“GENGHIS KHAN :
BADAI DI TENGAH PADANG Buku II”
“BAGIAN KEDUA”
Oleh : Sam Djang
Penterjemah : Reni Indardini
Penerbit : Penerbit Bentang (PT. Bentang
Pustaka
Tahun : 2011.
Di distribusikan oleh : Mizan Media Utama
Penyadur : Pujo Prayitno
DAFTAR - ISI
- 1. Serangan ke Kerajaan Shisha 262. Takluknya Kerajaan Shisha 273. Perang Dengan Chin 284. Perpecahan di Chin 295. Perundingan Dengan Chin 306. Jatuhnya Zhongdu 317. Perjanjian dagang dengan Kesultanan Khwarazm 328. Langkah Kuchlug 339. Genghis Khan Menaklukkan Kara Khitai 3410. Tragedi di Otral 3511. Genghis Khan Memutuskan Berperang dengan Khwarazm 3612. Mars Melawan Khwarazm 3713. Jatuhnya Bukhara dan Otral 3814. Jatuhnya Smarqand 3915. Nestapa di Merv 4016. Tragedi di Nishapur 4117. Pertempuran Terakhir di Sungai Indus 4218. Akhir Riwayat Sultan Muhammad 4319. Mars Panjang Jebe dan Subedei 4420. Pertemuan dengan Chang-Chun 4521. Hukuman Untuk Kerajaan Shisha 4622. Permintaan Terakhir Lelaki Besi 47Catatan TerakhirAdendum : Sejarah Singkat Bangsa Mongol Pasca Genghis Khan.
26.
SERANGAN KE KERAJAAN SHISHA
Kerajaan
Shisha didirikan oleh Kaum tangut, keturunan orang-orang Tibet, dan terletak di
pojok barat laut Benua Asia, di sebelah selatan Gurun Gobi. Penduduknya terdiri
dari orang-orang Tangur, Uighur, dan minoritas Cina Han. Sebagian besr penduduk
terlibat dalam perdagangan asing, peternakan, dan pertanian, sedangkan agama
utama mereka adalah Budhhisme. Mereka adalah orang-orang yang sangat
independen, dan mereka membuat serta menggunakan sistem tulisan utama mereka
sendiri, dimodifikasi dari aksara Cina.
Pada
tahun 108, Li Wonho, Pendiri Kerajaan Shisha, mengambil kendali atas sebagian
Jalur Sutra, setelah mengusir kaum Uighur, yang sebelum nya menduduki silayah
itu. Kian kuat sejak saat itu, mereka mulai menaklukkan kota-kota di dekat sana
satu demi satu, termasuk Dun Huang. Mreeka memiliki pasukan berkekuatan 150.000
orang yang disokong oleh kekuatan ekonomi, untuk melindungi sumber pendapatan
utama mereka, yaitu jalur sutra. Karena perekonomian mereka amat bergantung
pada bisnis perdagangan internasional serta pajak dari karavan, mereka
memperhatikan politik internasional dan perubahan situasi baik-baik.
Pada
tahun 1207, saat pasukan Khitan yang dipimpin oleh Yelu Ahai, atas seizin
Genghis Khan, menginvasi dan menjarah teritori mereka, gegerlah istana mereka.
“Bagaimana
bisa orang-orang Mongol berperang dengan kita tanpa alasan yang dapat
dibenarkan?” tanya salah satu pejabat senior, yang termasuk anggota faksi
moderat, dalam rapat kerajaan, Jendral Weiming Linggong, anggota kelompok garis
keras di antara mereka menyangkal kata-katanya. Pria tersebut adalah seseorang
yang panjang akal dan memiliki visi.
“Apa
kita mengambil tanah orang-orang Uighur dengan alasan moral yang dapat
dibenarkan? Sudah jelas bahwa kaum Uighur bersedia menyerah kepada kaum Mongol.
Seandainya demikian, mereka mungkin saja mendatangi kita dengan teman baru
mereka, orang-orang Mongol, untuk meminta wilayah lama mereka didkembalikan.
Siapa saja bisa berperang, jika perlu, tanpa dilandasi kewajiban moral apa
pun.”
Seorang
pejabat senior lainnya, seorang Moderat, membuka mulut dan berkata, “ Walau pun
kaum Mongol mendatangi kita, kita punya sekutu sendiri, Chinn, dan kita bisa
minta pertolongan kepada mereka. Bagaimana mungkin orang-orang Mongol mengira
mereka bisa melawan bangsa yang memiliki 600.000 tentara?”
Kerajaan
Shisha amempunyai pakta pertahanan bersama dengan Chin sejak tahun 1165, dan
pakta tersebut masih berlaku pada saat itu. Waiming Linggong melompat berdiri
sambil menggebrak meja dengan kepalanya. Dia berargumen dengan suara keras
sambil memelototi si pejabat yang baru saja mengatakan itu.
“Pakta
pertahanan bersama hanya berlaku ketika menguntungkan kedua belah pihak! Kecil
kemungkinannya mereka mau mengirim pasukan untuk membantu kita! Jangan percayai
siapa pun! Kita harus mengurus diri kita sendiri!”
Mreka
pun berselisih. Karena raja mereka Li Cunyu, memihak kaum moderat, Weiming
Linggong dan Kao Liang Hui, beserta para pejabat garis skeras lainnya.,
bersekongkol dan melancarkan kudeta. Mereka menurunkan Li Chunyu dan mendukung
Li Anqan, yang juga orang garis keras karena mereka paham motif orang-orang itu
semua adalah demi melindungi masyarakat.
Li
Anqan, raja baru Shisha, memperbaiki dan memperkuat benteng Wolohai. Benteng
tersebut adalah gerbang dari Dataran Mongolia ke Chunghing, Ibu Kota Shisha.
Dia juga memperkuat tembok kota Chunghing dan menyewa 20.000 terntara bayaran
baru, meningkatkan jumlah terntara pertahanan dari 150.000 menjadi 170.000
orang. Saat itu tahun 1208.
Pada
bulan Mei 1209, Genghis Khan maju untuk menyerang Kerajaan Shisha. Dia mengirim
sekitar 60.000 serdadu. Pasukan Mongol menyeberangi Gurun Gobi. Mereka berderap
siang malam, melintasi jalan gurun berjarak sekitar 320 kilometer. Mereka
berderap pelan tapi pasti, menghasilkan kepulan besar debu keemasan di jalan
gurun, yang kasar, dilatarbelakangi pemandangan berupa bukit-bukit pasir,
cakrawala di kejahuan, serta semak pendek meranggas yang terkadang mencuat di
tanah dari pasir serta lumpur. Kelompok depan, kavaleri Jebe, membawa
panji-panji Genghis Khan yang terbuat dari suari sembilan kuda tinggi-tinggi,
dan siluaet gelapnya yang dihasilkan oleh sinar matahari terik gurun
berkibar-kibar, menari-nari. Di malam hari, bulan gurun di langit gelap
menumpahkan berkas-berkas sinarnya yang terang ke kepala serta pundak para
prajurit serta kuda, menghasilkan bayangan bulan panjang di lahan berpasir.
Bilah tombak mereka yang tajam berkilat memantulkan sinar bulan, memberikan
kesan dingin, Barisan panjang prajurit terbentang dari cakrawala utara hingga
selaan, sedangkan tapak kaki kuda mereka terus menerus mengguncangkan bumi,
menghasilkan gemuruh dalam. Pemadangan tersebut amat mengagumkan. Mreka apenuh
dengan hasrat, impian tentang dunia luar, kepercayaan bahwa mereka akan menang
dan berjaya. Semangat mereka tinggi.
Seteah
melakukan mars sejauh kira-kira seribu kilometer, pada pagi keempat sesudah
mereka meninggalkan dataran rendah, mereka tiba di lokasi tempat mereka dapat
melihat sebuah benteng besar yang dibangun di atas tanah yang ditinggikan. Di
kedua sisi benteng, tembok tinggi dari bata merah, dibangun dengan gaya Cina
terentang ke area yang lebih luas, mengelilingi seluruh kota. Rangkaian bukit
tinggi berhutan rimbun juga mengelilingi bagian luar kota bagaikan tembok
pertahanan kedua. Itulan Wolohai, kota paling utara di Shisha, yang memiliki
benteng sempurna.
Genghis
Khan berhenti di sana dan menata ulang pasukannya. Genghis Khan naik ke bukit
di dekat sana dan memandang benteng serta tembok pertahanan. Tembok pertahanan
dari bata kuat memantulkan sinar mentari pagi yang jernih.
“Kenapa
mereka tidak menebang semua pohon di perbukitan sekitar kota?” khan berpikir sendiri
sambil mengamati perbukitan dan pegunungan tinggi berhutan rimbun di dekat
tembok pertahanan. Hitan di sekitar tembok tersebut bisa –bisa malah mengganggu
alih-alih membantu mreka berlindung. Pasukan Shisha tidak menunjukkan
tanda-tandan pergerakan meskipun pasukan Mongol sudah tiba. Tampaknya mereka
menggunakan taktik bertahan saja.
Khan
pun mengadakan rapat staf. Pertama-tama Yelu Ahai menjelaskan situasi serta
tata benteng dan tata kota di peta.
Genghis
Khan bertanya, “Tiga puluh li, berdasarkan sistem pengukuran Cina.”
Jaraknya
kira-kira 120 kilometer.
Genghis
Khan mempertimbangkan hal ini. Jelas bahwa orang-orang tangut tidak menebang
pohon karena mereka ingin mempertahankan sumbe air mereka. Mereka menggunakan
kali pegunungan sebagai sumber air minum mereka. Genghis Khan menanyakan
pendapat stafnya. Banyak yang berkeras
agar mreka menyerang benteng dan tembok pertahanan secara langsung dengan
peralatan yang mereka bawa, sebab pra prajurit sudah menginvestasikan banyak
waktu untuk berlatih menggunakan alat-alat itu.
Genghis
Khan menyimpulkan, “Kita akan menyerang mereka dengan api. Jika kita
meluncurkan serangan langsung sedari awal, kita akan kehilangan banyak
prajurit. Kita harus menarik mereka keluar dari benteng..”
Genghis
Khan menggerakkan sayap kirinya untuk memblokade aliran sungai Kuning ke
benteng dan, pada saat bersamaan, mengirim tiga ribu serdadu Uighur untuk
mengambil alih kali pegunungan di hutan dekat benteng pertahanan. Genghis Khan
menduga bahwa karena benteng serta kota Wolohai dibangun di atas tanah yang
ditinggikan, sulit bagi waraganya untuk mendapatkan air, dan bahwa semua rumah
di kota tersebut dibuat dari kayu, sebab lokasinya di area berhutan.
Benteng
Wolohai aslinya adalah kota berpenduduk sipil 20.000 orang dengan 5.000 prajurit
garnisun perbatasan. Kira-kira setahun sebelumnya, Pangeran Shisha, Li Tsun
Hsiang dan Jendral Kao Liang Hui pindah ke sana bersama 50.000 serdadu reguler
mereka. Mereka mengevakuasi warga sipil ke kota lain dan mengambil alih semua
rumah mereka untuk prajurit. Mereka menggunakan rumah-rumah itu sebagai barak.
Mereka tahu bahwa Benteng Wolohai berada di tanah tinggi, yang bagus untuk
perlindungan, tetapi pengadaan airnya sulit. Mereka pun menggali sumur di
beberapa area, tapi tidak berhasil. Benteng Wolohai yang tak tertembus
mengungkapkan kelemahannya, yaitu masalah air. Jumlah air yang diperlukan
50.000 prajurit dan 50.000 kuda sangatlah banyak. Kira-kira lima belas hari
kemudian, mereka menghadapi masalah pelik. Pasukan Mongol yang menduduki perbukitan
dan pegunungan tinggi di dekat tembok pertahanan mulai menembakkan panah
raksasa ke dalam kota. Busur raksasa mereka terbuat dari batang besi besar
kokok dan dirancang untuk dibawa menggunakan gerobak beroda dua dan dihela oleh
seekor kuda. Ketika menembak, dua hingga empat prajurit harus menggabungkan
kekuatan mereka supaya bisa menarik busur untuk menembakkan panah raksasa
tersebut, yang seukuran tombak biasa. Mereka mengikat kain yagn sudah direndam
minyak erat-erat ke ujung panah, menyulutnya dengan api, dan menembakkan panah
tersebut ke benteng. Panah logam raksasa ini memiliki daya jelajah lebih jauh
daripada panah biasa dan menancap di
dinding kayu serta pilar rumah di dalam benteng. Dalam sekejap, sejumlah besar
rumah dilalap api, menghasilkan asap tebal. Para penduduk tidak punya air untuk
memadamkan api. Kuda-kuda yang ketakutan mulai meringkik dan mendompak.
Kao
Liang Hui pun mengeluarkan perintah kepada ke 50.000 prajuritnya.
“Buka
gerbang! Kita akan bertarung sampai orang terakhir!”
Setelah
mengencangkan tali pengikat helm, dia pun menaiki kudanya,
Akhirnya,
gerbang benteng pun dibuka, dan sejumlah besar prajurit Shisha tumpah ruah dari
beteng. Pasukan utama Genghis Khan telah menunggu mreka di padang, dalam lima
barisan. Sementara ke 50.000 prajurit Shisha melesat keluar. Genghis Khan yang
menyaksikan ini dari sebuah bukit kecil, memberikan perintah kepada ajudannya
agar mengangkat bendera biru. Saat melihat sinyal ini, para pemanah Mongol di
barisan pertama mulai menembak seiring tabuhan nyaring genderang timah. Banyak
pelari terdepan di kavaleri Shisha yang mulai berjatuhan dari kuda mereka,
bagaikan daun gugur. Setelah menuntaskan tugas mereka, para pemanah mundur
lewat jalan yang dibuat di tengah-tengah keempat barisan lainnya. Setelah ini
barisan kedua 10.000 prajurit kavaleri ringan. Melesat ke arah musuh yang
berdatangan. Senjata utama mereka adalah busur dan panah jarak pendek serta
lembing. Mereka melesat ke arah musuh sambil menembakkan panah. Hanya prajurit
Mongol yang dapat menembakkan panah sambil berkuda dengan kecepatan penuh.
Mereka begitu cepat sehingga tak seorang pun jatuh dari kudanya hingga mereka
mundur kembali. Sekarang tibalah giliran barisan ketiga. Baris ketiga juga
merupakan unit kavaleri ringan dan senjata mereka dalah lembing. Masing-masing
membawa empat atau lima lembing dan mereka menembak jatuh musuh yang mendekat,
satu demi satu. Tugas utama mereka adalah mengaaukan fomasi tempur musuh,
tetapi kali ini prajurit Shisha yang binasa lebih dari setengah. Setelah ini,
sebuah bendera merah diangkat
tinggi-tinggi di tengah-tengah bunyi tabuhan nacara yang memekkan. Baris
keempat, kavaleri berat, melesat ke arah musuh. Mereka dilindungi baju zirah
berat serta helm logam, dan kuda mereka sekali pun menggunakan baju zirah.
Merekalah kekuatan destruktif yang utama. Mereka menggunakan tombak panjang
berkait, pedang sabit, kapak perang, gada, dan tehnik pertempuran satu lawan
satu.
Tidak
lama kemudian, jumlah prajurit Shisha berkurang setengah lagi. Medan tempur
dipenuhi mayat, terutama orang Tangut. Kao Liang Hui mundur ke dalam beteng
bersama sisa pasukannya. Genghis Khan memerintahkan pasukannya untuk merebut
beteng. Para prajurit Mongol naik ke dinding beteng menggunakan pengusung
tangga. Pengusung tangga memiliki empat roda dan setinggi tembok pertahanan
musuh. Sisi depan, kiri, serta kanan tangga dilingkupi dinding kayu untuk
melindungi para prajurit selagi mereka menggerakkkan struktur tersebut atau
menggunakan tangga.
Gerbang
benteng telah dibuka oleh para serdadu Mongol dan para prajurit kavaleri Mongol
pun tumpah ruah ke dalam. Lagi-lagi terjadi pembantaian besar-besaran di dalam
beteng dan Kao Liang Hui dicabik-cabik oleh prajurit Mongol. Sang Pangeran
Shisha, Li Tsun Hsiang, menyerah bersama 15.000 prajuritnya yang tersisa.
Benteng Wolohai jatuh ke tangan bangsa Mongol. Pintu menuju Chunghing, Ibu Kota
Shisha, telah terbuka.
23. TAKLUKNYA KERAJAAN SHISHA
Genghis
Khan beristirahat tiga hari di Wolohai,
kemudian lagi-lagi memulai mars ke selatan. Jarak dari Wolohai ke Chunghing,
Ibu Kota Shisha, kira-kira 190 kilometer. Chunghing adalah sebuah kota besar di
tepi Sungai Kuning. Kota itu dilindungi tembok pertahanan tinggi dan sebagian
besar rumah di dalam kota dibangun dengan gaya Cina. Mayoritas penduduknya
adalah warga Buddha di dalam kota. Pagoda tinggi yang dibangun di setiap
penjuru kota daat dilihat dari jauh. Jalan-jalan di dalam kota berukuran lebar,
dan rumah-rumahnya berkonstruksi bagus serta tertata rapi. Kota ini merupakan
tempat perhentian bagi karavan yang menggembara antara Chang-an di Cina dengan Samarqand atau Bagdad.
Alhasil. Toko kios, dan penginapan untuk karavan berdiri rapat-rapat, mengapit
jalan. Para penduduk membangun kanal di tengah kota dan menerima kebutuhan
sehari-hari, seperti sayur, buah dan daging, dari luar kota lewat jalur ini.
Setiap hari, di kanal dan bantarannya, berserakanlah penjual dan pembeli barang
dagangan mulai fajar hingga tengah hari, yang resminya merupakan jam
beroperasinya pasar tersebut. Di jalan masuk dan jalan keluar kanal, dipasang
gerbang dari jeruji besi tebal yang bisa dengan gampang diangkat dan diturunkan
untuk mengontrol lalu lintas. Gerbang jeruji besi ini dibuka saat fajar dan
ditutup saat senja hari seperti semua gerbang lainnya.
Paukan
Mongol yang telah meninggalkan Wolohai saat subuh, tiba pada tengah hari di
lokasi tempat mereka bisa melihat sejumlah bukit tinggi berselimut hutan lebat.
Lokasi itu berjarak sekitar 48 Kilometer dari kota. Genghis Khan berhenti di
sana dan mengadakan rapat staf.
Genghis
Khan bertanya, “Siapa itu Weiming?”
Yelu
Ahai menjawab, “Dia dianggap sebagai panglima terhebat di antara mereka. Dia
telah banyak memenangkan pertempuran besar dan kecil dengan bangsa-bangsa
tetangga. Konon, dia orang yang gampang naik darah dan gegabah.”
Khan,
sudah berdiskusi dengan panglima stafnya, memberikan kesimpulan.
“Weiming
mungkins aja menyembunyikan pasukan besarnya di perbukitan itu. Kita akan
mengelabui mereka.”
Pasukan
Mongol pun terus berderap. Saat baris depan Mongol melangkah ke jalan di antara
bukit, panah menghujani mereka dari kedua sisi bukit. Sementara baris depan
terus berderap, sambil menutupi tubuh mereka dengan tameng besar, sejumlah
besar prajurit Shisha mulai tumpah ruah dari hutan. Baris depan Mongol berbalik
dan mulai mundur. Dipicu semangatnya oleh hal ini, Panglima Shisha, Weiming,
memerintahkan serangan habis-habisan. Bahkan setelah mengejar sejauh delapan
kilometer, mereka tidak bisa menyusul baris depan Mongol yang tengah mundur.
Keahlian berkuda prajurit kavaleri Mongol lebih unggul dibandingkan dengan
prajurit Tangut.
Pada
saat ini, dari hutan di sebelah kiri dan kanan jalan, terdengarlah pekik perang
nyaring. Mucullah pasukan sayap kiri dan kanan Mongol, menyergap musuh.
Weiming, yang memimpin pasukan di bagian depan, menyesal dan meratap. Namun,
sduah terlambat.
“Celaka!
Aku jatuh ke dalam jebakan mereka!”
Banyak
sekali prajurit Shisha yang jatuh dari kuda mreeka, ditusuk oleh panah yang
menghujani mereka dari hutan di kiri kanan jalan. Pada saat bersamaan, baris
depan Mongol yang tengah mundur berbalik dan meluncurkan serangan balasan,
disokong oleh pasukan inti Mongol. Prajurit Shisha yang berjulah banyak,
100.000 orang, berkurang setengahnya karena dihabisi sayap kiri dan kanan
Mongol, seperti ular yang dipotong jadi dua. Di ladang dan bukit, mayat orang
Tangur bertebaran. Mereka mengalami kerugian besar. Hanya setengah dari mereka
yang berhasil kembali ke kota, sedangkan Weiming, panglima tertinggi pasukan
Shisha ditahan oleh prajurit Mongol. Pasukan Mongol pun terus berderap dan mengelilingi
pinggiran Kota Chunghing. Genghis Khan memandang ke penjuru kota. Tembok
pertahanan kota yang dibangun dengan bata merah tampaknya memiliki ukuran dan
kekokohan yang tiada tanding. Genghis Khan mengaguminya, tetapi berpikir,
“Untuk merebut kota berbenteng ini, kami akan kehilangan banyak prajurit. Aku
harus mencari cara lain.”
Pada
saat ini, di dalam kota, Raja Shisha, Li Anqan, menggelar rapat darurat yang
dihadiri oleh para pejabat tinggi senior dan para panglimanya. Li Anqan berkata
dengan anda murung, “Orang-orang Mongol sudah mengepung kota. Apa yang harus
kita lakukan? Beri tahu aku apa pendapat kalian.”
Keheningan
pekat menggelayuti mereka beberapa lama. Tak seorang pun besedia membuka mulut
seenaknya. Mereka tidak bisa menemukan cara yang mudah, setelah ke 100.000
prajurit mereka kocar kacir dan panglima terpercaya mereka Weiming Linggong
ditawan oleh kaum Mongol.
Setelah
keheningan panjan seorang panglima senior berdiri dan berkata, “Yang bisa kita
lakukan saat ini hanyalah menutup gerbang rapat-rapat dan menyiapkan diri untuk
bertahan. Kita masih punya 70.000 serdadu di dalam kota dan kita sudah
menyimpan persediaan makanan yang cukup untuk satu tahun. Kita mempunya tembol
pertahanan yang sangat kuat dan berkonstruksi kokoh. Kaum Mongol sekali pun
mungkin saja tidak bisa memanjatnya dengan mudah. Selain itu, kita sebaiknya
mengutus kurir kilat ke Chin untuk minta pertolongan, sebab kita punya pakta
pertahanan bersama dengan mereka.”
Li
Anqan menerima sarannya.
Pada
tenga malam hari itu juga, sebuah tongkang menyelinap keluar dari kota tanpa
suara, melewati gerbang besi yang terbuka di antara kanal dengan Sungai Kuning.
Sisi timur kota, di seberang Sungai Kuning, belum diduduki oleh pasukan Mongol.
Dua prajurit pembawa pesan dan kedua kuda mereka ada di atas tongkang,
dikemudikan seorang tukang feri. Di tengah kegelapan total, tanpa sinar bulan
yang redup sekali pun, sang tukang feri berpengalaman membawa mereka ke
seberang sungai dengan selamat. Saat mendarat, kedua kurir cepat-epat menaiki kuda
mereka dan berderap ke timur dengan kecepatan penuh. Tujuan mereka adalah kota
Zhongdu, Ibu Kota Chin. Mreeka berkuda sejauh 1.100 kilometer, hanya tidur dan
berhenti sebentar sekali. Tiga hari kemudian, sampailah mereka di Zhongdu.
Mereka berhasil menyelesaikan misi mereka, menyerahkan surat dari Raja Shisha
kepada Kaisar Chin.
Kaisar
Chin, Wheishao, menyelenggarakan rapat. Sudah hampir enam bulan sejak dia
menjadi kaisar setelah pendahulunya, Zhaosong, meninggal. Pertama-tama, Kaisar
Chin menyuruh keraninya membacakan surat dari Raja Shisha. Setelah mendengarkan
pesan dalam surat itu. Kaisar Chin memandang seluruh yang hadir, yaitu sekitar
seratus pejabat tinggi serta panglimanya dan berkata, “Sebagaimana yang kalian
semua dengar, orang –orang mongol telah mengepung Chunghing, Ibu Kota Shisha.
Raja Shisha meminta pasukan penolong, berdasarkan pakta pertahanan bersama,
yang di tekenoleh pendahuluku. Aku ingin mendengar apa pendapat kalian tentang
ini.”
Hushahu,
yang dikenal sebagai “Panglima besar”, berdiri. Hushahu adalah pria luar biasa
yang memiliki keberanian mau pun kecerdikan. Dia meraih serangkaian kemenangan
dalam perang melawan Sung Selatan, yang membuatnya sangat populer di antara
rakyat.
Pria
ambisius bernafsu makan besar ini berkata, “Ada pepatah lama yang berbunyi,
“Jika kau kehilangan bibir, gigimu akan menderita. Jika Shisha jatuh,
orang-orang Mongol sudah pasti akan menyerang kita. Kita sebaiknya mengirim
pasukan untuk menolong mreka. Dengan cara itulah kita bisa menolong diri
sendiri.”
Sebagian
hadirin yang lain juga berpendapat sama dengannya. Namun, Weishao, sang Kaisar,
adalah pria berpikiran sempit dan berpandangan picik. Dia tidak menerima saran
Hushahu.
“Kaum
Tangut dan Shisha dan kaum Mongol bermusuhan. Menurutku akan menguntungkan bagi
kita apabila mereka saling bertarung. Biarkan saja anjing-anjing saling
bertarung.”
Chin
tidak mengirimkan pasukan penolong. Oleh sebab itu, pakta pertahanan bersama,
yang disahkan tahun 1163, batal karena sikap abai Kaisar Chin.
Setelah
menerima informasi lewat jaringan mata-matanya di Zhongdu bahwa Chin tidak
mengirim pasukan penolong. Genghis Khan menyiapkan tahap kedua rencananya,
yaitu perang jangka panjang. Tanpa mengendurkan kepungan, dia memblokade semua
jalur suplai ke Kota Chunghing dari luar. Tiga bulan berlalu. Sementara itu,
tidak ada perang berskala besar, hanya segelintir huru hara minor. Beberapa
prajurit Mongol mengolok-olok kaum Tangut dan cara menunjukkan keahlian berkuda
mereka yang hebat ketika mereka merasa bosan. Mereka melajukan kuda mereka di
sepanjang tembol pertahanan, bergelyutan di samping kuda mereka, setelah
menutupi sisi yag menghadap musuh dengan baju zirah. Kali lain, sebagian bahkan
berdiri bertopang tangan di atas kuda mereka yang berlari ketika mereka berada
pada jarak yang aman.
Karena
musim gugur sudah semakin dekat, Genghis Khan harus mencoba taktik yang
berbeda. Genghis Khan menyadari bahwa mereka punya cukup makanan untuk perang
berkepanjangan, sebab mereka tidak menunjukkan tanda-tanda kesusahan setelah
jalan diblokade tiga bulan. Genghis Khan memerintahkan Yelu Ahai agar
menginterogasi para tawanan. Pertama-tama, Yelu Ahai mencoba Weiming Linggong
dan sang Pangeran Li Tsun Hsiang.
Yelu
Ahai menanyai Weiming, “Berapa jumlah persediaan makanan yang disimpan di dalam
kota?”
Walau
demikian tidak ada respon dari Weiming yang duduk bersila di tanah. Memang
sudah dapat diduga bahwa seseorang seperti Weiming tak akan mengungkapkan
rahasia sepenting itu, apa pun alasannya. Sementara Yelu Ahai mengulangi
pertanyaan yang sama. Weiming merespon dengan sikap keras kepala yang sama.
“Aku
ini prajurit yang sudah kalah. Silahkan saja penggal kepalaku! Itulah yang
kuinginkan!”
Keheningan
canggung menggelayut di antara mereka selama beberapa waktu. Yelu Ahai membuka
mulut pelan-pelan dan berkata lagi, “Jendral Weiming, Anda sebaiknya menyerah.
Tuanku, Genghis Khan, menerima siapa pun yang tulus menyerah dari lubuk hatinya
yang terdalam. Anda akan menjadi temannya. Tapi, jika Anda terus melawan. Anda
dan orang-orang Anda akan dibinasakan.”
Seteah
mengucap kata-kata ini, Yelu Ahai membawanya ke sebuah cekungan besar, tempat
20.000 tahanan Shisha dijejalkan. Cekungan ini alamiah, tapi diperbesar oleh
tangan manusia supaya cukup besar guna menampung 20.000 tawanan. Cekungan
tersebut begitu dalam sehingga mustahil mereka memanjatnya hingga ke puncak
tanpa bantuan tangga atau tali. Seorang prajurit Mongol di permukaan tanah
melemparkan beberapa potong dendeng ke dalam cekungan dan ribuan tawanan pun
merangsek mau untuk menangkapnya.
“Lihatlah!
Kami tidak punya cukup makanan untuk 20.000 tawanan. Beberapa lusin dari mereka
meninggal setiap hari. Rekan-rekan mereka sesama prajurit di dalam kotak tak
akan pernah mengetahui penderitaan mereka. Kami tidak bisa berbuat apa-apa soal
ini. Ingat, merekalah yang menyreah supaya bisa terus hidup.”
Sampai
saat itu, Weiming tidak mengetahui situasi mantan prajuritnya, sebab dia dan
sang Pengeran Shisha Li Tsun Hsiang, diperkenankan tinggal di tenda terpisah
dengan makanan serta pelayanan khusus, kendati mereka adalah tahanan.
Genghis
Khan tahu bahwa mereka memiliki cukup makanan bagi 300.000 penghuni kota dan
70.000 prajurti yang tersisa untuk setidaknya satu tahun. Dia juga berhasil
mengetahui bahwa sebagian besar persediaan makanan disimpan di raung bawah
tanah, dalam bentuk beras, gandum, dan kacang yang dikeringkan. Genghis Khan
pun menyusun strategi baru berdasarkan pengetahuan bahwa sebagian besar rumah
kota terbuat dari bata serta lumpur dan mereka punya pasokan air lebih dari
cukup karena adanya kanal.
“Akan
kita serang mereka dengan air!”
Genghis
Khan memerintahkan korps insinyurnya untuk membangun bendungan di sungai
Kuning. Korps insinyur mulai membangun bendungan tepat di bawah kota. Mereka
memanfaatkan tawanan Tangut untuk membawa batu dan lumpur. Pembangunan
bendungan dimulai pada permulaan musim gugur dan berlangsung lebih dari tiga
bulan. Saat pembangunan bendungan hampir selesai, air mulai menggenangi kota.
Kanal meluap. Air mulai mengalir masuk ke ruang bawah tanah. Kota tersebut
dinyatakan berada dalam keadaan darurat. Sejumlah besar prajurit dan penduduk
diberdayakan untuk memindahkan berkarung-karung biji-bijian ke tempat yang
lebih tinggi, tetapi mereka sudah kehilangan lebih dari separuh persediaan
makanan. Terlebih lagi, gudang-gudang, yang memuat jutaan gulung sutra serta
ratusan ribu karpet, juga kebanjiran. Itulah barang-barng yang memuncaki daftar
prioritas mereka. Jika barang-barang tersebut rusak, perekonomian mereka akan
ikut hancur. Permukaan air di kota tersebut kian meninggi, hingga mencapai
lutut orang dewasa, Mereka bahkan tidak bisa menyalakan api untuk memaak. Para
penduduk menjadi resah dan gelisah. Pembicaraan mengenai pernyerahan diri un
mengemuka.
Pada
saat ini, terjadilah sesuatu : Bendungan runtuh, Korps insinyur Mongol tidak
cukup berpengalaman membangun bendungan. Mereka juga tidak memiliki cukup
banyak insinyur yang andal. Gelombang besar Sungai Kuning mulai menyapu
perkemahan Mongol. Kaum Mongol serta merta merobohkan tenda, mengambil senjata,
perlengkapan, dan makanan mereka. Lalu meralrikan diri ke tanah yang lebih
tinggi. Genghis Khan merasakan sekali betapa – selain membutuhkan panglima
hebat, ahli strategi brilian, prajurit pemberani, dan senjata bermutu tinggi –
teknologi ilmiah serta keahlian terkait juga diperlukan untuk memenangi perang.
Setelah kejadian ini. Genghis Khan mengajak serta teknisi, insinyur,d an para
ahli kemana pun dia pergi. Dia bukan saja menyelamatkan mereka, melainkan juga
memperlakukan mereka dengan sangat baik, untuk menarik hati mereka sehingga mau
berpihak padanya.
Selagi
mereka sedang sibuk kabur, Yelu Ahai buru-buru melesat ke tenda khan dan
melapor, “Tuan, cekungan kebanjiran. Harus ita apakan para tawanan?”
Jawaban
Khan cepat dan jelas, “Selamatkan mereka!”
Operasi
untuk menyelamatkan 20.000 tawanan Tangut pun dimulai. Para prajurti Mongol
menyelamatkan sebagian besar menggunakan tanagga dan tali. Beberapa hari
kemudia, ketinggain Sungai Kuning kembali seperti semula, menyisakan genangan
air keci serta besar dan bahkan sebuah danau baru. Pada saat inilah, Weining
Linggong dari Shisha secara sukarela muncul di hadapan Genghis Khan. Dia
bersujud sembilan kali kepada khan. Sampai saat itu, dia menolak melakukan hal
tersebut.
Dia
membuka mulut dan berkata dengan serius, “Jika Anda memberi saya kesempatan,
akan saya coba membujuk Raja Shisha agar menyerah.”
Saat
mendengar kata-kata ini, Yelu Ahai, yang berdiri di sebelah Genghis Khan,
berbisik ke telinganya, “Tuan, bisakah kita mempercayainya?”
Genghis
Khan mempersilah duduk dan menyajikan teh hangat untuknya.
“Jendral
Weiming, mulai saat ini, Anda adalah temanku. Berusahalah sebaik mungkin agar
kata-katamu tidak menjadi janji kosong belaka.”
Weiming,
sebagaimana yang dinjajikannya, berhsil membujuk Raja Shisha, Li Anqan,
sehingga menyerah. Dia mengakui bahwa Genghis Khan tak akan pulang jika Shisha
tidak menyerah dan itulah satu-satunya cara untuk menyelamatkan Pangeran Li
Tsun Hsiang, 20.000 tawanan, dan perekonomian Shisha. Sebenarnya, kaerna sumber
pendapatan utama mereka adalah laba dari aktivitas perdagangan serta pajak dari
karavan, perekonomian mereka sudah mengalami kerugian besar akibat pereang
berkepanjangan. Setelah bernegosiasi selama kira-kira dua bulan, bendera putih
akhirnya muncul di gerbang utama kota.
Upacara
penyerahan diri resmi diselenggarakan di lapangan terbuka besar di depan
gerbang utama kota. Saat gerbang utama berukuran besar dibuka, peristiwa yang
tak pernah terjadi delapan bulan terakhir, Raaj Shisha, Li Anqan, muncul
beserta dua ekor unta putih angka dan dua ekor elang putih, yang merupakan
simbo penyerahan diri. Li Anqan mengenakan busana dan tutup kepala resmi, jubah
sutra keemasanberdesain mewah serta peci pendek keagungan. Dia diikuti oleh
sekitar dua puluh pejabat tinggi dan di sebelahnya ada putrinya yang berusia
tujuh belas tahun, Chaqa.
Raja
Shisha digiring ke dalam tenda resmi Genghis Khan. Sekitar duaratus panglima
dan orang penting Mongol berdiri membentuk dua barisan di dalam tenda,
memunggungi dinding timur dan barat tenda, sedangkan karpet merah dihamparkan
dengan rapi dan jalan masuk selatan hingga ke tempat duduk khan di ujung
utaara. Saar Raaj Shisha melangkah masuk ke tenda, Genghis Khan berdiri dari
tempat duduknya. Raja Shisha berjalan pelan-pelan di atas karpet dan membungkuk
ketika dia tiba di hadapan Genghis Khan. Sesuai dengan negosiasi sebelumnya,
dia tidak perlu bersujud. Genghis Khan juga balas membungkuk kepadanya dan
mempersilahkan Raja Shisha duduk di kanannya. Setelah duduk, Raaj Shisha
membuka mulut dan berkata dengan nada lembut :
“Kami,
kaum Tangut, sudah mendengar tentang nama Anda yang membangkitkan rasa kagum.
Kini, Anda rela muncul secara langsung dan kami, kam tangut, atas seizin Anda,
berjanji akan berusaha sebaik mungkin menjadi tangan kanan Anda.”
Yelu
Ahai, yang duduk di belakang Genghis Khan dan Raja Shisha, menerjemahkan
kata-katanya dan menyampaikannya dalam bahasa Mongolia kepada Genghis Khan.
Yelu Ahai fasih berbahasa Tangut.
Genghis
Khan berkata kepaa Raja Shisha sambil menyunggingkan senyum di wajahnya,
“Terima ksih banyak atas kata-kata Anda yang tulus. Mulai saat ini, Imperium
Mongol dan Kerajaan Shisha akan menjadikan persahabatan, berbagi takdir yang
sama.”
Raja
Shisha, Li Anqan, melanjutkan, “Kami, kaum Tangut, tidak seperti orang-orang
Mongol, aalah pemukim tetap. Kami membangun rumah dan menetap di sini. Kami
memiliki rumah dan tembok pertahanan
yang harus dijaga. Kami tidak bisa serta merta bergabung dalam pertempuran dan
kami tidak bisa membuat serta melaksanakan rencana strategi secara cepat. Oleh
sebab itu, kami akan menyuplai banyak unta, yang dapat digunakan baik untuk
transportasi mau pun untuk seumber makanan. Pada saat bersamaan, kami juga akan
menyuplai bena-benda dari wol serta sutra.
Saat
mendengar kata-kata ini, senyum menghilang dari wajah Genghis Khan. Pernyataan
itu bertentangan dengan syarat nomor satu penyerahan diri, yang dituntut dengan
tegas oleh Genghis Khan. Syarat itu berbunyi bahwa kapan pun, saat diminta,
Raaj Shisha harus memobilisasi dan mengirim pasukan kepada Genghis Khan untuk
menyokongnya, dan syarat tersebut telah disepakati. Raja Shisha mengatakan
bahwa dukungan ekonomi dari mreka memang mungkin, tapi dukungan militer mereka
tidak.
Sambil
menatap matanya, Genghis Khan berujar dengan jelas, “Tanpa menjanjikan dukungan
militer, kesepakatan ini tidak akan terwujud.”
Saat
Yelu Ahai mengatakan ini kepada Raja Shisha, dia menundukkan kepala dan setuju
untuk menerima syarat itu. Dibuatlah dokumen perjanjian damai, yang sebenarnya
merupakan instrumen penyerahan diri Raaj
Shisha kepada Genghis Khan. Dokumen tersebut ditulis dalam dua bahasa, dan
distempel nasional keduanya dibubuhkan di sana. Instrumen tersebut dibuat oleh
Tata Tunga dan dibuatlah masing-masing dua dokument untuk satiap bangsa. Pada
saat ini, bangsa Mongol sudah memiliki sistem tulisan sendiri, yang
dikembangkan dari aksara Uighur. Sistem tulisan Mongol dikembangkan oleh Sigi
Qutuku atas perintah Genghis Khan. Bangsa Tangut juga memiliki alfabet sendiri,
dimodifikasi dari aksara Cina. Raja Shisha dan kerajaannya bertahan, dengan
otonomi sendiri.
Setelah
perjanjian damai, Pangeran Shisha Li Tsun Hsiang, dan 20.000 tawanan
dilepaskan. Sementara itu, Chaqa, putri Raja Shisha yang berumur tujuhbelas
tahun, menjadi istri kelima Genghis Khan. Selain itu, dua ribu unta dan
bergunung-gunung barang dari wol serta sutra, juga sejumlah hadiah lainnya,
diserahkan kepada Genghis Khan. Saat itu, bulan Januari 1210.
28.
PERANG DENGAN CHIN
Pada
bulan Maret 1211, diadakan khuriltai di tepi Sungai Kerulen di Dataran
Mongolia. Didirikanlah sebuah tenda besar, yang bisa memuat lebih dari dua ribu
orang. Semua pejabat dan panglima tinggi di Imperium, Barchuq sang idu qut
Uighur, dan Arslan Raja Qarluud bekumpul bersama. Lewat Khuriltai ini, mereka
secara resmi menunjuk kerajaan kaum Uighur dan Qarluud sebagai kerajaan bawahan
dan sekaligus, yang lebih penting, mereka secara bulat menyepakati perang
dengan Kekaisaran Chin.
Bangsa
Mongol sudah siap, Genghis Khan mempersiapkan perang ini selama dua tahun
terakir. Perang dengan Chin akan berdampak besar terhadap masa depan Imperium
Mongol yang baru lahir. Jika bangsa Mongol menang, mereka mungkin saja dapat
mendirikan fondasi yang kuat bagi Imperium baru. Jika mereka gagal, impian
mereka akan lenyap. Genghis Khan memperkitakan bahwa perang melawan Chin akan
memakan waktu sekitar lima tahun. Setelah mereka memenangi perang dengan Sung
Selatan, mereka mengambil alih jantung dataran Cina dan semua kota besar.
Pada
batu raksasa sekali pun, pasti ada retakan yang bisa dimasuki pahat. Itulah
yang diyakini Genghis Khan. Genghis Khan sduah memiliki rencana yang hampir
sempurna.
Sebelum
berangkat, Genghis Khan pergi ke Gunung Burkan. Dia mendirikan tenda di sana,
tempatnya berencana untuk bermalam sendirian. Gunung Burkan, yang tak berubah
dan masih memiliki keagungan serta kemuliaannya, seolah diselubungi kesucian.
Puncak gunung yang mengesankan ditabiri kabut dan terhubung dengan alngit ungu.
Genghis
Khan berpuasa dan berdoa selama tiga hari tiga malam. Selama tiga hari, dia
tidak mengkonsumsi apa-apa selain air. Di puncak gunung, tempatnya hanya bisa
mendengar bunyi angin yang melewati daun jarum pohon pinus leksana ombak, dia
menghabiskan tiga hari untuk berdoa dan bermeditasi. Hasil dari perang melawan
Chin akan menentukan nasibnya serta rakyatnya. Genghis Khan hanya tidur lima
jam sepanjang tiga hari itu, dan hanya minum sedikit air dari kantong kulit
domba yang dia bawa. Punak gunung di bulan Mei masih dingin, tetapi butir-butir
peluh bermunculan di keningnya. Dia berteriak ke angkasa dengan ikat pinggang
dikalungkan di leher :
Tenggri, dewa
langit biru kekal!
Beri aku
kekuatan.
Perkenankan aku
membalaskan dendam
Ambakai Khan dan
Okin Barak
Perkenankan aku menghukum kaum Juchid
Yang telah mempermalukan dan menyengsarakkan Leluhurku.
Perkenankan aku
menghukum kaum Juchid
Yang terus
menerus mematahkan sayap kami,
Dainmenjerumuskan
kami dalam perpecahan
Dan konflik tak
berkesudahan.
Perkenankan aku menghukum kaum Juchid,
Yang akan mengekang anak-anak kami
Selamanya
Hancurkan dunia
tak berjiwa.
Yang dipenuhi
kepalsuan dan keegoisan.
Perkenankan aku
menjadi tangan kananmu,
Untuk menciptakan
dunia baru dengan
Tatanan baru.
Beri aku kemenangan!
Agar nama suci bangsa Mongol,
Tak akan diinjak-injak lagi.
Pada
pagi keempat, Genghis Khan turun dari Gunung Burkan. Sekitar 200.000 orang
Mongol sudah menantinya di kaki gunung. Mereka ikut serta dalam acara puasa dan
doa Genghis Khan selama tiga hari. Sebelumya, mereka telah membangun dua kota
tenda sementara, satu untuk laki-laki dan satu untuk perempuan.
Genghis
Khan berjalan menghampiri mereka dan berteriak, “Langit menizinkanku berjaya!
Kemenangan milik kita!”
Ke-200.000
orang Mongol mulai bersorak dengan suara keras sambil mengepalkan tinju ke
udara.
“Tenggri!
Tengri! Tengri!”
Teriakan
mereka berkumandang ke langit biru misterius yang kedalamannya tak diketahui
dan dipenuhi udara gurun.
Genghis
Khan menuju selatan ke Chin bersama pasukannya, yang telah dibagi menjadi tiga
kelompok. Saat itu pertengahan bulan Mei, dua bulan sesudah Khuriltai. Dia
membawa total 65.000 prajurit berkuda. Itulah jumlah maksimum yang bisa
dibawanya.
Serdadu
musuh yang harus dia hadapi berjumlah 120.000 prajurit berkuda, ditambah
setengah juta prajurit infantri, sehingga totalnya 620.000 orang. Jumlahnya
hampir sepuluh kali lipat serdadunya sendiri. Di mata pihak ketiga,
kelihatannya dia pasti berjudi. Genghis Khan meninggalkan 20.000 serdadu di
Dataran Mongolia untuk mengatasi pemberontakan yang mungkin saja terjadi dan
menunjuk Taquchar, si orang Onggut, sebagai komandan.
Perang
melawan Chin diduga akan berlangsung selama empat hingga lima tahun. Oleh sebab
itu, para prajurit yagn sudah menikah diperbolehkan membawa serta anggota
keluarga untuk menemani mereka. Karena mereka tidak membangun rumah, tetapi
yurt yang bisa dibongkar pasang, gaya hidup mereka memungkinkan hal ini. Hal
tersebut memberi mereka keuntungan emosional serta psikologis, sebab mereka
jadi merasa lebih nyaman menghadapi ekspedisi jangka panjang. Namun, tak semua
anggota keluarga diperkenankan ikut denegan mereka. Sebelum keberangkatan,
semua orang yang mendaftar harus lulus pemeriksaan dan siapa saja yang idanggap
tidak layak mengikuti ekspedisi jangka panjang akan ditolak, terasuk mereka
yang terlalu muda, terlalu tua, atau cacat. Ada sistem bagus di tanah air
mereka untuk menjaga anggota keluarga yang tetap tinggal di sana.
