Ayat Qur’an XXVII surat ke 53, surat An-Najm : “Milik Allah, dunia
dan akherat”.
Perjalanan hidup kita setiap
harinya jika ditelusuri pasti ada salahnya, walau pun hanya sedikit. Bagi para
Pencari Ilmu Ketuhanan, salah dan dosa
itu adalah kesalahan Batin.
Sedangkan jika hal itu bisa
dihapus, maka jiwa kita bisa dikatakan menuju ke kebaikan, yang sebutan umumnya
itu disebut Evolusi Jiwa, semakin berkembang dari yang sedikit, walau pun hanya
sedikit, itu sudah baik, dibanding yang TIDAK BERKEMBANG SAMA SEKALI. Pada
intinya, berusuhalah menuju ke kebaikan, itu sangat penting untuk bekal
Mencari. Di dalam Injil Surat para Rasul 3 ayat 19, bagian ke 1,2,3,
menjelaskan sebagai berikut :
“Agar supaya gantilah batinmu,
dan bertobatlah, agar dosamu hilang , maka kamu akan sampai ke jaman
Ketenangan, yang berasal dari Tuhan (2).
Di situ sudah jelas bahwa :
“Ketenangan itu dari Tuhan” itu sama dengan Tenteram yang dialami oleh “Adam
(2). Menelusuri keyakinan dalam stiap harinya, terangnya hati itu jika tidak mempunyai kesalahan. Sehingga seseorang yang hatinya terang itu disebut
Tenang!
Ketenangan itulah yang sebenarnya
atas tujuan dan manfaat Ilmu! Apakah jika tidak mengetahui sesuatu tpun tentang
ilmu itu GELAP? Jawabannya : Justru yang tidak mengetahui apa-apa, hatinya
menjadi Terang, asal tidak mempunyai hutang! Bagi dunia keilmuan, kosong dari
“Pemahaman” sama saja dengan dengan sama sekali belum paham. Sehingga di
sini, tujuan awalnya, gelapnya hati
kita, yang selalu Mendapati, kata dan kalimat yang jika dibuktikan,
kadang-kadang menumbuhkan perdebatan dan perbantahandan sebagainya, yang akan
di jelaskan. Contohnya adalah di salah satu keyakinan yaitu Islam, jika belum
mengetahui makna dari Syahadat – Bukan Islam – tidak berbeda dengan orang yang
beragama sejak jaman dahulu, jika belum mengerti makna dan bukti dari akherat,
bukan orang pilihan. Hal itu termuat juga di dalam dasar Agama Islam : Harus percaya
kepada Allah, Kita-Nya, Malaikat-Nya, Maha Ghaibnya Allah, Jim/syetan;
Surga/Naraka, Kiyamat yang berakhir di Akherat. Oleh karena iji ajaran-Nya
hanya disuruh PERCAYA SAJA, SEHINGGA
orang percaya 100%.
Sekarang saya bertanya :
Tempatnya akherat itu di mana? Jawabannya : Kata seorang Kyai .... di alam sana, besok setelah meninggal
dunia!” Artinya, jika ketika di dunnia itu menjalan Shalat dan amal shaleh,
akan bertempat karena akan bertempat di akherat!
Seperti halnya uraian tentang
Hari Kiyamat di dalam Wedaran Wirid jilid I, yang kebanyakan dalam meemahami
akherat itu, bahwa akherat itu akan bisa dijumpai pada besoknya, artinya adalah
setelah kematiannya. Akantetapi, yang memberikan penjelasan seperti itu dalam
kenyataanya BELUM PERNAH MENJUMPAINYA, bahwa akherat itu adanya di besok hari.
Menurut yang dipahami oleh umum, bahwa akherat itua dalah keadaan atau jaman
kekekalan untuk para ahli ibadah dan juga bagi orang yang ketika hidupnya di
dunia yang berbuat amal kebaikan! Jjika berpedoman kepada Kitab Allah, yaitu di
dalam Surat An-Najm ayat 25 di atas, bahwa milik Allah itulah Dunia dan Akherat
itu.
Conntohnya adalah sebagai berikut
: Si A memberikan cerita kepada anak cucunya, bahwa bagi yang menanam kebaikan
dan melakukan Ibadah dengan sungguh-sungguh, maka tempatnya di akherat nantinya
di tempat yang tenteram dan nikmat, dan di alam sana akan berkumpul dengan para
bidadari yang banyak dan tidak bisa mati! Demikianlah cerita itu hingga terus
berlanjut hingga ke anak cucu. Dan
ajaran itu melekat hingga ke dalam sanubari. Akantetapi yang erpenting : Bahwa
yang bercerita itu belum pernah melihatnya den menyatakannya sendiri tentang
akherat!” Demikian juga dengan anak keturunannya. Hanya meyakini apa yang sudah
disampaikan oleh Si “A”. Yang juga belum pernah mengalaminya sendiri. Sekarang
silahkan direnungkan maknanya seperti di bawah ini :
\1.3.3. Tuhan itu Bersabda, dan
Sabdanya itu kekal, dan tidak bisa berubah. Oleh karena Sabda-Nya itu ditujukan
kepada manusia yang hidup yang berada di alam dunia, sehingga ayang harus
Mengalami dan Mengerti itu ketika masih berada di Bumi dan yang masih hidup.
Nyatanya adalah, Bahwa Isi dari Kitab itu adalah hanya untuk manusia yang masih
hidup.
1.3.4. Sudah jelas, bahwa dunia
itu adalah untuk manusia yang masih hidup. Padahal di dalam Sabda-Nya itu sudah
dijelaskan dengan mendasar bahwa Milik Allah itu, Dunia dan Akherat, itu
keadaanya adalah menjadi satu, yaitu dalam keadaan ketika masih HIDUP (1.3.3.).
Jika saja, Sabdanya mengatakan :
Milik Allah hanya dunia saja!, yang bisa dimaknai dengan makna bahwa akherat itu BUKAN ADA DI
DUNIA, adanya di besok hari.
1.3.5. Oleh karena Dunia/Akherat
itu adalah PERINTH TUHAN yang kekal adanya, sehingga sama saja dengan Lawan
Katanya, seperti kata-kata : Siang/malam, bahwa siang itu lawan kata dari
malam! Hidup dan mati – Lawan kata dari hidup itu adalah mati, masudnya adalah
sebagai berikut :
aa. Siang itu yang mengalami dan
yang terpengaruh olehnya adalah bagi orang yang masih hidup yang sangat banyak yang ada di dunia! Demikian
juga lawan katanya MALAM, sama-sama dirasakan oleh menusia di seluruh jagad
raya. Makna tersiratnya : Siang itu ada di Bumi, yang malam pun demikian juga.
Yang bisa mengenalinya dan yang bisa menjumpainya tentang Siang dan Malam tetap
bagi orang-orang yang masih hidup dan berada di bumi. Demikian juga halnya
tentang HIDUP, yang memilikinya adalah manusia yang hidup yang masih bisa
bergerak-gerak, dan sebaliknya tentang MATI, walau pun tidak ikut mati, akan
tetapi tentang Mati yang mengetahuinya adalah orang YANG MASIH HIDUP.
Sehingga jika mengambil dasar
dari contoh di atas, sudah jelas bahwa
Akherat itu ADANYA adalah SEKARANG INI (Ketika masih hidup)! Kemudian
ada pertanyaan lagi : “Jika memang benar bahwa Akherat itu ada di di dunia
sekarang ini, yang dialami oleh oarng yang masih hidup ini, apa buktinya dan
dimana tempat keberadaannya?”
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, pengarang akan menukil Ayat Tuhan di dalam Al-Qur’an :
surat ke 41. Surat : Fushshilat ayat 31 dan 32 (Surat HaMim), sebagai berikut :
- Kami memimpin hidupmu di dunia
dan akherat, di ....
- Sana, kamu akan memperoleh
apa-apa yang kamu Inginkan, dengan.......
- Nafsumu dan apa-apa yang kamu
minta.
- Itu semua bagaikan hidangan
(pahala) dari Yang Maha Pengasih.. dan Maha.
- Penyayan.
Jika itu kita analisa dengan
teliti, maka tidak akan bisa ditemukan sesuatu yang diberinama dengan mana
sebutan “Akherat. Karena itu merupakan Petunjuk Tuhan, maka untuk
menyempurnakan keyakinan, maka haris kita RASAKAN, sedangkan tafsirnya adalah
sebagai berikut :
a. (Baris pertama ayat di atas) :
Kami memimpin hidupmu - sudah sangat
jelas bahwa hidup kita ini dipimpin oleh Yang Maha Pemimpin, yaitu Allah. Dan selanjutnya dalam
MEMIMPIN dari sang Maha Pengasih itu adalah bagi Aku/ kamu/dia ketika berada di
dunia dan akherat (1.3.4.).
b. (Baris ke dua) : Di sana
(1.3.4) Kamu akan memperolah apa yang kamu inginkan! Semakin jelas dan nyata,
bahwa kata “Di sana” itu adalah ketika “manusia masih dalam keadaan Hidup”
artinya : Bukan ditujukan kepada satu
orang (individu) akan tetapi untuk
seluruh manusia se dunia (Universal). Dan juga dikuatkan dengan kalimat : Yang
Kamu Inginkan. Siapa saja tidak akan membanatah
jika yang sedang memiliki keinginan itu adalah manusia yang masih dalam
keadaan hidup dan bisa bergerak-gerak. Artinya : semua menjalankannya dan
membenarkannya (5).
c. (Baris ketiga) : Kata – dengan
Nafsumu dan apa-apa yang kamu minta! Tuhan itu Maha Adil dan Maha Pengampun,
sudah jelas bahwa tempat dari akherat itu berhubungan dengan dunia. Karena :
Bahwa di dunia adalah tempat orang-orang
yang masih mempunyai nafsu 4 macam (nn). Serta tempat bagi orang-orang yang
penuh dengan permohonan “Apa saja” yang menjadi keinginan dirinya. Sehingga
sangat jelas bahwa tempat dari akherat itu bisa disentuh dengan menggunakan
nafsu dan hasrat keinginan diri! (13).
Agar semakin menjadi jelas, jika
dipahami atas dasar bahasa ilmu batin, bahwa akherat itu bisa ditemukan yaitu
dengan cara menggunakan rasa. Rasa dari manusia hidup! Sekarang kita mulai bisa
memahami, akan tetapi masih kurang tepat, karena masih ada pertanyaan : Memang
benar bahwa tempatnya itu ada di dunia, nah.. sekarang yang sama-sama berada di
dunia ini, dimana tempatnya dan seperti apa rasanya?
ooOOOoo
Hadits. Dunia dan Akherat,
kedua-duanya harus diutamakan. Tidak baik buat kalian, jika tidak memperdulikan
dunia, karena menginginkan Akherat. Namun juga tidak baik meninggalkan Akherat
karena hanya mengejar dunia. Yang baik dan utama yaitu mencari menyenangi
kedua-duanya. Karena Dunia itu alat bagi manusisa untuk mendapatkan akherat!.
Maka dari itu, janganlah kamu meninggalkan masyarakat/manusia. (Ibnu Massakir,
dari Anas. D.B. th.XII No19).
Sebutan Akherat itu berasal dari
Bahasa Arab : Akhirrah, artinya : Akhir. Ujungnya, atau penghabisan. Pengarang
sudah memberikan contoh di depan 1.3.5. bahwa Kalimat itu bisa bermakna
berlawanan. Sama saja dengan Kata MALAM dan PAGI, maksudhnya adalah akhir malam
hari sudah mendekati pagi, yang keduanya sama-sama kita rasakan. Demikian juga
halnya tentang kata Akherat, karena berhubungan dengan Hidup, yaitu adalah
hidup yang akan dijalani setelah akhir
dari hidupnya. Maksudnya adalah : Hidup kita yang sekarang ini akan mengalami
hidup kembali seperti sebeumnya, jika sudah melewati HARI AKHIR, yang artinya
Mati. Namun jangan salah dalam memahaminya, walau pun mati, yang meninggal
dunia itu adalah raganya, bukan Jiwanya. Jiwa yang ditinggal oleh raganya
itulah yang akan meneruskan Hidup, yang disebut hidup di akherat! (Lihat uraian
di Wedaran Wirid Jilid I, tentang Kiyamat dan Mati).
Sehingga : Alam Akherat itu,l
adalah tempat yang kita alami setelah Kita dibangkitkan dari Alam Peralihan
(Kubur), yaitu setelahnya Hari Kiyamat (terlahir lagi).
Hadits di atas itu sebenarnya
memberikan petunjuk bahwa jika jika hidupmu ketika di dunia berkelakuan yang
baik, maka di kaherat juga baik. Yang demikian itu juga disebut di dalam
Al-Qur’an QS.CV Surat Israa’ yang sudah disebutkan di Bab I :
“Ketika di dunia hatinya buta, di
akherat juga akan semakin Buta, tidak tahu jalan dan semakin tersesat!.
Sangat jelas bahwa hati itu yang
memilikinya adalah manusia yang masih hidup bergerak-gerak. Seperti apakah
buktinya dan bukti rasanya, sehingga bisa mengatakan bahwa hati itu Buta atau
melihat? Jika demikian itu, maka Aku ini sebenarnya bertempat tinggal di
akherat? Hal itu adalah benar adanaya, dan jawabannya adalah sebagain berikut :
2.1.1. Hadits di atas menjelaskan
: Bahwa mencari akherat itu tidak harus dengan jalan menjauhi urusan dunia.
Artinya : Jika perbuatan kita sekarang ini baik, yang artinya bahwa ilmunya
sudah diterima, maka pada hidup kita seteahnya kiyamat (lahir) sebenarnya
adalah akan memetik hasilnya, atas perbuatan kita yang baik yang dilakukan
sebelum mati. Sehingga jika demikian : Aku ini meneruskan hidup dari Jiwa
sebelum aku lahir.
Penjelasannya : Bayi itu adalah
Akherat bagi Sang Hidup sebelum-sebelumnya, atau AKU ini Akherat bagi jiwa yang
bertempat di ... yang sekarang sedang kita bawa siang dan malam ini.
Sedangkan bagi yang salah dalam
menafsirkan, maka Alam Kubur (setelah kematian)
itu dikiranya sebagai Akherat, itu penasiran yang salah walau sudah
diyakini oleh orang banyak!. Ayat Qur’an Surat Israa ayat 21, sebagai berikut :
“Perhatikan, bagaimana Kami
lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidudpan
Akherat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.
Semua rasa ketika berada di alam
Kubur (Lihat uraian di Wedaran Wirid Jilid I), itu juga bisa kita rasakan
ketika masih di dunia, contohnya : Menyesal, susah dan takut. Oleh karena hal
itu adalah bekas yang melekat yang
berasal dari Tr Indriya ketika di dunia, padahal dunia itu adalah pasangan dari
Akherat, artinya adalah sama-sama Milik Tuhan; sehingga : Rasa yang kita
rasakan sekarang ini itu juga adalah rasa yang ada ketika berada di Akherat.
Di dalam hadits ada kalimat :
“Dunia itu halaman akherat” artinya, seperti pada penjelasan di atas (2.1.1.),
dan di Akherat itu adalah Sara yang lebih tinggi tingkatannya.” Uraiannya
adalah sebagai berikut :
2.1.2. Ketika berada di dunia
kemudian memiliki cita-cita yang luhur atau rendah, sedangkan cita-cita
tersebut masih belum bisa tercapai, maka ketika setelah kematiannya dan di
Kiyamat-kan lagi, tentulah akan memetik bekas yang melekat di kehidupan
sebelumnya. Hal itu akan dibuktikan dengan perbuatan dan cara yang lebih “giat”
lagi, dalam mengejar cita-cita tersebut. Jika cita-cita itu bisa terwujud, maka
wujud itulah yang menjadi akheratnya bagi yang memiliki cita-cita tersebut
ketika di kehidupan dahulunya.
Oleh karena masih memiliki hasrat
dan cita-cita, maka ketika mati tidak akan bisa sempurna, artinya : akan
dikiyamatkan llagi dengan disertai membawa cita-cita yang dahulunya dan
cita-cita tersebut tetap tidak akan berubah. Contohnya : Oleh karena Pencuri itu
bersifat rendah, jika sudah mati dan dikiyamtkan kembali serta kemudian hidup
di akherat, akan MEMETIK perbuatan yang
melekat di jiwa. Semangat dalam melakukannya melebihi (B) dibanding yang dahulunya. Demikian juga
berlaku bagi seseorang yang memiliki cita-cita ayang luhur. Itu ketika memetik
buahnya di akherat semakin berkah dan LEBIH TINGGI DERAJATNYA (B).
Sehingga apa yang sudah Sampaikan
Oleh Tuhan, bahwa lebih tinggi tingkatannya, itu akan berada pada yang
menjalaninya. Untuk lebih jelasnya : Apa yang kamu minta dan yang kamu ingini
dengan menggunakan nafsumu, akan tercapai,” Seperti itulah Petunjuk Tuhan Yang
Maha Pengasih.
Kata “lebih” itu punya makna ada perbedaan
dari yang dihasratkannya! Contohnya : Sama-sama inginnya, namun rasanya tidak
seperti yang terpenuhi keinginannya! Kerena terpunuhi itulah sebenarnya adalah
RASA yang berbeda. Ddan rasa itu, tentulah ketika masih di dunia ketika
merasakannya! Sedangkan Dunia/akherat itu hanya satu (1.3.3/1.3.4). Sehingga
walau pun sama-sama bernama Rasa, namun rasa yang beda itu sebenarnya adalah
RASA YANG DIALAMI KETIKA DI AKHERAT, ATAU rasa yang beda itu adala rasa dari
Akherat. Maksudnya adalah : yang dipetik oleh Jiwa yang kita bawa ini!
Jika uraian tersebut sduah bisa
diterima, maka sekarang ada sebutan : ALAM AKHERAT itu adalah alam PENERUS,
artinya : Dunia itu adalah kelanjutan dari akherat, tempat akherat itu ada di
dunia.
B. SIAPA YAGN MENANAM AKAN
MEMETIK
(Sing sapa nandur bakal ngunduh).
Kalimat tersebut bagi orang Jawa
sudah sangat umum, walau pun tidak membuktikannya. Dan memang itu benar, karena
: Menanam keburukan, memetik keburukan, menanam kebaikan, memetik kebaikan.
Intinya : Bagi pemahaman menggunakan perasaan, sudah diuraikan di atas. Di bawah ini akan menguraikan sebuah
“pembicaraan” umum, yang sepertinya sudah merasuk di pergaulan orang Jawa, yang
contohnya adalah sebagai berikut :
Di dalam Naraka tidak bisa saling
tolong menolong. Sedangkan walau bisa
bertemu dengan istri sendiri tidak akan bisa memberi pertolongan ketika isterimu
sedang disiksa oleh Malaikat. Hal itu kadang-kadang kita bayangkan, bahwa besok
ketika kita meninggal dunia dan ketika di dunia berbuat yang “tidak-tidak” maka
akan digirng ke Padang Mahsyar (Ara-ara yang sangat panas). Sudah barang tentu,
tidak akan ada yang menolong, karena rasa
tidak enak itu hanya diri sendiri saja yang bisa merasakannya, Orang
lain tidak bakalan ikut merasakannya. Sangat jelas bahwa, masing-masing manuisa
itu tidak bisa ikut merasakan sendiri, atas apa-apa yang dirasakan oleh orang lain,
apalagi untuk menolong.
Alam Akherat disebut juga dengan
yang sebanarnya, yaitu Hari Pembalasan, yang buruk tetap ke Naraka, yang baik
bertempat di Syurga. Penjelasan yang lebih jelas itu seperti yang termuat di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, ayat 48 :
- Takutlah kamu kepada hari
Akherat.
- Tidak ada orang lain yang bisa
menggantikan atau menolong.
- Untuk merubah ketetapan...... !
Di depan sudah dijelasksan, bahwa
akherat itu adalah Hari Akhir bagi yang hidup yang sedang dijalaninya! Oleh
karena bahwa akherat itu akan ditemukan setelahnya di-Kiyamat-kan, maka memang
benar bahwa tidak akan ada yang bisa merubahnya! Untuk memetik bauh dari sisa
perbuatan yang melekat!
Sangat jelas bahwa, ketika bayi
yang lahir ke alam yang terang ini sudah
membawa kisah hidupnya sendiri-sendiri, yang disebut juga sesuai dengan
berat dan ringannya Dari Timbangan Amalnya! Kata “Ketetapan” itu, sebenarnya :
begitu terlahir itu sudah membawa NASIB diri masing-masing, sehingga abanyak
kejadian-kejadian walau dalam satu keluarga, namun tidak sama atas apa yang
dipetiknya masing-masing. Tentang hal yang tersebut di atas, juga ada di Dalil
Qur’ 25 : Putusannya mendapat balasan menurut amal perbuatan yang sudah
dilakukannya sendiri-sendiri...... !
Keterangannya : Semua keputusan
hukum yang djatuhkan karena berasal dari semua kesalahannya itu, baru akan
ditanggungnya setelahnya : “Dilahirkan ke alam dunia”. (Tentang Alhumulmahzfuds
leihat kembali Wedaran Wirid I). Lahir itulah yang sebenarnya : Menjalani
Keputusan Hakim Akherat. Sehingga Firman Tuhan tersebut di atas, itu bisa
ditafsiri : Bahwa Akherat itu KEKAL SELAMANYA, maksudnya : MAKAM (Tempat),
memetik buah dari perbuatan. Dan Tempat bayi lahir itu ada di Dunia. Qur’an
Surat Hud ayat 39 atau Surat Mukmin ayat 30 : Akherat itu kekal,
selamanya..............!
Sekarang ada lagi sebuah
pertanyaan : “Nah.. jika demikian.... di antara Jiwa yagn sedang saya bawa ini,
dengan jiwa yang menempati diriku di kehidupan sebelumnya itu, ada
hubungannya??!!”” (13).
Jawabannya adalah sebagai berikut
:
2.1.3. A. Akherat itu kekal
adanya, artinya tetap ditempati oleh orang yang masih hidup, yang memiliki
nafsu dan hasrat keinginan diri!”
B. Dalil di depan (Qs. Hamim atau
As-Sajdah ayat 31-32 surat 41 Juz XXIV) menegaskan bahwa Jika Ketika kamu memperoleh
apa yang menjadi permintaanmu (Walau pun berdsarkan keinginan hasrat diri dan
nafsumu). Hal itu jika ditelusuri, Aku sekarang ini, itu memiliki hasrat dan
keinginan diri!, Ada yang ingin menjadi
Tentara berpangkat tinggi, bos besar, Berdagang, mencuri dan sebagainya.
Padahal itu semua bisanya dilakukan adalah ketika masih hdiup di dunia! Oleh
karena Tuhan Bersabda, bahwa Dunia dan Akherat itu adalah miliknya. Sehingga
Cita-cita yang sekarang ini sama saja dengan cita-citaku ketika di kehidupan sebelumnya
sebelum diriku ini ada yang sekarang ini. Lebih jelasnya lagi adalah : Aku
sekarang ini membawa hasrat diri jiwaku yang berasal dari kehidupan ku
sebelumnya! Sehingga “Aku ini” adalah AKHERAT bagi “Aku-ku” dikehidupan
sebelumnya!”
C. Jika demikian, rasa yang ada
di hatiku sekarang ini sama saja dengan rasa Jiwaku di kehidupan sebelumnya,
Sedangkan Hubungannya dengan rasa di kehidupan sebelumnya itu adalah rasa TIDAK
PUAS, Rasa Belum bisa menerima! Rasa belum ikhlas!.
Silahkan direnungkan dengan kebeningan
hati : Kita ini jika sudah dewasa (Sudah melewati alam yang ke 5), yaitu berada
di alam bagi semua rasa hati yang menuntut, pasti akan tumbuhlah KEINGINAN atau
Hasrat Cita-cita yang kadang-kadang justru lebih bersemangat (Kuat, kukuh,
ingin segera tercapai). Rasa yang seperti itulah yang sebenarnya sebagai rasa
yang berhubungan dengan rasa di kehidupan sebelumnya, atau Kita ini sebenarnya
adalah adalah AKHERAT bagi rasa yang belum tercapai di kehidupan sebelumnya. Adanya rasa yang
kita miliki sekarang ini, karena Terpengarah bawaan rasa di jiwa yang berasal
dari kehidupan sebelumnya. Sehingga semangat dalam perbuatans ekarang ini serta
hubungannya adalah : Berada di AKHERAT diri pribadi masing-masing diri.
Bukti yang lainnya lagi : Bahwa
manusia itu hidup adalah di alam akheratnya, atau yang penulis bahasakan dengan akherat bagi Nafsu – hasrat keinginan
diri – cita-cita dan sebagainya, adalah sebagai berikut :
1. Si “A” itu, sejak kecil
hidupnya miskin. Setelah dia dewasa,
atas keadilan Tuhan, dia itu bisa menjadi Camat, artinya, karena usaha keras
dari si “A” maka akhirnya bisa menjadi seorang Camat. Sehingga si “A: itu, di
desanya menjadi orang yang dihormati, seukuran di Disa Si “A” si “A” diibaratkan bagaikan
kebahagiannya itu, tidak ada orang lain yang sebahagia dia, para tetangganya
membicarakannya, bahwa Si “A” sudah berhasil mencapai “Syurganya”!”..
Akan tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa keberhasilan si “A” itu, karena atas keberehasilan orang tua
dan sesepuhnya ketika dahulu, dalam “Bertapa”.
ooOOoo
Jika hal itu dipikirkan, sudah
terlihat bahwa Si “A” sudah terpenuhi atas keinginan dirinya. Sedangkan bagi
siapa saja yang belum berhasil memenuhi hasrat keinginan dirinya, biasanya
hidupnya gelisah! Sudah jelas penjabaran di Nomor 1. Di atas : Si “A”
dikarenakan usahanya, maka berhasil sampai pada garis hidupnya (Lihat di
Wedaran Wirid Jilid !). Artinya Si “A” dalam semangat ketika berusaha adalah di
dorong oleh bekas yang menempel di Jiwanya yang berasal dari jiwa di kehidupan
sebelumnya, yang dibawanya!” Sedangkan di Nomor 2. Menunjukkan bahwa Cita-cita
dari Jiwa yang di bawa itu, sudah TERCAPAI, artinya cocok dengan Firman Tuhan
di Surat Hamim di atas, serta di Surat
As-raa” ayat 21 yang tafsirnya : Angka 1 di atas adalah kelanjutan dari
angka 2, adalah rasa atau kelanjutan rasa di kehidupan sebelumnya (14). Harap
dicocokan dengan Nomor 2.1.3. A,B,C, di depan.
Bagi yang mencari Ilmu Ketuhanan
(Ilmu yang nyata) : Agar tidak disebut sebagai orang buta ketika di Akherat
itu, caranya adalah : Seneyampang masih HIDUP sekarang ini, maksudnya adalah :
Jika aku sekarang ini Buta, itu berarti jiwaku ketika di hidup sebelumnya TANPA mencari Ilmu Ketuhanan. Walau pun
demikian, untuk bisa berubah hingga bisa berjalan di “Jalan yang lurus” : Senyampang masih hidup di dunia”. Siapakah
yang mengetahui bahwa tiba-tiba dan sewaktu-waktu dipanggil Oleh Yang Menguasai
seluruh alam?” Padahal belum memiliki bekal, artinya : sama saja masih
Buta --- sehingga nantinya jika
dikehendaki untuk KIYAMAT, dengan selamat ---- TETAP AKAN BUTA, tidak
mengetahui jalan lurus!”
C. UNTUK APAKAH AKHERAT ITU
Oleh akrena Akherat itu adalah
cerita hidup yang bisa diraba dan dirasa menggunakan Pancaindra dan sebagainya,
kemudian Apakah maksud Tuhan, dengan mencipta Akherat. Kiyamat, Syurga/Naraka?
Sekarang menguraikan tentang Perbedaan Alam Kekekalan, Ke-Nirwanaan, Dirgahayu,
Yang tidak terbayangkan, Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un!
Akherat itu adalah di besok hari
yang akan di alami dan dijalani. Dan bisa dirasakan dan lain sebagainya.
Sedangkan Ke-Nirwanaan : Nirwana itu adalah yang kita jalani tanpa perlengkapan
diri atau Alam Yang Tidak Terbayangkan, sedangkan Akherat masih menggunakan
Pancaindra/Indriya yang dilengkapi nafsu san sebagainya! Ketika salah dalam
menafsirkannya, bahwa akherat itu disamakan artinya dengan Dirgahayu dan
sebagainya. Intinya : Akherat itu Meniadakan adanya Kerusakan, karena, seumpama
tidak ada alam akherat, tentu tidak ada hari esok. Sedangkan Hari esok itu sama
saja dengan akherat. Untuk apakah Kata Akherat itu? Hal ini kita sudah
berhadapan sendiri dengan Kalimat Allah sendiri, yang pertama: Jika di dunia
Buta mata hatinya, demikian juga di akheratnya! Bagi Pencari Hakekat, yang
selanjutnya, Menuhankan kepada Dzat Yang Tidak terbayangkan, itu Tidak
membutuhkan Hari esok/Akherat dan sebagainya, sedangkan yang dibutuhkannya
adalah Hanya Berserah diri tanpa mengandalkan gerak pikiran!.
Kalimat terakhir itu, jika salah
menafsirkan, kadang-kala justru menunbuhkan watak tidak mau berusaha apa-apa,
hanya berserah kepada Nasib diri. Yang
seharusnya : Para Ahli Ma’rifat itu -
Dalam hidupnya itu tidak berharap-harap (Karena, jika masih mempunyai hasrat
keinginan diri 1. Masih membutuhkan kepintaran, 2. Masih akan melewati akherat,
3. Masih akan mengalami Kiyamat!). Oleh
karena hal ini hanya sekedar menguraikan saja (menafsiri), yang bisa bermakna
Membuka Rahasa Alam dan Membuka rahasia Ilmu Tuhan. Kita itu, harus
menyelamatkan Hidup kita, untuk selanjutnya ikut menyelamatkan dunia beserta
seluruh isinya jika bisa! Di dalam Ayat Qur’an Surat Al-Qasaa 83, yang
tafsirnya sebagai berikut : Akherat itu kami seidakan untuk orang-orang yagn
tidak sombong (Ingkar) ketika di dunia ................................. serta
tidak menyiksa ................... dst.
Di sini sudah jelaskan bahwa Alam
Akherat itu adalah ALAM RASA dan jelmaan dari Jiwa yang masih membawa hasrat
diri dan cita-cita. Akhir bahasan tentang Hari Akherat ini, Pengarang sekali
lagi, akan mengurai tentang SATRAJENDRA HAYUNINGRAT, :
Oleh karena
awal segala yang ada ini dari KOSONG, artinya, tidak bisa dibayangkan, yang
lebih jelasnya adalah tanpa bahan-bahan, artinya : YANG MEMBAWA DAN YANG
MEMBUAT tidak pernah terputus, tidak pernah mati, yaitu tanpa awal dan akhir
(1). Tetap Mempengaruhi dan berharap tentang apa saja yang AKU BELUM PENAH
MELIHAT. Oleh karena Aku, Kamu, Dia, tidak pernah mengetahuinya “Itu” sehingga
sebenarnya alam dunia ini, itu tanpa ada besok, tnapa batas, tanpa akherat, tak
pernah mati @ Apakah sebabnya? Sudah diperintahkan , jika yang tergelar ini,
sebenarnya dikuasai oleh Kalimat Tuhan KUN
FAYAKUN, yang maksudnya adalah selama-lamanya tidak pernah berubah seujung
rambut pun. Jika demikian maka berlawanan dengan manusia, kerana manusia bisa
mati, bisa berada di akherat, bisa terkena Kiyamat, bisa rusak dan sebagainya?!!
Jawabannya // Pertama : Mati,
esok, akherat itu sudah jelas bahwa yang menempatinya adalah MANUSIA, artinya
barang baru terlihat dan terkena perubahan, mati. Akan tetapi janganlah salah
tafsir, bahwa mati itu TIDAK ADA BENTUKNYA .... itu adalah salah!!!!. Yang
benar itu : Kalimat QUN itu jadilah ada .... kemudian muncul adanya Aku, Kamu,
Dia, tikus, cacing dan sebagainya. FAYAKUN, itu menyatakan : JADI’ yang
selamanya tidak akan habis dari yang disebut manusia, hewan dan sebagainya,
itu!!! Artinya adalah tergelar, nyata, terlihat, selamanya!
Yang ke dua : Jika aku mati, maka
para tetangga itu tidak akan ikut mati, pada hari itu juga. Artinya : yang
bernama “Manusia” itu tetap adanya (selain yang mati itu). Yang mati tetap
mati, yang ada tetap ada, artinya : Yang tergelar itu, Kekal keberadaannya.
Mohon maaf, Oleh karena tetap
adanya itu karena untuk tetap Hidupnya Dunia, Menjaga menghidupkan adanya yang
Yasa (membuatnya), Menghidupkan Sastrajendra! Dan kalimat SASTRAJENDRA
HAYUNINGRAT itulah sebenarnya mengandung maksud AWAL DARI YANG ADA. Maksud dan
gambarannya sudah sangat jelas, sejelas-jelasnya : YENDRA atau JENDRA (18)
maksudnya adalah BESAR. Sedangkan sastra itu adalah Tulisan – menuliskan,
menggambarkan, menggambarkan : Adanya Aku! Makna Hayu – Ayu – elok – Indah,
berhubungan, lurus, tata aturan, selamat, maksudnya adalah Memuliakan!! Rat itu
adalah Jagad raya... dunia ini.
Sekrang kita bisa mengira-ngira,
apa maksud dari makna rahasianya, dan mengapa tidak diajarkan? Pada intinya
adalah sebagai berikut : Yang
Menghayyu-Hayyu ning Bawana (Yang mengisi hidup dan menghidupkan Dunia) atau
semua isi dari isi dunia ini. Dan isi dunia itu, jika Cetha (Jelas), artinya
tidak cacat : Itulah yang disebut sempurna, lengkap, sedangkan yang dikatakan
sempurna atau lengkap itu adalah MANUSIA.
Namun manusia itu, ADANYA dari tulisan (Kalimat), artinya berasal dari
diukir (dibuat)!! (18). Ukiran Tuhan kepada apa saja, yang mengisi dunia ini
melalui yang bersifat positif negatif (Laki-laki dan perempuan). Sehingga
disebut juga SASTRA CETHA WADINING RAT (Tulisan yang sangat nyata namun tetap
menjadi rahasia Dunia).
Penyebabnya adalah sebagai
berikut : Laki-laki perempuan melakukan WADI
WINADEN (Sanggama), tidak ada orang lain yang tahu, itulah maksudnya : ----
Jika tidak demikian, maka tidak akan ada keturunannya, sama saja tidak akan ada
kehidupan, habis. Jika habis maka tidak akan bisa menghidupkan/menjaga
kelangsungan hidup dunia (jj.10). Sikap memelihara hidup dunia seperti itu ---
Aku, kamu dan sebagainya.adalah sebagai SAKSI nya bahwa yang pertama kali
membuatnya : ADANYA ‘AKU IKI IKA” adalah Dzat Wajibbul Yaqien!.
Sehingga sebenarnya
“Sastracethawadiningrat/Sastrajendra Hayuningrat itu --- MELAKUKAN pengaruh
yagn tergelar seketika ada, yaitu yang disebut “FAYAKUN” – tidak pernah
terputus! Sehingga sebenarnya yang rahasia itu adalah “KENYATAANNYA”
Buktinya!!! Yang jelas nyata itu ADANYA KAU, kamu ini semua. (18).
Dan yang selanjutnya, akan
ditemukan bukti nyatanya Sastra : AKHERAT, itu untuk apa --- Jawabannya :
Sebagai tempat dari menghidupkan. Untuk tempatnya laki-laki/perempuan bermain
asmara untuk menyebarkan kehidupan, untuk menjelmakan Kalimat Tuhan Qun
Fayaqun. Artinya : Sekarang/besok, dunia/akherat tetap beredar selamanya
mewujudkan kesempurnaan Dunia (18).
Akhirul qalam bab uraian hari
akherat ini, untuk apa? Jawabannya adalah sebagai berikut : Akherat itu untuk
melanjutkan Hidup! Hidup yang sempurna atau belum terpenuhinya hasrat keinginan dirinya. Cara untuk menemukan
rasa dari akherat itu, sama dengan :
aa. Hidupku dibatasi kematian.
*).
bb. Pergaulanku dibatasi
tidur.*).
a.1. Hidup itu terus hidup,
artinya, akan bangun. *), Terbangun kembali itulah yang sebenarnya akan
menempati Akherat untuk meneruskan hasrat keinginan diri atau tempat evolusi
bagi jiwa (Qiyamat).
b.2. Makan, berdiri, duduk dan
sebagainya, itu semua jika puas atau sudah sampai kepada ketentuan : Tidur.*)
hingga pagi. Kembali bangun untuk mencari kebutuhan hidup kembali, dan
sebagainya!.
Sehingga penjelasan itu, menjadi
:
aa. Ini harinya pagi, disebut
akherat, artinya : tetap adanya!
bb. Ini harinya pagi, disebut
terbangun, artinya tetap adanya!
Jika kita ini ingat atas hari
yang sudah-sudah (yang sudah dilakukan sebelum tidur), kita juga ingat dan terasa
atau merasa jika hari yang sudah-sudah jiwaku memiliki “Ini” dan “Itu”.
Tentunya bagi yang sudah pernah
membaca Wedaran Wirid Jilid I, masih ingat beda antara Mati dan tidur! Soal
rasa dan pengalamannya adalah sama saja!.
Manusia itu, jika hasrat keinginan
dirinya bisa terpenuhi, biasanya malas mati, ingin tetap hidup. Hasrat dan
keinginan hidup terus dan senang itulah yang sebenarnya yang disebut menempati
alam akherat dirinya! Tidak ada bedanya ketika di hari ini kita sedang
bersenang-senang, itu malas untuk berhenti, seolah-olah jangan ada pagi dan
jangan ada tidur!.
Urian bagian akhir ini, adalah untuk rasa
senang, artinya : mempunyai kelebihan, berbeda dengan yang lainnya! Dan
sebaliknya adalah menderita – susah- - lamanya dari rasa sussah dan sedih
diharapkan jangan sampai datang lagi – semoga cepat bisa tidur lelap! Firman
Tuhan di dalam Al-Qur’an surat An-Naziat : 36 – 41, sebagai berikut :
Ada yang mendapatkan Syurga, dan
ada yang disiksa di Naraka.
Bukti dari ayat yang sedikit
tersebut di atas, adalah : Tiap menit, tiap jam, pasti ada kejadian yang
mengandung rasa senang dan ada yang sussah – miskin, dan sebagainya.
Ketika terbangun dari tidur pun
demikian adanya : TIDAK ADA YANG BISA MENGETAHUI, akan ada kejaidna apa di hari
esok, kecuali manusia yang diperkenankan oleh Tuhan, yaitu para Ahli Ma’rifat!
Untuk hari Esok, kadang-kadang bertemu dengan senang – arau syurga, dan
demikian juga tidak bisa menghindar dari tidak senang atau Naraka! Demikian
juga halnya, bagai sang-”Hidup” – setelahnya kiyamat, ada yang menjadi Lurah
(Senang), ada yang menjadi sellu dikejar-kejar Polisi – Penghianat, dan
sebagainya.
BAB. IV
JIM DAN SYETAN ITU APA?
(1). Qs. – Al-Hijr, Ayat 27,
surat 15 : Tafsirnya : Kami menciptakan Din sebelum manusisa dari api yang panas
(api beracun).
(2). Qs. – Ar-Rahman, ayat 31,
surat 55. Dan kami akan memeriksa amal kalian, wahai Jin dan Insan!
(3) Qs.XXVII, Surat Ar-rahman
ayat 33. Surat 55. Wahai Jin dan manusia, jika kalian bisa keluar dari langit
dan bumi, keluarlah kalian! Akan tetapi kalian tidak bisa keluar jika tidak
menggunakan kekuatan!.
Untuk menambah pengerahuan dan
untuk bukti tentang adanya Jin, syetan, hantu, dan mahluk halus lainnya, di
bawah ini adalah contoh—contoh
A. ORANG KESURUPAN
Ada anak yang kesurupan syetan.
Tingkahlakunya bermacam-macam, bisa bicara bahasa Ingris, Cina dsb. Yang
dikatakanya : Di sini ini, ada rumahnya”.
Yang mengherankan, Diketiaknya
adan yang menonjol, sebesar kelereng! Ketik dipijat dengan keras, anak itu
berteriak “Aduhhh!! Minta ampun!! Aku tidak akan ke sini lagi! Suaranya
terlihat kecewa!.
B. DUKUN “TIBAN” (Seketika
Menjadi Dukun).
Di Kabupaten Blitar ada seorang
sinden. Pada suatu hari sinden itu pergi ke suatu pertunjukan. Sekitar tiga
bulan kemudian Sinden tersebut tidak
seperti biasanya. Tiba-tiba menjadi ahli supranatural, dan membantu orang-orang
yang meminta pertolongannya. Sehingga Sinden tersebut terkenal sebagai Danyang
(sesepuh) dari warga did tempat itu. Yang mengerankan, bahwa sikap dan
kelakuannya tidan seperti biasanya.
C. HANTU
Di Majalah Wereld tahun 1953,
pernha dimuat tentang ada sebuah kamar yang mencurigakan di Istana Bucking ham
(Ingris), Siapa yang melewati di dekat kamar itu, walau pun siang hari makan
akan berdiri bulu kuduknya.
Ada seorang wartawan yang memberanikan
diri dengan menguat-nguatkan hatinya, mencoba ingin membuktikannya. Dan
benarlah, dia melihat bayangan : Seorang putri yang berjalan mondar-mandir di
kesitar kamar tersebut. Dan akhirnya, wartawan itu lari ketakutan. Dan dia
menceritakan bahwa pedang dan juga gelas-gelas yang ada di meja di tempat itu,
juga dapat terbang dengan sendirinya!”
Ada lagi kisah seorang Kolonel
Angkatan Udara dan seorang Insinyur, ingin membuktikan, seberapa menakutkannya
Istana Hitam itu. Kolonel dan Insinyur sama-sama bersumpah : “Tidak akan
melarikan diri dengan ketikan jika bertemu dengans sesuatu apa saja dan sanggup
menjadi tumbalnya!” Benarlah : Mereka berdua kemudian masuk ke dalam Gedung
yang menakutkan itu pada jam 12.00 siang. Kunci telah dibuka, jendela-jendal pun
dibuka.kemudian mereka berdua melongok dari jendela untuk melihat pertamanan
yang ada di bawahnya. Diceritakan : Bahwa mereka berdua sama-sama melihat
sepasang laki-laki dan perempuan menaiki kereta yang berlari sangat cepat.
Warna kudanya hitam. Yang membuat mereka berdua terheran-heran, adalah kereta
itu dengan cepatnya berlari kencang dan menghilang di sela-sela pertamanan, dan
sama sekali tidak terdenagr suara yang gemerincing!.
Pada malam harinya, mereka
mendengar suara yang menakutkan, berteriak-teriak minta tolong : ‘Hoeeee......
tolong....!! ... tolong.......!!!!!!!... saya jangan di bunuh!”. Demikian itu,
berlangsung terus menerus. Suara itu baru berhenti, ketika ada botol wisky yang
melayang di atas tempat tindurnya ... Kelontang... Pyarrr!!! Dan pecah, yang
pecahannya berserakan di sekitar bantal. Setelah hilang sara botol yang pecah,
kemudian muncul sebuah sinar biru bagaikan sinar hewan kunang-kunang, dan mirip
sinar kilat petir, dan yang semula berkumpul, mengkilat, dan menyilaukan mata,
kemudian membentuk sinar yang panjang – yang terbang berputar-putar di
langit-langit kamar mereka berdua. Tidak lama kemudian, hinggap did
langit-langit kamar dan bisa menulis nama dari penghuni Istana Hitam itu!
Setelah mengetahui namanya, kedua orang itu kemudian melarikan diri
sekuat-kuatnya, karena mengetahui, bahwa pemilik dan penghuni tempat itu,
dahulu ketika matinya adalah dengan cara bunuh diri, dengan jalan menceburkan
diri ke dalam sumur!.
D. ORANG KALAP (Sudah mati...
hidup lagi).
Pada tahun 1936, di wilayah
Dampit Malang sebelah selatan dan hampir mendekati laut, ada salah seorang
pencari ikan, yang kebetulan ingin mengail di sungai. Orang tersbut singgah di
sebuah Warung untuk menitipkan pancing dan tempat ikannya, karena ingin mandi
dengan menceburkan diri masuk ke dalam sungai terlebih dahulu.
Oleh karena pada waktu itu sedang
mendung tebal yang diiringi petir menggelegar. Pemilik warung mengingatkannya,
agar niatnya itu ditunda terlebih dahulu. Pemancing tersebut, tidak
menghirauaknnya, yang kemudian menceburkan diri begitu saja dan berenang ke
tengah dengan menempel pada Batang pisang. Betapa ketakutannya pemilik warung
yang di titipi pancing itu, ketika melihat pemancing itu, tiba-tiba amblas ke
dalam air dan hilang di tengah-tengah sungai. Hilang tanpa meninggal siapa
namanya. Pemilik warung kemudian segeera memberi kabar kepada para tetangganya,
walau jaraknya berjauhan dan sedang hujan deras pula. Kemudian sura kentongan
tanda bahaya dibunyikan, dan pamong praja pun datang untuk membuat proses verbal.
Akan tetapi Pemilik warung, lupa memberikan laporan bahwa orang tersebut pada
awalnya ingin memancing, sehingga pancing dan kepis tempat ikannya tetap
bersandar di sebelah atap di belakang. Ketakutan pemilik warung sekarang pindah
kepada Pancing dan Kepis tempat ikan.
Sekitar waktu setahun kemudian
menurut hitungan pemilik warung, pada suatu hari ada orang yang bertamu untuk
mencari pancing dan kepis tempat ikan miliknya! Setelah bertemu dengan tamu
itu, pemilik warung menggigil dan pinsan
seketika! Karena adanya kejadian yang seperti itu! Setelah sadar kembali,
pemilik warung kemudian bertanya sambil ketakutan : “ Wahai kamu!” Apakah kamu
itu pemilik pancing setahun yang lalu? Apakah dirimu itu manusia biasa atau kah
Jin mahluk halus yang akan mengambil nyawaku? Jawaban dari yang ditanyai :
“Sebentar dulu..... saya ini kan yang menitipkan pancing kemarin itu? Saya ini
adalah manusia ... jangan takut begitu ..... Saya akan bercerita! Tentang yang
kemarin itu!”. Kemudian orang itu
bercerita kejadian yang sebenarnya, seperti berikut ini :
Pada hari ketika menitipkan kail
dan kepis tempat ikan (15), yang menurut perasaan pemancing itu, adalah baru
kemarin (namun kenyataannya sudah satu tahun yang lalu), Ketika itu dia merasa
seolah ada yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam sungai. Menurut perasaannya
bahwa di tempat itu, yaitu di tengah sungai ada sebuah rumah gedung yang indah
sedang ada acara yang sangat ramai. Menurut perasaannya, pemancing itu menaiki
sebuah perahu, padahal Cuma menumpang di pohon pisang yang terbawa air. Pemilik
rumah gedung itu ketika itu sedang punya hajatan dan pemancing itu disuruh
untuk menjadi peladen. Tamunya sangat banyak, laki-laki perempuan,, tua dan
muda di beri hidangan sambil melihat pertunjukan Wayang Purwa.
Setelah acara hajatan selesai,
ada seorang perempuan yang mendekatinya sambil berkata : “Pak, kamu tetapada di
sini saja yah?” Jika dirimu bersedia maka keluargamu semuanya akan saya bawa
pindah ke tempat ini juga. Ajakan itu ditolaknya, karena pemancing itu, ingat kepada
tugas yang belum diselesaikan di rumahnya (Sawah dan ladangnya), dan juga
dikarenakan di tempat itu, dia tidak merasa betah. Yang bertanya bisa
memahaminya, dan pemancing itu kemudian diijinkan untuk pulang, dan ditunjukan
jalannya.
Yang sedang pulang, kemudian
berjalan ke arah utara, yang tidak lama kemudian tiba-tiba sudah berada di
pinggir sungai.....
Deikian itu, cerita yang
diceritakan oleh pemancing, yang jika di pikir apa adanya, maka ada cerita yang
membingungkan hati : 1. Peilik warung merasa bahwa kepergian pemancing itu
sudah setahun yang lalu dan sudah diberitakan bahwa dia itu sudah mati. 2. Dan
sebliknya, pemaning itu sendiri merasa, hanya satu hari saja.
E. KUNTILANAK, PERIK,
SUNDELBOLONG
Di kota Pontianak wilayah
Kalimantan Barat, ada cerit legenda bahwa Kuntilanak itu berasal dari kata
Kunti dan anak. Artinya : Kunti itu wanita. Menurut kepercayaan, Kuntilanan itu
adalah musuh laki-laki, asal mula kejadiannya itu ada seorang wanita yang
meninggal dunia karena melahirkan, sifat kumaranya berubah menjadi hantu dan
memusuhi laki-laki!
Ada seorang Sinder Kehutanan yang
basih baru menjabat yang berasal dari Tanah Jawa. Pada suatu hari Sinder itu
mengadakan Turne untuk melihat wilayahnya, dengan diserta pengiring yang banyak
dari Suku Dayak. Para pengiringnya itu, sudah mengingatkan bahwa di tempat itu
sering muncul Pontianakipun. Untuk menolak dari gangguannya adalah dengan cara
tahan tidak tidur, sehingga nanti jika kemalaman di jalan, maka rombongan itu
bergiliran berjaga dan sebaiknya ketika tidur saling beradu punggung.
Dikisahkan, bahwa sinder beserta
rombongannya kemalaman dan terpaksa tidur di hutan. Ketika itu sedang hujan
gerimis, walaun pun masih jam 06.00 sore seolah sudah benar-benar malam. Sinar
bulan tertutup awan. Tidak lama kemudian, banyak dari rombongan yang mulai
mencium bau wangi, kemudian berganti dengan bau anyir. Semua mempersiapkan diri
dan saling waspada, barang kali saja nantinya ada.... dan sebagainya. Akan
tetapi pengaruh dari bau wangi itu justru berpengaruh membuat menjadi
mengantuk! Jangan lupa, siapa saja jika sedang layap-layap karena sangat
mengantuk itu tentu akan melewati rasa “SER” ... Lupa sekejap! Tiba-tiba, bau
wangi dan anyir tiba-tiba menghilang, bergantu ujud menjadi sebuah sinar
bagaikan kunang-kunang yang besarnya hampir ssama dengan buah kemiri, bentuk
bulat, dan terbang mengelilingi rombongan tersebut, kemudian hinggap di sebuah
ranting di atas rombongan tersebut sambil mengeluarkan suara berteriak keras
memenuhi area hutan : “Eeeeeee...... Awas kamu nanti ..........!”
Seketika, semua rombongan tidak
ada yang bisa berkata-kata dan menjadi bisu, menggigil karena ketakutan, otot
dan tenaga bagaikan dilolosi. Tiba-tiba sinar yang bagaikan kunang-kungan
berubah ujud menjadi Ujud orang yang sangat cantik, yang kemudian mendatangi
rombongan itu sambil merayu. Oleh akrena
sebelumnya para pengirim dan Sinder engetahui bahwa itu adalah “Hantu” yang di
Tanah Jawa disebut “Sundel Bolong” sehingga rombongan itu memepersiapkan persenjataannya.
Akhirnya “Kuntilanak” itu melarikan diri, menghilang dan tanpa jejak, dengan
meninggalkan suara bagai tersebut di atas. Sedangkan bahanya menurut kabar
burung penduduk asli di sana,
barangsiapa bisa didekatinya pasi meninggal dunia menjadi bangkai, dan
maaf ... kelaminnya hilang!!
F. HIDUP KEMBALI SETELAH
MENINGGAL DUNIA
Pada sekitar tahun 1923, di
Wilayah Lodoyo Blitra ada seorang janda yang masih muda mempunyai seorang anak.
Pada suatu hari, janda tersebut sedang mengelus-elus anaknya agar tertidur,
namun kemudia dia ikut tertidur juga.
Akantetapi ketika pagi harinya,
suasana di desanya menjadi geger ramai sekali, karena anak janda tersebut
menangis keras sekali. Ibunya “Tidak bangun-bangun” padahal harinya sudah
siang. Janda itu meninggal dunia! Sudah menjadi adat, sehingga banyak orang
yang melayatnya. Ketika sudah waktunya mayat untuk dimasukan ke dapam keranda,
tiba-tiba orang-orang menjadi ramai, karena melihat suatu keanehan, yaitu :
Janda tersebut hidup kembali.
Singkat cerita, kemudian janda
tersebut mengisahkan kepada orang-orang yang melayatnya, yang isi ceritanya
sebagai berikut :
“Aku baru saja dimintai tolong
oleh Nyi Lara Kidul, dikonkgon rewang karena sedang kerepotan punya hajatan
menikahkan. Di sana aku sudah hamir satu tahun lamanya, pada suatu hari
tiba-tiba aku memecahkan piring, sehingga saya diusir oleh seorang wanita yang
sangat cantik. Aku baru ingiat kata orang-orang tentang Nyai Lara Kidul.
Kemudian..... ini tadi, katanya aku sudah meninggal dunia. Apakah benar begitu
?”!!
Kisah tersebut jika dipikir, terbukti
menjadi lawan dari apa yang dikisahkan di Kalap. Penjelasannya : Orang kalap
itu merasa bahwa Satu Tahun = satu hari. Sedangkan pengalam janda yang
meninggal dunia itu, merasa bahwa satu hari = satu tahun.
G. ORANG YANG MASIH HIDUP BISA
MASUK SYURGA
Menurut berita di urat-surat
kabar, kira-kira bersamaan dengan peringatan 200 tahun Keraton Yogyakarta-
Hadiningrat, ada seorang Kyai yang buta, dan kerena kebuntuan pikirannya
kemudian dia bertapa dan memhon kepada Tuhan. Kemudian mendapatkan “Isyarah” yang
menurutnya berasal dari Alalah (16). Kira-kira demikian : “Wahai bapak” kamu
akan terpenuhi apa yang menjadi permohonanmu itu! Benarlah, kemudian Kyai
tersebut bermohon tentang apa yang
menjadi hasratnya,s ebagai berikut : Wahai Tuhan!! Saya mohon masuk ke dalam
Syurga!” Jawaban dari Isyarat (Menurut cerita Pak Kyai, mendengar suara yang
menyusup jiwa) : “Iya- iya Kyai, kamu akan
saya nikahkan dengan putri-putri yang semuanya cantik-cantik sebanyak 7 putri,
dan juga apa-apa yang kamu pinta, maka
putri-putri itu akan memenuhinya.”
Dan selanjutnya Pak Kyai itu
terkenal dan bisa menjadi dukun, dan memberikan syarat, makruf dll, kepada
siapa saja yang memintanya, dan bahwakan para pembesar pun berdatangan, ada
yang meminta kekayaan, minta terbebas dari tuduhan korupsi dan lain-lain.
Menurut perkataan orang banyaik,
jika ada tamu yang datang, Pak Kyai kemudian bersamadi di kamarnya! Para tamu
kemudian mendengar suaranya dimana Pak Ktai itu berbicara sendirian, seperti
sedang berbicara dengan para putri yang di akui sebagai istrinya itu! Sebagai
berikut : He Diajeng (Wahai Adinda) ambilkanlah aku minuman, nah yang ini,
sediakan nasi beserta lauk pauknya, karena banyak sekali tamu yang datang.
Singkat cerita, Jika pikiran kita
sehat, maka akan tumbuh pertanyaan : Apakah mungkin, 7 putri itu dari mana?
Apakah itu benar-benar bisikan Tuhan?
Dan Minuman berasal dari mana? Masa, ada orang buta bisa melihat wanita
cantik?
Contoh-contoh kejadian tersebut,
pasti ada yang mengatakan bahwa kabar bohong semata, namun juga ada yang
menyebutnya : Hanya alasan saja , agar mendapatkan uang, bahwa kan orang yang
sama-sekali tidak mempercayainya. Jawaban dan pertanyaan tentang apa saja,
harus ada dasar dalilnya walau pun bukan berasal dari Qur’an dan sebagainya.
Yaitu dalil yang berasal dari hatiku sendiri, yang intinya memeprcayai : JIKA
ADA SEBUTAN/NAMANYA pasti ADA SESUATUNYA – entah terlihat atau tidak bisa
terlihat (17). Maksudnya : Untuk bisa mengetahuinya, maka harus ditelusuri,
apakah hanya sekedar sebutan saja, apakah benar-benar terlihat nyatanya.
Sebelum pengerang menguraikan semua pertanyaan-pertanyaan dan contoh-contoh
tersebut di atas, ijinkan lah memberikan gambaran tentang kata “Syetan”
terlebih dahulu!!
Pada jamun dahulu kala, jika ada
orang yang terkena penyakit apa saja, itu dikiranya kena (Kerasukan) Syetan,
terkena “makhluk halus”. Dari jenis penyakit yang dikira disebabkan karena
syetan terssebut, contohnya, panas, pusing, ayan, luka dan sebagainya. Isi
ceramah dari Prof. Soejoenoes yang ada hubungannya dengan contoh-contoh di atas
(Huruf A hingga G). Jika ditelusuri, semua kejadian-kejadian itu dikarenakan
dari “Akibat”, artinya : Dirasakan setelah terkena! Kecuali atas kejadian yang
RASA PERASSAANNYA BERBEDA-BEDA, seperti halnya : Satu hari = satu tahun, dan
setahun = sehari, ada juga rasa hillang dan lupa. Yang membedakan dengan isi
ceramah dari Prof. Soejoenoes itu, bahwa yang disebut dengan Syetan oleh
manusisa ajaman dahulu adalah sama dengan penyakit. Sedangkan contoh-contoh di
atas adalah bukan sebuah penyakit, akan tetapi hal-hal yang aneh-aneh
(mengherankan, tidak masuk akan). Apakah semuanya itu, dari akibat terkena
gangguan Jin, apakah karena syetan, ataukah sperti apa, dan di sisni yang harus
dipahami terlebih dahulu adalah : Apakah sebabnya Agama Islam di dalam Rukun-nya harus meyakini adanya Jin,
syetan dan sebagainya? Jika demikian, Jin dan Syetan itu adalah Makhluk Tuhan!
Karena, jika tidak meyaikini kepada makhluk-Nya, sama saja “masih kurang” dalam
mengagungkan Tuhan. Atau jika ada yang kurang dari yang kita yakini kepada
hal-hal gaib itu, disebut BUKAN IMAN, dan kurang pengetahunnya. Di Sekolah-sekolah
Menengah dan Tinggi, tentang kata “Atoom” tidak akan ditinggalkan dalam materi
pendidikan yang harus diajarkannya, serta tentang Baksil, dan sebagainya, yang
walau bentuknya tidak bisa dilihat mata, akan tetapi menumbuhkan keyakinan
bahwa baksil itu mempunyai perbuatan, karena bisa mengakibatkan suatu akibat.
Demikian juga tentang keyakinan di jaman dahulu kala yang berhubungan dengan
mahluk halus (Syetan), dalam menemukan dan meyakininya adalah dari akibatnya.
Barangkali saja bahwa Baksil dan semua
sesuatu yang kotor dan tidak bisa dilihat mata itu, oleh kakek=kakek buyut kita pada jaman dahulu disebut dengan sebutan syetan. Sehingga jika
memang demikian, maka keyakinan manusia di jaman dahulu apabila sakit itu maka
dikatakan terkena syetan, dan hal itu maknanya adalah : Yang menyebabkan sakit
itu tidak bisa dilihat dengan mata biasa!.
Jika di teliti, bahwa isi dari
Kitab-Kitab Suci itu menjelaskan : Syetan itu musuh manuisa. Kata “Musuh” itu
adalah “tidak cocok” atas segala sesuatunya. Pertanyaan kita : Jika memang
syetan itu musuh manusia, mengapa tidak bisa berjumpa dalam tiap harinya ?
Katanya syetan itu menjadi benalu bagi manusia, akan tetapi menjadi musuh, hal
itu mengapa dan bagaimanakah ? Apalagi di desa-desa, ada yang disebut :
Perewangan, artinya : “yang punya peliharaan syetan” (Bersahabat dengan
syetan)!” Apakah yang demikian itu tidak
masuk akal, sehingga syetan mengapa dipelihara?. Tentang uraian ini, itu
terdapat dua hal : Pertama, Syetan bisa menjadi teman, yang kedua, syetan itu
musuh! Semakin banyaik keterangan yang berhubungan dengan syetan, semakin
membingungkan hati, karena akan memunculkan pertanyaan : Apakah kedua-duanya
itu bsia dinyatakan (dirasakan)? Yang manakah yang menjadi teman, dan yang
manakah yang menjadi musuh? Padahal menurut pengetahuanku, Tuhan tidak
menjelaskan bahwa Syetan yang dibuat dari bahan-bahan “Itu” seumpamanya, hanya
menyebutkan bahwa Jin itu dicipta dari api! Sehingga : Syetan itu dicipta dari
“Entah”, akan tetapi Jin itu berasal dari Api.
Oleh karne Jin itu dibuat dari
adonan api, sehingga menggunakan hati maka akan bisa mengira-ngira, bahwa
mahluk yang bernama Jin itu tentunya mempunyai bentuk! Di Tanah Jawa ini, tidak
kurang dan banyak orang yang bisa melihat Jin, akan tetapi dalam melihatnya
adalah menggunakan mata batin.
Mengulang tentang Syetan,
silahkan dilihat dalil Qur’an XIV:16 Surat An.Nahl, ayat 99.
“..................................
SYETAN ITU TIDAK MEMPUNYA KEKUASAAN DI HATI ORANG YANG BERIMAN
..........................
Didepan sudah diuraikan di bab I,
bahwa syetan itu adalah bersifat benalu dan perbuatan mengajak pada kesesatan.
(gg.7). Siapa saja akan meyakini bahwa syetan/iblis perbuatannya adalah
mengajak kepada keburukan – kesesatan – jahat dan sebagainya. Yang intinya
adalah perbuatan durhaka. Hingga jaman sekarang ini, yaitu jaman atoom, belum
ada Ahli Ilmu Alam yang bisa menemukan ujud dari syetan. Akan tetapi semua
mengakui, bahwa syetan itu pekerjaannya mengajak kepada keburukan, sehingga
jika demikian bisa disebut : Tidak ada
ujudnya, akantetapi ada perbuatannya. Atau juga syetan itu adalah sebuah
sebutan bagi keadaan yang bisa menyebabkan sakit dan tindakan buruk! Olehkarena
menyangkut soal tindakan (Tingkah-laku, gerak-gerik, dan perkataan) maka akan
muncul pertanyaan : Syetan itu bertempat tinggal di mana, Jawabannya : Bertempt
tinggal di badan kita, atau syetan itu adalah bagian dari Jiwa, yang perbuatan
nafsunya tidak mau menjelma. Sekarang sudah jelas, bahwa sebagai manusia itu
sudah dipengaruhi oleh gerak nafsu (syetan). Semakin jelas karena Kitab-Kitan
suci tidak menyebutkan bahwa syetan itu TEMAN DARI HEWAN atau teman dari selain
manusia. Jika ada hewan yang mempunyain teman/musuh yang bernama syetan, bisa
saja ada hewan yang bisa menipu manusia!
Keterangannya : Jika Allah berfirman tentang Syetan itu adalah untuk manusia;
yaitu : Adanya adalah sejak “ADAM itu ada, atau bersamaan dengan lahirnya bayi
(gg.7). Contoh perbuatan buruk dari syetan adalah sebagai berikut :
3.1.1. Seorang abdi kepercayaan,
pada suatu hari diperintahkan untuk mengikuti tuannya pergi ke pasar. Menurut adat kebiasaan yang
sudah-sudah, abdi itu memang baik, patuh, serta tidak pernah berbuat mencuri.
Setelah sampai di tengah perjalanan, tiba-tiba abdi tersebut merampok tuannya.
Singkat cerita, abdi tersebut kemudian masuk penjara. Yang terpenting : Abdi
tersebut merasa menyesal karena sadar atas perbuatannya.
3.1.2. Anak dari Pak Suta
berkelakuan baik, Pada suatu hari anak itu tibatiba melakukan perbuatan mencuri
uang milik orang tuanya, untuk dipergunakan berjudi. Demikianlah, masih banyak
contoh-contoh tentang tindakan durjana yang berdasarkan tidak dikira sebeumnya.
3.1.3. Di Jaarta ada seorang ABRI
yang dengan tidak dinyana-nyana, melakukan perselingkuhan. Ketika diketahui
oleh Komandannya, kemudian melakukan bunuh diri. Demikian juga terjadi di
Jakarta (Kebayoran), ada kejadian orang yang sudah mempunyai 4 anak, mampu
berbuat tega membunuh anak istrinya (Harian Merdeka).\
Contoh-contoh di atas jika
dipikir, maka mengherankan. Karena, jika disuruh pun tentu tidak akan mau
melakukan tindakan sesat seperti tersebut. Contohnya : Membunuh dirinya
sendiri, jika ada yang menyruhnya, tentu tidak akan mau. Kecuali jika disuruh
membunuh orang lain .... hal itu banyak
yang terjadi.
Sehingga jelaslah : Syetan itu
Nafsu yang kelakuannya mengajak kepada perbuatan jahat, yang memaksa diri kita
sendiri-sendiri supaya melakukan perbuatan yang menjadi kesenangan dari sifat
syetan-syetan di diri sendiri. Yang disebut Hasrat jahat itu sebenarnya adalah
Syetan. Meski demikiian, orang yang marah-marah, mudah tersinggung dan
sebagainya, itu sama saja kemasukan syetan!.
Apakah benar, bahwa syetan itu
tidak bisa menaklukkan orang beriman? Jawabannya : Tentu saja! Karena orang
yang iman, maksudnya yang selalu ingat Tuhan, maka syetannya sudah dijauhkan,
artinya : Bisa mengendalikan hasrat dan keinginan diri dari hawa nafsunya.
Namun apakah syetannya bisa pergi dari dirinya? Jawabannya : Syetan itu tetap
adanya di diri kita ini, sedangkan berbuat atau tidaknya, tergantung kepada
yang melakukannya. Jawaban yang terakhir ini, sama dengan : Syetan itu musuh
orang beriman. Bagi orang awam, jika kebutuhannya beum tercukupi, maka
syetannya selalu bersemangat berbuat. Oleh karena kerja dari syetan-syetan itu,
maka manusia menjadi punya kemajuan. Contohnya : Serakah, kikir, egoistis,
merasa tidak pernah puas dan sebagainya. Dan semua itu sudah menjadi pakain
manusia.
Ada lagi sebuah pertanyaan : Yang
disebut bersahabat dengan syetan itu yang bagaimana? Apakah di bawa, ataukah
dipelihara? Jawabannya adalah sebagai berikut : Manusia yang takaran nafsunya tentang apa saja LebIH dari biasanya
itu, ketentraman hidupnya adalah ketika melakukan durjana. Tapi jangan lupa,
sebagian besar tindakannya akan diketahui, karena pada dasarnya manusia itu
depngaruhi oleh rasa ingat. Walau bagaimana pun tindakan durjana itu, bagi yang
sadar, maka akan menghentikannya, yaitu yang disebut melebur dosa.
Bagi orang pencari hakikat, itu
melakukan tapa, yang intinya adalah memaksa budi untuk mengendalikan gerak
hati, karena cetusan-cetusan hati itu “Belum tentu jika bukan suruhan dari
syetan”. Sehingga benar, bahwa syetan itu adalah teman manusia, karena syetan
bisa menyebabkan menjadi kaya – karena kikir, serakah dan tega. Tega itulah
sebagai tanda bahwa manusia itu sudah dipengaruhi oleh syetan.
A. SYETAN ITU MUSUH TUHAN ...
TUHAN YANG MANA?
Sebelum menjawa pertanyaan
tersebut, yang harus dipahami terlebih dahulu : Tentang kedudukan syetan. Di
atas penjelasan tenetang syetan mungkin masih kurang jelas. Yang kurang jelas
itu, jenis dari masing-masing nafsu. Nafsu itu ada yang baik, contohnya, nafsu
berjuang, nafsu mencari ilmu, nafsu berusaha menggapai cita-cita dan
sebagainya. Apakah yang demikian itu disebut syetan? Jawabannya : Bukan!!.
Nafsu itu bermacam-macam, dan perbuatan nafsu itu itu menyebabkan
manusia akan merasakan buah dari perbuatannya.
Sedangkan Syetan, itu : NAFSU JAHAT. Sehingga, sama-sama nafsu yang
diberi oleh syetan/iblis itu yang berakibat merusak tatanan.
Nafsu yang menyebabkan kerusakan
itulah yang sebenarnya adalah musuh manusia atau yang disebut Musuh Tuhan.
Penjelasannya : Di Wedaran Wirid Jilid I sudah diuraikan bahwa manusisa itu
sebenarnya adalah yang memuat atau bahasa filsafatnya drager v.t. Goddeljk
(Yang memuat cahaya Tuhan). Kata “yang gmemuat” itu bisa diumpamakan
Jamban-jamban yang gberisi ari yang jernih yang terkena sinar Matahari. Yang
ternyata jamban-jamban itu dapat mengandung cahaya matahari dari langit yang
hanya satu saja. Sama saja bahwa bejana itu mengandung Hakekat Tuhan – sebagai
– Arsj – oleh Tuhan.
Syetan itu juga sama-sama memberi
pengaruh kepada manusia dan syetan juga sama-sama mahluk Yang Maha Kuasa.
3.2.1. Hakekat Ketuhanan atau
Bayangan cahaya Tuhan, atau hakekat Citra milik Allah, dinaikkan lagi Cahaya
Allah, yang memberi nama manusia dari masing-masing diri manusia yang berjumlah
miyaran banyaknya itu, disebut SANG PURUSA, atau Sang Purusa itu BAYANGAN yang
ada di jamban, sebagai perumpamaannya! Yang bertampat di Jamban itu, selain
Purusa, oleh Tuhan, juga sebagai tempat
Syetan-syetan.
3.2.2. Sedangkan yang diibaratkn
Surya (Mathari) yang hanya satu serta memiliki Cahaya terang itu : Bukan satu,
bukan dua, karena hanya TUNGGAL (ISWARA).
Ibarat yang demikian itu,
dinaikkan kepada kenyataannya : Yang diibaratkan dengan amtahari itu, sama saja
dengah TUHAN bagi Seluruh Alam. Maksudnya adalah juga Allah bagi Syetan,
malaikat, manusia, kayu batu dan sebagainya yang ada di Bumi dan Langit. Oleh
karena Allah itu yang MENCIPTA, Yang MENJAGA, Yang Maha Pengasih kepada
ciptaannya, maka jika demikian itu TIDAK MEMPUNYAI MUSUH.
Penjelasannya adalah sebagai
berikut : Yang dimaksud ALLAH dari masing-masing diri manusia itu adalah Sang
Purusa itu. Sedangkan yang disebut yang bisa MEMBUAT YANG TERGELAR itu (3.2.1),
Tuhan dari Alam Seluruhnya yang memiliki bayangan yang dibagi-bagi itu tadi,
yang disebut dengan sebutan SANG ISWARA.
Pada intinya : Sang Purusa
(3.2.1) itu adalah yang memberi nama adalah
Manusia, sedangkan manusia itu adalah Atas Kehendak Tuhan (3.2.2) juga
diberi nama oleh Syetan! Sehingga jika demikian, yang disebut syetan adalah
Musuh ALLAH, tidak lain Syetan itu adalah Musuh Allah bagi masing-masing diri manusia.
Sedangkan yang kita mokal-kan :
Apakah mungkin Allah itu memusuhi Makhluk ciptaannya?” Sebenarnya, YANG TIDAK
MEMPUNYAI MUSUH itu Allah, yang memiliki Cahaya yang dibagi-bagi seperti uraian
di atas, maksudnya adalah :
1. Sag Purusha itu Musuh Syetan.
2. Sang Iswara itu tidak
mempunyai musuh.
Yang menyebabkan disebut dengan
sebutan satru, karena tidak cocok. Walau pun Purusha aitu bayangan, karena
merupakan bayangan dari Iswara yang TIDAK BISA TERBAYANGKAN, juga mengandung
sifat Yang Tidak Terbayangkan. Yang disebut Musuh : adalah perbuatannya, dan
juga dzatnya : Iswara dan syetan itu memang tidak bisa menyatu! (cc – cc.3).
B. APAKAH PERBUATAN BURUK ITU
BERASAL DARI TUHAN?
Jawabannya adalah sebagai berikut
: Semua perbutan itu tumbuh dari gerak sifat-sifat Tuhan yang sempurna (Lihat
sifat 20 di Wedaran Wirid Jilid I). Manusia diciptakan itu mengandung sifat
Suci (Pikiran suci dan kotor itu terletak di Rasa). Di Wedaran Wirid Jilid I,
disebutkn bahwa sifat dan Irdat Tuhan itu bahwa semua yang tergelar ini adalah
saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga disebut ESA (hanya menyatu, tunggal), Contohnya adalah
sebagai berikut :
Orang yang mencuri itu, walau
tidak ketahuan oleh orang lain, jelas itu adalah tindakan syetan yang mengajak
pada perbuatan buruk. Dan yang lainnya
mengajak kepada kebenaran. Intinya : Tindakan dan rasa dirinya sudah tidak
sesuai. Sama-sama bertindak, kita sudah bisa memerinci, bahwa perbuatan suci
(benar), adalah perbuatan Hakekat Ketuhanan, yang disebut Purusha itu tadi.
Bagaimana pun dorongan dari syetan, itu akan kalah! Oleh karena penjelasan did
ata sudah mengandung maksud, bahwa pribadi kita ini mengandung kebaikan dan keburukan, sehingga
pertanyaan di atas itu, jawabannya hanyalah : Bukan Tuhan yang menyuruh, akan
tetapi “Nafsu” (Syetan). Buktinya : Perbuatan buruk, walau rapih bagaimanapun
itu, akan membuahkan keburukan, sama persis dengan yang ditanamnya. Artinya :
Oleh karena yang menyuruhnya itu adalah syetan, pasti akan membuahkan :
Kerusakan! Akantetapi, jika atas ssuruhan Dzat Tuhan, buah hasilnya pasti cocok
dengan apa yang dihasratkan oleh Dzat
Tuhan itu. Sama saja dengan : Mencari Ilmu Hakekat itu mesti menjauhi segala
keburukan, artinya musuh syetan. Berbeda dengan menyenangi perbuatan buruk, itu
adalah mendekati keburukan. Artinya :
Mencari kebaikan itu dengan cara menggunakan Ilmu Ketuhanan sehingga yang
dipikirkan itu adalah hal kebaikan dan kesucian. Tuhan, Sifat Tuhan dan
sebagainya, yang buah hasilnya akan memetik Keluhuran.
Sekarang ada pertanyaan : Jika demikian
yang mengendalikan manusia itu, ada dua : Syetan dan Tuhan? Pertanyaan itu
memang benar jika berlandaskan uraian-uraian di atas. Akan tetapi jawabnya
adalah : TIDAK DEMIKIAN, yang benar adalah sebagai berikut : Segala perbuatan
Alam raya, perbuatan Malaikat-malaikat, syetan-syetan, manusia-manusia, Jin,
mahluk halus, nafsu, tidur, mati, kahir, kesemuanya itu tidak akan bergeser
serambut pun, itu adalah berasal dari Maha Hakekat perbuatan Tuhan yang kesemuanya itu sebagai tanda
saksi bagi SIFAT TUHAN! Yang intinya
adalah, semua itu menyatu di diri manusia, sehingga manusia itu disebut Luhur!
Perbuatan-perbuatan tersebut
mulai dari yang kasar hingga yang halus, atoom dan sebagainya, manusia juga
mendapat pengaruhnya. Sehingga jika demikian perbuatan-perbuatan yang asli/
semoga yang sebelum bernama manusia, itu tetap berbuat seperti dari asalnya! Sehingga : Jika manusia
terdesak dan kalah oleh perbuatan keluhuran manusia, kadang-kala manusia
melakukan perbuatan salah satu sifat-sifat yang bermacam-macam itu (Lihat
uraian di Wedaran Wirid Jilid I tentang Malaikat).
Sehingga, keluhuran manusia itu
adalah dalam perbuatan : Sedang memikir, berjalan, adalah mengikuti kehendak
Tuhan dast. Berbeda dengan manusia yang belum mengerti itu, dalam bertindaknya
mengikuti salah satu sifat-sifat itu! Maksudnya adalah sebagai berikut : Maha
Tahu-Nya Allah itu terbukti bisa menyatukan kodrat/iradat dan sifat-sifat dari
yang tergelar ini, menjadi Ujud ADANYA MANUSIA (1). Jika demikian : Tuhan itu
sama dengan tidak akan menyimpang. Karena manusia sudah mendapatkan
iradat/sifat dan kodrat, dalam bertindaknya hanya menjalankan saja menang dan
kalah. Jika yang menang sifat yang luhur, maka akan menjadi orang luhur, dan
ebaliknya jika keluhurannya kalah, maka akan menjadi ada orang yang menjadi
pencuri, ahi perewangan makhluk halus, yang disebut sebagai orang kafir (tidak
mebela ilmunya Tuhan) sehingga jika ada pertanyaan “Apakah syetan itu”?
jawabannya : Syatn itu adalah sebutan bagi perbuatan buruk. Dan sifat buruk itu
TIDAK BISA MATI, artinya, selagi masih ada manusia, sudah tentu ada keburukan;
Selagi masih ada masyarakat, sudah tentu ada pencuri. Selagi masih ada Negara,
pasti ada perang, selagi masih ada perang, sudah pasti ada penghianat dan
seterusnya, masih sangat banyak jenisnya.
C. APAKAH PERBEDAAN ANTAN SYETAN
DAN JIN?
Dalil di depan pada Bab IV (1),
ringaksannya adalah sebagai berikut : Allah menciptakan Jin sebelum adanaya
manusia (aa1) yang berasal dari Api yang panas. Cara mmencari dan cara
membedakannya adalah sebagai berikut :
I. Syetan-syetan aau iblis itu
sebenarnya adalah yang dibuat atau berasall dari Boor (cahaya yang tidak ada
tandanya, atau tidak terlihat, akan tetapi bergerak).
II. Jin sudah jelas tercipta dari
Api yang panas. Artinya, oleh karena menggunakan adonan, pasti ada bentuknya,
tidak berbeda dengan Atoom, baksil dan gas serta yang lainnya, walau tidak
terlihat akan tetapi ada bentuknya, yaitu ketika dilihat menggunakan alat
modern (Kyker, microskoop). Jika demikian, apakah Jin juga bisa dilihat denggunakan
alat-alat terebut? Jika bisa, apakah sebabnya hinga sampai sekarang tidak ada
orang yang bisa menangkap Jin?
Menurut Babad tanah Jawa, banyak
orang sakti pada jaman kerajaan yang bersahabt dengan Jin, dimintai bantuan
untuk membuat candi. Membuat Istana, membuka hutan dan sebagainya. Bahkan di
Al-Qur’an di kisahkan bahwa Nabi Sulaiman as. Bisa memerintah Jin, disirih
mengambil mutiara, emas, perak, intan dan sebagainya. Sedangkan ketika Nabi
Sulaiman perang melawan Ratu Billqis, pasukannya adalah para jin-jin tersebut.
Oleh karena Jin itu diciptakan
berasal dari Api, apakah nyalanya, apakah hawanya, apakah gasnya, tentunya juga
berujud dan terlihat. Maksudnya adalah termasuk yang menjadi isi dari Bumi.
Akan tetapi bersifat gaib, tidak bisa dilihat menggunakan mata biasa.
Menurut ayat di atas itu
menyatakan bahwa adanya Jin itu lebih dahulu ada dibanding dengan adanya
manusia. Sehingga Jin-Jin itu adalah merupakana masyarakat gaib. Oleh karena
masyarakat, maka juga mempunyai kebudyaan, Tempat tinggal, rumah, kerajaan dan
sebagainya. Hanya saja tidak sama dengan masyarakat manusia.
Menurut akal, bahan yang berasal
dari api itu mengandung maksud bahwa yang dibuat itu bukan sesuatu yang terkena
hawa panas (Bara, arang) akantetapi Allah mmenciptakan Jin itu dari Sinar yang
panas. Kata Sinar atau cahaya itu bukan hanya sekedar sinar yang berasal dari
api saja, walau pun sinar matahari juta terasa panas. Sehingga bahan untuk
mencipta jin itu bisa saja berupa sari-sari dari panas.
Inti sari panas itu, walau
berwarna hitam, kuning dan sebagainya,tetap tidak akan bisa disentuh. Sehingga
makhluk Jin itu mempunyai tempat tinggal yang sudah ditentukan, yaitu alam Jin.
Sehingga berlawanan dengan manusia. Oleh karena manusia itu berbadan kasar,
alam tempat tinggalnya juga kasar. Olehkarena Jin itu makhouk gaib, alamnya
juga bernama alam gaib.
Mohon untuk dirasakan, Makhluk
Jin itu diipta sebelum manusia diciptakan. Tentunya akan ada pemikiran 1. Jauh
lebih tua umurnya jika dibanding dengan manusia. 2. Bahan untuk membuatnya
sudah jelas bukan cahaya seperti yang cahaya yang ada di bumi ini. Jika
demikian, dari jenis cahaya apakah bahan untuk mencipta Jin itu?
Ilmu Fisika Moderen menjelaskan,
bahwa dunian ini sebelum adanya Planet, Bumi, Bulan dan Matahari, yang terlebih
dahulu ada adalah berbentuk “Asap” yang lebih dikenal dengan sebutan “NEBULA”
yang menurut bahasa Ilmu Pengetahuan disebut dengan “PARTIKELLEN. (Menurut
Madzab Prof. Dr. Einstein). Adanya partikel-partikel itu karen atas kehendak
Yang Maha Kuasa, tanpa asal mula dan tanpa bahan untuk membautnya, akan tetapi
bisa membentuk segala bentuk yang beraneka ragam, merah, kuning, hijau, hitam
dan sebagainya.
Apakah ahay-cahaya itu bisa
menjelma menjadi suatu bentuk yang tergelar karena terkena Kalimat Tuhan? Apakah
ada dasar atau dalil yang menguatkan pendapat tersebut? Harap di rasakan dasar
petunjuk Tuhan di bawah ini, kemudian juga seperti apa yang disampaikan oleh
Pujangga Besar Tanah Jawa, Rongga
Warsita, sebagai berikut :
(s) Qur’an Surat ke 42, surat
As-Sajdah ayat 11 : Kemudian Allah mencipta langit, yang ketika itu bagaikan
Asap, kemudian tuhan berkata kepada Langit dan Bumi : Turunlah kalian berdua,
dengan patuh atau terpaksa!” keduanya berkata : Kami patuh.
(ss). Ronggawarsita : (Sumber
dari Wiri Hidayatjati) Nukat Gaib, setelah terkenaka Kalimat Allah, kemudian
BERGETAR, Bergetarnya Nukat Gaib kemudian menimbulkan : Roh Idlafi, yaitu Cahaya Jernih Yang
memancar, bercahaya terang – Yang kedua disebut Roh Sejati, yang menjadi
bayangan dari Dzat Sejati.
Roh Idlafi bergetar – dan
getarannya memunculkan 5 jenis cahaya, yaitu Cahaya Hijau, Putih, Kuning, Merah
dan Hitm. (19).
5 Macam cahaya itu selalu
bergetar. Dari Getaran cahaya 5 macam itu menjadi Jasad Kasar beserta
kelengkapannya, dan atas pengaruhnya itu menjadi wujud RAGA kasar dan halus,
yang mempengaruhi Raga kita ini, sehingga bisa bergerak dan berfungsi ... dan
sebagainya.
Perintah tuhan serta makna dari
Wirid Hidayat Jati, akan penulis uraikan menggunakan ilmu yang lain sebagai
berikut :
Menurut pendapat para Sarjana,
Pada jaman sebelum adanya sesuatu, alam raya ini penuh dengan bahan-bahan.
Jangan lupa, ADANYA manusia itu setelah Langit dan Bumi ini ada, artinya :
Setelah syarat untuk hidup itu lengkap.
Ganti cerita tentang
“bahan-bahan” yagn disebut Nebula atau partikel, itus sebenarnya di jaman
sekarang pun masih ada. Sehingga profesor Einstein bisa menemukan dalil tentang
unsur dari yang ada. Diceritakan, bahwa partikel-partikel itu tidak hanya
mengandung daya dan gas-gas seperti
atoom dan sebagainya, itu saja, justru merupakan Inti atoom atau yang menjadi
inti dari segala “benda” (Unsur-unsur elektronik). Partikel-partikel itu akan
mudah terlihat jika ada Gerhana Matahari. Di lingkaran gerhana (Matahari yang
sedang gelap itu) dan di langit yang sangat jauhnya (memancar mengelilingi alam
raya) maka akan bisa dilihat ada sebuah bentuk yang lengkap, yang persis
seperti yang dikatakan oleh Ronggawarsita di atas.
Akantetapi kita hanya bisa
menyebutkan, bahwa semua yang ada itu berasal dari Noor (cahaya). Seperti yang
sudah diterangkan di Wirid di atas, yang berasal dari Maha Kuasa-Nya Tuhan yang
Maha Mengetahui, kemudian Cahaya atau an-noor yang bermacam warna itu DICIPTA
dan seketeka JADI apa yang dikehendaki-Nya,
yaitu menjadi langit beserta seluruh isinya dan menjadi Bumi beserta seluruh
isinya.
Ketahuilah; kejadian yang seperti
itulah hingga menjadi adanya jasad kasar dan halus. Contoh dari yang kasar
adalah : Jasad Hewani, tumbuh-tumbuhan, yang juga disebut Keadaan yang kasa
(Alam), serta keadaan kehalusan (Alam). Demikian juga tentang Roh, ada yang
disebut Roh Jernih, dan roh hewani, dan tidak ketinggalan pula tempat dan
keadaannya. Roh Halus (bening) bertempat di alam LAHUT atau alam Cahaya
(Alam-alam yang jernih itu disebut dengan sebutan Alam MALAKUT dan JABARUT, di
dalam bahawa Wayang disebut KAHYANGAN, yaitu alam Para Dewa). Roh Hewani
menempati tempatnya sendiri, ALAM NASSUT yang disebut Alam dari NAFSU atau Alam
BARZAH! (20).
Sekarang kembali membahas tentang
penciptaan Jin yang berasal dari Api yang panas! Penjelasannya adalah sebagai
berikut : Oleh karena sebelum adanya langit dan bumi oleh tuhan diciptakan
terlebih dahulu adalah Noor (cahaya-cahaya), maka kemudian dari cahaya-cahaya
itu menjadikan adanya tanda-tanda yang menunjukkan adanya Tuhan itu sendiri
yaitu berupa makhluk-makhluk yang bersifat halus yang disebut Malaikat dan Jin.
Ketahuilah, bahwa cahaya-cahaya itu juga dikuasai untuk menjadi apa yang
dikehendaki-Nya. Di depan sudah diurikan, bahwa getaran cahaya itu menjadikan
bentuk yang beraneka ragam, maka tidak ragu lagi bahwa bahwa asal mula yang
menjadi Jin itu adalah dari jenis cahaya yang disebutkan paling akhir, yaitu
cahaya yang berwarna Hitam! (19).
Tentang kata Hitam itu, dunia
sudah mengakui, bahwa siapa yang ketemptan atau memilikinya, kadang-kadang akan
memilki sifat-sifat yang keras hati, fanatik, ada yang menjadi ahli sihir dan
sebagainya. Yang di dalam bahasa asing disebut ZWARTE MAGIE (Daya Hitam), dan
yang sebaliknya adalah WITTE MAGIE (Daya putih, suci, jernih) yang
masing-masing jenisnya memiliki keyakinan (tujuan) sendiri-sendiri. Daya hitam
akan mengabdi dan menuhankan Jin, dan perewangan (bersahabat dengan mahluk
halus), daya suci, jernih, mengabdi dan menuhankan Allah.
Sehingga perintah dari dalil yang
mengatakan : Jin itu dicipta sebelum adanya manusia” hal itu memang sudah
benar, yaitu yang berasal dari getaran cahaya-cahaya. Sehingga bisa
direnungkan, terciptanya alam dunia beserta seluruh isinya itu terbagi menjadi
dua golongan, golongan makhluk-makhluk halus yang alamnya juga halus (gaib),
dan makhluk-makhluk kasar, badan kasar, yang alamnya juga alam kasar, yaitu
manusia. Jangan salah dalam memahaminya, manusia yang disebut luhur atau
sempurna itu, sebenarnya : Berasal dari anasir-anasir cahaya yang bermacam-macam
( Semua manusia ketempatan, sehingga manusia di kodratkan bisa memahami alam
Jin dan bisa melihat Jin). Sehingga Jin itu adalah sebuah masyarakat yang
adanya berasal dari Noor yang bersifat rendah sendiri (19). Oleh karena mereka
itu adalah masyarakat, sehingga Jin mempunyai kebudayaan, dan memiliki bahasa
sendiri-sendiri menurut kehendak Tuhan. Jin itu juga bisa salah dan bisa benar
(IV.3).
D. APAKAH JIN ITU MENCARI ILMU
YANG BANYAK?
Sebagai bukti bahwa Jin itu
bermasyarakat adalah Dalil Qur’an 46, Surat Al-Ahqaf ayat 29, 30,31,
menjelaskan :
III. Perhatikanlah, ketika KAMI
telah mengijinkan kamu, Ya Muhammad, melihat segolongan bangsa Jin yang sedang
mendengarkan QUR’AN, ketika hadir di
dekatmu. Jin-Jin itu kemudian berkata-kata dengan teman-temannya : Dengarkanlah
Qur’an ini dengan sungguh-sungguh. Ketika Nabi Muhammad telah selesai
membacakan Qur’an, kemudian mereka memberitahukan kepada kaumnya, serta berkata
dengan keras : Wahai para sahabatku Jin semuanya, memang benar lah, aku sudah
mendengar sendiri bunyi Qur’an (Kitab); yang diturunkan setelah Nabi Musa, dan
membenarkan Kitab-Kitab yang dahulu-dahulu.
IV. Hadits Buchari,s ebagai
berikut : Sabda Nabi Muhammad yang diceritakan kepada sahabat Abu Hurairah : “Sesungguhnya Ifrit-nya
(Sengaja menggoda) bangsa Jin, tadi malam kami diludahi, hanya untuk menggangu
ketika aku sedang shalat! Ingsun diijinkan oleh Tuhan bisa menangkapnya, dan
akan Ingsun ikat di salah satu tiang Masjid, agar supaya kalian semua bisa
melihatnya. Kemudian Ingsun teringat Doa sahabt Ingsun yaitu Nabi Sulaiman :
“Ya Allah, ampunilah aku, dijauhkan dari tempat yang tidak pantas.” Kemudian
jin itu saya usir.” Demikian lah cerita dari Abu Hurairah di hadits Buchari
nomor 274.
Melihat maksud dari Dalil di atas
(III), Jin itu juga mencari Ilmu seperti halnya manusia. Mengenai ukuran
tentang umur, bahwa adanya manusia itu setelah Nabi Adam. Sedangkan Jin itu,
adanya adalah sebelum manusia itu ada. Menurut dalil tersebut, salah satu dari
jin yang sedang mendengarkan ketika Nabi sedang membacakan Al-Qur’an, maka Jin
tersebut bisa mendengar dan bisa mengerti. Silahkan ditelaah, ketika Jin itu
sedang mendengar ketika Niba membacakan Al-Qur’an, maka Jin itu sudah pernah
membaca Kitab Nabi Musa as. Bisa dihitung, berapa tahun antara Nabi Musa as.
Dan Nabi Muhammad saw. Jin yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, kemudian
menceritakan kepada teman-temannya, sehingga menjadi semakin jelas, bahwa
Golongan Jin itu senang Ilmu (Mencari pengetahuan)! Jika demikian, keterangan
yang jelas tentang keberadaan jin itu, yang pertama : Kita harus mengakui bahwa
Tuhan itu Maha Pandai, karena hanya dari cahaya saja, bisa dicipta dengan
menggunakan Kalimat KUN FAYAKUN, menjadi golongan Jin, yang kedua : Bentuk Jin
itu juga mempunyai TELINGA, dan hati, mulut dan kaki, yang penting Bisa
berusaha, bisa memilih pengetahuan dan bisa memperhatikan pengetahuan (Ingat
dan lupa) : Terbukti dengan Ingat kepada isi dari Kitab Nabi Musa as. Yang
sudah beratus tahun umurnya. Sedangkan yang mengherankan : Masyakat Jin itu
adalah tergolong masyarakat Gaib, maksudndya : Sebagai Tanda saksi, bahwa Tuhan
itu Tidak pernah kekurangan sesuatu apa pun.
Silahkan sekarang bandingnkan
dengan kisah di dalam Hadits dan Qur’an itu, sebagai berikut : Qur’an
menjelaskan, ketika Nabi Muhammad membacakan (mengaji), Jin-jin mengelilingi di
sekitar tempat duduk Nabi, artinya Nabi Muhammad itu mengatahui sendiri.
Sedangkan para sahabat Nabi tidak ada yang melihatnya, kata lainnya adalah :
Orang lain tidak melihatnya, yang dilihatnya hanya salah satu di antara
orang-orang itu! Demikian juga yang dicertikan di dala hadits tersebut (IV),
yang intinya, kurang lebih adalah sebagai berikut :
Pertama : Jin itu bisa meludahi kepada orang
yang sehat segar bugar, seperti kepada Nabi. Yang kedua : Jika mau
melakukannya, Jin itu itu bisa diikat, ditempatkan di tiang. Hal itu mengandung
makna : Bahwa jin itu sedang menampakkan dirinya = berbadan kasar. Sebagai
buktinya adalah jin itu bisa meludahi, bisa berlari-lari, menyerupai persis
seperti manusia sehingga bisa diikat, atau menampakkan diri dengan bentuk yang
menakutkan, yang terpenting bahwa jin itu mempunyai bentuk – punya wujud, akan
tetapi orang lain tidak bisa melihatnya. Kemudian muncul pemikiran, sebagai
berkut : Mengapa bisa menghilang, bisa berbadan kasar. Bagaimanakah
penalarannya, apa harus percaya begitu saja, apakah manusia harus kalah oleh
makhluk Jin? Dan mengapa manusia itu tidak bisa melihat Jin, jika pun bisa
melihatnya, itu sangat jarang sekali yang bisa.
Di dalam Ilmu Syihir, klenik, atau
perguruan ilmu batin : Ada sebuah pendapat, bahwa Jin itu tercipta dari
sisa-sisa dari cahaya yang sudah menjadi mahluk. Oleh karena hanya sisa-sisa,
sehingga disebut cahaya gelap. Cahaya hitam gelap itulah yang sebenarnya yang
oleh Tuhan dicipta menjadi : Jin, Gadharwa, Tetekan, Tuyul, Thong-tong sot,
Wewegombel, peri dan sebagainya. Soal nama-nama tersebut bukan menjadi masalah.
Karena yang terpenting adalah : Harus meyakini tentang adanya alam Jin dan
masyarakat Jin. Ketahuilah bahwa derajat tingkatan di dalam alam jin itu tidak
berbeda dengan tingkatan manusia dalam bermasyarakat. Ada yang berderajat
rendah (dari keturunan rendah), Golongan Jin tingkat tengh-tengah, dan golongan
Jin tingkat luhur. Sedangkan ujud dari Jin, akan penulis beri contoh sedikit,
yang berasal dari pengalaman, sebagai berikut :
3.2.3. 1). Golongan Jin Rendahan
itu mirip dengan golongan manusia primitif kebudayaannya, berwajah jelek,
banyak benjolannya, berambut sedikit, pipi-nya besar sebelah, rambutnya
digelung menyerupai ekor kuda, hidung besar berwarna merah, berdagu besar
mengarah ke depan, berkulit kemerahan agak kehitaman. Sedangkan yang
menakutkan, matanya ada yang hanya satu, sedangkan yang matanya lengkap, namun
tempatnya asal-asalan saja. Yang bisa melihat, dan menakutkan bagi yang
melihatnya. Dan bisa juga itu adalah jenis Jin perempuan. Sedangkan yang
laki-laki, tingginya tidak terlalu pendek, kadang-kadang kecil dan pendek,
kadang-kadang tinggi besar, wajahnya bagaikan rumah lebah banyak lobangnya,
mulutnya kecil dan seolah mengejek. Singkatnya adalah serba buruk.
3.2.3 2). Golongan Jin bangsawan
atau luhur, itu tidak ada bedanya dengan manusia, pakaiannya serba indah. Jin
wanitanya memiliki sayap, jika cantik, sangat cantik, jika tampan, sangat
tampan, jika bepergian menggunakan kendaraan yaitu kuda terbang, angsa terbang,
burung yang sangat besar dan sebagainya, serba mengagumkan.
Jin itu berasal dari cahaya,
alamnya adalah alam cahaya, tempat tinggalnya disebut alam Astraal, yaitu (20)
alam bagi nafsu (barzah). Sedangkan cara untuk bisa melihat Jin itu, kita
sebagai manusia harus berusaha agar bisa memiliki caranya yang bisa digunakan
untuk bisa melihat Jin! Tentang hal itu, di sini tidak diuraikan, karena jika
salah dalam memahaminya, akan mengakibatkan tidak baik.
Kenyataannya, sejak jaman dahulu
hingga jaman computer sekarang ini, belum ada alat buatan manusia yang bisa
digunakan untuk melihat Jin. Namun atas sifat Maha Murah Tuhan, manusia diberi
perlengkapan yang bisa digunakan “untuk mengetahui” Jin dan beserta alamnya.
Oleh karena berkumpulnya ccahaya yang bermacam-macam, seperti : Cahaya hijau,
kuning, putih, biru dan sebagainya .... (Jin dicipta dari cahaya hitam) dan
manusia juga mendapat pengaruhnya dari cahaya-cahaya tersebut, sehingga jika
bisa menyatukan cahaya-cahaya itu : Yaitu hiam dengan yang hitam, itu sama saja
bertemu dengan tamannya. Sedangkan caranya itulah yang harus kita cari.
ooOOOoo
Segala keadaan yang bagaimanapun
juga, itu ada penyelarasnya (resonansi). Artinya : Jika diibaratkan sebuah tenaga,
ada “benda” yang bisa digunakan untuk mengukur kekuatan tenaga tersebut.
Umpamanya adalah sebagai berikut : Rumah kaca/jendela, itu belum bisa diketahui
ketebalan kacanya. Kemudian ada mobil di depan rumah, jika kaca jendela itu
bergetar, itu sebagai tanda bahwa getaran mesin mobil itu yang menyebabkan bergetarnya kaca
(Resonansi atau daya yang sesuai getarannya). Jika da petir yang resonansinya
sama dengan kaca itu, atau petir sebagai alat pengukurnya bagi kekuatan kaca, artinya, walau pun
getarannya satu jenis (resonansi) Petir
itu lebih kuat dan menang dayanya.
Sehingga, walau pun hanya satu ledakan petir, akan tetapi bisa menembus daya
kekuatan kaca. Untuk lebih mudahnya : Getaran petir mempengaruhi kaca sehingga kaca ikut bergetar. Oleh karena
tipis/tidak kuat daya kekuatannya, maka akan menjadi pecah.
Oleh karena kata resonansi di
dalam bahasa ilmu hakekat tidak ada serta tidak cocok, sehingga di sini kata
tersebut diganti dengan kalimat : Penyelarasan daya atau disingkat dengan kata
: Penyelaras.
Oleh karena manusia itu juga
mengandung Cahaya kegelapan, dan bisa menyatu dan bisa dikeluarkan, di sini
menurut pendapat pribadi maka bisa digunakan untuk melihat golongan Jin beserta
alam jin. Uraiannya adalah sebagai berikut : Manusia itu memiliki daya panas
(orang yang sehat suhu badannya sekitar 36,8 C) yang disebut temperatuur. Oleh
karena jin itu berasal dari cahaya yang juga mengandung panas, sehingga untuk
bisa mengetahuinya, maka manusianya yang harus menyelaraskan diri menyesuaikan
dengan panasnya Jin. Cara melakukannya adalah : Harus mengurangi makanan yang
mengandung garam sekitar 40 hari. Maksudnya adalah : Melakukan yang seperti itu
bertujuan untuk mengurangi panas badan. Jika bisa berhasil, maka suhu badan
akan semakin turun sehingga bisa menjadi dinign! Jika sudah dingin (bukan
dingin bagi orang yang sedang sakit) itu kadang-kadang bisa berjumpa dengan
Jin, karena daya suhu badan Jin itu sekitar 33 derajat Celsius atau bahkan
kurang, sedangkan manusia itu bisa menyelaraskan dengan cara tidak makan garam,
hingga panas badan kita bisa selaras dengan keadaan alam Jin, Karena sesuai
itulah maka akan menjadi selaras atau bisa berjumpa! Sering terjadi bagi anak
kecil atau orang yang sudah tua, yang kadang-kadang tanpa sengaja bisa berjumpa
dengan Jin, itu sebagai tanda : Bahwa Jiwa manusia itu bisa selaras dengan jiwa
Jin.
Yang sering menampakkan diri itu
adalah golongan Jin yang sudah mempunyai ilmu menyelaraskan raganya dengan alam
manusisa, sebagai buktinya, tidak setiap Jin
akan memperlihatkan diri (penampakan). Jika dipikir, manusia yang ingin
bisa berjumpa dengan Jin itu adalah membuktikan bahwa untuk bisa menjumpainya
itu jika raganya atau jiwanya DIPAKSA. Maksudnya adalah : Oleh karena
ketinggian derajat manusia itu, maka justru tidak bisa melihat Jin. Artinya :
Dzat atau sipat manusia itu tidak bisa tertembus oleh alam Jin, dan sebagai
sarana bahwa manusia itu lebih kuat dibanding dengan Hijab dari Jin. Contohnya
adalah sebagai berikut : Sipat manusia yang pilihan itu berasal dari Sifat
Duapuluh, di situ ada sifat yang yang selalu berfungsi bisa melihat, walau pun
manusianya itu sendiri hancur menjadi debu sekali pun, yang disebut sifat
Basyar (Melihat). Jika manusia itu sedang tidur, sifat basyar itu tetap
memfungsikan diri, maka akan menjadi mimpi! Pada intinya : penghalang yang
menutupi sifat-sifat kita ini sedang tidak aktif, sehingga sangat sering bahwa
orang yang sedang tidur itu bertemu dengan golongan yang menakutkan dan
menjijikan, yang di alam sadar itu tidak ada yang menyamainya. Hal itu artinya : Jiwanya sedang selaras
dengan alam Jin.
Mengulan tentang golongan Jin :
Oleh karena golongan Jin itu mempunyia
masyarakat (Rendah, tengah-tengah dan luhur), sebenarnya jika untuk saling
mengungguli tentang kebudayaannya itu, yang lebih unggul seharusnya golongan
Jin dibanding dengan manusia, karen lebih banyak pengalaman hidupnya dan karena
lebih panjang umurnya! Bagi Jin yang ber-ilmu, itu tidak berbeda dengan
manusia. Jika manusia menginginkan untuk bisa menghilang, berganti menjadi pria
atau wanita, kadang-kadang dibela dengan mencari mencari ilmu ke mana-mana!
Demikian juga halnya dengan Jin, jika mempunyai kehendak untuk memiliki raga
seperti makhluk manusia. Sehingga jika bertemu dengan Jin keti siang atau malam
hari itu, biasanya berjumpa dengan Jin yang agak tinggi jiwanya. Untuk
membuktikan bahwa Jin itu bermasyarakat dan memiliki kebudayaan, kita harus
menelaah isi dari Dalil di depan : Surat Ar-Rahman ayat 31 : “Wahai manusia dan
Jin, kami akan menimbang (menghisab) banyak sedikitnya amal kalian.”
Ada pemikiran : Mengapa hingga
Jin dan manusia! Jika demikian, Jin itu memiliki salah dan melakukan amal
shaleh!” Hal itu tidak usah ditafsiri dengan panjang lebar, yang ternyata kita
manusia dan jin itu, walau pun berbeda alam, tetap di timbang amalnya. Artinya
: Yaitu di alam kuburnya masing-masing, sebagai berikut, yaitu yang merasakan
akibat dari bekas yang menempel di jiwanya. Jika demikian, maka sangat jelas,
bahwa Jin itu mempunyai kelompok masyarakat, juga berumah tangga seperti halnya
manusia. Jawabannya : BENAR! Hanya alamnya saja yang berbeda! Walau pun
demikian, jiwa dan kisah hidup Jin itu juga mengalami proses tindakan dari
sedikit demi sedikit menuju kepada kesempurnaan hidup (Evolusi Jiwa). Adanya
yang demikian itu, ddikarenakan Jin dan manusia
sama-sama memiliki dan melakukan kesalahan. Hanya saja. Keanehan dunia,
hingga sekarang ini belum ada jawaban yang tepat : “Apakah sebabnya ada makhluk
yang bernama Jin dan Manusia? Yang sudah jelas itu adalah : Perbedaan Syetan dan
Jin, Syetan itu tetap tidak bisa mati, akan tetapi Jin itu Bisa mati.
Menurut pendapat para Theosofi,
alam jiwa kita ini terbagi, sebagai berikut :
3.2.4. aa. Alam Manaas (Mentaal).
bb. Alam Manaas rendah (Suasana
alam pikiran).
cc. Alam Kama – Alam hasrat dan
keinginan diri, nafsu (Astraal, Barzah) (20).
Alam-alam yang tersebut di atas
itu sebenarnya MASIH BISA DIBAYANGKAN, dan bisa disaksikan menggunakan
Indra-indra (Pancaindra). Ilmu yang lainnya yang disebut Ilmu Jiwa, manusia itu
dipengaruhi oleh gerak dari pikiran-pikiran, yang tersebut di bawah ini :
dd. Rasa ingat – akibat
perbuatannya adalah selalu sadar, yang dalam bahasa yang lain adalah BEWUSTZIYN. Yang dalam Bahasa Indonesianya
adalah : KESADARAN DIRI.
ee. Tempremanent – akibat yang
ditimbulkan adalah selalu memperlihatkan Getaran Nafsu (Kadang ingat, kadang
tidak), yang dalam bahasa yang lain ONDERBEWUSTZIYN, itu adalah sama dengan
alam Kama di atas (3.2.4.cc) alam PENASARAN.
Di dalam bahasa Theosofi juga ada
golongan makhluk Gaib yang disebut MAKHLUK HALUS atau disebut Elementalen.
Disebut dengans ebutan yang demikian, menyadari bahwa alam nyata ini
terbagi-bagi menjadi yang kasar dan yang halus : Sehingga Golonga makhluk Halus itu adanya adalah sesuai dengan
TEMPAT dan KEADAANNYA. Contohnya : Golongan Kemamang (banaspati) itua dalah
sebutan mahluk halus di Jawa yaitu yang berasal dari API. Golongan mahluk halus
yang lainnya terbagi menjadi 5 macam : 1. Yang berasal dari angkasa, bertempat
di angkasa; 2. Yang berasal dari angin, bertempat di hawa; 3.Yang berasal dari
api, bertempat di api; 4. Yang berasal dari air, bertempat di air; 5. Yang
berasal dari tanah atau kotoran, bertempat di bawah lutut (Tuyul, dan
sebagainya). Sedangkan yang diperbuatnya itu pun berbeda-beda menurut
keadaannya, contohnya : Makhluk halus yang bertempat di air, perbuatannya
adalah NGAPAL – Menjadi KALAP dan sebagainya.
ooOOOoo
Jika semua itu di telaah
menggunakan ide yang jitu, walau pun Qur’an sekali pun, tidak menjelaskannya,
akan tetapi entah mengapa para ahli dan para Pujangga Tanah Jawa meyakini
adanya anasir-anasir yang menjdi sebuah wujud mahluk gaib itu? Jika dinaikkan
lagi serta meneliti Maha Agung-Nya Tuhan, maka kesemuanya itu masuk akal,
karena makhluk-makhluk itu adalah Bukan makhluk yang sempurna. Maksudnya adalah
: Salah satu jenis dari anasir itu bisa dijadikan makhluk menuruk kehendak Tuhan! Dikarenakan
menyatunya anasir-anasir yang tersebut di atas : Justru menjadikan adanya
Manusia! Sebab yang demikian : Allah itu bisa menciptakan cahaya kemudian dicipta
menjadi Jin. Apakah selain menciptakan cahaya itu, tidak bisa? Dalil ini
mengandung maksud. Bahwa Tuhan itu bisa menciptakan apa saja, entah menggunakan
anasir api, entah menggunakan anasir air dan sebagainya. Jika direnungkan :
Mengapa menciptakan manusia itu berasal dari tanah?
Oleh karena semua alam-alam yang
ada itu sebenarnya adalah alam kita pribadi, sehingga untuk bisa kita
mengetahuinya jika kita mau mendalami unsur dari hati diri kita
sendiri-sendiri, sebagai berikut :
1. Alam manas atau mentaal, itu
sebenarnya adalah alam makhluk luhur, yang rupa dan bentuknya baru bisa kita
lihat dengan menggunakan batin. Dikisahkan yang bertempat di tempat itu adalah
para Malaikat yang berjumlah 12, tindakan nyatanya adalah Keheningan.
2. Alam dari manas rendah : Yaitu
yang disebut alam pikiran, artinya : Gerak dari pikiran itu dalam merangkainya
adalah di manas rendah, yang bergeraknya : Bahwa semua hasil dari pikiran itu
belum tentu bersih datau belum tentu benar, dalam memikirnya masih
tercampur-campur/ke sana ke mari tidak karu-karuan. Sebagai buktinya, kita ini
sering mengalami gerak dari pikiran yang dalam menguraikannya masih
berubah-ubah : Sekejap memikir Jakarta, sekejap memikir laut dan sebagainya.
3. Alam Astral : Itu adalah alam
dari nafsu, dorongan dari hasrat dan keinginan diri. Terlihat nyata ketika kita
sedang bermimpi. Mimpi itulah sebenarnya gerak dari hawa napsu yang
bermacam-macam. Yang di sebut dalam bahawa Ilmu Hakekat itu adalah Alam Barzah,
dan selalu aktif walau pun manusianya itu sendiri sedang tidur – mati – hancur
dan sebagainya. Asalkan raga masih terikat oleh hasrat keinginan diri : Getaran
alam astraal atau alam kubur itu, memberi bekas di jiwa. Jiwa manusia dan jiwa
Jin itu sama saja. Oleh karne itu daya dari hasrat keinginan diri yang sangat
kuat, sehingga disebut alam hewani. Ketika kita sedang melihat getaran dari
alam astraal itu, kadang-kadang merasa takut. Maka ketika tidur akan sering
mengigau atau Tindhihan (21).
Semua keterngan di atas itu bukan
sebuah cara untuk melihat Jin atau melihat alam gaib. Sedangkan yang bisa
mengetahuinya adalah dari Sifat BASYAR, yang jika bisa melepaskan diri dari
penghalangnya (Hijab, dinding jalal), maka barulah bisa melihat segala yang
ghaib. Akan tetapi jika daya getaran dari Basyar itu kalah oleh daya kekuatan
jiwa dari Jin, kadang-kadang yang menjadikan manusia itu sendiri menjadi takut,
tidak suka, yang kemudian menyebutnya bahwa itu adalah Hantu.
Sekarang sudah jelas, bahwa alam
berserta jin-nya itu sendiri BUKAN HANTU, bukan golongan yang membuat
kerusakan, akan tetapi hanya bertempat dan suatu bangsa hanya saja berbeda
alamnya. Jika dipikir, justru lebih membahayakan manusia dibanding dengan Jin,
karena manusia itu sebenarnya jika sudah terkena oleh pengaruh Nafsu, maka akan
melebihi hewan dan Jin, yang justru berbahaya bagi masyarakat umum. Berbeda
dengan Jin, bahwa di dunia ini tidak ada yang mempunyai musuh Jin, asalkan
tidak mengusilinya.
Wirid Hidayat Jati juga
menyebutkan, alam-alam rasa sebagai berikut :
4.1.1.
a. Alam Nassut, yaitu alam jasad
(badan).
b. Alam Mala’qut, yaitu alam Roh,
atau nyawa.
c. Alam Jabarut, yaitu alam Rasa.
d. Alam lahut, yaitu alam Cahaya
(Nur – Nurullah).
Janganlah salah paham, itu bukan
perbuatan dari alam pribadi, akan tetapi itu adalah Sifat dari Dzatullah, yang
diberikan kepada manusia.
Di atas sendiri sudah dijelaskan,
bahwwa alam Nassut itu adalah alam raga, artinya, sifat dari Jasad, yaitu yang
perbuatannya HANYA KEBUTUHAN LAMBUNG! Diri kita ini memiliki sebuah bagian dari pikiran yang geraknya sangat cepat,
artinya : Jika ketanggor sesuatu yang ada di depannya, maka pikiran mendapat
kesan gambaran dari sesuatu itu, sehingga memunculkan bayangan-bayang yang
menumbuhkan rasa ingin. Oleh karena alam astraal itu sebagai gedung dari dari
pikiran yang sangat cepat atau berbafsu, maka gerak perbuatannya hanya seperti
itu selama-lamanya, sebelum jiwanya menjadi bersih (tenang). Sehingga pikiran
yang bergerak cepat atau bernafsu adalah penduduk bagi alam astraal. Sehingga
pikiran itu (penduduk alam astraal) yang tetap berfungsi, walau pun manusianya
sudah meninggal dunia.omor 1 s/d 3 di atas), sehingga sifat melihat itu
didpengaruhi oleh di mana dia bertempat. Artinya : Jika bertempat di nomor 1,
maka daya penglihatannya itu bersifat jernih dan bijaksana, bisa memahami
segala ibarat, sasmita, wangsit, dan sebagainya. Yang disebut Waskitha,
(mengetahui sesuatu yang belum terjadi). Jika sifat basyar itu bertempat di
nomor 2, maka bersifat mudah paham, cerdas, pinter, mudah mengingat. Dan
keteika menempati nomor 3, maka bersifat pelan, bodoh, pelupa, yang
kadang-kadang akan menjadi manusia yang bersifat murka.
Pada bagian nomor 3 atau alam
Astraal (pikiran pelan) itulah yang sebenarnya yang sering beresonantie .. atau
di dalam bahasa ilmu Hakekat, itu adalah Selaras sehingga bisa menyatu masuk ke
dalam alam Jin atau elementalen. (21). Artinya, ketika sedang berjumpa, yang
berarti daya getar dan temperatuur-nya sama. Berbeda dengan alam yang di nomor
1, itu bisa melihatnya adalah ketika dissuruh melihat oleh yang memilikinya,
yaitu oleh manusia sempurna, para ahli Ma’rifat.
E. APAKAH NAFSU ITU ADA
HUBUNGANNYA DENGAN ALAM JIN?
Apakah hanya bayangan pikiran?
Contoh di bawah ini berbeda
dengan contoh pada huruf A hingga G di depan. Sedangkan yang benar-benar
terjadi dan banyak yang mengalaminya itu, adalah sebagai berikut :
4.1.2. Ketika sedang tidur kita
ini sering mengalami Tindihan, berteriak-teriak, merasa melihat “Sesuatu” yang
menakutkan, hewan, manusia dan sebagainya, yang ujudnya tidak pada umunya. Yang
kadang-kadang menjerit-jerit minta tolong, Jika bisa terbangun sendiri, badan
terasa kelelahan dan jantung berdetak keras! Bahkan tidak hanya itu saja, ada
yang justru menggelikan, sedang tidur tapi berjalan-jalan, dan bisa kembali
pulang ketempatnya dan tidur lagi (21
nomor 3).
Yang di desa itu disebut
mbangkong! Menurut perasaannya, dia itu diangkat oleh makhluk yang tinggi besar
dan hitam yang sangat menakutkan, bertangan besar, halus, dingin, dan berambut
acak-acakan. (21).
Menurut hukum kodrat, air itu
untuk bisa mengalir ke atas dengan cara dipompa, artinya adalah dengan cara
dipaksa, karena kodrat dari air itu adalah mengalir ke bawah. (22). Demikian
juga, tidak ada barang apa saja yang memliki berat, itu tidak bisa terbang,
jika tidak dikendalikan atau terkena suatu kekuatan untuk menerbangkannya.,
atau semua benda yang berat, walau pun hanya sebesar butiran pasir, tetap tidak
akan bisa terbang ke angkasa (22). Demikian juga halnya dengan burung, untuk
bisa terbang itu karena menggunakan alat yang bernama SAYAP. Sedangkan jika ada
sessuatu yang menyimpang dari aturan di atas, contohnya, badan kita tiba-tiba
bisa berpindah tempat, mbangkong dan sebagainya, hal itu pasti ada yang
MENGENDALIKAN! (21).
Dorongan nafsu itu, walau pun
manusianya itu sudah meninggal dunia atau pun belum, itu SAMA saja. Apalagi
sukma-sukma yang terkena bekas angkara murka ketika di hidupnya, hal itu ketika
sedang gentayangan maka Daya pengaruhnya bisa Menggerakkan alam Astraal
(Barzah). Lihatlah di Wedaran Wirid Jilid I, agar bisa berhenti diam, yang
berarti sudah tercapai apa yang menjadi keinginannya, jika sukma gentayangan
itu menjadi benalu, hinggap, menyusup, atau menyukma kepada makhluk jenis lain
atau suatu benda. (6). Menurut hasil penelitian Ilmu Jiwa, nafsu itu lebih
besar dibanding dengan alam-alam pikiran di nomor 1 dan nomor 2, (Mentaal dan
manas rendah – pikiran) : Yang diperbuatnya kadang-kadang hanya menuruti hasrat
keinginan nafsu, yang tidak pernah merasa puas! Contohnya adalah :
,Pada suatu hari, pada suatu
siang ketika saya baru pulang dari sawah, tirlihat di meja sudah ada hidangan
yang lengkap. Namun ketika itu saya sangat menginginkan “lauk sambal kacang”
akan tetapi di atas meja tidak ada. Rasa keinginan saya tidak bisa saya tahan,
kemudian terlihat di dalam bayangan :
“Betapa nikmatnya jika bisa terpenuhi makan dengan lauk sambal kacang, dengan
lalapan kol.” Kemudian hatiku menjadi ragu-ragu, makan tau kah tidak? Sebab
yang pertama adalah : Ada sambal kacang, namun tempatnya jauh, yang ke dua :
Udara sangat panas dan sudah sangat lapar, Yang ke tiga : Tidak punya uang.
Akhirnya, saya memaksakan diri pergi ke warung untuk berhutang sambal kacang.
Dan berhasil mendapatkannya! Setelah sampai di rumah, dengan lahapnya saya
makan hingga puas! (21).
Ketika saya dedang menikmati
makanan dengan lauk sambal kacang itu, rasa hatiku menjadi tenang, puas,
merasakan bertemu dengan syurgaku. Walau pun harus malu, tetap saya lakukan
untuk mencari hutang hanya sekedar memenuhi tuntutan nafsu ku yang INGIN MAKAN
SAMBAL KACANG! Seandainya saja, ketika saya baru datang itu, nafsuku tidak
bangkit, saya tidak akan dengan susah payah pergi berhutang sambal! Sekarang
semakin jelas sejelas-jelasnya : Badanku dengan berat 48 kg. Itu dipaksa oleh
Nafsuku, untuk mencari hutang yang menjadi hasrat keinginan! Kejadian tersebut,
jika kita rasakan, intinya adalah sebagai berikut :
4.1.2.a.
1. Masih dalam keadaan sadar yang
demikian,apakah tidak bisa menghilangkan gejolak nafsu? Hanya sekedar sambal
kacang saja, apakah tidak bisa ditunda?!
2. Orang yang masih dalam keadaan
sadar yang demikian itu, masih lengkap fungsi pancaindranya, indra perasannya,
dan masih memiliki rasa ingat, masih hidup............. dan sebagainya,
tentunya itu adalah urusan mudah untuk dialihkan dengan menggunakan pikiran yang
lain?! Dan seharusnya itu sangat mudah untuk mengalihkannya .... kan bisa saja
dengan yang lainnya yang bukan sambal kacang! Mengapa kah tidak merasa malu,
mencari hutang sambal kacang yang tempatnya ajauh?
Contoh di atas, silahkan dibalik
dengan cara demikian : Seandainya yang mengalami hal itu adalah orang yang
sedang tidur, seperti apakah reaksinya (akibatnya) ?! Padahal orang yang sedang
tidur itu pancaindranaya, kesadaran dirinya, rasa untuk menyentuh dan
sebagainya ... sedang tidak aktif. Artinya sedang dalam keadaan LUPA! Di atas
sudah dujelaskan, gerak nafsu itu tidak memperhitungkan tempat, waktu, baik
manusia atau pun hewan, Jin dan sebagainya; tidak memperhitungkan keadaan :
mati, tidur, duduk, bangun, makan, tertawa, perbuatannya sama saja! Sehingga
bagi orang yang sedang tidur itu, jawabannya adalah seperti tersebut di atas
itu tadi, dan untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Oleh karena yang sedang berbuat
itu adalah penduduk “Alam Astraal” serta alam astral itu sifatnya adalah
dihiasi oleh Getaran nafsu yag bersifat beru itu, maka kemudian akan
mengakibatkan adanya akibat-akibat : Tidak akan diam nafsu itu jika belum
kesampaian. (6). Lebih jelasnya adalah : Hidup
itu dikuasai oleh nafsu! Artinya : Ketika dorongan nafsu sedang menyala
besar bagaikan nyalanya api, alam-alam di nomor 1 dan nomor 2 (Alam luhur atau
mentaal yang ditambah dengan alam nya Budi daya) sifat keduanya itu kalah daya
kekuatannya – mengalami sendiri atas resonansi dari adanya alam pikiran yang
berjumlah tiga tersebut di atas. Sehingga dua alam itu yang memang fungsinya
bertugas mengingatkan, dan menyimpan ingatan, mempertimbangkan baik buruknya
dan sebagainya – TIDAK BERFUNGSI. Karena kalah daya getarannya!.
Seumpama, ketika itu dua alam itu
bisa menyentuhnya (bisa mempengaruhinya) maka tidak akan terjadi hingga dengan
susah payah berhutang.!
Bagi orang yagn sedang tidur
lelap tanpa bermimpi, walau pun tidak ngelindur, akan tetapi lingkungan Jiwanya
DIKUASAI oleh nafsunya, yaitu getaran alam astraal. Oleh karena ketika sedang
tidur itu, raga sedang tidak aktif, dan juga kekuatannya serta kesadarannya
sedang tidak aktif, padahal oleh karena masih dikuasai oleh sifat dari getaran
alam Barzah, maka akan bisa memindahkan raganya sendiri (berjalan ketika tidur)
dituntun menuju bayangan-bayangan sendiri ketika tidur mbangkrong itu. (21).
Bukan berlaku untuk orang yang
ngelindur saja, walau pun hanya tidur biasa, jika getaran dari alam astraal itu
tidak begitu besar, kadang-kadang dalam tidurnya sering berganti posisi!
Sehingga perbedaanya jika “Masih terjaga, itu masih bisa ditahan; sedangkan
ketika sedang tidur, raga ini hanya patuh saja!
Oleh karena sifat dari Basyar itu
tetap berfungsi serta selaras dengan alam astraalnya (rumah dari nafsu),
sehingga walau pun getaran anfsu itu bisa mengendalikan orang yang sedang
tidur, hingga bisa berjalan-jalan dalam keadaan tidur (mbangkrong), maka di
dalam perasaannya tetap masih melihat sesuatu (bermimpi). Jika sedang dalam
keadaan yang demikian itu, derajat alam astraal terkalahkan oleh As’raal-nya
yang bersal dari kumara-kumara (pengaruh daya) dari yang lain, yang kemudian
terjadi resonantie, yang akibatnya akan melihat makhluk yang sangat bentuknya
sangat menakutkan, yang mengakibatkan berteriak-teriak, mengigau dan
sebagainya, yang disebut juga sama dengan melihat alam Jin, yang sedang lewat
atau tidak sengaja bertemu! Sehingga menurut perasaannya : Seolah-olah ditekan
oleh orang yang hitam yang sangat besar, tangan berbulu, dingin, menakutkan
yang mengajak berkelahi, memindahkan dari tempat semula (4.1.2). Dasar dalilnya
adalah sebagai berikut :
I. Selain raga dari yang tidur
mbangkrong itu tadi dikendalikan oleh Getaran nafsunya (Barzah, Astraal-nya)
juga bisa dikenadilkan oleh
kumara-kumara (kekuatan lain) – (roh jahat yang gentayangan).
II. Pengaruh dari Rasa Ingat
(Rasa jati) dirinya sendiri, tetap masih belum bisa mengingatkan,
menyelaraskan, mengalahkan, sehingga hubungan dengan Indranya hanya antara
sadar dan tidak, sekejap ingat, sekejap lupa, yang pada umunya itu tidak
merasa! Keadaan lupa yang demikian itu menumbuhkan rasa takut,
berteriak-teriak, dikarenakan : Sifat dari Basyar yang ada di diri melihat alam
lain (Jin), atau selaras dengan Astraal lain (beresonantie) yang sangat
menakutkan.
III. Jika mbangkrong akan tetap
berjalan-jalan hingga tersadar, jika tidur terlentang atau miring, akan
berteriak-teriak merasa ada hantu yang menakutkan dan sebagainya.
Demikian penjelasannya, sehingga
ketika berjalan-jalan itu tadi karena dikendalikan oleh getaran alam KAMA.
Keadaan yang demikian itu, ketika orangnya sedang terjaga : Kadang-kadang bisa
melihat JIN – jangan salah dalam memahaminya – bagi orang biasa, ketika melihat
itu juga sedang dikuasai rasa tidak sadar (tidak ingat) sekejap. Bagi sang
pencari untuk bisa melihatnya karena atas perintah guru, artinya diberi “caranya”
untuk bisa digunakan melihat Jin. Di dalam Wedaran Ilmu Hakekat ini, tidak akan
dimuat resepnya, agar orang bisa menangkap atau melihat Jin dan makhluk halus, karena
hal itu selain menyimpang dari kenyataan, juga hal itu bukan cita-cita dari
para ahli hakekat atau Taukhid (Ma’rifat Islam).
Yang terpenting bagi pencari
hakekat, adalah agar bisa mengendalikan nafsu hasrat keinginan diri, mengawasi
yang artinya tidak dibiarkan, tentang hal ini, bacalah Wedaran Wirid Jilid I
saja. Sedikit tambahan, oleh akrena hal ini sikap dari “kalah menang” dari rasa
sadar diri/rasa ingat, pikiran dan nafsu, sehingga jika akan tidur, SENJATANYA
adalah INGAT TUHAN ALLAH (Wedaran Wirid Jilid I).
F. PENJELASAN TENTANG KEJADIAN DI
HURUF A HINGGA G
(Berasal dari apa dan mengapa)