YANG MENGENAL DIRINYA – YANG MENGENAL TUHANNYA
AFORISME-AFORISME
SUFISTIK JALALUDDIN RUMI
Penerbit :
PUSTAKA HIDAYAH
Cetakan Pertama,
Rajab 1421/Oktober 2000
Penyadur : Pujo
Prayitno
Empat Puluh Tiga
TEMUKANLAH CERMIN YANG TEPAT UNTUK WAJAHMU
Saif dari Bukhara pergi ke
Mesir
Seetiap orang mencintai cermin, setiap orang mencintai
cermin karena ciri dan kualitasnya yang baik. Tidak sadar atas kenyataan
wajahnya sendiri, seseorang lantas menganggap hijab menjadi wajah orang lain
dan cermin menjadi cermin bagi wajah orang lain. Bukalah wajahmu hingga engkau
dapat menemukan aku adalah cermin bagi wajahmu., dang engkau akan tahu bahwa
aku adalah sebagus-bagusnya cermin.
Untuk menjawab seseorang yang mengatakan dia menganggap
bahwa nabi dan orang suci berjalan pada kepuasan yang salah dan tidak ada
sesuatu yang lain dalam diri mereka selain alasan, baginya dapat dikatakan, “Apakah
engkau berbicara melalui topimu, atau engkau berbicara dari suatu visi? Apabila
engkau memiliki visi dan berbicara darinya, maka sesungguhnya visi telah
diaktualisasikan dalam diri seseorang. Ia menjadi sesuatu yang paling berharga
serta paling agung di dalam seluruh eksistensi. Visi juga merupakan batu
loncatan ketulusan nabi, karena mereka tidak mengakui apa pun kecuali visi
seseorang. Sementara itu, apa yang engkau miliki hanyalah pengetahuan, buka
visi. Demikian juga , visi apat diejawantahkan hanya melalui sasaran visi
tertentu karena untuk melihat’, dalam bentuk kata kerja transitif, membutuhkan
sesuatu hal yang lain untuk dilihat, dan suatu piranti untuk melihat. Hal yang
dilihat adalah hal yang dicari, dan piranti untuk melihat adalah pencari, atau
jalan lain yang berada di sekitarnya. Karena penolakanmu itu, pencari yang
dicari, dan perbuatan melihat, telah disepakati sebagai suatu eksistensi (yang
ada). Dan hubungan Tuhan – manusia adalah contoh dimana pernyataan negasi
menjadi penegasan dari suatu eksistensi.”
Ada seseorang yang mengatakan bahwa beberapa orang
menjadi pengikut seorang dimwit dan merasa segan keapdanya. Untuk hal ini aku
berkata bahwa, “syeh dimwir” itu tidaklah lebih inferior daripada batu atau
berhala, yang para pemujanya merasa segan dan memujinya, menempatkan harapan
kepadanya, merindukannya, meminta kepadanya berbagai hal, dan menangis
untuknya. Batu tidak mengetahui atau merasakan sesuatu hal pun, tetapi Tuhan
telah membuat sesuatu yang menjadikan orang-orang menyembah batu tersebut,
meskipun batu itu sendiri tidak mengetahui apapun.
Diceritakan bahwa ada seorang faqih yang memukul seorang
anak. “Kenapa engkau memukulnya?” seseorang bertanya pada sang faqih. “Apa
kejahatannya?”
“Engkau tidak tahu apa yang dilakukan bajingan ini! Dia
menumpahkan itu semua!”
“Apa yang telah dilakukannya?” Dosa apa yang telah
dilakukannya?”
“Dia melarikan diri ketika telah sampai di puncak.”
Yang didmaksudkan oleh sang faqih, bahwa ketika dia
sedang memukuli anak itu, imaji anak itu pergi dan mrusak saat-saat puncak.
Tidak diragukan lagi bahwa cinta faqih adalah untuk citra tubuh mental si anak,
tetapi anak itu tidak tahu apapun tentangnya.
Orang-orang itu mencintai citra mentalnya sendiri atas
syeh yang tidak berguna. Syeh yang tidak mengetahui apa pun tentang keadaan
pemisahan, penyatuan, dan tentang kenikmatan (ekstase). Jika seperti itu yang
terjadi, maka, meskipun cinta terhadap imajinasi yang salah dan tidak pada
tempatnya, itu bisa mengantarkannya pada keadaan ekstase., kenikmatannya tidak
seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya, yang sadar terhadap keadaan
pencinta. Kenikmatan lelaki yang memeluk tugu batu di dalam kegelapan, berpikir
bahwa itu adalah kekasihnya dan menangis sambil meratap, tidak seperti
kenikmatan orang yang memeluk kekasihnya yang hidupd an sadar.
Empat Puluh Empat
JADILAH MANGSA TUHAN DAN TERSENYUMLAH
Ketika seseorang memutuskan untuk berjalan ke sebuah
tempat, dia memiliki pikiran rasional, misalnya, “Apabila aku pergi ke sana,
kepergianku tetnu akan berguna. Aku akan dapat menyelesaikan banyak hal.
Urusanku akan jadi teratur; teman-temankau akan senang; dan aku akan
mengungguli musuhku.” Ini adaah pernyataan. Meski demikian, maksud Tuhan bisa
jadi sesuatu yang lain seluruhnya. Demikian banyak strategi dibuat manusia dan
demikian banyak usulan dipikirkannya, tetapi tidak satu pun yang bisa
dicapainya dengan memuaskan. Meski demikian, dia akan terus mengandalkan
strateginya dan kebebasannya untuk memilih.
Manusia
berharap, tidak menyadari pengurusan;
Dalam pengurusan
Tuhan, harapan menjadi lenyap.
Ini seperti seseorang yang bermimpi, dia menjadi seorang yang
asing di sebuah kita. Dia tidak kenal seorang pun di sana, dan tidak seorang pun yang
mengenalnya. Maka dia berkenalan dalam kebingungan. Orang tersebut, yang
diliputi penyesalan dan kesedihan, bertanya, “Kenapa aku harus datang ke kota
ini, padahal aku tidak memiliki teman atau kenalan?” dia menamparkan tangannya
dan mencubit bibirnya. Ketika bangun, dia tidak melihat kota ataupun orang-orang,
maka dia sadar segala duka cita dan penyesalannya tidak berguna. Dia menyesal
telah bekerja sendiri dalam keadaan seperti itu dan menganggapnya sia-sia.
Ketika dia kembali tidur dan bermimpi dirinya di kota lain seperti yang
pertama, dia mula lagi merasa menyesal dan berduka karena datang ke tampat
seperti itu. Tidak eprnah terpikir olehnya bahwa ketika dia terjaga dia pernah
menyesali duka cita sebelumnya – sadar itu telah menjadi kesia-siaan, hanya
mempi yang tiada arti. Sekarang terjadi lagi hal seperti itu. Ribuan kali orang
melihat harapan, usulan dan rencana muncul dalam kekosongan. Semuanya tidak
membuat kemajuan apa pun terhasdap keinginannya. Meski demikian, Tuhan
melemparkan kelupaan di atas mereka hingga melupakan segalanya. Mereka
mengiktui gagasn dan pilihannya sendiri. Tuhan berada di antara manusia dan di
atas hatinya (QS. 8 : 24).
Ketika masih menjadi raja. Ibrahim Adham pergi berburu.
Karena mengejar rusa, dia menjadi terpisah dari pasukannya. Meskipun kudanya
basah kuyup oleh keringat, dia terus melarikan kuda tersebut. Setelah melewati
akhir dataran, rusa itu berbalik dan berkata, “Engkau diciptakan bukan untuk
hal semacam ini! Engkau tidak dibawa dari dunia ketidakberasdaan
(non-existence) menuju dunia kebreadaan (existence) hanyak untuk memburuku.
Anggaplah engkau menangkap aku. Kemudian, apa yang akan engkau lakukan?”
mendengar hal itu, Ibrahim menjerit dan loncat dari atas kudanya. Tidak ada
siapa pun di dunia yang buas itu selain seorang penggembala yang kepadanya dia
emminta untuk mengambil tanda-tanda kerajaannya, pakaian bertabur permata,
senjata dan kudanya. “Ambillah ini” dia berkata, “dan berikan kepadaku mantel
tebalmu. ‘Tetapi jangan katakan kepada siapapun, dan jangan berikan kepada siapapun
tanda-tanda yang kuberikan.” Dengan memakai mantel kasanrnya, dia ebrangkat di
atas jalannya sendiri.
Sekarang, lihatlah yang menjadi perhatiannya! Apakah ini?
Apakah yang menjadi perhatian Tuhan? Ibrahim ingin menjadikan rusa sebagai
mangsanya, tetapi Tuhan menjadikan dia sebagai mangsa rusa. Itu terjadi agar
kalian menaydari bahwa apapun yang terjadi di dunia, semuanya ada dalam
kehendak Tuhan. Semuanya terjadi selaras dengan kerajan-Nya dan sesuai dengan
maksud Tuhan.
Suatu saat, sebelum menjadi Muslim, Umar pergi ke rumah
adik perempuannya. Saat tiba di sana, adiknay sedang melantunkan Surah Thaha
dar Al-Qur’an keras-keras. Tetapi ketika adik perempuannya melihat Umar datang,
dia berdiam diri dan menyembunyikan Al-Qur’an. Umar menghunuskan pedangnya dan
berkata, “Katakan kepadaku, apa yang sedang engaku baca dan kenapa engkau
langsung menyembunyikannya ketika aku datang. Atau aku akan langsung memotong
kepalamu dengan pedangku dan tidak memberimu ampun!”
Mengetahui kesungguhan ancaman dan keekjaman Umar,a
diknya yang merasa takut atas kehidupannya, akhirnya mengaku, “Aku sedang
memabca ayat-ayat yang telah diwahyukan Tuhan di wktu terakhir ini kepada
Muhammad.”
“Bacalah algi apa yang tadi engkau baca dan aku akan
mendengarkannya.” Kata Umar. Maka adiknya kembali membaca surat Thaha. Umar
menjadi ribuan kali lebih murka dan mengatakan, ‘Apabila aku membunuhmu
sekarang, itut entu akan menajdi pembunuhan yang tidak pantas. Pertama-tama aku
mesti pergi dan memotong leher Muhammad dan baru kemudian aku akan membunuhmu!”
dan demikianlah, dengan penuh kemarahan, sambil mengayun-ayunkan pedangnya yang
terhunus, Umar memutuskan untuk pergi menuju masjid Rasulullah.
Ketika beberapa petinggi suku Quraisy melihat Umar sedang
bergegas ke arah itu, mereka berkata, “Umar bermaksud menuju Muhammad. Apabila
ada seseorang yang bernai melakukan apa pun, itu tentu Umar.” Umar dikenal
sebagai lelaki kuat perkasa dan jantan, dia akan menaklukkan suatu kaum dan
kembali dengan kejam untuk mengalahkan pasukan manapun yang dia hadapi. (Bahkan
Nabi Muhammad selalu mengatakan tentang dia, “Ya Tuhan, menangkanlah agamaku
melalu Umar atau Abu Jahal,” karena pada saat itu keduanya dikenal dengan
keberanian dan kejantanannya. (Ketika Umar akhirnya menjadi seorang Muslim, dia
meratap dan berkata, “Wahai Rasulullah, apa jadinya jika engkau menyebutkan Abu
Jahl! Pertama dan berkata, “Ya Tuhan, emangkanlah agamku melalui Abu Jahl atau
Umar.” Apa yang akan terjadi kepadaku? Mungkin aku akan tetap berada di atas
jalan yang salah.”)
Meski demikian, sementara dia berjalan menuju masjid
Nabi, dengan pedang terhunus di tangan, Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi
Muhammad. Dia mengabari Nabi Muhammad bahwa Umar akan datang untuk menerima
Islam dan Nabi harus menerimanya. Ketika Umar memasuki masjid dia melihat
dengan jernih sebuah anak panah yang terbang dari Nabi dan menikam hatinya. Dia
dibiarkan menangis dan jatuh tidak sadarkan diri. Kasih sayang dan cinta, lahir
dari jiwanya. Dalam cinta yang agung itu, Umar ingin hilang dan termakan di
dalam diri Rasul.
“Sekarang, wahai Nabi Allah.” Kata Umar, “tawarilah aku
iman dan ucapkanlah kata-kata yang penuh berkah itu agar aku bisa
mendengarkannya!” Ketika Umar telah menjadi Muslim, dia berkata, “Dengan penuh
rasa syukur serta keinginan untuk menebus dosa karena telah datang kepadamu
dengan berhunus pedang, maka aku katakan di sini bahwa aku tak akan memberi
ampun kepada siapa pun yang meremehkanmu. Dengan pedang ini pula, aku akan
langsung memisahkan kepala dari tubuhnya!”
Begitu Umar muncul di luar masjid, ayahnya mendekati dia
dan berkata, “Engkau telah mengubah agamamu!” Dengan gerakan yang cepat Umar
mengayunkan pedang dan memenggal kepala orang itu. Kemudian dia berjalan pergi,
dengan pedang yang berlumuran darah tergenggam di tangannya. Ketika orang-orang
suku Quraisy melihat pedang, mereka berkata, “Engkau berjanji untuk kembali
membawa kepala, mana kepala yang kau janjikan itu?”
“Ini kepala yang kujanjikan,” Jawab Umar.
“Engkau membawa kepala ini dari tempat itu?” satu di
antara mereka bertanya.
“Tidak,” jawab Umar, “kepala ini bukan dari tempat itu.
Tetapi dari yang lain.”
Sekarang, apabila
engkau mempertimbangkan apa kehendak Umar dan bagaimana kehendak Tuhan, akan
disadari bahwa segala hal ternyata berjalan atas kehendak Tuhan.
Umar bergegas
menuju Rasul, dengan pedang terhunus.
Dia jatuh jadi
mangsa Tuhan dan tersenyum dengan penuh keberentungan.
Apabila engaku pun ditanya apa yang telah engkau bawa,
maka katakanlah, “Aku telah membawa kepala.” Apabila mereka berkata, “Kami
sudah pernah melihat kepala ini sebelumnya,” katakan pada mereka bahwa apa yang
engkau bawa bukan kepala yang mereka maksudkan. Kepala (sar) adalah yang di dalamnya terdapat
rahasia (Sirr); Kalua tidak ada rahasia di dalamnya, seribu kepala tidak akan
berharga satu sen pun!
Engkau pernah membaca ayat yang mengatakan : Dan ketika
kami menentukan rumah suci Makkah jadi tempat berkunjung umat manusia, dan
tempat yang aman; dan katakan, “Jadikanlah maqam Ibrahim untuk tempat Shalat.”
(QS. 2 : 125), Ibrahim berkata, “Ya Tuhan, karena Engkau telah memuliakan aku
dengan kenikmatan yang Engkau berikan dan telah memilih aku, sediakan juga
untuk keturunanku kebaikan ini!”
Tuhan menjawab, “Ketentuan Kami tidak dipahami oleh orang
yang tidak bertuha.” (QS. 124), yakni mereka yang tidak adil, tidak layak
dengan kebaikan-Ku.
Maka, Ibrahim, sadar bahwa kebaikan Tuhan tidak untuk orang yang tidak adil dan
pemberontak. Kemudian dia membuat syarat dan berkata, “Ya Tuhan, berilah
mereka yang memiliki iman dan adil satu bagian di dalam berkah-Mu dan jangan
Engkau tahan mereka dari berkah-Mu!”
“Roti biasa
tersedia sangat banyak,” kata Tuhan. “Semua memiliki bagian di dalamnya.
Seluruh makhluk boleh mendapatkan manfaat atas “rumah tamu” ini, tetapi pakaian
khusus kenikmatan, penerimaan, dan kebaikan-Ku adalah takdir bagi orang-orang yang
diangkat dan terpilih.”
Kaum tekstualis akan bekata bahwa yang dimaksud dengan
hal itu adalah Ka’bah, karena
siapa pun yang menyelamatkan diri ke sana, dia akan dilindungi dari malapetaka
dan memasuki “permainan terlarang” yang tidak membahayakan. Mereka menjadi
orang-orang pilihan Tuhan. Pendapat seperti itu memang benar dan baik, tetapi
itu baru menyentuh bagian luar dari Al-Qur’an. Para mistik mengatakan bahwa yang
dimaksud “rumah” itu adalah suatu bagian dalam diri manusia. Mereka
berdoa, “Ya Tuhan kami, kosongkanlah bagian ‘dalam’ diriku dari godaan dan
keasyikan badaniah. Murnikanlah pikiran yang kotor, jelek dan melankolis,
hingga tiada ketakutan lagi di sana. Hingga rasa aman itu mengejawantah, dan
betul-betul jadi tempat wahyu-Mu. Biarkanlah di sana tidak ada jalan masuk untuk godaan setan dan iblis,
sebagaimana Tuhan telah menempatkan meteor di dalam surga untuk menghalangi
iblis dari mendengar rahasia malaikat dan menjaga mereka dari malapetaka. Ya
Tuhan, tempatkan pengawal kebaikan-Mu di atas batin kami untuk menjaga kami
dari godaan setan dan tipuan jiwa badaniah!” itulah yang dikatakan kaum
esoterik dan mistik.
Setiap orang memiliki caranya sendiri dalam melakukan
sesuatu hal. Al-Qur’an adalah brokat dengan dua sisi. Meskipun sejumlah orang
memperoleh manfaat dari satu sisi itu dan sejumlah lagi dari sisi lain, mereka
keduanya benar karena Tuhan menginginkan kedua kelompok itu memperoleh manfaat.
Seperti perempuan yang memiliki suami dan juga merawat anak kecil; masing-masing
memperoleh kenikmatan berbeda dari dirinya. Anak kecil dari sisi di dalam
payudaranya dan suami memperoleh kenikmatan
karena menjadi pasangannya. Orang yang mengambil kenikmatan luar dari AL-Qur’an
dan “meminum susunya” adalah anak kecil dari jalan,” tetapi mereka yang
memperoleh kesempurnaan, memiliki kenikmatan berbeda dan memahami makna
Al-Quran dengan cara yang berbeda.
Tempat dan maqam
Ibrahim yang terletak di dekat Ka’bah adalah titik tempat kaum tekstualis
berkata bahwa seseorang mesti melakukan shalat dua rakaat. Ini tentu benar dan
baik. Meski demikian, bagi kaum mistik maqam Ibrahim adalah tempat di mana
orang mesti menjadi seperti Ibrahim dan melontarkan dirinya ke dalam api atas
nama Tuhan, setelah itu dia mengasingkan dirinya melalui usaha keras dan upaya
dalam maqamnya, atau mendekatinya. Kemudian dia akan mengorbankan dirinya atas
Nama Tuhan, yakni dia tidak lagi memiliki perhtian atau ketakutan untuk jiwa
badaniahnya. Dan rakaat shalat di maqam Ibrahim memang bagus, tetapi dia harus
mengerjakan shalatnya dengan cara tertentu sehingga bagian berdirinya berada di
dunia ini dan bagian sujud, di dunia lain.
Makna Ka’bah adalah
hati Nabi dan orang Suci, tempat Wahyu Tuhan, dan Ka’bah hanyalah cabang.
Apabila tidak ada hati, apa maksud yang disediakan Ka’bah? Orang suci dan nabi,
telah benar-benar membuang hasrat mereka, mengikuti hasrat Tuhan dan melakukan
apapun yang Dia perintahkan. Mereka merasa tersiksa dan melihat dengan
pandangan yang iba kepada orang-orang yang tidak berada di dalam kebaikan dan
rahmat-Nya, bahkan bila mereka adalah ayah ataupun ibunya.
Kami telah
memberikan ke dalam genggamanmu
Kendali atas
hati kami:
Yang engkau
sebut telah masak aku namakan telah terbakar.
Apa yang aku katakan di sini hanyalah analogi (kiasan),
bukan suatu paralelisme yang serupa. Kiasan adalah satu hal, sedangkan kesamaan
9paralel) adalah hal lain. Dengan kiasan Tuhan menyerupakan cahaya-Nya dengan
lampu, dan dengan kiasan juga Di
menyerupakan keberadaan orang suci dengan kac alampu. Apabila cahaya-Nya
tidak sesuai dengan ruangan, bagaimana mugnkin hal itu akan sesuai dengan lampu
atau kaca? Bagaimana mungkin sinar dari cahaya Tuhan akan cocok ke dalam hati?
Mereka ketika mencari, engkau akan menemukannya di sana, bukan dari sudut
pandang penahanan seperti itu.d apat dikatakan bahwa cahaya berada di dalam
tempat itu.
Benda yang
tampaknya tidak terpahami, kemudian menjadi bisa terpahami ketika diletakkan
dalam bentuk analogi. Itu seperti, katakanlah, ketika engkau menutup mata dan
melihat “secara inderawi” berbagai hal, bentuk, dan susunan yang menakjubkan.
Tetapi ketika membuka mata kembali, engkau tidak melihat apapun. Tidak seorang pun akan mempertimbangkan ini
“terpahami”. Tidak seorang pun akan mempercayai hal itu kecuali engkau
meletakkannya dalam bentuk analogi. Dan dengan cara itulah, ia itu akan dapat
dipahami. Seperti apa rupanya? Itu seperti orang yang melihat dalam mimpi
ratusan ribu benda, tidak satu pun dari benda-benda itu yang akan terlihat
ketika dia bangun.
Seperti seoarng arsitek yang membayangkan sebuah rumah –
panjangnya, lebarnya, dan bentuknya – di dalam pikirannya sendiri. Bayangannya
tidak akan dapat dipahami oleh siapa pun kecuali arsitek menggambarkannya pada
secarik kertas. Pada saat itulah gambar rumah akan terlihat. Ketika
mengungkapkan bagaimana hal itu akan terjadi, barulah ia dapat dipahami.
Setelah itu, setelah dapat dipahami, rumah dapat dibangun dan dengan cara itu,
jadi dapat terlihat. Maka,
dapat dipahami bahwa semua yang tidak dapat dipahami jadi dapat dipahami dan
dapat dilihat melalui analogi.
Sekali lagi dikatakan bahwa di dunia lain, dunia sana,
buku-buku akan terbang, sebagian ke tangan kanan, sebagian lagi ke tangan kiri.
Di sana juga akan ada malaikat. Singgasna Tuhan, api neraka dan surga. Mizan,
perhitungan dan pembalasan. Tidak satu pun dari hal itu dapat dipahami kecuali
dikatakan dengan kiasan (analogi). Meskipun tidak terdapat kesamaan untuk
hal-hal it di dunia, mereka dapat diungkapkan dengan kiasan. Dengan kiasan,
dapat dikatakan bahwa di dunia ini segala ciptaan – tukang sepatu dan raja,
hakim dan penjahit sama saja – pergi tidur pada malam hari. Ketika tertidur,
pikiran mereka melayan-layan, dan tidak seorang pun ditinggalkan dengan pikiran
apa pun sampai fajar – seperti tiupan Israfil pada terompet yang akan
menyadarkan debu seluruh tubuh – setiap pikiran manusia kembali bagaikan “buku
terbang” kepada pemiliknya tanpa salah; pikiran penjahit kepada penjahit, hakim
kepada hakim, pandai besi kepada pandai besi, tiran kepada tiran, dan orang
adil kepada orang adil. Tidak seorang pun tidur
pada malam hari sebagai penjahit dan bangun esok harinya jadi pembuat
sepatu. Apapun kesibukan seseorang, apda keasyikan itulah, ia akan kembali. Maka engkau
dapat lihat betapa kenyataan seperti itu
ada di dunia lain di sini. Seseorang harus mengalami pewahyuan agar bisa
menyadari bahwa segala sesuatu memang berada di dalam kuasa Tuhan. Banyak
tulang yang engkau liaht membusuk di dalam kuburan, menikmati istirahat dengan
tenang dan tidur memabukkan. Bukan suatu yang tanpa makna bereka berkata.
“Semoga bumi berbaring tenang dengannya.” Apabia bumi tidak menyadari adanya kesenangan, bagaimana
mungkin mereka mengatakan hal seperti itu?
Ratusan tahun
mungkin berhala itu bagaikan bulan bertahan
Hatiku adalah
busur untuk anak panah duka citanya
Di dala debu
ambang pintunya hatiku mati dengan manis
Ya Tuhan,
siapakah yang berdoa hingga debunya menjadi manis!”
Situasi analogi terjadi di dalam dunia inderawi. Katakan
misalnya terdapat dua orang yang tidur di atas ranjang. Salah satu di antara
mereka bermimpi dia berada di taman surga di kelilingi gadis cantik, sdangkan yang
lainnya melihat dirinya di antara naga, kalajengking dan kelompok-kelompok
jahat neraka. Jika engkau mencoba melihat, tidak satu pun di keduanya yang bisa
kau lihat. Kenapa hal itu mesti mengherankan, ada sejumlah orang yang menikmati
ketenangan, terbaring di dalam kuburan, sedangkan yang lain berada di alam
siksaan, derita dan pemeriksaan? Engkau tidak dapat melihat satu atau yang
lainnya. Maka dapat dipahami, apa-apa yang tidak dapat terpahami menjadi
terpahami melalui kisan dan kiasan itu dapat sama dengan persamaan yang
paralel.
Seorang mistik bisa jadi menyebut keadaan ramah yang
menyenangkan dengan “musim semi”, dan menyebut keadaa yang menyesakkan dan
menyedihkan dengan “musim gugur”, tetapi di dalam bentuk apa kenikmatan yang
mirip dengan musim semi dan duka seperti apa yang sama dengan musim gugur? Itu
hanyalah kiasan, dan tanpa kiasan, pikiran tidak mampu untuk membayangkan atau
memahami suatu wacara.
Tuhan berkata, “Yang buta dan yang melihat tentu tidak
sejajar; tidak pula kegelapan dan cahaya; tidak pula bayang-bayang dan angin
membakar.” (QS.35:19-21). Dengan ayat ini Dia menyerupakan iman dengan cahaya
dan kekafiran dengan kegelapan, iman dengan bayang-bayang lembut dan kekafiran
dengan sinar matahari tanpa ampun yang memanggang otak. Tetapi bagaimana
mungkin kecerahan rahmat iman mirip dengan cahaya dari dunia lain, atau
keburukan kegelapan kekafiran serupa dengan kesuraman dunia ini?
Apabila ada seseorang ayng tertidur sebentar sementara
kita berbincang, tidurnya bukan karena rasa ketidakpedulian tetapi lebih karena
rasa keamanan. Persisi seperti kafilah berjalan di tengah malam gelap melewati
jalan yang sukar, menakutkan dan dipenuhi
ketakutan terhadap adanya serangan perampok. Begitu orang di kafilah
mendengar anjing melolong atau ayam jago berkokok, mereka tahu bahwa
mereka telah mencapai situasi yang aman
dan tenteram, tempat pikiran mreka menjadi lebih tenang, tempat mereka dapat
melemaskan otot, dan tidur dengan aman. Pada jalan terbuka, tempat di mana tidak
ada suara atau keributan halaman pekarangan, mereka takut untuk tidur. Di dalam
ketenteraman, tempat di mana keamanan terjamin, mereka dapat tidur dengan damai dan aman meskipun di tengah
lolongan anjing dan kokokan ayam jago.
Kata-kata kami juga muncul dari warisan situasi yang
aman. Kata-kata kami adalah laporan para nabi dan orang suci. Ketika ruh jadi
akrab dengan kata-kata ini, mereka akan merasa aman. Mereka terlepas dari
ketakutan karena dari kata-kata yang menghembuskan aroma harapan yang baik.
Katakanlah, misalnya ada seseorang di dalam kafilah pada
malam gelap. Dia merasa sangat takut hingaa terus menerus membayangkan akan
menyerang kafilah. Dia ingin mendengar dan mengenal suara sahabat
seperjalanannya. Ketika mendengar suara mereka, dia merasa aman.
“Katakan, “Bacalah wahai Muhammad,’ karena hakikatmu
lembut dan tidak dapat dicapai pandangan. Tetapi ketika engkau berbicara,
manusia memahami bahwa engkau akrab dengan ruh, dan dengan demikian mereka akan
merasa aman dan tenang.”
Tubuh demikian merana
Nyaris tidak
pernah menunjukkan bahwa aku seorang laki-laki :
Apabila tidak
karena kenyataan bahwa aku menunjukkanmu
Engkau tidak
akan melihat aku.
Di lapangan yang luas dan hamparan perkebunan ada seekor
binatang sangat kecil yang tak bsia terlihat. Ia hanya bisa “terlihat” melalui
suaranya, ketika ia bersuara. Itu untuk mengatakan bahwa manusia terasing di
lapangan dunia ini. Dan inti manusia terlalu halus untuk dapat dilihat. Maka
bicaralah, sehingga mereka bisa mengenalmu.
Ketika engkau berhasrat pergi ke suatu tempat, hatimu
berangkat lebih dahulu, melihat tempat tujuanmu, dan seperti apa nampaknya;
kemudian ia kembali untuk membawa tubuh ke sana. Semua manusia – dalam
hubungannya dengan nabi-nabi dan orang-orang suci – adalah tubuh; sedangkan mereka
adalah “hati” dunia ini. Pertama, mereka keluar dari kemanusiaannya, daging dan
tubuhnya, berjalan menuju dunia lain. Kemudian mereka memperhatikan dunia
sini,d an dunia sana, serta mengamati beberapa jalan masuk ke dunia sana.
Kemudian mereka kembali ke dunia sini, dan mengajak manusia seraya berkata,
“Datanglah ke dunia yang sesungguhnya, dunia murni. Dunia sini adalah fana,
sampai persinggahan. Kami telah menemukan titik kepastian dan datang untuk
mengabarimu.
Dengan begitu, dapat dipahami bahwa hati selalu tertarik
kepada sang kekasih dalam setiap keadaan. Tak perlu melintasi berbagai
kelompok, menakuti jalan pintas manusia,
atau menderita dalam hidup. Sungguh kasihan seonggok tubuh yang terikat dengan
benda-benda.
Untuk siapa
pelayanmu dalam penderitaan?”
“Engkau salah
menilau,” sang hati menimpali.
“Aku tetap dalam
pelayanan.
Engkaulah yang
telah berjalan dalam kehampaan.
Di mana pun engkau berada, dan di dalam keadaan apapun,
berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk emnjadi seorang pecinta. Ketika cinta
datang dan menjadi milikmu, engkau akan selalu menjadi pencinta – di dalam
kuburan, saat kebangkitan, di surga, selamanya menjadi pencinta. Ketika engkau
menanam gandum, yakinlah bahwa gandum akan tumbuh. Dan bahwa gandum akan teap
sama, baik di dalam lumbung ataupun di dalam oven.
Majnun ingin menulis surat kepada Layla. Dia mengambil
pena dan menulis bait ini :
Bayanganmu berada dalam mataku, namamu dalam mulutku
Ingatan kepadamu ada dalam hatiku
Di mana lagi aku harus menulis?
Yakni, bayanganmu tinggal di dalam mataku; namamu tidak
pernah lepas dari mulutku; ingatanmu memiliki tempatnya di kedalaman jiwaku.
Karena engkau bebas berkelana di tempat-tempat
ini, kemana lagi aku haru mengalamatkan surat? Manjnun mematahkan
penanya dan menyobek-nyobek kertas.
Banyak orang yang
hatinya dipenuhi kata-kata seperit ini tidak mampu untuk mengungkapkannya
secara lisan. Cinta tidak bisa hilang karena ketidakmampuan pengungkapan,
karena cinta adalah bagian utama dalam hati. Seorang anak kecil menerima susu,
dan susu menjadi makanannya. Meski demikian, dia tidak dapat menjelaskan apa
susu itu sebenarnya. Meskipun jiwanya menghasratkan susu, mustahil dia mampu
mengungkapkan dengan lisan kepuasan yang diperoleh dari meminum susu atau
bagaimana dia menderita apabila dihalangi dari susu. Orang dewasa dapat
menjelaskan dan menerangkan tentang susu dalam ribuan cara berbeda, tetapi hal
itu tidak mambawa kepuasan atau kenikmatan untuknya.
Empat puluh lima
BAHKAN ANJING PUN MEMOHON SAMBIL MENGIBASKAN
EKORNYA
“Siapa nama lelaki muda itu?”
“Saifuddin (Pedang Agama).”
Pedang itu berada di dalam sarungnya. Tidak dapat
dilihat. “Pedang Agama” adalah yang melaksanakan perang atas nama agama dan yang
berjuang semata-mata hanya untuk Tuhan. Dia memahami jalan yang benar dari yang
salah dan mengetahui yang murni dari yang palsu. Meski demikian, seseorang
mesti melakukan perang pertama-tama dengan diri sendiri dan membuat diri taat.
“Mulailah dengan dirimu sendiri.” Seluruh sasaran yang baik mesti dibuat dari
diri.
Meskipun demikian, engkau adalah manusia. Engkau memiliki
tangan dan kaki, telinga, indera, mata, dan mulut. Nabi dan orang suci,
memiliki keberuntungan baik dan bisa mencapai tujuan, begitu juga manusia.
Manusia yang sama-sama memiliki telinga, nalar, lidah, tangan dan kaki seperti
aku. Bagaimana bisa terjadi bahwa pintu itu terbuka hanya untuk mereka dan
tidak untukku? Engkau mesti memukul telingamu dan melakukan perang siang dan
malam dengan diri dan menanyai dirimu sendiri : “Apa yang sudah engkau lakukan?
Perbuatan apa yang telah engkau perbuat hingga engkau tidak dapat diterima?”
lakukan sesuatu agar engkau menjadi “pedang Tuhan” atau “lidah kebenaran”.
Sebagai contoh, ada sepuluh orang yang ingin masuk ke
dalam sebuah rumah. Sembilan dari mereka diizinkan, sedangkan satu orang
sisanya ditolak masuk dan ditinggalkan di luar. Tentu orang yang satu ini akan
merasa kesal, dia akan meratap dan berkata, “Apa yang sudah aku lakukan hingga
tidak diizinkan masuk? Kesalahan apa yang telah aku perbuat?” dia tentu menaruh
kesalahan pada dirinya dan menyadari kekurangannya. Dia tidak akan mengatakan,
“Tuhan telah melakukan hal ini kepaku. Apa yang dapat aku lakukan untuk ini?
Ini adalah kehendak-Nya. Apabila Dia berkehendak, Dia tentu membiarkan aku
masuk.” Dengan mengutuk Tuhan dan menggunakan pedang melawan Dia, pedang itu
akan jadi “pedang melawan Tuhan”, bukan “pedang dari Tuhan.”
Tuhan melampaui kategori persamaan-persamaan dan
hubungan-hubungan. Dia tidak memperanakkan, tidak pula diperanakkan (QS.
112:3). Tidak seorang pun akan memperoleh izin untuk menemui-Nya kecuali
melalui penghambaan. Tuhan tidak menginginkan apa pun, tetapi engkau
membutuhkan-Nya (QS. 47:38). Memang tidak mungkin untuk mengatakan bahwa
seseorang yang mendaat jaminan untuk masuk menuju Tuhan, lebih dekat
hubungannya dengan Tuhan atau berkenalan lebih baij dibanding dirimu. Jalan
masuknya lebih mudah hanya karena penghambaan yang dia lakukan.
Tuhan adalah pemberi mutlak. Dia memenuhi permukaan laut
dengan mutiara; Dia memakaikan duri pada kulit mawar; Dia membekali hidup dan
ruh kepada sekepal debu tanpa alasan yang tersembunyi dan tanpa preseden.
Seluruh bagian dari dunia ini mengandung-Nya.
Ketika seseorang mendengar di kota tertentu terdapat
orang dermawan yang memperkejakan orang-orang dengan bermurah hati, dia tentu
akan pergi ke sana dengan harapan memperoleh bagian atas kemurahhatiannya.
Karena kemurahhatian Tuhan sangatlah terkenal, karena seluruh dunia sadar pada
rahmat dna kebaikan-Nya, kenapa tidak engkau meminta dari-Nya pakaian dan
dompet kehormatan? Daripada engkau hanya duduk seperti orang dungu dan berpikir
bahwa apabila Dia menginginkan, tentu Dia akan memberimu sesuatu.
Engkau tidak membuat permohonan, sedangkan seekor anjing yang
tidak memiliki kecerdasan rasionl ataupun pemahaman, akan datang kepadamu
ketika lapar dan mengibaskan ekornya seolah berkata, “eri aku sesuatu untuk
dimakan. Aku tidak memiliki sesuatu pun untuk dimakan, tetapi engkau
memilikinya.” Kearifan seperti itulah yang dimilikinya. Engkau tidak lebih
kurang dari anjing yang tidak puas duduk di dalam timbunan debu dan berkata,
“Apabila Dia ingi, Dia akan memberiku sesuatu utnuk kumakan.” Tidak, anjing
akan memohon dan mengibaskan ekornya. Engkau pun harus “mengibaskan ekormu” dan
memohon kepada Tuhan, karena di depan seorang penderma, pasti ada yang
dibutuhkannya. Apabila engkau tidak diberkahi dengan nasib baik, carilah
keberuntunganmu darinya yang memiliki kemakmuran. Tuhan luar biasa dekat kepadamu.
Apapun gagasan atau konseptualisasai tentang Dia yang engkau miliki, Dia akan
seperti itu, karena memang Dia yang membawa konsep itu atau gagasan ke dalam
dirimu dan menahannya untuk engaku lihat. Meski demikian, Dia juga dekat
keapdamu, agar kau bisa melihat-Nya. Kenapa hal ini mesti tampak aneh? Pada
setiap tindakanmu, pikiranmu tidak hanya selalu mengiringimu, tetapi juga
memnjadi pemicu setiap tindakanmu, maka engkau tidak dapat melihat pikiranmu.
Meskipun engkau mampu melihatnya melalu dampaknya, engkau tidak akan pernah
dapat melihat hakikatnya.
Sebagai contoh, ketika seorang lelaki pergi di dalam
kamar mandi, kehangatan api selalu bersamanya; meskipun ia dihangati oleh efek
dari uap api, dia tidak dapat melihatnya. Ketika keluar dan benar-benar melihat
api, dia sadar bahwa dirinya dihangatkan oleh api, bahwa uap ruang mandi
berasala dari api. Diri manusia adalah “ruang mandi” yang mengagumkan. Di dalam
dirinya ada “uap” pikiran, ruh, dan jiwa. Hanya ketika engkau keluar dari ruang
mandi ini dan pergi ke dunia lain engaku akan benar-benar melihat hakikat
pikiran. Engkau akan menyaksikan hakiakt jiwa
dan hakikat ruh. Engkau akan sadar bahwa kepintaranmu disebabkan “uap”
pikiran, bahwa godaan dan tipu daya disebabkan jiwa rendah, dan bahwa tenaga
hidup disebabkan ruh. Engkau akan meliaht panjang lebar hakikat masing-masing.
Meskipund emikian, sejauh tetap berada di dalam “ruang mandi”, engkau tidak
dapat melihat “api” secara inderawi,
hanya melalui dampak api. Itu akan seperti mengambil seseorang yang belum
pernah melihat air dan melemparkan dia dengan mata tertutup ke dalam air. Dia
merasa sesuatu yang basah dan lembut melawan tubuhnya, teapi tidak tahu apakah
itu. Ketika tutup amtanya dibuka, dia sadar bahwa itu adalah air. Sebelumnya
dia tahu itu melalui dampaknya, tetapi sekarang melihat hakikatnya. Maka
memohon Tuhan dan buatlah permintaanmu pada-Nya. Tuhan berkata, “Panggilah Aku,
dan Aku akan mendengarkan permintaanmu! (QS.40:60).
***********
Kemi tengah berada di Samarkand, dan Khawarazm, Shah
telah terkepung di kota, mereka sedang melakukan peperangan dengan segenap
kekuatannya. Di daerah tempat kita berdiam, ada seorang perempuan yang luar
biasa cantik. Kecantikannya tidak ada bandingannya di kota itu. Aku mendenagr
dia berkata, “Ta Tuhan, bagaimana mungkin Engkau tidak akan pernah membiarkan
aku jatuh ke tangan tirani? Aku tahu Engkau tidak akan pernah membiarkan hal
seperti itu terjadi. Aku menyerahkan diriku dalam perlindungan-Mu.” Ketika kota
telah dijarah dan orang-orang tertawan, bahkan pelayan-pelayan perempuan itu
dijadikan tawanan, perempuan itu sendiri tidak tersentuh bahanya sedikit pun.
Meskipun ia memiliki kecantikan yang luar biasa, tidak seorang pun melihat
padanya.
Lantas engkau sadar bahwa siapa pun yang mempercayakan
dirinya kepada Tuhan akan aman dari semua kejahatan. Pada pengandilan Tuhan
tidak ada permintaan satu orang pun yang menjadi sia-sia.
Seorang darwisy mengajari anaknya untuk meminta kepada
Tuahn apa pun yang diinginkannya. Kapanpun anak itu menangis dan meminta Tuhan
untuk meminta sesuatu, orang tuanya akan memberikan apa yang dimintanya. Hal
itu terjadi selama beberapa tahun. Suatu hari anak kecil itu sedang berada
sendiri di dalam rumah dan dia menginginkan bubur. Sebagaimana biasanya, dia
berkata, “Aku ingin bubur”. Tiba-tiba satu mangkok bubur muncul dari kerajaan
tak terlihat, dan anak itu memakan jatahnya. Ketika ayah dan ibunya kembali dan
bertanya apakah dia menginginkan sesuatu untuk dimakan, dia berkata, “Aku telah
meminta bubur dan aku telah memakannya.”
“Terpujilah Tuhan!” kata ayahnya, “Engkau telah mencapai
jenajng ini, iman dan kepercayaanmu pada Tuhan telah tumbuh demikian kuat!”
********************
Ketika Maryam lahir, ibunya bersumpah kepada Tuhan bahwa dia
akan memberikan Maryam semata-mata hanya untuk melayani rumah ibadah. Maka dia
melaporkan perwalian anak itu dan menempatkannya di mihrab masjid. Karena
zakaria dan orang banyak lainnya ingin menjadi pengawalnya,s ebuah pertengkaran
terjadi. Untuk menyelsaikan pertengkaran, apda saat itu merupakan adat setiap
orang melemparkan tongkat ke dalam air. Orang yang tongkatnya tetap di
permukaan air akan menjadi pemenangnya. Demikianlah kejadiannya, Zakaria
melemparkan tongkatnya, dan dia memenangkan undian tersebut. Orang-orang
akhirnya berkata bahwa hak Zakaria untuk menjadi pengawal Maryam. Setiap hari
ketika dia membawa makanan untuk Maryam di sebuah sudut rumah ibadah, dia
menemukan makanan yang sama dengan yang dia bawa telah tersedia di sana.
“Maryam,” kata Zakaria, “meski bagaimanapun, aku adalah
penjagamu. Darimana engkau memperoleh makanan ini?”
Dia menjawab: “Ketika aku membutuhkan makanan, Tuhan
mengirimi aku apa-apa yang aku inginkan. Kedermawanan dan kasih sayang-Nya
tanpa batas. Sisapapun berssandar pada-Nya tidak akan tersesat.”
“Ya Tuhan.” Kata Zakaria. “karena Engkau akan mengabulkan
seluruh permintaan, aku pu memiliki ahsrat. Beri aku anak yang akan menjadi
teman untuk-Mu. Biarkan dia akrab dengan-Mu tanpa aku harus memaksanya, dan
membiarkan dia memusatkan dirinya dengan ketaatan kepada-Mu.” Dan Tuhan membawa
Yohanes ke dalam kehidupan Zakaria. Yohanes datang setelah ayahnya menjadi
semakin lemah termakan usia dan begitu juga ibunya, yang tiada mampu memberikan
kelahiran pada usia muda, tiba-tiba mengalami menstruasi dan mengandung.
Engkau akan menaydari bahwa semua itu adalah dalih
(pretext) di hadapan kekuasaan Tuhan, bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan
dan Dia adalah pembuat keputusan yang mutlak. Orang beriman mengetahui siapa di
belakang dinding ini yang memberi tahu kita setiap keadaan dan siapa yang
melihat kita, bahkan sekalipun kita tidak melihat Dia. Hal seperti ini telah
menjadi kepastian bagi orang yang beriman, sebaliknya pada orang yang tidak
beriman akan berkata, “Tidak, semua ini hanyalah dongeng!” Harinya akan datang
ketika telinganya dipukul; dia akan menyesal dan berkata, “Ah, aku salah telah
mengatakan itu. Aku salah. Segala sesuatu adalah Dia, tetapi aku mengingkari.”
Sebagai contoh, engkau tahu bahwa aku berada di belakang
dinding ketika engkau bermain rebeck (semacam mandolin). Pastilah apabila
engkau pemain rebeck, engkau akan tetap bermain tanpa berhenti. Orang yang
shalat tidak berarti dia mesti berdiri, rukuk, sujud sepanjang hari. Sasarannya
adalah keadaan yang mengejawantah selama shalat mesti menahan engkau
terus-menerus, baik tertidur atau terjaga, baik ketika membaca atau menulis. Di
dalam keadaan apa pun engkau tidak boleh kosong dari mengingat Tuhan. Engkau
mesti menjadi orang dari mereka yang dengan hati-hati awas terhadap shalat
mereka (QS. 70:23).
Maka, seluruh pembicaraan, diam, makan, tidur, kutukan,
dan kesabaran, seluruh sifat ini adalah putaran batu giling. Putaran tersebut
terjadi tentu diakibatkan oleh air karena apabila mencoba sendiri tanpa air,
dia tidak akan ebrputar. Maka apabila batu giling berpikir putarannya karena dirinya sendiri,
itu benar-benar bodoh dan tidak tahu apa-apa. Berteriaklah kepada Tuhan, “Ya
Tuhan, selain dari perjalanan dan perputaran aku ini, beri aku yang lainnya,
putaran spiritual, karena seluruh kebutuhan dapat Engkau penuhi. Dan karena
kedermawanan serta kasih sayang-Mu meliputi segala hal yang ada.” Mintlaah Dia
setiap saat karena mengingat Dia adalah kekuatan.” Itu adalah sayap bagi burung
ruh. Apabila tujuan itu terpenuhi seluruhnya, itu akan jadi cahaya di atas
cahaya (QS. 24:35).
Apabila enkau mengingat Tuhan, sedikit dmei sedikit
batinmu akan tersinari dan engkau akan memperoleh kebebasan dari dunia. Apabila
burung mencoba terbang ke surga, barangkali dia tidak akan pernah mencapainya.
Tetapi ia masih terbang semakin menjauhi bumi setiap saat dan terbang lebih
tinggi dariapda burung yang lainnya.
Apabila engkau
memilki kesturi di dalam kotak dengan leher pendek, engkau letakkan jemarimu ke
dalamnya. Engkau tidak dapat mendapatkan kesturi keluar, tetapi meski demikian
jemarimu menjadi wangi dan indera penciumanmu terpuaskan. Mengingat Tuhan,
adalah seperti hal itu. Meskipun engkau tidak mampu mencapai
hakiaktnya, mengingat Dia akan berdampak banyak, dan semoga manfaat yang agung
berliapt ganda.
Empat Puluh Enam
MANIS ADALAH KEKASIH, BETAPA MANISNYA KEKASIH
Syeh Ibrahim merupakans eorang Darwisy yang amat
berkuasa. Ketika melihatnya, kita seperti diingatkan pada teman-teman kita.
Maulana Syamsuddin selalu mengingatnya sebagai seorang yang amat menyenangkan.
Dia biasa memanggilnya dengan sebutan\, “Syeh ‘Brahim Kami.” Panggilan itu
mengeratkan hubungan dengannya.
Kebaikan Ilahi adalah satu hal, usaha keras diri sendiri
adalah hal lain. Para nabi tidak meraih jenjang kenabian melalui usaha pribadi.
Mereka memperroleh pemberian melalui kebaikan Ilahi, tetapi siapapun yang telah
mencapai jenjang itu, tentu mereka telah menjalani kehidupan dengan perjuangan
yang keras dan kejujuran. Ini pun berlaku untuk orang biasa, hingga mereka
dapat menyandarkan pada para Nabi dan apa yang mereka aktakan. Orang biasa
tidak dapat melihat bagian dalam, mereka hanya mampu melihat bagian luar.
Dengan mengikuti bagian luar, mereka akan menemukan jalan menuju bagian dalam.
Fir’aun juga membuat usaha keras mengagumkan agar jadi orang baik dan
membagikan hal yang baik, tetapi karena tidak memilki kebaikan Ilahi, ketaatan,
usaha diri,d an kebaikan, berkurang kemegahannya, dan akhirnya tertutupi awan
di atasnya.
Seorang komandan selalu memberikan manfaat dan berbuat
baik kepada orang-orang di benteng, padahal dia merencanakan untuk memberontak
kepada sang raja. Tetapi kebaikan seperti itu, tentu tidak memiliki arti atau
pun kemegahan.
Bahkan apabila seseorang tidak mengingkari adanya
Kebaikan Ilahi kepada Fir’aun – karena barangkali Tuhan menahannya dalam
kebaikan tersembunyi – dari sisi luar. Dia tentu akan menolaknya demis ejumlah
maksud baik, karena seorang raja akan memerintahkan baik kekerasan, atau
belas-kasihan, ia memiliki penghargaan, juga penjara. “Orang-orang spiritual”
tidak menolak Kebaikan Ilahi pada Fir’aun, tetapi orang-orang material
menganggap bahwa dia benar-benar tertolak. Mereka layak untuk memeliahra makna
tekstual.
Ketika raja menghukum seseorang di tiang gantungan, raja
akan menggantungnya tinggi-tinggi di depan umum, meskipun sebenarnya dia bisa
digantung dengan tiang yang renadh di kamar tersembunyi yang jauh dari
orang-orang. Meski demikian, sudah menjadi keniscayaan bagi orang lain untuk
melihat dan menjadikan si terhukum sebagai contoh, karena hal itulah maka
perintah dan aturan raja dibawa ke depan umum. Tidak semua tiang gantungan
terbuat dari kayu : posisi resmi, status sosial yang terhormat, dan
keberhasilan duniawi adalah juga tiang gantungan yang sangat tinggi. Ketika
Tuhan menginginkan untuk menangkap seseorang. Dia memberinya kedudukan agung
atau kerajaan besar di dunia, seperti misalnya Fir’aun, Namrud, dan yang
menyerupainya. Semua itu bagaikan tiang gantungan yang ditempatkan Tuhan hingga
seluruh manusia semestinya bisa menaydarinya. Tuhan berkata, “Aku adalah harta
yang tersembunyi. Dan aku ingin diketahui.” Yakni Aku menciptakan seluruh dunia
dan semua akhirnya adalah sebagai pengejawantahan-Ku, kadang-kadang melalui
kebaikan, kadang-kadang kutukan. Dia bukanlah raja yang kerajaan-Nya dapat
diketahui melalui satu hal. Apabila seluruh atom alam seemsta menyatakan Dia
dan mengejawantahkan-Nya, mereka akan jatuh bertaburan. Demikianlah, sluruh
ciptaan, siang dan malam, membuat pengejawantahan Tuhan. Sebagian dari mereka
mengetahui yang dilakukannya dan menyadari penegjawantahannya. Sementara yang
lain tidak sadar. Bagaimana pun mereka jadinya, pengejawantahan Tuhan bisa
diketahui. Seperti seorang pangeran yang memerintah seseorang untuk dihukum
karena perbuatan buruknya. Orang yang dihukum akan berteriak dan menjerit,
tetapi setiap orang tahu bahwa baik pemukul dan yang dipukul, keduanya tunduk
pada perintah pangeran. Dengan kedua media itu, perintah pangeran
“terejawantahkan.”
Manusia menyadari dan menerima keberadaan Tuhan, selalu mengejawantahkan
Tuhan, teapi manusia yang menolak keberadaan Tuhan juga merupakan seorang
pengejawantahan, karena penerimaan tidak dapat dibayangkan akan ada tanpa
adanya penolakan. Kejahatan tanpa adanya kebaikan akan terlihat janggal, begitu
juga sebaliknya. Sebagai contoh, ketiak pendebat membuat pernyataan dalam suatu
pertemuan, apabila tidak ada seorang pun yang membantah, bagaimana dia dapat
membuktikan pernyataannya? Kesenagan apa yang diperoleh dari pendapatnya? Bukti
penguatan hanya akan menyenangkan bila dihadapkan dengan penolakan. Dunia ini
adalah kumpulan pengejawantahan Tuahn : jika tak ada penerima dan penolak,
pertemuan ini akan bodoh, karena keduanya adalah pengejawantahan Tuhan.
Sekelompok sahabat pergi ke ir-i-Akdhisan. Dia jadi marah
pada mereka dan bertanya : “Apa yang kalian inginkan di sini?”
“Kami tidak berkumpul sebanyak ini untuk menyalahkan
seseorang,” kata mereka, “namun agar dapat saling mendampingi dalam ketabahan
dan kesabaran.”
Ketika orang berkumpul untuk suatu pemakaman, hal
tersebut bukanlah dimaksudkan untuk menentang kematian, namun untuk menghibur
kesedihan karena kehilangan dan melenyapkan penderitaan dari pikirannya. “Orang
beriman laksana satu jiwa.” Darwisy bertindak seperti satu tubuh. Apabila satu
anggota tubuh menderita sakit, seluruh bagian akan menderita juga : mata mereka
berhenti melihat, telinga berhenti mendengar, dan lidah berhenti berbicara.
Seluruh perhatian dicurahkan pada satu bagian yang sakit. Aturan persahabatn
ialah bahwa orang mesti mengorbankan diri untuk temannya, orang mesti
melemparkan dirinya ke dalam penggorengan atas nama sahabatnya karena semuanya
mengahdapi hal yang sama, semuanya tenggelam di dalam lautan yang sama. Ini
merupakan efek dari iman dan aturan islam. Apakah beban yang ditanggung tubuh
dibandingkan beban yang ditanggung jiwa? Itu tidak akan membahayakan kami,
karena kami akan kembali kepada Tuhan kami (QS. 26:50).
Ketika orang beriman telah mengobankan dirinya kepada
Tuhan, kenapa dia mesti memperhatikan adanya ebncana dan bahaya, atau tubuhnya
sendiri? Ketika dia pergi menuju Tuhan, untuk apalagi kaki dan tangan? Tuhan
memberimu tangan dan kaki untuk dipergunakan berangkat dari Dia di dalam arah
ini. Ketika engkau kembali kepada Pencipta tangan dan kaki, apabila engkau
kehilangan mereka dan jadi seperti penyihir Fir’aun, apalagi yang bisa
menyebabkan duka?”
Orang dapat
menghisap racun dari tangan
Dari payudara
perak seorang kekasih
Rasa pahit
kata-katanya
Dapat ditelan
manis bagaikan gula.
Manis asalah
kekasih. Betapa manisnya kekasih!
Dimana ada rasa
manis
Kepahitan duka
dapat ditahan
Dan Tuhan
mengetahui yang terbaik!
Empat Puluh Tujuh
KOSONGKAN GELASMU DAN ISILAH DENGAN ANGGUR YANG MANIS
Tuhan
Yang Mahaterpuja berkehendak atas kebaikan dan kejahatan, tetapi Dia hanya
merasa senang oleh kebaikan. Karena Dia
mengatakan, “Aku adalah harta yang tersembunyi. Dan Aku ingin diketahui.” Tidak
diragukan lagi bahwa Tuhan berkehendak terhadap perintah positif dan perintah
negatif (injungsi). Tetapi perintah positif hanya berlaku ketika orang yang
diperintah terhalang secara alamiah terhadap sesuatu yang terlarang baginya
untuk mendapatkannya. Orang yang lapar tidak perlu diberitahu lagi untuk memakan manisan dan gul; apabila dia diberi
tahu, itu tidak dapat dinamakan perintah, tetapi lebih sebagai perbuatan baik.
Perintah negarif (injungsi) juga tidak sah dengan melatarang hal yang tidak
dihasrati sesorang. Bukanlah perintah yang sah untuk mengatakan , “Jangan
memakan batu.” Atau “Jangan memakan duri.” Apabila hal-hal semacam itu
dikatakan, itu tidak dapat dikatakan perintah negatif (injungsi). Maka, agar perintah positif
untuk kebaikan dan perintah negatif melawan kejahatan sah, mesti ada jiwa yang
menghasrati kejahatan. Menghendaki keberadaan jiwa semacam itu tentu
akan menghendaki kejahatan, tetapi Tuhan tidak senang kejahatan. Apabila
demikian, Dia tidak akan memerintahkan kebaikan.
Ini
seperti orang yang ingin megajar. Dia emnginginkan bahwa murid-muridnya tidak
tahu apa-apa karena tidak mungkin mengajar kecuali murid tidak tahu apa-apa.
Menginginkan sesuatu adalah menginginkan yang sesuai dengan hal itu. Meski
demikian, seorang guru tidak senang apabila muridnya tetap tidak tahu apa-apa.
Jika demikian,dia tidak akan mengajarinya. Demikian pula dokter ingin agar
orang mesti sakit apabila dia ingin mempraktikkan pengobatan, karena akan
mustahil baginya mempertunjukkan seni peneymbuhan kecuali ada orang yang sakit.
Meski demikian, dia tidak senang apabila orang tetap sakit. Sebab jika
demikian, dia tidak akan mengobati mereka. Demikian pula pembuat roti ingin
agar orang semestinya lapar agar hidupnya terus berlangsung. Tetapi dia tidak
akan suka apabila mereka harus tetap lapar, karena jika demikian, dia tidak
akan menjual roti.
Untuk
alasan serupa para jenderal pasukan kavaleri ingin agar penguasan mereka
memiliki musuh. Kalau tidak, mereka tidak akan bisa memperlihatkan kejantanan
dan rasa cinta mereka pada pengausa, tidak pula penguasa mengumpulkan mereka
karean tidak dibutuhkan. Pada sisi lain, mereka tidak puas bila lawan mesti
tetap bertahan atau kalau tidak mereka tidak akan berperang. Sama halnya, Tuhan
ingin ada motivasi untuk melakukan kajahatan di dalam jiwa manusia karena Dia
mencintai rasa syukur, ketaatan, hamba yang saleh, dan ini tidak mungkin tanpa
keberadaan motivasi seperti itu di dalam jiwa manusia. Menginginkan suatu hal
adalah menginginkan segalanya yang sesuai dengan hal itu, tetapi seseorang
mungkin tidak akan menyenangi hal-hal pelengkap itu, karena seseorang dapat
berusaha untuk menghapus dari jiwanya.
Maka
dapat dipahami kenapa Tuhan menghendaki kejahatan pada satu hal tetapi tidak
menginginkannya dalam halin lain.
Seorang
lawan barangkali berkata bahwa Tuhan tidak menginginkan kejahatan di dalam
keadaan apa pun, tetapi itu mustahil bagi Dia menghendaki satu hal dan tidak
menghendaki hal yang mengiringinya. Kesesuaian antara perintah pisitif dan
negatif adalah jiwa penuh keinginan ini, yang sifatnya adalah menghasrati
kejahatan dan menghindari kebaikan. Satu dari yang seiring dengan jiwa ini
adalah seluruh kejahatan di dunia. Apabila tidak menginginkan kejahatan ini,
Dia tidak akan menghendaki jiwa. Dan apabila tidak menghendaki jiwa, Dia tidak
menghendaki perintah positif dan negatif yang diterapkan apda jiwa itu. Apabila
puas dengan jiwa , Dia tentu tidak akan memerintah kepadnya untuk melakukan hal
tertentu dan tidak melakukan hal yang lainnya. Maka, kejahatan dikehendaki
karena hal lain dari kejahatan itu sendiri.
Lantas
lawanmu bisa jadi berkata, apabila Tuhan menghendaki setiap kebaikan dan
kebaikan adalah menjijikan atas kejahatan, maka Dia menghendaki kejijikan pada
kejahatan, dan kejahatan tidak dapat ditolak kecuali kejijikan ada. Atau dia
dapat mengatakan bahwa Tuhan menghnedaki iman, tetapi iman hanya mungkin
setelah kekafiran, maka, membuat kekafiran berarti sesuai dengan iman.
Singkatnya,
mengehndaki kejahatan adalah sesuatu yang mengerikan, ketika yang dikehendaki
adalah kejahatan itu sendiri. Meski demikian, apabila dikehendaki demi
kebaikan, maka kejahatan tidak lagi mengerikan. Tuhan berfirman : “Di dalam
hukum pembalasan ini engkau mesti hidup.” (QS. 2:179). Tidak ada keraguan bahwa
pembalasan dendam adalah kejahatan dan pengahncuran atas bangunan Tuhan adalah
suatu kejahatan total. Sebuah contoh, seorang ibu tentu yang tidak ingin
menghukum anaknya karena dia melihat sebagian kejahatan, sedangkan seorang ayah
yang melihat kebaikan totol, merasa puas untuk menghukum anaknya agar bisa
menghentikan masalah pada perkembangan awal anaknya.
Tuhan
mengampuni segala hal, memaafkan segala hal, dan keras di dalam penghukuman.
Apakah Dia menginingkan julukan itu benar bagi-Nya atau tidak? Jawabnya mesti
“ya”, karena Dia tidak dapat memaafkan dan mengampuni tanpa keberadaan dosa.
Menghendaki satu hal berarti menghendaki apa yang sesuai dengan hal itu. Maka
Dia memerintahkan memaafkan kepada kita sebagaimana Dia memerintahkan kita
untuk berbuat damai. Tetapi perintah untuk berdamai tidak memiliki arti tanpa
adanya permusuhan.
Empat Puluh Delapan
RASA SYUKUR ADALAH PINTU MENUJU KEBAIKAN
Mengungkapkan terima kasih (rasa syukur) adalah suatu
upaya mendekati dan menangkap kebaikan. Ketika mendengar ucapan syukur, engkau
seakan bersiap-siap untuk memberi lebih. “Ketika Tuhan mencintai hamba-Nya, Dia membuatnya
menderita; apabila dia sabar; Dia akan memilihnya; apabila dia penuh rasa
terima kasih, Dia membuat dirinya terpilih.” Sejumlah orang berterima kasih
kepada Tuhan karena kutukan-Nya, dan sebagian berterima kasih kepada-Nya atas
kelembutan-Nya dan keduanya benar. Karena syukur adalah obat yang mengubah
kutukan menjadi kelembutan. Manusia berakal sempurna akan penuh
berterima kasih karena kekejaman, baik di dalam atau di luar keberadaan Tuhan.
Manusia seperti itulah yang dipilih Tuhan. Apabila kehendak Tuhan bahwa dia
menjadi dasar api neraka, rasa syukur akan mensegerakan maksud-Nya, karena
keluhan lahiriah adalah penyusutan keluhan batiniah. Nabi Muhammad bersabda
“Aku adalah pembunuh yang tertawa”, yakni ketika aku tertawa di hadapan manusia
kasar, aku membunuhnya. Apa yang Nabi maksudkan dengan tertawa adalah berterima
kasih, dan tidak mengeluh.
Sebuah cerita dikatakan tentang seorang Yahudi yang
bertetangga dengan salah seorang sahabat Nabi Muhammad. Sang Yahudi itu hidup
di rumah sewa bagian atas yang dari sana kotoran, najis, air seni anaknya,
serta air cucian mengalir ke bawah ke pondokkan sahabat. Meski demikian, sang
sahabat selalu berterima kasih kepada orang Yahudi itu dan memerintahkan
keluarganya agar berterima kasih juga. Setelah delapan tahun Muslim itu
meninggal dan Yahudi datang mengucapkan pernyataan dduka cita kepada
keluarganya. Ketika dia melihat najis di dalam rumah itu, dan menyadari bahwa
najis-najis itu berasal dari rumahnya, dia sadar atas apa yang telah terjadi
selama ini. Dia sangat menyesal, dan bertanya kepada keluarga, “Kenapa engkau
tidak mengatakan hal ini kepada saya? Kenapa kalian selalu berterima kasih
kepada saya?”
Mereka menjawab, “Karena dia selalu memerintahkan kami
untuk berterima kasih dan menasehati kami untuk menentang pengabaian rasa
syukur.” Setelah pristiwa itu, orang Yahudi itu menjadi orang beriman.
Menyebutkan yang
baik merangkasang kebaikan
Sebagaimana
penyanyi pengembara mejadi penyebab munculnya cangkir anggur.
Karena alasan in i Tuhan menyebutkan nabi-Nya dan pelayan
saleh di dalam Al-Qur’an, dan Tuhan berterima kasih untuk apa yang telah mereka
lakukan kepada-Nya, yang Mahakuasa dan Maha Pengampun.
Rasa syukur menyusu pada payudara kebaikan. Ketika
payudara itu penuh, susunya tidak mengalir kecuali engkau menghisapnya.
Seseorang bertanya apa peneybab munculnya rasa tidak
berterima kasih dan apa yang menjaga orang agar tetap berterima kasih. Orang
yang menolak memberikan rasa terima kasih dikuasai oleh “kerakusan kasar”
hingga tidak peduli betapa pun banyaknya dia memperoleh, dia merasa rakus lebih
banyak lagi. Kerakusan kasarnya membuat dia seperti itu. Ketika memperoleh
hanya sedikit daripada yang telah dia rencanakan dalam hatinya, dia menolak
untuk berterima kasih. Dia tidak menyadari kesalahannya; dia tidak mengetahui
bahwa uang koin yang dia tawarkan cacat dan palsu. Kerakusan kasar itu seperti
seorang yang memakan buah mentah, roti belum dimasak, dan daging mentah. Entu
perbuatan semacam itu menyebabkan ras sakit, karena tidak menukurinya. Ketika
engkau menyadari telah memakan sesuatu yang membahayakan, engkau harus
memuntahkannya. Tuhan, dengan hikmah-Nya membuat manusia menderita dengan rasa
tidak terima kasih agar manusia muntah untuk sehingga dirinya terbebas dari kejahatan
pikiran. Kalau tidak memuntahkannya, rasa sakit seseorang akan berlipat ganda
ribuan kali. Dan kami membuktikan mereka dengan kemakmuran dan dengan musuh,
agar mereka kembali dari ketidaktaatan (QS. 7:168), yakni kami menyediakan
makanan dan minuman dari suatu tempat yang tidak mereka sangka. Dari kerajaan
yang tidak terlihat, sedangkan pandangan mereka enggan melihat penyebab kedua,
yang bagaikan rekanan bagi Tuhan.
Bayazid berkata, “Ya Tuhan, aku tidak pernah menyatukan
apapun dengan Engkau.”
“Ah, Bayazid,” jawab Tuhan, “bahkan tidak pada malam
susu? Ketika di suatu malam engkau berkata, ‘Susu membuat aku sakit.’ Tetapi
Akulah yang menyebabkan derita dan menganugerahkan manfaat.”
Bayazid telah melihat penyebab kedua, maka Tuhan
menganggapnya telah menyamakan sesuatu dengan diri-Nya dan berkata “Akulah yang
menyebabkan derita sebelum dan sesudah susu, tetapi Aku membuat susu sebagi
satu dosa dan dampak bahayanya sebagai satu hukuman yang harus diterima oleh
seorang guru.”
Ketika guru berkata agar tidak memakan buah, dan murid
memakannya, guru lalu memukul sol sepatu di kaki sang murid. Meski demikian,
tidak benar jika si murid berkata, “Aku
memakan buah, dan itu melukai kakiku.”
Pada dasar ini Tuhan akan menyiangi tanaman politeisme
dari ruh siapapun yang mengekang diri untuk menyamakan Tuhan dengan sesuatu
selain-Nya. Sedikit di dalam pandangan Tuhan, banyak dalam pandangan manusia.
Perbedaan antara pujian dan rasa syukur adalah : rasa
syukur diungkapkan untuk hal-hal yang diterimanya. Seseorang tidak dapat
berterima kasih untuk kecantikan atau keberanian. Pujian merupakan istilah yang
lebih umum.
Empat Puluh Sembilan
MEMIMPIKAN AIR TIDAK MENGHILANGKAN RASA HAUS
Seseorang memimpin shalat dan memabca, “Orang Arab Gurun
lebih keras kepala dengan keingkaran dan kemunafikan mereka.” (QS. 9:97).
Seorang kepala suku Arab yang hadir saat shalat menampar orang itu dengan
keras. Pada rakaat selanjutnya, imam shalat membaca, “Dan orang Arab gurun ada
yang beriman kepada Tuhan, dan hari akhir” (QS. 9:99). Kepala suku Arab itu
berkata, “Tamparan itu mengajarimu suatu pelajaran!”
Kita terus menerus tertampar dari alam tidak terlihat.
Ketika kita tertampar kemudidan terjatuh ke bawah karena melakukan suatu hal,
kita beralih ke sesuatu yang lain, sebagaimana dikatakan, “Kami tidak memiliki
kuasa diri : itu semua ‘dilemparkan ke bawah’ dan ‘dicampakkan keluar.” Juga
dikatakan, “Memotong
sambungan lebih mudah daripada memotong hubungan.” “Melempar ke bawah”
di sini berarti mewarisi ke dalam dunia ini dan menjadi bagian dari hal yang
duniawi. Dan “mencampakkan” berarti jatuh dari kebaikan. Ketika seseorang
memakan sesuatu yang memasamkan perut, dia akan memuntahkannya. Apabila makanan
itu tidak asam dan dia tidak memuntahkan hal itu,b berarti hal itu telah
menjadi bagian darinya.
Murid memuji-muji dan merendahkan diri agar membuatnya
berkenan di hadapan hati gurunya. Apabila – Demi Tuhan! – seorang murid
melakukan apapun yang tidak menyenangkan guru, dia akan dicampakkan dari hati
guru sama caranya dengan makanan yang
dimuntahkan. Tepat seperti makanan yang akan jadi bagian dari manusia, hal itu
dimuntahkan dan diludahkan karena masam, demikian halnya seorang murid, dengan
berlalunya waktu, dia akan menjadi seorang guru. Tetapi dia dilemparkan dari
hati guru karena perbuatan yang tidak menyenangkan gurunya.
Cintamu telah
menyatakan dirinya pada dunia
Seluruh hati
telah dilemparkan ke dalam kebingungan
Terbakar
seluruhnya dalam debu
Dan melemparkannya
menuju angin kesia-siaan.
Atom debu hati itu menari dan menagis di angin
kesia-siaan. Apabila tidak, kemudian siapakah yang membawa berita dan
memperbarui mereka setipa saat? Apabila hati tidak menyerap kehidupannya saat
terbakar lalu terlempar ke dalam angin, kenapa mereka demikian berhasrat ingin terbakar? Apakah engkau mendengar
tangis atau melihat secercah harapan di dalam hati yang terbakar dalam debu
nafsu atas dunia ini?
Aku telah
menemukan dan melebih-lebihkan bukanlah sifatku
Dia yang adalah
penopang muncul kepadaku
Aku lari
menujunya, dan pencarianku kepadanya adalah
Penderitaan
bagiku
Apabila aku
tetap terduduk
Dia akan muncul
di hadapanku tanpa kesulitan.
Aku sungguh telah mengetahui aturan untuk segala kehendak
Tuhan, dan bukan sifatku untuk lari dari tiang itu menuju wilayah duka atau
untuk menderita dengan penderitaan yang tidak dibutuhkan. Sungguh, apapun jatah
untukku – baik itu uang, makanan, pakaian,a tau api dan gairah syahwat –
apabila aku duduk dengan tenang, semuanya akan muncul di hadapanku. Apabila aku
berkeliaran mencari roti bagianku, usaha itu akan melelahkan dan merendahkan
diriku sendiri. Apabila aku sabar dan diam di tempatku, ia akan muncul kepadaku
tanpa luka dan penghinaan. Roti bagianku selalu mencariku dan menarik aku
menujunya. Apabila dia tidak menarikku, dia muncul – persis seperti apabila aku
menariknya – aku akan pergi menujunya.
Makna dari perkataan itu adalah bahwa engkau harus
erlibat di dalam kehidupan agama sehingga urusan dunia akan mengejar di
belakangmu. Apa yang dimaksud dengan “duduk” di sini adalah duduk dalam setiap
urusan agama. Apabila manusia lari, ketika dia ebrlari untuk agama dia berarti
sedang “duduk”. Apabila duduk, ketika dia duduk untuk dunia ini, berarti dia
sedang berlari. Nabi Muhammad bersabda, “Siapa pun yang membuat seluruh
perhatiannya menjadi satu perhatian, Tuhan akan memisahkan seluruh
perhatiannya.” Apabila manusia memiliki sepuluh perhatian, biarkan dia hanya
memusatkan perhatiannya pada agama : Tuhan akan mengurusi sembilan perhatiannya
yang lain, walau pun orang itu tak memperhatikan yang sembilan itu. Nabi tidak
memperhatikan roti atau kemasyhuran. Satu-satunya perhatiannya hanyalah
bagaimana mencari kenikmatan Tuhan, dengan begitu dia memperoleh juga roti dan
kemsyahuran. Siapapun yang mencari kenikmatan Tuhan, dia akan bersama Nabi di
dunia ini dan dunia selanjutnya. Dia akan menjadi teman bagi mereka yang
kepadanya Tuhan kasihi, yakni para nabi, mukhlisin, dan para syuhada (QS.
4:69). Tempat apakah ini? Dia lebih memilih duduk dengan Tuhan, yang ebrfirman, “Aku duduk di
smaping orang yang mengingat-Ku.” Apabila Tuhan tidak duduk dengannya, tentu
tidak akan ada hasrta untuk Tuhan dalam hatinya. Tanpa mawar, tidak akan ada
harum mawar. Tanpa kesturi, tentu tidak akan ada aroma kesturi. Tidak ada akhir
atas kata-kata ini, dan bahkan apabila tidak akan seperti akhir pada kata lain.
**********************
“Malam telah
berlalu, tetapi ceita kami masih saja belum berakhir.” Malam dan kegelapan
dunia ini pasti akan berlalu, tetapi cahaya dari kata-kata bersinar lebih
ternag setiap saat. Demikian juga malam kehidupan nabi akan berlalu, tetapi
cahaya dari kata-kata mereka masih belum berhenti dan tidak akan pernah
berhenti bersinar.
Orang bertanya apa yang aneh dari cerita Manjnun jatuh
cinta pada Layla. Betapapun, mereka pernah menjalani kehidupan kanak-kanak
bersama dan bersekolah bersama. “Orang-orang ini tolol,” kata Majnun. “Perempuan cantik manakah yang tidak
dihasratkan seseorang? Tidak ada lelaki yang tidak tertarik kepada perempuan
cantik. Perempuan, demikianlah halnya. Meskipun demikian, cinta adalah ketika
di dalamnya seseorang menemukan tempat untuk bersandar dan kebahagiaan. Seperti
halnya orang gmenemukan kenikmatan saat melihat ayahnya, ibu atau kakaknya,
ketika memiliki anak, atau di dalam syahwat, kenikmatan seperti itu ditemukan
melalui cinta. Majnun lantas menajdi prototipe bagi setiap pencinta,
seperti halnya Zaid dan Amid di dalam buku-buku nahwu.
Apabila engkau
memakan manisan dan daging bakar
Atau meminum
anggur asli, engkau akan bermimpi meminum air
Tetapi engkau
akan terbangun dari mimpi kehausan
Bermimpi air
tidak menghilangkan rasa haus.
“Dunia ini bagaikan mimpi.” Dunia ini dan kenikmatannya bagaikan orang
yang meminum sesuatu di alam mimpi. Demikian juga untuk menghasratkan suatu hal
duniawi adalah seperti meminta atau diberi sesuatu di dalam mimpi. Ketika
seseorang bagnun dari tidurnya, dia tidak mendapatkan manfaat dari yang telah
dimakan atau yang diminumnya ketika mimpi. Orang akan langsung diminta dan
diberi sesuatu di dalam mimpi. “Mendapatkan
adalah bagian dari meminta.”
Lima Puluh
KARENA TAK ADA YANG LEBIH INDAH DARI-MU, AKU
BAWAKAN CERMIN UNTUK-MU
Seseorang mengatakan bahwa kami datang untuk mengetahui
masing-masing dari setiap keadaan umat manusisa. Tidak satu iota pun dari
keadaan dan sifat manusia atau humor panas dan dinginnya yang bisa membuat kami
lari. Masih belum dipastikan pada bagian apa darinya yang akan ada selamanya.
Apabila mampu diketahui dengan kata-kata, maka usaha
penggunaan seperti itu niscaya tidak diperlukan lagi.d an tidak seorang pun
perlu pergi menuju derita atau kerja keras seperti itu. Untuk contoh, seseorang
datan ke pantai. Setibanya di sana, dia tidak melihat apa-apa selian
ombak, buaya, dan ikan. Dia berkata,
“Dimanakah mutiara? Barangkali tidak ada mutiara di sana.” Bagaimana mungkin
seseorang akan memperoleh mutiara hanya dengan meliaht laut? Bahkan apabila dia
mengukur laut cangkir demi cangkir ribuan kali, mutiara tidak akan pernah
ditemukan. Orang harus jadi penyelam untuk menemukan mutiara, dan tidak setiap
penyelaman akan menemukan mutiara, hanya orang yang beruntung saja, orang-orang
yang sudah terlatih.
Ilmu dan ketrampilan seseorang bagaikan mengukur laut
dengan cangkir, dan cara menemukan mutiara adalah hal lain. Banyak orang
dihiasi dengan kesempurnaan, memiliki kemakmuran dan kecantikan, tetapi tidak
memiliki apa-pun makna hakiki dalam dirinya. Banyak orang yang hancur pada sisi
luarnya, tidak memiliki kecantikan penampilan, kelembutan dan keelokan, tetapi
di dalamnya ditemukan makna hakiki yang tinggal selamanya. Itu adalah hal yang
mengagungkan dan membedakan kemanusiaan. Makna hakiki yang dimiliki manusia
mendahului seluruh ciptaan. Macan tutul, buaya, singa dan seluruh binatang lain
memiliki keahlian dan kemampuan khusus, tetapi makna hakiki yang bersemayam
abadi tidak adal dalam diri mereka. Apabila manusia ingin menemukan jalannya
bahwa pada makna hakiki, dia akan memperoleh pra-keunggulannya, kalau tidak dia
akan tetap terhalang dari pra-keunggulan. Seluruh seni dan kesempurnaan itu
seperti permata yang ditempatkan pada bagian belakang cermin. Dan wajah cermin
bersih tanpa itu semua. Siapa pun yang memiliki wajah buruk akan menghasratkan
punggung cermin itu karena dia mencerminkan kecantikan orang itu sendiri.
Seorang sahabat Yusuf dari Mesir datang kepadanya dari
sebuah perjalanan. “”Hadiah apa yang engkau bawa?” tanya Yusuf.
“Apakah yang masih belum engkau punya? Apakah ada hal
lain yang engkau butuhkan?” tanya sahabatnya. “Meski demkian karena tidak ada yang
lebih indah dariapda dirimu, aku telah membawakan engkau cermin hingga engkau
dapat melihat wajahmu tercermin stiap saat.”
Apa yang tidak
dimiliki Tuhan? Apa yang Dia butuhkan? Orang harus mengambil hati yang bersih
di hadapan Tuhan hingga Dia dapat melihat diri-Nya sendiri dalam cermin hatimu.
“Tuhan tidak melihat bentuk atau pada perbuatanmu, tetapi dia melihat hatimu.”
“Kota mimpimu engaku temukan kekurangan, tidak memiliki
satu pun manusia agung.” Di dalam kota tempat
engkau menemukan segala
keindahan, kenikmatan, kebahagiaan, dan beragai perhiasan alam, tidak
ditemukan manusia cendekia. Tetnu ia berada di jalan yang lain. Kita itu adalah
diri manusia. Apabila diri memiliki ratusan ribu kesempurnaan tetapi tidak
memiliki makna hakiki, keruntuhan akan lebih baik baginya. Apabila memilki
makna hakiki, tidak penting lagi apabila dia tidak memiliki embel-embel
kesempurnaan atau keindahan. Sesuatu yang mysterion hanya ada di sana agar diri
menjadi subur. Di dalam keadaan apa pun seorang manusia mysterion-nya
berhubungan dengan Tuhan, dan kesibukan luarnya tak akan merintangi perhatian
batin itu. Di dalam keadaan apapun seorang perempuan hamil – perang, damai,
makan, tidur – bayi akan tumbuh, menjadi semakin kuat, dan menerima indera di
dalam rahimnya tanpa dia menaydarinya. Manusia, seperti halnya “kehamilan”
dengan mysterion itu. Tetapi manusia menanggung amanah (iman); sunggih dia
sangat tidak adil pada dirinya sendiri, dan bodoh (QS. 33:72), tetapi Tuhan
tidak emninggalkannya di dalam ketidakadilan dan kebododhan. Apabila di luar
beban nyata manuisa muncul persahabatan, simpati, dan ribuan perkenalan, maka
pertimbangkan ketakjuban persahabatan dan perkenalan akan keluar dari mysterion
yang memberikan manusia kelahiran setelah kematian. Mysterion adalah suatu
keniscayaan agar manusia mampu untuk tumbuh dan berkembang. Seperti akar pohon : meski
tersembunyi dari pandangan, dampaknya nyata pada cabang pohon. Bahkan apabila
satu atau dua cabang patah, apabila akar kuat, pohon akan terus tumbuh. Tapi,
jika akar menderita kerusakan, cabang atau daun tak akan mampu bertahan.
Tuhan berfirman, “Salam sejahtera atasmu, wahai Nabi”
yakni damai bersama engkau dan bersama seluruh uma tyang bersamamu. Apabila
tidak demikian, Nabi Muhammad tidak akan pernah menyanggah Tuhan dengan
menambahkan, “Dengan kami dan hamba-hamba adil Tuhan.” Apabila kedamaian Tuhan
dibatasi, dia tidak akan meluaskan dengan menyertakan hamba yang berbuat adil,
berarti, “Damai itu yang Engkau berikan kepadaku adalah untukku dan seluruh
hamba yang beruat adil.”
Sementara melakukan wudlu, Nabi Muhammad bersabda,
“Shalat tidaklah sah tanpa wudlu ini.” Dia tidak mengartikan wudlu dengan
wudlunya seperti itu, karena apabila untuk sahnya shalat adalah wudlu seperti
yang dilakukan Rasul dan bukan yang lain, maka tidak setupun shalat orang-orang
yang sah. Ra, tidak sahasul mengartikan bahwa shalat tanpa wudlu, tidak sah.
Seperti perakataan, “Ini adalah pinggan untuk buah delima.” Tidakkah itu
berarti bahwa hanya buah delima itu saja? Tidak. Itu berarti bahwa pinggan itu juga
bisa digunakan untuk buah delima yang lain.
************************
Seoorang yang dari kampung datang ke kota sebagai tamu
orang kota diberi sejumlah halva. Dia memakannya dengan penuh suka cita,
kemudian berakta, “Orang kota, aku telah belajar untuk tidak memakan apap pun
selain wortel. Sekarang aku telah merasakan halva, aku kehilangan selera pada
wortel. Aku tidak akan mampu memiliki halva kapan pun aku ingin, dan yang aku
miliki tidak lagi menarik bagiku. Apa yang mesti aku lakukan?” Ketika orang
kampung merasakan halva, dia cenderung untuk pergi ke kota. Orang kota telah
menguasai hatinya, dan dia tidak memiliki pilihan kecuali mengikuti pengajaran
itu.
**************************
Sejumlah orang memberikan salam yang tercium seperti
asap. Orang lain memberi salam yang tercium seperti keturi. Hal itu dapat
dipahami hanya oleh orang-orang yang memiliki indera penciuman.
***********************
Orang harus menguji sahabat agar tidak dikecewakan di
kemudian hari. Seperti itu cara Tuhan. “Mulailah dengan dirimu sendiri.”
Apabila diri mengaku telah merendahkan diri, jangan terima pernyataan ini tanpa
diuji terlebih dahulu. Sebelum mencucui, orang membawa air pada hidung mereka
dan kemudian merasakannya. Mereka tidak puas dengan melihatnya, meskipun
barangkali terlihat baik-baik saja, rasa dan harumnya mungkin saja berganti.
Beginilah betapa orang menguji air untuk kemurnia. Hanya setelah pengujian
seperti itu dilakukan, seseorang membasuhkan air pada wajahnya. Tuha menjadi penyebab seluruh kebaikan dan
kejahatan, engkau telah menyembunyikannya dalam hatimu, dan muncul di luar
dirimu. Dampak segala
sesuatu yang tak tampak di dalam akar pohon, tampak pada batang dan daun. Tanda
mereka adalah pada wajah mereka (QS 48: 29). Dan Tuhan berfirman, “Kami
akan mencela dia pada hidung mereka (QS. 68:16). Apabila setiap orang tidak
mengetahui pikiranmu yang paling dalam, warna apa yang akan engkau kenakan pada
wajhmu?
Lima Puluh Satu
MANISNYA GULA HANYA TERASA SETELAH MERASAKAN
KEPAHITAN
“Kau tak akan menemukan apa-apa hingga kau mencarinya
kecuali kekasih yang tercinta, yang tak akan engkau cari hingga kau temukan.”
Bagi manusia, mencari berarti menelusuri sesuatu yang belum ia temukan, ia
mencarinya siang dan malam. Adalah suatu hal yang aneh bagi manusia yang telah
menemukan sesuatu atau telah mencapainya, kemudian dia melakukan pencarian.
Sebab pencarian hanyalah untuk hal baru yang belum pernah ditemukan. Pencarian
ini, yakni perbuatan mecari apa yang telah ditemukan, adalah pencarian Tuhan
karena Tuhan telah “menemukan” segala sesuatu. Segala sesuatu telah berada
dalam ke-Mahakuasaan-Nya. Yang Maha Esa, dan Mahamulia berfirman, “JADI” dan
segala sesuatu menjadi demikian (QS. 6 : 73). Dia adalah Penemu karena Dia
telah telah menemukan segala sesuatu; meski demikian, Dia adalah Pencari,
karena dia diketahui sebagai “Pencari, yang Menguasai.” Ini bagaikan mengatakan
, “Ah, manusia, sejauh engkau berada di dalam pencarian ini, yang sementara dan
bersifat manusiawi, engkau berada jauh dari tujuanmu. Apabila pencarianmu
sendir melalui pencarian Tuhan, apabila pencari Tuhan menguasai pencarianmu,
maka engkau akan jadi pencari melalui pencarian Tuhan.
Seseorang berkata, “terhadap orang-orang suci Tuhan atau
orang-orang yang telah mencapai penyatuan dengan Tuhan, kami tidak memiliki
bukti-bukti kategoris – tidak dengan kata, perbuatan, keajaiban, atau hal lain
apapun. Kata-kata barangkali telah dipelajari, dan perbuatan serta keajaiban
juga dilakukan oleh pendeta yang dapat membaca pikiran bawah sadar dan yang
telah mempertunjukkan banyak hal keajaiban melalui sihir.” Dan dia menyebut
satu demi satu.
“Engkau percaya kepada seseorang atau tidak?”
“Ya, demi Tuhan. Aku percaya dan mencintai seseorang.”
“Apakah kepercayaanmu kepada seseorang berdasarkan pada
nalar dan kesimpulan, atau engkau sekedar menutupi matamu dan mempercayainya?”
“Kepercayaanku tentunya tidak tanpa nalar!”
“Lantas kenapa engkau mengatakan bahwa tidak ada nalar
dalam iman? Engkau mengatakan sesuatu yang bertentangan.”
********************
Seseorang berkata, “Setiap orang suci dan mistik agung
mengaku tidak ada orang lain yang menikmati kedekatan dan kebaikan yang
dinikmatinya dengan Tuhan.”
“Siapa mengatakan perkataan ini? Apakah orang suci yang
mengatakannya, atau orang lain selain
orang suci? Apabila orang suci yang mengatakannya, maka, karena dia mengetahui
setiap orang suci memiliki iman yang sama dengan dirinya sendiri, dia tidak
sendirian menikmati kebaikan serupa itu. Apabila orang lains elain orang suci
yang mengatakan itu, maka orang itu benar-benar telah menjadi teman dan orang
pilihan Tuhan, sebab, hal itu telah menjadi misteri Tuhan. Ia telah menjaga
rahasia dari seluruh orang suci, tetapi tidak dari orang itu.
Kemudian pendebat memberikan perumpamaan. “Seorang raja
memiliki sepuluh budak perempuan. Budak perempuan itu berkata, “Kami ingin tahu
yang mana di antara kami yang paling dicintai raja.’ Kata raja, ‘Besok cincin
ini akan berada di kamar budak yang paling aku cintai.’ Esok harinya raja
memerintahkan sepuluh tiruan cincin dibuat, dan tiap tiruan diberikan kepada
tiap budak perempuan.”
“Masih ada pertanyaan,” kata guru. “dan tak ada jawaban
untuk pertanyaan itu. Pertanyaan ini tidak berhubungan dengan pokok persoalan
yang sedang kita bicarakan. Cerita itu berkaitan, baik dengan satu dari sepuluh
budak perempuan itu, atau dengan seseorang
selain yang sepuluh. Apabila berkaitan dengan satu dari sepuluh, maka
budak perempuan itu tidak punya kesempatan untuk dipilih dan tidak ada yang
paling baik dicintai, karena dia harus mengetahui bahwa dia bukan satu-satunya
orang yang menerima cincin dan bahwa mereka mendapatkan cincin yang serupa.
Apabila cerita itu diceritakan oleh seseorang selian yang sepuluh budak
perempuan, maka seorang itu adalah kesayangan raja.”
Seseorang berkata, “Pencinta harus jadi sengsara, rendah
diri, dan lama menderita.” Dan dia menghitung satu demi satu sejumlah sifat
itu.
Guru menjawab, “Apakah dia berlaku seperti itu hanya
ketika sang kekasih menginginkannya atau tidak? Apabila tidak berseuaian dengan
kehendak kekasih, dia bukanlah pencinta melainkan pengikut atas kehendaknya.
Apabila itu sesuai dengan kehendak kekasih, bagaimana mungkin dia menjadi
sengssara dan rendah diri ketika sang kekasih tidak menghendakinya jadi
demikian? Maka, sangatlah nyata bahwa keadaan seorang pencinta dapat diketahui
dengan seberapa besar sang kekasih menginginkan dirinya.
******************
Isa berkata, “Aku
begitu takjub betapa satu makhluk hidup dapat memakan yang lainnya.” Kaum
tekstualis mengartikan ucapan ini bahwa, umat manusia memakan daging binatang yang
keduanya adalah makhluk hidup. Pemaknaan
seperti itu salah. Daging yang dimakan manusia bukan hidup, tapi tidak
bernyawa. Ketika dia terbunuh, ruh kehidupannya terpisah. Barangkali yang dia
maksudkan adalah bagaimana seorang guru dapat “membinasakan” pengikutnya tanpa
suatu sebab, dan Isa terpesona hal istimewa seperti itu.
*****************
Seseorang mengemukakan dilema seperti ini, “Ibarahim
berkata kepada Namrud, “Tuhanku dapat menciptakan kehidupan dari kematian dan
membuat yang hidup menjadi mati.”
Namrud membalas, “Ketika aku menyingkirkan seseorang, itu
berarti aku telah menyebabkannya mati. Dan ketika aku menempatkan seseorang
pada satu kedudukan, itu bagaikan aku telah menyebabkannya hidup.’\
“Kemudian Ibrahim mengalihkan pokok pembicaraan itu dan
memulai lagi satu baris penalaran dengan mengatakan, “Tuhanku membawa matahari
berangkat dari timur dan mengirimnya ke
barat. Apakah engkau bisa mengubahnya.” Yang satu tampak menjadi perbedaan bagi
yang lainnya.”
Tuhan tak ingin jika Ibrahim tertekan dan menyerah pada
argumen Namrud, atau ia tidak mampu menjawab. Tidak, kedunya argumen itu
sebenarnya sama saja, hanya saja diletakkan dengan cara yang berbeda. Yakni,
dia mengatakan Tuhan membawa janin keluar dari “timur” rahim dan mengirimnya
tenggelam ke dalam “barat” kuburan. Pernyataan argumen pertahanan Ibrahim juga sama saja. Tuhan menciptakan kembali
manusia baru setiap saat dan mengirm hal baru ke dalam pikirannya. Yang pertama
tidak mirip yang kedua, tidak pula yang kedua dengan yang ketiga, tetapi
manusia tidak menyadari hal ini dan tidak mengetahui dirinya.
***********************
Sultan Muhammad diberi kuda yang amat menakjubkan,
binatang yang benar-benar bagus dengan bentuk yang mengagumkan. Pada hari
festival dia mengendarainya, dans eluruh amsyarakat terduduk di atas atap melihatnya. Seorang
pemabuk yang duduk di dalam rumahnya menyeret dirinya menuju atap. “Engkau
datang juga dan melihat kuda itu,” kata mereka.
“Aku sibuk dengan diriku sendiri,” kata si pemabuk. “Aku
tidak ingin melihatnya. Aku tidak punya hasrat sama sekali.” Tetapi pada
akhirnya dia tidak memiliki pilihan. Ketika dia berusaha untuk tidak jatuh mati
karena mabuk di ujung atap, sultan tepat sedang melewati orang mabuk itu.
Ketika orang mabuk melihat sultan di atas kudanya, dia berkata, “Apa arti kuda
itu untukku? Apabila sekarang ada seorang penyanyi pengembara yang menyanyikan
lagu sederhana untukku, dan kuda itu milikku, aku akan memberikan kdua itu
kepadanya!” ketika sultan mendengar ucapan itu, dia menjadi sangat marah, dan memerintahkan agar orang mabuk itu
dipenjara. Setelah seminggu lelaki itu mengirim pesan kepada sultan, “Apa
salahku? Apa kejahatanku? Biarkan raja dunia berkata, hingga budaknya dapat
mengetahui.” Sultan memerintahkan lelaki itu di bawa ke hadapannya.
“Kau gelandangan hina,” sultan memulia berbicara,”
mengapa engkau mengatakan apa yang telah engkau lakukan? Luka apa yang telah
engkau buat?”
“Ah raja sedunia,” kata lelaki itu, “bukan aku yang
mengatakannya. Pada saat itu pemabuk keparat berdiri di atas atap, dan apda
saat itulah dia berbicara. Dia sudah pergi sekarang. Aku bukan dia. Aku manusia
berkepala dingin, manusia berakal.” Sultan merasa senang dengan jawabannya,
sehingga dia memerintahkan agar lelaki ini dilepaskan dari penjara dan
dianugerahi pakaian kebesaran.
Siapa pun yang membuat hubungan dengan kami dan “mabuk
karena anggur ini”, pada kenyataannya dia bersama kami, tidak peduli ke mana
pun perginya, tidak peduli dia bergaul dengan siapa, dan tidak peduli dengan
orang seeprti apa dia bergabung. Dia bergabung dengan kelompok lain, karena
bergabung dengan “yang lain” adalah cermin yang memantulkan kelezatan sahabat
yang dicintai. Bergabung dengan kelompok yang berbeda tipe dengannya akan menimbulkan rasa kasih
sayang dan persahabatan pada kelompok yang satu tipe dengannya. “Dengan melihat lawannya,
sesuatu sesuatu diketahui.”
*********************
Abuk Bakar as- Shiddiq meneybut gula “sejak lahir” manis.
Sekrang orang lebih memilih buah-buahan lain dan dibanding gula dan mengklaim
bahwa,” “Kami telah berpengalaman dengan rasa pahit yang amat banyak agar bisa
mencapai derajat kemanisan.” Apa yang engkau ketahui tentang nikmatnya rasa
manis ketika belum pernah mengalami kerasnya rasa pahit?
Lima Puluh Dua
DI DUNIA SANA, TAK ADA DUALITAS
Sebuah pertanyaan dilontarkan berkenaan dengan penafsiran
baris puisi ini : “Ketika
hasrat mencapai akhirnya, persahabatan berbalik jadi permusuhan sepenuhnya.”
Dibandingkan dengan dunia persahabatan, dunia permusuhan
adalah dunia yang sangat sulit; dan orang-orang kabur dari dunia permusuhan untuk mencapai dunia persahabatan. Walaupun
dunia persahabatan terkait dengan suatu dunia dimana dunia persahabatan dan
dunia permusuhan memperoleh keberadaan mereka.
Persahabatan dan permusuhan, iman dan kafir, merupakan penyebab adanya
dualitas karena kekafiran adalah penolakan, dan karena jika satu hal yang
ditolak pasti ada seseorang yang menolaknya. Sama halnya, jika ada satu hal
diakui, pasti ada seseorang yang mengakuinya. Maka, jelaslah bagi kita bahwa
persetujuan dan pertentngan adalah penyebab adanya dualitas. Sementara itu,
dunia lain, melampaui kategori iman dan kafir, persahabatan dan permusuhan.
Karena persahabatan adalah penyebab dualitas,d an karena ada suatu dunia dimana
tak ada tempat untuk dualitas, dan akrena ada suatu dunia dimana tak ada tempat
untuk dualitas, dan yang ada hanyalah persetujuan murni, maka ketika seseorang
mencapai dunia itu, dia akan melepaskan kategorisasi persahabatan dan
permusuhan, karena dua hal itu tak ada di sana. Ketika seseorang telah mencapai
dunia itu, dia terpisahkan dari dualitas. Maka, jika dibandingkan dengan dunia
yang telah dicapainya sekarang, dunia yang dia alami sebelumnya – dunia
dualitas, cinta, dan persahabatan – adalah lebih rendah dan rusak. Ketika telah
mengetahui hal itu, maka seseorang akan merasa enggan dan tidak lagi berhasrat.
Ketika persahabatan Mansur dengan Tuhan telah mencapai batas akhir logika, dia
menjadi musuh bagi dirinya dan mengahncurkan dirinya. Dia berkata, “Aku adalah
yang Nyata,” aku telah meninggal, hanya Tuhan yang tersisa. Untuk mengatakan
ini, hanya Tuhan yang ada, benar-benar kerendahhatian dan pembudakan. Adalah
congkak dan sombong untuk mengatakan, “Engkau Tuhan, aku pelayan,” karena
dengan perkataan ini engkau menyepakati keberadaan dirimu, dan dualitas niscaya
akan mengikutimu. Ketika engkau berkata, “Dia Tuhan,” dalam ungkapan ini ada
pula dualitas. Karena penggunaan orang ketiga “dia”, tidak mungkin kecuali ada
orang pertama “aku”. Maka, karena tidak ada hal yang ada selain Tuhan, hanya
Dia yang dpat berkata. “Aku adalah Tuhan”. Mansur telah meninggal dunia, maka
kata-katanya adalah milik Tuhan.
Jika dibandingkan
dengan dunia konsep dan inderawi, dunia imajinasi mental lebih luas, karena
segala konsep lahir dari imajinasi mental. Tetapi dunia imajinasi
mental lebih sempit jika dibandingkan dengan dunia tempat imajinasi mental
ditentukan menjadi makhluk. Hal ini dapat dipahami dari akta-kata, tetapi
kenyataan dari suatu hakikat mustahil dapat dipahami hanya melalui ungkapan
lisan.
“Lalu, dalam hal apa ungkapan lisan digunakan?” seseorang bertanya.
“Kegunaan
kata-kata adalah untuk menyebabkan engkau mencari dan merangsang diri, tetapi
sasaran atas pencarianmu tidak akan tercapai melalui kata-kata. Apabila memang demikian, tidak ada perlunya bersauaha
keras dan melakukan pemusnahan diri. Kata-kata bagaikan melihat sesuatu yang
bergerak di kejauhan : engkau lari menujunya untuk bisa melihat benda itu
sendiri, bukan melihatnya dalam pergerakan. Secara batin ucapan manusia
rasional pun sama. Ia merangsangmu untuk mencari konsep, meskipun engkau tidak
dapat melihatnya secara aktual.
Seseorang berkata, “Aku telah belajar begitu banyak
cabang pengetahuan dan menguasai demikian banyak konsep , tetapi aku masih
tidak mengetahui kosnep mana yang akan tinggal abad dalam diri manusia. Aku
masih belum menemukannya.
Apabila hal itu dapat diketahui makna dari kata-kata,
tentu tidak ada perlunya penghancuran diri atau penderitaan diri demikian
besar,. Engkau harus berusaha keras untuk membebaskan dirimu dari
pengindividuan diri sebelum mengetahui hal itu yang akan tetap ada.
Seseorang berkata, “Aku pernah mendengar di sana ada
Ka’bah, tetapi seberapa sering pun aku mencari aku tidak bisa melihatnya.
Biarkan aku pergi ke atas atap dan melihatnya.” Maka dia pergi ke atas atap dan
menjulurkan lehernya. Karena dia tidak bisa melihat Ka’bah, dia menolak
keberasaannya. Apabila seseorang tidak dapat melihat Ka’bah dari tempatnya
sendiri, dia akan mengarahkan usaha yang lebih banyak untuk bisa melihatnya.
Apda musim dingin engkau akan memberikan jiwamu mantel bulu. Ketika musim panas
datang engkau mencampakkan mantel bulu itu dan pikiranmu merasa jijik padanya.
Sekarang engkau mencari mantel bulu untuk mendapatkan kehangatan yang dia
berikan ketika engkau menjadi “pencinta” kehangatan. Karena sejumlah rintangan
engkau tidak mampu menemukan kehangatan selama musim dingin dan membutuhkan
mantel bulu. Maka ketika rintangan itu tidak lagi ada, engkau melemparkan
mantel bulu itu.
Ketika surga akan dipecah dalam pemisahan (QS. 84:1), dan
ketika bumi akan diguncang oleh gempa bumi (QS. 99:1). Ayat ini mlenunjukkan
bahwa engaku telah melihat kenikmatan dari kebersamaan, tetapi segera akan
datang suatu hari ketika engkau melihat kenikmatana dari berbagai bagian yang
terpisah, dan ketika engkau menyaksikan betapa luas duniaini. Sebagai contoh,
seorang lelaki telah diikat pada empat tiang. Karena telah melupakan nikmatnya
kebebasan, dia menikmati keterikatan itu. Ketika dia dilepaskan dari
tiang-tiang itu, dia menyadari penyiksaan macam apa yang dia alami. Sama halnya
seorang anak kecil yang dipelihara dan
dimanjakan dengan ayunan meski mereka terikat dan dibedong. Jika seorang dewasa
diikat dalam ayunan, dia akan sengsara dan merasa di penjara.
Sebagian orang menyukai bunga ketika kuncupnya mekar
penuh; sebagian yang lain menyukai saat bagian-bagian bunga telah terjatuh dan
bersatu dengan asal mereka. Sekarang sejumlah orang ingin agar di sana tak ada
lagi persahabatan, cinta dan kasih sayang, kafir dan iman hingga mereka dapat
bergabung dengan asal mereka, karena seluruh hal tersebut adalah “dinding” yang
menyebabkan keterdesakan dan dualitas, sementara dunia lain menyebabkan
keluasan dan kesatuan mutlak.
Kata-kata ini tidaklah demikiana gung. Tidak juga begitu
kuat. Bagaimana kata-kata mampu menjadi demikian agung? Semuanya hanyalah
kata-kata. Meski demikian, sungguh, kata-kata sendiri adalah penyebab munculnya
kelemahan, tetapi juga perangsang yang merangsang orang mencari Tuhan. Meski
demikian, perangsang itu tidak tampak jelas. Bagaimana mungkin gabungan pasangan
kata menyebabkan kegairahan dan semangat? Sebagai contoh, satu orang datang
melihatmu, dan engkau menerimanya dengan ramah dan mengucapkan selamat datang
kepadanya. Dia senang karena hal itu dan memunculkan rasa kasih sayang . orang
lain engkau sebut pasangan nama yang jelek. Dua atau tiga kata itu menyebabkan
kemarahan dan kesakitan. Lalu, apakah hubungan antara gabungan dua atau tiga
kata dengan peningkatan kasih sayang dan kenikmatan pada satu sisi atau dengan
naiknya kemarahan dan rasa terhina pada sisi lain? Tuhan telah membuat hal ini
sebagai penyebab kedua dan “hijab” hingga tidak setiap tatapan orang gjatuh
pada keindahan dan kesempurnaan-Nya dengan lemahnya hijab, pandangan pun
menjadi lemah. Kemudian Dia memberika penguasaan pada hijab sebagai penyebab
kedua. Di dalam kenyataan, roti bukanlah penyebab kehidupan, tetapi Tuhan telah
membuatnya sebagai penyebab kehidupan dan kekuatan. Meski demikian, ritu tidak
bernyawa. Maka, dari titik pandang dirinya sendiri, ia tidak memiliki semangat
manusia, bagaimana mungkin ia dapat menyebabkan peningkatan kekuatan? Apabila
memiliki hidup, ia akan menjaga dirinya sendiri agar tetap hidup.
Lima Puluh Tiga
ENGKAU HANYA GAGASAN, SELEBIHNYA HANYALAH TULANG DAN DAGING
Sebuah pertanyaan telah diajukan berkenaan dengan makna
bait puisi ini :
Ah, saudara,
sebenarnya engkau hanyalah gagasan;
Selainnya,
hanyalah tulang dan daging.!
Pertimbangkan makna ini : kata “gagasan” merujuk pada
gagasan khusus yang telah kita ungkapkan dengan perktaan gagasan pada maknanya yang paling luas, teapi
di dalam kenyataanya itu bukanlah gagasan. Apabila demikian, berarti yang
dimaksudkan bukanlah istilah yang dipahami secara umum oleh manusia. Apa yang
kita maksudkan dengan kata gagasan asalah pada makna hakikinya. Apabila
seseorang ingin penafsiran lebih rendah yang bisa dilakukan orang umum, biarkan
dia berkata, “Manusia adalah biantang yang memiliki ucapan rasional.” Kekuatan
ucapan rasional adalah “gagasan”, baik tersirat maupun tersurat. Yang tidak
memiliki itu, adalah binatang. Maka, memang benar untuk mengatakan bahwa
manusia terdiri dari “gagasan” dan selain itu hanyalah tulang dan daging.
Perkataan ini bagaikan matahari. Seluruh manusia
memperoleh kehangatan dan kehidupan darinya. Amtahari juga selalu hadir dan
ada, setiap orang selalu terhangati olehnya. Merskipun begitu, karena matahari
tak selamanya terlihat, manusia tidak mengetahui bahwa kehangatan itu dan
kehidupan berasal darinya. Ketika gagasan ini diungkapkan secara lisan melalui
sejumlah perantara, baik melalui rasa syukur, keluhan, baik atau buruk,
matahari selalu muncul ke dalam pandangan. Meskipun amtahari di langit terus
menerus bersinar, dia tidak akan terlihat hingga cahayanya menyinari dinding.
Sama halnya, kecuali ada perantara kata dan bunyi, matahari pengucapan tidak
dapat terlihat. Meskipuns elalu ada, karena matahari berwujud lembut (latif)
dan Dia Maha Pengasih (latif) (QS. 6:103) harus ada perantara keburukan
untuknya hingga dia bisa terlihat. Seseorang mengatakan bahwa kata “Tuhan”
tidak memiliki makna nyata baginya dan dia dibiarkan tersesat dan murung oleh
kata-kata. Tetapi ketika manusia mengatakan bahwa Tuhan melakukan ini dan itu,
memerintah ini dan itu, dan melarang ini dan itu, manusia juga memperoleh
kehangatan dan mampu melihat. Maka, meskipun kelembutan Tuhan ada dan
“bersinar” padanya, dia tidak mampu melihatnya sampa mereka menjelaskan
kepadanya melalui perantara perintah dan larangan atau penciptaan dan
kemahakuasaan.
Ada sejumlah orang yang terlampau lemah untuk memaklumi
madu. Meski demikian, mereka bisa
memakannya, melalui perantara misalnya puding beras atau halva, hingga tumbuh
cukup kuat memakannya tanpa perantara. Kita kemudian sadar meskipun ucapan
rasional adalah matahari lembut yang bersinar tanpa henti, engkau membutuhkan
sedikit perantara kasar agar bisa melihat sinar matahari dan menikmatinya.
Ketika telah tumbuh membiasakan diri melihat cahaya tanpa perantara kasar,
engkau akan tumbuh semakin berani untuk melihatnya dan memperoleh kekuatan. Di
dalam hakiakt laut kelembutannya, engkau akan melihat warna-warna yang
menakjubkan. Kenapa hal itu mesti aneh, melihat kekuatan ucapan rasional yang
selalu berada did alam dirimu, apakah engkau sedang berbicara atau tidak?
Meskipun tidak pernah berpikir untuk berbicara, kami katakan bahwa ia selalu
berada di sana,s ebagaimana dikatakan, “Manusia adalah binatang dengan ucapan
rasional.” Kebinatangan ini ada dalam dirimu sejauh engkau hidup, maka ia
mengikuti kekuatan ucapan rasional yang jgua selalu berada dalam dirimu.
Mengunyah adalah alat untuk
mengejawantahkan kebinatangan, bukan prasyarat. Demikian pula kekuatan
ucapan rasional adalah alat berbicara dan mengobrol, bukan sebagai prasarat.
Manusia memiliki tiga keadaan. Pertama, tidak memusat pada Tuhan teapi
menghormati dan melayani siapapun dan apa pun perempuan, lelaki, kemakmuran,
anak-anak, batu, tanah. Kedua,
ketika mencapai pengetahuan dan kesadaran tertentu, dia tidak melayani yang
lain kecuali Tuhan. Ketiga,
ketika dia telah mencapai keadaan ini, dia jatuh terdiam : dia tidak berkata,
“Aku tidak melayani Tuhan,” tidak pula, “Aku melayani Tuhan,” dia meninggalkan
kedua-duanya. Di dunia mereka, tidak ada suara yang muncul dari orang seperti
itu.
Meskipun Tuhan tidak hadir ataupun mangkir, Dia adalah
Pencipta, baik kehadiran maupun ketiadaan. Kemudian Dia harus menjadi yang lain
dari keguda kategori itu. Karena apabila Dia hadir, pasti tidak ada hal
mangkir. Tetapi kemangkiran memang ada. Tidak juga hadir, meskipun memang ada
pada setiap kehadiran. Maka, Ida tidak bisa disifati dengan kehadiran atau
kemangkiran, karena kategorisasi semacam itu akan diikuti bahwa, lawan
(opposite) berasal dari lawannya. Dalam kemangkiran Than, Dia adalah Pencipta
kehadiran, dan kehadiran adalah lawan dari kemangkiran. Demikian juga didalam
keadaan mangkir. Lawan tidak dapat dikatakan berasal dari lawan, dan Tuhan
tidak dapat diaktakan menciptakan sesuatu yang mirip denan-Nya.” Apabila
mungkin yang mirip menciptakan kemiripan, keadaan akan ada tanpa jadi sebab dan
satu hal akan menciptakan dirinya sendiri. Kedua pernyataan itu tidak dapat
dipertahankan.
Ketika engkau telah sampai sejauh ini, berhenti dan
jangan lagi memasang dirimu. Nalar tidak lagi memiliki pengaruh ketika telah
mencapai ujung laut, biarkan dia tertahan.
Seluruh kata, pengetahuan, ketrampilan,d an segala
profesi memiliki rasa dan aroma dari ucapan ini. Apabila tidak demikian, tidak
ada pekerjaan atau profesi yang memiliki kesenangan. “Akhor bab” belum
diketahui, tetapi mengetahui bukanlah prasarat untuk membaca. Seperti manusia
yang mencari tangan perempuan kaya, pemilik sekumpulan domba dan kuda dan
sebagainya. Orang itu menjaga domba, kuda, dan menyirami bunga-bunga. Meskipun
dia menyibukkan dirinya melakukan hal-hal itu, kesenangan melakukan ini berasal
dari keberadaan si perempuan. Apabila tidak ada lagi di dalam gambar, lelaki
itu tidak akan memperoleh kebahagiaan dalam pekerjaannya. Mereka akan terlihat
tidk berasa dan bodoh. Demikian halnya dengan pekerjaan dunia, ilmu,d an
sebagainya : kehidupan, kenikmatan,d an kesenangan muncul dari pantulan
kebahagiian mistik. Apabila
bukan untuk kebahagiaannya, tentu orang tidak akan memperoleh kenikmatan atau
kesenangan di dalam keberadaanya, segala sesuatu akan tampak kosong.
Lima Puluh Empat
IKUTILAH GETARAN YANG SELALU MENGGEDOR-GEDOR HATIMU
Ketika pertama kali mulai menggubah puisi, muncul
dorongan yang menyebabkan aku untuk menggubahnya. Pada saat itu terasa sangat
efektif. Bahkan sekarang, ketika dorongan telah lesu dan “tenggelam” ia masih
efektif. Itu adalah cara Tuhan memelihara sesuatu ketika dia “terbit”, ketika
banyak akibat, dampak bear dan banyak hikmah dilahirkan. Bahkan ketika
tenggelam, pemeliharaan itu tetap bertahan. Julukan Tuhan dari barat dan timur
(QS. 26 : 28) berarti bahwa Tuhan memelihara baik motivasi yang terbit dan yang tenggelam.
********************
Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa manusia adalah pencipta
perbuatannya sendiri, bahwa manusia “mencipta” setiap perbuatan yang keluar
dari diinya. Tidak dapat begitu, karena setiap perbuatan yang keluar dari
manusia berasal baik karena instrumen yang dia miliki – misalnya kecerdasan,
ruh, kekuatan, atau tubuh – atau tanpa perantaraan sesuatu pun. Memang tidak
benar mengatakan bahwa manusia adalah pencipta perbuatannya dengan perantaraaan
hal –hal semacam itu karena manusia sepenuhnya tidak berada dalam penegndalian
hal-hal itu. Maka, karena peralatan tidak tunduk padanya, dia bukan pencipta
perbuatannya tanpa anggota, karena memang mustahil untuk membayangkan suatu
perbuatan muncul darinya tanpa peralatan. Maka, kami sadar sepenuhnya pencipta
perbuatan adalah Tuhan, bukan manusia. Setiap perbuatan, apakah itu baik atau
jahat, yang keluar dari manusia dilakukan untuk tujuan tertentu, tetapi hikmah
di belakang perbuatan bisa jadi tidak dapat diserap manusia. Makna, hikmah, dan
manfaat yang dilihat manusia dari suatu perbuatan berada dalam proporsi
instrumentalitas dirinya dalam penciptaan perbuatan, hanya Tuhan yang
mengetahui apa manfaat sepenuhnya dari perbuatan yang diberikan. Sebagai
contaoh, engkau shalat dengan kesungguhan mencapai pahala di dalam kehidupan
selanjutnya dan nama baik serta keselamatan di dunia ini, maka manfaat shalatmu
tidaklah terbatas pada hal-hal itu. Shalat akan menghasilkan ribuan manfaat
yang tidak dapat engkau bayangkan. Tuhan, yang menjaga manusia pada
perbuatannya, mengetahui segala manfaat itu.
Manusia bagaikan busur di dalam genggaman Mahakuasa
Tuhan, dan Tuhan menggunakannya untuk melakukan apa pun. Pada hakikatnya, yang
menjadi penyebab adalah Tuhan. Bukan busur. Busur hanyalah alat, sebuah cara;
tetapi demi estabilan dunia, dia tidak sadar atas pengaruh Tuhan. Ah, betapa
besar busur itu yang mengetahui di tangan siapa ia berada! Apa yanng mesti aku
katakan tentang dunia yang yang penopang
dan pendukung utamanya berada dalam ketidakpedulian? Tidakkah, engkau sadar
ketika seseorang terbangun dari “tidur ketidakpedulian” dia tidak tertarik dan
dingin pada dunia? Dia merana merindukan ketiadaan. Dari kanak-kanak, ketika
mulai tumbuh, manusia ada di dalam ketidakpedulian, kalau tidak, dia tidak akan
tumbuh sama sekali. Maka ketika mencapai kedesasaan penuh dalam
ketidakpedulian, Tuhan mengenakan luka dan serangan keapdanya dengan ketetapan
dan kehendk bebas untuk menghapus bersih ketidakpedulian dan membuatnya murni.
Setelah itu, dia dapat berhubungan dengan dunia lain.
Diri manusia bagaikan timbunan sampah atau tumpukan ampas
karena raja telah menutup rapat tumpukan itu.
Diri manusia bagaikan karung biji padi. Raja memanggil,
“Kemana engkau akan pergi dengan karung itu? Cangkirku ada di dalamnya.” Manusia,
jadi benar-benar terserap di dalam biji, dan tidak menyadari adanya cangkir.
Apabila mengetahi cankgir ada di sana, apa ketertarikan yang dimilikinya pada
butir padi? Sekarang, setiap “gagasan”
yang menarikmu ke dalam dunia tertinggi dan membuat engkau dingin dan
tidak acuh pada dunia rendah adalah pantulan yang dilemparkan oleh “cangkir”
itu. Manusia cenderung pada dunia lain. Ketika dia condong pada jalan
sebaliknya, pada dunia yang lebih rendah, itu adalah tanda bahwa “cangkir”
telah hilang, di balik hijab.
Lima Puluh Lima
Cintailah Setiap Orang dan Hiduplah di Taman Penuh
Kedamaian
Seseorang berkata, “Qadi Izzuddin mengirim salamnya dan
selalu berbicara memujimu.”
Semoga ingatan yang baik dari setiap orang yang berbicara
baik tentang kita berthan lama di dunia.
Apabila berbicara baik kepada yang lain, kebaikan akan
kembali kepadamu. Kebaikan dan pujian dari yang lain yang engkau katakan, pada
hakikatnya adalah untuk dirimu sendiri.
Kesejajaran akan terjadi ketika seseorang menanami taman dan tanaman obat di
sekitar rumahnya. Setiap saat memperhatikan, dia melihat hunga dan tanaman
obat. Apabila membiasakan diri berbicara baik kepada orang lain, engkau selalu
berada di dalam “surga”. Ketika
melakukan kebaikan untuk orang lain, engkau akan menjadi temannya. Dan kapan
pun berpikir tentang engkau, dia akan
memikirkan dirimu sebagai teman – dan pikiran seorang teman, terasa mendamaikan
sebagaimana bunga di taman. Ketika dengkau berbicara buruk kepada orang
lain, engkau bisa menjadi buruk di dalam pandangannya sehingga kapan pun
memikirkanmu dia akan membayangkan ular atau kalajengking, atau duri dan
tanaman liar berduri. Sekarang, apabila dapat melihat pada bunga di taman siang
dan malam, kenapa engkau mesti mengelana di dalam potongan kayu atau lubang ular?
Cintailah setiap orang hingga engkau, selalu berada di dalam bunga-bunga taman.
Apabila membenci setiap orang dan membayangkan musuh di mana pun, itu seperti
mengembara siang dan malam di dalam potongan kayu keras dan lubang ular.
Orang suci mencintai semua orang sebagai kebaikan, tidak
atas nama orang lain tetapi atas namanya sendiri, kalau-kalau bayangan
kebencian, kejijikan muncul di dalam pandangan mereka. Karena tidak ada pilihan
di dunia ini selain memikirkan orang-orang. Orang suci telah berusaha keras
untuk memikirkan orang lain sebagau sahabat hingga kebencian tidak merusak
jalan mereka.
Maka, segala sesuatu yang engkau lakukan dengan hormat
kepada orang dan setiap sebutan yang
engkau buat tentang mereka, baik atau
buruk, semuanya akan kembali kepadamu. Maka Tuhan mengatakan, “Dia yang beruat
kebenaran, melakukan manfaat untuk jiwanya sendiri; dan dia yang melakukan
kejahatan, melakukannya untuk hal yang sama (QS. 41:46), dan “Siapapun pernah
berbuat kejahatan seberat semut sekalipun, akan mengalami hal yang sama.”
(QS.99:8).
*************************
Pertanyaan ini pernah diutarakan : ketika Tuhan berkata,
“Aku akan menempatkan khalifah di muka bumi,” malaikat berkata, “Akankah Engkau
menempatkan orang yang akan melakukan kejahatan di sana, dan menumpahkan darah?
Tetapi kai tetap merayakan pujian kepada-Mu,d an menyucikan Engkau.” (QS>
s:30). Adam belum lagi diciptakan, bagaimana mungkin malaikat mampu menilai
bahwa manusia akan melakukan kejahatan dan menumpahkan darah?
Ada dua hal yang dilakukan malaiakt : Pertama adalah
“Menerima” dan kedua “menalar”. Yang dimaksud dengan “menerima” adalah, malaikat
teah membaca Lembaran Takdir bahwa di sana akan ada bangsa dengan diri khas
seperti itu. Malaikat sekedar menghubungkan dengan yang pernah mereka baca.
Dan yang dimaksudkan dengan “menalar” adalah malaikat
telah menyimpulkan dengan penalaran
logis bahwa bansga itu akan berada di muka bumi. Mereka pasti binatang,
dan perbuatan seperti itu tentu hanya akan dilakukan oleh binatang. Meskipun
manusia memiliki makna hakiki dan memiliki kekuatan ucapan rasional, tapi
karena kebinatangannya, manusia akan berbuat kerusakan dan melakukan
pertumpahan darah.
Ada sebagian orang yang mengajukan penalaran berbeda.
Mereka berkata bahwa malaikat, karena adalah intelek murni dan benda yang tidak
tercampur, tidak memiliki kehendk bebas dalam hal apapun. Sebagai contoh, ketika melakukan sesuatu di
dalam mimpi, engkau bukanlah manusia yang meiliki kebebasan berbuat.
Dengan demikian tidak ada tuduhan balasan dapat digunakan untuk melawanmu dalam
mimpi, tidak peduli apakah engkau mengatakan kekafiran atau ketauhidan, juga
seandainya engkau melakukan perzinahan dalam mimpi. Malaikat dalam keadaan
sadar, keadaanya seperti itu. Dan manusia adalah kebalikannya : mereka memiliki
kehendak bebas seperti hasrat dan keserakahan. Manusia menginginkan segala sesuatu untuk mereka sendiri
dan rela mati untuk memperolehnya. Dan ini adalah ciri khas binatang.
Maka keadaan malakut adalah sebaliknya dari keadaan manusia.
Maka kemudian memungkinkan untk menghubungkan bahwa
malaikat berbicara seperti itu, meskipun
tidak secara lisan dan dikatakan. Dapat diduga bahwa kedua hal di atas adalah
untuk mengungkapkan dan menceritkan diri mereka. Seperti seorang penyair yang
berkata, “Kolam berkata, ‘aku penuh.’” Kolam tidak dapat berbicara, lalu apa
maksudnya jika kolam bisa berbicara, apa yang akan dikatakannya dalam keadaan
seperti itu.
Setiap malaikat memiliki lembaran di dalam dirinya, dari
sana, sesuai dengan proporsi jajarannya, mampu membaca keadaan dunia dan apa
yang akan terjadi. Ketika apa yang telah dibaca dan diyakini terjadi,
keimanannya, cinta, dan “mabuknya” untuk Sang Pencipta meningkat. Mereka merasa
takjub pada keagungan Tuhan dan kemampuan-Nya melihat yang tidak terlihat.
Peningkatan cinta, iman, yang tidak diverbalkan, ketakjuban yang tak
terungkapkan, semua merupakan pengagungan-Nya. Seeprti guru bangunan yang
mengatakan kepada pembantunya bahwa bangunan yang akan mereka bangun
membutuhkan demikian banyak kayu, bata, batu dan banyak jerami. Ketika bangunan
selesai, bahan-bahan habis tepat seperti yang dibutuhkan itu, tidak kurang dan
tidak lebih, kepercayaan tukang semakin meningkat. Dlam hal malaikat juga
seperti itu.
********************
Seseorang bertanya pada guru, “Meskipun Nabi memiliki
keagungan seperi itu hingga Tuhan berkata kepadanya, ‘Jika bukan untukmu, Aku
tak akan menciptakan surga.’” Meski demikian, Nabi Muhammad mengatakan,
“Bagaimana hal ini bsia terajdi?
Itu akan menjadi jelas dengan analogi. Biarkan aku
menjelaskan hingga engkau dapat memahaminya. Di dalam sebuah kampung ada
seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seorang perempuan. Keduanya memiliki
rumah dan pekarangan yang berdekatan satu sama lain. Mereka hidup bahagia dalam
pertemuan satu sama lain, tumbuh sehat dan berkembang satu sama lain. Kehidupan
mereka tidak mungkin dapat dipisahkan dari keterlibatan, bagaikan ikand an air.
Dan ini berlanjut selama bertahun-tahun tanpa henti. Tiba-tiba Tuhan membaut
mereka kaya dan memberi mereka banyak domba, binatang ternak, kdua, harta
benda, uang, budak, dan pelayan. Sekarang mereka sangat kaya dan makmur hingga
pindah ke kota, dan masing-masing membeli rumah indah besar dan megah. Mereka
membuat rumah kediaman dengan memperlihatkan kemegahan dan keadaan diri mereka
kepada orang lain. Orang yang satu berada di ujung kota dan yang lain berada di
ujung lain.
Ketika telah mencapai titik ini, mereka tidak mampu lagi
menikmati persatuan seperti pertama kali. Perlahan-lahan, dengan penuh rasa
sedih, meratap diam-diam, tidak mampu menyesakkan jeritan batin. Ketika
kesedihannya tak tertahankan, mereka benar-benar terbungkus di dalam api
perpisahan. Ketika kebakaran besar ini mencapai puncaknya, tangisan mereka di
dengar Tuhan. Domba dan kuda mereka mulai berkurang, dan seikit demi sedikit
mereka kembali pada keadaan semual. Setelah sekian lama, akhirnya disatukan
kembali di dalam kampung tua mereka dan sekali lagi dipeluk oleh kenikmatan
dalam persatuan. Ketika mereka mengingat pedihnya perpisahan, tangisannya
terdengar, “Mungkinkah Tuhan Muhammad belum menciptakan Muhammad!”
Sejauh jiwa Muhammad adalah ruh di dunia kesatuan dan
menikmati persatuan dengan Tuhan, ia berenang seperti ikan di dalam lautan
kasih. Meskipun di dalam dunia ini ia melakoni tugas kenabian, kepemimpinan, serta
ia menikmati keagungan, kejayaan, kemasyhuran, dan persahabatan, ketika ia
kembali pada kenikmatan semula, dia berkata, “Akankah bila aku bukan nabi dan
tidak muncul di dunia ini, karena hubunganku dengan penyatuan mutlak ini
sungguh memberatkan, menyakitkan, dan menyiksakan.”
Di dalam hubungannya dengan kebaikan dan kekuasaan
Pencipta seluruh pengetahuan, usaha keras, dan perbudakan ini bagaikan orang
yang membungkukkan kepalanya, melakukan pelayanan, lalu pergi. Apabila engkau
membungkukkan diri kepada seluruh bumi untuk melayani Tuhan, itu seperti
menyentuhkan kepalamu sekali apda tanah, karena kebaikan dan rahmat Tuhan
mendahului keberadaan dan pelayananmu. Darimanakah Dia membawamu ke dunia
kehidupan, hingga memungkinkan engkau untuk melayani, lalu engkau membanggakan
dirimu sebagai pelayan? Peerilaku pembudakan ini dan pengetahuan ini seperti
apabila engkau membuat manekin dari kayu lalu jatuh dan kemudian berkata di
dalam kehadiran Tuhan, “Aku menyukai manekin ini. Aku membuat mereka, tetapi
memberikan kehdupan adalah tugas-Mu. Apabila Engkau ingin memberikan kehidupan
adalah tugas-Mu. Apabila Engkau ingin memberikan kehidupan untuk mereka, engkau
akan mempercepat pekerjaanku. Apabila engkau tidak berminat, itu terserah
kepada-Mu.”
********************
Ibrahim berkata, “Tuhan adalah Dia yang memberi hidup dan
yang membunuh.”
Namrud menjawab, “Aku memberikan kehidupan dan aku
membunuh.” (Qs. 2: 258). (Karena Tuhan telah memberi dia kekuasaan, dia
memperkirakan dirinya mahakuasa dan tidak menisbatkan apa pun kepada Tuhan).
Dia berkata bahwa dia pun menyebabkan kematian dan kehidupan. Dan bahwa yang
dihasratkan dari kekuasaannya adalah pengetahuan. Karena Tuhan telah
membekalkan pengetahuan pada manusia, kepintaran, dan ketrampilan, manusia
menisbatkan hal-hal ini kepada dirinya dan mengatakan, “Melalui perbuatan dan
perilaku ini aku memberikan kehidupan kepada perbuatan dan memperoleh
kenikmatan darinya.” Ibrahim mengatakan, “Tidak, Dia yang memberikan kehidupan
dan membunuh.”
Seseorang mengemukakan hal berikut ini kepada guru agung
kita, “Ibrahim berkata kepada Namrud bahwa Tuhan-Nya adalah Dia yang membawa
matahari ke atas dari timur dan mengirimnya ke bawah menuju barat, sesuai
dengan ayat Al-Uwr’an. Sungguh Tuhan membawa matahari dari timur (QS. 2 : 258).
‘Sekarang engkau,’ Ibrahim melanjutkan, ‘akuilah ketuhanan, dan engkau kalah.’
Jika mengikuti argumen logis, Namrud telah memaksa Ibrahim untuk menyerah pada
alasan pertama, dan Ibrahim, karena tidak mampu menajwab, mengalihkan persoalan
dengan baris penalaran lain.”
Sebagaimana yang lain telah mengatakan omong kosong,
sekarang engkau berkata omong koong juga. Apa yang diungkapkan Ibrahim adalah
satu argumen yang diungkapkan dengan dua cara berbeda. Engkau salah demikian
juga yang lainnya. Ada begitu banyak makna di sini, salah satunya adalah bahwa
Tuhan membentukmu dari pengasingan non-keberasdaan di dalam rahim ibumu;
“timur”-mu adalah rahim ibumu, dari sana engkau “terbit”, dan engkau pergi ke
bawah menuju “barat” kuburan. Ini aadalah argumen pertama yang diungkapkan
dengan cara lain – yakni Dia memberikan kehidupan, dan membunuh (QS. 2:258).
Sapabila engkau mahakuasa, bawa ke hadapanku sesuatu dari
“barat” kuburan dan letakkan kembali ke dalam “timur” rahim. Makna lain akan
dikatakan bahwa sejak para irfan (gnostik) menemukan pencahayaan, pemabukan,
tumpuan, dan ketenangan melalui perbuatan ketaatan, ikhtiar, perbuatan
istimewa, dan karena nikmatnya “terbenam” seperti amtahari ketika dia membuang
amal ketaatan dan usaha keras itu, maka dua keadaan ketaatan dan ketidaktaatan
adalah “timur” dan “barat” dia. Apabila engkau mampu memberikan hidup selama
keadaan terbenam, yang adalah kekotoran, ketidaktuhanan, ketidaktaatan, dan
sekarang, di dalam keadaan terbenam membawa ke depan pencahayaan dan ketenangan
yang muncul dari ketaatan. Ini bukanlah perbuatan untuk dilakukan manusia;
manusia tidak akan pernah melakukan itu. Hanya Tuhan yang mampu melakukan hal
seperti itu, karena apabila berkehendak Dia mampu membuat matahari muncul dari
barat dan apabila Dia berkehendak, Dia mampu membuatnya terbenam di Timur.
Karena Dia yang memberikan kehidupan dan menyebabkan kematian (QS. 40:68).
Baik orang yang tidak ebriman dan orang yang beriman, sama-sama mengagungkan Tuhan. Tuhan
pernah berfirman bahwa siapapun mengikuti jalan yang benar, melakukan kepatuhan
dan setia pada hukum Ilahi, mengikuti jalan Nabi dan orang suci, dia akan
mendapatkan kenikmatan, pencahayaan dan kehidupan agung. Dia juga berfirman
bahwa siapapun yang melakukan hal sebaliknya akan menemukan kegelapan,
ketakuran dam lubang neraka serta kesengsaraan. Karena, baik orang beriman dan
tidak beriman melakukan sesuai dengan itu, dan karena janji Tuhan bernar-benar
muncul, tidak lebih dan tidak kurang, maka keduanya mengagungkan Tuhan, satu
pihak dengan “bahasa” yang sat, dan yang lain dengan bahasa yang lainnya.
Tetapi betapa berbedanya antara pengagung yang satu dengan lainnya! Sebagai
contoh, seorang pencuri mencuri dan digantung atas kejahatannya. Dia adalah
“pendeta” bagi orang-orang Muslim – yakni dia “berkata”, “Siapa pun yang
mencuri akan diselesaikan seperti ini.” Orang lain dihadiahi raja karena keadilan dan keamanahannya. Dia juga
adalah “pendeta” bagi kaum Muslim. Ceramah pencuri dengan saru “bahasa” dan
orang yang amanah dengan bahasa yang lain. Tetapi lihatlah betapa berbeda
antara keduanya!
Lima Puluh Enam
PIKIRANA DALAH JARING UNTUK MENANGKAP MANGSA
Pikiranmu sedang tenang. Bagaimana bisa? Karena pikriana
dalah hal yang sangat berharga. Pikiran seperti jaring, dan jaring harus selalu
dalam keadaan baik agar bisa digunakan untuk menangkap mangsa. Apabila pikrain
terganggu, berarti jaring koyak, dan menjadi tak berguna. Maka, janganlah
berlebihan dalam cinta atau benci kepada
siapa pun, karena kedua hal itu akan membuat jaring terkoyak. Kesederhanaan,
dalam perkara ini adalah suatu keniscayaan. Yang kumaksudkan dengan cinta yang
tidak boleh berlebihan adalah cinta untuk selain Tuhan. Tapi apabila berbicara
tentang cinta kepada Tuhan, maka tak ada lagi pembatasan yang ekstrem. Semakin
tebal rasa cinta, semakin baik. Ketika cintamu untuk selain Tuhan berlebihan,
engkau mengharapkan agar dia selamanya berada dalam keberuntungan yang baik,
sebuah kemustahilan wujud karena semua orang tunduk pada perputaran roda nasib.
Karena keadaan manusia terus emnerus berada dalam perubahan dan engkau berharap
agar dia selalu berada dalam keberuntungan baik terus menerus, pikiranmu
menjadi terganggu.
Ketika permusuhanmu dengan seseorang terlalu berlebihan,
engkau mengharapkan agar musuhmu
selamanya bernasib sial dan buruk. Padahal roda kehidupan terus berputar
dan demikian pula keadaan musuhmu, kadang-kadang dia beruntung, kadang pula dia
sial. Karena tidak mungkin musuhmu selamanya sial, pikiranmu menjadi terganggu.
Pada sisi lain, cinta kepada pencipta menjadi bagian
tetap (terus bersemayam) di dalam dunia dan seluruh manusia – Zoroastrian,
Yahudi, Nasrani – seluruh makhluk. Bagaimana mungkins eseorang tidak mencitai
penciptanya? Meskipun cinta seperti itu terus bersemayam, penghalang tertentu
menjaganya di belakang hijab. Apabila penghalang itu diangkat, cinta akan
muncul ke permukaaan.
Mengapa hanya membincangkan hal-hal yang ada (exist)? Hal
non-wujud (non-entities) juga selalu dalam pengharapan untuk meuncul di alam
wujud. Non-wujud itu bagaikan empat orang duduk di depan raja, masing-masing
berharap dan menduga raja akan memberi mereka sebuah kedudukan. Setap orang
malu satu sama lain karena pengabulan raja atas pengharapannya akan meniadakan
yang lain. Karena non-wujud berdiri di garis pengharapan atas Tuhan dan
berharap bahwa keberadaan masing-masing akan mendahului yang lainnya, mereka
merasa malu did alam keberadaannya. Apabila Non-wujud seperti itu, lalu
bagaimanakah keberadaan benda yang ada (exist)? Ia muncul tanpa kejutan bahwa
tidak ada satu pun yang tidak merayakan pujian kepada-Nya (QS:44), meskipun
mengejutkan, tidak ada satu pun yang “bukan benda” yang tidak memuji-Nya.
Orang kafir dan
yang beriman mencari-Mu
Mereka berkata,
“Dia yang sendiri, Dia tidak memiliki teman.”
*****************
Pondasi rumah ini
jelek dan mudah roboh. Dukungan utama dunia ini, sebagaimana seluruh tubuh,
juga jelek dan mudah roboh. Bahkan tubuh ini tumbuh dengan pertumbuhan yang tak
berarti. Ketidakpedulian adalah kekafiran; dan agama, karena penolakannya
terhadap kekafiran, tidak mungkin ada tanpa keberadaan kekafiran. Maka, wilayah
kekafiran, ada sebelum adanya penolakan terhadap kekafiran itu sendiri. Karena
yang satu tak’kan ada tanpa adanya yang lain. Keduanya adalah satu hal tidak
dapat dipisahkan. Pencipta keduanya juga satu, karena apabila pencipta kedua
hal itu tidak satu, keduanya akan dapat dipisahkan; pencipta yang berbeda akan
menciptakan setiap satu dari keduanya dan kedua hal itu akan dapat dipisahkan.
Karena Pencipta adalah satu, Dia sendiri, tanpa rekanan.
**********************
Mereka mengatakan, “Sayid Burhanuddin berbicara sangat
baik, tetapi dia terlalu sering mengutip syair Sana’i.”
Hal itu seperti mengatakan bahwa matahari itu baik tetapi
terlalu banyak memberikan cahaya. Apakah hal itu sebuah kesalahan? Mengutip
kata-kata Sana’i adalah seperti menyinari cahaya pada suatu wacana. Matahari
menyorotkan cahayanya pada benda, orang dapat meliaht banyak benda dalam cahaya
matahari. Maksud dari cahaya matahari adalah melemparkan cahaya pada sesuatu.
Meskipun demikian, matahari pada langit ini melemparkan cahaya pada benda yang
tidak ebrguna : matahari di langit adalah kiasan magi amtahari sejati. Engkau
pun, sesuai dengan proporsi intelek bagianmu, pastikanlah hatimu menghadap
matahari sejati dan mencari cahaya pengetahuannya agar bisa melihat sesuatu
yang tidak terpahami dan agar engkau bisa meningkatkan pengetahuanmu. Engkau
memiliki pengharapan atas pemahaman dan pengertian sesuatu dari setiap guru dan
dari teman. Maka kami menyadari matahari adalah sesuatu yang lain, bukan
matahari fisikal : matahari itu merupakan suatu pewahyuan hakikat dan
kebenaran. Kami pun menyadari bahwa pengetahuan – kecil, tempat engkau
berlindung dan mendapatkan manfaat adalah hal yang sekunder dibandingkan dengan
pengetahuan agung tempat pengetahuan – kecilmu hanya menjadi “dinar” dari
amtahari agung-Nya, “Sinar” ini memanggilmu menuju matahari asli pengetahuan
agung. Inilah mereka yang dipanggil dari tempat jauh (QS. 41:44).
Engkau mencoba menarik pengetahuan itu kepadamu. Memang mustahil
bagiku untuk menyesuaikan di sana, dan sukar bagimu untuk tiba ke sini, “Aku
tidak akan sesia di sana, dan akan memakan waktu lama bagimu daatang ke sini.
Mustahil bagiku cocok di sana. Dan sukar bagimu datang ke sini.” Rasanya memang mustahil untuk
melakukan sesuatu yang mustahil, tetapi tidak mustahil untuk melakukan sesuatu yang
sukar. Maka, meskipun sukar, berusahalah dengan keras mencapai
pengetahuan agung itu, tetapi jangan berharap bisa menguasainya di sini, karena
hal itu mustahil. Sama halnya, dari cinta mereka pada kekayaan Tuhan, orang
kaya mengumpulkan uang melalui “cahaya” kemakmuran. “Cahaya” kemakmuran ini
berkata, “Aku memanggilmu dari kemakmuran agung itu. Kenapa engkau mencoba
menarikku ke tampat yang tidak cukup untukku? Datanglah agak mendekat menuju
kemakmuran ini!”
Singaktnya, hal utama terletak pada akhirnya, dans emoga
itu layak dipuji. Yang layak puji di akhir itu bagaikan pohon yang akarnya kuat
menegakkan di taan spiritual dan yang cabang dan buahnya tergantung di tempat
lain. Ketika buah jatuh, pada akhirnya harus diambil kembali ke taman tempat
akarnya berada. Di dalam contoh lain, terdapat pengagungan dan berteriak “puji
tuhan” di dalam bentuk luar. Tetapi karena akarnya berada di dunia ini, seluruh
buahnya juga di bawah di dunia ini. Apabila kedua tanaman itu berada di taman
dunia lain, maka itulah yang dimaksud dengan cahaya di atas cahaya (QS. 24:35).
Lima Puluh Tujuha
CARILAH GURUMU, DAN BERSEMAYAMLAH DALAM
KEDAMAIANNYA
Akmaluddin berkata, “Aku mencintai guru kita dan ingin
melihatnya. Aku bahkan tidak pernah berpikir tentang dunia selanjutnya, karena
aku memperoleh kenyamanan seperti itu di dalam citra guru kami, bahwa aku mampu
melakukan tanpa gagasan dan pikiran seperti itu. Aku menemukan kedamaian di
dalam keindahan dirinya, dan aku memperoleh banyak kenikmatan hakikat dari
bentuk atau citranya.”
Meskipun dia tidak berpikir tentang kehidupan selanjutnya
atau Tuhan, semuanya telah bersemayam di dalam citra ini dan kemudian terus
menerus diingat.
Seorang gaids penari cantik tengah bermain kastanet untuk
Khalifah. Khalifah berkata, “Seniman berada di tanganmu.”
“Tidak,” jawab penari itu, “seni itu berada di kakiku,
wahai khalifah. Adanya keistimewaan pada tanganku karena adanya keistimewaan
kaki yang bersamayam di sana.”
Meskipun murid barangkali tidak berpikir tentang
kehidupan selanjutnya dengan seluruh rinciannya, kenikmatan melihat gurunya dan
ketakutannya untuk terpisah darinya membuatnya memahami seluruh rincian itu.
Bersemayam di dalam dirinya sebagaimana ia berada di dalam orang yang mencintai
dan menyayangi anak atau kakak tanpa memikirkan hubungan anak atau saudara,
harapan ata kepercayaan, kasih sayang skeluarga, rasa iba, akibat dari hubungan
atau karena seluruh manfaat apa pun yang diharapkan seseorang atas hubungan
itu. Seluruh rincian ini bersemayam dalam derajat kebetulan dan horamt seperti
udara yang berada pada kayu, meskipun
kayu barangkali berada di bawah bumi
atau di bawah air.
Karena udara sangat vital untuk menyalakan api, apabila
udara tidak bersemayam di dalam kayu, api tidak akan memiliki pengaruh padanya.
Tidakkah engkau pahami ketika meniup kayu itu, api api muncul menghidupkan?
Bahkan apabila kayu berada di bawah bumi aau di bawah air, udara bersemayam di
dalamnya. Apabila tidak demikian, kayu tidak akan mengambang. Kata yang engkau
ucapkan sama halnya demikiian : meskipun banyak hal berhubungan dengan
kata-kata, kecerdasan, otak, mulut, bibir, langit-langit mulut, lidah seluruh
bagian yang mengendalikan tubuh, unsur, sikap, minat dan ribuan penyebab kedua
yang padanya kata-kata bergantung, dan seterusnya hingga engkau mencapai dunia
sifat dan kemudian hakikat diri. Meski tidak satu pun dari hal-hal itu tersurat
di dalam kata-katamu, semuanya bersemayam di dalam apa-apa yang engkau katakan,
sebagaimana telah disebut sebelumnya.
Lima atau enam kali sehari manusia mengalami kekecewaan
dan luka yang tidak disengaja. Tentu saja hal-hal itu tidak muncul darinya :
semua itu pasti datang dari yang selainnya, maka dia adalah sasaran yang lain
itu. Yang lain mengawasinya dan memberinya luka setelah terjadi perbuatan
buruk. Apabila di sana tidak ada pengawas, bagaimana mungkin dia bisa
lukai begitu saja? Meskipun dilanda
seluruh kekecawaan itu, sikap manusia tidak mengetahui dengan pasti siapakah
dia yang melakukan perintah yang lain. “Tuhan menciptakan manusia di dalam
citranya sendiri.” Karakteristik Ilahiahmu – yang merupakan kebalikan
karakteristik penghambaan – sangat menyenangkanmu. Manusia kerap di pukul pada
kepalanya, tetapi dia tidak membiarkan pergantian itu secara gigih dan dengan
segera melupakan kekecewaan itu. Tetapi hal itu tidak bermanfaat bagi dirinya.
Sampai waktu tertentu ketika dia membuat pergantian miliknya sendiri, dia tidak
akan lari dengan pukulan keras semacam itu.
Lima Puluh Delapan
KAU AKAN MENEMUKAN SUMBER CAHAYA DENGAN MENGIKUTI
SINARNYA
Seorang mistik berkata, “Aku pergi ke ruang api sebuah
pemandian untuk beristirahat, karena tempat itu telah menjadi tempat
perlindungan bagi sejumlah orang suci. Aku melihat kepala tukang api memiliki
wakil yang bekerja dengan keras. Kepaal itu mengatakan kepadanya untuk
melakukan dengan cekatan. Tukan api pua dengan kecepatan laki-laki yang taat
pada perintah itu.
“ya, dia berkata, ‘jadilah laki-laki yang cekatan engkau
di tempatku.’”
“Aku tertawa, dan kecemasanku berakhir, karena aku
melihat seluruh majikan di dunia ini berlaku sama dengan bawahannya yang tidak
penting.
Lima Puluh Sembilan
DIA TERLALU LEMBUT UNTUK DAPAT KAU LIHAT
Seorang pelamun
berkata, “engkau menyatkan ada sesuatu di luar lingkaran langit dan bola bumi
ini yang dapat aku lihat. Menurut pendapatku, tidak ada apa-apa di sana selain
hal ini. Apabila memang ada, tunjukkan keapdaku di manakah tempat itu!”
Pertanyaan ini dari mulanya tidak ebnar, karena engkau
meminta ditunjukkan sesuatu yang tidak emmiliki tempat. Coba, katakan kepadaku
di manakah keberatanmu. Itu tidak berada di mana-mana. Tdiak berada di dalam
lidah, mulut atau dadamu. Carilah melalui seluruh hal ini. Koyak mereka hingga
hancur berkeping-keping. Engkau akan
tahu bahwa anggapan atas keberatanmu
tidak akan ditemukan di dalam satu pun dari semua itu. Maka, menyadari
bahwa keberatanmu tidak beralasan. Karen engkau tidak menjelaskan tempat atas
keberatanmu, bagaimana mungkin engkau akan menjelaskan pencipta keberatan? Begitu banyak ribuan keberatan dan
keadaan muncul kepadamu, tetapi mereka tidak berada di tanganmu atau tunduk pada pengendalianmu.
Apabila engkau mengetahui darimana hal itu berasal, engkau akan mampu menaikkan
mereka. Terdapat “koridor” untuk semuanya bagimu, tetapi engkau tidak menyadari
dari mana mereka berasal, ke mana merek pergi, dan apa yang akan mereka
lakukan. Karena engkau tidak memiliki kemampuan untuk memastikn keadaan dirimu
sendiri, bagaimana mungkin engkau berharap bisa memastikan keadaan penciptamu?
Seseorang yang punya saudara ipar perempuan pelacur
mengatakan bahwa Tuhan tidak berada di surga. Engkau, anjign! Bagaimana mungkin
engkau tahu Dia tidak ebrada di sana? Pernahkan engkau mengukur surga jengkal
demi jengkal dan menyeberangi seluruhnya hingga dapat mengatakan bahwa Dia
tidak berada di sana? Engkau bahkan tidak perna
tahu bahwa ada pelacur di rumahmu sendiri! Bagaimana caranya engkau akan
mengetahui surga? Ya, engkau pernah mendengar tentang surga, dan nama-nama
bebintangan. Dan lingkaran yang engkau namakan “sesuatu”. Apabila engkau
mengetahui sesuatu tentang surga dan pernah pergi satu jengkal ke surga, engkau
tidak akan mengatakan omong kosong seperti itu.
Apa maksudmu dengan mengatakan Tuhan tidak ebrada di
surga? Kita tidak emngartikan Dia tidak di dalam sruga melainkan surga tidak
dapat meliputi-Nya. Dialah yang meliputi surga. Dia memiliki hubungan tak
terbayangkan dengan dirimu. Segala sesuatu berada di dala genggamanan
Mahakuasa-Nya; segala sesuatu adalah pengekawantahan diri-Nya dan sasaran
pengendalian diri-Nya. Maka, Dia tidak di luar surg dan alam semesta, tetapi
tidak sepenuhnya di dalam kedua-duanya pula. Yakni, mereka tidak meliputi Dia,
melainkan Dia meliputi mereka sepenuhnya.
Seseorang bertanya, dimanakah Tuhan, di bumi, atau di
langit, dan di manakah Singgasana Tuhan berada? Kami katakan pernyataan itu
tidak beanr sejak awalnya, karena Tuhan tidak dibatasi dengan tempat. Kemudian
engkau bertanya, di manakah Tuhan sebelumnya? Meski demikian, sesgala sesuatu
tentang dirimu adalah nir- ruangan : pernahkah engkau menemukan
benda-benda yang ada dalam dirimu yang
selama ini engkau cari? Apabila semua tapa ruangan , bagaimana mungkin engkau
menghayalkan sebuah tempat untuk pikiran dan keadaanmu? Sekarang, pencipta
pikiran jauh lebih lembut daripada pikrian itu sendiri. Sebagai contoh, tukang
bangunan lebih lembut daripada bangunan yang dia buat. Dialah yang mempu
membuat bangunan, di sepanjang jalan, ribuan bangunan yang lain dan benda-benda
yang mirip satu sama lain. Maka, dia lebih lembut dari lebih berharga daripada
bangunan, tetapi kelembutannya tidakd apat dilihat kecuali melalui perantara
rumah atau sejumlah pekerjaan lain yang muncul ke dalam diri di dalam dunia
berakal sehat untuk memperlihatkan keindahan lebut dirinya.
Engkau dapat melihat napasmu pada musim dingin tetapi
tidak pada musim panas. Itu bukan karena napasmu berhenti pada musim panas,
tetapi karena pada musim panas, udara sangat panas dan napasmu terlalu lembut hingga
tidak menampakkan diri, sebagai hal itu dilawankan dengan musim dingin. Sama
halnya, seluruh sifat dan hakikatmu juga terlalu lembut untuk dapat dilihat
kecuali melalui perantara perbuatan. Sebagai contoh, sifat pengampunanmu. Ia
hadir tetapi tidak dapat dilihat. Hanya ketika engkau memaafkan seseorang,
sifat pengampunanmu dapat dipahami. Kutukanmu pun tidak dapat dilihat, tetapi
ketika engkau melakukan kutukan melawan penjahat dengan menyerang dirinya,
kutukanmu menjadi terlihat, dan demikian setersunya tiada henti.
Tuhan yang gterlalu lembut untuk dapat terlihat, maka Dia
menciptakan bumi dan surga agar kemahakuasaan dan kerajinan tangannya dapat
terlihat. Untuk alasan ini, Dia mengatakan, “Mereka tidak melihat surga yang
berada di atas mereka, dan pertimbangkan bagaimana Kami telah menaikkannya?”
(QS. 50:6).
**********************
Aku tidak sedang mengendalikan kata-kata, dan ini
melakukan aku karena aku ingin menasihati temanku; tetapi kata-kata tidak akan
dipimpin olehku. Untuk alasan ini aku bersedih. Tetapi, di dalam kenyataannya,
kata-kata lebih tinggi daripada aku sendiri, dan aku tunduk padanya, aku
berbahagia karena di mana pun kata-kata diucapkan, Tuhan membuatnya dapat
mencapai hidup manusia dan memiliki dampak yang mendalam.
Engkau tidak melemparkan, ketika Engkau melemparkan;
Tuhanlah yang melemparkan (QS. 8:17). Sebuah panah yang terbang dari busur
Tuhan tidak akan berhenti oleh tameng atau baju zirah apapun. Untuk alasan ini
aku berbahagia. Apabila seluruh manusia mengetahui dan tiada kebodohan di dalam
diri manusia, dia akan terbakar dan berhenti hidup. Maka, kebododhan adalah
sesuatu yang dikehendaki dari titik pandang bahwa ia harus terus berlangsung
untuk mempertahankan keberadaan manusia. Belajar dapat diinginkan juga karena
sebagaimana itu adalah alat untuk mengetahui Pencipta. Maka, sekalipun mereka
lawan, setiap orang gmenolong yang lainnya. Meskipun malam lawan siang, itu
berhubungan dengan siang di dalam bahwa keduanya melakukan hal serupa. Apabila
siang terus abadi, otak manusia tidak dapt menyerap sesuatu pun, hingga mereka
menjadi gila dan salah fungi. Maka, orang-orang beristirahat tidur pada malam
hari hingga seluruh “alam mistik: tubuh – otak, pikiran, tangan dan kaki,
penglihatan dan pendengaran – mampu memperoleh kembali kekuatan mereka dan
digunakan lagi di siang hati. Maka, meskipun di dalam hubungannya tampak terlihat sebagai lawab,
tetapi dalam hubungannya dengan Zat Bijak, semuanya melakukan hal sama dan
tidak bertentangan sama sekali.
Tunjukkan kepadaku kejahatan di dunia ini yang tidak berisi
sejumlah kebaikan dan kebaikan mana yang tidak mengandung sejumlah kejahatan.
Sebagai contoh, seseorang merencanakan melakukan pembunuhan tetapi terhalang
oleh perzinahan hingga pembunuh itu tidak sempat melakukannya. Pada sisi lain,
perzinahan jahat, tetapi pada sisi alin, karena dia menghalangi pembunuhan, ia
menjadi suatu yang baik. Maka baik dan jahat adalah satu hal, tidak mungkin
melepaskan diri. Pada sisi ini kita tidak sepakat dengan penganut Zoroastrian.
Mereka berkata bahwa Tuhan ada dua, satu pencipta kebaikan dan yang lainnya
pencipta kejahatan. Sekarang tunjukkan keapda kami kebaikan yang tanpa
kejahatan sehingga kami dapat mengakui
adanya tuhan kebaikan dan tuhan kejahatan di sana! Amat mustahil ada karena
kebaikan tidak dapat dipisahkan dari kejahatan : baik dan jahat bukanlah dua
hal berbeda dengang garis perbatasan yang jelas di antara mereka.
Kami berkta sangat sedikit, sehingga kecurigaan
barangkali muncul did alam dirimu. Apakah itu bisa jadi tidak seperti yang mereka katakan. Tentu,
engkau tidak yakin. Tetapi bagaimana mungkin engkau dapat meyakini bahwa hal
itu tidak demikian? Tuhan mengatakan, “Malanglah orang kafir, jangan berpikir
mereka akan diangkat kembali pada hari agung? (QS. 83:4-5). Pernahkah engkau menyangka janji
yang telah Kami buat akan menajdi kenyataan?” Berdasarkan ini, orang kafir akan
dibebani tugas dan ditanyai : “Tidakah
engkau memiliki pikiran samar-samar bahwa dirimu akan dihukum? Kenapa engkau
tidak mengambil pencegahan dan mencari Kami?”
Enam Puluh
KEBAIKAN ILAHI ADALAH CINTA ILAHI
Abu Bakar tidak
dijadikan rujukan Kaum Muslim karena banyaknya shalat, puasa dan sedekah. Dia
dijadikan rujukan dan dihormati karena apa yang ada dalam hatinya.
Yang dimaksudkan dengan hal itu adalah bahwa, keunggulan
Abu Bakar dibandingkan orang lain tidak berhubungan dengan shalat dan puasanya,
melainkan berhubungan dengan kebaikan Ilahi yang dia nikmati. Dan kebaikan
itulah cinta Tuhan.
Shalat, puasa, dan bersedekah akan dibawa pada Hari
Kebangkitan dan ditempatkan pada mizan. Tetapi ketika cinta dibawa, ia tidak
akan bisa ditimbang, dan timbangan (mizan) tak akan muat. Maka, hal yang paling
utama adalah cinta. Sekarang, ketika melihat cinta di dalam dirimu sendiri,
buatlah ia meningkat dan tumbuh lebih besar. Ketika engkau lihat di dalam
dirimu “modal”, yang mendesak untuk dicari, tingkatkan modal itu dengan
mengatakan “Rahmat berada di dalam kerja.” Apabila tidak meningkatkannya,
engkau akan kehilangan modalmu.
Engkau tidak kurang dari bumi yang berubah dengan
mempekerjakannya dan memutarnya dengan sekop hingga ia akan menghasilkan panen,
tetapi apabila diinggalkan sendiri, bumi akan berubah menjadi keras. Maka
ketika engkau menyadari adanya desakan untuk mencari di dalam dirimu,
sibukkanlah dan jangan tanya manfaat dari kedatangan dan kepergian ini.
Teruslah berjalan saja : manfaat dari kepergian manusia ke toko adalah, dia
akan mengatakan apa yang dia inginkan. Tuhan memberikan roti keperluan
sehari-hari. Tetapi apabila seseorang tidak membutuhkan apa-apa, dalam kasus
ini, makanan yang dia butuhkan tidak akan datang. Amat menakjubkan bahwa
seorang anak kecil dapat menangis dan ibunya akan memberikannya susu. Apabila
si anak berkeinignan untuk mengetahui guna tangisan dan kenapa tangisan
menyebabkan ibu memberinya susu, keheranannya akan menghalangi susu sama
sekali. Kita dapat melihat sekarang dia memperoleh susu karena tangisannya.
Apakah setiap orang mengherankan apa kegunaan berlutut
dan bersujud di dalam shalat atau kenapa melakukan itu? Engkau membungkuk,
mengais-ngais, dan mengingsut-ingsut di depan pangeran atau kepala suku, dan
hasilnya pangeran jadi jatuh iba kepada dirimu dan memberikan potongan roti.
Yang menyebabkan rasa iba di dalam diri pangeran bukan darah dan dagingnya.
Darah dan dagingnya tak berarti apa-apa. Dia akan tetap demikian ketika dia
mati, tertidur atau tak sadarkan diri. Tetapi pada setiap waktu, sujud dan
ingsutanmu tidak berguna. Maka kami sadar rasa kasihan di dalam diri pangeran
tidak terlihat. Karena memang mungkin bagi kami untuk menyediakan sesuatu di
dalam daging yang tidak terlihat. Dan memungkinkan juga bagi kami untuk
menyediakan sesuatu di luar daging. Apabila hal yang di dalam daging tidak
dirahasiakan, Abu Jahal dan Muhammad akan sama saja, tidak ada hal yang membedakan
yang membuat derajat keduanya berbeda. Dari luar, telingan yang dapat mendengar
dan telinga tuli terlihat sama. Keduanya memiliki bentuk yang sama, tetapi yang
satu tidak dapat mendengar. Perbuatan mendengar, kemudian merupakan perbuatan
yang tersembunyi di dalam telinga dan tidak dapat diketahui.
Hal paling utama, kemudian, adalah Kebaikan Ilahi.
Katakanlah engkau seorang pangeran dan memiliki dua budak. Satu di antara
mereka bekerja keras dan melayani engkau dengan baik. Dia mengerjakan suruhan
sedangkan budak yang lainnya malas. Maka kami bisa menyaksikan bahwa engkau
lebih sayang kepada yang malas daripada yang giat, meskipun engkau tidak akan
membiarkan bakat yang giat pergi sia-sia. Karena kejadiannya seperti itu, maka
manusia tidak boleh menghakimi Kebaikan Ilahi. Mata kanan dan mata kiri melihat hal yang sama dari luar.
Layanan apa yang dilakukan mata kanan yang tidak dapat dilakukan oleh amta
kiri? Layanan apa yang dilakukan kaki atau tangan kanan dan tidak dilakukan oleh yang sebelah kiri? Meski
demikian, kebaikan telah jatuh pada mata kanan. Maka demikian juga Jumat
dipertimbangkan lebih unggul daripada hari lain dalam bilangan satu minggu.
“Tuhan telah menganugerahkan selain yang sudah ditetapkan dalam Lembaran
Takdir, dan biarkan pada hari Jumat.” Sekarang, layanan apa yang dilakukan hari
Jumat dan tidak dilakukan oleh hari lainnya? Meski demikian, kebaikan menjadi
milik hari Jumat. Ia disendirikan untuk dimuliakan. Apabila lelaki buta
berkata, “Aku terlahir buta. Aku tidak menyalahkan,” ucapannnya tidak
menolongnya untuk mengatakan bahwa dia tidak menyalahkan seseorang atas
kebutaannya. Ucapannya tidak akan mengurangi penderitaannya.
Orang tidak beriman akan tersungkur ke dalam kekafiran
dengan menderita luka akibat ketidak-imanannya. Jika lebih dekat, kami melihat
bahwa penderitaan mereka sebenarnya merupakan hakikat Kebaikan Ilahi. Apabila ditinggalkan di dalam
kedamaian, orang tak beriman akan melupakan Pencipta, tetapi penderitaannya
menjaga dia untuk tetap ingat. Neraka, kemudian, adalah tempat pemujaan, masjid untuk orang tidak beriman tempat
mereka mengingat Tuhan, persis yang mereka lakukan di dalam penjara, waktu
penyiksaan, atau ketika mengalami sakit gigi. Ketika orang tengah sakit, tirai ketidakpedulian terkoyak
berkeping-keping; orang mengakui kehadiran Tuhan dengan berteriak, “Ya Tuhan!
Ya, Maha Pengasih! Ya Tuhan!” padahal ketika orang sehat, tirai ketidakpedulian
jatuh lagi dan seseorang berkata, Dimanakah Tuhan? Aku tidak melihat-Nya?
Kebapa aku harus mencari-Nya?” Bagaimana halnya ketika sakit engkau melihat-Nya
cukup jelas, tetapi sekarang engkau tidak dapat melihat-Nya? Karena engkau
melihat-Nya selama sakit, sakit memberikan pengawasan kepadamu, ia menjaga
dirimu agar tetap memperhatikan Tuhan. Penghuni neraka tidak peduli dan
tidak ingat pada Tuhan ketika mereka sedang senang. Sekarang, di dalam neraka,
mereka mengingat Tuhan siang dan malam.
Tuhan menciptakan alam semesta, surga dan neraka,
matahari bulan, planeet, sebaik kebaikan dan kejahatan mengingat-Nya, melayani
Dia dan mengagungkan-Nya. Karena
satu-satunya nalar penciptaan segala hal ini adalah mengingat Dia, dan karena
orang tidak beriman tidak melakukan itu ketika mereka sedang senang, mereka
pergi ke neraka untuk melakukan pengingatan. Orang beriman tidak memerlukan
luka; mereka peduli pada penderitaan ketika senang, tetapi selali
merasakan penderitaan itu sebelum
waktunya. Sama halnya, seorang anak
pintar hanya membutuhkan sekali
penderitaan, sekali pukulan tongkat agar tidk melupakan pelajaran. Sedangkan
seorang anak bodoh terus melupakan pelajaran dan dia akan mengalami
penderitaan. Kuda pintar merasakan pecutan sekali saja dan tidak pernah
memerlukannya di waktu yang lain. Pecutan akan membawa manusia bermil-mil.
Meski demikian, seekor kuda yang bodoh perlu dicambuk berkali-kali setiap menit
: dia tidak layak membawa manusia, maka dia menyeret kotorannya.
Enam Puluh Satu
ANTARA AINUDDIN DAN MU’INUDDIN
Mendengar sesuatu terus-menerus sama baiknya dengan
melihatnya. Sebagai contoh, ibu atau
bapakmu mengatakan padamu bahwa mereka telah melahirkan engkau. Meskipun engkau
bukan saksi amta atas peristiwa yang terjadi, karena engkau terus mendengar
peristiwa itu berkali-kali dari ibu atau bapakmu, engkau seakan melihat peristiwa itu, ia menjadi kenyataan bagimu.
Bahkan seseorang mengatakan bahwa mereka tidak melahirkanmu, engkau tidak akan
mendengarkan ucapannya. Contoh yang lainnya, engkau sering mendengar orang
menceritakan tentang kebereadaan Bhagdad dan Makkah, karena seringnya mendengar
cerita itu, engkau seakan telah melihatnya. Bahkan jika mereka bersumpah bahwa
kedua kota itut idak ada, engkau tidak akan mempercayainya. Maka kami tahu
ketika telinga mendengar sesuatu terus-menerus, ia akan menyerap pengalaman
sebagaimana dia melihat suatu kenyataan.
Seperti halnya
mengatakan sesuatu dengan terus menerus, secara eksternal, hal itu sama dengan
melihat. Dan apa yang dikatakan orang tertentu akan sama persis dengan melihat.
Jika hal itu dikatakan tidak hanya sekali tapi ribuan kali. Mengapa
hal itu semacam itu mesti terlihat aneh? Seorang raja yang baik akan menyamai
nilai seribu orang biasa. Ribuan orang mungkin saja tampak dari depan,
tapi mereka tak berarti apa-apa. Mereka tak berarti apa-apa hingga raja
memerintahkannya untuk maju. Apabila dalam dunia material, hal seperti ini bisa
terjadi, apalagi di dunia spiritual.
***************
Meskipun engkau melintasi bumi, tetapi jika engkau tidak
melakukannya untuk Tuhan, engkau harus melintasinya sekali lagi. Pergilah
menembus bumi, dan pehatikan bagaimana akhir bagi mereka yang menuduh Nabi Kami
menyamar dan menipu (QS. 6. 11), makna dari ayat itu, Tuhan berfirman bahwa
“Orang yang melintasi bumi itu tidak menemukan Aku, melainkan hanya menemukan
bawang putih dan bawang Bombay.” Apabila engkau tidak melintasinya untuk Dia,
itu tentu engkau lakukan untuk sejumlah maksud lain; dan maksud lain itu
menjadi hijab yang menjaga dirimu dari melihat-Nya.
Sama halnya,
ketika melihat dengan sungguh-sungguh pada seseorang di pasar, engkau tidak
akan melihat orang lain : yang lainnya mungkin engkau lihat sebagai hantu. Ketika engkau mencari
sesuatu perkara tertentu di dalam buku dengan mata, telinga, dan perhatianmu
dicurahkan kepada perkaa itu, maka ketika engkau membalik-balikkan halaman
buku, tak ada lagi yang engkau lihat selain perkara yang engkau cari.
Maka,kapanpun memiliki satu maksud tertentu atau suatu tujuan di dalam pikiran
melebihi pikiran yang lain, tidak peduli ke mana pun pergi, engkau selalu
dipenuhi oleh maksud itu, dan tak akan sampai untuk melihat hal lain.
Di zaman Umar, ada seorang
lelaki yang sangat tua hingga anak
perempuannya harus memberinya makan susu dan suka mempelakukannya seperti pada
seorang anak kecil. Umar mengatakan kepada gadis itu, “Di zaman begini, tidak
ada anak yang demikian berbakti pada orang tuanya seperti engkau.”
“Engkau benar,” si
gadis menjawab, “tetapi ada perbedaan antara aku dan ayahku. Sekalipun saat ini
aku terus menerus melayani dirinya, tapi dulu, ketika dia masih sehat dan
melahirkanku, dia sering gemetar merasa ketakutan kalau-kalau ada bahaya yang
akan menimpa diriku. Sekarang aku melayani dia dan berdoa siang dan malam
semoga Tuhan membiarkannya mati hingga terlepaslah beban dariku. Aku terus
melayani ayahku, tetapi bagaimana bisa aku gemetar untuknya sebagaimana dia
gemetar untukku?”
“Dia telah memahaminya dibanding aku,” kata Umar. Dia
melihat peristiwa itu dari sisi luar, sedangkan si gadis mengatakan inti permasalahannya.
Orang yang memahami adalah dia yang, mengetahui inti
sesuatu, menemukan kenyataan sesuatu. Tidak, Demi Tuhan! Bukannya Umar tidak
menyadari kenyataan suatu misteri. Tetapi cara para sahabat dalam memandang
suatu perkara adalah dengan memprotes diri mereka sendiri dan memuji orang
lain.
******************
Hanya sedikit saja
orang yang mampu mentolerir keberadaan Tuhan. Bagi sebagian besar orang yang lain, Tuhan lebih baik tidak ada.
Kecerahan hari muncul dari matahari. Tetapi apabila ada seseorang yang
menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk melihat bola matahari, dia tak akan
mendapatkan manfaat, bahkan matanya akan merasa silau. Lebih baik baginya untuk
menyibukkan dirinya dengan sesuatu bisa disebut “mangkir” (absence). – yakni,
tidak melihat matahari. Sama halnya, jika menyebutkan makanan yang baik pada
orang sakit, mungkin akan merangsang nafsu makannya dan membuatnya menjadi
lebih sehat. Tetapi mungkin akan membahayakan dirinya jika memperoleh makanan
yang sama saat kehadirannya. Maka, memang nyata bahwa “getaran” dan desakan
untuk mencari adalah suatu keniscayaan
yang harus dimiliki seseorang dalam pencarian Tuhan. Siapapun yang tidak
memiliki “getaran” ini, mesti melayani orang-oang yang telah merasa bergetar.
Buah-buahan tumbuh, sebagian besar bukan pada batang pohon yang tidak bergetar,
tetapi pada cabang pohon yang bergetar. Meski demikian, batang memberikan
kekuatan pada cabang dan mengamankannya beserta buah-buahan dari bahaya kampak.
Karena batang pohon yang bergetar akan akan begoyang dan memudahkan kampak untuk menyerangnya, akan lebih baik baginya untuk
tidak bergetar. Tugas yang lebih baik untuk batang pohon adalah tetap tegak
tanpa bergoyang, dan hanya melayani cabang pohon yang lebih layak untuk
bergatar.
******************
Apabila seseorang bernama Mu’inuddin (Penolong Agama),
dia tidak bisa menajdi Ainuddin (inti Agama) dengan menambahkan huruf m.
Menambahkan dengan maksud untuk menyempurnakan, pada kasus ini menjadi
pengurangan.” Penambahan huruf m adalah pengurangan. Meskipun enam jemai
melebihi jumlah normal, penambahan itu berarti pengurangan. “Satu” (ahad)
adalah kesempurnaan, “nabi” (Ahmad) masih belum mencapai kesempurnaan
sepenuhnya (Ahad). Yakni, Tuhan mencakup segala sesuatu. Penambahan apapun yang
engkau buat untuk Dia adalah pengurangan. Satu berada di seluruh nomor. Tanpa
itu, tiada nomor yang mungkin.
*******************
Pada suatu saat, Sayid Buryhanuddin sedang memberikan
suatu pelajaran, seorang murid yang bodoh menyela ceramahnya dan berkata, “Kami
membutuhkan kata-kata tanpa kiasan”.
“Engkau yang tanpa kiasan,” kata Sayid, “datang
mendengarkan kata-kata tanpa kiasan.”
Meski demikian, engkau adalah kiasan bagi dirimu sendiri.
Engkau bukanlah dirimu yang sebenarnya. Dirimu hanyalah bayangan bagi ‘dirimu’.
Ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata bahwa dia telah berpisah.
Apabila dia adalah dirinya, lalu ke mana dia pergi? Memang nyata kemudian bahwa
bentuk luar adalah kiasan bagi bentuk dalam. Sesuatu yang darinya, bentuk dalam
dapat disimpulkan. Segala sesuatu yang dapat terlihat mengandung berat jenis,
persis seperti nafasmu yang dapat terlihat ketika musim dingin. Adalah
kewajiban Nabi untuk mengejawantahkan kekuasaan Tuhan dan memperingatkan
manusia melalui nasihat. Bukanlah kewajiban baginya untuk membawa manusia pada
jenjang dimana manusia siap untuk menerima kebenaran Tuhan, karena itu, adalah
pekerjaan Tuhan.
Tuhan memiliki dua
sifat : Kemurkaan dan Kemurahhatian. Para Nabi mengejawantahkan
keduanya; orang beriman mengejawantahkan kemruahhatian, dan orang tidak beriman
kemurkaan. Mereka yang mengetahui Tuhan melihat diri mereka di dalam diri para
Nabi, mendengar suara mereka pada suara pada suara para Nabi, dan menyerap
aroma meeka pada aroma para Nabi.
Tidak seorang pun yang mengingkari dirinya sendiri, yang
karena alasan ini para nabi berkata pada kaumnya, “Kami adalah engkau, dan
engkau adalah kami. Tidak ada kerenggangan di antara kita.” Ketika seorang
berkata, “Ini adalah tanganku,” tidak seorang pun meminta bukti karena tangan
adalah bagian yang tak terpisahkan. Meskipun begitu, ketika seseorang berkata,
“Ini adalah anakku,” bukti bisa jadi dibutuhkan, karena anak adalah bagian yang
terpisah dari diri.
Enam Puluh Dua
CINTA TAK MELAHIRKAN PENGHAMBAAN
Sejumlah orang mengatakan bahwa cinta meniscayakan
penghambaan, tetapi sebenarnya tidaklah demikian, malah, perintah kekasihlah
yang meniscayakan pelayanan. Apabila kekasih menginginkan pencinta untuk
merendahkan diri, penghambaan akan muncul dari si pencinta. Apabila kekasih
tidak menginginkan pembudakan, pencinta akan berhenti dari merendahkan dirinya.
Menolak untuk melayani tidak membatalkan cinta. Apabila pencinta tidak
melakukan pelayanan, cinta di dalam dirinya tetap menginginkannya. Cinta adalah
hal yang paling utama, sedangkan pelayanan adalah hal sekunder setelah cinta.
Apabila lengan bajumu begerak, gerakan itu muncul karena
gerakan tanganmu. Dan sebaliknya, tangan yang bergerak, bukan karena lengan
bajunya bergerak. Sebagai contoh, memang mungkin seseorang yang bermantel besar
berputar di dalam mantel tanpa mantelnya ikut bergerak. Tetapi mustahil mantel
bisa bergerak jika orang yang di dalamnya tidak bergerak. Sejumlah orang telah
menganggap mantel sebagai orang dan mempertimbangkan lengan baju sebagai
tangan, menganggap sepatu bot dan celanan panjang sebagai kaki. Tangan dan kaki
adalah satu hal; lengan baju dan celana panjang adalah jenis yang berbeda
dengan tangan dan kaki. Seseorang berkata, “Si anu dan si anu berada di bawah
tangan si anu dan si anu.” Juga ada yang berkata, “Si anu dan si anu memiliki
tangan dalam banyak hal.” Juga perkataan, “Engkau harus men-tangankan
(mempekerjakan) pada si anu ketika dia berbicara.” Tentunya yang dimaksudkan
dengan “tangan” pada ungkapan-ungkapan di atas bukan tangan fisik.
***************
Suatu ketika pangeran datang dan berkumpul dengan kami
bersama-sama, kemudian pegi. Sama halnya dengan lebah yang mengumpulkan lilin
dan madu besamaan, kemudian pergi terbang. Keberadaan lilin dan madu bergantung
kepada keberadaan lebah, tetapi keduanya tidak bergantung pada keberadaan terus
menerus. Ayah dan Ibu kita bagaikan lebah kalau ditilik bahwa mereka menyatukan
pencari dengan yang dicari dan mengumpulkan pencinta dengan kekasih. Kemudian
mereka pergi terbang. Tuhan membuat mereka sebagai alat untuk menyatukan lilin
dan madu. Mereka tebang pergi, meninggalkan lilin, madu, dan tukang kebun.
Mereka sendiri tidak meninggalkan taman, karena taman itu memang bukan taman
yang dapat ditinggalkan. Orang hanya dapat pergi dari satu sudut taman ke sudut
yang lainnya.
Kami bagaikan sarang lebah yang di dalamnya terdapat
lilin dan madu yang dianalogikan sebagai cinta Tuhan. Meskipun lebah, bapak dan
ibu kita hanyalah alat, bahkan bila meeka dididik oleh tukang kebun untuk
membangun sarangnya. Tuhan memberikan lebah itu bentuk yang lain. Ketika
pekerja keras di sini , mereka mengenakan pakaiannya yang layak untuk keja
keras itu. Ketika pergi ke dunia lain, mereka mengubah pakaian kebesarannya
karena di sana dihadapkan dengan tugas yang berbeda. Hal itu berlaku sama bagi
setiap orang, siapapun dia.
Sebagai contoh, seseorang pergi ke medan perang, dia
mengenakan pakaian perang, mengenakan sabuk kulit pada lengannya, dan kepalanya
memakai helm, karena saat itu adalah waktunya untuk berbperang. Kaetika oang
yang sama muncul dalam suatu perjamuan makanm dia melepaskan seluruh pakaian
tentaranya, karena dia berhubungan dengan situasi yang berbeda. Orangnya tetap
sama, meskipun apabila pernah melihatnya dengan pakaian kebesaran
tentara,kapanpun pernah berpikir tentang ida, engkau akan membayangkan dia
dengan bentuk itu, dan dengan pakaian seperti itu, meskipun dia mengubah
pakaiannya ribuan kali.
Seseorang kehilangan cincin di suatu tempat tertentu.
Meskipun barangkali cincin itu telah diambil orang lain, dia tetap mencarinya
di sekitar tempat itu, seolah-olah dia berkata, “Aku kehilangannya di sini.”
Sama halnya orang yang malang berjalan-jalan di sekitar kuburan, kebingungan,
tidak mengetahui yang akan dia lakukan. Lalu dia mencium bumi, seolah berkata,
“Aku kehilangannya di sini.” Padahal bagaimana mungkin ditinggalkan di sana?
Tuhan telah menciptakan banyak hal, dan mengejawantahkan
kemahakuasaan-Nya hingga keluar dari hikmah Illahiah; Dia menggabungkan tubuh
dengan ruh untuk sehari atau dua hari. Apabila manusia duduk dengan tubuh di
kuburan untuk satu saat, mungkin dia bisa menjadi gila. Ketika dia menelpaskan
jaring dari bentuk dan pakaian susunan, bagaimana mungkin dia bisa duduk di
kuburuan? Tuhan menjadikannya sebagai tanda untuk menakut-nakuti hati hingga
ketakutan itu muncul di dalam hati terhadap sepinya kuburan dan kegelapan bumi,
sebagaimana seseorang dalam kafilah yang diserang di sutu tempat tertentu akan
melemparkan beberapa buah batu pada orang lain sebagai tanda, tanda itu seperti
mengatakan, “Ini adalah tempat berbahaya.” Maka demikian juga kuburan. Ia
adalah tanda yang dapat dilihat sebagai tempat berbahaya. Ketakutan akan berdampak
pada setiap orang, tetapi mungkin
ketakutan itu tidak terekspresikan keluar. Sebagai contoh, apabila
dikatakan, “Si anu dan si anu takut kepadamu,” tanpa perbuatan apapun yang
terlihat darinya, sehingga rasa kasihan kepadanya, muncul dalam dirimu. Dan
pada sisi lain, jika engkau diberitahu si anu dan si sanu sama sekali tidak
takut kepadamu, kabar itu membuat kamu menyadari bahwa orang itu tak memiliki
kehormatan dalam dirinya. Dengan mendenga kabar itu rasa tidak sayangmu
kepadanya akan berkembang.
“Pelarian” ini
adalah dampak dari ketakutan. Seluruh dunia “berlari” tetapi setiap makhluk
berlari sesuai dengan keadaannya. Untuk larinya manusia, berbeda dengan larinya
tanaman, berbeda pula dengan larinya ruh, dan yang lainnya. “Pelarian” ruh
tanpa langkah dan jejak kaki. Dan lihatlah, betapa jauh anggur hijau telah
“lari” mencapai kehitaman anggur masak. Begitu dia berubah manis, dia mencapai
jenjang itu, tetapi “pelariannya” tidak dapat dilihat atau dirasakan. Maka
sekali dia mencapai jenjang itu, memang nyata bahwa dia telah “lari” jauh
mencapai tempatnya. Itu seperti orang yang
menyelam ke dalam air dan tak terlihat oleh orang lain. Ketika tiba-tiba
dia meletakkan kepalanya ke luar dari air, nyata-nyata bahwa dia pergi ke dalam
air dan berpindah dari tempat awalnya.
Enam Puluh Tiga
ADA SURGA DALAM KERAJAAN JIWA,
IA MENGUASAI SURGA DUNIA INI
Setiap pencinta
mengalami sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh obat manapun, tidak
dengan tidur atau mengelana, atau makan. Rasa sakitnya hanya bisa diobati
dengan melihat kekasihnya. “Menemui teman, menyembuhkan penyakit.” Apabila seorang munafik dihubungkan dengan orang beriman,
dia akan segera mempengaruhi mereka untuk menjadi orang beriman, sebagaimana
Tuhan mengatakan, “Ketika mereka menemui yang beriman, mereka berkata, Kami
memang beriman (QS. 2 : 14). Apabila orang munafik dapat demikian terpengaruh,
apakah dampak yang akan terjadi pada orang beriman? Pertimbangkan, betapa kain
wol berubah jadi karpet berhias karena berhubungan dengan orang pintar.
Lihatlah betapa bumi berubah menjadi istana yang indah karena berhubungan denga
orang pintar. Apabila perkumpulan dengan kepintaan memiliki dampak pada benda
tidak hidup seperti itu , pikirkan dampak apa yang akan terjadi ketika orang
beriman berhubungan dengan yang lain. Benda tidak hidup diangkat kepada jenjang
yang lebih berharga sedemikian rupa melalui hubungannya dengan jiwa dan intelek
parsial. Apabila seluruh ini adalah bayang-bayang intelek parsial. Apabila
seorang manusia dapat menyimpulkan orang lain dari bayangannya, maka, intelek
dan akal macam apa yang menghasilkan surga, matahari, bulan, tujuh lapis bumi,
dan seluruh yang berada di antaranya. Semua benda itu adalah bayang-bayang dari
Intelek Universal. Seperti halnya cahaya intelek parsial sesuai dengan
bayang-bayang pada seseorang, bayang-bayang Intelek Universal yang adalah benda
nyata, tentu sesuai dengannya.
Orang Suci Tuhan telah menyaksikan surga selain
surga-surga dunia ini. Suga itu terlalu hina untuk masuk dalam pandangan
mereka. Mereka sudah meletakkan surga di bawah kaki dan melewatinya.
Ada surga dalam kerajaan jiwa.
Ia menguasai surga dunia ini.
Kenapa harus dianggap aneh seseorang yang keluar dari
seluruh kemanusiaan, dan mengembangkan kemampuan sehingga bisa menempatkan
kakinya di atas surga ke tujuh? Bukankah kami bukan dari jenis yang sama dengan
bumi? Meski demikian, Tuhan menempatkan di dalam diri kita kuasa dengan lat
yang kita telah dinaikkan ke atas dan memberikan kendali pada kita untuk
melakukan sebagaimana yang diinginkan.
Kadang-kadang kita mengangkatnya tinggi-tinggi,
kadang-kadang meletakkannya di bawah. Kadang-kadang kembali ke dalam gedung,
dan kadang-kadang mengembalikan ke dalam pot dan kendi. Kadang-kadang
memanjangkannya, kadang-kadang memendekannya. Meskipun kita yang pertama tepat
di dunia ini, dari jenis yang sama, Tuhan mengangkat kita melalui kekuatan itu.
Sekarang kenapa harus aneh apabila Tuhan menaikkan seseorang dari jenis kita,
yang jika dihubungkan dengan orang-orang tersebut ktia hanyalah benda tidak hidup?
Dia, memiliki kendali dan sadar pada kita sedangkan kita tidak sadar pada-Nya.
Ketika kami mengatakan, “tidak sadar” di sini, kami tidak mengartikan ketidak
sadaran mutlak, karena kesadaran pada satu hal menunjukkan ketidaksadaran pada
sesuatu yang lain. Meskipun tidak hidup, bumi sadar pada apa yang telah
diberikan pada dirinya. Apabila tidak sadar, bagaimana mungkin dia dapat
menyerap air, atau memelihara dan menumbuhkan setiap benih? Ketika seseorang
pintar dan memperhatikan satu hal, kesadaran dirinya pada tugas itu
meniscayakan ketidaksadaran pada hal lain. Dengan itu kita tidak emngartikan
ketidakpedulian mutlak.
Sejumlah oang ingin agar dapat menangkap kucing, tetapi
mereka tidak mampu. Suatu hari, kucing sibuk dengan burung congkak, jadi tidak peduli
dengan orang-orang, dan dia tertangkap. Maka, orang harus jangan terlalu sibuk
dengan urusan duniawi. Setiap orang harus mengambil urusan itu dengan hati
riang dan tidak terikat pada urusan itu. Kalau tidak, ia akan menderita. Harta
karun tidak akan menderita. Apabila orang material menderita, orang itu – orang
suci – akan mengubah mereka, tetapi apabila orang-orang suci menderita. Demi
Tuhan! – siapa yang akan mengubahnya?
Sebagai contoh, apabila engkau memiliki banyak potong
baju berbagai jenis, mana yang akan engkau pertahankan apabila kapalmu
tersungkur? Meskipun seluruhnya “dibutuhkan”, pasti bahwa dari seluruh bundel
pakaian, hanya satu yang paling berharga yang akan engkau ambil, karena dari
satu mutiara atau satu jenis rubi, seribu hiasan dapat dibuat.
Satu buah manis muncul di atas pohon. Meskipun buah itu
adalah bagian dari keseluruhan, Tuhan memilih dan meninggikannya di atas dari
keseluruhan ketia Dia mengisinya dengan rasa manis yang sebagian lebih dipilih
daripada yang keseluruhan, ia menjadi hal pilihan, maksud terakhir dari pohon,
sebagaimana Dia berfirman, “Sungguh mereka heran, ada seorang penyeru yang
muncul dari golongan mereka dan datang menyeru kepada mereka.” (QS. 50 : 2).
***************
Seseorang berkata, “Aku berada di dalam keadaan yang di
sana tidak ada ruang untuk Muhammad ataupun Malaikat.”
Sungguh keadaan yang menakjubkan untuk pelayan Tuhan,
keadaan di mana tidak ada ruang untuk Muhammad! Muhammad tidak memiliki keadaan
yang di sana tidak ada ruang untuk makhluk menjijikan seperti engkau!
Seorang badut ingin membuat raja merasa baik, dan setiap
orang berjanji akan membei ganjaran pada dirinya, karena saat itu hati raja
sedang dalam keadaan jelek. Raja bejalan bolak-balik dengan marah di satu ujung
jembatan. Badur berjalan bolak-balik pada sisi ujung lain belawanan dengan
raja, tetapi tidak mungkin badut dilihat raja. Dia tetap terus melihat pada
air. Akhirnya badut berdiri dan berkata, “Yang mulia, apa yang engkau lihat di
dalam air hingga membuatmu tetap melihat?”
“Aku melihat lelaki yang istrinya tidak setia,” kata dia.
“Pelayanmu yang rendah hati ini juga tidak buta,” jawab
badut.
Sangatlah aneh bagimu memiliki keadaan yang tidak di sana
tidak ada ruang untuk Muhammad, apabila Muhammad tidak memiliki keadaan, yang
di sana tidak ada ruang untuk makhluk menjijikan sepertimu! Meski demikian,
keadaan yang telah engkau capai adalah karena dia dan engkau dapatkan karena
pengaruhnya. Semua berkah dan karunia Tuhan, pertama kali memancar melaluinya
dan kemudian didistribusikan kepada seluruh manusia. Begitulah keadaannya.
Tuhan berfirman, “Semoga kedamaian selalu menyertaimu, wahai Nabi, juga
keselamatan Tuhan. Kami menganugerahimu seluruh berkah.” Nabi menambahkan, “Dan
untuk hamba-hamba Tuhan yang saleh.”
Jalan Tuhan sesungguhnya sangat tersembunyi dan ditutupi
hamparan salju. Sejak Nabi mempertaruhkan hidupnya pertama kali dengan
menunggang kudanya untuk membersihkan jalan, siapapun yang berjalan di atas
jalan tersebut, sesungguhnya dia bisa menjalaninya karena bimbingan dan petunjuk
Nabi Muhammad. Dialah yang menemukan jalan tersebut pertama kali, meninggalkan
rambu-rambu jalan di berbagai tempat sambil bersabda, “Jangan lalui jalan itu,
engkau akan menderita seperti kaum Ad dan Kaum Tsamud,” dan, “Jika engkau
mengikuti jalan ini, engkau akan menemukan kebahagiaan seperti yang dialami
orang-orang yang beriman.”
Seluruh isi Al-Qur’an mengungkapkan satu hal ini : di
dalamnya terdapat tanda-tanda yang mengejawantah (QS. 3 : 97). Begitulah, kita
meninggalkan berbagai rambu sepanjang rute tersebut. Jika ada seseorang yang
ingin memusnahkan rambu-rambu jalan itu, setiap orang akan murka padanya dan
berkata : “Mengapa engkau mengaburkan rute kami? Apakah engkau ingin agar kami
terbunuh?” Maka sekarang sadarilah bahwa pemimpin kita adalah Muhammad. Hingga
seseorang telah mencapai Muhammad, tidak ada seoang pun bisa mencapai kita. Hal
ini seperti engkau ingin
pergi ke suatu tempat. Pertama, pikiran akan membimbingmu dengan mengatakan
bahwa engkau sedang berada dalam rasa ketertarikan yang kuat untuk pergi ke tempat tertentu. Kemudian
matamu mengambil alih tugas; kemudian tubuhmu mulai bergerak, pada saat itu,
tubuh tak menyadari keberadaan mata, tidak juga mata menyadari keberadaan
pikiran.
Meskipun manusia bisa jadi tidak memperdulikan dirinya,
orang lain tetaplah memperdulikan dirinya. Apabila engkau betul-betul serius
dengan urusan duniawi, engkau tidak akan perduli pada kenyataan setiap hal.
Seseorang harus mencari kepuasan Tuhan, bukan kepuasan manusia, karena kepuasan
cinta, dan simpati “dipinjamkan” kepada orang-orang, ditempatkan di sana oleh
Tuhan. Apabila Dia demikian terhasrati, Dia mampu menahan rasa senang dan
kenikmatan dan kemudian – meskipun keberadaan kesenangan, makanan, dan
kemewahan – segala sesuatu menjadi percobaan dan pengadilan.
Seluruh alat ini
bagaikan pena di tangan Mahakuasa Tuhan. Penggerak dan penulis adalah Tuhan.
Sampai Dia menghendaki, pena tidak akan bergerak. Sekarang engkau lihat pada
pena dan berkata, “Pena ini membutuhkan tangan.” Engkau melihat pena, tetapi
engkau tidak melihat tangan. Engkau melihat pena, dan ingat pada tangan.
Sekarang apakah hubungan antara yang engkau lihat dan yang engkau katakan? Orang
suci selalu melihat tangan dan mengatakan bahwa tangan, juga membutuhkan pena.
Mereka demikian bersungguh-sungguh pada keindahan tangan itu, dan meniadakan
pena. Mereka berkata tangan seperti itu mesti jangan sampai tanpa pena. Engkau
menikmati perenungan pena terlalu banyak dan tak bisa memikirkan tangan.
Bagaimana mungkin mereka berpikir tentang pena ketika mereka keenakan dengan
merenungkan tangan?
Meskipun engkau lebih menyukai roti gerst dibandingkan
roti dari gandum, bagaimana mungkin orang lain akan memikirkan roti gerst
ketika mereka punya roti dari gandum?
Apabila telah diberi kenikmatan seperti itu pada dunia
hingga engkau tidak menghasratkan surga, yang adalah tempat sejati kenikmatan
dan dari sana bumi memperoleh kehidupannya, kenapa mesti penghuni surga
berpikir tentang bumi?
Jangan pertimbangkan kenikmatan dan kesenangan yang
muncul dari penyebab kedua. Hakikat “dipinjamkan” pada penyebab kedua. Adalah
Dia yang menyebabkan keberuntungan dan kehilangan karena semuanya berasal dari
Dia. Kenapa engkau mendekap erat penyebab kedua?
****************
“Kata-kata terbaik adalah yang sedikit dan langsung pada
pokok permasalahan. Katakan, Tuhan itu, Satu Tuhan (QS. 112 : 1) : meskipun
kata itu berbentuk sedikit, namun lebih disukai daripada panjangnya surah
Al-Baqarah karena langsung pada pokok permasalahan. Nuh berdakwah selama ribuan
tahun, dan hanya empatpuluh orang yang bergabung bersamanya. Sangat diketahui
berapa lama Nabi Muhammad berdakwah, dan masih demikian banyak negeri
mempercayai dirinya dan demikian banyak orang suci muncul kaena dia. Maka,
kebanyakan dan kesedikitan bukanlah syarat; hal yang paling penting adalah
menuju pada pokok pesoalan. Sedikit kata dari sejumlah orang bisa lebih banyak
pokok, daripada banyak kata orang lain bagaikan sebuah oven. Begitu api pada
oven terlampau panas, engkau tidak dapat menggunakannya atau bahkan menutupnya.
Maka engkau dapat menggunakan seribu cara lampu lemah. Maka memang nyata hal
yang penting adalah menuju pada pokok permasalahan. Untuk sejumlah orang lebih
bermanfaat melihat daripada mendengar. Apabila mereka mendengar kata-kata, itu
dapat merusak dirinya.
Seorang Syeh dari India merencanakan mengunjungi Mistik
Agung. Ketika dia mencapai pintu kamar
Syeh di Tabriz, sebuah suara muncul dari dalam kamar, berkata, “Kembalilah!
Engkau sungguh beruntung telah mencapai pintu. Apabila engkau melihat Syeh, itu
akan merugikan engkau.”
Sedikit kata langsung pada pokok permasalahan adalah
bagaikan lampu bercahaya yang mencium lampu tidak bercahaya dan pergi begitu
saja. Cukup demikian. Itu telah mencapai tujuannya.
Seorang nabi bukan dilihat dari bentuknya. Bentuk nabi
adalah kudanya. Nabi
adalah cinta dan kasih sayang, dan itulah yang tetap bertahan selamanya. Seperti halnya bentuk unta. Salih itulah yang
unta. Nabi adalah cinta
dan kasih sayang abadi.
*****************
Seseorang bertanya, mengapa Tuhan sendiri tidak memuji
dari menara, yakni, kenapa Muhammad juga disebutkan?
Meski demikian, memuji Muhammad adalah memuji Tuhan. Itu
seperti ketika seseorang berkata. “Semoga Tuhan memberikan umur panjang pada
raja dan orang yang menunjukkan aku jalan menuju raja dan rupanya.” Pujian pada
orang itu tentu betul-betul memuji raja.
**********************
Nabi ini bersabda, “Beri aku sesuatu. Aku sedang
membutuhkan. Beri aku mantelmu, sejumlah uang atau pakaianmu!”. Apa yang dia
lakukan dengan mantel dan uangmu? Dia ingin meringankan pakaianmu hingga
kehangatan matahari dapat mencapai dirimu. Pinjamkan kepada Tuhan pinjaman yang
dapat diterima (QS.72:20). Dia tidak menginginkan mantel atau uang. Dia telah
memberi engkau banyak hal di samping uang, misalnya pembelajaran, gagasan,
pengetahuan, dan pandangan. Dia maksudkan : “Belanjakan kepada-Ku hormat dan
pikiran, perenungan, dan kecerdasan sebentar! Meski demikian, engkau telah
mencapai kemakmuran dengan peralatan yang telah aku berikan kepadamu. Dia ingin
sedekah baik dari burung atau jebakan. Apalagi engkau dapat pergi telanjang
bulat pada matahari, memang demikianlah yang lebih baik. Karena matahari akan
membalikan engkau tidak dalam keadaan hitam, tetapi putih. Apabila tida mampu,
maka ringankan pakaianmu hingga mampu setidaknya menikmati matahari. Untuk
sejumlah waktu, engkau telah tumbuh membiasakan diri pada kemasaman :
setidaknya, cobalah sejumlah kemanisan juga.
Enam Puluh Empat
ANTARA PENGETAHUAN INDRAWI DAN PENGETAHUAN RELIJIUS
Pengetahuan apa
pun yang muncul melalui perintah dan pendapatan di dalam dunia ini adalah
pengetahuan “tubuh” Pengetahuan yang muncul setelah kematian adalah pengetahuan
“relijius”. Mengetahuia apakah “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan tubuh;
menjadi “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan relijius. Melihat kobaran dan
cahaya lampu adalah pengetahuan tubuh; membakar ke dalam kobaran atau cahaya
lampu adalah pengetahuan relijius; segala sesuatu yang “melihat” adalah
pengetahuan religius, segala sesuatu yang “mengetahui” adalah pengetahuan
tubuh.
Engkau mengatakan yang nyata adalah melihat dan
pandangan: seluruh pengetahuan lain adalah pengetahuan imajinasi mental.
Sebagai contoh, arsitek memikirkan citra bangunan sekolah. Tidak peduli betapa
betul gagasannya, itu masih sekedar citra mental. Ia menjadi kenyaan hanya
ketika sekolah itu terbangun. Tidak, ada perbadaan antara citra dan rupa .
citra Abu-Bakar, Umar, Usman, atau Ali lebih unggul daripada citra para
sahabat. Ada perbedaan besar antara satu citra dengan yang lainnya. Seorang
arsitek ahli membayangkan pondasi rumah dan bukan arsitek membayangkan hal
serupa, tetapi ada perbedaan besar antara keduanya karena citra arsitek lebih
dekat pada kenyataan.
Sama halnya, pada sisi lain, di dalam dunia kenyataan dan
pandangan, terdapat perbedaan tidak terbatas antara pandangan satu dengan yang
lainnya. Maka ketika mereka mengatakan ada tujuh ribu hijab kegelapan dan tujuh
ribu hijab cahaya di sana, segala sesuatu itu yang menegakkan dunia citra
mental adalah hijab kegelapan dan segala hal yang menegakkan dunia kenyataan
adalah hijab cahaya. Meski demikian, oarng tidak dapat membuat perbedaan apa
pun di antaranya atau mempertimbangkan hijab kegelapan, yang adalah citra
mental, karena kelembutan agungnya. Meskipun terdapat perbedaan besar dan dan mahabesar
di dalam kenyataan seperti itu; orang tidak dapat mendalami perbedaan keduanya.
Enam Puluh Lima
TEMUKANLAH TUHAN MELALUI PELAYAN-PELAYAN-NYA
Penghuni neraka
lebih berbahagia di neraka daripada mereka di dunia ini kerena di dalam neraka
mereka sadar pada Tuhan. Sedangkan di dunia ini mereka tidak sadar. Tidak ada
yang lebih manis daripada kesadaran pada Tuhan.
Nalar di dalam neraka merindukan dunia ini sedemikian rupa hingga mereka mampu
melakukan sesuatu agar sadar pada pengejawantahan rahmat, tidak karena dunia
ini lebih menyenangkan daripada neraka. Kaum munafik ditempatkan pada lapis
terendah neraka, karena meskipun iman ditawarkan pada mereka, berkenaan kuatnya
ketikdakimanan, mereka tidak melakukan untuk bisa menyadari Tuhan. Kejahilan
orang kafir tidak menawarkan iman. Karena ketidakimanannya lemah, mereka akan
jadi sadar dengan siksaan lebih sedikit.
Ini seperti sepasang celana berkuda dan karpet yang telah
berdebu; satu orang dapat mengibaskan celana berkuda dan celana itu menjadi
bersih. Tetapi memerlukan empat orang untuk mengibaskan karpet dengan keras
agar debu-debunya terbang.
Ketika penghuni neraka berkata, “Tuangkan kepada kami
sejumlah air, atau penyegar itu yang Tuhan berikan kepadamu!” (QS. 7:50), Tuhan
melarang mereka untuk menginginkan makanan dan minuman. Yang mereka maksudkan
adalah, “Tuangkan kepada kami yang telah engkau miliki dan yang menyinari
dirimu!”
Alquran itu, bagaikan pengantin perempuan. Meskipun
engkau menarik ke samping jilbabnya, dia tidak akan memperlihatkan wajahnya
kepadamu. Nalar yang engkau milili tidak mengenakkan, atau penemuan hasil
belajarmu tidak mencukupi untuk dapat menarik jilbab penutupnya. Dia menipumu
dan memperlihatkan dirinya kepadamu sebagai gadis buruk, seolah dia berkata,
“Aku bukan kecantikan itu.” Ia memungkinkan untuk memperlihatkan wajah mana pun
yang diinginkan. Pada sisi lain, apabila tidak merenggut jilbab itu, teteapi
engkau meneytujuinya, beri air pada lapang tumbuhnya, layani dia dari
kejauhan dan cobalah melakukan apa-apa
yang menyenangkannya tanpa harus menarik jilbabnya. Dia akan memperlihatkan
wajahnya kepadamu. Carilah orang-orang Tuhan, masuk di antara pelayanku, dan
masukilah surgaku! (QS. 89 : 29-30).
Tuhan tidak
berbicara kepada setiap orang, sebagaimana raja di dunia ini tidak berbicara
kepada setiap penenun. Mereka mengangkat perdana menteri dan wakil yang melalui
mereka orang-orang dapat mencapai raja. Maka demikian halnya Tuhan. Dia telah
memilih pelayan tertentu hingga siapa pun yang mencari Tuhan dapat menemukan
Dia melalui pelayan-Nya. Seluruh nabi telah datang dengan satu alasan bahwa
mereka adalah jalan menuju Tuhan.
Enam Puluh Enam
TUBUHMU
BUKAN DIRIMU
Sirajuddin berkata, “Saya menjelaskan sebuah masalah
dengan terperinci, tetapi di dalam diri, saya menderita luka.”
Luka itu dirasakan
karena seorang penjaga tidak akan membiarkan engkau berbicara. Meskipun tidak
dapat melihatnya, secara inderawi, tapi ketika engkau merasa rindu, merasa
kasih, atau sedang terluka, engkau akan tahu bahwa penjaga yang selalu
menjagamu. Sebagai contoh, engkau pergi
ke dalam air. Engkau merasakan kelembutan, bunga dan tanaman bawah air, tetapi
ketika engkau pergi ke sisi lain di kedalaman air, tiba-tiba engkau tergores
duri. Maka engkau tahu meskipun tidak melihatnya bahwa sisi yang lain dari kolam itu adalah tempat bunga tumbuh,
tempat kenyamanan. Ini dinamakan intuisi, dan intuisi
lebih nyata dibandingkan dengan
pengalaman inderawi. Sebagai contoh, rasa lapar, haus marah, dan kesenangan
tidak ada satu pun dari hal-hal tersebut yang berwujud; tapi semuanya terasa
lebih nyata dibandingkan dengan hal-hal yang berwujud dan terindera. Apab bila menutup mata, engkau tidak
mampu lagi melihat hal berwujud. Meski demikian, engkau tidak dapat menghalau
lapar dari dirimu sendiri dengan tipu muslihat apa pu. Sama halnya, panas dan
dingin, rasa manis dan rasa pahit pada makanan, semuanya tidak berwujud, tetapi
lebih nyata dari pada yang berwujud.
Kenapa engkau
menghargai tubuh sedemikian tinggi? Hubungan apa yang engkau miliki dengannya?
Engkau mendapatkan makanan tanpanya; terus hidup tanpanya. Saat malam hari,
engkau tak memperdulikannya; dan pada siang hari engkau disibukkan dengan
perhatian pada yang lain. Karena tidak memperhatikannya sesaat pun, dan lebih
memperhatikan yang lain, mengapa engkau merasa gemetar ketakutan terhadap
tubuh? Apa yang menjadi dasar perbandingan antara engkau dan tubuhmu? Engkau
berada din lembah dan aku berada di tempat lain.”
Tubuh ini adalah penipuan besar; dia berpikir bahwa dirinya mati. Ia memang
mati. Katakan, hubungan apa yang engkaun miliki dengan tubuh? Ia adalah sihir
yang besar. Ketika para penyihir Fir’aun menjadi sadar akan dirinya, mereka
mengorbankan tubuhnya. Mereka melihat dirinya memperoleh kehidupan tanpa tubuh
ini dan tubuh ini tidak memiliki hubungan dengan mereka. Maka, demikian juga,
ketika Ibrahim, Ismail, Nabi, dan orang suci menyadari diri, mereka
menghentikan perhatian pada tubuh, mereka tak lagi mempedulikan apakah tubuh
itu ada atau tidak.
Hallaj, setelah mengambil halusinogen, (semacam zat kimia
yang mengakibatkan penggunanya berada antara realitas dan khayalan). Meletakkan
kepalanya pada pintu dan menjerit, “Jangan pindahkan pintu! Apabila engkau
lakukan, kepalaku akan terjatuh.” Dia berpikir kepalanya terpisah dari tubuhnya
dan sedang ditahan pintu. Keadaan kita juga seperti itu, juga keadaan setiap orang. Kita menganggap bahwa
kita memiliki hubungan dengan tubuh, atau segala hal yang ditopang tubuh kita.
Enam Puluh Tujuh
AKU ADALAH HARTA TERSEMBUNYI,
DAN AKU INGIN DIKETAHUI
“Tuhan menciptqakan Adam dalam imajinasi-Nya sendiri.”
Setiap orang mencari tempat pengejawantahan. Ada banyak perempuan berjilbab
yang membuka wajah untuk menguji sasaran hasrat mereka, seperti ketika engkau
akan menguji pisau silet. Seorang pencinta berkata kepada kekasihnya, “Aku
tidak dapat tidur. Aku tidak bisa makan. Aku menjadi seperti ini dan seperti
itu tanpamu.” Yang dia maksudkan adalah, “Engkau berusaha agar bisa terejawantah. Aku adalah tempat
pengejawantahan dimana engkau dapat mengenali kualitas seorang kekasih.” Ulama
dan cendekia juga tempat untuk pengejawanta. “Aku adalah harta tersembunyi dan
Aku ingin untuk diketahui.”
“Dia menciptakan
Adam dalam Imaji-Nya sendiri.” Yakni di dalam citra hukum-Nya. Seluruh
hukum-Nya tampak di dalam ciptaan-Nya karena mereka semua adalah “bayang-bayang
Tuhan.” Dan bayang-bayang pasti mirip dengan sumbernya. Apabila engkau
mengembangkan jemarimu, bayang-bayangmu akan melakukan hal yang sama. Apabila
engkau membungkuk, bayang-bayangmu akan membungkuk. Apabila engkau meregang,
bayang-bayangmu akan melakukan hal yang sama pula. Maka, orang yang mencari
adalah, orang yang mencari untuk dicari, sesuatu untuk dicintai, karena mereka
ingin dicintai dan berendah hati di depan-Nya, musuh pada musuh-Nya, dan teman
pada teman-Nya. Ini semua adalah hukum dan sifat Tuhan yang muncul pada
bayangan.
Untuk menyimpulkan
bagian ini, bayang-bayang yang kita lemparkan tidak menyadari diri kita. Tetapi
kita menyadari adanya bayang-bayang. Meski demikian, di dalam hubungannya
dengan pengetahuan Tuhan, kesadaran kita
hanya akan mendapatkan sesuatu yang tak lebih dari ketidaksadaran. Tidak
seluruh diri seseorang akan dimiliki oleh bayang-bayang, hanya sebagian dari
keseluruhan dirinya. Maka, tidak seluruh sifat Tuhan yang diperlihatkan oleh
bayang-bayang, atau kita, hanya sebagian saja. Engkau tidak memiliki
pengetahuan yang diberikan kepadamu, kecuali sedikit saja (QS. 17:85).
Enam Puluh Delapan
MUSUHMU BUKAN DAGING DAN TULANGNYA,
TAPI PIKIRAN JAHATNYA
Isa al-Masih
ditanya, “Wahai Ruh Tuhan, apakahhal yang paling hebat dan yang paling kejam di
dunia ini dan dunia yang akan datang?”
“Murka Tuhan,”
jawab Isa.
“Apa yang dapat
melindungi kami dari Murka Tuhan?” bereka bertanya.
“Kendalikan
kemurkaanmu dan cegahlah amarahmu,” dia menjawab.
Cara melakukan ini adalah dengan melawan diri dan, ketika
engkau ingin mengeluh tentang sesuatu, lebih baik mengucapkan terima kasih.
Besarkanlah dirimu dan tumbuhkan kesadaran bahwa cinta telah ada dan bangkitkan
dalam dirimu, karena pemberian rasa syukur yang palsu adalah upaya untuk
mencari cinta dari Tuhan. Itulah yang telahn dikatakan oleh Guru Agung kami
bahwa, mengeluh tentang makhluk berarti mengeluhkan Pencipta. Dia juga
mengatakan bahwa permusuhanb dan kemarahan yang tersembunyi di dalam dirimu,
selalu melawan dirimu, seperti api. Ketika engkau melihat percikan meloncat
keluar dari api, bawa ia keluar hingga kembali ke non-eksistensi, awal
kemunculannya. Apa bila engkau menolongnya dengan “korek api” jawaban atau
kata-kata tuduhan, ia akan menemukan
jalan untuk kembali lagi dari alam non-eksistensi. Dan hanya dengan
perjuangan yang berat, engkau mampu mengeluarkannya kembali.
Pukul mundur
musuhmu dengan sesuatu yang baik untuk menghancurkannya dengan dua cara.
Musuhmu bukanlah daging dan tulangnya, melainkan pikirn jahatnya. Ketika ia
dipukul mundur darimu dengan banyaknya terima kasih, ia akan dipukul mundur
dari dirinya juga. Hal ini terjadi secara alamiah, sebagai mana perkataan,
“Lelaki adalah budak kebajikan.” Cara kedua adalah biarkan dia melihat bahwa apa
yang dia katakan atau dia lakukan, tidak berdampak apa-apa bagi dirimu. Ketika anak kecil memanggil anak yang lain dengan sebuah
nama, dan anak kedua akan memangil anak pertama sebuah nama kembali, anak
pertama akan merasa tertarik setelah melihat bahwa apa yang dian lakukan
berpengaruh pada anak kedua. Tetapi apabila yang pertama melihat tidak ada
perubahan atau dampak, ia menjadi tak tertarik lagi.
Begitulah cara
kedua dilakukan. Ketika sifat kesabaran ini terejawantahkan di dalam dirimu,
fitnah musuhmu menjadi tak berbekas apa-apa dan dia melihat bahwa apa yang dia
lakukan, tidak benar. Dia telah melihat dirimu bukan sebagai dirimu. Maka
menjadi jelas bukan martabatmu yang direndahkan, melainkan martabat musuhmu. Dan tiada kehinaan bagi seorang
musuh selain kebohongannya terungkap. Maka, engkau memberi dia
racun dengabn memuji dia, dengan mengucapkan terima kasih, karena sementara dia
memperhatikan kekurangannya pada dirimu, engkau mengejawantahkan kesempurnaanmu
sebagai kekasih Tuhan seperti mereka yang memaafkan aku; karena Tuhan mencintai yang
bermurah hati. (QS. 3 :134). Seseorang yang menjadi kekasih Tuhan tidak akan merasa
kekurangan. Pujilah musuhnmu sedemikian rupa hingga teman-temannya akan mulai
heran pada diri mereka dan berkata, “Dia pasti menghianati kita, karena orang
lain itu bersepakat dengannya.”
Cabutlah cambang mereka dengan lembut.
Betapapun mereka kaya dan berkuasa.
Patahkan leher mereka dengan kemantapan.
Betapapun kuatnya mereka.
Semoga Tuhan memberkahi kita dengan keberhasilan di dalam
hal ini!
Enam Puluh Sembilan
KESEHATAN DAN KEMAKMURAN MENGHALANGI PANDANGANMU
KEPADA-NYA
Antara manusia dan tuhan hanya terdapat dua hijab,
kesehatan dan kemakmuran; dan seluruh yang lainnya muncul dari dua hal ini.
Satu orang yang memiliki kemakmuran akan berkata, “Di manakah Tuhan? Aku tidak
tahu di manakah Dia. Aku tidak dapat melihat-Nya.” Orang tersebut, ketika
didera masalah luka atau penyakit, dia akan mulai meratap, “Ya Tuhan! Ya Tuhan!
Dan terbukalah rahasia kedekatannya dengan Tuhan. Engkau melihat dari sana
bahwa kesehatan menghijab manusia dari Tuhan, yang tersembunyi di bawah
singgasana luka. Sejauh manusia makmur dan memiliki harta benda, dia mampu
memuaskan keinginannya dan menyibukkan dirinya sendiri siang dan malam, tetapi
saat kemiskinan memunculkan kepalanya, jiwa manusia ini berbalik menjadi lemah
dan dia kembali kepada Tuhan.
Kesakitan dan kemiskinan
Membawa kepadaku;
Aku adalah budak rasa askitmu
Dan kemiskinanmu.
Tuhan telah memberi Fir’aun empat ratus tahun kehidupan,
kemakmuran, kerajaan dan pemenuhan setiap keinginan. Semua hal itu adalah hijab
yang menjaganya tetap jauh dari keberadaan Tuhan. Dia tidak pernah merasakan
sehari pun dimana dia merasa kehilangan atau luka, sehingga dia sempat
memikirkan Tuhan. “Sibukkan dirimu sendiri dengan kesenanganmu sendiri dan
jangan pikirkan Kami,” kata Tuhan, “dan mimpilah yang menyenangkan!”
Sulaiman menjadi bosan atasm kerajaanmu
Tetapi Job tidak pernah kenyang dengan penderitaan.
Tujuh Puluh
KEJAHATAN DAN KEBURUKAN MUNCUL DARI HAKIKAT YANG
TERSEMBUNYI DALAM DIRIMU
Mereka berkata bahwa di dalam jiwa manusia terdapat
intipan iblis yang tidak ditemukan di binatang, tidak karena manusia lebih
buruk daripada binatang. Tetapi karena watak buruk, kejahatan, dan kekejian
ditemukan di dalam manusia yang meuncul dari hakikat tersembunyi di dalam
dirinya, yang terkuburkan oleh perangai buruk, kekejian dan kejahatan. Semakin berharga,
indan, dan tinggi hakikat, semakin besar kekaburan. Kekejian, kejahatan, dan
perangai buruk adalah penyebab kedua untuk kekaburan. Memang tidak mungkin
untuk menghapus kekaburan ini kecuali melalui usaha yang berat. Usaha yang
paling besar adalah berusaha untuk bergaul dengan sahabat yang telah
menghadapkan wajah mereka kepada Tuhan dan punggung mereka pada dunia ini.
Tidak ada usaha yang lebih besar daripada duduk dengan
sahabat saleh, yang pandangannya menyebabkan jiwa material melelh dan mati. Untuk
alasan ini, dikatakan ketika ular tiadk melihat diri manusia selama empat puluh
tahun, dia berubah menjadi naga. Yakni, dia tidak melihat siapa pun yang akan
menyebabkan kejahatan dan kekejiannya meleleh. Sebuah kunci besar menunjukkan
ada sesuatu yang berharga dan bernilain di dalamnya. Semakin besar kekaburan,
semakin baik hakikatnya, seperti naga menjaga tempat harta karun. Jangan lihat
pada keburukan naga, lihatlah pada nilai harta karun.
T A M A T