Genghis
Khan mengajak serta dua istrinya. Yesugen dan Qulan. Ebelumnya, Genghis Khan
telah melucuti kedudukan istri ketiganya, Ibaka, karena ayah wanita itu
memberontak, dan menempatkan Yesugen, adik perempuan istri keduanya, Yesui,
sebagai istrik ketiganya untuk menggantikan Ibaka. Genghis Khan memperbolehkan
keempat putranya, Juchi, Chagatai, Ogodei, dan Tolui, untuk ikut serta juga
dalam perang tersebut. Meskipun tolui yang berumur tujuh belas tahun belum boleh
mengomandani unit tersendiri. Dia dizinkan mendampingi ayahnya dan mempelajari
seni berperang.
Genhis
tiak pernah lalai mendidik, mengajar, menasihati, dan menempa keempat putranya.
Kapan pun dia punya waktu luang, Genghis Khan duduk bersama keempat putranya
dan mengisahkan kepada mereka semua cerita yang dia dengar dari orang tuanya,
serta semua tetua lain semasa kanak-kanak, tentang pengalaman serta filosofi
mereka sebenarnya.
Suatu
saat, dia sedang duduk bersama keempat putranya, di depan seekor penyu besar
yang ditinggalkan seorang saudagar Muslim sebagai hadiah. Genghis Khan berkata
kepada keempat putranya, “Lihatlah penyu ini! Ia dianugerahi perlindungan
alami. Selagi ia berada di dalam cangkangnya, keamanan terjamin. Namun, ketika
ia berada di dalam cangkangnya, ia tidak dapat bergerak. Orang-orang Cina
seperti ini. Mereka membangun benteng, tembok pertahanan, dan dinding tinggi
pelindung kota supaya mereka bisa hidup dengan aman, tapi karena itu, mereka
tidak bisa bergerak ke luar dunia mereka samak sekali selama ribuan tahun.”
Setelah
mengucapkan kata-kata ini, Genghis Khan mengajukan pertanyaan kepada keempat
putranya, “Ada hewan yang makan makhluk bercangkang sekeras batu ini. Kira-kira
hewan apakah itu?”
Karena
tidak ada yang memberikan jawaban untuk pertanyaan ini, Genghis Khan berkata
sambil menyunginggkan senyum di bibir, “Harimau. Apa kalian tahu bagaimana cara
harimau memakan penyu ini?”
Karena
lagi-lagi tidak ada yang menjawab, Genghis Khan memberi tahu mereka. “Harimau
menggit penyu kuat-kuat untuk meremukkan cangkangnya. Gigi dan tulang rahang
mereka cukup kuat untuk melakukan itu.”
Sesudah
mengucapkan kata-kata ini, Genghis Khan terkekeh-kekeh nyaring.
Beberapa
saat kemudian, Genghis Khan memandangi ke empat putranya dan bertanya lagi,
dengan sikap serius, “Orang-orang Cina makan penyu. Apa kalian tahu cara mereka
membunuh penyu sebelum dimasak?”
Karena
mereka tidak pernah melihat hal semacam itu, mereka tidak bisa memberi jawaban,
Juchi coba-coba menjawab, “Mereka bisa merebusnya di dalam air mendidih bukan?”
Genghis
Khan menampik jawaban tersebut, “Orang-orang Cia tidak menyukai reknik memasak
seperti itu. Mreka mengeluarkan darah si penyu sebelum memasaknya.”
Genghis
Khan menyuruh salah sartu pelayan di dekat sana untuk membawakan sepotong daging
dan tongkat logam berkait kecil di ujungnya. Ketika daging dan kait sudah siap,
Genghis Khan memotong daging kecil-kecil dan menusuk satu potong dengan kait.
Dia mengulurkan potongan daging itu di dekat mulut si makhluk berpelindung dan
menunggu. Karena terpikat oleh bau daging, si penyu seketika menangkap umpan.
Saat Genghis Khan menarik tongkat berkait, leher si penyu meregang hampir
sedepa.
Genghis
Khan melanjutnkan, “Mereka memosisikan penyu seeprti ini di talenan dan
memotong lehernya.”
Suatu
kali, Genghis Khan menanyai putra-putranya, “Apa yang dikejar manusia pada
akhirat?”
Ogodei,
putra ketiga, menjawab, “Suatu kali Ayah memberi tahu kami jawabannya adalah
kebebasan.”
Genghis
Khan menjawab, “Bebar! Manusia mengejar kebebasan. Namun, meskipun kebebasan
dapat memberi mereka kepuasan batin dan jiwa, hal tersebut tidak dapat
mengenyahkan kehampaan. Mereka senantiasa mencari-cari sesuatu yang bisa
membantu mereka menaklukkan rasa hampa. Sebagian orang menghibur diri dengan
Agama dan sebagian yang lain mengabdikan hidup untuk anak-anak mereka. Sebagian
orang bahkan melepaskan kebebasan yang mereka perjuangkan demi hal lain. Itulah
yang harus dilakukan pemimpin, menemukan
sesuatu untuk mereka. Jika kalian bisa menemukannya untuk mereka, mereka akan mengikuti
kalian hingga ke ujung dunia.”
Pasukan
Mongol pun menapak masuk ke gurun. Tanah berupa pasir bercampur lumpur
terbentang tak berujung ke cakrawala yang jauh. Dari sana, pasukan Mongol mulai
menyebar. Pasukan perama, dimpin oleh Jebe, mengarah ke barat, sedangkan
pasukan ke tiga, yang dipimpin ketiga putra Genghis Khan, mengarah ke timur.
Tujuannya untuk membingungkan musuh dan memecah belah baris pertahanan musuh.
Pasukan
kedua Genghis Khan, kelompok utama, tiba di sisi utara Tembok Besar pada awal
Juni setelah berderap melintasi Gurun Gobi sejauh 720 kilometer. Tempat itu
merupakan teritorial kaum Onggut. Ala Qus, kepala suku Onggut, datang menemui
Genghis Khan. Genghis Khan dan Ala Qus sudah menjadi kerabat lewat pernikahan.
Genghis Khan memiliki empat putra dan lima putri dengan Borte, Istri
pertamanya, dan salah seorang putrinya, Alaqa, menikahi Taquchar, putra sulung
Ala Qus.
“Selamat
dartang Genghis Khan! Senang sekali bertemu kembali dengan Anda.”
Bersama
beberap lusin panglimanya, Ala Qus menunjukkan keramahtamahannya. Mreeka
menunggang kuda berdampingan untuk melihat-lihat Tembok Besar. Tembok Besar,
dibangun dari bata merah, mengular di atas bukit dan gunung, terentang tak
berujung dan berkilau merah darah, memantulkan sinar matahari siang. Genghis
Khan dipenuhi rasa kagum saat melihat besarnya skala bangunan tersebut, dia
juga dipenuhi rasa benci terhadap para pembangunnya.
Berapa
banyak orang yang harus dikorbankan untuk ini? Dan berapa lama? Tidakkah mereka
tahu bahwa tembok pelindung sejati semestinya dibangun di dalam benak mereka.?
Direktu,
manager dan pengawas Tembok Besar adalah orang-orang Onggut. Ala Qus pemimpin
kaum Onggut, bukan saja membukakan semua gerbang Tembok Besar untuk Genghis
Khan, melainkan juga menyokongnya dengan 10.000 serdadu sendiri sebagai
sukarelawan. Pasukan pertama Jebe dan pasukan ketiga pimpinan ketiga putra
Genghis Khan tidak kesulitan menyeberangi Tembok Besar. Genghis Khan tidak
kesulitan menyeberangi Besar. Genghis Khan berdiskusi dengan Ala Qus mengenai semua
konsekuensi perang yang mungkin terjadi. Ala Qus menjanjikan dukungan penuh
bagi Genghis Khan.
Genghis
Khan terus maju ke selatan sambil memandangi wilayah Cinna yang luas. Ketiga
pasukan senantiasa menjalin kontak, menggunakan kurir cepat setiap hari. Walau
pun pasukkan Mongol bergerak dalam tiga kelopok terpisah, karena adanya sistem
kurir ini, mereka bergerak layaknya satu tubuh, dan ketika dibutuhkan, mereka
bisa berkumpul dalam waktu teramat singkat.
Genghis
Khan membahas kerangka rencana dan strategi perang dengan para panglima dan
komandan tingginya. Setiap komandan diperbolehkan mengoperasikan rencana
da taktiknya sendiri asalkan masih dalam
batas-batas rancangan utama perang.
Pasukan
utama Genghis Khan maju kian jauh ke selatan menyerang dan mengambil alih
Fucho, kota paling utara di Chin, kemudian menyapu area tersebut. Juga merebut
Kalgan dan Xiandefu. Semua kota di dekat perbatasan memiliki tembok kota yang
relatif rendah dan garnisun mereka terutama beranggotakan prajurit infantri.
Jadi mreka tidak bisa menandingi prajurit berkuda Mongol. Genghis Khan bergerak
lebih lanjut ke delatan, dengan kedua kepala mata-matanya, Yelu Ahai dan Jafar.
Beberapa
hari setelah melintasi Tembok Besar, Genghis Khan tiba di kaki pengunungan
besar.
Genghis
Khan menayai Yelu Ahai, yang berkuda di sebelahnya. “Apa kau tahu pelintasan
gunung yang bisa kita gunakan untuk menyeberangi pegunungan itu?”
Yelu
Ahai menjawab, “Ya, ada Pelintasan Yehuling.”
Genghis
Khan mencari-cari pelintasan Yehuling, yang artinya pelintasan “Rubah liar”. Di
antara pegunungan tinggi berselimut hutan rimbun, terdapat jalur yang dapat
dilewati sejumlah besar serdadu, meskipun jalur itu sempit. Genghis Khan
mengeluarkan perintah kepada para panglimanya.
“Kita
akan tinggal di sini dan menunggu untuk sementara.”
Strategi
dan taktik Genghis Khan unik, dan alhasil hampir mustahil ditebak musuh. Mreka
tidak pernah bisa menebak di mana dan kapan dia datang. Strategi dan taktik
Genghis Khan selalu berbeda, sama sepeti juru masak ahli yang menciptakan ribuan
hidangan berbeda hanya dengan bahan-bahan yang diberikan kepanya. Genghis Khan
acap kali menasihati para panglimanya : “Untuk memenangi pertempuran, kalian
harus mau mengambil resiko lebih banyak daripada musuh kalian.”
Pasukan
pertama Jebe menyapu kota-kota di Provinsi Shansi. Genghis Khan mengutus
pembawa pesan untuk memberi tahu Jebe agar menyerang Xijing. Xijing terletak di
kira-kira 320 kilometer di barat laut Zhongdu, Ibu Kota Chin, dan berada di
tengah-tengan provinsi Shansi. Populasinya sekitar 200.000 orang dan garnisun
beranggotakan 50.000 serdadu menjaga kota tersebut. Atas perintah Genghis Khan,
parukan pertama Jebe menyerang kota itu setiap hari. Akan tetapi, kota itu
tidak pernah jatuh ke tangan penyerang karena perlindungan dari dinding kota
yang tinggi dan kokoh.
Kira-kira
lima belas hari kemudian, dua prajurit berkuda Chin bergegas keluar dari kota
lewat gerbang yang setengah terbuka dan berderap dengan kecepatan penuh ke
selatan sesudah menembus kepungan.
Mereka
adalah kurir kilat, dikirim oleh Jenderal Hushahu, panglima tertinggi Xijing.
Kaisar Chin, Weishao, mengadakan pertemuan darurat setelah dia menerima pesan
tersebut. Sampai saat itu, dia tidak mengetahui pergerakan bangsa Mongol.
Sebelumnya, Konflik dan masalah minor sering kali terjadi di area perbatasan,
jadi Weishao tidak terlalu memperhatikan laporan itu. Namun, banyak pejabat dan
panglima, merasa bahwa ada yang lain dalam kasus ini, yang dengan tegas
mendorongnya agar mengambil tindakan. Akhirnya, Kaiar Chin mengeluarkan perintah
kepada Jujin, sang “Panglima besar” untuk mengurus masalah itu, memberinya
100.000 anak buah.
Jujin,
sang panglima Chin, menuju utara ke Xijing bersama ke-100.000 serdadunya.
Pasukan Chin yang terdiri dari 100.000 serdadu mulai menyusuri Pelintasan Yehuling.
Tidk tahu bahwa ketiga pasukan Genghis Khan tengah menunggu untuk menyergap,
mereka melalui berbarais panjang untuk melewati perlintasan itu. Ketika
setengah prajurit mereka sudah menyeberangi pelintasan, mereka diserang oleh
bangsa Mongol. Terpotong dua, tanpa waktu untuk menata ulang diri mereka,
pasukan Chin pun kalah telak. Dalam waktu setengah hari saja sekitar 70.000
serdadu Chin yang mati sudah bertebaran di padang Shansi. Ini adalah kemenangan
terbesar yang telah dicapai bangsa Mongol hingga saat itu. Para prajurit Mongol
berteriak girang sambil mengangkat kepala panglima musuh. Jujin yang telah
dipenggal dan memasukannya ke ujung tombak. Genghis Khan memerintahkan pasukan
pertama Jebe maju ke selatan untuk membuka jalan ke Zhongdu dan juga menyuruh
ketiga putranya menyerang serta menduduki kota-kota di Provinsi Hopei.
Pasukan
pertama Jebe terus maju ke selatan dan menyerang Juyung Kuan, gerbang pertama
menuju Zhongdu. Juyung Kuan, yang berupa benteng tak tertembus, terletak di
puncak sebuah bukit tinggi dan dijaga oleh 30.000 prajurit garnisun. Pasukan
pertama Jebe yang beranggotakan 15.000 orang menyerang benteng itu setiap hari.
Orang-orang Mongol menembakkan batu seberat kira-kira tujuh puluh kilogram
dengan ketepel yang mereka bawa. Namun, batu-batu tidak bisa mencapai benteng
karena kurangnya tenaga.
Jebe
memutuskan untuk mencoba taktik berbeda : pura-pura mundur. Pasukan Mongol
meninggalkan semua peralatan di sana dan mundur. Begitu mereka menyaksikan
pasukan Mongol menghilang ke cakrawala, pasukan Chin pun membuka gerbang dan
keluar untuk mengambil semua peralatan serta perlengkapan. Selagi mereka sedang
sibuk memindahkan barang-barang tersebut ke dalam benteng, pasukan Mongol
mendadak kembali. Mereka bahkan tidak sempat kembali ke beteng dan menutup
gerbang. Kecepatan merupakan senjata terbesar bangsa Mongol. Mereka tidak
memperkenankan musuh mereka menaksir waktu secara tepat. Benteng yang tak
tertembus, Juyung Kuan, jatuh ke tangan bangsa Mongol setelah ke-30.000 serdadu
garnisun Chin dibinasakan.
Saat
menerima laporan bahwa Juyung Kuan telah direbut, Genghis Khan mengeluarkan
perintah kepada Yelu Ahai, yang sedang bersama Jebe, untuk meluncurkan serangan
ke peternakan kuda milik keluarga kerajaan Chin, yagn berlokasi di dekat kota
Zhongdu. Yelu Ahai, beserta 2.000 serdadunya, menyerang peternakan itu, membuat
50.000 serdadu kuda berpencar ke segala arah. Mereka juga mengambil beberapa
ribu kuda. Pasukan Chin mengalami situasi sulit saat berusaha mengambil kembali
kuda-kuda tersebut. Hal tersebut dapat memakan waktu berbulan-bulan. Alhasil,
jalan menuju Zhongdu pun terbuka.
29.
PERPECAHAN DI CHIN
Zhongdu
adalah kota terbesar di dunia pada zaman itu. Kota berpenduduk sejuta orang
tersebut dilindungi oleh tembok pertahanan setinggi duabelas meter yang terbuat
dari bata kuat. Lebar tembok di dasarnya adalah lima belas meter dan di puncak
selabrnya duabelas meter, cukup lebar untuk dilewati empat prajurti kavaleri
bersisian. Di bawah tembok pertahanan terdapat tiga parit yang menghadang mendekatnya
musuh, dan panjang total tembok itu adalah 42 kilometer. Sembilan ratus menara
pengintai terdapat di atas tembok tersebut,d an kedua belas gerbangnya, semua
terbuat dari logam tebal, mustahil dirobohkan dengan peralatan apa pun yagn
dikeal saat itu.
Kora
Zhongdu menjadi ibu Kota dari banyak kekaisaran. Sebelum Kekaisaran Chin,
Zhongdu juga pernah menjadi Ibu Kota Kekaisaran Liao kaum Khitan, saat meereka
menamainya Yenking. Kelak kota itu disebut Peking atau Beijing.
Sebagian
panglima Genghis Khan berkeras agar mereka melakukan serangan langsung ke Kota
Chongdu. Walau begitu, Genghis Khan menjelaskan kepada mereka, “Cina adalah
negara belahan luas dan berpopulasi besar. Sebelum kita menyerang Zhongdu, kita
harus merebut Provinsi Xijing dan Hopei terlebih dahulu. Jika tidak, kita bisa
dikepung oleh mereka.”
Pada
saat ini, seorang kurir kilat yang dikirim Jebe tiba di Juyung Kuan. Pesannya
adalah bahwa tim perundingan damai dari Chin telah tiba di sana dan sedang
menunggu jawaban Khan. Genghis Khan memutuskan untuk menemui mereka.
Tim
Perundingan Chin berangggotakan kepala utusan dan dua asisten, dan salah satu
asisten adalah orang Khitan bernama Simo Mingan. Dia adalah kenalan Genghis
Khan. Pihak Chin khusus memilih Simo Mingan sebagai salah satu utusan karrena
fasihnya berbahasa Mongolia dan karena dia kenal dengan Genghis Khan. Pada masa
lalu, Simo Mingan pernah bertemu Genghis Khan beberaa kali di tenda kebesaran
Wang-Khan. Namun kali ini, dia sesungguhnya adalah mata-mata. Dia disuruh
mengumpulkan semua informasi terkait pergerakan bangsa Mongol.
Perundingan
tidak berjalan lancar. Ada terlalu banyak perbedaan di antara mereka. Suatu
hari sebelum mereka pulang, Yelu Ahai, yang memandu mereka dari Juyung Kuan ke
perkemahan Genghis Khan, datang menemui sang Khan dan berkata, “Tuan, Simo
Mingan ingin menemui Anda secara pribadi. Bagaimana menurut Anda?”
Genghis
Khan setuju. Saat Simo Mingan tiba, pengawal Genghis Khan berusaha melepas
pakaiannya. Orang-orang Cina secara historis sering kali memerintahkan pembunuh
mendekati pemimpn musuh, dengan cara menyamar sebagai utusan khusus atau
pembelot. Oleh karenanya, pakaian mereka biasanya dilucuti dan mereka diberi
pakaian baru untuk didkenakan sebelum pertemuan.
“Biarkan
dia! Jika aku tidak mempercayainya, dia tak akan mempercayaiku juga.”
Genghis
Khan menyambutnya, mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, dan berjabat tangan
dengannya.
“Selamat
datang! Jendral! Simo Mingan, pria berusia akhir empat puluhan, dengan jujur
mengakui bahwa dia adalah mata-mata Chin.
Mendengar
ini, Genghis Khan menjawab sambil menyunggingkan senyum di bibir, “Aku sudah
tahu itu.”
Simo
Mingan mengutarakan niatnya menyerah kepada Genghis Khan. Kaum Khitan, yang
telah ditaklukkan oleh orang-orang Juchid dari Chin, adalah warga kelas dua dalam
amsyarakat Chin. Mereka tidak bisa memperoleh jabatan terpenting dan tertinggi
sementara semua pekerjaan yang sulit dan kotor diperuntukkan bagi mereka. Satu
kelompok pasrah saja dan menerima nasib, tetapi ada kelompok lain yang
senantiasa berusaha membebaskan diri dari penindasan kaum Juchid. Simo Mingan
termasuk bagian dari kelompok yang disebut belakangan. Bahasa Mongolia dan
Khitan aslinya merupakan bahasa yang sama.. Namun, seiring berjalannya waktu,
bahasa mereka berubah, sedikit demi sedikit, dan pada masa Genghis Khan mereka
tidak bisa berkomunikasi sama sekali tanpa penerjemah.
“Perang
ini bukan saja untuk bangsa Mongol, melainkan juga untuk bangsa Khitan supaya
bisa membebaskan diri dari cengkeraman Chin.” Genghis Khan menjelaskan.
Genghis
Khan menerima informasi berharga dari Simon Mingan. Selain fakta bahwa di Kota
Zhongdu terdapat persediaan makanan yang cukup untuk setahun bagi sejuta orang,
dia mendapat informasi bahwa orang-orang Khitan di Provinsi Liodong bersedia
bertarung melawan Chin, dengan bantuan Genghis Khan.
“Aku
berjanji kaum Khitan akan memperoleh pemerintahan otonomi dan tanah mereka
sendiri, “Genghis Khan memberi tahu Simo Mingan.
Simo
Mingan tdak kembali ke Zhongdu. Saat menyadari penghianatan Simo Mingan. Kaisar
Chin mengeluarkan perintah bahwa seluruh anggota keluarganya harus dipenggal.
Mereka membawa kira-kira empat puluh anggota keluarganya ke pasar dan memenggal
kepala mereka atas tuduhan sebagai keluarga penghianat.
Simo
Mingan mengucurkan air mata ketika dia mendengar kabar buruk ini.
“Orang-orang
Khitan bukan Cuma keluarga saya.” Sambil mengucapkan ini, dia menahan air mata.
Genghis Khan berusaha menghiburnya.
Pada
saat bersamaan, kabar buruk terus menerus datang dari pasukan
ketigaberanggotakan 15.000 prajurit kavaleri, yang tengah menyerang Provinsi
Hopei. Laporannya adalah bahwa mereka bisa merebut kota-kota akecil, tetapi
gagal merebut kota-kita besar karena kuatnya tembok pertahanan yang melindungi
kota. Mereka mengatakan bahwa mustahil menyeberangi tembok pertahanan dengan
peralatan yang mereka punyai. Perang seakan terhenti. Genghis Khan merasa
mereka perlu segera memperbaiki peralatan.
Pada
bulan Maret 1212, Genghis Khan membuat strategi baru. Dia mengirim Yelu Ahai
dan Simo Mingan untuk melaksanakan misi rahasia, yakni menghubungi Yelu Luko,
yang merupakan keturunan keluarga kerajaan Khitan dari Kekaisaran Liao serta
pemimpin spiritual bagi banyak orang khitan. Mereka berhasil menghubunginya dan
membuat kesepakatan rahasia untuk bekerja sama dalam membangun bangsa Khitan.
Genghis Khan mengutus Jebe beserta 20.000 prajurit kavaleri untuk membantu
mereka. Ke 20.000 prajurit kavaleri Jebe dan milisi Khitan bekerja sama dan
sukses mengambil alih Kota Lioyang, yang adalah bekas Ibu Kota Kekaisaran Liao,
serta wilayah besar di dekat sana. Genghis Khan mengesahkan Kerajaan Khitan
yang baru lahir dan memberi mereka otonomi.
Genghis
Khan menepati janjinya kepada Simo Mingan. Yelu Luko, Raja baru Kerajaan Khitan
yang baru lahir, tulus menghargai tindakan tersebut dan alhasil tetap setia
kepda Genghis Khan selama delapan tahun, hingga dia meninggal.
Pada
Bulan Mei, Genghis Khan meluncurkan serangan ke Kota Xijing bersama pasukan
utamanya. Mereka amenggunakan peralatan yang sudah disempurnakan untuk
menyerang benteng dan tembok pertahanan, tetapi mereka tetap saja tidak bisa
merebutnya dengan mudah. Perempuran berlangsung selama sekitar sebulan. Kali
ini, sesuatu terjadi. Genghis Khan sedang menyemangati anak buahnya di garis
depan, ditembak panah dari benteng kota. Panah tersebut menancap di bahu
kanannya, mematahkan tulang selangka. Seorang dokter militer Uighur pun
melakukan operasi darurat.
“Semua
akan baik-baik saja, Tuan. Namun, butuh setidaknya beberapa bulan sebelum Anda
dapat mempergunakan bahu Anda dengan bebas seperti sebelumnya, “Kata sang
dokter militer Uighur.
Pasukan
Mongol mundur dari semua garis pertempuran, karena luka Genghis Khan. Genghis Khan kembali
menyeberangi tembok Besar dan mendirikan markas besar sementara di dekat Danu
Dalan, di Wilayah Onggur. Sia menetap di sana hingga musim semi tahun 1213,
untuk beristirahat. Sementara itu, unit rekayasanya diperintahkan mengembangkan
peralatan baru untuk kota bertembok tinggi.
Pada
musim semi tahun 1213, Genghis Khan lagi-lagi melintasi tembok Besar. Bangsa
Mongol maju tanpa halangan merebut kota-kota satu demi satu dengan peralatan
baru mereka. Termasuk kota-kota yagn tidak dapat mereka rebut sebelumnya. Salah
satu peralatan yagn baru saja dikembangkan untuk menyeberangi tembok pertahanan
adalah kendaraan tangga besar, yang ditarik enampuluh ekor lembu. Bangsa Mongol
dalam rangka persiapan untuk menyerang benteng atau kota besar, menyerang
kota-kota kecil di dekatnya terlebih dahulu, sehingga mengisolasi kota besar
tersebut. Sesudah kota besar terisolasi, barulah mereka melanjutkan. Dalam
pertempuran ini, jika orang-orang di kota-kota kecil menyerah, mereka selamat.
Jika tidak, mereka semua dibantai. Ini adalah bagian dari perang psikologis
untuk meneror musuh. Orang-orang di kota, begitu mereka mengetahui bahwa bangsa
Mongol datang, ketakutan dan kehilangan tekad untuk bertarung.
Bangsa
Mongol tidak bisa tak melakukan itu, sebab mereka harus menangani musuh
berpopulasi lebih besar di negeri yang luas. Setelah merebut kota Hsuan Hua,
Pan An, dan Huai Lai, bangsa Mongol menghancurkan garnisun beranggotakan
100.000 serdadu di dekat Nan Chow, Genghis Khan maju ke Lung Hu Tai, sebuah
kota di dekat Ibu Kota. Namun, kali ini terjadi peristiwa lain, kaum Onggut
memberontak.
Sedari
awal, kaum Onggut terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok pro-Mongol,
sedangkan yang satu lagi pro-Chin. Pemimpin kelompok pertama adalah Ala Qus,
kepala suku yagn sekarang sedangkan kelompok satunya dikepalai oleh Kelmish,
keponakan Ala Qus.
Kelmish
adalah pewaris sah jabatan kepla suku, dengan bangsa Mongol secara sepihak,
membukakan gerbang Tembok Besar dan menyimpankan semua pampasan perang untuk
mereka. Dia mulai mengompori orang-orangnya, “Tidak ada jaminan bahwa
orang-orang Mongol akan memenagni perang ini! Apabila mereka kalah, Chin akan membalas
dendam kepada mereka. Kita sebaiknya tetap netral!”.
Dia
menyrang tenda Ala Qus dengan dua puluh pengikutnya, dan menombak dada
pamannya, Ala Qus. Dia menyatakan diri sebagai Kepala Suku baru dan menyita
sejumlah besar pampasan perang yang telah dipercayakan Genghis Khan kepada Ala
Qus. Genghis Khan menanggapi hal ini secara sangat serius, sebab teritori
Onggut adalah gudang pebekalan dan kompleks militernya, dia serta merta
membatalkan semua rencana perang, mengutus Subedei sebagai komandan pasukan
penumpas. Subedei, dengan 5.000 serdadunya, dengan mudah menumpas para
pemberontak. Mayoritas anggota pasukan penumpas adalah adalah orang-oranng
Onggut. Sesudah menahan sekitar dua ribu pemberontak dan keluarga mereka,
Subedei menanyakan hukuman mereka kepada Genghis Khan. Setelah mempertimbangkan
hubungan mereka dengan kaum Onggut, Genghis Khan memmerintahkan Subedi agar
mengeksekusi Kelmish dan para pengikut dekatnya beserta anggota keluarga mereka
saja, menjadikan total sekitar dua ratus orang.
Hushahu,
komandan garnisun Xijing, kota terbesar di kawasan barat Chin, tidak senang.
Kendati dia adalah panglima sanga tpopuler yang telah memenangi banyak
pertempuran melawan Sung, dia dikirim ke Xijing, kota yan relatif tidak penting
di Chin. Kaisar Chin, Weishao, iri dan tidak nyaman dengan popularitasnya yang
kian meningkat. Secara historis, Kaisar Cina acap kali mengirim panglima yang
popularitasnya menanjak ke area terpencil untuk mencegah kemungkinan terjadinya
pemberontakan. Rasa tidak senangn karena menjadi korban perlakuan tak adil
kaisarnya berpadu dengan hasrat tak terkendali yang menginginkan kekuasaan,
sehingga memotivasi Hushahu untuk kembali ke Zhongdu, meninggalkan Xijing. Dia
hanya meninggalkan 10.000 prajuritdi Xijing, di bawah kepemiminan salah satu
anak buahnya yang berpangkat terendah, dan menunju ke Zhongdu bersma 40.000
prajurit regulernya. Dia berhasil emmasuki kota, mengelabui serta membunuh
komandan garnisun, dan mengepung istana. Dia melancarkan kudeta. Dia menangkap
dan membunuh Kaisar Weishao, besrta para istri, selir, dan anaknya, yang
totalnya sekitar tiga ratus orang. Dia menjadi wali raja dan mengemuka sebagai
penguasa baru Kekaisaran Chin. Dia memilih Pangeran Udabu, sepupu Weishao,
sebagai kaisar baru, dengan gelar Xuanzong.
Sang
kaisar Boneka, Xuanzong, tidak senang, sebab dia tahu dirinya tidak punya
kekuasaan. Hushahu sang wali raja dan diktator, mulai mengambil tindakan untuk
menyingkirkan lawan politiknya. Yang pertama adalah panglima bernama Shuhu
Gaoqi. Dia menunjuk Shuhu Gaoqi sebagai kepala pasukan lapangan untuk bertempur
melawan bangsa Mongol. Pada masa itu, penguasa atau diktator acap kali mengirim
musuh politik mereka ke medan tempur ketika apeluang menangnya tipis, untuk
mengenyahkan mereka.
Shuhu
Gaoqi pergi ke medan tempur. Tapi tidak lama kemudian, dia memutuskan untuk
kembali. Begitu dia kalah dalam pertempuran, sudah jelas bahwa dia akan
disingkirkan oeh Hushahu. Setelah memasuki kota bersama pasukannya, dia
mengepung rumah Hushahu. Para prajurit membinasakan semua yang menghalangi
mereka, membunuh semua anggota keluarga Hushahu. Hushahu mencoba kabur sambil
masih mengenakan piyamanya, melintasi dinding belakang. Dia terlambat. Tombak
yang didlemparkan oleh Shuhu Gaoqi tertancap di punggungnya dan dia pun jatuh.
“Bajingan
kau!” kata ShuhuGaoqi, sambil menjambak rambut Hushahu dengan tangan kiri,
mengangkat kepalanya, kemudian menebas lehernya dengan pedang di tangan kanan.
Kekuasaan Hushahu selama dua puluh satu hari berakhir seperti ini. Shuhu Gaoqi
menghadiahkan kepalanya kepada Xuanzong, sang kaisar baru. Hal ini membuat sang
kaisar cukup senang. Sebagai imbalan dia menunjuk Shuhu Gaoqi sebagai komandan
parnisun Zhongdu. Shuhu Gaoqi memberi tahu Xuanzong.
“Mustahil
menghadapi kaum Mongol di medan tempur. Namun, kita berkonsentrasi pada
pertahanan Zhongdu, mereka tak akan pernah bisa melintasi tembok pertahanan.”
Shuhu
Gaoqi pun memperkuat sistem pertahanan Zhongdu. Saat itu Bulan September 12113.
30.
PERUNDINGAN DENGAN CHIN
Setelah
kudeta dan perubahan politik dalam pemerintahan Chin, bangsa Mongol menyapu
lahan di hulu Sungai Kuning selama enam bulan, Genghis Khan membagi pasukannya
menjadi lima kelompok, kemudian dia mengutus mereka untuk mengmbil ali Shansi,
Hopei, Shantung, dan wilayah Manchuria selatan. Pasukan pertama, kedua dan
ketiga, diberikan kepada ketiga putra Genghis Khan, Juchi, Chagatai, dan
Ochigin Nayan. Genghis Khan menepati janjinya kepada ibunya untuk tak melukai
Kasar dan kelak, dia memperkenankan Kasar memperoleh kembali sebagian
posisinya. Genghis Khan bersama putra keempatnya, Tolui, dan pasukan kelima,
maju ke Provinsi Shantung.
Pada
periode ini, pasukan Mongol mengambil alih, atau menghancurkan, sembilan puluh
kota kecil, dan besar di kawasan ini. Warga kota yang melawan dibantai habis,
sedangkan rumah, bangunan, serta tembok pertahanan diratakan dengan tanah.
Bagian Utara Dataran Cina terndoa darah dan diselimuti mayat orang-orang
Juchid. Jika sebuah kota menyerah, orang Khitan atau Cina Han ditunjuk sebagai
pemimpin dan semua penduduk harus bekerja sama dengan bangsa Mongol dalam
peretempuran mereka selanjutnya.
Kasar,
yang telah maju ke Manchuria selatan, sembari mengambil alih semua kota di
akwaan itu, menapak masuk ke wilayah Koryo dan Korea, setelah menyeberangi
Sungai Yalu. Dia mengirim utusan ke pemerintahan Koryo, menanyakan apakah
mereka bersedia bekerja sama dengan bangsa Mongol untuk menyingkirkan sisa-sisa
pasukan Chin yang bersembunyi di wilayah mereka, dengan cara menyediakan
tambahan pasukan serta makanan. Menyadari bahwa mereka tidak bisa melawan
pasukan Mongol, pemerintah Koryo setuju untuk bekerja sama. Dengan skongan
berupa makanan dan pemandu jalan, Kasar menghancurkan orang-orang Chin yang
bersembunyi di Korea, Kemudian kembali dengan cara menyeberangi Sungai Yalu.
Dengan
demikina, Genghis Khan menaklukkan hampir sebua bagian utara negeri Cina dan
mengumpulkan sejumlah besar pampasan perang. Dia menunjuk Lu Bailin, orang Cina
Han yang takluk, sebagai pemimpin baru Kota Xijing, bekas Ibu Kota barat Chin.
Kini Zhongdu, Ibu Kota Chin, laksana pulau di samudra.
Pada
bulan April 1214, kelima pasukan Mongol berkumpul di padang dekat Kota Zhongdu.
Padang itu disebut Sira Keer oleh bangsa Mongol, yang berarti “padang emas” dan
padang itu diselimuti rumput tiada akhir yang memnatulkan sinar terang keemasan
di siang hari. Dari sana, mereka dapat melihat bentuk samar Kota Zhongdu yang
megah. Selagi mereka berada di sana, Genghis Khan memberi pasukan dan
kuda-kudanya waktu untuk istirahat.
Bangsa
Mongol memulai serangan, pertama-tama dengan ketepel, mengincar empat benteng
di dekat kota. Mereka menembakkan batu sebesar dua puluh hingga tujuhpuluh
kilogram ke arah benteng. Ketepel bekerja berdasarkan prinsip yang mirip
seperti busur. Untuk ketepel, mereka mempergunakan batang logam tipis yang
besar dan kuat alih-alih rangka kayu pada busur. Untuk menembakkan batu,
sekitar sepuluh prajurit harus menarik tambang tebal yang menghubungkan kedua
ujung batang logam dengan pengungkit kayu. Sementara itu, penungkit kayu ini
terhubung dengan kantong berisi batu. Batu bisa mencapai jarak sembilan puluh
meter, bergantung pada ukurannya.
Pengusung
tangga didesain untuk membawa prajurit dengan selamat ke puncak tembok
pertahanan. Dilihat dari samping, alat itu menyerupaki segetika siku-siku, dan
bagian depannya yang menyiku dengan bagian bawah, ditutupi pelat kayu
pelindung. Bagian yang miring, hipotenusa, berupa tempat terdapatnya tangga.
Struktur bertipe seperti ini biasanya memiliki empat hingga enam roda besar,
dan bisa ditarik atau di dorong.
Batu
yang ditembbakkan prajurit Mongolmelesat ke arah yang tepat dan menghancurkan
dinding benteng yang dibangun mengunakan kayu serta lumpur. Berikutnya prajurit
Mongol melewati tembok dengan pengusung tangga. Dalam waktu beberapa hari,
keempat benteng jatuh ke tangan Mongol. Setelah ini, Genghis Khan memerintahkan
serangan langsung ke kota Zhongdu. Kendati dmeikian, tembok pertahanan Zhongdu
begitu kuat sehingga batu-batu yang ditembakkan ketepel tidak merusaknya sama
sekali. Selain itu, tiga lapis parit membuat pengusung tangga tidak mungkin
merapat ke tembok. Pasukan Mongol berupaya dua kali, tetapi dua-duanya gagal.
Mereka tidak bisa meneyeberangi tembok, dan mereka tidak bisa menghancurkannya.
Genghis
Khan menunda serangan ketiga. Serangan tersu menerus yang peluang berhasilnya
kecil semata-mata akan meningkatkan jumlah korban. Selain itu, para prajuritnya
yang berada di tengah-tengah iklim tak biasa, mulai menunjukkan tanda-tanda
terserang epidemi. Cuaca menjadi semakin panas.
Genghis
Khan memutuskan untuk membuka perundingan dengan Chin. Empat utusan khusus
dikirim ke dalam Kota Zhongdu. Para utusan terdiri dari dua orang Mongol, satu
Khitan, dan seorang Muslim Persia Jafar, yang memiliki pengetahuan orang dalam
yang bagus tentang Chin. Mereka membawa pesan pribadi dari Genghis Khan.
Berkat bantuan
langit,
Dan bimbingan
Tuhan,
Semua lahan
Sungai Kunig,
Telah berada di
bawah kekuasaanku.
Jika kuladeni
perlawanan kalian,
Entah apa yang
dikatakan langit kepadaku.
Aku berencana
menarik pasukanku,
Namun, kalian
harus mencari cara,
Untuk menghibur
para panglimaku,
Yang tak akan
mundur,
Tanpa
menghancurleburkan
Kota kalian.
Beserta
pesan pribadi ini, Genghis Khan menetapkan empat syarat :
1.
Lahan
di Hulu Sungai Kunign harus berada di bawah kekuasaan Mongol.
2.
Seujui
kedaulatan penuh Kerajaan Khitan yang abru di Provinsi Liaodong.
3.
Bayar
biaya rekonstruksi
4.
Kirim
sandera yang dapat diterima
Setelah
menreima pesan tersebut, Kaisar Chin, Xuanzong, mengadakan rapat dengan para
pejabat senior dan panglimanya. Wanyen Fuxing sang Perdana Menteri, berdiri dan
berkata, “Semua ada masanya. Sekrang, masanya bangsa Mongol. Langit dan bumi
ada di pihak mereka. Mereka menghancurkan pasukan kita yang kuat dan mengambil
laih Juyung Kuan, yang layaknya pelampung bagi Zhongdu. Apabila kita meneruskan
perang ini, cara yang terbaik adalah menuruti mereka, membuat mereka berpaling,
dan kelak, kita akan menyusun rencana yang lebih baik untuk mereka.”
Kaisar
Chin, Xuanzong, menyetujui pendapatannya. Pada bulan Mei 1214, dibuatlah
kesepakatan. Kaisar Chin menerima keempat syarat Genghis Khan, mengirimkan anak
perempuannya yang berumur delapan belas tahun, Putri Chikuo datang beserta mas
kawin berupa tiga ribu kuda bagus dan sejumlah besar sutra serta harga bernilai
lainnya. Pada saat bersamaan, sutra dan barang berharga berjumlah sama
diserahkan kepada pra panglima Mongol. Diketahui bahwa mereka tidak bisa
membawa serta semua harta pemberian, sebab jumlahnya semata-mata terlalu banyak
untuk dibawa. Putri Chikuo yang datang bersama limaratus anak lelaki dan
perempuan, bersuia sembilan hingga dua bellas tahun, untuk menjadi pelayan
pribadinya.
Genghis
Khan meninggalkan Zhongdu. Saat dia melintasi Tembok Besar, Genghis Khan
melepaskan Wanyen Fuxing, yang mendapingi mereka sebagai sandera. Genghis Khan
tidak kembali ke kampung halamannya, tetapi menempatkan diri di dekat danau
Dalan, yang terletak di teritoti Onggut.
Putri
Chikuo menangis. Dia menjadi istri sah kelima Genghis Khan. Saat itu adalah
malam pertama bagi pasangan suami istri tersebut. Di dalam tenda Genghis Khan,
yang dihias untuk pasangan pengantin baru tersebut. Cahaya lilin lebah
meremang. Tempat tidur dilapisi selimut dan bantal sutra. Di pojok tenda
terdapat perangkat minum teh mewah dari porselen Cina, diletakkan besrta nampan
perak besar yang memuat perangkat minum teh perak yang tertata rapi. Tepat di
sebelahnya ada meja lain yang memuat nampan perak berisi buah-buaan tropis
serta makanan ringan. Ada tutup perak di atas kedua nampan itu. Untuk mencegah
aroma makanan menyebar ke seisi tenda.
Genghis
Khan, sambil duduk di tempat tidur, memandangai sang putri yang menangis saat
gadis itu duduk di sebelahnya di ranjang. Genghis Khan, seorang pria berusia
empat puluh tujuh tahun, kini memiliki istri baru berumur delapan belas tahun.
Sang putri, yang berbusana tradisional, samar-samar mengleuarkan wangi mawar.
“Putri,
sekrang kau istriku. Aku sudah punya empat istri, tapi menurut adat istiadat
Mongolia, Istri kelima memiliki hak dan kedudukan yang sama seperti istri
pertma. Satu-satunya perbedaan adalah anak-anak dari istri pertama boleh
mewarisi kedudukan serta harta benda ayah mereka. Bukan aku yang membuat aturan
itu. Itu adalah tradisi yang sudah turun-temurun dari genreasi ke generasi. Aku
mengerti perasaanmu, meninggalkan kampung halamanmu untuk tinggal di negeri
asing.”
Genghis
Khan berusaha menghibur sang putri, tapi .dia tidak berhasil.
Dia
melanjutkan, “Hubungan antara kau dan aku hanyalah sebagai laki-laki dan
perempuan. Begitu kau menjadi istriku, semua ini tidak terkait dengan hubungan
antara dua negara. Apa pun yang terjadi di antara kedua negara, hubungan antara
suami istri tak akan pernah putus.”
Mendengar
kata-kata ini, Putri Chikuo mengangkat dagunya dan berujar sambil memandang
Genghis Khan, “Tuan, saya menangis bukan
karne aitu. Saya bukan anak kandung Kaisar Xuanzong, saya Cuma anak angkat.”
Genghis
Khan diam saja selama sesaat. Lalu, dia mengeluarkan tawa terkekeh-kekeh
nyaring. Dia berkata sambil mengelus punggung sang putri, “Aku sudah tahu itu.
Aku tahu kau anak perempuan kaisar terdahulu.
Weishao,
bukan anak kaisar yang sekarang. Xuanzong, Nah, apa sekarang kau merasa
baikan?”
Ketika
Hushahu memberontak, dia membunuh semua anggota keluarga dan keturunan lelaki
Weishao, hanya membiarkan yang perempuan hidup. Kaisar baru, uanzong,
mengasihani mereka dan mengadopsi sebagian sebagai anak perempuannya. Putri
Chikuo berhenti menangis. Ini menjadi satu lagi malam panjang bagi Genghis
Khan.
31.
JATUHNYA ZHONGDU
Setelah
orang-orang Mongol pergi, Chin serta merta melaksanakan rekonstruksi. Mereka
memperbaiki tembol pertahanan kota dan memerkuat Juyung Kuan, gerbang utama
dari utara ke Kota Zhongdu, sekali gus juga bentengg pertahanan terpenting
Kaisar Chin. Xuanzong, mengira dia telah memang dalam perundingan dengan
Genghis Khan. Tentu saja, sejumlah besar barang dan harta berharga harus
diserahkan sebagai gantinya, tetapi itu hanyalah secuil dari isigudangnya.
Selain itu, Putri Chikuo bukan anak kandungnya, tapi anak angkat. Sial bagi
rakyatnya, dia bukanlah penguasa yang lebih baik dariapda pendahulunya,
Weishao.
Dia
memanggil perdana menteri. Wanyen Fuxing, dan berkata, “Menurutku Ibu Kota
sebaiknya dipindahkan. Tidakkah menurutmu bahwa Zhongdu terlalu dekat dengan
orang-orang Mongol?”
Terperanjat,
Wanyen Fuxin menjawabnya, “Paduka, itu samak sekali tidak masuk hitungan!
Kita tidak punya kota lain seperti ini
diwilayah kita, Kota yang memiliki sistem pertahanan sempurna. Jika kita
pindah, sama saja artinya kita menyerahkan tanah di hulu Sungai Kuning.”
Aka
tetapi, Xuanzong berkeras memindahkan Ibu Kota, berdasarkan gagasannya yang
dangkal.
“Aku
memilih Kota Kaifeng. Letaknya di hilir sungai Kuning, jadi tempat itu lebih
aman dari roang-orang Mongol, yang tidak bertarung dengan baik di air.”
Kaifeng
adalah kota di hilir Sungai Kuning, tapi secara keseluruhan pertahanannya lebih
lemah daripada di Zhongdu. Wajah Wanyen Fuxing jadi suram.
Dia
berkata apa adanya, “Paduka, saya harus mengingatkan Anda bahwa bangsa Mongol
ada di Utara, tapi Sung ada di Selatan. Dua-duanya adalah musuh kita. Kampung
halaman kita aslinya ada di utara, bukan di selatan. Apa yang akan Anda lakukan
terkait rakyat kita di sutara Sungai Kuning yang patah semangat?”
Xuanzong
menjawab dengan enteng. “Aku akan meninggalkan putraku, Pangeran Shu Tsung, di
sini.”
Xuanzong
tidak berubah pikiran. Dia jelas-jelas lebih mementingkan diri sendiri daripada
seluruh bangsa. Dia tidak memahami bahwa keegoisan dan kepicikan bisa saja
menjadi musuh terbesarnya.
Xuanzong
menyelenggarkaan rapat kerajaan dan menyatakan pemindahan Ibu Kota. Banyak
panglima yang terkejut dan marah dengan keputusan itu.
“Ini
bukan keputusan yang pandai! Ini tindakan pengecut, berusaha menjauh dari musuh
alih-alih menghadapi mereka. Ini adalah langah ertama menuju kehancuran
Kekaisaran Chin!”
Mereka
memekik berang. Protes mereka tidak jadi soal; Kaisar Chin sudah menegaskan
keputusannya. Pada saat bersamaan, dia mengeluarkan perintah untuk menyerang
kerajaan Khitan yang baru terbentuk, yang dia setujui keberadaannya karena
paksaan Genghis Khan. Rencana ini diterima oelh sebagian besar penglima, tetapi
ditolak oleh orang-orang gketurunan Khitan. Karena Genghis Khan telah
menyatakan kemerdekaan kaum Khitan sebelum perang, cukup banyak orang Khitan
yang berpaling kepadanya. Namun, mayoritas masih patuh dan setia terhadap Chin.
“Mereka
semua bajingan! Kecuali kita rebut kemerdekaan kita sendiri, Kita tak akan bisa
mengharapkan perubahan.”
Begitulah
pendapat orang-orang Khitan. Terkait keputusan memindahkan Ibu Kota, mereka
menentangnya, tapi didasari alasan yang berbeda. Semua pekerjaan kotor
diserahkan kepada orang Khitan, dan alhasil, mempertahankan kota, hingga orang
terakhir, akan menjadi tugas mereka.
Pada
bulan juli 1214, Ibu Kota Chin dipindahkan ke Kaifeng, Provinsi Honan.
Peristiwa ini terjadi kira-kira dua bulan setelah perjanjian damai. Pada saat
bersamaan, Chin mengutus 50.000 serdadu untuk menyerang Kerajaan Khitan yang
baru lahir. Saat menerima kabar ini, Genghis Khan murka. Inilah alasan utamanya
menetap di teritori Onggut, yang letak ya baru setengan jalan menuju kampung
halamannya.
Sudah
hampir tiga tahun sejak dia meninggalkan kampung halamannya. Dia tidak bisa
mengabaikan kemungkinan terjadinya masalah karena kepergiannya yang
berkepanjangan. Dia telah menerima informasi mengenai sejumlah masalah di area antara
Kara Khitai dan Shisha dan bahkan di kampung halamannya sendiri. Genghis Khan
harus membuat keputusan cepat. Waktu tidak memihaknya.
Genghis
Khan lagi-lagi menyeberangi Tembok Besar. Dia membagi pasukannya menjadi tiga
akelompok dan memerintahkan sayap kiri agar menghentikan ke 50.000 serdadu Chin
dan mengambil alih bagian utara serta tengah Manchuria, yang masih tak
tersentuh hingga saat itu. Mukali, komandan sayap kiri, dengan mudah
mengalahkan ke 50.000 prajurit ekspedisi Chin dan menyerang serta mengambil
alih tiga puluh dua kota baru di area tersebut., menjadikannya pendudukan yang
sukses. Kota Taning, ibu kota utara Kekaisaran Chin, sekaligus juga benteng
pertahanan terakhir mereka di daerah tersebut, menyerah setelah dikepung dan
diserang oleh pasukan Kasar, Julchedai, Alchi, dan Tolun. Daerah tersebut
merupakan kampung halaman asli kaum Juchid, pembangunan kekaisaran Chin. Kaum
Juchid berduka saat mendengar kabar bahwa mereka kehilangan kampung halaman
mereka.
Di
sisi lain, Genghis Khan ke Tung Kuan, tempat pasukan utama Chin diposisikan dan
pada saat bersamaan, diperintahnya Jebe agar menyerang Juyung Kuan, benteng
yang telah diperbaiki serta diperkuat. Di Tung Kuan, tentara Kekaisaran Chin
sudah bertekad untuk bertempur hingga titik darah penghabisan. Di sana 100.000
tentara bunuh diri Chin sduah menunggu. Tiga panglima Chin, yang namanya hanay
dikenal dalam pelafalan Mongolianya yatu Ile, Qada dan Hobogetur menetapkan
keputusan heroik untuk bertarung hingga akhir. Namun mereka tetap saja dibinasakan
oleh pasukan yang dipimpin oleh Juchi, putra pertama Genghis Khan, dan Chungu
Gurigen, menantu Genghis Khan.
Jebe
yang tela diutus untuk merebut kembali beteng Juyung Kuan, menyadari bahw
amustahil melakukan serangan langsung. Dia menddiskusikan ini dengan Jafar,
yang mengenal darah itu, dan berhasil menermukan pelintasan rahasia, melintasi
gunung untuk mencapai beteng. Dia memimpin 2.000 prajurit dan melancarkan
serangan dadakan ke 5.000 serdadu Chin pun dihancurkan.
Kota
Zhongdu dikepung lagi, tetapi sehari sebelum kedatangan pasukan Mongol, Kaisar
Chinsecara diam-diam mengeluarkan putranya, Pangeran Shu Tsung, dari kota dan
membawanya ke Kaifeng, Ibu Kota baru Chin serta tempat tinggal. Wanyen Fuxing,
abdi Chin yang loyal dan setia, membantunya melarikan diri.
Wanyen
Fuxing, yang telah bertekad bulat untuk memeprtahankan kota hingga napasnya
yang penghabisan memperkuat baris pertahanan, tetapi kota tersebut tetap saja
jatuh ke dalam kekacauan yang tak terkendali. Satu juta penduduk Zhongdu
mengamuk saat mendengar kabr bahwa Pangeran Shu Tsung tak lagi bersma mereka.
Mereka merasa bahwa mereka telah dikhianati oleh penguasan mereka sendiri.
Mereka mencoba kabur dari kota, jika mungkin, dam mulai merampok serta menjarah
harta benda satu sama lain. Wanyen Fuxing memerintahkan pasukannya agar
menghentikan orang-orang yang kabur dan memenggal perampok serta penjarah, juga
menggantungkan kepala mereka di tembok kota sebagai peringatan.
Genghis
Khan mendecakkan lidah saat dia melihat Kota Zhongdu dari jauh. “Kenapa Kaisar
Chin tidak tahu behwa kekuatan pertahanan ada lam benak mereka, bukan di tembok
yang tinggi? Dasar Bodoh!”
Genghis
Khan pergi dari sana sesudah memberi Mukali, yang telah kembali setelah sukses
menaklukkan bagian tengah dan utara Manchuria, perintah agar mengambil alih
Zhongdu.
“Jatuhnya
Zhongdu tak terelakkan lagi dan hanya perkara waktu. Mereka akan runtuh
sendiri. Tunggu sampai saat itu. Lalu kau tak akan kehilangan satu pun
prajuritmu. Aku bahkan tidak perlu berada di sini.”
Genghis
Khan bergerak kembali ke tempat yang dekat dengan Tembok Bear.
Zhongdu
lambat laun berubah menjadi kota maut. Warga yang lapar menyerbu gudang
makanan, hanya untuk mendapatinya dalam keadaan kosong. Kaisar Chin telah
membawa serta sebagian besar persediaan makanan ketika dia memindahkan ibu
kota, dan sisanya dipergunakan oleh para prajurit sejak saat itu. Saat menerima
permintaan darurat, Kaisar Chin mengiirm 10.000 prajurit dengan 100.000 karung
beras, tapi mereka dihentikan oleh pasukan Mongol.
Setelah
pergantian tahun, kira-kira pada bulan Maret, warga yang lapar mulai memakan
daging manusia. Saat terakhir sduah dekat. Pada bulan Mei, Kota Zhongdu sudah
tak berdaya lagi.
Wanyeng
Fuxing mengumpulkan anak buahnya dan berkata, “Kita akan bertarung sampai orang
terakhir, alih-alih menyerah. Bersiaplah untuk pertempuran terakhir.”
Namun,
tak seorang pun mendengarkannya. Para prajurit yang lapar menjarah makanan yang
tersisa dan menombak siapa saja yang bersuaha menghentikan mereka. Sebagian
dari mereka membuka gerbang dan mulai melarikan diri. Sadar bahwa perlawanan
sduah tidak mungkin lagi, Wanyen Fuxing pun memanggil dokternya.
“Apa
ada obat yang bisa kuminum untuk mengakhiri hidupku secepatnya?”
Tanpa
berkata-kata, sang dokter meletakkan kantong kulit kecil di mejanya. Wanyen
Fuxing memasukkn serbuk biru dari kantong tersebut ke gelas anggurnya dan
meminumnya dalam satutegukan. Tak lama kemudian tubuhnya terkejang-kejang hebat
dan wajahnya berubah warna menjadi biru tua. Akhirnya, saat bola matanya mulai
berputar ke atas, dia pun terdiam.
Mukali
mengutus Samuk, yang dikenal sebagai seorang berkarakter tangguh, serta Simo
Mingan ke dalam kota. Ke-5.000 prajurit Mongol memmasuki kota setelah
perlawanan kecil-kecilan dari segelintir serdadu garnisun yang tersisa. Sebgian
dari mereka mulai menembakkan panah api ke rumah-rumah, sedangkan kelompok lain
memulai pembantaian. Saat itu sudah petang dan asap gelap dari rumah-rumah yang
terbakar menghalangi langit, yang baru mulai menunjukkan pendar malam. Kota
Zhongdu berubah menjadi neraka dunia, dipenuhi jeritan dan teriakan orang-orang
yang sekarat dan derap kaki kuda. Mayat mulai menumpuk di mana-mana,s edangkan
darahnya mengalir ke got jalanan, menganak sungai. Sebagian warga naik ke atas
tembok pertahanan dan menjatuhkan diri ke tanah. Sebagian besar adalah remaja
perempuan dan wanita dewasa. Di bawah tembok pertahanan, yang tingginya alebih
dari dua belas meter, terdapat parit dari batu. Mereka tewas seketika, kepla
mereka terbentur batu. Tembok pertahanan Kota Zhongdu, yang panjang totalnya
empat puluh dua kilometer, dihiasi kibaran warna putih, merah, kuning dan rok
para gadis dan wanita yang menjatuhkan diri. Total 60.000 gadis dan wanita
bunuh diri seperti ini.
Beberapa
hari kemudian, jalanan Zhongdu diselimuti jaringan lemak dari tubuh manusia,
menjadikannya sangat licin dan sulit disusuri. Semua rumah di kota telah terbakar, termasuk istana.
Bergunung-gunung mayat ditumpuk di luar kota. Penghancuran dan penjarahan
berlangsung selama sebulan.
Genghis
Khan mengutus tiga pria. Sigi Qutuku, Onggur, dan Alqai untuk menyita
benda-benda di dalam gudang harta keluarga Kerajaan Chin. Mereka menemukan
bergunung-gunung harta yang tidak dibawa serta Kaisar Chin ketika dia pindah ke
Kaifeng. Ada sutra; segala macam kain tenun seperti satin dan damas; helm dan
baju zirah berhiaskan emas; pedang dan belati yang dihiasi batu berharga, kursi
kayu bersandaran tangan dari emas, peti harta besar yang berisi muatiara,
zamrut, dan safir, perabot mewah dan cermin besar panjang berhiaskan mutiara;
segala macam parfum botolan; produk hiasan dari gading; dan masih banyak lagi.
Ketiga lelaki tersebut tercengang melihat skala dan jumlah harta tersebut.
Mereka tidak bisa menutup mulut mereka yang menganga. Pada akhirnya, dua dari
mereka, Onggur dan Alqai, kehilangan akal sehat. Mereka mulai mengantongi harta
tersebut, dengan bantuan prajurit mereka.
Saat
menyaksikan ini, Sigi Qutuku memegangi tangan mereka dan mencob menghentikan
mereka. “Semua benda ini adalah milik khan! Kalian tidak boleh mengambilnya!”
Akan
tetapi, mereka tidak mendnegarkan. Belakangan, setelah mendengar tentang ini,
Genghis Khan berang. Kedua pria itu dimarahi habis-habisan dan semua barang
diambil kembali. Mreka luput dari hukuman badaniah, tetapi kesalahan mereka
dicatat dalam arsip milter resmi.
Barisan
tawanan Chin yang berjalan menuju Dataran Mongolia tidak ada habis-habisnya.
Sekitar 200.000 tawanan di bawa ke wilayah Onggut. Begitu sampai di sana,
mereka melewati proses penyaringan. Di antara mereka, para tehnisi, seniman, insinyur,
dan pejabat pemerintah diseleksi terlebih dahulu. Berikutnya, dipilihlah siapa
saja yang dianggap berguna bagi Imperium. Sisanya dilepaskan atau dieksekusi,
bergantung pada apakah mereka menurut atau melawan.
Genghis
Khan memandangi barisan yang terdiri dari ribuan tawanan. Selagi dia sedang
mengendarai kudanya perlahan-lahan, sosok seorang lelaki unik tampak dalam
pandangannya. Yang paling mencolok adalah tinggi badannya. Prai itu mengenakan
seragam resmi Chin dan kelihatannya memiliki tinggi paling tidak 198 cm.
Dia
memiliki janggut panjang yang menjunati hingga ke pusar. Di bawah kening
lebarnya, terdapat dua mata besar yang berbinar-binar, dicerahkan oleh
kecemerlangan, dan mulut terkatup raapt menunjukkan tekad kuat serta ketegasan.
Genghis Khan segera saja menyadari bahwa dia adalah pria luar biasa. Genghis
Khan pun mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pria berjanggut panjang sambil
membungkuk dari kudanya.
“Siapa
namamu?”
Sang
pria tinggi menjawab dengan suara unik yang jernih dan merdu, “Nama saya Yelu
Chutze, Tuan.”
Genghis
Khan berujar, “Oh! Namamu “Yelu” mengungkapkan kepadaku bahwa kau adalah
keturunan keluarga kerajaan Khitan. Kalau begitu, aku bisa jadi penolongmu yang
menghancurkan musuh nenek moyangmu kaum Juchid dari Chin.”
Mendengar
ini, dia menjawab tanpa ragu-rahu, “Itu tidak benar, Tuan. Baik ayah maupun
kakek saya adalah pegawai pemerintah Chin. Saya juga pegawai yang digaji
pemerintah, jadi saya hanyalah rakyat Chin.”
Genghis
Khan agak kaget mendengar jawaban itu. Dan memandangi pria tersebut beberapa
lama. Akhirnya, sebuah senyum muncul di bibirnya, seolah-olah dia senang akan
jawaban pria tersebut.
“Apa
kau bersedia bekerja untukku?”
Kali
ini, pria tersebut lagi-lagi menjawab tanpa ragu-ragu.
“Saya
hanyalah salah seorang tawanan Anda. Andalah yang membuat keputusan, Tuan.”
Genghis
Khan menganggapnya sebagai jawaban “Ya” Genghis Khan berkata kepadanya, sambil
menyunggikan senyum di wajahnya, “Mulai saat ini, akan kupanggil kau “Janggut
Bagus.” Itu akan jadi julukanmu.”
Genghis
Khan memperhatikan pria tersebut secara seksama sejak saat itu. Yelu Chutze,
seorang pemuda Khitan berusia dua puluh enam tahun, rupanya merupakan pria luar
biasa, seperti yang diduga Genghis Khan. Dia cemerlang dalam banyak bidang,
termasuk astronomi, geometri, sejarah, agama, matematika dan statistik, hukum,
administrasi publik, ilmu militer, dan bahkan pengobatan. Kelak, dia menjadi
pejabat tinggi bangsa itu dan menyokong Genghis Khan dalam membangun Imperium.
Genghis
Khan tinggal di Cina selama kira-kira setahun lagi, mengonsolidasikan
fondasinya di sana. Dia menempatkan para Darughachi di banyak daerah yang
berlainan dan membangun sistem pemerintahan.
Suatu
saat, dia berdiskusi dengan para pejabat dan panglimanya tentang keseluruhan
rencana untuk Dataran Cina utara yang baru saja ditaklukkan.
Juchi
memberikan opininya.
“Cara
terbaik adalah memindahkan seluruh populasi di wilayah itu, selangkah demi
selangkah dan memperkenankan orang-orang Mongol bermigrasi ke sana,
menjadikannya lahan gembala untuk kuda dan ternak lainnya. Biar bagaimana pun,
keturunan mereka akan jadi musuh keturunan kita.”
Mendengar
opini ini, mata Genghis Khan membelalak.
“Memindahkan
semua orang dari sana dan menjadikannnya lahan gembala untuk kuda-kuda kita?”
Berikutnya,
Genghis Khan memalingkan matanya ke arah Yule Chutze dan menanyainya. “Berapa
populasi orang Juchid dan Cina Han di hulu Sungai Kuning?”
Yelu
Chutze berpikir sejenak dan menjawab, “Menurut statistik yang dikompilasi
sekitar sepuluh tahun lalu, populasi mereka lima puluh juta. Jumlah sebenranya
bisa saja jauh lebih tinggi karena mereka cenderung melaporkan jumlah anggota
keluarga yang lebih sedikit, supaya pajak mereka lebih rendah.”
Genghis
Khan menanyainya, “Apa kau sepakat dengan Julchedai?”
Di
lagi-lagi berpikir sejenak, lalu menjawab, “Di antara semua harga benda,
manusia aadalah yang paling bernilai. Nilai manusia melampaui tanah atau pun
benda material. Ini berlaku baik untuk individu maupun bangsa. Alih-alih
meakukan pemusnahan total, jika mereka diperintah dengan sistem yang baik,
mereka justru akan menjadi sumber kekuatan yang dapat menghasilkan kekayaan
berlimpah alih-alih terus menjadi musuh.”
Genghis
Khan sependapat dengan Yelu Chutze.
Pada
tahun 1216, Genghis Khan meninggalkan Cina. Dia menyerahkan 23.000 prajurit
Mongol dari 40.000 prajurit Khitan kepada Mukali dengan misi untuk meneruskan
operasi berkelanjutan melawan Cina. Dia mengumpulkan semua prajurit di satu
tempat.
“Mukali
adalah salah satu panglimaku yang gpaling terpercaya. Semua perintah darinya sama
seperti perintah dariku. Siapa saja yang membanggakannya berarti membangkangku.
Sekalipun aku tidak bersama kalian, lakukan yang terbaik dan tuntaskan misi
kalian bersamanya.”
Genghis
Khan menunjuk Mukali sebagai panglima tertinggi pasukan Mongol yang ditempatkan
di Cina dan setahun kemudian dia menjadikan pria itu Gubernur Cina utara.
Genghis Khan kembali ke tepi Sungai Kerulen dan tak pernah menginjakkan kaki di
dataran Cina lagi.
32.
PPERJANJIAN DAGANG DENGAN KESULTANAN KHWARAZM
Alkisah,
terdapat kerajaan bernama Kesultanan Khwarazm. Khwarazm aslinya adalah nama
sebuah kawasan kecil di sebelah barat Laut Aral. Seorang pria bernama Qurbuddin
Muhammad, orang asli Khwarazm, merebut area ini dengan tentara bayarannya yang
orang Turki. Putranya Alauddin Muhammad II, menaklukkan Khwarazm (kelak disebut
Iran), yang merupakan wilayah Persia, juga menggunakan tentara bayaran Turki.
Belakangan dia menyatakan diri sebagai “Pangeran Pilihan Allah” dan mulai
menaklukkan area di dekat sana dengan Quran di satu tangan dan pedang di tangan
lainnya. Pada saat dia menaklukkan Transoxania, kerajaan terkaya di daerah itu,
Khwarazm sudah menjadi kesultanan besar.
Teritorinya
terbentang hingga sejauh Laut Aral di utara, Teluk Persia di selatan,
Pegunungan Zagros di barat, dan Dataran Tinggi Pamir di timur, mencakup
sebagian besar Asia Tengah. Kesultanan baru ini bertetangga dengan bangsa yang
dianggap merupakan keturunan langsung bangsa Persia; bangsa tersebut memeliki
negeri berbentuk kehalifahan yang beribu kota di Baghdad, dibatasi sungai Indus
di India di sebelah selatan dan Kara Khitai di timur. Ketika Alauddin Muhammad
II menaklukkan Kota Samarqand, pusat dagang dan politik Asia Tengah,
orang-orang takut padanya, memanggilnya “Alexander Kedua”. Kesultanan Khwarazm
adalah negara adikuasa baru dan Alauddin Muhammad II merupakan penakluk yang
barusaja naik daun.
Bantaran
SungaiKerulen masih indah dan damai bagi Genghis Khan, yagn sudah kembali yang
sudah lima tahun pergi dari sana. Sungai Kerulen, dialiri air jernih berkilau,
mengular di stepa yang luas, menyembunyikan ekornya di cakrawala yang jauh. Di
sepanjang Sungai Kerulen yang merupakan mata air penghidupan orang-orang
nomaden, tersebarlah yurt yang tak terhitung jumlahnya, menghasilkan sebuah
kota besar. Kaum nomaden sulit tinggal bersama di satu tempat karena
terbatasnya jumlah rumput, yang merupakan makanan bagi ternak mereka. Padahal,
mereka mengandalkan ternak untuk dijadikan makanan, pakaian, bahan bangunan,
dan alat transportasi. Dalam kondisi normal, mereka semestinya menyebar di area
yang luas, membuat ordu-ordu besar mau pun kecil. Dahulu, unit dasar sebuah
ordu adalah satu suku. Akan tetapi, setelah lahirnya Imperium Mongol yang baru,
sebuah ordu sama dengan satu kelompok yang dipimpin oleh pangeran atau noyan. Ordu
Genghis Khan di tepi sungai Kerulen kini berupa kelompok besar. Tawanan Chin
saja berjumlah lebih dari 200.000 orang. Mereka terdiri dari cendekiawan,
administrator, seniman, teknisi, insinyur, dan pelayan. Karavan dan saudagar
Muslim berjulah banyak yang terus datang dan pergi dari sini tinggal di sektor
mereka sendiri., dibatasi di satu penjuru kota, setelah mendapat izin dan
mendaftar. Kini, setelah bangsa Mongol menjadi negra kaya dengan banyak budak
dan pampasan perang, pada saudagar pencari untung tak akan pernah meninggalkan
pasar bercakupan besar yang baru saja lahir tersebut. Mereka berasal dari
berbagai belahan dunia, termasuk Persia dan India. Seniman perajin, dan teknisi
Cina mulai membuat bermacam-macam produk, sesuai dengan keahlian mereka. Mereka
membuat produk emas dan perak, produk gading, perabot mewah, dan segala jenis
pakaian serta produk kulit dari bulu serta kulit hewan Siberia.
Pada
musim gugur tahun 1216, tiga utusan datang jauh-jauh dari barat dan tiba di
ordu Genghis Khan. Mereka menjalani misi persahabatan, diutus oleh Alauddin
Muhammad II dari Kesultanan Khwarazm. Genghis Khan menemui mereka di tenda
untuk tamu resmi, yang bisa memuat dua ratus orang. Diadakanlah penerimaan
resmi, jadi sebagian besar pejabat ginggi dan noyan di Imperium tersebut hadir
juga. Du utara duduklah Genghis Khan, yang mengenakan del dan yuden-nya, yaitu
busana serta tutup kepala tradisional Mongol, dan di sampingnya duduklah istri
pertamanya, Borte, yang juga menegenakan busana tradisional termasuk tutup
kepala berbentuk silinder yang disebut bogtaq. Di kanan Genghis Khan,
berdirilah semua pejabat tinggi dan noyan di Imperium tersebut, sedangkan di
kirinya berdiri istri kedua, ketiga, keempat, dan kelimanya, beserta anak-anak
mereka. Tiga utusan mengenakan serban dan seragam resmi seputih susu yang
berhiaskan benang keemasan mewah. Bagian depan serban mereka bertahtahkan
permata biru atau merah besar. Serban tersebut juga dihiasi emas di tepinya,
sedangkan di atas ada dua bulu merak panjang warna warni.
“Kami
mengucap salam dengan Nama Allah.”
Salam
para utusan, bermula seperti ini dan berlangsung beberapa lama, Sesudah itu,
mereka menghaturkan hadiah dari Sultan mereka. Alauddin Muhammad II, yang
terdiri dari peti perak besar berisi segala macam perhiasan serta
berbotol-botol parfum.
“Kusambut
kalian atas nama Imperium Mongol dan kuhargai semua perkataan tamah dan hadiah
kalian.”
Genghis
Khan menerima hadiah tersbut dengan senang. Penerjemah resmi untuk acara itu
adalah Yalacvachi. Ylavachi awalnya adalah sanggota karavan dari Khwarazm,
tetapi telah bergabung dengan Genghis Khan bertahun-tahun sebelumnya dan
belakangan, ditunjuk sebagai kepala mata-mata untuk kawasan Khwarazm.
Malam
itu, pada jamuan makan selamat datang untuk para utusan, dia berbisik ke telinga
Genghis Khan, “Tuan mereka mata-mata. Menurut saya Anda sebaiknya berhati-hati
dengan perkataan Anda.”
Itu
benar. Mereka datang atas nama misi persahabatan, tetapi mereka ditugasi
mencari tahu apakah bangsa Mongol benar-benar menaklukkan wilayah utara Cina,
berapa jumlah prajurit Mongol, dan apa rencana Genghis Khan di masa mendatang.
Itulah tugas utama dan tujuan kedatangan mereka.
“Menurutku
juga begitu. Walau begitu, selama mereka berada di sini atas nama misi
persahabtan, apa yang bisa diperbuat?”
Genghis
Khan menyatakan perdagangan bebas antara kedua negeri. Genghis Khan memanggil
Tata Tunga, sang sekretaris jenderal, dan memerintahkannya menulis surat dengan
isi sebagai berikut :
Akulah penguasa
negeri matahari terbit.
Dan kaulah
penguasa negeri matahari terbenam.
Kusarankan
kesepakatan perdagangan bebas, Dmi persahabatan dan perdamaian di antara kita.
Berdasarkan
kesepakatan ini,
Saudagar dan
karavan dari kedua belah pihak,
Dapat bepergian
dengan bebas di antara
Kedua negeri,
Utnuk membeli dan
menjual kebutuhan
Sehari-hari dan
aneka komoditas.
Dengan demikian,
kesepakatan ini akan
Memajukan
perekonomian kita,
Dan akhirnya akan
berkontribusi.
Terhadap kemajuan
umat manusia.
Itulah yang
kuyakini.
Untuk
membalas kunjungan mereka, Genghis Khan mengirim rombongan dagangnya sendiri
yang mewakili Imperium Mongol untuk menemani rombongan Khwarazm saat mreka
puang. Ketiga anggota kafilah dagang Mongol membawa surat pribadi Genghis Khan,
bererta hadiah yang terdiri dari kriya emas dan perak, benda dekoratif dari
giok, produk gading, serta mantel dari bulu unta putih yang sangat langka.
Mereka tiba di Samarqand, Ibu Kota Khwarazm, dan berhasil membuat kesepkatan
dagang dengan sang Sultan, Alauddin Muhammad II. Rombongan dagang Mongol
kembali setelah lima bulan. Dalam jangka waktu itu, mereka sempat menginap lima
belas hari di Samarqand,d an menempuh perjalanan bolak-baik sejauh 7.200
kilometer.
Yalavachi,
salah satu anggota rombongan, memberikan laporannya kepada Genghis Khan.
“Jumlah
prajurit mereka kira-kira 400.000 orang. Alauddin Muhammad II bukanlah penguasa
yang populer di kalngan rakyat. Beberapa tahun lalu, pemberontakan menentang
kebijakannya yang represif dan pajak tinggi. Awalnya dia mungkin berencana
menaklukkan Kata Khitai dan membuka jalur perdagangan langsung ke Kota Zhongdu.
Dia sangat menyesal karena Zhongdu telah berada di bawah kekuasaan Anda. Saya
berhasil mengetahui bahwa dialah yang membantu Kuchlug, dan sisa-sisa kaum
Naiman merebut Kara Khitai.
Sesudah
menerima laporan ini, Genghis Khan bersandar di kursinya sambil mengerang pelan
karena tidak senang. Ketika dia kembali seusai menaklukkan Cina utara, kabar
pertama yang dia dengar adalah bahwa pasukan Kara Khitai pemimpin Kuchlug telah
menginvasi teritori kamum Mongol, membunuh dan menjarah, dan sisa-sisa kaum
Merkid, yang mereka yakini sudah tidak ada lagi, telah berkumpul di Pegunungan
Tien Shan untuk balas melawan.
Sesudah
menyuruh Yalavachi pergi. Genghis Khan berjalan keluar tendanya dan memandang
tepi Sungai Keruen yang berkilau diterpa sinar matahari sore. Dalam cekungan
besar di sekeliling Sungai Kerulen yang berliku-liku, tenda Felt berbentuk
kubah yang jumlahnya tak terhitung tersebut secara teratur, memantulkan sinar
mentari jingga sore bagaikan topas. Perpaduan warna di langit tampak harmonis
saat matahari terbenam mulai mengubahnya hingga menjadi sumber rbu misterius.
Apa yang bisa
ditemukan, setelah manusia
Melintasi gunung?
Gunung lain yang
harus dilintasi.
Apa yang bisa
ditemukan, setelah manusia
Mengalahkan
musuhnya?
Musuh lain yang
harus dikalahkan
Manusialah yang
mengawali,
Namun, Tuhanlah
yang mengakhiri, Biar bagaimana pun,
Dunia ini adalah
hasil perpaduan campur
Tangan manusia
dan Tuhan.
Genghis
Khan memutuskan untuk menaklukkan Kara Khitai.
.
33. LANGKAH KUCHLUG
Kara
Khitai adalah negara yang dibangun oleh keturunan keluarga Kekaisaran Liao,
yang telah didhancurkan oleh kaum Juchid, para pendiri kekaisaran Chin, Yelu
Tashi, seorang ningrat dari Kekaisaran Liao yang telah jatuh, dan orang-orang
Khitan pengikutnya, kabur mencari selamat ke barat, menjauhi musuh mereka.
Mereka menyeberangi pegunungan serta gurun dan menetap di tempat yang terletak
antara Lembh Tarim, di antara Danau Balkhash dan Dataran Tinggi Pamir. Mereka
memilih area di hulu sungai Chu sebagai amrkas mereka dan menamainya Balasagun.
Begitu sampai di sana, mereka menyatakan lahirnya negara baru yang dinamai Kara
Khitai, dengan Ibu Kota Balasagun. Mreka mulai menaklukkan suku-suku dan
bangsa-bangsa kecil di dekat sana, memperluas wilayah mereka, dan alhasil, pada
pertengahan abad kedua belas, mereka sudah menjadi kekutan besar di kawasan
ini.
Setelh
menyingkirkan kerajaan kaum Uighur dan Qarluud di dekat sana, mereka memperluas
kekuasaan hingga ke Samarqand. Penguasa Samarqand harus membayar upeti kepada
Guru Khan, Penguasa Kara Khitai, setiap tahun. Karena akeluhuran mereka lama
sekali menguasai Cina utara, sistem mereka mirip seperti sistem pemerintahan
Cina. Kerabat kerajaan menggunakan nama keluarga Cina dan agama utama mereka
adalah Buddhisme. Namun, pada penghujung abad kedua belas, mereka merupakan
masyarakat yang multirasial dan multietnik, didominasi warga taklukka, yaitu
orang-orang Islam Turki dan Tajik.
Pada
masa lalu, ketika kaum Naiman dihancurkan olrh Genghis Khan pada tahun 1204,
Kuchlug, putra penguasa Naiman saat itu, Tayang Khan, mencoba melancarkan
serangan balasansetelah mengumpulkan rakyatnya yang tersisa. Akan tetapi,
ketika dia dikalahakan lagi oleh pasukan Jebe, dia harus melarikan diri ke Kara
Khitai hanya bersama segelintir pengikutnya yang tersisa. Ketika mereka sedang
menjelajahi padang, tampak kuda, sekelompok prajurit kavaleri mendekati mereka
dari selatan. Mereka adalah penjaga perbatasan Kara Khitai, Dalam sekejap,
empat puluh prajurit kavaleri mengepung kelompok Kuchlug, yang beranggotakan
enam orang.
:Aku
Kuchlug, putra Tayang Khan dari kaum Naiman! Bawa aku ke penguasa kalian!”
teriak Kuchlug kepda mereka.
Para
prajurit penjaga membawanya kepada kapten mereka dan kemudian sang kapten
membawanya ke Balasagun, Ibu kota mreka. Yelu Cheluku, Guru Khan Karakhitai,
memberinya suaka politik. Dia dapat menjalani kehidupan yang nyaman di bawah
perlindungan Guru Khan. Terkadang dia diundang ke acara jamuan Guru Khan. Suatu
hari, dia bertemu Qunqu, anak perempuan Guru Khan yang berusia sembilan belas
tahun, di acara jamuan makan, Qunqu serta-merta jatuh hati pada Kuchlug; dia
tampan, pintar bicara dan sopan. Gurbesu, Ibu Qunqu, juga menyukai Kuchlug.
Walau begitu, Kuchlug sesungguhnya adalah serigala berbulu domba. Guru Khan,
sudah tua dan lemah, tidak pandai menilai karakter. Dia memperkenankan putrinya
menikahi Kuchlug. Sesudah menjadi menantu Guru Khan, Kuchlug mulai menampakkan
karakter aslinya. Dia pun segera saja menguasai istana Kara Khitai dalam
genggamannya.
Pada
saat ini, Kesultanan Khwarazm sedang menanjak. Saat Sultan Khwarazm menyrang
dan mengambil alih Kota Samarqnd, Guru Khan terpaksa mengutuss pasukannya untuk
merebut kembali kota tersebut.
Kuchlug
mendatangi Guru Khan dan berkata : “Tuan, bantu saya mengumpulkan rakyat
Naiman. Mereka tersebar di sepanjang padang padang dan gurun. Jika saya bisa
menyertakan mereka ke dalam pasukan Anda, Anda pasti akan mengalahkan pasukan
sultan. Saya bersumpah setia kepada Anda dan saya bersumpah leher saya pasti
patah jika menaati Anda.”
Guru
Khan membuat kesalahan keduanya. Dia memperkenankan Kuchlug mengumpulkan
orang-orang Naiman yang tercerai berai. Setelah itu, selama beberapa bulan,
Kuchlug mengumpulkan semua orang Naiman dari wilayah Qayaligh dan Beshaligh,
daerah yang populasi orang Naiman-nya paling banyak, dan membawa mereka ke
teritori Kara Khitai. Dia mengorganisasi mereka menjadi pasukan pribadinya,
menjadikan dirinya pemimpin mereka. Mereka dipersenjatai dan diperlengkapi
ssenjata serta baju zirah dari gudang senjata Kara Khitai.
Kuchlug,
pemimpin 20.000 tentara pribadi, mengutus pengantar pesan rahasia ke Sultan
Muhammad dari Khwarazm alih-alih maju untuk melawan mereka. “Aku akan menyerang
Kara Khitai dari timur, jadi aku ingin Anda menyreang dari barat. Apabila
pasukan Khwarazm Anda mengalahkan pasukan Guru Khan, wilayah Almaligh dan
Kshgar yang sekrang dikuasai Kara Khitai akan menjadi miik Anda. Apabila aku
mengalahkan mereka, sebelah timur Sungai Syr akan menjadi milikku.”
Saat
menerima pesan ini, Sultan Muhammad memandangi ketiga utusan dengan muak sambil
mengelus janggut putih panjangnya. Dia berpikir, “Pria ini benar-benar ular!
Bisa-bisanya dia menghianati seseorang yang telah begitu banyak membantunya?
Bajingan ini pasti akan tewas ditanganku suatu hari. Namun, pada saat ini, dia
sangat bermanfaat.”
Sultan
Muhammad melompat berdiri dan berteriak kepada ketiga utusan Kuchlug.
“Pergi
dan beritahu majikan kalian! Aku sepakat! Akan kumulai operasi militer tepat
tiga hari lagi!.”
Tepat
tiga hari kemudian, Sultan Muhammad dan tentara Khwarazm-nya meluncurkan
serangan ke Kara Khitai dari barat. Pada saat bersamaan, pasukan Kuchlug
berderap ke Balasagun dari arah lainnya. Guru Khan murka saat menyadari
penghianatan menantunya, tetapi sudah terlambat. Dia sudah celaka. Diserang
dari dua arah. Guru Khan harus membagi pasukannya menjadi dua bagian. Pasukan
Guru Khan mengalahkan pasukan Kuchlug dari Timur, tapi tidak terlalu berhasil
di medan barat. Guru Khan, yang memimpin pasukannya di medan barat, kalah telak
atas pasukan sang Sultan. Dia pun mundur beberapa beberapa mil bersama para
serdadunya yang tersisa dan mendirikan kamp di dekat ibu kotanya, Balasagun.
Di
tengah malam, saat semua oang terlelap karena kelelahan, sekelompok penyerang
dadakan menyerbu mereka. Mereka adalah bagian dari pasukan Kuchlug. Begitu
mendengar kabar bahwa pasukan Guru Khan telah kalah, Kuchlug mengumpulkan
prajuritnya yagn tersisa dan meluncurkan serangan dadakan. Pasukan Kara Khitai
kalah dan Guru Khan pun ditawan.
“Jaga
baik-baik mertuaku.” Kata Kuchlug kepda anak buahnya. Walau begitu, Guru Khan
mala digiring ke penjara Belakangan, dia dilepskan dari penjara, tapi dikenai
tahanan rmah. Beberapa bulan kemudian, Guru Khan meninggal karena sakit,
disebabkan oleh amarah yang tidak sanggup dia kendalikan. Istri pertamanya,
Gurbesu, meracuni dirinya sendiri, sedangkan Qunqu, putri Guru Khan, pergi
untuk menjadi biarawati. Sebagian orang belakangan menduga bahwa dia pergi ke
Kerajaan Shisha. Kuchlug mengambil semua seir Guru Khan.
Kuchlug,
yang telah mendapatkan Kara Khitai dalam genggamannya, mulai menindas kaum
Muslim. Pada saat itu, dia pindah agama dari Kristen Nestorian menjadi Buddha.
Sebelum pindah agama, dia sudah sering berhubungan dengan penganut Buddhisme
dan juga teramat dipengaruhi oleh orang-orang Khitan, yang mayoritas beragama
Buddha. Mantan istrinya, Qunqu, juga seorang Budhhis yang taat.
Kuchlug
mengeluarkan perintah untuk menutup semua tempat ibadah, kecuali kuil Buddha,
dan melarang semua aktivitas keagamaan selain agama Buddha. Pada masa itu,
penganut Buddhisme dan Islam sama banyaknya, tetapi kaum Muslim memiliki lebih
banyak rumah ibadah.
Karena
kebijakan yang mengesampingkan kebebasan beragama ini, pemberontakan pun pecah
di Khotan, daerah yang populasi Umat Islam-nya paling banyak. Kuchlug memerintahkan
prajuritnya membakar ladang jagung yang merupakan makanan pokok penduduk
khotan, setiap tahun. Sesudah tiga tahun, karena menderita karena kurang makan,
warga Khotan pun menyerah. Setelah kembali menguasai Khotan tanpa mengucurkan
setets darah pun, Kuchlug memerintahkan agar semua pesantren yang mengajarkan
Islam ditutup. Pada saat bersamaan, dia mengumpulkan semua Imam Islam di atu
tempat. Jumlah mereka hampir tiga ribu orang.
Kuchlug
membentak para imam, “Kalau ada di antara kalian yang bisa berdebat denganku
mengenai keyakinan keagamaan dan berpendapat kalian bisa mengalahkanku,
majulah!”
Mendengar
ini, Alauddin Muhammad, Immam Madrasah, sekolah Islam terbesar, melangkah maju.
“Di
mana Tuhanmu?”
Ketika
sang Imam tidak bisa menjawab sesuai yang diharapkan oleh Kuchlug, kemudian
Kuchlug berkata kepada sang Imam, sambil memelototinya dan menudingnya dengan
jari, “Kau akan dipaku ke salib, tiga hari dari sekarang. Berdoalah kepada
Tuhanmu!”
Satelah
mengucapkan kata-kata ini, dia pun pergi. Prajurit Kuchlug menelanjangi sang
Imam dan membelenggu pergelangan kakinya. Mereka tidak memberinya air ayau pun
makanan selama tiga hari. Dia akhirnya disalib di depan sekolahnya.
Setelah
itu, Kuchlug mengirim 20.000 orang Naiman pengikutnya ke 30.000 rumah penduduk
Muslim. Diperintahkannya mereka tinggal di rumah-ruah tersebut, satu orang di
masing-masing karena takut kalau-kalau ada pemberontakan kedua. Umat Muslim pun
teramat menderita karena harus diperintah oleh orang-orang yang tak mereka
inginkan. Kaum Naiman mengatur-atur oran-orang di rumah yang berada dalam
kendali mereka dan secara rutin merazia Qur’an yang disembunyikan di setiap
rumah, kemudian mengumpulkan dan membakar Kitab-kitab tersebut di lapangan
terbuka.
Umat
Muslim sudah tidak sabar lagi menantikan perubahan.
34.
GENGHIS KHAN MENAKLUKKAN KARA KHITAI
Pada
musim smei 1218, Genghis Khan mengutus Jebe bersama 20.000 prajurit untuk
menaklukkan Kara Khitai. Genghis Khan menyadari sekali apa yang tengah terjadi
di Kara Khitai. Pada saat bersamaan dia menyerahan 20.000 prajurit kepada Juchi
dan Subedei untuk memusnahkan sisa-sisa kaum Merkid yang berkumpul di dekat
pegunungan Tien Shan, di utara Kara Khitai. Genghis Khan memberikan sejumlah
instruksi kepada Jebe sebelum dia pergi.
“Begitu
kau menginjakkan kaki ke wilayah Kara Khitai, bukalah semua ruah ibadah dan
umumkan secara terbuka bahwa Imperium Mongol akan menjamin kebebasan beragama.”
Pasukan
Jebe memasuki teritori Kara Khitai dengan panji-panji Genghis Khan di depan
mereka. Di ssejumlah area, pasukan Jebe menghadapi perlawanan kecil-kecilan,
tapi mereka dengan mudah dikalahkan. Terkait perintah Genghis Khan, Jebe serta
merta membuka semua rumah ibadah Islam dan mengumumkan kebebasan beragama.
Penyelamat
kaum Muslim telah tiba! Pasukan Mongol didsambut hangat di mana-mana sebagai
pasukan pembebas. Kaum Muslim menyambut Jebe dengan roti dan garam, simbol
selamat datang di tangan mereka.
Pada
saat itu, Kuchlug tengah berada di Kashgar. Dia berusaha memobilisasi pasukan,
tetapi orang-orang di Kashgar tidak mengindahkannya. Mereka terpengaruh oleh
pasukan perdamaian yang dikirim Jebe. Anggota pasukan perdamaian Jebe memasuki
area itu sambil menyamar sebagai pengelana. Mereka memastikan agar semuanya
tahu bahwa Genghis Khan telah menyetujui kebebasan beragama dan siapa saja yang
mendukung atau bergabung dengannya akan diterima sebagai rekan dan diberi
kesempatan yang sama, tanpa memperdulikan ras, agama, bahasa, tempat asal, atau
asal-usul keluarga. Orang-orang di Kashgar dan Khotan memberontak terhadap Kuchlug,
bahkan sebelum tentara Jebe datang. Karena mereka tidak diperbolehkan memiliki
senjata, mereka membawa alat pertanian serta pentungan besar dan membunuh orang
Naiman di setiap rumah dan setiap penjuru daerah mereka. Pemberontakan
tersebut, yang bermula setelah tengah hari, berlangsung sampai larut malam.
Dengan obor di tangan mereka berburu ke mana-mana membunuh kaum Naiman satu
demi satu. Mayat-mayat sisa-sisa kaum Naiman ada di mana-mana di Kashgar dan
Khotan. Kekuatan Utama Kuchlug pun runtuh dalam sekejap.
Kuchlug
melarikan diri ke dataran Tinggi Pamir hanya bersama sekitar sepuluh pengikut.
Jebe seketika ,elaksanakan pengejaran. Lima regu pengejar, masing-masing
terdiri dari empat ratus pria sehingga totalnya dua ribu orang, menuju ke
segala arah yang mungkin dipergunakan Kuchlug untuk melarikan diri. Regu
pengejar diberi perbekalan untuk sebulan. Regu pengejar ketiga Jebe, yang
menuju ke pegunungan Himalaya lewat Dataran Tinggi Pamir, menemukan jejak
Kuchlug. Mreeka terus melacak jejak musuh sembari melintasi pegunungan
Himalaya. DI bawah kaki mereka, awan berarak laksana laut dan sosok samar
Dataran Punjab di kejauhan terlihat lewat sebuah celah di antara awan. Hampir
mustahil melacak mereka, begitu Kuchlug dan anak buahnya memasuki wilayah
Punjab. Regu pengejar ketiga Jebe menyusuri jalan di puncak gunung yang
mengarah ke wilayah Punjab, tetapi mendapati bahwa mustahil terus bergerak
dengan kuda mereka karena pegunungan itu demikian curam. Mereka pun mendirikan
kemah di sna dan melanjutkan pengejaran setelah memilih unit khusus yang
terdiri dari delapan puluh pengejar.
Sementara
itu, Kuchlug dan anak buahnya telah melintasi pegunungan dan tiba di
Badakhshan, sebuah kota besar di tengah-tengah gunung. Mereka menapak ke jurang
yang disebut Sariq. Sariq Qol, yang artinya jurang kuning, memiliki tinggi tiga
ribu meter dan di susun oleh tebing baru curam. Konon begitu seseorang jatuh
dari sana, tubuhnya akan tercabik-cabik bahkan sebelum sampai ke dasar. Kuchlug
membuat kekeliruan saat dia melangkah masuk ke jurang ini. Dia mengambil jalan
buntu. Pada saat itu, regu pengejar melihatnya.
Karena
para anggota regu pengejar tidak mengenal area tersebut dan jalan tersebut
terlalu terjal serta berbahaya, mereka memutuskan untuk meminta bantuan dari
penduduk setempat. Untungnya, mereka menemukan sekelompok pemburu Badakhshan di
sebuah tempat dekat sana.
“Kami
pasukan Genghis Khan. Kami sedang mengejar Kuchlug. Tolong, jadilah pemandu
kami, Jasa kalian akan dilaporkan kepada khan.”
Para
pemburu Badakhshah setuju. Begitu mreka mempunyai pemandu, regu pengejar pun
sukses menangkap Kuchlug, dengan selamat menghindari jebakan maut yang
tersembunyi di mana-mana. Mengingta bahwa sulit membawanya hidup-hidup hingga
ke perkemahan, mereka pun memenggal kepala Kuchlug dan kembali sambil membawa
kepalanya.
Jebe
mengirim kepala Kuchlug kepada Genghis Khan, beserta tanda mata perang berupa
seribu ekor kuda bermoncong putih, simbol keberuntungan bagi kaum Mongol.
Genghis Khan menunjuk Yelu Ahai sebagai Wlai Negeri Kara Khatai, dan menghadiahi
para pemburu Badakhshan dengan sejumlah besar emas, perak, dan uang, Jebe
menuntaskan penaklukan Kara Khitai dalam sebulan.
Di
tempat lain, Juchi dan Subedei, dengan ke 20.000 prajurit mereka, menuju ke
Pergunungan Tien Shan, markas kaum Merkid yang tersisa. Takuchar, yang
merupakan komandan tentara pertahanan di Dataran Mongolia selagi Genghis Khan
sedang pergi menaklukkan Cina utara, mendampingi mereka. Panglima tertinggi
operasi ini adalah Juchi. Sisa-sisa kaum Merkid sesekali melakukan serangan ke
Dataran Mongolia saat Genghis Khan sedang tidak ada. Mereka menyerang kota-kota
perbatasan, membunuh penduduk, dan menjarah ternak serta harta benda lain. Jika
Takuchar, yang saat itu adalah komandan tentara Mongol, balas menyerang dan
mengejar mereka, mereka semata-mata melarikan diri dan menyebar ke pegunungan
luas alih-alih menghadapi pasukan Mongol. Beberapa waktu kemudian, mereka akan
berkumpul kembali dan menyerang lagi. Mereka melakukan ini berulang-ulang. Ini
adalah perang gerilya.
Takuchar
menginterogasi tawanan beberapa kali, tapi mereka bahkan tidak mengetahui siapa
komandan mereka. Mereka hanya mengenal kapten yang memberi mereka perintah
langsung. Biasanya, mereka mereka tidak menetap di satu tempat. Mereka justru
menyebar ke area yang luas, dan tetap hidup seperti itu. Itulah sebabnya
mustahil mencerabut mereka.
Ktika
Genghis Khan menerima laporan ini dari Takuchar seteelah dia kembali dari Cina,
dia pun memikirkan tindakan pencegahan. Genghis Khan kemudian memberikan
perintah kepada Juchi, Subedei, dan Takuchar sebelum mereka pergi untuk
melaksanakan operasi tersebut.
“Berdasarkan
seluruh informasi, anggota mereka yang aktif kurang dari 10.000 orang. Namun,
mereka tersebar di area yang luas, jadi kita butuh dua kali lipat jumlah itu
untuk menghancurkan mereka sepenuhnya. Gunakan taktik yang sama seperti yang
kita gunakan dalam perburuan.”
Karena
alasan inilah, Genghis Khan membutuhkan 20.000 serdadu Juchi dan Subedei maju
ke pegunungan Tien Shan, dan mengepung seluruh pegunungan. Kemudian, mereka
perlahan-lahan memperkecil kepungan. Para prajurit mongol tak mengizinkan satu
orang pun kabur, sama seperti mereka tidak mengizinkan satu hewan pun
meloloskan diri dari kepungan saat mereka berburu. Pada hari terakhir
pengepungan, pasukan Mongol menghabisi gerilyawan Merkid, yang telah dipojokkan
ke satu tempat. Genghis Khan memerintahkan agar tidak membiarkan satu orang
musuh pun hidup. Mayat gerilyawan Merkid berserakan di lembah dan sisi gunung.
Para prajurit Mongol memeriksa semua mayat gerilyawan satu demi satu, dan
membuh mereka jika ada yang sepertinya masih hidup atau berpura-pura mati.
Pada
saat ini, seorang gerilyawan Merkid bangkit dari antara jenazah dan mengambil
seekor kuda di dekat sana, menungganginya, lalu mulai melarikan diri, secepat
kilat. Gerakannya demikiang sit sehingga prajurit Mongol yang terdekat sekali
pun tidak dapat menghentikannya.
Juchi
seta merta mengirim tim pengejar, Kira-kira dua puluh prajurit Mongol mulai
mengejarnya. Oran gyang kabur, selagi dia sedang berkuda dengan kecepatan peuh,
mengambil satu anak panah dari wadah di punggungnya, dan memasang anak panah
itu ke busur di pinggangnya. Berikutnya, dia memutar bagian atas tubuhnya ke
belakang dan menembakkan anak panah tersebut. Seorang prajurit pengejar di depan
jatuh ke tanah sambil memekik singkat. Tidak lama kemudian jatuhlah seorang
lagi dan seorang lagi, lalu seorang lagi. Total lima orang pengejar tertembak
dan jatuh ke tanah. Akbirnya, mereka berhasil menangkap pria itu hidup hidup
karena pantat kudanya terpanah dan ia menjatuhkan pria tersebut ke tanah saat
sedang mendompak.
35.
TRAGEDI DO OTRAL
Pada
musim gugur 1218, karavan berskala besar meninggalkan Dataran Mongolia. Tujuan
mereka adalah Samarqand, Ibu Kota Khwarazm. Mereka terdiri dari 150 pedagang Muslim
dan 300 kuli, menjadikan totoalnya 450 orang pengelana dengan 500 unt yang
mengangkut sutera Cina kualitas tinggi, benda emas dan perak, prduk gading dan
giok, permata, serta bulu hewan Siberia bermutu tinggi. Pemilik karavan adalah
sekelompok aristokrat dari Imperium Mongol. Mereka juga membawa banyak koin
emas Khwarazm untuk dipergunakan membeli helm logam, tunik rantai, barang
gelas, produk kimia, dan parfum dari Baghdad dan Bukhara. Ini adalah karavan
pertama yang melintas sejak disahkannya kesepakatan perdagangan bebas antara
kedua negara tersebut.
Mereka
menyeberangi gurun dan melewati pegunungan menghasilkan barisan panjang.
Setellah enempuh jarak lebih dari 1.600 kilometer, melintasi bekas wilayah Kra
Khitai, yang kini menjadi wilayah baru Imperium Mongol, Mereka pun tiba di
tral, kota paling timur, dan gerbang masuk, Khwarazm. Kepala garnisun sekaligus
gubernur di kota perbatasan ini adalah Inalchuq, yaitu keponakan maternal
Sultan Muhammad, Pria tersebut termasuk orang kuat di Kesultanan Khwarazm.
Penduduk Otral memperlakukannya dengan hormat, memanggilnya “Ghayir Khan”.
Kendati begitu, dia sesungguhnya adalah pria liar, tak kenal ampun, tangguh,
dan serakah.
Karavan
Mongol mendirikan kemah di lahan terbuka
luas di dekat hutan poplar, tepat di luar kota. Mreka harus menunggu
sampai mereka medapat izin kepala garnisun untuk melewati kota. Sehari
kemudian, mereka diberi tahu bahwa orang-orang boleh keluar masuk, tetapi hewan
dan barang bawaan tidak. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan izin lewat bagi
keduanya, mereka harus menunggu lebih lama.
Sementara
itu, sebagian anggota karavan pun masuk ke kota dan mula mengontak orang-orang
untuk membeli kebutuhan sehari-hari.
Di
antara karavan terdapat seorang pria India bernama Raju. Dia adalah kenalan
sang Gubernur, Inalchuq. Suatu hari, Raju berkesempatan duduk bersama dengan
Inalchuq. Inalchuq menanyai aasannya bekerja untuk orang-orang Mongol.
Dia
menjawab Genghis Khan adalah lelaki hebat. Dia menaklukkan Cina utara dan Kara
Khitai. Dia menerima semua orang yang mengikuti garis kebijakannya. Dia
memiliki kebijakan terbuka. Siapa saja dapat menjadi temannya, tak peduli
asal-usulnya.”
Inachuq
kesal dengan kata-kata ini. Para pemimpin Khwarazm sangat kecewa dan tidak
senang dengan fakta bahwa Kara Khitai telah diduduki oleh Genghis Khan sebelum
mereka sempat menaklukkan daerah tersebut. Mereka pun sudah meulai menganggap
Genghis Khan sebagai musuh mereka selanjutnya. Kara Khitai adalah bagian
penting dari Jalur Sutra.
Inalchuq
melompat berdiri dan berteriak kepada pengawalnya, “Tahan pria ini! Dia pasti
mata-mata Mongol!”
Berikutnya,
dua pedagang Muslim yang melontarkan komentar serupa di apsar, ditahan atas
tuduhan kejahatan yang sama, spionase. Tidak lama kemudian, ke 450 anggota
karavan dan semua barang bawaan mereka diciduk atau dirampas oleh para prajurit
yang dikirim Inalchuq. Inalchuq juga mengutus kurir kilat ke Samarqand, untuk
melaporkan kepada Sultan Muhammad bahwa dia telah menemukan mata-mata Mongol di
antara anggota karavan dan meminta keputusan Sultan terkait langkah berikutnya.
Sultan
Muhammad mengdakan rapat dengan para pejabat senior serta panglimanya dan
berkata, “Bangsa Mongol kini musuh kita. Mereka merebut Kara Khitai sebelum
kita. Tidak lama lagi, kita harus menyatakan perang untuik merebut rute
perdagangan penting tersebut dari mereka.”
Itulah
keputusan mereka. Sang kurir kembali ke kota Otral sambil membawa balasan
Sultan Muhammad dan menyerahkan kepada Inalchuq, “Singkirkan ketiga mata-mata
itu.”
Itulah
jawabannya. Inalchuq tidak senang dengan jawaban tersebut. Meskipun dia
diperintahkan melepaskan semua anggota karavan yang lain dan mengembalikan
barang bawaan kepada pemiliknya, dia membunuh mereka semua dan menyimpan
seluruh benda tersebut untuk dirinya sendiri. Dia menyuruh prajuritnya menggali
lubang besar dan mengubur ke-300 kuli hdiup hidup. Sisanya, 150 pedagang
Muslim, digantung terbalik di pohon dan dibunuh dengan panah. Sebagian besar
dari mereka bahkan tidak tahu apa sebabnya mereka harus mati.
Ada
satu orang yang selamat anggota di antara anggota karavan. Setelah menyaksikan
kekejaman biadab yang terjadi di Otral, dia kembali ke Dataran Mongol dan
melaporkan seluruh perinciannya kepada Genghis Khan.
“Apa,
semua anggota karavan dibunuh? Semua barang bawaan diramas?”
Genghis
Khan melompat berdiri ketika dia mendengar berita mengerikan ini. Dia
tercengang dan tidak sanggup menutup mulutnya yang menganga. Dia berdiri saja
di sana selama beberapa waktu sambil menatap kosong. Wajahnya dikerutkan amarah
dan matanya berkilat-kilat karena luar biasa murka. Urat lehernya membengkak
dan pipinya membara karena merasa terhina. Sesaat, sikapnya tetap seperti itu.
Tidak lama kemudian, dia berujar sendiri sembil menggetarkan gigi dan
mengepalkan tinju, “Perang! Mereka menginginkan perang!”
Iinilah
permulaan dari perang yang akan diingat sebagai salah satu peristiwa
pembantaian paling brutal dalam sejarah manusia.
Karena
seriusnya insiden tersebut, Genghis Khan pun mengutus kurir kilatnya ke
Samarqand, Ibu Kota Khwarazm. Surat pribadi Genghis Khan dibawa oleh tiga
kurir. Dalam surat itu, Genghis Khan menuntut ekstradisi si pelaku kriminal,
Inalchuq, kepala garnisun Otral, untuk dihukum. Ketiga kurur melaju siang
malam, memotong kota Otral, dan tiba di Samarqand tujuh hari kemudian. Mereka
digiring ke hadapan Sultan Muhammad II, penguasa Khwarazm. Sultan Muhammad
memandangi ketiga kurir dengan benci dari singgasana keemasannya. Dia meremas
surat tersebut dan menyerahkannya kepada pria yang berdiri di sampingnya.
Berikutnya, dia pelan-pelan mengangkat tubuh besarnya yang berat dari kursi.
Dia berjalan beberapa langkah, menghampiri ketiga kurur yang tengah bertumpu
pada satu lutut dan menantikan jawaban. Dia menendang wajah atau bahu ketiga
kurir, satu demi satu, hingga mereka terjatuh.
“Dasar
anjing Mongol!”
Setelah
menyemburkan kata-kata ini, dia pun membentak ketiga kurir, “Berani-beraninya
pria bernama Genghis Khan memintaku menyerahkan abdiku!”
Dia
berbalik dan berjalan pergi ke tempat tinggalnya tanpa berkomentar lebih
lanjut. Satu dari dua puluh anak buah Sultan Muhammad, barangkali ajudannya,
yang berada di sampingnya, seketika mengikuti sang Sultan dan menanyakan
sesuatu kepadanya. Sultan Muhammad berbicara keapda sang ajudan beberapa lama,
kemudian menghilang, Sang kapten kembali ke poisisnyandan memberikan perintah
kepada sekitar empat puluh pengawal di ruang tamu agar menangkap ketiga utusan.
Prajurit Khwarazm mengikat tangan mereka di belakang punggung dan membawa
mereka keluar. Ketiga kurir di seret ke lapangan eksekusi yang berjarak sekitar
delapan kilometer dari kota, melewati gerbang utama kota yang besar dan kekar.
Saat itu sudah petang, waktunya senja memancarkan pendarnya ke atas lapangan
dan perbukitan di dekat sana. Beberapa ekor gagak sedang membuat gaduh,
berputar-putar tinggi di langit, seolah mereka sudha mencium bau darah manusia.
Para
prajurit menyalakan obor. Salah ssatu prajurit Khwarazm, yang tampaknya adalah
sang kapten, mendekati ketiga kurir dan bertanya, “Siapa kepala kelopokmu?”
Regu
pembawa pesan yang dikirim Genghis Khan terdiri dari seorang utusan dan dua
asisten. Sang utusan adalah orang Muslim Turki, Alik. Saat dia melangkah maju,
sang kapten melepas serbannya, menjambak rambutnya, dan menyeretnya maju
beberapa langkah. Di lapangan tersebut terdapat deretan barang kayu berbentuk
silinder yang ditancapkan di tanah, dirancang dan dibentuk untuk memotong leher
manusia. Sang kapten menarik rambut Alik ke bawah, membuat lehernya menyentuh
bagian atas batang kayu di dekat sana, dan memberi isyarat kepada prajurit yang
berdiri di sebelahnya dengan cara menganggukkan kepala. Pada saat ini, salah
satu asisten, Yalavachi, berteriak kepada mereka.
“Jangan!
Kalian tidak boleh melakukan ini. Kami utusan. Utusan tidak boleh dibunuh!”
Mengabaikan
protensnya, sang prajurit Khwarazm memenggal kepala Alik dengan kapak besarnya
yang berbentuk bulan separuh. Disertai by=unyi teredam, kepada Alik yang
terpenggal menghantam tanah dan menggelinding beberapa kali, dan darah pun
muncrat dari lehernya yang buntung. Dua prajurit lain memegangi kaki dan
jasanya yang tak berkepala, seorang memegangi satu kaki, dan meneyret jenazah
tersebut ke lubang dekat sana dan melemparkannya ke dalam. Ketika sudah penuh,
lubang tersebut ditimbun tanah.
Walau
pun saat itu sudah malam, sejumlah besar gagak berbunyi ribut. Yalavachi
menjerit, “Kalian tidak tahu apa-apa tentang Genghis Khan! Kalian pasti akan
membayar untuk ini!”
Sang
kapten menghampiri kedua asisten. Pria itu memelototi Yalavachi yang
terisak-isak dan asisten satunya, bergantian, dan memberi perintah kepada anak
buah yang berada di dekatnya.
“Bakar
janggut meereka dan beri mereka kuda untuk pulang.”
Mendengar
ini, salah satu anak buahnya berkata, “Sultan bilang,” potong janggut mereka.”
Sang
kapten melirij mereka dan membentak, “Bakar saj! Lebih mudah!”
Setelah
mengucapkan ini, sang kapten pun pergi. Para prajuritnya menahan tangan kedu
kurir di samping tubuh mereka dan menstabilkan tubuh keduanya dengan cara
menjambak rambut mereka. Lalu, salah seorang prajurit mulai membakar janggut
mereka menggunakan obornya. Bau gosong rambut manusia yang terbakar memenuhi
udara. Para prajurit Khwarazm perg dari sana, meninggalkan kedua kurir yang
mengerang-erang.
Ketika
Genghis Khan menerima kepala Alik, dia pun besimbah ari mata. Di antara dua
negara yang berusuhan sekalipun, norma pergaulan insternasional yang lazim
menitahkan bahwa membunuh kurir dan utusan atas alasan apa pun tidak
dibenarkan. Bagi Muslim, janggut dianggap sebagai simbol harga diri dan
memotong janggut mereka sama saja dengan mempermalukan mereka, layaknya
memotong rambut perempuan.
“Khwarazm
bukanlah sebuah bangsa! Mereka Cuma segerombolan bandit!” Genghis Khan berdiri
dan bertitah di depan sekitar seratus pejabat serta panglimanya, yang juga
berdiri dengan ekspresi muram dan sedih :
“Sejarah harus diingat! Bukan aku yang
memicu melapetaka ini. Mulai saat ini, apa pun yang menimpa mereka, itu adalah
hasil perbuatan mereka sendiri. Tumpahnya darah mereka bukan karena
kesalahanku.”
36.
GENHIS KHAN MEMUTUSKAN BERPERANG DENGAN KWARAZM
Pada
buan janurai 1219, diselenggarakanlah khuriltai berskala besar di tepi sungai
kerulen. Semua noyan, panglima, dan pejabat tinggi Imperium Mongol berkumpul
bersama. Mereka secara bulan menyepakati perang dengan Khwarazm. Mereka sudah
siap. Mreka sudah selesai membuat 3.000 mesin busur, yang mereka gunakan untuk
menembakkan tombak seperti panah, 300 ketapel, 700 pelontar api, dan 4.000
pengusung tangga. Sementara itu, peta militer akurat Kesultanan Khwarazm sudaha
rampung, berkat aktivitas jaringan mata-mata Genghis Khan, yang telah
mengumpulkan semua informasi mengenai populasi dan jumlah tentara di setiap
area.
Khwarazm
adalah negara adikuasa baru. Negeri mereka luas dan populasi mereka lebih
daripada yang dpat dibayangkan orang. Di daerah Transoxania saja, Sultan Muhammad
memiiki 400.000 prajurit. Perang dengan Khwarazm yang sudah di ambang mata akan
menentukan nasib Imperium Mongol. Sudah jelas bahwa skala perang akan berbeda
dengan perang-perang yang sudah dijalani bangsa Mongol sebelumnya. Genghis Khan
telah membat rencana hebat untuk menaklukkan dunia barat.
Pada
saat itu. Dunia Islam terbagi menjadi tiga kelompok. Satu adalah kelompok
Sunni, yang bermarkas di Baghdad dan dipimpin oleh seorang khalifah, sedangkan
satunya lagi Syi’ah. Sultan Muhammad adalah bagian dari kelompok kedua. Yang
terakhir adalah kelompok Ismailiyah, yang merupakan aliran Syi;ah tersendiri
serta Idenpenden. Kelompok ini – yang juga disebut Hassassin – adalah teroris,
bersembunyi jauh di dalam pegunungan di Persia dan Syi’ah utara. Kelompok-kelompok
tersebut bertentangan.
Lebih
lajut ke barat, ada dunia Kristen yang dipimpin oleh Paus. Para pejuang salib
mereka terlibat dalam pertempuran tiada akhir dengan Dunia Islam.
Apakah
rencana hebat Genghis Khan untuk menaklukkan dunia barat? Tidak ada yang tahu.
Namun, satu hal sudah jelas : Dia adalah pria yang mengetahui cara mengubah krisis menjadi peluang.
Sebelum
berangkat, Genghis Khan memuutskan untuk melaksanakan dua hal yang sudah dia
tunda-tunda beberapa lama. Satu adalah menetapkan penerusnya dan satunya lagi
adalah memanggil seorang pria bernama Chang-Chun. Sampai saat itu, Genghis Khan
telah menyaksikan keempat putranya
dengan seksama. Keputusan ini tidak mudah. Namun, karena perang dengan Khwarazm
semakin dekat, yang bisa memakan waktu bertahun-tahun dan akan jadi perang
terbesar yang pernah berlangsung, orang-orang di sekitarnya mulai
mengungkit-ungkit perkata itu. Salah satunya adalah istri keduanya, Yesui.
Suatu hari, ketika wanita itu sedang sendiri saja bersama Genghis Khan, dia
menyinggung persoalan itu.
“Suamiku,
buatlah keputusanmu. Semua makhluk yang lahir di dunia ini fana. Sekawan kuda tanpa penggembala akan
berpencar-pencar ke padang, dan rumah tanpa penyangga akan runtuh.
Ingatlah bagsa yang telah kau dirikan dan semua orang yang mengikutimu.”
Genghis
Khan merasa bahwa Yesui ada benarnya. Genghis Khan berusia lima puluh dua
tahun. Dia masih seorang petarung, tetapi perang yang akan datang melawan
Khwarazm masih merupakan misteri.
“Kau
benar. Aku sendiri tidak paham apa sebabnya aku tidak meneyadari ajalku
sendiri. Aku sudah melupakan perkara tersebut sejauh ini.”
Genghis
Khan terkekeh-kekeh nyaring sambil mengelus janggutnya.
ooOOoo
Beberapa
hari kemudian, keempat putra Genghis Khan dipanggil untuk rapat. Semeua anggota
keluarga kerajaan, semua jabatan senior, dan semua panglima berkumpul di satu
tempat. Mreka menjadi saksi. Memilih penerus bukanlah pekerjaan gampang bagi
Genghis Khan. Selama dia masih hidup, segalanya akan bai-baik saja. Siapa pun
yang dia pilih sebagai penerus, segalanya akan baik-baik saja, sementara dia
masih hidup. Walau begitu, masalah akibat keputusan yang salah akan muncul
kelak, setelah dia meninggal. Penerusnya haruslah seorang yang dapat diterima
oleh semua orang, sepenuh hai.
Adat
istiadat asli Mongol menitahkan bahwa putra sulung mewarisi hak untuk
melaksanakan upacara mengenang leluhur dan merupakan anak terakhir yang
memperoleh harta benda. Namun, ketentuan itu berlaku bagi keluarga biasa, bukan
keluarga kaisar. Mereka belum punya tradisi. Dahulu kala, pada masa bangsa
Mongol primitif, khan dipilih oleh perwakilan suku-suku. Walau demikian, pada
masa Genghis Khan, konsep dan sistem mereka telah berubah menjadi monarki
absolut. Semua kekuasaan berasal dari satu lelaki saja dan semua tanah serta
rakyat adalah milik satu orang sang ka-Khan. Bangsa Mongol menduung sistem
monarki absolut setulus hati. Pada masa lalu, mereka terpecah-pecah menjadi
ratusan suku dan berkelahi satu sama lain. Mreka mungkin memang menikmati
kemerdekaan mereka masing-masing, tetpai mereka menyadari bahwa perpecahan
semacam itu melemahkan kekuatan mereka secara negatiff dan menghasilkan
kekacauan serta masyarakat yang terpuruk.
Juchi,
sang putra sulung, telah berkali-kali menginjakkan kaki ke medan perang bersama
ayahnya dan sangat membantu dalam pembangunan imperium. Genghis Khan
menghargainya sebagai pemburu yang hebat” bermaknsa lebih dari sekedar pemburu.
Namun, dia tidaklah ideal sebagai calon penerus karena sah tidaknya status
keturunannya telah menjadi target perdebatan.
Putra
kedua, Chagatai, memiliki kepribadian yang cerdas dan perasa, serta menerapkan
aturan dan regulasi keras terhadap dirinya sendiri sekalipun. Dia dikenal
sering memberikan hukuman berat bagi bawahan yang melanggar aturan. Dia
dihargai Genghis Khan sebagai “Pelindung Yssa”. Namun, Genghis Khan merasa
bahwa Chagatai berpikiran sempit.
Putra
ketiga, Ogodei, luar biasa brilian. Dia memiliki kedermawanan dan karakter yang
komplet, belum lagi penilaiannya yang bagus serta ketegasannya. Dia mendesain
dan mengembangkan banyak senjata serta peralatan serang, speerti ketapel dan
pengusung tangga. Dia menciptakan pelontar api, yang memungkinkan mereka
melemparkan bola api raksasa, dari gumpalan katun yang direndam nafta. Di sisi
lain, dia adalah pencari kesenangan dan peminum berat.
Putra
keempat, Tolui, adalah kesatria paling tangguh di antara saudara-saudaranya.
Dia adaah prajurit hebat dan ahli strategi brilian. Dia berani dan terampil
menggunakan segala macam senjata. Namun, dia dianggap terlalu kejam dan brutal.
Siapa
yang harus jadi ka-Khan selanjutnya? Genghis Khan berkata kepada Juchi sambil
memandangnya. “Juchi, kau putra sulungku. Kau berhak bicara lebih duu. Beri
tahu aku apa pendapatmu.”
Tampaknya
Genghis Khan memang punya alasan bagus sehingga memilih Juchi sebagai pembicara
pertama. Saat Juchi bangkit dari kursinya, semua mata anggota keluarga
kerajaan, Noyan, dan pejabat senior serta panglima, jumlah totalnya kira-kira
duaratus orang, tertuju padanya. Tept saat dia hendak membuka mulut dan mencoba
mengatakan sesuatu, seseorang berteriak dari pojok :
“Dia
diminta menjadi pembicara pertama. Apa arinya dia akan jadi penerus? Tidak!
Tidak bisa! Jika dia menjadi khan, bagaimana bisa kita bersujud kepadanya dan
mematuhi si anak haram Merkid!”
Sesudaha
terucapnya pernyataan ini, keheningan pekat dan ketegangan mendadak memenuhi
udara. Si pembicara adalah putra kedua Genghis Khan. Chagatai. Sejak masih
kanak-kanak, mereka tidak pernah akur. Apa sebabnya? Barangkali karena
perpaduan perasaan ingin melindungi diri sendiri dan kecemburuan. Ini sama
seperti anak elang yang mendorong-dorong telur lain yang belum menetas sehingga
jatuh dari sarang atau belalang sembah baru lahir yang saling makan supaya bisa
tumbuh besar. Juchi telah menerima banyak pencapaian yang patut dipuji karena
sudah mengikuti ayahnya sejauh ini, tetapi Chagati belum.
Saat
mendengar komentar Chagatai, Borte, yang duduk di sebelah Genghis Khan, bangkit
dan pergi, Dua pelayannya serta-merta mengikutinya. Aula rapat jadi gempar.
Juchi
pelan-pelan berjalan menghampiri Chagatai dan berdiri di hadapannya. Selama
sesaat, dia memelototi adiknya dan kemudian berkata kepadanya dengan nada
marah, “Dasar cerucut! Bisa-bisanya kau mengatakan itu? Aku tidak pernah
dibeda-bedakan, bahkan oleh ayahku! Apa yang bisa kau lakukan lebih baik
dariapda aku? Apakah kau lebih jago memanah atau bergulat daripada aku? Kau
bukan tandinganku!”
Keduanya
mulai berkelahi dengan cara saling mencengkeram kerah baju. Selagi mereka
sedang saling dorong dan tarik, Bogorchu dan Mukali, yang datang dari Cina
dalam rangka kunjungan singkat untuk menghadiri pertemuan tersebut, berusaha
menghentikan mereka. Bogorchu memegangi lengan Juchidan Mukali menarik lengan
Chagatai, lalu memisahkan mereka. Genghis Khan menyaksikan ini tanpa berkata
apa-apa. Mereka terus saling umpat, bahkan setelah mereka saling dipisahkan.
Usia mereka sebaya. Pada saat itu, Juchi berusia tiga puluh tiga tahun,
Chagatai tiga puluh satu. Ogodei tiga puluh, dan Tolui duapuluh enam.
Setelah
saat-saat yang canggung, Koko Chos, di salah satu sudut, berdiri dari kursinya
dan membuka mulut. Dia adalah guru pribadi Chagatai. Dulu, ketika Genghis Khan
menugasinya sebagai guru pribadi Chagati, dismapaikannya ini kepaa Kokok Chos :
“Chagati
adalah anak yang sangat rewel. Dia sangat perasa dan terelalu memperhatikan
hal-hal kecil. Biasanya orang-orang semaam itu gagal melihat gambaran kehidupan
secara menyeluruh. Orang perlu
dua mata, satu untuk hal-hal kecil dan satunya lagi untuk hal-hal besar.
Dampingi dia, siang malam, dan batu dia melihat hal-hal besar.” Jelas bahwa
Genghis Khan mengkhawatirkan sifat Chagatai yang berpikiran sempit.
Koko
Chos berkata sambil memandang Chagatai, “Chagatai, aku selalu mengatakan bahwa
ayahnmu Khan ingin kau dapat melihat dunia yang lebih luas. Artinya, ayahmu
punya pengharapan tinggi atas dirimu. Ini adalah acara, untuk menentukan
pemimpin Imperium Mongol generasi berikutnya, bukan sekedar kepada satu
keluarga. Itulah sebabnya, kami semua diundang. Ayahmu sudah menegaskan bahwa
putra sulungnya pada saat dia lahir. Mengingat hal tersebut, kenapa kau masih
juga membicarakan itu? Jika menurutmu kau adalah orang yang tepat untuk menjadi
pemimpin generasi berikutnya dan semua orang di ruangan ini sepakat denganmu,
kaulah yang akan jadi pemimpin.”
Setelah
Koko Chos, Chagatai berdiri dan berujar, “Pertama-tama aku ingin minta maaf
setulus hati kepaa ayahku Khan dan semua orang di ruangann ini. Beberapa saat
lalu, Juchi mengatakan dia bisa mengalahkanku dalam segala bidang, tapi aku
tidak terima. Dia dan aku tidak pernah berkompetisi semacam itu sebelumnya.
Menurutku orang terbaik untuk dijadikan pemimpin berikutnya adalah Ogodei. Dia
jujur, Jika dia menjadi khan di masa mendatang, aku janji aku akan berusaha
sebaik mungkin untuk mendukungnya.”
Mendengar
komentar Chagatai, Genghis Khan berkata kepada Juchi, “Juchi, bagaimana
menurutmu? Bciaralah.”
Juchi
bakgit dari kursinya dengan ekspresi suram dan berkata, “Aku tidak keberatan
seandainya Ogodei menjadi penerus. Aku juga berjanji akan mendukungnya ketika
dia menjadi khan.”
Setelah
menguapkan komter singkat, dia langsung duduk kembali. Kali ini, Genghis
Khanberkata kepaa Ogodei, yang telah direkomendasikan sebagai penerus oleh
kedua kakak laki-lakinya, “Bagaimana menurutmu? Beri tahukan pendapatmu
padaku.”
Ogodei
ragu-ragu sesaat, tetapi kemudian berdiri dan berkata, “Jika ayahku Khan
memintaku mengucapkan sesuatu, apalgai yang bisa kukatakan selain bahwa aku
akan berusaha sebaik mungkin? Menurutku, siapa pun yang menjadi khan berikutnya
harus mengorbankan diri demi bangsa ini, yang telah didirikan ayahku Khan, demi
mewujudkan keabadian dan kejayaan bangsa Mongol!”
Genghis
Khan puas dengan jawaban itu. Kali ini, Tolui diminta berbicara. Tolui
menjawab, “Aku juga sepakat bahwa kakak laki-lakiku ketiga, Ogodei, haru menjadi
penerus. Jiak dia menjadi Khan, aku kan berjalan jauh dan bertempur singkat.
Pada saat bersamaan, aku berjanji akan mengawal keputusan ayahku dan janji
kakak-kakakku dengan setia.”
Setelah
Tolui berbicara, Genghis Khan memandangi seluruh yang hadir dari tempat
duduknya dan berkata dengan nada khidmat, “Kalian harus menepati perkataan
kalian. Di masa lalu, Altan dan Quchar membuat janji yang serupa. Namun, mereka
tidak menepati janji, Ingat apa yang terjadi pada mereka? Ogodei benar, siapa
pun yang menjadi khan harus mengorbankan diri demi keabadian dan kejayaan
bangsa Mongol. Tanah ini luas dan sungai ada di mana-mana. Di masa depan,
bansga Mongol mungkin tidak bisa diperintah oleh satu pemimpin saja. Kalian dan
keturunan kalian akan memiliki tanah sendiri serta rakyat untuk diperintah. Ini
adalah kehendak langit, begitu juga kehendakku. Jangan lupakan kisah anak panah
dan fabel tentangular berkepala dua yang sudah kuceritakan berkali-kali kepada
kalian.”
Genghis
Khan memutuskan Ogodei akan jadi penerusnya. Dia teramat menghargai karakter
Ogodei yang komplet. Menurut penilaian Genghis Khan, mungkin orang semacam
itulah yang diperlukan generasi mendatang.
Chang-Chun
adalah salah satu pria yang ingin ditemui , Genghis Khan. Genghis Khan
mendengar tentang pria itu saat dia sedang dalam perjalanan untuk menaklukkan
Cina Utara. Chang-Chun disebt-sebut sebagai orang bijak pada amasa itu di Cina.
Suatu kali, bahkan Yelu Churze menyebut-nyebutnya, dan dokter Cina Khan, Liu
Wen, amat merekomendasikan agar dia bertemu pria itu.
Yelu
Chutze menyampaikan ini kepada Genghis Khan, “Dia adalah orang nomor satu dalam
Taoisme. Taoisme adalah ilmu yang mempelajari asal-usul alam semesta dengan
hubungan antara alam dan manusia. Orang sudah lama mengkaji soal itu, jadi
mungkin memang bermanfaat.”
Sebagaimana
namanya Chang Chun yang menandakan hari panjang di musim semi, pria tersebut
dikenal sebagai seorang yang telah menemukan kunci untuk membuka misteri alam
semesta dan rahasia kesehatan serta umur panjang. Genghis Khan bukanlah tipe
orang yang amu mendengar gosip, tetapi dia memutuskan untuk menemui Chang Chun,
sebab menurutnya penguasa
hebat membutuhkan bantuan dari filsuf hebat. Genghis Khan memberikan
udnangan, alihalih mengeluarkan perintah kerajaan, kepada Chang Chun. Pria itu
menghuni biara di akawasan Shantung di Cina, dan tugas untuk mengatur
keberangkatannya diserahkan kepada Chingai, darughachi Cina utara, dan Liu Wen,
dokter Cina khan. Karena Genghis Khan pergi berperang dengan khwarazm tepat
sesudah mengirimkan undangan kepada pria tersebut, Chang Chun harus berkelana
sejauh 7.200 kilometer selama dua tahun, dan akhirnya menemui sang khan di kamp
perang di Hindu Kush.
37.
MARS MELAWAN KHWARAZM
Pada
musim panas 1219, sejumlah besar serdadu Mongol mulai berkumpul di tepi Sungai
Irtish, di sebelah timur danau Balkhas. Pada area lua sdi tepi sungai,
dibangunlah tenda militer yang junlahnya tak terhitung dan di padang,
tersebarlah 200.000 ekor kuda. Pada bulan Juli 15.000 prajurit telah berkumpul,
termasuk 30.000 prajurit tambahan dari Kerajaan Uighur dan Kara Khitai. Itu
adalah jumlah maksimum prajurit yang bisa dikumpulkan Genghis Khan, tapi
totalnya bahkan tidak sampai setengah dari pasukan musuh yang berkekuatan
400.000 orang. Genghis Khan mengutus kurr kilat ke bangsa bawahan Kerajaan
Shisha, untuk menutup kekurangan, akan
tetapi kerajaan Shisha amenolak permintaannya, melanggar syarat nomor satu
perjanjian damai, bahwa mereka akan menjadi tangan kanan Genghis Khan bilamana
terjadi perang. Surat balasan, yang tiba lima hari kemudian, berbunyi sebagai
berikut, “Bagaimana mungkin pria yagn tidak memiliki prajurit berjumlah memadai
untuk menghukum musuhnya sendiri menyebut dirinya ka-Khan?”
Ketika
Genghis Khan mendengar ini lewat penerjemah, dia murka. Ini adalah penghinaan
besar bagi Genghis Khan. Namun musuh saat ini adalah Khwarazm. Genghis Khan
tiak punya pilihan selain menunda hukuman terhadap Shisha sampa perang dengan
kharazm usai.
Genghis
Khan membagi pasukannya menjadi empat kelompok, kelompok pertama beranggotakan 50.000
orang adalah untuknya, sedangkan kelompok kedua beranggotakan 50.000 orang
untuk Chagatai dan Ogodei. Komadan pasukan keetiga yang beranggotakan 30.000
orang adalah Juchi, sedangkan komandan pasukan keempat yang beranggotakan
20.000 orang adalah Jebe. Genghis Khan menyerahkan tugas menjaga Dataran Tinggi
Mongol elama dia pergi kepada adiknya. Temuge, sang Ochigin Noyan.
Pada
bulan Juli 1219, pasukan Mongol memulai mars mereka. Pasukan keempat pimpinan
Jebe menjadi yang pertama maju. Pasukan keempat pimpinan Jebe memulai mars
mereka bukan dari markas besar Mongol di tepi Sungai Irtish, melainkan dari
wilayah Kashgar, yang lebih jauh ke selatan. Sebenarnya, kelompok pimpinan Jebe
adalah pasukan tersendiri yang terpisah. Ini adalah bagian pertama dari strategi
Genghis Khan untuk membingungkan musuh.
Ada
sebuah laut kecil, bernama Aral, di antara Danau, Balkhash dan Laut Kaspia. Dua
sungai mengalir ke utara menuju Laut Aral, satu dari arah tenggara, bersumber
di dekat Dataran Tinggi Pamir, yang bernama Sungai Syr, sedangkan satunya lagi
dari arah barat daya, bernama Sungai Amu. Wilayah di antara kedua sungai ini
disebut Transoxania dan wilayah di sbeelah barat Sungai Amu disebut Khurasan.
Di
bagian paling utara Transoxania, atau pada are tepat di selatan Laut Aral,
terdapat gurun Kuzil Kum, yang ganas dan tidak dapat dihuni. Namun,, area luas
di selatan gurun itu dan di antara kedua dataran tinggi. Dataran Tinggi Pamir
dan Pegunungan Hindu Kush, merupakan lahan bertanah subur gembur dan beriklim
sedang. Sempurna untuk dihuni manusia. Di area luas ini, tersebarlah sejumlah
ebsar kota kecil mau pun besar, termasuk Samarqand, Ibu Kota Khwarazm, Bukhara,
dan Urgenchi. Di sepanjang sungai Syr terdapat kota-kota penting seperti Otral,
kota paling utara, enaket, Jand dan Khojent.
Pasukan
keempat pimpinan Jebe menyeberangi
Pegunungan Tien Shan. Pegunungan Tien Shan yang terja dipenuhi pohon raksasa
yagn tumbuh rapat, jadi para prajurit Mongol harus membukan jalan dengan cara
menebangi pohon-pohon. Selagi mereka melintasi pegunungan tersebut, cekungan
besar Fergana muncul di hadapan mereka. Ini adalah area berpadang luas dan
berbukit rendah, yang ditutupi ilalang setinggi lutut atau pinggang manusia,
Dari sana, bermulalah wilayah Khwarazm. Sungai Syr dan Kota Khjent, yag
merupakan titik komersial dan strategi tidak jauh dari sana. Kota Khojent bisa
dibilang adalah gerbang timur Samarqand, karena lokasi dan kedekatannya dengan
Ibu Kota Khwarazm tersebut. Pasukan keempat pimpinan Jebe hendak menyerang kota
ini.
Apakah
strategi pertahanan sang Sultan Muhammad untuk menghadang para penyerang
Mongol? Pertama-tama, dia memilih sungai Syr sebagai garis spertahanan pertama.
Ditingkatkannya kekuatan pertahanan kota-kota sepanjang sungai dengan cara
menambah jumlah prajurit. Pada saat bersamaan, dia menempatkan pasukannya yang
terkuat di kota-kota besar seperti Samarqand dan Bukhara. Strategi Sultan
Muhammad terutama ditujukan untuk pertahanan dan tentaranya dibagi-bagi serta
ditempatkan di banyak area yang berlainan. Orang-orang Persia menyebutnya Wali
Allah dan Lexander II. Akankah dia memenangi perang dengan Genghis Khan? Tiada
yang tahu.
Pada
saat pasukan keempat pimpinan Jebe tengah maju ke Kota Khojent, pasukan utama
Genghis Khan tengah menyeberangi sungai Chu dan sedang mengitari perbatasan
selatan Gurun aku Kum. Di ujung gurun, regu pertama, kedua, dan ketiga Mongol
mulai menyebar. Regu kedua, dipimpin oleh Chagatai dan Ogodai, menuju ke Otral,
sedang pasukan ketiga pimpinan Juchi berbelok ke selatan dan menuju kota Jand.
Di manakah pasukan pertama pimpinan Genghis Khan? Mereka bergerak ke utara,
kemudian tiba-tiba lenyap. Mereka adalah pasukan bayangan. Meereka bergerak
ditengah-tengah kegelapan total dan dengan kecepatan tak terbayangkan.
Kota
Otral dijaga oleh Inalchuq, yang juga dikenal sebagai Ghayir Khan, dan ke
50.000 serdadunya. Sebelum pasukan Mongol tiba, Sultan Muhammad mengirim salah
satu panglimanya, Qaracha, beserta 10.000 serdadu tambahan untuk memperkuat
pertahanan. Oleh sebab itu, jumlah total prajurit garnisun di kota itu menajdi
60.000. Ke 50.000 prajurit pasukan kedua yang dipimpin Chagatai dan Ogodei
mengepung kota tersebut. Inalchuq sudah memutuskan untukn bertempur hingga
titik darah penghabisan, sebab dialah yang menyebabkan masalah tersebut.
Kalau-kalau mereka kalah, orang-orang Mongol tak akan membiarkan hidup-hidup.
Dia telah memperbaiki dan memperkuat tembok pertahanan serta barak perlindungan
di dalam kota. Dia sudah menyimpan persediaan makanan yang mencukupi kebutuhan
60.000 serdadunya selama paling tidak setahun dan juga segala macam senjata.
Dia memenggal sekitar tiga puluh warga yang berusaha kabur karena takut pada
pasukan Mongol yang mendekat, dan menggantung mereka di tembok pertahanan
sebagai peringatan.
Begitu
tiba, Chagatai dan Ogodei bersiap menyerang, setelah mengamati bagian luar
kota. Ortal dilindungi tembok pertahanan dari bata kuat hasil campuran lupur
serta buluh ilalang, dan di sekeliling tembok tersebtterdapat parit. Prajurit
Mongol mulai melemparkan batu ke tembok pertahanan menggunakan ketepel dan
bola-bola api pun beterbangan ke dalam kota. Prajurit garnisun Khwarazm balas
menyerang dengan panah berjangkauan jauh serta menghujani pra prajurit Mongol
yang mendekat dengan panah. Mereka juga diperlengkapi peralatan dan senjata
seperti batu dan minya mendidih, kalau-kalau prajurit Mongol memanjat dinding
menggunakan pengusung tangga. Tembok pertahanan begitu kuat sehingga prajurit
Mongol tidak bisa membobolnya dengan mudah. Pertempuran ini bisa menjadi perang
yangg panjang.
Seentara
itu Juchi, yang telah ebderap ke selatan di sepanjang sungai Syr, menyerahkan
5.000 serdadu kepada Alqai, Soygetu, dan Taqai untuk maju ke fenaker sebagai
pasukan baris depan. Panglima pertahanan dari pihak Khwarazm, Iletqu Malik,
melawan orang-orang Mongol dengan 10.000 serdadunya yang terdiri dari
orang-orang Turki serta Tajik. Setelah pertempuran sengit selama empat hari,
psukan pertahanan Iletqu hancur binasa. Di antara 30.000 penduduk Fenaker,
hanya 150 insinyur indutri, teknisi, seniman, dan 800 kuli pilihan yang
disesalamatkan. Semua warga laki-laki lainnya dibantai. Kuli yang dimaksud di
sini adalah warga negara musuh yang tidak membangkang dan bersikap sangat
kooperatif, yang dipekerjakan sebagai buruh aksar oleh tentara penakluk.
Juchi
terus maju, tiba di Kota Suqunaq yang terletak di tepi sungai. Kota tersebut
memiliki populasi berjmlah 40.000 orang. Di kamp perang Juchi, ada seorang pria
Persia bernama Hassan Hajji. Dia adalah kawan Jafar dan pernah menyumbangkan
seribu domba kepada Genghis Khan ketika masih berada di Danau Baljuna untuk
bersembunyi dari serangan Wang-Khan. Pria ini juga bergabung dengan Genghis
Khan di danau Baljuna, menjadi salah satu orang Baljuntu. Suqunaq adalah kota
asalnya.
Hasan
berkata kepada Juchi, “Ini kota asalku. Kerabat dan keluargaku masih tinggal di
sini. Aku akan berusaha membujuk mereka agar menyerah.”
Juchi
mengirimnya ke kota sebagai utusan. Setelah memasuki kota. Hassan mulai
membujuk mereka di depan khalayk. Namun, di antara khlayak terdapat pengacau
juga. Sedari awal, mereka tidak mau mendengarkkannya. Mereka justri meprovokasi
khalayak.
“Bunuh
si penghianat Allah!”
Khalayak
menganggap sebagai penghianat, mereka menariknya turun dari podium dan
merajamnya tanpa ampun. Hassan pun meninggal di tempat. Gerombolan orang
mengitari pasar sambil menyeret mayat Hassan.
Mereka
terus menerus berteriak, “Perang Syahid!”
Saat
mendengar tewasnya Hassan. Juchi serta merta meluncurkan serangan. Pasukan
pertahanan mereka runtuh seketika. Juchi mengeluarkan perintah untuk menghabisi
seluruh penduduk.
Sebeum
berangkat, Genghis Khan memberikan sejumlah panduan dan instruksi tentang
perang dengan Khwarazm kepada para panglima dan komandannya :
·
Warga
negara musuh yang membangkang dan tidak patuh harus dihabisi. Di sisi lain,
merekka yang menyerah harus diselamatkan.
·
Kota
yang melawan serta tembok kota mereka harus dihancurkan sepenuhnya dan
diratakan dengan tanah, supaya tidak dapat dipergunakan lagi oleh musuh di masa depan.
·
Jangan
sisakan cikal bakal pemberonta ketika kalian maju.
·
Berusahalah
agar tidak menyentuh rumah ibadah, kecuali rumah ibadah tersebut dijadikan
markas musuh.
·
Tinggalkan
Shahna, atau pengawas, di ktoa yang menyerah.
·
Selamatkan
teknisi industri, isninyur, serta seniman ahli dan kirim mereka ke Dataran
ongolia.
·
Jika
mungkin, selamatkan wanita dan anak-anak.
Para
panglima yang tidak langsung berada di bawah komando Genghis Khan diberi
keemerdekaan untuk membuat keputusan dan melakasanakan operasi militer, asalkan
tidak menyimpang dari garis besar rencana sang khan. Kebebasan ini diberikan
karena Genghis Khan harus encakup area yang luas dengan jumlah prajurit yang
relatif sedikit. Mreka tidak perlu melapor dan minta izin kepada Genghis Khan
pada setiap kesempatan.
Semua
orang diSuqunaq dibantai. Tidak ada stu orang pun yang selamat, dan kota
tersebut hancur lebur serta rata dengan tanah. Selama bertahun-tahun, kota itu
akan tetap menjadi reruntuhan. Kelak, ketika kota tersebut dibangun menjadi
reruntuhan. Kelak, ketika kota tersebut dibangun kembali, putra hassan akan ditempatkan
sebagai gubernur.
Juchi
maju semain jauh ke selatan. Ketika mereka tiba di kota-kota lain, seperti
Oskend dan Barjigh Kant, garnisun dan penduduk tidak melawan, justru keluar
untuk menemui mereka sambil membawa roti dan garam, simbol selamat datang.
Kedua kota ini selamat tanpa ada pembantaian. Untuk kedua kota ini,
ditempatkanlah shahna yang dipilih dari para warga, dan kuli dipilih dari
antara warga yang masih muda. Begitu mereka menyerah mereka harus bekerja untuk
apsukan Mongol, menyumbang tenaga dan terkadang berderap di depan mereka.
Itulah makna penyerahan diri berdasarkan interpretasi orang-orang Mongol.
Menyerah bkn semata-mata tidak melawan, melainkan juga kooperatif positif serta
aktif.
Ketika
pasukan ketiga pimpinan Juchi tiba di kota Ashnas, mereka harus smenghadapi
perlawanan sengit, Semua penduduk kota di bantai dan seluruh bangunana, rumah,
serta tembok diratakan dengan tanah. Kabar ini sampai ke Kota Jand, yang
populasinya 50.000 orang. Qurlugh Khan, kepala garnisun kota ini, melarikan
diri bersama pengikut dekatnya saat pasukan Mongol mendekat. Juchi mengirim
Chin Temur, orang Kara Khitai, ke dalam kota sebagai utusan untuk membujuk
mereka agar menyerah. Chin Temur mencoba, di hadapan tokoh terkemuka kota
tersebut, teteapi sebagian dari mereka berubah menjadi gerombolan liar. Chin
temur harus membuat kesepakatan palsu dengan mereka demi menyelamatkan
nyawanya.
Setelah
menerima laporan dari Chin Temur, Juchi mengutus pasukannya ke dalam kota. Kota
Jand pun jatuh tanpa pertumpahan darah. Sekitar dua ratus perusuh dan warga
yang tidak kooperetif ditahan dan dibantai, tetapi sebagian besr sisanya
diselamatkan. Ali Khoja diutnjuk oleh Juchi sebagai Shahna di kota ini dan
dipilihlah sekitar 10.000 kuli.
Bagaimana
dengan pasukan keempat pimpinan Jebe, yang menuju ke kota Khojent, sebuah titik
militer strategis?
Temur
Malik, kepala garnisun khojent, adalah seorang panglima Khwarazm terkemuka, Dia
menempatkan semua warga ke dalam barak perlindungan demi keselamtan mereka dan
membangun baris pertahanan di titik percabangan Sungai Syr, yang tidak bisa
dicapai panah dari tepi sungai. Lalu, dia membangun duabelas tongkang besar.
Tongkang ini berupa perahu besar berdasar rata dan perbagar pelindung dengan
kapasitas maksimum duaratus prajurit. Pagar ditutupi kain felt berlapis lumpur,
melindunginya dari panah api, Di tongkang tersebut ada banyak celah, yang bisa
digunakan para prajurit untuk mengintai dan menembakkan panah.
Tongkang-tongkang ini sangat efisien sehingga mengesalkan para prajurit Mongol yagn
datang dan pergi dari hilir serta hulu sungai. Pertempuran pun terhenti.
Jebe
menghubungi Juchi, yang menduduki
kawasan hilir sungai. Juchi seketika mengirim 50.000 kuli untuk jebe. Jemeb
mulai membuat pematang di sungai dengan batu-batu dari dekat sana, menggunakan
ke 50.000 kuli. Ketika pematang sudah dekat dengan markas Khwarazm. Temur Malik
mulai kabur menghilir sungai menggunakan tujuh puluh perahu. Jebe serta merta
mengontak Juchi, Juchi mulai membangun blokade dari rantai besi dan membariskan
perahu melintang sungai untuk mencegah
perahu Malik melintas. Karena perahu mereka terjebak blokade tersebut, Temur
Malik dan prajuritnya idak punya pilihan selain turun ke darat. Mereka dibantai
oleh para prajurit Mongol, yagn sudah menunggu di kedua tepi sungai.
Temur
Malik mendarat di sebelah barat sungai dan mulai kabur ke barat setelah
menunggangi kudanya, yang dia bawa serta di perahu. Tiga prajurit Mongol
mengejarnya. Kuda Temur Malik kemudian menapak masuk ke area gurun. Kuda Temur
Malik adalah kuda arab, yang berkaki panjang serta lebih cepat pada jarak
pendek. Namun, kuda arab lebih lemah pada jarak jauh daripada kuda Mongol.
Ketiga prajurit Mongol terus mengejarnya. Jarak antara mereka menjadi kian
sempit dan kian sempit. Temur Malik mengambil satu dari tiga anak panah di
wadah panahnya dan menembak merka, mengenai salah seorang yang kemudian jatuh
dari kudanya. Dua prajurit Mongol yang tersisa tidak menyerah. Temur Malik
menembakkan panah kedua dan terjatuhlah satu lagi prajurit Mongol. Prajurit Mongol
terakhir terus menegejar. Temur Malik mengambil ank panah terakhir, akan
tetapi, panah itu bukan untuk membunuh atau melukai, melainkan untuk memberi
sinyal, maka ujungnya tumpul. Panah terakhirnya mengenai mata si prajurit
Mongol yang tengah mengejar. Namun, sang prajurit tidak mati, hanya luka di
salah satu mata. Namun, dia tidak dapat meneruskan pengejaran.
Inilah
kisah Temur Malik, dua puluh tahun kemudian. Sesudah dia melarikan diri, selama
beberapa waktu, dia terus berjuang untuk Khwaraz dan kemudian kabur ke Suriah.
Dia menetap di sana selama kira-kira duapuluh tahun. Ketika keadaan sudah
tenang, dia pun kembali ke kota asalnya. Khojent. Dia eramat merindukan kampung
halamannya dan terutama, dia ingin bertemu putranya. Putranya telah menjadi gubernur
Khojent pada saat itu, ditunjuk oleh Ogodei Khan. Sang Putra besedia menerima
bertamu dari Suriah, yagn kini adalah seorang pria tua. Setelah did antar ke
hadapan putranya. Temur Malik menanyainya, “Jika kau bertemu ayahmu, apakah
menurutmu kau bisa mengenalinya?”
Sang
Gubernur menjawab sambil menggelengkan kepala, “Aku berpisah dengan ayahku saat
aku balita. Aku bahkan tidak tahu apakah beliau masih hidup atau tidak.”
Temur
Malik memberi tahu putranya, “Aku ayahmu.”
Terkejut,
sang gubernur memanggil pelayan lama ayahnya untuk memastikan. Sang pelayan tua
menemukan wajah majikannya di tengah-tengah janggut dan kumis tebal beruban.
Sang pelayan tua memberi tahu gubernur, “Menurut saya beliau ayah Anda. Akan
tetapi untuk memastikannya saya harus melihat bahu kanannya. Ayah Anda memiliki
bekas luka di bahu kanan beliau.”
Temur
Malik melepas baju atasnya dan menunjukkan bekas lukanya. Ayah dan anak pun
berpelukan.
Beberapa
sat kemudian, sang anak mengangkat kepala, dengan air mata di amtanya dan
berkata, ‘”Ayah, aku ini Abdi Imperium Mongol. Aku sudah lama bersumpah setia.
Hanya ada satu jalan yang tersisa. Ayah harus pergi menemui Ogodei Khan untuk
minta maaf secara khusus. Kaum Mongol tidak pernah melupakan musuh mereka,
bahkan setelah jangka waktu yang lama.”
Temur
Malik menginap bersama putranya beberapa hari, kemudian pergi ke dataran
Mongolia untuk menemui Ogodei Khan. Namun, dia tidak beruntung. Dalam
perjalanan, dia ditangkap oleh para prajurit Qadaqan, putra keenam Ogodei Khan.
Dia pun dibawa menemui Qadaqa Khan. Qadaqa Khan, menetapnyabeeberapa lama, lalu
memberikan perintah kepada anak buahnya agar membawakan buku catatan tentang
pria tersebut. Di dalamnya, masa lalu dan aktivitas terdahulu Temur Malik
dicatata secara terperinci.
Temur Malik,
kepala garnisun Khojent pada permulaan perang. Salah satu tokoh terkemuka dalam
pasukan lawan. Setelah melarikan diri dari Khojent, dia bergabung kembali
dengan pihak musuh. Menyerang wilayah Kent, membunuh shahna di sana.
Aktivitasnya setelah itu tidak diketahui. Sejumlah orang bersaksi bahwa dia
kebur ke Suriah.
Begitulah
poin-poin kuncinya. Sesudah mengonfirmasi catatan tersebut, Qadaqan menaap
Temur Malik sekali lagi dan berkata, “Putramu telah berjasa besar bagi Imperium
Mongol. Aktivitasmu di masa lalu sebagai musuh Imperium Mongol bisa dihapuskan
berkat jasa putramu. Akan tetapi, aktivitas kriminalmu membunuh shahma, yang
mewakili Khan Mongol di area itu, tidak bisa dimaafkan. Aku akan mengonfirmsi
satu kali lagi. Apakah kau benar-benar Temur Malik.”
Qadaqan
memerintahkan agar si prajurit Mongol, yang mengejar Temur Malik sampai saat
terakhir, dipanggil. Tentu saja, prajurit itu masih hidup dan pada saat itu,
dia sudah menjadi komandan dari seribu anak buah. Sang komandan, yang kini
mengenakan penutup mata, setelah menginterogasi si pria asing empat mata,
mengonfirmasi dan besaksi bahwa dia adalah Temur Malik. Temur Malik dieksekusi
dengan cara ditembak panah. Tak seorang pun bisa meloloskan diri dari hukuman
kaum Mongol, tak peduli waktu atau tempatnya.
38.
JATUHNYA BUKHARA DAN OTRAL
Pasukan
pertama Mongol pimpinan Genghis Khan menuju ke utara, melewati kota Otral dan
kemudian secara mendadak berbelok ke barat daya. Saat pasukan menyeberangi
Sungai Syr, luasnya Gurung Kyzil Kum terlihat dalam pandangan. Jarak dari ujung
utara ke ujung selatan gurun ini sekitar 640 kilometer dan gurun tersebut
dipenuhi ular serta kalajengking. Tentu saja tidak ada air di area ini dan
suhunya berbeda jauh antara siang dan malam. Gurun tersebut seperti neraka.
Sultan Muhammad menganggap gurun tersebut sebagai benteng pertahanan alamiah
yang tak akan pernah sanggup diseberangi orang-orang Mongol. Dia menyusun
strategi pertahanannya berdasarkan asumsi ini. Walau demikian pasukan Genghis
Khan sudah menyiapkan banyak air dan mereka pun menapak masuk ke gurun. Air
tidak hanya diperlukan untuk minum, tetapi juga untuk meminimalkang angguan
dari kalajengking. Sebelum mendirikan tenda setiap malam. Orang-orang di area
ini menuangkan air mendidih ke lubang-lubang kecil di sekeliling tenda, sehingga
membunuh kalajengking di dalamnya. Bisa hewan ini mematikan. Begitu seseorang
tersengat, dia akan menderita demam tinggi dan mengalami bengkak parah, lalu
meninggal dalam waktu duapuluh empat jam.
Pasukan
Mongol terutama tidur saat siang dan berjalan di malam hari. Penyebabnya adalah
kalajengking aktif saat malam hari. Para prajurit diperintahkan tidur sambil
mengenakan sepatu bot, sebab bagian dalam sepatu bot merupakan tempat
persembunyian favorit kalajengking.
Pasukan
pertama Mongol sukses menyeberangi gurun. Mereka akhirnya menapaki tanah subur
Transoxania. Mereka pun terus berderap ke selatan. Taget pertama Genghis Khan
adalah Bukhara.
Bukhara
adalah kota terpencil, berjarak sekitar 240 kilometer di sebelah barat
Samarqand, Ibu Kota Khwarazm. Bukhara merupakan kota yang penting di antara
samarqand dan wilayah barat Khwarazm. Genghis Khan berencana menegepung
Samarqand dengan cara merebut Bukhara.
Untuk
sampai ke Bukhara, Genghis Khan harus melintasi beberapa kota antara berukuran
kecil. Salah satunya adalah Jarnuq. Setelah mengepung kota tersebut, Genghis
Khan mengirim utusan ke Kota. Para warga terguncang saat melihat munculnya
pasukan Mongol yang tak ddiduga-duga, dan rasa takut pun menjerumuskan seisi
kota ke dalam kericuhan serta kekacauan.
Utusan
Genghis Khan, Danishmand, berteriak di depan khalayak, “Namaku Danishmand. Aku
seorang Muslim dan ayah serta semua
keluargaku orang Muslim. Aku berada di
sini untuk menyelamatkan kalian dari pembantaian da pusaran penghancuran,
sebagai utusan Khan. Perang akhirnya tiba. Jika kalian melawan, kota ini akan
diratakan denegan tanah dalam waktu setengah hari dan akan terjadi banjir
darah. Jika kalian mendengarkan saranku dengan akal sehat dan kebijaksaan,
kalian akan menyerah dan berjanji untuk memathui beliau. Jika demikian, paling
tidak beliau akan menyelamatkan nyawa kalian.”
Para
aristokrat dan tokoh terkemuka di Kota Jarnuq berkumpul dan berdiskusi. Mereka
semua sepakat untuk menyerah. Mreka membuka gerbang dan muncul berduyun-duyun
di hadapan pasukan Mongol, sambil menghaturkan roti dan garam, simbol
penyerahan diri dan ucapan selamat datang. Sebagaimana yang dijanjikan, Genghis
Khan tidak menyentuh rakyat, tetapi melucuti prajurit garnisun dan merobohkan
barak perlindungan serta tembok kota. Ini adalah tindakan pencegahan supaya
kota tersebut tak dapat dipergunakan lagi oleh musuh di masa mendatang.
Kemudian, dipilihlah sekitar lima ribu kuli dari kota ini.
Pasukan
Mongol pun meneruskan mars. Genghis Khan mengirim tayir Bagatur sebagai
komandan baris depan untuk kota berikutnya, Nur. Genghis Khan berusaha
menyembunyikan pergerakannya sampai dia tiba di tujuan tahap pertama. Bukhara.
Genghis Khan menyarankan kepada Tayir Bagatur agar melakukan serangan dadakan
di malam hari, untuk mengambil kendali garnisun mereka. Tayir memerintahkan
prajuritnya agar menutupi tubuh mereka dengan ranting berdaun, satu di
masing-asing tangan. Mereka tidak menggunakan kuda dan berjalan dengan laju
sangat lambat.
Di
Kota Nur, ada seorang perempuan aneh. Orang-orang menyebutnya Zarqa Yamama,
yang berati “Perempuan bermata biru”, Dia didperlakukan sebagai orang gila atau
perempuan yang kerasukan. Perempuan Persia ini acap kali berjalan keliling kota
sambil menggumamkan hal-hal yang tidak dapat dipahaami siap pun. Dia acap kali
berteriak di pasar sambil menatap kosong dan tidak fokus.
“Pada hari ketika hutan bergerak, petaka
besar akan menimpa negeri ini! Bergunung-gunung kepala manusia dan banjir darah
manusia akan ada di mana-mana. Waspadalah pada hari ketika hutan bergerak!”
Orang-orang
menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar teriakan konyolnya. Mereka
mendecakkan lidah karena simpati dan berpaling dari perempuan tidak waras ini.
“Bagaimana
bisa hutan bergerak?”
Namun,
kata-katanya ternyata benar. Malam itu, para penyerang dadakan pimpinan Tayir
mendekati kota laksana hutan bergerak. Malam itu gelap, tanpa satu pun berkas
sinar bulan. Saat tiba tepat di bawah tembok tersebut menggunakan tangga dan
tapi. Setelah melintasi tembok, mereka pun mengambil kendali atas garnisun. Keesokan
harinya, warga Nur menyerah kepada Subedei, yang tiba pagi-pagi sekali dengan
pasukannya yang berjumlah besar.
Karena
mereka menyerah, Genghis Khan mengampuni nyawa mereka dan memperkenankan mereka
menyimpan ternak mereka. Walau begitu, barak perlindungan dan tembok kota
diratakan dengan tanah dan orang-orang dievakuasi. Selain itu para pemimpin
kota ini harus berkontribusi sebesar 1.500 dinar. Belakangan, Genghis Khan
menunjuk II Khoja, putra mantan Gubernur,
sebagai penguasa kota ini. Genghis Khan berderap menuju Bukhara. Bukhara adalah
kota besar di tepi sungai Oxus, atau sungai Amu, berpopulasi 40.000 orang.
Bukhara berarti “Pusat Pengajaran” dan sebagaimana yang disiratkan nama
tersebut, terdapat banyak sekolah, pepustakaan, dan tempat ibadah Islam.
Bukhara juga merupakan pusat industri dan perdagangan, Industri tekstil wol,
menggunakan wol dari domba dan unta, serta industri kulit, yang memproduksi
busana, sabuk, dan sepatu bot kulit, amatlah maju. Permadani Persia buatan
mereka adalah yang terbaik di dunia pada masa itu. Kota itu selalu disesaki
karavan dari Mediterania, Persia, India dan Cina.
Saat
Kota Bukhara semakin dekat, sosok indah masjid berbentuk bawang dan menara
observatirum yang dilingkupi dinding bata merah terlihat dalam pandangan
Genghis Khan. Genghis Khan berhenti di sana dan mengutus pengintai untuk
mengawasi pinggiran kota. Komandan garnisun Bukhara, Kok Khan, ditempatkan di
tepi sungaAmu bersama 30.000 prajuritnya. Dia memiliki panglima-panglima Turki
dan Persia yang andal, seperti Khamid Bur, Sevich Khan, dan Keshli Khan. Ironisnya, Kok Khan adalah orang
Mongolia. Setelah menjadi yatim pitatu saat kanak-kanak, dia mengikuti karavan
ke area ini. Dia diakui sebagai kesatria hebat saat tumbuh dewasa, dan akhirnya
menjadi panglima tinggi dalam ketentaraan Khwarazm. Kok Khan, yang diduga
adalah keturunan kaum Taichut, dan 30.000 serdadunya, bentrok dengan pasukan
ekspedisi Mongol di tepi Sungai Amu. Nasib mereka tragis, dihabisi hanya dalam
waktu setengah hari. Ke 30.000 prajurit garnisun dibunuh semuanya, begitu juga
Kok Khan, yang ditembak kira-kria sepuluh panah.
Darah
mereka menodai sungai dan mayat merema tak ada habis-habisnya menutupi bantaran
sungai.
ooOOoo
Kabar
bahwa prajurit garnisun telah dihabisi membuat kota tersebut panik. Sebagian
warga bersembunyi di barak perlindungan dan yang lain hanya duduk saja, serta
menunggu nasib. Untu meminimkan jumah korban, mereka membuka gerbang kota
lebar-lebar dan menyambut pasukan Mongol. Genghis Khan memasuki kota
berdampingan dengan putranya Tolui. Jalan di dalam kota lebar serta bersih, dan
bangunan besar bagaikan istana berjajar di kiri-kanan jalan. Bangunan-bangunan
tersebut dilapisi ubin mengkilap seputih salju, yang memantulkan sinar
matahari siang, menciptakan pelangi
menyilaukan.
Sebagian
warga bersembunyi di bangunan dan sebagian lainnya keluar ke jalanan serta
menonton prajurit berkuda Mongol berderap masuk. Sebagian serdadu Mongol masuk
ke kota, sedangkan sebagian lainnya ditempatkan di luar kota dan meminta mereka
membawakan daftar orang kaya di kota. Mereka membahas ini bersama-sama dan
membawakan daftar yant erdiri dari 280 orang gkaya. Di antara mereka sekitar
180 orang adalah penduduk asli dan sekitar 90 berasal dari luar, termasuk
India. Genghis Khan memerintahkan mereka membayar 200.000 dinar untuk uang
kompensasi perang. Mereka membawakan koin emas serta perhiasan sejumlah itu.
Genghis Khan megumpulkan semua warga di lapangan tersebut di tengah-tengah
kota. Dia melangkah naik ke podium tinggi yang terbuat dari anak tangga pualam
dan berteriak kepada mereka. Di sebelahnya ada dua penerjemah yang mengulangi
bahasa Mongolia dalam bahasa Turki dan bahasa Persia.
“Aku adalah hukuman dari Tuhan! Aku
tidak berada di sini semata-mata untuk menginvasi negeri lain dan menjarah. Pemimpin
kalian telah melakukan kejahatan serius. Tuhan pun murka. Karena pemimpin
kalian, kalian juga harus membayar hukumannya. Mulai saat ini, kalian akan
memiliki tatanan baru, dunia baru, dan era baru. Bergabunglah dengan kami dan
bekerja samalah dengan kami! Hanya dengan cara itulah, kalian dapat
menyelamatkan diri dan hidup sejahtera. Jika tidak, kalianakan musnah dari bumi
ini! Itulah kehendak Tuhan dan kehendakku. Di sini, kunyatakan dengan sangat
gamblang kepada kalian bahwa kalian bebas beragama. Aku berjanji.”
Berikutnya,
Genghis Khan menghadiri pesta selamat datang yagn diselenggarakan oleh warga.
Sebagian warga membawakannya arak madu Persia, tetapi Genghis Khan menolaknya
dan meminum kummis yang dibawakan prajuritnya. Para Musisi memainkan alat musik
mereka dan beberapa penyanyi perempuan keluar serta menyanyikan lagu mereka.
Beberapa waktu kemudian, para prajurit Mongol, yang duduk berkeliling di
lapangan terbuka sambil saling rangkul menyanyikan lagu militer
sekeras-kerasnya, sambil mengayunkan tubuh bagian atas.
Genghis
Khan tidak tinggal di sana terlalu lama. Sebelum pergi, dia memberikan
Instruksi kepada Tolui.
“Jangan
biarkan kota ini jadi basis pemberontakan di masa depan. Colabalah selamatkan
wanita dan anak-anak.”
Genghis
Khan kembali ke map-nya di luar kota. Keesokan paginya, Tolui menyerang barak
perlindungan di pinggiran kota bersama pasukannya. Ke 50.000 pemberontak di
dalam neolak menyerah. Pasukan Mongol mulai menembakkan batu dan bola api,
menggunakan ketepel nya serta pelonta api. Mreka juga menggunakan penggedor
untuk mendobrak gerbang barak perlindungan. Setelah bertempur selama beberapa
hari, barak perlindungan pun direbut dan semua pria dewasa serta anak laki-laki
dibantai, sedangkan wanita dan balita diampuni. Mayat bertumpuk-tumpuk bagaikan
gunung, dan banjir darah menganak sungai. Wanita dan balita kemudian dikirim ke
Dataran Mongolia sebagai budak.
Berikutnya,
Tolui memilih 50.000 kuli dari antara warga. Dia memerintahkan agar seluruh
populasi kota itu dievakuasi. Mereka harus pindah ke luar kota. Setelah membuka
gudang makanan dan mengeluarkan semuanya dari sana. Tolui menitahkan perintah
untuk membakar kota. Karena sebaian besar terbuat dari kayu, kota itu dengan
cepat dilalap api. Kota Bukhara terbakar selama beberapa hari. Langit di atas
kota bernoda merah, dan pemandangan tersebut dapat dilihat dari jarak 160
kilometer. Enam hari kemudian, kota tersebut tinggal abu belaka. Tak ada yang
tersisa, kecuali tumpukan arang tembok pertahanan yang hancur, dan istana serta
rumah ibadah separuh hangus yang terbuat dari bata serta pualam. Sementara itu,
para warga pembangkang yang bersembunyi di setiap penjuru kota terpaksa keluar
karena kepanasan dan dibunuh satu persatu. Para warga yang sudah menyerah serta
anggota keluarga mereka yang menunggu di luar kota diberi ternak, makanan,
serta barang-barang gkebutuhan minimal, dan disarankan agar mencari cara
sendiri untuk hidup sampai bangsa Mongol menuntaskan penaklukan Khwarazm.
Setelah kejadian ini, butuh tiga tahun untuk membangun kembali kota tersebut.
Yalavachi dan putranya, Masud, ditemptkan sebagai Gubernur, bergantian. Seorang
penyair Persia mengekspresikan kecaman seperti ini, sesudah dia menyaksikan
Bukhara :
Takdir adalah
tongkat,
Dan hidup adalah
bola,
Tongkat
memain-mainkan bola!
Tadkr adalah
badai,
Dan hidup adalah
sebutir padi,
Siapa yang bisa
melawan tiupannya.
Takdir adalah
pemburu,
Dan hidup adalah
seekor burung,
Siapa yang bisa
bersembunyi dari mata awas dan panahnya?
Sementara
itu, di Otral, pertempuran masih berlangsung. Kota Otral porak-poranda setelah
lima bulan diserang bangsa Mongol, Sebagian besar rumah terbakar bola api dan
jalanan dipenuhi mayat. Pada awal perang, mayat-mayat dikubur, teteapi seiring
berjaannya waktu, jumlahnya terlalu banyak. Udara berbau busuk, dan kawanan
lalat dari mayat tidak pernah berhenti mengganggu mereka yang masih hidup.
Walau pun makanan masih tersedia, air lambat laun menjadi langka. Dalam situasi
normal, para penduduk menggunakan air dari sungai di dekat sana untuk
segalanya. Namun dalam situasi ini, mereka mereka harus mengandalkan air dari
sumur di dalam kota saja. Tentu saja mereka telah bersiap-siap untuk perang
yang lama, dengan cara menggali sumur tambahan, tapi itu tidak cuup. Banyak
kuda yang meninggal karna dehidrasi. Selain itu, fakta paling krusial yang
mulai mereka sadari adalah bahwa mereka akehabisan panah, yang jelas diperlukan
untuk menghentikan para prajurit Mongol yang mendekat. Sekali pun dihadapi pada
semua masalah ini, Inalchuq memenggal kepala siapa pun yang membicarakan
penyerahan diri, tepat di tempat, sebab dia tahu dirinya tak akan selamat walau
pun menyerah.
Suatu
hari, setelah bertempur selama lima bulan, Qaracha sang panglima Khwarazm, yang
bergabung dengan Inalchuq bersama 10.000 serdadunya, tidak tahan lagi dan
memutuskan untuk kabur. Tanpa memberi tahu atau pun berkonsultasi dengan
Inalchuq, dia membuka gerbang samping dan melesat untuk menembus kepungan
beserta sebagian prajuritnya. Walau begitu, percobaan ini dengan mudah
dihentikan dan Qaracha menjadi tawanan, lalu akhirnya kehilangan kepala. Dalam
insiden ini, para prajurit Mongol sukses menguasai gerbang tersebut. Para
serdadu Mongol pun tumpah ruah ke kota. Di dalam kota, mmayat prajurit Khwarazm
mulai menumpuk. Kalah dalam pertempuran di jalanan, prajurit Khwarazm yang
tersisa mencari selamat di dalam barak perlindungan. Inalchuq bertahan di barak
perlindungan selama sebulan lagi bersama 20.000 serdadunya yang tersissa. Namun
pada penghujung bulan itu, ke 20.000 serdadunya sudah mati semua dan yang
tersisa hanyalah segelintir gundiknya. Dia telah mempergunakan panah
terakhirnya, dan hanya satu pedang sabit yaang tersisa di tangannya. Dia mulai
lari ke puncak menara barak bersma gundik-gundiknya. Beberapa lusin prajurit
Mongol pun mengejarnya. Genghis Khan memerintahkan agar Inalchuq ditankgap
hidup hidup. Ketika Inalchuq sampai di ruangan teratas, yang dihunakan sebagai
observatorium, dia sudah terjepit. Gundhik-gundhiknya memungut genting dari
atap dan membawakannya kepada Inalchuq, Inalchuq pun melemparkan
genting-genting tersebut kepada para prajurit Mongol, yang tengah menaiki
tangga spiral dan kian mendekatinya. Inalchuq ditangkap hidup hidup di sana.
Belenggu besi dipasangkan ke tangan serta kakinya dan dia dimasukkan ke gerobak
kurungan berjeruji besi. Setelah menghancurkan dan membumi hanguskan Kota
Otral, Chagai dan Ogodei maju ke Samarqand bersama pasukan kedua yang mereka
pimpin. Saat itu, bulan Februari 1220.
Setelah
itu, keempat pasukan Mongol – regu pertama pimpinan Genghis Khan, regu kedua
pimpinan Caghatai dan Ogodei, kelompok ketiga pimpinan Juchi, serta kelompok
keempat pimpinan Jebe – berkumpul di pinggiran Samarqand. Genghis Khan
menyerahkan Inalchuq kepada Julchedai, yang terkenal kejam. Julchedai
pertama-tama memasukkan beberapa bongkah perak ke tanur peleburan sampai
mendidih. Julchedai kemudian menggantung Inalchuq terbalik di pohon dan
menuangkan perak mendidih itu ke dalam lubang hidung serta lubang telinganya,
sedikit demi sedikit, di depan ratusan penonton.
Itulah
akhir riwayat Inalchuq.
39.
JATUHNYA SAMARQAND
Genghis
Khan maju ke Samarqand, Ibu Kota Khwarazm. Samarqan, kota berpopulasi 500.000
orang bukan saja merupakan pusat politik, perdagangan, budaya, da industri bagi
Kesultanan Khwarazm, melainkan juga kota yang megah dan agung.
Bangunan-bangunan yang berdiri di sepanjang jalan tersebut dari bata merah dan
marmer, sedangkan ubin seputih salju menutupi bata sehingga membuat bangunan
tampak bersih dan cerah. Di area pinggiran dan pusat, toko-toko yang memajang
barang mewah dari luar negeri serta dagangan dari segala penjuru dunia berderet
tak ada habis-habisnya, sedangkan penginapan serta teater untuk pengelana ada
di mana-mana. Diberkahi cuaca hangat dan nyaman, area sekitar kota ini dipenuhi
banyak jenis pohon buah, termasuk kurma, dan kebun anggur serta ladang semangka
tersebar tak berujung. Semangka produk khas daerah ini, teramat populer karena
rasanya yang sangat manis dan tidak berserat. Produk ini diekspor banyak-banyak
setiap musim untuk memuaskan permintaan dari negeri-negeri yang jauh. Ketika
mengekspor ke tempat jauh, produk ini disimpan di dalam kotak kayu yang diisi
bahan tahan panas dan peredam guncangan.
Penyair
Persia memuji-muji kota yang indah ini :
Samarqand!
Mutiara dari
Timur!
Diberkahi rahmat
Tuhan.
Inilah kampung
halaman para bidadari.
Anggur manis
melimpah laksana hujan.
Dan angin
disemarakkan keharuman.
Tanahnya bagai
kasturi.
Dan permata
menggelinding di mana-mana.
Di manakah Taman
Firdaus?
Di Samarqand
tempatnya!
Samarqand
dijaga 60.000 orang turki dan 50.000 orang Tajik, sehingga totalnya 110.000
orang. Mereka adalah pasukan elite Kesultanan Khwarazm. Panglima mereka, Alper
Khan, Shaik Khan, dan Bala Khan merupakan yang terbaik di antara mereka dan
memegang peran penting dalam membangun kesultanan.
Suatu
malam, seorang pria berkuda dengan kecepatan penuh ke gerbang utama Samarqand.
Rambutnya kusut dan pakaiannya compang camping. Dia adalah prajurit Tajik yang
kabur dari Bukhara. Dia merupakan satu di antaara sedikit anggota garnisun di
sana yang selmat. Dia pun digiring ke hadapan Sultan Muhammad. Sambil
tersenggal-senggal, diberitahunya sang sultan apa yang telah terjadi di
Bukhara.
“Mereka
membakar Bukhara! Kota diratakan dengan tanah dan Garnisun dibinasakan!”
Sultan
Muhammad terguncang. Dia mengira kaum Mongol tidak mungkin bisa mematahkan
garis pertahanan di Sungai Syr semudah itu dan kalau pun mereka bisa, mereka
butuh waktu lama untuk sampai ke Samarqand. Kini setelah Bukhara ada di tangan
mereka, dia terkepung! Dia terancam kehilangan jalur suplai dari barat. Dia
masih sibuk memperbaiki tembok pertahanan Samarqand dan pekerjaan itu pun belu
selesai! Sultan Muhammad memutuskan kabur ke barat dengan dalih dia harus
mendatangkan lebih banyak prajurit. Hanya saru oang yang kuasa menentang rencana
pelarian diri berbalut kebohongan itu, yakni putra sang Sultan. Jalaluddin.
Jalaluddin adalah satu di antara sedikit pahlawan Khwarazm. Namun, dia juga
harus melarikan diri ke Hindu Kush begitu ayahnya meninggalkan kota.
Pasukan
pertama pimpinan Genghis Khan tiba di Samarqand besrta 7.000 kuli di depan
mereka. Selama itu, Genghis Khan terus menjalin kontak dengan ketiga pasukan
lainnya. Alhasil dia mengetahui secara tepat lokasi, pergerakan serta situasi
mereka. Baru setengha hari setelah kedatangannya, pasukan kedua pimpinan
Caghatai dan Ogodei tiba di sana juga dan bergabung dengannya. Pasukan kedua
Chagatai dan Ogodei membawa 20.000 kuli. Selama sehari, Genghis Khan
melihat-lihat bagian luar kota. Pada hari berikutnya, dia menciptakan kepungan
menyeluruh.
Di
Kota Samarqand sudah ada simpanan makanan yang menukupi untuk dipergunakan
60.000 orang, termasuk para prajurit garnisun,s elama beberapa tahun. Para
penduduk mengira mereka bisa melawan dan mempertahankan kota itu selama
setidaknya setahun. Namun, kota itu sudah jatuh ke tangan bangsa Mongol lima
hari kemudian!
Pertama-tama
Genghis Khan memerintahkan para kuli menimbun parit dalam di sekeliling tembok
pertahanan. Para kuli merampungkan pekerjaan mereka dengan memanfaatkan tanah
serta batu dari dekat sana. Pada malam pertama tersebut, parit sudah ditimbun
dan pasukan Mongol pun memulai serangan dadakan. Batu-batu yang ditembakkan
ketepel mulai merobohkan bangunan serta rumah, sedangkan pelontar api membuat
kota terang benderang laksana siang. Saat pasukan Mongol mendekati tembok
pertahanan dengan 3.000 pengusung tangga, para prajurit Khwarazm menyambut
mreka dengan hujan panah. Walau begitu, pengusung panah dirancang serta
dilengkapi dengan sistem antipanah. Prajurit Mongol mulai memanjat menggunakan
tangga begitu mereka sampai di sana. Para prajurit garnisun berusaha menghalau
pengusung tangga yang mendekat menggunakan kayu gelondongan panjang, tetapi
sejumlah serdadu Mongol sudah berada di atas embok. Setelah pertarungan satu
lawan satu yang sengit di atas tembok, para serdadu Mongol pun berhsil
menduduki salah satu gerbang utama. Tahu bahwa mereka telah kehilangan salah
satu gerbang utama, para pemimpin garnisun Khwarazm mencoba melancarkan
serangan balasan berskala besar. Mereka membuka gerabng lain dan tumpah ruah
keluar kota beserta duapuluh gajah bersenjata di depan mereka. Akakntetapi,
ternyata itu adalah taktik bodoh. Diserang oleh hujan anak panah, gajah-gajah
yang tidak tahan melangkah mundur atau berbalik sehingga menginjak para
prajurit mereka sendiri. Para prajurit Khwarazm yang tumpah ruah keluar gerbang
bertumbangan, diikuti rekan-rekan mereka yan tidak kunjung jera, laksana
serangga bersayap yang mengerubungi nyala api. Mayat prajurit Khwarazm
menyelimuti padang di luar kota, membuat prajurit Mongol kesulitan bergerak.
Keesoka
harinya, para pemimpin kota berkumpul, berdiskusi, dan memutuskan untuk
menyerah. Warga Samarqand idak setia terhadap Sultan Muhammad, yang
meninggalkan Samarqand cepat-cepat demi keselamtannya sendiri. Pasukan Mongol
pertama-tama merobohkan tembok pertahanan, lalu
menyerang barak perlindungan tempat Alper Khan yang membangkang
bersembunyi bersama 30.000 anak buahnya. Tiga hari kemudian, barak perlindungan
direbut, dan ke 30.000 serdadu dihabisi. Pada saat terakhir, Alper Khan
berusaha kabur bersama pasukan bunuh dirinya yang beranggotakan 1.000 orang.
Namun, sebagian besar dari mereka dibantai. Yang berhasil kabur hanyalah Alper
Khan serta segelintir orang yang selamat.
Genghis
Khan mengeluarkan perintah agar semua warga dievakuasi dari kota. Mereka harus
disaring. Seluruh populasi Samarqand dievakuasi ke padang. Para prajurit Mongol
memasuki kota dan membunuh puluhan ribu orang tak patuh yang bersembunyi di
langit-langit serta saluran pembuangan air meskipun sudah diperintahka untuk
mengungsi. Lalu, pejabat Mongol memulai penyaringan dan penyelesian warga.
Kelompok pertama yagn diseleksi adalah tokoh terkemuka yang punya kaitan dengan
Imperium Mongol dan pejaabt yang kooperatif, sedangkan kelompok kedua adalah
para insinyur, teknisi, dan seniman. Jumlah mereka mencapai 50.000 orang. Dari
sisanya, dipilih 30.000 kluli yang bersumpah setia kepada Imperium Mongol.
Berikutnya, waita dan anak-anak diseleksi. Dari populasi laki-laki yang
tersisa, semua orang yang membangkang serta tidak patuh dan sebagian yang
menolak bersumpah setia kepada Imperium Mongol dieksekusi. Warga pilihan
dikenai kewajiban sumbangan perang senilai 200.000 dinar, dan dua pria, Siqul
Mulk dan Amid Buzurq, yang telah bersupah setia kepada Genghis Khan, ditempatkan
sebagai kelapa pegawai administratif. Genghis Khan menunjuk Yalavachi sebagai
Gubernur Samarqand dan meninggalkan beberapa shahma di sana.
Genghis
Khan mengatur pengejaran Sultan Muhammad, yang telah kabur sebelum Samarqand
jatuh. Untuk misi ini, dipilihlah 30.000 tentara elite dan ditunjukklah dua
komandan, Jebe dan Subedei. Mereka diperintahkan mengejar Sultan Muhammad
hingga ke ujung dunia. Berikutnya, Genghis Khan mengutus tiga putranya, Juchi,
Chagatai dan Ogodei, untuk merebut Urgenchi, kota yang terletak di tepi selatan
Laut Aral, tempat Sungai Amu bermuara. Urgenchi adalah kota untuk kaum
aristokrat dan orang kaya. Di Kota Urgenchi, rumah-rumah mewah berjajar di tepi
jalan. Sedangkan kebun mawar serta air mancur ada di mana-mana. Rumah-rumah
yang menghadap pantai memiliki pemandangan indah ke laut Aral.
Namun,
apsukan Mongol yang diutus ke sana mulai mengalami masalah internal. Juchi dan
Chagatai berselisih mengenai siapa yang harus menjadi komandan pasukan. Juchi
mengklaim bahwa dia harus menjadi komandan karena dia adalah putra sulung. Di
sisi lain, Chagatai berkeras dialah orang yang tepat karena setelah menduduki
Urgenchi, ayah mereka Genghis Khan, berjanji kepadanya bahwa dia akan menjadi
penguasa wilayah tersebut. Mereka tidak bisa sepakat dan perselisihan mereka
terus berkepanjangan. Garnisun Urgenchi memanfaatkan ini dan sementara itu
memperkuat sistem pertahanan mereka.
Bogorchu,
yang menyertai mereka, tidak bisa menolerasni hal ini dan mengirimkan kurir
kilat kepada Genghis Khan untuk meminta solusi masalah ini. Pada masa itu,
kepemimpinan pasukan Mongol secara struktural diserahkan kepada keturunan
Genghis Khan, tetapi taktik dan siasat perang disusun oleh panglima yang
berpengalaman.
Saat
menerima laporan Bogorchu, Genghis Khan yang berang mengomeli kedua putranya
habis-habisan dan menyerahkan jabatan komandan kepada Ogodei. Keputusan ini
membuat Juchi sangat tidak senang, sehingga dia pun berdiam di Kipchak, yaitu
stepa Rsuia yang diberikan ayahnya, dan menolak kembali ke Dataran Mongolia.
Pertama-tama,
Ogodei mengirim utusannya ke dalam kota, untuk membujuk mereka supaya menyerah.
Namun, Khuman Tegin, sang komandan garnisun, menampiknya, justru memenggal
kepala sang utusan. Pasukan Mongol akhirnya memulai serangan. Karena para
prajurit Mongol tidak bisa menemukan batu di sekitar sana, mereka haruss
memotong pohon murbei untuk digunakan di ketepel. Lima puluh ribu kuli, khusus
dipindahkan dari Jand untuk operasi ini, menimbun parit dengan tanah. Para
prajurit Mongol menaiki tembok pertahanan menggunakan pengusung tangga,
kemudian membukakan gerbang untuk pasukan utama. Prajurit berkuda Mongol
memulai pertempuran jalanan dan segera saja, mayat prajurit garnisun Urgenchi
pun bertebaran di jalanan. Tidak lama kemudian, kota itu dilalap api. Prajurit
Mongol akhirnya mengambil alih setiap penjuru kota. Pertempuran paling sengit
belangsung di jembatan lengkung di Sungai Amu, yang mengalir di pinggiran barat
kota. Di jembatan ini, sejumlah besar prajurit garnisun tewas dan jatuh ke
sungai. Sungai Amu bernoda darah dan dipenuhi mayat. Para prajurit Mongol
memenggal kepala 100.000 pria dari kota ini, membiarkan teknisi ahli, wanita
dan anak-anak hidup.
Genghis
Khan menghabiskan musim semi di pinggiran Samarqand dan pindah ke Padang Nakh
Shab (Karsh) saat musim panas kian dekat. Dia menghabiskan musim panas di sana,
mengistirahatkan manusia maupun kuda.
Pada
musim gugur, dia mulai bergerak untuk menaklukkan wilayah Selatan. Dari utara,
Genghis Khan menuju ke Tirmiz, kota yang terletak di sebelah timur Sungai Amu.
Kota ini, yang berpopulasi 100.000 orang, dilindungi benteng kuat. Garnisunnya
diperlengkapi senjata defensif dan ofensif yang lengkap, termasuk pelontar,
yang mirip seperti ketepel. Genghis Khan mengirim utusan untuk membujuk para
penduduk Tirmiz menyerahkan diri dengan cara merobohkan benteng dan barak
perlindungan mereka sendiri. Namun, mereka bukan hanya menolak menyerah,
melainkan juga membuka gerbang dan mulai menyerang, yakin bahwa benteng mereka
tak tertembus dan mereka punya senjata lebih dari cukup. Setelah pertempuran
selama sebelas hari, kota itu jatuh ke tangan bansga Mongol. Seluruh penduduk
dibawa akeluar ke padang dan dibantai. Tak satu pun orang di kota itu selamat.
Kota tersebut dibakar dan diratakan dengan tanah untuk dijadikan tauladan buat
yang lain.
Sebelum
berangkat ke Khwarazm, Genghis Khan menekankan kepada para prajuritnya bahwa
perang dengan Khwarazm bukanlah untuk balas dendam semata. Bangsa Mongol
mempunyai misi, yaitu mendirikan tatanan baru di dunia. Tugas mereka bukanlah
semata-mata menghancurkan, membunuh, dan menjarah, kemudian pergi. Mereka harus
menaklukkan, merelokasi,merekonstruksi dan memerintah. Bangsa Mongol harus
menaklukkanarea besar dan harus menangani sejumlah besar musuh dengan prajurit
berjumlah sedikit. Mereka, tidak boleh menyisakan orang-orang yang kelak
mungkin menjadi musuh. Namun, orang-orang dan keturunan mereka yang tuus
menyerah diperlakukan Genghis Khan dengan baik. Bangsa Mongol selalu
menempatkan Shahma atau basqaq di antara masyarakat, di kota atau wilayah yang
telah menyerah. Mereka diberdayakan untuk memerintah kota atau wilayah, atas
nama Khan Mongol. Biasanya mereka diberi surat resmi dari khan, ditulis
digulungan kulit domba, berstempel resmi. Pada stempel dari gading atau giok,
terdapat tulisan ini dalam aksara Mongolia : “Tuhan di langit, Ka Khan. Kekuatan Tuhan di Bumi.
Penguasa Umat Manusia.”
Genghis
Khan menyeberangi Sungai Amu. Dari sana, sampailah dia di wilayah Khurasan.
Pasukan Genghis Khan menuju ke Balkh. Balkh adalah kota industri berpopulasi
150.000 orang dan, di masa lalu, kota tersebut disebut “Makkah timur” oleh
orang-orang Persi. Genghis Khan diberi tahu bahwa Jalaluddin, putra Sultan
Muhammad, ada di sana, tengah berusaha meekrut dan mengumpulkan prajurit.
Jalaluddin adalah pahlawan di pihak Khwarazm. Dia menyeberangi Pegunungan Hindu
Kush dan secara aktif berpindah-pindah, mengumpulkan pasukan di area Khalaj dan
Peshawar, kawasan yang berbatasan dengan India dan kelak disebut Afghanistan.
Pada
saat bersamaan, Jalaluddin mengirim utusannya kepada khalifah di Baghdad,
meminta sokongan militer. Akan tetapi, permintaannya serta merta ditolak. “Genghis Khan
menerapkan kebijakan kebebasan beragama. Ini Bukan perang Syahid!”
Sang
Khalifah dan Sultan Muhammad bermusuhan. Genghis Khan meluncurkan serangan ke
Balkh. Dia sudah memperoleh informasi bahwa banyak epnghuni kota ini yang
bergabung dengan Jalauddin,d an sebagian besar orang bekerja sama dengannya.
Setelah tujuh hari, kota itu jatuh ke tangan pasukan Mongol. Sebelum jatuh,
pemimpin kota itu menunjukkan niat untuk menyerah, tetapi iktikadnya tak
diterima. Seluruh tembok pertahanan, rumah besar, dan istana dihancurkan,
sedangkan seluruh warga, yang berjumlah 150.000 orang di bawa keluar ke padang
dan dipenggal.
Genghis
Khan menyerahkan 30.000 serdadu kepada Tolui untuk menaklukkan wilayah Khurasan
yang lebih ke barat. Di Khurasan, kota-kota besar dan kecil tersebar di area
luas, dan di antaranya, yang paling besar adalah Merv. Nishapur, dan Herat.
Sesudah
mengutus Tolui ke darah Khrasan lainnya, Genghis Khan sendiri maju ke Talaqan.
Talaqan yang berpopulasi 100.000 orang, berada di dekat Pegunungan Hindu Kush.
Karena kota ini pro-Jalaluddin, semua aprajurit garnisun dan warga dibantai.
Dari sana, Genghis Khan menerima informasi bahwa Jalaluddin telah mengumpulkan
banyak prajurit di Khalaj dan Peshawar. Genghis Khan serta merta mengirimkan
5.000 serdadu di bawah komando Sigi Qutuku untuk meredam mereka. Namun, ketika
Sigi Qutuku dan .5.000 serdadunya tiba di Peshawar; mereka disergap oleh 50.000 serdadu
Jalaluddin. Genghis Khan terhina karena Sigi Qutuku kalah dalam pertempuran dan
kembali berama setengah pasukannya saja. Itulah satu-satunya kekalahan yang
pernah diderita pasukan Mongol dalam delapan ratsu pertempuran besar dan kecil,
sejak mereka menginjakkan kaki ke teritori Khwarazm sampai mereka kembali ke
kampung halaman. Genghis Khan tidak menghukum Sigi Qutuku, sebab pria itu sudah
seperti anak angkatnya dan telah banyak berkontribusi dari sisi administratif.
:Qutuku
punya banyak ide mengenai cara memenangi pertempuran. Akan tetapi, dia tidak
sempat memanfaatkan ide-ide itu karena dia kurang pengalman. Sekarang, dia
telah mengalami sulitnya bertempur. Mulai saat ini, dia akan mengecap banyak
kemenangan yang akan membayar satu kekalahan ini dan lebih lagi.”
Genghis
Khan kontan berangkat untuk mengejar Jalaluddin.
40.
NESTAPA DI MERV
Tolui,
yang telah maju ke jantung Khurasan, menaklukkan kota-kota berukuran kecil
serta sedang satu demi satu. Orang mengakui bahwa Tolui-lah yang paling banyak
mewarisi sifat-sifat kesatria ayahnya. Dia cemerlang, pemberani, dan tegas,
tetapi dianggap terlalu kejam. Yang dibuatnya di Khurasan, selagi dia
menaklukkan area itu, jelas-jelas menunjukkan sifatnya yang satu itu. Selagi
dalam perjalanan menuju Merv, salah satu kota terbesar di Khurasan, dia
membumihabnguskan hampir semua kota yang dia lewati. Membantai pendudukk, dan
hanya menyisakan sedikit sekali orang gyang selamat.
Avivard,
populasi 80.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Nisa,
populasi 100.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Yazir,
populasi 70.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Nuqan,
populasi 60.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Jajarm,
populasi 60.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Sabzavar,
populasi 70.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Baihaq,
populasi 50.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Khaf,
populasi 60.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Sanjan,
populasi 110.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Zurabad,
populasi 90.000, jiwa, yang selamat 1.
Sijistan,
populasi 70.000, jiwa, tidak ada yang
selamat.
Sarakh,
populasi 50.000, jiwa (menyerah dan sangat kooperatif), semua selamat.
Walau
demikian, jumlah korban jiwa dari satu kota di Khurasan jauh lebih tinggi
daripada totoal semua angka di atas.
Merv
merupakan salah satu kota asal para aristikrat serta pejabat tinggi. Kota ini
aslinya berpopulasi 450.000 orang, tetapi pada saat pasukan Mongol pimpinan
Tolui tiba, jumlah itu sudah membengkak menjadi 1.200.000 karena banyaknya
pengungsi dari area lain yang mundur ke sana sejak permulaan perang. Jumlah
tersbut kian bertambah setiap hari. Penyair Persia menyanjung kota itu :
Kota menawan,
penguasa dermawan.
Tanah
mengeluarkan aroma kesturi.
Begitu kau
menjejakkan kaki di daamnya.
Namanya yang
indah saj.
Tak akan pernah
melepaskanmu!
Sultan
Muhammad mampir di kota ini dalam perjalanannya melarikan diri. Sebelum
berangkat untuk pergi lebih jauh ke abrat, dia menunjuk Bahaul Mulk sebagai
gubernur dan kepala garnisun kota ini. Walau begitu, saat mendapati bahwa
kondisi tembok pertahanan, benteng, dan barak perlindungan tidaklah prima, dia
semata-mata melarikan diri seperti penguasanya. Setelah ini, para pemimpin kota
ini terbelah dua, dan mereka berselisih. Satu kelompok berkeras agar mereka
menyerah, dan satunya lagi berkeras agar mereka melakukan kebalikannya,
bertarung sampai akhir.
Saat
menerima laporan tersebut, Sultan Muhammad mengutus panglima kesayangannya,
Mujirul Mulk sebagai Gubernur dan Kepala Garnisun baru. Mujirul adalah
putranya. Ibu Mujirul awalnya adalah selir sultan. Sang Sultan menyerahkan
selir tersebut kepada salah satu panglimanya yang berjasa besar. Namun, pada
saat diserahkan, selir itu sudah hamil. Sultan tahu wanita itu hamil dan
mengakui Mujirul sebagai putranya.
Mujirul
teramat ambisius dan ingin menjadi sultan berikutnya.
Hal
pertama yang dilakukan Mujirul setelah dia tiba di Merv adalah mengenyahkan
kelompok moderat yang pro-Mongol. Seteleh Sarakhs, Kota tetangga Merv, menyerah
kepada pasukan Mongol, banyak kelompok Moderat pindah ke kota itu dan yang
tersisa de Merv menjalin kontak dengan mereka. Kelompok moderat berpendapat
bahwa Merv tak akan sanggup bertahan terhadap serangan Mongol dan oleh sebab
itu, menurut mereka tidakan yang tepat adalah menyerah supaya kota dan
penduduknya selamat. Jika itu tidak mungkin, mereka ingin menyelamatkan anggota
kelompok moderat yang tersisa di kota dengan cara menyerahkan nama amereka
kepada orang-orang Mongol sebelum mereka merebut kota.
Syaikhul
Islam, kerabatnya yang seorang cadi, atau hakim pengadilan tingkat terendah untuk
menginfiltrasi Merv dalam rangka mengambil daftar iru. Pria tersebut sukses
memperoleh daftar tersebut, tetapi gagal keluar. Dia dibawa ke ahdapan Mujirul,
yang mengambil daftar itu dan memerintahkan agar dia ditikam sampai mati.
Jenazahnya kemudian diseret keliling pasar, dengan cara ditarik keuda kakinya,
dengan wajah menghadap ke bawah. Berikutnya, tujuh ratus anggota kelompok
moderat yagn tersisa pada daftar dibawa ke lapangan terbuka dan dipenggal.
Bahaul
Mulk, mantan gubernur yang kabur, akirnya menyrah kepada pasukan Mongol. Saat
menghadapi Tolui, dia mengatakan bahwa dia akan berusaha membujuk Mujirul
supaya menyerah. Tolui tidak yakin padanya, tetapi memberinya akesempatan,
Bahaul menulis surat untuk Mujirul, dan tujuh utusan dikirim ke Merv sambil
membawa surat tersebut :
Dewi
keberuntungan menyertai bangsa Mongol.
Aku sduah bersama
mereka.
Mereka
meluncurkan pukulan mematikan.
Ke Nisa dan
Bavard.
Hingga keduanya
hancur binasa.
Jangan lemparkan
dirimu ke dalam
Pusaran
kehancuran
Atau rawa reruntuhan,
Dan selamatkan
dirimu serta rakyatmu.
Setelah
membaca surat ini, Mujirul mengangguk dan mengajukan banyak pertanyaan kepada
para utusan, menanyakan besarnya pasukan Mongol, Peralatan mereka, lokasi
mereka saat ini, dan sebagainya. Setelah dia memperoleh jawaban,
diperintaahkannya anak buahnya agar membawa para utusan ke padang dan memenggal
kepala mereka.
Saat
menerima laporan bahwa ketujuh utusan telah dipenggal. Tolui pun berang dan
memenggal kepala Bahaul Mulk.
Berikutnya
Mujirul menyerang Sarakhs, kota yang menyerah kepada bangsa Mongol, dengan
2.500 serdadunya. Mereka menangkap Syamsuddin, Shahma yang memegang surat
penunjukkan dan stempel resmi Genghis Khan, Mujirul menyerahkannya kepada putra
Pahlavan Abu-Bakar Divana, yang telah dibunuh oleh keompok moderat. Pria
tersebut menikam sekujur tubuh Syamsuddin sampai mati.
Merv
larut dalam pesta perayaan. Para penduduk bermain musik dan minum-minum seolah
mereka sudah menang perang. Kabar baik dan menggembirakan terus menerus
dibawakan kepada mereka. Ikhtiyaruddin, yang dahulu adalah Malik di Amuya,
bergabung dengan mereka, dn Shaik Khan, salah satu komandan garnisun Samarqand,
tiba bersama anak buahnya Ogur Hajin serta 2.000 serdadu. Dalam perjalanan,
mereka menyergap regu pengintai Mongol berkekuatan 800 orang dan menawan 60
orang Mongol. Keenam puluh tawanan Mongol diseret di jalanan, lalu dibunuh
dengan cara ditusuk pasak logak di bagian telinga, Para tawanan Mongol di bawa
ke depan satu persatu, dan masa bersorak girang setiap kali mereka menyaksikan
ujung pasak logam menyembul dari telinga sebelah sana san korban, setelah
dipalu menembus tengkorak oleh sang algojo.
Kota
Merv dijaga 70.000 orang Turkoman, suku dari Persia, yang mendirikan markas di
tepi sungai dekat sna, di luar kota. Tolui memilih 400 prajurit dan mengutus
mereka sebagai baris depan. Tolui tahu bahwa 12.000 serdadu garnisun berpatroli
di kota setiap hari, dan saat senja, mereka mundur ke markas. Para prajurit
Mongol bersembunyi di hutan menjelang kepulagnan mereka. Malam itu gelap, tanpa
sedikit pun pancaran sinar bulan, dan semua wajah mereka dicat menggunakan ter.
Ketika
orang-orang Mongol menyerang mereka secara mendadak, para serdadu garnisun
hancur binasa dalam waktu singkat. Mereka dibunuh dengan tombak serta pedang
sabit dan banyak di antara mereka yang tenggelam di sungai. Para prajurit
Mongol tersebut, yang telah menghabisi 12.000 serdaduu garnisun, kini menyerang
markas. Pertama-tama, mereka merobohkan pagar dan melepaskan kuda-kuda ke
padang. Lalu, orang-orang Mongol pun menyerbu markas tersebut. Garnisun
beranggotakan puluhan ribu serdadu panik bagaikan domba yang digiring serigala
dan berguguran bagaikan daun yang tertiup angin ribut. Banyak dari mereka yang
berhasil kabur ke padang tetapi mereka kemudian dibunuh satu demi satu oleh
pasukan utama Tolui, yang mengepung area tersebut. Oleh sebab itu, garnisun
beranggotakan 70.000 orang pun dihancurkan oleh segelintir prajurit Mongol.
Tidak ada seorang pun yang selamat. Tolui tidak menerima tawanan.
Merv,
tanpa pasukan pertahanan, sudah tamat. Keesokan harinya, Tolui melihat-lihat
keliling kota. Setelah enam hari berencana dan bersiap-siap, kaum Mongol
meluncurkan serangan. Dipimpin oleh Tolui, pasukan Mongol merebut dua gerbang
utama kota itu. Namun, mereka tidak memasuki kota. Mujirul Mulk mencoba
menyerah sesudah kehilangan pasukan perathanan utama dan kedua gerbang. Dia
mengutus Jamaluddin, Imam kepala ke Tolui untuk membicarakan penyerahan diri.
Tolui pura-pura menerima penyerahan diri mereka. Dia ameminta daftar orang kaya
di Merv. Mujirul Mulk merespons dengan daftar yang memuat nama dua ratus orang.
Mereka
diminta menyerahkan pampasan perang. Sesudah itu, pasukan Mongol pun memasuki
kota. Tolui mengeluarkan perintah untuk mengevakuasi seluruh warga. Semu orang
di jalan dan di rumah mereka digiring keluar kota menuju padang. Butuh empat
hari empat malam untuk menuntaskan evakuasi. Para prajurit Mongol mulai
menyulutkan api ke rumah dan bangunan di sepenjuru kota, yang telah berubah
menjadi kota hantu tanpa jejak-jejak manusia. Api pun berkobar. Dalam waktu
sangat singkat, kota tersebut sudah dilalap api. Orang-rang mulai menjerit
melihat rumah mereka dan kota mereka terbakar. Para istri menangis sambil
menempelkan wajah ke dada suami mereka, sedangkan para orang tua memeluk anak
mereka erat-erat sambil menutup mata anak-anak dengan tanga. Namun, pembakaran
tersebut hanyalah pendahuluan dari tragedi sebenarnya. Pasukan Mongol mulai
penelesian. Mereka hanya emmilh empat ratus seniman paling hebat. Disusunlah
unit khusus beranggotakan 4.00 algojo, yang terdiri dari prajurit Mongol dan
kuli. Sebagian besar kuli dari kota tetangga yang menyerah, Sarakhs. Algojo
membagi orang-orang ke dalam tiga kelompok : Pria, waita , dan anak-anak.
Oh! Betapa banyak
istri yang meronta dan
Mengggeliat-geliat
laksana jentik-jentik agar
Tidak dipisahkan
dengan suami mereka?
Oh! Betapa banyak
anak yang meronta dan
Menggeliat-geliat
laksana boneka agar
Tidak terlepas
dari tangan orang tua mereka?
Oh! Banyak kaka
beradik yang hatinya
Tercabik-cabik
duka karena harus saling
Mengucap selamat
tinggal?
Begitulah
cara penyair Persia memaparkan situasi tersebut. Para kuli dari Sarakhs
mengejek dan menghinakam mereka rekan-rekan mereka sesama Muslim. Perintah
Eksekusi telah tiba. Semua harus dibunuh, termasuk wanita dan anak-anak. Setiap
algojo diberi kuota : 300 sampai 400. Yang pertama dieksekusi aalah pemimpin
kota, oleh sepuluh kuli. Eksekusi berlangsung selama setengah hari. Pdang yang
luas diselimuti mayat dalam waktu singkat. Kuli membuat piramida dari kepala
manusia. Tiga piramida kepala manusia, pria, wanita, dan anak-anak, menandingi
bukit di dekat sana. Padang di sekitar area itu menjadi becek karena darah
manusia.
Berikutnya,
Tolui memerintahkan mereka menghancurkana tembok pertahanan dan bangunan bata
yang belum terbakar. Kota itu pun dibumi hanguskan dan menjadi porak poranda,
hanya menyisakan reruntuhan hangus serta tumpukan batu. Pasukan Mongol kemudian
pergi.
Beberapa
hari kemudian, orang-orang yang selamat merangkak dari saluran pembuangan air
serta bunker tempat mereka bersembunyi, dan menyibakkan reruntuhan hangus serta
tumpukan batu. Namun, mereka tidak terselamatkan, sebab baris belakang pasukan
Mongol kembali membereskan mereka. Lima ribu orang tewas. Mereka hanya hidup
beberapa hari lebih lama.
Ada
seorang pria bernama Izzauddin. Dia tiba Merv beberapa hari sesudah tragedi.
Dia terguncang dan berdri dengan mulut menganga saat melihat pemandangan
mengerikan berupa tiga piramida besar dari kepala manusia serta mayat manusia
yang tersebar tak ada habis-habisnsya di padang luas.
“Ah!
Aku melihat apa yang semestinya tak kulihat. Pemandangan mengerikan ini akan
menyiksaku dalam mimpi-mimpiku, sepanjang hidupku, hingga hari terakhir. Ini
harus dicatat dalam sejarah umat manusia.” Setelah mengumumkan ini, dia mulai
menghitung jumlah mayat, dibantu beberapa orang. Sesudah empat belas hari, dia
mendapatkan jumlah mayat, yaitu 1.300,000.
41.
TRAGEDI DI NISHAPUR
Seandainya semua
kota di bumi ini
Adalah bintang di
langit,
Yang paling
terang adalah Nishapur.
Seandainya ibu
pertiwi adalah tubuh manusia,
Matanya, pintu
jiwanya, adalah Nishapur.
Penyair
Persia memuji-muji Nishapur dengan banyak cara. Kota Nishapur, terletak 140
kilometer di barat daya Merv, adalah tempat perhentian paling populer bagi
karavan yang berkelana di antara Baghdad dan Samarqand. Kota ini adalah pusat
perdagangan, budaya,dan keagamaan di kawasan itu. Pasarnya ramai,
jalan-jalannya diapit rumah-rumah mewah, dan tempat ibadah Islam yang idnah
dilapisi ubin putih krim. Biasanya populasinya berjumlah 40.000 orang. Namun,
setelah menerima pengungsi dari area lain, jumlahnya membengkak menjadi lebih
dari sejuta orang.
Sultan
Muhammad tinggal di kota ini sebentar dalam perjalanannya ke barat, untuk
melarikan diri dari para pengejar Mongolnya. Kota Nishapur dijaga oleh garnisun
beranggotakan 30.000 serdadu. Yang diersenjatai 3.000 busur pendek dan 3.00
pelontar. Namun, Sultan Muhammad sudah kehilangan semangat melawan pasukan
Mongol yang datang menggempur. Pada satu saat, setelah menaklukkan sebuah area
besar dengan kekuatan dahsyat, dimulai dari kota asalnya di dekat laut Kaspia,
dia dipanggil “wali Allah” tau “Alexander kedua”. Kini, dia meninggalkan
panggung dunia. Dia gagal memperoleh dukungan sejati dari rakyat yang dia
taklukkan. Dia pernah menghadapi pemberontakan dua kali, sejak dia menduduki
Samarqand. Penyebab langsung adalah pajak yang tinggi. Tetapi masalah
sebenarnya adalah ketiadaan sistem administrasi yang efektif. Sanagat jelas
bahwa dia bukan tandingan Genghis Khan sebagai pimpinan militer atau ahli
strategi, sebab dia telah kehilangan Samarqand.
Malam
demi malam mimi buruk yang sama menyiksanya. Dalam mimpinya, sekelompok orang
yang berambut kusut, berbekas luka di wajah, dan mengenakan pakaian berkabung
kotor usang berwarna gelap mendekatinya di tengah kubur. Sebgian dari mereka
membawa kepala mereka sendiri.
“Siapakalian?”
dia berteriak dalam mimpinya. Mereka merespons dengan suara mengerikan,
memandangnya dengan mata orang mati.
“Kami
umat Muslim!”
Dia
pun tesentak bangun dari tidurnya. Dia mendesah dalam-dalam sesudah menyeka
keringat dari dahinya dengan kepalan tangan. Dia meratap :
Betapa liciknya
pikiran manusia!
Di saat seseorang
berjaya.
Sisi kelam
kekalahan tak terlihat,
Kapan saja, di
mana saja, dia yang
Melihat keduanya
Akan menjadi
pemenang terakhir!
Sutan Muhammad kabur dari Nishapur setelah dia
diberi tahu bahwa pasukan pengejar Mongol sudah dekat. Sebelum dia pergi. Dia
memanggil empat pemmpin, Umar Rikkhi, Nizamuddin, Katib Jami, dan Arid Zuzani
serta menyuruh mereka mempertahankan
kota.
“Akan
kukirim Syarifuddin secepatnya. Bersama dengannya, berusahalah sebaik mungkin
untuk mempertahankan kota!”
Namun,
Syarifuddin, sang Gubernur yang baru ditunjuk, sekali gus kepala garnisun,
meninggal mendadak dalam perjalanan ke Nishapur. Umar Rukkhi, pemimpin tertua,
menduduki posisi pejabar sementara, menggantikan gubernur yang meninggal. Pada
saat ini, pasukan pengejar pimpinan Jebe tiba di tempat dekat Nishapur. Jebe
mengirim baris depan yang terdiri dari 1.000 orang untuk menyarankan kepada
mereka agar menyerah. Umar Rukkhi secara sukarela menjanjikan kerja sama. Dia
menyambut barisan depan Mongol dengan roti dan garam.
Dia
bilang kepada Jebe, yang tiba belakangan, “Aku hanya memerintah kota ini
sementara, atas nama Sultan. Aku Cuma kerani tua. Kau mengejar sultan. Jika kau
mengalahkan Sultan, kesultanannya akan
menjadi milik kalian dan akan jadi abKomentarnya sangat oportunis, tapi Jebe
menerimanaya sebagai ungkapan penyerahan diri dan meminta kerja sama.
Umar
Rukkhi dan warga Nishapur menyediakan makanan, air, dan kebutuhan lainnya. Jebe
memilih tiga pira sebagai shama dan memberi mereka sura penunjukkan, ditulis
dalam aksara Uighur, Jebe pun melanjutkan pengejaran, meninggalkan Nishapur.
Saat itu bulan Juni 1220.
Beberapa
bulan kemudian, sebuah rumor tak berdasar beredar di dalam dan di sekitar
Naishapur. Menurut rumor tersebut, pasukan sultan telah dibinasakan oleh
pasukan Mongol. Tidak ada yang tahu siapa yang memulainya, tetapi warga
Nishapur dan kota-kota besar serta kecil di sekitarnya mulai resah. Mereka jadi
pembangkang.
Iblis penghancur menetaskan telur di
otak mereka.
Orang-orang Persia, kelak memaparkan situasi
tersebut seperti ini : Kota pertama yang memberontak adalah adalah Tus. Tus
telah menyerah kepada Jebe sebelum Nishapur. Sirajuddin, pemimpin pemberontakan
di Tus, memenggal kepala Shahma di sana dan mengirimkan kepada Umar Rukkhi di
Nishapur. Seolah mendapat dorongan, Umar Rukkhi pun mulai memprovokasi
masyarakat. Sekelompok besar warga apemberontak membawa ketiga Shahma ke
lapangan terbuka dan memenggal kepala mereka, bergiliran. Setiap kali satu
kepala jatuh ke tanah, mereka berteriak girang, kemudian menancapkan kepala
tersebut ke tombak dan memasangnya di puncak tembok pertahanan.
Pada
bulan Nopember, Tolui mengutus Toqcha sebagai komadan barsi depan ke Nishapur.
Toqcha dalah menantu Genghis Khan. Dia adalah komandan pasukan pertahanan di
Dataran Mongolia selagi Genghis Khan berada di Cina. Toqcha memimpin 10.000
prajuritnya untuk menyerang Nishapur, yagn sudah menajdi kota pemberontak. Pada
hari pertama serangan, sebuah anak panah dari tembok pertahanan mengenai
lehernya. Dokter militer berusaha menyelamatkannya, tapi mereka tidak berhasil.
Dia seketika mengalami pendarahan sampai mati. Karena kematiannya, pergerakan
pasukan Mongol pun sementara terhenti. Tolui menempatkan Nurkai sebagai
pengganti Toqcha dan memerintahkan agar melanjutkan operasi di area dekat sana
sampai Tolui sendiri tiba di Nishapur. Pada saat itu, Tolui sedang menyerang
Merv.
Nurkai
pertama-tama maju ke Sabzavar dan. Setelah pertempuran sengit selama tiga hari,
merebut kota itu membunuh semua penduduknya yang berjumlah 70.000 orang. Dia
maju lebih jauh lagi ke Kota Tus, menahan Sirajuddin, pemimpin pemberontakan
dan penguasa kota tersebut pada saat itu. Sirajuddin pun dipenggal dan semua
penduduk Tus dibantai. Perhentian berikutnya adalah Nukan. Seluruh warga yang
berjumlah 60.000 orang kehilangan kepala mereka. Padang di area itu pun jadi
diselimuti mayat. Walau demikian, kota besar Nishapur tetap tak tersentuh smpai
pasukan utama Tolui tiba.
Pada
musim semi 1222, Tolui tiba di Nishapur beserta pasukan utamanya setelha
merebut Merv. Nishapur dipersenjatai 3.000 busur pendek dan 300 pelontar,
tetapi arnisun serta warga sipil telah kehilangan semangat dan keinginan untuk
bertarung. Kabar mengenai jatuhnya Merv dan apa yang terjadi di sana
menumbuhkan rasa takut teramat sangat dalam diri mereka sehingga mereka sudah
kalah dalam pertempuran psikologis.
Umar
Tukkhi, penguasa Nishapur, mengutus Tuknuddin, cadi tertinggi di kota itu,
untuk merundingkan pembicaraan damai, tapi Tolui serta mengehntikan upaya
mereka.
Keesokan
paginya, Tolui mengeluarkan perintah agar meluncurkan serangan beskala besar ke
Nishapur. Pasukan Mongol membobol tembok pertahanan dengan ketepel dan 100.000
kuli menimbun parit di sekeliling tembok pertahanan dengan batu serta tanah.
Pertempuran dimulai pada jumat pagi dan berlangsung hingga Sabtu malam. Maka
rampunglah tahap pertama rencana penaklukan kota. Pasukan Mongol merebut semua
gerbang dan tembok pertahanan. Hari Minggu besoknya adalah hari terakhir bagi
para warga. Pasukan Mongol memlai pertarungan jalanan. Pembantaian berdarah pun
dimulai. Para prajurit garnisun dan warga bersembunyi di tempat ibadah, istana
dan rumah besar. Kira-kira pada tengah hari, perlawanan berakhir. Pasukan
Mongol menemukan Umar Rukkhi sedang bersembunyi di saluran pembuangan air
kotor. Para prajurit Mongol pun menyeretnya, dengan cara menjambak rambut,
sampai ke lapangan terbuka. Dia dilucuti hingga telanjang, kemudian digantung
terbalik di pohon. Hukumannya, adalah dikuliti hidup-hidup. Dari antara para
kuli, dipilihlah seorang tukang jagal terampil untuk melakukan pekerjaan itu.
Sang tukang jagal, ahli menguliti kuda. Sang ahli pertama-tama mengelupas
kepala Umar Rukkhi, lalu menguliti wajah, leher, dada, dan abdomennya, setahap
demi setahap, sebagaimana yang dia lakukan terhadap kuda. Gumapalan daging
manusia merah besar bergelantungan di pohon dan meintih-rintih selama beberapa
waktu.
Seluruh
penduduk kota dibawa keluar ke padang. Seperti Merv. Semua warga dipenggal,
kecuali 400 seniman hebat. Pada padang di luar Nishapur, dibuatlah tiga
piramida kepala manusia. Jumlah korban jiwa di Nishapur dan semua kota di
dekatnya adalah 1.747.000 orang.
Penyair
Persia meratap :
Di hari kiamat,
Yang mati akan
bergembira,
Sedangkan yang
hidup akan berduka.
Api pemusnah
Telah menimpa
mereka
Layaknya hujan es
di bulan april
Dan Burung ajal
hitam
Telah
membentangkan sayapnya
Di atas seluruh
kota
Panah kearifan
dangkal
Tak bisa menembus
Tameng
kemustahilan
Dan kuda pembawa
tekad
Tak sanggup
melepas kekang nasibnya sendiri
Wahai Tuhan Yang
Maha Pengampun!
Pejamkanlah
mataku.
Aku telah
menyaksikan
Hari pembalasan.
42.
PERTEMPURAN TERAKHIR DI SUNGAI INDUS
Genghis
Khan, berangkat untuk mengejar Jalaluddin saati itu, musim gugur tahun 1221,
kira-kira pada waktu Tolui sedang menyerang Merv. Genghis Khan menuju ke
Gurzivan dari Talaqan. Gurzivan adalah sebuah kota yang terletak di antara
Pegunungan Hindu Kush dan Sungai Indus, dengan opulasi 70.000 jiwa. Jalaluddin
mengumpulkan sejumlah besar serdadu baru di sana. Dia berusaha keras
mengobarkan perang syahid melawan bangsa Mongol. Dia mengirim utusannya kepada
khalifah di Baghdad dua kali, dan dua-duanya diabaikan. Mereka menyimpulkan
bahwa perang dengan bangsa Mongol dubkanlah perang syahid. Sultan Muhamad
pernah menyerang sang Khalifah berkali-kali di masa lalu, sebab mereka memang
bermusuhan. Hampir semua orang di Kesultanan Khwarazm adalah Muslim. Walau
begitu, mereka tidak terlalu seti pada negara Khwaraz dan menentang kebijakan
pajak tinggi. Kendati mereka kehilangan penopang mental dan spiritual mereka,
yaitu agama mereka, mereka mengerahkan semua yang mereka miliki di medan
tempur. Itulah yang diincar Jalauddin. Akan tetapi Genghis Khan sudah
menyatakan kebebasan beragama, dan pajaknya lebih rendah daripada pajak yang
diberlakukan sultan di kota dan daerah yang menyerah.
“Bangsa
Mongol adalah orang-orang kafir! Kita tidak bisa diperintah oleh orang kafir!”
teriak Jalauddin. Dia adalah calon pemimpin sah Kesultanan Khwarazm.
Dikumpulkannya 50.000 serdadu baru. Dia
berkelana ke kawasan Aafghan dan membunuh siapa pun yang menolak bergabung
dengan pasukannya. Untuk membangkitkan semangat juang pasukannya dan untuk
menyulut kebencian terhadap bangsa Mongol, dia menyuruh anak buahnya
menancapkan beji logam ke dalam telinga tiga ratus tawanan, dan dia memenggal
dua puluh orang di antara mereka.
Gurzivan
menunjukan perlawanan kuat. Seusai pertempuran, yang berlangsung lebih lama
daripada yang diperkirakan, kota tersebut menjadi milik bangsa Mongol dan
mereka pun membantai seluruh penduduk. Genghis Khan mendapati bahwa Jalaluddin
telah meninggalkan kota itu beberapa hari sebelum pasukan Mongol tiba dan dia
menuju ke Sungai Indus. Genghis Khan terus mengejar.
Pasukan
Mongol sampai di Kota Bamiyam, yang terletak di puncak bukit dan dilingkupi
tembok pertahanan kuat. Bamiyan adalah titik strategis yang penting. Tembok
pertahanan di kota tersebut bukan hanya kokoh, melainkan juga terletak di bukit
tinggi yang berada di luar jangkauan tembak ketepel. Genghis Khan mengirim
pasukan gerak cepat Mongol disambut hujan panah dan batu serta kayu gelondongan
yang menggelinding, sehingga mereka sulit mendekat. Setelah kota ini jatuh, semua
tembok pertahanan serta bangunan diratakan dengan tanah dan seluruh penduduk
dibantai. Kota ini tak pernah dibangun kembali dan menghilang dari peta.
Pasukan
Mongol pimpinann Genghis Khan akhirnya menyusul pasukan Khwarazm pimpinann
Jalauddin di tepi sungai Indus. Saat itu, tanggal 23 Nopember 1221. Di seberang
Sungai Indus yang lebar dan berkelok-kelok, terdapat Dataran Punjab yang luas.
Ke 50.000 prajurit Jalauddin di tempatkan di sana karena terdapat perlindungan
alamiah dari Sungai Indus yang mengular dan pegunungan tinggi di seberangnya.
Setelah secara seksama mengamati perkemahan musuh dari tempat tinggi, Genghis
Khan terkagum-kagum akan betapa superiornya kamp perang mereka.
“Jalaluddin
orang yang tahu caranya menggertakkan pasukan. Bagian kanan dan belakangnya
dirintangi sungai, sedangkan bagian lainnya dihalangi pegunungan. Dilihat
sekilas, tampaknya dia terkepung tapi kenyataannya justru sebaliknya. Dia bisa
menempatkan kekuatanyang terkonsentrasi ke satu arah. Pertempuran ini tak akan
mudah, “Genghis Khan berkata kepada putra-putranya.
Pasukan
Chagatai dan Ogodei bergabung dengan pasukan Genghis Khan setelah mereka
selesai mengambil alih Urgenchi. Jumlah prajurit di kedua belah pihak kurang
lebih sama, 50.000 hingga 60.000. Pasukan Mongol mengepung pasukan Khwarazm,
yang menerjang musuh mereka dengan berani karena putus asa. Bila dibilang ini
adalah pertempuran ofensif dan defensif bagi keduanya.. Namun, tiba-tiba saja
satu kelompok prajurit Mongol yang terpisah tumpah ruah dari atas gunung, yang
menurut orang tak mungkin diseberangi prajurit sebanyak itu. Ini benar-benar
manuver khas pasukan Mongol : Mereka muncul kapan saja dan di mana saja. Para
penyerang dadakan dengan mudah mematahkan salah satu sayap pasukan Khwarazm.
Sama seperti makhluk bersayap yang tidak bisa terbang dengan baik apabila
sayapnya patah, pasukan Khwarazm pun mulai terguncang. Mereka kalah. Akhirnya,
pada sore hari, tepi sungai Indus dipenuhi mayat prajurit Khwarazm yang
berserakan. Banyak dari mereka yang tenggelam di sungai Indus. Jalauddin, yang
memimpin pasukannya di baris depan, dipojokkan ke tepi sungai bersama 700
pengikutnya yang masih hidup. Dia tahu dia sudah celaka. Pertama-tama
diperintahkannya anak buahnya agar mendapatkan sejumlah besar koin emas serta
harta berharga yang selama ini merek simpan sebagai dana perang ke dalam
sungai. Berikutnya, dia menghampiri anggota keluarga. Dia menghunus pedang
sabit dan memenggal kepala dua istri serta tujuh selirnya. Perempuan terakhir
yang tersisa adalah ibunya, Al Chichen. Perempuan Persia bersuia akhir empat
puluhan, ini adalah selir yang gpenah paling disayangi Sultan Muhammad pada
satu saat. Dia menanti dengan mata terpejam sambil mengucurkan air mata.
Jalaluddin
menghampiri ibunya dan berkata dengan nada sedih serta nelangsa, “Ibu, maafkan
aku!”
Jalaluddin
memenggal kepala ibunya dengan pedang sabit, tapi membiarkan kedua putranya
hidup. Dia melepas baju zirah serta helmnya dan menyelam ke sungai, yang
dalamnya kira-kira enam meter. Sementara para penyerang Mongol menghabisi 700
prajurit yang tersisa. Jalaluddin berenang menyeberang. Unit pemanah Mongol
melepaskan anak panah, tapi dia sudah berada di luar jangkauan tembak.
Saat
menyaksikan ini, Genghis Khan berseru kagum, “Lihat! Dia benar-benar kesatria
sejati! Tak seorang pun anak buahnya melompat ke sungai untuk menyelamatkan
nyawa mereka sendiri. Mereka semua ingin mengulur waktu supaya dia bisa
meloloskan diri. Seorang pemimpin harus memilliki pengikut semacam itu.”
Ketujuh
ratus prajurti Khwarazm bertarung hingga orang terakhir dan akhirnya dua anak
laki-laki Jalaluddin meninggal juga. Para penyelam Mongol mengambil koin emas
dan harta berharga sebanyak mungkin dari dasar sungai.
Dengan
demikian,, bangsa Mongol pun menghancur-leburkan pasukan pertahanan terakhir
Kesultanan Khwarazm. Setelah ini, Kesultanan Khwarazm lambat laun menghilang
dari panggung sejarah dunia.
Pada
tahun berikutnya, Genghis Khan mengutus Dorbei Doksin ke India beserta 20.000
serdadu untuk menaklukkan sebagian wilyah Khwaraz di India. Dorbei sekaligus
juga mendapat misi untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang India.
Doksin membuat beberapa ratus rakit besar daru kayu gelondongan untuk
menyeberangi sungai. Setelah menyeberangi sungai Indus, dia maju ke daerah
Nandana, menyerang dan merebut benteng di area itu. Garnisun berkkuatan 20.000
orang terdiri dari orang Turki dan India, dihabisi, sedangkan benteng diratakan
dengan tanah. Berikutnya dia maju ke Multan dan Lahore. Karena mereka tidak
bisa menemukan batu, para kuli Doksin menebang pohon di dekat sana dan
mengganti batu dengan potongan kayu. Multan dan Lahore jatuh ke tangan bangsa
Mongol, yang meluluhlantakkan dan meratakan semua bangunan serta benteng dengan
tanah. Pasukan Mongol menemukan bargunng-gunung pampasan perang di sana.
Saat
musim panas kian dekat, suhu di area itu naik secara drastis. Orang-orang di
area itu harus tinggal di dalam rumah yang secara khusus dirancang dan dibangun
shingga tahan terhadap suhu pada puncak musim panas. Bekerja di luar dan
bepergian bahkan dilarang keras. Pasukan tidak dapat tinggal di sana lagi.
Doksin pun kembali menyeberangi Sungai Indus dan bergabung dengan pasukan utama
Genghis Khan di Ghazna.
Doksin
memberikan laporan kepada Genghis Khan, “Di sana airnya kotor dan suhunya
terlalu tinggi apda musim panas. Area itu bukan untuk dihuni manusia.”
Laporan
Doksin memang tepat.
Sementara
itu Jalauddin, yang telah berhasil lolos dari maut, pergi ke Delhi. Di sana,
dia berada di bawah perlindungan Sultan Delhi selama beberapa waktu, kemudian
dia kembali ke Persia. Selama sepuluh tahun, dia terus smelawan aktivitas
bangsa Mongol, tetapi tanpa hasil. Akhirnya, para pendekar kurdi, yang berada
di bahwah kekuasan Imperium Mongol, menangkapnya di Asia Minor, dan Jalaluddin
pun dipenggal.
43.
AKHIR RIWAYAT SULTAN MUHAMMAD
Jebe
dan Subedei terus mengejar Sultan Muhammad bersama 30.000 prajurit kavaleri
mereka. Saat itu, bulan April 1220. Setelah Samarqand jatuh, Genghis Khan
mengetahui bahwa Sultan Muhammad telah melarikan diri. Mereka pun membentuk
korps pengejar khusus, yang para prajuritnya diambil dari keempat kelompok.
Komandannya adalah Jebe dan Subedei. Genghis Khan biasanya menempatkan dua
komandan dalam satu unit militer yang memiliki misi penting. Mereka
diperintahkan untuk mendiskusikan segalanya ketika harus mengambil keputusan.
Jebe dijadikan pembuat keputusan akhir.
Setelah
menyeberangi Sungai Syr, mereka mulai menyapu area demi area, disertai derap
kaki kuda yang mengguncangkan bumi dan bunyi menggemuruh, laksana topan. Ini
adalah langkah pertama dari mars fantastis sejauh hampir 13.000 kilometer, yang
tidak ada tandingannya dalam sejarah manusia, dan memakan waktu tiga tahun.
Kota
pertama yang mereka datangi adalah Balkh. Perlu disinggung bahwa Balkh bukanlah
kota yang membangkang pada saat itu. Pasukan Mongol membuat kota itu terkejut
dan kewalahan berkat kekuatan mereka yang superior. Para pemimpin kota bersedia
bekerja sama dengan bangsa Mongol dan menyediakan makanan serta air, sementara
pasukan tersebut mengejar Sultan. Tanpa melawan, rakyat menerima tiga shahna
yang ditempatkan Jebe. Jebe mengetahui bahwa Sultan telah pergi beberapa minggu
sebelumnya. Jebe memilih beberapa apemandu lokal dan bergegas melanjutkan
pengejaran. Belakangan kota ini berpaling Jalaluddin dan menjadi basis
pemberontakan sehingga dihancurkan sepenuhnya.
Barsi
depan pasukan pengejar tiba di Kota Zava, yang terletak di padang luas dengan
tiga barak perlindungan yang dibangun dari lumpur kering. Warga mulai gemetar
ketakutan saat menyaksikan sekelompok manusia dan kuda mendekat dari Timur,
menghasilkan kepulan debu tebal yang membumbung ke langit. Mereka menutup
gerbang Kota mereka rapat-rapat dan bersiaga. Pasukan Mongol tiba di depan
gerbang utama disertai derap kaki kuda yang mengguncangkan bumi dan mendesak
mereka agar membuka gerbang, serta menyerah. Para Pemimpin kota itu mengadakan
rapat darurat dan memutuskan untuk tidak menyerah. Karena pasukan Mongol sedang
terburu-buru mengejar Sultan, mereka hanya berniat lewat. Namun, ketika
prajurit kavaleri terakhir yang membawa panji-panji baru saja melintasi gerbang
kota, orang-orang mulai bersorak dan berolok-olok sambil menggebuk genderang
besar serta tambur. Ini sama saja dengan mengundang tragedi atas diri mereka
sendiri. Mereka menghina panji-panji Genghis Khan! Pasukan Mongol pun kembali
dan menyerang ketiga barak perlindungan. Sesudah tiga hari kota itu jatuh ke tangan bangsa Mongol. Seluruh penduduk
dibantai, sedangkan barak perlindungan dan tembok pertahnanan diratakan dengan
tanah. Kota tersebut dibumihanguskan dan tak ada yang tersisa. Ini adalah
pukulan pertama dari pasukan pengejar dan kekuatannya amatlah dahsyat.
Pada
bulan Juni 1220, pasukan Jebe dan Subedei tiba di Nishapur. Jebe mendesak
mereka agar menyerah dengan cara mengirim utusan ke dalam kota. Nishapur, sebagaimana
yang dipaparkan sebelumnya, awalnya juga kooperatif dalam menerima tuntutan
Jebe. Jebe meninggalkan tiga Shahma di kota ini dengan dekrit tertulis serta al
tangha, atau stempel resmi. Dekrit tersebut berbunyi sebagai berikut :
Kaum monarki,
aristikrat dan rakyat jelata ....
.... ketahuilah.
Tuhan
menyerahkan,
Negeri dari
matahari terbit hingga
Matahai terbenam
Kepadaku
Mreka yang
menerima hal ini
Akan selamat
beserta istri dan anak-anak mereka.
Dan yang lain
akan musnah dari muka bumi ini.
Pasukan
pengejar Mongol menerjang Juvine, Tus, Radkan, Khabushan, Isfarayin, dan Adkan,
satu demi stu. Shahma ditinggalkan di kota-kota yang menyerah, sedangkan
kota-kota lainnya dihancurkan, beserta seluruh populasinya.
Pasukan
Jebe dan Subedei tiba di kota Damghan, yang terletak di ujung timur Pegunungan
Elburz, di sekitar tepi selatan Laut Kaspia. Pasukan Mongol memasuki jantung
Imperium Persia zaman dahulu. Saat mengetahui kedatangan pasukan Mongol, kaum
aristikrat dan pemimpin kota kabur ke Girdkuh, benteng kuat di dekat sana.
Benteng Girdkuh terletak di puncak gunung tinggi. Ini adalah salah satu markas
Hassassin, salah satu aliran Islam.
Hassassin adalah sekelompok kaun Syi’ah
yang memberontak dan menuntut reformasi keagamaan. Karena mereka belum diterima
oleh aliran Islam yang utama, mereka pun mundur ke pegunungan. Mereka membangun
benteng di puncak gunung tinggi di banyak tempat dan bersembunyi di sana,
menunggu masa mereka. Mereka menghadapi musuh bukan lewat pertempuran biasa,
melainkan lewat tindakan pembunuhan oleh individu atau satu regu. Pada
masa-masa normal mereka merenungi kehidupan, menernakkan domba dan kambing,
minum arak anggur atau arak madu, menggubah syair, melukis dan menari diiringi
alunan musik. Mereka memangil pimpinan mereka “Hassan Sbda”, yang artinya “Pria
tua gunung”, Hassan Sabda acap kali turun ke desa, membujuk anak-anak muda
berusia dua abelas hingga dua puluh tahun, membawa mereka naik ke gunung untuk
mencuci otak mereka. Dia acapkali mengajari mereka setelah memberi mereka hishash,
sejenis halusinogen.
“Yang
perlu kalian lakukan adalah membunuh. Jika kalian berhasil menuntaskan misi
kalian dari Tuhan, kalian akan masuk Surga. Surga adalah tempat yang dihiasi
sepuluh ribu jenis bunga wangi-wangian. Di sana, kalian akan mendapati banyak
sekali wanita cantik yang menantikan kalian. Kalian akan hidup di sana
selamanya tanpa menjadi tua atau mati.”
Anak-nak
muda bi bawah pengaruh Hashish, meninggalkan tempat itu hanya dengan membawa
sebilah belati pendek di dalam pakaian mereka dan melakukan pembunuhan. Tingkat
keberhasilan mereka demikian tinggi sehingga banyak kaum monarki dan pimpinan
agama yang yang menjadi korban siasat mereka. Area yang berada di bawah
pengaruh kaun hassassin terbentang dari Turki hingga Suriah di barat; Kaum monarki
dan pimpinan agama yang menjadi target bahkan harus memakai baju zirah saat
tidur. Mereka disebut “Hssassin” karena mereka melakukan pembunuhan di bawah
pengaruh Hashish. Mereka tidak bisa disingkirkan karena markas mereka di puncak
gunung yang tidak bisa didekati pasukan lain. Jebe dan Subedei mengirim pasukan
gerak cepat beranggotakan 3.000 prajurit untuk merebut benteng Girdkuh,
sedangkan pasukan utama menuju ke Damghan. Damghan direbut setelah melawan
selama tujuh hari, dan semua penduduknya yang berjumlah 50.000 orang dibantai.
Sementara itu, pemimpin pasukan gerak cepat, yang menuju ke Girdkhuh, memilih
500 pakar perang gunung di antara 3.000 prajuritnya, dan membiarkan mereka
mendaki gunung. Mereka semua berhasil mencapai puncak gunung dan menaiki benteng
menggunakan tangga tali. Mereka membukakan gerbang untuk pasukan utama dan
menguasai 2.000 serdadu garnisun di bawah kendali mereka. Semua anggota
Hassassin dan garnisun dipenggal, sedangkan semua aristikrat dari Damghan, yang
bersembunyi di sana, di tahan. Di antara mereka, orang-orang yang kooperatif
dan menyediakan informasi berharga diselamatkan, sedangkan yang lainnya
dibantai.
Pasukan
Mongol melanjutkan misi mereka, merebut Samnan dan Khuvar sembari membantai
semua warganya, dan terus melaju ke Ray, kota terbessar di kawasan ini. Kota
Ray, atau kelak disebut Teheran, bukan saja kota terbesar, melainkan juga pusat
industri di kawasan itu, terutama industri tembikar dan keramik. Kota ini, juga
diluluhlantakkan dans ejumlah besar warga dibantai.
Dari
sana, pasukan Mongol mengetahui bahwa Sultan Muhammad telah kabur ke Hamadan,
kota di antara Ray dan Baghdad. Pasukan Mongol pun maju ke Hamadan. Aladduala,
penguasa Hamadan, membuka gerbang dan takluk kepada bangsa Mongol. Dia
menyediakan makanan serta pakaian dan menerima Al tamgha, stempel Genghis Khan.
Jebe menempatkan tiga Shahma di sana tetapi tida tidak menemukan Sultan di
sana.
Aladduala
berkata, “Diamelarikan diri ke Mazandaran kira-kira tiga pekan lalu> Anggota
keluarga dan selir-selirnya tinggal di Mazandaran. Walau begitu dalam
perjalanan ke kota, sekitar 30.000 prajurit setianya ditempatkan di sana untuk
menjaga kota. Nama lokasi itu Sujas.”
Mazandaran
adalah kota yang terletak di dekat tepi barat daya Laur Kaspia dan kira-kira
320 kilometer dari Hamadan, di sebelah utara timur laut. Pada saat itu, ketika
Sultan Muhammad tengah melarikan diri dari Samarqand, dia mengirim kurir kilat
ke Kota Urgenchi, tempat anggota keluarga
dan selirnya tinggal, serta memindahkan mereka semua ake Mazandaran.
Mazandaran berada di wilayah paling barat Kesultanan Khwarazm dan dekat dengan
perbatasan Shirvan (Sekarang Azerbaijan).
Pasukan
Mongol bentrok dengan 30.000 serdadu Sultan di Sujas. Baris pertahanan terakhir
Sultan diruntuhkan. Lusinan anak panah dari unit pemanah Mongol bertanggung
jawab atas kematian dua komandan pasukan pertahanan, yaitu Beg-Tegin Silahdar
dan Kuch-Buga Khan, sedangkan pasukan mereka dibinsakan. Pasukan Mongol
kemudian maju ke Mazandaran, menginjak-injak mayat prajurit Khwarazm yang bertebaran
di padang.
Saat
menerima kabar bahwa pasukan pertahanan terakhir telah dihancurkan, Sultan
Muhammad memanggil Naziluddin, Gubernur Mazandaran, sekaligus juga abdi
setianya.
“Bawa
semua anggota keluargaku ke dua benteng di Larijan dan Ilal. Tempat setengah-setengah
di setiap benteng. Bunuh semua tawanan kita.”
Di
Mazandaran, mereka menahan sekitar 150 tawanan yang ditangkap oleh Sultan
selagi dia menaklukkan serbagai area yang berlainan. Para tawanan adalah anak
laki-laki atau saudara laki-laki kaum monarki dari beraneka area yang telah dia
taklukkan. Naziluddin, abdi setia sang Sultan, emngikat tangan dan kaki semua
tawanan serta melemparkan mereka ke dalam sungai. Saat masuk laporan darurat
yang menyampaikan bahwa pasukan Mongol sudah sampai di luar, Sultan bergegas
meninggalkan kota, setelah meminta Naziluddin mengurus keluarga dan selirnya
baik-baik.
Sebelum
pergi, dia menerima saran dari Naziluddin.
“Sultan,
ubahlah pakaian Anda. Siapa tahu mata-mata Mongol sduah ada di dalam kota.”
Naziluddin
membawakan Sultan seperangkat pakaian kotor butut yang diambilnya dari seorang
pengemis. Sang Sultan, setelah memandang
baju compang camping tersebut, mengangguk dan mengganti busana sutranya
yang berbordir emas dengan pakaian pengemis. Dia juga mengganti serbannya, yang
dihiasi permaa dan bulu merak, dengan serban pengemis. Dia pun bergeas
meninggalkan kota bersama dua pelayannya saja. Pelarian Sultan serta merta
dilaporkan kepada Subedei oleh mata-matanyaa. Subedei segera mengutus unit
pengejar. Ketika unit pengejar Mongol tiba di tepi laut Kaspia, sang Sultan
baik sebuah perahu nelayan kecil, tengah mendayung menjauhi pantai dengan kedua
pelayannya. Sambil berkuda kencang di sepanjang garis pantai, para prajurit
Mongol mengejarnya, menembakkan anak panah selagi mereka melaju. Akan tetapi,
perahu nelayan itu sudah berada di luar jangkauan tembak.
Naziluddin
bergegas ke luar kota bersama sekitar empat ratus anggota keluarga serta selir
sultan dan menempatkan mereka di dua benteng. Larijan dan Ilal. Subedei serta
merta mengejar mereka dan mengepung kedua benteng. Karena benteng itu dibangun
dengan kokok di atas gunung tinggi. Subedei memperkuat kepungan alih-alih
menyerang secara langsung. Mereka bertahan selama dua minggu. Namun, karena
mereka kehabisan air minum dan mulai mati karena dehidrasi, Naziluddin pun
menyerah. Dia turun gunung dan menyerahkan diri.
Putra
dan cucu laki-laki Sultan Muhammad, yang berjumlah sekitar enampuluh orang,
dipenggal semuanya. Sekitar duaratus istri dan selirnya serta sekitar lima
puluh anak perempuannya dikirimkan kepada Genghis Khan di Talaqan setelah
dihinakan dengan berbagai cara. Di antara mereka ada ibu sultan yang sudah tua.
Terke Khatun, yang pada satu saat dianggap sebagai pahlawan di dunia mereka.
Setelah mereka dibawa ke Dataran Mongolia, mereka terpaksa menjalani kehidupan
budak.
Di
sisi lain, Naziluddin dikuliti hidup-hidup oleh tukang jagal terampil, dan
kulitnya digunakan untuk membungkus boneka jerami. Pasukan Mongol kembali ke
Mazandaran dengan boneka berkulit manusia di depan mereka.
Pada
saat bersamaan, Jebe merebut Kota Mazandaran, benteng pertahanan terakhir
Kesultanan Khwarazm, serta memenggal 100.000 warga pembangkang. Ini artinya
Kesultanan Khwarazm sudah runtuh sepenuhnya. Tapi apa yang terjadi pada Sultan
Muhammad? Setelah dia meninggalkan Mazandaran, dia kabur ke pulau kecil di laut
Kaspia. Pulau tersbut tak berpenghuni, hanya dipenuhi batu yang berlumur
kotoran camar. Kedua pelayan Sultanmembuat gubuk dari potongan kayu kecil dan
rumput kering yang merka kumpulkan. Setelah mereka menghabiskan semua makanan
yang mereka bawa, mereka harus menangkap ikan untuk bertahan hidup.
Dia
bertahan di sana selama beberapa waktu. Namun dia larut dalam duka teramat
sangat ketika dia mendengar kabar dari seorang nelayan yang mampir ke pulai itu
bahwa semua keturunan laki-lakinya telah dibunuh serta istri, selir dan anak
perempuannya telah dibawa ke tempat lain sesudah dihinakan bertubi-tubi.
Setelah itu, dia pun meninggal beberapa minggu kemudian karena sakit,
kemungkinan raang selaput dada akut, disebabkan oleh beban emosional dan
malnutrisi. Pria yang apda satu saat memilki Imperium dengan tanah yang laus,
rakyat yang jumlahnya melebihi bintang di langit, dan ratusan selir meninggal
dalam baluran pakaian pengemis compang camping, dalam gubuk di pulau kecil yang
tak henti-hentinya diembus angin dingin.
Sebelum dia meninggal, dia berteriak dengan
mata nyalang, “Ah! Di mana semua rakyatku? Di mana tanhku yang luas? Sekarang,
aku bahkan tidak punya cukup tanah untuk tubuhku sendiri!”
Kedua
pelayannya mencoba menguburkannya, tetapi mereka tidak bisa menggali lubang
yang cukup dalam untuk mengubur jasadnya, sebab setelah menggali beberapa inci,
mereka amengenai batu. Mereka meninggalkan pulau tersebut setelah menutupi
jenazah Sultan dengan kerikil dan batu kecil. Saat itu, bulan Januari 1221,
Sembilan bulan setelah pasukan pengejar Mongol diutus.
44..
MARS PANJANG JEBE dan SUBEDEI
Musim
dingin itu, salju turun denegan lebat. Padang Raya Mugan, yang dekat dengan pantai Laut Kaspia,
diselimuti salju putih. Dari situ mereka bisa melihat cakrawala Laut Kaspia
jauh di sana. Di dataran luas yang diselimuti salju, tersebarlah yurt – tenda
unik Mongol berbentuk kubah dari kain Felt – yang tak terhitung jumlahnya,
membentuk sebuah kota. Jebe dan Subedei melewatkan musim dingin di sana. Baik
manusia mau pun kuda tak dapat bergerak dengan bebas karena salju menumpuk
hingga setinggi manusia. Sementara itu, mereka mengirimkan bergunung-gunung
pampasan perang kepada GenghisKhan di Talaqan. Mereka tidak boleh meninggalkan
tempat itu hingga mereka telah memastikan kematian Sultan Muhammad.
Pada
bulan Februari, dua pelayan yang menyertai Sultan dikonfirmasi lewat mereka.
Subedei mengirim seorang kurur kilat.
“Kurir Panah”, Julukan kurir kilat dalam pasukan Mongol, lari sejauh 1.900
kilometer dalam waktu tujuh hari, tiba di perkemahan utaman Genghis Khan sambil
membawa surat Subedei. Subedei melaporkan kepada Genghis Khan bahwa penaklukkan
Khwarazm baat sudah paripurna dan Sultan Muhammad sudah meninggal dunia.
Subedei sekaligus melaporkan iklim politik di area itu, termasuk aktivitas
pendukung Jalaluddin, yang masih hidup pada saat itu. Di Dunia Islam yang masih
berdiri. Dia juga menyatakan opini terntang pergerakan pasukan mereka
selanjutnya dan meminta persetujuan Genghis Khan. Sang Jendral besar, Subedei,
bermta tajam dan penilaiannya cukup akurat. Dia sudah melihat jauh ke masa
depan Imperium Mongol.
Jawaban
Genghis Khan adalah L “Majulah ke Rusia!”
Pada
musim semi 1221, Jebe menuju ke Irak. Di daerah Ardabil di Irak, seorang pria
bernama Ai Baba mengumpulkan pasukan, kemudian menyerang dan merebut Hamadan,
kota yang sebelumnya telah menyerah kepada bangsa Mongol, dan membunuh tiga
Shahma di sana. Ai Baba juga memenjarakan Aladduala di sebuah kastil kecil di
Girit. Jebe mengepung Hamadan lagi, menyerang, dan berhasil merebut kembali
kota tersebut. Kepala pemberontakan, Ai Baba, mencoba menyerah,n tetapi Jebe
tidak menerima permintaannya dan memerintahkan agar Ai Baba serta beberapa
ratus pengikutnya dipenggal. Beikutnya, Jebe maju ke Ardabil. Di sana telah
pecah pemberontakan, dan dia pun membinasakan serta membasmi seluruh penduduk.
Jabatan Gubernur Aladduala dikembalikan, dan supermasi bangsa Mongol
dipulihkan.
Jebe
dan Subedei menuju ke utara dari kawasan barat daya Laut Kaspia. Mereka
menyeberangi perbatasan utara Khwarazm, menapak masuk ke Shirvan. Pasukan
Mongol merebut Maragha dan Nakchivan, membanti warga yang melawan. Saat pasukan
Mongol mengepung Tabriz, kota penting Shirvan, Ozbeg, sang atabeg atau penguasa
Shivran, angkat tangan untuk menyerah. Dia mengirimkan tuzghu, simbol penguasa
Shirvan, sejumlah bedsar emas dan harta berharga, sepuluh utusannya, serta dua
puluh wanita cantik.
Saat
menghadapi utusan mereka, Jebe menghunus pedang sabitnya dan memenggal kepala
mereka, yang langsung jatuh ke tanah. Karena mereka tidak dapat dipercaya
sepenuhnya; ini menjadi contoh dan peringatan. Permintaan menyerah Ozbeg
diterima, dan Tabriz selamat, Ozbeg menjadi raja terakhir kaum Turki Saljuk.
Pasukan
Mongol maju ke arran (Sekarang armenia). Dari sana, terbentanglah dunia
kristen. Bangsa Mongol merebut Bailaqan, Ibu Kota Arran, dan menempatkan tiga
shahma di sana, supayaorang-orang tahu bahwa wilayah itu kini milik Mongol.
Pasukan Mongol terus maju, menapak masuk ke Georgia, satu lagi kerajaan
Kristen, yang terletak di sebelah selatan Pegunungan Kaukasus. Pada masa itu, Georgia
tengah berada di puncak kekuasaan dan kekayaannya, serta para kesatrianya
dikenal tak terkalahkan. Para kesatria mengenakan tunik dan tudung protektif
dari logam dan terlebih lagi, mereka memakai baju zirah logam. Begitu mreka
mengenakan baju zirah dan helm, serta menutu pelindung muka yang menutupi mata
mereka, tiak ada anak panah yang dapat melukai mereka. Mereka dipersenjatai
tombak panjang berat, pedang, dan kapak perang besar.
Raja
Georgia, Girogi IV Lasha, menghadapi pasukan Mongol dengan kavaleti berbaju
zirahnya yang tak terkalahkan. Para kesatria, berjumlah 10.000 orang, dalam
balutan baju zirah dan helm pelindung mereka, dengan bangga menerjang pasukan
Mongol. Kuda mereka bahkan mengenakan pelindung berat. Di belakang mereka,
sekitar 20.000 prajurit infantri mengikuti layaknya bayangan mereka. Mereka
berhadapan di padang Tiflis.
Setelah
secara seksama mengevaluasi kekuatan musuh serta situasi, Subedei berdiskusi
dengan Jebe.
“Menurutku
kita harus memisahkan paskukan kesatria dan prajurit Infantri lebih dulu.”
Jebe
sepakat. Selama satu saat yang singkat, mereka menyusun siasat pertempuran.
Pertempuran pun dimulai. Komandan pasukan Georgia, Giorgi IV, mengira bahwa
pasukan Mongol, yang senjata utamanya adalah busur dan anak panah, tak akan
mungkin sanggup mengalahkan kavaleri kesatrianya yang dilindungi baju zirah
logam tahan panah. Setelah sang Komanan memerintahkan mereka maju, kavaleri
kesatria melesat ke arah pasukan Mongol bagaikan batu besar yang menggelinding.
Subedei yang berntidak sebagai komandan baris depan, serta merta memerintahkan
prajuritnya agar mundur. Selama beberapa waktu, kavaleri kesatria mengejar
pasukan Mongol. Akan tetapi, kuda mereka tidak bisa menyusul karena kuda-kuda
tersebut mengenakan pakaian pelindung yang sangat berat dan mengangkut prajurit
berbaju zirah. Begitu kavaleri kesatria melewati satu titik tertentu, mereka
tiba-tiba diserang oleh pasukan tak dikenal dari samping. Mereka ini adalah
kavaleri Mongol pimpinan Jebe. Pada saat bersamaan, Subedei dan pasukannya berputar
serta mulai melakukan serangan balik. Pertarungan tersebut berlangsung ketat.
Pendekar kavaleri berbaju zirah berat tidak bisa bergerak secepat prajurit
Mongol, yang mengenakan baju zirah sangat ringan dari kulit. Para prajurit
Mongol menggunakan tombak berkait atau laso untuk menjungkalkan para kesatria
Georgia dan begitu mereka jatuh ke tanah mereka tidak mungkin bisa naik lagi ke
kuda mereka. Para prajurit kavaleri pimpinan Jebe membinasakan 20.000 prajurit
infantri yang mengikuti kavaleri kestria. Setelah menumbangkan ke 20.000
prajurit tersbut, pasukan Subedei kembali dan lagi-lagi bergabung dengan
pasukan Jebe untuk membereskan para kesatria satu persatu. Mereka melepas helm
para kesatria dan menghantam kepala atau wajah mereka denegan kapak tempur atau
gada. Sepuluh ribu kesatria Georgia yang tak terkalahkan dan dua puluh ribu
prajurit infantri dibantai seluruhnya. Dengan demikian, Kerajaan Georgia pun
jatuh ke tangan Mongol.
Jebe
dan Subedei menyeberngi Pegunungan Kaukasus lewat gerbang Dorbent, Kini, mereka
berada di eropa. Mata Jebe dan Subedei menjadi saksi atas citra indah stepa
Kpchak yang luas. Saat itu, Februari 1222 dan padang masih diselimuti salju.
Gemuruh tapak kaki kuda mereka di dataran luas menyebar di salju, yang menyerap
bunyi tersebut. Langit Biru laut, daratan dengan cakrawala di keempat arahnya;
tidak ada yang berbeda dengan kampung halaman mereka di Dataran mongol.
Kini,
sudah empat tahun sejak mereka amengawali misi dan ekspedisi mereka. Daya hidup
mereka yang kuat, budaya tradisional mereka yag menitahkan bhawa tempat mana
pun dapat menjadi rumah mereka begitu mereka mendirikan yurt, serta filosofi
mereka bahwa mereka ingin mati di medan tempur, semuanya berkontribusi dalam
kekebalan mental mereka yang kuat guna menagkal stres karena mars yang panjang.
Yang terpenting adalah filosofi tradisional berumur ribuan tahun yang terukir
di tulang mereka, bahwa seorang laki-laki lahir dalam yurt, tapi harus mati di
medan tempur. Inilah latar belakang mental mereka sebagai pendekat, dan panduan
yang mengarahkan pergerakan serta aksi mereka. Sahabt dan rekan terbaik mereka,
kuda Mongol, yang meiliki ketangguhan, ketegaran, dan daya hidup sama kuatnya
seperti pemiliknya, menyusuri medan tempur bersama mereka dan menapaki jarak
yang teramat jauh. Kuda Mongol yang tidak membutuhkan pakan khusus, tidak
seperti kdua jenis lain, bisa memakan salju dan es serta mempunyai insting
untuk mencari makanan sendiri.
Pasukan
ekspedisi Jebe dan Subedei berjumpa pasukan koalisi empat suku berbeda yang menyatakan
bahwa mereka memiliki negeri stepa Rusia. Mereka adalah kaum Alan, Lezghian,
Sirkasia, dan Turki Kipchak. Mereka berdiri berhadapan dengan bangsa Mongol
bersaa 50.000 serdadu mereka. Mereka membentuk persemakmuran, tetapi kerja sama
di antara mereka tidaklah terlalu mulus. Subedei memutuskan untuk menggunakan
taktik tipu daya. Kaum Alan, Lezghian, dan Sirkasia adalah penduduk asli daerah
tiu, berbeda engan kaum Turki. Kampung halaman mereka asli adalah di Asia
Tengah dan leluhur merekalah yang tleh bermigrasi ke area ini. Bangsa Mongol
dan Kaum turki Kipchak bahkan berpenampilan mirip. Perang psikologis telah
dimulai dan dibentuklah unit pasifikasi. Taktik tersebut berhasil. Mereka
kehilangan motivasi untuk bertarung sebab kaun Turki Kipchak juga orang asing
bagi ketiga suu lainnya.
Bangsa
Mongol menghancurkan orang-orang Alan, Lezghian dan Sirkasia, satu demi satu,
dan terakhir mereka membinasakan kaum turki Kipchak, yang merupakan suku
terkuat dan tidak lagi bekerja sama dengan ketiga suku lainnya.
Jebe
dan Subedei tiba di Pantai Laut Hitam. Mereka berderap di sepanjang garis
pantai, sambil memandang Laut Hitam biru tua, dan sampai di area utara .
Semenanjung Krimea. Pasukan Ekspedisi Mongol tinggal di sana selama beberapa
waktu.
Suatu
hari, Subedei kedatangan tamu yang adaah orang Venesia. Si orang Venesia
digiring ke dalam tenda tamu dan dijamu dengan teh, Subedei menanyakan tujuan
kunjungannya. Pada masa itu, orang-orang Veensia tengah berkonflik dengan
orang-orang Genoa demi memperebutkan
supremasi dagang. Sang tamu menjelaskan situasi tesebut dan meminta Subedei
menyerang Kota Sudak di tepi selatan Semenanjung Krimea, yang diduduki oleh
orang-orang Genoa.
Subedei
mengamati baik-baik dan mengajukan pertanyaan kepadanya.
“Jika
kukabulkan permintaanmu, apa yang bisa kau lakukan untukku?”
Si
orang Venesia membungkuk dalam, dua kali dan menjawab, “Akan kulakukan apapun
yang Anda minta, jika kau sanggup melakukannya.”
Subedei
membuka mulut pelan-pelan, lagi-lagi sesudah memperhatikan pria itu baik-baik,
“Aku butuh peta seluruh Eropa yang akurat dan terperinci. Aku juga membutuhkan
infomasi tentag semua raja dan keturunan mereka, serta besar pasukan mereka.
Apa menurutmu kau bisa membawakan itu untukku?”
Si
orang Venesia lagi-lagi membungkuk dan menjawab, “Pekerjaan itu tak akan mudah.
Namun, pekerjaan itu juga tidak mustahil karena aorang-orang seperti kami,
pedagang bepergian ke mana-mana sepanjang waktu. Jika Anda bisa memberiku waktu
tiga bulan, akan kubawakan jawaban untuk Anda.”
Dibautlah
kesepakatan antara Subedei dan si orang Venesia. Tiga bulan kemudian, si orang
Venesia membawakan informasi tersebut, dan bahkan lebih daripada yang diminta
Subedei. Dia bukan sja membawakan peta Eropa paling mendetail, apda masa itu,
melainkan juga semua informasi mengenai raja setiap negara, kerabat mereka,
keturunan mereka, jumlah prajurit saat ini dan jumlah maksimum prajurit yang
mungkinpada masa mendatang, dan bahkan kepribadian serta kegemaran mereka.
Subedei puas. Terbentuklah jaringan mata-mata jangka panjang yang baru dipimpin
oleh si orang Venesia. Sebagaimana yang dijanjikan, Subedei menyerang dan
menghancurkan Kota Sudak, memperoleh banyak sekali pampasan peang.
Pada
masa itu Rusia terbagi menjadi delapan wilayah administratif. Setiap wilayah
administratif dipimpin oleh bangsawan agungnya sendiri, dan wilayah-wilayah
adinistratif tersebut,yaitu Kiev, Chenigov, Galich, Smolensk, Rostov, Suzdal,
Norvogorod, dan Vladimir.
Kabar
bahwa bangsa Mongol telah menginjakkan kaki ke Teritori Rusia dan menghancurkan
pasukan koalisi di daerah itu, termasuk kaum Turki Kipchak, disampaikan kepada
Mstislav, bangsawan agung Galich, Istrinya adalah putri salah satu kepala suku
turki Kipchak. Bangsawan Agung ke delapan wilayah itu berkumpul dan mengadakan
pertemuan. Mereka sepakat menggunakan pasukan mereka guna menghuum penginvasi
tangguh ini.
“Ereka
bukan sembarang penginvasi! Mereka berusaha menaklukkan kita, seluruh Rusia!
Kita bisa mengetahui hal itu dari apa yang telah mereka perbuat sejauh ini.
Jika kita gagal menghancurkan mereka sekarang juga, kita akan dikuasai oleh
mereka.”
Mata
Mstislav jeli dan penilaiannya tepat. Bersama-sama, mereka membuat pasukan
koalisi beranggotakan 80.000 orang. Mereka berderap ke selatan, menyusuri
tepian sungai Dnieper, dengan 80.000 serdadu mereka dan menemui para serdadu
Mongol, yang jumlahnya telah berkurang menjadi 25.000, di tepi sugnai Kalka,
sebuah astuari di sebelah utara Laut Hitam. Mereka berdiri berhadapan di padang
raya Kipchak.
Pada
saat ini, sebagian bangsawan agung, dipicu semangatnya oleh jumlah mereka yang
superior, melesat ke pihak Mongol. Baris depan Mongol berbalik dan mulai
melarikan diri. Pasukan pengejar Rusia tidak bisa menyusull mereka dan mulai
kelelahan. Pada saat itu, dari kedua sisi bukit yang tengah mreka lintasi,
bola-bola api melejit ke langit dan asap tebal menyelubungi area itu bagaikan
cadar. Baris depan Mongol yang melarikan diri pun menghilang ke dalam asap ini.
Pada saat bersamaan, hujan anak panah menimpa para serdadu Rusia yang mengejar.
Pasukan Rusia yang kocar kacir berusaha berbalik dan mundur, tapi mereka malah
semakin berantakan, bertabrakan dengan rekan-rekan mereka sendiri yang tengah
maju, Kekacauan selama beberapa menit ini sudah cukup bagi unit pemanah Mongol.
Pasukan Rusia dibinasakan dalam waktu satu hari saja. Padang Kipchak dipenuhi
mayat prajurit Rusi dan yang selamat sangatlah sedikit. Sat itu, tanggal 31 Mei
1223. Belakangan, tiga bangsawan agung Rusia yang tertangkap dimasukkan ke
karung kulit dan mati kehabisan napas. Itulah akhir perlawanan kaum aristokrat
Rusia.
Jebe
dan Subedei pun berangkat untuk pulang. Mereka menyeberangi Sungai Don dan
Sungai Volga. Setelah menyeberangi Sungai Volga, mereka bertemu bangsa Bulgar.
Sesudah kalah dalam ertempuran, bangsa Bulgar menyerah kepada bangsa Mongol.
Pasukan Mongol menghadapi kaum Turki Qangli lagi setelah menyeberangi
Pegunungan Ural. Mreka dengan mudah dihancurkan. Setelah itu, tidak ada
siapa-siapa lagi di depan mereka. Akhirnya, mereka bergabung dengan pasukan
utama Genghis Khan di dekat danau Balkhash, mempergunakan mars sejauh hampir
13.000 kilometer, yang telah memakan waktu lebih dari tiga tahun. Ini adalah
mars kavaleri yang menempuh jarak terjauh, tidak pernah tertandingi pada
masa-masa sebelumnya mau pun setelahnya.
45.
PERTEMUAN DENGAN CHANG CHUNG
Tao
adalah pencipta segalanya di alam semesta ini. Tao menciptakan matahari, bulan,
bintang, bumi dan semua makhluk hidup – binatang, tumbuh-tumbuhan, dan bahkan
manusia. Tao bukan saja pencipta benda-benda yang tampak, melainkan juga yang tidak
tampak, seperti roh dan jiwa. Orang-orang membicarakan kehebatan Tuhan, tetapi
segelintir saja lah yang mengakui kehebatan Tao. Sebagian orang mengira Tao
sama dengan Tuhan, tapi itu tidak benar. Tao tidaklah seperti Tuhan yang
orang-orang kira, yaitu Tuhan yang seperti manusia, bisa berpikir, bicara,
mendengarkan, marah, dan bahagia. Kita kemudian tiba pada satu pertanyaan
terakhir : “Apakah Tao itu?”
Chang
Chun sedang memberikan kuliah di depan sekitar tiga ratus orang. Saat itu musim
panas 1222, di kamp perang utama Genghis Khan di sisi Pegunungan Hindu Kush.
Puluhan ribu kemah tersebar dari sisi gunung hingga ke dataran luas di bawah,
sedangkan markas besar panglima tertinggi ada di bagian paling utara, Dalam
sebuah tenda besar, dengan kapasistas tiga ratus hingga empat ratus orang,
berkumpul semua tokoh penting Imperium Mongol, termasuk Genghis Khan sendiri,
putra-putranya, para panglima, dan pejabat tinggi.
Kuliah
berlanjut :
“Apakah
tao itu? Tao adalah semacam energi yang sangat sulit dijabarkan. Energi ini
tidak terbatas karena memang tak terbatas. Ia bebas dari waktu ke waktu dan tak
bertepi. Semua yang ada di alam semesta semata-mata merupakan manifestasi yang
berbeda dari energi ini. Energi ini mengubah manifestasi, atau wujudnya, dari
waktu ke waktu. Ketika kita menyulutkan api ke kayu bakar, kayu tersebut
menjadi arang setelah emngubah diri menjadi lidah api, asap, dan panas.
Artinya, wujud dan kandungan asli kayu bakar itu telah lenyap. Akan tetapi
lewat mata seseorang yang memahami Tao, tiada yang berubah. Yang terjadi adalah
perubahan sederhana energi asli dalam kayu menjadi wujud yang berbeda. Energi
tidak pernah punah atau lenyap. Kita namai energi tersebut Tao, sebab ia
senantiasa bergerak. Energi ini berakumulasi di satu tempat, menciptakan amsssa
yang apdat, dan al hasil terlihat seolah-olah tidak bergerak sama sekali, tapi
itu tidak benar. Energi itu terus menerus bergerak. Satu-satunya perbedaan
adalah kecepatan gerak dalam tiap-tiap wujud atau manifestasi. Semua fenomena
dan wujud dalam kehidupan ini, pemikiran kita, emosi kita, perasaan bahagia,
marah, cinta, serta benci merupakan aliran, atau pergerakkan, energi ini. Makna
asli tao dalam bahasa Cina adalah cara bergerak.”
Dua
penerjemah berbeda menerjemahkan kuliah Chang Chun ke dalam bahasa Mongolia dan
Persia, sedangkan Yelu Chutze, di kursi depan, emncatatnya dalam tulisan :
Chang
Chun melanjutkan :
“Sejak
saya masuk biara ketika usia saya empat belas, saya telah mempelajari dan
meneliti pergerakan energi ini selama enam puluh tahun. Pergerakan energi
sangatlah rumit serta tak dapat diprediksi. Sulit menemukan pola slinya. Saya
hanya bisa memahaminya secuil kecil. Pergerakan energi bukan saja terjadi di
dalam satu entitas tunggal, melainkan juga di antara benda-benda lain, misalnya
antara manusia dan bumi, manusia dan matahari, atau bahkan antara bintang dan
bintang. Nah, seseorang tentu akan menanyai saya, “Apa manfaatnya jika kami
mengenal hal yang disebut Tao ini? Wajar dia bertanya. Jika kita tidak mendapat
manfaat meskipun sudah mempelajari aturan pelik pergerakan energi tersebut,
yang sayaa kerjakan tidak ada artinya. Namun, dengan gamblang saya utarakan d
sini, di hadapan Anda, bahwa orang yang menemukan keseluruhan struktur mengenai aturan
pergerakan energi adalah orang yang telah menemukan kebenaran tentang alam
semesta. Jika dia
menggunakan sedikit saja dari kebenaran itu untuk dirinya sendiri, hasilnya
pastilah luar biasa. Sama seperti tukang perahu yang mengetahui arah angin;
jika dia memanfaatkannya, dia bisa sampai ke tujuannya dengan lebih aman dan
lebih mudah. Jika tidak, dia akan menderita dan akhirnya perahunya mungkin saja
malah karam.
ooOOoo
Chang
Chun telah meninggalkan biara di kota asalnya Shantung, dua tahun sebelumnya,
bersama empat belas muridnya, sesudah menerima undangan sopan Genghis Khan.
Sebenarnya, dia menerima undangan itu pada musim semi 1219, tiga tahun lebih
sebelum dia tiba. Suatu hari, dua pria datang menemuinya di biara di Shantung.
Salah seoran dari mereka adalah dokter Cina Genghis Khan, Liu Wen, dan yang
satu lagi adalah darughachi Cina Utara, Chinagi Liu Wen datang sebagai utusan
Genghis Khan dan membawa surat undangan. Dia mengenakan papan segiempat
keemasan seukuran telapak tangan orang dewasa yang dikalungkan ke tali kulit di
lehernya. Ada ukiran kepala harimau pada bagian atas papan itu dan, tepat di
bawahnya, terdapatlah pesan yang diukir : “”Pemegang Papan Harimau Ini telah
diberi privilese dan segala kebebasan, sma seperti jika aku ada di sana.” Itu
adalah bukti bahwa dia merupakan utusan Genghis Khan. Chang-Chun menunda
keberangkatannya selma setahun, tetapi akhirnya, dia meninggalkan biara dengan
empat belas pengikutnya. Dia menyeberangi Gurun Gobi setelah mampir di Zhongdu,
kemudian pergi ke Samarqand lewat Dataran Mongolia dan Kerajaan Uighur. Dari
sana, dia pergi ke Hindu Kush, tempat Genghis Khan memosisikan kamp perang
utamanya. Dia telah berkelana sejauh 7.200 kilometer selama dua tahun lebih.
Dalam perjalanan tersebut, salah satu pengikutnya meninggal karena penyakit
endemik, dan seorang lagi menyerah.
Genghis
Khan girang bukan kepalang ketika dia betatap muka dengan tamu yang sudah
mengembara jauh sekali, selama berbulan-bulan.
“Kuberikan
apresisai sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya atas ketulusan
dan keteguhan Anda karena sudah datang jauh-jauh, menghabiskan waktu dua tahun
lebih untuk berkelana! Aku juga sangat gembira karena Anda berkenan menerima
undanganku, sebab Anda tidak pernah menerima undangan semacam itu dari kaum
monarki atau pun penguasa lain.”
Untuk
membalas ucapan selamat datang Genghis Khan, Chang-Chun membungkuk dalam.
“Saya
hanyalah orang tua yang bersembunyi di pegunungan. Saya amat terhormat jarena
ternyata nama saya dikenal dan bahkan diundang oleh penguasa hebat.”
Seperti
inilah mereka memulai dialog mereka.
Genghis
Khan menanyai Chingan bagaimana cara orang-orang lain memanggil Chang-Chun.
“Sebagian
memangginya “masster”. Yang lain semata memanggilnya “Guru” atau “Shin-Shien”,
artinya dia yang tercerahkan.”
Genghis
Khan memanggilnya Shin-Shien, atau dia yang suci. Genghis Khan mengantarkan
pria itu ke tendanya dan menawarinya teh. Genghis Khan menanyainya, sambil
menyunggingkan senyum di wajah, “Kudengar banyak orang mengatakan bahwa
Shin-Shien telah menemukan rahasia kesehatan dan umur panjang. Benarkah itu?”
Mendengar
pertanyaan ini, Chang-Chun menjawab, setelah lagi-lagi membungkuk dalam, “Saya
tahu saya telah dilebih-lebihkan dan disanjung oleh banyak orang. Saya
semata-mata memiiki sedikit pengetahuan yang dapat membantu melestarikan
kehidupan. Hanya itu.”
Genghis
Khan mengeluarkan tawa terkekeh nyaring dan berkata, “Shin-Shien, aku suka
jawaban Anda. Jika Anda mengatakan bahwa Anda telah menemukan rahasianya, aku
mungkin akan kecewa.”
Seorang
pejabat yang telah bertatap muka dengan
Chang-Chun di Zhongdu menggambarkannya seperti ini : “Dilihat sekilas, kuakui
dia bukan pria biasa. Tak seperti pria lain yang berusia tujuh puluh empat
tahun, posturnya saat berdiri dan duduk seperti prajurit muda. Tubuhnya
terlihat sekuat pohon dan gerakannya seperti angin ribut. Tak seorang pun akan
percaya bahwa dia adalah pria berusia tujuh puluh empat tahun. Ketika aku
berbicara dengannya, kusadari bahwa dia adalah pria yang memiliki pengetahuan
luas dalam segala macam bidang. Aku merasa seolah dia sudah pernah berkunjung
ke seberang awan keramat, yang tak pernah didatangi seorang pun sebelumnya, dan
menyaksikan kegelapan asal primitif pada zaman dahulu kala. Aku jelas bisa
memahami apa sebabnya sang penakluk agung mengundangnya. Sang Penakluk Agung
membutuhkan seorang filsuf hebat.”
Chang-Chun
memberikan total empat kuliah. Selagi dia sedang bersama Genghis Khan, dia
berkesempatan bicara kepada sang penguasa Mongol secara pribadi.
Kuliah
Chang-Chun berlanjut :
“Saya
katakan, bahwa semua emosi manusia sekalipun, termasuk rasa senang, sedih,
takut dan marah, adalah pergerakan Tao. Berdasarkan telaah saya, semua hewan
juga memiliki emosi. Satu-satunya perbedaan adalah emosi mereka tidak
berkembang secara terperinci. Pohon tidak mempunyai emosi. Banyak pohon hidup hingga
ratusan atau ribuan tahun. Namun, hewan mustahil hidup selama itu. Pohon tidak
membiarkan Tao keluar dari tubuh mereka lewat emosi.”
Dia
melanjutkan.
“Setiap
makhluk hidup memiliki dua insting dasar : Insting untuk melestarikan diri
sendiri dan spesiesnya. Semua ini semata-mata karena sifat energi Tao. Energi
Tao cenderung berkumpul dan berakumulasi. Semua hal di alam semesta ini
diciptakan karena sifat energi Tao tersebut. Dengan kata lain, begitu energi
Tao terkumpul dan membentuk sebuah entitas, kumpulan energi tersebut cendrung
menetap di sana.
“Suatu
kali, saya melakukan pengamatan secara saksama terhadap pohon murbei.
Pohon-pohon yang ada di halaman belakang saya berjenis pendek. Suatu hari, saya
perhatikan bahwa kambing saya memakan daun tumbuhan ini. Bisakah anda bayangkan
apa yang terjadi pada tahun berikutnya? Pohon murbei tersebut meulai tumbuh
lebih tinggi. Akhirnya, beberapa tahun kemudian, pohon murbei tersbut menjadi
sedemikian tinggi sehingga kambing tidak bisa mencaai daunnya. Akan tetapi,
pohon murbei berjenis sama, di lokasi
yang berbeda, tanpa kambing, tetap tak berubah. Seperti yang saya katakan, energi Tao cenderung menetap
dalam entitas yang sama yang diciptakannya. Kekuatan Tao membuat entitas itu
tumbuh.”
Suatu
kali, Chang-Chung mengatakan ini : “Sewaktu saya meneliti pergerakan energi
Tao, supaya mudah saya mengarang nama untuk arah pergerakan. Ketika energi
bergerak dari dalam sesuatu ke arah luar, ia disebut yang. Jika energi bergerak
ke arah dalam, ia disebut Yin. Walau begitu, energi yang dan energi yin biar
bagaimanapun sama saja. Semata-mata bergerak ke arah yang berlainan. Jadi,
“yang” bisa berubah menjad “yin” dalam sekejap mata atau bsia tetap tak berubah
selama beberapa waktu. Semua hal di dalam semesta merupakan produk kerja sama
kedua energi ini. Jenisnya tak terbatas. Sebagian produk dengan cepat lenyap,
sedangkan sebagian yang lain tetap tak berubah hingga selama-lamanya. Sebagian
dapat dilihat mata manusia dan sebagian yang lain tidak bisa. Sebagian sangat
ringan dibandingkan dengan sebagian lainnya yang sangat berat. Produk yang
berat mengumpul bersama, akhirnya menghasilkan masssa yang besar. Matahari,
bulan,bintang, dan buimi ini, semua dibuat dengan cara seperti itu.”
Dia
melanjutkan.
“Tanah
dan air adalah perwujudan Tao yin. Di sisi lain, cahaya dan panas adalah
perwujudan Tao yang. Kombinasi dua energi tersebut menciptakan kehidupan di
bumi ini. Begitu kehidupan dilahirkan, ia bisa berubah menjadi beragam bentuk,
sebab Tao bersifat tak terbatas. Penciptaan kehidupan baru dan perubahan
menjadi aneka jenis terjadi sepanjang waktu, tak terusik.”
Dia
mengatakan ini juga :
“Saya
sampaikan sebelumnya kepada Anda bahwa bahkan emosi manusia dan hewan adalah
hasil pergerakan energi. Emosi berupa rasa marah, benci, takut, cemburu, dan
gembira menjadikan energi keluar dari tubuh kita. Di sisi lain, harapan,
cita-cita yang bagus, cinta, hasrat, dan rasa syukur akan membuat energi masuk
ke tubuh kita. Kondisi terbaik bagi makhluk hidup dicapai ketika energi yang
dan yin seimbang. Umpamakan saja begini : Jika kita memercikan air ke api yang
membakar kayu, api akan menjadi lemah. Jika kita terus memercikan air, api
menjadi kian lemah dan kian lemah dan akhirnya mati. Penyebabnya karena energi
“Yang” dalam api bergerak ke arah “Yin”, yatu air. Satu perempuan cukup untuk
satu laki-laki. Rasio ini adaah yang terbaik dri sudut pandang keseimbangan
“Yang” dan “Yin”. Jika Anda memiliki lebih dari satu istri, itu sama saja
seperti membuat energi “Yang” dan “Yin” berat sebelah. Alhasil, Anda tidak bisa
membuat diri Anda berada dalam kondisi terbaik.”
Setelah
kata-kata ini diucapkan pecahlah kasa-kusuk di antara hadirin. Banyak di antara
mereka yang memiliki lima sampai enam istri dan enam puluh hingga tiga ratus
gundik.
Chang-Chun
menekankan pentingnya rasa hormat terhadap kehidupan, sikap yang wajar tak
berlebih-lebihan, dan pengendalian diri. Chang-Chun secara pribadi menyarankan
kepada Genghis Khan agar dia sebaiknya mengurangi jumah eksedisi berburu,
sebaiknya tidur tanpa perempuan paling tidak sebulan seklai tiap tahun, dan
sebaiknya menghindari foya-foya. Setelah itu, Genghis Khan mengadakan banyak
pertemuan pribadi dengan Chang-Chun, dan membicarakan banyak topik serta
berbagai pendapat.
Sesudah
beberapa bulan, Chang-Chun mengucap selamat tinggal kepada Genghis Khan. Pada
hari keberangkatannya, Genghis Khan dan banyak orang lain pergi beberapa mil
untuk mengantar kepergian Chang-Chun. Sebagai imbalan aats kunjungannya,
Genghis Khan menganugerahkan privilese berupa pembebasan pajak untuk murid
Chang Chun yang banyak di Cina. Bahkan setelah Chang-Chun pergi, Genghis Khan
acap kali mengirimkan utusan untuk memastikan bahwa perjalanan pulangnya
baik-baik saja. Genghis Khan tidak pernah lupa menyampaikan perasaan hatinya
yang hangat terhadap pria itu.
Bapak yang suci, bagaimana perjalanan Anda musim semi
dan musim panas kemarin? Aku tahu perjalanan tersebut tidaklah mudah. Apakah
semua kebutuhan dan transportasi Anda terpenuhi tanpa banyak maslaah? Apakah
para pejabat di setiap area menyediakan akomodasi memadai bagi Anda? Aku
senantiasa berterima kasih kepada Anda. Tolong, jangan lupakan aku. Chang-Chun tiba kembali di
biaranya di Shantung pada musim semi 1224.
46.
HUKUMAN UNTUK KERAJAAN SHISHA
Genghis
Khan tinggal di wilayah Khwarazm selama beberapa waktu untuk mengukuhkan
penaklukkannya. Banjir darah paling tragis dalam ekspedisi di Khwarazm terjadi
di kota Herat, yang terletak kira-kira 400 kilometer di sebelah selatan Merv.
Pada satu saat, mereka telah menyerah, tetapi kemudian mereka mendadak
memberontak. Genghis Khan pun mengirim Alchidai. Alchidai, setelah mengambil
alih kota itu kembali, membantai warga pemberontak sampai habis. Sepnajng
kejadian mematikan ini, yang berlangsung
sekitar seminggu, dua juta orang meninggal. Setelah itu, orang-orang di
wilayah Khwarazm sepenuhnya kehilangan semangat untuk melawan.
Peristiwa
ini terjadi sekitar tiga bulan sebelum Genghis Khan bertemmu Chang-Chun.
Setelah mengantar kepergian Chang-Chun, Genghis Khan mulai menelaah rute pulang
ke kampung halamannya. Rute pertama yang mungkin ditempuh adalah lewat India
dan teritori Tangut. Naun rute ini tidak dianggap sebagai pilihan terbaik
karena jalannya kasar, banyak area berhutan, dan airnya kotor. Sesudah
mempertimbangkan opininya, Genghis Khan memilih rute yang sama seperti yang
ditempuhnya saat datang.
Pada
musim gugur 1222, Genghis Khan menyeberangi Sungai Amu. Dia tinggal di
pinggiran Samarqand hingga musim semi tahun berikutnya. Selama periode ini, dia
menghabiskan waktu dengan berburu, dan kedua putranya, Chagatai dan Ogodei
pergi ke tempat jauh bernama Qara Kol, yang berarti danau hitam, untuk berburu
angsa. Tempat itu memiliki banyak danaud an rawa luas tak bertepi. Setiap
pekan, mereka mengirimi Genghis Khan hwan tangkapan mereka, diangkut oleh lima
puluh unta samapi kapasitas maksimal.
Pada
musim semi 1223, diadakan khuriati berskala besar di Fenaker, kota di tepi
Sungai Syr. Pada sidang ini, Genghis Khan menunjuk Yalavachi sebagai wali raja
di wilayah Khwarazm yang baru saja ditaklukkan. Untuk darugachi kota yang
paling penting. Samarqand, dia menunjuk Yelu Ahai. Yelu Ahai Chutze mengatur
sistem administrasi terperincinya.
Kira-kira
pada saat inilah, konsep “ulus” Genghis Khan lahir. Ulus adalah sistem
peemrintahan negeri-negeri taklukan dan keseluruhan Imperium Mongol. Tanah
dibagi-bagi dan setiap putra Genghis Khan memperoleh satu bagian. Kelmudain
apra putra Genghis Khan dan keturunan mereka akan memerintah tanah pemberian tersebut.
Berdasarkan konsep ini, Laut Aral dan tanah di sebelah utara Laut Kaspia, di
sebelah timur Sungai Irgiz, dan sebelah barat Sungai Volga, termasuk padang
raya Kipchak, diserahkan kepada Juchi
dan keturunannya. Asia tengah dan wilayah Kara Khitai diberikan kepada Chagatai
dan keturunannya. Wilayah di sebelah timurnya, yaitu area Sungai Irtish,
Pegunungan Altai dan tanah di sekitar Danau Baikal diberikan kepada Ogodei,s
edangkan jantung Dataran Mongolia diserahkan kepada Tolui.
Pada
musim semi 1223, Genghis Khan menuju ke Dataran Mongolia. Karavan yang membawa
pampasan perang membentuk barisan dari satu cakrawala ke cakrawala lainnya,
sedangkn barisan budak tak ada habis-habisnya. Pada tahun 1224, pasukan Jebe
dan Subedei bergabung dengan pasukan utama Genghis Khan sesudah mereka
merampungkan penaklukkan area teramat besar, termasuk Rusia. Mereka membawa
seribu kuda kelabu Rusia dan juga seribu budak Rusia. Laki-lakid an perempuan,
yang bermata biru serta berambut pirang. Yang paling utama, hal paling berharga
yang mereka bawa adalah banyak informasi mengenai Eropa. Berdasarkan laporan
Subedei diperkirakan bahwa penaklukkan seluruh Eropa akan memakan waktu delapan
belas tahun.
Juchi
tidak kembali ke Dataran Mongolia. Dia menuju ke apdang raya Kipchak bersama
ordu-nya. Dia bosan dan muak akibat ketidakharmonisan dengan adik-adiknya. Diaa
benar-benar menyukai padang raya Kipchak. Genghis Khan berusaha memanggilnya
pulang berkali-kali, tetapi dia tidak meresponnya. Pikiran Genghis Khan campur
aduk, dipenuhi beraneka ragam perasaan.
Pada
musim gugur di tahun yang sama, Genghis Khan mendengar kabar meninggalnya
Mukali. Sebagai wali raja Cina utara. Mukali melanjutkan perang dengan Chin,
merebut banyak kota dan kawasan lainnya. Namun, Chin merebut kembali sebagian
area tersebut sesudah Mukali meninggal. Genghis Khan menunjuk Jafar, sang
saudagar Muslim, sebagai darugachi Cina Utara.
Pada
tahun 1225, Genghis Khan tiba kembali di dataran Mongolia. Sudah tepat enam
tahun sejak dia pergi. Dia tinggal di Hutan Hitam, di tepi Sungai tula. Kini,
dari Zhingdu hingga Sungai Volga, tak seorang pun bisa lolos dari rasa ngeri
saat mendengar namanya. Genghis Khan memperkenankan kuda-kuda dan para
prajuritnya beristirahat selama setahun.
Pada
musim gugur 1226, Genghis Khan berangat untuk menghukum orang-orang Tangut dari
Kerajaan Shisha. Sebenarnya, aksi ini tidak semata-mata karena di dasari
keinginan untuk menghukum mereka karena sudah melanggar kesepakatan terkait
dukungan militer. Selagi Genghis Khan sedang menaklukkan Khwarazm, kum Tangut
telah meningkatkan kekuatan militer mereka secara dramatis. Sejak raja mereka
yang terdahulu, Li Angan, meninggal, dan putranya, Li Tsun Hsiang naik Tahta,
dia membaktikan seluruh kemampuannya untuk membangun kekuatan militer mereka.
Dia bukan hanya memperkuat pasukannya, dari yang asalnya berkekuatan 15.000 menjadi
setengah juta orang, tapi juga membuat pakta pertahanan bersama dengan Chin.
Prestasi
belumlah gilang gemilang jika belum paripurna.
Inilah
yang acap kali diucapkan Genghis Khan kepada putra-putranya.
Sebelum
memlui perang baru, Genghis Khan memanggil putranya Juchi, yang tinggal di
Kpchak. Akan tetapi, lagi-lagi Juchi tidak meresponnya. Dia selalu punya dalih,
terutama karena sakit. Genghis Khan kembali mengeluarkan panggilan, tetapi
Juchi tetap tidak menanggapi. Genghis Khan punya alasan bagus sehingga
memanggilnya. Ada rumor yang ebredar bahwa Juchi tengah berencana memerdekakan
diri dari ayahnya dan membuat kebijakan terpisah. Itulah yang paling
dikhawatirkan Genghis Khan yaitu perpecahan Imperium.
Suatu
hari, Genghis Khan jumpa seorang pengembara pria dari suku Mangkud yang telah
melintasi aordu Juchi. Genghis Khan menanyainya tentang kondisi penyakit Juchi,
dan pria itu pun menjawab, “Saya tidak tahu soal penyakitnya, tapi saya lihat
dia pergi berburu.”
Genghis
Khan murka. Jika Juchi bisa pergi berburu, dia pasti sama sekali tidak sakit.
Genghis Khan punya firasat bahwa putranya Juchi tengah mengelabuinya.
“Dia
menjadi penghianat, membangkang perintah ayahnya sendiri! Akan kuenyahkan dia
setelah kaum Tangut, tanpa melihat wajahnya.”
Genghis
Khan menunggangi kudanya lagi. Seratus lima puluh ribu serdadu dimobiisasi
untuk perang melawan kaum Tangut ini. Putra ketiganya, Ogodei dan putra
keempatnya, Tolui, ikut serta dengannya. Sedangkan Tolun Cherbi menjadi kepala
staf. Genghis Khan menempuh rute yang berbeda dengan jalur yang digunakan tujuh
belas tahun yanglalu. Dia merasa tidak nyaman. Dalam perang ini, istri
keduanya, Yesui mendapinginya. Mata Genghis Khan menangkap bentangan luas Gurun
Gobi. Lautan pasir, tanah campuran lumpur dan pasir yang terbentang tak ada
habis-habisnya, beserta semak dan perdu kering laksana janggut lelaki tua yang
menghasilkan bayangan sinar bulan di malam hari... Itulah Gurun Gobi. Sudah
berapa kali dia menyeberangi rute ini?
Ketika
dia tiba di tengah-tengah gurun, sekelompok besar kuda liar yang bergerak ke
sana kemari, menghasilkan kepulan sap di cakrawala jauh di sana, tampak dalam
pandangan Genghis Khan memutuskan untuk berkemah di sana semalam. Lokasi
tersebut dekat dengan sebuah oase. Genghis Khan pun pergi berburu bersama
segelintir anak buah dekatnya saja. Kelompok kuda liar bergerak ke sana ke
mari, emngubah arah mereka sepanjang waktu, layaknya kawanan lebah atau
serombongan ikan. Genghis Khan mendekati mereka hanya dengan laso di tangan.
Dia berkuda dengan kecepatan penuh untuk menyusul hewan-hewan liar yang tengah
bergerak itu. Kuda faforitnya, yang bernama
Josotu Boro, adalah kawan yang gesit. Kawanan kuda liar tersebut
berderap di gurun, mengibarkan surai mereka dan menghasilkan bunyi menggemuruh
dengan tapak kaki mereka. Pada saat simpul lasonya hendak menjerat leher salah
satu binatang, terjadilah sesuatu yang tak terduga-duga. Kawanan kuda liar itu
tiba-tiba mengubah arah mereka. Ratusan kuda liar melesat ke arah Genghis Khan.
Kudanya, Josoru Boro, kaget karena serbuan hewan-hewan liar tersebut. Sambil
meringkik, Josoru Boro tiba-tiba saja mendompak. Genghis khan jatuh dari
kudanya. Kawanan kuda liar tersebut, setelah menginjak-injak tubuhnya, lenyap
ke cakrawala yang jauh laksana pasang surut.
Genghis
khan mengerang semalaman karena demam tinggi. Tubuhnya bengkak serta memar, dan
ototnya sangat panas.
Dia
tenga berjalan ke ujung dunia. Bumi diselubungi kabut dan langit biru gelap
misterius menyentuh kaki langit jauh di sana. Genghis khan yang telah berubah
menjadi bocah umur sembilan tahun, temujin sedang berjalan di bumi yang
diselubungi kabit tanpa mengetahui ke mana tujuannya. Dari cakrawala jauh di
sana, dua obyek mungil tengah menghampirinya, dan mereka menjadi kian besar dan
kian besar setiap menitnya. Akhirnya, ketika mereka sudah dekat, mereka
menunjukkan sosok jelas mereka. Mereka adalah Yesugei dan Ouluun, ayah dan ibu
Genghis khan. Selama sesaat, mereka memperhatikan Temujin dengan penuh rasa
khawatir dan kemudian menghilang ke cakrawala tanpa mengatakan apa-apa. Temujin
berusaha mengikuti mereka, tapi tidak bisa. Kakinya terlalu berat.
“Bagaimana
perasaanmu, Suamiku?” Yesui, yang begadang semalaman di samping ranjang Genghis
khan, bertanya kepadanya sambil melemparkan ekspresi khawatir ketika Genghis
khan membuka mata. Genghis khan menoleh ke sana ke mari. Dia berada di kamp
perang di tengah-tengah gurun. Dia berusaha bergerak, tapi sekujur tubuhnya
ditusuk-tusuk rasa nyeri tak terkira, seolah-olah dia telah dicambuki.
Tolun
Cherbi mengutarakan opininya dalam rapat darurat beserta seluruh panglima,
termasuk Ogodei dan Tolui.
“Kondisi
Khan tidak terlalu prima. Kita sebaiknya mundur dan kembali lagi nanti, ketika
beliau sudah baikan.”
Tidak
ada yang tak sepakat dengan opininya. Mereka pun memberithukannya bahwa mereka
setuju.
Genghis
khan berkata dengan suara pelan, “Beri mereka kesempatan untuk menyerah.”
Atas
perintah Genghis khan, sekelompok utusan pun dikirim. Namun, utusan yang
kembali beberapa hari kemudian membawa surat balasan dari panglima tertinggi
Kerajaan Shisha, Weiming Linggong.
“Kamp
perang kami yang tak bertepi meliputi negeri ini, dalam jumlah besar. Harta
berharga melimpah ruah, yang dapat dijadikan dana perang kami, Bertumpuk-tumpuk
dalam gudang. Ambillah jika kalian bisa.”
Saat
mendapatkan surat balasan ini, Genghis khan jadi berang. Sudah jelas bahwa
Weiming Linggong mengandalkan setengah juta prajuritnya.
“Bisa-bisanya
dia omong besar seperti itu? Aku pasti akan memusnahkan mereka dari bumi ini!
Langit biru kekal akan menyaksikan ini!”
Genghis
khan pun mengeluarkan perintah agar mereka maju terus. Pasukan Mongol meerebut
kota-kota penting di Kerajaan Shisha, satu demi satu, termsuk Kanchou dan
Suchou. Pada Bulan Desember di tahun yang sama, pasukan Mongol mengepung
Lingchou, yang berjarak 29 kilometer dari ibu kota mereka. Chunghing dan
dianggap sebagai titik pertahanan strategis yang penting. Weiming Linggong,
panglima tertinggi tentara Shisha, keluar untuk menyelamatkan Lingchou beserta
300.000 serdadunya. Genghis khan memerintahkan pasukannya mundur ke sungai
Kuning yang membeku. Sebagian prajurit dari pasukan utama Shisha mulai mengejar
pasukan Mongol. Namun, ketika pasukan Shisha
sampai di tengah-tengah Sungai Kuning yang lebar, Genghis khan serta
merta amengeluarkan perintah serangan balasan. Pecahlah pertempuran sengit di
atas sungai beku yang dilapisi es tebal.
Yang
terjadi selanjutnya amatlah menakjubkan. Kuda Kavaleri Shisha mulai tergelincir
dan jatuh di es. Kuda-kuda Shisha, yagn bertapal kuda logam, tidak bsia
menyeimbangkan diri dengan baik di atas es. Di sisi lain, kuda-kuda Mongol
tidak bertapal. Kuda-kuda Shisha pun
jatuh di es, beserta penunggang gmereka. Dimulailah pembantaian besar-besaran
di Sungai Kuning yang membeku. Sementara sisa-sisa pasukan Shisha di tepi
sungai menonton sambil tercengang, unit terpisah tentara Mongol datang untuk
menyerang mereka dari samping. Para tentara Shisha pun dihabisi. Mereka
kehilangan pasukan utama mereka dalam pertempuran ini dan sejumlah besar anak
panah menewaskan komandan mereka. Weiming Linggong, menjadikannya terlihat
seperti landak. Sebagian orang yang selamat kabur ke kota Chungching. Pasukan
Mongol merebut Lingchou, lalu mengepung Ibu kota Chunghing.
Selagi
Genghis khan tengah menempatkan diri di dekat Kota Chungling, seorang kurur
kilat tiba dari abrat sambil membawa kabar tentang meninggalnya Juchi. Juchi
ternyata tidak pura-pura sakit. Memang benar bahwa dia berencana pergi berburu
beberapa hari sebelum dia meninggal, tetapi begitu dia menyadari bahwa ada yang
tidak beres dengan tubuhnya, Juchi pun membatalkan rencana dan pulang,
menyerahkan misi berburu kepada
panglima-panglima lain. Dia meninggal beberapa hari kemudian. Usianya
empat puluh satu tahun. Genghis khan dilanda akesedihan hebat. Dia menyalahkan
diri habis-habisan karena sudah salah paham terhadap Juchi dan memperlakukan
putranya itu secara tidak adil, meskipun hanya selama waktu yang singkat. Dia
memerintahkan agar si pengembara Mangkud dicari dan dipenggal karena sudah
memberinya informasi yang keliru. Akan tetapi, pria itu tidak dapat ditemukan
di mana pun. Selama tiga hari, Genghis khan berdiam diri di tenda perangnya.
Dia tidak mau menunjukkan sosok sedihnya kepada para prajurit. Saat itu,
tanggal 12 Februari 1227.
Genghis
khan membagi pasukannya menajdi tiga regu, menggunakan satu regu untuk
mengepung Chunghing, dan menyapu besih seluruh negeri dengan dua regu sisanya.
Hampir seluruh penduduk dibantai, kecuali segelintir orang yang telah kabur ke
dalam hutan di pegunungan dan gua.
Chunghing
adalah benteng yang tak tertembus, berdasar pengalaman mereke sebelumnya,
mereka pun memasang dan membangun banyak sistem baru di kota merek untuk
menghadang invasi. Mengetahui bahwa seluruh negeri telah porak poranda, kecuali
kota Chunghing, Raja Shisha, Li Tsun Hsiang, mencoba menyerah. Dia keluar untuk
menemui Genghis khan bersama beberapa pejabat senior, meninggalkan putranya, Li
Hsien, di kota. Sang raja amembawa serta patung Buddha emas, sembilan perangkat
upacara dari emas dan perak yang dipergunakan untuk ritual mengenang leluhur, sembilan anak laki-laki
dan sembilan anak perempuan, sembilan unta putih, sembilan kuda terbaik yagn
sudah dikebiri, dan banyak harta berharga lainnya. Ditatanya semua aitu di
hadapan tenda Genghis khan dan dinantikannya jawaban sang khan sambil berlutut.
Walau
begitu, tenda perang Genghis khan tidak kunjung terbuka, Genghis khan memberi
perintah kepada Tolun Cherbi, yang memasuki tendanya untuk melaporkan hal ini.
“Mereka
sudah menyerah sebelumnya. Menyerah dua kali tidak diperkenankan! Singkirkan
dia!”
Berdasarkan
perintah itu. Tolun Cherbi menghunus pedang sabit tepat di tempat dan memenggal
kepada Raja Shisha.
47.
PERMINTAAN TERAKHIR LELAKI BESI
Li
Hsien, putra Raja Shisha yang telah dipenggal, Li Tsun Hsiang, terus melawan
karena penyerahan diri mereka tidak diterima. Genghis khan tidak melonggarkan
kepungan. Saat itu awal musim panas, dan hawa menjadi kian panas. Genghis khan
menyadari bahwa penyakitnya semakin parah. Tim medisnya, yang terdiri dari
dokter Persia, Uighur dan Cina, mencoba banyak cara untuk memulihkan
kesehatannya, tapi mereka tidak berhasil. Dia pun memindahkan markas besarnya
ke tengah gunung tinggi untuk menghindari hawa panas. Area itu bernama Lungton
dan kelak disebut Ping Liang.
Genghis
khan melihat Juchi dalam mimpinya. Dia kelihaan sangat damai. Di antara
putra-putranya, dengan Juchi-lah Genghis khan menghabiskan waktu paling banyak
di medan tempur. Genghis khan teramat menyayanginya. Juchi tidak mengucapkan
apa-apa. Tanpa mengubah raut wajahnya yang damai, dia lambat laun menghilang ke
dalam selubung misteri berkabut. Genghis khan tersentak bangun dari tidurnya.
Saat itu tengah malam. Di bawah terpaan seinar lampu Baghdad yang
eremang-remang, dia dapat melihat sosok Yesui merawatnya semalaman. Genghis
khan menegakkan tubuh bagian atasnsya. Sekujur tubuhnya bersimbah keringat. Dia
amenyadari bahwa ajal sudah dekat.
Katanya
kepada Yesui, “Yesui, panggil Ogodei dan Tolui secepatnya!”
Kurir
kilat Genghis khan pergi untuk mendatangi perkemahan perang Ogodei dan Tolui. Sudah
hampir siang ketika kedua putra Genghis khan tiba di kampnya. Putra keduanya,
Chagatai, tidak turut serta dalam perang ini. Saat Ogodei dan Tolui melangkah
masuk ke tenda ayah mereka, mereka mendapatinya tengah menggigil di depan api
kecil pada tungku. Punggungnya dibungkus banyak selimut wol.
Genghis
khan mengingatkan kedua putranya akan cerita yang sering dia kisahkan kepada
mereka, misalnya pelajaran tentang lima anak panah dan ular berkepala dua. Dia
mebicarakan hubunga kakak beradik yang rukun di antara putra-putranya dan jika
mereka tidak bisa mencapai kata sepakat, Ogodei-lah yang harus membuat
keputusan akhir. Dia juga menegaskan pembagian negeri taklukkan untuk
putra-putranya. Terkait ulus Juchi, yagn sudah meninggal, dia membaginya
menjadi dua; satu bagian untuk putra sulung Juchi, Orda, yang meliputi pesisir
timur laut Laut Aral hingga ke sungai Sari Su, sedangkan sebagian lainnya untuk
putra kedua Juchi. Btu, yang meliputi pesisir utara Laut Kaspia hingga ke
Sungai Volga dan Sungai Irgiz. Cina utara diberikn kepada Ogodei. Sejak saat
itu, ordu Orda disebut “Ordu Putih” sedangkan ordu Batu disebut “Ordu emas.”
Genghis
khan juga menyuruh mreeka merahasiakan kematiannya hingga Chunghing jatuh dan
Kerajaan Shisha telah ditaklukkan sepenuhnya.
Malam
itu, Genghis khan meninggal dunia, disaksikan oleh kedua putranya, istri
keduanya Yesui, semua anggota keluarga kerajaan yang ikut serta dalam perang
ini, dan rekannya BogorChu, Borte, istri pertamanya, tidak bisa mendapinginya
di ranjang kematiannya, sebab saat itu Borte tengah berada di Dataran Mongolia.
Genghis khan meninggal di medan tempur, sesuai dengan keinginan terakhir pria
Mongol dan tradisi orang-orang Mongol.
Sebelum saat terakhirnya, Genghis khan
berkata : “Hidup terlalu singkat untuk memenuhi cita-cita seorang pria. Hanya
satu hal yang kupikirkan selama ini, kejayaan bagi orang-orang Mongol.
Taklukkanlah seluruh dunia! Bangunlah Imperium yang dapat berdiri hingga seribu
tahun tanpa peperangan!”.
Saat
itu tanggal 18 agustus 1227, dan Genghis khan berusia enampuluh tahun.
ooOOoo
Setelah
membuka gerbang utama Chunghing, para prajurit Mongol mengetahui wafatnya
Genghis khan. Para prajurit Mongol membunuh semua makhluk hidup di kota itu.
Pertempuran terakhir Genghis khan diwarnai banjir darah. Seluruh penduduk
Shisha, yang iperkirakan berjumlah sekitar tujuh juta jiwa, dibantai. Alhasil,
negara yang memiliki sejarah panjang dua ratus tahun, dengan sepuluh raja pada
setiap generasi, lenyap selamanya dari muka bumi.
Ogodei
serta merta memnaggil orang-orang Khitan, Uighur, dan Persia yang pakar dalam
pemakaman untuk mengawetkan jazad ayahnya. Pada masa itu, orang-orang
Khitan-lah yang memiliki keahlian membalsem paling hebat. Karena cuaca
sedemikian panas, pengawetan jenazah amatlah mendesak. Ogodei juga memerintahkan
agar peti mati emas dan kereta emas, menempuh perjalanan panjang kembali ke
negeri asalnya. Semua orang yang menyertai jenazah dalam perjalanan diam saja.
Semua orang glaki-laki dan perempuan segala usia, yang mereka temui sepanjang
prosesi pemakaman, dibunuh untuk menjaga rahasia wafatnya Genghis khan dan
lokasi penguburannya. Ketika kereta yang mengangkut jenazah Genghis khan tiba
di dekat Gunung Muna, area yang kelak disebut Ordos – roda kereta terjebak di
lumpur dan tidak mau bergerak. Orang-orang Mongol pun memanggil cenayang dan
menyuruhnya mencari tahu apakah hambatan ini ada hubungannya dengan amanat
tertentu dari si mati.
Lama
sang cenayang berdoa, Akhirnya dia amembuka mulut.
“Arwah
Genghis khan ingin didkebumikan di sini.”
Namun,
bagi keturunan Genghis khan dan orang-orang Mongol lainnya, penting kiranya
untuk mengebumikan jasadnya di Dataran Mongolia.
Semua anggota keluarga kerajaan, dari
segala usia, berkumpul dan mulai berdoa, Arwah Khan Agung yang mengitari langit
di negeri Mongol! Tolong lindungilah keturunanmu dan seluruh bangsa Mongol.”
Setelah
lama menguap doa, kereta mulai bergerak lagi. Ogodei mempertimbangkan hal ini.
Maka, dikuburkannyalah pakaian dalam, sepatu bot, dan karpet dari tenda Genghis
khan di sana. Kelak, keturunan Genghis khan membangun delapan Chomchog di
kawasan itu. Chomchog adalah yurt putih yang dirancang khusus dan dipergunakan
sebagai tepat pemujaan. Setelah itu, area itu disebut Ordos, yang artinya
banyak Chomchog.
Jenazah
Genghis khan tiba di Dataran Mongolia. Begitu sampai di sana, jenazahnya
disemayamkan dalam chomchog sementara selama tiga bulan. Tujuannya untuk
memberi kesempatan bagi semua anggota keluarga kerajaan, raja negeri taklukan,
kaum monarki, dan pimpinan bangsa-bangsa untuk berkunjung dan menyampaikan
penghormatan terakhir.
Sesudah
itu, jenazahnya didbawa ke Gunung Burkan, yang merupakan tempat suci bagi
orang-orang Mongol dan tempat bermain Temujin saat kanak-kanak. Untuk menjaga
kerahasiaan lokasi penguburan, hanya sedikit orang yang diperkenankan hadir,
dan demua tokoh keagamaan yang mendoakan arwahnya dipilih dari mereka yang buta.
Selian itu, seribu pekerja kasar yang dibawa untuk membangun makam dibunuh
seusai penguburan. Lama sekali lokasi penguburan dan daerah sekitarnya dilarang
dimasuki.
Makam
Genghis khan, dibangun sesuai dengan tradisi Mongol di tanah datar tanpa nisan,
tanpa gundukan tanah. Dan tanpa bangunan makam, tidak menyisakan jejak berkat
tumbuhnya rumput dan pohon baru, hingga akhirnya ditelan oleh stepa agung.
CATATAN AKHIR
Menurut
legenda, Ogodei yang menjadi ka-Khan dua tahun kemudian, mempersembahan sesaji
bagi ayahnya berupa empat puluh perawan dan empat puluh kuda untuk kehidupannya
di akhirat. Empat puluh perawan paling jelita, dipilih dari anak-anak perempuan
kaum aristokrat negeri taklukan, dan empat puluh kuda terbaik dipilih untuk
dikuburkan beserta Genghis khan. Kelak, orang-orang Mongol menamai tujuh gunung
lain di area berlainan ‘unung Burkan” untuk memperkuat kerahasiaan makamnya.
ADENDUM
SEJARAH
SINGKAT BANGSA MONGOL PASCA GENGHIS KHAN
Setelah
Genghis khan meninggal, Tolu dipercaya menjabat posisi wali raja selama
kira-kira dua tahun. Pada musim semi 1229, diadaan khuriltai berskala
besar-besaran di tepi Sungai Kerulen. Pada Khuriltai ini, bangsa Mongol memilih
Ogodei sebagai ka-Khan, manunaikan kehendak almarhum Genghis khan. Ogodei, yang
dimahkotai pada tanggal 15 September 1229, memperkuat sistem administratif
imperium bersama Yelu Chutze dan pada tahun 1235 membangun Ibu Kota di Kara
Koram.
Ogodei,
yang berusia empat puluh tahun ketika dia menjadi ka-Khan baru Imperium Mongol,
berangkat untuk menaklukkan seluruh dunia, untuk menghormati keinginan almarhum
ayahnya, Genghis khan. Pada tahun 1230, dia menyerahkan 30.000 serdadu kepada
Chormaqan untuk menaklukkan kembali sebagian Persia dan area di sebelah barat
laut Kapsia, yang tengah dilanda anarki, sekaligus juga mengenyahkan
Jalaluddin, yang memeberontak di area Shivran untuk mewujudkan cita-citanya
bangkit kembali. Chormaqan melaju ke kota Tabriz di Shirvan secepat kilat,
menghancurkan kelompok pemberontak di sana dan mengejar Jalauddin yang kabur.
Jalauddin keluyuran dari satu tempat ke tempat lainnya dalam pelariannya, dan
akhirnya ditangkap kesatria Kurdi serta dipenggal. Kepalanya dihaturkan kepada
Chormaqan. Chormaqan yinggal di paang raya Mugan dan memberlakukan hukum
militer di sana selama sepuluh tahun.
Balju
yang merupakan penerus Chormaqan, menghancurkan pasukan Turki Saljuk yang
dipimpin Kai Khosrau dan menaklukkan area tersebut, sehingga menghubungkan
wilayah Mongol dengan Laut Mediterania.
Pada
musim gugur 1231, Ogodei menyerahkan 6.000 prajurti kavaleri kepada Saletai
untuk menaklukkan Korea. Saletai setelah menyeberangi Sungai Yalu, mengabil
alih Kaesung, Ibu Kota Korea, dalam waktu beberapa bulan. Korea memindahkan Ibu
Kotanya ke Pulau Kang Wha dan terus smelawan dengan sengit selama beberapa
waktu, tapi akhirnya menyerah.
Ogodei
Khan, bersama Subedei, memobilisasi pasukannya dan meluncurkan serangn dari
belakang terhadap kaifeng, Ibu Kota Chin, dengan persetujuan tersirat serta
sedikit bantuan dari Sung Selatan. Mereka mengambil alih kota tersebut pada Mei
1233, sehingga amengakhiri riwayat Kekaisaran Chin. Ogodei, sebagai penghargaan
atas kerja sama Sung, menyerahkan sebagian tanah di Provinsi Honan. Namun,
karena Sung yang tidak puas mulai menyerang Kaifeng, Ogodei menyatakan perang
melawan mereka pada khuriltai di tahun 1233. Dengan dmeikian, Imperium Mongol
pun memulai perang melawan Kekaisaran Sung yang berlangsung selama 45 tahun.
Ogodei maju ke Sung bersama tiga pasukannya dan akhirnya sampai di Sungai Yang
Tze.
Pada
tahun 1237, Ogodei mengutus pasukan ekspedisi untuk menaklukan seluruh Eropa.
Batu, putra kedua Juchi, menjadi panglima tertinggi yang mengepalai 150.000
serdadu. Kira-kira sepuluh keturunan langsung Genghis Khan bergabung dengannya,
termasuk saudara-saudara Batu, Berke dan Syahban; putra Ogodei, Guyuk dan
Qadaan; putra Tolui; Mongke; dan putra serta cucu laki-laki Chagatai; Bidar dan
Buri. Walau demikian pemimpin sesungguhnya adalah Subedei, yang kini berusia
enam puluhan dan merupakan Jendral palig berpengalaman di Eropa.
Pada
musim semi 1237, pasukan Mongol menghancurkan pasukan Turki Cuman, yang
menguasai daerah di stepa Kpchak. Ini adalah pukulan pertama mereka. Kepala
pasukan Cuman, Batcham, dibelah dua oleh pedang sabit Mongke. Kutan, kepala
kaum Cuman, kabur ke Honggaria bersama 40.000 anak buahnya yang selamat.
Pada
Desember 1237, pasukan Mongol menyeberangi Sungai Volga yang membeku. Mereka
mengepung benteng di Raizan, salah satu dari delapan wilayah administratif
Rusia, merebutnya dan membantai seluruh penduduk, termasuk pangeran serta
keluarganya. Mereka merebut kedelapan wilayah administratif satu demi satu dan
pada bulan Februari tahun berikutnya, Kota Moskwa, yang hanyalah sebuah kota
kecil pada saat itu, jatuh ke tangan bangsa Mongol. Pada bulan Maret 1238, di
Sita, pasukan Mongol mengalahkan pasukan Yuri II, Bangsawan Agung dari Suzdal,
terkuat di antara kedelapan wilayah administratif. Yuri II ditahan, kemudian dipenggal.
Pada
awal tahun 1240, pasukan Mongol merebut Kota Chernigov, lalu Kiev juga, yang
pada dasarnya adalah Ibu Kota Rusia. Dengan demikian, bangsa Mongol pun
merampungkan penaklukkan Rusia.
“Batu”,
tidak akur dengan putra Ogodei, Guyuk, dan cucu Chagatai, Buri. Mereka
membangkang perintah Batu. Batu melaporkan ini kepada Ogodei, dan sang khan pun
memanggil keduanya, sesua dengan ketentuan Yassa Genghis Khan, Yassa Genghis
Khan jelas-jelas menyatakan bahwa begitu pasukan ekspedisi telah lepas dari
kendali khan, semua orang harus memathui perintah komandan tanpa terkecuali.
Iilah awal ketidak-harmonisan antara Batu dan Guyuk.
Meskipun
kecurigaan karena sah atau tidaknya status Juchi membuatnya tak terpilih
sebagai ka-Khan, putra keduanya, Batu, akhirnya menjadi pria terkuat di
Imperium Ulus-nya, Ordu emas, adalah yang terbesar di antara yang lain dan
Batu-lah yang paling berpengaruh serta memberikan dampak yang dahsyat terhadap
sejarah dunia.
Pada
bulan Januari 1241, pasukan ekspedisi Batu maju ke Polandia dan Hongaria. Dia
meninggalkan sekitar 30.000 serdadu di Rusia untuk menangani tetek bengek pasca
penaklukan. Batu memberikan 20.000 serdadu kepada Baidar dan Qaidu untuk
menaklukan Polandia. Untuk menyerang Hongaria, dibaginya pasukan utama menjadi
tiga akelompok. Ketiga kelompok tersebut dikomandani oleh Batu sendiri.
Subedei, dan Shayban, lantas menyeberangi Pegunungan Karpathia.
Kavaleri
Baidar dan Qaidu maju ke Polandia dan pertama-tama merebut Lublin, lalu
menyeberangi Sungai Vistula yang membeku. Sesudah mengambil alih Sandomierz,
mereka mendekati Krakow, Ibu Kota Polandia . Duke Boleslaw dari Polandia sduah
mebangun baris pertahanan, tetapi dia kalah dalam pertempuran menentukan di
Chmiernik. Krakow pun jatuh dan dibakar. Pasukan Mongol maju ke Silesia. Di
apdang raya Wahlstatt di daerah Liegnitz, mereka berhadapan dengan 30.000
prajurit Teuton, yatu pasukan koalisi seluruh eropa, termasuk Polandia, jerman,
dan Prancis, yang dipimpin oleh Duke Henry dari Polandia. Pasukan Koalisi
mengalami kekalahan telak dan Duke Henry kehilangan kepalanya. Para prajurit
Mongol memotong telinga dan mayat kestria Teuton yang bertebaran di padang
memeasukkannya ke sembilan kantong kulit besar, dan mengirimnya akepada Batu
sebagai bukti kemenangan, saat itu, tanggal 9 April 1241.
Pada
masa itu, pasukan terkuat di Eropa ada di Hongaria. Orang-orang Hongaria dan
orang-orang Mongol memiliki nenek moyang yang sama, yaitu kaum Hun. Attila
adalah leluhur mereka. Namun, waktu telah mengubah segalanya. Kedua kelompok
telah berasimilasi dengan suku-suku tetangga sehingga pada saat itu mereka
telah menjadi kaum yang berbeda.
Bela
IV, Raja Hongaria, menyatakan diri sebagai pelindung eropa. Karena pengungsi
membanjiri wilayahnya, dia memperkuat sistem pertahanan dan menyiagakan pasukannya.
Nasib seluruh Eropa ada di tangannya. Pertama-tama, dia menempatkan baris
pertahanan di Pegunungan Karpathia, tetapi ini dengan mudah dipatahkan oleh
pasukan Mongol. Pasukan Mongol maju ke Pest, Ibu Kota Hongaria. Akhirnya, kedua
pasukan bentrok di jembatan batu di Sungai Sajo, yang mengalir antara Kota Buda
dan Pest.
Pada
masa itu, prajurit Hongariamilik Bela berjumlah 100.000orang, sedangkan pasukan
Mongol Batu beranggotakan 40.000 orang. Bela mengira pasukan mongol tak akan
mungkin bisa menyeberangi jembatan, yang begitu sempit sehingga hanya empat
atau tiga prajurit kavaleri yang dapat melewatinya berdampingan. Namun, pasukan
Mongol sanggup menyeberangi jembatan ini di bawah perlindungan dari tembakan
ketepel, meriam, dan granat yang teramat efektif, hasil pengembangan para
teknisi Cina dan Persia. Pasukan Mongol mendesak para prajurit Hongaria dan
pada saat bersamaan, 30.000 serdadu Mongol pimpinan Subedei menyeberangi sungai
dari selatan dengan jembatan sementara buatan mereka sendiri serta meluncurkan
serangan dari samping. Pasukan Mongol mengepung pasukan Hongaria sama seperti
pemburu Mongol mengepung mangsanya. Orang-orang Hongaria yang menelan kekalahan
telak pun runtuh. Kaum Mongol memenggal 60.000 orang Hongaria. Saat itu tanggal
11 April 1241, dan pasukan pertahanan terakhir Eropa telah diluluh-lantakkan.
Prajurit Mongol mengejar Bela IV ke Kroasia dan Dalmatia, tetapi dia kabur ke
salah satu pulau kecil di Laut Adriatik.
Batu
tinggal di Pest beberapa lama untuk mengistirahatkan para prajurit dan kudanya.
Lalu menyeberangi Sungai Danube yang membeku pada tanggal 25 Desember 1241. Dia
merebut kota Grand dan Juga Neustradt, di pinggiran Wina. Kini, mereka berada
di Austria. Tidak ada pasukan lain yang dapat menghentikan mereka di Eropa.
Walau demikian, pada awal tahun 1242, Batu dan Subedei menerima kurir kilat
dari Kara Koram di dataran Mongolia, yang telah berkdua sejauh 9.600 kilometer,
Ogodei telah meninggal pada tanggal 11 Desember 1241.
Batu
memindahkan pasukannya kembali ke Sarai, dekat pesisir utara Laut Kaspia,
sesuai dengan aturan Yassa Genghis Khan bahwa semua pangeran harus menghadiri
khuriltai dan menggunakan pengaruhnya dalam pemilihan khan berikutnya.
Setelah
Ogoedi meninggal, jandanya, Torogene, menjadi wali raja selama empat tahun. Dia
berusaha dengan segala cara supaya putranya, Guyuk, menjadi khan berikutnya,
dan dia berhasil. Lawan terbesar Guyuk dalam pemilihan ka-khan adalah Batu.
Pada
musim semi 1246, diselenggarakan-lah khirltai beskala besar-besaran di tepi
Danau Koko, dekat hulu Sungai Orkhon. Semua pangeran lain, kaum monarki
regional, dan raja dari kerajaan bawahan menghadiri pertemuan ini, tapi Batu
tidak. Guyuk menjadi ka-Khan lewat rapat ini.
Guyuk,
sang ka-khan yang baru terpilih, pertama-tama menyingkirkan Ochigin Noyan, adik
laki-laki Genghis Khan Temuge, yang kesetiaannya tidak dapat dipercaya. Lalu,
dia pun berderap untuk menyerang Batu, musuh politiknya. Walau begitu, rencana
rahasia Guyuk ketahuan oleh Sorghaqtani, janda Tolui. Sorghaqtani serta-merta
mengutus kurir rahasia kepada Batu untuk memberitahukannya agar bersiap-seiap.
Namun, Guyuk meninggal mendadak dalam perjalanan, hanya dua tahun setelah dia
menjadi ka-khan.
Seteah
Guyuk meninggal, jandanya, Oghul Qoimish menjadi wali raja sekitar tiga tahun.
Selama tepat sembilan tahun sesudah wafatnya Ogodei Khan, Imperium Mongol
mengalami stagnasi, sampai muncul khan baru, Mongke, putra sulung Tolui.
Mongke,
yang menjadi ka-khan di tahun 1251 pada usia empat puluh satu, adalah pria
energik, berakal sehat, dan adil yang kembali memberlakukan Yassa genghis Khan.
Karena dia adalah kesatria luar biasa dan negarawan andal, dia di dukung oleh
Batu pada pemilihan. Setelah Batu meninggal, Mongke mengambil alih Ordu emas yang berkecenderungan
kuat memerdekakan diri, tanpa kesulitan. Dia kembali menggalakkan misi
penaklukan dunia pada Khuriltai yang diselenggarakan di hulu Sungai Onon pada
tahun 1253. Dia menyerahkan
100.000 prajurit kavaleri kepada adiknya. Hulagu, untuk menaklukkan Baghdad,
Mesopotamia, dan Suriah. Dia sendiri berangkat untuk menaklukkan Sung Selatan
bersama adiknya yang lain. Kubila,
Separuh bagian utara dataran Cina telah ditaklukkan oleh banyak kaum yang
berbeda-beda, tetapi separuh bagian selatan tidak pernah jatuh. Mongke membagi
pasukan ekspedisinya amenjadi tiga regu. Dia memimpin regu pertama dan
menyerang Hochow setelah merebut wilayah Sensi dan Sichuan. Regu kedua pimpinan
Kubilai mengepung Kota Wuchow lewat Hopei. Rianqatai, putra Subedei dan
komandan regu ketiga, menaklukkan Tibet dan maju ke Annam, merebut Kota Hanoi
sehingga memaksa raja mereka, Tran Taitong menyerah. Dia terus melaju ke Sung
Selatan, melewati dataran Tongking, dan meluncurkan serangan ke Changsha di
Provinsi Hunan, sesudah merebut Kweiling di Provinsi Kwangsi.
Diserang
dari utara, barat, dan selatan, Sung Selatan tinggal selangkah lagi dari
kejatuhan, tapi wafatnya Mongke secara mendadak mengakhiri semua pertempuran di
garis depan selama sementara. Mongke meninggal karena penyakit disentri
endemik. Saat itu, tanggal 11 Agustus 1259.
ooOOoo
Sementara itu, Hulagu yang telah maju ke
area Persia, merebut benteng Almur, markas kaum Hassassin, yang tidak pernah
jatuh sebelumnya. Sesudah itu, dia meluncurkan serangan ke Bahgdad, yang jatuh
ke tangan bangsa Mongol setelah pembunuhan besar-besaran. Saat itu, tahun 1258.
Dengan demikian, Hulagu mengakhiri lima ratus tahun masa kekhalifahan Dinasti
Abbasiyah dan menjadi Raja Persia pada tahun 1263, mendirikan Dinasti II Khan
baru.
Kubilai, sudah mengalahkan saudara
lelaki sekaligus rival politiknya Arig Boke, menjadi ka-Khan pada tahun 1260
dan melanjutkan kebijakan ekspansi Dinasti Yuan, menguasai seluruh teritori
Cina. Kelak, dia dikenal sebagai ka-khan seluruh imperium Mongol. Dia bertakhta
selama tiga puluh empat tahun, dan
periode itu adalah masa terkuat dan paling sejahtera bagi Imperium Mongol.
Belakangan, dia meluncuran serangan ke Jepang dan Jawa untuk membuka rute perdagangan lewat laut, tetapi tidak berhasil.
Dengan
demikian, keturunan Genghis Khan membangun Imperium terbesar dalam sejarah umat
manusia dan memerintah rakyat taklukan di seluruh belahan dunia, menguak
dinasti baru dan era baru. Sebagian contoh dari masa kekuasaan mreka yang
panjang adalah sebagai berikut :
Rusia,
kira-kira 270 tahun.
Cina,
kira-kira 160 tahun (Seluruh Cina, sekitar 90 tahun).
Persia,
sekitar 120 tahun (termasuk area Baghdad, sekitar 80 tahun).
India,
kira-kira 300 tahun ( Babur, pendiri Kesultanan Moghul di India, adlah
keturunan jauh Chagatai. Dia adalah penakluk terakhir yang melestarikan nama
dan warisan bangsa Mongol. Moghul adalah pelafalan Persia untuk kata “Mongol”
TENTANG PENULIS
.
Setelah delapan tahun melakukan penelitian intensif hingga menempuh perjalanan
menyusuri Mongolia, Rusia, China, dan negara-negara di dekatnya, Sam Djang
menuliskan sebuah Novel epik berkudul “Genghis Khan : The World Canquerror”. Penelitian ini melibatkan wawancara mendalam
terhadap sejumlah orang di berbagai negara, ratusan artikel, dan puluhan buku
yang terbilang langka di perpustakaan Mongolia dan sekitarnya. Sam Djang
sendiri mengakui bahwa buku ini ditulis dalam format Novel Sejarah, dan 90%
isinya berdasarkan kisah nyata. Dia juga meyakini bahwa buku ini mengungkap
banyak fakta yang gagal diketahui para sejarawan akibat kurang nya wawasan
mereka atas latar belakang kebudayaan, sosial, politik, sejarah, dan geografis
bangsa Mongol pada era Genghis Khan.
Kota
“Sepanjang” Kabupaten Jawa timur – Indonesai // 17 Agustus 2014
HUT
– RI ke 69 – Tahun 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar