Dan membangun manusia itu, seharusnya dilakukan sebelum membangun apa pun. Dan itulah yang dibutuhkan oleh semua bangsa.
Dan ada sebuah pendapat yang mengatakan, bahwa apabila ingin menghancurkan peradaban suatu bangsa, ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu:

Hancurkan tatanan keluarga.
Hancurkan pendidikan.
Hancurkan keteladanan dari para tokoh masyarakat dan rohaniawan.

Selasa, 28 Juni 2016

Fihi ma Fihi yang mengenal dirinya yang mengenal Tuhannya Jilid III



YANG MENGENAL DIRINYA – YANG MENGENAL TUHANNYA
AFORISME-AFORISME SUFISTIK JALALUDDIN RUMI
Penerbit : PUSTAKA HIDAYAH
Cetakan Pertama, Rajab 1421/Oktober 2000
Penyadur : Pujo Prayitno 

Empat Puluh Tiga
TEMUKANLAH CERMIN YANG TEPAT UNTUK WAJAHMU

Saif dari Bukhara pergi ke Mesir
Seetiap orang mencintai cermin, setiap orang mencintai cermin karena ciri dan kualitasnya yang baik. Tidak sadar atas kenyataan wajahnya sendiri, seseorang lantas menganggap hijab menjadi wajah orang lain dan cermin menjadi cermin bagi wajah orang lain. Bukalah wajahmu hingga engkau dapat menemukan aku adalah cermin bagi wajahmu., dang engkau akan tahu bahwa aku adalah sebagus-bagusnya cermin.
Untuk menjawab seseorang yang mengatakan dia menganggap bahwa nabi dan orang suci berjalan pada kepuasan yang salah dan tidak ada sesuatu yang lain dalam diri mereka selain alasan, baginya dapat dikatakan, “Apakah engkau berbicara melalui topimu, atau engkau berbicara dari suatu visi? Apabila engkau memiliki visi dan berbicara darinya, maka sesungguhnya visi telah diaktualisasikan dalam diri seseorang. Ia menjadi sesuatu yang paling berharga serta paling agung di dalam seluruh eksistensi. Visi juga merupakan batu loncatan ketulusan nabi, karena mereka tidak mengakui apa pun kecuali visi seseorang. Sementara itu, apa yang engkau miliki hanyalah pengetahuan, buka visi. Demikian juga , visi apat diejawantahkan hanya melalui sasaran visi tertentu karena untuk melihat’, dalam bentuk kata kerja transitif, membutuhkan sesuatu hal yang lain untuk dilihat, dan suatu piranti untuk melihat. Hal yang dilihat adalah hal yang dicari, dan piranti untuk melihat adalah pencari, atau jalan lain yang berada di sekitarnya. Karena penolakanmu itu, pencari yang dicari, dan perbuatan melihat, telah disepakati sebagai suatu eksistensi (yang ada). Dan hubungan Tuhan – manusia adalah contoh dimana pernyataan negasi menjadi penegasan dari suatu eksistensi.”
Ada seseorang yang mengatakan bahwa beberapa orang menjadi pengikut seorang dimwit dan merasa segan keapdanya. Untuk hal ini aku berkata bahwa, “syeh dimwir” itu tidaklah lebih inferior daripada batu atau berhala, yang para pemujanya merasa segan dan memujinya, menempatkan harapan kepadanya, merindukannya, meminta kepadanya berbagai hal, dan menangis untuknya. Batu tidak mengetahui atau merasakan sesuatu hal pun, tetapi Tuhan telah membuat sesuatu yang menjadikan orang-orang menyembah batu tersebut, meskipun batu itu sendiri tidak mengetahui apapun.
Diceritakan bahwa ada seorang faqih yang memukul seorang anak. “Kenapa engkau memukulnya?” seseorang bertanya pada sang faqih. “Apa kejahatannya?”
“Engkau tidak tahu apa yang dilakukan bajingan ini! Dia menumpahkan itu semua!”
“Apa yang telah dilakukannya?” Dosa apa yang telah dilakukannya?”
“Dia melarikan diri ketika telah sampai di puncak.”
Yang didmaksudkan oleh sang faqih, bahwa ketika dia sedang memukuli anak itu, imaji anak itu pergi dan mrusak saat-saat puncak. Tidak diragukan lagi bahwa cinta faqih adalah untuk citra tubuh mental si anak, tetapi anak itu tidak tahu apapun tentangnya.
Orang-orang itu mencintai citra mentalnya sendiri atas syeh yang tidak berguna. Syeh yang tidak mengetahui apa pun tentang keadaan pemisahan, penyatuan, dan tentang kenikmatan (ekstase). Jika seperti itu yang terjadi, maka, meskipun cinta terhadap imajinasi yang salah dan tidak pada tempatnya, itu bisa mengantarkannya pada keadaan ekstase., kenikmatannya tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya, yang sadar terhadap keadaan pencinta. Kenikmatan lelaki yang memeluk tugu batu di dalam kegelapan, berpikir bahwa itu adalah kekasihnya dan menangis sambil meratap, tidak seperti kenikmatan orang yang memeluk kekasihnya yang hidupd an sadar.

Empat Puluh Empat
JADILAH MANGSA TUHAN DAN TERSENYUMLAH

Ketika seseorang memutuskan untuk berjalan ke sebuah tempat, dia memiliki pikiran rasional, misalnya, “Apabila aku pergi ke sana, kepergianku tetnu akan berguna. Aku akan dapat menyelesaikan banyak hal. Urusanku akan jadi teratur; teman-temankau akan senang; dan aku akan mengungguli musuhku.” Ini adaah pernyataan. Meski demikian, maksud Tuhan bisa jadi sesuatu yang lain seluruhnya. Demikian banyak strategi dibuat manusia dan demikian banyak usulan dipikirkannya, tetapi tidak satu pun yang bisa dicapainya dengan memuaskan. Meski demikian, dia akan terus mengandalkan strateginya dan kebebasannya untuk memilih.
Manusia berharap, tidak menyadari pengurusan;
Dalam pengurusan Tuhan, harapan menjadi lenyap.
Ini seperti seseorang yang bermimpi, dia menjadi seorang yang asing di sebuah kita. Dia tidak kenal seorang pun  di sana, dan tidak seorang pun yang mengenalnya. Maka dia berkenalan dalam kebingungan. Orang tersebut, yang diliputi penyesalan dan kesedihan, bertanya, “Kenapa aku harus datang ke kota ini, padahal aku tidak memiliki teman atau kenalan?” dia menamparkan tangannya dan mencubit bibirnya. Ketika bangun, dia tidak melihat kota ataupun orang-orang, maka dia sadar segala duka cita dan penyesalannya tidak berguna. Dia menyesal telah bekerja sendiri dalam keadaan seperti itu dan menganggapnya sia-sia. Ketika dia kembali tidur dan bermimpi dirinya di kota lain seperti yang pertama, dia mula lagi merasa menyesal dan berduka karena datang ke tampat seperti itu. Tidak eprnah terpikir olehnya bahwa ketika dia terjaga dia pernah menyesali duka cita sebelumnya – sadar itu telah menjadi kesia-siaan, hanya mempi yang tiada arti. Sekarang terjadi lagi hal seperti itu. Ribuan kali orang melihat harapan, usulan dan rencana muncul dalam kekosongan. Semuanya tidak membuat kemajuan apa pun terhasdap keinginannya. Meski demikian, Tuhan melemparkan kelupaan di atas mereka hingga melupakan segalanya. Mereka mengiktui gagasn dan pilihannya sendiri. Tuhan berada di antara manusia dan di atas hatinya (QS. 8 : 24).
Ketika masih menjadi raja. Ibrahim Adham pergi berburu. Karena mengejar rusa, dia menjadi terpisah dari pasukannya. Meskipun kudanya basah kuyup oleh keringat, dia terus melarikan kuda tersebut. Setelah melewati akhir dataran, rusa itu berbalik dan berkata, “Engkau diciptakan bukan untuk hal semacam ini! Engkau tidak dibawa dari dunia ketidakberasdaan (non-existence) menuju dunia kebreadaan (existence) hanyak untuk memburuku. Anggaplah engkau menangkap aku. Kemudian, apa yang akan engkau lakukan?” mendengar hal itu, Ibrahim menjerit dan loncat dari atas kudanya. Tidak ada siapa pun di dunia yang buas itu selain seorang penggembala yang kepadanya dia emminta untuk mengambil tanda-tanda kerajaannya, pakaian bertabur permata, senjata dan kudanya. “Ambillah ini” dia berkata, “dan berikan kepadaku mantel tebalmu. ‘Tetapi jangan katakan kepada siapapun, dan jangan berikan kepada siapapun tanda-tanda yang kuberikan.” Dengan memakai mantel kasanrnya, dia ebrangkat di atas jalannya sendiri.
Sekarang, lihatlah yang menjadi perhatiannya! Apakah ini? Apakah yang menjadi perhatian Tuhan? Ibrahim ingin menjadikan rusa sebagai mangsanya, tetapi Tuhan menjadikan dia sebagai mangsa rusa. Itu terjadi agar kalian menaydari bahwa apapun yang terjadi di dunia, semuanya ada dalam kehendak Tuhan. Semuanya terjadi selaras dengan kerajan-Nya dan sesuai dengan maksud Tuhan.
Suatu saat, sebelum menjadi Muslim, Umar pergi ke rumah adik perempuannya. Saat tiba di sana, adiknay sedang melantunkan Surah Thaha dar Al-Qur’an keras-keras. Tetapi ketika adik perempuannya melihat Umar datang, dia berdiam diri dan menyembunyikan Al-Qur’an. Umar menghunuskan pedangnya dan berkata, “Katakan kepadaku, apa yang sedang engaku baca dan kenapa engkau langsung menyembunyikannya ketika aku datang. Atau aku akan langsung memotong kepalamu dengan pedangku dan tidak memberimu ampun!”
Mengetahui kesungguhan ancaman dan keekjaman Umar,a diknya yang merasa takut atas kehidupannya, akhirnya mengaku, “Aku sedang memabca ayat-ayat yang telah diwahyukan Tuhan di wktu terakhir ini kepada Muhammad.”
“Bacalah algi apa yang tadi engkau baca dan aku akan mendengarkannya.” Kata Umar. Maka adiknya kembali membaca surat Thaha. Umar menjadi ribuan kali lebih murka dan mengatakan, ‘Apabila aku membunuhmu sekarang, itut entu akan menajdi pembunuhan yang tidak pantas. Pertama-tama aku mesti pergi dan memotong leher Muhammad dan baru kemudian aku akan membunuhmu!” dan demikianlah, dengan penuh kemarahan, sambil mengayun-ayunkan pedangnya yang terhunus, Umar memutuskan untuk pergi menuju masjid Rasulullah.
Ketika beberapa petinggi suku Quraisy melihat Umar sedang bergegas ke arah itu, mereka berkata, “Umar bermaksud menuju Muhammad. Apabila ada seseorang yang bernai melakukan apa pun, itu tentu Umar.” Umar dikenal sebagai lelaki kuat perkasa dan jantan, dia akan menaklukkan suatu kaum dan kembali dengan kejam untuk mengalahkan pasukan manapun yang dia hadapi. (Bahkan Nabi Muhammad selalu mengatakan tentang dia, “Ya Tuhan, menangkanlah agamaku melalu Umar atau Abu Jahal,” karena pada saat itu keduanya dikenal dengan keberanian dan kejantanannya. (Ketika Umar akhirnya menjadi seorang Muslim, dia meratap dan berkata, “Wahai Rasulullah, apa jadinya jika engkau menyebutkan Abu Jahl! Pertama dan berkata, “Ya Tuhan, emangkanlah agamku melalui Abu Jahl atau Umar.” Apa yang akan terjadi kepadaku? Mungkin aku akan tetap berada di atas jalan yang salah.”)
Meski demikian, sementara dia berjalan menuju masjid Nabi, dengan pedang terhunus di tangan, Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad. Dia mengabari Nabi Muhammad bahwa Umar akan datang untuk menerima Islam dan Nabi harus menerimanya. Ketika Umar memasuki masjid dia melihat dengan jernih sebuah anak panah yang terbang dari Nabi dan menikam hatinya. Dia dibiarkan menangis dan jatuh tidak sadarkan diri. Kasih sayang dan cinta, lahir dari jiwanya. Dalam cinta yang agung itu, Umar ingin hilang dan termakan di dalam diri Rasul.
“Sekarang, wahai Nabi Allah.” Kata Umar, “tawarilah aku iman dan ucapkanlah kata-kata yang penuh berkah itu agar aku bisa mendengarkannya!” Ketika Umar telah menjadi Muslim, dia berkata, “Dengan penuh rasa syukur serta keinginan untuk menebus dosa karena telah datang kepadamu dengan berhunus pedang, maka aku katakan di sini bahwa aku tak akan memberi ampun kepada siapa pun yang meremehkanmu. Dengan pedang ini pula, aku akan langsung memisahkan kepala dari tubuhnya!”
Begitu Umar muncul di luar masjid, ayahnya mendekati dia dan berkata, “Engkau telah mengubah agamamu!” Dengan gerakan yang cepat Umar mengayunkan pedang dan memenggal kepala orang itu. Kemudian dia berjalan pergi, dengan pedang yang berlumuran darah tergenggam di tangannya. Ketika orang-orang suku Quraisy melihat pedang, mereka berkata, “Engkau berjanji untuk kembali membawa kepala, mana kepala yang kau janjikan itu?”
“Ini kepala yang kujanjikan,” Jawab Umar.
“Engkau membawa kepala ini dari tempat itu?” satu di antara mereka bertanya.
“Tidak,” jawab Umar, “kepala ini bukan dari tempat itu. Tetapi dari yang lain.”
Sekarang, apabila engkau mempertimbangkan apa kehendak Umar dan bagaimana kehendak Tuhan, akan disadari bahwa segala hal ternyata berjalan atas kehendak Tuhan.
Umar bergegas menuju Rasul, dengan pedang terhunus.
Dia jatuh jadi mangsa Tuhan dan tersenyum dengan penuh keberentungan.
Apabila engaku pun ditanya apa yang telah engkau bawa, maka katakanlah, “Aku telah membawa kepala.” Apabila mereka berkata, “Kami sudah pernah melihat kepala ini sebelumnya,” katakan pada mereka bahwa apa yang engkau bawa bukan kepala yang mereka maksudkan. Kepala (sar) adalah yang di dalamnya terdapat rahasia (Sirr); Kalua tidak ada rahasia  di dalamnya, seribu kepala tidak akan berharga satu sen pun!
Engkau pernah membaca ayat yang mengatakan : Dan ketika kami menentukan rumah suci Makkah jadi tempat berkunjung umat manusia, dan tempat yang aman; dan katakan, “Jadikanlah maqam Ibrahim untuk tempat Shalat.” (QS. 2 : 125), Ibrahim berkata, “Ya Tuhan, karena Engkau telah memuliakan aku dengan kenikmatan yang Engkau berikan dan telah memilih aku, sediakan juga untuk keturunanku kebaikan ini!”
Tuhan menjawab, “Ketentuan Kami tidak dipahami oleh orang yang tidak bertuha.” (QS. 124), yakni mereka yang tidak adil, tidak layak dengan kebaikan-Ku.
Maka, Ibrahim, sadar bahwa kebaikan Tuhan tidak untuk orang yang tidak adil dan pemberontak. Kemudian dia membuat syarat dan berkata, “Ya Tuhan, berilah mereka yang memiliki iman dan adil satu bagian di dalam berkah-Mu dan jangan Engkau tahan mereka dari berkah-Mu!”
“Roti biasa tersedia sangat banyak,” kata Tuhan. “Semua memiliki bagian di dalamnya. Seluruh makhluk boleh mendapatkan manfaat atas “rumah tamu” ini, tetapi pakaian khusus kenikmatan, penerimaan, dan kebaikan-Ku adalah takdir bagi orang-orang yang diangkat dan terpilih.”
Kaum tekstualis akan bekata bahwa yang dimaksud dengan hal itu adalah Ka’bah, karena siapa pun yang menyelamatkan diri ke sana, dia akan dilindungi dari malapetaka dan memasuki “permainan terlarang” yang tidak membahayakan. Mereka menjadi orang-orang pilihan Tuhan. Pendapat seperti itu memang benar dan baik, tetapi itu baru menyentuh bagian luar dari Al-Qur’an. Para mistik mengatakan bahwa yang dimaksud “rumah” itu adalah suatu bagian dalam diri manusia. Mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, kosongkanlah bagian ‘dalam’ diriku dari godaan dan keasyikan badaniah. Murnikanlah pikiran yang kotor, jelek dan melankolis, hingga tiada ketakutan lagi di sana. Hingga rasa aman itu mengejawantah, dan betul-betul jadi tempat wahyu-Mu. Biarkanlah di sana tidak ada  jalan masuk untuk godaan setan dan iblis, sebagaimana Tuhan telah menempatkan meteor di dalam surga untuk menghalangi iblis dari mendengar rahasia malaikat dan menjaga mereka dari malapetaka. Ya Tuhan, tempatkan pengawal kebaikan-Mu di atas batin kami untuk menjaga kami dari godaan setan dan tipuan jiwa badaniah!” itulah yang dikatakan kaum esoterik dan mistik.
Setiap  orang memiliki caranya sendiri dalam melakukan sesuatu hal. Al-Qur’an adalah brokat dengan dua sisi. Meskipun sejumlah orang memperoleh manfaat dari satu sisi itu dan sejumlah lagi dari sisi lain, mereka keduanya benar karena Tuhan menginginkan kedua kelompok itu memperoleh manfaat. Seperti perempuan yang memiliki suami dan juga merawat anak kecil; masing-masing memperoleh kenikmatan berbeda dari dirinya. Anak kecil dari sisi di dalam payudaranya dan suami memperoleh kenikmatan  karena menjadi pasangannya. Orang yang mengambil kenikmatan luar dari AL-Qur’an dan “meminum susunya” adalah anak kecil dari jalan,” tetapi mereka yang memperoleh kesempurnaan, memiliki kenikmatan berbeda dan memahami makna Al-Quran dengan cara yang berbeda.
Tempat dan maqam Ibrahim yang terletak di dekat Ka’bah adalah titik tempat kaum tekstualis berkata bahwa seseorang mesti melakukan shalat dua rakaat. Ini tentu benar dan baik. Meski demikian, bagi kaum mistik maqam Ibrahim adalah tempat di mana orang mesti menjadi seperti Ibrahim dan melontarkan dirinya ke dalam api atas nama Tuhan, setelah itu dia mengasingkan dirinya melalui usaha keras dan upaya dalam maqamnya, atau mendekatinya. Kemudian dia akan mengorbankan dirinya atas Nama Tuhan, yakni dia tidak lagi memiliki perhtian atau ketakutan untuk jiwa badaniahnya. Dan rakaat shalat di maqam Ibrahim memang bagus, tetapi dia harus mengerjakan shalatnya dengan cara tertentu sehingga bagian berdirinya berada di dunia ini dan bagian sujud, di dunia lain.
Makna Ka’bah adalah hati Nabi dan orang Suci, tempat Wahyu Tuhan, dan Ka’bah hanyalah cabang. Apabila tidak ada hati, apa maksud yang disediakan Ka’bah? Orang suci dan nabi, telah benar-benar membuang hasrat mereka, mengikuti hasrat Tuhan dan melakukan apapun yang Dia perintahkan. Mereka merasa tersiksa dan melihat dengan pandangan yang iba kepada orang-orang yang tidak berada di dalam kebaikan dan rahmat-Nya, bahkan bila mereka adalah ayah ataupun ibunya.
Kami telah memberikan ke dalam genggamanmu
Kendali atas hati kami:
Yang engkau sebut telah masak aku namakan telah terbakar.
Apa yang aku katakan di sini hanyalah analogi (kiasan), bukan suatu paralelisme yang serupa. Kiasan adalah satu hal, sedangkan kesamaan 9paralel) adalah hal lain. Dengan kiasan Tuhan menyerupakan cahaya-Nya dengan lampu, dan dengan kiasan juga Di  menyerupakan keberadaan orang suci dengan kac alampu. Apabila cahaya-Nya tidak sesuai dengan ruangan, bagaimana mugnkin hal itu akan sesuai dengan lampu atau kaca? Bagaimana mungkin sinar dari cahaya Tuhan akan cocok ke dalam hati? Mereka ketika mencari, engkau akan menemukannya di sana, bukan dari sudut pandang penahanan seperti itu.d apat dikatakan bahwa cahaya berada di dalam tempat itu.
Benda yang tampaknya tidak terpahami, kemudian menjadi bisa terpahami ketika diletakkan dalam bentuk analogi. Itu seperti, katakanlah, ketika engkau menutup mata dan melihat “secara inderawi” berbagai hal, bentuk, dan susunan yang menakjubkan. Tetapi ketika membuka mata kembali, engkau tidak melihat apapun. Tidak seorang pun akan mempertimbangkan ini “terpahami”. Tidak seorang pun akan mempercayai hal itu kecuali engkau meletakkannya dalam bentuk analogi. Dan dengan cara itulah, ia itu akan dapat dipahami. Seperti apa rupanya? Itu seperti orang yang melihat dalam mimpi ratusan ribu benda, tidak satu pun dari benda-benda itu yang akan terlihat ketika dia bangun.
Seperti seoarng arsitek yang membayangkan sebuah rumah – panjangnya, lebarnya, dan bentuknya – di dalam pikirannya sendiri. Bayangannya tidak akan dapat dipahami oleh siapa pun kecuali arsitek menggambarkannya pada secarik kertas. Pada saat itulah gambar rumah akan terlihat. Ketika mengungkapkan bagaimana hal itu akan terjadi, barulah ia dapat dipahami. Setelah itu, setelah dapat dipahami, rumah dapat dibangun dan dengan cara itu, jadi dapat terlihat. Maka, dapat dipahami bahwa semua yang tidak dapat dipahami jadi dapat dipahami dan dapat dilihat melalui analogi.
Sekali lagi dikatakan bahwa di dunia lain, dunia sana, buku-buku akan terbang, sebagian ke tangan kanan, sebagian lagi ke tangan kiri. Di sana juga akan ada malaikat. Singgasna Tuhan, api neraka dan surga. Mizan, perhitungan dan pembalasan. Tidak satu pun dari hal itu dapat dipahami kecuali dikatakan dengan kiasan (analogi). Meskipun tidak terdapat kesamaan untuk hal-hal it di dunia, mereka dapat diungkapkan dengan kiasan. Dengan kiasan, dapat dikatakan bahwa di dunia ini segala ciptaan – tukang sepatu dan raja, hakim dan penjahit sama saja – pergi tidur pada malam hari. Ketika tertidur, pikiran mereka melayan-layan, dan tidak seorang pun ditinggalkan dengan pikiran apa pun sampai fajar – seperti tiupan Israfil pada terompet yang akan menyadarkan debu seluruh tubuh – setiap pikiran manusia kembali bagaikan “buku terbang” kepada pemiliknya tanpa salah; pikiran penjahit kepada penjahit, hakim kepada hakim, pandai besi kepada pandai besi, tiran kepada tiran, dan orang adil kepada orang adil. Tidak seorang pun tidur  pada malam hari sebagai penjahit dan bangun esok harinya jadi pembuat sepatu. Apapun kesibukan seseorang, apda keasyikan  itulah, ia akan kembali. Maka engkau dapat  lihat betapa kenyataan seperti itu ada di dunia lain di sini. Seseorang harus mengalami pewahyuan agar bisa menyadari bahwa segala sesuatu memang berada di dalam kuasa Tuhan. Banyak tulang yang engkau liaht membusuk di dalam kuburan, menikmati istirahat dengan tenang dan tidur memabukkan. Bukan suatu yang tanpa makna bereka berkata. “Semoga bumi berbaring tenang dengannya.” Apabia bumi tidak  menyadari adanya kesenangan, bagaimana mungkin mereka mengatakan hal seperti itu?
Ratusan tahun mungkin berhala itu bagaikan bulan bertahan
Hatiku adalah busur untuk anak panah duka citanya
Di dala debu ambang pintunya hatiku mati dengan manis
Ya Tuhan, siapakah yang berdoa hingga debunya menjadi manis!”
Situasi analogi terjadi di dalam dunia inderawi. Katakan misalnya terdapat dua orang yang tidur di atas ranjang. Salah satu di antara mereka bermimpi dia berada di taman surga di kelilingi gadis cantik, sdangkan yang lainnya melihat dirinya di antara naga, kalajengking dan kelompok-kelompok jahat neraka. Jika engkau mencoba melihat, tidak satu pun di keduanya yang bisa kau lihat. Kenapa hal itu mesti mengherankan, ada sejumlah orang yang menikmati ketenangan, terbaring di dalam kuburan, sedangkan yang lain berada di alam siksaan, derita dan pemeriksaan? Engkau tidak dapat melihat satu atau yang lainnya. Maka dapat dipahami, apa-apa yang tidak dapat terpahami menjadi terpahami melalui kisan dan kiasan itu dapat sama dengan persamaan yang paralel.
Seorang mistik bisa jadi menyebut keadaan ramah yang menyenangkan dengan “musim semi”, dan menyebut keadaa yang menyesakkan dan menyedihkan dengan “musim gugur”, tetapi di dalam bentuk apa kenikmatan yang mirip dengan musim semi dan duka seperti apa yang sama dengan musim gugur? Itu hanyalah kiasan, dan tanpa kiasan, pikiran tidak mampu untuk membayangkan atau memahami suatu wacara.
Tuhan berkata, “Yang buta dan yang melihat tentu tidak sejajar; tidak pula kegelapan dan cahaya; tidak pula bayang-bayang dan angin membakar.” (QS.35:19-21). Dengan ayat ini Dia menyerupakan iman dengan cahaya dan kekafiran dengan kegelapan, iman dengan bayang-bayang lembut dan kekafiran dengan sinar matahari tanpa ampun yang memanggang otak. Tetapi bagaimana mungkin kecerahan rahmat iman mirip dengan cahaya dari dunia lain, atau keburukan kegelapan kekafiran serupa dengan kesuraman dunia ini?
Apabila ada seseorang ayng tertidur sebentar sementara kita berbincang, tidurnya bukan karena rasa ketidakpedulian tetapi lebih karena rasa keamanan. Persisi seperti kafilah berjalan di tengah malam gelap melewati jalan yang sukar, menakutkan dan dipenuhi  ketakutan terhadap adanya serangan perampok. Begitu orang di kafilah mendengar anjing melolong atau ayam jago berkokok, mereka tahu bahwa mereka  telah mencapai situasi yang aman dan tenteram, tempat pikiran mreka menjadi lebih tenang, tempat mereka dapat melemaskan otot, dan tidur dengan aman. Pada jalan terbuka, tempat di mana tidak ada suara atau keributan halaman pekarangan, mereka takut untuk tidur. Di dalam ketenteraman, tempat di mana keamanan terjamin, mereka dapat tidur  dengan damai dan aman meskipun di tengah lolongan anjing dan kokokan ayam jago.
Kata-kata kami juga muncul dari warisan situasi yang aman. Kata-kata kami adalah laporan para nabi dan orang suci. Ketika ruh jadi akrab dengan kata-kata ini, mereka akan merasa aman. Mereka terlepas dari ketakutan karena dari kata-kata yang menghembuskan aroma harapan yang baik.
Katakanlah, misalnya ada seseorang di dalam kafilah pada malam gelap. Dia merasa sangat takut hingaa terus menerus membayangkan akan menyerang kafilah. Dia ingin mendengar dan mengenal suara sahabat seperjalanannya. Ketika mendengar suara mereka, dia merasa aman.
“Katakan, “Bacalah wahai Muhammad,’ karena hakikatmu lembut dan tidak dapat dicapai pandangan. Tetapi ketika engkau berbicara, manusia memahami bahwa engkau akrab dengan ruh, dan dengan demikian mereka akan merasa aman dan tenang.”
Tubuh demikian merana
Nyaris tidak pernah menunjukkan bahwa aku seorang laki-laki :
Apabila tidak karena kenyataan bahwa aku menunjukkanmu
Engkau tidak akan melihat aku.
Di lapangan yang luas dan hamparan perkebunan ada seekor binatang sangat kecil yang tak bsia terlihat. Ia hanya bisa “terlihat” melalui suaranya, ketika ia bersuara. Itu untuk mengatakan bahwa manusia terasing di lapangan dunia ini. Dan inti manusia terlalu halus untuk dapat dilihat. Maka bicaralah, sehingga mereka bisa mengenalmu.
Ketika engkau berhasrat pergi ke suatu tempat, hatimu berangkat lebih dahulu, melihat tempat tujuanmu, dan seperti apa nampaknya; kemudian ia kembali untuk membawa tubuh ke sana. Semua manusia – dalam hubungannya dengan nabi-nabi dan orang-orang suci – adalah tubuh; sedangkan mereka adalah “hati” dunia ini. Pertama, mereka keluar dari kemanusiaannya, daging dan tubuhnya, berjalan menuju dunia lain. Kemudian mereka memperhatikan dunia sini,d an dunia sana, serta mengamati beberapa jalan masuk ke dunia sana. Kemudian mereka kembali ke dunia sini, dan mengajak manusia seraya berkata, “Datanglah ke dunia yang sesungguhnya, dunia murni. Dunia sini adalah fana, sampai persinggahan. Kami telah menemukan titik kepastian dan datang untuk mengabarimu.
Dengan begitu, dapat dipahami bahwa hati selalu tertarik kepada sang kekasih dalam setiap keadaan. Tak perlu melintasi berbagai kelompok, menakuti jalan pintas  manusia, atau menderita dalam hidup. Sungguh kasihan seonggok tubuh yang terikat dengan benda-benda.
Untuk siapa pelayanmu dalam penderitaan?”
“Engkau salah menilau,” sang hati menimpali.
“Aku tetap dalam pelayanan.
Engkaulah yang telah berjalan dalam kehampaan.
Di mana pun engkau berada, dan di dalam keadaan apapun, berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk emnjadi seorang pecinta. Ketika cinta datang dan menjadi milikmu, engkau akan selalu menjadi pencinta – di dalam kuburan, saat kebangkitan, di surga, selamanya menjadi pencinta. Ketika engkau menanam gandum, yakinlah bahwa gandum akan tumbuh. Dan bahwa gandum akan teap sama, baik di dalam lumbung ataupun di dalam oven.
Majnun ingin menulis surat kepada Layla. Dia mengambil pena dan menulis bait ini :
Bayanganmu berada dalam mataku, namamu dalam mulutku
Ingatan kepadamu ada dalam hatiku
Di mana lagi aku harus menulis?
Yakni, bayanganmu tinggal di dalam mataku; namamu tidak pernah lepas dari mulutku; ingatanmu memiliki tempatnya di kedalaman jiwaku. Karena engkau bebas berkelana di tempat-tempat  ini, kemana lagi aku haru mengalamatkan surat? Manjnun mematahkan penanya dan menyobek-nyobek kertas.
Banyak orang yang hatinya dipenuhi kata-kata seperit ini tidak mampu untuk mengungkapkannya secara lisan. Cinta tidak bisa hilang karena ketidakmampuan pengungkapan, karena cinta adalah bagian utama dalam hati. Seorang anak kecil menerima susu, dan susu menjadi makanannya. Meski demikian, dia tidak dapat menjelaskan apa susu itu sebenarnya. Meskipun jiwanya menghasratkan susu, mustahil dia mampu mengungkapkan dengan lisan kepuasan yang diperoleh dari meminum susu atau bagaimana dia menderita apabila dihalangi dari susu. Orang dewasa dapat menjelaskan dan menerangkan tentang susu dalam ribuan cara berbeda, tetapi hal itu tidak mambawa kepuasan atau kenikmatan untuknya.

Empat puluh lima
BAHKAN ANJING PUN MEMOHON SAMBIL MENGIBASKAN EKORNYA

“Siapa nama lelaki muda itu?”
“Saifuddin (Pedang Agama).”
Pedang itu berada di dalam sarungnya. Tidak dapat dilihat. “Pedang Agama” adalah yang melaksanakan perang atas nama agama dan yang berjuang semata-mata hanya untuk Tuhan. Dia memahami jalan yang benar dari yang salah dan mengetahui yang murni dari yang palsu. Meski demikian, seseorang mesti melakukan perang pertama-tama dengan diri sendiri dan membuat diri taat. “Mulailah dengan dirimu sendiri.” Seluruh sasaran yang baik mesti dibuat dari diri.
Meskipun demikian, engkau adalah manusia. Engkau memiliki tangan dan kaki, telinga, indera, mata, dan mulut. Nabi dan orang suci, memiliki keberuntungan baik dan bisa mencapai tujuan, begitu juga manusia. Manusia yang sama-sama memiliki telinga, nalar, lidah, tangan dan kaki seperti aku. Bagaimana bisa terjadi bahwa pintu itu terbuka hanya untuk mereka dan tidak untukku? Engkau mesti memukul telingamu dan melakukan perang siang dan malam dengan diri dan menanyai dirimu sendiri : “Apa yang sudah engkau lakukan? Perbuatan apa yang telah engkau perbuat hingga engkau tidak dapat diterima?” lakukan sesuatu agar engkau menjadi “pedang Tuhan” atau “lidah kebenaran”.
Sebagai contoh, ada sepuluh orang yang ingin masuk ke dalam sebuah rumah. Sembilan dari mereka diizinkan, sedangkan satu orang sisanya ditolak masuk dan ditinggalkan di luar. Tentu orang yang satu ini akan merasa kesal, dia akan meratap dan berkata, “Apa yang sudah aku lakukan hingga tidak diizinkan masuk? Kesalahan apa yang telah aku perbuat?” dia tentu menaruh kesalahan pada dirinya dan menyadari kekurangannya. Dia tidak akan mengatakan, “Tuhan telah melakukan hal ini kepaku. Apa yang dapat aku lakukan untuk ini? Ini adalah kehendak-Nya. Apabila Dia berkehendak, Dia tentu membiarkan aku masuk.” Dengan mengutuk Tuhan dan menggunakan pedang melawan Dia, pedang itu akan jadi “pedang melawan Tuhan”, bukan “pedang dari Tuhan.”
Tuhan melampaui kategori persamaan-persamaan dan hubungan-hubungan. Dia tidak memperanakkan, tidak pula diperanakkan (QS. 112:3). Tidak seorang pun akan memperoleh izin untuk menemui-Nya kecuali melalui penghambaan. Tuhan tidak menginginkan apa pun, tetapi engkau membutuhkan-Nya (QS. 47:38). Memang tidak mungkin untuk mengatakan bahwa seseorang yang mendaat jaminan untuk masuk menuju Tuhan, lebih dekat hubungannya dengan Tuhan atau berkenalan lebih baij dibanding dirimu. Jalan masuknya lebih mudah hanya karena penghambaan yang dia lakukan.
Tuhan adalah pemberi mutlak. Dia memenuhi permukaan laut dengan mutiara; Dia memakaikan duri pada kulit mawar; Dia membekali hidup dan ruh kepada sekepal debu tanpa alasan yang tersembunyi dan tanpa preseden. Seluruh bagian dari dunia ini mengandung-Nya.
Ketika seseorang mendengar di kota tertentu terdapat orang dermawan yang memperkejakan orang-orang dengan bermurah hati, dia tentu akan pergi ke sana dengan harapan memperoleh bagian atas kemurahhatiannya. Karena kemurahhatian Tuhan sangatlah terkenal, karena seluruh dunia sadar pada rahmat dna kebaikan-Nya, kenapa tidak engkau meminta dari-Nya pakaian dan dompet kehormatan? Daripada engkau hanya duduk seperti orang dungu dan berpikir bahwa apabila Dia menginginkan, tentu Dia akan memberimu sesuatu.
Engkau tidak membuat permohonan, sedangkan seekor anjing yang tidak memiliki kecerdasan rasionl ataupun pemahaman, akan datang kepadamu ketika lapar dan mengibaskan ekornya seolah berkata, “eri aku sesuatu untuk dimakan. Aku tidak memiliki sesuatu pun untuk dimakan, tetapi engkau memilikinya.” Kearifan seperti itulah yang dimilikinya. Engkau tidak lebih kurang dari anjing yang tidak puas duduk di dalam timbunan debu dan berkata, “Apabila Dia ingi, Dia akan memberiku sesuatu utnuk kumakan.” Tidak, anjing akan memohon dan mengibaskan ekornya. Engkau pun harus “mengibaskan ekormu” dan memohon kepada Tuhan, karena di depan seorang penderma, pasti ada yang dibutuhkannya. Apabila engkau tidak diberkahi dengan nasib baik, carilah keberuntunganmu darinya yang memiliki kemakmuran. Tuhan luar biasa dekat kepadamu. Apapun gagasan atau konseptualisasai tentang Dia yang engkau miliki, Dia akan seperti itu, karena memang Dia yang membawa konsep itu atau gagasan ke dalam dirimu dan menahannya untuk engaku lihat. Meski demikian, Dia juga dekat keapdamu, agar kau bisa melihat-Nya. Kenapa hal ini mesti tampak aneh? Pada setiap tindakanmu, pikiranmu tidak hanya selalu mengiringimu, tetapi juga memnjadi pemicu setiap tindakanmu, maka engkau tidak dapat melihat pikiranmu. Meskipun engkau mampu melihatnya melalu dampaknya, engkau tidak akan pernah dapat melihat hakikatnya.
Sebagai contoh, ketika seorang lelaki pergi di dalam kamar mandi, kehangatan api selalu bersamanya; meskipun ia dihangati oleh efek dari uap api, dia tidak dapat melihatnya. Ketika keluar dan benar-benar melihat api, dia sadar bahwa dirinya dihangatkan oleh api, bahwa uap ruang mandi berasala dari api. Diri manusia adalah “ruang mandi” yang mengagumkan. Di dalam dirinya ada “uap” pikiran, ruh, dan jiwa. Hanya ketika engkau keluar dari ruang mandi ini dan pergi ke dunia lain engaku akan benar-benar melihat hakikat pikiran. Engkau akan menyaksikan hakiakt jiwa  dan hakikat ruh. Engkau akan sadar bahwa kepintaranmu disebabkan “uap” pikiran, bahwa godaan dan tipu daya disebabkan jiwa rendah, dan bahwa tenaga hidup disebabkan ruh. Engkau akan meliaht panjang lebar hakikat masing-masing. Meskipund emikian, sejauh tetap berada di dalam “ruang mandi”, engkau tidak dapat melihat  “api” secara inderawi, hanya melalui dampak api. Itu akan seperti mengambil seseorang yang belum pernah melihat air dan melemparkan dia dengan mata tertutup ke dalam air. Dia merasa sesuatu yang basah dan lembut melawan tubuhnya, teapi tidak tahu apakah itu. Ketika tutup amtanya dibuka, dia sadar bahwa itu adalah air. Sebelumnya dia tahu itu melalui dampaknya, tetapi sekarang melihat hakikatnya. Maka memohon Tuhan dan buatlah permintaanmu pada-Nya. Tuhan berkata, “Panggilah Aku, dan Aku akan mendengarkan permintaanmu! (QS.40:60).
***********
Kemi tengah berada di Samarkand, dan Khawarazm, Shah telah terkepung di kota, mereka sedang melakukan peperangan dengan segenap kekuatannya. Di daerah tempat kita berdiam, ada seorang perempuan yang luar biasa cantik. Kecantikannya tidak ada bandingannya di kota itu. Aku mendenagr dia berkata, “Ta Tuhan, bagaimana mungkin Engkau tidak akan pernah membiarkan aku jatuh ke tangan tirani? Aku tahu Engkau tidak akan pernah membiarkan hal seperti itu terjadi. Aku menyerahkan diriku dalam perlindungan-Mu.” Ketika kota telah dijarah dan orang-orang tertawan, bahkan pelayan-pelayan perempuan itu dijadikan tawanan, perempuan itu sendiri tidak tersentuh bahanya sedikit pun. Meskipun ia memiliki kecantikan yang luar biasa, tidak seorang pun melihat padanya.
Lantas engkau sadar bahwa siapa pun yang mempercayakan dirinya kepada Tuhan akan aman dari semua kejahatan. Pada pengandilan Tuhan tidak ada permintaan satu orang pun yang menjadi sia-sia.
Seorang darwisy mengajari anaknya untuk meminta kepada Tuahn apa pun yang diinginkannya. Kapanpun anak itu menangis dan meminta Tuhan untuk meminta sesuatu, orang tuanya akan memberikan apa yang dimintanya. Hal itu terjadi selama beberapa tahun. Suatu hari anak kecil itu sedang berada sendiri di dalam rumah dan dia menginginkan bubur. Sebagaimana biasanya, dia berkata, “Aku ingin bubur”. Tiba-tiba satu mangkok bubur muncul dari kerajaan tak terlihat, dan anak itu memakan jatahnya. Ketika ayah dan ibunya kembali dan bertanya apakah dia menginginkan sesuatu untuk dimakan, dia berkata, “Aku telah meminta bubur dan aku telah memakannya.”
“Terpujilah Tuhan!” kata ayahnya, “Engkau telah mencapai jenajng ini, iman dan kepercayaanmu pada Tuhan telah tumbuh demikian kuat!”
********************
Ketika Maryam lahir, ibunya bersumpah kepada Tuhan bahwa dia akan memberikan Maryam semata-mata hanya untuk melayani rumah ibadah. Maka dia melaporkan perwalian anak itu dan menempatkannya di mihrab masjid. Karena zakaria dan orang banyak lainnya ingin menjadi pengawalnya,s ebuah pertengkaran terjadi. Untuk menyelsaikan pertengkaran, apda saat itu merupakan adat setiap orang melemparkan tongkat ke dalam air. Orang yang tongkatnya tetap di permukaan air akan menjadi pemenangnya. Demikianlah kejadiannya, Zakaria melemparkan tongkatnya, dan dia memenangkan undian tersebut. Orang-orang akhirnya berkata bahwa hak Zakaria untuk menjadi pengawal Maryam. Setiap hari ketika dia membawa makanan untuk Maryam di sebuah sudut rumah ibadah, dia menemukan makanan yang sama dengan yang dia bawa telah tersedia di sana.
“Maryam,” kata Zakaria, “meski bagaimanapun, aku adalah penjagamu. Darimana engkau memperoleh makanan ini?”
Dia menjawab: “Ketika aku membutuhkan makanan, Tuhan mengirimi aku apa-apa yang aku inginkan. Kedermawanan dan kasih sayang-Nya tanpa batas. Sisapapun berssandar pada-Nya tidak akan tersesat.”
“Ya Tuhan.” Kata Zakaria. “karena Engkau akan mengabulkan seluruh permintaan, aku pu memiliki ahsrat. Beri aku anak yang akan menjadi teman untuk-Mu. Biarkan dia akrab dengan-Mu tanpa aku harus memaksanya, dan membiarkan dia memusatkan dirinya dengan ketaatan kepada-Mu.” Dan Tuhan membawa Yohanes ke dalam kehidupan Zakaria. Yohanes datang setelah ayahnya menjadi semakin lemah termakan usia dan begitu juga ibunya, yang tiada mampu memberikan kelahiran pada usia muda, tiba-tiba mengalami menstruasi dan mengandung.
Engkau akan menaydari bahwa semua itu adalah dalih (pretext) di hadapan kekuasaan Tuhan, bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan Dia adalah pembuat keputusan yang mutlak. Orang beriman mengetahui siapa di belakang dinding ini yang memberi tahu kita setiap keadaan dan siapa yang melihat kita, bahkan sekalipun kita tidak melihat Dia. Hal seperti ini telah menjadi kepastian bagi orang yang beriman, sebaliknya pada orang yang tidak beriman akan berkata, “Tidak, semua ini hanyalah dongeng!” Harinya akan datang ketika telinganya dipukul; dia akan menyesal dan berkata, “Ah, aku salah telah mengatakan itu. Aku salah. Segala sesuatu adalah Dia, tetapi aku mengingkari.”
Sebagai contoh, engkau tahu bahwa aku berada di belakang dinding ketika engkau bermain rebeck (semacam mandolin). Pastilah apabila engkau pemain rebeck, engkau akan tetap bermain tanpa berhenti. Orang yang shalat tidak berarti dia mesti berdiri, rukuk, sujud sepanjang hari. Sasarannya adalah keadaan yang mengejawantah selama shalat mesti menahan engkau terus-menerus, baik tertidur atau terjaga, baik ketika membaca atau menulis. Di dalam keadaan apa pun engkau tidak boleh kosong dari mengingat Tuhan. Engkau mesti menjadi orang dari mereka yang dengan hati-hati awas terhadap shalat mereka (QS. 70:23).
Maka, seluruh pembicaraan, diam, makan, tidur, kutukan, dan kesabaran, seluruh sifat ini adalah putaran batu giling. Putaran tersebut terjadi tentu diakibatkan oleh air karena apabila mencoba sendiri tanpa air, dia tidak akan ebrputar. Maka apabila batu giling  berpikir putarannya karena dirinya sendiri, itu benar-benar bodoh dan tidak tahu apa-apa. Berteriaklah kepada Tuhan, “Ya Tuhan, selain dari perjalanan dan perputaran aku ini, beri aku yang lainnya, putaran spiritual, karena seluruh kebutuhan dapat Engkau penuhi. Dan karena kedermawanan serta kasih sayang-Mu meliputi segala hal yang ada.” Mintlaah Dia setiap saat karena mengingat Dia adalah kekuatan.” Itu adalah sayap bagi burung ruh. Apabila tujuan itu terpenuhi seluruhnya, itu akan jadi cahaya di atas cahaya (QS. 24:35).
Apabila enkau mengingat Tuhan, sedikit dmei sedikit batinmu akan tersinari dan engkau akan memperoleh kebebasan dari dunia. Apabila burung mencoba terbang ke surga, barangkali dia tidak akan pernah mencapainya. Tetapi ia masih terbang semakin menjauhi bumi setiap saat dan terbang lebih tinggi dariapda burung yang lainnya.
Apabila engkau memilki kesturi di dalam kotak dengan leher pendek, engkau letakkan jemarimu ke dalamnya. Engkau tidak dapat mendapatkan kesturi keluar, tetapi meski demikian jemarimu menjadi wangi dan indera penciumanmu terpuaskan. Mengingat Tuhan, adalah seperti hal itu. Meskipun engkau tidak mampu mencapai hakiaktnya, mengingat Dia akan berdampak banyak, dan semoga manfaat yang agung berliapt ganda.

Empat Puluh Enam
MANIS ADALAH KEKASIH, BETAPA MANISNYA KEKASIH

Syeh Ibrahim merupakans eorang Darwisy yang amat berkuasa. Ketika melihatnya, kita seperti diingatkan pada teman-teman kita. Maulana Syamsuddin selalu mengingatnya sebagai seorang yang amat menyenangkan. Dia biasa memanggilnya dengan sebutan\, “Syeh ‘Brahim Kami.” Panggilan itu mengeratkan hubungan dengannya.
Kebaikan Ilahi adalah satu hal, usaha keras diri sendiri adalah hal lain. Para nabi tidak meraih jenjang kenabian melalui usaha pribadi. Mereka memperroleh pemberian melalui kebaikan Ilahi, tetapi siapapun yang telah mencapai jenjang itu, tentu mereka telah menjalani kehidupan dengan perjuangan yang keras dan kejujuran. Ini pun berlaku untuk orang biasa, hingga mereka dapat menyandarkan pada para Nabi dan apa yang mereka aktakan. Orang biasa tidak dapat melihat bagian dalam, mereka hanya mampu melihat bagian luar. Dengan mengikuti bagian luar, mereka akan menemukan jalan menuju bagian dalam.
Fir’aun juga membuat usaha keras   mengagumkan agar jadi orang baik dan membagikan hal yang baik, tetapi karena tidak memilki kebaikan Ilahi, ketaatan, usaha diri,d an kebaikan, berkurang kemegahannya, dan akhirnya tertutupi awan di atasnya.
Seorang komandan selalu memberikan manfaat dan berbuat baik kepada orang-orang di benteng, padahal dia merencanakan untuk memberontak kepada sang raja. Tetapi kebaikan seperti itu, tentu tidak memiliki arti atau pun kemegahan.
Bahkan apabila seseorang tidak mengingkari adanya Kebaikan Ilahi kepada Fir’aun – karena barangkali Tuhan menahannya dalam kebaikan tersembunyi – dari sisi luar. Dia tentu akan menolaknya demis ejumlah maksud baik, karena seorang raja akan memerintahkan baik kekerasan, atau belas-kasihan, ia memiliki penghargaan, juga penjara. “Orang-orang spiritual” tidak menolak Kebaikan Ilahi pada Fir’aun, tetapi orang-orang material menganggap bahwa dia benar-benar tertolak. Mereka layak untuk memeliahra makna tekstual.
Ketika raja menghukum seseorang di tiang gantungan, raja akan menggantungnya tinggi-tinggi di depan umum, meskipun sebenarnya dia bisa digantung dengan tiang yang renadh di kamar tersembunyi yang jauh dari orang-orang. Meski demikian, sudah menjadi keniscayaan bagi orang lain untuk melihat dan menjadikan si terhukum sebagai contoh, karena hal itulah maka perintah dan aturan raja dibawa ke depan umum. Tidak semua tiang gantungan terbuat dari kayu : posisi resmi, status sosial yang terhormat, dan keberhasilan duniawi adalah juga tiang gantungan yang sangat tinggi. Ketika Tuhan menginginkan untuk menangkap seseorang. Dia memberinya kedudukan agung atau kerajaan besar di dunia, seperti misalnya Fir’aun, Namrud, dan yang menyerupainya. Semua itu bagaikan tiang gantungan yang ditempatkan Tuhan hingga seluruh manusia semestinya bisa menaydarinya. Tuhan berkata, “Aku adalah harta yang tersembunyi. Dan aku ingin diketahui.” Yakni Aku menciptakan seluruh dunia dan semua akhirnya adalah sebagai pengejawantahan-Ku, kadang-kadang melalui kebaikan, kadang-kadang kutukan. Dia bukanlah raja yang kerajaan-Nya dapat diketahui melalui satu hal. Apabila seluruh atom alam seemsta menyatakan Dia dan mengejawantahkan-Nya, mereka akan jatuh bertaburan. Demikianlah, sluruh ciptaan, siang dan malam, membuat pengejawantahan Tuhan. Sebagian dari mereka mengetahui yang dilakukannya dan menyadari penegjawantahannya. Sementara yang lain tidak sadar. Bagaimana pun mereka jadinya, pengejawantahan Tuhan bisa diketahui. Seperti seorang pangeran yang memerintah seseorang untuk dihukum karena perbuatan buruknya. Orang yang dihukum akan berteriak dan menjerit, tetapi setiap orang tahu bahwa baik pemukul dan yang dipukul, keduanya tunduk pada perintah pangeran. Dengan kedua media itu, perintah pangeran “terejawantahkan.”
Manusia menyadari dan menerima keberadaan Tuhan, selalu mengejawantahkan Tuhan, teapi manusia yang menolak keberadaan Tuhan juga merupakan seorang pengejawantahan, karena penerimaan tidak dapat dibayangkan akan ada tanpa adanya penolakan. Kejahatan tanpa adanya kebaikan akan terlihat janggal, begitu juga sebaliknya. Sebagai contoh, ketiak pendebat membuat pernyataan dalam suatu pertemuan, apabila tidak ada seorang pun yang membantah, bagaimana dia dapat membuktikan pernyataannya? Kesenagan apa yang diperoleh dari pendapatnya? Bukti penguatan hanya akan menyenangkan bila dihadapkan dengan penolakan. Dunia ini adalah kumpulan pengejawantahan Tuahn : jika tak ada penerima dan penolak, pertemuan ini akan bodoh, karena keduanya adalah pengejawantahan Tuhan.
Sekelompok sahabat pergi ke ir-i-Akdhisan. Dia jadi marah pada mereka dan bertanya : “Apa yang kalian inginkan di sini?”
“Kami tidak berkumpul sebanyak ini untuk menyalahkan seseorang,” kata mereka, “namun agar dapat saling mendampingi dalam ketabahan dan kesabaran.”
Ketika orang berkumpul untuk suatu pemakaman, hal tersebut bukanlah dimaksudkan untuk menentang kematian, namun untuk menghibur kesedihan karena kehilangan dan melenyapkan penderitaan dari pikirannya. “Orang beriman laksana satu jiwa.” Darwisy bertindak seperti satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh menderita sakit, seluruh bagian akan menderita juga : mata mereka berhenti melihat, telinga berhenti mendengar, dan lidah berhenti berbicara. Seluruh perhatian dicurahkan pada satu bagian yang sakit. Aturan persahabatn ialah bahwa orang mesti mengorbankan diri untuk temannya, orang mesti melemparkan dirinya ke dalam penggorengan atas nama sahabatnya karena semuanya mengahdapi hal yang sama, semuanya tenggelam di dalam lautan yang sama. Ini merupakan efek dari iman dan aturan islam. Apakah beban yang ditanggung tubuh dibandingkan beban yang ditanggung jiwa? Itu tidak akan membahayakan kami, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami (QS. 26:50).
Ketika orang beriman telah mengobankan dirinya kepada Tuhan, kenapa dia mesti memperhatikan adanya ebncana dan bahaya, atau tubuhnya sendiri? Ketika dia pergi menuju Tuhan, untuk apalagi kaki dan tangan? Tuhan memberimu tangan dan kaki untuk dipergunakan berangkat dari Dia di dalam arah ini. Ketika engkau kembali kepada Pencipta tangan dan kaki, apabila engkau kehilangan mereka dan jadi seperti penyihir Fir’aun, apalagi yang bisa menyebabkan duka?”
Orang dapat menghisap racun dari tangan
Dari payudara perak seorang kekasih
Rasa pahit kata-katanya
Dapat ditelan manis  bagaikan gula.
Manis asalah kekasih. Betapa manisnya kekasih!
Dimana ada rasa manis
Kepahitan duka dapat ditahan

Dan Tuhan mengetahui yang terbaik!

Empat Puluh Tujuh
KOSONGKAN GELASMU DAN ISILAH DENGAN ANGGUR YANG MANIS

Tuhan Yang Mahaterpuja berkehendak atas kebaikan dan kejahatan, tetapi Dia hanya merasa senang  oleh kebaikan. Karena Dia mengatakan, “Aku adalah harta yang tersembunyi. Dan Aku ingin diketahui.” Tidak diragukan lagi bahwa Tuhan berkehendak terhadap perintah positif dan perintah negatif (injungsi). Tetapi perintah positif hanya berlaku ketika orang yang diperintah terhalang secara alamiah terhadap sesuatu yang terlarang baginya untuk mendapatkannya. Orang yang lapar tidak perlu diberitahu lagi untuk  memakan manisan dan gul; apabila dia diberi tahu, itu tidak dapat dinamakan perintah, tetapi lebih sebagai perbuatan baik. Perintah negarif (injungsi) juga tidak sah dengan melatarang hal yang tidak dihasrati sesorang. Bukanlah perintah yang sah untuk mengatakan , “Jangan memakan batu.” Atau “Jangan memakan duri.” Apabila hal-hal semacam itu dikatakan, itu tidak dapat dikatakan perintah negatif (injungsi). Maka, agar perintah positif untuk kebaikan dan perintah negatif melawan kejahatan sah, mesti ada jiwa yang menghasrati kejahatan. Menghendaki keberadaan jiwa semacam itu tentu akan menghendaki kejahatan, tetapi Tuhan tidak senang kejahatan. Apabila demikian, Dia tidak akan memerintahkan kebaikan.
Ini seperti orang yang ingin megajar. Dia emnginginkan bahwa murid-muridnya tidak tahu apa-apa karena tidak mungkin mengajar kecuali murid tidak tahu apa-apa. Menginginkan sesuatu adalah menginginkan yang sesuai dengan hal itu. Meski demikian, seorang guru tidak senang apabila muridnya tetap tidak tahu apa-apa. Jika demikian,dia tidak akan mengajarinya. Demikian pula dokter ingin agar orang mesti sakit apabila dia ingin mempraktikkan pengobatan, karena akan mustahil baginya mempertunjukkan seni peneymbuhan kecuali ada orang yang sakit. Meski demikian, dia tidak senang apabila orang tetap sakit. Sebab jika demikian, dia tidak akan mengobati mereka. Demikian pula pembuat roti ingin agar orang semestinya lapar agar hidupnya terus berlangsung. Tetapi dia tidak akan suka apabila mereka harus tetap lapar, karena jika demikian, dia tidak akan menjual roti.
Untuk alasan serupa para jenderal pasukan kavaleri ingin agar penguasan mereka memiliki musuh. Kalau tidak, mereka tidak akan bisa memperlihatkan kejantanan dan rasa cinta mereka pada pengausa, tidak pula penguasa mengumpulkan mereka karean tidak dibutuhkan. Pada sisi lain, mereka tidak puas bila lawan mesti tetap bertahan atau kalau tidak mereka tidak akan berperang. Sama halnya, Tuhan ingin ada motivasi untuk melakukan kajahatan di dalam jiwa manusia karena Dia mencintai rasa syukur, ketaatan, hamba yang saleh, dan ini tidak mungkin tanpa keberadaan motivasi seperti itu di dalam jiwa manusia. Menginginkan suatu hal adalah menginginkan segalanya yang sesuai dengan hal itu, tetapi seseorang mungkin tidak akan menyenangi hal-hal pelengkap itu, karena seseorang dapat berusaha untuk menghapus dari jiwanya.
Maka dapat dipahami kenapa Tuhan menghendaki kejahatan pada satu hal tetapi tidak menginginkannya dalam halin lain.
Seorang lawan barangkali berkata bahwa Tuhan tidak menginginkan kejahatan di dalam keadaan apa pun, tetapi itu mustahil bagi Dia menghendaki satu hal dan tidak menghendaki hal yang mengiringinya. Kesesuaian antara perintah pisitif dan negatif adalah jiwa penuh keinginan ini, yang sifatnya adalah menghasrati kejahatan dan menghindari kebaikan. Satu dari yang seiring dengan jiwa ini adalah seluruh kejahatan di dunia. Apabila tidak menginginkan kejahatan ini, Dia tidak akan menghendaki jiwa. Dan apabila tidak menghendaki jiwa, Dia tidak menghendaki perintah positif dan negatif yang diterapkan apda jiwa itu. Apabila puas dengan jiwa , Dia tentu tidak akan memerintah kepadnya untuk melakukan hal tertentu dan tidak melakukan hal yang lainnya. Maka, kejahatan dikehendaki karena hal lain dari kejahatan itu sendiri.
Lantas lawanmu bisa jadi berkata, apabila Tuhan menghendaki setiap kebaikan dan kebaikan adalah menjijikan atas kejahatan, maka Dia menghendaki kejijikan pada kejahatan, dan kejahatan tidak dapat ditolak kecuali kejijikan ada. Atau dia dapat mengatakan bahwa Tuhan menghnedaki iman, tetapi iman hanya mungkin setelah kekafiran, maka, membuat kekafiran berarti sesuai dengan iman.
Singkatnya, mengehndaki kejahatan adalah sesuatu yang mengerikan, ketika yang dikehendaki adalah kejahatan itu sendiri. Meski demikian, apabila dikehendaki demi kebaikan, maka kejahatan tidak lagi mengerikan. Tuhan berfirman : “Di dalam hukum pembalasan ini engkau mesti hidup.” (QS. 2:179). Tidak ada keraguan bahwa pembalasan dendam adalah kejahatan dan pengahncuran atas bangunan Tuhan adalah suatu kejahatan total. Sebuah contoh, seorang ibu tentu yang tidak ingin menghukum anaknya karena dia melihat sebagian kejahatan, sedangkan seorang ayah yang melihat kebaikan totol, merasa puas untuk menghukum anaknya agar bisa menghentikan masalah pada perkembangan awal anaknya.
Tuhan mengampuni segala hal, memaafkan segala hal, dan keras di dalam penghukuman. Apakah Dia menginingkan julukan itu benar bagi-Nya atau tidak? Jawabnya mesti “ya”, karena Dia tidak dapat memaafkan dan mengampuni tanpa keberadaan dosa. Menghendaki satu hal berarti menghendaki apa yang sesuai dengan hal itu. Maka Dia memerintahkan memaafkan kepada kita sebagaimana Dia memerintahkan kita untuk berbuat damai. Tetapi perintah untuk berdamai tidak memiliki arti tanpa adanya permusuhan.

Empat Puluh Delapan
RASA SYUKUR ADALAH PINTU MENUJU KEBAIKAN

Mengungkapkan terima kasih (rasa syukur) adalah suatu upaya mendekati dan menangkap kebaikan. Ketika mendengar ucapan syukur, engkau seakan bersiap-siap untuk memberi lebih. “Ketika Tuhan mencintai hamba-Nya, Dia membuatnya menderita; apabila dia sabar; Dia akan memilihnya; apabila dia penuh rasa terima kasih, Dia membuat dirinya terpilih.” Sejumlah orang berterima kasih kepada Tuhan karena kutukan-Nya, dan sebagian berterima kasih kepada-Nya atas kelembutan-Nya dan keduanya benar. Karena syukur adalah obat yang mengubah kutukan menjadi kelembutan. Manusia berakal sempurna akan penuh berterima kasih karena kekejaman, baik di dalam atau di luar keberadaan Tuhan. Manusia seperti itulah yang dipilih Tuhan. Apabila kehendak Tuhan bahwa dia menjadi dasar api neraka, rasa syukur akan mensegerakan maksud-Nya, karena keluhan lahiriah adalah penyusutan keluhan batiniah. Nabi Muhammad bersabda “Aku adalah pembunuh yang tertawa”, yakni ketika aku tertawa di hadapan manusia kasar, aku membunuhnya. Apa yang Nabi maksudkan dengan tertawa adalah berterima kasih, dan tidak mengeluh.
Sebuah cerita dikatakan tentang seorang Yahudi yang bertetangga dengan salah seorang sahabat Nabi Muhammad. Sang Yahudi itu hidup di rumah sewa bagian atas yang dari sana kotoran, najis, air seni anaknya, serta air cucian mengalir ke bawah ke pondokkan sahabat. Meski demikian, sang sahabat selalu berterima kasih kepada orang Yahudi itu dan memerintahkan keluarganya agar berterima kasih juga. Setelah delapan tahun Muslim itu meninggal dan Yahudi datang mengucapkan pernyataan dduka cita kepada keluarganya. Ketika dia melihat najis di dalam rumah itu, dan menyadari bahwa najis-najis itu berasal dari rumahnya, dia sadar atas apa yang telah terjadi selama ini. Dia sangat menyesal, dan bertanya kepada keluarga, “Kenapa engkau tidak mengatakan hal ini kepada saya? Kenapa kalian selalu berterima kasih kepada saya?”
Mereka menjawab, “Karena dia selalu memerintahkan kami untuk berterima kasih dan menasehati kami untuk menentang pengabaian rasa syukur.” Setelah pristiwa itu, orang Yahudi itu menjadi orang beriman.
Menyebutkan yang baik merangkasang kebaikan
Sebagaimana penyanyi pengembara mejadi penyebab munculnya cangkir anggur.
Karena alasan in i Tuhan menyebutkan nabi-Nya dan pelayan saleh di dalam Al-Qur’an, dan Tuhan berterima kasih untuk apa yang telah mereka lakukan kepada-Nya, yang Mahakuasa dan Maha Pengampun.
Rasa syukur menyusu pada payudara kebaikan. Ketika payudara itu penuh, susunya tidak mengalir kecuali engkau menghisapnya.
Seseorang bertanya apa peneybab munculnya rasa tidak berterima kasih dan apa yang menjaga orang agar tetap berterima kasih. Orang yang menolak memberikan rasa terima kasih dikuasai oleh “kerakusan kasar” hingga tidak peduli betapa pun banyaknya dia memperoleh, dia merasa rakus lebih banyak lagi. Kerakusan kasarnya membuat dia seperti itu. Ketika memperoleh hanya sedikit daripada yang telah dia rencanakan dalam hatinya, dia menolak untuk berterima kasih. Dia tidak menyadari kesalahannya; dia tidak mengetahui bahwa uang koin yang dia tawarkan cacat dan palsu. Kerakusan kasar itu seperti seorang yang memakan buah mentah, roti belum dimasak, dan daging mentah. Entu perbuatan semacam itu menyebabkan ras sakit, karena tidak menukurinya. Ketika engkau menyadari telah memakan sesuatu yang membahayakan, engkau harus memuntahkannya. Tuhan, dengan hikmah-Nya membuat manusia menderita dengan rasa tidak terima kasih agar manusia muntah untuk sehingga dirinya terbebas dari kejahatan pikiran. Kalau tidak memuntahkannya, rasa sakit seseorang akan berlipat ganda ribuan kali. Dan kami membuktikan mereka dengan kemakmuran dan dengan musuh, agar mereka kembali dari ketidaktaatan (QS. 7:168), yakni kami menyediakan makanan dan minuman dari suatu tempat yang tidak mereka sangka. Dari kerajaan yang tidak terlihat, sedangkan pandangan mereka enggan melihat penyebab kedua, yang bagaikan rekanan bagi Tuhan.
Bayazid berkata, “Ya Tuhan, aku tidak pernah menyatukan apapun dengan Engkau.”
“Ah, Bayazid,” jawab Tuhan, “bahkan tidak pada malam susu? Ketika di suatu malam engkau berkata, ‘Susu membuat aku sakit.’ Tetapi Akulah yang menyebabkan derita dan menganugerahkan manfaat.”
Bayazid telah melihat penyebab kedua, maka Tuhan menganggapnya telah menyamakan sesuatu dengan diri-Nya dan berkata “Akulah yang menyebabkan derita sebelum dan sesudah susu, tetapi Aku membuat susu sebagi satu dosa dan dampak bahayanya sebagai satu hukuman yang harus diterima oleh seorang guru.”
Ketika guru berkata agar tidak memakan buah, dan murid memakannya, guru lalu memukul sol sepatu di kaki sang murid. Meski demikian, tidak benar jika  si murid berkata, “Aku memakan buah, dan itu melukai kakiku.”
Pada dasar ini Tuhan akan menyiangi tanaman politeisme dari ruh siapapun yang mengekang diri untuk menyamakan Tuhan dengan sesuatu selain-Nya. Sedikit di dalam pandangan Tuhan, banyak dalam pandangan manusia.
Perbedaan antara pujian dan rasa syukur adalah : rasa syukur diungkapkan untuk hal-hal yang diterimanya. Seseorang tidak dapat berterima kasih untuk kecantikan atau keberanian. Pujian merupakan istilah yang lebih umum.

Empat Puluh Sembilan
MEMIMPIKAN AIR TIDAK MENGHILANGKAN RASA HAUS

Seseorang memimpin shalat dan memabca, “Orang Arab Gurun lebih keras kepala dengan keingkaran dan kemunafikan mereka.” (QS. 9:97). Seorang kepala suku Arab yang hadir saat shalat menampar orang itu dengan keras. Pada rakaat selanjutnya, imam shalat membaca, “Dan orang Arab gurun ada yang beriman kepada Tuhan, dan hari akhir” (QS. 9:99). Kepala suku Arab itu berkata, “Tamparan itu mengajarimu suatu pelajaran!”
Kita terus menerus tertampar dari alam tidak terlihat. Ketika kita tertampar kemudidan terjatuh ke bawah karena melakukan suatu hal, kita beralih ke sesuatu yang lain, sebagaimana dikatakan, “Kami tidak memiliki kuasa diri : itu semua ‘dilemparkan ke bawah’ dan ‘dicampakkan keluar.” Juga dikatakan, “Memotong sambungan lebih mudah daripada memotong hubungan.” “Melempar ke bawah” di sini berarti mewarisi ke dalam dunia ini dan menjadi bagian dari hal yang duniawi. Dan “mencampakkan” berarti jatuh dari kebaikan. Ketika seseorang memakan sesuatu yang memasamkan perut, dia akan memuntahkannya. Apabila makanan itu tidak asam dan dia tidak memuntahkan hal itu,b berarti hal itu telah menjadi bagian darinya.
Murid memuji-muji dan merendahkan diri agar membuatnya berkenan di hadapan hati gurunya. Apabila – Demi Tuhan! – seorang murid melakukan apapun yang tidak menyenangkan guru, dia akan dicampakkan dari hati guru sama  caranya dengan makanan yang dimuntahkan. Tepat seperti makanan yang akan jadi bagian dari manusia, hal itu dimuntahkan dan diludahkan karena masam, demikian halnya seorang murid, dengan berlalunya waktu, dia akan menjadi seorang guru. Tetapi dia dilemparkan dari hati guru karena perbuatan yang tidak menyenangkan gurunya.
Cintamu telah menyatakan dirinya pada dunia
Seluruh hati telah dilemparkan ke dalam kebingungan
Terbakar seluruhnya dalam debu
Dan melemparkannya menuju angin kesia-siaan.
Atom debu hati itu menari dan menagis di angin kesia-siaan. Apabila tidak, kemudian siapakah yang membawa berita dan memperbarui mereka setipa saat? Apabila hati tidak menyerap kehidupannya saat terbakar lalu terlempar ke dalam angin, kenapa mereka demikian berhasrat  ingin terbakar? Apakah engkau mendengar tangis atau melihat secercah harapan di dalam hati yang terbakar dalam debu nafsu atas dunia ini?
Aku telah menemukan dan melebih-lebihkan bukanlah sifatku
Dia yang adalah penopang muncul kepadaku
Aku lari menujunya, dan pencarianku kepadanya adalah
Penderitaan bagiku
Apabila aku tetap terduduk
Dia akan muncul di hadapanku tanpa kesulitan.
Aku sungguh telah mengetahui aturan untuk segala kehendak Tuhan, dan bukan sifatku untuk lari dari tiang itu menuju wilayah duka atau untuk menderita dengan penderitaan yang tidak dibutuhkan. Sungguh, apapun jatah untukku – baik itu uang, makanan, pakaian,a tau api dan gairah syahwat – apabila aku duduk dengan tenang, semuanya akan muncul di hadapanku. Apabila aku berkeliaran mencari roti bagianku, usaha itu akan melelahkan dan merendahkan diriku sendiri. Apabila aku sabar dan diam di tempatku, ia akan muncul kepadaku tanpa luka dan penghinaan. Roti bagianku selalu mencariku dan menarik aku menujunya. Apabila dia tidak menarikku, dia muncul – persis seperti apabila aku menariknya – aku akan pergi menujunya.
Makna dari perkataan itu adalah bahwa engkau harus erlibat di dalam kehidupan agama sehingga urusan dunia akan mengejar di belakangmu. Apa yang dimaksud dengan “duduk” di sini adalah duduk dalam setiap urusan agama. Apabila manusia lari, ketika dia ebrlari untuk agama dia berarti sedang “duduk”. Apabila duduk, ketika dia duduk untuk dunia ini, berarti dia sedang berlari. Nabi Muhammad bersabda, “Siapa pun yang membuat seluruh perhatiannya menjadi satu perhatian, Tuhan akan memisahkan seluruh perhatiannya.” Apabila manusia memiliki sepuluh perhatian, biarkan dia hanya memusatkan perhatiannya pada agama : Tuhan akan mengurusi sembilan perhatiannya yang lain, walau pun orang itu tak memperhatikan yang sembilan itu. Nabi tidak memperhatikan roti atau kemasyhuran. Satu-satunya perhatiannya hanyalah bagaimana mencari kenikmatan Tuhan, dengan begitu dia memperoleh juga roti dan kemsyahuran. Siapapun yang mencari kenikmatan Tuhan, dia akan bersama Nabi di dunia ini dan dunia selanjutnya. Dia akan menjadi teman bagi mereka yang kepadanya Tuhan kasihi, yakni para nabi, mukhlisin, dan para syuhada (QS. 4:69). Tempat apakah ini? Dia lebih memilih duduk  dengan Tuhan, yang ebrfirman, “Aku duduk di smaping orang yang mengingat-Ku.” Apabila Tuhan tidak duduk dengannya, tentu tidak akan ada hasrta untuk Tuhan dalam hatinya. Tanpa mawar, tidak akan ada harum mawar. Tanpa kesturi, tentu tidak akan ada aroma kesturi. Tidak ada akhir atas kata-kata ini, dan bahkan apabila tidak akan seperti akhir pada kata lain.
**********************
“Malam telah berlalu, tetapi ceita kami masih saja belum berakhir.” Malam dan kegelapan dunia ini pasti akan berlalu, tetapi cahaya dari kata-kata bersinar lebih ternag setiap saat. Demikian juga malam kehidupan nabi akan berlalu, tetapi cahaya dari kata-kata mereka masih belum berhenti dan tidak akan pernah berhenti bersinar.
Orang bertanya apa yang aneh dari cerita Manjnun jatuh cinta pada Layla. Betapapun, mereka pernah menjalani kehidupan kanak-kanak bersama dan bersekolah bersama. “Orang-orang ini tolol,” kata Majnun. “Perempuan cantik manakah yang tidak dihasratkan seseorang? Tidak ada lelaki yang tidak tertarik kepada perempuan cantik. Perempuan, demikianlah halnya. Meskipun demikian, cinta adalah ketika di dalamnya seseorang menemukan tempat untuk bersandar dan kebahagiaan. Seperti halnya orang gmenemukan kenikmatan saat melihat ayahnya, ibu atau kakaknya, ketika memiliki anak, atau di dalam syahwat, kenikmatan seperti itu ditemukan melalui cinta. Majnun lantas menajdi prototipe bagi setiap pencinta, seperti halnya Zaid dan Amid di dalam buku-buku nahwu.
Apabila engkau memakan manisan dan daging bakar
Atau meminum anggur asli, engkau akan bermimpi meminum air
Tetapi engkau akan terbangun dari mimpi kehausan
Bermimpi air tidak menghilangkan rasa haus.
“Dunia ini bagaikan mimpi.”  Dunia ini dan kenikmatannya bagaikan orang yang meminum sesuatu di alam mimpi. Demikian juga untuk menghasratkan suatu hal duniawi adalah seperti meminta atau diberi sesuatu di dalam mimpi. Ketika seseorang bagnun dari tidurnya, dia tidak mendapatkan manfaat dari yang telah dimakan atau yang diminumnya ketika mimpi. Orang akan langsung diminta dan diberi sesuatu di dalam mimpi. “Mendapatkan adalah bagian dari meminta.”

Lima Puluh
KARENA TAK ADA YANG LEBIH INDAH DARI-MU, AKU BAWAKAN CERMIN UNTUK-MU

Seseorang mengatakan bahwa kami datang untuk mengetahui masing-masing dari setiap keadaan umat manusisa. Tidak satu iota pun dari keadaan dan sifat manusia atau humor panas dan dinginnya yang bisa membuat kami lari. Masih belum dipastikan pada bagian apa darinya yang akan ada selamanya.
Apabila mampu diketahui dengan kata-kata, maka usaha penggunaan seperti itu niscaya tidak diperlukan lagi.d an tidak seorang pun perlu pergi menuju derita atau kerja keras seperti itu. Untuk contoh, seseorang datan ke pantai. Setibanya di sana, dia tidak melihat apa-apa selian ombak,  buaya, dan ikan. Dia berkata, “Dimanakah mutiara? Barangkali tidak ada mutiara di sana.” Bagaimana mungkin seseorang akan memperoleh mutiara hanya dengan meliaht laut? Bahkan apabila dia mengukur laut cangkir demi cangkir ribuan kali, mutiara tidak akan pernah ditemukan. Orang harus jadi penyelam untuk menemukan mutiara, dan tidak setiap penyelaman akan menemukan mutiara, hanya orang yang beruntung saja, orang-orang yang sudah terlatih.
Ilmu dan ketrampilan seseorang bagaikan mengukur laut dengan cangkir, dan cara menemukan mutiara adalah hal lain. Banyak orang dihiasi dengan kesempurnaan, memiliki kemakmuran dan kecantikan, tetapi tidak memiliki apa-pun makna hakiki dalam dirinya. Banyak orang yang hancur pada sisi luarnya, tidak memiliki kecantikan penampilan, kelembutan dan keelokan, tetapi di dalamnya ditemukan makna hakiki yang tinggal selamanya. Itu adalah hal yang mengagungkan dan membedakan kemanusiaan. Makna hakiki yang dimiliki manusia mendahului seluruh ciptaan. Macan tutul, buaya, singa dan seluruh binatang lain memiliki keahlian dan kemampuan khusus, tetapi makna hakiki yang bersemayam abadi tidak adal dalam diri mereka. Apabila manusia ingin menemukan jalannya bahwa pada makna hakiki, dia akan memperoleh pra-keunggulannya, kalau tidak dia akan tetap terhalang dari pra-keunggulan. Seluruh seni dan kesempurnaan itu seperti permata yang ditempatkan pada bagian belakang cermin. Dan wajah cermin bersih tanpa itu semua. Siapa pun yang memiliki wajah buruk akan menghasratkan punggung cermin itu karena dia mencerminkan kecantikan orang itu sendiri.
Seorang sahabat Yusuf dari Mesir datang kepadanya dari sebuah perjalanan. “”Hadiah apa yang engkau bawa?” tanya Yusuf.
“Apakah yang masih belum engkau punya? Apakah ada hal lain yang engkau butuhkan?” tanya sahabatnya. “Meski demkian karena tidak ada yang lebih indah dariapda dirimu, aku telah membawakan engkau cermin hingga engkau dapat melihat wajahmu tercermin stiap saat.”
Apa yang tidak dimiliki Tuhan? Apa yang Dia butuhkan? Orang harus mengambil hati yang bersih di hadapan Tuhan hingga Dia dapat melihat diri-Nya sendiri dalam cermin hatimu. “Tuhan tidak melihat bentuk atau pada perbuatanmu, tetapi dia melihat hatimu.”
“Kota mimpimu engaku temukan kekurangan, tidak memiliki satu pun manusia agung.” Di dalam kota tempat  engkau menemukan segala  keindahan, kenikmatan, kebahagiaan, dan beragai perhiasan alam, tidak ditemukan manusia cendekia. Tetnu ia berada di jalan yang lain. Kita itu adalah diri manusia. Apabila diri memiliki ratusan ribu kesempurnaan tetapi tidak memiliki makna hakiki, keruntuhan akan lebih baik baginya. Apabila memilki makna hakiki, tidak penting lagi apabila dia tidak memiliki embel-embel kesempurnaan atau keindahan. Sesuatu yang mysterion hanya ada di sana agar diri menjadi subur. Di dalam keadaan apa pun seorang manusia mysterion-nya berhubungan dengan Tuhan, dan kesibukan luarnya tak akan merintangi perhatian batin itu. Di dalam keadaan apapun seorang perempuan hamil – perang, damai, makan, tidur – bayi akan tumbuh, menjadi semakin kuat, dan menerima indera di dalam rahimnya tanpa dia menaydarinya. Manusia, seperti halnya “kehamilan” dengan mysterion itu. Tetapi manusia menanggung amanah (iman); sunggih dia sangat tidak adil pada dirinya sendiri, dan bodoh (QS. 33:72), tetapi Tuhan tidak emninggalkannya di dalam ketidakadilan dan kebododhan. Apabila di luar beban nyata manuisa muncul persahabatan, simpati, dan ribuan perkenalan, maka pertimbangkan ketakjuban persahabatan dan perkenalan akan keluar dari mysterion yang memberikan manusia kelahiran setelah kematian. Mysterion adalah suatu keniscayaan agar manusia mampu untuk tumbuh dan berkembang. Seperti akar pohon : meski tersembunyi dari pandangan, dampaknya nyata pada cabang pohon. Bahkan apabila satu atau dua cabang patah, apabila akar kuat, pohon akan terus tumbuh. Tapi, jika akar menderita kerusakan, cabang atau daun tak akan mampu bertahan.
Tuhan berfirman, “Salam sejahtera atasmu, wahai Nabi” yakni damai bersama engkau dan bersama seluruh uma tyang bersamamu. Apabila tidak demikian, Nabi Muhammad tidak akan pernah menyanggah Tuhan dengan menambahkan, “Dengan kami dan hamba-hamba adil Tuhan.” Apabila kedamaian Tuhan dibatasi, dia tidak akan meluaskan dengan menyertakan hamba yang berbuat adil, berarti, “Damai itu yang Engkau berikan kepadaku adalah untukku dan seluruh hamba yang beruat adil.”
Sementara melakukan wudlu, Nabi Muhammad bersabda, “Shalat tidaklah sah tanpa wudlu ini.” Dia tidak mengartikan wudlu dengan wudlunya seperti itu, karena apabila untuk sahnya shalat adalah wudlu seperti yang dilakukan Rasul dan bukan yang lain, maka tidak setupun shalat orang-orang yang sah. Ra, tidak sahasul mengartikan bahwa shalat tanpa wudlu, tidak sah. Seperti perakataan, “Ini adalah pinggan untuk buah delima.” Tidakkah itu berarti bahwa hanya buah delima itu saja? Tidak. Itu berarti bahwa pinggan itu juga bisa digunakan untuk buah delima yang lain.
************************
Seoorang yang dari kampung datang ke kota sebagai tamu orang kota diberi sejumlah halva. Dia memakannya dengan penuh suka cita, kemudian berakta, “Orang kota, aku telah belajar untuk tidak memakan apap pun selain wortel. Sekarang aku telah merasakan halva, aku kehilangan selera pada wortel. Aku tidak akan mampu memiliki halva kapan pun aku ingin, dan yang aku miliki tidak lagi menarik bagiku. Apa yang mesti aku lakukan?” Ketika orang kampung merasakan halva, dia cenderung untuk pergi ke kota. Orang kota telah menguasai hatinya, dan dia tidak memiliki pilihan kecuali mengikuti pengajaran itu.
**************************
Sejumlah orang memberikan salam yang tercium seperti asap. Orang lain memberi salam yang tercium seperti keturi. Hal itu dapat dipahami hanya oleh orang-orang yang memiliki indera penciuman.
***********************
Orang harus menguji sahabat agar tidak dikecewakan di kemudian hari. Seperti itu cara Tuhan. “Mulailah dengan dirimu sendiri.” Apabila diri mengaku telah merendahkan diri, jangan terima pernyataan ini tanpa diuji terlebih dahulu. Sebelum mencucui, orang membawa air pada hidung mereka dan kemudian merasakannya. Mereka tidak puas dengan melihatnya, meskipun barangkali terlihat baik-baik saja, rasa dan harumnya mungkin saja berganti. Beginilah betapa orang menguji air untuk kemurnia. Hanya setelah pengujian seperti itu dilakukan, seseorang membasuhkan air pada wajahnya. Tuha  menjadi penyebab seluruh kebaikan dan kejahatan, engkau telah menyembunyikannya dalam hatimu, dan muncul di luar dirimu. Dampak segala sesuatu yang tak tampak di dalam akar pohon, tampak pada batang dan daun. Tanda mereka adalah pada wajah mereka (QS 48: 29). Dan Tuhan berfirman, “Kami akan mencela dia pada hidung mereka (QS. 68:16). Apabila setiap orang tidak mengetahui pikiranmu yang paling dalam, warna apa yang akan engkau kenakan pada wajhmu?

Lima Puluh Satu
MANISNYA GULA HANYA TERASA SETELAH MERASAKAN KEPAHITAN

“Kau tak akan menemukan apa-apa hingga kau mencarinya kecuali kekasih yang tercinta, yang tak akan engkau cari hingga kau temukan.” Bagi manusia, mencari berarti menelusuri sesuatu yang belum ia temukan, ia mencarinya siang dan malam. Adalah suatu hal yang aneh bagi manusia yang telah menemukan sesuatu atau telah mencapainya, kemudian dia melakukan pencarian. Sebab pencarian hanyalah untuk hal baru yang belum pernah ditemukan. Pencarian ini, yakni perbuatan mecari apa yang telah ditemukan, adalah pencarian Tuhan karena Tuhan telah “menemukan” segala sesuatu. Segala sesuatu telah berada dalam ke-Mahakuasaan-Nya. Yang Maha Esa, dan Mahamulia berfirman, “JADI” dan segala sesuatu menjadi demikian (QS. 6 : 73). Dia adalah Penemu karena Dia telah telah menemukan segala sesuatu; meski demikian, Dia adalah Pencari, karena dia diketahui sebagai “Pencari, yang Menguasai.” Ini bagaikan mengatakan , “Ah, manusia, sejauh engkau berada di dalam pencarian ini, yang sementara dan bersifat manusiawi, engkau berada jauh dari tujuanmu. Apabila pencarianmu sendir melalui pencarian Tuhan, apabila pencari Tuhan menguasai pencarianmu, maka engkau akan jadi pencari melalui pencarian Tuhan.
Seseorang berkata, “terhadap orang-orang suci Tuhan atau orang-orang yang telah mencapai penyatuan dengan Tuhan, kami tidak memiliki bukti-bukti kategoris – tidak dengan kata, perbuatan, keajaiban, atau hal lain apapun. Kata-kata barangkali telah dipelajari, dan perbuatan serta keajaiban juga dilakukan oleh pendeta yang dapat membaca pikiran bawah sadar dan yang telah mempertunjukkan banyak hal keajaiban melalui sihir.” Dan dia menyebut satu demi satu.
“Engkau percaya kepada seseorang atau tidak?”
“Ya, demi Tuhan. Aku percaya dan mencintai seseorang.”
“Apakah kepercayaanmu kepada seseorang berdasarkan pada nalar dan kesimpulan, atau engkau sekedar menutupi matamu dan mempercayainya?”
“Kepercayaanku tentunya tidak tanpa nalar!”
“Lantas kenapa engkau mengatakan bahwa tidak ada nalar dalam iman? Engkau mengatakan sesuatu yang bertentangan.”
********************
Seseorang berkata, “Setiap orang suci dan mistik agung mengaku tidak ada orang lain yang menikmati kedekatan dan kebaikan yang dinikmatinya dengan Tuhan.”
“Siapa mengatakan perkataan ini? Apakah orang suci yang mengatakannya, atau orang lain  selain orang suci? Apabila orang suci yang mengatakannya, maka, karena dia mengetahui setiap orang suci memiliki iman yang sama dengan dirinya sendiri, dia tidak sendirian menikmati kebaikan serupa itu. Apabila orang lains elain orang suci yang mengatakan itu, maka orang itu benar-benar telah menjadi teman dan orang pilihan Tuhan, sebab, hal itu telah menjadi misteri Tuhan. Ia telah menjaga rahasia dari seluruh orang suci, tetapi tidak dari orang itu.
Kemudian pendebat memberikan perumpamaan. “Seorang raja memiliki sepuluh budak perempuan. Budak perempuan itu berkata, “Kami ingin tahu yang mana di antara kami yang paling dicintai raja.’ Kata raja, ‘Besok cincin ini akan berada di kamar budak yang paling aku cintai.’ Esok harinya raja memerintahkan sepuluh tiruan cincin dibuat, dan tiap tiruan diberikan kepada tiap budak perempuan.”
“Masih ada pertanyaan,” kata guru. “dan tak ada jawaban untuk pertanyaan itu. Pertanyaan ini tidak berhubungan dengan pokok persoalan yang sedang kita bicarakan. Cerita itu berkaitan, baik dengan satu dari sepuluh budak perempuan itu, atau dengan seseorang  selain yang sepuluh. Apabila berkaitan dengan satu dari sepuluh, maka budak perempuan itu tidak punya kesempatan untuk dipilih dan tidak ada yang paling baik dicintai, karena dia harus mengetahui bahwa dia bukan satu-satunya orang yang menerima cincin dan bahwa mereka mendapatkan cincin yang serupa. Apabila cerita itu diceritakan oleh seseorang selian yang sepuluh budak perempuan, maka seorang itu adalah kesayangan raja.”
Seseorang berkata, “Pencinta harus jadi sengsara, rendah diri, dan lama menderita.” Dan dia menghitung satu demi satu sejumlah sifat itu.
Guru menjawab, “Apakah dia berlaku seperti itu hanya ketika sang kekasih menginginkannya atau tidak? Apabila tidak berseuaian dengan kehendak kekasih, dia bukanlah pencinta melainkan pengikut atas kehendaknya. Apabila itu sesuai dengan kehendak kekasih, bagaimana mungkin dia menjadi sengssara dan rendah diri ketika sang kekasih tidak menghendakinya jadi demikian? Maka, sangatlah nyata bahwa keadaan seorang pencinta dapat diketahui dengan seberapa besar sang kekasih menginginkan dirinya.
******************
Isa berkata, “Aku begitu takjub betapa satu makhluk hidup dapat memakan yang lainnya.” Kaum tekstualis mengartikan ucapan ini bahwa, umat manusia memakan daging binatang yang keduanya adalah makhluk  hidup. Pemaknaan seperti itu salah. Daging yang dimakan manusia bukan hidup, tapi tidak bernyawa. Ketika dia terbunuh, ruh kehidupannya terpisah. Barangkali yang dia maksudkan adalah bagaimana seorang guru dapat “membinasakan” pengikutnya tanpa suatu sebab, dan Isa terpesona hal istimewa seperti itu.
*****************
Seseorang mengemukakan dilema seperti ini, “Ibarahim berkata kepada Namrud, “Tuhanku dapat menciptakan kehidupan dari kematian dan membuat yang hidup menjadi mati.”
Namrud membalas, “Ketika aku menyingkirkan seseorang, itu berarti aku telah menyebabkannya mati. Dan ketika aku menempatkan seseorang pada satu kedudukan, itu bagaikan aku telah menyebabkannya hidup.’\
“Kemudian Ibrahim mengalihkan pokok pembicaraan itu dan memulai lagi satu baris penalaran dengan mengatakan, “Tuhanku membawa matahari berangkat dari timur  dan mengirimnya ke barat. Apakah engkau bisa mengubahnya.” Yang satu tampak menjadi perbedaan bagi yang lainnya.”
Tuhan tak ingin jika Ibrahim tertekan dan menyerah pada argumen Namrud, atau ia tidak mampu menjawab. Tidak, kedunya argumen itu sebenarnya sama saja, hanya saja diletakkan dengan cara yang berbeda. Yakni, dia mengatakan Tuhan membawa janin keluar dari “timur” rahim dan mengirimnya tenggelam ke dalam “barat” kuburan. Pernyataan argumen pertahanan Ibrahim  juga sama saja. Tuhan menciptakan kembali manusia baru setiap saat dan mengirm hal baru ke dalam pikirannya. Yang pertama tidak mirip yang kedua, tidak pula yang kedua dengan yang ketiga, tetapi manusia tidak menyadari hal ini dan tidak mengetahui dirinya.
***********************
Sultan Muhammad diberi kuda yang amat menakjubkan, binatang yang benar-benar bagus dengan bentuk yang mengagumkan. Pada hari festival dia mengendarainya, dans eluruh amsyarakat  terduduk di atas atap melihatnya. Seorang pemabuk yang duduk di dalam rumahnya menyeret dirinya menuju atap. “Engkau datang juga dan melihat kuda itu,” kata mereka.
“Aku sibuk dengan diriku sendiri,” kata si pemabuk. “Aku tidak ingin melihatnya. Aku tidak punya hasrat sama sekali.” Tetapi pada akhirnya dia tidak memiliki pilihan. Ketika dia berusaha untuk tidak jatuh mati karena mabuk di ujung atap, sultan tepat sedang melewati orang mabuk itu. Ketika orang mabuk melihat sultan di atas kudanya, dia berkata, “Apa arti kuda itu untukku? Apabila sekarang ada seorang penyanyi pengembara yang menyanyikan lagu sederhana untukku, dan kuda itu milikku, aku akan memberikan kdua itu kepadanya!” ketika sultan mendengar ucapan itu, dia menjadi sangat marah,  dan memerintahkan agar orang mabuk itu dipenjara. Setelah seminggu lelaki itu mengirim pesan kepada sultan, “Apa salahku? Apa kejahatanku? Biarkan raja dunia berkata, hingga budaknya dapat mengetahui.” Sultan memerintahkan lelaki itu di bawa ke hadapannya.
“Kau gelandangan hina,” sultan memulia berbicara,” mengapa engkau mengatakan apa yang telah engkau lakukan? Luka apa yang telah engkau buat?”
“Ah raja sedunia,” kata lelaki itu, “bukan aku yang mengatakannya. Pada saat itu pemabuk keparat berdiri di atas atap, dan apda saat itulah dia berbicara. Dia sudah pergi sekarang. Aku bukan dia. Aku manusia berkepala dingin, manusia berakal.” Sultan merasa senang dengan jawabannya, sehingga dia memerintahkan agar lelaki ini dilepaskan dari penjara dan dianugerahi pakaian kebesaran.
Siapa pun yang membuat hubungan dengan kami dan “mabuk karena anggur ini”, pada kenyataannya dia bersama kami, tidak peduli ke mana pun perginya, tidak peduli dia bergaul dengan siapa, dan tidak peduli dengan orang seeprti apa dia bergabung. Dia bergabung dengan kelompok lain, karena bergabung dengan “yang lain” adalah cermin yang memantulkan kelezatan sahabat yang dicintai. Bergabung dengan kelompok yang berbeda  tipe dengannya akan menimbulkan rasa kasih sayang dan persahabatan pada kelompok yang satu tipe dengannya. “Dengan melihat lawannya, sesuatu sesuatu diketahui.”
*********************
Abuk Bakar as- Shiddiq meneybut gula “sejak lahir” manis. Sekrang orang lebih memilih buah-buahan lain dan dibanding gula dan mengklaim bahwa,” “Kami telah berpengalaman dengan rasa pahit yang amat banyak agar bisa mencapai derajat kemanisan.” Apa yang engkau ketahui tentang nikmatnya rasa manis ketika belum pernah mengalami kerasnya rasa pahit?

Lima Puluh Dua
DI DUNIA SANA, TAK ADA DUALITAS

Sebuah pertanyaan dilontarkan berkenaan dengan penafsiran baris puisi ini : “Ketika hasrat mencapai akhirnya, persahabatan berbalik jadi permusuhan sepenuhnya.”
Dibandingkan dengan dunia persahabatan, dunia permusuhan adalah dunia yang sangat sulit; dan orang-orang kabur dari dunia permusuhan  untuk mencapai dunia persahabatan. Walaupun dunia persahabatan terkait dengan suatu dunia dimana dunia persahabatan dan dunia permusuhan memperoleh keberadaan mereka.  Persahabatan dan permusuhan, iman dan kafir, merupakan penyebab adanya dualitas karena kekafiran adalah penolakan, dan karena jika satu hal yang ditolak pasti ada seseorang yang menolaknya. Sama halnya, jika ada satu hal diakui, pasti ada seseorang yang mengakuinya. Maka, jelaslah bagi kita bahwa persetujuan dan pertentngan adalah penyebab adanya dualitas. Sementara itu, dunia lain, melampaui kategori iman dan kafir, persahabatan dan permusuhan. Karena persahabatan adalah penyebab dualitas,d an karena ada suatu dunia dimana tak ada tempat untuk dualitas, dan akrena ada suatu dunia dimana tak ada tempat untuk dualitas, dan yang ada hanyalah persetujuan murni, maka ketika seseorang mencapai dunia itu, dia akan melepaskan kategorisasi persahabatan dan permusuhan, karena dua hal itu tak ada di sana. Ketika seseorang telah mencapai dunia itu, dia terpisahkan dari dualitas. Maka, jika dibandingkan dengan dunia yang telah dicapainya sekarang, dunia yang dia alami sebelumnya – dunia dualitas, cinta, dan persahabatan – adalah lebih rendah dan rusak. Ketika telah mengetahui hal itu, maka seseorang akan merasa enggan dan tidak lagi berhasrat. Ketika persahabatan Mansur dengan Tuhan telah mencapai batas akhir logika, dia menjadi musuh bagi dirinya dan mengahncurkan dirinya. Dia berkata, “Aku adalah yang Nyata,” aku telah meninggal, hanya Tuhan yang tersisa. Untuk mengatakan ini, hanya Tuhan yang ada, benar-benar kerendahhatian dan pembudakan. Adalah congkak dan sombong untuk mengatakan, “Engkau Tuhan, aku pelayan,” karena dengan perkataan ini engkau menyepakati keberadaan dirimu, dan dualitas niscaya akan mengikutimu. Ketika engkau berkata, “Dia Tuhan,” dalam ungkapan ini ada pula dualitas. Karena penggunaan orang ketiga “dia”, tidak mungkin kecuali ada orang pertama “aku”. Maka, karena tidak ada hal yang ada selain Tuhan, hanya Dia yang dpat berkata. “Aku adalah Tuhan”. Mansur telah meninggal dunia, maka kata-katanya adalah milik Tuhan.
Jika dibandingkan dengan dunia konsep dan inderawi, dunia imajinasi mental lebih luas, karena segala konsep lahir dari imajinasi mental. Tetapi dunia imajinasi mental lebih sempit jika dibandingkan dengan dunia tempat imajinasi mental ditentukan menjadi makhluk. Hal ini dapat dipahami dari akta-kata, tetapi kenyataan dari suatu hakikat mustahil dapat dipahami hanya melalui ungkapan lisan.
“Lalu, dalam hal apa ungkapan lisan  digunakan?” seseorang bertanya.
“Kegunaan kata-kata adalah untuk menyebabkan engkau mencari dan merangsang diri, tetapi sasaran atas pencarianmu tidak akan tercapai melalui kata-kata. Apabila memang demikian, tidak ada perlunya bersauaha keras dan melakukan pemusnahan diri. Kata-kata bagaikan melihat sesuatu yang bergerak di kejauhan : engkau lari menujunya untuk bisa melihat benda itu sendiri, bukan melihatnya dalam pergerakan. Secara batin ucapan manusia rasional pun sama. Ia merangsangmu untuk mencari konsep, meskipun engkau tidak dapat melihatnya secara aktual.
Seseorang berkata, “Aku telah belajar begitu banyak cabang pengetahuan dan menguasai demikian banyak konsep , tetapi aku masih tidak mengetahui kosnep mana yang akan tinggal abad dalam diri manusia. Aku masih belum menemukannya.
Apabila hal itu dapat diketahui makna dari kata-kata, tentu tidak ada perlunya penghancuran diri atau penderitaan diri demikian besar,. Engkau harus berusaha keras untuk membebaskan dirimu dari pengindividuan diri sebelum mengetahui hal itu yang akan tetap ada.
Seseorang berkata, “Aku pernah mendengar di sana ada Ka’bah, tetapi seberapa sering pun aku mencari aku tidak bisa melihatnya. Biarkan aku pergi ke atas atap dan melihatnya.” Maka dia pergi ke atas atap dan menjulurkan lehernya. Karena dia tidak bisa melihat Ka’bah, dia menolak keberasaannya. Apabila seseorang tidak dapat melihat Ka’bah dari tempatnya sendiri, dia akan mengarahkan usaha yang lebih banyak untuk bisa melihatnya. Apda musim dingin engkau akan memberikan jiwamu mantel bulu. Ketika musim panas datang engkau mencampakkan mantel bulu itu dan pikiranmu merasa jijik padanya. Sekarang engkau mencari mantel bulu untuk mendapatkan kehangatan yang dia berikan ketika engkau menjadi “pencinta” kehangatan. Karena sejumlah rintangan engkau tidak mampu menemukan kehangatan selama musim dingin dan membutuhkan mantel bulu. Maka ketika rintangan itu tidak lagi ada, engkau melemparkan mantel bulu itu.
Ketika surga akan dipecah dalam pemisahan (QS. 84:1), dan ketika bumi akan diguncang oleh gempa bumi (QS. 99:1). Ayat ini mlenunjukkan bahwa engaku telah melihat kenikmatan dari kebersamaan, tetapi segera akan datang suatu hari ketika engkau melihat kenikmatana dari berbagai bagian yang terpisah, dan ketika engkau menyaksikan betapa luas duniaini. Sebagai contoh, seorang lelaki telah diikat pada empat tiang. Karena telah melupakan nikmatnya kebebasan, dia menikmati keterikatan itu. Ketika dia dilepaskan dari tiang-tiang itu, dia menyadari penyiksaan macam apa yang dia alami. Sama halnya seorang anak kecil yang dipelihara  dan dimanjakan dengan ayunan meski mereka terikat dan dibedong. Jika seorang dewasa diikat dalam ayunan, dia akan sengsara dan merasa di penjara.
Sebagian orang menyukai bunga ketika kuncupnya mekar penuh; sebagian yang lain menyukai saat bagian-bagian bunga telah terjatuh dan bersatu dengan asal mereka. Sekarang sejumlah orang ingin agar di sana tak ada lagi persahabatan, cinta dan kasih sayang, kafir dan iman hingga mereka dapat bergabung dengan asal mereka, karena seluruh hal tersebut adalah “dinding” yang menyebabkan keterdesakan dan dualitas, sementara dunia lain menyebabkan keluasan dan kesatuan mutlak.
Kata-kata ini tidaklah demikiana gung. Tidak juga begitu kuat. Bagaimana kata-kata mampu menjadi demikian agung? Semuanya hanyalah kata-kata. Meski demikian, sungguh, kata-kata sendiri adalah penyebab munculnya kelemahan, tetapi juga perangsang yang merangsang orang mencari Tuhan. Meski demikian, perangsang itu tidak tampak jelas. Bagaimana mungkin gabungan pasangan kata menyebabkan kegairahan dan semangat? Sebagai contoh, satu orang datang melihatmu, dan engkau menerimanya dengan ramah dan mengucapkan selamat datang kepadanya. Dia senang karena hal itu dan memunculkan rasa kasih sayang . orang lain engkau sebut pasangan nama yang jelek. Dua atau tiga kata itu menyebabkan kemarahan dan kesakitan. Lalu, apakah hubungan antara gabungan dua atau tiga kata dengan peningkatan kasih sayang dan kenikmatan pada satu sisi atau dengan naiknya kemarahan dan rasa terhina pada sisi lain? Tuhan telah membuat hal ini sebagai penyebab kedua dan “hijab” hingga tidak setiap tatapan orang gjatuh pada keindahan dan kesempurnaan-Nya dengan lemahnya hijab, pandangan pun menjadi lemah. Kemudian Dia memberika penguasaan pada hijab sebagai penyebab kedua. Di dalam kenyataan, roti bukanlah penyebab kehidupan, tetapi Tuhan telah membuatnya sebagai penyebab kehidupan dan kekuatan. Meski demikian, ritu tidak bernyawa. Maka, dari titik pandang dirinya sendiri, ia tidak memiliki semangat manusia, bagaimana mungkin ia dapat menyebabkan peningkatan kekuatan? Apabila memiliki hidup, ia akan menjaga dirinya sendiri agar tetap hidup.

Lima Puluh Tiga
ENGKAU HANYA GAGASAN,  SELEBIHNYA HANYALAH TULANG DAN DAGING

Sebuah pertanyaan telah diajukan berkenaan dengan makna bait puisi ini :
Ah, saudara, sebenarnya engkau hanyalah gagasan;
Selainnya, hanyalah tulang dan daging.!
Pertimbangkan makna ini : kata “gagasan” merujuk pada gagasan khusus yang telah kita ungkapkan dengan perktaan  gagasan pada maknanya yang paling luas, teapi di dalam kenyataanya itu bukanlah gagasan. Apabila demikian, berarti yang dimaksudkan bukanlah istilah yang dipahami secara umum oleh manusia. Apa yang kita maksudkan dengan kata gagasan asalah pada makna hakikinya. Apabila seseorang ingin penafsiran lebih rendah yang bisa dilakukan orang umum, biarkan dia berkata, “Manusia adalah biantang yang memiliki ucapan rasional.” Kekuatan ucapan rasional adalah “gagasan”, baik tersirat maupun tersurat. Yang tidak memiliki itu, adalah binatang. Maka, memang benar untuk mengatakan bahwa manusia terdiri dari “gagasan” dan selain itu hanyalah tulang dan daging.
Perkataan ini bagaikan matahari. Seluruh manusia memperoleh kehangatan dan kehidupan darinya. Amtahari juga selalu hadir dan ada, setiap orang selalu terhangati olehnya. Merskipun begitu, karena matahari tak selamanya terlihat, manusia tidak mengetahui bahwa kehangatan itu dan kehidupan berasal darinya. Ketika gagasan ini diungkapkan secara lisan melalui sejumlah perantara, baik melalui rasa syukur, keluhan, baik atau buruk, matahari selalu muncul ke dalam pandangan. Meskipun amtahari di langit terus menerus bersinar, dia tidak akan terlihat hingga cahayanya menyinari dinding. Sama halnya, kecuali ada perantara kata dan bunyi, matahari pengucapan tidak dapat terlihat. Meskipuns elalu ada, karena matahari berwujud lembut (latif) dan Dia Maha Pengasih (latif) (QS. 6:103) harus ada perantara keburukan untuknya hingga dia bisa terlihat. Seseorang mengatakan bahwa kata “Tuhan” tidak memiliki makna nyata baginya dan dia dibiarkan tersesat dan murung oleh kata-kata. Tetapi ketika manusia mengatakan bahwa Tuhan melakukan ini dan itu, memerintah ini dan itu, dan melarang ini dan itu, manusia juga memperoleh kehangatan dan mampu melihat. Maka, meskipun kelembutan Tuhan ada dan “bersinar” padanya, dia tidak mampu melihatnya sampa mereka menjelaskan kepadanya melalui perantara perintah dan larangan atau penciptaan dan kemahakuasaan.
Ada sejumlah orang yang terlampau lemah untuk memaklumi madu. Meski demikian, mereka  bisa memakannya, melalui perantara misalnya puding beras atau halva, hingga tumbuh cukup kuat memakannya tanpa perantara. Kita kemudian sadar meskipun ucapan rasional adalah matahari lembut yang bersinar tanpa henti, engkau membutuhkan sedikit perantara kasar agar bisa melihat sinar matahari dan menikmatinya. Ketika telah tumbuh membiasakan diri melihat cahaya tanpa perantara kasar, engkau akan tumbuh semakin berani untuk melihatnya dan memperoleh kekuatan. Di dalam hakiakt laut kelembutannya, engkau akan melihat warna-warna yang menakjubkan. Kenapa hal itu mesti aneh, melihat kekuatan ucapan rasional yang selalu berada did alam dirimu, apakah engkau sedang berbicara atau tidak? Meskipun tidak pernah berpikir untuk berbicara, kami katakan bahwa ia selalu berada di sana,s ebagaimana dikatakan, “Manusia adalah binatang dengan ucapan rasional.” Kebinatangan ini ada dalam dirimu sejauh engkau hidup, maka ia mengikuti kekuatan ucapan rasional yang jgua selalu berada dalam dirimu. Mengunyah adalah alat untuk  mengejawantahkan kebinatangan, bukan prasyarat. Demikian pula kekuatan ucapan rasional adalah alat berbicara dan mengobrol, bukan sebagai prasarat.
Manusia memiliki tiga keadaan. Pertama, tidak memusat pada Tuhan teapi menghormati dan melayani siapapun dan apa pun perempuan, lelaki, kemakmuran, anak-anak, batu, tanah. Kedua, ketika mencapai pengetahuan dan kesadaran tertentu, dia tidak melayani yang lain kecuali Tuhan. Ketiga, ketika dia telah mencapai keadaan ini, dia jatuh terdiam : dia tidak berkata, “Aku tidak melayani Tuhan,” tidak pula, “Aku melayani Tuhan,” dia meninggalkan kedua-duanya. Di dunia mereka, tidak ada suara yang muncul dari orang seperti itu.
Meskipun Tuhan tidak hadir ataupun mangkir, Dia adalah Pencipta, baik kehadiran maupun ketiadaan. Kemudian Dia harus menjadi yang lain dari keguda kategori itu. Karena apabila Dia hadir, pasti tidak ada hal mangkir. Tetapi kemangkiran memang ada. Tidak juga hadir, meskipun memang ada pada setiap kehadiran. Maka, Ida tidak bisa disifati dengan kehadiran atau kemangkiran, karena kategorisasi semacam itu akan diikuti bahwa, lawan (opposite) berasal dari lawannya. Dalam kemangkiran Than, Dia adalah Pencipta kehadiran, dan kehadiran adalah lawan dari kemangkiran. Demikian juga didalam keadaan mangkir. Lawan tidak dapat dikatakan berasal dari lawan, dan Tuhan tidak dapat diaktakan menciptakan sesuatu yang mirip denan-Nya.” Apabila mungkin yang mirip menciptakan kemiripan, keadaan akan ada tanpa jadi sebab dan satu hal akan menciptakan dirinya sendiri. Kedua pernyataan itu tidak dapat dipertahankan.
Ketika engkau telah sampai sejauh ini, berhenti dan jangan lagi memasang dirimu. Nalar tidak lagi memiliki pengaruh ketika telah mencapai ujung laut, biarkan dia tertahan.
Seluruh kata, pengetahuan, ketrampilan,d an segala profesi memiliki rasa dan aroma dari ucapan ini. Apabila tidak demikian, tidak ada pekerjaan atau profesi yang memiliki kesenangan. “Akhor bab” belum diketahui, tetapi mengetahui bukanlah prasarat untuk membaca. Seperti manusia yang mencari tangan perempuan kaya, pemilik sekumpulan domba dan kuda dan sebagainya. Orang itu menjaga domba, kuda, dan menyirami bunga-bunga. Meskipun dia menyibukkan dirinya melakukan hal-hal itu, kesenangan melakukan ini berasal dari keberadaan si perempuan. Apabila tidak ada lagi di dalam gambar, lelaki itu tidak akan memperoleh kebahagiaan dalam pekerjaannya. Mereka akan terlihat tidk berasa dan bodoh. Demikian halnya dengan pekerjaan dunia, ilmu,d an sebagainya : kehidupan, kenikmatan,d an kesenangan muncul dari pantulan kebahagiian mistik. Apabila bukan untuk kebahagiaannya, tentu orang tidak akan memperoleh kenikmatan atau kesenangan di dalam keberadaanya, segala sesuatu akan tampak kosong.

Lima Puluh Empat
IKUTILAH GETARAN YANG SELALU MENGGEDOR-GEDOR HATIMU

Ketika pertama kali mulai menggubah puisi, muncul dorongan yang menyebabkan aku untuk menggubahnya. Pada saat itu terasa sangat efektif. Bahkan sekarang, ketika dorongan telah lesu dan “tenggelam” ia masih efektif. Itu adalah cara Tuhan memelihara sesuatu ketika dia “terbit”, ketika banyak akibat, dampak bear dan banyak hikmah dilahirkan. Bahkan ketika tenggelam, pemeliharaan itu tetap bertahan. Julukan Tuhan dari barat dan timur (QS. 26 : 28) berarti bahwa Tuhan memelihara baik motivasi yang  terbit dan yang tenggelam.
********************
Kaum Mu’tazilah mengatakan bahwa manusia adalah pencipta perbuatannya sendiri, bahwa manusia “mencipta” setiap perbuatan yang keluar dari diinya. Tidak dapat begitu, karena setiap perbuatan yang keluar dari manusia berasal baik karena instrumen yang dia miliki – misalnya kecerdasan, ruh, kekuatan, atau tubuh – atau tanpa perantaraan sesuatu pun. Memang tidak benar mengatakan bahwa manusia adalah pencipta perbuatannya dengan perantaraaan hal –hal semacam itu karena manusia sepenuhnya tidak berada dalam penegndalian hal-hal itu. Maka, karena peralatan tidak tunduk padanya, dia bukan pencipta perbuatannya tanpa anggota, karena memang mustahil untuk membayangkan suatu perbuatan muncul darinya tanpa peralatan. Maka, kami sadar sepenuhnya pencipta perbuatan adalah Tuhan, bukan manusia. Setiap perbuatan, apakah itu baik atau jahat, yang keluar dari manusia dilakukan untuk tujuan tertentu, tetapi hikmah di belakang perbuatan bisa jadi tidak dapat diserap manusia. Makna, hikmah, dan manfaat yang dilihat manusia dari suatu perbuatan berada dalam proporsi instrumentalitas dirinya dalam penciptaan perbuatan, hanya Tuhan yang mengetahui apa manfaat sepenuhnya dari perbuatan yang diberikan. Sebagai contaoh, engkau shalat dengan kesungguhan mencapai pahala di dalam kehidupan selanjutnya dan nama baik serta keselamatan di dunia ini, maka manfaat shalatmu tidaklah terbatas pada hal-hal itu. Shalat akan menghasilkan ribuan manfaat yang tidak dapat engkau bayangkan. Tuhan, yang menjaga manusia pada perbuatannya, mengetahui segala manfaat itu.
Manusia bagaikan busur di dalam genggaman Mahakuasa Tuhan, dan Tuhan menggunakannya untuk melakukan apa pun. Pada hakikatnya, yang menjadi penyebab adalah Tuhan. Bukan busur. Busur hanyalah alat, sebuah cara; tetapi demi estabilan dunia, dia tidak sadar atas pengaruh Tuhan. Ah, betapa besar busur itu yang mengetahui di tangan siapa ia berada! Apa yanng mesti aku katakan tentang dunia yang  yang penopang dan pendukung utamanya berada dalam ketidakpedulian? Tidakkah, engkau sadar ketika seseorang terbangun dari “tidur ketidakpedulian” dia tidak tertarik dan dingin pada dunia? Dia merana merindukan ketiadaan. Dari kanak-kanak, ketika mulai tumbuh, manusia ada di dalam ketidakpedulian, kalau tidak, dia tidak akan tumbuh sama sekali. Maka ketika mencapai kedesasaan penuh dalam ketidakpedulian, Tuhan mengenakan luka dan serangan keapdanya dengan ketetapan dan kehendk bebas untuk menghapus bersih ketidakpedulian dan membuatnya murni. Setelah itu, dia dapat berhubungan dengan dunia lain.
Diri manusia bagaikan timbunan sampah atau tumpukan ampas karena raja telah menutup rapat tumpukan itu.
Diri manusia bagaikan karung biji padi. Raja memanggil, “Kemana engkau akan pergi dengan karung itu? Cangkirku ada di dalamnya.” Manusia, jadi benar-benar terserap di dalam biji, dan tidak menyadari adanya cangkir. Apabila mengetahi cankgir ada di sana, apa ketertarikan yang dimilikinya pada butir padi? Sekarang, setiap “gagasan”  yang menarikmu ke dalam dunia tertinggi dan membuat engkau dingin dan tidak acuh pada dunia rendah adalah pantulan yang dilemparkan oleh “cangkir” itu. Manusia cenderung pada dunia lain. Ketika dia condong pada jalan sebaliknya, pada dunia yang lebih rendah, itu adalah tanda bahwa “cangkir” telah hilang, di balik hijab.

Lima Puluh Lima
Cintailah Setiap Orang dan Hiduplah di Taman Penuh Kedamaian

Seseorang berkata, “Qadi Izzuddin mengirim salamnya dan selalu berbicara memujimu.”
Semoga ingatan yang baik dari setiap orang yang berbicara baik tentang kita berthan lama di dunia.
Apabila berbicara baik kepada yang lain, kebaikan akan kembali kepadamu. Kebaikan dan pujian dari yang lain yang engkau katakan, pada hakikatnya adalah untuk  dirimu sendiri. Kesejajaran akan terjadi ketika seseorang menanami taman dan tanaman obat di sekitar rumahnya. Setiap saat memperhatikan, dia melihat hunga dan tanaman obat. Apabila membiasakan diri berbicara baik kepada orang lain, engkau selalu berada di dalam “surga”. Ketika melakukan kebaikan untuk orang lain, engkau akan menjadi temannya. Dan kapan pun  berpikir tentang engkau, dia akan memikirkan dirimu sebagai teman – dan pikiran seorang teman, terasa mendamaikan sebagaimana bunga di taman. Ketika dengkau berbicara buruk kepada orang lain, engkau bisa menjadi buruk di dalam pandangannya sehingga kapan pun memikirkanmu dia akan membayangkan ular atau kalajengking, atau duri dan tanaman liar berduri. Sekarang, apabila dapat melihat pada bunga di taman siang dan malam, kenapa engkau mesti mengelana di dalam potongan kayu atau lubang ular? Cintailah setiap orang hingga engkau, selalu berada di dalam bunga-bunga taman. Apabila membenci setiap orang dan membayangkan musuh di mana pun, itu seperti mengembara siang dan malam di dalam potongan kayu keras dan lubang ular.
Orang suci mencintai semua orang sebagai kebaikan, tidak atas nama orang lain tetapi atas namanya sendiri, kalau-kalau bayangan kebencian, kejijikan muncul di dalam pandangan mereka. Karena tidak ada pilihan di dunia ini selain memikirkan orang-orang. Orang suci telah berusaha keras untuk memikirkan orang lain sebagau sahabat hingga kebencian tidak merusak jalan mereka.
Maka, segala sesuatu yang engkau lakukan dengan hormat kepada orang dan setiap sebutan  yang engkau buat  tentang mereka, baik atau buruk, semuanya akan kembali kepadamu. Maka Tuhan mengatakan, “Dia yang beruat kebenaran, melakukan manfaat untuk jiwanya sendiri; dan dia yang melakukan kejahatan, melakukannya untuk hal yang sama (QS. 41:46), dan “Siapapun pernah berbuat kejahatan seberat semut sekalipun, akan mengalami hal yang sama.” (QS.99:8).
*************************
Pertanyaan ini pernah diutarakan : ketika Tuhan berkata, “Aku akan menempatkan khalifah di muka bumi,” malaikat berkata, “Akankah Engkau menempatkan orang yang akan melakukan kejahatan di sana, dan menumpahkan darah? Tetapi kai tetap merayakan pujian kepada-Mu,d an menyucikan Engkau.” (QS> s:30). Adam belum lagi diciptakan, bagaimana mungkin malaikat mampu menilai bahwa manusia akan melakukan kejahatan dan menumpahkan darah?
Ada dua hal yang dilakukan malaiakt : Pertama adalah “Menerima” dan kedua “menalar”. Yang dimaksud dengan “menerima” adalah, malaikat teah membaca Lembaran Takdir bahwa di sana akan ada bangsa dengan diri khas seperti itu. Malaikat sekedar menghubungkan dengan yang pernah mereka baca.
Dan yang dimaksudkan dengan “menalar” adalah malaikat telah menyimpulkan dengan penalaran  logis bahwa bansga itu akan berada di muka bumi. Mereka pasti binatang, dan perbuatan seperti itu tentu hanya akan dilakukan oleh binatang. Meskipun manusia memiliki makna hakiki dan memiliki kekuatan ucapan rasional, tapi karena kebinatangannya, manusia akan berbuat kerusakan dan melakukan pertumpahan darah.
Ada sebagian orang yang mengajukan penalaran berbeda. Mereka berkata bahwa malaikat, karena adalah intelek murni dan benda yang tidak tercampur, tidak memiliki kehendk bebas dalam hal apapun. Sebagai contoh, ketika melakukan sesuatu di dalam mimpi, engkau bukanlah manusia yang meiliki kebebasan berbuat. Dengan demikian tidak ada tuduhan balasan dapat digunakan untuk melawanmu dalam mimpi, tidak peduli apakah engkau mengatakan kekafiran atau ketauhidan, juga seandainya engkau melakukan perzinahan dalam mimpi. Malaikat dalam keadaan sadar, keadaanya seperti itu. Dan manusia adalah kebalikannya : mereka memiliki kehendak bebas seperti hasrat dan keserakahan. Manusia menginginkan segala sesuatu untuk mereka sendiri dan rela mati untuk memperolehnya. Dan ini adalah ciri khas binatang. Maka keadaan malakut adalah sebaliknya dari keadaan manusia.
Maka kemudian memungkinkan untk menghubungkan bahwa malaikat berbicara  seperti itu, meskipun tidak secara lisan dan dikatakan. Dapat diduga bahwa kedua hal di atas adalah untuk mengungkapkan dan menceritkan diri mereka. Seperti seorang penyair yang berkata, “Kolam berkata, ‘aku penuh.’” Kolam tidak dapat berbicara, lalu apa maksudnya jika kolam bisa berbicara, apa yang akan dikatakannya dalam keadaan seperti itu.
Setiap malaikat memiliki lembaran di dalam dirinya, dari sana, sesuai dengan proporsi jajarannya, mampu membaca keadaan dunia dan apa yang akan terjadi. Ketika apa yang telah dibaca dan diyakini terjadi, keimanannya, cinta, dan “mabuknya” untuk Sang Pencipta meningkat. Mereka merasa takjub pada keagungan Tuhan dan kemampuan-Nya melihat yang tidak terlihat. Peningkatan cinta, iman, yang tidak diverbalkan, ketakjuban yang tak terungkapkan, semua merupakan pengagungan-Nya. Seeprti guru bangunan yang mengatakan kepada pembantunya bahwa bangunan yang akan mereka bangun membutuhkan demikian banyak kayu, bata, batu dan banyak jerami. Ketika bangunan selesai, bahan-bahan habis tepat seperti yang dibutuhkan itu, tidak kurang dan tidak lebih, kepercayaan tukang semakin meningkat. Dlam hal malaikat juga seperti itu.
********************
Seseorang bertanya pada guru, “Meskipun Nabi memiliki keagungan seperi itu hingga Tuhan berkata kepadanya, ‘Jika bukan untukmu, Aku tak akan menciptakan surga.’” Meski demikian, Nabi Muhammad mengatakan, “Bagaimana hal ini bsia terajdi?
Itu akan menjadi jelas dengan analogi. Biarkan aku menjelaskan hingga engkau dapat memahaminya. Di dalam sebuah kampung ada seorang lelaki yang jatuh cinta kepada seorang perempuan. Keduanya memiliki rumah dan pekarangan yang berdekatan satu sama lain. Mereka hidup bahagia dalam pertemuan satu sama lain, tumbuh sehat dan berkembang satu sama lain. Kehidupan mereka tidak mungkin dapat dipisahkan dari keterlibatan, bagaikan ikand an air. Dan ini berlanjut selama bertahun-tahun tanpa henti. Tiba-tiba Tuhan membaut mereka kaya dan memberi mereka banyak domba, binatang ternak, kdua, harta benda, uang, budak, dan pelayan. Sekarang mereka sangat kaya dan makmur hingga pindah ke kota, dan masing-masing membeli rumah indah besar dan megah. Mereka membuat rumah kediaman dengan memperlihatkan kemegahan dan keadaan diri mereka kepada orang lain. Orang yang satu berada di ujung kota dan yang lain berada di ujung lain.
Ketika telah mencapai titik ini, mereka tidak mampu lagi menikmati persatuan seperti pertama kali. Perlahan-lahan, dengan penuh rasa sedih, meratap diam-diam, tidak mampu menyesakkan jeritan batin. Ketika kesedihannya tak tertahankan, mereka benar-benar terbungkus di dalam api perpisahan. Ketika kebakaran besar ini mencapai puncaknya, tangisan mereka di dengar Tuhan. Domba dan kuda mereka mulai berkurang, dan seikit demi sedikit mereka kembali pada keadaan semual. Setelah sekian lama, akhirnya disatukan kembali di dalam kampung tua mereka dan sekali lagi dipeluk oleh kenikmatan dalam persatuan. Ketika mereka mengingat pedihnya perpisahan, tangisannya terdengar, “Mungkinkah Tuhan Muhammad belum menciptakan Muhammad!”
Sejauh jiwa Muhammad adalah ruh di dunia kesatuan dan menikmati persatuan dengan Tuhan, ia berenang seperti ikan di dalam lautan kasih. Meskipun di dalam dunia ini ia melakoni tugas kenabian, kepemimpinan, serta ia menikmati keagungan, kejayaan, kemasyhuran, dan persahabatan, ketika ia kembali pada kenikmatan semula, dia berkata, “Akankah bila aku bukan nabi dan tidak muncul di dunia ini, karena hubunganku dengan penyatuan mutlak ini sungguh memberatkan, menyakitkan, dan menyiksakan.”
Di dalam hubungannya dengan kebaikan dan kekuasaan Pencipta seluruh pengetahuan, usaha keras, dan perbudakan ini bagaikan orang yang membungkukkan kepalanya, melakukan pelayanan, lalu pergi. Apabila engkau membungkukkan diri kepada seluruh bumi untuk melayani Tuhan, itu seperti menyentuhkan kepalamu sekali apda tanah, karena kebaikan dan rahmat Tuhan mendahului keberadaan dan pelayananmu. Darimanakah Dia membawamu ke dunia kehidupan, hingga memungkinkan engkau untuk melayani, lalu engkau membanggakan dirimu sebagai pelayan? Peerilaku pembudakan ini dan pengetahuan ini seperti apabila engkau membuat manekin dari kayu lalu jatuh dan kemudian berkata di dalam kehadiran Tuhan, “Aku menyukai manekin ini. Aku membuat mereka, tetapi memberikan kehdupan adalah tugas-Mu. Apabila Engkau ingin memberikan kehidupan adalah tugas-Mu. Apabila Engkau ingin memberikan kehidupan untuk mereka, engkau akan mempercepat pekerjaanku. Apabila engkau tidak berminat, itu terserah kepada-Mu.”
********************
Ibrahim berkata, “Tuhan adalah Dia yang memberi hidup dan yang membunuh.”
Namrud menjawab, “Aku memberikan kehidupan dan aku membunuh.” (Qs. 2: 258). (Karena Tuhan telah memberi dia kekuasaan, dia memperkirakan dirinya mahakuasa dan tidak menisbatkan apa pun kepada Tuhan). Dia berkata bahwa dia pun menyebabkan kematian dan kehidupan. Dan bahwa yang dihasratkan dari kekuasaannya adalah pengetahuan. Karena Tuhan telah membekalkan pengetahuan pada manusia, kepintaran, dan ketrampilan, manusia menisbatkan hal-hal ini kepada dirinya dan mengatakan, “Melalui perbuatan dan perilaku ini aku memberikan kehidupan kepada perbuatan dan memperoleh kenikmatan darinya.” Ibrahim mengatakan, “Tidak, Dia yang memberikan kehidupan dan membunuh.”
Seseorang mengemukakan hal berikut ini kepada guru agung kita, “Ibrahim berkata kepada Namrud bahwa Tuhan-Nya adalah Dia yang membawa matahari ke atas dari timur dan mengirimnya ke bawah menuju barat, sesuai dengan ayat Al-Uwr’an. Sungguh Tuhan membawa matahari dari timur (QS. 2 : 258). ‘Sekarang engkau,’ Ibrahim melanjutkan, ‘akuilah ketuhanan, dan engkau kalah.’ Jika mengikuti argumen logis, Namrud telah memaksa Ibrahim untuk menyerah pada alasan pertama, dan Ibrahim, karena tidak mampu menajwab, mengalihkan persoalan dengan baris penalaran lain.”
Sebagaimana yang lain telah mengatakan omong kosong, sekarang engkau berkata omong koong juga. Apa yang diungkapkan Ibrahim adalah satu argumen yang diungkapkan dengan dua cara berbeda. Engkau salah demikian juga yang lainnya. Ada begitu banyak makna di sini, salah satunya adalah bahwa Tuhan membentukmu dari pengasingan non-keberasdaan di dalam rahim ibumu; “timur”-mu adalah rahim ibumu, dari sana engkau “terbit”, dan engkau pergi ke bawah menuju “barat” kuburan. Ini aadalah argumen pertama yang diungkapkan dengan cara lain – yakni Dia memberikan kehidupan, dan membunuh (QS. 2:258).
Sapabila engkau mahakuasa, bawa ke hadapanku sesuatu dari “barat” kuburan dan letakkan kembali ke dalam “timur” rahim. Makna lain akan dikatakan bahwa sejak para irfan (gnostik) menemukan pencahayaan, pemabukan, tumpuan, dan ketenangan melalui perbuatan ketaatan, ikhtiar, perbuatan istimewa, dan karena nikmatnya “terbenam” seperti amtahari ketika dia membuang amal ketaatan dan usaha keras itu, maka dua keadaan ketaatan dan ketidaktaatan adalah “timur” dan “barat” dia. Apabila engkau mampu memberikan hidup selama keadaan terbenam, yang adalah kekotoran, ketidaktuhanan, ketidaktaatan, dan sekarang, di dalam keadaan terbenam membawa ke depan pencahayaan dan ketenangan yang muncul dari ketaatan. Ini bukanlah perbuatan untuk dilakukan manusia; manusia tidak akan pernah melakukan itu. Hanya Tuhan yang mampu melakukan hal seperti itu, karena apabila berkehendak Dia mampu membuat matahari muncul dari barat dan apabila Dia berkehendak, Dia mampu membuatnya terbenam di Timur. Karena Dia yang memberikan kehidupan dan menyebabkan kematian (QS. 40:68).
Baik orang yang tidak ebriman dan orang yang  beriman, sama-sama mengagungkan Tuhan. Tuhan pernah berfirman bahwa siapapun mengikuti jalan yang benar, melakukan kepatuhan dan setia pada hukum Ilahi, mengikuti jalan Nabi dan orang suci, dia akan mendapatkan kenikmatan, pencahayaan dan kehidupan agung. Dia juga berfirman bahwa siapapun yang melakukan hal sebaliknya akan menemukan kegelapan, ketakuran dam lubang neraka serta kesengsaraan. Karena, baik orang beriman dan tidak beriman melakukan sesuai dengan itu, dan karena janji Tuhan bernar-benar muncul, tidak lebih dan tidak kurang, maka keduanya mengagungkan Tuhan, satu pihak dengan “bahasa” yang sat, dan yang lain dengan bahasa yang lainnya. Tetapi betapa berbedanya antara pengagung yang satu dengan lainnya! Sebagai contoh, seorang pencuri mencuri dan digantung atas kejahatannya. Dia adalah “pendeta” bagi orang-orang Muslim – yakni dia “berkata”, “Siapa pun yang mencuri akan diselesaikan seperti ini.” Orang lain dihadiahi raja  karena keadilan dan keamanahannya. Dia juga adalah “pendeta” bagi kaum Muslim. Ceramah pencuri dengan saru “bahasa” dan orang yang amanah dengan bahasa yang lain. Tetapi lihatlah betapa berbeda antara keduanya!

Lima Puluh Enam
PIKIRANA DALAH JARING UNTUK MENANGKAP MANGSA

Pikiranmu sedang tenang. Bagaimana bisa? Karena pikriana dalah hal yang sangat berharga. Pikiran seperti jaring, dan jaring harus selalu dalam keadaan baik agar bisa digunakan untuk menangkap mangsa. Apabila pikrain terganggu, berarti jaring koyak, dan menjadi tak berguna. Maka, janganlah berlebihan dalam cinta atau  benci kepada siapa pun, karena kedua hal itu akan membuat jaring terkoyak. Kesederhanaan, dalam perkara ini adalah suatu keniscayaan. Yang kumaksudkan dengan cinta yang tidak boleh berlebihan adalah cinta untuk selain Tuhan. Tapi apabila berbicara tentang cinta kepada Tuhan, maka tak ada lagi pembatasan yang ekstrem. Semakin tebal rasa cinta, semakin baik. Ketika cintamu untuk selain Tuhan berlebihan, engkau mengharapkan agar dia selamanya berada dalam keberuntungan yang baik, sebuah kemustahilan wujud karena semua orang tunduk pada perputaran roda nasib. Karena keadaan manusia terus emnerus berada dalam perubahan dan engkau berharap agar dia selalu berada dalam keberuntungan baik terus menerus, pikiranmu menjadi terganggu.
Ketika permusuhanmu dengan seseorang terlalu berlebihan, engkau mengharapkan agar musuhmu  selamanya bernasib sial dan buruk. Padahal roda kehidupan terus berputar dan demikian pula keadaan musuhmu, kadang-kadang dia beruntung, kadang pula dia sial. Karena tidak mungkin musuhmu selamanya sial, pikiranmu menjadi terganggu.
Pada sisi lain, cinta kepada pencipta menjadi bagian tetap (terus bersemayam) di dalam dunia dan seluruh manusia – Zoroastrian, Yahudi, Nasrani – seluruh makhluk. Bagaimana mungkins eseorang tidak mencitai penciptanya? Meskipun cinta seperti itu terus bersemayam, penghalang tertentu menjaganya di belakang hijab. Apabila penghalang itu diangkat, cinta akan muncul ke permukaaan.
Mengapa hanya membincangkan hal-hal yang ada (exist)? Hal non-wujud (non-entities) juga selalu dalam pengharapan untuk meuncul di alam wujud. Non-wujud itu bagaikan empat orang duduk di depan raja, masing-masing berharap dan menduga raja akan memberi mereka sebuah kedudukan. Setap orang malu satu sama lain karena pengabulan raja atas pengharapannya akan meniadakan yang lain. Karena non-wujud berdiri di garis pengharapan atas Tuhan dan berharap bahwa keberadaan masing-masing akan mendahului yang lainnya, mereka merasa malu did alam keberadaannya. Apabila Non-wujud seperti itu, lalu bagaimanakah keberadaan benda yang ada (exist)? Ia muncul tanpa kejutan bahwa tidak ada satu pun yang tidak merayakan pujian kepada-Nya (QS:44), meskipun mengejutkan, tidak ada satu pun yang “bukan benda” yang tidak memuji-Nya.
Orang kafir dan yang beriman mencari-Mu
Mereka berkata, “Dia yang sendiri, Dia tidak memiliki teman.”
*****************
Pondasi rumah ini jelek dan mudah roboh. Dukungan utama dunia ini, sebagaimana seluruh tubuh, juga jelek dan mudah roboh. Bahkan tubuh ini tumbuh dengan pertumbuhan yang tak berarti. Ketidakpedulian adalah kekafiran; dan agama, karena penolakannya terhadap kekafiran, tidak mungkin ada tanpa keberadaan kekafiran. Maka, wilayah kekafiran, ada sebelum adanya penolakan terhadap kekafiran itu sendiri. Karena yang satu tak’kan ada tanpa adanya yang lain. Keduanya adalah satu hal tidak dapat dipisahkan. Pencipta keduanya juga satu, karena apabila pencipta kedua hal itu tidak satu, keduanya akan dapat dipisahkan; pencipta yang berbeda akan menciptakan setiap satu dari keduanya dan kedua hal itu akan dapat dipisahkan. Karena Pencipta adalah satu, Dia sendiri, tanpa rekanan.
**********************
Mereka mengatakan, “Sayid Burhanuddin berbicara sangat baik, tetapi dia terlalu sering mengutip syair Sana’i.”
Hal itu seperti mengatakan bahwa matahari itu baik tetapi terlalu banyak memberikan cahaya. Apakah hal itu sebuah kesalahan? Mengutip kata-kata Sana’i adalah seperti menyinari cahaya pada suatu wacana. Matahari menyorotkan cahayanya pada benda, orang dapat meliaht banyak benda dalam cahaya matahari. Maksud dari cahaya matahari adalah melemparkan cahaya pada sesuatu. Meskipun demikian, matahari pada langit ini melemparkan cahaya pada benda yang tidak ebrguna : matahari di langit adalah kiasan magi amtahari sejati. Engkau pun, sesuai dengan proporsi intelek bagianmu, pastikanlah hatimu menghadap matahari sejati dan mencari cahaya pengetahuannya agar bisa melihat sesuatu yang tidak terpahami dan agar engkau bisa meningkatkan pengetahuanmu. Engkau memiliki pengharapan atas pemahaman dan pengertian sesuatu dari setiap guru dan dari teman. Maka kami menyadari matahari adalah sesuatu yang lain, bukan matahari fisikal : matahari itu merupakan suatu pewahyuan hakikat dan kebenaran. Kami pun menyadari bahwa pengetahuan – kecil, tempat engkau berlindung dan mendapatkan manfaat adalah hal yang sekunder dibandingkan dengan pengetahuan agung tempat pengetahuan – kecilmu hanya menjadi “dinar” dari amtahari agung-Nya, “Sinar” ini memanggilmu menuju matahari asli pengetahuan agung. Inilah mereka yang dipanggil dari tempat jauh (QS. 41:44).
Engkau mencoba menarik pengetahuan itu kepadamu. Memang mustahil bagiku untuk menyesuaikan di sana, dan sukar bagimu untuk tiba ke sini, “Aku tidak akan sesia di sana, dan akan memakan waktu lama bagimu daatang ke sini. Mustahil bagiku cocok di sana. Dan sukar bagimu datang ke sini.” Rasanya memang mustahil untuk melakukan sesuatu yang mustahil, tetapi tidak mustahil untuk melakukan sesuatu yang sukar. Maka, meskipun sukar, berusahalah dengan keras mencapai pengetahuan agung itu, tetapi jangan berharap bisa menguasainya di sini, karena hal itu mustahil. Sama halnya, dari cinta mereka pada kekayaan Tuhan, orang kaya mengumpulkan uang melalui “cahaya” kemakmuran. “Cahaya” kemakmuran ini berkata, “Aku memanggilmu dari kemakmuran agung itu. Kenapa engkau mencoba menarikku ke tampat yang tidak cukup untukku? Datanglah agak mendekat menuju kemakmuran ini!”
Singaktnya, hal utama terletak pada akhirnya, dans emoga itu layak dipuji. Yang layak puji di akhir itu bagaikan pohon yang akarnya kuat menegakkan di taan spiritual dan yang cabang dan buahnya tergantung di tempat lain. Ketika buah jatuh, pada akhirnya harus diambil kembali ke taman tempat akarnya berada. Di dalam contoh lain, terdapat pengagungan dan berteriak “puji tuhan” di dalam bentuk luar. Tetapi karena akarnya berada di dunia ini, seluruh buahnya juga di bawah di dunia ini. Apabila kedua tanaman itu berada di taman dunia lain, maka itulah yang dimaksud dengan cahaya di atas cahaya (QS. 24:35).

Lima Puluh Tujuha
CARILAH GURUMU, DAN BERSEMAYAMLAH DALAM KEDAMAIANNYA

Akmaluddin berkata, “Aku mencintai guru kita dan ingin melihatnya. Aku bahkan tidak pernah berpikir tentang dunia selanjutnya, karena aku memperoleh kenyamanan seperti itu di dalam citra guru kami, bahwa aku mampu melakukan tanpa gagasan dan pikiran seperti itu. Aku menemukan kedamaian di dalam keindahan dirinya, dan aku memperoleh banyak kenikmatan hakikat dari bentuk atau citranya.”
Meskipun dia tidak berpikir tentang kehidupan selanjutnya atau Tuhan, semuanya telah bersemayam di dalam citra ini dan kemudian terus menerus diingat.
Seorang gaids penari cantik tengah bermain kastanet untuk Khalifah. Khalifah berkata, “Seniman berada di tanganmu.”
“Tidak,” jawab penari itu, “seni itu berada di kakiku, wahai khalifah. Adanya keistimewaan pada tanganku karena adanya keistimewaan kaki yang bersamayam di sana.”
Meskipun murid barangkali tidak berpikir tentang kehidupan selanjutnya dengan seluruh rinciannya, kenikmatan melihat gurunya dan ketakutannya untuk terpisah darinya membuatnya memahami seluruh rincian itu. Bersemayam di dalam dirinya sebagaimana ia berada di dalam orang yang mencintai dan menyayangi anak atau kakak tanpa memikirkan hubungan anak atau saudara, harapan ata kepercayaan, kasih sayang skeluarga, rasa iba, akibat dari hubungan atau karena seluruh manfaat apa pun yang diharapkan seseorang atas hubungan itu. Seluruh rincian ini bersemayam dalam derajat kebetulan dan horamt seperti udara yang berada  pada kayu, meskipun kayu barangkali berada di bawah  bumi atau di bawah air.
Karena udara sangat vital untuk menyalakan api, apabila udara tidak bersemayam di dalam kayu, api tidak akan memiliki pengaruh padanya. Tidakkah engkau pahami ketika meniup kayu itu, api api muncul menghidupkan? Bahkan apabila kayu berada di bawah bumi aau di bawah air, udara bersemayam di dalamnya. Apabila tidak demikian, kayu tidak akan mengambang. Kata yang engkau ucapkan sama halnya demikiian : meskipun banyak hal berhubungan dengan kata-kata, kecerdasan, otak, mulut, bibir, langit-langit mulut, lidah seluruh bagian yang mengendalikan tubuh, unsur, sikap, minat dan ribuan penyebab kedua yang padanya kata-kata bergantung, dan seterusnya hingga engkau mencapai dunia sifat dan kemudian hakikat diri. Meski tidak satu pun dari hal-hal itu tersurat di dalam kata-katamu, semuanya bersemayam di dalam apa-apa yang engkau katakan, sebagaimana telah disebut sebelumnya.
Lima atau enam kali sehari manusia mengalami kekecewaan dan luka yang tidak disengaja. Tentu saja hal-hal itu tidak muncul darinya : semua itu pasti datang dari yang selainnya, maka dia adalah sasaran yang lain itu. Yang lain mengawasinya dan memberinya luka setelah terjadi perbuatan buruk. Apabila di sana tidak ada pengawas, bagaimana mungkin dia bisa lukai  begitu saja? Meskipun dilanda seluruh kekecawaan itu, sikap manusia tidak mengetahui dengan pasti siapakah dia yang melakukan perintah yang lain. “Tuhan menciptakan manusia di dalam citranya sendiri.” Karakteristik Ilahiahmu – yang merupakan kebalikan karakteristik penghambaan – sangat menyenangkanmu. Manusia kerap di pukul pada kepalanya, tetapi dia tidak membiarkan pergantian itu secara gigih dan dengan segera melupakan kekecewaan itu. Tetapi hal itu tidak bermanfaat bagi dirinya. Sampai waktu tertentu ketika dia membuat pergantian miliknya sendiri, dia tidak akan lari dengan pukulan keras semacam itu.

Lima Puluh Delapan
KAU AKAN MENEMUKAN SUMBER CAHAYA DENGAN MENGIKUTI SINARNYA

Seorang mistik berkata, “Aku pergi ke ruang api sebuah pemandian untuk beristirahat, karena tempat itu telah menjadi tempat perlindungan bagi sejumlah orang suci. Aku melihat kepala tukang api memiliki wakil yang bekerja dengan keras. Kepaal itu mengatakan kepadanya untuk melakukan dengan cekatan. Tukan api pua dengan kecepatan laki-laki yang taat pada perintah itu.
“ya, dia berkata, ‘jadilah laki-laki yang cekatan engkau di tempatku.’”
“Aku tertawa, dan kecemasanku berakhir, karena aku melihat seluruh majikan di dunia ini berlaku sama dengan bawahannya yang tidak penting.

Lima Puluh Sembilan
DIA TERLALU LEMBUT UNTUK DAPAT KAU LIHAT

Seorang pelamun berkata, “engkau menyatkan ada sesuatu di luar lingkaran langit dan bola bumi ini yang dapat aku lihat. Menurut pendapatku, tidak ada apa-apa di sana selain hal ini. Apabila memang ada, tunjukkan keapdaku di manakah tempat itu!”
Pertanyaan ini dari mulanya tidak ebnar, karena engkau meminta ditunjukkan sesuatu yang tidak emmiliki tempat. Coba, katakan kepadaku di manakah keberatanmu. Itu tidak berada di mana-mana. Tdiak berada di dalam lidah, mulut atau dadamu. Carilah melalui seluruh hal ini. Koyak mereka hingga hancur berkeping-keping.  Engkau akan tahu bahwa anggapan atas keberatanmu  tidak akan ditemukan di dalam satu pun dari semua itu. Maka, menyadari bahwa keberatanmu tidak beralasan. Karen engkau tidak menjelaskan tempat atas keberatanmu, bagaimana mungkin engkau akan menjelaskan pencipta  keberatan? Begitu banyak ribuan keberatan dan keadaan muncul kepadamu, tetapi mereka tidak berada  di tanganmu atau tunduk pada pengendalianmu. Apabila engkau mengetahui  darimana hal  itu berasal, engkau akan mampu menaikkan mereka. Terdapat “koridor” untuk semuanya bagimu, tetapi engkau tidak menyadari dari mana mereka berasal, ke mana merek pergi, dan apa yang akan mereka lakukan. Karena engkau tidak memiliki kemampuan untuk memastikn keadaan dirimu sendiri, bagaimana mungkin engkau berharap bisa memastikan keadaan penciptamu?
Seseorang yang punya saudara ipar perempuan pelacur mengatakan bahwa Tuhan tidak berada di surga. Engkau, anjign! Bagaimana mungkin engkau tahu Dia tidak ebrada di sana? Pernahkan engkau mengukur surga jengkal demi jengkal dan menyeberangi seluruhnya hingga dapat mengatakan bahwa Dia tidak berada di sana? Engkau bahkan tidak perna  tahu bahwa ada pelacur di rumahmu sendiri! Bagaimana caranya engkau akan mengetahui surga? Ya, engkau pernah mendengar tentang surga, dan nama-nama bebintangan. Dan lingkaran yang engkau namakan “sesuatu”. Apabila engkau mengetahui sesuatu tentang surga dan pernah pergi satu jengkal ke surga, engkau tidak akan mengatakan omong kosong seperti itu.
Apa maksudmu dengan mengatakan Tuhan tidak ebrada di surga? Kita tidak emngartikan Dia tidak di dalam sruga melainkan surga tidak dapat meliputi-Nya. Dialah yang meliputi surga. Dia memiliki hubungan tak terbayangkan dengan dirimu. Segala sesuatu berada di dala genggamanan Mahakuasa-Nya; segala sesuatu adalah pengekawantahan diri-Nya dan sasaran pengendalian diri-Nya. Maka, Dia tidak di luar surg dan alam semesta, tetapi tidak sepenuhnya di dalam kedua-duanya pula. Yakni, mereka tidak meliputi Dia, melainkan Dia meliputi mereka sepenuhnya.
Seseorang bertanya, dimanakah Tuhan, di bumi, atau di langit, dan di manakah Singgasana Tuhan berada? Kami katakan pernyataan itu tidak beanr sejak awalnya, karena Tuhan tidak dibatasi dengan tempat. Kemudian engkau bertanya, di manakah Tuhan sebelumnya? Meski demikian, sesgala sesuatu tentang dirimu adalah nir- ruangan : pernahkah engkau menemukan benda-benda  yang ada dalam dirimu yang selama ini engkau cari? Apabila semua tapa ruangan , bagaimana mungkin engkau menghayalkan sebuah tempat untuk pikiran dan keadaanmu? Sekarang, pencipta pikiran jauh lebih lembut daripada pikrian itu sendiri. Sebagai contoh, tukang bangunan lebih lembut daripada bangunan yang dia buat. Dialah yang mempu membuat bangunan, di sepanjang jalan, ribuan bangunan yang lain dan benda-benda yang mirip satu sama lain. Maka, dia lebih lembut dari lebih berharga daripada bangunan, tetapi kelembutannya tidakd apat dilihat kecuali melalui perantara rumah atau sejumlah pekerjaan lain yang muncul ke dalam diri di dalam dunia berakal sehat untuk memperlihatkan keindahan lebut dirinya.
Engkau dapat melihat napasmu pada musim dingin tetapi tidak pada musim panas. Itu bukan karena napasmu berhenti pada musim panas, tetapi karena pada musim panas, udara sangat panas dan napasmu terlalu lembut hingga tidak menampakkan diri, sebagai hal itu dilawankan dengan musim dingin. Sama halnya, seluruh sifat dan hakikatmu juga terlalu lembut untuk dapat dilihat kecuali melalui perantara perbuatan. Sebagai contoh, sifat pengampunanmu. Ia hadir tetapi tidak dapat dilihat. Hanya ketika engkau memaafkan seseorang, sifat pengampunanmu dapat dipahami. Kutukanmu pun tidak dapat dilihat, tetapi ketika engkau melakukan kutukan melawan penjahat dengan menyerang dirinya, kutukanmu menjadi terlihat, dan demikian setersunya tiada henti.
Tuhan yang gterlalu lembut untuk dapat terlihat, maka Dia menciptakan bumi dan surga agar kemahakuasaan dan kerajinan tangannya dapat terlihat. Untuk alasan ini, Dia mengatakan, “Mereka tidak melihat surga yang berada di atas mereka, dan pertimbangkan bagaimana Kami telah menaikkannya?” (QS. 50:6).
**********************
Aku tidak sedang mengendalikan kata-kata, dan ini melakukan aku karena aku ingin menasihati temanku; tetapi kata-kata tidak akan dipimpin olehku. Untuk alasan ini aku bersedih. Tetapi, di dalam kenyataannya, kata-kata lebih tinggi daripada aku sendiri, dan aku tunduk padanya, aku berbahagia karena di mana pun kata-kata diucapkan, Tuhan membuatnya dapat mencapai hidup manusia dan memiliki dampak yang mendalam.
Engkau tidak melemparkan, ketika Engkau melemparkan; Tuhanlah yang melemparkan (QS. 8:17). Sebuah panah yang terbang dari busur Tuhan tidak akan berhenti oleh tameng atau baju zirah apapun. Untuk alasan ini aku berbahagia. Apabila seluruh manusia mengetahui dan tiada kebodohan di dalam diri manusia, dia akan terbakar dan berhenti hidup. Maka, kebododhan adalah sesuatu yang dikehendaki dari titik pandang bahwa ia harus terus berlangsung untuk mempertahankan keberadaan manusia. Belajar dapat diinginkan juga karena sebagaimana itu adalah alat untuk mengetahui Pencipta. Maka, sekalipun mereka lawan, setiap orang gmenolong yang lainnya. Meskipun malam lawan siang, itu berhubungan dengan siang di dalam bahwa keduanya melakukan hal serupa. Apabila siang terus abadi, otak manusia tidak dapt menyerap sesuatu pun, hingga mereka menjadi gila dan salah fungi. Maka, orang-orang beristirahat tidur pada malam hari hingga seluruh “alam mistik: tubuh – otak, pikiran, tangan dan kaki, penglihatan dan pendengaran – mampu memperoleh kembali kekuatan mereka dan digunakan lagi di siang hati. Maka, meskipun di dalam  hubungannya tampak terlihat sebagai lawab, tetapi dalam hubungannya dengan Zat Bijak, semuanya melakukan hal sama dan tidak bertentangan sama sekali.
Tunjukkan kepadaku kejahatan di dunia ini yang tidak berisi sejumlah kebaikan dan kebaikan mana yang tidak mengandung sejumlah kejahatan. Sebagai contoh, seseorang merencanakan melakukan pembunuhan tetapi terhalang oleh perzinahan hingga pembunuh itu tidak sempat melakukannya. Pada sisi lain, perzinahan jahat, tetapi pada sisi alin, karena dia menghalangi pembunuhan, ia menjadi suatu yang baik. Maka baik dan jahat adalah satu hal, tidak mungkin melepaskan diri. Pada sisi ini kita tidak sepakat dengan penganut Zoroastrian. Mereka berkata bahwa Tuhan ada dua, satu pencipta kebaikan dan yang lainnya pencipta kejahatan. Sekarang tunjukkan keapda kami kebaikan yang tanpa kejahatan  sehingga kami dapat mengakui adanya tuhan kebaikan dan tuhan kejahatan di sana! Amat mustahil ada karena kebaikan tidak dapat dipisahkan dari kejahatan : baik dan jahat bukanlah dua hal berbeda dengang garis perbatasan yang jelas di antara mereka.
Kami berkta sangat sedikit, sehingga kecurigaan barangkali muncul did alam dirimu. Apakah itu bisa jadi  tidak seperti yang mereka katakan. Tentu, engkau tidak yakin. Tetapi bagaimana mungkin engkau dapat meyakini bahwa hal itu tidak demikian? Tuhan mengatakan, “Malanglah orang kafir, jangan berpikir mereka akan diangkat kembali pada hari agung?  (QS. 83:4-5). Pernahkah engkau menyangka janji yang telah Kami buat akan menajdi kenyataan?” Berdasarkan ini, orang kafir akan dibebani tugas  dan ditanyai : “Tidakah engkau memiliki pikiran samar-samar bahwa dirimu akan dihukum? Kenapa engkau tidak mengambil pencegahan dan mencari Kami?”

Enam Puluh
KEBAIKAN ILAHI ADALAH CINTA ILAHI

Abu Bakar tidak dijadikan rujukan Kaum Muslim karena banyaknya shalat, puasa dan sedekah. Dia dijadikan rujukan dan dihormati karena apa yang ada dalam hatinya.
Yang dimaksudkan dengan hal itu adalah bahwa, keunggulan Abu Bakar dibandingkan orang lain tidak berhubungan dengan shalat dan puasanya, melainkan berhubungan dengan kebaikan Ilahi yang dia nikmati. Dan kebaikan itulah cinta Tuhan.
Shalat, puasa, dan bersedekah akan dibawa pada Hari Kebangkitan dan ditempatkan pada mizan. Tetapi ketika cinta dibawa, ia tidak akan bisa ditimbang, dan timbangan (mizan) tak akan muat. Maka, hal yang paling utama adalah cinta. Sekarang, ketika melihat cinta di dalam dirimu sendiri, buatlah ia meningkat dan tumbuh lebih besar. Ketika engkau lihat di dalam dirimu “modal”, yang mendesak untuk dicari, tingkatkan modal itu dengan mengatakan “Rahmat berada di dalam kerja.” Apabila tidak meningkatkannya, engkau akan kehilangan modalmu.
Engkau tidak kurang dari bumi yang berubah dengan mempekerjakannya dan memutarnya dengan sekop hingga ia akan menghasilkan panen, tetapi apabila diinggalkan sendiri, bumi akan berubah menjadi keras. Maka ketika engkau menyadari adanya desakan untuk mencari di dalam dirimu, sibukkanlah dan jangan tanya manfaat dari kedatangan dan kepergian ini. Teruslah berjalan saja : manfaat dari kepergian manusia ke toko adalah, dia akan mengatakan apa yang dia inginkan. Tuhan memberikan roti keperluan sehari-hari. Tetapi apabila seseorang tidak membutuhkan apa-apa, dalam kasus ini, makanan yang dia butuhkan tidak akan datang. Amat menakjubkan bahwa seorang anak kecil dapat menangis dan ibunya akan memberikannya susu. Apabila si anak berkeinignan untuk mengetahui guna tangisan dan kenapa tangisan menyebabkan ibu memberinya susu, keheranannya akan menghalangi susu sama sekali. Kita dapat melihat sekarang dia memperoleh susu karena tangisannya.
Apakah setiap orang mengherankan apa kegunaan berlutut dan bersujud di dalam shalat atau kenapa melakukan itu? Engkau membungkuk, mengais-ngais, dan mengingsut-ingsut di depan pangeran atau kepala suku, dan hasilnya pangeran jadi jatuh iba kepada dirimu dan memberikan potongan roti. Yang menyebabkan rasa iba di dalam diri pangeran bukan darah dan dagingnya. Darah dan dagingnya tak berarti apa-apa. Dia akan tetap demikian ketika dia mati, tertidur atau tak sadarkan diri. Tetapi pada setiap waktu, sujud dan ingsutanmu tidak berguna. Maka kami sadar rasa kasihan di dalam diri pangeran tidak terlihat. Karena memang mungkin bagi kami untuk menyediakan sesuatu di dalam daging yang tidak terlihat. Dan memungkinkan juga bagi kami untuk menyediakan sesuatu di luar daging. Apabila hal yang di dalam daging tidak dirahasiakan, Abu Jahal dan Muhammad akan sama saja, tidak ada hal yang membedakan yang membuat derajat keduanya berbeda. Dari luar, telingan yang dapat mendengar dan telinga tuli terlihat sama. Keduanya memiliki bentuk yang sama, tetapi yang satu tidak dapat mendengar. Perbuatan mendengar, kemudian merupakan perbuatan yang tersembunyi di dalam telinga dan tidak dapat diketahui.
Hal paling utama, kemudian, adalah Kebaikan Ilahi. Katakanlah engkau seorang pangeran dan memiliki dua budak. Satu di antara mereka bekerja keras dan melayani engkau dengan baik. Dia mengerjakan suruhan sedangkan budak yang lainnya malas. Maka kami bisa menyaksikan bahwa engkau lebih sayang kepada yang malas daripada yang giat, meskipun engkau tidak akan membiarkan bakat yang giat pergi sia-sia. Karena kejadiannya seperti itu, maka manusia tidak boleh menghakimi Kebaikan Ilahi. Mata kanan dan mata kiri melihat hal yang sama dari luar. Layanan apa yang dilakukan mata kanan yang tidak dapat dilakukan oleh amta kiri? Layanan apa yang dilakukan kaki atau tangan kanan  dan tidak dilakukan oleh yang sebelah kiri? Meski demikian, kebaikan telah jatuh pada mata kanan. Maka demikian juga Jumat dipertimbangkan lebih unggul daripada hari lain dalam bilangan satu minggu. “Tuhan telah menganugerahkan selain yang sudah ditetapkan dalam Lembaran Takdir, dan biarkan pada hari Jumat.” Sekarang, layanan apa yang dilakukan hari Jumat dan tidak dilakukan oleh hari lainnya? Meski demikian, kebaikan menjadi milik hari Jumat. Ia disendirikan untuk dimuliakan. Apabila lelaki buta berkata, “Aku terlahir buta. Aku tidak menyalahkan,” ucapannnya tidak menolongnya untuk mengatakan bahwa dia tidak menyalahkan seseorang atas kebutaannya. Ucapannya tidak akan mengurangi penderitaannya.
Orang tidak beriman akan tersungkur ke dalam kekafiran dengan menderita luka akibat ketidak-imanannya. Jika lebih dekat, kami melihat bahwa penderitaan mereka sebenarnya merupakan hakikat Kebaikan Ilahi. Apabila ditinggalkan di dalam kedamaian, orang tak beriman akan melupakan Pencipta, tetapi penderitaannya menjaga dia untuk tetap ingat. Neraka, kemudian, adalah tempat pemujaan,  masjid untuk orang tidak beriman tempat mereka mengingat Tuhan, persis yang mereka lakukan di dalam penjara, waktu penyiksaan, atau ketika mengalami sakit gigi. Ketika orang tengah sakit, tirai ketidakpedulian terkoyak berkeping-keping; orang mengakui kehadiran Tuhan dengan berteriak, “Ya Tuhan! Ya, Maha Pengasih! Ya Tuhan!” padahal ketika orang sehat, tirai ketidakpedulian jatuh lagi dan seseorang berkata, Dimanakah Tuhan? Aku tidak melihat-Nya? Kebapa aku harus mencari-Nya?” Bagaimana halnya ketika sakit engkau melihat-Nya cukup jelas, tetapi sekarang engkau tidak dapat melihat-Nya? Karena engkau melihat-Nya selama sakit, sakit memberikan pengawasan kepadamu, ia menjaga dirimu agar tetap memperhatikan Tuhan. Penghuni neraka tidak peduli dan tidak ingat pada Tuhan ketika mereka sedang senang. Sekarang, di dalam neraka, mereka mengingat Tuhan siang dan malam.
Tuhan menciptakan alam semesta, surga dan neraka, matahari bulan, planeet, sebaik kebaikan dan kejahatan mengingat-Nya, melayani Dia dan  mengagungkan-Nya. Karena satu-satunya nalar penciptaan segala hal ini adalah mengingat Dia, dan karena orang tidak beriman tidak melakukan itu ketika mereka sedang senang, mereka pergi ke neraka untuk melakukan pengingatan. Orang beriman tidak memerlukan luka; mereka peduli pada penderitaan ketika senang, tetapi selali merasakan  penderitaan itu sebelum waktunya. Sama halnya, seorang  anak pintar  hanya membutuhkan sekali penderitaan, sekali pukulan tongkat agar tidk melupakan pelajaran. Sedangkan seorang anak bodoh terus melupakan pelajaran dan dia akan mengalami penderitaan. Kuda pintar merasakan pecutan sekali saja dan tidak pernah memerlukannya di waktu yang lain. Pecutan akan membawa manusia bermil-mil. Meski demikian, seekor kuda yang bodoh perlu dicambuk berkali-kali setiap menit : dia tidak layak membawa manusia, maka dia menyeret kotorannya.

Enam Puluh Satu
ANTARA AINUDDIN DAN MU’INUDDIN

Mendengar  sesuatu terus-menerus sama baiknya dengan melihatnya. Sebagai contoh, ibu atau bapakmu mengatakan padamu bahwa mereka telah melahirkan engkau. Meskipun engkau bukan saksi amta atas peristiwa yang terjadi, karena engkau terus mendengar peristiwa itu berkali-kali dari ibu atau bapakmu, engkau seakan melihat  peristiwa itu, ia menjadi kenyataan bagimu. Bahkan seseorang mengatakan bahwa mereka tidak melahirkanmu, engkau tidak akan mendengarkan ucapannya. Contoh yang lainnya, engkau sering mendengar orang menceritakan tentang kebereadaan Bhagdad dan Makkah, karena seringnya mendengar cerita itu, engkau seakan telah melihatnya. Bahkan jika mereka bersumpah bahwa kedua kota itut idak ada, engkau tidak akan mempercayainya. Maka kami tahu ketika telinga mendengar sesuatu terus-menerus, ia akan menyerap pengalaman sebagaimana dia melihat suatu kenyataan.
Seperti halnya mengatakan sesuatu dengan terus menerus, secara eksternal, hal itu sama dengan melihat. Dan apa yang dikatakan orang tertentu akan sama persis dengan melihat. Jika hal itu dikatakan tidak hanya sekali tapi ribuan kali. Mengapa hal itu semacam itu mesti terlihat aneh? Seorang raja yang baik akan menyamai nilai seribu orang biasa. Ribuan orang mungkin saja tampak dari depan, tapi mereka tak berarti apa-apa. Mereka tak berarti apa-apa hingga raja memerintahkannya untuk maju. Apabila dalam dunia material, hal seperti ini bisa terjadi, apalagi di dunia spiritual.
***************
Meskipun engkau melintasi bumi, tetapi jika engkau tidak melakukannya untuk Tuhan, engkau harus melintasinya sekali lagi. Pergilah menembus bumi, dan pehatikan bagaimana akhir bagi mereka yang menuduh Nabi Kami menyamar dan menipu (QS. 6. 11), makna dari ayat itu, Tuhan berfirman bahwa “Orang yang melintasi bumi itu tidak menemukan Aku, melainkan hanya menemukan bawang putih dan bawang Bombay.” Apabila engkau tidak melintasinya untuk Dia, itu tentu engkau lakukan untuk sejumlah maksud lain; dan maksud lain itu menjadi hijab yang menjaga dirimu dari melihat-Nya.
Sama halnya, ketika melihat dengan sungguh-sungguh pada seseorang di pasar, engkau tidak akan melihat orang lain : yang lainnya mungkin engkau  lihat sebagai hantu. Ketika engkau mencari sesuatu perkara tertentu di dalam buku dengan mata, telinga, dan perhatianmu dicurahkan kepada perkaa itu, maka ketika engkau membalik-balikkan halaman buku, tak ada lagi yang engkau lihat selain perkara yang engkau cari. Maka,kapanpun memiliki satu maksud tertentu atau suatu tujuan di dalam pikiran melebihi pikiran yang lain, tidak peduli ke mana pun pergi, engkau selalu dipenuhi oleh maksud itu, dan tak akan sampai untuk melihat hal lain.
Di zaman Umar, ada seorang lelaki yang  sangat tua hingga anak perempuannya harus memberinya makan susu dan suka mempelakukannya seperti pada seorang anak kecil. Umar mengatakan kepada gadis itu, “Di zaman begini, tidak ada anak yang demikian berbakti pada orang tuanya seperti engkau.”
“Engkau benar,” si gadis menjawab, “tetapi ada perbedaan antara aku dan ayahku. Sekalipun saat ini aku terus menerus melayani dirinya, tapi dulu, ketika dia masih sehat dan melahirkanku, dia sering gemetar merasa ketakutan kalau-kalau ada bahaya yang akan menimpa diriku. Sekarang aku melayani dia dan berdoa siang dan malam semoga Tuhan membiarkannya mati hingga terlepaslah beban dariku. Aku terus melayani ayahku, tetapi bagaimana bisa aku gemetar untuknya sebagaimana dia gemetar untukku?”
“Dia telah memahaminya dibanding aku,” kata Umar. Dia melihat peristiwa itu dari sisi luar, sedangkan si gadis  mengatakan inti permasalahannya.
Orang yang memahami adalah dia yang, mengetahui inti sesuatu, menemukan kenyataan sesuatu. Tidak, Demi Tuhan! Bukannya Umar tidak menyadari kenyataan suatu misteri. Tetapi cara para sahabat dalam memandang suatu perkara adalah dengan memprotes diri mereka sendiri dan memuji orang lain.
******************
Hanya sedikit saja orang yang mampu mentolerir keberadaan Tuhan. Bagi sebagian besar  orang yang lain, Tuhan lebih baik tidak ada. Kecerahan hari muncul dari matahari. Tetapi apabila ada seseorang yang menghabiskan waktunya sepanjang hari untuk melihat bola matahari, dia tak akan mendapatkan manfaat, bahkan matanya akan merasa silau. Lebih baik baginya untuk menyibukkan dirinya dengan sesuatu bisa disebut “mangkir” (absence). – yakni, tidak melihat matahari. Sama halnya, jika menyebutkan makanan yang baik pada orang sakit, mungkin akan merangsang nafsu makannya dan membuatnya menjadi lebih sehat. Tetapi mungkin akan membahayakan dirinya jika memperoleh makanan yang sama saat kehadirannya. Maka, memang nyata bahwa “getaran” dan desakan untuk  mencari adalah suatu keniscayaan yang harus dimiliki seseorang dalam pencarian Tuhan. Siapapun yang tidak memiliki “getaran” ini, mesti melayani orang-oang yang telah merasa bergetar. Buah-buahan tumbuh, sebagian besar bukan pada batang pohon yang tidak bergetar, tetapi pada cabang pohon yang bergetar. Meski demikian, batang memberikan kekuatan pada cabang dan mengamankannya beserta buah-buahan dari bahaya kampak. Karena batang pohon yang bergetar akan akan begoyang dan memudahkan kampak  untuk menyerangnya, akan lebih baik baginya untuk tidak bergetar. Tugas yang lebih baik untuk batang pohon adalah tetap tegak tanpa bergoyang, dan hanya melayani cabang pohon yang lebih layak untuk bergatar.
******************
Apabila seseorang bernama Mu’inuddin (Penolong Agama), dia tidak bisa menajdi Ainuddin (inti Agama) dengan menambahkan huruf m. Menambahkan dengan maksud untuk menyempurnakan, pada kasus ini menjadi pengurangan.” Penambahan huruf m adalah pengurangan. Meskipun enam jemai melebihi jumlah normal, penambahan itu berarti pengurangan. “Satu” (ahad) adalah kesempurnaan, “nabi” (Ahmad) masih belum mencapai kesempurnaan sepenuhnya (Ahad). Yakni, Tuhan mencakup segala sesuatu. Penambahan apapun yang engkau buat untuk Dia adalah pengurangan. Satu berada di seluruh nomor. Tanpa itu, tiada nomor yang mungkin.
*******************
Pada suatu saat, Sayid Buryhanuddin sedang memberikan suatu pelajaran, seorang murid yang bodoh menyela ceramahnya dan berkata, “Kami membutuhkan kata-kata tanpa kiasan”.
“Engkau yang tanpa kiasan,” kata Sayid, “datang mendengarkan kata-kata tanpa kiasan.”
Meski demikian, engkau adalah kiasan bagi dirimu sendiri. Engkau bukanlah dirimu yang sebenarnya. Dirimu hanyalah bayangan bagi ‘dirimu’. Ketika seseorang meninggal, orang-orang berkata bahwa dia telah berpisah. Apabila dia adalah dirinya, lalu ke mana dia pergi? Memang nyata kemudian bahwa bentuk luar adalah kiasan bagi bentuk dalam. Sesuatu yang darinya, bentuk dalam dapat disimpulkan. Segala sesuatu yang dapat terlihat mengandung berat jenis, persis seperti nafasmu yang dapat terlihat ketika musim dingin. Adalah kewajiban Nabi untuk mengejawantahkan kekuasaan Tuhan dan memperingatkan manusia melalui nasihat. Bukanlah kewajiban baginya untuk membawa manusia pada jenjang dimana manusia siap untuk menerima kebenaran Tuhan, karena itu, adalah pekerjaan Tuhan.
Tuhan memiliki dua sifat : Kemurkaan dan Kemurahhatian. Para Nabi mengejawantahkan keduanya; orang beriman mengejawantahkan kemruahhatian, dan orang tidak beriman kemurkaan. Mereka yang mengetahui Tuhan melihat diri mereka di dalam diri para Nabi, mendengar suara mereka pada suara pada suara para Nabi, dan menyerap aroma meeka pada aroma para Nabi.
Tidak seorang pun yang mengingkari dirinya sendiri, yang karena alasan ini para nabi berkata pada kaumnya, “Kami adalah engkau, dan engkau adalah kami. Tidak ada kerenggangan di antara kita.” Ketika seorang berkata, “Ini adalah tanganku,” tidak seorang pun meminta bukti karena tangan adalah bagian yang tak terpisahkan. Meskipun begitu, ketika seseorang berkata, “Ini adalah anakku,” bukti bisa jadi dibutuhkan, karena anak adalah bagian yang terpisah dari diri.

Enam Puluh Dua
CINTA TAK MELAHIRKAN PENGHAMBAAN

Sejumlah orang mengatakan bahwa cinta meniscayakan penghambaan, tetapi sebenarnya tidaklah demikian, malah, perintah kekasihlah yang meniscayakan pelayanan. Apabila kekasih menginginkan pencinta untuk merendahkan diri, penghambaan akan muncul dari si pencinta. Apabila kekasih tidak menginginkan pembudakan, pencinta akan berhenti dari merendahkan dirinya. Menolak untuk melayani tidak membatalkan cinta. Apabila pencinta tidak melakukan pelayanan, cinta di dalam dirinya tetap menginginkannya. Cinta adalah hal yang paling utama, sedangkan pelayanan adalah hal sekunder setelah cinta.
Apabila lengan bajumu begerak, gerakan itu muncul karena gerakan tanganmu. Dan sebaliknya, tangan yang bergerak, bukan karena lengan bajunya bergerak. Sebagai contoh, memang mungkin seseorang yang bermantel besar berputar di dalam mantel tanpa mantelnya ikut bergerak. Tetapi mustahil mantel bisa bergerak jika orang yang di dalamnya tidak bergerak. Sejumlah orang telah menganggap mantel sebagai orang dan mempertimbangkan lengan baju sebagai tangan, menganggap sepatu bot dan celanan panjang sebagai kaki. Tangan dan kaki adalah satu hal; lengan baju dan celana panjang adalah jenis yang berbeda dengan tangan dan kaki. Seseorang berkata, “Si anu dan si anu berada di bawah tangan si anu dan si anu.” Juga ada yang berkata, “Si anu dan si anu memiliki tangan dalam banyak hal.” Juga perkataan, “Engkau harus men-tangankan (mempekerjakan) pada si anu ketika dia berbicara.” Tentunya yang dimaksudkan dengan “tangan” pada ungkapan-ungkapan di atas bukan tangan fisik.
***************
Suatu ketika pangeran datang dan berkumpul dengan kami bersama-sama, kemudian pegi. Sama halnya dengan lebah yang mengumpulkan lilin dan madu besamaan, kemudian pergi terbang. Keberadaan lilin dan madu bergantung kepada keberadaan lebah, tetapi keduanya tidak bergantung pada keberadaan terus menerus. Ayah dan Ibu kita bagaikan lebah kalau ditilik bahwa mereka menyatukan pencari dengan yang dicari dan mengumpulkan pencinta dengan kekasih. Kemudian mereka pergi terbang. Tuhan membuat mereka sebagai alat untuk menyatukan lilin dan madu. Mereka tebang pergi, meninggalkan lilin, madu, dan tukang kebun. Mereka sendiri tidak meninggalkan taman, karena taman itu memang bukan taman yang dapat ditinggalkan. Orang hanya dapat pergi dari satu sudut taman ke sudut yang lainnya.
Kami bagaikan sarang lebah yang di dalamnya terdapat lilin dan madu yang dianalogikan sebagai cinta Tuhan. Meskipun lebah, bapak dan ibu kita hanyalah alat, bahkan bila meeka dididik oleh tukang kebun untuk membangun sarangnya. Tuhan memberikan lebah itu bentuk yang lain. Ketika pekerja keras di sini , mereka mengenakan pakaiannya yang layak untuk keja keras itu. Ketika pergi ke dunia lain, mereka mengubah pakaian kebesarannya karena di sana dihadapkan dengan tugas yang berbeda. Hal itu berlaku sama bagi setiap orang, siapapun dia.
Sebagai contoh, seseorang pergi ke medan perang, dia mengenakan pakaian perang, mengenakan sabuk kulit pada lengannya, dan kepalanya memakai helm, karena saat itu adalah waktunya untuk berbperang. Kaetika oang yang sama muncul dalam suatu perjamuan makanm dia melepaskan seluruh pakaian tentaranya, karena dia berhubungan dengan situasi yang berbeda. Orangnya tetap sama, meskipun apabila pernah melihatnya dengan pakaian kebesaran tentara,kapanpun pernah berpikir tentang ida, engkau akan membayangkan dia dengan bentuk itu, dan dengan pakaian seperti itu, meskipun dia mengubah pakaiannya ribuan kali.
Seseorang kehilangan cincin di suatu tempat tertentu. Meskipun barangkali cincin itu telah diambil orang lain, dia tetap mencarinya di sekitar tempat itu, seolah-olah dia berkata, “Aku kehilangannya di sini.” Sama halnya orang yang malang berjalan-jalan di sekitar kuburan, kebingungan, tidak mengetahui yang akan dia lakukan. Lalu dia mencium bumi, seolah berkata, “Aku kehilangannya di sini.” Padahal bagaimana mungkin ditinggalkan di sana?
Tuhan telah menciptakan banyak hal, dan mengejawantahkan kemahakuasaan-Nya hingga keluar dari hikmah Illahiah; Dia menggabungkan tubuh dengan ruh untuk sehari atau dua hari. Apabila manusia duduk dengan tubuh di kuburan untuk satu saat, mungkin dia bisa menjadi gila. Ketika dia menelpaskan jaring dari bentuk dan pakaian susunan, bagaimana mungkin dia bisa duduk di kuburuan? Tuhan menjadikannya sebagai tanda untuk menakut-nakuti hati hingga ketakutan itu muncul di dalam hati terhadap sepinya kuburan dan kegelapan bumi, sebagaimana seseorang dalam kafilah yang diserang di sutu tempat tertentu akan melemparkan beberapa buah batu pada orang lain sebagai tanda, tanda itu seperti mengatakan, “Ini adalah tempat berbahaya.” Maka demikian juga kuburan. Ia adalah tanda yang dapat dilihat sebagai tempat berbahaya. Ketakutan akan berdampak pada setiap orang, tetapi mungkin  ketakutan itu tidak terekspresikan keluar. Sebagai contoh, apabila dikatakan, “Si anu dan si anu takut kepadamu,” tanpa perbuatan apapun yang terlihat darinya, sehingga rasa kasihan kepadanya, muncul dalam dirimu. Dan pada sisi lain, jika engkau diberitahu si anu dan si sanu sama sekali tidak takut kepadamu, kabar itu membuat kamu menyadari bahwa orang itu tak memiliki kehormatan dalam dirinya. Dengan mendenga kabar itu rasa tidak sayangmu kepadanya akan berkembang.
“Pelarian” ini adalah dampak dari ketakutan. Seluruh dunia “berlari” tetapi setiap makhluk berlari sesuai dengan keadaannya. Untuk larinya manusia, berbeda dengan larinya tanaman, berbeda pula dengan larinya ruh, dan yang lainnya. “Pelarian” ruh tanpa langkah dan jejak kaki. Dan lihatlah, betapa jauh anggur hijau telah “lari” mencapai kehitaman anggur masak. Begitu dia berubah manis, dia mencapai jenjang itu, tetapi “pelariannya” tidak dapat dilihat atau dirasakan. Maka sekali dia mencapai jenjang itu, memang nyata bahwa dia telah “lari” jauh mencapai tempatnya. Itu seperti orang yang  menyelam ke dalam air dan tak terlihat oleh orang lain. Ketika tiba-tiba dia meletakkan kepalanya ke luar dari air, nyata-nyata bahwa dia pergi ke dalam air dan berpindah dari tempat awalnya.

Enam Puluh Tiga
ADA SURGA DALAM KERAJAAN JIWA,
IA MENGUASAI SURGA DUNIA INI

Setiap pencinta mengalami sakit hati yang tidak dapat disembuhkan oleh obat manapun, tidak dengan tidur atau mengelana, atau makan. Rasa sakitnya hanya bisa diobati dengan melihat kekasihnya. “Menemui teman, menyembuhkan penyakit.” Apabila seorang munafik dihubungkan dengan orang beriman, dia akan segera mempengaruhi mereka untuk menjadi orang beriman, sebagaimana Tuhan mengatakan, “Ketika mereka menemui yang beriman, mereka berkata, Kami memang beriman (QS. 2 : 14). Apabila orang munafik dapat demikian terpengaruh, apakah dampak yang akan terjadi pada orang beriman? Pertimbangkan, betapa kain wol berubah jadi karpet berhias karena berhubungan dengan orang pintar. Lihatlah betapa bumi berubah menjadi istana yang indah karena berhubungan denga orang pintar. Apabila perkumpulan dengan kepintaan memiliki dampak pada benda tidak hidup seperti itu , pikirkan dampak apa yang akan terjadi ketika orang beriman berhubungan dengan yang lain. Benda tidak hidup diangkat kepada jenjang yang lebih berharga sedemikian rupa melalui hubungannya dengan jiwa dan intelek parsial. Apabila seluruh ini adalah bayang-bayang intelek parsial. Apabila seorang manusia dapat menyimpulkan orang lain dari bayangannya, maka, intelek dan akal macam apa yang menghasilkan surga, matahari, bulan, tujuh lapis bumi, dan seluruh yang berada di antaranya. Semua benda itu adalah bayang-bayang dari Intelek Universal. Seperti halnya cahaya intelek parsial sesuai dengan bayang-bayang pada seseorang, bayang-bayang Intelek Universal yang adalah benda nyata, tentu sesuai dengannya.
Orang Suci Tuhan telah menyaksikan surga selain surga-surga dunia ini. Suga itu terlalu hina untuk masuk dalam pandangan mereka. Mereka sudah meletakkan surga di bawah kaki dan melewatinya.
Ada surga dalam kerajaan jiwa.
Ia menguasai surga dunia ini.
Kenapa harus dianggap aneh seseorang yang keluar dari seluruh kemanusiaan, dan mengembangkan kemampuan sehingga bisa menempatkan kakinya di atas surga ke tujuh? Bukankah kami bukan dari jenis yang sama dengan bumi? Meski demikian, Tuhan menempatkan di dalam diri kita kuasa dengan lat yang kita telah dinaikkan ke atas dan memberikan kendali pada kita untuk melakukan sebagaimana yang diinginkan.
Kadang-kadang kita mengangkatnya tinggi-tinggi, kadang-kadang meletakkannya di bawah. Kadang-kadang kembali ke dalam gedung, dan kadang-kadang mengembalikan ke dalam pot dan kendi. Kadang-kadang memanjangkannya, kadang-kadang memendekannya. Meskipun kita yang pertama tepat di dunia ini, dari jenis yang sama, Tuhan mengangkat kita melalui kekuatan itu. Sekarang kenapa harus aneh apabila Tuhan menaikkan seseorang dari jenis kita, yang jika dihubungkan dengan orang-orang tersebut ktia hanyalah benda tidak hidup? Dia, memiliki kendali dan sadar pada kita sedangkan kita tidak sadar pada-Nya. Ketika kami mengatakan, “tidak sadar” di sini, kami tidak mengartikan ketidak sadaran mutlak, karena kesadaran pada satu hal menunjukkan ketidaksadaran pada sesuatu yang lain. Meskipun tidak hidup, bumi sadar pada apa yang telah diberikan pada dirinya. Apabila tidak sadar, bagaimana mungkin dia dapat menyerap air, atau memelihara dan menumbuhkan setiap benih? Ketika seseorang pintar dan memperhatikan satu hal, kesadaran dirinya pada tugas itu meniscayakan ketidaksadaran pada hal lain. Dengan itu kita tidak emngartikan ketidakpedulian mutlak.
Sejumlah oang ingin agar dapat menangkap kucing, tetapi mereka tidak mampu. Suatu hari, kucing sibuk dengan burung congkak, jadi tidak peduli dengan orang-orang, dan dia tertangkap. Maka, orang harus jangan terlalu sibuk dengan urusan duniawi. Setiap orang harus mengambil urusan itu dengan hati riang dan tidak terikat pada urusan itu. Kalau tidak, ia akan menderita. Harta karun tidak akan menderita. Apabila orang material menderita, orang itu – orang suci – akan mengubah mereka, tetapi apabila orang-orang suci menderita. Demi Tuhan! – siapa yang akan mengubahnya?
Sebagai contoh, apabila engkau memiliki banyak potong baju berbagai jenis, mana yang akan engkau pertahankan apabila kapalmu tersungkur? Meskipun seluruhnya “dibutuhkan”, pasti bahwa dari seluruh bundel pakaian, hanya satu yang paling berharga yang akan engkau ambil, karena dari satu mutiara atau satu jenis rubi, seribu hiasan dapat dibuat.
Satu buah manis muncul di atas pohon. Meskipun buah itu adalah bagian dari keseluruhan, Tuhan memilih dan meninggikannya di atas dari keseluruhan ketia Dia mengisinya dengan rasa manis yang sebagian lebih dipilih daripada yang keseluruhan, ia menjadi hal pilihan, maksud terakhir dari pohon, sebagaimana Dia berfirman, “Sungguh mereka heran, ada seorang penyeru yang muncul dari golongan mereka dan datang menyeru kepada mereka.” (QS. 50 : 2).
***************
Seseorang berkata, “Aku berada di dalam keadaan yang di sana tidak ada ruang untuk Muhammad ataupun Malaikat.”
Sungguh keadaan yang menakjubkan untuk pelayan Tuhan, keadaan di mana tidak ada ruang untuk Muhammad! Muhammad tidak memiliki keadaan yang di sana tidak ada ruang untuk makhluk menjijikan seperti engkau!
Seorang badut ingin membuat raja merasa baik, dan setiap orang berjanji akan membei ganjaran pada dirinya, karena saat itu hati raja sedang dalam keadaan jelek. Raja bejalan bolak-balik dengan marah di satu ujung jembatan. Badur berjalan bolak-balik pada sisi ujung lain belawanan dengan raja, tetapi tidak mungkin badut dilihat raja. Dia tetap terus melihat pada air. Akhirnya badut berdiri dan berkata, “Yang mulia, apa yang engkau lihat di dalam air hingga membuatmu tetap melihat?”
“Aku melihat lelaki yang istrinya tidak setia,” kata dia.
“Pelayanmu yang rendah hati ini juga tidak buta,” jawab badut.
Sangatlah aneh bagimu memiliki keadaan yang tidak di sana tidak ada ruang untuk Muhammad, apabila Muhammad tidak memiliki keadaan, yang di sana tidak ada ruang untuk makhluk menjijikan sepertimu! Meski demikian, keadaan yang telah engkau capai adalah karena dia dan engkau dapatkan karena pengaruhnya. Semua berkah dan karunia Tuhan, pertama kali memancar melaluinya dan kemudian didistribusikan kepada seluruh manusia. Begitulah keadaannya. Tuhan berfirman, “Semoga kedamaian selalu menyertaimu, wahai Nabi, juga keselamatan Tuhan. Kami menganugerahimu seluruh berkah.” Nabi menambahkan, “Dan untuk hamba-hamba Tuhan yang saleh.”
Jalan Tuhan sesungguhnya sangat tersembunyi dan ditutupi hamparan salju. Sejak Nabi mempertaruhkan hidupnya pertama kali dengan menunggang kudanya untuk membersihkan jalan, siapapun yang berjalan di atas jalan tersebut, sesungguhnya dia bisa menjalaninya karena bimbingan dan petunjuk Nabi Muhammad. Dialah yang menemukan jalan tersebut pertama kali, meninggalkan rambu-rambu jalan di berbagai tempat sambil bersabda, “Jangan lalui jalan itu, engkau akan menderita seperti kaum Ad dan Kaum Tsamud,” dan, “Jika engkau mengikuti jalan ini, engkau akan menemukan kebahagiaan seperti yang dialami orang-orang yang beriman.”
Seluruh isi Al-Qur’an mengungkapkan satu hal ini : di dalamnya terdapat tanda-tanda yang mengejawantah (QS. 3 : 97). Begitulah, kita meninggalkan berbagai rambu sepanjang rute tersebut. Jika ada seseorang yang ingin memusnahkan rambu-rambu jalan itu, setiap orang akan murka padanya dan berkata : “Mengapa engkau mengaburkan rute kami? Apakah engkau ingin agar kami terbunuh?” Maka sekarang sadarilah bahwa pemimpin kita adalah Muhammad. Hingga seseorang telah mencapai Muhammad, tidak ada seoang pun bisa mencapai kita. Hal ini seperti engkau ingin pergi ke suatu tempat. Pertama, pikiran akan membimbingmu dengan mengatakan bahwa engkau sedang berada dalam rasa ketertarikan yang  kuat untuk pergi ke tempat tertentu. Kemudian matamu mengambil alih tugas; kemudian tubuhmu mulai bergerak, pada saat itu, tubuh tak menyadari keberadaan mata, tidak juga mata menyadari keberadaan pikiran.
Meskipun manusia bisa jadi tidak memperdulikan dirinya, orang lain tetaplah memperdulikan dirinya. Apabila engkau betul-betul serius dengan urusan duniawi, engkau tidak akan perduli pada kenyataan setiap hal. Seseorang harus mencari kepuasan Tuhan, bukan kepuasan manusia, karena kepuasan cinta, dan simpati “dipinjamkan” kepada orang-orang, ditempatkan di sana oleh Tuhan. Apabila Dia demikian terhasrati, Dia mampu menahan rasa senang dan kenikmatan dan kemudian – meskipun keberadaan kesenangan, makanan, dan kemewahan – segala sesuatu menjadi percobaan dan pengadilan.
Seluruh alat ini bagaikan pena di tangan Mahakuasa Tuhan. Penggerak dan penulis adalah Tuhan. Sampai Dia menghendaki, pena tidak akan bergerak. Sekarang engkau lihat pada pena dan berkata, “Pena ini membutuhkan tangan.” Engkau melihat pena, tetapi engkau tidak melihat tangan. Engkau melihat pena, dan ingat pada tangan. Sekarang apakah hubungan antara yang  engkau lihat dan yang engkau katakan? Orang suci selalu melihat tangan dan mengatakan bahwa tangan, juga membutuhkan pena. Mereka demikian bersungguh-sungguh pada keindahan tangan itu, dan meniadakan pena. Mereka berkata tangan seperti itu mesti jangan sampai tanpa pena. Engkau menikmati perenungan pena terlalu banyak dan tak bisa memikirkan tangan. Bagaimana mungkin mereka berpikir tentang pena ketika mereka keenakan dengan merenungkan tangan?
Meskipun engkau lebih menyukai roti gerst dibandingkan roti dari gandum, bagaimana mungkin orang lain akan memikirkan roti gerst ketika mereka punya roti dari gandum?
Apabila telah diberi kenikmatan seperti itu pada dunia hingga engkau tidak menghasratkan surga, yang adalah tempat sejati kenikmatan dan dari sana bumi memperoleh kehidupannya, kenapa mesti penghuni surga berpikir tentang bumi?
Jangan pertimbangkan kenikmatan dan kesenangan yang muncul dari penyebab kedua. Hakikat “dipinjamkan” pada penyebab kedua. Adalah Dia yang menyebabkan keberuntungan dan kehilangan karena semuanya berasal dari Dia. Kenapa engkau mendekap erat penyebab kedua?
****************
“Kata-kata terbaik adalah yang sedikit dan langsung pada pokok permasalahan. Katakan, Tuhan itu, Satu Tuhan (QS. 112 : 1) : meskipun kata itu berbentuk sedikit, namun lebih disukai daripada panjangnya surah Al-Baqarah karena langsung pada pokok permasalahan. Nuh berdakwah selama ribuan tahun, dan hanya empatpuluh orang yang bergabung bersamanya. Sangat diketahui berapa lama Nabi Muhammad berdakwah, dan masih demikian banyak negeri mempercayai dirinya dan demikian banyak orang suci muncul kaena dia. Maka, kebanyakan dan kesedikitan bukanlah syarat; hal yang paling penting adalah menuju pada pokok pesoalan. Sedikit kata dari sejumlah orang bisa lebih banyak pokok, daripada banyak kata orang lain bagaikan sebuah oven. Begitu api pada oven terlampau panas, engkau tidak dapat menggunakannya atau bahkan menutupnya. Maka engkau dapat menggunakan seribu cara lampu lemah. Maka memang nyata hal yang penting adalah menuju pada pokok permasalahan. Untuk sejumlah orang lebih bermanfaat melihat daripada mendengar. Apabila mereka mendengar kata-kata, itu dapat merusak dirinya.
Seorang Syeh dari India merencanakan mengunjungi Mistik Agung. Ketika dia mencapai pintu  kamar Syeh di Tabriz, sebuah suara muncul dari dalam kamar, berkata, “Kembalilah! Engkau sungguh beruntung telah mencapai pintu. Apabila engkau melihat Syeh, itu akan merugikan engkau.”
Sedikit kata langsung pada pokok permasalahan adalah bagaikan lampu bercahaya yang mencium lampu tidak bercahaya dan pergi begitu saja. Cukup demikian. Itu telah mencapai tujuannya.
Seorang nabi bukan dilihat dari bentuknya. Bentuk nabi adalah kudanya. Nabi adalah cinta dan kasih sayang, dan itulah yang tetap bertahan selamanya.  Seperti halnya bentuk unta. Salih itulah yang unta. Nabi adalah cinta dan kasih sayang abadi.
*****************
Seseorang bertanya, mengapa Tuhan sendiri tidak memuji dari menara, yakni, kenapa Muhammad juga disebutkan?
Meski demikian, memuji Muhammad adalah memuji Tuhan. Itu seperti ketika seseorang berkata. “Semoga Tuhan memberikan umur panjang pada raja dan orang yang menunjukkan aku jalan menuju raja dan rupanya.” Pujian pada orang itu tentu betul-betul memuji raja.
**********************
Nabi ini bersabda, “Beri aku sesuatu. Aku sedang membutuhkan. Beri aku mantelmu, sejumlah uang atau pakaianmu!”. Apa yang dia lakukan dengan mantel dan uangmu? Dia ingin meringankan pakaianmu hingga kehangatan matahari dapat mencapai dirimu. Pinjamkan kepada Tuhan pinjaman yang dapat diterima (QS.72:20). Dia tidak menginginkan mantel atau uang. Dia telah memberi engkau banyak hal di samping uang, misalnya pembelajaran, gagasan, pengetahuan, dan pandangan. Dia maksudkan : “Belanjakan kepada-Ku hormat dan pikiran, perenungan, dan kecerdasan sebentar! Meski demikian, engkau telah mencapai kemakmuran dengan peralatan yang telah aku berikan kepadamu. Dia ingin sedekah baik dari burung atau jebakan. Apalagi engkau dapat pergi telanjang bulat pada matahari, memang demikianlah yang lebih baik. Karena matahari akan membalikan engkau tidak dalam keadaan hitam, tetapi putih. Apabila tida mampu, maka ringankan pakaianmu hingga mampu setidaknya menikmati matahari. Untuk sejumlah waktu, engkau telah tumbuh membiasakan diri pada kemasaman : setidaknya, cobalah sejumlah kemanisan juga.

Enam Puluh Empat
ANTARA PENGETAHUAN INDRAWI DAN PENGETAHUAN RELIJIUS

Pengetahuan apa pun yang muncul melalui perintah dan pendapatan di dalam dunia ini adalah pengetahuan “tubuh” Pengetahuan yang muncul setelah kematian adalah pengetahuan “relijius”. Mengetahuia apakah “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan tubuh; menjadi “Aku adalah Tuhan” adalah pengetahuan relijius. Melihat kobaran dan cahaya lampu adalah pengetahuan tubuh; membakar ke dalam kobaran atau cahaya lampu adalah pengetahuan relijius; segala sesuatu yang “melihat” adalah pengetahuan religius, segala sesuatu yang “mengetahui” adalah pengetahuan tubuh.
Engkau mengatakan yang nyata adalah melihat dan pandangan: seluruh pengetahuan lain adalah pengetahuan imajinasi mental. Sebagai contoh, arsitek memikirkan citra bangunan sekolah. Tidak peduli betapa betul gagasannya, itu masih sekedar citra mental. Ia menjadi kenyaan hanya ketika sekolah itu terbangun. Tidak, ada perbadaan antara citra dan rupa . citra Abu-Bakar, Umar, Usman, atau Ali lebih unggul daripada citra para sahabat. Ada perbedaan besar antara satu citra dengan yang lainnya. Seorang arsitek ahli membayangkan pondasi rumah dan bukan arsitek membayangkan hal serupa, tetapi ada perbedaan besar antara keduanya karena citra arsitek lebih dekat pada kenyataan.
Sama halnya, pada sisi lain, di dalam dunia kenyataan dan pandangan, terdapat perbedaan tidak terbatas antara pandangan satu dengan yang lainnya. Maka ketika mereka mengatakan ada tujuh ribu hijab kegelapan dan tujuh ribu hijab cahaya di sana, segala sesuatu itu yang menegakkan dunia citra mental adalah hijab kegelapan dan segala hal yang menegakkan dunia kenyataan adalah hijab cahaya. Meski demikian, oarng tidak dapat membuat perbedaan apa pun di antaranya atau mempertimbangkan hijab kegelapan, yang adalah citra mental, karena kelembutan agungnya. Meskipun terdapat perbedaan besar dan dan mahabesar di dalam kenyataan seperti itu; orang tidak dapat mendalami perbedaan keduanya.

Enam Puluh Lima
TEMUKANLAH TUHAN MELALUI PELAYAN-PELAYAN-NYA

Penghuni neraka lebih berbahagia di neraka daripada mereka di dunia ini kerena di dalam neraka mereka sadar pada Tuhan. Sedangkan di dunia ini mereka tidak sadar. Tidak ada yang lebih manis daripada kesadaran pada Tuhan. Nalar di dalam neraka merindukan dunia ini sedemikian rupa hingga mereka mampu melakukan sesuatu agar sadar pada pengejawantahan rahmat, tidak karena dunia ini lebih menyenangkan daripada neraka. Kaum munafik ditempatkan pada lapis terendah neraka, karena meskipun iman ditawarkan pada mereka, berkenaan kuatnya ketikdakimanan, mereka tidak melakukan untuk bisa menyadari Tuhan. Kejahilan orang kafir tidak menawarkan iman. Karena ketidakimanannya lemah, mereka akan jadi sadar dengan siksaan lebih sedikit.
Ini seperti sepasang celana berkuda dan karpet yang telah berdebu; satu orang dapat mengibaskan celana berkuda dan celana itu menjadi bersih. Tetapi memerlukan empat orang untuk mengibaskan karpet dengan keras agar debu-debunya terbang.
Ketika penghuni neraka berkata, “Tuangkan kepada kami sejumlah air, atau penyegar itu yang Tuhan berikan kepadamu!” (QS. 7:50), Tuhan melarang mereka untuk menginginkan makanan dan minuman. Yang mereka maksudkan adalah, “Tuangkan kepada kami yang telah engkau miliki dan yang menyinari dirimu!”
Alquran itu, bagaikan pengantin perempuan. Meskipun engkau menarik ke samping jilbabnya, dia tidak akan memperlihatkan wajahnya kepadamu. Nalar yang engkau milili tidak mengenakkan, atau penemuan hasil belajarmu tidak mencukupi untuk dapat menarik jilbab penutupnya. Dia menipumu dan memperlihatkan dirinya kepadamu sebagai gadis buruk, seolah dia berkata, “Aku bukan kecantikan itu.” Ia memungkinkan untuk memperlihatkan wajah mana pun yang diinginkan. Pada sisi lain, apabila tidak merenggut jilbab itu, teteapi engkau meneytujuinya, beri air pada lapang tumbuhnya, layani dia dari kejauhan  dan cobalah melakukan apa-apa yang menyenangkannya tanpa harus menarik jilbabnya. Dia akan memperlihatkan wajahnya kepadamu. Carilah orang-orang Tuhan, masuk di antara pelayanku, dan masukilah surgaku! (QS. 89 : 29-30).
Tuhan tidak berbicara kepada setiap orang, sebagaimana raja di dunia ini tidak berbicara kepada setiap penenun. Mereka mengangkat perdana menteri dan wakil yang melalui mereka orang-orang dapat mencapai raja. Maka demikian halnya Tuhan. Dia telah memilih pelayan tertentu hingga siapa pun yang mencari Tuhan dapat menemukan Dia melalui pelayan-Nya. Seluruh nabi telah datang dengan satu alasan bahwa mereka adalah jalan menuju Tuhan.

Enam Puluh Enam
TUBUHMU  BUKAN  DIRIMU

Sirajuddin berkata, “Saya menjelaskan sebuah masalah dengan terperinci, tetapi di dalam diri, saya menderita luka.”
Luka itu dirasakan karena seorang penjaga tidak akan membiarkan engkau berbicara. Meskipun tidak dapat melihatnya, secara inderawi, tapi ketika engkau merasa rindu, merasa kasih, atau sedang terluka, engkau akan tahu bahwa penjaga yang selalu menjagamu. Sebagai contoh, engkau pergi ke dalam air. Engkau merasakan kelembutan, bunga dan tanaman bawah air, tetapi ketika engkau pergi ke sisi lain di kedalaman air, tiba-tiba engkau tergores duri. Maka engkau tahu meskipun tidak melihatnya bahwa sisi yang lain  dari kolam itu adalah tempat bunga tumbuh, tempat kenyamanan. Ini dinamakan intuisi, dan intuisi lebih nyata  dibandingkan dengan pengalaman inderawi. Sebagai contoh, rasa lapar, haus marah, dan kesenangan tidak ada satu pun dari hal-hal tersebut yang berwujud; tapi semuanya terasa lebih nyata dibandingkan dengan hal-hal yang berwujud dan terindera. Apab bila menutup mata, engkau tidak mampu lagi melihat hal berwujud. Meski demikian, engkau tidak dapat menghalau lapar dari dirimu sendiri dengan tipu muslihat apa pu. Sama halnya, panas dan dingin, rasa manis dan rasa pahit pada makanan, semuanya tidak berwujud, tetapi lebih nyata dari pada yang berwujud.
Kenapa engkau menghargai tubuh sedemikian tinggi? Hubungan apa yang engkau miliki dengannya? Engkau mendapatkan makanan tanpanya; terus hidup tanpanya. Saat malam hari, engkau tak memperdulikannya; dan pada siang hari engkau disibukkan dengan perhatian pada yang lain. Karena tidak memperhatikannya sesaat pun, dan lebih memperhatikan yang lain, mengapa engkau merasa gemetar ketakutan terhadap tubuh? Apa yang menjadi dasar perbandingan antara engkau dan tubuhmu? Engkau berada din lembah dan aku berada di tempat lain.” Tubuh ini adalah penipuan besar; dia berpikir bahwa dirinya mati. Ia memang mati. Katakan, hubungan apa yang engkaun miliki dengan tubuh? Ia adalah sihir yang besar. Ketika para penyihir Fir’aun menjadi sadar akan dirinya, mereka mengorbankan tubuhnya. Mereka melihat dirinya memperoleh kehidupan tanpa tubuh ini dan tubuh ini tidak memiliki hubungan dengan mereka. Maka, demikian juga, ketika Ibrahim, Ismail, Nabi, dan orang suci menyadari diri, mereka menghentikan perhatian pada tubuh, mereka tak lagi mempedulikan apakah tubuh itu ada atau tidak.
Hallaj, setelah mengambil halusinogen, (semacam zat kimia yang mengakibatkan penggunanya berada antara realitas dan khayalan). Meletakkan kepalanya pada pintu dan menjerit, “Jangan pindahkan pintu! Apabila engkau lakukan, kepalaku akan terjatuh.” Dia berpikir kepalanya terpisah dari tubuhnya dan sedang ditahan pintu. Keadaan kita juga seperti itu, juga  keadaan setiap orang. Kita menganggap bahwa kita memiliki hubungan dengan tubuh, atau segala hal yang ditopang tubuh kita.


Enam Puluh Tujuh
AKU ADALAH HARTA TERSEMBUNYI,
DAN AKU INGIN DIKETAHUI

“Tuhan menciptqakan Adam dalam imajinasi-Nya sendiri.” Setiap orang mencari tempat pengejawantahan. Ada banyak perempuan berjilbab yang membuka wajah untuk menguji sasaran hasrat mereka, seperti ketika engkau akan menguji pisau silet. Seorang pencinta berkata kepada kekasihnya, “Aku tidak dapat tidur. Aku tidak bisa makan. Aku menjadi seperti ini dan seperti itu tanpamu.” Yang dia maksudkan adalah, “Engkau berusaha agar  bisa terejawantah. Aku adalah tempat pengejawantahan dimana engkau dapat mengenali kualitas seorang kekasih.” Ulama dan cendekia juga tempat untuk pengejawanta. “Aku adalah harta tersembunyi dan Aku ingin untuk diketahui.”
“Dia menciptakan Adam dalam Imaji-Nya sendiri.” Yakni di dalam citra hukum-Nya. Seluruh hukum-Nya tampak di dalam ciptaan-Nya karena mereka semua adalah “bayang-bayang Tuhan.” Dan bayang-bayang pasti mirip dengan sumbernya. Apabila engkau mengembangkan jemarimu, bayang-bayangmu akan melakukan hal yang sama. Apabila engkau membungkuk, bayang-bayangmu akan membungkuk. Apabila engkau meregang, bayang-bayangmu akan melakukan hal yang sama pula. Maka, orang yang mencari adalah, orang yang mencari untuk dicari, sesuatu untuk dicintai, karena mereka ingin dicintai dan berendah hati di depan-Nya, musuh pada musuh-Nya, dan teman pada teman-Nya. Ini semua adalah hukum dan sifat Tuhan yang muncul pada bayangan.
Untuk menyimpulkan bagian ini, bayang-bayang yang kita lemparkan tidak menyadari diri kita. Tetapi kita menyadari adanya bayang-bayang. Meski demikian, di dalam hubungannya dengan  pengetahuan Tuhan, kesadaran kita hanya akan mendapatkan sesuatu yang tak lebih dari ketidaksadaran. Tidak seluruh diri seseorang akan dimiliki oleh bayang-bayang, hanya sebagian dari keseluruhan dirinya. Maka, tidak seluruh sifat Tuhan yang diperlihatkan oleh bayang-bayang, atau kita, hanya sebagian saja. Engkau tidak memiliki pengetahuan yang diberikan kepadamu, kecuali sedikit saja (QS. 17:85).

Enam Puluh Delapan
MUSUHMU BUKAN DAGING DAN TULANGNYA,
TAPI PIKIRAN JAHATNYA

Isa al-Masih ditanya, “Wahai Ruh Tuhan, apakahhal yang paling hebat dan yang paling kejam di dunia ini dan dunia yang akan datang?”
“Murka Tuhan,” jawab Isa.
“Apa yang dapat melindungi kami dari Murka Tuhan?” bereka bertanya.
“Kendalikan kemurkaanmu dan cegahlah amarahmu,” dia menjawab.
Cara melakukan ini adalah dengan melawan diri dan, ketika engkau ingin mengeluh tentang sesuatu, lebih baik mengucapkan terima kasih. Besarkanlah dirimu dan tumbuhkan kesadaran bahwa cinta telah ada dan bangkitkan dalam dirimu, karena pemberian rasa syukur yang palsu adalah upaya untuk mencari cinta dari Tuhan. Itulah yang telahn dikatakan oleh Guru Agung kami bahwa, mengeluh tentang makhluk berarti mengeluhkan Pencipta. Dia juga mengatakan bahwa permusuhanb dan kemarahan yang tersembunyi di dalam dirimu, selalu melawan dirimu, seperti api. Ketika engkau melihat percikan meloncat keluar dari api, bawa ia keluar hingga kembali ke non-eksistensi, awal kemunculannya. Apa bila engkau menolongnya dengan “korek api” jawaban atau kata-kata tuduhan, ia akan menemukan  jalan untuk kembali lagi dari alam non-eksistensi. Dan hanya dengan perjuangan yang berat, engkau mampu mengeluarkannya kembali.
Pukul mundur musuhmu dengan sesuatu yang baik untuk menghancurkannya dengan dua cara. Musuhmu bukanlah daging dan tulangnya, melainkan pikirn jahatnya. Ketika ia dipukul mundur darimu dengan banyaknya terima kasih, ia akan dipukul mundur dari dirinya juga. Hal ini terjadi secara alamiah, sebagai mana perkataan, “Lelaki adalah budak kebajikan.” Cara kedua adalah biarkan dia melihat bahwa apa yang dia katakan atau dia lakukan, tidak berdampak apa-apa bagi dirimu. Ketika anak kecil memanggil anak yang lain dengan sebuah nama, dan anak kedua akan memangil anak pertama sebuah nama kembali, anak pertama akan merasa tertarik setelah melihat bahwa apa yang dian lakukan berpengaruh pada anak kedua. Tetapi apabila yang pertama melihat tidak ada perubahan atau dampak, ia menjadi tak tertarik lagi.
Begitulah cara kedua dilakukan. Ketika sifat kesabaran ini terejawantahkan di dalam dirimu, fitnah musuhmu menjadi tak berbekas apa-apa dan dia melihat bahwa apa yang dia lakukan, tidak benar. Dia telah melihat dirimu bukan sebagai dirimu. Maka menjadi jelas bukan martabatmu yang direndahkan, melainkan martabat  musuhmu. Dan tiada kehinaan bagi seorang musuh selain kebohongannya terungkap. Maka, engkau memberi dia racun dengabn memuji dia, dengan mengucapkan terima kasih, karena sementara dia memperhatikan kekurangannya pada dirimu, engkau mengejawantahkan kesempurnaanmu sebagai kekasih Tuhan seperti mereka yang memaafkan aku; karena Tuhan mencintai yang bermurah hati. (QS. 3 :134). Seseorang yang  menjadi kekasih Tuhan tidak akan merasa kekurangan. Pujilah musuhnmu sedemikian rupa hingga teman-temannya akan mulai heran pada diri mereka dan berkata, “Dia pasti menghianati kita, karena orang lain itu bersepakat dengannya.”
Cabutlah cambang mereka dengan lembut.
Betapapun mereka kaya dan berkuasa.
Patahkan leher mereka dengan kemantapan.
Betapapun kuatnya mereka.
Semoga Tuhan memberkahi kita dengan keberhasilan di dalam hal ini!

Enam Puluh Sembilan
KESEHATAN DAN KEMAKMURAN MENGHALANGI PANDANGANMU KEPADA-NYA

Antara manusia dan tuhan hanya terdapat dua hijab, kesehatan dan kemakmuran; dan seluruh yang lainnya muncul dari dua hal ini. Satu orang yang memiliki kemakmuran akan berkata, “Di manakah Tuhan? Aku tidak tahu di manakah Dia. Aku tidak dapat melihat-Nya.” Orang tersebut, ketika didera masalah luka atau penyakit, dia akan mulai meratap, “Ya Tuhan! Ya Tuhan! Dan terbukalah rahasia kedekatannya dengan Tuhan. Engkau melihat dari sana bahwa kesehatan menghijab manusia dari Tuhan, yang tersembunyi di bawah singgasana luka. Sejauh manusia makmur dan memiliki harta benda, dia mampu memuaskan keinginannya dan menyibukkan dirinya sendiri siang dan malam, tetapi saat kemiskinan memunculkan kepalanya, jiwa manusia ini berbalik menjadi lemah dan dia kembali kepada Tuhan.
Kesakitan dan kemiskinan
Membawa kepadaku;
Aku adalah budak rasa askitmu
Dan kemiskinanmu.
Tuhan telah memberi Fir’aun empat ratus tahun kehidupan, kemakmuran, kerajaan dan pemenuhan setiap keinginan. Semua hal itu adalah hijab yang menjaganya tetap jauh dari keberadaan Tuhan. Dia tidak pernah merasakan sehari pun dimana dia merasa kehilangan atau luka, sehingga dia sempat memikirkan Tuhan. “Sibukkan dirimu sendiri dengan kesenanganmu sendiri dan jangan pikirkan Kami,” kata Tuhan, “dan mimpilah yang menyenangkan!”
Sulaiman menjadi bosan atasm kerajaanmu
Tetapi Job tidak pernah kenyang dengan penderitaan.

Tujuh Puluh
KEJAHATAN DAN KEBURUKAN MUNCUL DARI HAKIKAT YANG TERSEMBUNYI DALAM DIRIMU

Mereka berkata bahwa di dalam jiwa manusia terdapat intipan iblis yang tidak ditemukan di binatang, tidak karena manusia lebih buruk daripada binatang. Tetapi karena watak buruk, kejahatan, dan kekejian ditemukan di dalam manusia yang meuncul dari hakikat tersembunyi di dalam dirinya, yang terkuburkan oleh perangai buruk, kekejian dan kejahatan. Semakin berharga, indan, dan tinggi hakikat, semakin besar kekaburan. Kekejian, kejahatan, dan perangai buruk adalah penyebab kedua untuk kekaburan. Memang tidak mungkin untuk menghapus kekaburan ini kecuali melalui usaha yang berat. Usaha yang paling besar adalah berusaha untuk bergaul dengan sahabat yang telah menghadapkan wajah mereka kepada Tuhan dan punggung mereka pada dunia ini.
Tidak ada usaha yang lebih besar daripada duduk dengan sahabat saleh, yang pandangannya menyebabkan jiwa material melelh dan mati. Untuk alasan ini, dikatakan ketika ular tiadk melihat diri manusia selama empat puluh tahun, dia berubah menjadi naga. Yakni, dia tidak melihat siapa pun yang akan menyebabkan kejahatan dan kekejiannya meleleh. Sebuah kunci besar menunjukkan ada sesuatu yang berharga dan bernilain di dalamnya. Semakin besar kekaburan, semakin baik hakikatnya, seperti naga menjaga tempat harta karun. Jangan lihat pada keburukan naga, lihatlah pada nilai harta karun.


T A M A T







1 komentar: