“TUHAN & NABI CINTA”
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam
terbitan
Muhammad Majdy Marjan
Tuhan & Nabi Cinta the Power of Love
Tahun 2006
Penyadur : Pujo Prayitno
KATA -
PENGANTAR
Cinta adalah suatu hal yang produktif, sedangkan kebencian adalah suatu
hal yang semu. Cinta adalah penerang, sedangkan kebencian adalah kegelapan.
Cinta membangun kepribadian, sedangkan kebencian perusaknya. Cinta membuka
semua pintu hati yang tertutup, sedangkan kebencian menutup pintu hati yang
terbuka. Cinta mampu menggetarkan gunung dan bukit-bukit, sedangkan kebencian
menghentikan semua langkah. Cinta mampu menghidupkan semua hati yang mati,
sedangkan kebencian mematikan semua hati yang hidup.
Cinta memiliki energi dan kekuatan yang sangat besar dan mampu
menumbuhkan banyak kecakapan. Ia mampu bersinar lebih terang dari sinar
mentari, lebih benderang dari segala cahaya yang ada, lebih cepat merasuk ke
dalam hati daripada kecepatan cahaya, dan lebih besar kekuatannya daripada
atom.
Cinta, mampu menciptakan banyak keajaiban. Ia mampu mengubah pribadi
setan menjadi pribadi malaikat, pribadi seorang kriminal menjadi pribadi
seorang yang suci, pribadi yang buruk menjadi pribadi yang sangat teguh menjaga
amanah, juga mengubah pribadi yang malas menjadi pribadi yang aktif dan
energik.
Cinta adalah kasih sayang yang suci, perasaan yang mulia, emosional yang
murni dan tujuan yang sangat agung.
Banyak kalngan salah kaprah dalam menggambarkan cinta. Mereka seolah tak
acuh akan permasalahan cinta yang sesungguhnya. Mereka memosisikan cinta pada
tempat yang sangat buruk dan melemparkan fitnah terburuk padanya serta
memaparkan karakteristik yang hukan karakteristiknya. Tidak diragukan lagi
bahwa banyak pihak yang mulai mengatasnamakan cinta dengan penampilannya yang
palsu. Banyak pihak menganggap bahwa melampiaskan hawa nafsu adalah bagian dari
cinta, dan betapa banyak para pendusta menganggap apa yang dilakukannya adalah
cinta demi kepentingannya semata.
Di sisi lain, kita pun banyak melihat para penguasa mengenakan topeng
cinta untuk mengekalkan kekuasannya,s erta banyak penghianat menampilkan cinta
dengan maksud memunculkan keburukan dan tipu daya yang tertanam dalam dirinya.
Sungguh! Betapa banyak pihak mengatasnamakan cinta dalam aktivitasnya, namun semua
itu hanyalah kebohongan.
Cinta, masih lebih bersih kala dilekatkan pada label nafsu dan syahwat.
Cinta, masih lebih suci saat dilekatkan pada kepeningan materi duniawi. Ia pun
masih lebih mulia katika namanya dieksploitasi oleh para penghianat ataupun mereka
yang memiliki hati yang jahat.
Cinta sejati, haruslah mendasari semua relasi dan hubungan di antara
individu manusia. Harus mendasari hubungan antara kerabat dekat dan jauh,
antara suami dan istri, antara teman dan sahabat, ibu dan putranya, ayah dan putrinya,
antar sesama saudara, pimpinan dan karyawan, majikan dan buruh, pelajar dan
bukunya, antara individu dan alat penunjang kerjanya, murid dan sekolahnya, dan
antara penguasa dan kepemimpinannya. Dengan demikian, cinta haruslah mendasari
semua relasi dan aktivitas.
Tanpa cinta, hubungan yang terbentukhanyalah hubungan yang dilakukan
hanya untuk kepentingan sesatt, komunikasi yang ‘kering’ bagaikan aktivitas
mesin. Tanpa cinta, maka susutlah semngat yang ada dan hubungan yang ada
hanyalah suatu hubungan yang tiada bernilai dan kemunafikan murahan. Lebih dari
itu, tanpa dilandasi cinta, maka kehidupan
yang dijalani bagaikan neraka yang tidak tertahankan bagi siapapun yang
merasakannya. Dengan demikian, bisa dipahami bahwa mungkin inilah sebab
(walaupun bukan penyebab utama) mengapa di era modern ini, banyak individu yang
tidak bisa menikmati indahnya kehidupan. Mereka seolah sudah terlalu
terkontaminasi dengan berbagai dunia luar dan berbagai kepentingan, hingga
mereka kuput untuk bisa menikmati
keceriaan dan kenikmatan yang ada pada kehidupan.
Cinta tidak dapat didapatkan hanya karena hubungan sedarah, kekerabatan,
ikatan perkawinan, ataupun ikatan ipar. Namun ia didapatkan karena kedekatan
hati dan eratnya komunikasi. Juga karena bersatunya emosi dan kedekatan diri
dengan sesama. Betapa banyak kerabat yang terasa jauh di hati, namun betapa
banyak pula orang asing (yang notabene bukan kerabat) terasa dekat di hati.
Betapa banyak saudara, kita dapatkan bukan karena hubungan sedarah.
Betapa banyak idnividu di dunia ini bisa kita anggap saudara. Namun betapa
banyak pula orang yang menghianati Anda, hidup dalam naungan Anda, dan orang
yang mengenalnya sebagai anak Anda! Semua itu hanyalah karena cinta. Mahabenar
Allah yang berfirman :
“Hai
orang-orang yang beriman,s esungguhnya di antara istri-istrimu dana anak-anakmu
ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka.”
(Al-Taghaabun (64) : 14).
Cinta adalah landasan dasar dari semua hubungan di antara semua komponen dan alam semesta
ini, termasuk hubungan antara manusia, segala yang berhubungan dengannya dan bahkan benda mati. Bila anda
mencintai pekerjaan Anda dan menjadikannya sebagai hobby, maka Anda akan
melakukannya dengan senang hati dan penuh kebahagiaan. Anda akan mampu
berkreasi dengannya dan menghasilkan produktivitas yang tinggi, yang berguna
bagi diri Anda sendiri dan juga masyarakat. Bahkan lebih dari itu, Anda pun
akan lebih mampu berinovasi dan berkreasi menciptakan satu hal yang baru,
ciptaan yang bermanfaat bagi diri Anda, keluarga Anda, negeri Anda dan bahkan
bagi seluruh umat manusia.
Lebih dari itu, hubungan antar negara pun hendaknya harus dipenuhi
dengan rasa cinta. Tanpanya, hubungan yang tercipta hanyalah hubungan
kebencian. Setiap negara akan selalu curiga dan terlalu waswas terhadap negara
lain yang mendekatinya. Setiap negara, seolah menghindari negara lainnya,
bahkan tetangganya sendiri, karena rasa takut. Semua itu terjadi karena
ketiadaan cinta di antara mereka. Ketakutan tersebut, akhirnya menumbuhkan
keegoisan, ketamakan, kehilangan kepercayaan diri dan keamanan serta persiapan
yang berelebihan untuk berperang.
Cinta,
adalah pangkal semua kebajikan dan pokok semua perbuatan baik.
Cinta,
adalah memberikan dengan tulus dan tanpa henti. Ia adalah usaha untuk selalu
memberikan kesempatan terbaik, memberikan segala hal tanpa pamrih.
Cinta,
adalah memberi dan memberi. Memberi secara terus menerus dan tanpa henti.
Memberi dengan penuhn ketulusan dan tanpa mengharapkan pamrih, dan memberi
tanpa batasan.
Cinta,
adalah memberi dengan penuhnkedermawanan yang berbuah kebahagiaan. Memberi
tanpa menunggu balasan. Memberi soleh menerima. Memberikan segala sesuatu yang
dimiliki tanpa takut akan jatuh miskin. Tanpa kekhawatiran atapun tanpa merasa
bahwa apa yang dimilikinya akan habis.
Banyak orang yang berpendapat bahwa
cinta dengan konsepnya, memberi ahnyalah
suatu kebodohan. Bagaimana seorang yang mencinta tidak mendapatkan apa pun dari
yang diberikannya? Mengapa ia tidak memperoleh penghargaan dari apa yang
dilakukannya? Mengapa ia bisa memberikan segala hal tanpa mengharapkan apapun?
Namun kenyataannya, pecinta sejati selalu mendapatkan lebih dari apa yang
diberikannya. Cinta dengan sendirinya akan memberikan balasan yang berlipat
ganda. Pada saat bersamaan, cinta merupakan proses memberi dan menerima, baik
itu diinginkan maupun tidak sama sekali. Cinta adalah proses memberi dan
menerima dari dua dimensi yang berbeda. Bagaimana itu bisa terjadi?
Dimensi
pertama yang
dimaksudkan adalah Anda tidak akan bisa mendapatkan cinta bila Anda tidak
memberikannya. Anda bisa dicintai oleh orang lain bila Anda mencintai mereka. Mustahil
orang akan mencintai Anda padahal Anda sangat benci dan dengki kepada mereka. Walaupun
Anda menutupi segala kebencian dengan segala tipu daya, kemunafikan dan
kesombongan, Anda tidak akan bisa mendapatkan cinta dari orang lain, bila Anda
tidak mencintai mereka. Apa yang ada dalam hati Anda seolah tereksprresikan
melalui mimik wajah Anda, pandangan mata Anda, gerak tubuh, gerak tangan dan
gerakan lainnya. Semua itu seolah menyampaikan suatu isyarat tertentu dan
mengungkap hakikat yang tersembunyi, walaupuns ekuat tenaga Anda menutupinya.
Dimensi
kedua
adalah walaupun Anda mendapatkan cinta dari orang lain, bahkan dengan cara
menipu orang lain dengan penampilan Anda, namun Anda tidak akan bisa merasakan
indahnya cinta bila Anda tidak bisa mencintai mereka. Anda tidak akan pernah
bisa mengecap indahnya cinta selama Anda tidak pernah mencintai. Mustahil Anda bisa merasakan
indahnya cinta selama hati Anda tidak dipenuhi dengan cinta dan kemudian
mentransfernya melalui gerak tubuh Anda. Cinta adalah satu-satunya hal yang
mampu melampaui kenikmatan memberi dan menerima. Cinta adalah proses memberi
dan menerima yang berliapt ganda, dan dilakukan pada satu waktu yang sama.
Cinta sejati hanyalah memberi dan
memberi, dan hal tersebutlah yang kemudian menumbuhkan kebahagiaan dalam hati. Walau
terkanddang cinta dibalas dengan suatu pengingkaran, namun sesungguhnya cinta
tidak membutuhkan balasan. Cinta hanyalah selalu memberi. Seorang pecinta akan
selalu rela berkorban demi cintanya di setiap waktu.
Bilan Anda mencintai seseorang atau
seekor binatang, atau bila Anda tertarik dengan suatu tanaman ataupun sesuatu
hal, maka sesungguhnya cinta Anda akan semakin bertambah di kala Anda melihatnya,
mendengarkan suaranya, menyentuhnya, menciumnhya ataupun di kala Anda
memikirkannya di saat ia sedang jauh.
Bahkan, seseorang pun bia mencintai
suatu tempat atau suatu benda, atau bahkan bebatuan ataupun alat. Semua itu
akan tampak pada ekspresi tubunya. Pada dasarnya, tubuh akan mengekspresikan
kecintaan atau kebencian seseorang pada suatu hal. Bila dua orang melihat pada
suatu benda yagn sama, atau pergi ke suatu tempat yagn sama, di mana satu
darinya mencintai benda atau tempat tersebut dan satu lainnya membencinya, maka
kita akan melihat orang yang mencintainya dengan ekspresi kegembiraan dan
bahagia dengan hanya melihat benda ataupun mengunjungi tempat yagn dicintainya.
Demikian pula, kita akan bisa melihat orang yang membencinya dengan ekspresi
kesal dan keputusasaannya dengan hanya melihat benda ataupun mengunjungi tempat
yang tidak disukainya.
Namun, di saat bersamaan, benda ataupun
tempat tersebut tidak menampakkan daya emosional. Hanya manusialah yang
memiliki daya emosional terhadap banyak hal dan kesemuanya itu terefleksikan
dari dalam hatinya. Manusia akan mampu merasakan kebahagiaan atau kekecewaan
terhadap sesuatu yang dicintai dan dibencinya, dan itulah keajaiban cinta.
Kebahagiaan dalam diri adalah nilai
terbesar yang didapatkan seseorang di saat menemukan cintanya. Sungguh, ini
merupakan nilai yang sangta tinggi. Tidak ada kebahagiaan lain yang bisa menggantikannya,
walaupuns eluruh harta yagn ada di muka bumi ini diberikan. Kebahagiaan dan kegembiraan dalam
diri adalah tujuan tertinggi dalam kehidupan tiap individu manusia. Ia tidak
akan bisa menemukan kecuali dalam cinta dan dengan cinta.
Kerahkan cinta secara konsisten dan
janganlah tunggu balasan darinya. Maka dengan pasti akan didapatkan balasan
yang berlipat ganda. Ya, balasan yang lebih dalam diri, bahkan dalam hati, dan
itu sungguh balasan yang sangat besar. Mereka
yagn dicintai kelak akan mencintai lebih banyak lagi.
Banyak dari kita belum siap
mengorbankan apa yang dimiliki untuk mendapatkan kebahagiaan yang tiada tara. Namun
banyak dari kita yang mau membayar banyak demi suatu kebahagiaan yang semu dan
menipu. Mereka tidak peduli dengan kebahagiaan hakiki yang timbul dari cinta
sejati, cinta yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. “Demi diriku yang ada dalam kekuasaan-Nya,
sesungguhnya kalian tidak akan masuk ssurga hingga kalian beriman dan kalian
tidak akan pernah beriman hingga kalian bisa saling mencintai.” (HR Ibnu
Majah).
Sedang dalam hadits lainnya Rasulullah
menekankan suatu keselarasan keimanan dan cinta.
Diriwayatkan, dari Anas bin Malik bahwa
Rasulullah saw. bersabda :
“Tidak akan beriman seorang pun dari kalian hinga ia bisa
mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR.Anas).
Melalui hadits di atas, tampak
bagaimana Rasulullah menempatkan cinta pada posisi yang tinggi. Cinta yang
tetap abadi baik di kala manusia itu hidup maupun sepeninggalnya. Dalam banyak
hadits-nya, pun Rasulullah menegaskan urgensi cinta di dunia dan akhirat. Cinta
kepada Rasulullah dianggap sebagai satu bukti keimanan dan menjadi prasyarat
bagi siapapun yang ingin menggapai surga. Keimanan, tidak akan pernah sempurna
tanpa adanya rasa cinta. Bahkan, tanpa cinta, suatu keimanan dalam hati tidak
pernah terealisasi.
Seseorang, baru bisa dikatakan beriman
bila ia telah mampu memberikan cinta. Sesungguhnya, cinta adalah benih dan pangkal keimanan.
Bila Anda mencintai, maka Anda akan
terlepas dari semua materi dunia. Ruh Anda pun akan selalu bersama para malaikat.
Bila Anda mampu mencintai, maka terlepaslah segala kebencian, ketamakan dan
segala perbuatan buruk dari diri. Bila Anda mencintai, maka Anda akan selalu
merasakan keimanan dan keamanan dalam diri. Anda akan selalu menorehkan segala kebajikan dan
kebaikan untuk sesama. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa cinta menjadi
pangkal keimanan, dan iman adalah tiket untuk bisa mencapai Surga Firdaus.
Kesimpulannya, di saat seseorang tidak
bisa masuk surga tanpa keimanan, maka bisa dikatakan bahwa seseorang tidak akan
bisa masuk surga tanpa cinta, karena tidak adan keimanan tanpa cinta. Hingga akhirnya,
surga tidak akan pernah tercapai tanpa cinta. Surga diperuntukkan bagi
orang-orang yang mencintai dan bukan bagi orang –orang yang saling membenci satu
dengan lainnya.
Demikianlah posisi cinta. Rasulullah saw. telah mengangkat
posisinya di dunia dan akhirat. Dalam buku ini pun kita akan banyak membahas
dan memahami ajaran Rasulullah tentang cinta di seluruh sisi kehidupan.
DAFTAR -
ISI
KATA PENGANTAR
ALLAH DAN CINTA
Hubungan Allah dan Manusia
CINTA SESAMA MANUSIA
Cinta Pada Semua Orang, Bahkan Musuh Sekalipun
Cintanya Kepada Anak Kecil
Cinta Manusia Pada Sesamanya
Cinta Bukan Sekedar Ucapan
Perselisihan Para Pecinta
Masyarakat Penuh Cinta
CINTA DAN SEKSUALITAS
Ruh dan Jasad
Melakukan Zina Haram Hukumnya
Cinta Sebelum Hubungan Seksual
Istri Ideal
Lelaki Ideal
Pemenuhan Kebutuhan Seksual Yang Mutualis
MENCINTAI ‘SEPUPU’
Manusia dan Binatang Hubungan Yang Tidak Selaras
Kucing dan Anjing, Neraka dan Surga
Cinta Hingga ke Tumbuhan dan Benda Mati
ALLAH DAN
CINTA
Di manakah sumber cinta? Siapakah yang menumbuhkan cinta? Siapakah
pangkal cinta? Bahkan, apakah cinta itu sendiri?
Sumber, tempat tumbuh dan pangkal cinta adalah Allah Swt.
Sesungguhnya, Allah Swt. adalah Pencipta cinta, sekaligus yang
menumbuhkannya dalam hati. Dialah yang mengalirkannya dalam setiap nadi
manusia. Lebih dari itu, sesungguhnya Allah Swt. adalah cinta itu sendiri.
Allah adalah Mahapencinta. Mencintai adalah salah satu sifat-Nya. Dari-Nya dan
dari cinta-Nya-lah tumbuh segala kebajikan dan juga rahmat-Nya.
Allah Yang Mahaagung mencintai hamba-Nya dan memerintahkan kita untuk
bisa saling mencintai satu dengan lainnya. Allah menempatkan cinta-Nya dengan
selalu memberikan nikmat-Nya pada manusia, baik yang terlihat maupun yang tidak
terlihat. Hal ini dipahami dari firman-Nya : “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(Agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Alah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang
bersaudara.” (Ali Imran (3) :103).
Rasulullah mencintai Allah Swt. sumber cinta, yang mendatangkan cinta.
Beliau mencintai pangkal cinta. Zat yang penuh dengan cinta. Kaarenanya,
cintailah Allah. Sesungguhnya Rasulullah telah mencintai-Nya dengan cinta yang
sangat besar. Cinta yang memenuhi segala relung hati.
Muhammad saw. mencintai Tuhannya, sumber cinta, rahmat dan kasih sayang.
Maka cintailah Allah Swt. dan cintailah seluruh makhluk dan seluruh benda di
muka bumi ini karena Allah dan dengan petunjuk Allah. Hal ini dipahami dari
fimran-Nya : “Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah (2) :165).
Hati Muhammad saw. selalu terkait eerat dengan Tuhannya. Beliau selalu
merindukan untuk bisa selalu berkomunkasi dengan-Nya dan selalu berdekatan
dengan-Nya, dan Allah pun meresponnya dengans elalu bersamanya. Cinta-Nya selalu
ada dalam penglihatan dan dalam lubuk hati sanubarinya. Juga di sekelilingnya
dan di segala penjuru. Cinta-Nya selalu ada dalam seluruh sel tubuhnya. Juga
dalam hati nuraninya yang terdalam dan dalam setiap tetesan darahnya.
Muhammad saw. tidak eprnah bergerak ataupun diam, tersadar ataupun
tertidur, lapar ataupun kenyang, berbicara ataupun membisu, berpikir ataupun
merenung kecuali dengan diiringi cinta Tuhannya. Cinta Zat yang sealu
disembahnya (Allah Pencipta semessata alam).
Muhammad saw. selalu menghabiskan seluruh waktunya, siang dan malamnya
untuk selalu menyeru Tuhannya, selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan memohon
ampunan-Nya. Selalu bersyukur kepada-Nya dan menyucikan-Nya, selalu
mengagungkan dan membesarkan-Nya, selalu meluapkan kerinduan kepada-Nya dan
juga selalu bersama-Nya.
Beliau selalu berdiri bermunajat kepada-Nya di tengah malam dengan penuh
kekhusyuan hingga kakinya yang lecet pun tidak beliau hiraukan. Yang terasa
dalam hatinya hanyalah kegembiraan, kebahagiaan, dan kenikmatan sejati karena
telah mampu mendekatkan diri dengan Zat yang sangat dirindukannya.
Muhammad saw. selalu menunggu datangnya waktu shalat dengan hati penuh
rindu. Di kala telah datang waktunya, maka sesegera mungkin beliau berkata : “Berikan
kegembiraan, wahai Bilal.”
Kegembiraan yang dimaksud adalah kumandang untuk bisa melaksanakan
shalat. Melalui shalatlah beliau mampu selalu berkomunikasi dengan Kekasihnya
yang Mahatinggi, merajuk dengan-Nya dan mendekatkan diri kepada-Nya. Itulah kegembiraan,
kebahagiaan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi dan terbesar bagi Nabi
Muhammad saw.
Itulah kebiasaan yang meuncul karena cinta dan yang selalu dinantikan
oleh mereka yang merindukan dan mencinta. Seorang pecinta hanya akan bahagia
dikala ia berdekatan dengan sosok yang dicnitainya. Seorang perindu hanya akan
bahagia bila telah ebrsua dengan orang yang dirindukannya.
Dengan demikian, maka tak heran bila kemudian Nabi Muhammad saw. selalu
berlama-lama dalam shalat dan sujudnya. Juga dalam doa dan istighfarnya, tahmid
dan syukurnya, tasbih dan takbirnya. Karena, itulah ciri cinta dan kerinduan. Karena
kedekatannya itulah, air mata bahagia selalu menetes dari matanya di kala ia
melaksanakan shalat. Air mata yang penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan
karena mampu menemui Zat yang dicintainya dan dekat dengan Tuhannya, Tuhan
Semesta Alam. Muhammad saw. hidup hanya untuk-Nya dan selalu bersama-Nya dalam
setiap kesempatan. Beliau selalu berpikir akan Tuhannya dan bekerja untuk
menegakkan kalimat-Nya. Inis emua selaras dengan firman-Nya :
“Katakanlah,
‘sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu)
agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk
orang-orang yang musyrik.” Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan
demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang
pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (Al-An’aam (6) : 161 – 163).
Demikianlah cinta Nabi Muhammad saw. kepada Tuhannya. Cinta yang sangat
mendalam dalam menyucikan Tuhannya, Sang Pencipta alam. Cinta yang penuh dengan
kerinduan untuk selalu berkomunikasi dengan-Nya. Cinta yang selalu menuntunnya
untuk selalu mendapatkan kenikmatan hidup dengans elalu menggapai
keridhaan-Nya, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Cinta yang
selalu memenuhi seluruh relung hatinya dan berdetak setiap denyut napasnya dan
mengalir di setiap aliran darahnya.
Allah Swt. bagi Muhammad, bagaikan udara yang selalu dihirupnya,
air yang selalu diminumnya, makanan yang
selalu dissuapnya, pakaian yang selalu dikenakannya, rumah yang menjadi tempat
berlindungnya. Baginya, Allah Swt. adalah kebajikan dan Pemberi rezeki, tempat
mengadu dan mendapatkan segala kenikmatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Allah-lah, yang memberikan kita semua nikmat di setiap saat. Allah
seelalu hadir di setiap benda yang tersentuh, ataupun benda yang tampak oleh
mata, suara yang terdengar oleh telinga, bebauan yang tercium oleh hidung
ataupun gerak yang ditangkap oleh panca indera. Bahkan Allah Swt. adalah Zat
yang selalu hadir di setiap hal yang mana indera tidak bisa menjangkaunya dan
tidak bisa dipahami oleh pikiran.
Sesungguhnya Allah Swt. adalah cinta, kebaikan, kebahagiaan dan
keindahan yang selalu menyertai eksistensi manusia. Cinta adalah luapan kasih
sayang terindah dan emosi terbaik. Ia selalu mengarah kepada sumebr cinta dan
kebaikan, sumber keutamaan dan nikmat serta inovator keindahan dan kebahagiaan.
Sungguh, kesemuanya itu mengarah kepada Pencipta semesta ini, Allah Swt.
Cinta kepada Allah adalah cinta kebaikan dan nikmat-Nya, cinta
kebahagiaan dan keindahan, dan cinta pada semua hal yang baik dis egala aspek.
Hubungan Allah dengan Manusia
Para penceramah dan ustadz banyak yang menggambarkan hubungan Allah Swt. dengan manusia sebagi hubungan
materi belaka. Hubungan yang berdasarkan materi dan balsan, pahala dan dosa,
serta janji dan ancaman.
Tidak seperti para dai yang selalu menakut-nakuti manusia dengan
ebrbagai jenis neraka dan azab. Bahkan, mereka mendramatisasinya dengan
berbagai hukuman yang akan ditimpakan Allah dan mengobsesi mereka dengan pahala
dan surga-Nya.
Menurut pendapat penulis, bila semua
yang mengikatkan kita kepada Allah dan semua hubungan kita kepada Allah
hanyalah bersifat pragmatis semata, atau karena takut pada dosa dan
mengharapkan pahala semata, atau karena takut pada ancaman neraka dan terobsesi
pada kenikmatan surga, maka hubungan yang dibina adalah hubungan yang rapuh,
hubungan berdasarkan materi dan pahala semata. Bila kita benar-benar beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan
beriman kepada hari akhir dengan selalu menyembah-Nya, melakukan segala
perintah-Nya – baik itu shalat, pusa, menunaikan zakat, haji dan lainnya –
serta meninggalkan semua larangannya hanya akarena rasa takut pada ancaman
neraka dan obsesi kita pada surga, maka hubungan yang terbina adalah hubungan
yang sangat rendah. Hubungan yang rapuh antara hamba dengan Tuhannya. Hubungan
rendah yang menempatkan kita pada posisi yang hina dari semua makhluk-Nya.
Para dai yang masih melakukan metode
sebagaimana di atas, sesungguhnya telah membodohi akal kita. Merak seolah
menganggap kita hanyalah anak-anak kecil
yang masih menyusu dan bisa ditakut-takuti ataupun bisa dibujuk dengan
boneka. Mereka tidak pernah peduli dengan pola pikir kita. Bisa jadi mereka
menganggap kita sebagai pesakitan belaka, yang tidak memiliki jalan pikiran,
hingga mereka bisa mengikat kita dengan tali
utunk kemudian diberikan berbagai gertakan ataupun diberikan obat tanpa
kita harus memahami kegunaannya.
Kenyataannya, kita masih mampu menggunakan akal dan telah dewasa.
Kemampuan otak kita masih bekerja dengan sangat baik. Dengan demikian, kita
bisa memahami hakikat hubungan kita dengan Allah, Tuhan kita, dan membangun
hubungan kita dengan-Nya dengan fondasi
yang sangat kuat melebihi apa yang
mereka bayangkan dan yang pernah
terbayangkan. Sesungguhnya
para dai sebagaimana di atas telah menyesatkan kita dan melakukan kezaliman
kepada Allah, namun mereka tidak menyadarinya.
Renungkanlah, hubungan antara ayah atau ibu dengan anak-anaknya.
Walaupun hubungan tersebut adalah hubungan yang sangat kuat, namun tidak lebih
kuat dari hubungan Allah Swt. dengan hamba-hamba-Nya. Namun demikian, di kala
kita memaparkan hubungan ibu dengan anak-anaknya, ayah dengan anak-anaknya
ataupun hubungan suami istri, banyak yang masih menggambarkannya sebagai
hubungan kepentingan semata, tanpa didasari oleh cinta dan kasih sayang, tanpa
keikutsertaa hati dan emosi.
Hubungan tersebut digambarkan seolah hanya sebatas hubungan kepentingan
dan manfaat, disertai dengan berbagai data kualitatif. Seorang istri melayani suaminya hanya karena sang
suami memberikannya nafkah dan kebalikannya, seorang suami menafkahi istrinya
hanya karena sang istri melayaninya. Seorang anak hormat kepada ayahnya
hanya karena sang ayah lebih besar dariapdanya. Seorang anak tinggal bersama
ibunya hanya karena ia masih membutuhkannya, dan demikian seterusnya.
Lalu, bayangkan apa yang terjadi setelahnya, yakni di kala keadaan
menjadi ebrbalik. Artinya, di kala sang suami telah beranjak tua dan renta, dan
waktu mengantarkannya pada banyak permasalahan seperti mengalami penyakit dan
jatuh miskin dan pada saat itulah posisi intri menjadi lebih kuat. Atau, di
kala seorang anak sudah bisa memberikan nafkah untuk keluarganya, maka pada
saat itulah ia akan kehilangan rasa hormat pada ayahnya. Pada saat itulah ia
bisa belaku kasar, bahkan mengusir keluarganya dari rumah hanya karena mereka
sudah tidak bisa produktif lagi.
Bayangkan bila hubungan yang terbina dalam keluarga hanya berdasarkan
hubungan kepentingan belaka. Bayangkan di kala kepentingan yang dibutuhkan
sudah tidak ada lagi. Ketika itu, hancurlah hubungan tersebut. Kehancuran
tersebut bisa jadi lebih buruk dari kehilangan salah satu anggota keluarga
atapun musibah lainnya.
Hubungan antar sesama manusia bisa dikatakan sebagai hubungan yang
sangat rentan, yakni sekedar hubungan yang berlandaskan kepentingan. Hal ini
bisa terlihat dari hubungan antara buruh dan majikannya, hubungan tuan tanah
dan pekerjanya. Hubungan yang tercipta tidak melibatkan emosi dan perasaan dan
tidak berlandaskan rasa kasih sayang. Karenanya, tidak mengherankan bila
hubungan tersebut menjadi hubungan yang sangat rapuh, hubungan yang tidak bisa
menghasilkan produktivitas yang tinggi dan vitalitas yang meningkat.d an, hal
ini sangat membahayakan kinerja dan hubungan masyarakat.
Apa bentuk kepedulian Anda terhadap hubungan antara orang tua dan
anak-anaknya, antara istri dan suaminya? Akan lebih baik bila Anda peduli
dengan hubungan yang lebih baik dan lebih suci, yakni peduli dengan hubungan
Anda dengan Tuhan.
Bila hubungan individu dengan Tuhan tidak didasarkan dengan cinta, maka
tidak akan pernah tercipta kebaikan di dalam hubungan tersebut dan juga tidak
akan pernah tercipta kebaikan dari hubungan tersebut. Hasilnya, hubungan
tersebut bukanlah hubungan yang efisien dalam kehidupan. Bila hubungan kita
kepada Allah Swt. tidak dilandasi dengan rasa cinta, maka seluruh penciptaan
dan kehidupan ini seolah menjadi sia-sia dan tidak berarti.
Mengapa kita harus mencintai Allah? Bagaimana kita bisa mencintai-Nya?
Apakah kita mencintai Allah supaya Dia mencintai kita? Ataukah, supaya
ada cinta yang mutualis?
Di hadapan Allah, kita hanyalah makhluk yang emah, sedangkan Allah adalah
pencipta kita. Dialah yang menghidupkan dan mematikan kita. Yang memberikan
kesembuhan dan juga memberikan penyakit bagi tubuh kita. Allah yang memberikan
kebahagiaan dan kesengsaraan dalam hidup kita. Yang memberikan kemuliaan dan
kehinaan dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Kita hanyalah makhluk yang
kerdil dibandingkan diri-Nya. Kita tidak bisa menguasai diri kita sendiri,
atauun memberikan manfaat atau bahaya kecuali dengan seizin-Nya. Semua ini
adalah fakta yang tidak bisa dibantah lagi.
Namun demikian, apakah kita yakin bahwa Allah merendahkan kita atau
tidak memperdulikan keadaan kita, para hamba-Nya? Tidak diragukan lagi bahwa
jawaban atas persoalan tersebut terkadang tidak selamanya objektif. Tidak bisa
diragukan lagi bahwa mereka yang berkeyakinan bahwa Allah mengindahkannya dan
merendahkannya adalah mereka yang menzalimi dirinya sendiri sekaligus melakukan
kezaliman pada diri-Nya. Keyakinannya tersebut merupakan pengingkaran atas
nikmat yang telah diterimanya.
Sesungguhnya Allah telah memuliakan kita dan mendudukan kita pada posisi
tertinggi dari jajaran seluruh makhluk-Nya. Dia telah menundukkan sebagian
makhluk-Nya untuk bisa melayani kehidupan kita di muka bumi ini. Dia telah
menundukkan pegunungan dan perbukitan, hewan ternak, awan dan hujan, matahari
dan bulan, kawanan burung dan ikan, langit dan bumi, perkebunan dan tumbuhan
untuk kita. Air dan udara dan seluruh yang ada di muka bumi ini ditundukkan
untuk bisa menjadi fasilitas dalam hidup. Dia memberikan berbagai nikmat bagi
kita, baik itu nikmat sehat, nikmat mampu berusaha mencari rezeki-Nya dan
nikmat keamanan, nikmat pasangan hidup, keturunan serta kesuksesan. Dia telah
memberikan kita semua apa yang kita inginkan dan tidak pernah sedikit pun
pelit. Hal ini selaras dengan firman-Nya.
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari
segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,
tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan
sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim (14) : 34).
Pencipta tidak sana keadannya dengan seorang pemilik. Pencipta memiliki
kekuasaan melebihi seorang pemilik sesuatu.
Bila Anda membeli sebuah papan, lukisan, jam atau pun karpet, maka Anda
menjadi pemiliknya. Dengan demikian, maka Anda memiliki kewajiban untuk menjaga
dan memperhatikannya.
Bila Anda membeli burung, kucing, bunga ataupun serangga kcil, maka Anda
memiliki kewajiban merawatnya, memberikannya nutrisi dan air hingga peliharaan
Anda bisa bertahan hidup. Menjaganya dari hawa dingin dan panas hingga
peliharaan Anda bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebahagiaan Anda tampak
hanya dengan melihatnya tumbuh berkembang dengan baik, dan semakin lama maka
kebahagiaan Anda pun akan semakin bertambah karenanya. Semua itu terjadi hanya
karena Anda adalah seorang pemilik. Lalu bagaimana bila Anda penciptanya?
Apa yang Anda lakukan bila Anda adalah pencipta burung dan serangga
tersebut? Apa yang akan Anda lakukan bila Anda mampu mencipta makhluk besar serupa
dengan manusia?
Sesuatu yang Anda ciptakan dengan tangan Anda sendiri dan diciptakan
dengan melibatkan perasaan, walaupun itu hanyalah berupa lukisan, lirik lagu
ataupun suatu benda tertentu yang tidak memiliki rasa, maka sesungguhnya ia
akan menjadi bagian dari diri Anda. Anda akan melihat diri Anda dengan
meliahtnya dan melihatnya sebagai bagian dari pola pikir dan kreativitas Anda.
Tentunya Anda pun akan berusaha menjaganya dengan sekuat tenaga, selalu
menyertainya dan merawatnya dengan baik. Anda akan mengorbankan diri Anda untuk
bisa menyempurnakannya.
Kebahagiaan ciptaan merupakan bagian dari kebahagiaan penciptanya.
Kesenangan ciptaan adalah harapan penciptanya dan kelapangan ciptaan adalah
tujuan dari penciptanya. Demikian pula yang dirasakan Allah terhadap diri kita
yang notabene adalah perasaan yang hendaknya dapat kita respons dengan baik.
Perasaan cinta-Nya pada kita sangatlah besar. Walaupun kita mencintai-Nya, maka
sesungguhnya kita hanya mampu mencinta-Nya dengan kualitas cinta yang sangat
kecil, yang akan tertutupi oleh besarnya cinta-Nya pada kita.
Pada suatu waktu, Rasulullah duduk bersama para sahabatnya. Di kala
mereka melihat seorang ibu memeluk anaknya di dadanya dengan penuh kerinduan
dan kasih sayang, Rasulullah saw. berkata kepada para sahabatnya, “Apakah menurut
kalian ibu terseut akan tega menceburkan anaknya ke dalam kobaran api?” Para sahabatnya lalu menjawab, “Tentu tidak
akan pernah, wahai Raslullah.” Rasulullah lalu berkata, “Sesungguhnya Allah
lebih saya kepada semua hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu itu kepada
anaknya.”
Wahai para dai, janganlah kalian
menakut-nakuti kami untuk bisa dekat dengan Sumber cinta dan kasih sayang.
Jangan jadikan dasar hubungan kami dengan Tuhan kami adalah ketakutan dan
obsesi, janji dan ancaman dan kepentingan materi semata. Bangunlah cinta kami
kepada Tuhan kami dengan rasa cinta dan kasih sayang, rasa rindu dan keinginan
untuk bisa berkomunikasi dengan-Nya, kerinduan mendalam dan keinginan unuk
bisaselalu bersama-Nya.
Dengan cintalah
kami bisa menemukan kegembiraan dan kebahagiaan, kenikmatan dan loyalitas.
Rasulullah pernah mengatakan kepada mereka yang gemar melakukan maksiat
dan memiliki dosa yang berlimpah yang menzalimi dirinya sendiri,
“Jangan
takuta! Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” Atau dengan
kata lain, jangan takut kepada Allah dan jangan berputus asa dalam menggapai
rahmat-Nya.
Jangan pernah memutus harapan untuk bisa mendapatkan kasih sayang-Nya
walaupun kesalahan yang kalian lakukan sudah sangat banyak, walaupun dosa
kalian sudah sangat berlimpah, walaupun kemaksiatan yang kalian lakukan semakin
lama semakin bertumpuk. Sesungguhnya rahmat Allah lebih besar dari kesalahan
kalian. Cinta-Nya lebih kuat daripada dosa kalian. Kasih sayangnya lebih dalam
daripada kemaksiatan kalian. Kasih-Nya mampu menghapus semua dosa dan
mentransformasikannya menjadi kebaikan dan kemuliaan. Karenanya, jangan takut!
Kalimat tersebut disampaikan Rasulullah kepada mereka yang banyak
melakukan maksiat. Jadi, jangan takut! Jangan tamak! Yakinlah akan cinta Allah
dan balasan cinta-Nya dengan cinta.
Kenyatannya, para dai pada masa kini lebih suka mengatakan,
“Takutlah..... ! Terobsesilah .....” Yang lebih tepat adalah yakinlah akan cinta
Allah kepadamu dan kasih sayang-Nya untukmu.” Namun para dai lebih suka bermain
dengan angka dan kepentingan semata hingga mereka merasa lebih takut kepada
ancaman Allah dan lebih terobsesi kepada surga-Nya. Inilah yang diajakrkan
bagaimana menjalin hubungan kepada
Allah. Ketakutan dan obsesi, angka dan ganjaran, kepentingan dan pragmatisme
belaka.
Para dai yang keliru tersebut bukan hanya melecehkan pola pikir kita,
bahkan mereka telah melecehkan Pencipta. Mereka menggambarkan soso-Nya sebagi
sosok yang hanya mempedulikan materi. Sosok yang kaku dan garang seolah membawa
pedang di salah satu tangannya dan membawa emas di tangannya yang lain. Dengan
pedangnya seolah Tuhan menakut-nakuti dan dengan emasnya seolah Tuhan membujuk.
Tuhan seolah disamakan dengan raja-raja di masa lalu yang menakut-nakuti dengan
pedang dan membujuk dengan emas, dan tidak memiliki hubungan apa pun dengan
manusia sekitarnya kecuali dengan pedang dan emasnya.
Renungkanlah hubungan kita dengan Allah Swt. Yang Mahaagung, Yang Maha
Mencintai dan Maha Mengasihi. Landasan Cinta-Nya bukanlah pedang ataupun emas,
kesengsaraan ataupun kenikmatan, neraka ataupun surga. Sungguh! Allah Swt.
bukanlah sosok Tuhan yang tanpa cinta, tanpa kasih sayang, tanpa perasaan.
Cinta-Nya tidak akan begitu mempedulikan pahala dan hukuman, ganjaran yang
kaku, angka yang tak bermakna ataupun kepentingan duniawi semata.
Betapapun banyak dosa yang ktia punya, bila kita menggambarkan sosok-Nya
sebagai sosok yang menakutkan, tentunya hal tersebut akan membuat kita makin
berputus asa mendapatkan rahmat-Nya. Namun sesungguhnya; apapun kesalahan yang
telah kita lakukan, Dia tetap memberikan kasih sayang-Nya untuk kita. Keegoan
apapun yan kita lakukan, cinta-Nya kepada kita akan tetap ada. Hal ini selaras
dengan firman-Nya :
“Hai
orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamnya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
mereka pun mencintai-ya.” (Al-Maa’idah (5) : 54).
Kini, marilah kita melihat sosok pecinta sejati yang diutus kepada kita
dengan ajaran yang penuh dengan kabar gembira dan peringatan. Beliau selalu
menumbuhkan semangat pada diri kita untuks elalu tidak meninggalkan-Nya serta
tidak mengingkari cinta-Nya. Bila hal itu tidak terlaksana, maka akan meudah
bagi-Nya untuk menciptakan manusia lainnya. Manusia yang akan dicintai-Nya dan
akan mencintai-Nya.
Renungkanlah, wahai manusia! Tujuan dari penciptaan dirimu adalah agar
Tuhanmu bisa mencintaimu dan kamu pun bisa mencintai-Nya. Tujuan awal dari
segala penciptaan-Nya adalah untuk menumbuhkan cinta. Visi penciptaan manusia
adalah cinta yang mutual antara diri-Nya dan antara kita, selaku kahluk-Nya.
Allah memberikan peringatan-Nya dan peringatan tersebut pun adalah bukti
kasih sayang-Nya. Artinya, bila kau tidak mencintai-Ku, dan tidak membalas
cinta-Ku, maka Aku akan menciptakan manusia lainnya yang lebih mampu
mencintai-Ku dan Aku pun bisa mencintai mereka. Sesungguhnya, Allah tak beda
layaknya perindu yang sangat merindukan kekasihnya. Dan di kala Dia merasakan
cintanyabertepuk sebelah tangan, maka Aku akan meninggalkanmu dan memberikan
cinta-Ku pada orang lain.”
Kenyataannya, Dia tidak mencintai dan tidak akan pernah mencintai orang
lain. Dia tidak mencintai dan tidak akan pernah mencintai orang lain selain
kita, makhluk-Nya. Yang diinginkan-Nya hanyalah kita merespons cinta-Nya, kita
bisa mencintai-Nya. Namun, bila kita membangun hubungan dengan Allah hanya
berdasarkan ketakutan dan obsesi serta data kuantitatif dan kompensasi belaka,
maka sesungguhnya kita telah menajdi orang-orang yang merugi.
Apabila kita bina cinta dengan-Nya melalui angka dan perhitungan serta
pedang dan emas, maka sesungguhnya kita tidak berhak mendapatkan apa pun
dari-Nya kecuali pedang. Kita tidak berhak mendapatkan apa pun dari-Nya kecuali
dilemparkan ke dalam neraka-Nya dan azab-Nya. Semua itu dikarena kita semua
adalah pendosa yang melakukan banyak kesalahan. Kita semua berhak mendapatkan
hukuman dan tidak akan ada seorang pun dari kita akan selamat darinya.
Namun, kasih sayang Allah sangat luas. Hati-Nya penuh dengan cinta.
Ampunan-Nya selalu tercurah. Kasih sayang-Nya berlimpah. Itu semua adalah
benteng, dan itu semua adalah kenikmatan, tameng, naungan, perlindungan dan
juga dasar dari hubungan kita kepada Allah. Bahkan, semua itu adalah pangkal
kemajuan kita kepada-Nya. Kita harus bisa meyakini cinta-Nya dan kasih
sayang-Nya pada kita. Dengan demikian, maka kita bisa bermanja dengan-Nya dan
berlindung kepada-Nya.
Bila tidak demikian adanya, bila bukan karena cinta, maka tentunya kita
termsuk golongan yang berhak dihancurkan-Nya, baik di dunia maupun di akhirat.
Rasulullah saw. bersabda :
“Allah
membagi kasih sayang-Nya dalam seratus bagian. Dia menahan sembilan puluh
sembilan bagian dalam genggaman-Nya dan menurunkan satu darinya ke muka bumi.
Dengan hanya satu bagian itulah semua makhlu-Nya saling berkasih sayang di
antaranya adalah bagaimana seekor binatang akan mengangkat cakarnya dan anaknya
barena takut hal itu akan melukainya.” (Al-Hadist).
Renungkanlah perihal sumber cinta! Dasar dari semua rahmat dan kasih
sayang. Sesungguhnya semua fenomena dan bentuk cinta yang selalu kita
senandungkan di muka bumi ini; semua fenomena baik itu dalam gambaran makro
maupun mikro; gambaran akan ibu yang memeluk anaknya; seorang ayah yang
melindungi anak-anaknya; gambaran anak yang kuat melindungi yang lemah, dan
orang kaya membantu yang miskin; merupakan satu bagian dari banyaknya kasih
sayang yang dimiliki-Nya. Sedagkan kasih sayang-Nya yang lain, yang masih ada
dalam gemnggaman-Nya, sangat berlimpah. Seluruhnya, kelak akan dicurahkan
kembali untuk kita, untuk bisa menutupi semua kesalahan kita, menghapus semua
dosa dan untuk mendekatkan kita kepada-Nya dan selalu ada di samping-Nya serta
memasukkan kita ke dalam surga-Nya.
Muhammad saw. menyanggah pendapat para dai yang gemar menakut-nakuti manusia
akan tuhannya dan menumbuhkan keputusasaan akan rahmat-Nya di dalam diri. Hal
tersbut tampak dalam hadits Rasulullah, berikut ini :
“Dikisahkan
ada dua orang bersaudara. Seorang dari mereka menyembah Allah dan seorang
lainnya melakukan maksiat kepada-Nya. Pada suatu waktu, seorang saudara yang
gemar beribah itu berkata kepada saudaranya yang gemar bermaksiat, ‘Apalagi
yang bisa kau perjuangkan, Allah kelak akan memasukkanmu ke dalam neraka. Dia
tidak akan memberikan ampunan-Nya kepadamu.’ Lalu ketika keduanya telah
meninggal dunia, keduanya menghadap Allah. Allah lalu berkata kepada saudara
yang gemar beribadah, ‘Siapa yang mengizinkanmu berlaku sewenang-wenang kepada-Ku.
(yakni memberi pernyataan atas sesuatu yang bukan haknya). Pergilah engaku ke neraka.’
Lalu Dia berkata kepada orang yang banyak berbuat maksiat, ‘Masukilah surga
dengan rahmat-Ku.”
Malang sekali hamba yang gemar beribahad tersebut. Ibadahnya seolah
tidak membantunya hanya karena ia berlaku sewenang-wenang kepada Allah. Ia
menggambarkan sosok Allah sebagi sosok yang kaku dan kasar serta tidak memiliki
kasih sayang dan ampunan. Dengan persepsinya itu, ia menghalangi saudaranya
untuk bisa mendapatkan kasih-sayang-Nya. Juga menghalanginya untuk medapatkan
cinta-Nya. Ia telah menumbuhkan kepurusasaan dalam diri saudaranya dan itulah
kesalahan terbesar yang telah dilakukannya.
Rasulullah ssaw. Bersabda :
“Sesungguhnya
Allah mengulurkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima tobat hamba-Nya
yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Dia mengulurkan tangan-Nya pada
siang hari untuk menerima tobat hamba-Nya yang melakukan kesalahan di malam
hari.”
Allah tidak jauh beda layaknya seorang ibu yang sangat kasih dan seorang
ayah yang penuh sayang. Dia menanti tobat kita dan menantikan kita kembali ke
pangkuan-Nya. Dia menanti kita di setiap aktu, baik malam maupun siang hari, di
setiap jam, bahkans etiap menit. Tangan-Nya selalu terulur untuk kita. Hati-Nya
yang besar selalu terbuka hingga tiada batasnya. Dada-Nya yang penuh kasih
selalu penuh rindu, dans emua itu tidak lain supaya kita yang sering melakukan
kesalahan, kembali kepada-Nya, berlindung dalam naungan-Nya dan menikmati
kedekatan dengan-Nya. Dia akan sangat bahagia dengan kembalinya hamba-hamba-Nya
menjadi orang yang taat dan penuh cinta.
Diriwayatkan dari Anas, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda :
“Allah
berfirman, “Wahai anak Adam, apapun yang kau panjatkan pada-Ku dan harapan
dari-Ku, maka Aku akan mengampuninya untukmu, bagaimana pun keadaanmu dan Aku
tidak akan peduli. Wahai anak Adam, walaupun dosamu melampaui tingginya langit,
lalu kau meminta ampunan-Ku, maka Aku akan mengampuninya untukmu. Wahai anak
Adam, bila kau mendatangi-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, dan kau menemui-Ku
tanpa sedikit pun menduakan-Ku dengan apa pun, maka Aku akan mendatangimu
dengan ampunan sepenuh bumi.” (HR. Tirmidzi).
Sesungguhnya, sumber cinta dan kasih sayang, pangkal kebaikan dan
pemberian akan mampu membalas satu kebaikan dengan kebaikan yang lebih banyak,
sepuluh kali lipatnya atau bahkan lebih. Sedangkan keburukan yang diterimanya
hanya akan dibalas dengan keburukan serupa, bila hal itu dilakukan dengan hati
penuh kebencian dan kesengajaan. Sedangkan keburukan yang dilakukan oleh hati
yang penuh cinta, maka kelak Allah akan memberikan amnesti-Nya dan
pengampunan-Nya, walaupun dosa dan kesalahan yang ada sangat banyak dan semakin
meningkat.
Kekasih kita selalu menanti kita untuk bisa mendekati-Nya walau hanya
satu langkah hingga Dia bisa mendekati ktia dengan banyak langkah-Nya. Bila
kita bergerak menuju arah-Nya walaupund engan gerak yang sangat lamban, maka
Dia akan bergerak cepat menuju kita dengan penuh kerinduan bgaikan perindu yang
menemui orang yang dirindukannya. Dia merindudkan kita layaknya rindu seorang
pecinta pada orang yang dicintainya, dan merindukan kita sangat dalam. Dia pun
mengasihi ktia sebagaimana kasih Pencipta pada ciptaannya, yang menganggap
ciptaannya sebagai bagian dari dirinya.
Benar, sesungguhnya kita adalah bagian dari Yang Maha Kasih yang
emnciptakan kita dan memberikan senthan inovasi pada bentuk kita. Ruh kita, di
mana dengannya kita bisa hidup, adalah bagian dari Ruh-Nya yang Mahatinggi yang
mampu menghidupkan semua hal yang mati.s esungguhnya kita adalah sebaik-baiknya
ciptaan-Nya.
Seluruh kebaikan dunia dan seleuruh cinta makhluk di dunia ini tidak
akan pernah sebanding sedikitpun dengan cinta Yang Mahatinggi, cinta yang
dipersiapkan Allah bagi makhluk-nya yang paling mulia, yang telah menjadi
bagian dari diri-Nya. Cinta-Nya selalu tercurah ke seluruh makhluk_nya dan
tidak hanya diperuntukan untuk hamba-Nya yang taat dan gemar beribadah, namun
juga pra hamba-Nya yang bermaksiat dan melakukan kesalahan.
Semua itu adalah ciptaan-Nya. Kita hanya diminta untuk mencintai-Nya dan
tidak mempersekutukan-Nya. Bila kita telah mampu melakukannya, maka kehidupan
pun akan berjalan dengan sangat mudah. Walau pun kita memiliki banyak kesalahan
dan dosa, Allah kelak akan menghapus-Nya yang meninctai-Nya dan menemui-Nya.
Hal tersebut selaras dengan firman-Nya.
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang di kehendaki-Nya.” (an-Nisaa’ (4) :
48).
Tuhan kita yang penuh cinta selalu siap untuk memberikan ampunan-Nya
untuk kita, walaupun dosa dan kesalahan yang kita lakukan sangatlah berlimpah.
Syarat yang ditetapkannya hanyalah satu, yakni tidak menduakan cinta-Nya. Kita
dipersilahkan untuk melakukan apapun selama tidak menghianati cinta-Nya. Kita
pun diperbolehkan melakukan apa saja yang ingin kita lakukan kecuali satu hal,
yakni menduakan-Nya. Dia telah menciptakan kita, memberikan rezeki-Nya dan
menjaga kita. Kita hanya perlu membalas semua itu hanya dengan mencintai-Nya dengan
tulus dan tidak menduakan-Nya. Setelahnya, maka apa pun kesalahan yang kita
lakukan tidaklah dianggap karena sesungguhnya cinta mampu memaafkan segala hal.
Tuhan kita yang penuh cinta selalu siap untuk menemui kita di setiap
saat, baik siang maupun malam. Bahkan Dia senantiasa merindukan kedekatan kita
pada-Nya tanpa harus takut dihalangi oleh penjaga atau pun polisi. Tameng atau
pun pagar. Hal ini dapat dipahami dari fiman-Nya :
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon pada-Ku.” (Al-baqarah (2) : 186).
Renungkanlah perihal Tuhan pencipta alam semesta, yang mencipta langit
dan bumi ini dan mempermudah setiap individu untuk bisa menemui dan
mendekati-Nya, meluangkan waktu untuk bisa selalu di dekat-Nya. Bahkan, Dia
menyeru manusia kepada-Nya kapanpun kita mau, tanpa dipungut biaya ataupun
jasa. Juga tanpa kesulitan apapun, ataupun prosedur protokoler yang rumit. Yang
penting adalah keinginan dari dalam diri kita sendiri. Hanya Allah Swt. yang
selalu siap merespons segala permintaan kita. Bahkan, selalu hadir bersama kita
senuai keinginan kita, tanpa perlu menunggu kehadiran kita menghadap-Nya. Semua
itu dilakukan-Nya demi cinta-Nya kepada kita.
Dia tidak ingin ada kesulitan apap pun menghadang kita dalam
menghadap-Nya dan selalu siap dalam merespons semua seruan kita, selalu siap
untuk hadir bersama kita di tempat mana pun dan waktu kapan pun yang telah kita
tetapkan. Kesemuanya itu hanya tergantung pada keinginan dari dalam hati kita.
Kita hanya perlu meminta-Nya dan Dia akan meresponsnya dan merealisasikan apa
yang kita pinta.
Pada masa kini, bila kita ingin menemui seorang pembesar ataupun
penguasa, maka hal itu bisa terealisasi bila kita memiliki permasalahan penting
yang berkaitan dengan kepentingan umum yang harus kita bicarakan, dan dalam hal
ini tidak aemua dari kita mempunyai kepentingan tersebut. Walaupun akhirnya
semua usaha telah kita kerahkan dan walaupun kita hanrus menyingsingkan
terlebih dahulu harga dan akhirnya kita berhasil menemui pembesar ataupun
penguasa yang kita maksud.
Namun umumnya hal tersebut baru bisa terealisasi setelah penantian yang
sangat panjang, setelah kesabaran yang sangat melelahkan, setelah melewati
puluhan pintu gerbang dan pasukan pengamanan,s etelah pemeriskaan total dan
pertemuan itu pun umunya hanya berlangsung beberapa menit, sekedar
menggambarkan permasalahan secara global tanpa harus menemukan solusi yang
diinginkan.
Yang kita dapatkan umumnya hanyalah pertemuan belaka yang terkadang
penuh dengan janji-janji palsu dan kata-kata yang tiada bermakna. Namun
ternyata, itu semua tidak membuat kita kapok untuk bisa mengulang pertemuan yang
sama dan sekedar menunjukkan kebanggan karena bisa menemui pembesar atau
pengausa tersebut. Bangga karena sang pembesar ataupun penguasa mau
menyempatkan diri bertemu dengan kita, duduk di sampijg kita, nama kita
dipanggil olehnya, tertawa bersamanya. Seolah semua itu adalah hal yang sangat
menakjubkan dan keberuntungan yang sangat mengagumkan. Dan, seolah menumbuhkan
kebahagiaan tersendiri dan kerinduan untuk mengulang momen yang sama. Terkadang
pertemuan tersebut menyedot banyak hal (baik itu waktu maupun harga diri),
namun semuanya seolah tidak menjadi masalah. Padahal hasil dari pertemuan itu
terkadang hanyalah membuagn waktu dan hanya menimbulkan harapan palsu.
Apakah seorang makhluk bisa mengharapkan sesuatu dari seorang makhluk yang
sejajar dengannya?! Apakah seorang hamba
bisa memberikan sesuatu yang berharga pada hamba lainnya yang sejajar
dengannya?!
Meskipun demikian kenyataannya, banyak dari kita yang masih tidak mau menemui Tuhannya dan lebih suka menemui
ciptaan-NYA. Banyak dari kita meninggalkan pertemuan dengan Tuhan ayng lebih
mudah dan gratis dan lebih memilih bertemu dengan ciptaan-Nya yang memiliki
prosedur yang rumit dan sangat melelahkan. Banyak dari kita meninggalkan
pertemuan dengan ayng Maha Pemberi Rezeki dan Mahakuasa atas segala sesuatu
untuk kemudian lebih memilih bertemu dengan hamba yang lemah dan masih diberi
rezeki oleh-Nya. Banyak dari kita melakukan kesalahan dengan melanggar hak
Tuhan dan lebih mengedepankan untuk bsia memenuhi keinginan diri sendiri.
Para pembesar dan pengausa ayng demikian sulitnya ditemui itu tetaplah
ciptaan-Nya. Mereka lebih lemah dari semut dan nyamuk. Mereka tidak bisa
sepenuhnya menguasai diri mereka sendiri, lalu bagaimana mereka bisa menguasai
orang lain?
Posisi mereka memang lebih tinggi dibandingkan manusia lainyya, namun
tidak lebih tinggi dari Penciptanya. Tidak ada seorang pun aygn bisa
mengungguli posisi Allah. Namun demikian, Allah Swt. selalu membuka jalan
hingga kita dengan mudahnya bisa menemui-Nya. Pertemuan dengan-Nya selalu
berbuah produktivitas akrena Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dalam
kekuasan-Nya semua terkendali, termasuk mengendalikan para pembesar dan
penguasa.
Sesungguhnya Allah yang penuh cinta selalu merindukan bertemu dengan
kekasaih-Nya, namun para pembesar dan penguasa seolah selalu memprovokasikan
kebesaran dankemuliaannya.
Allah yang penuh cinta selalu memberi dengan penuh kedermawanan dan
tidak pernah mengehntikan pemberian-Nya. Namun makhluk-Nya yang sombong enggan
menemui-Nya, walau tetap mengharapkan pemberian-Nya. Inilah perbedaa antara ada
dan tiadanya cinta.
Allah yang penuh cinta selalu rindu kepada kita walaupun kita terkadang
masih suka bermaksiat kepada-Nya, sedangkan para pembesar yang notabene
hanyalah makhluk-Nya, seolah selalu sibuk untuk bsia ditemui dan selalu
mengharapkan kita selalu tunduk apdanya. Allah yang penuh cinta selalu mengampuni dosa kita, menghapus
kesalahn kita dan menggantikannya dengan kebaikan, sedangkan para pembesar yang
notabene hanyalah makhluk-Nya, suka menghukum kita tanpa alasan sedikit pun,
berbuat buruk kepada kita padahal kita tak melakukan kesalahan dan bahkan
menghina kita. Meskipun demikian, masih banyak dari kita tetap pada
kebodohannya. Kita tidak mengindahkan Alalh yang penuh cinta dan mengekor pada
makhluk-Nya yang sombong dan angkuh.
Rasulullah saw. bersabda.
“Hamba
yang beriman akan mendekati Tuhannya pada hari Kiamat kelak, hingga sedekat
pundaknya dan akan dipaparkan dodsa-dosa yang telah dilakukannya. Tuhan
mengatakan kepadanya, ‘Apakah kau tahu dosa ini? Apakah kau tahu dosa ini?’
Hamba berkata, Tuhanku lebih mengetahuinya.’ Lalu Allah mengatakan padanya,
‘Aku telah menutupinya untukmu ketika engkau di dunia dan Aku akan
mengampuninya untukmu di hari ini.’ Setelah itu, dikaruniakan untuknya lembaran
perbuatan baiknya,” (al-Hadits).
‘Betapa
luas rahamat-Mu, wahai Tuhan Semesta Alam!
Betapa
dalam cinta-Mu kepada hamba-hamba-Mu.
Walau
mereka melakukan kesalahan.
Engkau
menutupinya kala mereka masih di dunia dan
Menghapuskannya
ketika mereka di akhirat.
Kami
banyak melakukan kesalahan atas diri-Mu, menyalahi
Segala
perintah-Mu, menjalankan larangan-larangan-Mu,
Melampaui
batasan-Mu dan menodai kesucian-Mu, namun
Engkau
tetap mencurahkan kasih-Mu pada kami dan tetap
Menyayangi
kami. Kau tutup skandal kami dari
Pandangan
keluarga kami dan para sahabat kami.
Kau
hapuskan dosa kami dan menggantikannya menjadi suatu
Kebaikan
untuk kemudian kau masukkan kami ke dalam
Kenikmatan
yang Kau siapkan dalam naungan-Mu
Rasulullah, sosok Nabi penuh cinta bersabda :
“Demi
jiwaku yang adal dalam kekuasaan-Nya, seandainya kaliant idak melakukan
kesalahan, maka Allah akan membiarkan kalian dan mendatangkan kaum lainnya yang
melakukan dosa untuk kemudian mereka memohon ampunan-Nya dan Allah mengampuni
mereka.” (Al-Hadits).
Renungkanlah kadar rahmat Allah kepada kita, cinta-Nya kepada kita dan
kemanjaan yang ditunjukkan-Nya kepada kita! Sungguh cinta Allah kepada kita
sampai pada taraf Dia memanjakan kita.
Setiap dari kita adalah bagian dari Allah dan hal yang wajar bila Allah
memanjakan bagian dari diri-Nya serta memberinya apa pun yang diinginkannya di
dunia. Dunia seolah untuk kita, baik halal haramnya. Di kala kita melakukan dan
menggantikan keburukan menjadi kebaikan. Kesemeuanya itu dilakukannya hanya
untuk memanjakan kita hingga kita bisa mencintai-Nya dengan tulus.
Bukan hanya itu, bahkan Rasulullah saw. menggambarkan soso Allah Swt.
sebagai sosok yang gemar mengampuni. Dia senang bisa mengampuni dosa hamba-Nya
dan menghapuskan kesalahan hamba-Nya. Kesenangan-Nya tersebut menjadi satu
kenikmatan tersendiri dan hal tersebut bukanlah hal yang aneh bagi Sumber
Cinta.
Sebagian manusia yang memiliki kemurahan hati sangat senang untuk bisa bertolenrasi dengans esamanya dan
memaafkan kesalahan saudaranya. Dari sini bisa dipahami bahwa sifat memaafkan
merupakan satu sifat yang sangat mulia. Kita sebagai manusia, walau memiliki
hati yang bersih, hati yang sensitif dan perasaan cinta yang berlimpah untuk
sesama, namun semua itu tidak sebanding dengan setitik cinta Allah kepada
hamba-hamba-Nya.
Bagaimana bisa disamakan sedangkan Dia sangat suka mengampuni semua
kesalahan hamba-hamba-Nya dan memberikan toleransi-Nya, meskipun mereka banyak
melakukan kesalahan dan dosa?!
Cinta, kasih sayang dan pengampunan merupakan sifat terpenting Allah
Swt. dan merupakan nama terbaik pada diri-Nya. Kebahagiian Allah terletak pada
realisasi sifat dan nama-Nya, dan hal tersebut pun akhirnya menjadi kebahagiaan
tersendiri bagi hamba-hamba-Nya di kala mereka mengetahui cinta-Nya pada mereka
dan kemurahan pengampunan-Nya pada mereka serta toleransi-Nya yang tinggi.
Rasulullah saw. sebagaimana diriwayatkan dari Tuhannya mengungkapkan :
“Seorang
hamba melakukan perbuatan dosa, kemudian ia beoda ‘Ya Allah, ampunilah dosaku.’
Allah berkata, ‘Hamba-Ku melakukan perbuatan dosa dan ia mengetahui bahwa ia
memiliki Tuhan yang mampu mengampuni dosa.’ Lalu Dia mengampuninanya. Ternyata
hamba itu kembali melakukan perbuatan dosa,d an ia kembali berkata, ‘Ya Allah,
ampunilah dosaku.’ Allah berkata, ‘Hamba-Ku melakukan perbbuatan dosa dan ia
mengetahui bahwa ia memiliki Tuhan yang mampu mengampuni dosa.’ Lalu Dia
mengampuninya.dan, ternyata ia kembali melakukan perbuatan dosa, dan kembali
berkata, ‘Ya Allah ampunilah dosaku.’ Allah berkata, ‘Hamba-Ku melakukan
perbuatan dosa dan ia amengetahui bahwa ia memiliki Tuhan yang mampu mengampuni
dosa.’Lalu Dia mengampuninya dan menyatakan, ‘Aku telah mengampuninya maka
lakukanlah apa yang kau inginkan!”. (HR Bukhari Muslim).
Pernahkah Anda merasakan cinta ayah Anda yang sangat ebsar kepada Anda?
Namun kasih sayang Allah lebih besar dari itu. Dia mengampuni dan akan selalu
mengampuni, walaupun kesalahan yang Anda lakukan selalu berulang; walaupun Anda
tidak jera dan selalu melakukan kesalahan yang sama dan menumpuk dosa.
Di kala seseorang telah merasa bahwa ia melakukan kesalahan dan menyesal
atasnya serta memiliki niat yang baik yang disertai cinta pada Tuhan dan
keyakinan atas cinta Tuhan pada dirinya, maka Dia akan mengampuni kesalahannya
walau sebanyak apapun dan semenumpuk apa pun. Dia akan menggantikansemua dosa
itu menjadi satu kemuliaan.
Bila seorang dari kita adalah seorang yang dekat dengan penguasa, maka
tidak heran bila ia akan selalu bersandar pada kekuasannya dan bertindak atas
namanya. Ia akan melakukan apap pun yang bisa dilakukannya, walau pun hal
tersebut melanggar adat-istiadat ataupun undang-undang yang berlaku. Ia tidak
pernah takut akan timbul berbagai permasalahan ataupun hukuman.
Semuanya itu karena ia memegang jaminan nama penguasa yang menjadi orang
terdekatnya atau bahkan saudaranya dengan silsilah yang sangat jauh. Namun,
jabatan penguasa hanyalah jabatan sementara. Walaupun besar kekuasaan yang
dipegangnya, semua itu kelak akan hilang.
Hal tersebut tidak bisa dibandingkan dengan kekuasaan Yang Maha
Penyayang. Bagaimana seandainya Tuhan Yang Mahakuasa atas segala sesuatu adalah
sosok yang sangat dekat dengan kita? Bagaimana bila Tuhan semesta alam ini
mencintai kita dan megasihi kita? Dia selalu siap menjadi penopang kita,
menjaga kita dari semua kemungkinan buruk, mengampuni semua dsoa kita,
merespons segala permintaan kita dan memanjakan kita dengan menutupi semua aib
kita? Bagaimana bila kita yakin akan cinta Allah pada diri kita, dan kita yakin
bahwa Dia akan selalu menjaga kita?
Tentunya, dengan smua itu kita bisa bebas melakukan apa pun yang kita inginkan! Kita tidak akan takut
melakukan apa pun dan kepada siapa pun. Walau terkadang sebagian perbuatan kita
sangatlah buuruk, sesungguhnya Allah akan memahami dan menoleransinya.
Setiap orang pastinya pernah melakukan kesalahan. Setiap dari kita
tentunya pernah ebrdosa walau hanya dengan satu kalimat, satu pandangan ataupun
satu pikiran, walaupun hal itu hanyalah dugaan semata. Namun kesemuanya itu
akan diampuni bila kita meyakini Cinta-Nya.
Rasulullah saw. bersabda :
“Setiap
orang penah berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang
bertobat atasnya.” (al-Hadits).
Melakukan kesalahan adalah satu ciri khas kita sebagai manusia, dan hal
tersebut berkaitan dengan karakteristik kita yang lemah dan “instink primitif”
kita.ktia tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari kesalahan kecuali dengan
kasih sayang Tuhan yang memahami kondisi dan kelemahan kita. Rahmat-Nya yang
luas, juga limpahan kasih sayang dan ampunan-Nya akan mampu menghapuskan semua
kesalahan yang pernah kita lakukan.
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau berkata kepada para sahabatnya
:
“Sebelum kalian hidup, ada seorang lelaki yang telah
membunuh 99 (sembilan puluh sembilan) orang, lalu ia berniat untuk bertobat,
kemudian ia bertanya perihal orang yang bisa menunjukkan cara bertobat dan ia
dianjurkan untuk menemui seorang pendeta. Ia lalu beranjak menemuinya dan
bertanya padanya dengan mengatakan, ‘Aku telah membunuh 99 orang, apakah aku
masih bisa bertobat?’ Pendeta tersebut mengatakan. ‘Tidak’. Lelaki itu lalu
membunuh pendeta tersebut dan menyempurnakan korbannya menjad 100 orang.
Kemudian ia kembali bertanya kepada banyak orang akan
seseorang yang lebih berpengalaman dan memiliki ilmu pengetahuan. Mereka
menyuruhnya menemui seorang ulama. Lalu
ia bergegas menemuinya dan mengatakan padanya, ‘Aku telah membunuh 100 orang,
apakah aku memiliki kesempatan untuk bertobat?’ Dijawab oleh ulama itu, ‘Tentu!
Tidak ada yang bisa menghalangimu untuk bertobat! Pergilah ke suatu negeri.
Di sana kau bisa menemui orang-orang yang menyembah Allah
dan sembahlah Allah bersama mereka. Jangan kembali ke negerimu karena negerimu
sudah penuh dengan kebururkan.’ Lelaki tersebut lalu mengikuti saran yang
diberikan. Ia pun beranjak menuju suatu negeri yang ditunjukkan agar ia bisa
menyembah Allah bersama orang-orang yang saleh.
Namun di tengah perjalanan, datanglah malaikat maut dan
mencabut nyawanya. Kemudian datanglah malaikat untuk menghitung segala amal
perbuatannya dan mereka berbeda pendapat akan perihal dirinya. Malaikat Rahmat
berpendapat bahwa lelaki tersebut sudah akan bertobat dan menemui Allah.
Sedangkan Malaikat Azab berpendapat bahwa lelaki itu belum sempurna melakukan
kebaikan yang ingin dicapainya. Lalu datanglah seorang malaikat dalam sosok
manusia dan menjadi penengah antara keduanya dengan mengatakan, ‘Ukurlah jarak
antara negeri yang ditinggalkan dan negeri yang ditujunya! Mana yang paling
dekat, maka itulah bagiannya!’ Lalu Allah memerintahkan jalan kemaksiatan untuk
menjauh dari jalan menuju tempat tobat semakin mendekat. Diukurlah jarak antara
dia negeri dan didapati bahwa jarak menuju negeri untuk bertobat telah dekat
sedikit dan akhirnya lelaki tersebut pun mendapat pengampunan-Nya.”
(Al-Hadits).
Renungkanlah akan cinta Allah dan kasih sayang-Nya kepada anak manusia.
Bahkan, kepada orang yang berbuat jahat dan banyak berbuat dosa, cinta-Nya
tidak berubah. Padahal kejahatan yang dilakukan adalah kejahatan terbesar,
yakni membunuh orang, dan korbannya bukan seorang, tapi seratus orang. Meskipun
demikian, dengan bermodalkan niat untuk bisa bertobat, semua kejahatannya
seolah tertutupi. Sekedar niat untuk bisa kembali ke pangkuan-Nya dan taat
kepada-Nya mampu menghapus semua kejahatan yang telah dilakukannya dan
menghapuskan semua noda hitam dari dalam dirinya untuk kemudidan menjadikannya
putih bersih. Sesungguhnya, Allah telah mengampuni semua dosanya.
Kisah orang di atas mengingatkan kita akan pepatah yang mengatakan : “Kekasihmu akan sellau menghapuskan segala kesalahanmu
dan musuhmu akan selalu mengharapkan kau berbuat salah!”
Kejahatan yang dilakukan lelaki di atas sebenarnya telah membuatnya
berhak mendapatkan hukuman aygn sangat berat, yakni kekal dalam neraka dan
azab-Nya. Namun cinta-Nya telah menghapuskan semua kejahatan laki-laki
tersebut. Sesungguhnya Allah yang penuh cinta menghapuskan semua dosa, walaupun
itu dosa terbesar dan mengampuni segala kemaksiatan yang kita lakukan.
Bukankah itu bukti bahwa Allah
sangat memanjakan kita semua dan bukti bahwa Dia selalu siap untuk memahami
semua kondisi kita kecuali penghianatan dalam cinta dan menduakan-Nya.
Dengan bermdoal niat, seorang lelaki terbebas dari segala kesalahannya
dan kembali ke naungan Yang Maha Penyayang yang menhapus semua dosanya. Bahkan
Dia pun menundukkan untuk hamba-Nya hukum alam, hukum geografi, geologi, matematika,
statistik antara satu negeri dengan negeri lain dan ssatu benua dengan benua
lain dan banyak lainnya. Semua itu ditundukkan untuk kepentingan hamba-Nya yang
inginbertobat. Allah memerintahkan negeri di mana lelaki tersebut berbuat
maksiat untuk menjauh dan negeri di mana lelaki itu akan bertobat untuk
mendekat. Semua itu dilakukan agar lelaki tersebut kembali ke pangkuan-Nya dan
memasukkannya ke dalam kenikmatan-Nya.
Diriwayatkan dari Rasulullah dalam hadits Qudsi bahwa Allah Swt. berkata
:
“Serulah hamba-Ku. Bila mereka bertobat, maka Aku akan
menjadi kekasih mereka. Namun bila mereka belum bertobat, maka Aku akan menjadi
dokter (penyembuh) mereka.” (Al-Hadits).
Sungguh, setiap orang pasti pernah dan akan melakukan kesalahan. Namun
demikian, kita semua adalah ciptaan-Nya dan Allah-lah yang menciptakan kita.
Dengan demikian, maka Dia bertanggung jawab atas diri kita, bertanggung jawab
atas seluruh manusia, khususnya apda mereka yang banyak melakukan kesalahan,
baik yang telah bertobat maupun yang masih melakukan kejahatan. Mereka yang
bertobat akan menjadi kekasih-Nya dan mereka yang masih belum bertobat akan
menjadi pasien-Nya.
Kekasih sejati akan selalu menyenangkan kekasihnya dan melimpahinya
dengan berbagai kenikmatan. Dokter yang hebat adalah dokter yang mampu menjaga
dan merawat pasiennya hingga pasiennya sembuh. Cinta apakah yang lebih hebat
dari semua ini? Kasih sayang apa yang lebih luas dari semua ini? Kemurahan mana
yang lebih melimpah dari semua ini?
Sesungguhnya, hanya Dia-lah yang mempu memberikan cinta-Nya tanpa batas,
mencurahkan kerinduan-Nya dengan sesuatu yang tiada akan bisa dibayangkan dan
memanjakan kekasih-Nya di luar imajinasi siapa pun.
Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa pada suatu hari, suatu kaum membawa
seorang lelaki dalam keadaan mabuk. Ketika para sahabat melihat lelaki
tersebut, mereka berkata, ‘Semoga Allah melaknatnya! Apa yang bisa dilakukan
oleh seorang pemabuk!” Namun Rasulullah saw. melarang pada sahabat melaknatnya
dengan mengucapkan :
“Janganlah
kalian melaknatnya. Sesungguhnya lelaki itu sangat mencintai Allah dan
Rasulnya.” (al-Hadits).
Bukankah Anda bsia memahami hadits di atas! Cinta mampu memaafkan
segalanya. Cinta mampu mengamnesti segala kesalahan. Seorang lelaki yang
mencintai Allah dan Rasul-Nya menjadi tidak berhak lagi dilaknat, walau pun
apda saat itu dalam kondisi lemah,d an walaupun pada saat itu ia bergelimang
dalam dosa.
Memang, kesalahan yang dilakukannya (yakni menum khamar) bisa
digolongkan sebagai kesalahan besar. Namun pada dasarnya, lelaki tersebut
memiliki hati yang baik. Ia memenuhi hatinya dengan kemurahan hati. Karenanya
yang dibutuhkannya adalah terapi dan bukan laknat. Walaupun lelaki tersebut
manjdi tak berdaya di hadapan khamar, pada dasarnya ia banyak melakukan
kebaikan, dan Muhammad saw. sebagai sosok Nabi penuh cinta tidak ingin kaumnya
menutup mata akan hal itu. Lelaki tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan,
kebaikan dan keburukan. Walaupun kesalahan dan kelemahannya lebih banyak, cinta
mampu mengamnesti semua itu. Cinta sejati dari Yang Maha Pecinta akan menjadi
jaminan akan amnesti tersebut.
Sungguh benar apa yang kau katakan dan lakukan, wahai Rasulullah! Tidaka da yang bisa membersihkan
hati dan nurani dan memurnikan jiwa dan dada serta meningkatkan kualitas fisik
kecuali cinta.
Tidak ada sesuatu pun yang
mempu menghilangkan kedengkian dan dosa, menjauhkan keburukan dan kehinaan.
Menahan segala kekerasan, menghilangkan kecemburuan serta menghapuskan
kebencian kecuali cinta.
Sesungguhnya cinta mampu
membersihkan dan menyucikan,e memuliakan dan mengangkat derajat serta
meninggikan martabat. Cinta pun mampu mempertautkan jiwa kita dengan banyak hal
dan membuat kita lebih dekat kepada malaikat dibanding dengan materi dunia,
walaupun kita bergelimang keburukan dan kesalahan.
Dikisahkan bahwa pada suatu hari, datang seorang lelaki menemui
Rasulullah saw. dalam keadaan gemetar dan ketakutan karena kesalahan yang telah
dilakukannya. Ia berinisiatif untuk mengadukan dosanya kepada Rasulullah saw.
dengan segala keputusasaan yang dimilikinya. Rasul mencoba menenangkan hati
lelaki tersebut dengan mengatakan keapdanya, “”Apakah kau juga melakukan shalat sebagaimana kami?” lelaki
tersebut lalu menjawab, “Tentu!”.
Rasulullah lalu berkata kepadanya, “Kalau begitu, jangan takut! Sesungguhnya
kebaikan akan menghilangkan keburukan!” (al-Hadits).
Demikianlah Rasulullah menghilangkan ketakutan pada diri lelaki tersebut
dan menghapuskan keputusasaannya hingga lelaki tersebut kembali percaya diri
dan kembali ke pangkuan Tuhannya dengan
memohon ampunan dan bertobat keapda-Nya, dengan penuh cinta dan
ketaatan.
Rasulullah saw. bersabda :
“Bertakwawalah
keapda Allah di mana pun kau berada dan iringilah keburukan dengan kebaikan
yang menghapusnya serta perlakukan sesama dengan sebaik-baiknya perlakuan.”
(a;-Hadits).
Wahai orang yang beriman, jangan takut akan kesalahan yang telah kau
lakukan! Jangan membesarkan dosamu! Jangan berputus asa atas emua dosa yang
telah dilakukan. Sesungguhnya rahmat Allah bagi kita sangat berlimpah dan
cinta-Nya sangatlah dalam. Pintu-Nya selalu terbuka setiap saat, baik malam
maupun siang hari, untuk menemui kita. Telapak tangan-Nya selalu terbuka untuk
memeluk kita tanpa peduli seberapa banyak kesalahan yang telah kita lakukan,
terlebih bila kita mampu menyertai kesalahan yang kita lakukan dengan kebaikan yang
secara otomatis akan menghapus kesalahn itu sendiri. Bahkan lebih dari itu,
atas rahmat-Nya-lah maka sebuah kebaikan akan mampu menghapuskan sepuluh
keburukan, dan kejujuran akan mampu menghapuskan sepuluh kesalahan.
Sesungguhnya kesalahan hanya akan dibalas dengan kadarnya serupa, sedangkan
satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.
Rasulullah saw. selalu menyeru kita untuk bertobat kepada Allah dan
meminta ampun pada-Nya serta menjaga cinta dan kasih sayang-Nya. Sesungguhnya
kita hanyalah makhluk-Nya yang lemah, yang rentan melakukan berbagai kesalahan
dan dosa.
Rasulullah saw. bersabda :
“Wahai
orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dan mohonlah ampunan-Nya!
Sesungguhnya aku bertobat keapda-Nya seratus kali setiap harinya.” (al-Hadits).
Renungkanlah bagaimana seorang Rasul, seorang pemimpin yang telah diakui
sebagai sosok yang suci, tidak bebas dari kesalahan. Rasulullah menyadari bahwa
dirinya pun rentan terhadap kesalahan dan dosa, walau hanya sekedar ide ataupun
pikiran. Namun demikian, beliau tetap bertobat kepada Allah. Lalu bagaimana
dengan kita yang hanya amanusia biasa? Manusai Yang sangat lemah, yang selalu
melakukan kesalahan dan dosa!
Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.s esungguhnya Dialah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (az-Zumar (39) : 53).
Mereka yang menanamkan ketakutan dan putus asa dalah hati manusia dan
mereka yang mengarahkan manusia kepada kehancuran hanya karena setitik
kesalahan yang pernah dilakukan, sesungguhnya mereka adalah pesakitan yang
gemar menyiksa hati manusia. Mereka seolah ingin saudara mereka kekal dalam
neraka.’
Sesungguhnya kesalahan dan dosa mereka lebih besar, karena sedikit
besarnya dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang umumnya dilakukan
karena lemahnya keinginan dan ketidakmampuan mengendalikan hawa nafsu. Jelas,
dosa dan kesalahan mereka yang menanamkan ketakutan lebih besar lagi, karena
mereka menidadakan cinta Allah dan kasih sayang-Nya dalam diri banyak orang.
Mereka menanamkan kebencian dan kedengkian dalam diri yang justru mengarahkan
orang untuk semakin berbuat jahat.
Pada dasarnya niat mereka baik. Mereka mencoba menghapuskan keburukan
dalam diri manusia, namun jalan yang mereka tunjukkan salah, karena justru
mengarahkan manusia kepada siksaan moral di dunia dan akhirat. Mereka menakuti
banyak orang dengan kejamnya neraka, dengan azab yang tiada henti dan kesakitan
yang tiada tara. Mereka yang menanamkan ketakutan inilah yang sebenarnya
orang-orang yang berhati dingin dan merupakan seburuk-buruknya manusia.
Merekalah yang lebih layak mendapatkan azab dan siksa-Nya.
Rasulullah saw. bersabda :
“bila
kalian mendengarkan seseorang mengatakan, ‘Sungguh akan hancur manusia!” maka
sesungguhnya dialah yang menghancurkannya.” (al-Hadits) Atau yang menambah
kehancuran manusai.
Ya Tuhan kami, bersihkanlah hati kami dari kedengkian,
Dari segala bentuk syahwat dan hinaan, dari kelemahan diri
Yang menhancurkan dan dari kebencian.
Tanamkanlah dalam hati kami cinta dan kasih sayang!
Limpahkanlah hati kami dengan berbagai macam
Kebajikan dan tumbuhkanlah darinya kemurahan dan kelembutan
Ya Tuhan kami, wujudkanlah tujuan hidup kami!
Serulah kami menuju jalan-Mu dan jadikan kami selalu
Mengagungkan keagungan-Mu.
Rasulullah saw. selalu menyeru kepadaTuhannya dengan doa sebagai berikut
:
“Ya Allah, limpahkanlah diriku dengan
cinta-Mu, cinta orang-orang yang mencitai-Mu dan cinta kepada perbuatan yang
mendekatkanku kepada cinta-Mu.” (al-Hadits).
CINTA SESAMA MANUSIA
Hubungan yang terjalin antara cinta Allah dan makhluk adalah hubungan yang
terkait erat. Cinta yang sangat kuat dan tidak bisa dipisahkan. Salah satu
bukti cinta kepada Allah adalah cinta kepada makhluk-Nya. Barangsiapa yang
cinta kepada sesuatu bentuk ciptaan, maka hal tersebut menunjukkan kecintaan
kepada penciptanya. Inilah yang diarahkan oleh Muhammad saw. Bila kita mencintai Allah, maka sudah
seyogyanya kita mencintai makhluk-Nya.
Makhluk dan ciptaan Allah yang paling mulia dan paling dicintai-Nya
adalah manusia. Akrenanya, tak heran bila kemudian Muhammad saw. sangat mencintai
sesamamnya. Perasaan cinta ini haruslha melibatkan emosi dan perasaan. Semua
itu harus terintegrasi dengan baik, yakni cinta yang penuh kasih. Dengan
demikian, maka cinta keapda sesama mengandung makna bergaul dengan sesama dan
memperlakukan mereka dengan perasaan terbaik dan perilaku terpuji, baik melalui
perkataan maupun perbuatan tanpa mengharapkan pamrih apa pun.
Sesama manusia dalam kosakata Nabi Muhammad saw. bukan berarti satu
individu saja, namun juga mencakup ibunya, saudara perempuannya dan anaknya.
Juga ayahnya, saudara lelakinya dan anak laki-lakinya.
Sesama manusia, berarti semua manusia di setiap masa dan teampt; dari
berbagai jenis dan warna kulit; dari setiap agama dan aliran. Semua itu adalah
kekasih Muhammad saw. tanpa dibatasi jenis dan segmentasi umurnya. Beliau bukan
hanya mencintai seseorang, namun juga ayah ibunya, saudaranya dan juga
anak-anaknya.
Muhammad saw. mencintai sesama dan hidup bersama mereka dalam suka dan
duka. Beliau tinggal dengans esama dan mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk
mereka setiap waktu. Beliau berusaha memenuhi kebutuhan sesamanya, memecahkan permasalah
mereka, mengorganisasi kehidupan mereka dan mepayani siapa pun yang
membutuhkannya.
Rasulullah saw. bersabda
“Melakukan
aktivitas bersama dengan seseorang karena suatu kebutuhan bersama lebih aku
sukai daripada beri’tikaf di masjidku pada bulan ini,” (Al-Hadits).
Muhammad saw. menempatkan pelayanan keapda sesamanya dalam memenuhi
kebutuhan mereka dalam tingaktan yang lebih tinggi. Muhammad saw. menajdikan
hal tersebut sebagai satu fasilitator yang mendekatkannya kepada Allah dan
sebagi satu aktivitas ibadah yang memiliki substansi yang sangat berlipat,
melebihi i’tikaf di Masjid Nabawi.
Beberapa langkah yang diiringi cinta, beberapa tapak cinta yang ditempuh
manusia untuk memenuhi kebutuhan sesamanya hanya amemerlukan waktu yang
sekejap. Namun demikian, nilainya di mata Allah serupa dengan ibadah satu bulan
penuh. Satu bulan di mana seseorang beri’tikaf seraya melakukan puasa dan
shalat di dalam masjid di setiap waktu.
Beberapa tapak cinta untuk memenuhi kebutuhan sesama bagaikan ibadah
kepad Allah selama satu bulan lamanya. Satu bulan penuh di saat seseorang
dilarang untuk melakukan banyak hal. Satu bulan di mana seseorang mengurung
diri demi beribadah keapda-Nya. Satu bulan di mana seseorang mengalokasikan
semua waktunya untuk melakukan shalat dan puasa, berdoa dan bemunajat,
bertahmid, bertasbih dan bertakbir di rumah Allah. Satu buan di mana seseorang
jauh dari keluarganya, anaknya dan kerabatnya. Satu bulan penuh di mana
seseorang berzuhud dan melajangkan dirinya.
Sungguh menakjubkan di mana satu bulan tersebut setara dengan beberapa
detk seseorang memenuhi kebutuhan sesamanya. Sungguh tinggi posisi yang
diberikan Muhammad saw. kepada mereka yang mencintai sesama dan melayaninya.
Dikisahkan bahwa seorang laki-laki beriman menemui dan bertanya
kepadanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah?”
Rasulullah lalu menjawabnya :
“Orang yang paling dicintai Allah
adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesamanya.” (Al-hadidts).
Berdasarkan hadits di atas bisa dipahami mengapa Rasulullah dengan
sekuat tenaganya tidak hanya mencintai seseorang, namun juga mencakup saudara,
anak-anaknya dan kerabatnya. Dengan kata lain beliau mencintai semua manusia
yang ada.
Beliau selalu mencoba memberikan berbagai pengobatan demi ketenangan
sesamanya. Melakukan aktivitas seoptimal mungkin demi sesamanya. Bekerja demi
membahagiaan mereka. Beliau pun menganjurkan sesamanya untuk bisa saling
menolong agar kelak mendapatkan keridhaan dan cinta Allah, serta mendapatkan
limpahan kasih sayang-Nya dan mereguk keberkahan dari-Nya.
Sungguh, cinta lebih utama
daripada pelaksanaan ibadah, karena cinta adalah kewajiban yang paling murni
dan ibadah yang paling baik. Bahkan, cinta
merupakan suatu dasar dan substansi dari ibadah. Tanpa cinta, maka tidak akan ada kebajikan dalam
setiap kewajiban ataupun ibadah. Tidak akan pernah ada manfaat yang tampak dari
puasa ataupun shalat bila pada pelaksanannya tidak diiringi dengan cinta. Tidak
akan pernah ada manfaatnya bila zakat ataupun haji jika dilakukan tanpa cinta.
Hati dan ruh selalu lebih dipriorotaskan. Setelahnya, barulah dipadukan
dengan tubuh dan segala organnya. Semua ini dikarenakan hati dan ruh adalah
penggerak tubuh.
Shalat adalah penghubung antara Tuhan dan makhluk-Nya. Shalat adalah
satu bentuk doa dan munajat, dan satu fase di mana seorang hamba memfokuskan
dirinya hanya kepada Tuhannya. Tanpa keikutsertaan hati dan ruh, tanpa
keikutsertaan cinta yang ada pada keduanya, maka shalat hanya akan menjadi
gerakan fisik belaka yang tidak mengandung makna.
Demikian halnya dengan puasa. Tanpa cinta, puasa hanya akan dianggap
sebagai penyiksaan pada diri sendiri. Juga zakat yang apabila dilakukan tanpa
cinta, ia laksana kemunafikan. Demikian juga dengan ibadah-ibadah lainnya.
Apa manfaat shalat dan puasa bila dilakukan dengan hati yang penuh
dengan kebencian? Apa manfaat zakat dan haji bila dilaksanakan dengan hati yang
penuh kedengkian? Tidak akan pernah ada manfaat semua kewajiban dan ibadah bila
dilakukan dengan hati yang penuh kecemburuan dan keburukan.
Pada dasarnya, cinta itu sendiri merupakan ibadah. Cinta adalah
kebajikan. Cinta adalah kejujuran dan cinta adalah kebahagiaan.
Cinta adalah Allah. Satu-satunya sesembahan, yang merupakan sumber
segala kebajikan, kejujuran dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah saw. berkata kepada
para sahabtnya.
“Di
antara semua hamba Allah ada sekelompok orang yang bukan nabi ataupun kelompok
orang yang mati syahid, namun mereka akan selalu berada dengan para nabi dan
syuhada di hari Kiamat karena kedekatan mereka dengan Allah Swt.”
Para sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, katakanlah kepada kami,
siapakah mereka sebenarnya?”
Rasulullah lalu berkata : “Mereka adalah
sekelompok kaum yang melakukan segala aktivitasnya dengan hati mereka demi
mendapatkan keridhaan Allah, dab bukan karena kekerabatan ataupun harta. Demi
Allah, bila didapati cahaya, maka mereka sesungguhnya berhak mendapatkan lebih
daripadanya. Mereka tidak pernah takut di kala sesamanya takut akan sesuatu,d
an tidak pernah merasa sedih di kala sesamanya merasa sedih akan sesuatu.”
(al-Hadits).
Demikianlah orang yang penuh cinta mendapatkan posisinya yang sangat
mulia. Mereka mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia serta kenikmatan
di akhirat kelak. Mereka pun menjadi demikian dekatnya dengan Allah serupa
dengan dekatnya posisi para nabi dan orang yang mati syahid di jalan-Nya, dan
semua itu didapatkan karena mereka mencintai sesamanya dalam perspektif
kemanusaiaan, tanpa memandang garis keturunan, kekerabatan maupun kepentingan
tertentu. Mereka mencintai sesamanya danpa harus memandang ikatan tertentu,
ataupun kepentingan tertentu. Mereka mencintai sesamanya karena Allah, dengan
hati yang berintegrasi dengan Allah, tanpa suatu paksaan ataupun pragmatisme
tertentu.
Mereka telah mencitai sesamanya, maka wajar bila kemudian Sang Pencipta
mencintai mereka dan menghapuskan kegelapan dari penglihatan mereka,s erta
menghapuskan segala ketakutan dan kesedihan dari jalan mereka. Dia pula yang
menghiasai wajah mereka dengan cahaya, melimpahkan ketenangan dalam hati mereka
dan mendatangkan kegembiraan dalam diri mereka.
Dia pun memberikan posisi terbaik bagi mereka di surga Firdaus-Nya. Satu
tempat yang penuh kenikmatan yang diperuntukkan bagi para nabi dan mereka yang
mati syahid di jalan-Nya. Kelak mereka akan mendapatkan keamanan yang abadi.
Mereka mendapatkan kebahagiaan yang terus berkelanjutan di dunia dan di
akhirat. Demikianlah cinta Muhammad, pemimpin para nabi dan mereka yang
beriman.
Muhammad saw. mencintai semua orang, di segala penjuru negeri. Beliau
mencintai siapa pun, baik yang hitam maupun yang putih kulitnya, kuning maupun
merah kulitnya. Beliau mencintai semua segmentasi umur, baik yang muda maupun
tua; dengan segala kondisinya, baik miskin maupun kaya; laki-laki maupun
perempuan; anak kecil maupun lanjut usia. Muhammad saw. mencintai setiap orang
di muka bumi ini dan beliau berikrar dalam dirinya untuk bsia selalu memberikan
petunjuk dan kebahagiaan bagi sesamanya.
Hatinya yang penuh dengan cinta kepada setiap individu telah membuatnya
terpilih menjadi utusan Allah aygn
mendapatkan amanah untuk bisa memberikan petunjuk kepada seluruh manusia. Hal
ini dipahami dari universalitas ajarannya bagi semua manusia, dengan ssegala
sukunya. Semua itu dikarenakan semua manusia tanpa terkecuali adalah
kekasihnya. Hal ini dipahami dari firman-Nya sebagai berikut :
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (al-Ambiyaa (21) : 107).
Sedangkan ayat lain yang menegaskan bahwa Rasulullah di utus kepada
seluruh umat manusia adalah firman-Nya sebagai berikut :
“Katakanlah,
“Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.”
(al-A’raaf (7) : 158). Yakni sesungguhnya aku diutus kepada seluruh manusia.
Sesungguhnya Muhammad sae. Adalah nabi yang mewakili semua rasul yang
pernah ada. Ajarannya universal dan tidak terbatas pada suatu kaum tertentu
saja, atapun satu suku tertentu saja. Ajarannya berlaku bagi seluruh umat
manusia di segala penjuru negeri.
Allah Swt. memilihnya untuk bisa memberikan petunjuk bagi umat manusia
karena hatinya yang penuh cinta dan kasih sayang bagi semua orang tanpa
membeda-bedakan satu dengan lainnya. Juga karena perasaannya yang mendalam dan
kepeduliannya terhadap sesama. Ia selalu sisap mengorbankan dirinya untuk bisa
memberikan petunjuk terbaiknya dan juga memberikan kebahagiaan bagi sesama.
Setiap individu manusia adalah kekasih dan saudaranya, baik itu kaum
mukminin maupun kaum musyrikin; baik yang lurus hatinya maupun yang gemar
membangkang; yang sepakat maupun yang bertentangan dengannya; baik yang penuh
cinta maupun penuh kebencian; baik kerabat maupun orang asing; juga sebagai
tetangga maupun bukan tetangganya.
Dikisahkan bahwa pada suatu waktu, Rasulullah sedang duduk bersama para
sahabat. Lalu tampaklah iringan manusia mengangkat sesosok jenazah seorang
Yahudi. Rasulullah saw. lalu beranjak dari duduknya dan berdiri dengan penuh
hormat tanpa teruap sepatah katapun darinya. Beliau berdiri hingga jenazah
tersbut hilang dari pandangannya.
Para sahabat heran dengan apa yang dilakukan Rasulullah dan mereka pun
berkata padanya, “Jenazah tersebut adalah jenazah seorang Yahudi wahai
Rasulullah!”
Rasulullah menjawab keheranan mereka dengan ucapannya, “Apakah dia itu
bukan manusia?” Rasulullah lalu melanjutkan perkataannya :
“Bila
kamu meliaht iringan orang membawa jenazah, maka berdirilah!” (al-Hadits).
Sungguh benar apa yang kau
utarakan, wahai Nabi aygn penuh cinta! Seseorang adalah tetap manusia apa pun
agamanya. Setiap makhluk yang mati memiliki kemuliaan atau kehinaan tersendiri
walau pun makhluk tersebut hanyalah anjing. Namun demikian, mereka memiliki
kesamaan, yakni sama-sama makhluk Allah.
Segala bentuk balasan hanyalah hak veto-Nya dan tiada seorang pun berhak
mencampuri urusan-Nya.s esungguhnya cinta, rahmat dan ampunan-Nya lebih luas
dan lebih mendalam dari apa yang bisa kita bayangkan.
Dikabarkan bahwa raja negeri Habasyah, kini Etiopia, meninggal dunia. Ia
adalah seorang Nasrani yang kemudian memeluk Islam jauh sebelumMuhammad
menyerunya untuk memeluk Islam. Ia tidak berani menampakkan keislamanyya karena
takut akan reaksi kaumnya. Karena keislamannya tersebut, maka tak heran bila
selalu berbuat baik kepada kaum muslimin dan memuliakan mereka. Tatkala
dikabarkan bahwa ia telah meninggal, Rasulullah sangat berduk atasnya. Lalu
beliau menyeru para sahabtnya dan kaum muslimin untuk melakukan shalat gaib.
Rasulullah menshalatkan Raja Najasyi yang suka berlaku baik kepada kaum
muslimin dan kaum muslimin mengikuti apa yang dilakukannya. Rasulullah bersama
kaum muslimin pun mendoakannya agar selalu mendapatkan rahmat dan
pengampunan-Nya. (al-Hadits).
Sungguh, setipa manusisa memiliki posisi aygn sama dalam pandangan
Muhammad saw. Setipa manusia dicnintainya, baik ia seorang Yahudi, Muslim,
Nasrani maupun Budha; baik ia orang
Ameraka. Bahkan orang yang hanya
memiliki keyakinan atau kepercayaan (bukan agama) dan orang kafir pun memiliki
posisi dalam hatinya yang sangat luas. Mereka semua masuk dalam cakupan
kepeduliannya dan pemikirannya untuk memberikan petunjuknya yang terbaik
sehingga mereka semua bsia sampai pada jalan yang benar. Hal ini dipahami dari
firman-Nya.
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, sisapa
saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudidan
dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati.” (al-Maa’idah (5) : 69).
Seorang musyrik menjadi tetangga Muhammad saw. Ia tidak henti-hentinya
menghina Rasulullah dengan melemparkan beragam sampah dan kotoran binatang di
depan pintu rumah beliau saw. setiap pagi. Rasulullah hanya merespon perbuatan
buruknya tersebut dengan penuh keramahan dan toleransi. Bahkan, beliau
menyerunya kepada hidayah Allah.
Pada suatu saat, Rasulullah keluar dari rumahnya dan tidak seperti
biasanya, ia tidak menemukan kotoran apa pun yang biasa beliau temui.
Rasulullah lalu menanyakan kabar lelaki yang biasa melemparkan kotoran tersebut
dan diketahui bahwa ia sedang sakit. Air muka Rasulullah berubah saat mendengar
kabar tersebut dan dengan segera beliau meninggalkan segala aktivitasnya.
Beliau segera beranjak menuju rumah lelaki musyrik tersebut untuk
menjenguknya. Tak lupa, beliau menanyakan keperluan yang dibutuhkannya dan mendoakn
kesembuhannya. Di saat lelaki tersebut melihat Rasulullah berasda dalam
rumahnya, ia begitu terkejut dan tersentak. Lalu ia berkata kepada Rasulullah,
“Kejahatanku sangatlah banyak kepadamu dan engkau datang menjengukku,
menanyakan kebutuhanku dan mendoakanku. Tidak diragukan lagi bahwa engkau
bukanlah manusia biasa. Kini aku meyakini bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Lelaki tersebut pun lalu mendekralasikan keimanannya kepada agama yang penuh
cinta dan ketauhidan. (al-Hadits).
Renungkanlah, wahai hati yang penuh cinta! Rasulullah sama sekali tidak
memiliki kedengkian pada siapa pun. Bahkan tidak mampu mendengki kepada siapa
pun. Beliau tidak menyisakan sedikit pun ruang hatinya untuk bsia membenci
orang, bahkan pada kaum musyrikin dan musuh-musuhnya. Beliau memberikan respons
yang berbeda jauh dengan apa yang dilakukan para musuhnya kepadanya. Beliau
membalas semua keburukan dengan kebaikan dan menggantikan semua kedengkian
dengan limpahan kasih sayang serta kebencian dengan cinta.
Sungguh, cinta mampu menciptakan keajaiban.
Panah cinta mampu menghabisi semua virus kebencian dan racun kedengkian
dalam dada.
Cinta akan mampu menghapus sisi buruk seseorang dan menghilangkan
kedengkian dalam dadanya.
Dengan perlahan, cinta mampu mengubah perilaku buruk seseorang menjadi
sosok yang tenang dan damai dengan kebaikannya.
Dan, mengubah sosk yang beringas menjadi sosok yang murah hati.
Anda tidak akan mampu melepaskan kebencian dalam diri keccuali dengan
cinta. Anda punt idak akan bisa menghilangkan keburukan dengan hal lain kecuali
dengan kebajikan.
Balaslah keburukan dengan
kebaikan, kedengkian dengan kasih sayang, dan kebencian dengan cinta, maka Anda
akan menemukan keajaiban!
Sosok orang pertama yang berhak
mendapatkan cinta dan kebajikan adalah orang tua dan kerabat. Akrenanya tak
heran bila Rasulullah selalu memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang
tua dan kerabat. Hal ini tampak dalam firman-Nya, “Dan beruat baiklah kepada ibu bapak.”
(al-Baqarah (2) : 83).
“Maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (a;-Israa (17) : 23).
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadp mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (al-Israa (17) : 24).
Rasulullah saw. bersabda.
“Surga
di bawah telapak kaki ibu.” (al-Hadits)
Diriwayatkan bahwa suatu saat, seorang lelaki datang menemui Rasululah
dan bertanya, “Siapakah orang yang lebih berhak mendapatkan perlakuakn yang
baik dariku, wahai Rasulullah!” Rasulullah menjawab, “Ibumu...”
Lelaki itu kembali bertanya, “Lalu siapa lagi?” Dijawab, “Ibumu....”
Ditanya kembali, “Lalu siapa lagi?” dijawab, “Ibumu....”
Lalu ditanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Rasulullah menjawab, “Lalu
ayahmu.” (al-Hadits).
Ibu mendapatkan priorotas utama dan hal tersebut ditegaskan oleh
Rasulullah dalam jawabannya sebanyak tiga kali secara beuntun. Ibulah yang
mengandung, melahirkan dan menyusui. Setelahnya, barulah ayah mendapatkan
priorotas kedua. Ayahlah yang bekerja keras membanting tulang menafkahi
keluarga. Keduanya berjuang keras untuk memberikan yang terbaik bagi
anak-anaknya. Keduanya mengorbankan waktunya, istirahatnya,d an hartanya demi
kebahagiaan anaknya. Keduanya mengerahkan segala tenaga yang dimilikinya agar
anaknya mendapatkan apapun yang diinginkannya. Semua paparan ini tidak
bermaksud meminta kita untuk menggantikan apa yang telah mereka berikan! Namun
lebih kepada memberikan cinta yang tulus kepada keduanya dengan sebaiknya.
Diriwayatkan dari Mu’awiyah bin Jahimah as-Salma, ia berkata “Aku
menemui Rasulullah saw. lalu kukatakan padanya, “Ya Rasulullah, aku ingin
berjihad bersamamu. Aku mengharapkan keridhaan Allah dan mengharapkan hari
akhir yang lebih baik.’ Lalu Rasulullah bertnaya padaku. “Apakah ibumu masih
hidup?” Kukatakan ‘Masih!’ Beliau mengatakan keapdaku, “Pulanglah dan beruat
baiklah kepadanya!’ Lalu aku menanyakan
hal yang sama dengan kodnsi yang berbeda. Aku menghadapnya dan mengulang pertanyaan
tersebut. Beliau hanya mengatakan padaku, ‘Sudahlah! Taati ibumu! Sesungguhnya
surga di bawah telapak kaki ibu.” (al-Hadits).
Kau beanr wahai Rasulullah! Cinta orang tua, taat dan berbakti kepada
keduanya adalah priorotas cinta dari semua cinta kepada makhluk dan merupakan
kewajiban bagi setiap individu manusia. Bahkan, kewajiban berbakti kepada orang
tua lebih utama dibandingkan berjihad di jalan-Nya. Sungguh, hal tersebut
bukanlah hal yang aneh! Sesungguhnya, Allah memberikan toleransi bila kita
belum mampu memberikan hak-Nya, namun Dia tidak memberikan toleransi bila kita
tidak mampu memberikan hak kepada orang tua kita dengan baik.
Dalam Islam, pelaksanaan hak kepada sesama lebih diutamakan daripada
pelaksanaan hak kepda Tuhan, apalagi pelaksanaan hak kepada orang tua! Keduanya
merupakan manusia pertama yang mendapatkan priorotas utama yang berhak dicintai
dan dilimpahi kasih sayang.
Diriwayatkan, bahwa pada suatu waktu seorang lelaki datang menemui
Rasulullah saw. Lelaki itu bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa hak
orang tua atas anaknya?” Rasulullah menajwab, “Keduanya adalah (jalan
menuju) surga dan nerakamu.”
(al-Hadits).
Kata yang diucapkan Rasulullah sangatlah ringkas, namun mencakup paparan
dan uraian luas akan hak orang tua pada anaknya. Kata tersebut memiliki
substansi yang sangat mendalam. Jawaban yang diberikan Rasulullah saw. tersebut
mencakup segala permasalahan yang ingin disampaikan.
Cinta Anda kepada orang tua, dan cara Anda memperlakukan keduanya akan
menentukan posisi Anda kelak, baik di surga maupun di neraka.
Sungguh ini merupakan keududukan yang sangat tinggi yang ditetapkan
Rasulullah saw. akan kecintaan kepada orang tua dan kasih sayang pada keduanya.
Tidak heran bila orang tua memiliki prioritas utama dari makhluk lainnya dalam
cinta dan kasih sayang. Betapa banyak cinta yang telah mereka luapkan; betapa
banya pemberian dan pengorbanan mereka; dan mereka telah banyak mencurahkan
semua yang telah mereka miliki.
Sedangkan kita sebagai anak, hanyalah perlu merespon cinta mereka dengan
cinta yang tulus, dan memperlakukan mereka dengan sebaiknya dengan harapan akan
mendapatkan keridhaan dan kasih sayang Yang Maha Penyayang.
Setelah memberikan cinta kepada orang tua, orang lain yang berhak
mendapatkan prioritas cinta adalah kerabat. Mereka berhak mendapatkan cinta dan
perlakuan baik.
Rasulullah saw. bersabda
“Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahmi.”
(al-Hadits).
Menyambung tali silaturahmi dilakukan dengan selalu menyayangi mereka,
memenuhi kebutuhan mereka dan selalu siap membantu mereka.
Cinta tidak hanya diperuntukkan untuk orang tua dan kerabat saja, namun
juga dibreikan kepada semua anak manusia, bahkan mencakup semua makhluk-Nya yang
hidup di muka bumi ini.
Cinta diperuntukkan untuk semua.
Cinta bisa diberikan untuk semua orang.
Cinta adalah proses memberi bagi semua,
yakni yang dicintai dan mencintai serta yang rindu dan merindu
Cinta adalah memberi. Bila Anda mencintai, maka Anda akan mencurahkan
semua yang Anda miliki. Bahkan, semua
yang mungkin Anda capai untuk menyenangkan hati orang yang Anda cintai.
Karena Anda merasa bahwa diri Anda dan semua yang nda miliki adalah milik orang
yang Anda cintai. Bila dirinya menginginkan harta, maka Anda akan memberikan
semua harta yang Anda miliki. Bahkan, bila Anda tidak memilikinya, tentunya
Anda akan menjual harga diri Anda walau dengan harga yang murah untuk
menyenangkan hati orang yang Anda cintai.
Bila dia menginginkan pakaian, maka tanpa segan Anda akan melepaskan
jaket dan rela bertelanjang dada agar dirinya bisa terhindar dari dingin dan
panas yang berllebih. Bila dirinya menginginkan makanan, maka Anda rela
mengeluarkannya dari “mulut Anda” untuk kemudian meletakkan di mulutnya hingga
ia bisa kenyang, walau Anda akan kelaparan bila melakukannya. Bila dirinya
membutuhkan darah, , tanpa ragu And akan memeras hati Anda walaupun Anda sampai
jatuh pingsan hingga Anda bisa melihatnya bahagia.
Semua itu Anda lakukan dengan senang hati dan ketulusan seolah Andalah yang
menerima, walau Anda tidak mendapatkan balasan apapun darinya. Anda seolah
memberikan segalanya walau Anda tidak mendapatkan apapun. Anda akan makin
bertambah senang dan bahagia dengan
cinta yang Anda miliki walaupun Anda berada dalam kondisi yang sangat sulit.
Memberi tidak selamanya berupa harta dan materi.
Pemberian yang bersifat maknawi adalah satu hal yang lebih baik dari
semua pemberian materi.
Mengucapkan kalimat yang baik adalah satu pemberian penuh cinta.
Memberikan kata motivasi, ucapan terima kasih, penghargaan ataupun
ungkapan kegembiraan mampu memberikan keajaiban dalam hati, dan memberikan
pengaruh yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya.
Kata motivasi mampu membangkitkan semangat orang yang selalu gagal.
Kata-kata baik mampu meluruskan penyimpangan perilaku yang dilakukan seseorang
yang hilang kewarasannya, di mana tidak ada satu dokter pun akan mampu
menanganinya secara medis. Kata-kata penghibur akan mampu mengobati luka hati
seseorang yang patah hati. Ucapan terima kasih mampu memompa semangat dan
meningkatkan produktivitas. Akta-kata maaf mampu meminimalsiasi permusuhan.
Tatapan penuh cinta pun merupakan suatu pemberian penuh makna. Demikian
pula halnya dengan senyuman manis.
Tatapan penuh cinta atau senyuman
manis hanya akan muncul dari diri yang penuh cinta dan keduanya mampu
menumbuhkan banyak keajaiban. Tatapan penuh cinta atau senyuman manis, mampu
mencairkan hati yang keras dan menghancurkan keegoisan, menumbuhkan kesenangan
dan melahirkan kedamaian.
Cinta
pada Semua Orang, Bahkan Musuh Sekalipun
Di kala seorang kafir mendengar berita tentang Muhammad, baha beliau
menyeru kepada agama baru dan menolak penyembahan berhala, ia menajdi sangat
marah. Ia alalu membawa pedangnya dan segera menemui Muhammad untuk membuat
perhitungan dengannya. Lelaki tersebut menemui Rasulullah dengan tatapan mata yang
nanar dan penuh kebengisan. Kebencian dan kedengkian memenuhi hati dan
menghiasi dirinya. Ia pun berkeinginan untuk bisa membunuh Muhammad. Niat buruk
itulah yang diinginkan lelaki penyembah berhala dan memacu nyalinya untuk
menemui Muhammad.
Lelaki dengan kemarahannya tersebut berhasil menemui Muhammad dia ia pun
siaga dengan segala kekerasannya. Namun, Muhammad dengan tenangnya menatap
lelaki tersebut dengan mata penuh cinta dan senyuman manis. Lalu, beliau
mengajak lelaki tersebut berdiskusi tentang keimanan. Diskusi ilmiah yang
membuka pikiran dan hatinya. Diskusi yang penuh dengan cinta sejati dan paparan
logis. Diskusi yang penuh dengan rasa saling menghormati dan saling menyayangi.
Diskusi didasari kepedulian dan saling menjaga.
Tak lama berselang, hati laki-laki itu melunak. Kekerasan yang ada
berubah menjadi kemurahan hati. Ia menggenggam tangan Muhammad dan kakinya.
Lalu, ia memeluk Muhammad dan air mata mengalir dari kedua matanya
mengisyaratkan penyesalan dan permohonan maafnya. Laki-laki itu berkata, “Wahai
Muhammad, demi Allah, tidak ada orang yang lebih aku benci di muka bumi ini
selain engkau. Namun, kini aku ada di hadapanmu dan kini aku menjadi orang yang
paling mencintaimu.” (al-Hadits).
Apa yang dilakukan Muhammad saw. atas lelaki tersebut? Apa yang
dilakukannya pada hatinya? Apa yang diperbuatnya pada perasaannya? Bagaimana
Muhammad saw. mampu mengubah lelaki yang penuh permusuhan itu menjadi lelaki yang
murah hati? Bagaimana batu yang kokoh bisa menjadi demikian sensitif? Bagaimana
Muhammad bisa mencairkan keegoisan di hati lelaki tersebut? Bagaimana beliau
menghilangkan kedengkian dan kebencian dalam diri lelaki itu?
Sungguh, hal tersebut bukanlah hal aygn sulit! Itu semua karena cinta!
Tidak lain, bahkan hanya karena cinta!
Muhammad saw. mencintai lelaki tersebut. Beliau mencintai sisi
kemanusiaannya, walaupun lelaki tersebut berada dalam titik terlemahnya.
Muhammad hanya memberikannya sentuhan cinta kepada hati lelaki tersebut hingga
hatinya menjadi penuh cinta dan hilanglah kebencian dan keburukan yang ada di
dalamnya. Dalam sekejap, lelaki tersebut pun menjadi sosok yang berbeda dari
sebelumnya. Hatinya penuh cinta kasih.
Di kota Makkah, di kala Rasulullah sedang melakukan thawaf mengelilingi
Ka’bah, Fadhalah bin Amir berniat membunuhnya. Saat posisi Fadhalah sangat
dekat dengan Rasulullah, ia melihatnya tersenyum penuh cinta seraya berkata, “Bukankah kamu
Fadhalaha Ia hanya bisa
menjawab, “Ya, saya Fadhalah, wahai Rasulullah!” Rasulullah lalu berkata
padanya, “Apa
yang terjadi pada dirimu!” Fadhalah menjawab, “Tidak ada apa-apa! Aku hanya berdzikir
mengingat Allah.” Rasulullah tertawa mendengar jawabannya. Dengan
tawa yang tersipu-sipu. Fadhalah lalu berkata, “Aku memohon ampunan Allah”.
Lalu Rasulullah meletakkan tangannya di dalam Fadhalah dan menenangkan hatinya.
Fadhalah berkata, “Demi Allah, tangannya tidak terlepas dari dadaku hingga aku
merasa bahwa tidak ada satu ciptaan Allah pun yang lebih aku cintai selain
dirinya.”
Sedangkan dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ada seorang lelaki
berusaha menyerang dan membunuh Rasulullah saat beliau sedang tidur. Saat ia
hendak mengangkat pedangnya ke atas kepala Rasulullah, pedang tersebut jatuh
dari tangannya dan pada saat itu para sahabat mengetahui niat busuknya. Mereka
pun mengejarnya dan hendak membunuhnya. Namun Rasulullah melarang mereka dan
memerintahkan mereka untuk memaafkan perbuatannya serta membebaskannya.
Demikianlah bagaimana Rasulullah memperlakukan para musuhnya. Beliau
membalas kedengkian dengan kemurahan hati, tipu daya dengan pemaafan, dan
keburukan dengan kebaikan.
Di kala Rasulullah berhasil kembali ke Makkah sebagai seorang pemenang
dan menegaskan janji Allah akan kemenangan kaum mulsimin, maka sebenarnya
beliau bisa saja menghukum siapa pun yang penah menyakitinya dahulu, mereka
yang menghalangi dakwahnya dan menyiksa banyak pengikutnya. Mereka kini berada
dalam kekuasaannya dan hidup mereka tergantung dari ucapan yang terlontar dari
mulutnya. Namun, hati Muhammad yang penuh kasih tidak mampu menampakkan
kebencian ataupun balas dendam. Beliau hanya berkata, “Pergilah! Kalian semua bebas!” Rasulullah memaafkan mereka, bukan memberikan
kebebasan bagi mereka.
Sesungguhnya, cinta adalah
toleransi dan kemurahan hati. Orang yang mencintai akan mampu bertenggang
rasa dan memaafkan siapa pun yang menyakitinya. Rasulullah tidak mungkin
melakukan hal lain selain bertenggang rasa dan memaafkan karena memang hatinya
penuh dengan cinta kasih. Walaupun banyak kejadian yang menyakitkan dan
keburukan yang mengiringi perjalanannya, namuns emua itu berhasil dilupakannya
dan beliau berhasil memaafkan mereka yang melakukannya.
Orang awam umumnya ( di setiap kesempatannya) tidak akan sengaja
melakukan kesalahan atau melakukan perbuatan yang berbahaya bagi sesamanya.
Namun karena keadaan dan kondisi kesalahpahaman dan keterpaksaan, kurangnya
informasi dan daya kritis, terkadang seseorang melakukan kesalahan. Karenanya,
sudah menjadi kewajiban kita untuk bisa memaafkan mereka yang melakukan
kesalahan dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang.
Hendknya kita mampu berempati atas apa yang mereka rasakan dan berusaha
memahami kondisi mereka sebelum akhirnya kita berprasangka buruk pada mereka
atau menjadikan mereka tersangka. Hendaknya kita tidak dengan mudah menanamkan
kebencian dalam diri atau bahkan bencana membalas dendam kepada mereka. Atau,
menggunjing mereka karena kelakuan mereka yang buruk. Itulah indikator dari
hati yang besar, hati yang penuh kasih, hati yang penuh cinta. Hati yang mempu
memahami atau menoleransi dan memaafkan, serta hati yang selalu penuh dengan
kasih sayang. Sungguh, semua itu hanya bisa dilakukan bila hati diliputi dengan
cinta.
Allah berfirman, “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik,
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia.” (Fushshilat (41) :34).
Setelah kemenangan Rasulullah dan para sahabatnya atas kaum Yahudi,
mereka melakukan perjanjian damai. Lalu datanglah Zainab binti Hrits
menampakkan muka manis kepada Rasulullah saw. Zainab menghadiahkan kepadanya
kambing guling yang telah dilumuri racun dengan harapan Rasulullah dan para
sahabat merayakan kemenangannya dengan makan kambing guling tersebut. Zainab mengetahui
bahwa Rasulullah sangat menyukai daging kambing, khususnya bagian paha yang
telah dilumurinya denegan racun.
Rasulullah memakan bagian kambing tersebut dan mengunyahnya. Namun,
belum sempat terteelan, daging tersebut termuntahkan dari mulutnya. Beliau lalu
mengatakan kepada para sahabatnya, “Tulang pada daging yang aku gigit seolah
memeberitahukanku bahwa ia telah dilumuri racun.”
Pada waktu bersamaan, seorang sahabat, yakni Basyar bin Barra memakan
bagian yang sama dan racun pun menjalar dalam tubuhnya dan ia pun mati
seketika. Rasulullah lalu memanggil Zainab dan menanyakan padanya akan
kejahatan yang telah dilakukannya. Zainab mengakui perbuatannya dan berkata, “Kamu
telah melakukan hal tersebut pada kaumku sebagaimana yang kami lakukan padamu. Aku
mengatakan pada diriku, bila kau adalah raja, maka kami akan terbebas darimu,
namun bila kau benar nabi, maka wahyu pasti akan memberitahukan apa yang kami
lakukan.”
Di saat para sahabat berencana menghukumnya dengan memenggal kepalanya
sebagai konsekuensi atas kejahatannya, Rasulullah melarang mereka dan
memerintahkan mereka untuk melepaskan serta mengembalikannya kepada
keluarganya. Semua itu dilakukannya sebagai bukti empati atas kekalahan kaumnya
di tangan kaum muslimin.
Dalam peperangan yang sama, seorang wanita Yahudi menjadi tawanan kaum
muslimin. Ia adalah Shafiyyah binti Hyay bin Akhtab, seorang putri pembesar
Yahudi. Ia adalah wanita yang memiliki pendidikan dan garis keturunan yang
mulia. Ia masih keturunan Nabi Harun, saudara Musa a.s.
Shafiyyah adalah wanita yang memiliki kewibawaan dan karismatik. Suaminya,
Kinanah bin Rabi’, terbunuh dalam peperangan, dan pada saat pembagian tawanan,
ia amenjadi bagian atau budak salah seorang prajurit kaumm muslimin. Namun Rasulullah
memahami perasannya, Rasulullah memahami akan sungguh memalukan bila seorang
putri pembesar menjadi budak seorang prajurit. Rasulullah lalu berusaha menjaga
kedudukannya dan memutuskan untuk mebebaskan dan kemudian menikahinya. Secara otomatis,
maka Shafiyyah mendapatkan kemuliaannya kembali dari sekedar menjadi budak
untuk kemudian menjadi istri seorang pembesar kaum muslimin.
Sungguh menakjubkan bagaimana Rasulullah meringankan beban wanita
tersebut, membuatnya senang dan bahkan memuliakannya. Lalu, bagaimana empatinya
terhadap perasaan orang lain? Rasulullah tak segan untuk bisa berempati dengan
apa yang dirasakan sesamanya dan beliau pun terus memotivasi dalam membantu
mereka memecahkan permasalahan yang ada. Hal tersebut dilakukannya tanpa
pandang bulu. Bukankah itu semua karena cinta?
Pada awalnya, pernikaha Rasulullah dengan putri pembesar kaum Yahudi
menimbulkan keresahan dalam diri para sahabatnya. Mereka berpikir bagaimana
Rasulullah bisa aman hidup bersama putri musuhnya? Bagaimana beliau bisa aman
dari segala tipu daya yang mungkin disipakan oleh putri musuhnya tersebut,
sebagai balas dendam atas kematian suami dan kerabatnya, dan sebagai
pelampiasan atas sakit hatinya? Namun cinta Rasulullah saw. kepada putri
pembesar Yahudi (yang resmi emnjadi istrinya tersebut) mampu memadamkan
kebencian yang ada dalam dirinya.
Perlindungan yang Rasulullah berikan kepada istrinya menghilangkan
segala kegundahan dalam hati sang istri. Bahkan sang istri pun berubah
mencintainya dengan sepenuh hati. Ia merasakan kedamaian bersamanya.
Di kala Rasulullah menderita sakit, Rasulullah melihat sang istri
merawatnya di pinggir tempat tidurnya. Kesedihan terpancar dari wajahnya. Air mata
mengalir dari matanya dan kegundahan meliputi dirinya. Ia berkata, “Duhai
Allah, aku ingin sekali bila aku bisa menggantikanmu!”
Setelah Rasulullah saw. wafat, Shafiyyah tetap komitmen mengingat
suaminya dan menegakkan perjuangannya. Ia selalu siap dalam meneyebaarkan
ajarannya dan bekorban untuknya. Ia adalah seorang pertama yang membantu Utsman
bin Affan di kala terjadi kudeta atasnya. Ia mengirim makanan sendiri dari
rumah untuk Utsman yang terkepung di kediamannya. Betapa besar bahaya yang
ahrus dihadapinya demi Muhammad dan ajaran yang dibawanya! Ia banyak berkorban
untuk Rasulullah, baik semasa hidupnya, bahkan setelah meninggalnya. Apa rahasia
di balik semua perubahan yang sangat drastis tersebut?
Bagaimana seorang musuh yang mempunyai bebagai tipu daya untuk membunuh
bisa berubah menjadi pecinta sejati? Bagaimana seorang yang berkepala batu
menjadi seorang yang lemah lembut hatinya? Bagaimana shafiyyah bisa dengan
mudah melupakan keyahudiannya? Bagaimana Shafiyyah dengan mudahnya melupakan
ikatannya dengan ayahnya, keluarganya dan juga kaumnya? Bagaimana dengan
mudahnya ia melupakan pemusuhan dan pembunuhan yang terjadi antara kaum
muslimin dan kaun Yahudi? Bagaimana ia bisa melupakan itu semua? Lebih dari
itu, bahkan dengan tulus dan ikhlasnya ia membantu kaum muslimin dengan segala
harta dan tenaga yang dimilikinya, walaupun Rasulullah telah wafat?
Kita tidak bisa mendapatkan jawaban apa pun dari semua pertanyaan di
atas kecuali satu jawaban sedehana, yakni karena Muhammad. Hati Muhammad, hati
yang penuh dengan cinta dan mampu menghapuskans egala kedengkian. Hati yang
mampu mengikis segala kebencian dan memberangus kekerasan. Hati yang
menumbuhkan cinta dan kasih sayang, cinta yang penuh dengan kata maaf dan
melahirkan kelemahlembutan. Cinta yang mampu menghadirkan kebaikan dan
keinginan untuk terus memberi.
Jawabnya adalah “Muhammad” dan bukan apa pun kecuali Muhammad. Hatinya yang
lembut, dadanya yang alapng, cintanya yang membara, itulah yang membuat semua
perubahan tersebut.
Dalam Perang Uhud, kaum kafir melukai kepala Rasulullah saw. Darah
mengucur dari kepalanya dan dengan sigap belia segera mencari pengobatan kepada
para sahabatnya. Para sahabat lalu mengatakan padanya, “Seandainya engaku
mendoakan (yang buruk) pada mereka, tentunya dengan mudah Allah akan menggetarkan
dan menghancurkan mereka.”
Rasulullah yang penuh cinta hanya berkata, “Aku tidak diutus untuk mengutuk! Namun aku
diutus untuk menyebarkan kasihs ayang.” Lalu beliau menengadahkan wajahnya ke
alngit seraya berdoa kepada Tuhannya, “Ya Allah, beikan petunjuk kepada kaumku.
Sesungguhnya mereka asalah orang-orang yang tidak mengerti.” (al-Hadits)
Bayangkanlah kondisi yang terjadi saat itu, di kala Muhammad saw.
mengalami luka yang serius. Kepalanya terluka dan darah mengucur sangat deras
darinya. Kaum kafir hampir saja merenggut nyawanya dan dengan mata kepalanya
sendiri, beliau menyaksikan para sahabatnya berjatuhan di hadapannya, terbunuh
dan terluka di tangan kaum kafir. Dalam kondisi yang sangat memilukan tersebut,
di waktu yang sangat genting tersebut, Rasulullah tetap tida bia membenci musuhnya.
Tidak terbersit setitik kedengkian pun dalam hatinya. Yang terjadi adalah
sebaliknya, beliau tetap bermurah hati dan berdoa kepada Allah agar kelak
mereka mendapatkan hidayah-Nya menuju jalan yang benar.
Di saat seseorang dalam keadaan marah, maka yang dilakukannya pada
umumnya adalah mempertahankan diri. Pada saat itu, ia akan rentan melakukan
perbuatan yang kelak akan disessalinya di kemudian hari. Terkadang,
perkataannya pun menajdi tidak terkontrol dengan baik. Ia rentan melontarkan
sumpah serapah ataupun mendoakan orang-orang yang membuatnya marah, walaupun
itu adalah orang terdekatnya.
Tak jarang seorang ibu ataupun ayah mengutuk anaknya ataupun mendoakan
buruk pada mereka di kala keduanya dalam keadaan marah. Namun, Nabi yang penuh
cinta dan memiliki hati yang lembut menolak untuk mengutuk dan melaknat
musuhnya yang ingin membunuh dan mengahlangi dakwahnya. Beliau menolaknya,
walau pun kondisinya sangat terancam. Biarpun para musuhnya membunuh dan
menyiksa kaumnya dan bahkan menyiksa dirinya sendiri, namun beliau tetap
bertenggang rasa dan mendoakan mereka dengan kebaikan dan ampunan-Nya. Manusia model
apakah dirinya? Hati seperti apakah yang tertanam padanya?”
Pembesar kaum munafik, Abdullah bin Ubay bin Salul, yang selama hidupnya
menampakkan keimanan dan kecintaan kepada Islam dan menyembunyikan dalam
hatinya kekufuran dan tipu daya, melakukan kudeta atas kaum muslimin dan
membantu musuh kaum muslimin secara diam-diam. Tak jarang, ia mengadu domba
kaum muslimin satu dengan lainnya,antara kaum Muhajirin dan Anshar. Semuaa itu
dilakukannya untuk menghalangi dakwah Islam dan menghancurkan kaum muslimin.
Di kala bahaya yang ditimbulkan
Ubay makin meluas dan menajd ancaman tersendiri bagi kaum muslimin, semua pihak
yakin bahwa Rasulullah akan mengeluarkan putusan hukuman mati bagi penghianat
tersebut, sebagai balasan atas fitnah dan tipu daya yang menggoncangkan kaum
muslimin.
Ubay memiliki seorang anak yang saleh, anak yang tidak setuju dengan
perbuatan ayahnya, namun tidak mengerti bagaimana harus berbuat dan bertindak. Keimanannya
seolah tercabik antara kewajibannya sebagai muslim yang ahrus memberikan
nasihat setipa melihat kemungkaran dan sebaga seorang anak yang harus patuh
pada orang tuanya. Di saat anak mendengar isu yang menyebar akan eksekusi
ayahnya, ia segera beranjak menemui Rasulullah saw. untuk mengatakan
pendapatnya, “Ya Rasulullah, bila kau benar akan melakukan hal tersebut pada
ayahku, maka biarkan aku yang melaksanakannya! Aku yang akan membawa kepalanya
untukmu. Sungguh, dalam kaumku tidak ada orang yang lebih dikenal taat kepada
orang tuanya melebihi aku. Aku takut bila kau memeritnahkan orang lain selain
diriku untuk membunuh ayahku, maka tentunya aku tidak akan membiarkan sang
pemenggal berjalan bebas di muka bumi ini. Aku akan membunuhnya untuk menuntut
balas. Dengan demikian, maka akan membunuh seorang mukmin demi membela kepentingan
seorang kafir, yakni ayahku, dan aku pun akhirnya berhak masuk neraka!”
Lihatlah! Bagaimana Rasulullah menjawab permintaan seorang anak yang
kelak akan diminta untuk mengeksekusi ayahnya? Seorang anak yang saleh dan taat
kepada agama dan juga ayahnya, yang memiliki hati yang terbagi antara
kecintaaan kepada agamanya,d an juga kepada ayahnya! Rasulullah seolah merasakan
apa yang ada dalam hati anak tersebut. Lalu beliau menjawab : “Tidak anakku!
Kami tidak akan membunuhnya, namun kami akan memberikan amnesti untuknya! Kami
akan memperlakukannya dengan baik dan sioptimal mungkin.” (al-Hadits).
Rasulullah tidak hanya sekedar bersikap toleran pada pembesar munafik yang
telah menimbulkan banyak permasalahan, yang seluruh hidupnya penuh dengan
keburukan dan tipu daya abgi kaum muslimin, namun beliau juga memberinya maaf
dan tetap memperlakukannya dengan baik. Di kala Ubay meninggal, sang anak
tersebut datang menemui Rasulullah saw. dan meminta pakaian beliau untuk
dijadikan kafan jenazah sang ayah dengan harapan agar pakaian Rasulullah saw.
terebut mampu membersihkan dosa yang ada pada sang ayah. Rasul melepaskan
pakaiannya dengan penuh cinta dan memberikannya pada sang anak agar ia bisa
mengkafani ayahnya.
Tidak hanya itu, Rasulullah pu meninggalkan
semua kesibukannya dan beranjak menuju kuburan pembesar munafik tersebut. Beliau
ebrdiri di samping kuburnya hingga tiada orang lagi yang mengunjunginya. Setelahnya,
Rasulullah pun melakukan shalat atasnya dan memohonkan ampunan untuknya. Namun,
ketika beliau kembali bertemu dengan para sahabatnya, beliau sangat sedih dan
ebrkata, “Demi
Allah! Ternyata pakaianku tidak memberikan pengaruh apa pun untuknya! Demi
Allah, seandainya aku mengetahui ini bahwa bila dengan menambah permohonan maaf
untuknya lebih dari tujuh puluh kali akan membuat Allah memberikan ampunan
untuknya, maka tentunya aku akan melakukannya!” (al-Hadits).
Bsiakah Anda melihat hatinya yangs angat pemurah? Apakah Anda pernah
melihat hati yang penuh tengang rasa dan penuh kata maaf, bahkan kepada orang yang
menyakitinya sekalipun?
Hatinya sangat besar dan luas bagi semua umat manusia, namun demikian,
hatinya hanya bisa memuat cinta. Beliau tidak pernah bisa membenci atau
merasakan apa pun selain cinta dan kasih sayang. Yang ada dalam hatinya
hanyalah kebajikan dan keinginan untuk memberi untuk semua manusia. Baik itu
kerabat maupun orang asing, kawan maupun lawan, yangs elalu mendkukung maupun
yang menghalang dan lainnya.
Cintanya
Kepada Anak Kecil
Dilaporkan kepada Rasulullah bahwa dalam suatu peperangan bebeapa anak
kecil dari golongan kaum kafir menjadi korban. Sesaat setelah mendnegarnya,
Rasulullah menjadi sangat sedih sekali. Hal itu mengandung keheranan bagi apra
sahabatnya. Lalu di antara mereka mencoba bertanya, “Apa yang membuatmu sedih,
wahai Raslullah? Mereka hanyalah naka-anak kecil dari golongan kaum kafir.”
Mendengar pertanyaan tersebut, Rasulullah menjadi marah dan berkata, “Mereka lebih baik dari kalian! Mereka masih
berada dalam fitrahnya. Jangan kalian sekali-kali membunuh anak kecil! Jangan
sampai sekalipun kalian membunuh anak kecil!” (al-Hadits).
Bayangkanlah apa yang terjadi apda diri anak-anak dari kaum kafir!
Mereka dipaksa untuk bergabung dalam barisan tentara. Mereka diberi pedang dan
tameng, panah dan busur serta berbagai jenis persenjataan lainnya. Mereka
dipaksa untuk memerangi kaum mukmnin. Dipaksa membunuh, menyerang, melukai, dan
menebas! Dipaksa ke luar ke medan perang dengan segala keluguan yang dimiliki.
Kaum kafir seolah tidak peduli apakah yang dihadapinya hanya anak kecil
atau orang lemah: wanita atau orang yang tua renta. Mereka tidak peduli, siapa
yang ikut dan tidak ikut berperang.
Menghadapi hal ini, apa yang bisa
dilakukan oleh kaum muslimin? Mereka hanya bisa mempertahankan agama, diri dan
keluarga mereka yang lemah. Mereka pun menjadi demikian gigih berjuang di medan
perang. Mereka terpaksa membunuh orang-orang yang menyerang mereka, termsuk di
antaranya anak-anak kecil dari kaum kafir yang turut serta dalam peperangan.
Namun, Rasulullah saw. melarang mereka membunuh anak-anak kecil, walaupun hal
tersebut demi mempertahankan diri dan agama atapun untuk menghentikan
permusuhan kaum kafir kepada kaum muslimin.
Tangan kaum kafir sudah berlumuran darah kaum muslimin. Namun demikian,
Rasulullah dengan hatinya yang sangat pemurah meminta sahabatnya untuk tiak
membunuh anak-anak kecil dari kaum kafir, walau mereka berniat membela diri
ataupun membela agama.
Rasulullah saw. mencintai semua orang. Namun cintanya kepada anak-anak
melebihi apa yang bisa dibayangkan. Wajahnya selalu penuh dengan kegembiraan di
saat beliau melihat sosok anak-anak. Sduah menjadi tabiatnya untuk selalu
memeluk anak-anak dan ebrcanda dengan mereka. Beliau selalu ikut serta dengan
kegembiraan anak-anak.
Diriwayatkan dari Jabir bin Samurah bahwa di tengah perjalanannya,
Rasulullah melihat sebagian anak-anak sedang berlomba lari. Beliau menghentikan
langkahnya untuk bisa berbincang dengan mereak dan ikut serta dalam permainan
mereka. Beliau pun ikut ebrlari dan ebrlomba bersama mereka. Di lain waktu, di
saat beliau sedang menaiki untanya dan melihat seorang anak berjalan kaki,
beliau akan menghentikan untanya dan turun untuk menemui anak tersebut dan
memeluknya dengan penuh kasih kemudian menegajaknya naik unta. Hal tersebut
tentunya akan menyenangkan hati sang anak.
Lihatlah apa yang dilakukan Rasulullah! Beliau adalah manusia terbaik
dan termulia. Namun demikian, beliau mampu menanggalkan semua atribut itu dan
turun dari pelana untanya untuk membahagiakan anak kecil. Mereka yang memiliki
hati yang bebas dan bersih, kekasih Allah dan Rasul-Nya.
Rasulullah tidak segan untuk ikut bermain bersama anak-anak atau
mengajak mereka ikut serta menumpang di atas untanya. Beliau pun tidak segan
untuk menanyakan kebutuhan mereka dan memenuhinya serta beranda ria bersama
mereka.
Usamah bin Zaid mengungkapkan, “Di saat aku masih kecil, Rasulullah
mengangkatku ke salah satu pahanya dan mendudukan Hasan di pahanya yang lain.
Lalu beliau memeluk kami berdua seraya berkata :
“Ya
Allah, sayangi keduanya! Sesungguhnya aku menyayangi keduanya!” (al-Hadits).
Begitu sangat senangnya Rasulullah kepada anak-anak. Beliau rela
membiarkan cucunya menaiki pundaknya saat beliau sedang melakukan shalat –
yakni, ketika beliau sedang dalam posisi ruku’ dan sujud. Beliau pun memperlama
sujudnya saat sang cucu berada di pundaknya agar sang cucu tidak segera turun
dan agar tidak merusak kebahagiaan dan kegembiraan sang cucu.
Aisyah ra. Mengungkapkan bahwa sebagian orang Arab sangat heran melihat
Rasulullah memeluk dan menciumi anak-anak kecil. Mereka lalu mengatakan kepada
Rasulullah, “Kami tidak eprnah menciumi anak-anak kami!”
Salah seorang dari mereka, yakni Aqra’ bin Habis mengungkapkan, “Aku
memiliki sepuluh anak, namun aku tidak pernah menciumi satu pun dari mereka.”
Rasulullah merespons ucapannya dengan berkata, “Apakah Allah telah mengangkat kasih sayang
dari hati kalian?” Rasulullah seolah mengkritisi kekerasan hati
mereka dengan mengatakan, “Kasih sayang tidak akan pernah terangkat kecuali dari
orang-orang yang sesat.” (al-Hadits).
Di kala putra seorang putrinya
(yakni cucunya) meninggal dan Rasulullah mendapatkan kabar duka tersebut,
dengan segera mungkin beliau beranjak menuju rumah putrinya untuk bisa melihat
jenazah sang cucu untuk terakhir kalinya dan mengucapkan selamat tinggal
sebelum akhirnya jenazah tersebut dikubur. Ketika Rasulullah menyaksikan
jenazah sang cucu, bergetar dirinya dan deraslah air matanya.
Para sahabat heran melihat reaksinya dan seorang dari mereka yakni Sa’ad
bin Ubadah, berkata kepadanya, “Ya Rasulullahapa yang engkau lakukan?”
Rasulullah menjawab :
“Inilah
rahmat yang Allah tanamkan dalam hati para hamba-Nya. Sesungguhnya Allah
mengasihi hamba-Nya yang penuh kasihs ayang.” (al-Hadits).
Tidak diragukan lagi bahwa rahmat dan kasih sayang adalah indikator dari
adanya cinta. Bahkan, ia adalah indikator utama dari cinta itu sendiri. Hati yang penuh cinta akan
selalu mudah mengasihi dan menyayangi, sedangkan hati yang penuh kebencian
hanya akan memahami kekerasan. Hati Muhammad, Nabi yang penuh cinta,
sangat jauh dari gambaran kekerasan. Yang terpancar darinya hanyalah kasih
sayang dan kemurahan hati.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Rasulullah menjadi imam shalat di
masjid. Beliau membacakan ayat Al-Qur’an yang cukup panjang. Ruhnya berhadapan
langsung dengan Penciptanya dan kebahagiaan menghiasi dirinya karena ia sedang
bercumbu dengan Kekasihnya. Tiba-tiba terdengarlah teriakan anak kecil menangis
memanggil ibunya yang sedang shalat di belakangnya. Hatinya yang penuh kasih
tidak bisa membiarkn tangis anak tersebut. Lalu, beliau mengorbankan
kesenangannya bermunajat dengan Sang Maha Pemurah dengan meringkaskan
shalatnya. dengan harapan, agar sang ibu bisa segera menemui anaknya dan sang
anak kembali dapat merasakan kebahagiaan besama ibunya.
Rasulullah mengorbankan kegembiraan berkomunikasi dengan Kekasihnya agar
seorang anak kecil dapat kembali ke pelukan ibunya yang disayanginya.
Sosok yang penuh cinta, Muhammad saw. merasakan gejolak orang0orang yang
mencintai dan merasakan kegembiraan dengan kegembiraan mereka. Berdasarkan hal
itulah, ia mengorbankan kesenangan pribadinya demi kebahagiaan pecnita lainnya.
Semua itu karena kebahagiaannya tidak akan sempurna tanpa adanya kebahagiaan
para pecinta.
Sesungguhnya, beliau mencintai para pecinta. Kebahagiaan orang yang
dicintainya akan melengkapi kebahagiaan dirinya yang mencintai. Pengorbanan
secara individual merupakan indikator dari adanya cinta. Bahkan, itu merupakan
indikator utama akan keuatan cinta sejati.
Cinta Manusia Pada Sesamanya
Rasulullah mencintai semua manusia. Beliau menganjurkan manusia untuk
bisa saling mencintai. Cinta adalah pangkal dari keimanan. Cinta mampu
mendekatkan seseorang kepada Allah dan juga kepada rasul-Nya.
Rasulullah mengungkapkan kepad para sahabtnya :
“Orang
yang paling aku cintai di antara kalian adalah orang yang paling baik
akhlaknya, suka berkomunikasi baik dengan sesama, dan saling menyayangi.
Sedangkan orang yang paling aku benci di antara kalian adalah mereka yang suka
mengunjing dan memisahkan orang-orang yang saling mencintai serta suka membuka
aib orang lain.” (al-Hadits).
Lihatlah bagaimana kriteria orang yang paling dekat dengan Rasulullah
dan yang paling dicintainya, di
antaranya adalah yang saling menyayangi dan saling mencintai. Sedangkan orang
yang paling jauh dari hati Muhammad saw. adalah mereka yang suka menimbulkan
permusuhan di antara manusia dan memisahkan orang-orang yang saling mecnintai.
Demikianlah Rasulullah membuat batasan antara dirinya dengan oran yang
beriman, yakni dalam batasan cinta mereka dengans esama. Beliau menegaskan
bahwa kunci untuk bisa dekat dengannya adalah dengan mendekatkan diri kepada
sesamamnya. Kadar kedekatan dengan Rasulullah dilihat dari kedekatan seseorang
dengan sesamanya.
Barangsiapa yang menginginkan cinta Rasulullah dan dekat dengannya, maka
hendaknya ia mencintai dan menyeyangi sesamanya. Namun, barangsiapa yang
menginginkan kebencian Rasulullah dan jauh darinya, hendaknya ia membuat
permusuhan antar manusia dan memisahkan cinta sesamanya.
Bukan hanya itu, cinta sesama bukan hanya pangkal komunikasi antar
sesama orang beriman dan Rasulullah, namun juga dasar komunikasi antara orang
yang beriman dengan Penciptanya, Tuhan semesta alam. Dengan cinta dan sayang
kepada sesama, membantu dan memenuhi kebutuhan mereka, menjenguk di kala mereka
sakit, selalu beruat baik kepada mereka, ikut berpartisipasi dala suka dan duka
mereka serta berbagi harapan adalah cara paling ampuh untuk bisa mendekatkan
diri kepada Allah Swt. Juga merupakan jalan utama untuk mendapatkan cinta-Nya.
Inilah yang disampaikan Rasulullah untuk kita.
Muhammad saw. mengungkapkan :
“Sesungguhnya
pada hari Kiamat kelak, Allah akan berkata, ‘Wahai anak Adam, Aku sakit, lalu
kenapa kau tidak emngunjungi-Ku. Lalu dijawab, ‘Wahai Tuhan, bagaimana aku bisa
mengunjungi-Mu sedangkan Kau adalah Tuhan semesta alam?’ Lalu dikatakan,
‘Bukankah kau mengetahui bahwa hamba-Ku sedang sakit, lalu mengapa kau tidak
mengunjunginya? Apakah kau tidak mengetahui bahwa dengan mengunjunginya, maka
kau akan menemukan-Ku.”
Lalu
dikatakan, “Wahai anak Adam, Aku telah memberikanmu makan, namun mengapa kau
tidak memberikan-Ku makan?’ Lalu diajwab. “Wahai Tuhan, bagaimana aku bisa
memberi-Mu makan, sedangkan Kau adalah Tuhan semesata alam!’ Lalu dikatakan,
‘Bukankah kau mengetahui bahwa hamba-Ku meminta makan kepadamu, namun kau tidak
memberinya makan. Apakah kau tidak mengetahui bahwa dengan memberikannya makan makan
kau akan menemukan-Ku?’
Lalu
dikatakan, ‘Wahai anak Adam, Aku telah memberikanmu minum, namun mengapa kau
tidak memberikan-Ku minum?’ Lalu dijawab, “Wahai Tuhan, bagaimana aku bisa
memberi-Mu minum, sedangkan Kau adalah Tuhan semesta alam!’ ‘Lalu dikatakan,
‘Bukankah kau mengetahui bahwa hamba-Ku meminta minuman kepadamu, namun kau
tidak memberinya minum. Apakah kau tidak mengetahui bahwa dengan memberinya
minum maka kau akan menemukan-Ku?’ (al-Hadits).
Sungguh, cinta Anda kepada makhluk menunjukkan cinta Anda kepada
Penciptanya. Kebajikan yang Anda berikan kepada makhluk adalah sama artinya
dengan kebajikan yang Anda tampakkan pada Penciptanya. Makhluk adalah bagian dari Penciptanya, karena
makhluk adalah ciptaan-Nya. Oleh sebab itulah, segala ahal yang membahagiakan makhluk akan mampu
membahagiakan Penciptanya; dan semua yang menghinakan makhluk dianggap menghina
Penciptanya.
Barra’ bin Azib mengungkapkan,
“Rasulullah memerintahkan tujuh hal kepada kami : menjenguk orang sakit,
mengiringi jenazah ke kuburnya, mendoakan orang yang bersin, memenuhi janji,
menolong orang yang terzalimi, memenuhi undangan, dan menyebarkan salam.”
Semua hal yang diperintahkan Rasulullah sebagaimana di atas adalah
indikasi adanya cinta. Menjenguk orang sakit adalah bukti adanya cinta. Orang
yang menjenguk berarti menunjukkan empatinya dan hal tersebut menjadi terapi
spiritual dan emosional bagi pasien. Ia akan merasa bahwa ia tidak sendiri.
Masih banyak saudara, kerabat dan teman di sekelilingnya yang peduli padanya
dan memikirkannya, juga berempati padanya dan meringankan bebannya.
Mereka akan mencari jalan agar dirinya bisa cepat sembuh dan kembali
beraktivitas bersama. Inilah yang dinamakan terapi cinta. Ia akan membantu
pasien cepat sembuh, mampu melawan penyakit yang didertitanya serta bertahan
hidup. Hidup yang penuh cinta dan kebahagiaan dengan orang-orang yang dikasihi.
Pasien yang kesepian, di mana tidak ada seorang pun bersamanya; tidak
ada seorang pun yang mengunjunginya; tidak ada satu pun yang memenuhi
kebutuhannya; tidak ada satu pun yang membutuhkannya ataupun menginginkannya;
maka ia akan merasakan pahitnya kehidupan dan kejamnya orang kepadanya.
Ia rentan atas berbagai kehancuran dalam dirinya hingga virus pun dengan
mudah menyerang semeua sistem tubuhnya. Ia akan merasa bahwa semua orang telah
melupakannya. Semua orang seolah tak pernah dikenalnya kecuali musuhnya, musuh
dalam kehidupan. Yaknim barisan penyakit yang tersenyum menyeringainya.
Kebencian pun tertanam dala dirinya dengan kuat dan hal tersebut menambah
aktivitas kerja virus dalam tubuhnya. Semua menyerangnya dari segala arah dan
ingin menghancurkannya. Lalu, bagaimana ia bisa menghadapi semua itu sendiri?
Walaupun ia berusaha sekuat tenaga mempertahankan kondisi tubuh sebelah
kanannya, semua virus seolah menyerangnya dari sebelah kiri, dari depan, dari
belakang, dari atas kepala, dari bawah kaki hingga akhirnya ia menjadi dangat
putus asa. Kesedihan pun menghaisi dirinya dan hilanglah harapan hidupnya.
Tanpa disadarinya, ia membantu musuhnya menghancurkan dirinya. Harapan yang
tersisa adalah ketenangan dalam kematian dan lari dari manusia yang telah
melupakannya.
Bayangkanlah bila Anda mengunjungi dan menjenguk orang sakit dan Anda
seolah mengunjungi Allah! Juga ketika Anda memberi makan oran kelaparan seolah
Anda memberi makanan kepada Allah, serta ketika Anda memberi minum kepada orang
yang kehausan seolah Anda memberi minuman kepada Allah!
Bayangkan, Anda hanyalah hamba yang hina dan Anda mampu dekat dengan
Pencipta dengan cinta Anda yang sedemikian besar kepada ciptaan-Nya! Bayangkan
Anda yang hanya seorang hamba yang lemah, mampu beruat baik kepada Pencipta
hanya dengan beruat baik kepada ciptaan-Nya. Bayangkan dengan cinta dan kasih
sayang Anda kepada sesama akan membuat Anda makin dekat dengan Allah yang
merupakan sumber segala cinta dan kasih dayang!
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, datang seorang Arab menemui
Rasulullah yang menanyakan kepadanya akan pebuatan baik yang kiranya bisa
dilakukannya hingga ia bisa menggapai keridhaan Allah dan kenikmatan surga
Firdaus-Nya. Rasulullah saw. menjawab, “Berkatalah dengan adil dan berikanlah dengan
kedermawanan.”
Lelaki tersebut berkata, “Demi Allah, aku tidak bsia berkata adil setiap
waktu dan aku tidak bisa memberi dengan kedermawanan.”
Rasulullah saw. berkata : Berikanlah
makanan dan sebarkan salam.”
Lalu lelaki itu berkata, “Itu juga susah!”
Rasulullah berkata, “Apakah kau punya unta?”
Lelaki itu berkata, “Punya!”
Rasulullah berkata, “Lihatlah muatan yang dibawanya dan tempat pengambilan
air. Lalu carilah keluarga yang jarang mminum air dan berikanlah mereka minum.
Namun jangan mengeksp;oitasi unta dan amta air melebihi kapasitas sehingga
dengannya kau berhak mendapatkan surga.” (al-Hadits).
Berikanlah makan kepada sesama, maka Anda berhak mendapatkan nikmat-Nya.
Berikanlah minum kepada sesama, maka Anda berhak mendapatkan kebaikan dari-Nya.
Berbuat baiklah kepada sesama, maka kelak Allah akan melimpahi Anda dengan
rezeki-Nya yang melimpah. Sesungguhnya Tuhan Anda adalah Tuhan semua manusia.
Diriwayatkan bahwa sebagian sahabt menemui Rasulullah dengan muka seolah
mereka sedang bermasalah, walau pada kenyataanya pergaulan mereka dengan sesama
sangat baik dan mereka selalu ingin beruat baik kepada sesama, namun kantong
mereka kosong. Mereka lalu bertanya kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
bagaimana kami bisa bersedekah?”
Rasulullah menennagkan kegundahan mereka dengan mengatakan “Sesungguhnya
pintu kebaikan sangatlah beragam. Bisa dengan tasbih dan tahmid, takbir dan
tahlil, menyeru kepada kebajikan, melarang perbuatan mungkar.”
Beliau melanjutkan perkataannya, “Membuang hal yang membahayakan dari jalan, menjadi
pendengar setia orang yang membutuhkan, memberi petunjuk orang yang sesat,
memberikan solusi bagi mereka yang membutuhkan, dan berusaha seoptimal mungkin
membantu yang lemah. Sesungguhnya semua ini adalah sedekah dari diri kalian
sendiri.” (al-Hadits).
Kau benar, wahai Rasulullah! Berbuat baik tidak selamanya hanya mengadalkan materi atau harta. Namun
juga membutuhkan cinta di dalamnya. Bila cinta sudah ada, maka akan mudah
melakukan segala sesuatunya. Selama Anda mencintai, maka Anda akan bisa
mengoptimalkan segala sesuatu yang Anda miliki dan Anda tidak akan pernah
merasa kekurangan.
Bila Anda memiliki harta yang bisa diberikan, maka Anda akan mudah
memberikannya kepada orang yang membutuhkannya. Anda akan mengerahkan segala
harta, tenaga, dan waktu demi orang yang Anda cinta dan Anda akan bahagia
karenanya.
Allah akan selalu menerima apa yang Anda lakukan selama Anda
melakukannya dengan cinta. Allah akan selalu lapang menerima segala kebaikan
Anda selama semuanya itu berasal dari hatimu yang terdalam. Dia pun akan selalu
terbuka menerima segela kebajikan dai Anda selama hal itu bersumber dari
perasaan Anda.
Rasulullah saw. bersabda :
“Jangan
sedikit pun kau menghina kebaikan; walau hal itu hanya sekedar mengosongkan
embermu untuk kau tuangkan air ke tempat minum atau berkata dengan saudaramu
dengan wajah yang ceria.” (al-Hadits).
Renungkanlah di saat senyum Anda untuk saudara Anda adalah sedekah. Sekedar
senyuman yang menghiasi wajah Anda di kala Anda menemui saudara Anda. Sekedar
menemui saudara Anda bukan dengan wajah masam. Sekedar menemui saudara Anda
dengan wajah ceria dan hanya itu tanpa harus mengeluarkan uang sedikit pun atau
materi lainnya. Maka Allah menuliskannya sebagai kebajikan dan sedekah Anda yang
membuat Anda berhak mendapatkan sebaik-baik ganjaran-Nya.
Namun demikian, senyum yang tulus hanya akan tercipta melalui hati yang
penuh cinta. Hati yang penuh kebencian dan kedengkian tidak akan pernah membuat
seseorang tersenyum, minimal senyum yang tulus. Walaupun diusahakan seoptimal
mungkin, namun senyum yang tercipta hanyalah senyum buatan, bukan senyum yang
tulus. Bila hatinya memaksanya untuk terenyum, maka yang tampak adalah senyuman
palsu dan lambat laun akant erungkaplah maksud di balik senyum itu. Sedangkan
senyum yang tulus akan mampu membuka hati yang kosong dan akan memberikan
penyegaran baginya. Dengan cepat, ia akan mengetuk hati orang yang melihatnya
dan masuk ke dalamnya hingga akhirnya ia akan membalas senyuman yang sama, lalu
membalas kasih sayang dan cinta yang diberikan.
Rasulullah menunjukkan pada kita cara termudah dan gratis untuk bisa
menunjukkan cinta kita kepada sesama. Beliau menunjukkan pada kita berbagai
jalan agar kita bisa tetap saling menyayangi, agar kita selalu mencintai
danmencintai.
Beliau menunjukkan jalan yang tidak membutuhkan uang, waktu ataupun
tenaga, yakni dengan hanya tersenyum kepada saudara kita dan menemui mereka
dengan wajah yang ceria. Sesungguhnya, senyum yang tulus akan terpanar dari
hati kita yang paling dalam dan dengan segera akan mengetuk hati yang
melihatnya. Juga agar bia membuka hati yang terkunci, hingga dengan demikian
semua individu bisa saling mencintai karena Allah.
Bukan hanya itu, Rasulullah pun menunjukkan kepada kita akan ganjaran
yang besar karenanya, serta balasan yang besar dan berlipat ganda atas senyuman
yang hanya sekilas. Beliau memaparkan bahwa dengan senyuman yang murah meriah
tersebut, yang mampu menyihir siapa pun yang melihatnya di mata Allah dianggap
sebagai satu kebajikan dan sedekah. Senyum itu (walaupun tidak diutamakan
secara lugas) serta dengan pemberian sebagaimana pemberian dengan harta dan
materi duniawi.
Senyum itu dianggap sebagai sedekah yang menjadi investasi bagi kita dan
menambah account kebajikan kita dan mengurangi account keburukan kita. Investasi
yang akan membuah kashil yang terbaik dan hasil yang berlipat ganda, di
antaranya asalah dengan melalui kebajikan, rezeki, kesehatan, kebahagiaan dan
keberkahan nikmat di dunia dan akhirat.
Senyum adalah sedekah secara simbolis, sedekah penuh makna. Sedengan
dengan menggunakan hati dan merupakan kebajikan spiritual yang mampu
menggembirakan diri. Ia adalah pemberian yang bisa dilakukan setiap individu
manusia. Banyak orang mengira bahwa dengan menyedikitkan senyum akan menambah
kekayaan. Namuns esungguhnya dengan memperbanyak senyum, maka kita telah
memperkaya diri dengan cinta dan kasih sayang. Memperkaya diri dengan
meningkatkan investasi di amta Allah
yang berupa keridhaan dan cnta-Nya. Dan kelak, kita berhak mendapatkan posisi yang
mulia di dunia dan akhirat. Rasulullah selalu mensosialisasikan pentingnya
senyum dengan mencari banyak jalan untuk menumbuhkan banyak cinta di hati
sesama manusia dan mengekalkan hubungan yang ada di antara mereka.
Rasulullah saw. bersabda :
“Apakah
kalian ingin kutunjukkan sesuatu yang bila kalian lakukan, kalian bsia saling
mencintai? Sebarkan salam di antara kalian!” (al-Hadits).
Rasulullah saw. berkata kepada para sahabatnya :
“Bila
seseorang ingin menganggap orang lain adalah saudaranya, maka tanyakanlah
namanya, nama ayahnya dan dari mana asalnya; sesungguhnya hal itu adalah cara
paling efektif menumbuhkan kasih sayang.” (al-Hadits).
Rasulullah saw. bersabda :
“Tiga
hal yang akan membuatnmu akan mendapatkan cinta saudarmu : memberikannya salam
di kala kau menemuinya, memberikannya tempat duduk kepadanya dalam satu
pertemuan dan memanggilnya dengan nama yag disukainya. “ (al-Hadits).
Cara yang mudah dan arahan yang sederhana. Tidak ada kesulitan sedikit
pun bagi siapa pun yang ingin menjalankannya. Cara yang tidak membutuhkan
tenaga dan harta. Cara murah meriah dan gratis bisa dilakukan oleh setiap
orang. Namun demikian, cara tersebut mampu membuka pintu cinta tanpa abatas dan
membuat pelakunya bahagia untuk bisa memberikan cinta tanpa batas.
Anda hanya perlu menjumpai saudara Anda dengan wajah ceria dengan
mengindahkan perasaan apa pun padanya, kemudian memberinya salam dan membuka
percakapan setiap kali bertemu walau dari jarak yang jauh. Janganlah Anda
pura-pura tidak melihat atau memalingkan wajah Anda ketika melihatnya. Anda
hanya perlu menyambutnya denga hangat
dan menanyakan kabarnya. Kabar keluarganya dan kerabatnya dan mendengarkan apa
yang ingin diucapkannya atau diceritakannya, bukan mendenguskan hidung akan
kelebihan yang diapaprkannya.
Anda hanya perlu mendengarkan apa yang diucapkannya secara saksama. Anda
hanya perlu menyisihkan tempat untuknya semampunya di suatu pertemuan yang Anda
hadiri, dan menganggapnya sebagai tamu Anda hingga Anda bisa menghormatinya
secara optimal. Anda hanya perlu memanggilnya dengan nama yang disukainya dan
kesemuanya itu mampu membuka pintu cinta.
Pada masa kini, banyak orang terlalu sibuk dengan materi duniawi. Mereka
pun akhirnya menjadi orang yang pragmatis dalam segala urusannya. Mereka
berlomba mendapatkan takhta dan harta hingga mereka lupa akan cinta dan kasih
sayang. Mereka lupa akan moral dan etika. Mereka pun akhirnya hanya akan
menjadi orang yang bila bertemu saudaranya akan memalingkan wajahnya ke arah
lain atau berpura-pura lupa untuk kemudian berlalu dengan cepat seolah tidak
melihat kehadiran saudaranya.
Semua itu dilakukan di saat ia tidak memiliki kepentingan apa pun ata
ssaudaranya. Namun, ketika ia membutuhkan sesuatu dari saudaranya, dengan
antusias ia akan menghampirinya dan langsung berjabat tangan dengannya, dengan
wajah yang dibuat-buat. Kata-kata manispun terlontar dari mulutnya, bukan dari
hatinya. Jika kita menemui orang sejenis itu, umumnya kita tidak menyadarinya langsung.
Setelahnya, perpisahan pun terjadi hingga beberapa tahun lamanya dan mungkin
hingga akhir umur. Pertemuan selanjutnya pun bisa jadi hanya di akhirat, baik
itu di surga ataupun neraka.
Kehidupan pun menjadi materialistis dan luput dari dimensi spiritualitas,
bahkan kosong dari etika dan moral. Kita terlalu banyak disibukkan dengan
materi hingga kita melupakan sisi spiritual kita dan menghindahkan kasih sayang
yang ada dalam diri. Tidak diragukan lagi, itulah yang menjadid sebab akan
banyaknya depresi dan stres yang menimpa banyak dari kita pada masa kini.
Semua itu karena kita tidak peduli lagi akan cinta. Kita tidak
memberikan waktu yang cukup untuk bisa mencintai. Kita seolah telah menjadi
dingin. Hati kita kering dan saraf kita menjadi tegang. Kita telah melarang
diri untuk bisa mencintai. Hati kita menjadi kering untuk bisa menikmati
kenikmatan Firdaus-Nya karena kesibukan dunia materialistis.
Kita pun akhirnya menjadi alat pengeruk materi yang tidak memiliki kasih
sayang. Alat yang bisud an terus bergerak tanpa henti, dan berputar dengan
cepat tanpa adanya kesadaran, perasaan ataupun emosi. Lambat laun, putaran itu
akan semakin cepat dan aus. Kita pun akan semakin lupa dengan apa yang terjadi
akan makna indah kehidupan yang sebenarnya.
Cinta adalah hal yang jenius dan bukan hal yang bodoh sebagaimana banyak
dipersepsikan orang. Sesungguhnya yang bodoh adalah kebencian dan kedengkian
karena akebencian dan kedengkianlah yang menjadi bencana bagi diri dan
menghancurkan secara langsung.
Berinvestasi dengan cinta adalah sebaik-baiknya investasi. Hasil yang
didapatkan adalah dunia dengans egala isinya. Kebahagiaan yang didapatkan
karena cinta bernilai lebih dari apa pun yang bisa didapatkan dari materi
duniawi.
Ribuan harta yang kita miliki, walau pun bisa dibelikan istana tauapu
pesawat, pakain termahal ataupun makanan terlezat, dan perhiasan paling
eksklusif, namun ia tetap tidak mampu membeli kebahagiaan. Betapa banyak para
miliarder yang memiliki banyak harta, namun mereka sengsara karena mereka
kehilangan cinta.
Penyebab utama hancurnya
kehidupan sosial dan kesehatan; bahkan kehidupan ekonomi, politik dan berbagai
sisi ekmanusiaan lainnya, adalah karena hilangnya cinta. Cinta yang sejati,
bukan cinta palsu. Cinta yang bersummber dari hati, bukan sekedar ucapan belaka.
Cinta sejati tidak akan pernah salah. Ia akan mengirimkan busurnya pada
pintu hati yang dicintai. Itulah yang terjadi pada diri setiap individu
manusisa. Kita akan bisa membedakan antara cinta sejadi dan cinta palsu. Setiap
diri kita memiliki insting tentang siapa yang kita cintai dan siapa yang kita
benci, walau terkadang kita menutupi dengan ucapan-ucapan palsu.
Cinta sejati akan melahirkan kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat.
Cinta sejati adalah sebaik-baik pemberian yang dianugerahkan Allah yang Maha
Penyayang kepada anak manusia.
Cinta sejati akan menghidupkan hati yang mati, dan mengaktifkan perasaan
dan emosi serta menghangatkan diri. Dengan cinta sejati kita bisa menegcap
indahnya kehidupan dan nikmatnya kebahagiaan. Dengan cinta sejatilah kita bisa
menikmati indahnya Firdaus-Nya di dunia dan akhirat.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Rasulullah saw. duduk bersama
seorang sahabat. Lalu datanglah seorang lelaki. Sahabat tadi menunjuk ke lelaki
tersebut seraya berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, aku mencitani lelaki
ini.” Rasulullah lalu bertanya padanya, “Apakah kau sudah memberi tahu
perasaanmu kepadanya?” Sang sahabat lalu berkata, “Belum.” Rasulullah berkata
kepadanya, “Beri tahukanlah kepadanya!” Sang sahabat mengejar lelaki tersebut
hingga ia bisa menyusulnya, kemudian ia berkata keapdanya, “Aku mencintaimu
karena Allah.” Lelaki itu menjawab, “Aku mencintaimu sebagaimana kamu
emncintaiku karena-Nya.” (al-Hadits).
Lihatlah bagaimana cinta karena Allah tercipta!
Dalam hadits di atas tampak bagaimana Rasulullah memberikan arahannya
dan hal tersebut pun tampak dari paparan berikut.
Rasulullah berkata kepada para sahabat,
“Jika
seseorang dari kalian mencintai saudaranya, maka katakan kepadanya bahwa kau
mencintainya.” (al-Hadits).
Kalimat cinta yang tulus mampu menciptakan keajaiban dalam hati. Salah
satu substansi cinta adalah dengan mengungkapkannya. Seorang kekasih butuh
keyakinan setiap waktu akan cinta kekasihnya dan mendapatkan ketenangan dari
cintanya tersebut. Meyakinkan cinta bisa dilakukan dengan banyak hal, di
antaranya adalah dengan ungkapan kata-kata yang indah, tulus dan berasal dari
hati terdalam. Hal tersebut akan menambah kegembiraan para pecinta dan akan
melanggengkan cinta yang ada serta mengukuhkan cinta itu sendiri.
Salah satu substasi cinta yang lain adalah menjaga persasaan kekasih
dengan tidak menyakitinya dengan apa pun, walau hanya dengan ucapan, kedipan
mata, gerakan, kecenderungan ataupun tatapn.
Rasulullah saw. bersabda.
Bila
kalaian sedang bertiga, hendaknya dua di antara kalian tidak bercakap-cakap
sendiri dengan membiarkan seorang lainnya, karena hal tersebut akan membuatnya
sedih.” (al-Hadits).
Bila dua orang bercakap=cakap tentang suatu permasalahan dan membiarkan
seorang lainnya tersisihkan, maka akan ada perasaan praduga tertentu dalam
dirinya. Bahkan pada diri orang lain terhadpnya. Hal terebut akan memunculkan
kecemburuan tersendiri bagi diri yang tersisihkan dan hal itu akan menumbuhkan
ketidaktenanagan dalam hatinya. Ia akan merasa bahwa keduanya sedang
melaksanakan rencana buruk padanya. Atas dasar inilah maka Rasulullah
meralarang dua orang bercakap=cakap sendiri dengan membiarkan seorang lainnya
merasa tersisih.
Bukan hanya itu, bahkan sekedar tatapan mata pun mampu menghangatkan
cinta dan mengikis kebekuan dalam hati.
Rasulullah saw. bersabda,
“Tidak
dihalalkan bagi seorang yang beriman untuk melirik saudaranya dengan pandangan
yang menyakitkan.” (al-Hadits).
Bahasa mata sangatlah ebragam. Bahasa mata kadang bisa disalahartikan.
Pandangan mata bisa bermanfaat, namun tidak jarang sangat berbahaya. Ia bisa
menyengsarakan dan bisa membahayakan. Pandangan mata pun bisa mengungkap
sesuatu yang tertutup dan membuka skandal yang terbungkus rapi.
Mata bisa mencintai dan membenci,
menampakkan kekaguman dan juga kehinaan. Menampakkan keinginan ataupun ketidak
sukaan.
Memiliki kecenderugan tertentu, memiliki keberanian dan ketakutan. Menampakkan
kebahagiaan dan kedengkian. Memiliki harapan dan keputus asaan. Menunjukkan
penghargaan ataupun merendahkan. Memperhatikan kegembiraan dan kesedihan.
Menunjukkan ketenangan dan ketakutan dan banyak hal lainnya yang bisa
diinterpretasikan dari pandangan mata.
Wajah merupakan cerminan diri dan
mata adalah cerminan hati. Bila hati
penuh cinta, maka bahasa mata akan menampakkan bahasa cinta, kekaguman,
kecenderungan, ketenangan, kegembiraan, dan kebahagiaan. Bila hati penuh
kebencian, maka bahasa mata hanya akan menampakkan kebencian, kedengkian,
kehinaan, keraguan dan tipu daya, walau pun lidah maupun wajah selalu berusaha
menutupinya.
Atas dasar inilah Rasulullah mengarahkan pandangan mata kita agar selalu
menampakkan pandangan yang manis, penuh cinta dan penuh aksih sayang. Bukan
pandangan yang kasar, penuh kebencian dan kejahatan.
Rasulullah selalu menganjurkan agar pandangan mata kita adalah pandangan
mata yang penuh cinta agar tercipta cinta yang abadi.
Cinta Bukan Sekedar Ucapan
Semua yang telah dipaparkan di atas merupakan ungkapan yang gamblang dan
jelas. Namun yang terpenting adalah cinta tidak hanya diungkapkan melalui
ucapan belaka, atau pandangan dan senyuman. Cinta lebih dari semua itu. Selain
butuh tindakan dan perbuatan, cinta adalah sebuah pemberian dan pengorbanan.
Seorang pecinta akan sellau membantu mereka yang lemah, memberi pada orang yang
membutuhkan, mengasihi anak yatim, mempermudah orang yang gkesulitan, memberi
tanpa mengharap balasan, dan berlaku baik termasuk keapda dirinya sendiri.
Setelah melakukan semuanya itu, ia akan merasakan kebahagiaan.
Rasuluuah saw. bersabda.
“Sebaik-baik
teman di sisi Allah adalah yang paling baik kepada temannya, dan sebaik-baik
tetangga di sisi Allah adalah yang baik kepada tetangganya.” (al-hadits).
Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya
Allah memiliki ciptaan yang diciptakan untuk bisa memenuhi kebutuhan sesamanya.
Manusia akan menghubunginya untuk bisa memenuhi kebutuhannya; dan merekalah
orang-orang yang terbebas dari azab Allah.” (al-Hadits).
Rasulullah saw. bersabda :
“Orang
yang membantu para janda dan para fakir laksana orang yang berjihad di jalan Allah;
laksana orang yang bangun malam untuk melaksanakan shalat dan laksana orang
yang berpuasa di siang hari.” (al-Hadits).
Rasuluuuah saw. bersabda :
“Demi
yang mengutus dengan kebenaran, pada hari Kiamat kelak, Allah tidak akan
mengazab orang yang mengasihi anak yatim, mengucapkan kata yang lembut padanya
dan mengasihi keyatiman dankelemahannya.” (al-Hadits).
Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa
yang mempermudah sesuatu yang sulit di dunia maka kelak Allah akan mempermudah
segala urusan baginya di dunia dan akhirat! Sesungguhnya Allah akan selalu
membantu hambanya selama hamba itu selalu membantu sesamanya.” (al. Hadits).
Inilah cinta! Cinta bukan hanya ucapan, namun juga perbuatan, aplikasi,d
an memberi. Selalu memberi tanpa ahenti.s esungguhnya cinta mendorong seseorang
untuk selalu membantu saudaranya dan membantunya selalu berada di sampingnya di
sat ia dibutuhkan. Dengan cinta, seseorang akan selalu berusaha mengulurkan
tangannya untuk orang yang membutuhkan, orang yang terzalimi, membantu janda dan
anak yatim, bersedekah kepada fakir miskin, mempermudah orang yang kesulitan,
membantu memecahkan permasalahn sesamanya, mendistribusikan semua yang
dimilikinya, baik berupa materi maupun imateriil, kepada setiap orang secara
adil dan merata.;
Hati pecinta adalah hati yang besar. Hati yang penuh engan cinta kasih
dan lembut. Hati yang berlimpah dengan kebajikan dan rahmat. Hati yang penuh
dengan cinta kepada sesama. Atas dasar inilah, hati pecinta tidak akan pernah
pelit untuk memberikan cintanya kepada siapa pun. Ia akan mencurhkan semua yang
dimilikinya dan ia merasakan kegembiraan karenanya. Ia akan memberi segalanya
seolah ia mengambil segalanya. Karena sesungguhnya, ia menjadi sesuatu yang
sangat berharga, yakni kebahagiaan dari apa yang dilakukannya. Kebahagiaan
dalam hatinya yang akan terpancar dari dalam dirinya dan tampak oleh banyak
orang hingga mereka pun merasakan kebahagiaan yang sama. Kebahagiaan itulah
yang menyatukan mereka semua. Inilah cinta para pecinta sejati. Kebahagiaan
mereka tampak dari kebahagiaan kekasihnya.
Kebahagiaan bisa menyebar dengan cepat. Cinta mampu melahirkan
kebahagiaan yang menyebar ke segala penjuru. Ia ditransfer dengan cepat ke
dalam diri mereka yang dicinta hingga mereka pun mersakan kebahagiaan yang
sama, yang mencinta dan dicinta dala balutan kebahgiaan yang sama.
Cinta sejati hanya akan lahri dari usaha dan pengorbanan. Sedangkan
cinta pragmatis adalah cinta yang penuh keegoisan. Sifat keegoisan hanyalah
bentuk dari suatu pengaruh,s edangkan cinta adalah mempengaruhi. Keegoisan
adalah penajra manusia dalam dirinya, yang mampu menjerumuskan seseorang dalam
kekelaman. Sedangkan cinta adalah energi, cahaya dan kunci kebebasan bagi
banyak orang.
Fwalaupun keegoisan bisa terealisasi dan mendatangkan kepentingan yang
diinginkan, namun hal tersebut hanya menumbuhkan kesendirian dan ketersisihan
dari banyak orang di sekelilingnya. Seseorang yang egois lambat laun akan
merasa terasing, baik di masyarakat maupun negeranya. Sedangkan dengan cinta,
walaupun pelakunya banyak emncurahkan segala yang dimilikinya, segala sesuatu
yang dilakukannya justru membuatnya dengan sekitarnya.
Seorang pecinta akan selalu merasa bahagia bergaul dengan siapa pun yang
ada di sekitarnya. Setinggi apapun jabatan seseorang, ia akan tetap sendiri kecuali
bila ia memiliki teman dan sahabat yang dikasihi.
Sesungguhnya,
cinta sejati tidak hanya ‘saya’ dan ‘Anda’, karena sesungguhnya saya adalah
Anda dan Anda adalah saya!
Cinta sejati bukan
hanya ‘saya’ semata! Bahkan ia selalu ‘Anda’! karena ‘Anda’ pada dasarnya
adalah ‘saya’
Cinta sejati mampu membuat seseorang lupa akan dirinya dan membuatnya
sibuk dengan yang lainnya. Cinta sejati akan membuat Anda lupa siapa diri Anda
dan membuat Anda lebih sibuk dengans sesama. Anda akan keluar dari penjara diri
Anda dan membebaskan Anda dari belenggu diri. Anda akan membuka kehidupan dan
kebahagiaan besama dengan yang lainnya.
Citna sejati akan membuat seseorang terfokus pada orang yang dicintainya
dan membuat dirinya menjadi lebur dengannya. Cinta sejati adalah sebuah
perasaan mendalam tentang semua individu manusia, sebuah pengorbanan, proses
memberi ke semua pihak. Dari sini, maka terciptalah persatuan sesama manusia.
Satu dengan lainnya terkait dengan cinta yang sama. Cinta mereka kepada alam
pun mengikat satu dengan lainnya. Demikian pula cinta mereka yang besar kepada
Pencipta mereka, yang gmerupakan sumber cinta, kebajikan dan anugerah.
Sesungguhnya, cinta sejati akan menghilangkan perbedaan yang ada di
antara manusia. Perbedaan yang dibentuk oleh pribadi-pribadi yang lemah dan
mereka yang memiliki kepentingan pribadi. Cinta sejati akan membuat budak
laksana majikan dan majikan laksana budak. Cinta akan membuat pemimpin mengasihi
si fakir dan si fakir taat pada pemimpin. Cinta sejati akan membuat yang besar
menyayangi mereka yang kecil dan yang kecil menghormati yang besar.
Sebagai contoh, dalam ibadah hahji, kita akan melihat orang-orang saling
mencintai satu dengan lainnya.s emuanya adalah hamba Allah dan semuanya sama di
hadapan Allah. Mereka mengenakan pakaian yang sama dan duduk di lantai yang
sama. Mereka menyembah Tuhan yang sama, memanjatkan doa yang sama, juga shalat
yang sama. Tidak satu pun dari mereka mampu membedakan antara yang kaya dengan
yang miskin; antara menteri dengan rakyat jelata; antara penjual dan pembeli,
ataupun pemimpin dan yang dipimpin. Semuanya adalah hamba Yang Maha Penyayang.
Semuanya adalah saudara yang saling mencintai satu dengan lainnya.
Mereka saling memanggil dengan panggilan cinta, saudaraku, saudariku,
ayaku, ibuku, putraku dan putriku. Semua
laksana satu keluarga yang saling terikat dengan cinta dengan beragam warna dan
tingkatan sosialnya, dengan beragam
segmentasi umurnya dan beragam benuanya. Semuanya dikumpulkan dengan penuh
kasih sayang-Nya.
Perselisihan Para Pencinta
Walaupun cinta telah hadir, namun hubungan antar sesama manusia
terkadang tidak selalu berjalan mulus dan se arah. Awan hitam terkadang
bergerak di langit cinta dan menghalangi awan putih. Terlebih di saat terdapat
perbedaan pendapat di antara para pecinta, atapun perbedaan keinginan dan tiada
satu pun yang ingin mengalah. Pada saat itulah tercipta perselisihan antar
sesama manusia. Satu dengan lainnya menjadi salah paham dan hal tersebut
mengakibatkan mereka saling memburukkan keadaan sesamanya, baik dengan
perkataan maupun perbuatan, baik dengan niat
yang baik maupun niat yang busuk.
Namun keberadaan cinta mampu memberikan ketenangan dan menjernihkan
jiwa, serta membuka pintu hati. Dengan cinta, seseorang mampu kembali menyadari
dan menyesali kesalahan yang telah dilakukannya. Ia akan mengutuk niat buruknya
dan kembali keada biat baiknya. Setelahnya, ia akan menemui saudaranya, meminta
maaf atas kesalahannya dan menyesali perbuatannya.
Karena cinta pulalah, kata maaf akan mudah disampaikan. Sesungguhnya,
cinta telah memberikan pengaruhnya. Ia memiliki tolerasni yang tinggi dan
pengampunan. Walaupun kesalahan yang dilakukan sangat besar, cinta yang ada
mampu melebihinya. Hati yang besar akan selalu mampu menoleransi semua
kesalahan yang tercipta, sebesar apa pun kesalahan itu. Bukan hanya menoleransi
kesalahan, namun juga menghapuskannya hingga tiada yang tersisa kecuali cinta.
Kita semua dalah manusia yang rentan dengan berbagai kesalahan. Namun
demikian, sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah yang mau bertobat.
Rasulullah telah emngajarkan kita tentang substansi cinta. Seandainya tidak ada
toleransi dalam cinta Yang Maha Agung, kalau lah bukan karena pengampunan-Nya
atas semua dosa kita, tentunya kita telah binasa dengan banyaknya dosa yang telah
kita lakukan dan tentunya tempat kembali kita pastilah kekal dalam neraka-Nya.
Berdasarkan hal itulah Rasulullah saw. mengarahkan kita pada cinta yang
penuh tenggang rasa dan toleransi serta cinta yang suka memaafkan. Beliau
menganjurkan kita untuk bisa memaafkan kesalahan orang hingga Allah berkenan
mengampuni semua kesalahan kita dan mengahpuskan dosa kita kelak.
Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa
yang membebaskan dirinya dari keesalahan dengan penyesalan, maka Allah akan
membebaskan dirinya dari dosa apda hari Kiamat kelak.” (al-Hadits).
Karenanya, terimalah perminataan maaf, walaupun kesalahan yang
dilakukannya sangat besar! Terimalah beragam alasan, walaupun itu sangat lemah!
Terimalah kondisi yang terjadi, walaupun itu dibuat-buat. Semua itu untuk
mengekalkan cinta, kesucian dan kedamaian antar sesama manusia.
Mengekalkan segala faktor kebencian hanya akan mengukuhkan perselisihan
dalam hati dan akan mengoyak ketenangan dan kegembiraan yang ada di antara
kita. Cukuplah yang bersalah dengan penyesalannya atau dengan tidak
mengulanginya kembali.
Rasulullah saw. bersabda :
“Barangsiapa
yang didatangi saudaranya untuk menarik akta terakhirnya (mengakui
kesalahannya), maka terimalah, terlepas dari apakah yang dikatakannya beanr
ataupun salah. Bila tidak dilakukan, maka sesungguhnya ia tidak akan mereguk
air telagaku.” (al0Hadits).
Kau benar, wahai Rasulullah! Barangsiapa yang tidak bisa memaafkan
kesalahan saudaranya, maka Allah tidak akan mengampuni dosanya. Adakah di
antara kita yang tidak memiliki dosa atau tidak pernah sekalipun melakukan
kesalahan, walau sekedar dengan ucapan ataupun pkiran; walau sekedar dengan
praduga atau bahkan sekedar diam? Sesungguhnya, Yang Maha Agung mencintai
hamba-Nya yang memiliki hati seputih kapas nan jernih. Mereka yang saling
mencintai dan gemar memaafkan.
Allah akan mencintia mereka dan mengampuni semu kesalahan mereka.
Menggantikan kesalahan yang mereka lakukan dengan kebaikan. Allha kelak akan
memasukkan mereka dalam Firdaus-Nya dan rahmat-Nya yang melimpah. Sedangkan
mereka yang memiliki hati yang kelam, yakni mereka yang suka membenci dan
mendengki, maka yang tersisa dalam hati mereka hanyalah kekerasan dan
keburukan. Mereka tidak bisa bersikap toleran ataupun memaafkan. Mereka adalah
seburuk-buruknya hamba Allah dan seburuk-buruk ciptaan-Nya. Mereka jauh dari
kasih sayang Allah dan juga jauh dari ampunan-Nya. Mereka tidak berhak
mendapatkan cinta-Nya dan diasingkan dari surga dan kenikmatannya.
Seorang sahabat datang menemui Rasulullah saw. dan menanyakan kepadanya
perihal seburuk-buruknya manusia, maka Rasulullah saw. menjawab :
“Mereka
adalah yang tidak mudah bersikap tenggang rasa dan tidak menerima permintaan
maaf serta tidak memaafkan kesalahan orang lain.” (al-Hadits).
Sedangkan sebaik-baik manusia (yaitu yang paling banyak memiliki
kelebihan, yang paling dekat dengan Allah, paling berhak mendapatkan rahamt dan
ampunan-Nya, mendapatkan prioritas utama cinta dan keridhaan-Nya) adalah
sebagaimana dipaparkan dalam ayat Al-Qur’an berikut :
“Dan
orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Ali Imran (3):234).
Sesungguhnya surga terendah telah dipersiapkan Allah untuk mereka yang
mampu menahan amarahnya. Mereka adalah orang yang mampu menyembunyikan
kemarahan mereka dan tidak membalas keburukan yang diterimanya.
Rasuluuah saw. bersabda :
“Seburuk-buruknya
kalian adalah yang cepat amrah namun lamban redanya, dan sebai-baiknya kalian
adalah yang lamban marah namun cepat redanya.” (al-Hadits).
Diriwaatkan bahwa pada suatu saat, seorang sahabt Rasulullah datang
bertanya padanya perihal pekerjaan yang dapat membuatnya masuk ke dalam surga.
Lalu Rasuluuuah saw. menjawab :
“Jangan
marah dan kau akan mendapat surga.”(al-Hadits).
Dengan hanya menahan diri untuk tidak membalas keburuhakn; dengan hanya
menahan diri kala marah dan mengendalikan permusuhan yang ada dalam diri, maka
Anda sudah ebrhak mendapatkan surga dengan tingkatannya yang paling rendah.
Sedangkan surga yang lebih tinggi lagi tingkatannya diperuntukkan untuk mereka yang
suka besikap toleran; yang suka memaafkan setiap keburukan yang diterimanya;
dan memaafkan orang yang melakukan keburukan tersebut.
Mereka tidak pernah membiarkan kebencian tumbuh dalam diri mereka kepada
siapau pun. Bahkan, kepada mereka yang telah berbuat jahat dan buruk kepadanya.
Merekalah orang-orang yang memiliki hati yang jernih dan sangat putih.
Rasulullah saw. berkata kepada para sahabatnya.
“Apakah
kau ingin kuberitahu tentang seseorang yang tidak layak masuk ke dalam neraka?
Neraka diharamkan bagi siapa pun yang berhati lembut.” (al-Hadits).
Yang dimaksud dengan berhati lembut adalah yang suka bersikap toleran
dan mempermudah segala persoalan yang ada. Merekalah yang memiliki hati yang
jernih dan hati yang putih. Mereka suka memaafkan kesalahan orang dengan tulus.
Sedangkan surga tertinggi adalah surga Firdaisu. Di dalam surga
tersebut, penghuninya akan mendapatkan cinta-Nya dan menikmati kedekatan
dengan-Nya. Penghuninya akan mendapatkan posisi yang mulia di sisi-Nya dan
mereguk semua kenikmatan dan keridhaan-Nya. Merea hanya akan mendapatkan
kebajikan dan kesenangan.
Mereka yang layak menghuni surga ini bukan hanya yang mampu diam atau
menyembunyikan amarah. Juga bukan hanya mampu bersikap toleran dan memaafkan,
namun juga mampu membalas keburukan yang mereka termia dengan kebaikan;
merespons segala kehatan dengan kebajikan, mengembalikan segala hinaan dengan
pemberian, memfeedback kebencian dengan cinta. Merekalah yang berhak
mendapatkan derajat tertinggi di surga-Nya dan kekal di dalamnya. Surga, tempat
yang penghuninya sebagian besar para nabi dan mereka yang berjihad di jalan-Nya.
Surga, tempat berkumpulnya semua malaikat yang suci dan surga tempat di mana
para penghuninya akan terpuaskan dengan semua rahmat dan kasih sayang-Nya.
Dikisahkan bahwa suatu saat Rasulullah sedang duduk bersama para
sahabatnya, lalu beliau berkata kepada para sahabatnya, “Sebentar lagi akan datang keapda kalian
seorang penghuni surga.” Lalu para sahabat mengalihkan padnangannya
ke pintu masuk dan mereka menyaksikan seorang laki-laki dari kaum Anshar datang
menuju tempat mereka.
Dari wajahnya nampak ketakwaan, kesederhanaan dan sikap toleransi yang
tinggi. Meliahtnya, Abdullah bin Amru berinisiatif untuk mengetahui lebih jauh
rahasia lelaki tersebut, yang notabene dilegitimasikan sebagai penghuni surga
oleh Rasulullah. Abdullah pun membuat rencana hingga ia bisa menginap di rumah
lelaki tersebut selama tiga hari untuk bisa mengamatinya dari dekat. Hasil penelitiannya
tidak menunjukkan sesuatu yang lebih baik dari ibadah sahabat lainnya,
Sebelum akhirnya Abdullah pamit pulang, dia memberitakan apa yang
didengarnya dari Rasulullah kepada lelaki tersebut dan menanyakan padanya akan
satu amal saleh yang mungkin disembunyikannya, yang membuatnya berhak mendapatkan
tempat di surga. Lelaki tersebut menjawab, “Aku tidak punya amalan lain, selain
apa yang telah kau lihat. Aku melaksanakan shalat sebagaimana orang
melakukannya. Aku melakukan ketaatan sebagaimana orang melakukannya. Bedanya aku
tidak pernah mendengki siapa pun atas kebaikan yang telah Allah Anugerahkan
kepadanya dan setiap kali aku hendak menuju tempat tidurku, aku tidak pernah
menyimpan kedengkian kepada siapa pun dalam hatiku.”
Di sinilah letak integrasi hati dan cinta sebelum melakukan kewajiban
dan ibadah. Diiringi hati di awal pekerjaan dan tetap diirigni hingga akhirnya.
Hati yang baik, suci dan bersih, hati yang tidak mengenal benci dan kedngkian,
hati yang murah dan hanya menyimpan cinta, selalu cinta.
Dengan demikian, marilah kita mencintai sesama, bertenggang rasa dengans
esama, memaafkan kesalahan sesama, membalas keburukan dengan kebaikan dan tidak membiarkan
kesalahan dari kebencian dalam diri menghancurkan cinta yang ada. Jangan biarkan
sekeping kedengkian pun masuk dan menyusup di antara kita hingga mampu
memperekeruh kejernihan hati kita dan mengotori kebahagiaan dalam diri kita.
Rasulullah saw. menganggap perselidihan dan pertentangan sebagi tindakan
kriminalitas terbesar bahkan dosa terbesar. Hal ini dikarenakan keduanya
sebagai bentuk gugatan atas cinta dan ancaman yang membahayakan bagi cinta. Oleh
sebab itu, tak heran bila kemudian Rasulullah mengingatkan kita untuk
berhati-hati terhadap hal tersebut dan menganjurkan kita untuk segera
menghilangkan semua kedengkian dan kebencian bila hal tersebut telah terlanjur
terjadi. Kita dianjuran sesegera mungkin merevisi kondisi hati dan kembali
menumbuhkan cinta kepada mereka yang telah kita benci.
Rasulullah saw. bersabda kepada
para sahabatnya :
“Bersikaplah
toleran maka hilanglah kebencian.” (al-Hadits).
Rasulullah saw. pun memperingatkan mereka yang berselisih dengan ucapan
:
“Cukuplah
apa yang kaku lakukan menjadi dosa bagimu. Hentikanlah permusuhan yang kau
lakukan!” (al-Hadits).
Sungguh, permusuhan adalah satu dosa besar; lebih besar dari semua dosa yang
ada, walau dialtarbelakangi dengan berbagai sebab dan alasan. Bila seseorang
bersikukuh untuk tetap bermusuhan dan memutuskan hubungan, maka selama hidupla
ia dianggap bersikukuh untuk melakukan dosa dan sengaja melakukan kesalahan. Atas
dasar inilah Rasulullah memberikan batasan maksimal seseorang bisa bermusuhan. Beliau
membatasi permusuhan tidak lebih dari tiga hati, apa pun kondisi dan
permaslahannya.
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya.
“Tidak
halal bagi siapa pun dari kalian untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga
hari lamanya.” (al-Hadits).
Bila permusuhan masih tetap terjadi, pertentangan masih berlanjut, maka
hal terseebut dianggap sebagai satu dosa besar dengan muatan dosa yang sangat
tinggi; serta dianggap sebgai bentuk tindakan kriminal yang sangat buruk di
hadapan Allah dan juga manusia.
Permusuhan dianggap lebih jahat dari kategori membunuh, karena
permusuhan adalah membunuh jiwa antar sesama manusia. Perselisihan dan
permusuhan Anda kepada saudara Anda, yang membuat Anda mengacuhkannya, maka
secara tidak langsung Anda telah “membunuhnya”. Kriminalitas apa yang lebuh
buruk dariapda pembunuhan? Dosa apa yang lebih besar melebihi pembunuhna?
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya.
Barangsiapa
yang mengacuhkan saudaranyanya selama satu tahun, maka sesungguhnya ia telah
membunuhnya.” (al-Hadits).
Benar apa yang diungkapkan, Wahai Rasulullah! Mengacuhkan seseorang
dalam waktu yang lama sama dengan membunuhnya. Membunuh kasih sayang yang
terjalin antar sessama manusia. Membunuh hubungan manis yang ada antar sesama. Dengan
demikian, dapat didpahami bahwa Muhammad saw. mengategorikan penghapusan cinta
serupa dengan pembunuhan. Membunuh cinta sebanding dengan membunuh kehidupan. Semua
itu didasari karena kehidupan tidak pernah akan ada tanpa adanya cinta.
Apa yang tersisa dari suatu kehidupan tanpa cinta? Apa yang tersisa dari
kehidupan yang tanpa rasa; kehidupan yang tanpa kasih sayang?
Tidak tersisa apa pun kecuali kebekuan, kevakuman, dan kegelapan. Tidak tersisa
apa pun kecuali keegoisan, kedngkian dan kebencian. Tidak tersisa apa pun
kecuali permusuhan demi pragmatise dan mengejar kepentingan materi. Tidak tersisa
apa pun kecuali kehancuran dan kematian.
Atas dasar paparan di atas, dapat dipahami mengapa Rasulullah membenci
pertentangan sesama manusia. Rasulullah pun melarang manusia untuk saling
mendengki, bermusuhan dans egala hal yang memperkeruh kejernihan cinta; atau
mendinginkan hubungan kasih sayang antar sesama manusia. Rasulullah melarang
permusuhan bagi orang yang beriman dan menganggap permusuhan sebagai satu dosa
besar yang wajib diberi hukuman.
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya.
“Jangan
saling membenci, mendengki dan saling menggunjing; dan jadilah hamba Allah yang
saling bersahabat satu dengan lainnya.” (al-Hadits).
Benar, kita semua adalah hamba Allah dan kita semua adalah hamba Yang
Maha Penyayang. Dengan demikian, sduah selayaknya kita menjadi satu saudara
dengans esama kita. Sesungguhnya, langit dan bumi sduah dipersiapkan untuk kita
semua. Beragam kebaikan dan rezeki pun telah dianugerahkan untuk kita oleh-Nya.
Lalu, mengapa kita masih saling membenci, mendengki dan saling menggunjing? Mengapa
kebencian, kecemburuan dan kedengkian masih ada dalam hati kita>
Permusuhan dan kebencian adalah pengikis cinta dan kehidupan. Sesungguhnya cinta adalah
dasar adanya kehidupan dan kehidupan menumbuhkan cinta. Cinta
mengaktifkan kehidupan dan kehidupan adalah fasilitas adanya cinta. Cinta adalah jiwa dari kehidupan
dan kehidupan adalah tubuh dari cinta. Lalu mengapa masih ebrsekutu
dengans egala hal yang mengikis cinta dan kehidupan? Mengapa kita masih amrah
kepada Rasulullah ya notabene adalah penyelamat kehdiupan dan cinta?
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bertemu salah seorang sahabatnya.
Beliau menyapanya dengan ucapan, “Wahai Abu Ayyub, apakah kau mau aku tunjukkan kepada
suatu eprniagaan yang menguntungkan? Apakah kau mau aku tunjukkan suatu
aktivitas yang kelak akan mendapatkan ridha Allah dan rasul-Nya?”
Abu Ayuub berkata, “Tentu saja wahai Rasulullah!”
Rasulullah lalu berkata :
“Sambunglah
tali silaturahmi antar sesama manusia. Bila silaturahmi yang ada rusak,
dekatkan hati antara mereka yang terpisah.” (al-Hadits).
Perniagaan yang menguntungkan, yang tidak akan pernah merugi adalah
perniagaan cinta. Ia adalah perbuatan yang baik, aktivitas yang terpuji, yang
tidak akan membuat seseorang bangkrut; namun justru membawa keuntungan yang
tiada habisnya.
Itulah perniagaan cinta. Anda akan selalu mendapatkan laba yang berlipat
atasnya, baik di mata Allah maupun dalam pandangan manusia.
Bayangkanlah kebahagiaan yang Anda rasakan di kala Anda mampu
menghilangkan faktor yang menjadi pemisah antara teman Anda. Bayangkanlah kegembiraan
Anda bila Anda mampu mengikis semua faktor permusuhan antar saudara Anda! Bayangkanlah
kegembiraan Anda saat Anda mampu mempersatukan hati yang terpisah. Bayangkanlah
pula leganya hati Anda bila Anda mampu menghilangkan semua kebencian yang ada
dalam diri seseorang dan menggantikannya dengan cinta dan kasih sayang;
menghapus semua permusuhan dan menggantikannya dengan keakraban.
Periagaan cinta adalah perniagaan yang harus diusahakan dan perniagaan
yang memiliki prospek yang sangat cerah di mata Allah. Labanya sebanding laba
yang ada dalam ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya. Semua itu
karena perniagaan cinta yang adalah perniagaan yang paling suci dan memiliki
tujuan yang mulia.
Perniagaan ini pun memiliki prospek yang baik di mata manusia. Dengan menjalankannya,
maka Anda dapat menarik hati banyak orang. Selain itu, Anda pun akan
mendapatkan banyak kebajikan dan keberkahan dari sesama. Cinta yang Anda
tanamkan dalam hati sesama akan memberikan keuntungan yang sangat berlipat dan
kebahagiaan yang tiada tara dalam diri. Kasih sayang yang Anda berikan kepada
sesama akan menghangatkan tubuh Anda dan mendatangkan kegembiraan dan
ketenangan bagi diri Anda. Kebahagiaan inilah yang akan senantiasa mengiringi
langkah dan gerak Anda. Kebahagiaan itu akan bersemi dalam diri dan tampak secara
nyata. Anda hanya perlu memberikan cinta kepada diri Anda, kekasih Anda,
Saudara Anda dan setiap orang.
Itulah, cara kerja perniagaan cinta. Perniagaan yang menyenangkan di
dunia dan akhirat. Perniagaan yang memiliki prospek cerah di amta Allah dan
manusia.
Masyarakat Penuh Cinta
Muhammad saw. sangat mencintai semua manusia. Beliau mengjarkan pada
umat manusia bagaimana cara mencintai sesamanya dan mengukuhkan cinta antar
sesama.
Rasulullah bersama para sahabat dan orang-orang beriman lainnya
berhijrah dari masyarakat kafir Makkah menuju Madinah demi mempertahankan
aqidah mereka. Di Madinah, mereka mendapatkan sambutan yang hangat. Rasulullah
pun berinisiatif menghilangkan perasaan terasing dalam diri kaum Muhajirin,
yakni mereka berhijrah meninggalkan sanak saudaranya. Beliau pun berniat
menumbuhkan perasaan kebersamaan dalam diri kaum Anshar, yakni masyarakat
Madinah yang membantu kaum Muslimin.
Rasulullah memberikan nilai lebih dari makna persaudaraan yang selama
ini dipahami hanya saudara sedarah atau senasab. Rasulullah membuat model persaudaraan seiman, seagama dan seakidah.
Persaudaraan karena Allah, yang menciptakan semua makhluk. Rasulullah
menjadikan setiap orang dari kaum Anshar menjadi saudara dari setiap individu
dari kaum Muhajirin, dan menjadikan setiap orang dari kaum Muhajirin menjadi
saudara dari tiap individu dari akum Anshar. Setiap orang dari mereka
mendapatkan saudara baru untuk kemudian mendapatkan hak dan kewajiban layaknya
saudara kandung.
Dengan kekuatan cinta yang ditanamkan oleh Rsulullah pada diri kaum
muslimin, tiap individu dari kaum Muhajirin maupun Anshar berlomba untuk
memberikan yang terbaik bagi saudaranya. Setiap emreka memberikan saudaranya
apa yang mereka miliki. Setiap dari mereka siap berlomba demi saudara
tercintanya. Setiap dari mereka siap mewujudkan impian saudaranya. Bahkan dari
mereka saling berjanji, “Darahku adalah darahmu! Kehancuranku adalah
kehancuranmu! Kelak kau mendapatkan warisanku dan aku pun mendapatkan
warisanmu,”
Kaum Muhajirin hanya menginginkan tempat berteduh dan makanan
secukupnya. Namun kaum Anshar meminta Rasulullah saw. untuk membagi rata harta yang
mereka miliki untuk saudara mereka, kaum Muhajirin. Rasulullah menolak
permintaan kaum Anshar, demikian pula kaum Muhajirin. Baik Rasulullah maupun
kaum Muhajirin menolak untuk terus bergantung pada kaumm Anshar. Mereka sudah
cukup merasa bahagia, kaum Anshar menerima mereka dengan baik.
Inilah yang dinamakan berlomba mengejar cinta. Berlomba dalam memberi.
Berlomba untuk bisa mencurahkan semua yang dimiliki. Belomba untuk bisa saling
berkorban.
Sa’ad bin Rabi’ adalah satalh satu orang terkaya di Madinah. Ia berusaha
menyenangkan saudara barunya, Abdurrahman bin Auf dengan mengatakan kepadanya,
“Aku telah membagi hartaku untukmu. Aku pun memiliki dua orang istri. Lihatlah
mana yang lebih kau sukai, hingga aku
bisa menceraikannya dan menikahkannya denganmu!”
Namun Abdurrahman menolak kebaikan seudaranya dengan santun dengan
ucapan, “Semoga Allah memberikan
keberkahan untukmu, keluargamu dan haramu!” Lalu dia bertanya. “Di mana letak
pasar terdekat di sini?” Abdurrahman beranjak menuju pasar Madinah untuk bekerja
dan akhirnya ia pun mendapatkan hasil.
Seiring berjalannya watu, Allah melimpahinya dengan banyak keuntungan.
Abdurrahman menikah dan mampu memberikan mahar kepada istrinya berupa harta
yang banyak tanpa bergantung kepada harta saudaranya dari kaum Anshar.
Inilah yang dinamakan masyarakat penuh cinta. Masyarakat di mana
Muhammad menumbuhkan kasih sayang dan persaudaraan, cinta dan kejernihan hati
antara pendatang dan penduduk setempat, antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Mereka semua akhirnya menjadi saudara yang satu. Setiap dari mereka memberikan
pelayanan terbaik bagi saudaranya. Setiap dari mereka memberikan pelayanan
terbaik bagi saudaranya. Setiap dari mereka berusaha memberikan hal terbaik
yang mereka miliki,d an mereka melakukannya dengan senang hati.
Setiap dari mereka rela berkorban, walau dengan nyawa, harta, waktu
maupun tetesan darah demi saudaranya. Mereka pun akhirnya menjadi keluarga yang
satu; satu dalam fisik dan hati yang dengannya mereka hidup bersama saudara dan
para sahabatnya.
Muhammad telah merealisasikan satu bentuk cinta yang aplikatif dan
membentuk persaudaraan di antara mereka secara rrealistis. Cinta yang
ditumbuhkannya mampu membuahkan banyak kebajikan dan menghapuskan berbagai
keburukan. Cinta tersebut mampu mengahncurkan bukti cadas dan membuka banyak
pintu. Cinta itu mampu
membangun peradaban, membersihakn hati, membangkitkan jiwa, memperkuat hubungan
dan menciptakan banyak keajabiban.
Muhammad dmencintai setiap individu manusia hingga mereka pun
mencintainya. Setiap individu yang mengenalnya mencintainya dengan tulus. Siapa
pun yang pernah melihatnya pasti mencintainya. Siapapun yang penah mendengar
namanya pasti mencintainya. Semua pihak mengakui cinta yang disebarkannya,
bahkan pihak musuh pun mengakuinya.
Di kala Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi kembali dari tugasnya sebagai
delegasi kaum Quraisy kepada kaum muslimin dalam negosiasi perjanjian
Hudaibiyah, ia memaparkan pada kaumnya (yang pada saat itu masih tergolong
musuh Rasulullah) akan cintanya yang mendalam kepada sesama.
Ia mengungkapkan kepada mereka, “Wahai kaum Quraisy, aku telah
mendatangi Kisra di kerajaannya, Kaisar di kerajaannya; Najasy di kerajaannya,
namun Demi Allah, aku belum pernah menemui seorang raja pun dalam kaumnya
layaknya Muhammad dengan para sahabatnya. Ketika ia hendak berwudhu, para
sahabatnya dengan sigap berlomba memberikan air wudhu, dan tidak ada selembar
rambut pun yang jatuh kecuali mereka ambil. Mereka tidak pernah sekali pun
memberikan salam terlebih dahulu, karena Rasulullah selalu mendahului mereka
dalam memberi salam.”
Inilah yang dinamakan cinta. Cinta untuk semua, antara ayah dan anak,
antara sesama saudara, antara sesama sahabat, guru dan murid, pemimpin dan yang
dipimpin, antara jendral dan prajurit, yang tuda dan yang muda, dan antara Nabi
dengan para sahabatnya. Inilah cinta yang hendaknya dibangun antar sesama
manusia antar sesama makhluk-Nya.
Cinta yang dibangun atas dasar saling memberikan ketenangan dan
inisiatif, bukan atas dasar paksaan dan rasa takut. Juga bukan atas dasar hawa
nafsu dan pragmatisme. Cinta yang dilandasi kejernihan hati nurani, bukan
sekedar tutur kata lisan. Cinta yang mendatangkan kegembiraan dengan memberi
dan memberi serta tidak pernah sekalipun meminta. Cinta yang membuat seseorang
rela berkorban dan mengenyampingkan kepentingan pribadi.
Diriwayatkan bahwa kaum kafir menawan seorang dari kaum mukmin, yakni
Zaid bin Datsnah. Mereka menyiksanya hingga Zaid menemui ajalnya. Di kala Zaid
hampir menemui ajalnya, Abu Sufyan bertanya padanya, “Zaid, apakah kau ingin
bila Muhammad sekarang menggantikan posisimu dan kau bisa kembali ke
keluargamu?” Zaid menajwab, “Demi Allah, aku tidak akan rela bila Muhammad ada
pada posisiku menghadapi rintangan yang berat, sedang aku ada bersama
keluargaku, “Aku tidak pernah melihat soerang pun mencintai saduaranya,
sebagaimana para sahabat Muhmmad mencintai Muhammad.” Kaum kafir lalu
menambahkan siksaannya kepada Zaid hingga ia menemui ajalnya dengan penuh cinta
dan keimanan.
Muhammad telah membuka pintu hatinya yang penuh cinta kepada para
sahabatnya, serta mengalirkan darinya kasih sayang terdalam. Beliau mencintai
sahabatnya dengan sepenuh hatinya dan mencurahkan segalanya untuk mereka.
Beliau menjaga dan memberikan petunjukknya yang terbaik. Mereka tak heran bila
para sahabat pun mencintai mereka dan beriman pada ajaran yang dibawanya. Mereka
pun berlomba mencurahkan segala yang mereka miliki; jiwa, raga dan harta demi menegakkan kebenran. Dan,
mereka melakukannya dengan senang hati.
Mereka rela mendapatkan siksaan dan bahkan menghadang maut dengan
gembira demi mendapatkan syahid di jalan-Nya dan kekekalan di surga-Nya bersama
paara rasul-Nya di bawah asuhan Tuhannya yang penuh cinta; sumber kehidupan,
cinta dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
CINTA
DAN SEKSUALITAS
Seksualitas adalah satu fitrah awal manusia dan merupakan kebutuhan biologis
manusia. Seksualitas adalah program yang diformat Pencipta bagi semua makhluk hidup untuk
melestarikan jenis dan melanjutkan kehidupan. Dengannya, terciptalah masyarakat
dan komunikasi, serta kasih sayang dan pembangunan.
Pemenuhan kebutuhan seksualitas bisa dilakukan dengan beragam bentuknya.
Ia tervisualisasi dalam beberapa gambaran dan fenomena. Kebutuhan ini pun
mengendalikan semua tingkah laku dan gerak-gerik kiga, baik disadari maupun
tidak; baik disengaja maupun tidak; walaupun
terkadang kita mengingkari atau menyembunyikannya. Atas dasar inilah,
maka pengharaman atas kebutuhan ini akan mendatangkan suatu hasil yang sangat
membahayakan, bahkan menghancurkan di beragai kesempatan.
Karena itulah, cara terbaik untuk menginvestasikan energi seksual yang
ada pada kita dalam fungsinya serta mendatangkan kebahagiaan tersendiri adalah
dengan mengendalikan dan mengiringi keberadaannya. Dengan sentuhan kasih sayang
dan daya spiritualitas, serta memenuhinya dalam batasan yang telah ditetapkan
dalam hukum syariat.
Banyak agama selain Islam memandang kebutuhan seksualitas sebagai satu
hal yang kotor. Tak heran bila kemudian mereka menyeru umat manusia untuk
melajang, menjadi rahib dan menyendiri, baik di gurun maupun di gua, jauh dari
lingkungan masyarakat. Mereka pun menyeru manusia untuk tinggal dalam vihara
dan beteng-beteng atau tempat terpenccil lainnya di mana tidak ada komunikasi.
Salah seorang pendeta Nasrani
mengungkapkan, “Akan lebih baik bagi seorang lelaki untuk tidak menyentuh
wanita karena aku menginginkan semua manusia seperti aku. Aku anjurkan kepada
mereka yang masih melajang dan para duda bahwa lebih baik bagi mereka bila
mereka bersikap seperti aku (yakni tidak menikah ataupun tidak menyentuh
wanita).” (Lihat surat Paulus I kepada masyarakat Kornish, ash-Shahah ketujuh
I, hal 7-8).
Itulah yang dianjurkan Paulus
untuk seluruh umat manusia, baik lelaki maupun wanita. Dia menganjurkan mereka
untuk melajang menjadi rahib serta tetap menyendiri. Dia menyeru mereka untuk
tidak menikah, bermasyarakat ataupun berkomunikasi satu dengan lainnya dengan
cara apapun. Seruan ini adalah seruan terburuk dan terbodoh yang pernah ada.
Seruan tiada makna. Seruan penuh keegoisan dan penuh kezaliman, seruan yang
menhantarkan manusia pada kehancuran.
Seandainya manusia memenuhi seruannya, tentunya bumi ini akan hancur dan
runtuhlah sendi-sendi kehidupan di berbagai sisinya. Tidak akan pernah terlahir
keturunan manusia di atas muka bumi ini dan tidak akan pernah ada peradaban
dengan beragam ilmu pengetahuan, seni dan kreativitas yang dihasilkan manusia
di berbagai msanya.
Aats dasar inilah Islam menolak seruan tersebut. Seruan yang tidak lain
merupakan penyiksaan diri sendiri, pembunuhan karakter, pengekangan emosi,
pemengalan kasih sayang, pemutusan silaturahmi dan penghancuran kehidupan
sekaligus peradaban.
Allah berfirman : “Dan di antara tanda-tandan kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berpikir.” (ar-Ruum (30) : 21).
Dari bukti eksistentsi Alalh, salah satu mukjizat yang diiptakan-Nya,
dan salah satu nikmat yang diberikan kepada manusia adalah menjadikan wanita
bagiand ari laki-laki; dan laki-laki sebagai bagian dari wanita. Satu dengan
lainnya saling melengkapi. Ketika mereka bertemu, kehidupan menjadi lengkap. Di
saat mereka berintegrasi maka jelaslah eksistensi kedunaya dan stabillah
kehidupan. Pada saat itulah keduanya mampu mewujudkan impian untuk bisa bekerja
dan berusaha, berbuat lebih baik dan lebih inovatif demi kebaikan dan
masyarakat yang lebih maju di mana mereka tinggal.
Walau demikian,s ebagian sahabt Rasuluuah beranggapan bahwa
sebaik-baiknya ibadah kepada Allah dan tanda yang menunjukkan ketakwaan
seseorang pada-Nya adalah konsistensinya dalam beragama dengan tidak
mengindahkan pemenuhan hak diri sendiri, hak tubuh, hak pasangan dan hak
kerabat.
Di antara mereka yang memiliki anggapan terebut adalah Utsman bin
Mathgun yang melewati batasan dalam melaksnakan ibadah. Ia selalu melaksanakan
shalat sepanjang malam dan puasa sepanjang siang. Ia tidak memberikan istrinya
nafkah batin. Bahkan, ia pun menyendiri dari masyarakatnya hingga ia telah
membunuh kebutuhan dasarnya, yakni kebutuhan seksualnya.
Diriwayatkan bahwa apda suatu saat, Rasulullah saw. menemui istrinya,
Aisyah. Pada saat itu, ia melihat seorang wanita sedang ebrsama Aisyah. Wajah
wanit terebut nampak putus asa dan pakaiannya menunjang kondisinya tersebut.
Rasulullah pun lalu menanyakan apa yang terjadi. Lalu dipaparkan bahwa wanita
tersebut adalah istri Utsman bin Mathghun dan ia sedang mengadukan kesedihan
dan sakit hatinya. Ia merasa tidak diindahkan suaminya yang selalu sibuk
beribadah sepanjang siang dan malam hari.
Mendengar itu, Rasulullah memanggil Utsman bin Mathghun dan ketika
Utsman berada di hadapannya, beliau berkata padanya “Apakah kau berpuasa sepanjang siang dan shalat sepanjang
malam?” Utsman menjawab, “Itu yang aku lakukan.” Rasulullah lalu
berkata “Jangan lakukan! Sesungguhnya, tubuhmu
memiliki hak atasmu! Keluargamu memiliki hak atasmu. Berikanlah haknya masing-masing.”
(al-Hadits).
Utsman mematuhi anjuran Rasulullah dan melaksanakan wasiatnya. Ia
memberikan hak bagi dirinya dan hak istrinya. Kebahagiaan dan kegembiraan pun
terpancar kembalid ari rumahnya. Keluarganya pun kembali memberikan konstribusi
positif bagi masyarakat sekitarnya.
Ruh dan Jasad
Struktur manusia dalam diri kita adalah ruh dan jasad (tubuh). Keudanya berintegrasi dalam
satu kesatuan yang kuat. Keduanya memiliki sisi yang sama, saling berkaitan dan
saling melengkapi. Atas dasar inilah, maka tidak diperkenankan pemenuhan satu
dari keduanya melampaui pemenuhan yang
lainnya. Tidak diperkenankan satu unsur tersebut terpenuhi dengan sangat baik,
sedangkan unsur lainnya merasa kekuarangan, atau satu lainnya dalam kondisi
normal dan lainnya menyimpang. Pemenuhan yang berbeda atas satu dengan lainnya
akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam diri dan hal tersebut, menimbulkan
berbagai penyimpangan. Orang yang mengalaminya akan menajdi tidak normal
hidupnya.
Ruh memiliki hak yang harus dipenuhi. Demikian pula dengan tubuh. Bila
kebutuhan ruh adalah keimanan, cinta dan ibadah, maka kebutuhan tubuh adalah
nutrisi, kebutuhan seksual dan istirahat. Manusia adalah satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan unsur-unsur yang ada padanya. Sudah menjadi kewajiban
tiap individu manusia untuk menyeimbangkan pemenuhan tiap unsur yang ada dalam
dirinya. Sudah menajdi kewajibannya untuk memenuhi hak setiap unsur yang ada
did alam dirinya, dan tidak mengorbankan kebutuhan satu unsur demi unsur
lainnya. Bila hal tersebut dilakukan, maka yang terjadi adalah goncangan dalam
hidupnya dan runtuhlah kesehatannya. Bahkan, bisa berdampak pada kehilangan
akal yang jernih dan kehilangan kehidupannya.
Dalam pemenuhan hak tubuh, maka ruh akan mendapatkan kebahagiaannya, dan
dalam pemenuhan kebutuhan ruh, maka tubuh mampu berkembang dengan
baik.pemenuhan satu unsur dengan lainnya saling melengakpi. Pemenuhan satu
unsur dengan lainnya saling berakitan.
Bila seseorang telah memenuhi kebutuhan setiap unsur dalam dirinya, baik
kebutuhan ruh mapun spiritualitas, dan kebutuhan tubuh maupun fisik, maka ia
akan mampu menjadi individu yang baik, individu yang normal kehidupannya hingga
mudah baginya mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Ia akan mampu
melakukan pekerjaan dan aktivitas apa pun dengan baik hingga akhirnya ia mampu
mencapai kesuksesan. Ia pun akan mampu mengambil banyak hal dalam hidup dan
mendapatkan berbagai kebaikan, baik di dunia mapun akhirat.
Sedangkan mereka yang membenci kehidupan, yang lari dari tanggung jawab yang
diembannya, yang menghadang pelaksanaan hukum Allah, yang melanggar semua hal
yang telah diformat-Nya untuk kita, yang zalim kepada diri sendiri, maka
sesungguhnya mereka telah melakukan kesalahan besar. Bahkan, mereka berada
dalam kesessatan, walaupun terkadang mereka tidak menyadarinya. Mereka telah
membahayakan diri mereka sendiri, keluarga mereka, masyarakat mereka, dan
bangsa mereka pada suatu bahaya yang sangat besar.
Atas dasar itulah,Rasulullah memperingati manusia akan bahaya
kesalahpahaman ataupun sikap fanatisme beragama, yang ujung-ujungnya nanti
hanya menzalimi diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitar. Rasulullah
mensosialisasikan hukum-hukum yang telah ditetapkan Allah bagi manusia secara
gamblang dan memperjlesanya dengan metode yang dilakukannya sebagai keteladanan
bagi orang-orang yang beriman, yang mau berpikir logis dan mau menyeimbangkan
kehidupannya dalam hidayah-Nya dengan mengikuti teladan rasul-Nya, yang
notabene adalah kekasih Allah dan orang yang paling bertakwa di antara manusia.
Rasulullah saw. bersabda :
“Demi
Allah, aku adalah orang yang paling bertakwa di antara kalian dan orang yang
paling takut kepada-Nya. Namun demikian, aku tetap berpuasa dan berbuka; tetap
melakukan shalat dan juga tidur; tetap bekerja dan beristirahat; serta tetap
menikah dengan wanita. Barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka
sesungguhnya ia tidak termasuk dalam golonganku.” (al-Hadits).
Itulah sunnah Rasulullah dan mekanisme kehidupannya, dan itulah hukum
yang telah Allah tetapkan bagi manusia. Itulah pedoman bagi mereka yang
beriman, pedoman yang sangat seimbang dalam kehidupan dan tidak berlebihan
ataupun terlalu dibuat-buat. Pedoman yang tiada bandingnya. Ia memberikan hak
kepada mereka yang layak mendapatkannya dan ia memenuhi kebutuhan dua unsur
kebutuhan dalam diri – yakni spiritual dan fisik – dengan baik.
Rasulullah memaparkan sunnahnya dengan sangat gamblang dan barangsiapa
yang tidak menyukainya, menetang atau menghalanginya, maka Rasulullah terbebas
dari apa yang dilakukannya hingga kesalahan tersebut hanya terbebankan pada
pelakunya semata.
Melakukan
Zina Haram Hukumnya
Memenuhi kebutuhan fisik dengan memberinya asupan nutrisi tidak hanya
bisa dilakukan dengan memberinya makanan atau minuman. Memberinya kebutuhan
fisik dengan memberinya istirahat pun bukan bermakna membiarkan tubuh dalam
kemalasan. Dengan demikian, maka pemenuhan kebutuhan seksual bukanlah hal yang
bertentangan, namun juga tidak secara otomatis halal tanpa dibatasi aturan yang
jelas.
Kebutuhan seksual hanya bisa dilakukan setelah melakukan prosedur yang
ditetapkan batasannya oleh hukum syarita Allah. Prosedur ini akan menghalalkan
pemenuhan kebutuhan seksual, yakni kebutuhan mendapatkan cinta dan terikat
hanya melalui pernikahan. Sedangkan sekx bebas atau yang lebih dikenal dengan
zina hukumnya adalah haram. Ia haram karena bertentangan dengan hukum Allah dan
hukum masyarakat.
Al-Qur’an hanya menghalalkan semua yang baik bagi kaum muslimin dan
membolehkan semua aktivitas yang baik
yang bisa berlaku di masyarakat. Al-Qur’an hanya mengharamkan dua hal, yakni
syirik atau menduakan Alalh dan melakukan aktivitas yang membahayan sesama.
Seks bebas atau zina dianggap membahayakan manusia dan Rasulullah memberikan
paparan yang sangat gamblang akan hal ini.
Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki Arab menemui Rasulullah saw.
Laki-laki ini sangat tinggi hasrat seksualitasnya. Ia meminta hal yang sangat
kotor kepada Rasulullah, yakni meminta keringanan untuk bsia melakukan zina
tanpa diberi perhitungan atau hukuman apa pun.
Ia sangat
berhasrat kepada wanita. Setiap kali ia melihat wanita, ia selalu berkeinginan
untuk bercinta dengannya tanpa aturan ataupun iikatan yang jelas. Pada saat
itu, Rasulullah memegang lengan lelaki tersebut dengan lembut dan mendudukannya
di sampingnya. Beliau pun lalu meletakkan tangannya di pundak laki-laki
teresebut dan dengan tenangnya beliau ebrtanya, “Wahai saudaraku, apakah kamu suka bila
seseorang berzina dengan ibumu?” Lelaki itu menjawab, “Tentu tidak.”
Lalu ditanyakan kembali, “Apakah kamu suka bila ada seseorang berzina dengan
istrimu?” Lalu dijawab,
“Tentu tidak.” Ditanya kembali, “Apakah kamu suka bila ada seseorang berzina dengan
putrimu?” Lalu dijawab, “Tentu tidak.” Ditanyakan kembali, “Apakah kamu
suka bila ada seseorang berzina dengan saudara perempuanmu?”
Dijawab, “Tentu tidak.”
Lalu
Rasulullah besabda, “Begitu pula dengan orang lain. Kebanyakan orang, wahai
saudaraku, mereka tidak suka bila ada seseorang berzina dengan ibu mereka,
istri mereka, putri mereka ataupun saudara perempuan mereka.” (al-Hadits).
Renungkanlah kekuatan pola pikir yang logis
dan kuat di atas. Bagaimana Rasulullah memberikan hujjah yang tepat ddan
petunjuk yang mudah dipahami. Ajaran agama bukan sekedar perintah dan larangan
yang sulit diaplikasikan. Halal dan haram bukanlah perkara yang kaku atau
keputusan yang tida ada penjelaannya. Allh telah menghalalkan semua yang baik
untuk kita dan mengharamkan semua yang buruk bagi kita. Semua itu demi kebaikan
kita sendiri, makhl-Nya, dan demi kebahagiaan kita di dunia dan akhirat.
Laki-laki di
atas pun dengan sangat mudah memahami penjelasan Rasulullah dan hujjahnya yang
sangat jelas. Dengan penuh rasa malu, ia berkata kepada Rasulullah saw. “Bila
dmeikian adanya, maka doakanlah aku agar mampu menjaga kesucianku dan tidak
melakukan kefasikan.”
Rasulullah
lalu meletakkan tangannya ke dada lelaki tersebut dengan penuh kelembutan
seraya mendoakannya agar selalu istiqamah dan mampu menjaga kesuciannya.
Lelaki
tersebut lalu berkata, “Demi Allh, setelah aku mendengarkan semua penjelsan
Rasulullah dan aku pergi darinya, tidak ada hal yang lebih aku benci daripada
seks bebas atau zina.
Tentu!
Beikanlah kecintaan kepada saudara Anda sebagaimana Anda memberikannya pada
diri sendiri, dan jangan arahan dirinya pada suatu hal sebagaimana Anda tidak
mengarahkannya pada diri Anda sendiri. Jangan melakukan kefasikan kepada istri
saudara Anda, putrinya, ibunya atau saudara perempuannya hingga dengan demikian
maka tidak akan ada seorang pun yang melakukan kefasikan pada istri Anda, putri
Anda, Ibu Anda dan juga saudara perempuan Anda.
Zina dan
seks bebas diahramkan karena sangat membahayakan manusia dan menginjak-injak
kehormatan manusia. Zina dan seks bebas hanya mendatangkan banyak permasalahan
dan juga penyakit yang sangat memalukan.
Sedangkan
memenuhi kebutuhan seksual sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan hukum
syarita dengan kekasih hidup ataupun pasangan hidup akan menjaga kehormatan
diri Anda, juga harta dan kesehatan Anda. Pemenuhan seksual tersebut pun
sebanding dengan sedekah Anda kepada diri Anda dan pasangan Anda yang kelak
membuat Anda layak mendapatkan sebaik-baiknya balasan dari-Nya.
Rasulullah
saw. bersabda
“Sesungguhnya dalam hubungan
seksual yang kalian lakukan ada balasannya.” Para sahabat lalu berkata, “Wahai Rasulullah, apakah bila seorang
dari kami menyalurkan hasrat seksualnya akan mendapatkan pahala?” Rasulullah
berkata, “Apa
pendapat kalian bila ia melakuknnya dalam batasan yang diharamkan, bukankah ia
mendapatkan dosa? Demikian pula bila ia melakukannya dalam batasan yang
dihalalkan, maka ia berhak mendapatkan pahala.” (al-Hadits).
Renungkanlah
bagaimana Rasulullah saw. menginginkan sahabtnya selalu dalam keadaan suci dan
mampu menjaga kesuciannya! Beliau memalingkan mereka dari perbuatan buruk dan
fasik. Beliau mengarahkan mereka pada kenikmatan yang dihalalkan dan
menunjukkan kepada mereka kenikmatan yang disyariatkan, yang dengannya Allah
akan memberikan balasan yakni kebajikan dan keberkahan-Nya.
Cinta Sebelum Hubungan Seksual
Cinta,
haruslah mendasari adanya hubunga seksual, bahkan cinta merupakan prasyarat
dari pembolehan dilakukannya pemenuhan hubungan seksual. Apa jadinya bila
hubungan seksual tidak dilandasi dengan cinta dan kasih sayang? Kenikmatan apa
yang didapatkan bila hubungan seksual hanya sekedar pemuasan syahwat, danpa
diiringi dengan bersatunya dua hati?
Kawanan burung dan binatang pun memahami cinta dan
bagaimana memilih. Juga memiliki keikhlasan dan amanah. Lalu, bagaimana dengan kita selaku manusia
yang merupakan makhluk paling mulia, makhluk yang paling romantis dan memiliki
daya rasa yang tinggi?
Hubungan
yang terjalin seorang lelaki dan wanita hendaknya dilandasi dnegan cinta dan
ketenangan hati, saling menyayangi dan mengasihi. Hubungan yang menimbulkan
kenyamanan kedua belah pihak dan ketenangan dalam mengarungi kehidupan.
Hubungan yang dilandasi dengan upaya untuk bisa saling memberikan cinta sejati
dan berbagai kasih sayang. Hubungan yang dibumbui dengan kerinduan dan
romantisme.
Setelahnya
barulah timbul keinginan untuk bisa memenuhi kebutuhan seksual, di mana dua
fisik menyatu dan dua diri melebur menjadi satu. Tanpa cinta sebagaimana di
atas, maka tidak akan pernah ada hubungan seksual. Tidak ada penyatuan fisik
ataupun jiwa.
Hubungan
seksual yang dilakukan tanpa cinta laksana pemenuhan keinginan insting. Hal
tersebut dianggap sebagai suatu pemerkosaan walaupun dilakukan antara suami
istri. Hubungan seksual tanpa didasari cinta hanyalah suatu kepalsuan dan tipu
daya, dan tidak beda seperti yang dilakukan binatang, baik dari satu pihak
maupun dari keduanya.
Bila seorang
wanita bersetubuh tanpa cinta, walau dengan suaminya, maka sesungguhnya ia
adalah wanita yang menipu dirinya sendiri. Ia tak beda dengan budak hawa nafsu
dan tak jauh beda dengan seorang budak ataupun pelacur yang memperjualkan
tubuhnya, tanpa jiwa dan hatinya. Kegiatan bersetubuh itu seolah dilakukannya
untuk dapat meenyambung hidup, untuk menutupi biaya hidup. Sedangkan lelaki
yang bersetubuh tanpa cinta, walaupun dengan istrinya, maka ia tak beda dengan
seorang penipu ataupun binatang buas yang tampak ingin menerkam mangsanya.
Mereka yang
melakukan aktivitas seksual tanpa cinta ini sebenarnya sedang menipu diri
mereka, bahkan menipu pasangan mereka. Atau bahkan, tidak jarang saling
mengekploitasi, memperksoa ataupun memperbudak. Keduanya menanggung dosa dan
kesalahan yang menyebabkan mereka layak mendapatkan hukuman, baik itu hukuman
fisik maupun psikis. Juga hukuman Allah dan hukuman masyarakat.
Jalan untuk
bisa menyatukan fisik, hendaknya dilalui setelah penyatuan psikis atau hati.
Sebelum semua organ tubuh melebur dengan organ tubuh pasangan, maka setiap hati
hendaknya telah menyatu. Karenanya, tidak dihalalkan tubuh bisa bersatu sebelum
hati dipersatukan.
Bila Anda
bisa mendapatkan hati pasangan dan mendapatkan cintanya, maka akan mudah bagi
tubuh dan fisik Anda untuk menyatu dan melebur dengan fisik dan tubuhnya. Anda
akan bisa mendapat semua itu, dengan kendali cinta, bukan dengan kendali harta,
takhta, ataupun pragmatisme tertentu. Juga bukan kendali kekuasaan, kepeningan
ataupun paksaan. Semua hanya atas dasar kendali cinta dan inilah yang lebih
kuat dan lebih meresap dalam diri. Lebih kekal dan lebih mendalam. Lebih tinggi
dan lebih indah.
Pernikahan
adalah suatu ikatan suci yang harus disertai dengan penyerahan jiwa dan raga
secara tulus. Dalam ikatan inilah, cinta harus dikedepankan daripada
kepentingan lain. Kasih sayang lebih dikedepankan daripada pragmatisme. Bila
pernikaha dilakukan tanpa landasan cinta, maka ia akan menjadi ikatan yang
sangat memberatkan, kepentingan murahan, peran yang sangat memeras tenaga dan
penjara yang sangat memuakkan.
Lambat laun,
ikatan tersebut seolah wajib dilepaskan hingga terbebas dari segala tipu daya
dan ketidaknyamanan yang ada padanya, serta dari dosa dan kesalahan yang mengiringinya.
Ikatan tersebut hanya menimbulkan kesemrawutan hidup dan hilangnya identitas
diri. Juga penyimpangan diri dan tubuh. Bahkan, tak jarang ikatan tersebut
hanya melahirkan penghianatan dan kriminalitas yang berat.
Hubungan
seksual dalam ikatan pernikahan tanpa cinta hanya akan menjadi aktivitas yang
pahit, beku dan vakum. Maka, tak heran bila kemudian Rasulullah menganjurkan
cinta sebagai landasan dari suatu aktivitas hubungan seksual dan menjadi
prasyarat atas pembolehannya. Tanpa cinta, maka tidak ada hubungan seksual,
karena hal tersebut tidak akan memberikan kenikmatan, makna dan karenanya, ia
tidak diperkenankan keberadaannya.
Rasulullah
saw. bersabda
“Wahai orang-orang yang
beriman, janganlah kau menyutubuhi
istri-istri kalian layaknya binatang! Namun lakukanlah antara kalian dan istri
kalian suatu pemanasan.” Lalu ditanyakan padanya, ‘Apa yang dimaksud dengan
pemanasan, wahai Rasulullah?” Lalu dijawab, “Yakni ciuman.” (al-Hadits).
Tentu,
emlakukan aktivitas hubungan seksual tanpa disertai dengan pendahuluan atau
pemanasan, tanpa adanya sentuhan awal, hanya akan menjadikan aktivitas yang
dilakukan tak beda layaknya aktivitas binatang. Bila aktivitas hubungan seksual
dilakukan tanpa diiringi dengan romantisme dan pendahuluan, maka umumnya tak beda
layaknya pembedahan yang dilakukan secara paksa. Walaupun aktivitas tersebut
dilakukan atas dasar keinginan dan tanpa ancaman, namun hal tersebut tak ubah
layaknya pukulan dan hinaan belaka, paksaan dan kemarahan, serta siksaan.
Yang
dimaksud dengan ciuman di sini bukan hanya ciuman, namun berarti lua yang
substansinya adalah menampakkan cinta dan ekspresi atas perasaan terdalam.
Ciuman di sini adalah salah satu dari teknik pendahuluan atau foreplay, dan
merupakan satu cara dari berbagai banyak cara lainnya dalam menumbuhkan kasih
sayang, membangkitkan gairah dan memperdalam perasaan serta menyalakan api
cinta.
Cinta adalah suci dan bukan satu dosa. Ia bersih
dan bukan kotoran. Ia merupakan sebaik-baik ikatan dan hubungan yang paling mulia
yang mempertemukan dua insan manusia. Dengan
cinta inilah, maka bisa dipenuhi kebutuhan seksual dalam diri manusai dan
darinya pula didapatkan kenikmatan yang kekal.
Lebih dari itu, bahkan semua yang berhubungan dengan
kekasih, baik dekat maupun jauh, adalah kenikmatan tersendiri. Memandangnya
adalah kenikmatan. Mencium aroma tubuhnya adalah kenikmatan. Bersamanya adalah
kenikmatan. Berbicara dengannya adalah kenikmatan. Mendengarkan suaranya, walau
dari kejauhan, adalah kenikmatan. Melihat fotonya adalah kenikmatan. Bahkan,
sekedar memandang, menyentuh atau mencium segala sesuatu yang berhubungan
dengannya, baik itu pakaiannya, barang-brang pribadinya dan lainnya adalah
suatu kenikmatan.
Lebih dari
itu, menyebut namanya, memperbincangkannya ataupun mengisahkan tentangnya di
saat ia sedang jauh pun merupakan suatu kenikmatan. Apalagi bila dapat bersatu
dan berbaur dengan dirinya secara fisik setelah menyatunya hati, tentu it
adalah kenikmatan tiada tara.
ISTRI IDEAL
Cinta antara suami istri tidak akan kekal dan berkembang bila tidak
disertai dengan pelaksanaan beberapa kaidah dan kewajiban sebagaimana yang
Rasulullah saw. paparkan.
Rasulullah saw. bersabda :
“Sebaik-bainya
harta simpanan yang dimiliki seorang lelaki adalah seorang istri yang salehah,
yang bila dilihat menyenangkannya, bila diperintah menaati, dan bila sang suami
pergi, ia menjaga dirinya dan hartanya.” (al-Hadits).
Agar suami dapat selalu mencintai istrinya, maka sang istri hendaknya
menjadi istri yang beriman dan salehah, yang mampu bergaul dengan baik dan
memiliki kelembutan hati. Juga mampu mengurus rumah tangga dan merawat
anak-anaknya dengan baik. Serta memiliki penampilan yang menarik dan
menyenangkan.
Yang dimaksud berpenampilan menarik di sini bukan berarti seorang istri
harus memiliki kecantikan yang luar biasa karena pada dasarnya kecantikan
adalah relatif dan kecantikan seseorang bisa dilihat dari banyak sisi yang
berbeda. Maka, cukuplah yang dimaksud dengan berpenampilan menarik di sini
adalah dengan selalu membersihakn tubuh dan mengenakan pakaian yang bersih.
Dengan demikian maka sang suami bisa selalu meilhatnya dalam penampilan
terbaiknya dan mampu mencium aroma tubuhnya yang wangi hingga ia bisa senang
kepadanya dan menghilangkan segala kepenatan hidupnya.
Seorang istri pun hendaknya selalu taat kepada suaminya dengan tidak
melanggar perintah dan anjuran yang selaras dengan hukum syariat dan penalaran
logis. Sebisa mungkin seorang istri tidak menetang suami ataupun menyakitinya
baik dengan perkataan maupun pandangan sinis, atau dengan melakukan perilaku
yang tak terpuji apa pun penyebabnya.
Seorang istri pun hendaknya mampu menjaga kesucian dirinya dan ikhlas
dalam segala kondisi. Seorang istri hendaknya mampu menjaga kesucian ikatan
pernikahan, baik di saat sang suami berada di sampingnya maupun ketika sang
suami jauh darinya. Atau di saat sang suami ada bersamanya atau saat sang suami
sedang tugas di luar kota dalam waktu yang cukup lama.
Seorang istri hendaknya mampu mengatur keuangan dan hemat dalam memenuhi
kebutuhannya. Hendaknya, ia mampu menjaga harta suami dengan tidak
menghamburkannya demi berbagai urusan yang tidak penting.
Bila seorang sitri memenuhi persayaratan di atas, maka pada saat itu, ia
bukan hanya menjadi seorang istri yang baik, namun juga menjadi kekasih.
Kekasih bagi suaminya. Bukan hanya itu, bahkan sang istri pun menjadi harta
karunnya. Harta karun bagi suaminya dan sebaik-baiknya harta yang dimilikinya
di dunia dan harta yang paling berharga dalam hidupnya. Bahkan, harta tertinggi
yang dimilikinya di muka bumi ini. Sang istri akan menjadi harta karun yang
sangat berharga.
Sebagaimana telah kita bahas, kecantikan adalha satu hal yang relatif.
Cantik dalam pandangan manusia secara umum dan dalam pandangan wanita secara khusus
sangat beragam dan bervariasi. Atas dasar inilah Rasulullah memerintahkan
wanita untuk bisa memperhatikan dirinya, yakni dengan merawat tubuhnya dengan
baik serta membersihkan tubuhnya dan pakaiannya secara rutin. Juga dianjurkan
bagi wanita unutk membersihkan tangan dan kaki, memotong kuku dan bulu dengan
tuuuan umum untuk bisa berpenampilan menarik dan feminis, baik dari lekuk dan
gerakan tubuh, hingga sang suami makin sayang padanya.
Diriwayatkan bahwa Hindun bin Abu Sufyan menemui Rasulullah saw. dan
berkata padanya, “Ya
Rasulullahm baiatlah aku!” Rasulullah saw. berkata kepadanya dengan tegas, “Aku
tidak akan membaiatmu hingga kau mengubah penampilan tanganmu! Keduanya
bagaikan tangan binatang buas!” (al-Hadits).
Renungkanlah bagaimana Rasulullah sangat peduli dengan kebersihan
wanita, baik itu kelembutan tangannya, rambutnya, lututnya, bahkan semua bagian
tubuhnya. Beliau sangat peduli dengan gerak dan feminitas wanita. Juga pada pakaiannya,
perhiasannya dan aroma tubuhnya. Pada semua hal yang berikatan dengan
kefeminiman dan kecantikannya. Sejak kapan? Sejak zaman jahiliah, yakni 14
(empat belas) abad yang silam.
Pikirkanlah anjurannya yang sangat berharga! Beliau memperingati wanita
pada banyak permasalahan mereka sendiri yang terkadang mereka abaikan. Anjuran
yang (setelah ratusan tahun setelahnya) menginspirasi dibukanya banyak klinik
kecantikan, rumah mode, salon, produksi minyak wangi dan produksi alat
kecantikan di berbagai belahan dunia.
Rasulullah telah memulai semua itu sepuluh abad yang silam dan
mengajarkannya kepada umatnya di kala umat lainnya tidak memahaminya. Bukan itu
saja, bahkan Rasulullah sangat teliti dan telaten dalam permasalahn tersebut.
Beliau memahami urgensitasnya, walau tak banyak manusia bisa memahaminya hingga
saat ini.
Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi wanita pada zaman Nabi? Lalu,
bagaimana beliau bisa demikian peduli pada permasalahan wanita?
Pada zaman Nabi, bila seseorang memberikan saran pada seorang wanita
akan sesuatu hal yang berkaitan dengan dirinya, maka yang terjadi adalah mereka
tersinggung ataupun malu. Masyarakat pada saat itu seolah tabu membicarakan
tentang kecantikan wanita. Namun Rasulullah yang penuh cinta kasih, sangat
peduli dengan permasalahan umatnya dan mmbongkar segala ketabuan. Beliau
memberikan petunjuk terbaiknya agar manusia mampu menuju kehidupan yang
bahagia.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Rasulullah bertemu dengan seorang
wanita bernama Ummu Athiyah yang berprofesi mengkhitan anak perempuan di
Madinah. Rasulullah berkata padanya.
“Wahai
Ummu Athiyah, bersikap lembutlah dan jangan menyiksa, sesungguhnya hal tersebut
akan lebih menyenangkan dan disukai para suami.” (al-Hadits).
Masyarakat, khususnya apda masa lalu, sangat terbiasa melakukan khitan
bagi wanita. Bahkan, mereka melakukan hal yang terlampau keji, yakni mereka
mencabut akar tepi kemaluan, klitoris dan akar lainnya yang sensitif bagi
sistem reproduksi wanita secara keseluruhan dan hal tersebeut dilakukan karena
pemahaman mereka yang keliru. Mereka menganggap bahwa cara tersebut bia menjaga
kehormatan diri wanita dan mampu menjadikannya lebih terkendali. Juga sebagai
cara untuk mencegah mereka melakukan penyimpangan seksual. Mereka lupa bahwa
cara yang mereka lakukan adalah cara yang sangat keji. Karena cara tersebut
menghabisi semua daerah sensitif wanita pada kemaluannya yang berakibat
frigiditas dan bahkan ketakutan dalam dirinya.
Hal tersebut berdampak pada ketidaktertarikan mereka pada lelaki dan
pergaulan. Mereka pun menjadi tidak menyukai aktivitas hubungan seksual dengan
suami mereka dan hal tersebut menyebabkan keduanya, khususnya wanita, akan
merasakan tekanan kejiwaan yang sangat tinggi ketika akhirnya aktivitas seksual
dilakukan. Timbul perasaan rendah diri dan perasaan gagal pada kedua belah
pihak dalam memberikan kesenangan dan kenikmatan pada pasangannya. Keduanya
merasa bahwa segala energi yang mereka kerahkan untuk menyenangkan pasangannya
hanyalah sia-sia, dan hal tersebut berimbas pada penyimpangan kesehatan dan
tekanan kejiwaan yang memungkinkan mereka menutupi semua itu dengan berlindung
di balik narkoba ataupun hal berbahaya lainnya.
Selain itu, dampak terburuk yang bisa terjadi adalah adanya perselingkuhan
pada keduanya yang menghaancurkan ikatan keluarga yang telah dibina. Dampak
buruk pun akan turut dirasakan oleh anak dan keluarga, serta mempengaruhi
produktivitas kerja dan semua itu hanya disebabkan oleh adat (kebiasaan) yang
dilakukan karena suatu kesalahpahaman.
Permasalahan di atas, apda awalnya tidak diketahui siapa pun, khususnya
pada zaman yang terlalu dini. Namun secara perlahan, manusia mulai menyadari
kesalahpahamannya, terlebih ketika Rasulullah memberikan peringatan tegas
kepada Ummu Athiyah. Beliau telah memperingatkan Ummu Athiyah sepuluh bad
silam. Setelahnya, ribuan penelitian diuji coba dan dilakukan oleh para ilmuwan
besar, dokter, psikolog, ahli bedah, dan sosiolog selama ratusan tahun lamanya.
Mereka pun akhirnya baru dapat membuktikan kebenaran ucapan Rasulullah saw.
akan bahayanya mencabut habis daerah-daerah sensitif pada kemaluan wanita.
Bahaya tersebut, berimbas pada konisi fisik dan psikis, baik pria maupun
wanita. Dampak negatifnya pun menjalar kepada buruknya hubungan seksual dan
hubungan dalam berkeluarga, bahkan pada hubungan bermasyarakat pada umumnya.
Inilah yang dipaparkan oleh Rasulullah saw. dan diingatkannya sejak empat belas
abad yang lampau. Kesemuanya iu, dilakukan demi menjaga kebahagiaan hubungan
suami istri dan juga kebahagiaan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
LELAKI IDEAL
Sebagaimana halnya, Rasulullah memberikan arahan bagi wanita agar mereka
bisa dicintai suaminya, Rasulullah pun memberikan arahan yang sama bagi kaum
lelaki, yakni agar mereka mampu menggapai cinta istrinya.
Arahan pertama yang diberikannya dan bahkan merupakan kewajiban pertama
yang harus dilakukan seorang suami adalah berterus terang dan bersikap terbuka.
Hendaknya seorang lelaki tidak menipu wanita dengan kata-kata manis dan tidak
membuainya dengan janji-janji palsu, seperti dengan membuainya dengan kondisi
keuanggannya yang berlimpah, kondisi keududukannya di masyarakat yang sangat
tinggi, kesehatannya yang prima dan jabatannya yang prestisius, yang kesemuanya
itu hanyalah pemanis belaka.
Seorang lelaki pun hendaknya, tidak menipu wanita perihal kekayaannya,
usianya, nasabnya atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan realitas
kehidupannya. Hubungan yang terjadi antara lelaki dan wanita sejak awal,
hendaknya berlandaskan kejujuran dan kejelasan. Dengan demikian, hubungan yang
terjalin adalah hubungan yang kuat dan kokoh. Hubungan yang stabil dan permanen
yang berlandaskan suatu landasan yang kokoh dan kuat. Landasan yang mampu
menahan segala goncangan dan rintangan. Bukan hubungan yang lemah dan rentan
akan berbagai terpaan, atau hubungan palsu yang dibangun di atas landasan pasir
yang rentan hancur seiring dengan datangnya angin.
Rasulullah saw. memberikan nasihat kepada para sahabatnya :
“Bila
seorang dari kalian datang meminang seorang wwanita dan dia mencat rambutnya
dengan warna hitam, maka perlakukanlah wanita sebagaimana layaknya lelaki
berambut hitam memperlakukannya.” (al-Hadits).
Tentunya, keterusterangan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Sesuatu hal yang apa adanya akan lebih baik
dari sekedar mengada-ada. Kejujuran
akan selalu lebih indah daripada kebohongan dan keterbukaan akan selalu bisa
mendekatkan hati.
Sesungguhnya, garis lurus adalah
adalah jalan terdekat dari dua titik yang berjauhan. Lalu, mengapa kita harus
berputar-putar?
Aib yang Anda sembunikan, khususnya kepada pasangan Andan dan juga
orang-orang terdekat Anda pun, suatu saat akan tampak dan menjadi masalah
tersendiri. Namun dengan mengahadapinya sejak awal, dengan bantuan sahabat dan orang-orang
terkasih, maka akan turut membantu meringankan dampaknya, bahkan bisa jadi akan
hilang dengan sendirinya.
Tali kebohongan sangat pendek. Jalinan tipu daya sangatlah
lemah dan minuman penuh tipuan sangatlah beracun. Seiring berjalannya waktu dan
hari, semua kepalsuan akan terungkap dan skandal terkuak. Keraguan pun akan
hilang dan muncullah kebenaran. Pada saat itulah cinta akan berubah
menajdi kebencian. Kekaguman akan berubah menjadi kehinaan dan kasih sayang
berubah menjadi kekerasan.
Semua yang melakukan kepalsuan hanya akan menjadi kerdil di mata
pasangannya. Demikian pula dengan kemuliaannya, akan jatuh di mata pasangannya.
Dampaknya, ia akan kehilangan kepercayaan diri, bahkan keberasaannya tidak
dianggap di mata keluarga dan para sahabatnya. Semua pihak dekata ataupun jauh
akan menghindarinya. Semua pihak yang baik ataupun buruk akan mengutuknya.
Kenyataannya, kejujuran adalah keniscayaan bagi semua; baik lelaki
maupun wanita. Hubunga yang terjalin antara anak manusia bila dilandasi dengan keterusterangan
bagaikan jalan yang jelas arahnya bagi siapa pun yang ingin menapakinya. Di
jalan seperti itulah, siapapun yang melintasinya akan mengetahui kemana harus
melangkahkan kakinya dan mampu menimbang rencana yang akan ditempuhnya secara
matang. Dengan jalan inilah, maka akan lebih mampu dibangun di atasnya suatu
hubungan yang kuat dan kokoh menahan terpaan angin, tidak usang dimakan zaman,
dan akan terus kokoh hingga akhir usianya.
Kenyataanya, walaupun diraa sulit dan pahit pada beberapa kondisi,
kejujuran adalah satu hal yang lebih baik. Bahkan, lebih penuh kasih dibanding
memberikan suatu informasi yang menyesatkan dan penuh tipu daya, atau sekedar
membuat orang dengan banyak khayalan dan harapan. Kejujuran lebih baik dari
sekedar membangun istana dari pasir. Istana yang rapuh yang lambat laun akan
runtuh dan hancur.
Atas dasar itulah, Rasulullah selalu emnetang kebohongan dan perbuatan
riya. Beliau pun mengharamkan kepalsuan dan tipu daya. Rasulullah menyeru
manusia untuk bisa beruat jujur dan berterus terang dengans sebaik mungkin.
Rasulullah saw. bersabda
“Allah
tidak akan menerima suatu amalan yang di dalamnya terdapat sititik sifat riya.”
(al-Hadits).
Namun demikian, bersikap baik atau kadang yang dikenal dengan
beramah-tamah atau berbasa-basi, bukanlah suatu kebohongan. Kebersihan pun
bukanlah suatu kepalsuandan menghias diri terbaik bukanlah sebagai suatu riya.
Atas dasar inilah Rasulullah saw. menyeru kepada kaum lelaki untuk bisa
berpenampilan baik dan bersolek.d engan demikian, mereka bisa menggapai cinta
istrinya dan mendapatkan kekaguman darinya, penghargaan, penghormatan, amanah
dan keikhlasannya.
Rasulullah saw. bersabda :
“Cuculah
baju kalian, rapikan rambut kalian, bersiwak, bersolek dan bersihkanlah diri
kalian.s esungguhnya, bani Israil tidak melakukan hal tersebut, hingga akhirnya
istri mereka berselingkuh.” (al-Hadits).
Kebersihan sebagian dari iman.
Kebersihan adalah dasar dari semua keindahan. Keindahan dan kecantikan adalah
faktor yang mendatangkan cinta.
Para ilmuwan mengungkapkan apa artinya seseorang, baik lelaki atapun
wanita, yang memiliki lekuk tubuh yang indah, wajah yang cantik dan tampan,
tubuh yang ideal dan proporsional bila penampilannya tidak terawat, rambutnya
acak-acakan, tubuhnya kotor, pakaiannya kotor dan baunya tidak enak. Tidak
diragukan lagi, siapapun yang melihatnya akan menghindar darinya. Bahkan
kerabatnya pun tidak mau berdekatan dengannya dan semua kekasihnya akan lari
darinya.
Agama selain Islam tidak mempedulikan kebersihan individu, khususnya
kebersihan tubuh, dengan dalih mereka lebih memprioritaskan kebersihan ruh atau jiwa. Bahkan, di antara mereka ada yang
menjadi sangat fanantik dengan mengungkapkan bahwa kebersihan tubuh dan
menampilkan penampilan terbaik kepada sesama adalah satu hal yang sangat
dibenci. Hal tersebut merupakan satu betuk bersolek yang terlalu berlebih dan
merupakan satu penyimpangan agama.
Namun pemahaman yang keliru ini sangat rancu. Jiwa dan jasad adalah
unsur yang berkaitan dalam diri manusia. Karenanya, tidak mungkin jiwa
seseorang bisa bersih bila keadaan fisik atau ubuhnya dalam keadaan kotor.
Bagaimana jiwa bisa menjadi fokus dalam penyucian bilakebersihan tubuh tidak
dipedulikan?
Sesungguhnya jiwa mampu menenangkan raga, dan raga adalah satu cakupan
dengan jiwa. Di kala jiwa mampu menggerakkan fungsi raga, maka raga adalah
pelaksana gerak ruh. Keduanya saling berkaitan erat satu dengan lainnya dalam
diri tiapindividu manusia. Dengan demikian, kesucian jiwa sangat berkaitan erat
dengan kondisi raga atau tubuh, dan kebersihan tubuh akan mampu menenangkna
jwia.
Atas dasar inilah maka kita harus memperhatikan kondisi jiwa dan raga
secara bersamaan, dengan memperhatikan keindahan, kebersihan dan kesuciannya
secara bersamaan dan adil, tanpa memprioritaskan satu unsur dengan mengindahkan
unsur lainnya. Hal tersebut harus dilakukan demi menjaga keseimbangan dalam
diri manusia.
Allah berfirman, “Sesungguhnya
Kami telah emcniptakan manusia dalam bentuk yang bsebaik-baiknya.” (at-Tiin
(95) : 4).
Dmeikianlah Allah menciptakan manusia. Allha mendesainnya menjadi
makhluk yang paling mulia dari semua makhluk-Nya di muka bumi dengan harapan
agar manusia mampu menjadi makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk-Nya.
Maka tak heran bila kemudian Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk menjaga
kebersihan tubuh dan semua anggotanya secara keseluruhan, baik kebersihan
mulut, gigi, maupun pakaian, memiliki penampilan yang menarik serta
mengeluarkan aroma tubuh yang menyenangkan.
Semua itu ditujukan agar setiap individu dari kita mampu tampil di
hadapan pasangannya, anak-anaknya, kekasihnya, dan sahabatnya dengan penampilan
yang baik. Penampilan yang menyenangkan siapa pun yang melihatnya. Penampilan
yang menyenangkan jiwa dan menyenangkan hati. Penampilan yang menambah point
plus pemakainya, baik bagi dirinya sendiri, orang sekitarnya maupun di hadapan
Allah Swr. Sedangkan penampilan yang tak terurus dan penampilan yang kotor
hanya akan merusak pandangan dan membuat hati menjadi tak menentu. Hal tersebut
hanya akan menambah point minus, baik bagi dirinya maupun bagi sekitarnya.
Diriwayatkan dari Aisyah, istri Rasulullah saw. bahwa beberapa roang
sahabat Rasulullah menunggunya di muka pintu. Pada saat itu, di rumah ada satu
bejana air. Rasulullah mengambil air tersebut untuk mengusap jangut dan rambutnya. Lalu kukatakan padanya,
“Kau melakukan hal tersebut wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab : “Tentu! Jika seseorang ingin menemui
saudaranya, maka persiapkan diri dengan baik! Sesungguhnya Allah Maha Indah
menyukai segala keindahan.” (al-Hadits).
Benar apa yang kau ungkapkan, wahai Rasulullah saw. sesungguhnya Allah
Maha Indah dan menyukai segala keindahan! Keindahan bisa terekspresikan melalui
banyak hal dan di semua hal. Bila kita mampu menjaganya, bila kita mampu
menghias dengannya dan bila kita menampakkannya, maka sesungguhnya kita telah
menjaga keindahan itu sendiri. Keindahan diri kita, keindahan jiwa kita,
keindahan raga kita, keindahan hati kita, dan keindahan tabiat kita. Sehingga
Allah Yang Maha Indah akan mencintai kita, hingga makhluk-Nya pun mencintai
kita, baik itu sahabat maupun kerabat, saudara maupun anak, keluarga maupun
teman, dan semua yang kita kasihi.
Namun demikian, keindahan yang ditampilkan oleh seorang lelaki memiliki
batasan dan hendaknya tidak terlalu berlebihan hingga menyerupai kecantikan
wanita. Yang dimaksud dengan keindahan seorang lelaki adalah dengan
memperlihatkan penampilan terbaiknya dalam kemaskulinannya, penampilan yang
diimpi-impikan olehn kaum wanita.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Rasulullah saw. melihat seorang
lelaki yang berbicara dengan cara yang terlalu feminim dan lelaki itu berjalan
dengan sangat gemulainya dengan tangan dan kakinya yang penuh dengan hena
(pacar kuku). Rasulullah terkejut melihat penampilannya dan mempertanyakan apa
yang terjadi padanya. Lalu para sahabat mengatakan bahwa lelaki tersebut
berkeliaran bebas di penjuru kota dengan penampilan seperti itu.
Para sahabat lalu berkata padanya, “Apakah kita perlu membunuhnya, wahai
Rasulullah!” “Rasulullah mengungkapkan,
“Sesungguhnya aku telah dilarang membunuh orang-orang yang mengerjakan shalat.”
(al-Hadits).
Ada pembatas yang jelas antara
feminitas dan maskulinitas. Menyucikan dan membersihkan diri serta menampilkan
diri dengan penampilan terbaik adalah hal yang harus dilakukan oleh laki-laki
dan wanita. Namun demikian, berhias ala wanita tentunya sangat berbeda dengan
dandanan kaum lelaki.
Kaum wanita diperbolehkan untuk menghias rambutnya dengan berbagai
perhaisan dan pernak-perniknya. Juga diperbolehkan untuk menggoreskan kosmetik
pada wajahnya, bibirnya, tubuhnya dan juga kulit kukunya. Kaum wanita pun
diperbolehkan untuk menyemprotkan wewangian di tubuh dan pakaiannya serta
menampilkan cara jalannya yang gemulai ataupu
emnunjukan cara bicaranya yang manja di hadapan suaminya. Hal tersebut
dikarenakan memang itulah ciri feminitas seorang wanita pada umumnya. Namun
bagi kaum lelaki, cukuplah baginya menjaga kesucian dan kebersihan driinya
dengan merapikan rambut dan kukunya dan menampilkan sosok maskulinitas dirinya
dengan menggunakan wewangian sewajarnya, tanpa terlalu berlebihan yang
menyebabkan menjadi seperti wanita.
Sesungguhnya, kemuliaan yang diinginkan dari seorang lelaki dan
dibanggakan oleh kaum wanita adalah kemaskulinan dari seorang suami, putra,
saudara lelaki dan ayahnya. Kelebihan seorang wanita adalah penampilannya yang
elok dan kelemah-lembutannya, sedangkan kelebihan seorang lelaki adalah keperkasaannya
dan keteguhannya.
Bersih tubuh dan bagusnya penampilan yang diiringi dengan sikap
kemaskulinan sejati adalah faktor yang menjadi kekaguman kaum wanita.s edangkan
bersih tubuh, keelokan penampilan diiringi dengan sikap feminitas seorang
wanita adalah hal yang sangat disukai oleh kaum lelaki.
Allah berfirman, “Katakanlah.
‘yang mengharamkan perhiasan dan Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?”
(al-A’raaf (7) : 32)
Alalh telah menganugrahkan berbagai macam kebaikan bagi hamba-Nya dan
menghalalkan bagi kita untuk menikmati berbagai kenikmatan hidup, yakni semua
kenikmatan yang halal dan baik. Mencakup semua makanan, minuman, pakaian,
interior, alat transportasi, pepohonan, lautan, burung-burung, benda antik,
wewangian, bukit, pegunungan dan berbagai pemandangan lainnya serta segala
sesuatu yang telah diciptakan dan ditundukkan-Nya bagi manusia, baik itu kaum
lelaki maupun wanita. Keduanya memiliki hak yang sama dalam menikmatinya.
Pemenuhan Kebutuhan Seksual Yang
Mutualis
Baik lelaki maupun wanita, keduanya dalah kenikamtan bagi pasangannya
masing-masing. Bahkan, bisa dikatakan bahwa keduanya adalha puncak kenikmatan
duniawi (kenikmatan jiwa dan raga), satu dengan lainnya. Atas dasar inilah,
keduanya memiliki hak yang sama untuk bisa saling menikmati, baik itu
kenikmatan jiwa maupun kenikmatan raga dengan ukuran dan batasan yang sama;
baik dalam memandang, berbicara, bercinta, kedekatan, sentuhan maupun dalam
berbagai aktivitas seksual lainnya.
Pemenuhan kebutuhan seksual adalah kebutuhan lelaki dan wanita secara
bersamaan. Atas dasar inilah, maka lelaki memiliki hak untuk bisa menikmati
keupasan aktivitas seksual bersama istrinya. Demikian pula dengan wanita, ia
memiliki hak untuk bisa menikmati kepuasan aktivitas seksualnya bersama
suaminya. Tidak perlu malu dalam mengungkapkannya.
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya :
“Bila
seseorang dari kalian bersetubuh dengan pasangannya, maka ungkapkanlah
kejujuran padanya. Bila ia telah mampu mencapai kepuasannya sebelum pasangannya
mencapainya, maka hendaknya ia tidak terburu-buru menyudahinya,d an ia tetap
menunggu, hingga pasangannya mencapai kepuasan yang sama.” (al-Hadits).
Permasalahan ini adalah permasalahan yang sangat penting dan umumnya
tidak begitu diindahkan oleh banyak kaum lelaki. Banyak dari mereka, baik
karena kebodohan, kelalaian maupun keegoisannya, hanya memuaskan hasrat
sekusalnya tanpa mempedulikan dan mengindahkan kepuasan psangannya.
Keinginannya seolah hanya terfokus pada pemenuhan kebutuhan seksualnya
saja tanpa memikirkan pemenuhan kebutuhan seksual pasangannya. Ia hanya
menganggap wanita sebagai pemuas saja dan seolah tidak memiliki perasaan
ataupun kebutuhan seksual yang harus dipenuhinya sebagaimana dirinya. Ia
seranggapan seolah kepuasan hanyalah haknya, bukan hak pasangannya. Dengan
demikian, ia seolah berpendapat bahwa apa yang diperbolehkan untuknya tidak
layak didapatkan pasangannya dan apa yang dihalalkan untuknya adalah hal-halal
untuk pasangannya.
Apakah seorang lelaki tidak mengetahui bahwa dengan melakukan kontak
tubuh dengan pasangannya, berati ia telah membangkitkan perasaaan dan gairah
seksual pada diri pasangannya? Lalu, mengapa ia terlalu terburu-buru menyudahi
aktivitas seksualnya padahal pasangannya belum merasakan kepuasan seperti yang
dirasakannya? Mengapa ia tidak mau menunggu? Mengapa ia tidak memadamkan api
yang telah dinyalakan pada diri pasangannya? Mengapa ia tega meninggalkan
pasangannya di tengah jalan dan langsung tidur tanpa mepedulikan perasaannya?
Mengapa ia meninggalkannya dalam keadaan gelisah dan berputus asa karena belum
terpuaskan kebutuhannya, dan hal tersebut terus menghantuinya hingga pagi
bahkan hingga hari beikutnya?
Wanita dengans egala tabiatnya adalah sosok pemalu, dan karenanya, ia
tidak akan mampu berterus terang akan apa yang dirasakannya kepada suaminya. Ia
menyembunyikan semua deritanya dalam hatinya, ia menahannya seorang diri hingga
semua itu mampu mengeerogoti kabahagiaannya dan mempengaruhi segala tabiat dan
perilakunya terahdap suaminya, anak-anaknya dan semua yang berinteraksi
dengannya, tanpa seorang pun bisa mengetahui penyebabnya secara pasti.
Lebih dari itu, bahkan karena ketidak puasannya tersebut wanita pun
menjadi rentan mengalamai frigiditas. Ia
menjadi benci untuk bisa bersetubuh secara totalitas. Kontak tubuh yang
dilakukannya adalah kontak tubuh yang tidak akan menghasilkan anak, ataupun
gairah seksual. Kontak tubuh yang
memendam kegagalan dan keputus asaan. Ia pun menjadi sangat sulit untuk berinteraksi
dengan kaum lelaki dan terkesan ia banyak menyulitkan siapa pun yang ingin
dekat dengannya.
Ia menjadi begitu merendahkan
kamu lelaki dan di saat setan mampu menjerumuskannya. Tak jarang ia bisa
menjadi penghianat cinta. Berselingkuh dengan lelaki lain selain suaminya yang
akhirnya semuanya itu berujung pada kehancuran rumah tangga, bahkan
masysarakatnya. Ia telah menodai agama dan etika moralnya.
Atas dasar itulah, Rasulullah mewajibkan setiap ellaki untuk bisa
memuaskan pasangannya sebagaimana mereka mampu mendapatkan kepuasan dari
pasangannya, untuk memenuhi segala gelora jiwa pasangannya sebagaimana mereka
mampu mendapatkan kepuasan atas gelora jiwa dari pasangannya. Hendaknya setiap
lelaki tidak emndahului kepuasannya dari kepuasan pasangannya. Hendaknya ia
tidak menyodorkan potongan daging kepadanya bia ia memang tidak ebrniat
memberinya. Jangan menawarkannya. Dan, jangan membuka nafsu makannya bila hanya
akan membuatnya kelaparan.
Dengan semikian, bila seorang
lelaki telah mendapatkan kepuasan sekusalnya dan pasangannya belum
mendapatkan kepuasan yang sama, maka hendaknya ia teap melanjutkan aktivitas
seksualnya dan mengikuti aturan mainnya hingga pasangannya mampu mencapai
kepuasan. Dengan demikian, maka satu sama lain sama-sama mampu memenuhi
kebutuhan seksual yang sama dan bisa salign ebrbagi cinta dan kasih secara
mutualis. Keduanya mampu memenuhi gairah seksual dan mencapai kepuasan secara
bersama, yang akhirnya melaraskan langkah mereka sebagai suami istri yang
saling berbagi kebahagiaan dalam hidup.
Walau dengan berbagai kesibukan dan tanggung jawab yang mendera, dan
memiliki berbagai permasalahan umat yang harus dipecahkan, namun Rasulullah
tetap menjadi sosok yang paling lemah lembut kepada istrinya. Beliau selalu
menampakkan wajah yang ceria di ahdapan istri-istrinya. Beliu pun selalu
konsisten mengunjungi semua istrinya di pagi dan sore hari,d an ebrusaha
membantu memecahkan permasalahan hidup yang mereka miliki. Beliau selalu ikut
serta bercanda rida dengan istrinya. Bahkan, tak segan membantu pekerjaan
rumah.
Beliau ikut membersihkan rumah dan membantu istrinya, serta menyeru
kepada para sahabat untuk meneladaninya dalam hal tersebut, yakni dalam
membantu istri dan melayaninya dalam pelbagai permasalahannya.
Rasulullah saw. bersabda :
“Melayani
istrimu adalah sedekah.” (al-Hadits).
Sungguh, pernikahan adalah ikatan integratif, jiwa dan raga, akal dan
pikiran, amteri dan non materi. Pernikahan adalah ikatan untuk bisa saling
menolong. Iakatan saling membantu dalam segala hal. Dengan demikian, sudah
selayaknya setiap suami atau istri tidak ragu membantu apa yang bisa
dilakukannya dan memberi apa yang dimilikinya, baik itu berupamharta maupun
jasa; baik itu berupa bantuan, nasihat maupun sekedar semangat; lirikan,
sentuhan mesra, padangan mengharagai atau senyuman manis. Setiap pihak
hendaknya mampu memberikan yang terbaik, karena satu dengan lainnya saling
melengkapi, baik itu melengkapi keluarga, masyarakat maupun kehidupan manusia
secara global.
Keluarga adalah fondasi utama dari struktur masyarakat. Kebahagiaan
masyarakat tergantung pada kebahagiaan dalam keluarga. Atas dasar itulah,
Rasulullah memerintahkan tidap individu untuk bisa memecahkan segala
permasalahan keluarga (baik itu yang tersurat maupun tersirat, yang umum maupun
yang khusus, yang berhubungan dengan jiwa maupun raga; yang berhubungan dengan
permasalahan agama maupun dunia) dan memperbaiki interaksi antar anggotanya.
Rasulullah memerintahkan setiap individu untuk bisa memperjelas semua
hal yang samar dengan penuh keterbukaan, walau hal tersebut menyakitkan. Beliau
pun menganjurkan untuk bisa memecahkan segala masalah yang muncul. Semua itu
demi kebahagiaan setiap individu, baik lelaki maupun wanita, yang berujung pada
kebahagiaan keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian, maka setiap individu masyarakat akan mampu meningkatkan
produktivitasnya untuk kemajuan bersama dan untuk kebahagiaan di dunia dan
akhirat hingga Allah meridhai semua aktivitas hamba-Nya dan memberikan
hamba-Nya limpahan cinta dan kasih sayang-Nya; menggandakan kebajikan serta
memasukkan hamba-Nya ke dalam rahmat dan ampunan-Nya.
MENCINTAI “SEPUPU”
Penulis memahami bahwa topik ini tentunya akan menjadi topik yang aneh
bagi sebagian dari ktia yang tidak emmahami hakiakt hidup.s ebagian dari kita
yang lupa akan asal-usul mereka. Lupa akan tempat kembali dan mengingkari bahwa
secara umum binatang pun merupakan sama-sama makhluk-Nya dan sama-sama tumbuh
dan berkembang seiring sejarah peradaban manusia.
Kenyataan yang tidak bisa dumungkiri dan tidak bisa ditawar-tawar lagi
bahwa manusia dan biatang meliliki kesamaan fisik biologis serta bekerja sama
dalam hidup dan kehidupan. Satu kedekatan yang realistis dan tidak bisa lagi
diingkari keberadaannya.
Ilmu anatomi telah mengungkapkan adanya persamaan dan keselarasan antara
manusia dan binatang di hampir seluruh organ fisiknya, baik organ fisik luar
maupun dalam, seperti kepala, wajah, mata, hidung, telinga, mulut, gigi, tangan,
kaki, hati dan jantung, lambung dan usus, kulit dan tulang serta seluruh organ
fisik lainnya.
Lebih dari itu, bahkan ada beberapa kebutuhan dasar dan kebiasaan yang
hampir sama membutuhkan makan – minum serta bernafas untuk hidup. Manusia dan binatang sama-sama membutuhkan
gerak, istirahat dan tidur. Manusia dan binatang pun sama-sama membutuhkan
penyaluran hasrat seksual, hasrat menajdi ibu dan hasrat menjadi ayah yang
terformat dalam diri keduanya.
Manusia dan binatang sama-sama bereproduksi mengandung keturunan untuk
mengukuhkan eksistensi dan meletarikannya. Manusia dan binatang sama-sama sehat
dan rentan terhadap berbagai penyakit. Cara yang digunakan manusia dan binatang
dalam memberikan asupan dalam tubuh, mengeluarkan kotoran dari tubuh, memproses
makanan dalam tubuh, melakukan aktivitas seksual, dan melahirkan bisa dikatakan
serupa.
Sebagian kalangan menganggap bahwa manusia menjadi lebih unggul dariapada
binatang karena akal dan kecerdasannya. Namun, ternyata terungkap bahwa
binatang pun memiliki akal dan kecerdasan. Binatang mampu memikirkan dan
memahami apa yang ada di sekitarnya serta mampu menghadapi semua permasalahan yang
dimilikinya. Bahkan terungkap bahwa sebagian binatang seperti serigala, kera
dan anjing peliharaan memiliki kecerdasan yang luar biasa. Kecerdasan yang
bahkan tidak dimiliki manusia.
Sebagian kalangan menganggap bahwa manusia lebih unggul daripada
binatang karena kemampuannya berbicara, hingga diaktakan bahwa manusia adalah
binatang yang berbicara. Namun
penelitian mengungkap bahwa binatang pun memiliki bahasanya yang khusus. Bahasa
yang dipergunakannya untuk bisa berkomunikasi dengan komunitasnya. Bahasa yang
tidak dipahami dan dimengerti oleh manusia.
Allah telah emnganugerahkan Nabi Sulaiman kemampuan untuk bisa memahami
bahasa binatang, burung dan serangga hingga Nabi Sulaiman mampu berdialog dan
berkomunikasi dengan baik, dengan binatang.
Sebagian kalangan pun menganggap bahwa manusia lebih unggul dari
binatang karena manusia memiliki ruh dan jiwa. Namun kenyataannya, binatang pun
memiliki jiwa, bahkan hati hingga dengannya binatang pun bisa merasakan cinta
dan merasakan sedih. Binatang pun bisa merasakan kegembiraan ketika bertemu
kekasihnya dan sedih bila harus berpisah dengannya. Binatang pun dapat
memainkan musik dan meraskan berbagai emosi lainnya.
Di lain sisi, sebagian kalangan menganggap bahwa kemampuan untuk belajar
adalah pembeda antara manusia dan binatang. Namun ternyata, penelitian
mengungkapkan bahwa kemampuan belajar pun dimiliki oleh binatang. Binatang atau
hewan sirkus yang terlatih mampu melakukan berbagai atraksi yang diajarkan oleh
pelatihnya. Anjing pelacak kepolisian mampu melakukan berbagai kegiatan
kepolisian sebagaimana yang diajarkan padanya. Bahkan, ia pun mampu mengungkap
berbagai kriminalitas yang tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya.
Demikian pula dengan kuda pacuan, kera simpanse, burung boe dan binatang
lainnya yang memiliki kecerdasan dan kemampuan untuk belajar, yang terkadang
kemampuan yang mereka milikia tidak dimiliki oleh manusia.
Demikianlah para ilmuwan mencoba
membuat pembeda antara manusia dan binatang dalam ebrbagai sisinya. Sementara
itu, penulis berpendapat, pembeda yang ada antara manusia dan binatang bukanlah
perbedaan sebagaimana bila kita mencoba mengaanggap satu memiliki tingkatan
yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia dan biantang sama-sama
makhluk-Nya. Anusia dan binatang sama-sama berkolaborasi dalam ebrbagai sifat
yang dimiliki, walaupun Allah telah berkehendak menjadikan manusia lebih unggul
daripada binatang, namun hal tersebut tidak menutup kenyataan bahwa binatang
merupakan “sepupu” kita, dan bahwa binatang pun memiliki jiwa, hati dan
perasaan sebagaimana manusia. Binatang pun adalah teman, sahabat dan penolong
kita dalam menjalani kehidupan ini.
Rasulullah telah memahami hakiakt di
atas sejak dahulu. Beliau tidak
membatasi cintanya hanya untuk manusia. Beliau pun menyisihkan sebagian
hatinya untk cintanya kepada makhluk yang lebih lemah dari manusia, yakni
binatang. Cintanya memenuhi semua makhluk-Nya.
Setiap jiwa yang ada di muka bumi ini
dan setiap detak yang bernapas dalam kehidupan ini, semua binatang, kawanan
burung hingga serangga semuanya masuk dalam cakupan cinta Rasulullah saw. yang
sangat luas dan penuh kasihs ayang.
Rasulullah saw. tak segan untuk
memberikan makanan kepada binatang dengan tangannya sendiri, beliau tak segan
meninggalkan tempat perkumpulannya dengan para sahabat untuk bisa menyiapkan
bejana minuman untuk kucing yang kehausan. Beliau tetap mengulurkan tangannya
dengan penuh kasih sayang dan perasaans enang memberikan waktu kepada sang
kucing untuk bisa melepaskan dahaganya dengan tenang.
Ketika tengah malam beliau mendengarkan
kucing mengeong atau anjing menggonggong karena kedinginan atau kelaparan,
Rasulullah tak segan untuk bangun dari tempat tidurnya dan membuka pintu
rumahnya untuk “tamunya” (atau binatang yang membutuhkan pertolongannya) dan
memenuhi kebutuhan mereka. Lalu, beliau dengan setianya akan menunggui sang
tamu hingga sang tamu selesai mendapatkan kebutuhannya dengan baik, baik itu
berupa tempat berlindung, makanan, minuman atau lain sebagainya.
Bila ada seekor binatang sakit, maka
Rasulullah langsung turun tangan untuk bisa memberikan pengobatan. Beliau tak
segan untuk tak tidur demi memberi binatang yang sakit obat yang dibutuhkannya dan juga untuk merawatnya
hingga binatang tersebut sembuh dan kembali normal seperti semula. Rasulullah
pun kerap mengusap kudanya dengan pakaiannya dan pernah bersedih atas kematian
burung yang kerap bermain dengan saudara budaknya.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat,
Rasulullah sedang berjalan dan belia meyaksikan seekor unta tampak sangat
kelaparan. Unta tersebut terikat pada sebatang pohon. Rasulullah marah melihat
keadaan tersebut dan memerintahkan para sahabatnya untuk melepaskan ikatan unta
tersebut dan membebaskannya. Beliau pun mewasiatkn kepada orang-orang yang
berada di tempat kejadian untuk takut kepada Allah atas apa yang dilakukannya
kepada binatang yang lemah dengan selalu memberikannya istirahat, makan dan
bersikap lemah lembut, baik ketika sang binatang sedang bekerja, berjalan
maupun dalam rutinitas lainnya.
Rasulullah saw. bersabda :
“Bertakwalah kepada Allah atas binatang-binatang yang kalian
pelihara. Bila kalian menunggangi binatang, maka berikanlah hak tempat
tinggalnya dan janganlah menjadi setan untuknya, yakni suka menzaliminya.”
(al-Hadits).
Sebagian kalangan beranggapan bahwa
binatang tidak memiliki perasaan dan binatang tercipta dari besi dan dan seng.
Binatang tidak memiliki daging dan darah layaknya manusia. Atas dasar itulah
mereka tega mengeksploitasinya dan memberikannya beban pekerjaan yang sangat
berat. Bahkan mereka pun tega menyiksanya dengan pukulan dan hinaan setiap harinya,
baik akrena suatu sebab maupun tanpa sebab.
Mereka melakukannya seolah mendapatkan
kesenangan darinya ataupun mampu menyalurkan hobby mereka atasnya. Binatang pun
hanya bisa pasrah dan tidak bisa mengeluh ataupun mengadu atas perlakuan yang
diterimanya. Ia tidak bisa membalas kerasnya suara majikannya yang zalim
padanya. Yang lebih buruk, terkadang para majikan tidak mempedulikan kebutuhan
binatang peliharaannya, baik itu makannya, minumnya, istirahatnya maupun
kebutuhan lainnya. Maka tak heran bila binatang-binatang tersebut tak pernah
merasakan manisnya cinta dan kasih sayang anak manusia.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw.
masuk ke sebuah kebun seorang sahabatnya dari kaum Anshar. Di dalamnya beliau
melihat seekor unta. Di saat pandangan beliau tertuju kepada unta tersebut,
beliau hanya bisa meneteskan air mata. Rasuullah mendekati sang unta dan
mengusapnya. Beliau seolah mendengarkan pengaduannya dan sedang menenangkannya.
Lalu Rasulullah berpaling kepada orang-orang yang ada di sekitarnya dan bertanya,
“Siapa
pemilik unta ini?” Seorang pemuda dari kaum Anshar lalu berkata, “Aku wahai
Rasulullah!”
Rasulullahs aw. Berkata kepada pemuda yang berhati keras tersebut, “Apakah kau
tidak pernah takut kepada Allah atas binatang peliharaan yang kau miliki ini?
Binatang ini mengadu kepadaku bahwa kau menyiksanya.”
Bahkan Rasulullah pun menegur Aisyah
selaku istrinya, putri dari sahabat tercintanya Abu Bakar, yang tidak
memberikan perlakuan yang baik kepada binatang, yakni di saat Aisyah sedang
menaiki kuda tunggangannya dan dia mencaci sang kuda. Teguran Rasulullah
menaydarkannya akan kesalahan yang dibautnya dan membuatnya berjanji untuk
tidak mengulangi kesalahan serupa selamanya.
Diriwayatkan bahwa Aisyah sedang
menaiki kudanya dalam suatu perjalanan, namun tampaknya jalan kudanya sangat
lamban. Aisyah takut tertinggal rombongannya dan ia pun memukul kduanya agar
sang kuda bisa berjalan lebihi cepat. Rasulullah marah melihat perbuatannya
tersebut dan menegusnya dengan keras. Beliau mengatakan padanya dengan penuh
nasihat :
“Wahai Aisyah, bersikap lemah-lembutlah! Sesungguhnya Allah
memberikan kepada orang yang bersikap lemah lembut sesuatu yang tidak
diberikan-Nya kepada orang yang kasar. Barangsiapa yang tidak ebrsikap lemah
lembut, maka ditutuplah semua jalan kebaikan untuknya.”
Bayangkanlah, Rasulullah marah kepada
istri tercintanya hanya karena kelakuannya kepada seekor binatang.
Manusia dan Binatang,
Hubungan yang tidak selaras
Manfaat binatang dalam kehidupan manusia sangat banyak dan tak terbilang,
sedangkan sebaliknya, bahaya manusia dalam dunia binatang sangan banyak dan tak
terbilang. Kita, sebagai manusisa, bisa menaiki binatang, memakan dagingnya,
mengenakan kulitnya, senang dengan persahabatan yang ditawarkannya, bermain
dengannya, menjadikannya sebagai satpam, dan menjadikannya sebagai bahan
pengobatan. Juga bisa memburunya, menjadikannya perhiasan dan banyak lainnya.
Walau demikian banyaknya, kita tetap memperlakukan binatang dengan
sangat kasar. Kita memukul binatang, mencambuknya serta mengeksploitasinya
dengan banyak beban dan tugas. Padahal yang diharapkan binatang dari kita
hanyalah perlakuan yang baik dan kelemahlembutan. Hanya sedikit
kelemahlembutan, namun kita masih tetap kikir untuk bisa memberikannya.
Kita tetap memaksa binatang untuk bekerja seharian penuh, padahal ia
telah kelelahan dan kelaparan. Bahkan banyak dari kita tutup mata ketika
anak-anak kecil ataupun orang yang bodoh memukuli binatang dan menyakitinya
dengan melempar batu, ranting, kerikil ataupun tongkat. Mereka melakukannya
hanya demi kesenangan sesaat belaka. Bahkan, tak jarang binatang pun diikat
demi untuk hal yang tiada jelas manfaatnya. Walau dengan berbagai siksaan yang
diterimanya, binatang masih tetap mencintai manusia. Binatang masih tetap
ikhlas bekerja demi manusia dan bahkan mengorbankan hidupnya demi kepentingan
manusia. Sungguh, manusia telah melakukan kezaliman!
Di kala penulis masih kecil, ayah penulis memelihara anjing dan
menempatkannya di taman. Ayah penulis berlaku lemah lembut kepada anjing
tersebut dan memberikannya makan dengan tangannya sendiri. Sang anjing dengan
penuh kerinduan selalu menunggu ayah pulang dari bekerjanya dan melompat dengan
penuh kegembiraan ketika melihatnya datang. Anjing tersebut menggoyangkan
ekornya tanda betapa senangnya dirinya.
Saat ayah penulis meninggal dunia, sang anjing merasa kehilangan.
Seluruh anggota keluarga turut merasakan duka sang anjing dan tetap memberikan
makan minumnya. Namun sang anjing menolak pemberian tersebut dan lebih memilih
untuk menyendiri di pojok taman dengan tetesan air matanya karena kehilangan
sahabat yang dicintainya. Sang anjing terus melakukan hal yang sama beberapa
hari setelahnya dan tetap menolak semua anggota keluarga yang terus memberinya
makan dan minum hingga sang anjing akhirnya menemui ajalnya dan menyusul
sahabat yang dicintainya.
Apakah Anda pernah mendengar seorang anak manusia melakukan hal yang
sama seperti halnya anjing tersebut, yang tetap mempertahankan loyalitasnya
kepada orang yang dicintainya?
Manusia memiliki beragam kemauan dan kebutuhan, baik makanan, pakaian,
tempat tinggal, kendaraan, harta, anak, penampilan fisik, perhiasan, kebutuhan
primer, kebutuhan sekunder, minuman, obat, maupun kebutuhan lainnya. Walau
semua itu sudah dimilikinya, manusia tetap merasa belum puas untuk mendapatkan
lebih. Manusia terus meminta dan meminta. Permintaannya itu akan terus ada
hingga kematian menjemputnya.
Namun binatang yang lemah yang selalu ada di sekeliling manusia tidak
pernah meminta apa pun kecuali kasih sayang dari manusia. Sesuatu yang hanya
bersifat segelintir dari kebutuhan manusia, serpihan roti, seteguk air dan
kasih sayang. Dengan itu, manusia akan mendapatkan pengorbanan dan loyalitas yang
jarang didapati dari sesama manusia di masa kini. Inilah bukti cinta sejati
yang dimiliki binatang, namun sangat langka dalam diri manusia.
Abdurrahman bin Abdullah berkata, “Di saat kami sedang bersama
Rasulullah dalam suatu pernajalan, kami melihat anak-anak burung yang cantik
dan kamu pun mengambilnya. Lalu datang sang induk burung, berputar di sarangnya
mencari anak-anaknya. Ketika Rasulullah melihat kegelisahan sang induk burung
yang kehilangan anaknya, beliau menoleh kepada kami dan menunjukkan
kemarahannya seraya berkata, “Siapa yang tega melakukan ini pada sang induk? Kami pun
melaporkan apa yang telah kami lakukan dan Rasulullah saw. pun berkata,
“Kembalikan anak-anak burung terebut kepada induknya.” Beliau pun menyadarkan
kami atas apa yang telah kami lakukan.” (al-Hadits).
Rasulullah saw. memiliki hati yang sangat lembut dan bisa berempati
dengan apa yang dirasakan oleh induk burung yang sangat lemah tersebut. Hatinya
yang sangat dalam bagaikan radar dan bisa langsung medeteksi penderitaan siapa
pun yang ada di sekitarnya. Hatinya tidak akan pernah tenang kecuali bila beliau
mampu menghilangkan penderitaan tersebut. Hatinya seolah alat bertehnologi
tinggi yang menggambarkan dan mencatat akan perasaan semua makhluk dan seolah
mampu mendengarkan semua pengaduan.
Dengan itu semua, beliau akan menenangkan perasaan mereka dengan
membasuh air mata yang keluar; dengan mengobati anggota tubuh yang terluka;
denga memenuhi kebutuhan mereka dan meringankan penderitaan yang mereka rasakan
karena kezaliman sebagian anak manusia.
Sorang kerabat penulis 9 dan ia adalah seorang wanita yang sangat
berpendidikan) mengisahkan bahwa dia lupa untuk menutup pintu apartemennya. Ia
sedang berada di suatu ruangan untuk menyelesaikan tugasnya dan ketika ia
kembali ke ruang tamu, ia meliaht seekor anjing telah masuk ke dalam
apartemennya. Pada saat itu, ia sangat ketakutan melihat seekor anjing telah
masuk ke dalam apartemennya dan ketika ia melihat sekliling ruangan, ia tidak
mendapati putri kesayangannya.
Wanita tersebut menjadi yakin bahwa anjing tersebut telah memakannya. Ia
pun lalu berteriak minta tolong. Keluarga dan tetangganya berdatangan karena
mendengarkan teriakan tersebut. Tak lama berselang, terbukti bahwa anjing yang
lemah tersebut tidak melakukan kesalahan apa pun. Di saat wanita tersebut panik
atas kedatangannya, sang anjing lasngsung kabur dan hadapannya. San anjing
tidak perlu berlama-lama menanti apa yang akan terjadi setelahnya. Terbukti
pula bahwa ternyata sang anjing adalah milik tetangganya yang sering
mendapatkan perlakuan kasar karena sering masuk rumah tetangganya; dan putrinya
yang selama ini dipikirnya hilang ternyata telah merusia tiga belas tahun. Usia
yang sudah matang untuk seseorang. Usia di mana seseorang telah memiliki
kecerdasan dan keberanian untuk tidak takut kepada singa, apalagi anjing.
Ranungkanlah, bagaimana sang anjing yang datang membutuhkan cinta dan
kasih sayang. Anjing yang penuh keluguan. Ia menerima kemarahan dan cacian,
serta diusir dengan celaan. Di saat ia datang meminta persahabatan, namun yang
diterimanya adalah kekasaran dan permusuhan. Bahkan, ia seolah harus siap
menghadapi berbagai kemungkinan buruk, padahal sang anjing tidak melakukan
kesalahan apa pun.
Dalil yang digunakan adalah bahwa keberasaannya di apartemen telah
membuat penghuninya ketakutan, pdahal permusuhan yang tanpa sebab itulah yang
membuat sang anjing justru sangat ketakutan. Sang anjing merasa kesepian dan
terhina dengan persepsi manusia atasnya dan bisa dikatakan bahwa kerabat
penulis adalah satu-satunya penyebab yang membuat sang anjing merasakan hal tersebut.
Yang dibutuhan sang anjing adalah
kasih sayang bukan kekerasan. Namun pola asuh yang salah yang diterimanya sejal
kecil dan ketakutan yang dimunculkan sejak kecil membuat banyak orang
memperlakukan anjing, selaku binatang jinak, salah kaprah.
Penulis sangat sedih ketika mendengar kisah di atas, atas permusuhan
yang banyak ditampakkan oleh anak manusia kepada “sepupu”nya yakni sama-sama
makhluk-Nya. Kesedihan penulis semakin bertambah di kala penulis melihat banyak
kenyataan bahwa masih banyak orang yang memperlakukan saudaranya sendirinya
dengan hati yang penuh permusuhan dan kekerasan tanpa diserta sebab apa pun.
Satu perlakuan yang lebih buruk dari apa yang diterima binatang.
Harimau, serigala, singa ataupun binatang buas lainnya, umumnya tidak
menyeraang manusia atau binatang lemah lainnya kecuali dalam dua kondisi. Yang
pertama adalah ketika mereka merasa lapar hingga terpaksa mereka terpaksa
memakan apa pun yang ada dihadapannya untuk mengganjal perutnya. Yang kedua
adalah di saat merekan mempertahankan dirinya, yakni di saat mereka merasa
dalam bahaya dan merasa diserang oleh manusia atau binatang lainnya.
Dalam kondisi lain di luar kondisi di atas, yakni di saat binatang buas
merasa kenyang dan merasa aman maka
binatang buas tidak akan menyerang siapa pun; tidak akan menyakiti siapa pun.
Inilah tabiat binatang buas. Namun lain dengan binatang jinak. Walau pun
terkadang ia tidak mendapatkan makan, minum dan kebutuhan lainnya, ia tetap
bersikap jinak; namun tampaknya manusia tetap saja memperlakukannya sangat
kasar dan tidak memberinya kasih sayang sedikit pun.
Kucing dan Anjing, Neraka dan Surga
Rasulullah saw. bersabda
“Seorang
wanita menyiksa seekor kucing. Ia mengurunya dalam kerangkeng hingga mati.
Kucing tersebut tidak diberinya makan ataupun minum. Bahka ia tidak
membiarkannya mencari makan sendiri dari serangga yang ada di muka bumi. Wanita
tersebut akhirnya dimaksukkan neraka karenanya.” (al-Hadits).
Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya
Allh memberikan pengampunan kepada seorang wanita pelacur. Wanita itu melihat
seekor anjing berdiri di atas sumur seraya menjulurkan lidahnya dan hampir mati
kehausan. Wanita tersebut melepaskan alas kakinya dan melemparkannya ke dalam
sumur dengan bantuan kerudungnya. Lalu ia menarik air yang didapatkannya dan
memberikan minum kepada sang anjing. Allah mengampuni semua kesalahannya dengan
perbuatannya tersebut.”
Para sahabat pun lalu berkata, “Ya Rasulullah, apakah perlakuan baik
kami kepada binatang mendatangkan pahala? Rasulullah lalu menjawab, “Pada
setiap niat baik terdapat ganjarannya.” (al-Hadits).
Dua hadits di atas menggambarkan fenomena yang bertentangan, namun pada
substansinya memiliki kesamaan kass dan hasil yang sama. Apakah itu dan
bagaimana prosesnya.
Seorang wanita masuk neraka hanya karena seekor kucing; dan wanita
lainnya masuk surga hanya karena seekor anjing.
Seekor kucing mampu memasukkan seseorang ke dalam neraka dan seekor
anjing mampu memasukkan seseorang ke dalam surga!
Bahkan lebih dari itu, seekor kucing mampu memasukkan wanita yang
bertkwa ke dalam neraka dan seekor anjing mampu memasukkan wanita pelacur ke
dalam surga. Bukankah hal tersebut sangat aneh? Bukankah hal terebut mempu
mengundang kekaguman tersendiri?
Kenyataannya, hal tersebut bukanlah hal yang aneh ataupun hal yang mampu
mengundang kekaguman. Permasalahannya bukan pada kucing ataupun anjing. Namun,
permasalahannya adalah pada cinta. Cinta yang menjadi titik dari keimanan dan dasar dari ketakwaan dan perbaikan
diri. Cinta yang memberikan hal pada seseorang yang memilikinya untuk mampu
menikmati semua kenikmatan yang telah Allah ciptakan.
Wanita pertama dalam hadits di atas yang telah mengurung kucingnya
adalah wanita yang memahami ajaran agama dengan baik dan melaksanakan semua
kewajiban agamanya, baik itu syahadat, shalat, puasa, zakat maupun haji dengan
sebaik-baiknya. Ia adalah wanita yang mulia dan mampu menjaga harga dirinya
dengan baik. Ia tidak pernah melakukan perbuatan kriminal ataupun terjerumus
dalam perbuatan dosa besar. Ia selalu jujur dalam berbicara dan memperlakukan
manusia dengan sangat baik. Ucapannya sangat terjaga dan akhlaknya sangat
terpuji. Ia memiliki banyak sifat yang dikagumi banyak orang. Namun, semua itu
tidak mampu menyelamatkannya dari azab Allah. Semua itu tidak ammpu
membebaskannya dari api neraka.
Mengapa? Itu semua karena ia memiliki hati yang keras sekeras batu. Hati
yang tidak mengenal kasih sayang. Hati yang kosong dari perasaan cinta, padahal
cinta adalah dasar dari keimanan. Barangsiapa yang tidak mengenal cinta, maka
sesungguhnya ia belum beriman.
Pada dasarnya, wanita tersebut belum dikatakan beriman secara totalitas.
Bia memang ia telah beriman, tentu ahtinya akan penuh kasih sayang. Bila memang
telah beriman, maka tentu hatinya akan trenyuh melihat makhluk yang lemah dan
tidak akan menyiksa kucingnya hingga mati.
Wanita tersebut telah mencabut nyawa seekor kucing tanpa sebab hingga
dengannya ia berhak mendapatkan siksa neraka. Tidak ada gunanya semua ibadah
dan kewajiban yang telah dijalankannya bila semua itu tidak dilakukannya dengan
sepenuh hatinya; tanpa cinta dan keimanan.
Sesungguhnya Allah adalah Tuhan
yang penuh dengan cinta, bukan Tuhan yang butuh dengan pemenuhan segala
kewajiban hamba-Nya. Allah adalah Tuhan jiwa dan raga, bukan Tuhan segala tugas
dan harta. Sesungguhnya pemenuhan segala kewajiban dan ucapan, bukanlah tujuan
secara substansial. Semua itu hanyalah proses dalam mencapai tujuan yang utama,
yakni menyucikan jiwa dan membersihkan hati; mengisinya dengan cinta dan kasih
sayang. Tidak ada nilainya sebuah hati yang
tidak terisi cinta dan keimanan, walaupun pemiliknya selalu mengucapkan banyak
kalimat bijak; dan walaupun pemiliknya selalu menunaikan semua kewajibannya
dengan baik.
Allah berfirman, “Orang-orang Arab Badui itu berkata, ‘Kami telah
beriman.’ Katakanlah (kepada mereka), ‘Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, “Kami
telah tunduk”, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu.” (al-Hujaraat (4()
:14).
Sedangkan tipe wanita kedua yang memberikan minuman bagi yang kehausan
dan menyelamatkannya dari kehancuran adalah wanita yang memperjualkan diri. Kondisi
finansialnya dan kebutuhannya yang besar mendesaknya untuk menjual tubuhnya
kepada merek pecinta kenikmatan sesaat. Semua itu diilakukannya agar ia mampu
menafkahi dirinya, anak-anaknya dan juga ibunya yang sakit. Perilakunya memang
bertentangan dengan ajaran agama dan etika moral serta kemuliaan dirinya, namun
pada dasarnya ia pun tidak bahagia ataupun rela menjalani profesinya.
Ia selalu berharap kelak suatu saat ia tidak melakukan perbuatannya yang
menyimpang. Hatinya sangatlah lembut dan penuh cinta. Ia tidak rela melihat
makhluk yang lemah kehausan dan kepanasan; makhluk yang hampir mati kehausan. Padahal
makhluk itu hanyalah anjing, bukan manusia seperti dirinya. Namun ia
beranggapan bahwa makhluk itu pun sama seperti dirinya, yakni makhluk ciptaan
Allah, yang memiliki jiwa dan hak untuk menikmati hidup sebagaimana makhluk-Nya
yang lain.
Saat itu, ia meliaht sang anjing tidak bisa menolong dirinya sendiri
dari kebinasaannya dan ia beranggapan bahwa Allah telah menempatkannya di
posisi yang mewajibkannya menolong anjing tersebut pada waktu yang tepat. Lalu,
mengapa ia harus menunda pertolongannya?
Hatinya yang lembut sangat iba melihat makhluk yang kehausan tersebut. Jiwanya
yang mulia pun bergerak menolongnya dan sesegera mungkin ia menolong dan
menyelamatkannya. Ia melepaskan sepatunya dan mengulurkannya ke bawah sumur
dengan bantuan kerudungnya. Setelah berhasil menyiduk air, ia menariknya dan memberikan air yang
ada padanya kepada anjing yang kehausan hingga sang anjing merasa puas dan
hilang rasa dahaganya. Allha mengampuni semua dosa dan kesalahannya dengan
peristiwa tersebut dan memasukkanya ke dalam surga-Nya.
Yang dilakukan wanita sebagaimana di atas bukanlah hal yang sangat
mudah. Yang dilakukannya adalah bukti dari kejernihan hatinya (walau secara
fisik banyak kalangan menganggapnya sebagai wanita yang hina) bukti atas
kesucian jiwanya walaupun secara penampilannya ia sangat kotor. Sesungguhnya Allah
melihat hati, bukan pada bentuk dan penampilan. Atas dasar inilah, maka tak
heran bila wanita tersebut berhak mendapatkan kenikmatan dan surga-Nya.
Wanita pelacur tersebut mampu menyelamatkan seekor anjing dari
keninasaan. Sedangkan pada kenyataannya, banyak orang-orang yang merasa dirinya
mulia menolak untuk memberikan bantuan kepada saudaranya, sesama manusia. Mereka
seolah menutup matanya dan seolah tidak mau tahu. Mereka menutup telinga dari
jeritan saudaranya dan berjalan tanpa pernah peduli dengan keadaan sekitarnya. Bisa
jadi mereka tampak bahagia padahal itu adalah sebab dari kesengsaraan mereka.
Di manakah orang yang bertakwa?
Di manakah para pencuri?
Di manakah orang yang mulia? dan,
di manakah mereka yang terkontaminasi?
Betapa banyak orang yang
penampilannya buruk, namun hatinya sangat suci!
Betapa banyak pula orang yang
penampilannya baik, namun hatinya sangat busuk!
Sayangnya, masyarakat lebih peduli pada penampilan, bukan pada apa yang
ada di hati; namun Allah hanya memperhatikan apa yang ada di dalam hati.
Dua wanita dengan dua hati; hati yang keras dan hati yang penuh cinta,
hati yang membeku dan hati yang lemah lembut; hati yang penuh kebencian dan
hati yang penuh kasih sayang; hati yang jahat dan hati yang baik.
Barangsiapa yang memiliki hati penuh kebencian, maka nerakalah
tempatnya; dan barangsiapa yang memiliki hati yang penuh cinta, maka surgalah
tempatnya. Salam bagimu, wahai Muhammad yang mengajarkan cinta. Cinta bagi
semua makhluk Allah. Cinta kepada semua yang berjiwa dan hidup di muka bumi
ataupun melayang di udara. Cinta kepada semua binatang, burung serangga dan
berbagai jenis binatang lainnya.
Muhammad-lah yang mengajarkan cinta kepada semua ciptaan-Nya yang lemah.
Beliau mengajarkan kita untuk bersikap lemah lembut kepada mereka untuk
mendekatkan diri kepada Allah semata dan menambahkan investasaiamal baik kita
di sisi-Nya, di dunia dan akhirat, hingga kita berhak mendapatkan semua
kenikmatan dari-Nya.
Cinta Hingga ke Tumbuhan dan Benda Mati
Cinta Muhammad adalah cinta tak beratas dengan semua sifat, ukuran dan
bentuk Perasaannya melangkah jauh ke semua penjuru dan ke semua hal yang ada di
alam semesta ii. Beliau mencintai semua yang ada di alam ini, baik itu manusia,
biantang, burung, tumbuhan maupun benda mati. Beliau mencintai segalanya! Semua
yang ada di muka buni ini, tidak peduli besar dan kecilnya, ringan dan
beratnya. Semua itu memiliki tempat tersendiri dalam hatinya.
Beliau tidak pernah sekalipun menebang pepohonan ataupun memetik bunga
dengan sia-sia. Bahkan beliau menganjurkan kepada para sahabatnya untuk menanam
pohon dan bunga serta merawatnya dengan baik dan penuh kasih sayang.
Melalui berbagai percobaan dan penelitian ilmiah dan setelah nasihatnya
bergaung selama ratusan tahun lamanya, terungkap bahwa tumbuhan pun memiliki
perasaan layaknya makhluk hidup lainnya. Tumbuhan bisa membenci dan mencintai,
merasa sesak dan lapang merasa senang dan gelisah; merasa sedih dan gembira. Tumbuhan
pun senang mendengarkan musik yang menyenangkan. Semua itu berpengaruh dalam
tumbuh dan kembangnya, layaknya pengaruh asupan nutrisi yang diberikan apdanya.
Diamati bahwa tumbuhan berkembang dengan baik di suatu tempat yang
terdengar suara musik dan lagu. Begitu pula dengan tumbuhan yang ditempatkan di
suatu ruangan di mana di sana berkumpul keluarga dengan segala keriangan dan
kebersamaannya. Namun sebaliknya, tumbuhan yang ditempatkan di suatu ruangan yang
sepi dan kering tidak mampu berkembang dengan baik. Semua ini menunjukkan bahwa
tumbuhan pun membutuhkan cinta dan kasih sayang.
Cinta Muhammad tidak hanya terbatas pada makhluk hidup, namun juga
kepada benda mati. Beliau pun mencintai lautan, bebatuan, sungai dan
pegunungan. Di saat beliau melewati pegunungan Uhud, beliau mengungkapkan : “Uhud sebuah
gunugn! Ia mencintai ktia dan kita pun mencintainya.”
Renungkanlah, betapa lembut hatinya. Bahkan benda mati pun, termasuk
pegunungan dan padang pasir, dicintainya. Muhammad bisa merasakan keberadaannya
dan berempati dengan apa yang dirasakannya. Padang pasir pun bisa mencintai
kita bila kita bisa mencintainya. Muhammad saw. mencintai bebatuan dan bebatuan
pun mencintainya.
Demikian pula dengand ebu. Debu yang bersih dan suci. Debu yang bebas
dari segala kotoran. Rasulullah terkadang membasuh wajahnya dan bertayamum
dengan debu. Bahkan beliau mewasiatkan para sahabatnya dengan ucapan :
“Basuhlah
dengan tanah (yakni debu), sesungguhnya ia asalah pembersih bagimu.”
Tanah adalah ibu kita sebagaimana banyak dikatakan orang. Debu adalah
asal dan tempat kembali kita. Kita semua berasal dari debu dan kepadanya pula
kita akan kembali. Maka, tak heran bila Muhammad yang penuh kasih dangat loyal
kepada “Sang Ibu.” Yang merupakan asal dan tempat kembali.
Di masjid Rasulullah saw. di Madinah, sebelum beliau membangun
mimbarnya, beliau selalu berkhotbah keapda mereka yang shalat – baik di hari
Jum’at, hari Id maupun pada moment-moment khusus – dengan bersandar pada batang
pohon kurma. Di saat mimbar telah dibenetuk dan untuk pertama kalinya Rasuluuah
menggunakannya, beliau mengedarkan pandangannya ke batang pohon kurma tersebut,
tempat biasanya beliau berkhotbah, seraya meneteskan air mata. Setelah beliau
selesai menyelesaikan khotbahknya, beliau segera menghampiri batang kurma itu
dan memeluknya dengan penuh kasih sayang. Beliau mewasiatkan para sahabatnya
untuk meletakkan batang pohon tersebut di atas masjid dan merawatnya dengan
penuh kasih sayang.
Hati Muhammad memang penuh dengan kasih sayang dan cinta. Hatinya penuh
dengan tenggang rasa dan maaf; dengan pengorbanan dan pertolongan; dengan
keinginan untuk sellau memberi.
Cintanya seolah tervisualisasi dan tersebar di segala penjuru. Beliau mencintai
Tuhannya dan semua makhluk-Nya; mencintai Allah dan semua ciptaan-Nya;
emcnintai Yang Mengadakan dan yang ada.
Beliau menyeru kita kepada cinta,
yang merupakan pangkal dari semua kebajikan. Cinta yang merupakan dasar dari
semua hubungan indah, akar dari semua kesucian dan inti dari semua kegembiraan.
Beliau menyeru kita kepada cinta; yang merupakan obat bagi jiwa yang
timpang; hati yang menyimpang. Cinta yang merupakan terapi atas ketegangan
saraf dan yang mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan.
Beliau menyeru kita kepada cinta hingga jiwa kita bisa jernih dan suci;
hingga hati kita bisa kembali bersih; hingga ktia bisa melampaui semua
kebutuhan fisik dan materi; hingga kita bisa mendapatkan kebahagiaan dan
mendapatkan limpahan kasih sayang-Nya.
Beliau menyeru kita kepada cinta; yang dengannya kita mampu merespon
kebutukan denegan kebajikan; membalas kejahatan dengan kebaikan dan menghadapi
kebencian dengan cinta. Dengan cinta kisa bisa melawan kekerasan dengan kasih
sayang hingga akhirnya kita mampu mendapatkan firdaus-Nya yang hilang. Kita mampu
memadamkan keinginan untuk selalu memenuhi kebutuhan materi dan syahwat belaka
hingga kita mampu kembali ke surga-Nya dan kekal dalam keridhaan-Nya.
Salam untukmu, wahai Muhammad. Nabi yang telah mengajarkan cinta kepada
kita. Cinta yang merupakan dasar kehidupan dan pangkal keimanan serta asas
kebajikan. Cinta yang merupakan penggerak dunia dan jalan mencapai kesuksesan
di akhirat, kebahagiaan di dunia dan kenikmatan di mana pun.
Cinta! Tiada yang lain selain
cinta. Cinta! Segala sesuatu selalu ada setelah cinta. Cinta! Tidak ada apa pun
tanpa cinta. Sesungguhnya
Allah yang penuh cinta menuntun kita kepada cinta; dan Allah yang penuh cinta
selalu melimpahi kita dengan cinta-NYa
Sepanjang, 24 Juni
2016
good book.. sungguh sangat bermanfaat untkku pribadi.
BalasHapus