Cuplikan dari buku “TUHAN & NABI CINTA”
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam
terbitan
Muhammad Majdy Marjan
Tuhan & Nabi Cinta the Power of Love
Tahun 2006
Penyadur : Pujo Prayitno
ISTRI IDEAL
Cinta antara suami istri tidak akan kekal dan berkembang bila tidak
disertai dengan pelaksanaan beberapa kaidah dan kewajiban sebagaimana yang
Rasulullah saw. paparkan.
Rasulullah saw. bersabda :
“Sebaik-bainya
harta simpanan yang dimiliki seorang lelaki adalah seorang istri yang salehah,
yang bila dilihat menyenangkannya, bila diperintah menaati, dan bila sang suami
pergi, ia menjaga dirinya dan hartanya.” (al-Hadits).
Agar suami dapat selalu mencintai istrinya, maka sang istri hendaknya
menjadi istri yang beriman dan salehah, yang mampu bergaul dengan baik dan
memiliki kelembutan hati. Juga mampu mengurus rumah tangga dan merawat
anak-anaknya dengan baik. Serta memiliki penampilan yang menarik dan
menyenangkan.
Yang dimaksud berpenampilan menarik di sini bukan berarti seorang istri
harus memiliki kecantikan yang luar biasa karena pada dasarnya kecantikan
adalah relatif dan kecantikan seseorang bisa dilihat dari banyak sisi yang
berbeda. Maka, cukuplah yang dimaksud dengan berpenampilan menarik di sini
adalah dengan selalu membersihakn tubuh dan mengenakan pakaian yang bersih.
Dengan demikian maka sang suami bisa selalu meilhatnya dalam penampilan
terbaiknya dan mampu mencium aroma tubuhnya yang wangi hingga ia bisa senang
kepadanya dan menghilangkan segala kepenatan hidupnya.
Seorang istri pun hendaknya selalu taat kepada suaminya dengan tidak
melanggar perintah dan anjuran yang selaras dengan hukum syariat dan penalaran
logis. Sebisa mungkin seorang istri tidak menetang suami ataupun menyakitinya
baik dengan perkataan maupun pandangan sinis, atau dengan melakukan perilaku
yang tak terpuji apa pun penyebabnya.
Seorang istri pun hendaknya mampu menjaga kesucian dirinya dan ikhlas
dalam segala kondisi. Seorang istri hendaknya mampu menjaga kesucian ikatan
pernikahan, baik di saat sang suami berada di sampingnya maupun ketika sang
suami jauh darinya. Atau di saat sang suami ada bersamanya atau saat sang suami
sedang tugas di luar kota dalam waktu yang cukup lama.
Seorang istri hendaknya mampu mengatur keuangan dan hemat dalam memenuhi
kebutuhannya. Hendaknya, ia mampu menjaga harta suami dengan tidak
menghamburkannya demi berbagai urusan yang tidak penting.
Bila seorang sitri memenuhi persayaratan di atas, maka pada saat itu, ia
bukan hanya menjadi seorang istri yang baik, namun juga menjadi kekasih.
Kekasih bagi suaminya. Bukan hanya itu, bahkan sang istri pun menjadi harta
karunnya. Harta karun bagi suaminya dan sebaik-baiknya harta yang dimilikinya
di dunia dan harta yang paling berharga dalam hidupnya. Bahkan, harta tertinggi
yang dimilikinya di muka bumi ini. Sang istri akan menjadi harta karun yang
sangat berharga.
Sebagaimana telah kita bahas, kecantikan adalha satu hal yang relatif.
Cantik dalam pandangan manusia secara umum dan dalam pandangan wanita secara
khusus sangat beragam dan bervariasi. Atas dasar inilah Rasulullah
memerintahkan wanita untuk bisa memperhatikan dirinya, yakni dengan merawat
tubuhnya dengan baik serta membersihkan tubuhnya dan pakaiannya secara rutin.
Juga dianjurkan bagi wanita unutk membersihkan tangan dan kaki, memotong kuku dan
bulu dengan tuuuan umum untuk bisa berpenampilan menarik dan feminis, baik dari
lekuk dan gerakan tubuh, hingga sang suami makin sayang padanya.
Diriwayatkan bahwa Hindun bin Abu Sufyan menemui Rasulullah saw. dan
berkata padanya, “Ya
Rasulullahm baiatlah aku!” Rasulullah saw. berkata kepadanya dengan tegas, “Aku
tidak akan membaiatmu hingga kau mengubah penampilan tanganmu! Keduanya
bagaikan tangan binatang buas!” (al-Hadits).
Renungkanlah bagaimana Rasulullah sangat peduli dengan kebersihan wanita,
baik itu kelembutan tangannya, rambutnya, lututnya, bahkan semua bagian
tubuhnya. Beliau sangat peduli dengan gerak dan feminitas wanita. Juga pada
pakaiannya, perhiasannya dan aroma tubuhnya. Pada semua hal yang berikatan
dengan kefeminiman dan kecantikannya. Sejak kapan? Sejak zaman jahiliah, yakni
14 (empat belas) abad yang silam.
Pikirkanlah anjurannya yang sangat berharga! Beliau memperingati wanita
pada banyak permasalahan mereka sendiri yang terkadang mereka abaikan. Anjuran
yang (setelah ratusan tahun setelahnya) menginspirasi dibukanya banyak klinik
kecantikan, rumah mode, salon, produksi minyak wangi dan produksi alat
kecantikan di berbagai belahan dunia.
Rasulullah telah memulai semua itu sepuluh abad yang silam dan
mengajarkannya kepada umatnya di kala umat lainnya tidak memahaminya. Bukan itu
saja, bahkan Rasulullah sangat teliti dan telaten dalam permasalahn tersebut. Beliau
memahami urgensitasnya, walau tak banyak manusia bisa memahaminya hingga saat
ini.
Bisa dibayangkan, bagaimana kondisi wanita pada zaman Nabi? Lalu,
bagaimana beliau bisa demikian peduli pada permasalahan wanita?
Pada zaman Nabi, bila seseorang memberikan saran pada seorang wanita
akan sesuatu hal yang berkaitan dengan dirinya, maka yang terjadi adalah mereka
tersinggung ataupun malu. Masyarakat pada saat itu seolah tabu membicarakan
tentang kecantikan wanita. Namun Rasulullah yang penuh cinta kasih, sangat
peduli dengan permasalahan umatnya dan mmbongkar segala ketabuan. Beliau memberikan
petunjuk terbaiknya agar manusia mampu menuju kehidupan yang bahagia.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Rasulullah bertemu dengan seorang
wanita bernama Ummu Athiyah yang berprofesi mengkhitan anak perempuan di
Madinah. Rasulullah berkata padanya.
“Wahai
Ummu Athiyah, bersikap lembutlah dan jangan menyiksa, sesungguhnya hal tersebut
akan lebih menyenangkan dan disukai para suami.” (al-Hadits).
Masyarakat, khususnya apda masa lalu, sangat terbiasa melakukan khitan
bagi wanita. Bahkan, mereka melakukan hal yang terlampau keji, yakni mereka
mencabut akar tepi kemaluan, klitoris dan akar lainnya yagn sensitif bagi
sistem reproduksi wanita secara keseluruhan dan hal tersebeut dilakukan karena
pemahaman mereka yang keliru. Mereka menganggap bahwa cara tersebut bia menjaga
kehormatan diri wanita dan mampu menjadikannya lebih terkendali. Juga sebagai
cara untuk mencegah mereka melakukan penyimpangan seksual. Mereka lupa bahwa
cara yang mereka lakukan adalah cara yagn sangat keji. Karena cara tersebut
menghabisi semua daerah sensitif wanita pada kemaluannya yagn berakibat
frigiditas dan bahkan ketakutan dalam dirinya.
Hal tersebut berdampak pada ketidaktertarikan mereka pada lelaki dan
pergaulan. Mereka pun menjadi tidak menyukai aktivitas hubungan seksual dengan
suami mereka dan hal tersebut menyebabkan keduanya, khususnya wanita, akan
merasakan tekanan kejiwaan yagn sangat tinggi ketika akhirnya aktivitas seksual
dilakukan. Timbul perasaan rendah diri dan perasaan gagal pada kedua belah
pihak dalam memberikan kesenangan dan kenikmatan pada pasangannya. Keduanya merasa
bahwa segala energi yagn mereka kerahkan untuk menyenangkan pasangannya
hanyalah sia-sia, dan hal tersebut berimbas pada penyimpangan kesehatan dan
tekanan kejiwaan yagn memungkinkan mereka menutupi semua itu dengan berlindung
di balik narkoba ataupun hal berbahaya lainnya.
Selain itu, dampak terburuk yang bisa terjadi adalah adanya
perselingkuhan pada keduanya yagn menghaancurkan ikatan keluarga yang telah
dibina. Dampak buruk pun akan turut dirasakan oleh anak dan keluarga, serta
mempengaruhi produktivitas kerja dan semua itu hanya disebabkan oleh adat
(kebiasaan) yang dilakukan karena suatu kesalahpahaman.
Permasalahan di atas, apda awalnya tidak diketahui siapa pun, khususnya
pada zaman yang terlalu dini. Namun secara perlahan, manusia mulai menyadari
kesalahpahamannya, terlebih ketika Rasulullah memberikan peringatan tegas
kepada Ummu Athiyah. Beliau telah memperingatkan Ummu Athiyah sepuluh bad
silam. Setelahnya, ribuan penelitian diuji coba dan dilakukan oleh para ilmuwan
besar, dokter, psikolog, ahli bedah, dan sosiolog selama ratusan tahun lamanya.
Mereka pun akhirnya baru dapat membuktikan kebenaran ucapan Rasulullah saw.
akan bahayanya mencabut habis daerah-daerah sensitif pada kemaluan wanita.
Bahaya tersebut, berimbas pada konisi fisik dan psikis, baik pria maupun
wanita. Dampak negatifnya pun menjalar kepada buruknya hubungan seksual dan
hubungan dalam berkeluarga, bahkan pada hubungan bermasyarakat pada umumnya. Inilah
yagn dipaparkan oleh Rasulullah saw. dan diingatkannya sejak empat belas abad
yagn lampau. Kesemuanya iu, dilakukan demi menjaga kebahagiaan hubungan suami
istri dan juga kebahagiaan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.
LELAKI IDEAL
Sebagaimana halnya, Rasulullah memberikan arahan bagi wanita agar mereka
bisa dicintai suaminya, Rasulullah pun memberikan arahan yang sama bagi kaum
lelaki, yakni agar mereka mampu menggapai cinta istrinya.
Arahan pertama yang diberikannya dan bahkan merupakan kewajiban pertama
yang harus dilakukan seorang suami adalah berterus terang dan bersikap terbuka.
Hendaknya seorang lelaki tidak menipu wanita dengan kata-kata manis dan tidak
membuainya dengan janji-janji palsu, seperti dengan membuainya dengan kondisi
keuanggannya yang berlimpah, kondisi keududukannya di masyarakat yang sangat
tinggi, kesehatannya yang prima dan jabatannya yang prestisius, yang kesemuanya
itu hanyalah pemanis belaka.
Seorang lelaki pun hendaknya, tidak menipu wanita perihal kekayaannya,
usianya, nasabnya atau hal lainnya yang tidak sesuai dengan realitas
kehidupannya. Hubungan yang terjadi antara lelaki dan wanita sejak awal,
hendaknya berlandaskan kejujuran dan kejelasan. Dengan demikian, hubungan yang
terjalin adalah hubungan yang kuat dan kokoh. Hubungan yang stabil dan permanen
yang berlandaskan suatu landasan yang kokoh dan kuat. Landasan yang mampu
menahan segala goncangan dan rintangan. Bukan hubungan yang lemah dan rentan
akan berbagai terpaan, atau hubungan palsu yang dibangun di atas landasan pasir
yang rentan hancur seiring dengan datangnya angin.
Rasulullah saw. memberikan nasihat kepada para sahabatnya :
“Bila
seorang dari kalian datang meminang seorang wwanita dan dia mencat rambutnya
dengan warna hitam, maka perlakukanlah wanita sebagaimana layaknya lelaki
berambut hitam memperlakukannya.” (al-Hadits).
Tentunya, keterusterangan adalah hal terbaik yang bisa dilakukan. Sesuatu hal yang apa adanya akan lebih baik
dari sekedar mengada-ada. Kejujuran
akan selalu lebih indah daripada kebohongan dan keterbukaan akan selalu bisa
mendekatkan hati.
Sesungguhnya, garis lurus adalah
adalah jalan terdekat dari dua titik yang berjauhan. Lalu, mengapa kita harus
berputar-putar?
Aib yang Anda sembunikan, khususnya kepada pasangan Andan dan juga
orang-orang terdekat Anda pun, suatu saat akan tampak dan menjadi masalah
tersendiri. Namun dengan mengahadapinya sejak awal, dengan bantuan sahabat dan orang-orang
terkasih, maka akan turut membantu meringankan dampaknya, bahkan bisa jadi akan
hilang dengan sendirinya.
Tali kebohongan sangat pendek. Jalinan tipu daya sangatlah
lemah dan minuman penuh tipuan sangatlah beracun. Seiring berjalannya waktu dan
hari, semua kepalsuan akan terungkap dan skandal terkuak. Keraguan pun akan
hilang dan muncullah kebenaran. Pada saat itulah cinta akan berubah
menajdi kebencian. Kekaguman akan berubah menjadi kehinaan dan kasih sayang
berubah menjadi kekerasan.
Semua yang melakukan kepalsuan hanya akan menjadi kerdil di mata
pasangannya. Demikian pula dengan kemuliaannya, akan jatuh di mata pasangannya.
Dampaknya, ia akan kehilangan kepercayaan diri, bahkan keberasaannya tidak
dianggap di mata keluarga dan para sahabatnya. Semua pihak dekata ataupun jauh
akan menghindarinya. Semua pihak yang baik ataupun buruk akan mengutuknya.
Kenyataannya, kejujuran adalah keniscayaan bagi semua; baik lelaki
maupun wanita. Hubunga yang terjalin antara anak manusia bila dilandasi dengan keterusterangan
bagaikan jalan yang jelas arahnya bagi siapa pun yang ingin menapakinya. Di
jalan seperti itulah, siapapun yang melintasinya akan mengetahui kemana harus
melangkahkan kakinya dan mampu menimbang rencana yang akan ditempuhnya secara
matang. Dengan jalan inilah, maka akan lebih mampu dibangun di atasnya suatu
hubungan yang kuat dan kokoh menahan terpaan angin, tidak usang dimakan zaman,
dan akan terus kokoh hingga akhir usianya.
Kenyataanya, walaupun diraa sulit dan pahit pada beberapa kondisi,
kejujuran adalah satu hal yang lebih baik. Bahkan, lebih penuh kasih dibanding
memberikan suatu informasi yang menyesatkan dan penuh tipu daya, atau sekedar
membuat orang dengan banyak khayalan dan harapan. Kejujuran lebih baik dari
sekedar membangun istana dari pasir. Istana yang rapuh yang lambat laun akan
runtuh dan hancur.
Atas dasar itulah, Rasulullah selalu emnetang kebohongan dan perbuatan
riya. Beliau pun mengharamkan kepalsuan dan tipu daya. Rasulullah menyeru
manusia untuk bisa beruat jujur dan berterus terang dengans sebaik mungkin.
Rasulullah saw. bersabda
“Allah
tidak akan menerima suatu amalan yang di dalamnya terdapat sititik sifat riya.”
(al-Hadits).
Namun demikian, bersikap baik atau kadang yang dikenal dengan
beramah-tamah atau berbasa-basi, bukanlah suatu kebohongan. Kebersihan pun
bukanlah suatu kepalsuandan menghias diri terbaik bukanlah sebagai suatu riya.
Atas dasar inilah Rasulullah saw. menyeru kepada kaum lelaki untuk bisa
berpenampilan baik dan bersolek.d engan demikian, mereka bisa menggapai cinta
istrinya dan mendapatkan kekaguman darinya, penghargaan, penghormatan, amanah
dan keikhlasannya.
Rasulullah saw. bersabda :
“Cuculah
baju kalian, rapikan rambut kalian, bersiwak, bersolek dan bersihkanlah diri
kalian.s esungguhnya, bani Israil tidak melakukan hal tersebut, hingga akhirnya
istri mereka berselingkuh.” (al-Hadits).
Kebersihan sebagian dari iman.
Kebersihan adalah dasar dari semua keindahan. Keindahan dan kecantikan adalah
faktor yang mendatangkan cinta.
Para ilmuwan mengungkapkan apa artinya seseorang, baik lelaki atapun
wanita, yang memiliki lekuk tubuh yang indah, wajah yang cantik dan tampan,
tubuh yang ideal dan proporsional bila penampilannya tidak terawat, rambutnya
acak-acakan, tubuhnya kotor, pakaiannya kotor dan baunya tidak enak. Tidak
diragukan lagi, siapapun yang melihatnya akan menghindar darinya. Bahkan
kerabatnya pun tidak mau berdekatan dengannya dan semua kekasihnya akan lari
darinya.
Agama selain Islam tidak mempedulikan kebersihan individu, khususnya
kebersihan tubuh, dengan dalih mereka lebih memprioritaskan kebersihan ruh atau jiwa. Bahkan, di antara mereka ada yang
menjadi sangat fanantik dengan mengungkapkan bahwa kebersihan tubuh dan
menampilkan penampilan terbaik kepada sesama adalah satu hal yang sangat
dibenci. Hal tersebut merupakan satu betuk bersolek yang terlalu berlebih dan
merupakan satu penyimpangan agama.
Namun pemahaman yang keliru ini sangat rancu. Jiwa dan jasad adalah
unsur yang berkaitan dalam diri manusia. Karenanya, tidak mungkin jiwa
seseorang bisa bersih bila keadaan fisik atau ubuhnya dalam keadaan kotor.
Bagaimana jiwa bisa menjadi fokus dalam penyucian bilakebersihan tubuh tidak
dipedulikan?
Sesungguhnya jiwa mampu menenangkan raga, dan raga adalah satu cakupan
dengan jiwa. Di kala jiwa mampu menggerakkan fungsi raga, maka raga adalah
pelaksana gerak ruh. Keduanya saling berkaitan erat satu dengan lainnya dalam
diri tiapindividu manusia. Dengan demikian, kesucian jiwa sangat berkaitan erat
dengan kondisi raga atau tubuh, dan kebersihan tubuh akan mampu menenangkna
jwia.
Atas dasar inilah maka kita harus memperhatikan kondisi jiwa dan raga
secara bersamaan, dengan memperhatikan keindahan, kebersihan dan kesuciannya
secara bersamaan dan adil, tanpa memprioritaskan satu unsur dengan mengindahkan
unsur lainnya. Hal tersebut harus dilakukan demi menjaga keseimbangan dalam
diri manusia.
Allah berfirman, “Sesungguhnya
Kami telah emcniptakan manusia dalam bentuk yang bsebaik-baiknya.” (at-Tiin
(95) : 4).
Dmeikianlah Allah menciptakan manusia. Allha mendesainnya menjadi
makhluk yang paling mulia dari semua makhluk-Nya di muka bumi dengan harapan
agar manusia mampu menjadi makhluk yang paling sempurna dari semua makhluk-Nya.
Maka tak heran bila kemudian Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk menjaga
kebersihan tubuh dan semua anggotanya secara keseluruhan, baik kebersihan
mulut, gigi, maupun pakaian, memiliki penampilan yang menarik serta
mengeluarkan aroma tubuh yang menyenangkan.
Semua itu ditujukan agar setiap individu dari kita mampu tampil di
hadapan pasangannya, anak-anaknya, kekasihnya, dan sahabatnya dengan penampilan
yang baik. Penampilan yang menyenangkan siapa pun yang melihatnya. Penampilan
yang menyenangkan jiwa dan menyenangkan hati. Penampilan yang menambah point
plus pemakainya, baik bagi dirinya sendiri, orang sekitarnya maupun di hadapan
Allah Swr. Sedangkan penampilan yang tak terurus dan penampilan yang kotor
hanya akan merusak pandangan dan membuat hati menjadi tak menentu. Hal tersebut
hanya akan menambah point minus, baik bagi dirinya maupun bagi sekitarnya.
Diriwayatkan dari Aisyah, istri Rasulullah saw. bahwa beberapa roang
sahabat Rasulullah menunggunya di muka pintu. Pada saat itu, di rumah ada satu
bejana air. Rasulullah mengambil air tersebut untuk mengusap jangut dan rambutnya. Lalu kukatakan padanya,
“Kau melakukan hal tersebut wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab : “Tentu! Jika seseorang ingin menemui
saudaranya, maka persiapkan diri dengan baik! Sesungguhnya Allah Maha Indah
menyukai segala keindahan.” (al-Hadits).
Benar apa yang kau ungkapkan, wahai Rasulullah saw. sesungguhnya Allah
Maha Indah dan menyukai segala keindahan! Keindahan bisa terekspresikan melalui
banyak hal dan di semua hal. Bila kita mampu menjaganya, bila kita mampu
menghias dengannya dan bila kita menampakkannya, maka sesungguhnya kita telah
menjaga keindahan itu sendiri. Keindahan diri kita, keindahan jiwa kita,
keindahan raga kita, keindahan hati kita, dan keindahan tabiat kita. Sehingga
Allah Yang Maha Indah akan mencintai kita, hingga makhluk-Nya pun mencintai
kita, baik itu sahabat maupun kerabat, saudara maupun anak, keluarga maupun
teman, dan semua yang kita kasihi.
Namun demikian, keindahan yang ditampilkan oleh seorang lelaki memiliki
batasan dan hendaknya tidak terlalu berlebihan hingga menyerupai kecantikan
wanita. Yang dimaksud dengan keindahan seorang lelaki adalah dengan
memperlihatkan penampilan terbaiknya dalam kemaskulinannya, penampilan yang
diimpi-impikan olehn kaum wanita.
Diriwayatkan bahwa pada suatu saat, Rasulullah saw. melihat seorang
lelaki yang berbicara dengan cara yang terlalu feminim dan lelaki itu berjalan
dengan sangat gemulainya dengan tangan dan kakinya yang penuh dengan hena
(pacar kuku). Rasulullah terkejut melihat penampilannya dan mempertanyakan apa
yang terjadi padanya. Lalu para sahabat mengatakan bahwa lelaki tersebut
berkeliaran bebas di penjuru kota dengan penampilan seperti itu.
Para sahabat lalu berkata padanya, “Apakah kita perlu membunuhnya, wahai
Rasulullah!” “Rasulullah mengungkapkan,
“Sesungguhnya aku telah dilarang membunuh orang-orang yang mengerjakan shalat.”
(al-Hadits).
Ada pembatas yang jelas antara
feminitas dan maskulinitas. Menyucikan dan membersihkan diri serta menampilkan
diri dengan penampilan terbaik adalah hal yang harus dilakukan oleh laki-laki
dan wanita. Namun demikian, berhias ala wanita tentunya sangat berbeda dengan
dandanan kaum lelaki.
Kaum wanita diperbolehkan untuk menghias rambutnya dengan berbagai
perhaisan dan pernak-perniknya. Juga diperbolehkan untuk menggoreskan kosmetik
pada wajahnya, bibirnya, tubuhnya dan juga kulit kukunya. Kaum wanita pun
diperbolehkan untuk menyemprotkan wewangian di tubuh dan pakaiannya serta
menampilkan cara jalannya yang gemulai ataupu
emnunjukan cara bicaranya yang manja di hadapan suaminya. Hal tersebut
dikarenakan memang itulah ciri feminitas seorang wanita pada umumnya. Namun
bagi kaum lelaki, cukuplah baginya menjaga kesucian dan kebersihan driinya
dengan merapikan rambut dan kukunya dan menampilkan sosok maskulinitas dirinya
dengan menggunakan wewangian sewajarnya, tanpa terlalu berlebihan yang
menyebabkan menjadi seperti wanita.
Sesungguhnya, kemuliaan yang diinginkan dari seorang lelaki dan
dibanggakan oleh kaum wanita adalah kemaskulinan dari seorang suami, putra,
saudara lelaki dan ayahnya. Kelebihan seorang wanita adalah penampilannya yang
elok dan kelemah-lembutannya, sedangkan kelebihan seorang lelaki adalah keperkasaannya
dan keteguhannya.
Bersih tubuh dan bagusnya penampilan yang diiringi dengan sikap
kemaskulinan sejati adalah faktor yang menjadi kekaguman kaum wanita.s edangkan
bersih tubuh, keelokan penampilan diiringi dengan sikap feminitas seorang
wanita adalah hal yang sangat disukai oleh kaum lelaki.
Allah berfirman, “Katakanlah.
‘yang mengharamkan perhiasan dan Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?”
(al-A’raaf (7) : 32)
Alalh telah menganugrahkan berbagai macam kebaikan bagi hamba-Nya dan
menghalalkan bagi kita untuk menikmati berbagai kenikmatan hidup, yakni semua
kenikmatan yang halal dan baik. Mencakup semua makanan, minuman, pakaian,
interior, alat transportasi, pepohonan, lautan, burung-burung, benda antik,
wewangian, bukit, pegunungan dan berbagai pemandangan lainnya serta segala
sesuatu yang telah diciptakan dan ditundukkan-Nya bagi manusia, baik itu kaum
lelaki maupun wanita. Keduanya memiliki hak yang sama dalam menikmatinya.
Pemenuhan Kebutuhan Seksual Yang
Mutualis
Baik lelaki maupun wanita, keduanya dalah kenikamtan bagi pasangannya
masing-masing. Bahkan, bisa dikatakan bahwa keduanya adalha puncak kenikmatan
duniawi (kenikmatan jiwa dan raga), satu dengan lainnya. Atas dasar inilah,
keduanya memiliki hak yang sama untuk bisa saling menikmati, baik itu
kenikmatan jiwa maupun kenikmatan raga dengan ukuran dan batasan yang sama;
baik dalam memandang, berbicara, bercinta, kedekatan, sentuhan maupun dalam
berbagai aktivitas seksual lainnya.
Pemenuhan kebutuhan seksual adalah kebutuhan lelaki dan wanita secara
bersamaan. Atas dasar inilah, maka lelaki memiliki hak untuk bisa menikmati
keupasan aktivitas seksual bersama istrinya. Demikian pula dengan wanita, ia
memiliki hak untuk bisa menikmati kepuasan aktivitas seksualnya bersama
suaminya. Tidak perlu malu dalam mengungkapkannya.
Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabatnya :
“Bila
seseorang dari kalian bersetubuh dengan pasangannya, maka ungkapkanlah
kejujuran padanya. Bila ia telah mampu mencapai kepuasannya sebelum pasangannya
mencapainya, maka hendaknya ia tidak terburu-buru menyudahinya,d an ia tetap
menunggu, hingga pasangannya mencapai kepuasan yang sama.” (al-Hadits).
Permasalahan ini adalah permasalahan yang sangat penting dan umumnya
tidak begitu diindahkan oleh banyak kaum lelaki. Banyak dari mereka, baik
karena kebodohan, kelalaian maupun keegoisannya, hanya memuaskan hasrat
sekusalnya tanpa mempedulikan dan mengindahkan kepuasan psangannya.
Keinginannya seolah hanya terfokus pada pemenuhan kebutuhan seksualnya
saja tanpa memikirkan pemenuhan kebutuhan seksual pasangannya. Ia hanya
menganggap wanita sebagai pemuas saja dan seolah tidak memiliki perasaan
ataupun kebutuhan seksual yang harus dipenuhinya sebagaimana dirinya. Ia
seranggapan seolah kepuasan hanyalah haknya, bukan hak pasangannya. Dengan
demikian, ia seolah berpendapat bahwa apa yang diperbolehkan untuknya tidak
layak didapatkan pasangannya dan apa yang dihalalkan untuknya adalah hal-halal
untuk pasangannya.
Apakah seorang lelaki tidak mengetahui bahwa dengan melakukan kontak
tubuh dengan pasangannya, berati ia telah membangkitkan perasaaan dan gairah
seksual pada diri pasangannya? Lalu, mengapa ia terlalu terburu-buru menyudahi
aktivitas seksualnya padahal pasangannya belum merasakan kepuasan seperti yang
dirasakannya? Mengapa ia tidak mau menunggu? Mengapa ia tidak memadamkan api
yang telah dinyalakan pada diri pasangannya? Mengapa ia tega meninggalkan
pasangannya di tengah jalan dan langsung tidur tanpa mepedulikan perasaannya?
Mengapa ia meninggalkannya dalam keadaan gelisah dan berputus asa karena belum
terpuaskan kebutuhannya, dan hal tersebut terus menghantuinya hingga pagi
bahkan hingga hari beikutnya?
Wanita dengans egala tabiatnya adalah sosok pemalu, dan karenanya, ia
tidak akan mampu berterus terang akan apa yang dirasakannya kepada suaminya. Ia
menyembunyikan semua deritanya dalam hatinya, ia menahannya seorang diri hingga
semua itu mampu mengeerogoti kabahagiaannya dan mempengaruhi segala tabiat dan
perilakunya terahdap suaminya, anak-anaknya dan semua yang berinteraksi
dengannya, tanpa seorang pun bisa mengetahui penyebabnya secara pasti.
Lebih dari itu, bahkan karena ketidak puasannya tersebut wanita pun
menjadi rentan mengalamai frigiditas. Ia
menjadi benci untuk bisa bersetubuh secara totalitas. Kontak tubuh yang
dilakukannya adalah kontak tubuh yang tidak akan menghasilkan anak, ataupun
gairah seksual. Kontak tubuh yang
memendam kegagalan dan keputus asaan. Ia pun menjadi sangat sulit untuk berinteraksi
dengan kaum lelaki dan terkesan ia banyak menyulitkan siapa pun yang ingin
dekat dengannya.
Ia menjadi begitu merendahkan
kamu lelaki dan di saat setan mampu menjerumuskannya. Tak jarang ia bisa
menjadi penghianat cinta. Berselingkuh dengan lelaki lain selain suaminya yang
akhirnya semuanya itu berujung pada kehancuran rumah tangga, bahkan
masysarakatnya. Ia telah menodai agama dan etika moralnya.
Atas dasar itulah, Rasulullah mewajibkan setiap ellaki untuk bisa
memuaskan pasangannya sebagaimana mereka mampu mendapatkan kepuasan dari
pasangannya, untuk memenuhi segala gelora jiwa pasangannya sebagaimana mereka
mampu mendapatkan kepuasan atas gelora jiwa dari pasangannya. Hendaknya setiap
lelaki tidak emndahului kepuasannya dari kepuasan pasangannya. Hendaknya ia
tidak menyodorkan potongan daging kepadanya bia ia memang tidak ebrniat
memberinya. Jangan menawarkannya. Dan, jangan membuka nafsu makannya bila hanya
akan membuatnya kelaparan.
Dengan semikian, bila seorang
lelaki telah mendapatkan kepuasan sekusalnya dan pasangannya belum
mendapatkan kepuasan yang sama, maka hendaknya ia teap melanjutkan aktivitas
seksualnya dan mengikuti aturan mainnya hingga pasangannya mampu mencapai
kepuasan. Dengan demikian, maka satu sama lain sama-sama mampu memenuhi
kebutuhan seksual yang sama dan bisa salign ebrbagi cinta dan kasih secara
mutualis. Keduanya mampu memenuhi gairah seksual dan mencapai kepuasan secara
bersama, yang akhirnya melaraskan langkah mereka sebagai suami istri yang
saling berbagi kebahagiaan dalam hidup.
Walau dengan berbagai kesibukan dan tanggung jawab yang mendera, dan
memiliki berbagai permasalahan umat yang harus dipecahkan, namun Rasulullah
tetap menjadi sosok yang paling lemah lembut kepada istrinya. Beliau selalu
menampakkan wajah yang ceria di ahdapan istri-istrinya. Beliu pun selalu
konsisten mengunjungi semua istrinya di pagi dan sore hari,d an ebrusaha
membantu memecahkan permasalahan hidup yang mereka miliki. Beliau selalu ikut
serta bercanda rida dengan istrinya. Bahkan, tak segan membantu pekerjaan
rumah.
Beliau ikut membersihkan rumah dan membantu istrinya, serta menyeru
kepada para sahabat untuk meneladaninya dalam hal tersebut, yakni dalam
membantu istri dan melayaninya dalam pelbagai permasalahannya.
Rasulullah saw. bersabda :
“Melayani
istrimu adalah sedekah.” (al-Hadits).
Sungguh, pernikahan adalah ikatan integratif, jiwa dan raga, akal dan
pikiran, amteri dan non materi. Pernikahan adalah ikatan untuk bisa saling
menolong. Iakatan saling membantu dalam segala hal. Dengan demikian, sudah
selayaknya setiap suami atau istri tidak ragu membantu apa yang bisa
dilakukannya dan memberi apa yang dimilikinya, baik itu berupamharta maupun
jasa; baik itu berupa bantuan, nasihat maupun sekedar semangat; lirikan,
sentuhan mesra, padangan mengharagai atau senyuman manis. Setiap pihak
hendaknya mampu memberikan yang terbaik, karena satu dengan lainnya saling
melengkapi, baik itu melengkapi keluarga, masyarakat maupun kehidupan manusia
secara global.
Keluarga adalah fondasi utama dari struktur masyarakat. Kebahagiaan masyarakat
tergantung pada kebahagiaan dalam keluarga. Atas dasar itulah, Rasulullah
memerintahkan tidap individu untuk bisa memecahkan segala permasalahan keluarga
(baik itu yang tersurat maupun tersirat, yang umum maupun yang khusus, yang
berhubungan dengan jiwa maupun raga; yang berhubungan dengan permasalahan agama
maupun dunia) dan memperbaiki interaksi antar anggotanya.
Rasulullah memerintahkan setiap individu untuk bisa memperjelas semua
hal yang samar dengan penuh keterbukaan, walau hal tersebut menyakitkan. Beliau
pun menganjurkan untuk bisa memecahkan segala masalah yang muncul. Semua itu
demi kebahagiaan setiap individu, baik lelaki maupun wanita, yang berujung pada
kebahagiaan keluarga dan masyarakat.
Dengan demikian, maka setiap individu masyarakat akan mampu meningkatkan
produktivitasnya untuk kemajuan bersama dan untuk kebahagiaan di dunia dan akhirat
hingga Allah meridhai semua aktivitas hamba-Nya dan memberikan hamba-Nya
limpahan cinta dan kasih sayang-Nya; menggandakan kebajikan serta memasukkan
hamba-Nya ke dalam rahmat dan ampunan-Nya.
T A M
A T
Sepanjang,
22-06-2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar