Begitu pula telah diinsyafinya bahwa, jasmani itu tak penting artinya, bahkan sebenarnya tak ada hidup jasmani itu (Mademae Curie).
“MADAME CURIE”
Oleh : EVE CURIE
Penterjemah : Krishna Maruli
Penerbit : N.V. Penerbitan W. Van Hoeve,
Bandung,’S-Gravenhage
Tahun : 1953.
Penyadur : Pujo Prayitno
Bagian KEDUA
Bab. VIII : PARIS
Bab.IX : EMPAT PULUH RUBEL SEBULAN
Bab.X : PIERRE CURIE
Bab.XI : MADAME CURIE
Bab. XII : RADIUM
Bab.XIIi : EMPAT TAHUN BERPONDOK-PONDOK
Bab.XIV : KESUKARAN HIDUP
Bab. XV : UJIAN DOKTORAL DAN PERCAKAPAN
SELAMA LIMA MENIT
Bab.XVI : MUSUH YANG BERNAMA KEMEGAHAN
Bab.XVII : DARI HARI KE HARI
Bab.XVIII : 19 APRIL 1906
BAB. VIII : P A R I S
Jalan dari La Villette ke SorbonNe
tidak melintasi bagian terbagus dari kota Paris dan bukan pula itu jalan yang
sedekat-dekatnya atau yang secepat-cepatnya. Dari jalan d’Allemagne (sekarang
jalan Yena Yaures) tempat tinggal Bronia dan suaminya berjalan sebuah omnibus
yang ditarik oleh dua ekor kuda dan bertingkat dua ke Gare de I’Est (Salah satu
dari stasiun keretaapi di Paris). Dari sana sampai ke jalan des Ecoles ada
perhubungan bus yang lain lagi. Karrena lebih murah dan lebih meriah mania naik
ke tingkatan atas yang tak beratap dan tak berdinding dengan tas buku-bukunya
yan telah buruk dan dipakaianya sejak Universitet Kilat di Warsawa itu. Di
puncak mercu yang bergerak-gerak ini angin memuput pipinya menjadi kasap,
tetapi Mania tak menghiraukannya dan meluncurkan lehernya sambil
memandang-mandang kiri kanan dengan lobanya. Biarlah jalan Lafayette yang tak
ada putusnya itu sembarangan saja dan biarlah jalan Sebastopol itu merupakan
suatu rentengan toko-toko yang berderet-deret, tetapi toko-toko, pohon-pohon
olm yang berkelotokan dan udara yang berdebu itulah yang dinamakan Paris ....,
Akhirnya sampai juga ia di Paris!.
Alangkah mudanya, kuatnya perasaan
seseorang di Paris itu! Tak bersabar, tetapi luber pengharapannya! Apalagi
perasaan seseorang anak gadis Polandia yang seolah-olah baru didmerdekaannya!
Tatkala mania yang letih lesu
disebebkan perjalanan jauh itu turun dari kereta api di stasiun Gare du nord
yang penuh asap itu, maka tanggallah perasaan tertindih yang telah baisa baginya
itu, ddadanya merasa lega dan hatinya berdebar-debar. Buat pertama kalinya
dalam hidupnya Mania mengecap udara negeri yang merdeka. Karena gairahnya maka
semuanya indah dalam pandangannya. Bagus sekali dalam pandangannya bahwa
orang-orang perlente yang melancong-pancong sepanja g kaki lima itu dapat
bercakap-cakap dalam bahasa yang disukai mereka; bagus pula bahwa toko-toko
buku dengan tak ada dihalang0halangi dapat menjula kitab-kitab dari seluruh
dunia. Tetapi yang terbagus dirasanya ialah bahwa jalan-jalan lurus yang
menurun berdikit-dikit ke pusat kota itu membawa dia, Mania Sklodowski, ke
pintu gerbang Universitet dan Universitet yang mana! Yang termasyhur dan sejak
berabad-abad telah tergambar sebagai suatu “Ikhtisar dari Sekalian Alam”,
Universitet inilah yang dilkiskan Luther sebagai berikut : “Di Parislah sekolah
yang termasyhur dan paling terutama : Sekolah itu dinamakan Sorbonne!”.
Istana Ilmu Pengetahuan itu amat
ganjil rupanya dalam tahun 1891; Sorbone yang sejak enam thun sedang diperbaiki
itu menyerupai seekor ular sawah besar yang tukar kulit, Hadapan mukanya yang
baru itu panjag dan terlampau putih sedang di belakangnya di samping
geung-gedung yang lama didirikan pecahan-pecahan yang bergema suara palu-palu
penghancur-penghancur yang bergema terdengar. Pekerjaan-pekerjaan itu semua
menyebabkan kekacauan dan mengganggu ketenangan paa mahasiswa. Karena
kuliah-kuliah yang berpindah-pindah dari ruangan yang stu ke ruangan yang lainmengikuti
siapnya kerja itu. Balai penyelidikan darurat mendapat tempat dalam rumah-rumah
yang tua dan hak miliknya telah dicabut oleh pemerintah di jalan Saint Jacques.
Tetapi itu tidaklah menjadi sutu
kejanggalan karena tahun ini, seperti juga pada tahun yang lain-lain, telah
dilekatkan di tembok tempat penjaga sekolah itu sebuah maklumat berwarna putih
sebgai berikut :
REPUBLIK PERANCIS
Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam
Semester Pertama
Kuliah0kuliah di Soebonne akan
dimulai pada tanggal
3 Nopember 1891
Berkat uang rubel yang telah dikumpulkannya sedikit
demi sedikit berhaklah Mania memilih kuliah-kuliah yang disukainya di antara
pelajaran-pelajaran yang tak terhitung banyaknya itu dari daftar pelajaran yang
sulit mengartikannya itu dan menutupi maklumat tadi.
Maka anak gadis itu telah memilih
tempatnya di kelas “Kimia Praktis” sehingga dapatlah ia mengadakan
percobaan-percobaan sedehana dan memakai alat-alat, semuanya dengan pimpinan,
bantuan dan dengan tak perlu lagi meraba-raba seperti dahulu. Mania sekarang
telah seorang Mahasiswa Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam! Kegembiraannya tak
terhingga!
Ia tidak menyebutkan dirinya lagi
Mania, bahkan juga bukan Marya, karena pada surat permohonannya ditulisnya
menurut ejaan Perancis : “Marie Sklodowski”. Tetapi karena sesama mahasiswa tak
sanggup menyebutkan perkataan asing “Sklodowski” itu dan sebaliknya anak gadis
Polandia ini tidak membenarkan memanggilnya Marie, maka tetaplah ia diselubungi
oleh semacam samran gaib. Kerap kali dilihat mahasiswa-mahasiswa itu
diselasar-selasar yang berkumandang itu anak gadis ini dengan berpakaian papa,
mukanya galak dan tegar, rambutnya sangat putih kekuningan sangat halusnya
sehingga banyak pemuda-pemuda yang menoleh ke belakang dengan herandan bertanya
: “Siapakah itu?” Tetapi dijawabnya, kalau pun ada. Hanya remang-remang saja :
“Salah seorang mahasiswa dari luar negeri. Namanya tidak disebutkan! Di
kuliah-kuliah ilmu fisika selalu ia duduk di depan sekali .... Tak banyak
bicaranya.
Beberapa waktu lamanya hanya
rambutnya yang sangt putih kekuningan itu dan kepalanya yang kecil itu – selaras
dengan kepala orang berbangsa Slavia – saja lah yang diketahui mereka tentang
kawan mereka sebatang kara itu.
Tetapi semasa itu para pemuda lah
yang terakhir dapat menarik perhatiannya! Seolah-olah ia dimanterai oleh
beberapa orang tuan-tuan yang bersifat sungguh dan mengethaui beberapa
rahasia-rahasia yang diingini Mania mengetahuinya. Tuan-tuan itu disebutkan
orang : Profesor. Menurut kebiasaan dijunjung tinggi pada masa itu guru-guru
besar ini memberikan kuliah-kuliah mereka dengan berpakaian jas pancung-telang,
tetapi pakaian mereka ini senantiasa penuh bekas-bekas kapur tulis. Dengan
minat terpikat duduklah Manaia di hdapan pakaian-pakaian kebesaran dan
janggut-janggut beruban itu.
Kemarin dulu kuliah Lippmann
sangat setimbangnya dan sewajarnya. Dan kemarin ia mendengarkan kuliah Bouty
yang kepalanya seperti kepala kera itu merupakan perbendaharaan ilmu
pengetahuan. Ia ingin menghadiri semua kuliah-kuliah itu dan belajar kenal
dengan duapuluh tiga orang guru besar yang namanya tertulis dalam maklumat
putih di muka ruangan panjang sekolah itu.
Tiba-tiba timbullah
kesulitan-kesulitan yang tak disangka-sangkanya semasa pekerjaan-pekerjaan
pertama, Pikirannya telah cukup kepandaiannya berbahasa Perancis, tetapi
rupanya ia salah sangka. Kalinat-kalimat yang diucapkannya terlampau cepat tak
dapat didtangkapnya. Di sangkanya bahwa telh uup dsar ilmu pengetahuannya untuk mengikuti
kuliah-kuliah di Universitet itu dengan gampang, tetapi pelajaran-pelajaran
seorang dirinya di luar kota dulu, dalam kamarnya sebagai guru rumah dan
pengetahuan yang dipungutnya dari surat-surat dari bapaknya serta
percobaan-percobaan dalam “Musium” itu tak dapat menggantikan pendidikan
semesta yang diberikan oleh sekolah-sekolah gymnasium di Paris.
Dalam ilmu ukur dan ilmu fisika dialaminyalah
kekurangan pengetahuannya itu. Bagaimanakah caranya bekerja agar dapat ia
mencapai gelar yang mulia yang diidam-idamkannya itu, yaitu “Kandidat dalam
Ilmu Pasti dan Ilmu Alam?”
Hri ini berkuliah Paul Appell.
Uraiannya terang dan jalan bahasanya menarik hati. Mania salah seorang yang
datang terdahulu. Dalam ruangan kuliah yang berbangku jenjang-jenjang dan
remang-remang karena cuaca matahar di bulan Desember itu dipilih Mania tempat
duduknya sebelah bawah berdekatan sekali dengan mimbar guru besar itu. Maka
diletakkan lah dengan cara yang tertentu tankgai penanya dan buku tulisnya
terbuka di hadapannya agar dengan segera nanti dapat ditulisnya catatan-catatan
dengan suratannya yang bagus dan teratur itu. Terlebih dahuu telah dipasangnya
telinganya dan rohaninya telah siap sedia sehingga tak didengarnya suara-suara
yang semakin lama semakin berharu biru disekelilingnya, tetapi dengan tiba-tiba
terhenti karena kedatangan guru besar itu.
Sungguh mengherankan bagaimana
kadang-kadang beberapa sarjana sanggup menimbulkan suatu keadaan sunyi senyap
dengan tak mengucapkan sesuatu perkataanpun!.
Maka mulailah profesor berbicara.
Dengan suara tenang yang mengucapkan tiap-tiap patah kata dengan aksen seorang
berasal dari Elzas disampaikanlah uraannya. Dengan tak ada bimbangnya dan
dengan tenangnya masuklah ia ke dalam segala sudut-sudut yang tersembunyi dalam
lapangan ilmu pengetahuan; angka-angka dan bintang-bintang disulapkannya dan
karena ia suka benar mempergunakan perumpamaan-perumpamaan yang tegas maka dikatakannyalah
dengan sikap seorang yang berkuasa : “Ibaratnya saya ambil matahari itu dan
saya lemparkan dia...”
Anak gadis Polandia itu tersenyum
mendengarny sambil hatinya tertawan. Matanya yang bewarna kelabu-muda di bawah
dahinya yang tinggi itu beseri-seri kegiranga. Bagaimnkah mendapatkan lmu pasti
itu dikatakan tak merawan hati? Adakah lagi yang lebih bagus dari undang-undang
kekal yang mengatur alam semesta ini; yang lebih mengherankan dari akal-budi
menusia yang sanggup menyingkapkannya? Alangkah hampa belaka nampaknya segala
buku-buku roman dan alangkah papapnya daya angan-angan segala dongengan jika
dibandingkan dengan peristiwa-peristiwa alam luar biasa, akan tetapi satu sama
lain mempunyai hubungan dalam susunan-susunan selaras; jika dibandingkan dengan
ketertiban yang tersimpul dalam suatu kekacauan semu .... Suatu perasaan yang
hanya dapat disamakan dengan cinta menjelma dalam jiwa anak-anak gadis itu;
yakni cinta terhadap Pengetahuan yang tak terbatas dan terhadap
peristiwa-peristiwa dan undang-undangnya itu.
“Saya ambil matahari dan dan saya
lemparkan dia ....
Mendengarkan kalimat yang satu itu
diucapkan oleh seorang sarjana seperti ini dengan tenangnya dan dengan segala
kebesaran cukuplah bagi Mania untuk mengobati kesedihan hatinya yang bertahun-tahun
itu lamanya ....
Sempurnalah perasaan bahagia
Mania.
Casimir Dliski (Suami Bronia)
menulis kepada mertuanaya, sebagai berikut :
92 jalan d’Allemagne
Jam Bicara 1-3
Untuk yang takmampu tiap-tiap
Hari Senin dan Kamis dari 7 – 8.
“Tuan Sklodowski yang terhirmat,
“,,, Di sini semuanya berjalan
dengan baik. Mania belajar dengan sungguh-sungguh. Hampir tak ada waktunya
terluang untuk lain dari Sorbonne sehingga hanya ketika malam waktu makan kami
berjumpa. Mania adalah seorang yang tak mau diperintah dan walau pun tuan
dengan resmi meminta agar saya mengamat-amatinya, akan tetapi sedikit pun tak
diacuhkannya saya dan kepatuhan pun tak ada lagi padanya. Kuasa dan kesungguhan
saya diolok-olokannya dengan tak ada batasnya. Saya harap akan dapat menginsyafkannya
aka tetapi sampai sekarang kepandaian-kepandaian saya dalam pendidikan belum
mencukupi rupanya. Tetapi sungguh pun demikian dapat kami bergaul dengan baik
dan kami hidup dalam rukun dan damai.
Dengan perasaan tak sabar saya
tunggu-tunggu isteri saya datang kembali, tetapi Bronia yang masih muda itu
rupanya tak tergesa-gesa hendak pulang kemari, padahal di sini dapat ia
berbakti dan kedatangannya dinantikan dengan rindu.
Saya beritahukan lagi bahwa Mania
adalah sehat-sehat dan segar bugar nampaknya.”
Inilah berita-berita pertama dari
doktor Dluski tenetang iparnya Mania yang diterimanya di jalan d’Allemagne
ketika isterinya Bronia sedang bepergian ke Polandia. Sudah beberapa minggu ia
tertahan di sana sehingga Dluski yang suka menyindir-nyindir itu yang
mengelu-elukan Mania dengan ramahnya. Dari semua orang-orang yang berpindah
tempat dari Polandia dan berdiam di Paris telah dipilih Bronia yang baik hati
itu yang terpintar, terbudiman dan yang terjenaka. Dan alangkah banyaknya
pengalaman-pengalamannya selama hidupnya sampai sekarang! Casimir telah menjadi
mahasiswa di Petersburg, Odessa dan Warsawa, tetapi karena ia dituduh turut
bersekutu dalam pembunuhan Alexander I terpaksa ia lari dari Polandia ke Geneva
menjadi pengarang tulisan-tulisan politik yang berhaluan revolusioner. Sesudah
itu ia menjadi mahasiswa di Universitet jurusan ekonomi di Paris, kemudian
mahasiswa ketabiban dan akhirnya doktor di sana. Keluarganya di Polandia adalah
hartawan dan dalam berkas-berkas kementerian luar negeri di Perancis ia
mempunyai nama yang tak baik berhubung dengan laporan-laporan yang diberikan
kepolisian pemerintahan Tzar, sehingga tak mungkin baginya menjadi warga
Perancis dan menetap di Paris.
Tat kala Bronia kembali di Paris
ia dielu-elukan oleh tepuk sorak suami dan adiknya itu. Seperti dikatakan
Casiir dalam suratnya itu sudah sangatlah perkunya ia kembali mengendalikan
pimpinan rumah tangga sebagai seorang isteri yang gberpengalaman. Beberapa jam
sesudah ia tiba maka semuanya di rumahnya ditingkatkan kedua itu yang
lengkapnya meninjau ke arah pohon-pohon di jalan d’Allemagne telah teratur
kembali. Makanan dimasaka dengan sedap dan lezat, debu hilang dan
kembang-kembang yang dibelinya di pasar menghiasi jambangan-jambangan di
rumahnya. Memang sangat pandainya Bronia mengatur-atur! Berkat sarannnyalah
mereka pindah dari pusat kota Paris dan menyewa sebuah rumah dekat taman Butter
Chaumont di La Villette. Dengan sejumlah uang pinjaman dikunjunginya beberapa
lelang-lelang dan pada suatu hari rumahnya itu telah mempunyai perabot yang
mendingan bagusnya, sebuah piano dan beberapa tirai berlansia dengan tiba-tiba
menimbulkan suasana yang menyenangkan di rumah itu.
Begitu pula dibagi-baginya dengan
akas pemakaian waktu oleh penghuni-penghuni rumahnya itu. Beberapa jam sehari
kamar bicara doktor itu dipergunakan oleh Casimir untuk menerima
saien=pasiennya kebanyakan orang-orang jagal dari pembantaian-pembantaian yang
berdekatan; pada waktu yang lain Bronia memberikan musyawarat-musyawaratnya
yang pertama sebagai ahli penyakit kandungan. Suami istri keduanya bekerja
keras, dan masuk rumah keluar rumah mereka mengunjungi sisakit mereka....
Tetapi jika hari telah malam dan
lamu di rumah itu dipasang, maka dilupakan oleh mereka segala pikiran
sehari-hari. Casimir menggemari selang-selingan dalam hidupnya, karena itu
pekerjaan seberat-beratnya dan kemalangan sebesar-besarnya tak dapat
mempengaruhi harinya itu. Sehabis bekerja beberapa jam sehari masih dapat
diusahakannya malam-malam mengunjungi komedi walau pun dikelas kambingnya. Atau
jika tak ada lagi uang mereka maka ia main piano dengan segala keahlian.
Menjelang larut malam datanglah bertamu sahabat-sahabat mereka, orang-orang
muda laki-isteri dari Polandia yang mengetahui bahwa setiap waktu mereka boleh
bertamu di rumah keluarga Dluski itu. Maka Bronia keluar-masuk dan di atas meja
dihidangkan teh panas yang beruap-uap di smaping limonade dan air sejuk disertai juada-juada yang masih sempat
dimakask oleh doktor wanita itu sambil menerima pasien-pasiennya.
Pada suatu malam ketika Mania
duduk membungkuk di hadapan bukunya; di dalam kamarnya di sebelah belakang
rumah mereka itu dengan harapan akan dapat bekerja seorang diri seperti apda
malam itu, maka datanglah iparnya tergopoh-gopoh mendekatinya.
“Lekas, mantel dan topimu! Saya mendapat
karcis perei buat sutu konser!
“Tetapi....
“Jangan ber-tetapi! Yang akan main
ialah seniman piano yang saya ceritakan itu. Tak banyak terjual tempat buat
malam ini, karena itu sebagai sahabatnya kita harus datang mengisi ruangan agar
penuh sedikit nampaknya. Telah saya kumpulkan beberapa orang suka-rela untuk
bertepuk sorak menyemarakan “Suksesnya” ini .... Kau tak tahu bagaimana
pandainya main piano!
Mania tak dapat berdalih dan
ditutupnyalah bukunya itu. Pintu rumah terkunci dan tiga orang muda itu
berlari-lari tergesa-ges mengejar omnibus yang kudanya telah kedengaran datang
berlari-lari.
Beberapa saat lagi maka duduklah
Mania dalam gedung komedi di ruangan Erard yang hanya seperempat bagian terisi
dan di atas podiun dilihatnya seorang lelaki, tinggi dan kurus, bermuka pelik
dan berambut merah laksana teja emas. Ia pergi menuju piano dan berkat
jari-jarinya yang sigap dan akas itu seolah-olah hiduplah kembali Liszt,
Schumann dan Chopin. Parasnya seakan-akan memaksa tetapi kasatria dan matanya
yang bersemangat itu merenung kejauhan.
Dengan asik didiengarkan Mania
ahli musik ini yang dalam pakaian kebesaran malam yang telah amoh bermain piano
dalam suatu ruangan yang hampir kosong seluruhnya, walau pun nampaknya seniman
ini bukan seorang yang main untuk pertama kalinya di muka umum, akan tetapi
merupakan seorang raja, suatu tahun.
Sedari itu kadang-kadang datanglah
seniman musik itu bertamu di waktu malam ke jalan d’Allemagne ditemani seorang
gperempuan muda yang cantik manis, yaitu Madame Gorska yang dicintainya dan
yang akan dikawininya kelak. Hidupnya yang papa
itu dibicarakannya dengan tak mengeluh-ngeluh dan kekecewaannya dalam
perjuangannya tak menyakitkan hatinya. Bronia dan Mania bersama-sama madame
Gorska terkenang akan masa yang lampau
ketika nyonya ini dalam umur enambelas tahun menemani ibu mereka, nyonya
Sklodowski, semasa berobatnya – Takala Ibu kembali di Warsawa, ia mengatakan,
ujar Mania dengan tertawa, bahwa tak berani lagi ia membawa nyonya ke
tempat-tempat perobatannya, karena nyonya terlampau cantik!
Untuk memuaskan keinginannya
bermusik maka dengan tiba-tiba diputuskan anak muda yang berambut merah itu
percakapan mereka itu dengan duduk main piano dan seakan-akan ada hobat-hobatan
yang mempengaruhinya maka bergantilah piano kepunyaan keluarga Dluski itu dari
suatu piano biasa saja menjadi suatu alat musik yang sangat mulia.
Seniman musik itu bersifat
kewanitaan, akan tetapi menawan hati. Ia bercinta-cinta, gelisah, rasa
beruntung tetapi juga rasa malang.
Pada suatu ketika ia menjadi
seorang seniman yang luar biasa budinya dan menjadi seorang presiden Polandia
yang telah dimerdekakan dan hidup kembali.
Namanya ialah Ignace Paderewski.
Dengan semangat yang berapi-api
Mania menceburkan dirinya dalam segala-gala yang didapatnya di hidupnya yang
baru itu. Ia bekerja dengan meriang dan dirasainya juga kenikmatan persahabatan
serta persatuan nasib karena pekerjaan bersma-sama du Nuniversitet. Tetapi
karena ia masih terlampau isin untuk bergaul dengan orang-opran Perancis maka
dicarilah naungan dalam persahabatan dengan dua orang gmahasiswa bangsa
Polandia, yaitu dua orang gyang belajar ilmu pasti, yakni encik Kraskowska dan
Dyddynska, doktor Motz, ahli Ilmu Hayat Danysz, Stanislas Szalsy yang kelak
akan menjadi anggota keluarga Sklodowski karena perkawinannya dengan Hela,
Wojciechoeski – kelak akan menjadi presiden republik Polandia! – mereka itu
merupakan teman-temannya dalam masyarakat Polandia yang terapung-apung laksana
pulau di Quartier latin.
Orang-orang yang masih muda itu,
tetapi tak mempunyai harta, mengadakan pertemuan-pertemuan malam dan
jamuan-jamuan berhubung dengan Hari Natal dengan santapan-santapan masakan
Polandia, Wodka sedikit dan teh diberbanyak ... Mereka mengadakan
pertunjukan-pertunjukan ssandiwara dengan lakon-lakon ria dan duka yang
dimainkan oleh pemain-pemain yang bukan ahli. Kartu tertib acara untuk
malam-malam semacam itu tertulis dalam bahasa Polandia dan dihiasi dengan
bebereapa gambaran merupakan lambang-lambang : di atas sekali sebuah pondok di
suatu padang bersalju, di bawahnya itu sebuah kamar di atas loteng dengan
seorang anak muda yang langsung sedang membungkuk di hadapan bukunya ... Dan di
bawah sekali seorang pemberi hadiah di Hari Natal yang menjatuhkan buku-buku
pelajaran ke dalam lboratorium dengan melalui corong asap. Akhirnya sebuah
dompet yang kosong dengan tikus yang mengerat-eratnya.....
Dalam segala pertemuan dan jamuan
ini Mania pun turut, walau pun tak ada kesempatan baginya untuk mempelajari
sesuatu lakon atau bermain di atas panggung. Akan tetapi pada suatu pesta
kebangsaan yang diselenggarakan oleh tukan patung Waszinkowski terpilih ia
untuk menggambarkan tokoh tinggi-tegap dari “Polandia yang memutuskan
belenggunya” di antara arca-arca bernyawa itu.
Pada malam itu mahasiswa yang
besifat sungguh-sungguh itu menjelma menjadi seorang perempuan yang amat
berlainan dari biasa; ia berpakaian tunik zaman purba-kala dengan
selubung-selubung dalam warna-warni kebangsaaan dilansaikan seluruh tubuhnya
dan rambutnya terlepas di atas bahunya. Diselubungi oleh kain berwarn ungu itu
adalah Mania dengan kulitnya yang eolah-olah tembus chay itu, dengan rambutnya
putih kuning dan parasnya potongan bangsa Slavia serta menunjukkan ketegaran
hati, merupakan lambang kebangsan bagi orang-orang yang berpindah tempat dari
Polandia itu.
Maka di sini nyatalah bhwa walau
pun pemebangunan dan jarak memisahkan mereka dari tanah airnya, tak dapat
Mania, mau pun kakaknya itu, melupakan warsawa. Seolah-olah ada yang
mendorongnya dari dalam di pilih mereka jalan d’Allemagne sebagai tempat
tinggal mereka di pinggiran kota, yang belum berai mereka adalah
mengunjunginya. Tetapi berdekatan dengan stasiun Gare du Nord, tempat kereta
api yag membawa mereka dari Polandia ke Perancis berhenti. Tanah air mereka
tetap dalam hati mereka dengan sutu ikatan yang teguh, terlebih-lebih dengan
surat menyurat dengan bapak mereka di warsawa. Anak-anaknya ini yang telah
mendapat pendidikan sopan santun menulis kepadanya dengan segala kehormatan
mereka dengan jelasnya sambil menyampaikan beberapa pesanan-pesanan kepada
bapak mereka itu. Tak pernah timbul dalam pikiran mereka bahwa selain di
Warsawa dimana-mana pun dapat dibeli teh, begitu pula tak diingat mereka bahwa,
jika perlu, di negeri Perancis dapat didbeli setrika dengan harga yang tidak
terlampau mahal!.
Bronia menulis kepada Sklodowski :
“... Saya aakan merasa sangat
berterima kasih kepada bapak – sayang jika dikirmnya untuk kami dua pon teh
biasa seharga 2 rubel 20. Selaind ari itu tak ada lagi yang kami buruhkan.
Mania-pun tidak.
Kami dalam keadaan sehat-sehat
saja. Mania segar kelihatannya dan saya pikir kerja keras itu tak mengganggu
kesehatannya...”
Sklodowski menulis kepada Bronia :
“Saya bergirang mendengar bahwa
seterikaan sangat baiknya. Saya sendirilah yang memilihnya karena itu saya kuatir
kalau-kalau tak memuaskan keninginanmu seluruhnya. Saya tak tahu pada siapa
dapat diserahkan membelinya, begitu juga dengan barang-barang yang lain itu.
Walau pun barang-barang itu merupakan kelincahan wanita, terpaksa jugalah saya
mengurusnya...”
Tentulah diceritakan Mania kepada
bapaknya tentang malam gembira di rumah ahli patung itu dan tentang suksesnya
sendiri pada malam itu sebagai “Polandia”. Tetapi bapaknya itu tidak gembira :
Sklodowski menulis kepada Mania
pada tanggal 31 Januari 1892 :
“Suratmu yang terakhir tidak
menggembirakan saya, Mnia sayang. Saya menyesal karena kau turut dalam
pertunjukan itu. Sesungguhnya bukan suatu kesalahan besasr perbuatanmu itu,
tetapi persitiwa semacam ini tentu menarik perhatian dan kau sendiri pun bukan
tak tahu bahwa di Paris banyak orang-orang ang dengan teliti mengamat-amati
kelakuan seseorang dan mencatat nama mereka yang terkemuka untuk dikirim
laporan-laporan ke mari berhubung dengan beberapa maksud yang tertentu.
Mungkin ini meruakan sumber
beberapa kesulitan-kesulitan dan mungkin pula karena hal semacam ini beberapa
orang ditolak dari berbagai jabatan-jabatan. Karena itu pentinglah untuk
orang-orang yang hendak bekerja kelak di Warsawa dengan tak menghadapi
kemungkinan bahaya, supaya mereka tinggal diam-diam dan menjaga agar mereka
menjauhkan diri jangan sampak terlihat. Beberapa peristiwa sebagai
konser-konser, pesta-pesta dansa dsb, dilaporkan wartawan-wartawan dengan
menyebutkan nama-nama orang-orangnya.
Saya akan bersedih hati apabila
apda suatu hari namamu pun disebut-sebut. Sebab itulah dalam surat-surat saya
yang dahulu telah beberapa kali saya memberikan teguran semacam ini dengan
permintaan supaya kau sedapat mungkin menjauhkan dirimu...”
Apakah kekuasaan bapaknya atau pun
akal budinya sendiri yang menentang kegaduhan-kegaduhan yang tak ada hasilnya
itu? Segera dirasa oleh Mania bahwa keceriaan hampa semacam itu
menghalang-halanginya untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan maksudnya datang
ke Perancis bukanlah untuk turut dalam pertunjukan-pertunjukan dengan
patung-patung yang bernyawa, sedang setiap detik yang tak dipergunakannya untuk
pelajarannya, merupakan waktu yang terbuang percuma.
Selin dari itu ada pula soal yang
lain. Di jalan d’Allemagne hidupnya tenang dan nyaman, tetapi kesunyian yang
dikehendakinya di sana. Tak dapat dilarangnya Caseir bermain piano, menerima
teman-temannya atau masuk ke dalam kamarnya sedang Mania sibuk dengan mencari
pemecahan soal-soal ilmu kimia yang sulit-sulit; tak mungkin
dihalang-halanginya pasien-pasien ke duaorang doktor muda itu ribut-ribut dalam
rumah itu. Di waktu malam ia terkejut bangun karena bunyi genta atau orang
melangkah yang datang memanggil Bronia berhubung dengan suatu persalinan di
rumah salah seorang pembantai.
Yang lebih susah di La Villette ialah
berhubungan dengan Sorbone yang jauhnya satu jam perjalanan dari rumah itu! Dan
di samping itu ongkos-ongkos buat dua kali naik bus lambat laun telah
bertimbun-timbun banyaknya!.
Setelah diadakan musyawarah dengan
keluarganya, maka diputuskan bahwa Mania akan tinggal di Quartier Latin
berdekatan dengan Universeitet, Laboratorium-laboratorium,
perpustakaan-perpustakaan. Dluski suami istri berdua mendesak agar menerima
tawaran mereka untuk meminjamkan uang yang diperlukannya guna kepindahannya
itu. Maka esok harinya pergilah Mania melihat-lihat semua kamar-kamar loteng
yang hendak disewanya di Quartier Latin.
Dengan perasaan sedih
ditinggalkannya rumah kecil dalam kitaran rumah-rumah potong dan penuh kasih
sayang, dan keberanian serta kegembiraan. Antara Casimir dan Mania telah timbul
suatu persaudaraan seperti antara kakak beradik yang terus menerus selama hidup
mereka. Antara Bronia dan Mania telah sejak beberapa tahun berjalan suatu
sejarah penuh dengan kemuliaan : kebaikan, pengorbanan dan saling membantu.
Bronia yang sedang mengandung besar itu mengamat-amatinya ketika
Mania menyiapkan barang-barangnya yang tak banyak itu untuk diangkut dengan
suatu pedai sorong ke tempat tinggalnya yang baru. Maka berangkatlah mania ke
tempat kediamannya secara mahasiswa itu, ditemni oleh Casimir dan istrinya,
dengan mengambil omnibus dan duduk pindah dari tingkatan atas yang satu ke
tingkatan atas yang lain.
BAB. IX.
EMPATPULUH RUBEL SEBULAN
Masa berbulan-bulan di jalan
d”Allemagne itu bagi Mania hanya merupakan masa peralihan untuk, menyesuaikan
dirinya kepada hawa dan suasana kota Paris. Sekarang tenggelamlah anak gadis
ini dengan lambat laun delam kesunyian dan kesepian, karena orang-orang yang
berdekatan dengan dia tak dihiraukannya seperti juga tak diacuhkannya
tembok-tembok yang mengelilinga sehingga percakapan-percakapan di sampingnya
pun tak mengganggu kesepian yang menyelubungi hari-harinya.
Tiga tahun lamanya ia hidup hanya
dalamkeinginan berbakti dan mentasbihkan dirinya untuk belajar. Inilah hidup
yang diidam-idamkannya itu, suatu cara hidup yang seperti yang lazim bagi- orang-orang rahib dan orang-orang biarawan.
Selain dari itu hidupnya ini sebenarnya
sederhananya seperti hdup dalam suatu biara, karena sejak ditinggalkannya
dengan sukarela rumah dan makanan yang diberikan oleh keluarga Dluski itu
kepadanya maka ia sendirilah yang mengurus dirinya sendiri. Pendapatannya
artinya : uang simpanan, dibagi sedikit-sedikit, dan uang yang didapat dari
kiriman bapaknya kepada Mania, berjumlah empat puluh rubel per bulan.
Tetapi bagaimanakah dapat seorang
wanita dari luar negeri hidup dengan empatpuluh rubel sebulan di kota Paris
dari tahun 1892, dengan yang pantas baginya, karena ini berarti tiga frances
sehari untuk membayar kamarnya, makanannya, pakaiannya, buku-buku tulisnya dan
kitab-kitab pelajarannya, jangan agi disebutkan uang sekolahnya?
Inilah masalah penting yang harus
dipecahkan. Tetapi belum pernah terjadi Mania tak dapat memecahkan sesuatu
masalah!
Mania menulis kepada abangnya
Yosep pada tngaal 17 maret 1892.
“Tentu kau telah mendengar bahwa
saya telah memutuskan tinggal lebih dekat sekolah berhubung dengan beberapa
sebab, terisitmewa selama semester sekarang ini saya perlu diam berdekatan
dengan sekolah. Putusan itu telah saya laksanakan sekarang : inilah alamat saya
yang baru : 3 jalan Flatters. Kamar saya ini amat rapihnya dan tidak mahal.
Dalam seperampat jam saya telah dilaboratorium ilmu Kimia dan dalam dua puluh
menit saya telah sampai di Sorbone. Tentu tak dapat saya laksanakan ini kalau
tidak berkat bantuan keluarga Dluski.
Di sini saya bekerja seratus kali
lebih banyak dari waktu semula; di jalan d’Allemagne menjadi kebiasan bagi ipar
saya mengganggu saya berkali-kali. Ia tak sabar kalau sewaktu di rumah saya tak
bercakap-cakap saja dengan dia dan tak boleh kukerjakan pekerjaan lain!
Terpaksa saya selalu bertenggkar dengan dia tentang hal ini. Beberapa hari
setelah saya pindah, maka Bronia dan suaminya itu rindu kepada saya dan mereka
datang mengunjungi saya. Kami minum teh seorang bujang dan sesudah itu kami
pergi bersama-sama ke rumah keluarga S. Yang tinggal berdekatan di sini.
Apakah istrimu mengurus Bapak kita
sedikit-sedikit seperti dijanjikannya kepada saya? Tetapi awaslah jangan samapi
tersamping saya karena dia. Bapak sudah mulai menulis terlampau manis tentang
dia dan saya takut kalau-kalau ia lekas melupakan saya nantinya...”
Bukan Mania saja mahasiswa di
Quartier Latin yang harus hidup dengan empatpuluh rubel sebulan, karena
kebanaakan dari teman-temannya dari Polandia sama miskinnya seperti dia.
Beberapa orang tinggal bersama-sama dan makan bersma-sama. Yang yang tinggal
sendirian beberapa jam sehari dipergunakan mereka untuk urusan rumah tangga,
seperti memasak, menambal pakaian, sehingga dapatlah mereka makan dengan cukup,
tak kedinginan dan berpakaian ‘’ dengan gayanya atau pun tidak. Cara ini dahulu
jua dipergunakan oleh Bronia yang telah terkenal di kalangan sesama mahasiswanya
karena keahliannya dalam urusan rumah tangga seorang bujang.
Tetapi Mania tak bersedia menuruti
contoh yang diberikan kakaknya itu. : Lebih suka ia tinggal sendirian daripada
mengorbankan kesepiannya itu, untuk tinggal bersama-sama dengan teman-temannya.
Pikirannya terlampau banyak tenggelam oleh pekerjaannya sehingga tak diingatnya
kesenangan-kesenangannya. Bahkan, sekalipun ada maksudnya ke jurusan ini tak
akan sanggup ia melaksanakannya, karena anak gadis ini yang pada umur
tujuhbelas tahun telah bekerja di rumah orang lain sebagai guru rumah dan
mengajar tujuh sampai delapan jam sehari, tak pernah mendpat waktu atau
kesemepatan menguji dirinya dalam urusan rumah tangga. Semuanya yang dipelajari
Bronia semasa ia mengurus rumah tangga. Semuanya yang didpelajari Bronia semasa
ia mengurus rumah tangga bapaknya, tak diketahui Mania. Dalam kalangan Polandia
ia disebutkan seorang “Yang tak mengetahui bagaimana membuat kaldu”.
Sesungguhnya tak diketahuinya itu,
akan tetapi ia tidak ingin pula mengetahuinya. Apakah faedahnya mengorbankan
suatu pagi hari untuk menyelidiki rahasia-rahasia masakan kaldu. Padahal dalam
masa itu sempat ia mempelajari beberapa halaman ilmu kimia atau mengadakan
percobaan yang penting artinya di laboratorium.
Dengan
sengaja telah dicoretnya dari rancangan hidupnya segala kenikmatan, segala
pertemuan-pertemuan persahabatan, dengan pendek kata segala perhubungan dengan
orang-lain. Begitu pula telah diinsyafinya bahwa jasmani itu tak penting
artinya, bahkan sebenarnya tak ada hidup jasmani itu. Berdasarkan patokan ini
maka diaturnyalah hidupnya secara Sparta yang ganjil dan lalim itu.
Rue Flatters, Boulevard
Port-Royal, rue des Feuillantines.....
Berkenaan dengan sewajarnya yang
murah dan kurangnya kesenangannya serupa sajalah kamar-kamar yang telah di huni
Mania berturut-turut. Yang pertama adalah dalam suatu hotel yang papa, tempat
tinggal beberapa orang mahasiswa yang telah kawin. Doktor-doktor dan para
perwira dan kesatrian yang berdekatan. Sesudah itu disewa oleh anak gadis itu
sebuah kamar di atas loteng sebuah rumah rakyat biasa, seperti yang biasa di
huni oleh pelayan-pelayan. Dengan limabelas sampai duapuluh rubel sebulan
dapatlah disewa sebuah kmar yang sangat kecilnya di bawah balok-balok loteng.
Dari jendela loteng itu nampaklah sepotong langit. Tak ada pemanasan, tak ada
lampu dan tak ada air.
Dalam kamar itu ditaruh oleh Mania
segala yang ada padanya : Tempat tidur besi yang dibawanya dari Polandia
bersama-sama dengan kasurnya : sebuah alat pemanas yang kecil, sebuah meja kayu
bercat putih, sebuah kursi untuk dapur dan sebuah tempat pencucian; sebuah
lampu minyak tanah dengan kap yang murah seharga sepuluh sen; sebuah tempat air
yang harus diangkatnya sendiri untuk mengisinya di bawah cerat digang rumah
itu; sebuah alat pemasak makanannya selama tiga tahun; dua buah piring, sebuah
pisau, sebuah garpu, sebuah sendok, sebuah cangkir dan sebuah panci. Akhirnya
sebuah cerek dan tiga buah gelas yang dipergunakannya menurut adat kebiasaan
Polandia untuk menyuguhkan teh bagi keluarga Dluski apabila mereka datng
bertamu di kamarnya. Apabila datang orang bertamu kepadanya tetap dipeliharanya
adat pertamuan; dipasanginyalah alat pemanasnya yang pipa-pipanya mengisi
seluruh kamarnya dan sebagai tempat duduk diseretnya dari suatu sudut sbuah
kopor besar berwarna coklat yang dipergunakannya juga sebagai meja tempat cuci
muka dan sebagai lemari pakaiannya.
Tak ada pelayannya : Sejam gaji
seorang pesuruh sudah termpau banyak menikan pembelanjaannya. Juga
ongkos-ongkos kendaraan telah dihapuskannya. Ia berjalan kaki ke Sorbone
melalui hujan dan terik panas. Sedikit sekali dipakainya alat pembakar di musim
dingin ; Untuk sekali musim dingin cukup satu atau dua karung kokas yang
dibelinya disuatu toko di simpang jalan itu dan diangkatnya sendiri ke atas se
ember demi se ember dengan menaiki enam buah tangga yang curam dan melepaskan
lelahnya di setiap tingkatan.
Penerangannya pun sangat dihematnya; Segera sesudah hari malam maka mahasiswa
itu pun larilah ke kedong yang penuh kasih sayang, yaitu perpustakaan Sainte
Genevieve, terang benderang dan panas. Di sana dudukla ia menghadap meja besar
bujur sangkar dan sambil membungkuk di atas buku-bukunya dengan tangannya
mendukung kepalanya, dapatlah ia bekerja sampai saatnya pintu-pintu ditutup
apda jam sepuluh malam. Dengan cara demikian dapat ia memakai lampu minyak di
kamarnya hanya dari jam sepuluh sampai kira-kira jm dua pagi ... Sesudah itu
ditinggalkan oleh Mania buku-bukunya itu dengan mata yang merah keletihan dan
rebah di atas tempat tidurnya.
Yang dikatahuinya secara praktis
hanyalah menjahit, berkat pelajaran-pelajaran “kerajinan tangan” di sekolah
Sikorski dan sebagai kenang-kenangan di masa ia bekerja sehari-hari di
Szcozukki apabila ia sambil mengamat-amati pelajaran anak-anak itu menyiapkan kerja
tangannya. Tetapi bukanllah berarti bahwa anak gadis ini pernah membeli
sepotong kain untuk menjahit baju yang baru bagi dirinya sendiri semata-mata
buat menyenangkan hati orang lain. Sebaliknya ia telah bersumpah tak akan
menanggalkan pakaian-pakaian yang dibawanya dari Warsawa itu; dipakainya
baju-baju itu terus menerus walau pun telah licin dan amoh sampai kepada
benangnya.
Tetapi pakaiannya diurusnsya
dengan baik-bik, dicucinya , dan ditambalnya jika perlu. Kadang-kadang besedia
juga ia mencuci pakainnya dalam tempat pencucian jika ia telah terlampau letih
untuk bekerja dan ingin “melepaskan lelahnya”.
Mania tak mau mengakui bahwa
mungkin ia akan menderita kedinginan atau kelaparan. Buat menjaga supaya tak
perlu lagi ia membeli batu arang dan juga karena hatinya melayang, tak
dipasanginya lagi alat pemanas di kamarnya itu dan tak dilihatnya bahwa ssambil
menulis angka-angka dan persamaan-persamaan kimia jari-jarinya telah kaku dan
badannya gemetar, seluruhnya karena kedinginan. Sepiring sup yang panas dan
sepotong daging akan dapat menimbulkan tenaganya kembali, tetapi Mania tak tahu
bagaimana memasak sup! Tak dapat ia mengorbankan satu Franc dan setengah jam
untuk memasak daging. Hampir tak pernah ia datang ke rumah potong, apalagi
dalam restoran: terlampau mahal itu semuanya. Beberapa minggu lamanya ia tak
memakan selaind ari roti dengan mentega dan diminumnya teh. Jika ia ingin makan
enak maka pergila ia ke suatu restoran kecil di Quartier Latin untuk membeli
dua butir telor atau sepotong coklat atau pun buah-buahan sedikit.
Dengan cara hidup semacam ini anak
gadis yang beberapa bulan saja baru datang dari Warsawa itu dengan segar-bugar
sekarang telah lemah badannya. Kerap kali dirasanya akan terjatuh jika ia
berdiri dari meja kerjanya. Hampir tak ada lagi waktunya untuk mencapai tempat
tidurnya dan setibanya di sana maka ia pun pingsan. Apabila ia sadar kembali
maka ia bertanya dalam hatinya apa sebabnya ia pingsan dan pikirannya ia sakit
tetapi penyakit itu tak diacuhkannya seperti juga hal-hal yang lain itu. Tak
masuk dalam pikirannya bahwa ia jatuh karena lemahnya dan bahwa stu-satunya
penyakitnya ialah kelaparan.
Tentunya dengan sendirinya tak
diceritakannya di rumah kakaknya itu cara bagaimana diaturnya hidupnya. Setiap
kali ia mengunjungi Bronia segala pertanyaan-pertanyaan tentang kemajuannya
dalam kepandaian memasak dijawabnya dengan kata-kata pendek. Begitu pula pula
tak dijawabnya dengan tegas pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan makanannya
sehari-hari. Jika iparnya mengatakan bahwa ia tak sehat nampaknya maka
dijawabnya dengan tegas bahwa ia terlampau banyak bekerja dan menurut
pikirannya sendiri memang inilah yang semata-mata menjadi sebab keletihannya
itu. Dan dengan suatu jawaban yang memandang ringan segala sesuatunya maka
dialihkannya rasa kuatir itu dan pergi bermain-main dengan keponakannya yaitu
anak perempuan Bronia yang sangat disayanginya.
Tetapi apabila para sutu hari ia
jatuh pingsan tatkala salah seorang dari sesama mahasiswa di dekatnya berlari
ke jalan d”Allemagne untuk memberitahukan hal itu kepada kedua dokter yang
masih muda itu. Dua jam sesudah itu datanglah Casimir menaiki tangga yang enam
buah banyaknya itu dan masuk ke dalam kamar loteng Mania yang, walau pun masih
pucat, duduk mempelajari pelajarannya untuk esok harinya. Dipandangnya iparnya
itu, dan terlebih lagi diperhatikannya piring-piring gyang tak dipergunakan,
panci-panci yang kosong dan kamar yang hanya menyimpan sebuah pak teh. Dengan
sekonyong-konyong ia mengerti – maka dimulainyalah pemeriksaannya :
“Apakah kau makan hari ini?”
“Hari ini? Saya tak tahu.... Tadi
saya sudah makan sedikit...
“Apakah yang kau makanhari ini?
Diulangi oleh Casimir pertanyaannya itu dengan tidak mau mengalah.
“Buah Kers dan .... oh, banyak lag
yang lain-lain....
Tetapi akhirnrya terpaksa lah
Mania mengaku; sejak kemarin talah dimakannya : Seikat Rades dan setengah pon
buah kers. Ia bekerj sampai jam tiga pagi dan sesudah itu tidur selama empat
jam, dan pergi ke Sorbonne; sekembalinya dari sana dihabiskannya rades itu,
naka ia pun jatuh pingsan.
Tak lama doktor itu
membicarakannya. Sangat marah ia. Marah terhadap Mania yang memandangnya dengan
mata letih-lesu dan seolah-olah mempermainkannya. Tetapi marahnya juga terhasap
diri sendiri karena ia menyesal tak dijaganya lebih baik “si kecil” itu yang
telah dipercayakan Sklodowski kepadanya. Dengan tak mengacuhkan dalih-dalih
iparnya itu diberikannya mantel dan topi kepada Mania dan diperintahkannya
mengumpulkan seluruh buku-buku dan kitab-kitabnya yang diperlukan untuk minggu
depan. Dengan diam, marah dan murung dibawa oleh Casimir iparnya itu ke
rumahnya, di La Villette. Sesampainya di sana dipanggilnya Bronia yang
tergesa-gesa pergi ke dapur.
Dua uluh menit telah berselang dan
Mania memakan habis sesuap demi sesuap obat-obatan yang telah disiapkan oleh
Casimir untuk iparnya itu. Sepotong bistik setengah amsak dengan kentang
goreng. Maka dengan sekejap mata, seolah-olah ia dikenakan oleh reaksi
obat-obatan, pucat muka Mania menghilang dan pipinya bewarna kembali. Malam itu
juga jam sebelas datang Bronia memadamkan lampu dalam kamar yang disediakannya
untuk adiknya itu. Beberapa hari lamanya Mania dirawat di sana, diberikan
makanan yang diurus dengan baik, sehingga alambat laun pulih lah tenaganya.
Akan tetapi pikirannya terusik oleh ujian-ujiannya yang akan ditempuhnya
sehingga ia pun kembali ke kamarnya di atas loteng itu setelah berjanji bahwa
mulai sekrang ini akan merubah kelakuannya itu.
Tetapi esok harinya telah
dimulainya lagi hidup dengan angin belaka.
Belajar!.... Belajar!... Sekali lagi
Belajar!... Terpikat oleh buku-bukunya dan diayun-ayunkah oleh
kemajuan-kemajuan yang dicapainya dalam pelajaran-pelajarannya itu Mania merasa
dirinya sanggup menelaah segala yang telah diketahui oleh Manusia. Maka
diikutinya kuliah-kuliah ilmu ukur, ilmu alam dan ilmu kimia. Tak canggung lagi
ia mempergunakan alat-alat perkakas dan melakukan percobaan-percobaan ilmu
pengetahuan dengan sangat telitinya. Tak lama lagi maka ia pun mendpat
kehormatan dari profesor Lippmann yang menyuruhnya melakukan beberapa
penyelidikan yang belum ada artinya, akan tetapi memberikan kesempatan bagi
Mania untuk menunjukkan kecerdasannya dan keahlian rohaninya. Dalam
laboratorium kimia Sorbpnne, sebuah ruangan yang tinggi dan luas dan
dihubungkan dengan suatu serambi dalam oleh dua buah tangga yang kecil dan
ganjil nampaknya dapatlah Mania menguji kepandaiannya.
Suasana di sini menawan hati Mania
suatu suasana penuh dengan minat dan sunyi senyap; inilah “iklin” balai
pendidikan yang sampai pada hari akhirnya disukainya lebih dari segala hal-hal
yang lain. Ia berdiri – selalu berdiri – di hadapan sebuah meja kayu dengan
sebuah neraca, atau di depan sebuah labu dengan salah satu cairan sedang
dimasak di atas sebuah pembakaran.
Hampir tak ada bedanya Mania dalam
jasanya dari kain rami kasar dan panjang itu dengan pemuda-pemuda yang dengan
penuh minat membungkuk di sekelilingnya di atas pembakaran-pembakaran dan
perkakas-perkakas. Seperti anak-anak
muda itu dihoratinya kesunyian dalam bilik ini. Dihindarinya segala
hingar-bingar dan tak ada diucapkannya perkataan yang tidak perlu.
Satu ujian kandidat saja belum
cukup bagi Mania! Karena itu, diputuskannya menempuh dua buah ujian kandidat,
yaitu dalam ilmu fisika dan ilmu maematika. Rancangan-rancangannya yang semula
sederhana saja berkembang dengan cepat sehingga tak ada lagi waktu -- tetapi – terlebih-lebih tak ada keberanian
bagi Mania menceritakan kepada Bapaknya yang tak sbar lagi menunggunya untuk
kembali ke Polandia.
Seperti biasa diberikan oleh orang
tuanya yang pemurah hati segala bantuannya, akan tetapi tidaklah megherankan
jika ia merasa kuatir sedikit karena mempunyai seorang anak bebas merdeka yang
telah mulai hendak berdiri sendiri setelah melalui kepatuhan dan kerelaan
berkorban beberapa tahun lamanya.
Sklodowski menulis kepada Bronia
pada tanggal 5 Maret 1893.
“... Dalam suratmu yang terakhir
kau menulis untuk perama kalinya bahwa Mania bermaksud menempuh beberapa ujian
kandidat. Dalam surat-suratnya sendiri tak pernah disinggung-singgungnya hal
ini, ealau pun telah saya ajukan beberapa pertanyaan-pertanyaanberkenaan dengan
soal ini kepadanya. Beritahukanlah kepada saya apabila ujian-ujian itu, apabila
Mania sendiri bermaksud menempuhnya, berapa ongkosnya dan berapa harus dibayar
untuk ijazahnya. Perlu saya ketahui ini supaya dapat saya mengirim uang untuk
Mania dan rancangan-rancangan saya sendiri bergantung kepada maksud Mania ini.
... Maksud saya akan tinggal tetap
dalam rumah kita yang sekarang ini pada tahun yang akan datang : buat saya dan
Mania – kalau ia pulang – cukuplah ini.... Lambat laun ia akan mendapat
murid-murid dan saya bersedia membagi harta saya dengan dia. Ta akan terlanatar
kami...”
Bagaimana pun isinya Mania tetapi
tak daatlah dihindarkannya bertemu tiap-tiap hari dengan orang-orang. Ada
pemuda-pemuda yang ramah tamah hendak berkawan dengan dia. Lamabt laun maka
anak gadis dari Polandia ini tak segan-segan lagi melihat mereka; dilihatnya
bahwa teman-temannya itu, kebanayakan mahasiswa-mahasiswa tabib, menghormatinya
dan ingin beramah-ramah dengan dia. Bahkan mereka ingin juga labih dari
beramah-ramah dengan dia. Mania mungkin cantik manis nampaknya, karena temannya
Ddydynska, seorang gadis yang manis budi pekertinya tetapi suka melebih-lebihi,
mengangkat dirinya sebgai pegawai Mania dan pernah mengancam hendak mengusir
dengan payungnya orang-orang yang terlampau hendak mendekati Mania dengan
pujaan-pujaan mereka!
Pekerjaan ini diserahkan oleh
Mania kepada Dydynska dengan segala senang hati, karena ia hanya bersedia
bergaul dengan orang-orang lelaki yang tidak melamar-lamarnya akan tetapi
saggup bertukar pikiran dengan dia tentang pekerjaannya. Sehabis pelajaran
kimia dan sebelum mengunjungi kuliah di balai penyelidikan ia bercakap-cakap
dengan Paul Painleve yang telah menjadi guru, dengan Yean Perrin dan dengan
Charles maurain – semuanya kelak merupakan sarjana-sarjana dalam dunia ilmu
pengetahuan Perancis. Pergaulan Mania dengan mereka hanya merupakan
persahabatan yang tak berapa erat, karena tak ada waktu Mania untuk
persahabatan yang rapat atau untuk urusan cinta. Yang disayanginya hanyalah
ilmu matematika dan ilmu fisika ...
Ingatannya sangat seksama dan
kecerdikannya sangat tajam sehingga rusuh-rusuh “Slavia” tak pernah mengganggu
kerjanya. Berkat kemauan keras seperti besi dan hasrat yang bukan-bukan untuk
mencapai kesempurnaan serta keteguhan hati yang mengagumkan dapatlah ia
bertahan.
Selaras dengan rancangannya dan
berkat kesabarannya maka dicapainya semua tujuan-tujuan yang diangankannya :
Dalam tahun 1893 ia menang sebagai nomor satu dalam ujian kandidat ilmu fisika
dan dalam tahun 1894 luluslah ia sebagai nomor dua dalam ujian kandidat
matematika.
Mania memutuskan belajar bahasa
Perancis dengan seksama sehingga dapat ia memakainya dengan lancar, karena ini
lah yang sangat diperlukannya : sebaliknya dari yang dilakukan kebanyakan orang
wanita Polandia yang berbulan-bulan lamanya melagu-lagukan kalimat-kalimat yang
salah, dipelajarinya oleh Mania sampai sedalam-dalamnya ejaan dan paramasastra
dan dapat dihilangkannya sampai ke akar-akarnya aksennya, walau pun bunyi
“r”nya yang deras itu akan tetap merupakan salah satu dari kesulitan dalam
suaranya yang agak remang, sangat merdu dan lemah lembut itu.
Telah dapat dicapainya hidup
dengan empat puluh rubelsebulan dan karena pantangannya membeli selain dari
yang sungguh-sungguh dibutuhkannya dapat lah ia bermewah sedikit; sesekali
menonton komedi, berjalan-jalan ke luar kota dan sekembalinya dari sana
dibawanya lah sekuntum bunga yang dipetiknya di hutan untuk menghiasi mejanya
untuk beberapa hari lamanya. Anak petani dari dahulu kala masih tetap hidup
jiwanya dalam badan Mania; walau pun ia tinggal di kota diperhatikannya juga
saat mekarnya bunga dan daun-daunan; manakala ada uangnya dan waktunya pergilah
ia dengan terburu-buru berjalan-jalan menuju hutan.
Mania menulis kepada Sklodowski
tanggal 16 April 1893.
“Hari minggu yang lampau saya
pergi ke Raincy, suatu tempat di tepi kota Paris yang sangat indahnya. Bunga
sering dan semua pohon-pohon buah-buahan, bahkan pohon appel pun telah
berkembang dengan subur, sedang udara di sana menyebarkan harum bunga.
Dalam kota Paris sendiri
pohon-pohon kayu bertunas sejak bulan April dan sekarang daun-daunnya telah
menghijau sedangkan buah sarangan pun sedang berbunga. Panasnya seperti di
musim panas : semuanya hijua. Di dalam kamar saya mulai kepanasan, tetapi
untunglah pada bulan Juli manakala saya bersiap-siap untuk ujian-ujian, saya
tidak di sini lagi, karena kamar ini saya sewa hingga 8 Juli saja.
Semakin deka ujian-ujian itu
semakin kuatirnya saya tak akan siap menjelang saat itu. Seburuk-buruknya dapat
saya menunggu sampai bulan Nopember, akan tetapi dengan demikian sayanglah
musimpanas ini tak ada artinya bagi saya. Kemungkinan inisaya tak sukai, tetapi
terserahlah ini kepada Tuhan.”
Bulan Juli. Perasaan demam, tergesa-gesa,
penyakit kesadaran ujian dan hari-hari yang meletihkan : Mania bersama-sama
dengan tiga puluh orang yang lainnya terkurung dalam ruang ujian. Karena
gugupnya tak dilihatnya mula-mula beberapa menit lamanya huruf-huruf yang
seolah-olah bertadnak-tandak di atas kertas dengan soal dan
pertanyaan-pertanyaan ujian itu. Setelah itu, hari-hari berikutnya
menunggu-nunggu hingga tiba saat yang semarak untuk mengumumkan hasil-hasil
ujian itu. Maka Mania menyusup di antara saingan-saingannya dengan kaum keluarga
mereka yang bergerombol-gerombol datang ke dalam ruangan kuliah untuk
mendengarkan dipanggil nama-nama mereka ber urutan selaras denegan hasil ujian.
Sambil berdesak-desakan dan berhimpit-himpitan Mania lama menunggu atas
kedatangan penguji mereka. Sedangkan semuanya terdiam dalam keheningan, maka
tiba-tiba terdengarlah namanya dipanggil pertama kali, sebelum nama-nama yang
lain itu disebutkan : Mania Sklodowski!.
Tak seorang pun yang akan dapat
menginsyafinya bagaimana terharunya Mania pada saat itu. Ia menyinkirkan diri
dari ucapan-ucapan selamat oleh teman-temannya dan menulak-nulak pergi ke luar.
Telah tiba baginya saat berlibur, saat berangkat ke Polandia, saat pulang ke
rumah kampung halamannya.
Orang-orang Polandia yang miskin
dan hendak pulang ke negerinya itu harus mengingat beberapa kebiasaan yang
diikuti Mania dengan teliti. Perabot kamarnya dititipkannya kepada seorang
teman senegerinya yang cukup mampu untuk menahan rumahnya di Paris. Kamar
lotengnya diputuskannya sewanya dan sebelum ditinggalkannya itu untuk
selama-lamanya, dibersihkannya kamar itu seluruhnya. Ia memberi salam kepada
penjaga sekolah yang tak akan ditemuinya lagi dan dibelinya pebekalan sedikit
untuk perjalanannya. Setelah dihitungnya lagi sisa-sisa uangnya maka pergilah Mania
ke suatu toko besar dan – dalam waktu setahun belum pernah kejadian sekalipun
semacam ini – Mania menyelisik antara perbagi perhiasan dan dandanan .....
Adalah menjadi suatu kehinaan
pulang ke tanah air dengan membawa uang dalam kantong! Dan menjadi kebiasaan,
kegayaan, suatu adat, mengeluarkan uang sehabis-habisnya untuk membeli buah
tangan bagi handai dan taulannya dan sesudah itu naik kereta-api di stasiun
Garedu Nord dengan tak mempunyai uang lagi, sepeser, bahkan sesen pun tidak.
Bukankah inilah kebijaksanaan yang
sebulat-bulatnya? Hanya duaribu kilometer jauhnya di ujung yang lain dari rel
kereta api itu menunggu bapaknya, Yosep dan Hela, rumah bapaknya dan di sana
tersedia makanan dan ada tukang jahit yang dengan beberapa groszy akan menjahit
pakaian-pakaian dalamnya dan baju-baju gaunnya yang tebal dan besar dari kain
rami, dan yang akan dipakainya sekembalinya di Sorbonne.
Mania kembali ke sana segar bugar,
sebenarnya termpau gemuk, karena tiga bulan lamanya ia dijejali dengan segala
macam makanan oleh kelurga-keluargaa Sklodowski di Polandia yang marah melihat
mukanya yang pucat itu. Dan sekarang datanglah setahun lagi bagi Mania untuk belajar, bekerja, berisap untuk ujian
yang lain dan untuk ... menjadi kurus. Akan tetapi setiap kali musim rontok
kembali Maka Mania pun diusik oleh
kekuatiran. Dari manakah diperolehnya uang yang dibutuhkannya itu? Bagaimanakah
caranya kembali ke Paris? Berdikit-dikit dengan jumlah empat puluh rubel susut
uagn simpanannya dan dengan malunya dipikirkannya bagaimana bapaknya
berpantangkan keriaan sekecil-kecilnya pun agar dapat dibantunya Mania. Dalam
tahun 1893 telah putus harapannya dan gadis itu hampir telah hendak membatalkan
perjalanannya, kalau tidak terjadi semacam mukjizat. Gadis Dydynska yang tahun
yang lamapu membelanya dengan payungnya terhadap pemuja-pemuja Mania yang
terlampau hendak mendekatinya itu sekrang berjasa lebih besar lagi bagi
temannya itu> Dalam keyakinan teguh bahwa bagi Mania telah didtakdirkan
suatu hari kemudian yang gilang gemilang maka diusahakannyalah dengan
mati-matian di Warsawa agar “bursa alexander”, teruntuk bagi
mahasiswa-mahasiswa yang luar biasa pembawaannya dan ingin melanjutkan
pelajaran mereka di luar negeri, dapat diberikan kepada Mania.
Enamratus Rubel! Cukuplah itu
untuk belanja hidupnya selama limabelas bulan.
Mania yang telah biasa
meminta-minta untuk orang lain tak mungkin sampai hati melamar agar bantuan ini
ditentukan lbaginya, terlebih-lebih mustahil ia berani mengambil
langkah-langkah yang perlu untuk mendapat hasil ini. Kemabukan kegirangan ia
seolah-olah terbang kembali ke Perancis.
Mania menulis kepada Yosep pada
tanggal 15 Septemmber 1893 dari Paris :
“.... Saya telah menyewa kamar
pada tingkatan keenam suatu rumah di suatu jalan yang bersih dan nyaman. Saya
senang dengan kamar saya ini. Ceritakanlah kepada bapak bahwa tak ada lagi
kamar kosong di tempat yang semulanya hendak saya sewa itu, tetapi kamar saya
yang sekarang ini memuaskan saya; ada sebuah jendela yang dapat ditutup
denganbaik dan apabila saya mempunyai perabot yang cukup, tak akan dingin lagi
di sini, terlebih-lebih kaerna kamar ini bukan berlantai jubin, tetapi
berlantai papan. Dibandingkan dengan kamar saya di tahun yang lampau maka kamar
saya yang sekarang ini merupakan mahligai. Ongkosnya 180 Franc se tahun, jadi
enam puluh franc lebih murah dari kamar yang didmaksud bapak itu.
Tak perlu rasanya bagaimana
riangnya hati saya dapat kembali ke Paris ini. Memang berat bagi saya bepisah
dari Bapak, tetapi sekarang saya tahu bahwa ia sehat dan selalu sibuk dan bahwa
ia dapat hidup di luar saya, terlebih-lebih – karena kau tinggal di Warsawa.
Akan tetapi bagi saya hidup saya menjadi pertaruhan sekarang .... Karena itu
saya pikir taka da salahnya kalau saya tinggal lagi di sini beberapa lama lagi
dengan tak perlu mendapat sesalan di kemudian hari.
Tak ada putus-putusnya saya
belajar matematika supaya saya mengetahui segala sesuatu apabila kuliah-kuloiah
dimulai. Tiga hari sepekan waktu pagi saya bekerja sama-sama dengan salah
seorang dari sesama mahasisw saya, seorang wanita Perancis yang bersiap-siap
untuk ujian yang telah saya tempuh itu. Katakanlah kepada bapak bahwa saya
telah mulai biasa dalam pekerjaan saya yang tak meletihkan saya lagi seperti
dahulu dan bahwa tak ada niat saya meninggalkan pekerjan ini.
Hari ini saya mulai mengatur rumah
saya ini untuk tahun ini sangat sederhananya, tetapi apa boleh buat? Semuanya
harus saya sendiri yang mengurusnya, kalau tidak akan terlampau mahal
belanjanya. Saya sendiri memperhias perabot ssaya ini, tetapi sebenarnya
harganya ini semuanua dikumpulkan belum sampai duapuluh franc.
Beberapa hri lagi saya akan
menerima surat kepada Yosep Boguski meminta keterangan-keterangan tentang
laboratoriumnya itu. Dari itulah bergantung kelak pekerjaan saya.”
Mania menulis kepada Yosep pada
tanggal 18 Maret 1894 :
“... Sukar bagi saya menggambarkan
segala keadaan khusus dalam hidup saya ini, karena sebenarnya hidup saya ini
sepi dan tak ada seling-selingannya. Tetapi saya tak menderita karena keadaan
semacam ini. Cuma saya merasa sayang hari-hri itu terlampau pendek jangkanya
terlampau cepat berselangnya. Tak pernah dilihat yang sudah diwujudkan, tetapi
yang nyata hanyalah yang harus diwujudkan lagi. Kalau tak sayang kepaa kerja
macam ini pasti saya akan putus asa....
Saya ingin sekali kalau kau
meneruskan cita-citamu mencapai gelaran doktor dengan menulis disertasi.
Pada
hemat saya untuk kita sekaliannya tak ada yang gampang hidupnya sekarang ini,
tetapi kita harus berkarya dan terlebih-lebih lagi kita harus percaya kepada
diri sendiri! Kita harus percaya pada panggilan sukma kita dan berusaha
habis-habisan untuk mencapai tujuan kita itu. Mungkin nanti akan berbalik
semuanya, ke arah yang baik pada suatu saat yang sekali-kali tak kita
harapkan.”
Dengan cara orang sekamar
diusahakan Mania mengulur masanya dapat tinggal lebih lama dalam surga
ruangan-ruangan kuliah dan Balai Penyelidikan dengan memakai enamratus rubelnya
itu sehemat-hematnya. Beberapa tahun kemudian dengan rajinnya pula
dihematkannya enamratus rubel dari pendapatnya pertama – uang jaa untuk suatu
pembahasan bagi Industrie Nationale – dan di antaranya uang itu kepada
sekretaris Perhimpunan Alexandrowitsch yagn tercenganan melihat kelkauan Mania
ini, karena dalam sejarah perkumpulan itu belum pernah kejadian orang datang membayar
bursanya kembali! Tetapi mania menrerima bursa itu sebagai tanda kepercayaan,
suatu hutang bdi. Menurut perasaannya tidak lah jujur menahan-nahan uang itu
lebih lama dari pada masa yang diperlukannya, akrena mungkin uang itu dapat
dipakai pula lagi bagi seorang gadis lain yang karena miskinnya membutuhkan
sabuk penolong.
Kalau saya baca berulang-ulang
sebuah pantun pendek yang ditulis oleh ibu saya dalam bahasa Polandia tentang
kisah hidup di masa itu dan kalau pun saya ingat yang diceritakannya kepada
saya tentang ini sambil tersenyum dan melukiskan segala keadaan khusunya yag
jenaka dan apabila saya memandang gambarannya yang disukainya sendiri dengan
sangat : yaitu gambaran seorang mahasiswa wanit dengan pandangan tegar dan dagu
yang menyatakan ketegasannya. Maka insyaflah saya bahwa masa yang berapi-api
semangatnya itulah yang dinilainya setinggi-tingginya dalam hidupnya, bagaimana
pun beratnya memikulnya waktu itu.
Empat tahun penuh kegagahan itu
bukan itulah yang paling berbahagia untuk Marie Curie, tetapi dalam
pandangannya itulah yang paling sempurna. Karena itulah yang terdekat dengan
puncak-puncak panggilan sukamanya yang menjadi sasaran pandangannya.
Jika masih muda dan terpikat oleh
keinginan hendak belajar, dapatlah seseorang mempunyai hidup yang sangat
sibuknya dengan hampir tak memiliki sesuatu apa.
Dalam
masa tatkala ia hidup seolah-olah termaterai adalah ia termiskin keadaannya,
tetapi ketika itulah ia hidup sebagai seorang anak yang tak mengenal susah. Ia
melayang-layang dengan riangnya dalam suatu dunia lain yang menurut jiwanya
itulah yang semurni-murninya dan seasli-aslinya.
Tetapi dalam untung nasib semacam
ini tak dapat ssemuanya setiap hari berjalan dengan sempurna. Mungkin terjadi
sesuatu yang merubuhkan segala-galanya dan tak ada daya mendirikannya kembali :
suatu keletihan yang tak dapat di atasi lagi, penyakit yang tak lama tetapi
meminta perawatan. Aalagi bencana-bencana yang lebih besar : sepatu yang hanya
tinggal sepassang saja lagi rusak tapaknya dan terpaksa ia membeli yang baru.
Karena itu anggaran belanja rumah tangga buat beberapa minggu kacau dan
pengeluaran yang besar itu harus diganti kerugiannya dengan berhemat dalam soal
makanan dan minyak lampu.
Atau pun musim dingin tiba pula
dan tak habis-habisan, sedang di kamar loteng itu sangat dinginnnya. Karena
dinginnya tak dapat Mania tertidur ; ia bergeletuk. Persediaan batu arangnya
telah habis. Tetapi mungkinkah seorang anak gadis dari Warsawa dikalahkan oleh
musim dingin di Paris? Mania memasang lampunya sekali lagi dan melihat-lihat
sekelilingnya. Dibukanya kopornya yang besar itu dan dikumpulkannya segala
pakaiannya. Sebanyak mungkin dipakainya pakaiannya itu dan setelah ia masuk
tempat tidurnya lagi, dihimpunkan-nyalah yang lain-lain itu – gaunnya yang ke
dua dan linannya – di atas selimutnya. Tetapi ia masih kedinginan. Mania
mengulurkan tangannya dan menarik kursinya yang satu itu, diangkatnyalah kursi
itu dan diletakkannya di atas himpunan pakaiannya. Dengan cara demikian
diciptakannyalah sauatu angan-angan berat dan panas.
Sekarang Cuma menunggu ia masuk
tidur; sekali-kali tak ia bergerak agar jangan jatuh menara yang ia lah menjadi
dasarnya yang bernyawa.
Dalam pada itu di temepat air cuci
mukanya telah membeku lapisan es.
BAB.X : PIERE CURIE
Mania telah menghapuskan
percintaan dan perkawinan dari rancangan hari kemudiannya.
Ini bukanlah suatu hal yang luar
biasa. Jika seorang anak gadis yang bukan hartawan berkecewa dan dihinakan
dalam impian cintanya yang pertama maka bersumpahlah ia tak akan bercinta-cinta
lagi seumur hidupnya. Terlebih-lebih lagi seorang mahasiswa wanita bangsa
Slavia yang ingin mengikuti panggilan sukmanya sebaik mungkin dan di dorong
oleh suatu hemat tinggi untuk lapangan ilmu pengetahuan, tidalah sukar
menanggalkan segala sesuatu yang bagi sesamanya berarti ketaatan, bahagia, atau
untung malang, gar dengan demikian dapat tercapai tujuannya itu. Untuk dirinya
sendiri telah dibentuk oleh mania suatu dunia rohani yang gaib dan yang hanya
mengenal kekerasan hati dengan tak mengetahui kerahiman serta diperintah oleh
gairahnya untuk Ilmu Pengetahuan. Kasih sayang terhadap sanak saudara dan cinta
kepada tanah airnya yang tertindas itu masih ada dalam hati ssanubarinya,
tetapi hanya ini sajalah yang mash mendapat tempat dalam dunia pikirannya itu!
Yang lain-lain dari itu tidak diperdulikannya, tak ada sama sekali artinya bagi
Mania! Demikianlah pedoman hidup gadis yang berumur duapuluh enam tahun ini,
yang tinggal seorang diri di Paris, yang setiap hari pergi ke Sorbonne dan yang
tiap-tiap hari berhunungan dengan anak-anak muda di balai penyeledikan sebanyak
itu!
Kebesaran hatinya dan isinnya yag
melindunginya. Juga Syak-wasangkanya : Sejak keluarga S. Tak mau tahu
mengetahuinya sebagai menantu mereka maka timbullah keyakinannya bahwa
gadis-gadis yang tak mempunyai barang pembawaan mustahil akan menemui chidmad
dankasih sayang dalam diri seorang lelaki. Terpaku dalam taori-teori yang
elok-elok dan keyakinan-keyakinan yang pahit maka berpegang teguhlah Mania kepada
rasa kebebasan dan kemerdekaan dirinya itu.
Memang, tidaklah mengherankan jika
seorang wanita Polandia yang berakal budi dapat mengabdikan dirinya semata-mata
untuk pekerjaannya karena hidupnya yang tak ada kegirangannya itu membawanya
dalam keadaan sunyi senyap. Tetapi adalah suatu keanehan, suatu hal yang
menarik hati jika seorang sarjana yang berakal budi pula, seorang Perancis,
mencadangkan dirinya untuk wanita Polandia ini dan menunggu-nunggunya dengan
tak diketahuinya. Adalah ajaib wabhwa pada saat Mania, (waktu ia masih seorang
anak kecil) dalam rumahnya yang kecil di jalan Nowolipki itu, memikirkan hendak
belajar ke Sorbonne, pada saat bermimpi itu jugalah ditulis Pierre Curie
sekembalinya dari Sorbonne itu juga, selalu mewujudkan penemuan-penemuan kimia
yang penting, dala buku ctatannya sehari-hari kalimat-kalimat rayuan sebagai
berikut :
“...
Lebih dari kita kaum lelaki, yang disukai wanita hidup itu untuk hidup itu
sendiri : Wanita yang berakal budi adalah jarang. Karena itulah kita harus
berjuang dengan kaum wanita, jika kita oleh dorongan sesuatu kecintaan gaib
hendak menuruti jalan hidup yang “tak jamak” dengan memberikan seluruh pikiran
kita untuk salah usaha yang membawa kita menyimpang lebih jauh dari
kemanusiaan. Yang terutama dikehendaki seorang ibu ialah cinta anaknya,
sekalipun dengan deikian anak itu mungkin akan tetap menjadi seorang pandir.
Orang yang dicintai itu menghendaki kekasihnya judtru semacam orang itu dan
baginya adalah suatu keadaan biasa jika akal budi yang seluhur-luhurnya di
dunia ini dijorbankan untuk satu jam percintaan. Pertarungan itu hampir selalu
tiada sama kuatnya, karena wanita itulah yang mempunyai alasan-alasan yang
seteguh-teguhnya : adalah atas nama hidup dan alam diikhtiarkannya memaksa kita
kembali.”
Beberapa tahun telah berlalu.
Pierre Curie yang mengabdikan dirinya dengan sungguh-sungguh untuk menyelidiki
penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan, belum kawin dengan salah seorang
dari gadis-gadis sembarangan atau cantik manis yang ditemuinya selama itu, karena
tak ada yang dicintainya.
Jika ia sekali-kali sebagai
melipurkan lara membalik-balik buku catatannya sehari-hari yang telah lama tak
ditulisnsya lagi, dan apabila diulanginya membaca tulisan-tulisannya lagi, dan
apabila diulanginya membaca tulisan-tulisannya dari dahulu kala dengan tinta
yang sudah mulai turun warna itu, maka adalah sebuah kalimat itulah terdengar
sesalan dan rayuan hatinya : .....”Wanita yang berakal budi adalah jarang.”
“Tatkala saya masuk ke dalam,
Pierre Curie sedang berdiri bersandar pada suatu pintu yang terhubung dengan
sebuah langkan. Menurut penglihatan saya ia sangat muda, walau pun ia telah
berumur tigapuluh lima tahun. Saya merasa perlu rawan karena milhat wajah
mukanya dengan matanya yang berwana muda itu dan karena dalam sikap tokohnya
yang tinggi tegap itu ada suatu ketulusan. Caranya berbiara lambat dan
berhati-hati, sedang sifatnya sederhana dan senyumannya yang serentak muda dan
sungguh itu menimbulkan kepercayaan bagi saya dengan segera. Maka kami pun
terlibat dalam satu percakapan yang segera menyerupai suatu percakapan antara
dua orang yang bersahabat : pokok pembicaraan kami itu ialah soal-soal dalam
lapangan ilmu pengetahuan yang saya ingin mendengar pendapatnya tentang hal-hal itu.”
Dalam kata-kata yang sederhana dan
tak berterus terang ini dilukiskan Mania pertemuan mereka untuk pertama kalinya
pada awal tahun 1894.
Seorang bangsa Polandia bernama
Kowalski, guru besar untuk ilmu pasti dan ilmu alam di Universitet di Frieburg
sedang bertamasya untuk beberapa waktu di Perancis bersama-sama dengan
isterinya yang telah dikenal Mania semasa dia di Szozuki. Perjalanan mereka itu
adalah merupakan masa bulan madu, akan tetapi juga perjalanan yang gberhubungan
dengan ilmu pengetahuan : Kowalski mengdakan ceramah-ceramah di Paris dan
menghadiri permusyawaratan-permusyawaratan Perhimpunan untuk ilmu Fisika.
Setibanya di Paris dicarinya Mania dan dikunjunginya anak gadis itu sebagai
sahabat untuk melihat keadaannya. Mahasiswa itu pun membentangkan
kesulitan-kesulitan pada masa itu : Societe pour I’Encouragemnt de I’Industrie
Nationale (Badan untuk pembangunan Perindustrian Nasional) meminta kepadanya
suatu penelitian tenetang sifat-sifat mahnit logam-logam.
Penyelidikan-penyelidikannya tentang ini telah dimulainya dalam laboratorium
Profesor Lippmann. Tetapi perlu dilakukannya analisa biji-biji dan
contoh-contoh berbagai jenis logam harus digolong-golongkan. Pekerjaan ini
semuanya membutuhkan perkakas-perkakas yang sangat banyak dan memakan tempat
dalam laboratorium yang juga telah penuh padat. Tak diketahui Mania bgaimana
caranya mencari tempat untuk melakukan penyelidikan-penyelidikannya itu.
“Saya tahu suatu jalan, kata
Kowalski, setelah berfikir sejenak.
“Saya kkenal seorang sarjana besar
yang bekerja di Sekolah Ilmu Fisika di jalan Lhomond. Barangkali dapat
disediakannya salah satu ruangan, setidak-tidaknya dapat ia memberikan
petunjuk-petunjuk. Datanglah besok malam sehabis makan minum teh di rumah. Saya
akan udnang juga anak muda itu. Barangkali encik sudah berenalan juga dengan
dia, namanya ialah Pierre Curie.
Menjelangtengah malam ketika
mereka bercakap-cakap dalam kamar tempat menginapnya pengantin muda itu di
suatu losmen yang tidak banyak tamunya maka mereka berdua sarjana ilmu fisika
itu, seorang bangsa Perancis dan seorang lagi bangsa Polandia, merasa tertarik
hati mereka satu sama lain oleh kekuatan suatu sipati yang timbul dengan
tiba-tiba.
Pierre Curie adalh seorang yang
dengan segera dapat memikat hati berkat budipekertinya yang luar biasa itu :
Walau pun sifatnya bersungguh-sungguh, tetapi ia lemah lembut juga dengan tidak
disengajanya. Perawakannya tinggi tegap. Pakaiannya yang longgar dan bukan
potongan baru dipakainya terlepas-lepas di badannya dengan pantas juga. Dengan
tak diketahuinya sendiri gerak geriknya merupakan pemanis yang bukan
dibuat-buat. Tangannya panjang dan lemas. Wajah mukanya berpotongan sangat
merata dan air mukanya tenang dengan pandangan mata yang tak ada tokoh
bandingannya, suatu pandangan yang mendalam dan seakan-akan terlepas dari dunia
ini.
Meskipun tidak mau
menjulang-julang dirinya dan tidak pernah terdengar suaranya, tak akan mungkin
tidak diperhatikan kepandaiannya dan keutamaan manawinya itu. Dalam suatu
masyarakat yang dilingkungannya tidak senantiasa keutamaan mekanawi
berdampingan dengan nilai rohani adalah Pierre Curie merupakan suatu kecualian
dari kelompok manusia : Ia mempunyai jiwa yang maha kuasa akan tetapi di
samping itu juga kasatria.
Nuraga yang segera dirasainya
terhadap wanita asing pendiam ini, diteguhkan pula oleh suatu perhatian yang
mendalam. Encik Skloowski ini sungguh-sungguh seorang yang mengagumkannya ....
Ia seorang Polandia dan datang begitu jauhnya dari Warsawa untuk mengikuti
kuliah-kuliah di Sorbonne? Tahun yang lampau ia lulus dalam ujiannya kandidat
sebagai nomor satu? Beberpa bulan lagi ia bermaksud menempuh ujian mateematika.
Dan kerut di antara matanya yang abu-abu itu warnanya sekarang timbul karena ia
susah memikirkan tempat untuk perkakas-perkakas yang dipergunakannya untuk
mempelajari sifat-sifat mahnit di dalam berbagai jenis logam.
Percakapan yang mula-mula sangat
umum saja segera beralih menjadi suatu pertukaran pikiran antara Pierre Curie
dan Mania. Dengan sedikit perasaan malu bercampur dengan rasa hormat diajukan
oleh Mania pertanyaan-pertanyaan dan dingarkannya petunjuk-petunjuk Pierre
Curie. Sebaliknya Pierre Curie membentangkan rancangan-rancangannya,
digambarkannya hal-hal yang ajaib dalam ilmu pengetahuan balur yang memikat
minatnya dan yang hendak diseledikinya kaidah-kaidahnya.
Alangkah ganjilnya, pikiran ahli
ilmu fisika itu, dapat bercakap-cakap dengan seorang gperempuan tentang
pekerejaan yang digemarinya itu; memakai logat-logat tehnik dan rumus-rumus
yang berseluk-beluk dan wanita itu, muda dan jelita, dapat mengikutinya,
mengartikannya dan dapat pula ia mempersoalkan beberapa hal-hal khusus dengan
tak membuat sesuatu salah pun ... Alangkah sedap hatinya!.
Dipandangnya rambut Mania, dahinya
yang tinggi lebar itu dan tangannya yang telah dirusakan oleh hamud-hamud dari
laboratorium dan pekerjaan rumah tangga. Kecantikan Mania yang lebih
mengherankan lagi karena tak sedikit pun ada sifatnya hendak merawan-rawan,
membingungkan Pierre Curie. Terkesan ia akan yang diceritakan oleh tuan
rumahnya itu tatkala ia diundang bersama-sama Mania ke sana : Bertahun-tahun
Mania bekerja sebelum ia dapat menaiki kereta api ke Paris; uangnya tak ada, ia
hidup seorang diri di suatu kamar loteng.....
“Apakah encik akan tinggal menetap
di Perancis ini? Ditanyanya Mania dengan sebenarnya tak mengetahui apa sebabnya
diajukan pertanyaan itu.
Muka Mania suram dan dengan suara
merdu dijawabnya : “Pastilah tidak. Kalau musim panas ini saya lulus dalam
ujian saya, saya akan kembali saja ke Warsawa. Saya ingin datang kembali ke mari
menjelang musim rontok, tetapi saya tak tahu apa ada lagi kemungkinan itu bagi
saya. Kelak saya akan menjadi guru di Polandia. Saya akan berusaha berbakti,
karena orang-orang bangsa Polandia tidak berhak melupakan tanah air mereka.
Percakapan selanjutnya yang juga
dicampuri oleh tuan dan nynya Kowalski itu mengenai pendindasan oleh Rusia.
Mereka bertiga orang buangan itu terkenang akan tanah air mereka dan
menceritakan berita-berita tentang kaum dan handai taulan mereka. Dengan heran
dan muring remang didengarkan Pierre Curie bagaimana Mania berbicara tentang
kewajiban-kewajibannya terhadap tanah airnya dan masyarakat tentang nasib sedih
Polandia yang setiap anak-anak Ibu Pertiwi-nya itu harus turut berikhtiar
memperbaikinya.,
Sebagai seorang ahli ilmu fisika
yang semata-mata hidup untuk pekerjaannya itu tak dapat ia mengartikannya bahwa
anak gadis yang sangat berakal budi ii masih ingin sedikit pun memikirkan
selaind ari Ilmu Pengetahuan dan bahwa rancangan-rancangannya hari kemudian
juga meliputi hasrat turut membantu merubuhkan Tsarisme.
Ia ingin menjumpai Mania sekali
lagi.
Tetapi siapakah Pierre Curie ini?
Pierre Curie lahir di Paris di
jalan Cuvier pada tanggal 15 Mei 1859, sebagai anak ke dua dari seorang doktor
bernama Eugene Curie yang bapaknya juga seorang doktor. Keluarganya asalnya dari
Elzas dan beragama Protestan. Turunan Curie semulanya adalah dari kalangan yang
bukan hartawan, akan tetapi turun-temurun mereka menjadi sarjana-sarjana. Bapak
Pierre yang terpaksa mencari nafkah sebagai doktor senantiasa di dorong oleh
keinginan melakukan penyelidikan-penyeidikan. Ia menjabat pekerjaan amanuensis
di laboratorium museum dan menullis beberapa uraian-uraiantentang menularnya
penyakit tuberculose.
Kedua-dua anaknya, Yacques dan
Pierre, mulai dari masa kanak-kanak telah merasa tertarik kepada ilmu alam.
Dengna jiwanya yang bersifat bebas-merdeka dan lengung itu tak mungkin Pierre
dapat menuruti peraturan-peraturan ketertiban dan cara bekerja tertentu di
sekolah. Karena itu tak pernahkah ia bersekolah. Doktor Curie yang mengerti
bahwa anaknya yang terlampau banyak mempunyai sifat tersendiri ini, apabila pun
tak akan menjadi seorang murid yang baik, mula-mula mengajarnya sendiri dan
sesudah itu diserahkannya kepada seorang guru yang mengherankan orang, yaitu
tuan Bazille.
Pendidikan secara merdeka itu
berhasil : Pierre Curie lulus dalam ujian baccaleureat dalam usia enambelas
tahun dan ketika ia berumur delapan belas tahun telah dicapainya tingkatan
kandidat. Dalam umur sembilanbelas tahun ia diangkat menjadi amanuensis untuk
profesor Dessins di Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Alam selama lima tahun.
Bersama-sama dengan abangnya Yacques yang juga menjabat amanuensis di Sorbonne
dan kandidat pula, ia melakukan penyelidikan-penyelidikan.
Tak berapa lama maka ahli-ahli
ilmu alam yang masih muda itu mengumumkan hasil-hasil penyelidikan mereka
tentang gejala yang gpenting dalam lapangan piezoelektrisitet dn
percobaan-percobaan mereka mengakibatkan pendapatan alat baru yang dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan-keperluan : yaitu elektrometer kwarsa untuk
mengukur banyaknya elektrisitet yang sangat sedikit.
Dalam tahun 1883 berpisahlah kakak
beradik itu dengan perasaan menyesal. Yacques diangkat menjadi guru di
Montpellier dan Pierre menjabat pekerjaan kepala laboratorium di sekolah Ilmu
Fisika di kota Paris.
Meskipun percobaan-percobaan oleh
murid-muridnya di sekolah itu banyak meminta waktunya diteruskannya juga
pekerjaan teorinya tentang ilmu fisika berkenaan dengan balur-balur. Usahanya
itu mewujudkan suatu ajaran tentang asas persmaan yang merupakan salah satu
dari dasar-dasar yang tetap untuk pengetahuan ilmu alam yang mutakhir. Sesudah
itu dilanjutkannya percobaan-percobaannya dan diperbuatnya suatu neraca peka
menurut pendapatnya sendiri yang dinamakan “Neraca
Curie”; sehabis itu dumulainya
penyelidikan-penyelidikan tentang kemahnitan yang menghasilkan sebuah penemuan
yang penting, yaitu suatu kaidah yang merupakan dasar gejala dan disebutkan
“Hukum Curie”.
Untuk pekerjaan ini semuanya yang
memberikan hasil yang gilang gemilang dan untuk khidmat yang diberikannya
kepada murid-muridnya yang tigapuluh orang itu, diterima Pierre Curie dari
pemerintah Perancis gaji sebanyak tigaratus franc sebulan, hampir sebanyak gaji
seorang buruh di sebuah kilang.
Tetapi apabila sarjana bangsa
Inggris yang termasyhur Lord Kelvin datang ke Paris maka belumlah cukup baginya
hanya mendengarkan ceramah-ceramah Pierre Curie untuk Perhimpunan Ilmu Alam;
meskipun ia telah berusia lanjut dan ia mempunyai kedudukan yang tinggi,
dikirmnya surat kepada Pierre Curie tentang pekerjaannya itu dan dimintanya
berbicara dengan ahli-ahli Ilmu Alam Perancis itu.
Lord Kelvin menulis kepada Pierre
Curie dalam bulan Agustus 1893 :
“Tuan Curie yang terhormat!
Saya bersyukur dengan tak
terhingga karena tuan sudi memberikan suatu perkakas kepada saya sehingga
dengan gampang dapat saya mempelajari penemuan piezo-elektrisitet yang begitu
pentingnya itu sebagai hasil usaha-usaha tuan dan abang tuan.
Saya telah menulis suatu akranan
untuk Philosophical Magazine untuk menegaskan bahwa usaha tuan itu terdahulu
dari pekerjaan saya. Mungkin karangan itu masih sempat dimuat dalam nomor bulan
Oktober, kalau tidak pasti dalam nomor bulan Nopember.”
Tanggal 3 Oktober 1893 :
“Tuan Curie yang terhormat,
Saya harap besok malam saya akan
tiba di Perancis dan saya akan merasa girang jika tuan dapat memberitahukan
kepada saya apabila saya dapat mengunjungi tuan di balai penyelidikan tuan ...”
Semasa kunjungan-kunjungan ini
dapatlah sarjana Ingris itu sambil bertukar pikiran dengan temannya bangsa
Perancis itu tentang soal-soal dalam lapangan ilmu pengetahuan, memperssaksikan
dengan heran bagaimana Pierre Curie sebenarnya bekerja dengan tak ada bantuan
dalam sebuah ruangan yang seharusnya menimbulkan rasa kasihan, sedang sebagian
besar dari waktunya dipergunakannya untuk jabatannya dengan gaji yang sangat
kecil itu. Dalam pada itu tak ada orang di Paris yang mengenal Pierre Curie
yang dianggap oleh Kelvin sebagai seorang guru besar.
Tetapi Pierre Curie bukan saja
seorang sarjana yang besar artinya.
Tatkala ia diundang melamar suatu
pekerjaan yang akan dapat memperbaiki keadaan jasmaninya, maka ditulisnyalah
sebagai berikut :
“Kepada saya diberitahukan bahwa
salah seorang dari guru-guru bermaksud minta lepas dari pekerjaannya dan supaya
jika benar ini , saya melamar untuk menggantikannya. Melamar sesuatu jabatan
adalah suatu pekerjaan yang belum bisa saya laksanakan, karena perbuatan
semacam itu sangat merendahkan rohani. Janganlah tuan berkecilhati sebab saya
katakan ini terhadap tuan. Saya pikir tak ada yang lebih meruksakkan rohani
selain dari melakukan pekerjaan melamar.” Tatkala kepala sekolah Ilmu Fisika
itu mengusulkannya untuk suatu bintang kehormatan (bintang palmes academiques)
ditolaknya usul itu sebagai berikut :
“Tuan Muzet memberitahukan kepada
saya bahwa tuan bermaksud mengajukan usul kepada kepala daerah agar saya diberi
anugerah sebuah bintang kehormatan.
Saya minta kepada tuan jangan
teruskan maksud tuan itu> Jika tuan meberikan kehormatan kepada saya semacam
itu terpaksa saya menolaknya, akrena telah menjadi suatu patokan hidup saya
tidak akan bersedia menerima bintang kehormatan manapun. Sya harap dengan
perantaraan tuan akan dapat saya menghindarkan sesuatu langkah yang mungkin
bagi beberapa orang kan merupakan sebab untuk menertawakannya.
Sekiranya maksud tuan hendak
memberikan tanda perhatian tuan terhadap saya maka saya peringatkan bahwa tuan
telah berlaku sedemikian tatkala tuan memberikan kesempatan bagi saya bekerja
dengan tenang. Saya masih terharu karena tepatnya tuan memberikan kesempatan itu.”
Selain dari itu Pierre Curie juga
seorang pengarang atau setidak-tidaknya kemungkinan itu baginya ada. Orang yang
pendidikannya sangat megagumkan itu mempunyai jalan bahasa yang berlain dari
yang lain-lain, tegas dan gaya. Lagipula ia bersifat peka sebagai seorang
penyair dengan kepandaiannya berangan-angan dan dengan terpaan kesabaran hati
serta takut itu.
“Menjadi apakah saya kelak?”
ditulisnya di tahun 1881 dalam buku catatannya sehari-hari. “Jarang terjadi
saya dapat menguasi diri saya : biasanya sebagian dari wujud saya sedang
ketiduran. Pada hemat saya semangat saya setiap hari bertambah lemah.
Dulu saya biasa menelaah soal-soal
ilmu pengetahuan, sekarang hampir saya perhatian saya terpikat oleh hel-hel
semacam itu. Sebaliknya banyak yang harus saya laksanakan, banyak sekali!
Kasihan
jiwaku, apakah begitu lemahmu sehingga tak dapat lagi menguasai badanku ini?
Ah, pikiran-pikiranku, apakah kau tak berdaya menggerakkan jiwaku ini? Kalau
begitu, tak ada artimu!”
Sifat penyair dan sarjana itulah
yang serentak dalam dirinya tertawan oleh Mania karena dapat diartikannya hal
yang luar biasa itu pada Mania. Dengan keteguhan hati diikhtiarkan oleh Pierre
Curie untuk mendekati anak gadis itu. Beberapa kali dilihatnya Mania kembali
berada dalam acara ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Perhimpunan Ilmu
Kimia, tatkala Mania mendengarkan laporan-laporan oleh sarjana-sarjana tentang
pendidikan-pendidikan yang baru. Sebagai cara untuk menghormatinya
dikirimkannya sebuah salinan dari karangannya yang terbaru : Tentang persamaan
dalam gejala-gejala ilmu fisika. Persamaan antara medan elektris dan medan
mahnit.
Pada halaman pertama ditulisnya :
“Kepada encik Sklodowski, dengan rasa hormat dan nuraga dari penulisnya, P.
Curie. “Dilihatnya Mania dalam laboratorium Lippmann berpakaian jas dari kain
rami itu sambil membungkuk dengan berdiam diri di hadapan perkakas-perkakasnya.
Sesudah itu ia minta ijin untuk
mengunjunginya. Mania memberikan alamarnya : 2 jalan Feuillantines. Sebagai
orang yang bersahabt dan dengan tak menjulang-julang, diterimanya Pierre Curie
dalam kamarnya yang kecil itu sambil tamunya berkerut hatinya melihat kepapaan
sebanyak itu, walau pun pada batinnya ia
merasa senang hati menyaksikan kerukunan yang tertib antara pribadi dan
sekitarnya. Tak pernah dilihatnya Mania semanis sekarang ini dalam ruangan yang
hampir hampa itu, sedang anak gadis itu sendiri berpakaian gaun yang telah amoh
dan mukanya yang bersemangat tegar itu. Parasnya yang kurus itu disebabakan
kesukaran-kesukaran hidup seorang rahib, tak mungkin akan mendapat suatu
bingkai yang lebih pantas dari kamar loteng yang tak ada isinya itu.
Beberapa bulan berlalu.
Persahabatan mereka itu bertambah rapat, pergaulannya bertambah karib selaras
dengan bertambahnya hormat dan penghargaan tinggi serta kepercayaan satu sama
lain ...
Pierre Curie telh terpikat
seluruhnya oleh wanita Polandia ini dengan akal budi yang sangat besar dan
tajam itu. Diturutinya Mania dan didengarkannya nasihat anak gadis itu. Berkat
ajakan dan dorongan Mania ditanggalkannya dengan segera sifatnya yang pemalas
itu dan dikarangnya suatu telaahan tentang kemahnitan dan dicapainya gelar
doktornya dengan cara yang gilang gemilang. Mania sendiri merasa bahwa ia masih
merdeka dan bebas. Tak sudi ia nampaknya mendengarkan pertanyaan pemstian yang
ssarjana itu tak berani mengucapkannya.
Pada suatu malam mereka berjumpa
pula di kamar di jalan Feuillantines itu, barangkali untuk kesepuluh kalinya.
Hari terang cuacanya, petanghari di bulan Juni. Meja penuh buku-buku ilmu ukur
yang dipergunakan Mania dalam persiapannya untuk ujiannya yang akan datang dan
di samping kitab-kitab itu beberapa kuntum bunga “margriet” putih yang dibawa
Pierre dan Mnia sehabis berjalan-jalan. Anak gaids itu memasak teh di atas
pembakar spiritus yang setia itu. Ahli ilmu alam itu telah lama berbicara
tentang kerja yang meminta perhatiannya seluruhnya. Dengan tiba-tiba dengan tak
ada peralihannya : “Saya ingin kalau encik mau belajar kenal dengan orang tua
saya. Saya tinggal bersama-sama dengan mereka di Sceaux. Sangat manisnya.
Pada Mania diberikan gambaran
seperti dilihatnya bapaknya itu : besar dan tegap, beruban, gerak-geriknya
tidak tangkas lagi, matanya berwarna biru dan bersinar-sinar, seorang yang
sangat pintar, pemarah tetapi dalam pada itu sangat peramah pula; ibunya gemuk
karena penyakit tetapi masih menunaikan kewajibannya seperti baisanya dalam
urusan rumah tangga, gagah dan periang. Dibayangkannya masa kanak-kanaknya yang
tak ada tolok bandingannya itu tatkala ia dengan abangnya menggembara dalam
hutan-hutan dengan tak ada putus-putusnsya.
Mania mendengarkannya dengan
heran. Alangkah banyaknya persamaan, alangkah banyaknya yang serupa! Jika
ditukar beberapa hal-hal yang remeh-remeh, maka dapatlah keluarga Curie itu
disamakan dengan keluarga Sklodowski, umpamanya jika rumah di Sceaux itu
dipindahkan ke suatu jalan di Warsawa! Terkecuali dalam hal agama (doktor Curie
adalah tak mempunyai sesuatu agama dan karena ia tak setuju dengan gereja,
anak-anaknya tak ada yang disuruh memandikannya) adalah semuanya susana di sana
juga diliputi kecerdikan dan kebajikan. Penghrmatan yang sama terhadap
kebudayaan bercampur dengan cint untuk ilmu pengetahuan, kerukunan kasih sayang
yang serupa antara oang tua dan anak-anak. Kecenderungan gairah yang sama untuk
alam!
Mania mulai bersikap ramah dan
dengan senyuman diceritkannya tentang masa-masa liburan yang meriah di
pedalaman Polandia – pedalaman yang akan dilihatnya kembali beberapa minggu
lagi.
“Tetapi encik toh kembali nanti
malam bulan Oktober? Berjanjilah encik akan kembali nanti! Kalau encik tinggal
menetap di Polandia tak mungkin dapat encik meneruskan pelajaran-pelajaran
encik kelak. Tak berhak encik lagi sekarang meninggalkan lapangan ilmu
pengetahuan!
Perkataan-perkataan yang nampaknya
sembarangan saja dan mendesak menunjukkan suatu perasaan takut yang sangat pada
Pierre. Mania mengetahui bahwa yang dimaksudkannya dengan akta-katanya : “Encik
tak berhak lagi sekarang meninggalkan lapangan ilmu pengetahuan” ialah : “Encik
tak berhak meninggalkan saya!”
Mereka diam sejenak. Maka dijawab
oleh Mania sambil memandang Pierre dan dalam kebimbangan : “Saya pikir benarlah
yang tuan katakan itu. Ingin sekali saya kembali ke mari!
Telah dilamarnya Mania
menjadi isterinya, tetapi tindakannya
itu tidak bijaksana. Kawin dengan seorang Perancis, meninggalkan keluarganya
untuk selama-lamanya, menghentikan usaha berbakti terhadap tanah airnya,
meninggalkan Polandia, semuanya ini bagi gadis itu merupakan penghianatan!
Berhianat sehebat-hebatnya! Ia tak mau! Ia tak boleh! Ia telah lulus dalam
ujiannya dengan gialng-gemilang dan, bagaimana pun, sekarang ia harus pulang ke
Warsawa, barangkali untuk selama-lamanya. Ditinggalkannya sarjana muda yang
berputus asa itu setelah ditawarkannya persahabatan akan tetapi itu tak
mencukupi lagi bagi Pierre. Maka Mania pun berangkat dengan tak aa
menjadikannya sesuatu apapun.
Dalam pikirannya diikutinya Mania.
Ia ingin pergi ke Swiss untuk mengunjungi Mania yang bertamasya di sana
beberapa minggu lamanya bersma-sama dengan bapaknya, yang menemuinya setengah
jalan, atau pun ke Polandia juga ia ingin pergi, Polandia yang membangkitkan
iri hatinya itu. Tetapi ini tak mungkin semuanya .... maka dilanjutkan nyalah dari jauh membela kepentingannya itu.
Dimanapun Mania dalam musim dingin itu – di Crettaz, di Lemberg, di Krakau,
atau di Warsawa, diterimanay surat yang tertulis dengan tulisan yang
seolah-olah berasal dari seorang anak-anak, di atas kertas sederhana yang
memakai sebagai kepala “Sekolah untuk Ilmu Fisika”. Dalam surat-surat itu diusahakannya untuk
memberikan keyakinan kepada Mania, membujuknya kembali ke Paris dan memberikan
ingatan kepadanya bahwa Pierre menunggu-nunggunya di sana.
Pierre Curie menulis kepada Mania
pada tanggal 10 Agustus 1894 :
“Tak ada yang dapat lebih
menggembirakan saya daripada menerima surat dari encik. Memikirkan bahwa selama
dua bulan tak kuterima kabar dari encik sangat mengecewakan saya : dengan kata
lain : surat encik itu sangat menggembirakan saya.
Saya harap encik dapat mengecap
bahwa yang sehat sebanyak mungkin sebelum encik kembali ke mari dalam bulan
Oktober. Saya sendiri tak akan pergi ke mana-mana, saya tinggal di sini dan
sehari-hari saya duduk di muka jendela terbuka atau di taman kami.
Bukankah kita telah berjanji
setidak-tidaknya akan mengikat tali persahabatan yang erat? Asal encik jangan
berpikir lain! Janji-janji tak ada berapa berharg, karena hal-hal semacam itu
tak dapat dipaksanakan! Tetapi alangkah berbahagianya hingga saya tak berani
memikirkannya : melalui hidup berssama-sama, kedua-duanya terpesona oleh
idam-idaman kita : idaman encik terhadap cinta tanah air, idaman kita terhadap
kemanusiaan dan idaman kita terhadap Ilmu Pengetahuan!.
Dari semua idam-idaman ini, saya
pikir, hanya yang terakhirlah yang mempunyai alasan. Maksud saya begini, kita
tak berdaya menukar-nukar susunan dan ketertiban masyarakat ini dan sekaligus
dapat kita mewujudkannya kita tak tahu bagaimana melakukannya, karena dengan
berjuang dalam salah satu jurusan belum pasti kita bahwa tidak ebih banyak yang
kita telah rusakkan daripada yang kita bangunkan dengan menahan-nahan salah
satu kemajuan yang tak dapat dihindarkan. Akan tetapi dalam lapangan ilmu
pengetahuan dapat kita katakan dengan pasti bahwa dapat kita mencapai segla
sesuatu : lapangan inni lebih banyak kepastiannya dan tiap-tiap penemuan,
bagaimana pun kecilnya berarti kemajuan.
Lihatlah bagaimana rapatnya satu
sama lain .... Kita telah berjanji bersahabt karib, tetapi jika encik
tinggalkan Perancis habis setahun ini, maka berartilah itu cinta berjauh-jauhan
antara dua makhluk yang tidak akan bertemu lagi. Tidakkah lebih baik jika encik
tinggal bersama-sama dengan saya? Saya tahu bahwa pertanyaan ini menimbulkan
amarah encik, karena itu saya tak akan menyambung-nyambungnya lagi .. saya rasa
juga bahwa saya tak pantas dalam segala hal terhadap encik.
Telah saya berfikir hendak meminta
persetujuan encik supaya kita dapat bertemu “kebetulan” di Freiburg. Tetapi
encik tinggal di sana hanya sehari saja, bukan? Dan hari itu tentu teruntuk
teman-teman kita, tuan dan nyonya Kowalski.
Saya akan merasa beruntung jika
encik sudi mengabarkan kepada saya bahwa encik berjanji akan kembali kemari
dalam bulan Oktober. Jika tulis langsung ke Sceaux, lebih lekaslah saya terima
surat itu.”
Pierre
Curie menulis kepada Mania pada tanggal 14 Agustus 1894 :
“Tak
dapat saya putuskan datang mengunjungi encik ke sana; seharian ini hati saya
bimbang sebelum menganbil kesimpulan yang hampa ini. Kesan yang saya peroleh
pertama-tama tatkala membaca surat encik itu ialah bahwa encik lebih suka jika
saya tidak datang. Kesan yang ke dua ialah bahwa encik sudi memperkenankan agar
saya datang bertemu selama tiga hari dan saya sudah siap hendak berangkat.
Tetapi saya malu pula memikirkan bahwa seolaholah saya mengejar-ngejar encik
bertentangan dengan keinginan encik sendiri. Akhirnya juga menjadi alasan bagi
saya untuk membatalkan perjalanan saya itu ialah sangkaan saya bahwa kedatangan
saya nanti tidak menyenangkan bapak encik di sana, karena mungkin terganggulah
rancangan-rancangan yang telah diadakannya berhubung dengan
perjalanan-perjalanan libur dengan encik.
Sekarang
stelah nasi menjadi bubur, saya menyesal karena saya tak pergi ke Warsawa.
Apakah tidak mungkin silaturahim antara kita akan lebih erat dua kali lipat,
sekiranya kita bersama-sama selama tiga hari itu sambil mengumpulkan tenaga
agar kita jangan melupakan satu sama lain selama dua bulan setengah yang masih
memisahkan ini?
Apakah
encik percaya kepada takdir Allah? Encik ingatkah lagi semasa hari pantang itu?
Tiba-tiba encik menghilang dalam khalayak ramai. Perasaan saya seolah-olah
begitu pulalah nanti persahabatan kita terputus dengan sekonyong-konyong dengan
tak seorang pun di antara kita yang menghendakinya.
Saya
tidak percaya kepada takdir Allah, tetapi mungkin ini adalah akibat budi
pekerti kita keduanya. Saya tak akan tahu bertindak pada saat yang sebaiknya.
Selainnya,
saya pikir lebih baik jugalah ini bagi encik, karena sebenarnya saya tak tahu
apa sebabnya saya dimasuki pikiran bersitegang leher meminta agar encik tinggal
menetap di Perancis ini, memisah encik dari tanah air dan sanak saudara encik,
sedang tak ada yang dapat saya tawarkan kepada encik sebagai penukarnya untuk
pengorbanan itu.
Saya pikir encik terlampau jumawa jika encik berkata bahwa encik
bebas merdeka seluruhnya. Kita semuanya, sedikit banyaknya, adalah merupakan
budak kecenderungn-kecendurungan kita, budak pikiran-pikiran picik yang anut
oleh orang-orang yang kita sayangi; kita harus mencari nafkah kita, karena itu
kita harus menjadi jentera dalam suatu pesawat, dsb.... yang terpedih ialah
memikirkan bahwa kita terpaksa tawar menawar dengan masyarakat yang melingkungi
kita, sedikit banyaknya selaras dengan besarnya kekuatan atau kelemahan diri
kita. Jika tidak sudi kita tawar-menawar itu maka pastilah kita akan
hancur-lebur, tetapi jika terlampau cenderung kepada tawar-menawar itu maka
kita akan durjana dan jijik melihat diri kita. Alangkah jauhnya berbeda pikiran
saya sekarang dan sepuluh tahun yang lampau; semasa dahulu itu saya
berkeyakinan bahwa kita harus dalam segala-galanya berjalan dari ujung ke ujung
dan tak boleh kita tawar-menawar dengan lingkungan kita. Sang-kaku bahwa
seharusnyalah kita berlebih-lebihan dalam ciri-ciri maupun dalam
kebajikan-kebajikan kita; saya hanya berpakaian baju toro berwarna biru seperti
kaum buruh dsb....
Pierre
Curie menulis kepada Mania pada tanggal 7 September 1894 :
“Encik
tentu mengerti bahwa saya bersusah hati membaca surat encik itu. Dengarkanlah
nasihat saya ini dan kembalilah encik ke Paris dalam bulan Oktober ini. Saya
akand bersedih hati jika encik tak datang lagi tahun ini ke mari; tetapi
bukanlah karena kelobaab saya sendiri sebagai sahabat maka saya anasihatkan ini
kepada encik. Cuma pada hemat saya lebih baik encik bekerja di sini dan lebih
kekal serta lebih banyak manfaatnya pekerjaan itu.
....
Apakah pendapat encik sekiranya ada orang yang bermaksud hendak merubuhkan
suatu tembok dengan kepalanya? Pikiran semacam itu mungkin timbul dari
dorongan-dorongan yang mulia, tetapi biar pun begitu pikiran itu tetap
menggelikan hati dan bersifat bodoh. Saya berpendapat bahwa beberapa masalah
harus dipecahkan secara umum, karena tak mungkin lagi memecahkannya sesetempat;
sebab jika kita menjalani suatu jalan buntu maka banyaklah timbul
bencana-bencana. Menurut pikiran saya tak mungkin di dunia ini hukum itu akan
mendapat kemenangan dan akan tetap dunia ini dikuasai oleh sistem yang terkuat
artinya, yang terkuat dalam perekonomian. Manusia
itun bekerja dalam letih payah, akan tetapi ia tetap hidup dalam kesengsaraan! Ini akan menimbulkan amarah, tetapi dengan
ini saja keadaan itu tak akan ada akhirnya. Sekiranya pun ada perbaikan
tercapai dalam keadaan ini adalah itu mungkin disebabkan manusia itu merupakan
pesawat dan karena ditilik dari segi perekonomian, lebih banyak untungnya, jika
pesawat itu dapat bekerja dengan tak dipaksa-paksakan.
Tafsiran
encik tentang pengertian kelobaan sangat berlainan; ketika saya berumur
duapuluh satu tahun saya mengalami suatu bencana yang besar; saya akehilangan
seorang teman wanita dari amsa muda saya yang saya sayangi; keadaannya
mengerikan tetapi saya tak berani menceritakan kepada encik. Siang dan malam
saya digoda oleh suatu kejaran pikiran, adalah merupakan kenikmatan bagi saya
menyiksa diri saya. Maka saya pun hiduplah sebagai seorang tapa; saya berjanji
dalam hati saya bahwa hanya saran-saran sajalah yang ada artinya bagi saya dan
bahwa saya tak akan memikirkan diri saya sendiri maupun orang lain. Sejak itu
kerap kali saya bertanya dalam hati saya apakah keinginan melepaskan diri saya
ini dari hidup yang sebenarnya tidak merupakan suatu tipu daya terhadap diri
saya sendiri untuk berhak melupakan segala sesuatu.
Mungkinkah
di negeri encik surat-menyurat secara bebas? Saya sangsi benar; karena itu
lebih baik di kemudian hari jangan lagi kita menulis uraian-uraian yang mungkin menimbulkan salah faham, dan
kesukaran-kesukaran bagi encik, sekali pun uraian-uraian itu hanya merupakan
tulisan filsafat.”
Pierre
Curie kepada Mania pada tanggal 17 September 1894 :
“Surat
encik menimbulkan kekuatiran bagi saya karena saya rasa di dalamnya kebingungan
dan kebimbangan. Tetapi surat encik dari Warsawa menggembirakan hati saya,
karena saya baca bahwa encik telah bertenang hati kembli. Gambaran encik
menggirangkan saya. Alangkah encik bermurah hati mengirimkannya kepada saya,
terima kasih banyak saya ucapkan untuk kemurahan hati encik itu.
Pastilah
sekarang encik akan kembali ke Paris, saya sangat berbesar hati mendengar kabar
ini. Saya harap supaya setidak-tidaknya kita dapat bersahabat karib yang tak
terpisahkan lagi. Apakah encik tiak sependirian dengan saya?
Sekiranya
encik berkebangsaan Perancis tak akan susah bagi encik mendapat sutu angkatan
untuk menjadi guru pada selah satu sekolah Gymnasium atau pada suatu sekolah
anak-anak perempuan. Apakah pekerjaan semacam itu akan memuaskan bagi encik?
Gambaran
encik saya tunjukan kepada abang saya. Apakah ada salahnya saya beritahukan
itu? Abang saya itu berpendapat bahwa encik sangat manisnya dan ditambahnya
pula mengatakan “Amat tegar hatinya, malahan juga keras kepala”.
Bulan
Oktober telah tiba. Hati Pierre Curie melambung kegirangan. Seperti telah
dijanjikannya, Mania kembali ke Paris. Dikunjunginya pula kuliah-kuliah di Sorbonne
dan ia hadir di laboratorium Lippmann. Tetapi tahun ini – yang terakhir bagi
Mania – ia tidak tinggal di Quartier Latin lagi. Bronia telah memberikannya
sebuah kamar di sebelah ruangan periksa pasien yang disewanya di jalan de
Chateaudun 39. Karena keluarga Dluski itu diam di La Villette dan Bronia hanya
siang hari pergi ke jalan Chateaudun itu, maka adalah kesempatan bagi Mania
bekerja di sana dengan tenang.
Maka
di dalam ruangan tinggal yang remang muram inilah diulang Pierre pembelaannya
dengan lemah lebutnya. Seperti Mania ia keras kepala. Imannya serupa dengan
iman yang terkandung dalam jiwa perempuan yang kelak akan menjadi istrinya itu,
bahkan lebih sempurna lagi, lebih terlepas dari segala campuran. Bagi Pierre
hanya Ilmmu Pengetahuan itulah yang penting. Karena itu adalah ini merupaan
suatu tindakan yang ganjil dan hampir mustahil baginya, sebab isi hati-kalbunya
bercampur baur dengan ilham jiwanya. Sarjana itu merasa tertarik dirinya kepada
Mania oleh karena sesuatu cenderung hati yan gairah, tetai juga oleh karena
sesuatu kebutuhan yang lebih luhur.
Malahan
ia bersedia mengorbankan yang bisasanya dsiebutkn orang bahagia dengan bahagia
menurut tafsirannya sendiri dan yang hanya ia mengenalnya. Dimajukannya kepada
Mania suatu usul yang selayang pandang nempaknya seolah-olah tak masuk di akal
dan dapat diartikan sebagia suatu ikhtiar untuk mendekati pendirian gadis itu,
tetapi yang timbul dengan sendirinya dari tabiatnya. Sekiranya Mania tak dapat
mencintainya, apakah tak dapat diputuskannya mengikat suatu pertalian dengan
Pierre melulu dengan seorang sahabt? Bekerja sama dengan dia : Di salah suatu
rumah di jalan Mouffetard yang jendela-jendelanya mengarah ke luar ke
taman-taman, sebuah rumah yang dapat dipisah-pisah dalam dua bagian yang bediri
sendiri?”
Atau
pun ia bersedia membayar nilai yang diinginnya itu – sekiranya ia, Pierre
Curie, pindah ke Polandia, sudikah Mania kawin dengan dia? Mula-mula dapatlah
ia barangkali memberikan pelajaran-pelajaran bahasa Perancis dan kemudian
mungkin dapat ia bekerja sebaik-baiknya dengan Mania bersama-sama dengan
mengabdikan diri mereka untuk penyelidikan-penyelidikan dalam lapangan ilmu
pengetahuan.
Lelaki
yang besar dan penting artinya ini merupakan seorang peminta-minta yang hina
dina terhadap guru rumah dari purba kala yang pernah dihinakan oleh suatu
keluarga tuan tanah bangsa Polandia.
Mania
membisikan kebimbangan dan ketakutannya kepada Bronia dan diceritakannya
tawaran Pierre untuk meninggalkan tanah
airnya. Ia berperasaan bahwa cint kasih Pierre terhadapnya cukup banyaknya untuk
mengarang-ngarang akalnya ini.
Tatkala
diketahui Pierre bahwa bahwa Mania telah berbicara dengan keluarga Dluski
tentang keinginannya itu maka dimulailah melakukan suatu tindakan di pihak
Bronia yang telah beberapa kali berjumpa dengan dia dan segera dapat
dipengaruhinya untuk kepentingannya itu. Maka diundangnyalah Bronia bersama-sama
Mania ke rumah orang tuanya di Sceux. Isteri Curie berbisik-bisik dengan Bronia
dan dengan suara yang terharu didesaknya Bronia membela kepentingan anaknya itu
terhadap Mania.
“Tak
ada manusia yang lebih baik dari Pierre di ddunia ini katanya berulang-uang.
“Tak perlu adiknya nyonya itu takut. Ia akan lebih berbahagia dan beruntung
dengan Pierre daripada dengan siapa pun juah!
Sepuluh
bulan berselang barulah dapat diterima Mania pikiran tentang perkawinan ini.
Sebagai seorang “cerdik pandai bangsa Slavia” sejati yang berkeras kepala,
Mania penuh teori-teori berkenaan dengan hidup dan kewajiban-kewajiban manusia.
Beberapa dari teori-teori itu bersifat ksatria tetapi yang lain-lain bersifat
pikiran kanak-kanak saja. Telah lama Pierre mengerti bahwa bukanlah
ajaran-ajaran ini yang menyebabkan Mania seorang wanita yang luar biasa
kedudukannya. Sarjana itu tak banyak menghiraukan asas-asas yang dianut oleh
Mania bersama-sama dengan ribuan dari orang-orang se negaranya yang beradab.
Yang menawari dan memikat hatinya ialah karena Mania sudi menyerah diri
seluruhnya kepada pekerjaannya dan karena diduganya gadis itu mempunyai akal
budi yang laur biasa; selain dari itu juga akhlaknya yang gagah berani serta
ksatria itu . Perawakan yang cantik manis ini mempunyai budi pekerti dan
sifat-sifat seorang – orang mulia.
Asas-asas?
Akan tetapi ia juga telah memupuknya tetapi hdiup manusia menunjukkan bahwa
asas-asas itu sangat kegila-gilaan semuanya. Ia juga telah berjanji kepada
dirinya sendiri bahwa ia tak akan kawin seumur hidupnya. Tak perlu ia membela
sesuatu Polandia, tetapi dalam pandangannya perkawinan itu mustahil dihubungkan
dengan suatu kehidupan yang ditahbiskan untuk Ilmu Pengetahuan. Akhir yang
menyedihkan dalam suatu cinta birahi semasa mudanya menyebabkannya bersifat
bersaing, sehingga ia menjauhkan dirinya dari segala kaum wanita. Ia tak ingin
lagi menjalin cinta kasih. Suatu azas hidup yang menjauhkannya deri sesuatu
perkawinan sembarangan, yang menyebabkan dia menunggu-nunggu pertemuannya
denagns eorang perempuan yang luar biasa, seorang wanita “yang dilahirkan untuk
dia...” dengan Mania!
Tentulah
sekarang ia tak bertindak bodoh untuk melepaskan kemungkinan bahagia mulia dan
kerja sama yang erat sangat, semata-mata berdasarkan suatu azas hidup. Mania diinginnya
untuk dirinya sendiri; anak gadis, wanita Polandia dan ahli ilmu alam itu
ketiga-tiganya telah merupakan makan dan minum bagi Pierre Curie!
Inilah
yang dijelaskannya kepada Mania dengan lambat laun. Dengan perkataan-perkataan
semacamini dan kata-kata yang semakin lemah lembut, dengan perlindungan yang
diberikannya kepada mania dan berkat kehadirannya setiap hari di samping Mania
yang tak dapat menarik diri dari pengaruh penawar itu, maka lambat laun
dapatlah Pierre berhasil membentuknya dari seorang yang sunyi senyap menjadi
suatu mekhluk manusia!
Pada
tanggal 14 Juli 1895, di kirim oleh Yosep dari Warsawa kepada Mania suatu
jaminan pengampunan yang penuh kasih sayang dari keluarga Sklodowski :
“....
Karena engkau telah bertunangan dengan tuan Curie terlbih dahuu saya sampaikan
ucapan selamat yang tulus ikhlas dan saya harap supaya di sampingnya itu engaku
mendapat bahagia dan ria sebanyak-banyaknya, selaras dengan yang harus menjadi
bagianmu dalam pandangan saya dan dalam pandangan semua orang, yang mengenal
hati dan budi pekertimu.
Saya
sependapat bahwa benarlah engkau dengan mengikuti hatimu itu dan tak ada orang
yang berpikiran adilyang akan menyesali engkau. Seperti aku kenal engkau saya
pecaya dan yakin bahwa engkau akan tetap tinggal seorang Polandia dengan
suluruh jiwamu, begitu pula engkau tak akan putus-putusnya dalam rohanimu
engkau senantiasa tetap sebagai keleuarga kami. Kami pun tidak akan ada
putusnya menyayangi engkau dan memandang engkau sebagai salah satu dari kami.
....
Saya lebih suka seratus kali mengetahui engkau di Paris, berbahagia dan
sentausa, daripada melihat engkau di Negeri kita ini, tetapi patah semangat
karena pengorbanan seumur hidup dan menjadi korban sesuatu tafsiran yang
telampau cermat tentang kewajiban. Sekarang kita harus berusaha saling jumpa
menjumpai sedapat mungkin.
...
Terimalah pelukan saya seratus kali, Mania sayang dan saya ucapkan sekali lagi;
bahagia, ria dan berhasillah segala daya upaya! Sampaikanlah salam yang
tulus-ikhlas dari saya untuk tunanganmu itu! Katakanlah bahwa saya
menghormatinya sebagai seorang anggota baru dalam keluarga kita dan bahwa
dengan tak ada kebimbangan saya tawarkan rasa persahabatan dan nuragi saya
kepadanya dengan segala kegembiraan. Saya harap moga-moga ia juga sudi
mencurahkan rasa persahabatan dan nuraganya bagi saya.”
Beberapa
hari kemudian ditulis Mania kepada temannya Kazia tentang putusannya yang
penting itu :
Mania
kepaa Kazia :
“Apabila
engkau terima surat ini, Mania-mu ini telah bertukar nama. Saya akan kawin
dengan orang yang telah saya ceritakan kepadamu di Warsawa tahun yang lampau.
Berat bagi saya untuk tinggal selama-lamanya di Paris, tetapi apa boleh buat?
Nasib hidup kami menghendaki supaya kami satu sama lain merasa terikat sehingga
tak ada lagi pikiran kami hendak berpisah-pisah.
Tiada
saya tulis ini lebih dahulu kepadamu, karena semuanya ini diputuskan dengan
tiba-tiba dalam jangka waktu yang pendek. Setahun lamanya saya selalu bimbang;
saya tak tahu apa harus ku putuskan. Akhirnya saya telah merasa betah memikirkan
bahwa saya akan tinggal di sini untuk selama-lamanya. Seterimanya surat ini,
kirimlah ballsan kepada saya sebagai berikut :
Madame
Curie, Ecole de Physique et de Chimie, 42 rue Lhomond.
Beginilah
seterusnya nama saya nanti. Suami saya itu menjadi guru di sekolah itu. Tahun
yang akan datang saya akan pergi bersama-sama dengan dia ke Polandia untuk ku
tunjukkan tanah ari saya kepadanya dan ketika itu tentu tak akan saya abaikan
memperkenalkannya kepaa adik angkat saya dengan pengharapan semoga dapat engkau
juga menyayanginya.”
Pada
tanggal 26 Juli, Mania bangun di kamarnya di jalan Chateaudun, untuk terakhir
kalinya di kamarnya seorang diri itu. Hari terang cuaca. Paras perawan muda itu
sangat cantiknya. Semacam teja yang belum pernah dilihat oleh teman-temannya
sepelajaran menyiari wajah mukanya. Hari ini Mania Sklodowski akan menjadi
Madame Curie.
Ia
menganyam suri rambutnya yang bagus itu dan dikenakannya pakaian pengantinnya,
suatu pemberian dari Ibu Casimir Dluski yang sekarang tinggal di jalan d’Allemagne.
Taka ada pakaian saya selain yang sapa pakai setiap hari, katanya kepada nyonya
itu. “Sekiranya nyonya sudi memberikan sebuah kepada saya, saya ingin yang
berwarna kehitaman yang sangat praktis dan dapat saya pergunakan kelak untuk di
laboratorium.
Dengan
dipimpin oleh Bronia telah digunting oleh seorang tukang jahit wanita suatu rok
berwarna biru tua dan sebuah baju dengan corak biru muda yang membikin Mania
manis, segar dan muda nampaknya.
Mania
memikirkan perkawinan ini dengan perasaan gembira. Dalam segala hal
perkawinannya ini berbeda dari perkawinan-perkawinan yang lainnya. Tidak ada
pakaian putih, tidak ada cincin emas, tidak ada jamuan pengantin. Juga tidak
ada perhelatan di Gereja : Pierre Curie seorang tak beragama dan Mania telah
lama tidak menjalankan kewajiban agamanya lagi. Tak ada notaris hadir, karena
pengantin muda itu tak mempunyai sesuatu apa – selain dari dua buah kereta
angin berkilat-kilat yang dibelinya
kemarin dengan uang yang dikirimkan seorang misan kepada mereka. Dengan kereta
angin yang dua buah ini-lah mereka akan berjalan-jalan semasa musim panas
nanti.
Memang
perhelatan nikah akan bagus perjalannya, karena tak ada kelalaian, tak ada
keinginan-tahu dan tak ada perasaan cemburu yang diundang untuk menghadirinya.
Di Balai Kota Sceaux dan dalam taman jalan des Sablons dekat rumah orang tua
Pierre akan menunggu Bronia dan Casimir, beberapa sahabat karib – orang-orang
terpelajar – dari Warsawa telah tiba bersama-sama dengan Hela, guru Sklodowski
yang erasa berkewajiban kehormatan mempergunakan bahasa Peranci-nya yang
sebagus-bagusnya terhadap doktor Curie ....
Tetapi
terlebih dahulu dibisikkannya kepada tuan itu dengan terharunya kata-kata yang
membual dari hatinya yang baik itu :
“Dengan
Mania tuan mendapat seorang menantu yang selaras dengan kasih sayang tuan.
Sejak lahirnya belum pernah ia menyakiti hati saya.
Pierre
telah pergi menjemput Mania. Di Stasiun Gare de Luxembourg merekaa harus naik
kereta api ke Sceaux dimana kaum keluarga mereka sedang menunggu-nunggu. Di
tingkat atas bus yang disinari oleh matahari yang bercuaca mereka melalui
boulevard Saint Michel sambil melihat-lihat dari tempat duduk mereka yang
tinggi itu ke tempat-tempat yang tak asing lagi bagi mereka itu.
Ketika
mereka melewati Sorobonne di sebelah jalanmasuk ke Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu
alam itu, maka Mania menekan tangan temannya itu lebih teguh sambil memandang
wajahnya itu dengan mata yang bersinar berseri-seri penuh kesantausaan..
BAB.
XI : MADAME CURIE
Segala
sesuatu yang diusahakan Mania selalu berhasil.
Begitu
juga dalam hal perkawinannya. Setahun lamanya ia bimbang sebelum memberanikan
diri kawin dengan Pierre Curie. Akan tetapi sekali ia menjadi isterinya
diaturnya hidup mereka dalam perkawinan itu dengan bijaksana dan isi hatinya
sehingga seolah-olah mereka berhadapan dengan salah satu mukjizat.
Seakan-akan
hanya seorang pelukis lah yang dapat menggambarkan bagaimana berbahagianya dan
senangnya mereka di hari-hari pertama mereka bergaul bersma-sama : dengan
mengendari kereta angin milik mereka yang termasyhur itu pergilah Pierre Curie
dan Mania mengembara di sepanjang jalan Ile de France, sedang di tempat
barang-barangnya dibawa mereka beberapa helai pakaian dan dua jas hujan panjang
yang terpaksa dibeli mereka berhubung dengan banyaknya hujan semasa musim panas
itu. Di tempat-tempat pemandangan duduklah mereka di rumput sambil makan keju
dan buah-buahan persik dan kers. Setiap malam mereka berhenti di salah satu
tempat penginapan yang belum dikenal mereka. Di sana mereka mendapat kaldu
kental yang panas dan diberikan kamar yang lukisan-lukisannya telah amoh dan
diterangi oleh sebuah lilin yang berbayang-bayang digambaran-gambaran tembok
itu. Bersama-sama mereka tinggal di sunyi senyap itu yang ghanya
diseling-seling oleh bunyian apdang-padang, salak anjing yang datang dari jauh,
tekuran burung-burung, tratap tangis kucing dan geretak papan yang menakuti.
Jikalau
mereka hendak melihat-lihat semak-semak atau batu-batu bukit dari dekat, maka
mereka turun dari kereta angin dan berjalan kaki diteruskan mereka perjalanan
mereka itu. Pierre menggemari keindahan alam dan niscayalah persiapan-persiapan
jauh dan tak beribut-ribut itu dibutuhkan jiwanya, karena irama mereka
perjalanan-perjalanan itu mempengaruhi renungannya dalam ilmu pengetahuan
dengan cara yang membawa ilham pengetahuan dengan cara yang membawa ilham
baginya. Tak dapat ia tinggal duduk, jika mereka sedang melakukan perjalanan ke
luar kota atau di suatu taman, karena tak diketahuinya “Ilmu bermalas-malasan”.
Juga tak disukainya perjalanan-perjalanan yang seperti biasa dirancang-rancang
terlebih dahulu sehingga segala-galanya telah tak asing lagi. Dan tak ada soal waktu bagi Pierre. Apakah perlunya lebih
baik berjalan-jalan waktu siang hari dariapda waktu malam hari, apakah perlunya
jam waktu makan harus ditetappkan terlebih dahulu dengan tak boleh diubah-ubah
lagi? Sejak masa kanak-kanaknya telah dibiasakannya berangkat dengan tiba-tiba,
akdang-kadang waktu parak siang, kadang-kadang waktu senja kala, dengan tak
diketahui apakah ia akan kembali dalam tiga hari atau dalam satu jm.
Kenang-kenangan kepada masa itu mengembara dahulu kala bersama-sama dengan
abangnya masih merawan hatinya.
“Alangkah
berbahagianya masa itu tatkala berjalan-jalan di sunyi senyap, jauh dari ha-hal
remeh yang meengganggu saya kerap kali di Paris... Sebenarnya saya tak menyesal
saya bermalam-malam di hutan di sambung dengan hari-hari yang berlalu, dengan
tak disangka-sangka telah menghilang. Sekiranya ada waktu saya terluang saya
ingin menceritakan semua impian renungan saya semasa itu.
Pengembaraan
dalam tahun 1895, “Pengembaraan Pengantin”, itu lebih meriah lagi : Cinta kasih
menyebabkan semuanya lebih bagus dan lebih banyak berselang seling. Dengan
beberapa franc untuk ongkos kamar penginapan di kampung-kampung dan dengan
mempergunakan injakan kereta angin (Sepeda) mereka ribuan kali banyaknya, maka
dapatlah dua sijoli itu beberapa hari dan malam bersama-sama dengan tak ada
gangguan-gangguan.
Kadang-kadang
mereka tinggalkan kereta angin mereka di salah satu rumah petani dan memilih
jalan kecil dengan untung-untungan sambil membawa hanya sebuah pedoman dan
beberapa banyak buah-buahan. Pierre berjalan di muka dengan langkah-langkah
besar dan Mania mengikutinya dengan tak mengetahui letih payah. Walau pun
bertentangan dengan adat kebiasaab telah dipendekkan Mania roknya agar dapat ia
berjalan dengan lebih baik. Topinya tak dipakainya dan bajunya putih yang
pantas juga kelihatannya, sedang sepatunya kasar buatannya. Pinggangnya bertali
pending dari kulit yang praktis, meskipun tak ada gayanya, dan memakai tempat
simpanan pisau, uang sedikit dan sebuah arloji. Pakaiannya tidak menurut
potongan baru, bahkan dengan pendek kata pakaiannya jelek. Akan tetapi walau
pun demikian ia menawan hati.
Sambil
berjalan dan dengan tak berpaling ke temannya yang melangkah di belakangnya itu
dipikirkan Pierre dengan bersuara suatu masalah dari lapangan ilmu pengetahuan
balur yang memikat perhatiannya. Ia tahu bahwa Mania mendengarnya dan bahwa
jawaban yang akan diberikannya nanti cerdik, berfaedah dan tak ada tolok
bandingnya. Mania juga pun mempunyai angan-angan yang tinggi : ia hendak
bersiap-siap untuk ujian tandingan untuk menjadi guru dan boleh dikatakan telah
pasti bahwa Kepala Sekolah Ilmu Fisika, tuan Schutzenberger, akan
membenarkannya ia mengadakan penyelidikan-penyelidikannya di laboratorium
bersama-sama dengan Pierre. Senantiasa hidup bersama-sama! Tak bercerai-cerai
lagi!.
Dengan
melintasi semak-semak tibalah mereka pada tepi sebuah danau kecil yang
dikelilingi oleh alang-alang. Dengan perasaan gembira seorang kanak-kanak
ditemukanlah oleh Pierre dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia segala hewan, di
sekitar danau yang sedang mengantuk ini. Dikenalnya benar binatang-binatang
darat dan air, seperti biawak dan capung. Sedang istriny berbaring di tepi
danau itu. Pierre melangkahi dengan tangkas suatu batang kayu yang telah
tumbang dan diulurkannya tangannya memetik kembang iris yang kuning dan teratai
yang putih dengan tak dihiraukannya pakaiannya yang basah karena jatuh....
Hampir
ketiduran Mania memandang-mandang ke langit dengan awan putih yang tipis. Dengan
sekonyong-konyong ia menjerit karena di tapak tangannya dirasanya ada sesuatu
yagn terasa dingin dan lembab. Di tangannya seekor katak hijau yang
terengah-enegah yang ditaruh oleh Pieree perlahan-lahan. Dengan maksud bukan
hendak bersedau gurau dengan istrinya itu, namun menurut pandangannya adalah
keadaan biasa “agar bisa bergaul” dengan katak hingga tidak ada rasa
ketakutannya.
“Pierre
.... mengapakah kau lakukan ini? Ia berkata dengan gerakan ketakutan.
Ahli
ilmu fisika itu marah.
‘Apakah
kau tidak suka melihat katak?
“Bukan
begitu, tetapi jangan ditangan saya....
“Kau
khilaf, kata Pierre dengan tenangnya. “Alangkah indahnya melihat-lihat katak
... Bukalah tanganmu dengan perlahan-lahan ... Lihatlah bagaimana bagusnya!
Diambilnya
kodok itu dari tangan Mania yang tersenyum dengan lega dada. Maka Pierre
tempatkan kodok itu di tepi danau sehingga
ia mendapat kemerdekaannya kembali. Ia telah bsoan berdiam-diam itu dan
pergi menuju jalan besar, sedang istrinya menyusul dengan hiasan kembang iris
dan teratai ditangannya.
Karena
sibuk lagi mengingat pekerjaannya, maka dilupakan Pierre denganntiba-tiba
hutan, katak dan danau itu. Di pikirkannya kesukaran-kesukaran halus kasar
dalam penyelidikan-penyelidikannya dan rahasia-rahasia yang mengurai dalam
asal-mulanya balur. Digambarkannya pesawat yang hendak disediakannya untuk
suatu percobaan baru.Maka didengarnya kemballi suara setia Mania,
pertanyaan-pertanyaannya yang tajam dan jawaban-jawabannya yang yang
dipertambangkan dengan matang.
Epanjang perjalanan dan hari yang bahagia ini
terbinalah suatu ikatan yang semurni-murninya yang dapat menyatukan seorang
lelaki dan seorang perempuan. Dua jantung berdebar-debar dengan irama yang
serupa, dua badan menjadi satu, dua otak yang cerdik pintar biasa berfikir
bersama-sama. Mania tak mungkin dapat seorang suami lain dari hali ilmu fisik
yang besar ini, seroang manusia yang bijaksana dan ksatria dan sebaliknya
Pierre tak mungkin menikah dengan seorang isteri lain dari wanita Polandia yang
lemabh lembut, periang dan teman bekerja di samping sahabt, kekasih dan sarjana
pula/
Menjelang memasuki pertengahan bulan Agustus
tinggal suami istri ini, letih payah tetapi dengan hati tertawan, beberapa lama
di sekitar Chantilly di suatu perusahaan tani yang bernama Menjangan betina.
Inilah ahsil pekerjaan Bronia yang telah menyewatempat persinggahan ini
beberapa bulan lamanya. Pierre dan Mania bertemu di sana dengan nyonya Dluski,
Casimir, Bronia dan Puteri mereka Helena yang disebut juga Lou, dan Sklodowski
bersama-sama Hela yang telah mengundurkan pulang mereka kembali ke Warsawa.
Masa libur yang gmeninggalkan kenang-kenangan yang
indah dan bernilai besar untuk beberapa orang yang jarang lagi akan bertemu
satu sama lain. Sebuah rumah yang menawan hati, terletak dii tempat sepi dalam
hutan penuh dengan burung-burung kuau dan kawelu-kawelu sedang tanahnya beralas
permadani kembang bakung. Selaind ari itu menawan hati perasan kasih sayang
yang menghubungkan dua kebangsaan dan tiga keturunan.
Pierre Currie telah berhasil memikat hati
hul-hulanya itu untuk selama-lamanya. Dengan tuan Sklodowaki ia berbicara
tentang soal-soal ilmupengetahuan : ia bercakap-cakap dengan sungguh-sungguh
dengan Lou yang bermur tiga tahun itu, seorang anak kecil cantik, jenaka,
periang dan disenangi banyak orang. Kadang-kadang datang doktor Curie dan
istrinya bertamu ke sana dan mereka pun turut diundang makan sedang
percakapan-percakapan bersilang – siur dari lapangan kimia ke lapangan
pengobatan atau ke pendidikan anak-anak, atau pun kepada masalah-masalah umum
kemasyarakatan yang berhubungan dengan Perancis dan Polandia.
Pierre sekali-kali tak bersifat syak wasangka
terhadap orang-orang senegerinya. Dan untuk membuktikan sekali lagi bagaimana
dicintainya istrinya itu maka dipikulkanlah suatu bebean berat yang mengharukan
Mania di atas bahunya sendiri, walau pun istrinya itu membantaah perbuatannya itu
: yaitu belajar bahasa Polandia, suatu bahasa yang tersukar di Eropa dan –
karena bahasa ini bahasa sesuatu negara yang tak ada lagi – yang sekali-kali
tak ada gunanya.
Mania mengerti, bahwa seketika ia membatalkan
keputusannya tak aka kawin seumur hidupnya,
terpaksa pulalah ia mengubah cara hidupnya sebagai seorang rahib. Rumah
tangganya yang luar biaa dan didasarkan itu atas pekerjaan “yang tak lajim”
untuk penyelidikan penyelidikan dalam lapangan ilmu pengetahuan, diberikannya
suatu suasana penuh rasa kemanusiaan. Dikehendakinya supaya suaminya itu
mendapat hidup yang sempurna antara oang tuanya dan ia sendiri. Ia telah sayang
kepada mertuanya itu sehingga, tatkala bapaknya dan Hela telah kembali ke
Warsawa, pembuangannya itu tak bberapa kejam lagi dirasanya, juga berkat kasih
sayang mertuanya itu terhadap dirinya.
Perkawinan Pierre dengan seorang wanita bansga
asing yang tak mampu pula yang ditemuinya di salah satu kamar loteng di
Quartier Latin, sedikit pun tak menggoncangkan atau mengherankan orang tuanya
yang berbudi halus itu. Sejak mulanya hati mereka tertawan oleh Mania. Bukanlah
semata-mata “Kecantikan Slavia” itu yag mempengaruhi mereka dan anak sulung
mereka, Yacques, yang juga sangat sayang kepada iparnya itu. Doktor Curie
tertarik hatinya oleh karena akal budi menantunya itu dan juga disebabkan budi
pekertinya yang terus tembus jujur itu. Istinya terpikat oleh kesederhanaan dan
karena manisnya mahasiswa wanita itu.
Yang mengherankan Mania di lingkungannya itu
hanyalah gairah politik mertuanya dan teman-temannya itu. Doktor Curie yang
sangat menggemari saran-saran tahun 1848 itu bersahabt karib dengan Henri
Brisson yang berhaluan radikal itu. Ia berifat selalu hendak berjuang.
Mania di didik dengan semangat berjuang terhadap
penindasan oleh bangsa asing dan dalamm cita-cita suatu kemasyhuran, di sini
mulai belajar kenal dengan percekcokan-percekcokan kepartaian yang sangat
digemari oleh bangsa Perancis itu. Didengarkannya uraian bantah-membantah yang
sangat panjang, dan ucapan-ucapan yang berkenaan dengan teori-teori baru yang
galak dan ksatria. Apabila ia payah mendengarkannya maka ia pun lari ke
suaminya yang selalu menjauhkan diri dari perdebatan-perdebatan semacam itu,
seolah-olah ia bermimpi sambil mendiam. Jikalau pada suatu hari Ahad salah seorang
dari tamu mereka mencoba menarik-nariknya turut bertikai faham antara
kawan-kawannya itu, maka dengan perlahan-lahan dan seakan-akan membersihkan
diri dijawabnya. “ Saya tak pandai berpanas hati!
“Pierre Curie tak pernah tertarik hatinya turut
berpolitik” tulis Mania di kemudian hari. “Berhubung dengan pendidikannya dan
perasaannya ia cenderung kepada haluan-haluan yang demokratis dan sosialis,
tetapi ia tak dipengaruhi oleh suatu pendirian politik manapun. Pendiriannya
ialah bahwa maupun untuk umum, maupun untuk seorang tak dapat disetujuinya
dipakai kekerasan.”
Perkara Dreyfus adalah salah satu hal yang jarang
terjadi yang menyebabkan Pierre meninggalkan pendiriannya menjauhkan diri itu
dan menceburkan dirinya dalam suatu perjuangan politik. Tetapi seketika itu
juga tingkah lakunya tidak dipengaruhi oleh sesuatu semangat hendak
memecahbelah : ia semata-mata memihak kepada seorang yang dituntut dengan tak
bersalah. Ia berjuang karena perasaan adilnya, terhadap sesuatu kelaliman yang
mengerikannya.
Jendela-jendal rumah di jalan de la Glaciere 24
yang dihuni oleh istri yang masih muda itu sejak bulan oktober memandang ke
luar pepohonan-pepohonan dalam suatu taman besar. Hanaya inilah yang menarik
hati di rumah itu yang selainnya tidakmempunyai hiasan sesuatu apapun.
Pierre dan Mania tidak berusaha sedikitpun untuk
menghias kamar-kamar kecil yang tiga buah itu, bahkan mereka telah menolak
perabot-perabot yang ditawarkan oleh doktor Curie itu kepadameraka : setiap
bangku; setiap kursi tangan merupakan suatu benda lebih banyak yang setiap pagi
harus dibersihkan atu dicuci ketika pembersihan besar-besaran. Tak dapat
dilaksanakan Mania itu. Tak ada waktunya!
Lagipula apakah gunanya itu, bangku, kursi tangan,
padahal suami sitri Curie telah berjanji satu sama lain menolak segala
pertemuan-pertemuan dan kunjungan-kunjungan! Orang yang suka mengganggu dan
memberanikan diri menaikan empat tingkatan untuk merintngi suami istri itu
dalam waktu mereka itu, akan segera kapok untuk selama-lamanya jika ia masuk ke
dalam bilik kerja dengan dindingnya yang kosong itu dan perabotnya hanya berupa
sebuah lemari buku dan sebuah meja kayu warna putih. Di ujung yang satu duduk
Mania dan di ujung yang lain ditemepatkan kursi Pierre. Di atas meja itu
berserakan karangan-karangan konsep ilmu alam dan sebuah lampu minyak tanah
memberikan penerangan yang berkelip-kelip disamping sebuah jambangan yang
berisi bunga. Lain dari itu tak ada apa pun jua. Berhadapan dengan dua buah
kursi yang bukan untuk tamu itu dan terhadap pandangan hormat tetapi tercengang
itu terpaksalah orang itu melarikan diri meninggalkan Pierre dan Mania.
Hidup Pierre hanya satu tujuan cita-citanya :
penyeledikan dalam lapangan ilmu pengetahuan di samping seorang istri
kesayangan yang juga hidup untuk penyelidikan semacam itu. Keadaan mania lebih sukar sedikit karena
di samping hasrtnya untuk kerja yang mulia itu ada pekerjaan-pekerjaan hina
dina dan meletihkannya, yaitu kewajiban-kewajiban wanit. Mania tak berhak lagi
mengabaikan hidup jasmani seperti biasanya semasa ia belajar di Sorbonne dengan
cara hidup sembarangan. Yang pertama-tama dibelinya sekembalinya mereka pergi
berlibur ialah sebuah buku tulis berkulit hitam dengan tulisan emas : “Uang
keluar”.
Gaji Pierre di sekolah Ilmu Fisika itu sekarang
berjumlah limaratus franc. Sebelum Mania mendapat ijazahnya yang memberikan hak
kepadanya untuk mengajar di Perancis hanya yang limaratus franc itulah
pendpatan suami istri itu.
Memadai jugalah itu; dengan jumlah ini dapatlah
dipelihara suatu rumah tangga yang sederhana dengan selayaknya dan Mania telah
belajar berhemat. Yang merupakan kesulitan ialah melaksanakan pekerjaan
sebanyak itu sehari dalam duapuluh empat jam. Sebagian besar dari waktunya
dipergunakan Mania di laboratorium sekolah yang telah menyediakan ruangan baginya.
Balai penyelidikan itulah kegembiraannya! Tetapi di jalan de La Gglacierre ada
tempat tidur yangg harus dibenahi, lantai yang harus di sapu. Pakaian Pierre
yang harus diurus dan makanannya harus dijaga. Dan ini semuanya dikerjakan
sendiri tanpa ada bantuan. Karena itu Mania bangun pagi-pagi benar untuk pergi
ke pekan dan apabila ia pulang ke rumah petang hari bersama-ssama dengan Pierre
dan sekolahnya maka pergilah mereka berdua ke rumah potong dan ke penjulan
susu. Pagi-pagi sebelum ia berangkat ke sekolah dibersihkannya sayur sayuran
untuk makanan siang hari. Telah lama masa berselang tatkala Mania tak thu
bagaimana membuat kaldu. Madame Curie sekarang merasa suatu penghormatan karena
ia pandai memasaknya! Segera setelah diputuskannya akan menikah, dengan
sembunyi ia belajar memasak dari nyonya Dluska dan Bronia.
Ia telah menguji dirinya memasak gulai ayam dan
kentang goreng. Dengan segala perhatian diurusnya makanan yang sehat untuk
pierre yang sendiri tak memperdulikan makanan yang enak-enak dan karena
pikirannya melayang, tak melihat susah payah istrinya itu dalam hal ini.
Semacam cinta akan diri sendiri seperti
kanak-kanak mendorong Mania. Alangkah hinanya sekiranya mertuanya yang seorang
perempuan bangsa Perancis itu, karena masakan dadarnya urung, bertnya apakah
anak-anak gadis di Polandia tak pandai masak! Siulanginya membaca-baca
resep-resep dari buku-buku masakan dan dengan penuh keinsyafan ditulisnya
catatan-catatannya di sampingnya itu berkenaan dengan daya-upayanya yang urung
atau berhasil, semuanya dalam logat-logat ilmu pengetahuan yang seksama!
Dipikirkannya masakan-masakan yang gampang
disipakan dan yang dapat dibiarkan masak dengan sendirinya semasa ia bekerja di
sekolah. Tetapi masak-memasak sama sulitnya dengan ilmu kimia yang sama-sama
gaibnya. Bagaimana cara diusahakan agar macaroni tidak menjadi gosong. Apakah
daging sup harus di masak dengan air panas atau air dingin. Berapa lamakah
seharusnya direbus kacang selada. Dengan pipi panas Mania berdiri di hadapan
pornesnya sambil berkeluh kesah. Lebih mudah saat dahulu ketika hidup dengan
roti dan keju, dengan teh, rades dan buah kers!.
Sedikit demi sedikit semakin bertambah ilmu
pengetahuannya dalam urusan rumah tangga. Kompor gas yang dahulu dengan lancang
menggosongkan masakan daging itu, sekarang telah mengetahui kewajibannya.
Sebelum ia pergi ke luar rumah, diaturnya besar apinya dengan teliti sebagai
seorang ahli ilmu kimia dan setelah dipandangnya dengan cemas panci-panci di
atas api itu maka ditutuplah pintu rumahnya dan segera berlari menemui suaminya
untuk pergi bersama-sama ke sekolah.
Maka, seperempat jam kemudiania telah membungkuk
di hadapan sebuah retor dan mengatur-atur pembakar di laboratorium itu dengan
teliti seolah-olah ia berhadapan dengan tanurnya sendiri di rumah.
Delapan jam penyelidikan di lapangan Ilmu
Pengetahuan, dua atau tiga jam urusan rumah tngga, tetapi itu pun belum cukup.
Setelah diisinya bukunya untuk urusan rumah tngga – Uang belanja untuk tuan –
uang belanja untuk nyonya – maka Mania pun duduklah di ujung meja yang satu dan
menenggelamkan dirinya dalam persiapannya untuk ujian guna mendapatkan ijazah
guru. Di ujung yang lain duduk Pierre sedang sibuk dengan kepala membungkuk dan
penuh perhatian mengatur rancangan untuk tahun pelajaran yang bari di sekolahnya.
Kadang-kadang jika dirasanya pandangan suaminya itu maka Mania pun menoleh
sekejap mata menyambut pesanan cinta dan penghargan dari suaminya itu. Senyuman
berdiam bertemu antara suami dan istri yang saling cinta ini. Sampai jam dua
atau tiga lampu masih menyala dibelakang jendela rumah itu dan dalam bilik
kerja dengan dua buah kursi itu terdengarlah suara halaman dibalik dengan
perlahan-lahan dan suara pena yang meluncur di atas kertas.
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 23
Nopember 1893 :
“... Kami di sinni sehat wl afiat semuanya. Lambat
lun rumah kami telah memiliki perabot, tetapi saya bermaksud mengaturnya
sedemikian rupa sehingga tidak banyak yang saya perlukan untuk bekerja dan
dalam memelihranya, karena tak banyak dapat bantuan ; Setiap hari datang
seorang pekerja mencuci piring dan untuk pekerjaan kasar. Saya masak sendiri.
Dalam beberapa hari kami pergi ke Sceaux untuk
berkunjung ke rumah mertua saya, Ini tak mengganggu pekerjaan kami, karena kami
mendapat kamar di tingkatan pertama dua buah dengan perlengkapan yang kami
perlukan, sehingga kami merasa betah di sana dan dengan gampang dapat
mengerjakan dari tugas kerja kami yang tak kami laksanakan di laboratorium.
Sewaktu hari cuaca kami berkereta angin ke Sceaux;
hanya di waktu hujan lebat kami naik kereta api.
Pekerjaan-pekerjaan saya “yang menguntungnkan” itu
masih sangat samar-smar. Tahun ini saya harap dendapat pesanan kerja yang dapat
saya laksanakan di Balai Penyelidikan. Pekerjaan itu setengah mengenai ilmu
pengetahuan, setengah mengenai perindustrian, tetapi lebih saya sukai ini dari
pada mengajar.”
Mania kepada Yosep tanggal 18 Maret 1896 :
“.... Perjalanan hidup kami sama rata saja. Tak
ada kami bergaul dengan orang lain selain dari keluarga Dluski dan mertua saya
di Sceaux. Hampir tak pernah kami menonton komedi dan tak aa kami pergi
berlibur. Waktu Hari Paskah nanti barangkali kamu mengambil cuti beberapa hari
dan pergi ke luar kota.
Saya menyesal tak dapat saya menghadiri perkawinan
Hela. Sekiranya tak ada seorang dari keluarga kita yang tinggal di Warsawa,
mungiin akan saya coba mencari uang belanja perjalanan ke sana, walau pun
banyak kesulitannya mengusahakan ini. Tetapi untungah Hela tidak seorang diri
di sana. Karena itu baiklah jangan lagi saya pikirkan pergi ke warsawa, bagaimana
pun sebenarnya saya ingin datang ke sana.
Sejak beberapa minggu hari sangat panasnya. Di
luar kota semuanya hijau. Di Sceaux sejak bulan Pebruari telah berkembang bunga
viola dan sekarang dimana-mana ada kembang itu; tampak penuh berjejal bunga itu
di antara batu-batu bukit. Di jalanan Paris dijual orang kembang-kembang dengan
harga yang mendingan sehingga selalu ada karangan bunga di rumah kami.”
Mania kepada Yosep dan istrinya pada tanggal 16
Juli 1896 :
“Saya ingin benar pulang ke rumah tahun ini untuk
berjumpa dengan sekalian sanak saudara! Sayang hal itu tidak boleh saya
harapkan, karena tak ada waktu saya dan uang saya un telah putus. Ujian-ujian
untuk ijazah guru yang saya tempuh
dewasa ini, mungkin terus menerus sampai pertengahan bulan “Agustus.”
Dalam ujian itu Mania lulus sebagai nomor satu.
Dengan tak berkata sesuatu apa dipeluk Pierre istrinya itu dengan bangga akan
kepandaian istrinya bangsa Polandia itu dan sambil bergandengan tangan mereka
kembali ke jalan de la Glaciere ... dan segera dipompa mereka ban kereta angin
dan bungkusan pakaian disinya. Maka berangkatlah mereka ke Auvergne : Sambil
berjalan-jalan mereka menyelidiki di sana sini. Alangkah murah hatinya mereka
membagi-bagi tenaga rohani dan jasmani mereka1 Sekalipun mereka sedang
berlibur, tidak aneh mereka tetap bekerja keras!
Tahun ke dua dalam perkawinan mereka. Perbedaannya
dengan tahun pertama hanyalah kesehatan Mania terganggu karena ia duduk perut.
Madame Curie sesungguh berharap dan rindu dendam mempunyai anak, tetapi yag
menyusahkannya ialah perasaan kesakitan sehingga, jika ia berdiri di hadapan
pesawat-pesawatnya untuk mempelajari bagaimana logam mendapat sifat maghnitnya,
ia selalu merasa letih payah.
Ia mengeluh :
Mania menulis kepada Kazia pada tanggal 12 Maret
1897 :
“Kazia sayang, saya agak terlambat sedikit dengan
surat saya ini untuk mengucapkan selamat berkenaan dengan hari ulang tahun mu,
tetapi masa terakhir ini saya serign sakit-sakitan sehingga tak ada lagi tenaga
dan pikiran terang bagi saya untuk membuat surat
Saya hamil dan keadaan ini menggembirakan saya,
tetapi caranya ia menjelma tak menyenangkan saya. Hampir sejak dua bulan ini
saya selalu pusing kepala tiap harinya, mulai dari pagi sampai malam. Letih dan
lemah perasaan saya karena ini dan walau pun saya tak merasa ssakit, tetapi
saya merasa tak sanggup bekerja dan saya menderita perasaan masygul.
Keadaan saya ini terlebih-lebih lagi menyusahkan
hati saya karena mertua saya yang perempuan sakit parah pula.”
Mania menulis kepada Yosep pada tanggal 31 Maert
1897 :
“... Kabar biasa saja. Perasaan saya senantiasa
tidak senang, walau pun saya tak merasa lelah dan agat sehat juga kelihatannya.
Mertua saya masih sakit juga dan kami sangat kuatir dan sedih karena
penyakitnya itu pekung dada yang tak dapat diobati lagi. Yang paling manukan
bagi hati saya ialah kemungkinan akhir penyakit itu tiba serentak dengan
persalinan saya. Sekiranya ini terjadi, maka pastilah Pierre yang tercinta itu
akan mengalami beberapa masa yang susah-sukar.”
Dalam Bulan Juli 1897, berpisahlah buat sementara
waktu Pierre dan Mania yang selama dua tahun hampir setiap jam selalu
bersma-sama. Dalam musim panas tahun itu Sklodowski datang berkunjung ke
Perancis dan menginap bersma-sama dengan Mania di Hotel Des roches Grises di
Port-Blanc. Di sana dijaganya anaknya itu sambil menunggu kedatangan Pierre
yang terpaksa tinggal di Paris.
Pierre menulis kepada Mania bulan Juli 1897 :
“Adindaku yang tercinta yang ku sayangi segenap
jiwa ragaku, hari ini saya telah terima suratmu itu dan saya merasa amat
bahagia menerima surat itu. Dari sini tak ada kabar penting selain dari saya
merasa kehilangan karena engkau tak ada di sini; bersama-sama dengan engkau
telah melayang juga jiwaku.”
Kalimat-kalimat itu tertulis dengan seksama dalam
bahasa Polandia dalam bahasa kasar itu yang logat-logatnya dipelajari Pierre
dengan segala lemah lembut. Maka Mania pu menjawabnya dalam bahasa Polandia
dengan kalimat-kalimat pendek dan sederhana yang dapat ditelaah setiap orang
yang beru mempelajari bahasa itu :
“Kakanda yang tercinta hari cuaca. Matahari
bersinar-sinar dan sangat panasnya. Saya bersedih hati menunggu-nunggu
kedatanganmu, karena seorang diri saya maka saya menanti-nanti dari pagi hingga
malam, tetapi tak datang juga engkau; lekaslah datang! Saya sehat-sehat saja
dan saya bekerja sebanyak mungkin, tetapi buku karangan Poincare itu lebih
sukar mengartikannya dari sangkaan saya semula. Perlu saya membicarakannya
dengan engkau dan saya ingin meninjau bersma-sama dengana engkau bagian-bagian
yang suit dan yang menyusahkan saya.
Sambil berpaling ke bhasa Perancis maka ditulis
Pierre dalam surat-suratnya yang berkepala “Adindaku yang tercinta dan
kusayangi”, dengan selayang pandang keadaan hidupnya di Sceaux dan hal-hal
khusus berkenaan dengan pekerjaannya menjelang akhir tahun ini. Dengan
sungguh-sungguh dibicarakannya juga soal lampin, perlengkapan dan
pakaian-pakaian bayi yang telah dekat lahirnya itu :
“.... Hari ini saya kirim sebuah pos paket untuk
engkau, berisi dua buah kemeja kanak-kanak yang dirajut, pemberian dari Madame
P. Inilah ukuran yang terkecil dan nomor duanya. Ukuran yang terkecil itu
teruntuk bagi kemeja yang dirajut, tetapi yang dari kain rami dan kain cita itu
buatlah lebih besar sedikit, Pelu kau ambil dua yang ukurannya berlainan.
Maka dengan sekonyong-konyong ia beralih
mengucapkan kata-kata sungguh dan jarang dipakai untuk melahirkan rasa kasih
sayangnya :
“.... Saya teringat kepada kekasih saya yang
mengisi hidup saya. Saya ingin mempunyai kepandaian-kepandaian baru sehingga
dapat saya memandang engkau semata-mata dengan menunjukkan pikiran saya
terhadap engkau dan melihat apa yang engkau perbuat dan memberikan perasaan
kepadamu seolah-olah saya berdekatan dengan engkau pada saat ini juga ...
tetapi tak sanggup saya memanggil gambaranmu .
Pada permulaan bulan Agustus Pierre tergesa-gesa
berangkat ke Port-Blanc. Tetapi janganlah pikir bahwa ia akan diam
bersenang-senang di sana karena ia terharu melihat keadaan Mania yang telah
delapan bulan mengandung itu! Sekali-kali tidak demikian sikapnya. Seolah-olah
mereka telah gila yang tak mengetahui ketakutan – atau lebih tepat : Dengan
sifat sebagai sarjana yang tak tahu takut mereka menaiki kereta angin ke Brest
dengan melalui jalan-jalan yang jauh seperti sedia kala. Mania mengatakan bahwa
ia tak kepayahan dan Pierre itulah yang dikehendakinya. Suatu perasaan remang
membisikan kepadanya bahwa istrinya itu adalah suatu makhluk yang sakti. Tetapi
sekali ini kalah badannya perempuan muda itu. Mania terpaksa dengan malunya
memutuskan perjalanannya itu dan, kembali ke Paris dan pada tanggal 12
September lahirlah seorang anak perempuan yang diberinya nama Irene, seorang
bayi yang cantik yang kelak akan mendapat anugerah jasa Nobel! Doktor Curie
hadir ketika Mania bersalin, ia tak mengeluh sedikit pun.
Persalinan itu tidak banyak kesukarannya dan
ongkosnya pun tak mahal. Pada tangagl 12 September 1897 itu tercantum dalam
buku kas dengan berkepala : Pengeluaran luar biasa : “Sampanye : tiga franc, Kawat-kawat
: 1 franc 50. Dengan berkepala penyakit : rumah obat dan perawat : 71 Franc 50.
Karena jumlah uang yang dikeluarkan untuk rumah tangga di bulan September itu
dengan demikian telah meningkat sampau 430 franc, maka dilafalkannyanlah marah
hatinya dengan menggarisi di bawah angka 430 itu dua kali.
Tak ada timbul pikiran Mania hendak memilih antara
keluarganya, dan pekerjaannya dalam lapangan ilmu pengetahuan. Telah
diputuskannya dengan tegas bahwa akan diselenggarakannya kewajibannya itu
berkenaan dengan aksih sayangnya, kewajibannya sebagai ibu dan kewajibannya di
lapagan ilmu pengetahuan semuanya dengan tidak mengecewkan.
Mania menulis kepada Sklodowki pada tanggal 10
Nopember 1897 :
“Saya masih mengasuh anak saya itu, tetapi
beberapa lamanya kami kuatir kalau-kalau tak dapat saya melanjutkannya. Selama
tiga pekan bayi itu berkurang beratnya dengan tiba-tiba. Irene kurang sehat
kelihatannya, lemas dan lesu. Sejak beberapa hari keadaannya bertambah baik.
Jikalau anak itu terus bertambah beratnya akan saya teruskan mengasuhnya. Kalau
tidak, akan saya cari seorang pengasuh, walaupun ini akan memakan ongkos besar
dan sebenarnya menyakiti hati saya, akan tetapi bagaimana pun saya tk bersedia
menghalang-halangi anak saya itu subur tumbuhnya.
Sekarang ghari masih cuaca, panas dan matahari
terang. Setiap hari Irene dibawa ke luar dengan saya atau dengan babu. Saya
mandikan dia dalam tempat cucuain yang tak besar itu.”
Tak berapa lama maka terpaksalah Mania atas
perintah keras dari doktornya mencari pengasuh untuk bayinya itu. Tetapi
pagi-pagi, petang malam dan parak siang digantikannya bajunya, dimandikannya
dan dilekatkan pakaiannya bayi itu. Pengasuh pergi berjalan-jalan dengan anak
itu ke Parc Montsouris sedang ibunya sibuk dilaboratorium dengan
pesawat-pesawatnya dan menyiapkan suatu ulasan tentang sifat mahnit yang segera
akan diumumkan dalam berita resmi dari Societe pour I’Encouregement de I’Industrie
Nationale.
Tiga bulan sejak dengan lahirnya bayi itu maka
diciptakan Mania hasil penyelidikannya yang pertama....
Sewaktu-waktu nampaknya seolah-olah tak dapat
dilaksanakan cara hidupnya semacam itu. Sejak ia hamil kesehatannya sangat
berkurang. Casimir Dluski dan doktor Vauthier, doktor yang merawatnya, kuatir
parunya sebelah kiri berpenyakit tuberculose. Mereka diusik pikiran mengingat
bahwa ibunya meninggal dunia karena penyakit tering yang mungkin telah menurun
kepadanya. Mengingat penyakit saka-baka ini maka dianjurkan merek supaya
dirawat sementara waktu di suatu sanatorium. Tetapi sarjana yang keras kepala
itu menolaknya dengan tegas sambil pikirannya melayang-layang.
Masih ada lagi yang lain-lain yang menyusahkan
hatinya! Harus dipikirkannya laboratoriumnya, suminya, rumah tangganya, anaknya
..... Tangisnya Irene, yang mulai tumbuh gigi, penyakit infuenza, kecelakaan
yang tak ada artinya. Kerapkali menimbulkan kerepotan dalam rumah itu dan
menyebabkan kedua orang ahli, ilmu fisik
itu tak dapat tidur karena berjaga-jaga untuk anak mereka itu. Atau pun Mania
dengan sekonyong-konyong dihinggapi oleh suatu perasaan kegugupan; maka
lahirlah ia dari laboratorium bergesa-gesa ke Parc Montosouris. Barangkali
pengasuh itu telah kehilangan anakanya itu! Tetapi tidak! Dari jauh telah
dilihatnya perempuan itu dengan sebuah kereta anak-anak dengan isinya yang
memutih yang menyatakan bahwa pengasuh itu telah menunaikan kewajibannya dengan
teliti.
Mertuanya yang lelaki senantiasa merupakan bantuan
yang berharga bagi Mania. Doktor Curie yang istrinya meninggal dunia beberapa
hari setelah Irene lahir telah menyayangi anak itu dengan gairahnya. Dijaganya
anak itu tatkala ia belajar berjalan di taman rumahnya. Tatkala Pierre dan
Mania pindah ke suatu rumah yang lebih kecil di Boulevard Kellerman maka orang
tua itu pun turut tinggal bersama-sama dengan mereka. Ia menjadi guru dan
sahabat karib untuk Irene.
Alangkah jauhnya jalan yang telah dijalani sejak
hari pagi di Bulan Nopember 1891 itu tatkala seorang wanita muda bangsa
Polandia tiba di stasiun Gare du Nord dengan barang-barangnya, turun dari kelas
tiga! ..... Mania telah belajar kenal dengan ilmu alam, ilmu kimia dan seluruh
hidupnya seorang wanita. Telah banyak keulitan-kesulitan, besar kecil, yang
diatasinya denegan tak diinsyafinya bagaimana banyaknya kemauan hati yang tak
ada tolok bandingnya dan keberanian yang luar biasa di perlukannya untuk
mewujudkannya.
Perjuangan dan kemenangan telah mengubah keadaan
jasmaninya dan mukanya pun telah bertukar rupanya. Tak mungkin tak terharu jika
melihat gambaran Mania tatkala ia berumur lebih sedikit dari tigapuluh tahun.
Anak gadis yang tegap dan agak terlampau gemuk sedikit itu telah merupakan
suatu makhluk yang sakti. Mungkin orang hendak mengatakan : “Alangkah wanita
ini menawan hati, luar biasanya dan cantinya!” Tetapi tak berani orang
mengatakannya jika dilihat dhinya yang tinggi itu dan pandangannya yang
seolah-olah tak ada sangkutannya dengan dunia ini. Madame Curie telah berjanji
dengan kemegahan. Untuk itu ia telah menghiasai dirinya.
BAB.
XII. RADIUM
Seorang perempuan muda menjaga supaya rumahnya
tetap bersih, anaknya dimandikannya dan dalam dapurnya panci-pancinya
menunggu-nunggunya untuk perapian ... dan dalam sebuah laboratorium yang papa
di Sekolah Ilmu Fisika seroang sarjana wanita berhasil menciptakan penemuan
yang terpenting dalam lapangan ilmu pengetahuan mutakhir.
Dua buah ijazah, ujian ijazah guru dan suatu
karangan tentang sifat-sifat mahnit dalam jenis-jenis baja : itullah apda akhir
tahun 1897 yang merupakan neraca pekerjaan-pekerjaan Mania.
Sewajarnya lah jika taraf berikut dalam
perkembangan jalan hidupnya ialah derajat doktoral. Berhubung dengan itu berapa
minggu lamanya ia bimbang-bimbang. Karena yang menjadi soal ialah memilih
sesuatu pokok penyelidikan yag mengandung bahan-bahan banyak yang belu
diselidiki.
Pada saat penting itu besarlah arti
nasihat-nasihat Pierre baginya. Dibandingkan dengan suaminya, Mania merasa
kecil sebagai orang yang baru mulai; Pierre kan seorang hali ilmu fisik yang
lebih tua dan lebih banyak pengalamannya. Malahan dalam arti kata yang
sebenarnya pun adalah Pierre merupakan sepnya dilaboratorium, merupakan
“Bendera” bagi Mania. Karena itu diambillah dengan suara dua yang bulat suatu
keputusan yang sangat pentingnya untuk hari kemudian Mania.
Tak perlu disangsi-sangsikan bahwa ketika memilih
pokok penyelidikan untuk terlibat juga pengaruh tabiatnya sebagai wanita
Polandia dengan budi pekertinya yang mendalam itu. Sejak masa kanak-kanak ia
telah bersifat hendak mengetahui segala-galanya dan sangat beraninya seperti
yang lazim bagi seorang yang melawat-lawat kian kemari untuk penemuan-penemuan.
Pekertinya inilah yang dahulu kala mendorongnya meninggalkan warsaw dan pergi ke
Paris belajar di Sorbonne dan berkat pekerjaan ini jugalah ia lebih suka diam
seorang diri di kamarnya yang sepi itu di Quartier Latin daripada
bersenang-senang di rumah keluarga Dluski ... Apabila ia berjalan-jalan di
hutan selalu dipilihnya jalan-jalan kecil yang sunyi dan belum pernah dilintasi
orang lain.
Mania ibarat seorang yang memimpikan perjalanan
jauh. Sambil membungkuk di hadapan petanya dilihatnya di salah suatu negeri
yang jauh letaknya suatu nama yang menarik hatinya, maka dengan tiba-tiba pelawat
itu memutuskan pergi ke sana sambil tak menghiraukan negeri-negeri yang lain.
Jika dibalik-baliknya ulasan-ulasan tentang penyelidikan menurut percobaan yang
dilakukan pada masa yang terakhir maka begitu pulalah ditelaahnya
karangan-karangan ahli ilmu fisika Perancis bernama Henri Becquerel yang
dikeluarkan tahun yang baru silam. Pierre dan Mania telah membaca; sekarang
diulanginya pula membacanya sambl mempelajarinya seperti biasa dengan
seksamanya.
Setelah diketemukan Roentgen sinar-x maka
timbullah dalam hati Poincare menyelidiki apakah sinar-sinar lain semacam sinar
x itu dipancarkan juga oleh benih-benih “yang bercahaya” karena pengaruh
mendalam berasal dari cahaya. Tertarik oleh pikiran serupa itu dipelajari Henri
Becquerel pula garam-garam yang tersimpul dalam semacam logam yang jarang di
dapat, yaitu uranium. Akan tetapi sebaliknya dari menemui gejala itu dilihatnya
gejala yang lain yang sangat jauh bedanya dan yang tak dapat diartikannya;
garam-garam uranium itu dengan tak dipengaruhi oleh cahaya dengan sendirinya
memancarkan sinar-sinar yang tak diketahuinya asal-mulanya. Suatu senyawa
uranium yang diletakkan atas sebuah lempeng fotografi dan dibungkus dalam
kertas hitam, dilihatnya meninggalkan berkas yang menembus kertas itu. Dan
seperti sinar-x juga sinar-sinar “URANIS” ini melepaskan beban elektroskop,
disebabkan udara di sekitarnya merupakan suatu penghantar karena sinar-sinar
itu.
Henri Becquerel mendapat keykinan bahwa
sifat-sifat ini bukanlah disebabkan uranium itu terlebih dahulu telah dipajankan
kepada sinar matahari dan bahwa sifat-sifat itu tetap, sekalipun uranium itu
disimpan beberapa lamanya dalam gelap. Telah diketahuinya gejala yang kelak
akan dinamakan Madame Curie dengan “RADIO AKTIF”. Tetpi sebab musababnya
pancaran ini tetap merupakan teka-teki.
Sinar-sinar Becquerel itu menimbulkan perhatian
suami isteri Curie dengan sangat. Mereka bertanya dalam hati : “Darimanakah
asal tenaga sekecil yang selalu dipancarkan oleh Uranium itu?” Dan bagaimanakah
dasar tabiat pancaran itu? Inilah sutu masalah yang pantas dipergunakan sebagai
pokok penyelidikan dan untuk sesuatu disertasi! Masalah ini terlebih-lebih lagi
menarik hati Mania, karena penyelidikan-penyelidikan dalam lapangan ini belum
pernah dilakukan; Ciptaan Becquerel itu baru saja terwujud dan sepengathuannya
belum ada orang di laboratorium di Eropa yang
menyelidiki sinar-sinar Uranium ini dengan lebih mendalam. Sebagai
tempat berpijak dan sebagai sumber satu-satunya untuk Mania hanyalah ulasan-ulasan
oleh Henri Becquarel untuk Academie des Sciences dalam tahun 1896. Alangkah
sangatnya tertawan hatinya memasuki suatu lapangan yang belum dikenal orang!.
Yang tinggal menjadi soal sekarang hanyalah
mencari sebuah ruangan untuk tempat penyelidikan bagi Mania dan di sinilah
timbul kesulitan-kesulitan. Berkat pembicaraan-pembicaraan antara Pierre dan
Kepala Sekolahnya itu akhirnya diperoleh oleh mereka hasil yang tak besar ini :
Mania mendapat kesempatan mempergunakan suatu ruangan kerja berdinding kaca
dalam gudang di bawah tanah sekolah itu. Ruangan itu penuh padat dengan
barang-barang yang disimpan di sana dan dipakai sebagai tempat mesin, sedang
lengasan air meniris dari dindingnya. Suatu balai pekerjaan tehnik yang sangat
banyak kekurangan-kekurangannya. Tempat bersenang : sekali-kali tak ada.
Tetapi Wanita muda itu tetap bersabar hati.
Meskipun tak ada perlengkapan elektris yang diperlukannya itu baginya untuk
memulia sesuatu penyelidikan di lapangan ilmu pengetahuan, dapat juga
dipikirkannya cara-cara supaya pesawat-pesawatnya itu terpakai di tempat itu.
Pekerjaan itu tidaklah gampang. Neraca-neraca
mempunyai musuh yang suka berkhianat; yaitu lengasan air dan
perubahan-perubahan derajat panas. Suasana dalam ruangan kerja kecil ini
merupakan bencana untuk elektro meter yang peka itu dan tak baik pula untuk
kesehatan Mania... Tetapi ini bukanlah menjadi soal! Jika ia kedinginan maka,
dibalas ahli ilmu fisika itulah dendamnya dengan menuliskan dalam buku
catatannya berapa tinggi derajat dilihatnya di pengukur suhu. Pada tanggal 16
Pebruari 1898 tertulis antara rumus-rumus dan angka-angka : “Derajat panas
dalam silinder 6.25 derajat”.
Derajat itu sesungguhnya tidak tinggi! Sebagai
menandakan celaannya maka dibubuhi Mania di belakang angka itu sepuluh buah
tanda seru.
Yang pertama-tama menjadi bahan penyelidikan bagi
Mania ialah menyelidiki “Tenaha melepaskan” oleh sinar-sinar uranium artinya
daya sinar-sinar itu menjadidkan udara sebagai penghantar elektris dan untuk
melepaskan beban elektroskop. Cara tepat yang dipergunakannya itu dan kelak
akan merupakan kunci-kunci hasil penyelidikan-penyelidikannya, dahulu kala
ditemui untuk telaahan gejala-gejala lain oleh dua orang ahli ilmu fisika yang
dikenalnya baik : Pierre dan Yacques Curie. Perlengkapan yang dipakaia Madame
Curie itu berupa sebuah “Bilik lepasan”, sebuah elektro meter menurut bikinan
Curie dan sebuah balur kwarsa bersifat piezo – elektris.
Beberapa minggu berselang maka tercapailah hasil
pertama : Dapatlah dipastikannya bahwa tenaga pancaran yang ganjil itu
berbanding seharga dengan banyaknya uranium dalam bahan yang diselidikinya dan
bahwa pancaran yang dapat di ukur dengan seksama itu tak dipengaruhi susunan
kimiawinya maupun oleh keadaan-keadaan seperti pencahayaandan derajat panas.
Buat seorang yang bukan ahli tidaklah menggemparkan
penemuan-penemuan ini, tetapi untuk seorang sarjana penemuan-penemuan ini
menggelisahkannya. Dalam ilmu fisika banyak kejadian bahwa sessuatu gejala yang
tak dapat dipahami, setelah diselidiki beberapa kali, dapat dihubungkan dengan
kaidah-kaidah yang telah di kenal sehingga untuk si penyelidik itu tak ada lagi
artinya. Begitu pulalah jika kita dalam sebuah buku roman seorang mata-mata
yang tidak di karang dengan seharusnya di bab ketiga telah mengetahi bahwa
“Wanita jahanam” yang mungkin melakukan kejahatan itu sebenarnya adalah seorang
perempuan biasa yang lurus hati dan hidup sebagai orang baik-baik : kita akesal
dan berhenti membaca buku itu.
Buat Madame Curie berlainan sekali halnya. Semakin
banyak diselaminya kegaiban-kegaiban dalam pancaran-pancaran uranium itu
semakin banyak pula dilihatnya yang mengagumkannya, yang belum pernah
diketahuinya. Tak ada yang menyerupai kegaiban-kegaiban itu dan tak ada yang
mempengaruhinya. Sekali pun tenaganya tk besar tetapi “Pribadinya: sangat
mengagumkan. Setelah dipikir-pikirnya berlama-lama seluk beluk rahasia ini,
maka dicapainyalah kebenaran seketika dirasanya – dan segera dapat dipastikan –
bahwa pancaran sinar-sinar luar biasa yang belum di ketahui orang itu adalah
sifat atomnya. Dia pun bertanya dalam hatinya : meskipun gejala ini hanya
terdapat pada uranium belumlah berarti ini bahwa hanya unsur kimia inilah yang
dapat menimbulkan gejala-gejala ini. Apakah sebaiknya benih-benih yang lain tak
mungkin dapat mempunyai sifat semacam ini? Mungkin kebetulan pancaran-pancaran
ini kentara pertama kalinya pada uranium dan menurut sangkaan ahli ilmu fisika
terikat pada uranium itu. Tetapi sekarang haruslah dicari pula pancaran itu
apda unsur-unsur lain. Maka Mania pun segera melaksanakan yang dipikirkannya
itu, Dihentikannya mempeljari uraniumm itu dan dimulainya penyelidikan tentang
segala unsur-unsur kimiawi yang telah di kenal. Hasilnya pun tak bertangguh :
Persenyawaan-peersenyawaan unsur yang lain, yaitu Thorium juga menyebarkn
pancaran-pancaran dengan sendirinya dengan kekuatan yang serup dengan pancaran
uranium> Memang benarlahpenglihatan wanita muda itu : gejala itu sekali-kali
tidak terikat kepada uraniaumm saja dan perlulah dicari suatu nama untuk gejala
itu. Madame Curie mengusulkan nama radio aktif. Unsur-unsur seperti uranium dan
thorium yang mempunyai sifat “pancaran” yang luar biasa itu selanjutnya
disebutkan unsur-unsur yang radio aktif.
Gejala Radio Aktif itu memikat perhatian ahli ilmu
fisika itu sehingga tak jemu-jemu ia mempelajarinya, senantiasa menurut suatu
cara yang tertentu dan dengan perbagai unsur-unsru. Suatu sifat kewanitaan,
yaitu keinginan hendak mengetahui segala-galanya, yang juga menjadi sifat
terpenting bagi sarjana-sarjana seperti Mania! Belum cukup bagi Mania menelaah
persenyawaan-persenyawaan, yang biasa, garam-garam dan oksid-oksid saja, tetapi
dengan tiba-tiba tertarik hatinya memungut beberapa batuan dari persediaan
Sekolah Ilmu Fisika itu; maka dengan untung-untungan dan untuk kesenangannya
sendiri dipakailah contoh-contoh batuan logam itu untuk “Pemeriksaan Polisi”,
artinya percobaan dengan elektrometer. Pierre sependapat dengan isterinya itu
dan bersama-sama dipilih oleh mereka eksemplar-eksemplar yang keras, rapuh dan
berkarang yang diingini Mania menyelidikinya.
Cara Mania berfikir adalah sederhana – seperti
yang lazim bagi sarjana. Ratusan orang penyelidik mungkin berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun tersangkut pada permulaan pekerjaan mereka. Setelah menelaah
benih-benih kimia itu dan – seperti Mania – setelah menemukan pancaran oleh
Thorium itu, mungkin mereka akan terus bertanya-tanya dalam hati mereka –
dengan tak mendapat jawaban – apakah asal mula radio-aktif yang ajaib itu.
Juga Mania bertanya dalam hatinya dengan segala
keheranan. Tetapi keheranannya itu menjelma dalam suatu cara bekerja yang
membuahkan hasil. Segala kemungkinan-kemungkinan yang layak telah ditelaahnya
habis-habisan, maka sekarang berpalinglah ia ke suatu lapangan yang belum
diselidiki, ke suatu keadaan yang tak dikenalnya. Terlebih dahulu telah diketahuinya
atau pun disangkanya diketahuinya hasil yang mungkin dari penyelidikannya
tentang pelikan-pelikan. Contoh-contoh yang tak mengandung uranium atau Thorium
akan kenyataan “Non-aktif”. Yang lain yang mengandung uranium atau thorium
ternyata radio aktif.
Maka sebenarnyalah kenyataan membenarkan
dugaan-dugaan itu. Mania memisahkan pelikan-pelikan yang non-aktif itu dari
yang lain untuk mengukur radio-aktif-nya. Maka kenyataan lah suatu hal yang
membalikkan pendapatnya semula ; Kegiatan radio-aktif itu ternyata jauh lebih
banyak dariapda yang diharapkan menurut perhitungan biasa, bergantung kepada
sedikit banyaknya uranium atau thorium yang terkandung dalam bahan-bahan yang
diseledikinya!.
“Pastilah saya telah mebuat kekhilafan dalam
percobaan-percobaan saya.” Dalam pikiran wanita muda itu, karena reaksi pertama
oleh seorang sarjana jika ia menghadapi suatu gejala yang tak
disangka-sangkanya ialah perasaan sangsi.
Maka diulanginyalah, dengan tak gelisah, mengubah
bahan-bahan yang telah diukurnya tadi itu. Begitulah diulang-ulanginya sepuluh,
bahkan duapuluh kali berturut-turut. Akhirnya terpaksalah ia mengalah kepada
kenyataan-kenyataan : banyaknya uranium dan thorium yang terkadnung dalam
pelikan-pelikan ini tak dapat menerangkan tenaga luar biasa dalam pancaran-pancaran
yang telah ditetapkannya itu.
Dari apakah, jika begitu, timbul radio-aktif yang
luarbiasa ini? Hanya satu keterangan yang terpakai untuk hal ini :
pelikan-pelikan itu sangat sedikit sekali mengandung zat yang radio-aktif lebih
kuat dari uranium dan thorium.
Tetapi zat manakah itu, karena semua unsur-unsur
kimiawi yang telah dikenal orang sudah diselidikinya?
Pertanyaan itu dijawabnya dengan suatu ketegasan
yang sewajarnya dan dengan keberanian yang lazim bagi jiwa yang besar.
Pikirannya merupakan suatu dugaan yang belum pernah didengar orang-orang
sarjana : pelikan-pelikan itu pastilah mengandung unsur-unsur kimiawi yang
belum dikenal orang dewasa ini .. suatu zat baru?!
Zat baru! Suatu dugaan yang menawan hati dan
menggoda pikiran, tetapi hanya itulah. Sampai kini unsur Radio-aktif yang kuat
itu hanya ada dalam angan-angan Pierre dan Mania. Tetai menurut dugaan itu
pastilah dengan sungguh-sungguh ada unsur itu! Perasaan kepastian itu sangat
kuatnya sehingga perempuan yang biasanya selalu menarik diri itu pergi
mengujungi Bronia untuk menceritakan dengan suara tertahan-tahan tetapi penuh
gairah : “Tahukan engkau, Bronia, pancaran yang tak dapat saya terangkan itu
berasal dari suatu unsur kimiawi yang tak dikenal ... Memang ada unsur yang
baru; Cuma unsur itu harus didapat! Kami yakin bahwa benarlah pendapat kami
ini! Telah kami bicarakan juga ini dengan beberapa orang ahli ilmu fisika dan
mereka berpendapat bahwa pancaran itu adalah disebabkan sutu kesilafan ketika
melakukan percobaan-percobaan dan mereka menasehati kami supaya kami
berhati-hati. Tetapi saya yakin bahwa saya tak ada membuat sesuatu kesilaffan
apapun!.
Detik-detik yang tak ada tolok bandingnya dalam
suatu hidup yang tak ada tolok bandingnya pula! Orang-orang yang bukan ahli
menggambarkan penyelidik dan penemuannya itu dengan suatu lukisan yang
membanggakan, tetapi lukisan itu tidaklah tepat. “Saat Penemuan” itu tak
senantiasa dapat dinyatakan; Sarjana bekerja terus menerus dengan tak ada
putus-putusnya sehingga tak mungkin, selama ia berusaha berat-berat itu, akan
menjelma kepastian tentang berhasilnya kerjanya itu sambil menyilaukan matanya
dengan cahayanya itu. Sambil berdiri di dekat pesawat-pesawatnya itu, mungkin
tak dirasa Mania mabuk kemeangan itu. Perasaan mabuk itu terhampar sepanjang
beberapa hari kerja yang digetarkan oleh sesuatu harapan yang menggembirakan
hatinya. Tetapi pastilah merupakan saat yang menggelisahkannya tatkala ia
dengan dalil-dalil yang tegas mendapat kesimpulan bahwa ia sedang
mengejar-mengejar suatu zat yang baru. Mania telh mempercayakan rahasianya itu
kepada kakaknya, Bronia, temannya seperjuangan. Walau pun mereka tak
mengucapkan kata-kata yang mengharukan tetapi pastilah bahwa kedua kakak
beradik itu terkenang kembali kepada masa yang lampau tatkala mereka
menunggu-nunggu lama, pengorbanan satu sama lain dan kehidupan mahasiswa yang
sengsara, penuh impian dan penuh kepercayaan.
Belum sampai empat tahun yang lampau Mania menulis
: “Dari kita seorang pun tak ada yang gampang hidupnya. Tetapi kita harus mempunyai
kekerasan hati untuk berjuang tterus dan terlebih-lebih percaya kepada diri
sendiri. Kita harus percaya bahwa kita memiliki keahlian untuk sesuatu hal dn
berkat keahlian ini kita harus mencapai tujuan kita itu.”
“Sesuatu hal” itu ialah Pemimpin Ilmu Pengetahuan
ke jalan-jalan yang tak di
sangka-sangka.
Dalam suatu berita kepada Academie des Sciences
oleh Profesor Lippmann yang tersbut dalam laporan-laporan sidang tanggal 12
April 1898 diramalkan “Marie Sklodowski Curie” bahwa dalam pelikan-pelikan pekblenda
(persenyawaan uranium dengan oksigen) ada terkadung suatu zat baru yang
mempunyai Radio-aktif yang sangat besar
:
“Dua pelikan uranium : Pekblenda (Uranium Oxyda)
dan Chalkolit ( garam asam fosfor dan tembaga dan uranium) lebih aktif dariapda
uranium sendiri. Hal ini adalah sangat menarik perhatian akrena kesimpulannya
ialah bahwa pelikan-pelikan ini dapat mengandung sesuatu unsur yang lebih aktif
daripada uranium.
Didorong oleh kekuatan pekertinya ahli ilmu fisika
itu talh membuktikan untuk dirinya sendiri bahwa zat yang belum dikenal ini tak
dapat tidak mesti adanya. Maka diramalkannya wujud zat itu. Akan tetapi
sekarang harus dilahirkan zat itu, harus dibuka rahasia yang terpendam ini.
Patokan duga itu harus dibenarkan dengan percobaam, zat itu harus dipisahkan,
ketara, sehingga dengan bukti-bukti yang cukup dapat diterangkannya : “inilah
dia.”
Dengan penuh perhatian telah diikuti Pierre Curie
perkembangan yang cepat iru dalam penyelidikan-penyelidikan istterinya itu.
Walau pun tak dijumpainya pekerjaannya itu secara langsung tetapi kerap kali
dibantunya Mania dengan petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihatnya. Berhubung
dengan hasil-hasil yang dicapai Mania dan mengagumkan suaminya itu, maka
diputuskan Pierre Curie untuk menghentikan buat sementara usahanya menyelidiki
soal balur dan bersama-sama dengan isterinya itu mencurahkan tenaganya guna
merebut zat yang baru itu.
Tiga tahun yang lampau percintaan mengikat lelaki
yang luar biasa ini dengan seorang perempuan yang luar biasa. Percintaan dan
mungkin juga takdir yang gaib, suatu naluri tepat : mereka merasa sejiwa.
Tenaga perjuangan sekarang telah berlipat ganda
dua kali. Dalam ruangan kerja yang kecil dan lembab itu di jalan Lhomond dua
buah pikiran dan dua pasang tangan sedang sibuk mencari-cari zat yang tk
dikenal itu. Sejak ini tak mungkin lagi menentukan bagian masing-masing dalam
pekerjaan bersama oleh Curie kedua-duanya itu. Dalam bulan Mei atau Juni
mulailah suatu kerja sama yang akan berlangsung delapan tahun lamanya dan akan
berakhir dengan sekonyong-konyong disebabkan suatu kecelakaan yang membawa
kematian.
Tak dapat kita ikhtiarkan dan baiklah jangan kita
ikhtiarkan mencari-cari dan membeda-bedakan mana yang dilaksanakan oleh Madame
Curie dan mana oleh suaminya. Suami istri itu sendiri tak akan menginginkannya.
Keahlian tersendiri dari pihak Pierre ternyata dari pekerjaannya untuk usaha
bersama itu, sedang akal budi isterinya diajukan oleh bakat Mania yang
mengakibatkan penemuannya yang pertama-tama. Akal budi akan menjelma kembali
dalam kesepian manakala Mania bila ia telah menjadi janda, memikul beban
pengetahun yang baru ia dengan tak mau mengalah dan berkat percobaan-percobaan
yang berderet-deret dapatlah diciptakannya suatu pertumbuhan yang sempurna.
Janganlah kita ikhtiarkan memisah-misah dua orang
laki isteri ini yang cinta mencintai satu sama lain, yang tulisannya bercampur
baur dalam buku-buku catatan mereka yang penuh dengan ruus-rumus, sedang hampir
semua lapoan-laporan mereka di lapangan Ilmu Pengetahuan ditandatangi mmereka
bersama-sama. Kemudian mereka selalu menulis “Kami telah mendapat ..... kami
telah meliaht” ... dan apabila sesekali keadaan memaksa supaya lebih tegas
dinyatakan peranan masing-masing pekerjaan bersama itu, maka dipakai mereka
cara yang mengharukan semacam ini :
“Beberapa pelikan-pelikan yang tentunya yang
mengandung uranium dan thorium (pelblenda, chalkolit dan uranit) sangat
aktifnya dalam lingkungan sinar-sinar Becquerel. Dalam percobaan-percobaan yang
mendahului salah seorang dari kami telah menunjukkan bahwa kegiatan
pelikan-pelikan itu lebih besar lagi daripada kegiatan uranium dan thorium dan
berhubung dengan itu ia berpendapat bahwa gejala ini adalah disebabkan di dalam
pelikan-pelikan itu ada terkandung berdikit-dikit sesuatu zat lain yang sangat
aktifnya...
(Pierre dan Madame Curie, laporan tanggal 18 Juli
1898).
Mania dan Pierre mencari “Zat yang sangat aktif
itu”, dalam pelikan uranium di pekblenda. Dalam keadaan mentah pekblenda empat
kali lebih Radio-aktif daripada uranium-oxyd murni yang dapat dipisahkan dari
pekblenda. Tetapi bagian-bagian bijih ini agak terkenal juga dengan pasti .....
Zat baru itu tentulah terkandung di dalamnya sangat sedikit sekali sehingga
sampai kini masih dapat ia menghilang dari perhatian sarjana-sarjana dan dari
uraian kimiawi.
Menurut perhitungan mereka – perhitungan yang
bersifat pessimis seperti yang lazim
bagi ahli-ahli ilmu fisika yang sebenarnya : antara dua kemungkinan-kemungkinan
dipilihnya yang kurang baik – Curie seuami isteri itu menduga bahwa biji itu
paling tinggi hanya seperseratus bagian dapat mengandung zat yang baru itu.
Mereka mengatakan satu sama lain bahwa sangatlah sedikitnya itu ... Alangkah
tercenganglah mereka jika didketahui mereka bahwa unsur Radio-aktif yang tak
didkenal itu sepersejuta bagian pun tak ada terkandung dalam pekblenda!.
Dengan sabar dimulai oeh mereka pekerjaan mereka
yang merupakan penyelidikan pertambangan itu menurut sutu cara yang dipikirkan
mereka sendiri, berdasarkan Radio-aktif : menurut yang biasa pada uranium
kimiawi dipisah oleh mereka segala bahan-bahan yang merupakan bagian-bagian
pekblenda itu; sesudah itu diukur oleh mereka Radio-aktif setiap hasil yang
didperoleh mereka. Dengan cara demikian dikesampingkan oelh mereka ampas itu
satu demi satu dan lambat laun nyatalah bagi mereka bahwa Radio-aktif “Yang
luar biasa” itu mencari waktu mereka dalam bagian-bagian tertntu dalam bijih
itu. Semakin banyak mereka mendapat kemajuan dalam usaha mereka itu semakin
kecillah lapangan yang harus diselidiki oleh mereka itu. Hal ini serupa dengan
cara bekerja oleh Pegawai Polisi apabila mereka mengadakan penggeledahan
rumah-rumah satu persatu di bagian sudut kot untuk mencari dan menangkap
seorang penjahat.
Tetapi di sini bukanlah seorang penjahat yang
dicari oleh mereka; Radio-aktif itu memusat teristimewa dalam dua bagian-bagian
kimiawi di pekblned itu. Bagi Curi suami isteri ini berarti bahwa dua buah zat
yang baru telah di temukan oleh mereka. Dalam Bulan Juli 1898 dapatlah mereka
mengumumkan bahwa salah satu dari zat-zat itu telah didapat oleh mereka.
“Carilah nama untuk “Dia” kata Pierre kepada
isterinya itu.
Maka yang dahulu bernama Mania Sklodowski itu
berpikir sejenak sambil diam, sesudah itu terkenanglah ia kepada tanah airnya
yang telah terhapus dari peta dunia; dipikirnya dengan remang-remang bahwa
peristiwa dalam lapangan ilmu pengetahuan ini pasti akan terdengar juga di
Rusia, Jerman dan Austria – oleh pihak penindas – dan karena itu dijawabnya
dengan malu-malu : Sebaiknya kita sebutkan dia “Polonium.”
Dalam laporan bulan Juli 1898 dapat dibaca :
“..... Kami yakin bahwa zat yang kami peroleh dari
pekblenda itu mengandung suatu loam yang belum dikenal; tetapi sifat-sifat
analisisnya ada persamannya dengan bismuth. Sekiranya logam baru ini memang
ada, kami usulkan menyebutkannya “Polonium” mengingat tanah air salah seorang
dari kami berdua.”
Sebelum berita untuk Academie de Sciences tentang
“Suatu zat baru yng Radio-aktif dalam pekblenda” diumumkah dalam laporan itu,
telah di kirim Mania sebuah salinannya ke tanah arinya, kepada Yosep Boguski
yang dahulu kala memimpin laboratorium di “Musium”, tempt ia untuk pertama
kalinya mengadakan percobaan-percobaan.
Berita itu dimuat dalam suatu “Majalah bulanan
untuk ilmu potret” bernama Swiatlo, serentak dengan pengumamannya di Paris.
Perjalan hidup di rumah di jalan de la Glaciere
itu tak ada perbubahannya. Mania dan Pierre bekerja lebih keras lagi daripada
yang sebelumnya, hanya itulah perbedaannya. Semasa libir di musim panas
sempatlah Mania membeli buah-buahan di pasar berkeranjang-keranjang dan seperti
biasa dimasaknya dan dibikinnya manisan dari buah-buahan itu untuk keperluan di
musim dingin, semuanya menurut resep-rese dan kebiasaan-kebiasaan keluarga
Curie. Sesudah itu ditutupnya jendelanya yang memandang ke dedaunan yang
disinari matahari itu dan kereta angin mereka disimpankan mereka di stasiun
Gare d’Orleans dan seperti ribuan wanita muda Perancis ia berangkat
bersama-sama dengan suami dan anaknya pergi berlibur. Suami isteri itu telah
menyewa sebuah rumah petani di Auroux di darah Auvergne. Mereka bergembira
karena sekarang dapat mengecap udara yang sehat setelah mereka bekerja
berbulan-bulan dalam suasana yang tak sehat. Maka mereka pun melawat jauh-jauh.
Mereka mendaki dan menaiki bukit-bukit, melihat-lihat gua-gua dan mandi di sungai.
Setiap hari bersama-sama di bawah bentangan langit, maka bercakap=cakap tentang
yang disebutkan mereka “Logam-logam baru”, mereka, Polonium dan yang lain itu
yang harus diketahui lagi. Dalam bulan September mereka kembali ke tempat
bekerja yang lembab itu, bergaul kembali dengan pelikan-pelikan belaka, itu.
Dengan semangat yang berapi-api di ulangi oleh mereka penyelidikan-penyelidikan
mereka itu.
Perasaan sesal dan sedih hati mengganggu
kegemarannya bekerja, Bagi Mania : Keluarga Dluski akan meninggalkan Paris.
Mereka bermaksud tinggal di Polandia dan membuka sanatorium untuk
penderita-penderita penyakit tuberculose di Zakopane dalam pegunungan Karpatia.
Tibaah harinya berpisah : Perpisahan antara Mania dan Bronia sengat sedihnya.
Mania kehilangan seorang teman dan seorang gpelindung. Untuk pertama kalinya
dirasainya seolah-olah ia hidup dalam pembuangan.
Mania menulis kepada Bronia pada tanggal 2
Desember 1898 :
“... Tak dapat kau pikirkan bagaimana sepinya
perasaanku sejak kau berangat dari sini. Selaind ari suami dan anak-anak tak
ada lagi yang kusayangi sejak engkau berdua berangkat. Sekarang seolah-olah tak
ada Paris lagi di luar rumah dan sekolah tempat kami bekerja.
Tanyalah dulu kepada Nyonya Dluskiapakah tanaman
hijau yang kmu tinggalkan itu di sini harus disiram dan berapa kali sehari?
Apakah banyak dibutuhkannya matahari dan panas?
Kami sehat-sehat walau pun hati rak bagus, hujan
dan lumpur. Irene sudah besaaaalam suatu buku tulisan sekolah berwarna ke
abu-abuan dicatat oleh ibu yang masih muda itu setiap hari beratnya Irene,
Peraturan hidupnya dan tumbuhnya gigi sulungnya. Pada tanggal 20 Juli 1898
sepekan sesudah diumumkan penemuan Polonium ditulisnya :
Irene mengatakan “dah” dengant angannya ...
Sekarang ia sudah bsia merangkak dengan lancarnya. Ia mengatakan “gogli,
gogli,go”. Sehari-hari ia tinggal di taman (Sceaux) duduk di atas sebuah
lapikan. Ia berguling-guling, berdiri dan duduk lagi....”
15 Agustus di Auroux :
“Irene telah tumbuh giginya yang ke tujuh, kiri
sebelah bawah. Setengah menit lamanya dapat ia berdiri seorang diri. Sejak tiga
hari ini kami mandikan ia di sungai. IA menjerit-jerit, tetapi hari ini, hari
keempat kalinya ia mandi, ia tak menjerit-jerit lagi dan ia bermain-main dengan
tangannya di dalam air itu.
Ia bermain-main dengan kucing dan dikejar-kejarnya
sambil berteriak-teriak. Ia tak takut lai melihat orang-orang asing. Kerapkali
ia bernyanyi-nyanyi. Ia naik ke atas meja kalau ia di dudukkan di kursi....”
Tiga bulan kemudian pada tanggal 17 Oktober
dicatat oleh Mania dengan penuh rasa bangga :
“Irene telah pandai berjalan dengan lancar
sehingga tak merangkak-rangkak lagi ia.”
Dan pada tanggal 15 Januari 1899 :
“Irene telah limabelas buah giginya!”
Antara catatan yang dua itu – yang satu dari 17
Oktober tatkala Irene tak merangkak lagi dan yang lain dari tanggal 5 Januari
1899 ketika giginya telah limabelas buah banyaknya – dan tak berapa lama sejak
catatan tentang selai itu ada sebuah catatan lagi yang perlu diperhatikan.
Catatan itu dibuat bersama-sama oleh Mania dan
Pierre dengan seorang mereka bekerja sama, yaitu G.Bemont. Catatan itu teruntuk
bagi Akademi Ilmu Pasti, diumumkan dalam laporan-laporan sidang tanggal 26
Desember 1898 dan menyetakan bahwa dalam pakblenda telah diketemukan oleh
mereka unsur kimiawi yang ke dua.
Inilah beberapa baris dari berita itu :
.... Berbagai sebab musabab yang kami telah
sebutkan itu memberikan keyakinan bagi kami bahwa zat baru yng Radio-aktif itu
mengandung unsur yang baru yang kami ingin menyebutkannya dengan nama “RADIUM”.
Zat baru yang Radio-aktif itu pasti mengandung
sejumlah besar barium; walau pun demikian Radio-aktif-nya menarik perhaatian.
Karena itu Radio-aktif Radium pasti sangat besarnya.
BAB.
XIII : EMPAT TAHUN BERPONDOK-PONDOK
Jikalau sembarangan orang dari khalayak ramai membaca
laporan penemuan radium maka niscayalah ia yakin akan wujud radium itu :
sedetik pun ia tak akan menyangkal kebenarannya itu, karena belum sanggup ia
menelaahnya dengan seksama sedang tinjauannya telah dibentuk salah oleh sesuatu
kebudayaan yang tertentu, karena itu pandangannya terhadap segala sesuatu
selalu bersifat sederhana, sehingga bersedialah ia mempercayai sesuatu kejadian
yang tak disangka-sangka dan bergembira akan peristiwa itu, sekali pun hal itu
mengagumkanny dengan sangatnya.
Agak berbeda sedikit caranya seorang ahli ilmu
fisika seorang rekan suami isteri Curie itu – menerima berita tentang peneuan
radium itu. Karena pengetahuan-pengetahuan khusus tentang polonium dan radium
yang baru dicapai oleh sepasang suami istri itu menumbangkan ajaran-ajaran para
sarjana yang telah berabad-abad lamanya merupakan dasaran bagi mereka.
Bagaimanakah menerangkan pancaran oleh zat-zat yang Radio-aktif itu? Penemuan
mengacaukan dunia pikiran yang sekian lama telah dipandang mustahil dan
bertentangan pula dengan patokan-patokan pengetahuan yang selama ini dipakai
tentang susunan madi. Karena itu ahli ilmu fisika itu senantiasa waspada. Usaha
Pierre dan Mania menarik perhatiannya dengan sangat, diinsyafinya kemuliaan
pekerjaan mereka itu, akan tetapi sebelum keyakinannya diteguhkan oleh
hasil-hasil yang pasti ia masih ragu-ragu.
Pendirian seorang ahli ilmu kimia lebih tegas pula
lagi.
Sewajarnyalah jikalau seorang ahli ilmu kimia
tidak percaya akan wujudnya sesuatu zat baru, sebelum dilihatnya, dipegangnya,
ditimbangnya, diselidikinya, dikerjakannya dengan hamud-hamud, disimpannya
dalam botol dan ditetapZarah” zat itu.
Dan sekian lama belum pernah seorang melihat
radium dan tak seorang pun yang mengetahui berat zarah radium itu. Maka ahli
ilmu kimia yang setia kepada asanya itu, memutuskn : “Tak ada berat zarah, tak
ada radium.” Tunjukkanlah radium itu kepadaku dan saya akan percaya akan
engkau.”
Agar dapat menunjukkan Polonium dan Radium itu,
agar dapat membuktikan bahwa “anak-anak” mereka memang ada dan untuk memberikan
keyakinan sepenuhnya bagi mereka sendiri, terpaksalah mereka bekerja keras
selam empat tahun.
Tujuan mereka adalah : Menghasilkan radium dan
polonium yang asli. Zat-zat dihasilkan oleh kedua sarjana itu hanya sedikit
mengandung polonium dan radium, bagaimana pun kuatnya Radio-aktif itu-nya
zat-zat yang dihasilkan mereka itu. Pierre dan Mania mengetahui bagaimana
caranya supaya mereka dapat menyekat logam logam baru itu, tetapi memisahkan
zat-zat itu hanya akan berhasil apabila pekerjaannya itu dapat dimulai dengan
bahan-bahan berjumlah besar-besaran. Maka timbullah tiga buah pertanyaanyang
mengerikan mereka.
Bagaimanakah caranya agar mereka dapat memperoleh
bijih secukupnya?
Dimanakah mereka dapat melaksanakan pekerjaan
mereka itu?
Dengan uang manakah mereka dapat membayar belanja
yang tentu tak mungkin dihindarkan untuk usaha mereka itu?
Pekblenda yang mengandung polonium dan radium itu
adalah semacam biji yang sangat mahalnya dan diperoleh dari tambang-tambang
Yoachimsthal di Bohemen untuk menyaring garam-garam uranium buat keperluan
industri gelas. Pekblenda yang berton-ton banyaknya akan sangat mahal harganya
dan tak akan dapat dipikul suami isteri Curie itu membelanjakannya!
Karena itu haruslah dicari akal untuk menggantikan
uang itu. Kedua-dua sarjana itu menduga bahwa sekali pun uranium itu telah di
saring dari biji pekblenda akan tetapi bekas-bekas polonium dan radium akan
tetap tinggal di dalamnya. Tak ada jangalnya mencari bekas-bekas itu dalam
ampas pekblenda itu! Dalam pada itu walau pun pekblenda mentah mahal harganya,
akan tetapi ampas yang tinggal setelah dikerjakan, hanya sedikit benr harganya.
Maka apabila seorang rekan bangsa Austria sudi memberikan surat anjuran bagi
mereka, tentulah mungkin mereka mendapat ampas itu sangat banyak sekaali dengan
syarat-syarat yang lumayan.
Tak sulit hal ini, asal diingat memikirkannya!
Tetapi bahan-bhan pertama dan pengangkutannya ke Paris harus juga di bayar.
Maka untuk itu diambil oleh mereka uang dari tabungan mereka yang tak banyak
itu. Tak masuk di akal mereka meminta bantuan dari pihak rasi .... Sekiranya
dua orang ahli ilmu fisik yang sedang bersiap-siap mencapi sesuatu penemuan
yang mengagumkan meminta bantuan dari Universitet atau pemerintah di Paris
untuk membeli ampas pekblenda, pastilah mereka akan ditertawakan orang!
Niscayalah surat mereka itu akan menghilang dalam berkas-berkas salah sesuatu
jawatan dan mereka harus menunggu-nunggu berbulan-bulan mendapat balasannya
yang mungkin akan menolak permintaannya itu pula. Dari pembawaan-pembawaan dan
asas-asas Revolusi Perancis yang menciptakan sistem metrik, mendirikan Sekolah
Guru dan beberapa kali merupakan dorongan untuk kemajuan Ilmu Pengetahuan itu,
rupanya tak ada lagi yang tersimpan pada Negara selain dari pada ucapan-ucapan
Fouquier Tinville sewaktu pengadilan
menghukum mati Lavoisier : “Republik tak membutuhkan sarjana-sarjana.”
Apakah setidak-tidaknya munkgin memberikan tempat
di salah satu ruangan-ruangan kecil yang begitu banyaknya itu pada Sorbonne
sehigga ada tempat bekerja bagi suami isteri Curie itu. Rupa-rupanya tidak!.
Maka setelah gagal ikhtiar mereka itu, terpaksalah
mereka kembali ke tempat semula, yaitu Sekolah Ilmu Fisika tempat Pierre
memberikan pelajaran-pelajaran dan tempat Mania bekerja sewaktu dimulainya
usaha-usahanya yang pertma. Ruangan bekerja itu keluarnya pada suatu peralatan
dan di baliknya ini ada sebuah pondok kayu yang kecil yang telah ditinggalkan,
sedang atapnya dari gelas itu sangat buruk keadaannya sehingga air hujan
menetes ke dalamnya. Dahulu kala ruangan itu dipergunakan oleh Fakultet
Kedokteran sebagai bilik urai, tetapi sejak beberapa lama sekalipun untuk
menyimpan mayat tak dapat lagi dipakai tempat itu. Lantainya tak ada : Hanya
selapis aspal yang merupakan alasan tanahnya. Perabotnya hanyalah beberapa buah
meja dapur yang telah buruk, sebuah papan tulis yang tak diketahui asal mulanya
dan sebuah alat pemanas dari besi tuang dengan pipanya yang telah berkarat.
Seorng buruh pun tak akan bersedia bekerja di
sana, akan tetapi Pierre dan Mania memutuskan bekerja di rungan itu. Pondok itu
sangat buruknya, sangat papa nampaknya sehingga tak seorang pun akan berniat
mengusir mereka dari sana dan inilah yang dikehendaki suami isteri itu.
Direktur sekolah itu, tuan Schutzenberger, senantiasa menunjukkan bahwa ia rela
membantu Pierre dan Mania dan pastilah ia berkesal hati karena tak dapat ia
memberikan tempat yang lebih bai bagi sepsang suami isteri itu. Akan tetapi
Pierre sendiri tak mereasa sedemikian dan suami isteri itu pun bergembira hati
mendapat tempat untuk perkakas dan bahan-bahan mereka bekerja; mereka
mengucapkan terima kasih dan mengatakan “Bahwa ini pun telah memadai”, bahwa
mereka akan menyesuaikan diri mereka.
Sedang mereka memasuki ruangan itu maka datanglah
balasan dari Austria. Kabar baik! Kebetulan benar ampas uranium dari masa yang
terakhir belum lagi terbuang. Bahan yang tak dipergunakan lagi,
bertimbun-timbun pada suatu lapangan terbuka antara pohon-pohon cemara dekat
tambang Yochimsthal. Berkat perantaraan Profesor Buess dan Akademi Ilmu Pengetahuan
di Wien, maka telah disediakan Pemerintah Austria yang menjadi pemilik tambang
itu satu ton ampas dengan Cuma-Cuma untuk kedua orang sarjana Perancis yang
kegilaan mengatakan bahwa mereka membutuhkannya itu. Apabila mereka kelak
memerlukan lebih banyak lagi maka tambang itu bersedia pula memberikan kepada
mereka dengan syarat-syarat yang seringan-ringannya. Karena itu buat sementara
yang perlu dibayar oleh suami isteri Curie hanyalah ognkos-ongkos pengangkutan
satu ton biji itu,
Pada suatu hari berhentilah sebuah pedati kuda
yang besar seperti yang biasa dipakai untk mengangkut batu arang di muka
sekilah itu. Pierre dan Mania diberitahukan kedatangan pedati itu. Mereka pun
berlari keluar dan tak diingat mereka lagi menanggalkan pakaian Laboratorium mereka
terlebih dahulu. Pierre yang tak pernah gelisah tetap tenang, akan tetapi Mania
yang selalu lebih periang sifatnya itu, tak dapat lagi menahan-nahan kegirangan
hatinya melihat karung-karung bijih itu dibogkar tukang-tukang pedati itu
muatannya. Inilah pekblenda, kepunyaannya yang beberapa hari berselang
diterimanya kabar dari jawatan kereta api bahwa barang itu telah tiba!
Seolah-olah dibakar oleh keinginan hendak mengetahui keadaannya dan karena
tak sabar lagi ia hendak membuka dengan
segera salah satu dari karung-karung itu untuk melihat barang yang merupakan
harta itu baginya. Dipotongnya tali pengikat karung itu, dimasukannya kedua
belah tangannya dalam biji yang kering bewarna merah tua itu bercampur dengan
duri-duri cemara.
Di sinilah tersembunyi radium itu. Dari
bahan-bahan inilah akan diambilnya zat itu, sekalipun untuk itu perlu
dikerjakannya sebanyak gunung dari biji yang nampaknya laksana debu jalanan
itu!
Pada suatu kamar lotenglah Mania Sklodowski
mengalami saat-saat yang seluhur-luhurnya dalam masa ia masih mahasiswa dan
sekarang Madame Curie akan menemui kegirangan hati yang ganjil pula dalam
sebuah pondok yang buruk-buruk. Suatu ulangan ajaib yang untuk kedua kalinya
merupakan peristiwa dalam lingkungan yang papa dan seperti yang belum pernah
dialami oleh seorang wanita sebelum itu kenikmatannya.
Pondok di jalan Lhomond itu merupakan puncak
segala keadaan yang sebutuk-buruknya. Di waktu musim panas pondok itu merupakan
suatu ruangan serre karena panasnya dari atap gelas itu, sedagn di musim dingin
tak diketahui apakah yang sebaiknya : hawa dingin sehingga air menjadi beku
atau hujan; diwaktu hari hujan maka meneteslah air hujan itu dengan suara yang
mengganggu pekerjan kedua sarjana itu ke bawah atau di atas meja-meja mereka
bekerja atau pun apda tempat-tempat yang telah diberikan oleh mereka suatu
tanda bahwa tak boleh diletakkan suatu perkakas di atasnya itu. Sewaktu di
musim dingin, dinginnya seperti es maka segalanya menjadi beku. Tetapi tak ada
daya mereka mencegah keadaan semacam itu. Alat pemanas di sana senantiasa gagal
dalam kesanggupannya memanaskan ruangan itu, sekalipun dipergunakan bata arang
sebanyak mungkin. Jika didekati maka akan terasa panasnya, akan tetapi apabila
melangkah dari sana maka seolah-olah memasuki daerah es.
Hampir boleh dikaakan bahwa sebaiknya jika Mania
dan Pierre dapat menyesuaikan diri mereka pada hawa di luar ruangan kerja
mereka itu : biasanya percobaan-percobaan itu dilaksanakan dipelataran di bawah
langit, karena di sebabkan tak ada alat-alat tehnik mereka, maka tak ada pula
pesawat yang dapat mengeluarkan hawa-hawa yang berahaya sebagai akibat
pekerjaan mereka itu. Ketika hujan lebat maka diangkut kedua ahli ilmu fisika
itu perkakas-perkakas mereka dengan tergesa-gesa ke dalam pondok itu kembali.
Supaya jangan lemas waktu melanjutkan pekerjaan mereka itu maka oleh mereka
dibukalah semua pintu dan jendela sehingga angin deras masuk di bilik itu.
Tentulah tidak diceritakan Mania kepada doktor
Vauthier cara luar biasa ini yang dipergunakannya untuk mencegah pembawaannya
bagi penyakit tuberculose itu!
“Kami mempunyai uang, tak mempunyai laboratorium
dan tak mempunyai bantuan untuk mewujudkan pekerjaan yang besar dan sulit itu,”
ditulisnya kemudian hari, “Seolah-olah kami menciptakan sesuatu dari yang tak
ada dan apabila Casimir Dluski menggambarkan masa mahasiswa saya itu sebagai :
“Masa yang penuh gagah-berani bagi ipar saya”, maka boleh saya katakan dengan
tak melebih-lebihkan bahwa bagi suami saya dan saya sendiri adalah masa ini
yang merupakan masa pahlawan selama hidup kami berdua.
.... Maka dalam pondok yang papa itu pulalah
berlalu masa yang sebagus-bagusnya dan sebahagia-bahagianya dalam hidup kami,
semata-mata diabdikan untuk pekerjaan kami itu. Kadang-kadang di tempat itu
juga saya masak makanan kami supaya jangan terhenti salah sesuatu pelaksanaan
yang penting. Kadang-kadang pula berhari-hari lamanya saya mengaduk-aduk
sesuatu masa yang mendidik dengan suatu pengaduk besi sebesar saya. Pada waktu
malam saya letih lesu karena payahnya.”
Dalam keadaan sedemikianlah suami isteri Curie
bekerja dari tahun 1898 sampai tahun 1902.
Sepanjang tahun pertama mereka bekerja
bersama-sama memisah kimiawi radium dan polonium dan mereka pelajari
pancaran-pancaran yang senantiasa bertambah keras itu dalam zat-zat yang
dihasilkan mereka itu.
Akan tetapi pada suatu masa mereka berpendapat
bahwa akan lebih tepat mereka bekerja jika tenaga mereka dipergunakan
terpisah-pisah. Pierre Curie berikhtiar
menetukan sifat-sifat radium dan mempelajari logam yang baru itu. Mania
melanjutkan pengusahaan kimiwi yang akan menghasilkan garam-garam uranium yang
asli. Dalam pembagian pekerjaan ini telah dipilih Mania “Pekerjaan lelaki”
pekerjaannya itu adalah pekerjaan buruh. Dalam pondok itu suaminya sedang
termenung dalam percobaan-percobaan yang dilakukan dengan teliti dan pada
pelataran itu Mania seorang diri merupakan seluruh pegawai kilang dengan
pakaiannya yang tua, kain celemeknya yang penuh bekas-bekas garam-garam itu,
kepalanya gundulan, sedang uap mengelilinga dan menghanguskan mata dan
tekaknya.
“Kadang-kadang perlu saya usahakan dua puluh kilo
sekaligus dari zat itu” ditulisnyadi kemudian hari, “sehingga pondok itu penuh
endapan dn cairan. Sangat meletihkan memindah-mindahkan labu-labu itu,
menuangkan caairan-cairan dan berjam-jamlamanya mengaduk-aduk bahan yang
mendidih itu dalam sebuah kenceng besi.”
Tetapi radium itu tak sudi melepaskan rahasianya :
tak sudi ia menunjukkan jati dirinya pada khalayak ramai. Telah lama Madame
Curie tak percaya lagi bahwa dalam ampas pekblenda ada seperseratus gram
radium! Pancaran oleh zat yang baru itu sangat kuatnya sehingga, walau pun
hanya sedikit ia tersebar dalam biji itu, dapatlah ditimbulkannya beberapa
gejala-gejala yang tak disangka-sangka akan tetapi dapat dilihat dan diukur
dengan gampang. Kesulitannya hanyalah tak mungkin memisahkan zat yang sedikit
itu dari selubungnya yang mengikatnya dengan teguh.
Mereka bekerja dari hari ke hari dan dari bulan ke
bulan, bahkan dari tahun ke tahun, akan tetapi Pierre dan Mania tak berputus
asa. Zat yang menantang mereka itu menawan mereka pula. Diikat oleh aksih
sayang dan gairah maknawi mereka hidup bersama-sama dalam keadaan “Yang bukan
jamak” di suatu pondok kayu, suatu keadaan yang ditakdirkan untuk mereka,
maupun untuk Pierre, maupun untuk Mania!.
“Pada masa itu kami seluruhnya ditawan oleh suatu
lapangan yang berkat sesuatu penemuan yang tak kami harapkan semula, memanjang
di hadapan kami”, ditulis Mania. “Walau pun keadaan kami bekerja itu sangat
sukar, akan tetapi kami merasa sangat berbahagia. Hari-hari kami di pondok itu
yang merupakan laboratorium bagi kami, penuh kesantausaan : Kadang-kadang
sambil menjaga salah sesuatu urusan, kami berjalan-jalan di situ bolak-balik
dan membicarakan masa kini dan masa yang akan datang; kalau kami kedinginan
kami minum teh dekat alat pemanas itu dan kami pun merasa segarlah lagi.
Hanya satu tujuan hidup kami, seolah-olah kami
hidup dalam suatu impian.
.... Jarang kami melihat orang lain di
laboratorium kami itu; sewaktu-waktu datang salah seorang dari ahli-ahli ilmu
fisika atau ilmu kimia ke sana untuk melihat percobaan-percobaan kimia itu atau
untuk bermusyawarah dengan Pierre Curie yang telah terkenal keahliannya dalam
lapangan ilmu fisika. Maka kami bercakap-cakap dengan papan tulis hitam itu.
Percakapan-percakapan itu meninggalkan kenang-kenangan yang mengharukan karena
percakapan-percakapan itu seolah-olah merupakan dorongan untuk bekerja terus
dalam lapangan ilmu pengetahuan dengan penuh minat dan napsu kerja dengan tak
mengganggu jalan pikiran dan mengacaukan suasana damai dan renungan yang lazim
untuk laboratorium.”
Apabila Pierre dan Mania buat sejenak waktu
beristirahat di dalam pondok itu dan meninggalkan alat-alat mereka sambil
bercakap-cakap, maka mereka memperbincangkan radium yang dicintainya itu dalam
suatu pembicaraan yang berlangsung dari tingkat yang tinggi sampai ke taraf
naak-anak lazim beromong-omong.
“Saya ingin benar mengetahui bagaimana “IA” kelak,
bagaimana rupanya nanti, kat Mania pada suatu hari dengan sutu hasrat ingin
mengetahui oleh seorang anak-anak yang dijanjikan sebuah mainan-mainan.
“Bagaimanakah menurut pandanganmu, Pierre, nanti rupanya ia menjelma?
“Tak tahu saya.... jawab ahli ilmu fisika itu
dengan perlahan-lahan. “Saya harap warnanya bagus.
Adalah mengherankan jika dalam surat menyurat
antara Madame Curie dengan orang-orang lain pada masa akhir ini tidak nampak
lukisan-lukisan yang mengharukan lagi seperti yang lazim dipakainya pada masa
yang lamapu antara berita-beritanya yang bersifat kekeluargaan, sehingga
sekarang ini tak ada lagi disebut-sebutkannya tentang kerjanya yang mengagumkan
itu.
Apakah ini disebabkan perpisahan bertahun-tahun
antara wanita muda ini dengan keluarganya itu? Apakah ia dikejar-kejar oleh
kewajibannya dan tak ada lagi waktu terluang baginya? Sebab yang terutama dalam
sifatnya sekarang untuk menarik diri, adalah karena hal yang lain. Bukanlah
kebetulan saja jika surat-surat Madame Curie tak luar biasa lagi nampaknya pada
suatu ketika tatkala riwayat hidupnya menjadi luar biasa sekali. Sebagai anak gadis
yang lagi sekolah, sebagai guru rumah, sebagai mahasiswa dan sebagai pengantin
muda, dapatlah Mania mengucapkan isi hati kalbunya .... Tetapi sekarang berhubung dengan rahasia
dan tak terangnya panggilan sukmanya itu maka terpisahlah ia. Di antara mereka
yang disayanginya tak ada lagi seorang pun yang dapat mengartikannya, yang
dapat memikul bebannya bersama-sama dengan dia dan yang dapat melihat tujuannya
yang sulit itu. Tekad pikiran paksanya itu hanya dapat dipancarkannya kepada
seorang manusia saja, yaitu : Pierre Curie, temannya itu. Hanya kepada dia-lah
dipercayakan oleh Mania pikiran-pikirannya yang luar biasa itu dan segala
idamannya pun hanya kepada Pierre tempatnya utnuk membicarakannya. Untuk
selama-lamanya ditunjukkan oleh Mania kepada sekalian orang, bagaimana pun
disayanginya mereka itu, hanya bayangn yang agak sembarangan dari dirinya.
Kepada mereka hanya digambarkannya segi hidupnya yang bersifat sederhan, walau
pun kadang-kadang dipergunakannya juga kata-kata yang mengharukan untuk memuji-muji
bahagianya sebagai wanit, akan tetapi tentang pekerjaannya hanya dengan ringkas
saja disebutkan dalam kalimat-kalimat pendek dan tegas yang tak ada isinya dan
sedikit pun tak bermaksud memberikan bayangan tentang keluhuran usahanya itu :
kabar dalam tiga baris.
Dalam segala keisinan dan karena membenci
kata-kata hampa serta segala yang tak perlu, maka Mania menyembunyikan dirinya,
bersembunyi, atau lebih tepat dikatakan bahwa hanya satu bayangan saja yang
ditunjukkannya tentang dirinya. Sarjana yang sangat berakal-budi itu
bersembunyi di belakang “Seorang wanita seperti segala wanita yang lain-lain”,
karena perasaan malu, mungkin juga karena segannya atau berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan rohani.
Mania menulis kepada Bronia dalam tahun 1899 :
“Hidup kami tidak perubahan. Kami bekerja keras,
tetapi dalam pada itu kami tidur secukupnya sehingga kesehatan kami tidak
terganggu. Pada waktu malam hari kami bermain-main dengana anak kecil itu. Pada
waktu pagi saya lekatkan pakaiannya dan saya berikan makanannya. Sesudahnya
biasanya saya dapat berangkat pada jam sembilan. Selama setahun ini tak pernah
kami pergi ke gedung komedi, maupun mendengarkan konser dan tidak kami pergi
bersama. Akan tetapi kami merasa senang dengan keadaan semacam ini ... Saya rindu
benar kepada handai dan taulan, terlebih-lebih kepada engkau sekeluarga, dan
kepada bapak kita. Kerapkali saya pikirkan bagaimana terpisahnya hidup saya
ini. Tak ada yang lain yang say sesali, karena kami sehat, anak kit segar bugar
dan suami saya tak dapat dicari tolok bandingnya; sebenarnya tak pernah saya
mimpikan bahwa saya akan mendapat seorang suami sebaik dia itu. Sebenarnya itu
adalah karunia Allah dan semakin lama kami hidup bersama semakin bertambah
kasih sayang kami satu sama lain.
Pekerjaan kami mendapat kemajuan yang pesat. Tak
berapa lama lagi saya akan mengadakan ceramah tentang pekerjaan saya ini.
Sebenarnya hari Sabtu yang lalu, saya berikan ceramah itu, tetapi saya
berhalangan, sehingga mungkin hari Sabtu yang akan datang atau dua pekan lagi
saya akan mengadakan uraian itu.”
Pekerjaan yang hanya sepintas lalu disinggungnya
itu mendapat kemajuan yang pesat. Menjelang tahun 1899 dan tahun 1900 diumumkan
Pierre dan Maniasebuah ulasan tentang induksi “Radia Aktif: yang dibangkitkan
oleh Radium, sebuah lagi tentang akibat Radio-aktif dan yang lain lagi
berkenaan dengan arus listrik yang dipindahkan oleh pancaran-pancaran itu.
Akhirnya mereka membuat laporan umum untuk kongres Ilmu Fisika berkenaan dengan
zat-zat Radio-aktif yang menarik perhatian besar dari para sarjana di seluruh
Eropa.
Perkembangan dalam ilmu pengetahuan baru ini :
Radio-aktif, mendapat kemajuan yang pesat. Suami isteri Curie membutuhkan
pembantu-pembantu. Hingga kini mereka hanya mendapat bantuan dari seorang
pekerja di laboratorium itu, bernama Petit, seorang yang baik hati yang karena
gairahnya sendiri seakan-akan dengan cara tersembunyi datang membantu mereka
sehabis waktunya bekerja. Tetapi sekarang mereka membutuhkan ahli-ahli tehnik
yang utama. Pierre dan Mania terutama ahli ilmu fisika dan bukan ahli ilmu
kimia. Penemuan mereka itu jauh memasuki lapangan ilmu kimia dan karena itu
perlu pekerjaan yang seksama. Mereka bermaksud dmenggabungkan diri dengan
ahli-ahli penelaah yang mempunyai kesanggupan sepenuhnya.
“Pekerjaan menyelidiki Radio-aktif itu dimulai
dengan kesunyian”, ditulis oleh Mania di kemudian hari. “Akan tetapi berhubung
dengan luasnya usaha kami itu semakin lama semakin tersalah pada kami perlunya
kerja sama. Dalam tahun 1898 salah seorang dari kepada laboratorium itu,
bernama G. Bemont, membantu kami beberapa waktu lamanya. Dalam tahun 1900
Pierre Curie berhubungan dengan seorang ahli ilmu kimia yang masih muda, yaitu
Andre Debiarne, Amanuensis pada profesor Friedel yang sangat menghargainya.
Atas anjurannya maka Andre Debierne menerima tawaran Pierre Curie itu untuk
mentahbiskan dirinya untuk penyelidikan Radio-aktif. Sorang diri dimulailah
penyelidikan radio unsur yang baru yang disangka berada dalam gugusan besi dan
jenis tanah yang jarang dijumpai. Maka diketemukannya unsur “Actinium”. Walau
pun ia abekerja pada Laboratorium untuk ilmu fisika di Sorbonne di bawah
pimpinan Yean Perrin, kerap kali ia datang ke pondok kami ini dan segera ia
menjadi sahabat baik untuk kami, untuk Doktor Curie dan kemudian juga untuk
anak-anak kami itu!”
Demikianlah sebelum dapat dipisahkan Polonium dan
radium, telah ditemui seroang sarjana Perancis “Adiknya” polonium dan radium
itu, yakni “Actinium”.
“Pada masa itu juga” kata Mania, “Datang seorang
ahli ilmu fisika muda, bernama Georges Sagnc, yang mencurahkan tenaganya untuk
mempelajari Sinar-X. Ia hendak berbicara dengan Pierre Curie tentang persamaan
yang diduganya ada antara sinar-sinar itu dan pancaran-pancaran oleh zat-zat
Radio-aktif. Bersama-sama mereka mempelajari muatan listrik yang dipindahkan
oleh sinar-sinar ke dua.
Mania melanjutkan pekerjaannya dengan memasak
sekilo demi sekilo dari ampas yang berton-ton banyaknya dikirimkan kepadanya
dari Yoachimsthal. Dengan kesabaran yang tak asing baginya empat tahun lamanya
ia dari hari ke hari bekerja sebagai ahli ilmu fisika, ahli ilmu kimia, ahli
pekerja, ahli insinyur dan sebagai buruh tangan. Berkat otaknya dan ototnya
maka dipat dihasilkannya zat-zat yang semakin lama semakin pekat keadaannya,
semakin lama semakin banyak mengandung radium.
Madame Curie talah mendekati tuuuannya itu:
Pekerjaannya yang dilaksanakannya dahulu kala dipelataran dengan berdiri tegak
dan diselubungi oleh asap yang tajam sambil emmandang pinggan-pinggan berat
dengan bahan yang mendidih, sekarang telah selesai. Sekarang telah tiba masanya
pembersihan dan Penghabluran menjadi potongan-potongan dari larutan-larutan
Radio-aktif itu. Tetapi perlengkapan yang dibangunkan dengan untung-untungan
itu sekarang terlebih-lebih lagi merupakan suatu halangan untuk pekerjaan itu,
karena sekarang seharunya ada ruangan yang bersih, perkakas yang terpelihara
dan pengaruhpengaruh dingin, panas dan kotoran! Dalam pondok yang mengalami
penagruh angin dan panas itu mengerisik bekas-bekas besi dan kersik batu arang
yang semuanya itu melekat pada zat-zat yang telah dihasilkan Mania dan baru
saja dibersihakn dengan seksama oleh Mania. Setiap hari ia menemui kegagalan
yang berati membuang waktu dan tenaga itu dan setiap hari ia menderita karena
ini.
Pierre sendiri telah jemu melihat perjuangan yang
tak ada putusnya itu sehingga telah hampir ia berputus asa; tetapi bukanlah
berati itu baginya seolah-olah ia hendak melepaskan mempelajari Radium dan
Radio-aktif itu, akan tetapi maksudnya ialah buat sementara meninggalkan
kewajiban yang utama : yaitu menyediakan unsur radium. Seakan-akan tak dapat
diatasi kesulitan-kesulitan itu. Apakah tidak lebih baik jika kelak dilanjutkan
usaha-usaha itu, mungkin dalam keadaan-keadaan yang lebih bagus? Pierre Curie
yang meniatnya teristimewa mengenai gejala-gejala alam dan bukan kenyataan
madinya telah jemu melihat-lihat bagaimana usaha-usaha Mania itu semuanya
gagal. Maka diusulkanya gencatan senjata.
Tetapi salah menafsirkan tabiat isterinya. Hasrat
Mania ialah menyekat radium dan hasrat itu akan dilaksanakannya juga, walau pun
ia telah letih payah, jangan dikatakan lagi kesukaran-kesukarannya, bahkan
kekurangan-kekurangan dalam pengetahuannya sehingga bebannya itu bertambah
berat lgi. Bagaimana pun ia masih seorang sarjana yang muda dan karena itu
belum tercapainya ketegasan dan pengalamana Pierre yang telah bekerja sejak
duapuluh tahun. Kadang-kadang ia menemui gejala-gejala dan cara-cara bekerja
yang belum difahaminya abenar sehingga terpaksalah ia dengan tergopoh-gopoh
mempelajarinya. Tetapi, bagaimana pun juga, air mukanya mengandung kekerasan
hati apabila ia memegang alat-alat dan cawan peleburan. Empatpulluh lima bulan
sejak hari suami isteri Curie itu meramalkan wujud radium itu. Dicapai Mania
dalam tahun 1902, kemenagan dalam perjuangan untuk memiliki zat itu; ia telah
ebrhasil menjelmakan sepuluh gram radium dan ditimbangnya berat zarah zat yang
baru itu, yakni 225.
Ahli-ahli ilmu kimia yang kurang percaya itu –
masih ada lagi beberapa orang -- hanya
menyerah kepada kenyataan-kenyataan dan kekerasan hati wanita yang luar biasa
itu. Secara resmi radium telah terwujud.
Malam jam sembilan. Pierre dan Mania sedang di
rumah mereka, di jalan Kelleman 100, tempat tinggal mereka sejak 1900. Rumah
itu sepantasnyalah bagi mereka. Dari jalan itu tembok-tembok rumah itu
terlindungi oleh tiga baris pohon-pohon sehingga hanya sedikit dari tembok itu
dan sebuah pintu kecil yang nampak, tetapi di belakang rumah yang bertingkt
satu itu ada sebuah taman kecil yang agak bagus dan nyaman rupanya. Dan dengan
melalui “gerbang” Gentilly dapatlah mereka pergi naik kereta angin ke
hutan-hutan atau ke anak-anak kota Paris.
Doktor Curie yang tinggal bersama-sama dengan
suami isteri itu telah masuk kamarnya. Mania telah memandikan anaknya daan
menidurkannya. Beberapa lama ia aberdiri di samping tempat tidur anak itu.
Telah menjadi kebiasaannya ini karena kalau Irene waktu malam merasa bahwa
ibunya tidak didekatnya maka dipanggilnyalah ibunya itu dengan tak ada
hentinya. Mania mengalah terhadap kekerasan hati anaknya yang beru berumur
empat tahun itu, dinaikinya tangga ke tingkat satu rumahnya itu dan duduklah ia
di samping tempat tidur nak kecil itu dalam gelap sampai suara memanggil itu
mengalih menjadi pernafasan yang tenang. Barulah ia kembali ke bawah menemui
Pierre yag menunggu-nunggunya dengan tak sabar hati. Walau pun sifatnya lemah
lembut tetapi perasaannya sebagai suami tetap cemburu terhadap isterinya jika
ia terlampau lama meladeni anaknya itu. Telah biasa benar ia bahwa isterinya
itu selalu dideatny sehingga tak dapat lagi ia berpikir dengan tenang apabila
sebentar saja ia ditinggalkn oleh Mania. Apabila Mania terlampau lama duduk
tempat tidur anak mereka itu maka sekembalinya dari atas disongsongnyalah
isterinya itu dengan elu-eluan yang lucu – walau pun tak adil -:- Kau hanya
memikirkan anak itu! Dengan perlahan-lahan Pierre berjalan-jalan di kamar itu
sambil Mania duduk menjahit menyiapkan kelim kain celemek untuk Irene. Telah
menjadi kebiasaannya tak membeli pakaian yang telah siap untuk anaknya itu,
karena terlampau lengkap dan tak senang memakainya. Tatkala Bronia masih di
Paris maka kakak-beradik itu menjahit bersama-sama pakaian untuk anak-anak
mereka itu menurut potongan yang dipikirkan mereka sendiri. Model-modle itu
masih dipergunakan oleh Mania....
Tetapi pada malam ini tak dapat ia mencurahkan
pikirannya untuk jahitannya itu. Dengan gelisahnya ia berdiri dan
sekonyong-konyong ia bertanya : “Marilah kita pergi sebentar ke sana!.
Suaranya seolah-olah memohon-mohon, tetapi
sebenarnya tak perlu ia berlaku sedemikian karena Pierre sendiri seakan-akan
dibakar keinginan hendak pergi kembali ke pondok yang baru dua jam berselang
ditinggalkan mereka itu. Radium yang bertingkah-tingkah seperti manusia dan
menawan hati laksana percintaan itu memanggil mereka kembali ke tempat
pemondokannya, ke laboratorium yang papa keadaannya itu. Mereka telah bekerja
keras hari itu dan seharusnya jika kedua orang sarjana itu istirahat sebentar.
Tetapi Pierre dan Mania tidak selalu berlaku bijaksana. Dipasang mereka pakaian
jas dan mantel mereka dan setelh diserukan mereka kepada doktor Curie bahwa
mereka pergi ke pondok mereka itu maka berangkatlah suami isteri itu.... Mereka
berjalan kaki, bergandengan tangan dan dengan tak berkata sesuatu apa. Mereka
melintasi jalan jalan ramai dibagian kota yang luar biasa ini, melewati
kilang-kilang, tanah-tanah kosong dan rumah-rumah yang sederhana dan tibalah
mereka di jalan Lhomond. Mereka memasuki pelataran pondok itu dan Pierre
membika pintu yang bergertak seperti biasa. Telah tiba mereka di lapangan
mereka sendiri, lapangan idam-idaman mereka.
“Janganlah pasang lampu! Kata Mania dalam gelap
kamar itu. Maka sambil tertawa-senyum disambungnya : “Masih ingatlah kau bahwa
pada suatu hari kau mengatakan : Aku ingin radium kita itu bagus warnanya?
Kenyataan yang menawan hati Pierre dan Mania sejak
beberapa bulan lebih memikat hati lagi dari keinginan mereka dari dahulu
kala> Radium itu mempunyai sesuatu yang lebih baik lagi dari “warna yang
bagus”, radium itu memancarkan cahaya! Dalam pondok gelap gulita itu dengan
contoh-contoh berharga dalam tabung-tabung gels itu yang ditempatkan di atas
meja-meja dan di atas papan-papan yang dipakunya ke tembok karena tak ada
lemarinya, bersinar-sinarlah bayangan-bayangan pendar fosfor radium itu dengan
cahaya kebiru-biruan.
“Lihatlah .... lihatlah! Berbisik wanita muda itu.
Dengan berhati-hati ia melangkah ke depan dan
sambil meraba-raba didapatnya sebuah kursi dapur. Ia duduk dalam gelap dan
sunyi senyap. Kedua wajah itu memandang ke sinar-sinar yag mengharukan mereka
itu, ke sumber-sumber cahaya yang ajaib itu, ke radium-radium mereka!.
Dengan badan membungkuk dan pandangan penuh birahi
duduklah Mania seperti ia duduk sejam yang lewat di samping tempat tidur anak
cantik yang sedang tidur.
Tangan temannya itu mengelus-elus rambutnya.
Untuk selama-lamanya tak akan dilupakannya malam
ini : Konag-konang ini, cerita dongeng ini!!!
BAB.
XIV : KESUKARAN HIDUP
Sekiranya
Pierre dan Mania dapat mencurahkan tenaga mereka semata-mata untuk perjuangan
mereka terhadap alam yang berlangsung dengan sengit dalam pondok mereka itu,
maka niscayalah hidup mereka akan sesempurnanya.
Tetapi
sayang masih ada perjuangan-perjuangan lain untuk mereka dan dalam
perjuangan-perjuangan ini mereka harus mengalah.
Dengan
gaji limaratus franc sebulan diberikan Pierre pelajaran di sekolah sebanyak
seratus dua puluh kali setahun pelajaran dan di samping itu ia memimpin
percobaan-percobaan oleh murid-muridnya itu. Selain dari pekerjaannya yang
meletihkannya itu ia bertindak pula sebagai ahli penelaah. Selama mereka belum
mempunyai anak dan Mania seorng diri dpat melaksanakan kewajiban rumah
tangganya cukuplah yang limaratus franc itu. Tetapi sejak lahir Irene angaran
belanja rumah tangganya itu telah bertambah berat karena gaji seorang pesuruh dan
seorang pengasuh. Mula-mula Pierre dan sesudah itu Mania berikhtiar dengan
sungguh-sungguh mendapat penghasilan yang lain.
Mungkin
tak ada yang lebih menyedihkan dari usaha-usaha yang dilakukan dua orang
sarjana itu dengan canggung dan kaku untuk memperoleh dua atau tiga ribu franc
yang dibutuhkan mereka itu. Yang menyulitkan bukanlah mendapat pekerjaan yang
sembarangan saja walau pun mungkin dengan cara itu dapat ditutup kekurangan
mereka itu. Tetapi yang menjadi soalbagi mereka ialah supaya mereka dapat terus
berjalan dalam lapangan penyelidikan ilmu pengetahuan di samping kedudukan
hidup yang lebih memadai. Bekerja dalam laboratorium -- atau lebih tepat : dalam pondok, karena ia
tak mempunyai laboratorium -- lebih
penting gbagi pierre daripada makanan dan tidur. Tetapi pekerjaan disekolah
meminta waktunya sebagian yang terbesar. Lebih suka ia lagi meringankan beban
itu daripada menambah kewajiban-kewajiban, akan tetapi uangnya tak ada. Apa
dayanya?
Msalah
ini dapat dipecahkan dengan gampang – gampang sekali. Sekiranya Pierre diangkat
menjadi maha guru di Sorbonne – suatu kedudukan yang berkat pekerjaannya itu
sepantasnyalah untuk dia – maka dapatlah ia bergaji sepuluh ribu franc setahun
dan dalam pada itu tak perlu ia mengajar sebanyak yang sekarang ini sedang
pengetahuannya akan memperluas pengetahuan para mahasiswa dan mempertinggi
martabat Universitet itu. Dan sekiranya kedudukannya itu memberikan kesemptan
baginya bekeerja dalam laboratorium maka tak ada lagi yang diingini Pierre
selain dari itu. Himat tingginya yang sederhana itu hanya dua keinginannya :
suatu kedudukan di Universitet untuk nafkahnya dan mendidik ahli-ahli ilmu
fisika muda dan sebuah laboratorium dengan perlengkapan yang tak ada dalam
pondok mereka itu : yakni alat-alat listrik dan tehnik; tempat buat beberapa
orang pembantu dan pada musim dingin pemanasan sedikit ...
Alangkah
tingginya permintaan-permintaanya itu, alangkah bodoh dan tak karuan
idam-idamannya itu! Kedudukan di Universitet itu baru dalam tahun 1904
diterimanya manakala seluruh dunia memuja-mujanya. Laboratorium itu tak akan
pernah diperkenankan kepadanya. Malakul maut lebih cepat jalannya daripada
Kuasa umum dalam hal mengikat orang-orang besar untuk sesutu kepentingan.
Yang
menyulitkan ialah bahwa Pierre yang begitu pandainya membuka rahasia
gejala-gejala dan berjuang dengan liciknya terhadap madi yang berseteru itu,
telah menjadi canggung dengan sangat apabila ia berikhtiar mencari sesuatu
pekerjaan. Pertama-tama keahliannya saja telah menimbulkanniri hati orang-orang
glain dalam perjuangan persaingan mendapat pekerjaan. Selain dari itu ia tak
mengerti akan semangat picik-picikan dan fitnah memfitnah.
Kesanggupan-kesanggupannya itu tak dapat dipergunakannya, tak dapat dipakainya
dengan tepat untuk mencapai yang dikehendakinya.
“Senantiasa
bersedia menepi untuk teman-temannya, bahkan juga untuk saingan-saingannya,
dapatlah ia dinamakan seorang pelamar yang susah tingkah lakunya”, kata Henri
Poincare di kemudian hari dan disambungnya : “Tetapi dalam masa demokratis kita
ini bukanlah pelamar-pelamar yang tak ada...”
Dalam
tahun 1898, terluang pekerjaan untuk maha guru kimia fisika di Sorbonne dan
Pierre Curie memutuskan turut melamar jabatan itu. Telah sepantasnyalah jika ia
diangkat untuk pekerjaan itu, tetapi ia bukan lulusan dari sekolah normal dan
tidak pernah ia sekolah di sekolah Polytehnik sehingga tak mungkin ia mendapat
bantuan moril yang besar artinya itu dari sekolah-sekolah ini yang biasanya
memberikan sokongan untuk angkatan bekas-bekas murid mereka. Selain dari itu,
ada beberapa orang profesor yang suka mencela-cela saja mengatakan bahwa
penemuan-penemuan sejak limabelas tahun itu sebenarnya bukanlah masuk lapangan
kimia fisik. Maka Pierre pun tidak diangkat menjadi maha guru.
“Kita
telah dialihkan” ditulis salah seorang pengikutnya, profesor Friedel, “dan saya
akan menyesal hati menganjurkan ini dahulu pada tuan, sekiranya permusyawaratan
tentang diri tuan tidak lebih memuaskan daripada keputusan akhir itu. Tetapi
walau pun Lippmann, de Bouty, de Pellot dan saya sendiri berusaha susngguh
sungguh dan sekali pun saingan-saingan tuan sendiri memuji sangat pekerjaan
tuan akan tetapi tak dapat tuan mengalahkan seorang bekas murid dari sekolah
normal dan tak dapat tuan mematahkan pandangan picik dari pihak ahli matematika!”
Kenyataan
bahwa permusyawratan itu memihak kepada Pierre adalah suatu hiburan yang tak
banyak harganya bagi Pierre! Berbulan-bulan lamanya tak ada terluang tempat
yang bagus dam suami isteri Curie yang seluruhnya terpikat oleh pekerjaan
mereka berkenaan dengan radium itu lebih suka tinggal miskin daripada membuang
waktu mreka mengunjung-ngunjungi pembesar-pembesar untuk sesuatu jabatan.
Dicocokkan oleh mereka pengeluaran uang mereka dengan penghasilan Pierre dan
tak berkeluh kesah mereka. Sebenarnya limaratus Franc bukan sedikit. Inilah
menjadi dasar belanja hidup mereka, walau pun sulit pelaksanaanyya.
Mania
menulis kepada Yosep pada tanggal 19 Maret 1899 :
“Kami
harus berhemat karena gaji suami saya tak mencukupi bagi kami, tetapi hingga
sekarang setiap tahun kami mendapat penghasilan yang tak disangka-sangka
sehingga dapatlah kami menutupi kekurangan kai itu.
Saya
harap tak berapa lama lagi suami saya atau saya sendiri mendapat pekerjaan yang
tetap. Sekiranya ini terlaksana maka dapatlah kami hidup dengan segala ongkos
tertutup dan di samping itu dapat pula kami menyimpan sedikit untuk hari
kemudian anak kami itu. Cuma saya ingin menyiapkan desertasi saya sebelum saya
melamar sesuatu pekerjaan.
Sekarang
ini sangat banyak pekerjaan kami berhubung dengan logam-logam yang baru kami
temui itu, sehingga tak sempat saya mempersiakan disertasi saya itu. Walau pun
pokoknya adalah mengenai pekerjaan kami sekarang ini. Karena selain dari itu
saya perlu menelaah beberapa soal-soal yang berhubungan dengan ini, terpaksa
saya menundanya sebab tak cukup waktu saya..
Kesehatan
saya baik dan penyakit sengal suami saya ada berkurang. Saya sendiri pun sehat,
saya tidak batuk sedikit pun dan paru-paru saya tak ada sesuatu yang
sakitseperti ternyata dari beberapa musyawarah dan analisa dokter. Irene tumbuh
subur. Setelah ia berumur delapan belas bulan saya tak mengasuhnya lagi akan
tetapi pada waktu itu telah ama saya berikan dia bubur dengan susu. Sekarang
saya berikan dia bubur dan telur yang “langsung datang dari kandang ayam!.”
Tahun
1900 .... Dalam buku kas uang pengeluaran meningkat banyak, sedang uang masuk
tetap sehingga tak dapat ditutup segala ongkos-ongkos. Doktor Currie sekarang
tinggal bersama-sama dengan anaknya itu dan supaya cukup tempat untuk lima
orang – di antaranya seorang pesuruh – maka disewa oleh Mania rumah di jalan
Kellermann itu dengan sewa seribu limaratus franc. Karena terpaksa dilamar oleh
Pierre pekerjaan sebagai repetitor. Di sekolah Polytehnik dengan gaji duaribu
franc setahun. Ia diangkgat untuk pekerjaan itu.
Tiba-tiba
datanglah suatu tawaran yang tak disangka-sangka mereka .. tetapi tidak dari
Perancis. Penemuan radium itu belum diketahui khalayak ramai tetapi dalam
kelangan ahi ilmu fisika telah terkenal. Agar dapat mengikat seorang lelaki dan
wanita yang termasuk sarjana-sarjana yang paling ternama di Eropa maka
Universitet Genev bersedia berkorban sebanyak mungkin ; Dekan perguruan tinggi
itu menawarkan kepada Pierre Curie : mengajar sebagai maha guru untuk ilmu
fisik, dengan gaji sepuluh ribu franc, rumah dengan Cuma-Cuma dan pimpinan
sebuah laboratorium “yang ongkos perbelanjaannya akan dinaikan setelah setelah
dirundingkan dengan tuan Currie, sedang dua orang asisten akan diperbantukan
kepadanya. Sehabis pemeriksaan anggaran belanja laboratorium itu maka alat-alat
dan perkakas ilmu fisik yang telah ada akan dilengkapi.” Suatu kedudukan resmi
pada laboratorium itu juga akan ditawarkan pula kepada Maddame Currie.
Kadang-kadang
seolah-olah nasib manusia itu berkelakar : seorang manusia mendapat tawaran
yang sebagus-bagusnya menurut yang dikehendakinya dan ia telah bersedia
menerimanya, akan tetapi timbullah suatu hal remeh yang menyebabkan tak dapat
diterimanya lagi tawaran itu. Sekiranya pada kepala surat tawaran yang kasatria
itu berbunyi “Universitet Paris” dan bukan “Republik dan Kanton Geneva,” maka
pastilah bahwa dua suami isteri Currie itu akan terperanjat.
Kedudukannya
di geneva itu ditawarkan kepada Pierre secara hormat dan dengan tulus hati
sehingga dalam dorongan pertama oleh besar hatinya diterimanya taaran itu.
Dalam bulan Juli Mania dan Pierre berangkat ke Negeri Swis dan mereka diterima
oleh rekan-rekan mereka dengan segala kebesaran akan tetapi semasa musim panas
timbullah beberapa kesulitan. Terlebih dahulu harus diadakan persiapan
berbulan-bulan lamanya untuk pelajaran yang begitu pentingnya itu! ... Selain
dari itu buat sementara waktu perlu dihentikan percobaan-percobaan dengan
radium itu karena tak gampang memindahkannya ke sana dan pekerjaan membersihkan
zat yang baru itu harus di tunda pula ! Ini terlampau banyak untuk kedua orang
yang telah terpikat gairah ilmu pengetahuan itu sehingga seolah-olah mereka
telah kegilaan pekerjan mereka itu. Sambil mengeluh dikirim oleh Pierre sepucuk
surat guna menyampaikan minta maafnya, perasaan terima kasihnya dan –
permohonan minta berhenti ke Geneva. Ditantangnya godaan hidup yang lebih
senang itu sambil memutuskan pergi kembali ke Paris dan tinggal di sana karena
ia merasa terikat oleh cinta terhadap radium itu. Dalam bulan Oktober ditinggalkannya
Sekolah Polytehnik itu karena ia mendapat pekerjaan yang lebih besar gajinya
pada perguruan P.C.N. (Physique, Chimie, Sciences dan turelles) dalam suatu
bagian dari Sorbonne di jalan Cuvier.
Mania
yang ingin memberikan sumbangannya pula, melamar pekerjaan sebagai guru pada
sekolah Normal Tinggi untuk anak-anak gadis di Sevres dekat Versailles. Dari
wakil kepala sekolah itu diterimanya surat angkatannya :
Nyonya;
Dengan
hormat saya beritahukan bahwa atas anjuran saya Nyonya telah diserahi pekerjaan
mengajarn ilmu fisika selama tahun pelajaran 1900 – 1901 untuk kelas satu dan
kelas dua di sekolah normal di Sevres ini.
Sudilah
kiranya Nyonya datang menghadap kepala sekolah ini pada hati Senin yang akan
datang tepat pada tanggal 29 bulan ini.
Inilah
dua buah “sukses” dan untuk beberapa waktu lamanya dapatlah tercapai
kesetimbangan anggaran belanja rumah tangga mereka. Suami isteri Curie menambah
pikulan beban mereka pada saat percobaan-percobaan Radio-aktif meminta tenaga
mereka seluruhnya. Kedudukan yang selayaknya untuk Pierre, yaitu maha guru di
Sorbonne, tak diperkenankan kepdanya. Telah cukup rasanya guru besar ini
diserahi sajak pekerjaan mengajar seolah-olah yang kurang pentingnya dengan
memakan waktu yang bukan sedikit.
Suami
isteri Curie membungkuk di hadapan kitab-kitab sekolah, memikirkan pokok-pokok
masalah-masalah untuk murid-murid sekolah .. Pierre sekarang mempunyai
kewajiban pada dua bagian perguruan dan harus memimpin dua kumpulan murid-murid
dalam pekerjaan praktek mereka. Mania terharu oleh karena ia bekerja untuk
pertama kalinya sebagai guru Perancis; bersungguh-sungguh ia bersiap untuk
pelajarannya dan pekerjaan anak-anak gadis di Sevres itu diaturnya
sebaik-baiknya. Deprbarinya cara bekerja mereka dan pelajaran-pelajaran yang
diberikannya itu tak ada tooincare, guru kepala sekolah itu terharu melihatnya
dan memuji guru wanita muda itu. Mania tak pandai bekerja setengah-setengah.
Alangkah
banyaknya tenaga yang terbuang alangkah banyaknya waktu yang tercabut dari
pekerjaan yang terutama baginya.
Dengan
tas penuh pekerjaan di rumah oleh murid-muridnya yang telah diperiksanya,
pergilan Mania beberapa kali seminggu ke sekilah di Sevres itu dengan
mengendarai tram yang sangat lambat berjalannya sedang ia sendiri kadang-kadang
telah menunggu setengah jam lamanya di kali lima di jalan itu. Pierre
tergesa-gesa dari jalan Lhomond ke jalan Cuvier, tempat P.C.N. dan dari jalan
Cuvier ke jalan Lhomond, tempat pondokan mereka itu. Baru saja dimulainya suatu
percobaan maka terpaksalah ia meninggalkan alat-alatnya itu untuk mengajar
“ahli-ahli ilmu fisika” di sekolah P.C.N.
Ia
mengharapkan akan mendapat kesempatan bekerja di laboratorium pada pekerjaan
yang baru itu. Sekiranya ada balai penyelidikan di sekolah itu untuk tempatnya
bekerja maka cukuplah itu untuk mengobati kekesalan hatinya. Tetapi tidak! Di
P.C.N. itu hanya dua buah bilik-blik kecil diserahkan bagi keperluannya. Karena
sangat kesalnya melihat ini, dibuanglah buat sekali ini persaan malunya
meminta-minta dan diikhtiarkannya mendapat ruangan yang lebih besar, tetapi
sia-sia saja.
“Mereka
yang telah mengalami sedmikian” ditulis Mania di kemudian hari, mengetahui
bagaimana banyaknya kesulitan-kesulitan keuangan dan kepegawaian” dditemui
mereka dan mereka akan masih ingat bagaimana banyaknya surat-surat resmi yang
mereka harus masukan, surat-surat permohonan dan bantahan-bantahan yang tak
dapat dihindarkan sebelum mendapat hasil skeil-kecilnya. Pierre Curie jemu dan
putus asa karena ini”
Susah
payah ini mempengaruhi tenaga bekerja, bahkan juga kesehatan suami isteri itu.
Terlebih-lebih Pierre merasa lesu sehingga terpaksa “Jam Belajar” untuk dia
dikurangi. Di Sorbonne terluang pekerjaan maha guru untuk ilmu pelikan dan
sepantasnyalah diangkat ahli ilmu fisika penulis ajaran-ajaran penting tentang
ilmu hablur itu untuk jabatan itu. Pierre menawarkan dirinya akan tetapi
seingatnyalah yang diangkat.
Sahabat-sahabat
Pierre Currie berikhtiar dengan segala daya upaya supaya dapat diangkat menjadi
guru besar. Dalam tahun 1902 profesor Mascart mendesak Pierre agar sudi ia
memajukan dirinya sebagai calon untuk Academie des Sciences. Boleh dikatakan
bahwa telah pasti ia akan terpilih dan ini kelak akan memberikan kemungkinan
baginya memperbaiki keadaan jsmaninya. Ia sangsi-sangsi dan diturutinya walau
pun tidak dengan persaan gembira. Dengan perasaan mual dilakukannya
kunjungan-kunjungan yang lazim itu walau pun menurut pendapatnya ccara
kebiasaan ini adalah menghinakan bagi anggota-anggota Academie itu. Tetapi
ahli-ahli ilmu fisika Academie itu semuanya mempunyai calin itu sehingga
terpilihlah ia menjadi calon. Ia terharu karena ini dan atas desakan beberapa
kali oleh Mascart dimintanya pertemeuan dengan anggota-anggota perkunpulan yang
mulia itu.
Sekali
ia telah termasyhur dan para wartawan mencari cerita-cerita jenaka tentang
sarjana yang terkenal ini maka salah seorang dari mereka memperingati
kunjungan-kunjungan oleh Pierre pada bulan Mei 1902 itu sebagai berikut :
... Naik tangga turn tangga, melonceng-lonceng
pintu rumah, mohon diterma, menerangkan maksud kedatangannya; ini semuanya
telah dilaksanakan calon itu dengan perasaan malu karena bertentangan dan
gahamnya sendiri; tetapi selain dari itu harus pula ia menguraikan tentang
segala derat-derajatnya, menceritakan bagaimana pandainya ia menurut pandangannya
sendiri dan memebanggakan ddirinya berkat pekerjaannya dan pengetahuannya – dan
ini semuaya dirasanya melebihi kekuatan seorang manusia. Karena itu
dimualinyalah saingannya itu sambil mengatakan bahwa sebenarnya tuan Amagat-lah
yang pantas diangkat menjadi anggota perkumpulan itu, bukan dia – Currie!
Tanggal
9 Julia diumumkan hasil-hasil pemungutan suara : Para Anggota Academie itu
telah memilih anggota dari ntara Currie dan Amagat tersebut.
Kepada
seorang sahabat karibnya, Georges Gouy, diceritakannya berita ini, sebagai
berikut :
“Seperti
telah kau ramalkan undian itu telah membawa akemenangan bagai Amagat yang
mendapat suara 32 sedang saya sendiri 20 dan Gernez 6. Saya menyesal membuang
waktu sebegitu banyak untuk mencapai hasil sebagus ini.”
Dekan
yang baru, Paul Appell, yang dahulu didengarkan Mania dengan hati tertawan
hendak berikhtiar mempertahankan kepentingan Pierre Curie menurut cara yang
dipikirkannya sendiri, karena ia tahu bagaimana keras kepalanya Pierre itu,
maka dirintisnyalah jalannya sebagai berikut :
Paul
Appell kepada Pierre Curie :
“Dari
pihak kementrian saya mendapat permintaan mengajukan usul-usul untuk Legium
Kehormatan; nama tuan musti tercantum pada daftar calon yang saya akan
masukkan. Saya meminta ini sebagai jasa tuan terhadap Fakultet dengan
mengijinkan naam tun ditempatkan pada daftar itu. Saya mengakui bahwa anugerah
bintang itu tak ada artinya bagi seorang seperti tuan besarnya, akan tetapi
saya ingin benar memperkenalkan anggota-anggota Fakultet yang terbesar jasanya karena
penemuan-penemuan dan pekerjaan mereka. Inilah suatu jalan untuk memperkenalkan
mereka kepada Menteri dan menunjukkan kepada beliau bagaimana kita bekerja di
Sorbonne. Setelah tuan mendapat bintang kehormatan itu, terserah kepada tuan
memakainya atau tidak menurut kehendak tuan sendiri, tetapi saya minta kepada
tuan supaya tuan mengizinkan pencalonan tuan untuk itu.
Janganlah
marah, rekan yang terhormat, karena gangguan saya ini.”
Paul
Appell kepada Madame Curie :
....
Telah beberapa kali saya berbicara dengan rektor Liard tentang pekerjaan bagus
oleh tuan Currie dan tentang kekurangan dalam perlengkapannya serta tentang
pentingnya jika ia mendapat sebuah laboratorium yang lebih besar. Rektor itu
telah berbicara pula dengan Menteri tentang tuan Currie dan telah dipakainya
kesempatan itu untuk mengusuljan calon-calon Legiun Kehormatan berhubung dengan
tanggal 14 Juli. Menteri itu sangat tertarik hatinya oleh Tuan Curie. Mungkin
ia ingin menunjukkan perhatiannya dengan menganugerahkan bintang kehormatan bagi
tuan Currie. Sekiranya ini terjadi saya harap nyonya mengerahkan egala penaruh
nyonya agar tuan Curie tidak menolaknya.
Dipandang
dari suatu segi tentulah tidak ada sekali-kali arti hal ini, tetapi berhubung
dengan akibat-akibat praktis yang mungkin timbul dari hal ini (laboratorium,
perbelanjaan dsb) sesungguhnyalah sangat penting hal ini.
Saya
mohon kepada nyonya agar nyonya sudi mendesak tuan Curie menerima usul ini atas
nama Ilmu Pengetahuan dan untuk kepentingan Fakultet.”
Sekali
ini tak sudi Pierre mengalah. Tabiatnya membenci segala tnda-tanda kehormatan
sebenarnya telah cukup membenarkan sikapnya itu. Tetapi adalagi suatu perasaan
yang mendorongnya. Sesungguhnya menggelikan hatinya jika seorag dari kalangan
Ilmu Pengetahuan tak diperkenankan bekerja karena tak disediakan
syarat-syaratnya tetapi dalam pada itu hendak menghormatinya sebaagai suatu
dorongan, dengan memberikan “angka yang bagus” dalam menganugerahkan kepadanya
suatu bintang email berpita sutera merah. Inilah jawab Pierre Curie kepada dekan
itu :
“Denegan
hormat saya minta kepada tuan
mengucapkan terima kasih saya terhadap Menteri dan memberitahukan kepada beliau
bahwa tak sedikit pun ada hasrat saya menerima suatu bintang kehormatan, akan
tetapi yang saya butuhkan benar ialah suatu laboratorium.”
Harapan
mendapat hidup yang kurang sukarnya telah hilang. Karena tak ada laboratorium
yang diingini mereka itu dengan sangat, terpaksalah mereka meneruskan
percobaan-percoban mereka dalam pondok mereka itu seperti sedia kala, akan
tetapi masa bergairah yang mereka kerja di sana itu menghiburkan hati mereka
dalam keadaan kesulitan itu. Mereka teruskan memberikan pelajaran-pelajaran
yang dilakukan mereka dengan segala senang hati dengan tak merasa mual. Di
kemudian hari banyaklah anak-anak yang masih mengingat bagaimana
pelajaran-pelajaran oleh Pierre itu, terang dan mudah diartikan. Sebaliknya
bukan sedikit pula “Wanita Sevres” kelak tertarik hatinya oleh ilmu pengetahuan
berkat usaha Madame Curie, guru mereka yang berambut putih kuning dan yang dengan
tekanan suara Slavia-nya itu memberika uraia-uraian seolah-olah ia bernyanyian.
Ditarik-tarik kian kemari oleh pekerjaan dan kewwajiban mereka itu maka mereka
lupakanlah tidur dan makan. Aturan-aturan untuk hidup “biasa” yang dahulu
ditetepkan Mania, dapurnya dan pekerjaan-pekerjaan dalam rumah tangga telah
dilupakannya. Suami isteri yang tak menginsfi kegilaan-kegilaan mereka itu
menghabaiskan tenaga merekayang telah mulai berkurang itu. Beberapa kali
terpaksa Pierre tinggal dalam tempat tidurnya karena sakit yang tak terperi.
Mania yang berkat kekuatan satafnya belum runtuh, masih dapat melakukan
kewajibannya; sejak ia berhasil mencegah prae-tuberculose yang menguatirkan
keluarganya itu, dengan menghabiskan segala penjagaan setiap hari, disangkanya
bahwa ia telah kebal. Akan tetapi dalam buku catatannya berat tubuhnya
berkurang dari minggu ke minggu, selama empat tahun dalam pondok itu beratnya
telah berkurang tujuh kilo. Teman-temannya melihat mukanya bertambah pucat dan
semakin kurus. Seorang dari mereka, seorang ahli ilmu fisika muda, menulis
kepada Pierre mendesak supaya memelihara kesehatannya dan kesehatan isterinya
lebih baik, Suratnya itu menunjukkan bagaimana sedihnya hidup suami isteri
Curie itu dan bagaimana aranya mereka mengorbankan diri mereka :
Georges
Sagnac kepada Pierre Curie :
“...
Tat kala saya belum berapa lama berselang melihat Madame Curie di Societe
Physique sangat terkejut saya karena perubahan dalam wajah mukanya. Saya tahu
bahwa ia terlampau banyak bekerja berhubungan dengan dessertasinya itu, tetapi
sepmpat saya melihat bahwa tak ada lagi daya tahnnya secukupnya untuk hidup
maknawi seperti engkau berdua jalani sekarang ini.
Yang
saya katakan sekarang ini dapat juga diperhatikan oleh tuan sendiri.
Suatu
contoh untuk membenarkan desakan saya ini : Engkau berdua hampir tak makan
apa-apa, maupun nyonya Curie, maupun tuan sendiri. Kerap kali saya lihat
bagaimana Madame Curie makan sepotong dua potong soses dan minum teh secangkir,
ini semuanya sebagai makanan siang aau malam. Percayakah tuan bahwa sesehatnya
pun badan orang itu pasti tak cukup ini untuk kesehatannya. Bagaimana nanti
sekiranya madame Curie jatuh sakit?
Sifatnya
tak memperdulikan sesuatu apa dan keras kepalanya itu tak boleh menjadid alasan
bagi tuan untuk tinggal diam. Say kira-kira bantahannya adalah sebagai berikut
: Ia tak lapar. Ia telah cukup umur dan bijak sana mengetahui segala yang boleh
dilakukannya! Tetapi ia tak benar! Sekarang ini ia seperti anak-anak kecil.
Saya katakan ini dengan keyakinan yang jujur dan mengingat persahabatan kita.
Makanan engkau tak cukup engkau perhatikan. Kadang-kadang engkau makan dan itu
pun pada waktu larut malam sehingga perut yang telah lama menunggu-nunggu itu
tak dapat lagi bekerja dengan baik. Tentu mungkin sesekali oleh sesuatu sebab
berhubung dengan penyelidikan terpaksa engkau makan terlambat sedikit, akan
tetapi janganlah ini hendaknya menjadi kebiasaan. Penting artinya janganalah
setip detik dalam hidupmu dipergunakan untuk pekerjaan ilmu pengetahuan.
Sewakttu-waktu badan manusia itu perlu beristirahat. Duduklah makan dengan
tenang dan mamahlah makanan itu dengan perlahan-lahan. Hindarkanlah
membicarakan hal-hal yang sulit memikirkannya atau hal-hal yang meletihkan
pikiran. Janganlah membaca sewaktu makan dan janganlah bicarakan ilmu fisika
waktu itu....”
Nasihat-nasihat
dan sesal-sesalan dijawab Pierre dan Mania dengan tetapi memang kami
beristirahat juga. Kami berlibur di musim panas. Sebenarnya demikian itu” atau
pun setidak-tidaknya mereka berpikir bahwa mereka berlibur. Sewaktu musim bagus
mereka mengembara seperti dahulu kala dari tempat yang satu ke tempat yang
lain. Mungkin ada timbul harapan bahwa setelah Irene lahi, mereka akan
bertambah tenang dan bahwa setiap tahun mereka akan duduk di tepi pantai
melihat anak mereka itu bermain-main! Akan tetapi bukanlah bagitu tabiat
mereka! Berisitirahat berarti bagi mereka, dalam tahun 1898 mengendarai kereta
angin melanglang daerah Cevennes. Dua tahun sesudah itu mereka berjalan di tepi
pantai Kanal dari Havvre ke Saint-Valerysur-Somme; kemudian mereka berangkat ke
pulau Noir Moutiers. Dalam tahun 1901 mereka di Pouldu, dalam tahaun 1902, di
Arromanches, dalam tahun 1903 di Treport dan Sain-Trojean. Apakah
perjalanan-perjalanan itu memberikan kelegaan bagi mereka? Bolehlah disangsikan
ini. Yang bersalah dalam hal ini adalah Pierre yang tak tahan tinggal
berlama-lama di suatu tempat. Apabila mereka tinggal dua atau tiga hari dalam
suatu tempat, maka ia pun hendak berangkat ke Paris dan dibisikannya kepada
istrinya itu : “Telah lama kita tak bekerja!.
Dalama
atahun 1899 suami isteri Curie itu mengadakan perjalanan jauh yang memebawa
kegembiraan bagi mereka : untuk pertama kalinya sejak perkawinannya Mania
pulang ke tanah airnya, buka ke Warsawa, akan tetapi ke Polandia di bagian Austria,
yaitu ke Zakopane, tempat keluarga Dluski membuka sanatorium. Di dekatnya itu
di rumah penginapaneger menginap sekumpulan orang yang pertaliannya satu sama
lain sangat rapat. Tuan Sklodowski, masih sisgap dan seolah-olah muda kembli
melihat keempat-empat anaknya itu berbagahadia, empat rumah tangga, berkumpul
dengan dia. Alangkah cepatnya menjelang waktu itu! Belum berapa lama rasanya
putera dan putri-putrinya itu terpaksa memberikan pelajaran ke rumah-rumah di
Warsawa. Sekarang Yosep telah menjadi seorang dokter yang ternama dan mempunyai
istri dan anak. Bronia dan Casimir telah mendirikan sebuah snatorium. Hela
bekerja dalam kalangan perguruan sedang suaminya, Stanidlas Szalav, mempunyai
perusahaan potret yang bear. Mania .... bekerja dalam laboratorium dan
percobaan-percobaannya diumumkan hasil-hasilnya! Anak manis jenaka, seperti
dahulu kala dinamakan anak bungsunya itu!.
Pierre
Curie, bangsa asing itu, merupakan pusat segala perhatian. Orang-orang Polandia
ini membanggakan diri memperlihatkan Polandia kepadanya. Mula-mula tak tertawan
hatinya melihat negeri Polandia yang kasar padnangannya itu dengan pohon-pohon
cemara menghitam dan memuncak di pegunungan “Rysy” maka tertgunlah ia oleh
pemandangan yang mengahrukan dan kebesaran gunung-gunung yang tinggi itu. Wakyu
malam dikatakannya kepada istrinya dengan didengar oleh sanak-saudaranya :
“Alangkah bagusnya negeri ini. Sekarang baru sya mengerti apa sebabnya begitu
besarnya cinta orang terhdap negeri ini.
Dengan
sengaja dipakainya bahasa Polandia yang dipelajarinya itu dan walau pun
sebutannya kurang bagusnya, semua iparnya itu, lelaki dan perempuan, gembira
mendengarkannya. Dan di wajah muka Mania dilihatnya senyuman bangga dan
berseri-seri.
Tiga
tahun kemudian, dalam bulan Mei 1902, untuk ke
duakalinya Mania berangkat dengan kereta api ke Polandia – akan tetapi
dalam perasaan takut! Telah beberapa surat memberitahukan kepadanya bahwa
bapaknya dengan tiba-tiba jatuh sakit dan perlu di bedah pada kandung
empedunya. Mula-mula datang kabar-kabar yang mengamankan perasaannya, akan
tetapi dengan sekonyong-konyong datang sepucuk surat kawat. Ini berarti
akhirnya. Mania bermasud berangkat dengan segera, akan tetapi syarat-syarat
paspornya sangat sultnya, sehingga berjam-jam lamanya menunggu-nunggu sebelum surat-surat
perjalanannya itu teruru semuanya. Sehabis perjalanan dua setengah hari
sampailah ia di Warsawa, di rumah Yosep, tempat tinggal bapaknya itu.
Terlambat!.
Mania
tak sanggup memikirkannya bahwa tak akan dilihat-lihatnya lagi wajah muka
bapaknya itu. Masih dalam perjalanan telah didengarnya dengan akwat bahwa
bapaknya telah meniggal dunia dan kepada kaka-kakanya dimintanya dengan sangat
menunda penguburannya bapaknya itu. Dimasukinya kamr mayat itu dengan keranda
dan karangan-karangan bunganya. Dengan ketegaran hati yang mengagumkan
diinginnya supaya keranda itu dibuka kembali. Maka dibukalah keranda itu. Muak
si mati itu bergaris darah yang keluar dari hidungnya dan kepada wajah yang
rukun damai itu nampaknya Mania mengucapkan selamat jalan dan meminta maaf.
Dalam hatinya ia selalu menyesali dirinya karena ia tinggal menetap di Perancis
sehingga orang tuanya itu meraa kecewa karena diharapkannya akan tinggal
bersama-sama anaknya itu semasa usia lanjutnya.
Dekat
keranda terbuka itu, ditenegah-tengah sunyi senyap, Mania menuduh dirinya
sendiri sambil mendiam sehingga abang dan kakak-nya terpaksa menghentikan
pandangan yang menyayukan hati itu.
Mania
di dalam angan-angan hatinya sungguh sangat berat’’ akan tetapi tak ada
perlunya menyiksa dirinya semacam itu. Masa akhir bapaknya itu sangat
berbahagia – terlebih-lebih berkat diri Mania sendiri. Kasih sayang
anak-anaknya, kepuasan hatinya sebagai bapak dan nenek, telah memberikan
penggantian kerugian bagi untung malang selama hidupnya itu. Kegembiraan terakhir
dan terbesar Mania- lah yang memberikannya kepadanya. Penemuan Polonium dan
Radium oleh Manaia, membaca laporan-laporan Academie des Sciences yang memuat
berita-berita yang ditandatangani oleh anaknya itu, merupakan suatu sumber yang
mengharukan hati guru ilmu fisika ini yang karena beban sehari-hari tak pernah
mendapat kesempatan melakukan penyelidikan sekehendaknya. Selangkah-demi
selangkah diikutinya pekerjaan anaknya itu. Telah diinsyafinya pentingnya kerja
itu dan diramalkannya kesan yang akan mengagumkan dunia ilmu pengetahuan itu.
Tak berapa lama sebelum itu telah diberitahukan Mania kepadanya bahwa, setelah
bekerja empat tahun lamanya dengan ketegaran hati, sudah berhasil ia
menjelmakan radium asli. Dan dalam suratanya yang terakhir, enam hari sebelum
ia meninggal dunia, ditulis sehingga tulsiannya itu tak halus dan teratur lagi
seperti sedia kala :
“Sekarang
rupanya kau telah dapat menghasilkan garam-garam radium! Jikalau dipikirkan
bagaimana banyaknya tenaga dipergunakan untuk pekerjaan ini maka inilah unsur
kimiawi yang sangat mahalnya. Tetapi sayang sekali mungkin pekerjaan ini hanya
mempunyai arti teoritis saja kelak.
Kabar
penting tak ada dari sini. Hawa agak bagus juga, walau pun masih dingin
sedikit. Saya mau tidur lagi, karena itu saya berhenti menulis surat ini.
Terimalah peluk ciumku...”
Alangkah
bahagianya perasaan orang tua ini sekiranya ia masih diperkenankan hidup selama
dua tahun lagi dan mendengar bahwa anaknya itu termasyhur, bahwa tanda
penghormatan Nobel telah dianugerahkan kepada Henri Becquerel, Pierre Curie dan
Marie Curie – kepada anak-sayangnya “Anciupecio”!”
Pucat
dan kurus ditinggalkan oleh Mania Warsawa. Salam bulan September ia kembali ke
Polandia. Sehabis masa “berkabung” itu
anak-anak Sklodowski merasa perlu berkumpul-kumpul membuktikan bahwa perasaan
persatuan antara saudara dan saudari masih tetap ada.
Dalam
bulan Oktober kembali Pierre dan Mania ke laboratorium mereka. Mereka letih
payah. Sambil bekerja bersama untuk percobaan-percobaan, ditulisnya laporan
tentang pekerjaannya berkenaan dengan pembersihan radium. Tetapi ia berputus
asa dan tak ada keinginannya untuk apapun. Sekarang terasalah akibat cara
hidupnya yang memberati susunan syarafnya ia bangun dan berjalan di seluruh
rumah itu.
Tahun
berikutnya membawa kemalangan-kemalangan baginya. Mula-mula hamil yang berakhir
dengan keguguran. Mania sangat masygul memikirkan peristiwa ini :
Mania
menulis kepada Bronia pada tanggal 20 Agustu 1903 :
“Peristiwa
ini sanga membingungkan saya sehingga tak berani saya menulisnya kepada siapa
pun. Saya telah biasa memikirkannya bahwa anak ini akan datang sehingga
sekarang saya berputus asa dan tak sanggup mendapat penghiburan. Tulislah kepda
saya apakah mungkin ini karena saya terlampau letih payah – karena saya harus
mengakui bahwa saya tak berhemat mempergunakan tenga saya. Saya percaya kepada
resam tubuh saya, akan tetapi sekarang saya sangat menyesal, karena beratlah
hukumannya ini. Bayi itu, seorang anak perempuan, sanjai dan bernafas sebentar,
lalu ia mati. Alangkah saya ingini mendapat anak ini!”
Kemudian
datang pula dari Polandia kabar kemalangan keluarga Dluski itu” tulis Mania
kepada abangnya.” Anak itu adalah lambang kesehatan sendiri. Jika anak yang
dijaga serapi-rapinya seperti anak ini masih dapat kehilangan, bagaimana kah
mungkin orang –orang lain dapat mengharapkan memelihara dan mendidik anaknya?
Tak dapat lagi saya memandang kepada anak saya dengan tak gemetar ketakuran dan
kesedihan hati Bronia itu menghancurkan hati saya.”
Peristiwa-peristiwa
yang menyedihkan itu mengelamkan hidup Mania yang selainnya juga diusik oleh
memikirkan kesehatn Pierre : Pierre tak sehat badannya. Perasaan sakit yang
berbangkit-bangkit itu selalu berulang-ulang dan karena tak ada gejala-gejala
yang lebih nyata adalah penyakit itu menurut para dokter penyakit encok yang
sangat melemahkan Pierre. Karena sakitnya, ia mengerang beberapa malam lamanya,
sedang istrinya merawatnya dengan perasaan ketakutan.
Meskipun
demikian terpaksa Mania menjalankan kewajibannya di Sevres dan terpaksa Pierre
mengajar murid-murid yang banyak itu dan mengamat-amati pekerjaan mereka itu
terpaksa kedua ahli ilmu fisika itu melanjutkan percobaan-percobaan mereka.
Sekali,
hanya sekali itu saja, terdengar Pierre mengeluh. Dengan perlahan-lahan
dikatakannya : “Alangkah sukarnya hidup yang kita pilih ini.
Mania
hendak membantahnya, akan tetapi ia tak sanggup menyembunyikan perasaan
takutnya. Apabila Pierre berputus asa sedemikian, bukankah berarti itu bahwa
tenaganya telah sangat berkurang? Mungkin ia telah dihinggapi salah suatu
penyakit parah yang tak mengetahui kasihan?
Dan
mungkin dapat dipikul Mania keletihannya itu. Sejak beberapa bulan lamanya
wanita ini telah dikejar-kejar pikiran kepada maikat maut.
“Pierre!
Sarjana
itu berpaling dengan heran kepada Mania yang memanggilnya itu dengan suara
tertekan mengandung takut.
“Ada
apa, sayang?” “Mengapakah engkau?”
“Perre
.... Sekiranya salah seorang dari kita menghilang.... sebaiknya yang lain itu
jangan tinggal seorang diri. Tak dapat lagi kita hidup di luar yang lain, bukan?”
Dengan
perlahan-lahan Pierre menggoyangkan kepala. Sebentar dipandangnya muka Mania
yang bersedih itu dan dengan suara yang tegas dikatakannya : “Kau salah faham.
Apapu yang terjadi, sekalipun kita harus bekerja serupa badan yang tak berjiwa,
menjadi kewajiban bagi kita meneruskan pekerjaan kita itu.
BAB.
XV : UJIAN DOKTORAL DAN PERCAKAPAN SELAMA LIMA MENIT
Pengetahuan
tentang Radio Aktif semakin lama semakin maju. Dari tahun 1899, sampai tahun
1904 telah diumumkan suami isteri Curie kadang-kadang bersama-sama dan kadang
saah seorang dari mereka berdua atau pun dengan kerja sama dengan beberapa
orang rekan mereka tigapuluh dua buah laporan-laporan dalam lapangan Ilmu
Pengetahuan :
Tentang
gejala-gejala kimiawi dalam sinar radium. Marie Curie dan Pierre Curie, 1899.
Tentang
berat atom (berat zarah) barium. Marie Curie.1900.
Zat-zat
Radio Aktif yang baru dan pancarannya. Marie Curie dan Pierre Curie, 1900.
Tentang
induksi Radio Aktif yang disebabkan oleh Radium. Pierre Curie dan Andre
Debiarne, 1901.
Tentang
zat-zat Radio Aktif. Marie Curie dan Pierre Curie. 1901.
Tentang
berat zarah radium. Marie Curie. 1902.
Tentang
mengukur waktu. Pierre Curie, 1902.
Tentang
induksi Radio Aktif dan pancaran-pancaran radium. Pierre Curie, 1903.
Tentang
kalor yang dipancarkan oleh radium. Pierre Curie dan A. Laborde. 1903.
Penyelidikan-penyelidikan
tentang zat-zat Radio Aktif. Madame Curie, 1903.
Tentang
Radio Aktif bermacam-macam gas yang keluar dari mata air panas. Pierre Curie
dan A. Laborde, 1904.
Akibat
sinar radium menurut ilmu fa’al tubuh. Pierre Curie, Ch. Bouchard dan V.
Balrthazard. 1904.
Membaca
rentaengan dari beberapa uraian-uraian yang terpenting ini, hendaknya juga
direnungkan sejenak betapa tebal hasrat mereka hendak mengetahui, ketegaran
hati penulis-penulisnya itu.
Walau
pun berasal dari Perancis, dengan segera terkenal Radio Aktif itu, di luar
negeri juga. Sejak tahun 1900 di tengah-tengah surat-surat yang ditanda tangani
oleh para ahli-ahli ilmu pengetahuan yang termasyhur dari Ingris, Jerman,
Austria, Denmark menghujani pondok di jalan Lhomond itu penuh
pertanyaan-pertanyaan dan permintaan-permintaan. Suami isteri Curie selalu
berhubungan surat dengan Sir William Crookes, profesor Suess dan Bolzmann dari
Wien dan dengan ahli penyelidik Paulsen dari Denmark. Dalam surat-surat itu
diberikan “orang tua”, radium itu kepada rekan-rekan mereka
penjelasan-penjelasan dan hal-hal chusus, diteliti dari sudut tehnik, tentang
radium itu. Dalam beberapa negeri para peneyelidik berikhtiar menemukan zat-zat
Radio Aktif baru : hasilnya ialah Mosothorium, radiothorium, ionium,
protoactinium dan timbel radium.
Dalam
tahun 1903 dibuktikan oleh dua orang sarjana bangsa Ingris, Ramsay dan Soddy,
bahwa radium senantiasa melepaskan gas sedikit-sedikit, yaitu Helium. Inilah
pertama kalinya membuktikan bahwa zarah itu berganti-ganti. Tak berapa lama
sesudah itu timbullah pikiran baru oleh Ruthorford dan Soddy, suatu pikiran
yang juga telah diketahui oleh Madame Curie dalam tahun 1900. Berhubung dengan
ini diumumkan kedua sarjana itu suatu teori yang menarik hati tentang
perubahan-perubahan Radio Aktif. Diterangkan mereka bahwa unsur-unsur itu,
sekali pun nampaknya tak berubah-ubah, selalu dengan sendirinya mengalami
pertumbuhan dan bahwa semakin cepat transmormasi (perombakannya) itu, semakin
pula kegiatannya.
Alangkah
ajaibnya radium itu! Sebagai suatu chlorit rupanya ibarat bubuk kering berwarna
putih yang menyerupai benar dengan garam dapur. Tetapi semakin banyak
sifat-sifatnya yang mengagumkan akan terlihat. Pancaran yang menunjukan wujud
radium itu kepada Madame Currie, ternyata jauh lebih kuat daripada segala
dugaannya semula : dua juta kali lebih kuat pancarannya itu daripada pancaran
uranium. Ilmu Pengetahuan telah menguraikannya, membaginya, dan terbagi menjadi
lebih kecil lagi dalam tiga jenis sinar-sinar yang berlain-lainan yang timbul
berubah-ubah menembus segala zat-zat setebal-tebalnya. Hanya dinding yng tebal
dari tibel sajalah yang dapat menahan-nahannya dalam perjalanannya.
Radium
itu adalah bayangannya : Dengan sendirinya dihasilkannya semacam zat yang
bersifat gas, yaitu lepasan radium yang juga bersifat aktif danyang sekalipun
ia tersimpn dalam tabung gelas selalu membunuh dirinya sendiri setiap hari
menurut suatu kaidah yang tak dapat dialihkan. Gas semacam itu ternyata pada
berbagai mata air panas.
Ada
lgi suatu hal yang menggemparkan teori-toeri yang nampaknya dahulu menjadi
dasar tak terganti untuk ilmu fisika : radium itu menghasilkan kalor. Kalor
yang dihasilkannya dalam satu jam cukup untuk melebus es sebanyak timbangannya
itu. Apabila ia dilindungi terhadap hawa dingin dari luar maka ia bertambah
panas dan derajat panas itu dapat meningkat hingga sepuluh derajat atau lebih
di atas panas kitarannya itu.
Untuk
apakah radium itu tak berdaya? Di atas lempeng poteret ditinggalkannya
cetakan-cetakan dengan menembusi kertas hitam; angkasa itu menjadi pengantar
bagi listrik dan dengan cara demikian dapat ia dari jauh melepaskan
elektroskop, labu-labu dari gelas tempatnya menjadi ungu muda dan ungu tua
warnanya; kertas dan kapas pembungkusnya lambat laun di rusakannya sampai kedua
bahan itu hancur lebur ... Bahwa ada pancarannya telah diketahui orang.
“Pancaran
itu tak daapt dilihat pada siang hari.” Tulis madame Curie, “akan tetapi waktu
senja dapat dilihat dengan gampang.” Cahaya yang dipancarkannya itu cukup
terang buat membaca jika dalam gelap ia dipakai untuk menerangi.”
Teteapi
masih ada lagi sifat radium itu yang lebih menakjubkan. Beberapa banyak zat-zat
yang tak dapat memancar dengan sendirinya menjadi pendar fosfor karena radium.
Umpamanya
intan :
“Intan
menjadi pendar fosfor karena radium dan secara demikian dapatlah diperiksa
keaslian intan itu, karena pancaran gelas sangat sedikit.”
Selain
dari itu sinar radium itu bersifat “menular” seperti bau minyak wangi, seperti
suatu penyakit. Tak mungkin membiarkan sesuatu benda, suatu tanaman, seekor
binatang atau seorang manusia berdekatan dengan radium dalam tabung dengan tak
mengakibatkan “aktif” bagi barang dan manusia itu. Tularan yang mengacaukan
hasil-hasil percobaab-percobaan seksama oleh Pierre dan Mania itu merupakan
musuh sehari-hari bagi mereka :
“Sambil
mempelajari zat-zat yang radio aktifnya sangat kuat.” Tulis madame Curie, “
terpaksa kami mengambil tindakan-tindakan istimewa apabila kami hendak
meneruskan mengukur dengan seksama. Berbagai benda yang dipergunakan dalam
laboratorium kimiawi dan yang dipakai untuk percobaan-percobaan ilmu fisika,
semuanya dengan segera menjadi Radio Aktif dan mempengaruhi lempeng potret dan
menembusi kertas hitam. Debu dan hawa dalam bilik serta pakaian menjadi radio
aktif. Udara dalam ruangan itu menjadi penghantar. Dalam laboratorium tepat
kami bekerja itu sangat kami rasai kesulitan ini, karena tak ada lagi perkakas
kami yang dapat disekat dari pancaran itu.”
Radio
Aktif pancaran panas, menghasilkan Helium dan “emanasi” penghancuran denegan
sendirinya ... Alangkah jauhnya sekarang dan teori-teori tentang madi pasti dan
zarah yang tak berubah-ubah! Belum lima tahun berselang sarjana-sarjana
berpendapat bahwa alam semesta ini hanya merupakan zat-zat pasti dan
unsur-unsur yang selama-lamanya tak berubah-ubah karena kekal dan abadinya.
Sekarang ternyatalah bahwa setiap detik bagian-bagian radium dengan sendirinya
menghasilkan zarah helium yang dilepaskannya dengan suatu kekuatan besar. Hasil
dari letusan-letusan kecil tetapi menakutkan itu, yang dinamakan madame Curie
“Gempa-gempa perombakan zarah” adalah zarah gas emanasi yang mengurai dirinya
sendiri sambil menghasilkan zat Radio Aktif lain yang hancur pula kembali.
Demikianlah unsur-unsur Radio Aktif merupakan suatu keluarga yang ganjil dan
ganas yang setiap anggotanya dilahirkan oleh pisahan dengan sendirinya dari
induk-zat. Radium itu adalah “ketuunan” uranium sedang polonium itu keturunan
radium.
Zat-Zat
yang setiap kali dihasilkan itu menghancurkan dirinya sendiri pula menurut
hukum yang kekal dan abadi : setia unsur Radio Aktif kehilangan separoh dari zatnya dalam suatu
masa yang senantiasa serupa lamanya dan dinamakan orang “kala”. Ribuan juta
tahun tahun lamanya baru uranium itu kehilangan separoh dari zatnya itu, untuk
radium “kala” itu adalah 4600 tahun; dua hari diperlukan untuk emanasi radium
dan hanya beberapa detik untuk “keturunan-keturunan” dari emanasi itu.
Pada
lahirnya tak bergerak-gerik, tetapi sebenarnya zat itu mengandung kelahiran,
bentrokan, pembunuhan dan bunuh diri sendiri. Begitulah zat itu menyembunyikan
kesedihan menurut undang-undang yang kekal dan abadi. Dalam zat itu tersimpul
hidup dan mati.
Suatu
mukjizat yang baru dan mengharukan : radium itu dapat merupakan sumbangan untuk
bahagia manusia, karena ia dapat
dipergunakan sebagai teman seperjuangan untuk melawan mepnyakit yang
ganas itu : Kanker.
Tatkala
sarjana-sarjana bangsa Jerman, Walkhoff dan Giesel dalam tahun 1900 mengumumkan
bahwa zat baru itu mempunyai pengaruh pada tubuh manusia maka dengan segera
berseidalah Pierre Carie – dengan tak menghiraukan bahayanya – mengadakan
tangannya pada pengaruh radium itu. Dengan perasan suka cita dilihatnya bahwa timbullah suatu luka pada
tangannya itu. Luka ini dipelajarinya, diikutinya gerak-gerik luka itu dan
dengan tenang diuraikannya suatu laporan kepada Academie gejala-gejala yang
dilihatnya :
“Kulit
itu menjadi merah di permukaannya sebesar enam centimeter bujur sangkar;
nampaknya semacam bekas terbakar, tetapi kulit itu tak merasa sakit atau pun
hanya sedikit sekali terasa. Beberapa hari kemudian bekas merah itu bertambah
merah walau pun luasnya tak bertambah; pada hari ke duapuluh bekas itu
berkeruping dan sesudah itu timbullah suatu luka yang dibungkus oleh doktor;
pada hari keempat puluh dua kulit ari itu mulai sembuh pada tepi-tepinya dan
menjalar dengan perlahan-lahan ke tengah; limapuluh dua hari sejak sinar-sinar
radium itu mempengaruhi tangan saya itu tinggallah pada tempat luka itu hanya
suatu bekas seluas satu centimeter bujur sangkar yang berwarna keabu-abuan dan
menunjukkan nekrosa yang lebih mendalam.
Harus
say beritahukan juga bahwa tatkala madame Currie memindahkan beberapa centigram
radium yang sangat Radio Aktif ini, ia juga mendapat luka bakar semacam ini,
walau pun tabung kecil itu tersimpan dalam suatu peti dari logam. Selaind ari
gejala-gejala yang sangat nyata ini kami melihat juga; selama kami menyelidiki
zat-zat yang sangat Radio Aktif ini, beberapa gejala lain pada tangan kami.
Kulit tangan kami mengerosong lebih cepat, ujung jari yang menyinggung
tabung-tabung atau botol-botol yang berisi zat-zat Radio Aktif itu menjadi
keras dan kadang-kadang sangat tersa sakitnya; pada salah seorang dari kami
berdua sakit di ujung jarinya dan kira-kira dua pekan lamanya dan akhirnya
kulitnya barah sisik, akan tetapi sampai sekarang sesudah dua bulan lamanya
perasaan sakit itu masih belum menghilang seluruhnya.”
Tatkala
Henri Becquerel mengantong sebuah tabung berisi radium, ia juga mendapat luka
bakar dengan tak dikehendakinya ! Gembira dan marah ia bergesa-gesa ke rumah
Curie melaporkan kejahatan “anak jahanam” mereka itu. Sebagai kesimpulan
mengakhirinya dengan mengatakan : “Saya suka melihat radium itu, tetapi walau
pun demikian saya marah padanya!.
“...
Sesudah itu dicatat dengan segera hasil-hasil pengalamannya itu yang dimuat
dalan tanggal 4 Juni 1901, di samping pengmatan-pengamatan oleh Pierre.
Tertarik
oleh kekuasaan yang mengagumkan itu maka dipalarinya akibat-akibta yang
ditimbulkan dari sinar radium jika dipancarkan apda binatang. Ia bekerja sama
dengan dotor-doktor yang sangat
terkenal, seperti profesor Bouchard dan Balthazard. Tidak berapa lama maka
mereka mendapat keyakinan sebagai berikut : Karena radium itu menghancurkan
sel-sel yang sakit maka dapatlah ia menyembuhkan penyakit lupus, tumbuh ganda
dan beberapa jenis pekung. Cara mengobati ini di kemudian hari dinamakan terapi
Curie. Doktor-doktor bangsa perancis (Daulos, Wiekam, Dominici, Degrais dsb)
pertama kalinya mempergunakan pengobatan semacam ini dengan mendapat hasil yang
baik. Dipakai mereka tabung-tabung berisi emanasi radium yang dipinjamkan
Pierre Curie dan Madame Curie kepada meraka.
“Akibar
sinar radium pada kulit dipelajari oleh dr. Daulos di rumah sakit St. Louis:
tulis Mania. “Dalam beberapa hal radium itu memberikan hasil-hasil yang
menggembirakan : kulit yang oleh akibat radium itu dihancurkan sebagian timbul
kembali dalam keadaan yang sehat.”
Radium
itu telah memberikan manfaat-manfaat yang besar!
Dapatlah
difahamkan bagaimana akibat-akibat kenyataan semacam ini. Menghasilkan unsur
yang baru itu bukan saja mempunyai arti dalam lapangan ilmu pengetahuan, tetapi
radium itu merupakan zat yang dibutuhkan pula, radium itu menjadi pembawa
manfaat. Mulailah timbul perindustrian radium!
Pierre
dan Mania mengamat-amati pekerjaan industri ini dalam taraf permulaannya karena
hanya dengan nasihat-nasihat merekalah perindustrian dapat berjalan. Dengan
tangan mereka – terlebih-lebih berkat tangan Mania – terciptalah gram pertama
dari radium yang pernah dibuat dengan mengerjakan delapan ton ampas pekblenda
dalam sebuah pondok dekat sekolah Ilmu Fisika dan menurut cara bekerja yang
dipikirkan mereka sendiri. Lamabat laun tertarik perhatian khalayak ramai oleh
sifat-sifat radium itu dan suami istri Curie mendapat bantuan secukupnya untuk
mengatur penghasilan radium secara besar-besaran.
Pembuatan
radium secara besar-besaran itu dimulai di bawah pimpinan Andre Debiarne di
Societe Centrale de Proudits Chimiques yang bersedia melaksanakannya dengan tak
mengambil lama. Dalam tahun 1902 diberikan Academie de Sciences bantuan
sejumlah dua puluhn ribu france kepada suami isteri Curie “untuk menghasilkan
zat-zat Radio Aktif.” Dengan segera dimulailah mengerjakan lima ton bijih.
Dalam
tahun 1904 timbullah pikiran seorang pengusaha indudstri bangsa Perancis yang
ternama dan cerdik, yaitu Armet de Lisle, mendirikan kilang pembikinan radium
yang akan menyampaikannya kepada para doktor guna menyembuhkan tumbuh ganda
yang ganas (kanker ganas). Kepada Pierre dan Mania ditawarkannya sebuah ruangan
berdampingan dengan kilang itu sehingga dapatlah mereka melaksanakan pekerjaan
mereka di sana yang sampai sekrang tak dapat lagi dikerjakan mereka karena
kecilnya laboratorium kayu mereka itu. Suami isteri Curie mendidik teman
sekerja mereka seperti F. Haudepin dan Yaques Danne yang diserahi oleh Armet de
Lisl membikin zat yang berharga itu.
Mania
tak sudi berpisah dengan radium segramnya yang pertama. Kelak akan
dihadiahkannya itu kepada laboratoriumnya itu. Tak akan ada harganya yang lain
selain dari daya upaya yang dipakainya untuk mencapai hasil itu. Apabila kelak
pondoknya itu telah runtuh karena apekerjaan perombakan dan manakala madame Curie
tak hidup lagi maka radium yang segram itu, akan tetap merupakan lambang yang
gilang gemilang dari suatu pekerjaan mulia dan masa pahlawan dari hidup dua
orang manusia.
Radium
yang bergram-gram banyaknya dihasilkan sesudah itu, mendapat nilai yang lain –
nilai emas. Setelah radium itu diperniagakan maka itulah salah satu dari
zat-zat yang termahal di dunia ini : harganya ditaksir tujuhratus limapuluh
ribu franc emas segram.
Zat
luhur semahal itu patutlah dihormati : Dalam bulan Januari 1904, diterbitkanlah
nomor pertama dari majalah bulanan Radium yang semata-mata membicarakan zat-zat
Radio Aktif.
Radium
itu telah mendapat harga dagangan. Sekarang ada kursnya dan ada surat kabarnya.
Pada kepala surat-surat dari kilang Arment de Lislet tercantumlah :
GARAM
RADIUM – ZAT RADIO AKTIF
Alamat
kawat : “Radium-Negent-sur-Marne.”
Hasil
pekerjaan sarjana-sarjana dari berbagai negeri ini, ciptaan suatu
perindustrian, usaha-usaha pertama untuk cara pengobatan yang utma itu adalah
terwujud, berkat seorang wanita muda berambut putih-kuning, yang karena
dorongan gairahnya hendak mengetahui segala-galanya, dalam tahun 1897 memilih
dan mempelajari sinar Becquerel sebagai pokok untuk disertasinya. Karena
diangkanya ada zat yang gbaru dan karena ia berserta suaminya membuktiakn wujud
zat itu dan karena ia berhasil menyekat radium murni maka karena itulah
tercipta ini semuanya.
Pada
tanggal 25 Juni 1903, berdirilah wanita muda ini dihadapan papan tulis hitam
dalam sebuah ruangan kecil di Sorbonne yang disebutkan “Bilik Mahasiswa” yang
dapat dicapai dengan menaiki sebuah tangga tersembunyi dan melilit. Telah lebih
lima tahun berselang sejak dimulai Mania disertasinya itu. Diseret oleh angin
puyuh penemuan yang mengagumkan itu, telah lama ditundanya ujian dotoralnya itu
karena tak sempat ia mengumpulkan bahan-bahan untuk itu. Sekrang ia berhadapan
dengan hakimnya. Seperti biasa telah dipertimbangkannya kaidah-kaidahnya kepada
para pengujinya, tuan-tuan Lippmann, Bouty dan Moissan : “Penyelidikan zat-zat
Radio Aktif oleh Madame Sklodowski-Curie.” Dan “Suatu kejadian yang luar baisa
– ia telah membeli baju yang baru dari bulu domba hitam dan sutera. Atau lebih
tepat dikatakan : Bronia datang ke Paris hendak mendengar cara Mania
mempertahankan kaidah-kaidahnya itu. Ia berkeberatan adiknya itu berpakaian
papa semacam itu sehingga dipaksanya Madame Curie itu masuk sebuah toko
pakaian. Bronia-lah yang menjamah rupa-rupa kain dan menyuruh membikin beberapa
perubahan dengan tak menghiraukan muka marah adiknya tiu. Apakah masih diingat
kaka-beradik itu bahwa tepat duapuluht ahun yang lampau begitu jugalah Mania
diurus pakaiannya oleh Bronia. Hari pada masa itu semarak. Mania berpakaian
hitam seperti sekarang ini harus menerima bintang emas dari tangan seorang
pegawai bangsa Rusisa karena ia tamat dari gymnasium ....
Madame
Curie berdiri tegap lurus. Mukanya yang pucat iru telah menunjukkan tanda-tanda
perjuangannya yang memberikan kemenangan baginya karena pada dahinya yang lebar
itu telah nampak kisut-kisut sedikit. Para ahli ilmu fisika dan ilmu kimia
berdesak-desakan dalam ruangan yang disinari cahaya matahari terang benderang
itu. Karena pentingnya penyelidikan yang akan menjadi pokok pembicaraan itu
maka datang berkerumun para ahli ilmu pengetahuan, sehingga terpaksa ditambah
tempat duduk di ruangan itu.
Doktor
Curie, Pierre Curie dan Bronia dduduk di belakang dikerumuni mahasiswa. Dekat
mereka duduk beberapa anak gadis muda remaja yang tidak berhenti
bercakap-cakap: itulah anak gadis dari Sevres, murid-murid Madame Curie yang
datang untuk memberi sorak guru mereka itu.
Ketiga
apenguji dengan berpakaian rok duduk di belakang meja kayu yang panjang. Satu
persatu mereka mengajuan pertanyaan-pertanyaan kepada kandidat ujian itu dan
dengan suara halus dijawaba Mania pertanyaan-pertanyaan itu kepada Bouty,
Lippmann, gurunya pertama dengan mukanya yang bersemangat itu dan akhirnya
kepada Moissan dengan janggutnya yang panajng dan mengagumkan itu. Dengan
sepotong kapur tulis disuratkannya sewaktu-waktu salah satu rumus yang penting
di papan tulis di hadapannya itu. Hasil-hasil penyelidikan-penyelidikannya itu
diterangkannya dengan kalimat-kalimat tehnik dengan tak memakai kata-kata sifat
yang bagus-bagus. Akan tetapi dalam pikiran para ahli ilmu fisika yang
mengelilingansekarang tua dan muda, guru-besar dan murid, telah menjadi satu
“Transmutasi” yang lain. Kata-kata yang diucapkan Mania itu dengan tak
bersemangat menjadi bersemangat dan bergairah : memberikan bayangan salah satu
penemuan yang terpenting dalam abad-abad terakhir ini.
Para
sarjana tak menyukai berkata fasih dan tambahan-tambahan yang tak perlu. Untuk
memberikan derajat doktor kepada madame Currie maka dipergunakan hakim-hakim
dari Faculte des Sciences itu pula lah kata-kata sederhana; tetapi kata-kata
ini karena bersahajanya itu tigapuluh tahun kemudian mengharukan pembacanya.
Lippmann,
ketua melafalkan rumus yang telah terpatok itu sebagai berikut :
“Unipersitet
Paris memperkenankan kepada nyonya derajat doktor ilmu fisika dengan tambahan
cum laude.
Apabila
tepukan sederhana telah menghilang maka secara teman disambungnya : “Dan atas
nama para penguji dengan segala senang hati saya ucapkan selamat kepada
nyonya.”
Beberapa
waktu sebelum promosi ini dan sebelum di Perancis dan di negeri lain berdiri
industri radium mka telah diambil Pierre dan Mania suatu keputusan yang untuk
mereka tak ada artinya akan tetapi sangat mempengaruhi hidup mereka
selanjutnya.
Sejak
diketahui orang sifat-sifat pengorbanan oleh radium itu, dimana-mana dicari
oleh orang biji-biji yang mengandung radio aktif. Dalam beberapa negeri
dibangunkan perusahaan-perusahaan, terlebih-lebih di Belgia dan Amerika. Akan
tetapi kilang-kilang itu tak dapat menghasilkan “Logam ajaib” itu selama
insinyur-insinyur mereka tak mengetahui rahasia membikin radium murni itu.
Hal
ini dipertimbangkn Pierre kepada istrinya pada suatu hari Minggu di rumah
mreeka di jalan Kellermann. Mereka baru menerima surat dari Amerika Serikat.
Setelah dibaca oleh sarjana itu isi suratnya dengan penuh perhatianmaka,
dilipatnya dan diletakkannya di atas meja tulisnya.
“Baiklah
kita bicarakan dulu radium kita ini, kata Pierre dengan tenang. “Perindustrian
radium ini akan mendapat kemajuan yang pesat, ini sudah pasti. Baru saja datang
surat dari Buffalo : Beberapa orang tehnik ingin mendirikan perusahaan di Amerika
dan meminta kepada kita keterangan-keterangan yang diperlukan.
“Mengapa?
Dan tanya Mania yang tak seberapa tertarik hatinya karena percakapan semacam
ini.
“Sekarang
kita dapat memilih antara dua kemungkinan. Dengan tak ada batasnya menguraikan
hasil-hasil penyelidikan-penyelidikan kita, termasuk di dalamnya cara-cara
membersihkan radium itu ...
Dengan
tak dipikirkannya lebih panjang diberikannya tanda persetujuannya sambil
bersungut. “Ya tentu.
“Atau
pun Pierre menyambung, “kita memandang diri kita sebagai pemilik, sebagai
“Orang yang mendapat” radium itu. Dalam hal ini kita harus meminta paten
sebelum kita umumkan caranya engkau mengerjakan pekblenda itu dan harus kita
jaga supaya kita tetap mempunyai hak atas pembikinan radium dalam kilang-kilang
di seluruh dunia ini.
Ia
berikhtiar menjelaskan keadaan sebenarnya dengan tak memihak. Bukanlah salahnya
apabila ia sewaktu mengucapkan perkataan “paten” yang tak berapa dikenalnya,
terdengar suaranya. Maka ia pun berkata : “Mustahil itu. Karena ini bertentangan
dengan semangat Ilmu Pengetahuan.
Muka
muram Pierre berseri kembali. Akan tetapi terpaksa ia rasanya mendesak sebentar
: “Begitu jugalah pendapat saya ... akan tetapi janganlah hendaknya kita ambil
putusan ini dengan tergopoh-gopoh. Hidup kita banyak kesukarannya – dan
tentulah begini juga seterusnya. Kita mempunyai seorang anak; mungkin bertambah
lagi. Bagi mereka dan bagi kita sendiri paten itu akan berarti : uang yang
banyak, kekayaan. Berkat paten itu dapatlah terjain hidup yang lebih senang
untuk kita dan dapatlah ditinggalkan beberapa pekerjaan .... Sambil tersenyum
dikatakannya lagi : “Daapt jugalah kita mempunyai laboratorium yang bagus.
Mendengar
ini mata ania berseri-seri. Dengan sungguh-sungguh dipertimbangkannya soal
laba, soal penghargaan jasmani. Akan tetapi hampir pada saat itu juga
ditolaknya pikiran laba itu : “Para ahli ilmu fisika selalu mengumumkan
penyelidikan-penyelidikan mereka dengan tak ada kecualinya. Kalau penemuan kita
ini mempunyai harga dalam dunia perniagaan, adalah itu suatu hal kebetulan yang
tak boleh menimbulkan kemungkinan mendapat laba bagi kita; radium itu harus
dipergunakan untuk menyembuhkan orang-orang sakit.. Menurut pikiran saya
mustahil kita mengambil untung dari keadaan ini : Sekali-kali tak dicobanya
menginsyafkan suaminya itu : dugaannya ialah bahwa Pierre hanya aberbicara
sebagai ketegasan pikirannya. Dengan segala kepastian perkataan-perkataannya
itu mengucapkan pendapat mereka berdua, tafsiran mereka yang yang tak dapat
diobrak-abrikan tentang kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang sarjana.
Setelah
ia diam sebentar maka diulangi oleh Pierre kata-kata Mania itu laksana
kumandang : “Tidak bertentangan itu dengan semangat Ilmu Pengetahuan. Pierre
lega dada dan seolah-olah ia hendak memperbaiki sesuatu yang tak penting
disambungnya : “Nanti malam saya akan menulis surat kepda insinyur-insinyur di
Amerika itu dan memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan mereka itu.
“Dengan
persetujuan saya” ditulis madame Curie duapuluh tahun kemudian, “Pierre Curie
memutuskan tak mengambil untung dari penemuan kami itu : tak ada kami ambil
paten dan dengan tak ada batasnya kami berikan segala keterangan tentang
hasil-hasil penyelidikan kami itu dan begitu pula cara membikin radium itu.
Selain dari itu kami beri penjelasan kepada mereka yang memintanya. Ini
merupakan suatu manfaat besar bagi industri Radium yang dapat berkembang dengan
segala kebebasan, mula-mula di Perancis, kemudian juga di luar negeri; karena
ini jugalah dapat para sarjana dan doktor memperoleh bahan-bahan yang
dibutuhkan mereka. Perindustrian itu ssampai sekarang masih tetap memakai cara
yang kami tunjukkan itu.
...
Buffalo Society of Natural Science memberikan kepda saya sebagai
“kenang-kenangan” sebuah pengumuman tentang perkembangan perindustrian radium
di Amerika Serikat dengan reproduksi potret dari surat-surat yang memuat
jawaban-jawaban jelas yang diberikan oleh Pierre Curie atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan insinyur-insinyur Amerika itu kepadanya”
(1902 – 1903). Seperempat jam sesudah percakapan pada suatu hari Minggu itu
maka Pierre dan Mania telah naik kereta angin melalui gerbang-gerbang Gentilly
pergi ke arah hutan-hutan Chamart. Untuk selama-lamanya mereka telah memilih
antara kemiskinan dan kekayaan. Malam itu mereka kembali di rumah letih lesu
dengan karangan-karangan bunga di tangan mereka.
BAB.
XVI : MUSUH YANG BERNAMA KEMEGAHAN
Swis,
negara yang pertama kali menawarkan kepada suami isteri suatu kedudukan yang
selaras dengan jasa-jasa nereka – ingatlah surat dari Unipersitet Geneva itu –
tetapi negeri Inggris juga yang pertama-tama memberikan tanda penghormatan bagi
mereka.
Di
negeri Perancis pekerjaan-pekerjaan mereka itu telah beberapa akali dianugerahi
bintang oleh pihak Ilmu Pengetahuan : Dalam tahun 1895 Pierre menerima bintang
Plante dan dalam tahun 1901 bintang Lacaze. Madame Curie mendapat bintang
Gegner sampai tiga kali. Tetapi tanda penghormatan yang lebih tinggi adalah
dterima mereka tatkala dalam bulan Juni 1903 mereka mendapat undangan resmi
dari Royal Institution agar mengadakan ceramah tentang radium. Ahli Ilmu Fisika
itu menerima undangan itu dan ia berangkat bersama-sama dengan isterinya ke
London.
Lord
Kelvin yang tak asing lagi bagi mereka, mengelu-elukan mereka dengan muka yang
berseri-seri sebagai seorang sahabat lama. Orang tua yang telah termasyhur itu
memandang dirinya turut merasa bangga karena penyelidikan-penyelidikan suami
isteri itu seolah-olah ia juga turut mencapai hasil-hasil yang gilang gemilang
mereka itu. Laboratoriumnya diperlihatkannya kepada mereka itu dan sambil
berjalan-jalan dipegangnya bahu Pierre Curie. Kepada pembantu-pembantunya
diperkenalkannya dengan girang hati yang terharu buah tangan yang dibawa
tamunya itu dari Perancis, yaitu suatu hadiah istimewa bagi seorang ahli ilmu
fisika : Sepotong radium yang sangat besar harganya tersimpan dalam sebuah
botol berperut besar. Pada malam ceramah itu Lord Kelvin duduk di sisi Madame
Curie – wanita yang pertama-tama dibenarkan menghadiri pertemuan Royal
Institution. Dalam ruangan yang penuh padat itu hadir semua sarjana-sarjana
bangsa Ingris : Sir William Crookes, Lord Rayleigh, Lord Ave Bury, Sir Frederic
Bramwell, Sir Oliver Lodge, Profesor-profesor Dewar, Ray Lankerter, Ayrton,
S.P. Thomson, Amstrong ... Dalam bahasa Perancis dan dengan suara
perlahan-lahan diuraikan Pierre sifat-sifat radium itu. Sesudah itu dimintanya
memadamkan lampu dan ditunjukan beberapa percobaan-percobaan yang menarik hati
: berkat kekuatan sihir radium itu dilepaskannya dari jauh sebuah elektroskop
emas-kertas, dibikinnya tabir dari sulfat-seng menjadi pendar fosfor, dibuatnya
cetakan-cetakan di atas lempeng potret dengan menembusi kertas hitamdan
didberikannya pertunjukkan-pertunjukkan tentang pancaran panas oleh zat yang
luar biasa itu.
Gairah
yang meluap-luap pada malam itu esok harinya masih nampak pengaruhnya : seluruh
London ingin melihat “orang tua” radium
itu dari dekat. “Profesor dan amdame Curie” diundang untuk jamuan-jamuan makan
dan pesta-pesta besar.
Pierre
dan Mania menghadiri resepsi-resepsi yang semarak; mereka mendengarkan
pidato-pidato yang gmenghormati mereka yang dijawabnya dengan ucapan terima
kasih secara ringkas. Pierre yang berpakaian rok agak amoh yang juga dipakainya
waktu mengajar di P.C.N.; sangat sopan-santunya akan tetapi walau pundemikia
nampaknya pikirannya sedang melayang-layang seolah-olah tak diinsyafinya bahwa
semua penghormatan adalah untuk dia. Mania tak senang rasanya melihat pandangan
mata ribuan orang itu kepada dirinya – kepada Mania yang merupakan seekor
binatang tontonan, makhluk ajaib; seorang wanita yang bekerja sebagai ahli ilmu
fisika! Pakaiannya kehitam-hitaman berleher tinggi dan tangannya yang telah
dirusakkan hamud-hamud itu tak ada perhiasannya : bahkan cincin kawin pun tak
ada menghgiasi jari-jarinya. Berdekatan dengan dia cemerlang intan-intan yang
sangat indah dari seluruh kerajaan menghiasi leher-leher telanjang. Dengan suka
cita yang bukan buat-buatan dilihat Mania intan permata itu dan ia heran
melihat bahwa suaminya yang biasanya melayang pikiran itu juga memandang
kalung-kalung laksana “sungai-sungai” itu dengan penuh perhatian.
“Tidak
kusangka bahwa orang memakai permata sebanyak itu, katanya kepada Pierre
tatkala ia berganti pakaian malam itu. “Alangkah indahnya!
Suaminya
tertawa : “Kau tau, bahwa waktu makan saya tak tahu apa akan kuperbuat dan
karena itu saya memikirkan suatu permainan : saya hitung berapa banyak
laboratorium mungkin dapat dibelanjai dengan intan permata yang dipkaia oleh
perempuan-perempuan itu masing-masing untuk menghiasi leher mereka. Sewaktu
saat berpidato itu hitungan saya telah merupakan suatu bilangan falaki,
demikian banyaknya gedong yang dapat dibelanjai dengan permata-permata itu!
Beberapa
hari sesudah itu suami isteri Curie kembali ke pondok mereka itu di Paris. Di
London mereka telah mengikat pertalian silaturahmi yang tulus ikhlas dan
mendapat pembantu-pembantu yang sudi bekerja sama dengan mereka : bersama-sama
dengan seorang rekan bangsa Inggris akan diumumkan Pierre suatu uraian tentang
gas-gas yang dilepaskan bromit-radium.
Bangsa
Inggris setia pada orang-orang yang mereka junjung tinggi. Dalam bulan Nopember
1903 diterima suami istrei Curie sepucuk surat dari London memberitakan bahwa
Royal Institution telah menganugerahkan bintang Davy kepada mereka sebagai
tanda penghargaan setinggi-tingginya.
Mania
yang kurang sehat badannya, tak turut mengikuti suaminya ke upacara penerimaan
bintang itu. Sekembali dari Inggris, dibawa Pierre sebuah bintang emas pejal
dengan ukiran nama mereka. Dicarinya suatu tempat yang sepantasnya untuk itu di
rumahnya di jalan Kellemann itu. Karena canggungnya ia kehilangan bintang itu,
tetapi didaatnya akembali ... Dengan sekonyong-konyong diketahuinya suatu
pikiran baik dengan membereikan bintang itu kepada anaknya Irene yang berumur
enam tahun itu yang menyambutnya seperti menyambut suatu hari pesta.
Kepada
teman-temannya yang mengunjungi mereka diperlihatkannya bagaimana senangnya
hati anak itu bermain-main dengan permainannya yang baru itu.
“Irene
gemar sekali bermain-main dengan uang kelip besarnya yang baru itu, katanya
sebagai kesimpulan.
Dua
perjalanan dekat yang semarak, seorang anak kecil yang bermain-main dengan
sebuah mata uang dari emas ... Inilah awal permainan musik symphoni yang segera
akan menyusul irama azmatnya yang pertama.
Sekali
ini yang memberikan tanda mulai ialah dari negeri Swedia.
Pada
rapat umunya yang semarak pada tanggal 10 Desember 1903 diumumkan Akademi
Ilmu-ilmu Pengetahuan di Stockholm bahwa anugerah Nobel buat ilmu fisika tahun
itu teruntuk bagi Henri Becquerel seperdua bagian dan yang separoh lagi bagi
nyonya dan tuan Curie sebgai penghargaan jasa-jasa mereka berhubung dengan
penemuan-penemuan mereka dalam lapangan radio aktif.
Pada
upacara itu tak seorang pun dari mereka berdua yang hadir. Atas nama mereka
diterima duta Perancis ijazh-ijazah dan bintang-bintang itu dari tangan raja
Swedia. Karena bertimbun-timbun banyaknya pekerjaan mereka terganggu tak sampai
hati Pierre dan Mania berjalan begitu jauhnya pada pertengahan musim dingin.
Profesor
Aurivillius menulis kepada suami isteri Curie pada tanggal 14 Nopember 1903.
“Seperti
telah saya beritakan dengan kawat telah diputuskan Akademi Ilmu-ilmu
Pengetahuan Swedia dalam rapatnya apda tanggal 12 Nopember bahwa separoh dari
anugerah Nobel untuk ilmu fisika tahun ini teruntuk bagi tuan dan nyonya
sebagai tanda penghargaan percobaan-percobaan luar biasa oleh tuan dan nyonya
dengan seinar Becquerel.
Sebelum
tanggal 10 Desember putusan-putusan saksi-saksi yang bertugas menentukan
pembagian-pembagian anugerah-anugerah akan dirahasiakan akan tetapi pada
pertemuan umumnya yang semarak pada tanggal tersebut keputusan-keputusan itu
akan diserahkan ijazah-ijazah dan bintang-bintang emas bersangkutan dengan
anugerah Nobel ini.
Atas
nama Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan Swedia saya harap tuan dan nyonya sudi hadir
sendiri menerima anugerah-anugerah ini.
Menurut
peraturan dalam pasal 9 dari anggaran dasar yayasan anugerah Nobel, tuan dan
nyonya berkewajiban dalam enam bulan sesudah pertemuan itu mengadakan ceramah
di hadapan umum tentang gpekerjaan tuan dan nyonya yang mendapat anugerah itu.
Sekiranya tuan dan nyonya datang ke Sctockholm pada tanggal tersebut di atas,
sebaiknyalah jika tuan dan nyonya menunaikan kewajiban ini beberapa hari sesudah
pertemuan itu, manakala saat ini sesuai denganr ancangan tuan dan nyonya.
Pierre
Curie menulis pada profesor Aurivillius pada tanggal 19 Nopember 1903 :
“Kami
mengucapkan terima kasih banyak atas penghormatan Akademi Ilmu-ilmu Pengetahuan
Swedia terhadap diri kami dengan memperkenankan seperdua bagian dari anugerah
Nobel untuk ilmu fisika pada kami. Kami harap tuan sudia menyampaikan uacapan
terima kasih kami ini kepada Akademi tersebut akan tetapi sukar sekali bagi
kami datang ke Stockholm yang semarak itu pada tanggal 10 Desember yang akan
datang.
Tak
mungkin kami dapat meninggalkan kota ini menjelang tanggal tersebut berhubung
dengan tugas pengajaran-pengajaran kami yang akan terbengkelai karena
perjalanan itu. Sekiranya kami datang menghadiri rapat itu maka tak akan banyak
waktu terluang bagi kami sehingga hampir tak ada kesempatan bagi kami
berkenalan dengan para sarjana Swedia. Selaind ari itu madame Curie gering
semusim panas ini dan sekarang pun ia belum sembuh seluruhnya.
Karena
itu saya harap tuan sudi menunda kedatangan kami ke Stockholm dari ceramah kami
itu sampai suatu saat yang lain. Umpamanya pada waktu Paskah, atau lebih baik
lagi kami pada pertengahan bulan Juni, dapatlah kami datang ke Stockholm.”
Baiklah
setelah kata-kata hormat dan resmi ini dikutip, kita kutip pula sepucuk surat
yang lain – surat yang mengagumkan – ditulis oleh Mania dalam bahasa Polandia
kepada abangnya. Tanggal surat itu patut diperhatikan benar : 11 Desember 1903,
sehari setelah pertemuan umum di Stockholm itu. Hari pertama yang penuh dengan
kemegahan. Bukankah ini peristiwa yang luar biasa yang dialaminya ini? Belum
pernah terjadi seorang wanita ternama dalam lapangan Ilmu Pengetahuan yang
seakan-akan hanya teruntuk bagi kaum laki-laki. Ia-lah srjana wanita yang termsyhur
di dunia ini.
Madame
Curie kepada Yosep pada tanggal 11 Desember 1903 :
“Surat-surat
kamu berdua itu telah kami terima dengan ucapan terima kasih. Janganlah lupa
menyampaikan ucapan terima kasih kami untuk Manusia (anak Yosep) berhubung
dengan suratnya yang ditulisnya dengan rapi itu dan yang sangat menggembirakan
hati saya. Begitu ada waktu terluang bagi saya, lantas saya hendak membalas
suratnya itu.
Pada
permulaan Nopember ssaya kena penyakit influenza dan sebagai bekasnsya saya
masih batuk sedikit. Saya telah pergi ke dokter Landdrieux yang memeriksa
paru-paru saya, tetapi tak ada sesuatu yang menguatirkan dilihatnya. Akan
tetapi katanya saya kurang darah. Walau pun demikian saya tak merasa lemah dan
dapat saya mengusahakn lebih banyak pekerjaan dari di musim rontok dengan tak
meletihkan saya terlampau banyak.
Suami
saya, berangkat ke London menerima bintang Davy yang dianugerahkan kepada kami.
Saya tak ikut kesana, karena saya kuatir akan terlampau banyak meletihkan saya.
Sekarang
kami mendapat seperdua bagian dari anugerah Nobel. Tidak saya tahu dengan pasti
berapa jumlah uang itu, saya pikir kira-kira tujuhpuluh ribu franc, suatu
jumlah uang gyang sangat besar bagi kami. Aay belum tahu apabila kami
berangkgat ke Stockholm. Kami harus berceramah di sana dalam enam bulan sesudah
tanggal 10 Desember. Kami tak hadir pada pertemuan yang semarak itu, karena
terlampau susah bagi kami berangkat ke sana pada musim ini. Saya merasa tak
cukup kuat saya untuk pergi ke sana sekarang (48 jam dengan tak ada hentinya
dan lebih lama lagi jika bermalam di teengah jalan) di waktu musim dingin
sangat, ke suatu negeri yang dingin, sedang hanya tiga atau empat hari kami
dapat tinggal di sana : hanya dengan susah payah mungkin dapat kami tunda
pengajaran-pengajaran kami buat beberapa waktu lamanya. Barangkali waktu Paskah
baru dapat kami berangkat ke Stockholm dan ketika itulah akan kami terima uang
itu.
Kami
dibanjiri surat-surat dan kunjungan-kunjungan oleh ahli potret dan para
wartawan. Karena banyaknya, kadang-kadang timbul keinginan hendak menyuruk ke
dalam tanah. Dari Amerika kami mendapat tawaran mengadakan ceramah-ceramah
tentang pekerjaan kami ini dan kami ditanya berapa kami minta untuk itu, akan
tetapi syarat-syarat mana pun ditawarkan pada kami, kami telah bertekad akan
menolaknya. Dengan susah payah telah dapat kami menarik diri dari segala jamuan
pesta yang hendak disuguhkan kepada kami. Kami menolaknya dengan
sekeras-kerasnya sehingga timbul keinsyafan bahwa sesungguh-sungguhnya lah tak
dapat kami ubah tekad kami itu.
Irene
sehat dan segar bugar. Ia sekolah di suatu sekolah yang agak jauh dari rumah
kami. Di Paris ini sulit mendapat sekolah yang baik untuk anak-anak kecil.
Terimalah
peluk cium saya dan saya harap janganlah lupakan aku ini.”
Anugerah
Nobel yang dengan sekonyong-konyong menyebabkan pierre dan Mania termasyhur
itu, bagi Mania hanya satu artinya : sejumlah tujuh puluh ribu franc telah
dianugerahkan para sarjana Swedia kepada mereka sebagai dua rekan yang berjasa
dan karena itu “tidaklah bertentangan dengan semangat Ilmu pengetahuan
menerimanya. Pada tanggal 2 Januari 1904, ditambahkanlah cek yang membawa
bahagia itu, kepada uang tabungan mereka yang sedikit itu di kantor cabang di
jalan de Gobelins. Sekarang dapatlah Pierre meninggalkan sekolah tempat ia
mengajar selama ini dan ia digantikan oleh seorang ahli ilmu fisika yang
ternama : Paul Langevin, salah seorang dari bekas murid-muridnya. Maka Suami
Isteri Curie itu pun menggaji seorang embatu yang dijanjikan dengan samar-samar
oleh Unipersitet kepada mereka. Sebagai pinjaman di kirim Mania sejumlah
duapuluh ribu kron Austria kepada suami isteri Dluski untuk memudahkan
mendirikan sanatorium mereka itu. Bagi harta yang tak besar itu (yang segera
ditambah pula dengan limapuluh ribu franc dari anugerah Osiris separoh bagi
madame Curie dan Edouard Branly) dibagi sama-sama untuk surat-surat sero
perusahaan-perusahaan Perancis dan obligasi-obligasi dari kota Warsawa.
Dalam
buku kas hitam Mania tercatat beberapa pengeluaran uang yang lain.
Hadiah-hadiah uang dan pinjaman kepada abang Pierre, kepada kakak-kakak Mania –
kebajikan-kebajikan yang senantiasa merupakan jumlah-jumlah kacil berhubng
dengan sifat hemat Pierre dan Mania. Selaind ari itu iuran-iuran untuk
perkumpulan-perkumpulan Ilmu Pengetahuan.
Pemberian-pemberian
kepada mahasiswa-mahasiswa bangsa Polandia; kepada teman-teman Mania, kepada
pekerja-pekerja di laboratorium, kepada seorang anak gadis miskin dari sevres
... Mania teringat nama nama seorang wanita yang sangat miskin dan dahulu
pernah memberikan pelajaran bahasa Perancis untuk Mania dengan Cuma-Cuma, yaitu
bernama encik de Saint-Aubin, sekarang nyonya Kozlowska, lahir di Dieppe, kawin
dan tinggal di Polandia, yang angan-angannya ialah melihat tanah airnya
kembali; Maka manisa mengirim surat sambil mengundangnya datang ke Perancis
bermalam di rumahnya dan dibayarnya ongkos perjalanannya dari Warsawa ke Paris
dan dari Paris ke Dieppe, hal ini diceritakan perempuan itu kelak kepada
teman-temannya dengan air mata bercucuran kegirangan hati menerima kebajikan
yang tak disangka-sangkanya itu.
Kebajikan-kebajikan
ini dipikirkan Mania lebih dahulu dengan matang-atang dan dilaksanakan denga
dia-diam. Bukan kemurahan hati yang berlebih-lebihan, bukan tingkah-tingkah;
maksudnya ialah seumur hidupnya membantu semua orang yang memerlukan
bantuannya. Membantu ini hendak dilaksanakannya selaras dengan kesanggupannya
agar dapat diteruskannya selama-lamanya. Juga untuk dirinya sendiri
dipikirkannya perbaikan rumahnya di jalan Kellermann itu dilengkapinya dengan
sebuah kamar mandi yang moderen dan salah satu dari kamar-kamarnya disuruh
memperbarui kertas dindingnya, tetapi tak ada timbul dalam pikirannya membeli
topi baru berhubung dengan anugerah Nobel itu. Walau pun ia mendesak supaya
ditinggalkan Pierre sekolahnya, ia sendiri tetap mengajar di Serves. Ia suka
melihat murid-muridnya itu dan ia merasa sanggup meneruskan pelajarannya yang
memberikan penghasilan pula baginya.
Pierre
dan Mania merasa berbahagia melihat penemuan mereka dihargai sepantasnya oleh anggota-anggota
Perkumpulan Swedia itu dan mereka merasa beruntung juga apabila mereka di
antara ucapan-ucapan selamat menerima surat-surat yang bergairah dari
orang-orang yang mereka junjung tinggi. Kegemmbiraan sanak saudara mereka
mengharukan hati mereka dan uang sejumlah tujuh puluh ribu franc itu
meringankan beban sehari-hari mereka. Seliannya --- “selainnya” yang diingini
orang-orang lain dengan sangat sehingga mereka sampai hati melakukan
perbuatan-perbuatan durjana untuk mencapainya itu – bagi mereka merupakan
rintangan-rintangan yang mengusik mereka.
Salah
faham yang terus menerus memisah mereka dari khalayak ramai yang ingin
menunjukkan nuraga mereka terhadap suami isteri Curie yang dalam tahun 1903
nampaknya mengalami saat yang terpenting dalam hidup mereka. Mereka telah
berusia yang memberikan kesempatan bagi mereka – berkat akal budi dan
pengalaman mereka mencapai suatu puncak kesempurnaan. Dalam suatu pondok yang
tiris hujan mereka telah berhasil menemukan radium yang menawan hati seluruh
dunia, akan tetapi dengan itu panggilan sukma mereka belum selesai. Masih
banyak yang mereka pikirkan. Mereka ingin bekerja, mereka harus bekerja!.
Kemegahan
tak dihiraukan mereka; hari kemudian yang diidam-idamkan Pierre dan Mania itu.
Kemegahan itu menangkap mereka, menggenggam mereka ddengan segala kekuatannya
dan berikhtiar menghalang-halangi kemajuan mereka. Setelah diketahui umum bahwa
mereka mendapat anugerah Nobel itu, maka mereka menjadi perhatian ribuan orang,
lelaki dan perempuan, para ahli filsafat, pekerja-pekerja, guru-guru. Rakyat
jelata, orang-orang dari kalangan tinggi. Orang-orang yang berjuta-juta
jumlahnya itu menyambut mereka dengan gairahnya, tetapi apakah mereka minta
sebagai gantinya? Kebajikan-kebajikan yang telah berlebih dahulu diberikan Pierre
dan Mania kepada orang ramai – modal maknawi berupa penemuan mereka yang dapat
dipergunakan pula sebagai pencegah penyakit yang ganas itu – belum lagi
memuaskan mereka. Radio Aktif yang masih merupakan mudigah itu, dipandang
khalayak ramai sebagai salah satu dari kemenangan-kemenangan yang telah
tercapai dan pertumbuhannya lebih jauh tidak menarik perhatian mereka sebanyak
kenikmatan dari hal-hal khusus yang menawan hati tentangg kelahiran radio aktif
itu. Mereka ingin mengetahui segala hal ikhwal rumah tangga suami isteri itu.
Berkat hidup suci mereka dan karena mereka berdua merupakan sarjana yang unggul
dan selalu bertindak dengan tak memikirkan kepentingan sendiri, maka timbullah
suatu pengartian dongeng tentang hidup mereka itu. Penghirmatan orang-orang itu
mengganggu hidup pujaan – sebenarnya korban – mereka dan merampas nilai-nilai
yang Pierre dan Mania ingin memegangnya terus menerus kesunyian dan
kesenyapan!.
Harian-harian
semasa itu memuat gambar-gambar Pierre dan Mania (“Seorang wanita muda berambut
putih kuning, ramping dan sopan santun” ... seorang ibu lemah lembut yang
berjiwa mengingini penyelididkan hal-hal yang tak terduga” .... anak mereka
yang cantik manis itu”, dan “Didi, seekor kucing jalang yang berbaring dan
bergulung-gulung di hadapan perapian dalam bilik makan) dan di samping itu
mereka memberikan lukisan se dalam-dalamnya tentang rumah dan laboratorium yang
bagi Pierre dan Mania merupakan sewaka-sewaka yang dalam pandangan mereka hanya
mereka lah yang berhak mengetahui kenikmatan dan kepapaannya yang suci itu.
Rumah itu digambarkan sebagai “Sewaka seorang bijaksana” dan “rumah mungil,
tersepi, dan suatu kampung sunyi di Paris di bawah naungan kubu-kubu, sebuah
rumah yang melindungi bahagia perkawinan dua orang srjana yang ternama.”
Pondok
mereka itu pun mendaat penghormatan semacam itu : “Di belakang Pantheon, di
suatu jalan ekcil, gelap dan sunyi, seperti kadang-kadang nampak terlukis pada
gambar-gambar yang menghiasai cerita-cerita suka duka, di jalan Lhomond itu ada
sebuah gedong papa di antara dua buah rumah yang gelap dengan dinding penuh
lekah-belah : gedong yang mempunyai kaki lima yang goyah itu ialah Sekolah Ilmu
Fisika dan Ilmu Kimia kepunyaan Hamite. Saya melihat sebuah pelataran yang
dilingkungi oleh tembok-tembok setengah rumah karena pengaruh zaman dan sesudah
itu sampai lah saya (dengan melalui sebuah kubah yang menggema langkah-langkah
saya) pada suatu lurung buntu yang lembab dan di situ ada sebuah pohon
lengkung-layu. Di sana saya lihat beberapa bangsal, panjang dan rendah dengan
jendela-jendela kaca yang di belakangnya nampak nyala-nyala api lurus tegak
dengan perkakas-perkakas dari gelas berupa bentuk. Taka da suara sedikit pun
terdengar : sunyi-senyap yang gmengerikan; bahkan suara dari ota pun tak
berkumandang ke lurung ini.
Dengan
untung-untungan saya mengetok pintu, maka saya masuk dalam sebuah laboratorium
yang luar-biasa sederhananya : lantainya berupa tanah lekuk-lekuk yang merata
karena injakan, dindingnya dilepas dan atapnya dari kasau-kasau yang tak kuat nampaknya,
sedang cahaya matahari hanya dengan perlahan-lahan melantas ke dalam melalui
kaca jendela yang berdebu. Seorang anak muda yang membungkuk di hadapan sebuah
pesawat yang ruwet memandang saya sambil berkata : “Tuan Curie di sana”. Maka
ia pun meneruskan pekerjaannya. Walau berselang dari menit ke menit dan hawa
dingin. Dari sebuah kran air menets dan dua tiga buah pembakar-pembakar gas
sedang menyala.
Akhirnya
datanglah seorang lelaki besar, kurus dengan muka bertulang dan janggut beruban
kasar dan memakai baret yang telah tua. Itulah tuan Curie .... (Echo de Paris, Paul Acker).
Walau
pun suami isteri Curie itu menolak segala interviu dan pertemuan-pertemuan dan
meskipun mereka menarik diri dalam laboratorium mereka yang sederhana papa dan
untuk selama-lamanya merupakan suatu ruangan yang bersejarah itu akan tetapi
hidup mereka sebagai manusia biasa tak dapat lagi di kuasai mereka. Bahkan
keisinan mereka yang bagi para wartawan yang tak berperasaan, menimbulkan
keheranan dan perasaan hormat, menjadi buah bibir khalayak ramai yang
diperbincangkan dalam haria-harian.
“....
Saya ingin meminta perhatian untuk beberapa sifat-sifat budi pekerti cuan
Curie, yaitu : sifat tak mementingkan diri sendiri dan keisinan yang
sesempurnanya. Tuan berambut putih kuning dan bahu membungkuk, mata yang
pandangannya sangat manis ini, masih muda akan tetapi telah termsyhur walau pun
kemegahan ini tidak merusakkan akhlaknya. Sarjana, maha-guru ini hanya satu
minatnya di luar pekerjaan dan keluarganya. Ia ingin supaya murid-muridnya dan
semua orang muda yang kelak mengabdikan diri mereka untuk ilmu pengetahuan,
jangan dihalang-halangi oleh susah payah memikirkan nafkah mereka hendaknya.
Kesukaran-kesukaran sendiri bersama-sama dengan madame Curie dilupakannya untuk
memikirkan ini : mungkin dapat di cari di Perancis ahli-ahli penyelidik yang
sepantasnya diperhatikan; ahli-ahli tak terkenal yang tak akan pernah mendapat
kesempatan mewujudkan sesuatu apa, karena mereka terpaksa mengabaikan
pelajaran-pelajaran mereka supaya dapat mencari nafkah sehari-hari.
Tak
dapat saya menggambarkan bagaimana fasih dan terharunya tuan Curie menceritakan
ini kepada saya, padahal biasanya ia selalu berbicara bersahaja dan lemah
lembut.
Karena
itu sepantasnyalah tuan Curie menerima lebih dari penghargaan tinggi kita,
selayaknyalah kita berikan tuan Curie simpati kita.” (Eugene Thebault, Petite Republique).
Hidup
suami isteri itu juga merupakan bahan bagi sandiwara pada masa itu; tat kala
salah satu dari surat-surat kabar itu memberitakan bahwa suami isteri Curie
kehilangan sebagian dari persedian radium mereka, maka yang melukiskan
laki-laki itu dalam pondok mereka yang tak diizinkan mereka memasuki orang
lain, bahkan urusan rumah tangga mereka pun dibereskan di sana, dan dengan
lucunya digambarkan bagaimana mereka menyelidiki segala sudut dan lobang dalam
layar sandiwra itu mencari radium yang hilang itu....
Bacalah
bagaimana madame Curie melukiskan peristiwa ini kepada Yosep :
“Baru
ini kami mendapat kecelakaan : sewaktu kami mengadakan penyelidikan tentang
radium, maka tak sedikit radium kehilangan dari persediaan kami; sampai
sekarang saya belum mengerti apa sebabnya ini. Karena itu terpaksa saya menunda
pemeriksaan terhadap berat zarah radium itu yang seyogyanya hendak saya mulai
menjelang waktu Paskah.
Kami
berdua sangat cemas karena peristiwa kehilangan ini.”
Dalam
surat yang lain ditulisnya tentang radium itu bahwa hanya itulah yang
dipikirkannya :
Mania
kepada Yosep pada tanggal 23 Desenber 1903 :
“....
Mungkin dapat kami menghasilkan radium lebih banyak. Untuk itu perlu uang dan
biji. Uang itu ada akan tetapi tak sanggup kami sampai kini memperoleh biji
itu. Tetapi sekarang telah ada dijanjikan kepada kami dan mungkin dapat kami
peroleh radium sebanyak yang kami minta. Maka dapatlah kami mulai membikin
radium itu. Sekiranya kau mengetahui bagaimana banyaknya waktu, kesabaran hati
dan uang diperlukan untuk menghasilkan radium yang sedikit itu dari beberapa
ton biji!”
Inilah
masalah-masalah yang meminta perhatian madame Curie tigabelas hari sesudah
penyerahan anugerah Nobel kepada mereka. Selama tigabelas hari itu dunia ini
juga menemui : Suami isteri Curie. “Suami Isteri” yang mulia. Akan tetapi
Pierre dan Mania tidak memainkan peranan yang ditentukan itu untuk mereka
dengan sepantasnya.
Pierre
kepada Georges Gouy pada tanggal 22 Januari 1904 :
:Sahabatku
yang terhormat,
Telah
beberapa lama saya bermaksud mengirim surat kepada tuan; mafkanlah tak saya
tulis surat itu dengan segera, karena hidup saya sekarang ini tak karuan.
Tuan
tentu telah melihat bagaimana radium itu dengan sekonyong-konyong telah menjadi
buah perhatian khalayak ramai. Karena itu kami buat sementara merupakan pujaan
orang banyak sehingga kami dikejar-kejar oleh para wartawan dan pemotret dari
seluruh dunia; mereka sampai hati melaporkan percakapan anak kami dengan babu
di rumah kami. Selain dari itu kami menerima surat-surat dan
pertemuan-pertemuan dari orang-orang ganjil, semuanya orang-orang yang
menamakan dirinya ahli-ahli yang menghasilkan pendapat-pendapat baru, tetapi
sebenarnya tak ada artinya. Banyak pula kami terima surat-surat meminta-minta
derma. Akhirnya penggemar-penggemar mengumpulkan tanda tangan, orang-orang
pengocak, orang-orang dari kalangan tinggi bahkan beberapa sarjana mengunjungi
kami dalam ruangan permai di jalan Lhomond yang tuan telah kenal itu. Karena
ini semuanya, tak ada lagi kesempatan bagi kami bekerja dengan tenang di
laboratorium kami, sedang setiap malam harus kami membalas surat-surat yang
kami terima sebanyak itu. Cara hidup semacam ini membingungkan saya.”
Dalam
masa semarak dua ini ada tersimpul dua buah anasir-anasir yang bertenetangan
satu sama lain : yang satu merupakan kecenderungan hati khalayak ramai terhadap
dua orang yang dijunjung tinggi mereka itu; yang lainnya merupakan perlawanan
dua orang itu terhadap pemujaan itu, karena mereka lebih suka meneruskan
pekerjaan mereka itu dalam kesunyian dan lebih besar artinya bagi mereka
mengecap bahagia, “tak jamak” yang mereka hargai lebih tinggi dari
segala-galanya di dunia ini.
Pertemuan
dua anasir-anasir ini merupakan bunyi-bunyi janggal. Suami isteri Curie (yang
menderita kemiskinan mereka dengan tak berkeluh-kesah dan melaksanakan
pekerjaan mereka yang bertimbun-timbun banyaknya dengan tak ada keluhan serta
menjabarkan diri terhadap perbuatan-perbuatan tak senonoh oleh orang banyak)
nampaknya mulai kehilangan keseimbangan mereka seperti belum pernah terjadi
sebelum itu. Semakin
bertambah besar kemegahan mereka, semakin bertambah besar kegelisahan mereka.
Pierre
Curie menulis kepada Georges Gouy pada tanggal 20 Maret 1902 :
“...
Seperti tuan telah maklum, kami sangat berbahagia apda masa ini, akan tetapi
sebaliknya bahagia ini membawa beberapa keadaan-keadaan yang kurang
menyenangkan bagi kami. Belum pernah kami mengalami gangguan sebanyak yang sekarang
ini, padahal keinginan kami ialah hidup sebagai bangsa-bangsa liar, jauh dari
segala makhluk manusia. Kadang-kadang ada masanya tak sempat kami lagi bernafas
panjang!”
Pierre
kepda Ch. Ed. Guillaume :
“....
Kami dihujani permintaan mengirim karangan-karangan dan mengadakan
ceramah-ceramah, akan tetapi sehabis beberapa tahun kelak mereka itu juga yang
memintanya sekarang, akan heran mendengar bahwa kami tak bekerja lagi....”
Pierre
kepada Ch. Ed. Guillaume pada tanggal 15 Januari 1904 :
“Saya
akan berceramah pada tanggal 18 Pebruari akan tetapi harian-harian telah salah
faham tentang hal ini sehingga karena berita yang tak benar itu saya
menerima permintaan sebanyak 200 buah
untuk kartu-kartu masuk. Permintaan-permintaan itu tak saya jawab.
Ceramah
oleh Flamarion itu sekali-kali tak menarik perhatian saya. Saya merindukan masa
yang lebih tenang dan saya tinggal dalam suatu negeri yang sepi yang melarang
ceramah-ceramah dan menurut para wartawan ke pengadilan.”
Mania
kepada Yosep pada tanggal 19 Maret 1904 :
“Yosep
sayang, terimalah ucapan selamat saya untuk hari lahirmu itu. Moga-moga kau
dikaruniai kesehatan dan rezeki untuk seluruh keluargamu – dan juga saya harap
supaya kau jangan terbenam hendaknya dalam lautan pos seperti yang membanjiri
kami pada masa ini atau diganggu penyerbuan-penyerbuan seperti yang dilancarkan
sekarang terhadap diri kami.
Sayang
telah saya buang surat-surat yang saya terima itu; bukan main banyaknya
pengajaran-pengajaran di dalamnya .... Dianataranya ada syair-syair sonnet, pantun-pantun
memuja radium, surat-surat dari berbagai ahli penemu, surat-surat dari ahli
ilmu gaib dan surat-surat dari filsauf-filsauf. Kemarin saya menerima surat
dari seorang bangsa Amerika yang meminta persetujuan saya : kuda lomba hendak
diberi nama saya. Selain dari itu ratusan permintaan-permintaan tanda tangan
dan gambar-gambar. Tak ada yang saya balas surat-surat itu akan tetapi banyak
terbuang waktu saya membacanya.”
Mania
menulis kepada misannya Henriette pada musim bunga 1904 :
“Hidup
kami yang selama ini aman dan sentausa itu telah kacau-balau seluruhnya dan
saya tak mengetahui apakah akan dapat lagi kami hidup dalam keseimbangan
seperti sedia kala.”
Perasaan
kesal dan masygul, barangkali boleh juga saya katakan : Perasaan sakit hati
yang nyata dari surat-surat Pierre dan Mania ini tak dapat disangkal ... kedua
orang sarjana itu telah kehilangan rukun damai rohani mereka :
“Keletihan
sebagai akibat jerih payah yang melewati batas kesanggupan kami dan dipikulkan
oleh keadaan keunagan yang menyedihkan, bertambah besar lagi karena serbuan
pengumuman-pengumuman ini” tulis Mania di kemudian hari. “Gangguan terhadap
pengasingan diri kami secara suka-rela itu menyebabkan sedih hati yang tak
terperi dan membawa akibat-akibat seolah-olah kami ditimpa bencaa.”
Sebagai
gantinya gangguan itu ada juga kemegahan itu membawa beberapa hasil yang
menyenangkan bagi suami isteri Curie : angkatan Maha Guru, laboratorium, para
pembantu dan sokongan yang mereka telah harapkan beberapa lama. Tetapi
pabilakah datangnya kebajikan-kebajikan itu? Tak putus-putusnya mereka
menunggu-nunggu itu dalam kekuatiran.
Inilah
salah satu sebab yang utama yang gmenimbulkan persaan gelisah bagi Pierre dan
Mania itu, karena Perancis-lah negeri yang terakhir mengakui jasa-jasa mereka
sehingga terlebih dahulu mereka mendapat anugerah bintang Davy dan Nobel,
barulah bersedia Unipersitet di Paris itu membuka pelajaran Ilmu Fisika yang
akan dipimpin oleh Pierre Curie. Kedua orang sarjana itu sedih hati memikirkan
ini. Hadiah-hadiah dari luar negeri itu menunjukkan lebih nyata bagaimana
sedihnya keadaan mereka mewujudkan penemuan mereka yang telah mendapat pujian
itu dan keadaan itu nampaknya belum akan tiba akhirnya.
Pierre
terkenang kepada jabatan-jabatan yang selama empat tahun selalu ditolak lamarannya.
Maka adalah menjadi suatu kewajiban kehormatan baginya memuji-muji di muka umum
bahwa hanya satu perguruan yang membantu dan merupakan dorongan batin bagi
pekerjaannya, sekali pun bantuan-bantuan itu tak berapa besar : perguruan itu
ilaha Ecole de Physique et de Chimie. Tatkala ia mengadakan ceramah di Sorbonne
di hadapan orang banyak maka diperingatinya lah pondoknya yang luar biasa
papanya itu sehingga tak mungkin diakal mempercayainya dan ia berkata :
“Saya
ingin memperingatinya bahwa percobaan-percobaan kami itu semuanya kami
selenggarakan dalam Sekolah Haminte untuk Ilmu Fisika dan Ilmu Kimia.
Bagi
setiap penghasilan dalam lapangan ilmu pengetahuan adalah suasana tempat
bekerjanya sangat penting artinya, sehingga sebagian dari hasil-hasil yang kami
capai itu adalah berkat pengaruh itu. Sejak lebih daari duapuluh tahun saya
bekerja di sekolah itu. Tuan Schutzenberger, direktur pertama di sekolah ilmu
fisika itu, adalah seorang sarjana yang utama. Saya masih ingat dengan perasaan
terima kasih bahwa ialah yang memberikan alat-alat bagi saya tatkala saya masih
amanuensis di sana; kemudian diperkenankannya madame Curie bekerja bersama-sama
dengan saya dan semasa diberikannya persetujuannya itu, adalah ini suatu hal
yang luar biasa yang belum pernah terjadi ... Direktur-direktur yang sekarang,
tuan-tuan Lauth dan Gariel begitu pula kemurahan hati mereka terhadap saya....
Para
guru-guru dan murid-murid yang berasal dari sekolah itu merupakan lingkungan
yang berbahagia yang sangat berfaedah bagi saya. Pembantu-pembantu dan
teman-teman kami semuanya bekas murid sekolah itu dan saya merasa beruntung
mendapat kesempatan menyampaikan ucapan terima kasih saya kepada mereka dari
tempat ini.”
Selain
dari gairah bekerja dan takut membuang-buang waktu, ada lagi sebab-sebab lain
yang menimbulkan perasaan mual bagi Pierre dan Mania mengingta kemegahan mereka
itu.
Tabiat
Pierre ialah menjauhkan diri dari segala penghormatan sehingga pujaan-pujaan
yang sekarang seolah-olah menyerbunya itu, terbentuk kepada tafsiran hidupnya
selama ini. Ia membenci segala pengertian perbedaan golongan dan baginya adalah
menggelikan hati memandang seorang sebagai “Nomor Satu dari kelasnya” sehingga
bintang-bintang penghormatan yang diingini orang-orang dewasa itu, serupa
hampanya seperti bintang-bintang yang diberikan kepada murid-murid sekolah.
Tafsiran ini yang menyebabkan ditolaknya menerima binang Legiun Kehormatan,
juga dianutnya untuk lapangan Ilmu Pengetahuan. Hasrat bersaing dalam
“Perlombaan-perlombaan penemuan” bukanlah sifatnya sehingga tak
didperdulikannya apabila seorang rekan mendahuluinya. Serajin-rajinnya ia
bekerja, semalas-malaslah ia mengumumkan hasil-hasil percobaan-percobaannya itu
dan sebaliknya dari memandang kemajuan-kemajuan saingan-saingannya itu dengan
perasaan cemas, adalah ia bergembira melihat sukses-sukses mereka itu. “Apalah
salahnya jika bukan saya yang mengumumkan usaha ini dan itu?” Ia biasa berkata,
“asal ada orang lain yang melaksanakannnya.”
Sifatnya
tak mau memperdulikan apa-apa itu sangat mempengaruhi Mania. Akan tetapi
bukanlah keinginan meniru-niru atau menaati Pierre, jika ia seumur hidupnya
mengelak diri dari segala tanda-tanda pemujaan. Kemegahan it ditolaknya bukan
berkat sesuatu asa akan tetapi budi pekertinya mendorongnya sedemikian. Sifat
isin yang tak dapat ditahan-tahannya dan kejang-saraf yang pedih melegakannya
apabila pandangan mata orang banyak mengamat-amatinya. Keadaan semacam ini
mengakibatkan perasaan tak senang baginya sehingga kadang-kadang ia pening
kepalanya dan loyo badannya.
Hidupnya
penuh padat dengan kewajiban-kewajiban sehingga tak mungkin baginya
membuang-buang tenga sekalipun sekecil zarah. Beban pekerejaannya, rumah
tangganya, kewajibannya sebagai ibu dan pelajaran-pelajarannya di sekolah
dipikul madame Curie sebagai tukan dansa di atas kawat. Satu “peranan” lagi
dipikulnya padanya maka akan kehilangan keseimbangan ia dan ia akan terjatuh
dari kawat ketat itu.
Isteri,
Ibu, darjana, guru – tak ada sedikit pun kesempatan bagi Mania memainkan
peranan wanita yang termasyhur.
Demikianlah
Pierre dan Mania bersama-sama menolak pemujaan, walau pun alasan-alasan mereka
berlainan sati sama lainnya. Mungkin juga dapat difahamkan apabila dari dua
orang yang bersama-sama mewujudkan suatu pekerjaan mulia, berbeda cara
penghargaan mereka terhadap kemegahan itu. Pierre umpamanya mungkin dapat
menolaknya, sedang Mania membanggakannya .. Tetapi bukan sedemikian kelakuan
mereka! Mutu kedua jiwa itu serupa dengan mutu akal budi mereka. Juga godaan
ini dapat diatasi mereka juga dalam menolak pujaan-pujaan itu, mereka bersatu.
Sebenarnya
saya telah berikhtiar menemui suatu kecualian dalam kaidah yang saya pandang
keras sekali ikatannya. Dalam hati saya : Seharusnyalah sukses luar biasa
semacam yang dialami ibu saya itu dan semacam yang belum pernah dialami seorang
wanita sebelum itu, akan memberikan perasaan bahagia juga bagi ibu saya itu
walau pun hanya sedetik lamanya. Tak masuk di akal saya bahwa kemegahan berkat
ilmu pengetahuan itu senantiasa akan menimbulkan rasa derita bagi ibu saya dan
saya mengharap akan menemui sesuatu catatan dalam sesuatu surat atau sesuatu
berita keluarga oleh pahlawan itu yang merupakan ucapan berbangga diri atau teriak kemenangan.
Tetapi
harapan saya sia-sia belaka. Mania yang telah diangkat menjadi “madame Curie
yang termasyhur itu” tentu adan merasa berbahagia akan tetapi hanya dalam
kesunyian laboratoriumnya atau dalam lingkungan tertutup di rumahnya. Dari hari
ke hari ia semakin menarik diri dari keinginan mereka yang hendak
menempatkannya pada suatu tempat tontonan; karena ia tak sudi menjadi “bintang”
yang baginya tak ada persamannya dilihatnya. Bertahun-tahun lamanya dijawabnya
pertanyaan orang-orang yang tak mengealnya : “Apakah nyonya madame Curie?
Dengan suara merata : “Bukan, tuan salah.
Terhadap
orang yang memuja-mujanya atau terhadap orang-orang bangsawan yang memandang
dan memperlakukannya sebagai seorang raja, ditunjukkannya, seperti juga oleh
suaminya, hanya sifat keheranan, perasaan lesu, perasaan tak sabar yang
disembunyikannya sebaik-baiknya – dan teristimewa : perasaan kesal yang
mematahkan dan memberatinya apabila orang-orang cerewet memberikan pandangan
mereka tentang penemuannya dan keahliannya itu.
Ada
sesuatu lelucon di antara yang lain-lain yang dapat melukiskan dengan nyata
bagaimana reaksi suami isteri Curie terhadap yang disebutkan Pierre “Kurnia
kebahagiaan”. Suami isteri Curie itu dijamu makan di Elysee oleh Presiden
Loubet. Maka pada suatu ketika datanglah seorang nyonya mendekati madame Curie
dan bertanya : “Apakah nyonya ingin saya perkenalkan nyonya kepada baginda raja
Griek?
Dengan
hormat dan suara perlahan-lahan diucapkan Mania yang tak menaruh syak-wasangka
itu perkataan-perkataan yang terlampau tulus ikhlas ini : “Tak ada saya lihat
faedahnya itu.
Dilihatnya
bahwa nyinya itu tercengang mendengarnya, :dan bahwa nyonya yang tak dikenalnya
itu sebetulnya ... adalah nyonya Loubet. Mania bera muka dan sambil sadarkan
dirinya dijawabnya dengan cepat : “Tentu ... sesungguhnya .... saya bersedia
menyenangkan hati nyonya! .... Kalau nyonya suka!
Suami
isteri yang gemar sekali hidup sebagai seorang liar itu sekarang mempunyai
alasan lagi untuk mencari kesunyian : mereka lari meninggalkan orang-orang yang
suka mengusik mereka dengan segala pertanyaan dan perhatian mereka. Lebih-lebih
lagi dari dahulu mereka mengembara melalui kampung-kampung yang sepi dan apabila mereka bermalam dalam
suatu penginapan kecil, maka mereka pakai nama palsu dalam buku tamu penginapan
itu.
Kan
tetapi samaran mereka yang sebik-baiknya ialah paras muka mereka sendiri.
Orang-orang yang melihat tuan yang berpakaian tak karuan dan gerak-geriknya
yang canggung itu dengan kereta anginnya memasuki sesuatu jalanan kecil di
Bretagne atau nyonya temannya berpakaian petani wanita itu, tak akan timbul
dalam pikiran mereka bahwa itulah pemenang-pemenang anugerah Nobel.
Bahkan
mereka yang mengenal mereka pun sangsi-sangsi. Seorang wartawan bangsa Amerika telah
mengikuti jejak-jejak kedua sarjana itu dan menemuinya di Pouldu, tetapi dengan
bingungnya ia berhenti di muka rumah seorang nelajan. Surat kabarnya
menyuruhnya menginterupsi madame Curie, sarjana yang termasyhur itu. Dimanakah
ia? Baiklah ditanyakan kepada seseorang ... Barangkali perempuan di sana itu
yang dengankaki telanjang duduk di tangga di muka pintu rumah sambil
membuangkan pasir dari sepatu kain raminya itu. Perempuan itu menoleh dan
matanya abu-abuan itu memandang si lancang di depannya itu.... dan
sekonyong-konyong ia menyerupai ratusan, bahkan ribuan gambar-gambar yang
dimuat dalam surat kabar. Itulah dia!
Sekejap
wartawan itu bingung, maka duduklah ia di samping Mania dan diambilnya buku
catatannya. Karena dilihatnya bahwa tak mungkin lagi ia melarikan diri maka ia
pun bersabar hati dan dengan kalimat-kalimat pendek dijawabnya
pertanyaan-pertanyaan yang menginterupsinya itu. Benarlah Pierre Curie dan ia
menemui radium itu, Ya, mereka akan meneruskan pekerjaan mereka itu...
Sambil
berbicara diketokkan sepatunya itu kepada batu-batu untuk membersihkannya
seluruhnya dan dipasangnya lagi pada kakinya yang dilecakkan batu dan duri. Ini
lah kesempatan yang sebaik-baknya bagi wartawan! Aangkah bagusnya kisah ini “Diambil
dari hidup” dengan tak disengaja. Wartawan itu berikhtiar mempergunakan
kesempatan ini sebaik-baiknya dan diajukannya pertanyaan-pertanyaan yang kurang
sifat umumnya. Sekiranya ia berhasil mengetahui sesuatu hal khusus dri amsa muda
madame Curie itu; atau tentang caranya bekerja atau tentang hidup jiwa seorang
wanita yang mengabdikan dirinya untuk penyelidikan-penyelidikan!
Akan
tetapi dengan segera paras yang menarik hati itu bertukar air mukanya. Dengan
sebuah kalimat – suatu kalimat saja yang diulang-ulanginya laksana sebuah
semboyan yang melukiskan tabiatnya, hidupnya, panggilan sukmanya, suatu kalimat
yang lebih banyak isinya daripada buku-buku berjilid-jilid – maka diputusknnya
lah percakapan itu : “Dalam
ilmu pengetahuan seharusnya lah peristiwa-peristiwa saja yang diperhatikan,
bukan orang-orangnya.”
BAB,
XVII : DARI HARI KE
HARI
Namam
Curie sekaranuami istri itu sekrang bertambah kaya uangnya tetapi bertambah
miskin bahagianya.
Terlebih-lebih
Mania telah kehilangan gairahnya yang meluap-luap dan kegembiraannya pun telah
jauh berkurang. Pikirannya tak sebulat-bulanya tertarik oleh renungan ilmu
pengetahuan seperti Pierre. Peristiwa sehari-hari mempengaruhi pula hati dan
syarafnya dan akibatnya itu sangat memburukkannya.
Kesibukan yang disebabkan radium dan anugerah
Nobel itu mengusiknya dan dalam pada itu pikirannya selalu tertegun oleh suatu
perasaan kuatir yang mercuni hidupnya : penyakit Pierre.
Pierre
menulis kepada George Gouy pada tanggal 31 Januaei 1905.
Penyakit
sengal saya sekarang tak berapa mengusik saya, tetapi musim panas ini ada
sekali bangkitnya dengan hebatnya sehingga terpaksa saya memutuskan tak pergi
ke Swedia. Karena itu kami telah ketinggalan syarat terhadap Perkumpulan Swedia
itu. Sebenarnya hanya dengan menghindarkan segala pekerjaan yang meletihkan
badan, dapat saya menjaga kesehatan saya terpelihara. Isteri saya serupa
keadaannya, sehingga tak sanggup lagi kebekerja kami sebanyak kami bekerja
dahulu ...”
Pierre
kepda Georges Gouy pada tanggal 24 Juli 1905 :
“...
Hidup kami masih tetap menyerupai hidup orang-orang yang sibuk bekerja, tetapi
tak menghasilkan sesuatu yang penting. Sekarang telah lebih setahun saya tak
mencapai sesuatu apapun dan untuk saya sendiri pun tak ada waktu terluang. Saya
belum mengethaui sesuatu cara menghindarkan waktu terbuang-buang, padahal perlu
kami ikhtiarkan ini, karena ini berarti perjuangan hidup atau mati dalam
lapangan maknawi.
Sakit
yang saya derita adalah akibat penyakit syaraf dan bukan terutama oleh penyakit
sengal. Sejak saya makan banyak-banyak dan minum stryhnin, badan saya pun
bertambah sehat rasanya.”
Pierre
kepada Georges Gouy pada tanggal 19 September 1905 :
“...
Saya telah khilaf mengatakan kepada tuan bahwa kesehtan saya sekarang bertambah
baik. Beberapa kali penyakit itu kambuh kembali dan sedikit banyak pun saya
letih badan, maka bangkitlah ia lagi. Saya bertanya dalam diri apakah dalam
keadaan saya sekarang mungkin lagi saya bekerja dengan sungguh-sungguh dilaboratorium
kami itu.”
Tak
ada lagi kemungkinan bagi suami isteri Curie itu berlibur seperti dahulu kala
laksana murid-murid sekolah yang bersendau gurau dan tak memperdulikan sesuatu
apap pun. Mania telah menyewa sebuah pemondokan di lembah Chevreuse dekat Paris.
Di sanalah dirawatnya suaminya dan anaknya :
Mania
menulis kepada madame Yean Perrin dari Saint Remy la Chevreuze :
“...
Saya masih kuatir melihat Irene yang belum sembuh benar dari penyakit batuk
rejamnya : berkali-kali bangkit batuknya itu walau pun kami telah tiga bulan
tinggal di sini. Suami saya sangat lemah perasaannya dan tak dapat lagi ia
berjalan-jalan jauh. Karena itu kami mempelajari buku-buku ilmu fisika dan
matematika. Irene sekarang ada kerreta anginnya dan pandai benar ia
mengendarainya. Ia berpakaian lelaki sambil berkerata angin itu dan amat
lucunya ia nampaknya.
Karena
derita jasmani dan diusik kekuatiran maka Pierre diburu-buru pikiran mengingat
waktu berselang. Apakah orang yang masih muda ini digoda ketakutan bawah ia
taka akan lama lagi hidup? Seolah-olah ia berkejar-kejaran dengan musuh yang
tak kelihatan. Ia selalu tegar hati dan tergopoh-gopoh. Kegelisahannya itu
menular pula kepada isterinya yang di sampingnya itu. Selain dari itu Pierre
merasa bahwa pekerjaan mereka terlampau lambat mendapat kemajuan, sehingga
irama melaksanakan percobaan-percobaan perlu dipercepat. Setiap detik harus
dipergunakan dan harus mereka lebih lama tinggal dalam laboratorium mereka.
Mania
memaksa dirinya beerja lebih keras dari biasa akan tetapi ini melampaui
kesanggupan syaraf dan resam tubuhnya.
Cintanya
terhadap ilmu pengetahuan dan kasih sayangnya terhadap suaminya telah merupakan
gairah yang satu bagi Mania dan karena itu ia telah menghukum dirinya menderita
hidup yang tak mengetahui belas kasihan. Sifat lemah-lembutnya serupa dengan
perasan lemah-lembut Pierre akan tetapi walau pun cita-cita mereka juga tak ada
bedanya, dahulu kala Pierre telah pernah mengalami masa bermalas-malas beberapa lamanya sedan masa
mudanya penuh semangat dengan gairah-gairah yang meluap-luap. Akan tetapi Mania
sejak ia sampai umur, belum pernah ia berpaling dari kewajibannya dan kerap
kali ia ingin keceriaan hidup. Adalah ia seorang isteri dan seorang ibu yang
penuh kasih sayang. Diidam-idamkannya kesempatan bersenang-senang, dilingkungi
kasih sayan suaminya dan ia bermimpikan hari-hari tenang yang berselang dengan
tak diketahuinya.
Tetapi
keinginannya yang mengherankanPierre yang tak setuju dengan hasrat isterinya
itu. Dalama keggembiraan-nya mendapat seorang isteri yang cerdik-pandai itu
dipikirnya bahwa isterinya itu akan mengabdikan dirinya sebulat-bulatnya untuk
yang baisanya disebutkannya “Pikiran-pikiran yang terutama”. Ia patuh – selalu
ia patuh – akan tetapi rohani dan jasmaninya telah letih payah. Ia berputus asa
dan ia menuduh dirinya bahwa ia tak berdaya maknawi dan “bodoh”. Tetapi
bukanlah itu yang sebenranya : Hidup jamak dalam diri wanita yang berumur
tigapuluh enam tahun ini menuntut hak-haknya yang telah begitu lama tertindas
dan terpendam. Sebaiknya Mania janganlah “madame Curie” beberapa lamanya dan
seharusnya dilupakan radium – hanya memngingat makan, tidur dan tak memikirkan
sesuatu apap pun.
Tetapi
ini tak mungkin. Setiap hari ada kewajiban baru. Dalam tahun 1904, memuncaklah
keletihan mereka itu – terlebih-lebih keletihan Mania yang sedang hamil itu.
Permohonannya ialah libur jangka pendek dari sekolahnya di Sevres.
Dan
apabila ia hamil surat mengidam kaviaar (telur ikan) maka pergilah ia kerap
kali bersama-sama Pierre pulang dari sekolah membelinya sambil terkenang kepada
keluarganya di Warsawa.
Setibanya
saat bersalin untuk kedua kalinya, Mania sangat masygul perasaannya. Selaind
ari suaminya yang kesehatannya sangat mengusiknya itu tak ada lagi nampaknya
yang disayanginya atau disukainya. Mau pun hidup, mau pun ilmu pengetahuan,
bahkan anak yang dikandungnya itu pun tak dihiraukannya lagi.
Bronia
yang datang dari Polandia berhubung dengan persalinannya ini, terkejut melihat
Mania yang telah berputus asa itu.
“Apakah
gunanya lagi saya melahirkan anak? Diulang-ulanginya berkata-kata terhadap
kakaknya itu. “Hidup manusia itu terlampau ganas, terlamapu bengis. Janganlah
dipaksakan hendkanya hidup itu bagi makhluk yang tak berdosa.....
Persalinannya
itu sulit dan lama baru selesai. Maka lahirlah pada tanggal 16 Desember 1904
seorang bayi yang gemuk dan berambut hitam yang berdiri tegak. Anak perempuan
lagi : Eve.
Bronia
berusaha dengan daya upayanya membantu adiknya itu. Karena ia nampaknya
bertenang hati dan berkat kebijaksanannya daaptlah mania mengatasi persaan
murungnya itu sedikit. Tatkala Bronia berangkat maka Mania telah merasa agak
senang dan nyaman.
Senyuman
dan main-mainan bayi yang dipelihara oleh seorang pengasuh itu meliburkan hati
wanita muda itu. Anak-anak yang masih kecil sekali, selalu mengharukan hatinya.
Dalam sebuah buku yang keabu-abuan warnnya dicatatnya, seperti juga dahulu
dilakukan bagi Irene, riwayat gerak gerik pertama, gigi pertama Eve dan semakin
besar anak itu maka semakin berkurang lah perasaan gugup ibu muda itu. Berkat
keadaan badannya yang memaksanya berbaring di tempat tidur sampai bersalin,
mulailah Mania menaruh perhatian kembali untik hidupnya. Ia kembali ke tempat
alat perkakasnya dengan suatu perasaan gembira yang telah lama tak dikenalnya
lagi; tak berapa lama maka ia pun sehari-harinya kelihatan di Serves. Setelah
tertatih-tatih beberapa lama maka telah dapatnya kembali ketegughan hatinya,
dan diteruskannya melalui jalan yang penuh kesukaran-kesukaran itu. Semuanya
sekarang menarik perhatiannya kembali : rumahnya, laboratoriumnya ... Dengan penuh perhatiannya diikutinya
kejadina-kejadian yang menggemparkan tanah airnya itu; di negerei Rusia telah
meletus revolusi 1904 dan bangsa Polandia yang digalakkan oleh pengharapan
kemerdekaannya, turut membantu gerakan anti Tzar itu.
Mania
menulis kepada Yosep pada tanggal 23 Maret 1905.
“Saya
lihat bahwa kau berpengharapan bahwa dari percobaan yang maha berat ini akan
menjlema sesuatu kebaikan untuk tanah air kita. Begitu juga pendapat pendapat
Bronia dan Casimir. Asal jangan sia-sia belaka harapan itu! Saya harap
janganlah demikian hendaknya dan senantiasa saya memikirkannya ini. Bagaimana
pun saya pikir sebaiknya kita bantu revolusi ini. Untuk itu akan saya kirim
uang kepada Casimir kearena sayang saya sendiri tak sanggup memberikan bantuan
saya.
...
Di sini tak ada terjadi sesuatu apa. Anak-anak kita kedua-duanya tumbuh dengan
suburnya. Eve kurang tidur dan ia membantah sekeras-kerasnya apabila saya
biarkan dia dalam tempat tidurnya sebelum ia tertidur dan karena saya tak
bersifat hati dingin maka saya gendong anak itu sampai ia tertidur. Eve tidak
menyerupai Irene, akrena rambutnya hitam dan matanya biru, sedang Irene
berambut putih kuning dan bermatan hijau coklat.
Kami
masih tetap dalam rumah yang dulu dan sekarang menjelang musim bunga sangat
bagusnya taman kami itu. Hari ini terang cuacanya sehingga kami bergirang hati,
terlebih-lebih karena musim dingin baru ini sangat lembabnya dan dinginnya.
Pelajaran-pelajaran
saya di Sevres telah saya mulai kembali sejak tanggal satu Pebruari. Di waktu
petang hari, saya bekerja di laboratorium kan dan pagi-pagi di rumah,
terkecuali dua hari waktu pagi yang saya pakai untuk sekolah dan Sevres itu ...
Banyak pekerjaan saya, berhubung dengan rumah tangga, anak-anak,
pelajran-pelajaran dan laboratoirum sehingga kadang-kadang saya tak tahu mana
yang akan saya mulai.”
Hari
terang cuaca. Pierre merasa lebih sehat dan Mania berhati ria. Ini lah saat
menunaikan kewajiban yang telah terlamapu lama ditunda-tunda ; kunjungan ke
Stockholm, ceramah berhubung dengan anugerah Nobel. Maka suami isteri Curie itu
pun berangkat memulai perjalanan yang semarak dn yang bagi keluarga kami akan
merupakan suatu tradisi.
Pada
tanggal 6 Juni 1905, Pierre berbicara atas nama isterinya juga tentang radium
di hadapan perkumpulan Ilmu Pasti di Stockholm. Dibentangkannya akibat-akibat
penemuan radium itu: Dalam ilmu Fisika telah timbul pengertian-pengertian baru untuk
saran-saran dasaran; dalam ilmu kimia timbul teori-teori yang belum pernah
terdengar lebih dahulu dan membawa pikiran-pikiran yang menakjubkan tentang
sumber tenaga yang membangkitkan gejala-gejala radio aktif; dalam ilmu pelikan
dan ilmu pengetahuan hawa ia merupakan kunci pemecahan mukjizat-mukjizat yang
sekian lamanya belum dapat diterngkan. Akhirnya dalam ilmu hayat ternyata bahwa
radium itu mempunyai pengaruh yang baik untuk mencegah sel-sel yang dihinggapi
penyakit pekung.
Radium
itu telah memperluas pengetahuan dan berbakti untuk kebajikan manusisa. Akan
tetapi apakah tak mungkin nantinya radium itu akan dipergunakan juga untuk
perbuatan jahat?
“....
Mungkin timbul pertanyaan” kata Pierre menutup pidatonya itu,” – “Apakah tidak sangat berbahaya
radium itu di tangan-orang-orang bermaksud jahat dan apakah ada faedahnya
manusia itu mengetahui rahasia-rahasia alam, seterusnya apakah telah matang
pikiran manusia memetik hasil dari pengetahuan itu atau hanya akan mengalami
kerugian karena itu? Penemuan oleh Nobel adalh suatu contoh yang tepat
seklai : alat-alat letusan membantu manusia itu menciptakan pekerjaan yang
mulia akan tetapi alat-alat letusan itu dipergunakan juga untuk keruntuhan
dalam tangan orang-orang jahanam yang menyeret-nyeret bangsa dalam peperangan.
Bersama-sama
dengan Nobel saya sependirian dengan mereka yangg percaya bahwa manusia itu
mendapat lebih banyak bahagia daripada kerugian sebagai akibat
penemuan-penemuan baru itu.”
Suami
isteri Curie sangat gembira melihat carranya mereka diterima oleh para sarjana
bangsa Swedia. Mereka segan mula-mula mengadakan perjalanan sebegitu jauh akan
tetapi karena cara mengurusnya dilakukan dengan teliti, maka ia merupakan suatu
kegembiraan yang tak disangka-sangka. Tak ada orang-orang berkumpul dengan
banyak-banyak dan hanya sedikit dari kalgan-kalangan resmi. Pierre dan Mania
mendapat kesempatan melihat-lihat suatu negeri yang menawan hati mereka dan
merak dapat bercakap-cakap dengan tenang dengan ahli-ahli ilmu pengetahuan,
Mereka pun berangkat dengan hati puas.
Pierre
menulis kepda Georges Gouy pada tanggal 24 Juli 1905 :
“....
Isteri saya dan saya sendiri telah mengadakan perlawatan yang sangat
menyenangkan hati kami ke Swedia. Tak ada yang menyushkan pikiran kami dan kami
dapat berlega dada. Selaind dari itu hanpir tak ada orang Stockholm dalam bulan
Juni sehingga bahagian rasminya sangat sederhana.
Anak-anak
kami dan bapak saya semuanya sehat. Isteri saya dan saya lebih senang perasaan
kami walau pun kami mudah letih ....”
Dalam
rumah di jalan Kellermann laksana sebuah benteng yang diperkuat terhasdap
orang-orang lancang, hidulah Pierre dan Mania tersembunyi dan sederhana. Beban
rumah tangga mereka dibatasi sekecil-kecilnya. Seorang pekerja wanita mengurus
kerja kasar dan seorang pesuruh memasak makanan dan meladeni mereka. Dengan
ternganga mulutnya di pandang-pandanngnya kedua orang majikannya itu yang pikiran
mereka sedang melayang dan dengan sisa-sia ia menunggu-nunggu pujian mereka
untuk makanan bistik atau kentang lumatnya.
Pada
suatu hari tak sabar lagi ia menunggu-nunggu pujian itu, maka dengan suara
tegas ia meminta kata-kata pujian dari Pierre untuk bistik yang dimaksaknya
itu.
“Apakah
saya telah makan bistik? Berkecumik sarjana itu. Sesudah itu disambungnya
seakan-akan ia minta damai : “Mungkin sekali!...
Sekalipun
dalam amsa pekerjaan mereka bertimbun-timbun banyaknya, tetapi Mania mendapat
waktu mengurus memelihara anak-anaknya. Pekerjaannya memaksanya menyerahkan
anak-anaknya itu dalam pemeliharaan babu-babu mereka, akan tetapi sebelum di
pastikannya sendiri bahwa Irene dan Eve tidur dan makan secukupnya, rambut
mereka dihiasi dengan rapi dan bahwa tak ada kemungkinan anak-anak itu selesma
atau penyakit lain, ia pun tetap kuatir. Akan tetapi apabila Mania sesekali
kurang perhatiannya, adalah Irene lagi yang akan memperingatkannya! Irene aalah
seorang anak yagn selalu hendak meneruskan kemauan hatinya. Dengan irihati
dimintanya perhatian ibunya seluruhnya dan ia tak senang jika ibunya itu
menaruh minatnya terhadap “si kecil” itu. Diwaktu musim dingin Mania berjalan
jauh di kota Paris mencari buah appel dan pisang untuk anak sulungnya itu dan
tak berani ia pulang, kalau tak dibawanya buah-buahan itu, karena itu lah
makanan yang disukai anak itu.
Sebagian
besar waktu malam mereka tinggal di rumah berpakaian baisa dan cenela sambil
membalik-balik halaman-halaman majalah ilmu pengetahuan atau mengadakan perhitungan-perhitungan
yang berbelit-belit dalam buku-buku tulis mereka. Akan tetapi walau pun
demikian mereka kadang-kadang mengunjungi pameran-pameran lukisan-lukisan dan
tujuh delapan kali setahun mereka pergi mendengarkan musik atau menonton komedi
beberapa jam lamanya. Pada awal abad ini dapat dilihat di Paris pemain-pemain
tonil yang menawan hati. Pierre dan Mania menanti-nanti kedatangan Duse yang
jarang keliahtan itu. Fasih lidah Mounet-Sully dan kesenian Sarah Benhardt tak
berapa memikat hati mereka seperti kejamakan Yulia Bartet, Yeanne Granier dan
kekuatan Lucien Guitry....
Mereka
mengikuti pertunjukan-pertunjukan oleh avant-garde yang senantiasa menarik
perhatian anggota-anggota Unipersitet. Dalam I’Oeuvre bermain Suzanne Despres
untuk cerita-cerita duka oleh Ibsen dan Lugne Poe memainkan Kekuasaan
Kekelaman.
Pierre
dan Mania pulan dari pertunjukkan-pertunjukkan itu dengan hati puas – tetapi
buat beberapa hari mereka juga merasa masygul! Dengan senyuman sambil
berolok-olok doktor Curie membuka pintu untuk mereka. Penggemar Voltaire ini
tak menyukai kemurungan; dipandangnya mereka sambil berkata : Jangan lupa bahwa
engkau pergi ke sana untuk menyenangkan hatimu!.
Kecenderungan
pada yang gaib berdampingan dengan hasrat mengetahui segala-galanya dalam lapangan
ilmu pengetahuan menyebabkan suami isteri Curie semasa itu menempuh jalan yang
ganjil : mereka mengahdiri beberapa pertemuan-pertemuan spirit yang
diselenggarakan oleh cenayang Eusapia. Mereka hadir bukan sebagai seorang yang
telah berkeyakinan penuh tetapi sebagai penonton. Dengan penuh pengertian
mereka berikhtiar menyelidiki suatu lapangan pengetahuan yang sangat banyak
bahaya-bahayanya. Terlebih-lebih Pierre tertarik benar perhatiannya oleh
pertunjukkan-pertunjukkan itu dan dalam gelap diukurnya “Pengangkatan”
benda-benda sebagai khayalan atau pun
sebenar-benarnya. Sifatnya yang tak mau berpihak-pihak itu mengacaukan
ikhtiar-ikhtiar ini, karena tak ada kesungguhan atau ketulusan seperti dalam
penyelididkan-penyelidikan di laboratorium mereka. Cenayang itu kadang-kadang
mencapai hasil-hasil yang mengagumkan dan kedua sarjana itu hampir penuh keyakianan mereka. Kan tetapi tiba-tiba
mereka melihat tipu daya, maka syak wasangka mereka pun timbul kembali. Kesimpulan
akhir mereka tetap ragu-ragu dan beberapa tahun kemudian maka dihentikan madame
Curie untuk mempelajari gejala-gejala ini.
Suami
isteri Curie menjauhkan diri dari segala pertemuan-pertemuan : tak pernah
mereka nampak dalam “dunia agung”. Akan tetapi mustahil dapat mereka senantiasa
menarik diri dari jamuan-jamuan makan dan pesta-pesta bersifat resmi yang
diberikan untuk menghormati para sarjana dari luar negeri. Karena itu pernah
juga kejadian terpaksa Pierre menggantikan pakaiannya se-hari-hari dari kain
rami kasar yang kasar dengan pakaian pancung sedang Mania berpakaian malam.
Pakaiannya
itu telah bertahun-tahun dipakai Mania. Sewaktu-waktu datang seorang tukang
jahit wanita menukar-nukar potongannya. Gaunnya itu berwarna merah tua
berpinggir renda dengan dibawahnya kain setengah sutera atau pun sangat
berbahaya! – dengan renda Chantilly yang putih atau beludru hitam. Seorang
wanita yang berpakaian dengan gayanya akan melihatnya dengan eprasaan hati
kasihan, tetapi Mania tak memperdulikan mode dan ia tak tahu mengetahui yang
bagus. Sifat isin dan tak ingin menjunjung-junjung diri itu adalah meruakan
tabiat yang terutama bagi Mania dan berkat sifat ini cara berpakaian Mania itu
mempunyai corak tersendiri dengan tak menimbulkan kesan yang menyolok mata.
Apabila ia menaggalkan pakaian kerjanya di laboratorium yang sesungguhnya tak
pantas itu dan ia berpakaian “malam kebesaran”, menghiasi rambutnya yang putih
kuning itu dan memakai sebuah kalung emas sebagai perhiasan sederhana maka
sangatlah manisnya nampaknya madame Curie itu. Badannya yang ramping dan
parasnya yang penuh semangat itu dengan sekonyong-konyong menunjukkan bagaimana
jelitanya Mania itu. Di samping Mania dengan dahinya yang tinggi dan
pandangannya yang mengagumkan itu, wanita yang lain-lain bukan berkurang
juitanya akan tetapi kebanyakan dari mereka bodoh dan sembarangan
kelihatannya!.
Pada
suatu malam tatkala mereka siap berangkat dipandang Pierre isterinya itu dengan
perhatian luar biasa melihat body-nya yang ramping, lehernya yang jenjang,
lengannya yang telanjang dan bagus potongannya itu. Dengan perasaan sayang
bertukar air muka Pierre yang tertawan oleh kehebatan ilmu pengetahuan itu.
“Sayang
sekali sebenarnya kau ini, ia bergumam, “pantas sekali kau memakai pakaian
semacam ini!.
Sambil
mengeluh disambutnya berkata : “Tetapi apa boleh buat? Tak ada waktu bagi kita
terluang....
Apabila
Mania sesekali mengundang beberapa orang ke rumahnya maka ia berusaha sebanyak
mungkin menyediakan makanan yang lezat dan mengatur rumahnya serapih mungkin.
Sayuran muda dan buah-buahan dibelinya dikereta penjualan di jalan Mouffetard
atau di jalan d”Alesia, dan dipilihnya beberapa macam keju di tempat penjualan
susu. Di tempat penjualan bunga didbelinya sekuntum bunga tulip dan sering .. Setibanya di rumah dibuatlah karangan
bunga, sedang babunya gelisah menyiapkan makanan yang lebih banyak rupanya dari
biasa dan penjual roti membawa es ke rumah madame Curie itu. Dalam rumah yang
biasanya hanya meruakan tempat bekerja
saja itu setap kali tamu daatang maka penghuninya pun sibuk dan gaduh.
Akhir-akhirnya diperiksa Mania lagi menutup meja dan dipindahkannya beberapa
kursi dan meja,,,,
Maklum,
saja suami isteri Curie telah mempunyai perabot rumah! Kursi-kursi besar yang
mereka tak mau menerimanya di rumahnya di jalan de la Glaciere itu, sekarang
mendapat tempat dalam rumah mereka di jalan Kellermann. Kursi-kursi besar
dengan sandarannya yang luas dan sebuah di antaranya dipergunakan untuk tempat
tidur Irene itu beserta kursi-kursi lain dari model jaman Restauratie,
menyebabkan bertambah semarak ruangan tamu yang dihiasi dengan langsai berwarna
muda itu. Tetapi laksana penjaga rumah yang sembarangan dan nyaman ini.
Menjulang dua buah lemari buku dengan kitab-kitab yang tebal memakai nama-nama
seperti : Pelajaran Ilmu Fisika .... Hitung-diferensial dan hitung integral...
Para
tamu ialah rekan-rekan mereka dari luar negeri datang ke Paris atau pun
orang-orang Polandia yang datang membawa berita-berita untuk Mania.
Madame
Curie juga mengadakan pesta kanak-kanak untuk Irene yang bersifat isin itu;
sebuah pohon memperingati Hari Natal yang dihiasinya dengan buntal-buntal
buah-buah keemasan dan lilin berwarna-warni meninggalkan kenang-kenangan yang
gilang gemilang bagi anak-anak itu.
Pernah
juga terajaid rumah mereka itu melebihi semarak Pohon Hari Natal itu, apabila
tukang listrik datang menempatkan beberapa lampu senter yang besar dan sebuah
lampu pangkal listrik dalam bilik makan mereka itu seperti dalam panggung
komedi. Sehabis makan malamlampu-lamu corong itu akan berombak-ombak cahanya
menerangi selubung-selubung seorang wanita seniman dansa yang bermain untuk
suami isteri Curie dan dua tiga orang teman-teman mereka dengan ebrturut-turut
merupakan nyala api, kembang dewi dan wanita kahim....
Pedansa
itu adalah Loie Fuller “Peri al nur” yang menawan hati kota Paris dengan
karangan-karangannya yang mengagumkan itu. Bagi kedua orang sarjana itu ia
merupakan seorang sahabt yang luar biasa karibnya. Tatkala dibacanya dalam
harian-harian bahwa raium itu memancarkan cahaya, maka timbullah pikiran
bintang Folies Bergeres itu menyuruh bikin pakaian yang dengan tejanya yang
akan mengagumkan semua para penonton. Maka diminta beberapa keterangan dari
suami isteri Curie yang membaca suratnya aitu dengan geli hati : dijelaskan
mereka kepada Loie apa sebabnya angan-angannya hendak memakai “sayap kupu-kupu
dari radium” mustahil diwujudkan.
Wanita
bangsa Amerika yang setiap malam menerima tepuk sorak dari para penontonnya itu
menakjubkan kedua orang sarjana yang telah bermurah hati memberikan keterangan
kepadanya. Loie Fuller tidak membanggakan dirinya karena ia surat-menyurat
dengan suami isteri Curie itu dan pula diundangnya mereka datang menonton
permainanya. Kepada madame Curie ditulisnya surat : “Saya hanya mengetahui
suatu cara membuktikan perasaan terima kasih saya terhadap nyonya yang telh
bermurah hati memblas surat saya. Berikanlah kesempatan kepada saya berdansa
semalam untuk nyonya, dan suami kedua-duanya.”
Pierre
dan Mania menerima tawaran itu. Seorang wanita muda, berpakaian tak bagus,
dengan roman muka seorang kalmuk, sekali-kali tak dibedaki dan mata biru
laksana mata kanak-kanak, datang bertamu, diikuti sekumpulan orang ahli listrik
yang membawa pesawat dan alat-alat mereka. Walau pun agak terkejut diserahkan
suami isteri itulah kepada para “penyerobot” menguasai rumah mereka itu, sedang
mereka pergi ke laboratorium mereka. Berjam-jam lamanya Loie berdaya upaya
mencari hubungan-hubungan listrik, mengerjakan tabir dan permadani yang disuruh
antarkannya, semuanya supaya bilik makan sarjana itu dpat merupakan panggung untuk
mempertunjukkan permainannya yang menawan hati itu.
Rumah
kecil yang baisanya tak mengetahui keriaan itu, sedang pintunya selalu tertutup rapat-rapat, sekarang
menerima bintang dari gedung komedi. Loie mempunyai jiwa halus karena selalu
dijunjungnya tinggi madame Curie dengan suatu cara penghormatan yang jarang
sekali keliahtan, yaitu penghormatan yang tak meminta balasan akan tetapi
berusaha berbakti dan memberikan keriaan hati. Sekali lagi datang ia berdansa
di rumah di jalan Kellermann itu secara sembunyi-sembunyi pula. Setelah mereka
berkenalan baik maka datanglah Pierre dan Mania mengunjunginya di rumah Loie
Fuller sendiri. Di sana mereka bertemu dengan Auguste Rodin yang menjadi sahabt
bagi mereka. Tahun-tahun berikutnya kerap kali Pierre, Mania, Loie Fuller dan
Rodin berkumpul di ruangan bekerja seniman patung itu, sambil bercakap-cakap
diantara patung-patung tanah liat dan arca-arca pualam.
Ada
tuju delapan orang yang selalu datang bertamu ke rumah di jalan Kellermann itu
: Andre Debierne, Jean Perrin dan isterinya, yang menjadi sahabt karib Mania,
Georges Urbain, Paul Langevin, Aime Cottin, Georges Sagnac, Charles Edouard
Guillaume dan beberapa orang murid dari sekolah di Sevres itu ... semuanya
sarjana!
Jika
hari cuaca pada hari Minggu pertama, maka duduklah mereka berkumpul di taman
rumah itu. Mania duduk dalam teduh dekat kereta Eve sambil bekerja-tangan dan
mengikuti percakapan-percakapan yang bagi seorang wanita lain merupakan suatu
bahsa yang tak dapat dipahaminya.
Itulah
saatnya mmeperbincangkan berita-berita baru : warta berita yang mengagumkan
tentang sinar-sinar alpha, beta dan gamma radium. Dengan segala daya upaya
Perrin dan yang lain-lain itu berikhtiar mencari sebab musabab tenaga gerak
radium itu. Untuk menerangkan itu haruslah ditinggalkan atau asa Carnot tentang
kekalnya tnaga gerak atau asa tentang kekalnya unsur-unsur. Pierre mengemukakan
kemungkinan ubahan-ubahan radio aktif. Tetapi urbain membantah
sekeras-kerasnya. Ia tak mau mendengarkan selain dari pendiriannya sendiri yang
dipertahankannya dengan bersemangat! Dan perihal ciptaan Sagnac? Adakah
dilaksanakan Mania percobaan-percobaan yang baru berhubung dengan berat zarah
radium itu?
Radium
.... sekali lagi radium! Perkataan mantera itu diucapkan berulang-ulang
sepuluh- duapuluh kali dari mulut ke mulut dan menimbulkan perasaan kesal Mania
: kebetulan saja radium itulah yang merupakan zat yang menakjubkan, sedang
polonium itu adalah sebuah zat yang sebentar berubah ubah dn kurang
pentingngya. Dalam cinta tanah airnya ia mengharapkan sebaiknyalah jika
“Polinium” yang namanya mengandung arti lambang itu menarik segala kemegahan.
Kadang-kadang
terdengar juga suara-suara biasa dalam percakapan-percakapan itu; doktor Curie
berbicara tentang politik dengan Debierne dan Langevin; Urbain mengusik Mania
secara sahabat, mencela pakaiannya yang terlampau sederhana itu dan
menyesalinya karena tak ada keinginan memikat hati; Mania mendengarkan ini
semuanya dengan heran dan terkejut.
Jean
Perrin yang melupakan zarah-zarah, “yang tak terhitung gkecilnya itu” menoleh
ke langit sambil bernyanyi sekuat-kuatnya sebagai seorang penggemar Wagner
beberapa lagu dari Rheingold atau Meistersinger. Agak sebelah belakang di taman
itu isteri Perrin sedang bercerita dongengan kepada anak-anak Line, Francis dan
Irene yang merupakan tiga serangkai.
Keluarga
Perrin dan keluarga Curie yang diam berdekatan, bertemu setiap hari karena
hanya sebuah pagar sederhana yang memisahkan kedua taman rumah itu. Jikalau
Irene hendak memberitahukan sesuatu yang penting kepada teman-temannya itu, ia
memanggil dari pagar itu. Tiga serangkai itu tukar menukar ciklat dan
mainan-mainan serta bercakap-cakap di balik pagar itu melalui ruji-rujinya yang
telah berkarat – sambil menunggu-nunggu saatnya mereka dapat membicarakan ilmu
fisika seperti “orang-orang besar itu.
“Orang-orang
besar” itu, terlebih Pierre dan Mania penuh angan-angan gairah. Telah tiba masa
yang baru untuk suami isteri Curie itu : Negeri Perancis telah mengetahui wujud
mereka dan memutuskan membantu daya-upaya mereka itu.
Langkah
pertama yang tak dapat dihindari ialah angkatan Pierre Academie des Sciences.
Untuk kedua kalinya tunduk sarjana itu menjalani percobaan : berkunjung.
Pengikut-pengikutnya yang takut kalau-kalau ia tidak bersikap seorang “calon
yang bijaksana” menimbuninya dengan bermacam-macam nasihat-nasihat penuh
kekuatiran.
W.Mascart
menulis kepada Pierre Curie pada tanggal 12 Mei 1905.
“...
Pastilah tuan ditempatkan nomor satu pada daftar calon dan sebenarnya tak ada
yang menandingi tuan sehingga telah pasti bahwa tuan-lah yang akan diangkat.
Akan
tetapi perlu tuan memaksa diri tuan menjelang para anggota Academie itu
sekalipun tuan hanya meninggalkan karcis tuan dengan ujungnya terlipat apabila
tak ada orang di rumah. Mulailah segera minggu depan dan dalam empatbelas hari
tuan telah terlepas dari percobaan itu.”
E.
mascart menulis kepada Pierre Curie pada tanggal 25 Mei 1905 :
“Tuan
Curie yang terhormat, aturlah sekehendak tuan, akan tetapi sebelum tanggal 20
Juni seharusnya telah selesai tuan menjelang para anggota Academie, sekali pun
tuan terpaksa menyewa mobil untuk itu sehari lamanya.
Alasan-alasan
tuan ajukan itu pada dasarnya adalah benar, akan tetapi tak dapat disingkirkan
sesekali mengalah kepada kenyataan. Janganlah tuan lupakan bahwa gelaran anggota
Institut itu memberikan kemungkinan bagi tuan berbakti untuk orang-orang lain.
Pada
tanggal 3 Juli 1905 Pierre mulai menjadi anggota Academie itu. Patutu dicatat
pula bahwa duapuluh dua orang sarjana yang mungkin kiuatir akan mencemarkan
nama mereka kalau ia dipilih menjadi rekan mereka, telah mengeluarkan surat
mereka untuk saingannya Gernez.
Perre
Curie menulis kepada George Gouy pada tanggal 6 Oktober 1905 :
“....
Hari Senin saya pergi ke Institut, tetapi saya masih bertanya dalam hati,
apakah yang saya kerjakan di sana. Berhubung saya dengan para anggotanya tak
ada dan minat untuk Ilmu Pengetahuan hampa-belaka.”
Pierre
Curie pada tanggal 6 Oktober 1905 :
“Belum
dapat saya mengetahui apakah gunanya Acadimie ini.”
Walau
pun tak berapa tinggi penghargaannya terhadap Perkumpulan agung itu, akan
tetapi Pierre tertarik perhatiannya terhadap keputusna-keputusan yang diambil
Unipersitet itu untuk kepentingannya : Pekerjaannya bergantung kepada
keputusan-keputusan itu. Pada awal tahun 1904 kepalanya, Liard, berhasil
mengusahakan pembukaan bagian ilmu fisika untuk Pierre yang berarti kedudukan
maha guru yang telah begitu lama diidamkan-idamkan Pierre! Sebelum diterimanya
angkatan ini Pierre bertanya, di manakah laboratoirum yang berhubungan dengan
pekerjaanya itu.
Laboratorium?
Laboratorium mana? Tak ada dibicarakan tentang Laboratorium!
Pada
saat itu mengertilah pemenang-pemenang Anugerah Nobel itu bahwa jika
ditinggalkan Pierre jabatan di P.C.N. itu dan mengajar di Sorbonne maka
besarlah kemungkinan bahwa tak ada lagi tempat bekerja bagi dia! Tak ada
ditawarkan tempat bekerja kepada pegawai yang baru diangkat itu, sedang yang
dua bilik yang dapat dipakainya ktu di P.C.N. tentu akan diserahkan kepada
penggantinya. Karena itu besarlah kemungkinan kelak akan terpaksa ia melakukan
percobaan-percobaannya di jalanan.
Dengan
gaya bahasanya yang bagus itu Pierre menulis surat yang hormat akan tetapi enuh
ketegasan kepada para kepalanya : berhubung dengan tak ada disediakannya tempat
bekerja mau pun persediaan uang untuk penyelidikan-penyelidikan, ia telah
memutuskan tak akan menerima kedudukan yang ditawarkan kepadanya itu. Walau pun
terlampau banyak pelajaran-pelajaran yang harus diberikannya di P.C.N. itu, ia
akan tetap di sana karena dapat dipakainya terus ruangan yang disediakan
sekolah itu untuk madame Curie dan dia sebagai tempat bekerja dan berbakti.
Kesulitan-kesulitan
baru. Universitet itu bertindak kasatria dan dimintanya dari perwakilan raja
supaya dibuka sebuah laboratorium dan disediakan limapuluh ribu franc. Usul itu
diterima .. artinya hanpir-hampir! Di Sorbonne sekali-kali tak ada tempat untuk
Pierre akan tetapi dua buah ruangan di jalan Cuvier akan disediakan dengan
perlengkapan untuk Piserre. Sejumlah duabelas ribu franc setiap tahun akan
disediakan untuk Pierre dan selain dari itu akan diterimanya tiga puluh empat
ribu franc guna membeli alat-alat perlengkapannya.
Pierre
yang berpikir secara anak-anak itu, menyangka bahwa dengan “ongkos-ongkos
perlengkapan itu” sangguplah ia membeli alat-lat dan memperlengkapkan
bahan-bahannya. Memang dapatlah dilaksanakannya itu akan tetapi setelah
dipotong julah uang yang tak besar itu dengan harga pembelian gedongnya. Bagi
pemerintah adalah ongkos-ongkos pembeli gedung dan perlengkapan serupa saja!.
Pierre
menulis kepada Georges Gouy pada tanggal 31 Januari 1905 :
“Saya
tetap mempunyai dua buah bilik di P.C.N. tempat kami bekerja : selain dari itu
sedang di dirikan lagi dua buah ruangan yang lain untuk kai di pelataran dalam.
Haraganya ialah duapuluh ribu franc yang akan dikurangkan dari jumlah uang yang
teruntuk bagi pembelian alat-alat dan perkakas.”
Pierre
kepada Georges Gouy pada tanggal 7 Nopember 1905 :
“Besok
saya akan memulai kuliah-kuliah saya akan tetapi keadaan saya tidak memuaskan
karena tak dapat saya bersiap-siap untuk percobaan-percobaan saya, sebab
ruangan kuliah itu di Sorbonne, sedang laboratorium saya di jalan Cuviar.
Selain dari itu dipergunakan juga ruangan itu untuk kuliah-kuliah lain dan
hanya sekali sepekan ada kesempatan bagi saya mengadakan persiapan di ruangan
itu.
Kesehatan
saya sedang, tetapi lekas saya letih dan tak banyak lagi tenaga bekerja saya.
Sebaliknya isteri saya bekerja keras dengan membagi-bagi waktunya untuk
anak-anaknya, sekolah di Serves dan laboratorium kami. Sedetik pun tak pernah
terbuang waktunya dan lebih tartur kerjanya daripada saya di laboratorium ini,
karena bagian terbesar sehari-hari ia tinggal di balai penyelidikan kami itu.”
Lambat
laun disediakan Negara sebuah tempat bekerja untuk Pierre Curie dengan
mendirikan dua buah bilik pada suatu tempat yang tak pantas dan yang terlebih
dahulu diketahui bahwa tak akan mencukupinya.
Seorang
wanita yang kaya dan terharu melihat keadaan yang bersifat lawan asas ini
menawarkan antuannya kepada suami isteri Curie dan diusulkannya mendirikan
sebuah institut untuk kedua orang sarjana itu pada suatu tempat yang sunyi di
bagian luar kota Paris. Dengan harapan baru dipercayakan Pierre
rancangan-rancangannya dan keinginan-keinginanya kepada nyonya itu.
Pierre
Curie menulis kepada Nyonya X. Pada tanggal 6 Pebruari 1906 :
“Nyonya,
Inilah
beberapa petunjuk-petunjuk yang nyonya minta dari kami tentang laboratorium
yang kami idam-idamkan itu. Petunjuk-petunjuk ini sekali-kali bukan bersifat
memastikan, karena dpat diganti-ganti menurut keadaan, ruangan dan alat-alat
yang dapat kami miliki.
“...
Dengan sengaja kami tegaskan mendirikan laboratorium itu di luar kota karena
bagi kami adalah sangat pentingnya hidup bersama-sama anak-anak kami berdekatan
dengan pekerjaan kami. Terlebih-lebih isteri ssaya sangat sulit kelak
pekerjaannya, aapbila rumah dan laboratorium kami itu berjauh-jauhan letaknya.
Kadang-kadang kewajibannya rangkap dua itu melampaui kekuatannya.
Hidup
dengan nayman di laur kaota Paris pasti akan mempengaruhi
penyelidikan-penyelidikan ilmu pengetahuan itu dengana baiknya, sedang
laboratorium itu hanya akan bertambah selayaknya, jika dipindahkan ke luar
kota. Sebaliknya hidup di tengah-tengah kota sangat buruknya untuk anak-anak
dan siteri saya, tak sampai hati membiarkan mereka di sana sampai mereka
menjadi besar.
Kami
sangat terharu karena perhatian nyonya terhadap kami ini.”
Rancangan
ini, sekalipun ksatrianya, tak dapat dilaksanakan. Delapan tahun lagi perlu
madame Curie menunggu-nunggu sebelum ia dapat mempelajari radio aktif itu dalam
sebuah gedung yang selayaknya, sebuah gedung yang tak dapat sempat dilihat
Pierre. Untuk selama-lamanya akan tersimpan dalam hatinya ingatan bagaimana
teman sehidupnya itu sampai saat akhirnya menunggu-nunggu dengan sia-sia
kedatangan laboratorium itu – hikmah tinggi satu-satunya dalam hidupnya.
Tatkala
ia di kemudian hari membicarakan dua ruangan yang diserahkan kepada Pierre,
tatkala ia meninggal dunia ditulis Mania :
“Tak
dapat disingkirkan perasaan kesal memikirkan bahwa kurnia inilah yang terakhir
didberikan kepdanya dan bahwaa seorang dari sarjana Perancis yang terpenting
akhirnya tak pernah mendapat laboratorium pantas, sedang keahlianyya telah
ternyata ketika ia berumur dua puluh tahun. Tentu, jika ia hidup lebih lama,
akan dapat juga ia bekerja dalam sebuah laboratorium yang lebih bagus, akan
tetapi ketika ia berumur empat puluh tujuh tahun masih belum ada kesempatan itu
baginya. Perlukah digambarkan lagi bagaimana ia melukai hati pekerjanya yang
bersemangat dan tak pernah memikirkan kepentingan dirinya sendiri itu? Seorang
pekerja yang melihat cita-citanya tak terkabul karena dihalang-halangi
kekurangan alat-alat. Dapatkah dengan tak mengharukan dipikirkan bagaimana
harta yang suci-sucinya dalam negeri dibuang-buang saja dengan tak ada
kemungkinan mendapatkannya kembali : akal budi, tenaga dan keberanian
anak-anaknya yang sebaik-baiknya.
“....
Benarlah bahwa radium itu ditemui dalam keadaan sesukar-sukarnya : Pondok
tempat lahirnya itu diselubungi kebagusan sesuatu hikayat akan tetapi anasir
romantis itu bukanlah merupakan keuntungan baginya, karena itulah kami
kehabisan tenaga dan karena itu jugalah terlambat penyelesaian pekerjaan itu.
Sekiranya kami mempunyai alat-alat yang lebih sempurna, pekerjaan selama lima
tahun itu dapat dilaksanakan dalam waktu dua tahun, sedang susah payahnya dapat
diringankan.
Dari
segala keputusan yang diambil menteri itu hanya satu yang benar-benar
menggembirakan suami isteri Curie itu : Pierre buat seterusnya akan mendapat
tiga orang gpembantu dan seorang pesuruh. Pimpinan seluruhnya akan diserahkan
kepada madame Curie.
Hingga
kini wanita muda itu hanya dibiarkan ia datang ke laboratorium itu. Dengan tak
ada berhak untuk melakukannya dan dengan tak mendapat gaji dilaksanaknnya
penyelidikan-penyelidikan radium itu, maka dalam bulan Nopember 1904, ia
mendapat kedudukan yang tetap dan bergaji – sebanyak duaribu empatratus franc
sehingga berhaklah ia dengan terang-terangan untuk pertama kalinya bekerja
dalam laboratorium suaminya itu!
Selamat
tinggal, pondokku!—Pierre dan Mana memindahkan perkakas-perkakas yang masih
ketinggalan dalam pondok itu ke jalan Cuvier. Pondok itu telah mereka sayangi
karena mengandung susah payah berhari-hari lamanya bagi mereka disamping
bahagia. Beberapa kali sejak itu mereka masih pergi bergandengan tangan melihat
dinding yang lembab dan papan-papan yang telah busuk.
Lambat
laun mereka menyesuaikan diri mereka kepada hidup mereka yang baru itu. Pierre
mengadakan persiapan kuliahnya sedang Mania bertemu pula dalam bilik-bilik yang
tak bagus perlengkapannya itu dalam lapangan tempat mereka berjumpa dengan
Andre Debierne, Albert Laborde, seorang bangsa Amerika, profesor Duane dan
beberapa orang asisten atau murid-murid yang sedang sibuk mengerjakan
percobaan-percobaan. Mereka membungkuk di hadapan alat-alat yang rapuh
susunannya itu dan diperlukan mereka untuk percobaan seketika itu.
“Kami,
yaitu madame Curie dan saya sedang berusaha memastikan banyaknya radium dengan
emanasi” ditulis Pierre pada tanggal 14 April 1906. “Nampaknya sangat gampang
akan tetapi ealau pun demikian telah berbulan-bulan kami menegrjakannya dan
baru sekaranglah kami mendapat hasil-hasil secara teratur.” Kami bekerja,
madame Curie dan saya....
Perkataan-perkataan
yang ditulisnya Pierre itu lima hari sebelum ia meninggal dunia, merupakan inti
dan bahagia sebagus-bagusnya dalam ikatan mereka yang tak pernah dipisahkan
itu. Setiap kemajuan dalam pekerjaan mereka, setiap perasaan kecewa atau setiap
kemenangan mereka mengikat lelaki dan wanita ini lebih erat lagi satu sama
lain.
Belum
cukuplah saya ceritakan tentang kejujuran, ketulusan dan kegembiraan suci
perserikatan akal budi mereka yang tak ada tolok bandingnya itu? Tentang
pikiran-pikiran luhur dan sederhana, pertanyaan-pertanyaan, catatan dan
nasihat-nasihat yang setiap jam diucapkan Pierre dan Mania yang satu apda yang
lain? Tentang pujian-pujian ria dan sesalan-sesalan persahabatan. ... Di antara
akedua orang yang sama derajatnya itu, yang satu sama lain menawan hatinya dan
yang tak mengenal iri hati dan tersimpul persahabatan suci dalam pekerjaan yang
nampaknya itulah lambang setulus-tulusnya untuk cinta kasih mereka yang tak
kunjung padam itu.
“Dalm
laboratorium di jalan Cuvier” ditulis asisten mereka Albert Laborde belum
berapa lama berselang, “saya sedang bekerja dengan sebuah pesawat berisi raksa.
Pierre Curie hadir di sana. Madame Curie dan ke sana, melihat denga penuh
perhatian suatu bahagian kecil dari mesin itu yang tak dapat dipahamnya dengan
segera. Sebenarnya bukanlah sulit itu, akan tetapi ia tetap bersitegang leher
dan membantah-bantah, walau pun telah dijelaskan kepadanya. Maka Pierre pun
marah lemah lembut beria sambil berkata : “Hai Marie dan toh!” yang sampai
sekarang masih kedengaran bagi saya dan saya harap semua orang dapat merasakan isi bunyinya itu.
Beberapa
hari kemudian teman-teman saya yang tak mengetahui jalan dalam sesuatu rumus
matematika meminta pertolongan Pierre Curie, akan tetapi ia mengatakan lebih
baiklah mereka tunggu kedatangan Madame Curie, karena keahlian istrinya itu
dalam lapangan matematika, katanya, pasti akan mengakhiri kesulitan mereka itu.
Maka sesungguhnyalah dalam beberapa menit saja telah dapat dipecahkan madame
Curie masalah yang sulit itu.”
Dengan
cara yang jamak sekali mereka berpikir serupa dan sampai ke soal-soal
sekecil-kecilnya mereka senantiasa bertindak bersama-sama.
Seorang
sahabt, yaitu isteri Pierre, datang bertanya kalau-kalau boleh dibawanya Irene
bermain-main dengan anak-anaknya, akan tetapi Pierre menjawab dengan isin
sambil tersenyum simpul : “Saya tak tahu, Marie belum di rumah, tak dapat saya
katakan sebelum saya tanyakan Marie. Tatkala mereka menghadiri suatu pertemuan
sarjana-sarjana maka Mania yang biasanya suka diam itu, terbawa-bawa bertukar
pikiran dengan bersemangat tentang suatu soal dalam lapangan ilmu pengetahuan,
akan tetapi dengan sekonyong-konyong ia bera muka dan sambil gagap ia berpaling
kepada suaminya itu memintanya meneruskan perdebatan itu; demikianlah teguhnya
keyakinannya bahwa pendapat Pierre lebih berharga seribu kali daaripada
pikirannya sendiri.
“Ia
melebihi yang saya aidam-idamkan ketika kami bersatu”, di tulis Mania di
kemudian hari. “Sifat-sifatnya yang luar biasa, luhur dan jarang kelihatan itu
semakin lama semakin mengagumkan saja; akdang-kadang saya pikir Pierre adalah
sesuatu makhluk yang teristimewa karena sedikit pun tak mau ia membanggakan
diri dan tak ada sekali-kali pikiran picikpadanya sepeti banyak kedapatan bagi
diri kita sendiri dan pada orang-orang lain; kerap kali kita berikhtiar
memaffkannya, sekali pun kita berusaha mencapai cita-cita kesempurnaan.”
Di
waktu hari Paskah tahun 1906 hari cuaca terang benderang. Pierre dan Mnia
berlibur beberapa hari di rumah mereka di Saint Remy la Chevreuse. Seperti
sediakala mereka berjalan-jalan pergi mengambil susu dengan anak-anak mereka ke
suatu rumah petani yang berdekatan. Pierre sangat bergirang hati, apabila Eve
yang masih belajar berjalan dan baru berumur empatbelas bulan itu dilihatnya
tertatih-tatih sambil memilih-milih dengan tegar hatinya semua alur-alur bekas
kereta berjalan untuk dilaluinya. Waktu hari Ahad suami isteri itu
berjalan-jalan naik kereta angin ke hutan-hutan Port-Royal dan dari sana mereka
membawa dahan-dahan mayang dan karangan-karangan bunga. Apabila Pierre esok
harinya kepayahan berjalan jauh lagi, maka berbaringlah ia di rumput.
Matahari
yang bersinar-sinar itu menguakkan embun yang menyelubungi lembah itu. Eve
tertawa-tawa sambil baring di atas sebuah selimut sedan Irene mengejar-ngejar
kupu-kupu dengan sebuah jala hijau dan apabila ditangkapnya sesekali seekor
dari kupu-kupu itu, maka ia berteriak-teriak kegirangan. Ia kepanasan, maka
dibukanya baju kurungnya dan orang tuanya berbaring di rumput itu
memandang-mandang bagaimana eloknya anak mereka itu dan bagaimana lucunya ia
kelihatannya dalam kemanjaan dan celana lelaki yang pendek itu.
Pada
hari itulah atau mungkin juga pada hari yang mendahuluinya, Pierre yang berlega
dada berkat rawanan dan kesunyian hari pagi musim bunga itu, memandang
anak-anaknya yang berjungkir balik dalam rumput dan sesudah itu menoleh kepada
Mania yang baring dengan tak bergerak di sampingnya. Dielusnya sebentar pipi
dan rambut isterinya itu sambil berkata perlahan-lahan : “Alangkah berbahagia
hidup itu di samping engkau Mania!.
Waktu
petang hari mereka mengembara perlahan-lahan di hutan sambil menggendong Eve
berturut-turut di bahu mereka. Mereka mencari danau kecil diliputi teratai yang
pernah menawan hati mereka itu. Danau itu telah kering dan teratai itu tak
kelihatan lagi. Berdekatan dengan danau itu di tepi jalan mereka memetik bunga.
Setelah
makan sebentar maka berangkatlah Pierre dengan kereta api malam ke Paris sedang
keluarganaya tinggal lagi di Saint Remy. Sebagai temannya dibawanya bunga yang
merka petik petangnya tadi dan yang akan ditaruhnya dalam gels untuk menghiasi
mejanya.
Seharian
lagi mengecap hari cuaca dan hawa segar maka Mania pun kembali ke Paris hari
Rabu malam dan setelah diantarkannya anak-anaknya ke rumahnya maka, ia pun
pergi ke Laboratorium menemui suaminya. Apabila ia masuk ke dalam, dilihatnya
Pierre berdiri seperti biasa di muka jendela ruangan yang besar itu sedang
memeriksa sebuah pesawat. Ia menunggu isterinya datang. Dipakainya jasnya dan
diambilnya topinya; sambil memegang tangan isterinya ia menuju rumah makan
Foyot tempat Societet de Physique mengadakan jamuan makan tahunan mereka.
Dengan rekan-rekannya yang dijunjung tinggi dan dengan Henri Poincare yang
duduk di sampingnya dibicarakannya soal-soal yang meminta perhatiannya sewaktu
itu seperti : Susunan emanasi radium, gejala-gejala spirit yang baru dihadirinya
itu dan pendidikan anak-anak gadis yang baginya merupakan soal tersendiri dan
hendak dibicarakannya dengan teori-teorinya tertentu dan dialirkannya ke arah
pengetahuan ilmu fisika.
Hawa
telah bertukar. Hampir tak dapat orang percaya bahwa hari kemarinnya nampaknya
telah hampir musim panas. Hawa dingin dan angin bertiup dengan kerasnya, sedang
hujan rintik-rintik ke gelas kaca jendela. Jalanan basah, lembek dan licin.
BAB.
XVIII : 19 APRIL 1906.
Hari
kamis itu pagi-pagi redup, amsih terus hujan, hari mendung dan suami isteri
Curie tak dapat melupakan hujan deras itu, sekali pun mereka mencurahkan
pikiran mereka seluruhnya untuk pekerjaan mereka itu. Pierre akan menghadiri
jamuan makan siang yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Maha Guru Fakultet
Ilmu Pasti dan Ilmu Fisika, sehabis itu ia akan memeriksa cetak percobaan di
tempat penerbit buku-bukunya Gauthier-Viliars dans esudah itu ia akan pergi ke
Institut. Madame Curie banyak pula urusannya.
Karena
sibuknya mereka pergi itu, hampir mereka tak berjumpa. Dari bawah digang
rumahnya Pierre memanggil Mania bertanya kalau-kalau ia apergi ke laboratorium
nanti. Mania yang sedang sibuk mengurus pakaian Irene dan Eve di tingkat
pertama menjawab bahwa mungkin tak sempat ia pergi ke sana, akan tetapi
perkataan-perkataannya menghilang dalam rusuh hari. Pintu rumah di tutup dan
Pierre berangkat dengan tergesa-gesa.
Pierre
bercakap-cakap dengan sahabt-sahabat rekannya di Hotel des Societes Savantes di
jalan Danton, sedang Mania masih makan pagi bersama-sama dengan anak-anaknya
dan doktor Curie. Pierre gemar benar mengunjungi pertemuan-pertemuan semacam
ini karena dapat ia berbicara-bicara dengan tenang dengan rekan-rekannya tentang
Sorbonne, tentang penyelidikan-penyelidikan dan tentang pekerjaan mereka.
Umumnya percakapan pagi itu mengenai kecelakaan-kecelakaan yang mungkinterjadi
dalam laboratorium-laboratirum dan segera ditawarkan Pierre bantuannya untuk
menyelenggarakan rancangan-rancangan yang akan dapat mengurangi bahaya-bahaya
yang mungkin menimpa para penyelidik ilmu pengetahuan.
Kira-kira
jam setengah tiga ia meminta diri dengan senyuman dari rekan-rekannya dan ia
berjabat tangan dengan Jean Perrin yang akan ditemuinya nanti malam itu juga.
Sambil melampaui ambang rumah itu, Pierre menoleh dengan tak didsengajanya ke
langit yang menghitam dan mukanya bergerenyut. Dibukanya apayungnya dan
memberanikan dirinya melalui hujan lebat pergi menuju sungai Saine.
Di
kantor Gautheir Villars tak ada orang, karena pekerja-pekerja sedang mogok.
Maka ia pun berangkat lagi meneruskan
perjalanannya dan tibalah ia di jalan Dauphine yang berkumandang suara panggil
para kusir-kusir dan tram yang berjalan di sebelah pangkalan yang terdekat. Alangkah
ramainya lalu-lintas di jalan kecil semacam ini di bagian lama dari kota Paris!
Jalan itu hampir tak cukup lebarnya memberikan kesempatan kendaraan-kendaraan
yang berlalu lalang dan untuk mereka yang berjalan kaki yang banyak jumlahnya
pada petang hari ini kaki lima jalan itu sangat ciutnya. Dengan sendirinya
Pierre mencari bagian yang luas pandangannya di jalan itu. Kadang-kadang ia
berjalan di pinggir kaki lima itu dan sesekali ia berjalan di jalan kendaraan
pula dengan langkah-langkah tak tetap seorang yang pikirannya itu dengan
pandangan legat dan muka muram. Percobaan yang sedang dikerjakannya? Pekerjaan
sahabatnya Urbain yang disimpannya uraiannya dalam surat untuk Academie di
kantongnya. Mania? Telah beberapa lama ia berjalan di aspal di belakang sebuah
kereta tertutup yang menuju ke Pont-Neuf.
Di
persimpangan jalan besar dengan pangkalan sangat ramai dan riuhnya, tram yang
menuju Concorde sedang berjalan di tepi sungai. Sebuah kereta barang yang penuh
muatannya dan ditarik dua ekor kuda, melintang datang dari jembatan itu
menjonjok ke jalan Dauphine. Pierre hendak menyebari jalan ke kaki lima yang
lain. Dengan gerak yang lazim bagi orang-orang yang pikirannya melayang, maka
ditinggalkannya sekonyong-konyong perlindungan kereta di hadapannya itu,
sehingga tak dapat ia memandang ke muka. Ia melangkah ke kiri tetapi ia
terbentur seekor kuda yang membeker, yaitu salah satu dari kuda kereta barang
yang sekejap itu juga berjalan di hadapan kendaraan yang melindungi Pierre.
Jarak anatara kedua kendaraan itu secepat kilat bertambah pendek. Pierre,
gugup, mencoba dengan gerak canggung memegang tali kuda yang meronta itu. Ia
tergelincir di aspal yang basah itu dan jerit ketakutan meluap di angkasa :
Pierre telah jatuh di bawah ladam kuda itu. Orang-orang yang lalu lalang
berteriak : “Stop! Stop!” Kusir itu menarik kekang kuda itu tetapi sia-sia :
Kereta itu berjalan terus.
Pierre
melinang di tanah, hidup dan tak kurang sesuatu apa. Ia tak menjerit-jerit, ia
hampir tak bergerak. Badannya lurus di antara kaki kuda dan kereta itu. Sedikit
pun tak kena tubuhnya sehingga masih mungkin sesuatu mukjizat, akan tetapi
kereta yang berat muatannya enam ton itu masih terlanjur beberapa meter
jauhnya. Roda belakang sebelah kiri mengenai sebuah benda halus yang terhancur
sambil kereta itu berjalan : Dahi, kepala manusia. Tempurung kepala peccah dan
massa yang marah lekat-lekat merucut dengan lumpur : Otak Pierre Curie.
Agen-agen
polisi mengangkat badan yang masih panas itu, akan tetapi dengen sekejap mata
jiwanya telah melayang. Dipanggil mereka beberapa kendaraan tetapi tak ada
seorang kusir pun yang bersedia mengangkut mayat yang berlumuran darah dan
diliputi lumpur. Waktu berselang dari menit ke menit, orang-orang yang
mengetahui seluk-beluk kejaidan berkerumun berdesak-desakan. Semakin banyak
orang mengerumuni kareta yang tak bergerak itu dan teriak marah
mendengung-dengung di telinga kusirnya. Louis Manin yang dengan tak sengaja
menyebabkan kecelakaan itu. Mayat itu diangkat ke sbuah usungan yang dibawa dua
orang dan diangkutlah mayit itu ke kantor polisi yang terdekat, setelah
berhenti sebentar di rumah obat dengan tak ada perlunya. Di kantor polisi itu
dibuka dan diperiksa surat-surat mayat itu dan apabila tersebar berita bahwa
korban kecelakaan itu rupanya Pierre Curie, seorang Maha Guru, Sarjana
termsyhur, maka orang bertambah gempar sehingga terpaksa aen-agen itu bertindak
melindungi Manin dari bahaya ancaman orang banyak yang dengan tinju berkepal
hendak menyerang kusir itu.
Seroang
doter, tuan Drouet, mencuci muka yang berlumuran darah itu dan diperiksanya
luka di kepalanya Pierre itu sambil menghitung enambelas belah-belahan tulang
yang duapuluh menit yang lamapu masih merupakan sebuah tempurung kepala. Dengan
telepon diberitahukan kecelakaan ini kepada Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu
Fisika.
Tak
berapa lama sesudah itu maka telah hadir di pos polisi di jalan des Grand
Augustin seorang komisaris dan sekretaris yang dengan hati terharu melihat
asisten hali ilmu fisika itu, tuan Clerc, menagisi sarjana itu sedang kusir Manin
dengan mata merah bengkak tersedu-sedu pula.
Di
tengah-tengah mereka terlentang Pierre dengan kepalanya dibebat sedang mukanya
tak ada bekas-bekas luka seolah-olah ia tak menghiraukan sesuatu apa pun. Di
depan kantor polisi itu menunggu kereta yang lima meter panjangnya itu dan
penuh padat bermuatan pakaian tentara. Lambat laun bekas-bekas darah yang
memercik dari salah satu rodanya itu telah dihilangkan oleh hujan. Kuda-kuda
yang besar dan muda itu gelisah-gelisah karena kehilangan kusirnya sambil besin
dan ngentak-ngentak kaki di jalan yang basah itu.
Kecelakaan
i ni menimpa rumah keluarga Curie itu. Mobil-mobil dan kereta-kereta lewat di
sepanjang tanggul-tanggul jalan itu dan berhenti di jalan Kellermann yang sunyi
senyap itu. Seorang utusan dari Presiden Republik datang menggenta di rumah
sarjana yang baru meninggal itu, akan tetapi apabila didengarnya bahwa madame
Curie belum di rumah, ia berangkat dengan tak meninggalkan kabar apa pun.
Terdengar lagi genta rumah itu berbunyi : dekan fakultet, Paul Appel, dan
profesor Jean Perrin masuk dalam rumah itu.
Doktor
Curie yang tinggal sendirian dengan seorang pesuruh di rumah yang sepi itu
heran melihat segala kunjungan agung itu. Ia pergi menemui kedua orang tau itu
dan dilihatnya muka mereka penuh kejutan. Paul Appell yang bertugas terlebih
dahulu memberitahukan kejadian itu kepada madame Curie, diam kegugupan terhadap
mertuanya Mania itu. Akan tetapi tak lama syak wasangka doktor Curie itu.
Sekali lagi dipandang orang tua itu tamu-tamunya itu dan dengan tak bertanya
apa-apa ia berkata : “Anak saya telah meninggal dunia.
Setelah
didengarnya cerita kecelakaan itu maka airmatanya bercucuran membasahi mukanya
yang telah berkerut kisut ketuaan itu. Air matanya itu mengandung perasaan duka
yang sangat dalam. Dengan kasih sayang dan putus asa doktor Curie menuduh
anaknya itu karena ia tak berhati-hati sehingga ia menemui ajalnya.
Berulang-ulang disesalinya : “Apakah lagi yang dipikirkannya sewaktu ia
berjalan itu?
Jam
enam. Suara kunci membuka pintu, Mania masuk dalam rumah, ria gembira. Dengan
remang-remang dirasanya bahwa sikap yang terlalu hormat itu dari pihak
teman-temannya mengandung tanda kasihan terhadap dirinya. Sekali lagi diulangi
Paul Appell menceritakan kecelakaan itu. Madame Curie duduk diam – tak bergerak
memandang legat sehingga timbul pikiran seolah-olah ia tak mengerti semuanya
itu. Ia tidak jatuh pingsan di hdapan sahabat-sahabatnya itu, ia tak mengeluh
dan ia tak meraung. Laksana patung seolah-olah ia tak bernyawa dan tak
berperasaan. Seteah ia diam beberapa lama maka bibirnya mulai bergerak dan
perlahan-lahan, seakan-akan sambil berputus asa ia amsih berharap mendapat
jawaban sangkalan, ia bertanya : “apakah Pierre telah mati? Mati sematinya?”
Mengatakan
bahwa sesuatu malapetaka yang datang dengan tiba-tiba dapat mengubah seorang
manusia untuk selama-lamanya adalah kata-kata muluk, akan tetapi akibat-akibat
peristiwa beberapa amenit ini sangat mempengaruhi tingkah laku, nasib hidup ibu
saya serta anak-anaknya itu.
Bukanlah
madame Curie dari seorang wanita muda yang beruntung menjadi seorang janda yang
tak dapat dihiburkan duka-citanya. Pergantian rupa itu tidak bersahaja akan
tetapi lebih berseluk. Badai yang mencelah rohaninya dan peranjatnya yang tak
seperti itu mengacaukan pikirannya sehingga tak dapat dinyatakannya duka
citanya dengan keluh kesah atau kata-kata. Sedari didengarnya perkataan yang
tiga buah ini : Pierre telah mati – dan diinsyafinya artinya itu – maka untuk
selama-lamanya hatinya telah diselubungi oleh kesucian kediaman. Tatkala ia
menjadi janda pada hari di bulan April itu maka pada saat itu jugalah madame
Curie merupakan seorang wanita ratapan, seorang wanita yang rinduan hatinya tak
dapat dilepaskan.
Mereka
yang menjadi saksi bencana ini, merasakan bahwa antara mereka dan madame Curie ada
sebuah tembok yang mereka dengan tak kenyataan. Kata-kata untuk membutikan duka
cita mereka dan kata-kata untuk melipurkan hati madame Curie itu meluncur
perhatian Mania yang dengan mata kering dan muka yang berwana kelabu kepucatan
nampaknya tak mendengar suara apa dan hanya dengan susah payah menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terpenting. Dengan kata-kata lemas diddtolaknya
saksi mayat yang sebenarnya merupakan bagian pemeriksaan kepolisian dan
dimintanya supaya mayat Pierre dibawa ke rumahnya di jalan Kellermann itu.
Kepada temannya, Nyonya Perrin dimintanya agar Irene boleh menginap di rumahnya
selama beberapa hari berikutnya. Ke Warsawa disuruhnya mengirim kawat yang
memberitahukan dengan pendek “Pierre meninggal disebabkan kecelakaan”. Sesudah
itu ia pergi duduk di taman yang masih lembab dengan sikutnya dilututnya
kepalanya bertumpu ditangannya dan pandangan menjauh. Tuli, tak bergerak dan
membisu duduklah ia menunggu-nunggu kedatangan teman shidupnya itu.
Mula-mula
diantarkan ke rumahnya itu beberapa barang-barang pusaka yang mengandung
kesedihan berasal dari pakaian Pierre: pena tinta, kunci, tempat surat-surat,
arloji yang masih hidup dan kacanya pun tak rusak. Akhirnya jam delapan
berhentilah sebuah kereta orang sakit di depan rumahnya itu dan disilam hari
itu dilihatnya paras suaminya itu, nayaman dan manis. Dengan perlahan-lahan dan
susah payah diangkatnya usungan mayat itu melalui pintu yang tk lebar itu.
Andre Debiarne yang pergi menjemput gurunya dan sahabtnya itu di akntor polisi turut
menjaga beban yang membawa duka cita itu. Mayat ditempatkan di sebuah kamar
sebelah bawah rumah itu dan Mania tinggalah seorang diri dengan suaminya.
Diciuminya
muka suaminya itu, badannya yang lemas dan masih panas itu, tangannya yang
masih dapat dikepalkan. Hanya dengancara memaksa dapat ia dibawa ke bilik
disebelahnya supaya jangan dilihatnya mengerjakan mayat itu. Ia menurut dengan
bingung akan tetapi tatkala diingatnya bahwa seharunya ialah yang mengurus
mayat suaminya yang berlumuran darah itu maka kembalilah ia ke kamar itu dan
bergantung kepada mayat itu seteguh-teguhnya.
Esok
ahrinya setiba Jacques Curie, elga dada Mania melihat iparnya dan air matanya
tak ada lagi empangannya.
Bersama-sama
dengan kedua kaka-beradik yang masih hidup dan yang seorang lagi telah
meninggal dunia – maka Mania pun tak menahan-nahan air matanya lagi dan
menangislah ia tersedu-sedu. Tetapi sesudah itu ia gugup pula berkeliling
rumahnya itu sambil bertanya apakah Eve telah menjadi seperti biasa. Ia pergi
ke taman rumah itu dan disuruhna memanggil Irene yang sedang bermain-main
dengan puntng-puntung kayu di rumah keluarga Perrin. Di balik pagar rumah itu
ia bercakap-cakap dengan anaknya itu. Dikatakannya bahwa bapaknya luka
kepalanya dan perlu berisitirahat sebentar. Dengan tak aa kekuatiran kembali
anak itu ke tampat permainannya.
Mania
tak sanggup melahrikan duka citanya terhadap orang-orang lain dan hidup dalam
kesunyian seolah-olah ia mengembara gurun pasir yang kadang-kadang
menyebabkannya berteriak kekejian pada suatu hari (beberapa lama sesudah
kejadian ini) membuka sebuah buku tulis warna keabu-abuan, maka dengan
huruf-huruf yang gentar didpercayakannya pikiran-pikiran yang menyakitkannya
itu kepada kertas kitab itu. Dalam halaman-halaman yang tidak apik dan penuh bekas-bekas
air mata itu ia berbicara dengan Pierre, dipanggilnya suaminya itu dan
diajukannya pertanyaan-pertanyaan. Ia berusaha mengingatkan segala hal-hal
khusus dari kecelakaan yang menimpanya situ sehingga mereka terpaksa berpisah,
akan tetapi di kemudian hari ia menyiksa pikirannya pula untuk selama-lamanya
dengan ingatan-ingatan ini. Kitab catatan sehari-hari yang hanya sebagian dapat
dikutip di sini (kitab yang pertama-tama dan satu-satunya diadakan Mania)
itulah merupakan santiran nestapa wanita ini.
....
Pierre, Pierre ku, kau berbaring di sana dengan tenang laksanak seorang kena
luka dan tertidur melepaskan lelah, kepalamu terbebat. Mukamu penuh perasaan
lemah-lembut dan kesenatausaan, sekarang juga masih begitu seolah-olah kau
ketiduran mimpian yang tak sudi melepaskan engkau. Bibirmu yang dulu saya
katakan lahap, sekarang kelabuan tak berdarah. Janggutmu yang pendek itu
memutih. Hampir tak kelihatan rambutmu karena di sanalah mulainya luka itu; di
sebelah atas dahimu di bagian kanan nampaklah tulang yang patah itu. Ah,
alangkah pedihnya penderitaanmu itu, alangkah banyaknya darahmu berlumuran
sehingga pakaianmu penuh basahan darah. Alangkah menderitanya kepalamu yang
kerap kali saya elus-elus itu. Saya ciumi kelopak matamu yang biasanya kau
tutup itu apabila saya menciumnya sedang kau menekankan badanmu kepada diri
saya dengan suatu gerak yang tak asing lagi bagi saya....
Hari
sabtu pagi kami letakkan engkau dalam keranda dan saya menjaga kepalamu tatkala
kau diangkat. Untuk penghabisan kalinya kami mencium mukamu yang dingin itu.
Sesudah itu saya letakkan kembang yang saya petik dari taman kita bersama-sama
dengan potret saya yang kau namakan “Mahasiswa yang gagah berani” dan kau sukai
itu dalam kerandamu. Itulah gambaran yang akan mengikuti engkau ke dalam kubur;
gambar seorang wanita yang mendapat bahagia menawan hatimu sehingga dengan tak
sangsi-sangsi keau mengusulkan kepadanya bersama-sama memikul beban hidup,
walau pun seketika itu engkau baru beberapa kali bertemu dengan dia. Kerap kali
engkau bercerita bahwa hanya sekali itulah selama hidupmu engkau engkau
bertindak dengan tak keragu-raguan dan dengan penuh keyakinan bahwa engkau
telah berbuat benar. Pierre-ku, saya pikir engkau tidak khilaf. Kita
ditakdirkan hidup bersama-sama dan perkawinan itu pun adalah takdir Tuhan!
Keranda
telah ditutup, saya tak melihat engkau lagi. Tak saya izinkan diletakkan alas
hitam yang mengerikan itu di atas kerandamu itu. Saya tutupi peti itu dengan
kembang-kembang dan saya duduk disampingnya.
...
Telah datang orang menjemput engkau; orang-orang itu berduka cita, saya padnang
mereka tetapi saya tak berbicara dengan mereka. Kami antarkan engkau ke Sceaux
dan kami lihat engkau turun ke dalam lubang yang dalam dan besar itu. Maka
datanglah orang-orang berbaris. Kami hendak dibawa pulang, tetapi Jaques dan
saya membantahnya, kami hendak menghadirinya sampai selesai semuanya, lubang
kubur ditutup dan diletakkan kembang di atasnya, telah siap semuanya, Pierre
tidur untuk penghabisan kalinya di dunia ini di bawah tanah, inilah
segala-galanya, segala-galanya, segala-galanya.....
Madame
Curie telah kehilangan suaminya dan dunia ini kehilangan seorang orang besa.
Akhir yang ganas ini, diwaktu hujan dan lumpur, menyedihkan orang banyak. Dalam
surat kabar di semua negeri-negeri dimuat lapora-laporan panjang dan
mengharukan tentang kecelakaan di jalan Dauphine itu. Ucapan-ucapan turut
berduka cita bertimbun-timbun banyaknya dikirimkan ke rumah di jalan Kellermann
itu, diantaranya tanda tangan-tanda tangan raja-raja, pera menteri, penyair-penyair,
para sarjana, di smaping orang-orang yang tak terkenal. Dalam tumpukan
surat-surat, karangan-karangan dan kawat-kawat itu tercantum teriakan tulus
ikhlas keluhan hati :
Lord
Kelvin :
Terkejut
dan terharu mendengar berita ngeri tentang kematian tuan Curie. Kpan
dikebumikan? Kami sampai di Hotel Mirabeau besok pagi.
Marcelin
Berthelot :
...
Kami seakan-akan disambar petir mendengar berita yang mengerikan itu. Telah
begitu banyak ia berjasa terhadap Ilmu Pengetahuan dan Manusia, sebegitu banyak
lagi jasa-jasa yang kita harapkan dari ahli pendapat ini. Ini semuanya telah
lenyap dalam sekejap mata saja atau telah merupakan kenang-kenangan!
G.Lippmann
:
Seakan-akan
saya kehilangan seorang saudara : saya belum mengetahui pertalian-pertalian
erat mana yang mengikat saya kepada suami nyonya, hari ini telah saya ketahui.
Saya menderita juga untuk nyonya.
Ch.
Vheneveu, asisten Pierre Curie :
Beberapa
orang di antara kami menjunjungnya tinggi sebenar-benarnya. Buat saya ialah –
diluar keluarga saya – salah seorang yang saya cintai sesangat-sangatnya;
alangkah banyaknya dan alangkah halusnya kasih sayangnya terhasdap pembantunya
yang isin ini. Kebaikan hatinya dicurahkannya juga terhadap pesuruh-pesuruhnya
yang serandah-rendahnya yang memuja-mujanya; tak pernah saya lihat air mata
yang lebih halus tulus ikhlasnya dan lebih perihnya dan air mata yang
berhamburan dari mata pesuruh-pesuruhnya dilaboratorium seketika mereka
mendengar wafatnya yang datang dengan sekonyong-konyong itu ...
Seperti
pada segala upacara maka juga sekarang ini madame Curie seterusnya akan
dinamakan “janda yang termasyhur” menarik dirinya dari segala akibat-akibat
kemegahan. Untuk menghidarkan upacara penguburan secara resmi, dipercepat
madame curie pemakaman suaminya itu dan ditetapkannya pada tanggal 21 April.
Ditolaknya orang-orang mengirim utusan-utusan dan pidato-pidato serta
dimintanya agar Pierre dikuburkan sesedehana mungkin di pekuburan ibunya di
Sceaux. Aristide Briand, semsa itu menteri pengajaran, melanggar larangan
madame Curie itu : dalam hatinya timbul perasaan kasatria, maka diikutinya
keluarga Curie itu dan diiringnya Pierre sampai ke kubur yang jauh letaknya itu
di bagian anak kota Paris.
Tersembunyi
di antara kuburan-kuburan para watawan mengamat-amati tokoh madame Curie yang
mukanya diselubungi kudung-kudungan perkabungan tebal.
“Madame
Curie, disangga oleh mertuanya, mengikuti keranda suaminya sampai ke kuburnya
yang digali dekat pagar pekuburan di bawah naungan pohon-pohon sarangan. Dimana
ia berdiri sebentar dengan taka bergerak; pandangan matanya legat dan muram;
akan tetapi tatkala dilemparkan sekuntum bunga dekat kuburan itu maka dengan
tiba-tiba diambilnya bunga itu yang dibukanya ikatannya satu demi satu dan
dihamburkannya di atas keranda itu.
Dengan
perlahan-lahan dilakukannya upacara itu, seakan-akan ia lupa para hadirin yang
dengan terharu berdiam sunyi.
Pemimpin
upacara berpendapat bahwa perlu diperingatinya madame Curie menerima
ucapan-ucapan duka cita dari para hadirin. Maka kuntum bunga yang dipegangnya
ditangannya itu berjatuhan ke tanah dan sambil mendiam ditinggalkannya kuburan
itu dan mengikuti mertuanya.” (Le Journal, 22 April 1906).
Hari-hari
berikutnya diucapkan pidato-pidato memperingati Curie di Sorbonne dan di segala
perkumpulan-perkumpulan ilmu pengetahuan di Perancis dan di negara-negara lain
yang memandangnya sebagai anggota perkumpulan mereka itu. Di Academie des
Sciences yang menghormati Pierre Curie ialah sahabtnya Henri Poincare :
Mereka
yang mengenal Pierre Curie semuanya menetahui bagaimana senangnya bergaul
dengan dia yang selalu bersifat jujur dan isin itu, bagaimana rawanan hatinya
berkat tulus ikhlasnya dan jiwanya yang luhur itu.
Adakah
orang yang sampai menyangka bahwa di balik lemah-lembutnya itu tersembunyi
suatu pribadi yang tak dapat diobrak-abrikkan> Ia tak kedarkan
tasiran-tafsiran ksatria sebagai akibat-akibat pendidikannya, cita-cita rohani
yang disayangi padanya, cita-cita ketulusan hati sesempurnanya yang barangkali
terlampau luhur untuk dunia sekarang ini. Tak dikenalnya cara-cara menyesuaikan
diri seperti yang lazim dilakukan kebanaykan orang-orang yang kurang kuat
imannya. Lagi pun cita-cita ini tak dipisah-pisahnya dari cita-citanya terhadap
ilmu pengetahuan dan dengan contohnya yang luhur itu dibuktikannya kepada kita bahwa tasiran luhur tentang kewajiban dapat
menjelma dari cinta suci murni terhadap Kebenaran. Tuhan manapun juga yang dipercayai : bukanlah
Tuhan itu, tetapi iman itulah yang mengakibatkan mukjizat-mukjizat.
Buku Harian Madame Curie :
...
Sehari sesudah penguburan itu telah saya ceritakan semuanya kepada Irene yang
sedang menunggu di rumah keluarga Perrin ... Mula-mulaia tek mengerti yang saya
ceritakan itu dan ia meminta supaya saya pergi akan tetapi kemudian rupanya ia
menangis dan ingin bertemu dengan kami. Di rumah sangat tangisnya akan tetapi
sesudah itu ia pergi bermain-main dengan teman-temannya sambil melupakan luka
hatinya itu. Tak ada ia bertanya tentang hal-hal khusus dan mula-mulanya
rupanya ia takut membicarakan perihal bapaknya itu. Dengan mata terbelalak
dilihatnya pakaian-pakaian hitam yang diantarkan bagi saya ... Sekarang
nampaknya tak dipikirkannya lagi soal ini.
Josep
dan Bronia telah tiba. Mereka sangat manisnya. Irene bermain-main dengan
paman-pamannya. Eve yang sepanjang peristiwa ini berjelimpat-jelimpat di
seluruh rumah kita dengan ria dan tak mengetahui curiga bermain-main sambil
ketawa-ketawa; semua orang bercakap-cakap dan saya lihat Pierre, Pierre
ditempat tidur dengan tak bernyawa lagi.
...
Hari Minggu pagi setelah kau meninggalkan aku, Pierre, saya pergi ke
laboratorium bersama-sama dengan Jaques, untuk pertama kalinya. Saya mencoba
melaksanakan pengukuran garis lengkung yang telah kita tetapkan beberapa
titiknya. Tetapi saya rasa bahwa tak dapat saya meneruskannya. Sepanjang jalanan
seakan-akan saya kena sihir dengan tak menghiraukan apapun. Saya tak akan
membunuh diri, bahkan ingatan saya untuk itu pun tak ada, tetapi apakah tak ada
dari sebanyak kendaraan itu sebuah yang bersedia memberiekan nasib bagi saya
seperti kau telah alami itu, jantung hatiku?”
Doktroe
Curie, anaknya Jaques, Yosep dan Bronia melihat dengan penuh kekuatiran
bagaimana wanita dalam pakaian berkabungnya itu batu-batuan tenangnya,
seolah-olah Mania merupakan sebuah pesawat otomat. Bahkan anak-anaknya itu pun
tak menimbulkan perasaan apa-apa pun juga jika dilihatnya mereka. Legar,
pikiran melayang, seolah-olah wanita yang tak mengikuti simati itu telah
meninggalkan dunia hidup ini. Akan tetapi dunia hidup ini kuatir melihatnya,
memikirkan hari kemudian yang baginya hanya sedikit harganya. Kematian Pierre
Curie itu telah menimbulkan beberapa masalah-masalah yang penting. Apakah nasib
penyelidikan-penyelidikan yang ditinggalkan Pierre setengah siap itu? Dan
apakah nasib kuliah-kuliahnya di Sorbonne itu? Dana pulalah ansib Mania?
Sanak
saudaranya membicarakan hal ini dengan berbisik-bisik sambil mendengarkan
usul-usul dari utusan-utusan kementerian itu dan Unipersitet yang
berturut-turut datang berkunjung ke rumah di jalan Kellermann itu. Sehri
sesudah penguburan Pierre itu diusulkan Pemerintah dengan resmi agar diberikan
pensiunan negeri untuk janda dan anak-anak Pierer Curie itu. Usul ini diajukan
Jaques kepada Mania akan tetapi ia menolaknya dengan ringkas : “Saya tak
menghendaki pensiunan> Saya masih muda dan sanggup mencari nafkah untuk saya
dan anak-anak saya.
Dalam
suaranya yang tiba-tiba tega kedengarannya, berkumandang untuk pertama kalinya
dengan perlahan-lahan kekerasan hatinya dari dahulu kala. Perundinga antara
pembesar-pembesar dan keluarga Curie menemui jalan buntu. Pihak Unipersitet
bersedia memakai tenaga madame Curie akan tetapi dengan gelaran apa dan untuk
laboratorium mana? Mungkinkah ditempatkan wanita yang berakal budi ini di bawah
pimpinan seorang yang sanggup memimpin laboratorium Pierre Curie itu?
Apabila
ia ditanya pikirannya maka dijawab madame Curie dengan remang-remang bahwa tak
sanggup ia memikirkannya, bahwa ia tak tahu...
Jacques,
Bronia dan teman tersetia bagi Pierre, Georges Gouy, insaf bahwa mereka harus
memberikan keputusan atas nama Mania dan bertindak untuk dia. Jacques Curie dan
Georges Gouy menyatakan keyakinan mereka kepada dekan fakultet : Madame Curie
ahli ilmu fisika satu-satunya bangas Perancis yang cakap meneruskan pekerjaan
yang telah dimulai Pierre dan isterinya itu. Hanya amadame Curie-lah yang apat
menggantikannya sebagai direktur laboratorium itu. Haruslah ditinggalkan
tafsiran-tafsiran dan kebiasaan-kebiasaan dan sepantasnyalah ditawarkan kepada
madame Curie kedudukan maha guru di Sorbonne.
Berkat
desakan bersemangat oleh Marcelin Berthelot, Paul Appell dan direktur muda
Liard maka Pemerintah mengambil sikap yang ksatria. Pada tanggal 13 Mei 1906
diputuskan Dewan Fakultet Ilmu Pasti dan Ilmu Fisika dengan suara bulat bahwa
kedudukan Pierre Curie itu akan diteruskan dan diserahkan kepada madame Curie
yang akan memakai gelaran “Pengasuh Kuliah-kuliah”.
Inilah pertama kalinya seorang wanita
mendapat kedudukan dalam Perguruan Tinggi Perancis.
Dengan
pikiran melayang, hampir tak memperdulikannya, didengarkannya mertuanya
menceritakan hal-hal khusus tentang tugas berat yang wajib diterimanya itu
untuk dirinya sendiri. Ia menjawab dengan beberapa perkataan saja : “Saya akan
coba.”
Dalam
ingatannya terkenang ia kepada kata-kata yang pernah diucapkan Pierre dan yang
sekarang baginya merupakan waiat batin, perintah yang dengan tegas menunjuk
jalan yang harus dilaluinya : “Apa jua pun yang terjadi dan sekali pun kita
merupakan badan tak berjiwa, kita wajib melanjutkan pekerjaan itu.”
Buku Catatan ehari-hari oleh Madame Curie :
Kepada
saya ditawarkan menggantikan engkau, Pierre ku; meneurkan kuliah-kuliahmu dan
memimpin laboratorium-mu itu. Tawaran itu telah saya terima tetapi saya tak
tahu apakah keputusan saya ini benar atau tidak. Kerap kali kau katakan bahwa
kau ingin benar saya mendapat angkatan di Sorbonne. Bagaimana pun saya akan
berikhtiar melanjutkan pekerjaanmu itu. Kadang-kadang saya pikir inilah cara
sebaik-baiknya meneruskan hidup saya ini tetapi akdang-kadang saya pikir pula
seakan-akan saya gila menerima angkatan ini.
7
Mei 1906 :
Pierre-ku,
selalu saya ingat engkau, kepala saya seolah-oleh akan pecah karena memikirkan
ini dan pikiran saya keruh. Tak dapat saya insyafkan bahwa sekarang untuk
selama-lamanya sayaterpaksa hidup dengan tak melihat engkau lagi, dengant ak
mungkin lagi bermain mata dengan teman sehidup saya yang saya cintai itu.
Sejak
dua hari ini pohon-pohon telah berdaun dan taman kita sangat bagusnya. PAgi ini
anak-anak kita bermain-main di sana dan saya memandangnya dengan hati tertawan.
Saya terkenang bahwa kau juga akan senang melihatnya dan bahwa engkau akan
emanggil aku menunjukkan bahwa pohon-pohon palem dan kembang narsis telah
berbunga. Kemarin di kuburan tak dapat saya mengartikan perkataan dua buah :
“Pierre Curie” itu yang terukir dalam batu kuburan. Kecantikan alam menggoda
hati saya, akrena itu saya pasang selubung saya dan melihat-lihat
segala-galanya dari belakang kudung perkabungan saya itu ....
11
Mei 1906 :
Pierre
sayang, tadi malam saya tidur agak baik juga dan pagi ini saya bangun dengan
perasan tenang. Baru seperempat jam yang lewat sya bangun dan sekarang saya
ignin berteriak seperti seekor binatang buas.
14
Mei 1906 :
Pierre
sayang, saya hendak ceritakan bahwa taman kita sekrang penuh kembang memutih,
merah dan menghijau – pasti engkau akan senang melihat ini semuanya. Perlu jua
kau tahu bahwa saya telah diangkat menggantikan engkau di Unipersitet. Beberapa
orang yang dalam pandangan saya telh gila, mengucapkan selamat dengan angkatan
saya ini. Tahukah engkau, bahwa saya tak suka lagi melihat mata-hari dan
kembang karena sakit hati saya memandangnya. Lebih suka saya hari hujan seperti
pada hari kau meninggal itu. Hanya untuk kepentingan anak-anak kita sajalah tak
saya membenci hari cuaca seluruhnya.
22
Mei 1906 :
Setiap
hari saya bekerja di laboratorium, hanya itulah yang dapat saya kerjakan. Di
sanalah persasaan saya yang terbetah karena saya tak tahu apakah lagi selain
dari bekerja di lapangan Ilmu Pengetahuan ini yang dapat menghiburkan hati saya
– itu pun tidak benar seluruhnya karena sekiranya saya berhasil mencapai
sesuatu penemuan maka tak dapat saya memikirkannya bahwa engkau tak sempat lagi
melihatnya.
10
Juni 1906 :
Segala-galanya
murung sekarang ini. Seolah-olah sehari-hari meminta perhatian saya, seluruhnya
sehingga tak sempat saya mengenangkan Pierre-ku dengan hati yang tenang.
Jacques
Curie dan Josep Sklodowski telah berangkat dari Paris. Tak berapa lama lagi
maka Bronia pun akan kembali ke rumah suaminya, ke sanatorium mereka di
Zakopane.
Pada
suatu malam sebelum kakaknya itu berangkat diminta Mania kepadanya mengikutinya
ke bilik tidurnya yang masih dipanasi oleh pemanas walau pun musim panas telah
tiba. Dengan herannya dilihatnya muka janda itu yang mengunci pintu setelah
mereka msuk dalam kamar itu. Lebih pucat, lebih kurang darahnya dari yang biasa
nampaknya. Dengan tak mengatakan sesuatu apa diambil Mania sebuah pa yang besar
dan tebal dibungkus dalam kertas tebal pula dari lemarinya. Sesudah itu ia
duduk dekat api dan dimintanya kakaknya itu mendekatinya. Dekat corong asap
alat pemanas telah sedia sebuah gunting besar.
“Bronia,
ia berbisik, bantulah aku.
Dengan
perlahan-lahan diguntingnya ikatan bungkusan itu dan dibukanya kertas
pembungkusnya itu. Api yang menyala-nyala itu menerangi tangannya yang gemetar.
Maka nampaklah sebuah buntalan yang dibungkus dengan rapi dalam kain sprei.
Mania bimbang sebentar, maka dibukanya kain putih itu. Hampir tak dapat Bronia
menahan dirinya berteriak kekejian melihat bungkusan itu dibuka : isinya ialah
sekumpulan pakaian dan kain sprei penuh lumpur yang telah kering dan darah yang
telah menjadi kental. Telah beberapa hari lamanya disimpan Mania pakaian yang
dipakai Pierre seketika ia digiling kereta itu.
Janda
itu mengmbil guntingnya dan dipotong-potongnya rompi hitam suaminya itu. Satu
persatu dibuangnya potongan-potongan itu ke dalam api dan dilihatnya bagaimana
api itu membakarnya, mengasap dan menghancurkannya sampai habis. Tetapi
tiba-tiba ia berhenti dan dengan sia-sia berikhtiar menahan-nahan air matanya
bercucuran di mukanya yang telah letih payah itu. Di antara lipatan kain-kain
yang telah melekat itu nampak suatu yang melekat-lekat dan melembab :
bekas-bekas terakhir dari otak yang beberapa pekan yang lalu masih merupakan
tempat lahir pikiran-pikiran ksatria dan penemuan-penemuan yang mengagumkan.
Mania
memandang bekas-bekas akhir itu dengan legatnya, dipegangnya dan diciumnya
berputus asa sampai Bronia mengambil gunting itu dan pakaian-pakaian Pierre
dari tangan adiknya itu dan melanjutkan memotong-motong kain itu yang
dilemparkannya menjadi mangsa api itu.
Akhirnya
selesailah pekerjaan itu dengan tak ada kakak-beradik itu bercakap-cakap.
Kertas pembungkus, kain sprei dan anduk yang dipergunakan mereka membersihkan
tangan mereka pun menjadi mangsa api.
“Tak
akan dapat saya membiarkannya barang-barang ini dipegang-pegang oleh
orang-orang luaran, kata Mania dengan suara lemas. Maka didekatinya Bronia
sambil berkata tersedu-sedu : “Apakah sekarang dayaku memikul beban hidup ini
lebih lama lagi? Saya tahu kewajiban sayalah itu, tetapi apakah lagi dayaku?
Katakanlah apa akan aku perbuat Bronia? Cara bagaimana kah dapat saya
laksanakan itu?
Sambil
terus menerus tersedu-sedu dengan air mata yang bercucuran dan jeritan-jeritan
itu melekatkan dirinya ke badan kakaknya yang memeluknya dan berikhtiar
mendamaikannya. Akhirnya ditolongnya manusia yang telah letih payah ini
mengganti pakaiannya dan dibawanya ke tempat tidurnya.
Esok
harinya Mania merupakan otomat yang tak berjiwa lagi seperti telah lazim
baginya sejak tanggal 19 April itu. Otomat inilah yang dipeluk-peluk Bronia
tatkala ia berangkat dari stasiun kereta api di Paris menuju Polandia. Masih
lama tinggal bayangan adiknya itu dalam pikirannya ketika mania berdiri tak
bergerak di perron berpakaian kabungan.
Semacam
“hidup biasa” kembali di rumah yang penuh kenang-kenangan kepada Pierre itu
sehingga kadang-kadang di waaktu malam apabila pintu rumah itu dibukepala rumah
tangga.ka timbul dalam hati Mania pikiran kegilaan mengharapkan bahwa bencana
yang menimpanya itu hanya suatu helang malam saja sehingga Pierre akan datang
kembali. Tua muda yang mengelilinginya menunggu-nunggu keputusannya. Mereka
menantikan usul-usul, rancangan kemudian hari. Wanita yang baru berumur
tigapuluh delapan tahun ini yang telah dipatahkan nestapa semangatnya, sekarang
telah menjadi kepala rumah tangga.
Maka
diputuskannya : selama musim panas tinggal di Paris bekerja di laboratorium
mempersiapkan kuliah-kuliahnya yang akan dimulainya di Sorbonne bulan Nopember.
Pekerjaanya di Sorbonne harus sepadan dengan kemegahan Pierre Curie. Maka
madame Caurie pun mengumpulkan buku-buku tulis dan kitab-kitabnya dan
diperiksanya catatan-catatan yang ditinggalkan sarjana suaminya itu.
Perhatiannya belajar telah menjelma kembali.!
Selama
masa libur yang tak ada rianya ini anak-anaknya menginap di luar kota : Eve di
Saint-Remy la Chevreuse dengan neneknya. Irene di kota tepi laut, Vaucottes
dalam pengawan Hela Szalau, kakak kedua Mania yang datang berlibur di Perancis
untuk membantu adiknya dengan penuh kasih sayang.
Menjelang
akhir tahun diputuskan Mania (yang tak sabar memikirkannya tinggal menetap di
rumah di jalan Kellermann itu) mencari rumah yang lain. Karena itu ia bermasud
tinggal di Sceaux tempat tinggal Pierre tatkala ia belajar kenal dengan
suaminya itu dan sekarang tempat ia dikuburkan.
Tatkala
dirancangnya perpindahan ini maka datanglah doktor Curie menemui menantunya itu
dengan perasaan isin yang selama hidupnya belum pernah dialaminya.
“Karena
Pierre sekarang tak di sini lagi, Marie, tak ada lagi perlunya saya tinggal
bersama-sama dengan engkau. Tak ada keberatannya bagi saya pergi dari sini dan
tinggal seorang diri atau bersama-sama dengan anak sulung saya. Putuskanlah!
“Bukan,
bapak-lah yang memutuskannya, jawab Mania dengan perlahan-lahan. “Kalau bapak
berangkap, saya akan berduka cita. Tetapi Bapak-lah memutuskan apa yang
sebaik-baiknya untuk bapak.
Suaranya
mengandung ketakutan. Apakah temannya ini juga akan meninggalkannya, teman yang
setia ini juga akan menghilang dari dekatnya? Sudah sepantasnyalah apabila
doktor Curie tinggal bersama-sama dengan Jacque dan tak mengikutinya – tinggal dengn
seorang bangsa asing. Wanita Polandia .... Tetapi segera datang jawab yang
diharap-harapkannya : yang saya lebih suka, Marie, ialah untuk selama-lamanya
tinggal bersama-sama engkau!
Disambungnya
pula : “Karena kau juga menyukainya; suaranya mengandung perasaan terharu yang
ditahan-tahannya. Dengan cepat ia berpaling dan pergi ke taman mereka karena
Irene memangilnya dengan suara gembira.
Seorang
janda, seorang tua, seorang anak gadis kecil dan seorang bayi – Inilah keluarga
Curie sekarang.
Madame
Curie, janda seorang sarjana termsyhur, yang meninggaldunia dengan cara yang
menyedihkan telah diangkat menggantikan suaminya itu sebagai maha guru di
Sorbonne dan pada hari Senin tanggal 5 Nopember 1906, jam setengah dua siang
akan dimulainya kuliah-kuliahnya itu.
Pada
kuliah pembukaan ini, Madame Curie akan membicarakan teori ion dalam gas-gas
dan tentang radio aktif.
Madame
Curie akan berbicara dalam sebuah ruangan kuliah. Ruangan-ruangan ini cukup
untuk kira-kira seratus duapuluh orang. Kebanyakan dari orang-orang ini ialah
para mahasiswa. Orang ramai dan para wartawan hanya mendapat dua puluh tempat
yang telah disediakan. Apakah tak mungkin sekali ini, berhubung dengan upacara
yang belum pernah kejadian dalam sejarah Sorbonne itu, dilanggar peraturan
baisa itu dan disediakan untuk amdame Curie, hanya untuk kuliahnya yang pertama
ini, ruangan yang besar itu?
Tulisan-tulisan
semacam ini melukiskan bagaimana besarnya perhatian khalayak ramai terhadap
kuliah pertama oleh “Janda termsyhur: itu di Paris sehingga hampir tak sabar
lagi orang-orang menunggu-nunggu tanggal ia untuk pertama kalinya muncul di
muka umum. Para wartawan, orang-orang dari kalangan tinggi, wanita cantik
molek, seniman-seniman semuanya menyerbu sekretariat Fakultet meminta undangan
dan mereka marah apabila mereka tak mendapat surat undangan, tetapi bukan
nuraga atau hasrat mengetahui sajalah yang mendorong mereka meminta undangan
itu. “Teori ion dalam gas” tak seberapa dihiraukan mereka tetapi duka cita
madame Curie pada hari yang kejam itulah yang mendesak mereka menghadiri kuliah
pertama itu. Juga duka cita menimbulkan keinginan menjolok-jolok.
Untuk
pertama kalinya akan berbicara seorang wanita di Sorbonne, wanita yang serempak
merupakan seorang isteri yang putus asa kehilangan suaminya dan seorang sarjana
berakal budi luhur. Cukuplah ini bagi khalayak ramai menarik perhatiannya
seperti “Pertunjukan-pertunjukan pertama” pada malam-malam kebesaran....
Tatkala
jam duabelas Mania sedang mengunjungi kuburan suaminya di Sceaux dan berbicara
perlahan-lahan dengan Pierre yang hari itu akan digantikannya, telah berjejal-jejal
banyaknya orang ramai datang ke gedung Unipersitet sehingga jalan-jalan masuk
dan jalan terusan tertutup, bahkan di medan pekarangan itu pun penuh orang
menunggu-nunggu. Dalam ruangan kuliah itu bercampur baur orang-orang alamia dan
orang-orang berjiwa luhur, teman-teman madame Curie dan orang-orang luaran.
Sebagai orang-orang yang datang karena menghadiri kuliah dan membikin
catatan-catatan sedang mereka terpaksa berpegangan bangku merea agar mereka tak
terdesak dari tempat duduk mereka itu.
Setengah
dua kuran sepuluh menit. Suara percakapan-percakapan bertambah gemuruh. Ada
yang berbisik-bisik, ada yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan satu sama lain
dan ada pula orang-orang yang mengulurkan leher karena keinginan melihat
kedatangan madame Curie seluruhnya. Semua orang yang hadir di sana hanya satu
pikirannya yang serupa : Apakah kata mula Maha Guru yang baru itu, permulaan
kata wanita yang satu-satunya dibenarkan Unipersitet Sorbonne menjadi guru
besarnya? Apakah ia akan mengucapkan terima kasih terhadap Menteri dan
Unipersitet? Apakah akan disebut-sebutnya nma Pierre Curie? Yang sudah pasti :
telah menjadi kebiasaan memuji-muji orang yang digantikan, akan tetapi dalam
hal ini yang digantikannya adalah suaminya sendiri, teman-sekerjanya. Alangkah
sulitnya keadaannya itu? Inilah saat yang menggelisahkannya, inilah saat yang
luar biasa....
Setengah
tiga. Pintu di sebelah belakang ruangan kuliah itu dibuka dan disambut dengan
tepuk sorak madame Curie datang menuju mimbar sambil menunduk kepala sebagai
tanda memberi salam. Ia berdiri di belakang mimbar dan tangannya memegang tepi
meja yang penuh dengan pesawat-pesawat itu; ditunggu madame Curie reda tepuk
sorak yang meriah itu. Dengan tiba-tiba berakhirlah sambutan itu : berhadapan
dengan wanita akecil yang pucat mukanya ini dan berikhtiar menahan-nahan air
mukanya, terpaksa orang-orang yang terharu itu, melihatnya dengan diam.
Madame
Curie memandang lurus sambil berkata :
“Jika
diperhatikan, pertumbuhan-pertumbuhan dalam kapangan ilmu fisika selama
duapuluh tahun ini maka kita akan tercengang melihat perubahan-perubahan yang
merupakan pergolakan dalam cara kita berpikir disebabkan pengetahuan listrik
dan ...
Madame
Curie telah melanjutkan kuliah Pierre tepat pada tempatnya ssuaminya itu
menghentikan kuliahnya dahulu.
Alangkah
mengharukan perkataan-perkataan yang sederhana ini : “Jika diperhatikan
pertumbuhan-pertumbuhan dalam lapangan ilmu fisika.” Air mata bercucuran
membasahi pipi ......
Dengan
suara bersahaja dan merata itu diucapkan sarjana itu seluruh kuliahnya itu. Ia
berbicara tentan teori-teori baru berkenaan dengan listrik, tentang lepasan
zarah dan tentan radio aktif. Setelah diakhirinya laporannya itu dengan segala
ketegasan maka ia berangkat dengan tiba-tiba melalui pintu kecil seperti
masuknya tadi.
BERLANJUT KE BAGIAN KE TIGA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar