Membuka Tabir Rahasia Dunia dan Tabir Rahasia Ilmu Ketuhanan (Hati-hati menelaahnya, salah tafsir bisa salah memahaminya)
“WEDARAN WIRID
JILID II DALAM BAHASA INDONESIA”
Diterjemahkan dari : SERAT WEDARAN WIRID
JILID II
Oleh : Ki. RS. YUDI PARTOJUWONO
Penerbit : Jajasan ‘Djojobojo” Surabaya,
Cetakan ke II
Tahun : 1964
Penerjemah : Pujo Prayitno
DAFTAR
- ISI
BAB I : PENYEBAB NABI ADAM DITURUNKAN KE DUNIA
BAB II : APAKAH SURGA DAN NERAKA ITU?
A. NARAKA
B. SURGA
C. SURGA/NERAKA APAKAH KEKAL ATAUKAH TIDAK
D. APAKAH DOSA ITU?
SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT
BAB. III DUNIA DAN AKHIRAT
A. KEADAAN AKHIRAT
B. SIAPA YANG MEMANAM AKAN MEMETIKNYA
C. UNTUK APAKAH AKHIRAT ITU?
BAB. IV JIN DAN SETAN ITU APA
BAB. IV JIN DAN SETAN ITU APA
oooooooooooooOOOOOOOOOOOOoooooooooooooooooo
BAB I : PENYEBAB NABI ADAM DITURUNKAN KE DUNIA
(Mana Bukti dan kenyataannya?)
Apakah sebabnya Tuhan
memerintahkan yang demikian melalui Al-Qur’an? “Apakah amal dari ilmu ku sudah
benar? Apakah sudah benar ketika diriku memehami Agama? Apakah Shalatku sudah
diterima oleh Yang Maha Kuasa?” Seperti itu lah pertanyaan-pertanyaan di dalam
hati APA ADANYA dan JUJUR. Kemudianakan
timbul pertanyaan lagi yang bermacam-macam : “dan sesungguhnya, siapakah
yang menciptakan Nabi Adam, yang adanya adalah paling awal? Seandainya aku termasuk orang yang tidak
mengetahui (Buta mata hatiku), seperti
apakah nantinya ketika di akhirat, akan bagaimanakah? Akhirat itu apa? Jika
dipikir maka menjadi buntu, akhirnya terkadang timbul perasaan : “Biar buta
biar tidak ... yang buta adalah diriku sendiri .... berguna untuk apakah harus
menelusurinya? Dalam perasaan merasa mengerti akan tetapi sangat sulit
memahaminya .........!” Demikian lah yang dipikirkan oleh hati dengan sejujurnya,
tanpa ada rasa kesombongan dengan mengaku-aku bisa.
Dikrenakan hal yang demikian,
Buku “Wedaran Wirid Jilid II’ digubah, yang bertujuan memberikan uraian apa
adanya yang berdasarkan Akal Budi. Setelah diterima, silahkan dinaikkan lagi ke
dalam rasa. Karena memang sangat berbahaya, karena mengandung rahasia dunia dan
kita harus menyadari bahwa terbukanya hati kita, walau pun hanya sebesar
“Butrian debu” sebagai ibaratnya, itu sudah dikatakan :TERBUKA MATANYA.
Sehingga sudah bukan termasuk golongan yang “Buta dan Tuli” ketika di akhirat
nantinya.
Dalil yang seutuhnya menerangkan
tentang Nabi Adam serta ajaran wirid-nya, sudah di muat di “Wedaran Wirid I.
Yaitu yang mengandung Rasa “KOSONG”. Untuk lebih jelasnya : Ketika manusia
terlahir ke duni ini, dengan membawa bekal PUSAKA YANG LUHUR, yang berupa
sebagai IBARAT DARI DUNIA. Sedangkan artinya adalah : Bagi makhluk apa saja,
sara KOSONG itu, adalah seperti itu, Kosong dan hampa akan tetapi sebenarnya
adalah HIDUP. Sehingga “Hidup” itu adalah sebagai bekal atau pakaian dari
Kosong, Entah (di rasa), sehingga menjadai tanda bukti bahwa Tuhan itu kemudian
menagih kepada manusisa : “Modal yang ku
berikan kepada kalian, kembalikanlah!”. Ibarat yang demikian itulah yang
menyebabkan nalar dan pemikiran terus mencarinya agar bisa memberi jalan untuk
mengembalikan Hutang kita ini kepada TUHAN.
Jika direnungkan, Apakah yang
kurang dari Tuhan itu? Kita ini sebagai makhluk hidup telah diberi bekal :
Senang, Nafsu, harta benda, ilmu dan sebagainya, hinya tinggal memilih saja.
Akan tetapi sekedar hanya mengembalikan pakaian Kosong saja, di dalam perasaan
seolah sangat kesulitan sekali ?
Jika diibaratakan “Air jernih”
yang kejatuhan satu tetes tinta, untuk bisa menjadi bersih kembali adalah
dengan cara dipisahkan! Cara untuk memisahkannya bisa juga sudah diuraikan di
“Wedaran Wirid Jilid I”, hanya tinggal menerapkan saja dengan menggunkan
kebullatan tekad yang kuat. Mengerti di dunia itu, disebut juga “TERBUKA MATA
HATINYA. Bagaikan seorang ahli yang memahami atas bagian-bagian dari sebuah
alat, sehingga bisa dengan terampilnya menggunakan alat itu untuk bekerja. Hal
itu bisa saja berbeda dengan orang yang pemahamannya hanya didapat dari hasil
membaca saja sehingga hanya AHLI
menerangkan tentang Ilmu Ketrampilan itu saja! Perbedaannya : Sang ahli yang benar-benar
ahli itu sudah bisa membuktikan, sedangkan yang keahliannya di dapat dari
belajar ahli bicara, maka tidak akan menghasilkan pekerjaan!.
Tentang Ilmu yang Khak atau Ilmu
Yang Nyata Adanya, bahayanya sangat besar. Ibaratnya jika seorang Polisi, oleh
karena mengerti atas semua Undang-Undang, Ketakutannya kepda yang WAJIB justru
100 persen. Intinya tidak mau melanggar perintah. Sedangkan bagi manusia yang
sama sekli tidak mengerti, maka jika melanggar, maka hukumannya ringan.
Penjelasan yang sedikit itu,
semoga bisa menjadi bekal untuk mengolah gerak batin menuju kepada tujuan kita
semula, yaitu : Mengembalikan HUTANG kita disampaikan ke Hadapan Allah, agar
supaya ketika kita menghadap-Nya akan bisa diterima “Kembali ke asalnya seperti
ketika terlahir ke dunia”.
Apakah sebabnya mengosongkan hati
(batin) itu sangat sulit? Apakah yang seperti demikian itu sudah menjadi
kodrat, apakah memang disebabkan kita kurang dalam berusaha? Apakah ketika
dahulunya Nabi Adam juga mengalami keadaan yang seperti kita rasakan sekrang
ini? Silahkan, masalah ini di telaah dan direnungkan dengan teliti dengan
kebeningan hati, cocok ataukah tidak cocok , bahwa kita ini sebenarnya masih
sebagai anak cucu Adam dan Hawa.
Sudah menjadi keyakinan orang
banyak yang sudah beratus-ratus tahun lamanya, bahwa ketika jaman dahulu Nabi
Adan dan Hawa itu keduanya hidup di dalam Surga, kemudian kedunya sama-sama
terpengaruh oleh kata-kata rayuan manis Iblis, yang akhirnya keduanya sama-sama
memakan buah “KULDI”. Sehingga untuk selanjutnya, Adam dan Hawa keduanya diusir
dan diturunkan ke dunia yang penuh dengan rasa keinginan yang bermacam-macam,
sehingga berkembang biak dan saling bermusuhan. Juga disebutkan bahwa ketika
meninggal dunia Nabi adam itu meninggalnya ketika berada di Bumi. Keyakinan
yang demikian, bagi para pemeluk Agama Islam
dan juga Kristen sudah sangat meresap ke dalam hati sanubari. Semuanya
sama-sama MEYAKINI atas yang termuat di dalam Kitab_kitab Suci, akan tetapi
dalam menerimanya hanya diterima apa adanya saja. Sehingga hanya percaya saja
atas yang dikatakan dari isi Tulisannya saja. Oleh karena yang demikian itu,
sehingga di dalam buku ini tentang hal tersebut
akan digelar, dengan harapan agar semakin jelas maknanya.
Dalil Tuhan yang tersebut di
QS.VIII Surat Al-A’raf, surat ke 7, ayat 11 hingga 25, untuk dipahami terlebih
dahulu :
11. Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam)
lalu kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katkan kepada para Malaikat
“Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka mereka pun bersujud kecuali Iblis. Dia
tidak termasuk mereka yang bersujud.
12. Allah berfirman : “Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada
Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab Iblis : “Saya lebih baik daripadanya,
Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau iptakan dari tanah”.
13. Allah berfirman : “Turunlah kamu dari Syurga
itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluar
lah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.”
14. Iblis menjawab : “Beri tangguhlah saya, sampai
waktu mereka dibangkitkan.”
15. Allah berfirman : “Sesungguhnya kamu termasuk
mereka yang diberi tangguh.”
16. Iblis menjawab : “;Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalangi) mereka dari jalan
Engkau Yang Lurus.
17. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka
dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak
akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).
18. Allah berfirman : “Keluarlah kamu dari Syurga
itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barang siapa di antara
mereka mengikuti kamu, benar-benar kami akan mengisi Neraka Jahanam dengan kamu
semuanya.”
19. (Dan Allah berfirman) “Hai Adam bertempat
tinggal-lah kamu dan istrimu di syurga serta makanlah oleh mu berdua
(buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, lalu menjadikan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”
20. Maka Syaitan membisikan pikiran jahat kepada
keduanya untuk menampakkan kepada akeduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu
auratnya dan syaitan berkata : “Tuhan kamu tidak melaarang mu dari mendekati
pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi Malaikat atau tidak
menjadi orang yang kekal (Dalam Syurga).”
21. Dan dia (syaita) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya
saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua.”
22. Maka syaitan membujuk keduanya (untuk makan
buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu,
nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah mereka keduanya
menutupinya dengan daun-daun syurga.
Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka “Bukankah aku telah melarang kamu berdua
dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu : “Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi kamu berdua.”
23. Keduanya aberkata : “Ya Tuhan kami, kami telah
menganiaya diri kami sendiri, dan jika engkau tidak mengampuni kami dan memberi
rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
24. Allah berfirman : “Turunlah kamu sekalian,
sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan kamu mempunyain tempat
kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu
yang telah ditentukan.”
25. Allah berfirman : “Di Bumi itu kamu hidup dan dan dibumi itu kamu mati,
dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.
ooOOoo
Menafsiri Ayat-ayat di atas ayat
ke 11 hingga 25, syaratnya adalah dengan ketenangan jiwa, artinya : “RASA” itu
harus diselaraskan cocok dan tidaknya, karena semuanya itu adalah merupakan suguhan
batin yang sudah ribuan tahun telah dirahasiakan makna rahasianya oleh para
Wali dan orang Suci, dengan tujuan jangan sampai tentang hal yang satu ini digunakan untuk
pembicaraan biasa. Di ibaratkan di dalam Kisah Wayang Purwa, bagaikan Isi dari
SASTRAJENDRA HAYUNINGRAT, dan bahayanya terletak pada pemahamannya. Jika yang
ingin memahami bisa menerima maka akan
merubah keyakinan kita, jika tidak, akan tetapi itu sebenarnya itu adalah
Firman tuhan.
Bismillahi rakhmaani rakhiimi ,
Dengan menyebut Asma Tuhan. Rahasia hidup seperti yang termuat di atas itu sebenarnya adanya adalah setelah KIYAMAT.
Artinya : Setelah AKU, KAMU, DIA, dan seterusnya terlahir ke dunia dengan
selamat!. Oleh karena sebagai manusia hidup, maka kita kemudian mendapat
perintah Tuhan yang termuat di atas (11 s/d 25). Rahasianya adalah sebagai
berikut :
Makhluk : Atau ciptaan Tuhan itu
sebagai UTUSAN DI BUMI. Contohnya : Pohon mangga yang berasal dari biji mangga
yang hanya satu bisa menjadi pohon yang terdiri dari Kayu, daun dan akar-akarnya, bisa membuat
RASA MASAM, yang kemudian berubah menjadi rasa manis, dan juga disertai berbau
harum. Apaakah perbedaanya jika dibandingkan dengan manusia? Hidup manusia itu terdiri dari anasir yang
sangat lengkap : Ada roh yang baik, malaikat-malaikat, syetan-syetannya, rasa diri,
rasa jati, empat macam nafsu, akal budinya dan lain s bagainya, semua serba
baik dan lengkap, dan juga diberi pendengeran dan penglihatan untuk mencari
yaitu yang terasa manis, dan sebagainya. Sedangkan akar pohon mangga itu tidak
mempunyai mata. Tidak memiliki telinga. Sesungguhnya Makhluk Tuhan itu keluar
Tumbuh dari UNSUR BUMI, dan manusia itu dicipta paling luhur karena paling lengkap karena terdiri dari segala anasir yang ada :
Matahari, Bulan, Bintang dan sebagainya.
Tumbuhnya pertanyaan : Jika demikian,
mengapa manusia itu terlahir dari kandungan, mengapa tidak dari buah atau
bibit? Mengapa berasal dari MANI laki-laki dan Perempuan?” Jawaban atas
pertanyaan tersebut semakin mebuktikan betapa Agungnya Tuhan itu, dan bagi diri
kita akan semakin menjadi yakin serta
semakin mantapnya kepercayaan kita kepada Yang Maha Mengetahui yaitu Allah,
karena jawabannya akan membuka sebuah KEAJAIBAN, yaitu anasir-anaisr yang
bermacam-macam itu yang dibuat menjadi air hanya satu tetes saja. Sesungguhnya
semua anasir yang 4 macam itu adanya disebabkan dari MAHA KUASA TUHAN yang
menyatu menjadi satu berujud AIR yang berada di semua Makhluk.
Terciptanya
semua sifat baru yang nampak ini, sesungguhnya berdasarkan dalil “ GOTAK-GATUK
DADI (Di pertanyakan – Di Conent-kan – Terjadi – dan orang jawa menyebutnya
dengan ILMU GATHUK), artinya : jika antara yang satu dengan yang satunya
berkumpul dan bereaksi, maka akan JADI. Dasar hukum yang demikian itu adalah ada
di seluruh keadaan tentang hal apa saja. Kecuali untuk Tuhan itu sendiri
yang bersifat TANPA AWAL, TANPA AKHIR
(1). Walau pun Tuhan ketika itu menciptakan laki-laki terlebih dahulu atau
wanita terlebih dahulu, bahan-bahannya adalah dari Unsur Anasir yang 4 macam
itu, yang disebut BUMI. Meskipun demikiian, manusia itu menjadi UTUSAN Tuhan dan
yang dibuat-Nya terlebh dahulu adalah MANI.
Kemudidan timbul pertanyaan lagi
: “Sebelum adanya manusia, APA yang ada?” Uraiannya : Sebelum ada Mani, ada
Bumi, bintang, bulan dan matahari dan lain sebagainya, APAKAH YANG ADA? : YANG
PERTAMA ADA yaitu DZAT WAJIBULYAKIEN, artinya Dzat Yang tidak terlihat, yang
bisa membuat segala seuatu yang tergelar ini dengan tanpa bahan-bahannya.
Sehingga disebut dengan kata “KOSONG” yaitu di dunia dan Ilmu batin itu disebut
“ADAM”.
Menurut Rd. (Raden). Ng. (Ngabehi)
Ronggawarsita : Arti “Adam” itu adalah “Tidak ada” atau “Pertama” (Kosong).
Sedangkan yang Kosong itu, dari apakah bahan-bahannya, apakah Dzat Wajibul
Wujud? Jawabannya : Pertama dan tidak ada yang mendahului (Lihatlah Wedaran
Wirid Jilid I tentang :Sifat 20). Sehingga ADANYA segala yang ADA itu, TIDAK
ADA yang bisa menyebutkannya, adanya adalah TIBA_TIBA ADA di dunia ini dan langsung
bisa MELIHAT dan MEMILIH.
Siapa saja tentu menyebutnya dan
YAKIN, bahwa semuanya ini ketika belum dilahirkan ke dunia ini, semuanya berada
di keadaan “ENTAH”, tidak bisa dirasakan atau yang disebut “TENTERAM
(Ketenangan)”. Mengapa tenteram/tenang, karena sudah ada yang pernah
menciipi bahwa rasa Tenteram/tenang itu tidak berbeda dengan rasa
ketika Baru saja terlahir (2). Sehingga jika menurut ukuran “RASA” keadaan yang seperti itu adalah “Rasa Tenteram
/tenang” dan berlaku untuk siapa saja, ketika di saat itu adalah sama saja,
sama-sama pernah merasakan. Jika ada suatu keyakinan yang membedakan, itu hanya
terbawa oleh RASA atau suatu pendapat yang di antara satu dengan lainnya ada
perbedaan. Sehingga jika masih berderajat sebagai manusia, Rasa tenteram/tenang
itu sama saja dengan rasa dari Nabi Adam dan Hawa ketika masih bertempat
tinggal di SYURGA (2). Maka dari itu, jika ada keyakinan yang menetapkan, bahwa
ketika Nabi Adam itu LEBIH DEKAT DENGAN ALLAH, itu sebenarnya adalah tidak
benar. Sedangkan penjelasannya adalah seperti yang sudah termuat di dalam
Ayat-ayat Qur’an VIII, surat Al-A’raf ayat 11 hingga ayat 25 di bawah ini :
11. Kita sebagai manusia ini
adalah sama-sama diciptakan sebagai anak turun Adam. Kemudian ujud kita ini
dibentuk paling bagus dan diberi rupa yang bermacam-macam (Baik, buruk, kuning
hitam dan sebagainya) Yang terpenting, sebelum Adam itu ada, Malaikat dan Iblis
sudah ada terlebih dahulu. Sehingga jika ada yang mempunyai keyakinan, jika
manusia itu Berdiri Dengan Sendiri, adanya mendahului dari Malaikat dan Iblis,
sebenarnya itu adalah salah. Dan Ketika waktu itu, Tuhan memerintahkan kepada
Malaikat dan Iblis agar bersujud kepada Adam dan semuanya bersujud kecuali
hanya Iblis. Di dalam Wedaran Wirid I disebutkan : Sehingga dikatakan lebih
“SEPUH” (Tua) Dzat manusia dibanding dengan Sifat Tuhan (Ronggawarsita halaman
: 23).
Sifat dari apa saja, mulai dari
tingkat rendah hingga tingkat luhur seperti sifat manusia itu, sesungguhnya
tidak akan ada jika tidak ada Dzat manusia itu sendiri. Sedangkan Dza yang
bernama manusia itu keadaannya serba
lengkap ( sifat Syetan, Malaikat, akal budi dan sebagainya hingga termasuk yang
gaib-gaib), yang terpenting dari manusia itu adalah : Ketempatan Sifat Allah
yang 20, Sifat Malaikat yang 12 jumlahnya. Sehingga manusia itu disebut LUHUR,
karena mengandung sifat yang begitu lengkapnya.
Oleh karena sifat yang menempati manusia itu bersifat MUDA,
sehingga Malaikat (Sifat malaikat) itu, kemudian diwajibkan menyembah kepada
manusia. Sedangkan jika Malaikat itu sebagi dirinya sendiri (bukan sebagai
sifat), dalam berbuatnya hanya dikarenakan kodrat (3), lebih jelasnya :
Malaikat dan iblis itu adalah sebagai pakaian manusia!
Umpamanya adalah sebagai berikut : Walau pun ada paku dan kayu ...... itu
bukanlah sebuah meja. Bisa disebut sebagai Meja jika sudah dirangkai
(dihubung-hubungkan). Sehingga benda yang disebut meja itu : Lebih luhur
dibanding paku dan kayu (Papan kayu), sehingga derajat paku adalah rendah. Bisa
menjadi luhur itu jika sudah menempel di
papan kayu, yaitu dipakukan untuk membuat Meja. Dan sebenarnya, paku itu akan
bisa menancap adalah jika sudah DIGUNAKAN (3).
Mengapa Malaikat disebut sebagai
paling luhur, itu bukan perbuatannya yang luhur, akan tetapi keberadaanya yang
ada lebih dahulu dibanding dengan adanya manusisa! Akantetapi walau lebih awal
adanya, terpaksa bersujud kepada manusia, karena malaikat bisa berbuat dengan
SEMPURNA itu jika sudah diberi nama Manusia. Demikian juga halnya dengan Iblis,
adanya lebih dahulu ada jika dibanding dengan manusisa.
12. Yang menjadi penyebab Iblis
tidak mau bersujud, karena Iblis merasa jika adanya adalah berasal dari Nuur (cahaya)!
Penolakan Iblis yang demikian itu karena mengetahui bahwa Ketika Tuhan menciptakan
manusia (Adam) adalah dari bahan yang disebut dengan sebutan yang bernama
tanah, dan memang manusia itu dicipta dari unsur bumi. Sebagi buktinya bahwa
manusisa itu berasal dari unsur bumi, adalah sebagai berikut :
QS. XXIX surat 71 Surat Nuh ayat
: 15 : Tuhan menciptakan kamu dari tanah.!
Berasal dari tanah itu sudah
diakui oleh para sarjana-sarjana, perinciannya, sebagai berikut :
1. Tanah; 2. Batu; 3. Air; 4. Angin; 5. Api (panas) 6. Zat besi; 7.
Zat perak; 8. Zat Emas; 9. Zat kapur; 10. Zat potiod; 11. Zat gula; 12. Fosfor;
13. Garam dan sebagainya yang masih banyak lagi. Sehingga raga manusia itu
bermacam-macam. Sepertinya halnya, yang berasal dari batu menjadi tulang, air
menjadi darah dan sebagainya (4).
13. Iblis kemudian diusir oleh Tuhan! Ada rahasia
apakah? Sedangkan Iblis itu juga makhluk-Nya, dan dicipta dari Noor (cahaya)!
Tafsirnrya adalah sebagai berikut : Iblis itu makhluk ciptaan Allah yang di
kodrat-kan atas perbuatannya adalah sebagai tukang mengajak kepada yang jelek,
menjerumusksan! Sedangkan Tuhan Itu Maha Suci, yaitu Yang Tidak Terbayangkan,
sehingga Iblis tidak sesuai untuk menyatu dengan-Nya, bagaikan air dan minyak!
Artinya : Yang kasar dan yang halus itu tidak bisa menyatu.
14. Iblis memohon janji kepada
Tuhan, batas untuk menjadi yang jahat dan menyesatkan! Artinya : Jika nantinya
pada hari Kiyamat maka Iblis akan berhenti berbuat kejahatan. Maksudnya :
Seorang bayi itu sifat Iblisnya, atau sifat jahatnya belum ada. Akan tetapi
ketika sudah dewasa, rasa mengajak kepada yang sesat dan sering menipu dan
sejenisnya itu muncul dan itu adalah sebagai tanda bahwa Sifat Iblisnya mulai
berjalan! Akantetapi ketika hari Kiyamat bagi seorang bayi ..... Sifat Iblisnya
belum bekerja. Artinya itu adalah bahwa bayi itu tidak mengerti apa-apa, alias
Kosong, Entah (2).
15. Olehkarena Kalimat Tuhan
seperti itu, maka anak turun Iblis diberi janji
TIDAK BERFUNGSI jika sedang ada Kiyamat. Dan sebaliknya si Iblis
(Syetan) itu tdaik bisa mati, karena dicpta dari Noor yang disebut Syayathin,
yaitu perbuatannya terus menerus karena kodrat tukang mendorong dan menghalangi Hati (nafsu) Dalil syetan
(iblis) itu WARANANING ATI (yang mempengaruhi hati) sehingga bertempt di dalam
hati.
Oleh karena hati manusia ketika
sedang di – Kiyamatkan oleh Tuhan, rasa dirinya TIDAK ADA APA-APA, yaitu
(KOSONG), sehingga Syayatin (Syetan) itu, sesuai dengan perjanjiannya yaitu
BERHENTI ketika sedang Kiyamat, artinya : Tidak bisa menggoda hati yang sedang
diberi KOSONG (Ketika bayi lahir – Kiyamat).
16. Iblis yang sudah diciptakan
menjadi golongan Tukang mengajak kepada kesesatan itu, kemudian selalu
mengintip dan mengeikuti dari belakang kepada semua manusia, baru bisa terlepas
itu jika manusia itu sudah mati dan kembali menjadi tanah! Perkataan Iblis
kepada Tuhan : Dia berbuat seperti yang sudah diperintahkan Allah, yaitu
menjadi golongan bersifat penasaran yang ada di diri manusia. Sehingga yang
dipahami Iblis : Perintah yang demikian itu adalah lurus, karena sudah diberi
janji.
17. Sehingga Iblis berbuat
seperti yang sudah diperintahkan-Nya oleh Tuhan, artinya, Perintah Allah, itu
sendiri : Dan Kalian itu termasuk golongan yang sesat??!!
Sehingga Iblis (Syetan) kemudian
menjagi golongan Penyesat selamanya dan tidak pernah berubah, yang berbuatnya
itu ada di dalam diri manusia (bersifat penggoda). Sehingga sangat jelas bahwa
Iblis itu pekerjaanya adalah menyesatkan (Menipu dan menyesatkan).
18. Pengusiran oleh Tuhan itu
sebagai tanda, bahwa golongan syetan itu jauh dari rakhmat (Anugerah) dan
ketenteraman/ketenangan karena seperti sudah di sampaikan di atas, bahwa
golongan yang jahat itu sudah jelas bertempat di Kejahatan. Serta sudah menjadi
ketetapan sesuai ketetapan-Nya, bahwa siapa yang terbawa arus atau percaya
kepada syetan, maka tempatnya adalah di NARAKA bersatu bersama-sama dengan
syetan (5). Artinya : Selalu menjadi manusia yang TIDAK ENAK, tidak tenteram/tenang.
Itulah sebutan yang berlawanan dengan
sebutan dari yang bernama Surga (ketenteraman/ketenangan).
19. Setelahnya syetan atau oknum
yang menyebabkan tersesat itu pergi dari Hadapan Tuhan, Kemudian Tuhan memberi
perintah kepada “Adam dan Hawa, agar supaya : Tetaplah menjadi manusia yang
tenteram /tenang hatinya (Syurga), dan jangan sekali-kali mendekati “POHON” itu, karena jika sampai mendekatinya
kalian berdua termasuk Golongan orang-orang yang menyiska dirinya sendiri.
Seandainya Pohon itu adalah
“benda” yang sangat indah dan yang buahnya bisa di makan, maka siapa saja yang
mendekatinya tentu akan tergiur, rasa kemilikan akan timbul (keluarnya nafsu).
Seumpama orang desa yang jiwanya masih Tenteram atau murni, jika bermain ke kota, maka hatinya akan tertarik
kepada “Barang-barang” yang di desanya tidak ada. Demikian juga Adam sekalian
yang jiwanya masih murni, tentu tertarik kepada barang-barang yang mereka
berdua belum pernah melihat apalagi memilikinya. Artinya : KELAIHIRAN diri ADAM
dan HAWA ......... sama-sama ketika baru terlahir ...... tiba-tiba semuanya
menjadi ADA! Yang ada itu adalah yang ada di dunia yang mereka berdua hanya
menemukan saja, akan tetapi tidak ikut membuatnya.
Demikian itu, ibarat dari manusia
di seluruh dunia, pun tidak membedakan bangsa : “Jika berjumpa dengan “barang”
yang menjadi larangan, tentu menginginkannya.!!
20. Dan ketika Iblis menjalankan rayuannya kepada hati milik Adam sekalian maka nampaklah Rahasia diri mereka berdua (Kelamin laki-laki
dan wanita). Bagi pemikiran orang biasa, siapa saja jika melihat “Barang atau
POHON itu” maka tumbuh ahsrat nafsu birahinya, karena SAMA-SAMA ingin tahu
RASANYA!!.
Setelah Nabi Adam berdua
sama-sama telanjang, justru mereka berdua tidak MENGERTI caranya “Makan” buah
kuldi tersebut. Bagi yang masih sama-sama sucinya (Perjaka dan Perawan) keadaan
yang demikian itu maka akan menimbulkan masalah, walau pun dorongan nafsunya
sudah berkobar-kobar. Sehingga Iblis bekerja melepaskan panah rayuannya :
Sudahlah!! Tidak akan dihukum oleh Allah, karena tidak ada yang melihatnya
selain hanya aku dan kamu!.
Sebenarnya, kejadian yang seperti
demikian itu memang tidak ada manusia yang lainnya yang melihatnya dan sudah
terjadi sejak jaman Nabi Adam dan Hawa hingga anak cucunya hingga sekarang ini.
Karena sudah menjadi Perintah Tuhan, dan di dalam dunia Ilmu Batin itu disebut
“RAHASIA DUNIA, artinya : Menjadi rahasia dunia yang tidak boleh diperlihatkan
kepada orang banyak, kecuali hanya Tuhan sendiri yang melihatnya. Dan semua
itu, bagi kita manusia cara melakukannya adalah menggunakan aturan-aturan (Ijab
qabul terlebih dahulu). Sehingga, walau pun demikian, semua yang diuraikan itu
hanya sebagai ibarat suatu kejadian yang MEMBUKA ADANYA AKU, yang ada di semua manusia,
sehingga berkembang biak memenuhi dunia. Ilmu Ketauhidan-nya : Dari tidak ada
(kosong, tenteram/tenang) kemudian menjadi MENGERTI TERHADAP “RASA” dari buah
Quldhi.
21. Rayuan Iblis :
“Sudahlah!, tidak........... tidak!!
Tidak apa-apa!! Ayooooo saya yang
bertanggung jawab!!!” Seperti itulah rasa dan perasaan siapa saja, ketika sudah
berada pada kedewasaan, laki-laki dan perempuan itu sama saja, Jika keduanya
sama-sama tidak kuat, pada akhirnya akan menerapkan dan melakukan olah asmara.
22. Benarlah! Setelah keduanya
(laki-laki dan perempuan) besama-sama Makan “Buah-buahan yang rasanya sangat
nikmat” itu, maka kemudian keduanya tidak ingat
bahwa sama-sama tanpa busana, kemaluannya tidak ada penutupnya. Hal itu
terjadi bagi siapa saja. Setelah yang begitu, kemudian ditutupi menggunakan
dedaunan (ditutup menggunakan pakaian = tertutup oleh pakaian, sebenarnya hal
itu terjadi setelah ingat kembali, setelah selesainya dalam melakukan tindakan.
Jika saja kejadian tersebut dilakukan dengan cara mencuri-curi (tidak resmi),
yang artinya hanya mengejar karena “Sama-sama berhasrat” pada akhirnya akan
menyebabkan rasa PENYESALAN. Jika rasa itu mengenai orang yang beriman, maka
akan menjadikan INGAT KEPADA TUHANNYA, yaitu paham dan mengerti bahwa tindakan
yang demikian itu sebenarnya adalah menjadi LARANAGAN.
23. Nabi Adam sekalian kemudian
baru sadar, bahwa TINDAKAN yang demikian itu, sebenarnya hanya terdorong oleh HASRAT KEINGINAN HATI, didorong oleh
KEINGINAN DIRI dan semua itu yang
menyebabkannya adalah rayuan SYETAN/Iblis. Sehingga sangat jelas, bahwa pada
ketika dulu, sebelum adanya HUKUM AGAMA dan HUKUM MASYARAKAT, masalah “yang
satu ini” itu hanya tergantung dari “SAMA_SAMA BERHASRAT”.
Mohon maaf, pengarang buku ini
terpaksa membuka Rahasia Dunia; karena ketika
belum ada hukum dan peraturan tentang itu, manusia hanya menjalankan
perintah Tuhan , yang sebagai buktinya : Sejak jaman Nabi Adam dan Hawa hingga
sekarang ini ..... Yang dilakukan caranya TETAP SEPERTI Itu, yang menyebabkan
dunia ini penuh dengan manusia, dan makhluk-makhluk yang lainnya!”
Andaikan saja Tuhan TIDAK MEMBERI
PERINTAH yang demikian, dan manusia TIDAK DISERTAI SYETAN, bisa saja dunia ini
sepi dan hampa, Kosong --- isinya Cuma dua ADAM dan HAWA. Dan atas perbuatan
Adam dan Hawa yang seperti itulah, yang
ketika jaman dahulu terjadinya BELUM berdasarkan Aturan-aturan, sehingga tumbuh
Anak cucu Keturunannya hingga sampai sekerang ini. Sehingga jika kita ini
disebut sebagai “Anak Cucu Adam” itu
adalah sudah pulang, karena itu adalah UCAPAN
RAHASIA. “TIDAK ADA BUKUNYA”!!!.
Setelah dunia penuh manusia,
kemudian menurut perintah Tuhan DINYATAKAN melalui Nabi-Nabi beserta
Kitab-Kitabnya : JIKA ORANG BERZINA Itu DOSA!! Artinya : dihindari dan tidak diorangkan
oleh orang banyak! Itulah perintah dan kenyataannya .. bahwa di DUNIA akan selalu tetap terjadi yang
demikian! Karena jika tidak demikian ... MANUSIA lama-kelamaan akan musnah.
Hubungan “’Adam berdua yang
demikian itu (tanda mm), karena Nabi “Adam mempunyai rasa SEBAGAI MANUSIA,
artinya Sifat keluhurannya berani mengakui jika DARI TENTERAM menuju “Perbuatan” yang seperti itu, hatinya
bergejolak dan penuh nafsu. Apalagi ketika teringat (Datang syetannya). Sehingga “Adam menjadi
TiDAK TenTerAM kembali alias HATiNYA menjadi tidak bernafsu kepada keinginan
yang bermacam-macam.
24. Seketika Tuhan memberi
perintah : “Wahai!! Oleh karena kalian berdua sudah melakukan yang demikian,
turunlah kalian berdua dari Syurga!” artinya : Sudah bukan orang suci
lagi, sudah bukan orang yang ahli ketenangan
(5). Karena Jiwa yang tenang itu persamaannya adalah “TIDAK TERSA APA-APA”,
karena sudah mengetahui rasa dari buah itu, maka kemudian berubah menjadi bukan
ahli “KETENANGAN” (2). Tuhan memberi perintah yang demikian karena KEADAAN “Adam
dan “Allah” sudah bersifat “DUA”. Allah disebut Yang tidak terbayangkan (2),
begitu Adam, yang sebelumnya ahli Yang tidak terbayangkan (bagaikan bayi baru
lahir), hingga ke anak cucunya beserta keturunannya berbuat yang demikian itu,
kemudian Allah memerintahkan : “ANTARA YANG SATU DAN YANG LAINNYA” akan saling
“BERMUSUHAN”.
Jika diulas menggunakan Ilmu Batin
: Kata “bermusuhan” itu adalah ketika bertemu dengan musuhnya yang berbeda
jenisnya (pria wanita bertemu satu lawan satu, maka tumbuh birahinya). Lebih jelasnya
: RASA dari buah “Kuldi” itu adalah rasa bermain asmara, ketika pria wanita
sedang bermain asmara. Tentang hal itu (tanda nn, dikatakan bermusuhan), sebagai
buktinya yang terlihat di tata lahir, sejak jaman dahulu, manusia itu
berselisih berebut kekuatan, berebut makanan, berebut wilayah, apalagi yang
namanya berebut perempuan, bukan hanya mahluk yang bernama manusia saja, walau
pun hewan sekali pun... saling bermusuhan saling berebut betinanya.
Di situ juga disebutkan : “Kalian
menjadi isi bumi, dan di sana juga tempat kematinmu!”. Itu ibarat yang penuh
rahasia tersembunyi, intinya : Nabi ‘Adam itu, ketika dahulunya , Bukan
BERTEMPAT TINGGAL DI GEDUNG MEGAH yang disebut dengan nama “SYURGA”, akan
tetapi manusia “YANG BERSENANG_SENANG” itu pasti bertempat tinggal di dunia!”
