PENYINGKAP KEGAIBAN
(Futuh Al-Ghayb)
Karya : Syeikh Abdul Qadir Jailani
Penerbit : “Mizan” Bandung
Tahun : April 1985
Penerjemah : Syamsu Basarudin dan Ilyas Hasan
Penyadur : Pujo Prayitno
RIWAYAT HIDUP
GHAUTS AL-AZAM MUHYIDDIN
SAYID ABDUL QADIR
JAILANI
N A S A B
Sayid Abu Muhammad Abdul Qadir dilahirkan di Naif,
Jailan, Irak, pada bulan Ramadhan tahun 470 H, bertepatan dengan tahun 1077 M.
Ayahnya bernama Abu Shalih, seorang yang takwa, keturunan Hadhrat Imam Hasan
ra, cucu pertama Rasulullah saw. putra sulung Imam Ali ra., dan Fatimah ra.,
putri tercinta Rasul. Ibu beliau adalah putri seorang Wali, Abdullah Saumai,
yang juga masih keturunan Imam husain ra., putra kedua Ali dan Fatimah. Dengan
demikian, Sayiid Abdul Qadir adalah Hasani, sekaligus Huseini.
MASA MUDA
Sejak kecil, ia pendiam, nrimo, bertafakur dan sering
melakukan agar lebih baik, apa yang disebut “pengalaman-pengalaman mistik.”
Ketika berusia delapan belas tahun, kehausan akan ilmu dan kegairahan untuk
bersama para saleh, telah membawanya ke Baghdad, yang kala itu merupakan pusat
ilmu dan peradaban. Kemudian, beliau digelari orang Ghaust Al-Azam atau Wali
Ghaust terbesar. Dalam terminologi kaum Sufi, seorang Ghaust menduduki jenjang
rohani dan keistimewaan kedua dalam hal memohon ampunan dan ridha Allah bagi
umat manusia setelah para Nabi. Seorang Ulama besar di masa kini, telah
menggolongkannya ke dalam Shiddiqin, sebagaimana sebutan Al-Qur’an bagi orang
semacam itu. Ulama ini mendasarkan pandangannya pada peristiwa yang terjadi pada
perjalanan pertama Sayid Abdul Qadir ke Baghdad.
Diriwayatkan bahwa menjelang keberangkatannya ke Baghdad,
ibunya yang sudah menjanda, membekalinya delapan puluh keping emas yang
dijahitkan pada bagian dalam mantelnya, persis di bawah ketiaknya, sebagai bekal.
Uang ini adalah warisan dari almarhum ayahnya, dimaksudkan untuk menghadapi
masa-masa sulit. Kala hendak berangkat, sang Ibu, diantaranya, berpesan agar
jangan berdusta dalam segala keadaan. Sang anak berjanji untuk senantiasa
mencamkan pesan tersebut. Begitu kereta yang ditumpanginya tiba di Hamadan,
menghadanglah segerombolan perampok. Kala menjarahi, para perampok samak sekali
tak memperhatikannya, karena ia tampak begitu sederhana dan miskin. Kebetulan
salah seorang perampok menanyainya apakah ia mempunyai uang atau tidak. Ingat
akan janjinya kepada sang Ibu, si kecil Abdul Qadir segera menjawab : “Ya, aku
punya delapan puluh keping emas yang dijahitkan di dalam baju oleh ibuku.”
Tentu, para perampok terperanjat keheranan. Merekaheran, ada manusia sejujur
ini. Mereka membawanya kepada pemimpin mereka, lalu menanyainya, dan jawabannya
pun sama. Begitu jahitan pada baju Abdul Qadir dibuka, didapatilah delapan
puluh keping emas, sebagaimana dinyatakannya. Sang kepala perampok terhenyak
kagum. Ia kisahkan segala yang terjadi
antara dia dan ibunya pada saat berangkat, dan ditambahkannya jika ia
berbohong, maka akan tak bermakna upayanya menimba ilmu agama. Mendengar hal
ini, menagislah sang kepala perampok, jatuh terduduk di kaki Abdul Qadir, dan
menyesali segala dosa yang pernah dilakukannya. Diriwiyatkan, bahwa kepala
perampok ini adalah murid pertamanya. Peristiwa ini menunjukkan proses menjadi
Shiddiq. Andaikata ia tak benar, maka keberanian kukuh semacam itu demi
kebenaran, dalam saat-saat kritis, tak mungkin baginya.
BELAJAR DI BAGHDAD
Selama belajar di Baghdad, karena sedemikian jujur dan
murah hati, ia terpaksa mesti tabah menderita. Berkat bakat dan kesalehannya,
ia cepat menguasai semua ilmu pada masa itu. Ia membuktikan diri sebagai ahli
hukum terrbesar di masanya. Tetapi, kerinduan ruhaniahnya yang lebih dalam
gelisah ingin mewujudkan diri. Bahkan di masa mudanya, kala tenggelam dalam
belajar, ia gemar Musyahadah (penyaksian langsung. Yang dimaksud adalah penyaksian akan
segala akekuasaan dan keadilanAllah melalui mata hati). Ia sering
berpuasa dan tak mau meminta makanan dari seseorang, meski harus pergi
berhari-hari tanpa makanan. Di Baghdad, ia sering menjumpai orang-orang yang
berpikir serba rohani, dan berintim dengan mereka. Dalam masa pencarian inilah,
ia bertemu dengan Hadhrat Hammad, seorang penjual sirup, yang merupakan wali
besar pada zamannya. Lambat laun, wali ini menjadi pembimbing rohani Abdul
Qadir. Hadhrat Hammad adalah seorang wali yang keras, karenanya diperlakukannya
sedemikian keras Sufi yang sedang tumbuh ini. Namun calon Ghauts ini menerima
semua ini sebagai koreksi bagi kecacatan ruhaninya.
LATIHAN-LATIHAN
RUHANIAH
Setelah menyelesaikan studinya, ia kian keras terhadap
diri. Ia mulai memantangkan diri dari semua kebutuhan dan kesenangan hidup,
kecuali untuk mempertahankan hidup. Waktu dan tenaganya tercurah pada shalat
dan membaca Qur’an Suci. Shalat sedemikian menyita waktunya, sehingga sering ai
shalat Subuh, tanpa berwudhu lagi, karena belum batal. Diriwayatkan pula, beliau
kerap kali tamat membaca Qur’an Suci dalam satu malam. Selama latihan ruhaniah
ini, dihindarinya berhubungan dengan manusia, sehingga ia tak bertemu atau
berbicara dengan seorang pun. Bila ingin berjalan-jalan, ia berkeliling padang
pasir. Akhirnya ia tinggalkan Baghdad, dan menetap di Syustar, dua belas hari
perjalanan dari Baghdad. Selama sebelas tahun, ia menutup diri dari dunia. Akhir masa ini menandai
berakhirnya latihannya. Ia menerima nur yang dicarinya. Diri-hewaninya kini
telah digantikan oleh wujud mulianya.
DICOBA IBLIS
Sesuatu peristiwa terjadi pda malam babak baru ini, yang
diriwayatkan dalam bentuk sebuah kisah. Kisah-kisah serupa dinisbahkan kepada
semua tokoh keagamaan yang di kenal di dalam sejarah; yakni sebuah kisah
tentang penggodaan. Semua kisah semacam itu memaparkan, secara perrlambang,
suatu peristiwa alamiah dalam kehidupan. Misa, tentang bagaimana Nabi Isa as.,
digoda oleh Iblis, yang mebawanya ke puncak bukit, dan dari sana memperlihatkan
kepadanya kerajaan-kerajaan duniawi, dan dimintanya Nabi Isa as., untuk menyembahnya,
bila ingin menjadi raja dari kerajaan-kerajaan itu. Kita tahu jawaban beliau,
sebagai pimpinan rohaniah. Yang kita tahu, hal itu merupakan suatu peristiwa
perjuangan jiwa sang pemimpin dan hidupnya. Demikian pula, yang terjadi pada
diri Rasulullah saw. Kala beliau kukuh berdakwah menentang praktek-praktek
keberhalaan masyarakat dan musuh-musuh beliau, para pemimpin Quraisy merayunya
dengan kecantikan, harta dan tahta. Dan tak seorang Muslim pun bisa melupakan
jawaban beliau : “Aku
sama sekali tak menginginkan harta atau pun tahta. Aku telah diutus oleh Allah
sebagai seorang Nadzir bagi umat manusia, menyampaikan risalah-Nya kepada
kalian. Jika kalian menerimanya, maka kalian akan bahagia di dunia ini dan di
akhirat kelak. Dan jika kalian menolak,
tentu Allah akan menentukan antara kalian dan aku.”
Begitulah gambaran dari hal ini, dan merupakan fakta kuat
kemaujudan duniawi.
Berkenaan dengan hal ini, ada dua versi kisah tentang
Abdul Qadir Jailani. Versi pertama mengisahkan, bahwa suatu hari iblis
menghadapnya, memperkenalkan diri sebagai Jibril, dan berkata bahwa ia membawa
Buraq dari Allah, yang mengundangnya untuk menghadap-Nya di langit tertinggi.
Sang Syeikh segera menjawab bahwa si pembicara tak lain si iblis, karena, baik
Jibril maupun Buraq takkan datang ke dunia bagi selain Nabi Suci Muhammad saw. Setan
toh masih punya cara lain katanya : “Baiklah Abdul Qadir, engkau telah
menyelamatkan diri dengan keluasan ilmumu.” Enyahlah!” bentak sang Wali. “Jangan
kau goda aku, bukan karena ilmuku, tapi karena rahmat Allah-lah aku selamat
dari perangkapmu.”
Versi kedua mengisahkan, ketika sang Syeikh sedang berada
di rimba belantara, tanpa makanan dan minuan, untuk waktu yang lama, awan
menggumpal di angkasa, dan turunlah hujan. Sang Syeikh meredakan dahaganya
dengannya. Muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru : “Akulah Tuhanmu,
kini Kuhalalkan bagimu segala yang haram.” Sang Syeikh berucap : “Aku
berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” Sosok itu pun segera
berubah menjadi awan, dan terdengar berkata : “Dengan ilmumu dan rahmat Allah,
sengkau selamat dari tipuanku.” Lalu sisetan bertanya tentang kesigapan san
Syeikh dalam mengenalinya. Sang syeikh menyahut bahwa pernyataannya
menghalalkan segala yang haramlah yang membuatnya tahu, sebab pernyataan
semacam itu tentu bukan dari Allah.
Kisah ini mirip dengan kisah Petrus. Bila Petrus, murid
besar Isa, yang tertipu Iblis, membatalkan hukum tentang makanan yang
diharamkan, mencampakkan kata-kata jelas Kitab Suci dan praktek hidup gurunya,
maka putra pemberani ini, dari Nabi berbangsa Arab, mencabik-cabik perangkap
iblis dengan mudah dan kukuh.
Kurasa, kedua versi kisah ini benar, yang menyajikan dua
peristiwa berlainan secara perlambang. Satu peristiwa dikaitkan dengan
perjuangannya melawan kebanggan akan ilmu. Yang lain dikatkan dengan
pejuangannya melawan kesulitan-kesulitan ekonomi, yang menghalangi seseorang
dalam perjalanan ruhaniahnya. Kesadaran akan kekuatan, dan kecemasan akan
kesenangan merupakan kelemahan terakhir yang mesti enyah dari benak seorang
Salik. Dan setelah berhasil mengatasi dua musuh abadi ruhani inilah, maka orang
layak menjadi pemimpin sejati manusia.
PANUTAN MASYARAKAT
Kini sang Syeikh telah lulus dari ujian-ujian tersebut.
Maka semua tutur kata atau tegurannya, tak lagi berasal dari nalar, tetapi
berasal daru ruhaninya.
Kala ia memperolhe ilham, sebagaimana sang Syeikh sendiri
ingin menyampaikannya, keyakinan Ilsmai melemah. Sebagian Muslim terlena dalam
pemuasan jasmani, sebagian lagi puas dengan ritus-ritus dan upacara-upacara
keagamaan. Semangat keagamaan tak dapat ditemui lagi.
Pada saat ini, ia mempunyai mimpi penting tentangmasalah
ini. Ia melihat dalam mimpi itu, seolah-olah sedang menelusuri sebuah jalan di
Bagdad, yang di situ seorang kurus-kering sedang berbaring di sisi jalan,
menyalaminya. Ketika sang Syeikh menjawab ucapan salamnya, orang itu memintanya
untuk membantunya duduk. Begitu beliau membantunya, orang itu duduk dengan
tegap dan secara menakjubkan, tubuhnya menjadi besar. Melihat sang Syeikh
terperanjat, orang asing itu menentramkannya dengan kata-kata : :Akulag agama
kakekmu, aku menjadi sakit dan sengsara, tetapi Allah telah menyehatkanku
kembali melalui bantuanmu.”
Ini terjadi pada malam penampilannya di depan umum di
masjid, dan menunjukkan karir mendatang sang wali. Kemudian masyarakat yang
tercerahkan, menamainya Muhyiddin, “Pembangkit keimanan”, gelar yang kemudian
dipandang sebagai bagian dari namanya yang termasyhur. Meski telah ia
tinggalkan kesendiriannya (Uzlah), ia tak jua berkhotbah di depan umum. Selama
sebelas tahun berikutnya, ia mukim di sebuah sudu kota, dan meneruskan
praktek-praktek peribadatan, yang kian mempercerah ruhaninya.
Pada akhir masa kini, ia mulai mengajarkan ilmunya kepada
orang lain. Pada tahun ini ia diberi sebuah madrasah, untuk mengajar. Ia
persiapkan dirinya bagi tugas ini, dan baginya, hal ini merupakan dorongan
lubuk hatinya. Mula-mula, muridnya amat sedikit, tetapi kemasyhurannya akan
ilmu, kesalehan, keteguhan, ketulusan dan ketaatan kepda Syari’at, segera
tersiar luas, dan orang-orang dari segenap penjuru dunia, mulai berdatangan
kepadanya, untuk memetik manfaat dari kuliah-kuliah dan khutbah-khutbahnya,
yang meliputi banyak aspek kehidupan. Lambat laun, bangunan madrasah menjadi
terlalu kecil bagi sisiwa yang jumlahnya kian membengkak. Dan pada tahun 528 H,
bangunan-bangunan tambahan didirikan, untuk memperluas daya tampung gedung.
Bhakan ini pun dianggap tak memadai bagi yang hendak belajar. Utuk itu, ia
tampil pada tiap Rabu pagi, di Idgah kecil, dan melayani masyarakat dari sebuah
mimbar, yang didirikan bagi tujuan ini. Ketika ternyata hal ini tak memadai,
maka ia pun bertabligh dari Idqah yang lebih besar, yang berada di luar kota,
yang di dalamnya lalu dinganun baginya, semacam bangunan suci, yang dikenal
sebagai Musafirkhana (Wisma tamu).
Ia biasa berkhutbah tiga kali seminggu, di Idqah, pada
Jum’at pagi, di madrasah pada Selasa malam, dan di Musafirkhana, pada rabu
Pagi. Berbagai orang menghadirinya, untuk mempelajari berbagai masalah. Ada
Sufi, Faqih (Ahli hukum Islam), hartawan, dan sastrawan. Bahkan orang-orang non
Muslim pun menghadiri ceramah-ceramahnya, dan di situ banyak dari mereka
memeluk Islam. Pendosa-pendosa Muslim segera mengubah jalan hidup mereka,
manakala mendengarkan wacana-wacananya --
hal ini dikarenakan kekuatan ruhaniahnya, yang berada di balik Khutbah-khutbahnya.
Kehebatan ruhaniahnya sedemikian besar, sehingga ia disegani oleh orang-orang
besar.
Ternyata, pribadi-pribadi spiritual ini, tak berkehendak
semaunya. Mereka pasrah segenap kemaujudan mereka kepada Sang Pencipta, dan
berlaku dengan bimbingan langsung dari Allah. Oleh karena itu, pengajuan umum
mereka, sama sekali bukanlah tinndakan mereka sendir, dan bukan didukung oelh
sesuatu persiapan manusiawi. Persiapan mereka dilakukan oleh Allah sendiri,
begitu pula, keseluruhan ilham bagi pengajian umum mereka. Bila mereka
berbicara, maka pembicaraan mereka berasal dari semangat suci Tuhan. Itulah
sebabnya ucapan-ucapan mereka berdaya mukjizat dan revolusioner.
KEHIDUPAN
RUMAH TANGGA
Menarik untuk
dicatat, bahwa penampilannya di depan umum selaras dengan kehidupan
perkawinannya. Sampai Tahun 521 H, yakni pada usia kelimma puluh satu, ia tak
pernah berpikir tentag perkawinan. Bahkan ia menganggapnya sebagai penghambat
ypaya ruhaniahnya. Tetapi, begitu beliau berhubungan dengan orang-orang, demi
mematuhi perintah Rasul dan mengikuti Sunnahnya, ia pun menikahi empat wanita,s
emuanya saleh dan taat kepadanya. Ia mempunyai empat puluh sembilan anak – dua puluh
putra, dan yang lainnya putri.
Empat putranya
termasyhur akan kecendekian dan kepakarannya :
Satu (1) Syeikh
Abdul Wahab, putra tertua,a dalah seorang alim besar, dan mengelola madrassah
ayahnya pada tahun 543 H. Sesudah sang wali wafat, ia juga berkhutbah dan
menyumbangkan buah pikirannya, berkenaan dengan masalah-masalah Syari’at Islam.
Ia juga memimpin sebuah kantor negara, dan demikian termasyhur.
Dua (2) Syeikh
Isa. Ia adalah seorang guru hadis dan seorang hakim besar. Dikenal juga sebagai
seorang penyair. Ia adalah seorang khatib yang baik, dan juga Sufi. Ia mukim di
Mesir, hingga akhir hayatnya.
Tiga (3) Syeikh
Abdur Razaq. Ia adalag seorang alim, sekaligus penghafal hadis. Sebagaimana
ayahnya, ia terkenal takwa. Ia mewarisi beberapa kecenderungan spiritual
ayahnya, dan sedemikian masyhur di Baghdad, sebgaimana ayahnya.
Empat (4) Syeikh
Musa. Ia adalah seorang alim terkenal. Ia hidrah ke Damaskus, hingga wafat.
Tujuh puluh
delapan wacana sang wali sampai kepada kita melalui Syeikh Isa. Namanya
termaktub pada mukadimah buku ini. Dua wacana terakhir, yang memaparkan
saat-saat terakhir sang wali, diriwayatkan oleh Syeikh Abdul Wahab. Syeikh Musa
termaktub pada akhir buku ini, pada wacana ke tujuh puluh sembilan dan
kedelapan puluh. Pada dua wacana terakhir ini disebutkan pembuatnya adalah
Syeikh Abdul Razaq dan Syeikh Abdul Aziz, dua pytra sang wali, dengan di
imlakkan oleh sang wali, pada saat-saat terakhirnya.
KESEHARIANNYA
Sebgaimana telah
kita saksikan sang wali bertabligh tiga kali seminggu. Di samping bertabligh,
setiap hari, pada pagi dan malam hari, ia mengajar tentang Tafsir Qur’an,
Hadits, Ushul Fiqh, dan mata pelajaran lain, yang berkaitan. Sesudah shalat
zhuhur, ia memberikan fatwa atas masalah-masalah hukum, yang diajukan kepadanya
dari segenap penjuru dunia. Sore hari, sebelum shalat maghrib, ia membagi-bagikan
roti kepada fakir miskin. Sesudah Shalat Maghrib ia selalu makan malam, karena
ia berpusa sepanjang tahun. Sebelum berbuka, ia menyilahkan orang-orang yang
butuh makanan di antara tetangga-tetangganya, untuk makan malam bersama.
Sesudah shalat Isya’ sebagaimana kebiasaan para wali, ia mengaso di kamarnya,
dan melakukan sebagian besar waktu malamnya dengan beribadah kepada Allah ---
suatu amalan yang dianjurkan Qur’an Suci. Sebagai pengikut sejati Nabi, ia
curahkan seluruh waktunya di siang hari, untuk mengabdi umat manusia, dan
sebagian besar waktu malam, dihabiskan untuk mengabdi Penciptanya.
WAFATNYA
Ia wafat pada 11
Rabi’ul Akhir 561 H (1166 M), pada usia 91 tahun. Tanggal ini diperingati oleh
para pengagumnya sampai kini, dan anak benua India (Pakistan), dikenal sebagai
Giarwin Syarif.
PENINGGALANNYA
Sepeninggal sang
wali, para putra dan muridnya mendirikan suatu Thariqah, untuk menyuburkan
spiritualitas Islami dan jaran-ajaran Islami di kalangan umat dunia, yakni
Thariqah Qadiriyyah, yang sampai kini, terkenal taat kepada prinsip-prinsip
Syari’at. Thariqah ini telah sedemikian berjasa bagi kebangkitan kembali ‘dunia
Islam’, dan sumbangannya kepada Tasawuf tak terhingga. Tiga di antara
catatan-catatan nasihat dan pengajarannya mencapai reputasi dunia. Yang paling
luar biasa adalah “Futuh al-Gayb”, yang terjemahannya disajikan berikut ini.
Selain itu, Fath
al-Rabbani, kumpulan enam puluh delapan khutbah, yang disampaikan antara tahun
545 H dan 546 H.
Yang ketiga
adalah sebuah Qasidah, sebuah syair yang memaparkan peranan dan peringkat wali,
dalam bahasa ekstatik. Syair ini disebut Qasidah al-Ghautsiyya.
Sebagaimana
thariqah lain, Thariqah Qadiriyyah dewasa ini, tampak lebih cenderung kepada
risalah terakhir ini, daripada karya-karya lainnya, yang memuat nasihat-nasihat
tentang pengembangan diri, dan sebuah pesan dari alam gaib.
Terlepas dari
kekeliruan-kekeliruan para pengagumnya dewasa ini, pengaruh sang wali dalam
sejarah Islami, luar biasa. Kepribadiannya gemerlapan, laksana zamrud
berkilauan dari spiritualitas Islami dewasa ini, sebagaimana pada sejarah masa
lalu.
MUKADIMAH
Kemegahan para
ulama, kecerahan Irak dan Mesir, juru bicara para teolog, penafsir ahli hikmah,
pemimpin nan unik, kemuliaan agama, Syeikh Isa, Abu Abdul Rahman menuturkan :
Ayahku – pemimpin
tiada tara – sedemikian alim, pemilik ilmu ruhani dan sempurna, pemimpin segala
pemimpin, pemimpin bangsa-bangsa, penolong manusia dan jin, pembangkit agama –
Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abu Shalih bin Abdullah bin Yahya, Wali besar,
dari Jailan berkata :
Segala puji bagi
Allah, Tuhan semesta alam, pertama dan terakhir, lahiriah dan batiniah,
sebanyak makhluk-Nya, sepadan dengan kebesaran firman-Nya, dan seberat ‘Arsy-Nya,
seluas ridha-Nya, sebanyak segala yang sendiri dan berpasangan, yang basah dan
yang kering, yang pernah Ia ciptakan dan tebarkan – dalam segala kemurnian dan
kete-rahmatannya – segala puji bagi-Nya yang telah menciptakan, dan
menyempurnakan, yangtelah menjadikan segalanya sesuai dengan kadarnya, lalu
membimbing (merek menuju tujuan mereka). Segala puji bagi-Nya, yang mematikan
danmenghidupkan, yang membuat orang tertawa dan menangis, yang membuat orang
dekat dan makin dekat, yang menunjukan keutamaan dan kehinaan, yang memberi
makanan dan minuman, yang menentukan nasib baik dan buruk, yang menahan
karunia-Nya, lalu melimpahkan. Yang dengan perintah-Nya, kukuhlah tujuh langit,
dan gunung-gunung ditancapkan bagai pasak, dan terhamparlah bumi, yang dengan
kasih sayang-Nya tiada kekecewaan, yang tak satu pun bisa lepas dari
ketentuan-Nya, yang tak satupun bisa menentang-Nya, dan yang tak satupun merasa
hampa dengan rahmat-Nya. Dia terpuji, karena melimpahkan kasih sayang, dan Dia
mesti disyukuri, karena menyelamatkan (kita).
Kemudian shalawat
bagi Muhammad. Nabi pilihan-Nya --- barang siapa mengikuti semua yang
dibawanya, maka ia menerima hidayah, dan barang siapa berpaling darinya, maka
ia sesat dan celaka – Nabi sejati, pembawa kebenaran, tak terikat dunia,
pencinta, dan pencari ridha Yang di Langit, yang terpilihdi antara makhluk-Nya
yang dengan kedatangannya, kebenaran maujud dan segala kepalsuan sirna, dan
dengan sinarnya, bumi tercerahkan.
Marilah kita,
sekali lagi, bershalawat baginya --- shalawat yang berlimpah-limpah dan suci,
begitu pula bagi keturunan, sahabt, dan pengikut sejatinya. Ridha-Nya melimpahi
yang terbaik terhadap Tuhan, dla tutur kata dan kepatuhan.
Lalu doa dan
permohonan, kita panjatkan kepada-Nya. Kepada-Nya kita berlindung, Dia-lah
Pencipta, yang memberi kita makanan dan minuman, yang melindungi kita, yang
menhalai segala kemudharatan, dan semua ini semata-mata maujud karena
ridha-Nya, karena kehendak-Nya. Dia melindungi kita dalam tutur-kata dan
tata-tindak kita, yang tersembunyi dan yang laihr, dalam kesulitan dan
kemudhana. Sungguh, Dia mengetahui segala yang tersembunyi, yang berdosa dan
sesat, yang taat dan mendekat kepada-Nya. Dia mendengar segala suatu, dan
mengabulkan doa orang-orang yang diridhai-Nya, tanpa enggan dan jemu.
Sesungguhnya,
nikmat Allah ada pada hamba-hamba-Nya, berlimpah-limpah dan tak putus-putusnya,
baik siang ataupun malam, dalam segla masa dan keadaan, sebagaimana firman-Nya
: “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat-nikmat Allah,
niscaya kamu takkan bisa (QS.14:34). Dan firman-Nya lagi : “Dan segala kebaikan
yang kamu peroleh, berasal dari Allah.” (Qs.4:79). Karena, aku tak
kuasa, baik dengan hati maupun lidah, untuk menghitung nikmat-nikmat ini. Juga
tiada angka yang memadai untuk itu. Maka di antara karunia-karunia yang
menjadikan lidah bisa berbicara, tangan bisa menulis, dan kita bisa
menggambarkan inilah yang diilhamkan kepadaku, dari dunia kegaiban. Hal ini
mencerahkan dan memenuhi kalbuku, dan hasil dari keadaan wajar ini, menampakkan
semua itu. Hanya berkat kasih sayang dan ridha Allah jualah, aku dapat mengungkapkan kata-kata
ini, guna menjadi bimbingan bagi para pencari kebenaran.
Semoga Allah
meridhainya.
Dengan Nama Allah Yang Rahman, Yang Rahim
RISALAH KESATU
Ia bertutur :
Tiga hal mutlak dari seorang Mukmin, dalam segala
keadaan, yaitu : (1) harus menjaga perintah-perintah Allah, (2) harus
menghindar dari segala yang haram, (3) harus ridha dengan takdir Yang
Mahakuasa. Jadi seorang Mukmin, paling tidak, memiliki tiga hal ini. Berarti,
ia harus memutuskan untuk ini, dan
berbicara dengan diri sendiri tentang hal ini, serta mengikat organ-organ
tubuhnya dengan ini
RISALAH KEDUA
Ia bertutur :
Ikutilah (Sunah Rasul) dengan penuh keimanan, jangan
membuat bid’ah, patuhilah selalu (kepada Allah dan rasul-Nya), jangan
melanggar; junjung tinggilah tauhid dan jangan menyekutukan Dia; sucikanlah Dia
senantiasa dan janggan menisbahkan sesuatu keburukan pun kepada-Nya;
pertahankan Kebenaran-Nya dan jangan ragu sedikit pun; bersabarlah selalu dan
jangan menunjukan ketaksabaran; beristikamahlah; berharaplah kepada-Nya, jangan
kesal, tetapi bersabarlah, bekerjasamalah dalam ketaatan dan jangan berpecah
belah, saling mencintailah dan jangan saling mendendam, jauhilah kejahatan dan
jangan ternoda olehnya; percantiklah dirimu dengan ketaatan kepada Tuhanmu;
jangan menjauh dari pintu-pintu Tuhanmu; jangan berpaling dari-Nya; segeralah
bertobat dan kembali kepada-Nya; jangan merasa jemu dalam memohon ampunan
kepada khalikmu, baik siang atau pun malam; (jika kamu berlakubegini) niscaya
rahmat dinampakkan kepadamu, maka kamu bahagia, terjauhkan dari api neraka; dan
hidup bahagia di surga, bertemu Allah, menikmati rahmat-Nya, bersama-sama
bidadari di surga dan tinggal di dalamnya untuk selamanya, mengendarai kuda-kuda
putih, bersuka ria dengan hurhur bermta putih dan aneka aroma, dan
melodi-melodi hamba-hamba sayaha wanita, dengan karunia-karunia lainnya;
termuliakan bersama para Nabi, para shiddiq, para syahid, dan para saleh di
surga yang tinggi.
RISALAH KETIGA
Ia bertutur :
Apabila seorang hamba Allah mengalami kesulitan hidup,
maka pertama-tama, ia mencoba mengatasinya dengan upayanya sendiri. Bila gagal,
ia mencari pertolongan kepada sesamanya, khususnya kepada raja, penguasa,
hartawan, atau bila ia sakit, kepada dokter. Bila hal ini pun gagal, maka, ia
berpaling kepada khaliknya, Tuhan Yang Mahabesar lagi Maha Kuasa, dan berdoa
kepada-Nya dengan kerendah-hatian dan pujian. Bila ia mampu mengatasinya
sendiri, maka ia takkan berpaling kepada sesamanya, demi kian pula, bika ia
berhasil, karena sesamanya, maka ia takkan berpaling kepada sang Khalik.
Kemudian, bila tak juga memperoleh pertolongan dari
Allah, maka dipasrahkannya dirinya kepada Allah, dan terus demikian, mengemis,
berdoa, merendahkan diri, memuji dan memohon dengan harap-harap cemas. Namun,
Allah Yang Mahabesar dan Mahakuasa membiarkan ia letih dalam doa, dan tak
mengabulkannya, hingga ia sedemikian terkecewakan terhadap segala sarana
duniawi. Maka kehendak-Nya mewujud melaluinya, dan hamba Allah ini berlalu dari
segala sarana duniawi, segla aktifitas dan upaya duniawi, dan bertumpu pada
ruhaninya.
Pada peringkat ini, tiada terlihat olehnya, selain
kehendak Allah Yang Mahabesar lagi Mahakuasa, dan sampailah ia, tentang Keesaan
Allah, pada peringkat Haqqul Yakin bahwa, pada hakikatnya, tiada yang melakukan
segala sesuatu, kecuali Allah, tak ada penggerak, tak pula penghenti, selain
Dia, tak ada kebaikan, kejahatan, tak pula kerugian dan keuntungan, tiada
faedah, tiada memberi, tak pula menahan, tiada awal, tiada akhir, tak ada
kehidupan dan kematian, tiada kemuliaan dan kehinaan, tak ada kelimpahan dan
kemiskinan, kecuali karena Allah.
Maka, di hadapan Allah, ia bagai bayi di tangan perawat,
bagai mayat dimandikan, dan bagai bola di tongkat pemain polo, berputar dan
bergulir dari keadaan ke keadaan, dan ia merasa tak berdaya. Dengan demikian,
ia lepas dari dirinya sendiri, dan melebur dalam kehendak Allah.
Maka, tak dilihatnya, keculai Tuhannya dan kehendak-Nya,
tak didengar dan dipahaminya, kecuali Ia. Jika meliaht sesuatu, maka sesuatu
itu adalah kehendak-Nya; bila ia mendengar atau mengeyahui sesuatu, maka ia
mendengar Firman-Nya, dan mengetahui lewat ilmu-Nya. Maka terkarunialah dia
dengan karunia-Nya, dan beruntung lewat kedekatan dengan-Nya, dan melalui
kedekatan ini, ia menjadi mulia, ridha, bahagia, dan puas dengan janji-Nya, dan
bertumpu pada firman-Nya, Ia merasa enggan dan menolak segala selain Allah, ia
ridha dan senantiasa mengingat-Nya, makin mantpalah keyakinan-Nya pada-Nya,
Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. IA bertumpu pada-Nya, memperoleh petunjuk
dari-Nya, berbusana nur ilmu-Nya, dan termuliakan oleh ilmu-Nya. Yang didengar
dan diingatnya adalah dari-Nya, Yang Mahabesar lagi Mahakuasa. Maka, segala
syukur, puji, dan sembah tertuju kepada-Nya.
RISALAH KEEMPAT
Ia bertutur :
Bila kau abaikan ciptaan, maka : “Semoga Allah
merahmatimu.” Allah melepaskanmu dari kedirian. “Semoga Allah merahmatimu.” Ia
mematikan kehendakmu; “Semoga Allah merahmatimu.” Maka Allah menempatkanmu
dalam kehidupan (baru)
Kini, kau terkaruniakan kehidupan abadi; diperkaya dengan
kekayaan abadi; dikaruniai kemudahan dan kebahagiaan nan abadi; dirahmati,
dilimpahi ilmu yang tak mengenal kejahilan; dilindungi dari ketakutan;
dimuliakan, hingga tak terhina lagi; senantiasa terdekatkan kepada Allah,
senantiasa termuliakan; senantiasa tersucikan, maka menjadilah kau pemenuh
segala harapan, dan ibaan pinta orang mewujud pada dirimu; hingga kau
sedemikian termuliakan; unik, dan tiada tara, tersembunyi dan terahasiakan.
Maka, kau menjadi pengganti para Rasul, para Nabi dan
para shiddiq, kaulah puncak wilayat, dan para wali yang masih hidup akan
mengerumunimu. Segala kesulitan terpecahkan melaluimu, dan sawah ladang
terpanen melalui doamu; dan sirnalah, melalui doamu, segala petaka yang menipa
orang-orang di desa terpencil pun, para penguasa dan yang dikuasai, para
pemimpin dan para pengikut, dan semua ciptaan. Dengan demikian kau menjadi agen
polisi (jika boleh disebut begitu) bagi kota-kota dan masyarakat.
Orang bergegas-gegas mendatangimu, membawa bingkisan dan
hadiah, dan mengabdi kepadamu, dalam segala kehidupan, dengan izin sang
Pencipta segalanya. Lidah mereka senantiasa sibuk dengan doa dan syukur bagimu,
di mana pun mereka berada. Tiada dua orang Mukmin berselisih tentang mu. Duhai
yang terbaik di antara penghuni bumi, inilah rahmat Allah, dan Allah-lah
Pemilik segala rahmat.
RISALAH KELIMA
Ia bertutur :
Bila kau melihat dunia ini, berada di tangan mereka,
dengan segala hiasan, dan tipuannya, dengan segala bisa mematikannya, yang
tampak lembut sentuhannya, padahal, sebenarnya, mematikan bagi yang
menyentuhnya, mengecoh mereka, dan membuat mereka mengabaikan kemudharatan
tipu-daya dan janji-janji palsunya – bila kau melihat semua itu – berlakulah
bagai orang yang melihat seseorang menuruti nalurinya, emnonjolkan diri, dan
karenanya, mengeluarkan bau busuk. Bila (dalam situasi semacam itu) kau enggan
memperhatikan kebusukannya, dan menutup hidung dari bau busuk itu, bagitu pula
kau berlaku terhadap dunia; bila kau melihatnya, palingkan penglihatanmu dari
segala kepalsuan, dan tutuplah hidungmu dari kebusukan hawa nafsu, agar kau
aman darinya dan segala tipu dayanya, sedangkan bagianmu menghampirimu segera,
dan kau menikmatinya. Allah telah berfirman kepada Nabi pilihan-Nya (saw) : “Dan janganlah kamu
tujukan kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan
dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia, untuk Kami uji mereka dengannya,
dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs.20:131).
RISALAH KEENAM
Ia bertutur :
Lenyaplah dari (pandangan) manusia, dengan perintah
Allah, dan dari kedirian, dengan perintah-Nya, hingga kau menjadi bahtera
ilmu-Nya. Lenyapnya diri dari manusia, ditandai oleh pemutusan diri sepenuhnya
dari mereka, dan pembebasan jiwa dari segala harapan mereka.
Tanda lenyapnya diri dari segala nafsu ialah, membuang
segala upaya memperoleh sarana-sarana duniawi dan behubungan dengan mereka demi
sesuatu manfaat, menghindarkan kemudharatan; dan tak bergerak demi kepentingan
pribadi, dan tak bergantung pada diri sendiri dalam hal-hal yang berkenaan
dengan dirimu, tak melindungi atau membantu diri, tetapi memasrahkan semuanya
hanya kepada Allah, karena Ia pemilik segalanya sejak awal hingga akhirnya;
sebagaimana kuasa-Nya, ketika kau masih disusui.
Hilangnya kemauanmu dengan kehendak-Nya, ditandai dengan
ketak-pernahan menentukan diri, ketak-bertujuan, ketak-butuhan, karena tak satu
tujuan pun termiliki, kecuali satu, yaitu Allah. Maka, kehendak Allah mewujud
dalam dirimu, sehingga kala kehendak-Nya beraksi, maka pasiflah organ-organ
tubuh, hati pun tenang, pikiran pun cerah, berserilah wajah dan ruhanimu, dan
kau atasi kebutuhan-kebutuhan bendawi berkat berhubungan dengan Pencipta
segalanya. Tangan Kekuasaan senantiasa menggerakkanmu, lidah Keabadian selalu
menyeru namamu, Tuhan Semesta alam mengajarmu, dan membusananimu dengan nur-Nya
dan busana ruhani, dan menempatkanmu sejajar dengan para ahli hikmah yang telah
mendahuluimu.
Sesudah ini. Kau selalu berhasil menaklukan diri, hingga
tiada lagi pada dirimu kedirian, bagai sebuah bejana yang hancur lebur, yang
bersih dari air, atau larutan. Dan kau terjauhkan dari segala gerak manusiawi,
hingga ruhanimu menolak segala sesuatu, kecuali kehendak Allah. Pada maqam ini,
keajaiban dan dialami ternisbahkan kepadamu. Hal-hal ini tampak seolah-olah
darimu, padahal, sebenarnya, dari Allah.
Maka, kau diakui sebagai orang yang hatinya telah
tertundukkan, dan kediriannya telah musnah, maka kau diilhami oleh kehendak
Ilahi dan dambaan-dambaan baru dalam kemaujuda sehari-hari. Mengenai mawam ini,
Nabi Suci saw. bersabda : “Tiga hal yang kusenangi dari dunia – wewangian, wanita, dan
shalat – yang pada mereka tersejukkan mataku.” Sungguh, hal-hal
dinisbahkan kepadanya, setelah hal-hal itu sirna darinya, sebagaimana telah
kami isyaratkan. Allah berfimran : “Aku bersama orang-orang yang patah hati demi Aku.”
Allah Yang Mahatinggi takkan besertamu, sampai kedirianmu
sirna. Dan bila kedirianmu telah sirna, dan kau abaikan segala sesuatu, kecuali
Dia, maka Allah menyegar-bugarkanmu, dan memberimu kekuatan baru, yang dengan
itu, kau berkehendak. Bila di dalam dirimu masih juga terdapat noda terkecil
pun, maka Allah meremukkanmu lagi, hingga kau senantiasa patah hati. Dengan
cara begini Ia terus menciptakan kemauan baru di dalam dirimu, dan bila
kedirian masih maujud, maka Dia hancurkan lagi, sampai akhir hayat dan bertemu
(liqa) dengan Tuhan. Inilah makna firman Allah : “Aku bersama orang-orang yang putus asa demi aku.”
Dan makna kata : “Kedirian masih maujud” ialah kemasih-kukuhan dan
kemasih-puasan dengan keinginan-keinginan barumu.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman kepaa Nabi
Suci saw. : “Hamba-Ku yang beriman senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku,
dengan mengerjakan shalat-shalat sunnah yang diutamakan, sehingga Aku mencintanya,
dan apabila Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya, dengannya ia
mendengar, dan menjadi matanya, dengannya ia melihat, dan menjadi tangannya,
dengannya ia bekerja, dan menjadi kakinya, dengannya ia berjalan.” Tak
diragukan lagi, beginilah keadaan ffana.
Maka Dia menyelamatkanmu dari kejahatan makhluk-Nya, dan
menenggelamkanmu ke dalam samudra kebaikkan-Nya; sehingga kau menjadi pusat
kebaikan, sumber rahmat, kebahagiaan, kenikmatan, kecerahan, kedamaian dan
kesantausaan, Maka, fana (penafian diri) menjadi tujuan akhir, dan sekaligus
dasar perjalanan para wali. Para wali terdahulu, dari berbagai mawam,
senantiasa beralih, hingga akhir hayat mereka, dari kehendak pribadi kepada
kehendak Allah. Karena itulah mereka disebut badal (sebuah kata yang diturunkan dari badala yang berarti
: berubah) Bagi pribadi-pribadi ini, menggabungkan kehendak pribadi dengan
kehendak Allah, adalah suatu dosa.
Bila meraka lalai, terbawa oleh tipuan perasaan dan
ketakutan, maka Allah Yang Mahabesar menolong mereka dengan kasih-sayang-Nya,
dengan mengingatkan mereka, sehingga meraka sadar dan berlindung kepada Tuhan,
karena tak satu pun mutlak bersih daro noda kehendak, kecuali para malaikat.
Para malaaikat senantiasa suci dalam kehendak, para Nabi senantiasa terbebas
dari kedirian, sedang para jin dan manusia yang dibebani pertanggungjawaban
moral, tak terlindungi. Tentu, para wali terlindung dari kedirian, dan para
badal dari kekotoran kehendak. Kendati mereka tak bisa diaggap terbebas dari
dua keburukan ini, karen mungkin bagi mereka berkecenderungan kepada dua
kelemahan ini, tapi Allah melimpahi mereka rahmat-Nya dan menyadarkan mereka.
RISALAH KETUJUH
Ia bertutur :
Keluarlah dari kedirian, jauhilah dia, dan pasrahkan
segala sesuatu kepada Allah, jadilah penjaga pintu hatimu, patuhilah senantiasa
perintah-perintah-Nya, hormatilah larangan-larangan-Nya, dengan menjauhkan
segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu,
setelah keterbuangannya. Mengusir kedirian dari hati, haruslah disertai
pertahanan terhadapnya, dan menolak pematuhan kepadanya dalam segala keadaan.
Mengizinkan ia masuk ke dalam hati, berarti rela mengabdi kepadanya, dan
berintim dengannya. Maka, jangan menghendaki segala yang bukan kehendak Allah,
adalah kedirian, yang adalah rimba kejahilan, dan hal itu membinasakanmu, dan
penyebab keterasinga dari-Nya. Karena itu, jagalah perintah Allah, jauhilah
larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam segala yang telah
ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun. Jangan berkehendak
diri, agar tak tergolong orang-orang musrik. Allah berfirman : “Barangsiapa
mengharap perjumpaan (liqa) dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjalan amal
saleh dan tidak menyukutukan-Nya.” (Qs.18:110).
Kesyirikan tak hanya menyembahkan berhala. Pemanjaan
nafsu jasmani, dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik. Sebab,
selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelam dalam sesuatu – selain
Allah – berarti kau menyukutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan
terlena, Maka, dengan menyendiri, akan diperoleh keamanan atau maqam-mu, berkat
kau sendiri, Maka, bila kau berkedudukan, atau dalam keadaan tertentu, jangan
membicarakan hal itu kepada orang lain. Sebab, dalam perubahan nasib yang terjadi
dari hari ke hari, keagungan Allah mewujud, dan Allah mengantarai
hamba-hamba-Nya dan hati-hati mereka. Bisa-bisa yang kau percakapkan, sirna
darimu, dan yang kau anggap abadi, berubah, hingga kau termalukan di hadapan
yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahua ini di dalam lubuk hatimu, dan
jangan pebincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud,
ketahuilah, bahwa itu adalah karunia Allah, mohonlah kekuatan untuk bersyukur,
dan peningkatan ridha-Nya. Tetapi, bila hal itu berakhir maujud, maka hal itu
akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pangangan. Allah
berfirman : “Segala
yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih
baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Qs.2:106).
Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam sesuatu hal,
jangan menganggap ketetapan-Nya tak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan
janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat
dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktekkan,
dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab.
Mengenai hikmah dan keadaan ruhani yang dimilikinya, ia
sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung kepada
Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahwa dalam sehari ia dibawa
dari satu hal ke hal lain sebanyak sertaus kali, sampai ia berada pada maqam
tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia perintahkan untuk meminta perlindungan
kepada Allah, karena sebaik-baik seorang hamba yaitu berlindung dan berpaling
kepada Allah. Karena, dengan begini, ada pengakuan akan dossa dan kesalahannya,
dan inilah dua mcam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan
kehidupan, dan yang dimilikinya sebagai pusaka dari Adam as. “Bapak” manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah
Ada, as. : “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk
orang-orang yang merugi.” (Qs.7:23). Maka, turunlah kepadanya cahaya petunjuk
dan pengetahuan tentang tobat, akibat dan tentang hikmah di balik peristiwa
ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah berrpaling kepada mereka
dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa bertobat.
Dan Allah mengembalikannya ke hal semula, dan beradalah
ia pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai mqam di dunia
dan akhirat. Maka menjadilah dunia ini tempat kehidupannya dan keturunannya,
sedang akhirat sebagai tempat kembali dan tempat perisitirahatan abadi mereka.
Maka, ikutilah Nabi Muhammad saw., kekasih dan pilihan
Allah, dan nenekmoyangnya, Adam, pilihan-Nya – keduanya adalah kekasih Allah –
dalam hal mengakui kesalahan dan berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan
dalam hal tertawadhu, dalam segala keadaan kehidupan.
RISALAH KEDELAPAN
Ia bertutur :
Bila kau berada dalam hal tertentu, jangan
mengharapkanhal yang lain, baik yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah.
Jadi, bila kau berada di pintu gerbang istana Raja, jangan berkeinginan untuk
masuk ke istana itu, kecuali terpaksa. Yang dimaksud dengan terpaksa ialah
diperintah terus menerus. Dan jangan menganggapnya sebagai izin masuk, karena
mungkin saja sang Raja menjebakmu. Tapi, bersabarlah, sampai kau benar-benar
dipaksa memasukinya oleh sang Raja. Dengan demikian, sang Raja takkan
menghukummu, karena Dia sendiri menghendakinya. Jika toh kau dihukum, tentu
disebabkan oleh keburukan kehendak, kerakusan, ketaksabaran, kekurang-ajaran,
dan keinginanmu untuk berpuas dengan keadaan kehidupanmu. Bila kau harus masuk
ke dalamnya, karena terpaksa, masuklah dengan penuh ketenangan dan ketundukan
pandangan, bersikaplah yang layak dan indahkanlah semua perintah-Nya dengan
sepenuh jiwa tanpa mengharapkan kemajuan dalam tingkat kehidupan. Allah
berfirman kepaf Rasul pilihan-Nya : “Dan janganlah engkau tujukan kedua matamu kepada yang telah
Kami berikan kepada beberapa golongandari mereka sebagai hiasan hidup, untuk
Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan abadi.”
(Qs.20:131).
Denagn firman-ya : “Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan
abadi.” Allah memperingatkan Nabi pilihan-Nya, agar menghargai hal yang ada,
dan mensyukuri karunia-karunia-Nya. Dengan kata lain, perintah ini adalah
sebagai berikut : “Segala yang telah Aku karuniakan kepadamu – kebaikan,
kenabian, ilmu, keridhaan, kesabaran, kerajaan agama, dan jihad di jalan-Ku –
lebih baik dan lebih berharga ketimbang semua yang Kuberikan kepada yang lain.”
Jadi, segala
kebaikan terletak pada menghargai dan mensyukuri keadaan yang ada,
dan menghindarkan selainnya, karena hal semacam itu merupakan cobaan dari-Nya.
Jadi, bila sesuatu telah ditentukan-Nya bagimu, tentu sesuatu itu akan datang
kepadamu, suka atau tak suka. Karenanya, seungguh tak patut, bila
kekuranglayakan dan kerakusan terwujud padamu, jedua-duanya tertolak oleh akal
dan ilmu. Dan jika sesuatu itu ditakdirkan-Nya bagi orang lain, mengapa kau
bersussah payah meraih sesuatu yang tak bisa kau raih? Dan jika sesuatu tak
dirurunkan-Nya kepada siapa pun, hanya sebagai cobaan, bagaimana mungkin
seorang arif menyukainya dan berupaya keras meraih itu? Terbuktilah, bahwa
seluruh kebaikan dan keselamatan terletak pada menghargai keadaan yang ada.
Maka, bila kau dinaikan ke tingkat atas, sampai ke atap sitana, maka kau,
sebagaimana telah kami nyakatan, mesti sadar diri, tenang, dan baik laku. Kau
mesti berbuat lebih dari ini, sebab kau kini lebih dekat kepada sang Raja, dan
lebih dekat kepada marabahaya.
Maka, jangan menginginkan perubahan keadaan yang ada
padamu. Nah, kau tak punya pilihan dalam masalah ini, sebab hal itu mendorong
ketakbersyukuran atas rahmat-rahmat yang ada, dan cinta semacam ini menjadikan
terhina, baik di dunia maupun di akhirat. Maka berlakulah sebagaimana yang
telah kami nasihatkan kepadamu, sampai kau dikaruniai oleh Allah maqam yang
teguh, dan takkan tergoyahkan dengan segala tanda dan isyaratnya. Karena itu,
tambatkanlah padanya, dan jangan biarkan dirimu lepas darinya. (Keadaan
perubahan ruhani) adalah milik para wali, sedang maqam (peringkat ruhani)
adalah milik para badal.
RISALAH KESEMBILAN
Ia bertutur :
Kehendaknya terwujud, secara kasyf (penglihatan ruhani),
pada para wali dan badal, yang tak terjangkau nalar manusia dan kebiasaan.
Perwujudan ini terbentuk : Jalal (keagungan), dan jamal (Keindahan) Jalal
menghasilkan kegelisahan, pemahaman yang menggundahkan, dan sedemikian
menguasai hati, sehingga gejala-gejalanya tampak pada jasmani. Diriwayatkan,
Bila Rasulullah Shalat, dan hatinya terdengar gemuruh, bak air mendidih di
dalam ketel, karena intensitas ketakutan yang timbul dari penglihatan beliau
akan Kekuasaan dan Kebesaran-Nya. Diriwayatkan bahwa pilihan Allah, Nabi
Ibrahim as. Dan Umar sang Khalifah ra. Juga mengalami keadaan yang serupa.
Mengalami perwujudan keindahanIlahi merupakan
refleksi-Nya pada hati manusia yangmewujudkan nur, keagungan, kata-kata manis,
ucapan penuh kasih sayang, dan kegembiraan ata kelimpahan karunia-Nya, maqam
yang tinggi, dan keakraban dengan-Nya – yang kepada-Nya segala urusan mereka
kembali – dan atas takdir yang telah ditetapkan-Nya jauh di masa lampau. Inilah
karunia dan rahmat-Nya dan pengukuhan atas mereka di dunia ini, sampai waktu
tertentu, Ini dilakukan agar mereka tak melampaui kdar cinta yang layak dalam
keinginan mereka akan hal itu, dan karenanya, hati mereka takkan berputus asa,
kendati mereka jumpai berbagai hambatan atau bahkan terkulaikan oleh hebatnya
iabdah mereka, sampai datangnya kematian. Ia melakukan ini berdasarkan
kelembutan, kasih sayang dan kehormatan, juga untuk melatih agar hati mereka
lembut, karena Dia bijaksana, mengetahi, lembut terhadap mereka. Diriwayatkan,
bahwa Nabi saw. sering baerkata kepada Hdhrat Bilal sang muadzin; “Wahai Bilal,
gembirakanlah hati kami.” Maksud beliau, hendaklah ia serukan azan
agar beliau bisa shalat, guna merasakan perwujudan-perwujudan rahmat Ilahi,
sebagaimana telah kita bicarakan. Itulah sebabnya Nabi saw. bersabda : “Dan
mataku sejuk, bila aku shalat.”
RISALAH KESEPULUH
Ia bertutur :
Sungguh tiada suatu, kecuali Allah, sedang dirimu adalah
tandanya. Kedirian manusia bertentangan dengan Allah. Segala sesuatu patuh
kepada Allah dan milik Allah, demikian pula dengan kedirian manusia, sebagai
makhluk sekaligus, milik-Nya. Kedirian manusia itu pongah, darinya tumbuh
dambaan-dambaan palsu. Nah, jika kau menyatu dengan kebenaran, dengan
menundukkan dirimu sendiri, maka kau menjadi milik Allah dan menjadi musuh
dirimu sendiri. Allah telah berssabda kepada Nabi Daud as. : “Wahai Daud,
Aku-lah tujuan hidupmu, yang tak mungkin kau elakkan. Karenanya,
berpegang-teguhlah kepada tujuan yang satu ini, beribadah sebenar-benarnya,
sampai kau menjadi lawan keakuanmu, semata-mata karena Aku.” Maka
keakrabanmu dengan Allah, dan pengabdianmu kepada-Nya menjadi kenyataan. Lalu
kau peroleh bagianmu nan suci dan sungguh menyenangkan. Dengan demikian kau
dicintai dan terhormat, dan segala sesuatu mengabdi dan takut kepadamu, karena
semua tunduk kepada Tuhan mereka, dan selaras dengan-Nya, karena Dia adalah
Pencipta mereka, dan mereka mengabdi kepada-Nya.
Firman-Nya : “Dan, tak ada suatu pun melainkan bertasbih memuji-Nya,
tetapi kamu tak mengerti tasbih mereka.” (Qs :17:44). Maka, segala
sesuatu di alam raya ini menyadari keridhaan-Nya, dan menaati
perintah-perintah-Nya. Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman : “Lalu Ia berkata
kepadanya dan kepada bumi; Hendaklah kamu berdua datang dengan suka ataupun
terpaksa, ‘keduanya menjawab’ ‘kami datang dengan suka hati.”
)Qs.41:11), Jadi, segala pengabdian kepada-Nya terletak pada penentangan
terhadap kedirian. Allah berfirman : “Dan janganlah engkau turuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkanmu dari jalan Allah.” (Qs.38.26). Ia juga berfirman : “Hindarilah hawa
nafsumu, karena sesungguhnya tak ada suatu pun yang menentang-Ku di seluruh
kerajan-Ku, kecuali nafsu jasmani manusia.”
Suatu ketika Abu Yazid
Bustami bermimpi bertemu dengan Allah, dan bertanya kepada-Nya :
“Bagaimana cara menjumpai-Mu?” Jawabnya : “Buanglah keakuanmu, dan berpalinglah
kepada-Ku.” “Lalu” lanjut sang Sufi, “aku keluar dari diriku bagai seekor ular
keluar dari selongsong tubuhnya.” Jadi, segala kebajikan terletak pada
memerangi kedirian dalam segala hal dan segala keadaan. Karena itu, jika berada
pada kesalehan, tundukkanlah kedirian, hinga kau terbebas dari hal-hal
terlarang dan syubhat, dari pertolongan mereka, dari ketergantungan kepada
mereka, dari rasa takut terhadap mereka, atau rasa iri terhadsap milikan
duniawi mereka. Lalu, jangan mengharapkan sesuatu dari mereka, baik hadiah,
kemurahan, atau pun sedekah. Karenanya, bila kau bergaul dengan seorang kaya,
jangan mengharapkan kematiannya demi mewarisi hartanya. Maka bebaskanlah dirimu
dari ikatan makhluk, dan anggaplah mereka itu pintu gerbang yang membuka dan
menutup, atau pohon yang kadang berbuah dan kadang tidak. Ketahuilah, peristiwa
semacam itu terjadi oleh satu pelasana, dirancang oleh satu perancang, dan
Dia-lah Allah, sehingga kau beriman pada keesaan Allah.
Jangan pula melupakan upaya manusiawi, agar tak menjadi
korban keyakinan kaum fatalis (Jabariyyah), dan yakinlah bahwa tak suatu pun
terwujud, kecuali atas ijin Allah Ta’ala. Karena itu, jangan Anda puja upaya
manusiawi, karena yang demikian itu melupakan Tuhan, dan jangan berkata bahwa
tindakan-tindakan manusia berasal dari sesuatu. Bila demikian, berarti kau tak
berriman, dan termasuk ke golongan Qadiriyyah. Hendaknya kau katakan, bahwa
segala aksi makhluk adalah milik Allah, inilah pandangan yang telah diturunkan
kepada kita lewat keterangan-keterangan yang berhubungan dengan masalah pahala
dan hukuman.
Dan laksanakan perintah-perintah Allah yang berkenaan
dengan mereka (manusia), dan pisahkanlah bagianmu sendiri dari mereka dengan
perintah-Nya pula, dan jangan melampaui batas ini, karena hukum Allah itu
pasti, menentukanmu dan mereka; jangan menjadi penetu diri sendiri. Kamuajudanmu
bersama mereka merupakan takdir-Nya. Takdir-Nya merupakan “kegelapan”, maka
masuklah “kegelapan” ini dengan pelita yang sekaligus penentu, yaitu Kitab
Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasul, Jangan tinggalkan keduanya. Tapi bila di
dalam pikiranmu melintas suatu gagasan, atau kau menerima ilham, maka
tundukkanlah mereka kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul.
Bila kau dapati
larangan dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul tentang yang terlintas pada benakmu
dan yang kau terima melalui ilham, maka kau mesti menjauhi gagasan dan ilham
semacam itu. Yakinilah bahwa gagasan dan ilham itu berasal dari setan yang
terlaknat. Dan jika Kitab Allah dan Sunnah Rasul membolehkan gagasan dan
ilhammu itu – semisal pemenuhan keinginan-keinginan yang dibolehkan hukum, seperti
makan, minum, berpakaian, menikah, dan lain-lain, maka jauhilah pula gagasan
dan ilham itu, jangan menerimanya. Ketahuilah, hal itu merupakan dorongan
hewani, karenanya, tentanglah dan musuhilah hal itu.
Bila kau dapati tiadanya larangan atau pembolehan di
dalam Kitab Allah dan Sunnah Rasul, tentang yang kau terima, dan kau tak
mengerti – semisal kau diminta pergi ke tempat tertentu. Atau menemui seseorang
yang saleh, padahal memlalui karunia ilmu dan pencerahan dari Allah kepadamu,
kau tak perlu pergi ke tempat itu, atau menemui si orang saleh itu --- maka
bersabarlah, jangan dulu melakukan sesuatu, dan bertanyalah kepada dirimu
sendiri : “Benarkan ini ilham dari Allah dan mesti aku laksanakan?” Adalah
Sunnah Allah, mengulang-ulang ilham semacam itu, dan memerintahkanmu untuk
segera berupaya, atau menyibakkan isyarat semacam itu bagi para ahli hikmah –
suatu isyarat yang hanya bisa dimngerti oleh para wali yagn arif dan para badal
yang teguh. Karena itu, kau mesti tak segera berbuat, sebab kau tak tahu akibat
dan tujuan akhir urusan, juga cobaan, bahaya, dan suatu rancangan gaib
dari-Nya.
Maka bersabarlah, sampai Allah sendiri melakukannya
bagimu. Bila tindakan itu atas kehendak-Nya, dan kau diantarakan ke maqam itu,
maka bila cobaan menghadangmu, kau akan melewatinya dengan selamat, karena
Allah takkan menghukummu ata tindakan yang dikehendaki-Nya sendiri, namun Ia
menghukummu ata keterlibatan langsungmu dalam kemaujudan sautu hal.
Menaati perintah itu meliputi dua hal, Pertama, mengambil
dari sarana penghidupan duniawi sebetas keperluanmu, dan mesti menghindari
segala pemanjaan kesenangan jasmani, rampungkanlah semua tugasmu, dan ikatlah
dirimu kepada penghalauan segala dosa, yang nyata dan yang tersembunyi. Keuda :
berhubungan dengan perintah-perintah tersembunyi, yakni Allah tak menyuruh
hamba-Nya untuk mengerjakan sesuatu, dan tak pula melarangnya. Perintah seperti
ini berkaitan dengan hal-hal yang padanya tak ada hukum yang jelas; yakni
hal-hal yang tak tergolong terlarang dan tak terwajibkan, dengan kata lain “tak
jelas”, yang di dalamnya manusia diberi kebebasan penuh untuk bertindak, dan
hal ini disebut mubah. Dalam hal ini, tak boleh mengambil prakarsa, tetapi
menunggu perintah yang bertalian dengannya. Bila menerima perintah itu, ia
taati. Dengan demikian, semua gerak dan
diamnya menjadi demi Allah.
Jika ada kejelasan hukumnya, ia bertindak selaras
dengannya. Bila tak ada kejelasan hukumnya, ia bertindak atas dasar
perintah-perintah tersembunyi.
Melalui ini, ia menjadi seteguh orang memperoleh hakikat.
Bila kau telah sampai pada kebenarannya kebenaran, yang disebut pencelupan atau
peleburan (fana), berarti kau berada pada maqam badal yang patah hati demi Dia,
suatu keadaan yang dimiliki muwahhid, orang yang tercerahkan ruhaninya. Orang
arif, yang adalah amir para amir, pengawas dan pelindung umat, khalifah dan
Yang Maha Pengasih, kepercayaan-Nya (alaihimussalam). Untuk menaati perintah,
kau harus melawan kedirianmu, dan bebas dari ketergantungan kepada segala
kemampuan dan kekuatan , dan mutlak harus terhindar dari segala kemauan dan
tujuan duniawi dan ukhrawi. Dengan demikian, kau menjadi abdi Sang Raja, bukan
abdi kerjaan-Nya, bukan abdi perintah-Nya, bukan pula abdi kedirian. Kau
seperti bayi dalam asuhan alam, atau mayat yang dimandikan, atau pasien tak
sadarkan diri di hadapan sang dokter, dalam segala hal yang berada di luar
wilayah perintah dan larangan.
RISALAH SEBELAS
Ia bertutur :
Apabila timbul di dalam benakmu keinginan untuk kawin,
padahal kau fakir dan miskin, dan kau tak mampu memenuhinya, maka bersabarlah
dari-Nya, yang membuatmu berkeinginan seperti itu, atau yang mendapati
keinginan semacam itu di dalam hatimu, niscaya Ia akan menolongmu, (entah
dengan menghilangkan keinginan itu darimu) atau dengan memudahkanmu dalam
menanggung beban hidupmu itu, dengan mengaruniaimu kecukupan, mencerahkanmu dan
memudahkanmu di dunia dan akhirat. Lalu Allah akan menyebutmu sabar dan mau
bersyukur, karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya. Maka
ditingkatkan-Nya kesucian dan kekuatanmu. Dan Allah telah berjanji untuk
senantiasa menambah karunia-Nya atas orang-orang yang bersyukur, sebagaimana
firman-Nya : “Jika
kamu bersyukur, niscara akan Aku tambahkan (nikmat) bagimu. Dan jika kamu
kufur, sesungguhnya azab-Ku itu sangat pedih.” (Qs. 14:7).
Maka bersabarlah, tentanglah hawa nafsumu, dan berpegang
teguhlah pada perintah-perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Mahakuasa, dan
berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman :
“Hanya
orang-orang yang bersabarlah yang akan menerima ganjaran mereka tanpa batas.”
(Qs.39.10).
RISALAH KEDUBELAS
Ia bertutur :
Apabila Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung melimpahimu
kekayaan, dan kekayaan itu memalingkanmu dari kepatuhan kepada-Nya, niscaya Ia
memisahkanmu dari-Nya di dunia dan akhirat. Mungkin juga Ia mencabut
karunia-Nya darimu, menjadikanmu papa dan melarat, sebagai hukuman atas
kepalinganmu dari sang Pemberi, dan keterpesonaanmu akan akrunia-Nya.
Tetapi, bika kau senantiasa patuh kepada-Nya, dan tak
terpengaruh oleh kekayaan itu, Allah akan menambahkan kerunia-Nya kepadamu, dan
sedikit pun takkan menguraninya. Harta adalah abdimu, dan kau adalah abdi Sang
Raja. Karena itu, hidup di dunia ini berada di bawah kasih sayang-Nya, dan
hidup di kahirat terhormat dan abadi, bersama-sama para shiddiq, para syahid
dan para saleh.
RISALAH
KETIGABELAS
Ia bertutur :
Jangan berupaya menjarah sesuatu rahmat, dan jangan pula
berupaya menangkis datangnya sesuatu bencana. Rahmat akan datang kepadamu, jika
ia sudah ditakdirkan bagimu, baik kau suka atau pun tak suka. Bencana akan
menimpamu, jika itu takdir bagimu, entah kau suka ata tak suka, dan mencoba
menangkisnya dengan doa, atau menghadapinya dengan kesabaran dan keteguhan hati
demi mendapatkan keridhaan-Nya.
Berpasrah dalam segala hal, agar Ia bertindak melalui
dirimu, jika itu suatu rahmat, bersyukurlah. Dan jika itu suatu bencana,
bersabarlah, atau coba tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan
keridhaan-Nya..
Berpasrahlah dalam segala hal, agar Ia bertindak melalui
dirimu. Jika itu suatu rahmat, beryukurlah. Dan jika itu suatu bencana,
bersabarlah, atau coba tumbuhkanlah kesabaran dan keterikatan dengan Allah dan
keridhaan-Nya. Atau, coba rasakanlah rahmat-Nya di dalam bencana ini, atau
menyatuulah sedapat mungkin dengan-Nya lewat hal ini, lewat semua sarana
spiritual yang kau miliki. Di dalamnya, kau akan digerakkan dari satu maqam ke
maqam lain dalam perjalananmu menuju Allah, yaitu dalam upaya menaati dan
berakrab dengan perintah, sehingga kau bisa berrjumpa dengan yang Mahabesar.
Lalu, kau ditempatkan di mawam yang sebelumnya telah
dicapai oleh para shiddiq, para syahid dan para saleh. Maknanya, kau mencapai
keakraban sedemikian rupa dengan Allah, sehingga memungkinkanmu melihat maqam
orang-orang yang telah mendahuluimu menghadap Sang Raja, Penguasa Kerajaan yang
agung, dan orang-orang yang dekat dengan-Nya dan telah menerima segala
kenyamanan, kesenangan, ekamanan, kehormatan dan rahmat dari-Nya.
Biarkanlah bencana itu datang dan jangan rintangi
jalannya. Jangan menghadapinya dengan doa. Janga merasa gundah atas kedatangan dan
penghampirannya, karena panas apinya tak lebih mengerikan daripada kobaran api
Neraka.
Mengenai manusia terbaik, dan yang terbaik di atas bumi
dan di kolong langit ini, Rasulullah Muhammad saw. diriwayatkan bersabda : “Sungguh, api
neraka akan berseru kepada orang-orang beriman “Wahai Mukmin, cepatlah berlalu,
karena cahayamu mematikan nyala apiku.”
Nah, bukankah nur seorang mukmin yang mematikan nyala api
neraka itu adalah cahaya yang kita temui padanya di dunia ini dan yang
membedakan yang patuh kepada Allah dan yang kafir? Cahaya inilah yang
memadamkan kobaran bencana. Sedang kesejukan kesabaranmu dan kepatuhanmu kepada
Allah-lah yang memadamkan panas yang bakal menimpamu.
Jadi, bencana yang menimpamu bukanlah untuk
menghancurkanmu, tapi mencobaimu, mengukuhkan imanmu, menguatkan pilar-pilar
keyakinanmu, da memberimu, secara ruhani, kabar baik dari-Nya tentang
kehendak-Nya atasmu, Allah berfirman : “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian,
agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu; dan
agar Kami nyatakan hal ihwal kalian.” (Qs.47 : 31).
Nah, bila keimananmu dengan Allah terbukti dan sedemikian
sesuai dengan ketentuan-Nya – dan hal ini berkat pertolongan-Nya – maka kau
mesti selalu tetap bersabar, serasi dengan-Nya dan penuh taat kepada-Nya.
Jangan biarkan segala pelanggaran terhadap perintah dan larangan-Nya, Baik oleh
dirimu sendiri maupun oleh orang lain. Bila datang perintah-Nya, dengarkanlah
dengan saksama, dan segerala melaksanakannya. Bertindaklah, jangan diam, jangan
pasif di hadapan takdir Yang Mahakuasa, tapi curahkanlah kekuatanmu dan
berupayalah memenuhi perintah itu.
Jika kau tak mampu melaksanakan perintah itu, janganlah
membuang-membuang waktu, segeralah kembali kepada Allah. Berlindunglah
kepada-Nya, rendahkanlah dirimu di hadapan-Nya, mohonlah ampunan-Nya. Coba
carilah sebab ketakmampuanmu melaksanakan perintah-Nya dan untuk terjauhkan
dari berbangga atas kepatuhanmu kepada-Nya. Mungkin ketakmampuanmu ini
disebabkan oleh prasangka-prasangka buruk, atau oleh sikap tak layakmu dalam
kepatuhanmu kepada-Nya, atau oleh kebangganmu, atau oleh kebertumpuanmu pada
daya upayamu sendiri, atau oleh perbuatanmu sendiri menyekutukan-Nya dengan
dirimu sendiri atau dengan makhluk-Nya. Akibatnya, Ia menjauhkanmudari
pintu-Nya dan menolak kepatuhanmu kepada-Nya. Lalu Ia tutup pintu pertolongan
bagimu. Ia palingkan kemurahan wajah-Nya dari dirimu. Ia menjadi marah
kepadamu, dan menjauhkan Diri darimu. Dibiarkan-Nya kau sibuk dengan
cobaan-cobaanmu di dunia ini, dengan kedirianmu. Tak taukah kau, bahwa hal ini
membuatmu lupa akan Tuhanmu, dan menutupimu dari penglihatan-Nya, Ia yang telah
menciptakanmu, memeliharamu dan mengaruniamu sedemikian banyak nikmat. Waspadalah,
agar segala sesuatu selain Allah ini tak memisahkanmu dari-Nya. Maka, jangan
mengutamakan suatu selain Allah, Sebab Dia menciptakanmu semata-mata untuk
beribadah kepada-Nya. Maka janganlah berlaku aniaya terhadap diri sendiri,
sehingga tersibukkan oleh segala yang bukan perintah-Nya. Yang demikian itu,
menjerumuskanmu ke dalam api neraka, yang bahan bakarnya manusia dan bebatuan,
dan kau pasti menyessali, tapi penyesalanmu tiada guna, dan kau berdalih, tapi
tiada dalih yang diterima. Kau menangis minta pertolongan, tapi takkan ada
pertolongan. Kau mencoba menyenangkan Allah, tapi sia-sia. Kau minta
dikembalikan ke dunia, untuk mempersiapkan bekal dan menebus kesalahan, tapi
sia-sia.
Kasihanilah dirimu, dan gunakanlah segala sarana untuk
mengabdi kepada Tuhanmu, seperti akalmu, keimananmu, kecerahan ruhanimu dan
ilmu yang dikaruniakan kepadamu. Dan berupayalah menerangi lingkunganmu dengan
cahaya ini semua di tengah-tengah kehampan tujuan. Pegang teguhlah semua
perintah dan larangan Allah, dan lewatilah, di bawah petunjuk keduanya, jalan
menuju Tuhanmu, Ia yang telah menciptakan dan menumbuhkanmu. Jangan kufur
nikmat kepada-Nya, Ia yang telah menciptakanmu dari dbu, dan dari setets mani
dijadikan-Nya kau seorang manusia sempurna. Janganlah menghendaki yang bukan
perintah-Nya, dan jangan menganggap suatu itu buruk, bila tak tegas-tegas
diharamkan-Nya. Bila kau serasi dengan perintah-Nya, seluruh makhluk hormat
kepadamu. Bila kau menghinakan segala yang dilarang oleh Allah, maka segala
yang tak nampak lari menjauhimu, di mana pun kau berada. Allah telah berfirman
: “Wahai Bani
Adam, Aku-lah Allah, tak ada ilah (sembahan) selain Aku,Bila Kau katakan
‘Jadilah’ maka ia akan maujud. Patuhilah Aku, maka akan ku sempurnakan kamu,
sehingga bila kau berkata ‘jadilah’ ia
akan maujud.”
Wahai
bumi hormatilah orang-prang yang memuji-Ku. Dan susahkanlah orang-orang yang
memujamu.”
Maka, bila datang sesuatu yang diharamkan-Nya, berlakukan
bagai seorang yang lunglai sendi-sendi tulangnya, yang kehilangan kekuatan
jasmaninya, yang remuk hatinya, yang tak bergairah, yang terlepas dari
pesona-pesona duniawai dan dari segala nafsu hewani, bak pelataran gelap nan
tak terurus, bak gedung tak berpenghuni yang atapnya sudah jebol, yang di
dalamnya tak ada jejak-jejak kemaujudan hewani. Berlakulah bagai seorang tuli
sejak lahir, bagai orang buta sejak lahir, seakan bibirmu penuh bengkak nan ngeri, seakan lidahmu bisu dan
kasar, seakan kedua tanganmu lumpuh dan tak kuasa memegang sesuatu pun, seakan
kakimu gemetar dan penuh luka, seakan kemaluanmu lumpuh, seakan perutmu
kekenyangan, seakan akalmu gila, dan tubuhmu seakan mayat tengah diangkut ke
kubur.
Maka, kau mesti segera mendengarkan dan menunaikan semua
perintah-Nya, sebagaimana kau mesti enggan tak bergairah terhadap semua yang
diharamkan-Nya, dan berlaku bagai mayat, pasrahkanlah terhadap ketentuan-Nya. Nah,
reguklah sirup ini, ambillah obat ini, dan aturlah makanmu, agar kau terbebas
dari kedirian, sembuhkanlah dirimu dari segala penyakit dosa, dan lepaskanlah
dirimu dari belenggu nafsu, dan dengan demikian terperbaruilah ddirimu menjadi
pribadi yang ruhaninya sehat dan sempurna.
RISALAH
KEEMPATBELAS
Ia bertutur :
Wahai budak nafsu! Jangan mengklaim bagi dirimu sendiri
maqam para rabbani. Kau adalah pemuja nafsu, sedang mereka adalah penyembah
Allah. Dambaanmu adalah dunia, sedang dambaan mereka adalah akhirat. Matamu
hanya melihat dunia ini, sedang mata mereka melihat Tuhan Bumi dan langit. Kau
pecinta ciptaan, sedang mereka pecinta Allah. Hatimu terpaut pada yang ada di bumi,
sedang hati mereka terpaut pada Tuhan Arsy. Kau adalah korban segala yang kau
lihat, sedang mereka tak melihat segala yang kau lihat. Mereka hanya melihat
sang Pencipta segalanya, yang tak mungkin terlihat (oleh mata-mata ini).
Orang-orang ini meraih tujuan hidup mereka, dan keselamatan mereka terjamin,
sedang kau tetap menjadi korabn nafsu duniawi.
Orang-orang ini selaps dari ciptaan, nafsu duniawi dan
kedirian. Dengan demikian mereka
melicinkan jalan bagi penghampiran mereka kepada Tuhan Yang Mahabesar,
yang menganugerahi mereka kekuatan untuk meraih akhir kemaujudan yang baik,
kepatuhan kepada Tuhan. Inilah ridha Allah, yang dianugerahkan-Nya kepada yang
dikehendaki-Nya. Mereka jadikan taat dan pemujaan sebagai kewajiban mereka, dan
kukuh dalam keduanya dengan bantuan-Nya tanpa mengalami kesulitan. Maka
kepatuhan, dapat dikatakan, menjadi jiwa dan keseharian mereka. Akhirnya, dunia
menjadi rahmat dan menyenangkan bagi mereka, bagai surga laiknya. Sebab, bila
mereka melihat sesuatu, mereka melihat di balik sesuatu itu penciptaan-Nya.
Maka orang-orang ini memberi daya kepada bumi dan lelangit dan menyenangkan
bagi yang mati dan yang hidup. Karena Tuhan mereka telah menjadikan merek
apasak bumi. Mereka bagai gunung-gunung yang berdiri kukuh . Orang-orang ini
adalah yang terbaik di antara yang telah diciptakan dan ditebarkan-Nya di dunia
ini. Semoga kedamaian dari Allah melimpahi mereka, juga ssalam dan rahmat-Nya,
selama bumi dan lelangit maujud.
RISALAH KELIMABELAS
Ia bertutur :
Aku melihat dalam mimpi seolah aku berada di suatu tempat
seperti masjid, yang di dalamnya ada beberpa orang menjauh dari menuasi-manusia
lain. Aku berkata kepada diriku : “Jika si anu hadir di sini, tentu ia bisa
mendisiplinkan orang-orang ini, dan memberi mereka petunjuk yang benar, dan
seterusnya.” Lalu terbayang olehku seorang saleh tengah dikerumuni mereka, dan
salah seorang dari mereka bertanya : “Kenapa anda diam?” Jawabku : “Jika kalian
menjauh dari orang-orang demi kebenaran, jangan meminta sesuatu pun dengan
lidah kepada manusia. Jika kau berhenti meminta secara demikian, maka jangan
meminta sesuatu pun kepada mereka, walau di dalam benak, sebab meminta di dalam
benak sama saja dengan meminta dengan lidah. Dan ketahuilah, setiap hari Allah
selalu kuasa mengubah, mengganti, meninggikan dan merendahkan (orang-oran). Ia
naikkan derajat beberpa orang. Lalu mereka yang telah dinaikkan-Nya ke derajat
tertinggi, diancam-Nya bahwa Ia bisa menjatuhkan mereka ke derajat terendah,
diancam-Nya dengan kehinaan dan abadi, dan diberinya merreka harapan dinaikan
ke derajat tertinggi.” Kemudian aku terjaga dari mimpiku.
RISALAH
KEENAMBELAS
Ia bertutur :
Tak ada yang menjauhkanmu dari ridha dan rahmat-Nya,
kecuali ketergantunganmu kepada manusia, sarana-sarana ketrampilan, akal dan perolehan.
Manusia termasuk penghalang bagimu dalam mencari rizki yang sesuai dengan
Sunnah Rasul, semisal bekerja mencari nafkah. Selama bergantung pada manusia,
selama itu pula kau mengharapkan kesudian dan uluran tangan mereka, bahkan kau
meminta dengan beriba hati di depan pintu rumah mereka. Perbuatan seperti ini
termasuk syirik, karena kau menyekutukan Ia dengan makhluk-Nya. Setimpal dengan
(dosa besarmu) itu, kau dihukum dengan pencabutan sumber rizkimu, semisal
kehilangan pekerjaan yang halal, Bila kau campakkan ketergantungan dan
pengemisanmu kepada mereka dan berlindung kepada mata pencaharianmu, hidup
dengannya, bergantung padanya, puas dengannya, dan lupalah kamu akan ridha
Allah, maka hal ini juga termasuk syirik, malah lebih berbahaya dari yang pertama,
karena kemusyrikan semacam ini halus sekali sehingga sulit dilihat. Tentu,
Allah akan menghukummu atas kedurhakaanmu ini, dengan makin menjauhkanmu dari
ridha-Nya.
Bila telah berpaling dari kesesatan semacam itu, membuang
jauh-jauh segala kemusyrikan dari kehidupan, dan mencampakkan semua
ketergantungan dari kehidupan, dan kemampuan diri, dan yakin hanya Dia-lah
Pemberi Rizki, Pencipta segala kemudahan, Pemberi kekuatan untuk mencari
nafkah, Pemberi segala kebaikan, dan bahwa rizki sepenuhnya berada di tangan-Nya,
maka rizki itu kadang dilimpahkan-Nya kepadamu melalui orang lain, kala kau
mendapat musibah dan sedang berupaya mengatasinya. Kadang rizki itu datang
kepadamu melalui upahmu dari bekerja, kadan rizki itu datang kepadamu melalui ridha-Nya, shingga
kau tak melihat sebab dan perantaranya.
Nah, berpalinglah kepada-Nya, campakkanlah segera di
hadapan-Nya kedirian, maka diangkat-Nya tabir penghalang antara kau dan
ridha-Nya, dan dibuka-Nya pintu-pintu rizki dengan ridha-Nya seperti seorang
dokter merawat pasiennya – sebagai perlindungan-Nya atasmu, agar kau tak
menyimpang. Sungguh Ia menyayangimu dengan limpahan ridha-Nya.
Nah, bila telah diusir-Nya dari hatimu kedirian dan
kesenangan, maka tinggallah di sana kehendak-Nya semata. Lalu, bia Ia ingin memberikan
bagianmu kepadamu, yang tak mungkin lepas dari tanganmu, dan memang bukan hak
orang lain, maka ditimbulkan-Nya di dalam hatimu keinginan untuk meraih
bagianmu, dan diserahkan-Nya ke tanganmu kala kau membutuhkannya. Lalu,
diberi-Nya kau kemampuan mensyukuri nikmat tersebut. Kau akan selalu
disadarkan-Nya kepadamu sebagai bagianmu. Untuk itu; kau mesti menyadarinya dan
bersyukur kepada-Nya. Semua ini meneguhkanmu dalam menjauhi manusia, dan
mengosongkan hatimu dari segala selain Allah.
Bila hikmah ilmumu tinggi, keyakinanmu teguh, hatimu
tercerahkan, maqam derajatmu makin dekat dengan-Nya, maka kau diberi-Nya
kemampuan “melihat ke depan”, sebagai tanda kerelaanmu dan sebagai penghargaan
atas harkatmu. Ini hanyalah sebagian dari keridhaan-Nya, sebagai rahmat dan
petunjuk-Nya. Allah telah berfirman : “Dan Kami
jadikan ia (al-Kitab) itu petunjuk bagi Bani Israil. Dan kami jadikan di antara
mereka itu, pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami,
ketika mereka sabar, dn meyakini ayat-ayat kami.” (Qs. 32 :23-24). “Dan orang-orang
yang berjihad demi Kami, sungguh akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami.: (Qs.29.69). Dan, takutlah kepada Allah, niscaya Ia
mengejarimu, dan memberimu kemampuan untuk mengawasi semesta alam, dengan izin
yang jelas, yang tiada kegelapan di dalamnya, dan dengan tanda yang nyata, yang
terang benderang bagai sang surya, dan dengan tutur kata yang manis, yang lebih
menarik daripada segala apa pun, dan dengan ilham yang benar, yang tak sedikit
pun mengandung kekaburan, yang bersih dari dorongan setan dan dari rayuan iblis
yang terkutuk.
Allah berfirman :
“Wahai Baji Adam, Akulah Alla, tak sesuatu pun layak
dipuja kecuali Daku. Aku berfirman ‘jadilah’ maka ia akan maujud. Taatilah Aku,
niscaya kau akan Kubuat sedemikian rupa, sehingga jika berseru ‘jadilah’, ia
pun akan maujud.” Dan Ia telah membuat ihwal serupa ini kepada
beberapa Rasul-Nya, beberapa Wali-Nya, dan orang-orang yang sangat diridhai-Nya, di antara
hamba-hamba-Nya.
RISALAH
KETUJUHBELAS
Ia bertutur :
Bila
‘bersatu’ dengan Allah dan mencapai kedekatan dengan-Nya lewat pertolongan-Nya,
maka, makna hakiki ‘bersatu’ dengan Allah ialah berlepas diri dari makhluk dan
kedirian, dan sesuai kehendak-Nya, tanpa gerakmu, yang ada hanya kehendak-Nya.
Nah, inilah keadaan fana (peluruhan), dan dengannya itulah “manunggal” dengan
Tuhan. “Bersatu” dengan Allah tentu tak sama dengan berssatu dengan
ciptaan-Nya. Bukankah Ia telah menyatakan : “Tak ada sesuatu pun yang serupa
deng-Nya, dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (Qs.42:11).
Allah
tak terpadani oleh semua ciptaan-Nya. “Bersatu” dengan-Nya lazim dikenal oleh
mereka yang mengalami kebersatuan ini. Pengalaman mereka berlainan, dan khusus
bagi mereka sendiri.
Pada diri setiap Rasul, Nabi dan Wali Allah, terdapat
suatu rahasia yagn tak dapat diketahui oleh orang lain. Sering terjadi, seorang
murid menyimpan suatu rahasia yang tak diceritakannya kepada sang syeikh, dan
sebaliknya sang syeikh kadang merahasiakan sesuatu yang tak diketahui si murid,
kendati mungkin suluk si murid sudah mendekati ambang pintu maqam sang syeikh
sendiri. Apabila sang murid meraih maqam ruhani saang syeikh, ia terpisah dari
syeikh-nya, dan Allah-lah yang menjadi pembimbingnya. Allah memutuskan
hubungannya dengan ciptaan.
Dengan demikian sang Syeikh menjadi bagai seorang inang
pengasuh yang berhenti menyusui sang bayi setelah dua tahun. Tiada lagi baginya
hubungan dengan ciptaan, setelah lenyapnya kedirian. Sang Syeikh diperlukan,
selama si murid masih terbelenggu kedirian, yang mesti dihancurkan. Tapi,
bagitu kelemahan manusiawi ini musnah, maka pada dirinya tak ada lagi noda, dan
kerusakan, dan ia tak lagi membutuhkan sang syeikh.
Jadi, bila sudah “bersatu” dengan Allah sebagaimana yang
digambarkan di atas, kau bersih dari segala selain Allah. Tak kau lihat lagi
sesuatu pun kecuali Allah, di kala suka maupun duka, ketakutan maupun berharap,
kau hanya menjumpai Dia, Allah SWT, yang patut kau takuti, yang layak kau
mintai perlindungan-Nya. Nah, perhatikan senantiasa kehendak-Nya, dambakanlah
perintah-Nya, dan patuhlah selalu kepada-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Jangan biarkan hatimu tertambat pada salah satu ciptaan-Nya.
Pndanglah semua ciptaan bagai orang yang ditahan oleh
Raja sebuah kerajaan besar, lalu sang raja merantai leher dan kedua lengannya,
menyalinkannya pada sebatang pohon pinus yang berada di tebing sungai berarus
deras, bergelombang dan amat dalam. Sementara itu sang raja duduk di atas
singgasana yang itnggi, bersenjatakan lembing, panah dan berbagai senjata bidik
. Lalu mulailah sang raja mengarahkan dan membidikkan salah satu senjata
bidiknya kepada si tawanan. Dapatkah kita hargai orang yang melihat ini semua,
dan memalingkan penglihatannya dari sang raja, sama sekali tak takut kepada
raja itu, tak berharap kepadanaya, tak iba pada tawanan itu dan tak memohonkan
ampunan untuknya? Bukankah, menurut pertimbangan akal sehat orang semacam ini
tergolong tolol, gila, tak berbudi, dan tak manusiawi?
Nah, berlindunglah kepada Allah dari kebutaan hati,
sesudah memiliki Bashirah (mata hati) dari keterpisahan sesudah ‘bersatu’, dan
dari keterangan sesudah keakraban, dari ketersesatan sesudah memperoleh
petunjuk, dan dari kekufuran sesudah beriman.
Dunia ini bak sungai besar berarus deras. Setiap hari
airnya bertambah, dan itulah perumpamaan nafsu hewani manusia dan segala
kesenangan duniawi. Sedang anak panah dan berbagai senjata bidik, melambangkan
ujian hidup manusia. Jelaslah, unsur-unsur yang menguasai kehidupan manusia
yaitu berbagai cobaan hidup, musibah, penderitaan, dan semua upaya
mengatasinya. Bahkan semua karunia dan nikmat yang diterimanya,
dibayang-bayangi oleh berbagai musibah.
Oleh karena itu, bila seorang cerdik-cendekia budi
menyigi masalah ini terus-menerus, maka ia akan memperoleh pengetahuan tentang
hakikat, bahwa tak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat. Rasulullah
saw. besabda : “Tak
ada kehidupan selain kehidupan di akhirat.”
Ihwal semacam ini benar-benar terbukti bagi seorang
Mukmin, sesuai dengan sabda Nabi saw : “Dunia ini adalah penjara bagi seorang Mukmin dan surga
bagi seorang kafir.” Beliau juga bersabda : “Orang saleh terkekang.”
Bagaimana bisa hidup enak di dunia ini, bila diingat hal
ini? Sesungguhnya, kenyamanan hakiki terletak pada hubungan sempurna dengan
Allah SWT, penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Bila kau lakukan hal ini,
niscaya kau terbebas dari dunia ini, dan kepadamu dilimpahkan rahmat,
kebahagiaan, kebajikan, kesejahteraan, dan keridhaan-Nya.
RISALAH
KEDELAPANBELAS
Ia bertutur :
Janganlah kau mengeluh tentang sesuatu bencana yang
menimpamu kepada siapapun, baik kepada kawan maupun kepada lawan. Jangan pula
menyalahkan Tuhanmu atas semua takdir-Nya bagimu, dan atas ujian yang
ditimpakan-Nya atasmu. Berikanlah semua kebaikan yang dilimpahkan-Nya kepadamu,
dan segala puji syukurmu atas semua itu. Kedustaanmu menyatakan puji syukurmu
atas sesuatu rahmat yang sesungguhnya belum datang kepadamu, lebih baik
ketimbang cerita-ceritamu perihal kepedihan hidup. Adakah ciptaan yang sunyi
dari rahmat-Nya? Allah SWT berfirman : “Dan jika kamu
hitung nikmat-nikmat Allah, kamu tak sanggup menghitungnya.”
(Qs.14:34) Betapa banyak nikmat yang telah kau terima, dan tak kau sadari!
Janagan merasa senang dengan ciptaan, jangan menyenanginya, dan jangan
menceritakan hl ihwalmu kepada siapapun. Cintamu harus kau tujukan hanya
kepada-Nya, merasa senanglah dengan-Nya dan mngeluhlah hanya kepada-Nya.
Jangan kau lihat orang lain, karena mereka tak memberi
manfaat dan mudharat. Segala sesuatu adalah ciptaan-Nya, di tangan-Nyalah
sumber gerak atau diam mereka. Kemaujudan mereka sampai detik ini pun
semata-mata karena kehendak-Nya. Dia –lah penentu derajat mereka. Barang saiap
dimuliakan-Nya, maka takkan ada yang mampu menjadikannya hina. Dan barang siapa dihinkan-Nya, tak akan
ada yang mampu menjadikannya mulia. Jika Allah berkehendak menimpakan keburukan
untukmu, tak seorang pun sanggup mencegahnya, selain Ia sendiri. Dan Jika Ia
berniat melimpahkan kebaikan, tak seorang pun sanggup menahan turunnya
rahmat-Nya.
Nah, bila kau mebgeluh terhadap-Nya, padahal kau nikmati
rahmat-Nya, kau tamak, dan menutup mata atas yang kau miliki, maka Allah murka
kepadamu, mencabut kembali nikmat-Nya darimu. Mewujudkan segala keluhanmu,
melipatgandakan kesusahanmu, dan memperhebat hukuman, kemurkaan dan
kebencian-Nya kepadamu,. Kau menjadi terhinakan di mata-Nya.
Oleh karena itu, janganlah mengelih sedikitpun, walai
jasadmu digunting-gunting menjadi serpihan-serpihan kecil daging. Selamatkanlah
ddirimu! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah! Takutlah kepada Allah!.
Sesungguhnya, sebagian besar musibah yang menimpa anak
Adam, dikarenakan oleh keluhan-keluhan mereka terhadap-Nya. Kenapa
menyalahkan-Nya? Padahal Ia Mahapengasih, Maha Adil, Mahasabar, Mahapengasih,
Mahapenyayang, dan Yang lemah-lembut terhadap hamba-hamba-Nya, melebihi seorang
dokter yang sabar, pengasih, penyayang, ramah, yang juga kerabat si paseien.
Dapatkah kau temui sesuatu kesalahan pada diri seorang ayah atau Ibu yang
berhati mulia.
Nabi Suci saw. telah bersabda :
“Allah lebih penyayang
terhadap hamba-hamba-Nya ketimbang seorang ibu terhadap anaknya.”
Wahai yang dirundung malang! Tunjukkanlah perilaku
terbaik. Tunjukkanlah kesabaranmu bila musibah menimpamu, meski kau tak berdaya
karenanya. Bersabarlah selalu, miski kau kepayahan dalam menyerahkan diri
kepada-Nya. Bertakwalah selalu kepada-Nya. Ridha dan rindulah kepada-Nya.
Jika masih kau temui kedirianmu, bergegaslah keluar
darinya. Bila kau terhilang, dimanakah kau ‘kan didapat? Dimanakah kau?
Belumkah kau dengar firman Allah : “Diwajibkan atas
kamu berperang, sesungguhnya berperang itu sesuatu yang kamu benci. Bisa jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu, dan mungkin kamu menyukai
sesuatu, padahal ia buruk bagimu. Dan Allah Mahamengetahui, sedang kamu tak
mengetahui.” (Qs. 2.:216).
Pengetahuna ihwal hakikat segala sesuatu tercabut dari
hatimu dan tertutup dari penglihatanmu oleh tabir. Oleh karena itu, jangan
berlebih-lebihan dalam membenci ataupun mencintai sesuatu. Ikutilah segala
ketentuan syariat dalam segala keadaan. Jika kau benar-benar saleh. Setelah kau
jalani hal ini, maka ikutilah semua perintah tentang wilayat, dan teguhkanlah
selalu. Ridhalah atas ketentuan-Nya dan berdamailah dengan kehendak-Nya. Dan,
luruhlah ke dalam keadaan badal, ghauts dan shiddiq. Bertolaklah senantiasa
dari jalan nasib, jangan berdiri di tengah-tengahnya, gantilah dirimu dan
hasratmu (dengan kehendak-Nya) dan tahanlah lidahmu dari segala keluhan.
Bila hal ini telah kau jalani, maka Tuhanmu
mengaruniaimukebaikan berlimpah, kehidupan yang nyaman dan bahagia, dan
melindungimu, karena ketaatanmu kepada-Nya.
Bila di dalam diri manusia, bersarang berbagai dosa, noda
dan kesalahan, maka tak layak baginya bersama-Nya, sebelum ia bersih dari
dosa-dosa. Tak seorang pun dapat mencium ambang pintu-Nya, kecuali ia suci dari
noda ujub, sebagaimana tak seorang pun layak bersama raja, kecuali ia bersih
dari noda dan bau busuk. Nah, semua musibah tak lain adalah sarana penebus dan
pembersih diri. Nabi saw. telah bersabda : “Demam
sehari dapat menebus dosa sepaanjang tahun.”
RISALAH
KESEMBILANBELAS
Ia bertutur :
Bila kau lemah iman, bila dijanjikan kepadamu sesuatu,
janji itu dipenuhi, sehingga keimananmu tak sirna. Tapi, bila keyakinan dan
kepastian ini jadi kuat dan mantap di dalam hatimu, maka, sebagaimana firman-Nya
: “Sesungguhnya kamu pada hari ini menjadi seorang
yang berkedudukan tinggi lagi terpercaya di sisi Kami.” (Qs.12.54). dan
menjadilah kau slah seorang yang terpilih, bahkan yang terpilih dari yang
terpilih. Maka sirnalah tujuan maupun kehendak pribadimu.
Lalu, kau seolah-olah sebuah bejana, yang tak cairan pun
bisa berada di atasnya, sehingga tiada kedirian di dalam dirimu. Kau menjadi
bersih dari segala selain Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Kau menjadi
ridha kepada-Nya
Kepadamu
dijanjikan keridhaan-Nya, sehingga kau dapat menikmati dan terahmati atas semua
tindakn-Nya.
Maka kepadamu dijanjikan sesuatu bila kau puas dengan
(janji) itu, dan tanda kepuasan ada pada mu, maka kau dipindahkan-Nya ke janji
lain yang lebih tinggi. Dijadikan-Nya kau lebih terhormat, dianugerahkan-Nya
kepadamu rasa cukup diri terhadap janji. Dibuka-Nya bagimu pintu-pintu hikmah,
disingkapkan-Nya bagimu misterri Ilahiah, kebenaran hakiki, makna perubahan
janji-Nya. Dan dalam maqam barumu, kau alami peningkatan kemampuan memelihara
keadaan ruhanimu.
Lalu kepadamu dianugerahkan derajat ruhani, yang
didalamnya dipercayakan kepadamu rahasia-rahasia, dan kau alami perluasan dada,
ketercerahan hati, kefasihan lidah, derajat tinggi ilmu dan kecintaan. Maka kau
menjadi kesayangan semua makhluk baik manusia maupun jin, dan makhluk-makhluk
lainnya, di dunia dan di akhirat. Bila kau menjadi ‘pilihan’ Allah, maka orang
tunduk kepada-Nya, cinta mereka berada di dalam cinta-Nya, dan kebencian mereka
berada di dalam kebencian-Nya
Dengan ini, kau telah diantarkan-Nya ke tempat yang amatt
tinggi, dan di sana tak kau jumpai lagi kedirianmu akan segala benda.
Lalu, dibuat-Nya kau penuh hasrat terhadap sesuatu, maka
nafasmu ini dimusnahkan dan di lenyapkan, dan kau dipalingkan-Nya jauh-jauh
dari keinginan serupa itu lagi. Jadi, tak diberikan-Nya yang kau inginkan di
dunia ini, akan dilimpahkan kepdamu di akhirat kelak, sehingga menginaktkan
keakrabanmu dengan-Nya, dan menyejukkan kedua matamu di surga yang tinggi, di
dalam taman yang abadi.
Tapi selama di dunia ini kau tak berhasrat terhadap
sesuatu pun, tak berharap kepada siapa pun, tan condong kepada apa pun – karena
kau sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, dan tipuannya
menyesatkan yang mencintainya – tapi, tujuanmu adalah sang Khalik, yang telah
menciptakan, mewujudkan, menahan dan melimpahkan segala sesuatu, yang telah
membentangkan bumi dan menegakkan langit, maka kepadamu dilimpahkan segala yang
kau butuhkan di dunia ini. Tentu saja, ini semua diberikan kepadamu, setelah
kau putus asa akbiat dipalingkan dari semua hasrat duniawi, dan sesudah kau
merasa mantap akan kehidupan akhirat, sebagaimana yang telah kita bicarakan.
RISALAH KEDUAPULUH
Ia bertutur :
Nabi Suci Muhammad saw. bersabda : “Campakkanlah segala yang menimbulkan keraguan di benakmu,
tentang yang halal dan yang haram, dan ambilah segala yang tak menimbulkan
keraguan pada dirimu.”
Bila sesuatu yang meragukan berbaur dengan sesuatu yang tk meragukan, maka
ambillah jalan yang di dalamnya tiada sedikit pun keraguan. Nabi bersabda : “Dosa menciptakan
kekacaun dalam hati.” Tunggulah, bila dalam keadaan begini, perintah
batin. Bila kau diperintahkan untuk mengambilnya, maka lakukanlah sesukamu.
Jika kau dilarang, maka jauhilah dan anggplah itu sebagai tak pernah maujud,
dan berpalinglah ke pintu Allah, dan mintalah pertolongan dari Tuhanmu.
Andaikata kau merasa kehabisan kesabaran, keprasrahan dan
kefanaan, maka ingatlah bahwa Dia SWT tak butuh diingat, Dia tak lupa kepadamu
dan selainmu. Ia yang maha kuasa lagi Mahaagung memberikan rizki kepada para
kafir, munafik dan mereka yang tak mematuhi-Nya. Mungkinkah Dia lupa kepadamu,
duhai yang beriman, yang mengimani keesaan-Nya, yang senantiasa patuh
kepada-Nya dan yang teguh dalam menunaikan perintah-perintah-Nya siang dan malam.
Sabda Nabi Suci yang lain : “Campakkanlah
segala yang menimmbulkan keraguan dibenakmu, dan ambillah yang tak menimbulkan
keraguan.” Memerintahkanmu untuk melecehkan yang ada di tangan manusia,
untuk tak mengharapkan sesuatu pun dari manusia, atau untuk tak takut kepada
mereka, dan untuk menerima karunia Allah. Dan inilah yang takkan membuatmu
ragu.
Karena itu, hanya ada satu, yang kepadanya kita meminta,
satu pemberi dan satu tujuan, yaitu Tuhanmu, Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung,
yang di tangan-Nya kening pra raja dan hati manusia, yang adalah raja tubuh,
berada – yaitu bahwa hati mengendalikan tubuh – tubuh dan uang manusia adalah
milik-Nya, sedang manusia adalah agen dan kepercayaan-Nya. Bila mereka
menggerakkan tangan mereka kepadamu, hal ini atas izin, perintah dan gerak-Nya.
Begitu pula, bila karunia ditahan darimu.
Allah SWT berfirman : “Mintalah kepada Allah karunia-Nya.”
Sesungguhnya yang kau abdi selain Allah, tak memberimu sesuatu pun karena itu,
mintalah karunia kepada Allah dan abdillah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya.”
Bila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tena gAku, maka sesungguhnya Aku sangat
dekat; Aku menerima doa dan yang berdoa bila ia berdoa kepada-Ku.” “Serulah
Aku, maka Aku akan menyahutmu.” “Sesungguhnya Allah adalah Pemberi karunia,
Tuhan kekuatan,” “Sesungguhnya Allah memberika karunia kepada yang
dikehendaki-Nya tanpa batas.”
RISALAH KEDUAPULUH
SATU
Ia bertutur :
Aku melihat setan terkutuk dalam mimpi, seolah aku berada
dalam sebuah kerumunan besar, dan aku berniat membunuhnya. Lalu si setan itu
berkata kepadaku, “Kenapa kamu hendak membuhku, dan apa dosaku? Jika Allah
menentukan keburukan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi kebaikan. Jika
Allah menentukan kebaikan, maka aku tak kuasa mengubahnya menjadi keburukan.
Dan apa yang ada di tanganku?” Dan kulihat dia seperti seorang kasim, lembut
ucapannya, dagunya berjenggot, hina pandangannya dan buruk mukanya, seolah ia
tersenyum kepadaku, penuh malu dan ketakutan. Hal ini terjadi pada malam Ahad,
12 Zulhijjah 401 H.
RISALAH KEDUAPULUH
DUA
Ia bertutur :
Allah menguji hamba beriman-Nya menurut kadar imannya.
Jika iman seseorang kuat, maka cobaannya pun kuat. Cobaan seorang Rasul lebih
besar daripada cobaan seorang Nabi. Karena Iman Rasul labih tinggi daripada
iman Nabi. Cobaan Nabi lebih besar daripada cobaan Badal. Cobaan seorang badal
lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji menurut kadar iman
dan keyakinannya. Tentang ini Nabi Suci saw. bersabda : “Sesungguhnya kami, para Nabi, adalah orang yang paling
banyak diuji.”
Oleh karena itu, Allah terus menguji pemimpin-pemimpin
mulia ini, agar mereka senantiasa berada di sisi-Nya dan tak lengah sedikit
pun. Dia SWT mencintai mereka, dan mereka adalah orang-orang yang penuh cinta
dan dicintai oleh Allah, dan pencinta takkan pernah ingin menjauh dari yang
dicintainya.
Maka, cobaan-cobaan memperkukuh hati dan jiwa mereka dan
menjaganya dan kecenderungan terhadap sesuatu yang bukan tujuan hidup mereka,
dari merasa senang dan cenderung
kepada sesuatu selain Pencipta mereka.
Nah, bila hal ini merasuk ke dalam diri mereka, maka hawa nafsu mereka melebihi
kedirian mereka hancur lebur dan kebenaran menjadi terang benderang. Maka
kehendak mereka terhadap segala kesenangan hidup ini dan akhirat tertambat ddi
sudut jiwa mereka. Dan kebahagiaan mereka berlabuh pada janji Allah, keridhaan
mereka kepada takdir-Nya, dan kesabaran mereka, dalam cobaan-Nya, Maka,
selamatlah mereka dari kejahatan makhluk-Nya dan keinginan hati mereka.
Maka, hati menjadi kukuh dan mengendalikan anasir tubuh.
Sebab cobaan dan musibah memperkuat hati,
keyakinan, iman, dan kesabaran, dan melemahkan hewani dan hawa nafsu.
Sebab, bila penderitaan datang, sedang sang beriman bersabar, ridha, pasrah
kepada kehendak Allah dan bersyukur kepada-Nya, maka Allah menjadi ridha
dengannya, dan turunlah kepadanya pertolongan, karunia dan kekuatan. Allah SWT
berfirman : “Jika kau bersyukur tentu akan
Kutambahkan.”
Bila diri manusia berhasil membuat hati memperturukan
keinginan tanpa adanya perintah dan izin dari Allah, maka timbullah kelupaan
terhadap Allah, kesyirikan dan dosa. Maka Allah menimpakan kepada jiwa dan hati
noda, musibah, luka, kecemasan, kepedihan dan penyakit.
Hati dan jiwa terpengaruh oleh penderitaan ini. Namun,
bila hati tak memperdulikan panggilan ini, sebelum Allah mengizinkannya melalui
ilham, bagi wali, dan wahyu, bagi Raul dan Nabi, maka Allah menganugerahi jiwa
dan hati, kasih sayang, rahmat, kebahagiaan, kecerahan, kedekatan dengan-Nya,
keterlepasan dari kebutuhan dan bencana. Ketahui dan camkanlah hal ini.
Selamatkanlah dirimu dari cobaan dengan penuh kewaspadaan, dengan tak segera
menimpali panggilan jiwa dan keinginannya. Tapi, tunggulah dengan sabar izin
dari Allah agar kau senantiasa selamat di dunia dan di akhirat.
RISALAH KEDUAPULUH
TIGA
Pegang teguh dan ridhalah atas sedikit yang kau miliki,
hingga ketentuan nasib mencapai puncaknya, dan kau dibawa ke keadaan yang lebih
tinggi. Kau akan ditempatkan di dalamnya, dan terjaga dari kekerasan kehidupan
duniawi ini, akhirat, kekejian dan kesesatan. Kemudian kau akan dibawa kepada
yang mengenakkan matamu. Ketahuilah bahwa bagianmu
takkan lepas darimu dengan pengupayaanmu terhadapnya, sedang yang bukan bagiamu
takkan kau raih walau kau berupaya keras. Maka dari itu, bersabarlah dan
ridhalah dengan keadaanmu. Janagn mengambil atau memberikan sesuatu pun sebelum
diperintahkan.
Jangan bergerak atau diam semaumu, sebab Jika kau berlaku
begini, kau akan diuji dengan keadaan yang lebih buruk daripada keadaanmu.
Sebab, dengan kekeliruan seperti itu kau berarti berbuat aniaya terhadap diri
sendiri dan Allah mengetahui yang berbuat aniaya. Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang yang zalim
sebagai teman bagi sebagian yang lain disebabkan oleh yang mereka upayakan.”
(Qs. 6:129).
Sebab kau berada di rumah Raja, yang perintah-Nya
berdaulat, yang Mahakuat, yang tentara-Nya amat besar, yang kehendak-Nya
berdaulat, yang aturan-Nya sempurna, yang kerajaan-Nya abadi, yang
kedaulatan-Nya meneyluruh, yang pengetahuan-Nya tinggi, yang kebijakan-Nya dalam,
yang mahaasil, yang dari-Nya tak zarah pun tersembunyi, baik di bumi maupun di
langit dan tak kezaliman para zalim pun tersembunyi dari-Nya. Allah berfirman :
“Sesungguhnya Allah takkan mengampuni siapapun yang
menyukutukan-Nya, dan Ia akan mengampuni selain itu yang dikehendaki-Nya.”
(Qs.4:48).
Berupaya sekuat daya untuk senantiasa tak menyekutukan
Allah. Jangan mendekati dosa ini dan jauhilah ia dalam segala gerak dan diammu
siang dan malam, baik sendirian maupun bersama. Waspadalah terhadsap segala
bentuk dosa dalam anasir tubuhmu dan dalam hatimu. Hindarilah dosa yang tampak
atau pun yag tersembunyi. Jangan menjauh dari Allah, sebab Ia akan
menjangkaumu. Jangan bersitegang dengan-Nya atas takdir-Nya, sebab Ia akan
melumatkanmu; jangan salahkan aturan-Nya, agar kau tak dihinakan-Nya, jangan
melupakan-Nya agar kau tak dilupakan-Nya dan tak mengalami kesulitan; Jangan
mereka-reka di dalam rumah-Nya agar kau tak dibinasakan-Nya; jangan memperkatakan tentang agama-Nya dengan hawa nafsu
agar kau tak binasa, agar hatimu tak gelap, agar iman dan pengetahuanmu tak
tercabut darimu, agar kau tak dikuasai oleh kekejianmu, hewanimu, hawa nafsumu,
keluargamu, tetanggamu, sahabatmu, ciptaan termasuk kalajengking, ular serta
jin rumahmu dan makhluk-makhluk melata lainnya, sehingga dengan demikian
hidupmu di dunia ini akan gelap dan kau akan disiksa di akhirat terus menerus.
RISALAH KEDUAPULUH
EMPAT
Ia bertutur :
Jauhilah sekuat daya ketakpatuhan kepada Allah, Yang
Mahamulia lagi Mahaagung. Bertumpulah kepada Pintu-Nya dengan kebenaran.
Berupayalah sekuat daya mematuhi-Nya dengan tobat dan doa, dengan menunjukkan
kebutuhanmu atas kepatuhan dan kerendah-hatian, dengan khusuk dan menunduk,
denga tak memandang orang atau mengikuti
hewani, atau mengupayakan balasan duniawi atau ukhrowi, tak mengharapkan maqa,
yang lebih tinggi. Camkanlah bahwa kau adalah hamba-Nya, dan bahwa sang hamba
serta segala milik-Nya, dan bahwa sang hamba serta segala miliknya adalah milik
tuannya, sehingga ia tak dapat mengakui apa pun terhadapnya. Berperilaku
baiklah dan jangan salahkan Tuhanmu. Segala sesuatu ditentukan oleh-Nya. Segala
yang Ia majukan, tak satu pun dapat memundurkannya. Segala yang
dimundurkan-Nya, tak satu pun dapat memajukannya. Beginilah Allah memperlakukan
Sendiri segala keadaanmu. Ia menganugerahimu tempat tinggal nan abadi di
akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan menganugerahimu tempat
tinggal nan abadi di akhirat dan sekaligus menjadikanmu pemiliknya dan akan
menganugerahkan keapdamu karunia-karunia yang tiada mata pernah melihat, tiada
telinga pernah mendengar dan tiada hati
manusia pernah merasakan. Allah berfirman : “Tiada
jiwa pun yang tahu apa yang disembunyikan bagi mereka, yaitu yang akan
mengenakkan mata, sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.”
(Qs.32:17).
Yaitu balasan atas kepatuhan dan kepasrahan mereka kepada
Allah dalam segala hal.
Mengenainya, yang Allah telah anugerahkan hal duniawi,
menjadikannya pemiliknya, merahmatinya dan melimpahkan karunia-Nya, Ia melakukan
yang demikian ini lantaran keimanan orang ini bagai padang tandus, yang di
dalamnya tak memungkinkan air, pohon, tetumbuhan dan bebuahan mewujud. Maka Ia
tebarkan di dalamnya rabuk dan segala yang serupa itu, yang menumbuhkan
tetumbuhan dan pepohonan, dan inilah dunia dan segala isinya, untuk menjaga
segala yang telah ditumbuhkan-Nya di dalamnya, yang berupa pohon iman dan
tanaman amal. Andaikata hal-hal ini pupus darinya, maka tanah, tetumbuhan dan
pepohonan akan menjadi kering, buahnya luruh dan keseluruhan pedusunan akan
menjadi sunyi, dan Yang Mahakuasa lagi Mahaagung menghendakinya dihuni dan
ceria.
Maka pohon iman seorang kaya lemah akarnya, dan hampa
akan yang mengisi pohon imanmu. Wahai darwis, sesungguhnya kekuatan lainnya dan
kesinambungan kemaujudannya tergantung pada pemiliknya, dan tiada padanya yang
lebih disukai selain yang telah kulukiskan bagimu. Semoga Allah menganugerahi
kita daya untuk menggapai yang dicintai-Nya. Jadi, kekuatan dan kesinambungan
karunia duniawi, yang kau dapati padanya, -- andaikata semua ini tercabut
darinya, sedang pohonnya lemah, maka pohon itu akan menjadi kering dan si orang
kaya ini akan menjadi kafir, munafik dan murtad, -- jika Allah tak mengirimkan bagi orang kaya ini tentara
kesabaran, keteguhan, pengetahuan dan aneka ketercerahan ruhani, yang
memperkukuh imannya, maka ia takkan merasa kehilangan dengan lenyapnya kekayaan
dan karunia.
RISALAH KEDUAPULUH
LIMA
Ia bertutur :
Jangan berkata, wahai orang yang malang! Yang darinya
dunia dan orang-orangnya telah memalingkan muka mereka, yang hina, yang lapar
dan yang dahaga, yang telanjang, yang hatinya terpanggang, yang merambah ke
setiap sudut dunia, di setiap masjid dan tempat-tempat sunyi, yang terjauhkan
dari setipa pintu, yang terhancurkan, yang jemu dan yang kecewa dengan
segala keinginan dan kerinduan hati –
jangan berkata bahwa Allah telah membuatmu miskin, menjauhkan dunia darimu,
telah menjatuhkanmu, telah menjadi musuhmu, telah membuatmu kacau, tak
mengukuhkan jiwamu, telah menghinakanmu, dan tak mencukupimu di dunia ini,
telah menggelapimu, tak memuliakan namamu di tengah-tengah manusia, sedangkan
kepada selainmu Ia anugerahkan banyak rahmat-Nya siang dan malam, memuliakan
mereka atasmu dan keluargamu, padahal kamu sama-sama muslim dan mukmin dan nenekmoyangmu
sama-sama Hawa dan Adam, sang manusia terbaik.
Ya, Allah telah memperlakukanmu begini, sebab fitrahu
suci dan kesejukan kasih sayang Allah terus menerus melimpahimu dalam bentuk
kesabaran, kepasrahan-ikhlasan dan pengetahuan. Dan cahaya iman serta tauhid
menimpamu. Maka pohon imanmu, akarnya dan beihnya menjadi kuat, penuh dedaunan,
buah, cabang dan rantingnya merambah kemana-mana sehingga menimbulkan
keteduhan. Setiap hari kian besar sehingga tak perlu lagi pertumbuhnannya
dibantu. Yang Allah tentukan bagimu akan kau peroleh tepat pada waktunya, entah
kau suka atau tak suka. Maka dari itu, janganlah serakah terhadap yang menjadi
milikmu dan jangan cemas akannya. Jangan merasa menyesal atas yang dimaksudkan
bagi selainmu.
Yang bukan milikmu : 1) Ia akan menjadi milikmu, atau 2)
Ia akan menjadi milik orang lain. Jika ia milikmu, ia akan datang kepadamu dan
kau akan dibawa kepadanya sehingga pertemuan antara kau dan ia terjadi segera.
Sedang yang bukan milikmu, maka kau akan
dijauhkan darinya dan ia pun akan menjauh darimu, sehingga kau dan ia takkan
bertemu. Allah berfirman : “Dan jangan kamu tujukan
kedua matamu kepada yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka sebagai bunga kehidupan duniawi ini, agar Kami cobai mereka dengannya.
Dan karunia Tuhanmu lebih baik dan lebih kekal.” (Qs. 20:131).
Nah, Allah telah melarangmu memperhatikan yang bukan
hakmu. Ia telah memperingatkanmu bahwa yang selain ini adalah cobaan, yang
dengannya Ia menguji mereka dan bahwa keridhaanmu dengan bagianmu lebih baik
bagimu, lebih suci dan lebih disukai; maka jadikanlah ini sebagai jalanmu, yang
melaluinya kau akan memperoleh segala kebaikan, rahmat, kegembiraan dan
keindahan. Allah berfirman : “Tiada jiwa pun yang
tahu apa yang disembunyikan bagi mereka yaitu yang akan mengenakkan mata,
sebagai balasan atas yang telah mereka perbuat.” (Qs.32:17).
Nah, tiada kebajikan selain kelima jalan pengabdian,
penghindaran dari segala dosa, dan tiada lebih besar, lebih mulia dan lebih
disukai oleh Allah selain yang telah Kami sebutkan kepadamu. Semoga Allah
mengaruniaimu dan kami kemampuan untuk melakukan yang disukai-Nya.
RISALAH KEDUAPULUH
ENAM
Ia bertutur :
Tabir penutup dirimu takkan tersibak, selama kau belum
lepas dari ciptaan dan tak memalingkan hatimu darinya dalam segala keadaan
hidup, selama hawa nafsumu belum pupus, begitu pula maksud dan kerinduanmu,
selama kau belum lepas dari kemaujudan dunia ini dan akhirat, dan yang maujud
dalam dirimu hanyalah kehendak Tuhanmu, dan kau terisi dengan Nur Tuhanmu, dan tiada
tempat di dalam hatimu, kecuali bagi Tuhanmu, sehingga kau menjadi penjaga
pintu kalbumu, dan kau dikaruniai pedang tauhid, keagungan dan kekuatan. Maka,
segala yang kau lihat, yang mendekati pintu kalbumu dari benakmu, akan kau
pisahkan kepalanya dari bahunya, sehingga tiada tersisa bagi dirimu, dambaanmu
dan kerinduanmu akan dunia ini dan akhirat sesuatu yang berkepala, dan tiada
dunia yag diperhatikan, tiada pendapat yang diikuti, kecuali kepatuhan kepada
Allah dan penerimaan penuh ikhlas akan takdir-Nya. Bukannya peluruhan penuh
dalam takdir dan karunia-Nya. Dengan demikian, kau menjadi hamba Allah, bukan
hamba manusia atau pendapat.
Bila hal ini mengekal dalam hidupmu,
tirai-tirai hormat-diri akan menyelimuti kalbumu, parit-parit keluhuran dan daya
keagungan akan mengitarinya, dan hatimu akan dijaga oleh tentara kebenaran,
tauhid, dan pengawal-pengawal kebenaran akan di tempatkan di dekatnya, sehingga
orang tak dapat mendekatinya melalui kekejian, dambaan-dambaan hampa,
kepalsuan-kepalsuan yang timbul dalam benak-benak manusia, dan melalui
kesesatan yang tumbuh dari keinginan-keinginan.
Jika ditakdirkan bahwa orang akan datang kepadamu terus
menerus dan mereka tak mengetahui kemuliaanmu, sehingga mereka mendapatkan
cahaya yang menyilaukan, tanda-tanda yang jelas, kebijakan yang dalam, dan
melihat keajaiban-keajaiban yang terang dan kejadian-kejadian sebagai sosok
kehidupanmu, sehingga meningkatkan upaya mereka untuk mendekat kepada Allah,
untuk patuh kepada-Nya, dan untuk mengabdi kepada Tuhan mereka. Meski semua ini
terjadi, kau akan aman dari semua itu, dan kecenderungan jiwa manusiawimu
kepada keinginan, dari puji diri, kesombongan orang-orang yang datang kepadamu,
dan perhatikan mereka kepadamu.
Juga, seandainya engkau akan beristeri cantik, bertanggung
jawab atas dirinya dan atas perilakunya, maka kau akan aman dari keburukannya,
akan diselamatkan dari memikul bebannya, dan ia, bagimu, akan menjadi karunia
Allah, terahmati dan berlaku baik, bersih dari ketaktulusan, kekejian dan
penghianatan. Maka ia akan melepaskanmu dari beban perilakunya dan akan
menjauhkan darimu segala kesulitan karenanya. Seandainya ia melahirkan anak,
maka ia akan menjadi anak yang saleh dan suci, yang akan menyenangkan
pandanganmu. Allah berfirman : “Dan Kami jadikan
Isterinya patuh baginya.” (Qs. 21:90). “Ya
Tuhan kami! Karuniakanlah pada isteri-isteri kami dan keturunan kami kesenangan
mataku dan jadikanlah kami imam bagi mereka yang mencegah dari keburukan.”
(Qs: 25:74). “Dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, orang
yang Kau ridhai.” (Qs.19:6).
Maka doa-doa ini akan mewujud dan diterima, tak soal kau
menyampaikan doa-doa ini kepada Allah, sebab doa-doa itu dimaksudkan bagi
mereka yang layak begini, yang dikaruniai rahmat-rahmat ini, yang berkedudukan
begini, yang termatangkan dalam keadaan ini, dan yang kepada mereka dilimpahkan
nikmat dan kedekatan Allah.
Begitu pula, andaikata sesuatu dari dunia ini
mendatangimu, ia takkan merugikanmu. Maka yang datang kepadamu merupakan
bagianmu dari-Nya, yang tersucikan, demi kamu, oleh tindakan Allah,
kehendak-Nya dan dengan perintah-Nya ia mencapaimu. Ia akan mencapaimu dan kau
akan terpahalai, asalkan kau memperolehnya dalam kepatuhan kepada-Nya; persis
sebagaimana akan dipahalainya kamu karena menunaikan shalat dan puasa. Dan kau
akan diperintahkan, tentang yang bukan hakmu, untuk memberikannya kepada para
sahabat, tetangga dan peminta yang layak memperoleh uang zakat sesuai dengan
kebutuhan. Maka urusan-urusan akan diberikan kepadamu, sehingga kau tak mampu
membedakan antara yang layak dan yang tak layak, dan antara kabar burung dengan
pengalaman sejati. Maka urusanmu akan menjadi putih bersih, yang tiada
kegelapan dan keraguan.
Maka dari itu, bersabarlah, senantiasa bertakwalah,
perhatikanlah masa kini, tenanglah, tenanglah! Waspadalah! Selamatkanlah
dirimu! Selamatkanlah dirimu! Segeralah! Segeralah! Takwalah kepada Allah!
Takwalah kepada Allah! Tundukkanlah pandanganmu! Tundukanlah pandanganmu!
Palingkanlah matamu! Palingkanlah matamu! Berlaku baiklah! Hingga datang takdir
dan kau kami bawa ke depan.
Maka akan lenyap darimu segala yang memberatkanmu,
kemudian kau dimsukkan ke dalam samudra nikmat, kelembutan dan kasih sayang,
dan dibusanai dengan busana nur dan rahasia-rahasia Ilahiah. Lalu kau
didekatkan, diajak bicara, diberi karunia, dilepaskan dari kebutuhan,
dikukuhkan, dimuliakan dan dilimpahi kata-kata : “Sesungguhnya
kamu pada sisi Kami adalah orang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.”
(Qs.12:54).
Lalu tebaklah keadaan Yusuf dan para shiddiq ketika ia
disapa dengan kata-kata ini dari lidah Raja Mesir, Raja dari Fir’aun. Jelaslah,
itulah lidah Raja yang menyatakannya, yang adalah Allah, yang berbicara melalui
lidah pengetahuan. Kepada Yusuf dianugerahkan kerajaan bendawi, yaitu kerajaan
Mesir, juga kerajaan jiwa, yaitu kerajaan pengetahuan, ruhani, nalar, kedekatan
dengan-Nya dan kedudukan tinggi di hadapan-Nya. Allah berfirman : “Dan demikianlah Kami anugerahkan kepada Yusuf kekuasaan
atas (ia berkausa penuh) ke manapun ia suka.” (Qs.12:56).
Negeri di sini ialah Mesir. Mengenai kerajaan ruhani,
Allah berfirman : “Demikianlah, agar Kami palingkan
darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan
Kami. “ (Qs.12:24).
Mengenai kerajaan pengetahuan, Allah berfirman : “Yang demikian ini adalah sebagian dari yang diajarkan
keapdaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya aku telah meninggalkan agama orang-orang
yang tak beriman kepada Allah.” (Qs.12:37).
Bila kua disapa, wahai orang saleh, berarti kau
dianugerahi banyak pengetahuan nan agung, kekuatan, kebaikan, kewalian biasa,
dan perintah yang mempengaruhi ruhani dan yang bukan ruhani, dan teranugerahi
daya cipta, dengan izin Allah, segala yang di dunia ini, mesti akhirat belum
tiba. Di akhirat kau akan berada di tempat damai dan di surga yang tinggi.
RISALAH KEDUAPULUH
tujuh
Ia bertutur :
Anggaplah kebaikan dan keburukan sebagai dua buah dari
dua cabang sebuah pohon. Cabang yang satu menghasilkan buah yang manis, sedang
cabang yang satunya lagi, buah yang pahit. Maka dari itu, tinggalkanlah
kota-kota, nerei-negeri yang menghasilkan buah-buah pohon ini dan penduduknya.
Dekatilah pohon itu sendiri dan jagalah. Ketahuilah kedua cabang itu, kedua
buahnya, sekelilingnya, dan senanitiasa dekatlah dengan cabang yang
menghasilkan buah yang manis; maka ia akan menjadi makananmu, sumber dayamu,
dan waspadalah agar kau tak mendekati cabang yang lian, makan buahnya, dan
akhirnya rasa pahitnya membinasakanmu. Jika kau senantiasa berlaku begini, kau
akan selamat dari segala kesulitan, sebab segala kesulitan diakibatkan oleh
buah pahit ini. Bila kau jauh dari pohon ini, berkelana di berbagai negeri, dan
buah-buha ini dihadapkan kepadamu, lalu dibaurkan sedemikian rupa, sehingga tak
jelas antara yang manis dan yang pahit, dan kamu memulai memakannya, bila
tanganmu mengambil buah yang pahit, sehingga lidahmu merasakan pahitnya,
kemudian tenggorokanmu, otakmu, lubang hidungmu, sampai anasir tubuhmu, maka
kau terbinasakan. Pembuanganmu akan sisanya dari mulutmu dan pencucianmu akan
akibatnya tak dapat menghapus yang telah tertebar di sekujur tubuhmu, dan
sia-sia.
Tapi, jika kau makan buah yang manis dan rasa manisnya
menebar ke seluruh anggota tubuhmu, maka kau beruntung dan bahagia, meski hal
ini tak mencukupimu. Tentu, bila kau makan buah yang lain, kau katakan tahu
bahwa buah yang ini pahit. Maka, kau akan mengalami yang telah disebutkan
bagimu.
Maka, tak baik menjauh dari pohon itu dan tak tahu
buahnya. Keselamatan terletak pada pendekatan dengannya. Jadi kebaikan dan
keburukan berasal dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. “Allah telah menciptakanmu dan yang kau lakukan ( Qs.37.96).
Nabi saw. bersabda : “Allah
telah menciptakan penyembelih dan binatang yang disemebelih.”
Segala tindakan hamba Allah adalah ciptaann-Nya, begitu
pula buah upayanya. Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung berfirman : “Masuklah ke dalam surga disebabkan yang telah kau lakukan.”
(Qs. 16:32).
Mahaagung Dia, betapa pemurah dan penyayang Dia! Ia
berfirman bahwa masuknya mereka ke dalam surga disebabkan oleh amal-amal
mereka, sedang kemaujudan amal-amal mereka adalah berrkat pertolongan dan kasih
sayang-Nya. Nabi saw. bersabda : “Tiada seorang pun
yang msuk ke dalam surga lantaran amal-amalnya sendiri.” Ia ditanya : “Termasuk Anda, Ya Rasulalah?”, Ia berkata : “Ya, termsuk aku, jika Allah tak mengasihiku.”
Dalam berkata begini ia meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ini
diriwayatkan oleh Aisyah ra. Nah, jika kau mematuhi perintah-perintah-Nya dan
menghindari larangan-Nya, maka Dia akan melindungimu dari keburukan-Nya,
menambah kebaikan-Nya bagimu, dan akan melindungimu dari segala keburukan, yang
agamis dan duniawi. Mengenai keduniawian, Allah berfirman : “Demikianlah agar Kami palingkan darinya kemungkaran dan
kekejian; sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba pilihan Kami.” (Qs.12:24)
Dan mengenai agama, Ia berfirman : “Mengapa Allah
akan menyiksamu, jika kamu bersyukur lagi beriman.” (Qs.4:147).
Adakah bencaa yang akan menimpa orang yang beriman lagi
bersyukur? Sebab ia lebih dekat kepada keselamatan daripada bencana, sebab ia
berada dalam kelimpahan, lantaran kebersyukurannya. Allah berfirman :
“Jika kamu bersyukur, tentu
akan Kami lipatgandakan (nikmat-nikmat Kami) bagimu.” (Qs.14:7).
Dengan demikian, keimananmu akan memadamkan api neraka,
api siksaan bagi setiap pendosa. Adakah hal itu takkan memadamkan api bencana
di kehidupan ini, Ya Tuhanku? Dengan begini, segala musibah hanya akan
melepaskannya dari kekejian hawa nafsu, dari kebertumpuan pada kehendak
jasmani, dari kecintaan kepada orang, dan dari hidup bersama mereka, Maka dia
diuji, hingga segala kelemahan ini lenyap darinya, dan hatinya tersucikan oleh
ketiadaan semuanya itu, sehingga yang
tertinggal di hatinya hanyalah keesaan Tuhan dan pengetahuan tentang kebenaran,
dan menjadilah ia tempat curahan rahasia kegaiban, pengetahuan dan nur
kedekatan.Sebab ia adalah sebuah rumah yang tiada ruang bagi selainnya. Allah
berfirman :
“Allah tak menciptakan bagi
manusia dua hati.” (Qs.33.5).
“Sesungguhnya para raja, bila
mereka memasuki sebuah kota, menghancur-leburkannya, dan menghinakan
penduduknya.” (Qs.27:34).
Lalu mereka menghasilkan kemuliaan dari kebaikan mereka.
Kedaulatan atas hati berada (di awal) kekejain hawa nafsu. Anasir tubuh selalu
digerakkan oleh perintah mereka demi berbagai dosa dan kesia-siaan. Kedaulatan
ini kini pupus, anasir tubuh meredeka, rumah raja dan pelatarannya, yaitu dada,
menjdai bersih. Kini hati telah bersih, telah dihuni oleh tauhid, dan pelataran
telah menjadi arena kecerahan dari kegaiban. Semua ini adalah akibat dari
musibah, cobaan dan buahnya. Nabi saw. bersasbda :
“Kami, para Nabi, adalah yang
paling banyak di uji di antara manusia, sedang yang lain sesuai dengan
kedudukannya.”
:Aku lebih tahu tentang Allah daripada
kamu, dan lebih takwa kepada-Nya dariapda kamu.”
Siapapun yang dekat dengan raja harus semakin
berhati-hati, sebab ia berada di hadapan Sang Raja Yang Mahamelihat lagi
Mahamengetahui akan gerak-geriknya.
Nah, jika kau berkata bahwa seluruh makhluk yang terlihat
oleh Allah, adalah seperti satu orang , sehingga tiada yang tersembunyi
dari-Nya, maka apa yang baik atau pernyataan apa ini? Mesti dikatakan kepadamu,
bahwa bila kedudukan seseorang tinggi dan mulia, bahaya juga semakin besar,
sebab perlu baginya bersyukur atas karunia-Nya bagimu. Sehingga sedikit pun
penyimpang dari pengabdian kepada-Nya akan marusak kebersyukurannya dan
kepatuhannya kepada-Nya.
Allah berfirman :
“Hai isteri-isteri Nabi, brang ssiapa di
antaramu berbuat keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada
mereka.” (Qs.33:30).
Allah berfirman demikian tentang isteri-isteri ini,
karena telah disempurnakan-Nya nikmat-Nya atas mereka dengan menghubungkan mereka kepada Nabi. Bagaimana kiranya
kedudukan orang yang dekat kepada-Nya? Allah adalah Mahatinggi atas
ciptaan-Nya.
“Tiada meneyrupai-Nya dan Dia
Mahamendengar dan Mahamelihat.” (Qs. 42:11).
RISALAH KEDUAPULUH
DELAPAN
Ia bertutur :
Engkau menginginkan agar kebahagiaan dan kedamaian
terlimpahkan kepadamu, padahal kau masih berupaya membinasakan hewanimu,
harapan akan balsan di dunia ini dan di akhirat, dan hal ini masih berseemayam
dalam dirimu? Wahai yang terburu-buru Berhenti dan berjalanlah perlahan-lahan;
wahai yang berharap Pintu tertutup selama keadaan ini masih berlangsung.
Sesungguhnya beberapa sisa dari hal-hal ini masih ada padamu, dan beberapa
butir kecilnya masih bersemayam dalam dirimu, itulah kontrak kebebasan seorang
hamba sahaya; selagi masih ada se-penny pun padanya, kau tertutup dari-Nya.
Selama kau masih menghisap biji kurma dari dunia ini, dari hawa nafsu, maksud
dan kerinduanmu, dari memperhatikan sesuatu dari dunia ini, dari mengupayakan
sesuatu pun darinya, atau mencintai sesuatu keuntungan duniawi atau akhirat –
selama hal-hal ini masih bersemayam dalam dirimu, kau masih berada di pintu
peluruhan diri. Berhentilah di sini, sampai peluruhan dirimu sempurna, lalu kau
dikeluarkan dari tempat peleburan, dan kau terbusanai, terhiasi dan menjadi
harum, lalu kau dibawa kepada Raja na
agung dan berkata :
“Sesungguhnya kamu pada sisi
Kami menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercaya.”
(Qs.12:54).
Maka kau dianugerahi limpahan nikmat, dibelai dengan
rahmat-Nya, diberi minuman, didekatkan, dan diberi pengetahuan tentang yang
rahasia. Kemudian kau terbebaskan dari kebutuhan segala suatu. Tidakkah kau
lihat kepingan emas, yang beraneka ragam, yang beredar pagi dan petang, di tangan
para penjual obat, tukang jagal, penjual makanan, penyamak, tukang minyak,
pembersih dan lain-lain, baik yang bagus, rendah ataupun yang kotor? Kemudian
kepingan-kepingan ini dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat peleburan
logam, lalu kepingan-kepingan ini melelh dalam korabaran api, dikeluarkan
darinya, ditempa dan dijadikan hiasan-hiasan, diperhalus, diper-indah, dan
kemudian ditempatkan di tempat-tempat terbaik, rumah-rumah, di balik kunci,
dalam kotak-kotak, tempat-tempat gelap, atau dijadikan hiasn sebuah jembatan,
dan kadang jembatan seorang raja besar. Dengan demikian, kepinga-kepingan emas
itu berlalu dari tangan para penyamak ke hadapan para raja dan istana setelah
dilebur dan ditempa. Dengan bergini, duhai yang beriman, jika kau senantiasa
bersabar dengan karunia-Nya, dan berpsrah terhadap takdir-Nya, maka kau akan
didekatkan kepada Tuhanmu di dunia ini, dikaruniai pengetahuan tentang-Nya dan
segala pengetahuan serta rahasia, dan akan dikaruniai tempat damai di akhirat
bersama dengan para Nabi, Shiddiq, syahid dan shalih dalam kedekatan Allah,
dalam rumah-Nya, dan dekat dengan-Nya, sembari mereguk kasih sayang-Nya. Maka
dari itu, bersabarlah, jangan terburu-buru, ridhalah senantiasa dengan
takdir-Nya, dan jangan mengeluh terhadap-Nya. Jika kau lakukan yag demikian,
maka kau akan merasakan kesejukan ampunan-Nya, lezatnya pengetahuan
tentang-Nya, kelembutan dan karunia-Nya.
RISALAH KEDUAPULUH
SEMBILAN
Ia bertutur :
Nabi Suci saw. bersabda : Kemiskinan
mendekatkan kepada kekafiran.”
Hamba yang beriman kepada Allah dan memasrahkan segala
urusannya kepada-Nya, diberi kemudahan oleh Allah dan berkeyakinan teguh bahwa
apa pun yang akan datang kepadanya, akan sampai kepadanya, dan apa pun yang tak
mencapainya, takkan datang kepadanya, dan bahwa :
“Barangsiapa patuh kepada
Allah, Ia berikan baginya jalan keluar dari rizki yang tak disangka-sangkanya
dan barangsiapa bertaakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperlua)-nya.” (Qs. 65.2-3).
Ia berkata begini kala ia dalam kemudahan dan kesenangan;
lalu Allah mengujinya dengan musibah dan kemiskinan; maka ia berdoa dengan
penuh kerendahdirian; tapi Ia tak mengabulkannya. Maka sabda Nabi saw. : “Kemiskinan mendekatkan kepada kekafiran.” Berlaku.
Maka Allah bermurah kepadanya. Ia sirnakan darinya segala yang merundungya,
terus memberinya kesenangan, kelimpah-ruahan, dan daya untuk bersyukur serta
memuji Allah, hingga ia menghadap-Nya. Bila Allah ingin mengujinya, Ia kekalkan
musibah-Nya padanya dan memutuskan darinya pertolongan iman. Maka ia menunjukkan
kekafiran dengan menyalahkan dan menuduh Allah, dan dengan meragukan janji-Nya.
Sehingga ia mati dalam keadaan tak beriman kepada Allah, mengingkari
ayat-ayat-Nya, dan merasa marah kepada Tuhannya. Mengenai orang semacam ini, Nabi saw.
bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling sengsra,
pada Hari Kebangkitan, ialah orang yang telah diberi kemiskinan oleh Allah di
kehidupan ini, dan disiksa di akhirat. Kami berlindung kepada Allah dari hal
semacam ini.”
Kemiskinan yang diperbincangka ini ialah kemiskinan yang membaut manusia lupa
kepada Allah, dan karena inilah, ia berlindung kepada-Nya. Orang yang hendak
dipilih oleh Allah, yang telah dijadikan pilihan-Nya dan menggantikan para
Nabi-Nya, dan yang telah dijadikan sebagai
penghlu para wali-Nya, manusia agung dan berilmu, perantara dan
pembimbing ke arah Tuhan – kepada orang ini, I anugerahkan limpahan kesabaran,
kepatuhan dan keterleburan dalam kehendak-Nya. Kemudian Ia karuniakan kepadanya
limpahan rahmat-Nya sepanjang siang dan malam, sendiri ataupun bersama, kadang
tampak kadang tidak tampak, dan menyertai inilah berbagai kelembutan, hingga
akhir hayatnya.
RISALAH
KETIGAPULUH
Ia bertutur :
Betapa sering kau berkata, apa yag mesti keulakukan, apa
yang mesti ku gunakan (untuk mencapai tujuanku)? Tetaplah di tempatmu. Jangan
melampaui batas mu, sampai jalan keluar dikaruniakan bagimu dari-Nya yang telah
memerintahkanmu untuk tinggal di tempatmu. Allah berfirman :
“Wahai irang-irang yang
beriman, bersabarlah, senantiasa berteguhlah dan jagalah kewajibanmu terhadap
Allah.” (Qs.3:199).
Ia telah memerintahkanmu untuk bersabar, wahai
orang-orang beriman, untuk berlomba-lomba dalam kesabaran, untuk berteguh,
untuk senantiasa ingat dan untuk menjadikan
hal ini sebagai kewajibanmu. Ia kemudian memperingatkanmu terhadap
ketaksabaran, sebagaimana firman-Nya : “Jagalah
senantiasa kewajibanmu terhadap Allah.” Dan ini berkenaan dengan
pengabaian kebajikan ini. Ini berarti bahwa kau harus senantiasa bersabar.
Kebaikan dan keselamatan ada dalam kesabaran. Nabi Suci saw, bersabda :
“Kesabaran dan keimanan
serupa dengan kepala dan tubuh.”
Bagi segala suatu ada balasannya sesuai dengan kadarnya,
tetapi balasan bagi kesabaran tak terhingga. Sebagaimana Allah berfirman :
“Sesungguhnya kesabaran akan
diberi pahala yang tak terhingga.: (Qs.39:10).
Nah, jika kau jaga kewajibanmu terhadap-Nya dengan sabar,
dan memperhatikan batas-batas yang telah ditentukan oleh-Nya, maka Ia akan
membalasmu sebagaimana yang dijanjikan-Nya kepadamu dalam kitab-Nya.
“Barangsiapa menjaga kewajibannya
terhadap Allah, maka Ia akan membuatkan baginya tempat, dan memberinya rizki
yang tak diduganya.” (Qs. 65:123).
Bersabarlah dengan mereka yang berriman kepada Allah,
hingga jalan keluar terbentang bagimu, sebab Allah telah menjanjikanmu
kecukupan dalam firman-firman-Nya :
“Barangsiapa beriman kepada
Allah, maka Ia mencukupi-Nya.” (Qs.65:3).
Bersabarlah selalu dan berimanlah kepada Allah bersama
mereka yang berbuat kebajikan terhadap orang lain, sesungguhnya Allah telah
menjanjikan kepadamu balasan untuk ini, sebagaimana firman-Nya.”
“Demikianlah Kami balasi
mereka yang berbuat kebajikan teerhadap yang lain.” (Qs.6:85).
“Allah akan mencintai orang
yang berbuat kebajikan terhadap orang lain.” (Qs.3:133).
Jadi, kesabaran adalah sumber segala kebajikan dan
keselmatan di dunia ini dan di akhirat, dan melaluinya para mukmin mencapai
kepasrah-ikhlasan terhadap kehendak Allah, dan kemudian melebur dalam
tindakan-tindakan Allah, yang adalah keadaan para badal atau ghaib. Maka,
jangan sampai gagal meraih keadaan seperti ini, agar kau tak hina di dunia ini
dan di akhirat, agar kekayaan keduanya ini tak berlalu darimu.
RISALAH
KETIGAPULUH SATU
Ia bertutur :
Jika kau dapati hatimu membenci atau mencintai seseorang,
telaahlah perilakunya dengan Kitabullah dan Sunnah Nabi. Kalau perilakunya
dibenci oleh kedua pewenang ini, berbahagialah dengan keselarasan dengan Allah
dan Nabi-Nya. Jika perilakunya sesuai dengan keduanya, sedangkan kau
memusuhinya, maka ketahuilah bahwa kau adalah pengikut hawa nafsumu, berbuat
aniaya terhadapnya lantaran kebencianmu kepadanya dan menentang Allah, Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung, menetang Nabi-Nya, dan menetang kedua pewenang ini.
Maka berpalinglah kepada Allah, bertobat dan mohonlah kepadanya kecintaan
kepada orang itu dan para pilihan Allah, para wali-Nya dan para saleh,
bersesuaianlah dengan Allah dalam mencintainya.
Berlaku serupalah terhadap yang kau cintai. Yaitu,
menelaah perilakunya dengan cahaya Kitabullah dan sunnah Nabi. Jika ia ternyata
disenangi oleh kedua pewenang ini, maka cintailah dia. Tapi, jika perilakunya
tak disenangi oleh keduanya, maka bencilah ia, agar kau tak mencintai dan
membencinya karena hawa nafsumu. Allah berfirman :
“Dan jangan ikuti hawa
nafsumu, agar kau tak menyimpang dari jalan Allah.” (Qs.38:26).
RISALAH
KETIGAPULUH DUA
Ia bertutur :
Betapa sering kau berkata : “Siapa
pun yang ku cintai, cintaku kepadanya tak abadi. Perpisahan memisahkan kita,
baik melalui ketidakhadiran, kematian, permusuhan, kebinasaan, ataupun
lenyapnya kekayaan.” Tidakkah kau tahu, wahai yang beriman kepada Allah,
yang kepadanya Allah menganugerahkan karunia-karunia-Nya, yang diperhatikan
oleh Allah, yang dilindungi oleh Allah. Tidakkah kau tahu bahwa sesungguhnya
Allah cemburu. Ia telah menciptakanmu dami Diiri-Nya sendiri. Kenapa kau ingin
menjadi milik selain-Nya. Belum kau dengar firman-Nya :
“Ia mencintai mereka, mereka
pun mencintai-Nya.” (Qs. 5:54).
“Dan tak Kuciptakan jin dan
manusia, kecuali agar mereka mengabdi-Ku.” (Qs. 51:56).
Atau, belum kau dengar sabda Nabi : “Bila Allah mencintai
seorang hamba, maka Ia mengujinya; bila ia sabar, maka Ia memeliharanya.”
Ia ditanya : “Ya Rasulullah (saw), bagaimana
pemeliharaan-Nya?” Ia berkata : “Ia tak
menyisihkan baginya kekayaan atau anak.”
Karena bila ia memiliki kekayan atau anak yang
dicintainya, maka cintanya kepada Tuhannya terbagi, kemudian sirna, kemudian
terbagi antara Allah dan selain-Nya. Ia cemburu. Ia Mahakuasa atas segala
sesuatu. Lalu ia dibinasakan-Nya, untuk menguasai hati hamba-Nya demi Diri-Nya
Sendiri. Maka kebenran firman Allah berikut akan terbukti : “Ia akan mencintai mereka, dan mereka akan mencintai-Nya.”
(Qs.5:54).
Sampai akhirnya hati menjadi bersih dari segala selain
Allah dan berhala-berhala seperti isteri, anak, harta, kesenangan dan kerinduan
akan kekuasaan, kerajaan, keajaiban, keadaan ruhani, taman-taman surga, maqam
ruhani dan kedekatan dengan Allah – Tiada tujuan dan kehendak di hatinya, Maka,
hatinya akan menjadi seperti sebuah bejana berlubang, yang di dalamnya tiada
cairan pun bisa tinggal. Sebab ia, kini telh idremuk redamkan oleh tindakan
Allah dan kecemburuan-Nya. Maka, tirai-tirai keluhuran, kekuatan dan kehebatan
menyelubunginya, dan parit-parit keagungan mengitarinya.
Maka, tiada kehendak akan sesuatu maupun mendekati
hatinya. Tidak harta, anak, isteri, sahabt, keajaiban, wewenang dan daya
tafsir, mampu merusak hatinya. Karenanya, semua itu takkan membangkitkan
kecemburuan Allah, tapi akan menjadi tanda kemuliaan dari-Nya bagi hamba-Nya,
kelembutann-Nya terhadapnya, rahnat dan karunia-Nya, dan hal yang bermanfaat
bagi mereka yang menuju kepada Allah. Dengan demikian, orang-orang ini
termuliakan oleh ini dan dilindungi melalui kemuliaan dari Allah ini, yang akn
menjadi penjaga, pelindung dan perantara mereka dalam kehidupan ini dan di
akhirat.
RISALAH
KETIGAPULUH tiga
Ia bertutur :
Ada empat jenis manusia. Yang pertama, tak beribadah dan
tak berhati. Mereka adalah manusia biasa, bodoh dan hina. Mereka tak pernah
ingat kepada Allah. Tiada kebaikan dalam diri mereka. Mereka bagaikan sekan tak
berbobot. Jika Allah tak mengasihi mereka, membimbing hati mereka kepada
keimanan pada-Nya Sendiri. Waspadalah, jangan menjadi seperti mereka. Inilah
manusia-manusia sengssara dan dimurkai oleh Allah. Mereka adalah
penghuni-penghuni neraka. Kita berlindung kepada Allah dari mereka. Hiasilah
dirimu dengan ma’rifat. Jadilah guru kebenaran, pembimbing ke jalan agama,
pemimpinnya dan penyerunya. Ingat, bahwa kau mesti mendatangi mereka, mengajak
mereka kepada ketaatan kepada Allah dan memperingatkan mereka akan dosa
terrhadap Allah. Maka, kau akan menjadi pejuang di jalan Allah dan akan
dipahalai, sebagaimana para nabi dan utusan Allah. Nabi Suci saw. berkata
kepada Ali, ra. :
“Jika Allah membimbing seseorang melalui pembimbinganmu
atasnya, adalah lebih baik bagimu daripada tempat matahari terbir.”
Yang kedua, berlidah tapi tak berhati, mereka berbicara bijak, tapi
tak berbuat bijak. Mereka menyeru orang kepada Allah, tapi mereka sendiri jauh
dari-Nya. Mereka jijik terhadap noda orang lain, tapi mereka sendiri tenggelam
dalam noda. Mereka menunjukkan kepada orang lain kesalehan mereka, tapi mereka
sendiri berbuat dosa besar terhadap Allah. Bila sendirian, mereka bagai
serigala berbusaba. Inilah manusia yang tentangnya Nabi memperingatkan. Ia
bersabda :
“Hal yang paling mesti
datakuti, yang aku takuti, oleh pengikut-pengikutku, yaitu orang berilmu yang
jahat.”
Kita berlindung kepada Allah dari orang semacam itu. Maka
dari itu, menjauhlah selalu dari orang seperti itu, agar kau tak terseret oleh
manisnya lidah-nya, yang kemudian api dosanya akan membakarmu, dan kebusukan
ruhani seerta hatinya akan membinasakanmu.
Yang ketiga, berhati tapi tak berlidah, dan
beriman. Allah telah memberinya dari makhluk-Nya, menganugerahinya pengetahuan
tentang noda-noda dirinya sendiri, mencerahkan hatinya dan membuatnya sadar
akan mudharatnya berbaur dengan manusia, akan kekejian berbicara dan yang telah
yakin bahwa keselamatan ada dalam ke-diam-an serta keberadaan dalam sebuah
sudut, sebagaimana sabda Nabi saw. : Barangsiapa
senantiasa diam, maka ia memperoleh keselamtan.” Sesungguhnya pengabdian kepada
Allah terdiri atas sepuluh bagian, yang sembilan bagian ialah ke-diam-an.”
Maka, orang ini adalah wali Allah dalam hal rahassia-Nya, terlindungi, memiliki
keselamatan dan banyak pengetahuan, terahmati, bahwa kau mesti senantiasa
bersama dengan orang semacam ini, layanilah ia, cintailah ia dengan memenuhi
kebutuhan yang dirasakannya, dan berilah ia hal-hal yang menyenangkannya. Bila
kau melakukan yang demikian ini, maka Allah akan mencintaimu, memilihmu dan
memasukanmu ke dalam kelompok sahabat dan hamba saleh-Nya di sertai rahmat-Nya.
Yang keempat, ialah manusia yang diundang ke
dunia gaib, yang dibusanai kemuliaan.
“Barangsiapa mengetahui dan
bertindak berdasarkan pengetahuannya dan memberikannya kepada orang lain, maka
ia diundang ke dunia gaib dan menjadi mulia.
Orang semacam itu memiliki pengetahuan tentang Allah dan
tanda-Nya. Hatinya menjadi penyimpan pengetahuan yang langka tentang-Nya, dan
Ia menganugrahkan kepadanya rahasia-rahasia yang disembunyikan-Nya dari yang
lain. Ia memilihnya, mendekatkannya kepada-Nya Sendiri, membimbingnya,
memperluas hatinya agar bisa menerima rahasia-rahasia dan
pengetahuan-pengetahuan ini, dan menjadikannya seorang pekerja di jalan-Nya,
penyeru hamba-hamba-Nya kepada jalan kebajikan, pengingat akan siksaan
perbuatan-perbuatan keji, dan hujjatullah di tengah-tengah mereka, pemandu dan
yang terbimbing, perantara, dan yang perantaranya diterima, seorang shiddiq dan
saksi kebenaran, wakil pra nabi dan utusan Allah, yang begi mereka limpahan
rahmat Allah.
Maka, orang ini menjadi puncak umat manusia. Tiada maqam
di atas ini, kecuali maqam para Nabi. Adalah kewajibanmu untuk berhati-hati,
agar kau tak memusuhi orang semacam itu, tak menjauhinya dan tak melecehkan
ucapan-ucapannya. Sesungguhnya keselamatan terletak pada ucapan dan kebersamaan
dengan orang itu. Sedang kebinasaan dan kesesatan terletak pada selainnya;
kecuali orang yang dikaruniai oleh Allah daya dan pertolongan yang membawa
kepada kebenaran dan kasih sayang. Nah, telah ku paparkan bagimmu bahwa manusia
dibagi menjadi empat bagian. Maka, perhatikanlah dirimu sendiri jika kau punya
jiwa yang terus mata. Selamtkanlah dirimu dengan sinarnya, jika kau ingin
sekali menyelamatkannya dan mencitaninya. Semoga Allah membimbing kita kepada
yang dicintainya di dunia ini dan di akhirat@!.
RISALAH
KETIGAPULUH EMPAT
Ia bertutur :
Betapa aneh kau marah kepada Tuhanmu, menyalahkan-Nya dan
menganggp-Nya, Yang Mahakuasa lagi Maagung, tak adil, menahan rizki, tak
menjauhkan musibah. Tidakkah kau tahu bahwa setiap kejadian ada waktunya, dan setiap musibah ada
akhirnya? Keduanya tidak bisa dimajukan ataupun di tunda. Masa-masa
musibah tak berubah, sehingga datang kebahagiaan. Masa-masa kesulitan tak
berlalu, sehingga datang kemudahan. Berlaku paling baiklah, diamlah senantiasa,
bersabar, berpasrah dan ridhalah, kepada Tuhanmu. Bertobatlah kepada Allah.
Di hadapan Allah tiada tempat untuk menuntut atau
membalas dendam seseorang tanpa dosa dorongan nafsu, sebagaimana yang terjadi
dalam hubungan antar hamba-Nya. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, sepenuhnya
esa, Ia menciptakan hal-hal dan menciptakan manfaat dan mudharat. Maka, Ia
mengetahui awal, akhir dan akibat mereka. Ia, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung,
bijak dalam bertindak dan tiada keselarasan dalam tindakan-Nya. Ia tak
melakukan sesuatu pun tanpa makna. Ia tak menciptakan sesuatu pun tanpa arti
dan main-main. Adalah tak layak menisbahkan kecacatan atau kesalahan kepada
tindakan-Nya. Lebih baik menunggu kemudahan, jika kau merasakan kepudaran kepatuhanmu
terhadap-Nya, hingga tibanya takdir-Nya, sebagaimana datangnya musim panas
setelah berlalunya musim dingin, dan sebagaimana datangnya siang setelah
berlalunya malam.
Nah. Jika kau memohon tibanya cahaya siang selama kian
memekatnya malam, maka permohonanmu sia-sia. Tapi kepekatan malam kian memuncak
hingga mendekati fajar, siang datang dengan kecerahannya, entah kau kehendaki
atau tidak. Jika kau kehendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doamu
takkan dikabulkan. Sebab kau telah meminta sesuatu yang tk layak. Kau akan
dibiarkan meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tinggalkanlah semua ini,
senantiasa beriman dan patuhlah kepada Tuhanmu dan bersabarlah. Maka, segala
milikmu takkan lari darimu, dan segala yang bukan milikmu takkan kau peroleh.
Demi imanku, begitulah, mohonlah pertolongan kepada Allah, dengan mematuhi-Nya.
“Mohonlah kepada-Ku, maka akan Kuterima
permohonanmu.” (Qs. 40:60). “Mintalah kepada
Allah karunia-karunia-Nya: (Qs.4:32). Mohonlah kepada-Nya, maka Ia akan
menerima permohonanmu pada saatnya, bila dikehendaki-Nya, dan bila hal itu
bermanfaat bagimu dalam kehidupan duniawimua dan akhirat.
Jangan salahkan Ia bila Ia menagguhkan penerimaan doa,u.
Jangan jemu berdoa. Sebab, sesungguhnya jika kau tak memperoleh, kau juga tak
rugi. Jika Ia tak segera menerima doamu di kehidupan duniawi ini, maka Ia akan
menyisihkan bagimu pahala di kehidupan kelak. Nabi bersabda bahwa pada Hari
Kebangkitan hamba-hamba Allah akan mendapati dalam kitab amalannya amal-amal
yang tak dikenalinya. Lalu, kepadanya dikatakan bahwa itu adalah balasan bagi
doa-doanya di kehidupan duniawinya yang tak dikabulkan. Maka dari itu, ingatlah
selalu Tuhanmu, esakanlah Ia selalu dalam memohon sesuatu dari-Nya. Jangan
memohon kepada selain-Nya. Janagan
katakan kebutuhanmu kepada selain-Nya. Maka, setiap saat, baik siang
maupun malam, sehat atau sakit, suka atau duka, kau berada dalam keadaan :
1
Tak meminta, ridha dan pasrah kepada kehendak-Nya,
seperti jasad mati di hadapan orang yang memandikannya, atau seperti bayi di
tangan perawat, atau seperti bola polo di depan pemain polo, yang
menggulirkannya dengan tongkat polonya. Dan Allah berbuat sekehendak-Nya. Bila
hal itu adalah rahmat, rasa syukur dan puji-puji meluncur darimu, dan limpahan
rahmat datang dari-Nya, Yang Maha kuasa lagi Mahagung, sebagaimana firman-Nya :
“Sesungguhnya jika kau bersyukur, tentu akan
Kuberikan kepadamu lebih banyak lagi.” (Qs. 14.7).
Bila kau telah membantu (jalan) Allah, dengan menentang
hawa nafsumu, tak menyalahkan-Nya, menghindari ketaksenangan darimu terhadap
kehendak-Nya, menjadi musuh diri demi Allah, siap menyerangnya dengan pedang
bila ia bergerak dengan kekafiran dan kesyirikanmu dengan Tuhanmu, dengan
keridhaan terhadap kehendak dan jani-Nya, -- jika kau berlaku demikian, maka
Allah akan menjadi penolongmu. Mengeai rahmat dan kasih sayang Ia berfirman : “Berilah kabar baik kepada orang-orang yang sabar, mereka
yang bila ditimpa musibah, berkata : “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya kami kembali. Mereka adalah yang dikaruniai rahmat dan kasih sayang
Tuhan mereka, dan mereka adalah pengikut-pengikut jalan kebenaran.”
)Qs.2.156-157). Atau.
2
Memohon kepada
Allah dengan kerendah dirian, dengan mengagungkan-Nya dan patuh kepada
perintah-perintah-Nya. Ya, berdoalah kepada Allah, hal itu adalah layak, sebab
Ia sendirilah yang memerintahkanmu untuk memohon kepada-Nya, berpaling
kepada-Nya, telah membuat hal itu sebagai sarana kesenanganmu, semacam utusan
darimu kepada-Nya, sarana penghubung dengan-Nya, dan sarana pendekatan kepada-Nya,
asalkan, tentu saja, kau tak menyalahkan-Nya, marah kepada-Nya, karena
ditangguhkan-Nya penerimaan doamu. Nah, perhatikanlah perbedaan antara kedua
keadaan ini. Jangan berada di luar keduanya, sebab tiada keadaan selain
keduanya. Berhati-hatilah agar kau tak berbuat aniaya, yang melanggar batas.
Sehingga Ia akan membinasakanmu dan Ia takkan memperhatikanmu, sebagaimana
dibinasakan-Nya orang-orang yang telah berlalu di dunia ini, dengan menambah
bencana-bencana-Nya, dan di akhirat, dengan siksa yang amat pedih. Mahabesar
Allah! Wahai yang tahu keadaanku! Kepada-Mu-lah aku beriman.
RISALAH
KETIGAPULUH LIMA
Ia bertutur :
Berpantang dari segala yang haram adalah wajib bagimu,
kalau tidak, maka tali kehancuran akan menjeratmu. Kau takkan lepas darinya,
kecuali dengan kasih sayang-Nya. Nabi Suci saw. bersabda bahwa asas agama
adalah keberpantangan dari segala yang haram, sedang kebinasaannya adalah
kerakusan. Umar ibn Khaththab as..pernah berkata :
“Kami biasa berpantang dari
sembilan per sepuluh dari hal-hal yang halal, sebab kami khawatir kalau-kalau
kami jatuh ke dalam hal-hal yang haram.”
Abubakar as, pernah berkata :
“Kami biasa menghindari
tujupuluh pintu dari hal-hal yang halal, karena kami khawatir akan keterlibatan
dalam dosa.”
Pribadi-pribadi ini berlaku demikian hanya untuk menjauh
dari segala yang haram. Mereka bertindak berdasarkan sabda Nabi, saw., :
“Ingatlah! Sesungguhnya setiap raja memiliki sebuah padang rumput
yang terjaga. Sedang padang rumput Allah ialah hal-hal yang dilarang-Nya.”
Maka, orang berada id sekitar padang itu, bisa
memasukinya. Namun, orang yang memasuki benteng raja, melewati gerbang pertama,
kedua dan ketiga, hingga sampai singgasana, adalah lebih baik ketimbang orang
yang berada di depan pintu pertama. Maka, bla pitu ketiga dditutup baginya,
hal itu takkan merugikannya, sebab ia
tetap berada di balik dua pintu istana, dan ia memiliki milikan raja, dan
tenntaranya dekat dengannya. Tapi, bagi orang yang berada di pintu pertama,
jika pintu ini tertutup baginya, maka ia tetap sendirian di padang terbuka,
bisa-bisa diterkam serigala dan musuh, bisa-bisa ia binasa. Begitu pula, orang
yang menunaikan perintah-perintah Allah akan dijauhkan darinya pertolongan daya
dan keleluasan, dan ia akan terbebas dari kedua hal ini. Dan ia tetap berada di
dalam hukum. Bila kematian merenggutnya, maka ia berada dalam kepatuhan dan
pengabdian. Dan amal bajiknya akan menjadi saksi baginya.
Orang yang diberi kemudahan, sedang ia tak menunaikan kewajiban-kewajibannya,
jika kemudahan itu tercabut darinya dan ia terputus dari pertolongan-Nya, maka
hawa nafsu akan menguasainya, dan ia akan tenggelam dalam hal-hal yang haram,
keluar dari hukum, bersama dengan para setan, yang adalah musuh-musuh Allah,
dan akan menyimpang dari jalan kebenaran, Maka, jika kematin merenggutnya,
sedang ia belum bertobat, maka ia akan binasa, jika Allah tak mengasihinya.
Jadi, bahaya terletak pada keterlengahan, sedang keselamatan terletak pada
pemenuhan kewajiban.
RISALAH
KETIGAPULUH ENAM
Ia betutur :
Jadilakanlah kehdiupan setelha matimu sebagai modal dan
kehidupan duniawimu sebagai keuntungan. Jika masih ada waktu lebih, habiskanlah
demi kehidupan duniawimu, yakni dengan mencari nafkah . Jangan kau buat
kehidupan duniawimu sebgai modalmu, dan kehidupan setelah matimu sebagai
keuntunganmu, dan sisa waktumu kau habiskan untuk memperoleh kehidupan setelah
mati dan memenuhi kewajiban shalat lima waktu. Kau diperintahkan untuk
mengendalikan kedirianmu, agar ia mematuhi Tuhannya. Tetapi kau bertindak tak
layak terhadapnya, dengan menuruti dorongan-dorongannya dan kau serahkan
kendalinya kepadanya, kau ikuti keinginan-keinginan rendahnya, kau bersekutu
dengan iblis dan nafsunya, sehingga kau tak memiliki yang terbaik dari
kehidupan ini dan kelak, sehingga kau memasuki Hari Pengadilan sebagai orang
paling miskin kebajikan, dan tak memperoleh, dengan mengikutinya, sebagian
besar bagianmu dalam kehidupan duniawi ini. Tapi, jika kau melalui jalur
akhirat dengannya, dan menggunakannya sebagai modalmu, maka kau akan memperoleh
kehidupan duniawi dan ukhrowi. Sedang bagian duniawimu akan kau terima dengan
segala kenikmatannya, dan kau akan terhormat. Nabi bersabda :
“Sesungguhnya Allah
menyelamatkan di dunia ini demi akhirat, sedang keselamatan akhirat tak
dimaksudkan demi kehidupan duniawi ini.”
Nah. Begitulah. Dan niat untuk akhirat ialah kepatuhan
kepada Allah. Sebab niat merupakan ruh pengabdian
dan kemaujudannya. Bila kau mematuhi Allah dengan berpantang di dunia
ini, dan dengan mengupayakan tempat di akhirat, maka kau menjadi pilihan Allah,
dan kehidupan akhirat akan kau peroleh, yaitu surga dan kedekatan dengan-Nya.
Maka, dunia akan mengabdi kepadamu, dan bagianmu darinya akan sepenuhnya kau
peroleh, sebab segala sesuatu patuh pada penciptanya, yaitu Tuhannya. Bila kau
diliputi kehdipan duniawi dan berpaling dari akhirat, maka Allah akan murka
kepadamu, kau akan kehilangan akhirat, dunia takkan petuh kepadamu, dan akan
menghalangi datangnya bagianmu, karena murka Allah kepadamu, sebab ia adalah
milik-Nya. Nabi bersabda :
“Dunia dan akhirat adalah
ibarat dua isteri, jika kau menyenangkan yang satu, maka yang lain akan marah
kepadamu.”
Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, berfirman :
“Sesungguhnya sebagian darimu
menyukai kehidupan duniawi ini, dan sebagiannya lagi mencintai akhirat.”
(Qs.2:151)
Kesemuanya ini
disebut anak-anak dunia dan anak-anak akhirat. Nah, anak siapakah kau.
Bila kau berada di kehidupan lain, akan kau lihat satu kelompok di surga dan
satu kelompok di neraka. Maka sebagian orang senantiasa berada di tempatnya,
pada satu hari yang , kata Allah, sama dengan lima belas ribu tahun. Sedang
sebagian yang lain berada di meja makan yang di atasnya makanan, bebuahan dan
madu yang lebih putih, yang sangat lezat, daripada es, sebagaimana diriwayatkan
dalam sebuah hadits :
“Mereka akan melihat tempat
mereka di surga, sampai Allah selesai meminta pertanggungjwaban manusia, dan
mereka akan memasuki surga sebagaimana mereka memasuki rumah mereka di dunia
ini.”
Mereka meraih hal ini karena telah mencampakkan dunia dan
berupaya mencapai akhirat dan Tuhannya. Sedang mereka yang tenggelam berbagai
kesulitan dan kehinaan disebabkan tenggelamnya mereka dalam hal-hal duniawi,
dan pengabaian mereka akan akhirat. Hari Pengadilan dan yang akan terjadi pada
mereka kelak sebagaimana disebutkan dalam kitabullah dan Sunnah Nabi. Maka
pandanglah dirimu dengan pandangan penuh kasih sayang. Pilihkanlah baginya yang
lebih baik di antara kedua kelompok ini dan jauhkanlah ia dari kekejian,
pembangkangan dan jin. Jadikanlah Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya sebagai
pembimbingmu, renungkanlah dua pewenang ini, berlakulah dengan keduanya, dan
jangan terkecoh oleh perkataan kosong dan keberlebihan. Allah berrfirman :
“Segala yang dibawa oleh Nabi
Kepadamu, terimalah, dan segala yang dilarangnya, jauhilah dan bertakwalah
kepada Allah.” (Qs.48.7).
“Dan mereka mengada-adakan
ruhbaniyah (kepaderian) padahal Kami tak
mewajibkan kepada mereka.” (Qs. 57:27).
“Dan tiadalah yang
diucapkannya itu menurut hawa nafsunya, dan ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan.” (Qs.53”3-4).
Maknanya : “Segala yang ia
sampaikan kepadamu berasal dari-Ku, bukan dari kediriannya, maka ikutilah.”
“Jika kau mencintai Allah,
ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu.” (Qs.3:30).
Jelaslah, bahwa jalur cinta ialah mengikuti kata dan perilakunya.
Nabi Suci saw. bersabda : “Berupaya adalah jalanku
dan beriman kepada Allah adalah keadaanku.”
Maka, kau berada di antara upaya dan keadaannya. Jika
imanmu lemah, kau mesti berupaya, dan jika imanmu teguh, kau mesti menggunakan
keadaanmu, yang adalah kebergantungan kepada-Nya. Allah Yang Mahakuasa lagai
Mahaagung berfirman :
“Dan kepada Allah-lah kau
mesti berharap.”
“Barang siapa beriman kepada
Allah, maka Ia mencukupinya.” (Qs.65.3).
“Sesungguhnya Allah mencintai
mereka yang beriman kepada-Nya.” (Qs.3:158).
Nah, Ia memerintahkanmu untuk senantiasa berimman
kepada-Nya, sebagaimana Nabi juga diperintahkan. Nabi saw, bersabda :
“Barangsiapa berbuat sesuatu
yang tak kami perintahkan, maka perbuatannya itu tertolak.”
Hal ini meliputi kehidupan, kata dan perilaku. Hanya
Nabilah yang dapat kita ikuti, dan hanya berdasarkan Qur’an-lah kita berbuat.
Maka, jangan menyimpang dari keduanya ini, agar kau tak binasa, dan agar hawa
nafsu serta setan tak menyesatkanmu.
“Jangan ikuti hawa nafsu,
karena ia akan memalingkanmu dari jalan Allah.” (Qs.38:26).
Adapun keselamatan terletak pada Kitabullah dan sunnah
Nabi. Sedang kebinasaan terletak di luar keduanya, dan dengan pertolongan
keduanya ini, hamba Allah mencapai keadaan wali, badal dan ghauts.
RISALAH KETIGAPULUH
TUJUH
Ia bertutur :
Wahai orang-orang yang berriman, kenapa kau iri terhadap
tetanggamu yang hidup senang, yang memperoleh rahmat-rahmat radi Tuhannya?
Tidakkah kau tahu bahwa yang demikian ini melemahkan imanmu, mencampakkanmu di
hadapan Tuhanmu dan membuatmu dibenci oleh-Nya? Sudahkah kau dengar sabda Nabi
bahwa Allah berfirman : “Seorang yang iri hati
adalah musuh rahmat kami?”
Belumlah kau dengar sabda Nabi : “Sesungguhnya, keiri-hatian melahap habis kebajikan, sebagaimana api
melahap habis bahan bakar.”?
Lantas, kenapa kau iri terhadapnya. Duhai orang yang
malang? Baginyakah atau bagimu? Nah, jika kau iri terhadapnya, lantaran karunia
Allah baginya, maka berarti kau tak selaras dengan firman-Nya :
“Kami karuniakan di antara
mereka rizki mereka di kehidupan duniawi ini.” (Qs. 43:32).
Berarti kau benar-benar zalim terhadap orang ini, yang
menikmati karunia Tuhannya, yang khusus Diakaruniakan kepadanya, yang telah
dijadikan-Nya sebagai bagiannya dan yang
tidak diberikan-Nya sedikit pun dari bagian itu kepada orang lain. Nah,
siapakah yang lebih zalim, serakah dan bodoh selainmu? Allah bebas dari
kecacatan seperti itu. Firman-Nya :
“Firman Kami takkan berubah,
dan Kami tak menzalimi hamba-hamba kami.: (Qs.1:29).
Sesungguhnya Allah takkan mencabut darimu segala yang
telah ditentukan-Nya bagimmu dan takkan memberikannya kepada selainmu. Maka,
lebih baik bagimu iri terhadap bumi yag menyimpan aneka harta kekayaan, seperti
emas, perak dan batu-batu mulia, yang telah dipendam oleh raja-raja terdahulu,
seperti ‘Ad, Tsamud, para raja serta kaisar Persia dan Romawi --- daripada iri
terhadap saudaramu.
Hal ini seperti seorang yang melihat seorang raja yang
memiliki kekuasaan, tentara, kehormatan dan kerajaan, yang menguasai
negeri-negeri, memungut pajak, memeras mereka demi keuntungan pribadi dan
menikmati aneka kesenangan, tapi tak iri terhadap raja ini, sedang terhadap
seekor anjing buas yang tunduk kepada salah seekor anjing raja itu, yang
bersamanya siang dan malam, dan diberi sisa-sisa makanan dari dapur kerajaan,
dn hidup dengannya : orang ini mulai iri terhadap anjing ini, memusuhinya,
menghendaki kematiannya, dan ingin menggantikan kedudukannya sepeninggalnya,
tanpa merasa enggan terhadap dunia, atau membina sikap agamis dan ridha dengan
nasibnya. Adakah manusia, di sepanjang msa, yang lebih bodoh daripada orang
ini?
Maka, ketahuilah. Duhai orang yang malang! Apa yang mesti
dihadapi olh tetanggamu kelak pada Hari Kebangkitan, jika ia tak memathui
Allah, padahal ia menikmati karunia-karunia-Nya dan tak memanfaatkan
karunia-karunia itu untuk mengabdi kepada-Nya?
Belumlah kau dengar keterangan ini :
“Sesungguhnya akan ada
kelompok-kelompok orang yang menghendaki, pada Hari kebangkitan, agar daging
mereka dipisahkan dari tubuh merreka dengan gunting, karena mereka melihat
pahala bagi penderita-penderita kesulitan.”
Maka tetanggamu akan menginginkan, pada Hari Kebangkitan,
kedudukanmu di dunia ini, karena pertanggungjawabannya, kesulitan-kesulitannya,
keberdiriannya selama lima puluh ribu tahun di terik matahari masa itu, atas
kenikmatan hidup duniawi yang telah direguknya. Sedang kau akan selamat dari
hal ini di bawah naungan Arsy Allah, sembari makan, munim, bersenang-senang
karena kesabaranmu dengan perintah Tuhanmu. Semoga Allah menjadikanmu orang
yang ssabar dalam menghadapi musibah, bersyukur atas rahmat-Nya, dan
memasrahkan segala urusannya kepada Tuhan bumi dan langit.
RISALAH
KETIGAPULUH DELAPAN
Ia bertutur :
Barangsiapa menunaikan perintah Tuhannya dengan ikhlas
dan sungguh-sunggih, berarti ia mencampakkan segala selain-Nya siangdan malam.
Wahai manusia, jangan mengklaim segala yang tak kau miliki. Esakanlah Allah,
jangan sekutukan Dia dengan sesuatu pun, dan jadikanlah dirimu sasaran
kehendak-Nya, yang takkan mematikanmu, tapi melukaimu.
Dan siap pun yang memfanakan diri demi Allah, maka ia
akan memperoleh ganti dari-Nya.
RISALAH
KETIGAPULUH SEMBILAN
Ia bertutur :
Melakukan sesuatu karena nafsu, bukan karena perintah
Allah, berarti menyimpang dari kewajiban dan menentang kebenaran. Melakukan
sesuatu, bukan karena nafsu, berarti selras dengan kebenaran, sedang
mencampakkannya, berarti kemunafikan.
RISALAH
KEEMPATPULUH
Ia bertutur :
Jangan berharap menjadi saleh, jika kau belum menjadi
musuh kedirianmu, dan benar-benar terlepas dari semua organ tubuhmu, dan
terlepas dari semua hubungan dengan kemaujudanmu, dengan gerak-gerikmu dan
kediamanmu, dengan pendengaranmu dan penglihatanmu, dengan pembicaraanmu dan
diammu, dengan upaya, tindakan dan pemikiranmu, dan dengan segala yang berasal
darimu, sebelum kemaujudan ruhanimu mewujud dalam dirimu. Dan semua itu akan
kau dapat setelah kemaujudan ruhani bersemayam di dalam dirimu, sebab ini
menjadi tabir antara kau dan Tuhanmu. Bila kau menjadi seorang yang suci
jiwanya, bersahaja, rahasia dari segala rahasia dan yang gaib dari segala yang
gaib, maka kau benar-benar berbeda dengan segala yang rahasia, dan mengakui
segala sesuatu sebagai musuh, penghalang dan kegelapan, sebagaimana Ibrahim as.
Berkata :
“Sesungguhnya mereka adalah
musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs. 26”77).
Dia berkata begini terhadap berhala-berhala. Maka
pandanglah segala kemaujudanmu sebagai berhala, begitu pula ciptaan lainnya,
jangan mematuhi mereka dan jangan mengikuti mereka. Maka kau akan dikaruniai
hikmah. Ma;rifat, daya cipta dan keajaiban, seperti yang dimiliki para beriman
di surga.
Keberadaanmu dalam kondisi begini bak terbangkitkan dari
kematian di akhirat. Menjadilah kau perwujudan kusa Allah, kau mendengar
melalui-Nya, melihat melalui-Nya, berbicara melalui-Nya, diam melalui-Nya,
berjalan melalui-Nya, megerti melalui-Nya, senang dan damai melalui-Nya. Dengan
demikian. Kau akan tuli terhadap segala sesuatu selain-Nya; sehingga kau tak
mendapati kemaujudan selain-Nya, sehingga kau mengetahui hukum dan selaras
dengan kewajiban dan larangan. Maka bila sesuatu kekeliruan ada padamu,
ketahuilah bahwa kau sedang diuji, digoda dan dipermainkan oleh setan-setan.
Maka kembalilah kepada hukum dan pegang teguhlah ia, dan jagalah dirimu agar
senantiasa bersih dari keinginan-keinginan rendah, sebab segala yang tak
dikukuhkan oleh hukum adalah kekafiran.
RISALAH
KEEMPATPULUH satu
Ia bertutur :
Akan kami paparkan bagimu sebuah misal tentang
kelimpahan, dan kami berkata : “Tidakkah kau lihat seorang raja yang menjadikan
seorang biasa sebagai gubernur kota tertentu, memberinya busana kehormatan,
bendera, panji-panji dan tentara, sehingga ia merasa aman, mulai yakin bahwa
hal itu akan kekal, bangga dengannya, dan lupa akan keadaan sebelumnya. Ia
terseret oleh kebanggaan, kesombongan, dan kesia-siaan. Maka, datanglah
perintah pemecatan dari raja. Dan sang raja meminta penjelasan atas
kejahatan-kejahatan yang telh dilakukannya dan pelanggarannya atas perintah dan
larangannya. Lalu sang raja memenjarakannya di dalam sebuah penjara yang sempit
dan gelap serta memperlama pemenjaraanya, dn orang itu terus menderita,
terhinakan dan sengsara, akibar ketakaburan dan kesia-siannya, dirinya hancur,
api kehendaknya padam, dan semua ini terjadi di depan mata sang raja dn
diketahuinya. Setelah itu ia menjadi kasihan terhadap orang itu, dan
memerintahkan agar ia dibebaskan dari penjara, disertai kelembutan terhadapnya,
dianugerahkan kembali busana kehormatan, dan dijadikannya kembali ia sebagai
gubernur. Ia menganugerahkan semua ini kepada orang itu sebagai karunia
Cuma-Cuma. Kemudain ia menjadi teguh, bersih, berkecukupan dan terahmati.
Beginilah keadaan seorang beriman yang didekatkan dan
dipilih-Nya. Ia bukakan di hadapan mata hatinya pintu-pintu kasih sayang,
kemurahan dan pahala. Maka, ia melihat dengan hatinya yang mata tak pernah
melihat, yang telinga tek pernah mendengar, yang hati manusia tak tahu akan
hal-hal gaib dari kerajaan lelangit dan bumi, akan kedekatan dengan-Nya, akan
kata manis, janji menyenangkan, limpahan kasih sayang, akan diterimanya doa dan
kebajikan, dan akan dipenuhinya janji serta kata-kata bijak bagi hatinya, yang
menyatakan sendiri melalui lidahnya, dan dengan semua ini Ia sempurnakan bagi
orang ini karunia-karunia-Nya pada tubuhnya, berupa makanan, minuman, busana,
isteri yang halal, hal-hal lain yang halal dan pemerhatian terhadap hukum dan
tindakan pengabdian. Lalu, Allah memelihara keadaan ini bagi hamba beriman-Nya
yang didekatkan kepada-Nya sampai sang hamba merasa aman di dalamnya, terkecoh
olehnya dan percaya bahwa hal itu kekal. Maka, Allah membukakan baginya
pintu-pintu musibah, aneka kesulitan hidup, meilikna, isteri, anak, dan mencbut
darinya segala karunia, yang telah dilimpahkan-Nya kepadanya sebelumini,
sehingga ia terkulai, hancur, dan terputus dari masyarakatnya.
Bila ia melihat keadaan-keadaan lahiriahnya, maka ia
melihat hal-hal yang buruk baginya. Bia ia melihat hati dan jiwanya, maka ia
melihat hal-hal yang menyedihkannya. Jika ia memohon kepada Allah untuk
menjauhkan kesulitannya, maka permohonannya itu tak diterima. Jika ia memohon
janji baik, ia tak segera
mendapatkannya. Jika ia berjanji, ia tak tahu tentang pemenuhannya. Bila ia
bermimppi, ia tak bisa menafsirkannya dan tak tahu tentang kebenarannya.Bila ia
bermaksud dkembali kepada manusia, ia tak mendapatkan sarana untuk itu. Bila
ada sesuatu pilihan baginya dan ia bertindak berdasarkan pilihan itu, maka ia
segera tersiksa, tangan-tangan orang memegang tubuhnya, dan lidah-lidah mereka
menyerang kehormatannya. Bila ia hendak melepaskan dirinya dari keadaan ini, dan
kembali kepada keadaan sebelumnya, ia gagal. Bila ia memohon agar dikaruniai
pengabdian, ketercerahan dan kebahagiaan di tengah-tengah musibah yang
dialaminya, permohonanya itu pun tak diterima.
Maka, dirinya mulai meleleh, hawa nafsunya mulai sirna, maksud-maksud
serta kerinduan-kerinduannya mulai pupus, dan kemaujudan segala sesuatu menjadi
tiada. Keadaannya ini diperpanjang dan kian hebat, hingga sang hamba berlalu
dari sifat-sifat manusia. Tinggalah ia sebagai ruh. Ia mendengar panggilan jiwa
kepadanya :
“Hantamkanlah kakimu, inilah
air yang sejuk untuk mandi dan minum.” (Qs.38:42).
Sebagaimana panggilan kepada Nabi Ayub as. Lalu Allah
mengalirkan samudra kasih sayang dan kelembutan-Nya ke dalam hatinya,
menggelorakannya dengan kebahagiaan, aroma harum pengetahuan tentang hakikat
dan ketinggian pengetahuan-Nya, membukakan baginya pinti-pintu nikmat dalam
segala keadaan hidup, membuat orang memberi dan memujinya, membuat para raja
mengabdi kepadanya, menyempurnakan baginya nikmat-nikmat-Nya lahiriah dan
ruhaniah, menyempurnakan lahiriahnya melaui makhluk dan rahmat-rahmat lain-Nya,
menyempurnakan ruhaniah dengan kelembutan dan karunia-Nya, dan membuat keadaan
ini berkesinambungan baginya, hingga ia menghadap-Nya. Kemudian ia memasukannya
ke dalam yang mata tak mernah melihat, yang ditelinga tak pernah mendengar dan
yang tak pernah tersirat dalam hati
manusia, sebagaimana firmannya :
“Tiada jiwa yang tahu yang
disembunyikan bagi mereka, yang akan mengenakan mata mereka, balasan bagi yang
telah mereka perbuat.” (Qs. 32:17).
RISALAH
KEEMPATPULUH dua
Ia bertutur :
Keadaaan ruhani manusia itu; bahagia dan duka. Bila duka,
maka timbul kecemasan, keluhan, ketaksenangan, pencomelan, penyalahan
terhadap-Nya, dan ketaksabaran; pengabaian terhadap perilaku buruk, dosa karena
menyekutukan sang Pencipta dengan makhluk dan sarana-sarana duniawi; dan
akhirnya kekafiran. Bila bahagia, ia menjadi kurban kerakusan, kehinaan hawa
nafsu. Bila nafsu diperturutkan, ia pun menginginkan yang lainnya dan
meremehkan karunia yang dimilikinya; maka ia tak menghargai karunia-karunia ini
dan memminta karunia yang lebih baik lagi, sehingga hal ini menempatkannya
dalam rangkaian kesulitan yang tak berakhir di dunia ini atau di akhirat,
sebagaimana dikatakan :
“Sesungguhnya siksaan paling
pedih yaitu bagi pengupayaan yang bukan
bagiannya.”
Mka, bila ia dirundung kesulitan, yang dikehendaki
hanyalah sirnanya kesulitan itu. Ia menjadi lupa akan segala karunia, dan tidak
menghendaki sesuatu pun dari hal ini. Bila ia dikaruniai kebahagiaan hidup,
maka ia kembali menjadi sombong rakus, membangkang terhadap Tuhannya dan
tenggelam dalam dosa. Ia pun lupa akan kesengsaraanya ini dan bencana, yang
dikurbannya adalah dia.
Maka segeralah ia menjadi lebih buruk dari apda kala ia
diharu-biru aneka musibah musibah dan kesulitan sebagai hukuman atas
dosa-dosanya, agar ia terjauhkan dari hal-ha ini dan menahannya dari perbuatan
dosa di kemudian hari, setelah kemudahan dan kesenangan tak mengubahnya, tetapi
keselamatannya terrletak dalam musibah dan kesulitan.
Ndai ia berlaku baik, setelah bencana berlalu darinya,
teguh dalam kepatuhan, bersyukur dan menerima nasibnya dengan senang hati, maka
hal itu lebih baik baginya di dunia ini dan ddi akhirat. Maka hidupmu akan kian
bahagia.
Nah, barangsiapa menginginkan keselamatan hidup di dunia
ini dan di akhirat, maka ia harus senantiasa bersabar, pasrah, menghndar dari
mengeluh kepada orang, dan memperoleh kebutuhannya dari Tuhannya, Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung, dan membuatnya sebagai kewajiban untuk mematuhi-Nya,
harus menantikan kemudahan dan sepenuhnya mengabdi kepada-Nya, Yang Mahakuasa
lagi Mahaagung. Ia betapa pun, lebih baik ketimmbang seluruh makhluk-Nya.
Maka Pencabutan oleh-Nya menjadi karunia, Penghukuman-Nya
menjadi rahmat, musibah dari-Nya menjadi obat, janji-Nya terpenuhi.
Kemruahan-Nya merupakan kenyataan yang ada. Kata-Nya merupakan suatu Kebajikan.
Tentu, firman-Nya, di kala Ia menghendaki sesuatu, hanyalah ucapan terhadapnya
“Jadilah”, maka jadilah ia. Maka, seluruh tidakan-Nya baik, bijak dan tepat,
kecuali bahwa Ia menyembunyikan pengetahuan tentang ketepatan-Nya dari
hamba-hamba-Nya, padahal Ia sendiri begini. Maka, lebih baik dan layak bagi
para hamba untuk berpasrah dan mengabdi kepada-Nya, yaitu dengan menunaikan
perintah-perintah-Nya, menghindari larangan-larangan-Nya, menerima
ketentuan-Nya dan mencampakkan belaian makhluk – sebab hal ini merupakan sumber
segala ketentuan, menguatnya mereka dan dasar mereka; dan berdiamlah atas sebab
dan masa (kejadian-kejadian), dan jangan menyalahkan gerak dan diam-Nya.
Pernyataan ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Abbas, yang dikutip oleh Ata bin Abbas,
Katanya :
“Ketika aku berada di
belakang Rasululllah (saw), beliau berkata kepadaku, “Anakku, jagalah
kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka Allah akan menjagamu; jagalah
kewajiban-kewajiban terhadap Allah, maka kau akan mendapati-Nya di depanmu.”
Nah, jika kau membutuhkan pertolongan, mintalah
kepada-Nya. Pena menjadi kering setelah menuliskan segala yang akan terjadi. Dan
jika hamba-hamba Allah berupaya keras memberimu sesuatu yang tak Allah tentukan
bagmu, maka mereka takkan mampu melakukannya. Jka hamba-hamba Allah berupaya
keras merugikanmu, padahal Allah tak menghendakinya, maka mereka takkan
berhasil. Nah, Jika kau bisa bertindak berdasarkan perintah-perintah Allah
dengan sepenuh imman, lakukanlah. Tapi, jika kau tak mampu melakukan yang
demikian, maka, tentu, lebih baik bersabar atas apa yang tak kau sukai,
semebari mengingat bahwa di dalamnya banyak kebaikan. Ketahuilah, bahwa
pertolongan Allah datang melalui kesabaran dan keridhaan, dan demi kesulitan
itu adan kemudahan. Maka, hendaklah para mukmin menjadikan hadis ini sebagai
cermin bagi hatinya, sebagai busana lahiriah dan ruhaniah, sebagai slogannya,
dan hendaklah berlaku dengannya dalam segala gerak dan diamnya, agar selamat di
dunia ini dan di akhirat, dan semoga mendapatkan kemuliaandarinya, dengan kasih
sayang Allah, Yang Mahamulia.
RISALAH
KEEMPATPULUH tiga
Ia bertutur :
Barangsiapa meminta sesuatu dari manusia, berarti ia tak
tahu akan Allah, lemah iman, lemah pengetahuan tentang hakikat, dan tak sabar,
sedang barangsiapa tak meminta, berarti ia amat tahu akan Allah, Yang Mahakuasa
lagi Mahaagung, kuat imannya, kian bertambah pengetahuannya tentang-Nya dan ketakwaan
kepada-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung.
RISALAH
KEEMPATPULUH EMPAT
Ia bertutur :
Sesungguhnya doa orang yang berpengetahuan ruhani kepada
Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, tak dikabulkan, dan setiap janji yang
dibuat kepadanya tak dipenuhi, agar ia tak hancur karena keterlalu-optimisan.
Sebab setiap keadaan atau maqam ruhani mempunyai ketakutan dan harap. Dengan
demikian, orang yang berpengetahuan ruhani mengalami kedekatan dengan-Nya,
sehingga ia tak menghendaki sesuatu pun selain Allah. Maka permohonan (sang
pengabdi) agar dianya diterima dan janji kepadanya dipenuhi, bertentangan
dengan jalan dan keadaannya.
Ada dua sebab untuk ini. Pertama ia tak diatasi oleh
harapan dan khayal diri melalui rencana tinggi Allah, dan lupa akan kebaikannya
dalam penghampirannya kepada Allah, sehingga ia hancur. Kedua, hal itu sama
dengan menyekutukan-Nya dengan sesuatu. Sebab tak satu pun di dunia ini yang
sepenuhnya bebas dari dosa, kecuali para Nabi. Karena inilah, Ia tak selalu
mengabulkan doanya dan tak memenuhi janji kepada sang pengabdi, agar ia tak
meminta sesuatu pun atas dorongan hawa nafsunya tanpa mematuhi
perintah-perintah-Nya, yang di dalamnya terletak kemungkinan kesyirikan, dan
dalam setiap keadaan, langkah dan maqam sang salik banyak kemungkinan berbuat
kesyirikan. Tetapi bila ddoanya selaras dengan perintah, maka hal itu
mendekatkan manusia kepada Allah, semisal shalat, puasa, kewajiban-kewajiban
lainnya, sunnah serta kewajiban tambahan, sebab dalam hal-hal ini ada kepatuhan
kepada perintah.
RISALAH
KEEMPATPULUH LIMA
Ia bertutur :
Ketahuilah bahwa ada dua macam manusia. Yang pertama
ialah manusia yang dikaruniai kebaikan-kebaikan duniawi. Yang kedua ialah
manuisa yang diuji dengan ketentuan-Nya. Manusia yang mendapatkan kebaikan
duniawi, tak bebas dari noda dosa dan kegelapan dalam emnikmati yang mereka
dapatkan itu. Manusia semacam itu bermewah-mewah dengan karunia duniawi ini.
Bila ketentuan Allah datang, yang menggelapi sekitarnya melalui aneka musibah
yang berupa penyakit, penderitaan, kesulitan hidup, sehingga ia hidup sengsara,
dan tampak seolah-olah ia tak pernah menikmati sesuatu pun. Ua lupa akan
kesenangan dan kelezatannya. Dan jika kecerahan menimpanya, maka seolah-olah ia
tak pernah mengalami musibah. Sedang jika ia mengalami musibah, maka
seolah-olah tiada kebahagiaan. Semua ini disebabkan oleh pengabdian terhadap
tuhannya.
Nah, jika ia telah tahu bahwa Tuhannya sepenuhnya bebas
bertindak sekehandak-Nya, mengubah, memaniskan, memahitkan, memuliakan,
menghinakan, menghidupkan, mematikan, memajukan dan memundurkan – Jika ia telah
tahu semua ini, maka ia ak merasa bahagia di tengah-tengah kebahagiaan duniawi
dan tak merasa bangga karenanya, juga tak berputus asa akan kebahagiaan di kala
duka.
Perilaku salahnya ini disebabkan juga oleh ketaktahuannya
akan dunia ini, yang sebenarnya tempat ujian, kepahitan, kejahilan, kepedihan
dan kegelapan. Jadi kehidupan duniawi itu bak pohon gaharu, yang rasa
pertamanya pahit, sedang rasa akhirnya manis seperti madu, dan tiada seorang
pun dapat merasakan manisnya, sebelum ia merasakan pahitnya. Tak seorang pun
dapat mengecap madunya, sebelum ia tabah atas kepahitannya. Maka, barang siapa
tabah atas cobaan-cobaan duniawi, maka ia berhak mengecap rahmat-Nya.
Tentu seorang pekerja mesti diberi upah setelah keningnya
berkeringat, tubuh dan jiwanya letih. Maka, bila orang telah mereguk semua
kepahitan ini, maka datang kepadanya makanan dan minuman lezat, busana yang
bagus dan kesenangan meski sedikit. Jadi, dunia adalah sesuatu, yang bagian
pertamanya ialah kepahitan, bagai pucuk madu di sebuah bejana yang berbaur
dengan kepahitan, sehingga si pemakan tak mungkin mencapai dasar bejana, dan
yang dimakannya hanyalah madu murninya sampai ia mengecap pucuknya.
Nah, bila hamba Allah telah berupaya keras menunaikan
perintah Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, menjauh dari larangan-Nya, dan
pasrah kepada-Nya, maka bila ia telah mereguk kepahitannya, menahan bebannya,
berupaya melawan kehendaknya sendiri dan mencampakkan maksud-maksud pribadinya,
maka Allah mengaruniainya, sebagai hasil dari ini, kehidupan yang baik,
kesenangan, kasih sayang dan kemuliaan. Maka menjadilah Ia walinya dan
menyuapinya persis seperti seorang bayi yang siuapi, yang tak berdaya, yang tak
berupaya keras di sunia ini dan di akhirat, yang juga seperti pemakan pucuk
pahit madu yang mengecap dengan lahapnya bagian bawah isi bejana.
Nah, patutlah bagi sang hamba yang telah dikaruniai oleh
Allah, untuk tak merasa aman dari cobaan-Nya, utnuk tak merasa yakin akan
kekekalannya, agar tak lupa bersyukur atasnya. Nabi Suci saw. berkata :
“Kebahagiaan duniawi
merupakan sesuatu yag ganas; maka jinakkanlah ia dengan kebersyukuran.”
Jadi, menyukuri
rahmat berarti mengakui sang Pemberinya. Yang Mahapemurah, yaitu Allah,
senantiasa mengingatnya, tak mengklaim atas-Nya, tak mengabaikan perintah-Nya,
dan diiringi dengan penunaian kewajiban terhadap-Nya, yakni mengeluarkan zakat,
membersihkan diri, bersedekah, berkorban sebagai nazar, meringankan beban
penderitaan kaum lemah dan membantu mereka yang membutuhkan, yang mengalami
kesulitan dan yang keadaannya berubah dari baik menjadi buruk, yaitu, masa-masa
bahagia dan harapannya telah berubah menjadi kedukaan. Bersyukurnya anasir
tubuh atas rahmat berupa digunakannya anasir tubuh itu untuk menunaikan
perintah-perintah Allah dan mencegah diri dari hal-hal yang haram, dari
kekejian dan dosa.
Inilah cara melestarikan rahmat, mengairi tananamannya
dan memacu tumbuhnya dedahanan dan dedaunannya, mempercantik buahnya,
memaniskan rasanya, memudahkan penelanannya, mengenakan pemetikannya dan
membuat rahmatnya mewujud di seluruh organ tubuh lewat berbagai tindak
kepatuhan kepada-Nya, seperti lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan senantiasa
mengingat-Nya, yang kemudian memasukkan sang hamba, di akhirat, ke dalam
kasih-sayang-Nya, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, dan mengaruniainya kehidupan
abadi di taman-taman surga bersama dengan para Nabi Suci, Shiddiq, Syahid dan
shalih – inilah suatu kebersamaan yang indah.
Namun, jika tak berlaku begini, mencintai keindahan
lahiriah kehidupan semacam itu, asyik menikmatinya dan puas dengan gemerlapnya
fatamorgananya, yang kesemuanya bagai embusan sepoi angin dingin di pagi musim
panas, dan bagai lembutnya kulit naga dan kalajengking, dan menjadi lupa akan
bisa mautnya dan tupuannya – kesemuanya ini akan menghancurkannya – orang
seperti itu mesti diberi kabar-kabar gembira tentang penolakan, kehancuran yang
segera, kehinaan di dunia ini dan siksaan kelak dalam api neraka nan abadi.
Obaan atas manusia – kadang berupa hukman atas
pelanggaran terhadap hukum dan atas dosa yang telah diperbuatannya. Kadang
berupa pembersihan noda, dan kadang pula berupa pemuliaan maqam ruhani manusia,
yang baginya rahmat Tuhan semesat terkaruniakan sebelumnnya, yang melakukannya
dari bencana dengan kelembutan, sebab cobaan semacam itu tak dimaksudkan
untu menghacurkan dan mencamapakkan ke
dasar neraka, tapi, dengan begini, Allah mengujinya untuk dipilih dan
mewujudkan darinya hakikat iman, mensucikannya dan bersih dari kesyirikan,
kebanggaan diri, kemunaffikan, dan membuat karunia Cuma-Cuma sebagai pahala
baginya, dari berbagai pengetahuan, rahasia dan nur.
Nah. Bila orang ini menjadi bersih ruhani dan jasmani,
dan hatinya menjadi tersucikan, berarti Ia telah memilihnya di dunia ini dan
diakhirat – di dnia ini yakni melalui hatinya, sedang di akhirat yakni melalui
jasmaninya. Maka segala bencana menjadi pencuci noda kesyirikan dan pemutus
hubungan dengan manusia, sarana duniawi dan dambaan-dambaan dan menjadi pelebur
kesombongan, ketamakan dan harapan akan imbalan surga atas penunaian
perintah-perintah.
Cobaan yang berupa hukuman menunjukkan adanya
kekurangsabaran atas cobaan-cobaan ini, dengan mangaduh dan mengeluh kadpa
orang. Cobaan yang berupa pencucian dan
penyirnaan kelemahan menunjukkan maujudnya kesabaran, ketakmengeluhan kepada
sahabat dan tetangga, penunaian perintah-perintah, ketakengganan dan kepatuhan.
Cobaan yang berrupa pemuliaan maqam menunjukkan adanya keridhaan, kedamaian
dengan kehendak Allah, Tuhan bumi da lelangit, dan penafian diri sepenuhnya dalam
cobaan ini, hingga saat berlalunya.
RISALAH
KEEMPATPULUH enam
Ia bertutur :
Nabi Suci saw. bersabda dari Rabnya :
“Barangsiapa senantiasa
mengingat-Ku dan tak sempat minta sesuatu pun dari-Ku, maka akan Kuberikan
kepadanya yang lebih baik daripada yang Kunerikan kepada mereka yang meminta.”
Hal ini dikarenakan bila Allah menghendaki seorang mukmin
bagi maksud-maksud-Nya sendiri, maka Ia melakukannya melalui aneka keadaan
ruhani, dan mengujinya dengan aneka upaya dan musibah. Lalu Ia membuatnya sedih
setelah senang, dan membuatnya hampir meminta kepada orang, sedang tiada jalan
terbuka baginya : Lalu menyelamatkannya dari meminjam, dan membuatnya bekerja
mencari nafkah dan memudahkan baginya. Maka hiduplah ia dengan perolehannya,
dan hal ini selaras dengan sunnah Nabi.
Tapi, kemudian, Ia membuatnya sulit mendapatkan rizki dan
memerintahkannya, lewat ilham, untuk meminta kepada manusia. Inilah sebuah
perintah tersembunyi yang hanya diketahui oleh orang yang bersangkutan. Dan Ia
membuat permintaan inisebagai pengabdiannya dn berdoa melecehkanna, sehingga
keangkuhannya pupus, kediriannya hancur, dan inilah pembinaan ruhani.
Permintaannya karena dipaksa oleh Allah, bukan karena kesyirikan. Lalu Ia
menyelamatkannya dari keadaan begini, dan memerintahkannya untuk meminjam
kepada orang, dengan perintah yang kuat yang tak mungkin lagi dielakkan,
sebagaimana halnya denga keadaan meminta.
Lalu ia mengubahnya dari keadaan ini, menjauhkannya dair
orang dan hanya bertumpu pada permintaanya kepada-Nya. Maka ia meminta kepada
Allah segala yang dibutuhkannya. Ia memberinya, dan tak memberinya jika ia tak
memintanya.
Lalu Ia mengubahnya dari meminta lewat lidah menjadi
meminta lewat hati. Maka ia meminta kepadanya segala yang dibtuhkannya.
Sehingga bila ia memintanya dengan lidah, Ia tak memberinya, atau bila ia
meminta kepada orang, meraka juga tak memberinya.
Lalu Ia menaikannya dari ddirinya dan dari meminta baik
secra terbuka maupun terssembunyi. Maka Ia mengaruniainya segala yang membuat
orang menjadi baik – segala yang dimakan, diminum, dipakai dan keperluan hidup
tanpa upayanya atau tanpa diduganya. Maka menjadilah Ia walinya, dan ini sesuai
dengan ayat :
“Sesungguhnya waliku adalah
Allah yang telah menurunkan AL-Kitab dan Ia adalah wali para saleh.”
(Qs. 7:196).
Maka Firman Allah yang diterima oleh Nabi saw. menjadi
kenyataan, yakni : “Barangsiapa tak sempat meminta
sesuatu dari-Ku, maka Aku akan memberinya lebih dari yang Ku berikan kepada
mereka yang meminta.” Dan inilah keadaan fana dalam Tuhan, suatu keadaan
yang dimiliki oleh para wali dan badal. Pada peringkat ini, ia dikaruniai daya
cipta, dan segala yang dibutuhkannya mewujud atas izin Allah, sebagaimana
firman-Nya di dalam Kitan-Nya.
“Wahai anak Adam! Aku adalah
Tuhan, tiada Tuhan selain-Ku, bila Kukatakan kepada sesuatu “Jadilah”, maka
jadilah ia, Patuhilah Aku, sehingga bila kau berkata kepada sesuatu “Jadilah”,
maka juga, jadilah sesuatu itu.”
RISALAH
KEEMPATPULUH TUJUH
Ia bertutur :
Seorang tua bertanya kepadaku dalam mimpiku : “Apakah
yang membuat seorang hamba Allah dekat kepada Allah?” Aku berkata : “Proses ini
berawal dan berakhir, awalnya yaitu kesalehan dan akhirnya yaitu keridhaan
kepada Allah dan kepasrahan diri sepenuhnya kepada-Nya.”
RISALAH
KEEMPATPULUH DELAPAN
Ia bertutur :
Seorang mukmin, pertama-tama, emnunaikan yang wajib. Bila
ia telah menunaikan yan wajib, maka ia menunaikan yang sunnah. Bla ia telah
menuniakan keduanya, maka ia menunaikan yang tambahan. Nah, bila seseorang
belum melaksanakan yang wajib, sedang ia melaksanakan yang sunnah, maka hal itu
merupakan kebodohan, takkan diterima dan ia akan hina. Ia seperti orang yang
diminta untuk mengabdi kepada raja, namun ia tak mengabdi kepadanya, tapi ia
mengabdi kepda hamba sang raja yang berada di bawah kekuasaannya. Diriwayatkan
oleh Ali, putra Abu Thalib (as), bahwa Nbi Suci saw. lberkata :
“Ibarat orang yang menunaikan
yang sunnah padahal ia belum menunaikan yang wajib, ialah seperti wnita hamil
yang keguguran di kala akan melahirkan.
Dengan demikian, ia tak hamil lagi dan tak jadi menjadi Ibu.”
Begitu pula dengan orang yang beribadah, yang Allah tak
menerima penunaiannya akan yang sunnah, sebelum ia menunaikan yang wajib. Hal
ini juga seperti usahawan yang takkan mendapatkan keuntungan apa pun sebelum ia
mengelola modalnya. Begitu pula dengan orang yang menunaikan yang sunnah, yang
takkan diterima jerih payahnya itu, sebelum ia menunaikan yang wajib, Begitu
pula dengan orang yang mengabaikan yang sunnah, dan menunaikan hal-hal yang tak
ditentukan oleh aturan apa pun. Nah, di antara kewajiban-kewajiban itu ialah
penjauhan dari yang haram, dan menyekutukan Alalh dengan sesuatu, dari
mengabaikan ketentuan-Nya, dari menimpali suara manusia, dari mengikuti
kehendak mereka, dari berpaling dari perintah Allah, dan dari ketakpatuhan
kepda-Nya. Nabi saw. bersabda : Tiada kepatuhan,
selagi masih berbuat dosa terhadap Allah.”
RISALAH
KEEMPATPULUH sembilan
Ia bertutur :
Barangsiapa lebih menyukai tidur daripada shalat malam,
yang membawa ke arah ketakwaan, berarti ia memilih sesuatu yang buruk,sesuatu
yang mematikannya dan membuatnya acuh tak acuh terhadap segala keadaan. Sebab,
tidur adalah saudara kematian. Karenanya, Allah tak tidur, sebab IA bersih dari
segala kecacatan. Begitu pula dengan para malaikat, sebab mereka senantiasa
amat dekat dengan Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Begitu pula dengan
penghuni langit, sebab mereka sangat mulia dan suci, sebab tidur akan
menghancurkan keadaan hidup mereka. Jadi, kebaikan terletak pada keberjagaan,
sedang keburukan terletak pada ke-tidur-an dan ketakacuhan terhadap upaya.
Nah, barang siapa
makan, minum dan tidur berlebihan, maka lenyaplah kebaikan dari dirinya.
Barangsiapa makan sedikit dari yang haram, maka ia serupa dengan orang yang
makan banyak dari yang halal. Sebab sesuatu yang haram menggelapi iman. Bila
iman tergelapi, maka doa, ibadah dan jihad tak maujud. Barangsiapa makan banyak
dari yang halal berdasarkan perintah Allah maka ia menjadi seperti orang yang
makan sedikit dengan penuh pengabdian. Jadi, sesuatu yang halal ialah cahaya
yang ditambahkan pada cahaya, sedang sesuatu yang haram ialah kegelapan yang
ditambahkan pada kegelapan, yang di dalamnya tiada kebaikan; maka makan sesuatu
yang halal dengan berlebihan, tak meurujuk kepada perintah, adalah seperti
makan sesuatu yang haram, dan hal itu menyebabkan tidur, yang di dalamnya tiada
kebaikan.
RISALAH
KELIMAPULUH
Ia bertutur :
Kau mungkin dekat kepada Allah atau jauh dari-Nya.
Jika kau jauh dari-Nya, kenapa berlengah diri, tak
berupaya mendapatkan rahmat, kemuliaanmu, keamanan dan kecukupan diri di dunia
ini dan di akhirat. Segeralah terbang kepada-Nya dengan dua sayap. Sayap
pertama berupa penlakan akan kesenangan, keinginan-keinginan tak halal, sayap
kedua berupa penanggungan kepedihan, hal-hal tak menyenangkan dan menjauh dari
keinginan duniawi dan ukhrawi, agar bisa menyatu dengan-Nya dan dekat
kepada-Nya. Maka kau peroleh segala yang diidamkan dan diraih orang. Kau
menjadi demikian terhormat dan mulia. Jika kau termuliakan dengan
kelembutan-Nya, menerima cinta-Nya, dan menerima kasihsayang-Nya, maka
tunjukkanlah perilaku terbaik dan jangan berbangga diri dengan semua itu, agar
kau tak lalai mengabdi, tak angkuh, tak zalim dan tak tergesa-gesa. Allh
berfirman :
“Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan bodoh.” (Qs.33:72).
“Dan manusia bersifat
tergesa-gesa.” (Qs. 17:11).
Lindungilah hatimu dari kecondongan kepada orang dan
keinginan-keinginan yang telah kau campakkan, dari ketaksabaran, dari
ketak-selarasan dan dari ketak-ridhaan kepada Allah di kala ditimpa musibah.
Campakanlah dirimu ke hadapann-Nya dengan sikap seperti bola di kaki pemain
polo yang menggulirkannya dengan stiknya. Bagai jasad mati di hadapan orang
yang memandikannya, dan bagai bayi di pangkuan ibu. Butalah terhadap segala
selain-Nya agar tak kau lihat sesuatupun
selian-Nya – tiada kemaujudan, kemudharatan, manfaat, karunia dan penahanan
karunia. Anggaplah orang dan sarana duniawi di kala menderita dan ditimpa
musibah sebagai cambuk-cambuk-Nya yang dengan keduanya Ia mencambukmu. Dan
anggaplah keduanya di kala suka sebagai tangan-Nya yang menyuapimu.
RISALAH
KELIMAPULUH satu
Ia bertutur :
Orang saleh menerima pahala dua kali lipat, Pertama,
karena penolakannya akan dunia, sehingga ia tak terpesona olehnya, bertentangan
dengan kedirian, dan memenuhi perintah Allah, sehingga ia terpilahkan darinya.
Bila ia menjadi musuh diri, maka ia menjadi pentahkik kebenaran., pilihan
Allah, badal dan arif (yang tahu kebenaran). Maka ia diperintahkan untuk
berhubungan dengan dunia, sebab kini dalam dirinya maujud sesuatu yang tak dapat
dibuang dan tak tercipta dalam orang lain. Setelah hal itu tertulis, pena
takdir menjadi kering, dan tentangnya Allah telah tahu sebelumnya. Bila
perintah telah ditulis, maka ia mengambil bagian duniawinya atau, dengan
menerima ma’rifat, ia berhubungan dengan dunia dengan berlaku sebagai wahana
takdir dan tindakan-Nya, tanpa keterlibatannya, tanpa keinginanannya dan tanpa
upayanya – ia dipahali karena hal ini untuk kedua kalinya, karena ia melakukan
semua ini demi mematuhi perintah Allah.
Bila dikatakan – bagaimana mungkin kau menyatakan tentang
pahala orang yang telah berada pada maqam ruhani yang sangat tinggi dan yang,
menurutmu, telah menjadi badal dan arif, telah diterima oleh Allah, dan telah
lepas dari orang, kedirian, kesenangan, kehendak dan harapan akan pahala atas
kebajikannya, orang yang hanya melihat di dalam semua kepatuhan dan
penyembahannya kehendak Allah, kasih-Nya, rahmat-Nya, pemudahan=Nya dan pertolonga-Nya, dan orang yang percacya
bahwa ia hanyalah hamba hina Allah, tak berhak menentang-Nya, dan melihat bahwa
dirinya, gerak-geriknya dan upaya-upayanya sebagai milik-Nya. Bisakah
dikatakan, tentang orang semacam itu bahwa ia dipahalai, mengingat ia teka
meminta upah atau sesuatu yang lain sebagai balasan bagi tindakannya, dan tidak
melihat sesuatu tindakan sebagai berasal darinya, tapii memandang dirinya
sebagai orang yang hina dan miskin akan kebajikan? Jika dikatakan demikian,
maka jawwabnya adalah : “Kamu telah berkata benar, tapi Allah menganugerahkan
rahmat-Nya baginya, membelainya dengan rahmat-Nya dan membesarkannya dengan
kasih, kelembutan dan karunia-Nya; bila ia telah menahan tangannya dari
hal-hal, dari dirinya, dari meminta kenikmatan-kenikmatan yang disisihkan bagi
kehidupan dan dari menepis kemudharatan yang timbul darinya, maka ia menjadi
seperti bayi yang tak berdaya dalam hal-hal dirinya, yang diasuh dengan
kelembutan rahmat-Nya dan rizki dari-Nya lewat tangan kedua orang tuanya, yang
menjadi pembimbing dan penjaminnya.”
Bila telah Dia jauhkan darinya segala ketertarikan dalam
hal-halnya, maka Ia membuat hati orang condong kepadanya dan melimpahkan kasih
dan sayang-Nya di hati orang, sehingga mereka lembut terhadapnya, condong
kepdanya dan memperlakukannya dengan baik. Dengan bgini segala selain Allah
menjadi tak berdaya kecuali dengan kehendak-Nya dan, menimpali rahmat-Nya,
menghamba kepada-Nya di dunia ini dan akhirat untuk menjaganya dari segala
musibah. Nabi saw. bersabda :
“Sesungguhnya perlindungku adalah Allah yang telah
menurunkan Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang saleh.”
(Qs.7:196).
RISALAH
KELIMAPULUH dua
Ia bertutur :
Allah menguji sekelompok mukmin yang menjadi
khalifah-khalifah-Nya dan yang memiliki ilmu ruhani, agar mereka berdoa
kepda-Nya, dan Dia senang menerima doa-doa mereka. Bila mereka berdoa, Ia
senang menerima doa mereka, agar bisa Ia anugerahi kemurahan haknya, sebab ia
memohon kepada Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung di kala mereka berdoa
untuk menerima doa mereka, dan kadang-kadang tidak segera diterima, bukan
karena ditolak. Maka sang hamba Allah mesti menunjukkan sikap baik di kala
ditimpa musibah, dan menelaah apakah ia telah mengabaiakan perintah atau
melanggar ha-hal terlarang, secara nyata atau tersembunyi, atau menyalahkan
ketentuan-Nya, karena lebih sering ia diuji sebagai hukuman atas dosa-dosa
semacam itu. Bila musibah berlalu, dia mesti selalu berdoa, berendah diri,
meminta maaf dan memohon kepada Allah, karena mungkin ujian itu dimaksudkan
untuk membuatnya terus berdoa dan memohon; dan ia tak boleh menyalahkan Allah
karena penundaan pengabulan doa-nya sebagaimana telah kami bicarakan.
RISALAH
KELIMAPULUH tiga
Ia bertutur :
Mintalah kepada Allah keridhaan akan ketentuan-Nya, atau
kemampuan meluruh dalam kehendak-Nya. Sebab di dalam hal ini terletak
kesenangan dan keunikan besar di dunia ini, dan juga gerbang besar Allah dan
ssarana untuk dicintai-Nya. Barangsiapa dicintai-Nya, maka Ia tak menyiksanya
di dunia ini dan di akhirat. Dalam dua kebajikan ini terletak hubungan dengan
Allah, kebersatuan dengan-Nya dan keintiman dengan-Nya. Jangan bernafsu
berupaya meraih kenikmatan hidup ini, karena hal ini tak dimaksudkan bagimu.
Bila hal itu tak dimaksudkan, maka bodohlah bila berupaya mendapatkannya, dan
hal itu juga sangat dikutuk, sebagaimana dikatakan :
“Di antara siksa paling besar
ialah berupaya meraih yang tak ditentukan oleh-Nya.”
Dan bila hal itu dimaksudkan, hal itu hanyalah kesetiaan
yang dibolehkan dan tersendiri dalam pengabdian, cinta dan kebenaran. Berupaya
keras meraih segala selain Allah Yang Maha Perkasa lagi Mahaagung adalah
syirik. Orang yang berupaya mendapatkan kenikmatan duniwi, tak tulus dalam
cinta dan persahabatannya dengan Allah, siapa pun yang menyekutukan-Nya, maka
ia pendusta.
Begitu pula, orang yang mengharapkan balasan bagi
tindakannya adalah tak ikhlas. Keikhlasan ialah mengabdi kepada Allah hanya
untuk memberi Rabubiyyah, yaitu sifat Allah yang mengatur alam semesta,
pembuluhnya. Orang seperti itu mengabdi kepada-Nya karena Ia adalah Tuhannya
dan patutu diabdi. Dan wajib baginya berbuat kebajikan dan patuh kepada-Nya,
mengingat bahwa ia sepenuhnya milik-Nya, begitu pula gerak-geriknya, dan
upayanya. Hamba dan segala miliknya milik Tuhannya. Bukankah harus begitu?
Sebagaimana telah kami nyatakan, semua pengabdian meruakan rahmat Allah dan
karunia-Nya atas hamba-Nya, karena Dialah yang memberinya daya bertindak dan
daya mengatasinya.
Maka, senantiasa bersyukur kepada-Nya lebih baik daripada
meminta balasan dari-Nya atas kebajikannya. Kenapa kau berupaya keras meraih
kenikmatan duniawi, bila telah kau lehat sejumlah besar orang, bila kenikmatan
duniawi belimpah tak berkeputusan, mereka kian keji dan tan bersyukur kepadsa
Tuhan; mereka kian sedih, cemas dan haus akan hal-hal yang tak dimaksudkan bagi
mereka? Bagian duniawi mereka tampak timpang, kecil dan menjijikan, dan bagian
duniawi yang lain tampak indah dan agung bagi hati dan mata mereka, dan
mulailah mereka berupaya meraih meski hal itu bukan hak mereka. Dengan begini,
kehidupan mereka berlalu dan daya mereka menjadi sirna, dan mereka menjadi tua,
kekayaan mereka menjadi habis, tubuh mereka menjadi renta, kening mereka
berkeringat, dan catatan kehidupan mereka menjadi gelap oleh dosa-dosa mereka,
upaya keras mereka dalam meraih hak orang lain, dan oleh pengabaian mereka
terhadap perintah-Nya. Mereka gagal mendapatkannya, menjadi miskin dan merugi
dalam kehidupan ini dan di akhirat, karena itu, mereka berupaya mendapatkan
pertolongan-Nya untuk mengabdi kepada-Nya. Mereka tak mendapatkan yang mereka
upayakan, tapi hanya memubazirkan kehidupan duniawi dan akhirat merreka; mereka
seburuk-buruk orang, sebodoh-bodoh orang, sekeji-keji orang dalam nalar dan
batin.
Mereka menjadi ridha kepada takdir-Nya, pus dengan
karunia-Nya dan patuh kepada-Nya. Bagian duniawi mereka datang kepada mereka
tanpa diupayakan dan dicemaskan; mereka menjadi dekat dena Allah yang
Mahamulia, dan menerima dari-Nya segala yang mereka dambakan. Semoga Allah
menjadikan kita orang-orang yang ridha dengan ketentuan-Nya, yang meluruh dalam
kehendak-Nya dan yang mendapatkan kesehatan dan kekuatan ruhnai untuk melakukan
yang dikehendaki-Nya.
RISALAH
KELIMAPULUH empat
Ia bertutur :
Barangsiapa dmenghendaki kehidupan akhirat, maka wajib
baginya mengabaikan dunia. Barangsiapa menghendaki Allah, maka wajib baginya
mengabaikan kehidupan akhirat. Ia harus mencampakkan kehidupan duniawinya demi
Tuhannya. Selama keinginan, keseenangan dan upaya duniawi dan di dalam hatinya
seperti makan, minum, berbusana, menikah, tempat tingggal, kendaraan, jabatan,
ketinggian dalam pengetahuan tentang lima pilar idabah dan hadits dan
penghafalan Al-Qur’an dengan segala bacaan, bahasa dan retorikanya, begitu pula
keinginan akan lenyapnya kemiskinan, maujudnya kekayaan, berlalunya musibah,
datangnya kesenangan, hilangnya kesulitan dan datangnya kemudahan – jika
keinginan semacam itu masih bersemayam di dalam benak orang, maka ia tentu
bukan seorang saleh. Karena dalam segala hal ini ada kenikatan bagi diri
manusia dan keselarasan dengan kehendak jasmani, kesenangan jiwa dan
kecintaannya. Hal-hal ini merupakan kehidupan duniawi, yang di dalamnya orang
senang kebaikan, dan dengannya orang mencoba mendapatkan kepuasan dan
ketenteraman jiwa.
Orang harus berupaya menidakan hal-hal ini dari hatinya,
dan mempersiapkan diri untuk meniadakan semua ini dan mensirnakannya dari jiwa,
dan berupaya bersenang dalam peluruhan dan kemiskinan, sehingga tiada lagi di
dalam hatinya kesenangan mengisap biji korma, sehingga pemantangannya dari
kehidupan duniawi menjadi suci.
Bila ia telah menyempurnakannya, segala duka cita hatiya
dan kecemasan benaknya akan sirna, dan datanglah kepadanya kesenangan, kehidpan
yang baik dan keintiman dengan Allah, sebagaimana dikatakan oleh Nabi saw.
“Mengabaikan dunia
menimbulkan kebahagiaan hati dan jasmani.”
Tetapi selama masih ada di dalam hatinya kesenangan
kepada dunia ini, maka dukacita dan ketakutan tetap bersemayam di dlam hatinya,
dan kehinaan mengiringinya, begitu pula keterhijaban dari Allah Yang
Mahaperkasa lagi Mahaagung, oleh tabir tebal yang berlipat-lipat. Semua ini tak
beranjak, kecuali melalui sirnanya kecintaan akan dunia ini dan pemutusan
darinya.
Ia harus mengabaikan kehidupan akhirat, agar tak
menghendaki kedudukan dan derajat tinggi, pembantu-pembantu cantik,
rumah-rumah, kendaraan, busana, hiasan, makanan, minuman, an hal-hal lain
sejenisnya, yang disediakan oleh Allah Yang Mahabesar bagi hamba-hamba
beriman-Nya.
Maka janganlah mencoba mendapatkan balsan, atas sesuatu
tindakan, dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaaagung di dunia ini atau di
akhirat. Dengan demikian Allah akan memberi balasan sebagai rahmat dan
kemurahan-Nya. Maka Ia akan mendekatkan kepada-Nya dan melimpahkan
kelembutan-Nya, dan Ia mempekenalkan diri-Nya dengan berbagai karunia dan
kebajikan, sebagaimana Ia berlaku terhadap para Nabi dan utusan-Nya, terhadap
kekasih-kekasih-Nya. Maka setiap hari, dalam hidupnya, urusannya kian sempurna, dan dibawalah ia ke
akhirat untuk mengecap yang tak terlihat oleh mata, yang tak terdengar oleh
telinga, dan yang tak terpikirkan oleh manusia, yang sungguh tak dapat dipahami
dan tak dapat dijelaskan.
RISALAH
KELIMAPULUH LIMA
Ia bertutur :
Keseenangan hidup dicampakkan tiga kali. Pada awalnya
sang hamba Allah berada dalam kegelapan, kejahilan dan kekacauan, bertindak
berdasarkan dorongan-dorongan alaminya, dalam segala keadaan, tanpa sikap
pengabdian terhadap Tuhannya dan tanpa memperhatikan hukum agama. Dalam keadaan
begini, Allah memandangnya penuh kasih, maka dianugerahkan-Nya kepadanya
pengingat dari sesamanya, seorang hamba saleh-Nya. Dan kawan pengingat ini juga
terdapat dalam dirinya sendiri. Kedua pengingat ini jaya atas dirinya, dan
peringatan menimbulkan pengaruh pada jiwanya. Maka noda yang ada padanya,
seperti memperturutkan kehendak dirinya dan penentangannya terhadap kebenaran,
sirna. Maka condonglah ia kepada hukum Allah dalam segala gerak-geriknya.
Menjadilah sang hamba Allah itu seorang Muslim di hadapan
huum-Nya, lepas dari alaminya, membuang hal-hal haram duniawi, begitu pula
hal-hal yang meragukan dan pertolongan orang. Maka ia melakukan hal-hal yang
halal dalam makan, minum, berpakaian, menikah, bertempat tinggal dan lain-lain;
dan semua ini sangat muhim bagi kesehatan jasmani dan bagi mendapatkan kekuatan
untuk mengabdi kepada-Nya, agar ia bisa memperoleh bagian dan orang tak bisa
melampauinya – takkan luput dari kehidupan duniawi ini sebelum meraih dan
menyempurnakannya.
Maka ia berjalan di atass jalur kebenaran dalam segala
keadaan hidupnya, sehingga hal ini membawanya ke maqam tertinggi wilayat dan
menjadikannya pembuktian kebenran dan orang pilihan, yang memmiliki penytaan
yang kukuh, yang haus akan hakikat, yaitu Allah. Maka ia makan dengan
erintah-Nya, dan (sang salik) mendengar
suara Allah di dalam dirinya berkata : “Campakkanlah dirimu dan campakakkanlah
kesenangan dan ciptaan, jika kau mengehndaki sang Pencipta. Lepaskanlah sepatu
dunia dan akhiratmu. Nafilah dari segala kemaujudan, hal-hal yang akan meujud
dan segala dambaan. Lepaskanlah dari segala sesuatu. Berbahagaialah dengan
Allah, campakkanlah kesyirikan dan ikhlaslah dalam kehendak. Mendekatlah
kepada-Nya dengan hormat, dan jangan memandang kehidupan akhirat, kehidupan
duniawi, orang-orang dan kesenangan.”
Bila ia meraih maqam ini, maka ia menerima busana
kemuliaan dari Allah, tersinari kemuliaan dan aneka karunia. Dikatakan
kepadanya, busanailah dirimu dengan rahmat dan karunia, jangan berburuk laku
menolak dan menampik keinginan-keinginan, karena penolakan terhadap karunia
raja sama dengan menekannya dan meremehkan kekuasaannya, Maka ia terselimuti
karunia dan anugerah-Nya tanpa berupaya. Sebelumnya ia terkuasai oleh
keinginan-keinginan dan dorongan-dorongan dirinya. Maka dikatakn kepadanya :
“Selimutilah dirimu dengan rahmat dan karunia Allah.”
Maka baginya empat keadaan, dalam meraih kenikmatan dan
karunia. Yang pertama ialah dorongan alami, ini tak halal. Yang kedua ialah
hukum, ini diperbolehkan dan absah. Yang ketiga adalah perintah batin, ini
adalah keadaan para Wali dan pencampakka keinginan. Yang keempat ialah karunia
Allah, ini adalah keadaan lenyapnya tujuan dan tercapianya badalliya dan
keadaan menjadi obyek-Nya, yang berdiri di atas ketentuan-Nya, ini adalah
keadaan tahu dan keadaan memiliki kesalehan, dan tak seorang pun bisa disebut
saleh, jika ia belum meraih maqam ini.
Hal ini sesuai dengan firman Allah :
“Sesungghuhnya Waliku adalah
Allah yang telah menurunkan Kitab dan Ia adalah Wali orang-orang salhe (bijak).”
(Qs.12:196).
Menjadilah ia seorang hamba yang tertahan dari
menggunakan sesuatu, menafaatkan diri dan dari menolak sesuatu yang mudharat
baginya. Ia menjadi seperti bayi di tangan perawat dan seperti jasad mati yang
sedang dimandikan orang. Maka Allah membesarkannya tanpa kehendaknya dan tanpa
upayanya, ia lepas dari segala hal ini, tak berkeadaan atau bermaqam, tak
berkehendak melainkan berada di atas ketentuan-Nya, yang kadang menahan, kadang
memudahkannya, kdang membuatnya kaya dan kadang membuatnya miskin. Ia tak punya
pilihan, dan tak menghendaki berlalunya keadaan dan perubahannya. Sebaliknya,
ia menunjukkan keridhaan abadi. Inilah keadaan ruhani terakhir ydicapai oleh
para badal dan wali.
RISALAH
KELIMAPULUH enam
Ia bertutur :
Nila hamba Allah telah lepas dari ciptaan, keinginan,
diri, tujuan dan kehendak akan dunia dan akhirat, maka ia tak menghendaki
sesuatu pun selain Allah yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, dan segala sesuatu sirna
dari hatinya. Maka ia menjadi pilihan-Nya, dicintai oleh ciptaan, dekat
kepada-Nya dan menerima karunia-Nya melalui rahmat-Nya. Dibukakan-Nya baginya
pintu-pintu kasih dan janji-Nya, dan Ia tak pernah menutup pintu-pintu itu
terhadapnya. Maka sang hamba memilik Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung,
berkehendak melalui kehendak-Nya, ridha dengan keridhaan-Nya, melaksanakan
perintah-Nya, dan tak melihat suatu kemaujudan pun selain kemaujudan-Nya yang
Mahakuasa lagi Mahaagung. Maka Allah menjanjikan kepadanya dan tak memenuhi
hamba-Nya, dan yang didambakan sang hamba dalam hal ini tak datang kepadanya,
karena keterpisahan lenyap dengan lenyapnya kehendak, tujuan dan pengupayaan
kenikmatan. Maka keseluruhan dirinya menjadi kehendak Allah Yang Mahakuasa lagi
Mahaagung. Maka tiada janji ataupun
pengingkaran janji dalam hal ini, karena hal ini ada pada orang yang
berkinginan. Pada maqam ini, Janji Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung terhadap
orang semacam itu, dpat digambarkan dengan contoh seorang yang berkehendak di
dalam dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, lalu berubah kehendak terhadap sesuatu yang lain. Begitu
pula, Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung telah menurunkan kepada Nabi Muhammad
saw. wahyu-wahyu yang membatalkan dan yang terbatalkan, sebagaimana firman-Nya
:
“Wahyu yang Kami hapuskan atau jadikan terlupakan. Kami
gantikan dengan yang lebih baik. Tidakkah kau tahu bahwa Allah kuasa atas
segalanya?” (Qs.2:106).
Ketika Nabi saw. lepas dari keinginan dan kehedak,
kecuali pada saat-saat tertentu, sebagaimana telah disebutkan oleh Allah di
dalam Al-Qur’an Suci, sehubungan dengan tawanan perang Badar, sebagai berikut :
“Kamu menginginkan barang-barang lemah dunia ini,
sedang Allah menghendaki bagimu akhirat; dan Ia Mahakuasa lagi Mahabijaksana.
Andaikan bukan karena hukum Allah yang telah berlaku, sesungguhnya akan
menimpamu siksaan yang besar atas yang kau lakukan.” (Qs.8 : 67-68)
Nabi saw. adalah kekasih Allah, yang Ia senantiasa
menempatkannya pada ketentuan-Nya dan memberikan kendali-Nya kepadanya, maka Ia
menggerakannya di tengah-tengah ketentuan-Nya dan senantiasa memperingatkannya
dengan firman-firmannya :
“Tidaklah kau tahu bahwa
Allah Mahakuasa atas segalanya?” (Qs. 2:106).
Dengan kata lain, kamu berada di samudra ketentuan-Nya,
yang gelombangnya mengombang-ambingkan kamu, kadang kesini, kadang ke sana.
Dengan demikian setelah wali ialah Nabi. Tiada maqam setelah wali dan badal
selain maqam Nabi.
RISALAH
KELIMAPULUH tujuh
Ia bertutu :
Segala pengalaman spiritual merupakan pengekangan, sebab
sang wali diperintahkan untuk menjaga hal-hal itu. Segala yang diperintahkan
untuk dijaga menimbulkan pengekangan. Berada dalam ketentuan Allah merupakan
kemudahan, sebab yang diperintahkan hanyalah memaujudkan diri dalam
ketentuan-Nya. Sang Wali tak boleh bersitegang dalam masalah ketentuan-Nya. Ia
harus selaras dan tak boleh bertentangan dengan segala yang terjadi pada
dirinya, entah manis atau pahit. Pengalaman itu terbatas, maka dari itu
diperintahkan untuk menjaga pengalaman itu. Di lain pihak, kehendak Allah, yang
merupakan ketentuan, tak terbatas.
Isyarat bahwa hamba Allah telah mencapai kehendak-Nya dan
kemudahan ialah diperintahkan-Nya ia untuk meminta kenikmatan-kenikmatan
setelah diperintahkan untuk mencampakkannya dan menjauh darinya, sebab bila ruhaninya
hampa akan kenikmatan, dan yang tinggal dalam dirinya hanyalah Tuhan, maka ia
dimudahkan dan diperintahkan untuk meminta, mendambakan dan menginginkan
hal-hal yang menjadi haknya dan yang bisa ia peroleh melalui permintannya akan
hal-hal itu, sehingga harga dirinya di mata Allah, kedudukannya dan karunia
Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahaagung, dengan diterimanya doanya, menjadi
kenyataan. Menggunakan lidah untuk meminta kenikmatan sangat menunjukkan hal
setelah pengekangan dan keluar dari segala pengalaman, kedudukan dan dari upaya
keras menjaga batas.
Bila ditolak bahwa lenyapnya kesulitan dalam menjaga
hukum ini menyebabkan ateisme dan keluar dari Islam sebagaimana firman-Nya :
“Abdilah Tuhanmu sampai
kematian datang kepadamu.” (Qs.15:99).
Jawabku ialah bahwa hal ini tak berarti begitu dan takkan
begitu, tetapi bahwa Allah amat pemurah dan Wali-Nya amat dicintai-Nya,
sehingga Dia tak dapat mengizinkan untuk menduduki suatu kedudukan hina di mata
hukum dan agama-Nya. Sebaliknya, Dia menyelamatkannya dari semua itu,
menjauhkannya dari semua itu, melindunginya dan menjaganya di dalam batas-batas
hukum. Maka ia terlindungi dari dosa dan senantiasa berada di dalam batas-batas
hukum tanpa upaya dan perjuangan dari dirinya, sedang ia tak sadar akan keadaan
ini dikarenakan oleh kedekatannya kepada Tuhannya. Allah berfirman :
“Demikianlah, agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekjian, sesungguhnya ia adalah salah satu
dari hamba-hamba terpilih kami.” (Qs. 12:24).
“Sesungguhnya terhadap
hamba-hamba-Ku kau tak berkuasa.” (Qs.15:42).
“Kecuali hamba-hamba Allah
yang dibersihkan.” (Qs.37:40).
Duhai orang yang malang! Orang semacam itu dijauhkan oleh
Allah dan ia adalah curahan-Nya. Dia memeliharanya dalam pangkuan kedekatan dan
kasih sayang-Nya. Bagaimana bisa si iblis mendekatinya. Bagaimana bisa kekejian
medekatinya. Semoga kekejian terhancurkan oleh daya dan kelembutan sempurnanya!
Semoga Dia melindungi kita dengan perlindungan dan kasih sayang sempurna
sehingga kita senantiasa mampu menjauhkan diri dari dosa-dosa. Semoga Dia
memelihara kita dengan rahmat-rahmat dan karunia-karunia sempurna-Nya melalui
tindak kasih sayang-Nya!.
RISALAH
KELIMAPULUH delapan
Ia bertutur :
Butalah terhadap segala hal. Tutplah matamu terhadap
sesuatu pun dari hal-hal itu. Bila kau lihat sesuatu pun dari hal-hal itu, maka
karunia dan kedekatan Allah SWT akan tertutup bagimu. Oleh karena itu, tutuplah
segala hal dengan kesadaranmu akan keesaan Allah dan dengan penidaan diri. Maka
akan tampak oleh mata hatimu hal Allah SWT, dan kau akan melihatnya dengan
kedua mata hatimu ketika hal itu tersinari oleh nur hatimu, nur imanmu dan nur
keyakinan teguhmu. Pada saat itu cahaya ruhanimu akan mewujud pada lahiriahmu
bak cahay sebuah lampu di malam pekat yang mencuat melalui lubang-lubangnya
sehinga sisi luar rumah menjadi tercerahkan oleh cahaya dari dalam. Maka diri
dan anasir tubuh akan merasa ridha dengan janji Allah dan karunia-Nya.
Maka dari itu, kasihanilah diri kita. Jangan berbuat
aniaya terhadapnya. Jangan campakkan ia di kegelapan ketakacuhan dan
kebodohanmu, agar ia tak melihat ciptaan, daya, perolehan, sarana dan tak
bertumpu pada hal-hal itu. Sebab jika kau lakukan hal itu, maka segala hal akan
tertutup bagimu dan karunia Allah akan tertutup pula bagimu lantaran
kesyirikanmu. Nah, bila telah kau sadari keesaan-Nya, telah kau lihat
karunia-Nya, kau hanya berharap kepda-Nya dan telah kau butakan dirimu terhadap
segalanya selain-Nya, maka Dia akan membuatmu dekat dengan Diri-Nya, akan
mengaisihimu, akan menjagamu, akan memberimu makanan, minuman dan perawatan,
akan membuatmu bahagia, akan menganugerahimu karunia-karunia, akan menolongmu,
akan menjadikan kau penguasa, akan menafikanmu dari ciptaaan serta dari dirimu
sendiri, dan akan membuatmu tiada , sehingga kau takkan melihat baik kemiskinanmu
maupun kekayaanmu.
RISALAH
KELIMAPULUH sembilan
Ia bertutur :
Jika kau ditimpa musibah, berupayalah
bersabar – ini merupakan hal yang rendah – dan bersabarlah, ini merupakan hal yang lebih tinggi
dari yang lain. Mintalah agar kau bisa ridha dengan takdir-Nya, bersesuaianlah
dengan kehendakn-Nya, dan akhirnya luruhkan di dalam kehendak-Nya; Inilah
keadaan para badal dan ruhaniawan, orang yang tahu perihal Allah yang Mahakuasa
lagi Mahaagung. Bilakau terahmati, bersyukurlah, baik melalui lidah, hati
maupun anasir tubuh.
Bersyukurnya lidah berupa pengakuan bahwa rahmat berasal
dari Allah dan penghindaran dari menisbahkannya kepada orang, kepada diri
sendiri, kepada upaya sendiri, kepada sesuatu atau orang lain, yang melalui
tangan-tangan mereka rahmat sampai. Sebab kau sendiri dan mereka hanyalah
sarana-sarana ssampainya rahmat. Pemberi dan pencipta seejati rahmat yaitu
Allah, Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Maka Dia lebih patut disyukuri daripada
yang lain. Misal, orang tak memandang budak yang membawa sebuah hadiah, sebagai
pengirim hadiah itu, tetapi orang memandang pengirimnya adalah tuannya. Allah
berfirman tentang orang yang tak bersikap selayaknya :
“Mereka mengetahui lahiriah
kehidupan duniawi, sedang mengenal akhirat, mereka sungguh lalai.”
(Qs.30:7).
Barangsiapa memandang lahiriah dan penyebab, sedang
pengetahuannya tak melibihi ini, adalah jahil dan rusak pikiran. Istilah
pikiran digunakan untuk orang yang memahami akhir sesuatu. Bersyukurnya hati
terletak pada keyakinan kukuh bahwa segala rahmat, kesenangan dan milikan yang
kau punyai, berasal dari Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung, bukan dari
selain-Nya. Dan rasa syukurmu melalui lidah menyatakan isi hatimu, sebagaimana
firman-Nya :
“Dan apapun nikmat yang ada
padamu, berasal dari Allah.” (Qs.16:53).
“Dan (Ia) telah menyempurakan
nikmat-Nya padamu lahir dan batin.” (Qs.31:20).
“Dan jika kamu menghitung
nikmat-nikmat Allah, kamu takkan mampu menghinggakannya.” (Qs.14:34).
Nah, dengan semua pernyataan ini, maka tiada pemberi
karunia selain Allah. Dan bersyukurnya anasir tubuh terletak pada penguunaan
anasir tubuh untuk mematuhi perintah-perintah-Nya, guna menjauh dari
ciptaan-Nya. Maka janganlah menimpali makhluk, sebab di situ terdapat
penentangan terhadap Allah, ciptaan termasuk ddirimu sendiri, ke inginanmu,
maksudmu, kehendakmu, dan segalanya. Patuhlah kepada Allah sepatuh-patuhnya.
Jika kau bertindak lain, berarti kau menyimpang dari jalan lurus, menjadi
aniaya, berperilaku tanpa perintah Allah yang diturunkan bagi hamba-hamba
beriman-Nya, dan mengikuti jalan yang bukan jaan para saleh. Allah Yang Mahakuasa lagi
Mahaagung berfirman :
“Barangsiapa tak menentukan
dengan yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang zalim.”
(Qs.5:45).
“Mereka adalah orang-orang
yagn fasik.” (Qs.5.47).
Dengan begitu, kau menuju neraka, yang bahan bakarnya
manusia dan batu. Bila kau tak tahan demam,untuk satu jam, di dunia ini, maka
bagaimana kau bisa tahan, untuk selamanya, neraka bersama penghuni-penghuninya?
Manjauhlah, menjauhlah; segeralah, segeralah, berlindunglah kepada Allah,
berlindunglah kepda Allah.
Jagalah keadaan-keadaan di atas dengan segala kondisinya,
sebab kau tak bisa lepas dari keduanya sepanjang hayat – Baik keadaan ditimpa
musibah maupun keadaan bahagia. Bersabarlah dan bersyukurlah dalam kedua
keadaan itu, sesuai dengan yang telah kuterangkan kepadamu. Nah, jangan
mengeluh, bila ditimpa musibah, kepada sesamamu, jangan menunjukkan
kegundahanmu kepda siapapun, jangan salahkan Tuhannmu di dalam benakmu, dan
jangan ragukan kebijaksanaan dan pilihan-Nya akan yang terbaik bagimu di dalam
kehidupanmu di dunia dan di akhirat. Dan janganlari kepada orang guna
mendapatkan jalan keluar, sebab, dengan begitu, kau berarti menyekutukan-Nya.
Tak satu pun berhak atas milikan-Nya, tak satu pun mampu
memberikan mudharat, mafaat, atau menjauhkan kesulitan, menyebabkan sakit dan
bencana, menyebuhkan dan memberi sesuatu kebaikan, kecuali Dia. Jangan terjerat
oleh ciptaan, baik secara lahiriah maupun batiniah, sebab mereka takkan
menguntungkanmu. Bersabar dan ridhalah selalu kepada Allah, dan luruhlah ke
dalam kehendak-Nya.
Jika rahmat tercabut darimu, maka wajib bagimu minta
tolong kepada-Nya, menunjukkan kerendahdirian, mengakui dosa-dosamu, mengeluh
kepada-Nya akan kejahatan dirimu dan akan menjauhkanmu dari kebenaran,
mengesakan-Nya, mengakui rahmat-rahmat-Nya dan menyatakan keselarasanmu, sampai
berakhirnya musaibah dan berganti dengan karunia-Nya, Kemudahan dan
kebahagiaan, sebagaimana hal itu terjadi pada diri Nabi Ayub; baik berlalunya
gelapnya malam dan datangnya cerahnya siang, dan berlalunya dinginnya musim
dingin, diganti sepoi musim semi dengan aroma harumnya. Sebab bagi segalanya
ada pertentangan dan akhir. Maka, kesabaran adalah kuncinya, awalnya, akhirnya
dan jaminan kebahagiaannya. Inilah yang terungkap dalan Sunnah Nabi saw. “Kesabaran adalah keseluruhan Iman.”
Ambillah pelajaran dari yang telah kusebutkan kepadamu,
jika Allah Yang Mahamulia menghendaki, maka kau akan terbimbing.
RISALAH
KEENAMPULUH
Ia bertutur :
Awal kehidupan ruhani berupa keterlepasan dari kedirian,
keberadaan dalam arena hukum, dan kembali kepada kedirian setelah mampu menjaga
hukum. Lepaslah dari kedirian, semisal makan, minum, berbusana, menikah, tempat
tinggal, dan kecenderungan-kecenderungan dan masuklah ke dalam hukum. Ikutilah
Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya, sebagaimana Allah berfirman :
“Ambillah yang dibawa Nabi
kepadamu, dan hindarilah yang dilarangnya.”
“Katakanlah jika kau mencintai Allah,
ikutilah aku, maka Allah akan mencintaimu.” (Qs. 3:31).
Bila telah terlepas dari kedirian dan ketakpatuhan, baik
lahiriah maupun batiniah, maka yang ada padamu hanyalah keesaan Allah, dan yang
ada pada lahiriahmu hanyalah kepatuhan dan pengabdian kepada Allah. Hal ini
kemudian menjadi sikap, busana, gerak dan diammu, di kala malam, siang, dalam
perjalanan, di rumah, dalam kesulitan, dalam kemudahan, dan dalam segala
keadaan.
Maka dibawalah kau ke lembah-Nya, dan dikendalikan
oleh-Nya.
Berlepaslah dari segala upaya, perjuangan dan dayamu,
maka dibawa kepadamu yang pena tak kuasa menuliskannya, dan kamu menjadi
begini, terlindungi dan terselamatkan di tengah-tengahnya. Hukum terlestarikan
padanya, kesesuaian dengan kehendak-Nya diperoleh di dalamnya, dan hukum takkan
dilanggar. Allah berfirman :
“Sesungguhnya, telah Kami turunkan
pengingat, dan sesungguhnya Kami yang menjaganya.” (Qs.15:90).
“Demikianlah, agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk
hamba-hamba pilihan kami.” (Qs.12:24).
Maka perlindungan Allah menyertaimu, hingga kau menghadap-Nya
dengan kasih-Nya.
RISALAH
KEENAMPULUH satu
Ia bertutur :
Setiap mukmin ragu dan waspada di kala menerima sesuatu,
hingga hukum membolehkannya, sebagaimana Nabi Suci besabda :
“Sesungguhnya, si Mukmin itu
waspada, sedang si Munafik menyambar (segala yang datang kepadanya).”
“Sesungguhnya Mukmin
ragu-ragu, campakkanlah segala penyebab keragu-raguan, dan ambillah segala yang
tak menimbulkan keragu-raguan.”
Seorang Mukmin ragu-ragu terhadap segala makanan,
minuman, busana, perkawinan dan segala hal, sebelum dikukuhkan oleh hukum, bila
ia saleh; dikukuhkan oleh perintah batin, bila ia seorang wali; dikukuhkan oleh
ma’rifat, bila ia seorang badal dan ghauts, dikukuhkan oleh tindakan-Nya, bila
ia dalam keadaan fana.
Lalu datanglah keadaan, yang di dalamnya didapat segala
yang datang kepada orang , perintah batin atau ma’rifat; tapi bila hal-hal ini
bertentangan, maka campakkanlah. Hal ini bertentangan dengan keadaan
sebelumnya, yang di dalamnya berkuasa keragu-raguan, dan pemudahan, sedang pada
keadaan kedua, berkuasa penerimaan dan penggunaan hal-hal yang dibutuhkan.
Datanglah keadaan ketiga, yang didalamnya penerimaan dan
penggunaan hal-hal yang dibutuhkan menjadi rahmat. Inilah hakikat ke-fana-an.
Pada keadaan ini, sang mukmin menjadi kebal terhadap segala bencana dan
pelanggaran hukum, dan segala kejahatan terjauhkan darinya, sebagaimana Allah
Yang Mahamulia berfirman :
“Demikianlah, agar Kami
palingkan darinya kemungkaran dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk
hamba-hamba pilihan Kami.” (Qs.12:24).
Maka sang hamba menjadi terlindungi dari segala
pelanggaran hukum. Segala yang datang kepadanya telah terbersihkan dari segala
kesulitan di dunia dan akhirat, dan demikian selaras dengan kehendak dan
ridha-Nya. Tiada keadaan melebihi ini. Inilah tujuannya. Inilah yang
dimaksudkan bagi kepala-kepala para wali besar, yang tersucikan, yang memiliki
hikmah – orang yang telah mencapai ambang pintu kenabian.
RISALAH
KEENAMPULUH dua
Ia bertutur :
Sungguh aneh, kenapa sering berkata si Fulan dekat kepada
Allah, si fulan teranugerahi, si fulan menjadi kaya, si fulan menjadi miskin,
si fulan senantiasa sehat, si fulan sakit, si fulan mulia, si fulan hina, si
fulan terpuji, si fulan terrcela, si fulan terpercaya, dan si fulan tidak bisa
dipercaya! Tidakkah kau tahu, bahwa Dia Esa, yang mencintai keesaan, dan
mencintai yang hanya mencintai-Nya? Jika Dia mendekatkanmu kepada-Nya melalui
selain Diri-Nya, cintamu kepda-Nya menjadi tak benar dan sia-sia. Akibatnya,
cinta kepada-Nya di dalam hatimu menjadi rusak. Maka Dia menahan tangan orang
lain dari membantumu, dan lidah mereka dari memujimu, dan kaki mereka dari
mengunjungimu, agar mereka tak memalingkanmu dari-Nya. Sudah dengarkah kamu
sabda Nabi Suci saw.?
Hati mencintai yang berbuat kebaikan, dan
benci kepada yang berbuat keburukan.
Maka Dia tahan orang dari berbuat kebaikan kepadamu,
hingga kau sadari keesaan-Nya, mencintai-Nya dan sepenuhnya menjadi milik-Nya,
sehingga kau tak melihat kebaikan, kecuali yang berasal dari-Nya, kau lepas
dari ciptaan, kedirian dan dari segala selain Allah.
Melimpahkan karunia dan pujian kepadamu, hingga kau
termuliakan di dunia dan di akhirat.
Jangan berburuk-lau : Lihatlah yang melihatmu, perhatikan
yang memperhatikanmu, cintailah yang mencintaimu, ulurkan tanganmu kepada yang
menjagamu dari kejatuhan, yang mengeluarkanmu dari kegelapan kejahilanmu, yang
menyelamatkanmu dari kehancuran, yang mensucikanmu dari noda dan kekejian, yang
akan melepaskanmu dari kebusukan diri, dari kedirian, dan teman-teman sesatmu,
dari pengalang jalan menuju Allah, dan dari segala yang hina dan mempesona.
Berapa lama kau ‘kan jijik dengan hewanimu, ciptaan,
ketidakpatuhan, dunia, kehidupan setelah mati, dan segala selain Allah; Kenapa
kau begitu jauh dari sang Pencipta segalanya, yang telah memaujudkan segalanya,
yang awal dan yang akhir, tempat, kembali, yang milik-Nya-lah hati dan
kesenangan jiwa, yang memberi karunia?
RISALAH
KEENAMPULUH tiga
Ia bertutur :
Kuberkata dalam mimpi : “Wahai yang menyekutukan Tuhan di
dalam benak dengan diri sendiri, dalam sikap lahiriah dengan ciptaan-Nya, dan
dalam tindakan dengan kedirian!” Bertanyalah seorang di sampingku : “Pernyataan
apakah ini?” Itulah suatu pengetahuan Ruhani.” Jwabku.
RISALAH
KEENAMPULUH empat
Ia bertutur :
Suatu hari, suatu amsalah mengusik benakku. Jiwaku
tertekan. Kuberkata : “Aku menginginkan
kematian, yang di dalamnya tiada kehidupan, dan kehidupan yang di dalamnya
tiada kematian.”
Aku ditanya, kematian apakah yang di dalamnya tidak ada
kehidupan, dan kehidupan apakah yang di dalamnya tiada kematian? “Kematian yang
tiada memiliki kehidupan ialah kematianku dari sessamaku, sehingga aku tak
melihat manfaat dan mudharat mereka, dan kematianku dari diriku, dari
keinginanku, dari tujuanku di dalam kehidupan duniawi dan kehidupan setelah
matiku, sehingg aku tak berada di dalam ini semua. Kehidupan yang tak memiliki
kematian ialah kehidupanku dengan kehendak-Nya, sehingga aku tak maujud di
dalamnya, dan kematianku di dalamnya ialah kemaujudanku dengan-Nya.
Karena aku telah mengerti, maka hal ini telah menjadi
tujuan paling muliaku.
RISALAH
KEENAMPULUH lima
Ia bertutur :
Kenapa marah kepada Tuhan, karena doa-doa belum diterima?
Kau bilang bahwa tak boleh meminta kepada orang, dan diperintahkan meminta
kepada-Nya, tapi permohonanmu kepada-Nya tak dikabulkan-Nya. Jawabku : Bebas
atau terikatkah engkau? Jika kau berkata bahwa kau seorang bebas, berarti kau
tak beriman. Jika kau bilang bahwa kau seorang budak, kubertanya, salahkan
Tuhan menunda penerimaan doamu. Ragukan kau akan kearifan dan kasih-Nya
kepadamu dan kepada seluruh ciptaan, dan akan pengetahuan-Nya tentang segala
hal mereka? Kau salahkanlah Dia? Jika kau tak menyalahkan-Nya dan menerima
kearifan-Nya dalam menangguhkan penerimaan doamu, maka wajib bagimu bersyukur
kepada-Nya, sebab Ia telah memilihkan yang terbik bagimu. Jika kau salahkan
Dia, berarti kau tak beriman, sebab kau menisbahkan kepada-Nya ketak-adilan,
dan mustahil Dia tak adil. Ingat, Dia adalah pemilikmu, Pemilik segalanya. Sang
pemilik berkuasa penuh atas milik-Nya. Maka ‘ketak-adilan’ tak layak bagi-Nya.
Sebab ketak-adilan ialah keikut-campuran dalam milikan orang lain,, tanpa
seizin pemiliknya.
Nah. Jangan kesal terhadap-Nya karena kehendak-Nya yang
mewujud melaluimu meski tak kau sukai dan, secara lahiriah, merugikanmu, maka
wajib bagimu bersyukur, bersabar, ridha kepada-Nya, dan mencampakkan kekesalan
dan ketak-patuhan benak dan kedirianmu – hal-hal yang akan menyesatkanmu dari
jalan Allah. Wajib pula bagimu senantiasa berdoa, berbaik sangka terhadap-Nya,
menanti saat-saat yang baik, yakni akan janji-Nya, menunujukkan sikap baik
terhadap-Nya, bersesuaian dengan perintah-Nya, senantiasa mengesakan-Nya,
segera melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauh dari melakukan hal-hal
yang dilarang-Nya.
Dan, salahkanlah dirimu sendiri, yang berbuat kekejian
dan ketak-patuhan terhadap-Nya, hal ini lebih baik. Nisbahkanlah ketidak-adilan
kepada dirimu sendiri, hal ini lebih layak. Waspadalah akan keserasian dengan
diri, sebab hal ini adalah musuh Allah dan musuhmu, kawan musuh Allah dan kawan
musuhmu, yakni si iblis nan terlaksanat.
Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah. Waspadalah,
waspadalah. Kutuklah dirimu sendiri, nisbahkanlah ketidak adilan kepadanya,
bacakanlah kepadanya firman Allah :
“Adakah Allah menyiksamu,
jika kamu bersyukur lagi beriman?” (Qs. 4:147).
“Ini dikarenakan perbuatan-perbuatanmu
sebelumnya, sesungguhnya Allah adil terhadap hamba-hamba-Nya.” (Qs.3:181).
“Sesungguhnya Allah tak menzalimi, tapi
merekalah yang menzalimi diri mereka sendiri.” (Qs.10:44).
Bacakanlah bagi dirimu kata-kata ini, ayat-ayat lain
Al-Qur’an dan sabda-sabda Nabi. Berperanglah melawan dirimu demi Allah. Jadilah
komandan pasukan-Nya, sebab kedirianmu adalah musuh tebesar di antara musuh-musuh terbesar Allah.
RISALAH
KEENAMPULUH enam
Ia bertutur :
Jangan berkata : “Aku tak mau memohon sesuatu kepada
Allah, sebab bila yang ku mohon itu telah ditentukan bagiku, tentu akan datang
kepadaku, entah diminta atau tidak. Bila hal itu bukan bagianku, Dia takkan
memberikannya kepadaku, walau kuminta.” Jangan. Mintalah kepada-Nya segala yang
kau inginkan, asalkan yang kau minta itu tak terlarang dan tak merusak, sebab
Allah telah memerintahkan kita untuk memohon kepda-Nya. Dia berfirman :
“Mintaah kepada-Ku, niscaya
akan Kukabulkan permintaanmu.” (Qs.40:60).
“Mintalah kepada-Nya karunia-Nya.”
(Qs.4:32).
Nabi bersabda :
“Mintalah kepda Allah dengan
penuh keyakinan bahwa doamu diterima.”
“Berdoalah kepada Allah dengan kedua tapak
tanganmu.”
Masih banyak sabda Nabi seperti ini. Jangan berkata :
“Sesungguhnya aku telah memohon kepada-Nya, tapi Ia tak mengabulkannya, maka
kutakkan lagi memohon sesuatu pun kepada-Nya.” Berdoalah selalu kepada-Nya.
Jika sesuatu telah ditentukan bagimu, Dia anugerahkan sesuatu itu kepadamu,
setelah kau minta. Maka hal ini akan menambah keimananmu akan keesaan-Nya, akan
menolongmu memnjauh dari meminta kepada orang, kepada ciptaan, dan dari
berpaling kepada-Nya dalam segala keadaan, dan menolongmu meyakini bahwa segala
kebutuhanmu terpenuhi oleh-Nya.
Jika sesuatu tak ditentukan bagimu, Dia mencukupimu dan
membuatmu ridha kepada-Nya, meski kau miskin. Bila kau miskin dan sakit, Dia
membuatmu senang dengan kesulitan yang menimpamu itu. Bila berutang, Dia buat
hati si pemberi utang lembut terhadapmu, hingga kau lunasi utang itu. Bila
permohonanmu tak dikabulkan di dunia ini, Dia akan memberimu di akhirat.
Di takkan mengecewakan pendoa kepada-Nya di dunia ini dan
di akhirat. Nabi berssabda bahwa si mukmin akan melihat pada catatan amalnya,
pada Hari Pengadilan, amal-amal yang tak dilakukannya. “Tahukah kamu amal-amal
itu?” “Aku tak tahu.” Jawab si mukmin. Maka dikaakan kepadanya : “Sesungguhnya,
amal-amal itu adalah balasan bagi permohonanmu di dunia, sebab dalam berdoa
kepada Allah yang Mahakuasa lagi Mahaagung, kau senantiasa mengingat-Nya, mengesakan-Nya,
menempatkan sesuatu pada tempatnya, berbuat kebajikan kepada sesamamu, tak
menisbahkan daya kepada diri sendiri dan tak pongah. Semua ini menjadi
amal-amal saleh, unutk itulah ada balasannya dari Allah Yang Mahakuasa lagi
Mahaagung.
RISALAH KEENAMPULUH
tuju
Bila kau berupaya melawan dan berhasil mengatasi diri,
maka Allah membangkitkannya kembali, dan ia menuntut darimu pemuasan keinginan,
baik yang diharamkan maupun yang dihalalkan, hingga kau berupaya lagi mengatasi
diri, sampai pahala tertulis bagimu begitu kau berupaya kembali. Inilah makna
sabda Nabi saw. :
“Kita telah kembali dari
jihad kecil, dan menuju jihad besar.”
Ia berkata bahwa kembali berupaya mengatasi diri
senantiasa terjadi. Dan inilah makna firman Allah :
“Mengabdilah kepada Tuhanmu,
hingga kepastian (kematian) datang kepadamu.” (Qs.15:99).
Allah telah memerintahkan Nabi-Nya untuk mengabdi
kepada-Nya. Hal ini bertentangan dengan diri. Sebab semua pengabdian ditolak
oleh diri yang menginginkan sebaliknya, hingga datang kepastian (kematian).
Bila ditanya : “Bagaimana mungkin diri Nabi menolak pengabdian, padahal ia tak
punya kedirian?” Allah berfirman : “Ia tak
berbicara dengan kehendaknya sendiri, tapi dengan wahyu.” (Qs.53:84).
Ia mengalamatkan kepada Nabi-Nya kata-kata ini, untuk
mengukuhkan hal ini, dan berlaku pula bagi pengikut-pengikutnya, hingga hari
Kiamat. Dia menganugerahi Nabi-Nya daya mengatasi ddiri, hingga hal ini tak
merugikannya, tak pula mendorongnya berupaya mengatasi diri. Inilah pembeda
antara dia dan pengikut-pengikutnya. Bila seorang mukmin teguh dalam upaya
spiritual, hingga datang kematian, dan menemui Tuhan-nya, dengan pedang
terhunus berlumuran darah kedirian, maka Ia memberinya Surga yang
dijaminkan-Nya baginya, dengan firman-Nya :
“Bagi yang takwa kepada
Tuhan-nya, dan mencegah diri dari hawa nafsunya, maka Surgalah tempat tinggalnya.” (Qs.79:41).
Nah, bila Dia memasukannya ke dalam surga, maka Ia
menjadikan surga itu tempat tinggal, tempat beristirahat dan tempat kembalinya,
yang membuatnya aman dari pemalingan kepada duniawi; dan Ia senantiasa
melimpahkan baginya, dari hari ke hari jam ke jam, rizki dan akan
mengaruniainya segala macam busana dan hiasan yang abadi, sebagaimana Ia
memperbarui, di dalam dunia ini setiap hari setiap jam dan setiap detik, perjuangan
melawan kedirian.
Sedang orang kafir, orang munafik dan pendosa, bila
mereka telah berhenti berjuang melawan kedirian mereka di dunia ini, kemudian
mengikuti, bersekutu dengan setan dan berbaur dengan aneka macam kekafiran,
kemusyrikan dan hal-hal seperti itu sampai kematian datang kepada mereka,
sebelum mereka menjalankan Islam dan bertobat, maka Allah memasukan mereka ke
dalam neraka yang disediakan bagi orang-orang kafir, sebagaimana firman-Nya :
“Peliharalah dirimu dari
neraka, yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang
kafir.” (Qs.2:24).
Setelah Dia memasukan mereka ke dalamnya dan
menjadikannya tempat kembali dan tempat berteduh mereka, maka neraka itu
membakar kulit dan daging mereka, dan Ia mengganti kulit dan daging mereka
dengan yang baru, sesuai dengan firman-Nya :
“Setiap kali kulit mereka
hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain.” (Qs.4:56).
Ia, Yang Mahakuasa dan Mahaagung, senantiasa
memperlakukan mereka demikian, disebabkan oleh penyekutuan mereka dengan
kedirian mereka sendiri, di dunia ini, dalam berbuat dosa. Penghuni-penghuni
neraka senantiasa berganti kulit dan daging, agar mereka tersiksa dan
kesakitan. Sedang penghuni surga senantiasa dilimpahi rizki, agar mereka
senantiasa bersyukur. Hal ini dikarenakan perjuangan mereka melawan kedirian
mereka sendiri demi menyesuaikannya dengan kehendak Allah dalam kehidupan di
dunia ini, dan inilah yang dimaksud dalam sabda Nabi saw. : “Dunia ini adalah tanah garapan bagi akhirat.”
RISALAH KEENAMPULUH
delapan
Ia bertutur :
Bila Allah mengabulkan doa hamba-Nya dan memberinya yang
dimintanya, maksud-Nya sendiri, dengan demikian, tak terpatahkan dan telah
diketahui-Nya sebelumnya. Tapi, doa itu sesuai dengan kehendak Allah dan tejadi
pada saat yang telah ditentukan-Nya. Nah. Diterimanya doa dan dipenuhinya
kebutuhan, terjadi pada saat yang telah ditentukan, dan sesuai dengan
rencan-Nya sebelumnya pada awal masa, dan yang bakal didpenuhi pada saat yang
telah ditentukan. Inilah ayng telah diaktakan oleh seorang alim dalam menerangkan firman-Nya :
“Setiap saat, Dia dalam
kesibukan.” (Qs.55:29).
Ini berarti bahwa Allah mengaruniakan pada saat-saaat
yang telah ditentukan. Dengan demikian, Allah tak memberi seseorang sesuatu di
dunia ini karena ddoanya semata-mata, begitu pula Ia tak menjauhkan sesuatu
darinya hanya karena doanya, dan dikatakan, Nabi saw. bersabda bahwa takdir tak
bisa dihindari kecuali dengan doa tertentu. Juga tak seorang pun masuk surga
melalui amal-amal salehnya semata, tetapi melalui kasih sayang Allah, dan hamba
hamba Allah akan diberi kedudukan di surga sesua dengan amal-amal mereka.
Aisyah ra. Berkata bahwa ia bertanya kepada Nabi saw. : “Apakah seseorang masuk
surga hanya karena amal-amalnya? Tidak, tetapi dengan kasih sayang Allah.” Jawab
Nabi, sambi meletakkan tangannya di atas kepalanya.
Ia melakukan hal
ini untuk menunjukkan bahwa tak seorang pun berhak menentang Allah. Juga Ia tak
wajib memenuhi janji. Tapi ia berbuat sekehdank-Nya, menyiksa yang
dikehendaki-Nya, mengasihi yang dikehendaki-Nya dan mengaruniakan nikmat bagi
yang dikehendaki-Nya, dan Ia Mahakuasa atas segalanya. Ia tak ditanya tentang
yang dilakukan-Nya, sedang hamba-hamba-Nya akan ditanya. Ia memberikan rizki
kepada yang dikehendaki-Nya, dengan karunia dan kasih-Nya, dan menahan
karunia-karunia-Nya dari yang dikehendaki-Nya. Begitulah adanya, karena
ciptaan, sejak dari arsy-Nya hingga dasar bumi di lapisan ke tujuh bawah langit
ini dalah milik-Nya dan ciptaan-Nya. Pencipta mereka adalah Allah, dan pemilik
mereka adalah Allah, dan Allah berfirman :
“Adakah pencipta selain-Nya?”
(Qs.35:3). “Adakah Tuhan selain Allah?” (Qs.27:63), “Dan tahukah kau, adakah
yang menyamai-Nya?” (Qs.29:65).
“Katakanlah : “Ya Allah! Pemilik kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan
dari yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mu-lah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Qs.3:26).
RISALAH
KEENAMPULUH sembilan
Ia bertutur :
Jangan meminta kepada Allah SWT sesuatu pun
selain ampunan bagi dosa-dosamu, perlindungan dari dosa-dosa kini dan kelak,
kemampuan untuk menunaikan perintah-perintah, untuk berpantang dari segala yang
haram, untuk ridha dengan pahitnya ketentuan-Nya, untuk bersabar dalam
menghadapi pedihnya musibah, untuk mensyukuri limpahan karunia dan, akhirnya,
untuk mati dengan husnul khatimah, bersama dengan para Nabi, para Shiddiq dan
para saleh. Jangan pula memohon kepada-Nya untuk menyingkirkan kemiskinan serta
musibah dan untuk menganugerahkan kemudahan, tetapi mintalah kepada-Nya
keridhaan dengan ketentuan dan karunia-Nya, perlindungan abadi-Nya bagi dirimu
yang telah ditempatkan-Nya dari satu hal ke hal lain, sebab kau tak tahu letak
kebaikan – dalam kesulitan atau kemudahan. Dia telah menyembunyikan pengetahuan tentang hal-hal
darimu. Dia sendirilah yang tahu yang baik dan yang buruk. Sebuah hadits yang
dibawakan oleh Hadhrat Umar bin al-Khaththab mengatakan :
“Hampir tak menjadi masalah
bagiku, dalam keadaan apa aku di pagi hari --- entah hal itu membawa kepadaku
yang tak ku sukai atau yang kusukai, sebab aku tak tahu keberadaan kebaikan.”
Ia berkata demikian lantaran keridhaan sempurnanya dengan
kehendak Allah. Allah berfirman :
“Berperang diwajibakan atas kamu,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.” (Qs.2:216).
Allah mengetahui yang baik dan yang buruk, sedang kau tak
mengetahuinya.
Senantiasalah dalam keadaan begini, sehingga hawa nafsumu
pupus dan kedirianmu hancur serta tertaklukkan. Maka sirnalah kehendakmu dan
segala kemaujudan dari hatimu kecuali Allah. Kemudian hatimu diisi dengan
kecintaan kepada Allah dan maksudmu untuk mencapai-Nya menjadi tuluus. Setelah
ini, Kehendakmu dikembalikan kepadamu melalui perintah-Nya bersama dengan
kehendakmu untuk menikmati dunia ini dan akhirat. Lalu kau akan meminta hal-hal
ini kepada Allah dalam kepatuhan kepada-Nya dan keselarasan dengan-Nya. Jika
Dia menganugerahimu suatu karunia, maka kau akan bersyukur atasnya. Jika Dia
menahan darimu sesuatu, maka kau takkan gundah karenanya, jiwamu takkan berubah
dan kau takkan menyalahkan-Nya, sebab kau tak mengupayakannya dengan hawa
nafsumu serta kehendakmu, sebab hatimu bersih dari hal-hal ini dan kau tak
menghendaki hal-hal ini melainkan hanya mengikuti perintah-Nya melalui
permohonanmu kepada-Nya, dan bagimu kedamian.
RISALAH
ketujuhpuluh
Ia bertutur :
Bagaimana baik bagimu berbangga akan kebajikanmu, padahal
kau mengatakan bahwa hal ini berasal dari kekuatan yang dianugerahkan oleh
Allah, melalui pertolongan, daya, kehendak dan karunia-karunia-Nya? Begitu pula
dengan pencampakkan dosa, hal ini dikarenakan oleh perlindungan dan pertolongan
dari-Nya. Bagaimana kau bisa tak bersyukur atas hal itu dan tak mengakui semua
rahmat ini yang berasal dari-Nya? Kenapa semangta ketakpatuhan dan ketakacuhan
ini, yaitu perasaan banggamu akan keberanian yang adalah bukan milikmu, akan
kemurahan yang adalah milik orang lain? Bila kau tak dapat membunuh musuhmu
tanpa bantuan beberapa orang yang gagah berani, yang menyerang musuhmu, sedang
kau hanya menimbrunginya, maka kau akan terbunuh bukannya musuhmu; juga kau
takkan bermurah bila tak ada yang patut diberi kemurahan --
jika demikian, kenapa kau bangga akan kebajikanmu?
Jalan terbaik bagimu ialah bersyukur dan memuji sang
penolong, senantiasa memuji-Nya, dan menisbahkan segala pencapaianmu kepada-Nya
dalam segala keadaan kehidupanmu. Jika tikda, hal itu akan menjadi keburukan
dan dosa. Bila demikian, maka kau harus menisbahkan keburukan dosa kepada
dirimu sendiri. Kau harus menisbahkan kepada dirimu sendiri kezaliman, perilaku
buruk dan kesalahan untuk hal-hal ini, sebab dirimu lebih patut menerima
hal-hal ini daripada orang lain, sebab dirimu adalah tempat keburukan dan ia
memerintahkan segala keburukan dan ketakbegunaan. Jika Dia, Yang Mahaperkasa
lagi Mahaagung, adalah pencipta kebajikan dan upayamu, maka kau adalah pembuat
upaya, sedang Dia adalah penciptanya. Inilah yang dimaksudkan oleh perkataan
orang-orang yang memperoleh Ma’rifah : “Tindakan akan
datang, sedang kau tak dapat mengelakkannya.”
Nabi saw. bersabda :
“Berbuat baiklah, mendekatlah
kepada Allah, dan luruskanlah dirimu, sebab bagi semua orang ada kemudahan.”
RISALAH ketujuhpuluh
satu
Ia bertutur :
Kau tentu berada dalam salah satu dari kedua hal ini :
Pengupaya atau yang diupayakan. Bila kau seorang pengupaya, maka kau terbebani
dan penanggungan beban yanng memikul segala yang sulit dan berat. Hal ini
dikarenakan kau adalah seorang pengupaya. Seorang pengupaya meski bekerja keras
dan disalahkan, hingga ia memperoleh yang dikehendakinya. Tak patut bagimu
mengelak dari kesulitan-kesulitan yang merundungmu sampai deritamu sirna. Maka
kau akan diselamatkan dari segala macam suaru, noda, kekejian, kehinaan, rasa
sakit, derita dan ketergantungan kepada orang. Maka kau akan dimasukkan ke
dalam kelompok orang yang dicintai Allah.
Namun, bila kau adalah yang diupayakan, maka jangan
salahkan Allah jika Dia menimpakan musibah atasmu. Juga, jangan kau ragukan
kedudukanmu di hadapan-Nya, sebab, Dia telah mengujimu agar kau meraih
kedudukan tinggi. Dia hendak meningkatkan kedudukanmu ke tingkat wali dan
badal. Sukakah kau bila kedudukanmu berada di bawah kedudukan meraka, atau bila
busana kemuliaan, nur dan rahmat mereka? Meski kau puas dengan kedudukan
rendahmu, tapi Allah SWT tak menyukainya. Dalam hal ini Dia berfirman :
“Dan Allah mengetahui, sedang kamu tak mengetahui.”
(Qs.2:232).
Dia telah memilihkan untukmu sesuatu yang lebih tinggi, lebih
cerah, lebih baik dan lebih mulia, sedang kau menampiknya.
Jika kau berkata : bagaimana benar pengabdi sempurna
mesti diuji, sedang kau berkata bahwa ujian dimaksudkan bagi sang pencinta,
pdahal pilihan Allah adalah orang yang dicintai-Nya? Pertama kami sebutkan
aturannya, kemudian pengecualian yang mungkin. Tiada dua pendapat bahwa Nabi
saw. adalah yang paling dicintai dan yang paling banyak diuji. Nabi saw.
bersabda :
“Aku telah demikian takut
karena Allah, tiada seorang pun yang terancam sepertiku dan aku telah demikian
menderita karena Allah, tiada seorang pun yang menderita sepertiku. Telah
datang kepadaku tiga puluh hari dan malam yang di dalamnya kami tak punya
makanan sebanyak yang diapit di bawah ketiak Bilal.”
“Sesungguhnya kami para Nabi adalah yang
paling banyak diuji; kemudian mereka yang kedudukannya lebih rendah dan
seterusnya.”
“Aku adalah yang paling tahu tentang Allah
dan yang paling takut kepada-Nya di antara semua.”
Nah. Bagaimana bisa sang tercinta diuji dan takut,
padahal ia adalah orang pilihan dan pengabdi sempurna? Hal ini dikarenakan Dia
hendak membuat mereka ameraih, sebagaimana telah kami tunjukkan,
kedudukan-kedudukan yang lebih tinggi di surga, dan karena kedudukan-kedudukan
kehidupan surgawi takkan meningkat kecuali melalui amal-amal saleh di kehidupan
duniawi ini. Kehidupan duniawi merupakan tanah garapan kehidupan ukhrawi, dan
amal-amal saleh para Nabi dan wali, setelah menunaikan perintah-perintah dan
menghindari larangan-larangan, berada dalam kesabaran dan keridhaan di tengah-tengah
cobaan. Kemudian cobaan dijauhkan dari mereka dan mereka dianugerahi
rahmat-rahmat Allah, karunia-Nya dan kasih-sayang-Nya sampai mereka menghadap
Tuhan mereka di akhirat yang abadi.
RISALAH
ketujuhpuluh dua
Ia bertutur :
Ada beberapa macam orang agama yang pergi ke pasar-pasar.
Ada yang terkesima, ketika mereka melihat aneka barang yang dapat memuaskan
jasmani mereka di sana, dan hal ini menyebabkan kehancuran dan pencampakkan
mereka akan agama mereka, dan membuat mereka mengikuti hawa nafsu mereka jika
Allah tak memelihara mereka dengan kasih-sayang, perlindungan dan
penganugerahan kesabaran oleh-Nya untuk melawan godaan-godaan ini; dengan
inilah mereka tetap selamat.
Ada yang, ketika mereka melihat hal-ha ini dan hampir
terhancurkan, kembali kepada nalar agama mereka, mengendalikan diri dengan
sekuat daya dan menelan pahitnya mencampakkan hal-hal itu. Mereka inni seperti
prajurit-prajurit gagah berani di jalan agama yang ditolong oleh Allah untuk
mengendalikan diri. Allah menganugerahkan mereka kelimpahan pahala di kehidupan
ukhrawi.
Nabi saw. bersabda :
“Tujuh puluhtidak kebajikan
dicatat untuk seorang mukmin yang mencampakkan dorongan hawa nafsunya ketika ia
dikuasai olehnya atau ia menguasainya.”
“Dan ada di antara mereka yang mendapatkan kenikmatan-kenikmatan
ini dan karunia serta rahmat Allah dalam bentuk kelimpahan kekayaan duniawi dan
bersyukur kepada Allah SWT atas hal-hal itu.”
Namun mereka tetap tak memperhatikan
kenikmatan-kenikmatan ini : mereka buta terhadap segala sesuatu selain Allah
SWT, maka mereka tak melihat sesuatu pun selain-Nya dan tuli terhadap sesuatu
pun selain-Nya. Bila kau lihat orang-orang semacam ini memasuki pasar, mereka
akan ebrkata : “Kami tak melihat sesuatu pun.” Ya, mereka melihat hal-hal
dengan mata mereka, bukan dengan mata hati, mereka melihat semua itu, tapi
bubkan dengan mata nafsu. Pandangan itu adalah pandangan wujud, bukan pandangan
hakikat. Itu adalah pandangan lahiriah, bukan padangan ruhaniah. Mereka melihat
secara lahiriah apa yang ada di pasar, tapi hati mereka melihat Tuhan – kadang
Keagungan-Nya dan kadang Kemurahan-Nya.
Ada yang, ketika mereka memasuki pasar, hati mereka penuh
dengan kasih sayang kepada orang-orang di dalamnya karena Allah SWT. Rasa
kasih-sayang ini membuat mereka bertafakur dalam melihat hal-hal milik
orang-orang ini dan yang di hadapan mereka. Orang-orang semacam ini senantiasa,
sejak masih hingga keluar dari pasar, berdoa dan memohon perlindungan dari
Allah serta menjadi perantara bagi orang-orang di pasar dengan sikap penuh kasih-sayang.
Hati-hati mereka berupaya menguntungkan mereka dan mencegah kerugian mereka.
Lidah-lidah mereka senantiasa memuji Allah atas emua yang telah mereka berikan
kepada mereka dari rahmat dan karunia-Nya. Orang-orang semacam ini disebut
pengawal-pengawal kota dan abdi-abdi Allah. Bila kau mau kau dapat menyebut
mereka orang berilmu, badal, penyayang dan penahan yag tersembunyu dan yang
tampak, yang dicintai-Nya dan khalifah-Nya, di bumi bagi hamba-hamba-Nya,
duta-Nya dan pelaksana kebajikan-Nya. Orang-orang semacam ini, dapat dikatakan,
sebagai batu filosof. Ridha dan rahmat Allah ada pada orang-orang semacam ini
dan pada semua orang yang telah menghadapkan wajahnya kepada Allah dan yang
mencapai puncak singkapan ruhani.
RISALAH
ketujuhpuluh tiga
Ia bertutur :
Kdang Allah memberitahu para Wali-Nya, tentang
kesalahan-kesalahan dan kepalsuan orang, dan pernyataan-pernytaan palsunya
tentag tindakan, kata, pikiran dan tujuannya. Para waliullah dibuat cemburu
akan Tuhannya> Nabi-Nya dan agama-Nya. Kemarahan batiniah dan kemarahan
lahiriah terpacu oleh pikirannya. Bagaimana bisa senang, bila mempunyai
penyakit dalam dan luarr. Bagaimana bisa beriman akan keesaan Tuhan, bila
kecenderungan kesyirikan yang sejajar dengan kekafiran, yang menjauhkan manusia
dari-Nya, dan bila masih berpihak kepada musuh, si setan yang terkutuk, dan si
munafik yang kelak dicampakkan ke dasar neraka dan tinggal untuk selamanya?
Meneyebut kesalahan-kesalahan seperti itu, tindakan-tindakan kejinya dan
pengakuannya sebagai shiddiq, kebersaingannya dengan mereka yang telah
meluruhkan diri ke dalam takdir, terluncur dari lidah sang wali.
Kadang dikarenakan kecemburuan akan Keagungan Tuhan Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung. Kadang karena menolak orang palsu seperti itu, dan
sebagai teguran baginya; kadang karena Kemahakuasaan kehendak dan kemurkaannya
terhadap orang palsu yang mendustakan para wali. Para wali mengutuk pengumpatan
terhadap orang semacam itu, dan “bolehkan para wali mengumpat seseorang?
Bisakah mereka memeprhatikan seseorang, tak hadir atau hadir, dan hal-hal yang
asing bagi orang-orang yang berkedudukan?” Pengutukan semacam itu, dari mereka, tak melebihi firman Allah :
“Dosa keduanya lebih besar daripada manfaat keduanya.”
(Qs.2:219).
Wajib baginya berdiam diri dalam keadaan-keadaan semacam
itu, tunduk dan berupaya mendapatkan keabsaan-Nya, tak berkeberatan terhadap
kehendak-Nya dan walinyayang mencerca pernyataan palsu si palsu. Jika ia
bersikap demikian, maka ia mampu mencabut akar-akar kekejian dari dirinya dan
dipandang sebagai kembalinya dari kejahilan dan kebiadabannya. Hal itu bagai serangan atas nama sang wali, dan juga
menguntungkan si pongah yang berada di tepi jurang kehancuran, karena
kepongahan dan ketakpatuhannya. Dan Allah menunjuki yang dikehendaki-Nya kepda
jalan kebenaran.
RISALAH
ketujuhpuluh empat
Ia bertutur :
Hal pertama yang mesti dilihat oleh orang nalar ialah
keadaan diri, kemudian ciptaan dan penemuan-penemuan, dan menyimpulkan dari
kesemuanya itu kemaujudan Pencipta meraka, Sebab, ciptaan menunjukan adanya
Sang Pencipta, dan kekuatan menunjukkan adanya pelaku bijak dibaliknya, sebab
segala hal mewujud melalui-Nya. Hal ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dalam
tafsirnya tentang firman Allah :
“Dia telah menundukkan bagimu segala yang ada di langit
dan di bumi.”
Dalam menerangkan ayat ini, ia berkata :
“Pada segala sesuatu ada sifat Tuhan. Setiap nama
mengisyaratakan nama-nama-Nya. Sungguh kau berada di antara nama-nama-Nya,
sifat-sifat-Nya dan karya-karya-Nya, secara batiniah melalui kuasa-Nya, dan
secara lahiriah melalui kearifan-Nya. Ia mewujud dalam sifat-sifat-Nya yag
tersembunyi dalam diri-Nya. Dirinya tersembunyi dalam sifat-sifat-Nya.
Sifat-sifatnya tersembunyi dalam karya-karya-Nya. Ia menyingkapkan
pengetahuan-Nya melalui kehendak-Nya. Ia mengejawantahkan kehendak-Nya dengan
gerakan-gerakan. Ia menyembunyikan kepandaian-Nya dan melahirkan kepandaian-Nya
melalui kehendak-Nya. Ia tersembunyi dalam ketakterlihatan-Nya. IA muwujud
dalam kebijakan dan kekuasaan-Nya. Tiada menyerupai-Nya, dan Dia Mahamendengar
lagi Mahamelihat.”
Sungguh banyak rahasia ruhani tersingkap oleh pernyataan
ini, yang takkan diketahui oleh yang tak memiliki hati yang berpelita
pengetahuan ruhani. Keistimewaan insan besar ini dikarenakan tangan-tangan Suci
Nabi mendoakan baginya : “Ya Allah! Karuniakanlah ia pengertian tentang agama, dan ajarilah ia penafsiran
tentangnya.”
Semoga Allah menganugerahi kita rahmat, yang telah
dilimpahkan-Nya kepada orang seperti itu, dan semoga Ia mengumpulkan kita
bersama mereka pada Hari Kebangkitan.
RISALAH
ketujuhpuluh lima
Ia bertutur :
Bertakwalah kepada Allah, taatilah Dia, milikilah kesucia
hati, kendali diri, kebiasaan memberikan hal-hal bermanfaat. Jauhkanlah
penderitaan dan kemiskinan, jagalah kesucian ruhaniawan, bergaulah dengan
sesamamu, nasehatilah kaum muda dengan kebaikan, jauhilah permusuhan dengan
sahabt, jauhilah pula mereka yang bukan salik, dan bertolong-tolonglah dalam
hal agamis dan duniawi. Hakikat kemiskinan agama berupa ketakbolehan
menyampaikan kebutuhan-kebutuhan kepada sesamanya. Hakikat kekayaan agamis
berupa ketakbutuhan akan ciptaan, semisal diri. Tasawuf dicapai lewat kelaparan
dan pemantangan dari hal-hal yang disukai dan dihalalkan. Jangan berpintar-diri
di hadapan seorang darwis, sebab unjuk pengetahuan membuatnya tak senang.
Bersikap lembutlah terhadapnya, sebab kelembutan membuatnya senang. Tasawuf
didasarkan pada delapan hal : 1. Kemurahan Nabi Ibrahim; 2. Kepasrahan Nabi
Ishak; 3. Kesabaran Nabi Ya’kub; 4. Doa Nabi Zakaria; 5. Kemiskinan Nabi Yahya;
6. Berbusana wol seperti Nabi Musa; 7. Berlanglang buana seperti Nabi Isa; 8.
Kesahajaan Nabi Muhammad, saw.
RISALAH
ketujuhpuluh enam
Ia bertutur :
Punyailah kekayaan, harga diri, kemiskinan dan
kerendah-hatian. Wajib bagimmu berendah hati dan bersungguh-sungguh terhadap
Sang Pencipta. Jangan salahkan Dia, karena sarana duniawi. Jangan kau rusak hak
saudaramu karena kau dan dia adalah kawan. Berkawanlah selalu dengan para
darwis, dengan rendah hati, seikap baik dan keterbukaan. Bunuhlah kedirian
hingga tercapai kehidupan dalam ruhani. Yang terdekat dengan Allah ialah yang
paling besar hati dalam berperilaku. Amal terbaik adalah menjaga diri dari
selain-Nya. Nasehatilah selalu orang agar berteguh pada kebenran dan kesabaran.
Cukuplah bagimmu bergaul degan para darwis, dan mengabdi kepada para wli.
Darwis adalah orang yang acuh tak acuh terhadap selain
Allah. Menyerang yag di bawahmu adalah pengecut.
Berbuat serupa dengan yang di atasmu adalah memalukan, dan menyerang yang
sejajar denganmu adalah tak baik. Menjalani kehidupan darwis dan sufi
membutuhkab upaya serius. Semoga Allah mengauraniai kita kekuatan. Duhai wali!
Dikau senantiasa mengingat Allah, sebab hal inimembawa kebaikan dan juga
kewajibanmu untuk berpegang teguh pada perjanjian-Nya, sebab hal ini menjauhkan
segala kemudharatan. Juga kewajibanmu untuk senantiasa meghadapi segala
ketentuan-Nya, sebab hal-hal itu mesti terjadi.
Ketahuilah bahwa kau akan ditanya tentang gerak-gerikmu.
Selamatkanlah anasir tubuhmu dari ketakbergunaan. Wajiblah bagimu menaati
Allah, Rasul-Nya dan mereka yang mesti ditaati. Pikirkanlah kaum muslim, dan
jangan berbuuk niat kepada mereka, entah dalam hati, ucapan atau tindakan.
Doakanlah orang yang telah menzalimimu, dan takwalah
kepada Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaagung. Wajib bagimu makan segala yang
dihalalkan, dan bertanyalah, tentang yang tak kau ketahui, kepada orang yang
memiliki ma’rifat. Berbaiklah senantiasa terhadap Allah Yang Mahakuasa lagi
Mahaagung. Bersamalah dengan-Nya. Bersamalah dengan selain-Nya, sepanjang
dibutuhkan untuk bersama-Nya.
Bersedekahlah di kala pagi. Berdoa;ah di malam hari bagi
Muslim yag meninggal. Ucapkanlah tujuh kali di pagi hari dan sore hari :
“Allahumma ajirna minan nar, yang maknanya : “Ya Allah! Lindungilaha kami dari
api neraka.” Berdoalah selalu : A’udzubillahi-is-sma’i-i;-‘Alim minasy-ysaithan
ir rajim. Yang maknanya : “Aku berlindung kepada Allah Yang Mahamendengar lagi
Mahamengetahui dari setan yang terkutuk.”
Lalu agungkanlah Dia dengan ayat-ayat terakhir Surah
al-Hasyr :”Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia, Yang mengetahui yang
gaibdan yang nyata. Dialah yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang. Dialah Allah
yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Mahasuci. Yang Mahasejahtera, yang
mengaruniakan keamanan, yang Mahamemelihara, yang mengaruniakan keamanan, yang
Mahamemelihara, yang Mahaperkasa, yang Mahakuasa, yang memiliki segala
keagungan, Mahasuci Allah dari segala yang mereka persekutukan. Dialah Allah,
Pencipta, Pewujud, Pembentuk, Pemilik nama-nama terbaik. Bertasbihlah
kepada-Nya segala yang di langit dan di Bumi. Dan Dialah yang Mahakuasa lagi
Mahabijaksana.”
RISALAH
ketujuhpuluh tujuh
Ia bertutur :
Bersamalah dengan Allha, seolah-oleh tiada ciptaan.
Bersamalah dengan ciptaan seolah-olah tiada diri. Bila bersama Allah, Yang
Mahakuasa lagi Mahaagung, tanpa ciptaan. Dia tercapai, dan jauh dari
selain-Nya. Bila bersama ciptaan, tanpa diri,
keadilan tergapai, kebajikan terbantu, dan selamatlah dari kekerasan kehidupan.
Tinggalkanlah segala sesuatu di luar pintu, bila memasuki pintu uzlah. Maka
terlihat oleh mata batinmu temanmu dalam uzlah-mu, terasakan hal di luar
ciptaan, lenyaplah diri, dan digantikan oleh perintah-Nya dan kedekatan-Nya.
Maka ketak-tahuanmu menjadi ketahuanmu, kejauhanmu menjadi kedekatanmu,
kediamanmu menjadi pengingatanmu akan-Nya, dan kebuasanmu menjadi kekaribanmu.
Duhai! Tiada lagi tersisa di sana, selain Sang Pencipta dan ciptaan. Maka jika
Sang Pencipta telah di pilih, ucapkanlah :
“Sesungguhnya mereka adalah
musuh-musuhku, kecuali Tuhan semesta alam.” (Qs.26:77).
Barangsiapa telah
merasakannya, ia telah mengetahuinya.
Ia ditanya : “Bagaimana kepahitan mengatasi kemanisan?”
“Mesti berupaya menjauhkan kedirian. Duhai! Bila seorang mukmin berbuat
kebajikan, maka hewaninya tunduk kepada hati. Bila diri mencapai kesadaran
hati, maka berubahlah hati menjadi suatu rahasia; rahasiapun berubah menjadi
kemusnahan; kemusnahan berubah menjadi kemaujudan lain; jawabnya. “Kawan bisa
mencapai lewat setiap pintu. Duhai! Peluruhan diri ialah mengingkari semua
ciptaan, merubah sifat menjadi siffat malaikat, lenyap dari sifat malaikat dan
kebali ke semula. Maka Tuhan menyiramimu sesuka-Nya, dan membajakmu sesuka-Nya.
Bila menghendaki peringkat ini, pilihlah Islam, dan tundukan kepada
ketetapan-Nya, maka tergapailah ma’rifat, tersadarilah Ia, termaujudlah diri di
dalam-Nya, dan menjadilah diri milik-Nya, Kesalehan ialah karya satu jam dan
kebertarakan dua jam, sedang pengetahuan Allah adalah karya abadi.” Lanjutnya.
RISALAH
ketujuhpuluh delapan
Ia bertutur :
Ada sepuluh sifat pada salik, pemawas diri dan peraih
tujuan ruhani :
1
Tak bersumpah dengan-Nya, entah benar atau tidak, entah
sengaja atau tidak. Sebab bila hal ini termapankan, dan lidah terbiasa
dengannya, maka hal ini membawanya kepada suatu kedudukan, yang di dalamnya ia
mampu menghentikan bersumpah dengan sengaja atau tidak. Nah, bila ia menjadi
begini, Allah membukakan baginya pintu nur-Nya. Hatinya tahu manfaat ini,
kedudukannya termuliakan, langkah dan kesabarannya terkuatkan. Maka, dpujilah
dan dimuliakanlah ia di tengah-tengah tetangga dan sahabatnya, sehingga yang
tahu dia, menghormatinya, dan yang melihatnya, takut kepadanya.
2
Menghindar dari berbicara tak benar, entah serius atau
bercanda. Sebab bila ia melakuka dan mengukuhkan hal ini pda dirinya sendiri,
dan lidahnya terbiasa dengannya, maka Allah membuka dengannya hatinya, dan
menjernihkan dengannya pengetahuannya, sehingga ia tampak tak tahu kepalsuan.
Bila ia mendengarnya dari orang lain, ia memandangnya sebagai noda besar, dan
termalukan olehnya. Bila ia memohon kepada Allah agar menjauhkannya, maka
baginya pahala.
3
Menjaga janji. Sungguh, hal ini demikian menguatnya,
sebab mengingkari janji termasuk kepalsuan. Maka terbukalah baginya pintu
kemurahan, dan baginya kemuliaan, dan dicintailah ia oleh pada shiddiq dan
mulialah ia di hadapan Allah.
4
Tak mengutuk sesuatu makhluk pun, tak merusak sesuatu
pun, meski sekecil atom pun, dan bahkan yang lebuh kecil darinya. Sebab hal ini
termasuk tuntutan kebenaran dan kebaikan. Berlaku berdasarkan prinsip ini,
memperoleh husnul khatimah di bawah naungan-Nya, Ia meninggikan kedudukannya,
Ia melindunginya dari kehancuran, dan mengaruniainya kasih sayang dan kedekatan
dengan-Nya.
5
Tak mendoakan keburukan bagi seorng pun, meski ia telah
dizalimi. Lidah dan geraknya tak mendendam, tapi bersabar demi Allah. Hal ini
membawanya kepada kedudukan mulia di dunia dan di akhirat. Ia menjadi dicintai
dan disayangi oleh semua penerima kebenaran, baik dekat maupun jauh.
6
Tak berpihak kepda kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan
mereka yang se-kiblat. Sifat ini menciptakan kesempurnaan dalam mengikuti
Sunnah, dan amat jauh dari mencampuri pengetahuan Allah dan juga dari
penyiksaan-Nya, dan amat dengan ridha dan kasih sayang-Nya. Inilah pintu
kemuliaan dan keagungan dari Allah Yang Mahamulia, yang menganugerahkannya
kepada hamba beriman-Nya sebagai balasan atas kasih sayangnya terhadap semua
orang.
7
Tak memlihat sesuatu kedosaan, baik lahiriah maupun
batiniah. Mencegah anasir tubuhnya
darinya, sebab hal ini merupakan suatu tindakan tercepat dalam membawa
balasan bagi hati dan anansir tubuh di dunia dan pahala di akhirat. Semoga
Allah menganugerahi kita daya untuk berlaku begini, dan menjauhkan kedirian
dari hati kita.
8
Tak membani seorang pun, entah dengan beban ringan atau
berat. Tapi, melepaskan orang dari beban, entah diminta atau tidak. Hal ini
menjadikan hamba-hamba Allah dan para ssaleh mulia, dan memacu orang untuk
ber-amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini menciptakan kemuliaan penuh bagi
hamba-hamba Allah dan para saleh, dan baginya segenap makhluk tampak sama. Maka
Allah membuat hatinya tak butuh, yakin dan bertumpu pada Allah. Allah tak
meninggikan seorang pun, bila masih terikat kedirian. Bagi orang semacam ini,
semua makhluk memiliki hak yang sama, dan mesti diyakini bahwa inilah pintu kemuliaan
bagi para mukmin dan para saleh, dan pintu terdekat kepada keikhlasan.
9
Bersih dari segala harapan insan, dan tak merasa tergoda
hatinya oleh milikna mereka. Sungguh, inilah kemuliaan besar, ketakbutuhan
sejti, kerajaan besar, pujian agung, kepastian nan tegar kepasrahan sejati
kepada-Nya. Inilah pintu segala pintu kepasrahan kepada-Nya, yang memampukan
orang meraih ketakwaan kepada-Nya, dan
pencipta keterikatan sempurna dengan-Nya.
10
Rendah hati. Dengan ini, sang hamba termuliakan dan
sempurna di hadapan Allah (Mahaagung Dia) dan insan. Inilah sifat penyempurna
kepatuhan, dan dengannya sang hamba meraih kebajikan di kala suka dan duka, dan
inilah kesalehan nan sempurna. Rendah hati membuat sang hamba merasa rendah
daripada orang lain. Ia berkata : “Mungkin orang ini lebih baik dariku di
hadapan Allah, dan lebih tinggi kedudukannya. “Mengenai orang kecil, sang hamba
berkata : “Orang ini tak menantang Allah, sedang aku menentang-Nya, sungguh ia
lebih baik dariku.” Mengenai orang besar, sang hamba berkata : “Orang ini telah
dianugerahi yang tak ada padaku, ia telah memperoleh yang tak diperoleh, ia
mengetahui yang tak kuketahui dan ia bertindak dengan pengetahuan. “Mengani
orang bodoh, sang hamba berkata : “Orang ini tak mematuhi-Nya karena tak tahu,
dan aku tak mematuhi-Nya meski aku tahu, dan ku tak tahu akhir hayatku dan
akhir hayatnya.” Mengenai orang kafir, sang hamba berkata : “Entahlah mungkin
ia akan menjadi seorang Muslim, dan mungkin aku akan menjadi tak beriman.”
Inilah pintu kasih sayang dan ketaktan.
Bila hamba Allah telah menjadi begini, maka Allah
menyelamatkannya dari segala bencana, dan menjadikannya pilihan-Nya, dan
menjadilah ia musuh iblis, sang musuh Allah. Keadaan ini menciptakan pintu
kasih. Dengan mencapainya, pintu kebanggaan tertutup dan tali kesombongan diri
terputus, dan cita keunggulan diri agamis, duniawi dan ruhani tercampakkan.
Inilah hakikat pengabdian kepada-Nya; Tiada sebaik ini. Dengan meraih keadaan
ini, lidah terhenti menyebut insan dunia dan yang sia-sia, dan karyanya tak
sempurna tanpa hal ini; kebencian kepongahan dan keberlebihan tehapus dari
hatinya pada segala keadaan, lidahnya sama; orang baginya sama. Ia tak menegus
seseorang dengan keburukan, sebab hal ini membencanai hamba-hamba Allah dan
pengabdi-pengabdi-Nya, dan menghancurkan kezuhudan.
RISALAH
ketujuhpuluh sembilan
Kala sang wali menghadapi sakaratul maut, putranya, Abdul
Wahab berrkata kepdanya : “Apa yang mesti kulakukan sepeninggal Ayah.” “Kamu
mesti takut kepada-Nya, jangan takut kepada selain-Nya, jangan berharap kepada
selain-Nya, dan berpasrahlah hanya kepada-Nya,” jawabnya.
Selanjutnya ia berkata “Aku adalah biji tak berkulit.
Orang lain telah datang kepadaku; berilah mereka tempat dan hormatilah mereka.
Inilah manfaat nan besar. Jangan membuat tempat ini penuh sesak dengan ini.
Atasmu kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Semoga dia melindungiku dan kamu, dan
mengasihiku dan kamu. Kumulai senantiasa dengan asma Allah.”
Ia terus berkata begini satu hari satu malam; “Celakalah
kau, aku tak takut sesuatupun, baik malaikat maupun malakul maut. Duhai malakul
maut! Bukanlah kau, tapi sahabtku yang bermurah kepadaku.”
Lantas, pada malam mewafatannya, ia memekik keras, dan
mengangkat dan merentangkan kedua tangannya sembari berkata : “Atasmu
kedamaian, kasih dan rahmat Allah. Bertobatlah dan ikutilah jalan ini. Kini Aku
datang kepadamu.
Dia berkata : “Tunggu.” Dan, meninggalah dia.
RISALAH
kedelapanpuluh
Ia bertutur :
Antara aku, kau dan ciptaan hanya ada Dia, sebagaimana
antara langit dan bumi, Maka, jangan memandangku sebagai mereka jangan pula
memandang mereka sebagai aku.
Bertanyalah Abdul Aziz, putranya, kepadanya tentang
keadaanya. “Hendaknya jangan bertanya kepadaku tentag sesuatu pun. Aku sedang
mengalami perubahan ma’rifat.” Jawabnya.
Selanjutnya dikatakan, Abdul Aziz bertanya kepadanya
tentang penyakitnya. “Tak satu insan pun, tak satu jin pun, tak satu malaikat
pun tahu penyakitku. Pengetahuan-Nya tak terhapus oleh perintah-Nya. Perintah
berubah, sedang pengetahuan tak berubah. Allah Mahaberkehendak, dan oleh-Nya
Kitab Suci mewujud.
“Dia tak titanya tentang yang dilakukan-Nya, tapi
merekalah yang ditanya.” (Qs.21:23).
Putranya, Abdul Jabbar, bertanya kepadanya : “Mana yang
sakit?” “Sekujur tubuhku sakit, kecuali hatiku.” Jawabnya.
Ia berkata : “Aku
mencari pertolongan Allah dengan: “Tiada sesembahan selain selain Dia,
Mahaagung, Mahamulia lagi Mahaabadi Dia, dan Muhammad adalah Rasul-Nya.”
Putranya, Musa, berkata bahwa ia berupaya mengucapkan
kata Taazzaza, tapi lidahnya tak mampu mengucapkannya dengan benar. Maka, dia
ulang0ulang kata Taazzaza ini, diperpanjangannya bunyinya dan ditekannya,
sehingga ia bisa mengucapkannya dengan benar. Lalu ia berkata : “Allah, Allah,
Allah,” suaranya melemah, lidahnya melekat pada langit-langit mulut, dan pergilah
jiwa mulianya dari jasadnya – ridha Allah atasnya. Semoga Dia Menganugerahi
kita dan semua Muslim Husnul Khatimah, dan semoga Dia memampukan kita menjadi
salah. Amin! Amin! Amin!.
PRIGEN, 5 Nopember 2013
1 Muharam