RAHASIA ILMU DI BALIK SEBILAH KERIS
KERIS = PUSAKA DI TANAH JAWA
Apakah sebabnya sebuah keris (pusaka di pulau Jawa) sangatlah di dihormati dalam kehidupan budaya
Jawa, bahkan kadang sangatlah berlebihan sehingga penghormatannya hampir
menyamai dalam menghormati ke dua orang tuanya sendiri.
Pandangan demikian memang sulit untuk dimengerti, sebab dalam kenyataanya
timbulnya penghormatan yang sedemikian timbul dari Rasa atau dari keyakinan
hati, sehingga walaupun di larang bagaimanapun, tidak bakalan di turut.
Ketika tanpa sengaja, saya mendapatkan catatan dari Kadilangu Demak.
Peninggalan Pangeran Widjil ke II. Pujangga dari Keraton Kartasura yang
terakhir, yang isinya menggambarkan kedudukan Keris dalam budaya Jawa, serta
mengapa sebilah keris sangat dihormati melebihi senjata yang lainnya.
Sebilah keris itu bagi manusia selain sebagai senjata, juga menjadi
gambaran tentang hidup, sebagai perlambang Kawula Gusti” (Manusia dan Tuhan);
dua yang satu atau satu yang dua. Sehingga kemudian di anggap sebagai pedoman
suci, yang maksudnya apabila melihat sebuah keris, akan teringat “Diri
Pribadi”, yang selanjutnya ingat kepada “ Yang Memberi Hidup”.
Apakah yang demikian bisa disebut tahayul ataupun tidak, itu terserah
kepada yang menilainya, sedangkan mengurai makna keilmuan dari sebilah keris,
sebagai berikut :
Yang namanya Keris sebetulnya adalah dua buah benda yang menjadi satu, Warangka
(Bajunya keris) dan Bilah keris itu sendiri. Bisa diketahui bahwa itu dua, apabila
keris itu telah di keluarkan dari warangkanya atau sarungnya, sehingga
terpisahlah antara warangka dan bilah kerisnya. Sesungguhnya sifat manusia itu
juga demikian, yang disebut manusia adalah menyatu nya Kawula dengan Gusti.
Selain itu, keris tidak diketahui
pangkal dan ujungnya. Seandainya yang
dianggap ujungnya adalah bilahnya keris, itu termasuk aneh, sebab apakah ada
yang disebut ujung ada di bawah sedangkan pangkalnya berada di atas? Apa bila
dipandang secara umum yang disebut ujungnya keris adalah Ukirannya atau
warangka dari keris tersebut. Namun anehnya bilah keris yang tersimpan di dalam
sarungnya adalah pangkal dari bilah keris terebut. Aneh yang kedua adalah
apabila pesi atau yang menancap di pangkal keris
yang disebut ujung, terus yang runcing dari sebilah keris itu bagaian
apanya keris? Keris = Pusaka Jawa
Sehingga keris bisa juga disebut tanpa ujung dan tanpa pangkal, atau juga
tanpa permulaan juga tanpa akhir. Yang demikian menjadi lambang dari hidup
manusia, berasal dari tiada dan akhirnya pun menjadi tiada.. yang tetap ada
adalah Tuhan Yang Maha Esa. Adanya manusia adalah karena ada yang mengadakan.
Sehingga bila yang mengadakan tidak ada, maka tidak akan ada.
Yang demikian sebagai lambang, bahwa yang namanya Manusia adalah Pamoring
atau menyatunya Kuwala dengan Gusti (Tuhan), lebih jelasnya : Apabila hanya ada
Kawula saja tidak akan jadi manusia, dan apabila hanya ada Gusti (Tuhan) saja
juga bukan manusia. Asal manusia dari tiada dan akan kembali kepada tiada. Atau
yang menyebut-nyebut Gusti (Tuhan) itu adalah manusia, apabila tidak ada
manusia, tidak akan ada yang menyebut Gusti (Tuhan).
Yang berada di dalam Pangkal sebilah keris disebut PESI, atau Peksi
(Burung). Itu juga sebagai lambang. Pesi atau Peksi tidak berada di tanah, akan
tetapi berada di angkasa, artinya : Keberadaan nya berada di tempat yang kosong,
namun walau demikian “Ada” dan lagi tiada bertepi. Sama juga dengan kata-kata “Adoh
tanpa wangenan” “Jauh tiada bisa dijangkau”. Sebaliknya “kosong” itu dekat,
sangat dekat dengan tubuh jazad makhluk hidup, namun “Tanpa sengolan” “Tiada
bersentuhan”. Itu sama dengan sebutan “Celak tanpa senggolan” “Dekat tiada
bersentuhan”.
Sehingga bila disatukan menjadi :Adoh tanpa wangenan, cedhak tanpa
senggolan” Jauh tiada terjangkau, dekat tidak bersentuhan”, adalah suatu
kalimat yang umum dalam kehidupan budaya Jawa, yang dipergunakan untuk menyebutkan sifat Tuhan.
Pesi (Peksi) sebilah keris menancap di Ganja (pangkal keris). Sehingga Pangkal
keris bisa disebut pangkal dari keris, akan tetapi kenyataannya tidak demikian,
sebab pangkal keris sebetulnya ujung dari keris yang terpenggal. Yang demikian
adalah sebagai lambang dari Sifat Tuhan, yang keberadaan nya Kekal, tanpa awal
juga tanpa akhir.
Selain itu, sifat Ganja (pangkal) dengan keris adalah sebagai lambang dari
jazad manusia dengan Tuhan, Kawula (manusia) dengan Tuhan, yang mengawali
dengan yang mengakhiri, serta lambang dari “selalu saling mangasihi, tiada
pernah berpisah”.
Bentuk dari pangkal keris mirip dengan kepala hewan Cicak, Cicak dalam
bahasa jawa berarti “titik”. Segala ujud dari dunia ini adalah dari
berkumpulnya titik yang sangat banyak.
Yang demikian sebagai petunjuk, segala ujud di alam dunia ini berasal dari
cetusan Tuhan.
Selain daripada itu, segala yang ada di dunia ini berasal dari menyatunya
titik yang awal dan akhirnya dari satu titik. Yang demikian sebagai petunjuk,
segala ujud dari dunia ini awal dan akhirnya berada dalam penguasaan Tuhan.
Cicak – titik – dalam bahasa kawi “Murti”, yang berarti halus. Ini
mengandung arti : Bahwa Tuhan itu memenuhi Jagad Raya – seluruh dunia ini,
menjadi Kasar (agal), namun juga Halus. Agal serta halusnya tiada bandingannya.
Di bawah Ganja (pangkal keris) namanya sor-soran. Ini mengandung arti bawah
“Yang bawah yang diperintah” . Dari bentuk keris bahwa yang pangkal mengalahkan yang
ujung. Sebalikya yang ujung mengalahkan yang pangkal. Yang demikian mengandung maksud
Hidup manusia = Kawula Gusti “ Bahwa Tuhan menuruti segala kemauan manusia,
sebab Tuhan bersifat Maha Murah dan Maha Asih. Sebaliknya seharunyalah manusia
harus patuh dan menjalankan perintah Tuhan, yaitu segala tindakan yang mengarah
kepada keselamatan hidup. Apabila tidak demikian, maka akan bertindak tanpa
arah, menuruti hawa nafsu, yang akibatnya... akan tahu sendiri.
Ketajaman sebilah keris terletak di ujung keris, pada umumnya disebut
“Lungiding dhuwung” (Wibawanya keris), Yang demikian bisa sebagai petunjuk
bahwa segala yang ada di dunia ini penuh dengan rasa serba rahasia (lungid),
sehingga manusia yang rasa perasaannya kurang cukup, tidak akan bisa memahami “Apa yang
menjadi kehendak Tuhan”, sehingga selalu salah langkah tidak menurut aturan hidup.
Di bawah Ganja (pangkal keris) bernama Gandhik yang berbentuk bulat halus,
Kata bulat bermakna .............golong... menyatu. Ini mengandung peringatan
bahwa manusia haruslah selalu ingat, bahwa dalam hidupnya ada yang memberi
hidup, sehingga harus selalu waspada, agar segala tindak tanduk, tingkah laku,
dan pikirannya menyatu dengan yang memberi hidup.
Di bawah Ganja, sebelah belakang disebut wedidang, yang bermakna paha.
Sedangkan di bawah ganja bagian tengah diantara gandhik dengan wedidang mempunyai nama
“Kintelan” atau “Kedhokan. Paha (pupu) Kintelan atau kedhokan serta gandhik,
itu adalah lambang dari rahasia manusia atau kemaluan manusia, laki-laki
ataupun perempuan yang harus di jaga
kesuciannya, sebab itu yang akan menjadi sarana untuk keturunan manusia. Jika
tidak demikian, bukan hanya dirinya sendiri yang mengalami cobaan, keturunannya
pun akan menanggung akibatnya.
Ada keris yang wedidang-nya dibentuk (greneng) seperti duri pandan, namun
sebetulnya jika diamati bentuk (greneng) tersebut adalah merupakan huruf Jawa
“Dha” bejajar dua. Sehingga berbunyi “dada” . Itu juga sebagai lambang bahwa di
dalam dada tiap manusia berisi rahasia kehidupan. Ini menjadi peringatan, bahwa
segala tingkah laku, tutur kata, lebih-lebih yang menyangkut rahasia (yang
menyangkut kemaluan) harus dipikir sungguh-sungguh. Sebab apabila kurang
hati-hati, bagaikan memasuki daerah yang penuh onak dan duri.
Di sebelah depan dari Gandik sebuah keris, sering dilengkapi hiasan
“Elung”, yang bernama “Kembang kacang” (bunga kacang). Yang bermakna biji
hidup. Ini lebih memperjelas yang menjadi rahasia yang terkandung di gandhik,
wedidang, kintelan atau kedhokan, yang telah tersebut di atas.
Di bawah “kembang kacang” ada bagian yang disebut “Lambe gajah” (bibir
gajah), di antara lambe gajah dan lengkungan kembang kacang, ada dua hiasan
yang modelnya mirip duri, umumnya disebut Ron (daun), itu adalah sebagai
lambang dua alis yang bertemu. Ini semakin memperjelas keterangan di atas,
turunnya biji hidup.
Di bawah ganja, sebelah belakang gandik, di depan kintelan, ada bagian yang
menjorok ke dalam, namanya Blumbangan (sungai kecil) atau sumberan, ini sebagai
lambang tempat menyimpan air atau sumber air kehidupan. Sehingga memperjelas
keterangan di atas.
Tajamnya keris dimulai dari gandhik sampai di bawahnya ganja sebelah belakang
(wedidang). Ini sebagai lambang : Di dalam kehidupan, segala ucapan, tingkah
laku perbuatan harus disatukan dengan rasa perasaan yang tajam. Lebih-lebih yang
berhubungan dengan keturunan, sebab apabila kurang hati-hati tidak hanya
berhenti di dirinya sendiri, bahkan sampai ke anak turun.
Keindahan sebuah keris, terpengaruh oleh indah atau tidaknya pamor, namun keindahan pamor tidak mempengaruhi kewibawaan sebuah keris. Ini sebagai lambang
keselamatan hidup dalam tata kehidupan tidak cukup hanya tata lahirnya saja atau pamornya saja.
Sebab walau penampilannya bisa membuat orang lain kagum, namun apabila hatinya
rusak akan di remehkan orang.
Itulah makna tersirat dari sebilah keris, yang bisa kami simpulkan.
Nuwun...
Itulah makna tersirat dari sebilah keris, yang bisa kami simpulkan.
Nuwun...
Sepanjang, Sidoarjo 14 Juli 2013
MATUR SUWUN KANG PUJO, INGKANG SAMPUN KERSO NGLUMEBERAKEN WOS BABAKAN KERIS DUMATENG SEDOYO SANAK KADANG ....
BalasHapus