AL
MAWAQIF WAL MUKHOTOBAT
(Yang ditegakkan berdiri dan diajak
bertutur kata)
Judul : Melihat Allah
Terjemahan : oleh Mustafa Mahmud
Penerbit : PT. Bina Ilmu – Surabaya – Tanpa tahun
Penyadur : Pujo Prayitno
ULASAN
ABDUL HASAN
ASY-SYADZILI
Dokter Abdul Halim Mahmoud dalam bukunya yang berjudul
“Abdul Hasan Asy-Syadzily” yang diterbitkan di tahun 1387 H – 1967 H.
Mengatakan bahwa beliau adalah seorang Arif Billah, seorang sufi penuh
perjuangan, lahir di tahun 593 H – wafat 656 H.
Dalam singgungannya yang singkat, diterangkan bagaimana
pendapat Asy-Syadzilly mengenai Asy Syeikh Muhammad Bin Abdul Jabbar An-Nafri,
penulis kitab “Almawaqif wal Mukhotobat”, kata beliau : “Kitab itu bukan
sembarang kitab, tidak mudah, yang kesukarannya sudah pasti sukar, oleh karena
isinya mengibaratkan tentang hal-hal ruhani, meninggi dan tidak mungkin bagi
seseorang dapat mendalami selain “Kawan-kawan ahli rasa” (dzauqiah) yang tinggi
pula pengertian dan kemauannya, tak mungkin seluruh kitab itu dipahami kecuali
oleh orang khusus di bidangnya”.
Dan dalam hal ini Abdul Hasan Asy-Syadzilly penuh
berhasrat hendak “Meringankan” dan “Menggampangkan” kandungan isi kitab itu,
agar mereka yang berkemampuan bersedia untuk menerima, dapat memahami. Dan
beliau dalam hal ini bersedia menyediakan “Kunci pembukanya” bagi setiap yang
merindukan alam hikmat kebijaksanaan; sayang sekali sampai akhir hayat niat
baik beliau belum sampai terlaksana.
Dalam buku ini disebutkan pula bahwa Ibn Athaillah
membawakan sebuah kisah : Pada suatu hari pernah terjadi suatu pertemuan di
Cairo di rumah Azky As Sarrakh, dalam pertemuan tersebut Asy Syeikh Abdul Hasan
Asy-Syadzilly memegang sebuah kitab “Almawaqif wal Mukhotobat” Kitab tersebut
beliau baca di hadapan Ibn Athaillah dan Abdul Abbas Al Marsi...
Berdasarkan pada tulisan
Doktor Abdul Halim Mahmoud mengenai kehidupan Asy-Syadzily (yang pernah berguru
pada Abdus Salam bin Masysy) teranglah sudah bahwa buku “Almawaqif wal
Mukhotobat” karangan Asy-Syeikh Muhammad bin Abdul Jabbar An-Nafri yang kami terjemahkan
dan disusun dalam Bahasa Indonesia dengan Judul “Melihat Allah” sudah dikenal
dan diketahui oleh Ibn Athaillah As-Iskandari penulis kitab :Al Hikam” yang sudah tidak asing lagi bagi kita, bahwa
sudah dikenal pula oleh Abul Abbas Al-Marsi (Guru Ibn Athaillah) murid Abul
Hasan Asy-Syadzilly. Dalam buku tersebut terdapat banyak persamaan perihal
kata-kata “Allah berkata kepadaku” dan lain-lain yang serupa dengan itu. Semoga
ridha dan Rahmat Allah kepada beliau-beliau..........
1.
TENTANG
TAUHID
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
“Wahai hamba, engkau tiada memiliki sesuatu pun, kecuali
apa yang Aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga engkau memiliki
dirimu, karena Akulah Maha Pencipta-Nya; Tiada pula engkau memiliki jasadmu,
maka Akulah yang membentuk-Nya; Hanya dengan pertolongan-Ku engkau dapat
berdiri; dan dengan “Kalimat-Ku” engkau datang ke dunia ini.
“Wahai hamba! Katakanlah Tiada Tuhan melainkan Allah,
kemudian tegakkan berdiri di jalan yang benar, maka Tiada Tuhan melainkan AKU.
Dan tiada pula wujud yang sebenarnya wujud kecuali untuk-Ku, dan segala yang
selain daripada-Ku, adalah dari bantuan tangan-Ku dan dari tiupan Roh-Ku.
“Wahai hamba! Segala sesuatu adalah kepunyaan-Ku, bagi-Ku
dan untuk-Ku, jangan sekali-kali engkau merebut apa yang menjadi kepunyaan-Ku.
Kembalikan segala sesuatu kepada-Ku, niscaya akan Ku buahkan pengembalianmu
dengan tangan-Ku dan Ku tambah padanya dengan kemurahan-Ku. Serahakan segala
sesuatu kepada-Ku, niscaya Ku selamatkan engkau dari segala sesuatu.
Ketahuilah, bahwa hamba-Ku yang terpercaya, adalah yang
mengembalikan segala yang selain-ku kepada Ku. Tengoklah dengan pandangan tajam
kepada-Ku, bagaimana cara-Ku melakukan pembagian, niscaya engkau akan melihat
pemberian dan penolakan merupakan dua bentuk yang dinamakan, agar dengan
demikian engkau mengenal-Ku”.
“Hai hamba!
Sesungguhnya engkau telah melihat Daku sebelum dunia terhampar dan
engkau mengenal siapa yang telah engkau
lihat. Dan kepada-Ku-lah engkau akan kembali.Aku ciptakan sesgala sesuatu untuk
mu dan Aku labuhkan tirai (Hijab) atasmu. Lalu engkau pun tertutup dengan tirai
dirimu sendiri, kemudian Aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang
mana diri-diri yang lain itu menyeru kepadamu dan pada dirinya dan menjadi
penghijab dari pada Ku.
Setelah kesemuanya itu, maka Aku-pun kembali menyata di
balik kesemuanya itu, dan dari belakang kesemuanya itu Ku perkenalkan diri-Ku;
Ku katakan kepadamu bahwasanya Aku-lah Maha Pencipta; Aku yang menciptakan
kesemuanya itu dan bahwasanya Aku menjadikan engkau Khalifah (Pengurus yang
berkuasa di Bumi) atas kesemuanya itu dan ketahuilah bahwa kesemuanya itu
adalah amanah (titipan) pada sisi-mu. Dan diharuskan pada pengemban amanah itu untuk
mengembalikannya.
Maka telitilah dirimu setelah engkau mempercayai-Ku,
sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepada-Ku ?? Dan sudahkah
engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat dengan Ku..????
“Dan ... barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah
akan memberinya pahala yang besar” (QS. Al-FtKh 48:1).
“Dan sesungguhnya... kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka
ia lupa akan perintah itu, dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat”
(QS.Thaha 20:115)
“Hai hamba!!! Ku ciptakan segala sesuatu itu untukmu,
maka bagaimana Aku akan rela kalau engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu itu.
Sesungguhnya Aku melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu
(Selain-Ku) karena Aku pencemburu padamu”.
“Hai Hamba!!!! Aku tidak rela engkau peruntukan dirimu bagi sesuatu,
walau harapanmu akan surga sekalipun, karena sesungguhnya... Aku ciptakan
engkau hanya untuk-Ku; supaya engkau berada di sisi-Ku; Di sisi yang tiada
sisi, dan di mana yang tiada mana.
Ku Ciptakan engkau atas pola gambar-Ku seorang diri,
tunggal, mendengar, melihat dan berkemauan serta berbicara. Dan aku jadikan
engkau mempunyai kemampuan untuk TAJALLINYA (menyatakan) nama-nama-Ku, dan...
tempat untuk pemeliharaan-Ku”.
“Engkau adalah sasaran pandangan-Ku... tiada dinding
penghalang yang memisahkan antara-Ku dan antaramu.
Engkau teman duduk se majelis dengan-Ku, maka tiada
pembatas antara-Ku dan antaramu.
“Hai hamba!! Tiada antara-Ku dan antaramu... antara Aku
lebih dekat kepadamu, maka pandanglah kepada-Ku, karena aku senang memandang
kepadamu”.
2.
UJIAN
<*> Hikmah yang
terkandung di balik penciptaan dunia dan ujian bagi manusia<*>
Al-Imam An-Nafri mengatakan : Bahwa tubuh (Jasad) itu
adalah suatu hakikat yang akan sirna dan bahwa tubuh itu merupakan batu ujian
yang diciptakan oleh Allah untuk menguji Ruh.
Sifat-sifat manusiawi dengan apa yang ada padanya dari
syahwat-syahwat dan keinginan-keinginan serta kemauan-kemauan yang di ikuti
dengan pelanggaran-pelanggaran, adalah juga sebagai cobaan dan ujian dari
tujuan Roh.
Tiada wujud yang sebenarnya, kalau di tilik dari sifat
manusia yang dikaitkan dengan kemanusiaan, tetapi yang ada hanyalah daya yang
merangsang untuk menguji Ruh agar dapat diketahui dan dikenal sampai di
martabat yang dapat dicapai.
Apakah Ruh itu bisa mencapai nisbatnya kepada Allah, lalu
Roh mengarahkan segenap kemampuannya untuk merindukan dan mencintai Allah,
ataukah Roh itu tertarik oleh jasad dengan memanjakan syahwat-syahwatnya.
Di Sinilah letak Ujian itu.
Allah berseru dengan tutur kata-Nya : (Pahami
QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Sesungguhnya Aku dahirkan (nyata) syahwat itu sebagai
dinding kukuh yang menghijab atasmu untuk tawajjuhmu (menuju ke tujuanmu yang
sebenarnya) dan.... andaikan engkau melihat dirimu sendiri sebagai engkau
melihat kepada langit-langit dan bumi, tentu saja akan nampak olehmu bahwa yang
menyaksikan itu adalah engkau, pribadimu, tanpa adaya syahwat dan keinginan”.
“Karena pengujian-Ku kepadamu maka aku coba engkau dengan
syahwat-syahwat yang bersifat tidak menetap pada dirimu di bawah kekuasaan
hukummu dan tidak pula bisa menetap pada dirimu atas dasar penndirianmu,
maka... sifat kemanusiaanmu itu yang condong dan berkeinginan, dan ia pulalah
yang mengejar kepuasan, tetapi sebenarnya engkau tidak condong ke situ dan
tidak pula berkeinginan maupun mengejar kepuasan dan kelezatan”.
“Engkau yang sebenarnya adalah di balik dinding yang
merupakan syahwat dan di belakang tabir penutup sifat kemanusiaan. Engkau yang
sejati adalah suatu roh yang suci bersih, tanpa noda syahwat, dan berada jauh
di atas ketinggian sifat kemanusiaan tanpa condong pada apa pun dan tidak pula
berkeinginan”.
Dari arah lain DIA menyeru : “Hai hamba !! Engkau dalam keadaan lapar lalu engkau lahap
makanan, maka hal yang demikian engkau bukan daripada-Ku; dan AKU pun bukan
dari padamu (yang dimaksud .. ialah seorang hamba yang berdaya untuk
mengalahkan tabiatnya sendiri, adalah menjadi dalil yang nyata bahwa hamba
tersebut telah mengenal dirinya dan telah pula mencapai kemuliaan nasabnya
dengan adanya suatu pertalian roh yang erat dan berkait kepada ALLAH.... bukan
jasad yang bernasab pada tanah).
Di alam Al-Qur’an disebutkan peristiwa Thalud yang
berkata kepada bala tentaranya :
“Sesungguhnya Allah akan
mengujimu dengan sebuah sungai, maka barangsiapa yang minum daripadanya (sepuas
penghilang dahaganya) maka ia bukan dari golonganku, dan barang siapa yang
tidak merasakan kesegaran, maka ia dari golonganku, kecuali orang yang hanya
menyauk sekali sauk dengan tangannya (sekedar pembasah tenggorokan)”. (QS.
Al-Baqarah 2:249).
Ayat tersebut di atas mengandung juga hikmah puasa,
maka... yang demikian itu merupakan kenyataan roh tentang dirinya dan
kesanggupannya untuk menahan diri dari perbuatan (menginginkan kepuasan) jasad
dari apa yang menjadi ujian untuknya. Begitu halnya bila seorang sedang
berpuasa menolak makanan berarti telah memahami sifatnya (yang asli), bahwa roh
itu tidak memerlukan makanan dan minuman.
Allah berseru kepada hamba-Nya : “Aku ciptakan engkau
adalah melulu untuk-Ku, tinggal di
samping-Ku, untuk menjadi sasaran pandangan-Ku dan dalam lingkungan
pemeliharaan-Ku.
Dan Aku telah membangun di sekitarmu bendungan yang
mengelilingi dari segala jurusan demi cemburu-Ku atasmu.
Kemudian Aku berkehendak untuk menguji engkau, lalu aku
Buka pada bendungan tadi pintu-pintu sebanyak apa yang telah Ku ciptakan, dan
sebanyak bilangan apa yang telah Ku nyatakan dari pengaruh-pengaruh yang
merangsang.
Dan di luar setiap pintu, Ku tumbuhkan sebatang pohon
yang rindang yang dikelilingi genangan mata air yang jernih sejuk, dan Aku
hauskan engkau!!!
Lalu aku pun bersumpah demi karunia-karunia-Ku, selama
engkau menjarak keluar daripada-Ku untuk minum, melainkan akan Ku sia-siakan
engkau, jangan diharapkan engkau akan dapat kembali berdampingan dengan-Ku, dan
tidak pula engkau akan berhasil mendapatkan minuman yang engkau harap-harapkan, maka....
sesungguhnya jika terjadi hal demikian, berarti engkau telah sesat jalan
daripada-Ku dan engkau telah melupakan bahwa Aku adalah sebenarnya minuman Yang
Maha Tunggal dan rumah tempatmu berlindung yang tunggal bagimu, dan
sesungguhnya Akulah Allah Pencipta segala sesuatu. Dari pada-Kulah segala
pertolongan dan bantuan, dan dengan Aku pulalah kehidupan sejati yang
sesungguhnya.
3.
Arti Makna Nama-Nya “YANG MAHA
PERKASA”
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
“Tidaklah Aku dapat dipandang oleh mata, tidak pula dapat
dilihat oleh pandangan; Tidak pula Ilmu pengetahuan
dapat menghampiri kepada-Ku;
Aku tidak dapat dikenal oleh sejauh pengenalan.
Aku Yang Maha Perkasa yang tidak dapat dicapai
bagaimanapun, dan... tak dapat dijumpai walau dengan sebutan nama-Ku.
Setiap ucapan kata telah nampak bernyata, maka Akulah
yang menciptakannya dan merangkai huruf-hurufnya. Tidak akan melampaui
kesemuanya itu adalah bahasa-bahasa yang dikenal dan diketahui yang disifatkan.
Aku adalah yang tidak dapat dijangkau dan diserupakan
dengan apapun. “Laisa Kamitslihi
Syai-‘un” (QS.Asy-Syura 42:11).
“Akulah Allah Yang Maha Suci yang tidak dapat
dimasuki dan dijumpai oleh tubuh-tubuh dan tidak oleh huruf-huruf sekalipun dan
tidak pula dapat dicapai oleh kalimat-kalimat”.
Hai Hamba!! Jangan salah terka bahwa setiap yang dhahir
itu dapat dilihat... Akulah Raja yang menyata dengan Kemurahan dan tersembunyi
dengan Keperkasaan.
Hai hamba!! Akulah Yang Dahir yang tidak dapat dilihat
dan dipandang oleh mata, dan Akulah Yang Batin yang tidak dapat disentuh oleh
prasangka dan persangkaan yang bagaimanapun.
Hai hamba!! Akulah Yang Maha Kekal, yang mana kekekalan
Ku tidak dapat diberitakan oleh abad; Dan Akulah Yang Esa yang jauh dari
bilangan dan perhitungan”.
“Setiap sesuatu akan dituntut oleh asal
mulanya, sebagaimana tubuh dintuntut oleh asa mulanya. Yang Satu itu AKU, Yang
Maha Tunggal dan sendirian, dan tidaklah Aku dari sesuatu lalu sesuatu itu akan
menuntut pada-Ku.
Dan tidaklah Aku dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan
menyertai Ku.
Aku adalah mutlak, tiada satu pun ikatan, dan Aku bebas
tanpa ada sesuatu yang menentukan”.
4.
BERSANDING BERSAMA
ALLAH
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
“Apabila eggkau berhimpun dengan selain Ku, kemudian
berpisah, niscaya tidak dapat engkau berhimpun (lagi)”.
“Hendaklah enggkau bersanding dengan Ku, niscaya engkau
akan berhimpun dengan yang menghimpun segala yang bersanding dengan Ku. Dan engkau
akan mendengar dengan pendengaran yang mendengarkan segala pendengaran, maka
engkan akan mencakup selain dirimu dan engkau akan memberitakan tentang DIA dan
tidaklah engkau akan dicakup oleh selainmu lalu DIA memberitakan perihalmu”.
“Orang yang berdiri di Hadirat Ku tidaklah ia akan
ditawan oleh pesona keindahan dan tidaklah ia dikejutkan oleh kegentaran,
karena ia melihat Yang Nayat (Adh-Dhahir) dan bukan kenyataan-kenyataan (yang
berbilang) Ia akan melihat keindahan yang bukan dapat dinamakan keindahan lagi.
Ia akan nampak Yang Mutlak yang tidak lagi terikat (Al Mqayyad), ia akan
melihat yang menentukan dan bukan yang ditentukan”.
“Wajah Ku hanya Ku peruntukan bagi para yang berdiri di
Hadirat Ku; Pekabaranku baga para Pengenal-Pengenal Diri Ku (Arifin)”.
“Karenatu, bersucilah engkau untuk berdiri tegak (Al
Waqfah), Jika tidak demikian halmu, Akan Ku campakan engkau, jangan sampai ada
atasmu kekuasaan lain selain Ku semata-mata”.
Dengan pendirian yang demikian, engkau akan melihat
segala sesuatu selain Allah itu, dengan kelainan yang senyata-nyatanya dan
berlepas dirilah engkau dari kesemuanya itu”.
5
H
U R U F
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
Huruf dirangkai menjadi perkataan, dari perkataan
menjadi pendapatan; Pendapatan bersama dengan perkataan akan menjadi bilangan.
Pendapatan disatukan dengan bilangan perkataan, dan bilangan perkataan
disatukan dengan bilangan pendapatan menimbulkan kekuatan magis. Dan atas dasar
hukum “Peringatan” hal yang demikian adalah masuk dalam kekufuran.
Hukum bilangan kata adalah hukum bantah-membantah
(senketa) yang satu berlawanan dengan yang alin, hal demikian membawa kepada
kepiluan dan kecemasan, hal yang demikian adalah kemustahilan belaka dan
menjadikan ketergantungan dan keguncangan.
Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat dan Af’al
(perbuatan-perbuatan) adalah hijab belaka atas Zat Ilahiat. Karena sesungguhnya
Zat Illahiat itu tidak dapat menerima pembatasan. Zat Illahiat itu berada pada
tingkat ketinggian, sedang pelepasan (Penanggalan -
Tajried) dan Ama’ dan Sifat adalah urut-urutan yang menurun
(Tanazzilat).
Asma’ dengan zat asmanya berdiri tanpa perbuatan, asma’
dapat berbuat hanya dikarenakan Zat Allah semata. Dan... sesungguhnya
persoalannya berkisar bagaikan perkakas dan alat-alat. Dan Huruf di dalam Surga
adalah merupakan alat-alat dan perkakas.
Para Malaikat yang membangun Mahligai-mahligai dan
memancarkan sumber-sumber mata air, yang menciptakan makanan-makanan dan
menyediakan minuman-minuman, kesemuanya adalah huruf. Dan huruf itu adalah
Maqam (kedudukan) yang diberikan kepada para Malaikat, dan pra Malaikat tiada
kesanggupan untuk melampauinya (melangkah lebih dari batas yang ditugaskan
padanya).
Adapun manusia, maka ia memperoleh kesanggupan untuk
lewat melalui dan melangkah serta melampaui lalu keluar daripadanya agar bisa
sampai kepada maqam bersanding “Kedudukan bertetangga dekat” kepada Zat
Illahiat sepenuhnya.
Allah berseru kepada hamba-Nya :
“Huruf itu sifatnya lemah, tidak berkesanggupan untuk
memberitakan tentang dirinya, apalagi memeberitakan tentang-Ku.
Akulah pencipta huruf dan mahruf – apa yang diberitakan
oleh huruf.
Aku jadikan dari rangkaian huruf itu menjadi Asma, dan
susunannya menjadi bahasa dan bberapa ibarat agar dengannya manusia yang
menjadi penghuni alam ini dapat berbicara. Jangan dilupakan bahwa kesemuanya
ini Aku yang menjadikan dan Aku berada di atas segala.
Apa yang Aku ciptakan sebagaimana halnya huruf, tidaklah
mempunyai kemampuan hukum apapun atas Ku dan tiada menyentuh sedikit pun atas
Zat Ku”.
Telah kukatakan kepada huruf dengan gaya huruf itu
sendiri, maka tiadalah lesan (penyalur huruf) itu dapat menyaksikan Daku dan
tiadalah Aku dikenal oleh huruf itu.
“Barangsiapa yang telah kucintai daripada
penyanding-penyanding Ku dan pencinta-pecintaKu, maka Aku pun berkenan
berkata-kata kepadanya, kata-kataku tanpa ibarat (tanpa bahasa dan tanpa
rangkaian huruf);
Dan orang itu pun akan diajak bicara oleh batu-batu dan
bata-bata, dan bagi orang itu cukup mengatakan terhadap sesuatu “Jadilah” maka
“Jadi”. Andaikan Ku katakan dengan ibarat, tentu saja ucapan Ku itu akan
dikembalikan oleh ibarat kepada diri ibarat itu tentang apa-apa yang
diibaratkan dan dengan apa-apa yang diibaratkan. Dan pastilah hal yang demikian
menjadikan tirai pendinding karena kembalinya itu dan sekalipun yang mana
berarti tiak dapat berbuat apa-apa”.
Allah berseru kepada seorang bijak (yang sudah mencapai
pengenalan sejati) :
“Enyahkan jauh-jauh dari dirimu segala apa yang
engkau lihat, lepaskan dirimu dari daya tarik apapun dan dari pengaruh yang
bagaimanapun juga, terutama dari rangsangan-rangsangan. Keluarlah engkau dari
ilmu pengetahuan, amal-amalmu, pengenalan ma’rifatmu, bahkan dari dirimu dan
namamu sekalipun. Keluarlah engkau dari huruf dan mahruf.
Lemparkan segala ibarat ke belakang punggungmu dan
campakan arti makna ke belakang ibarat, dan lemparkan pendapat ke belakang arti
makna dan masuklah engkau seorang diri (tunggal), niscaya engkau akan melihat
Aku sendiri. (Itulah kebenaran pandangan
matahati)Selanjutnya untuk mencapai
tingkat yang demikian bagi si salik (orang yang berjalan menuju kepada Allah)
memerlukan melepas-bebaskan dirinya dari segala sesuatu, baik pengetahuannya,
ama perbuatannya, sifatnya bahkan diri dan namanya dalam ari keluar dari
kebanggan diri. Janagan hendaknya sampai terucapkan dari lesan “Aku si anu yang
telah mencapai derajat demikian, aku adalah seorang arif yang bijak, yang
berilmu dan yang telah membuat karangan-karangan”. Bukan hanya itu saja, tetapi
ia harus keluar dari sihirnya, kalimat dan fitnahnya ibarat (ucapan) ... keluar
dari tabiat dan keinginan-keinginan (syahwat)... keluar dari adat istiadatnya,
dan dari kesemuanya itu dikembalikan apapun yang ada pada dirinya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala (Semata-mata). Ia harus mencuci tangannya
(sebersih-bersihnya) baik dari pangkat dan kejayaannya serta kekuasaannya.
Itulah sebenarnya
penelenjangan yang sewajibnya untuk dapat masuk ke Hadirat Illahy, dan itu
adalah suatu perjalanan rohani yang tidak dapat dicapai oelah setiap orang,
malainan oleh orang-orang tertentu.
Allah berseru kepada seorang yang Arif :
“Andaikan perjalananmu berhenti hanya sampai kepada
huruf, lalu engkau dikuasainya sebagaimana tawanan, dan terpengaruhlah oleh
rahasia-rahasianya, dan tergoda oleh
teka-tekinya, agar supaya engkau dapat merajalela atas manusia-manusia, niscaya
akan Ku catat engkau dari golongan ahli sihir yang tidak berjaya, dan dari
penyembah-penyembah huruf yang mereka itu adalah (terang-terangan) berlaku
syirik kepada Ku mereka adalah penyembah-penyembah
huruf selain daripada Ku, dan menuntut nama itu dari selain Ku”.
“(Bila) Aku memberitahukan kepadamu tentang rahasia
huruf, maka itu adalah suatu malapetaka yang gawat segawat-gawatnya.
Engkau dapat mengenal rahasia huruf, sedang engkau berada
di dalam kemanusiaanmu, niscaya gilalah akal budimu.
Engkau dapat mengenal rahasia Asma (Nama-nama), sedangkan
engkau berada di dalam kemanusiaanmu, biscaya gilalah akal budimu.
Hai hamba!! “Tiada ijin bagimu, kemudian tiada ijin
bagimu, kemudian tujuhpuluh kali tiada ijin bagimu untuk membeberkan terhadap
apa yang Daku percayakan kepadamu dari rahasia-rahasia huruf-Ku dan nama-nama
Ku. Dan ... bagaimana engkau masuk ke dalam khazanah Ku, dan bagaimana engkau
mengambil dari huruf-huruf itu satu huruf dengan keperkasaan Ku dan Kekuasaan
Ku, dan... bagaimana engkau melihat Ku???”
6.
ARTI AYAT : “Dan Bahwa Hanya Kepada
Tuhanlah Kesudahan Segala Sesuatu” (Qs. An Najm 53:42)
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
“Engkau berhasil mendapatkan segala sesuatu
daripada Ku, maka dimanakah kekayaanmu???
“Engkau ku luputkan dari segala sesuatu, maka
dimanakah kefakiranmu??
“Aku yang melindungi engkau dari api neraka, maka dimana
letak ketenengan dirimu??
“Ku menangkan engkau dari Surga, maka dimana pula letak
kenikmatanmu??
“Hanya Aku ketenangan mu, dan di sisi Ku kediamanmu, dan
di anatara kedua tangan Ku tempat berdirimu, andaikan engkau ingin mengetahui”.
“Akulah, kesudahn itu”.
“Dan tiada kebahagiaan tana kesudahan itu”.
“Ku ciptakan engkau untuk Ku... berada di sanding Ku...
supaya engkau menjadi tatapan pandangan Ku dan Aku menjadi tujuan pandangan
mu”.
“Aku tidak rela engkau hanya berada dalam
kedudukan berdzikir saja, atau ibadah saja, maka Ku dirikan pintu-pintu dan
jalan-jalan. Aku sampaikan engkau agar dapat mencapai untuk melihat Ku, sebagaimana ayat di bawah
ini :
“Hai manusia, sesungguhnya
engkau telah bersusah payah dengan kegiatan kerjamu untuk menuju Tuhan mu, maka
pastilah engkau akan menjumpai Nya” (QS. Al-Insyqaq 84:6).
Tafsiran dari “Kad khu
ilallahi” adalah kerja giat penuh dengan kesungguhan untuk tujuan menemui
“Nya”. Tanpa jumpa dengan DIA, tiadalah arti ketenangan dan kebahagiaan.
7.
ARTI MAKNA
“ISLAM”
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq 84.6).
“Hendaklah engkau menyerahkan kepada Ku dengan
sepenuh hatimu, dan menyerah kepada perantara-perantara dengan tubuhnmu; Supaya
engkau bersama Ku dengan kemauan kerasmu, dan bersama selain Ku dengan akal
budimu.
Maka engkau senantiasa menghimpun kemauan kerasmu atas
Ku, tiada bagian bagi selain Ku terhadap dirimu kecuali hanya kehadiranmu
bersamanya, dengan akal budimu saja, maka jangan engkau bersukaria atas karunia
yang dianugrahkan-Nya kepadamu dan jangan cepat-cepat marah kepada orang yang
menyakiti hatimu, jangan pula bermegah karena kejayaanmu dan menepuk dada
menyombongkan ilmu pengetahuanmu.
Waspadalah, jangan terperdaya terhadap karunia-Ku dan
jangan putus harapan karena Ujian dan cobaan Ku, dan jangan jinak bermanja
dengan sesuatu selain Ku”.
“Laksanakan saja apa yang menjadi perintah Ku tanpa
menoleh ke belakang, halmu jika demikian sama dengan Malaikat Ku yang
berkemauan teguh”.
“Bila engkau berlengah-lengah menanti perintah Ku,
sedangkan engkau sudah menegetahui, maka hal yang demikian terang-terangan
engkau melanggar perintah Ku”.
8.
SEBUTAN “AKU”
“Tidak akan diucapkan kalmiat “AKU” melainkan oleh orang
yang berkawan dengan kelengahan dan oleh setiap orang yang terhijab oleh
hakikat :
Ku, pesona dunia masih mencengkeram dirimu, masing-masing
akan menyambar dirimu dengan seruan kepada zat dirinya, engkau masih saja dalam
kegaiban yang kelam daripada Ku.
Maka apabila engkau telah melihat “AKU” dan “Aku” pun
telah bernyata di hadapanmu, tetapkan keteguhanmu, maka tiada Aku lagi malinkan
“AKU”.
“Telah ku ciptakan untukmu dan untuk sesuatu menjadi
tujuan, antara lain tujuan itu adalah “Cintamu kepada dirimu sendiri” itulah
tetesan faham (kalimat) yang engkau warisi, kata-katamu “aku” adalah egomu
sendiri (AKU berlepas diri dari anggapan yang demikian). Dan tidak lain Zat itu
melainkan kepunyaan Ku, dan tidak lain “Aku” itu kecuali untuk Ku semata.
AKULAH yang DIA itu AKU, adapun hakikatmu, bukanlah zat dan bukan pula
persoalan, hanya sesungguhnya engkau berada pada pembagian yang bersifat wahami
(dugaan), hal ini disebabkan karana caramu berpikir dan pencapaianmu pada
pendakian jiwa dan persoalan.
Engkau dalam setiap saat terbagi kepada “menyaksikan dan
disaksikan”, dua menjadi satu dalam bentuk penyatuan... jiwa yang mencapai dan
persoalan yang dicapai... adapun hakikatmu sendiri tersembunyi jauh di balik
penyatuan ini, meninggi atasnya, jauh dari segala itu semua. Engkau bukan lagi
zat dan penyatuan, tetapi engkau hanyalah roh dari Roh Ku, tiada nisbah bagimu
melainkan pada-Ku”.
Engkau tidak mengungkapkan hakikat ini, kecuali di kala
terangkat daripadamu tirai penutup dan engkau memandang Ku, ketika itulah
lenyap keadaan dirimu yang menyatu, penyatuan yang bersifat serba duga
(wahami), lalu engkau menyadari atas hakikat dirimu dan engkau dapati dirimu
yang sebenarnya yang bukan zat dan bukan pula dari persoalan, tetapi hanya
semurni-murninya roh; yang sederhana (Basithah) sutu yang tidak terbagi,
(Jauhar) tunggal, meninggi, tiada nisbah melainkan kepada Ku, maka engkau tidak
lagi mengulangi dan mengatakan “AKU” tetapi mengatakan “Engkaulah Tuhanku”, dan
telah engkau ketahui, bahwa “AKU” adalah untuk Ku semata, dan bahwa engkau
adalah hamba Ku”.
Seruan Allah kepada para arifin : Jikau engkau sudah tiba
kepada melihat Ku, maka tidak akan ada tuntutan, dan apabila tidak ada tuntutan
maka hilanglah sebab, dan jika sebab
telah musnah maka tiada lagi nisbah, sempai di sini sirnalah hijab”.
9.
ILMU PENGETAHUAN
ILMU adalah merupakan satu
upaya untuk mencapai sesuatu yang terdiri dari bagian-bagian dalam ulah
lingkungannya, dan penempuhannya diperlukan adanya gerak dan perjalanan
disertai tata tertib dan peraturan-peraturannya yang tertentu yang ada padanya;
Yaitu ilmu pengetahuan yang membahas tentang ketentuan-ketentuan.
-
Bilmaqadir = tentang
kadar banyaknya.
-
Alkammiyat = dan
tentang hubungan-hubungannya
-
Al ‘ilaqat = Akan
tetapi ilmu itu agak lemah terutama untuk mencapai teka-teki yang memerlukan
pemecahan, “Apakah ini dan apakah itu (Almahiyat), dan pula untuk mencapai
hakikat-hakikat yang ada taraf kesudahannya. Dan ilmu itu dalam persoalan ini
kedudukannya tidak lebih dari alat yang kurang mempunyai kesempurnaan yang
malahan kadang-kadang menyesatkan.
Al Imam An Nafri berkata :
“Ilmu itu sendiri merupakan tirai penutup atas apa yang
sudah menjadikan pengetahuannya; yang seyogyanya tidak demikian halnya.
Seorang yang banyak berilmu (“Ulama) terdinding oleh
kesadarannya sendiri, sama halnya dengan si dungu terdinding oleh
kelengahannya. Sungguh pun begitu ilmu itu mencerai-beraikan akal si alim, disebabkan karena ilmu itu
terpetak-petak dalam beberapa bidang dan arah tujuan pemikiran”.
Ilmu itu sendiri memiliki jalan-jalan dan
saluran-saluran, lalu sampai kepada cabang-cabang. Tiap-tiap cabang mempunyai
jalan keluar sendiri-sendiri, sampai di sini tidak dapat dielakkan lagi akan
terjadinya perselisihan, dan dari perselisihan menjurus ke arah kesesatan.
Akal, setelah mengetahui kesemuanya itu, lalu mengadakan
penyaringan di antara pelbagai macam kemungkinan-kemungkinan, maka
terperosoklah ia ke dalam aneka ragam kesimpang-siuran.”.
Dan Allah dalam seruan-Nya menyampaikan :
“Seorang yang berilmu masih dalam ikatan serba dua
“Menyaksikan dan disaksikan”, begitu pula halnya seorang pengenal (Arifin) ...
yang tidak... dan yang lain halnya... adalah seorang Waqif di Hadirat Ku (orang yang berdiri tegak di tempat
penghentian pencapaian), ia adalah tunggal... karena dia telah sirna (fana)
meniadakan keserba-duaan lagi, menyadari dan kembali pada pribadinya sendiri
dalam kesederhanaan dan kesatuannya (ringan
lunglai terlepas dari daya tarik apappun dan senyawa-menyatu)”.
“Maka seharusnya puncak
dari ilmu, akal dan pikiran itu mengembalikan pada kedudukan asalnya dari segi
bagian-bagian dan kenyataan-kenyataan kepada Yang “SATU” ialah Allah Maha
Penciptanya. Dari sini bertolak ke arah pengenalan (Makrifah) barau dapat
disebut orang arif. Tetapi pandang pengenalan seorang sufi jauh dari kesemuanya
ini, lebih tinggi menjulang dan tidak menilai ilmu, karena pengenalannya kepada
Allah semata-mata, makrifat yang tunggal, mengenal ke Esaan-Nya, dalam
sifat-sifat-Nya, Asma-Nya, Af-al-Nya, Taqdis-Nya dan ke Maha Sucian-Nya”.
Selanjutnya Allah berseru :
Hai hamba yang berilmu! “Bilamana ilmumu dapat melepaskan
engkau dari ilmu mu, maka engkau akan tiba pada perjalanan pengenalan
(Makrifat), tetapi kalau engkau menyatu dengan ilmu mu, maka ilmu itu akan
menjadi penghijab bagimu; Dudukkan ilmu itu pada tempat yang seyogyanya menjadi
penghantar ke arah makrifat dan bukan engkau yang menyatu dengan ilmu mu”.
“Setelah engkau tiba di
ambang pintu makrifat, dan memasukinya, maka engkau akan terheran-heran dan
menginsafi kebodohanmu di hadapan Zat Illahiat dan inti mula pertamanya.
(Kunhiha) serta apa sebenarnya DIA (Manhiat) terungkaplah
di sini lunglainya pencapaian, itulah pencapaian dan kedunguan adalah puncak
makrifat, maka terhujamlah dalam sanubarimu akan arti sebenarnya dari “ Tiada
satupun yang menyamai-Nya”.
Seorang sufi mewejang : “Kebodohan, kedunguan adalah
tirai penutup yang asli dan tak mungkin tersingkap tentang Zat Ilahiat, kecuali
pada Hari Kebangkitan (Kiamat) kala seorang hamba dikehendaki-Nya untuk
memandang dengan pandangan mata.
Adapun sebelum itu maka tiadalah mungkin melihat Allah
dengan terang-terangan, dan apa yang dialami seorang abid ialah menyaksikan
Allah pada sesuatu yang di dalamnya terdapat bekas dari tangan pembuatnya,
ayat-ayat-Nya, hikmah-Nya, tadbir-Nya (yang diuraikan-Nya). Dan itu merupakan
penglihatan akal serta matahati atau melihat Nur-Nya.
Adapun Zat, akan tetap tinggal terselubung oleh selimut
gaib yang mutlak.
Dan di kala seorang abid mencapai puncak makrifat, maka
ia menyadari akan kebodohannya di hadapan Zat itu; Dan menyadari pula akan
kelemahan semua usaha-usaha dan cara-cara yang selama ini diandalkan; ia akan
memulai perjalanannya kepada Allah dengan menempuh penyaksian. Maka akan
keluarlah ia dari alam nyata selain Allah. Keluar dari ilmunya, amalnya,
makrifatnya, ifatnya, namanya dan juga kelura huruf dan ibarat, dan apa saja
yang diibaratkan oleh huruf dan oleh ucapan ibarat.
Dengan pelepasan, penanggalan segalanya itu tadi adalah
pintu untuk mencapai “Penglihatan” serta jalan masuk menuju “Hadirat-Nya” dan
penghentian jalan terakhir dari “penyaksian” maka ia masuk didorong oleh
kekuatan cahaya yang menetap (tidak membiarkan dan tidak meninggalkan).
Yang demikian adalah, apa yang diuraikan dalam gambaran
seorang sufi “Penglihatan hati (Ru’yah Qolbiah) terhadap Zat yang tertutup
terselubung dan terhijab dengan Nur demi Nur-Nya; dan itu merupakan permulaan
disertai kenyataan yang dikawani oleh poros tempat persembunyian segala sesuatu
dan (dikawani) pula oleh keadaan dari kelenyapan yang sepenuh-penuhnya... tiada
sesuatu... selain Nur itu.
Ketahuilah bahwa Nur itu bukanlah Zat, tetapi hanyalah
suatu ayat (tanda bukti) dari sekian banyaknya tanda-tanda bukti, dan juga
sebagai hijab dari sekian banyaknya hijab-hijab dan juga isim dari berbagai
Asma-Nya (nama-nama-Nya) dan Asma adalah hijab atas yang bernama dan yang
dinamai.
Dan ini bukanlah penyaksian pandangan mata. Dalam hal ini
penyaksian pandangan mata tidak mungkin sama sekali selagi di dunia ini, dan
tidaklah bagi insan yang memiliki bentuk jasad insani. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan dari apa yang terjadi, dan apa yang dialami Nabi Musa As. Yang
tidak memiliki daya kemampuan memandang, hingga jatuh pingsan; dan bukti yang
dijadikan contoh tidak pula memiliki kemampuan tersebut hingga hancur lumat
berbutir-butir,
Di dalam Al Qur’an surat Al A’raf 7:143 :
“Dan tatkala Musa datang di
tempat yang telah ditentukan, dan Tuhannya berkata-kata dengannya, lalu
berkatalah Musa :”Wahai Tuhanku! Perlihatkanlah diri-Mu padaku supaya aku dapat
memandang-Mu”. Ia pun berfirman : “Tidak sekali-kali engkau dapat melihatk-Ku,
tetapi pandanglah ke bukit itu; jika ia dapat tetap di tempatnya, maka engkau
akan melihat pada-Ku”, Maka tatkala Allah “memperlihatkan diri” kepada bukit
tadi, bukit itupun hancur luluh menjadi lumat dan jatuhlah Musa dalam keadaan
tak sadar diri. Maka tatkala sadar, berkatalah Musa “Maha Suci Engkau! Aku taubat
kepada-Mu, dan aku adalah orang pertama yang beriman kepada Mu”.
Perhatikan! Musa tidak jatuh pingsan karena melihat Zat
Ilahy, tetapi ia baru melihat tajallinya Zat atas sesuatu yang lain, yakni
bukit itu, baru tajalli-Ny saja, dapatkah engkau membayangkan betapa mungkin
terjadi jika sekiranya Musa melihat Zat-Nya.
Dalam ilmu penegtahuan insani terdapat segi tantangan,
karenanya setiap sesuatu tujuan pemikiran diiringi oleh pemikiran akal yang
menguraikan kebalikannya. Demikian juga kejahilan insani, yang di dalam
kejahilannya terdapat tantangan (dari kebalikannya). Tidak demikian halnya
dengan ilmu pengetahuan Rabbani (Ilahy) yang Ladunni (Ilmu yang didapat
langsung dari Alloh), maka ilmu yang demikian, begitu juga kebodohan yang
berupa “pengetahuan ketidaktahuan”, maka ia adalah suatu kejahilan yang asli,
yang tiada tantangan kebalikannya, karena kejahilan terhadap Zat Ilahiat adalah
merupakan sampainya kepada hakikat yang terakhir, yang berkesudahan (nihaiyah),
justru Allah itu Yang Maha Suci (Majhul al-Hawiyah) yang tak dapat diketahui
karena tiada sapun yang menyerupai-Nya (Dan itulah sifat Zatiyah).
Allah berseru kepada hamba-Nya :
“Keluarlah engkau dari ilmumu yang kebalikannya
adalah kejahilan, keluarlah engkau dari makrifat yang kebalikannya adalah
pengingkaran... niscaya engkauakan jinak terhadap apa yang engkau ketahui, Ilmu
itu berseteru dengan kejahilan, dan kejahilan itu adalah huruf... kejahilan itu
menjadi seteru ilmu dalam kejahilannya terdapat huruf”.
Keluarlah engkau dari huruf, niscaya engkau
mengetahui ilmu yang tiada seterunya, yaitu Ilmu Rabbani (jika engkau sudah
sampai ke taraf ilmu ini), maka engkau akan menjahili suatu kejahilan yang
tiada lagi berseteru dengan kejahilan yang berupa pengetahuan. (Al Jahlul
Irfani)”.
“Jika engkau telah mengetahui suatu ilmu yang tiada
seteru, dan jika engkau menjahili kejahilan yang tiada bersetru pula, maka
engkau bukan lagi tergolong dari penduduk bumi dan langit”.
“Jika engkau sudah bukan lagi menjadi penduduk
bumi, maka Aku tidak akan membebani engkau pekerjaan ahli bumi; Juga kalau
engkau tidak lagi menjadi peduduk langit, maka Akupun tidak lagi membebani
engkau menjadi pekerja ahli langit”.
Pekerjaan-pekerjaan ahi bumi adalah keserakahan
dan kerakusan, kelengahan dan menghambakan diri pada hawa nafsu dan kepada
semua yang nampak di permukaan bumi ini, yang saling kejar mengejar
memperebutkan aneka perhiasan. Sedangkan pekerjaan ahli langit adalah Zikir dan
ta’dziem (membesarkan Nama Tuhan) dan itulah penghambaan ahli langit terhadap
Tuhan, dan itulah yang menjadikan mereka jinak dengan ketenangan kepada Allah.
Dan penghambaan itu merupakan hijab yang terdekat, yang
mana Aku dari balik-Nya berhijab pula dengan sifat keperkasaan; dan kelengahan
itu pun suatu hijab yang jauh, yang mana Aku dari baliknya berhijab dengan
semua dan apa-apa yang telah Ku ciptakan dari segala sesuatu saling
pengaruh-mempengaruhi.
10
R A H A S I A
As-sir (rahasia), adalah laksana sesuatu yang terselubung
dalam kelembutan dan kehalusan, yang tersembunyi di dalam diri manusia, halnya
seperti keadaan roh, hati dan matahati.
Kami biasa mengucapkan : “Naiknya sudah sampai pada
pencapaian Rahasia Tuhan; ucapan ini
rumus untuk sebutan maut, yakni keluarnya roh dari tubuh.
Dan Allah berseru kepada hamba-Nya :
Hai hamba!!” Sirmu yang tersembunyi itu berkekuatan
melebihi kekuatan bumi dan langit.
Sermu dapat memandang tanpa biji mata, mendengar tanpa
daun telinga, Sirmu tidak bertempat tinggal di dalam rumah-rumah dan tidak pula
makan buah-buahan”. Sirmu tidak mengenal malam dan tidak mengembara di siang
hari”.
“Sirmu tidak diketahui oleh akal dan pikiran, dan tidak
pula berhubungan dengan hukum sebab-akibat.”.
“Sirmu hidup dalam abad demi abad, sedang jasadmu hidup
dlam waktu yang ditentukan”.
“Aku berada di belakang sirmu;.. Pengetahuan sirmu tidak
mengetahui akan Daku, dan isyarat-isyarat sirmu tidak sampai menyaksikan Daku”.
“Bila telah engkau yakin tentang sirmu, maka engkau bukan
lagi engkau.... sedangkan engkau-engkau itu adalah tetap engkau”.
“Engkau daripada Ku”.... “Engkau kemudian daripada Ku”
‘Sedangkan segala sesuatu di alam wujud ini datangnya
kemudian daripadamu dapat mengalahkan engkau asalkan engkau mengenal
kedudukanmu dan membiasakan (melazimi) duduk di dalam maqammu, maka yang
demikian itu engkau lebih kuat dari kandungan huruf dan asma; lebih kuat dari
segala apa yang nyata di dalam dunia dan akhirat”.
“Jika engkau telah meyakini akan sirmu, maka yakin
pulalah engkau akan Daku; daripada Ku lah adanya segala sesuatu. Akulah yang
menyatakan segala sesuatu; Akulah yang DIA itu AKU”.
“Aku tidak berada di dalam sesuatu, dan aku berlepas diri
dari pada sesuatu, dan tidak pula Aku berdiam di dalam sesuatu; dan tidaklah
Aku di dalam Aku, dan tidaklah Aku daripada siapa pun, dan Aku tidak terjawab
oleh pertanyaan “Bagaimana?? Dan tidak pula oleh ucapan tanaya “Apa” pun”.
“Aku adalah Yang Maha Esa, Maha Tunggal dan menjadi
kembalinya segala macam pinta (Shomad) tidak ada yang dapat menyatakan adanya
menjadi nyata selain Ku”.
“Aku telah mendhahirkan alam semesta, yang bersifat
teguh-tetap (alam benda) dan apa bila Aku bernyata niscaya Aku akan
melenyapkannya, dan apabila Aku berkehendak; niscaya Aku mengembalikannya
kepada mendahirkannya pula dengan pakaian-pakaian sementara , serta aneka ragam
logam-logam yang terdapat di mana-mana (Yakni pakaian ruang dan waktu ... masa
dan mana).
“Maka peliharalah batasmu antara Ma’nawiyah dan
tsabatiyah (yang tidak tetap dan yang tetap) antara roh dan jasad.
“Segala sesuatu akan dituntut oleh dari mana ia berasal
(jasad barasal dari tanah, maka tanah itu akan menuntut) dan tiadalah Aku
dengan sesuatu, maka sesuatu itu akan berkhusus dengan Ku; Tiadalah Aku
ditentukan, dan sesungguhnya Aku mutlak (bebas)”.
11.
SOPAN SANTUN
BERTUTUR KATA BERSAMA
ALLAH
Hai hamba !! Janganlah engkau menentukan dan menguraikan
apa-apa yang menjadi keperluanmu, tetapi hendaklah engkau menyembunyikannya,
lalu ucapkanlah :
“YA
Tuhan, tengoklah hambamu ini yang berdatang sembah dalam keadaan durhaka penuh
dosa,... tolonglah akan daku dalam urusanku, dakulah semua kemalangan itu,,,,
hanya Engkaulah yang dapat memilih mana yang baik untukku; dakulah yang bodoh
terhadap masalahku di antara kedua tangan Mu. Hindarkanlah daripadaku tindak
memilih atas-Mu”.
Hai hamba! “Tindak memohon kepada Ku hendaknya diiringi
dengan pernyataan yang bijak... maka akan ku perlihatkan kepadamu apa yang
selama ini engkau sembunyikan dan apa yang engkau nyatakan ... katakanlah;
“Ya Tuhan! Daku bersama Mu sahaja, agar tiada satu pun
menyambarku dan ditarik mejauh dari Mu, daku bersama Mu sahaja, agar tidak
mengenal selain Mu; ,,, Jadikanlah daku melihat Mu untuk selama-lamanya; Ku
mohon apa yang Engkau Ridloi...Anugrahkanlah daku kecintaan pada Mu”.
“Ya Tuhan!! Daku memohon dengan segala kerendahan dan
sepenuh hati, dapatlah daku menjadi hiasan antara kedua tangan Mu; pakaikan
untuk ku pakaian indah yang menjadi hamparan tibanya karunia Mu; Jadikanlah
pula daku selalu memandang Mu menurut kehendak dan kemauan Mu dan menjadi
sasaran gairah cemburu Mu”.
Hai hamba! Ucapkanlah kata-katamu dengan penuh rasa
penyesalan!
“Tuhanku yang melihat akan daku, maka bagaimanakah daku
melihat selain Nya.
Telah daku lihat pula daku saksiskan, maka sekali-kali
daku tidak melihat Nya; daku bersenang-senang dan bergembira ria, maka
sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku murung, daku bersedih, maka
sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku lapar dan menanggung derita, maka
sekali-kali daku tidak melihat Nya; daku kenyang tidak juga sekali-kali daku
melihat Nya... daku menyembah pada Nya; maka sekali-kali tidak juga melihat
Nya”.
“Oh Tuhanku! Kemanakah seharusnys daku pergi? Sedangkan Engkau yang meakukan segala
tindak”.
“Tutur kata siapa lagi yang hendak daku dengarkan,
bukankah setiap lesan mengucapkan tutu kata Mu?
Dengan siapa pula daku menggabungkan diri dalam himpunan? Sedangkan Engkau berada di setiap himpunan”.
“Tak pelak lagi ya Tuhan, Engkau berada di setiap mata
yang melihat”.
12.
DENGARKAN ISI
PERJANJIAN PENGANGKATANMU
Aku ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya; lalu ia
berseru :
“Tiada kufitrahkan padamu agar engkau tunduk kepada ilmu
pengetahuan, tiada pula Ku didik engkau agar berdiri di depan pintu-pintu
selain pintu Ku; tida pula Aku mengambil kawan duduk semajelis agar engkau
mengajukan permohonan pada Ku untuk duduk bersama selain Ku. Hendaklah engkau
ketahui siapakah engkau, maka pengetahuanmu tentang dirimu adalah merupakan
suatu peraturan bagimu yang tiada akan roboh, dan suatu ketenangan untuk mu
yang tiada akan lenyap”.
“Engkau adalah hamba K”.
“Engkau hidup dengan Ku, karena tiupan roh Ku, dan kepada
Ku engkau kembali, dan dengan Ku engkau akan bangkit, dan kepada Ku engkau
bernasab. Ku ciptakan engkau agar engkau menjadi tatapan pandangan Ku, dan
engkau akan menjadi pengurai Nama-nama Ku; Ku ciptakan dunia ini untukmu dan
pula Ku sujudkan kepadamu; dan Ku ciptakan segala sesuatu demi engkau, Ku
bentuk engkau demi Aku supaya engkau menjadi ahli Hadirat Ku; Ku pilih engkau
demi kemuliaan himpunan Ku; Ku gemarkan engkau bersama Ku; Ku fitrahkan engkau
sesuai dengan gambaran Ku”.
Dengarkan perjanjian wilayahmu (Pengankatanmu) :
“Jangan engkau bertakwil atas Ku dengan menggunakan ilmu
pengetahuanmu, taatilah hukum-hukum Ku tanpa takwil dan tanpa saling berbantah.
Janganlah engkau menjarak daripada Ku... demi untuk
kepentinganmu sendiri... manakala engkau keluar, hendaklah keluar kepada Ku;
dan engkau masuk, hendaklah mesuk pula kepada Ku; dan engkau tidur, maka
tidurlah dalam penyerahan kepada Ku; dan bila engkau bangun, maka hendaklah
engkau bangun penuh dengan rasa tawakal kepada Ku; dan bila engkau makan
hendaklah engkau menyadari bahwa makananmu itu dari tangan Ku; dan bila engkau
minum, hendaklah engkau menyadari pula bahwa engkau meneguk minuman dari tangan
Ku”.
“Mohonlah pertolongan dengan berdo’a kepada Ku, agar
engkau bisa tegak berdiri di dalam maqammu di antara kedua tangan Ku... Kalau
tidak ... maka diammu itu menyeru kepadamu tentang apa-apa yang telah diketahui
perihal dirimu, maka waspadalah engkau kepada Ku, jangan sampai diammu itu
menjadi seruan kepada dirimu, sednagkan engkau mengesankan bahwa diammu itu
adalah taqarub (berhampir diri) kepada Ku”.
“Bagaimana engkau melepaskan pendanganmu ke arah langit
dan bumi, matahari dan bulan, dan kepada segala sesuatu apapun, sedangkan
engkau telah mengetahui, bahwa kesemuanya itu terang dan nyata daripada Ku.
Kesemuanya itu mensucikan diri Ku dengan menyampaikan
puja-pujiannya kepada Ku dan mengucapkan kata tulus “Laisa Kamitslihi
Syai’un... Tiada satu pun yang menyamai Nya”... Janganlah engkau menyingkir
dari patokan pandangan yang demikian ini, agar tidak dirampas oleh
pandangan-pandangan lain. Dan jangan
lupa engkau mengeluarkan sifatmu dari cara memandang yang demikian, kaena
nantinya engkau dirampas oleh sifatmu sendiri”.
“Bila engkau tidak melepaskan sifatmu keluar dalam
pandangan ini, akan ku tan engkau akan menulis atas dahimu wilayah Ku
(pemeliharaan Ku), dan akan engkau saksikan bahwa sesungguhnya Aku berada
bersamamu di mana pun engkau berada. Dan akan ku dudukan engkau di dalam maqam
ishmad (maqam yang tidak luput dalam penjagaan Ku), dan akan Ku tetapkan engkau
dalam sopan santun dari segala syahwat keinginanmu, dan engkau kan merasakan
malu untuk selalu berada di dalam tata cara adat-isitadatmu”. SesungBahwa
syahwat-syahwat itu menjadi hijab penutup atasmu untuk menguji kecintaanmu,
maka jika engkau menetapkan pilihan kepada Ku dan tidak memilih
keinginan-keinginan lain, niscaya ku ungkapkan untukmu zatmu sendiri dan tiada
lagi Aku menutupi engkau dengan aneka keinginan-keinginan syahwat. Ketahuilah,
bahwa syahwat itu mendatangi engkau melalui jasad tubuhmu. Adapun zatmu maka Ku
ciptakan atas dasar suci murni tiada condong melainkan hanya kepada Ku
sendiri”.
“Katakanlah pada lubuk hati nuranimu, agar berdiri tegak
di anatara kedua tangan Ku, tiada dengan sesuatu dan tiada pula untuk sesuatu,
niscaya Ku bangun mahligai yang sangat besar di belakangmu, dan kekuasaan agung
di bawah kedua telapak kakimu.
Hendaklah engkau memohon bantuan hanya dari Ku
sahaja, jangan dari Ilmu Ku, dan jangan pula dari dirimu, dengan demikian
engkau menjadi hamba Ku, berada di sisi Ku dan dapat pengertian perihal Ku.
Hendaklah halmu menjadi demikian laksana TUHAN YANG
HADIR, dalam alam semesta yang gaib dan pudar. Maka inilah hiasan sifatnya
barang siapa yang aku malu daripadanya”.
13.
PENGLIHATAN
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
Hai hamba! “Menundukan kepala ke bawah, adalah merupakan
lalu-lintas dunia dan akhirat, dan melepaskan pandangan adalah merupakan
penjara dunia dan akhirat (penglihatan
adalah laksana penjara dunia dan akhirat dalam arti jika penglihatanmu engkau
menjadikan sedemikian rupa, memandang wajah ayu dan cantik, maka di balik wajah
ayu dan cantik terbukalah pintu penjara dan engkau menjadi budaknya, maka
engkau akan luput kehilangan arah dari dunia dan akhirat)”.
“Orang yang menoleh ke kanan dan ke kiri sudah tidak
layak lagi berjalan bersama Ku (karena
dia sudah disibukan oleh pikirannya yang tidak menyatu lagi, sudah bercerai
berai dan tidak lagi mendengar kata-kata Ku)”.
Hai hamba ! Perihalah hatimu dari jurusan
matamu, kalau tidak, maka engkau tidak lagi dapat memeliharanya untuk
selama-lamanya”.
Hai
hamaba! Peliharalah matamu, niscaya Ku jaga hatimu (Yakni Ku pelihara hatimu dari ketidaktetapan dan ketidakmantapan)
“Jagalah syahwatmu, niscaya Ku cukupi hajatmu”
“Peliharalah kedua matamu serta serahkan dan tinggalkan
kesemuanya pada Ku... bila telah engkau pelihara kedua, niscaya terpeliharalah
hatimu dalam puri kerajaan Ku (yakni
sudah tidak lagi terpengaruh oleh perbagai macam yang menarik perhatianmu, dan
tidak lagi tergoda dari ketidaktetapan dan ketidak mantapan, dan engkau Ku beri
kemampuan untuk mengarahkan dan menghimpun tekad yang kuat dan kemauan yang
teguh. Itulah yang Ku maksudkan dengan puri kerajaan Ku)
Hai hamba! “Jangan engkau memandang apapun yang Ku
perlihatkan padamu dengan pandangan terpesona yang akan menyerumu kepada rasa
kepuasan, dan janganlah engkau merendahkan diri terhadap pada sesuatu pun. Jika
engkau telah terpesona melihat selain Ku, lalu engkau merasa tergoda, maka
katakanlah :
“YA Tuhan... inilah ujian Mu!
Maka Aku akan merahmatimu!”
14.
TENTANG “JAUH DAN DEKAT”
Hai hamba! “Berulang kali Ku perkenalkan diri Ku padamu,
tetapi engkau belum juga mengenal Ku, hal yang demikian berarti engkau
menjauhkan diri daripada Ku. Engkau sudah mendengar tutur-kata Ku dari lubuk
hati sanubarimu, tetapi engkau belum juga mengetahui bahwa itu adalah kata-kata
Ku, hal yang demikian sama halnya engkau telah menjauhkan diri daripada Ku”.
“Engkau dapat melihat dirimu, sedangkan Aku lebih dekat
dari dirimu, itulah pengertian menjauh yang sebenarnya”.
Hai hamba! “Engkau akan tetap tinggal terhijab dengan
hijab tabiatmu sendiri; Sekalipun telah Ku ajarkan padamu, ilmu pengetahuan Ku,
dan kerap juga engkau mendengarkan kata-kata Ku, hingga engkau berpindah kepada
kedudukan bekerja dengan Ku”.
Adapun si Waqif (Yang berhenti dan berdiri tegak di
Hadirat Ku) maka ia telah memasuki tipa rumah, maka tiada lagi rumah-rumah yang
dapat menampungnya; ia sudah merasakan segala macam minuman tetapi masih tetap
merasa dahaga; lai ia sampai ke pada Ku, dan Aku adalah tempat tinggalnya, dan
di sisi Ku adalah tempat penghentian dan berdirinya.
Al Waqwah (penghentian untuk berdiri tegak di
Hadirat Allah), adalah di balik apa yang dikatakan, dan
makrifat itu adalah puncak yang di katakan, sedangkan ilmu pengetahuan itu
adalah apa yang dapat di katakan.
“Bila engkau melihat selain Ku, takan dapat lagi enggkau
melihat Ku”
“Jangan putusa harapan daripada Ku... Andaikan engkau
datang kepada Ku dengan segala ucapan dan tutur kata yang buruk, maka ampunan
Ku lebih besar lagi. Dan jangan pula engkau bercanda dan berani pula kepada Ku.
Andaikan engkau mendatangi Ku dengan semua uacapanmu dan tutur katamu yang
baik, tentu hujat Ku lebih utama”.
15.
KHUSUS DAN
UMUM
Allah berseru kepada hamba-Nya. (Pahami QS.Al-Insylqaq
84.6).
“Bukanlah suruhan Ku yang berupa ilmu pengetahuan yang Ku
tujukan kepadamu, dari jurusan hatimu, itu untuk memindahkan kedudukanmu dari
umum kepada khusus.
Bukan pula di kala Aku memerintahkan kepadamu untuk
membuang segala apa yang Ku berikan padamu berupa ilmu-ilmu dan
pengetahuan-pengetahuan itu demi kegairahan Ku atasmu. Dan bukan pula supaya
Aku memilihmu untuk diri Ku. Itu semua adalah agar engkau keluar daripada
makrifat kepada penyaksian, dan dari khusus yang tingkat khususnya khusus,
supaya negkau utuh untuk Ku, sebagaimana Aku menjadi untukmu, menjadi sasaran
pandanganmu dan engkau menjadi sasaran pandangan Ku”.
“Tiada lagi antara Ku dan antaramu batas
pemisah sesuatu pun, baik nama-nama Ku, atau ilmu-ilmu Ku apalagi nama-nama
atau ilmu-ilmumu”.
“Hendaklah engkau titipkan namamu kepada Ku sampai tiba
saatnya Aku menjumpaimu dengan (nama). Jangan ada lagi
antara Ku antaramu nama, ilmu dan makrifat yang membatasai, maka untuk Hadirat
Ku telah Ku bentuk engkau bukan untuk hijjab. Maka pada Hadirat Ku tidak
satupun lagi yang mampu menguasaimu, karena sesungguhnya engkau adalah kemudian
daripada Ku, dan sesuatu apapun yang Ku nyatakan adalah kemudian daripadamu”.
16.
SETIAP YANG BERBEKAL AKAN
TERKALAHKAN
Aku ditegakkan berdiri di atas permukaan laut, maka
kulihat bahtera demi bahtera saling tenggelam, yang tersisa hanya keping-keping
papan yang berserakan di sana-sini” Kemudian tiba saatnya papan-papan itu
tenggelam juga. Lalu Dia berseru kepadaku : “Tiada satupun yang naik di
permukaan laut itu akan selamat, dan setiap yang berbekal akan terkalahkan”.
Ia pun berseru pula : “Barang sapa yang mau menerjunkan
dirinya dan tidak mau naik, berarti mau menghadang bahaya”.
Lanjutnya : “Siapa yang naik juga dan tidak mau menempuh
bahaya, niscaya akan binasa!”.
Dan kata Nya : “Dalam menempuh bahaya masih ada sebagian
darapan dari keselamatan”. Dan ombak yang ketika itu datang menggunung
menganggkat pula apa-apa yang ada di bawah permukaan laut dan dihempaskan ke
tepi pantai.
Lalu kata Nya : “Cahaya terang di atas permukan laut tak
dapat di capai, dan dasar laut yang gelap gulita tak dapat dikuasai, dan di
antara keduanya ikan-ikan juga tidak dapat terjamin keselamatannya”.
Dan lanjut Nya pula : “Jangan engkau naik ke permukaan
laut, maka Aku akan menghijabmu dengan bekal bawaanmu sendiri dan jangan pula
terjun ke dalam laut, yang demikian halnya sama saja; Aku tetap akan menghijab
dengannya”.
Lalu kata Nya kepadaku : “Di laut itu ada batas-batas,
maka yang mana yang akan mendukungmu?”.
Dan kata Nya : “Bila engkeu merelakan dirimu pada lautan,
lalu engkau terjunkan dirimu ke dalamnya, tidak yang demikian menjadikan dirimu
sama dengan hewan laut”.
Dan kata Nya : “Terperdayalah engkau! Jika Aku menunjukan
engkau atas selain Ku!”
Kata Nya pula : “Bila engkau membinasakan dirimu
berkorban untuk selain Ku, maka engkau adalah bagi siapa yang engkau rela
berkorban itu”
Dan kata Nya : “Dunia itu bagi barangsiapa yang Ku
singkairkan jauh daripada dunia, dan bagi barangsiapa yang Ku singkirkan dunia
itu daripada dirinya; Dan akhirat itu bagi barangsiapa yang Ku datangkan untuk
menghadap (mendekat) kepadanya, dan Ku jadikan pula ia suka menghadap kepada
Ku”.
17.
MASUKLAH PADA “KU” SEORANG DIRI
“Hendaklah engkau bekerja tanpa melihat pekerjaan itu :
Hendaklah engkau bersedekah tanpa memandang sedekah itu!
Engkau melihat amal perbuatanmu walau baik sekalipun,
tidak layak bagi Ku untuk meandangnya, maka janganlah engkau masuk kepada Ku
dengannya.
Sesungguhnya jika engkau datang kepada Ku
berbekal amal perbuatanmu, maka akan Ku sambut dedatanganmu dengan
penagihan-penagihan dan perhitungan. Dan jika engkau mendatangi Ku dengan ilmu
pengetahuanmu, maka Ku sambut dengan tuntutan. Dan jika engkau mendatangiku
dengan makrifat, sambutan Ku adalah Hujat, sedang hujat Ku lebih utama dan
lebih seharusnya.
Hendaklah engkau
singkirkan ikhtiar (memilih), niscaya pasti Aku singkirkan tuntutan. Hendaklah
engkau lepaskan ilmu pengetahuanmu, amal perbuatanmu, makrifatmu, sifatmu,
namamu dan dari segala yang nyata, supaya dengan demikian engkau bertemu dengan
Ku seorang diri.
Bila engkau menemui Ku, dan ada di antara Ku dan antaramu
sesuatu dari kenyataan-kenyataan itu, sedangkan Aku-lah yang menciptakan segala
yang yang nyata, Aku lebih dahulu menyingkirkan daripadanya, demi cinta.. guna
mendekatimu, maka janganlah engkau membawa kenyataan-kenyataan dalam menemui
Ku, jika masih saja demikian halmu, maka tiada kebaikan daripadamu.
Jika engkau mengethaui di kala engkau masuk kepada Ku,
pastilah engkau akan memisahkan diri dari para Malaikat, sekalipun mereka itu
saling bantu-membantu kepadamu, karena keenggananmu maka hendaknya jangan ada
lagi penolong selain Ku.
Jangan engkau melangkah ke luar dari rumahmu tanpa
mengharapkan keridaan Ku, karena Aku-lah yang bakal menunggumu dan menjadi
petunjukmu.
Temuilah Aku dalam kesendirianmu, sekali atau dua kali
sehabis menyelesaikan shalatmu, niscaya Ku jaga malam dan siang harimu, Ku jaga
pula hatimu, Ku jaga pula urusanmu, juga kemauan kerasmu.
Tahukah engkau bagaimana hendaknya engkau datang
menjumpai Ku seorang diri? Hendaknya engkau melihat tibanya Hidayah Ku
kepadamu, karena kemurahan Ku bukan karena amalmu engkau memperoleh pengampunan
Ku dan bukan pula oleh ilmu pengetahauanmu.
Serahkanlah kembali kepadaku buku-buku ilmu pengetahuan,
dan catatan-catatan amalmu, niscaya Ku buka kedua tangan Ku, Ku terima dan Ku
buahkan dengan keberkahan Ku dan Ku lebihi dengan kemurahan Ku”.
18.
BERDIRI DI ANTARA KEDUA “TANGAN
ALLAH”
“Bila engkau didatangi Kalam (pena), lalu ia mengatakan
kepadamu : “Ikutlah aku! Ketahuilah yang berada di sisi ilmu itu adalah Aku,
hendaknya mendengar daripada Ku, akulah yang menggariskan rahasia-rahasia itu.
Hendaklah engkau menyerahkan diri pada Ku saja, tidaklah engkau dapat
melangkahi Aku dan mencapai Ku, maka katakanlah kepada “Kalam”. Enyahlah
daripadaku hai kalam! Yang menyatakan aku adalah yang menyatakanmu, dan yang
memeperlakukan aku adalah yang memeperlakukan engkau, yang menciptakan aku
adalah yang menciptakanmu. Daripada Nya aku mendengar dan daripada mu, kepada
Nya aku berserah diri, dan bukan kepadamu.
Jika ku dengar ucapanmu, niscaya aku terhijab, bila ku
serahkan diriku padamu, niscaya aku menjadi lemah, bila aku mengikutimu nicaya
akau jatuh di perbatasan dan menemui beberapa persimpangan yang tidak menetu
jurusannya.
“Bila mendatangi engkau Arasy... dengan serba
kemegahannya yang memepesonakan, diiringi pula oleh para Malaikat yang tak
henti-hentinya bertasbih, lalu engkau di panggil ke arah dirinya, maka
sahutilah panggilannya itu “Enyahlah engkau wahai Arasy! “Perhatianku bukan di
sisimu” dan “berdiriku di sekitarmu!.
. Perhentianku di sisi Allah yang
menciptakan dirimu, dan Ia lebih besar daripadamu di dalam arena ke Agungan dan
Keindahan, lebih memukau dari keindaanmu dalam tingkatan perhiasan, maka
berdirimu karena pertolongan Nya, engkau berhujat kepada Nya, memerlukan
bantuan Nya. Adapin Dia maka Dia berdiri
dengan Zat Nya; Jamal Nya daripada Nya; Keindahan Nya dari pada Nya. Keagungan
Nya daripada Nya, tiada dari selain Nya.
“Bila engkau berkehendak supaya jangan ada sesuatupun
yang melintas kepadamu selain Ku, dan bila engkau berhasrat ke luar (melepaskan
diri) dari segala yang nyata, maka hendaklah engkau
berdiri di dalam ketiadaan (anafi) di ambang pintu (“LA”) (tiada) Ilaha illallah (Tuhan
melainkan Allah) dan ketahuilah, bahwa “an-nafi” tidak akan tercapai
kecuali dengan Ku. Aku nanti yang akan menafikanmu daripada yang lain-lain dan
Ku isbathkan engkau dengan karunia Ku dalam bertetangga dengan Ku dan di sisi
Ku”.
“Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, bukan untuk
mendengar daripada Ku, dan bukan untuk mendapat tahu daripada Ku, dan bukan
untuk saling bertutur kata, tetapi hanyalah untuk saling pandang-memandang,
tetapkanlah pendirianmu dalam pendirian ini hingga tiba saatnya Aku bersabda
kepadamu, Maka apabila Aku bersabda hendaklah engkau menangis, menyesali
sabda-sabda Ku yang termakan oleh usiamu yang telah lanjut berlalu.
“Bila engkau telah berdiri di Hadirat Ku, jangan
hendaknya engkau keluar dari maqammu, sehingga andaikan engkau dijumpai, di
kala menyaksikan Aku, oleh runtuhnya langit dan hancurnya bumi, engkau akan
tetap juga dan tidak akan pergi menyingkir”.
“Bila engkau telah mengenal, bagaimana engkau berdiri di
antara ke Dua Tangan Ku, demi untuk Zat Ku dan Wajah Ku semata, bukan untuk
keperluan apapun, baik dari pembicaraan maupun tutur kata Ku, maka sesungguhnya
engkau telah mengenal ka Agungan Hadirat Ku”.
“Dan barang siapa sudah mengenal akan ke Agungan Hadirat
Ku, akan Ku haramkan apapun selain Ku, dan akan Ku jadikan menjadi ahli
pemeliharaan Ku”.
“Bila engkau di datangi oelh pendatang (A Warid) yaitu
Khatir Rabbani (lintasan hati yang datang dari Tuhan), maka hendaklah engkau
ucapkan :
“Yaa man auradal waarida asy hidnii malakuuti birrikafii
dzikrika wadziqnii khanaana dzikri kafii isyhaa dika”
“Wahai Allah yang
mendatangkan Al Warid, persaksikan padaku ke Agungan kasih sayang Mu dalam
zikirku kepada Mu, dan anugrahilah padaku rasa kerinduan dalam zikirku kepada
Mu dalam engkau mempersaksikan.
19.
KEGAIBAN, PENGLIHATAN DAN
PENYAKSIAN
Kegaiban (ketidak hadiran) adalah sesuatu kelalaian, hal
yang demikian banyak dirasakan oleh manusia-manusia ahli dunia, disebabkan karena
melihat sesuatu pada zat dirinya, maka yang demikian itu bagaikan membuka
peluang untuk disambar oleh sesuatu-sesuatu itu; dan sesuatu-sesuatu itu saling
panggil-memanggil hingga engkau akan terbagi-bagi di antaranya dan
tercerai-beraikan oleh panggilan masing-masing itu.
Jelas yang demikian membuatmu gaib daripada Yang Maha
Tunggal lagi Berdiri Sendiri. Hanya dengan Pertolongan Nya engkau dapat tegak
berdiri, tetapi engkau alihkan penglihatanmu untuk segala sesuautu hingga
engkau menerjunkan diri untuk mendapatkan agar memilikinya, atau waspada
daripadanya, takut ke padanya, merendah-rendah membujuk merayunya.
Adapun Penglihatan, maka ia adalah: ‘Penglihatanmu kepada
Allah dan Kekuasaan Nya atas segala sesuatu itu, menunjukan betapa lemahnya
segala sesuatu itu dengan zat dirinya masing-masing, dan sangat sedikit sekali
daya upaya, yang hanya merupakan suatu pinjaman dari Allah yang membentuknya
serta mendirikannya, maka kesemuanya itu tiada berkemampuan untuk menarikmu
dengan zat-zatnya, dan lemah sekali untuk membagi-bagikan kesan dan lemah pula
untuk mempengaruhimu dengan segi-segi yang mencerai beraikan. Hanya Allah
sajalah Zat Yang Maha Suci yang dapat menghimpun kemauan kerasmu kepada Nya.
Dan menyatakan Nya di balik cela-cela sesuatu itu yang dapat melenyapkan
zat-zatnya dan zat dirinya.
Adapun Penyaksian, maka ia adalah : “Penghapus leburan
segala sesuatu dengan tata laksana ke dalam Nur Illahiat yang melimpah ruah
yang meliputi segala-galanya, dan itulah yang kami istilahkan “Penyaksian
dengan Hati”.
20.
HIJAB HIJAB
Hijab-hijab Zat Ilahiat
itu, dala lima :
1.
Hijab
A ‘yan (A’yan = segala mahluk yang diciptakan oleh Allah).
2.
Hijab
Ilmu
3.
Hijab
Huruf
4.
Hijab
Asma (Nama-nama)
5.
Hijab
Kejahilan (kebodohan)
Dunia dan akhirat dan apa yang ada di antara keduanya
dari makhluk-makhluk, adalah hijab A’yan dan setiap “ain (mata) dari kesemuanya
itu adalah hijab A’yan atas dirinya sendiri dan hijab atas selainnya.
Dan
Hijab Ilmu dikembalikan pada hijab a’yan, karena ilmu itu hasil pembahasan
terhadapnya dan terhadap pada peraturan-peraturannya.
Dan
hijab huruf adalah hijab hukum...
Dan
Asma (nama-nama) adalah hijab atas apa yang dinamai..
Terakhir
adalah Hijab Kejahilan (kebodohan) yang mana tidak dapat diungkapkan melainkan
pada Hari Kebangkitan (Hari kiamat).
21.
APA-APA YANG DISERUKAN ALLAH KEPADA HAMBA-NYA
1.
Hai
hamba “Bila engkau telah menghilangkan (melalaikan) hikmat kebijaksanaan apa
yang telah engkau ketahui, maka apa yang akan ngkau perbuat dengan ilmu yang
tiada engkau ketahui itu ?
2.
Hai
hamba! “Kesedihan yang menimpa dirimu, adalah kesedihan yang sebenar-benarnya,
(yakni bilai engkau telah melalaikan Daku, maka sesungguhnya engkau telah
melalaikan sesuatu yang tiada lagi
gantinya).
3.
Hai
hamba! “Jika bukan karena Shomad Ku (shomad = kesudahan dari semua pinta),
niscaya engkau tidak menemukan tujuan permintaanmu. Dan jika bukan karena Dawam
Ku (dawam = yang terus menerus tanpa hentinya) niscaya engkau bosan,
4.
Hai
hamba! “Aku lebih utama bagimu daripada apa yang Kunyatakan, sedangkan engkau
lebih utama bagi Ku dari apa yang Ku sembunyikan.
5.
Tanda
ampunanku di dalam suatu ujian, ialah bahwa ujian itu menjadi suatu ilmu
pengetahuan bagimu.
6.
Siapa
yang Ku bodohkan, Ku beri dalih dengan kejahilan, Aku bermuslihat dengan ilmu
pengetahuan Ku terhadap siapa yang Ku bodohkan.
7.
Hai
Hamba! Andaikan Ku beritahukan padamu apa yang terkandung di dalam
penglihatanmu itu, maka pastilah engkau akan merasa sedih masuk ke dalam surga.
8.
Hai
Hamba! Barang siapa yang sudah melihat Ku, maka ia akan dapat melampaui “ucapan
dan diam” dan melangakahi “Ilmu pengetahuan dan kebodohan” dan melangkahi
epmbatasan.
9.
Hai
Hamba! Manakala engkau memohon, hendaklah engkau berdiri menghadap kepada Ku,
niscaya engkau Ku beri, Jangan sekali-kali engkau berdiri menghadap kepada
permohonanmu, yang demikian membuatmu terhijab dan Ku tolak.
10.
“Aku
sendiri adalah bukti nyata, dan tiada selain Ku yang dapat dijadikan bukti.
11.
Tanda-tanda keyakinan adalah keteguhan, dan tanda-tanda keteguhan
adalah keamanan dalam menghadapi bahaya.
12.
Siapa
yang menyembah kepada Ku demi wajah Ku, niscaya akan kekal. Siapa yang menymbah
pada Ku karena takut siksa Ku, niscaya akan berhenti tanpa kelanjutan; dan
siapa yang menyembah pada Ku karena rakus dalam kenikmatan Ku, niscaya akan
putus.
13.
Jika engkau makan dari uluran tangan Ku, niscaya jasad tubuhmu tidak
akan menaatimu untuk engkau ajak bermaksiat pada Ku.
14.
Hai
hamba! Buatlah bendungan di depan pintu hatimu, dan jangan diperkenankan masuk
selain Ku, engkau pun hendaknya menjadi pengawas atas bendungan itu dan
tinggalah sekali di dalamnya, hatimu adalah rumahku, sampai tiba saatnya saling
jumpa dalam pertemuan.
15.
Letakkan dosa-dosamu di bawah telapak kakimu, dan letakkan
kebaikanmu di bawah dosa-dosamu.
16.
Huruf
itu adalah huruf Ku, dan ilmu itu adalah ilmu Ku, sedangkan engkau adalah hamba
Ku, bukan hamba huruf Ku, bukan pula hamba ilmu Ku.
17.
Hai Hamba! Jangan engkau berdiri di persimpangan, niscaya engkau
akan diarahkan ke perbagai jurusan, dan janganlah engkau berdiri di dalam ilmu,
niscaya engkau akan diarahkan ke pelbagai pengetahuan-pengetahuan, dan
janganlah engkau keluar dari Hadirat Ku, niscaya engkau akan disambar
kenyataan-kenyataan.
18.
Hai
Hamba! Bila engkau tertawan oleh nama Ku, niscaya engkau akan diserahkan kepada
namamu sendiri, dan bila engkau tertangkap oleh sifat Ku, maka engkau akan
diserahkan kepada sifatmu sendiri, dan bila yang menahanmu selain dari Ku,
niscaya engkau akan dikembalikan kepada dirimu sendiri, dan bila dirimu sendiri
yang mengambilmu maka engkau akan diserahkan kepada musuh dirimu.
19.
Hendaklah
engkau berdiri di Hadirat Ku; jika engkau berkata-kata, maka itulah tutur kata
Ku; jika engkau menghukum, maka Akulah hakim itu.
20.
Huruf dan apa yang diuraikan oleh huruf adalah serambi ilmu, dan
ilmu itu adalah serambi makrifah, dan makrifah adalah serambi nama, dan nama
itu adalah serambi dari apa yang dinamakan.
21.
Hai
hamba! Engkau telah menerima baik setiap undangan, mengapa undanganKu tidak??
Hai hamba! Gantungkanlah ucapanmu kepada Ku, niscaya perbuatanmu pun akan
bergantung padaKu; jika perbuatanmu sudah bergantung pada Ku, maka akan
berkelangsungan pemikiranmu dalam beribadat kepada Ku, dan akan masygul lah
hati dan batin mu. Hai hamba! Meyerahlah kepada Ku, dengan demikian Ku buka
pintu untukmu, agar engkau dapat bergantung pada Ku.
22.
Hai
hamba! Jangan engkau berputus harapan daripada Ku, niscaya engkau terlepas dari
perlindungan Ku; bagaimana engkau berputus asa daripada Ku, sedangkan dalam
hatimu terdapat utusan Ku dan juru bicara Ku.
23.
Hai
Hamaba! Penghuni maqam-maqam itu adalah daripada Ku, mereka tidak menghendaki
apapun dan tidak membiasakan apaun dan tidak pula jinak pada sesuatu apapun.
24.
Bila
tiba hari kiamat, maka berdatanganlah jiwa-jiwa menuju kepada Nur Ku. Apabila
di dunia Jiwa ddan Nur Ku telah saling berkaitan, maka terbukalah hijab, tetapi
jika tidak, maka tetaplah sebagaimana adanya dahulu.
25.
Hai
hamba! Jika engkau berada di sisi Ku, tiada satupun di alam semesta ini yang
membekas pada dirimu; engkau tidak girang dengan apa yang engkau peroleh , dan
tiak pula menyesali apa yang luput daripadamu. Engkau berada di sisi Yang Maha
Pencipta Segala, engkau telah cukup kaya, tidak memerlukan lagi apa-apa yang
ada di alam semesta.
26.
Hai
hamba! Jika dirimu menentagmu, maka laporkan tantangannya kepada Ku.
27.
Hai
hamba! Segala sesuatu Ku beri keperkasaan untuk menyambarmu dari dirimu
sendiri, maka jika terjadi hal yang demikian, bermohonlah engkau akan
pertolongan Ku. Maka akan Ku perlihatkan keperkasaan Ku, lalu Ku himpun engkau
dengan keperkasaan Ku.
28.
Hai
Hamba! Akulah Allah. Telah Ku jadikan segala sesuatu itu mempunyai kelemahan
(ketidaksanggupan) dan Ku jadikan setiap kelemahan itu kefakiran.
29.
Hamba Ku yang sebenar-benarnya adalah yang memarahi dirinya sendiri
demi Aku, dan tidak rela pada dirinya sendiri; Hamba Ku yang sebenar-benarnya
adalah yang tetap berzikir kepada Ku tanpa diselingi oleh kealpaan.
30.
Hendklah
engkau jadikan terjemahn, tafsiran dan huruf-huruf itu sebagai alat dan
kendaraan untuk sampai kepada Ku yang merupakan untaian kata-kata.
31.
Hai
hamba! Janganlah engkau menukarkan Daku dengan sesuatupun, maka tiadalah
sesuatu yang memadai dan menanadingi Ku.
32.
Hai
hamba! Jangan hendaknya engkau menyertai yang fana. Hai hamba! Hendaklah engkau
dala segala hal bersama Ku saja, niscaya Ku utus padamu pada hari Aku bernyata
suatu tanda dan alamat yang akan meneguhkanmu, maka engkau tidak dikenai oleh
kengerian dan ketakuatan, dan tiada pula digemparkan oleh apa yang
mendahsyatkan.
33.
Hai
hamba! Engkau akan bebas di dlam maqam Hadirat Ku! Tiada satu pun baik
perkataan-perkataan maupun perbuatan-perbuatan yang memanggil dan menyeru
padamu.
34.
Hai
hamba! Kosongkanlah hatimu dari kedamaian apapun, niscaya engkau tidak lagi
punya tandingan; Jika engkau menyimpan yang damai, maka apa yang bertentangan
akan menjadi tandinganmu. Yang damai akan mengakibatkan keselamatan dan yang
bertentangan akan mengakibatkan kebinasaan.
35.
Hai
hamba! Sekali-kali engkau tidak akan mengenal Ku, sebelum engkau melihat
bagaimana Aku menganugrahkan dunia ini dalam kemwewahan dan kelezatan, yang
mana engkau sendiri telah mengetahui terhadap seseorang yang durhaka, maka
engkaupun akan rela terhadap apa yang Ku jauhkan daripadamu, dan engkau akan
mengetahui akan apa yang Ku palingkan, agar Ku jauhkan engkau dari hijab Ku.
Hai hamba! Ketahuilah bahwa ada suatu janji antaramu dan antara ahli dunia ini
akan lenyap, dan engkau akan melihat kedudukanmu dan kedudukan ahli dunia ini.
36.
Yang
berdiri di anatar kedua tanganKu, tangannya akan menjulang tinggi atas langit
dan bumi, jauh di atas surga dan neraka, maka tidak ia akan berpaling menoleh
kepada kesemuanya ini. Akulah yang mencukupinya... tiada dasar makrifatnya
kecuali di atas landasan Ku; dan tiadalah ilmu pengetahuan serta renungan
hatinya melainkan berkisar antara kedua tangan Ku.
37.
Hai
hamba! Robohkan apa yang telah engkau bangun dengan kedua tanganmu, sebelum Aku
merobohkan dengan kedua tangan Ku.
38.
Engkau
adalah hamba selama engkau di kuasai.
39.
Hai
hamba! Bila engkau tidak melihat Ku di dalam sesuatu, maka penglihatanmu adalah
kelalaian belaka.
40.
Hai
hamba! Bila engkau telah melihat Ku di dalam du hal yang saling bertentangan
dengan sekali pandang, maka sesungguhnya Aku sudah memilihmu untuk diri Ku.
41.
Hai
hamba! Di dalam Aku melemahkan engkau di antara orang-orang yang lemah, dan
menguatkan engkau di antara orang-orang yang kuat, tidaklah engkau merasakan
cinta Ku.
42.
Hai
Hamba! Tidaklah dapat dibenarkan saling bertutur kata, melainkan yang satu
berkata dan yang lain diam, tetapi hendaklah engkau diam dan dengarkan tutur
kata Ku.
43.
Hai
hamba! Engkau telah membuat rumus dan telah engkau terangkan pula maksudmu
dengan kefasehan lidah, toh kesudahannya kepada Ku Juga.
44.
Hai
Hamba! Hendaklah engkau perhatikan apa yang dengannya engkau menjadi baik,
itulah harga dirimu di sisi Ku.
45.
Penglihatan
itu adalah suatu ilmu yang mengekalkan, maka hendaknya terus engkau ikuti,
dengan demikian akan membawa kemenangan bagimu atas dua hal yang saling
berlawanan.
46.
Hai
hamba! Jangan hendaknya engkau jinak pada sesuatu selain Ku, lalu engkau menuju
kepada Ku; maka serta merta Aku akan menolakmu dan Ku kembalikan engkau pada
sesuatu itu.
47.
Dengan
sikap membenci dunia adalah lebih baik daripada beribadah untuk akhirat.
48.
Rumahmu
di akhirat kelak yang daripada Ku, laksana hatimu sekarang di dunia ini
daripada Ku.
49.
Hendaklah
engkau tidur, sedang engkau melihat pada Ku, begitulah nanti di kala Aku
mewaafatkan engkau, engkau akan melihat pada Ku.
50.
Hendaklah
engkau bangun dari tidurmu, sedangkan engkau melihat pada Ku, begitu pulalah
nanti di kala engkau Ku bangkitkan di Hari Kiamat, engkau akan melihat pada Ku
pula.
51.
Hai
hamba! Ketahuilah bahwa penyakit dan obat itu bagi orang yang lalai.
52.
Salian
Ku tolak engkau dengan pelbagai hijab, kemudian Ku buka untukmu pintu-pintu dan
lorong untuk tobat, yang demikian itu adalah peluang Ku bagimu agar engkau
melintasi hijab itu menuju kesudahan pintu-pintu itu.
53.
Hai
hamba! Aku bukannya untuk sesuatu, lalu sesuatu itu akan meliputi Ku, bukan
pula engkau untuk sesuatu lalu sesuatu itu meliputimu; tetapi sesungguhnya
engkau hanyalah untuk Ku dan dengan Ku.
54.
Hai
hamba! Jangan dikira setiap yang terbuka itu dapat dilihat. Aku adalah Raja
yang terbuka dengan Kemuliaan, yang berhijab dengan Keperkasaan.
55.
Hendaklah
engkau melihat segala sesuatu sedangkan engkau melihat pada Ku, sama halnya
dengan engkau menghukum padanya dan ia tidak dapat menghukum padamu.
56.
Hai
hamba! Engkau ditimpa suatu persoalan, maka katakanlah “Tuhanku! Tuhanku!
Niscaya Ku jawab : Labbaik! Labbaik! Labbaik!!!
57.
Bila
engkau melihat Ku, sedangkan engkau tidak melihat apapun yang daripada Ku, maka
sesungguhnya enggkau sudah melihat Ku benar-benar.
58.
Hai
hamba! Bila engkau melihat Ku, berarti engkau berada di sisi Ku; bila engkau
tidak melihat Ku, berarti engkau berada di sisimu sendiri. Maka selayaknya
engkau berada di sisi siapa yang datang dengan membawa kebaikan.
59.
Hai
hamba! Aku telah memuliakanmu dan Ku jadikan segala sesuatu itu bersikap lembut
dan lunak kepadamu, maka sekali-kali Aku tidak rela dengan berhentimu sampai di
situ, sangat sekali Ku sayangkan! Demi perhatian terhadap padamu dan atasmu.
60.
Hai
hamba! Bila engkau telah melihatku! Tiadalah akan sirna bahaya itu sebelum
sirna angan-anganmu.
61.
Bila
engkau telah menafikan (meniadakan) apapun selain Ku, niscaya engkau akan
bertemu kepaa Ku dengan sebanyak bilangan dari apa yang telah Ku ciptakan dari
kebaikan-kebaikan itu.
62.
Engkau
menjadi hamba assiwa selama engkau telah melihat bagi dia bekas.
63.
Barangsiapa
telah melihat Ku, niscaya ia akan menyaksikan bahwa sesuatu itu adalah milik
Ku, dan barangsiapa yang sudah menyaksikan bawa sesuatu itu adalah milik Ku,
engganlah ia mengadakan tali hubungan dengannya, dan selama engau mengikatkan
tali hubungan dengan sesuatu, hingga dari satu segi engkau melihat bahwa
sesuatu itu kepunyaanmu dan di segi-segi lain engkau melihat bahwa sesuatu itu
adalah milik Ku, niscaya engkau tidak akan mengikatkan tali hubungan.
64.
Hai
hamba! Ucapkanlah : “Labbaika Wasa’adaika Walkhairu
Bika Waminka Wailaika Waiyadaika” Artinya : Aku selalu menaati Mu, Menuruti Seruan Mu, dan kebaikan itu adalah
dengan Mu, daripada Mu, kembali kepada Mu, dan di kedua tangan Mu”.
65.
Hai
hamba! Hilangkanlah kebiasaanmu berikhtiar (memilih) niscaya akan Ku buang sama
sekali tuntutan Ku itu.
66.
Hai
hamba! Manakala negkau telah melihat Ku, maka apapun selain Ku (Assiwa)
kesemuanya itu adalah merupakan suatu dosa.
67.
Hai
hamba! Aku telah mencintaimu, lalu Aku bermaqam di dlam makrifatmu terhadap
segala sesuatu; lalu engkau mengenal Ku demi segala sesuatu dan mengingkari
segala sesuatu.
Hai hamba! Bila
engkau telah melihatKu, maka hendaklah engkau berada di dalam kegaiban laksana
jembatan yang menjadi tempat lalu lintas segala sesuautu tanpa hentinya.
68.
Hai
hamba! Perselisihan itu disebabkan oelhe pertentangan kebalikannya *Adh
dhiddah), sedangkan melihat pada Ku, tiada satu pun pertentangan maupun
perlawanan.
69.
Hai
hamba! Bila engkau telah melihat Ku, sangat Aku rindukan padamu untuk datang
menjumpai Ku diantara kedua tangan Ku. Maka sekali-kali tidaklah Aku maqamkan
engkau dengan selain Ku.
70.
Hai hamba! Puncak kemanjaan Ku padamu ialah, bahwa Aku
bertutur kata, yang mana dengan Firman Ku, Aku perintahkan padamu untuk
mengulang baca”. Yang dimaksud adalah
(QS. Al Isra’ 17:111).
71.
Hai hamba! Akulah yang membangkitkan keinginan-keinginan, cita-cita,
maka bila engkai didatangi olehnya, hendaklah engkau ucapkan : “Ya Tuhan!
Selamatkanlah kami dari utusan-utusan Mu”.
72.
Hai
hamba! “Apabila Aku menjadi terang-cemerlang bagimu, nicaya akan putus segala
sebab musabab, dan apabila engkau telah melihat Ku, niscaya akan putus segala
nisbah.
73.
Aku
telah menguji engkau antara ilmu Ku dan ilmumu, dan Ku uji pula antara hukum Ku
dan hukummu.
74.
Pengetahuan-pengetahuan
yang bersumber dari selain Ku, dapat diingkari oleh pengetahuan-pengetahuan
yang berasal daripada Ku.
75.
Ucapan
segala sesuatu merupakan hijabnya, apabila berkata, maka segala sesuatu
terhijab oleh ucapannya sendiri.
76.
Makrifat
yang bersikap diam dapat menghukum, dan makrifat yang berbicara dapat menyeru.
77.
Aku lebih dekat dari apa yang dirasakan dengan ilmu pengetahuan, dan
Aku lebih jauh untuk dicapai dengan ilmu penegetahuan.
78.
Aku
ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia pun mengajukan
pertanyaan : Apakah engkau melihat selain Ku? Kujawab : Tidak....... Lalu ia
berkata pula : Sekali-kali tiadalah engkau dapat melihat Ku melainkan di antara
kedua tangan Ku. Inilah dia! Engkau
menyingkir dan melihat kepada selain Ku, niscaya engkau tidak akan melihat Ku
lagi....... Bila engkau melihatnya (selain Ku), maka janganlah engkau
mengingkari dia; Jagalah wasiat Ku baik-baik, jangan sampai hilang karena bila
hilang, kafirlah kamu... Jika dia berkata padamu dengan sebutan kata “AKU” maka
hendaknya engkau mempercayainya, maka sesungguhnya Aku telah membenarkan; Dan
bila dia mengatakan padamu kata “dia” maka hendaknya engkau mendustakan dia,
karena Aku telah mendustakan dia.
79.
Telah
terungkaplah bagiku wajah segala wajah, kesemuanya kulihat saling bergantung
kepada wajah Nya; kulihat pula jasad, maka kesemuanya bergantung pada titah
Nya, baik perintah maupun larangan Nya,
lalu ia pun berkenan berkata kepadaku : “Pandanglah wajah Ku” lalu ku
pandang.... lalu ia pun berkata lagi : “Bukan selain Ku”.... kujawab : “Bukan
selain Mu”.... Lalu katanya lagi : ‘Lihatlh wajahmu sendiri” Lalu kulihat
wajahku ..... Ia pun berlanjut lagi .... “Bukan lainmu!”.... maka kujawab :
Bukan lainku..... maka iapun berkata lagi : “Engkau adalah seorang faqih, maka
hendaklah engkau keluar!....... akupun keluar dan berusaha mendalami ilmu
fiqih, telah sah bagiku “membalik mata”
(Qolbul ‘ain), maka akupun mengikuti dengan cara ilmu fiqih. Akupun datang
kembali dengan membawa bekal ilmu ini, dan ia pun berkata : “Aku tidak mau
melihatmu dengan berbekal bikinan *mashnu)...... (membalik mata ... itu adalah
perkataan ... sesuatu yang dikatakan); bahwa mata sesuautu (ainusy syai’) atau
mahiyatnya (apa yang ia nya) dan zatnya adalah mata Allah (‘ainullah), zat
Allah (semata-mata) itu adalah suatu persoalan yang dibuat-buat (mulaffaq) sama
dengan diada-adakan, yakni uraiannya tersusun dari huruf-huruf (talfieq) yang
memutar balikan kebenaran. Hakikat itu jauh dari huruf dan jauh dari uraian
huruf.... yang mungkin dapat diuraikan dalam maudhu, persoalan ini ialah “Bahwa
zat dari segala sesuautu itu bergantung pada zat Allah, tetapi jangan salah
tafsir bahwa itu adalah mata zat Ilahiat (zat Allah). Jika tidak maka kami
dengan demikian telah membalikkan mata dan telah memalsu kebenaran (Al
Haqiqat). Firman Allah, yang artinya : “Sesungguhnya
Aku hendak menciptakan manusia dari tanah, maka bila ia telah Ku bentuk dan Ku
tiupkan dari sebagian roh Ku dalam dirinya, hendaklah kamu sujud kepadanya”
(QS. Shad 38:71-72). Ruh anak Adam, adalah dari Ruh Alloh.... ia suatu tiupan
dari ruh Alloh dan berkaitan dengan zat Allah..... tetapi sesungguhnya ia
bukanlah ia..... karena zat Ilahiat tiada satu pun yang menyamai Nya (Laisa
Kamitslihi Syai’un).
80.
Hai
hamba! “Kepada kalian Ku sampaikan : “Andaikan benar-benar kalian telah melihat
bahwa Dialah yang berkuasa menyempitkan dan melapangkan, tentu kalian akan cuci
tangan dari nasab keturunanmu yang mulia itu.
81.
Hai
hamba! Kehalusan Ku tiada bertara, Akulah yang meneguhkan apa-apa selain Ku
(assiwa), maka lenyaplah apa-apa yang selain Ku.... Dan tiadalah tandingan
keperkasaan Ku, maka segala keperkasaan-keperkasaan akan lenyap. Aku yang
menyirnakan yang selain Ku dan apapun yang diperlihatkan olehnya”.
82.
Hai
hamba! Akulah yang Dhahir, tiada dapat dicapai oleh penglihatan mata; dan
Akulah yang Bathin yang tidak dapat dijangkau oleh prasangka apapun, dan Akulah
yang Daim (terus menerus tanpa kesudahan) tidak dapat diberitakan oleh abad
demi abad, dan Akulah yang tunggal, dan tidak dapat dimiripi oleh bilangan dan
hitungan... Segala sesuatu akan ditutntut oleh asal mulanya. Dan Akulah Yang
Satu, Yang Tunggal dan Yang Maha Esa.... Aku tidak berasal dari sesuatu. Lalu
sesuatu itu akan berkhusus dengan Ku.
83.
Sekali-kali
tidak sampai kemampuanmu untuk mencakup dan melingkupi sifat Ku, umpamakan saja
keindahan (Al Jamal) ini adalah sifatKu, untuk Ku, dan kepunyaan Ku, karena Aku
meliputi segala sesuatu.
84.
Semua
ilmu pengetahuan ibarat lorong-lorong ... tiada jalan-jalan dan lorong-lorong
yang sampai kepada makrifat. Makrifat itu adalah induk segala tujuan dan puncak
segala kesudahan.... Bila engkau telah berada di maqam makrifat, maka akan
terungkaplah pandangan tembus (Kasyaf) dan bagimu mata keyakinan (‘Ainul yaqin)
terhadap pada Ku.. pada taraf ini--- gaiblah makrifatmu dan engkau pun gaib
pula pada dirimu sendiri, inilah hukum makrifat yang berlaku .... Bila
makrifatmu tidak dapat menghukum dirimu, maka Akulah yang tampil menjadi hakim.
Sapaimu di taraf ini berarti engkau sudah mencapai puncak ilmu, dan diwajibkan
pdamu agar engkau berbicara sambil menunggu ijin Ku, maka dengan bicaramu itu
engkau akan menyaksikan murka Ku, manakala engkau diam, maka hilang pula murka
Ku, bila engkau bicara... makrifat itu selalu disebut dalam Al Kitab...
Kedudukannya lebih tinggi, baik nilai maupun martabatnya dari ilmu pengetahuan,
karena makrifat itu adalah hasil pencapaian terhadap hakikat-hakikat yang
menyeluruh, sedang ilmu pengetahuan itu adalah pencapaian terhadap
persoalan-persoalan yang terbagi-bagi bidangnya. Mengenai “penyaksian” jauh
lebih tinggi dari keduanya, karena penyaksian itu adalah hasil dari kebulatan
tekad yang disertai dengan usaha yang gigih terhadap kebenaran, dengan ikut
sertanya upaya hati dan pengalaman, maka itulah yang menghasilkan penyaksian,
dan penyaksian itu adalah setinggi-tingginya keyakinan.
85.
Bagiku....
bahwa memohon keridhaan Nya itu adalah merupakan kemaksiatan pada Nya, kemudian
ia berkata kepadaku : “Hendaklah engkau taat kepada Ku”, Lalu engkau merasa
telah menaati Nya, maka yang demikian engkau sudah bohong besar, Ia pun
melanjutkan L “Engkau tidak mentaati Ku, tida pula Aku diaati oleh sesuatu pun”
.... Baru kalilah aku melihat ke Esaan yang sebenar-benarnya. Arti ayat :
Kepunyaan Nya jua bahtera-bahtera yang berlayar di lautan dengan layar-layar
yang tinggi menjulang )QS. Ar Rahman 55:25). Perhatikan ayat tersebut di atas,
bahwa Allah menyatakan jika bahtera-bahtera itu adalah milik Nya, sekalipun
milik kita pada lahirnya; Dialah yang membina, sekalipun pada lahirnya kita
yang membuat. Ingat renungkan! Kita membina dengan ilmu Nya, dengan pengetahuan
Nya, peraturan-peraturan Nya, serta ilham Nya, begitu pula halnya dengan taat,
tiada Ia ditaati oleh siapa yang menaatiNya, melainkan ketaatannya adalah
kemurahan Nya... Inilah Tauhid itu.
86.
Aku
telah ditegakkan berdiri di antara kedua tangan Nya, lalu ia berkata kepada ku
: “Aku tiada rela engkau menjadi utuk sesuatu, dan tidak pula rela jika semua
itu menjadi untukmu... Ku sucikan engkau, Aku bertasbih padamu. Maka janganlah
engkau mentasbihkan Ku. Aku yang membuatmu! Bagaimana engkau dapat mensucikan
Ku?
87.
Jangan
engkau duduk di atas jamban-jamban, engkau akan dikerumuni anjing-anjing dan
akan saling menggonggong padamu, hendaklah engkau duduk di atas mahligai yang kukuh
kuat, di suatu tempat yang pintu-pintunya tertutup rapat, dan jangan ada yang
menyertaimu; Jangan menghiraukan apapun, baik sianr matahari ataupun kicauan
burung-burung, maka tutuplah wajah dan telingamu, karena sesungguhnya bila
engkau memandang selain Ku; niscaya engkau akan menyembahnya, dan jika engkau
yang dipandang oleh sesuatu, maka engkaulah yang akan disembah.
88.
“
Kulihat segala mata terbelalak memandang kepada Nya, tetapi apa yang dilihat?
Segala sesuatu yang terpandang menjadi hijab belaka. Tundukan kepalamu ke
bawah, dan lihatlah ke dalam, niscaya terlihat.
89.
Hamba-hamba
sahaya berada di dalam surga, sedangkan orang-orang merdeka berada di neraka.
90.
Bila
tiada kaan bagimu untuk kau ajak duduk bersama, maka Akulah yang menyertaimu.
91.
Engkau
pasti akan mati, tetapi tidak demikian dengan ingatan Ku padamu.
92.
Perhitunganmu
meleset, berarti salah dan kesalahan itu berarti tidak benar.
93.
Di
antara makhluk-makhluk Tuhan, ada di antaranya yang seakan-akan tidak layak
menjadi makhluk sama sekali.
94.
Engkau
didalam segala hal, ibarat baunya baju dengan baju.
-
Engkau
ibarat arti makna seluruh alam semesta;
-
Engkau
bagaikan kitab yang menghimpun sedangkan alam semesta merupakan
lembaran-lembaran halamannya.
95.
Aku
ini sangat cemburu padamu, dari sebab itu Aku membuat beberapa larangan
untukmu.
96.
Katakanlah
kepada orang yang risau hatinya daripada Ku, bahwa kerisauan itu berpangkal
dari dirimu sendiri; karena Aku lebih baik untukmu dari segala sesuatu.
97.
Bila
engkau melihat Ku di dalam dirimu, sebagaimana engkau melihat Ku di dalam
segala sesuatu, niscaya berkuranglah cintamu terhadap dunia.
98.
Aku
dengan sesuatu tidak akan berhimpun, begitu pula engkau tiak akan berhimpun
dengan sesuatu.
99.
Hidup
yang manakah untukmu di dunia ini setelah Aku bernyata :
-
Hari
kematian itu adalah hari penyatuan, dan
-
Hari
yang kekal abadi itu adalah hari kesenangan.
100.
Aku
telah menggodamu dengan tidak adanya kepercayaanmu sepenuhnya pada umurmu.
101.
Antara
Ku dan antara mu tidak dapat diketahui. Guna apa lagi dituntut.
102.
Aku
ditegakkan berdiri di dalam sifat “Ketunggalan” (Al Wahdaniah), lalu ia pun
berkata kepdaku : “Telah Ku jadikan nyata segala sesuatu saling menunjuk kepada
Ku; dan mengungkapkan perihal Ku. Sebagaimana Aku menjadikannya di saat yang
bersamaan, memanggil kepada dirinya dan menghijab daripada Ku; maka nasib
setiap insan yang dikarenakan penghijab-penghijab itu seakan-akan
menggantungkan dirinya pada penghijab-penghijab itu. Zikir Ku, Ku khususkan
terhadap setiap yang Ku jadikan nyata, dan zikir Ku adalah pengungkap semisal
hijab juga... “Bila Aku bernyata tiadalah engkau akan melihat apapun di
sekelilingmu lagi”
103.
Hendaknya
engkau katakan : “Ilahy! Jangan kiranya Engkau biarkan diriku
diporak-porandakan huruf di dalam makrifatku kepada Mu.
104.
Masih
jugkah menyusahkan dirimu, dari segala apa yang datangnya daripadamu? Maka hal
ini akan u ampuni. Jangan kiranya ada yang menyusahkan dirimu. Segala apa yang
datang daripadaku yang menyusahkan dirimu akan Ku palingkan semua. Bila engkau
sanggup melakukan apa yang Ku haruskan padamu mengatasi keduanya ini, niscaya
engkau menjadi seorang Wali.
105.
Bila
engkau bukan dari ahli Hadirat (yang selalu bersama Allah), tentu saja khatir
(lintasan hati) itu akan selalu mendatangimu dan semua siwa itu merupakan
khatir; dan tidak akan memberi manfaat malinkan berupa ilmu, dan ilmu itu
sifatnya selalu bertentangan satu sama lain. Maka untuk menyelamatkan dari
pertentangan diperlukan perjuangan. Engkau tidak akan sanggup melakukan
perjuangan tanpa Aku, dan tidak pula ilmu kecuali dengan Ku, Hendaknya engkau
berdiri bersama Ku, maka dengan demikian barulah engkau menjadi ahli Hadirat
Ku.
106.
Aku
dihentikan di dalam “ikhtiar” lalu ia berkata : “Kalian akan menderita sakit”
dan dokter akan selalu rajin menjenguk di waktu pagi dan petang, kata-kata yang
diucapkan para dokter itu adalah kata-kata Ku dan mereka mengimani ilmu
kedokteran, tetapi tidak beriman kepada Ku; Si penderita pun patuh kepada
dokter dan menurut berpantang makan, tetapi tidak berpuasa untuk Ku.
107.
Sudah
layak jika Aku “memperkenalkan diri” kepadamu dengan bala (ujian dan cobaan)
Aku tidak akan lenyap dan bala itu berasal daripada Ku.. Pengalamanmu terhadap
bala itu berasal daripada Ku... pengenalanmu terhadap bala menjadi bala pula
... dan tiada seorang pun dapat melarikan diri dari bala, karena bala itu
daripada Ku”.
108.
Aku
dihentikan dalam “Perjanjian” dalam keadaan tegak berdiri, Ia pun berkenan
bertutur kara padaku :
-
Keluarkan
dosamu demi ampunan Ku.
-
Lemparkan
kebaikanmu demi karunia Ku.
-
Tanggalkan
ilmu mu demi ilmu Ku.
-
Singkirkan
makrifatmu demi makrifat Ku.
-
Tegaklah
berdiri bersama Ku saja.
Bila engkau tetap
saja berdiri, maka segala sesuatu akan mengarahkan dayanya dan menarik-narik
padamu serta menghijab mu.
-
Berada
di sisi Ku
Maka aku akan
bersamamu. Akulah yang akan menghadapi rintangan dan halangan.
109.
Bermula
adalah tahap penyaksian (Al musyahadah) dengan menafikan khatir (lintasan hati)
kemudian menafikan makrifat, lalu menafikan dirinya sendiri yang bermakrifat,
terakhir menafikan “aku” (Al ana).
110.
Tolonglah
Daku! Niscaya engkau menjadi kawan Ku. Bila Aku sudi engkau kawani, maka Ku
berikan padamu kekuatan dan pertolongan Ku, Dan Ku beri ilmu dari ilmu Ku.
111.
Engkau mempelajari ilmu itu untuk bermegah-megahan di hadapan para
ulama dan untuk berdebat dengan para jahil, dan untuk engkau jadikan bahan musyawarah,
rapat maupun muktamar, dan.... untuk mengeruk keuntungan duniawi... neraka...
neraka!.
112.
Bila
engkau telah keluar dari tabiatmu, keluar dari sifatmu, keluar dari amalmu dan
keluar dari ilmumu, maka keluar pulalah engkau dari namamu; Dan bila engkau
sudah keluar dari namamu, jatuhlah engkau ke dalam nama Ku. Bila engkau telah
jatuh ke dalam nama Ku, akan terlihatlah padamu tanda-tanda pengingkaran, dan
segala sesuatu itu akan serentak
mengadakan perlawanan kepdamu berupa fitnah dan engkaupun memunafikan setiap
khatir hatimu... Nah! Sekarang setiap yang melawanmu akan berhadapan dengan
Ku!.
113.
Hendaklah
engkau meneliti dan melihat dengan apa engkau memperoleh ketenangan, maka
sesungguhnya tempat tidurmu adalah kuburan.
114.
Di
antara ilmu-ilmu pendekatan (Al Qurb) hendaklah engkau ketahui bagaimana Aku
berhijab dengan suatu sifat yang engkau kenali.
115.
Barang
siapa berdiri di maqam makrifat, kemudian ia keluar, sedang ia sudah mengetahui
keberhasilannya mendekati Aku, dan ia tetap tinggal di luar, akan kunyalakan
api untuknya seorang diri.
116.
Di
antara ilmu-ilmu yang dapat dijangkau mata, pada satu saat akan engkau lihat
ilmu-ilmu itu akan bungkam di dalam kelemahannya; tetapi lain halnya dengan
ilmu-ilmu hijab, maka ia tetap akan lancar berbicara.
117.
Sifat-sifat
yang dapat diungkap oleh tutur kata adalah sifat-sifatmu, dalam arti dan makna,
tetapi sifat-sifat Ku yang tidak dapat diungkap dengan tutur kata bukanlah
sifat-sifatmu dan tidak juga dari sifat-sifatmu.
Bila Aku berbicara
padamu dengan ucapan dan ibarat, tiada wewenang hukum memberikan kunci pembuka;
karena ibarat dan ucapan itu berbalik kepada dirimu sendiri. Adapun bila Aku
berbicara kepadamu tanpa ibarat, niscaya batu-batu dan bata-bata akan bicara
padamu. Dan engkau dalam kedudukan ini tinggal berkata “Jadilah” maka “jadi”
118.
Ibaarat dan ucapan itu adalah rangkaian huruf, dan tidaklah huruf
itu mempunyai wewenang hukum apapun. Perkenalan Ku kepadamu melalui ibarat dan
tutur kata adalah persiapan untuk perkenalan yang tidak seisertai ibarat.
Pemikiran-pemikiran itu melaui huruf, dan lintasan-lintasan hati itu dari
pemikiran, tetapi ingatan kepada Ku yang murni adalah terpisah di balik huruf
dan pemikiran.
119.
Yang
nanti akan engkau temui di dalam kematianmu, ialah apa yang engkau alami di
kala hidupmu kini : Arti Ayat : “Barangsiapa
selagi di dunia ini buta, maka kelak di akhiratpun akan buta dan lebih sesat
jalannya” (QS. Al Isra 17:72).
120.
Jangan
menanyakan tentang makrifat Ku, dan jangan menanyakan tentang AKU. Hendaklah
engkau ketahui, bahwa tiadalah Aku diserupai oleh sesuatu pun (Laisa Kamitslihi
Syai’un).
121.
Jangan
dihiraukan penaggilan selain panggilan Ku, sekalipun ia memanggilmu berdalih
ayat-ayat Ku. Jangan engkau hadiri sekalipun ia datang mengundangmu dengan
ayat-ayat Ku; karena sesungguhnya, segala sesuatu itu Aku ciptakan memanggil
pada diri masing-masing dan menghijab daripada Ku.
122. Bulatkan tekadmu!
Keraskan kemampuanmu paa Ku! Dengan Ku engkau akan kekal, dan putuslah engkau
darpadamu : Arti Ayat : Dan kepada
Tuhanmulah hendaklah engkau pusatkan kemauanmu (QS. Al Inssyirakh 94:8).
123.
Jika
engkau serang hatimu, dan hatimu tidak membalas menyerang, maka engkau
benar-benar tergolong dari para arifin.
124.
Bagaimana
para arifin tidak sedih sedangkan mereka melihat Aku meneropong perbuatan
buruknya dan Ku katakan : “Jadilah gambar agar dilihat
oleh pembuatnya”. Dan juga Ku katakan kepada perbuatan baiknya : “Jadilah lukisan agar dilihat oleh pelukisnya”
125.
Timbanglah
makrifatmu sebagaimana engkau menimbang penyesalanmu.
126.
Hati
orang arif melihat keabadian, sedangkan matanya melihat ketentuan waktu.
127.
Katakan
kepada para arifin! : “hendaklah kalian mendengar bukan hanya untuk mengenal
saja; Hendaklah kalian diam, dan bukan hanya untuk mengenal melulu!;
Sesungguhnya Ia mengenalkan diri Nya padamu sebagaimana engkau bermaqam di sisi
Nya.
128.
Katakanlah
kepada hati orang-orang arif : Janganlah kalian keluar dari keadaan kalian,
sekalipun kalian sudah memberi petunjuk kepada siapa yang sesat. Apakah kalian
menghendaki kesesatan daripada Ku, lalu memberi petunjuk kepada Ku??
129.
Katakanlah
“Ilahy” Aku memohon kepada Mu, dengan Engkau!.... sekedar kesanggupan suatu
permohonan, aku bermunajat dengan Mu, kepada kemurahan Mu!
130.
Wahai
yang saling berselisih! Janganlah engkau mengharapkan (memperoleh) petunjuk
dari yang saling berselisih; Bila ia memberi petunjuk padamu, niscaya engkau
akan berhimpun bersamanya dan memadu satu tujuan; Dan bila ia tidak memberi
petunjuk padamu niscaya engkau akan berserakan terpecah belah, karena engkau
mengikuti perselisihan yang datang dari segalajurusan.
131.
Masih
ketinggalan satu ilmu, berarti masih tinggal satu bahaya; masih tersisa
tambatan hati, berarti masih ditunggu satu bahaya; masih kurang lengkap suatu
akal pikiran, berarti masih ada bahaya yang menanti; masih ada suatu kemauan
keras atau kepiluan, berarti masih diintai bahaya.
132.
Huruf
itu adalah satu penjuru dari beberapa penjuru iblis;
133.
Sesungguhnya
engkau sudah melihat keabadian, dan tiadalah keabadian itu dapat diuraikan dan
diibaratkan.
·
Keabadian
itu adalah satu sifat dari sifat-sifat Ku.
·
Keabadian
itu telah bertasbih (mensucikan) demi untuk Ku.
Dari tasbihnya, maka Ku
ciptakan malam dan siang, dan keadaannya bagaikan tirai penutup yang membentang
bagi setiap hati dan segala rahasia-rahasia. Lalu Ku pilih engkau, tirai siang
Ku buka dan tabir malam Ku singkap supaya engkau dapat melihat Ku.
Kuberikan padamu daya, agar
engkau mampu melihat terbelahnya langit, dan memandang bagaimana Ku turunkan
perintah Ku yang datangnya dari sisi Ku, laksana tibanya siang dan datangnya
malam”.
134.
Engkau
telah mengenal Ku, dan mengenal ayat-ayat Ku. Barangsiapa yang telah mengenal
ayat-ayat Ku, maka ia pun telah bebas lepas dari tanggungan alasan apapun. Bila
engkau sedang duduk, jadikanlah ayat-ayat Ku berdiri di sekatarmu; dan jangan
keluar jika engkau keluar, keluar pulalah engkau dari benteng Ku. (Yang
dimaksud dengan ayat adalah kamimat Tauhid).
135.
Adab
sopan santun para wali-wali itu, ialah mereka tiada mengurusi sesuatu dengan
kemauan keras, sekalipun mereka mengetahui dengan tinjauan akal dan budi
luhurnya.
136.
Bila
engkau di datangi oleh panggilan hatimudan engkau lengah tiada melihat Ku, maka
sesungguhnya engkau sudah dilambai oleh lidah api Ku, maka sebagaimana yang
dilakukan oleh para wali-wali Ku (orang-orang yang beriman dan bertakwa)
niscaya akan Ku perlakukan terhadap padamu sebagaimana layaknya Aku
memperlakukan para wali Ku, maka katakanlah :
“YA Allah! Inilah malapetaka uji cobaan Mu! Maka ku harapkan kelembutan
Mu, terhadap padaku, dan limpahkanlah kasi sayang Mu, padaku”.
137.
Orang
yang berdiri di hadirat Ku, melihat makrifat itu baikan arca-arca, dan melihat
ilmu bagaikan azlam (anak panah peramal nasib).
138.
Ilmu
yang mantap tak berbeda dengan kejahilan yang mantap.
139.
Pembersih
tubuh adalah air, dan pembersih hati adalah menundukan pandangan dari
siwa....... Ketahuilah! Bahwa hati yang tertambat pada siwa adalah najis, dapat
disucikan hanya dengan tobat.
140.
Hai
hamba! Ynag membuat siwa hingga dapat nyata adalah Kau; yang memperlakukan dan
yang menggerakan adalah Aku; dia dtang dan pergi dikarenakan Aku. “Tinggalkan
dia! “Tetaplah di sisi Ku”, Kalau tidak! Maka tidak pula aku memilihmu.... Siwa
adalah tempat pertentangan, yang berlawanan, yang berserakan, berbilang-bilang,
bercerai berai..... Hanya Aku lah Yang Tunggal tanpa lawan tanpa tantangan.
141.
Hai
hamaba! Janganlah engkau menjadikan Aku sebagai utusanmu kepada sesuatu, maka
sesuatu itu kana menjadi Tuhna layaknya. Jika sampai terjadi yang demikian,
maka engkau akan ku tulis dari golongan orang-orang yang berbuat olok-olok pada
Ku disertai pengetahun.
142.
Hai
hamba! Hendaklah engkau menghentikan “kemauan keras” mu di kala engkau berada
di antara kedua tangan Ku. Bila engkau dapati di anataranya (kemauan kerasmu)
dan antara Ku selain Ku, maka lemparkanlah dia (siwa) dengan penglihatanmu
kepada Ku dari balik belakangnya (siwa). Kalau dia (siwa) masih tetap ada, maka
tatapkan wajahmu kepada Ku, niscaya engkau melihat bagaimana Ku jadikan dia
(siwa), maka ssampaimu di sini tidaklah akan Ku katakan lagi “Ambilah” atau
“tinggalkanlah”.
143.
Pelhralah
baik-baik keadaan halmu agar dengan “kemauan keras” mu engkau memandang Ku.
Jangan hendaknya “kemauan keras”mu engkau pandang dalam kemauan kerasmu, hal
yang demikian membuatmu berpandangan kepada dua larangan dan dua perintah, dan
engkau sendiri berada di bawah dua Pemerintahan.
144.
Hai
hamba! Bila engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka hendaklah engkau
jadikan segala sesuatu berada di bawah kedua telapan kakimu.
145.
Hai
hamba! Hendaklah engkau berlindung kepada Ku dari selain Ku, sekalipun selain
Ku itu mendatangimu dengan keridaan Ku.
146.
Selama
masih ada sesuatu di antara Ku dan antaramu, maka engkau adalah hamba dari
sesuatu itu.
147.
Hai
hamba! Pilihlah Aku! Aku terbitkan atasmu segala sesuatu dengan kekayaan yang
tiada lagi engkau berhajat apapun lagi; dan jangan selain Ku yang menjadi
pilihanmu, maka Aku pun akan gaib. Kemalangan apa yang akan menimpamu? Halangan
apa yang akan menghadangmu?? Itulah bila aku gaib... engkau akan terperosok ke
lembah hina, dirimu menjadi rendah dalam perhambaan dan kejahatan terhadap pada
sesuatu.
148.
Hai
hamba! Jika pembagian itu telah terangkat, akan menjadikan sama, tiada
perbedaan yang menyedihkan dan yang
menggembirakan (yakni bila terangkat hijab) yang memisahkan engkau daripada Ku,
niscaya semeua siwa tiada bernilai lagi, baik yang menyedihkan maupun yang
menyenangkan.
149.
Pengenalan
akan nama Allah Yang Maha Agung (Ismullahi Al A’dham) adalah pertama-tamanya
fitnah. Bila Aku meniadakan daripadamu tuntutan yang diajukan nama itu, maka
lenyap pulalah tuntutan lawan nama itu.
150.
Aku
adalah lebih baik bagimu dari dirimu sendiri; bila engkau lalai Aku yang
mengingatkanmu; bila engkau berpaling Akulah yang mendatangimu; Seakan-akan Aku
membuat bangunan indah anggun penuh kemuliaan karena ingatan Ku padamu atau
merasa senang bersamamu tanpa kegelisaha... Akulah Yang Maha Kaya, tiada
memerlukan daripadamu dan daripada segala sesuatu.
151.
Bila
engkau telah melihat Ku di balik sesuatu, lalu engkau mendurhakai Ku, maka
durhakamu itu adalah atas kesadaran. Barangsiapa mendurhakai Ku atas kesadaran,
maka berarti telah memerangi Ku.
Aku sediakan bagi
yang mendurhakai Ku suatu alasan dan..
Aku sediakan pula
bagi yang berperang dengan Ku suatu medan peperangan, dimana akan Ku biarkan
baik engkau maupun yang dengannya engkau memerangi Ku....
Dan perlindungan Ku
datang dari arah belakang, yang mana Aku akan mencerai-beraikanmu; Jika Aku
mencerai-beraikanmu berarti engkau akan Ku lenyapkan.
152.
Ilmu
yang menunjuk pada Ku, adalah laksana lorong yang menuju pada Ku... Ilmu yang
tidak menuju pada Ku, ialah suatu hijab yang menggoda.
153.
Tidak
akan sampai panggilanmu di belakang hijab, kecuali dengan menyingkirkan hijab
itu; yang demikian adalah keharusan bagi setiap peerkenalan Ku terhadap siapa
yang telah melihat Ku.
154.
Aku
telah bersumpah atas diri Ku sendiri, bahwa tiadalah meninggalkan barangsiapa
yang meninggalkan sesuatu demi untuk Ku; melainkan akan Ku berikan padanya
ganti yang lebih baik dari apa yang ditinggalkan itu.
155.
Hai
hamba! Mengapa pikiranmu bersimpang siur, den mengapa duka citamu engkau simpan
bermalam hingga sampai pagi belum juga terlepas daripadamu.... Engkau adalah
wali Ku, dan Aku lebih utama bagimu, serahkan saja kepda Ku “Zat rahasiamu”
maka Akulah yang menghadapi segala kesimpang siuran dan Aku lebih mengetahui
daripadamu. Sebagian sifat dari seorang wali ialah : Tiadanya merasa heran atas
sesuatu dan berpantang meminta apapun. Bagaimana tidak demikian dia sudah
melihat Ku – apa yang layak diherankan lagi sedang ia melihat Allah, dan apa
yang akan diminta? Sedang ia melihat Allah.
156.
Sesungguhnya
mereka yang bangun di malam hari, ialah mereka yang menuju pada Ku, bukan untuk
wirid yang ditentukan maupun bacaan yang dipahami... di sanalah .... Ku sambut
kedatangannya dengan wajah Ku, maka ia pun berdiri dengan Qoyyumiati (berdiri
Ku sendiri) tiada pinta dan tiada apapun yang diajukan pada Ku. Bila Aku hendak
bicara padanya, akan Ku laksanakan; bila Aku hendak memberi pengertian, Ku
tanamkan pengertian. Hai hamba! Ahli wirid manakala telah sampai ke tujuannya,
mereka akan berhenti dan menyingkir, dan ahli juzu’ (membaca Al Qur’an yang
sudah sampai pada batasnya) setelah dipelajari, juga akan berhenti dan
menyingkir. Tidak demikian halnya dengan dengan “Ahli Ku” karena baginya “tiada
batas lagi” Maka, bagaimanakah mereka akan menyingkir?
157.
Hai
hamba! Bila engkau telah melihat Ku, lalu engkau menetap dalam suasana “melihat
Ku”, maka akan Ku tuanggkan malapetaka guna mengujimu, dan Ku berikan keteguhan
hati padamu agar kau tetap tinggal dalam maqammu.... tetapi bila engkau lepas
dari “melihat Ku” maka Ku timpa padamu sebagian dari malapetaka dan Aku
lemahkan engkau untuk menghadapinya, lalu engkau akan mengalami rasa “menjauh”
karena kelemahanmu Ku gerakan engkau berhasrat untuk memohon pertolongan pada
Ku, maka kasih sayang Ku akan menarikmu dan mengangkatmu kembali ke maqam “melihat
Ku”
158.
Hai
hamba! Ketahuilah benar-benar bahwa segala sesuatu itu adalah milik Ku, maka
janganlah engkau mencoba-coba merebut kepunyaan Ku.
159.
Hai
hamba! Hendaklah lesanmu senada denngan suara hatimu, dimana Aku bernyata dalam
hatimu... jika tidak, maka Aku akan berhijab daripadamu dengan dirimu....
resapilah nasihat Ku ini ke seluruh jangatmu dan dalamilah hingga ke tulang
belulangmu.
160.
Hai
hamba! Bila engkau telah mengenal keabadian, maka engkau telah melihat satu
sifat As Shumud. (Ash Shumud ialah tempat
bergantung pada Yang Maha Kekal, dan tempat meminta dari yang bergantung pada
Nya segala sesuatu, baik yang dimaksud maupun yang disengaja ataupun yang
dituju yang kekal tanpa kesudahan).
161.
Hai
hamba! Apa yang telah Ku ungkapkan bagimu tentang keabadian, Ku iringi pula
dengan penutup kepadamu tentang hukum-hukum manusiawi sesuai dengan apa yang
telah Ku-ungkapkan untukmu itu.
162.
Hai
hamba! Jika malam harimu engkau khusukan untuk Ku, dan siang harimu engkau
gunakan untuk ilmu Ku, maka engkau akan menjadi seorang besar dari
pembesar-pembesar para hamba Ku.
163.
Pangkal
keteguhan dan kekuatan itu ialah : “Meninggalkan larangan”.
164.
Makin
luasnya penglihatan, makin menyempitnya ibarat.
165.
Barangsaiapa
yang selalu ingat pada Ku dan sudah terbiasa serta menjadi tabiatnya pula, maka
berarti ia telah membuat suatu perjanjian di sisi Ku guna keselamatan dirinya.
166.
Mereka
yang membenarkan Aku dengan kegaiban dan beriman pada Ku tanpa melihat Ku, maka
Aku akan menyertainya pada hari dihimpun, dan akan Ku kawani di dalam suasana
yang mengerikan, dan Ku kirim kepadanya keteguhan dalam menghadapi kegoncangan,
lalu akan Ku teguhkan atas apa pun yang dialami, sebagaimana mereka telah
mengawani Aku di balik tirai penutup itu.
167.
Hai
hamba! Jangan hendaknya engkau menjadi orang yang terhijab hanya karena apa
yang cocok dengan seleramu atau dengan kemampuan.
168.
Hai
hamba! Siapa yang mengenal Ku dengan Ku, berarti mengenal dengan satu
perkenalan yang tidak dapat diingkari lagi kemudian hari sama sekali.
169.
Hai
hamba! Aku tidak dapat dikenal oleh siapapun tanpa Aku memperkenalkan diri Ku
padanya.
170.
Hai
hamba! Bila engkau melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, tetap Aku tidak
menyingkirkan engkau daripadanya; maka halmu yang demikian tanyakan kepada
orang yang alim dan bahkan kepada yang jahil sekalipun tentang Ku, maka engkau
akan melalui jalan yang aman dan jalan berbahaya. Hai hamba! Bila engkau
melihat Aku menyingkirkan siwa daripadamu, sedang Aku tidak menyingkirkan
engkau daripadanya, maka cepat-cepatlah engkau lari kepada Ku dari fitnah Ku sambil
memohon perlindungan Ku daripada makar Ku.
171.
Aku
ibarat tamu bagi kekasih-kekasih Ku yang mulia, bila mereka menjumpai Ku segera
membeberkan rahasia-rahasianya dan dengan penuh khidmat menguraikan ikhtiarnya
kepada Ku.
172.
Tidak
berlaku atasmu hukum di dalam tidurmu, melainkan apa yang telah mengiringi
engkau dengan tidurmu, dan tidak lupa berlaku atasmu hukum di dalam kematianmu,
melainkan apa yang telah mengiringi engkau dengan kematianmu.
173.
Bila
Aku tidak gaib dikala engkau makan, niscaya Ku putuskan agar engkau tidak lagi
berpayah-payah untuk mencari makan.
174.
Hamba
Ku yang berada di dalam “Hadirat Ku” ia dapat melihat “nama” itu tidak memiliki
kekuatan hukum apapun selain Ku .... itulah maqam yang mengejutkan (Al Buhut)
maqam terakhir, yang mana semua hati berhenti di situ.
175.
Bila
engkau menafikan “nam” (al ism), maka tibalah engkau pada “wusul” artinya :
telah sampai .... Bila tiada terlintas padamu “nam”, maka tibalah engkau pada
“ittisal” artinya : hubungan.... Bila engkau dalam “hubungan”, maka engkaupun
“Berkehendak dan berkemauan” seakan-akan engkau menafikan “nam” itu, dan tidak
lagi terlintas “nam” itu; disebebkan karena sangatnya tarikan kuat (Al Wajdu
Bilmusamma) dari yang dinamai.... Itulah tingkat yang tinggi, derajat paling
atas tentang kecintaan terhadap Zat Ilahiat.
176.
Engkau
yang hilang dalam kelenyapan, dan Aku lah yang mendapati dan menemukan, cukup
kiranya engkau untuk Ku......
177.
Engkau
yang dicari dan Aku lah yang menemukan; Akulah yang dicari dan engkau yang
menemukan. Bukan dari kita siapa yang gaib!
-
Bila
selain Ku yang engkau temukan, semoga engkau memenangkan peperangan.
-
Bila
Aku yang engkau temukan, engkaupun akan bingung tanpa bersama Ku, dan akan
terheran-heran kecuali di sisi Ku.
178.
Jika
engkau tidak melihat Ku, janganlah engkau meninggalkan nama Ku.
-
Bila
engkau tidak melihat Ku di balik dua tantangan dengan sekaligus, maka engkau
tidak akan mengenal Ku.
-
Bila
engkau sudah tidak dapat melihat Ku ditambah pula dengan kelengahan, maka
itulah puncak hawa nafsu.
-
Aku
tidaklah berkesudahan hingga dapat dilihat di balik segala sesuatu.
179.
Perjuangan
pertama menuju pada Ku, hendaknya engkau memandang pada Ku tanpa berkedip
sekejap pun.
180.
Hendaklah
engkau mengatasi urusan dan persoalanmu dengan penuh rasa takut, niscaya Aku
teguhkan hatimu dengan kemauan kerasmu; Jangan hendaknya engkau mengatasi
dengan harapan dan angan-angan, niscaya akan Ku bongkar manakala sudah hampir
mencapai penyelesaian.
181.
Bila
selain Ku yang engkau jadikan penuntunmu, niscaya engkau syirik kepada Ku, maka
hendaklah engkau lari ke arah ddua pelarian, satu pelarian ke arah langgananmu,
dan satu pelarian dari tangan Ku.
182.
Bila
engkau tidak melazimkan zikir... menyebut dan mengingat nama-nama Ku,
sifat-sifat Ku dan pujian-pujian untuk Ku,
niscaya yang seharusnya zikir itu untuk Ku... berbalik pada dirimu
sendiri, dari sifat Ku menjadi sifatmu.
183.
Nama
itu memisahkan antara yang bernama dan yang dinamai, dan memisahkan pula antara
yang dinamai dan arti nama itu sendiri.
184.
Lazimilah
berbaik sangka, niscaya akan engkau lampaui hujat Ku (dalil Ku) dan barang
siapa yang sudah melintasi hujat Ku, sampailah kepada Ku.
185.
Tengoklah
kepada Ku, bagaimana Aku mencabut kemashgulanmu terhadap selain Ku.... sati di
antara dua! Aku cemburu atasmu atau Ku campakan engkau!
186.
Sebelum
perjuangan (mujahadah), mulailah terlebih dahulu menyingkirkan dengan
“perjuangan”, maka Aku lah yang tampil dengan api kekerasan.... cintamu kepada
siwa adalah siwa pula, dan api itupun siwa juga. Tugas api adalah membumbung
naik menjulang ke atas hati, akan terlihatlah siwa dan apa yang daripadanya,
saling bergabung dan berkaitan.
187.
Singkirkan
alasan-alasanmu, niscaya terlihat olehmu Aku bertahta tanpa keraguan.
188.
Pencinta-pecinta
Ku adalah mereka yang sudah tiak mempnyai pendapat lagi.
189.
Andaikan
engkau bisa menjadi baik untuk sesuatu, niscaya tidaklah Aku menyatakan wajah
Ku bagimu.
-
Satu
kebajikan berbanding sepuluh; Hal ini bagi orang yang tidak melihat wajah Ku;
Tetapi bagi yang sudah melihat wajah Ku, satu kebajikan itu sendiri merupakan
dosa. Kebaikan orang-orang yang berbakti adalah merupakan dosa bagi orang yang
didekatkan.
190.
Bila
siwa itu menjadi khatir yang tercela, niscaya runtuhlah surga dan neraka.
191.
Mohonlah
ampunan Ku atas amal perbuatan hati, akan Ku teguhkan engkau dari
berbolak-baliknya hatimu.
192.
Aku
jadikan engkau jelek terhadap segala sesuatu, yang demikian agar engkau
terhijab dari antaramu dan antara Nya; jangan dilobangi hijab itu untuk maksud
perkenalan, bila terjadi yang demikian Ku kirim kepadamu kehina-dinaan.
193.
Al
Wahdaniah (ketunggalan) adalah satu sifat dari sifat-sifat (Adz dzatiah)nya
Zat.
194.
Benar
itu ialah tidak berdustanya lisan.
-
Ash
Shidq – itu ialah larangan lisan untuk berdusta, dan Ash Shiddiqiah – adalah
larangan bagi hati untuk berdusta.
-
Kedustaan
hati mengikat janji tanpa perbuatan.
-
Pendustaan
hati ialah mendengarkan pada kedustaan itu.
-
Kedustaan
hati adalah menginginkan keinginan-keinginan.
-
Pendusta
itu adalah bahasa yang menguraikan selain Ku, dan Al Haq dan Al Haqiqi adalah
bahasa Ku.
195.
Hati
yang sudah melihat Ku adalah bejana malapetaka.
196.
Aku
telah bersumpah, bahwa tiadalah Aku didapati melainkan di dalam shalat; Aku
yang menenggelamkan malam dan membentangkan siang.
197.
Bila
engkau berdiri berhadap-hadapan di antara kedua tangan Ku, semua akan berteriak
memanggilmu, maka waspadalah, jangan di dengar walau dengan hatimu, kalau
engkau dengar, sama halnya engkau menerima panggilannya.
-
Bila
Ilm yang memanggilmu dengan himpunan segala macam isinya di waktu engkau
melakukan shalat lalu engkau jawab dengan mengiakan, maka jelas engkau telah
terpisah daripada Ku.
198.
Hai
hamba! Hendaklah engkau keluar dari kemauan yang menjadi kepentingamu, niscaya
engkau akan keluar di atas batasmu.
199.
Ia
berkata kepadaku.. “ Di dalam surga itu segala apa yang mungkin terlintas dalan
ingatan dan pemikiran... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh lebih
bessar lagi, dan di dalam neraka itu juga segala apa yang mungkin terlintas
dalam engatan dan pemikiran.... sedangkan kenyataannya kesemuanya itu jauh
lebih besar lagi.
-
Aku
lah yang berada di balik kenikmatan surga itu.
-
Andaikan
kenikmatan surga itu telah mengenal Ku, niscaya ia akan putus dari
menghidangkan kelezatan-kelezatannya.
-
Barangsiapa
yang telah mengenal kenikmatan memandang wajah Ku serta kenikmatan berada di
Hadirat Ku, niscaya ia akan menyesali apa yang telah hilang selama berada dalam
kelezatan surgawi, yang hanya kelezatan indra dan jasmani, dan ia akan rindu
dan duka selama luput dari berpandangan kepada wajah Ku.
200.
Yang
menjadi penghalangmu daripada Ku di dunia ini, itu jugalah yang akan menjadi
penghalangmu di akhirat kelak.
201.
Hai
hamba! Kawanilah Aku dengan sirmu (rahasia hatimu), niscaya Aku menemanimu
dalam kehidupanmu!..... Kawanilah Aku dalam kesendirianmu! Niscaya Aku
menemanimu dalam pergaulan.... Kawanilah Aku dalam khalwatmu! Niscaya Aku
menemanimu dalam himpunanmu!.
202.
Hai
hamba! Pemisah antara Ku dan antaramu adalah cintamu pada dirimu, maka
enyakanlah dan jangan hendaknya menjadi hijab pnutup dirimu.
203.
Hai
hamba! Telah syirik siapa yang dihentikan oleh tutur kata..... dan ikhlaslah
barangsiapa yang dihentikan oleh yang bertutur kata.
204.
Ucapkanlah
: “MAULAYA WAJJIHNI BIWAJHIKA LIWAJHIKA” “Wahai pelindung diriku, arahkanlah
diriku dengan wajah Mu untuk menatap Zat Wajahmu”
205.
Hai
hamba! Bila engkau bersandar kepada sesuatu, maka engkau akan berpegang teguh
pada sandaranmu, berarti engkau telah berpegang teguh pada selain Ku; Dan akan
Ku tulis engkau sebagai orang yang musyrik.
206.
Hai
hamba! Telah Ku ciptakan segala sesuatu semuanya untukmu, sedangkan Aku jauh
lebih dari segala sesuatu itu, Akulah yang mempunyai karunia-karunia itu, maka
belakangilah sesuatu-sesuatu itu di punggungmu dan palingkanlah wajahmu
menghadap pada Ku.
22.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Tuhan ku berseru kepada ku : Hnedaklah engkau berjalan
menuju kepada Ku, dan Akulah yang menjadi pandu penuntunmu. Maka akupun
berjalan... kulihat diriku sendiri; Ia pun berseru lagi :
Lalui semuanya! Arahkan tujuanmu kepada Ku saja.
Sungguhpun bila engkau berhenti bersama dirimu yang tercela, niscaya engkau
akan binasa, dan bila engkau berhenti dengan dirimu yang terpuji, niscaya
engkau terhijab.
Sungguh, bila engkau telah terhijab dengan
panggilan-panggilan yang terpuji itu, maka engkau akan didatangi oleh
panggilan-panggilan yang tercela, dan dengan paksa engkau akan di tawan,
penyebabnya tak lain karena engkau terhijab.
Aku pun melanjutkan perjalanan, maka kulihat akal
pikiranku. Sambung Nya : Lalui saja dan jangan diperdulikan, tetapkan tujuanmu
pada Ku! Bila akal yang datang akan disusul oleh hikmat kebijaksanaan; dan bila
ia pergi maka ia pun akan melihat dirinya. Bila ia membawamu masuk ke dalam
hikmat kebijaksanaan, ia pun akan berkata kepadamu “Ikutlah aku”, maka
kekuasaan sudah berada di tangannya.
Bila ia datang, maka engkaupun akan menyertainya kepada
hikmat kebijaksanaan; Bila ia pergi engkaupun akan mengikutinya menuju kepada
hijab. Langkahi saja siapa-siapa yang datang dan siap-siapa yang pergi. Aku
teruskan perjalanan... ujarNya pula : Engkau telh melewati bahaya itu!...
kulihat kerajaan duniawi seluruhnya dengan sekali pandang; Berkata pula Tuhan
kepadaku : Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka kesemuanya
itu adalah kesenangan nafsumu dan impian-impiannya.
Kemudina kulihat kerajaan-kerajaan semuanya dengan sekali
pandang; Kata Nya pula : “Lalui dan langkahi apa-apa yang berada di dalamnya! Maka
kesemuanya itu adalah kesenangan akal budimu dan rumahnya. ..... Aku pun
melalui, kemudian kulihat hikmah kebijaksanaan menyambut.
Kedatanganku dan membukakan pintu-pintu, dan di balik
pintu-pintu itu terdapat pintu-pintu lagi, yang di dalamnya terdapat
khazanah-khazanah, dan khazanah-khazanah itu berisi pula harta-harta kekayaan,
lalu akupun didatangi oleh akal, jiwa, ilmu dan makrifat, semuanya serempak
mendatangiku; maka Tuhan pun berkenan berkata padaku : engkau sudah menjalani
segala sesuatu!..
Lemparkan himat kebijaksanaan kepada orang-orangnya dan
buatlah perjanjian dengan mereka, supaya mereka membangun gedung-gedung dan
rumah-rumahnya; inilah apa yang mereka tuju, mereka menginginkan agar engkau
bercerai, dan mereka menceraikan engkau. Tetap sajalah engkau berjalan menuju
pada Ku! Dan kesemuanya itu tidak layak bagimu utuk engkau tempati, engkaupun
bukan penghuni yang herus menetap untuk selama-lamanya di sana!
Kembali aku berjalan lagi, kulihat orang-orang lalu
lalang dan mereka yang berjalan, kulihat pula para ulama dan para zahid dan
para muttaqien. Lalu berkatalah Tuhan padaku : Orang-orang
yang lalu lalang akan sejurus dengan arah tujuannya; dan sekali-kali tiadalah
orang yang lalu-lalang itu akan mengajakmu kecuali kepada maqam dan iqamahnya,
dimana mereka berada; Maka bila engkau tertarik
oleh orang alim atau ulama, engkau akan diundang kepada ilmu penegtahuannya;
bila engkau menyukai orang arif, engkaupun akan dilambai kepada makrifat;
lintasi saja mereka itu semua. Kesemuanya itu adalah lalu-lintasmu dan bukan
tujuanmu, juga bukan tempatmu untuk tinggal...
Aku melanjutkan berjalan lagi ... ku lihat segala sesuatu, kulihat wajah di balik
wajahnya, dan apa yang berada di balik arti dan makna, kesemuanya menawarkan
diri padaku dan berlomba menariku dengan berbagai usaha agar aku berpaling
padanya. Tuhan pun berkata lagi : Segala sesuatu itu menawarkan diri melalui
penglihatanmu yang memandang, dan mengaitkan akan arti dan makn dengan selera
penggembaraanmu itu; waspadalah pada pandanganmu, jangan menengok kepada
sesuatu agar mereka jemu dan menutup lesannya supaya tidak lagi menawarkan
apa-apa padamu; Simpanlah kemauan kerasmu dari segala arti dan makna, dan
himpunlah atas Ku. Sungguh jika mereka itu tidak melihat engkau berkemauan keras,
niscaya mereka tidak menawarkan dan menarik-narimu.... Akupun menahan
pandanganku dan menaggalkan kemauan kerasku. Dengan nada gembira Ia pun berseru
: Marhaban!! Terhadap hati hamba Ku yang sunyi dari segala sesuatu. Lalu Ia pun
bersabda : Engkau telah lulus! Engkau sudah melewati alam semesta (Al Kauniah)
dan sekarang tiba dalam perjumpaan dengan Pencipta Alam Semesta (Al Mukawwin).
Di saat itu aku mendengar Sabda-Nya : KUN (jadilah) disusul
pula oleh sabda Nya : Jangan engkau berhenti dalam pesona “KUN” Lalui! Lewati!
Walaupun “Kun” itu sumber pokok alam semesta; Jangan engkau dibawa-bawa
hingga turun ke bawah lagi dari maqammu. Kulalui “Kun”
dengan merendah-rendah; Sabdanya pula : Akulah Allah.... Ku sahuti : “Engkaulah
Allah” Engkau pelindung ku (Maulaya) yang menfitrahkan daku untuk berdiri di
antara kedua tangan Mu yang menjadi persai untukku dari sambaran perintah dan
larangan Mu.
23.
PENGLIHATAN YANG AGUNG
Tuhan bertutur kata kepadaku : Pertama hijab adalah hijab
bagi penglihatan (Ar Ru’yah) dari penglihatan beralih ke hijab Pendengaran...
engkau mendengar demi untuk Allah; Dan pendengaran itupun bertingkat-tingkat
... dari pendengaran demi untuk Allah ,... beralih ke hijab. Diam untuk Allah
dan diam itupun bertingkat-tingkat pula.
Tutur katanya pula : Bagaimana hingga engkau diam
membisu? Mengapa tidak engkau pikirkan? Mengapa engkau tidak berkemauan? Akupun
menjawab : Maluaya (pelindungku)! Bagaimana aku tidak memikir? Maliaya,
bagaimana aku tidak berkemauan?
Dian pun membalas : Bila sudah jelas bagimu bahwa Aku lah
pelaksana segala sesuatu, untuk apa pula engkau memikir? Jika sudah terlihat
segala sesuatu adalah perbuatan Ku, sedang engkau telah memikirkan, niscaya
jiwamu akan datang kepadamu memberi jawaban: Yang ini perbuatan Nya dan yang ini
perbuatan mu.
Bila engkau dihadapkan pada pemisahan, sebenarnya tidak
ada pemisahan... Niscaya akan berpisahlah engkau.... Bila engkau diperlihatkan
tercerainya... tiada perceraian yang sebenarnya.... niscaya engkau bercerai
pula.... Bila terputus kaitan oleh perceraian, engkau akan datang kepa Ku
dengan mempersiapkan pengaduan dan perbantahan serta meu merebut apa yang Ku
punyai.... Ketahuilah, engkau telah
melihat kepada Ku, bahwa Aku lah pelaksana merangkap pelaku atas segala
sesuatu, jangan dengan ilmu untuk mengetahui pelaksana
dan pelaku segala sesuatu....dengan demikian engkau akan membisu demi
untuk Ku, dan tidak lagi engkau akan memikirkan. Sesungguhnya pembahasan
mendalam dalam ilmu pengetahuan itulah yang menyebabkan terbersit engkau agar
berfikir.
Tuhan berkata pula padaku : Bila telah tertangkap olehmu
antara perbuatan dan yang melakukan dari balik punggungmu, bukan di anatar
kedua tanganmu ... dan engkau telah melihat tiada antara Ku dan antaramu
“engkau” dan tiada di antara Ku dan antaramu perbuatan, niscaya tiadalah engkau
berkemauan keras.
Tuhan menyambung lagi kata Nya : Aku mempunyai
perkataan-perkataan suatu pandangan berupa “kata”; dan Aku mempunyai
perbuatan-perbuatan suatu pandangan berupa “Pelaksanaan” dan Aku mempunyai
ilmu-ilmu suatu pandangan berupa “Ilmiah” dan terhadap segaala sesuatu
pandangan berupa “Berdirinya” (Qoyyumiah). Dan setiap yang memandang berkisar
pada siapa yang melihatnya, apa yang dilihatnya (Pandangan berupa ucapan kata).
Dan pandangan berupa ilmu, ialah alim ulama yang
mengatakan dalam suatu ketika... “Aku merasa bahwa Allah mengilhami” diriku
dengan ungkapan yang demikian,,,; maka ia seakan-akan melihat Allah dalam
ilmunya.
Dian Ia bertuturkata lagi kepadaku : Orang yang sudah
memiliki “penglihatan” dalam berkata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan
ia di atas sesuatu bahaya; juga para alim yang sudah “melihat Ku” tahu benar
adanya bahaya.
Akupun bertanya kepada Nya : Maulaya, apakah gerangan
bahaya itu ??? IA menjawab : Ucapan dan tutur katanya tidaklah terus menerus
baginya dan tidak berkekalan, maka apabila ia berpisah dengan penyebab yang ia
dapat melihat, niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan itu, maka inilah
bahaya itu... berpisah dengan tutur kata niscaya ia akan berpisah dengan
penglihatan, berpisah dengan ilmu niscaya ia akan berpisah dengan penglihatan.
Katanya pula : Yang mempunyai penglihatan berupa
kata-kata, ia melihat Ku bila ia berkata, dan tiada melihat Ku manakala ia
diam, maka berarti penglihatannya yang sebenarnya dalam tutur katanya. ... tetapi sebesar-besar melihat adalah dalam diam bukan dalam
ucapannya.... dan engkau dapat melihat yang demikian itu sedangkan ia
tidak dapat melihatnya, karena sesungguhnya engkau
melihat Ku tidak dalam tutur kata, melihat Ku tidak dalam perbuatan, melihat Ku
tidak ilmu dan melihat Ku tidak dalam amal, maka engkau sudah memiliki
“Penglihatan Yang Agung”, engka melihat Allah dalam segala sesuatu,
dalam diam dan dalam ucapan, engkau melihat Nya tanpa dinding penutup antaramu
dan antara Nya.
Perktaan itu dinding penutup dari penglihatan.... begitu
juga halnya ilmu dan amal, sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang sanggup
melihat dari balik tirai hijab, maka bila engkau telah melihat Ku bukan dari
bawah tirai, bukan juga dari bawah nama, maka sesungguhnya engkau telah melihat
Ku dengan “Penglihatan Yang Agung”. Aku mempunyai hamba-hamba yang tidak
membesar-besarkan penglihatan ini, karena telah tersingkap nyata dan tidak Ku
ijinkan tirai penutup bagi mereka, telah Ku angkat pula nama dari mereka, sudah
tidak Ku ijinkan lagi nama menjadi penghalang baginya.
Lalu ku ajukan pertanyaan manja kepada Nya : Maulaya,
apakah tabir penutup itu? Dan apakah nama itu? Ia pun menjawab : Tabir penutup
dan nama itu adalah perkataan yang mana di dalamnya, kesedihan dan ketakutan,
ia melihat Ku di dalamnya, dan apabila ia telah “melihat Ku” dan sudah tidak
melihat tabir pnutup dan tidak melihat nama di antara Ku dan antaranya, niscaya
ia tercengang dan akan disngkap oleh keheran-heranan (Al Buhtu wal buhut).
Dan ia berkata kepadaku : Hai yang memiliki “Penglihatan
Yang Agung” engkau dapat melihat orang yang dapat melihat, orang yang beramal,
orang yang berdiri tegak, engkau dapat melihat pada penglihatan mereka, dan
dikala mereka keluar dari penglihatan mereka. Dan kata Nya : Tiada saling duduk
bersama semajlis, kecuali yang sudah di
tahap “Penglihatan Yang Agung” dan lanjut Nya : Yang saling berkawan duduk
adalah mereka yang di ambang penglihatan dan di belakang dari kanan kiri ambang
pintu itu diddapati Ba’ussifah (Yang sudah keluar dari sifat manusiawi ketika
mereka sudah berada di ambang pintu).
Yang mempunyai penglihatan itu ada dua : Pertama yang
mempunyai Asma’ dan tabir penutup, dan itulah seorang kawan duduk yang
berbahaya; Karena bukanlah kawan duduk yang mengakui Aku sebagai Tuhannya yang
dapat ia melihat pada Ku di dalam hijab, maka ia adalah kawan duduk bagi
apa-apa yang ia melihat Ku di dalamnya dan bukanlah ia kawan duduk Ku;
Kdua : Yang berpisah dari nama-nama serta dari tabir
penutup... ia akan tercengang, ia akan melihat Aku dalam keheran-heranan.
Perkenankanlah ku ajukan pertanyaan ini : Maulaya; Apakah Al Buhut (keheran-heranan) itu?
Jawabnya : Keheran-heranan itu adalah hendaknya ia keluar dari nama-nama dan
tabir penutup, lalu ia melihat Aku, maka ia akan merasakan ketenangan dengan
penglihatannya, dan di ssaat itu tidak sepatah ucapanku dan juga tidak sepatah
pun ucapan dari padanya.
24.
SOPAN
SANTUN BERMAJELIS
(1)
·
ang
membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah kepada Ku, telah jelas terlontar
dari lisannya jalan pelarian
·
Simpanlah
hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku menjadi
tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
·
Sesorang
yang tenang tenteram, ialah siapa yang menjadikan Aku tempat pelariannya, bukan
lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan Ku, dan kata-kata pun
tidak pula mendapat pertolongan Ku. Hendaklah engkau menutup lisanmu agar diam,
dan engkau sajalah yang berdYiri di antara kedua tangan Ku
(2)
·
Yang
membeberkan hajat kebutuhan dan keluh kesah kepada Ku, telah jelas terlontar
dari lisannya jalan pelarian
·
Simpanlah
hajat kebutuhanmu dalam hatimu dan jangan engkau beberkan, niscaya Aku menjadi
tempat pelarianmu dan bukan lisanmu.
·
Sesorang
yang tenang tenteram, ialah siapa yang menjadikan Aku tempat pelariannya, bukan
lisannya; lisan-lisan itu tidak mendapat perlindungan Ku, dan kata-kata pun
tidak pula mendapat pertolongan Ku. Hendaklah engkau menutup lisanmu agar diam,
dan engkau sajalah yang berdiri di antara kedua tangan Ku
(3)
·
Bila
engkau melihat Ku, jangan hendaknya engkau menjadi kawan duduk Ku; Penglihatan
itu jangan diartikan izin untuk berkawan semajelis, melainkan bila penglihatan
itu adalah “Penglihatan Yang Agung” yang dengannya engkau melihat Ku dalam
segala sesuatu dan pada setiap waktu.
·
Duka
cita itu adalah sifat hamba Ku. Barang siapa yang menghambakan diri pada Ku,
akan memperoleh kesedihan hingga sampai ke tahap “Milhat Ku” dan yang sudah
melihat Ku akan bersedih pula sebelum sampai pada “Berkawan duduk semajelis”
Dan barang siapa yang “Berkawan duduk semajelis” dengan Ku disusul pula oleh
kesedihan “Luput daripada Ku”. Karena Aku yang akan meluputkan . Keluputan itu
aalah sifat Ku, karenanya, duka cita dan kesedihan itu akan selalu
menyertainya. Sesungguhnya yang menyertainya itu adalah jru bicara dari
lisan-lisan di bawah pemeliharaan Ku. Adapun “Berita gembira” (Al Busyra)
adalah juru bicara dari lisan-lisan keridhaan Ku; Jangan hendaknya engkau
berhenti, baik dalam duka maupun suka, berdirilah hanya untuk Ku, sebagaimana
layaknya para “Kawan duduk semajelis” dengan Ku, berdiri di anatara kedua
tangan Ku. Baru tahap inilah Nur Cahaya Ku akan memancar, menyinar, menjulang
naik ke lubuk hatimu.
(4)
·
Di
dalam kawan duduk semajelis, sudah tiadalagi zikir, dan tiada pula berzikir,
dalam ia memandang tidak berbalik kembali pandangannya, paham..... tiada ucap
pemahamannya.
(5)
·
Sudah
berkesudahan keteguhann ilmu-ilmu pada ketenangan makrifat, telah berkesudahan
ketentuan makrifat pada budi pekerti penglihatan, telah berkesudahan budi pekerti
penglihatan pada budi pekerti kawan duduk semajelis. Kesemuanya telah berlalu,
kesemuanya sudah dikenal dan dialami, maka ia pun akan melihat Ku antara hati
dan kemauan kerasnya, dan antara lidah dan tutur katanya.
Maka
berserulah Ia kepda Ku “Seorang” kawan duduk semajelis” sudah tidak lagi
memohon fatwa dan tidak pula memohon perkenan, tidak juga pertolongan apalagi
minta-minta, ungkapan pun juga tidak..
Bila
fatwa yang diminta, maka ia pun menurun kepada ilmu, bila yang diminta
perkenan, balik lagi ia kepada makrifat, jika pertolongan yang diharapkan,
turunlah ia ke hajat, dan jika ia masih minta-minta, jelas dia turun ke
kefakiran, jika ungkapan yang diharapkan
ia turun ke berpaling.
IA
pun melanjutkan tutur kata Nya : Di sini, kawan duduk semajelis, baginya dari setiap sesuatu itu berupa ilmu, dan dari setiap ilmu itu
adalah zikir, itulah sebenar-benar hamba Ku yang sudah sepenuhnya
melingkupi segala himpunan. Selanjutnya : Pandanglah apa yang dilihat “Kawan
duduk Ku” ia sudah melihat takdir-takdir, dan melihat bagaimana Aku menghalau
takdir demi takdir, dan melihat bagaimana Aku mengulangi takdir-takdir itu
dengan aneka cara yang Ku kehendaki; karena sesungguhnya Akulah yang memulai
penciptaan kemudian mengulanginya (Al Mubdi-u wal Mu’ied). Keyakinannya itu
terlihat merupakan Nur antara kedua tangan Ku... Nur, cahaya berpadu cahaya
yang bermakrifat. Dan ia melihat Ku, sebagaimana Aku menjulangkan Nur demi Nur
... Cahaya demi cahaya...atas siapa yang Ku kehendaki.... tampak semua itu,
terlihat semua ilmu dan semua kejahilan, sehingga tampaklah “Duka dan waham;
Terlihat jelas bagaiana cara Ku menimpakan “Dua dan waham” dengan apa dan
kepada siapa yang Ku kehendaki. Hati demi hati terlihat jinak dan tenang
manakala duduk bersama Ku semajelis.
Disambung
pula kata Ny : Seorang yang sudah Ku jadikan “Kawan duduk semajelis” tidak lagi
ke derajat ilmu dan makrifat, kecuali dalam keadaan mendesak, kalaupun
mendatangninya juga, maka datangnya dengan penuh cara yang sopan, begitu
selesai apa yang diperlukan, ia pun surut ke tempat asalnya.
Mendatangi
dengan cara yang demikian, niscaya derajat ilmu dan makrifatnya tetap diperoleh
tanpa kehilangan derajatnya yang semula. Ia akan “Dimiliki” dan tidak akan
dilepaskan dan tidak memperoleh kemenangan.
(6)
·
Bila
engkau duduk di antara kedua tangan Ku, dan masih ada padamu ilmu dan makrifat
yang saling berkaitan pada dirimu, niscaya Aku akan mengeluarkan engkau dari
majelis Ku untuk kembali masuk ke dalam ilmu dan makrifat, dan Ku serahkan
padamu menentukan pilihan untuk mengambil keputusan dan hukum antaranya dan
antaramu.
Bila
putusanmu duduk dalam ilmu, maka ilmu itu tidak mendatangimu dengan kepuasan,
lalu engkau pindah kepada makrifat, maka makrifat itu tidak mendatangimu dengan
kepuasan; Kedudukan saja engkau di antara kedua tangan Ku. Dalam Majelis Ku
tidak akan dimasuki oleh langganan-langganan. Kawan duduk Ku tidak akan menoleh
ke belakang dan tiada lisan yang akan mengajak bicara.
(7)
·
Kawan
dudu Ku itu sudah melihat pada Ku, bagaimana Aku memegang segala sesuatu dan
bagaimana sesuatu-sesuatu itu tidak dapat saling berpegang tanpa Aku, sedangkan
ia sudah melihat bahwa segala sesuatu adalah buatan Ku, tidak dapat berdiri
tegak melainkan dengan Ku. Tiada juga dikecualikan “duka cita dan waham”, tiada
pula benih-benih buah buahan yang
berserakan di jalan-jalan, tidak juga batu merah tembok bangunan, semua,
semua... Maka segala sesuatu itu dalam genggaman Ku. Jika telah fana kawan
duduk Ku, baru Ku ungkapkan tirai hijab, dan lumatlah langit-langit dan
bumi-bumi demi kerinduan kepada mereka agar mereka menjadi kawan duduk dan
dekat bersanding dalam majelis Ku yang baru.
25.
KESABARAN
Pintu yang terdekat dengan pintu Ku adalah pintu
kesabaran. Demikianlah kata Tuhan kepadaku: Tiada pintu lagi antar Ku dan
antaranya, dan pintu-pintu lain berada di belakang pintu sabar. Setiap pintu
satu hijab, dan pintu kesabaran tidaklah berhijab, maka hendaklah engkau iqamah
di dalamnya.
Engkau menginginkan Tuhanmu?
Hendaklah engkau memandang kepada Nya dan bersabar,
hingga Dia yang mendahuli!
Engkau menginginkan Tuhan mu?
Hendaklah engkau memandang kepada Nya dengan kekhusukan,
sampai Dia yangmengajakmu!
Tutur Tuhan kepadaku : Bila engkau menjadi seorang yang
mulaia dengan kesabaran atas Ku dan kesabaran atas Ku itu menjadikan engkau mulia;
Karena sesungguhnya engkau telah berdiri di Gerbang Kesabaran, berarti engkau
berdiri di kemuliaan, maka ucapkanlah kalimat-kalimat kesabaran. Dan kata Nya :
Kalimat-kalimat pintu kesabaran ialah : Ya... Tuhan ku! Engkaulah yang berkuasa
berbuat atas segala sesuatu”.
IA telah mendatangi hamba Nya dengan suruhan : Hendaklah
engkau mengerjakan sesuatu ini dan itu!! I mendatangi hamba Nya dengan membawa
hijab, agar hamba Nya tidak melihat amal perbuatannya!
Ia pula yang menguji.
Ia pula yang mencoba.
Hamba itu telah termakan fitnah oleh amal perbuatannya.
Lalu apa yang dikerjakan oleh si hamba itu?
Ia harus bersabar demi tuhannya, ia harus bersabar atas
Tuhannya, hingga tiba saatnya “Keyakinan” mendatanginya.
Bila ia diserang dengan tebasan pedang hendaklah ia maju
menghadapinya.
Arti Ayat : Bukanlah kamu yang membunuh mereka, tetapi
Allah-lah yang membunuh mereka (QS. Al Anfal 8:17).
Maka inilah ungkapan hakikat, Dialah yang membunuh kuffar
itu ... satu persamaan yang terjasdi, pada dhahirnya ... Kaum Mislimin telah
bersabar! Penuh ketabahan serta gigih mempertahankan ... mereka diserang oleh
pedang mereka, malahan maju dan tetap melakukan perlawanan. Bila mengatakan
“Hendaklah kalian melakukan peperangan dan saling bunuh membunuhlah!
Lakukanlah! Laksanakan! Dan berjihadlah dengan penuh perasaan mengetahui akan
kebenaran, bahwa Dia lah yang membunuh dan Dia lah yang melaksanakan segala
sesuatu.
Dan Ia bertutur kata kepadaku : Bila aku telah datang
kepadamu dalam penglihatanmu kepada Ku, maka sudah tidak ada lagi kemuliaan”.
Kemuliaan telah tunduk kepada Yang Maha Mulia, dan Yang Maha Mulia telah
mendatangi hamba-Nya.
Aku telah mendatangkan engkau kepada Ku, dalam
penglihatan Mu itu engkau telah berada di maqam kemuliaan. Bila engkau
berpaling, maka Aku lah yang meluruskan. Bila engkau menoleh, Aku lah yang
mengembalikan.
Seru Nya Pula : Pintu Hadirat Ku, ialah pintu kesabaran
atas Ku.
Dan kata Nya : Di dalam pintu kesabaran atas Ku engkau
akan dapat mengetahui siapa engkau dan siapa namamu di sisi Ku.
Dan kata Nya : Ilmu itu tangga naik menuju makrifat,
setelah itu ia akan melihat dirinya dan tiada lagi terlihat makrifat...
makrifat itu tangga naik menuju penghentian (Al Waqwah) penghentian itu tangga
naik menuju rahasia (As Sir), setelah itu akan terlihat penghentian dan tidak
lagi terlihat “rahasia” Dan setelah itu tidak terlihat lagi selain Nya.
Lalu Ia bertutur kata padaku : Sesungguhnya engkau telah
melihat segala sesuautu, dan engkau akan melihatnya apapbila ia naik, apa yang
terlihat adalah dirinya sendiri; maka engkau jangan naik kepada sesuatu
sekalipun ia mengungkapkan tentang dirinya kepadamu. Jangan pula engkau
bersembunyi di kala sesuatu itu mendatangi untuk mengikutimu, tetapi
bersembunyilah manakala ia mengajakmu berbicara.
26.
SIAPA PELINDUNGKU DARI HAWA NAFSU
Aku dihentikan di ilmu Nya, maka kulihat bagaimana ulah
Nya membuat derita. Dan Dia membuat kebahagiaan oleh sesuatu sebab, yang mana
sebab itu adalah Dia sendiri.
Kulihat pula tiadalah Ia mendhahirkan ilmu itu. Kulihat
pula cara-cara Nya memalingkan kekufuran dan memalingkan keimnanan. Akupun
menjerit memohon pertolongan ... Hai ilmu! Tolonglah kau! Ilmu menjawab :
Tempat kembaliku adalah ilmu Nya... aku menoleh ke makrifat : Hai
makrifat! Tolonglah aku! Jawabnya :
Tempat kembaliku kepada ilmu Nya!... Aku takut! Kengerianku menjawab : Aku
tidak bisa menolongmu. Akupun berdo’a “Ya Tuhan ku” Ia menjawab L “Labbaika”
Kusahuti :Labbaika w Sa’daika.... Ia berkata : Apa pintamu? Teguhkan aku;
Selamatkan daku dari hawa nafsu:
Ketahuilah! Tutur Nya... “Hawa nafsu itu adalah utusan
dari utusan-utusan keperkasaan Ku yang teguh, yang telah Ku kirimkan kepadamu,
dan didalam hawa nafsu itu terdapat api-Ku, apabila hawa nafsu itu datang,
niscaya api-Ku datang pula, maka masukilah! “Bagaimana caraku memasukinya?...
Jangan engkau memohon pertolongan dengan ilmu dan jangan dengan makrifat,
keduanya jika engkau minta pertolongan, maka engkaulah beserta ilmu dan
makrifat yang menjadi tawanan hawa nafsu”.
“Dan ketahuilah... tiada penolong dari hawa nafsu itu
kecuali Allah.... Dan sekali-kali tiadalah engkau dapat keluar dari “Api hawa
Nafsu” dengan lmumu dan tidak juga dengan makrifatmu. Dan api itu akan membakar
bagian-bagian dirimu yang sudah minta tolong pada ilmu dan makrifat, bila telah
selesai membakar, maka engkau akan suci bersih dan enggkau sudah mencapai...
“Bahwa tiada penolong selain Ku” ... lalu engkau akan menjerit pada Ku, Aku pun
segera mendatangimu, lalu Ku singkirkan api Ku, maka tidak lagi akan kembali
padamu.
27.
PERTIMBANGAN AMAL DAN PERTIMBANGAN
IMAN
Tuhan berkata kepadaku : “Aku telah menimbang amal perbuatan para orang
yang beramal, maka kesemuanya tidak dapat menandingi sekurang-kurangnya
makrifat para arifin yang paling sedikit.
Dan Allah melanjutkan : “Bahwa amah sholeh apabila dilakukan oleh
selian para arifin “Bilah” akan berkesudahan sia-sia, gugur atau hapus sama
sekali, maka amal tersebut bagaikan abu yang ditiup angin dengan keras pada
Hari Badai,... maka tumpukan amal yang membukit tidak dapat menandingi zarrah dari
iman, karena tiadalah pembuat amal itu dalam hakekatnya kecuali Allah... dan
tiada yang berbuat perbuatan selain Nya.
Sehingga ada orang yang mengakui bahwa di sampingnya suatu perbuatan..
lalu ia mengatakan “Aku telah mengamalkan”
Perhatikanlah : Bahwa hanya dengan maktifat orang dapat beramal, dan
bukan dengan amal orang dapat bermakrifat.
28.
AKAL BUDI
Akal budi itu menjelaskan kepadaku :
Kediamanku di dalam hikmat kebijaksanaan, rumah hikmat kebijaksanaan
tiada berpintu, dan tiada pagar, mudah dimasuki ... kebenaran dan kebatilan
tiada berbeda, yang indah dan yang buruk dapat memasukinya.
Sluruh rumah dipenuhi dengan pintu-pintu dan itulah rumah tanpa atap
tanpa naungan, tiada juga tanah untuk dasar rumah itu, segala sesuatu bebas
masuk ke dalam, segala sesuatu boleh berkata sesuka hati, pengaduan apapun ku
terima, boleh saja aku dimusuhi dan aku berada di setiap kemauan.
Engkau telah memasuki Hadirat itu dan engkau telah meninggalkan aku
dengan Nur cahaya maqammu, tetapi aku tetap bersamamu, aku tidak akan
meninggalkan engkau, karena maqamku itu ada di dalammu, maka tiada ku terima
pemberitahuan apappun daripadamu dan aku pun tidak mengerti sikapmu...
demikianlah penjelasan akal.
(Akal budi itu suatu alat untuk
mengenal dan mengetahui sesuatu, serta menjadi tali penghubung pula, dan
kesudahannya ia dapat mencapai hikmat kebijaksanaan untuk membina dan menyusun
dengan satu perhitungan yang tepat. Dan inilah batas-batasnya serta melangkahi
dengan berupaya menuju kepada Nur Cahaya Hadirat... dan di dalam Nur Cahaya
Hadirat itu sang akal budi tidak memahami apapun karena sudah bukan maqamnya
lagi).
29.
JALAN LALU
DAN PENYEBERANGAN
Seorang wali yang melazimi di maqam Hadirat berkata :
Makrifatku terhadap segala sesuatu merupakan makrifat yang pulang pergi, maka
tiadalah maqam bagiku dalam ilmu dan tidak pula dalam makrifat.
Aku hanya melewati jalan lalu saja.
Bagaimana engkau dapat melalui ilmu-ilmu itu dan
bagaimana pula engkau melewati makrifat-makrifat itu”
Hendaknya engkau jangan mendengar, agar tidak menjawab..
jangan pula menoleh agar tidak berpisah... Maka Allah itu berada di depan
segala sesuatu.
(Dalam sebuah hadits Nabawi yang mulia)
“Hendaknya engkau
hidup di dunia ini bagaikan pendatang asing yang lewat di jalan lalu”
(Arti dan makna
Hadist di atas ialah, hendaknya seorang abid itu menghimpun kemauan kerasnya
kepada Allah meskipun dikelilingi oleh daya tarik dan rangsangan-rangsangan
duniawi yang menawan, walaupun rangsangan-rangsangan itu berupa ilmu-ilmu dan
majkrifap-makrifat. Bagi seorang abid hendaknya – Walau memasuki – tetap dalam
tujuan dan hanya lewat dan lalu menuju yang lebih tinggi... yaitu kepada Allah
semata, yang nampak di depan untuk selama-lamanya yang juga menjadi sasaran
ilmu dan makrifat).
Bila engkau memasuki ilmu-ilmu, maka masukilah sebagai
musafir lalu.... anggaplah jalan lalu dari sebuah lorong, maka jangan
sekali-kali berhenti supaya tidak didatangi oleh para pembinanya yang akan
merangsangmu dengan rumah-rumah indah karyanya, maka akan terlihatlah padamu Nur
Cahaya Ku telah menggunakan tenaganya memancar di atas rumah-rumah mereka.
Engkaupun akan tinggal di dalamnya rumah-rumah mereka dengan nyaman dan gembira
tidak lepas dari Nur Cahaya Ku yang yang telah memancarkan menjulang naik, maka
engkau tidak berhenti berdiri kecuali atas Ku. Engkau tinggal bersma mereka,
yang sebenarnya aalah engkau tinggal bersama Ku, tidak bersama mereka.
Bila engkau menghendaki Aku naik atasmu dengan Nur Cahaya
Ku, niscaya Aku naik; Dan jika engkau kehendaki Aku mengutusmu kepada Nur
Cahaya Ku, niscaya Ku utus.
30.
PENGLIHATAN “KUN”
Hendaklah engkau terbang menuju kepada Ku “Wahai hamba
Ku! Jika engkau tidak sanggup maka “Menyebranglah” Wahai yang lemah.
Jika kedua cara di atas tidak mampu engkau lakukan, maka
cara terakhir adalah menjeritlah kepada Ku”. Wahai yang karam! Hingga engkau
tiba di maqam tempatmu berdiri pada Ku, agar dengan demikian Ku angkat engkau
ke tempat penghentian sebelum “KUN” (jadilah).
Baik yang engkau lihat maupun yang engkau dengar di
tempat penghentian, itu semua adalah ilmu Ku, tidak dapat engkau mengetahui
dalam maqam mu yang rendah.
Yang sudah engkau ketahui adalah giliranmu yang pertama,
yaitu kehidupanmu di dunia ini, hal ini jangan hendaknya engkau datang pada Ku
dengan sesuatu dari apa-apa yang telah terungkap padamu. Dan sesungguhnya, Aku
akan mengeluarkan engkau kepada kekuasaan kerajaan Ku dalam kehidupan di
akhirat.
Adapun giliran mu yang ke dua, adalah dari apa yang tidak
engkau ketahui dan tidak akan Ku beritahukan padamu dalam maqam yang sekarang
ini, dan “kata pasti” yang berlaku untukmu.
Dalam sebuah Hadis Syarif, Rasulullah Saw. Bersabda :
“Tidak seorang pun dari
padamu yang dapat masuk surga dengan amal perbuatannya, hanya dengan Karunia
dan Rahmat Allah juga”
Maka, temuilah Aku, dan jangan membawa serta amal
perbuatan, lemparkan semua itu! Jangan engkau mengucapkan “Aku telah
mengamalkan” “Aku telah beramal”
Hendaklah engkau masuk pada Ku tanpa daya tanpa upaya, tanpa tenaga tanpa
kekuatan, kecualai dengan Ku, Dengan demikian engkau benar-benar menjadi
seorang Arif.
31.
ANGAN BERBANTAH MENGENAI
HUKUM-HUKUM KU
Bahwasanay Aku mempunyai hamba-hamba bila Ku ajak bicara
mereka tidak mengajukan pertanyaan sesuatupun untuk pengertiannya; Dan bila Aku
berkata kepada mereka pun tidak membaantah, bila Ku perintahkan sesuatu, tidak
juga bersedih.
Mengapa mereka harus murung?
Barangsiapa yang bersedih hatinya dalam sesuatu
persoalan, niscaya ia akan jatuh antara maju dan mundur, Dan siapa yang mengajukan pertanyaan untuk
mencari pengertian dalam pembicaraan, niscaya akan jatuh antara kemantapan dan
kebimbangan.
Hanya hamba Ku yang sebenar-benaranya yang langsung
bertindak untuk segera melakukan dan melaksanakan perintah Ku.... tiada ia
menyanyakan untuk pengertian dan tiada juga membantah atau bersedih. Keadaannya
laksana Malaikat yang berhati teguh. (Orang yahudi suka berbantah seperti yang
terkandung di QS. Al Baqarah 67 -71).
Jika engkau membantah perihal hukum-hukum Ku, maka engkau
menganggap dirimu seakan-akan Tuhan dan engkau sependirian dengan lawan Ku, dan
itu adalah suatu kekufuran semata-mata dan tidaklah hal yang sedemikian itu
memperoleh pemberian apa-apa, selagi negkau tetap menjadikan dirimu sebagai
tuhan lawan Tuhan mu, maka jangan menanti pemberian Nya, penuhilah hajat kebutuhan
dirimu sendiri.
Pemberian itu hanya Ku peruntukan bagi hamba Ku yang
melazimi pendirian sebagai layaknya seorang hamba dari ke Maha Agungan Tuhan ..
Allah berfirman, yang tafsirnya :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah Ku (QS. Adz-Dzariah 51 -56).
32.
N
A F S U
Aku telah ditegakkan berdiri di hadapan nafsu, maka
kulihat kekuasaan serta kerajaan keseluruhannya, lengkap disertai dengan
bangunan-bangunan, mahligai-mahligai dan ku lihat di samping nasfu “ilmu”
seluruhnya, “Makrifat” semuanya, “Akal budi” dengan kecerdasannya, kesemuanya
itu sebagai pelayan-pelayannya, nama-nama, huruf sebagai tentaranya dan
pembantu-pembantunya.
Dan Tuhan bertutur kata kepadaku : Nafsu itu adalah
musuhmy! Maka jangan mengajak berbicara! Ajakan bicaramu akan disertai ilmu,
sesungguhnya tiadalah engkau dapat mengajaknya bicara melainkan dengan ilmu,
sedangkan ilmu itu bala tentaranya dan akal budi itu pelayan-pelayannya, nafsu
itu tidak putus-putusnya berbicara, Ia tidak dapat diam lalu mendengarkan
dengan baik; Bila engkau ajak bicara ia pura-pura mendengarkan, sedangkan ia
hanya mau mendengarkan kata dan suara hatinya, serta keinginan-keinginannya
sendiri saja.
Dan Tuhan melanjutkan tutur kata Nya : Bila engkau mau
menaklukkan nafsu itu dan menguasai raumah-rumahnya, bila engkau mau menundukan
nafsu, maka jangan sekali-kali mengajaknya berbicara, dan sembunyikan laparnya,
sebagaimana ia menyembunyikan kenyangnya. Sembunyikan di balik belakang di mana
ia memanggilnya serta merta meninggalkan tentaranya dan meninggalkan
mahligai-mahligainya, dan balik kembali membawa persoalan yang sama, yaitu
mengajakmu bicara tentang persoalan lapar, bukan persoalan yang lain, maka
jangan disahuti bicaranya dan jangan pula menyambutnya, karena sesungguhnya
bila engkau melayaninya bicara atau menjawab bagaikan engkau memberi peluang
padanya untuk menarikmu dan merangsangmu, lalu ia akan berani-berani
mengeluarkanmu dari pada apa yang selama ini engkau rahasiakan dan sembunyikan.
Dan bila ia telah berhasil mengeluarkan mu daripada apa
yang engkau rahasiakan dan sembunyikan, niscaya ia akan memperoleh kemenangan.
Dan andaikan engkau mengajaknya bicara dengan ilmu, niscaya ia akan
mengalahkanmu, karena ilmu dan makrifat itu adalah bala tentaranya.
Itulah perumpamaan tentang nafsu, ibarat engkau
mengejar-ngejar musuhmu yang berada di hadapan antara kedua tanganmu, sehingga
apabila engkau dapat menduduki dan menguasai rumah-rumahnya niscaya ia akan
keluar menyelonong dari belakang punggung mu. Maka hendaklah engkau
merahasiakan dan menyembunyikan laparnya
nafsu dan hendaklah engkau tetap berteguh merahasiakan dan
menyembunyikan, sebaliknya jangan engkau merahasiakan dan menyembunyikan
kedudukan dan kemauan nafsu itu, karena dengan demikian engkau akan keluar dari
merahasiakan (laparnya) kepada merahasiakan, dan menyembunyikan kepada
menyembunyikan.
Maka setelah kesemuanya itu engkau sembunyikan dan engkau
merahasiakan, maka keluarlah dari nafsu itu satu persatu, dari segala ilmu,
dari segala makrifat, dari segala kekuasaan kerajaan dan tinggalah ia (nafsu)
itu berdiri di depan pintu “penyembunyian dan merahasiakan”. Dengan tak
bosan-bosannya iapun menyajikan acara yang diulang-ulang, yakni mengajakmu
bicara tentang lapar dan berusaha mengeluarkan aku daripadanya, tetapi aku
tinggal tetap teguh dan waspada merahasiakan dan meneyembunyikan.
Maka tiadalah ia menuntutku kecuali kepadanya, maka
akupun tinggal tetap bertahan, karena sesungguhnya itu adalah benteng
pertahananku yang kokoh yang tiada ia dapat mengajakku bicara tentangnya. Dan
tiadalah ia akan sampai kepadaku elainkan dari pintunya.
33.
PENGHENTIAN MEMANDANG WAJAH-NYA
Ak”Penghentian Memandang Wajah-Nya” kemudian Ia bertutur
kata kepadaku : “Turunlah sejenak ke bawah dan lihatlah segala sesuatu!
Lepaskan pandanganmu ke padanya, kemudian berbalik lagi kepada Ku!; Akupun
turun diiringi Nur Vaha Nya; maka kulihat “segala sesuatu” aku tidak lagi
melihat keindahan dan tidak juga keburukan; tiada lagi ada jarak, mana yang
jauh dan mana yang dekat, tidak lagi ku lihat pertentangan, tidak pula yang
berpadu, tetapi “ku lihat hikmah kebijaksanaan”, ku lihat pekerjaan yang
sebenarnya, ku lihat peraturan dan takdir, kesemuanya merupa dalam bentuk yang
sebenarnya. (Sebab pandangan kita selama
ini hanya melihat dari segi sebagian sudut ilmu yng sangat terbatas; Bila kita
meiluhat bersuluh obor Nur Allah, niscaya iab itu merupa sifat keharusan yang
layak untuk dipakaikan kepada makhluk, dan segala kekuranagn itu sebagai suatu
“Hikmat kebijaksanaan” dan kita akan mengiyakan sesuatu hukum, bahwa tiada
kemungkinan lebih indah dari adanya yang sudah ada).
Dan kulihat Allah di depan dan di belakang apa yang ku
lihat, dan aku melihat Nya di dalam segala yang ku lihat.
Tutur katanya pula : Engkau telah melihat Al Haqm telah
memandang Al Haq; Kemudian aku di bawa naik kepada Nya dan bersamaku Nur Cahaya
Nya, lelu akau berhenti di maqamku dimana aku dapat melihat Nya sendiri yang
berbuat dan tiada yang berbuat selain Nya (Al Haq Allah).
Tutur katanya pula : Pandang baik-baik siapa yang
mendatangimu! Maka “akal budi” yang datang kepada ku sambil menanyakan
nama-nama dari apa yang sudah ku lihat dan ditanyakan pula akan arti dan makna
nama-nama tadi.
Langusng Tuhan menegurku : Jangan di jawab, jika engkau
jawab, maka engkau akan turun kepadanya”. Segera ia pun menyingkir; “Tunjukan
jalan kepdanya agar dia masuk ke lorong dan melihat dengan Nur apa yang telah
engkau lihat; Barulah ia nanti akan beriman dan tidak meragukan lagi; Bagaimana ia akan ragu, sedangkan ia melihat
Ku? Yang meragu itu hanyalah mereka-meraka yang terhijab; Aku dian tiada
menjawab: Ia pun menyerah kepada ku dan menunduk kan mukanya.
Tidak lama ia kembali lagi dan menyingkir lagi, balik
lagi datang, padahal ia dalam perjalanan menyingkir, dia diliputi ingkar dan
penolakan dari apa yang sudah diketahui dan atas apa yang sudah diserahkan; Ia
menyeru sekuat-kuatnya “Hai bantahan!!! ... Hai Sanggahan!!!.... Hai di
mana!!.... Hai mengapa!!>.... maka ia (akal budi) telah dijumpai segala
sesuatu, kecuali “Hikmat Kebijaksanaan”.
34.
SIFAT RAGU (WAS
- WAS)
Tuhan berseru kepada ku :
“Bila engkau di datangi keraguan, maka ia akan
mendatangimu dengan berbekal “Bagaimana” dan itulah juru bicaranya dan itu
adalah tanda tanyanya, agar engkau
berbalik pada ilmu pengetahuan. Bila engkau masuk ke dalam ilmu, maka jatuhlah
engkau di antara dan dan perginya “Akal budi”. Bila engkau masuk kepda
makrifat, maka ia tidak mendatangimu dengan “Bagimana” karena baginya sudah
tiada “Bagaimana” lagi. Katakanlah kepada was-was itu : “Dengan DIA, aku telah mengenal sifat Nya, dan bukan sifat Nya aku
mengenal DIA; Dengan DIA aku dapat mengenal Ilmu pengetahuan, dan bukan dengan
ilmu pengetahuan aku mengenal DIA; Dengan DIA aku mengenal makrifat, dan bukan
dengan makrifat akau mengenal DIA.
“Bagimana” itu berdiri di antara kedua tangan Nya, dan
dikirim oleh Nya kepada siapa yang dikehendaki Nya; “Bagaimana” itu batu ujian
tentang Dia, dan menjadi rangsangan untuk menambah pengetahuan makrifat kepada
Nya.
Dan “Bagaimana” itu ku lihat dikirim juga kepada para
alim ulama dan kepada arif bijaksana, dan diberitahukan kepada mereka bahwa
“Bagimana” itu suatu bentuk keragu-raguan dan was-was. Dan tiadalah dengan
penglihatan mereka kepada Nya, mereka akan terlindungi dari rangsangan “Bagimana”.
Dai berbuat yang demikian agar mereka itu menyaksikan
Maha Kaya Nya dari makrifat mereka kepada Nya dengan sejelas-jelasnya dan
seterang-terangnya, supaya mereka menyaksikan pula Maha Perkasa Nya dan Kodrat
Nya dengan jelas, serta mengetahui bahwa apa yang dianugrahkan kepada mereka
daripada Nya dengan seterang-terangnya.
Dan Dia berkata kepada ku : Bila was-was itu telah
mendatangimu, maka katakanlah kepadanya “inilah perbuatan itu yang sudah terang
dan jelas tanpa keraguan; perbuatan itu adalah sesuatu yang dibuat, yang
berbuat sudah jelas dan terang tidak perlu diragukan dan diawas-awasi karena
sesungguhnya Dia-lah yang berbuat; Dan
inilah sifat yang berbuat, maka tentang itu aku mengajukan pertanyaan dan aku
telah ragu dan was-was; Dia telah memberitahukan kepadaku tentang sifat Nya
senantiasa berdiri bersama Nya”.
35.
BUKTI NYATA
Tuhan ku berseru kepadaku :
(
1 )
Ilmu Ku itu menceraikanmu
daripada Ku, dan karunia Ku memalingkanmu daripada Ku; Hendaklah engkau menjadi
dengan Ku (bukan dengan ilmu Ku dan bukan dengan karunia Ku); Ku nyatakan ini
padamu tanpa sebab yang menghukum, yang mana hukum itu telah nyata dalam segala
sebab, Engkaupun akan memikul segala sesuatu yang mana segala sesuatu itu tiada
sanggup memikulmu, dan engkau akan meliputi segala yang nyata tidak dapat
meliputi engkau.
(
2 )
“Bukti nyata” Bukanlah suatu perkataan, dan ia dalam
perkataan; bukan pula ilmu dan ia dalam ilmu, bukan pula makrifat, tetapi ia di
dalam makrifat.
(
3 )
“Bukti nyata” itu, ialah
yang dapat dengannya engkau mengenal dalam engkau melihat dengan penglihatanmu
pada Ku, dan makrifat itu ialah apa yang dengannya engkau dapat mengenal dalam
kegaiban Ku; Makrifat itu juru bicara Ku untuk bukti Ku yang nyata, sedang
“Bukti nyata” itu jru bicara ‘Berdiri Ku sendiri (Qoyyumiati); Dan “Diam” itu,
ialah hukum dari “Bukti nyata” dan “Ucapan” itu dari hukum-hukum makrifat.
(
4 )
Bukan sembarang yang
melihat Ku dapat melihat Wajah Ku, tetapi yang telah melihat Wajah Ku itulah
yang sungguh-sungguh telah melihat Ku; Jika engkau melihat Ku dalam suasana
kenikmatan, berarti engkau sudah melihat Wajah Ku, dan siapa melihat Ku tidak
dalam kenikmatan berarti tidak melihat Wajah Ku, tidak ghalib atasnya melihat
Ku, dan siapa yang melihat Wajah Ku ghalib atasnya melihat Ku.
Sekali-kali engkau tidaklah
dapat melihat Ku, sehingga engkau melihat Aku berbuat, dan tidaklah engkau
dapat melihat perbuatan Ku hingga engkau menyerah pada Ku
(
5 )
Bila engkau melihat Ku
dalam kejadian malapetaka, maka Aku telah dilihat oleh umum, dan bila engkau
melihat Ku dalam suasana kenikmatan niscaya engkau akan menjadi baik untuk
selama-lamanya, dan tiada engkau akan gaib dengan apa-apa yang nyata.
Bila engkau telah melihat
Ku, tiadalah engkau dapat diselamatkan melainkan oleh penglihatanmu kepada Ku
itu; Dan bila engkau tidak dapat melihat Ku, tiadalah engkau dapat diselamatkan
kecuali oelh keikhlasanmu kepada Ku; Bila engkau telah melihat Ku; niscaya engkau akan dapat melihat apa yang
berasal dari tanah serupa dengan tanah itu pula.
Apabila engkau mengajak
berbicara, maka bicaralah menurut asal mula kejadiannya (Yakni, hendaklah
engkau berbicara kepada tanah, niscaya engkau akan selamat dari rangsangannya).
(
6 )
Sesungguhnya engkau telah
melihat Kusebelum sesuatu, maka hendaknya engkau melihat Ku dalam kedatangan
sesuatu, maka hendaknya engkau menjadi pengganti Ku atas sesuatu itu; Jika
tidak, maka sesuatu itu akan menjadikanmu sebagai pengganti atas sesuatu itu.
(
7 )
Aku telah bersumppah atas
Diri Ku, tiada bertetangga dengan Ku kecuali siapa-siapa yang telah mendapatkan
dengan Ku, atau dengan apa yang daripada Ku.
Inilah sifat “Ahli naungan
yang terhampar” maka hendaklah engkau melihat dirimu! Termasuk golongan yang
tersingkir daripada Nya; atau golongan yang disampaikan kepada Nya.
Hendaklah engkau menjadi
“Ahli Nya” dalam kehidupanmu, niscaya engkau mengalami kesejukanmu, niscaya
engkau mengalami kesejukannya dan kedamaian Nya di saat kematianmu.
Bila engkau tidak menjadi
“Ahli Nya” dalam kehidupanmu kini, maka tidaklah engkau menjadi baik dalam
kematianmu kelask.
(
8 )
Siapa yang tidak mau
menyerahkan kepada Ku apa yang telah diketahui, niscaya akan Ku buka apa yang
telah diketahui, niscaya akan Ku buka baginya pintu-pintu pendapat tentang hal
yang berkaitan dengan pengetahuan, lalu ia condong memasukinya, dan akan Ku
dorong masuk ke dalamnya, maka terhijablah ia.
(
9 )
Jika
keterbatasan-keterbatasan itu memberikan kepadamu, maka kumpulkanlah, dan jika
Aku yang memberikan kepadamu, maka jangan dikumpulkan.
(
10 )
Jangan engkau berpisah dari
pendapat yang bermaksud hanya tertuju kepada Ku semata-mata, hendaklah lisan
keadaanmu selalu dan selamanya atas... Ilahi Hanya Engkaulah maksud tujuanku;
Dengan demikian engkau akan memenangkan dengan sesuatu kekuatan yang tak
terkalahkan, bahkan dirimu sendiri akan menaatimu.
(
11 )
Jika engkau telah
mengetahui dan meyakini sepenuh keyakinan, maka hindarkan dirimu dari menghukum
dan serahkanlah hukum itu kepada Ilmu Ku karena sesungguhnya tiada hukum
melainkan Kepunyaan Ku.
36.
MERANTAU
Bila engkau ditimpa kemurungan karena panggilan-panggilan
dirimu, hendaklah engkau bertenang dengan istrimu, jika masih juga belum
hilang, datangilah orang seilmu denganmu, kalaupun belum juga hilang pergilah
ke ahli makrifat, orang-orang saleh, jika masih juga belum hilang kemurunganmu,
merantaulah di muka bumi,
Jika dengan perantauanmu masih juga hilang kemurunganmu,
maka lazimilah berdiri di depan Pintu Ku, jika belum juga hilang, maka
bersabarlah... Jika belum juga hilang, maka bersabarlah,, jika belum juga
hilang, maka bersabarlah, niscaya akan terbuka Nur-Nya bagimu dan tiadalah
engkau akan keluar darpada Nya atas sesuatu yang memurungkan.... sekali lagi
bersabarlah dan nantikan... (dengan kesabaran).
37.
SIFAT BERDIRI
SENDIRI
Aku dihentikan oleh-Nya di tempat “Sifat Berdiri Sendiri”
(Al Quyyumiah) lalu iapun berseru kepadaku :
“Aku telah mendahului bagian-bagian, maka dengan Ku telah
terbagi-bagi bukan dengan pembatasan, dan Aku telah mendahului pembatasan maka
dengan Ku telah terbatas bukan dengan ruang; Aku telah mendahului ruang maka
dengan Ku telah teguh bukan dengan jarak; Aku telah mendahului jarak, maka
dengan Ku telah berjarak bukan dengan udara; Aku mendahului udara, maka dengan
Ku berudara bukan dengan hawa; Aku telah mendahului hawa, maka dengan Ku ada
hawa, dan juga debu, maka dengan Ku ada debu..
(Allah berfirman yang tafsirnya, sebagai berikut : )
Ia lah yang Awal dan Yang
Akhir, Yang Dahir dan Yang Bathin, dan Ia Maha Mengetahui tiap sesuatu.
Yang awal tiada permulaan,
Yang Akhir tiada kesudahan, Yang Dahir nyata segala kekuasaan Nya, Yang Bathin
tak terlihat oleh mata, karena yang bisa dilihat oleh mata tiada lain,
melainkan makhluk seperti kita).
38.
HAK
ITU UNTUK SIAPA?
Ilmu itu menetapkan bagimu suatu hak, dan bagi Allah
suatu Hak pula.
Sedangkan makrifat itu pada umumnya menetapkan semua hak
bagi Allah.
Dan tiada ia (makrifat) menjadikan bagimu suatu hak
apapun. Dalam kekhususannya, makrifat itu tidak menjadikan bagi dan atasmu
suatu hak, karena ia memperkenalkan padamu “mula pertama” dan “Pengulangan
kembali dalam hukum Ketunggalan Ilahiat”. Dan menghapus daripadamu apa-apa yang
nantinya akan kembali kepada arti dan makna dirimu, maka tiadalah menjadikan
atasmu suatu hak, karena engkau bukan lagi dengan engkau, juga bukan untukmu karena
engkau bukan daripadamu.
Dan ini adalah suatu “maqam pengguguran” segala peraturan
dan urusan (Lemparkan semua ikhtiar dan segala tuntutan). Ini adalah derajat
dalam lingkungan makrifat yang menuju dalan masuk Al-Waqwah (berdiri tegak).
Dan mula pertamanya memasuki Al Waqwah ialah meniadakan siwa (selain Allah)
sebagai pendamping.
“Hanya sesungguhnya Al Waqwah itu dengan Al Haq
(Allah) dimana “Tiada Tuhan Selain Allah” dan “Tiada selain Nya”
Inilah maqam yang
berkesudahan padanya nasib yang menguntungkan jiwa.
“Maqam “ Dan
tiadalah aku melakukan itu dari kemauanku sendiri”
(Qs. Al-Kahf 18 :
82)
Kalimat yang diucapkan Sayidina Al Khidr dalam
Al Qur’an dikala ia “Melobangi perahu” “Membunh seorang pemuda” dan “ Membangun
tembok” tanpa alasan-alasan yang terang.
Dan inilah maqam-maqam :
“Tiadalah antara Ku dan antaramu antara”.
“Tiadalah antara Ku dan antaramu ‘Engkau”.
“Tiadalah antara Ku dan antaramu .. perbuatan apapun”.
“Dan tiadalah engkau yang
melempar ketika engkau melempar, malainkan Allah-lah yang melempar “ (Qs.
Al-Anfal 8:17).
“Dan bukanlah engkau yang
membunuh mereka, tetapi Allah-lah yang membunuh mereka”. (Qs. Al-Anfal 8 : 17)
39.
DAN KAMI LEBIH DEKAT PADANYA DARI
URAT LEHERNYA
Setelah
aku ditegakkan berdiri dalam “Penglihatan”, Ia pun berkata kepadaku : “ Pada
... Penglihatan... sudah tiadalagi ucapan, tiada juga perkataan, ibarat dan isyarat juga tiada,
ilmu dan makrifat, pendengaran dan kepekaan, ungkapan dan hijab, kesemuanya
sudah tiada”
Iapun melanjutkan : “ Pintu “Penglihatan” itu, ialah
jalan keluar dari “Siwa” dan “Siwa” itu seluruhnya berhimpun dalam huruf.
Makrifat itu merupakan pintu gerbang yang tiada dapat
dimasuki, kecuali para arifin; dan bagi setiap arif satu tanda, yang dengannya
(tanda itu) akan merasa tenang dan tenteram; dan barang siapa yang dengannya
merasa tenang, maka ia pun akan berhenti di dalamnya”.
Kata Nya : “kesemuanya itu mengarahkan tujuannya ke
gerbang itu, dan untuk mencapainya diperlukan “kendaraan” dan setiap kendaraan
ada tali pengikatnya”.
Katanya pula : “kendaraan makrifat itu ialah ilmu dan
tali pengikatnya ialah huruf”.
Lanjut Nya : “Hendaklah engkau turun dari kendaraan,
keluar dari huruf dan keluar pulalah dari makrifat.... dengan demikian Ku hapus
tanda hijab dan akan Ku teguhkan engkau dengan “Tanda Ku”, maka tiada lagi
engkau dikusai oleh huruf yang menghijab.
Kata Nya Pula : “Menyingkirlah dari nama-nama
huruf dan engkau akan menyingkir pula dari arti maknanya. Jika kesemuanya itu
telah engkau singkirkan berulah “Aku akan lebih dekat dari urat leher”.
Belum! Belum tiba di tujuan! Menyingkirlah dari
leher itu, dan urat leher itu, menyingkirlah dari “dekat” ke yang lebih
dekat... niscaya engkau melihat “Lafaz Aku (Lafdhiat Ana).
Bila engkau telah pergi dari “Lafaz” itu, maka Aku lah
Yang Dahir dan Aku lah Yang Bathin dan Aku lah terhadap segala sesuatu Maha
Mengetahui...
Ia pun menegaskan sekali lagi : “Huruf dan segala sangkut
pautnya adalah hijab yang berpintu, di dalamnya tempat pulang balik dan tempat
membagi-bagi, keduanya merupakan dua pintu di belakang huruf; Menetapkan dan
menghapuskan, adalah dua pintu hijab di balik yang pulang pergi dan
membagi-bagi. Yang pulang pergi dan membagi-bagi adalah pintu masuk menuju
penghentian (Al-Waqwah) dan “Penetapan serta penghapusan” adalah pintu masuk
menuju “Penglihatan” (Ar Ru’yah).
Tabir hijab telah terungkap sudah.....
Bagi para setia kawan arifin Nya....
Segera mereka dapat memandang Nya.....
Tanpa ibarat tanpa huruf.... tanpa abjad.
40.
BEBAS DARI BENTUK GAMBAR/LUKISAN
Hai hamba! “Tiadalah Aku menjadikan bagimu bentuk
gambar-gambar dan lukisan-lukisan itu supaya engkau tunduk merendah kepadsanya.
Dan tiada pula Aku mengadakan bentuk gambar-gambar dan
lukisan-lukisan itu supaya engkau berlindung padanya....!
Hai hamba! “Akulah pencemburu yang mengazab dengan
siksa.... Telah Ku ciptakan bentuk gambar lukisan itu untukmu, dan engkau Ku
ciptakan untuk Ku, maka mengapa engkau meninggalkan apa yang sebenarnya engkau
untuk Nya. Dan untuk apa pula engkau membuang-buang waktu terhadap apa yang Ku
tundukan untukmu.... Aku cemburu atas hidupmu yang engkau gunakan untuk yang
tidak layak dan derajatnya lebih rendah dari martabatmu yang mulia itu”
Tafsir Ayat : Sungguh
telah Kami muliakan anak-anak Adam” (QS. Bani Asrail 17:70).
Hai hamba : “ Aku
mempunyai di balik bentuk gambar lukisan, ilmu-ilmu gambar lukisan dan apa yang
berkaitan dengan gambar lukisan, bagaimanapun bentuk gambar lukisan itu...
suatu nama yang tak dapat dilawan oleh bentuk gambar-gambar dan ukisan-lukisan,
dan suatu ilmu yang takkan tetap di depannya ilmu gambar-gambar dan
lukisan-lukisan.
Hai hamba : “ Ia adalah suatu nama yang telah Ku sebut
dengan dirinya untuk diri Ku, tidak utuk siapa yang mendengar, Ku simpan suatu
ilmu untuk Ku, bukan Ku sebar di alam semesta, hanya Aku patrikan dengannya
kepada barang siapa yang Ku kehendaki
Arti ayat : Alangkah
nikmatnya tempat kesudahan itu”..... Alangkah nikmatnya tujuan akhir (surga)
yang abadi .... Alangkah baiknya balasan akhirat ... Alangkah baiknya tempat
kesudahan itu” (QS. Ar-Rad 13:24).
Dan Ku singkirkan siapa
yang Ku kehendaki
:
Dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman”
Hai hamba! Kehadiranmu berlainan dengan kehadiran yang
lain, maka jangan dibelanjakan sembarang belanja dari apa yang dapat dilihat
... wajhmu tidak seperti yang lain, maka jangan kau bawa berhina dengan membawa
ke lembah dina.
41.
PANJATAN PUJA PUJI PARA ARIFIN
Puja puji atas kenikmatan, itu adalah umum.
Puja puji mensyukuri atas nikmatnya, itu adalah
khusus.
Puja-puji melihat kelemahan diri untuk dapat
mensyukuri atas nikmat Nya, adalah lebih dari khusus.
Puja Puji atas suka dan duka, lapang dan
sempit, adalah lebih dari khusus.
Puja Puji atas perkenalan Allah kepada hamba
Nya, itu lebih dari khusus.
Puja puji untuk Wajah Al Hak Allah Ta’ala,
tanpa sebab dan dari sebab, hanya dengan Nya dan daripada Nya, itu adalah
puncak ilmu-ilmu para pemuja dan pemuji dan sudah berkesudahan
khususnya-khusus.
Puja puji itu akan
menjadi sah bila datangnya dari orang yang alim dengan Nya, tetapi sah manakala
tibanya dari seorang yang karam dalam kerinduan pada Nya, maka apabila
kerinduannya telah terjalin, niscaya akan melihat Nya, mka apabila telah
melihat Nya, niscaya penglihatannya itu akan menggerakan lisannya untuk bicara,
manakala sudah terucapkan, hapuslah bekas maksud dan tujuan karena ucapannya
itu, dan terhapus pulalah ciri-ciri kecondongan dan akan menjadi keikhlasan
sebenar-benarnya; Puja puji itu hanya untuk Wajah Al Haq Allah Ta’ala; Dan
semacam puja puji ini membuka bagi orangnya tentang lisan berdiri Nya sendiri
(Al Qoyyumiah), maka segala makrifat-makrifat itu akan mengucapkan pada Nya
dengan ketunggalan, barulah hilang kemurungan dari bilangan-bilangan dan akan
terhimpun baginya semua bilangan dan tidak lagi terbagi-bagi saru antara lain.
42.
BILA BERTEMUNYA DUA PERTENTANGAN
DALAM SATU PENDAPAT
Yang emikian itu tiada akan terjadi melainkan di kala
engkau melihat kesan pulang perginya sesuatu yang engkau cintai itu, maka pada
hari ini baginya suatu nama; sifat dan tabiat, dan esok harinya ada baginya
nama, sifat dan tabiat, maka hasil kejadiannya akan pergi daripadamu hukumnya,
dan akan menjadi sama dalam kecintaanmu wujudnya dan lenyapnya sesuatu yang
engkau cinntai itu.... dan inilah akhir kesudahan sesuatu itu dalam cinta
kasih.
Seorang Abid, tidaklah layak baginya sessuatu pun untuk
dicintai. Dan inilah taraf dari persamaan pertentangan-pertentangan itu di
dalam cinta kasih, yang demikian itu agar engkau menyaksikan arti makna yang
dengannya air menjadi panas, dan dengannya pula menjadi dinginmembeku.
Bila penglihatanmu telah sampai di sini, akan menjadi
samalah hilangnya sessuatu atau adanya sesuatu itu. Dan tidak mungkin mencapai
derajat dengan ilmu pengetahuan... akan tetapi hanyalah dengan perjuangan.
43.
KEMANA PANDANGAN ATAS PARA ARIFIN
Bila
engkau melihat Ku, di dalam sesuatu kenikmatan, niscaya engkau tidak akan gaib
daripada Ku di dlam selain Ku.
Dan
apabila engkau tidak melihat Ku di dalam suatu kenikmatan itu atasmu.... Dan
bila kenikmatan itu menang atasmu, niscaya segala sesuatu akan ikut juga
memperoleh kemenangan dan bila engkau melihat Ku di dalamnya (kenikmatan),
niscaya engkaulah yang menang atas segala sesuatu.
Engkau
sama sekali tidak akan melihat Ku, baik di dlam kenikmatan maupun dalam
malapetaka, sampai engkau melihat dalam keduanya adalah “perbutan Ku sendiri”.
Engkau
tidak akan melihat suatu “Perbuatan Ku sendiri” hingga engkau tidak melihat
sesuatu dari sebab dan hingga engkau selamat dari waham sebab (tidak engkau
tersentuh dingin oleh penyebab dingin melainkan kesemuanya itu perbuatan
Allah).
Aku
tidak akan menyata sebelum Ku sirnakan “Kesenangan berpendapat dengan selain
Ku” dan tidak Ku sirnakan sebelum Ku saksikan bahwa “ tiada hukum baginya” dan
tiada Ku saksikan sebelum Ku angkat apa yang bergantung dengannya daripadamu.
Ia
bertutur kepadaku : “Berdirilah dengan tegak di alam semesta ini dengan “Hukum
pengetahuan” yang meniadakan alam semesta. Dengan demikian engkau Ku angkat
dari “Hukum alam semesta”
YA
Tuhan ku! Engkaulah yang menciptakan segala dan yang mengurus serta
memimpinnya; Engkau Maha Mengetahui segala dan yang mengajarinya; Yang mengenal
segala dan yang memperkenalkannya, kepada Mu semua akan kembali, dan daripada
Mu musnah, dan dengan izin Mu dapat berdiri dan kepada Mu akan kembali dan dengan
Mu akan tetap tegak.
Siapa
kiranya dapat membawa untuk ku..
Seseorang
kawan yang arif yang bijaksana
Yang
berhenti bajak bak tabir hijab
Yang
tiada diperbudak oleh siapa
Bukan
abdi mata yang fatamorgana
Yang
bila alam semesta membangun
Tiada
terlihat bangunan melainkan kehancuran
Kehancuran
yang di bangun di atas kehancuran
Kebinasaan
yang di bangun di atas kebinasaan
Kemusnahan
yang di bangun di atas kemusnahan
Kerobohan
yang dibangun di atas kerobohan.
44.
SUATU PENGHENTIAN DIMANA HATI-HATI
PARA ARIFIN DIBUAT TERHERAN-HERAN
Aku dihentikan berdiri tegak dalam keyakinan yang
sebenarnya, lalu Ia berkata kepadaku : “Dalam keyakinan itu adalah sauatu
rahasia, bila engkau telah mengenalnya, amak tida lagi Aku menjadi samar
atasmu.
Bila Kau menyamar, niscaya penyamaran Ku akan menambah
makrifat padamu, tetapi bagi mereka yang tidak mengenal rahasia keyakinan itu,
pastilah menjadi pengingkaran. Sesungguhnya Aku lah Allah yang tidak dapat
direka-reka oleh perkenalan pada Ku, dan tak dapat dimuat oleh hati-hati itu
dengan sepenuh muatan makrifat kepada Ku.
Bagi Ku ada suatu makrifat yang tunggal yang mana tiada Ku fitrahkan
kepada hati seorang hamba dan tiak juga kepada para Malaikat.
Bila makrifat itu tiba, niscaya tiba pulalah
pengingkaran, maka setiap orang Arif akan mengingkari segala apa yang telah
dikenal.
Dan apabila telah tiba pengingkaran itu, maka ketahuilah
bahwa Aku lah yang menyamar dengan makrifat Ku yang Tunggal itu, maka hendaklah
engkau jangan menginggkari Daku dan jangan memohon suatu makrifat, yang
dengannya engkau dapat mengenal Ku, dan katakanlah ... Engkau .... Engkau....
yang dapat memperkenalkan diri Mu sebagai yang Engkau kehendaki, dan menyamar
menurut apa yang Engkau kehendaki. Maka
teguhkanlah daku dengan penyamaran Ketunggalan Mu (Wahdaniatik) dan tetapkanlah
daku dengan pendengaran dan ketaatan pada Mu dalam apa yang diri Mu engkau
perkenalkan.
Dan bila engkau menyamar, maka jadikanlah daku tergolong
dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah yang menyamar.... Dan bila
Engkau Memperkenalkan diri, maka
jadikanlah daku tergolong dari orang-orang yang mengetahui, bahwa Engkaulah
yang memperkenalkan diri.
45.
YANG TERUNGKAP SERBA SUCI
“Bagi Nya wajah tanpa rupa;
“Bagi Nya mata tanpa kedip;
“Bangi Nya ucap tanpa huruf;
“Baginya ilmu tanpa halaman;
“Bagi Nya dekat
tanpa mana;
“Bagi Nya jauh tanpa hingga;
46.
D O ‘ A
“ YA Tuhanku !
Denganku daku hina; Dengan Mu daku mulia;
Denganku aku papa; Dengan Mu aku kaya;
Denganku daku lemah; Dengan Mu daku perkasa.
Tiada yang dapat mengetahui kehinaanku, kepapanku, dan
kelemahanku selain Mu.
Maulaya! Makrifat dalam hati menuntut demi untuk Mu atas
diriku, sedangkan daku khusuk di ambang gerbang pintu Mu, bersujud di dalam
lapangan Mu nan luas, ku datang menghampiri Mu dengan penuh noda dan dosa, Ku
mohon maaf ampunan Mu serta kemurahan Mu, ku minta tersingkapnya tabir penutup
untuk bertobat dan kembali pada Mu.
Malulaya! Andaikan Engkau pikulkan atas pundakku beban
dosaku.... tidaklah bumi dapat mengangkatku, tiada pula langit dapat
menaungiku, tiada satupun selain Engkau yang dapat memikul berat dosaku, dan
tiada satu lisan selain dari lisan-lisan kemaafan Mu yang sanggup memberi
alasan... terhadap kessalahan-kesalahan ku, tiada satupun dari makhluk-makhluk
Mu yang sanggup melihat padaku karena buruknya rupa yang dipenuhi oleh
daki-daki dosaku.
Tiada makrifat dari sekian banyak makrifat
makhluk-makhluk Mu yang sanggup mengajukan uzur untukku kepada Mu, lagi pula ia
melihat dosaku dalam makrifat Mu.
Maka, tiadalah demi Kemulian Mu, sekali lagi tiadalah
demi Kemulian Mu yang dapat menyelematkan diriku daripada Mu, Kecuali Engkau,
tiada pula daku dapat menghindarkan diri dari Kemurakaan Mu melainkang Engkau,
tiada daku mempunyai alasan perihalku kecuali Engkau.
Maulaya! Daku memohon kepada Mu dengan Rahmat Mu! Daku
meminta pada Mu dengan Nur Cahaya Mu; Daku ajukan pintaku pada Mu dengan
kebagusan Mu; Daku harapharapkan pada Mu dengan Keindahan Mu; Daku rindukan
pada Mu dengan Zat Mu; Dengan Wajah Mu; Dengan Diri Mu; Dengan Samping Mu; Dengan
Tangan Mu; Dengan Roh Mu; Dengan mata penglihatan Mu; Dengan Rumah Mu; Dengan
Somadiat Mu; Dengan seluruh Sifat-sifat Mu; Dengan ke-Agungan di dalam
meng-Agung-agungkan Mu; Daku memohon maaf dan ampunan serta kemurahan dan
kuminta tabir penutup untuk dosa-dosaku dengan tobat dan kembali pada Mu.
47.
SAKSI MAHA TUNGGALNYA DALAM SESUATU
Bukti-bukti ketunggalan dalam sesuatu-sesuatu itu, bahwa kesemuanya itu
adalah buatan dari sisi Yang Maha Tunggal; Seluruh sifat buatan Nya adalah
satu, yaitu ulang mengulangi dan kemusnahan; Bentuk semua buatan Nya adalah
satu, yaitu dalam keterbatasan, Tanda-tanda buatan Nya satu, yaitu kodrat; dan
pengetahuan semua butan Nya satu, yaitu kodrat; dan pengetahun buatan Nya satu,
yaitu ikrar (pengakuan), dan semua ikrar Nya satu, yaitu kebodohan, dan jenis
mata semua buatan Nya satu, yaitu wujud ini, maka kelangsungan wujud buatan Nya
saling hancur menghancurkan, hingga tiada tinggal satu wujud pun.
Seluruh terjemahan-terjemahan buatan Nya adalah satu, yaitu memberi penjelasan;
Ketenangan seluruh buatan Nya adalah satu, yaitu ketertiban; Gerakan seluruh
buatan Nya adalah satu, yaitu penyusunan; Hukum hukum buatan Nya adalah satu,
yaitu kemauan; Perbuatan-perbuatan semua buatan Nya adalah satu, yaitu yang
dimaksudkan; Kesmapaian semua buatan Nya adalah satu, yaitu ketidaksanggupan;
Dan diamnya semua apa yang dibuat oleh Nya adalah satu, yaitu tempat; Dan
kelemahan semua buatan Nya adalah satu, yaitu Baharu (Haditsah) (Lawan Qadim).
49.
HURUF DAN LINTASAN-LINTASAN HATI
Huruf itu terdiri atas bentuknya, dan bentuknya terdiri atas tasrifnya
(Perubahan bentuk kata), dan tasrifnya terdiri atas ilmu-ilmunya, dan
ilmu-ilmunya terdiri atas hukum-hukumnya.
Huruf itu merupakan maqam hijab; Menghimpun huruf adalah maqam penyusunan;
Menyusun dan mencerai beraikan huruf itu adalah maqam pemusnahan.
Huruf itu merupakan unsur benda bagi “siwa” (Selain Allah) seerta unsur
benda bagi perbagai “Lintasan hati”.
Tiada terlintas padamu suatu lintasan hati, lalu engkau tiada
menafikan, maka bukanlah engkau daripada Ku, dan bukanlah Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu suatu lintasan hati lalu engkau meniadakan...
niscaya engkau daripada Ku atas hukum apa yang engkau meniadakan; Sedangkan
engkau daripada lintasan hati itu atas hukum yang menahanmu.
Bila sudah tidak terlintas padamu suatu lintasan hati, niscaya engkau
daripada Ku dan Aku daripadamu.
Bila terlintas padamu suatu lintasan hati, dan engkau menyambutnya
dengan baik, kemudian engkau meniadakan, maka engkau daripadanya.
Bila terlintasa padamu lintasan hati, lalu engkau meniadakan seketika
itu, maka ia tidak denganmu, den engkau tidak pula dengannya.
Ia berkata kepada ku : “Bila engkau makan dengan sesuatu, niscaya
engkau minum pula dengannya; Bila engkau minum dengannya sesuatu, maka
engkaupun akan mambok dengannya.
Ia pun melanjutkan : “ Hendaklah engkau jangan makam dengan siwa, yang
mana nantinya engkau akan minum dengannya, dan jangan pula engkau minum dengan
siwa, agar engkau tidak mabuk dengannya.
Bila engkau makan dengannya, engkaupun akan bersandar padanya atas asal
usulnya; Dan bila engkau minum dengannya, engkaupun akan condong kepada
ilmu-ilmunya.
Iapun menyambung : “ Bila engkau tidak makan dan tidak minum dengan
siwa, niscaya ucapanmu adalah kata-kata yang benar dan tepat, engkaupun ikhlas
melaksanakan, dan perkataan serta perbuatanmu akan datang kepada Ku tanpa
hijab, dan akan Ku tetapkan kata-katamu
dalam kitab Ku, dan Ku tetapkan perbuatanmu dalam beribadah kepada Ku.
Dan kata Nya : “ Hai hamba! Bila puji-pujimu kepada Ku dengan puji-puji
huruf, niscaya engkau akkan lengah dengan kelengahan huruf itu’
Hai hamba! : “ Bila engkau bertobat dengan lisan huruf, niscaya engkau urungkan dengan lisan
huruf.... bila engkau taat dengan lisan huruf, nsicaya akan bermaksiat dengan
lisan huru.
Hai hamba! : “ Sucikanlah puji-pujimu kepada Ku daripada huruf dan
berlebih-lebihannya, dan sucikanlah taqdismu kepada Ku dari berlebih-lebihan
serta bertingkat-tingkatnya huruf itu, niscaya Ku tulis tasbihmu dengan tangan
Ku ats naungan Ku, dan Ku jadikan engkau dari ahli keluarga Ku... bila tiba
“Saat pertemuan”.
49.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Hai hamba! Akulah pengetahuanmu itu, bila tidak, maka
tiada pula pengetahuan bagimu, dan Aku lah pendapatmu itu, bila tidak, maka
tiada pendapatan bagimu, dan Aku lah pendengaranmu itu, dan Aku lah
penglihatanmu, maka bila tidak, tidak pula bagimu penglihatan.
Hai hamba! Aku menghijab dengan kenikmatan-kenikmatan
duniawi, maka itulah kenikmatan yang menghijab, dan Aku pun telah mengungkap
kenikmatan-kenikmatan ukhrawi, maka itulah kenikmatan-kenikmatan yang
mengungkap.
Hai hamba! Pandanglah hiasan yang dibangun oleh karya
tangan-tangan pendurhaka di dunia ini, dan pandanglah susunan-susunan buah
tangan karangan para pemikir yang lalai; maka dengan kketaatan mereka tidak
terlihat berupa keindahan walau dihias dengan apapun juga, dan tiada dengan
pengetahuan mereka hasil yang elok dari buah karangan mereka walau
disusunsedemikian rupa.
Hai hamba! Hendaklah engkau menengok hati-hati mereka
yang telah berikrar kepada Ku, namun tidak mereka penuhi; Dan lihatlah pada
lisan-lisan yang telah berikrar untuk Ku tetapi tidak dilaksanakan... Akan
terlihat olehmu apa-apa yang telah diucapkan itu tidak berbekas menjadi
kenyataan, dan akan terlihat olehmu apa yang mereka perbuat tidak memncerminkan
cita-cita sifatnya.
50.
SAMPAI KEPADA ALLAH
Ilahi ! Engkau maha mengetahui akan
ilmu, tetapi ilmu itu tidak mengetahui Mu, dan Engkau Maha mengenal akan
makrifat, tetapi makrifat tidak mengenal Mu.
Ilahi ! Perlihatkan padaku dalam Engkau
membolak balik, dan saksikanlah padaku dalam Engkau mencurahkan asuhan, dan
mewujudkan daku dengan Mu dikala Engkau memperlihatkan , sehingga jangan
menjadi atasku selian Mu “Ketuhanan hukum” (Rabbabiatul Hukum) dan “Arti makna
Nama (Ma’nawiyatul Isim).
Ilahi ! Engkau Maha Mengetahui
terhadap diriku, untuk apa daku Engkau ciptakan? Ddan Engkau Maha Mengetahui
tentang panggilan-panggilan diriku, untuk apa Engkau jadikan aku” Dan Engkaulah
Maulaya! Nan Maha Kaya dan tidak memerlukan daku, bagaimana Engkau
memperlakukan daku sedangkan Engkau Tuhanku!
Engkaulah Maha Penyayang dari segala penyayang, bagaimana Engkau
membolak balikan daku?
Ilahi , Gusarkanlah daku dari segala
sesuatu yang membuatku jinak terhadap kenikmatan-kenikmatan Mu, tunjukan daku
dalam semua kenikmatan Mu wajah-wajah para pengenal-pengenal Mu, pimpinlah daku
dalam Makrifat Mu, dengan ilmu-ilmu Ketuhanan Mu, dan perlihatkan padaku Nur
Cahaya Mu, dengan bimbingan petunjuk Mu.
Ilahi ! Telah berkuasa dan Mulia
sifat-sifat Mu atas huruf para pengucap, da meninggi zikir-zikir taqdis Mu atas
pikiran-pikiran para pendiam, maka tiadalah makhluk-makhluk yang dapat
mentasbihkan Mu melainkan Tasbih Mu jua yang lebih besar, dan tiada jangkauan
khayal untuk memuja dan memuji Mu, melainkan pujian Mu jua yang lebih Agung.
Ilahi ! Engkaulah bukti dari seluruh
pembuktian-pembuktian Mu, dan Engkaulah penerang atas segala penerang-penerang
Mu, serta ayat-ayat Mu.
Ilahi ! Telah surut kembli segala
makrifat-makrifat di hadapan makrifat Mu dengan keheran-heranan, dan kembalilah
segala penglihatan-penglihatan hati di hadapan keindahan ke Agungan Mu dengan
keletihan dan kepayahan.
51.
DDO’A PARA ARIFIN
Ya Allah ! Aku berlindung dengan Mu
daripada mengetahui suatu ilmu, melainkan demi pada Mu, atau menginginkan suatu
ilmu demi untuk Mu, atau melakukan suatu amal melainkan demi untuk wajah Mu,
atau menuju suatu jurusan kecuali demi dalam ketaatan pada Mu.
Ya Allah ! Sungguh aku berlindung dengan Mu
daripada berusaha, kecuali dalam keridhaan Mu, atau di kala aku
membolak-balikan badanku di atas pembaringan, kecuali dengan penuh rasa takut
pada Mu, atau juga ku buka mataku, kecuali untuk melihat ayat-ayat Mu, atau
mengarahkan telingaku, melainkan guna menyimak peringatan Mu.
Ya Allah ! Sungguh aku berlindung
dengan Mu daripada menggunakan pikiran, kecualli dalam takut kepada Mu, atau
melaksanakan suat kemauan keras, kecuali di jalan lorong Mu atau mengorbankan
jiwaku, kecuali demi dalam hak Mu.
52.
D I A
HUA = dia lelaki, dan HIA = dia perempuan, keduanya tidak
mencapai untuk mengibaratkan tentang Ny, menurut harfiah (Karena Allah bukan
lelaki dan bukan perempuan).
Tiada mungkin huruf itu mengibaratkan tentang Allah Yang
Maha Suci, karena huruf itu tergolong dari makhluk-makhluk Nya.
Huruf itu laksana Suradiq = debu, atau apa yang
menjulang, yang meliputi sesuatu untuk membuat bentuk terhadap apa yang
dinyatakan oleh Allah dari segi kebendaan. Dan suradiq itu berada di maqar =
tempat, dan maqar itu di iqrar = ikrar, dan itu di qarar = tempat yang tetap,
dan qarar itu di tamkin = kedudukan di tempat yang teguh, dn tamkin itu
rangkaian huruf dan huruf-huruf Nya.
Huruf itu menghijab arti makna, sedangkan arti makna
menghijab mahiyat (keadaan).
Huruf itu merupakan hijab yang tidak dpat ditembus oleh
penembus-penembus dan tidak dapat dimasuki oleh para penempuh kecuali dengan
izin Ku.
Huruf yang paling tinggi adalah Nama Ku, dan hruf
pertengahan adalah Kemauan Ku, dan semua huruf itu adalah Bahasa Ku dan
lisan-lisan Ku, Malaikat itu berkenan melapangkan Nama itu, karena itu adalah
pintunya, dan Jin melapangkan kemauan keras, karena itu adalah pintunya, dan
insan melapangkan semua huruf karena itu adalah pintunya.
53.
PARA ARIF DAN PARA ABID
Ia berkata kepada ku : “Hai Arif! Imanmu sebanding dengan
iman para makhluk, malah lebih baik; Dan maksiatmu seimbang dengan maksiat para
makhluk, malah lebih bessar.
Ia berkata : “Jika bukan karena Arifin, niscaya sudah Ku
sekap semuanya”. Selanjutnya : “Para Abidin merupakan tonggak bumi dan para
Arifin merupakan pasak-pasak zikir.
Ia berkata : “Seorang abid, ibarat air yang menyirami
bumi, tetapi ia tidak merasakan buah-buahan yang tumbuh; sedangkan seoran arif
ibarat ayat-ayat yang mempercepat zikir, tetapi ia tidak ikut meneguk dengan
cangkir-cangkir.
Ia berkata : “Seorang arif mengalir dalam zikir, tetapi
tidak ikut serta minum, laksana yang naik di atas lautan dengan berjalan tetapi
tidak menghirup, bila engkau makan dengan sesuatu niscaya engkau iringi minum
dengannya, bila engkau minum denga sesuatu, maka engkaupun mabuk dengannya.
Janganlah engkau mabuk, dengan selain Ku, niscaya engkau
menjadi ARIF.
54.
MAQAM-MAQAM MEREKA YANG TELAH
SAMPAI DAN MARTABAT MARTABATNYA
Mula pertama karunia Allah bagi seorang muried (Yang
berhasrat menempuh), ialah ajakan berbicara sebagai pembuka perkenalan,
kemudian berkenalan dan saling kenal-mengenal (arif); Setelah itu berikhlas
hati untuk semua amal perbuatannya kemudian berbaik niat, lalu bersabar diri,
naik ke rida dengan hukum Nya.
Setelah itu sang arif dianugrahi penyaksiann menyaksikan
Nya.
Dan penyaksian, meningkatkan keteguhan hati, bila hati
telah teguh diulurkan perjanjian kewaliaan, setelah itu dipilih oleh Nya. Jika
terpilih maka diserahi amanat, setelah itu diungkapkan kepadanya khazanah
rahasia-rahasia Nya, Setelah kesemuanya ini dilalui, menjadilah ia seorang
khalil (kawan setia). Khalil atau Al Khullah (sahabat yang akrab).
Sahabat yang akrab ini adalah dari maqam Al Mahabbah
(Maqam Cinta) maqam ini adalah suatu maqam bukan dari maqam, itu adalah maqam
Sayyidina Muhammad, s.a.w.
Di dalam maqam cinta, sang abid berpindah ke “Berdiri
tegak memandang” (Mauqifil ithla) terus ke “ Berdiri tegak nan tenang”
(Mauqifis Sukun).
Dengan demikian, maqam-maqam itu dari tahap ke tahap menjulang
dengan kesimpulan :
Al muhadatsah (Ajakan berbicara).
At ta’aruuf (memperkenalkan, ajakan berkenalan)
Al makrifah (perkenalan)
Al isyhad (mempersaksikan, memperlihatkan)
At tatsbiet (keteguhan hati, ketapan)
At tamkin (penetapan berteguh)
AL wilayah (kewalian)
Al ishtifa’ (seleksi, dipilih)
Al i’timaan (diserahi amanat)
Al kasyf (tersingkap, terungkap)
AL khulaf (kawan setia, sahabat yang akrab)
Al mahabbah (cinta)
Al ithla’ (memandang)
Al qath’ ( memutuskan)
As sukun (tenang).
Pendekatan itu baginya
Tanda cinta
Bila sudah nyata
Maka tergulunglah semua antara
Segera terhapuslah
Warna dawat dan segala nama.
55.
YANG MENYERTAI KEINDAHAN DAN HIASAN
Ilmu itu adalah bukti Ku; Makrifah adalah jalan Ku;
Waqwah adalah tempat bicaraku dan Rukyah adalah wajah Ku.
“Maka ke mana pun kamu
menghadap, di situlah Wajah Allah, sungguh Allah itu Maha Luas dan Maha
Mengetahui” (QS. Al Baqarah 2 :115)
Ilmu itu nyata
bagi hukum-hukumnya yang menyangkut kejiwaan, sedangkan makrifat itu
menyembunyikan di dalamnya hukum-hukum kejiwaan. (Makrifat itu menghapus
keinginan-keinginan nafsu, dan segala apa yang ada hubungannya dari hukum-hukum
yang berupa keinginan-keinginan yang berada di dalam hati).
Ahli ilmu itu adalah ahli air dan naungan; Ahli makrifat
itu adalah ahli hadiah-hadiah dan kemuliaan; Dan ahli Waqwah itu adalah ahli
gembira dan saling berkata; Ahli Ru’yah itu adalah ahli rahasia-rahasia dan
kawan duduk semajelis.
Waqwah itu adalah pintu bagi Ru’yah, tidak akan sampai
kepadanya kecuali dari situ; Makrifah itu adalah pintu waqwah; tidak akan
sampai kepadanya kecuali dari situ; Al Minnah (karunia) itu adalah pintu bagi
makrifah, tidak akan sampai kepadanya kecuali dari situ, dan ilmu itu adalah
bukti Ku kepada makrifah.
Makrifah-makrifah itu mengalir di dalam waqwah bagikan
mengalirnya air di daratan tanah.
Waqwah itu adalah naungan Ku, makrifah itu adalah naungan
Arasy Ku dan ilmu itu adalah naungan surga Ku.
Dunia dan akhirat telah tenggelam ke dalam huruf, huruf
tenggelam ke dalam makrifah, makrifah tenggelam ke dalam waqwah, dan waqwah
tenggelam ke dalam ru’yah, dan ru’yah berkekalan terhadap ahlinya dan mereka
tinggal di dalamnya untuk selma-lamanya, mereka telah mengucapkan dengan ucapan
tentangnya, maka mereka utusan-utusan bagi para duta dan penguasa-penguasa bagi
para bangsawan.
Tiada di dalam Ru’yah itu waqwah dan tidak pula ibarat.
Maka maqam ru’yah adalah maqam Fana (kelenyapan) segala sesuatu ... tiada lagi
apapun, yang ada hanyalah Wajah Nya Yang Maha Suci, dan tiada yang kekal selain
wajah Nya Yang Maha Muia.
Ia berkata kepada Ku : “Hanya Aku, tiada sesuatu yang
dapat berdiri sendiri di ssamping Ku, tiada sesuatu yang kekal bersama Ku, dan
tiada sesuatu yang jadi atas Ku.
Maka siapa yang Ku tegakkan berdiri di dalam “Berdiri Ku
sendiri” (Waqwati) atau Ku saksikan penglihatan Ku, niscaya Ku kekalkan
sebagaimana yang Ku kehendaki agar supaya Kehidupan atau Kegaiban sesuak apa yang Ku kehendaki
demi keselamatannya dari kebinasaan.
Ia pun melanjutkan : “Seorang waqif (yang berdiri di
waqwah), tiada alam semesta menjengkelkannya, tiada pula diganggu oleh
kejadian-kejadian. Bila ia pergi di malam hari, maka ia dalam lindungan Ku dan
alangkah baiknya perlindungan itu, bila ia tinggal berdiam seorang diri, Akulah
penjaganya! Alangkah baiknya penjagaan itu.
Kawan waqwah merupakan pembawa berita gembira dan pemberi
kabar penakut (Basyiron wa Nadziro), dan kawan Ru’yah adalah pemberi syafaat
dan jaminan (Tiada suatu hal – keadaan yang setara dengan keadaan mereka).
56.
SABDA ALLAH TERHADAP LANGIT DAN BUMI
Dekat tak dapat dikatakan, jauh tak dapat diuraikan.
Dekat, tetapi tidak dapat dikatakan dekat Nya (Maka Ia lebih dekat dari urat
leher) Jaug, tidak dapat diuraikan akan Jauh Nya (fa huwal muta’al), maka Dia
lah Yang Maha Tinggi. Nyata, tak dapat dicapai kenyataan Nya. Bathin, tidak
dapat diungkap hijab Nya, karena “Tiada satupun yang menyerupai Nya (Laisa
Kamitslihi Syai’un). (Asy Syura 42 : 8).
Langit-langit dan bumi diadakan Nya dan ditegakkan dengan
hukum Nya dan tibalah Sabda Firman Nya :
“Datanglah kamu keduanya
menurut perintah Ku dengan patuh atau terpaksa” Keduanya menjawab “Kami datang
dengan penuh kepatuhan” (QS. Fush Shilat 41:11).
Dengan Nya
keduanya dapat mendengar, dan dengan Nya keduanya dapat menjawab dan dengan Nya
keduanya dapat taat dan patuh.
Tiada penyaksian kecuali dengan DIA.
Tiada hijab melainkan dengan DIA.
Siapa yang tehijab bagi selan DIA.
Niscaya akan nyata bagi selain DIA.
57.
TENTANG HIJAB
Aku ditegakkan bediri di hadapan Nya, kemudian Ia pun
berkata pada ku : “Hijabmu adalah segala apa yang Ku nyatakan, hijabmu adalah
segala apa yang Ku rahasiakan, hijabmu adalah segala apa yang Ku hapuskan,
hijabmu adalah segala apa yang Ku ungkapkan, dan juga segala apa yang Ku tutup.
Ila engkau keluar dari padanya, keluar pulalah engkau
dari hijab; bila engkau dihijab olehnya, niscaya engkau dikerumuni oleh hijab
dari sekian banyak hijab-hijab.
Ia pun menyambung
pula : “Tidak, engkau tidak akan dapat keluar dari dirimu, melainkan dengan Nur
Cahaya Ku, Nur Cahaya Ku yang mampu menghanguskan hijab itu, lalu engkau dapat
melihat bagaimana caranya ia (Nur itu) dapat menghijab. Selanjutnya :
“Barangsiapa telah melihat Ku, dan telah menyaksikan maqam Ku, akan diharamkan
atasnya makanan yang halal selama engkau berada dalam hijab.
Ia pun melanjutkan : “Jangan engkau berhenti di dalam
hijab, dan jangan pula berdiri di dalam hijab, karena segala hijab akan
bertolak pinggang membantahmu tentang Ku, hendaklah engkau iqomah di sisi Ku,
niscaya Aku akan membelamu dan membantah tentang dirimu.
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku dan tinggal di
sisi Ku, maka engkau dari Ku, dan engkau dengan Ku, dapat berdiri di bawah
naungan Ku dan tergolong dari orang yang bersyafaat terhadap siapa yang Ku
kehendaki dari makhluk-makhluk Ku”.
Lanjutnya : “Bila engkau telah melihat Ku, dan tinggal di
sisi Ku, maka engkau dengan Ku, dan engkau dari Ku, berdiri di dalam kasih
sayang Ku dan mengharap besarnya anugrah dan ampunan Ku.
58.
PEMBAHASAN TENTANG TABIAT HATI
Dengan fitrah yang ada, hati itu tidak diciptakan baik
maupun jahat..... tetapi mempunyai kesediaan untuk berperangai dan berbudi
pekerti, berwatak dan bertabiat, yang mana dari dasar segi baik dan jahat, ia
dapat pulang balik antara keduanya atas segi ikhtiar dan kemauan.
Hati itu dapat patuh mendengar sesuatu, atau mendengar
lawan swssuatu, walaupun simpang siur bahasanya. Andaikan ia diajak bicara oleh
alam semesta dengan apa yang ada padanya ia dapat mendengar dengan satu
pendengaran, begitu juka jika ia menjawab, ia menjawab dengan satu jawaban.
Mengenai akal, ia dapat memandang seluruh
pemandangan-pemandangan yang bercabang-cabang aneka ragamnya sekali
pandang...... Adapun Jiwa dan tabiat, masing-masing dari keduanya tidak berdaya
dan berkesanggupan kecuali untuk mengikuti satu pandang demi satu pandang yang
terpisah sendiri-sendiri, apabia ia bergantung dengan salah satunya,
berpisahlah ia dari yang lain.
Kebalikannya, akal, ia tidak
dapat dipotong oleh satu pemdangan selama ia berada setingkat ilmu, apabila ia
berpisah dari ilmu ke pendapatan, bergantunglah ia kepada pemandangan dan
berpisahlah ia dengan memasang teinga kepadanya dari yang lain.
Bagitu juga halnya dengan hati, ia tidak dapat dipotong
oelh satu pendengaran dari sekin banyak pendengaran, selama ia dalam tingkat
ilmu, apabila ia berhasil tertegun oleh satu pendengaran, berpisahlah ia dari
lainnya.
Maka ilmu itu pun merantau dan meluaskan gema pendengaran
dan penglihatan, sedngkan pendapatan mengepungnya untuk meringkus ke satu titik
dan satu persoalan. Dan alam semesta
keseluruhannya merupakan lintasan hati sepanjang masa di dalam hati dan akal.
Sesungguhnya hati itu terkhusus dengan lintasan-lintasan,
karena hukumnya daam hati yang lebih kuat; Ajakan alam semesta untuk berbicara
terhadap hati, adalah menjadi pemisah dari yang lain. Dan akal itu memandang
alam semesta, begitu juga, alam semesta memandang kepadanya. Ada kalanya ia
masuk dalam pembicaraan bersama alam semesta, dan hukum pembicaraan itu lebih
berpengaruh dari hukum pandangan yang tanpa pembicaraan.
Hati itu merupakan tempat bermukim lintasan-lintasan yang berada di dalamnya. Dana akal itu
merupakan jalan lintasan-lintasan hati yang berlalu di dalamnya serta
melewatinya.
Banyak sekali ragam lintasan-lintasan hati itu. Dan
bercabang-cabang pula; Ada yang bersifat “keiblisan” (iblisiah), ada pula yang
bersifat “kemalaikatan” (malakiah), “kerajaan langit” (malakutiah) dan
“kerajaan duniawi” (mulkiah).
Lintsan hati “keiblisan” itu ialah lintasan-lintasan hati
yang membuat keraguan )Asy Syakiah) dan “menyukutan Tuhan” (Asy Syirkiah) dan
“kebid’ahan lawan sunnah Nabi” (Al Bid’ah) dan “mengingkari kebenaran” (Al
Jukhdiha),. Adapun lintasa yang membawa keraguan dan kemusrikan itu, lalu
lalang di halaman lintasan malakutiah. Mengenai lintasan hati pembawa bid’ah
dan pengingkaran, itu pulang pergi di jalaman mulkiah – kerajaan duniawi.
Lintasan-lintsan hati itu adalah ilmu, hukum dan
suruhannya, maka apabila si pendengar menyimak kepadanya dan meneguk isi piala
ilmunya, hukumnya dan suruhannya, jatuhlah ia ke jurang pelanggaran dan
larangan. Itulah yang dibangkitkan oleh lintasan-lintasan itu. Jika tidak
dihiraukan dengan ditanggapi was-wasnya, kembalilah ia ke tampat asala mulanya
dengan apa yang ada padanya dari ilmu, amal, hukum dan suruhannya.
Alamat bergantungnya hati kepada Tuhan, ialah
terungkapnya perasaan di kala bisikan-bisikan lintasan hati itu menghadapi apa
yang dipilihkan oleh Tuhan kepadanya dalam keadaan yang sulit diuraikan dan
tidak dapat dibeberkan oleh terjemahan, maka apabila diletakkan perasaan ini ke
dalam hati sang hamba, ddipisahkanlah ia dari penyirnaan lintasan hati yang
jahat itu.... dan apabila hati itu kehilangan perasaan ini, maka berdatanglah
serangan lisan-lisan lintasan itu, lalu diraih dan dicengkeramnya.
Sang Abid menguraikan perasaan yang demikian ini dengan
ucapan “.....Oh!!!! Sesungguhnya kurasakan betapa antaraku dan antara Tuhan
adalah “Kemakmuran” (‘amamr)... dan kemakmuran inilah yang menjadi perisai
diriku dari tergelincir dalam kesalahan.
59
APA YANG DIKATAKAN ALLAH KEPADA
HAMBANYA
(
1 )
Telah Ku ciptakan
makhluk-makhluk, maka hendaknya engkau menjunjung tinggi ciptaan Ku. Jangan
berlaku kejam terhadap ciptaan Ku, bagaimana kiranya jika diperlakukan yang
demikian menimpa pada dirimu? Jka demikian perilakumu, Aku lah yang akan
bertindak kejam atasmu.
(2)
Jangan hendaknya engkau berlaku kejam atas siapa pun
dengan zat dirimu. Ingatlah!! Keperkasaan itu bukan kepunyaanmu; Keperkasaan
itu adalah milik Ku sendiri.
(3)
Aku ditegakkan berdiri di dalam sesuatu, maka oleh Nya
aku di bawah kepada ‘nama-nama’, akupun ditegakkan berdiri dalam nama-nama itu,
lalu aku dibawa pula ke “arti mankna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa
pula ke “arti makna-arti makna” itu, setelah itu aku dibawa kepada “diriku” dan
ditegakkan berdiri pula di dalamnya.
Dari “diriku” aku dibawa ke “dunia” akupun ditegakkan
berdiri pula di dalamnya, dari “dunia” aku dibawa ke “syirik dan kufur” Dan kata Nya : “ Bila kemauna-kemauanmu
berkisar dalam lingkaran itu, jangan diharap engkau dapat masuk ke Hadirat
Ku.... dan Ia berkata “Tengoklah kepada “kemauan keras-kemauan keras” itu! Maka
kulihat “kemauan keras” yang tidak berdiri di antara kedua tangan ya, akan
berdiri di antara kdua tangan iblis.... mau ataupun tidak.... dan aku lihat
iblis melambai sambil menyeru kepada “kemauan-kemauan keras” itu kepada
ddirinya masing-masing.
Lambaian itu pun disetujui, maka berdirilah di anatara
kedua tangannya dalam keadaan terhijab dengan diri dirinya sendiri.
Ia berkata kepadaku : “Aku yang memanggil “kemauan-kemauan
keras” itu kepada Ku bukan kepada dirinya masing-msing, maka janganlah engkau
masuk ke Hadirat Ku kecuali bila “kemauan-kemauan keras” itu keluar dari diri
dirinya.
Ia bertuturkata kepada Ku : “Seorang Wali itu, ialah
mereka yang berdiri tegak di antara kedua tangan Ku, tiada beranjak tiada pula
beringsut.
(4)
Aku telah diteguhkan berdiri tegak di dalam
“kesempurnaan” maka aku melihat di dalamnya berhimpunan “Ke Maha Besaran) (Al
Jalal) dan “Ke Maha Indahan: (Al Jamal)
·
Sifat-sifat
Al Jamal, pada Allah, dapat engkau temui dalam :
Ar Ra’uf – Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Al Wadud – Maha Mencintai
Al Khaliem – Maha tetap dapat menahan amarah.
Al Kariem – Yang melimpahkan Karunia kepada
makhluk-makhluk tanpa diminta sebelumnya.
Al Afu-wu – Maha memberi maaf.
Al Ghaffar – Maha menutupi kesalahan hamba-hamba Nya
dengan pengampunan dosa mereka.
Al Mannan – Maha pemberi Karunia.
Al Khannan – Maha Kasih Sayang.
Ash Shobur - Maha
sabar
Asy Syakur – Maha
pembalas jasa hamba Nya.
Ar Rozzaq – Maha pemberi Rizki.
Dan Sifat-sifat Al Jalal pada Allah, dapat engkau temui
dalam :
Al Jabbar – Yang perkasa memaksa akan kehendaknya.
Al Muntaqiem – Maha kuasa menindak dengan siksa.
Al Aziz – Maha kaut tak terkalahkan oleh apapun
Al Muta’al – Yang mencapai puncak ketinggian
Al Muatakabbir – Yang patut dipuja karena ke Agungann Nya
Al Muahimin – Maha menaungi hamba-hambanya
Al Jalil – Yang mempunyai sifat kebenaran
Al Adhiem – Maha Luhur
Al Kabier – Maha Besar
Al Muiz – Yang meninggikan derajat siapa yang dikehendaki
Al Qibidh – Maha kuasa menyempitkan
Al Khofidz – Maha kuasa merendahkan
Dana Maha Kesempurnaan Allah, adalah di dalam himpunan
antara Maha Santin (Al Khulum) dan Maha Memiliki Kekuasaan ( Al Jabbarut),
berkait antara dua sifat yang saling berlawanan menjadi dalam satu ketunggalan,
hingga tiada ada pada Nya berlawanan dan tiada pula tebagi-bagi.
Maka Dia Yang Maha Sejahtera (As Salam) yang pada Nya
tiada perlawanan dan perselisihan.
(
5 )
Bila engkau telah mengenal Daku dengan Ku, tidak lagi
perkenalan dengan Ku itu akan dapat ditambah oleh sesuatu (Karena Aku lah yang
membawamu sampai kepada puncak makrifat, yang dikemudiannya tiada lagi
tambahan).
(
6 )
Engkau sendiri yang Ku maukan dari sekian banyak apa yang
telah Ku Ciptakan, maka hendaknya engkau pun demikian juga!. Hanya kepada Ku
sendiri arahkan kehendakmu, bukan mengarah ke lain dari Ciptaan Ku.
(7)
Batas yang dapat dicapai oleh penglihatan mata hatii,
ialah mengenal apa yang dikehendaki oleh Nya (Nabi Musa .as. menyanggah
tindakan-tindakan Al Khidr di saat melobangi perahu (Qs. Al Kahfi 18:71) karena
ia tidak diberi penglihatan mata hati seperti halnya Al Khidr, yang mana
penglihatannya sudah mencapai apa yang dikehendaki Nya dan memahami maksud dan
persoalan raja yang main rampas perahu secara paksa).
(8)
Mengerutkan kekuasaan bagi Allah SWT, adalah satu cara
lisan mencari jalan keluar bila engkau telah mencapai makrifat, dan telah
engkau ketahui hak kekuasaan penguasa itu adalah milik Allah semata, maka
engkaupun akan angkat tangan dari ikut campur tangan dan akan gugur segala
kepengurusan).
(9)
Menziarahi para orang yang sudah “mendapat” sedangkan
pada dirinya tiada mendapatkan, itu berarti suatu pelanggaran (berkumpulnya
seorang ahli tasauf tanpa ada padanya “zauqiah) (hal-hal yang menyangkut rasa dalam
hal ikhwal mereka, adalah merupakan suatu pelanggaran)).
(10)
Tinggalkan dirimu ! Dalam engkau meninggalkan dirimu,
engkau akan memperoleh kemenangan-kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup,
sudah tidak lagi membutuhkan pada
dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan sekali pun, itulah arti kemenangan atas
dirimu).
(11)
Tinggalkan dirimu ! Dalam engkau meninggalkan dirimu,
engkau akan memperoleh kemenangan-kemenangan atasnya (bila engkau merasa cukup,
sudah tidak lagi membutuhkan pada
dirimu, walau dirimu dalam kebinasaan sekali pun, itulah arti kemenangan atas
dirimu).
(12)
Ada kebiasaan yang bersumber dari dosa-dosa yang
dilakukan kelompok manusia-manusia, dapat membentuk arca-arca sembahan, yang
mana sumber kekuasaan arca-arca itu atas manusia-manusia disebabkan karena
kebiasaan yang dilakukan berulang kali. Misalnya apa yang dilakukan oleh
orang-orang Samiri yang telah membentuk – dari perhiasan-perhiasan yang dicuri
oleh Bani Israel – berupa se ekor anak sapi yang dapat mengeluarkan suara
lenguhan.
(13)
Hai hamba ! Bila engkau mengenal Aku, maka tinggalkanlah
apa-apa selain Ku, sekalipun ap yang selain Ku itu pernah melihat Ku, dan
tinggalkan pula apa yang pernah dilihatnya, walaupun dengan Ku ia datang... Ha
hamba! Bila engkau merasakan ketentraman dengan perkenalan kepada selain Ku,
maka hendaklah engkau campakan perkenalanmu kepada Ku itu di balik punggungmu.
(14)
Syarat keridaan itu ialah
penilaian sama antara penolakan dan pemberian.
(15)
Ilmu itu lisan lahir, dan
makrifat itu lisan bathin
(16)
Hukum kenyataan itu seluruhnya adalah ketakuran... Dan
bahaya itu mendapingi setiap hukum (karena segala yang nyata dari apa yang
lahir itu akan berkesudahan pada kelenyapan.
(17)
Ilmu minuman jiwa; makrifat itu minuman hati;
Hukum itu minuman akal; dan Kepuasan itu minuman Ruh
(18)
Kejahilan itu lintasan hati di dalam ilmu; Ilmu itu
lintasan hati di dalam karifat; Makrifat itu lintasan hati di dalam perkenalan;
pekenalan itu lintasan hati di dalam waqwah; Waqwah itu kesudahan, tiada lagi
bahaya dan tiada pula lintasan hati,
(19)
Akal itu merupakan alat bagi ilmu; Ilmu itu merupakan
alat bagi makrifat; makrifat itu merupakan alat bagi perkenalan; dan perkenalan
itu bukanlah alat dan bukan pula waqwah itu alat. Setiap
ala mempunyai dua tangan,tangan pertama bertugas memegang dan yang lainnya
melepaskan. Memegang dan melepaskan itu menunjukan tanda-tanda pertentangan,
maka bila tanpa alat tiada pula pertentangan.
(20)
Sesungguhnya akau mempunyai hamba-hamba yang lancar
berbicara, namun mereka itu tidak berbicara dan enggan diajak oleh sipapun
untuk berbicara.... Ku katakan padanya : “Tetapkan sikapmu; berbicaralah kepada
Ku saja! Terhadap selain Ku sedapat mungkin jangan berbicara.... engkau pun
akan menjadi hamba Ku yang pandai bicara.... dan Ku jadikan bagimu suatu
syafaat.
Aku pun mempunyai hamba-hamba pendiam, mereka melihat ke
Maha Agungan Ku, mereka tidak sanggup berkata-kata, mereka melihat ke Indahan
Ku, tiada juga mereka bertasbih; Keindahan Ku membuatnya terpesona hingga terus
menerus berdiam diri, Akupun mendatanginya, Ku keluarkan dia dari “maqam diam
ke pada Ku”.... Hendaklah engkau diam demi untuk Ku” ... sekuat kemampuanmu...
niscaya engkau menjadi “hamba Ku” yang pendiam.
Terhadap hambaku yang pendiam, ku terima sebelumm
penghentian dan Ku hantar ke kediaman rumahnya.... dan dialah yang pertama yang
Ku panggil bila Aku telah datang.
Antara ucapan dan diam itu adalah suatu dindig pembatas
(Barzkh) di dalamnya adalah liang kubur. Bagi akal dan budi, di dalamnya juga
kubur dan juga “sesuatu-sesuatu”.
(21)
Ketahuilah! Kuajak engkau berbicara, supaya engkau dapat
melihat, bukan untjk berbicara ... Katakanlah padamu ... inilah penglihatanmu!
Agar engkau memperoleh bukti di dalam makrifatmu kepada Ku; Bukan untuk engkau
pamerkan atas Ku kepada siapa yang tidak
melihat Ku.
Ketahuilah!
Petunjuk Ku bukan berada di tangan Mu... maka bila Aku mengajak mu
bertutur kata, niscaya engkau dapat melihat Ku; Bila engkau melihat...
tiadalagi pembicaraan.
(22)
Siapa yang tidak naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia
dalam api... dan siapa-siapa yang naik atasnya Nur Cahaya Ku, maka ia akan
dapat melihat Ku.
(23)
Hati-hati yang tetap teguh adalah hati-hati yang bermaqam
di Hadirat.... ia tidak hadir mudik dengan pelbagai lintasan hati, karena
sesungguhnya ia sudah melihat Ku sebelum KUN (Jadilah) yakni sebelum Aku
menyatakan dan sebelum akau berbuat, maka setelah tiba KUN dan telah datang
lintasan-lintasan hati, Aku telah menghentikannya di dalam maqam Hadirat.
(24)
Lemparkan apa yang dengannya Aku rahasiakan, dan lemparkan
apa yang dengannya Aku nyatakan..... Engkau adalah lebih mulia atas Ku daripada
apa yang telah dan akan Ku katakan kepadamu, maka bagaimmana engkau memikul dan
membawanya kepada Ku, sedangkan engkau lebih perkasa di sisi Ku daripada apa
yang telah dan akan engkau katakan kepada Ku; Maka janganlah engkau menjadi
kendaraan bagi selain Ku, niscaya engkau di dampingi oleh derita dan malapetaka
yang akan berembunyi di dalam afiat itu. Jadilah engkau untuk Ku, bukan untuk
tutur kata Ku (yakni keikhlasan dalam menuju zat ... untuk Zat Allah jangan ada
sessuatu yang lain).
(25)
Alah berseru kepada hambanya yang dikatakan – yang ia
kikir atas maqam manapun -... Wahai hamba Ku! “Engkau akan dipanggil oleh
setiap ariff kepada makrifatnya; Sedangkan itu adalha hak Ku atasnya; maka
janganlah engkau keluar dari makrifatmu berpindah ke makrifatnya, itu adalah
hak Ku atasmu.
(26)
Segala kenyataan yang telah nyata itu maqamnya berada di
belakangmu... di balik hatimu... maka dudukanlah masing-msing itu di
maqamnya...
Setelah itu mermaqamlah untuk Ku da engkau akan didatangi
oleh “Beridi sendiri” (Qoyyumiati), maka engkau akan ditegakkan berdiri untuk
Ku, dan engkau akan selalu beregang pada Ku.... Ketahuilah! Bahwa engkau amat
mulia bagi Ku dari segala apa yang Ku nyatakan, dan dari apa yang Ku katakan
kepadamu, juga engkau amat perkasa bagi Ku dari apa yang telah engkau katakan
kepada Ku”.
(27)
Aku mempunyai di sisi Tuhan ku suatu maqam, dimana tiada
lagi di dalamnya “perintah” maupun “larangan” . Itulah maqam di mana ku lihat
Tuhanku di dalamnya. Di dalamnya kau tidak lagi Kemalaikatan, tiada pula aku
dipengaruhi jin dalam kedudukan selayaknya jin; tidak pula aku dipengaruhi oleh
hruf dalam kedudukan sebagai huruf, tidak pula oleh alam semesta dalam bentuk
alamiahnya.
(28)
Barang siapa yang telah melihat Ku, jika saja berdosa
maka dosanya lebih besar dari alam semesta; dan beritakan tentang siksanya,
bahwa derita siksanya adalah seluruh penderitaan.
(29)
Ia bertutur kata kepadaku : “Tidak Ku kirim kepadamu
ilmu-ilmu dan tidak pula makrifat-makrifat, bahkan Aku mengutusmu agat segaa
sesuatu itu menjadi untukmu “kekuasaan” (Rabbaniah) melaksanakan pengiriman....
Hendaklah engkau berdiri di Hadirat Ku, niscaya Aku lah yang langsung
memerintahmu dengan segala sesuatu, dan tidaklah aku memerintah sesuatu
terhadap kepadamu.
(30)
Aku telah dihentikan berdiri di dalam Hadirat Nya. Dia
adalah abadi demi keabadian, kekal demi kekekalan, aku pun telah meluhat tirai
dan tabir-tabir, segala rupa penghijab, semua menghampar menutupi wajah-wajah
siapa saja yang memohon kepada Nya. Aku telah melihat pula bagaimana kesemuanya
itu tersingkap bagi wajah siapa saja yang berserah diri kepada Nya.
(31)
Bila engkau telah melihat kepada Ku, ketahuilah bahwa
penglihatan itu karena mata manusiawai, bukan hukum manusiawi (yang tidak
lengah sedikitpun walau sebagai tawanan dari kebutuhan manusiawi). Dan bila
engkau tidak dapat melihat kepada Ku, itu adalah dikarenakan pandangan mata
manusiawi.
(32)
Bila engkau memberantas kebutuhan itu dengan sesuatu
kelengahan, niscaya kebutuhan itu makin jadi. Bila engkau memberantas
kelengahan dengan keinginan-keinginan, akan bertambahlah kelengahan itu.
(33)
Bila engkau tinggal menetap di dalam penglihatanmu kepada
Ku, niscaya engkau akan membenci dirimu sendiri sebagaimana engkau membenci
musuhmu.
(34)
Segala persoalan-persoalan dapat engkau ketahui, lalu
dapat engkau saksikan menurut kadar yang engkau ketahui, kecuali persoalan yang
mengenai ketuhanan, pertama-tama engkau dapat menyaksikan kemudian baru negkau
dapat mengetahui ilmu-ilmu, Nya.
(35)
Bila engkau telah melihat Ku, niscaya segala ilmu dan
makrifat akan menjadi kayu bakar bagi api KU, dan apabila engkau menginginkan,
akan Ku sertakan pula engkau dengannya.
(36)
Sekali-kali engkau tidak dapat mengenal Ku, bila engkau
tidak melemparkan hawa nafsumu, sekalipun hawa nafsu itu didatangkan oleh
tangan Ku.
(37)
Sekli-kali engkau tidak dapat menyaksikan Dau untuk
selama-lamanya dengan arti makna, karena artimaknamu itu tidak dapat memiliki
kecuali dirinya sendiri., dan engkau akan menyaksikan Daku dengan penyaksian Ku
semata.
(38)
Segala apa yang nyata seluruhnya berbatas, batas-batas
itu adalah gambar-gambar lukisan, gambar-gambar lukisan itu beraneka ragam,
aneka ragam itu saling serupa menyerupai dan saling lawan berlawanan, yang
saling lawan berlawanan itu beramah-tamah satu sama lainnya serta bersimpang
siur.
Adapun yang dilahirkan itu bersama-sama ilmu-ilmunya
adalah merupakan hijab Ku, dan tidak Ku beri nama kepada kenyataan-kenyataan
itu untuk memperkenalkan melainkan untuk menjadi hijab Ku.
Bila nama-nama itu dibuang, niscaya akan tertembus oleh
pandangan dan bila pandangan dapat menembus berarti dapat mengenal.
(39)
Maulaya! Tiada Ilmu mu bebas merdeka dengan melaksanakan
perintah Mu, maka ilmu itu tentang Mu dalam kebutaan. Bila engkau beri
petunjuk, itulah karunia Mu; Bila engkau menghijabnya, itulah hijab Mu
(alasan); itu semua adalah kepunyaan Mu, maka ilmu itu tidak dapat menyaksikan
kecuali kejahilan.
Para ulama Nya ... berjalan dengan Nya di dlam Nur Cahaya
Nya.
(40)
Sejauh-jauh kemauan keras itu masih berkaitan dengan
kebutuhan sehari-hari, dan siapa yang merusaknya, maka jadilah rusak. Maka
tiada jalan keluar untuk menidadakan pemikiran tentangnya sama sekali, karena
sesungguhnya ia adalah asal penderitaan yang dialami oleh manusia menurut
susunan manusiawinya.
(41)
Hakekat segala sesuatu itu adalah samar, karena tiadanya
kesanggupan. Manusia itu lenah, tiada daya uneuk mengetahui dirinya, dan ia
selalu luput untuk mencapai manfaat atau mudharrat ... dan ilmu tentang
Tuhannya sangat lemah sekali.
Ilmu-ilmu tak dapat dicapai oleh lawannya sama sekali.
Para kekasih Nya tiada sengsara, dengan pengetahuan
ilmu-ilmunya.
Tuhan Maha Tinggi yang meninggi, tak dapat diperkenalkan
dengan susunan huruf.
Maka.... Maha Agunglah Puja Puji Nya.
(42)
Hai hamba! Teguhkanlah akal budimu di dalam ketenangan
dan ketentraman, lihatlah baik-baik apa yang menjadi penyebab akal budimu
tenang dan tenteram, itulah artinya sampai, maka lihatlah tempat sampainya itu,
itu adalah merupakan mutiaranya, lihatlah para mutiara itu, maka itulah mata
yang mampu melihat. Bila sampainya adalah siwa, niscaya akan keheranan pada
mulanya dan rugi setelah kesudahannya.
Bila dengan zikir sampainya dan penglihatan pada Nur Cahay
Ku tempat bergantungnya, maka akan tetap dalam keteguhan, tiadalah ia akan
berpaling, dan luruslah mata hatinya, maka tidak dikuatirkan lagi akan
tergelincir.
(43)
Siapa yang beramal utuk memperoleh pahala, niscaya ia
akan letih dengan masuknya harapan-harapan, barangsiapa yang beramal karena
takut siksa, niscaya ia akan letih dengan sangka baik; dan barang siapa beramal
demi Wajah Allah, tiada letih baginya.
(44)
Ketika ahli pAhlur Ru’yah) mengatakan, bahwa dirinya
telah kehilangan padangandan tidak lagi melihat siwa maka sesungguhnya
yangmereka maksudkan adalah hilangnya penglihatan terhadap siwa dari apa yang
nyata dari kenyataan-kenyataan itu, umpamakan ilmu itu berbentuk dari sebuah
kitab, dan kitab itu dari seorang guru, dan guru itu dari suatu madrasah,,,
bukan demikian yang diucapkan, tetapi ilmu itu dari Allah, dan mereka sudah
kkehilangan urut-urutan dari sebab musabab. Maka segala apa yang nyata pada
sisi mereka adalah Al Haq Ta’ala semata, sekalipun menyata dari berbagai
jurusan.
(45)
Seluruh ketakutan itu berkaitan dengan
perselisihan, tidak cocok dengan pendengaran telinga, tidak cocok dengan
penglihatan mata, tidak cocok dengan apa yang dijinaki oleh akal budi... Karena tiada jalan keluar
untuk meniadakan ketakutan itu daripada manusia samak sekali karena tiadanya
jalan menuju kepada kesempurnaan.
(46)
Bukti dalil
keyakinan itu ada empat.... penglihatan nikmat, ketakutan hijab,
penerimaan perkenalan dan perpaling daripada siwa.
Pasak bagi hawa nafsu itu ada empat pula.... kekikiran,
keserakahan, kesombongan dan panjang angan-angan.
(47)
Keserakahan itu mengiri segala sesuatu kecuali makrifat,
dan makrifat itu meniadakan segala sesuatu itu kecuali keetakutan.
(48)
Keyakinan dan taqwa itusaling berdampingan, apabila salah satu gaib, niscaya gaib pula
yang lain. Kesabaran dan kerelaan itu adalah berdampingan, bila salah satu
gaib, yang lain gaib pula. Dan Khalwah (tapa menyepi menyendiri) dan ibadah itu
berdampingan, bila salah satu gaib, gaib pulalah yang lain.
(49)
“Ilahi” Telah musnah segala kenyataan-kenyataan, maka
tiada yang dapat bertahan berhadapan dengan keabadian Mu, dan telah terbentang di hamparan bagian-bagian
yang terakhir, maka tiadalah kuasa bertahan di hadapan sifay Qiam Mu (berdiri
Mu sendiri).
(50)
Hai hamba! “Siapa yang telah paham tentang Ku, niscaya Ku
buat perhitungan kepadanya tentang air dan jiwa.
(51)
Hai hamba ! “Bila Aku mengajak berkenalan, Aku hampir
tidak lagi menerima suatu uzur (alasan) apapun.
(52)
Hai hamba!
“Perkenalan dengan apa yang tak dapat dikatakan itu sifatnya adalah
mengharuskan; dan perkenalan dengan apa yang dapat dikatakan itu sifatnya
adalah menuntut.
(53)
Tiada perkenalan melainkan dengan karunia dan anugrah
dari Allah, maka bila ia memperkenalkanmu, niscaya engkau ditegakkan berdiri, apabila
engkau ditegakkan berdiri, niscaya Ia memberikan apa yang dapat engkau
saksikan.
TIADA
KETENANGAN TANPA SERTANYA KEMAAFAN DAN KERAHMATAN
HUBAYA
ATAS TULANG BELULANG YANG REMUK RAPUH DALAM TIMBUNAN TANAH
Sepanjang, 29 – 06 - 2013
Kok kata katanya pada dirubah padahal udh bagus,skrng malah semakin TDK tertata
BalasHapus👍
BalasHapus