangan ia telah terkena sinar-sinar yang lebih berbahaya, yaitu sinar-sinar
yang berasal dari pesawat-pesawat Roentgen. Perubahan yang tak berarti dalam
darahnya, bekas-bekas terbakar di tangan-tangannya yang merasa sakit dan
mengganggunya, tetapi kering kembali setelah bernanah; semuanya ini tidak
merupakan halangan-halngan yang pentinf dibandingkan dengan bahaya-bahaya yang
lebih besar itu!
Dalam
bulan Desember 1933 madame Curie dihinggapi suatu penyakit yang tak berjangka
lama, tetapi memberikan kesadaran sedikit baginya. Berkat gambaran Roentgen
ternyatalah sebuah biji yang agak besar dalam kandung empedunya. Penyakit
semacam itu jugalah yang menyebabkan bapaknya menemui ajalnya! Untuk
menghindarkan perbedahan yang ditakutinya dimulainya cara hidup yang teratur
dan dipeliharanya dirinya alebih baik. Sarrjana yang sejak bertahun-tahun
mengabaikan pemeliharaan secukupnya untuk dirinya itu dan selalu menunda
pelaksanaan rancangan-rancangan privenya yang bersifat bersahaja itu, walau
puns angat digemarinya mendirikan sebuah rumah istirahat di Sceaux dan di Pris
berpindah rumah dengan tiba-tiba mengalih kepada perwujudan rancangan-rancangan
itu. Dibikinnya sebuah taksiran ongkos-ongkos dan dengan tak bimbang-bimbang
dikeluarkannya uang sangat banyak. Telah diambilnya keputusan : rumah istirahat
di Sceaux itu akan didirikan di musim panas ini dan dalam bulan Oktober 1934
akan dipindahkan madame Curie dari jalan de Bethune ke sebuah rumah yang lebih
moderen yang baru didirikan di dekat Unipersitet.
Ia
merasa letih dan ia hendak membuktikannya apda dirinya sendiri bahwa ia tidak
sakit. Maka pergilah ia ke Versailles bermain sepatu es dan ia pergi ke Savoye
menemui Irene yang sedang berlibur di medan-medan tempat meluncur salju. Ia
bergembira karena anggota geraknya masih sigap dan tangkas. Sewaktu hari paskah
dipergunakanyya kedatangan Bronia ke Paris untuk pergi bersama-sama dengan dia
melawat ke Perancis Selatan.
Perjalanan
itu menjadi suatu bencana. Madame Curie hendak mengabil jalan berkeliling untuk
memperlihatkan darah-daerah yang indah alamnya kepada kakaknya itu. Tatkala
mereka dengan banyak persinggahan-persinggahan tiba dirumah istirahatnya di
Cavalaire ia telah kedinginan dan letih lesu. Setibanya di sana rumah itu
sangat dinginnya dan pemanas sentral yang dipasang dengan tergopoh-gopoh, tak
sanggup memebrikan panas dengan cepat.
Madame
Curie yang gigil gelugut kedinginan, berputus asa dan menangis tersdu-sedu di
pelukan Bronia seperti seorang anak kecil yang sakit. Ia diusik pikiran kepada
bukunya dan ia takut kalau-kalau penyakit cabang tenggorok yang mendadak akan menghilangkan
kekuatan badan yang diperlukannya untuk menyiapkan pekerjaanya itu. Bronia
merawatnya sambil meredakan perasaannya. Esok harinya telah dapat diatasinya
keruntuhan rohaninya itu dan tak ada lagi terjadi semacam itu untuk kedua
kalinya.
Beberapa
hari-hari yang terang cuaca memberikan tenaganya kembali dan menghiburkan
hatinya. Setibanya di Paris kembali maka kesehatannya pun bertambah baik. Ada
seorang doktor yang mengatakan bahwa penyakitnya itu ialah penyakit influenza
dan seperti telah dikatakan para dokter sejak empatpuluh tahun – terlampau
banyak bekerja. Naik derajat panasnya yang terus menerus itu tak dihiraukan
madame Curie. Dengan perasaan kuatir yang tak tertentu Bronia kembali ke
Polandia. Di staisun menunggu kereta pai ke Warsawa kakak beradik itu
berpeluk-pelukan untuk penghabisan kalinya.
Madame
Curie melayang-layang antara sehat dan sakit. Apabila ia merasa sehat sedikit
maka pergilah ia ke laboratorium dan apabila ia merasa pusing dan lemah, maka
tinggallah ia di rumah mengerjakan bukunya itu. Beberapa jam lamanya seminggu
dipergunakannya untuk rumahnya yang baru dan rancangan-rancangan untuk rumah
istirahat di Sceaux :
“Semakin
lama semakin saya rasa kebutuhan sebuah rumah dengan tamannya dan saya harap
dengan sangat tercapailah hendaknya maksud saya ini” ditulisnya kepada Bronia
pada tanggal 8 Mei 1934. “ Ongkos-ongkos mendirikan rumah itu dapat
dikurangnkan sehingga tak melewati batas kesanggupan saya. Karena itutelah
dapat dimulai meletakkan dasar alasnya.”
Tetapi
musuhnya yang tersembunyi itu lebih cepat dari dia. Demamnya bertambah hebat
dan gigilnya bertambah kuat. Dengan kesabaran ahli diplomasi terpaksa Eve
berikhtiar supaya ibunya itu menyuruh datang doktor lagi. Sambil berdalih bahwa
doktor-doktor itu semuanya “orang-orang yang mengusiknya” dan “tak terbayar
karena mahalnya” Padahal tak pernah seorang doktor bangsa Perancis sudi
menerima bayaran dari dia – selalu ditolaknya menga,bil seoerang doktor yang
tetap untuk keluarganya. Sarjana ini yang memandang dirinya sebagai sahabat
kemajuan, sama jemunya memanggil doktot seperti seroang wanita tani.
Profesor
Regaud datang gmengunjungi sebagai sahabat lama dan diusulkannya meminta
pertimbangan temannya doktor Raveau yang seterusnya menganjurkan profesor
Boulin, doktor rumah sakit. Setelah dilihatnya muka yang kurus kering itu maka
yang pertama-tama diaktakannya aialah : “Madame Curie harus tinggal ditempat
tidur dan berdiam. Telah kerap kali didengarnya ini! Karena itu tak
diacuhkannya perintah itu! Ia berdiri dan dipaksanya dirinya apergi ke Institut
Radium hampir setiap hari ia bekerja di sana. Pada suatu hari panas di buln Mei
1934 ia tinggal di ruangan ilmu fisika hingga jam setengah empat dan dengan
gerak tangan yang letih lesu dirabanya simpai-simpai dan perkakas-perkakasnya –
teman-temannya yang setia. Ia berbicara sebenetar dengan kawan-kawannya
sekerja. “Saya demam, katanya bergumam, saya pulang saja ke rumah.
Ia
berjalan lagi melalui taman laboratorium itu melihat bunga-bunga yang sedang
mekar dengan warna-warna yang tajam. Dengan tiba-tiba ia berhenti di muka
sebatang pohon bunga mawar yang kurus dan dipanggilnya tukan mesin : “Georges,
lihatlah pohon bunga mawar itu; uruslah itu dengan segera.!
Seorang
muridnya datang mendekatinya dan meminta dengan sangat jangan tinggal di luar,
tetapi menyuruh antarkannya ke jalan de-Bethune. Ia mengalah, tetapi sebelum ia
msuk dalam mobilnya ia berpaling sekali lagi sambil berkata : “Jangan lupa
pohon bunga mawar itu, Georges...
Memikirkan
tanaman yang telah layu itu, itulah perpisahannya dengan laboratorium itu.
Tak
ditinggalnya lagi tempat tidurnya.... Perjuangan yang tak tentu terhadap
penyakit yang samar-samar yang sekali ini disebutkan inpluenza dan lain kali
penyakit cabang tenggorok, memaksanya mengalami percobaan-percobaan yang meletihkannya,
tetapi disabarkannya itu dengan suatu kepatuhan yang mengagumkan dan
disetujuinya supaya dipindahkan ia ke rumah sakit untuk pemeriksaan seluruhnya.
Dua
gambar Roentgen dan lima atau enam uraian belum dpat memberikan kepastian bagi
ahli-ahli spesialis yang menjaga-jaga sarjana itu dekat tempat tidurnya.
Rupa-rupanya tidak ada alat tubuhnya yang kena penyakit dan tak ada penyakit
biasa kenyataan. Tetapi karena masih ada bekas-bekas penyakait radang paru-paru
dari dahulu nampak di gambar roentgen itu, maka disuruhlah ia memakai
pembalutan dada. Tatkala ia kembali di rumahnya di jalan de Bethune di
sekitarnya mulai dipikirkan membicarakan “Senatorium”
Dengan
berhati-hati dibisikan Eve pembuangan ini. Sekrang juga diterimanya saran itu
dan berangkatlah ia dengan suka rela. Harapannya ditunjukannya kepada udara
yang lebih bersih dan dipikirnya bahwa riuh dan debu kota itulah yang
melambatkan kesembuhannya. Dibuatlah beberapa rancangan : Eve akan turut
menemani ibunya itu dan tinggal beberapa minggu lamanya di sanatorium itu,
sesudha itu akan datang abang dan kakak madame Curie dari Polandia menemuinya
di sana; sehabis itu pula akan datang Irene di buan agustus ke sna. Di musim
rontok mungkin telah sembuh madame Curie! Dalam bilik si sakit itu berbicara
Irene dan Frederic Juliot dengan madame Curie tentang pekerjaan di laboratorium
tenetang rumah di Sceaux itu, tentang cetakan percobaan untuk bukunya yang baru
disiapkannya itu. Seorang pembantu muda
dari profesor Regaud, Georges Gricouroff, yang hampir setiap hari datang
menjenguk ke rumah sakit itu, memuji-muji di hdapan kita kebajikan-kebajikan
dan kenikmatan sanatorium.
Eve
mengurus rumah yang baru itu dan dipilihnya langsai dan tirai untuk rumah itu.
Beberapa
kali kita berkata kepada anaknya itu sambil tersenyum dan memandangnya :
“Barangkali kita bersusah-payah menghiasi rumah itu dengan tak ada gunanya ...
Maka
Eve selalu membantah-bantahnya dengan lucu dan supaya tenang pikiran ibunya
itus edikit diburu-burunya tukang-tukang di rumah yang belum siap itu. Tetapi
walau pun demikian tak ada harapannya akan dapat lagi dielakkan malapetaka itu;
meskipun para dokter-dokter tidak pesimis dan di rumah nampaknya tak ada yang
kuatir, diisyafinya sepenuhnya dengan tak dapat diterangkannya apa sebabnya,
bahwa untung malang telah mendekatinya.
Selama
hari-hari musim semi yang cuaca itu ibunya yang terpaksa tinggal berpangku
tangan berbicara-bicara berjam-jam lamanya dengan hati yang tulus ikhlas. Jiwa
murni kita, hatinya yang lemah lembut dan ksatria itu terlentang telanjang di
mukanya dan dilihatnya manisnya ibunya itu tak terhingga sehingga hampir tak
dapat disabarkan. Inilah “Ibu yang manis” dari dahulu kala. Terlebih-lebih lagi
ialah anak gadis yang empat puluh enam tahun yang lampau menulis dalam suratnya
:
“Orang-orang yang perasaannya mendalam seperti saya ini
akan tetapi tak saggup mengubah keganjilan budi pekerti mereka itu, harus
berikhtiar menyembunyikannya sebanyak mungkin...”
Inilah
kunci tabiat yang tersepi, kadang-kadang peka berlebih-lebihan, suka gentar dan
lekas tersinggung; selama hidupnya yang bergelora itu ia selalu menahan
ucapannya yang datang dengan sendirinya, pengakuan kelemahannya dan barangkali
juga setiap jerit meminta bantuan yang disimpul dalam hatinya.
Maka
sekarang juga tak dilahirkannya isi hati kalbunya dan tidak mau ia
mengeluh-ngeluh – atau pun hanya sedikit dan sangat bersahaja. Yang
diperbincangkannya hanyalah hari kemudian .. Hari kemudian laboratorium, hari
kemudian Institut di Warsawa itu, hari kemudian anak-anaknya : diharapkannya,
bahkan diketahuinya bahwa Irene dan Frederic beberapa bulan lagi akan menerima
anugerah Nobel! Akhirnya hari kemudiannya sendiri, di rumahnya yang akan
menunggu-nunggunya dengan sia-sia atau rumahnya di Sceaux yang tak akan pernah
sampai didirikan.
Madame
Curie semakin lemah. Sebelum ia diangkut ke sanatorium, dipanggil Eve empat
orang doktor meminta musyawarat doktor-doktor yang terpandai dan paling ternama
di Perancis. Jika saya sebutkan nama mereka di sini, mungkin akan menimbulkan
anggapan seolah-olah saya sesali mereka dan tak akan bersifat berterima ksih
lagi saya. Setengah jam lamanya mereka memeriksa seorang wanita yang telah
letih lesu dan yang telah dihinggapi penyakit yang belum diketahui orang. Dalam
kesangsian mereka dipikir mereka bahwa mungkin adal lagi bangkit gejala-gejala
tuberculose dari dahulu kala. Mereka percaya bahwa perawatan dipegunungan akan
mengalahkan demamnya itu. Tetapi mereka telah khilaf. Dengan cara
tergopoh-gopoh yang menyedihkan diadakan persiapan-persiapan : dijaga baik-baik
supaya si sakit itu jangan kehilangan tenaga. Tetapi dilanggarnya juga perintah
doktor itu dengan menyuruh panggil secara tersembunyi supaya teman sekerjanya, kita,
datang dikamarnya untuk menyampaikan beberapa pesannya : “Nyonya simpanlah
baik-baik actinium itu sehingga saya pulang. Saya percayakan ini kepada nyonya
mengurus ini semuanya. Sehabis masa libur saya akan kita lanjutkan pekerjaan
ini.
Meskipun
penyakit itu dengan sekonyong-konyong bertambah keras, dianjurkan para doktor
supaya ia berangkat dengan segera. Perjalanan itu merupakan suatu siksaan yang
tak ada putus-putusnya; dalam kereta api kita jatuh pingsan di tangan Eve dan
seorang juru rawat tatkala ia tiba di Saint Gervais. Setelah ia sampai di kamar
yang sebagus-bagusnya di sanatorium di Sancellemoz maka dibikin lagi
gambar-gambar Roentgen yang baru dan diadakan pemeriksaan-pemeriksaan yang baru
: paru-parunya tidak apa-apa, perjalanan itu sebenarnya tak perlu.
Demamnya
naik sampai empat puluh derajat. Tak mungkin didsembunyikan angka itu bagi kita
yang sebagai seorang sarjana dengan teliti benar mengamat-amati naiknya air
raksa dalam pengukur suhu.
Hampir
ia tak berkata apa-apa, tetapi matanya menunjukkan ketakutan yang sangat besar.
Profesor Rochjang dipanggil dari Geneva dengan tergopoh-gopoh, membandingkan
hasil-hasil pemeriksaan darah pada hari-hari belakangan yang membuktikan bahwa
jumlah endap darahnya sangat berkurang. Diagnosenya ialah : kurang darah yang
sangat. Madame Curie yang pikirannya diusik ketakutan penyakit kandung empedu,
diredakan perasaannya, sambil profesor Roch membesar-besarkan hatinya.
Ditegaskannya bahwa tak perlu ia dibedah dan dimulainyalah pengobatannya dengan
berputus asa.
Tetapi
hayat itu menghilang dari badan yang letih lesu ini. Maka mulailah perjuangan
yang sengit dan bersesak nafas yang disebutkan “mati seajal”, tubuh badan tak
sudi mati dan mempertahankan dirinya dengan keras hati. Dekat ibunya itu
berjuang pula Eve terhadap musuh yang lain ; dalam pikiran kita madame Curie
yang masih terang itu belum lagi tiba kesadaran bahwa malaikat maut telah
dekat. Mukjizat ini harus dipelihara sehingga terhindar ia dari penderitaan
yang sangat dan tak mungkin dapat diredakan tawakal. Terlebih-leih penderitaan
ajsmani itu harus diringankan, jasmani harus sbersama-sama dengan rohani
diredakan. Jangan lagi diberikan perobatan-perobatan yang meletihkan,
hentikanlah pemindahan darah yang tak ada lagi gunanya itu dan terlampau banyak
memberikan pengharapan yang sia-sia. Tak boleh sanak saudaranya mendekatinya,
karena jika dilihat si sakit itu mereka, pasti ia akan mendapat kepastian
tentang nasibnya.
Untuk
selama-lamanya dengan tak kunjung padam akan saya junjung tinggi nama-nama
mereka yang membantu ibu saya dihari-hari yang mendahului malapetaka itu.
Doktor Tobe, direktur sanatorium itu dan doktor Pierre Lowsy bukans aja
membaktikan pengetahuan mereka untuk ibu saya, tetapi hidup itu sendiri pun
seolah-olah telah berhenti di sanatorium itu, seolah-olah dilegatkan berita
yang mengiris hati itu : madame Curie menghadapi malaikat maut.
Kedua
orang doktor itu silih berganti tinggal dalam kamar itu, mereka membantunya dan
meringankan penderitaannya. Juga Eve diurus mereka, dibantu mereka dalam
perjuangannya dan ditolong mereka ia berjusta; mereka berjanji dengant ak perlu
diminta-mintanya akan memberikan suntikan dan obat-obat tidur bagi ibunya itu
supaya penderitaannya yang sehebat-hebatnya terhindar dari dia.
Pada
tanggal 3 Juli pagi-pagi masih sanggup madame Curie buat penghabisan kalinya
melihat pengukur suhu panas yang dipegangnya dalam tangannya yang gemetar itu.
Maka diketahuinyalah bahwa suhunya telah turun dengan tiba-tiba, suatu tanda
bahwa akhirnya telah dekat sekali. Senyuman gembira menyinari mukanya sebentar.
Tatkala ditegaskan Eve bahwa inilah tandanya ia segera akan sembuh dipandangnya
keluar seakan-akan ditunjukannya harapannya ke matahari dan gunung-gunung sunyi
senyap meminta hayat yang memanjang sambil berkata : “Bukanlah obat-obat iru
yang menyembuhkan saya di sini, tetapi duara sehat dan hawa sejuk itulah yang
memberikan kesembuhan bagi saya...
Dalam
gelisah kematian itu kadang-kadang terdengar ia mengeluh yang mengerikan hati
sambil mengigau “Tak dapat lagi saya bicara dengan baik ... Jauh seklai
perasaan saya... Tak ada disebutkannya nama siapapun. Ia tak bertanya dimana
anaknya yang sulung yang telah tiba kemarin bersma-sama suaminya di Sancellemoz
atau di mana Eve atau pun salah soerang sanak saudaranya. Pekerjaanya masih
mengusik pikirannya dengan tak berketentuan menanyakan ini dan itu :
“Tanda-tanda paragrap dalam bab-bab musti serupa semuanaya --- Telah saya
pikirkan hal itu ...
Dengan
padangan legat melihat-lihat sebuah cangkir berisi teh sambil mencoba
mengaduknya dengan sebuah sendok teh – bukan, bukan sendok teh, tetapi sebuah
sudip, salah satu perkakas halus dari laboratoriumnya : “Apakah ini dibuat dari
radium atau meshotorium” Ia telah menjauhi dari segala manusia. Untuk
selama-lamanya ia berdekatan dengan “benda-benda” tercinta yang menjadi
pentahbisan dirinya.
Sesudah
itu masih terdengar kata-kata samar dan dengan sekonyong-konyong – apabila
doktornya hendak memberikan suntik – diucapkannya jerit letih lesu : “Tak mau
saya. Biarkanlah saya sendirian.
Selama
enambelas jam masih dipegang doktor Pierre Lowys dan Eve tanagns edingin es
dari wanita yang tak sudi menerima hdiup atau mati itu. Tatkala fajar
menyingsing dan mata hari memberakan gunung-gunung sambil memulai perjalanannya
diangkasa terang-benderang, tatkala sinar matahari itu memancarkan cahayanya ke
dalam kamar sakit iru dan mendekati tempat tidur menerangi pipi yang kurus
kering dan mata abu-abuan yang tak berseri lagi dan telah diselubungi kematian,
maka pada saat itulah berhentinya debar jantung madame Curie.
Ilmu
Pengetahuan harus lagi menyatakan pikirannya tetang mayat ini. Gejala-gejala
yang ganjil itu, pemeriksaan darahnya yang hasil-hasilnya sangat berlainan dari
yang biasa didapat dalam hal-hal kurang darah yang telah dikenal, semuanya ini
menunjukkan yang besalah yang sebenarnya : radium.
“Boleh
dikatakan bahwa madame Curie telah menjadi korban yang lambat laun dibinasakan
akibat-akibat zat-zat radio aktif yang ditemuinya endiri bersama-sama dengan
suaminya”, ditulis profesor Reggaud di kemudian hari.
Di
Sancellemoz disuruh siarkan doktor Tobe berita kilat ini :
“Madame
Curie telah meninggal dunia di Sancellemoz pada tanggal 4 Juli 1934.”
Penyakitnya
ialah kurang darah mendadak dan membangkitkan demam panas dengan cepat. Tak ada
lagi reaski sumsum belakangnya, mungkin disebabkan pengaruh belama-lama oleh
pancaran-pancaran.”
Berita
ini keluar dari sanatorium yang sepi itu dan tersebar di seluruh dunia :
membawa duka cita seberat-beratnya di berbagai tempat. Di Warsawa untuk Hela.
Di Berlin untuk Josep dan Bronia dalam perjalanan mereka ke negeri Perancis
dengan kereta api sambil berputus asa karena tak sempat lagi mereka datang di
Sancellemoz pada waktunya untuk meliaht paras muka yang dicintai mereka itu. Di
Montpellier untuk Jacques Curie. Di London untuk Mrs. Meloney. Di Paris untuks
ahabt-sahabat yang setia.
Sarjana-sarjana
muda menangis dekat perkakas-perkaaks yang tinggal kesunyian itu di Institut
Radium. Georges Fournier, salah seorang dari murid-murid kesayangan madame
Curie menulis di kemudian hari : “Kami telah kehilangan segala-galanya.
Jauh
dari duka cita, kegelisahan dan pemberian hormat di Sancellemoz di suatu rumah
penuh ahli-ahli Ilmu Pengetahuan, sesamanya yang melindunginya dengan penuh
aksih sayang sampai saat terakhir. Tak dibenarkan orang luaran datang melihat
muka madame Curie yang telah beristirahat untuk selama-lamanya. Tak ada seorang
lain pun yang mengetahui bagaimana perpisahan ini diselubunginya dengan rawanan
hati ayng melebihi anta. Berpakaian putih, rambutnya yang putih itu dieluskan
dari dahinya yang tinggi itu, mukanya nyaman tenang, gagah berani laksana seorang
ksatria; sekarang ia menyerupai segala yang seluhur-luhur dan semulia-mulianya
di dunia ini.
Tangannya
yang kasar dan jemuas serta kepalan dan kehangusan radium itu tak
bergerak-gerik gerenyetan saraf lagi.
Tangannya
itu terletak di alas tilam legat kediaman yang menyedihkan. Jari-jarinya yang
telah bekerja sebanyak itu.
Hari
Kamis, tanggal 6 Juli 1934 tengah hari; tak ada pidato kuburan, tak
diiring-iring,d an diluar pembesar-pembesar dari kalangan politik dan
pemerintah, tibalah madame Curie dalam rumah kediaman orang-orang yang
meninggalkan dunia yang fana ini. Ia dikebumikan di pekuburan Sceaux dengan
dihadiri sanak saudaranya, sahabt-sahabtnya, dan teman-teman sekerjanya ayng
mencintainya. Kerandanya ditempatkan di atas peti Pierre Curie.
Bronia
dan Josep Sklodowki melemparkan segenggam tanah yan dibawa mereka dari Polandia
ke dalam liang kubur yang masih terbuka itu. Di atas nisan telah dibubuhi suatu
tulisan yang baru : Marie Curie Sklodowska 1867 -1934.
Setahun
kemudin datanglah bukunya yang masih sempat disiapkannya sebelum ia meninggal
dunia membawa pesannya yang terakhir kepada “para pemberahi ilmu alam”.
Di
Institut Radium yang melanjutkan pekerjaanya itu bukunya yang besar artinya itu
ditempatkan diperpustakaan di samping kitab-kitab ilmu pengetahuan yang lain.
Dikulitnya yang berwana abuan itu tercantum nama penulisnya “ madame Pierre
Curie. Mahaguru di Sorbonne. Anugerah Nobel untuk ilmu fisika. Anugerah Nobel
untuk Ilmu Kimia.
Dan
nama buku itu hanya satu perkataan saja, mulia dan berseri-seri :
“RADIO
– AKTIPITET”
TAMAT.
Sepanjang, 3 Agustus 2014.