Apakah manusia yang “TENANG” bisa merasakan kesenangan?” Apakah bayi atau Adam ketika
TERLAHIR ke dunia bisa merasakan SENANG?” Jika
ada orang yang mengulas, rasa dari lahir atau rasa TENANG atau rasa dari
Syurga itu adalah SENANG ...... itu
jelas salah!!” karena “bersenang-senang itu yang merasakan adalah HATI.
Yaitu hati dari manusia yang berada di dunia. BUKAN yang berada di Syurga.
Syurga yang ada di ayat ini adalah sebagai ibarat dari “KETENANGAN” (Entah;
tidak tahu; tidak terasa apa-apa). Karena Syurga itu banyak sebutannya (Tanda
baca II) SYURGA dan NERAKA.
25. Firman Tuhan pada ayat yang
paling bawah itu sebenarnya, TIDAK BISA DIHINDARI, Firman-Nya adalah KIYAMATMU
di bumi (dunia), Matimu juga di bumi. Kamu bersenang-senang itu di Bumi
(dunia). Matimu juga ada di bumi, artinya TERUS BERLANGSUNG, kejadiannya dan
buktinya MEMANG IYA, yang menyebabkan berkembang biak.
Perintah : Kalian akan keluar,
itu maksudnya Bukan Nabi Adam itu yang keluar dari Bumi, akan tetapi anak
keturunannya SEPERTI KETIKA NABI ‘ADAM DAN HAWA melakukan HIDUP
BERSENANG-SENANG – MAKAN – DEWASA – OLAH ASMARA – MATI – LAHIR (bayi) KEMBALI!”
Apakah ada orang yang sedang
bermain asmara punya praduga MENOLAK ANAK? Jawabannya : “TERSERAH APA KATA
ALLAH”. Sikap yang demikian itulah YANG MENYEBABKAN banyak orang berumah
tangga! Intinya : Apakah ada wanita yang Kapok (Tidak mau) melahirkan bayinya,
walau pun sudah mengetahui bahwa ORANG YANG MELAHIRKAN itu mengalami
kesakitan?” Jawabannya : TIDAK KAPOK, karena bersenang-senang, timbulnya
kesenangan karena PERBUATAN SYETAN yang berada di diri sendiri! Serta karena smenjalankan
perintah Allah!!.
ooOOOoo
Renungkanlah dengan tenang,
Perintah Tuhan itu berlaku selamanya dan juga TETAP PERBUATANNYA. Sedangkan
ayat-ayat tersebut bisa ditafsiri lagi agar lebih jelas tentang RAHASIA HIDUP,
yaitu : Yang “Adam yang bermakna yang pertama, itu adalah RASA yang ada pada
seorang bayi yang baru lahir (2), tidak bisa membayangkan : AKU lebih dahulu
dari kamu, Dia lebih dahulu ada dari anak-anakku. Demikian halnya Nabi “Adam
dan Hawa, “Adam merada paling awal, serta juga TIDAK MERASA APA-APA, Entah!
Disebut ketika masih mengalamai KEADAAN ENTAH, di dalam bahasa Ilmu : Disebut “TENANG/Tenteram”
atau disebut di “Syurga”.
Ketengan hati atau ketenangan
Jiwa itu disebut “PAKAIN BAYI” hinga tiba waktunya menjadi akhil baligh
(dewasa)! Hal itu jika menjadi bahan percobaan, bisa dibuktikan pada DUA BAYI
laki-laki dan perempuan yang sejak kecil di kekang. Oleh karena hatinyan sudah
ada yang menempel yang bernama cetusan hati, itu lah yang disebut perbuayan
syetan, anak itu tentunya akan menyatakan kemerdekaan hatinya. Karena sama-sama
dalam keadaan telanjang, maka yang akan dipraktekkan pertama kali adalah
bermain asmara. Dikarenakan hal yang demikian maka anak itu disebut Akil balegh
dan memiliki rasa MALU. Dalam bahasa keilmuan batin disebut sebagai penduduki
Neraka (Hatinya gelisah). Pada intinya, perbuatan itu, diri kita hanya MEMATUHI
PERINTAH ALLAH, di utus untuk berkembang biak.
ooOOOoo
Keadaan ANTARA bayi lahir
(Tenteram/tenang) hingga dewasa itu yang oleh para ahli Tapa itu dikisakan bahwa HIDUP itu melewati alam yang
berlapis-lapis. Jika direnungkan, sebenarnya kita ini tidak bisa merasakan
apa-apa atas yang sudah dijalani. Contohnya : Seperti apakah rasanya menangis
ketika kita ini masih bayi. Jawabannya : ENTAH. Yang menjadi keyakinan kita
bahwa manusia itu hanya SEKEDAR saja, hal itu bisa dipelajari tentang cerita
Nabi Adam dan Hawa. Bukti tiap harinya, dan hingga jaman sekarang yangg
mengajari bermain asmara itu siapa ? Jawabannya : Sudah kodrat. Buktinya, jika
hanya atas kehendak Allah, bisa kita amati : Bukan hanya manusia saja, bahkan
seluruh hewan dan tumbuh-tumbuhan, juga melakukan yang seperti itu. Dan tidak
ada yang menuntun!”
Para ahli yang sudah memberikan
sandi rahasia yang demikian itu, menyebutnya dengan nama SASTRA JENDRA
HAYUNINGRAT. Di dalam Bahasa Wayang, Sastra Jendra itu tidak boleh ditulis.
Sehingga sekarang sudah jelas, bahwa keutuhan perintah Tuhan melalui
Kitab-Kitab Suci itu hanya untuk MANUSIA yang hidup berkembangbiak!’ Inti
perintahnyan adalah : Selamatlah Lahirmu (hdupmu) (2) dan selamatlah matimu!
Itu juga terdapat di dalam Dalil Qur’an XVI surat 19 ayat 15-33, surat Maryam :
Selamatlah dirimu ketika dilahirkan dan ketika mati, dan ketika Kiyamat hidup
lagi!”. Perintah itu tidak bisa berubah, akan tetapi kenyataannya : Ketika
matinya gelisah penuh urusan keduniaan, yang disebut Sakarat SAKIT SEMUA!.
Terlahir dengan selamat, tenyata
membawa Perintah Tuhan, seperti yang dilakukan “Adam. Dan juga, Nabi Adam itu
sendiri sebenarnya hidupnya juga melewati Kesakitan dan ketenteraman.
Teleitilah, kata sakit itu ternyata, untuk bisa merasakannya JUGA KETIKA SUDAH
MENGERTI. Pengertian itulah sesungguhnya adalah bekerjanya RASA yang sangat
banyak yang dijalaninya, akan tetapi tidak bisa menyebutkan BAGAIMANA RASANYA
ketika mengalami kesakitan ketika masih bayi. Atas ijin para Pertapa dan
memetik Wirid R. Ng. Ronggawarsita. Adanya diriku dan dirimu tidak mengerti,
karena hidupmu sudah melewati keadaan yang SUDAH TERLEWAT. Keadaan yang sudah
terlewati itulah yang bernama ALAM-ALAM., ada yang menyebutkan bahwa alam itu
ada 7, sedangkan jika amenurut Ronggawarsita itu ada 12, yaitu yang disebut
ALAM :
1. Sejak lahir hingga berumur 6
tahun, ditumbuhi Lupa (entah) artinya belum ingat dengan sempurna.
2. Sejak umur 7 tahun hingga 12
tahun, ditumbuhi ingat.
3. Sejak umur 13 tahun hingga 18
tahun, ditumbuhi budi (budi pekerti).
4. Sejak umur 19 tahun hingga 24
tahun, ditumbuhi Birahi (Asmara).
5. Sejak umur 25 tahun hingga 30
tahun, ditumbuhi Beka (banyak kesulitan).
6. Sejak umur 31 tahun hingga 36
tahun, ditumbuhi Weweka (banyak akal).
7. Sejak umur 37 tahun hingga 42
tahun, ditumbuhi Dudugi (banyak pertimbangan).
8. Sejak umur 42 tahun hingga 48
tahun, ditumbuhi Santosa.
9. Sejak umur 49 tahun hingga 54
tahun, ditumbuhi Merasa.
10. Sejak umur 55 tahun hingga 60
tahun, ditumbuhi Wirang (baik, dan bersihan).
11. Sejak umur 67 tahun hingga 72
tahun, ditumbuhi pepeka (sakit).
Jika umurnya melebihi yang
tersebut di atas, (12), kadang-kadang
menjadi kembali pelupa (pikun). Cara agar tidak mengalami pikun, termuat
di dalam Buku Wedaran Wirid Jilid I, Bab : Cara mencari Yang Nyata adanya (Ada
di blog Buku jwa).
Jika kita teliti dengan jernih,
alam-alam tersebut di atas, adalah yang dimiliki oleh manusia yang masih hidup
di alam dunia, artinya, walau pun Ronggawarsita serta juga menurut Kitab Tuhan,
tidak menyebutkan Alam yang sebelum diri AKU ini ada. Karena, Alam sebelum Aku
Ada, itu sama dengan SEBELUM NABI ADAM ADA, artinya ENTAH, sehingga tidak bisa
terbaca. Sedangkan bagi yang terus mencari tentang itu, sebelum AKU ADA dan ‘ADAM
ADA, tidak akan bisa ditemukan, jika hanya diulas menggunakan Akal/Pikiran.
Untuk bisanya adalah menggunakan Rasa, artinya untuk bisa menemukannya, ADALAH
SENYAMPANG masih diperkenankan HIDUP.
Sehingga memang benar, semua
semua yang diuraikan di dalam Wedaran Wirid itu sama dengan SASTRA JENDRA
HAYUNINGRAT.
ooOOOoo
Memaknai tentang adanya Nabi “Adam
dan Hawa itu, ternyata tidak ada bedanya dengan apa yang disebut SAKSI ADANYA
DZAT. Dan juga Kalimat Syahadat – Huruf Jawa, yang sudah beratus-ratus tahun
dirubah menjadi Rapal (rangkain wirid/rangkaian mantra). Yang membuatnya adalah
manusia di jaman sekarang saja dan justru membingungkan bagi yang menerimanya,
contohnya adalah seperti yang tersebut di bawah ini (rangkaian kata menjadi
mantra) :
1. Aku “Adam, Aku Muhammad, Aku
Allah, Hurip... 3x.
2. Asyhadu Allah ananing-Sun,
Ananing ambegan 2x, ananing Rasul 2x. Ananing Johar.
3. Asyhadu Anna, ananing urip,
ananing Muhammad 2x, ananing Noor, tegese sorot, Johar tegese padhang, Muhammad
tegese Cahya, Urip tegese bening, ambegan tegese bening.
4. Laillaha illallah, ora anak
Pangeran kang nyambut gawe, Illallah nanging Allah, Aku ‘Adam. Tegese “Adam,
Noor kawitan, badanku badan jasmani, tegese badan kasar, rohku roh rokhani,
tegese urip kang akhir, panggonane ana ati sanubari, tegese ambegan!.
Demikian seterusnya, Jika
benar-benar kita pikirkan, bentuknya adalah hanya terletak di Pernapasan!
Apakah itu salah? Kita hanya ikut saja, sedangkan untuk menjadi yakin itu hanya
ada dikeyakinan diri sendiri saja, karena semua rangkaian wirid (rapal) seperti
itu tidak jauh dari KEUTUHAN KALIMAT SYAHADAT, yaitu, pertama menyebut Asma
Tuhan dengan Yakin dan mengerti, yang kedua, menyebut Asma Muhammad hingga
tuntas dan jelas. Mengulas menyebut-nyebut Asma “Adam dan sebagainya itu, tidak
ada bedanya dengan menyebut Ayah Ibu. Dan menyebutkan yang demikian mestilah
dengan benar. TIDAK BOLEH MERUBAH MAKNANYA, tidak boleh menambah maknanya,
tidak boleh menghilangkan yang pokok yang disebutkan. Mohon maaf, disebut
bernapas itu, adalah bagi manusia yang masih hidup? Sehingga yang dasar pokok
adalah Hidup. Jika rangkain mantra itu salah penafsiran, kadang-kadang kita
mengira bahwa semua yang hidup itu BERTAMBAH DAN BERKURAN, bergerak? Sesadari
yang tersesat dan menjadikan menyesatkan, Jika ada keyakinan yang mengira Tuhan
itu BERNAPAS, itu hanya dikarenakan salah yang menerangkan. Yang benar : Maha
Hidup Allah itu tidak memilih tempat karena menguasai, memberi pengaruh. Oleh
karena dikuasai, sehingga hidup yang menempati-Nya (Nama—Nya) itu adalah salah
satu Sifat. Perbuatannya dan sebagai tanda dari HIDUp, itu juga patuh pada
sifat-Nya. Kayu, itu hidup, akan tetapi tidak bernapas, matahari dan bulan itu
hidup, juga tidak bernapas, sedangkan yang disebut sebagai tanda Hidup yang
sempurna dan yang menggunakan pernapasan itu hanya MANUSIA.
Penjelasan tersebut hanya menjaga
jangan sampai salah dalam menafsirkan sehingga justru mengakibatkan tidak mengakui
adanya Hidup yang menguasainya. Selanjutnya : Penjelasan tentang “Adam dan anak
cucu keturunannya itu, kita harus mempunyai dasar keyakinan yang sangat kuat,
serta bisa menerima bahwa sesungguhnya manusia itu adalah diibartkan sebagai HAMBA.
Artinya Hamba Raja. Jika kita manusia ini menempatkan diri SEBAGAI HAMBA, hal
itu justru akan dicintai oleh RAJA. Artinya, kita harus mematuhi tentang
Perbuatan Raja. Oleh karena Raja kita itu Tuhan, mestinya kita harus mematuhi
perintah-Nya yang kadang kita mengalami cerita hidup yang ENAK dan TIDAK ENAK,
sehingga sekehendak hatinya jadi, dan
segala permintaannya ADA. Itu yang disebut bertempat tinggal di Syurga tingkat
ke Tujuh.
Sedangkan jalan untuk menaiki
Syurga yang bertingkat-tingkat itu, tidak lain : Harus membuang alam-alam yang
terus mengikuti diri kita itu. Karena alam-alam yang tersebut di atas itu,
sudah jelas bahwa yang merakannya dan
yang menolaknya adalah HATI, artinya itu, bisa dirasakan. Dan sebaliknya,
sempurnanya perbuatan, itu justru mengetahui alam-alam itu semua dan
mengosongkannya (2). Oleh karena alam RASA, atas keinginan Rasa itu sendiri,
ada yang paling dipilihnya, yaitu disebut Syurga, dan yang sebaliknya itu
disebut NARAKA.
BAB. II. APAKAH SYURGA DAN NERAKA ITU?
aa. QS.XXIX, surat ke 77 –
Al-Mursalat ayat 30 : “Pergilah kamu menuju bayangan NARAKA yang bercabang
tiga.
bb. QS. CIV surat ke 15 – Al-Hijr
ayat 44 : “NARAKA itu berpintu tujuh, tiap-tiap pintu untuk golongan tertentu
dari mereka.”
Sejak jaman dahulu memang ajaran
yang kita terima dari para kakek buyut dan para Guru Agama hanya berlandaskan
“Apa yang tertulis” saja. Contohnya adalah tentang NARAKA, pengertiannya :
HUKUMAN Tuhan yang dikenakan berupa siksa yang maha berat, contohnya : Meniti
jembatan yang berguncang-guncang, meniti rambut dibelah tujuh, kemudian di
masukan ke dalam api, demikian itu dan yang lain-lainnya masih banyak jenisnya.
Ada juga yang digambarkan berupa padang yang luas (ara-ara – lapangan), yang
kemudian menumbuhkan bayangan yang bentuknya sangat jelas, bahwa Naraka itu
bisa ditemukan PADA KEADAAN YANG AKAN DATANG yaitu sesudah kematiannya dan
dimakamkan, yang dijaga Malaikat yang memanggul Gada besi.
Ajaran yang demikian itu yaitu
ketika dijarkan pada jaman dahulu itu bisa dibenarkan, karena cara berpikir
manusia di jaman itu masih sangat sederhana dan pengaruhnya bagi kehidupan
menyebabkan rasa takut, takut atas siksa di besok harinya. Demikian juga
tentang Syurga (Lawan dari Naraka), menurut gambaran pada umunya, dijaman
dahulu digambarkan adalah suatu tempat yang bagaikan penuh Iming-iming, penuh dengan kenikmatan.
Bagi manusia yang pikirannya masih sederhana, itu menjadi lebih baik, karena
berpengaruh semangat agar bisa pada besok hari bertempat tinggal di Syurga.
Lebih jelasnya : Jika sayan berbuat buruk, aku akan masuk NARAKA, sedangkan
jika berbuat baik, aku akan masuk Syurga.
Di jaman sekarang, ketika pikiran
sudah maju, tafsir atau ibarat seperti tersebut di atas itu sudah tidak sesuai
lagi. Semua inti maknanya harus dicari dan dibuktikan, dengan menguliti dan membuka
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan tentang Syurga dan Naraka. Oleh
karena itu, dengan kebeningan pikiran dan cara memakanai harus selalu ingat
kepada semua perintah Tuhan yang dilewatkan Kitab-Kitab Suci, yang kesemuanya
itu ditujukan untuk manusia hidup, karena yang akan merasakannya adalah manusia
yang masih hidup di dunia.
A. NARAKA
QS.XXX. surat ke 101 surat
Al-Qari’ah ayat 9 s/d 11 : “Maka tempat kembalinya adalah Naraka Hawiyah. Ddan
tahukan kamu, apakah Naraka hawiyah itu? Api yang sangat panas. Dan cocokanlah dengan QS.102. surat ke 102,
surat At-Takatsur ayat 5 s/d 7 : “Jangan begitu, jika kamu mengetahui dengan
pengetahuan yang yakin; Niscaya kamu benar-benar akan melihat naraka
jahanam; Dan sesungguhnya kamu
benar-beanr akan melihatnya dengan “mata yaqin.”
Penjelasan kata “Mata Yaqin” :
Jika kita merasakan semilir angin, TERASA SEGAR DAN DINGIN DI BADAN”> Namun
apakah ada manusia yang bisa memegang angin dan bisa melihat angin? Sehingga
untuk bisa menyebutkan bahwa itu angin, karena disebabkan rasa dan sudah mantap
hatinya, jika itu yang bernama angin. Demikian juga tentang menyebut Allah itu
ADA, itu tidak ada bedanya dengan Yakin kita terhadap angin.
Naraka itu disebut PANAS, artinya
adalah “rasanya yang panas”. Contohnya adalah Api atau bara, itu bagi siapa
saja jika menyentuhnya tentu terasa panasnya. Jelaslah, bahwa rasanya yang
panas. Sehingga amenjadi jelas makna ayat itu memang benar, ada panas (rasa panas). Kesimpulannya, Naraka itu bukan
TEMPAT TINGGAL atau ara-ara, akan tetapi sebuah SUASANA yang rasanya panas.
Rasa panas itu : TIDAK MENGENAKAN ( sakit dan menyakiti badan) dan yang
merasakannya adalah manusia hidup di dunia. Olehkarena rasa tidak enak itu
untuk manusia yang mempunyai raga yang lengkap, bisa merasakan jika aku dan
kamu itu MENOLAK rasa yang “demikian-demikian” itu, intinya yang menolak adah :
HATI. Menolak itulah sebenarnya bahwa manusia itu sedang MELEWATI suasana yang
tidak enak. Firman Tuhan di dalam Al-Qur’an surat Al-Humazah ayat 6 dan 7 :
“Naraka itu Api-Nya Tuhan yang menyala berkobar, Yang membakar hati manusia!”
Penjelasannya : Rasa tidak enak
itu jika yang terkena adalah Hati, orang lain tidak akan bisa ikut
merasakannya. Beda dengan rasa tidak enaknya angin, yang siapa saja bisa
merasakannya. Mengapa demikian, karena rasa hati itu sebenarnya MENEMPEL dan dan terpisah-pisah, seperti
haknya rasa tidak enak badan, marah-marah, panas hati, kecewa, sedih dan
sebagainya. Hal itu bisa dirasakan jika mengenai hati yang disebabkan oleh
masalah yang bermacam-macam jenisnya. Contohnya : Ketika hatinya sedang
terkagum-kagum melihat pemandangan, tiba-tiba kejatuhan kelapa. Betapa
sakitnya. Yang melihatnya tidak akan bisa ikut merasakannya betapa kaget dan
sakitnya atas orang yang kepalanya kejatuhan kelapa. Yang mengalaminya,
perasaan hatinya menjadi sedih dan bisa menyebabkan marah-marah.
Ada juga rasa yang pada umunya
disebut SAKIT KARENA PEMBAWAAN. Tontohnya : Sejak kecil hingga tua menjadi
peminta-minta, atau keluar masuk penjara. Itu didsebut Naraka yang disebabkan
karena perbuatan, bukan berasal dari dalam. Manusia yang mengalami kejadian
yang demikian itu hanya sekedar menjalakan akibat dari perbuatannya yang
dilakukan pada kehidupan sebelumnya (Diurakan di dalam Wedaran Wirid jilid I).
Hati yang mengalamai perasaan tersebut, bagi kita yang hidup secara wajar,
tentulah akan memohon untuk dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang tidak baik,
karena semua itu akan mengakibatkan bekas. Sehingga melakukan tindakan
penjahat, meminta-minta, menjadi orang miskin dan sebagainya itu, akan bisa
terjadi bila HATI yang mengajaknya. Dan
kesemuanya itu yang merasakannya adalah yang menjalaninya sendiri, orang lain
tidak akan bisa ikut merasakannya atau ikut-ikut. Untuk lebih jelasanya :
Naraka di dunia itu, agar menjadi hilang atau dibuang adalah dari perbuatan
kita sendiri senyampang masih hidup. Sedangkan Naraka ukuran Tuhan. Akan
dirasakan BESOK di alam kuburnya masing-masing.
Di dalam Wedaran Wirid I sudah
diterangkan pada Bab MATI. Kejadian yang dialami karena bekas perbuatan yang
demikian terjadinya adalah bagaikan berjalannya waktu. Dari angka satu menuju
dua, begitu seterusnya. Munculnya pertanyaan : Apakah yang dialami dengan rasa
tidak enak itu TIDAK BISA dihilangkan ketika kita masih ada di dunia? Bisa,
yaitu dengan cara berbuat agar hati tidak bisa dipengaruhi ora rasa “apa-apa”.
Contoh yang dialami ketika menerima siksa kubur itu, selain sudah bisa
dirasakan di alam mimpi. Juga ada di dalam Hadits Bukhari. Rasul bersabda :
“Semoga orang yang sedang mangalami siksa ini mendapat ampunan sebelum pelepah
kurma ini kering” (6). Di dalam hadits Shoheh Muslim dijelsakan sebagai berikut
: “Para mukmin (Ahlli Ilmu), itu ketika di alam kubur tempatnya dilebarkan
hingga 70 hasta persegi dan Orang KAFIR (Ingkar kepada Allah, menyekutukan
Allah), ketika ada di alam kubur, digigit ular berbisa berkepala tujuh. Hadits
yang seperti itu, bagi manusia yang telah Terbuka mata hatinya, akan bisa
melihat dengan jelas keadaannya, SEBAB-SEBAB dari siksa yang demikian itu.
Sabda terebut di atas itu,
penjelasannya adalah seperti di bawah ini :
1.1.1, Di tanah Arab itu berhawa
sangat panas. Jika kita mematahkan pelepah kurma yang masih segar, tidak sampai
waktu 20 menit maka akan mengering.
Mengulang penjelasan tentang mati
dan terlepasnya roh yang membawa bekas perbuatan : Itu akan menjadi benalu di
benda yang lembek dan basah. Oleh karena tidak semua orang jiwanya lembek, maka
roh yang gentayangan merasakan penderitaan akibat bekas perbuatannya, dan
segera hinggap (menajdi benalu) di pelepah kurma. Yang dialami oleh roh yang dikarenakan hanya menikuti sesuai bekas
perbuatannya yang hasrtanya sangat bergelora, yaitu nafsu, lesu, susah dan
menyesal, seketika akan menjadi tenang rasanya, akan tetapi BELUM HILANG(6).
Pelepah kurma yang sebelumnya
adalah basah, akan tetapi pada akhirnya akan menjadi kering itu akan segera
ditinggalkan oleh roh tersebut. Karena rasanya panas dan tidak bisa untuk
bernaung. Yang seperti itu, bukan hanya tentang pelepah kurma saja, akan tetapi
hampir semua yang bersifat lembek, basah, dan sebagainya, yang kadang-kadang
menjadi tempat roh yang gentayangan. Itu karena ingin meringankan rasa tidak
enak yang dialaminya itu, sehingga roh-roh itu kemudian mencari tempat hinggap
MERASUKI MANUSIA, anak kecil dan sebagainya. Atau bertempat di tempat yang
rimbun. Sehingga ketika baru saja bertirakat, dan ada yang memerintahkan
“jangan tidur ketika masih sore” agar tidak terkena Kala! Sebenarnya itu adalah
agar supaya kita :
Pertama : Kita merasakan
Ketenangan suasana.
Yang kedua : Oleh karena orang
terjaga jika rutin dan tetap, maka badannya akan menjadi panas. Roh
gentanyangan tidak akan berani mendekatinya. Berhati-hatilah, roh gentayangan
itu bukan hanya roh yang berasal dari manusia saja, akan tetapi Roh siapa saja
yang bernama makhluk, adan hewan, ada gandarwo dan sebagainya (Tanda-tanda jin
dan syetan).
1.1.2, Apakah di alam peralihan
(kubur) itu apakah beanr akan digigit ular berkepaal tujuh? Tafsirnya adalah
sebagai berikut : Yang dialami roh ketika berada di alam kubur itu bagi orang
yang buta ilmu ketika masih hidup di dunia, akan mengalami kebingungan karena
mengalami bekas-bekas perbuatan indra ketika di hidupnya. Ular itu menjijikan
dan menakutkan mengandung maksud, rasa ketakutannya bagaikan ketika berjumpa
dan digigit ular. Contoh : Ketika kita bermimpi bertemu ular, apakah perasaan
hati tidak ketakutan ? Sekarang sudah diketahui tentang rasa yang membekas.
Seperti ketika mimpi dikejar-kejar ular. Sekarang, mengapa berkepala 7, apakah
maksudnya? Di atas sudah diterangkan bahwa pintu naraka itu ada 7, artinya.
Jalan menuju hati hingga hati menjadi tidak enak, itu melalui 7 pintu masuk,
yaitu dari pancaindra selengkapnya. Lihatlah QS. XIV, surat ke 15, Al-Hijr,
ayat 44 (per.bb) : Jika ditafsiri, maka menjadi : Oleh karena Rasa Hati tidak
enak itu adalah rasa hati tiap diri sendiri, dan sebutan Syurga/Neraka itu ada
di dalam hatiku, sehingga pintu masuknya juga ada di diri kita sendiri.
Sedangkan menurut Ronggawarsita, masing-masing Naraka (hati tidak enak itu) ada
7 sebutannya, yang juga ada 7 jenisnya.
1. HATI PUQAT, yaitu jantung.
Nama Narakanya disebut JAHANAM, yang artinya : Mengalami rasa yang lebih panas,
sebagai buktinya adalah ketika sedang kelaparan; sakit perut; pintunya berada
di Pusar.
2. HATI MUDZARAT; yaitu Sulbi :
Nama Narakanya disebut DZAKIE; yang bermakna terlalu dingin, pintunya ada di Dzakar, kenyatannya adalah
ketika sedang sakit kencing, atau mandi Dzinabat.
3. HATI TUWADZUR; yaitu Lambung;
Nama Narakanya disebut WAILLUN, pentunya berada di Dzubur, bukti nyatanya,
ketika sakit buang air besar, buang air besar berupa darah.
4. HATI SALIM; yaitu Ginja; Nama
Narakanya disebut AS’SAFALA-SAFIELIENN, Pintunya dari hidung; bukti nyatanya
ketika sesak nafas, sakit, mengi dan ampeg (Asma).
5. HATI SANUBARI; yaitu LIMPA,
Nama Narakanya disebut SAHIR; pintunya ada di mata; bukti nyatanya ketika
berada di dalam gelap; kabur dan buta.
6. HATI MAKNAWI; yaitu Empedu,
pintunya berada di telinga. Nama Narakanya disebut LALLIEM, bukti nyatanya’
tidak mendengar, yaitu ketika sakit telingan atau tuli.
7. HATI SSAWADHI, yaitu usus,
Nama Narakanya yaitu SUKRA; pintunya berada di mulut; Artinya : Sulit bicara,
bukti-nyatanya ketika sedang menangis.
Yang dirasakan di dalam kubur itu
bukan yang didatangi penyakit Buta, sakit karena menangis, sakit perut dan
sebagainya, akan tetapi itu adalah Roh yang ketempelan bekas yang dialami yang
berasal dari tujuh macam itu, seperti perasaan ketika masih hidupnya. Oleh
karena berjalannya rasa-rasa itu bagaikan berjalanannya jarum jam, sehingga
yang dirasakannya itu tidak ada bedanya seperti yang pernah dirasakannya ketika
masih berada di alam dunia. Perbedaannya hanya, ketika masih hidup di dunia
yang merasakannya adalah hatinya. Sedangkan di alam kubur itu yang merasakannya
adalah RASAJATI-nya, yang masih ditempeli bekas perbuatan.
Sekarang, apakah benar suasana di
dalam naraka itu bercabang tiga? (per.aa). Sekarang silahkan direnungkan
tentang makna kata “tiga” yang sebagai penyebab dari “SAKITNYA HATI”. Contohnya
adalah sebagai berikut (dan semua orang pernah merasakannya) :
a. Ketika baru pulang dari
bekerja, anaknya amenangis. Makanan dan minuman tidak ada: ---- Hal itu juga
menyebabkan HATI MENJADI TIDAK ENAK, yang kadang bisa menyebabkan cekcok.
b. Berjalan-jalan ke kota, baru
saja bersenang-senang sambil melihat indahnya lampu kota dan barang dagangan,
tiba-tiba bertemu teman yang menyinggung perasaannya, hatinya jadi
memikirkannya, maka bisa menyebabkan hati menajdi kesal.
c. Sendang enak-enaknya tiduran,
tiba-tiba teringat bahwa besok tiba waktunya akan didatangi orang yang akan
menagih hutang, sehingga perasaan hati menjadi tidak enak, karena sedang tidak
memiliki uang.
Contoh-contoh itu semua adalah
Naraka (Tidak enaknya hati), Semoga hal itu direnungkan, bagian yang mana dari
nomor a s/d c, itu yang masuknya dari mata, mulut dan telinga? Walau pun jika
hal itu adalah sepele, akan tetapi itu akan menyebabkan TIDAK ENAKNYA HATI,
Jika saja tidak berjalan-jalan ke kota, tidak negingat-ingat dan tidak melihat,
barangkali ; TIDAK TERASA SESUATU.
Sehingga sangat jelas, bahwa hal
yang TIDAK MENGENAKAN HATI itu berasal dati 3 hal, yaitu yang berasal dari : 1.
MATA, 2. TELINGA, 3. MULUT (Tanda per.aa QS.XXIX surat 77 ayat 30). Karena yang
3 hal itu akan bisa merat di seluruh badan hingga melewati 7 pintu tersebut did
atas. Penjelasannya adalah : Agar mata tidak menjadi sumber sakitnya hati,
caranya : Melihat sesuatu yang indah-indah, dan juga bagi telinga jika bisa
menulikannya. Yang dalam hati berniat agar jangan sampai mendengar suara-suara
yang tidak mengenak hati, Sedangkan suara yang indah itu, salah satunya adalah
MENDENGARKAN musik syahdu. Demikian jugalnya dengan mulut, bisa sebagai sebab
dari tersinggung dan Naraka Sukra, jika kita tidak bisa menjaga dengan
hati-hati. Sehingga yang menjadi bahaya bati penari Ilmu Hakekat, adalah jika
mulutnya tidak bersih. Maksudnya : Jangan
usil.
ooOOoo
Di dalam bahasa selain Kitab
Qur’an, Naraka itu disebut HELL, maksudnya : Jurang atau kawah. Di dalam bahasa
wayang dibesbut Kawah Candradimuka! Kata Kawah dan jurang, itu bukan simbul
(bukan ibarat), akan tetapi sesuatu yang sebenarnya yang MENAKUTKAN,
MENGHANCURKAN RASA HATI. Karena, jika kita berada di tepi kawah atau di pinggir
jurang, maka hati menjadi bergetar, TAKUT dan merinding. Ternyata yang MEMPEROLEH
TAKUT itu adalah hati! Jalan yang dilewati oleh takut, karena penglihatan mata
yang melihat tepi jurang itu. Apalagi jika mendengar suara kawah yang
menggelegar, maka hati semakin miris. Lebih jelasnya : Seumpama tidak mendengar
dan tidak melihat, maka hati menjadi TENAG.
Mengambil dari perintah Allah
sendiri, sangat jelas bahwa yang meyakini bahwa “NARAKA” itu adanya di esok
hari, maka hal itu tidak bisa diterima akal, karena jika petunjuk Tuhan itu untuk
hidup manusia YANG AKAN DATANG, tentunya saya dan orang lain TIDAK BISA
MERASAKANNYA, karena besok itu belum tentu bisa hidup dengan menggunakan raga
kembali (8).
Untuk membuktikan penjelasan yang
sedikit seperti di atas, contoh di bawah ini mohon direnungkan. Suta dan
temannya bertutur kata tentang hidup dan rasa. Walau yang dibicarakan itu
klenik (mistis) akan tetapi ada benarnya. Suta berkata : “Jika kamu melihat
harimau, apakah kamu akan ketakutan? Jawabannya : “Iya”; “Yang kamu takuti itu
yang mana?”; Apakah yang ada giginya taukah yang ada cakarnya?. Kemudian jika
saya balik, seumpama macan itu adalah macan mati, maka rasa takutmu itu hanya
angan-angan saja, benarkah? Karena harimau yang sudah mati itu tidak bisa
mencakar dan menggigit, apakah kemudian masih tetap takut terhadap harimau yang
sudah mati? Jawabannya : “tidak”. Sehingga jika demikian, yang kamu takuti :
Harimau yang masih hidup, yang masih bisa berjalan berlenggak-lenggok itu!
Singkatnya, yang takut itu adalah
HIDUPMU! Ternyata memang beanr!.
Contoh lainlagi, Ketika tanganmu
tersulut api, yang merasakan sakit kepanasan itu apamu?!. “Iya, TANGANKU”.
“Nah, jika dirimu mati menjadi bangkai, apakah ketika itu akan merasa sakit
kepanasan ketika dibakra pai?” “Yah. Tidak!”. Sebagai buktinya, ketika di Rumah
Sakit ada orang mati yang diotopsi, mengapa tidak sambat!” Nah... sekarang
sudah jelas, Bisa merasakan panas itu, karena kamu masih hidup, iya akan?!
Jawabannya : “Iya”. Demikian pula yang bisa merasakan sakit, dingin, panas,
capek dan sejenisnya, itu “HIDUP”.
Demikian contoh-contoh perklenikan
di atas, jika direnungkan, memang benar!” Sekarang menjawab tentang TIDAK ENAK
yang dialami, dicontohkan sebagai seorang peminta-minta dan sejenisnya. Oleh
karena kita sebagai manusia dalam hidupnya hanya memetik buah perbuatan di
kehidupan masa lalunya (lihat Wedaran Wiris Jilid I), sehingga di duni ini ada
cerita hidup seperti yang kita jalani ini! Yang disebut DOSA! Penjelasannya
asalah sebagai berikut : DOSA itu adalah perbuatan yang TIDAK MENGENAKAN HATI.
Umpamanya : Menipu, beruat akal bulus, membunuh sesama makhluk hidup, korupsi
dan sejenisnya, yang ketika dirasakan, hatinya menjadi merasa was-was, TAKUT
ketahuan. Oleh karena itulah hidupnya menjadi ada bekas kejahatan (buruk dan
sesat), serta akan di peti di belakang hari oleh keturunannya. Apakah benar
perbuatan buruk yang dilakukannya itu di BELAKANG HARI, akan di petik?”
Cocokkan dengan Perintah Tuhan di dalam QS. XXIX Surat ke 77 – Al Mursalat ayat
28, 29 dan 30.
WAILLUN (siksa) di hari itu
adalah untuk orang-orang suka menipu. Kemudian dikatakan kepada dirinya :
“Pergilah kamu kepada siksa yang sudah kamu dustai, ketika dahulu.”
Keterangannya : Tindakan menipu
yang diketahui oleh orang lain atau pun tidak, Hukumannya adalah sama saja,
karena yang menjalankannya adalah hatinya sendiri. Di atas ada kata-kata KETIKA
DAHULUNYA, sudah jelas bahwa melakukan tipu daya itu, walau sudah
berturun-turun, akan memetik berkas perbuatan dari perbuatan yang disaring!
Meskipun sudah berganti raga sekali pun.
Sedangkan Naraka-nya atau siksaannya : Ketika hidup sekarang ini, akan
selalu mengalami tertipu oleh orang lain ( Lihat di buku Wedaran Wirid jilid I
pada bab 6.1.1. hingga 6.1.5. Hal ini jika akibatnya dibukti di dirinya sendiri : Maka rasa hati akan menyesalinya.
Ada sebuah pendapat, bahwa naraka
yang bercabang tiga itu : Mata, hidung dan telinga! Disebut pintu hidung karena
yang satu ini adalah sebuah pancaindra yang tajam. Walau pun belum melihat
barangnya. Atau, hidung itu adalah alat yang baik untuk membau “barang-barang”
untuk membuktikan keasliannya. Karena terbiasa membaui, sehingga tidak kurang
orang yang mengalami sakit karena membaui barang-barang yang membahayakannya
dan sebagainya. Penjelasan yang terakhir ini ada benarnya dan juga uraian di
depan, perbedaannya terdapat pada mata, telinga dan mulut. Akan tetapi jika
dipusatkan menggunakan batin, bisa saja menjadi benar dan memang cocok untuk
hati, dan urian yang kedua itu yang diseebut TRI INDRIYA, artinya : KEINGINAN
DIRI itu bisa menyebabkan senang atau susah (naraka), penyebabnya adalah dari
TRI INDRIYA. Sebagai buktinya : Mendengar perkataan buruk menyebabkan hati
menjadi tidak enak, jalan masuknya adalah melalui telinga. Melihat sesuatu yang
kotor dan mengotori, menyebabkan sakit hati. Jalan masuknya melalui mata. Bau
bangkai dan anyir, menyebabkan sakit hati, jalan masuknya melalui hidung.
Sedang yang sebaliknya :BERKOBARNYA KEINGINAN DIRI juga bersumber dari tiga
jalan, yaitu melihat “apa-apa” kemudian menjadi ingin dan bernafsu; Mendengar
“apa-apa” menumbuhkan rasa ingin untuk membuktikannya, dan juga tentang bau,
gurih, maka ingin merasakannya.
ooOOOoo
B. SYURGA
Berganti membahas tentang Syurga,
lawan dari Naraka. Syurga itu adalah BUKAN YANG MENYEBABKAN HATINYA MENJADI SAKIT, akan tetapi yang
menyebabkan RASA SENANG. Di dalam Kitab Injil disebut Taman EDEN, yaitu taman
para Rasul dan sebagainya, yang dikehendaki oleh Tuhan. Ada yang mengiaskan
juga bahwa syurga itu berada di langit (hemet), yang suasananya, berada di
tamansari berkumpul dengan bidadari.
Kata Syurga itu seolah tiap hari
kita dengar, umpamanya : Waduh, suasananya sangat tenteram, bagaikan malas
mati, memang ini benar-benar syurga dunia.”. Jika kita telusuri, yang
dibicarakan itu pasti adalah golongan manusia yang enak hidupnya, artinya,
terpenuhi keinginan hatinya, SENANG. Kembali kepada pemahaman pada umumnya
tentang Syurga atau Hemet bagi Agama Kristen, itu, bagi siapa saja akan
MEMBAYANG-BAYANGKAN (Menggambarkan), bahwa tempatnya berada di langit.
Kata Langit atau Hemet itu pasti
ada di atas, kata dasarnya adalah Atas, astinya adalah suatu tempat yang tinggi
atau luhur. Memahami kata Syurga itu, caranya adaah tidak berbeda dengan
mencari makna Naraka. Tempatnya Luhur itu, jika diselaraskan dengan RASA,
adalah sebagai berikut :
Manusia yang hidupnya pas-pasan,
jika melihat golongan manusisa yang berpangkat tinggi, maka di dalam batinnya
akan mengatakan sebagai berikut : “Wahai. Betapa senangnya (B) hidup orang itu,
apa-apa yang diingikannya didapatkannya, pergi ke mana-mana naik mobil sedan
dan sebagainya. Benar-benar hidup di Syurga.” Singkat kata, siapa saja yang
memperhatikannya pasti berani mengakui bahwa hidup orang yang seperti itu,
pasti senangnya, dan yang menyimpul demikian itu, belum pernah mengalaminya!
Seumpama, dia itu mengalaminya sendiri, maka akan bisa menyebutkan bahwa yang
senang itu adalah hatinya (B).
Di dalam ajaran Syariat, bahwa
Syurga itu dicerikan adanya besok di alam sana, dan berlapis tujuh. Sebelum
menguraikan tentang nama-nama, dan tentang hal seang * Syurga), ada sebuah
contoh menurut Hadits Buchari No. 416. Yang diceritkan oleh Anas bin Malik
tentang sabda Nabi Muhammad saw. seperti di bawah ini :
Pada suatu hari Nabi Shalat
bersama-sama dengan saya, kemudian menaiki mimba (podium) dengan tangan kanannya amenunjuk arah kiblat
Masjid. Dan Bersabda : “Sesungguhnya sekarang ini saya sudah mengetahui Syurga
dan Naraka, sejak saya shalat dan kalian berdua
(Syurga/Naraka) menurut perasaanku, terlihat nyata di tembok Kiblat
Masjid. Aku belum pernah melihat KESENANGAN DAN KESENGSARAAN seperti yang aku
lihat itu.”
Tafsirnya : Shalat itu, memang
sudah sangat jelas dan nyata, bahwa yang menjalankannya adalah HIDUP, Apalagi
yang dikisahkan oleh Nabi tersebut di atas, khusus tentang KESENANGAN ADAN
KESENGSARAAN, yang nampak di tembok! Sehingga jelaslah, bahwa yang terlihat
oleh Nabi adalah contoh-contoh yang sedang mengalami sengsara dan yang sedang
mengalami kesenangan. Oleh karena yang bisa melihatnya itu adalah Nabi itu
sendiri, sehingga sangat jelas bahwa gambaran-gambaran itu sebenarnya adalah SASMITA.
Sasmita kisah hidup manusia yang sedang menjalani kesengsaraan yangg harus
dialami karena bekas di jiwanya ketika
berada di alam kuburnya (Alam astral). Sebagai ibaratnya itu adalah orang yang
sedang bermimpi, jika berjumpa dengan kesenangan, tidak seperti orang yang
sedang bermimpi, demikian juga ketika bertemu dengan kesusahan, tidak seperti
orang yang sedang bermimpi – karena cerita itu adalah sebagai contoh untuk
manusia yang masih hidup. Sehingga ketika nabi mengajarkan Hukum Agama Islam,
pasti akan didahului membicarakan tentang Naraka, maksudnya adalah yang
melanggar tuntunan” – hatinya tidak senang (Ahli Naraka).
Contoh yang lainnya lagi, juga
tentang Sabda Nabi, sebagai berikut : Siapa yang kakinya kotor, itu akan masuk
Naraka”. Sudah sangat jelas tentang kotor itu. Di tanah arab itu tanahnya
tandus dan berhawa panas. Kaki yang kotor, apalagi yang bercampur dengan
keringat, lama-kelamaan jika tidak gatal-gatal
maka bisa terkena penyakit gudig. Jika kakinya sakit, maka yang
merasakan sakit adalah HATIMU. Berbeda dengan ketika Shalat dengan kaki yang
bersih, yang pertama maka akan tenang, dan yang keduanya, tidak akan dihinggapi
kuman-kuman.
Tentunya itu akan bisa menjadi
dasar, yang demikian itu, jika membanding-bandingkan dengan isi Al-Qur’an :
Jika demikian, Syurga yang disampaikan oleh Tuhan melalui A;-Qur’an itu, palsu (tidak ada)”. Pertanyaan seperti,
oleh pengarang akan dipahami sebagai berikut : “Yang disampaikan Tuhan yang
termuat di dalam Al-Qur’an memang benar adanya, tidak bohong, akantetapi Tuhan
kan tidak menjelaskan, bahwa Syurga dan Neraka bertempat di langit atau berada
di atas dari titihan yang mudah bergoyang. Atau tuhan it tidak menjelaskan
bahwa Syurga tu untuk ORANG-ORANG di
hari esoknya di alam sana ...........! Coba rasakan makna dari QS. ke 76
Al-Insaan - ayat 12 hingga 22, sebagai berikut :
Dan Dia (Allah) memebrikan
balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) Syurga dan (pakaian)
sutra.
Di dalamnya mereka duduk
bertelekan di atas dipan, mereka tidak meresakan di dalamnya (teriknya)
matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan.
Dan naungan-naungan (Pohon Syurga
itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya.
Dan diedarkan kepada mereka
bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca.
(Yaitu) kaca-kaca (yang terbuat)
dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaikp-baiknya.
Di dalam Syurga mereka diberi
minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe.
(Yang didatangkan dari) sebuah
amta air Syurga yang dinamakan Salsabil.
Dan mereka dikelilingi oleh
pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan
mengira mereka itu mutiara yang bertaburan.
Dan apabila kamu melihat di sana
(Syurga) niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang
besar.
Mereka memakai pakaian sutra
halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang yang
terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih.
Sesungguhnya ini adalah balasan
untukmu, dan usahamu untuk disyukuri (diberi balasan).
Firman Tuhan seperti tersebut di
atas, itu adalah ditujukan kepada orang-orang yagn kufur hatinya, terlebih lagi
orang Arab bangsa Quraisy ketika di jaman Nabi. Dengan harapan agar orang-orang
itu berniat : Menjalankan ajaran kebenaran, agar bisa masuk ke dalam Syurga.
Ayat-ayat tersebut memang benar adanya, dan buktinya ada, walau pun sekarang
atau besoknya, Asal saja yang menjalankankannya masih dalam keadaan Hidup,
rtinya, masih bisa merasakan kenikmatan yang belum pernah dialami oleh rasa
hatinya.
Contoh tentang yang dirasa oleh
orang malas seperti tersebut di atas, penjelasannya adalah : Oleh karena tidak
menjalankan, sehingga menimbulkan rasa iri. Walau pun Ayat-Ayat Tuhan sudah
MENERANGKAN tentang yang digumamkan oleh orang YANG TIDAK MENGALAMINYA dan YANG MENGALAMI ENAK.
Orang yang mengalami Syurga itu
sebenarnya adalah atas perbuatannya sendiri yang sudah dijalanakannya. Artinya
: Memetik apa saja (baik yang kasar atau yang halus) yang menjadi buah dari
perbuatannya. Seorang Menteri dan Seorang tukang menjual barang bekas sebagai
ibaratnya. Seorang Menteri itu sekolahnya tinggi, Hatinya jujur, sehingga bisa
menjabat sebagai Menteri. Sedangkan bagi penjual barang bekas, maka hasilnya
adalah hanya sebagai penual barang bekas saja. Sehingga : Semua yang didapat
itu tentunya sesuai dengan apa yang diusahakannya. Balasannya adalah berada
pada perbuatannya. Jalannya Budi dan geraknya raga itu jika berhasil, yang akan
memetiknya adalah hatinya sendiri> Bagaimanakah diri kita bisa enak, jika
tidak mensucikan hati dan giat bekerja?
Amal perbuatan Budi dan raga,
yaitu dengan tekun, mencari ilmu tentang Ketuhanan, tidak akan kurang
pengaruhnya, sehingga menumbuhkan rasa berserah diri dalam hidupnya. Artinya :
Perbuatannya tidak menyeleweng dari sifat Tuhan, karena sadar diri sebagai
Hamba Tuhan. Yang pada akhirnya akan menemukan ketenangan (2) dan menjadi ahli
Syurga. Menurut kabar, Syurga itu berlapis tujuh> Di bawah ini sekedar
memberikan gambaran sekedarnya, menukil dari Rongga Warsita.
Syurga yang ke 1. Bernama :
Jannat’ul Nai’em; Syurga yang ke 2. Bernama Jannat’ul Adnin; 3. Jannatul Tawab;
4. Jannatul Firda’us; Syurga yang ke 5. Jannatu’l Syamsi; 6. Jannatu’l Ma’oti,
Syurga yang ke 7. Jannatu’l Sukri’
Oleh karena kata Syurga itu
adalah lawan kata dari kata Naraka, sehingga Rasa-rasa itu juga berlawanan
pula, yaitu :
1. Hati Pu’at : Jantung pintunya
dari Pussar; rohnya adalah Roch’ullah, sedangkan Syurganya adalah Janatu’l
Naie’m. Kenyataannya adalah lebih nikmat, atau tidur tanpa mimpi bagaikan orang
mati.
2. Hati Muzarat, yaitu : Sulbi,
pintu masuknya dari dzakar; Roh-nya Roh Kudus, Syurganya Jannadtu’l Adnin,
artinya alah sangat indah, kenyataannya, ketika mengeluarkan mani; artinya
mendapatkan rasa nikmat ketika olah asmara. Sudah sangat jelas tentang Syurga
yang diberitakan oleh Tuhan kepada “Adam
itu adalah Syurga : Yang tidak terbayangkan” artinya : TIDAK ADA RASA APA-APA,
yaitu ketika seorang bayu terlahir (2).
Sehingga, semua nama-nama tentang
Syurga untuk bisa mendapatkannya (merasakannya) jika kita udah KIYAMAT
(terlahir).
3. Hati Tuwajuh, yaitu : Lambung,
pintunya dzubur, rohnya-roh Siri’ul-a’lam, sedangkan Syurganya adalah Jannatu’l
Tawab, Buktinya adalah rasa puas, bukti nyatanya adalah Melegakan, kenyataannya
adalah ketika buang angin dan buang air besar.
4. Hati Slaim, yaitu Ginjal,
pintu masuknya dari hidung, bernafsu mutminnah, putih warnanya, perbuatannya
mencium, rohnya Roh Rokhani, Syurganya Jannatu’l Firdaus. Atinya lebiha awet,
kenyataanya adalah keluar-masuinya pernapasan, buktinya ketika tidak terkan
flu, TBC, dan Asma. Yaitu tidak sesak nafas.
5. Hati Sanubari, yaitu Limpa,
pintu masuknya melalui mata, nafsunya sufi’ah, warnanya kuning, yang
dilakukannya adalah melihat, memandang. Rohnya Roh Rabbanie, Syurganya
Jannatu’l Syamsie, kenyataan di tiap harinya adalah ketika memandang yang
terang, dan tidak terkena penyakit mata.
6. Hati Maknawi, yaitu Empedu,
pintu masuknya melalui telinga, nafsunya Amarah, berwarna merah, Syurganya
Jannatu’l Ma’at, artinya sangat indah, bukti nyatanya ketika kita sedang
mendengarkan musik yang indah, akan merasa puas.
7. Hati Sawadi, yaitu Usus, Pintu
amsuiknya melalui mulut, perbuatannya adalah berkata-kata, nafsunya adalah
aluamah, berwarna hitam, rohnya Roh Idlafie. Syurganya Jannatu’l Sukrie.
Artinya kesenangan yang sangat tinggi,
bukti nyatanya adalah ketika sedang tertawa senang.
Penjelasan di atas itu,
sebenarnya adalah sumber dri bagian rasa yang ada di seluruh badan. Oleh karena
rasa enak (Syurga) itu tempatnya ada di hati, maka sesungguhnya kita ini dalam
“SETIAP HARI”, adalah melewati Syurga, Contohn :
1.2.1, aa. SYURGA dari redaksi
Surat Kabar itu jika para pelanggannya TIDAK PERNAH berhutang. Artinya : Senang
hatinya karena rutin membayar.
bb. SYURGA dari wanita itu
disebut berada di pantat, artinya : Jika saminya menjadi seorang Jendral,
tentulah dia akan ikut disebut dengan sebuatan Ibu Jendral, maka hatinya
menjadi ikut senang.
cc. Syurga bagi sseorang Pengemis
itu jika dari mengemisnya menghasilkan uang yang banyak, dan jauh berbeda
dengan pendapatan teman-temannya. Sehingga dia itu tidak sayang untuk membuang
uangnya guna membeli makanan yang enak-enak, karena hal itu sangat jarang
dijumpainya, maka rasa senangnya tiada
terkira.
dd. Syurga bagi Pengawai Negeri
itu, jika naik jabatan dan gajinya semakin bertambah.
Demikian itulah silah0silah dari
rasa senang itu, dan masih sangat banyak lagi jenisnya. Dan sesungguhnya, di
sembarang tempat dan berbagai keadaan,
jika hati kita senang menerima rasa senang itu juga disebut sebagai Syurga (9).
C. APAKAH SYURGA/NARAKA ITU KEKAL
ATAUKAH TIDAK?
Kata “Kekal” kadang itu dimaknai
“Tidak berubah-ubah” maksudnya adalah jika tentang rupa maka akan tetap
bagusnya. Jika sebuah bentuk, itu tetap indah. Hal itu sebenarnya hanya salah
dalam menerapkannya, karena kata “Kekal”
itua dalah Bahasa Arab, yang sudah bergeser menjadi bahasa keilmuan,
Sama halnya dengan “Baqa”, itu adalah sebutan yang berasal dari Sifat Allah
sendiri yang nomor 3 (Lihat Wedaran Wirid Jilid I tentagn sifat 29).
Maksudnya adalah TETAP ADANYA.
Sebeutan “Tetapa danya” itu, tidak perduli yang disebut itu sudah dijumpai atau
belum. Karena sifat Tuhan itu “tetap selamanya” Demikian juga tentang
senang/Syurga dan Naraka, itu sudah pasti ADANYA dan sudah pasti seperti itu
keadaannya!”.
Oleh karena HIDUP itu
kekalsehingga untuk bisa bertemu dengan Syurga adalah JIKA HIDUP. Artinya,
Pertanyaan di atas sebagai jawabannya adalah : KEKAL’ Ukuran kekal dan
berubah-ubah itu ADA DI MASING-MASING
DIRI SESEORANG YANG HIDUP. Sehingga jika kita ini mati, tentu sudah TIDAK
BERJUMPA dengan SYURGA/NARAKA. Intinya adalah : Jika aku sudah mati, tidak akan
bisa berjumpa dengan Rasa Enak dan Tidak enak.
Jika di kira-kira : “Nah.. Jika
begitu maka berarti sama saja tidak kekal ?” Jawabannya serta menurut pemahaman
saya. Saya menjawabnya kepada yang disebut SI HIDUP sendiri. Kita bisa senang,
sakit itu dikarenakan oleh HIDUP, artinya
Sedang bertempt di KEKELAN si HIDUP. Nah.. apakah Si hidup itu
sendirian? Di Amerika, Rusia, Jepang dan
dimana saja ada HIDUP. Maksudnya : Jika yang bernama manusia yang sedang hidup di
seluruh dunia ini, jika sedang Sakit, itu ya SAKIT, jika sedang senang, yah
itulah Syurga dunia! Sehingga jika “AKU SUDAH MATI” akan tetapi manusia yang
hidup selain aku itu sengat banyaknya. Sehinga yag selain aku, tetap akan
mengalami senang dan sakit dis etiap
waktunya. Demikian itulah sehingga Syurga itu tetap disebut kekal oleh yang
lainnya yang belum mati. Karena mati itu tidak bisa menerima senang dan sakit
(9).
Sehingga yang dikatakan bahwa
Syurga itu KEKAL itu adalah ketika kita HIDUP. Sesuatu yang berhubungan dengan
Penglihatan Nabi ketika Shalat (10). Penjelasannya adalah : Syurga dari kubur
atau akibat yang dialami karena bekas perbuatan ketika rasakan ketikaberada di
Alam Peralihan iitu (Alam Astral), sama saja JIKA AKU BERMIMPI MAKAN atau MINUM
SUSU! Artinya : Mendapatkan bekas (Tabet) dari rasa puas! Kata Tabet, jangan dianggap sama dengan
mendapatkan bendanya, akan tetapi walau pun hanya bayangannya saja yang
dijumpainya, yang poko dan yang penting adalah : Menyebabkan senang!”
Sedangkan Syurga yang sebenrnya
bagi para ahli kubur itu, jika sudah TIDAK TERASA APA-APA (2). Walau pun masih
merasa, itu adalah rasa yang masih sama dengan ketika masih ada di dunia
(Senang, susah dsb). Maksudnya adalah : Yang merasakannya adalah roh (Bekas
yang menempel di roh). Contoh bagi ukuran dunia adalah sebagai berikut (tenetagn rasa puas dari Roh) : Ahli ilmu
batin itu akan bisa mendapatkan rasa senang (Syurga), jika bertemu dengan yang
satu selera dalam omongannya! Sehinga menjadai saling :membicarakan hal yang se
ide. Sehingga rasa senangnya itu tidak bisa dikira-kira atau disentuh!”
Jika demikian, maka sudah jelas
bahwa SYURGA itu Kekal. Yang berbeda hanya dikarenakan berubahnya keadaan atau
bertambah dan berkurangnya suasana.
D. APAKAH DOSA ITU?’
Qur’an Surat “SABA” ayat 24 :
Entah Aku (Nambi Muhamamd) Entah kamu,
semua yang benar atau ada di kesesatan yang nyata.”
Semua ajaran, keterangan, nasihat
dan sebagainya, hal itu semeua yang terpenting hanya sebatas untuk menunjukkan
jalan kebenaran, dan jalan yang tidak menyesatkan. Karena jika menurut ajran
Ilmu batin, kate “Benar itu” BUKAN HANYA dengan menjalankan amal saja
(Berderma, berbuat sosial dan sejenisnya), akan tetapi yang dimaksudkan,
tentang yang dimaksud dari kata “benar” itu adalah antara Hati dan tindakan berjalan
sama dan sesuai (Lihat pada uraian di
Wedaran Wiri I) Contohnya : Anak sekolah yang belum mengetahui huruf, susuna
kata dan sejenisnya, maka hatinya bersemangat untuk mempelajarinya, karena
INGIN bisa. Setelah anak itu sudah bisa menulis dan membaca, kadang-kadang justru
menggampangkan dan meremehkannya” sambil mengatakan “Ternyata hanya seperti ini
saja”.
Bagi Pencari Ilmu Allah,
mengganggap mudah tetntang hal apa saja, maka disebut dengan sebutan “Buta
matanya”. Maksudnya : Semua ajaran guru, maka benar salah dan pemahamannya itu
tergantung dari kemampuan mamsing-masing yang menerima ajaran itu, walau pun
hanya sebesar butiran debu, jika ajaran guru diterima dengan rasa kepuasan
hati, itu sama saja dengan “Sudah terbuka hatinya” (Senang, Syurga) yang
kemudian membenarkan atas apa yang sang Guru ajarkan. Akantetapi kenyataannya :
“Apakah memang ilmunya sudah benar-benar yang sebenarnya?”
Jika TIDAK BENAR’ maka sisapakah
yang salah, apakah gurunya atau kah muridnya ? Jawabannya : “SEMUANYA”
menempati jalan yang sesat!” Karena, tidak kurang bahwa ilmu apa saja jika diterima
dengan cara tidak banar, barangkali saja, apakah itu bukan ilmu yang berasal
dari Mahluk halus yang dijakan pendampingnya? Jika berasal dari Jin pendamping,
itu justru menyesatkan, baik di dunia hingga akheratnya (Kedua-duanya).
Tindakan yang demikian itu yang disebut dengan “DOSA”.
Artinya melakukan hal yang “SALAH”. Untuk memisahkan atau untuk menilai, mana
yang benar dan mana yang salah itu, adalah seperti coh di bawah ini :
1.2.2. Seseorang pengikut paham
apa saja, maka yang menjalakannya adalah menjalankan dan mengamalkan di jalan
yang benar. Tindakannya itu disebut MADZAB, maka Semua amal perbuatannya adalah
menurut Madzab si “A”. Jika Madzab si “A” salah, apakah para pengikutnya tidak
sama saja sesat?” Itu sekedar contoh bagi tata kelahiran, artinya : Masih bisa
di rubah.
1.2.3. Seorang pencuri mencuri
emas hingga seharga puluhan juta rupiah, kemudian dibagi-bagikan kepada orang
miskin. Apakah kelakuan pencuri itu tidak salah, walau pun oleh para orang
miskin, tindakannya itu dibenarkan?
Kedua contoh di atas itu sama
saja berada di jalan yang sesat, artinya Menanam Dosa. Penyebab salahnya adalah
karena yang dilakukannya tidak dipikir dan di nalar terlebih dahulu, dan hanya
berdasar tidak terkena apa-apa. Seperti apakah
yang dijalankan oleh diri kita di setiap harinya ? Jawabannya : Jalankan
bersama dan selaras antara hati dan tindakan!”
Tanggung-jawab segala resiko
perbuatan dan cetusan hati itu yang menanggungnya adalah hati, artinya : Agar
bertindak yang tidak bisa menyebabkan hati menjadi mengeluh atau hati menajdi
panas. Itulah yang disebut tidak menyebakan dosa. Ada yang mengira bahwa dosa
itu tidak bisa hilang, akan tetapi sebenarnya itu, bisa hilang musnah. Cara
menghilangkannya adalah ketika masih dalam keadaan hidup. Dengan cara : JANGAN BERBUAT SALAH TENTANG
SEGALA HAL. Penjelasannya : Semua itu
untuk bsia memahaminya adalah nanti ketika sudah berada di alam kubur. Berikut
adalah contoh dari perbuatan dosa yang tidak bisa dihindari :
1.2.4. Hanya karena pansanya hati
(malu), Si “A” membunuh orang (musuhnya).
1.2.5. Menyiksa sasama makhluk
(Menyiksa dengan tidak ada hasilnya, contohnya adalah membunuh hewan terbang
dengan tidak ada manfaatnya, sekedar untuk kesenangan saja).
1.2.6. Hadits Shaheh Bukhari No.
25, dari Ahamad bin Qa’is, : Ketika aku akan MEMBERIKAN PERTOLONGAN” kepada
orang-orang, di jalan aku bertemu dengan ABU BAQRAH. Dia bertanay : “Akan
kemana?” Aku menjawab : “Akan menolong orang itu!” Di menyambung dengan
membentak : “Sudahlah, plang saja, tidak usah DITOLONG, karen akun mendengr
sendiri petintah Nabi : “Jika ada dua orang bertengkar hingga saling membunuh,
yang mana keduanya sama-sama Muslim KEDUA-DUANYA sama-sama masuk NARAKA.”
Aku kemudian mohon petunjuk :
Wahai Nabi, Yang membunuh jelas akan masuk ke dalam Naraka, sedangkan bagi yang
terbunuh, bagaimana?”
Nabi bersabda : “Orang yang MATI
terbunuh itu, juka mempunyai niat akan membalas hukum (Membunuhnya)”.
Contoh yang disebutkan pada nomor
1.2.4. dan 1.2.5. di atas, yang bisa terjadi di mana saja, itu sudah termuat di
uraian pada nomor 1.2.6. Kata bertobat itu sebenarnya adalah : Tidak akan
mengulangi berbuat kesalahan, berhenti dari berbuat buruk. Akan tetapi, bertobat itu harus di lahir dan
dibatinnya juga, agar perbuatan buruknya
yang sudah dijalankan tidak melekat.
Jika pikiran buruk sduah hilang, dan untuk selanjutnya tidak mengulangi
berbuat buruk, maka hatinya akan bisa menjadi terang. Hilang dosanya. Hanya
saja yang sepertin itu adalah pendapat yang sudah umum. Oleh karen dosa itu
pasti adanya, sehingga walau bagaimana pun juga bagaimanakah cara untuk
menghindar, Dosa dan tindakan buruk itu pasti akan membayarnya (membalas).
Sedangkan sabda Nabi di hadits tersebut di atas (1.2.6), penelusurannya adalah
sebagai berikut :
Siapa saja yagn dibunuh (di
tampar orang lain), maka di dalam hatinya pasti muncul perasaan ingin
membalasnya. Oleh karena niat hati itu adalah soal RASA, sedangkan hidup
manusia itu adalah dikuasai oleh RASA Ingat atau RASA JATI (Lihat Wedaran Wirid
jilid I tentang Bab : Mati), apakah yang terpikirankan itu tidak akan membekas
di rassa jati, yang ke mana pun perginya pasti akan tetap terbawa, walau pun
sudah sampai di alam kuburnya?” Oleh karena hati yang ada bekasnya itu disebut
NAFSU, itu tidak akan hilang jika belum terpenuhi apa yang diinginkannya, yaitu
dengan melakukan balasan.
Petunjuk tuhan di dalam Al-Qur’an
surat Az-Zumar ayat 51. : Semua terkena kejahatan yang sudah dilakukannya.
Orang-orang yang berbuat jahat akan menerima kejahatannya yang sudah
dilakukannya dan tidak akan bisa menghindar (11)”. Maksud Ayat tersebut : “Jika
ketika dunia berbuat buruk, pasti akan memetik buah perbuatannya, seperti kisah
dari Bambang Sumantri yang membunuh adiknya. Wil Sukrasana (11).
Pada tahun 1953, di negara
Cekoslowakiyah ada seseorang setengah baya, mempunyai musuh karena berebut
warisan dari bekas istrinya. Oleh karena harta warisan itu harus di bagi , dan
karena di dalam hatinya tumbuk rasa kemilikan, dan ada perasaan iri hati,
sehingga tumbuh niatnya untuk merebutnya denganc ara halus, agar TIDAK ADA
YANG MENGETAHUINYA. (Ingat. Tuhan Itu
Maha Tahu dan Maha Mengetahui, Maha Memberi Pemahaman dsb).
Dan niat orang itu benar-benar terlaksana
yaitu dengan berhasil membunuh musuhnya dengan cara ditembak dengan pistol.
Dalam aksinya dijalankan dengan sangat sempurna, sehingga tidak ada yang
mengetahui selain hatinya sendiri. Dengan
kejelian pihak kepolisian pun hingga tidak bisa menemukan, apalagi untuk
menangkap dirinya. Akan tetpai jisim si korban menjadi bahan penelitian oleh
yang berwajib dan setelah diteliti dengan mendetail, tidak lama kemudian yang
membunuhnya ketahuan juga atas Maha Adil-Nya tuhan. Bagaimanakah penalarannya!.
Jasad yang berlumur darah kering itu matanya
melotot. Sehingga sangat jelas bahwa ketika dia dibunuh, sang korban itu sedang
terbuka matanya dan melihat pembunuhnya. Atas dasar penelitian Dr. Mozart, maka
bisa ditemukan. Penjelasannya, sebagai berikut :
Oleh Dr. Mozart, mata korban
diambilnya dengan cara dioperasi. Mripat itu bisa melihat apa-apa karena di
dalam mata itu ada organ yang bernama MANIK. Berada di tengah-tengah pusat
mata, ujud dan bentuknya bundar dan terlihat dari luar. Di Manik itulah
tergambar bayangan yang ketika itu sedang dilihatnya. Manik mta (Kornea) yang
sudah diambilnya itu kemudian diteliti dengan menggunakan microskop, dan di
dalamnya msih tersimpan bayangan dari orang yang membunuhnya. Bayangan tersebut
kemudian di fotonya. Kemudian dibesarkan hingga berkali-kali lipat yang
kemudian dijadikan sebagai pedoman untuk mencari pembunuhnya. Pada akhirnya,
sang pembunuhnya bisa tertangkap, sekitar waktu seminggu dari kejadian
pembunuhan itu.
Demikianlah akhir dari kisah itu,
yang bisa digunakan sebagai pelajaran bahwa berbaliknya pembalasan dari
perbuatan itu adalah bermakna sebagai : banhwa DOSA itu harus ditnggung
sendiri, walau pun meelalui perantara orang lain (Dr. Mozart). Apakah ketika ditembak,
yang menjadi korban penembakkan itu ada rasa ingin membalasnya? Tentunya pasti
ada, dan rasa mengancam ingin membalas itu adalah sebagai pengikat hidup yang
kemudian dikatakan bahwa : Kedua-duanya akan masuk Naraka.
Walau pun begitu : Bahwa sebenarnya
kejahatan itu adalah saling balas membalas (11). Soal lama dan tidaknya itu
tergantung kepada keadaan di sekitarnya. Hal ini bisa dicocokkan dengan cerita
wayang Bambang Sumantri yang membunuh adiknya. Wi; Sukrasana. Pada akhirnya
menjatuhkan balasan dengan jalan menyusup ke raga Dasamuka.
ooOOoo
Bekas yang melekat dari perbuatan
buruk itu cepat dan lambatnya akan berakibat mengerikan atas akibat balasannya.
Ceritanya (Jantranya) balas membalas itu berjalan dengan sendirinya setelah
terjadinya kiyamat, atau menyusup pada raga dalan keseuaian keinginan dirinya,
menyusup masuk ke dalam hati orang yang
sama ukurannya (12). Sebagai contoh buktinya, ayat 179 Surat Al-Baqarah di
bawah ini, silhakan ditelaah :
“Kamu bisa hidup itu karena
Kisas, wahai orang-orang yang berakal, semoga kalian menjadi takut!”
Ketahuilah, oelah karena “Dosa”
atau perbuatan buruk terjadinya saling balas membalas, bukti-nyatanya dalam
kejadian tiap harinya disebut “Hukum”. Perintah ayat di atas justru ditujukan
kepada orang yang sudah paham (Dunung) atau yang berakal, maksudnya adalah :
Untuk bisa memahaminya maka harus di renungkan dan ditelaah. Yang sulit itu
adalah atas sebab yang nyata, artinya : Meemahami sebab dan akibatnya!”
Makna dari kata “Kisas” adalah
sebagai berikut :
1.3.1. Pada jaman Pemerintahan
Islam ada aturan hukum tentang kejahatan (Kriminal) sangat adail. Siapa saja
yang melakukan pembunuhan, maka akan mendapatkan hukum dengan cara di kisas.
Sehingga yang dimaksud kisas di sini : Membalaskan hukuman sesuai tindakannya!
Hal itu diukur menurut tingkatan kesalahannya, akan tetapi hal itu adalah
tatanan hukum di dalam tata kelahiran saja.
Jika diteliti menggunakan batin
untuk mengambil makna pada contoh di
atas, ternyata bahwa hidup itu terpengaruh olrh HUKUM BALAS MEMBALAS. Maksudnya
adalah : Berbuat baik, akan berbuah
baik, berbuat buruk, akan berbuah buruk. Kata-kata yang sedikit ini, sudah
menjadi hukum dunia, dan juga bermakna : Bahwa kita ini memikul dosa “Adam.
Maksudnya adalah : Jika manusia “Adam sekalian ketika dahulunya tidak melakukan
keburukan, Maka Keturunannya tidak akan menlakukannya (nn). Maka dalam
kenyataanya, bahwa adalah saling balas membalas itu selain sudah menjadi
perintah Allah, juga merupakan perintah Nabi Muhammad di dalam Hadits tersebut
di atas (1.2.6).
Manusia itu ketempatan rasa yang
disebut RASA JATI, yang pekerjaanya : Mencatat pebutan dan cetusan hati,
sehingga disebutkan dengan DICATAT DI DALAM KITABNYA DIRI SENDIRI (Lihat
wedaran Wirid I tentang Kiyamat). Yang juga sebagai saksi bagi diri kita sendiri
dan yang memetik hasilnya juga berada di diri sendiri. Lebih jelasnya : Hutanga
mati dibayar mati, hutang malu dibayar malu, demikian dan seterusnya demikian,
hingga sampai ke keturunannya.
Karena jika di dunia ini tidak
balas membaas, tentunya tidak akan ada permusuhan seperti yang terjadi dalam
setiap harinya.
SASTAR JENDRA HAYUNINGRAT, SASTRA CETA, RAHASIA DUNIA
Kata Sastra atau Tulis (Tulisan)
adalah suatu keadaan yang sudah TERLIHAT NYATA, contohnya yaitu gambar ular.
Kata Gambar itu agar bisa menyerupai ular jika ditulis, artinya SAYA/kamu mengetahui
atas kenyataan bentuk dari ular! Munullah pemikiran kita : Sudah jelas sudah
tertulis, mengapa harus smenjadi RAHASISA DUNIA?” Maka kemudian dinaikkan : Apa
YANG DITULIS dan apa Bukti nyatanya! Mari kita renungkan : Setiap rumah tangga
itu apsti mempunyai rahasia dan yang dirahasiakannya itu sudah NYATA bentuknya,
dengan harapan : Tidak boleh setiap orang untuk mengetahuinya?”
Kemudian ada pertanyaan yang ada
hubungannya dengan Sastrajendra Hayuningrat, sebagai berikut : Kata dari yang
sudah bisa memahami Sastrajendra Hayuningrat itu hanya Orang Suci yang bernama Wisrawa
dengan Dewi Sukeksi? Didalam bahasa keilmuan dijelaskan bahwa : Siapa saja yang
mengerti Sastrajendra Hayuningrat, jika raksasa maka ketika kematiannya akan
berkumpul dengan manusia. Jika manusia maka akan berkumpul dengan Dewa.
Ulasannya adalah sebagai berikut : Kata mengetahui itu : Mengerti hingga ke
dalam batin.” Tidak hanya mengerti tulisannya saja. Disebut juga dengan
mengetahui ilmunya dan orag yang sudah mengetahui ilmunya, paling tidak hatinya
menjadi tenteram! Apakah sebenarnya yang disebut dengan sebutan Sastrajendra
Hayungrat? Ada sebuah pendapat bahwa
sastarjendra Hayuningrat itu adalah Ilmu Yang Nyata (Ilmu Kenyataan), Ke –
Tuhan – an dan sebagainya.
Menurut pendapat saya,
Sastrajendra Hayuningrat itu adalah alah tentang yang Nyata, akan tetapi
rahasia, Contoh menurut bahasa keilmuan adalah sebagai berikut :
1.3.2. Ketika Baghawan Wisrawa
mengajarkan Sastrajendra Hayunginrat, kepada Dewi Sukeksi, lupa bahwa yang
sedang diperi pelajaran itu adalah calon menantunya. Derajat Pandita Bhagawan Wisrawa
hancur lebur sifat sebagai seorang pandita. Sehingga akhirnya tergila-gila
kepada Dewi Sukeksi. Mendapat hukuman Tuhan, maka keturunan dari Dewi Sukesi
berupa Raksasa, yaitu Raja DASAMUKA.!
Oleh karena ada hubungannya
dengan Rahasia Dunia, sehingga harus dicocokkan dengan perintah Tuhan di dalam
Ayat-ayat Surat Al-A’raf: sebagai berikut :
1. Bhagawan Wisrawa itu
laki-laki, Dewi Sukeksi itu wanita.
2. Tidak muda dan tidak tua,
sifat nafsu itu muncul jika bertemu dengan musuhnya (nn).
3. Dalam memberikan pelajaran
tidak ada orang yang tahu.
4. Anak keturunan Sukeksi bernama
Dasamuka, mengapa bukan Sewu Muka?*.
Kemudian kita hubungkan :
1.a. Ketika “Adam digoda Iblis –
bangun nafsu birahinya.
2.b. Nafsu pria dan wanita itu
sama - ‘Adam dan Hawqa, memakan buah Kuldhi
– Yaitu melakukan olah asmara.
3.c. Ketika “Adam dan Hawa sedang
“Makan” nikmat dari buha Kuldhi. TIDAK ADA ORANG YANG TAHU, kecuali keduanya!.
4.d. Ibu Hawa mengandung anaknya
hinga anakk keturunannya.
Di dalam cerita Pewayangan
digambarkan bahwa Prabu Dasamuka itu tidak bisa mati!” Apakah memang demikian?
Jawabannya : Dasa itu Sepuluh; Muka itu wajah> Prabu Dasamuka itu simbul
adalah lambang dari hawa nafsu. Hawa nafsu itu tidak mati.
Dalam bahasa keilmuan, ada 4
jenis, 5 pancer (pusat). Nafsu akan mati jika manusianya mati, namun apakah
nafsu yang 5 macamnya yang ada di dunia ini juga ikut mati?
Mohon maaf : Bercampurnya Adam
dan Hawa, terjadinya adalah setelah terkan godaan Iblis. Artinya sudah
mempunyai nafsu. Nafsu kita itu disebut 5 pancer. Jika pria dan wanita
melakukan sanggama/bermain asmara karena dorongan nafsunya, maka jumlahnya
menjadi 10 wajah. Sehingga, Dasa muka adalah lambang dari nafsu, keturunan dari
Ayah dan Ibu! Yang disebut Sastrajendra Hayuningrat itu memang teramat sagat rahasia, karena yang
mengatahuinya itu hanya Wisrawa dan Sukeksi; “Adam dan Hawa / Sehingga yang rahasia itu nyatanya
(perbuatannya) dan yang nyata itu tulisannya, jika tidak demikian maka DUNIA
MENJADI KOSONG, setelahnya “Adam dan Hawa meninggal dunia! Sekarang sudah jelas
bahwa Sastra-Ceta Rahasia dunia itu ketika manusia sedang melakukan sanggama.
Hingga anak turunnya, dan yang memerintahkan itu adalah Tuhan sendiri, karena
harus membuktikan saksi dari Tuhan, tentang maksud dan berumah tangga.
Sampailah pada membuka rahasia
dunia : Kita ini itu dikuasai dan dipengaruhi
seperti penjelasan di bawah ini:
01. ADANYA AKU DARI KOSONG –
artinya : Tidak merasakan apa-apa – entahlah, tiba-tiba menjadi ada (2).
02. TERBAWA NAFSU – artinya menerapkan
perintah tuhan, agar menikah (3c.).
03. TERIKAT SUKA DAN DUKA –
artinya melewati Syurga dan Naraka. Atau cita baik dan buruk.
04. KEMBALI PULANG KEPADA YANG
KOSONG – artinya berusahalah agar bisa menjadi sempurna ketika tiba waktu
kematiannya. Artinya : Jangan sampai terjerat oleh samsara – sebab akibat (02 –
03).
Uraian dari keterangan 4 maam
itu, walau pun Nabi “Adam juga melewati atau terpengaruh. Sehingga di dunia ini
ada Agama, Aturan-aturan, Hukum, Ilmu dan sebagainya, agar jangan sampai
terjerat keduniaan. Artinya : Agar bisa lah membaung Syaithan ( Usil, curang,
dan mengabaikan ). Kerana adanya penghambaan (menghamba) kepada Tuhan itu,
bahwa Pemikiran yang mengutus itu sudah pernah menjalaninya, bahwa jika
terjerat keduniaan itu maka matinya akan tersesat – BUTA - Baik di dunia dan di akherat.
Olehkarena itu adalah Rahasia
Dunia, atau larangan bagi ahli Budi, diminta dengan sangat, agar bisalah
tentang masalah ini disimpan dengan kuatnya, bukan karena bisa berakibat fatal,
hanya untuk menjaga jangan sampai diperguanakn sembarangan saja. Karena jika
hanya sekedar menegerti, namun jika tidak memahami yang sebenarnya atau bukan
ahlinya, kadang-kadang menggampangkan saja. Artinya : Dianggap mengenakan dan
dibuat sembarangan sehingga enjadi perbuatan yang sesat. Sekarang saya bertanya
: Iya jika nantinya menemukan yang luhur? Jika menemukan yang rendah? Apakah
tidak akan menjadi pembuat kerusakan dunia hingga anak keturunanya?” Sedangkan
dalam melakukannya : Agar bisalah mengukur kemampuan dari yang mempelajarinya,
dan yang belajar, jangan sampai sembarangan.
Sehingga hal itu dirahasiakan
hingga bertahun-tahun, karena para Wali ketakutan. Artinya : Ajngan sampai
DIBUAT permainan!
BAB III.
DUNIA DAN AKHIRAT
Ayat Qur’an XXVII surat ke 53, surat An-Najm : “Milik Allah, dunia
dan akherat”.
Perjalanan hidup kita setiap
harinya jika ditelusuri pasti ada salahnya, walau pun hanya sedikit. Bagi para
Pencari Ilmu Ketuhanan, salah dan dosa
itu adalah kesalahan Batin.
Sedangkan jika hal itu bisa
dihapus, maka jiwa kita bisa dikatakan menuju ke kebaikan, yang sebutan umumnya
itu disebut Evolusi Jiwa, semakin berkembang dari yang sedikit, walau pun hanya
sedikit, itu sudah baik, dibanding yang TIDAK BERKEMBANG SAMA SEKALI. Pada
intinya, berusuhalah menuju ke kebaikan, itu sangat penting untuk bekal
Mencari. Di dalam Injil Surat para Rasul 3 ayat 19, bagian ke 1,2,3,
menjelaskan sebagai berikut :
“Agar supaya gantilah batinmu,
dan bertobatlah, agar dosamu hilang , maka kamu akan sampai ke jaman
Ketenangan, yang berasal dari Tuhan (2).
Di situ sudah jelas bahwa :
“Ketenangan itu dari Tuhan” itu sama dengan Tenteram yang dialami oleh “Adam
(2). Menelusuri keyakinan dalam stiap harinya, terangnya hati itu jika tidak mempunyai kesalahan. Sehingga seseorang yang hatinya terang itu disebut
Tenang!
Ketenangan itulah yang sebenarnya
atas tujuan dan manfaat Ilmu! Apakah jika tidak mengetahui sesuatu tpun tentang
ilmu itu GELAP? Jawabannya : Justru yang tidak mengetahui apa-apa, hatinya
menjadi Terang, asal tidak mempunyai hutang! Bagi dunia keilmuan, kosong dari
“Pemahaman” sama saja dengan dengan sama sekali belum paham. Sehingga di
sini, tujuan awalnya, gelapnya hati
kita, yang selalu Mendapati, kata dan kalimat yang jika dibuktikan,
kadang-kadang menumbuhkan perdebatan dan perbantahandan sebagainya, yang akan
di jelaskan. Contohnya adalah di salah satu keyakinan yaitu Islam, jika belum
mengetahui makna dari Syahadat – Bukan Islam – tidak berbeda dengan orang yang
beragama sejak jaman dahulu, jika belum mengerti makna dan bukti dari akherat,
bukan orang pilihan. Hal itu termuat juga di dalam dasar Agama Islam : Harus percaya
kepada Allah, Kita-Nya, Malaikat-Nya, Maha Ghaibnya Allah, Jim/syetan;
Surga/Naraka, Kiyamat yang berakhir di Akherat. Oleh karena iji ajaran-Nya
hanya disuruh PERCAYA SAJA, SEHINGGA
orang percaya 100%.
Sekarang saya bertanya :
Tempatnya akherat itu di mana? Jawabannya : Kata seorang Kyai .... di alam sana, besok setelah meninggal
dunia!” Artinya, jika ketika di dunnia itu menjalan Shalat dan amal shaleh,
akan bertempat karena akan bertempat di akherat!
Seperti halnya uraian tentang
Hari Kiyamat di dalam Wedaran Wirid jilid I, yang kebanyakan dalam meemahami
akherat itu, bahwa akherat itu akan bisa dijumpai pada besoknya, artinya adalah
setelah kematiannya. Akantetapi, yang memberikan penjelasan seperti itu dalam
kenyataanya BELUM PERNAH MENJUMPAINYA, bahwa akherat itu adanya di besok hari.
Menurut yang dipahami oleh umum, bahwa akherat itua dalah keadaan atau jaman
kekekalan untuk para ahli ibadah dan juga bagi orang yang ketika hidupnya di
dunia yang berbuat amal kebaikan! Jjika berpedoman kepada Kitab Allah, yaitu di
dalam Surat An-Najm ayat 25 di atas, bahwa milik Allah itulah Dunia dan Akherat
itu.
Conntohnya adalah sebagai berikut
: Si A memberikan cerita kepada anak cucunya, bahwa bagi yang menanam kebaikan
dan melakukan Ibadah dengan sungguh-sungguh, maka tempatnya di akherat nantinya
di tempat yang tenteram dan nikmat, dan di alam sana akan berkumpul dengan para
bidadari yang banyak dan tidak bisa mati! Demikianlah cerita itu hingga terus
berlanjut hingga ke anak cucu. Dan
ajaran itu melekat hingga ke dalam sanubari. Akantetapi yang erpenting : Bahwa
yang bercerita itu belum pernah melihatnya den menyatakannya sendiri tentang
akherat!” Demikian juga dengan anak keturunannya. Hanya meyakini apa yang sudah
disampaikan oleh Si “A”. Yang juga belum pernah mengalaminya sendiri. Sekarang
silahkan direnungkan maknanya seperti di bawah ini :
\1.3.3. Tuhan itu Bersabda, dan
Sabdanya itu kekal, dan tidak bisa berubah. Oleh karena Sabda-Nya itu ditujukan
kepada manusia yang hidup yang berada di alam dunia, sehingga ayang harus
Mengalami dan Mengerti itu ketika masih berada di Bumi dan yang masih hidup.
Nyatanya adalah, Bahwa Isi dari Kitab itu adalah hanya untuk manusia yang masih
hidup.
1.3.4. Sudah jelas, bahwa dunia
itu adalah untuk manusia yang masih hidup. Padahal di dalam Sabda-Nya itu sudah
dijelaskan dengan mendasar bahwa Milik Allah itu, Dunia dan Akherat, itu
keadaanya adalah menjadi satu, yaitu dalam keadaan ketika masih HIDUP (1.3.3.).
Jika saja, Sabdanya mengatakan :
Milik Allah hanya dunia saja!, yang bisa dimaknai dengan makna bahwa akherat itu BUKAN ADA DI
DUNIA, adanya di besok hari.
1.3.5. Oleh karena Dunia/Akherat
itu adalah PERINTH TUHAN yang kekal adanya, sehingga sama saja dengan Lawan
Katanya, seperti kata-kata : Siang/malam, bahwa siang itu lawan kata dari
malam! Hidup dan mati – Lawan kata dari hidup itu adalah mati, masudnya adalah
sebagai berikut :
aa. Siang itu yang mengalami dan
yang terpengaruh olehnya adalah bagi orang yang masih hidup yang sangat banyak yang ada di dunia! Demikian
juga lawan katanya MALAM, sama-sama dirasakan oleh menusia di seluruh jagad
raya. Makna tersiratnya : Siang itu ada di Bumi, yang malam pun demikian juga.
Yang bisa mengenalinya dan yang bisa menjumpainya tentang Siang dan Malam tetap
bagi orang-orang yang masih hidup dan berada di bumi. Demikian juga halnya
tentang HIDUP, yang memilikinya adalah manusia yang hidup yang masih bisa
bergerak-gerak, dan sebaliknya tentang MATI, walau pun tidak ikut mati, akan
tetapi tentang Mati yang mengetahuinya adalah orang YANG MASIH HIDUP.
Sehingga jika mengambil dasar
dari contoh di atas, sudah jelas bahwa
Akherat itu ADANYA adalah SEKARANG INI (Ketika masih hidup)! Kemudian
ada pertanyaan lagi : “Jika memang benar bahwa Akherat itu ada di di dunia
sekarang ini, yang dialami oleh oarng yang masih hidup ini, apa buktinya dan
dimana tempat keberadaannya?”
Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, pengarang akan menukil Ayat Tuhan di dalam Al-Qur’an :
surat ke 41. Surat : Fushshilat ayat 31 dan 32 (Surat HaMim), sebagai berikut :
- Kami memimpin hidupmu di dunia
dan akherat, di ....
- Sana, kamu akan memperoleh
apa-apa yang kamu Inginkan, dengan.......
- Nafsumu dan apa-apa yang kamu
minta.
- Itu semua bagaikan hidangan
(pahala) dari Yang Maha Pengasih.. dan Maha.
- Penyayan.
Jika itu kita analisa dengan
teliti, maka tidak akan bisa ditemukan sesuatu yang diberinama dengan mana
sebutan “Akherat. Karena itu merupakan Petunjuk Tuhan, maka untuk
menyempurnakan keyakinan, maka haris kita RASAKAN, sedangkan tafsirnya adalah
sebagai berikut :
a. (Baris pertama ayat di atas) :
Kami memimpin hidupmu - sudah sangat
jelas bahwa hidup kita ini dipimpin oleh Yang Maha Pemimpin, yaitu Allah. Dan selanjutnya dalam
MEMIMPIN dari sang Maha Pengasih itu adalah bagi Aku/ kamu/dia ketika berada di
dunia dan akherat (1.3.4.).
b. (Baris ke dua) : Di sana
(1.3.4) Kamu akan memperolah apa yang kamu inginkan! Semakin jelas dan nyata,
bahwa kata “Di sana” itu adalah ketika “manusia masih dalam keadaan Hidup”
artinya : Bukan ditujukan kepada satu
orang (individu) akan tetapi untuk
seluruh manusia se dunia (Universal). Dan juga dikuatkan dengan kalimat : Yang
Kamu Inginkan. Siapa saja tidak akan membanatah
jika yang sedang memiliki keinginan itu adalah manusia yang masih dalam
keadaan hidup dan bisa bergerak-gerak. Artinya : semua menjalankannya dan
membenarkannya (5).
c. (Baris ketiga) : Kata – dengan
Nafsumu dan apa-apa yang kamu minta! Tuhan itu Maha Adil dan Maha Pengampun,
sudah jelas bahwa tempat dari akherat itu berhubungan dengan dunia. Karena :
Bahwa di dunia adalah tempat orang-orang
yang masih mempunyai nafsu 4 macam (nn). Serta tempat bagi orang-orang yang
penuh dengan permohonan “Apa saja” yang menjadi keinginan dirinya. Sehingga
sangat jelas bahwa tempat dari akherat itu bisa disentuh dengan menggunakan
nafsu dan hasrat keinginan diri! (13).
Agar semakin menjadi jelas, jika
dipahami atas dasar bahasa ilmu batin, bahwa akherat itu bisa ditemukan yaitu
dengan cara menggunakan rasa. Rasa dari manusia hidup! Sekarang kita mulai bisa
memahami, akan tetapi masih kurang tepat, karena masih ada pertanyaan : Memang
benar bahwa tempatnya itu ada di dunia, nah.. sekarang yang sama-sama berada di
dunia ini, dimana tempatnya dan seperti apa rasanya?
ooOOOoo
A. SUASANA AKHERAT
Hadits. Dunia dan Akherat,
kedua-duanya harus diutamakan. Tidak baik buat kalian, jika tidak memperdulikan
dunia, karena menginginkan Akherat. Namun juga tidak baik meninggalkan Akherat
karena hanya mengejar dunia. Yang baik dan utama yaitu mencari menyenangi
kedua-duanya. Karena Dunia itu alat bagi manusisa untuk mendapatkan akherat!.
Maka dari itu, janganlah kamu meninggalkan masyarakat/manusia. (Ibnu Massakir,
dari Anas. D.B. th.XII No19).
Sebutan Akherat itu berasal dari
Bahasa Arab : Akhirrah, artinya : Akhir. Ujungnya, atau penghabisan. Pengarang
sudah memberikan contoh di depan 1.3.5. bahwa Kalimat itu bisa bermakna
berlawanan. Sama saja dengan Kata MALAM dan PAGI, maksudhnya adalah akhir malam
hari sudah mendekati pagi, yang keduanya sama-sama kita rasakan. Demikian juga
halnya tentang kata Akherat, karena berhubungan dengan Hidup, yaitu adalah
hidup yang akan dijalani setelah akhir
dari hidupnya. Maksudnya adalah : Hidup kita yang sekarang ini akan mengalami
hidup kembali seperti sebeumnya, jika sudah melewati HARI AKHIR, yang artinya
Mati. Namun jangan salah dalam memahaminya, walau pun mati, yang meninggal
dunia itu adalah raganya, bukan Jiwanya. Jiwa yang ditinggal oleh raganya
itulah yang akan meneruskan Hidup, yang disebut hidup di akherat! (Lihat uraian
di Wedaran Wirid Jilid I, tentang Kiyamat dan Mati).
Sehingga : Alam Akherat itu,l
adalah tempat yang kita alami setelah Kita dibangkitkan dari Alam Peralihan
(Kubur), yaitu setelahnya Hari Kiyamat (terlahir lagi).
Hadits di atas itu sebenarnya
memberikan petunjuk bahwa jika jika hidupmu ketika di dunia berkelakuan yang
baik, maka di kaherat juga baik. Yang demikian itu juga disebut di dalam
Al-Qur’an QS.CV Surat Israa’ yang sudah disebutkan di Bab I :
“Ketika di dunia hatinya buta, di
akherat juga akan semakin Buta, tidak tahu jalan dan semakin tersesat!.
Sangat jelas bahwa hati itu yang
memilikinya adalah manusia yang masih hidup bergerak-gerak. Seperti apakah
buktinya dan bukti rasanya, sehingga bisa mengatakan bahwa hati itu Buta atau
melihat? Jika demikian itu, maka Aku ini sebenarnya bertempat tinggal di
akherat? Hal itu adalah benar adanaya, dan jawabannya adalah sebagain berikut :
2.1.1. Hadits di atas menjelaskan
: Bahwa mencari akherat itu tidak harus dengan jalan menjauhi urusan dunia.
Artinya : Jika perbuatan kita sekarang ini baik, yang artinya bahwa ilmunya
sudah diterima, maka pada hidup kita seteahnya kiyamat (lahir) sebenarnya
adalah akan memetik hasilnya, atas perbuatan kita yang baik yang dilakukan
sebelum mati. Sehingga jika demikian : Aku ini meneruskan hidup dari Jiwa
sebelum aku lahir.
Penjelasannya : Bayi itu adalah
Akherat bagi Sang Hidup sebelum-sebelumnya, atau AKU ini Akherat bagi jiwa yang
bertempat di ... yang sekarang sedang kita bawa siang dan malam ini.
Sedangkan bagi yang salah dalam
menafsirkan, maka Alam Kubur (setelah kematian)
itu dikiranya sebagai Akherat, itu penasiran yang salah walau sudah
diyakini oleh orang banyak!. Ayat Qur’an Surat Israa ayat 21, sebagai berikut :
“Perhatikan, bagaimana Kami
lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidudpan
Akherat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya.
Semua rasa ketika berada di alam
Kubur (Lihat uraian di Wedaran Wirid Jilid I), itu juga bisa kita rasakan
ketika masih di dunia, contohnya : Menyesal, susah dan takut. Oleh karena hal
itu adalah bekas yang melekat yang
berasal dari Tr Indriya ketika di dunia, padahal dunia itu adalah pasangan dari
Akherat, artinya adalah sama-sama Milik Tuhan; sehingga : Rasa yang kita
rasakan sekarang ini itu juga adalah rasa yang ada ketika berada di Akherat.
Di dalam hadits ada kalimat :
“Dunia itu halaman akherat” artinya, seperti pada penjelasan di atas (2.1.1.),
dan di Akherat itu adalah Sara yang lebih tinggi tingkatannya.” Uraiannya
adalah sebagai berikut :
2.1.2. Ketika berada di dunia
kemudian memiliki cita-cita yang luhur atau rendah, sedangkan cita-cita
tersebut masih belum bisa tercapai, maka ketika setelah kematiannya dan di
Kiyamat-kan lagi, tentulah akan memetik bekas yang melekat di kehidupan
sebelumnya. Hal itu akan dibuktikan dengan perbuatan dan cara yang lebih “giat”
lagi, dalam mengejar cita-cita tersebut. Jika cita-cita itu bisa terwujud, maka
wujud itulah yang menjadi akheratnya bagi yang memiliki cita-cita tersebut
ketika di kehidupan dahulunya.
Oleh karena masih memiliki hasrat
dan cita-cita, maka ketika mati tidak akan bisa sempurna, artinya : akan
dikiyamatkan llagi dengan disertai membawa cita-cita yang dahulunya dan
cita-cita tersebut tetap tidak akan berubah. Contohnya : Oleh karena Pencuri itu
bersifat rendah, jika sudah mati dan dikiyamtkan kembali serta kemudian hidup
di akherat, akan MEMETIK perbuatan yang
melekat di jiwa. Semangat dalam melakukannya melebihi (B) dibanding yang dahulunya. Demikian juga
berlaku bagi seseorang yang memiliki cita-cita ayang luhur. Itu ketika memetik
buahnya di akherat semakin berkah dan LEBIH TINGGI DERAJATNYA (B).
Sehingga apa yang sudah Sampaikan
Oleh Tuhan, bahwa lebih tinggi tingkatannya, itu akan berada pada yang
menjalaninya. Untuk lebih jelasnya : Apa yang kamu minta dan yang kamu ingini
dengan menggunakan nafsumu, akan tercapai,” Seperti itulah Petunjuk Tuhan Yang
Maha Pengasih.
Kata “lebih” itu punya makna ada perbedaan
dari yang dihasratkannya! Contohnya : Sama-sama inginnya, namun rasanya tidak
seperti yang terpenuhi keinginannya! Kerena terpunuhi itulah sebenarnya adalah
RASA yang berbeda. Ddan rasa itu, tentulah ketika masih di dunia ketika
merasakannya! Sedangkan Dunia/akherat itu hanya satu (1.3.3/1.3.4). Sehingga
walau pun sama-sama bernama Rasa, namun rasa yang beda itu sebenarnya adalah
RASA YANG DIALAMI KETIKA DI AKHERAT, ATAU rasa yang beda itu adala rasa dari
Akherat. Maksudnya adalah : yang dipetik oleh Jiwa yang kita bawa ini!
Jika uraian tersebut sduah bisa
diterima, maka sekarang ada sebutan : ALAM AKHERAT itu adalah alam PENERUS,
artinya : Dunia itu adalah kelanjutan dari akherat, tempat akherat itu ada di
dunia.
B. SIAPA YAGN MENANAM AKAN
MEMETIK
(Sing sapa nandur bakal ngunduh).
Kalimat tersebut bagi orang Jawa
sudah sangat umum, walau pun tidak membuktikannya. Dan memang itu benar, karena
: Menanam keburukan, memetik keburukan, menanam kebaikan, memetik kebaikan.
Intinya : Bagi pemahaman menggunakan perasaan, sudah diuraikan di atas. Di bawah ini akan menguraikan sebuah
“pembicaraan” umum, yang sepertinya sudah merasuk di pergaulan orang Jawa, yang
contohnya adalah sebagai berikut :
Di dalam Naraka tidak bisa saling
tolong menolong. Sedangkan walau bisa
bertemu dengan istri sendiri tidak akan bisa memberi pertolongan ketika isterimu
sedang disiksa oleh Malaikat. Hal itu kadang-kadang kita bayangkan, bahwa besok
ketika kita meninggal dunia dan ketika di dunia berbuat yang “tidak-tidak” maka
akan digirng ke Padang Mahsyar (Ara-ara yang sangat panas). Sudah barang tentu,
tidak akan ada yang menolong, karena rasa
tidak enak itu hanya diri sendiri saja yang bisa merasakannya, Orang
lain tidak bakalan ikut merasakannya. Sangat jelas bahwa, masing-masing manuisa
itu tidak bisa ikut merasakan sendiri, atas apa-apa yang dirasakan oleh orang lain,
apalagi untuk menolong.
Alam Akherat disebut juga dengan
yang sebanarnya, yaitu Hari Pembalasan, yang buruk tetap ke Naraka, yang baik
bertempat di Syurga. Penjelasan yang lebih jelas itu seperti yang termuat di
dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah, ayat 48 :
- Takutlah kamu kepada hari
Akherat.
- Tidak ada orang lain yang bisa
menggantikan atau menolong.
- Untuk merubah ketetapan...... !
Di depan sudah dijelasksan, bahwa
akherat itu adalah Hari Akhir bagi yang hidup yang sedang dijalaninya! Oleh
karena bahwa akherat itu akan ditemukan setelahnya di-Kiyamat-kan, maka memang
benar bahwa tidak akan ada yang bisa merubahnya! Untuk memetik bauh dari sisa
perbuatan yang melekat!
Sangat jelas bahwa, ketika bayi
yang lahir ke alam yang terang ini sudah
membawa kisah hidupnya sendiri-sendiri, yang disebut juga sesuai dengan
berat dan ringannya Dari Timbangan Amalnya! Kata “Ketetapan” itu, sebenarnya :
begitu terlahir itu sudah membawa NASIB diri masing-masing, sehingga abanyak
kejadian-kejadian walau dalam satu keluarga, namun tidak sama atas apa yang
dipetiknya masing-masing. Tentang hal yang tersebut di atas, juga ada di Dalil
Qur’ 25 : Putusannya mendapat balasan menurut amal perbuatan yang sudah
dilakukannya sendiri-sendiri...... !
Keterangannya : Semua keputusan
hukum yang djatuhkan karena berasal dari semua kesalahannya itu, baru akan
ditanggungnya setelahnya : “Dilahirkan ke alam dunia”. (Tentang Alhumulmahzfuds
leihat kembali Wedaran Wirid I). Lahir itulah yang sebenarnya : Menjalani
Keputusan Hakim Akherat. Sehingga Firman Tuhan tersebut di atas, itu bisa
ditafsiri : Bahwa Akherat itu KEKAL SELAMANYA, maksudnya : MAKAM (Tempat),
memetik buah dari perbuatan. Dan Tempat bayi lahir itu ada di Dunia. Qur’an
Surat Hud ayat 39 atau Surat Mukmin ayat 30 : Akherat itu kekal,
selamanya..............!
Sekarang ada lagi sebuah
pertanyaan : “Nah.. jika demikian.... di antara Jiwa yagn sedang saya bawa ini,
dengan jiwa yang menempati diriku di kehidupan sebelumnya itu, ada
hubungannya??!!”” (13).
Jawabannya adalah sebagai berikut
:
2.1.3. A. Akherat itu kekal
adanya, artinya tetap ditempati oleh orang yang masih hidup, yang memiliki
nafsu dan hasrat keinginan diri!”
B. Dalil di depan (Qs. Hamim atau
As-Sajdah ayat 31-32 surat 41 Juz XXIV) menegaskan bahwa Jika Ketika kamu memperoleh
apa yang menjadi permintaanmu (Walau pun berdsarkan keinginan hasrat diri dan
nafsumu). Hal itu jika ditelusuri, Aku sekarang ini, itu memiliki hasrat dan
keinginan diri!, Ada yang ingin menjadi
Tentara berpangkat tinggi, bos besar, Berdagang, mencuri dan sebagainya.
Padahal itu semua bisanya dilakukan adalah ketika masih hdiup di dunia! Oleh
karena Tuhan Bersabda, bahwa Dunia dan Akherat itu adalah miliknya. Sehingga
Cita-cita yang sekarang ini sama saja dengan cita-citaku ketika di kehidupan sebelumnya
sebelum diriku ini ada yang sekarang ini. Lebih jelasnya lagi adalah : Aku
sekarang ini membawa hasrat diri jiwaku yang berasal dari kehidupan ku
sebelumnya! Sehingga “Aku ini” adalah AKHERAT bagi “Aku-ku” dikehidupan
sebelumnya!”
C. Jika demikian, rasa yang ada
di hatiku sekarang ini sama saja dengan rasa Jiwaku di kehidupan sebelumnya,
Sedangkan Hubungannya dengan rasa di kehidupan sebelumnya itu adalah rasa TIDAK
PUAS, Rasa Belum bisa menerima! Rasa belum ikhlas!.
Silahkan direnungkan dengan kebeningan
hati : Kita ini jika sudah dewasa (Sudah melewati alam yang ke 5), yaitu berada
di alam bagi semua rasa hati yang menuntut, pasti akan tumbuhlah KEINGINAN atau
Hasrat Cita-cita yang kadang-kadang justru lebih bersemangat (Kuat, kukuh,
ingin segera tercapai). Rasa yang seperti itulah yang sebenarnya sebagai rasa
yang berhubungan dengan rasa di kehidupan sebelumnya, atau Kita ini sebenarnya
adalah adalah AKHERAT bagi rasa yang belum tercapai di kehidupan sebelumnya. Adanya rasa yang
kita miliki sekarang ini, karena Terpengarah bawaan rasa di jiwa yang berasal
dari kehidupan sebelumnya. Sehingga semangat dalam perbuatans ekarang ini serta
hubungannya adalah : Berada di AKHERAT diri pribadi masing-masing diri.
Bukti yang lainnya lagi : Bahwa
manusia itu hidup adalah di alam akheratnya, atau yang penulis bahasakan dengan akherat bagi Nafsu – hasrat keinginan
diri – cita-cita dan sebagainya, adalah sebagai berikut :
1. Si “A” itu, sejak kecil
hidupnya miskin. Setelah dia dewasa,
atas keadilan Tuhan, dia itu bisa menjadi Camat, artinya, karena usaha keras
dari si “A” maka akhirnya bisa menjadi seorang Camat. Sehingga si “A: itu, di
desanya menjadi orang yang dihormati, seukuran di Disa Si “A” si “A” diibaratkan bagaikan
kebahagiannya itu, tidak ada orang lain yang sebahagia dia, para tetangganya
membicarakannya, bahwa Si “A” sudah berhasil mencapai “Syurganya”!”..
Akan tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa keberhasilan si “A” itu, karena atas keberehasilan orang tua
dan sesepuhnya ketika dahulu, dalam “Bertapa”.
ooOOoo
Jika hal itu dipikirkan, sudah
terlihat bahwa Si “A” sudah terpenuhi atas keinginan dirinya. Sedangkan bagi
siapa saja yang belum berhasil memenuhi hasrat keinginan dirinya, biasanya
hidupnya gelisah! Sudah jelas penjabaran di Nomor 1. Di atas : Si “A”
dikarenakan usahanya, maka berhasil sampai pada garis hidupnya (Lihat di
Wedaran Wirid Jilid !). Artinya Si “A” dalam semangat ketika berusaha adalah di
dorong oleh bekas yang menempel di Jiwanya yang berasal dari jiwa di kehidupan
sebelumnya, yang dibawanya!” Sedangkan di Nomor 2. Menunjukkan bahwa Cita-cita
dari Jiwa yang di bawa itu, sudah TERCAPAI, artinya cocok dengan Firman Tuhan
di Surat Hamim di atas, serta di Surat
As-raa” ayat 21 yang tafsirnya : Angka 1 di atas adalah kelanjutan dari
angka 2, adalah rasa atau kelanjutan rasa di kehidupan sebelumnya (14). Harap
dicocokan dengan Nomor 2.1.3. A,B,C, di depan.
Bagi yang mencari Ilmu Ketuhanan
(Ilmu yang nyata) : Agar tidak disebut sebagai orang buta ketika di Akherat
itu, caranya adalah : Seneyampang masih HIDUP sekarang ini, maksudnya adalah :
Jika aku sekarang ini Buta, itu berarti jiwaku ketika di hidup sebelumnya TANPA mencari Ilmu Ketuhanan. Walau pun
demikian, untuk bisa berubah hingga bisa berjalan di “Jalan yang lurus” : Senyampang masih hidup di dunia”. Siapakah
yang mengetahui bahwa tiba-tiba dan sewaktu-waktu dipanggil Oleh Yang Menguasai
seluruh alam?” Padahal belum memiliki bekal, artinya : sama saja masih
Buta --- sehingga nantinya jika
dikehendaki untuk KIYAMAT, dengan selamat ---- TETAP AKAN BUTA, tidak
mengetahui jalan lurus!”
C. UNTUK APAKAH AKHERAT ITU
Oleh akrena Akherat itu adalah
cerita hidup yang bisa diraba dan dirasa menggunakan Pancaindra dan sebagainya,
kemudian Apakah maksud Tuhan, dengan mencipta Akherat. Kiyamat, Syurga/Naraka?
Sekarang menguraikan tentang Perbedaan Alam Kekekalan, Ke-Nirwanaan, Dirgahayu,
Yang tidak terbayangkan, Inna Lillahi wa inna ilaihi raji’un!
Akherat itu adalah di besok hari
yang akan di alami dan dijalani. Dan bisa dirasakan dan lain sebagainya.
Sedangkan Ke-Nirwanaan : Nirwana itu adalah yang kita jalani tanpa perlengkapan
diri atau Alam Yang Tidak Terbayangkan, sedangkan Akherat masih menggunakan
Pancaindra/Indriya yang dilengkapi nafsu san sebagainya! Ketika salah dalam
menafsirkannya, bahwa akherat itu disamakan artinya dengan Dirgahayu dan
sebagainya. Intinya : Akherat itu Meniadakan adanya Kerusakan, karena, seumpama
tidak ada alam akherat, tentu tidak ada hari esok. Sedangkan Hari esok itu sama
saja dengan akherat. Untuk apakah Kata Akherat itu? Hal ini kita sudah
berhadapan sendiri dengan Kalimat Allah sendiri, yang pertama: Jika di dunia
Buta mata hatinya, demikian juga di akheratnya! Bagi Pencari Hakekat, yang
selanjutnya, Menuhankan kepada Dzat Yang Tidak terbayangkan, itu Tidak
membutuhkan Hari esok/Akherat dan sebagainya, sedangkan yang dibutuhkannya
adalah Hanya Berserah diri tanpa mengandalkan gerak pikiran!.
Kalimat terakhir itu, jika salah
menafsirkan, kadang-kala justru menunbuhkan watak tidak mau berusaha apa-apa,
hanya berserah kepada Nasib diri. Yang
seharusnya : Para Ahli Ma’rifat itu -
Dalam hidupnya itu tidak berharap-harap (Karena, jika masih mempunyai hasrat
keinginan diri 1. Masih membutuhkan kepintaran, 2. Masih akan melewati akherat,
3. Masih akan mengalami Kiyamat!). Oleh
karena hal ini hanya sekedar menguraikan saja (menafsiri), yang bisa bermakna
Membuka Rahasa Alam dan Membuka rahasia Ilmu Tuhan. Kita itu, harus
menyelamatkan Hidup kita, untuk selanjutnya ikut menyelamatkan dunia beserta
seluruh isinya jika bisa! Di dalam Ayat Qur’an Surat Al-Qasaa 83, yang
tafsirnya sebagai berikut : Akherat itu kami seidakan untuk orang-orang yagn
tidak sombong (Ingkar) ketika di dunia ................................. serta
tidak menyiksa ................... dst.
Di sini sudah jelaskan bahwa Alam
Akherat itu adalah ALAM RASA dan jelmaan dari Jiwa yang masih membawa hasrat
diri dan cita-cita. Akhir bahasan tentang Hari Akherat ini, Pengarang sekali
lagi, akan mengurai tentang SATRAJENDRA HAYUNINGRAT, :
Oleh karena
awal segala yang ada ini dari KOSONG, artinya, tidak bisa dibayangkan, yang
lebih jelasnya adalah tanpa bahan-bahan, artinya : YANG MEMBAWA DAN YANG
MEMBUAT tidak pernah terputus, tidak pernah mati, yaitu tanpa awal dan akhir
(1). Tetap Mempengaruhi dan berharap tentang apa saja yang AKU BELUM PENAH
MELIHAT. Oleh karena Aku, Kamu, Dia, tidak pernah mengetahuinya “Itu” sehingga
sebenarnya alam dunia ini, itu tanpa ada besok, tnapa batas, tanpa akherat, tak
pernah mati @ Apakah sebabnya? Sudah diperintahkan , jika yang tergelar ini,
sebenarnya dikuasai oleh Kalimat Tuhan KUN
FAYAKUN, yang maksudnya adalah selama-lamanya tidak pernah berubah seujung
rambut pun. Jika demikian maka berlawanan dengan manusia, kerana manusia bisa
mati, bisa berada di akherat, bisa terkena Kiyamat, bisa rusak dan sebagainya?!!
Jawabannya // Pertama : Mati,
esok, akherat itu sudah jelas bahwa yang menempatinya adalah MANUSIA, artinya
barang baru terlihat dan terkena perubahan, mati. Akan tetapi janganlah salah
tafsir, bahwa mati itu TIDAK ADA BENTUKNYA .... itu adalah salah!!!!. Yang
benar itu : Kalimat QUN itu jadilah ada .... kemudian muncul adanya Aku, Kamu,
Dia, tikus, cacing dan sebagainya. FAYAKUN, itu menyatakan : JADI’ yang
selamanya tidak akan habis dari yang disebut manusia, hewan dan sebagainya,
itu!!! Artinya adalah tergelar, nyata, terlihat, selamanya!
Yang ke dua : Jika aku mati, maka
para tetangga itu tidak akan ikut mati, pada hari itu juga. Artinya : yang
bernama “Manusia” itu tetap adanya (selain yang mati itu). Yang mati tetap
mati, yang ada tetap ada, artinya : Yang tergelar itu, Kekal keberadaannya.
Mohon maaf, Oleh karena tetap
adanya itu karena untuk tetap Hidupnya Dunia, Menjaga menghidupkan adanya yang
Yasa (membuatnya), Menghidupkan Sastrajendra! Dan kalimat SASTRAJENDRA
HAYUNINGRAT itulah sebenarnya mengandung maksud AWAL DARI YANG ADA. Maksud dan
gambarannya sudah sangat jelas, sejelas-jelasnya : YENDRA atau JENDRA (18)
maksudnya adalah BESAR. Sedangkan sastra itu adalah Tulisan – menuliskan,
menggambarkan, menggambarkan : Adanya Aku! Makna Hayu – Ayu – elok – Indah,
berhubungan, lurus, tata aturan, selamat, maksudnya adalah Memuliakan!! Rat itu
adalah Jagad raya... dunia ini.
Sekrang kita bisa mengira-ngira,
apa maksud dari makna rahasianya, dan mengapa tidak diajarkan? Pada intinya
adalah sebagai berikut : Yang
Menghayyu-Hayyu ning Bawana (Yang mengisi hidup dan menghidupkan Dunia) atau
semua isi dari isi dunia ini. Dan isi dunia itu, jika Cetha (Jelas), artinya
tidak cacat : Itulah yang disebut sempurna, lengkap, sedangkan yang dikatakan
sempurna atau lengkap itu adalah MANUSIA.
Namun manusia itu, ADANYA dari tulisan (Kalimat), artinya berasal dari
diukir (dibuat)!! (18). Ukiran Tuhan kepada apa saja, yang mengisi dunia ini
melalui yang bersifat positif negatif (Laki-laki dan perempuan). Sehingga
disebut juga SASTRA CETHA WADINING RAT (Tulisan yang sangat nyata namun tetap
menjadi rahasia Dunia).
Penyebabnya adalah sebagai
berikut : Laki-laki perempuan melakukan WADI
WINADEN (Sanggama), tidak ada orang lain yang tahu, itulah maksudnya : ----
Jika tidak demikian, maka tidak akan ada keturunannya, sama saja tidak akan ada
kehidupan, habis. Jika habis maka tidak akan bisa menghidupkan/menjaga
kelangsungan hidup dunia (jj.10). Sikap memelihara hidup dunia seperti itu ---
Aku, kamu dan sebagainya.adalah sebagai SAKSI nya bahwa yang pertama kali
membuatnya : ADANYA ‘AKU IKI IKA” adalah Dzat Wajibbul Yaqien!.
Sehingga sebenarnya
“Sastracethawadiningrat/Sastrajendra Hayuningrat itu --- MELAKUKAN pengaruh
yagn tergelar seketika ada, yaitu yang disebut “FAYAKUN” – tidak pernah
terputus! Sehingga sebenarnya yang rahasia itu adalah “KENYATAANNYA”
Buktinya!!! Yang jelas nyata itu ADANYA KAU, kamu ini semua. (18).
Dan yang selanjutnya, akan
ditemukan bukti nyatanya Sastra : AKHERAT, itu untuk apa --- Jawabannya :
Sebagai tempat dari menghidupkan. Untuk tempatnya laki-laki/perempuan bermain
asmara untuk menyebarkan kehidupan, untuk menjelmakan Kalimat Tuhan Qun
Fayaqun. Artinya : Sekarang/besok, dunia/akherat tetap beredar selamanya
mewujudkan kesempurnaan Dunia (18).
Akhirul qalam bab uraian hari
akherat ini, untuk apa? Jawabannya adalah sebagai berikut : Akherat itu untuk
melanjutkan Hidup! Hidup yang sempurna atau belum terpenuhinya hasrat keinginan dirinya. Cara untuk menemukan
rasa dari akherat itu, sama dengan :
aa. Hidupku dibatasi kematian.
*).
bb. Pergaulanku dibatasi
tidur.*).
a.1. Hidup itu terus hidup,
artinya, akan bangun. *), Terbangun kembali itulah yang sebenarnya akan
menempati Akherat untuk meneruskan hasrat keinginan diri atau tempat evolusi
bagi jiwa (Qiyamat).
b.2. Makan, berdiri, duduk dan
sebagainya, itu semua jika puas atau sudah sampai kepada ketentuan : Tidur.*)
hingga pagi. Kembali bangun untuk mencari kebutuhan hidup kembali, dan
sebagainya!.
Sehingga penjelasan itu, menjadi
:
aa. Ini harinya pagi, disebut
akherat, artinya : tetap adanya!
bb. Ini harinya pagi, disebut
terbangun, artinya tetap adanya!
Jika kita ini ingat atas hari
yang sudah-sudah (yang sudah dilakukan sebelum tidur), kita juga ingat dan terasa
atau merasa jika hari yang sudah-sudah jiwaku memiliki “Ini” dan “Itu”.
Tentunya bagi yang sudah pernah
membaca Wedaran Wirid Jilid I, masih ingat beda antara Mati dan tidur! Soal
rasa dan pengalamannya adalah sama saja!.
Manusia itu, jika hasrat keinginan
dirinya bisa terpenuhi, biasanya malas mati, ingin tetap hidup. Hasrat dan
keinginan hidup terus dan senang itulah yang sebenarnya yang disebut menempati
alam akherat dirinya! Tidak ada bedanya ketika di hari ini kita sedang
bersenang-senang, itu malas untuk berhenti, seolah-olah jangan ada pagi dan
jangan ada tidur!.
Urian bagian akhir ini, adalah untuk rasa
senang, artinya : mempunyai kelebihan, berbeda dengan yang lainnya! Dan
sebaliknya adalah menderita – susah- - lamanya dari rasa sussah dan sedih
diharapkan jangan sampai datang lagi – semoga cepat bisa tidur lelap! Firman
Tuhan di dalam Al-Qur’an surat An-Naziat : 36 – 41, sebagai berikut :
Ada yang mendapatkan Syurga, dan
ada yang disiksa di Naraka.
Bukti dari ayat yang sedikit
tersebut di atas, adalah : Tiap menit, tiap jam, pasti ada kejadian yang
mengandung rasa senang dan ada yang sussah – miskin, dan sebagainya.
Ketika terbangun dari tidur pun
demikian adanya : TIDAK ADA YANG BISA MENGETAHUI, akan ada kejaidna apa di hari
esok, kecuali manusia yang diperkenankan oleh Tuhan, yaitu para Ahli Ma’rifat!
Untuk hari Esok, kadang-kadang bertemu dengan senang – arau syurga, dan
demikian juga tidak bisa menghindar dari tidak senang atau Naraka! Demikian
juga halnya, bagai sang-”Hidup” – setelahnya kiyamat, ada yang menjadi Lurah
(Senang), ada yang menjadi sellu dikejar-kejar Polisi – Penghianat, dan
sebagainya.
BAB. IV
JIM DAN SYETAN ITU APA?
(1). Qs. – Al-Hijr, Ayat 27,
surat 15 : Tafsirnya : Kami menciptakan Din sebelum manusisa dari api yang panas
(api beracun).
(2). Qs. – Ar-Rahman, ayat 31,
surat 55. Dan kami akan memeriksa amal kalian, wahai Jin dan Insan!
(3) Qs.XXVII, Surat Ar-rahman
ayat 33. Surat 55. Wahai Jin dan manusia, jika kalian bisa keluar dari langit
dan bumi, keluarlah kalian! Akan tetapi kalian tidak bisa keluar jika tidak
menggunakan kekuatan!.
Untuk menambah pengerahuan dan
untuk bukti tentang adanya Jin, syetan, hantu, dan mahluk halus lainnya, di
bawah ini adalah contoh—contoh
A. ORANG KESURUPAN
Ada anak yang kesurupan syetan.
Tingkahlakunya bermacam-macam, bisa bicara bahasa Ingris, Cina dsb. Yang
dikatakanya : Di sini ini, ada rumahnya”.
Yang mengherankan, Diketiaknya
adan yang menonjol, sebesar kelereng! Ketik dipijat dengan keras, anak itu
berteriak “Aduhhh!! Minta ampun!! Aku tidak akan ke sini lagi! Suaranya
terlihat kecewa!.
B. DUKUN “TIBAN” (Seketika
Menjadi Dukun).
Di Kabupaten Blitar ada seorang
sinden. Pada suatu hari sinden itu pergi ke suatu pertunjukan. Sekitar tiga
bulan kemudian Sinden tersebut tidak
seperti biasanya. Tiba-tiba menjadi ahli supranatural, dan membantu orang-orang
yang meminta pertolongannya. Sehingga Sinden tersebut terkenal sebagai Danyang
(sesepuh) dari warga did tempat itu. Yang mengerankan, bahwa sikap dan
kelakuannya tidan seperti biasanya.
C. HANTU
Di Majalah Wereld tahun 1953,
pernha dimuat tentang ada sebuah kamar yang mencurigakan di Istana Bucking ham
(Ingris), Siapa yang melewati di dekat kamar itu, walau pun siang hari makan
akan berdiri bulu kuduknya.
Ada seorang wartawan yang memberanikan
diri dengan menguat-nguatkan hatinya, mencoba ingin membuktikannya. Dan
benarlah, dia melihat bayangan : Seorang putri yang berjalan mondar-mandir di
kesitar kamar tersebut. Dan akhirnya, wartawan itu lari ketakutan. Dan dia
menceritakan bahwa pedang dan juga gelas-gelas yang ada di meja di tempat itu,
juga dapat terbang dengan sendirinya!”
Ada lagi kisah seorang Kolonel
Angkatan Udara dan seorang Insinyur, ingin membuktikan, seberapa menakutkannya
Istana Hitam itu. Kolonel dan Insinyur sama-sama bersumpah : “Tidak akan
melarikan diri dengan ketikan jika bertemu dengans sesuatu apa saja dan sanggup
menjadi tumbalnya!” Benarlah : Mereka berdua kemudian masuk ke dalam Gedung
yang menakutkan itu pada jam 12.00 siang. Kunci telah dibuka, jendela-jendal pun
dibuka.kemudian mereka berdua melongok dari jendela untuk melihat pertamanan
yang ada di bawahnya. Diceritakan : Bahwa mereka berdua sama-sama melihat
sepasang laki-laki dan perempuan menaiki kereta yang berlari sangat cepat.
Warna kudanya hitam. Yang membuat mereka berdua terheran-heran, adalah kereta
itu dengan cepatnya berlari kencang dan menghilang di sela-sela pertamanan, dan
sama sekali tidak terdenagr suara yang gemerincing!.
Pada malam harinya, mereka
mendengar suara yang menakutkan, berteriak-teriak minta tolong : ‘Hoeeee......
tolong....!! ... tolong.......!!!!!!!... saya jangan di bunuh!”. Demikian itu,
berlangsung terus menerus. Suara itu baru berhenti, ketika ada botol wisky yang
melayang di atas tempat tindurnya ... Kelontang... Pyarrr!!! Dan pecah, yang
pecahannya berserakan di sekitar bantal. Setelah hilang sara botol yang pecah,
kemudian muncul sebuah sinar biru bagaikan sinar hewan kunang-kunang, dan mirip
sinar kilat petir, dan yang semula berkumpul, mengkilat, dan menyilaukan mata,
kemudian membentuk sinar yang panjang – yang terbang berputar-putar di
langit-langit kamar mereka berdua. Tidak lama kemudian, hinggap did
langit-langit kamar dan bisa menulis nama dari penghuni Istana Hitam itu!
Setelah mengetahui namanya, kedua orang itu kemudian melarikan diri
sekuat-kuatnya, karena mengetahui, bahwa pemilik dan penghuni tempat itu,
dahulu ketika matinya adalah dengan cara bunuh diri, dengan jalan menceburkan
diri ke dalam sumur!.
D. ORANG KALAP (Sudah mati...
hidup lagi).
Pada tahun 1936, di wilayah
Dampit Malang sebelah selatan dan hampir mendekati laut, ada salah seorang
pencari ikan, yang kebetulan ingin mengail di sungai. Orang tersbut singgah di
sebuah Warung untuk menitipkan pancing dan tempat ikannya, karena ingin mandi
dengan menceburkan diri masuk ke dalam sungai terlebih dahulu.
Oleh karena pada waktu itu sedang
mendung tebal yang diiringi petir menggelegar. Pemilik warung mengingatkannya,
agar niatnya itu ditunda terlebih dahulu. Pemancing tersebut, tidak
menghirauaknnya, yang kemudian menceburkan diri begitu saja dan berenang ke
tengah dengan menempel pada Batang pisang. Betapa ketakutannya pemilik warung
yang di titipi pancing itu, ketika melihat pemancing itu, tiba-tiba amblas ke
dalam air dan hilang di tengah-tengah sungai. Hilang tanpa meninggal siapa
namanya. Pemilik warung kemudian segeera memberi kabar kepada para tetangganya,
walau jaraknya berjauhan dan sedang hujan deras pula. Kemudian sura kentongan
tanda bahaya dibunyikan, dan pamong praja pun datang untuk membuat proses verbal.
Akan tetapi Pemilik warung, lupa memberikan laporan bahwa orang tersebut pada
awalnya ingin memancing, sehingga pancing dan kepis tempat ikannya tetap
bersandar di sebelah atap di belakang. Ketakutan pemilik warung sekarang pindah
kepada Pancing dan Kepis tempat ikan.
Sekitar waktu setahun kemudian
menurut hitungan pemilik warung, pada suatu hari ada orang yang bertamu untuk
mencari pancing dan kepis tempat ikan miliknya! Setelah bertemu dengan tamu
itu, pemilik warung menggigil dan pinsan
seketika! Karena adanya kejadian yang seperti itu! Setelah sadar kembali,
pemilik warung kemudian bertanya sambil ketakutan : “ Wahai kamu!” Apakah kamu
itu pemilik pancing setahun yang lalu? Apakah dirimu itu manusia biasa atau kah
Jin mahluk halus yang akan mengambil nyawaku? Jawaban dari yang ditanyai :
“Sebentar dulu..... saya ini kan yang menitipkan pancing kemarin itu? Saya ini
adalah manusia ... jangan takut begitu ..... Saya akan bercerita! Tentang yang
kemarin itu!”. Kemudian orang itu
bercerita kejadian yang sebenarnya, seperti berikut ini :
Pada hari ketika menitipkan kail
dan kepis tempat ikan (15), yang menurut perasaan pemancing itu, adalah baru
kemarin (namun kenyataannya sudah satu tahun yang lalu), Ketika itu dia merasa
seolah ada yang menyuruhnya untuk masuk ke dalam sungai. Menurut perasaannya
bahwa di tempat itu, yaitu di tengah sungai ada sebuah rumah gedung yang indah
sedang ada acara yang sangat ramai. Menurut perasaannya, pemancing itu menaiki
sebuah perahu, padahal Cuma menumpang di pohon pisang yang terbawa air. Pemilik
rumah gedung itu ketika itu sedang punya hajatan dan pemancing itu disuruh
untuk menjadi peladen. Tamunya sangat banyak, laki-laki perempuan,, tua dan
muda di beri hidangan sambil melihat pertunjukan Wayang Purwa.
Setelah acara hajatan selesai,
ada seorang perempuan yang mendekatinya sambil berkata : “Pak, kamu tetapada di
sini saja yah?” Jika dirimu bersedia maka keluargamu semuanya akan saya bawa
pindah ke tempat ini juga. Ajakan itu ditolaknya, karena pemancing itu, ingat kepada
tugas yang belum diselesaikan di rumahnya (Sawah dan ladangnya), dan juga
dikarenakan di tempat itu, dia tidak merasa betah. Yang bertanya bisa
memahaminya, dan pemancing itu kemudian diijinkan untuk pulang, dan ditunjukan
jalannya.
Yang sedang pulang, kemudian
berjalan ke arah utara, yang tidak lama kemudian tiba-tiba sudah berada di
pinggir sungai.....
Deikian itu, cerita yang
diceritakan oleh pemancing, yang jika di pikir apa adanya, maka ada cerita yang
membingungkan hati : 1. Peilik warung merasa bahwa kepergian pemancing itu
sudah setahun yang lalu dan sudah diberitakan bahwa dia itu sudah mati. 2. Dan
sebliknya, pemaning itu sendiri merasa, hanya satu hari saja.
E. KUNTILANAK, PERIK,
SUNDELBOLONG
Di kota Pontianak wilayah
Kalimantan Barat, ada cerit legenda bahwa Kuntilanak itu berasal dari kata
Kunti dan anak. Artinya : Kunti itu wanita. Menurut kepercayaan, Kuntilanan itu
adalah musuh laki-laki, asal mula kejadiannya itu ada seorang wanita yang
meninggal dunia karena melahirkan, sifat kumaranya berubah menjadi hantu dan
memusuhi laki-laki!
Ada seorang Sinder Kehutanan yang
basih baru menjabat yang berasal dari Tanah Jawa. Pada suatu hari Sinder itu
mengadakan Turne untuk melihat wilayahnya, dengan diserta pengiring yang banyak
dari Suku Dayak. Para pengiringnya itu, sudah mengingatkan bahwa di tempat itu
sering muncul Pontianakipun. Untuk menolak dari gangguannya adalah dengan cara
tahan tidak tidur, sehingga nanti jika kemalaman di jalan, maka rombongan itu
bergiliran berjaga dan sebaiknya ketika tidur saling beradu punggung.
Dikisahkan, bahwa sinder beserta
rombongannya kemalaman dan terpaksa tidur di hutan. Ketika itu sedang hujan
gerimis, walaun pun masih jam 06.00 sore seolah sudah benar-benar malam. Sinar
bulan tertutup awan. Tidak lama kemudian, banyak dari rombongan yang mulai
mencium bau wangi, kemudian berganti dengan bau anyir. Semua mempersiapkan diri
dan saling waspada, barang kali saja nantinya ada.... dan sebagainya. Akan
tetapi pengaruh dari bau wangi itu justru berpengaruh membuat menjadi
mengantuk! Jangan lupa, siapa saja jika sedang layap-layap karena sangat
mengantuk itu tentu akan melewati rasa “SER” ... Lupa sekejap! Tiba-tiba, bau
wangi dan anyir tiba-tiba menghilang, bergantu ujud menjadi sebuah sinar
bagaikan kunang-kunang yang besarnya hampir ssama dengan buah kemiri, bentuk
bulat, dan terbang mengelilingi rombongan tersebut, kemudian hinggap di sebuah
ranting di atas rombongan tersebut sambil mengeluarkan suara berteriak keras
memenuhi area hutan : “Eeeeeee...... Awas kamu nanti ..........!”
Seketika, semua rombongan tidak
ada yang bisa berkata-kata dan menjadi bisu, menggigil karena ketakutan, otot
dan tenaga bagaikan dilolosi. Tiba-tiba sinar yang bagaikan kunang-kungan
berubah ujud menjadi Ujud orang yang sangat cantik, yang kemudian mendatangi
rombongan itu sambil merayu. Oleh akrena
sebelumnya para pengirim dan Sinder engetahui bahwa itu adalah “Hantu” yang di
Tanah Jawa disebut “Sundel Bolong” sehingga rombongan itu memepersiapkan persenjataannya.
Akhirnya “Kuntilanak” itu melarikan diri, menghilang dan tanpa jejak, dengan
meninggalkan suara bagai tersebut di atas. Sedangkan bahanya menurut kabar
burung penduduk asli di sana,
barangsiapa bisa didekatinya pasi meninggal dunia menjadi bangkai, dan
maaf ... kelaminnya hilang!!
F. HIDUP KEMBALI SETELAH
MENINGGAL DUNIA
Pada sekitar tahun 1923, di
Wilayah Lodoyo Blitra ada seorang janda yang masih muda mempunyai seorang anak.
Pada suatu hari, janda tersebut sedang mengelus-elus anaknya agar tertidur,
namun kemudia dia ikut tertidur juga.
Akantetapi ketika pagi harinya,
suasana di desanya menjadi geger ramai sekali, karena anak janda tersebut
menangis keras sekali. Ibunya “Tidak bangun-bangun” padahal harinya sudah
siang. Janda itu meninggal dunia! Sudah menjadi adat, sehingga banyak orang
yang melayatnya. Ketika sudah waktunya mayat untuk dimasukan ke dapam keranda,
tiba-tiba orang-orang menjadi ramai, karena melihat suatu keanehan, yaitu :
Janda tersebut hidup kembali.
Singkat cerita, kemudian janda
tersebut mengisahkan kepada orang-orang yang melayatnya, yang isi ceritanya
sebagai berikut :
“Aku baru saja dimintai tolong
oleh Nyi Lara Kidul, dikonkgon rewang karena sedang kerepotan punya hajatan
menikahkan. Di sana aku sudah hamir satu tahun lamanya, pada suatu hari
tiba-tiba aku memecahkan piring, sehingga saya diusir oleh seorang wanita yang
sangat cantik. Aku baru ingiat kata orang-orang tentang Nyai Lara Kidul.
Kemudian..... ini tadi, katanya aku sudah meninggal dunia. Apakah benar begitu
?”!!
Kisah tersebut jika dipikir, terbukti
menjadi lawan dari apa yang dikisahkan di Kalap. Penjelasannya : Orang kalap
itu merasa bahwa Satu Tahun = satu hari. Sedangkan pengalam janda yang
meninggal dunia itu, merasa bahwa satu hari = satu tahun.
G. ORANG YANG MASIH HIDUP BISA
MASUK SYURGA
Menurut berita di urat-surat
kabar, kira-kira bersamaan dengan peringatan 200 tahun Keraton Yogyakarta-
Hadiningrat, ada seorang Kyai yang buta, dan kerena kebuntuan pikirannya
kemudian dia bertapa dan memhon kepada Tuhan. Kemudian mendapatkan “Isyarah” yang
menurutnya berasal dari Alalah (16). Kira-kira demikian : “Wahai bapak” kamu
akan terpenuhi apa yang menjadi permohonanmu itu! Benarlah, kemudian Kyai
tersebut bermohon tentang apa yang
menjadi hasratnya,s ebagai berikut : Wahai Tuhan!! Saya mohon masuk ke dalam
Syurga!” Jawaban dari Isyarat (Menurut cerita Pak Kyai, mendengar suara yang
menyusup jiwa) : “Iya- iya Kyai, kamu akan
saya nikahkan dengan putri-putri yang semuanya cantik-cantik sebanyak 7 putri,
dan juga apa-apa yang kamu pinta, maka
putri-putri itu akan memenuhinya.”
Dan selanjutnya Pak Kyai itu
terkenal dan bisa menjadi dukun, dan memberikan syarat, makruf dll, kepada
siapa saja yang memintanya, dan bahwakan para pembesar pun berdatangan, ada
yang meminta kekayaan, minta terbebas dari tuduhan korupsi dan lain-lain.
Menurut perkataan orang banyaik,
jika ada tamu yang datang, Pak Kyai kemudian bersamadi di kamarnya! Para tamu
kemudian mendengar suaranya dimana Pak Ktai itu berbicara sendirian, seperti
sedang berbicara dengan para putri yang di akui sebagai istrinya itu! Sebagai
berikut : He Diajeng (Wahai Adinda) ambilkanlah aku minuman, nah yang ini,
sediakan nasi beserta lauk pauknya, karena banyak sekali tamu yang datang.
Singkat cerita, Jika pikiran kita
sehat, maka akan tumbuh pertanyaan : Apakah mungkin, 7 putri itu dari mana?
Apakah itu benar-benar bisikan Tuhan?
Dan Minuman berasal dari mana? Masa, ada orang buta bisa melihat wanita
cantik?
Contoh-contoh kejadian tersebut,
pasti ada yang mengatakan bahwa kabar bohong semata, namun juga ada yang
menyebutnya : Hanya alasan saja , agar mendapatkan uang, bahwa kan orang yang
sama-sekali tidak mempercayainya. Jawaban dan pertanyaan tentang apa saja,
harus ada dasar dalilnya walau pun bukan berasal dari Qur’an dan sebagainya.
Yaitu dalil yang berasal dari hatiku sendiri, yang intinya memeprcayai : JIKA
ADA SEBUTAN/NAMANYA pasti ADA SESUATUNYA – entah terlihat atau tidak bisa
terlihat (17). Maksudnya : Untuk bisa mengetahuinya, maka harus ditelusuri,
apakah hanya sekedar sebutan saja, apakah benar-benar terlihat nyatanya.
Sebelum pengerang menguraikan semua pertanyaan-pertanyaan dan contoh-contoh
tersebut di atas, ijinkan lah memberikan gambaran tentang kata “Syetan”
terlebih dahulu!!
Pada jamun dahulu kala, jika ada
orang yang terkena penyakit apa saja, itu dikiranya kena (Kerasukan) Syetan,
terkena “makhluk halus”. Dari jenis penyakit yang dikira disebabkan karena
syetan terssebut, contohnya, panas, pusing, ayan, luka dan sebagainya. Isi
ceramah dari Prof. Soejoenoes yang ada hubungannya dengan contoh-contoh di atas
(Huruf A hingga G). Jika ditelusuri, semua kejadian-kejadian itu dikarenakan
dari “Akibat”, artinya : Dirasakan setelah terkena! Kecuali atas kejadian yang
RASA PERASSAANNYA BERBEDA-BEDA, seperti halnya : Satu hari = satu tahun, dan
setahun = sehari, ada juga rasa hillang dan lupa. Yang membedakan dengan isi
ceramah dari Prof. Soejoenoes itu, bahwa yang disebut dengan Syetan oleh
manusisa ajaman dahulu adalah sama dengan penyakit. Sedangkan contoh-contoh di
atas adalah bukan sebuah penyakit, akan tetapi hal-hal yang aneh-aneh
(mengherankan, tidak masuk akan). Apakah semuanya itu, dari akibat terkena
gangguan Jin, apakah karena syetan, ataukah sperti apa, dan di sisni yang harus
dipahami terlebih dahulu adalah : Apakah sebabnya Agama Islam di dalam Rukun-nya harus meyakini adanya Jin,
syetan dan sebagainya? Jika demikian, Jin dan Syetan itu adalah Makhluk Tuhan!
Karena, jika tidak meyaikini kepada makhluk-Nya, sama saja “masih kurang” dalam
mengagungkan Tuhan. Atau jika ada yang kurang dari yang kita yakini kepada
hal-hal gaib itu, disebut BUKAN IMAN, dan kurang pengetahunnya. Di Sekolah-sekolah
Menengah dan Tinggi, tentang kata “Atoom” tidak akan ditinggalkan dalam materi
pendidikan yang harus diajarkannya, serta tentang Baksil, dan sebagainya, yang
walau bentuknya tidak bisa dilihat mata, akan tetapi menumbuhkan keyakinan
bahwa baksil itu mempunyai perbuatan, karena bisa mengakibatkan suatu akibat.
Demikian juga tentang keyakinan di jaman dahulu kala yang berhubungan dengan
mahluk halus (Syetan), dalam menemukan dan meyakininya adalah dari akibatnya.
Barangkali saja bahwa Baksil dan semua
sesuatu yang kotor dan tidak bisa dilihat mata itu, oleh kakek=kakek buyut kita pada jaman dahulu disebut dengan sebutan syetan. Sehingga jika
memang demikian, maka keyakinan manusia di jaman dahulu apabila sakit itu maka
dikatakan terkena syetan, dan hal itu maknanya adalah : Yang menyebabkan sakit
itu tidak bisa dilihat dengan mata biasa!.
Jika di teliti, bahwa isi dari
Kitab-Kitab Suci itu menjelaskan : Syetan itu musuh manuisa. Kata “Musuh” itu
adalah “tidak cocok” atas segala sesuatunya. Pertanyaan kita : Jika memang
syetan itu musuh manusia, mengapa tidak bisa berjumpa dalam tiap harinya ?
Katanya syetan itu menjadi benalu bagi manusia, akan tetapi menjadi musuh, hal
itu mengapa dan bagaimanakah ? Apalagi di desa-desa, ada yang disebut :
Perewangan, artinya : “yang punya peliharaan syetan” (Bersahabat dengan
syetan)!” Apakah yang demikian itu tidak
masuk akal, sehingga syetan mengapa dipelihara?. Tentang uraian ini, itu
terdapat dua hal : Pertama, Syetan bisa menjadi teman, yang kedua, syetan itu
musuh! Semakin banyaik keterangan yang berhubungan dengan syetan, semakin
membingungkan hati, karena akan memunculkan pertanyaan : Apakah kedua-duanya
itu bsia dinyatakan (dirasakan)? Yang manakah yang menjadi teman, dan yang
manakah yang menjadi musuh? Padahal menurut pengetahuanku, Tuhan tidak
menjelaskan bahwa Syetan yang dibuat dari bahan-bahan “Itu” seumpamanya, hanya
menyebutkan bahwa Jin itu dicipta dari api! Sehingga : Syetan itu dicipta dari
“Entah”, akan tetapi Jin itu berasal dari Api.
Oleh karne Jin itu dibuat dari
adonan api, sehingga menggunakan hati maka akan bisa mengira-ngira, bahwa
mahluk yang bernama Jin itu tentunya mempunyai bentuk! Di Tanah Jawa ini, tidak
kurang dan banyak orang yang bisa melihat Jin, akan tetapi dalam melihatnya
adalah menggunakan mata batin.
Mengulang tentang Syetan,
silahkan dilihat dalil Qur’an XIV:16 Surat An.Nahl, ayat 99.
“..................................
SYETAN ITU TIDAK MEMPUNYA KEKUASAAN DI HATI ORANG YANG BERIMAN
..........................
Didepan sudah diuraikan di bab I,
bahwa syetan itu adalah bersifat benalu dan perbuatan mengajak pada kesesatan.
(gg.7). Siapa saja akan meyakini bahwa syetan/iblis perbuatannya adalah
mengajak kepada keburukan – kesesatan – jahat dan sebagainya. Yang intinya
adalah perbuatan durhaka. Hingga jaman sekarang ini, yaitu jaman atoom, belum
ada Ahli Ilmu Alam yang bisa menemukan ujud dari syetan. Akan tetapi semua
mengakui, bahwa syetan itu pekerjaannya mengajak kepada keburukan, sehingga
jika demikian bisa disebut : Tidak ada
ujudnya, akantetapi ada perbuatannya. Atau juga syetan itu adalah sebuah
sebutan bagi keadaan yang bisa menyebabkan sakit dan tindakan buruk! Olehkarena
menyangkut soal tindakan (Tingkah-laku, gerak-gerik, dan perkataan) maka akan
muncul pertanyaan : Syetan itu bertempat tinggal di mana, Jawabannya : Bertempt
tinggal di badan kita, atau syetan itu adalah bagian dari Jiwa, yang perbuatan
nafsunya tidak mau menjelma. Sekarang sudah jelas, bahwa sebagai manusia itu
sudah dipengaruhi oleh gerak nafsu (syetan). Semakin jelas karena Kitab-Kitan
suci tidak menyebutkan bahwa syetan itu TEMAN DARI HEWAN atau teman dari selain
manusia. Jika ada hewan yang mempunyain teman/musuh yang bernama syetan, bisa
saja ada hewan yang bisa menipu manusia!
Keterangannya : Jika Allah berfirman tentang Syetan itu adalah untuk manusia;
yaitu : Adanya adalah sejak “ADAM itu ada, atau bersamaan dengan lahirnya bayi
(gg.7). Contoh perbuatan buruk dari syetan adalah sebagai berikut :
3.1.1. Seorang abdi kepercayaan,
pada suatu hari diperintahkan untuk mengikuti tuannya pergi ke pasar. Menurut adat kebiasaan yang
sudah-sudah, abdi itu memang baik, patuh, serta tidak pernah berbuat mencuri.
Setelah sampai di tengah perjalanan, tiba-tiba abdi tersebut merampok tuannya.
Singkat cerita, abdi tersebut kemudian masuk penjara. Yang terpenting : Abdi
tersebut merasa menyesal karena sadar atas perbuatannya.
3.1.2. Anak dari Pak Suta
berkelakuan baik, Pada suatu hari anak itu tibatiba melakukan perbuatan mencuri
uang milik orang tuanya, untuk dipergunakan berjudi. Demikianlah, masih banyak
contoh-contoh tentang tindakan durjana yang berdasarkan tidak dikira sebeumnya.
3.1.3. Di Jaarta ada seorang ABRI
yang dengan tidak dinyana-nyana, melakukan perselingkuhan. Ketika diketahui
oleh Komandannya, kemudian melakukan bunuh diri. Demikian juga terjadi di
Jakarta (Kebayoran), ada kejadian orang yang sudah mempunyai 4 anak, mampu
berbuat tega membunuh anak istrinya (Harian Merdeka).\
Contoh-contoh di atas jika
dipikir, maka mengherankan. Karena, jika disuruh pun tentu tidak akan mau
melakukan tindakan sesat seperti tersebut. Contohnya : Membunuh dirinya
sendiri, jika ada yang menyruhnya, tentu tidak akan mau. Kecuali jika disuruh
membunuh orang lain .... hal itu banyak
yang terjadi.
Sehingga jelaslah : Syetan itu
Nafsu yang kelakuannya mengajak kepada perbuatan jahat, yang memaksa diri kita
sendiri-sendiri supaya melakukan perbuatan yang menjadi kesenangan dari sifat
syetan-syetan di diri sendiri. Yang disebut Hasrat jahat itu sebenarnya adalah
Syetan. Meski demikiian, orang yang marah-marah, mudah tersinggung dan
sebagainya, itu sama saja kemasukan syetan!.
Apakah benar, bahwa syetan itu
tidak bisa menaklukkan orang beriman? Jawabannya : Tentu saja! Karena orang
yang iman, maksudnya yang selalu ingat Tuhan, maka syetannya sudah dijauhkan,
artinya : Bisa mengendalikan hasrat dan keinginan diri dari hawa nafsunya.
Namun apakah syetannya bisa pergi dari dirinya? Jawabannya : Syetan itu tetap
adanya di diri kita ini, sedangkan berbuat atau tidaknya, tergantung kepada
yang melakukannya. Jawaban yang terakhir ini, sama dengan : Syetan itu musuh
orang beriman. Bagi orang awam, jika kebutuhannya beum tercukupi, maka
syetannya selalu bersemangat berbuat. Oleh karena kerja dari syetan-syetan itu,
maka manusia menjadi punya kemajuan. Contohnya : Serakah, kikir, egoistis,
merasa tidak pernah puas dan sebagainya. Dan semua itu sudah menjadi pakain
manusia.
Ada lagi sebuah pertanyaan : Yang
disebut bersahabat dengan syetan itu yang bagaimana? Apakah di bawa, ataukah
dipelihara? Jawabannya adalah sebagai berikut : Manusia yang takaran nafsunya tentang apa saja LebIH dari biasanya
itu, ketentraman hidupnya adalah ketika melakukan durjana. Tapi jangan lupa,
sebagian besar tindakannya akan diketahui, karena pada dasarnya manusia itu
depngaruhi oleh rasa ingat. Walau bagaimana pun tindakan durjana itu, bagi yang
sadar, maka akan menghentikannya, yaitu yang disebut melebur dosa.
Bagi orang pencari hakikat, itu
melakukan tapa, yang intinya adalah memaksa budi untuk mengendalikan gerak
hati, karena cetusan-cetusan hati itu “Belum tentu jika bukan suruhan dari
syetan”. Sehingga benar, bahwa syetan itu adalah teman manusia, karena syetan
bisa menyebabkan menjadi kaya – karena kikir, serakah dan tega. Tega itulah
sebagai tanda bahwa manusia itu sudah dipengaruhi oleh syetan.
A. SYETAN ITU MUSUH TUHAN ...
TUHAN YANG MANA?
Sebelum menjawa pertanyaan
tersebut, yang harus dipahami terlebih dahulu : Tentang kedudukan syetan. Di
atas penjelasan tenetang syetan mungkin masih kurang jelas. Yang kurang jelas
itu, jenis dari masing-masing nafsu. Nafsu itu ada yang baik, contohnya, nafsu
berjuang, nafsu mencari ilmu, nafsu berusaha menggapai cita-cita dan
sebagainya. Apakah yang demikian itu disebut syetan? Jawabannya : Bukan!!.
Nafsu itu bermacam-macam, dan perbuatan nafsu itu itu menyebabkan
manusia akan merasakan buah dari perbuatannya.
Sedangkan Syetan, itu : NAFSU JAHAT. Sehingga, sama-sama nafsu yang
diberi oleh syetan/iblis itu yang berakibat merusak tatanan.
Nafsu yang menyebabkan kerusakan
itulah yang sebenarnya adalah musuh manusia atau yang disebut Musuh Tuhan.
Penjelasannya : Di Wedaran Wirid Jilid I sudah diuraikan bahwa manusisa itu
sebenarnya adalah yang memuat atau bahasa filsafatnya drager v.t. Goddeljk
(Yang memuat cahaya Tuhan). Kata “yang gmemuat” itu bisa diumpamakan
Jamban-jamban yang gberisi ari yang jernih yang terkena sinar Matahari. Yang
ternyata jamban-jamban itu dapat mengandung cahaya matahari dari langit yang
hanya satu saja. Sama saja bahwa bejana itu mengandung Hakekat Tuhan – sebagai
– Arsj – oleh Tuhan.
Syetan itu juga sama-sama memberi
pengaruh kepada manusia dan syetan juga sama-sama mahluk Yang Maha Kuasa.
3.2.1. Hakekat Ketuhanan atau
Bayangan cahaya Tuhan, atau hakekat Citra milik Allah, dinaikkan lagi Cahaya
Allah, yang memberi nama manusia dari masing-masing diri manusia yang berjumlah
miyaran banyaknya itu, disebut SANG PURUSA, atau Sang Purusa itu BAYANGAN yang
ada di jamban, sebagai perumpamaannya! Yang bertampat di Jamban itu, selain
Purusa, oleh Tuhan, juga sebagai tempat
Syetan-syetan.
3.2.2. Sedangkan yang diibaratkn
Surya (Mathari) yang hanya satu serta memiliki Cahaya terang itu : Bukan satu,
bukan dua, karena hanya TUNGGAL (ISWARA).
Ibarat yang demikian itu,
dinaikkan kepada kenyataannya : Yang diibaratkan dengan amtahari itu, sama saja
dengah TUHAN bagi Seluruh Alam. Maksudnya adalah juga Allah bagi Syetan,
malaikat, manusia, kayu batu dan sebagainya yang ada di Bumi dan Langit. Oleh
karena Allah itu yang MENCIPTA, Yang MENJAGA, Yang Maha Pengasih kepada
ciptaannya, maka jika demikian itu TIDAK MEMPUNYAI MUSUH.
Penjelasannya adalah sebagai
berikut : Yang dimaksud ALLAH dari masing-masing diri manusia itu adalah Sang
Purusa itu. Sedangkan yang disebut yang bisa MEMBUAT YANG TERGELAR itu (3.2.1),
Tuhan dari Alam Seluruhnya yang memiliki bayangan yang dibagi-bagi itu tadi,
yang disebut dengan sebutan SANG ISWARA.
Pada intinya : Sang Purusa
(3.2.1) itu adalah yang memberi nama adalah
Manusia, sedangkan manusia itu adalah Atas Kehendak Tuhan (3.2.2) juga
diberi nama oleh Syetan! Sehingga jika demikian, yang disebut syetan adalah
Musuh ALLAH, tidak lain Syetan itu adalah Musuh Allah bagi masing-masing diri manusia.
Sedangkan yang kita mokal-kan :
Apakah mungkin Allah itu memusuhi Makhluk ciptaannya?” Sebenarnya, YANG TIDAK
MEMPUNYAI MUSUH itu Allah, yang memiliki Cahaya yang dibagi-bagi seperti uraian
di atas, maksudnya adalah :
1. Sag Purusha itu Musuh Syetan.
2. Sang Iswara itu tidak
mempunyai musuh.
Yang menyebabkan disebut dengan
sebutan satru, karena tidak cocok. Walau pun Purusha aitu bayangan, karena
merupakan bayangan dari Iswara yang TIDAK BISA TERBAYANGKAN, juga mengandung
sifat Yang Tidak Terbayangkan. Yang disebut Musuh : adalah perbuatannya, dan
juga dzatnya : Iswara dan syetan itu memang tidak bisa menyatu! (cc – cc.3).
B. APAKAH PERBUATAN BURUK ITU
BERASAL DARI TUHAN?
Jawabannya adalah sebagai berikut
: Semua perbutan itu tumbuh dari gerak sifat-sifat Tuhan yang sempurna (Lihat
sifat 20 di Wedaran Wirid Jilid I). Manusia diciptakan itu mengandung sifat
Suci (Pikiran suci dan kotor itu terletak di Rasa). Di Wedaran Wirid Jilid I,
disebutkn bahwa sifat dan Irdat Tuhan itu bahwa semua yang tergelar ini adalah
saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga disebut ESA (hanya menyatu, tunggal), Contohnya adalah
sebagai berikut :
Orang yang mencuri itu, walau
tidak ketahuan oleh orang lain, jelas itu adalah tindakan syetan yang mengajak
pada perbuatan buruk. Dan yang lainnya
mengajak kepada kebenaran. Intinya : Tindakan dan rasa dirinya sudah tidak
sesuai. Sama-sama bertindak, kita sudah bisa memerinci, bahwa perbuatan suci
(benar), adalah perbuatan Hakekat Ketuhanan, yang disebut Purusha itu tadi.
Bagaimana pun dorongan dari syetan, itu akan kalah! Oleh karena penjelasan did
ata sudah mengandung maksud, bahwa pribadi kita ini mengandung kebaikan dan keburukan, sehingga
pertanyaan di atas itu, jawabannya hanyalah : Bukan Tuhan yang menyuruh, akan
tetapi “Nafsu” (Syetan). Buktinya : Perbuatan buruk, walau rapih bagaimanapun
itu, akan membuahkan keburukan, sama persis dengan yang ditanamnya. Artinya :
Oleh karena yang menyuruhnya itu adalah syetan, pasti akan membuahkan :
Kerusakan! Akantetapi, jika atas ssuruhan Dzat Tuhan, buah hasilnya pasti cocok
dengan apa yang dihasratkan oleh Dzat
Tuhan itu. Sama saja dengan : Mencari Ilmu Hakekat itu mesti menjauhi segala
keburukan, artinya musuh syetan. Berbeda dengan menyenangi perbuatan buruk, itu
adalah mendekati keburukan. Artinya :
Mencari kebaikan itu dengan cara menggunakan Ilmu Ketuhanan sehingga yang
dipikirkan itu adalah hal kebaikan dan kesucian. Tuhan, Sifat Tuhan dan
sebagainya, yang buah hasilnya akan memetik Keluhuran.
Sekarang ada pertanyaan : Jika demikian
yang mengendalikan manusia itu, ada dua : Syetan dan Tuhan? Pertanyaan itu
memang benar jika berlandaskan uraian-uraian di atas. Akan tetapi jawabnya
adalah : TIDAK DEMIKIAN, yang benar adalah sebagai berikut : Segala perbuatan
Alam raya, perbuatan Malaikat-malaikat, syetan-syetan, manusia-manusia, Jin,
mahluk halus, nafsu, tidur, mati, kahir, kesemuanya itu tidak akan bergeser
serambut pun, itu adalah berasal dari Maha Hakekat perbuatan Tuhan yang kesemuanya itu sebagai tanda
saksi bagi SIFAT TUHAN! Yang intinya
adalah, semua itu menyatu di diri manusia, sehingga manusia itu disebut Luhur!
Perbuatan-perbuatan tersebut
mulai dari yang kasar hingga yang halus, atoom dan sebagainya, manusia juga
mendapat pengaruhnya. Sehingga jika demikian perbuatan-perbuatan yang asli/
semoga yang sebelum bernama manusia, itu tetap berbuat seperti dari asalnya! Sehingga : Jika manusia
terdesak dan kalah oleh perbuatan keluhuran manusia, kadang-kala manusia
melakukan perbuatan salah satu sifat-sifat yang bermacam-macam itu (Lihat
uraian di Wedaran Wirid Jilid I tentang Malaikat).
Sehingga, keluhuran manusia itu
adalah dalam perbuatan : Sedang memikir, berjalan, adalah mengikuti kehendak
Tuhan dast. Berbeda dengan manusia yang belum mengerti itu, dalam bertindaknya
mengikuti salah satu sifat-sifat itu! Maksudnya adalah sebagai berikut : Maha
Tahu-Nya Allah itu terbukti bisa menyatukan kodrat/iradat dan sifat-sifat dari
yang tergelar ini, menjadi Ujud ADANYA MANUSIA (1). Jika demikian : Tuhan itu
sama dengan tidak akan menyimpang. Karena manusia sudah mendapatkan
iradat/sifat dan kodrat, dalam bertindaknya hanya menjalankan saja menang dan
kalah. Jika yang menang sifat yang luhur, maka akan menjadi orang luhur, dan
ebaliknya jika keluhurannya kalah, maka akan menjadi ada orang yang menjadi
pencuri, ahi perewangan makhluk halus, yang disebut sebagai orang kafir (tidak
mebela ilmunya Tuhan) sehingga jika ada pertanyaan “Apakah syetan itu”?
jawabannya : Syatn itu adalah sebutan bagi perbuatan buruk. Dan sifat buruk itu
TIDAK BISA MATI, artinya, selagi masih ada manusia, sudah tentu ada keburukan;
Selagi masih ada masyarakat, sudah tentu ada pencuri. Selagi masih ada Negara,
pasti ada perang, selagi masih ada perang, sudah pasti ada penghianat dan
seterusnya, masih sangat banyak jenisnya.
C. APAKAH PERBEDAAN ANTAN SYETAN
DAN JIN?
Dalil di depan pada Bab IV (1),
ringaksannya adalah sebagai berikut : Allah menciptakan Jin sebelum adanaya
manusia (aa1) yang berasal dari Api yang panas. Cara mmencari dan cara
membedakannya adalah sebagai berikut :
I. Syetan-syetan aau iblis itu
sebenarnya adalah yang dibuat atau berasall dari Boor (cahaya yang tidak ada
tandanya, atau tidak terlihat, akan tetapi bergerak).
II. Jin sudah jelas tercipta dari
Api yang panas. Artinya, oleh karena menggunakan adonan, pasti ada bentuknya,
tidak berbeda dengan Atoom, baksil dan gas serta yang lainnya, walau tidak
terlihat akan tetapi ada bentuknya, yaitu ketika dilihat menggunakan alat
modern (Kyker, microskoop). Jika demikian, apakah Jin juga bisa dilihat denggunakan
alat-alat terebut? Jika bisa, apakah sebabnya hinga sampai sekarang tidak ada
orang yang bisa menangkap Jin?
Menurut Babad tanah Jawa, banyak
orang sakti pada jaman kerajaan yang bersahabt dengan Jin, dimintai bantuan
untuk membuat candi. Membuat Istana, membuka hutan dan sebagainya. Bahkan di
Al-Qur’an di kisahkan bahwa Nabi Sulaiman as. Bisa memerintah Jin, disirih
mengambil mutiara, emas, perak, intan dan sebagainya. Sedangkan ketika Nabi
Sulaiman perang melawan Ratu Billqis, pasukannya adalah para jin-jin tersebut.
Oleh karena Jin itu diciptakan
berasal dari Api, apakah nyalanya, apakah hawanya, apakah gasnya, tentunya juga
berujud dan terlihat. Maksudnya adalah termasuk yang menjadi isi dari Bumi.
Akan tetapi bersifat gaib, tidak bisa dilihat menggunakan mata biasa.
Menurut ayat di atas itu
menyatakan bahwa adanya Jin itu lebih dahulu ada dibanding dengan adanya
manusia. Sehingga Jin-Jin itu adalah merupakana masyarakat gaib. Oleh karena
masyarakat, maka juga mempunyai kebudyaan, Tempat tinggal, rumah, kerajaan dan
sebagainya. Hanya saja tidak sama dengan masyarakat manusia.
Menurut akal, bahan yang berasal
dari api itu mengandung maksud bahwa yang dibuat itu bukan sesuatu yang terkena
hawa panas (Bara, arang) akantetapi Allah mmenciptakan Jin itu dari Sinar yang
panas. Kata Sinar atau cahaya itu bukan hanya sekedar sinar yang berasal dari
api saja, walau pun sinar matahari juta terasa panas. Sehingga bahan untuk
mencipta jin itu bisa saja berupa sari-sari dari panas.
Inti sari panas itu, walau
berwarna hitam, kuning dan sebagainya,tetap tidak akan bisa disentuh. Sehingga
makhluk Jin itu mempunyai tempat tinggal yang sudah ditentukan, yaitu alam Jin.
Sehingga berlawanan dengan manusia. Oleh karena manusia itu berbadan kasar,
alam tempat tinggalnya juga kasar. Olehkarena Jin itu makhouk gaib, alamnya
juga bernama alam gaib.
Mohon untuk dirasakan, Makhluk
Jin itu diipta sebelum manusia diciptakan. Tentunya akan ada pemikiran 1. Jauh
lebih tua umurnya jika dibanding dengan manusia. 2. Bahan untuk membuatnya
sudah jelas bukan cahaya seperti yang cahaya yang ada di bumi ini. Jika
demikian, dari jenis cahaya apakah bahan untuk mencipta Jin itu?
Ilmu Fisika Moderen menjelaskan,
bahwa dunian ini sebelum adanya Planet, Bumi, Bulan dan Matahari, yang terlebih
dahulu ada adalah berbentuk “Asap” yang lebih dikenal dengan sebutan “NEBULA”
yang menurut bahasa Ilmu Pengetahuan disebut dengan “PARTIKELLEN. (Menurut
Madzab Prof. Dr. Einstein). Adanya partikel-partikel itu karen atas kehendak
Yang Maha Kuasa, tanpa asal mula dan tanpa bahan untuk membautnya, akan tetapi
bisa membentuk segala bentuk yang beraneka ragam, merah, kuning, hijau, hitam
dan sebagainya.
Apakah ahay-cahaya itu bisa
menjelma menjadi suatu bentuk yang tergelar karena terkena Kalimat Tuhan? Apakah
ada dasar atau dalil yang menguatkan pendapat tersebut? Harap di rasakan dasar
petunjuk Tuhan di bawah ini, kemudian juga seperti apa yang disampaikan oleh
Pujangga Besar Tanah Jawa, Rongga
Warsita, sebagai berikut :
(s) Qur’an Surat ke 42, surat
As-Sajdah ayat 11 : Kemudian Allah mencipta langit, yang ketika itu bagaikan
Asap, kemudian tuhan berkata kepada Langit dan Bumi : Turunlah kalian berdua,
dengan patuh atau terpaksa!” keduanya berkata : Kami patuh.
(ss). Ronggawarsita : (Sumber
dari Wiri Hidayatjati) Nukat Gaib, setelah terkenaka Kalimat Allah, kemudian
BERGETAR, Bergetarnya Nukat Gaib kemudian menimbulkan : Roh Idlafi, yaitu Cahaya Jernih Yang
memancar, bercahaya terang – Yang kedua disebut Roh Sejati, yang menjadi
bayangan dari Dzat Sejati.
Roh Idlafi bergetar – dan
getarannya memunculkan 5 jenis cahaya, yaitu Cahaya Hijau, Putih, Kuning, Merah
dan Hitm. (19).
5 Macam cahaya itu selalu
bergetar. Dari Getaran cahaya 5 macam itu menjadi Jasad Kasar beserta
kelengkapannya, dan atas pengaruhnya itu menjadi wujud RAGA kasar dan halus,
yang mempengaruhi Raga kita ini, sehingga bisa bergerak dan berfungsi ... dan
sebagainya.
Perintah tuhan serta makna dari
Wirid Hidayat Jati, akan penulis uraikan menggunakan ilmu yang lain sebagai
berikut :
Menurut pendapat para Sarjana,
Pada jaman sebelum adanya sesuatu, alam raya ini penuh dengan bahan-bahan.
Jangan lupa, ADANYA manusia itu setelah Langit dan Bumi ini ada, artinya :
Setelah syarat untuk hidup itu lengkap.
Ganti cerita tentang
“bahan-bahan” yagn disebut Nebula atau partikel, itus sebenarnya di jaman
sekarang pun masih ada. Sehingga profesor Einstein bisa menemukan dalil tentang
unsur dari yang ada. Diceritakan, bahwa partikel-partikel itu tidak hanya
mengandung daya dan gas-gas seperti
atoom dan sebagainya, itu saja, justru merupakan Inti atoom atau yang menjadi
inti dari segala “benda” (Unsur-unsur elektronik). Partikel-partikel itu akan
mudah terlihat jika ada Gerhana Matahari. Di lingkaran gerhana (Matahari yang
sedang gelap itu) dan di langit yang sangat jauhnya (memancar mengelilingi alam
raya) maka akan bisa dilihat ada sebuah bentuk yang lengkap, yang persis
seperti yang dikatakan oleh Ronggawarsita di atas.
Akantetapi kita hanya bisa
menyebutkan, bahwa semua yang ada itu berasal dari Noor (cahaya). Seperti yang
sudah diterangkan di Wirid di atas, yang berasal dari Maha Kuasa-Nya Tuhan yang
Maha Mengetahui, kemudian Cahaya atau an-noor yang bermacam warna itu DICIPTA
dan seketeka JADI apa yang dikehendaki-Nya,
yaitu menjadi langit beserta seluruh isinya dan menjadi Bumi beserta seluruh
isinya.
Ketahuilah; kejadian yang seperti
itulah hingga menjadi adanya jasad kasar dan halus. Contoh dari yang kasar
adalah : Jasad Hewani, tumbuh-tumbuhan, yang juga disebut Keadaan yang kasa
(Alam), serta keadaan kehalusan (Alam). Demikian juga tentang Roh, ada yang
disebut Roh Jernih, dan roh hewani, dan tidak ketinggalan pula tempat dan
keadaannya. Roh Halus (bening) bertempat di alam LAHUT atau alam Cahaya
(Alam-alam yang jernih itu disebut dengan sebutan Alam MALAKUT dan JABARUT, di
dalam bahawa Wayang disebut KAHYANGAN, yaitu alam Para Dewa). Roh Hewani
menempati tempatnya sendiri, ALAM NASSUT yang disebut Alam dari NAFSU atau Alam
BARZAH! (20).
Sekarang kembali membahas tentang
penciptaan Jin yang berasal dari Api yang panas! Penjelasannya adalah sebagai
berikut : Oleh karena sebelum adanya langit dan bumi oleh tuhan diciptakan
terlebih dahulu adalah Noor (cahaya-cahaya), maka kemudian dari cahaya-cahaya
itu menjadikan adanya tanda-tanda yang menunjukkan adanya Tuhan itu sendiri
yaitu berupa makhluk-makhluk yang bersifat halus yang disebut Malaikat dan Jin.
Ketahuilah, bahwa cahaya-cahaya itu juga dikuasai untuk menjadi apa yang
dikehendaki-Nya. Di depan sudah diurikan, bahwa getaran cahaya itu menjadikan
bentuk yang beraneka ragam, maka tidak ragu lagi bahwa bahwa asal mula yang
menjadi Jin itu adalah dari jenis cahaya yang disebutkan paling akhir, yaitu
cahaya yang berwarna Hitam! (19).
Tentang kata Hitam itu, dunia
sudah mengakui, bahwa siapa yang ketemptan atau memilikinya, kadang-kadang akan
memilki sifat-sifat yang keras hati, fanatik, ada yang menjadi ahli sihir dan
sebagainya. Yang di dalam bahasa asing disebut ZWARTE MAGIE (Daya Hitam), dan
yang sebaliknya adalah WITTE MAGIE (Daya putih, suci, jernih) yang
masing-masing jenisnya memiliki keyakinan (tujuan) sendiri-sendiri. Daya hitam
akan mengabdi dan menuhankan Jin, dan perewangan (bersahabat dengan mahluk
halus), daya suci, jernih, mengabdi dan menuhankan Allah.
Sehingga perintah dari dalil yang
mengatakan : Jin itu dicipta sebelum adanya manusia” hal itu memang sudah
benar, yaitu yang berasal dari getaran cahaya-cahaya. Sehingga bisa
direnungkan, terciptanya alam dunia beserta seluruh isinya itu terbagi menjadi
dua golongan, golongan makhluk-makhluk halus yang alamnya juga halus (gaib),
dan makhluk-makhluk kasar, badan kasar, yang alamnya juga alam kasar, yaitu
manusia. Jangan salah dalam memahaminya, manusia yang disebut luhur atau
sempurna itu, sebenarnya : Berasal dari anasir-anasir cahaya yang bermacam-macam
( Semua manusia ketempatan, sehingga manusia di kodratkan bisa memahami alam
Jin dan bisa melihat Jin). Sehingga Jin itu adalah sebuah masyarakat yang
adanya berasal dari Noor yang bersifat rendah sendiri (19). Oleh karena mereka
itu adalah masyarakat, sehingga Jin mempunyai kebudayaan, dan memiliki bahasa
sendiri-sendiri menurut kehendak Tuhan. Jin itu juga bisa salah dan bisa benar
(IV.3).
D. APAKAH JIN ITU MENCARI ILMU
YANG BANYAK?
Sebagai bukti bahwa Jin itu
bermasyarakat adalah Dalil Qur’an 46, Surat Al-Ahqaf ayat 29, 30,31,
menjelaskan :
III. Perhatikanlah, ketika KAMI
telah mengijinkan kamu, Ya Muhammad, melihat segolongan bangsa Jin yang sedang
mendengarkan QUR’AN, ketika hadir di
dekatmu. Jin-Jin itu kemudian berkata-kata dengan teman-temannya : Dengarkanlah
Qur’an ini dengan sungguh-sungguh. Ketika Nabi Muhammad telah selesai
membacakan Qur’an, kemudian mereka memberitahukan kepada kaumnya, serta berkata
dengan keras : Wahai para sahabatku Jin semuanya, memang benar lah, aku sudah
mendengar sendiri bunyi Qur’an (Kitab); yang diturunkan setelah Nabi Musa, dan
membenarkan Kitab-Kitab yang dahulu-dahulu.
IV. Hadits Buchari,s ebagai
berikut : Sabda Nabi Muhammad yang diceritakan kepada sahabat Abu Hurairah : “Sesungguhnya Ifrit-nya
(Sengaja menggoda) bangsa Jin, tadi malam kami diludahi, hanya untuk menggangu
ketika aku sedang shalat! Ingsun diijinkan oleh Tuhan bisa menangkapnya, dan
akan Ingsun ikat di salah satu tiang Masjid, agar supaya kalian semua bisa
melihatnya. Kemudian Ingsun teringat Doa sahabt Ingsun yaitu Nabi Sulaiman :
“Ya Allah, ampunilah aku, dijauhkan dari tempat yang tidak pantas.” Kemudian
jin itu saya usir.” Demikian lah cerita dari Abu Hurairah di hadits Buchari
nomor 274.
Melihat maksud dari Dalil di atas
(III), Jin itu juga mencari Ilmu seperti halnya manusia. Mengenai ukuran
tentang umur, bahwa adanya manusia itu setelah Nabi Adam. Sedangkan Jin itu,
adanya adalah sebelum manusia itu ada. Menurut dalil tersebut, salah satu dari
jin yang sedang mendengarkan ketika Nabi sedang membacakan Al-Qur’an, maka Jin
tersebut bisa mendengar dan bisa mengerti. Silahkan ditelaah, ketika Jin itu
sedang mendengar ketika Niba membacakan Al-Qur’an, maka Jin itu sudah pernah
membaca Kitab Nabi Musa as. Bisa dihitung, berapa tahun antara Nabi Musa as.
Dan Nabi Muhammad saw. Jin yang mendengarkan bacaan Al-Qur’an itu, kemudian
menceritakan kepada teman-temannya, sehingga menjadi semakin jelas, bahwa
Golongan Jin itu senang Ilmu (Mencari pengetahuan)! Jika demikian, keterangan
yang jelas tentang keberadaan jin itu, yang pertama : Kita harus mengakui bahwa
Tuhan itu Maha Pandai, karena hanya dari cahaya saja, bisa dicipta dengan
menggunakan Kalimat KUN FAYAKUN, menjadi golongan Jin, yang kedua : Bentuk Jin
itu juga mempunyai TELINGA, dan hati, mulut dan kaki, yang penting Bisa
berusaha, bisa memilih pengetahuan dan bisa memperhatikan pengetahuan (Ingat
dan lupa) : Terbukti dengan Ingat kepada isi dari Kitab Nabi Musa as. Yang
sudah beratus tahun umurnya. Sedangkan yang mengherankan : Masyakat Jin itu
adalah tergolong masyarakat Gaib, maksudndya : Sebagai Tanda saksi, bahwa Tuhan
itu Tidak pernah kekurangan sesuatu apa pun.
Silahkan sekarang bandingnkan
dengan kisah di dalam Hadits dan Qur’an itu, sebagai berikut : Qur’an
menjelaskan, ketika Nabi Muhammad membacakan (mengaji), Jin-jin mengelilingi di
sekitar tempat duduk Nabi, artinya Nabi Muhammad itu mengatahui sendiri.
Sedangkan para sahabat Nabi tidak ada yang melihatnya, kata lainnya adalah :
Orang lain tidak melihatnya, yang dilihatnya hanya salah satu di antara
orang-orang itu! Demikian juga yang dicertikan di dala hadits tersebut (IV),
yang intinya, kurang lebih adalah sebagai berikut :
Pertama : Jin itu bisa meludahi kepada orang
yang sehat segar bugar, seperti kepada Nabi. Yang kedua : Jika mau
melakukannya, Jin itu itu bisa diikat, ditempatkan di tiang. Hal itu mengandung
makna : Bahwa jin itu sedang menampakkan dirinya = berbadan kasar. Sebagai
buktinya adalah jin itu bisa meludahi, bisa berlari-lari, menyerupai persis
seperti manusia sehingga bisa diikat, atau menampakkan diri dengan bentuk yang
menakutkan, yang terpenting bahwa jin itu mempunyai bentuk – punya wujud, akan
tetapi orang lain tidak bisa melihatnya. Kemudian muncul pemikiran, sebagai
berkut : Mengapa bisa menghilang, bisa berbadan kasar. Bagaimanakah
penalarannya, apa harus percaya begitu saja, apakah manusia harus kalah oleh
makhluk Jin? Dan mengapa manusia itu tidak bisa melihat Jin, jika pun bisa
melihatnya, itu sangat jarang sekali yang bisa.
Di dalam Ilmu Syihir, klenik, atau
perguruan ilmu batin : Ada sebuah pendapat, bahwa Jin itu tercipta dari
sisa-sisa dari cahaya yang sudah menjadi mahluk. Oleh karena hanya sisa-sisa,
sehingga disebut cahaya gelap. Cahaya hitam gelap itulah yang sebenarnya yang
oleh Tuhan dicipta menjadi : Jin, Gadharwa, Tetekan, Tuyul, Thong-tong sot,
Wewegombel, peri dan sebagainya. Soal nama-nama tersebut bukan menjadi masalah.
Karena yang terpenting adalah : Harus meyakini tentang adanya alam Jin dan
masyarakat Jin. Ketahuilah bahwa derajat tingkatan di dalam alam jin itu tidak
berbeda dengan tingkatan manusia dalam bermasyarakat. Ada yang berderajat
rendah (dari keturunan rendah), Golongan Jin tingkat tengh-tengah, dan golongan
Jin tingkat luhur. Sedangkan ujud dari Jin, akan penulis beri contoh sedikit,
yang berasal dari pengalaman, sebagai berikut :
3.2.3. 1). Golongan Jin Rendahan
itu mirip dengan golongan manusia primitif kebudayaannya, berwajah jelek,
banyak benjolannya, berambut sedikit, pipi-nya besar sebelah, rambutnya
digelung menyerupai ekor kuda, hidung besar berwarna merah, berdagu besar
mengarah ke depan, berkulit kemerahan agak kehitaman. Sedangkan yang
menakutkan, matanya ada yang hanya satu, sedangkan yang matanya lengkap, namun
tempatnya asal-asalan saja. Yang bisa melihat, dan menakutkan bagi yang
melihatnya. Dan bisa juga itu adalah jenis Jin perempuan. Sedangkan yang
laki-laki, tingginya tidak terlalu pendek, kadang-kadang kecil dan pendek,
kadang-kadang tinggi besar, wajahnya bagaikan rumah lebah banyak lobangnya,
mulutnya kecil dan seolah mengejek. Singkatnya adalah serba buruk.
3.2.3 2). Golongan Jin bangsawan
atau luhur, itu tidak ada bedanya dengan manusia, pakaiannya serba indah. Jin
wanitanya memiliki sayap, jika cantik, sangat cantik, jika tampan, sangat
tampan, jika bepergian menggunakan kendaraan yaitu kuda terbang, angsa terbang,
burung yang sangat besar dan sebagainya, serba mengagumkan.
Jin itu berasal dari cahaya,
alamnya adalah alam cahaya, tempat tinggalnya disebut alam Astraal, yaitu (20)
alam bagi nafsu (barzah). Sedangkan cara untuk bisa melihat Jin itu, kita
sebagai manusia harus berusaha agar bisa memiliki caranya yang bisa digunakan
untuk bisa melihat Jin! Tentang hal itu, di sini tidak diuraikan, karena jika
salah dalam memahaminya, akan mengakibatkan tidak baik.
Kenyataannya, sejak jaman dahulu
hingga jaman computer sekarang ini, belum ada alat buatan manusia yang bisa
digunakan untuk melihat Jin. Namun atas sifat Maha Murah Tuhan, manusia diberi
perlengkapan yang bisa digunakan “untuk mengetahui” Jin dan beserta alamnya.
Oleh karena berkumpulnya ccahaya yang bermacam-macam, seperti : Cahaya hijau,
kuning, putih, biru dan sebagainya .... (Jin dicipta dari cahaya hitam) dan
manusia juga mendapat pengaruhnya dari cahaya-cahaya tersebut, sehingga jika
bisa menyatukan cahaya-cahaya itu : Yaitu hiam dengan yang hitam, itu sama saja
bertemu dengan tamannya. Sedangkan caranya itulah yang harus kita cari.
ooOOOoo
Segala keadaan yang bagaimanapun
juga, itu ada penyelarasnya (resonansi). Artinya : Jika diibaratkan sebuah tenaga,
ada “benda” yang bisa digunakan untuk mengukur kekuatan tenaga tersebut.
Umpamanya adalah sebagai berikut : Rumah kaca/jendela, itu belum bisa diketahui
ketebalan kacanya. Kemudian ada mobil di depan rumah, jika kaca jendela itu
bergetar, itu sebagai tanda bahwa getaran mesin mobil itu yang menyebabkan bergetarnya kaca
(Resonansi atau daya yang sesuai getarannya). Jika da petir yang resonansinya
sama dengan kaca itu, atau petir sebagai alat pengukurnya bagi kekuatan kaca, artinya, walau pun
getarannya satu jenis (resonansi) Petir
itu lebih kuat dan menang dayanya.
Sehingga, walau pun hanya satu ledakan petir, akan tetapi bisa menembus daya
kekuatan kaca. Untuk lebih mudahnya : Getaran petir mempengaruhi kaca sehingga kaca ikut bergetar. Oleh karena
tipis/tidak kuat daya kekuatannya, maka akan menjadi pecah.
Oleh karena kata resonansi di
dalam bahasa ilmu hakekat tidak ada serta tidak cocok, sehingga di sini kata
tersebut diganti dengan kalimat : Penyelarasan daya atau disingkat dengan kata
: Penyelaras.
Oleh karena manusia itu juga
mengandung Cahaya kegelapan, dan bisa menyatu dan bisa dikeluarkan, di sini
menurut pendapat pribadi maka bisa digunakan untuk melihat golongan Jin beserta
alam jin. Uraiannya adalah sebagai berikut : Manusia itu memiliki daya panas
(orang yang sehat suhu badannya sekitar 36,8 C) yang disebut temperatuur. Oleh
karena jin itu berasal dari cahaya yang juga mengandung panas, sehingga untuk
bisa mengetahuinya, maka manusianya yang harus menyelaraskan diri menyesuaikan
dengan panasnya Jin. Cara melakukannya adalah : Harus mengurangi makanan yang
mengandung garam sekitar 40 hari. Maksudnya adalah : Melakukan yang seperti itu
bertujuan untuk mengurangi panas badan. Jika bisa berhasil, maka suhu badan
akan semakin turun sehingga bisa menjadi dinign! Jika sudah dingin (bukan
dingin bagi orang yang sedang sakit) itu kadang-kadang bisa berjumpa dengan
Jin, karena daya suhu badan Jin itu sekitar 33 derajat Celsius atau bahkan
kurang, sedangkan manusia itu bisa menyelaraskan dengan cara tidak makan garam,
hingga panas badan kita bisa selaras dengan keadaan alam Jin, Karena sesuai
itulah maka akan menjadi selaras atau bisa berjumpa! Sering terjadi bagi anak
kecil atau orang yang sudah tua, yang kadang-kadang tanpa sengaja bisa berjumpa
dengan Jin, itu sebagai tanda : Bahwa Jiwa manusia itu bisa selaras dengan jiwa
Jin.
Yang sering menampakkan diri itu
adalah golongan Jin yang sudah mempunyai ilmu menyelaraskan raganya dengan alam
manusisa, sebagai buktinya, tidak setiap Jin
akan memperlihatkan diri (penampakan). Jika dipikir, manusia yang ingin
bisa berjumpa dengan Jin itu adalah membuktikan bahwa untuk bisa menjumpainya
itu jika raganya atau jiwanya DIPAKSA. Maksudnya adalah : Oleh karena
ketinggian derajat manusia itu, maka justru tidak bisa melihat Jin. Artinya :
Dzat atau sipat manusia itu tidak bisa tertembus oleh alam Jin, dan sebagai
sarana bahwa manusia itu lebih kuat dibanding dengan Hijab dari Jin. Contohnya
adalah sebagai berikut : Sipat manusia yang pilihan itu berasal dari Sifat
Duapuluh, di situ ada sifat yang yang selalu berfungsi bisa melihat, walau pun
manusianya itu sendiri hancur menjadi debu sekali pun, yang disebut sifat
Basyar (Melihat). Jika manusia itu sedang tidur, sifat basyar itu tetap
memfungsikan diri, maka akan menjadi mimpi! Pada intinya : penghalang yang
menutupi sifat-sifat kita ini sedang tidak aktif, sehingga sangat sering bahwa
orang yang sedang tidur itu bertemu dengan golongan yang menakutkan dan
menjijikan, yang di alam sadar itu tidak ada yang menyamainya. Hal itu artinya : Jiwanya sedang selaras
dengan alam Jin.
Mengulan tentang golongan Jin :
Oleh karena golongan Jin itu mempunyia
masyarakat (Rendah, tengah-tengah dan luhur), sebenarnya jika untuk saling
mengungguli tentang kebudayaannya itu, yang lebih unggul seharusnya golongan
Jin dibanding dengan manusia, karen lebih banyak pengalaman hidupnya dan karena
lebih panjang umurnya! Bagi Jin yang ber-ilmu, itu tidak berbeda dengan
manusia. Jika manusia menginginkan untuk bisa menghilang, berganti menjadi pria
atau wanita, kadang-kadang dibela dengan mencari mencari ilmu ke mana-mana!
Demikian juga halnya dengan Jin, jika mempunyai kehendak untuk memiliki raga
seperti makhluk manusia. Sehingga jika bertemu dengan Jin keti siang atau malam
hari itu, biasanya berjumpa dengan Jin yang agak tinggi jiwanya. Untuk
membuktikan bahwa Jin itu bermasyarakat dan memiliki kebudayaan, kita harus
menelaah isi dari Dalil di depan : Surat Ar-Rahman ayat 31 : “Wahai manusia dan
Jin, kami akan menimbang (menghisab) banyak sedikitnya amal kalian.”
Ada pemikiran : Mengapa hingga
Jin dan manusia! Jika demikian, Jin itu memiliki salah dan melakukan amal
shaleh!” Hal itu tidak usah ditafsiri dengan panjang lebar, yang ternyata kita
manusia dan jin itu, walau pun berbeda alam, tetap di timbang amalnya. Artinya
: Yaitu di alam kuburnya masing-masing, sebagai berikut, yaitu yang merasakan
akibat dari bekas yang menempel di jiwanya. Jika demikian, maka sangat jelas,
bahwa Jin itu mempunyai kelompok masyarakat, juga berumah tangga seperti halnya
manusia. Jawabannya : BENAR! Hanya alamnya saja yang berbeda! Walau pun
demikian, jiwa dan kisah hidup Jin itu juga mengalami proses tindakan dari
sedikit demi sedikit menuju kepada kesempurnaan hidup (Evolusi Jiwa). Adanya
yang demikian itu, ddikarenakan Jin dan manusia
sama-sama memiliki dan melakukan kesalahan. Hanya saja. Keanehan dunia,
hingga sekarang ini belum ada jawaban yang tepat : “Apakah sebabnya ada makhluk
yang bernama Jin dan Manusia? Yang sudah jelas itu adalah : Perbedaan Syetan dan
Jin, Syetan itu tetap tidak bisa mati, akan tetapi Jin itu Bisa mati.
Menurut pendapat para Theosofi,
alam jiwa kita ini terbagi, sebagai berikut :
3.2.4. aa. Alam Manaas (Mentaal).
bb. Alam Manaas rendah (Suasana
alam pikiran).
cc. Alam Kama – Alam hasrat dan
keinginan diri, nafsu (Astraal, Barzah) (20).
Alam-alam yang tersebut di atas
itu sebenarnya MASIH BISA DIBAYANGKAN, dan bisa disaksikan menggunakan
Indra-indra (Pancaindra). Ilmu yang lainnya yang disebut Ilmu Jiwa, manusia itu
dipengaruhi oleh gerak dari pikiran-pikiran, yang tersebut di bawah ini :
dd. Rasa ingat – akibat
perbuatannya adalah selalu sadar, yang dalam bahasa yang lain adalah BEWUSTZIYN. Yang dalam Bahasa Indonesianya
adalah : KESADARAN DIRI.
ee. Tempremanent – akibat yang
ditimbulkan adalah selalu memperlihatkan Getaran Nafsu (Kadang ingat, kadang
tidak), yang dalam bahasa yang lain ONDERBEWUSTZIYN, itu adalah sama dengan
alam Kama di atas (3.2.4.cc) alam PENASARAN.
Di dalam bahasa Theosofi juga ada
golongan makhluk Gaib yang disebut MAKHLUK HALUS atau disebut Elementalen.
Disebut dengans ebutan yang demikian, menyadari bahwa alam nyata ini
terbagi-bagi menjadi yang kasar dan yang halus : Sehingga Golonga makhluk Halus itu adanya adalah sesuai dengan
TEMPAT dan KEADAANNYA. Contohnya : Golongan Kemamang (banaspati) itua dalah
sebutan mahluk halus di Jawa yaitu yang berasal dari API. Golongan mahluk halus
yang lainnya terbagi menjadi 5 macam : 1. Yang berasal dari angkasa, bertempat
di angkasa; 2. Yang berasal dari angin, bertempat di hawa; 3.Yang berasal dari
api, bertempat di api; 4. Yang berasal dari air, bertempat di air; 5. Yang
berasal dari tanah atau kotoran, bertempat di bawah lutut (Tuyul, dan
sebagainya). Sedangkan yang diperbuatnya itu pun berbeda-beda menurut
keadaannya, contohnya : Makhluk halus yang bertempat di air, perbuatannya
adalah NGAPAL – Menjadi KALAP dan sebagainya.
ooOOOoo
Jika semua itu di telaah
menggunakan ide yang jitu, walau pun Qur’an sekali pun, tidak menjelaskannya,
akan tetapi entah mengapa para ahli dan para Pujangga Tanah Jawa meyakini
adanya anasir-anasir yang menjdi sebuah wujud mahluk gaib itu? Jika dinaikkan
lagi serta meneliti Maha Agung-Nya Tuhan, maka kesemuanya itu masuk akal,
karena makhluk-makhluk itu adalah Bukan makhluk yang sempurna. Maksudnya adalah
: Salah satu jenis dari anasir itu bisa dijadikan makhluk menuruk kehendak Tuhan! Dikarenakan
menyatunya anasir-anasir yang tersebut di atas : Justru menjadikan adanya
Manusia! Sebab yang demikian : Allah itu bisa menciptakan cahaya kemudian dicipta
menjadi Jin. Apakah selain menciptakan cahaya itu, tidak bisa? Dalil ini
mengandung maksud. Bahwa Tuhan itu bisa menciptakan apa saja, entah menggunakan
anasir api, entah menggunakan anasir air dan sebagainya. Jika direnungkan :
Mengapa menciptakan manusia itu berasal dari tanah?
Oleh karena semua alam-alam yang
ada itu sebenarnya adalah alam kita pribadi, sehingga untuk bisa kita
mengetahuinya jika kita mau mendalami unsur dari hati diri kita
sendiri-sendiri, sebagai berikut :
1. Alam manas atau mentaal, itu
sebenarnya adalah alam makhluk luhur, yang rupa dan bentuknya baru bisa kita
lihat dengan menggunakan batin. Dikisahkan yang bertempat di tempat itu adalah
para Malaikat yang berjumlah 12, tindakan nyatanya adalah Keheningan.
2. Alam dari manas rendah : Yaitu
yang disebut alam pikiran, artinya : Gerak dari pikiran itu dalam merangkainya
adalah di manas rendah, yang bergeraknya : Bahwa semua hasil dari pikiran itu
belum tentu bersih datau belum tentu benar, dalam memikirnya masih
tercampur-campur/ke sana ke mari tidak karu-karuan. Sebagai buktinya, kita ini
sering mengalami gerak dari pikiran yang dalam menguraikannya masih
berubah-ubah : Sekejap memikir Jakarta, sekejap memikir laut dan sebagainya.
3. Alam Astral : Itu adalah alam
dari nafsu, dorongan dari hasrat dan keinginan diri. Terlihat nyata ketika kita
sedang bermimpi. Mimpi itulah sebenarnya gerak dari hawa napsu yang
bermacam-macam. Yang di sebut dalam bahawa Ilmu Hakekat itu adalah Alam Barzah,
dan selalu aktif walau pun manusianya itu sendiri sedang tidur – mati – hancur
dan sebagainya. Asalkan raga masih terikat oleh hasrat keinginan diri : Getaran
alam astraal atau alam kubur itu, memberi bekas di jiwa. Jiwa manusia dan jiwa
Jin itu sama saja. Oleh karne itu daya dari hasrat keinginan diri yang sangat
kuat, sehingga disebut alam hewani. Ketika kita sedang melihat getaran dari
alam astraal itu, kadang-kadang merasa takut. Maka ketika tidur akan sering
mengigau atau Tindhihan (21).
Semua keterngan di atas itu bukan
sebuah cara untuk melihat Jin atau melihat alam gaib. Sedangkan yang bisa
mengetahuinya adalah dari Sifat BASYAR, yang jika bisa melepaskan diri dari
penghalangnya (Hijab, dinding jalal), maka barulah bisa melihat segala yang
ghaib. Akan tetapi jika daya getaran dari Basyar itu kalah oleh daya kekuatan
jiwa dari Jin, kadang-kadang yang menjadikan manusia itu sendiri menjadi takut,
tidak suka, yang kemudian menyebutnya bahwa itu adalah Hantu.
Sekarang sudah jelas, bahwa alam
berserta jin-nya itu sendiri BUKAN HANTU, bukan golongan yang membuat
kerusakan, akan tetapi hanya bertempat dan suatu bangsa hanya saja berbeda
alamnya. Jika dipikir, justru lebih membahayakan manusia dibanding dengan Jin,
karena manusia itu sebenarnya jika sudah terkena oleh pengaruh Nafsu, maka akan
melebihi hewan dan Jin, yang justru berbahaya bagi masyarakat umum. Berbeda
dengan Jin, bahwa di dunia ini tidak ada yang mempunyai musuh Jin, asalkan
tidak mengusilinya.
Wirid Hidayat Jati juga
menyebutkan, alam-alam rasa sebagai berikut :
4.1.1.
a. Alam Nassut, yaitu alam jasad
(badan).
b. Alam Mala’qut, yaitu alam Roh,
atau nyawa.
c. Alam Jabarut, yaitu alam Rasa.
d. Alam lahut, yaitu alam Cahaya
(Nur – Nurullah).
Janganlah salah paham, itu bukan
perbuatan dari alam pribadi, akan tetapi itu adalah Sifat dari Dzatullah, yang
diberikan kepada manusia.
Di atas sendiri sudah dijelaskan,
bahwwa alam Nassut itu adalah alam raga, artinya, sifat dari Jasad, yaitu yang
perbuatannya HANYA KEBUTUHAN LAMBUNG! Diri kita ini memiliki sebuah bagian dari pikiran yang geraknya sangat cepat,
artinya : Jika ketanggor sesuatu yang ada di depannya, maka pikiran mendapat
kesan gambaran dari sesuatu itu, sehingga memunculkan bayangan-bayang yang
menumbuhkan rasa ingin. Oleh karena alam astraal itu sebagai gedung dari dari
pikiran yang sangat cepat atau berbafsu, maka gerak perbuatannya hanya seperti
itu selama-lamanya, sebelum jiwanya menjadi bersih (tenang). Sehingga pikiran
yang bergerak cepat atau bernafsu adalah penduduk bagi alam astraal. Sehingga
pikiran itu (penduduk alam astraal) yang tetap berfungsi, walau pun manusianya
sudah meninggal dunia.omor 1 s/d 3 di atas), sehingga sifat melihat itu
didpengaruhi oleh di mana dia bertempat. Artinya : Jika bertempat di nomor 1,
maka daya penglihatannya itu bersifat jernih dan bijaksana, bisa memahami
segala ibarat, sasmita, wangsit, dan sebagainya. Yang disebut Waskitha,
(mengetahui sesuatu yang belum terjadi). Jika sifat basyar itu bertempat di
nomor 2, maka bersifat mudah paham, cerdas, pinter, mudah mengingat. Dan
keteika menempati nomor 3, maka bersifat pelan, bodoh, pelupa, yang
kadang-kadang akan menjadi manusia yang bersifat murka.
Pada bagian nomor 3 atau alam
Astraal (pikiran pelan) itulah yang sebenarnya yang sering beresonantie .. atau
di dalam bahasa ilmu Hakekat, itu adalah Selaras sehingga bisa menyatu masuk ke
dalam alam Jin atau elementalen. (21). Artinya, ketika sedang berjumpa, yang
berarti daya getar dan temperatuur-nya sama. Berbeda dengan alam yang di nomor
1, itu bisa melihatnya adalah ketika dissuruh melihat oleh yang memilikinya,
yaitu oleh manusia sempurna, para ahli Ma’rifat.
E. APAKAH NAFSU ITU ADA
HUBUNGANNYA DENGAN ALAM JIN?
Apakah hanya bayangan pikiran?
Contoh di bawah ini berbeda
dengan contoh pada huruf A hingga G di depan. Sedangkan yang benar-benar
terjadi dan banyak yang mengalaminya itu, adalah sebagai berikut :
4.1.2. Ketika sedang tidur kita
ini sering mengalami Tindihan, berteriak-teriak, merasa melihat “Sesuatu” yang
menakutkan, hewan, manusia dan sebagainya, yang ujudnya tidak pada umunya. Yang
kadang-kadang menjerit-jerit minta tolong, Jika bisa terbangun sendiri, badan
terasa kelelahan dan jantung berdetak keras! Bahkan tidak hanya itu saja, ada
yang justru menggelikan, sedang tidur tapi berjalan-jalan, dan bisa kembali
pulang ketempatnya dan tidur lagi (21
nomor 3).
Yang di desa itu disebut
mbangkong! Menurut perasaannya, dia itu diangkat oleh makhluk yang tinggi besar
dan hitam yang sangat menakutkan, bertangan besar, halus, dingin, dan berambut
acak-acakan. (21).
Menurut hukum kodrat, air itu
untuk bisa mengalir ke atas dengan cara dipompa, artinya adalah dengan cara
dipaksa, karena kodrat dari air itu adalah mengalir ke bawah. (22). Demikian
juga, tidak ada barang apa saja yang memliki berat, itu tidak bisa terbang,
jika tidak dikendalikan atau terkena suatu kekuatan untuk menerbangkannya.,
atau semua benda yang berat, walau pun hanya sebesar butiran pasir, tetap tidak
akan bisa terbang ke angkasa (22). Demikian juga halnya dengan burung, untuk
bisa terbang itu karena menggunakan alat yang bernama SAYAP. Sedangkan jika ada
sessuatu yang menyimpang dari aturan di atas, contohnya, badan kita tiba-tiba
bisa berpindah tempat, mbangkong dan sebagainya, hal itu pasti ada yang
MENGENDALIKAN! (21).
Dorongan nafsu itu, walau pun
manusianya itu sudah meninggal dunia atau pun belum, itu SAMA saja. Apalagi
sukma-sukma yang terkena bekas angkara murka ketika di hidupnya, hal itu ketika
sedang gentayangan maka Daya pengaruhnya bisa Menggerakkan alam Astraal
(Barzah). Lihatlah di Wedaran Wirid Jilid I, agar bisa berhenti diam, yang
berarti sudah tercapai apa yang menjadi keinginannya, jika sukma gentayangan
itu menjadi benalu, hinggap, menyusup, atau menyukma kepada makhluk jenis lain
atau suatu benda. (6). Menurut hasil penelitian Ilmu Jiwa, nafsu itu lebih
besar dibanding dengan alam-alam pikiran di nomor 1 dan nomor 2, (Mentaal dan
manas rendah – pikiran) : Yang diperbuatnya kadang-kadang hanya menuruti hasrat
keinginan nafsu, yang tidak pernah merasa puas! Contohnya adalah :
,Pada suatu hari, pada suatu
siang ketika saya baru pulang dari sawah, tirlihat di meja sudah ada hidangan
yang lengkap. Namun ketika itu saya sangat menginginkan “lauk sambal kacang”
akan tetapi di atas meja tidak ada. Rasa keinginan saya tidak bisa saya tahan,
kemudian terlihat di dalam bayangan :
“Betapa nikmatnya jika bisa terpenuhi makan dengan lauk sambal kacang, dengan
lalapan kol.” Kemudian hatiku menjadi ragu-ragu, makan tau kah tidak? Sebab
yang pertama adalah : Ada sambal kacang, namun tempatnya jauh, yang ke dua :
Udara sangat panas dan sudah sangat lapar, Yang ke tiga : Tidak punya uang.
Akhirnya, saya memaksakan diri pergi ke warung untuk berhutang sambal kacang.
Dan berhasil mendapatkannya! Setelah sampai di rumah, dengan lahapnya saya
makan hingga puas! (21).
Ketika saya dedang menikmati
makanan dengan lauk sambal kacang itu, rasa hatiku menjadi tenang, puas,
merasakan bertemu dengan syurgaku. Walau pun harus malu, tetap saya lakukan
untuk mencari hutang hanya sekedar memenuhi tuntutan nafsu ku yang INGIN MAKAN
SAMBAL KACANG! Seandainya saja, ketika saya baru datang itu, nafsuku tidak
bangkit, saya tidak akan dengan susah payah pergi berhutang sambal! Sekarang
semakin jelas sejelas-jelasnya : Badanku dengan berat 48 kg. Itu dipaksa oleh
Nafsuku, untuk mencari hutang yang menjadi hasrat keinginan! Kejadian tersebut,
jika kita rasakan, intinya adalah sebagai berikut :
4.1.2.a.
1. Masih dalam keadaan sadar yang
demikian,apakah tidak bisa menghilangkan gejolak nafsu? Hanya sekedar sambal
kacang saja, apakah tidak bisa ditunda?!
2. Orang yang masih dalam keadaan
sadar yang demikian itu, masih lengkap fungsi pancaindranya, indra perasannya,
dan masih memiliki rasa ingat, masih hidup............. dan sebagainya,
tentunya itu adalah urusan mudah untuk dialihkan dengan menggunakan pikiran yang
lain?! Dan seharusnya itu sangat mudah untuk mengalihkannya .... kan bisa saja
dengan yang lainnya yang bukan sambal kacang! Mengapa kah tidak merasa malu,
mencari hutang sambal kacang yang tempatnya ajauh?
Contoh di atas, silahkan dibalik
dengan cara demikian : Seandainya yang mengalami hal itu adalah orang yang
sedang tidur, seperti apakah reaksinya (akibatnya) ?! Padahal orang yang sedang
tidur itu pancaindranaya, kesadaran dirinya, rasa untuk menyentuh dan
sebagainya ... sedang tidak aktif. Artinya sedang dalam keadaan LUPA! Di atas
sudah dujelaskan, gerak nafsu itu tidak memperhitungkan tempat, waktu, baik
manusia atau pun hewan, Jin dan sebagainya; tidak memperhitungkan keadaan :
mati, tidur, duduk, bangun, makan, tertawa, perbuatannya sama saja! Sehingga
bagi orang yang sedang tidur itu, jawabannya adalah seperti tersebut di atas
itu tadi, dan untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Oleh karena yang sedang berbuat
itu adalah penduduk “Alam Astraal” serta alam astral itu sifatnya adalah
dihiasi oleh Getaran nafsu yag bersifat beru itu, maka kemudian akan
mengakibatkan adanya akibat-akibat : Tidak akan diam nafsu itu jika belum
kesampaian. (6). Lebih jelasnya adalah : Hidup
itu dikuasai oleh nafsu! Artinya : Ketika dorongan nafsu sedang menyala
besar bagaikan nyalanya api, alam-alam di nomor 1 dan nomor 2 (Alam luhur atau
mentaal yang ditambah dengan alam nya Budi daya) sifat keduanya itu kalah daya
kekuatannya – mengalami sendiri atas resonansi dari adanya alam pikiran yang
berjumlah tiga tersebut di atas. Sehingga dua alam itu yang memang fungsinya
bertugas mengingatkan, dan menyimpan ingatan, mempertimbangkan baik buruknya
dan sebagainya – TIDAK BERFUNGSI. Karena kalah daya getarannya!.
Seumpama, ketika itu dua alam itu
bisa menyentuhnya (bisa mempengaruhinya) maka tidak akan terjadi hingga dengan
susah payah berhutang.!
Bagi orang yagn sedang tidur
lelap tanpa bermimpi, walau pun tidak ngelindur, akan tetapi lingkungan Jiwanya
DIKUASAI oleh nafsunya, yaitu getaran alam astraal. Oleh karena ketika sedang
tidur itu, raga sedang tidak aktif, dan juga kekuatannya serta kesadarannya
sedang tidak aktif, padahal oleh karena masih dikuasai oleh sifat dari getaran
alam Barzah, maka akan bisa memindahkan raganya sendiri (berjalan ketika tidur)
dituntun menuju bayangan-bayangan sendiri ketika tidur mbangkrong itu. (21).
Bukan berlaku untuk orang yang
ngelindur saja, walau pun hanya tidur biasa, jika getaran dari alam astraal itu
tidak begitu besar, kadang-kadang dalam tidurnya sering berganti posisi!
Sehingga perbedaanya jika “Masih terjaga, itu masih bisa ditahan; sedangkan
ketika sedang tidur, raga ini hanya patuh saja!
Oleh karena sifat dari Basyar itu
tetap berfungsi serta selaras dengan alam astraalnya (rumah dari nafsu),
sehingga walau pun getaran anfsu itu bisa mengendalikan orang yang sedang
tidur, hingga bisa berjalan-jalan dalam keadaan tidur (mbangkrong), maka di
dalam perasaannya tetap masih melihat sesuatu (bermimpi). Jika sedang dalam
keadaan yang demikian itu, derajat alam astraal terkalahkan oleh As’raal-nya
yang bersal dari kumara-kumara (pengaruh daya) dari yang lain, yang kemudian
terjadi resonantie, yang akibatnya akan melihat makhluk yang sangat bentuknya
sangat menakutkan, yang mengakibatkan berteriak-teriak, mengigau dan
sebagainya, yang disebut juga sama dengan melihat alam Jin, yang sedang lewat
atau tidak sengaja bertemu! Sehingga menurut perasaannya : Seolah-olah ditekan
oleh orang yang hitam yang sangat besar, tangan berbulu, dingin, menakutkan
yang mengajak berkelahi, memindahkan dari tempat semula (4.1.2). Dasar dalilnya
adalah sebagai berikut :
I. Selain raga dari yang tidur
mbangkrong itu tadi dikendalikan oleh Getaran nafsunya (Barzah, Astraal-nya)
juga bisa dikenadilkan oleh
kumara-kumara (kekuatan lain) – (roh jahat yang gentayangan).
II. Pengaruh dari Rasa Ingat
(Rasa jati) dirinya sendiri, tetap masih belum bisa mengingatkan,
menyelaraskan, mengalahkan, sehingga hubungan dengan Indranya hanya antara
sadar dan tidak, sekejap ingat, sekejap lupa, yang pada umunya itu tidak
merasa! Keadaan lupa yang demikian itu menumbuhkan rasa takut,
berteriak-teriak, dikarenakan : Sifat dari Basyar yang ada di diri melihat alam
lain (Jin), atau selaras dengan Astraal lain (beresonantie) yang sangat
menakutkan.
III. Jika mbangkrong akan tetap
berjalan-jalan hingga tersadar, jika tidur terlentang atau miring, akan
berteriak-teriak merasa ada hantu yang menakutkan dan sebagainya.
Demikian penjelasannya, sehingga
ketika berjalan-jalan itu tadi karena dikendalikan oleh getaran alam KAMA.
Keadaan yang demikian itu, ketika orangnya sedang terjaga : Kadang-kadang bisa
melihat JIN – jangan salah dalam memahaminya – bagi orang biasa, ketika melihat
itu juga sedang dikuasai rasa tidak sadar (tidak ingat) sekejap. Bagi sang
pencari untuk bisa melihatnya karena atas perintah guru, artinya diberi “caranya”
untuk bisa digunakan melihat Jin. Di dalam Wedaran Ilmu Hakekat ini, tidak akan
dimuat resepnya, agar orang bisa menangkap atau melihat Jin dan makhluk halus, karena
hal itu selain menyimpang dari kenyataan, juga hal itu bukan cita-cita dari
para ahli hakekat atau Taukhid (Ma’rifat Islam).
Yang terpenting bagi pencari
hakekat, adalah agar bisa mengendalikan nafsu hasrat keinginan diri, mengawasi
yang artinya tidak dibiarkan, tentang hal ini, bacalah Wedaran Wirid Jilid I
saja. Sedikit tambahan, oleh akrena hal ini sikap dari “kalah menang” dari rasa
sadar diri/rasa ingat, pikiran dan nafsu, sehingga jika akan tidur, SENJATANYA
adalah INGAT TUHAN ALLAH (Wedaran Wirid Jilid I).
F. PENJELASAN TENTANG KEJADIAN DI
HURUF A HINGGA G
(Berasal dari apa dan mengapa)
Ada baiknya meneliti terlebih
dahulu adanya gerak pikiran. Yang sudah diuraikan itu baru 3 hal (Manas, manas
asor dan nafsu), sedangkan yang selengkapnya akan ditemukan di uraian yang
selanjutnya. Karena hanya terbagi menjadi 3 bagian itu, mengingat bahwa ini
baru menjelaskan tentang adanya penyelaras kepada alam Jin atau makhluk halus
lainnya, yaitu : Mana yang kadang-kadang disebut bertemu dengan Jin, mana yang
kadang-kadang disebut kerasukan syetan dan sebagainya.
Sifat luhur dari manusia itu
diciptakan dari 2 anasir, 1 dari anasir gaib
(nyawa, perasaan, ingat dan sebagainya) 2. Dari anasir (Api, tanah, air
dan sebagainya). Itu semua sudah menjadi kodrat dan membutuhkan makanan
sendiri-sendiri, yaitu :
1. Kebutuhan raga : Beras,
jagung, gandum, (membuat kenyang).
2. Kebutuhan Jiwa : Tenang,
tenteram, ilmu, pengetahuan dan sebagainya.
Di nomor 1 itu, jika perutnya
sudah kenyang maka sudah selelsai tugasnya! Pada Nomor 2, itu tidak akan ada
batasnya, jika makan itu adalah makan pengetahuan, jika minum itu meminun
pengertian dan pemahaman, jika ber olah raga itu, adalah mengolah pikiran,
demikian juga halnya bagi indra yang berhubungan dengan KETENTRAMAN, yang
dibutuhkannya itu adalah : Jika membaui adalah menciumi keharuman, jika
bernapas itu yang dengan longgarnya! Oleh karena Jin itu berasal dari unsur
CAHAYA, sihingga haus dan laparnya adalah sama dengan BAGIAN MANUSIA DI NOMOR 3
(Barzah, astraal, alam dari nafsu angkaranya)! Pada intinya : Makanan nafsu itu
bukanlah nasi, akan tetatpi tercapai apa yang menjadi keinginannya! Sehingga
yang menjadi makan dari para Jin itu adalah janis dari golongan yang halus.
Contohnya adalah Bau harumnya bunga, kemenyan, dupa ratus, KASTURI dan
sebagainya, yang mengandung unsur halus-halus itu tadi yang bisa mengenakkan
hati. Ketika pengarang sedang bermain ke Selapura, Wilayah Kesamben Binangun
Selatan di Wilayah Blitar Jawa Timur, di atas dari sebuah jalan yang menuju
Sumber Manjing adan sebatang Pohon Beringin yang besar dan rindang. Menurut
penjelasan Bapak Lurah, di situ adalah Angker, RUMAH dari Den Bagus KLIWON.
Seingat saya, Den Bagus Kliwon itu bertempat tinggal di Gunung Kelud, akan
tetapi untuk menyenangkan hati Bapak Lurah, pengarang mengatakan, memang benar.
Ketika itu, Pengarang hanya
mencoba-coba saja, ingin mengetahui kesatian Den Bagus Kliwon. Apakah
Syaratnya? Apakah cukup hanya dengan heningnya Cipta?
Pengarang ingat, bahwa makanan
dari Den Bagus Kliwon itu, menurut Petuah dari Kakek : yaitu, Tike (candu), Kemenyan
dibakra menggunakan api yang berasa dari Batang Padi Ketan Hitam dan Dupa
Ratus! Benarlah, pada suatu sore, syarat syarat tersebut, Pengarang pasang di
tempat tidur saya! Jika sebuah panggilan, jika memanggil itu, dengan
menggunakan suara keras, hal itu terntunya akan bisa didengarnya. Sedangkan
jika menggunakan dengan cara membakar Dupa kemenyan beserta kelengkapannya,
tidak harus bertemepat di bawah pohon beringin, akantetapi yang terpenting :
Lengkapnya persembahan sajen dan semerbaknya bau kemenyan yang dibakar!
Benarlah, setelah saya laksanakan
: Tidak menggunakan Doa kesaktian dan mantra, tidak celumikan bibir, selain
hanya berani kuat tidak tidur hingga habisnya asap dari Dupa yang dibakar,
serta yang terpenting : Di waktu setelah jam 12 malam! Akhirnya sampailah dalam
keadaan TIDAK TERTIDUR pun TIDAK TERJAGA, merasa lupa sekejap ...... kemudian
mendengan orang mengucapkan salam bertamu! Pakaiannya pakaian adat jawa seorang
berpangkat tinggi, dan terselip Keris membawa selendang yang diwiru, tidak
memakai alas kaki serta memakai Topi model mandor tebu! Yang dikatakannya
adalah sebagai berikut : “Wahai Tuan, hamba adalah Den Bagus Kliwon, Ada apakah
memanggil diriku. Apakah ada yang didkehendakinya,
apakah.................................... dan seterusnya!”
Cukup ini saja penjelasan dan
hanya sekedar contoh, berhasil dan tidaknya itu tergantung dari cara
menyelaraskan. Disebabkan bau dari kemenyan, Tike (Candu), batang padi Ketan
Hitam dan sebagainya, itulah sebagai sarana getaran daya penyelaras yang
ditujukan kepada Den Bagus Kliwon, akan tetapi jika bukan dia, seperti apakah
akibatnya? Jika hanya duduk-duduk yang enak, mengenakkan, maka ikut untuk
selamanya dan bahanya teramat sangat besar, seperti penjelasan di bawah ini :
F.1. Rumah dari Nafsu atau alam
Astraal itu, adalah gerak dari berjalannya pikiran yang sangat pelan, karena
sering dimasuki oleh Roh Jahat yang berasal dari roh lain, kesetanan, mengamuk,
dan bisa saya singkat (pada keterangan ini saja) dengan kata : ID. Sehingga ID
itu sama dengan Jiwa rendah. Oleh karena demikian, alam astraal atau Barzah itu
adan tempat bati (Alam dari) si ID. ID itu tidak bisa menjadi makhluk luhur
yang bisa menyamai Malaikat dan sebagainya. Jika ketika di dunia, manusia itu
menuhankan Jin atau mengabdi kepada Jin, Berteman dengan makhluk halus
(Prewangan). Zwarte magie, hal itu sebenarnya sifat manusianya sudah berada
menejadi ID, sehingga bangun, duduk, makan, berfoya-foya dan sebagainya, adalah
dari bertanya kepada ID. Jika keadaannya sudah sedemikian itu, jika kita paksa
untuk mengaji atau Sembahyang, maka tidak akan mau menjalankannya.
F.2. Rumah dari memahami,
mengetahui, disebut mentaal atau alam keluhuran, budi luhur, pengetahuan luhur,
tepa salira (bisa menempatkan diri) dan sebagainya, itu yang menjadi
kesenangannya adalah Menghmba kepada Allah. Artinya, kekuatan ID tidak bisa
mempengaruhinya.
Ketika manusia meninggal dunia,
dan jika yang lebih KUAT di hidupnya adalah si ID seperti tersebut di F.1., hal
itu karena ketika didunia, sudah dikuasai oleh Din, dan teman makhluk halusnya
dan sejenisnya, sehingga hawa nafsu kuramaranya tidak akan kembali kepada asal
mulanya, akan tetapi menjadi pengikut Jin, untuk meneruskan sifat perbuatan
ID-nya, sehingga tidak akan bisa menjadi makhluk luhur!
Dan juga, disebut sebagai warga
dari golongan Jin. Sehingga bahaya bagi pencari Hakekat, bisa berbalik arah,
akan mendapatkan kesengsaraan dan tersesat jauh, seperti pada contoh tersebut,
karena hal itu adalah kejadian lupa kepada sifat manusianya. Di bawah ini akan
menjelaskan contoh-contoh kejadian-kejadian
dari A hingga G :
Bagi siapa saja, ketika ID-nya,
selaras dengan Jin atau alam jin, rekasinya akan menimbulkan ketakutan. Hal
itu, jika orangnya sedang dalam keadaan tidur, kadang-kadang akan gero-gero
(menjerit-jerit. Sedangkan bagi orang yang sedang terjaga, kadang-kadang
menjadi lupa diri. Jika terkena pengaruh dari makhluk lain, maka ID akan
menjadi Pabrik dari Kurama pengaruh makhluk lain itu. Namun bagi manusia yang
sempurna itu, tidak akan bisa dikalahkan
oleh perbuatan ID, sehingga tidak bisa melihat Jin.
Penjelasan selanjutnya,
jawabannya adalah sebagai berikut :
A.1. Orang Yang kesurupan.
ID dari orang itu, bangkit dan
berbuatnya karena terengaruh dari kumara makhluk halus lain. Jika Kumara itu
berasal dari orang Tionghwa, Belanda, Arab, kadang-kadang orang yang kesurupan
itu bisa berbahasa Cina dan sebagainya, akan tetapi dia sendiri tidak mengerti
sama sekali (Tidak merasa)!.
Kadang juga, jiwanya menjadi
ganda? Memang demikian adanya, akantetapi, jika jiwa kita yang mengaktifkan
dari perbutan kumara yang lain, maka tingkah polahnya akan menjadi tidak
sewajarnya.
B.2. Dukun tiban :
Pada intinya, tiba-tiba bisa
menjadi dukun! Sedangkan penjelasannya adalah ada seseorang yang kerasukan
kumara makhluk halus lain, yang ketika di hidupnya sangat bernafsu untuk
menjadi seorang dukun, sehingga pengaruh dan kekuatan kumaranya juga menjadi
dukun. Orang yang kesurupan Kumara yang demikian itu tidak akan lama, sama saja
dengan contoh di A.1/
C.3. Hantu (menakuti, menggoda,
penampakkan dan sebagainya)
Kisah yang ada di Istana Hijau
dan Istana Hitam itu sebenarnya disebabkan oleh KUMARA-KUMARA yang sangat kuat
pengaruhnya! Jika itu kumara yang berasal dari orang kaya yang menjadi hantu :
bisa saja ketika menghadapi syakaratul maut, sangat berat meninggalkan harta
kekayaannya. Sehingga dalam kematiannnya menemui kesesatan.
Yang mengherankan itu, ketika
kita ditakuti oleh hantu dan sebaaginya, ketika kita sedang naik sepeda yang
lampunya menyala, tiba-tiba saja lampu itu tidak menyala. Akan tetapi jika kita
membawa api minya, justru tidak akan mati. Menurut penelitian saya, yang
bedasarkan penalaran hening : Kejadian di atas (C) tidak hanya terjadi di
Ingrsi saja, walau pun tempat lain pun ada juga. Seperti yang disebut dengan
julukan Wadon, Peri, Sundel bolongm Gendruwo, hantu dan sebagainya, hal itu
penjelasannya adalah sebagai berikut : Manusia itu memiliki zat-zat yang sangat
lengkap, antara lain adalah zat fosfor, yaitu sesuatu zat cair yang menyala
bagaikan kunag-kungan dan terang! Oleh karena zat fosfor itu tidak ikut hancur
bercampur tanah, yang berarti masih utuh, sehingga sang kumara dalam menuruti
nafsunya dengan manuksma (merasuki) adalah zat fosfor itu tadi. Tidak ada
bedanya ketika bertemu dengan hantu
“Glundung plecek” itu adalah sebuah tengkorak manusia yang menjadi jalan bagi kumara untuk
mengikuti hawa nafsunya (6). Demikian
juga ketika bertemu dengan Hantu Wadon, jika hati tidak goncang, kadang-kadang
hanya berupa batang pisang (6). Janganlah salah dalam memahami, glundung plecek
atau hantu usus, hanto wedan dan sebagainya itu sebenarnya bukan golongan
makhluk Jin.
Penjelasan singkatnya yang mudah
untuk memahaminya adalah Pada intinya “Jadi-jadian” itu semua yang KETEMPATAN
kadang-kadang masih berada “DI TEMPAT KEJADIAN/MAKAMNYA” apakah tinggal
tengkoraknya saja, atau kah usus yang terburai bekas dimakan hewan buas dan
sebagainya itu harus kita teliti.
Yang dimaksud di sini adalah :
Golongan hantu seperti yang contoh itu tadi, adalah disebabkan dari akibat yang
dialami oleh Roh. Sedangkan yang disebut Gendruwo, Tuyul, Bekasakan, itu semua
sebenarnya adalah sama-sama makhluknya. Yaitu dari golongan Jin, yang masih
berderajat rendah dalam tingkatan hidupnya.
D. Orang Kalap.
Kita harus yakin terlebih dahulu,
bahwa golongan Jin itu ada. Oleh karana sama-sama sebagai makhluk (maka
akebudayaanya adalah sesuai dengan alamnya). Makhluk Jin juga ada yang bisa
membuat gedung, pertamanan dan sebagainya.
Pada bagian penjelasan yang
menjelaskan tentang “Kalap” itu, yang hita ketahui ada dua hal : Yang pertama
adalah masih memiliki rasa ingat, dan kedua adalah merasa sebentar, yang
menurut perhitungan di alam yang sebenarnya itu selama setahun. Mengapa hal itu
harus kita telusuri?
Pertama : Tentang soal bisa
melihat alam Jin. Sudah jelas bahwa resonansi yang sesuai dengan Dunia Jin,
artinya ID dari Pemancing itu selaras. Sehingga ketika hal itu terjadi, ketika
melihat barang-barang dan orang yang banyak itu bukan mata dan rasa kesadaran
dirinya (atau juga Rasa jatinya), akan tetapi adalah ID-nya. Atau Alam Barzah
milik Pemancing sedang selaras. Yang ke dua : Oleh karena Gerak ID itu sangat
pelan, sehingga ketika sedang berada di alam ghaib itu hanya merasa sehari saja.
Hal itu sebenarnya : Adalah akibat dari lambatnya ID itu dalam menyimpulkan
gambaran dari alam gaib itu yang sebenarnya adalah selama satu tahun. Setelah
Pemancing keluar dari sungai maka Baru sadar akan yang sebenarnya. Artinya :
Menyatunya dan gerak Id-nya ketika melihat atau masuk ke dalam alam gaib itu.
Untuk bisa normal kembali itu adalah setelah sadar diri. Sehingga bagi manusia
yang masih berada di alam dunia ini atau Pemancing itu adalah memang benar
selama satu tahun.
Contohnya adalah sebagai berikut
: Di dalam alam mimpi yang terjadinya disebabkan getaran nafsu itu bisa saja
hanya sebenetar, dan bisa saja lama. Jika tidur selama 12 jam terus menerus,
dan ketika itu merasa sedang pergi ke pasar, jika sudah bangun (Sadar) Dalam
pikirannya mengatakan bahwa merasa hanya satu menit. (15). Yang di dalam hitungan
alam nyata itu tetap 12 jam! Sedangkan ketika itu, raganya kemanakah perginya?
Dan menyembunyikan diri di mana? Penjelasannya adalah sebagai berikut : Menurut
Kodrat ketetapan Tuhan - silahkan
dicocokkan dengan ilmu kedokteran atau ahli kimia – Sesuatu wujud apa saja itu
TIDAK BISA, menyatu atau larut menjadi satu keadaan. Umpamanya adalah aair dan
minyak, untuk bisa menyatunya atau larut, jika minyaknya dijadikan air terlebih
dahulu, Emas dan perak untuk bisa bergabung adalah dengan cara dicairkan terlebih
dahulu, artinya adalah DIPAKSA!.
Kembali kepada raga yang masih
mendapat pengaruh dari daya hidup, itu ternyata tidak bisa larut ke dalam
air (ketika mengalami kalap), sehingga
raga masih utuh tergeltak di dasar air. Mengapa tidak bisa melihat, karena
Penglihatan matanya kalah oleh dayanya oleh daya getaran alam Jin,artinya raga
milik pemancing itu tergeletak dalam keadaan sehat, akan tetapi tidak melihat
(Contoh lagi ketika ada anak hilang, tiba-tiba berada di ujung pohon yang
tinggi).
Sehingga hal itu bisa dipahami
menggunakan akal/pikiran bahwa : 1. Dengan adanya si Pemancing bisa hidup
kembali dan keluar dari dalam sungai, karena dalam kenyataannya adalah masih
hidup. Dan raga yagn masih hidup itu tidak akan bisa larut dengan air. Dan
makna sebenarnya dari keadaan si Pemancing itu adalah sama saja dengan keadaan
sedang tertidur. Sedangkan jika si Pemancing itu dalam peristiwa kalapnya itu
kemudian meninggal dunia, maka raganya akan hancur lembur larut dan bersatu
dengan air. Adalagi suatu kejadian yang mirip dengan kejadian yang dialami oleh
si pemancing itu – yang dikisahkan dalam kisah Babad Tanah Jawa, sebagai
berikut :
Menurut kisah Babad dikisahkan,
bahwa Panembahan Senapati ing Ngalaga yang terkenal dengan kecerdasannya dan
kesaktiannya serta serta memahami dan menguasai segala ilmu, dikisahkan menikah
dengan seorang Putri dari golongan Jin, Nyi Lara Kidul! Uraian di bawah
berikut, hanya akan menguraikan – apakah baik, apakah buruk kisah dari
Panembahan Senapati itu bagi pencari Ilmu Hakekat Ketuhanan.
Jika hal itu memang benar adanya,
maka sifat luhur Panembahan Senapati itu karena menggunakan PEREWANGAN (Jin
pendamping), Dayanya menyatu dengan alam kehidupan Jin, sama saja menjadi warga
golongan Jin di Laut Selatan! Artinya : Bahwa ilmunya itu salah, dalam
menerapkan ilmunya itu salah jalan, tidak akan kembali ke asalnya, tidak
Innalillahi, akan tetapi akan kembali masuk ke alam Jin.
Bisa saja ketika hdiupnya, Sang
Panembahan Senapati hanya menuruti kehendak diri, hingga meminta bantuan Jin –
mengadakan perjanjian dengan jin hingga jiwanya selaras dengan Jin, sehingga
tidak bisa kembali seperti ketika jaman asal mula sebelum tercipta di dunia
ini. Sebelum minta bantuan, eliau itu Lupa! Lupa itulah jalan menuju kepada
kesesatan. Olehkarena hidupnya sudah di muliakan oleh Jin, sehingga tidak akan
bisa kembali Azali sebagai dzat manusia,
artinya : Sang Panembahan itu tidak akan bisa kembali menjadi manusia yang
luhur. Hal itu dikarenakan oleh ilmunya dan kesaktiannya, sehingga bisa meracut
raganya menjadi dan menyatu dengan alam
golongan Jin!.
Dalam kisah seperti itulah
sekedar contoh bahwa ID-lah yang mempengaruhi Panembahan Senapati (Itu jika
cerita itu benar bahwa menikah dengan Jin). Dan walau pun ketika beliau masih
hidupnya, id-nya tidak aktif, namun di akhir kehidupannya tergiur oleh
keindahan Ratu yang sangat cantin, namun dari golongan Jin. Pada intinya :
Ketika berjumpa, yang kemudian berlanjut bermain asmara dengan putri dari
golongan Jin itut adi, Sang Panembahan (atau siapa saja) SUDAH TIDAK MEMILIKI
SARA INGAT! Dari apa yang harus diteliti dan di ingat-ingatnya, karena manusia
itu mempunyai sifat lupa. Berbeda dengan si Pemancing yang masih ketempatan
rasa ingat (sadar diri).
4.1.3. Yang baik itu kisah yang
mana?
1. Jika dilihat dari kenyataan
kisahnya : Si Pemancing basih bisa hidup kembali menjadi manusia, artinya bisa
membenahi hidupnya, kelakuannya, pengetahuannya dan sebagainya, menuju kepada
At.tauchid diserta tindakan sebagai manusia hidup!
2. Walau pun terhormat, cerdas,
seperti apa pun saja, namun jika ilmunya hanya untuk menuruti kebutuhan hasrat
keinginan dirinya sendiri, sama-saja tidak ada gunanya. Jika diteliti ketika
masih dalam keadaan hidup di dunia, Si Pemancing itu tidak sebanding sama
sekali dengan Panembahan Senapati dalam hal keilmuan, Akan tetapi, dunia itu
bukti dan amal SIAPA saja. Walau pun bersifat luhur itu masih memiliki lupa,
walau pun bersifat rendah, akan tetapi jika selali INGAT – sehingga bisa
kembali hidup di alam dunia nyata. Itulah perbedaan kisah kejadian dua kisah di atas. (Dan, hal itu jika cerita babad itu benar
adanya – Sastra Jawa itu banyak makna tersirat di balik kisahnya).
Sebelum mengurai
peristiwa-peristiwa pada huruf E hingga G, ijinkah untuk memaknai kata “BAWAH
SADAR” pada bagian 3.2.4. ee. Di atas, sebagai berikut : Dalam ilmu yang lain,
ada sebuah pendapat bahwa “Alam bawah sadar” itu samadengan gerak pikiran yang lambat, atau
pikiran bawah sadar yang saya sebut dengan sebutan “ID”. Kadang juga Bawah
sadar itu dimaknsai : Tidak sadar atau tidak mengerti apa-apa! Orang yang
bermimpi, berteriak-teriak (gero0gero) ketakutan; orang bermimpi terjatuh dari
pohon, ternyata benar-benar terjatuh dari tempat tidurnya, kemudian terbangung!
Begitulah seterusnya, semua itu adalah kejadian di alam bawah sadar yang
katanya dikatakan tidak mengerti apa-apa atau tidak sadar (tidang mengerti
apa-apa), itu tadi. Ada lagi sebuah pendapat, bahwa alam bawah sadar itulah
yang mengajak berjalan-jalan ketika sedang tidur mbangkrong. Artinya bahwa yang
mengendalikan adalah alam bawah sadar.
Pendapat yang mengatakan bahwa
alam bahwa sadar itu, tidak melihat apa-apa (tidak sadar) itu tidak masuk akal,
karena jika memang alam bawah sadar itu berfungsi serta merasa terjatuh dari
pohon tinggi, ternyata hanya terjatuh dari tempat tidur, hal itu bisa
disimpulkan mengetahui sesuatu, ataukah tidak mengetahui sesuatu? Seharusnya
harus dirasakan, bahwa jatuh dari pohon adalah rasa yang dialami oleh yang
tidur, dan jatuh dari tempat tidur adalah rasa yang dialami oleh dirinya sendiri
yang tidur itu bahwa akan terjatuh dari tempat tidur! Dan ternyata terbukti
terjatuh sungguhan. Hal itu bermakna bahwa sebelum terjatuh itu sudah diberi
tahu terlebih dahulu melalui rasa di alam mimpinya. Jika alam bawah sadar itu
dimaknai tidak mengtahui sesuatu apa pun, maka apakah sebabnya bermimpi? Apakah
mimpi itu sifat dari Alam bawah sadar?
Sifat dari alam bawah sadar itu,
bahwa ketika sedang bermimpi itu melihat sesuatu, yaitu bisa melihat golongan : hewan buas, jurang, tempat-tempat
yang menakutkan dan sebagainya. Di dalam keadaan seperti itulah alam perasaan
dan pikiran sedang tidak berfungsi, artinya rasa ingat itu adalah salah satu
dari alam pikiran itu sedang berfungsi, artinya masih ingat, yang kadang-kadang
sebelum terjatuh melayang dari tempat tidur – tiba-tiba terbangun terlebih
dahulu! Sehingga jika ada sebuah pendapat bahwa alam bawah sadar itu tidang
mengatahui apa-apa, itu masih kurang tepat, karena did atas sudah diuraikan,
bahwa alam-alam 1.2 dan 3 sekali pun itu masih bisa ditangkap oleh sifat Basyar
oleh pemilik sifat basyar itu. Sehingga mimpi model apa pun jenisnya, kadan-kadang terjadi benar dalam
alam nyata, artinya kadang-kdang benar-benar terjadi.
Jika sampai pada kalimat :
“Ketika meninggal dunia itu kembali ke asalnya” hal penjelasannya adalah
sebagai berikut :
4.1.1.
(1). Sebagai manusia itu,
memiliki sifat-sifat yang terpuji, contohnya : sifat duapuluh yang
masing-masing jenisnya menjalankan tugas perbuatan sesuai Kodrat.
(2). Juga memiliki sifat-sifat
Malaikat, yang fungsi dan tugasnya adalah sendiri-sendiri.
(3). Ketempatan sifat-sifat
rendah, jernih dan luhur.
(4). Anasir manusia itu sangat
sempurna : Seperti, dari sifat tanah,
batu, air, emas, perak, besi, kapur, zat fosfor, garam dan sebgainya.
Sehingga : “Yang kembali ke
asalnya” itu, adalah anasirnya! Jika tulang itu maka seperti batu, jika fosfor
akan kembali menjadi fosfor, demikianlah dan berlangsung selamanya. Sedang yang
disebut “ Innalillahi wa inna Illaihi Raji’un” itu adalah jiwa diri sendiri,
yang tidak membawa nomor 3 di atas. Sebagai tandanya adalah : Ketika hidupnya
di dunia terkalahkan oleh nomor 3 di atas, maka matinya akan menjadi warga
golongan Jin. Atau, oleh karena Nomor 3 di atas sama saja dengan ID, kaka
ketika meninggal dunia , maka sang ID akan menjadi Warga golongan Jin. Sedangkan
yang lainnya yang disebut di Nomor 1 dan 2 di atas, tetap gentayangan
meneruskan tugasnya bekas perbuatan dari Nomor 3 atau yang disebut ID. Sehingga
golongan Jin itu disebut juga memiliki
jiwa evolusi, yang maksudnya adalah : Bahwa Id itu berusaha menghilangkan akibat dari bekas perbuatan!
Hal itu untuk bisa berhasilnya adalah ketika masih hidup di dunia, maksudnya
adalah bisa merubahnya sedikit-demi sedikit atau seketika.
Setelah menjadi golongan Jin,
orang-orang itu tetap tidak memiliki rasa ingat! Tidak mempunyai rasa ingat
itulah yang dialami oleh Panembahan Senopati yang menikah dengan dengan Ratu
Jin di Laut Selatan. Seandainya saja si Pemancing ketika itu tidak memiliki
ingatan, maka akan tetap menjadi warga golongan
Siluman (Jin)!.
Itulah salah satu ujud dari
bahaya yang bisa dialami oleh Pencari Ilmu Hakekat Ketuhanan. Sedikit saja
salah, maka akan keluar dari jalan hingga berbelok arahnya... sehingga tersesat
dan tidak bisa kembali ke asalnya! Demikian kitulah penjelasan tentang alam
Jin dan orang yang mengadakan perjanjian
dengan makhluk halus. Alam Jin itu sebenarnya tidak membutuhkan untuk ditambah
oleh Sifat Id dan sebagainya, karena alam jin itu tetap adanya, penjelasan di
atas itu hanya salah satu bagian saja (bagian dari kepribadian manusisa) yaitu
bagi manusia yang salah alamat ketika hidupnya di dunia! Satu penjelsan lagi :
Yang manjdai warga golongan jin itu adalah manusia yang ketika hidupnya di
dunia mempunyai Perewangan (Bersahabt dengan Jin, meminta tolong kepada Jin,
memelihara Jin, hingga kekayaannya dan kesenangan hidupnya di dapat atas
bantuan Jin).
E. 5. Kunti Anak (Sundel Bolong)
Tentang hal ini telah diuraikan
dalam menjelaskan pada bagian C.3 dan D.4. Sedangkan penjelasan berikutnya adalah
sebagai berikut : Jika ditelusuri sifat dari serangga kunang-kunang, yang
tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita, yang kemudian menghilang dan
meninggal suara dan sebagainya. Artinya itu adalah Pebuatannya memang hanya
selalu demikian saja hingga berabad-abad. Maksudnya adalah : Pekerjaannya
adalah menghantui, yang bernama Kunti,
juga bernama Sundelbolong dan sebagainya! Oleh karena yang dilakukannya tetap
seperti itu, menurut penelitianku, Hantu Kuntilanak itu adalah sejenis mahluk
halus atau golongan Jin yang mempunyai derajat sangat rendah. Dikatakan
demikian karena berpuatannya adalah tetap, yang kedua adalah berbeda dengan
hantu Wadon atau hantu usus, hantu glundungpletek dan sebagainya, yang agar
bisa menjadi wadon dan sebagainya adalah dengan cara mersuki semenetara,
sebagai buktinya, yang dirasuki ternyata hanya batang pohon pisang atau
tulang!.
Ada lagi sebuah contoh yang
benar-benar terjadi menjadi berbahaya, menjadi keramat, menjadi tempat
meletakkan persembahan, menjadi yang menjaga desa dan sebagainya, yang sudah
menjadi buah bibir, terlebih lagi di pedesaan. Saya akan menerangkan sedikit
tentang kejadian di Kota Surabaya ketika tahun 10554. Ada seorang warga
Tionghwa yang memiliki simpanan batu aqik zamrut, kayu yang membatu, yang katanya
Mbah Juga, pindah di rumahnya. Sehingga banyak orang dari jauh yang datang :
Jawa, Cina, Belanda, Pelajar, bangsawan, banyak yang tergiur dan percaya bahwa
itu adalah “Mbah Juga” yang sebenarnya, karena berdasarkan – Sebelum makam
“Mbah Juga” di gunung Kawi terbakar, katanya ada bisikan dari batu itu, bahwa
“Mbah Juga” akan berpindah ke Surabaya. Benarlah! Aqik itu kemudian menjadi
pujaan, tempat untuk meminta dans ebagainya. Rahasia dari hal itu adalah
sebagai berikut :
4.1.5.
(1) Mbah Juga itu adalah sebuah
nama Samaran dari manusia Agung pada jaman hidupnya. Ketika di hidupnya, Dia
bertempat tinggal di kota Kesamben Wlingi Blitar, dan hingga sekarang makamnya
masih ada, dan juga keramat. Menurut cerita dari mulut ke mulut, “Mbah Juga”
itu adalah seorang yang Shaleh, sakti, berilmu, suka memberi bantuan kepada
orang lain, menjadi panutan penduduk asli di Wilayah Selatan Sungai (Daerah
Gunung Kawi ke salatan hingga Malang). Ada juga yang gmempunyai pendapat bahwa
“Mbah Juga” itu sebenarnya adalah “Pangeran Diponegoro”. Menurut penelitian
saya, entahlah! Karena asal-usulnya tidak jelas. Yang terpenting : “MBAH JUGA
ITU bukan sejenis Perewangan!.
(2). Karena bukan golongan
perewangan, Setelah meninggal dunia Mbah Juga tetap menjalankan pengaruh
hidupnya seperti manusia sebelumnya. Jika ketika hidupnya Mbah Juga itu adalah
sebagai ahli berserah diri (Ma’rifat – Islam) tentulah kumaranya (hawa dari
sifatnya) kembali kepada assalnya (innalillahi wa inna illaihi raji’un).
Penjelasan pada Nomor 4.1.5.
paragraf ke 1 dan 2 membuktikan bahwa, Aqik milik bbah Tionghwa yang
mengaku-ngaku dirasuki Mbah Juga itu, tidak benar. Akantetapi bila Aqiq itu
dirasuki “Sesuatu yang kadang berkata” itu sudah jelas bahwa Makhluk Hidup
bersifat perewangan (bersahabat dengan Jin) dari Tionghwa tersebut. Artinya,
bukan Mbah Juga itu sendiri. Jika pun orang Tionghwa itu sering dihadiri dalam
mimpi oleh Mbah Juga, yang hadir dimimpinya itu adalah golongan kumara
(pengaruh daya) lain yang dasarnya menjadi benalu di dalam Aqiqnya (6)!.
Contoh peristiwa yang lain yang
ada hubungannya dengan yang Sering terjadi di hutan-hutan atau di pedesaan,
dekat dengan telaga atau sumber air tempat mandi :
(3). Harian Jawa Post di Surabaya
ketika tahun 1956, mengulas bahwa di dunia ini hingga sekarang ini belum bisa
menjelaskan tentang API yang menyala mengarah ke atas bagaikan KERIS. Ada yang
berpendapat, bahwa itu adalah Lidah milik Wisanggeni, Orang tapa, Pusaka ampuh
..... dan sebagainya. Namun apakah sebabnya, tidak setiap hari terlihat?
Di Belgia (begitu isi berita di
koran Jawa Post) ada seorang Opsir Tentara Angkatan darat yang tersesast masuk
ke wilayah kuburan. Di tempat itu dia melihat sebuah nyala seperti api yang
mengarah ke atas dan berkbobar dengan hebatnya. Pada mulanya tentara itu
ketakutan, namun karena membawa pistol, dia kemudian mendekati nyala api
tersebut. Setelah sampai ke tempat itu nyala api, ternyata tidak ada kejadian
yang mengawatirkan atau meenakutkan.................... Tentara itu kemudian
mengambil kertas pembukung temebakau kemudian dinyalakan menggunakan nyala api
itu. Seketika kertas itu terbakar habis bagaikan terkena api! Namun anehnya,
Nyala api yang menyerupai keris itu, tiba-tiba menghilang dan musnah.
Penjelasan yang tidak terlalu
jauh dari adanya anasir yang disebut Phosfor! Hal itu menunjukan bahwa badan
manusia yang menjadi “Makhluk jadi-jadian” itu adalah karena porsentase
phosfornya terlalu banyak dibanding dengan zat pembentuk raga yang lainnya!
(C.3.).
Di Demak ketika tahun 1954,
menurut Koran Suara Rakyat Surabaya, ada sebuah rumah milik seorang Petani yang
dimasuki sinar yang besarnya sebesar buah kemiri bersinar : Dan bisa pergi
mencari jalan untuk keluar! Yang mengherankan, ketika keluar dari rumah itu
tidak melalui pintu atau dari lobang dinding bambu, akan tetapi menerobos apa
saja, dan yang ditembusnya akan berlobang, meninggalkan bekas lobang bagaikan
terkena peluru. Kejadian tersebut bersamaan dengan hujan deras.
Sudah jelas, bahwa hal itu bukan
dari golongan hantu, akan tetapi dari golongan elektrik atau kilat yang menyatu
berbentuk bulat bagaikan cakra.
Tentang kejadian yang
menceritakan, bahwa Kyai Ageng Sela bisa menangkap petir, hal itu meyakinkan
kita yang hidup di jaman Atoom ini, bahwa pada jaman dahulu yaitu 400 tahun
yang lalu sebelum ADISON belum bisa menciptakan Listrik, Kyai Ageng Sela sudah
bisa menemukan daya yang mengandung
Elektrik! Sedang yang disayangkan itu, belum sampai diujudkan, karena
meninggal dunia terlebih dahulu. Demikianlah contoh-contoh tentang
kejadian-kejadian yang terlihat aneh serta dibesar-besarkan ceritanya! Sekarang
bisa bisa dinalar : Sinar itu bisa menyatu terfokus, zat di diri kita yang
bernama fosfor itu juga bersinar terang dan bisa menyilaukan mata. Serta bisa
membeda-bedakan, mana yang tidak nyata dan mana yang sebenarnya, dan justru
tidak ditakuti.
(4). Contoh yang terakhir adalah
sebagai berikut : Ada sepasang pengantin baru yang menyewa sebuah rumah yang
masih baru, dan sudah ada listriknya! Lama-kelamaan pengantin sekalian
mengalami sakit-sakitan, dan yang sakit terlebih dahulu adalah yang wanita!
Selama kekasihnya sakit, yang laki-laki jika pulang dari kantornya pada jam 7
malam, selalu melihat wanita yang sangat cantik dan bertempat di bawah lampu
listrik. Yang mengherankan itu :Listrik mati.
Karena terdorong ingin mengetahui
rahasia itu, dia memberanikan diri dan mendekati stop kontak listrik. Ketika
hantu itu sedang menggoda dirinya, listrik dinyalakan, kemudian terlihat
sekilas, wanita cantik itu melarikan diri masuk ke dalam tembok --- menyelusup dan hilang!.
Pagi harinya, tembo itu
ditelitinya, maka ditemukan ada sebuah lobangnya, kemudian diikutinya, hingga
sampai pada sebuah rumah di bawah atap bagian belakang. Setelah sampai ke
tempat itu, lobang itu terlihat mengecil hingga sangat kecil, kemudian digalinya,
dan dia menemukan tulang iga yang sudah mengering! Contoh ini bisa dicocokkan
pada bagian C-3, yang pernah terjadi di Istana Hitam (6).
F.6. Orang Yang Sudah meninggal
dunia bisa hidup kembali
Penjelasan tentang hal ini juga
harus dengan cara meneliti terlebih dahulu atas yang mengalaminya. Apakah
menggunakan menyadari tentang keunikan alam lain, apakah tidak? Apakah dengan
menggunakan tidak merasa apa-apa?
Jika “melihat apa-apa”, itu
sangat jelas bahwa kejadiannya sama dengan orang KALAP! Bedanya adalah, Seorang
Janda itu merasa sduah satu tahu penuh, akan tetapi kenyataannya baru 6 jam!
Hal itu bisa disimpulkan, bahwa Janda tersebut tersesat masuk ke dalam dunia
Jin (Alam Barzah) – astraal – perbuatan ID
yang beresonansi dengan JIN.
Jika yang mengalami itu tidak
merasa apa-apa, hal itu sebenarnya adalah meninggal dunia dan hidup kembali,
hal itu adalah sebuah kejadian yang benar-benar AJAIB, dan dunia tidak akan
percaya. Apakah hal itu termasuk Kebesaran TUHAN? Silahkan contoh di bawah ini
untuk dipikirkan :
4.1.6.
(1). Menurut suatu ksiah di
Bandung ketika tahun 1935, ada seorang Mahasiswa yang meninggal dunia kemudian
hidup lagi, setelah 7 hari. Pada suatu hari Mahasiswa itu bisa keluar dari
kuburnya sendiri dengan cara memaksa! Sedangkan yang menjadi pemikiran saya,
mahasiswa tersebut Tidak merasa apa-apa.
(2). Menurut cerita babad,
sebelum Agama Islam masuk ke wilayah Asia, ada seorang pemuda dan sahabatnya
yang berujud seekor anjing, yang mengalami kematian di dalam Gua (hingga
disebut ahli gua) yang lama waktunya kurang lebih 309 tahun. Setelah meraka di
perkenankan oleh Tuhan yang bangun kembali, di negerinya sudah berganti raja
sebanyak 3 kali (tiga keturunan).
Dua contoh terssebut memang di
luar kebiasaan, namun sudah menjadi dalil, yang maksudnya adalah menggelar
tentang suatu yang sangat mengherankan dari kehendak Allah, agar umat manusia
itu Percaya, bahwa Tuhan itu Maha Kuasa dalam segala sesuatu! Yang menjadi
dasar dari dalil tersebut adalah sebagai berikut :
QS. Al-Kahfi ayat 9 dan 11, dan
juga ayat 18 dan dikuatkan pada ayat 25, yang tafsir bebasnya sebagai berikut :
“Apakah kamu mengira, bahwa manusia yang ada di dalam gua dan batu yang sudah
tertutup rumah laba-laba, itu adalah Maha Kuasa Tuhan yang sangat mengherankan?
Kami menidurkan mereka itu di
dalam Gua hingga beberapa tahun lamanya dan di dalam tidur Kami balik-balikan
badannya ke kiri dan ke kanan. Dan juga kaki anjing depan keduanya menjelujur
di pintu gua.
Jika kalian semua melihatnya,
kalian akan menjadid takut serta melarikan diri penuh ketakutan. Itu semua
sudah menjadi Kehendak Maha Kuasa Tuhan.
Mereka (Ahli gua) berada di dalam
gua hingga 300 tahun lamanya, dan ditambahlagi 9 tahun.
Jika dipikir, kejadian tersebut
adalah tidak masuk akal, akantetapi karena hal itu adalah Firman Tuhan, maka
semua kejadian yang tidak masuk akal tidak luput dari Sudah Dikehendaki Tuhan.
Demikian juga yang dialami oleh Mahasiswa dan seorang Janda tersebut, maka bisa
kita bedakan. Sang janda masih menggunakan Rasa perasaannya, sedangkan Mahasiswa
itu tidak merasakan apa-apa. Menurut cerita masyarakat di Bandung ketika itu,
Wujud Pemuda itu sangat menakutkan, karena seluruh rambutnya putih semua.
Tentang kejadian di atas itu,
yang dengan tidak merasa apa-apa, lama atau sebentar, kita ini tidak bisa
membuktikannya, tidak bisa dipahami oleh akal/pikiran. Karena sudah menjadi
Kehendak dari Yang Maha Kuasa.
.
G.7. Kisah Sang Kyai yang katanya
pergi ke Syurga
Mengulan kisah dari seorang Kyai.
Siapa yang menampakkan diri seperti seorang putri itu, dan siapakan yang
memberikan bisikan-bisikan itu? Apakah benar, itu adalah syurga? Jika kejadian
itu dianggap sebagai berasal dari kehendak Allah, itu adalah sesat! Akantetapi
jika ditelaah : Itu semua adalah perbuatan Jin, dan golongan Peri,
Prahyangan...... maka hal itu adalah benar!
Sebabnya adalah sebagai berikut :
Pertama, Kyai tersebut dalam mencari dengan cara menyepi. Orang yang menyepi
itu, jika tidak mendapatkan hasil yang sebenarnya, maka adakan mendapatkan
golongan Jin.
Yang keduanya : Pak Kyai itu
dalam keadaan buta. Sedangkan orang buta itu tiba-tiba bisa melihat syurga atau
bisa melihat wanita cantik, apakah mungkin? Hal itu sebenarnya tidak bisa
dipercaya. Jika demikian, maka anggapan pak Kyai itu bahwa syurga itu
dikiyaskan dengan melihat sesuatu bentuk benda dan wanita cantik?
Dan sesuatu kejadian yang
menyimpang dari tuntunan dari Tuhan, tentu hanya sebentar saja bisa menikmati
kesenangannya, karena hanya berasal dari Perewangan (bersahabat dengan makhluk
halus).
Menyepi bertapa yang tidak menggunakan
dasar berserah diri hanya kepada Allah maka cara yang didlakukannya adalah
disertai dengan cara Mencari-cari, membayangkan, membatin, semoga aja
menghasilkan sesuatu ..... demikian seterusnya. Yang jika sampai tersesat maka
akan menyebabkan kurang kewaspadaannya atas kesehatan badan/dan rohaninya, yang
kadang-kadang bisa berakibat menjadi gila, karena :
1. Tujuannya melebihi batas, itu
berakibat menjadi kosong atas rasa ingat di dirinya – keadaan yang demikian itu
akan memudahkan menjadi selaras dengan alam Roh Jahat yang gentangan untuk menuruti hasrat nafsunya
(5).
2. Jika pikiran sudah berubah,
dan juga perasaannya dan sebagainya, maka yang berfungsi hanya getaran hati
rendah (Alam bawah sadar, Id), maka mengakibatkan bisa melihat apa-apa .... hingga
tertawa sendirian, berbicara sendiri, yang dikiranya itu semua adalah petunjuk
dari Dewa dan sebagainya.
Demikian, bahaya bagi pencari
Ilmu apa saja yang dengan cara mengosongkan pikiran. Sedangkan tata cara yang
manfaat dan sehat, sudah dimuat di Wedaran Wirid Jilid I.
Bab. Selanjutnya... dibahas di
dalam bagian ke II
Sepanjang, 21 Mei 2015
Mohon untuk bagian ke 2 diupload.terima kasih
BalasHapus