PENAKLUKAN AS-SIND
Di nukil dari
buku FUTUHUL BULDAN
Yang Berisi Tentang :
Penaklukan Negeri-negeri dari
Fathu Makkah Sampai Negeri Sind
Penerbit : PUSTAKA AL-KAUTSAR
Penerjemah : Masturi Irham dan
Abidun Zuhri
Cetakan : Pertama, januari 2015
Ali bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Saif bercerita kepada
kami, ia berkata, “Umar bin Al-Khathab mengangkat Utsman bin Abu Al-Ashi
Ats-Tsaqafi sebagai Gubernur Bahrain dan Oman pada tahun 15 Hijriyah. Lalu ia
menugaskan saudaranya Al-Hakam ke Al-bahrain dan dilanjutkan menuju Oman. Lalu
ia mengirimkan sebuah pasukan ke Tanah.
Ketika pasukan itu kembali, maka
ia berkirim surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Al-Khathab untuk
memberitahukan tentang hal itu. Amirul Mukminin pun menjawabnya, “Wahai
saudaraku Tsaqif, kamu membawa ulat dengan menggunakan batang. Sesungguhnya aku
bersumpah demi Allah, kalaulah mereka
binasa, tentulah aku akan menghukum kaummu seperti mereka.” Al-Hakam juga
ditugaskan menuju Brosh dan menugaskan saudaranya Al-Mughirah bin Abu Al-Ashi
ke teluk atau muara Ad-Daibul.
Di sana ia berhadapan dengan musuh
dan berhasil memenangkan pertempuran. Ketika Utsman bin Affan, menjabat sebagai
Khalifah dan Andullah bin Amir bin
Kuraiz menjabat sebagai walikota Irak, maka Amirul Mukminin berkirim surat
kepadanya agar ia menugaskan seseorang yang berkompen dan diakui keilmuannya
menuju sebuah benteng di India lalu kembali ke Tanah Air untuk memberikan
laporannya, Abdullah bin Amir menugaskan Hukaim Jibillah Al-Abdi. Ketika
kembali, maka ia ditugaskan untuk segera menghadap kepada Khalifah Utsman. Di
hadapan Amirul Mukminin, ia ditanya tentang kondisi wilayah tersebut. Hukaim
berkata : “Wahai Amirul Mukminin, aku telah mengetahuinya dan mencermatinya.”
Amirul Mukminin berkata : “Ceritakanlah kepadaku.” Hukaim berkata : “Airnya
mengalir lemah, buah-buahannya kurang, dan pencurinya banyak. Jika pasukan
hanya sedikit, maka sia-sia. Dan, jika banyak maka akan kelaparan.” Amirul
Mukmin Utsman berkata : “Apakah harus mengadakan perjanjian pengolahan tanah
degan bagi hasil tertentu ataukah aku yang menentukannya?” Kemudian tiada
seorang pun yang menjawabnya. Menjelang akhir tahun 38 dan memasuki permulaan
tahun 39 Hijriyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib;
Al-Harits bun Murrah Al-Abdi bergerak menuju benteng tersebut sebagai relawan
atas izin Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Ia pun berhasil memenangkan
pertempuran dan memperoleh ghanimah dan tawaman perang. Dalam satu hari, ia
membagikan tanah kepada seribu orang. Kemudian ia bersama pasukannya terbunuh
di sebuah daerah bernama Al-Qaiqan, dan tiada yang selamat kecuali sedikit.
Peristiwa terbunuhnya Al-Harits
bin Murrah Al-Abdi ini terjadi pada tahun 42 Hisjriyyah. Al-Qalqan merupakan
sebuah daerah yang masuk wilayah pemerintahan As-Sind, dekat Khurasan. Kemudian
Al- Muhallab bin Abu Shafrah melakukan penyerangan terhadap benteng tersebut pada masa pemerintahan Muawiyah bin
Abi Sufyan tahun 44 Hijriyyah. Lalu ia pergi ke Bennah dan Alahoe, keduanya
terletak antara Al-Maltan dan Kabul. Di sana ia bertemu dengan musuh sehingga
terjadilah pertempuran antara dia bersama pasukannya dengan pihak musuh.
Di darah Al-Qaiqan ini,
Al-Muhallab bin Abu Shafrah berhadapan dengan delapan belas penunggang kuda
dari Turki dengan kuda yang ditelantarkan. Mereka pun menyerangnya hingga
semuanya terbunuh. Mengenai hal ini, Al0Muhallab bin Abu Shafrah berkata : “Apa
yang menjadikan orang-orang non Arab itu merasa lebih jantan dibandingkan
kita?” Lalu ia menelantarkan kudanya. Ia merupakan umat Islam pertama yang
menelantarkan kduanya.
Kemudian Abdullah bin Amir
mengangkat Abdullah bin Sawwar Al-Abdi pada masa pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan. Diaktakan bahwa Muawiyah telah mengangkatnya, yang sebelumnya sebagai
komandan militer ke Al-Qaiqan (sebuah benteng di India). Lalu ia menyerang
Al-Qaiqan dan berhasil mendapatkan ghanimah yang melimpah. kemudian ia
menghadap kepada Muawiyah bin Abi Sufyan seraya menyerahkan hadiah berupa
seekor kuda Qaiqan dan bermalam di rumahnya selama beberapa lama. Kemudian kembali
ke Al-Qaiqan. Lalu mereka mengumpulkan orang-orang Turki dan membunuhnya.
Ia adalah sosok yang dermawan,
tiada seorang pun yang menyalakan api selain dirinya dalam perkemahannya. Pada
suatu malam ia melihat sinar api seraaya bertanya, “Apa ini?” Mereka berkata :
“Seorang perempuan yang membuat Al-Khabish.” Lalu ia memerintahkan orang-orang
untuk mengonsumsi Al-Khabish selam tiga hari.
Ziyad bin Abi Sufyan menugaskan
Sinan bin Salmah bin Al-Muhbiq Al-Hudzali pada masa pemerintahan Muawiyah bin
Abi Sufyan. Ia adalah sosok yang terhormat dan diidolakan. Dia merupakan orang
pertama yang meminta pasukan bersumpah dengan perceraian. Lalu ia datang ke
benteng dan menaklukan Makran setelah melalui perang sengit. Lalu ia pun
memakmurkannya dengan menetap di sana, serta mengontrol wilayah tersebut.”
Ibnu Al-Kalbi berkata : “Orang
yang menaklukan Makran adalah Hukaim bin Jibillah dari Al-Abdi. Lalu Ziyad
mengangkat Rasyid bin Amr Al-Jadidi dari Al-Azdi sebagai pemimpin benteng
tersebut. Lalu ia datang ke Makran, dan dilanjutkan dengan menyerang Al-Qaiqan
dan berhasil memenangkan pertempuran. Penyerangan dilanjutkan menuju Al-Maid,
dan ia terbunuh. Kepemimpinan diambil alih oleh Sinan Bin Salmah. Kemudian
Ziyad mengangkatnya sebagai walikota benteng tersebut. Dia menetap disana
selama dua tahun. Abbas bin Ziyad menyerang benteng India dari Sijistan. Lalu
ia melanjutkan penaklukan ke Snaaroz dan dilanjutkan menuju Ar-Rozbar melalui
Hawa Khaz, dari wilayah Sijistan menuju Hindmend. Kemudian ia singgah di Kisy
dan menempuh jalur gurun hingga sampai ke Qadnahar. Para penduduknya melawannya
hingga ia berhasil mengalahkan dan mengejar mereka. Ia berhasil menaklukkannya
setelah sejumlah pasukan umat Islam gugur sebagai syuhada. Qlan melihat
warganya berpostur tinggi. Kemudian ia menjabat
sebagai pemimpin. Lalu dinamakan Al-Abbadiyyah.
Kemudian Ziyad mengangkat
Al-Mundzir bin Al-Jarud Al-Abdi, yang mendapat julukan Abu Al-Asy’ats sebagai
walikota benteng India. Lalu ia melancarkan serangan ke Al-Buqan. Pasukan umat
Islam berhasil meraih kemenangan dan mendapatkan ghanimah. Al-Mundzir juga
mengirimakn beberapa datasemen di wilayah mereka dan berhasil menaklukkan
Qsaddar dan Spabha. Sebelumnya Sinan telah berhasil menaklukkannya akan tetapi
penduduk melanggar perjanjian damai dan di sanalah ia meninggal dunia.
Kemudian Ubaidillah bin Ziyad bin
Hura Al-Bahili, hingga Allah berkenan
membukakan negeri itu melalui tangannya. Di sana ia bertempur dengan sengit dan
berhasil meraih kemenangan dan ghanimah. Sejumlah orang berkata : “Sesungguhnya
Ubaidillah bin Ziyad mengangkat Zinan bin Salamah. Sedangkan Hura memimpin
salah satu bgrigadenya.
Penduduk Al-Buqan pada masa
sekarang muslim. Imran bin Musa bin Yahya bin Khalid Al-Barmaki membangun
sebuah kota di sana yang dinamakannya Al-Baidha. Peristiwa itu terjadi pada
masa kekhalifahan Al-Mu’tashim Billah.
Ketika Al-Hajjaj bin Yusuf bin
Al-Hakam bin Abu Uqail Ats-Tsaqafi sebagai gubernur Irak,maka ia mengangkat
Sa’id bin Aslam bin Zar’ah Al-Kalbi sebagai walikota Makran dan benteng
tersebut. Kemudian Muawiyah dan Muhammad yang keduanya merupakan putra
Al-Harits dari Bani Al-Alaf, memberontaknya dan berhasil dibunuhnya. Kedua
tokoh dari Bani Alaf ini pun menguasai benteng tersebut. Nama Alaf sendiri
adalah rabban bin Hilwan bin Imran bin Al-Haf bin Qudha’ah, yang dikenal dengan
Abu Jarm.
Kemudian Al-Hajjaj bin Yusuf
mengangkat Maja’ah bin Sa’r At-Tamimi sebgai walikota benteng tersebut. Lalu
Maja’ah melancarkan serangan dan berhasil mendapatkan banyak ghanimah. Lalu
sejumlah kelompok menaklukan Qandabil. Penaklukkan dilanjutkan oleh Muhammad
bin Guendabil. Maj’ah meninggal dunia setelah satu tahun di Makran.
Setelah itu, Al-hajjaj bin Yusuf
mengangkat Muhammad bin Harun bin Dzira’ An-Nimri. Penguasa Island Sapphire
(Pulau Yaqut) memberikan hadiah kepada Al-Hajjaj pada msa pemeritnahannya
berupa beberapa perempuan yang terlahir di negerinya dan muslim. Sedangkan ayah
mereka meninggal dunia ketika berniaga. Penguasa tersebut ingin mendekatkan
dirinya dengan Al-Hajjaj melalui perempuan-perempuan itu. Akan tetapi kapal
yagn mengangkut mereka dibajak oleh sejumlah orang dari Mead Ad-daibul di
Bawarij. Mereka merampas kapal tersebut beserta isinya. Kemudian salah seorang
dari perempuan-perempuan itu – dari Bani Yarbu’ bersertu, “Ya, aku penuhi
panggilanmu.” Kemudian Al-Hajjaj menugakan dahir untuk meminta pembebasan
perempuan-perempuan tersebut. Ia ebrkata, “Mereka dibajak oleh para pencuri,
sehingga aku tidak mampu membebaskannya.”
Akhirnya Al-Hajjaj bin Yusuf
menugaskan Ubaidillah bin Nabhan Al-Daibul untuk menyerang mereka, namun ia
terbunuh. Kemudian Al-Hajjaj berkirim surat kepada Budail bin Thahfah Al-Bajali
yang berada di Omman, yang intinya memerintahkannya untuk bergerak ke
Ad-Daibul. Ketika berhadapan dengan mereka, maka kudanya melarikan diri sehingga
ia terkepung oleh musuh dan terbunuh.
Sebagian dari mereka berkata : “Ia
dibunuh oleh Zuthth Al-Badabah”.
Perawi melanjutkan ceritanya,
“Kepulauan ini dinamakan Pulau Sapphire karena pesona kecantikan kaum
perempuannya. Setelah itu, Al-Hajjaj bin Yusuf mengangkat Muhammad bin Al-Qasim
bin Muhammad bin Al-Hakam bin Abu Uqail pada masa pemerintahan Al-Walid bin
Abdul Malik. Kemudian ia menyerang As-Sind. Muhammad bin Al-Qasim ketika itu
berada di Persia. Ia memerintahkannya untuk bergerak menuju Ar- Rayy. Komandan
militer pasukan bagian depan adalah Abu Al-Aswad Jahm bin Zahr Al-Ja’fi. Akan
tetapi ia diminta kembali dan diangkat sebagai walikota benteng As-Sind.
Sebanyak enam ribu pasukan dari
Syam bergabung dengannya ditambah sejumlah orang dari daerah lain. Ia
melengkapinya dengan berbagai peralatan yang dibutuhkan seperti jarum dan jala,
seraya mengintruksikan untuk menetap di Shiraz hingga kawan-kawannya menemuinya
dan memenuhi apa yang dijanjikan kepadanya.
Al-Hajjaj bin Yusuf memasukan
kapas yang sudah dibusar. Lalu dicdelupkan dalam cuka anggur halus, kemudian
dikeringkan di bawah naungan, seraya berkata : “Jika kalian telah berada di
As-Sind, maka di sana tidak banyak cuka. Karena itu, celupkan kapas ini dalam
air. Lalu masaklah dan buatlah sebagai olesan.
Dikatakan bahwa ketika Muhammad
berada dalam benteng, maka ia berkirim surat yang isinya mengeluhkan tentang
sulitnya mendapatkan cuka. Lalu dikirimkanlah kapas yang telah dicelupkan ke
dalam cuka.
Kemudian Muhammad bin Al-Qasam
bergerak menuju Makran dan menetap di sana selama beberapa hari. Kemudian
datang ke Guensbor dan berhasil menaklukannya. Kemudian datang ke Ermail dan
berhsil menaklukannya. Muhammad bin Harun bin Dzira’ bertemu dengannya. Ia pun
bergabung dengannya dan ebrangkat bergerak bersamanya. Lalu meninggal di
dekatnya dan dimakamkan di Qunbul.
Muhammad bin Al-Qasim kemudian
bergerak dari Ermail bersama Jahm bin Zahr al-Ja’fi. Ia sempat di Ad-Daibul
pada hari jum’at dengan membawa kapal-kapal perang yang komplit dengan para
personil dan persenjataan serta berbagai piranti lainnya. Kemudian menggali
lobang ketika singgah atau beralbuh di Ad-Daibul lalu memusatkan tombak-tombak
yang dibawanya dalam lobang galiannya, menyebarkan bendera, membagi prajurit
sesuai dengan panji-panji mereka, memasang manjaniq yagn dikenal dengan sebutan
Al-Arus yang dilengkapi dengan limaratus orang.
Di Ad-Daibul terdapat sebuah Badd
atau mercusuar besar dan dilengkapi dengan tiang kapal yagn panjang. Di atas
tiang terpasang sebuah bendera berwarna merah, yagn jika terkena angin maka
akan mengelilingi kota karena berputar. Al-Badd menurut mereka adalah sebuah
mercusuar besar yang dibangun sebagai jimat. Di dalamnya terdapat sebuah patung
mereka atau patung-patung dari roang-orang yang mereka idolakan. Terkadang
patung tersebut terdapat di dalam mercusuar. Segala sesuatu yagn mereka
skralkan dan mereka puja disebut Badd. Patung juga dalam kategori badd.
Surat-surat Al-Hajjaj sampai
kepada Muhammad, dan surat-surat atau jawaban Muhammad juga sampai kepada
Al-Hajjaj yang menjelaskan situasi yagn dihadapinya dan permintaan pendapatnya
atas apa yang dilakukannya setiap tiga hari sekali. Pada suatu kesempatan,
surat Al-Hajjaj bin Yusuf sampai kepada Muhammad, yang isinya : “Pasanglah
Al-Arus (manjaniq) dan juga yagn lebih kecil darinya. Kemudian undanglah
operatornya dan perintahakn agar fokus dalam membidik sasaran terhadap tiang
panjang sebagaimana yang telah kamu jelaskan kepadaku. Kemudian tiang panjang
itupun ditembak dengan manjaniq hingga patah dan mengakibatkan mitos-mitos
kekufuran semakin mencekap pikiran mereka. Kemudian Muhammad menyerang mereka
karena emreka juga keluar menyerangnya. Muhammad berhasil mengalahkan mereka
dan memukul mundur ke tempat masing-masing. Lalu ia memerintahkan diambilnya
tangga-tangga dan dipasang di sisi dinding benteng. Beberapa personil
pasukannya pun memanjatnya. Perwira pertama yagn memanjat tangga tersebut
adalah seorang lelaki dari Murad dari Kufah. Akhirnya Muhammad berhasil menaklukkan
benteng tersebut setelah melalui perang sengit.
Muhammad bin Al- Qasim menetap di
sana selama tiga hari berperang dengan penghuninya. Kaki tangan Dahir melarikan
diri darinya. Muhammad juga membunuh Sadan penjaga rumah dewa-dewa mereka.
Muhammad merencakan oenepatan umat Islam di sana membangun sebuah masjid serta
melengkapinya dengan empat ribu personil pasukan.
Muhammad bin Yahya berkata :
“Manshur bin Hatim An-nahwi bekas sahaya keluarga Khalid bin Usaid bercerita
kepadaku, ia berkata : “ia meliaht tiang pancang yagn dipasang di dekat mercusuar
yang dikeramatkan patah, dan bahwa Anbasah bin Ishaq Adh-Dhabbi pejabat daerah
yagn dipercaya memimpin As-Sind pada masa kekhalifahan Al-Mu’thasim Billah
menghancurkan bagian atas mercusuar tersebut. Lalu mulai renovasi ktoa dengan
memasang kembali bebatuan yang runtuh dari mercusuar tersebut. Akan tetapi
sebelum proyek tersebut berhasil diselesaikan, ia diberhentikan. Selanjutnya,
ia digantikan oleh Harun bin Abu Khalid Al-Marurudzi. Namun ia terbunuh di
sana.”
Mereka berkata : “Muhammad bin
Al-Wasim datang ke Nairuwan. Penduduknya mengutus orang-orang Sumnan atau
Simnan untuk menghadap kepada Al-Hajjaj bin Yusuf untuk berdamai. Kemudian
mereka mempersilahkan Muhammad di Al-Alufah dan mempersilahkannya memasuki kota
mereka dan memenuhi perdamaian yang mereka janjikan. Muhammd tidak melewati
suatu kota kecuali menaklukkannya hingga menyeberangi sebuah sungai sebelum
sungai Mehran. Kemudian sekelompok orang Sumnan atau Simnan menemuinya dan
berdamai dengannya bagi roang-orang di belakang mereka. Ia pun menugaskan
seseorang mengumpulkan pajak atas mereka. Kemudian ia bergerak menuju Sahyan
dan berhasil menaklukkannya.
Perjalanan dilanjutkan menuju
Mehran dan singga di pertengahannya. Pergerakan ini diketahui Dahir, sehingga
ia pun bersiap menyerangnya. Muhammad bin Al-Qasim menugaskan Muhammad bin Mush’ab bin
Abdurrahman Tas-Tsaqafi ke Sadusan dengan pasukan berkuda dan keledai. Kemudian
para penduduknya meminta berdamai dan jaminan keamanan, serta menunjuk penengah
antara dirinya dengan mereka dari As-Samaniyah. Ia pun bersedia memberikan
perlindungan kepada mereka lalu mengangkat seorang pemungut pajak atas mereka
dan mengambil satu jaminan dari mereka.
Empat ribu ornag Az-Zuthth bergerak mendekati pasukan Muhammad
sehingga mereka pun bergabung dengan Muhammad. Ia mengangkat seseorang sebagai
walikota Sadus. Kemudian Muhammad menggunakan taktik untuk dapat menyeberangi
sungai Mehran hingga akhirnya berhasil menyeberanginya ke sebuah daerah dekat
Rasil Penguasan Qishshah dari India di atas sebuah jembatan yang dibuatnya.
Dahir meremehkannya dan tida
memperdulikannya. Muhammad bersama pasukan umat Islam menghadapinya, ketika
Dahir sedang berada di atas seekor gajah dan dikelilingi pasukan gajah serta
didampingi At-Takakirah hingga terjadilah pertempuran sengit yang belum pernah
terjadi atau didengar sebelumnya. Akhirnya Dahir melarikan diri bersama Qa’il.
Dahir berhasil dibunuh menjelang sore harinya sehingga menyebabkan pasukan
orang-orang musyrik itu mudah dikalahkan. Pasukan umat Islam membunuh mereka di
manapun mereka berada. Pembunuhnya menurut riwayat Al-Madaini adalah seorang
lelaki dari Bani Kilab.”
Manshur bin Hatim bercerita
kepadaku, ia berkata : “Dahir, yang membunuhnya adalah Mushawwiran di Brush.
Budail bin Thahfah adalah juru gambar di Qond, dan dimakamkan di Ad-Daibul.
Ali bin Muhammad AL-Madaini
bercerita kepadaku dari Abu Muhammad Al-Hindi dari Abu Al-Fajr, ia berkata :
“Ketika Dahir terbunuh, Muhammad bin Al-Qasim berhasil menguasai wilayah
As-Sind.”
Ibnu Al-Kalbi berkata : “Pembunuh
Dahir adalah Al-Qasim bin Tsa’labah bin Abdullah bun Hushn Ath-Tha’i.
Mereka berkata : “Muhammad bin
Al-Qasim berhasil menaklukkan Ruwar setelah melalui pretempuran sengit. Di
tengah inilah istri Ruwar tinggal, dan ia merasa khawatir jika di bawa sehingga
memutuskan untuk membakar dirinya dan beberapa pelayannya serta seluruh harta
bendanya.
Setelah itu, Muhammad bin Al-Qasim
melanjutkan perjalanan menuju Brahmanabadz yang antik, yang berjalarak dua
farsakh dari Al-manshurah. Al-Manshurah ketika itu belum terbentuk melainkan
tempatnya yang berupa hutan rimba. Pelarian Dahir di Brahmanabadz ini. Lalu
mereka memeranginya dan berhasil membunuhnya. Kemudian Muhammad bin Al-Qasim
menaklukkan secara paksa yang menewaskan delapan ribu pasukan.
Adapula yang menyatakan dua puluh
lima ribu. Di sana ia mengangkat walikotanya. Tempat itu pada masa sekarang
telah menjadi puing-puing reruntuhan.
Muhammad bin Al-Qasim terus
bergerak menuju Ar-Rur dan baghrur. Penduduk Saudnry menemuinya dan meminta
jaminan keamanan dan perlindungan kepadanya. Muhammad bin Al-Qasim mengharuskan
mereka menerima kedatangan pasukan umat Islam dan menunjukkan jalan. Penduduk
Saudnry pada masa sekarang memeluk Islam.
Perjalanan dilanjutkan menuju
Basmd dan penduduknya berdamai sebagaimana perdamaian yagn ditandatangi
penduduk Saudnry. Muhammad bin Al-Qasim mengakhiri perjalananya di Ar-Ruru,
yang merupakan slah satu kota As-Shind, yang terletak di sebuah pegunungan. Ia
memblokade wilayah tersebut selama beberapa bulan hingga berhasil menaklukkan
dengan damai, dengan larangan memerangi mereka dan tidak pula menganggu Al-badd
atau tempat yang mereka keramatkan. Tempat-tempat yagn dikeramatkan statusnya
sama dengan gereja orang Kristen, sinagog orang Yahudi, dan Rumah Api Majusi.
Muhammad
bin Al-Qasim juga menerapkan pajak atas wilayah Ar-Rur. Muhammad bin Al-Qasim
juga membangun sebuah masjid. Muhammad bin Al-Qasim melanjutkan perjalanan
menuju As-Sakkah, yaitu sebuah kota sebelum Piyas dan berhasil menaklukkannya.
As-Sakkah pada masa sekarang sudah
menjadi puing-puing reruntuhan.
Perjalanan dilanjutkan menuju
Al-Maltan melalui sungai Piyas. Penduduk Al-Maltan melakukan perlawanan
terhadap Za’idah bin Umair Ath-Tha’i bertempur secara totoal hingga berhasil
mengalahkan orang-orang musyrik hingga memeaksa mereka pun masuk kota.
Muhammad bin Al-Qasim memblokade
mereka selama beberapa lama hingga menyebabkan pasukan kehabisan logistik.
Akhirnya, mereka kehausan. Kemudian seorang lelaki menemui mereka untuk
menunjukkan kepada mereka sumber air yang dapat diminum. Mata air ini mengalir
dari sungai Basmd lalu mengalir ke sebuah tempat penampungannya seperi kolam di
kota, dan mereka menamainya Al-Ballah. Lalu melubanginya. Ketika mereka
kehausan maka, mereka bersedia turun dan menerima keputusan. Muhammad bin
Al-Qasim membunuh orang-orang yang melawan dan menahan putri-putrinya, serta
menahan para penjaga tempat keramat mereka yang berjumlah sebanyak enam ribu
orang. Pasukan umat Islam mendapatkan emas dalam jumlah yang banyak. Kemudian
harta tersebut dikumpulkan di sebuah rumah, di mana sepuluh hasta diamsukkan ke
dalam tempat berkapasitas delapan hasta seraya melemparkan apa yang dibawanya
melalui sebuah jendela kecil di atapnya.
Kemudian benteng tempat
penyimpanan emas ini dinamakan Al-Millatan. Al-Fajr di sini maksudnya adalah
benteng. Al-Millatan merupakan tempat yang sakral, di mana banyak harta
diserahkan ke sana dan juga mereka yang bernadzar. Penduduk Sind juga berziarah
ke sana dan mengelilinginya. Mereka juga mencukup kepala dan janggutnya di
hadapannya. Mereka meyakini bahwa sebuah patung yang terdapat did alamnya
merupakan tempat menitisnya ruh Ayyub sahabat Rasulullah.”
Mereka berkata , “Al-Hajjaj
mencermati pembayaran upeti. Ternyata ia telah menafkahkan sebanyak enam puluh
juta dirham kepada Muhammad bin Al-Qasim dan yang diserahkan kepadanya sebanyak
120 juta dirham. Lalu ia berkata : “Kemarahan kita telah terpenuhi dan kita
mendapatkan hasilnya. Kita mendapatkan tambahan enam puluh juta dirham dan
kepala Dahir.” Al-Hajjaj bin Yusuf meninggal dunia. berita tentang kematiannya
di dengan pula oleh Muhammad bin Al-Qasim. Muhammad segera memutuskan untuk
kembali dari Al-Maltan menuju Ar-Rur dan Baghrur, yang telah ditaklukkannya. Ia
memberikan bagian kepada orang-orang. Lalu mengirimkan sebuah pasukan, akan
tetapi tidak terjadi perang dengan mereka dan memilih tunduk dan patuh.
Penduduk Sarsat menyerah kepadanya, dan sekarang menjadi tempat berperang
penduduk bashrah, dan dihuni suku Al-Mead yang pekerjaannya adalah mengarungi
samudra.
Kemudian Muhammad bn Al-Qasim
melanjutkan perjalanan menuju Al-Kirj. Di sana ia dihadang oleh Dauhar dan
menyerangnya. Akan tetapi musuh dapat dikalahkan. Dauhar sendiri melarikan
diri. Adapula yang mengatakan bahwa Dauhar terbunuh. Akhirnya penduduk kota
tersebut menerima keputusan Muhammad bin Al-Qasim, yang memutuskan untuk
membunuh yang melawan dan menahan putra-putri mereka.
Al-Walid bin Abdul Malik meninggal
dunia dan pemerintahan diganti oleh Sulaiman bin Abdul Malik. Kemudian Sulaiman
bin Abdul Malik mengangkat Shaleh bin Abdurrahman sebagai penarik pajak di
Irak. Sulaiman mengangkat Yazid bin Abu Kabashah As-Saksaki sebagai walikota Sind.
Kemudian ia mengakap Muhammad bin Al-Qasim dan memborgolnya bersama Muawiyah
bin Al-Muhallab.
Penduduk India menangis karena
kehilangannya. Dan mereka pun membuatkan
patungnya di Al-Kirj. Lalu Shaleh bin Abdurrahman memenjarakannya di Wasth.
Shaleh menyiksanya bersama
beberapa orang dari keluarga Abu Uqail hingga menewaskannya. Sebelumnya
Al-Hajjaj bin Yusuf telah membunuh Adam Saudara Shaleh. Ia mengikuti keyakinan
kaun Khawarij.
Yazid bin Abu Kabsyah meninggal
dunia setelah delapan belas hari tiba di Sind. Kemudian Sulaiman bin Abdul
Malik mengangkat Hubab bin Al-Muhallab sebagai komandan militer untuk menyerang
Sind. Hubab bin Al-Muhallab pun sampai ke Sind. Para penguasa India telah
kembali ke wilayah kekuasaan masing-masing. Jaisiyah bin Dahir kembali ke
Barahmanabadz. Hubab bin Maslamah singgah di pesisisr Mehran. Penduduk A-Rur
menyatakan loyalitas mereka kepadanya. Lalu ia menyerang suatu kaum dan
berhasil mengalahkan mereka.
Setelah Sulaiman bin Abdul Malik
meninggal dunia, Kekhalifahan pun di jabat oleh Amirul Mukminin Umar bin Abdul
Aziz yang menggantikannya. Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz segera berkirim
surat kepada para penguasa untuk menyerukan
mereka kepada Islam dan tunduk kepada pemerintahannya, dengan menetapkan
kekuasaan mereka di wilayah masing-masing. Mereka mempunyai hak dan kewajiban,
sebagaimana hak dan kewajiban yang diamanatkan kepada umat slam pada umumnya.
Mereka sebelumnya telah mendengar sikap dan perilaku Umar bin Abdul Aziz dean
segala kelebihannya. Karena itulah, maka Jaisiyah dan sejumlah penguasa lainnya
mengubah nama-nama mereka dan menggantikannya dengan nama-nama Arab.
Amr bin Muslim Al-Bahili merupakan
walikota Umar bin Abdul Aziz atas benteng tersebut. Ia menyerang sebagian
wilayah India dan berhsil memenangkan peperangan. Bani Al-Muhallab melarikan
diri ke Sind pada masa pemerintahan Yazid bin Abdul Malik. Ia menugakan Hilal
bin Ahvaz At-Tamimi kepada mereka. Ia berhadapan dengan mereka dan membunuh
Mudrik bin Al-Muhallab di Qandabil. Al-Mufadhdhal, Abdul Malik, Ziyad, Marwan, dan Muawiyah
membunuh Al-Muhallab. Sedangkan Muawiyah bin Yazid membunuh yang lain.
Al-Juanid bin Abdurrahman Al-Mari
menjabat sebagai walikota beneteng Sind di bawah pemerintahan Umar bin Hubairah
Al-Fazari, kemudian ia mengangkat Hisyam bin Abdul Malik sebagai walikotanya. Ketika
Khalid bin Abdullah Al-Qusari menjabat sebagai Gubernur Irak, maka Hisyam bin
Abdul Malik berkirim sruat kepada Al-Junaid bin Abdurrahman yang isinya
menginstruksikannya untuk terus berkorespondensi dengannya. Lalu Al-Junaid
samai di Ad-Daibul dan singgah di pinggiran kota Mehran. Akan tetapi Jaisiyah
mencegahnya menyeberang seraya berkirim surat kepadanya : “Sesungguhnya aku
telah masuk Islam dan aku diangkat oleh seorang pejabat yang saleh untuk
memimpin daerahku. Dan aku tidak mempercayaimu.” Lalu ia menyerahkan jaminan
kepadanya dan ia pun mengambilnya serta mengambil pajak atas wilayanya. Keduanya
saling mengembalikan jaminan. Al-Junaid menganggap Jaisiyah telah kafir dan ia
memeranginya. Dikatakan pula bahwa ia tidak diserang melainkan Al-Junaid
melakukan kejahatan terhadapnya dengan membunuhnya. Lalu Jaisiyah datang ke
India untuk memobilisasi massa dan mempersiapkan kapal-kapal untuk persiapan
perang. Al-Juanid mengejarnya ke sana menggunakan kapal-kapal perangnya. Mereka
bertemu di daerah sungai di bagian timur. Lalu Jaisiyah ditangkap dan di tawan
karena kapalnya menyimpang, Al-Junaid pun membunuhnya.
Dahrasiyah bin Dahir melarikan
diri dan ingin menuju Irak untuk mengadukan tentang penghianatan Al-Juanid.
Al-Junaid berupaya menenangkannya hingga ia berpura-pura berjabat tangan, lalu
membunuhnya. Al-Junaid menyerang Al-Kirj yang telah melanggar perjanjian damai.
Al-Junaid menggunakan kambing yang suka menanduk untuk menghancurkan pagar kota
dengan menandukannya berulang-ulang hingga menimbulkan lobang danrekahan. Ia memasukinya
dengan paksa, membunuh dan menahan, serta mendapatkan banyak ghanimah. Kemudian
ia menugaskan sejumlah utusan ke Marmad, Al-Mindil, Dahnaj, Brush. Al-Junaid
berkata : “Pembunuhan ketika keterputusasaan jauh lebih besar dosanya
dibandingkan dalam kesabaran.”
Al-Junaid mengirimkan sebuah
pasukan ke Azin. Ia menugaskan Hubaib bin Murrah untuk memimpin sebuah pasukan
ke wilayah Al-Maliyah. Mereka menyerang Ain dan Baharmand serta membakar bagian
pinggirnya. Al-Junaid berhasil menaklukkan Al-Baliman dan Al-Juzur. Di rumahnya
ia mendapatkan empat puluh juta dirham dan jumlah yang sama diserahkan
kepadanya, di luar pemberian para pengunjungnya.
Kemudian Al-Junaid mengangkat
tamim bin Zaid Al-Utbi. Namun ia sosok yang lemah dan tidak memiliki semangat,
hingga akhirnya meninggal dunia dekat Ad-daibun di sebuah mata air bernama
<a’ Al-Jawamis. Dinamakan Ma’ Al-Jawamis karena kerbau-kerbau itu
menyebabkan banyak lalat hijau terbang ke pinggiran Mehran. Tamim bin Zaid
merupakan orang yang paling dermawan di kalangan masyarakat Arab. Di Baitul Mal
di Sind terdapat delapan belas juta dirham. Ia segera ke sana.
Dalam kemiliteran, terdapat
seorang pemuda dari Yarbu’ yang nampak menonjol bersamanya bernama Khunais.
Ibunya berasal dari Thayyi’, ia pergi ke India bersamanya dan menemui
Al-Furzadeq seraya meminta agar mencatatnya masuk dalam daftar Tamim dalam tulisannya.
Akan tetapi ia tidak tahu, siapa nama pemuda tersebut, apakah Hubaisy ataukah
Khunais. Karena itu, ia memerintahkan untuk mengunci semua orang yang namanya
sama dengan tulisan ini.
Pada masa pemerintahan Tamim, umat
Islam keluar dari India dan menolak singgah di sana sehingga mereka tidak
kembali karena tujuan ini. Kemudian Al-Hakam bin Uwwanah Al-Kalbi menjabat
sebagai walikotanya, di mana penduduk India memberontak kecuali penduduk
Qishshah, sehingga ia melihat bahwa umat Islam tidak aman untuk tinggal di
antara mereka. Karena itu, ia memutuskan untuk membangun sebuah kota di
seberang danau dekat India, yang dinamakan Al-Mahfuzhah. Kota ini menjadi
tempat berlindung mereka dan ia pun memakmurkannya. Kepada tokoh-tokoh Kalb
dari pendjuduk Syam, ia berkata : “Menurut kalian, apa nama yang pantas untuk
kota ini?” di antara mereka berkata : “Damaskus.” Sebagian lagi berkata : “Homs.”
Salah seorang dari mereka mengusulkan, “Namailah Tduammar”. Ia berkata : “Wahai
orang bodoh, semoga Allah membinasakanmu. Aku akan memberi nama Al-Mahfuzhah.” Ia
pun singgah di sana.
Amr bin Muhammmad bin Al-Qasim
menjabat sebagai kepala pemerintahan, sehingga ia mendapat tugas dan
tanggungjawab yang penting. Kemudian ia melakukan serangan dari Al-Mahfuzhah. Ketika
sampai di sana dan berhasil menaklukkan daerah tersebut serta menguasai
keadaan, maka ia membangun sebuah kota dekat danau yang dinamakan Al-Manshurah.
Inilah tempat yang sekarang banyak disinggahi para pekerja. Pemerintahan pun
dirampas dari tangan-tangan musuh yang berhasil mereka kalahkan dan orang-orang
menerima pemerintahannya. Khalid berkata : “Sungguh aneh, aku mengangkat
seorang pemuda Arab lalu ditolak – maksudnya, Tamim, namun ketika kau mengangkat
orang yang paling bakhil, maka diterima.”
Kemudian pemerintahan di sana
dibubarkan dan para pekerja menyerang musuh dan mengambil segala sesuatu yang
bisa mereka ambil. Mereka juga berhasil menaklukkan wilayah yang penduduknya
melanggar perjanjian damai.
Pada rezim pertama pemerintahan
Al-Mubarakah (Dinasti Abbasiyah), Abu Muslim mengangkat Abdurrahman bin Muslim
Mughlis Al-Abdi sebagai walikota benteng Sind, lalu menyerang Thakharistan. Perjalanan
dilanjutkan hingga bertemu dengan Manshur bin Jumhur Al-Kalbi yang berada di
Sind. Al-Manshur menghadapnya dan membunuhnya serta mengalahkan pasukannya.
Ketika Abu Muslim mendengar
informasi tersebut, maka ia menugaskan Musa bin Ka’ab At-Tamimi untuk dikirim
ke Sind. Sesampai di sana, maka antara dirinya dengan Manshur bin Jumhur
terpisahkan wilayah Mehran. Kemudian keduanya saling berhadapan hingga Musa bin
Ka’ab mengalahkan Manshur bin Jumhur bersama pasukannya. Musa juga berhasil
membunuh Manzhur saudaranya. Manshur bin Jumhur sendiri bisa melarikan diri
hingga tersesat di padang pasir dan meninggal di sana karena kehausan. Musa bin
Ka’ab menjabat sebagai walikota Sind dan merenovasi Al-Manshurah, menambah
jumlah masjid, dan memperluas daerah penaklukan.
Amirul Mukminin Al-Manshur
mengangkat Hisyam bin Amr At-Taghlabi sebagai walikota Sind dan berhasil
menaklukkan daerah yang tertutup. Ia juga menugaskan Amr bin Jamal dengan
membawa mercusuar ke Narand dan kemudian ke India. Ia berhasil menaklukkan
Kashmir dan mendapatkan banyak tawanan dan budak. Ia juga berhasil menaklukkan
Maltan. Di Qandabil terdapat sejumlah orang yang tersingkirkan dari Arab dan ia
pun mengusir mereka darinya. Kemudian sampai di Qandahar dan membawa kapal dan
menaklukkannya. Ia menghancurkan Badd dan membanguns ebuah masjid di bekas
reruntuhannya. Para penduduk mendapatkan keberkahan atas kehadirannya. Menguasai
benteng, dan mengendalikan segala urusannya. Kemudian benteng Sind dipimpin
oleh Umar bin Hafsh bin Utsman Hazzar Marad lalu dilanjutkan Dawud bin Yazid
bin Hatim. Ia dibantu oleh Abu Ash-Shammah, yang merupakan bekas sahaya
Al-Kindah.
Situasi dan kondisi benteng
tersebut terus stabil hingga dipimpin oleh Bisiyr bin Dawud pada masa
pemerintahan Khalifah Al-Makmun. Ia mengadakan perlawanan dan pemberontakan. Amirul
Mukminin Al-Makmun segera menugaskan Gassan bin Abbad yang merupakan salah
seorang tokoh dari penduduk Sawad Kufah. Bisyr keluar menghadapinya hingga
sampai di Madinah As-Salam. Ghassan bin Abbas menugaskan Musa bin Yahya bin
Khalid bin Barmak untuk menjaga benteng. Ia berupaya membunuh Raja Balah
penguasa Timur. Sang Raja menyerahkan uang sebesar
seratus ribu dirham agar tidak dibunuh. Balah ini sebelumnya membelot melawan
Ghassan dan berkirim surat kepadanya agar menghadirkan pasukannya di antara
para penguasan yang hadir. Akan tetapi ia menolak. Musa bin Ka’ab meninggalkan
jejak dan peninggalan yang baik, dan ia meninggal tahun 21 Hijriyah.
Sepanjang, Sidoarjo,
11 Oktober 2018.
Musa bin Ka’ab digantikan oleh putranya
bernama Imran bin Musa. Kemudian Amirul Mukminin Al-Mu’tashim Billah
mengeluarkan dekrit pengangkatan Imran sebagai walikota benteng tersebut.
Kemudian Imran menyerang Al-Qaiqan dan mereka adalah orang-orang Az-Zuth.
Mereka saling menyerang hingga ia berhasil mengalahkan mereka. Lalu ia
membangun sebuah masjid yang dinamakan Al-Baidha’, dan digunakan untuk
menempatkan pasukan militer. Lalu ia
menuju Al-Mashurah dan dilanjutkan ke Qandabil, yaitu sebuah kota di
pegunungan. Di sana terdapat orang yang tersingkirkan bernama Muhammad bin
Al-Khalil. Mereka menyerangnya dan ia berahasil menaklukkannya. Para
pemimpinnya di bawa menuju Qashdar. Kemudian penaklukan dilanjutkan menuju Mead
dan berhasil membunuh tiga ribu prajuritnya.
Imran membuat pangkalan militer di
tepi sungai Ar-Rur. Lalu menyerukan kepada Az-Zuth yang ada di dekatnya.
Kemudian mereka pun menghadap kepadanya. Lalu ia menyetempel tangan-tangan
mereka, menerapkan upeti kepada mereka, dan memerintahkan setiap orang dari
mereka mempunyai seekor anjing hingga seekor anjing harganya mencapai lima
puluh dirham. Lalu ia menyerang Al-Mead bersama tokoh-tokoh terkemuda Az-Zuth.
Salah satu cara untuk memperoleh kemenangannya adalah dengan mengaliri sungai
mereka dengan air laut sehingga airnya menjadi asin, barulah ia melancarkan
serangan terhadap mereka.
Laluterjadilah huru-hara dan
konflik sekterian yang terjadi antara An-Nazzariyah dan Al-Yamaniyah. Imran
lebih memihak kepada Al-Yamaniyah. Kemudian Umar bin Abdul Aziz Al-Hubari
bergerak ke sana lalu ia membunuhnya ketika menyerang. Kakek Umar ini merupakan
salah satu orang yang datang ke Sind dan menduduki jabatan di pemerintahan
bersama Al-Hakam Uwwanah Al-Kalbi.
Manshur bin Hatim bercerita
kepadaku, ia berkata : Al-Fadhl bin Haman bekas sahaya Bani Samah berhasil
menaklukkan Sind dan menguasainya. Ia mengirimkan seekor gajah dan penulisnya
kepada Al-Makmun, seraya mendoakannya di masjid raya yang menjadi tempat
singgahnya. Ketika meninggal, maka Muhammad bin Al-Fadhl bin Haman menggantikan
kedudukannya. Lalu ia bergerak membawa tujuh puluh mercusuar ke Mead India
hingga berhasil membunuh banyak orang dari mereka dan menaklukkan Vali.
Kemudian ia kembali ke Sind yang sudah dikuasai saudaranya bernama Haman bin
Al-Fadhl. Lalu ia berkorespondensi dengan Amirul Mukminin Al-Mu’tashim Billah
dan menghadiahkan sebuah pakaian luar yang panjang berwarna hijau, yang belum
pernah ada sebelumnya, baik dari segi besar maupun panjangnya.
Indi ketika itu berada di bawah
pemerintahan Saudaranya. Lalu mereka menyerangnya dan berhasil membunuh dan
menyalib saudaranya itu. Kemduain India
mengalahkan Sindan dan mereka membiarkan masjidnya untuk umat Islam. Di sana
mereka berkumpul dan mendoakan Sang Khalifah.”
Abu Bakar bekas sahaya Bani
Al-Kuraiz bercerita kepadaku, ia berkata, “Bahwa senegeri bernama Al-Asifan
yang terletak di antara Kashmir. Maltan dan Kabul, mempunyai seorang penguasa
yang berpikir logis dan rasional. Penduduk negeri itu terkenal sebagai
penyembah berhala, yang dibungkuskan sebuah rumah dan mereka keramatkan. Tiba-tiba
putra Sang Raja menderita sakit. Sang Raja segera memanggil para penjaga rumah
itu seraya berkata : “Berdoalah kepada patung itu agar berkenan menyembuhkan
putraku.”
Mereka menghilang beberapa jam,
lalu menghadapnya kembali seraya berkata : “Kami telah mendoakannya dan patung
itu telah memberikan jawaban atas permintaan kami. Tidak berapa lama, anak itu
meninggal dunia. melihat keadaan tersebut, maka Sang Raja melompat dan
menghancurkan rumah berhala tersebut. Ia juga menghancurkan berhalanya dan
membunuh para penjaga rumah berhala itu. Kemudian ia mengundang sejumlah
pedagang Muslim. Lalu mereka menawarkan tauhid kepadanya. Akhirnya Sang Raja menyatakan
ketauhidannya dan masuk Islam. Peristiwa itu terjadi pada masa pemerintahan
Amirul Mukminin Al-Mu’tashim Billah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar